Transcript

319Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

Pengendalian Penyakit Terpadu padaTanaman Kedelai

Nasir Saleh dan Sri HardaningsihBalai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang

PENDAHULUAN

Produktivitas tanaman kedelai di Indonesia masih rendah yaitu sekitar 1,28t/ha (BPS 2005), jauh di bawah potensi hasil beberapa varietas unggul yangdapat mencapai 2-2,5 t/ha (Suhartina 2005). Salah satu penyebab rendahnyaproduktivitas tersebut adalah adanya gangguan penyakit tanaman. Tidakkurang dari 20 jenis penyakit yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri,virus, dan mikoplasma menyerang tanaman kedelai di Indonesia telahdiidentifikasi (Semangun 1991; Sudjono et al. 1985). Intensitas seranganpenyakit beragam antarlokasi dan musim tanam. Tetapi data intensitasserangan, luas serangan, dan kehilangan hasil kedelai akibat serangan setiapjenis penyakit tanaman belum terdokumentasi dengan baik. Kehilanganhasil kedelai dapat ringan (< 10%) hingga > 50% bahkan puso, tergantungjenis patogen, musim, umur dan varietas tanaman, serta teknik pengendalianyang dilakukan.

Petani umumnya kurang memahami penyakit tanaman karena: (1)patogen penyebab penyakit bersifat mikroskopis/submikroskopis, tidakkasat mata, (2) gejala penyakit tanaman kadang-kadang serupa dengangejala kahat atau keracunan hara, (3) keterbatasan pengetahuan petugasdan petani tentang patogen dan penyakit tanaman. Di beberapa daerahmunculnya gejala penyakit bercak daun sering diartikan sebagai tandabahwa tanaman mereka sudah cukup umur untuk dipanen. Penggunaanfungisida dan bakterisida jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan.Berbeda halnya, penggunaan insektisida untuk menekan serangan hamasudah umum dilakukan, bahkan yang terjadwal tanpa memantau populasihama (Marwoto dan Suharsono 1988).

Makalah ini membahas konsep, ekologi, arti penting, dan perkembanganepidemi penyakit kedelai serta strategi dan langkah operasional untukmengendalikannya secara terpadu.

KONSEP PENYAKIT PADA TANAMAN

Tanaman kedelai disebut sehat atau normal apabila semua fungsi fisiologis-nya (pembelahan sel, diferensiasi sel, absorpsi air/mineral dari tanah dan

320 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

translokasinya ke seluruh bagian tanaman, fotosintesis dan translokasiproduk fotosintesis, kegiatan metabolisme, dan reproduksi) berjalan sesuaidengan potensi genetiknya. Apabila tanaman terganggu oleh patogen ataukondisi lingkungan tertentu sehingga satu atau lebih fungsi fisiologisnyaterganggu maka tanaman tersebut sakit (Agrios 1988).

Penyakit tanaman kedelai yang disebabkan oleh gangguan abiotik sepertihalnya akibat cekaman kondisi fisik tertentu sering disebut sebagai penyakitfisiologis. Sebagai contoh adalah kahat hara, keracunan, cekaman ke-keringan, ataupun suhu yang terlalu panas/dingin. Di tanah Vertisol, tanamankedelai sering kahat unsur kalium yang ditandai dengan pertumbuhan yangtidak optimal dan tepi daun menguning. Demikian juga di tanah Ultisolmasam dengan kandungan ion Al yang dapat dipertukarkan (Al-dd) tinggi,pertumbuhan tanaman kedelai menjadi kerdil, terhambat akibat keracunanhara Al.

Penyakit tanaman yang disebabkan oleh gangguan biotik berupapatogen disebut dengan penyakit patogenik. Misalnya penyakit karat daunyang disebabkan oleh jamur Phakopsora pachyrizhi, penyakit bakteri pustuloleh bakteri Xanthomonas xampestris dan berbagai penyakit oleh patogenvirus. Makalah ini hanya membahas penyakit tanaman yang disebabkanoleh patogen.

Tanaman mudah sakit apabila rentan terserang oleh patogen dan kondisilingkungannya mendukung perkembangan patogen tersebut. Jadi penyakitmerupakan interaksi antara inang tanaman, patogen, dan kondisilingkungan yang mendukung. Konsep tersebut lebih dikenal sebagai segitigapenyakit atau triangle disease (Gambar 1).

Alam bebas dengan berbagai jenis tumbuhan mempunyai tingkat ke-ragaman genetik yang tinggi dan umumnya telah mengalami keseimbangan

Gambar 1. Segitiga penyakit. I = tanaman inang, P=patogen dan L= lingkungan.

P I

L

P I

L

321Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

segitiga penyakit sehingga ledakan epidemi penyakit tidak terjadi. Namunapabila keseimbangan tersebut terganggu, maka epidemi penyakit terjadi.Usaha pertanian modern pada dasarnya merupakan upaya manusia untukmenyeragamkan genetik tanaman (menanam satu jenis tanaman kedelaidalam hamparan yang luas) dan memanipulasi lingkungan agarmendukung produksi yang optimal. Dalam ekosistem demikian, keragamangenetik menjadi lebih sempit, mengakibatkan kerentanan terhadaptimbulnya epidemi penyakit tanaman.

Apabila ditanam secara luas, varietas tanaman yang berpotensi produksitinggi namun rentan terhadap patogen sering menimbulkan ledakanepidemi penyakit. Demikian pula penggunaan pupuk N yang berlebihansering membuat tanaman tumbuh terlalu subur, sukulen, dan menjadi lebihrentan terhadap infeksi penyakit busuk daun dan busuk polong yangdisebakan oleh jamur Rhizoctonia solani. Penanaman suatu varietastanaman tahan secara terus-menerus memicu timbulnya strain patogenyang mampu mematahkan ketahanan itu. Peran manusia tersebut apabiladitambahkan pada konsep segitiga penyakit menjadi piramida penyakit ataudisease pyramide (Gambar 2).

EKOLOGI TROPIKA DAN USAHATANI KEDELAIDI INDONESIA

Perkembangan tanaman dan patogen penyebab penyakit tanaman sangatdipengaruhi oleh lingkungan tumbuh mikro maupun makro. Indonesia yangberada antara 11 Lintang Selatan (LS) dan 8 Lintang Utara (LU), merupakandaerah tropika basah yang secara umum mempunyai ciri-ciri berbedadengan daerah beriklim sedang antara lain (Semangun 1991):

Gambar 2. Konsep piramida penyakit.M = aktivitas manusia, I = tanaman inang, P = patogen, L = lingkungan

P

L

M

I P

L

M

I

322 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

a. Tidak ada perbedaan tajam antara rata-rata suhu setiap bulan maupunantara siang dan malam. Perbedaan suhu siang dan malam umumnyalebih besar dibanding suhu bulan panas dan dingin. Perbedaan suhulebih ditentukan oleh tinggi tempat (altitude) daripada oleh derajatlintang (latitude). Tidak ada musim dingin yang panjang dan tegas yangdapat menghilangkan sumber infeksi dan menekan laju infeksi.

b. Curah hujan tahunan umumnya tinggi, antara 1000 mm hingga > 10.000mm/tahun, mengakibatkan kelembaban relatif udara menjadi tinggiyang mendorong perkembangan penyakit.

c. Perbedaan suhu yang kecil serta perbedaan kecil kecepatan rotasi disekitar katulistiwa, menimbulkan kecilnya perbedaan tekanan udarasehingga membatasi hembusan angin yang kencang.Di Indonesia tanaman kedelai dibudidayakan di lingkungan yang sangat

beragam. Berdasar lahan dan musim tanamnya, sebagian besar (60%)tanaman kedelai diusahakan di lahan sawah pada awal musim kemarau(April-Juni) atau akhir musim kemarau (Juli-Oktober) dengan polatanampadi-kedelai-kedelai atau padi-kedelai-palawija lain. Sebagian kedelai (40%)ditanam di lahan sawah tadah hujan (tegal) pada awal musim hujan (Maret-April) dengan pola tanam padi-kedelai-kedelai atau padi-kedelai-kedelai.Lahan tegal tadah hujan pada awal atau akhir musim hujan tergantungpada polatanam dan ketersediaan air irigasi dan curah hujan setempat. DiSumatera Selatan, dan Sulawesi Tenggara kedelai juga diusahakan di lahanbukaan baru pada awal atau akhir musim hujan dan ditanam dalamtumpangsari dengan padi, jagung, atau ubi kayu. Sebagai tanaman kedua(secondary crops), kedelai jarang dibudidayakan secara serempak dalamhamparan yang luas dengan teknologi budi daya intensif. Pemilikan lahanyang sempit, terpencar serta keterbatasan modal seringkali mendorongpetani bertanam kedelai dengan teknologi budidaya sederhana.

PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN KEDELAI

Lebih dari 20 jenis patogen penyebab penyakit tanaman kedelai darigolongan jamur, bakteri, mikoplasma dan virus telah diidentifikasi diIndonesia (Semangun 1991, Sudjono et al. 1985) (Tabel 1). Di lapang,penyebaran penyakit terjadi dengan bantuan angin, percikan air hujan, aliranair pengairan, tanah/bahan tanaman yang terinfeksi, serangga penular(vektor) dan alat-alat pertanian yang membawa atau terkontaminasi denganpatogen yang berupa spora/konidia/hifa/propagul jamur, bakteri atau virus.Beberapa penyakit tanaman kedelai juga dapat tersebar melalui benih,misalnya anthraknose (Colletotrichum sp.), bercak ungu (Cercosporakikuchii), virus mosaik (Soybean mosaic virus ), dan penyakit virus kataikedelai (Soybean stunt virus).

323Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

Intensitas serangan penyakit beragam tergantung tingkat kerentanantanaman, patogenisitas patogen, dan kondisi lingkungan di lapang. Secaraumum penyakit jamur dan bakteri pada tanaman kedelai lebih mudahberkembang dalam udara yang hangat dan lembab. Sedangkan penyakitvirus dan mikoplasma umumnya menyerang di musim kemarau seiringdengan meningkatnya populasi serangga penular berupa kutu daun (Aphisspp.) dan kutu kebul (Bemisia tabaci) di lapang.

Bioekologi Penyakit Utama Kedelai

Penyakit karat daun, bakteri pustul, bakteri hawar, antraknose, busuk batang,dan penyakit virus merupakan penyakit yang sering menimbulkan kerugianbesar. Pengetahuan tentang bioekologi penyakit dan faktor-faktor yangmempengaruhi perkembangannya di lapang dapat membantu upayapengendalian secara efektif.

Penyakit Karat Daun

Penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Phakopsora pachyrhizi Syd,(sinonim P. sojae, P. vignae, Uredo sojae, Uromyces sojae) dan merupakanpenyakit penting yang tersebar luas di Indonesia. Penyakit ini juga menyerang

Tabel 1. Penyakit-penyakit tanaman kedelai di Indonesia.

No. Penyakit Patogen

1. Karat daun Phakopsora pachyrhizi2. Bercak daun Cercospora sojina3. Bercak mata katak Cercospora kikuchii4. Anthraknose Colletotrichum lindemuthianum

Dematium sp.5. Hawar batang Rhizoctonia solani6. Rebah semai Sclerotium rolfsii7. Downy mildew Peronospora sp.8. Hawar bakteri Pseudomonas syringae pv. glycinea9. Pustul bakteri Xanthomonas campestris pv. glycines10. Sapu setan Mikoplasma11. Mosaik Soybean mosaic virus (SMV)

Soybean yellow mosaic virus (SYMV)Bean yellow mosaic virus (BYMV)Bean common mosaic virus (BCMV)Peanut mottle virus (PMoV)Peanut stripe virus (PStV)Blakeye cowpea mosaic virus (BlCMV)

12. Kerdil kedelai Soybean dwarf virus (SDV)13. Katai kedelai Soybean stunt virus (SSV)14. Belang samar Cowpea mild mottle virus (CMMV)

324 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

tanaman kedelai di negara-negara lain seperti Thailand, Filipina, Taiwan,Brasil, dan Amerika Serikat.

Gejala awal serangan muncul pada daun pertama berupa bercak-bercakyang berisi uredia (badan buah yang memproduksi spora). Bercak iniberkembang ke daun-daun di atasnya sejalan dengan bertambahnya umurtanaman. Bercak terutama terdapat di bagian bawah daun. Warna bercakmula-mula klorotik sampai coklat kemerahan seperti warna karat. Bentukbercak umumnya bersudut berukuran sampai 1 mm (Semangun 1991).

Epidemi penyakit karat didorong oleh lamanya daun dalam kondisibasah dan periode dengan suhu < 28oC. Perkecambahan spora danpenetrasi jamur ke dalam jaringan tanaman membutuhkan air bebas danterjadi pada suhu 8-28oC. Uredia muncul 9-10 hari setelah infeksi, danurediniospora diproduksi setelah tiga minggu. Kondisi lembab yang panjangdan periode dingin dibutuhkan oleh jamur untuk menginfeksi daun-daundan bersporulasi. Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan angindan percikan air di waktu hujan. Belum ada bukti bahwa patogen jamurkarat ditularkan melalui benih kedelai. Pengaruh kumulatif penyakit karatpada hasil adalah menurunnya bobot biji serta jumlah polong dan biji. Padavarietas yang rentan, serangan penyakit ini mengakibatkan daun kedelaimenjadi kering, rontok dan kerugian hasil mencapai 40-80% (Sudjono et al.1985).

Jamur karat juga menyerang tanaman kacang-kacangan lain sepertiPachyrhizus erosus, Phaseolus lathyroides, P. vulgaris P. lunatus, Pisumsativum, Vigna radiata var. radiata, maupun gulma dan tanaman penutuptanah Calopogonium muconoides, Crotalaria anagyroides, C. striata,Centrocema pubescens, Desmodium sp. (Sudjono 1984). Namun peraninang pengganti tersebut dalam perkembangan epidemi penyakit karat padakedelai belum diketahui dengan baik.

Penyakit Pustul Bakteri

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Xanthomonas campestris pv glycines,yang menurut nomenklatur terbaru adalah Xanthomonas axonopodis pvglycines. Gejala awalnya berupa bercak kecil tampak pada kedua permukaandaun, berwarna hijau pucat, menonjol pada bagian tengah lalu menjadibisul, berwarna coklat muda atau putih di bagian bawah daun. Gejala inisering dikacaukan dengan penyakit karat pada kedelai. Tetapi bercak karatlebih kecil dan sporanya tampak jelas bila dilihat dengan kaca pembesar.Bentuk bercak pustul bakteri beragam mulai dari bintik kecil sampai besartak beraturan, berwarna kecoklatan. Seringkali bercak kecil bersatumemben-tuk daerah nekrotik yang mudah robek oleh angin sehingga daunkelihatan berlubang-lubang dan bila infeksi berat dapat menyebabkan daun

325Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

gugur (Semangun 1991). Bakteri bertahan pada biji, permukaan residutanaman dan di rhizosfir. Gulma Dolichos bifllorus, buncis jenis tertentu, dankacang tunggak dapat bertindak sebagai tanaman inang bakteri pustul. Dilapang penyakit umumnya berkembang di dataran rendah di musim hujan,dalam cuaca basah dan suhu relatif tinggi. Penyebaran bakteri dibantu olehpercikan air hujan dan daun yang saling bersinggungan karena hembusanangin. Bakteri masuk ke tanaman melalui lubang-lubang alami (stomata,hydatoda) atau luka, dan memperbanyak diri di dalam sel. Bakteri pustuljuga dilaporkan dapat ditularkan melalui benih kedelai.

Penyakit Hawar Bakteri

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas syringae pv. Glycinea.Gejala awal pada daun berupa bercak kecil, bersegi, tembus cahaya dantampak kebasahan berwarna kekuningan atau coklat muda. Bercakkemudian membesar, bagian tengahnya mengering berwarna coklat tuaatau coklat kehitaman dikelilingi oleh lingkaran halo kebasahan. Beberapabercak dapat bersatu menjadi bercak yang besar dan bagian tengahnyanekrotik sehingga daun sobek-sobek.

Gejala bercak juga dapat terjadi pada batang, tangkai daun, dan polong.Biji dari polong tanaman sakit menjadi berkeriput atau berubah warna,namun ada kalanya tidak bergejala sama sekali. Berbeda dengan bakteripustul, penyakit hawar bakteri banyak berkembang pada dataran tinggidengan udara lembab dan sejuk.

Penyakit Hawar Batang dan Polong

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani Kuhn. Gejala awalserangan terjadi yang pada tanaman yang baru tumbuh berupa hawar padabagian dekat akar yang kemudian menyebabkan tanaman rebah dan mati.Gejala pada daun, batang, dan juga pada polong, timbul hawar denganarah serangan dari bawah ke atas. Bagian tanaman yang terserang beratmenjadi kering dan apabila keadaaan sangat lembab timbul miselia jamuryang menyebabkan daun-daun akan lengket satu sama lain sehingga karenaitu disebut web blight karena menyerupai sarang laba-laba. Jamur ini jugamembentuk sklerotia berwarna coklat sampai hitam, bentuk tidakberaturan berukuran sampai 0,5 mm.

Penyakit ini dapat berupa rebah kecambah, busuk, atau hawar akardan batang. Jamur R. solani bersifat polifag, mempunyai banyak tanamaninang antara lain: tanaman pangan, sayuran, buah, dan tanaman hiassehingga sulit dikendalikan.

326 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

R. solani menghuni tanah dan mempunyai kemampuan saprofit tinggidan dapat hidup sampai tiga bulan pada kultur kering dan empat bulanpada kultur cair. Jamur ini dapat pula bertahan hidup tanpa tanaman inangdan hidup saprofit pada semua jenis sisa tanaman. Jamur R. solani dapatmenimbulkan epidemi di daerah berkelembaban tinggi dengan suhu hangatkarena dapat bertahan lama hidup dalam tanah dan menjadi sumberinokulum yang penting.

Penyakit Antraknose

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum dematium var truncatum.Serangan awal timbul pada biji sebelum atau sesudah tumbuh pada batang,polong, dan tangkai daun. Infeksi jamur pada biji mengganggu per-kecambahan biji, tetapi kadang-kadang tidak menunjukkan gejala. Gejalahanya timbul bila kondisi lingkungan menguntungkan bagi perkembanganjamur tersebut. Pada tanaman yang terserang biasanya daun melengkungke bawah, tulang daun pada permukaan bawah menebal dengan warnakecoklatan. Pada batang akan timbul bintik-bintik hitam berupa duri-durijamur. Gejala ini spesifik dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi jamurantraknose.

Penyakit antraknose umumnya menyerang tanaman kedelai denganpolong menjelang masak dan berkembang pada kondisi yang lembab. Padaserangan berat, kehilangan hasil dapat mencapai 50% atau bahkan polongmenjadi puso. Varietas TK-5 dan Shakti sangat rentan terhadap infeksi jamurantraknose.

Jamur dapat ditularkan melalui benih, terutama apabila tanamanterinfeksi pada umur muda atau selama periode pemasakan polong (Sinagaet al. 1976). Patogen bertahan dalam bentuk miselia pada residu tanamanatau pada biji terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi jamur seringkali tidakmenunjukkan gejala serangan yang jelas sampai tanaman menjelang masak.Infeksi batang dan polong terjadi selama fase reproduksi apabila cuacalembab dan hangat.

Jamur ini juga menyerang tanaman Phaseolus vulgaris, Desmodiumsp., Cyamopsis tetra gonoloba, Acasia longifolia, dan Dolichos uniflorus(Holliday 1980).

Penyakit Rebah Semai

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Gejala awalserangan terjadi pada pangkal batang atau sedikit di bawah permukaantanah berupa bercak coklat muda yang berubah cepat menjadi warna gelap,meluas sampai ke hipokotil. Gejala layu mendadak merupakan gejala

327Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

pertama yang timbul. Daun-daun yang terinfeksi mula-mula membentukbercak bulat berwarna merah sampai coklat dengan pinggir berwarnacoklat tua, kemudian mengering dan sering menempel pada batang mati.Gejala khas patogen ini adalah adanya miselium putih yang terbentuk padapangkal batang, sisa daun, dan pada tanah di sekeliling tanaman sakit.Miselium tersebut menjalar ke atas batang sampai beberapa sentimeter.

Tanaman kedelai peka terhadap jamur ini sejak mulai tumbuh sampaipengisian polong. Kondisi lembab dan panas memacu perkembanganmiselium yang kemudian hilang bila keadaan berubah menjadi kering.Apabila udara sangat lembab sklerotia akan muncul berbentuk bulatberwarna kecoklatan seperti biji sawi dengan diameter 1-1,5 mm. Karenamempunyai lapisan dinding yang keras, sklerotium dapat dipakai untukmempertahankan diri terhadap kekeringan, suhu tinggi, dan sebagainya.Serangan penyakit ini biasa terjadi tetapi jarang berakibat serius. Namunpenurunan hasil yang cukup tinggi dapat tercapai bila tanaman rentan danditanam secara monokultur atau segera setelah tanaman lain yang peka.

Penyakit Downy Mildew

Penyebab penyakit ini adalah jamur Peronospora manshurica Syd. Gejalaawal serangannya terjadi pada daun sebelah bawah, timbul bercak warnaputih kekuningan, umumnya bulat dengan batas yang jelas dan berukuran1-2 mm. Kadang-kadang bercak menyatu membentuk bercak lebih lebaryang selanjutnya dapat menyebabkan bentuk daun menjadi abnormal dankaku mirip penyakit yang disebabkan oleh virus. Pada permukaan bawahdaun terutama di pagi hari yang dingin timbul miselium dan konidium Cirimorfologi penyakit ini adalah adanya miselium dan konidium yangterbentuk di bawah permukaan daun sehingga terlihat seperti bulu.Perkembangan penyakit downy mildew didukung oleh kelembaban udarayang tinggi dan suhu sekitar 20-22oC. Sporulasi terjadi suhu 10-25oC, tidakpada suhu di atas 30oC atau di bawah 10oC. Daun-daun lebih tahan terhadapinfeksi sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Pada suhu yang lebihtinggi tanaman lebih tahan terhadap infeksi. Apabila jumlah bercak kuningbertambah maka ukuran daun pun makin lama makin menyusut. Patogenjamur bertahan dalam bentuk miselium pada residu tanaman atau padabiji yang terinfeksi. Miselium menjadi penyebab tanaman terinfeksi, namunseringkali tanpa menimbulkan perkembangan gejala sampai tanamanmenjelang masak. Infeksi batang dan polong dapat terjadi selama fasereproduksi apabila cuaca lembab dan hangat.

Penyakit Hawar, Bercak Daun dan Bercak Biji Ungu

Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora kikuchii T. Matsu &Tomoyasu. Gejala pada daun, batang dan polong sulit dikenali. Gejala awal

328 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

pada daun timbul saat pengisian biji dengan warna ungu muda yangselanjutnya mengalami diskolorasi menjadi lebih gelap. Daun-daun menjadikasar, kaku, dan berwarna ungu kemerahan. Bercak berbentuk menyudutsampai tidak beraturan dengan ukuran yang beragam dari sebuah titiksampai 1 cm dan kemudian menyatu menjadi bercak yang lebih besar.Gejala lebih mudah diamati pada biji yang terserang yaitu timbul bercakberwarna ungu. Biji mengalami diskolorasi dengan warna yang beragamdari merah muda atau ungu pucat sampai ungu tua dan berbentuk titiksampai tidak beraturan dan membesar. Penyakit ini tidak menurunkan hasilsecara langsung akan tetapi mampu menurunkan kualitas biji denganadanya bercak ungu yang kadang-kadang mencapai 50% permukaan biji.Inokulum pertama dari biji atau jaringan tanaman terinfeksi yang berasaldari pertanaman sebelumnya. Suhu 28-30oC disertai kelembaban tinggi yangberlangsung cukup lama memacu perkembangan penyakit bercak danhawar daun. Di ruang dengan kelembaban tinggi, infeksi penyakitmaksimum terjadi dalam kondisi bergantian antara 12 jam terang dan gelapdan antara 20 dan 24oC. Infeksi penyakit meningkat dengan bertambahpanjangnya periode embun. Penyakit ini lebih parah terjadi pada varietasyang berumur pendek.

Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur

Penyakit bercak mata katak (frog eye), bercak daun sasaran (target spot),dan hawar daun Choanephora merupakan penyakit yang juga seringdijumpai meskipun jarang menimbulkan kerugian yang berarti. Penyebabdari ketiga penyakit ini berturut-turut adalah Cercospora sojina, Corynesporacassiicola, Choanephora infundibulifera.

Gejala serangan penyakit bercak mata katak berupa bercak bulatterutama timbul pada daun tetapi kadang-kadang muncul di batang, polongdan biji. Bercak berwarna coklat, berbentuk bulat sampai bersudut dengandiameter yang beragam 1-5 mm. Gejala serangan bercak daun sasarantimbul pada daun, batang, polong, biji, hipokotil dan akar berupa bercakberwarna coklat kemerahan, dengan diameter 10-15 mm dan kadang-kadang mengalami sonasi, yaitu berlingkar seperti pada papan tembak.

Patogen bertahan pada batang, akar, dan biji, serta mampu bertahandalam tanah yang tidak diusahakan selama lebih dari dua tahun. Infeksihanya terjadi bila kelembaban relatif 80% atau lebih atau adanya air bebasdi atas daun. Cuaca kering menghambat pertumbuhan jamur pada daundan akar. Infeksi pada batang dan akar terjadi pada awal fase pertumbuhantanaman. Gejala pada bagian tanaman di bawah tanah pada umumnyaterlihat tiga minggu setelah tanaman tumbuh berupa bercak berwarnacoklat. Suhu tanah optimal untuk terjadinya infeksi dan perkembanganpenyakit selanjutnya berkisar 15-18oC. Pada 20oC gejala penyakit tidak terlalu

329Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

parah dan akar terbentuk normal. Patogen bersifat kosmopolitan danterutama di negara tropis keberadaannya sangat melimpah.

Gejala serangan hawar daun Choanephora: terutama timbul pada dauntua dan kadang-kadang juga pada daun yang muda di ujung tanaman, danpolong kadang-kadang juga terinfeksi. Daun yang terinfeksi berwarna keabu-abuan serupa dengan daun terkena air panas dan kemudian berubah warnamenjadi gelap. Bila keadaan lembab pada tempat terinfeksi tumbuhsporangia dan spora yang dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuanalat pembesar.

Penyakit yang Disebabkan oleh Virus

Penyakit virus kerdil kedelai, katai kedelai, virus mosaik kedelai, virus belangsamar kacang tunggak, virus belang kacang tanah, dan virus mosaik kuningbuncis. Penyebab penyakit-penyakit ini berturut-turut adalah soybean dwarfvirus (SDV), soybean stunt virus (SSV), soybean mosaic virus (SMV), cowpeamild mottle virus (CMMV), peanut stripe virus (PStV), dan bean yellow mosaicvirus (BYMV) ) (Roechan 1992).

Infeksi virus pada tanaman kedelai pada umumnya menghasilkan gejalayang serupa yaitu adanya klorosis, belang dan mosaik pada daun, daunberkeriput sehingga di lapang sulit dibedakan jenis virus yang menyerangberdasar penampakan gejala saja, kecuali pada penyakit virus tertentu yangmemberikan gejala khusus seperti soybean yellow mosaic virus dan soybeandwarf virus. Hal ini karena di lapangan ada ragam gejala yang mirip antarainfeksi virus yang satu dengan lainnya. Ekspresi gejala penyakit virus sangatdipengaruhi oleh kondisi lingkungan, varietas yang terserang, atau strainvirus. Lebih dari itu, satu tanaman dapat terinfeksi oleh lebih dari satu macamvirus sehingga gejalanya menjadi semakin kompleks. Gejala yang umumadalah tampak adanya perubahan warna daun menjadi mosaik, agakkeriput/keriting, ukuran daun mengecil dan tanaman tampak agak kerdil.

Gejala serangan penyakit katai kedelai yang disebabkan oleh soybeanstunt virus (SSV) antara lain berupa bercak klorotik ringan pada daun yangkemudian pada beberapa varietas menghilang, daun-daun mengecilsehingga tanaman tampak pendek dan gemuk. Tanaman yang terinfeksiberat mengakibatkan jumlah polong berkurang dan mengecil, biji mengecil,dan berbercak coklat.

Gejala awal serangan soybean mosaic virus (SMV) berupa tulang anakdaun yang masih muda menjadi kurang jernih. Selanjutnya daun berkerutdan mempunyai gambaran mosaik dengan warna hijau gelap di sepanjangtulang daun dan sementara tepi daun sering mengalami klorosis.

330 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Gejala serangan cowpea mild mottle virus (CMMV) antara lain tulangdaun menjadi jernih dan daun menggulung ke bawah sehingga daunnampak menyempit, dengan permukaan daun bagian atas mempunyaigambaran mosaik yang kurang jelas dan permukaan bawah daun berwarnacoklat.

Gejala serangan peanut stripe virus (PStV) pada tanaman kedelai sangatberagam tergantung varietas, mulai dari belang sistemik ringan, mosaiksistemik, bercak lokal klorotik diikuti oleh belang sistemik atau lesio lokalnekrotik dan nekrosis sistemik.

Gejala serangan bean yellow mosaic virus (BYMV) pada daun yang mudaberupa bercak-bercak klorotik yang kemudian tulang daun menjadi jernihdan gejala mosaik pada daun. Selanjutnya daun berubah bentuk menjaditidak rata dan sering tepi daun menggulung ke bawah.

Kecuali virus CMMV yang ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul(Bemisia tabaci) secara non-persisten, semua virus yang menginfeksitanaman kedelai ditularkan oleh berbagai kutu daun Aphis spp. Infeksi itudapat persisten (misalnya penyakit kerdil kedelai yang disebabkan oleh SDV)atau secara non-persisten (misalnya penyakit mosaik kedelai yangdisebabkan oleh SMV, SSV, BYMV, dan PStV).

Selain serangga vektor, virus SMV, dan SSV juga ditularkan melalui benihkedelai yang dipanen dari tanaman sakit. Sebagian benih kedelai yangdipanen dari tanaman yang terinfeksi SMV dan SSV kulit bijinya belang(lorek). Persentase penularan virus SSV dan SMV melalui benih kedelaisangat dipengaruhi oleh strain virus, varietas kedelai, dan umur tanamankedelai pada saat terinfeksi. Infeksi pada stadia pertumbuhan yang awalakan mengakibatkan penularan virus lewat benih yang lebih besar dibandingapabila tanaman terinfeksi virus pada umur yang lebih tua (Saleh 1996).

Di lapang pada umumnya intensitas serangan penyakit virus kedelaipada musim kemarau kedua (MK-2) lebih tinggi dibandingkan pada musimpertama (MK-1) ataupun pada musim hujan. Hal ini diduga berkaitan denganmeningkatnya populasi serangga vektor di musim kemarau dan tersedianyasumber inokulum yang lebih tinggi pada MK-2 tersebut. Kehilangan hasilkedelai sebanyak 50% akibat SMV dapat terjadi pada suatu areal danpenurunan hasil sampai 93% telah dilaporkan pada lahan percobaan yangdilakukan inokulasi virus mosaik kedelai sejak awal pertumbuhan (Roechan1992).

Selain tanaman kedelai, virus dapat menginfeksi tanaman kacang-kacangan lain seperti buncis, kacang panjang, kapri (Pisum sativum), orok-orok (Crotalaria spp.) dan berbagai jenis kara (Dolichos lablab, Canavaliaenciformis, Mucuna sp.).

331Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

ARTI PENTING PENYAKIT TANAMAN KEDELAI

Arti penting penyakit tanaman kedelai ditentukan antara lain oleh distribusi,frekuensi, intensitas serangan, kehilangan hasil yang diakibatkan, sertatersedianya teknologi pengendaliannya. Penyakit yang telah tersebar luas disentra produksi kedelai dan sering muncul di dengan intensitas seranganyang tinggi dan mengakibatkan kerugian yang besar merupakan penyakityang lebih penting dibanding penyakit-penyakit lain tanpa karakter itu.

Penyakit karat daun, antraknose, hawar/pustul bakteri, dan beberapavirus termasuk penyakit-penyakit yang mempunyai arti ekonomi pentingkarena sering menimbulkan kerugian hasil yang cukup besar. Sumarnodan Sujadi (1977) melaporkan bahwa serangan penyakit karat pada kedelaivarietas TK5 yang rentan dapat mencapai 81%, sedang pada varietas Orbayang tahan hanya sekitar 36%. Serangan penyakit karat yang parah dapatmenimbulkan kerugian hasil sampai 90% (Sudjono et al. 1985). Penyakitantraknose umumnya kurang merugikan, namun pada kondisi cuaca yanglembab kerugian hasil bisa berarti. Di Thailand penyakit antraknose dapatmenimbulkan kerugian hasil 30-50% (cit Sudjono et al. 1985).

Penyakit hawar bakteri dan bakteri pustul telah tersebar luas diIndonesia, namun umumnya tidak terlalu merugikan. Di Indonesia penyakithawar bakteri banyak terdapat di dataran tinggi, sedangkan penyakit bakteripustul terdapat di dataran rendah . Suhu yang relatif tinggi dan cuaca basahmendorong berkembangnya penyakit bakteri pustul.

Intensitas serangan penyakit virus pada tanaman kedelai umumnyatinggi pada musim kemarau seiring dengan meningkatnya populasi seranggavektor. Infeksi virus katai kedelai (SSV) dan mosaik kedelai (SMV) padatanaman yang masih muda dapat mengakibatkan kehilangan hasil masing-masing 37% dan 57% (Muchsin 1997; Rahamma dan Hasanuddin 1989).

PENGENDALIAN TERPADU PENYAKITTANAMAN KEDELAI

Setiap upaya pengendalian jasad pengganggu, termasuk penyakit,hendaknya mendasarkan pada konsep Pengendalian Hama terpadu (PHT).Ini berarti bahwa berbagai cara atau komponen pengendalian dipadukandalam satu upaya pengendalian. Dalam PHT pengendalian tidak untukmemberantas habis populasi hama/penyakit, tetapi lebih untuk mengelolapopulasi itu hingga di bawah ambang kendali.

332 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Untuk dapat mengelola penyakit secara baik, identitas patogen penyebabpenyakit, dan ekobiologi patogen, tanaman dan vektor penyakit (untukpenyakit virus) perlu dipahami. Identifikasi patogen penyebab penyakitmerupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilanpengendalian. Menurut Apple (1977) langkah yang perlu diperhatikan dalampengelolaan penyakit tanaman adalah:a. Menentukan jenis-jenis penyakit.

Tanaman kedelai diketahui diserang oleh berbagai penyakit jamur, bakteridan virus.

b. Menentukan batas unit yang dikelola penyakitnya.Upaya pengendalian penyakit lebih efektif dilakukan dalam satuhamparan luas secara serempak. Pengendalian individual dalam skalasempit sering tidak memberi hasil optimum terutama terhadap patogenyang ditularkan angin ataupun oleh vektor yang mampu menyebarsecara luas.

c. Strategi pengelolaan penyakit tanamanBerdasarkan pola perkembangan penyakit, perkembangan epidemipenyakit tanaman kedelai yang disebabkan jamur, bakteri ataupun vi-rus umumnya mengikuti pola bunga majemuk (compound interest). Inikarena daur hidup patogen pendek sehingga dalam satu musim tanamkedelai terjadi beberapa daur perkembangan patogen sehinggaperkembangan penyakit bersifat logaritmik (eksponensial). Menurut vander Plank (1963), pola perkembangan epidemi penyakit tanamandengan pola bunga majemuk mengikuti rumus:

rtXt = Xo e

di manaXt = proporsi tanaman sakit pada saat tXo = proporsi tanaman sakit pada permulaan (t=0)e = bilangan alamr = laju infeksit = waktu berlangsungnya epidemi

Untuk mengendalikan penyakit tanaman kedelai, petani harusmenggabungkan berbagai komponen pengendalian secara terpaduyang ditujukan untuk mengurangi Xo, r, dan t. Xo dan r dapat dikurangimelalui sanitasi dan eradikasi untuk mengurangi sumber infeksi dilapang. Lingkungan tumbuh kedelai dimanipulasi sehingga meng-hambat laju perkembangan penyakit, misalnya dengan mengatur waktutanam, jarak tanam, pemupukan, drainasi yang baik, menanam varietaskedelai yang tahan atau toleran, mengendalikan vektor (untuk penyakit

333Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

virus), dan apabila diperlukan menggunakan fungisida atau bakterisida(Oka 1995).Di daerah tropika tindakan sanitasi diperlukan karena tidak adanyasanitasi alamiah oleh musim dingin dan musim kering yang tegas danpanjang. Sanitasi yang efektif memerlukan pengetahuan tentangekobiologi patogen penyebab penyakit.Sampai batas tertentu, waktu terjadinya epidemi (t) dapat ditekan denganmenanam varietas tanaman yang berumur genjah (70-75 hari) sepertivarietas Tidar, Malabar, atau mengatur/memajukan waktu tanam.

d. Penentuan ambang ekonomiAmbang ekonomi adalah tingkat intensitas penyakit yang menyebabkanpengurangan nilai ekonomi produksi sehingga sama dengan biayapengelolaan penyakit. Ambang ekonomi suatu penyakit sukarditentukan karena dipengaruhi oleh jenis patogen, jenis tanaman,lingkungan, biaya maupun harga produk yang selalu berubah. Bahkanmenurut Untung (1993) bagi penyakit yang menyebar secara cepat,penentuan saat pengendalian berdasar ambang ekonomi tidak dapatdianjurkan. Menurut Sudjono (1984, 1985), penyemprotan fungisidatriadimefon untuk mengendalikan penyakit karat hanya menguntungkanbila intensitas serangan pada umur 50 hari adalah 22% pada varietasRinggit (rentan), 17% pada varietas Orba (agak tahan), dan 12% padavarietas No.29 (tahan). Secara umum penyemprotan fungisida untukmengendalikan penyakit karat dilakukan apabila intensitas seranganmencapai 33% (Sudjono et al. 1983). Sampai saat ini penelitian tentangambang ekonomi sebagian besar penyakit tanaman kedelai, termasukpenyakit virus, belum banyak dilakukan.

e. Pengamatan dan pemantauanPengelolaan penyakit memerlukan pengamatan dan pemantauanintensitas serangan penyakit dan keadaan cuaca yang diperkirakanmembantu perkembangan penyakit tanaman. Untuk beberapa tanamanperkebunan (teh atau kopi) kajian epidemiologi penyakit yangmenghubungkan data cuaca dengan intensitas serangan penyakit telahdilakukan sebagai dasar peramalan penyakit (disease forecasting).Dengan dasar peramalan tersebut saat yang tepat untuk penyemprotanfungisida dapat ditentukan. Namun untuk tanaman pangan, termasukkedelai, upaya peramalan seperti itu belum berkembang. Karenapatogennya berukuran kecil dan tidak dapat dilihat dengan matatelanjang, upaya pencegahan penyakit masih banyak dilakukan hanyadengan diperkirakan akan terjadinya ledakan penyakit.

334 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

KOMPONEN PPT PADA TANAMAN KEDELAI

Pengendalian penyakit tanaman secara terpadu (PPT) dilakukan denganmemadukan beberapa komponen pengendalian yang kompatibel dalamsatu kegiatan pengendalian. Komponen pengendalian tersebut dikelompok-kan menjadi: teknis budi daya, fisik dan mekanis, kimiawi, dan hayati.

Pengendalian dengan Teknik Budi Daya

Penentuan Lokasi dan Waktu Tanam

Untuk dapat tumbuh dan memberi hasil optimal, tanaman kedelai meng-hendaki kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Pertumbuhan yang optimalmembuat tanaman mempunyai ketahanan terhadap penyakit yang baik.Tanaman yang tumbuh di bawah naungan lebih rentan terhadap infeksibeberapa patogen.

Waktu tanam yang tidak serempak dan tumpang tindih mengakibatkanpenumpukan hama dan penyakit tanaman. Tersedianya tanaman inangsepanjang tahun meningkatkan sumber inokulum maupun vektor penyakitvirus di lapang sehingga intensitas serangan penyakit virus pada tanamankedelai meningkat dari musim ke musim (Baliadi dan Saleh 1989).

Pergiliran tanaman kedelai dengan tanaman yang bukan inang penyakitkarat dan menanam kedelai secara serempak pada awal musim atau awalmusim hujan dapat mengurangi intensitas serangan penyakit karat (Sudjono1984).

Penanaman Varietas Tahan

Menanam varietas tahan merupakan cara yang murah, efektif, kompatibeldengan cara pengendalian lain, dan mudah diadopsi petani. Strategipengembangan tanaman tahan sebaiknya yang berketahanan lama(durable resistance), lebih-lebih untuk tanaman seperti kedelai yang ditanamluas oleh petani kecil serta bernilai ekonomi rendah.

Varietas Wilis, Kerinci, dan Malabar lebih tahan terhadap infeksi jamurkarat (Phakopsora pachyrhizi) dibanding varietas Ringgit, Tidar, danJayawijaya (Hardaningsih 1997a). Varietas Kipas Putih, Kipas Merah, danSinggalang juga diketahui rentan terhadap jamur karat (Salim dan Sadar1995a). Varietas Galunggung lebih rentan dibanding Raung, Wilis, dan Kerinci(Dahlan dan Masyurdin 1989).

335Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

Varietas Krakatau, Tampomas, dan Cikuray rentan terhadap infeksi jamurtanah Rhizoctonia solani dan Sclerotium rolfsii, sedang varietas Malabarmempunyai ketahanan yang lebih baik (Prayogo dan Baliadi 1995).

Varietas Lokon tahan terhadap penyakit hawar bakteri (Pseudomonassyringae pv. glycinea), sedang varietas Wilis rentan terhadap bakteri tersebut(Budiman 1997). Habazar et al.(1997) melaporkan hasil yang bertentangan.Varietas Wilis dan Lumajang Bewok tahan, sedang Lokon, Krakatau,Tampomas, Orba, dan Singgalang rentan terhadap P. syringae pv. glycinearas 4. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan ras bakteri yangdigunakan dalam pengujian tersebut. Ras 4 merupakan ras yang dominandi sentra produksi kedelai di Jawa Timur dan Sumatra Barat (Habazar danRudolf 1997).

Varietas Malabar dan Cikurai tahan terhadap penyakit bakteri pustul,Xanthomonas campestris pv. Glycines. Varietas Tidar dan Dieng bersifat agaktahan sedang Jayawijaya bersifat rentan (Dirmawati et al. 1997).

Menanam varietas tahan merupakan cara yang paling efektif untukmengendalikan penyakit virus pada tanaman kedelai. Kedelai varietasTaichung, Bonus, dan No.1592 tahan terhadap SSV (Roechan et al. 1975).Burhanuddin (1995) melaporkan bahwa AGS 129, AGS 222, AGS2102, MLG2526, dan MLG 2742 tahan terhadap SMV. Hasil penyaringan ketahanan 243genotipe kedelai koleksi plasma nutfah terhadap infeksi CMMV menunjuk-kan bahwa terdapat dua genotipe yaitu No.3020 dan 3288 yang tahan (Baliadidan Saleh 1995).

Tabel 4. Reaksi varietas kedelai terhadap karat.

Varietas Penyakit karat

Wilis agak tahanKerinci agak tahanTidar agak tahanLumajang Bewok agak tahanDieng agak tahanJayawijaya agak tahanSindoro tahanSlamet tahanSinabung agak tahanTanggamus agak tahanRatai agak tahanSeulawah tahanNanti tahanBurangrang tahanAnjasmoro agak tahanRajabasa tahan

336 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Menanam Benih Sehat

Beberapa patogen yang menyerang tanaman kedelai diketahui dapatterbawa benih (seed-borne) dan ditularkan melalui benih (seed-transmitted)yang dihasilkan dari tanaman sakit antara lain: Colletotrichumlindemutianum, Dematium sp.,Cercospora kikuchii, soybean mosaic virus(SMV), dan soybean stunt virus (SSV). Infeksi patogen lewat benih me-megang peran penting dalam perkembangan epidemi dan penyebaranantarmusim maupun antardaerah/negara.

Infeksi jamur dan bakteri menurunkan daya kecambah biji atau me-matikan bibit yang tumbuh. Menanam benih yang sehat dianjurkan untukmengatasi penyakit-penyakit tular benih tersebut. Perlakuan benih (seedtreatment) dengan fungisida thiram/bakterisida atau merendam dalam airhangat dapat mematikan kontaminasi patogen pada permukaan benih danmengurangi serangan penyakit tular benih oleh penyebab jamur atau bakteri,namun kurang berhasil terhadap virus tular benih. Sejauh ini belum ditemu-kan perlakuan benih yang dapat mematikan virus tanpa harus mem-pengaruhi viabilitas benih itu sendiri.

Bila tanaman terinfeksi SMV atau SSV, sebagian biji yang dihasilkanmenjadi belang coklat. Rahamma (1997) melaporkan bahwa penularanSMV melalui benih belang 21%, lebih tinggi dibanding benih yang bersih(1%). Demikian juga Roechan (1992) membuktikan bahwa persentasepenularan SSV lewat biji belang jauh lebih tinggi dibanding biji yang tidakbelang. Tetapi beberapa peneliti lain membuktikan tidak ada korelasi antarabiji belang dengan penularan virus. Saleh (1997) melaporkan bahwameskipun penggunaan benih kedelai belang hingga 5% tidak berpengaruhterhadap perkembangan penyakit virus di lapang. Namun sebagai tindakanpreventif, benih belang sebaiknya tidak digunakan.

Pemupukan

Intensitas serangan beberapa penyakit tanaman dapat dinaikkan atauditurunkan melalui pemupukan. Pemberian pupuk N secara berlebihanmembuat tanaman tumbuh terlalu subur, lebih sukulen dan menjadi lebihrentan terhadap infeksi jamur dan bakteri. Pemakaian pupuk daun yangmengandung hara mikro Ca, Mg, Fe, Mo, dan Si sebanyak lima kalipenyemprotan dengan selang waktu semprot 10 hari dapat menekan lajuinfeksi dan daun gugur oleh jamur karat masing-masing sebesar 70% dan45-60% (Sudjono 2000).

Larutan 10-40 mM KH2PO4, K2HPO4 atau K3PO4 mampu mendorongketahanan sistemik (induced systemic resistance) terhadap penyakitanthraknose (Mucharromah 2000).

337Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

Pengendalian secara Fisik dan Mekanis

Penyakit umumnya berkembang pada kondisi lembab. Membersihkan lahandari sisa-sisa tanaman sakit dan menanam dengan jarak tanam yang lebihlebar, khususnya pada pertanaman musim hujan, dapat mengurangi per-kembangan penyakit antraknose (Oka 1971). Penggarapan tanah yang baik,perbaikan saluran drainasi dan penanaman dengan jarak tanam lebih lebarjuga menekan serangan penyakit layu Sclerotium.

Penyakit karat dapat dikurangi melalui pergiliran tanaman danmenjauhka pertanaman kedelai dari tumbuhan inang lain yang dapatmenjadi sumber penyakit karat (Sudjono et al. 1983). Pemangkasan pucuktanaman kedelai pada umur 17 hari setelah tanam dapat meningkatkanketahanan tanaman kedelai terhadap jamur karat dan meningkatkan hasilhingga 24,6% (Sudjono dan Sutrisno 1995).

Tumpangsari tanaman kedelai dengan tanaman lain dapat mengurangiserangan hama atau penyakit. Tumpangsari kedelai dengan sorgum dapatmengurangi persentase tanaman terserang SMV, namun akan mengurangihasil kedelai 25-50% (Bottenberg and Irwin 1992). Yulianto et al. (1993)melaporkan bahwa tumpangsari kedelai dengan cabai tidak mengurangipenyebaran SMV dan SSV. meskipun aphid lebih menyukai tanaman cabaidibanding tanaman kedelai. Pakki et al. (1997) melaporkan bahwa tumpang-sari empat baris tanaman jagung/sorgum di antara tanaman kedelai mampumenekan laju infeksi penyakit virus mosaik (SMV).

Mencabut tanaman yang sakit di lapang, mengumpulkannya dalamkantong serta membakarnya merupakan cara untuk mengendalikanpenyakit layu oleh jamur Sclerotium atau Rhizoctonia, serta penyakit-penyakityang disebabkan oleh virus. Di lapang, sumber infeksi atau sumber inokulumvirus tanaman kedelai selain benih yang terinfeksi, dapat berupa tanamanbudidaya sejenis, lain jenis, maupun tumbuhan liar. Oleh karena itu, untukmemutus daur dan mengurangi sumber inokulum di lapang, pertanamankedelai sebaiknya digilirkan dengan tanaman serealia atau umbi-umbianyang bukan inang virus kedelai.

Pengendalian secara Kimiawi

Pengendalian penyakit secara kimiawi dengan fungisida atau bakterisidamasih sangat jarang dilakukan oleh petani kedelai di Indonesia. Fungisidamankozeb (Dithane M-45), klorotalonil (Daconil), tiofanat methil (Topsin),triadimefon (Bayleton), dan benomil (Benlate) efektif menekan penyakitkarat pada tanaman kedelai (Sudjono et al. 1983; Salim dan Sadar 1995b).

Selain daun, penyakit anthraknose juga menyerang polong. Polong isipaling rentan terhadap infeksi jamur (Elizabeth et al. 1997; Sulihtyorini et al.

338 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

1997). Infeksi jamur antraknose pada benih kedelai dapat ditekan denganpenyemprotan fungisida benomil (Benlate) atau fentin-hidroksida (Deuter)pada saat mulai berbunga hingga pengisian polong (Sudjono et al. 1983).

Perkembangan penyakit layu Sclerotium dapat ditekan dengan fungisidaDithane, Delsene, Manzate, dan Benlate. Benlate dengan konsentrasi 2-4 g/lpaling efektif (Wahab et al. 1995). Pengendalian penyakit bakteri denganbakterisida tidak dianjurkan karena mahal.

Untuk menekan intensitas serangan penyakit virus nonpersisten,pengendalian vektor dengan insektisida sering tidak memberi hasilmemuaskan. Hal ini diduga karena insektisida mematikan aphid setelahvektor itu menularkan virus ke tanaman lain (Lobenstein and Raccah 1980).Tetapi ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penyemprotaninsektisida cypermethrin, deltamethrin, permethrin, fanfalerate,disulfoton,dan acephate dapat menekan kolonisasi aphid serta mengurangi ataumemperlambat penyebaran virus non-persisten (Pyron et al. 1988).

Penyemprotan minyak mineral secara kontinyu dengan selang lima haridapat menghambat infeksi dan penyebaran SMV sebesar 27% dibandingperlakuan kontrol yang tidak disemprot (cit. Irwin and Schult. 1981). Tetapikarena harus disemprotkan beberapa kali dan harganya mahal, penggunaanminyak mineral ataupun emulsi minyak nabati kurang ekonomis .

Di lapang, sumber infeksi atau sumber inokulum virus SMV dan SSVselain benih yang terinfeksi, juga tanaman budidaya sejenis atau lain jenismaupun tumbuhan liar. Tanaman kedelai adalah inang utama SMV dan SSV,namun kedua virus itu dapat menginfeksi tanaman kacang panjang dankacang buncis. Untuk memutus daur hidup dan mengurangi sumberinokulum di lapang, pertanaman kedelai untuk benih perlu dipergilirkandengan tanaman serealia atau umbi-umbian yang bukan inang.

Secara alami virus SMV dan SSV juga dapat menginfeksi gulma di sekitarpertanaman kedelai, seperti Cassia oxidentalis, Sesbania exaltata, Phaseolusspeciosus, dan P. latthyroides (Roechan 1992).

Pemantauan secara rutin dan mencabut tanaman kedelai yang terinfeksiSMV atau SSV, terutama pada saat masih muda hingga mendekati masaberbunga dapat mengeliminasi penularan virus melalui benih yangdihasilkan. Mencabut tanaman sakit juga mengurangi penyebaran lebihlanjut oleh serangga vektor. Gulma yang merupakan inang alternatf virusSMV dan SSV sebaiknya dicabut untuk mengurangi sumber infeksi di lapang.Beberapa gulma selain menurunkan sumber virus, juga berperan dalamperkembangbiakan vektornya.

339Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

Pengendalian secara Hayati

Penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani danlayu oleh Sclerotium rolfsii dapat dikendalikan dengan beberapa jamur yangbersifat antagonis. Hardaningsih (1997b) melaporkan bahwa di laboratoriumdan rumah kaca, jamur antagonis Trichoderma harzianum dan Gliocladiumiroseum. efektif menekan perkembangan jamur Rhizoctonia solani, Sclerotiumrolfsii, Aspergillus neger, Fusarium sp. dan Colletotrichum dematium.Poromarto dan Widadi (2000) melaporkan bahwa di laboratorium isolatNo.8 jamur binukleat R. solani dapat menekan serangan jamur busuk batangR.solani hingga 59%.

Keberhasilan penggunaan jamur antagonis di lapang juga telahdilaporkan. Penggunaan Biotric dengan bahan aktif Trichoderma harzianummasing-masing sebanyak 2,87 ku/ha dan 5,75 ku/ha pada daerah rhizosferefektif menekan intensitas serangan penyakit layu S.rolfsii dari 52% turunmenjadi 8 hingga 8,4% dan mempertahankan hasil 2 t/ha dibanding hanya0,8 t/ha pada perlakuan kontrol (Sudantha 2000).

OPERASIONALISASI PENGENDALIAN PENYAKITDI LAPANG

Di lapang, perkembangan penyakit sangat ditentukan oleh tersedianyasumber inokulum dan agensia penyebar. Penyakit-penyakit jamur yangmenyerang bagian tanaman di permukaan tanah umumnya tersebar melaluispora atau konidia jamur yang sangat kecil yang diterbangkan angin (air-borne disease).

Penyebaran penyakit virus yang ditularkan oleh vektorpun dapat sangatdibantu oleh angin. Dengan demikian penyakit dapat meluas dari satu petakpertanaman ke petak pertanaman di sekitarnya secara cepat. Ini berbedadengan penyakit jamur tular tanah yang penyebarannya terbatas. Olehkarena itu, untuk mengendalikan penyakit yang ditularkan lewat udara,tindakan individual secara terpisah kurang efektif. Guna mendapatkan hasilyang optimal, penyakit harus dikenalkan secara serempak dalam hamparanyang luas. Kekompakan kelompok-kelompok tani sehamparan dapatmemberikan hasil yang lebih baik.

Waktu tanam yang tidak serempak juga memperbesar peluangtersedianya tanaman kedelai, sebagai inang yang terus menerus di lapang.

340 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

KESIMPULAN

Penyakit yang disebabkan patogen jamur, bakteri, virus dan mikoplasmamerupakan satu kendala peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Upayapemasyarakatan informasi tentang patogen penyebab penyakit tanaman,arti penting dan teknologi pengendaliannya perlu dikembangkan.

Pengendalian penyakit tanaman kedelai dilakukan secara terpadumelalui pemaduan beberapa komponen pengendalian secara teknik budidaya (varietas tahan, pergiliran tanam, benih sehat, pemupukan, pengaturanjarak tanam, perbaikan drainasi), cara fisik (sanitasi, eradikasi, pembenaman,pembakaran) dan cara kimiawi dengan menggunakan pestisida. Upayapengendalian dapat memberikan hasil optimal apabila dilakukan secaraserempak dalam hamparan yang luas melalui pendekatan kelompok tanisehamparan.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology, 3rd eds Academic Press, New York.

Apple, J.L. 1977. The theory of disease management. In: J.G.Horsfall and E.B.Cowling (Eds.). Plant Disease: an advance treatice I. Academic Press.New York.

Budiman, A. 1997. Reaksi ketahanan beberapa genotipe kedelai terhadappenyakit hawar bakteri (Pseudomonas syringae pv. glycinea). RisalahKongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah PFI. 25-27 September 1995.p. 127-131.

Baliadi, Y. dan N. Saleh 1989. Virus-virus utama kedelai di sentra produksikedelai Jawa Timur. Pros. Kongres Nasional X dan Seminar IlmiahPFI. Denpasar, 14-16 Nopember 1989. p. 100-103.

Baliadi, Y. dan N. Saleh. 1995. Tanggapan plasma nutfah kedelai terhadapinfeksi Cowpea mild mottle virus (CMMV). Risalah Kongres NasionalXII dan seminar Ilmiah PFI. Yogyakarta, 6-8 September 1993. p. 317-321.

Dahlan,S. dan Mansyurdin. 1989. Pengaruh serangan jamur Phakopsorapachyrhizi terhadap produksi beberapa varietas kedelai. Pros.Kongres Nasional X dan Seminar Ilmiah PFI. Denpasar, 14-16Nopember 1989. p. 123-126.

Dirmawati, S.R., Y.M.S. Maryudani, dan C. Sumardiyono. 1997. Tanggapanlima varietas kedelai terhadap penyakit bisul bakteri (Xanthomonas

341Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

campestris pv. glycines). Pros. Kongres Nasional XIV dan SeminarIlmiah PFI. Palembang, 27-29 Oktober 1997. p. 31-33.

Elizabeth, H., E.B.Trisusilowati, V. Supartini, dan S. Supardjono. 1997. Studikomparatif respon galur kedelai terhadap dua isolat Colletotricumdematium. Pros. Kongres Nasional XIV dan Seminar Ilmiah PFI,Palembang, 27-29 Oktober 1997. p. 346-349.

Habazar, T., Nurbailis, dan P. Erlinda. 1997. Reaksi beberapa varietas kedelaiterhadap Pseudomonas syringae pv.glycinea Ras-4. Pros. KongresNasional XIV dan seminar Ilmiah PFI. Palembang, 27-29 Oktober 1997.

Habazar, T. dan K. Rudolph. 1997. Karakteristik isolat-isolat Pseudomonassyringae pv. glycinea dari beberapa daerah sentra produksi kedelaidi Indonesia. Pros. Kongres Nasional XIV dan Seminar Ilmiah PFI.Palembang, 27-29 Oktober 1997. p. 52-56.

Hardaningsih, S. 1997a. Reaksi beberapa genotipe kedelai terhadap jamurkarat (Phakopsora pachyrhizi). Pros. Kongres Nasional XIV danSeminar Ilmiah PFI. Palembang, 27-29 Oktober 1997.

Hardaningsih, S. 1997b. Pemanfaatan mikroorganisme antagonis untukmengendalikan penyakit tular tanah. In: Saleh (Eds). Pemantapanstabilitas hasil kacang tanah, kacang hijau dan kacang-kacangan lainmelalui perbaikan komponen pengendalian hama dan penyakitutama. Laporan Teknis Balitkabi tahun 1996/97. Malang. p. 33-42.

Holliday, P. 1980. Fungus diseases of tropical cops, Cambridge Univ. Press.Cambridge. 607 p.

Irwin, M.E. and G.A. Schultz. 1981. Soybean mosaic virus. FAO Plant ProtectionBulletin 19(3/4): 41-55.

Lobenstein, G. And B. Raccah. 1980. Control of non-persistenly transmittedaphid-borne viruses. Phytoparasitica. 3: 43-53.

Marwoto dan Suharsono. 1988. Pengelolaan hama kedelai denganinsektisida di tingkat petani. Seminar Balittan Malang 8 Februari 1988.

Muchsin, M. 1997. Pengaruh waktu inokulasi virus kerdil kedelai terhadaphasil kedelai di KP. Muara, Bogor. Risalah Kongres Nasional XIII danSeminar Ilmiah PFI 25-29 September 1995. p. 106-108.

Mucharromah. 2000. Induksi resisten sistemik tanaman kedelai terhadappenyakit anthraknose: jenis dan konsentrasi agen IRS. Pros.KongresNasional XV dan Seminar Ilmiah PFI. Purwokerto, 16-18 September1999. p. 241-247.

Oka, I.N. 1971. Penyakit-penyakit utama kedelai. Proteksi Tanaman. JawatanPertanian Prop. Jawa Barat No.19.

342 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Oka, I.N. 1995. Dasar epidemiologi penyakit tanaman terpadu. KongresNasional XII dan seminar Ilmiah PFI. Yogyakarta, 6-8 September 1993.p. 25-35.

Pakki, S., M.K. Said dan S. Rahamma. 1997. Pengaruh tumpangsari kedelaidengan serealia, sesbania dan kacang-kacangan terhadapperkembangan virus mosaik kedelai. Risalah Kongres Nasional XIIIdan Seminar Ilmiah PFI 25-29 September 1995. p. 109- 113.

Poromarto, S.H. dan S. Widadi. 2000. Pengendalian hayati Rhizoctonia solanipada kedelai dengan binukleat Rhizoctonia. Pros. Kongres NasionalXV dan Seminar Ilmiah PFI 16-18 September 1999. p. 75-81.

Prayogo, Y. dan Y. Baliadi. 1995. Tingkat kerentanan empat varietas kedelaiterhadap infeksi penyakit tular tanah Rhizoctonia sola0ni danSclerotium rolfsii. Risalah Kongres Nasional XII dan seminar IlmiahPFI. Yogyakarta, 6-8 September 1993. p. 297-300.

Pyrone, T.P., B, Raccah, and L.V. Madden. 1988. Supression of aphidcolonization by insecticides: effect on incidence of polyvirus ontobacco. Plant Disease 72:350-353.

Rahamma, S. 1997. Penularan virus mosaik kedelai (VMK) melalui biji. RisalahKongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah PFI 25-29 September 1995.p. 87-89.

Rahamma, S. dan A. Hasanuddin. 1989. Inokulasi virus mosaik kedelai padaberbagai umur tanaman kedelai. Pros. Kongres Nasional X danSeminar Ilmiah PFI. Denpasar, 14-16 Nopember 1989. p. 115-117.

Roechan, M. 1992. Virus-virus pada kedelai (Glycine max L. Merr.) di Jawadan Lampung; Identifikasi, penyebaran dan kemungkinanpengendaliannya. Disertasi Universitas Padjadjaran Bandung. (tidakditerbitkan).

Saleh, N. 1996. Seed transmitted viruses of soybean in Indonesia in relationto certification and production of healthy seeds. Consultant Reportpalawija Seed Production and marketing Project.

Saleh, N. 1997b. Pengaruh biji belang dan pengendalian vektor terhadapintensitas serangan Soybean stunt virus dan hasil kedelai. In:Nugrahaeni et al. (Eds.) Komponen teknologi peningkatan produksitanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian. Edisi khusus BalitkabiNo.9-1997. p. 82-89.

Salim, Y. dan Sadar. 1995a. Reaksi ketahanan beberapa varietas dan galurharapan kedelai terhadap penyakit karat kedelai. Risalah KonggresNasional XII dan Seminar Ilmiah PFI. Yogyakarta 6-8 September 1993.p. 387-390.

343Saleh dan Hardaningsih: Pengendalian Penyakit Terpadu pada Kedelai

Salim, Y. dan Sadar. 1995b. Pengendalian penyakit karat kedelai. RisalahKongres Nasional XII dan Seminar Ilmiah PFI. Yogyakarta, 6-8September 1995. p. 381-384.

Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. GadjahMada University Press.

Semangun, H. 1995. Konsep dan azas dasar pengelolaan penyakit tumbuhanterpadu. Kongres Nasional XII dan seminar Ilmiah PFI. Yogyakarta, 6-8 September 1993. p. 1-24.

Sinaga, M.J. Sutakaria, R. Suseno, dan S. Musa. 1976. Infeksi cendawanColletotrichum truntacum pada berbagai umur tanaman kedelai danpengaruhnya kepada benih yang dihasilkan. Kongres Nasional PFI,Gambung-Bandung, Desember 1976.

Sudantha, I.M. 2000. Pengendalian hayati jamur Sclerotium rolfsii padatanaman kedelai menggunakan biofungisida “Biotric” (bahan aktifjamur Trichoderma harzianum. Pros. Kongres Nasional XV danSeminar Ilmiah PFI. 16-18 September 1999. p. 121-126.

Sudjono, M.S.1984. Epidemiologi dan pengendalian penyakit karat kedelai .Disertasi, IPB.Bogor.

Sudjono, M.S. M. Amir dan R. Martoatmodjo. 1983. Penyakit kedelai danpenanggulangannya. Dalam: Somaatmadja et al. (Eds.). Kedelai.Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.

Sudjono, M.S. 1985. Ambang ekonomi penyakit karat kedelai (Phakopsorapachyrhizi). Kongres Nasional VIII PFI, Cibubur. p. 76-77.

Sudjono, M.S., M. Amir, dan R. Martoatmodjo.1985. Penyakit kedelai danpenanggulangannya. In: Somaatmadja et al. (Eds.). Kedelai. PuslitbangTanaman Pangan. Bogor.

Sudjono, M.S. dan O. Sutrisno. 1995. Pengaruh pemotongan kuncup bibitkedelai terhadap ketahanan karat dan komponen hasil. RisalahKongres Nasional XII dan Seminar Ilmiah PFI. Yogyakarta, 5-8September 1993. p. 391-396.

Sudjono, M.S. 2000. Pengaruh pupuk daun terhadap penyakit karat(Phakopsora pachyrhizi) dan komponen hasil kedelai. ProsidingKongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI. 16-18 September 1999.p. 280-285.

Suhartina. 2005. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang.

344 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Sulihtyorini, E., E.B. Trisusilowati, I.I. Munardini dan S. Supardjono. 1997. Ujipatogenisitas Colletotrichum dematium vartruncata pada beberapavarietas kedelai. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar IlmiahPFI 25-29 September 1995. p. 472-476.

Sumarno, R.S. and M,S. Sudjadi. 1977. Breeding for soybean rust resistancein Indonesia. Rept.Workshop Rust of soybean- the problem andresearch needs. Manila, March 1977: 66-70.

Untung, K, 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah MadaUniv.Press, Yogyakarta.

Van der Plank. 1963. Plant diseases: Epidemics and control. Academic Press.New York.

Wahab, R., B. Amril, dan Y. Salim. 1995. Uji beberapa fungisida terhadappenyakit layu kedelai setelah padi gogo. Risalah Kongres Nasional XIIdan Seminar Ilmiah PFI. Yogyakarta, 6-8 September 1993. p. 381-384.


Top Related