PENGEMBANGAN LKS FISIKA MATERI
PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA
TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Dwi Ristiyani
4201410013
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6)
“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan
shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-
Baqarah: 153)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10)
“Sabar itu ada batasnya, ikhlas itu tak terbatas”
PERSEMBAHAN
Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, karya ini saya persembahkan untuk:
Bapak Supargo dan Ibu Ngarsini tercinta, terima kasih atas segala kasih
sayang, do’a dan pengorbanan yang tiada henti.
Kak Sutee dan Mas Josi, terimakasih untuk do’a, motivasi, dan bantuannya.
Teman seperjuanganku (Bagus, Erindra, Ayu, Arista, Sartiyah, Firdha,
Badrul, dan Anggi) terimakasih atas semangat dan bantuannya.
Teman-teman Sejuk Kos.
Teman-teman Pendidikan Fisika 2010.
Almamaterku “UNNES” tercinta.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengembangan LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik”.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Sarwi, dosen wali yang telah memberikan arahan selama menempuh
studi.
5. Dra. Dwi Yulianti, M.Si., dosen pembimbing yang telah memberikan ide,
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada
penulis selama menempuh studi.
7. Drs. Setiya Purwoko, M.Pd., kepala SMA Negeri 1 Rembang yang telah
memberikan ijin pelaksanaan penelitian.
8. Dwi Ratih Yuliawati, S.Pd., guru Fisika kelas X MIA SMA Negeri 1
Rembang yang telah membantu dan membimbing penulis selama
melakukan penelitian.
vii
9. Seluruh guru pengampu mata pelajaran fisika SMA Negeri 1 Rembang yang
telah membantu proses penelitian.
10. Siswa kelas XI IPA 5, X MIA 5, dan X MIA 6 SMA Negeri 1 Rembang
tahun ajaran 2013/2014 yang kooperatif selama penelitian berlangsung.
11. Bapak, Ibu, dan Kakakku yang telah memberikan dukungan dan motivasi
serta doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2010, terimakasih atas bantuan dan
kebersamaannya.
13. Keluarga Hima Fisika 2011 dan 2012, KMJF 2013, dan ESC terimakasih
atas kebersamaan, kekeluargaan dan pengalamanya.
14. Teman-teman PPL SPEGA Semarang dan KKN “Laskar Konservasi”.
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan
selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya dan pembaca pada
umumnya.
Semarang, Agustus 2014
Penulis
viii
ABSTRAK
Ristiyani, Dwi. 2014. Pengembangan LKS Fisika Materi Pemantulan dan
Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik. Skripsi,
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Dra. Dwi Yulianti, M.Si.
Kata Kunci: Pengembangan, LKS, karakter, pendekatan saintifik.
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk jenjang SMA
dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Tahapan-tahapan pendekatan
saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Menurut Permendikbud No. 64 Tahun 2013
tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah, salah satu tujuan mata
pelajaran fisika pada jenjang SMA adalah peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, logis, kritis,
analitis, dan kreatif. Agar tujuan tercapai, maka dipilih panduan pembelajaran
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Salah satu materi yang diberikan pada siswa
kelas X SMA adalah pemantulan dan pembiasan cahaya. Kementerian Pendidikan
Nasional telah melakukan program pencanangan pendidikan karakter secara
nasional pada tanggal 2 Mei 2010. Proses pengembangan nilai karakter dilakukan
melalui semua mata pelajaran, tak terkecuali fisika. Penelitian ini menghasilkan
produk berupa LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi
karakter berpendekatan saintifik. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan
LKS, mengetahui tingkat kelayakan dan keterbacaannya, mengetahui peningkatan
hasil belajar kognitif, serta mengetahui perkembangan karakter siswa. Karakter
yang dikembangkan adalah jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah R & D (Research and
Development). Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental
Design berbentuk nonequivalent control group design. Penelitian dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Rembang. Populasi penelitian adalah siswa kelas X MIA. Sampel
penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 sebagai kelas kontrol dan X MIA 6 sebagai
kelas eksperimen. Prosedur penelitian meliputi: (1) pendahuluan, (2) rancangan,
dan (3) pengembangan. LKS diuji kelayakan dan keterbacaan dengan
menggunakan angket kelayakan serta tes rumpang. Data pemahaman konsep
siswa fisika siswa diperoleh dari hasil pre-test dan post-test. Data perkembangan
karakter siswa diperoleh melalui angket dan observasi. Hasil uji kelayakan
menunjukkan bahwa LKS sangat layak digunakan sebagai panduan pembelajaran
fisika. Hasil uji keterbacaan menunjukkan bahwa LKS mudah dipahami. LKS
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Siswa yang mendapatkan
pembelajaran berpanduan LKS mengalami peningkatan pemahaman konsep yang
lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS. LKS juga
dapat mengembangkan karakter siswa, khususnya karakter jujur, disiplin, rasa
ingin tahu, dan komunikatif.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
1.5 Penegasan Istilah ........................................................................... 6
1.6 Sistematika Skripsi ........................................................................ 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................... 10
2.2 Pendidikan Karakter ...................................................................... 14
2.3 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ...................................... 18
2.4 Tinjauan Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya ................... 21
2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian......................................................... 28
3.1.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 28
3.1.2 Subjek Penelitian .................................................................... 28
3.2 Desain Penelitian ........................................................................... 28
3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................ 29
3.3.1 Tahap Define atau Studi Pendahuluan .................................... 29
3.3.2 Tahap Design atau Rancangan ............................................... 29
3.3.3 Tahap Develop atau Pengembangan ....................................... 30
x
3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................ 32
3.4.1 Metode Tes ............................................................................. 32
3.4.2 Metode Angket ....................................................................... 33
3.4.3 Metode Dokumentasi .............................................................. 34
3.4.4 Metode Observasi ................................................................... 34
3.5 Metode Analisis Data .................................................................... 34
3.5.1 Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda ..................................... 34
3.5.2 Analisis Kelayakan LKS ........................................................ 38
3.5.3 Analisis Keterbacaan LKS...................................................... 38
3.5.4 Analisis Perkembangan Karakter ........................................... 39
3.5.5 Analisis Peningkatan Hasil Belajar ........................................ 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Susunan LKS ................................................................................. 42
4.2 Kelayakan LKS .............................................................................. 44
4.2.1 Aspek Isi ................................................................................. 45
4.2.2 Aspek Penyajian ..................................................................... 46
4.2.3 Aspek Kebahasaan .................................................................. 48
4.2.4 Aspek Kegrafikan ................................................................... 49
4.3 Keterbacaan LKS ........................................................................... 50
4.4 Hasil Belajar Kognitif ................................................................... 50
4.5 Perkembangan Nilai Karakter........................................................ 53
4.5.1 Hasil Analisis Karakter ........................................................... 53
4.5.2 Pembahasan Pengembangan Nilai Karakter Siswa ................ 55
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ......................................................................................... 60
5.2 Saran ............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63
LAMPIRAN ..................................................................................................... 67
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Karakter yang Diintegrasikan ........................................... 17
4.1 Analisis Aspek Kelayakan LKS ........................................................ 44
4.2 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa ............................................. 51
4.3 Rata-rata Perkembangan Karakter Siswa Melalui Angket ................ 54
4.4 Perkembangan Karakter Siswa Melalui Observasi............................ 55
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagian-bagian Cermin Cekung.......................................................... 22
2.2 Cermin Cembung ............................................................................... 24
2.3 Hukum Pemantulan pada Cermin Cembung ..................................... 24
3.1 Skema Alur Penelitian ...................................................................... 31
4.1 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Isi .................................................. 45
4.2 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Penyajian ...................................... 46
4.3 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kebahasaan .................................... 48
4.4 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kegrafikan .................................... 49
4.5 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa ............................................ 51
4.6 Grafik Hasil Belajar Kognitif ........................................................... 52
4.7 Perbandingan Karakter Siswa Sebelum dan Setelah
Pembelajaran ..................................................................................... 55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Instrumen Validasi ............................................................................... 67
2 Rubrik Instrumen Validasi..................................................................... 73
3 Daftar Reviewer Kelayakan LKS (Guru Fisika SMA) ........................ 78
4 Daftar Responden Uji Coba Skala Kecil.............................................. 79
5 Daftar Responden Uji Coba Skala Besar ............................................. 80
6 Kisi-kisi Soal Uji Coba ........................................................................ 81
7 Soal Uji Coba ....................................................................................... 83
8 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ............................................................. 92
9 Analisis Soal Uji Coba ......................................................................... 93
10 Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal ............................................. 98
11 Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen ......................................... 101
12 Contoh Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal ................................ 102
13 Contoh Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal ................................... 103
14 Angket Uji Kelayakan .......................................................................... 105
15 Rubrik Instrumen Uji Kelayakan ......................................................... 108
16 Analisis Angket Uji Kelayakan ........................................................... 113
17 Soal Uji Keterbacaan ........................................................................... 118
18 Kunci Jawaban Soal Uji Keterbacaan .................................................. 122
19 Analisis Uji Keterbacaan ..................................................................... 123
20 Soal Pre-test dan Post-test ................................................................... 124
21 Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test.......................................... 130
22 Daftar Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ......................... 131
23 Daftar Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ............................... 132
24 Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ................................. 133
25 Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Kontrol ....................................... 134
26 Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Eksperimen................................ 135
27 Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Kontrol ...................................... 136
28 Uji N-gain Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif ................... 137
xiv
29 Uji-t Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Kognitif ................................ 138
30 Lembar Observasi Karakter Siswa...... ................................................. 139
31 Rubrik Penilaian Lembar Observasi Karakter Siswa ........................... 140
32 Hasil Observasi Karakter Siswa ........................................................... 141
33 Kisi-kisi Lembar Angket Karakter Siswa ............................................ 142
34 Lembar Angket Perkembangan Karakter Siswa .................................. 143
35 Analisis Angket Karakter Awal ........................................................... 146
36 Analisis Angket Karakter Akhir .......................................................... 151
37 Silabus .................................................................................................. 156
38 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ......................................... 160
39 Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 165
40 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ................................................... 167
41 Surat Ijin Penelitian .............................................................................. 168
42 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .............................. 169
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, kurikulum yang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum
2013. Menurut Permendikbud No. 69 Tahun 2013, kurikulum 2013 bertujuan
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
Pada proses pembelajaran fisika di sekolah, guru dituntut harus lebih
inovatif. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan serta penilaian proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Menurut Permendikbud No. 64 tahun 2013 tentang standar isi pendidikan
dasar dan menengah, salah satu tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang SMA
2
adalah peserta didik diharapkan dapat mengembangkan sikap rasa ingin tahu,
jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif. Salah satu upaya untuk
mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan eksperimen,
diskusi kelompok, diskusi kelas, dan presentasi. Melalui kegiatan tersebut
diharapkan siswa dapat aktif dalam menemukan konsep fisika. Agar tujuan
tercapai, maka dipilih panduan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut hasil
penelitian Fitriyati et al. (2013) tentang pengembangan LKS fisika SMA kelas X
semester 2 dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar dan mampu
meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari fisika secara mandiri.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Asyhari et al. (2013) menunjukkan
bahwa penggunaan LKS dalam pembelajaran memberikan pengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Selain itu, Suyanti (2012) menegaskan bahwa penggunaan
media pembelajaran LKS mempengaruhi naiknya prestasi belajar siswa.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan telah mencanangkan program
pendidikan karakter secara nasional pada tanggal 2 Mei 2010. Salah satu program
utamanya dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan adalah
penerapan pendidikan karakter diseluruh jenjang pendidikan, mulai dari jenjang
pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, baik pada jalur pendidikan
formal maupun nonformal sampai perguruan tinggi. Salah satu upaya ke arah
tersebut adalah perbaikan sistem pendidikan dengan mengintegrasikan pendidikan
karakter ke setiap mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran fisika SMA.
Pencanangan tersebut diperkuat dengan Permendikbud No.69 tahun 2013 tentang
kurikulum SMA-MA, salah satu karakteristik pelaksanaan kurikulum 2013 adalah
3
mengembangkan keseimbangan antara pengetahuan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual serta
psikomotorik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Musyarofah et al. (2013)
menunjukkan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan prestasi belajar serta menumbuhkan kebiasaan bersikap
ilmiah pada siswa.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran cabang dari IPA yang
mempelajari tentang fenomena alam. Menurut Permendikbud No.69 tahun 2013,
salah satu materi yang diberikan pada kelas X SMA adalah pemantulan dan
pembiasan cahaya. Pemantulan dan pembiasan cahaya merupakan salah satu
materi yang penerapannya banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
mempermudah siswa memahami materi tersebut, digunakan proses belajar
mengajar yang melibatkan siswa untuk memahami dan mempraktikan secara
langsung, yaitu melalui diskusi dan eksperimen. Untuk mewujudkan hal tersebut
diterapkan sebuah pendekatan pada pelaksanaan pembelajaran yang sesuai, yaitu
pendekatan saintifik.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific approach) meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran termasuk
mata pelajaran fisika pada jenjang SMA (Permendikbud, 2013). Tahapan dalam
pendekatan saintifik tersebut berdampak positif terhadap kemampuan soft skill
4
peseta didik (Fauziah et al., 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran membawa iklim berpikir
rasional yakni mendasarkan kesimpulan pada kecerdasan, logika, dan bukti
empirik (Sujarwanta, 2012).
Salah satu sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013
dalam proses pembelajaran adalah SMA Negeri 1 Rembang. Hasil observasi di
SMA Negeri 1 Rembang menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran fisika
menggunakan metode ceramah dan siswa kurang aktif dalam menemukan konsep
fisika. Untuk melibatkan siswa menemukan konsep fisika secara aktif, dibutuhkan
panduan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS).
Dari uraian yang dipaparkan dalam latar belakang ini, penelitian tentang
“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Materi Pemantulan dan
Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik” perlu
dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana wujud Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan
pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik?
2. Bagaimana tingkat kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan
saintifik yang dikembangkan?
5
3. Bagaimana tingkat keterbacaan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan
saintifik yang dikembangkan?
4. Seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan
Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan?
5. Seberapa besar pengembangan karakter siswa setelah menggunakan Lembar
Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan
pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik.
2. Mengetahui tingkat kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan
saintifik yang dikembangkan.
3. Mengetahui tingkat keterbacaan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan
saintifik yang dikembangkan.
4. Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa setelah
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan
pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang
dikembangkan.
6
5. Mengetahui seberapa besar perkembangan karakter siswa setelah
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan
pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang
dikembangkan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat membantu memberikan kontribusi dalam implementasi kurikulum
2013 di lapangan.
2. Mampu menjadi pedoman oleh guru dalam mengembangkan panduan belajar
pada pembelajaran fisika sehingga menjadikan pembelajaran yang interaktif
dan menyenangkan bagi peserta didik.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat
dimanfaatkan sebagai panduan belajar fisika di SMA.
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik.
1.5 Penegasan Istilah
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang
harus dicapai. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teori
7
atau praktek (Prastowo, 2012: 204). Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah LKS pendamping materi fisika yang disusun secara
sistematis untuk membantu kegiatan belajar mengajar.
2. Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional (2011) menjelaskan bahwa pendidikan
karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih
dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal
mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana
yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa
melakukannya (psikomotor). Pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pengembangan karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif
pada aspek moral knowing (pengetahuan yang baik) dan aspek moral feeling
(merasakan dengan baik), serta pada aspek moral action (perilaku yang baik).
3. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran mencakup
komponen mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta (Kemendikbud, 2013).
8
1.6 Sistematika Skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dirinci sebagai
berikut:
(1) Bagian Awal
Bagian ini berisi halaman judul, persetujuan pembimbing, pernyataan
keaslian tulisan, pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
(2) Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari:
BAB 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB 2 Tinjauan Pustaka
Berisi tentang kajian teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini, meliputi konsep tentang penulisan LKS, pendidikan
karakter, pendekatan saintifik, serta tinjauan materi pemantulan dan pembiasan
cahaya. Dalam bab ini dituliskan pula kerangka berpikir.
BAB 3 Metode Penelitian
Berisi tentang penentuan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,
prosedur penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.
BAB 4 Hasil dan Pembahasan
Memaparkan hasil penelitian meliputi tersedianya LKS fisika dengan
pendekatan saintifik yang telah diuji kelayakan dan keterbacaan, besarnya tingkat
9
keterbacaan, kelayakan, dan perkembangan karakter, serta peningkatan hasil
belajar kognitif siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang setelah diberi LKS fisika
dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya dilakukan pembahasan berupa
penafsiran hasil penelitian dan mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam teori
yang telah ada.
BAB 5 Penutup
Berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya.
(3) Bagian Akhir
Berisi daftar pustaka dan lampiran.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS)
Salah satu panduan belajar yang digunakan siswa dalam pembelajaran
adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Depdiknas, 2008: 13). Penelitian yang
dilakukan oleh Celikler (2010), menyatakan bahwa penggunaan LKS pada kelas
eksperimen terbukti meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar yang signifikan
jika dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran tradisonal. Pada
penelitian eksperimen Yildirim et al. (2011) terhadap 44 siswa kelas XI SMA
menunjukkan bahwa kelas eksperimen berbantuan LKS berbasis inkuiri memiliki
hasil belajar yang signifikan antara pre-test dan post-test jika dibandingkan kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Jadi dapat
disimpulkan bahwa LKS berbasis inkuiri efektif meningkatkan hasil belajar siswa
sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah.
LKS dapat digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Menurut hasil penelitian Taslidere (2013) menunjukkan bahwa
penggunaan LKS bermanfaat bagi pemahaman konseptual tugas awal optika
geometris siswa yang diberikan oleh guru. Selain itu, LKS bisa meningkatkan
motivasi dan pemahaman siswa dalam mempelajari fisika, interaktif, dan
mengembangkan nilai karakternya, serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
11
ajar oleh guru dan sumber belajar oleh siswa (Amelia et al., 2013). Sedangkan
menurut Prastowo (2012), fungsi LKS antara lain:
1) sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik;
2) sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami
materi yang diberikan;
3) sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta
4) memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arafah et al. (2012) menunjukkan bahwa
produk LKS berbasis berpikir kritis dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
siswa. Sedangkan hasil penelitian Isnaini et al. (2012) menunjukkan bahwa LKS
fisika model inferensi logika dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar
siswa.
Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak hanya berisi tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. Menurut Depdiknas (2008: 23-24), Lembar Kerja Siswa
(LKS) akan memuat paling tidak: (1) judul, (2) KD yang akan dicapai, (3) waktu
penyelesaian, (4) peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (5)
informasi singkat, (6) langkah kerja, (7) tugas yang harus dilakukan, dan (8)
laporan yang harus dikerjakan.
Terdapat beberapa jenis LKS yang biasa digunakan siswa pada proses
pembelajaran. Berdasarkan jenisnya, Sunyono (2008) membagi LKS menjadi dua
macam, yaitu (1) LKS eksperimen, merupakan lembar kerja yang melibatkan
kegiatan eksperimen untuk menemukan dan mengembangkan konsep serta
12
mencakup semua aspek keterampilan proses, (2) LKS non eksperimen,
merupakan lembar kerja berisi pedoman untuk menemukan dan mengembangkan
konsep tanpa melibatkan kegiatan eksperimen, melainkan kegiatan diskusi, tanya
jawab, dan hanya mencakup keterampilan proses tertentu.
LKS yang digunakan di satuan pendidikan sangat beragam. Jenis LKS
yang banyak digunakan pada pembelajaran sains adalah LKS eksperimen.
Menurut Johnstone & Shuaili (2001), LKS eksperimen dapat dibagi menjadi
empat macam, yakni:
1) LKS ekspositori, yang mempunyai karakteristik:
a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan diketahui guru maupun siswa,
b) pendekatan bersifat deduktif, dan
c) prosedur percobaan dirancang oleh guru;
2) LKS berbasis inkuri, yang mempunyai karakteristik:
a) hasil pengamatan belum ditetapkan,
b) pendekatan bersifat induktif, dan
c) prosedur percobaan dirancang oleh siswa;
3) LKS discovery, yang mempunyai karakteristik:
a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan hanya diketahui oleh guru,
b) pendekatannya bersifat induktif, dan
c) prosedur telah dirancang oleh guru; serta
4) LKS berbasis masalah, yang mempunyai karakteristik:
a) hasil pengamatan sudah ditetapkan dan hanya diketahui oleh guru,
b) pendekatan bersifat deduktif, dan
13
c) prosedur percobaan dirancang dan dikembangkan oleh siswa.
LKS dibuat agar dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar
sehingga kompetensi yang diinginkan dalam pembelajaran mudah dicapai oleh
siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menyiapkan dan membuat LKS
sendiri. Menurut Depdiknas (2008) langkah-langkah penyusunan LKS adalah
sebagai berikut.
1. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana
yang memerlukan bahan ajar LKS.
2. Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS
yang harus ditulis dan sekuensi atau urutannya juga dapat dilihat. Sekuensi LKS
ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
3. Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan berdasarkan kompetensi dasar, materi pokok atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat
dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar.
4. Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(a) merumuskan kompetensi dasar;
(b) menentukan alat penilaian;
(c) menyusun materi; dan
14
(d) memperhatikan struktur LKS.
2.2 Pendidikan Karakter
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 1995:
231). Sedangkan pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-
buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati (Kemendiknas, 2010: 1). Selaras dengan hal
tersebut, Samani & Hariyanto (2012: 45) menjelaskan bahwa pendidikan karakter
adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia
seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.
Menurut Lickona, sebagaimana dikutip oleh Khusniati (2012), karakter yang baik
atau good character terdiri atas proses psikologis knowing the good, desiring the
good, and doing the good habit of the main, habit of the heart, and habit of the
action.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 berbunyi pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
15
demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara
sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
Karakter bangsa adalah modal dasar membangun peradaban tingkat tinggi,
masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja sama, patuh pada
peraturan, bisa dipercaya, tangguh, dan memiliki etos kerja tinggi akan
menghasilkan sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Berdasarkan
Kemendiknas (2011: 1) pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan
saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan
dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral
action).
Upaya penanaman karakter di sekolah yaitu dengan mengintegrasikan
pendidikan karakter pada proses pembelajaran. Menurut penelitian Halstead &
Taylor sebagaimana dikutip oleh Enggayanti (2013) terhadap sekolah-sekolah di
Inggris menunjukkan bahwa nilai karakter disajikan dalam berbagai mata
pelajaran. Hal ini berarti bahwa pendidikan karakter diselenggarakan sebagai
program lintas kurikuler (integrated subject), yakni pendidikan karakter bukan
merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, namun merupakan materi yang
diintegrasikan secara berkelanjutan pada semua mata pelajaran. Sewell & College
(2003) juga menyatakan bahwa pendidikan karakter diintegrasikan pada proses
pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di sekolah.
16
Pengembangan karakter di sekolah diperlukan agar peserta didik tumbuh
dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik
dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Beberapa
prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa di sekolah antara lain prinsip berkelanjutan, artinya proses pengembangan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dimulai dari awal sampai akhir peserta
didik berada di satuan pendidikan. Pengembangan pendidikan karakter melalui
semua mata pelajaran, artinya proses pengembangan nilai budaya dan karakter
bangsa dilakukan di setiap mata pelajaran, serta dalam setiap kegiatan kurikuler
dan ekstrakulikuler. Pada pelaksanaannya, nilai-nilai pendidikan karakter tidak
diajarkan tapi dikembangkan, artinya bahwa materi nilai budaya dan karakter
bangsa tidak dijadikan sebagai pokok bahasan, tetapi diintegrasikan ke dalam
materi yang diajarkan.
Integrasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran berdampak positif
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian Benninga et al. (2003) terhadap 681
Sekolah Dasar di California menunjukkan bahwa sekolah dengan tingkat
penerapan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik
lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan
pendidikan karakter.
Kemendiknas mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,
pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3)
toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9)
rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai
17
prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca,
(16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Nilai-nilai
karakter yang diintegrasikan dalam LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan
cahaya ini adalah jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan karakter siswa, maka dibutuhkan indikator dari
masing-masing nilai karakter tersebut, seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indikator Karakter yang Diintegrasikan
Nilai Indikator
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
- Tidak mencontek.
- Melaporkan hasil eksperimen
secara benar (jujur) baik tulisan
maupun lisan.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
- Merapikan dan mengembalikan
alat ke tempat semula.
- Datang tepat waktu.
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
- Bertanya atau membaca sumber di
luar buku teks tentang materi yang
terkait dengan pelajaran.
- Mengamati fenomena yang
berkaitan dengan materi pelajaran.
Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan
bekerjasama dengan orang lain.
- Memberi dan mendengarkan
pendapat dalam kerja kelompok di
kelas.
- Memberi dan mendengarkan
pendapat dalam diskusi di kelas.
(Kemendiknas, 2010: 37-41).
18
2.3 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan dengan
pendekatan saintifik (scientific approach). Sujarwanta (2012) menyatakan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan
pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi,
eksperimen, maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara
sebagai informasi atau data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
Pendekatan saintifik mengkaji cara-cara untuk mendapatkan pengetahuan baru
yang dipelajari dengan menggunakan proses yang sistematis.
Kemendikbud dalam diklat guru tentang implementasi kurikulum 2013
menyebutkan bahwa tahapan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Mengamati
Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu
siswa. Melalui kegiatan mengamati, siswa akan mencari informasi atau gambaran
tentang objek yang diamati. Melalui kegiatan mengamati, siswa juga dapat
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang diamati dengan materi
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
2. Menanya
Siswa diharapkan dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan objek yang diamati. Guru harus mampu menginspirasi siswa untuk
mau dan mampu menanya. Kegiatan menanya dapat membangkitkan rasa ingin
19
tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Kegiatan menanya juga dapat
menginspirasi siswa untuk aktif belajar.
3. Mencoba
Kegiatan mencoba bertujuan agar siswa memperoleh hasil belajar yang
nyata. Kegiatan mencoba merupakan keterampilan proses untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode
ilmiah. Kegiatan mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan pada siswa.
4. Mengolah, Menyajikan, dan Menyimpulkan
Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan mencoba, siswa diharapkan
mampu mengolah data tersebut. Data yang diperoleh dari kegiatan mencoba dapat
disajikan secara tertulis ataupun lisan. Pada kegiatan akhir, siswa diharapkan
memperoleh kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan
menyimpulkan dapat dilakukan secara berkelompok, atau bisa juga secara
individu. Guru memberikan informasi agar siswa mengetahui dengan tepat bahwa
kesimpulan yang didapatkan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.
5. Mencipta
Siswa yang telah mempelajari dan memahami konsep dari materi
pembelajaran diharapkan mampu menciptakan produk. Kegiatan mencipta
bertujuan untuk mengembangkan keterampilan pada siswa.
Tahapan-tahapan dalam pendekatan ilmiah lebih efektif hasilnya
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (Kemendikbud, 2013). Hal ini
sejalan dengan penelitian Fauziah et al. (2013) yang menunjukkan bahwa tahapan
20
dalam pendekatan saintifik berdampak positif terhadap kemampuan soft skill
peseta didik. Selain itu, hasil penelitian Sujarwanta (2012) menunjukkan bahwa
penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran membawa iklim berpikir
rasional yakni mendasarkan kesimpulan pada kecerdasan, logika, dan bukti
empirik.
Tujuan pembelajaran dalam pendekatan saintifik menurut Permendikbud
(2013) adalah:
1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa;
2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik;
3) terciptanya kondisi pembelajaran yang membuat siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan;
4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi;
5) untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah; dan
6) untuk mengembangkan karakter siswa.
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif hasilnya
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan
bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10
persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen.
Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar
21
lebih dari 90 persen setelah 2 hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar
50-70 persen (Wieman, 2007: 15).
2.4 Tinjauan Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
2.4.1 Pemantulan Cahaya
Proses Terjadinya Pemantulan
Ketika cahaya menimpa permukaan benda, sebagian cahaya dipantulkan,
sisanya diserap oleh benda dan diubah menjadi energi panas. Jika benda tersebut
transparan seperti kaca atau air, sebagian diteruskan. Untuk benda-benda yang
sangat mengkilat seperti cermin berlapis perak, lebih dari 95 persen cahaya bisa
dipantulkan. Hukum pemantulan menurut Giancoli (2001: 244) dinyatakan
bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul.
Hukum pemantulan berbunyi:
1) sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik
dan terletak pada satu bidang datar,
2) sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).
Ada dua jenis pemantulan, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.
Pemantulan teratur jika berkas-berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan
halus dipantulkan juga sebagai sinar sejajar. Sedangkan pemantulan baur jika
berkas-berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan kasar dipantulkan ke
segala arah (berkas-berkas tidak sejajar satu sama lain).
Pemantulan pada Cermin Datar
Sifat-sifat Bayangan pada Cermin Datar
1. Maya.
22
2. Sama besar dengan bendanya (perbesaran = 1).
3. Tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya.
4. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan dari cermin.
Pembentukan Bayangan oleh Cermin Sferis
Cermin lengkung yang umum berbentuk sferis, yang berarti cermin
tersebut akan membentuk sebagian dari bola. Cermin sferis disebut cembung jika
pantulan terjadi pada permukaan luar bentuk sferis sehingga pusat permukaan
cermin menggembung ke luar menuju orang yang melihat. Cermin dikatakan
cekung jika permukaan pemantulnya ada pada permukaan dalam bola sehingga
pusat cermin melengkung menjauhi orang yang melihat.
Bagian-bagian dari sebuah cermin cekung ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Titik O yaitu titik pusat bidang cermin. Titik P yaitu titik pusat kelengkungan
cermin. R, yaitu jari-jari kelengkungan cermin. Sumbu utama yaitu garis yang
melalui titik pusat kelengkungan dan titik pusat bidang cermin. Titik F yaitu titik
fokus atau titik api cermin yang terletak di tengah antara titik P dan titik O. f,
yaitu jarak fokus cermin dari titik F ke titik O.
Gambar 2.1 Bagian-bagian cermin cekung
23
Besar jarak fokus (f) adalah setengah dari jari-jari kelengkungan cermin
(R). Dengan demikian, menurut Tipler (1998: 485) berlaku persamaan:
(2-1)
Bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung dapat lebih besar atau
lebih kecil daripada ukuran bendanya. Jika ukuran bayangan lebih besar daripada
ukuran benda, dikatakan bayangan diperbesar. Jika ukuran bayangan lebih kecil
daripada ukuran benda, dikatakan bayangan diperkecil. Perbesaran linear
didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan dan tinggi benda
(Tipler, 1998: 488).
(2-2)
Keterangan:
M = perbesaran linear
h’ = tinggi bayangan
h = tinggi benda
Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), dan jarak fokus (f)
untuk cermin lengkung (cekung ataupun cembung) adalah:
(2-3)
Pada cermin cembung, bagian depan cermin (bagian yang mengkilap)
adalah permukaan luar irisan bola (Gambar 2.2).Pada cermin cembung titik pusat
kelengkungan P dan titik fokus cermin F terletak di bagian belakang cermin. Oleh
karena itu, jari-jari kelengkungan R dan jarak fokus cermin f bertanda negatif
(misal R = -10 cm dan f = -5 cm).
24
Hukum pemantulan pada cermin cembung ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.2 Cermin cembung adalah bagian dari irisan sebuah bola dengan garis PO sebagai
sumbu utama
Gambar 2.3 Hukum pemantulan pada cermin cembung (sudut pantul = sudut datang)
2.4.2 Pembiasan Cahaya
Proses Terjadinya Pembiasan
Ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium, cahaya akan
dibelokkan. Peristiwa pembelokan cahaya ketika cahaya mengenai bidang batas
antara dua medium inilah yang disebut pembiasan cahaya.
Hukum Snell menurut Giancoli (2001: 258) dituliskan:
(2-4)
Hukum I Snellius berbunyi: sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak
pada satu bidang datar.
25
Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium kurang rapat ke
medium lebih rapat, sinar dibelokkan mendekati garis normal. Jika kebalikannya,
sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, sinar dibelokkan
menjauhi garis normal.
2.4.3 Indeks Bias
Perbandingan laju cahaya di udara hampa dengan laju v pada materi
tertentu disebut indeks bias (Giancoli, 2001: 257).
(2-5)
Keterangan:
c = cepat rambat cahaya dalam udara (3 x 108
m/s)
v = cepat rambat cahaya dalam medium
Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, cahaya akan
dibiaskan karena cepat rambat cahaya berbeda dalam kedua medium. Secara
matematis dapat ditulis
atau (2-6)
Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, frekuensi
cahaya tidak berubah, sehingga f1 = f2 = f. Karena hubungan v = f berlaku untuk
kedua medium, maka
dan (2-7)
Hubungan antara panjang gelombang dan indeks bias dapat ditulis
(2-8)
26
Pantulan Internal Sempurna Serat Optik
Apabila cahaya melintas dari suatu materi ke yang lainnya di mana indeks
biasnya lebih kecil (katakanlah, dari air ke udara), cahaya dibelokkan menjauhi
normal. Pada sudut datang tertentu, sudut bias akan 90 dan dalam hal ini berkas
bias akan berhimpitan dengan permukaan. Sudut datang di mana hal ini terjadi
disebut sudut kritis . Menurut Giancoli (2001: 260), persamaan sudut kritis
dapat ditulis sebagai berikut.
maka
(2-9)
Dua syarat terjadinya pemantulan sempurna pada bidang batas antara dua
medium adalah:
(1) sinar harus datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat; dan
(2) sudut datang lebih besar daripada sudut kritis.
2.5 Kerangka Berpikir
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih mendapat sorotan tajam,
mengingat rendahnya mutu atau kualitas pendidikan khususnya dibidang sains.
Hal ini dapat dilihat pada data yang diperoleh TIMSS (Trend International
Mathematics and Sciences Study) tahun 2011 yang menunjukkan bahwa skor
prestasi sains siswa di Indonesia masih berada di bawah skor rata-rata
internasional. Berdasarkan hal tersebut, salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil belajar adalah dengan memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah
pendekatan saintifik. Pelaksanaan pendekatan saintifk menuntut siswa untuk aktif
27
dalam menemukan konsep. Salah satu panduan yang dapat menuntun siswa untuk
aktif dalam menemukan konsep adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).
LKS yang digunakan sebagai panduan belajar dalam penelitian ini
merupakan LKS yang sudah dilakukan uji kelayakan meliputi aspek isi,
penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Uji kelayakannya dilakukan oleh guru
fisika SMA sehingga didapatkan informasi tentang kelayakan LKS tersebut.
Selain itu dilakukan pula uji keterbacaan LKS pada siswa sehingga didapatkan
informasi tingkat keterbacaan LKS fisika. Pembelajaran berpanduan LKS
menjadikan siswa terlibat langsung untuk memahami dan mempraktikkan konsep
fisika, sehingga siswa akan benar-benar memahami materi yang diajarkan.
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Berdasarkan dari tujuan pendidikan
nasional tersebut, menunjukkan bahwa pentingnya pengembangan potensi
akademik siswa dan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pada
siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, pada 2 Mei 2010 Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa salah satu program utama dalam
rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan adalah penerapan
pendidikan karakter di semua mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran
fisika SMA.
28
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Rembang berlokasi di Jalan
Gajah Mada 5 Rembang.
3.1.2 Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 1
Rembang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 218 siswa. Sampel penelitian
adalah siswa kelas X MIA 5 yang berjumlah 29 siswa sebagai kelas kontrol dan
siswa kelas X MIA 6 yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development.
Uji coba kelompok besar menggunakan Quasi Experimental Design berbentuk
Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian ini menggunakan kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang tidak dipilih secara random. Menurut
Sugiyono (2010: 116), pola desain tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan:
O1 = nilai pre-test kelas eksperimen
O1 X O2
O3 O4
29
O2 = nilai post-test kelas ekperimen
O3 = nilai pre-test kelas kontrol
O4 = nilai post-test kelas kontrol
X = pembelajaran menggunakan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan
cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini mencakup tiga tahap, yaitu define atau studi pendahuluan,
design atau rancangan, dan develop atau pengembangan. Tahapan yang dilakukan
pada penelitian ini dapat dirinci seperti berikut.
3.3.1 Tahap Define atau Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan tahap persiapan sebelum penelitian. Tahap
ini terdiri dari: (1) studi lapangan berupa observasi untuk mengetahui kondisi
siswa, proses pembelajaran, dan panduan belajar yang digunakan; (2) studi
literatur yang meliputi analisis kurikulum 2013 mata pelajaran fisika untuk kelas
X MIA, telaah materi fisika, pendekatan saintifik, pembuatan LKS, dan karakter.
3.3.2 Tahap Design atau Rancangan
Tahap rancangan dalam penelitian ini dimulai dengan menyusun materi
pemantulan dan pembiasan cahaya. Setelah itu, menyusun LKS dengan
pendekatan saintifik. LKS disusun dengan mengacu pada kurikulum dan disisipi
dengan pendidikan karakter melalui petunjuk dan langkah kerja, tujuan serta
indikator keberhasilan. LKS yang sudah disusun kemudian dikonsultasikan
kepada pakar yaitu dosen pembimbing.
30
3.3.3 Tahap Develop atau Pengembangan
3.3.3.1 Validasi Pakar
LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter
dengan pendekatan saintifik yang telah disusun divalidasi oleh pakar. Hasil
penilaian validator digunakan sebagai perbaikan dan penyempurnaan produk
sebelum diuji cobakan.
3.3.3.2 Uji Coba Skala Kecil
Uji coba skala kecil LKS fisika terdiri dari uji keterbacaan dan uji
kelayakan. Uji keterbacaan menggunakan tes rumpang yang dilakukan pada
siswa, bertujuan untuk mengetahui bahwa LKS mudah dipahami atau tidak. Uji
kelayakan dilakukan pada guru fisika yang bertujuan untuk mengetahui bahwa
LKS layak atau tidak digunakan sebagai panduan pembelajaran.
3.3.3.3 Uji Coba Skala Besar
Uji coba skala besar dilakukan setelah melakukan perbaikan LKS
berdasarkan hasil uji coba skala kecil. Pada uji coba skala besar, siswa
mendapatkan pembelajaran berpanduan LKS. Sebelum mendapatkan
pembelajaran berpanduan LKS, siswa mengerjakan soal pre-test untuk
mengetahui tingkat pemahaman awal terhadap materi pemantulan dan pembiasan
cahaya. Siswa juga mengisi angket karakter sebelum pembelajaran agar diketahui
tingkat karakter awal yang tertanam dalam diri siswa. Pada akhir pembelajaran
siswa mengerjakan soal post-test dan mengisi angket karakter, sehingga melalui
uji coba skala besar didapatkan informasi mengenai besar peningkatan hasil
belajar kognitif siswa serta besar perkembangan karakter pada siswa.
31
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan
pada Gambar 3.1.
--------------------------------------------------------------------------------------
DEFINE
--------------------------------------------------------------------------------------
DESIGN
--------------------------------------------------------------------------------------
DEVELOP
Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian
Observasi dan menganalisis kurikulum 2013
materi pemantulan dan pembiasan cahaya
untuk kelas X MIA
Merancang LKS dengan pendekatan saintifik
mengacu pada RPP dengan disisipi pendidikan
karakter yang disusun dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami
Validasi pakar tentang LKS fisika
- Uji coba skala kecil
- Uji keterbacaan LKS pada siswa
- Uji kelayakan LKS pada guru fisika
- Uji
- Melakukan perbaikan LKS fisika
Validasi pakar
Melakukan uji coba LKS fisika pada siswa
kelas X MIA SMA N 1 Rembang
LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan
cahaya yang siap digunakan sebagai panduan
belajar dalam pembelajaran
Melakukan analisis
32
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode tes, metode angket, metode dokumentasi, dan metode observasi.
3.4.1 Metode Tes
Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes
tertulis terdiri dari tes klos (tes rumpang) dan tes pilihan ganda.
3.4.1.1 Tes Klos (Tes Rumpang)
Tes klos digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan LKS, sehingga
diperoleh informasi bahwa LKS saintifik terintegrasi karakter mudah dipahami
siswa atau tidak. Tes klos diuji menggunakan validitas isi yaitu mengkonstruksi
tes berdasarkan materi pemantulan dan pembiasan cahaya yang diajarkan.
Menurut Harisson sebagaimana dikutip oleh Widodo (1993: 142-143) bahwa tes
rumpang memiliki beberapa karakteristik yang salah satunya adalah tidak perlu
adanya analisis butir. Tes klos berupa bacaan berbentuk paragraf dan terdapat 30
kata yang dihilangkan.
3.4.1.2 Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkat
penguasaan siswa terhadap materi pemantulan dan pembiasan cahaya setelah
menggunakan LKS. Tes pilihan ganda terdiri dari 40 butir soal yang diujicobakan
terhadap siswa yang sudah mendapatkan materi pemantulan dan pembiasan
cahaya. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda butir soal, sehingga dapat ditentukan 20 butir soal
yang siap digunakan sebagai pre-test dan post-test.
33
3.4.2 Metode Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS dan
perkembangan karakter siswa setelah menggunakan LKS. Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis (logical validity). Pengujian
validitas logis angket menggunakan teknik judgment expert. Pengujian validitas
konstruk dilakukan dengan cara konsultasi dengan dosen pembimbing selaku ahli.
3.4.2.1 Angket Uji Kelayakan
Angket uji kelayakan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS
sehingga didapatkan informasi bahwa LKS fisika ini layak atau tidak digunakan
sebagai panduan belajar. Kisi-kisi angket uji kelayakan LKS ditinjau dari dimensi
isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Angket ini terdiri dari 25 butir
pernyataan yang diisi oleh guru fisika sebagai responden. Sistem penskoran yang
digunakan menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, skala Likert
dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, yaitu Sangat Baik dengan
skor 5, Baik dengan skor 4, Kurang Baik dengan skor 2, dan Tidak Baik dengan
skor 1.
3.4.2.2 Angket Perkembangan Karakter
Angket karakter digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan karakter
pada siswa setelah menggunakan LKS, sehingga didapatkan informasi bahwa
LKS fisika ini layak atau tidak digunakan sebagai panduan belajar yang mampu
mengembangkan karakter. Angket perkembangan karakter terdiri dari 30 butir
pernyataan yang diisi oleh siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Rembang sebelum
dan sesudah menggunakan LKS fisika untuk mengembangkan karakter. Sistem
34
penskoran yang digunakan menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, skala
Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, yaitu Sangat Setuju
(SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2,
dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1 untuk pernyataan positif dan skor
sebaliknya untuk pernyataan negatif.
3.4.3 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan dokumen atau data-
data yang mendukung penelitian, yaitu daftar nama siswa, nilai rapor fisika, data
guru yang menjadi reviewer kelayakan LKS, dan foto pelaksanaan penelitian.
3.4.4 Metode Observasi
Metode observasi digunakan sebagai pembanding hasil dari angket
perkembangan karakter siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui karakter
jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif pada siswa. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi perkembangan karakter yang berisi indikator-
indikator yang dijadikan sebagai acuan penilaian. Observasi dilakukan oleh ketua
dari masing-masing kelompok yang menilai perkembangan karakter dari
anggotanya, sedangkan ketua kelompok dinilai oleh observer.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda
3.5.1.1 Validitas
Persamaan untuk menghitung validitas menurut Arikunto (2007: 79)
adalah sebagai berikut.
√
35
Keterangan:
= koefisien korelasi biserial
= rerata skor dari siswa yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya
= rerata skor total
= standar deviasi dari skor total
= proporsi siswa yang menjawab benar
= proporsi siswa yang menjawab salah (1- )
Nilai yang diperoleh disesuaiakan dengan rtabel. Jika maka
soal dikatakan valid. Dari 40 soal yang diujicobakan, 23 soal dinyatakan valid,
yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
31, 32, 33, dan 35.
3.5.1.2 Reliabilitas
Reliabilitas soal pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus K-R. 20.
Persamaan untuk menghitung reliabilitas menurut Arikunto (2007: 100) adalah
sebagai berikut.
(
) (
∑
)
Keterangan:
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (1-p)
∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q
36
n = banyaknya item
S2 = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Setelah diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. Suatu
instrumen dikatakan reliabel apabila .
3.5.1.3 Taraf Kesukaran
Persamaan untuk menghitung taraf kesukaran menurut Arikunto (2007:
208) adalah sebagai berikut.
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut Arikunto (2007: 210), indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai
berikut.
Soal dengan P = 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P = 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah
Analisis yang dilakukan menunjukkan soal nomor 2, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 13,
15, 16, 19, 20, 22, 27, 29, 30, 34, dan 37 tergolong soal mudah, soal nomor 1, 3,
5, 9, 10, 14, 17, 25, 28, 32, 33, dan 40 tergolong soal sedang, kemudian soal
nomor 18, 20, 22, 24, 26, 31, 35, 36, 38, dan 39 tergolong soal sukar.
37
3.5.1.4 Daya Pembeda
Daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi. Persamaan untuk
menghitung daya pembeda menurut Arikunto (2007: 213) adalah sebagai berikut.
Keterangan:
DP = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2007: 218) adalah sebagai berikut:
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 = jelek
0,21 ≤ DP ≤ 0,40 = cukup
0,41 ≤ DP ≤ 0,70 = baik
0,71 ≤ DP ≤ 1,00 = baik sekali
Penggunaan persamaan di atas menunjukkan soal nomor 5, 6, 7, 8, 12, 13,
18, 20, 22, 23, 30, 34, 36, 37, 38, 39, dan 40 memiliki daya pembeda jelek, soal
nomor 2, 4, 9, 11, 15, 19, 21, 26, 27, 32, 33, dan 35 memiliki daya pembeda
cukup, soal nomor 1, 10, 14, 16, 17, 24, 25, 28, 29, dan 31 memiliki daya
pembeda baik, sedangkan soal nomor 3 memiliki daya pembeda baik sekali.
38
20 diantara 40 soal uji coba kemudian dipakai untuk pre-test dan post-test,
yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 9, 11, 14, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33,
dan 35.
3.5.2 Analisis Kelayakan LKS
Tingkat kelayakan LKS dihitung dengan mencari persentase. Menurut
Sudijono (2008: 43) untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut.
Keterangan:
p = angka persentase
f = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum
Kriteria tingkat kelayakan LKS:
21% < p ≤ 40% = kurang layak
41% ≤ p ≤ 60% = cukup layak
61% ≤ p ≤ 80% = layak
81% ≤ p ≤ 100% = sangat layak
3.5.3 Analisis Keterbacaan LKS
Menurut Sudijono (2008: 43) untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks
LKS dihitung dengan persamaan berikut.
Keterangan:
39
p = angka persentase
f = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum
Menurut Rankin & Culhane sebagaimana dikutip oleh Suryadi (2007)
tingkat keterbacaan LKS menggunakan tes klos adalah sebagai berikut.
< 40% = rendah (sukar dipahami)
40% - 60% = sedang (telah memenuhi syarat keterbacaan)
> 60% = tinggi (mudah dipahami)
3.5.4 Analisis Perkembangan Karakter
Perkembangan karakter siswa dihitung dengan mencari persentase.
Menurut Sudijono (2008: 43) untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut.
Keterangan:
p = angka persentase
f = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum
Kriteria perkembangan karakter siswa menurut Kemendiknas (2010: 24)
adalah sebagai berikut.
81,25% - 100% = membudaya
62,5% - 81,24% = mulai berkembang
43,75% - 62,49% = mulai terlihat
25% - 43,74% = belum terlihat
40
3.5.5 Analisis Peningkatan Hasil Belajar
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis
terdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 273), uji normalitas
menggunakan rumus:
∑
Keterangan:
X2 = chi kuadrat
Ei = frekuensi yang diharapkan
Oi = frekuensi pengamatan
k = jumlah kelas interval
Jika X2 yang diperoleh berada pada daerah penerimaan Ho, maka data
tersebut terdistribusi normal.
Uji-t
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah menggunakan
LKS digunakan uji-t. Menurut Sugiyono (2007: 122) uji-t dirumuskan dengan
persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
x1 = nilai rata-rata pre-test
x2 = nilai rata-rata post-test
41
s1 = simpangan baku pre-test
s2 = simpangan baku post-test
s12 = variansi data pre-test
s22 = variansi data post-test
Uji Gain
Menurut Savinainen & Scott sebagaimana dikutip oleh Wiyanto (2008:
86) untuk melihat besarnya peningkatan hasil belajar siswa digunakan uji gain
dengan persamaan sebagai berikut:
<g> =
Keterangan:
<g> = faktor gain
<Spre> = skor rata-rata tes awal (%)
<Spost> = skor rata-rata tes akhir (%)
Kriteria faktor gain <g>:
g 0,7 = tinggi
0,3 g < 0,7 = sedang
g < 0,3 = rendah
42
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Susunan LKS
LKS fisika yang disusun meliputi materi pemantulan dan pembiasan
cahaya, terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik. LKS tersebut
merupakan salah satu panduan belajar yang disajikan dalam bentuk buku cetak
yang di dalamnya memuat unsur-unsur pendekatan saintifik yaitu mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menyimpulkan. LKS ini disusun
berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013.
LKS yang dikembangkan terdiri dari 34 halaman yang dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan akhir. Bagian pendahuluan berisi halaman
depan, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, karakter yang dikembangkan
beserta indikatornya. Sedangkan bagian isi berisi sub topik berupa pertanyaan-
pertanyaan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang disertai
gambar untuk memudahkan siswa memvisualisasikan materi serta kegiatan
eksperimen yang dituntun menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong
siswa menemukan konsep dan berpikir kritis yang dapat mengembangkan
karakter. Bagian akhir berisi rangkuman, evaluasi, daftar pustaka, dan lembar
observasi karakter. Tes evalusi berguna untuk mengukur kemampuan siswa
memahami materi yang terdapat pada LKS. Hal ini sesuai dengan Depdiknas
43
(2008: 8) yang menyatakan bahwa bahan ajar yang baik terdiri dari petunjuk
belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pembelajaran, informasi
pendukung, latihan soal, dan evaluasi. Begitu juga LKS yang dikembangkan
berisi petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pembelajaran,
informasi pendukung, latihan soal, dan evaluasi. Huruf yang digunakan adalah
tipe Cambria (Headings) dengan ukuran 12, 24, 26, dan 48, Times New Rowman
ukuran 8 dan 12, dan Comic Sans MS ukuran 12 dan 20.
Halaman depan terdiri dari judul dan gambar peristiwa pemantulan dan
pembiasaan cahaya dalam kehidupan sehari-hari serta kolom nama kelompok dan
nama siswa. Tampilan halaman depan yang berisi judul dan gambar dibuat
berwarna serta menggunakan huruf yang unik bertujuan untuk menarik minat
sekaligus memberi kesan yang baik dan indah bagi siswa.
Penyajian materi pada LKS menggunakan pendekatan saintifik. Unsur
saintifik dimunculkan melalui penyusunan alur penemuan konsep. Siswa
diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing kemampuan berpikir sehingga
mereka dapat mengikuti alur saintifik pada LKS. Siswa diajak untuk mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menarik kesimpulan sendiri. Hal
ini sesuai dengan pendapat the National Science Teachers Association (2004),
yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran sains adalah memfokuskan pada
keterampilan penyelidikan, menemukan, untuk semua anak, merangsang minat
sains serta mengembangkan warga negara yang berliterasi ilmiah.
LKS dengan pendekatan saintifik mengintegrasikan pendidikan karakter
jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Karakter tersebut dimunculkan
44
melalui petunjuk kerja dan kegiatan eksperimen. Keempat karakter tersebut
diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran melalui LKS agar dapat
berkembang serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4.2 Kelayakan LKS
Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase kelayakan LKS sebesar
90,54 % dari total indikator yang dikembangkan, artinya LKS fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan
saintifik yang dihasilkan termasuk dalam kriteria sangat layak. Hasil uji kelayakan
LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan
pendekatan saintifik yang dikembangkan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Analisis Aspek Kelayakan LKS
No Aspek Kelayakan Persentase (%) Kriteria
1 Isi 89,50 Sangat Layak
2 Penyajian 92,67 Sangat Layak
3
4
Kebahasaan
Kegrafikan
87,99
92,00
Sangat Layak
Sangat Layak
Rata-rata skor 90,54 Sangat Layak
Analisis angket uji kelayakan menunjukkan bahwa LKS yang
dikembangkan termasuk kriteria sangat layak. Analisis dari aspek isi, penyajian,
kebahasaan, dan kegrafikan menunjukkan kriteria sangat layak. Perolehan ini
menunjukkan bahwa LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik sangat layak digunakan sebagai
panduan belajar siswa SMA.
45
4.2.1 Aspek Isi
Aspek isi terdiri dari unsur kesesuaian, keakuratan, dan materi pendukung
pelajaran. Hasil analisis unsur kelayakan isi disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Isi
Aspek isi memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan penyajian
materi LKS disesuaikan dengan KI dan KD mata pelajaran fisika kurikulum 2013
untuk siswa kelas X MIA SMA. Penyajian materi LKS juga memperhatikan
prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan sebagaimana dianjurkan oleh
Depdiknas (2008: 6). Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya
relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian KI dan KD. Prinsip konsistensi
atau keajegan artinya materi pembelajaran secara konsisten merujuk pada
kompetensi-kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan. Prinsip kecukupan
artinya materi yang diajarkan hendaknya memadai, yakni tidak terlalu sedikit
maupun terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
kompetensi inti dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga untuk mempelajarinya. Materi LKS diperoleh
88%
96%
89%
84%
86%
88%
90%
92%
94%
96%
98%
Kesesuaian
Materi
Keakuratan
Materi
Materi Pendukung
Pelajaran
Sk
or
46
dari rujukan buku SMA yang sudah teruji validitas dan kredibilitasnya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa materi ini sudah memenuhi prinsip kecukupan.
4.2.2 Aspek Penyajian
Aspek penyajian terdiri dari teknik, kelengkapan, dan penyajian
pembelajaran. Hasil analisis ketiga unsur tersebut disajikan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Penyajian
Aspek penyajian memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan
teknis penyajian LKS sudah baik. Materi disajikan secara runtut dari konsep
umum pengertian cahaya sampai konsep yang lebih khusus yaitu aplikasi
pemantulan dan pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Materi juga
disajikan secara sistematis yaitu mulai dari pendahuluan, isi, dan penutup.
Penyajian materi juga bersifat interaktif dan partisipatif, sehingga dapat
memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Menurut Prastowo (2012: 205-206),
salah satu fungsi LKS adalah sebagai bahan ajar yang meminimalkan pendidik,
namun lebih mengaktifkan peserta didik. Hasil penelitian Fitriyati et al. (2013)
juga menunjukkan bahwa penggunaan LKS dapat meningkatkan motivasi siswa
84%
97.33%
90%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Teknik Penyajian Kelengkapan
Penyajian
Penyajian
Pembelajaran
Sk
or
47
dalam mempelajari fisika secara mandiri. Penyajian materi dan kegiatan dalam
LKS mengarahkan pada penemuan sendiri suatu konsep.
Kelengkapan penyajian LKS terdiri dari judul, petunjuk penggunaan LKS,
kompetensi dasar yang harus dicapai, tujuan pembelajaran, indikator karakter,
informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, soal
evaluasi, dan petunjuk untuk melaporkan hasil kegiatan dengan cara presentasi di
depan kelas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prastowo (2012: 208), LKS
terdiri atas enam unsur utama meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar
atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.
Penyajian LKS menggunakan komposisi ukuran dan jenis huruf yang
tepat. Penulisan judul menggunakan huruf cetak tebal ukuran 20, sedangkan isi
LKS menggunakan jenis dan ukuran huruf yang lebih kecil yakni Comic Sans MS
12 pt dan Cambria (Headings) 12 pt. Gambar yang disajikan pada LKS juga
disesuaikan dengan substansi yang ingin dicapai sehingga pesan tersampaikan
secara efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (2009: 91), huruf yang
dicetak tebal atau miring memberikan penekanan pada kata kunci atau judul serta
warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian siswa untuk
informasi yang penting. Proporsi antara tulisan dan gambar sudah seimbang,
artinya gambar tidak terlalu kecil maupun besar. Gambar terlalu kecil dapat
menyulitkan pembaca saat menganalisanya, sedangkan gambar yang besar dapat
menyerap perhatian terlalu banyak, sehingga siswa tidak fokus pada tulisan.
LKS dilengkapi fakta tentang gejala alam dan fenomena dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan pemantulan dan pembiasan cahaya. Menurut
48
Zion & Sadeh (2007), fenomena alam yang menarik dapat memprovokasi
kemampuan berpikir dan merangsang rasa ingin tahu siswa.
4.2.3 Aspek Kebahasaan
Aspek kebahasaan terdiri dari keterbacaan dan kesesuaian dengan kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hasil analisis kedua unsur tersebut
disajikan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kebahasaan
Aspek bahasa memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan
bahasa yang digunakan pada LKS sesuai dengan tingkat kemampuan siswa SMA,
mudah dipahami, dan memiliki struktur kalimat yang jelas. Penyusunan materi
juga memperhatikan aturan penulisan yakni ditulis menggunakan bahasa
Indonesia yang baku dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Hal
ini sesuai penelitian Suryadi (2007) bahwa bahasa merupakan faktor yang penting
dalam pengembangan media atau bahan ajar.
90%
84%
81%
82%
83%
84%
85%
86%
87%
88%
89%
90%
91%
Keterbacaan Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa
Indonesia yang Baik
dan Benar
Sk
or
49
LKS yang dikembangkan terdiri dari dua sub topik yaitu pemantulan dan
pembiasan. Proses pembelajaran dilaksanakan secara berurutan dari sub topik
pemantulan kemudian pembiasan. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2008: 15)
bahwa urutan penyajian bahan ajar sangat penting untuk menghindarkan siswa
kesulitan dalam mempelajarinya.
4.2.4 Aspek Kegrafikan
Aspek kegrafikan terdiri dari ukuran/format LKS dan desain bagian isi.
Hasil analisis kedua unsur tersebut disajikan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Hasil Analisis Unsur Kelayakan Kegrafikan
Aspek kegrafikan memperoleh kriteria sangat layak karena LKS
menggunakan ukuran yang sesuai yaitu A4 (210 x 297) mm. Pemilihan kertas
ukuran tersebut bertujuan agar LKS mudah digunakan oleh siswa. Hal ini sesuai
dengan Prastowo (2012: 217) yang menyatakan bahwa LKS sebaiknya
menggunakan ukuran kertas yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Jenis dan ukuran huruf juga sudah sesuai yaitu Comic Sans
92% 92%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Ukuran/Format LKS Desain Bagian Isi
Sk
or
50
MS 12 pt dan Cambria (Headings) 12 pt sehingga mudah dibaca oleh siswa.
Menurut Arsyad (2009: 89), ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks atau
buku penuntun) adalah 12 pt.
4.3 Keterbacaan LKS
Tingkat keterbacaan LKS diukur menggunakan tes klos (tes rumpang). Tes
klos berupa bacaan yang telah dihilangkan beberapa bagian kata sehingga menjadi
rumpang. Pengisian bagian yang rumpang dapat memunculkan aktivitas membaca
secara alamiah dan normal yang disebut keterbacaan. Hasil analisis data diperoleh
skor keterbacaan sebesar 81,67 %. Berdasarkan kriteria, maka LKS fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan
saintifik termasuk dalam kategori mudah dipahami oleh siswa.
Skor keterbacaan (readability) cukup tinggi karena penyajian materi LKS
menggunakan bahasa yang sesuai kemampuan siswa SMA, mudah dipahami, dan
memiliki struktur kalimat yang jelas. Selain itu, penulisan materi LKS juga
menggunakan jenis dan ukuran huruf yang disesuaikan aturan tipografi. Hal ini
sesuai penelitian Suryadi (2007) yang menyatakan bahwa tingkat keterbacaan
dipengaruhi oleh faktor bahasa dan rupa. Faktor bahasa menyangkut pilihan kata,
susunan kalimat, dan unsur tata bahasa yang lain. Faktor rupa menyangkut tata
huruf (tipografi) yang mencakup jenis dan ukuran huruf, kerapatan baris, dan
unsur tata rupa lain.
4.4 Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif didapatkan melalui tes tertulis. Tes tertulis
dilaksanakan sebelum dan setelah melakukan pembelajaran menggunakan LKS
51
fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan
pendekatan saintifik. Hasil belajar kognitif dianalisis menggunakan uji gain dan
uji-t. Uji gain digunakan untuk mengetahui signifikansi peningkatan hasil belajar.
Uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan
setelah pembelajaran menggunakan LKS.
Hasil post-test kedua kelas diuji perbedaan dua rata-rata dan menunjukkan
bahwa kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil belajar kognitif
siswa disajikan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas Rata-rata
Pre-test
Rata-rata
Post-test
Kriteria
Peningkatan
Kontrol 36,38 73,96 Sedang
Eksperimen 43,28 82,03 Sedang
Gambar 4.5 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa
Berdasarkan data dapat dilihat bahwa pemahaman konsep siswa meningkat
setelah mendapatkan pembelajaran. Pada kelas eksperimen diperoleh faktor gain
sebesar 0,68 sedangkan pada kelas kontrol 0,59 sehingga dapat dikatakan bahwa
36.38
73.96
43.28
82.03
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pre-Test Post-Test
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
52
peningkatan pemahaman konsep fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
berada dalam kriteria sedang. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan siswa kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yildirim et al. (2011)
yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran
menggunakan LKS lebih baik daripada tanpa LKS. Selain itu, Suyanti (2012)
menegaskan bahwa penggunaan media pembelajaran LKS mempengaruhi naiknya
prestasi belajar siswa.
Rata-rata nilai pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen adalah 43,28
dan 82,03. Perbandingan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan setelah
menggunakan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi
karakter dengan pendekatan saintifik disajikan pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar kognitif siswa. Nilai post-test menunjukkan hasil belajar
kognitif siswa lebih besar daripada nilai pre-test. Selain itu, berdasarkan uji gain,
25
55
43,28
55
100
82,03
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata
Ju
mla
h S
ko
r
Pre-Test
Post_test
53
dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar kognitif walaupun
berada pada kriteria sedang. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa
LKS efektif digunakan sebagai panduan belajar fisika pada siswa kelas X MIA.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Celikler (2010) yang menyatakan bahwa
penggunaan LKS pada kelas eksperimen terbukti meningkatkan partisipasi dan
hasil belajar yang signifikan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran tradisonal.
Peningkatan hasil belajar karena pembelajaran dilakukan melalui
pendekatan saintifik, siswa akan termotivasi untuk menemukan jawaban dari
persoalan yang ada pada LKS sehingga akan lebih mudah menguasai materi. LKS
berpendekatan saintifik terbukti efektif meningkatkan hasil belajar sekaligus
membantu siswa memperoleh keterampilan proses ilmiah. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Yildirim et al. (2011) yang menyatakan bahwa LKS lebih efektif
meningkatkan hasil belajar sekaligus membantu siswa memperoleh keterampilan
proses ilmiah seperti melakukan percobaan, mencatat serta menganalisa data, dan
sebagainya. Selain itu, hasil belajar siswa meningkat karena pengintegrasian
karakter pada LKS yang dikembangkan, hal ini sesuai pendapat Benninga et al.
(2003) yang menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter memberi
pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar.
4.5 Perkembangan Nilai Karakter
4.5.1 Hasil Analisis Karakter
Karakter yang dikembangkan pada penelitian ini adalah jujur, disiplin,
rasa ingin tahu, dan komunikatif. Data perkembangan karakter didapatkan melalui
54
dua cara yaitu angket dan observasi. Observasi karakter dilakukan karena angket
tidak selalu mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Azwar (2013: 96),
meskipun pernyataan sikap yang diperoleh dari suatu skala sikap merupakan
indikator yang paling dapat diandalkan, namun tidaklah berarti bahwa skala sikap
selalu dapat dipercaya sepenuhnya dan dapat dengan jitu mencerminkan sikap
yang sesungguhnya. Observasi karakter siswa dilakukan oleh ketua dari masing-
masing kelompok yang menilai perkembangan karakter dari anggota
kelompoknya. Perkembangan karakter dari ketua kelompok dinilai oleh observer.
Penilaian karakter oleh sesama siswa lebih efektif dilakukan karena ketua dari
masing-masing kelompok lebih memahami teman sekelasnya dan pelaksanaan
pembelajaran tidak terlalu banyak dihadiri oleh observer.
Besarnya perkembangan karakter siswa dianalisis menggunakan uji gain.
Secara umum, hasil analisis karakter siswa disajikan pada Tabel 4.3, Gambar 4.7,
dan Tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Rata-rata Perkembangan Karakter Siswa Melalui Angket
Karakter yang
dikembangkan
Sebelum
pembelajaran
(%)
Kriteria Setelah
pembelajaran
(%)
Kriteria Gain
Jujur 76,43 Mulai
berkembang
78,52 Mulai
berkembang
Rendah
Disiplin 76,95 Mulai
berkembang
80,47 Mulai
berkembang
Rendah
Rasa ingin tahu 73,14 Mulai
berkembang
75,79 Mulai
berkembang
Rendah
Komunikatif 80,39 Mulai
berkembang
81,95 Membudaya Rendah
55
Gambar 4.7 Perbandingan Karakter Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran
Tabel 4.4 Perkembangan Karakter Siswa Melalui Observasi
Karakter yang dikembangkan Persentase Kriteria
Jujur 81,25% Membudaya
Disiplin 89,58% Membudaya
Rasa ingin tahu 80,21% Mulai berkembang
Komunikatif 79,17% Mulai berkembang
4.5.2 Pembahasan Pengembangan Nilai Karakter Siswa
Berdasarkan hasil analisis perkembangan karakter secara keseluruhan,
terlihat bahwa nilai karakter meningkat dari sebelum pembelajaran dan setelah
pembelajaran. Ada empat aspek karakter yang dikembangkan pada penelitian ini,
yaitu jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif.
4.5.2.1.Jujur
Perkembangan karakter jujur diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1)
tidak melihat jawaban LKS kelompok lain, (2) mencatat data pengamatan sesuai
hasil percobaan, dan (3) mengemukakan pendapat sesuai keyakinan diri. Hasil
76.43 76.95
73.14
80.39
76.98
78.52
80.47
75.39
81.95
79.22
68
70
72
74
76
78
80
82
84
Sk
or
Sebelum Pembelajaran
Setelah Pembelajaran
56
analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter
jujur sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi
karakter berpendekatan saintifik meskipun masih tetap berada dalam kriteria
mulai berkembang. Sedangkan hasil observasi menunjukkan bahwa karakter jujur
berada dalam kriteria membudaya, sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS dapat
mengembangkan karakter jujur siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013)
menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif
digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter jujur siswa.
4.5.2.2 Disiplin
Perkembangan karakter disiplin diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1)
datang tepat waktu ketika pembelajaran dilaksanakan, (2) mentaati prosedur atau
petunjuk pembelajaran yang ada di LKS, dan (3) mengambil ataupun
mengembalikan alat-alat yang digunakan saat percobaan secara tertib. Hasil
analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter
disiplin sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi
karakter berpendekatan saintifik. Sebelum pembelajaran, karakter disiplin
termasuk dalam kriteria mulai berkembang. Setelah pembelajaran, karakter
disiplin masih dalam kriteria mulai berkembang, tetapi memiliki persentase yang
lebih besar. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS terintegrasi karakter
dapat mengembangkan karakter disiplin siswa. Hasil penelitian Amelia et al.
(2013) menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter
efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter
disiplin siswa. Selain itu, Khoirunnisa (2013) menyatakan bahwa adanya
57
perubahan karakter disiplin siswa setelah menggunakan model LKS berbasis
inkuiri untuk mengembangkan karakter yaitu dalam kategori membudaya. Ini
berarti bahwa sejak awal siswa sudah memperlihatkan kedatangan tepat waktu
saat pembelajaran dilaksanakan, mentaati prosedur atau petunjuk pembelajaran
yang ada di LKS, dan mengambil ataupun mengembalikan peralatan yang
digunakan saat percobaan secara tertib, sehingga pada akhir pembelajaran siswa
sudah mulai sadar dan terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan. Hal ini
sesuai dengan Bear & Duquette (2008) bahwa kedisiplinan merupakan tanggung
jawab moral yang tercipta dari kesadaran dan kemauannya sendiri bukan semata-
mata karena takut hukuman atau untuk mendapatkan penghargaan eksternal.
4.5.2.3 Rasa ingin tahu
Perkembangan karakter rasa ingin tahu diukur berdasarkan 3 indikator,
yaitu (1) bertanya kepada guru ataupun teman lain mengenai materi yang sedang
dipelajari, (2) mengamati fenomena yang ada untuk mengetahui konsep, dan (3)
membaca dan mencari informasi dari buku, internet ataupun sumber belajar
lainnya. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan karakter rasa ingin tahu sebelum dan setelah pembelajaran
menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik meskipun
masih tetap berada dalam kriteria mulai berkembang. Artinya, sejak awal siswa
sudah memperlihatkan rasa ingin tahunya yaitu bertanya kepada guru ataupun
teman lain mengenai materi yang sedang dipelajari, mengamati fenomena yang
ada, dan mencari informasi dari buku maupun internet. Hasil observasi juga
menunjukkan bahwa karakter rasa ingin tahu siswa berada dalam kriteria mulai
58
berkembang. Hasil analisis angket dan observasi tersebut menunjukkan bahwa
LKS terintegrasi karakter dapat mengembangkan nilai karakter rasa ingin tahu
siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amelia et al. (2013) yang
menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif
digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter rasa ingin
tahu siswa. Selain itu, Khoirunnisa (2013) menyatakan bahwa adanya perubahan
karakter rasa ingin tahu siswa setelah menggunakan model LKS berbasis inkuiri
untuk mengembangkan karakter yaitu dalam kategori membudaya.
4.5.2.4 Komunikatif
Perkembangan karakter komunikatif diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu
(1) memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok, (2) memberi
dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas, dan (3) mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan karakter komunikatif sebelum dan setelah
pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan
saintifik. Sebelum pembelajaran, karakter komunikatif termasuk dalam kriteria
mulai berkembang. Setelah pembelajaran, karakter komunikatif sudah
membudaya. Analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS dapat mengembangkan
karakter komunikatif siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan
bahwa penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif
digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter komunikatif
siswa. Ini berarti bahwa sejak awal siswa sudah terbiasa memberi dan
mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok dan kelas serta
59
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sewell & College (2003) bahwa penanaman karakter dapat
diintegrasikan pada pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di
lingkungan sekolah.
LKS berpendekatan saintifik terintegrasi karakter merupakan salah satu
upaya untuk mengembangkan karakter siswa. Berdasarkan analisis data, terdapat
peningkatan skor rata-rata karakter siswa setelah menggunakan LKS
berpendekatan saintifik terintegrasi karakter. Hal ini berarti bahwa produk LKS
terbukti efektif mengembangkan karakter siswa. Menurut Kemendiknas (2010:
24), perilaku yang dikembangkan dalam indikator budaya dan karakter bersifat
progresif. Artinya, perilaku tersebut tidak langsung berubah sesuai yang
diharapkan namun berkembang seiring berjalannya waktu dan semakin kompleks
antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya. Oleh karena itu, perlu adanya
intergrasi pendidikan karakter secara berkelanjutan untuk materi selanjutnya dan
mata pelajaran lainnya.
Pendidikan karakter yang diterapkan secara terus-menerus dan
berkelanjutan pada proses pembelajaran akan berdampak positif pada prestasi
belajar siswa. Sebagaimana penelitian Benninga et al. (2003) terhadap 681
Sekolah Dasar di California bahwa sekolah dengan tingkat penerapaan pendidikan
karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik
dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan pendidikan
karakter. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya hasil belajar afektif berupa
karakter dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
60
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model LKS yang dihasilkan terdiri dari 26 halaman yang dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan akhir. Bagian pendahuluan berisi
halaman depan, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan LKS,
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
karakter yang dikembangkan beserta indikatornya. Sedangkan bagian isi
berisi sub topik berupa pertanyaan-pertanyaan konsep yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari yang disertai gambar untuk memudahkan
siswa memvisualisasikan materi serta kegiatan eksperimen yang dituntun
menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong siswa menemukan
konsep dan berpikir kritis yang dapat mengembangkan karakter. Bagian
akhir berisi rangkuman, evaluasi, daftar pustaka, dan lembar observasi
karakter. Jenis huruf yang digunakan adalah Cambria (Headings) dengan
ukuran 12, 24, 26, dan 48 untuk bagian-bagian pokok seperti judul, nama
kelompok dan anggota, kata pengantar, daftar isi, tujuan pembelajaran,
karakter yang dikembangkan, serta indikator karakter. Jenis huruf Times
New Rowman ukuran 8 dan 12 digunakan pada kompetensi dasar dan
rangkuman. Sedangkan Comic Sans MS ukuran 12 dan 20 untuk bagian
61
sub-pokok seperti penulisan pertanyaan konsep dan perintah kerja. Unsur
saintifik di dalam LKS dimunculkan melalui penyusunan alur penemuan
konsep berupa pertanyaan-pertanyaan yang memancing kemampuan
berpikir sehingga siswa dapat mengikuti alur saintifik pada LKS. Siswa
diajak untuk mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan
menyimpulkan. Model LKS berpendekatan saintifik mengintegrasikan
pendidikan karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif yang
dimunculkan melalui petunjuk kerja dan kegiatan eksperimen.
2. LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter
dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kriteria sangat layak
digunakan sebagai panduan belajar siswa kelas X MIA SMA.
3. Tingkat keterbacaan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kategori
mudah dipahami oleh siswa.
4. Penerapan model LKS fisika terintegrasi karakter dengan pendekatan
saintifik dapat meningkatkan penguasaan materi pada pokok bahasan
pemantulan dan pembiasan cahaya. Peningkatan hasil belajar berada pada
kategori sedang.
5. Penggunaan LKS fisika terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik
dapat mengembangkan karakter siswa yaitu berada pada kategori mulai
berkembang.
62
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan model LKS terintegrasi karakter dengan
pendekatan saintifik merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga guru
sebaiknya memberikan sosialisasi dan penjelasan terlebih dahulu agar
siswa lebih siap menggunakan media tersebut.
2. Pada penelitian ini, karakter siswa belum memperoleh kategori
membudaya untuk semua indikator, sehingga disarankan pembelajaran
menggunakan model LKS terintegrasi karakter dengan pendekatan
saintifik perlu diterapkan dalam jangka waktu panjang.
63
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, O. T., Yurnetti, & Asrizal. 2013. Pembuatan LKS Fisika Berbasis
ICT dengan Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter Kelas X
Semester 2. Pillar of Physics Education, Vol. 2, 89-96.
Arafah, S. F., B. Priyono, & S. Ridlo. 2012. Pengembangan LKS Berbasis
Berpikir Kritis pada Materi Animalia. Unnes Journal of Biology
Education, 1(1): 75-81.
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asyhari, D., Syakbaniah, & A. Hasra. 2013. Pengaruh LKS dalam
Pembelajaran Problem Based Instruction terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas XI SMA N 2 Pariaman. Pillar of Physics
Education, Vol. 2: 65-72.
Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (18th
ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bear, G. G. & J.F. Duquette. 2008. Fostering Self-Discipline, a Primary
Goal of Education, Helps Students Exhibit Good Behavior In and
Out of School. Online. Tersedia di
http://www.nasponline.org/resources/principals/ [diakses 11-7-
2014].
Benninga, J. S., M. W. Berkowitz, P. Kuehn, & K. Smith. 2003. The
Relationship of Character Education Implementation and Academic
Achievement in Elementary Schools. Journal of Research in
Character Education, 1(1): 19-32.
Celikler, D. 2010. The Effect of Worksheets Developed for the Subject of
Chemical Compounds on Student Achievement and Permanent
Learning. The International Journal of Research in Teacher
Education, 1(1): 42-51. Tersedia di http://ijrte.eab.org.tr/ [diakses
16-6-2014].
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan
Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
64
Enggayanti, D. L. 2013. Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi
Pendidikan Karakter pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII
SMP RSBI. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri
Semarang.
Fauziah, R., A. G. Abdullah, & D. L. Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik
Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
INVOTEC, 9(2): 165-179. Tersedia di jurnal.upi.edu [diakses 12-2-
2014].
Fitriyati, E. S. Kurniawan, & N. Ngazizah. 2013. Pengembangan LKS
Fisika SMA Kelas X Semester II dengan Website Online Berbasis
Contextual Teaching Learning. Jurnal Radiasi, 3(1): 7-11.
Giancoli, D. C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Isnaini, M., P. Marwoto, & A. Yulianto. 2012. Pengembangan LKS Fisika
Model Inferensi Logika Berpikir Hypothetical-Deductive Siswa
SMP. Journal of Innovative Science Education, 1(2): 98-104.
Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise [diakses 1-
2-2014].
Johnstone, A. H. & A. Al-Shuaili. 2001. Learning in the Laboratory; Some
Thoughts from the Literature. The Royal Society of Chemistry, Vol.
5: 42-51.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Diklat Guru Dalam
Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan
Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan
Pendidikan Rintisan). Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
Khoirunnisa, L. 2013. Model LKS Berbasis Inkuiri untuk Mengembangkan
Karakter Siswa Kelas VIII SMP RSBI. Skripsi. Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
Khusniati, M. 2012. Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran IPA.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(2): 204-210. Tersedia di
http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii [diakses 25-7-2014].
65
Musyarofah, N. Hindarto, & Mosik. 2013. Pendidikan Karakter
Terintegrasi dalam Pembelajaran IPA guna Menumbuhkan
Kebiasaan Bersikap Ilmiah. Unnes Physics Education Journal,
2(2): 41-48.
NSTA. 2004. Position Statement on Scientific Inquiry. Online. Tersedia di
www.nsta.org/about/positions/inquiry.aspx/ [diakses 17-6-2014].
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Tersedia di
http://www.paudni.kemdikbud.go.id [diakses 22-5-2013].
Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi.
Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur
Kurikulum SMA-MA.
Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Jogjakarta: Diva Press.
Rama, K. T. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya
Agung.
Samani, M. & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sewell, D. T. & A. B. College. 2003. Teachers’ Attitudes Toward
Character Education and Inclusion in Family and Consumer
Sciences Education Curriculum. Journal of Family and Consumer
Sciences Education. 21(1): 11-17.
Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujarwanta, A. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran IPA dengan
Pendekatan Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan, 16(1): 75-83.
66
Sunyono. 2008. Development of Student Worksheet Base on Environment
to Sains Material of Yunior High School in Class VII on Semester
I. Proceeding of The 2nd
International Seminar of Science
Education. Bandung: UPI.
Suryadi, A. 2007. Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik
Klos. Jurnal Sosioteknologi, 10(6): 196-200.
Suyanti. 2012. Pengaruh Frekuensi Penggunaan Media Pembelajaran LKS
terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran IPS. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Geografi, Hlm. 97-106.
Taslidere, E. 2013. The Effect of Concept Cartoon Worksheets on
Students’ Conceptual Understandings of Geometrical Optics.
Education and Science, 38(167): 144-161.
Tipler, P. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia di
http://www.paudni.kemdikbud.go.id [diakses 22-5-2013].
Widodo, T. 1995. Modifikasi Tes Rumpang untuk Bahan Ajar MIPA.
Semarang: Lembar Penelitian UNNES.
Wieman, C. 2007. Why Not Try a Scientific Approach to Science
Education?. Change, September/Oktober. Hlm. 9-15.
Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Yildirim, N., S. Kurt, & A. Ayas. 2011. The Effect of the Worksheets on
Students’ Achievement in Chemical Equilibrium. Journal of
Turkish Science Education, 8(3): 44-58. Tersedia di
http://www.tused.org/ [diakses 5-8-2013].
Zion, M. & I. Sadeh. 2007. Curiosity and Open Inquiry Learning. Journal
of Biological Education, 41(4): 162-168. Tersedia di
http://www.iob.org// [diakses 10-7-2014].
67
Lampiran 1
68
69
70
71
72
73
Lampiran 2
RUBRIK INSTRUMEN VALIDASI “LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA
TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK”
A. Deskripsi Aspek yang Dinilai
NO. ASPEK YANG DINILAI DESKRIPSI
KELAYAKAN ISI
A. Kesesuaian Materi
1. Keluasan materi
Materi yang disajikan menjabarkan
minimal (fakta, konsep, prinsip, dan
teori) yang mencerminkan jabaran KD
dan tujuan pembelajaran.
2. Kedalaman materi
Materi sesuai ranah kognitif yang
memberikan tuntutan kerja ilmiah atau
percobaan. Tingkat kesulitan dan
kerumitan materi disesuaikan dengan
tingkat perkembangan kognitif peserta
didik.
3. Kejelasan prosedur
percobaan
Prosedur percobaan yang disajikan
runtut dan jelas sehingga tidak
menimbulkan terjadinya kesalahan
dalam percobaan.
B. Keakuratan Materi
4. Keakuratan fakta dan
konsep
Materi yang disajikan sesuai dengan
kebenaran fakta, konsep, dan prinsip
sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir.
C. Materi Pendukung Pelajaran
5. Kesesuaian dengan Materi yang disajikan sesuai dengan
74
perkembangan ilmu perkembangan iptek.
6. Kontekstual
Materi yang disajikan berasal dari
lingkungan di sekitar dan akrab
dengan kehidupan sehari-hari.
7. Keterkaitan dengan komponen utama pendekatan saintifik
- Mengamati
LKS mengarahkan peserta didik untuk
mengamati fenomena dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi pembelajaran.
- Menanya
LKS mengarahkan peserta didik untuk
menanyakan penyebab terjadinya
fenomena dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.
- Mencoba
LKS mengarahkan peserta didik untuk
melakukan percobaan sederhana yang
sesuai dengan materi pembelajaran.
- Menyajikan
LKS mengarahkan peserta didik untuk
menyajikan hal-hal yang didapatkan
dari percobaan.
- Menyimpulkan
LKS mengarahkan peserta didik untuk
menyimpulkan hasil percobaan atau
pembelajaran.
8. Pengintegrasian karakter
- Rasa ingin tahu
Kegiatan dalam LKS dapat
mengarahkan peserta didik untuk
memiliki rasa ingin tahu.
- Disiplin
Kegiatan dalam LKS dapat
mengarahkan peserta didik untuk
disiplin.
75
- Jujur
Kegiatan dalam LKS dapat
mengarahkan peserta didik untuk
jujur.
- Komunikatif
Kegiatan dalam LKS dapat
mengarahkan peserta didik untuk
komunikatif.
KELAYAKAN PENYAJIAN
D. Teknik Penyajian
9. Keruntutan konsep Konsep dasar atau sederhana disajikan
lebih dulu sebelum konsep yang rumit.
10. Kekonsistenan
sistematika
Penyajian materi dalam setiap bab
sesuai dengan sistematika penulisan
tertentu.
E. Penyajian Pembelajaran
11. Berpusat pada
penggunaan LKS
Penyajian materi bersifat interaktif dan
partisipatif sehingga memotivasi
peserta didik untuk belajar mandiri,
misalnya dengan menggunakan
pertanyaan, gambar yang menarik,
atau kalimat ajakan dalam melakukan
percobaan.
12. Mengembangkan
keterampilan proses
Penyajian pembahasan lebih
menekankan pada keterampilan
proses.
13. Mengarahkan pada
penemuan konsep
Penyajian materi dan kegiatan dalam
LKS mengarahkan pada penemuan
sendiri suatu konsep.
14. Memperhatikan
keselamatan kerja
Kegiatan yang disajikan aman
dilakukan oleh pengguna. Bahan,
peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan
76
yang dilakukan tidak membahayakan
peserta didik. Apabila ada resiko
bahaya harus disertai dengan petunjuk
yang jelas.
F. Kelengkapan Penyajian
15. Judul Judul LKS sesuai dengan materi yang
disajikan.
16. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang tertera
dalam LKS mampu mencerminkan
hasil pembelajaran.
17. Ringkasan
LKS dilengkapi dengan konsep-
konsep kunci yang diberikan dalam
ringkasan materi.
18. Langkah kerja
Langkah kerja yang disajikan
megarahkan peserta didik untuk
berpikir kreatif.
19. Ilustrasi / gambar Ilustrasi yang disajikan relevan dengan
pesan yang disampaikan.
20. Pertanyaan / evaluasi
Pertanyaan atau evaluasi meliputi soal
yang memungkinkan peserta didik
untuk mengevaluasi kemampuannya.
KELAYAKAN KEBAHASAAN
G. Keterbacaan
21. Kejelasan informasi
Bahasa yang digunakan dalam LKS
untuk memberikan petunjuk atau
informasi mudah dipahami dan tidak
menimbulkan kebingungan.
22. Konsistensi penggunaan
istilah
Istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu konsep selalu
sama atau konsisten.
77
H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar
23. Ketepatan struktur
kalimat
Struktur kalimat dalam LKS
menggunakan struktur SPO atau
SPOK.
KELAYAKAN KEGRAFIKAN
I. Ukuran/Format LKS
24. Kesesuaian ukuran LKS
LKS menggunakan ukuran A4 (210 x
297) mm, A5 (148 x 210) mm, atau B5
(176 x 250) mm.
J. Desain Bagian Isi
25. Kesesuaian jenis dan
ukuran huruf
Jenis dan ukuran huruf yang dipilih
mudah dibaca oleh peserta didik atau
pengguna, misalnya menggunakan
ukuran huruf 12.
B. Pedoman Pemberian Skor
Skor Kriteria
5
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sangat sesuai
dengan deskripsi aspek yang dinilai
4
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sesuai dengan
deskripsi aspek yang dinilai
2
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik kurang
sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai
1
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik tidak sesuai
dengan deskripsi aspek yang dinilai
78
Lampiran 3
DAFTAR REVIEWER KELAYAKAN LKS (GURU FISIKA SMA)
No Nama Reviewer NIP Asal Instansi
1 Dwi Ratih Yuliawati, S.Pd. SMA N 1 Rembang
2 Sukarno, M.PFis 197001081994121002 SMA N 1 Rembang
3 Sukarlan, S.Pd. SMA N 1 Rembang
4 Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd. SMA N 1 Rembang
5 Kristina Suprapti, S.Pd. SMA N 1 Rembang
79
Lampiran 4
DAFTAR RESPONDEN UJI COBA SKALA KECIL
No Nama Kode Siswa
1 Istiyani UCK-1
2 Siti Fatimah UCK-2
3 Sesanti Hayu Ningtyas UCK-3
4 Rizky Anugrah Putri UCK-4
5 Nur Reyhana Zulfa UCK-5
6 Martiana Adelyanti UCK-6
7 Ibrahim Tamtama Adi UCK-7
8 Hana Riyandika Rohimatuzahroh UCK-8
9 Galuh Yuan Irawan UCK-9
10 Bayu Bimantoro Oktavian UCK-10
80
Lampiran 5
DAFTAR RESPONDEN UJI COBA SKALA BESAR
No Nama Kode Siswa
1 Addien Wicaksono UCB-1
2 Alifia Firda Aziza UCB-2
3 Ariesandi Alam Cahya UCB -3
4 Ayu Dwi Priyanti UCB -4
5 Azza Aulia Ulfa UCB -5
6 Bagus Yuli Prakosa Ciptasiwi UCB -6
7 Bayu Bimantoro Oktavian UCB -7
8 Dianita Rahma Nugraheni UCB -8
9 Diyanti Virda Kumalasari UCB -9
10 Esza Qoirul Nazula UCB -10
11 Fakhry Elhamidi UCB -11
12 Febyansyah Abdul Aziz UCB -12
13 Galuh Yuan Irawan UCB -13
14 Gemala Wahyu Isani UCB -14
15 Hana Riyandika Rohimatuzahroh UCB -15
16 Haniatul Mutamakkinah UCB -16
17 Ibrahim Tamtama Adi UCB -17
18 Intan Tawaddada Ilaiha UCB -18
19 Istiyani UCB -19
20 Martiana Adelyanti UCB -20
21 Miqdad Ibadurrahman UCB -21
22 Muhamad Iqbal Saputra UCB -22
23 Muhammad Fuad Fahrudin UCB -23
24 Nur Royhana Zulfa UCB -24
25 Pramesti Kusuma Pratiwi UCB -25
26 Rizky Anugrah Putri UCB -26
27 Satriya Adika Arif Atmaja UCB -27
28 Sesanti Hayu Ningtyas UCB -28
29 Siti Fatimah UCB -29
30 Vivi Aulia Dian Nova UCB -30
31 Widyo Wati UCB -31
32 Yulianti Triwulandari UCB -32
81
Lampiran 6
KISI-KISI SOAL UJI COBA
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : X MIA / 2
Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
No Indikator Nomor Soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 Siswa dapat menjelaskan hukum
pemantulan 1 26
2 Siswa dapat menyebutkan sifat
pembentukan bayangan pada
cermin datar
2,6 3,5
3 Siswa dapat menyebutkan sifat
pembentukan bayangan pada
cermin cekung
8,9 4
4 Siswa dapat menyebutkan sifat
pembentukan bayangan pada
cermin cembung
7
5 Siswa dapat menentukan
perbesaran, jarak fokus, jarak
benda, serta jarak bayangan pada
cermin cekung
20,21 14,13,
22
24
6 Siswa dapat menentukan
perbesaran, jarak fokus, jarak
benda, jarak bayangan pada cermin
cembung
17 10,11,
16,18
7 Siswa dapat menyebutkan titik api
pada lensa 15
82
8 Siswa dapat menghitung besarnya
indeks bias
33,35,
36
37 38
9 Siswa dapat menganalisis
kecepatan dan panjang gelombang
pada pembiasan
32
10 Siswa dapat menyebutkan aplikasi
pemantulan dan pembiasan cahaya
dalam kehidupan sehari-hari
25 12,19,
23 31
11 Siswa dapat membedakan antara
pemantulan teratur dan pemantulan
baur
27
12 Siswa dapat menjelaskan prinsip
pembiasan cahaya 29,40
28,39,
30,34
Jumlah 10 12 14 2 1 1
Persentase 25% 30% 35% 5% 2,5% 2,5%
Keterangan:
C1 : pengetahuan
C2 : pemahaman
C3 : penerapan
C4 : analisis
C5 : evaluasi
C6 : mencipta
83
Lampiran 7
SOAL UJI COBA
Mata Pelajaran : Fisika
Pokok Bahasan : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Kelas/Semester : X/2
Petunjuk Pengerjaan Soal:
1. Berdo’alah sebelum mengerjakan.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada
huruf a, b, c, atau d pada lembar jawaban.
3. Apabila ada jawaban yang salah dan ingin memperbaiki, coretlah dengan 2
garis lurus mendatar pada jawaban yang salah dan silang (X) jawaban yang
benar.
Contoh: a b c d e menjadi a b c d e
4. Selamat mengerjakan!
1. Jika besar sudut datang yang menuju permukaan benda disimbolkan dengan x
dan besar sudut pantul disimbolkan dengan y, hubungan yang tepat dari
keduanya adalah ….
a. x = y
b. x ≠ y
c. x > y
d. x < y
e. x = y = 0
2. Pernyataan-pernyataan berikut adalah sifat pembentukan bayangan.
1) Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata.
2) Bayangan yang dihasilkan bersifat maya.
3) Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda.
4) Tinggi benda sama dengan tinggi bayangan.
5) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
Yang merupakan sifat pembentukan bayangan pada cermin datar adalah
nomor ....
a. 1), 2), 3), dan 4)
b. 2), 3), 4), dan 5)
c. 1), 3), dan 4)
d. 2), 3), dan 5)
e. semua benar
X X = X
84
3. Suatu benda diletakkan di depan dua cermin datar dengan membentuk sudut
tertentu sehingga pada cermin terlihat ada 17 bayangan. Sudut yang dibentuk
oleh kedua cermin tersebut adalah ….
a. 20
b. 30
c. 40
d. 45
e. 60
4. Sebuah cermin cekung mempunyai titik fokus 15 cm. Titik pusat
kelengkungan cermin adalah ….
a. 7,5 cm
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 30 cm
e. 60 cm
5. Ira sedang duduk pada sebuah bangku sejauh 3 m dari sebuah dinding di
mana pada dinding itu bergantung sebuah cermin datar. Tepat 3 m
dibelakangnya berdiri seorang pria dengan tinggi 162 cm. Ketinggian
minimum cermin yang memungkinkan Ira melihat seluruh tinggi badan pria
tersebut adalah ….
a. 27 cm
b. 54 cm
c. 81 cm
d. 162 cm
e. 168 cm
6. Di bawah ini adalah sifat bayangan cermin datar, kecuali ….
a. jarak benda = jarak bayangan
b. simetris
c. maya
d. nyata
e. sama besar
7. Sifat pemantulan divergen dihasilkan oleh ….
a. cermin cembung
b. cermin cekung
c. lensa cembung
d. lensa cekung
e. kaca transparan
8. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
1) Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik
R.
85
2) Sinar datang melalui titik R akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
3) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan
melalui titik F.
4) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
5) Sinar datang menuju cermin akan dipantulkan secara baur.
Yang termasuk sinar istimewa pada cermin konkaf adalah nomor ….
a. 1)
b. 2)
c. 3)
d. 4)
e. 5)
9. Jika seberkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, berkas sinar
tersebut akan ….
a. dibiaskan menuju titik fokus
b. dibiaskan menuju titik pusat optik
c. dibiaskan sejajar sumbu utama
d. dipantulkan menuju titik fokus
e. diteruskan tanpa dibiaskan atau dipantulkan
10. Deskripsi bayangan sebuah benda yang terletak 20 cm dari sebuah cermin
sferis cembung yang berjari-jari 60 cm adalah ….
a. maya, tegak 60 cm di depan cermin, dan diperbesar 3 kali
b. maya, tegak 60 cm di belakang cermin, dan diperbesar 3 kali
c. maya, tegak 12 cm di belakang cermin, dan diperbesar
kali
d. maya, tegak 12 cm di depan cermin, dan diperbesar 3 kali
e. maya, tegak 60 cm di belakang cermin, dan diperbesar
kali
11. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 16 cm. Benda setinggi 4 cm
berada di depan cermin sejauh 10 cm, sehingga:
1) jarak bayangan benda
cm
2) jarak bayangan benda
cm
3) perbesaran benda
kali
4) tinggi bayangan benda 1,78 cm
Pernyataan yang benar adalah nomor ….
a. 1), 3), dan 4)
b. 1), 2), dan 3)
c. 1), 2), 3), dan 4)
d. 2) dan 4)
e. 2) dan 3)
12. Berlian tampak berkilau. Peristiwa ini merupakan gejala ....
86
a. pembiasan total
b. pemantulan sempurna
c. pembiasan sebagian
d. pemantulan sebagian
e. fatamorgana
13. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
1) Jarak bayangan yang terbentuk -60 cm.
2) Jarak bayangan yang terbentuk -30 cm.
3) Bayangan benda berada di belakang cermin.
4) Bayangan benda berada di depan cermin.
Sebuah benda diletakkan pada jarak 20 cm dari cermin cekung yang jari-jari
kelengkungannya 60 cm. Pernyataan tersebut yang benar adalah nomor ….
a. 1), 2), dan 4)
b. 1) dan 3)
c. 2) dan 3)
d. 2) dan 4)
e. 1) dan 4)
14. Sebuah cermin lengkung memiliki jari-jari 36 cm. Letak benda agar terbentuk
bayangan tegak berukuran tiga kali ukuran bendanya adalah ….
a. 12 cm
b. 18 cm
c. 54 cm
d. 72 cm
e. 108 cm
15. Jarak titik api lensa sama dengan ….
a. dua kali jari-jari kelengkungan lensa
b. jari-jari kelengkungan lensa
c. setengah jari-jari kelengkungan lensa
d. sepertiga jari-jari kelengkungan lensa
e. penjumlahan jarak benda dan jarak bayangan
16. Sebuah benda setinggi 4 cm terletak 20 cm di depan cermin cembung yang
mempunyai jari-jari kelengkungan 30 cm. Tinggi bayangan yang terbentuk
adalah ….
a. 0.7 cm
b. 1,7 cm
c. 2,2 cm
d. 3,3 cm
e. 4,5 cm
17. Sebuah benda terletak di depan cermin cembung, maka bayangan yang
terbentuk bersifat ….
87
a. tegak, diperkecil
b. terbalik, diperbesar
c. terbalik, diperkecil
d. nyata, di muka cermin
e. maya, di muka cermin
18. Sebuah lilin setinggi 6 cm berada 4 cm di depan sebuah cermin cembung
dengan jarak fokus 60 cm, bayanganya adalah ….
a. terbalik, panjangnya 3,75 cm
b. tegak, panjangnya 10 cm
c. tegak, panjangnya 8 cm
d. tegak, panjangnya 3,75 cm
e. terbalik, panjangnya 10 cm
19. Terjadinya pelangi adalah karena cahaya matahari diuraikan dan dibiaskan
oleh ….
a. lapisan atmosfer
b. butir-butir hujan yang ada di udara
c. uap air yang ada di lapisan atmosfer
d. awan tebal yang ada di lapisan atmosfer
e. temperatur udara yang tinggi
20. Bayangan maya yang terbentuk oleh sebuah cermin cekung 3 kali lebih besar
dari bendanya. Bila jarak fokus cermin 30 cm, maka jarak benda didepan
cermin adalah ….
a. 5 cm
b. 20 cm
c. 30 cm
d. 40 cm
e. 45 cm
21. Sebuah benda berada di depan cermin cekung yang berjarak fokus 15 cm.
Agar diperoleh bayangan nyata dengan perbesaran 5 kali maka jarak benda
dengan cermin adalah ….
a. 18 cm
b. 25 cm
c. 23 cm
d. 30 cm
e. 40 cm
22. Sebuah benda tegak lurus sumbu utama berada di depan cermin cekung yang
berjari-jari 16 cm. Jika diperoleh bayangan maya dengan perbesaran 4 kali,
maka jarak benda terhadap cermin adalah ….
a. 4 cm
b. 6 cm
88
c. 8 cm
d. 10 cm
e. 12 cm
23. Kedalaman dasar danau yang berair jernih oleh orang yang berada di atas
permukaan, airnya akan tampak ....
a. tetap
b. lebih dalam
c. lebih dangkal
d. lebih jernih
e. lebih banyak
24. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari
kelengkungan 20 cm nyata dan diperbesar dua kali maka bendanya terletak di
muka cermin sejauh ….
a. 60 cm
b. 30 cm
c. 25 cm
d. 15 cm
e. 10 cm
25. Berikut merupakan kegunaan dari cermin cekung, kecuali ….
a. cermin rias
b. lampu senter
c. komponen alat optik
d. komponen lampu mobil
e. kaca spion
26. Jika sinar datang membentuk sudut 30 terhadap garis normal, besarnya sudut
pantul adalah ….
a. 30
b. 60
c. 150
d. 180
e. 210
27. Pemantulan difus adalah pemantulan yang terjadi jika sinar jatuh mengenai
permukaan yang ….
a. kasar
b. licin
c. datar
d. halus
e. bening
28. Batang pensil yang kita celupkan kedalam air, maka pensil akan tampak patah
dari permukaan air. Hal ini disebabkan oleh ....
89
a. adanya perbedaan sudut datang dengan sudut pantul
b. adanya perbedaan sinar datang dengan sinar pantul
c. adanya persamaan sudut datang dengan sudut pantul
d. adanya persamaan sudut datang dengan sudut deviasi
e. adanya perbedaan sudut pada sinar datang dengan sinar bias pada garis
normal
29. Pembiasan cahaya adalah ….
a. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya karena mengalami
perubahan medium
b. seberkas cahaya yang merambat dari medium yang kerapatannya sama
c. garis normal sama dengan bidang bias
d. perbedaan ukuran indeks bias
e. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya tanpa mengalami
perubahan medium
30. Pada gambar di bawah ini menunjukkan seberkas cahaya yang merambat dari
medium kurang rapat ke medium lebih rapat dimana besarnya sudut sinar
datang (i) dengan sudut sinar bias (r) adalah ....
a. sudut i > sudut r
b. sudut i = sudut r
c. sudut i < sudut r
d. sudut i dengan sudut r saling berseberangan
e. sudut i dengan sudut r = 180
31. Perhatikan gambar berikut ini!
Andi berada 12 m di atas permukaan air sebuah kolam. Ketinggian Andi yang
terlihat oleh Budi yang sedang berendam dalam air adalah ....
a. 10 m
b. 14 m
c. 16 m
d. 18 m
e. 20 m
90
32. Seberkas cahaya dengan laju v1, panjang gelombang λ1, frekuensi f1
merambat dalam medium yang indeks biasnya n1 lalu dibiaskan ke medium
kedua n2 ternyata sudut biasnya lebih besar daripada sudut datangnya.
Dengan menggunakan hukum 1 Snellius tentang pembiasan pada 2 medium
yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa ….
a. n2 > n1
b. f2 > f1 dan n2 > n1
c. f2 > f1, n2 > n1 dan v2 > v1
d. f2 > f1 dan v2 > v1
e. v2 > v1 dan λ2 > λ1
33. Jika kecepatan cahaya dalam alkohol adalah 2,20 x 108 m/s, maka indeks bias
alkohol tersebut adalah ….
a. 1,36
b. 1,41
c. 1,53
d. 1,63
e. 1,8
34. Di bawah ini beberapa contoh terkait dengan pembiasan, kecuali ….
a. dasar kolam terlihat lebih dangkal ketika dilihat dari atas
b. terjadinya pelangi setelah turun hujan
c. adanya kacamata minus (negatif) dan kacamata plus (positif) sehingga
memudahkan penglihatan bagi penderita rabun dekat dan rabun jauh
d. pensil terlihat patah ketika sebagian kita celupkan ke air
e. peristiwa fatamorgana
35. Seberkas cahaya datang dari udara ke suatu zat cair dengan sudut datang 45
dan sudut bias 30 . Apabila kelajuan cahaya di udara 3x108 m/s, besarnya
indeks bias zat cair adalah ….
a. 1,4
b. 2,3
c. 3,4
d. 3,5
e. 4,1
36. Dari soal no. 35, jika sudah diketahui besarnya indeks bias zat cair, maka
besarnya kelajuan cahaya dalam zat cair adalah ....
a. 2,10 x 108 m/s
b. 2,14 x 108 m/s
c. 2,34 x 108 m/s
d. 3,21 x 108 m/s
e. 3,33 x 108 m/s
91
37. Jika indeks bias air 4/3 dan indeks bias kaca 3/2, maka indeks bias relatif
kaca terhadap air adalah ....
a. 3/5
b. 7/5
c. 8/3
d. 6/4
e. 9/8
38. Sudut pembias sebuah prisma adalah 30 (n=1,56) jika sinar datang dengan
sudut 30 , maka sudut deviasi minimumnya adalah ....
a. 17,63
b. 20
c. 22,02
d. 27,27
e. 30
39. Di bawah ini yang bukan sinar istimewa pada lensa cekung adalah ….
a. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus (F2)
b. sinar datang melalui titik fokus (F1) dibiaskan sejajar sumbu utama
c. sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa mengalami
pembiasan
d. sinar datang menuju titik fokus (F2) dipantulkan sejajar sumbu utama
e. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik
fokus (F1)
Selamat Mengerjakan
40. Sudut yang terjadi apabila sudut datang dari medium lebih rapat menuju
medium kurang rapat yang menghasilkan sudut tegak lurus dinamakan ....
a. sudut bias
b. sudut kritis
c. sudut pantul
d. sudut datang
e. sudut deviasi
92
Lampiran 8
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA
1. A 11. A 21. A 31. C
2. B 12. B 22. B 32. A
3. A 13. B 23. C 33. A
4. D 14. A 24. D 34. C
5. C 15. C 25. E 35. A
6. D 16. B 26. A 36. B
7. A 17. A 27. A 37. E
8. D 18. A 28. E 38. E
9. C 19. B 29. A 39. D
10. C 20. B 30. A 40. B
93
Lampiran 9
ANALISIS SOAL UJI COBA
No Kode No Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 UC-24 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
2 UC-28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 UC-22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
4 UC-14 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
5 UC-25 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
6 UC-13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
7 UC-16 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
8 UC-19 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
9 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 UC-26 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
11 UC-07 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
12 UC-08 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
13 UC-21 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
14 UC-02 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1
15 UC-04 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
16 UC-15 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1
17 UC-20 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1
18 UC-10 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
19 UC-23 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
20 UC-12 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
21 UC-06 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0
22 UC-05 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
23 UC-09 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
24 UC-18 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0
25 UC-03 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0
26 UC-17 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
27 UC-01 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
28 UC-27 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
JUMLAH (X) 18 23 12 22 16 27 24 20 13 13
Va
lid
ita
s
Mp 25,28 23,48 27,00 23,55 21,75 22,30 23,38 23,00 25,00 26,46
Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36
p 0,64 0,82 0,43 0,79 0,57 0,96 0,86 0,71 0,46 0,46
q 0,36 0,18 0,57 0,21 0,43 0,04 0,14 0,29 0,54 0,54
pq 0,23 0,15 0,24 0,17 0,24 0,03 0,12 0,20 0,25 0,25
St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69
rpbis 0,69 0,42 0,71 0,40 -0,12 -0,06 0,44 0,18 0,43 0,67
thitung 4,84 2,38 5,09 2,22 -0,63 -0,28 2,49 0,93 2,45 4,62
ttabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Kriteria Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid Tidak Valid Valid
Da
ya P
emb
eda BA 13 14 11 13 7 13 13 11 8 11
BB 5 9 1 9 9 14 11 9 5 2
JA 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
JB 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
D 0,57 0,36 0,71 0,29 -0,14 -0,07 0,14 0,14 0,21 0,64
Kriteria Baik Cukup Baik
Sekali Cukup Jelek Jelek Jelek Jelek Cukup Baik
Tin
gk
at
Kes
uk
ara
n B 18 23 12 22 16 27 24 20 13 13
JS 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
P 0,64 0,82 0,43 0,79 0,57 0,96 0,86 0,71 0,46 0,46
Kriteria Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang
Kriteria Soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai
94
No Kode No Soal
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 UC-24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
2 UC-28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
3 UC-22 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
4 UC-14 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
5 UC-25 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
6 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
7 UC-16 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
8 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
9 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
10 UC-26 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0
11 UC-07 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0
12 UC-08 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
13 UC-21 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
14 UC-02 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
15 UC-04 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
16 UC-15 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
17 UC-20 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
18 UC-10 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
19 UC-23 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0
20 UC-12 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
21 UC-06 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0
22 UC-05 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0
23 UC-09 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
24 UC-18 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0
25 UC-03 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
26 UC-17 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
27 UC-01 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0
28 UC-27 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1
JUMLAH (X) 20 20 24 15 23 21 15 1 21 1
Va
lid
ita
s
Mp 24,05 22,70 22,79 25,87 22,91 24,48 26,40 12,00 23,81 12,00
Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36
p 0,71 0,71 0,86 0,54 0,82 0,75 0,54 0,04 0,75 0,04
q 0,29 0,29 0,14 0,46 0,18 0,25 0,46 0,96 0,25 0,96
pq 0,20 0,20 0,12 0,25 0,15 0,19 0,25 0,03 0,19 0,03
St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69
rpbis 0,47 0,10 0,19 0,66 0,21 0,65 0,76 -0,35 0,44 -0,35
thitung 2,72 0,49 0,97 4,51 1,09 4,30 6,02 -1,91 2,51 -1,91
ttabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Kriteria Valid Tidak Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak
Da
ya P
emb
eda BA 12 10 13 12 13 14 12 0 13 0
BB 8 10 11 3 10 7 3 1 8 1
JA 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
JB 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
D 0,29 0,00 0,14 0,64 0,21 0,50 0,64 -0,07 0,36 -0,07
Kriteria Cukup Jelek Jelek Baik Cukup Baik Baik Jelek Cukup Jelek
Tin
gk
at
Kes
uk
ara
n B 20 20 24 15 23 21 15 1 21 1
JS 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
P 0,71 0,71 0,86 0,54 0,82 0,75 0,54 0,04 0,75 0,04
Kriteria Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Sukar Mudah Sukar
Kriteria Soal Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang
95
No Kode No Soal
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 UC-24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
2 UC-28 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
3 UC-22 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
5 UC-25 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1
6 UC-13 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
7 UC-16 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
8 UC-19 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
9 UC-11 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
10 UC-26 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-07 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
12 UC-08 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
13 UC-21 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
14 UC-02 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
15 UC-04 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
16 UC-15 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
17 UC-20 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
18 UC-10 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1
19 UC-23 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
20 UC-12 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
21 UC-06 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
22 UC-05 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
23 UC-09 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
24 UC-18 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
25 UC-03 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1
26 UC-17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
27 UC-01 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
28 UC-27 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (X) 22 3 26 8 17 7 23 13 20 24
Va
lid
ita
s
Mp 23,91 22,00 22,88 27,88 25,47 26,86 23,43 26,23 25,00 22,33
Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36
p 0,79 0,11 0,93 0,29 0,61 0,25 0,82 0,46 0,71 0,86
q 0,21 0,89 0,07 0,71 0,39 0,75 0,18 0,54 0,29 0,14
pq 0,17 0,10 0,07 0,20 0,24 0,19 0,15 0,25 0,20 0,12
St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69
rpbis 0,52 -0,02 0,33 0,61 0,68 0,46 0,41 0,63 0,73 -0,01
thitung 3,12 -0,11 1,81 3,96 4,73 2,62 2,27 4,18 5,52 -0,05
ttabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Kriteria Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak
Da
ya P
emb
eda
BA 13 2 14 7 13 6 13 11 14 12
BB 9 1 12 1 4 1 10 2 6 12
JA 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
JB 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
D 0,29 0,07 0,14 0,43 0,64 0,36 0,21 0,64 0,57 0,00
Kriteria Cukup Jelek Jelek Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik Jelek
Tin
gk
at
Kes
uk
ara
n B 22 3 26 8 17 7 23 13 20 24
JS 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
P 0,79 0,11 0,93 0,29 0,61 0,25 0,82 0,46 0,71 0,86
Kriteria Mudah Sukar Mudah Sukar Sedang Sukar Mudah Sedang Mudah Mudah
Kriteria Soal Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang
96
No Kode No Soal
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 UC-24 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1
2 UC-28 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1
3 UC-22 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
4 UC-14 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0
5 UC-25 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
6 UC-13 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
7 UC-16 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
8 UC-19 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
9 UC-11 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
10 UC-26 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
11 UC-07 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0
12 UC-08 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1
13 UC-21 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
14 UC-02 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1
15 UC-04 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
16 UC-15 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
17 UC-20 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0
18 UC-10 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1
19 UC-23 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1
20 UC-12 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1
21 UC-06 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
22 UC-05 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
23 UC-09 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
24 UC-18 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
25 UC-03 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
26 UC-17 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
27 UC-01 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
28 UC-27 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
JUMLAH (X) 8 19 18 22 6 3 22 3 3 10
Va
lid
ita
s
Mp 26,88 23,84 24,11 21,14 28,17 20,00 22,64 22,00 20,33 22,60
Mt 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36 22,36
p 0,29 0,68 0,64 0,79 0,21 0,11 0,79 0,11 0,11 0,36
q 0,71 0,32 0,36 0,21 0,79 0,89 0,21 0,89 0,89 0,64
pq 0,20 0,22 0,23 0,17 0,17 0,10 0,17 0,10 0,10 0,23
St 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69 5,69
rpbis 0,50 0,38 0,41 -0,41 0,53 -0,14 0,09 -0,02 -0,12 0,03
thitung 2,96 2,09 2,32 -2,30 3,21 -0,74 0,48 -0,11 -0,63 0,16
ttabel 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06
Kriteria Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Da
ya P
emb
eda BA 7 12 11 10 5 1 11 1 1 5
BB 1 7 7 12 1 2 11 2 2 5
JA 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
JB 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
D 0,43 0,36 0,29 -0,14 0,29 -0,07 0,00 -0,07 -0,07 0,00
Kriteria Baik Cukup Cukup Jelek Cukup Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek
Tin
gk
at
Kes
uk
ara
n B 8 19 18 22 6 3 22 3 3 10
JS 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
P 0,29 0,68 0,64 0,79 0,21 0,11 0,79 0,11 0,11 0,36
Kriteria Sukar Sedang Sedang Mudah Sukar Sukar Mudah Sukar Sukar Sedang
Kriteria Soal Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang
97
No Kode
Y
Y2
1 UC-24 32 1024
2 UC-28 31 961
3 UC-22 30 900
4 UC-14 29 841
5 UC-25 28 784
6 UC-13 28 784
7 UC-16 27 729
8 UC-19 27 729
9 UC-11 26 676
10 UC-26 26 676
11 UC-07 25 625
12 UC-08 25 625
13 UC-21 24 576
14 UC-02 24 576
15 UC-04 23 529
16 UC-15 22 484
17 UC-20 21 441
18 UC-10 20 400
19 UC-23 19 361
20 UC-12 18 324
21 UC-06 17 289
22 UC-05 17 289
23 UC-09 17 289
24 UC-18 16 256
25 UC-03 15 225
26 UC-17 14 196
27 UC-01 13 169
28 UC-27 12 144
JUMLAH (X) 626 14902
r tabel 0,312
k 40
Vt 33,57
M 22,36
r11 0,72
Kriteria Soal Reliabilitas Tinggi
98
Lampiran 10
CONTOH PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL
Rumus:
Keterangan:
Mp : rata-rata skor total siswa yang menjawab benar pada butir soal
Mt : rata-rata skor total seluruh siswa
St : standar deviasi skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q : proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Kriteria:
Apabila t hitung > t tabel, maka butir soal valid.
Perhitungan:
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal
yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel
analisis butir soal.
No Kode Butir soal no 2 (X) Skor Total (Y) Y2 XY
1 UC-24 1 32 1024 32
2 UC-28 1 31 961 31
3 UC-22 1 30 900 30
4 UC-14 1 29 841 29
5 UC-25 1 28 784 28
6 UC-13 1 28 784 28
7 UC-16 1 27 729 27
8 UC-19 1 27 729 27
9 UC-11 1 26 676 26
10 UC-26 1 26 676 26
11 UC-07 1 25 625 25
12 UC-08 1 25 625 25
13 UC-21 1 24 576 24
q
p
S
MM r
t
tp
pbis
-=
2hitung1
2t
r
nrpbis
-
-=
99
14 UC-02 1 24 576 24
15 UC-04 1 23 529 23
16 UC-15 0 22 484 0
17 UC-20 1 21 441 21
18 UC-10 0 20 400 0
19 UC-23 0 19 361 0
20 UC-12 1 18 324 18
21 UC-06 1 17 289 17
22 UC-05 1 17 289 17
23 UC-09 1 17 289 17
24 UC-18 1 16 256 16
25 UC-03 1 15 225 15
26 UC-17 1 14 196 14
27 UC-01 0 13 169 0
28 UC-27 0 12 144 0
Jumlah 23 626 14902 540
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh:
Mp =
=
= 23, 48
Mt =
=
= 22,36
p =
=
= 0,82
q = 1 – p = 1 – 0,82 = 0,18
St = √
= 5,69
rpbis =
√
= 0,71
100
t hitung = 0,71 √
= 0,71 x 7,20684444
= 2,36
t tabel = 2,06
Pada = 5% dengan dk = n - 2 = 40 - 2 diperoleh t tabel = 2,02
Karena t hitung > t tabel, maka soal no 2 valid.
101
Lampiran 11
CONTOH PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Rumus:
Keterangan:
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
k : jumlah butir soal
M : rata-rata skor total (Y)
Vt : varians skor total = kuadrat simpangan baku skor total
Kriteria:
Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
r11 Keterangan
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup
0,200 – 0,399 Rendah
< 0,200 Sangat rendah
Berdasarkan tabel pada analisis uji coba diperoleh:
k = 40
M = 22,36
Vt = 33,57
r11 = (
)
= 0,72
Berdasarkan r tabel dengan N=40 sebesar 0,312 dapat dinyatakan r11 > r tabel, jadi
instrumen tersebut reliabel. Nilai koefisien korelasi tersebut pada interval 0,600 –
0,799 dalam kategori tinggi.
-
=
kVt
-k1
1-k
k r11
102
Lampiran 12
CONTOH PERHITUNGAN TARAF KESUKARAN BUTIR SOAL
Rumus:
Keterangan:
P : tingkat kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab benar
JS : banyaknya peserta tes
Kriteria:
Interval P Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal
yang lain dihitung dengan cara yang sama.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
No Kode Skor No Kode Skor
1 UC-24 1 1 UC-04 1
2 UC-28 1 2 UC-15 0
3 UC-22 1 3 UC-20 1
4 UC-14 1 4 UC-10 0
5 UC-25 1 5 UC-23 0
6 UC-13 1 6 UC-12 1
7 UC-16 1 7 UC-06 1
8 UC-19 1 8 UC-05 1
9 UC-11 1 9 UC-09 1
10 UC-26 1 10 UC-18 1
11 UC-07 1 11 UC-03 1
12 UC-08 1 12 UC-17 1
13 UC-21 1 13 UC-01 0
14 UC-02 1 14 UC-27 0
Jumlah 14 Jumlah 9
P =
= 0,82
Berdasarkan kriteria, maka soal no 2 mempunyai tingkat kesukaran yang mudah.
JS
B P =
103
Lampiran 13
CONTOH PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL
Rumus:
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
BA : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
JA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
JB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Klasifikasi:
Interval DP Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Sangat tidak baik, sebaiknya dibuang
Perhitungan:
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 2, selanjutnya untuk butir soal
yang lain dihitung dengan cara yang sama.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
No Kode Skor No Kode Skor
1 UC-24 1 1 UC-04 1
2 UC-28 1 2 UC-15 0
3 UC-22 1 3 UC-20 1
4 UC-14 1 4 UC-10 0
5 UC-25 1 5 UC-23 0
6 UC-13 1 6 UC-12 1
7 UC-16 1 7 UC-06 1
8 UC-19 1 8 UC-05 1
9 UC-11 1 9 UC-09 1
10 UC-26 1 10 UC-18 1
11 UC-07 1 11 UC-03 1
12 UC-08 1 12 UC-17 1
13 UC-21 1 13 UC-01 0
JB JA
BBBA DP
-
-=
104
14 UC-02 1 14 UC-27 0
Jumlah 14 Jumlah 9
D =
Berdasarkan kriteria, maka soal no 2 mempunyai daya pembeda cukup.
105
Lampiran 14
ANGKET UJI KELAYAKAN LKS FISIKA MATERI PEMANTULAN DAN
PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK
Mata Pelajaran : Fisika
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Kelas/Semester : X/2
Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
A. Petunjuk
1. Mohon agar Bapak/Ibu berkenan memberikan penilaian terhadap Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) yang telah saya susun.
2. Penilaian Lembar Kegiatan Siswa (LKS) meliputi aspek format, bahasa, isi,
penyajian, pendekatan saintifik dan karakter.
3. Jika perlu, Bapak/Ibu dimohon untuk menuliskan saran pada naskah yang perlu
direvisi atau menuliskannya pada lembar saran yang telah disediakan.
4. Berilah tanda check (√) dalam kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/Ibu.
Keterangan:
1 = kurang sesuai/baik
3 = sesuai/baik
5 = sangat sesuai/baik
B. Penilaian ditinjau dari berbagai aspek
NO. ASPEK YANG DINILAI
SKALA
PENILAIAN
1 3 5
KELAYAKAN ISI
A. Kesesuaian Materi
1. Keluasan materi
2. Kedalaman materi
3. Kejelasan prosedur percobaan
B. Keakuratan Materi
106
4. Keakuratan fakta dan konsep
C. Materi Pendukung Pelajaran
5. Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
6. Kontekstual
7. Keterkaitan dengan komponen utama
pendekatan saintifik
- Mengamati
- Menanya
- Mencoba
- Menyajikan
- Menyimpulkan
8. Pengintegrasian karakter
- Rasa ingin tahu
- Disiplin
- Jujur
- Komunikatif
KELAYAKAN PENYAJIAN
D. Teknik Penyajian
9. Keruntutan konsep
10. Kekonsistenan sistematika
E. Penyajian Pembelajaran
11. Berpusat pada penggunaan LKS
12. Mengembangkan keterampilan proses
13. Mengarahkan pada penemuan konsep
14. Memperhatikan keselamatan kerja
F. Kelengkapan Penyajian
15. Judul
16. Tujuan pembelajaran
17. Ringkasan
18. Langkah kerja
19. Ilustrasi / gambar
20. Pertanyaan / evaluasi
KELAYAKAN KEBAHASAAN
107
C. Komentar dan saran perbaikan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
D. Kesimpulan
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Terintegrasi Karakter dengan
Pendekatan Saintifik ini dinyatakan *):
1. Layak digunakan di lapangan tanpa revisi.
2. Layak digunakan di lapangan dengan revisi.
3. Tidak layak digunakan di lapangan.
*) pilih salah satu
Rembang, ………....... 2014
Responden
…………………………….
NIP.
G. Keterbacaan
21. Kejelasan informasi
22. Konsistensi penggunaan istilah
H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia
yang Baik dan Benar
23. Ketepatan struktur kalimat
KELAYAKAN KEGRAFIKAN
I. Ukuran/Format LKS
24. Kesesuaian ukuran LKS
J. Desain Bagian Isi
25. Kesesuaian jenis dan ukuran huruf
108
Lampiran 15
RUBRIK INSTRUMEN UJI KELAYAKAN LKS FISIKA MATERI
PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA TERINTEGRASI
KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
C. Deskripsi Aspek yang Dinilai
NO ASPEK YANG DINILAI DESKRIPSI
KELAYAKAN ISI
A. Kesesuaian Materi
26. Keluasan materi
Materi yang disajikan menjabarkan
minimal (fakta, konsep, prinsip, dan
teori) yang mencerminkan jabaran KD
dan tujuan pembelajaran.
27. Kedalaman materi
Materi sesuai ranah kognitif yang
memberikan tuntutan kerja ilmiah atau
percobaan. Tingkat kesulitan dan
kerumitan materi disesuaikan dengan
tingkat perkembangan kognitif peserta
didik.
28. Kejelasan prosedur
percobaan
Prosedur percobaan yang disajikan
runtut dan jelas sehingga tidak
menimbulkan terjadinya kesalahan
dalam percobaan.
B. Keakuratan Materi
29. Keakuratan fakta dan
konsep
Materi yang disajikan sesuai dengan
kebenaran fakta, konsep, dan prinsip
sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir.
C. Materi Pendukung Pelajaran
30. Kesesuaian dengan
perkembangan ilmu
Materi yang disajikan sesuai dengan
perkembangan iptek.
109
31. Kontekstual
Materi yang disajikan berasal dari
lingkungan di sekitar dan akrab dengan
kehidupan sehari-hari.
32. Keterkaitan dengan komponen utama pendekatan saintifik
- Mengamati
LKS mengarahkan peserta didik untuk
mengamati fenomena dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan
materi pembelajaran.
- Menanya
LKS mengarahkan peserta didik untuk
menanyakan penyebab terjadinya
fenomena dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.
- Mencoba
LKS mengarahkan peserta didik untuk
melakukan percobaan sederhana yang
sesuai dengan materi pembelajaran.
- Menyajikan
LKS mengarahkan peserta didik untuk
menyajikan hal-hal yang didapatkan
dari percobaan.
- Menyimpulkan
LKS mengarahkan peserta didik untuk
menyimpulkan hasil percobaan atau
pembelajaran.
33. Pengintegrasian karakter
- Rasa ingin tahu
Kegiatan dalam LKS dapat
mengarahkan peserta didik untuk
memiliki rasa ingin tahu.
- Disiplin
Kegiatan dalam LKS dapat
mengarahkan peserta didik untuk
disiplin.
- Jujur Kegiatan dalam LKS dapat
110
mengarahkan peserta didik untuk jujur.
- Komunikatif
Kegiatan dalam LKS dapat
mengarahkan peserta didik untuk
komunikatif.
KELAYAKAN PENYAJIAN
D. Teknik Penyajian
34. Keruntutan konsep Konsep dasar atau sederhana disajikan
lebih dulu sebelum konsep yang rumit.
35. Kekonsistenan
sistematika
Penyajian materi dalam setiap bab
sesuai dengan sistematika penulisan
tertentu.
E. Penyajian Pembelajaran
36. Berpusat pada
penggunaan LKS
Penyajian materi bersifat interaktif dan
partisipatif sehingga memotivasi
peserta didik untuk belajar mandiri,
misalnya dengan menggunakan
pertanyaan, gambar yang menarik, atau
kalimat ajakan dalam melakukan
percobaan.
37. Mengembangkan
keterampilan proses
Penyajian pembahasan lebih
menekankan pada keterampilan proses.
38. Mengarahkan pada
penemuan konsep
Penyajian materi dan kegiatan dalam
LKS mengarahkan pada penemuan
sendiri suatu konsep.
39. Memperhatikan
keselamatan kerja
Kegiatan yang disajikan aman
dilakukan oleh pengguna. Bahan,
peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan
yang dilakukan tidak membahayakan
peserta didik. Apabila ada resiko
bahaya harus disertai dengan petunjuk
111
yang jelas.
F. Kelengkapan Penyajian
40. Judul Judul LKS sesuai dengan materi yang
disajikan.
41. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang tertera
dalam LKS mampu mencerminkan
hasil pembelajaran.
42. Ringkasan
LKS dilengkapi dengan konsep-konsep
kunci yang diberikan dalam ringkasan
materi.
43. Langkah kerja
Langkah kerja yang disajikan
megarahkan peserta didik untuk
berpikir kreatif.
44. Ilustrasi / gambar Ilustrasi yang disajikan relevan dengan
pesan yang disampaikan.
45. Pertanyaan / evaluasi
Pertanyaan atau evaluasi meliputi soal
yang memungkinkan peserta didik
untuk mengevaluasi kemampuannya.
KELAYAKAN KEBAHASAAN
G. Keterbacaan
46. Kejelasan informasi
Bahasa yang digunakan dalam LKS
untuk memberikan petunjuk atau
informasi mudah dipahami dan tidak
menimbulkan kebingungan.
47. Konsistensi penggunaan
istilah
Istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu konsep selalu
sama atau konsisten.
H. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
48. Ketepatan struktur
kalimat
Struktur kalimat dalam LKS
menggunakan struktur SPO atau
112
SPOK.
KELAYAKAN KEGRAFIKAN
I. Ukuran/Format LKS
49. Kesesuaian ukuran LKS
LKS menggunakan ukuran A4 (210 x
297) mm, A5 (148 x 210) mm, atau B5
(176 x 250) mm.
J. Desain Bagian Isi
50. Kesesuaian jenis dan
ukuran huruf
Jenis dan ukuran huruf yang dipilih
mudah dibaca oleh peserta didik atau
pengguna, misalnya menggunakan
ukuran huruf 12.
D. Pedoman Pemberian Skor
Skor Kriteria
5
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sangat sesuai
dengan deskripsi aspek yang dinilai
3
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik sesuai dengan
deskripsi aspek yang dinilai
1
LKS Fisika Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Terintegrasi Karakter dengan Pendekatan Saintifik kurang
sesuai dengan deskripsi aspek yang dinilai
113
Lampiran 16
ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN
Aspek Kelayakan Isi
Kode
Reviewer
Butir ke-
Skor Persentase
(%) Kriteria
Kesesuaian
Materi
Keakuratan
Materi
Materi Pendukung
Pelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8
R 01 5 5 5 5 5 5 5 5 40 100,00 Sangat Layak
R 02 4 4 4 4 4 4 5 4 33 82,50 Layak
R 03 4 4 4 5 4 4 4 2 31 77,50 Layak
R 04 5 5 4 5 4 5 5 5 38 95,00 Sangat Layak
R 05 4 4 5 5 5 5 5 4 37 92,50 Sangat Layak
Rata-rata 35,8 89,50 Sangat Layak
Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari isinya adalah
89,50%. Maka tingkat kelayakan isi LKS adalah sangat layak.
114
ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN
Aspek Kelayakan Penyajian
Kode
Reviewer
Butir ke-
Skor Persentase
(%) Kriteria
Teknik
Penyajian
Penyajian
Pembelajaran Kelengkapan Penyajian
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
R 01 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 58 96,67 Sangat Layak
R 02 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 51 85,00 Sangat Layak
R 03 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 54 90,00 Sangat Layak
R 04 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59 98,33 Sangat Layak
R 05 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 56 93,33 Sangat Layak
Rata-rata 55,6 92,67 Sangat Layak
Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari penyajiannya
adalah 92,67%. Maka tingkat kelayakan penyajian LKS adalah sangat layak.
115
ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN
Aspek Kelayakan Kebahasaan
Kode
Reviewer
Butir ke-
Skor Persentase
(%) Kriteria Keterbacaan
Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa
Indonesia yang Baik dan
Benar
21 22 23
R 01 4 5 5 14 93,33 Sangat Layak
R 02 4 4 4 12 80,00 Layak
R 03 4 4 4 12 80,00 Layak
R 04 5 5 4 14 93,33 Sangat Layak
R 05 5 5 4 14 93,33 Sangat Layak
Rata-rata 13,2 88,00 Sangat Layak
Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari kebahasaannya
adalah 88,00%. Maka tingkat kelayakan kebahasaan LKS adalah sangat layak.
116
ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN
Aspek Kelayakan Kegrafikan
Kode
Reviewer
Butir ke-
Skor Persentase
(%) Kriteria
Ukuran/Format
LKS
Desain Bagian
Isi
24 25
R 01 5 5 10 100,00 Sangat Layak
R 02 4 4 8 80,00 Layak
R 03 4 4 8 80,00 Layak
R 04 5 5 10 100,00 Sangat Layak
R 05 5 5 10 100,00 Sangat Layak
Rata-rata 46 92,00 Sangat Layak
Berdasarkan analisis data diperoleh persentase kelayakan LKS ditinjau dari kegrafikannya
adalah 92,00%. Maka tingkat kelayakan kegrafikan LKS adalah sangat layak.
117
ANALISIS ANGKET UJI KELAYAKAN
Butir ke- R 01 R 02 R 03 R 04 R 05
1 5 4 4 5 4
2 5 4 4 5 4
3 5 4 4 4 5
4 5 4 5 5 5
5 5 4 4 4 5
6 5 4 4 5 5
7 5 5 4 5 5
8 5 4 2 5 4
9 4 4 4 4 4
10 5 4 4 5 4
11 5 4 4 5 5
12 5 4 4 5 5
13 5 4 4 5 5
14 4 4 4 5 4
15 5 5 5 5 5
16 5 5 5 5 5
17 5 5 5 5 5
18 5 4 5 5 4
19 5 4 5 5 5
20 5 4 5 5 5
21 4 4 4 5 5
22 5 4 4 5 5
23 5 4 4 4 4
24 5 4 4 5 5
25 5 4 4 5 5
Skor 122 104 105 121 117
Persentase (%) 97,60 83,20 84,00 96,80 93,60
Kriteria Sangat
Layak Layak
Sangat
Layak
Sangat
Layak
Sangat
Layak
Skor 113,8
Persentase (%) 91,04
Kriteria Sangat Layak
118
Lampiran 17
SOAL UJI KETERBACAAN
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Mata Pelajaran : Fisika
Materi : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Kelas/Semester : X/2
Petunjuk:
- Tulis nama, kelas, dan asal sekolah di tempat yang telah disediakan.
- Isilah titik-titik yang ada pada kalimat di bawah ini dengan benar.
Selamat mengerjakan!
CAHAYA
Kita dapat melihat benda-benda karena ada (1) ............... dari benda yang
sampai ke mata kita, entah cahaya itu memang berasal dari benda tersebut, entah
karena benda itu (2) ............... cahaya yang datang kepadanya lalu mengenai mata
kita. Untuk dapat melihat benda harus ada cahaya yang datang dari benda tersebut
menuju ke (3) ............... pengamat. Ini berarti meskipun ada cahaya yang datang
tapi tidak mengenai mata kita, sekeliling benda tetap gelap.
PEMANTULAN CAHAYA
Jika kita amati, pemantulan cahaya terbagi menjadi dua yaitu pemantulan
(4) ............... dan pemantulan (5) ............... Pemantulan teratur terjadi jika berkas
sinar sejajar jatuh pada permukaan (6) ............... sehingga berkas sinar tersebut
akan dipantulkan sejajar dan (7) ..............., sedangkan pemantulan baur terjadi jika
sinar sejajar jatuh pada permukaan yang (8) ............... sehingga sinar tersebut akan
dipantulkan ke segala arah dengan berkas sinar pantul yang (9) ...............
Hikmahnya adalah manusia dapat melihat benda di sekitar yang terkena cahaya.
119
Begitulah alam mengajari kita, yang jika kita gali ilmunya akan memberi manfaat
yang luar biasa.
Dari penelitian tentang pemantulan cahaya, seorang ahli matematika
berkebangsaan Belanda yang bernama Willebrod Snellius (1591-1626) dalam
penelitiannya ia berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya yang berbunyi:
1. Sinar datang, sinar pantul dan (10) ............... terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut sinar datang sama dengan sudut (11) ............... (i = r).
Pada cermin datar, besar bayangan yang dibentuk adalah (12) ............... dengan
bendanya. Jarak benda sama dengan jarak (13) .............. Sedangkan pada cermin
cembung, bayangan yang dibentuk adalah (14) .............. dari bendanya. Lain
halnya dengan cermin cekung, bayangan yang dibentuk adalah (15) ...............dari
bendanya.
PEMBIASAN CAHAYA
Ketika sedotan dimasukkan ke dalam gelas kaca berisi air maka bentuknya
akan (16) ............... Hal ini terjadi karena ketika cahaya melewati medium yang
berbeda kerapatannya yaitu air dan (17) ............... cahaya tersebut akan berubah
arah. Cahaya akan dibelokkan saat melewati medium air ke medium udara.
Peristiwa seperti ini disebut (18) ............... cahaya. Perbedaan kerapatan medium
menyebabkan perbedaan (19) ............... cahaya pada medium tersebut. Jadi,
cahaya bergerak lebih cepat pada medium yang kurang rapat.
Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya
beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Pelangi
merupakan suatu busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya
matahari oleh butir-butir air. Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai
sebuah peristiwa pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses diuraikannya
satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya (disebut juga spektrum
warna), melalui suatu media/medium tertentu pula. Proses terurainya warna
terjadi ketika cahaya matahari yang berwarna (20) ............... terurai menjadi
spektrum warna melalui media air hujan. Adapun spektrum warna yang terjadi
terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
120
Ketika kita bermain gelembung sabun, saat terkena sinar matahari tampak
seperti ada garis berwarna-warni seperti pelangi muncul pada gelembung tersebut.
Garis berwarna-warni yang terlihat pada lapisan tipis gelembung sabun
merupakan hasil (21) ............... cahaya yang dipantulkan oleh permukaan lapisan
tipis tersebut.
Kita dapat melihat bagian dasar air karena cahaya dari dasar air tersebut
(22) ............... ke mata kita. Dalam hal ini, cahaya (23) ............... di dalam air,
kemudian keluar menuju udara hingga akhirnya sampai ke mata kita. Mata kita
selalu mempersepsikan bahwa cahaya terpantul (24) ............... dari benda yang
kita lihat. Oleh sebab itu, meskipun pada kenyataannya cahaya berbelok ketika
keluar dari air, mata kita menganggapnya sebagai garis lurus. Hal ini
mengakibatkan perbedaan antara posisi bayangan yang terbentuk oleh mata kita
dan posisi bayangan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu posisi bayangan benda
yang berada di dalam air selalu lebih (25) ............... (lebih dekat ke pengamat)
daripada posisi sesungguhnya. Alhasil, air selalu terlihat lebih dangkal.
Berlian tampak berkilauan karena sinar yang masuk ke dalam berlian
tersebut ketika akan keluar sebagian besar terlebih dahulu mengalami beberapa
kali pemantulan (26) ............... oleh permukaan bagian dalam berlian. Pada siang
hari yang terik, di jalan beraspal pada kejauhan tertentu tampak seakan-akan ada
genangan air. Peristiwa seperti ini disebut dengan (27) ............... yang disebabkan
karena cahaya dari angkasa melintasi udara dingin dan memasuki udara panas
yang dekat dengan permukaan bumi. Udara panas memiliki indeks bias lebih (28)
............... dibanding udara dingin, karena udara panas kerapatannya juga kecil.
Ketika cahaya mengenai bidang batas antara kedua lapisan udara dengan sudut
datang melampaui sudut kritisnya, maka terjadilah pemantulan sempurna dan
bayangan angkasa nampak seperti genangan air di jalan.
Pemantulan sempurna terjadi ketika semua cahaya yang menumbuk suatu bidang
atau benda dipantulkan secara keseluruhan. Dua faktor utama yang mempengaruhi
kejadian ini adalah (29) ............... dari kedua medium dan (30) ............... cahaya
itu sendiri. Indeks bias merupakan parameter optik suatu material biasanya
dinotasikan “n”, dimana n merupakan pembagian kecepatan cahaya di ruang
121
hampa dengan kecepatan cahaya di medium yang dimaksud. Sedangkan sudut
datang adalah besar sudut yang dibuat oleh sinar cahaya datang dengan garis
normal.
122
Lampiran 18
KUNCI JAWABAN SOAL UJI KETERBACAAN
(1) cahaya (16) membengkok
(2) memantulkan (17) udara
(3) mata (18) pembiasan
(4) teratur (19) kecepatan
(5) baur (20) putih
(6) halus (21) interferensi
(7) searah (22) terpantul
(8) kasar (23) merambat
(9) menyebar (24) lurus
(10) garis normal (25) tinggi
(11) sinar pantul (26) sempurna
(12) sama (27) fatamorgana
(13) bayangan (28) kecil
(14) lebih kecil (29) indeks bias
(15) lebih besar (30) sudut datang
123
Lampiran 19
ANALISIS UJI KETERBACAAN
Rumus:
Keterangan:
P : persentase skor
f : jumlah skor yang diperoleh
N : jumlah skor maksimum
Kriteria:
Interval Kriteria
> 57% LKS mudah dipahami
37% - 57% LKS memenuhi syarat keterbacaan
< 37% LKS sukar dipahami
Perhitungan:
No Kode
Responden
Jumlah skor
maksimum
Jumlah
skor yang
diperoleh
Nilai
(%)
Kriteria
keterbacaan
1 UCK-1 30 26 86,67 mudah dipahami
2 UCK-2 30 24 80,00 mudah dipahami
3 UCK-3 30 25 83,33 mudah dipahami
4 UCK-4 30 23 76,67 mudah dipahami
5 UCK-5 30 27 90,00 mudah dipahami
6 UCK-6 30 23 76,67 mudah dipahami
7 UCK-7 30 22 73,33 mudah dipahami
8 UCK-8 30 25 83,33 mudah dipahami
9 UCK-9 30 21 70,00 mudah dipahami
10 UCK-10 30 29 96,67 mudah dipahami
Rata-rata 30 24,5 81,67 mudah dipahami
Berdasarkan analisis data diperoleh nilai keterbacaan LKS adalah 81,67%. Jadi
LKS ini termasuk dalam kriteria mudah dipahami.
%100N
f P =
124
Lampiran 20
SOAL PRE-TEST DAN POST-TEST
Mata Pelajaran : Fisika
Pokok Bahasan : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 60 menit
Petunjuk mengerjakan soal :
1. Berdo’alah sebelum mengerjakan.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b,
c, atau d pada lembar jawaban.
3. Apabila ada jawaban yang salah dan ingin memperbaiki, coretlah dengan 2 garis lurus
mendatar pada jawaban yang salah dan silang (X) jawaban yang benar.
Contoh: a b c d e menjadi a b c d e
4. Selamat mengerjakan!
1. Jika besar sudut datang yang menuju permukaan benda disimbolkan dengan x dan besar
sudut pantul disimbolkan dengan y, hubungan yang tepat dari keduanya adalah ….
a. x = y
b. x ≠ y
c. x > y
d. x < y
e. x = y = 0
2. Pernyataan-pernyataan berikut adalah sifat pembentukan bayangan
1) Bayangan yang dihasilkan bersifat nyata.
2) Bayangan yang dihasilkan bersifat maya.
3) Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda.
4) Tinggi benda sama dengan tinggi bayangan.
5) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
Yang merupakan sifat pembentukan bayangan pada cermin datar adalah nomor ....
a. 1), 2), 3), dan 4)
b. 2), 3), 4), dan 5)
c. 1), 3), dan 4)
d. 2), 3), dan 5)
e. semua benar
X X = X
125
3. Suatu benda diletakkan di depan dua cermin datar dengan membentuk sudut tertentu
sehingga pada cermin terlihat ada 17 bayangan. Sudut yang dibentuk oleh kedua cermin
tersebut adalah ….
a. 20
b. 30
c. 40
d. 45
e. 60
4. Sebuah cermin cekung mempunyai titik fokus 15 cm. Titik pusat kelengkungan cermin
adalah ….
a. 7,5 cm
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 30 cm
e. 60 cm
5. Jika seberkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, berkas sinar tersebut akan ….
a. dibiaskan menuju titik fokus
b. dibiaskan menuju titik pusat optik
c. dibiaskan sejajar sumbu utama
d. dipantulkan menuju titik fokus
e. diteruskan tanpa dibiaskan atau dipantulkan
6. Sebuah cermin cembung mempunyai jari-jari 16 cm. Benda setinggi 4 cm berada di
depan cermin sejauh 10 cm, sehingga:
1) jarak bayangan benda
cm
2) jarak bayangan benda
cm
3) perbesaran benda
kali
4) tinggi bayangan benda 1,78 cm
Pernyataan yang benar adalah nomor ….
a. 1), 3), dan 4)
b. 1), 2), dan 3)
c. 1), 2), 3), dan 4)
d. 2) dan 4)
126
e. 2) dan 3)
7. Sebuah cermin lengkung memiliki jari-jari 36 cm. Letak benda agar terbentuk bayangan
tegak berukuran tiga kali ukuran bendanya adalah ….
a. 108 cm
b. 72 cm
c. 54 cm
d. 18 cm
e. 12 cm
8. Sebuah benda terletak di depan cermin cembung, maka bayangan yang terbentuk bersifat
….
a. tegak, diperkecil
b. terbalik, diperbesar
c. terbalik, diperkecil
d. nyata, di muka cermin
e. maya, di muka cermin
9. Terjadinya pelangi adalah karena cahaya matahari diuraikan dan dibiaskan oleh ….
a. lapisan atmosfer
b. butir-butir hujan yang ada di udara
c. uap air yang ada di lapisan atmosfer
d. awan tebal yang ada di lapisan atmosfer
e. temperatur udara yang tinggi
10. Sebuah benda berada di depan cermin cekung yang berjarak fokus 15 cm. Agar diperoleh
bayangan nyata dengan perbesaran 5 kali maka jarak benda dengan cermin adalah ….
a. 40 cm
b. 30 cm
c. 23 cm
d. 25 cm
e. 18 cm
11. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari kelengkungan 20 cm
nyata dan diperbesar dua kali maka bendanya terletak di muka cermin sejauh ….
a. 60 cm
b. 30 cm
c. 25 cm
d. 15 cm
127
e. 10 cm
12. Berikut merupakan kegunaan dari cermin cekung, kecuali ….
a. cermin rias
b. lampu senter
c. komponen alat optik
d. komponen lampu mobil
e. kaca spion
13. Jika sinar datang membentuk sudut 30 terhadap garis normal, besarnya sudut pantul
adalah ….
a. 30
b. 60
c. 150
d. 180
e. 210
14. Pemantulan difus adalah pemantulan yang terjadi jika sinar jatuh mengenai permukaan
yang ….
a. kasar
b. licin
c. datar
d. halus
e. bening
15. Batang pensil yang kita celupkan kedalam air, maka pensil akan tampak patah dari
permukaan air. Hal ini disebabkan oleh ....
a. adanya perbedaan sudut datang dengan sudut pantul
b. adanya perbedaan sinar datang dengan sinar pantul
c. adanya persamaan sudut datang dengan sudut pantul
d. adanya persamaan sudut datang dengan sudut deviasi
e. adanya perbedaan sudut pada sinar datang dengan sinar bias pada garis normal
16. Pembiasan cahaya adalah ….
a. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya karena mengalami perubahan
medium
b. seberkas cahaya yang merambat dari medium yang kerapatannya sama
c. garis normal sama dengan bidang bias
128
d. perbedaan ukuran indeks bias
e. peristiwa atau gejala perubahan arah rambatan cahaya tanpa mengalami perubahan
medium
17. Perhatikan gambar berikut ini!
Andi berada 12 m di atas permukaan air sebuah kolam. Ketinggian Andi yang terlihat
oleh Budi yang sedang berendam dalam air adalah ....
a. 10 m
b. 14 m
c. 16 m
d. 18 m
e. 20 m
18. Seberkas cahaya dengan laju v1, panjang gelombang λ1, frekuensi f1 merambat dalam
medium yang indeks biasnya n1 lalu dibiaskan ke medium kedua n2 ternyata sudut
biasnya lebih besar daripada sudut datangnya. Dengan menggunakan hukum 1 Snellius
tentang pembiasan pada 2 medium yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa ….
a. n2 > n1
b. f2 > f1 dan n2 > n1
c. f2 > f1, n2 > n1 dan v2 > v1
d. f2 > f1 dan v2 > v1
e. v2 > v1 dan λ2 > λ1
19. Jika kecepatan cahaya dalam alkohol adalah 2,20 x 108 m/s, maka indeks bias alkohol
tersebut adalah ….
a. 1,36
b. 1,41
c. 1,53
d. 1,63
e. 1,8
129
20. Seberkas cahaya datang dari udara ke suatu zat cair dengan sudut datang 45 dan sudut
bias 30 . Apabila kelajuan cahaya di udara 3x108 m/s, besarnya indeks bias zat cair
adalah ….
a. 4,1
b. 3,5
c. 3,4
d. 2,3
e. 1,4
Selamat Mengerjakan
130
Lampiran 21
KUNCI JAWABAN SOAL PRE-TEST DAN POST-TEST
1. A 11. D
2. B 12. E
3. A 13. A
4. D 14. A
5. C 15. D
6. A 16. A
7. E 17. C
8. A 18. A
9. B 19. A
10.E 20. E
131
Lampiran 22
DAFTAR NILAI PRE-TEST DAN POST-TEST KELAS EKSPERIMEN
No Kode
Responden
Nilai
Pre-test Post-test
1 UCB-1 35 75
2 UCB-2 35 85
3 UCB-3 55 90
4 UCB-4 50 80
5 UCB-5 40 85
6 UCB-6 40 80
7 UCB-7 25 80
8 UCB-8 40 80
9 UCB-9 45 90
10 UCB-10 40 85
11 UCB-11 45 85
12 UCB-12 35 85
13 UCB-13 55 85
14 UCB-14 50 85
15 UCB-15 55 70
16 UCB-16 40 100
17 UCB-17 45 90
18 UCB-18 45 100
19 UCB-19 40 75
20 UCB-20 45 55
21 UCB-21 35 70
22 UCB-22 25 90
23 UCB-23 50 75
24 UCB-24 40 85
25 UCB-25 55 75
26 UCB-26 50 65
27 UCB-27 35 80
28 UCB-28 50 80
29 UCB-29 45 95
30 UCB-30 50 85
31 UCB-31 40 85
32 UCB-32 50 80
X 1385 2625
n 32 32
43,28 82,03
S2 63,89 86,87
S 7,99 9,32
1x
132
Lampiran 23
DAFTAR NILAI PRE-TEST DAN POST-TEST KELAS KONTROL
No Kode
Responden
Nilai
Pre-test Post-test
1 K 01 15 70
2 K 02 35 75
3 K 03 45 70
4 K 04 25 75
5 K 05 15 75
6 K 06 35 65
7 K 07 10 70
8 K 08 35 75
9 K 09 55 70
10 K 10 35 70
11 K 11 55 65
12 K 12 55 90
13 K 13 35 75
14 K 14 40 75
15 K 15 35 80
16 K 16 25 75
17 K 17 10 80
18 K 18 50 70
19 K 19 50 65
20 K 20 25 70
21 K 21 25 70
22 K 22 50 65
23 K 23 50 60
24 K 24 40 75
25 K 25 45 80
26 K 26 30 85
27 K 27 45 85
28 K 28 40 80
29 K 29 45 80
X 1055 2140
n 29 29
36,38 73,79
S2 178,39 47,59
S 13,36 6,89
1x
133
Lampiran 24
UJI NORMALITAS NILAI PRE-TEST
KELAS EKSPERIMEN
Hipotesis:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika hitung <
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 55 Panjang kelas = 5
Nilai minimal = 25 Rata-rata = 43,28
Rentang = 30 s = 7,99
Banyak kelas = 6 n = 32
Kelas Interval Batas
Kelas
Z
untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk
Z
Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
25 - 29 24,50 -2,35 0,49 0,03 1,05 2 0,85
30 - 34 29,50 -1,72 0,46 0,09 3,00 0 3,00
35 - 39 34,50 -1,10 0,36 0,18 5,83 5 0,12
40 - 44 39,50 -0,47 0,18 0,24 7,76 8 0,01
45 - 49 44,50 0,15 0,06 0,22 7,08 6 0,16
50 - 54 49,50 0,78 0,28 0,28 9,02 7 0,45
2
= 4,58
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11,07
4,58 11,07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel,
maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis
lebih lanjut.
=
-=
k
1i
2
i2 O
i
i
E
E
134
Lampiran 25
UJI NORMALITAS NILAI PRE-TEST
KELAS KONTROL
Hipotesis:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika hitung <
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 55 Panjang kelas = 7
Nilai minimal = 10 Rata-rata = 37,76
Rentang = 45 s = 13,13
Banyak kelas = 7 n = 29
Kelas Interval Batas
Kelas
Z
untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk
Z
Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
10 - 16 9,50 -2,15 0,48 0,04 1,07 3 3,45
17 - 23 16,50 -1,62 0,45 0,09 2,50 0 2,50
24 - 30 23,50 -1,09 0,36 0,15 4,39 5 0,08
31 - 37 30,50 -0,55 0,21 0,20 5,86 6 0,00
38 - 44 37,50 -0,02 0,01 0,20 5,92 3 1,44
45 - 51 44,50 0,51 0,20 0,20 5,69 8 0,94
52 - 58 51,50 1,05 0,35 0,35 10,22 4 3,78
2
= 12,19
Untuk = 5%, dengan dk = 7- 1 = 6 diperoleh ² tabel = 12,59
12,19 12,59
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel,
maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis
lebih lanjut.
=
-=
k
1i
2
i2 O
i
i
E
E
135
Lampiran 26
UJI NORMALITAS NILAI POST-TEST
KELAS EKSPERIMEN
Hipotesis:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika hitung <
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 100 Panjang kelas = 6
Nilai minimal = 55 Rata-rata = 82,03
Rentang = 45 s = 9,32
Banyak kelas = 8 n = 32
Kelas Interval Batas
Kelas
Z
untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk
Z
Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
55 - 60 54,50 -2,95 0,50 0,01 0,28 1 1,81
61 - 66 60,50 -2,31 0,49 0,04 1,20 1 0,03
67 - 72 66,50 -1,67 0,45 0,11 3,37 2 0,56
73 - 78 72,50 -1,02 0,35 0,20 6,37 4 0,88
79 - 84 78,50 -0,38 0,15 0,25 8,07 7 0,14
85 - 90 84,50 0,26 0,10 0,10 3,34 6 2,11
91 - 96 90,50 0,91 0,32 0,32 10,18 1 8,28
97 - 102 96,50 1,55 0,44 0,44 14,07 10 1,18
2
= 13,82
Untuk = 5%, dengan dk = 8 - 1 = 7diperoleh ² tabel = 14,07
13,82 14,07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi tabel,
maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk menganalisis
lebih lanjut.
=
-=
k
1i
2
i2 O
i
i
E
E
136
Lampiran 27
UJI NORMALITAS NILAI POST-TEST
KELAS KONTROL
Hipotesis:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika hitung <
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 90 Panjang kelas = 4
Nilai minimal = 60 Rata-rata = 73,83
Rentang = 30 s = 6,78
Banyak kelas = 7 n = 30
Kelas Interval Batas
Kelas
Z
untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk
Z
Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
60 - 63 59,50 -2,11 0,48 0,05 1,49 1 0,16
64 - 67 63,50 -1,52 0,44 0,11 3,56 4 0,05
68 - 71 67,50 -0,93 0,32 0,19 6,09 6 0,00
72 - 75 71,50 -0,34 0,13 0,23 7,41 6 0,27
76 - 79 75,50 0,25 0,10 0,20 6,44 0 6,44
80 - 83 79,50 0,84 0,30 0,30 9,54 6 1,32
84 - 87 83,50 1,43 0,42 0,42 13,53 6 4,19
2
= 12,43
Untuk = 5%, dengan dk = 7 - 1 = 6 diperoleh ² tabel = 12,59
12,43 12,59
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho atau harga chi hitung lebih kecil dari harga chi
tabel, maka data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan statistik parametris untuk
menganalisis lebih lanjut.
=
-=
k
1i
2
i2 O
i
i
E
E
137
Lampiran 28
UJI N-GAIN PENINGKATAN RATA-RATA HASIL BELAJAR KOGNITIF
No Kode
Responden
Nilai <g> Kriteria
Pre-test Post-test
1 UCB-1 35 75 0,62 sedang
2 UCB-2 35 85 0,77 tinggi
3 UCB-3 55 90 0,78 tinggi
4 UCB-4 50 80 0,60 sedang
5 UCB-5 40 85 0,75 tinggi
6 UCB-6 40 80 0,67 sedang
7 UCB-7 25 80 0,73 tinggi
8 UCB-8 40 80 0,67 sedang
9 UCB-9 45 90 0,82 tinggi
10 UCB-10 40 85 0,75 tinggi
11 UCB-11 45 85 0,73 tinggi
12 UCB-12 35 85 0,77 tinggi
13 UCB-13 55 85 0,67 sedang
14 UCB-14 50 85 0,70 tinggi
15 UCB-15 55 70 0,33 sedang
16 UCB-16 40 100 1,00 tinggi
17 UCB-17 45 90 0,82 tinggi
18 UCB-18 45 100 1,00 tinggi
19 UCB-19 40 75 0,58 sedang
20 UCB-20 45 55 0,18 rendah
21 UCB-21 35 70 0,54 sedang
22 UCB-22 25 90 0,87 tinggi
23 UCB-23 50 75 0,50 sedang
24 UCB-24 40 85 0,75 tinggi
25 UCB-25 55 75 0,44 sedang
26 UCB-26 50 65 0,30 sedang
27 UCB-27 35 80 0,69 sedang
28 UCB-28 50 80 0,60 sedang
29 UCB-29 45 95 0,91 tinggi
30 UCB-30 50 85 0,70 tinggi
31 UCB-31 40 85 0,75 tinggi
32 UCB-32 50 80 0,60 sedang
X 1385 2625
43,28 82,03
<g> =
=
Nilai gain adalah 0,68. Maka peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang.
1x
138
Lampiran 29
UJI-T PERBEDAAN RATA-RATA
HASIL BELAJAR KOGNITIF
Persamaan yang digunakan:
Data yang diperoleh:
Sumber variasi Post-test Pre-test
Jumlah 2625 1385
n 32 32
x 82,03 43,28
Varians (s2) 86,87 63,89
Standart deviasi (s) 9,32 7,99
Perhitungan:
r =
√
t =
√
Pada a = 5% dengan dk = 32 + 32 – 2 = 62 diperoleh t(0.95)(62) = 1,9990
1,99897 24,807
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok
eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.
-
-=
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
21
2
xx t
n
s
n
sr
n
s
n
s
139
LEMBAR OBSERVASI KARAKTER SISWA
Kode
Siswa
Aspek Penilaian ∑skor Nilai Observasi
Rasa ingin tahu Disiplin Jujur Komunikatif
5 3 1 5 3 1 5 3 1 5 3 1
Perhitungan skor karakter :
Nilai observasi = ∑
x 100 %
Rembang, 2014
Observer
(.........................................)
139
Lam
piran
30
140
Lampiran 31
RUBRIK PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI KARAKTER SISWA
Aspek yang dinilai Skor Kriteria
Rasa ingin tahu 5 Siswa bertanya kepada guru dan teman lain serta
membaca dan mencari informasi dari buku dan
internet mengenai materi yang sedang dipelajari
3 Siswa bertanya kepada guru dan teman lain
mengenai materi yang sedang dipelajari namun tidak
membaca dan mencari informasi dari buku internet
1 Siswa tidak bertanya kepada guru dan teman lain
serta tidak membaca dan mencari informasi dari
buku dan internet mengenai materi yang sedang
dipelajari
Disiplin 5 Siswa mentaati prosedur percobaan dan mengambil
ataupun mengembalikan alat-alat yang digunakan
saat percobaan dengan tertib
3 Siswa mentaati prosedur percobaan dan tidak
mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang
digunakan saat percobaan dengan tertib
1 Siswa tidak mentaati prosedur percobaan dan tidak
mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang
digunakan saat percobaan dengan tertib
Jujur 5 Siswa tidak melihat jawaban milik orang lain,
mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil
percobaan dan mengemukakan pendapatnya
3 Siswa tidak melihat jawaban milik orang lain,
mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil
percobaan dan tidak mengemukakan pendapatnya
1 Siswa melihat jawaban milik orang lain, tidak
mencatat data pengamatan sesuai dengan hasil
percobaan dan tidak mengemukakan pendapatnya
Komunikatif 5 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang
telah disediakan, memberi dan mendengarkan
pendapat dalam diskusi serta mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas
3 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang
telah disediakan, memberi dan mendengarkan
pendapat dalam diskusi namun tidak
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas
1 Siswa menuliskan hasil diskusi di dalam kolom yang
telah disediakan, namun tidak mempresentasikan
hasil diskusi kelompok di depan kelas serta tidak
memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi
141
Lampiran 32
HASIL OBSERVASI KARAKTER SISWA
NO KODE
KARAKTER YANG DIKEMBANGKAN
f N PERSENTASE RASA INGIN
TAHU KOMUNIKATIF JUJUR DISIPLIN
1 UCB-1 3 1 1 2 7 12 58,33%
2 UCB-2 2 2 2 2 8 12 66,67%
3 UCB-3 2 3 3 3 11 12 91,67%
4 UCB-4 2 3 3 3 11 12 91,67%
5 UCB-5 1 3 3 2 9 12 75,00%
6 UCB-6 3 1 3 3 10 12 83,33%
7 UCB-7 3 2 3 3 11 12 91,67%
8 UCB-8 3 3 3 3 12 12 100,00%
9 UCB-9 3 3 3 3 12 12 100,00%
10 UCB-10 3 3 3 3 12 12 100,00%
11 UCB-11 2 2 2 3 9 12 75,00%
12 UCB-12 2 2 2 3 9 12 75,00%
13 UCB-13 2 2 2 3 9 12 75,00%
14 UCB-14 2 2 2 3 9 12 75,00%
15 UCB-15 3 2 2 3 10 12 83,33%
16 UCB-16 2 2 3 2 9 12 75,00%
17 UCB-17 3 2 2 3 10 12 83,33%
18 UCB-18 3 3 2 3 11 12 91,67%
19 UCB-19 3 2 3 3 11 12 91,67%
20 UCB-20 2 3 3 2 10 12 83,33%
21 UCB-21 2 2 3 2 9 12 75,00%
22 UCB-22 2 2 3 2 9 12 75,00%
23 UCB-23 2 3 3 2 10 12 83,33%
24 UCB-24 2 2 2 3 9 12 75,00%
25 UCB-25 3 2 2 3 10 12 83,33%
26 UCB-26 2 2 2 3 9 12 75,00%
27 UCB-27 2 2 2 3 9 12 75,00%
28 UCB-28 3 3 2 2 10 12 83,33%
29 UCB-29 2 3 1 2 8 12 66,67%
30 UCB-30 2 3 3 3 11 12 91,67%
31 UCB-31 3 3 2 3 11 12 91,67%
32 UCB-32 3 3 3 3 12 12 100,00%
Skor didapat 77 76 78 86 317 384 82,55%
Skor maks 96 96 96 96
Skor rata-rata 80,21% 79,17% 81,25% 89,58%
Kriteria mulai
berkembang
mulai
berkembang membudaya membudaya
membudaya
142
Lampiran 33
KISI-KISI LEMBAR ANGKET KARAKTER SISWA
NO. KARAKTER YANG
DIKEMBANGKAN NOMOR PERNYATAAN JUMLAH
1. Rasa ingin tahu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 8
2. Disiplin 9, 10,11, 12, 13, dan 14 6
3. Jujur 15, 16, 17, 18, 19, dan 20 6
4. Komunikatif 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
dan 30
10
143
Lampiran 34
LEMBAR ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER SISWA
A. Petunjuk Umum:
Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan berpengaruh terhadap nilai
belajar Anda di sekolah ini. Silahkan mengisi dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-
benarnya berdasarkan pikiran Anda dan sesuai dengan yang Anda alami.
B. Petunjuk Pengisian:
1. Tulislah identitas Anda.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti.
3. Berilah tanda check (√) pada salah satu jawaban yang tersedia (SS, S, TS, STS)
sesuai dengan pendapat Anda.
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
4. Tanyakan pada guru, jika ada sesuatu yang belum Anda mengerti.
C. Identitas Siswa
Nama : ……………………….
Kelas : ……………………….
No. Absen : ……………………….
NO. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Apabila ada hal-hal baru dan kecakapan baru, saya tertarik
untuk mempelajarinya meskipun itu sulit bagi saya.
2. Saya lebih memilih untuk bermain daripada mempelajari hal-
hal yang baru.
3. Saat guru menjelaskan materi pelajaran, saya akan langsung
bertanya apabila ada materi yang belum saya pahami.
4. Meskipun ada materi yang belum saya pahami, saya hanya
144
diam.
5. Apabila ada soal yang sulit, saya akan terus berusaha
menyelesaikan sampai saya menemukan pemecahannya,
meskipun saya harus bertanya kepada banyak orang.
6. Soal yang sulit saya tinggalkan karena itu membosankan dan
membuang waktu saya.
7. Buku atau sumber-sumber lain yang relevan saya baca untuk
menemukan informasi yang berhubungan dengan pelajaran.
8. Untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan
pelajaran, saya lebih memilih untuk menunggu diberi tahu
oleh guru daripada mencari dalam buku dan sumber-sumber
lain yang relevan.
9. Berangkat sekolah tepat waktu merupakan salah satu hal yang
selalu saya lakukan.
10. Setelah bel sekolah berbunyi, saya baru datang ke sekolah.
11. Tugas saya kumpulkan pada waktu yang telah ditentukan.
12. Setelah ditagih oleh guru, saya baru mengumpulkan tugas.
13. Barang-barang saya kembalikan ke tempat semula setelah
saya selesai menggunakannya.
14. Meskipun saya sudah selesai menggunakannya, barang-
barang tetap saya biarkan pada tempat kerja,
15. Soal ujian saya kerjakan dengan kemampuan diri sendiri.
16. Pada saat ujian, saya mencontek atau bertanya kepada teman.
17. Hasil praktikum saya laporkan sesuai dengan apa yang
didapatkan saat praktikum.
18. Laporan hasil praktikum saya buat agar terlihat bagus,
meskipun itu tidak sesuai dengan yang didapatkan saat
praktikum.
19. Jika jumlah nilai tugas atau ulangan yang dikoreksi oleh
teman saya jumlahnya terlalu banyak, maka saya akan
membetulkannya.
20. Meskipun nilai tugas atau ulangan yang dikoreksi oleh teman
145
saya jumlahnya terlalu banyak, saya akan membiarkannya
karena itu menguntungkan bagi saya.
21. Ketika berdiskusi kelompok, saya senang menyampaikan
pendapat.
22. Saya lebih memilih untuk diam daripada berbicara ketika
berdiskusi kelompok.
23. Pendapat dari teman selalu saya terima walaupun tidak sesuai
dengan pendapat saya.
24. Karena tidak sesuai dengan pendapat saya, saya malas untuk
mendengarkan pendapat dari teman.
25. Bahasa yang saya gunakan untuk menyampaikan pendapat
sederhana, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit.
26. Pendapat saya sampaikan dengan berbelit-belit, tidak
langsung pada intinya serta menggunakan bahasa yang rumit
dan sukar dipahami.
27. Pembicaraan teman saya dengarkan dan tidak saya potong,
meskipun pendapat yang disampaikannya tidak sesuai dengan
pendapat saya.
28. Ketika teman menyampaikan pendapatnya, saya tetap
berbicara karena apa yang disampaikan tidak sesuai dengan
pendapat saya.
29. Walaupun pendapat saya tidak diterima oleh teman, saya tetap
merasa senang
30. Ketika pendapat saya tidak diterima oleh teman, saya marah.
**TERIMAKASIH ATAS KERJASAMANYA**
146
ANALISIS ANGKET KARAKTER AWAL
146
Lam
piran
35
147
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA
147
148
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER DISIPLIN SISWA
148
149
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER JUJUR SISWA
149
150
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER KOMUNIKATIF SISWA
150
151
ANALISIS ANGKET KARAKTER AKHIR Lam
piran
36
151
152
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA
152
153
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER DISIPLIN SISWA
153
154
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER JUJUR SISWA
154
155
DATA ANGKET PERKEMBANGAN KARAKTER KOMUNIKATIF SISWA
155
156
SILABUS
Mata Pelajaran : Fisika
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas /Semester : X / 2
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
Materi
Pembelajaran
Alternatif
Pembelajaran
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Indikator Penilaian Indikator Penilaian Indikator Penilaian
3.9
Menganalisis
cara kerja alat
optik
menggunakan
sifat
pencerminan
dan pembiasan
cahaya oleh
cermin dan
lensa
Alat-
alat
optik
Fakta
1. cermin
2. lensa
3. prisma
4. kaca plan
paralel
Konsep
1. pemantulan
2. pembiasan
3. jarak fokus
4. jarak benda
5. jarak
bayangan
Prinsip
1. sifat-sifat
pemantulan
2. sifat-sifat
pembiasan
3. perbesaran
Prosedur
1. percobaan
hukum
Mengamati
1. melakukan
studi
pustaka
untuk
mencari
informasi
mengenai
aplikasi
pemantulan
dan
pembiasan
cahaya
dalam
kehidupan
sehari-hari
2. melakukan
studi
pustaka
untuk
mencari
informasi
tentang
konsep
pemantulan
1. menunj
ukkan
perilak
u jujur,
disiplin
, rasa
ingin
tahu
yang
besar
dalam
diskusi
dan
percob
aan
kelomp
ok
2. menunj
ukkan
sikap
komuni
katif
dalam
present
asi
Observasi
Keg.1
Diskusi
kelompok,
aspek:
1. toleran
2. santun
3. responsif
4. proaktif
Keg.2
Percobaan
kelompok,
aspek:
1. jujur
2. disiplin
3. tanggungj
awab
4. kerjasama
1. menjelas
kan
prinsip
pemantu
lan dan
pembias
an
cahaya
2. menerap
kan
prinsip
pemantu
lan dan
pembias
an
cahaya
dalam
kehidupa
n sehari-
hari
Tugas 1.
Menjawab
pertanyaan-
pertanyaan
yang ada
dalam LKS,
aspek:
1. ketepatan
waktu
2. kelengkap
an
Tes
Evaluasi
- Uraian
- PG
1.
membua
t laporan
tertulis
hasil
diskusi
dan
percoba
an
kelompo
k
2.
mempre
sentasik
an hasil
diskusi
dan
percoba
an
kelompo
k
Observasi
Keg.1
Presentasi
kelompok
Aspek:
1. Penguas
aan isi
2. Teknik
bertanya
/menjaw
ab
3. Metode
penyajia
n
Portofolio
1. Membua
t laporan
tertulis
hasil
diskusi
dan
percobaa
n
kelompo
156
Lam
piran
37
157
pemantulan
2. percobaan
menentuka
n jarak
fokus
cermin
cekung
3. percobaan
pembiasan
pada prisma
4. percobaan
pembiasan
pada kaca
plan paralel
,
pembiasan,
jarak fokus,
jarak
benda,
jarak
bayangan
Menanya
1. menanyaka
n tentang
prinsip
pembentuk
an
bayangan
dan
perbesaran
pada
cermin
datar dan
cermin
lengkung
Mengeksplor
asi
1. mengeksplo
rasi dari
sumber
belajar
yang
relevan
seperti
k
aspek:
1. visual
laporan
2. kelengka
pan
157
158
buku
maupun
internet
tentang
prinsip
pembentuk
an
bayangan
dan
perbesaran
pada
cermin
datar dan
cermin
lengkung
Mengasosiasi
1. melaluidisk
usi
kelompok
dapat
membedaka
n
pemantulan
teratur dan
pemantulan
baur
2. melalui
percobaan
dapat
mengetahui
hukum
158
159
pemantulan
dan
pembiasan
Mengkomuni
kasikan
1. presentasi
kelompok
tentang
hasil
diskusi dan
percobaan
pada LKS
159
160
Lampiran 38
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 1 Rembang
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2
Materi Pokok : Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Alokasi Waktu : 3 x 3 JP
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif, dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui
pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
Indikator: meyakini bahwa semua sistem di alam semesta telah diciptakan dan diatur
sedemikian rupa oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan , melaporkan, dan berdiskusi.
3. Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa.
161
4. Menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan
dan pembiasan pada cermin dan lensa.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan perbedaan antara cahaya dan sinar melalui diskusi kelompok
secara komunikatif.
2. Siswa dapat menjelaskan prinsip pemantulan cahaya melalui diskusi kelompok secara
komunikatif.
3. Siswa dapat membedakan antara pemantulan teratur dan pemantulan baur melalui
diskusi kelompok secara komunikatif.
4. Siswa dapat menggambarkan secara sistematik gejala pemantulan sinar pada cermin
berdasarkan hukum Snellius melalui percobaan dan diskusi kelompok secara
komunikatif.
5. Siswa dapat menjelaskan hukum pemantulan melalui percobaan dan diskusi kelompok
dengan jujur, disiplin, keatif dan komunikatif.
6. Siswa dapat menentukan jarak fokus pada cermin cekung melalui percobaan dengan
jujur, disiplin dan kreatif.
7. Siswa dapat menjelaskan prinsip pembiasan cahaya melalui diskusi kelompok secara
komunikatif.
8. Siswa dapat menjelaskan prinsip pembiasan pada prisma melalui percobaan dengan
jujur dan disiplin.
9. Siswa dapat menyebutkan hukum Snellius tentang pembiasan melalui percobaan
dengan kaca plan paralel secara jujur, disiplin dan kreatif.
D. Materi Pembelajaran
1. Pemantulan Cahaya
2. Pembiasan Cahaya
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific Approach
Model : Cooperatif Learning, Contextual Learning, Inquiry
Metode : Eksplorasi, Diskusi, Praktikum dan Presentasi
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
Media : LKS
Alat : - Seperangkat percobaan menentukan jarak fokus
- Seperangkat percobaan prisma
- Seperangkat percobaan kaca plan paralel
162
Sumber pembelajaran : - Buku Fisika SMA Kelas X Kurikulum 2013 Erlangga
karangan Marthen Kanginan
- Internet
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
PERTEMUAN KESATU ( 3 x 45 Menit) :
Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu
Pendahuluan
1) Pemotivasian:
a. Guru bertanya kepada siswa mengapa kita bisa melihat
benda
2) Apersepsi
a. Apakah yang dimaksud dengan cahaya?
b. Siapa yang tadi pagi sebelum berangkat sekolah tidak
bercermin? Tidak ada bukan? Kalian tentu bercermin
semua.
3) Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran
25 menit
Kegiatan Inti
1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok
2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter
3) Setiap kelompok melakukan kegiatan pada LKS sesuai dengan
petunjuk dan berdiskusi secara komunikatif serta melakukan
percobaan secara jujur dan disiplin
4) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
pada LKS di depan kelas secara komunikatif
5) Siswa lain menanggapi kelompok yang sedang presentasi
dengan penuh rasa ingin tahu
6) Guru memberikan penegasan terhadap jawaban dari
pertanyaan siswa
100
menit
Penutup
1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini.
10 menit
163
PERTEMUAN KEDUA ( 3 x 45 Menit) :
PERTEMUAN KETIGA ( 3 x 45 Menit) :
Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu
Pendahuluan
1) Pemotivasian:
a. Guru bertanya kepada siswa tentang pelangi
2) Apersepsi:
a. Apakah yang dimaksud dengan pemantulan cahaya?
b. Siapa yang pernah melihat pelangi? Bagaimana proses
terjadinya?
3) Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran
25 menit
Kegiatan Inti
1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok
2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter
3) Setiap kelompok melakukan kegiatan pada LKS sesuai dengan
petunjuk dan berdiskusi secara komunikatif serta melakukan
percobaan secara jujur dan disiplin
4) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
pada LKS di depan kelas secara komunikatif
5) Siswa lain menanggapi kelompok yang sedang presentasi
dengan penuh rasa ingin tahu
6) Guru memberikan penegasan terhadap jawaban dari
pertanyaan siswa
100
menit
Penutup
1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini.
10 menit
Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu
Pendahuluan
1) Pemotivasian:
a. Guru bertanya kepada siswa tentang pemantulan dan
pembiasan cahaya
2) Apersepsi:
a. Bagaimana proses terjadinya pemantulan dan pembiasan
25 menit
164
H. Penilaian
1. Mekanisme dan Prosedur
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui lembar
observasi peserta didik, observasi karakter peserta didik, dan laporan tertulis.
2. Aspek dan Instrumen Penilaian
a. Instrumen observasi peserta didik menggunakan lembar pengamatan dengan fokus
utama pada aktivitas dalam kelompok.
b. Instrumen observasi karakter peserta didik menggunakan angket
c. Instrumen tes menggunakan lembar soal tes tertulis pilihan ganda
Rembang, April 2014
Guru Praktikan
Dwi Ristiyani
NIM 4201410013
cahaya?
3) Guru mengulas materi sebelumnya
Kegiatan Inti
1) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok
2) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika materi
pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter
3) Setiap kelompok bertanya kepada guru tentang materi yang
belum dipahami
4) Guru memberikan jawaban dari pertanyaan siswa
100
menit
Penutup
1) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
2) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini.
10 menit
165
Lampiran 39
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Siswa mengerjakan soal pre-test
Gambar 2. Siswa mengerjakan LKS
Gambar 3. Guru memandu jalannya diskusi kelas
166
Gambar 4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Gambar 5. Siswa melakukan kegiatan menanya
Gambar 6. Siswa melakukan kegiatan mencoba
167
Lampiran 40
SURAT PENETAPAN DOSEN PEMBIMBING
168
Lampiran 41
SURAT IJIN PENELITIAN
169
Lampiran 42
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN