Transcript
Page 1: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

LAPORAN AKHIR DIPA

Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi

Katodik Arus Tanding

*

KATA PENGANTAR

Peneliti Kepala: Moch.Syaiful Anwar, S.T., M.Si

Anggota:

Ir. Harsisto, M.Eng

Drs. Sundjono

Dr. Efendi

Dr. Nono Darsono

Arini Nikitasari, S.T

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

PUSAT PENELITIAN METALURGI DAN MATERIAL

2014

Page 2: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kepada Allah S.W.T,

bahwa atas RahmatNya maka laporan kegiatan penelitian

dengan judul Pengembangan Material Beton untuk Anoda

Proteksi Katodik Arus Tanding dapat diselesaikan sesuai

rencana yang telah ditentukan.

Dalam kegiatan penelitian ini, tim peneliti dari Pusat Penelitian Metalurgi LIPI

telah mencoba melakukan percobaan perlindungan baja tulangan beton dari serangan

korosi dengan menggunakan proteksi katodik arus tanding dengan sistem anoda

mortar konduktif sebagai anoda sekunder dan MMO-Ti sebagai anoda primer serta

inhibitor sodium nitrit. Dalam laporan ini disampaikan hasil kegiatan selama tahun

2014.

Mudah-mudahan hasil kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat untuk

perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta industri di Indonesia.

Tangerang Selatan, Desember 2014

Tim Peneliti:

1. Moch.Syaiful Anwar, M.Si

2. Harsisto, M.Eng

3. Drs. Sundjono

4. Dr. Efendi

5. Dr. Nono Darsono

6. Arini Nikitasari, S.T

iii

Page 3: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

Pengembangan Material Beton untuk Anoda

Proteksi Katodik Arus Tanding

ABSTRAK

Pada penelitian ini proteksi katodik arus tanding/arus proteksi dengan

menggunakan anoda MMO-Ti beton konduktif telah dilakukan terhadap baja tulangan

beton baru yang terendam didalam air laut pada variasi arus proteksi. Tujuan

penelitian ini adalah menyigi kinerja arus proteksi untuk mengurangi agresifitas

lingkungan di sekitar beton bertulang baru dan untuk mengevaluasi beton bertulang

baru setelah diaplikasikan arus proteksi. Proteksi katodik ini bervariasi dilakukan pada

arus proteksi 100, 150 dan 200 mA/m² dari luas penampang baja tulangan. Standar

NACE SP0290 digunakan sebagai kriteria standar proteksi katodik ini. Beberapa

pengujian untuk melihat pengaruh arus proteksi pada saat power supply dihidupkan

dan dimatikan terhadap sifat korosi baja tulangan beton adalah Open Circuit Potential

(OCP) pada saat power supply dihidupkan selama 3 menit dan kemudian dimatikan

selama 4 jam, tafel polarisasi untuk mencatat potensial korosi, hambatan polarisasi,

laju korosi pada saat awal dan setelah diaplikasikan arus proteksi dan cyclic

polarisasi untuk mengetahui kerentanan baja tulangan beton terhadap korosi pitting.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proteksi katodik yang diaplikasikan telah

memenuhi kriteria dari standar NACE SP02090. Potensial korosi baja tulangan beton

yang ditentukan setelah 4 jam dari arus proteksi dimatikan menghasilkan nilai

potensial terendah/paling negatif dan nilai laju korosi lebih rendah dari pada benda uji

tanpa arus proteksi (PPC 1) selama 30 hari perendaman dan tanpa terjadinya korosi

sumuran (pitting).

Kata kunci: Proteksi katodik, Arus proteksi, MMO-Ti, Mortar konduktif, Potensial

korosi, Laju korosi, Sumuran, Tafel, Cyclic polarisation

iv

Page 4: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

I. PENDAHULUAN 1

a. Latar Belakang 1

b. Tujuan dan Sasaran 4

c. Permasalahan 4

d. Hipotesa Kerja 5

II. PROSEDUR PERCOBAAN 5

a. Preparasi benda uji proteksi katodik arus tanding 5

b. Preparasi larutan dan benda uji inhibitor 7

c. Pengujian proteksi katodik arus tanding dan inhibitor 8

III. JADWAL KEGIATAN 10

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 11

V. KESIMPULAN DAN SARAN 21

REFERENSI 22

v

Page 5: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema tiga elektroda

Gambar 2 Aplikasi dari kriteria 100 mV polarisasi dimana Potensial Baja Tulangan

saat: (a) ECP on selama 30 menit, (b) ECP off dan Enatural 4 jam pada variasi

arus proteksi

Gambar 3 Potensial korosi baja tulangan beton yang ditentukan 4 jam setelah

aplikasi arus proteksi

Gambar 4 Laju korosi baja tulangan beton yang ditentukan 4 jam setelah aplikasi

arus proteksi

Gambar 5 Cyclic polarisation baja tulangan beton pada variasi arus proteksi yang

diambil setelah hari ke 30

Gambar 6 Potensial Korosi (Ecorr) vs Waktu pada berbagai variasi pH larutan uji

dan : (a) 0,6 M NaNO2, (b) 0,3 M NaNO2, (c) 0,1 M NaNO2, (d) tanpa

NaNO2

Gambar 7 Potensial Korosi (Ecorr) vs Waktu pada berbagai variasi konsentrasi

sodium nitrit dan: (a) pH 11, (b) pH 9, (c) pH 7

Gambar 8 Laju Korosi vs Waktu pada berbagai variasi pH larutan uji dan: (a)

tanpa NaNO2, (b) 0,1 M NaNO2, (c) 0,3 M NaNO2, (d) 0,6 M NaNO2

Gambar 9 Laju Korosi vs Waktu pada berbagai variasi konsentrasi sodium nitrit

dan : (a) pH 11 (b) pH 9 (c) pH 7

Gambar 10 Laju korosi rata-rata selama 30 hari baja tulangan dalam larutan uji pada

berbagai variasi pH dan konsentrasi sodium nitrit

vi

Page 6: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi kimia semen PPC

Tabel 2. Komposisi kimia baja tulangan ulir 20 mm

Tabel 3. Komposisi kimia larutan beton sintetis

Tabel 4. Komposisi kimia baja tulangan beton dia. 13 mm

Tabel 5. Hasil uji air laut

Tabel 6. Jadwal kegiatan penelitian

Tabel 7. Potensial korosi awal (ECorr), hambatan polarisasi awal (Rp) dan laju korosi

awal (KCorr) untuk benda uji yang direndam sebagian di air laut

Tabel 8. Hasil uji yang dibandingkan dengan kriteria 100 mV polarisasi dari NACE

SP0290

Tabel 9. Efisiensi inhibisi sodium nitrit pada berbagai variasi konsentrasi dan pH

larutan uji

vii

Page 7: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

viii

Page 8: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Beton bertulang banyak sekali ditemukan kerusakan yang disebabkan oleh

korosi. Penyebab kerusakan tersebut meliputi masuknya garam didalam beton dan

karbonasi beton. Salah satu kondisi yang rentan sekali terhadap serangan korosi

tersebut terjadi pada struktur beton yang terekspos di daerah marine. Korosi

merupakan proses elektrokimia dan salah satu teknologi yang telah teruji mampu

untuk mengendalikan korosi tersebut adalah proteksi katodik [1].

Secara prinsip, teknik proteksi katodik ini dapat menurunkan nilai potensial

baja tulangan beton ke arah lebih negatif daripada potensial korosinya (ECorr),

mengurangi perbedaan potensial antara daerah anodik dan katodik sehingga dapat

menurunkan laju korosi sampai pada nilai terkecil. Hal ini dapat dicapai dengan cara

memberikan arus searah (DC) kepada baja tulangan beton. Proteksi katodik yang

memakai Arus DC dari power supply dinamakan impressed current cathodic

protection (ICCP) dimana logam yang lebih nobel daripada baja tulangan digunakan

sebagai anoda sedangkan arus DC yang diperoleh dari logam yang lebih aktif dari

baja tulangan dinamakan sacrificial anode cathodic protection [2].

Arus atau elektron yang mengalir menuju baja tulangan akan meningkatkan

reaksi katodik dan memindahkan ion klorida yang ada disekitar baja tulangan. Reaksi

katodik ini menghasilkan ion-ion hidroksil yang berasal dari oksigen dan air.

Kemudian ion-ion tersebut berpindah melalui selimut beton menuju ke anoda untuk

dioksidasi menjadi oksigen dan elektron. Elektron mengalir ke sumber arus dan

menutup rangkaian listrik sehingga sirkulasi arus tersebut cenderung meningkatkan

reaksi katodik daripada reaksi anodik. Rapat arus yang relatif moderat dapat

digunakan untuk mengembalikan kondisi pasifasi baja tulangan beton tersebut [3].

Proteksi katodik untuk menghambat proses korosi pada struktur beton pertama

kali digunakan oleh Stratfull dengan menginstalasi coke-asphalt cathodic protection

system diatas dek jembatan Sly Park di California [4]. Kemudian bermunculan

berbagai jenis anoda seperti slotted anode system surrounded by conductive anode

materials, catalyzed titanium anodes dengan concrete encapsulation, conducting

polymer overlay, titanium ribbon anode system dan thermally sprayed zinc anode

yang digunakan sebagai sistem proteksi katodik pada dek jembatan [5]. Conductive

polymer rods, zinc ribbon (sacrificial), platinized niobium tertanam didalam

1

Page 9: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

conductive paste dan graphite rods telah dicoba pada pilar jembatan Burlington Bay

Skyway oleh penelitian dan pengembangan cabang Departemen Perhubungan dan

Komunikasi Ontario selama tahun 1982-1983 [6]. Kessler dan Powers telah

menggunakan conductive rubber anodes untuk melindungi tiang pancang beton

bertulang di lingkungan marine [7].

Dari sekian anoda yang telah dikembangkan masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian saat ini, sistem anoda yang digunakan

terdiri dari mortar konduktif yang mengandung serat karbon sebagai anoda sekunder

sedangkan MMO-Ti ditanam di mortar konduktif sebagai anoda primer. Proteksi

katodik ICCP yang menggunakan sistem anoda tersebut pada rapat arus yang relatif

moderat diaplikasikan pada benda uji beton bertulang yang terendam di air laut yang

diambil dari kawasan wisata bahari. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyigi

kinerja arus proteksi untuk mengurangi agresifitas lingkungan di sekitar beton

bertulang baru dan untuk mengevaluasi beton bertulang baru setelah diaplikasikan

arus proteksi.

Dalam kondisi normal, baja tulangan beton terlindungi terhadap serangan

korosi lingkungannya dengan adanya selimut beton. Selimut beton yang bersifat

alkalin (pH = 12-13) dapat memberikan proteksi korosi pada permukaan baja tulangan

dengan membentuk lapisan pasif yang terdiri dari senyawa-senyawa besi oksida

(Fe3O4 /γ Fe2O3) atau hidroksida (FeOOH). Namun, apabila beton terekspos dalam

lingkungan agresif yaitu lingkungan dengan konsentrasi ion klorida yang melebihi

batas kritisnya, maka ion klorida akan masuk ke dalam beton dan merusak lapisan

pasif sehingga dapat mengakibatkan terjadi korosi pada baja tulangan beton [8]. Batas

kritis konsentrasi ion klorida yang dapat merusak lapisan pasif pada beton besarannya

tidak konstan tetapi bergantung pada beberapa faktor seperti tipe kation dari garam

klorida tetapi umumnya berada pada rentang 0,4 – 1% dari berat semen beton [9,10].

Ketika ion klorida masuk ke dalam permukaan beton dapat mengakibatkan korosi

sumuran (pitting corrosion) pada permukaan baja tulangan beton. Korosi sumuran

merupakan proses korosi lokal yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan

lingkungan menjadi asam di dalam sumuran sehingga laju korosi meningkat secara

drastis.

Pengendalian korosi pada baja tulangan dilakukan mulai dari tahap desain

dengan menggunakan beton berkualitas tinggi. Upaya pengendalian korosi juga

diperlukan bilamana beton tersebut akan diekspos dalam lingkungan yang korosif

2

Page 10: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

untuk memperpanjang umur layanan beton. Beberapa cara yang dapat digunakan

sebagai upaya memperlambat laju korosi pada baja tulangan antara lain dengan

pelapisan seng (galvanisasi) atau cat epoksi, proteksi katodik, dan penambahan

inhibitor korosi ke dalam beton [8].

Penggunaan inhibitor korosi merupakan upaya untuk menghambat laju korosi yang

lebih ekonomis dibandingkan cara-cara lainnya karena harga bahan kimia lebih murah

daripada bahan lapis pelindung maupun aplikasi proteksi katodik serta tidak

membutuhkan biaya pemeliharaan. Selain itu, inhibitor dapat diinjeksikan ke dalam

beton jika kemampuan inhibisinya menurun dengan waktu. Akan tetapi, terdapat pula

beberapa kelemahan dalam penggunaan inhibitor diantaranya tidak dapat diganti jika

ditemukan inhibitor tidak bekerja secara efektif serta dapat merubah sifat-sifat fisik

dari mekanik beton [8].

Inhibitor berbasis nitrit merupakan jenis inhibitor anodik yang efektif untuk

menghambat proses korosi pada baja tulangan beton dan paling banyak tersedia di

pasaran [11]. Jenis inhibitor yang dipilih pada penelitian ini adalah sodium nitrit

karena telah banyak digunakan sebagai inhibitor korosi baja tulangan beton tetapi

hingga saat ini belum ada laporan hasil penelitian yang komprehensif mengenai

perilaku dan efisiensinya untuk mereduksi proses korosi baja tulangan beton yang

terkontaminasi klorida pada berbagai variasi pH.

Penambahan sodium nitrit ke dalam beton dengan konsentrasi yang tepat akan

menimbulkan efek inhibisi korosi yang optimal pada baja tulangan beton. Oleh karena

itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai pengaruh

konsentrasi penambahan sodium nitrit terhadap proses korosi baja tulangan beton

yang terkontaminasi klorida pada berbagai variasi pH. Proses korosi pada baja

tulangan beton diamati melaui pengukuran potensial korosi (Ecorr) dan laju korosi

menggunakan metode Tafel. Perhitungan efisiensi inhibisi pada akhir pengujian juga

dilakukan. Hasil dari semua pengujian dan analisa yang dilakukan akan dibahas

menjadi suatu kesimpulan mengenai kemampuan sodium nitrit untuk mencegah

terjadinya korosi atau menurunkan laju korosi baja tulangan beton yang

terkontaminasi klorida.

3

Page 11: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

b. Tujuan Penelitian dan Sasaran

Tujuan

• Menambah ilmu pengetahuan tentang teknologi pembuatan anoda mortar

konduktif serta aplikasinya, dan teknik karakterisasi anoda mortar konduktif

Sasaran

• Untuk mempelajari kemungkinan penerapan proteksi katodik pada baja

tulangan beton dengan memakai sistem anoda mortar konduktif.

• Untuk mempelajari potensial korosi dan laju korosi baja tulangan beton yang

terekspos diair laut setelah diaplikasi proteksi katodik

• Perlindungan korosi pada baja tulangan beton dengan menggunakan inhibitor

yang berbeda

c. Permasalahan

Proteksi katodik untuk menghambat proses korosi pada struktur beton pertama

kali digunakan oleh Stratfull dengan menginstalasi coke-asphalt cathodic protection

system diatas dek jembatan Sly Park di California [4]. Kemudian bermunculan

berbagai jenis anoda seperti slotted anode system surrounded by conductive anode

materials, catalyzed titanium anodes dengan concrete encapsulation, conducting

polymer overlay, titanium ribbon anode system dan thermally sprayed zinc anode

yang digunakan sebagai sistem proteksi katodik pada dek jembatan [5]. Conductive

polymer rods, zinc ribbon (sacrificial), platinized niobium tertanam didalam

conductive paste dan graphite rods telah dicoba pada pilar jembatan Burlington Bay

Skyway oleh penelitian dan pengembangan cabang Departemen Perhubungan dan

Komunikasi Ontario selama tahun 1982-1983 [6]. Kessler dan Powers telah

menggunakan conductive rubber anodes untuk melindungi tiang pancang beton

bertulang di lingkungan marine [7].

Dari sekian anoda yang telah dikembangkan masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian saat ini, sistem anoda yang digunakan

terdiri dari mortar konduktif yang mengandung serat karbon sebagai anoda sekunder

sedangkan MMO-Ti ditanam di mortar konduktif sebagai anoda primer.

Inhibitor berbasis nitrit merupakan jenis inhibitor anodik yang efektif untuk

menghambat proses korosi pada baja tulangan beton dan paling banyak tersedia di

pasaran [11]. Jenis inhibitor yang dipilih pada penelitian ini adalah sodium nitrit

4

Page 12: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

karena telah banyak digunakan sebagai inhibitor korosi baja tulangan beton tetapi

hingga saat ini belum ada laporan hasil penelitian yang komprehensif mengenai

perilaku dan efisiensinya untuk mereduksi proses korosi baja tulangan beton yang

terkontaminasi klorida pada berbagai variasi pH.

d. Hipotesa Kerja

Pada penelitian saat ini, sistem anoda yang digunakan terdiri dari mortar

konduktif yang mengandung serat karbon sebagai anoda sekunder sedangkan MMO-

Ti ditanam di mortar konduktif sebagai anoda primer. Proteksi katodik ICCP yang

menggunakan sistem anoda tersebut pada rapat arus yang relatif moderat

diaplikasikan pada benda uji beton bertulang yang terendam di air laut yang diambil

dari kawasan wisata bahari.

Proses korosi pada baja tulangan beton diamati melaui pengukuran potensial

korosi (Ecorr) dan laju korosi menggunakan metode Tafel. Perhitungan efisiensi

inhibisi pada akhir pengujian juga dilakukan. Hasil dari semua pengujian dan analisa

yang dilakukan akan dibahas menjadi suatu kesimpulan mengenai kemampuan

sodium nitrit untuk mencegah terjadinya korosi atau menurunkan laju korosi baja

tulangan beton yang terkontaminasi klorida.

II. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Preparasi benda uji proteksi katodik arus tanding

Benda uji berupa beton bertulang berbentuk tabung yang memiliki diameter 60

mm dan tinggi 250 mm. Pembuatan beton bertulang dilakukan dengan cara

mencampurkan semen PPC (Portland Pozzolan Cement), pasir yang berukuran

kurang dari 4,76 mm (mesh 4) dan air pada perbandingan masing-masing 1:3:0,8.

Komposisi kimia semen PPC ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia semen PPC

Senyawa Oksida Hasil (%berat)

CaO 59,07SiO2 23,61Al2O3 6,97Fe2O3 3,78MgO 1,51SO2 1,52

Na2O 0,58K2O 0,76

5

Page 13: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

LOI 1,72Baja ulir SNI yang memiliki diameter 20 mm dan panjang 250 mm digunakan

sebagai tulangan beton dimana lapisan luar daripada baja ini dibersihkan dengan cara

mensikat dengan sikat non-korosif didalam larutan HCl + 3,5 g Hexaminetetramine.

Komposisi kimia baja ulir ditampilkan pada Tabel 2.

Campuran beton yang telah merata tersebut di tuang/di cor kedalam cetakan

dengan menempatkan baja tulangan ulir SNI pada tengah-tengah cetakan sedalam 230

mm sehingga luas area yang terekspos oleh beton 140 cm². Setelah 1 hari, cetakan

tersebut dibongkar dan dilakukan proses curing selama 28 hari didalam air kapur

jenuh. Kemudian proses pelapisan sistem anoda pada beton bertulang dilakukan

setelah proses curing selesai sehingga didapatkan selimut beton 28 mm.

Tabel 2. Komposisi kimia baja tulangan ulir dia. 20 mm

Unsur Hasil (%berat)

C 0,32Mn 0,52Si 0,19Cu 0,2Ni 0,05Cr 0,22Mo 0,009P 0,006Fe Bal.

Sistem anoda yang digunakan pada penelitian ini adalah mortar konduktif

sebagai anoda sekunder dan MMO-Ti (Mix Metal Oxide-Titanium) sebagai anoda

primer yang tertanam didalam mortar konduktif. Mortar konduktif terdiri dari semen,

pasir dan air pada perbandingan masing-masing 1:1:0,5 dan serat karbon dengan

panjang 6 mm yang berbentuk chopped sebanyak 1 vol.%. MMO-Ti memiliki coating

MMO dengan tebal 39 – 47 µm dan komposisi kimianya terdiri dari Ir 0,15; Ta 1,26

dan Ti 98,59 % massa.

Beton bertulang yang telah terlapisi oleh sistem anoda tersebut kemudian

digunakan sebagai benda uji pada penelitian ini.

b. Preparasi larutan dan benda uji inhibitor

6

Page 14: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

Larutan uji dalam percobaan ini merupakan campuran dari larutan beton

sintetis dengan 3,5% volume NaCl. Larutan beton sintetis dibuat dengan komposisi

sesuai Tabel 3. Larutan beton sintetis kemudian diukur pH awalnya menggunakan pH

meter diperoleh nilai pH awal sebesar 13.

Tabel 3. Komposisi Kimia Larutan Beton Sintetis [10]

Unsur Mol/liter

NaOH

KOH

Ca(OH)2

CaSO4.H2O

0,1

0,3

0,03

0,02

Larutan beton sintetis yang telah diketahui nilai pH awalnya selanjutnya

ditambahkan larutan NaCl sebesar 3,5% volume larutan. Kemudian diatur pHnya

sesuai parameter percobaan yaitu 11, 9, dan 7 menggunakan larutan asam HCl.

Larutan uji kemudian ditambahkan inhibitor sodium nitrit (NaNO2) dengan

variasi konsentrasi yaitu 0 M (tanpa inhibitor); 0,1M; 0,3 M; dan 0,6M.

Benda uji dalam penelitian ini adalah baja beton ulir diameter 13 mm dengan

komposisi kimia seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Kimia Baja Tulangan Beton dia. 13 mm

Komposisi Kimia (%)C Si Mn P S Fe

0,37 0,23 0,54 0,03 0,04 Bal

Baja beton ulir yang digunakan dalam penelitian ini dipotong dengan ukuran 1

cm. Kemudian, disambung dengan kabel menggunakan solder listrik dan dimonting

menggunakan resin sehingga luas area yang terekspos sebesar 1,23 cm2.

Baja beton yang telah dimonting selanjutnya dipoles menggunakan abrassive paper

dimulai dari ukuran 80 cw hingga 1000 cw. Benda uji kemudian direndam dalam

larutan uji selama 30 hari.

c. Pengujian proteksi katodik arus tanding dan inhibitor

Sebelum dilakukan pengujian proteksi katodik arus tanding, bagian sisi atas

dan bawah benda uji tersebut ditutup dengan epoxy-resin. Pengujian dilakukan pada

7

Page 15: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

kondisi benda uji direndam didalam air laut sedalam 50% dari tinggi benda uji selama

30 hari. Sifat fisik dan kimia air laut yang digunakan pada penelitian ini ditampilkan

pada Tabel 5.

Pada awal pengujian, benda uji diukur potensial korosi awal (ECorr), hambatan

polarisasi awal (Rp) dan laju korosi awal (KCorr). Kemudian benda uji dikenakan

proteksi katodik dengan cara mengalirkan arus DC yang berasal dari power supply

sebesar 100, 150 dan 200 mA/m² dari luas area baja tulangan yang terekspos oleh

beton selama 30 menit. Benda uji (baja tulangan) dihubungkan pada negatif port dan

sistem anoda dihubungkan pada positif port dan multimeter Keithley 197A digunakan

untuk memonitoring arus yang mengalir ke baja tulangan beton.

Tabel 5. Hasil uji air laut

No. Parameter Satuan Hasil ujiA. Physical1. Total Suspended Solids (TSS) mg/l 22,0

B. Chemical1. pH - 7,2

2. Salinitas ‰ 28,5

3. Chloride (Cl-) mg/l 15070,7

4. COD mg/l 404,95. BOD mg/l 109

6. Magnesium (Mg) mg/l 5,3

7. Sulphate (SO4) mg/l 445

8. Dissolved Oxygen (DO) mg/l 12,0

9. Nitrate (NO3-N) mg/l 14

10. Sodium (Na) mg/l 5,2

Untuk mengetahui proteksi katodik yang dilakukan telah sesuai dengan

kriteria standar NACE SP0290 maka arus DC yang dikenakan tadi dimatikan

sehingga didapatkan potensial natural selama 4 jam. Jika selisih antara potensial

natural (Enatural) dan potensial saat arus DC dimatikan (ECP off) sama dengan atau lebih

besar daripada 100 mV maka proteksi katodik yang dilakukan pada beton bertulang

telah memenuhi kriteria dari standar tersebut. Setelah itu, potensial (ECorr) dan laju

korosi (KCorr) diukur setiap hari dalam 30 hari yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dari proses proteksi katodik yang telah dilakukan tersebut. Setelah 30 hari

pengujian, benda uji dilakukan juga pengukuran pitting potensial (Epit) untuk

mengetahui kerentanan terhadap korosi pitting.

8

Page 16: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

Susunan sirkuit uji elektrokimia uji proteksi katodik arus tanding sebagai

berikut benda uji sebagai working electrode, grafit sebagai counter electode dan SCE

(Saturated Colomel Electrode) sebagai reference electrode. Semua parameter korosi

seperti ECorr, Rp dan KCorr didapatkan dengan menggunakan metode Tafel pada range

potensial dari -200 sampai 200 mV dari OCP (Open Circuit Potential) dengan scan

rate 1,5 mV/s, Enatural dan ECP off didapatkan dengan cara mencatat potensial dalam

fungsi waktu dan Epit didapatkan dengan menggunakan metode Cyclic Polarisation.

Cyclic polarisation dilakukan pada range potensial antara -200 mV sampai +1500 mV

dari OCP pada forward scan rate 5 mV/s dan reverse scan rate 2,5 mV/s. Setelah

mencapai nilai potensial +1500 mV, reverse polarisation dilakukan untuk

menemukan potensial pitting (Epit) dan potensial repasifasi. Instrumen Gamry

Instruments Seri G750 digunakan untuk mendapatkan semua parameter korosi

tersebut.

Susunan sirkuit uji elektrokimia uji inhibitor sebagai berikut Pengukuran

potensial korosi (Ecorr) dan laju korosi pada penelitian ini berdasar standard ASTM

G-5. Pengukuran dilakukan setiap hari selama 30 hari menggunakan alat Gamry

Instruments Seri G750. Teknik pengukuran potensial korosi (Ecorr) dan laju korosi

menggunakan metode polarisasi Tafel pada range potensial -200mV sampai 200mV

dari OCP (Open Circuit Potential) dengan parameter scan rate 1,5 mV/s. Terdapat

tiga jenis elektroda yang digunakan dalam pengukuran ini seperti skema pada Gambar

2, yaitu counter electrode menggunakan grafit, reference electrode menggunakan

SCE (Saturated Calomel Electrode), dan working electrode yang merupakan benda

uji yaitu baja tulangan beton yang termonting.

Gambar 1. Skema tiga elektoda [11]

9

Page 17: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

III. JADWAL KEGIATAN

a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan adalah selama 12 bulan (dimulai bulan Januari

dan diakhiri bulan Desember).

b. Matriks Pelaksanaan Kegiatan

Matrik pelaksanaan kegiatan penelitian ini yang telah direncanakan telah

terealisasi untuk tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Penelitian

Keterangan:

Warna : Jadwal yang direncanakan

Warna : Jadwal yang terealisasi

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Proteksi Katodik Arus Tanding

Tabel 7 menunjukkan benda uji yang direndam sebagian di air laut yang akan

diaplikasikan berbagai variasi arus proteksi. Pada tabel tersebut juga menyajikan

potensial korosi (Ecorr) awal, hambatan polarisasi (Rp) awal dan laju korosi (Kcorr) awal.

Potensial korosi awal bervariasi antara -200,3 sampai -321,7 mV (SCE). Hambatan

polarisasi awal didapatkan dari persamaan Stern–Geary, Rp=B/Icorr ,dimana konstanta

Stern–Geary, B sama dengan 26 mV untuk logam baja aktif dan arus korosi (Icorr)

diperoleh dari hasil tafel polarisasi. Hambatan polarisasi awal bervariasi antara 52

sampai 36827 Ωm2. Laju korosi awal bervariasi antara 8,22E-04 sampai 0,67

10

Page 18: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

µm/tahun.

Tabel 7. Potensial korosi awal (ECorr), hambatan polarisasi awal (Rp) dan laju korosi awal (KCorr) untuk benda uji yang direndam sebagian di air laut

Benda Uji Arus Proteksi (mA/m2)

Ecorr (mV vs. SCE)

Rp

(Ωm2)Kcorr

(µm/tahun)

PPC 1 0 -200,3 36827 8,22E-04PPC 2 100 -321,7 45,3 0,67PPC 3 150 -292,1 55,7 0,54PPC 4 200 -295,8 52 0,58

Semakin tinggi hambatan polarisasi yang dimiliki benda uji maka semakin

rendah laju korosinya. Hal tersebut ditemukan pada benda uji PPC 1 yang memiliki

nilai hambatan polarisasi paling tinggi sebesar 36827 Ωm2 dan laju korosi paling kecil

sebesar 8,22E-04 µm/tahun. Pada benda uji PPC 2 memiliki nilai hambatan polarisasi

paling kecil sebesar 45,3 Ωm2 dan laju korosi paling tinggi sebesar 0,67 µm/tahun.

Namun rata-rata laju korosi pada semua benda uji mendekati nilai nol. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semua benda uji beton bertulang tidak mengandung klorida.

Gambar 2 menunjukkan aplikasi dari kriteria 100 mV polarisasi. Ketika baja

tulangan beton tidak terproteksi katodik maka dinamakan potensial korosi awal (Ecorr)

yang ditampilkan pada Tabel 4. Ketika proteksi katodik diaplikasikan selama 30 menit

pada variasi arus proteksi maka potensial baja tulangan bergeser kearah katodik atau

bergeser kearah potensial yang lebih negatif dari potensial korosi awal, yang

diasumsikan dengan nilai ECP on pada Gambar 2(a). Setelah arus proteksi dari power

supply dimatikan, potensial baja tulangan kemudian meningkat secara tiba-tiba yang

dinamakan instant off potential (ECP off). Peningkatan tersebut disebabkan karena

adanya pengaruh dari resistivity beton [12]. Kemudian, peningkatan asimtotik

potensial baja tulangan terlihat sampai kondisi stabil yang dinamakan potensial natural

(Enatural) pada Gambar 2(b).

11

Page 19: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

Gambar 2. Aplikasi dari kriteria 100 mV polarisasi dimana Potensial Baja Tulangan

saat: (a) ECP on selama 30 menit, (b) ECP off dan Enatural 4 jam pada variasi arus proteksi

Gambar 2 juga menunjukkan bahwa semakin tinggi arus proteksi yang

diaplikasikan maka semakin negatif shift potensial baja tulangan beton. Aplikasi arus

proteksi 100, 150 dan 200 mA/m2 didapatkan ECP off sebesar -668,9; -701,8 dan -752,3

mV. Tidak seperti kasus baja dalam air laut, potensial baja tulangan dalam beton tidak

perlu ditekan sampai lebih rendah dari potensial ‘proteksi’ (-850 mV vs CSE) karena

efek yang menguntungkan dari selimut beton seperti alkalinitasnya [3].

Enatural didapatkan selama 4 jam sebesar -105,5; -98,4 dan -109,3 mV. Menurut

Bennet dan Turk [13] dan Pedeferri [14], periode 4 jam dibutuhkan untuk mencapai

stabilisasi Enatural. Selisih antara Enatural dan ECP off merupakan nilai dari depolarisasi baja

tulangan didalam beton yang ditampilkan pada Tabel 8. Pada Tabel 8 juga

menunjukkan bahwa nilai polarisasi semakin tinggi dengan semakin tingginya arus

proteksi yang diaplikasikan pada baja tulangan beton. Nilai polarisasi yang didapatkan

pada semua benda uji lebih besar dari 100 mV sehingga telah memenuhi kriteria dari

NACE SP0290.

Gambar 3 menampilkan potensial korosi baja tulangan beton yang ditentukan

setelah 4 jam dari arus proteksi dimatikan. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa

saat 4 jam setelah arus proteksi dimatikan, potensial korosi benda uji tanpa

diaplikasikan arus proteksi memiliki nilai lebih negatif (-200 mV vs SCE) daripada

potensial korosi benda uji pada variasi arus proteksi. Kemudian pada hari berikutnya

sampai hari ke 30, potensial korosi benda uji tanpa arus proteksi memiliki nilai rata-

rata lebih besar dari -100 mV sedangkan benda uji pada variasi arus proteksi memiliki

12

Page 20: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

nilai potensial korosi lebih negatif. Nilai potensial terendah/paling negatif sebesar

-388,3 mV vs SCE ditemukan pada benda uji PPC 4 pada hari ke 10. Perubahan

potensial korosi terhadap waktu, baik nilai shift potensial lebih positif maupun nilai

shift potensial lebih negatif pada masing-masing benda uji, tidak dapat didefinisikan

sebagai tingkat keparahan proses korosi yang terjadi [15].

Nilai laju korosi digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan proses korosi

secara kuantitatif yang ditampilkan pada Gambar 4.

a)

b)

c)

d)

e)

f)

g)

Gambar 3. Potensial korosi baja tulangan beton yang ditentukan 4 jam setelah aplikasi

arus proteksi

Pada gambar tersebut nilai laju korosi tertinggi ditemukan pada sampel uji PPC

1 tanpa arus proteksi pada hari ke 13 sebesar 8,64 µm/tahun sedangkan nilai laju

korosi terendah ditemukan pada sampel uji PPC 2 setelah diaplikasikan arus proteksi

100 mA/m² pada hari ke 16 sebesar 0,18 µm/tahun. Gambar tersebut juga

menunjukkan bahwa pada saat awal benda uji diekspos didalam air laut, benda uji PPC

1 tanpa diaplikasikan arus proteksi memiliki nilai laju korosi lebih rendah daripada

benda uji yang akan diaplikasikan arus proteksi. Namun, benda uji PPC 2 – PPC 4

Tabel 8. Hasil uji yang dibandingkan dengan kriteria 100 mV polarisasi dari NACE SP0290

Benda Uji Arus Proteksi (mA/m²)

Enatural 4 jam (mV vs. SCE)

ECP off (mV vs. SCE)

Polarisasi (mV)

Kriteria dari NACE

PPC 2 100 -105,5 -668,9 563,4 Ya

PPC 3 150 -98,4 -701,8 603,4 Ya

PPC 4 200 -109,3 -752,3 643 Ya

13

Page 21: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

yang telah diaplikasikan arus proteksi, pada hari berikutnya menghasilkan nilai laju

korosi lebih rendah daripada benda uji tanpa arus proteksi. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa adanya pengaruh protektif dari aplikasi arus proteksi selama

30 menit dimana arus proteksi tersebut mampu menghambat laju korosi akibat

agresifitas air laut yang mengandung parameter fisik dan kimia sesuai Tabel 5.

Menurut L. Coppola et al, baja tulangan beton yang terendam didalam air laut

mempunyai dan dan kimia sesuai Tabel 5. Menurut L. Coppola et al, baja tulangan

beton yang terendam didalam air laut mempunyai nilai resistivitas listrik rendah dan

laju korosi pada baja tulangan beton diakibatkan oleh difusi dari oksigen terlarut

melalui selimut beton yang basah [16].

Gambar 4. Laju korosi baja tulangan beton yang ditentukan 4 jam setelah aplikasi

arus proteksi

Adanya ion klorida (Cl), sulphate (SO4) dan nitrate (NO3-N) di dalam kandungan

air laut (Tabel 5) dapat mengakibatkan kerentanan baja tulangan beton terhadap

serangan korosi lokal terutama korosi sumuran (pitting) [17].

h)

i)

j)

k)

l)

Gambar 5. Cyclic polarisation baja tulangan beton pada variasi arus proteksi yang diambil setelah

hari ke 30

14

Page 22: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

m)

n)

o)

p)

q)

r)

s)

t)

Namun, setelah dilakukan uji cyclic polarisation yang disajikan pada Gambar

5 menunjukkan bahwa benda uji tanpa dan setelah aplikasi arus proteksi tidak

ditemukan adanya daerah pasif ketika semua benda uji tersebut terendam di dalam air

laut. Semua benda uji tersebut juga menunjukkan reverse polarisation berada diatas

forward polarisation dan tidak menunjukkan adanya breakdown potential ketika arus

mencapai lebih dari 7 mA. Pada benda uji yang telah diaplikasikan arus proteksi

menunjukkan adanya transpassive potential (Etrans) sebesar -109,8 mV, -66,4 mV dan

145 mV untuk benda uji PPC 2, PPC 3 dan PPC 4. Diatas Etrans ini arus dapat

meningkat karena pelarutan lapisan pasif tanpa terjadinya korosi pitting. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa adanya selimut beton sebesar 28 mm yang dimiliki pada

semua benda uji yang terendam didalam air laut dapat menghambat penetrasi klorida

menuju ke baja tulangan beton selama 30 hari perendaman.

4.2. Inhibitor

Potensial Korosi (Ecorr)

Pengukuran potensial korosi (Ecorr) dilakukan untuk membuktikan bahwa

inhibitor sodium nitrit yang merupakan tipe inhibitor anodik mampu menaikkan

potensial korosi baja tulangan beton pada berbagai konsentrasi dan pH. Gambar 6 dan

7 menunjukkan grafik hasil pengukuran potensial korosi (Ecorr) baja tulangan beton

yang direndam dalam larutan uji selama 30 hari pada berbagai variasi pH dan

15

Page 23: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

konsentrasi inhibitor sodium nitrit (NaNO2).

Berdasarkan Gambar 6 potensial korosi (Ecorr) baja tulangan pada larutan uji

dengan inhibitor sodium nitrit memiliki nilai yang lebih positif dibandingkan

potensial korosi (Ecorr) pada larutan tanpa inhibitor. Potensial korosi (Ecorr) pada

larutan uji dengan konsentrasi inhibitor sodium nitrit 0,6 M pada Gambar 6a berada

pada rentang -0,3 hingga -0,2 V. Potensial korosi (Ecorr) pada larutan uji dengan

konsentrasi sodium nitrit 0,3 M dan 0,1 M pada Gambar 6b dan 6c berada pada

rentang -0,4 hingga -0,3 V. Sedangkan potensial korosi (Ecorr) pada larutan uji tanpa

inhibitor pada Gambar 6d berada pada rentang nilai -0,7 hingga -0,6 M. Hal ini

membuktikan bahwa dengan adanya penambahan konsentrasi inhibitor sodium nitrit

mengakibatkan potensial korosi (Ecorr) semakin positif nilainya pada semua variasi

pH larutan uji.

Berdasarkan hasil pengukuran potensial korosi (Ecorr) pada Gambar 7, dapat

diketahui bahwa pH tidak mempengaruhi nilai potensial korosi (Ecorr) baja tulangan

karena ketiga variasi pH pada penelitian ini memberikan hasil pengukuran potensial

korosi (Ecorr) yang tidak terlalu berbeda nilainya. Perbedaan nilai potensial korosi

Gambar 6. Potensial Korosi (Ecorr) vs Waktu pada berbagai variasi pH larutan uji dan

: (a) 0,6 M NaNO2, (b) 0,3 M NaNO2, (c) 0,1 M NaNO2, (d) tanpa NaNO2

16

Page 24: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

justru tampak pada masing-masing grafik pada Gambar 7a - 7c yaitu pada larutan

tanpa inhibitor dimana nilai potensial korosinya (Ecorr) selalu paling negatif. Hal ini

mengindikasikan bahwa sodium nitrit adalah jenis inhibitor anodik yang memiliki ciri

inhibisi menaikkan potensial korosi (Ecorr). Hasil percobaan ini diperkuat oleh hasil

penelitian L. Dhoubi dkk yang menyebutkan bahwa nitrit menunjukkan perilaku

sebagai inhibitor tipe anodik yaitu merubah potensial korosi (Ecorr) menjadi lebih

positif [18,19].

Pengukuran potensial korosi (Ecorr) dilakukan setiap hari selama 30 hari

untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada nilai potensial korosi (Ecorr). Menurut

data hasil pengukuran selama 30 hari yang ditampilkan pada Gambar 6 dan 7

menunjukkan bahwa tidak terjadi kenaikan atau penurunan yang signifikan pada nilai

potensial korosi (Ecorr) baja tulangan atau dengan kata lain nilai hasil pengukuran

potensial korosi (Ecorr) baja tulangan pada berbagai variasi pH dan konsentrasi

sodium nitrit cenderung stabil dalam jangka waktu 30 hari.

Laju Korosi

Pengukuran laju korosi dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan

konsentrasi sodium nitrit yang optimal untuk menghambat proses korosi yang terjadi

pada baja tulangan beton dalam berbagai variasi pH. Semakin kecil hasil pengukuran

Gambar 7. Potensial Korosi (Ecorr) vs Waktu pada berbagai variasi konsentrasi sodium nitrit dan: (a) pH 11, (b) pH 9, (c) pH 7

17

Page 25: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

laju korosi mengindikasikan semakin optimal sodium nitrit menghambat proses korosi

pada baja tulangan.

Gambar 8 dan 9 merupakan grafik hasil pengukuran laju korosi baja tulangan

dalam larutan uji pada berbagai variasi pH dan konsentrasi inhibitor.

Berdasarkan Gambar 8a – 8d dapat diketahui bahwa semakin besar

penambahan konsentrasi inhibitor sodium nitrit maka semakin kecil nilai laju

korosinya.

Hasil pengukuran laju korosi baja tulangan pada larutan uji tanpa inhibitor

pada Gambar 8a menunjukkan laju korosi pada rentang nilai 0 hingga 0,2 mmpy.

Gambar 8b dan 8c menunjukkan nilai laju korosi pada larutan uji dengan konsentrasi

sodium nitrit 0,3 M dan 0,1 M berada pada rentang 0,02 hingga 0,04 mmpy.

Sedangkan hasil pengukuran dalam larutan sodium nitrit 0,6 M berada pada rentang

nilai laju korosi paling rendah yaitu kurang dari 0,02 mmpy.

Gambar 9 menunjukkan hasil pengukuran laju korosi pada berbagai pH

memiliki rentang nilai yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pH tidak berpengaruh

terhadap besar kecilnya nilai laju korosi tetapi nilai laju korosi sangat dipengaruhi

oleh konsentrasi sodium nitrit.

Gambar 8. Laju Korosi vs Waktu pada berbagai variasi pH larutan uji dan: (a) tanpa NaNO2, (b) 0,1 M NaNO2, (c) 0,3 M NaNO2, (d) 0,6 M NaNO2

18

Page 26: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

Berdasarkan Gambar 8a dan Gambar 9, hasil pengukuran laju korosi pada

larutan tanpa inhibitor mengalami kenaikan setelah sebelumnya terjadi penurunan

pada hari ke-1 hingga hari ke-5 pada berbagai variasi pH larutan uji. Hal ini terjadi

akibat adanya proses korosi yang berlangsung pada baja tulangan dimana pada awal

pengukuran masih terdapat lapisan pasif yang melindungi baja tulangan dari korosi

sehingga laju korosi cenderung turun. Selanjutnya ketika lapisan pasif rusak akibat

adanya ion klorida yang masuk maka terjadi peningkatan nilai laju korosi.

Laju korosi selama 30 hari dalam larutan dengan inhibitor sodium nitrit pada

Gambar 8b – 8d menunjukkan hasil nilai laju korosi yang cenderung stabil pada

berbagai variasi pH. Kestabilan nilai laju korosi ini menunjukkan bahwa inhibitor

sodium nitrit dapat mempertahankan kondisi pasif dari baja tulangan sehingga tidak

terjadi kenaikan laju korosi selama pengukuran selama 30 hari.

Gambar 10 menampilkan nilai laju korosi rata-rata selama 30 hari dari baja

tulangan dalam larutan uji pada berbagai variasi pH dan konsentrasi inhibitor sodium

nitrit.

Gambar 9. Laju Korosi vs Waktu pada berbagai variasi konsentrasi sodium nitrit dan : (a) pH 11 (b) pH 9 (c) pH 7

19

Page 27: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

Gambar 10. Laju korosi rata-rata selama 30 hari baja tulangan dalam larutan uji pada

berbagai variasi pH dan konsentrasi sodium nitrit

Menurut diagram yang ditampilkan dalam Gambar 10, dapat diketahui bahwa

terjadi penurunan laju korosi dengan adanya penambahan konsentrasi sodium nitrit

pada semua variasi pH larutan uji. Penurunan nilai laju korosi yang sangat signifikan

tampak pada larutan uji pH 11.

Efisiensi Inhibisi

Efisiensi inhibisi merupakan prosentase keefektifan suatu inhibitor untuk

menghambat terjadinya korosi. Efisiensi inhibisi dapat dihitung menggunakan

persamaan (1).

Hasil perhitungan efisiensi inhibisi berdasarkan laju korosi rata-rata selama 30

hari pengukuran, ditampilkan pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui

bahwa pada semua variasi pH, efisiensi inhibisi sodium nitrit semakin tinggi seiring

dengan bertambahnya konsentrasi inhibitor sodium nitrit.

Hal ini dapat terjadi karena semakin besar konsentrasi sodium nitrit yang

ditambahkan semakin kecil pula laju korosinya akibat adanya lapisan pasif yang

.......1

20

Page 28: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

dibentuk oleh sodium nitrit sehingga efisiensi inhibisinya semakin tinggi.

Dari hasil perhitungan efisiensi inhibisi tampak bahwa konsentrasi sodium

nitrit sebesar 0,6 M adalah yang paling efektif untuk menghambat terjadinya proses

korosi baja tulangan beton yang terkontaminasi klorida karena nilai efisiensinya yang

mencapai lebih besar dari 90% untuk semua variasi pH.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Beberapa kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Aplikasi proteksi katodik arus tanding pada baja tulangan beton pada variasi arus

proteksi menghasilkan shift potensial yang lebih negatif daripada potensial korosi

alaminya. Semakin tinggi arus proteksi yang diaplikasikan maka semakin negatif

shift potensial baja tulangan beton yang diperoleh.

2. Shift potensial menuju kearah lebih positif daripada potensial korosi awal setelah

arus proteksi dimatikan dan dipantau selama 4 jam menjadikan bukti bahwa

proteksi katodik tersebut berjalan dengan baik.

3. Nilai polarisasi yang didapatkan pada semua benda uji lebih besar dari 100 mV

sehingga telah memenuhi kriteria dari NACE SP0290.

4. Potensial korosi baja tulangan beton yang ditentukan setelah 4 jam dari arus

proteksi dimatikan menghasilkan nilai potensial terendah/paling negatif sebesar

-388,3 mV vs SCE ditemukan pada benda uji PPC 4 pada hari ke 10.

5. Laju korosi baja tulangan beton yang ditentukan setelah 4 jam dari arus proteksi

dimatikan menghasilkan nilai laju korosi lebih rendah daripada nilai laju korosi

pada benda uji tanpa arus proteksi selama 30 hari perendaman.

6. Selama 30 hari perendaman, semua benda uji tidak ditemukan adanya korosi

pitting.

Konsentrasi Sodium Nitrit

pH 11 pH 9 pH 7Laju

KorosiEfisiensi Inhibitor

Laju Korosi

Efisiensi Inhibitor

Laju Korosi

Efisiensi Inhibitor

Tanpa inhibitor 0,158 - 0,087 - 0,107 -0,1 M 0,029 82% 0,033 62% 0,024 78%0,3 M 0,014 91% 0,023 74% 0,014 87%0,6 M 0,010 94% 0,004 96% 0,004 96%

Tabel 9. Efisiensi inhibisi sodium nitrit pada berbagai variasi konsentrasi dan pH larutan uji

21

Page 29: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

7. Sodium nitrit mampu menghambat proses korosi baja tulangan beton yang

terkontaminasi klorida diindikasikan dari penurunan laju korosi dengan adanya

penambahan sodium nitrit.

8. Semakin besar konsentrasi sodium nitrit yang ditambahkan, maka semakin kecil

laju korosi baja tulangan beton pada semua variasi pH.

9. Potensial korosi (Ecorr) dan laju korosi tidak dipengaruhi oleh pH tetapi sangat

dipengaruhi oleh konsentrasi inhibitor sodium nitirit yang ditambahkan.

10. Semakin tinggi konsentrasi sodium nitrit maka semakin tinggi pula efisiensi

inhibisinya pada semua variasi pH.

11. Efisiensi inhibisi sodium nitrit yang paling optimal adalah pada konsentrasi 0,6 M

untuk semua variasi pH.

12. Sodium nitrit merupakan inhibitor yang sangat efektif untuk menghambat

terjadinya korosi pada baja tulangan beton yang terkontaminasi klorida dengan

konsentrasi optimum sebesar 0,6 M pada berbagai variasi pH.

REFERENSI

[1] Jing Xu, Wu Yao. Current distribution in reinforced concrete cathodic

protection system with conductive mortar overlay anode. Constr. Build. Mater.

23 (2009) 2220−2226.

[2] Sherif Yehia dan Joshua Host. Conductive Concrete for Cathodic Protection of

Bridge Decks. ACI Materials Journal, V. 107, No. 6, November-December

2010.

[3] R.B. Polder. Electrochemical techniques for corrosion protection and

maintenance. Corrosion in reinforced concrete structures, edited by Hans Böhni.

2005. Woodhead Publishing Ltd. England.

[4] Stratfull RF. Experimental cathodic protection of a bridge deck. Mater Perform

1974;13:24–36.

[5] Ellis WJ, Colson Robert E. Cathodic protection of concrete bridge structures.

Final report NCHRP project, 12–19 September 1980.

[6] Schell HC, Manning DG. Evaluating the performance of cathodic protection

systems on reinforced concrete bridge substructures. Mater Perform

1985;24:18–25.

22

Page 30: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

[7] Kessler RJ, Powers RG. Conductive rubber as an impressed current anode.

Mater Perform 1989;28:24–7.

[8] Dewi Selvia Fardhyanti dan Isdiriyani Nurdin, 2004. “Kajian Inhibisi Natrium

Fosfat dan Natrium Polifosfat pada Korosi Baja Tulangan Dalam Larutan Pori

Beton Artifisial Terkontaminasi”. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia

dan Proses ISSN : 1411-4216.

[9] Linhua Jiang, Guohong huang, Jinxia Xu, Yeran Zhu, Lili Mo. 2012. “Influence

of Chloride Salt Type on Threshold Level of Reinforcement Corrosion in

Simulated Concrete Pore Solutions”. Construction and Building Materials 30 :

516-521

[10] M. Ormellese, M. Berra, F. Bolzoni, T. Pastore. 2006. “Corrosion Inhibitors for

Chlorides Induced Corrosion in Reinforced Concrete Structures”. Cement and

Concrete Research 36 : 536-547

[11] P. Garces, P. Saura, E. Zornoza, C. Andrade. 2011. “Influence of pH on The Nitrite Corrosion Inhibition of Reinforcing Steel in Simulated Concrete Pore Solution ”. Corrosion Science 53 : 3991-4000

[12] A. Araujo, Z. Panossian, Z. Lourenço. Cathodic protection for concrete

structures. Ibracon Structures and Materials Journal. Volume 6, Number 2

(April 2013) p. 178-193, ISSN 1983-4195.

[13] Bennett, J. Turk, T. Technical alert: criteria for the cathodic protection of

reinforced concrete bridge elements. Washington: SHRP, 1994. 14p. (SHRP-S-

359).

[14] Pedeferri, P. Cathodic protection and cathodic prevention. Construction and

Building Materials, Oxford, v.10, n. 5, p. 391-402, 1996.

[15] A. Groysman, Corrosion for Everybody. Springer Dordrecht Heidelberg London

New York. ISBN 978-90-481-3476-2. 2010.

[16] L. Coppola, R. Fratesi, S. Monosi, P. Zaffaroni, and M. Collepardi. Corrosion of

Reinforcing Steel in Concrete Structures Submerged in Seawater. American

Concrete Institute. Volume 163, 1996, p. 127-150.

[17] Philip E. Zapp, John W. Van Zee. Electrochemical Studies of Nitrate-Induced

Pitting in Carbon Steel. the National Technical Information Service, U.S.

23

Page 31: Pengembangan Material Beton untuk Anoda Proteksi Katodik Arus Tanding

Department of Commerce, 5285 Port Royal Road, Springfield, VA. WSRC-

MS-98-00865.

[18] L. Dhouibi, Ph. Refait, E. Triki, J.M.R. Genin. 2006. “Interactions between

Nitrites and Fe(II)-Containing Phases during Corrosion of Iron in Concrete-

Simulating Electrolytes”. Journal Mater Science 41 : 4928-4936

[19] L. Dhouibi, E. Triki, M. Salta, P. Rodrigues, A. Raharinaivo. 2003. “Studies on

Corrosion Inhibition of Steel Reinforcement by Phosphate and Nitrite”.

Materials and Structures Vol. 36 : 530-540

24


Top Related