Download - Pengembangan Wilayah
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI PEHPULO DAN
SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KABUPATEN
BLITAR
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Geografi Pengembangan Wilayah
Yang Dibina Oleh Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd.
Oleh
Retno Diah Suryani
130721611778
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
MARET 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Blitar mer upakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Jawa Timur. Secara astronomis kabupaten Blitar terletak pada 111o 40’–112o 10’
BT dan 7o 58-8o 9’ 51” LS atau berada pada barat daya Ibu Kota Provinsi Jawa
Timur (Surabaya) dengan jarak ± 160 km. Kabupaten Blitar sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Malang, sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri, sedangkan di sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Indonesia. Posisi Kabupaten Blitar yang berbatasan
langsung dengan Samudera Indonesia menjadikan Kabupaten Blitar memiliki
potensi pengembangan wilayah pantai di sepanjang wilayah Kabupaten Blitar
bagian selatan. Terutama untuk pengembangan kawasan wisata. Pengembangan
pantai sebagai kawasan wisata tersebut sudah dilakukan oleh Kabupaten Blitar
dan beberapa pantai yang sudah terdaftar sebagai kawasan wisata antara lain
Pantai Jolosutro, Pantai Serang, Pantai Tambakrejo, Pantai Pangi, Dan Pantai
Pehpulo.
Keberadaan Pantai Pehpulo meskipun sudah terdaftar pada daftar tempat
wisata di Kabupaten Blitar namun pantai tersebut belum dikembangkan sama
sekali sebagai kawasan wisata. Pantai Pehpulo tersebut memiliki karaktetristik
fisik yang unik yaitu di lepas pantai terdapat pulau yang berbentuk seperti buaya.
Selain pulau tersebut juga terdapat beberapa gugusan pulau kecil disekitarnya. Di
sekitar Pantai Pehpulo tersebut juga terdapat beberapa pantai lainnya. Kondisi
pantai Pehpulo tersebut masih alami dan belum banyak orang yang mengunjungi
tempat tersebut. Pantai Pehpulo sendiri berlokasi di sebuah dusun. Dusun tersebut
memiliki kondisi fisik yang menarik. Sehingga selain pantai Pehpulo, dusun
tempat keberadaan pantai Pehpulo tersebut juga berpotensi dikembangkan sebagai
sebuah desa wisata. Di daerah tersebut juga terdapat potensi batu kalsit yang telah
ditambang oleh masyarakat sekitar.
Pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya memiliki keragaman potensi yang dapat
dikembangkan untuk kawasan wisata. Oleh karena itu dalam makalah ini akan
diuraikan tentang pengembangan objek wisata pantai Pehpulo dan sekitarnya
sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar. Pengembangan pantai Pehpulo
dan daerah sekitarnya tersebut tentunya dilakukan dengan menggunakan prinsip
pembangunan berkelanjutan sehingga kelestarian alam tetap terjaga. Dengan
pengembangan pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya tersebut maka
dimungkinkan dapat menunjang pembangunan daerah setempat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum Pantai Peh Pulo dan daerah sekitarnya?
2. Bagaimana pengembangan objek wisata pantai Pehpulo dan sekitarnya
sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan objek wisata pantai
Pehpulo dan sekitarnya sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan gambaran umum Pantai Peh Pulo dan daerah sekitarnya.
2. Mendeskripsikan pengembangan objek wisata pantai Pehpulo dan
sekitarnya sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar.
3. Mendeskripsikan peran pemerintah dalam pengembangan objek wisata
pantai Pehpulo dan sekitarnya sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten
Blitar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Pantai Peh Pulo Dan Daerah Sekitarnya
Pantai Pehpulo merupakan satu dari beberapa pantai yang ada di
Kabupaten Blitar. Secara administratif Pantai Pehpulo terletak di Dusun Peh Pulo,
Desa Sumbersih, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar. Pantai Pehpulo
juga merupakan satu dari dua pantai yang ada di sekitarnya dengan formasi
berjajar dan tersekat oleh tebing-tebing. Pantai yang berjajar dengan Pantai
Pehpulo tersebut berjajar dari sebelah barat ke timur antara lain Pantai Wedhi
Ombo, Pantai Wedhi Ciut, dan Pantai Pehpulo . Menurut warga sekitar nama
Pantai Pehpulo sendiri diambil dari nama pulau terbesar yang berada di seberang
pantai ini, yakni Pulau Peh.
Keberadaan pantai Pehpulo yang berjajar dengan pantai lainnya
menyebabkan asumsi orang tentang pantai Pehpulo berbeda-beda. Mayoritas
orang yang pernah mengunjungi pantai pantai Wedhi Ombo menyebutnya sebagai
pantai Pehpulo sedangkan sebenarnya Pantai Pehpulo terletak di sebelah timur
Pantai Wedhi Ombo dan Pantai Wedhi Ciut yang tersekat oleh tebing. Selanjutnya
untuk mengunjungi Pantai Pehpulo pengunjung perlu melewati ladang warga
terlebih dulu dengan berjalan kaki. Pemandangan alam yang disuguhkan Pantai
Wedhi Ombo pun sebenarnya sudah menarik. Panjang garis Pantai Wedhi Ombo
±120 m dengan pasir pantai yang berwarna putih. Di Pantai tersebut ketika air laut
surut beberapa biota laut akan terlihat jelas karena air lautnya sangat jernih. Dari
Pantai Wedhi Ombo juga terlihat pulau yang berbentuk seperti buaya. Pulau
tersebut dinamai Pulau Celeng oleh masyarakat sekitar meskipun morfologinya
seperti seekor buaya. Sedangkan di Pantai Pehpulo sendiri panjang garis
pantainya tidak lebih luas daripada Pantai Wedhi Ombo yaitu hanya sekitar 50
meter, namun dari Pantai Pehpulo dapat terlihat dengan jelas beberapa gugusan
pulau-pulau kecil yang ada di sekitar pantai tersebut. Berdasarkan RTRW
Kabupaten Blitar terdapat 13 pulau-pulau kecil yang berada di sekitar Pantai
Pehpulo. Pulau-pulau tersebut antara lain Pulau Celeng, Pulau Watujaran, Pulau
Watukapal, Pulau Cengger, Pulau Kodok, Pulau Bangkong Kulon, Pulau
Watulempar, Pulau Watugundul, Pulau Rowogedang, Pulau Kisut, Pulau Wedhi
Ombo, Pulau Wedhi Ciut, dan Pulau Pehpulo. Pulau-pulau tersebut empat
diantaranya berada pada kawasan Pantai Pehpulo sedangkan 9 lainnya berada
agak jauh dari Pantai Pehpulo. Dari empat pulau yang ada di kawasan Pantai
Pehpulo satu diantaranya dapat dikunjungi dengan berjalan kaki ketika air laut
sedang mengalami surut, sedangkan tiga pulau lainnya memerlukan perahu untuk
dapat berkunjung ke pulau tersebut. Menurut salah satu warga yang bekerja
sebagai penyedia jasa perahu biaya transportasi ke salah satu pulau misalnya
Pulau Celeng dikenakan biaya transport sebesar Rp 200.000 untuk pulang pergi.
Pantai Pehpulo selain memiliki pemandangan alam yang khas daripada
panta-pantai lain di Kabupaten Blitar juga memiliki beberapa tebing-tebing yang
dapat dimanfaatkan sebagai spot-spot pemancingan. Tebing-tebing tersebut telah
dinamai oleh masyarakat sekitar dengan nama-nama tertentu karena masyarakat
sekitar juga telah memanfaatkannya sebagai tempat memancing. Nama-nama
tebing tersebut antara lain Segoro Alas, Mbaung, Nguyah, Gandulan, Patuk
Petung, Ngrante, Nggowah, Ngleles, Moli, dan Rowo Gebang.
Pantai Pehpulo berada di Dusun Pehpulo. Dusun tersebut memiliki
karakteristik fisik maupun sosial yang menarik. Dari segi fisik dusun tersebut
memiliki topografi yang kasar dengan beberapa lembah dan bukit-bukit. Dusun
tersebut juga memiliki jenis tanah yang subur dengan potensi sumber daya air
yang melimpah sehingga dari kedua potensi tersebut mayoritas mata pencaharian
masyarakatnya adalah sebagai petani dengan tanah garapan berupa sawah. Dusun
Pehpulo dengan tanah yang subur dan potensi sumber daya air yang melimpah
menjadikan tanah di daerah tersebut cocok ditanami beberapa jenis tanaman yang
mampu tumbuh dengan baik di daerah yang melimpah akan sumber daya air.
Beberapa jenis tanaman diantaranya adalah padi, bawang merah, kacang tanah,
kelapa, dan lain-lain. Beberapa titik di dusun Pehpulo terdapat batuan-batuan
kalsit. Batuan-batuan tersebut jumlahnya melimpah dan ditambang oleh
masyarakat sekitar.
2.2 Pengembangan Objek Wisata Pantai Pehpulo Dan Sekitarnya Sebagai
Kawasan Ekowisata Di Kabupaten Blitar
Pantai Pehpulo terletak di Kecamatan Panggungrejo yang merupakan
kecamatan paling selatan dari Kabupaten Blitar. Menurut PERDA Kabupaten
Blitar No. 5 tahun 2013 tentang RTRW Tahun 2011-2031 paragraf 7 tentang
kawasan peruntukan pariwisata pasal 45 ayat 2 (a) adalah sebagai berikut “Wisata
alam pantai meliputi : Pantai Tambak Rejo di Kecamatan Wonotirto, Pantai Pasur,
Pantai Gayasan dan Pantai Pangi di Kecamatan Bakung, Pantai Serang dan Pantai
Peh Pulo di Kecamatan Panggungrejo, Pantai Gurah dan Pantai Jolosutro di
Kecamatan Wates.” Dari RTRW tersebut sudah tertera jelas bahwa Pantai
Pehpulo merupakan kawasan peruntukan pariwisata namun pada kenyataannya
pantai tersebut belum dikembangkan sama sekali oleh pemerintah Kabupaten
Blitar. Oleh karena itu pemerintah kabupaten Blitar perlu lebih memperhatikan
potensi Pantai Pehpulo untuk segera dikembangkan menjadi kawasan wisata.
Pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya dengan beberapa karakteristik fisik
dan budaya masyarakat sekitar yang menarik dan berpotensi untuk dikembangkan
menjadi kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar. Menurut Sari (2014) Pantai
Pehpulo memiliki beberapa kekuatan (strength) untuk dapat dikembangkan.
Kekuatan (strength) tersebut antara lain:
1. Keadaan pantai yang masih sangat alami
2. Pasir pantai Peh pulo bewarna putih dan bersih dengan dikelilingi bukit
disekitarnya.
3. Ombak yang tidak begitu besar karena adanya pulau-pulau kecil yang seolah
membentengi pantai dari gempuran ombak
4. Terdapatnya dua pantai lain yang terletak berjajar dengan Pantai Pehpulo
yakni Pantai Wedi Ciut dan Pantai Wedi Ombo.
Ekowisata adalah suatu bentuk pariwisata berkelanjutan berbasis pada
sumber daya alam yang pada dasarnya fokus pada pencarian pengalaman dan
pelajaran tentang alam, dan dikelola secara beretika agar berdampak rendah, tidak
konsumtif, dan berorientasi lokal (pengawasan, keuntungan dan skala). Ekowisata
terdapat diwilayah-wilayah alami, dan harus memberi kontribusi terhadap
pelestarian dan pemeliharaan wilayah bersangkutan (Fennel, 1999 dalam Siahaan,
2013). Selanjutnya menurut Alan A. Leg, The Ecotourism Travel Market in The
Asia Pasific Region (1996) (dalam Siahaan, 2013) ekowisata juga dapat
didefinisikan sebagai kegiatan petualangan, wisata alam, budaya dan alternative
yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Adanya pertimbangan yang kuat pada lingkungan dan budaya lokal,
2. Kontribusi positif pada lingkungan dan sosial ekonomi lokal,
3. Pendidikan dan pemahaman, baik untuk penyedia jasa maupun pengunjung
mengenai konservasi alam di lingkungan
Siahaan (2013) juga mengemukakan pendapat dari Honey (1999) tentang
karakteristik ekowisata yaitu sebagai berikut:
1. Melibatkan perjalanan ke destinasi-destinasi alami,
2. Meminimalkan dampak,
3. Membangun kesadaran lingkungan,
4. Memberikan keuntungan keuangan secara langsung bagi pemeliharaan,
5. Memberikan keuntungan keuangan dan pemberdayaan masyarakat lokal,
6. Menghormati masyarakat lokal,
7. Mendukung hak asasi manusia dan gerakan demokrasi.
Dari beberapa pendapat ahli tentang ekowisata maka dapat disimpulkan
bahwa ekowisata adalah kegiatan wisata yang berbasis wisata alam yang
menuntut pelestarian objek wisata dan lingkungan sekitarnya. Ekowisata memiliki
fungsi sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan lingkungan bagi pengelola,
masyarakat setempat, serta pengunjung. Pengelolaan ekowisata juga harus
memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat setempat dan dapat menjadi
sumber dana bagi kepentingan pemeliharaan obyek wisata itu sendiri.
Menjadikan suatu tempat menjadi kawasan ekowisata tidak dapat
dilakukan begitu saja namun harus memperhatikan faktor-faktor tertentu terkait
dengan pengembangan wilayah yang akan dilakukan. Sebagaimana yang
disebutkan Agustin (2011) bahwa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam menata sebuah kawasan, meliputi lingkungan alam, buatan dan sosial,
tahapan, pembiayaan, pengelolaan pembangunan, serta pembinaan dan
kelembagaan. Perencanaan penataan dilakukan melalui proses dan prosedur
penyusunan serta penetapan rencana penataan. Penataan ditinjau kembali dan atau
disempurnakan secara berkala mengikuti kriteria dan tata cara yang ditetapkan
peraturan pemerintah. Selanjutnya penataan sebuah kawasan menjadi sebuah
wadah ekowisata juga harus memperhatikan aspek-aspek dalam strategi
pengembangan objek dan daya tarik wisata alam. Aspek tersebut antara lain:
1. Perencanaan pembangunan,
2. Kelembagaan,
3. Sarana dan prasarana,
4. Pengelolaan,
5. Pengusahaan,
6. Pemasaran,
7. Peran serta masyarakat, dan
8. Aspek penelitian dan pengembangan.
Selanjutnya aspek perencanaan pembangunan objek dan daya tarik wisata
alam mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang
wilayah), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan,
dan sistem informasi objek dan daya tarik wisata alam. Di Indonesia sendiri
terdapat beberapa prinsip yang diterapkan dalam ekowisata. Menurut Mahadayani
(2009:18-20) mengemukakan lima prinsip ekowisata di Indonesia antara lain:
1. Prinsip Pelestarian
Prinsip kelestarian pada ekowisata adalah kegiatan ekowisata yang
dilakukan tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan dan budaya
setempat.
2. Prinsip Pendidikan
Kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur
pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat tumbuhan dan hewan
yang ada disekitar daerah wisata, dedaunan yang dipergunakan untuk obat atau
dalam kehidupan seharihari, atau kepercayaan dan adat istiadat masyarakat lokal.
3. Prinsip Pariwisata
Pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan dengan
berbagai motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi.
4. Prinsip Ekonomi
Ekowisata juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat terlebih
lagi apabila perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber daya lokal
seperti transportasi, akomodasi dan jasa pemandu.
5. Prinsip Partisipasi Masyarakat Setempat
Partisipasi masyarakat akan timbul, ketika alam/budaya itu memberikan
manfaat langsung/tidak langsung bagi masyarakat. Agar bisa memberikan manfaat
maka alam/budaya itu harus dikelola dan dijaga. Begitulah hubungan timbal balik
antara atraksi wisata-pengelolaan manfaat yang diperoleh dari ekowisata dan
partisipasi.
Pengembangan Pantai Pehpulo menjadi sebuah kawasan ekowisata dapat
dilaksanakan dengan menerapkan beberapa ketentuan atau prosedur seperti yang
telah dijabarkan tersebut. Dengan beberapa kekuatan yang dimiliki Pantai
Pehpulo, dengan didukung dengan kondisi alami daerah sekitarnya memberikan
beberapa peluang bagi daerah tersebut untuk dikembangkan menjadi kawasan
ekowisata. Bersamaan dengan pengembangan ekowisata tersebut maka peluang
pengembangan lain akan muncul. Beberapa peluang pengembangan diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dengan membuat
warung makan, losmen (penginapan) dan fasilitas-fasilitas lainnya.
2. Investasi dalam bidang pengembangan pariwisata.
Pengembangan Pantai Pehpulo sendiri sebagai kawasan ekowisata dapat
dibarengi dengan pengembangan daerah sekitarnya khususnya dusun Pehpulo
sebagai kawasan desa wisata. Hal tersebut berdasar potensi yang dimiliki dusun
Pehpulo sendiri. Dusun tersebut memiliki karakter fisik yang menarik. Apabila
berkaca dari kampung wisata yang ada di Bali, disana terdapat kampung wisata
yang menyuguhkan area persawahan sebagai objek wisata. Tentunya dengan
standarisasi tertentu area tersebut dapat menjadi kawasan wisata. Area
persahawan yang ada di dusun Pehpulo juga memiliki karakteristik yang hampir
sama dengan yang ada di Bali. Oleh karena itu potensi itulah yang dapat diangkat
nantinya apabila dusun Pehpulo dijadikan sebagai kawasan desa wisata yang
tentunya melalui standarisasi-standarisasi tertentu untuk menjadikan sebuah
kawasan desa wisata.
Selanjutnya daerah Pehpulo tersebut memiliki potensi yang berupa batu
kalsit atau orang sering menyebutnya batu bintang. Batu-batu tersebut ditambang
oleh masyarakat sekitar lalu langsung disetor ke pengepul begitu saja.
Penambangan legal maupun illegal telah ada di daerah tersebut bahkan beberapa
batuan telah terlihat menjadi goa-goa kecil akibat bekas pertambangan yang
dilakukan. Menurut RTRW Kabupaten Blitar tahun 2011-2031 memang di
kecamatan Panggungrejo terdapat wilayah yang diperuntukkan sebagai kawasan
pertambangan namun di pasal lain juga disebutkan ada yang berfungsi sebagai
daerah cagar geologi. Sebagaimana isi RTRW Menurut RTRW Kabupaten Blitar
tahun 2011-2031 pasal 43 ayat 2 (r) tentang kawasan pertambangan “Kalsit berada
di Kecamatan Panggungrejo, Kecamatan Kademangan dan Kecamatan Binangun;
dan .... “ Sedangkan dalam pasal 36 ayat 2 tentang kawasan cagar geologi
disebutkan bahwa “Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a berupa kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) yang berada
Kecamatan Bakung, Kecamatan Wonotirto, Kecamatan Panggungrejo, dan
Kecamatan Wates.” Ketetapan suatu daerah menjadi kawasan tertentu yang hanya
disebutkan dalam lingkup kecamatan tidak memberikan kejelasan daerah mana
yang benar-benar untuk kawasan satu atau yang lainnya. Akibat hal tersebut letak
sebenarnya antara kawasan pertambangan dengan kawasan cagar geologi menjadi
tidak jelas sehingga dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Hal itu
mungkin terjadi di daerah Pehpulo ini sehingga disana banyak terdapat titik-titik
yang dijadikan titik pertambangan hingga daerah tersebut mengalami degradasi.
Kegiatan pertambangan yang dilakukan secara berlebihan tanpa memperhatikan
kelestarian lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
sekitar. Oleh karena itu kegiatan pertambangan yang dilakukan hendaknya
memperhatikan kelestarian lingkungan juga.
Sumarmi (2012:27) bahwa semakin barang komoditi keluar dari suatu
wilayah dalam bentuk barang jadi maka nilai tambah untuk pengembangan
wilayah tersebut semakin tinggi.” Apabila kawasan yang ada di sekitar Pantai
Pehpulo memang merupakan kawasan untuk pertambangan akan lebih baik jika
masyarakat sekitar sendiri yang dapat mengolah hasil pertambangan tersebut
sehingga nilai jualnya akan lebih tinggi dan kesejahteraan masyarakat sekitar akan
lebih terangkat.
2.3 Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Objek Wisata Pantai Pehpulo
Dan Sekitarnya Sebagai Kawasan Ekowisata Di Kabupaten Blitar
Peran pemerintah dalam pengembangan suatu wilayah sangatlah penting.
Tanpa adanya peran pemerintah pengembangan suatu wilayah itidak akan dapat
berjalan. Pemerintah merupakan pihak yang akan merencanakan dan memutuskan
arah perkembangan suatu wilayah. Kebijakan yang diputustkan atau diberikan
oleh pemerintah akan memberikan dampak baik dampak secara langsung maupun
dampak secara tidak langsung. Dalam pengembangan suatu pariwisata rencana
yang dilakukan dalam pengembangan harus bersifat menyeluruh sehingga dapat
diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial,
dan budaya. Menurut Sastro (2012) peran pemerintah dalam bidang pariwisata
adalah sebagai berikut:
1. Peran pemerintah dalam ekonomi pariwisata
Perencanaan dalam pengembangan tersebut harus mengintegrasikan
pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi,
fisik, dan sosial dari suatu negara. Disamping itu rencana tersebut harus
mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah untuk mendorong
dan mengendalikan pengembangan pariwisata. Pemerintah memiliki tujuan
pokok dari kebijakan ekonomi terhadap pariwisata, yaitu memaksimalkan
kontribusi pariwisata terhadap ekonomi nasional. Tujuan kontribusi tersebut
termasuk:
a. Optimalisasi kontribusi dalam neraca pembayaran
b. Menyiapkan perembangan ekonomi regional dan neraca
perkembangan regional
c. Menyiapkan tenaga kerja
d. Peningkatan dan pendistribusian pendapatan
e. Kontribusi terhadap kesejahteraan sosial
f. Memaksimalkan pendapatan fiskal.
2. Pajak dalam pariwisata
Pajak pariwisata dapat berupa:
a. Pajak atas produk pariwisata biasa dalam bentuk
b. Pajak dibebankan pada konsumen yang bertindak sebagai
wisatawan
c. Pajak dibebankan kepada pemakai jasa pariwisata
3. Pengeluaran pemerintah dalam pariwisata
Beberapa pengeluaran besar pemerintah dalam pariwisata adalah sebagai
berikut:
a. Investasi dan pemeliharaan infrastruktur
b. Fasilitas pengembangan pariwisata
c. Pemasaran pariwisata.
4. Pengawasan pemerintah dalam pariwisata
Pemerintah turut campur dalam sektor pariwisata untuk tujuan
perlindungan terhadap konsumen dengan membuat peraturan menyangkut:
a. Peraturan perlindungan terhadap konsumen
b. Peraturan tentang keteraturan pemasaran
Sesuai dengan beberapa peran pemerintah tersebut pemerintah
Kabupaten Blitar sudah semestinya menjalankan aturan-aturan tersebut terkait
dengan pengembangan Pantai Pehpulo sebagai kawasan ekowisata. Apabila
pemerintah Kabupaten Blitar segera memutuskan suatu kebijakan terkait dengan
pengembangan kawasan ekowisata tersebut dimungkinkan pendapatan daerah
juga akan dapat meningkat dari hasil adanya destinasi wisata baru tersebut.
terlebih lagi menurut Sari (2014) bahwa minat pengunjung terhadap Pantai
Pehpulo semakin meningkat.
Selain pentingnya peran pemerintah dalam pengembangan suatu wilayah
menjadi kawasan wisata, peran masyarakat sekitar juga sangat penting. Adat dan
budaya masyarakat sekitar dapat berpengaruh terhadap kelestarian suatu wilayah.
Apabila masyarakat sekitar mampu mempertahankan adat dan kebiasaannya untuk
turut menjaga kelestarian alam sekitar maka degradasi lingkungan dapat
diminimalisir. Oleh karena itu dalam hal pengembangan ini peran pemerintah dan
peran masyarakat sangat diperlukan agar daerah tersebut dapat berkembang sesuai
dengan rencana yang telah dibuat pemerintah setempat dalam aturan rencana tata
ruang wilayah.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pantai Pehpulo dan daerah sekitar pantai memiliki karakteristik yang
menarik sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri dan berpotensi
dikembangkan menjadi sebuah kawasan wisata. Salah satu jenis wisata yang
cocok untuk Pantai Pehpulo yang didukung karakteristik fisik daerah sekitarnya
adalah pengembangan ekowisata.
Ekowisata adalah kegiatan wisata yang berbasis wisata alam yang
menuntut pelestarian objek wisata dan lingkungan sekitarnya. Ekowisata memiliki
fungsi sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan lingkungan bagi pengelola,
masyarakat setempat, serta pengunjung. Pengelolaan ekowisata juga harus
memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat setempat dan dapat menjadi
sumber dana bagi kepentingan pemeliharaan obyek wisata itu sendiri.
Apabila pengembangan ekowisata dapat berjalan maka peluan lain akan
bermunculan, diantaranya peluang bagi masyarakat sekitar terkait dengan
pekerjaan sebagai penyedia jasa dan akomodasi dalam hal wisata serta peluang
investasi dalam hal pariwisata. Potensi Pantai Pepulo tersebut juga dapat
menambah destinasi wisata baru di Kabupaten Blitar yang nantinya apabila dapat
dikembangkan dengan baik dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat serta perekonomian daerah. Pengembangan
Pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya sebagai kawasan ekowisata harus
memperhatikan aspek-aspek tertentu dan melalui prosedur-prosedur tertentu
sehingga sebelum dilakukan pengembangan diperlukan pengkajian atau penelitian
terlebih dahulu agar pengembangan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik
daerah tersebut serta pengembangan yang dilakukan dapat berjalan secara
berkelanjutan.
Pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang penting dalam
pengembangan suatu wilayah termasuk dalam bidang pengembangan pariwisata.
Pemerintah memiliki empat peran penting dalam hal pengembangan pariwisata
antara lain adalah peran dalam ekonomi pariwisata, peran dalam penetuan pajak
pariwisata, peran dalam mengatur pengeluaran pemerintah dalam bidang
pariwisata, serta peran pengawasan dalam bidang pariwisata. Keberhasilan
pengembangan suatu wilayah juga tidak akan lepas dari campur tangan
masyarakat sekitar. Oleh karena itu peran masyarakat sekitar dalam rangka
pembangunan suatu wilayah sangat diperlukan.
3.2 Saran
1. Perlu adanya perhatian khusus dari pihak pemerintah Kabupaten Blitar
terhadap potensi yang dimiliki Pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya agar
daerah tersebut dapat segera dikembangkan
2. Perlu adanya penelitian terlebih dahulu sebelum pantai Pehpulo dan daerah
sekitarnya dikembangkan menjadi kawasan ekowisata
3. Pemerintah hendaknya secara intensif turut serta dalam pengelolaan
kawasan-kawasan wisata
4. Dalam tujuan wisata hendaknya tetap mempertahankan ekologi yang ada
di sekitar objek wisata pantai serta daya dukungnya
5. Perlu merangkul masyarakat sekitar dalam pengembangan suatu destinasi
wisata agar pengembangan tersebut selaras dengan ekologi dan juga sosial
kemasyarakatan setempat
6. Perlunya infrastruktur yang memadai dan pemeliharaan terhadap
infrastruktur tersebut agar kawasan wisata tetap terjaga daya tarik serta
kelestarian lingkungannya.
DAFTAR RUJUKAN
Agustin. 2011. Pengembangan Ekowisata Pantai Dalam Memasuki Bisnis Rekresi Berbasis Masyarakat Dan Ekologi. (Online), (https://agustikpm.wordpress.com/2011/05/24/pengembangan-ekowisata-pantai-dalam-memasuki-bisnis-rekreasi-berbasis-masyarakat-dan-ekologi/), diakses 21 Februari 2015.
Mahadayani, Wiwik. 2009. Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata. (Online), (http://unesdoc.unesco.org/images/0018/001855/185506ind.pdf), diakses 21 Februari 2015.
Perda Kabupaten Blitar Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blitar.
Sari, Pitana Nur Kumala. 2014. Analisis Swot Objek Wisata Alam Pantai Pehpulo Kabupaten Blitar. (Online), (http://www.academia.edu/9025824/pantai_peh_pulo), diakses 21 Februari 2015.
Sastro, Wanty. Peran Pemerintah Dalam Penegmbangan Pariwisata. (Online), (https://wantysastro.wordpress.com/2012/11/06/peran-pemerintah-dalam-pengembangan-pariwisata/), diakses 28 Februari 2015.
Siahaan, Siahaan Levi. 2013. Definisi dan Karakteristik Ekowisata. (Online), (https://sinthonsiahaan.wordpress.com/2013/04/11/definisi-dan-karakteristik-ekowisata/), diakses 28 Februari 2015.
Sumarmi. 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang: Aditya Media Publishing.
LAMPIRAN