77
Lampiran 1
HASIL WAWANCARA
Sumber Wawancara : Siti Nur Wiqoyati, S.Pd, M.A Jabatan : Kepala SMA N 1 Singorojo Tanggal wawancara : 8 Desember 2014 Tempat : Ruang Kepala Sekolah No Pertanyaan Jawaban 1 Menurut Ibu,
bagaimana kondisi saat ini tentang pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian besar guru sosiologi di Kabupaten Kendal?
Metode pembelajaran sudah mulai bervariasi, tidak hanya ceramah dan diskusi tetapi sudah banyak yang memanfaatkan media (70%) dan memanfaatkan lingkungan (60%)
2 Menurut Ibu, apakah para guru sudah banyak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar sosiologi?
Ya, mungkin sekitar 60%
3 Menurut Ibu, bagaimana seharusnya pembelajaran sosiologi saat ini?
Minimal siswa harus mengenal budaya di tempat tinggalnya, jadi pembelajaran sosiologi harus memfasilitasi
4 Untuk mengaktifkan peserta didik bukan hal yang mudah, dibutuhkan kemauan dan kemampuan guru berkomunikasi dengan peserta didik, bagaimana
Siswa SMA sudah pandai menyampaikan pendapat dan merupakan pembelajar yang hebat, jadi berilah kesempatan siswa untuk lebih aktif berdiskusi dan presentasi
78
No Pertanyaan Jawaban menurut pendapat Ibu?
5 Menurut pendapat Ibu, bagaimana kepekaan peserta didik saat ini terhadap budaya lokal
Peserta didik masih peka dan cukup mengenal budaya lokalnya, tetapi paertisipasi mereka masih rendah dalam mengembangkannya
6 Menurut Ibu, bagaimana cara yang perlu dilakukan untuk mengkaitkan materi sosiologi dengan budaya lokal
Siswa secara berkelompok diberi tugas mengeksplor dan mempresentasikan budaya-budaya lokal yang ada disekitarnya.
7 Menurut Ibu, melihat kondisi tersebut apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh guru sosiologi saat ini?
Guru harus melek teknologi, mampu berkomunikasi dengan siswa dan menghargai budaya
8 Menurut Ibu, apakah sudah banyak guru yang menggunakan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
Ya, walau mungkin baru sekitar 60%.
79
Lampiran 2
MODEL
PELATIHAN GURU SOSIOLOGI TENTANG PEMBELAJARAN INKUIRI
BERBASIS BUDAYA LOKAL
Oleh: GUNARSO
NIM : 942013076
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
2015
UNTUK PENYELENGARA
80
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan legal formal pengembangan SDM guru adalah
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pasal 10 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut empat kompetensi ini
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Landasan operasional
peningkatan kompetensi guru tersebut adalah Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Revormasi Birokrasi No 19 Tahun 2009, tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan
tersebut secara jelas dinyatakan bahwa guru berkewajiban
melakukan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan.
Mata pelajaran sosiologi di SMA merupakan salah satu
mata pelajaran yang mempelajari tentang budaya-budaya yang
berkembang di masyarakat. Seperti halnya di dalam
Kompetensi Dasar yang dipelajari di kelas XI semester 1 yang
tercantum pada Silabus Sosiologi, 2013) diharapkan peserta
didik mampu menjelaskan klasifikasi kelompok sosial (KD
3.1.1), mengetahui faktor pendorong terbentuknya kelompok
sosial (KD 3.1.2), mengidentifikasi pola hubungan antar
kelompok sosial (KD 3.1.3), mengidentifikasi kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural (KD 3.1.4) dan menyajikan
hasil pengamatan dan diskusi mengenai kelompok sosial
dalam masyarakat (KD 4.1.1). Secara sikap, diharapkan
81
peserta didik menumbuhkan kesadaran individu untuk
memiliki tanggungjawab publik dalam ranah perbedaan sosial
(KD 2.1) dan menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial
terhadap perbedaan sosial (KD 2.2).
Tuntutan kurikulum tersebut membawa konsekuensi
bahwa diperlukan pembelajaran yang memberikan peluang
besar terhadap keaktifan peserta didik untuk menggali sendiri
dengan terjun langsung ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara dengan nara sumber dan, mengambil makna dari
sebuah pembelajaran tersebut.
Pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal merupakan
suatu alternatif pembelajaran yang secara langsung
memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk aktif
menemukan sendiri melalui eksplorasi secara kelompok di luar
kelas.
Inkuiri merupakan satu metode yang lebih banyak
menggunakan pendekatan saintifik dengan beberapa prinsip
mengamati, menanya, mengeskplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan. Muatan-muatan budaya lokal yang
lebih dekat dengan kehidupan peserta didik perlu digali dan
terintegrasi dalam pembelajaran sosiologi yang lebih dekat
dengan hal-hal tersebut. Dengan demikian, pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal perlu diketahui, dipahami dan
dilaksanakan oleh guru-guru sosiologi SMA (Depdikbud,
2013).
B. Pengertian
Pelatihan guru sosiologi tentang pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal merupakan suatu bentuk pelatihan
untuk guru-guru sosiologi SMA yang membahas tentang
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal.
82
C. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan pelatihan guru sosiologi
tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal sebagai
berikut.
1. Meningkatkan pengetahuan guru-guru tentang materi
pokok pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
2. Meningkatkan kompetensi pedagogik bagi guru sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal.
D. Sasaran
Pelatihan guru Sosiologi tentang pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal memiliki sasaran yaitu guru yang
tergabung dalam MGMP sosiologi di Kabupaten.
E. Indikator Keberhasilan
Pada akhir pelatihan, seluruh peserta pelatihan
diharapkan mampu memahami dan akhirnya
mengimplementasikan pembelajaran inkuiri berbasis budaya
lokal dengan indikator:
1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Berbasis
Budaya
2. Lokal
3. Contoh RPP yang disusun dengan skenario pembelajaran
Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
F. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan pelatihan pembelajaran
Inkuiri Berbasis budaya lokal bagi guru-guru sosiologi di
Kabupaten sebagai berikut.
1. Pancasila sebagai landasan ideal
83
2. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
konstitusional
3. Landasan Operasional
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen
c. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
d. Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 tentang Guru
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan
Republik Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan.
g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia NO 81 A tahun 2013 tentang Implementasi
Kuriklum 2013.
84
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Penanggungjawab
Penanggungjawab kegiatan pelatihan guru sosiologi
tentang Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal adalah
ketua Penyelenggara.
B. Narasumber/Fasilitator
Narasumber pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal:
1. Widyaiswara Sosiologi dari LPMP Jawa Tengah
2. Pengawas SMA
3. Guru senior yang sudah melaksanakan pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal.
C. Waktu dan Tempat
1. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dilaksanakan
selama 2 hari.
2. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan di ruang multimedia, atau ruang kelas
di SMA.
D. Peserta
Peserta kegiatan pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal adalah guru
sosiologi di Kabupaten.
E. Panitia
Panitia kegiatan pelatihan adalah dari MGMP Sosiologi
Kabupaten yang terdiri dari:
1. Ketua
a. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pelatihan
85
b. Membuat program pelaksanaan pelatihan
2. Sekretaris
a. Membantu ketua dalam pelaksanaan pelatihan
b. Membuat surat:
1) Permohonan nara sumber ke: LPMP, Dinas
Pendidikan, SMA tempat guru senior mengajar.
2) Permohonan ijin pelatihan ke Dinas Pendidikan
Kabupaten
3) Permohonan ijin tempat pelaksanaan pelatihan ke
tempat penyelenggara
4) Undangan Peserta Pelatihan ke SMA Negeri/Swasta
se Kabupaten
5) Menyiapkan formulir biodata peserta
6) Menyiapkan datar hadir
7) menyiapkan sertifikat
c. Menyusun jadwal pelatihan
d. Menyiapkan sertifikat peserta pelatihan
e. Mencatat hasil pelatihan
f. Membuat laporan pelaksanaan pelatihan
3. Bendahara
a. Bersama ketua panitia membuat rencana anggaran
b. Mengatur pengeluaran biaya dalam pelaksanaan
pelatihan
c. Menginventarisasi nota, kwitansi pengeluaran keuangan
d. Membuat laporan keuangan
4. Sie Acara
a. Menerima Surat Tugas dan SPPD serta meminta tanda
tangan surat tugas kepada kepala sekolah tempat
pelatihan
b. Memandu peserta mengisi formulir pendaftaran
c. Memandu jalannya pelatihan
86
5. Sie Konsumsi
Mengatur dan menyiapkan konsumsi penyelenggaraan
pelatihan
6. Sie Humas
a. Mendistribusikan surat-surat yang keluar
b. Memberikan informasi tentang pelatihan
7. Sie dokumentasi dan perlengkapan
a. Menyiapkan tempat pelatihan
b. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelatihan
F. Prosedur Pelaksanaan Pelatihan
Prosedur pelaksanaan pelatihan guru sosiologi SMA
tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai
berikut.
PANITIA
MENGIRIMKAN
SURAT
PERMOHONANN
ARA SUMBER
LPMP JATENG
Dinas Pendidikan
MGMP Sosiologi
SURAT
UNDANGAN
PELATIHAN
KEPALA
SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
MENGIRIM GURU
SOSIOLOGI
SURAT IJIN
PELAKSANAAN
PELATIHAN
KEPALA DINAS
KEPALA SMA N 1
SINGOROJO
PELAKSANAAN PELATIHAN
MONOTORING DAN EVALUASI
MENGIRIM NARA
SUMBER
PELAPORAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
87
1. Perencanaan Pelatihan
a. Panitia membuat surat permohononan menjadi nara
sumber yaitu: widya Iswara, pengawas dan guru senior.
b. Panitia membuat surat ijin ke Dinas Pendidikan
Kabupaten.
c. Panitia membuat surat undangan pelatihan ke peserta
melalui kepala SMA Negeri/ Swasta se Kabupaten.
d. Panitia membuat surat ijin penggunaan tempat
pelatihan kepada kepala sekolah tempat penyelenggara.
2. Pelaksanaan
a. Peserta datang ke tempat pelatihan mengisi formulir
biodata peserta dan pas foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar
b. Peserta menyerahkan Surat Tugas dan SPPD
c. Peserta mendapatkan materi pelatihan
d. Peserta memasuki ruangan pelatihan dan siap mengikuti
pelatihan.
e. Narasumber memberikan pelatihan sesuai jadwal
3. Monitoring dan Evaluasi
Di akhir pelaksanaan dilakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan pelatihan, dengan cara:
a. Hasil tugas pembuatan RPP sosiologi dengan metode
inkuiri berbasis budaya lokal dikumpulkan ke panitia.
b. Narasumber memberikan penilaian hasil tugas
pembuatan RPP
c. Pengisian Kuesioner tentang respon pelaksanaan
pelatihan (terlampir)
G. Struktur Program
Struktur program pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai berikut.
88
No MATERI PELATIHAN JPL
1 Kebijakan Pendidikan 2
2 Konsep Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
2
3 Perancangan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
4
5 Praktik Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal dengan Berkunjung ke Pusat Budaya Lokal
4
6 Monitoring dan evaluasi 2
J u m l a h 14
H. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pelatihan pelatihan guru Sosiologi
tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai
berikut.
Hari: Pertama
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.00 – 08.00 Registrasi
2 08.00 – 08.30 Pembukaan dan sambutan-sambutan
Kepala SMA N 1 Singorojo
3 08.30 – 08.45 Coffe break
4 08.45 – 10.15 Kebijakan Pendidikan Pengawas SMA
5 10.15–12.00 Konsep Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Widyaiswara
6 12.00 – 13.00 ISOMA
7 13.00 -16.00 Perancangan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Guru Praktisi
89
Hari: Kedua
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.30 – 08.30 Perjalanan Ke Pusat Budaya Lokal
2 08.30 – 12.00 Melakukan wawancara, observasi untuk pengambilan data
Guru Praktisi dan Masyarakat
3 12.00 – 13.00 ISOMA
4 13.00 – 14.00 Monitoring dan evaluasi Panitia
I. Anggaran (Perkiraan)
No Rincian Jumlah Biaya/ satuan Total
1 Narasumber dari Pengawas 2 jam 250,000.00 500,000.00
2 Narasumber dari Widyaiswara 2 jam 500,000.00 1,000,000.00
3 Guru Praktisi 8 hari 100,000.00 800,000.00
4 Transportasi peserta hari (2 hari)
20 orang 75,000.00 1,500,000.00
5 Konsumsi (2 hari) 20
orang 80,000.00 1,600,000.00
6 ATK 20
orang 15,000.00 300,000.00
7 Sewa minibus 1 hari 750,000.00 750,000.00
9 Perlengkapan 1 orang 100,000.00 100,000.00
10 Dekorasi dan dokumentasi 1 paket 250,000.00 250,000.00
Total
6,800,000.00
90
BAB III
TATA TERTIB
A. Tata Tertib Administrasi
Peserta segera melapor kepada panitia penyelenggara
dan menyerahkan berkas kelengkapan administrasi yang
terdiri dari:
1. Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan langsung
yang bersangkutan
2. SPPD yang telah ditandatangani oleh atasan langsung yang
bersangkutan
B. Tata Tertib Akademis
1. Peserta diwajibkan mengikuti seluruh acara yang telah
ditetapkan tercantum pada jadwal kegiatan.
2. Peserta diwajibkan mengisi daftar hadir setiap hari
3. Peserta harus hadir 10 menit sebelum kegiatan dimulai
4. Peserta wajib membawa laptop sendiri untuk menunjang
kegiatan pelatihan
5. Peserta wajib membawa silabus sosiologi dari sekolah
masing-masing.
6. Selama mengikuti kegiatan peserta berpakaian bebas rapi
7. Keperluan mengenai pelayanan dan atau materi akademik
diberikan oleh panitia
8. Selama kegiatan berlangsung peserta diwajibkan
mengenakan tanda peserta
9. Selama kegiatan berlangsung peserta, penyaji materi dan
panitia dilarang merokok.
91
BAB IV
PENUTUP
Kunci keberhasilan pelatihan pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal bagi guru-guru sosiologi SMA antara
lain:
1. Penyelenggara
a. Surat undangan kepada peserta pelatihan terkirim tepat
waktu dan mendapatkan kepastian kesanggupan untuk
mengikuti pelatihan
b. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan yang
memadai
c. Tersedianya konsumsi untuk pelatihan
d. Tersedianya blangko form biodata formulir pendaftaran
minimal sejumlah peserta pelatihan
e. Tersedianya materi pelatihan yang sudah digandakan
minimal sejumlah peserta pelatihan.
f. Mematuhi jadwal pelaksanaan yang sudah ada
g. Memberi informasi secara jelas tentang pelatihan
h. Memberi pelayanan baik dalam pelatihan
2. Nara Sumber
a. Menguasai materi pelatihan tentang pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal
b. Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan
pelatihan
c. Adanya kejelasan dalam penyampaian materi
d. Adanya komunikasi aktif antara nara sumber dengan
peserta pelatihan
e. Mampu menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam penyampaian materi
f. Menguasai pengelolaan kelas pelatihan
92
g. Mampu menjawab dengan baik terhadap apa yang
belum diketahui peserta
h. Bersikap dan berperilaku menyenangkan
3. Peserta Pelatihan
a. Memahami pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
b. Mampu membuat perencanaan pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal
93
Lampiran 1
Kop Surat..............................
Nomor : ...............,.................
Lampiran : 1 lembar Kepada:
Perihal : Undangan Pelatihan Guru Yth. Kepala SMA
.............................
di-
Tempat
Diberitahukan dengan hormat, sesuai dengan program MGMP
Mata Pelajaran Sosiologi Tahun ....., akan menyelenggarakan
kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya
Lokal bagi guru Sosiologi SMA se Kabupaten .....l, untuk
pengembangan kompetensi guru.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan
Bapak/Ibu Kepala Sekolah untuk mengijinkan dan menugaskan
salah satu guru Sosiologi untuk menjadi peserta pelatihan yang
akan diselenggarakan pada:
Hari/ Tanggal : ..............................
Pukul : 07.00 – 16.00 WIB
Tempat : ..........................................................
...........................................................
Ketentuan : Peserta wajib membawa silabus dan laptop
Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu kami ucapkan terima
kasih
Ketua Penyelenggara
................................
NIP. -
94
Lampiran 2
Kop Surat...........................
Nomor : ...................,..................
Lampiran : 1 lembar Kepada Yth.
Perihal : Permohonan nara sumber Kepala LPMP
Jawa Tengah
di-
Semarang
Diberitahukan dengan hormat, sesuai dengan program MGMP
Mata Pelajaran Sosiologi Tahun ......, akan menyelenggarakan
kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya
Lokal bagi guru Sosiologi SMA se Kabupaten ............., untuk
pengembangan kompetensi guru.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan
Bapak menugaskan salah satu Widya Iswara bidang Sosiologi untuk
menjadi fasilitator dalam pelatihan yang akan diselenggarakan pada:
Hari/ Tanggal : .......................................
Pukul : 07.00 – 16.00 WIB
Tempat : ...........................................
...........................................
Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan
terima kasih
Ketua Penyelenggara
.....................................
NIP. –
95
Lampiran 3
Kop Surat........................
Nomor : ..................,.............
Lampiran : 1 lembar Kepada Yth.
Perihal : Permohonan nara sumber Kepala
Dinas Pendidikan
di-
.....................
Diberitahukan dengan hormat, sesuai dengan program MGMP
Mata Pelajaran Sosiologi Tahun ......., akan menyelenggarakan
kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya
Lokal bagi guru Sosiologi SMA se Kabupaten ................, untuk
pengembangan kompetensi guru.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan
Bapak menugaskan salah satu Pengawas untuk menjadi fasilitator
dalam pelatihan yang akan diselenggarakan pada:
Hari/ Tanggal : .........................................
Pukul : 07.00 – 16.00 WIB
Tempat : ..........................................
.................................................
Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan
terima kasih
Ketua Penyelenggara
...................................
NIP. –
96
Lampiran 4
Kop Surat
Nomor : ..................,...........
Lampiran : 1 lembar Kepada Yth.
Perihal : Permohonan nara sumber Kepala
SMA ..............
di-
.................
Diberitahukan dengan hormat, sesuai dengan program MGMP
Mata Pelajaran Sosiologi Tahun ..... akan menyelenggarakan
kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya
Lokal bagi guru Sosiologi SMA se Kabupaten ......, untuk
pengembangan kompetensi guru.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan
Bapak menugaskan kepada Ibu Septi Mantovani, M.Pd untuk
menjadi fasilitator dalam pelatihan yang akan diselenggarakan pada:
Hari/ Tanggal : .........................................
Pukul : 07.00 – 16.00 WIB
Tempat : Gedung Serba Guna
...................................
Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan
terima kasih
Ketua Penyelenggara
..................................
NIP. –
97
Lampiran 5
Kop Surat........................
Nomor : ...............,.................
Lampiran : 1 lembar Kepada Yth.
Perihal : Ijin Kegiatan Kepala
Dinas Pendidikan
di-
.........................
Diberitahukan dengan hormat, sesuai dengan program MGMP
Mata Pelajaran Sosiologi Tahun ........., akan menyelenggarakan
kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya
Lokal bagi guru Sosiologi SMA se Kabupaten .............. untuk
pengembangan kompetensi guru.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon ijin untuk
mengadakan pelatihan yang akan diselenggarakan pada:
Hari/ Tanggal : .................................................
Pukul : 07.00 – 16.00 WIB
Tempat : .................................................
.................................................
Demikian atas perhatian dan kerjasama Bapak kami ucapkan
terima kasih
Ketua Penyelenggara
.................................
NIP. –
98
Lampiran 6
Kop Surat............................
Nomor : ......................,.....................
Lampiran : 1 lembar Kepada Yth.
Perihal : Ijin Kegiatan Kepala
.........................
di-
........................
Diberitahukan dengan hormat, sesuai dengan program MGMP
Mata Pelajaran Sosiologi Tahun ..........., akan menyelenggarakan
kegiatan Pelatihan tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya
Lokal bagi guru Sosiologi SMA se Kabupaten ............., untuk
pengembangan kompetensi guru.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon ijin untuk
mengadakan pelatihan yang akan diselenggarakan pada:
Hari/ Tanggal : .....................................................
Pukul : 07.00 – 16.00 WIB
Tempat : ......................................................
.......................................................
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih
Ketua Penyelenggara
.................................
NIP. –
99
Lampiran 7
JADWAL KEGIATAN PELATIHAN
Hari: Pertama
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.00 – 08.00 Registrasi
2 08.00 – 08.30 Pembukaan dan sambutan-sambutan
Kepala ......
3 08.30 – 08.45 Coffe break
4 08.45 – 10.15 Kebijakan Pendidikan Pengawas SMA
5 10.15–12.00 Konsep Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Widyaiswara
6 12.00 – 13.00 ISOMA
7 13.00 -16.00 Perancangan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Guru Praktisi
Hari: Kedua
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.30 – 08.30
Perjalanan Ke Pusat Budaya Lokal
2 08.30 – 12.00
Melakukan wawancara, observasi untuk pengambilan data
Guru Praktisi dan Masyarakat
3 12.00 Perjalanan Pulang
100
Lampiran 8
FORMULIR PENDAFTARAN PELATIHAN
Nama : .....................................................................
NIP : .....................................................................
Tempat, Tanggal lahir : .....................................................................
Unit Kerja : .....................................................................
No Telpon/ HP : ....................................................................
Alamat Rumah : .....................................................................
......................................................................
EMAIL : .....................................................................
............, ..................
______________________
_____
3 X 4
101
Lampiran 9
INSTRUMEN RESPON PESERTA PELATIHAN
TERHADAP PELAKSANAAN PELATIHAN
Petunjuk Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi yang ada. SS : Sangat sesuai dengan kondisi yang ada S : Sesuai dengan kondisi yang ada C : Cukup sesuai dengan kondisi yang ada KS : Kurang sesuai dengan kondisi yang ada TS : Tidak sesuai dengan kondisi yang ada Respon terhadap penyelenggara
No Pernyataan SS S C KS TS
1 Surat undangan tidak mendadak sehingga dapat menyiapkan apa saja yang perlu disiapkan untuk pelatihan
2 Tempat pelatihan dalam kondisi bersih
3 Tempat pelatihan luas dan sesuai dengan jumlah peserta
4 Sarana pendukung pelatihan seperti LCD, papan tulis, spidol, penghapus dan lain-lainnya tersedia dengan baik
5 Sound sistem tersedia dan dalam kondisi baik
6 Konsumsi yang disediakan mencukupi
7 Menerima form biodata formulir pendaftaran
8 Menerima materi pelatihan
9 Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan jadwal
10 Waktu setiap seasion sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
11 Mendapatkan informasi yang saya butuhkan
12 Petugas penyelenggara memberikan pelayanan secara memuaskan
13 Kondisi ruangan pelatihan tidak panas
14 Kondisi WC atau toilet dalam kondisi bersih
15 Kondisi tempat pelatihan memiliki penerangan yang memadahi
102
Respon terhadap Nara Sumber
No Pernyataan SS S C KS TS
1 Nara sumber menguasai materi pelatihan tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
2 Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan pelatihan
3 Materi disampaikan secara jelas
4 Nara sumber mampu berkomunikasi secara aktif dengan peserta pelatihan
6 Nara sumber menciptakan suasana yang menyenangkan ketika menyampaikan materi
7 Nara sumber menguasai pengelolaan kelas pelatihan
8 Nara sumber mampu menjawab dengan baik terhadap apa yang belum diketahui peserta
9 Nara sumber memiliki sikap dan perilaku yang menyenangkan
103
Nama : _____________________________________________________
NIP : _____________________________________________________
Asal Sekolah : _____________________________________________________
TES PENGUASAAN MATERI
Jawablah pertanyaan berikut secara jelas!
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal?
2. Sebutkan perbedaan antara pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal dengan pembelajaran lainnya!
3. Sebutkan langkah-langkah pembelajaran inkuiri berbasis budaya
lokal dalam penerapan pembelajaran sosiologi!
4. Hal apa saja yang perlu dipersiapkan ketika akan melaksanakan
pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal?
5. Sebutkan di daerah Bapak/Ibu yang dapat dijadikan sebagai
objek atau tema untuk pembelajaran inkuiri berbasis budaya
lokal?
6. Kumpulkan hasil pembuatan RPP dengan metode pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal
Jawab
104
Lampiran 3
MODEL
PELATIHAN GURU SOSIOLOGI TENTANG PEMBELAJARAN INKUIRI
BERBASIS BUDAYA LOKAL
Oleh:
GUNARSO
NIM : 942013076
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
2015
UNTUK NARA SUMBER
105
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang
Landasan legal formal pengembangan SDM guru adalah
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pasal 10 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut empat kompetensi ini
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Landasan operasional
peningkatan kompetensi guru tersebut adalah Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Revormasi Birokrasi No 19 Tahun 2009, tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan
tersebut secara jelas dinyatakan bahwa guru berkewajiban
melakukan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan.
Mata pelajaran sosiologi di SMA merupakan salah satu
mata pelajaran yang mempelajari tentang budaya-budaya yang
berkembang di masyarakat. Seperti halnya di dalam
Kompetensi Dasar yang dipelajari di kelas XI semester 1 yang
tercantum pada Silabus Sosiologi, 2013) diharapkan peserta
didik mampu menjelaskan klasifikasi kelompok sosial (KD
3.1.1), mengetahui faktor pendorong terbentuknya kelompok
sosial (KD 3.1.2), mengidentifikasi pola hubungan antar
kelompok sosial (KD 3.1.3), mengidentifikasi kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural (KD 3.1.4) dan menyajikan
hasil pengamatan dan diskusi mengenai kelompok sosial
dalam masyarakat (KD 4.1.1). Secara sikap, diharapkan
peserta didik menumbuhkan kesadaran individu untuk
106
memiliki tanggungjawab publik dalam ranah perbedaan sosial
(KD 2.1) dan menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial
terhadap perbedaan sosial (KD 2.2).
Tuntutan kurikulum tersebut membawa konsekuensi
bahwa diperlukan pembelajaran yang memberikan peluang
besar terhadap keaktifan peserta didik untuk menggali sendiri
dengan terjun langsung ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara dengan nara sumber dan, mengambil makna dari
sebuah pembelajaran tersebut.
Pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal merupakan
suatu alternatif pembelajaran yang secara langsung
memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk aktif
menemukan sendiri melalui eksplorasi secara kelompok di luar
kelas.
Inkuiri merupakan satu metode yang lebih banyak
menggunakan pendekatan saintifik dengan beberapa prinsip
mengamati, menanya, mengeskplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan. Muatan-muatan budaya lokal yang
lebih dekat dengan kehidupan peserta didik perlu digali dan
terintegrasi dalam pembelajaran sosiologi yang lebih dekat
dengan hal-hal tersebut. Dengan demikian, pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal perlu diketahui, dipahami dan
dilaksanakan oleh guru-guru sosiologi SMA (Depdikbud,
2013).
H. Pengertian
Pelatihan guru sosiologi tentang pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal merupakan suatu bentuk pelatihan
untuk guru-guru sosiologi SMA yang membahas tentang
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal.
107
I. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan pelatihan guru sosiologi
tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal sebagai
berikut.
3. Meningkatkan pengetahuan guru-gutu tentang materi
pokok pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
4. Meningkatkan kompetensi pedagogik bagi guru sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal.
J. Sasaran
Pelatihan guru Sosiologi tentang pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal memiliki sasaran yaitu guru yang
tergabung dalam MGMP sosiologi di Kabupaten Kendal.
K. Indikator Keberhasilan
Pada akhir pelatihan, seluruh peserta pelatihan
diharapkan mampu memahami dan akhirnya
mengimplementasikan pembelajaran inkuiri berbasis budaya
lokal dengan indikator:
4. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Berbasis
Budaya Lokal
5. Contoh RPP yang disusun dengan skenario pembelajaran
Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
L. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan pelatihan pembelajaran
Inkuiri Berbasis budaya lokal bagi guru-guru sosiologi di
Kabupaten Kendal sebagai berikut.
4. Pancasila sebagai landasan ideal
108
5. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
konstitusional
6. Landasan Operasional
h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
i. Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen
j. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
k. Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 tentang Guru
l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan
Republik Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan.
n. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia NO 81 A tahun 2013 tentang Implementasi
Kuriklum 2013.
109
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
J. Penanggungjawab
Penanggungjawab kegiatan pelatihan guru sosiologi
tentang Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal adalah
Gunarso, selaku ketua Penyelenggara.
K. Narasumber/Fasilitator
Narasumber pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal:
4. Widyaiswara Sosiologi dari LPMP Jawa Tengah
5. Pengawas SMA
6. Guru senior yang sudah melaksanakan pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal.
L. Waktu dan Tempat
3. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dilaksanakan
selama 2 hari.
4. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan di SMA N 1 Singorojo Kendal Jalan
Raya Boja Singorojo No Telp. 0294 579 1522
M. Peserta
Peserta kegiatan pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal adalah guru
sosiologi di Kabupaten Kendal.
110
N. Prosedur Pelaksanaan Pelatihan
Prosedur pelaksanaan pelatihan guru sosiologi SMA
tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai
berikut.
e. Setelah mendapatkan surat permohonan dari panitia, nara
sumber hal-hal yang harus dibawa yaitu surat tugas, SPPD,
materi dan media presentasi.
f. Nara sumber mengirim materi maksimal 2 hari sebelum
pelaksanaan pelatihan
g. Nara sumber datang ke tempat pelatihan sesuai jadwal
NARASUMBER
MENERIMA SURAT
PERMOHONAN
NARA SUMBER MENYIAPKAN
1. SURAT TUGAS
2. SPPD
3. MATERI PELATIHAN
4. PRESENTASI
KEMBALI KE INSTANSI DAN
MELAPOR KE ATASAN
MENGIRIM MATERI KE
PANITIA UNTUK
DIGANDAKAN, 2 HARI
SEBELUM PELAKSANAAN
DATANG KE
TEMPAT
PELATIHAN
MEMBERI
PELATIHAN
MEMBERIKAN PENUGASAN
DAN PENILAIAN
111
h. Nara sumber siap memberi pelatihan dan memberi tugas
serta mengevaluasi peserta pelatihan
i. Pelatihan selesai, nara sumber kembali ke instansi dan
melaporkan ke atasan.
O. Struktur Program
Struktur program pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai berikut.
No MATERI PELATIHAN JPL
1 Kebijakan Pendidikan 2
2 Konsep Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
2
3 Perancangan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
4
5 Praktik Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal dengan Berkunjung ke Pusat Budaya Lokal
4
J u m l a h 12
P. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pelatihan pelatihan guru Sosiologi
tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai
berikut.
Hari: Pertama
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.00 – 08.00 Registrasi
2 08.00 – 08.30 Pembukaan dan sambutan-sambutan
Kepala SMA N 1 Singorojo
3 08.30 – 08.45 Coffe break
4 08.45 – 10.15 Kebijakan Pendidikan Pengawas SMA
5 10.15–12.00 Konsep Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Widyaiswara
6 12.00 – 13.00 ISOMA
112
7 13.00 -16.00 Perancangan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Guru Praktisi
Hari: Kedua
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.30 –
08.30
Perjalanan Ke Pusat Budaya
Lokal
2 08.30 –
12.00
Melakukan wawancara,
observasi untuk
pengambilan data
Guru
Praktisi dan
Masyarakat
3 12.00 Perjalanan Pulang
113
BAB III
TATA TERTIB
C. Tata Tertib Administrasi
Nara sumber menyerahkan
3. Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan langsung
yang bersangkutan
4. SPPD yang telah ditandatangani oleh atasan langsung yang
bersangkutan
5. Materi pelatihan dan media presentasi maksimal 2 hari
sebelum pelaksanaan pelatihan.
D. Tata Tertib Akademis
10. Nara sumber datang ke tempat pelatihan sesuai dengan
jadwal
11. Narasumber hadir maksimal 20 menit sebelum kegiatan
dimulai
12. Narasumber berpakaian bebas rapi
13. Selama kegiatan berlangsung nara sumber dilarang
merokok.
114
BAB IV
PENUTUP
Kunci keberhasilan nara sumber dalam memberikan
pelatihan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal bagi
guru-guru sosiologi SMA antara lain:
i. Menguasai materi pelatihan tentang pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal
j. Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan pelatihan
k. Adanya kejelasan dalam penyampaian materi
l. Adanya komunikasi aktif antara nara sumber dengan
peserta pelatihan
m. Mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
penyampaian materi
n. Menguasai pengelolaan kelas pelatihan
o. Mampu menjawab dengan baik terhadap apa yang belum
diketahui peserta
p. Bersikap dan berperilaku menyenangkan
115
Lampiran 4
MODEL
PELATIHAN GURU SOSIOLOGI TENTANG PEMBELAJARAN INKUIRI
BERBASIS BUDAYA LOKAL
Oleh: GUNARSO
NIM : 942013076
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
2015
UNTUK PESERTA PELATIHAN
116
BAB I
PENDAHULUAN
M. Latar Belakang
Landasan legal formal pengembangan SDM guru adalah
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pasal 10 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut empat kompetensi ini
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Landasan operasional
peningkatan kompetensi guru tersebut adalah Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Revormasi Birokrasi No 19 Tahun 2009, tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan
tersebut secara jelas dinyatakan bahwa guru berkewajiban
melakukan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan.
Mata pelajaran sosiologi di SMA merupakan salah satu
mata pelajaran yang mempelajari tentang budaya-budaya yang
berkembang di masyarakat. Seperti halnya di dalam
Kompetensi Dasar yang dipelajari di kelas XI semester 1 yang
tercantum pada Silabus Sosiologi, 2013) diharapkan peserta
didik mampu menjelaskan klasifikasi kelompok sosial (KD
3.1.1), mengetahui faktor pendorong terbentuknya kelompok
sosial (KD 3.1.2), mengidentifikasi pola hubungan antar
kelompok sosial (KD 3.1.3), mengidentifikasi kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural (KD 3.1.4) dan menyajikan
hasil pengamatan dan diskusi mengenai kelompok sosial
dalam masyarakat (KD 4.1.1). Secara sikap, diharapkan
117
peserta didik menumbuhkan kesadaran individu untuk
memiliki tanggungjawab publik dalam ranah perbedaan sosial
(KD 2.1) dan menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial
terhadap perbedaan sosial (KD 2.2).
Tuntutan kurikulum tersebut membawa konsekuensi
bahwa diperlukan pembelajaran yang memberikan peluang
besar terhadap keaktifan peserta didik untuk menggali sendiri
dengan terjun langsung ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara dengan nara sumber dan, mengambil makna dari
sebuah pembelajaran tersebut.
Pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal merupakan
suatu alternatif pembelajaran yang secara langsung
memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk aktif
menemukan sendiri melalui eksplorasi secara kelompok di luar
kelas.
Inkuiri merupakan satu metode yang lebih banyak
menggunakan pendekatan saintifik dengan beberapa prinsip
mengamati, menanya, mengeskplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan. Muatan-muatan budaya lokal yang
lebih dekat dengan kehidupan peserta didik perlu digali dan
terintegrasi dalam pembelajaran sosiologi yang lebih dekat
dengan hal-hal tersebut. Dengan demikian, pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal perlu diketahui, dipahami dan
dilaksanakan oleh guru-guru sosiologi SMA (Depdikbud,
2013).
N. Pengertian
Pelatihan guru sosiologi tentang pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal merupakan suatu bentuk pelatihan
untuk guru-guru sosiologi SMA yang membahas tentang
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal.
118
O. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan pelatihan guru sosiologi
tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal sebagai
berikut.
5. Meningkatkan pengetahuan guru-gutu tentang materi
pokok pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
6. Meningkatkan kompetensi pedagogik bagi guru sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal.
P. Sasaran
Pelatihan guru Sosiologi tentang pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal memiliki sasaran yaitu guru yang
tergabung dalam MGMP sosiologi di Kabupaten.
Q. Indikator Keberhasilan
Pada akhir pelatihan, seluruh peserta pelatihan
diharapkan mampu memahami dan akhirnya
mengimplementasikan pembelajaran inkuiri berbasis budaya
lokal dengan indikator:
6. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Berbasis
Budaya Lokal
7. Contoh RPP yang disusun dengan skenario pembelajaran
Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
R. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan pelatihan pembelajaran
Inkuiri Berbasis budaya lokal bagi guru-guru sosiologi di
Kabupaten sebagai berikut.
7. Pancasila sebagai landasan ideal
119
8. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
konstitusional
9. Landasan Operasional
o. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
p. Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen
q. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
r. Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 tentang Guru
s. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan
Republik Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
t. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan.
u. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia NO 81 A tahun 2013 tentang Implementasi
Kuriklum 2013.
120
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
Q. Penanggungjawab
Penanggungjawab kegiatan pelatihan guru sosiologi
tentang Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal adalah
Gunarso, selaku ketua Penyelenggara.
R. Narasumber/Fasilitator
Narasumber pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal:
7. Widyaiswara Sosiologi dari LPMP Jawa Tengah
8. Pengawas SMA
9. Guru senior yang sudah melaksanakan pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal.
S. Waktu dan Tempat
5. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dilaksanakan
selama 2 hari.
6. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan di Gedung Serbaguna atau Ruang
Media yang ada di Sekolahan.
T. Peserta
Peserta kegiatan pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal adalah guru
sosiologi di Kabupaten.
121
U. Prosedur Pelaksanaan Pelatihan
Prosedur pelaksanaan pelatihan guru sosiologi SMA
tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai
berikut.
j. Setelah mendapatkan surat undangan dari panitia, peserta
pelatihan menyiapkan hal-hal yang harus dibawa yaitu
surat tugas, SPPD, laptop dan silabus mata pelajaran
sosiologi
PESERTA
MENERIMA SURAT
UNDANGAN
PESERTA MENYIAPKAN
5. SURAT TUGAS
6. SPPD
7. LAPTOP
8. SILABUS
9. FOTO 3 X4 2 LEMBAR
LAPORAN KE KEPALA
SEKOLAH
PESERTA DATANG KE
TEMPAT PELATIHAN
MENGISI BIODATA
FORMULIR
PENDAFTARAN
MENERIMA MATERI
PELATIHAN
MENGIKUTI PELATIHANDAN
MENYELESAIKAN TUGAS
MENGISI ANGKET RESPON TERHADAP PELAKSAAN
PELATIHAN, MENGERJAKAN EVALUASI, MENGUMPULKAN
TUGAS RPP
122
k. Peserta datang ke tempat pelatihan
l. Setelah sampai di tempat pelatihan, mengisi form biodata
formulir pendaftaran dan menyerahkan foto 3 x 4 sebanyak
2 lembar
m. Peserta mendapatkan materi pelatihan
n. Peserta siap mengikuti pelatihan dan mematuhi aturan
yang berlaku dalam pelatihan, berpartisipasi aktif selama
kegiatan pelatihan
o. Peserta mengisi angket respon terhadap pelaksanaan
pelatihan, menjawab lembar soal dan mengumpulkan RPP
yang ditugaskan nara sumber.
p. Pelatihan selesai, peserta melaporkan kepada kepala
sekolah masing-masing.
V. Struktur Program
Struktur program pelatihan guru sosiologi tentang
Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai berikut.
No MATERI PELATIHAN JPL
1 Kebijakan Pendidikan 2
2 Konsep Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
2
3 Perancangan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
4
5 Praktik Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal dengan Berkunjung ke Pusat Budaya Lokal
4
J u m l a h 12
W. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pelatihan pelatihan guru Sosiologi
tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai
berikut.
123
Hari: Selasa, 10 Maret 2015
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.00 – 08.00 Registrasi
2 08.00 – 08.30 Pembukaan dan sambutan-sambutan
Kepala SMA
3 08.30 – 08.45 Coffe break
4 08.45 – 10.15 Kebijakan Pendidikan Pengawas SMA
5 10.15–12.00 Konsep Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Widyaiswara
6 12.00 – 13.00 ISOMA
7 13.00 -16.00 Perancangan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Guru Praktisi
Hari: Rabu, 11 Maret 2015
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.30 – 08.30 Perjalanan Ke Pusat Budaya Lokal
2 08.30 – 12.00 Melakukan wawancara, observasi untuk pengambilan data
Guru Praktisi dan Masyarakat
3 12.00 Perjalanan Pulang
124
BAB III
TATA TERTIB
E. Tata Tertib Administrasi
Peserta segera melapor kepada panitia penyelenggara
dan menyerahkan berkas kelengkapan administrasi yang
terdiri dari:
6. Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan langsung
yang bersangkutan
7. SPPD yang telah ditandatangani oleh atasan langsung yang
bersangkutan
F. Tata Tertib Akademis
14. Peserta diwajibkan mengikuti seluruh acara yang telah
ditetapkan tercantum pada jadwal kegiatan.
15. Peserta diwajibkan mengisi daftar hadir setiap hari
16. Peserta harus hadir 10 menit sebelum kegiatan dimulai
17. Peserta wajib membawa laptop sendiri untuk menunjang
kegiatan pelatihan
18. Peserta wajib membawa silabus sosiologi dari sekolah
masing-masing.
19. Selama mengikuti kegiatan peserta berpakaian bebas
rapi
20. Keperluan mengenai pelayanan dan atau materi
akademik diberikan oleh panitia
21. Selama kegiatan berlangsung peserta diwajibkan
mengenakan tanda peserta
22. Selama kegiatan berlangsung peserta, penyaji materi dan
panitia dilarang merokok.
125
BAB IV
PENUTUP
Kunci keberhasilan peserta pelatihan dalam mengikuti
pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal bagi guru-guru
sosiologi SMA antara lain:
c. Memahami pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
d. Mampu membuat perencanaan pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal
126
Lampiran 1
FORMULIR PENDAFTARAN PELATIHAN
Nama : ...............................................................
NIP : ...............................................................
Tempat, Tanggal lahir .............................................................. :
Unit Kerja : ...............................................................
No Telpon/ HP : ..............................................................
Alamat Rumah : ...............................................................
................................................................
EMAIL : ...............................................................
............,...........................
___________________________
3 X 4
127
Lampiran 2
INSTRUMEN RESPON PESERTA PELATIHAN
TERHADAP PELAKSANAAN PELATIHAN
Petunjuk Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi yang ada. SS : Sangat sesuai dengan kondisi yang ada S : Sesuai dengan kondisi yang ada C : Cukup sesuai dengan kondisi yang ada KS : Kurang sesuai dengan kondisi yang ada TS : Tidak sesuai dengan kondisi yang ada
Respon terhadap penyelenggara
No Pernyataan SS S C KS TS
1 Surat undangan tidak mendadak sehingga dapat menyiapkan apa saja yang perlu disiapkan untuk pelatihan
2 Tempat pelatihan dalam kondisi bersih
3 Tempat pelatihan luas dan sesuai dengan jumlah peserta
4 Sarana pendukung pelatihan seperti LCD, papan tulis, spidol, penghapus dan lain-lainnya tersedia dengan baik
5 Sound sistem tersedia dan dalam kondisi baik
6 Konsumsi yang disediakan mencukupi
7 Menerima form biodata formulir pendaftaran
8 Menerima materi pelatihan
9 Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan jadwal
10 Waktu setiap seasion sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
11 Mendapatkan informasi yang saya butuhkan
12 Petugas penyelenggara memberikan pelayanan secara memuaskan
13 Kondisi ruangan pelatihan tidak panas
14 Kondisi WC atau toilet dalam kondisi bersih
15 Kondisi tempat pelatihan memiliki penerangan yang memadahi
128
Respon terhadap Nara Sumber No Pernyataan SS S C KS TS
1 Nara sumber menguasai materi pelatihan tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
2 Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan pelatihan
3 Materi disampaikan secara jelas
4 Nara sumber mampu berkomunikasi secara aktif dengan peserta pelatihan
6 Nara sumber menciptakan suasana yang menyenangkan ketika menyampaikan materi
7 Nara sumber menguasai pengelolaan kelas pelatihan
8 Nara sumber mampu menjawab dengan baik terhadap apa yang belum diketahui peserta
9 Nara sumber memiliki sikap dan perilaku yang menyenangkan
129
Nama : ________________________________________________
NIP : ________________________________________________
Asal Sekolah:________________________________________________
TES PENGUASAAN MATERI
Jawablah pertanyaan berikut secara jelas!
7. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal?
8. Sebutkan perbedaan antara pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal dengan pembelajaran lainnya!
9. Sebutkan langkah-langkah pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal dalam penerapan pembelajaran sosiologi!
10. Hal apa saja yang perlu dipersiapkan ketika akan
melaksanakan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal?
11. Sebutkan di daerah Bapak/Ibu yang dapat dijadikan
sebagai objek atau tema untuk pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal?
12. Kumpulkan hasil pembuatan RPP dengan metode
pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
Jawab
130
Lampiran 5
MATERI MODEL PELATIHAN GURU SOSIOLOGI
TENTANG PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS BUDAYA LOKAL
Oleh: GUNARSO
NIM : 942013076
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
2015
UNTUK PESERTA PELATIHAN
131
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan legal formal pengembangan SDM guru adalah
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pasal 10 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut empat kompetensi ini
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Landasan operasional
peningkatan kompetensi guru tersebut adalah Permenpan No
19 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Dalam Permen tersebut secara jelas dinyatakan
bahwa guru berkewajiban melakukan pengembangan
keprofesian secara berkelanjutan.
Salah satu kompetensi guru sosiologi yang perlu dikuasai
dan terus dikembangkan adalah kompetensi pedagogik. Guru
dituntut untuk mampu dalam mengelola peserta didik yang
meliputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan
kurikulum, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang dialogis, evaluasi dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Terkait dengan kompetensi pedagogik, salah satu hal yang
penting bagi guru sosiologi adalah terus update metode-
metode pembelajaran yang relevan dengan peserta didik saat
ini. Sudah sepantasnya pembelajaran yang lebih didominasi
132
dengan ceramah guru, peserta didik duduk diam
mendengarkan guru mengajar beralih menjadi pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik. Jika dilihat dari
karakteristik mata pelajaran sosiologi di SMA, memberikan
peluang bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik.
Mata pelajaran sosiologi dan antropologi di SMA
merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari
tentang budaya-budaya yang berkembang di masyarakat.
Seperti halnya di dalam Kompetensi Dasar yang dipelajari di
kelas XI semester 1 yang tercantum pada Silabus Sosiologi,
2013) diharapkan peserta didik mampu menjelaskan
klasifikasi kelompok sosial (KD 3.1.1), mengetahui faktor
pendorong terbentuknya kelompok sosial (KD 3.1.2),
mengidentifikasi pola hubungan antar kelompok sosial (KD
3.1.3), mengidentifikasi kelompok sosial dalam masyarakat
multikultural (KD 3.1.4) dan menyajikan hasil pengamatan
dan diskusi mengenai kelompok sosial dalam masyarakat (KD
4.1.1). Secara sikap, diharapkan peserta didik menumbuhkan
kesadaran individu untuk memiliki tanggungjawab publik
dalam ranah perbedaan sosial (KD 2.1) dan menunjukkan
sikap toleransi dan empati sosial terhadap perbedaan sosial
(KD 2.2).
Tuntutan kurikulum tersebut membawa konsekuensi
bahwa diperlukan pembelajaran yang memberikan peluang
besar terhadap keaktifan peserta didik untuk menggali sendiri
dengan terjun langsung ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara dengan nara sumber dan mengambil makna dari
sebuah pembelajaran tersebut. Dengan melihat sendiri,
mengamati keberagaman sosial dan budaya akan tumbuh
kesadaran dan sikap toleransi, empati sosial terhadap
133
perbedaan yang ada. Ketika melihat budaya-budaya lokal yang
mulai memudar, diharapkan akan tumbuh kesadaran dan
kepekaan tentang pentingnya pelestarian budaya lokal.
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal merupakan
suatu alternatif pembelajaran yang secara langsung
memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk aktif
menemukan sendiri melalui eksplorasi secara kelompok di luar
kelas. Pembelajaran berbeda jauh dengan pembelajaran yang
hanya monoton di dalam kelas, mendengarkan penjelasan
guru, peserta didik tidak mengalami secara langsung dan tidak
bersentuhan langsung dengan budaya lokal yang ada.
Pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian besar guru
cenderung pada transfer knowledge atau pemahaman secara
kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotor belum
sepenuhnya diperhatikan dalam penilaiannya.
Inkuiri merupakan satu metode yang lebih banyak
menggunakan pendekatan saintifik dengan beberapa prinsip
mengamati, menanya, mengeskplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan. Muatan-muatan budaya lokal yang
lebih dekat dengan kehidupan peserta didik perlu digali dan
terintegrasi dalam pembelajaran sosiologi yang lebih dekat
dengan hal-hal tersebut. Dengan demikian, pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal perlu diketahui, dipahami dan
dilaksanakan oleh guru-guru sosiologi SMA (Depdikbud,
2013).
134
B. Tujuan Pelatihan
Materi pelatihan ini akan mengungkap, apa yang
dimaksud dengan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal,
bagaimana implementasinya dalam pembelajaran di SMA.
Dengan mempelajari materi pelatihan ini diharapkan peserta
pelatihan mampu:
1. Memahami:
a. Pengertian Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
b. Tujuan Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
c. Nilai-nilai dalam Pembelajaran inkuiri berbasis budaya
lokal
d. Prinsip dan pendekatan pengembangan Pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal
2. Menyusun Perencanaan pengembangan pembelajaran
inkuiri berbasis budaya lokal
3. Melaksanakan Pengembangan pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal di lingkungan sekolahnya.
135
BAB II
PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS
BUDAYA LOKAL
A. Pengertian
Pembelajaran inkuiri menurut Sumantri (1999:164),
merupakan cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi
dengan atau tanpa bantuan guru. Dengan melalui metode ini
dapat membantu siswa untuk belajar mandiri. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suchman (1996 : 3), pembelajaran inkuiri
adalah suatu pola untuk membantu para siswa belajar
merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki
kesadaran akan kemampuannya. Konsep dasar lain juga
disampaikan Widja (1985:48), metode pembelajaran inkuiri
adalah suatu metode yang menekankan pengalaman-
pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip. Konsep tersebut juga didukung
oleh Nasution (1992:128), menyatakan bahwa metode
pembelajaran inkuiri adalah merupakan proses belajar yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan
menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan
konklusi berdasarkan pembuktian.
Dengan demikian konsep pembelajaran inkuiri
menitikberatkan pada pemberian kesempatan pada siswa
untuk berperan aktif peserta didik dalam menyelesaikan
masalah melalui pembuktian yang dilakukan oleh siswa. Hal
ini juga dipertegas oleh Trowbridge dan Bybee ( 1973 : 210)
menyatakan bahwa, dengan pendekatan inkuiri maka
pembelajaran menjadi lebih berpusat pada anak, proses
belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan
136
konsep diri pada diri siswa, mengembangkan bakat,
menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal,
dan memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model
inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa,
sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah, sehingga siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Dalam pelaksanaan
pembelajaran inkuiri memiliki tujuan iringan (nutrunant effect)
yaitu: (1) memperoleh keterampilan untuk memproses secara
ilmiah (mengamati, mengumpulkan, mengorganisasikan data,
mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji
hipotesis, serta mengambil simpulan); (2) lebih berkembangnya
daya kreativitas anak; (3) belajar secara mandiri; (4) perolehan
sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya
secara tentatif (Gulo, 2002:101).
Dalam perkembangan dunia pendidikan sekarang ini,
metode pembelajaran inkuiri mempunyai peranan penting
yaitu: (1) menekankan kepada proses perolehan informasi oleh
siswa, (2) membuat konsep diri siswa bertambah dengan
penemuan-penemuan yang diperolehnya, (3) memiliki
kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan
keterampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa, (4)
penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi
kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya,(5) tidak
menjadikannya guru sebagai satu-satunya sumber belajar,
karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar ( Sumantri, 1999:166).
137
Agar pelaksanaan pembelajaran inkuiri dapat mencapai
hasil yang optimal maka diperlukan syarat–syarat. Adapun
syarat pembelajaran inkuiri adalah : (1) suasana terbuka yang
mengundang siswa berdiskusi atau tidak ada hambatan untuk
mengemukakan pendapatnya; (2) inkuiri berfokus pada
hipotesis, siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua
pengetahuan bersifat tentatif artinya tidak ada kebenaran yang
bersifat mutlak atau kebenarannya selalu bersifat sementara;
(3) penggunaan fakta sebagai evidensi, di dalam kelas
dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta
sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada
umumnya (Gulo, 2002:85).
Sehubungan dengan tujuan dan syarat pembelajaran
inkuiri maka peranan utama guru sebagai berikut: (1)
motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan
gairah berpikir; (2) fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar
jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa; (3)
administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh
kegiatan di dalam kelas; (4) pengarah, yang memimpin arus
kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan; (5)
manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan
organisasi kelas; (6) rewarder, yang memberi penghargaan
pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan
semangat heuristik pada siswa (Gulo, 2002: 86).
Manfaat lain yang didapat dari penerapan pembelajaran
inkuiri yaitu dapat mengembangkan kemampuan intelektual,
pengembangan emosional dan pengembangan
keterampilannya. Langkah pembelajaran inkuiri meliputi (1)
merumuskan masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3)
mengumpulkan bukti ; (4) menguji hipotesis, dan; (5) menarik
simpulan (Gulo,2004 : 94)
B. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri
138
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.2 Proses Inkuiri ( Gulo, 2004 : 94)
Pembelajaran inkuiri diawali dari sebuah permasalahan
yang perlu dikaji oleh siswa. Sebelum melakukan pengamatan
untuk mengambil data, siswa perlu merumuskan hipotesis
yaitu dugaan sementara atas jawaban berdasarkan literatur-
literatur. Setelah melakukan pengamatan di lapangan maka
hasil data informasi melalui wawancara dan pengamatan
dapat digunakan untuk menguji dugaan dan ditarik
simpulan.
Model pembelajaran yang dapat diadaptasi dalam
pembelajaran sosiologi antropologi untuk mengembangkan
wawasan pengetahuan peserta didik dengan penekanan proses
pengamatan secara langsung dengan budaya lokal.
Pembelajaran model inkuiri berbasis budaya lokal adalah
pendekatan pembelajaran pada masalah autentik terkait
budaya lokal sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya, menumbuhkembangkan kemandirian, serta
meningkatkan percaya diri pada siswa (Abbas. 2000:12).
139
Model pembelajaran tersebut memiliki kelebihan sebagai
berikut: (1) dengan metode pembelajaran inkuiri akan melatih
siswa berani mengemukakan pendapat dan menemukan
sendiri pengetahuannya berdasarkan hasil pengamatan
langsung, (2) model pembelajaran ini dikemas menjadi proses
membangun bukan menerima pengetahuan artinya siswa
membangun pengetahuan secara mandiri melalui keterlibatan
aktif dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan
berbagai sumber, dengan demikian pembelajaran berpusat
pada siswa. Penerapan pembelajaran model inkuiri terdiri dari
5 langkah sebagai berikut :
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri
No Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa pada masalah dan mampu merumuskan masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas
2 Mengorganisir siswa dalam belajar
Guru membagi siswa dalam kelompok Guru membantu siswa dalam mendefinisikan danmeng-organisasikan tugas–tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji
3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang dikaji
4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam
140
No Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Kegiatan Guru
menyajikan hasil karya
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video, dan model, membantu mereka membagi tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan
Sumber : Abbas, 2000:14–15
C. Keefektifan Pembelajaran Model Inkuiri
Pembelajaran model inkuiri adalah pendekatan
pembelajaran pada masalah autentik sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuannya, menumbuh kembangkan
kemandirian, serta meningkatkan percaya diri pada siswa
(Abbas. 2000:12). Menurut Slavin ( 1994: 310 ) untuk
mengetahui tingkat keefektifan pembelajaran model
ditentukan empat indikator yaitu: kualitas pembelajaran
(quality of instruction), kesesuaian tingkat pembelajaran
(appropriate level of instruction ), insentif ( incentive ), dan
waktu ( time ).
Kualitas pembelajaran adalah banyaknya informasi atau
keterampilan yang disajikan sehingga siswa dapat
mempelajarinya dengan mudah. Dengan kata lain, makin kecil
tingkat kesalahan yang diperoleh makin efektiflah tingkat
pembelajaran. Penentuan tingkat efektivitas pembelajaran
tergantung pada pencapaian tujuan pembelajaran, biasanya
disebut ketuntasan belajar. Kesesuaian tingkat belajar adalah
sejauh mana guru memastikan kesiapan siswa untuk
141
mempelajari pengetahuan baru (siswa mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
pengetahuan baru tersebut). Dengan kata lain materi pelajaran
yang diberikan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah.
Intensif adalah seberapa besar seorang guru memotivasi siswa
untuk mengerjakan tugas-tugas belajar. Semakin besar
motivasi yang diberikan guru kepada siswa maka keaktifan
siswa semakin besar pula. Dengan demikian pembelajaran
akan lebih efektif.
Pembelajaran akan efektif apabila siswa dapat
menyelesaikan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.Konsekuensinya bahwa dalam pembelajaran
sangat perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam
pengorganisasian pelajaran dan pengetahuannya. Semakin
aktif siswa maka ketercapaian ketuntasan pembelajaran
semakin besar, sehingga semakin efektiflah pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran model inkuiri dikatakan efektif apabila
memenuhi paling sedikit dua dari tiga persyaratan adalah (1)
belajar siswa secara klasikal sudah tuntas; (2) tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai;(3) respon siswa
terhadap pembeajaran positif.
D. Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal merupakan
proses pembelajaran yang memadukan metode inkuiri yaitu
menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong
siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui
pengamatan yang melibatkan budaya lokal. Yang dimaksud
budaya menurut Koentjoroningrat adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan segala hasil karya manusia dalam
rangka khidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
142
manusia dengan cara belajar (Gering Supriyadi 2003).
Pembelajaran inkuiri berbasis budaya merupakan
pembelajaran yang melibatkan lingkungan belajar dan
perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan
budaya lokal sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Pendekatan ini didasarkan pada pengakuan terhadap budaya
sebagai bagian yang fundamental dalam pendidikan.
Pelajaran sosiologi lebih banyak berhubungan dengan
masalah dan gejala yang muncul di masyarakat. Pembelajaran
sosiologi yang selama ini diterapkan lebih didominasi di dalam
kelas dengan pembahasan dan informasi dari guru cenderung
berjalan satu arah yaitu proses transfer knowledge. Dengan
berlakunya kurikulum 2013, paradigma pembelajaran sudah
berubah pada pembelajaran berpusat pada siswa, bahkan
guru sifatnya sebagai salah satu sumber belajar, bukan satu-
satunya sumber belajar. Belajar dalam konteks kurikulum
2013 sudah menuntut penggunaan berbagai sumber belajar,
termasuk lingkungan masyarakat sekitar sebagai wadah
melakukan pengamatan. Terkait dengan hal tersebut, peserta
didik dapat melakukan proses pengamatan terhadap budaya-
budaya lokal di sekitar peserta didik, melakukan wawancara
dengan narasumber yang relevan. Dari proses pengamatan,
perserta didik juga berlatih berkomunikasi, melalui kegiatan
menanya dan akhirnya mendapatkan sekumpulan informasi
baik dalam bentuk informasi lesan, tertulis maupun rekaman
dalam bentuk video. Informasi-informasi tersebut dijadikan
peserta didik sebagai bahan melakukan asosiasi atau
pengolahan informasi dalam bentuk diskusi di dalam kelas.
Hasil diskusi secara kelompok digunakan sebagai bahan
peserta didik melakukan proses presentasi kelas. Kegiatan ini
143
sebagai bentuk melatih diri bagaimana peserta didik
mengkomunikasikan hasil pengamatan pada orang lain.
Objek-objek pengamatan yang dapat diamati dalam
proses pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal adalah
objek multikultur masyarakat di sekitar peserta didik. Secara
khusus di wilayah Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal,
terdapat objek-objek budaya lokal seperti kesenian Kuda
Lumping, Sintren (Laes), kegiatan Nyadran (sedekah bumi) dan
Merti Desa melalui wayang kulit. Peserta didik dapat
melakukan pengamatan, perekaman, wawancara dan akhirnya
menganalisis bagaimana sejarahnya, fungsi-fungsi dan tujuan
kegiatan, nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan dan nilai
ekonomis. Peserta didik dapat menggali potensi-potensi
budaya lokal sebagai aset wilayah sebagai desa wisata.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal merupakan proses
pembelajaran yang melibatkan peserta didik melakukan
pengamatan dengan objek-objek budaya lokal. Pembelajaran
inkuiri berbasis budaya merupakan pembelajaran yang
melibatkan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman
belajar yang mengintegrasikan budaya lokal sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan pada
pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental
dalam pendidikan. Prinsip strategi pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:
1. siswa akan bertanya jika merekah dihadapkan pada
masalah yang membingungkan
2. siswa dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi
berpikir merekah.
3. Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan
ditambahkan pada apa yang telah merekah miliki.
144
4. Pembelajaran Inkuiri dalam kelompok dapat memperkaya
pikiran dan membantu siswa dalam belajar mengenai
pengetahuan yang sementara dan menghargai pendapat
orang lain.
Karakteristik dari Strategi Pembelajaran Inkuiri
1. Adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap
penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas.
2. Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk
pembelajaran inkuiri.
3. Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.
Keunggulan strategi pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal antara lain:
1. Strategi Pembelajaran Inkuiri berbasis budaya lokal
merupakan Strategi Pembelajaran yang menekankan
kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
melalui pendekatan ini dianggap lebih bermakna.
2. Strategi pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar merekah.
3. Strategi pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingka laku berkat adanya pengalaman.
4. keuntungan lain adalah pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memilki kemampuan diatas rata-
rata. artinya, siswa yang memilki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.
Kelemahan strategi pembelajaran inkuiri berbasis budaya
lokal antara lain:
145
1. Guru yang belum terbiasa akan mengalami kesulitan
mengontrol kegiatan siswa, karena lebih banyak pada
penugasan-penugasan untuk melakukan wawancara,
survey, dan observasi di luar sekolah.
2. Pembelajaran ini sulit dalam merencanakan pembelajaran
oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannnya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka
pembelajaran ini akan sulit diimplimentasikan oleh setiap
guru.
E. Implementasi Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya
Lokal
Untuk mengimplementasikan pembelajaran inkuiri
berbasis budaya lokal, guru perlu melakukan perencanaan
dalam bentuk Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Secara umum pelaksanaan pembelajaran inkuiri berbasis
budaya lokal dilakukan di luar kelas dan di dalam kelas.
Gambar 1. Siswa secara Berkelompok Melakukan Observasi, Wawancara tentang Budaya Lokal
146
Proses pembelajaran di luar kelas, peserta didik
mendapatkan tugas untuk melakukan wawancara, melakukan
observasi atau pengamatan dengan alat-alat perekam berupa
video terhadap kejadian-kejadian di masyarakat. Sebagai
contoh, peserta didik secara berkelompok melakukan
wawancara layaknya seorang reporter untuk mendapatkan
data tentang seni kuda lumping di Singorojo. Mereka
melakukan wawancara tentang asal-usul kesenian tersebut,
bagaimana pengelolaannya, bagaimana proses pewarisan
budaya tersebut pada generasi berikutnya, bagaimana
pengaruh kesenian tersebut terhadap pelestarian nilai-nilai di
masyarakat, dampaknya terhadap perekonomian setempat dan
potensi apa yang dapat dikembangkan dari kesenian kuda
lumping tersebut. Setelah peserta didik melakukan observasi,
wawancara, dan rekaman untuk memperoleh data yang
akurat, selanjutnya hasilnya didiskusikan di dalam kelas dan
melakukan presentasi.
Gambar 2. Siswa Melakukan Pengamatan dan Mencoba Gamelan Sebagai Bentuk Kecintaan terhadap Budaya Lokal
147
Gambar 3. Siswa Melakukan Presentasi berdasarkan Hasil Pengamatan, dan wawancara di Lapangan
Berikut ini salah satu contoh Perencanaan Pelaksanaan
Pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal pada materi
kelompok sosial kelas XI Semester 1.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP )
SatuanPendidikan: SMA NEGERI 1 SINGOROJO Kelas/ Semester : XI /1 Mata Pelajaran : Sosiologi Materi : Pembentukan Kelompok Sosial Alokasi waktu : 2 x 2 JP
A. Kompetensi Inti KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
148
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah,menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar No Kompentensi Dasar Indikator 1 1.1 Memperdalam nilai
agama yang dianutnya dan menghargai keberagaman agama dengan menjunjung tinggi keharmonisandalam kehidupan bermasyarakat
2 2.1 Menumbuhkan kesadaran individu untuk memiliki tanggungjawab publik dalam ranah perbedaan sosial. 2.2 Menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial terhadap perbedaan sosial
3 3.1 Memahami tinjauan Sosiologi dalam mengkajipengelompok-kan sosial dalam masyarakat.
3.1.1 Mengidentifikasi kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
3.1.2 Mengetahui faktor pendorong
149
terbentuknya kelompok sosial.
3.1.3 Mengetahui kelompok sosial berdasarkan keteraturannya
3.1.4 Mengetahui kelompok sosial berdasarkan ketidakteraturannya.
3.1.5 Mengetahui kelompok sosial berdasarkan kesatuan genealogis
3.1.6 Mengetahui kelompok sosial berdasarkan dasar kesatuan teritorialnya
3.1.7 Mengetahui kelompok sosial berdasarkan kesatuan sakral
3.1.8 Mengetahui kelompok sosial atas dasar ekonomi
3.1.9 Mengetahui kelompok sosial berdasarkan kesatuan campuran
4 4.1 Melakukan pengamatan dan diskusi tentang kelompok sosial dalam masyarakat dipandang dari sudut Sosiologi.
4.1.1 Menyajikan hasil pengamatan dan diskusi mengenai kelompok sosial dalam masyarakat.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melalui proses pembelajaran :
1. Siswa diharapkan mampu mengidentifikasi kelompok
sosial dalam masyarakat multikultural.
2. Siswa diharapkan mampu mengetahui faktor pendorong
terbentuknya kelompok sosial.
3. Siswa diharapkan mampu mengetahui kelompok sosial
berdasarkan keteraturannya
150
4. Siswa diharapkan mampu mengetahui kelompok sosial
berdasarkan ketidakteraturannya
5. Siswa diharapkan mampu mengetahui kelompok sosial
berdasarkan kesatuan genealogis
6. Siswa diharapkan mampu mengetahui kelompok sosial
berdasarkan dasar kesatuan teritorialnya
7. Siswa diharapkan mampu mengetahui kelompok sosial
berdasarkan kesatuan sakral
8. Siswa diharapkan mampu mengetahui kelompok sosial
atas dasar ekonomi
9. Siswa diharapkan mampu mengetahui kelompok sosial
berdasarkan kesatuan campuran
10. Setelah melakukan pengamatan dan diskusi mengenai
kelompok sosial dalam masyarakat, siswa diharapakan
dapat menyajikan pengamatan dan diskusi yang telah
dilakukan.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta :
Mengamati kelompok-kelompok sosial dalam masayarakat
multikultural
2. Konsep :
Faktor pendorong terbentuknya kelompok sosial.
Mengetahui klasifikasi kelompok sosial berdasarkan
kriteria.
E. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Pendekatan Ilmiah
2. Model Pembelajaran : Diskusi kelompok kecil
3. Metode Pembelajaran : Pengamatan, ceramah, diskusi,
tanya jawab dan penugasan.
151
F. Sumber Pembelajaran
Buku Ajar Sosiologi kelas XI
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
G. Media dan Alat Pembelajaran
Media : Gambar
Alat : LCD, Laptop, Papan Tulis
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
No Kegiatan pembelajaran Waktu 1 Pendahuluan
Guru memberikan salam dan mengkondisikan kelas, kemudian guru menanyakan pemahaman siswa mengenai pembelajaran sebelumnya.
Review pelajaran minggu yang lalu. Memberikan informasi tentang materi
yang akan disampaikan serta tujuannya. Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Guru memberikan pemahaman pentingnya belajar mengenai kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Guru memulai mengkondisikan kelas atau membagi kelas dalam kelompok kecil berjumlah 4 anak dalam 1 kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan topik dan petunjuk diskusi untuk setiap kelompok.
10 menit
2 Kegiatan inti Mengamati
Siswa di persilahkan untuk mengamati tayangan gambar dan artikel yang akan di jadikan sebagai bahan diskusi
10 menit
152
No Kegiatan pembelajaran Waktu mengenai permasalahan sosial dalam masyarakat
Menanya Siswa bertanya tentang konsep yang ada dalam gambar.
Eksperimen Siswa mulai mengkaitkan hal yang diketahui dengan yang disampaikan guru.
Mengasosiasikan Siswa menganalisis konsep yang ada digambar dengan membandingkan pengalaman yang dimilikinya. Dan mengkaitkannya bersama untuk membahas konsep dalam gambar yang telah diberikan oleh guru.
Mengkomunikasikan Siswa mempresentasikan hasil analisis gambar dan ditanggapi oleh siswa lainnya. Melalui hasil diskusi dan komentar peserta didik, guru melakukan penilaian dan menjelaskan materi sesuai dengan indikator dalam KD.
15 menit 15 menit 20 menit 5 menit
3 Penutup Menyimpulkan keseluruhan hasil diskusi
yang telah disampaikan oleh masing-masing kelompok, dengan meluruskan kesalah pahaman konsep yang terjadi. Guru memberikan masukkan berkaitan dengan hasil diskusi.
Guru memberikan tugas dan menyampaikan materi pertemuan selanjutnya
Penutup (Salam)
15 menit
153
2. Pertemuan Kedua
No Kegiatan pembelajaran Waktu
1 Pendahuluan Guru memberikan salam dan
mengkondisikan kelas, kemudian guru menanyakan pemahaman siswa mengenai pembelajaran sebelumnya.
Review pelajaran minggu yang lalu. Memberikan informasi tentang materi yang
akan disampaikan serta tujuannya. Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Guru memberikan pemahaman pentingnya belajar mengenai kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Guru memulai mengkondisikan kelas atau membagi kelas dalam kelompok kecil berjumlah 4 anak dalam 1 kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan topik dan petunjuk diskusi untuk setiap kelompok.
10 menit
2 Kegiatan inti Mengamati
Siswa di persilahkan untuk mengamati tayangan gambar dan artikel yang akan di jadikan sebagai bahan diskusi mengenai permasalahan sosial dalam masyarakat
Menanya Siswa bertanya tentang konsep yang ada dalam gambar.
Eksperimen Siswa mulai mengkaitkan hal yang diketahui dengan yang disampaikan guru.
Mengasosiasikan Siswa menganalisis konsep yang ada digambar dengan membandingkan pengalaman yang dimilikinya. Dan mengkaitkannya bersama untuk membahas konsep dalam gambar yang telah diberikan oleh guru.
10 menit
15 menit
15 menit
20 menit
5 menit
154
Mengkomunikasikan Siswa mempresentasikan hasil analisis gambar dan ditanggapi oleh siswa lainnya. Melalui hasil diskusi dan komentar peserta didik, guru melakukan penilaian dan menjelaskan materi sesuai dengan indikator dalam KD.
3 Penutup Menyimpulkan keseluruhan hasil diskusi
yang telah disampaikan oleh masing-masing kelompok, dengan meluruskan kesalah pahaman konsep yang terjadi. Guru memberikan masukkan berkaitan dengan hasil diskusi.
Guru memberikan tugas dan menyampaikan materi pertemuan selanjutnya
Penutup (Salam)
16 menit
I. PENILAIAN
1. Sikap spiritual
a. Observasi : guru mengamati sikap spiritual yang
ditunjukan siswa setelah mendapatkan materi
b. Instrumen : sesuai dengan indikator yang telah dibuat
oleh guru (skala rentang)
2. Sikap Sosial
a. Observasi : guru mengamati sikap sosial yang
ditunjukan siswa setelah mendapatkan materi
b. Instrumen : sesuai dengan indikator yang telah dibuat
oleh guru (skala rentang)
3. Pengetahuan
a. Tertulis
b. Uraian
155
4. Keterampilan
Siswa melakukan presentasi secara individu atau
kelompok dan dinilai keaktifannya oleh guru.
Mengetahui, .................., ...............2014
Kepala Sekolah Guru Mapel
........................................ ....................................... NIP. ................................. NIP. ................................
156
Lampiran 1 RPP
A. Klasifikasi Kelompok Sosial (Social Group)
1. Klasifikasi kelompok sosial menurut erat longgarnya ikatan
antar anggota menurut Ferdinand Tonnies:
a. Paguyuban (gemeinschaft)
Paguyuban: kelompok sosial yang anggota-anggotanya
memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan
kekal.
Ciri-ciri kelompok paguyuban :
- terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota
- hubungan antar anggota bersifat informal
b. Tipe paguyuban:
- Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by
blood)
Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
Kelompok genealogis : kelompok yang terbentuk
berdasarkan hubungan sedarah. Kelompok genealogis
memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena
adanya keyakinan tentang kesamaan : nenek
moyang.
- Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place)
Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga.
Komunitas : kelompok sosial yang terbentuk
berdasarkan lokalitas.
Contoh : Beberapa keluarga yang berdekatan
membentuk Rukun Tetangga. Selanjutnya sejumlah
Rukun Tetangga membentuk RW (Rukun Warga)
- Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)
Contoh: partai politik berdasarkan agama
157
c. Patembayan (gesselschaft)
Patembayan: kelompok sosial yang anggota-anggotanya
memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu
yang pendek.
Ciri-ciri kelompok patembayan :
- hubungan antaranggota bersifat formal
- memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal
- memperhitungkan nilai guna (utilitarian)
- lebih didasarkan pada kenyataan sosial
Contoh patembayan : ikatan antara pedagang, organiasi
dalam suatu pabrik atau industri.
2. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Solidaritas Antara
Anggota. Istilah ini dipopulerkan oleh seorang sosiolog
yang bernama Durkheim.
a. Solidaritas Mekanik.
Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul
pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat
oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal
adanya pembagian kerja diantara para anggota
kelompok.
Dalam masyarakat ini, kelompok manusia tinggal
secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang
lain. Masing-masing kelompok dapat memenuhi
keperluan mereka tanpa memerlukan bantuan atau
kerja sama dengan kelompok diluarnya.Dalam
masyarakat yang menganut solidaritas mekanik,
yang diutamakan ialah persamaan perilaku dan
sikap. Seluruh warga masyarakat diikat oleh apa
yang dinamakan kesadaran kolektif, hati nurani
kolektif, dan bersifat ekstern serta memaksa.
158
b. Solidaritas Organik.
Solidaritas organik adalah solidaritas yang mengikat
masyarakat yang sudah kompleks dan telah
mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga
disatukan oleh saling ketergantungan anggota.
Karena adanya kesalingtergantungan ini maka
ketidakhadiran pemegang peran tertentu akan
mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup
masyarakat. Misalnya, tidak berperannya tentara
akan mengakibatkan masyarakat menjadi rentan
terhadap serangan dari masyarakat lain.
3. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Erat Longgarnya
Ikatan Dalam Kelompok. Klasifikasi ini diperkenalkan
oleh Ferdinand Tonnies.
a. Gemeinschaft (paguyuban).
Gemeinschaft merupakan bentuk kehidupan
bersama, dimana anggotanya diikat oleh hubungan
batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar
hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa
persatuan batin yang memang telah dikodratkan.
Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga,
kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain
sebagainya.
b. Gesellschaft (patembayan).
Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat
pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek. Ia
bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.
Contohnya adalah ikatan antara pedagang,
organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain.
159
B. Pola Hubungan Antar Kelompok.
1. Akulturasi.
Pola akulturasi akan terjadi manakala kedua kelompok
ras yang bertemu mulai berbaur dan berpadu. Misalnya
kita melihat bahwa kebudayaan orang belanda di
Indonesia menyerap berbagai unsure kebudayaan
Indonesia, seperti cara berbusana, cara makan, dan
gaya berbahasa.
2. Dominasi.
Pola ini akan terjadi bila suatu kelompok ras
menguasai kelompok lain. Contoh: kedatangan bangsa
eropa ke benua asia untuk memperoleh SDA. Atau kita
jumpai dalam pengelompokan, misalnya suatu
kelompok etnik mendominasi kelompok etnik lain,laki-
laki mendominasi perempuan, orang kaya mendominasi
orang miskin, dan lain sebagainya.
Konblum menyatakan bahwa terdapat lima macam
kemungkinan proses yang terjadi dalam suatu
hubungan antar-kelompok, yaitu, genocide
(pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap
anggota suatu kelompok tertentu), pengusiran,
perbudakan, asimilasi. Kita lihat, misalnya, bahwa
dalam berbagai kasus dominasi dilakukan bersamaan
dengan pembunuhan terhadap penduduk.
3. Paternalisme.
Suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas
kelompok ras pribumi. Banton mengemukakan bahwa
pola ini muncul manakala kelompok pendatang yang
secara politik lebih kuat mendirikan koloni di daerah
jajahan.
Dalam pola hubungan ini Banton membedakan tiga
macam masyarakat: masyrakat metropolitan (didaerah
160
asal pendatang), masyarakat kolonial yang terdiri atas
para pendatang serta sebagian dari masyarakat
pribumi, dan masyarakat pribumi yang dijajah.
4. Integrasi.
Suatu pola hubungan yg mengakui adanya perbedaan
ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan
perhatian khusus atau makna penting pada perbedaan
ras tersebut.
5. Pluralisme.
Suatu pola hubungan yang mengakui adanya
persamaan hak politik dan hak perdata semua warga
masyarakat. Akan tetapi pola hubungan itu lebih
terfokus pada kemajemukan kelompok ras daripada
pola integrasi. Dalam pola ini solidaritas dalam masing-
masing kelompok ras lebih besar.
Barton berpendapat bahwa suatu pola mempunyai
kecenderunagn untuk lebih berkembang kesuatu arah
tertentu. Pola dominasi cenderung mengarah pada
pluralisme, sedangkan pola akulturasi dan
paternalisme cenderung mengarah pada pola integrasi.
161
Lampiran 2 RPP
Penilaian 1
Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
Keterangan:
a. Sikap Spriritual
1) Indikator sikap spiritual “silaturahmi”:
- Berhubungan baik dengan guru.
- Memberi salam senyum sapa ketika bertemu dengan
orang lain
- Tidak membedakan teman
- Memelihara hubungan baik dengan sesama teman
sekelas maupun sekolah.
2) Rubrik pemberian skor:
- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan
tersebut.
- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
No
Nama
Sikap Spiritual
Sikap Sosial
Total Skor
Silatu
rah
mi
Men
gh
orm
ati
Tole
ran
si
Pedu
li
1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
162
- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat)
kegiatan tersebut
b. Sikap Sosial.
1. Menghormati
a) Indikator sikap sosial “Menghormati”
- Bersikap santun dengan guru
- Tidak menyela pembicaraan orang lain
- Selalu menjunjung tinggi kejujuran
- Mematuhi peraturan
b) Rubrik pemberian skor
- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan
tersebut.
- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan
tersebut
- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan
tersebut
- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat)
kegiatan tersebut
2. Toleransi
a) Indikator sikap sosial “toleransi”
- Menghargai pendapat orang lain
- Tidak berbuat semena-mena .
- Tidak memaksakan kehendak sendiri
- Mengutamakan kebersamaan
b) Rubrik pemberian skor
- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan
tersebut.
- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan
tersebut
163
- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan
tersebut
- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat)
kegiatan tersebut
3. Sikap peduli
a) Indikator sikap sosial “peduli”
- Mengingatkan teman jika ada kesalahan
- Menolong teman yang kesusahan
- Tidak merusak fasilitas sekolah
- Menjaga lingkungan sekolah tetap bersih dan
nyaman
b) Rubrik pemberian skor
- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan
tersebut.
- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan
tersebut
- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan
tersebut
- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat)
kegiatan tersebut
164
Penilaian 2. Pengetahuan
Pedoman Penyekoran dan Penilaian
1. Pedoman Penyekoran
No soal
Kunci Jawaban Skor Tertinggi
1 Kelompok sosial yang berada dilingkungan sekitar longgarnya ikatan antar anggota, yaitu paguyuban dan patembayan. Paguyuban kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Contohnya keluarga, RT dll. Patembayan kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek. Contohnya : Karang Taruna, Kelompok Anak Motor dll.
4
2 Klasifikasi kelompok sosial, klasifikasi kelompok berdasarkan identifikasi diri, kelompok berdasarkan hubungan diantara para anggotanya, kelompok berdasarkan sistem hubungan, tipe budaya.
4
No Butir Instrumen 1. Identifikasi kelompok sosial yang ada di lingkungan
tempat tinggalmu! 2. Jelaskan klasifikasi kelompok sosial! 3. Jelaskan perbedaan antara patembayan dan
paguyuban! 4. Jelaskan bagaimana akulturasi yang terjadi di
lingkungan tempat tinggalmu! 5.
6. Jelaskan ciri-ciri kelompok patembayan!
7. Jelaskan dan beri contoh kelompok sosial yang termasuk ke dalam klasifikasi solidaritas mekanik!
8. Jelaskan dan beri contoh beberapa kelompok sosial yang masuk dalam paguyuban!
165
No soal
Kunci Jawaban Skor Tertinggi
3 Perbedaan Petembayan dan Paguyuban antara lain: Paguyuban: kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Ciri-ciri kelompok paguyuban : terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota, hubungan antar anggota bersifat informal. Sementara Patembayan: kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek. Ciri-ciri kelompok patembayan : hubungan antaranggota bersifat formal, memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal, memperhitungkan nilai guna (utilitarian), lebih didasarkan pada kenyataan social
4
4 Keluarga dapat tergolong dalam kelompok primer, karena kelompok primer merupakan kelompok sosial yang memiliki hubungan saling mengenal dan memiliki perasaan kebersamaan dan kerja sama yang erat. Hubungan yang erat dan rasa kebersamaan dapat dilihat dari hubungan darah dan waktu luang yang dihabiskan bersama.
4
5 Akulturasi dapat terjadi karena manakala kedua kelompok ras yang bertemu dan memiliki budaya yang berbeda mulai berbaur dan berpadu, sehingga menghasilkan kebudayaan baru tanpa mempengaruhi budaya asli. Contohnya : Menara Kudus adalah akulturasi antara kebudayaan Hindu dan Islam, akibat pengaruh Islam yang ingin mensiarkan agama dengan jalan damai.
4
6 Ciri-ciri kelompok patembayan, antara lain: hubungan antaranggota bersifat formal, memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal, memperhitungkan nilai guna (utilitarian), lebih didasarkan pada kenyataan sosial. Contoh patembayan : ikatan antara pedagang, organiasi dalam suatu pabrik atau industri.
4
7 Kelompok sosial yang termasuk dalam 4
166
No soal
Kunci Jawaban Skor Tertinggi
solidaritas mekanik contohnya masyarakat desa. Masyarakat desa merupakan kelompok yang solidaritasnya lebih ditentukan oleh ikatan emosional, kekerabatan, persamaan cita-cita, dan ikatan keagamaan. Seluruh warga masyarakat diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran kolektif, hati nurani kolektif, dan bersifat ekstern serta memaksa.
8 Kelompok sosial yang masuk dalam paguyuban, yaitu:
a. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood) Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan. Kelompok genealogis : kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah. Kelompok genealogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan : nenek moyang.
b. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place) Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga. Komunitas : kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan lokalitas. Contoh : Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk Rukun Tetangga. Selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW (Rukun Warga)
c. Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)
Contoh: partai politik berdasarkan agama
4
2. Pedoman Penilaian
Nilai = Skor Perolehan x 100 Skor Tertinggi
167
Penilaian 3
Keterampilan
1. Lembar penilaian untuk kegiatan mengamati gambar
budaya lokal dan gambar tentang ketimpangan sosial.
No Nama
Siswa
Relevansi
(1-4)
Kelengkapan
(1-4)
Kebahasaan
(1-4)
Jumlah
skor
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai = Jumlah skor dibagi 3
Keterangan :
a. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara
siswa mengumpulkan informasi faktual dengan
memanfaatkan indera penglihat, pembau, pendengar,
pengecap dan peraba. Maka secara keseluruhan yang
dinilai adalah HASIL pengamatan (berupa informasi) bukan
CARA mengamati.
b. Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan
sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati.
Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan
fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan
Pembelajaran (TP).
Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen
fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa (risedu)
fakta yang tertinggal.
168
Kebahasaan menunjukan bagaimana siswa
mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam
bahasa tulis yang efektif (tata kata atau tata kalimat
yang benar dan mudah dipahami).
c. Skor terentang antara 1 – 4
1 = kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Amat Baik
2. Penilaian untuk kegiatan diskusi
NO
Nama Mengkomunikasikan
(1-4)
Mendengarkan (1-4)
Berargumentasi (1-4)
Berkontribusi (1-4)
Jumlah skor
1
2
3
4
Nilai = jumlah skor dibagi 3
Keterangan :
a. Berdiskusi : Mengacu pada keterampilan mengolah
fakta dan menalar (associating) yakni membandingkan
fakta yang telah diolahnya (data) dengan konsep yang
ada sehingga dapat ditarik kesimpulan dan atau
ditemukannya sebuah prinsip penting. Ketrampilan
berdiskusi meliputi ketrampilan mengkomunikasikan
(communication Skill), mendengarkan (listening skill),
ketrampilan berargumentasi (arguing skill) ,dan
ketrampilan berkontribusi (contributing skill).
169
o Ketrampilan mengkomunikasikan adalah
kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau
menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan
yang efektif.
o Ketrampilan mendengarkan dipahami sebagai
kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong,
atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika
sedang mengungkapkan gagasannya.
o Kemampuan berargumentasi menunjukkan
kemampuan siswa dalam mengemukakan
argumentasi logis (tanpa fallacy atau sesat pikir)
ketika ada pihak yang bertanya atau
mempertanyakan gagasannya.
o Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai
kemampuan siswa memberikan gagasan-gagasan
yang mendukung atau mengarah ke penarikan
kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai
perbedaan pendapat.
b. Skor terentang antara 1 – 4
1 = kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Amat Baik
170
3.Penilaian presentasi hasil diskusi
No Nama Menjelaskan
(1-4)
Memvisualkan
(1-4)
Merespon
(1-4)
Jumlah
skor
1
2
3
4
Nilai= Jumlah skor dibagi 3
a. Presentasi menunjuk pada kemampuan siswa untuk
menyajikan hasil temuannya mulai dari kegiatan
mengamati, menanya, uji coba (mencoba), dan
mengasosiasi sampai pada kesimpulan. Presentasi terdiri
atas 3 aspek penilaian yakni ketrampilan menjelaskan,
memvisualisasikan, dan merespon atau memberi
tanggapan.
o Ketrampilan menjelaskan adalah kemampuan
menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara
meyakinkan.
o Ketrampilan memvisualisasikan berkaitan dengan
kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas
informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau
sekreatif mungkin.
o Ketrampilan merespon adalah kemampuan siswa
menyampaikan tanggapan atas pertanyaan, bantahan,
sanggahan dari pihak lain secara empatik.
b. Skor terentang antara 1 – 4
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Amat Baik
171
Tugas Kelompok
1. Berkunjung di desa untuk mengadakan pengamatan dan
wawancara mengenai budaya lokal yang masih di
lestarikan
2. Tugas dikerjakan secara kelompok ( 1 kelompok
beranggotakan 4 – 5 siswa )
3. Setiap kelompok membuat laporan berupa :
Hasil pengamatan dan wawancara
Membuat rekaman gambar dari kegiatan kelompok
sosial (kelompok kesenian )
172
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal merupakan
suatu alternatif pembelajaran yang secara langsung
memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk aktif
menemukan sendiri melalui eksplorasi secara kelompok di luar
kelas. Pembelajaran berbeda jauh dengan pembelajaran yang
hanya monoton di dalam kelas, mendengarkan penjelasan
guru, peserta didik tidak mengalami secara langsung dan tidak
bersentuhan langsung dengan budaya lokal yang ada.
Pembelajaran ini merupakan alternatif untuk mengatasi
kebiasan sebagian besar guru cenderung pada transfer
knowledge atau pemahaman secara kognitif, sedangkan aspek
afektif dan psikomotor belum sepenuhnya diperhatikan dalam
penilaiannya.
173
DAFTAR PUSTAKA
Abbas. 2000. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka
Nasution. 1992. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Tarsito.
Slavin , R.E. 1994 . Cooperative Learning . Theory, Reseacrh , and Practice. Second Edition .Boston : Allyn and Bacon
Sumantri, Muhammad Numan . 2001. Menggagas Pembeharuan Pendidikan IPS. Dalam Dedi Supriadi dan Rohmat Mulyana (Ed). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sumantri, Endang. 2014. Upaya Membangkitkan Nasionalisme melalui Pendidikan. Sekretaris Negara Republik Indonesia. http. www.setneg.go.id
Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. 1973. Becoming a secondary school science
Widja, I Gede. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode-MetodePengajaran. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
174
Lampiran 6
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187