PENGEMBANGAN LKPD MENULIS TEKS NARASIBERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT LAMPUNG
UNTUK SISWA KELAS VII SMP
Tesis
OlehANA AYU NINGTIYAS
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKPD MENULIS TEKS NARASI
BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT LAMPUNG
UNTUK SISWA KELAS VII SMP
Oleh
ANA AYU NINGTIYAS
Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan pengembangan LKPD
menulis teks narasi berbasis kearifan lokal masyarakat Lampung. Tujuan
penelitian yakni menghasilkan produk bahan ajar, mendeskripsikan kelayakan
produk bahan ajar, dan menguji efektivitas bahan ajar berupa “LKPD Menulis
Teks Narasi Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Lampung”.
Metode penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan yang
mengadaptasi tujuh dari sepuluh langkah dalam prosedur penelitian dan
pengembangan menurut Borg and Gall. Teknis pengumpulan data dengan
observasi, wawancara, dan penyebaran angket di tiga sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) berhasil dikembangkan bahan ajar berupa
“LKPD Menulis Teks Narasi Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Lampung”, 2)
kelayakan lembar kegiatan peserta didik secara keseluruhan dinyatakan “sangat
layak” oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi dengan persentase penilaian 94,8,
91,6, dan 95,1, 3) lembar kegiatan peserta didik efektif meningkatkan kemampuan
menulis narasi pada masing-masing sekolah dengan nilai N-gain sebesar (0,46),
(0,48), dan (0,45) termasuk dalam kategori sedang.
Kata kunci: lembar kegiatan peserta didik, teks narasi, kearifan lokal
ABSTRACT
LAMPUNG LOCAL WISOM BASED NARRATIVE TEXT WRITING
LKPD DEVELOPMENT
FOR GRADE VII STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL
By
ANA AYU NINGTIYAS
This research deals with the development of narrative text writing LKPD. The
research objectives are to produce teaching material, to describe the feasibility of
the teaching material , and to test the effectiveness of the teaching materials in the
form of Lampung Local Wisdom based narrative text writing LKPD.
In this research, the researcher applied research and development design method
adapting seven of the ten steps in the research and development procedures
according to Borg and Gall. The data collection techniques were observation,
interview, and questionnaire conducted in three schools.
This study shows some points as the result 1) teaching materials in the form of
"Lampung Local Wisdom Based of Narrative Text Writing LKP”, 2) the
feasibility of the overall Student Activity Sheet was declared "very feasible" by
the teaching material development experts, media experts, and practitioners with a
percentage rating 94,8, 91.6, and 95.1, 3) Student Activity Sheets effectively
improved the ability to write narratives texts. The N-gain value of (0.46), (0.48),
and (0.45) medium category.
Keywords: student activity sheet, narrative text, local wisdom
Pengembangan LKPD Menulis Teks Narasi
Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Lampung untuk Siswa Kelas VII SMP
oleh
Ana Ayu Ningtiyas
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Wonokriyo, pada 2 September 1994. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Sukatno dan Ibu Kedah Lego
Wati. Penulis mulai mengenyam pendidikan formal pada tahun 1999 di Taman
Kanak-kanak Aisyah Wonokriyo diselesaikan tahun 2000. Sekolah Dasar Negeri
6 Wonodadi diselesaikan tahun 2006. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Gadingrejo diselesakan tahun 2009. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gadingrejo
diselesaikan tahun 2012. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung dan lulus tahun
2016. Tahun 2017 penulis menjadi mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Atas segala nikmat yang diberikan Allah Subhanawataallah, dengan penuh rasa
syukur penulis mempersembahkan karya ini kepada orang-orang berikut.
1. Ayahhanda tersayang Sukatno dan Ibunda tersayang Kedah Lego Wati. Pria
dan wanita terhebat yang Allah anugerahkan kepadaku. Terima kasih telah
memberikan semua yang Ayu butuhkan, cinta kasih, semangat, motivasi, dan
doa dalam setiap sujud.
2. Adikku Bagas Subekti, terima kasih atas semangat, dukungan, dan senyuman
yang selalu kamu berikan kepada Mba Ayu.
3. Seluruh keluarga besarku yang senantiasa mananti kelulusanku.
4. Kak Firman Muzzammil, terima kasih atas semangat, dukungan, dan senyuman
yang selalu kamu berikan kepada Ayu.
5. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah memberikan Ilmu dan
berbagai pengalaman yang tidak terlupakan.
MOTO
فٱرغب(٨) ربك وإلى (٧) فٱنصب فرغت فإذا (٦) یسرا ٱلعسر مع إن
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telahberhasil selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap(Quran Surat Al-Insyirah: 6-8)
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah Subhanahuwataallah yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis dengan judul
“Pengembangan LKPD Menulis Teks Narasi Berbasis Kearifan Lokal
Masyarakat Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung;
3. Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung;
4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni, Universitas Lampung sekaligus pembimbing II yang telah bersedia
memberikan pengarahan, bimbingan, saran, dan nasihat selama penulisan
tesis ini;
5. Dr. Farida Ariyani, M.Pd., selaku pembimbing utama yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan, saran, dan nasihat selama penulisan tesis ini.
6. Dr. Sumarti, M.Hum. selaku pembahas yang telah memberikan pengarahan,
saran, dan kritik selama penulisan tesis ini;
7. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung;
8. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku validator untuk bahan ajar dari
unsur materi pembelajaran;
9. Bapak Sofyan Akbar Budiman, M.Pd. selaku validator untuk bahan ajar dari
unsur media pembelajaran;
10. Ibu Wira Apri Pratiwi, M.Pd. selaku validator untuk bahan ajar dari unsur
praktisi pembelajaran;
11. Hj. Marwati, S.Pd., guru bahasa Indonesia SMPN 1 Gadingrejo, Dra.
Yulinda, M.Pd. guru bahasa Indonesia SMPN 2 Gadingrejo, dan Ibu Heni
Triwastuti, S.Pd. guru bahasa Indonesia SMPN 3 Gadingrejo;
12. Bapak dan ibu dosen, serta staf karyawan Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung;
13. Ayah dan bunda tercinta, Sukatno dan Kedah Lego Wati atas doa, dukungan,
semangat, kesabaran, dan kasih sayang yang telah diberikan pada penulis.
14. Adik tersayang Bagas Subekti, atas semangat dan doanya;
15. Kak Firman Muzzammil, atas doa, dukungan, dan semangatnya;
16. Keluarga besarku mbah uti, bulek, oom, pakde, bude, yang senantiasa
menanti kelulusanku;
17. Sahabat terbaikku Yani Suryani, Rahmita Amalia Sa’adah, Risca Ariyani,
dan Dwi Pulsha A., untuk persahabatan, doa, dan dukungan kalian kepada
penulis;
18. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017;
19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran pembaca sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat
dan berguna bagi kita.
Bandar Lampung, Januari 2019
Ana Ayu NingtiyasNPM 1723041001
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................ iiHALAMAN JUDUL ............................................................................ iiiHALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ivHALAMAN PENGESAHAN .............................................................. vSURAT PERNYATAAN ..................................................................... viRIWAYAT HIDUP ............................................................................. viiPERSEMBAHAN................................................................................. viiiMOTO ................................................................................................... ixSANWACANA...................................................................................... xDAFTAR ISI ........................................................................................ xiDAFTAR TABEL ................................................................................ xiiDAFTAR BAGAN ............................................................................... xiii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1B. Rumusan Masalah........................................................................ 6C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 8
II. LANDASAN TEORIA. Pengertian Bahan Ajar ................................................................ 9
1. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ........................................ 112. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar ......................... 133. Pengembangan Bahan Ajar ..................................................... 144. Jenis-jenis Bahan Ajar ............................................................ 155. Pengertian LKPD .................................................................... 206. Fungsi LKPD........................................................................... 217. Sistematika Penulisan LKPD .................................................. 228. Langkah-langkah Menyusun Bahan Ajar................................ 23
B. Hakikat Menulis........................................................................... 261. Tujuan Menulis........................................................................ 272. Manfaat Menulis...................................................................... 283. Prinsip-prinsip Pembelajaran Menulis .................................... 29
C. Pengertian Teks Narasi ................................................................ 301. Ciri Teks Narasi ...................................................................... 332. Jenis-jenis Narasi..................................................................... 333. Struktur Teks Narasi ............................................................... 36
D. Sastra Lisan.................................................................................. 36E. Cerita Prosa Rakyat...................................................................... 38
1. Ciri Pengenalan Cerita Rakyat ................................................ 382. Fungsi Cerita Rakyat ............................................................... 39
F. Hakikat Kearifan Lokal ............................................................... 401. Pengertian Kebudayaan .......................................................... 402. Pengertian Kearifan Lokal ...................................................... 423. Kearifan Lokal Lampung ........................................................ 45
G. Peta Konsep Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks NarasiKearifan Lokal Lampung Berbasis LKPDuntuk Siswa Kelas VII SMP ........................................................ 47
H. Pendekatan dalam Pembelajaran.................................................. 48
III. METODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian................................................................... 50B. Tempat Penelitian ........................................................................ 52C. Subjek Penelitian ......................................................................... 52D. Spesifikasi Produk Pengembangan .............................................. 52E. Langkah Penelitian Pengembangan ............................................. 53
1. Studi Pendahuluan .................................................................. 542. Perencanaan dan Pengembangan Produk ................................ 553. Evaluasi Produk....................................................................... 55
F. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 57G. Instrumen ..................................................................................... 58H. Analisis Data................................................................................ 68
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian........................................................................... 71
1. Studi Pendahuluan ................................................................. 72a. Potensi dan Masalah ........................................................ 72b. Pengumpulan Data Pengembagan LKPD ........................ 79
2. Pengembangan Produk Awal ................................................ 833. Evaluasi dan Revisi ............................................................... 84
a. Hasil Uji Ahli................................................................... 84b. Uji Coba Produk LKPD ................................................... 91
B. Pembahasan.................................................................................. 1041. Pengembangan LKPD Berbasis Kearifan Lokal
Masyarakat Lampung............................................................. 1052. Evaluasi Penggunaan LKPD.................................................. 108
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ...................................................................................... 111B. Saran ............................................................................................ 113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 114LAMPIRAN .......................................................................................... 118
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Subjek Penelitian ......................................................................... 523.2 Kisi-kisi Angket Wawancara Guru terhadap Kebutuhan LKPD . 593.3 Kisi-kisi Angket Wawancara Siswa terhadap Kebutuhan LKPD 603.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian...................................................... 623.5 Instrumen Evaluasi Formatif Pengembangan LKPD
Menulis Teks Narasi Berbasis Kearifan LokalMasyarakat Lampung................................................................... 63
3.6 Instrumen Penelitian Teman Sejawat/Praktisiuntuk Uji Coba LKPD ................................................................. 65
3.7 Instrumen Uji Coba LKPD kepada Siswa sebagai Pengguna...... 663.8 Kriteria Tingkat Kelayakan.......................................................... 703.9 Kriteria Interpretasi N-gain.......................................................... 704.1 Hasil Wawancara Guru terhadap Kebutuhan Bahan Ajar ........... 734.2 Hasil Wawancara Peserta Didik terhadap Kebutuhan
Bahan Ajar .................................................................................. 774.3 Hasil Validasi Ahli Materi ........................................................... 844.4 Hasil Validasi Ahli Media ........................................................... 864.5 Hasil Validasi Praktisi.................................................................. 864.6 Saran dan Perbaikan LKPD oleh Ahli Materi
(Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd.)....................................... 884.7 Saran dan Perbaikan LKPD oleh Ahli Media
(Sofyan Akbar Budiman, M.Pd.) ................................................. 904.8 Saran dan Perbaikan LKPD oleh Praktisi .................................... 904.9 Tingkat Kelayakan oleh Guru Bahasa Indonesia......................... 924.10 Tingkat Kelayakan oleh Siswa Kelas VII SMP........................... 964.11 Hasil Pretest, Posttest, dan N-gain .............................................. 984.12 Saran Perbaikan Guru Bahasa Indonesia ..................................... 994.13 Hasil Revisi Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Gadingrejo.......... 1004.14 Hasil Revisi Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Gadingrejo.......... 1004.15 Hasil Revisi Guru Bahasa Indonesia SMPN 3 Gadingrejo.......... 1014.16 Saran Perbaikan Siswa SMP Kelas VII ....................................... 1024.17 Hasil Revisi Siswa SMPN 1 Gadingrejo ..................................... 1024.18 Hasil Revisi Siswa SMPN 2 Gadingrejo ..................................... 1034.19 Hasil Revisi Siswa SMPN 3 Gadingrejo ..................................... 103
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
2.1 Bagan Analisis Penyusunan Bahan Ajar…………………. 263.1 Tahap Penelitian Borg & Gall……………………………. 504.1 Peta LKPD Bahasa Indonesia pada
Kompetensi Inti (KI 4) Keterampilan Menulis…………… 82
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahan ajar merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dengan adanya materi ajar
guru lebih teratur dalam proses pembelajaran dan peserta didik dapat mengetahui hal-
hal yang belum mereka ketahui dalam pembelajaran. Salah satu indikator tercapainya
tujuan instruksional di sekolah adalah tersedianya materi pembelajaran. Bentuk bahan
ajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, salah satunya bahan ajar cetak
berupa Lembar Kegiatan Peserta Didik.
Lembar kegiatan peserta didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan
yang jelas kompetensi yang akan dicapai (Majid, 2013: 176). Sejalan dengan
pendapat tersebut, Daryanto & Dwicahyono (2014: 171) bahan ajar merupakan
informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Abidin (2014: 263) menjelaskan bahwa
bahan ajar atau materi pembelajaran (instricctional materials) secara garis besar
terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
2
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-
jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),
keterampilan, dan sikap atau nilai (Depdiknas, dalam Abidin, 2014: 263).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
merupakan materi pembelajaran berupa teks yang di dalamnya mencangkup
pengetahuan, keterampilam, dan sikap.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi menyatakan bahwa guru sebagai pendidik yang profesional diharapkan
memiliki kemampuan mengembangkan materi ajar sesuai dengan mekanisme yang
ada dengan memperhatikan karakteristik lingkungan sosial peserta didik. Dilihat dari
kegunaannya, lembar kegiatan peserta didik yang tepat dapat menciptakan kondisi
yang memungkinkan peserta didik belajar dengan kondisi yang tidak membosankan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narasi peserta didik dalam
pembelajaran menyusun teks narasi. Depdiknas (2006) menyatakan bahwa ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun bahan ajar atau materi
pembelajaran (prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan).
Pola pengemasan bahan ajar dilakukan sesuai dengan karakteristik bahan ajar yang
baik, baik dari sisi materi, penyajian, maupun bahasa. Relevan dengan pendapat di
atas, Syahputra (2016: 1) mengemukakan pengembangan bahan ajar harus
memperhatikan prinsip pengembangan kurikulum. Hal ini sesuai dengan Dokumen
Kurikulum 2013 yang menetapkan bahwa kurikulum harus tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum
3
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan
seni berkembang secara dinamis. Dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia menggunakan teks sebagai sarana pembelajaran. Oleh karena itu, dapat
dinyatakan bahwa kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berbasis
teks dan salah satu keterampilan yang harus diajarkan kepada peserta didik ialah
menulis. Akhadiah, dkk., (1988: 8) mengemukakan menulis merupakan bentuk
komunikasi yang menyampaikan gagasan menulis kepada khalayak pembaca yang
dibatasi oleh jarak tempat dan waktu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Tarigan
(2008: 22) menjelaskan bahwa menulis yakni menurunkan atau melukiskan lambang-
lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Pembelajaran teks yang diajarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP
(Sekolah Menengah Pertama) yang sesuai dengan silabus dalam Kurikulum 2013
untuk siswa kelas VII yakni teks deskripsi, teks narasi (cerita fantasi), teks prosedur,
teks hasil observasi, dan teks fabel. Dari beberapa teks yang diajarkan, peneliti
memfokuskan pada pembelajaran menulis teks narasi (cerita fantasi). Pembelajaran
menulis narasi dalam bentuk cerita fantasi tertuang pada Kompetensi Inti 4 (KI 4)
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang)sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori dan Kompetensi Dasar (KD)
4
3.4 Menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca
dandidengar dan 4.4 Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara
lisan dan tulis denganmemperhatikan struktur dan penggunaan bahasa.
Alasan peneliti memilih teks narasi yakni melatih siswa untuk menuangkan ide,
gagasan atau hasil imajinasinya ke dalam sebuah teks yang baik dengan
memperhatikan struktur dan aspek kebahasaan teks narasi tersebut karena ada
beberapa kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis narasi, mulai dari
memahami struktur-struktur dari teks narasi, menentukan topik, membuat tema
sehingga menjadi kerangka karangan, sampai pada pengembangan kerangka karangan
yang arahnya tertuju pada pembuatan teks narasi sesuai dengan strukturnya yakni
orientasi (pengenalan), komplikasi (permasalah), dan resolusi. Kendala lain dari segi
praktiknya, minat siswa terhadap menulis teks narasi tergolong rendah dan kurangnya
sarana dan prasarana pendukung kebutuhan siswa dalam menulis narasi sehingga
banyak peserta didik yang masih kesulitan dalam membuat tulisan; mengembangkan
argumen, memilih kosakata, dan menyusun kalimat yang komunikatif pada
penyusunan teks narasi. Dampak yang ditimbulkan ialah hasil menulis teks narasi
peserta didik tidak sesuai dengan struktur teks narasi.
Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi di SMPN 1 Gadingrejo, SMPN 2
Gadingrejo, dan SMPN 3 Gadingrejo, terdapat lembar kegiatan peserta didik yang
digunakan pada tahun ajaran 2017/2018 sebagai penunjang buku ajar tetapi belum
menyajikan tema kearifan lokal. Lembar kegiatan peserta didik yang digunakan yakni
ditulis oleh Y. Budi Artati dan Uti Darmawati dengan judul “Bahasa Indonesia
5
SMP/MTs Kelas VII Semester 1”, dan diterbitkan oleh Intan Pariwara, lembar
kegiatan siswa yang ditulis oleh Zamrud dengan judul “Modul Pengayaan Bahasa
Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII” dan ditebitkan oleh Putra Nugraha. Materi
cerita fantasi dalam kedua lembar kegiatan peserta didik tersebut lebih banyak
menggunakan cerita imajinatif seperti Harry Potter, Nataga The Little Dragon, Si
Murai dan Orang Gila, Gerhana Bulan, Dunia Dongeng, Arya Menak, dan cerita
Rakyat Irian Jaya.
Menanggapi masalah tersebut, peneliti merasa perlu mengembangkan lembar
kegiatan peserta didik menulis teks narasi dengan menambahkan tema kearifan lokal
masyarakat Lampung karena melihat belum adanya lembar kegiatan peserta didik
yang mengandung unsur kearifan lokal.Penambahan tema kearifan lokal dalam bahan
ajar berarti mengangkat nilai lokal dalam pemahaman peserta didik, meningkatkan
wawasan peserta didik dengan mempertahankan nilai luhur budaya kedaerahan.
Aminudin (2013: 8) menjelaskan kearifan lokal ialah gagasan atau nilai-nilai,
pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Sejalan dengan
pendapat Aminudin, Sibarani (dalam Syahputra, 2016: 5) menjelaskan pada
umumnya manusia memiliki kearifan dari tiga sumber, yaitu budaya yang disebut
kearifan lokal, aturan pemerintah yang lebih modern, dan agama. Nilai lokal yang
masuk dalam nilai-nilai kearifan lokal dapat dijadikan sumber dan inspirasi untuk
memperkaya pengembangan nilai-nilai kehidupan.
6
Beberapa peneliti sudah pernah melakukan penelitian pengembangan bahan ajar yang
mengaitkan tema kearifan lokal dalam bahan ajarnya. Penelitian dilakukan oleh
Ridwan Syahputra (2016) menghasilkan bahan ajar menulis teks eksposisi. Melalui
produk bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal, siswa
diharapkan mampu menulis dan terampil dalam menyusun teks eksposisi. Selain itu,
Evi Maha Kastri (2016) yang menghasilkan produk berupa LKS. Dalam hasil
penelitiannya, bahan ajar berupa LKS menulis pidato bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpidato siswa. Selanjutnya, Agung Nugroho (2013) menghasilkan
produk berupa bahan ajar LKS. Dalam hasil penelitiannya bahan ajar sastra berbasis
cerita rakyat terbukti efektif meningkatkan minat belajar siswa, memotivasi, dan
mendukung pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengembangkan lembar kegiatan peserta
didik untuk membantu siswa menggali ide-ide dalam pembelajaran menulis teks
narasi (cerita fantasi) dengan tema kearifan lokal. Oleh karena itu, penulis melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik Berbasis
Kearifan Lokal Masyarakat Lampung untuk Siswa Kelas VII SMP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengembangan lembar kegiatan peserta didik menulis teks narasi
berbasis kearifal lokal masyarakat Lampung untuk siswa kelas VII SMP?
7
2. Bagaimanakah kelayakan lembar kegiatan peserta didik menulis teks narasi
berbasis kearifal lokal masyarakat Lampung untuk siswa kelas VII SMP?
3. Bagaimanakah efektivitas lembar kegiatan peserta didik menulis teks narasi
berbasis kearifal lokal masyarakat Lampung untuk siswa kelas VII SMP?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Mengembangkan dan menghasilkan lembar kegiatan peserta didik menulis teks
narasi berbasis kearifal lokal masyarakat Lampung untuk siswa kelas VII SMP.
2. Mendeskripsikan kelayakan lembar kegiatan peserta didik menulis teks narasi
berbasis kearifal lokal masyarakat Lampung untuk siswa kelas VII SMP yang
dikembangkan berdasarkan ahli media, ahli materi, guru, dan siswa.
3. Menguji efektivitas lembar kegiatan peserta didik menulis teks narasi berbasis
kearifal lokal masyarakat Lampung untuk siswa kelas VII SMP.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis.
Manfaat-manfaat tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru bahasa Indonesia
dan digunakan sebagai referensi mengajar pada materi menulis teks narasi
8
tingkat SMP serta sebagai upaya peningkatan motivasi siswa khususnya dalam
pembelajaran menulis teks narasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap pemilihan
bahan ajar menulis teks, khusunya materi menulis teks narasi.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, mahasiswa, dan dosen
yang tertarik untuk menerapkan lembar kegiatan peserta didik dalam menulis
teks narasi berbasis kearifan lokal masyarakat Lampung untuk siswa kelas VII
SMP.
b. Membantu siswa dalam memahami materi menulis teks khususnya teks
narasi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut.
a. Subjek penelitian ini adalah lembar kegiatan peserta didik menulis teks narasi
berbasis kearifan lokal masyarakat Lampung.
b. Fokus penelitian ini adalah pengembangan lembar kegiatan peserta didik menulis
teks narasi berbasis kearifan lokal masyarakat Lampung.
c. Tempat penelitian di SMP Negeri 1 Gadingrejo, SMP Negeri 2 Gadingrejo, dan
SMP Negeri 3 Gadingrejo, waktu penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran
2018/ 2019.
9
II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bahan Ajar
Pengertian materi ajar (bahan) dalam pembelajaran ialah suatu benda atau kegiatan
yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar yang dapat
mencerminkan isi silabus yang didasari dari tujuan umum yang luas menjadi sesuatu
yang dapat dilaksanakan Dubin (dalam Rokhman, 2013: 64). Sejalan dengan
pendapat tersebut, Abidin (2014: 263) menjelaskan bahwa bahan ajar atau materi
pembelajaran (instricctional materials) secara garis besar terdiri atas pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap
atau nilai (Depdiknas, dalam Abidin, 2014: 263).
Hal ini relevan dengan Daryanto & Dwicahyono (2014: 171) bahan ajar merupakan
informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun
bahan tidak tertulis. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinka siswa untuk
10
belajar. Dick and Carey (dalam Kastri, 2016: 13), mengedepankan pendekatan sistem
sebagai dasar atau alasan bagi kedudukan vital bahan ajar dalam pembelajaran
dengan alasan 1) fokus pembelajaran diartikan sebagai apa yang diketahui oleh
pembelajar dan apa yang harus dilakukannya. Tanpa pernyataan yang jelas dalam
bahan ajar dan langkah pelaksanaannya, kemungkinan fokus pembelajaran tidak akan
jelas dan efektif, 2) ketepatan kaitan antara komponen dalam pembelajaran,
khususnya strategi dan hasil yang diharapkan, 3) proses empirik dapat diulang.
Pembelajaran dirancang tidak hanya untuk sekali waktu, tetapi sejauh mungkin dapat
dilaksanakan. Oleh karena itu, harus jelas dapat diulangi dengan dasar proses empirik
menurut rancangan yang terdapat dalam bahan ajar. Yaumi (2013: 245-246)
menjelaskan optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi
dengan baik melalui bahan ajar. Jadi, pentingnya bahan ajar mencakup tiga elemen
penting (1) sebagai representasi sajian guru, dosen, atau instruktur, (2) sebagai sarana
pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, atau tujuan pembelajaran, dan (3)
sebagai optimalisasi pelayanan terhadap peserta didik.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar atau
materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar mencangkup
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis
materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),
keterampilan, dan sikap atau nilaiyang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan.
11
1. Prinsip Pengembangan Bahan ajar
Dalam kurikulum 2013, ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi dalam
menyajikan materi pembelajaran dalam bahan ajar yang dipergunakan oleh siswa dan
syarat-syarat tersebut sebagai upaya membangun pola berpikir yang ilmiah dalam
melihat segala persoalan materi yang digunakan siswa. Imas Kurniasih & Berlin
(2014: 25) mengemukakan beberapa prinsip pengembangan bahan ajar, antara lain
sebagai berikut.
a. Sesuai tahapan Saintifik.
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan
menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. KD dari KI 1, 2, 3, dan 4 diintegrasikan pada satu unit.
Dalam setiap buku ajar yang hendak dibuat, konsep dasar yang harus diperatikan
secara khusus adalah membuat kesatuan yang tidak terpisah dari setiap
Kompetensi Inti (KI) 1, 2, 3, dan 4 dalam satu unit atau dalam satu bahasan yang
diangkat.
c. Gambar, perkataan, kutipan menumbuhkan sikap positif.
Salah satu fungsi dari gambar atau perkataan-perkataan yang mebnagun sikap
positif ialah menambah sikap mental tingkah laku yang bertanggung jawab, siswa
terpacu untuk mngerjakan tugas dengan baik, mau menerima kritik dan
memperbaiki diri untuk pendidikan yang lebih baik, tidak membiarkan tugas dan
pelajaran terlantar, dan menumbuhkan sikap yang tekun dan bersungguh-sungguh
mengerjakan tugas.
12
d. Menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu siswa (menentukan).
Ada dua kaidah tentang menumbuhkan minat peserta didik, hal ini dikemukakan
oleh Imas Kuriniasih & Belin (2014: 51)sebagai berikut.
a) Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan
memperoleh keterangan tentang hal itu.
b) Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan
yang menyangkut hal itu.
e. Keseimbangan tugas individu dan kelompok.
f. Kecukupan materi untuk memahami dan melakukan KD.
g. Melibatkan orang tua, jejaring (tugas pengayaan dari berbagai sumber).
Pendapat di atas didukung dengan pendapat pakar lainnya, Daryanto & Dwicahyono
mengemukakan beberapa prinsip pengembangan bahan ajar, prinsip-prinsip tersebut
sebagai berikut.
a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sukit, dari yang konkret untuk
memahami yang abstrak.
b. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.
c. Umpan balik positf akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta
didik.
d. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar.
e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu.
13
f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus
mencapai tujuan.
2. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun dengan tujuan sebagai berikut.
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
b. Membantu peserta diidk dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping
makalah-makalah teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran (Daryanto dan
Dwicahyono, 2014: 172).
Berikut ini disebutkan beberapa fungsi bahan ajar menurut Depdiknas (2008).
a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
diajarkan kepada siswa.
b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Dalam bukunya, Daryanto & Dwicahyono (2014, 172) mengemukakan manfaat
bahan ajar bagi guru dan siswa.
14
1. Manfaat bagi guru
a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik.
b. Tidak bergantung kepada buku teks yang kadang sulit diperoleh.
c. Memperkaya karena dkembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
d. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar.
e. Membangun komunikasi belajar yang efektif anatar guru dan peserta didik.
f. Menambah angka kredit DUPAK (Daftar Usulan Pengusulan Angkakredit) jika
dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
2. Manfaat bagi peserta didik
a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
b. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangin ketergantungan
terhadap kahadiran guru.
c. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya.
3. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar paling tidak mencangkup beberapa hal seperti berikut (Majid, 2013: 174).
a. Petunjuk belajar.
b. Kompetensi yang akan dicapai.
c. Informasi pendukung.
d. Latihan-latihan.
15
e. Petunjuk kerja berupa lembar kerja.
f. Evaluasi.
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis
yang digunakan guru dan siswa dalam KBM (Daryanto dan Dwicahyono, 2014: 176).
Tujuan bahan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Menimbulkan minat baca.
b. Ditulis dan dirancang untuk siswa.
c. Menjelaskan tujuan intruksional.
d. Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.
e. Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai.
f. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.
g. Mengakomodasi kesulitan siswa.
h. Memberikan rangkuman.
i. Gaya penulisan komunikatif dan semi formal.
j. Kepadatan berdasar kebutuhan siswa.
k. Dikemas untuk proses interuksional.
l. Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa.
m. Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.
4. Jenis-jenis Bahan ajar
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secarasistematis
dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Bahan ajar menurut Majid (2013:
174) dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, sebagai berikut.
16
a. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa,
brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model atau maket.
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk dan film.
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) interaktif.
Menurut Majid (2013: 175) bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai
bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.
a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi sehingga memudahkan bagi
seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang
dipelajari.
b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah;
susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.
d. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
e. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas,
seperti menandai, mencatat, membuat sketsa.
f. bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar;
g. pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
17
Majid (2013: 175) mengemukakan bahwa jenis bahan ajar cetak antara lain handout,
buku, lembar kegiatan siswa, poster, brosur, dan leaflet. Berikut penjelasan secara
lengkap.
a. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambilkan daribeberapa literatur yang
memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau KD dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai
cara, antara lain dengan cara download dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
b. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya hasil
penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi
seseorang yang disebut sebagai fiksi. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik
cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai baan ajar
merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap
kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan
menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik
dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga
menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
18
berisi tentang komponen dasar bahan ajar, menggambarkan KD yang akan dicapai
peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan
dilengkapi ilustrasi.
d. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kegiatan Peserta Didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk dan
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan
dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.Tugas-tugas sebuah
lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila
tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi
tugasnya. Keuntungan adanya lembar kegiatan bagi guru, yakni memudahkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran, sedangkan bagi siswa akan belajar secara mandiri
dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya
guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai,
karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan
dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
e. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa
dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang
perusahaan atau organisasi. Dengan demikian, brosur dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa.
Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik karena bentuknya yang
19
menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain
hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosurakan menambah menarik
minat peserta didik untuk menggunakannya.
f. Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidakdimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materiyang dapat
menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
g. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses atau grafik
yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik
bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna
dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat
bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai
bahan ajar karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi
kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan
materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama,
dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contohwallchart tentang siklus
makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h. Foto atau Gambar
Foto atau gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik
agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat
20
melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. Melalui
membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari
melihat yang diingat 30%. Foto atau gambar yang didesain secara baik dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya
harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara
menggunakannya dan atau bahan tes.
Sejalan dengan pendapat di atas, Daryanto & Dwicahyono (2014: 173)
mengelompokkan bahan ajar dalam beberapa jenis antara lain sebagai berikut.
a. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) antara lain handout,
buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto atau
gambar. Non cetak (non printed) antara lain model atau maket.
b. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) antara lain video compact disk dan film.
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interacitive teaching material) antara Computer
Assisted Instruction (CAI), compact disk (CD), bahan ajar Berbasis web (web
based learning materials).
5. Pengertian LKPD
Saat ini, kurikulum pendidikan yang diberlakukan di Indonesia adalah Kurikulum
2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2013 biasanya
21
guru menggunakan LKPD sebagai pendamping buku ajar. Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) merupakan sebuah perangkat pembelajaran yang berperan penting
dalam pembelajaran. LKPD yaitu berupa lembar kerja yang harus dikerjakan oleh
peserta didik atau siswa.
Prastowo (2012: 204-205) mengemukakan LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak
yang berupa lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk yang
harus dilaksanakan oleh peserta didik. Dalam menyiapkan LKPD, ada beberapa
syarat yang mesti dipenuhi oleh pendidik. Pendidik harus cermat, serta memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk bisa membuat LKPD yang
bagus. Sebuah LKPD harus memenuhi kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau
tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasi dan dipahami oleh peserta
didik.
6. Fungsi LKPD
Berdasarkan pengertian di atas LKPD memiliki beberapa fungsi. Menurut Prastowo
(2012: 205) LKPD memiliki empat fungsi sebagai berikut.
a. Sebagai bahan ajar yang meminimalkanperan pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik.
b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah untuk memahami materi yang diberikan.
c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta
d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
LKPD selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai fungsi lain, di antaranya:
a) merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau
22
memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan pembelajaran;
b) dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu
penyampaian topik;
c) dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai oleh peserta
didik;
d) dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas;
e) membantu peserta didik dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar;
f) dapat membantu meningkatkan minat peserta didik jika LKPD disusun secara rapi,
sistematis mudah dipahami oleh peserta didik sehingga menarik perhatian peserta
didik;
g) dapat menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik dan meningkatkan motivasi
belajar dan rasa ingin tahu;
h) dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal
karena peserta didik dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kelompok;
i) dapat melatih peserta didik menggunakan waktu seefektif mungkin;
j) dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.
7. Sistematika Penulisan LKPD
Prastowo (2012: 210) mengemukakan beberapa sistematika penulisan LKPD, antara
lain sebagai berikut.
a. Judul kegiatan, tema, sub tema, kelas, dan semester, berisi topik kegiatan
sesuidengan KD dan identitas kelas. Untuk LKPD dengan pendekatan inkuiri
maka judul dapat berupa rumusan masalah.
23
b. Tujuan, tujuan belajar sesuai dengan KD.
c. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan, maka dituliskan
alat dan bahan yang diperlukan.
d. Prosedur kerja, berisi petunjuk kerja untuk peserta didik yang berfungsi
mempermudah peserta didik melakukan kegiatan belajar.
e. Tabel data, berisi tabel di mana peserta didik dapat mencatat hasil pengamatan
atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data bisa diganti dengan
tabel/kotak kosong yang dapat digunakan peserta didik untuk menulis,
menggambar atau berhitung.
f. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun peserta didik
melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.
8. Langkah-langkah Menyusun Bahan ajar
Membuat bahan ajar bukan pesoalan yang mudah, meskipun membuatnya juga tidak
sulit karena bahan ajar haruslah sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat oleh
pemerintah. Prastowo (2012: 212) mengemukakan langkah-langkah dalam menyusun
LKPD sebagai berikut.
a. Melakukan analisis kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKPD.
Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar LKPD. Materi yang digunakan ditentukan dengan cara
melakukan analisis terhadap materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang
diajarkan.
24
b. Menyusun peta kebutuhan LKPD
Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang
harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKPD-nya. Menyusun peta
kebutuhan di ambil dari hasil analisi kurikulum dan kebutuhan yang diperlukan
dalam pembelajaran sesuai dengan hasil analisis. Hal-hal yang biasa di analisis
untuk menyusun peta kebutuhan diantaranya, KI, KD, indikator pencapaian, dan
LKPD yang sudah digunakan.
c. Menentukan judul LKPD
Judul ditentukan dengan melihat hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi
dasar, materi-materi pokok, atau dari pengalaman belajar yang terdapat dalam
kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi sebuah judul
LKPD. Jika kompetensi dasar tersebut tidak terlalu besar.
d. Penulisan LKPD
Dalam penulisan LKPD terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan. Berikut
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun LKPD.
a) Merumuskan kompetensi dasar
Untuk merumuskan kompetensi dasar dapat dilakukan dengan melihat pada
kurikulum yang berlaku. Kompetensi dasar merupakan turunan dari standar
kompetensi. Untuk mencapai kompetensi dasar peserta didik harus mencapai
indikator-indikator yang merupakan turunan dari kompetensi dasar.
b) Menentukan alat penilaian
LKPD yang baik harus memiliki alat penilaian untuk menilai semua yang sudah
25
dilakukan. Penilain dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik.
Alat penilaian dapat berupa soal pilihan ganda dan soal essai. Penilaian yang
dilakukan didasarkan pada kompetensi peserta didik, maka alat penilaian yang
cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dengan
demikian demikian pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan
hasilnya.
c) Menyusun materi
Sebuah LKPD di dalamnya terdapat materi pelajaran yang akan dipelajari. Materi
dalam LKPD harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Ketika
menyusun materi untuk LKPD ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Materi
LKPD dapat berupa informasi pendukung, gambaran umum mengenai ruang
lingkup materi yang akan dipelajari. Materi dalam LKPD dapat diambil dari
berbagai sumber seperti, buku, majalah, jurnal, internet, dan sebagainya. Tugas-
tugas yang diberikan dalam LKPD harus tuliskan secara jelas guna mengurangi
hal-hal yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik.
d) Memperhatikan struktur LKPD
Langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam penyusunan
LKPD. Kita terlebih dahulu harus memahami segala sesuatu yang akan kita
gunakan dalam penyusunan LKPD, terutama bagian dasar dalam penyusunan
LKPD sebelum melakukan penyusunan LKPD. Komponen penyusun LKPD harus
sesuai apabila salah satu komponen penyusun LKPD tidak sesuai maka LKPD
tidak akan terbentuk.
26
Daryono & Dwicahyono (2014: 174) teknik penyusunan bahan ajar meliputi; 1)
analisis kebutuhan bahan ajar (analisis SK-KD-Indikator), 2) analisis sumber belajar,
dan 3) pemilihan dan penentuan bahan ajar.
2.1 Gambar Analisis Penyusunan Bahan ajar
Sumber Daryono & Dwicahyono (2014: 174)
Sejalan dengan pendapat di atas, Imas Kurniasih & Berlin (2014:59) menjelaskan
langkah penyusunan bahan ajar di antaranya; 1) menganalisis kebutuhan bahan ajar
(analisis SK-KD, analisis sumber belajar, dan memilih serta menentukan bahan ajar),
2) berbagai bentuk dan model bahan ajar (buku, modul, analisis KI-KD, menentukan
judul-jusul modul, penulisan modul, dan handout), 3) penyusunan bahan ajar buku
cetak/buku teks pelajaran, 4) ketentuan pembuatan bahan ajar/ buku teks pelajaran, 5)
format bahan ajar/ bahan buku teks pelajaran, 6) format evaluasi dan revisi bahan
ajar, dan 7) format dan cara membuat soal evaluasi pembelajaran buku ajar.
B. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan
(informasi) secara tertulis. Kegiatan menulis dapat dilakukan oleh semua orang
karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide atau gagasan yang ada di
dalam pikirannya dengan bebas. Untuk menghasilkan karya atau tulisan yang baik
Kompetensi
Dasar
Indikator Standar
Kompetensi
Kegiatan
Pembelajaran Materi
Pembelajaran
Bahan ajar
27
seseorang perlu berlatih berulang-ulang kali. Menurut Tarigan (1986: 21) menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut.
Menurut Akhadiah, dkk., (1988: 8) mengemukakan menulis merupakan bentuk
komunikasi yang menyampaikan gagasan menulis kepada khalayak pembaca yang
dibatasi oleh jarak tempat dan waktu. Berdasarkan pendapat para pakar, dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses kegiatan yang melukiskan lambang
grafik dan mengginakan bahasa tulis untuk menyampaikan gagasan. Sejalan dengan
hal tersebut, Tarigan (2008: 22) menjelaskan bahwa menulis yakni menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis
dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya (Suparno dan M. Yunus, 2003:
3).Relevan dengan pendapat tersebut,
1. Tujuan Menulis
Penulis tidak hanya harus memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan serasi,
tetapi juga harus menentukan siapa pembaca dan apa maksud serta tujuannya.
Menurut Elina (dalam Kastri, 2016: 24-25), tujuan menulis adalah a)
menginformasikan, b) membujuk, c) mendidik, dan d) menghibur. Tujuan menulis
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
28
a. Memberikan informasi
Penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya seperti wartawan di koran,
tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain. Tulisan yang ada pada media
cetak tersebut seringkali memuat informasi tentang kejadian atau peristiwa.
b. Memberikan keyakinan kepada pembaca.
Melalui tulisan penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya. Seseorang yang
membaca informasi di koran mengenai anak terlantar dapat tergerak hatinya untuk
memberikan bantuan. Hal tersebut karena penulis melalui tulisannya berhasil
meyakinkan pembaca.
c. Sarana pendidikan
Menulis dapat bertujuan sebagai sarana pendidikan karena seorang guru dan siswa
tidak akan pernah jauh dari kegiatan menulis seperti: mencatat di buku, merangkum,
menulis soal, mengerjakan soal.
d. Memberikan keterangan
Menulis untuk memberikan keterangan terhadap sesuatu baik benda, barang, atau
seseorang. Tulisan tersebut berfungsi untuk menjelaskan bentuk, ciri-ciri, warna,
bahan, dan berbagai hal yang perlu disebutkan dari objek tersebut.
2. Manfaat Menulis
Tarigan (2008:16) mengemukakan ada empat manfaat dari menulis, antara lain
sebagai berikut.
1. Menulis menyenangkan dalam hal penjelajahan diri pribadi. Kegiatan menulis
menjelajahi potensi dirinya.
29
2. Menulis membuat kita sadar akan kehidupan. Dalam kegiatan menulis, kepekaan
dan keterbukaan pikiran akan lingkungan sekitar dapat membuat seseorang
menyadari makna kehidupan sebenarnya.
3. Menulis membantu kita memahami diri kita lebih baik. Salah satu dari tujuan
menulis adalah untuk pernyataan diri. Dengan menulis, seseorang mampu
menyelami kepribadiannya sendiri dan secara tidak langsung, seorang penulis
dapat memahami kepribadiannya sendiri.
4. Menulis membantu memecahkan masalah. Salah satu tujuan dari menulis itu
adalah untuk memecah masalah. Tidak semua masalah dapat terselesaikan dengan
cara berbicara atau berdebat. Menulis bisa menjadi satu alternatif untuk
memecahkan masalah jika tidak memungkinkan untuk berbicara.
Ketika penulis menuangkan ide atau gagasannya melalui tulisan, penulis sedang
mengalami proses berpikir yang kreatif, mengembangkan dan mengungkapkan
pikiran dan perasaannya tentang sesuatu yang dipikirkannya dan belum tentu atau
bahkan tidak dipikirkan oleh orang lain.
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis tidak telepas dari pembelajaran menyimak, membaca, dan
berbicara. Dalam pembelajaran tesebut keterampilan menulis merupakan hasil dari
keterampilan mendengar atau menyimak (listening skills), keterampilan berbicara
(speaking skills), dan keterampilan membaca (reading skiils) yang bersifat aktif
produktif.
30
Badudu (1992: 17) mengemukakan beberapa prinsip dalam pembelajaran menulis; 1)
menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, 2) menggunakan kata dengan
bentuk yang tepat, 3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, 4)
merangkaikan kata dalam frasa secara tepat, 5) menyusun klausa atau kalimat dengan
susunan yang tepat, 6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar
(paragraf) secara tepat dan baik, 7) menyusun wacana dari paragraph paragraf dengan
baik, 8) membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, narasi,
persuasi, argumentasi, 9) membuat surat (macam-macam surat), 10) menyadur tulisan
(pidato menjadi prosa), 11) membuat laporan (penelitian, pengalaman, dan sesuatu
yang disaksikan), 12) mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan sebaliknya,
kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung), 13) mengubah wacana (wacana
percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).
C. Pengertian Teks Narasi
Pembelajaran berbasis teks merupakan sarana untuk menyisipkan nilai-nilai positif
yang terdapat dalam materi pembelajaran, hal ini tertera dalam kurikulum 2013.
Keraf (2007: 136) mengatakan bahwa karangan narasi merupakan suatu bentuk
karangan yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai
menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu atau dapat juga
narasi disebut sebagai suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas-
jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi. Sejalan dengan hal di atas
Sudaryat (2009: 169) mengemukakan wacana narasi atau kisah dalah wacana yang
isinya memaparkan kejadian suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan maupun
31
kenyataan. Narasi mencangkup dua unsur dasar yakni narasi ekspositoris dan narasi
sugestif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi
adalah cerita. Karangan yang menceritakan, mengisahkan, dan merangkai
pengalaman manusia yang di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu
konflik yang disusun secara sistematis.
Mahsun (2013: 3) mengemukakan bahwa dari sudut pandangan teori semiotika sosial,
teks merupakan proses sosial yang berorientasi pada suatu tujuan sosial. Suatu proses
sosial memiliki ranah-ranah pemunculan bergantung pada tujuan sosial yang hendak
dicapai melalui proses sosial tersebut. Ranah-ranah yang menjadi tempat pemunculan
proses sosial disebut konteks situasi. Semetara itu, proses sosial akan berlangsung
jika terdapat sarana komunikasi yang disebut bahasa dalam konteks situasi tertentu
sesuai tujuan proses sosial yang hendak dicapai.
Proses analisis dapat dilakukan dengan teknik narasi, hal ini dikemukakan dalam
eksposisi bahwa untuk menyajikan suatu analisa proses dapat dipergunakan teknik
narasi. Narasi semacam ini dinamakan narasi ekspositoris atau narasi teknis karena
sasaran yang ingin dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang
dideskripsikan. Jadi, sasarannya sama dengan eksposisi, yaitu memperluas
pengetahuan orang. Narasi semacam ini dianggap sebagai suatu metode klasifikasi,
metode definisi, dan lain sebagainya. Selain ekspositoris, terdapat juga narasi lain
yang disebut narasi sugestif, sejajar dengan pembedaan antara deskripsi ekspositoris
dan deskripsi sugestif. Seperti halnya dengan deskripsi sugestif yang ingin mencapai
atau menciptakan sebuah kesan kepada para pembaca atau pendengar, maka narasi
32
sugestif juga ingin menciptakan kesan kepada para pembaca atau pendengar
mengenai obyek narasi. Hal itu berarti, narasi sugestif berusaha untuk memberi suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau
pendengar.
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian
atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri
peristiwa itu. Oleh karena itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah
unsur perbuatan atau tindakan (Keraf, 2007: 135). Namun, kalau narasi hanya
menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa
narasi akan sulit dibedakan dari deskripsi karena suatu peristiwa atau suatu proses
dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Sebab itu, mesti ada
unsur lain yang harus diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Pengertian narasi itu
mencakup dua unsur dasar ialah perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu
rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi
menggambarkan suatu obyek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan
yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.
Berdasarkan uraian di atas, narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang
sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah
peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan
dengan cara lain; narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan
dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi
33
berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”. Narasi dapat berisi fakta
atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang
berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi,
autobiografi, atau kisah pengalaman. Sementara itu, contoh narasi sugestif adalah
novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
1. Ciri Teks Narasi
Menurut Keraf (2007: 136) ada beberapa ciri-ciri karangan narasi antara lain sebagai
berikut.
1. Menonjolkan unsur pembuatan atau tindakan.
2. Dirangkai dalam urutan waktu.
3. Berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”.
4. Ada konflik, narasi dibangun oleh sebuah alur cerita.
2. Jenis-jenis Narasi
Berdasarkan pengertian, struktur, ciri, dan tujuan narasi, maka ada beberapa jenis
narasi hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada para pembaca agar
pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris. Namun, di samping itu ada
juga narasi yang disusun dan disajikan sekian macam, sehingga mampu menimbulkan
daya khayal para pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para
pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi
sugestif. Berikut penjelasannya.
34
a. Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca
untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, berupa
perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi
menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Sebagai sebuah
bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-
rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau
peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk
memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan
secara tertulis atau secara lisan. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus
dan dapat pula bersifat generalisasi.
Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu
proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara
berulang-ulang, dengan melaksanakan tipe itu secara berulang-ulang, maka seseorang
dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Narasi yang bersifat
khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas dan
hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang
kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu
saja.
b. Narasi Sugestif
Narasi sugestif bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam
suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam satu
35
kesatuan waktu. Namun, tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas
pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian
itu sebagai suatu pengalaman karena sasarannya adalah makna peristiwa atau
kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi). Narasi
sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga
merangsang daya khayal para pembaca.
Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit.
Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai obyek atau subyek yang
bergerak danbertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat.
Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh
dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari
waktu ke waktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai
dibaca karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu. Dengan demikian, narasi tidak
bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru
mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan
pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada di
depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental
itulah yang melibatkan simpati atau antipati mereka kepada kejadian itu sendiri.
Inilah makna yang dikatakan tadi, makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian
kejadian itu.
36
3. Struktur Teks Narasi
Teks narasi merupakan teks yang menceritakan suatu peristiwa yang dialami oleh
manusia. Mahsun (2014: 27) menjelaskan struktur berpikir yang menjadi muatan teks
narasi adalah judul, pengenalan/orientasi, masalah/komplikasi, dan pemecahan
masalah. Orientasi sering juga disebut bagian awal cerita. Ciri isi pada bagian
orientasi adalah pengenalan tokoh, latar, watak tokoh, dan pengenalan konflik awal.
Ciri isi pada bagian komplikasi yang merupakan bagian klimaks atau inti cerita ini
yaitu berisi hubungan sebab akibat sehingga muncul masalah hingga masalah itu
memuncak. Sementara itu, bagian akhir pada cerita atau resolusi memiliki ciri berisi
penyelesaian masalah dari konflik yang terjadi. Bagian ini menjawab masalah utama,
tentu saja dijawab dalam bentuk rangkaian peristiwa atau kejadian juga. Bagian
terakhir adalah simpulan dan penutup cerita.
D. Sastra Lisan
Hutomo (dalam Amir, 2013: 71), berpendapat bahwa sastra lisan adalah kesusastraan
yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan atau
diturunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Secara harfiah, sastra lisan berarti
sastra yang disampaikan secara lisan. Khusus tentang teks bahasanya, sastra lisan
diubah dalam masyarakatnya dengan ragam sastra. Ragam sastra yang digunakan
seperti ragam yang mereka kenal bersama, atau menggunakan bahasa daerah asal
sastra itu. Sejalan dengan pendapat Hutomo, Lord (dalam Amir, 2013: 71)
menyatakan bahwa sastra lisan adalah sastra yang dipelajari, disampaikan, dan
dinikmati secara lisan. Unsur utama sastra lisan adalah estetik. Sastra lisan
37
merupakan sastra yang penyebarannya melalui mulut ke mulut. Sastra lisan ada
karena terdapat suatu kolektif masyarakat pada zamannya yang terus dilestarikan,
disampaikan, dan dinikmati.
Sejalan dengan pendapat di atas, Noorhadi (2014: 23) karya sastra merupakan produk
budaya, rekaman nilai-nilai kehidupan manusia yang diwakili simbol-simbol dan
makna. Karya sastra adalah cerminan kehidupan masyarakat tempat sastra itu lahir
dan berkembang. Salah satu bentuk karya sastra dapat berupa sastra lisan. Sastra lisan
merupakan karya sastra yang dapat ditemukan dalam masyarakat. Sastra lisan
merupakan karya sastra yang beredar di masyarakat atau diwariskan secara turun-
menurun dalam bentuk lisan.
Sastra lisan merupakan salah satu bagian dari folklor. Folklor digolongkan menjadi
tiga, yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan. Cerita rakyat
masuk dalam folklor lisan karena penyebarannya dari mulut ke mulut, dan hasil dari
sebuah kolektif masyarakat. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sastra lisan merupakan sastra yang tumbuh dan berkembang secara lisan dan
turun temurun, dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Penelitian ini menggunakan
jenis sastra lisan yang berbentuk cerita rakyat dalam pengembangan bahan ajar
menulis narasi berbasis cerita rakyat Lampung. Alasan penulis menggunakan cerita
rakyat yang berasal dari daerah Lampung adalah untuk mengangkat cerita rakyat
Provinsi Lampung sebagai wujud kearifan lokal yang kini telah mengalami
pergeseran bahkan hampir tidak dikenali lagi oleh sebagian besar peserta didik.
38
E. Cerita Prosa Rakyat
Menurut William R. Bascom, cerita rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar,
yakni (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng (folktale). Menurut
Bascom, mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta
dianggap suci oleh empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk
setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang bukan seperti yang
kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Sementara itu, legenda adalah
prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, dianggap pernah
benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda
ditokohi manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat sifat luar biasa, dan
seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia
seperti yang kita kenal kini karena waktu terjadinya belum terlalu lampau.
Sebaliknya, dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi
oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat
(Bascom dalam Danandjaja, 1991).
1. Ciri Pengenal Cerita Rakyat
Dalam cerita rakyat terdapat ciri pengenal, jenis, dan juga fungsinya. Ciri pengenal
merupakan sesuatu yang dapat membedakan suatu hal dengan hal yang lainnya.
Adanya ciri pengenal maka akan mempermudah dalam mengetahui sesuatu. Cerita
rakyat merupakan salah satu bagian dari folklor yang memiliki ciri pengenal yang
dapat dijadikan sebagai pembeda dengan tradisi lainnya. Danandjaya (1991: 3-5)
mengungkapkan ciri-ciri pengenal utama folklore, dari ciri pengenal ini dapat
39
dijadikan pembeda dari kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lainnya.
Terdapat sembilan ciri pengenal cerita rakyat, yakni sebagai berikut.
a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan
melalui tutur kata dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk
standar.
c. Ada (exist) dalam varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara
penyebarannya, yaitu secara lisan sehingga dapat dengan mudah mengalami
perubahan.
d. Bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
e. Biasanya mempunyai bentuk rumus atau berpola.
f. Mempunyai kegunaan bersama dalam suatu kolektif.
g. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika
umum.
h. Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
i. Umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu
spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa folklore merupakan
proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
2. Fungsi Cerita Rakyat
Cerita rakyat mempunyai manfaat bagi masyarakat, karena di dalam cerita rakyat
mengandung nilai-nilai pendidikan maupun nilai-nilai moral yang bermanfaat. Cerita
rakyat tidak berfungsi sebagai penghibur/pelipur lara dan pengenal identitas suatu
40
negara saja, tetapi berfungsi juga sebagai alat pendidikan. Bascom (dalam
Danandjaya, 1991: 19), menyatakan bahwa pengkajian folklor lisan yang di dalamnya
termuat cerita rakyat memiliki fungsi antara lain: (a) sebagai sistem proyeksi
(projective system), maksudnya sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif,
(b) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lambang-lambang kebudayaan, (c)
sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device), dan (d) sebagai alat pemaksa dan
pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, cerita rakyat Lampung juga memiliki fungsinya
tersendiri. Seperti cerita rakyat pada umumnya, cerita rakyat Lampung juga memiliki
nilai-nilai yang dapat dijadikan cerminan bagi masyarakatnya. Nilai-nilai yang bisa
dijadikan cerminan atau pedoman bagi kehidupan masyarakat dalam cerita rakyat
Lampung, seperti nilai pendidikan dan moral.
Selain itu, cerita rakyat Lampung juga dapat dijadikan sebagai alat penghibur/pelipur
lara dan sebagai identitas masyarakat Lampung. Beberapa cerita rakyat yang berasal
dari Provinsi Lampung yang terkenal yaitu, Buaya Perompak, Si Pahit Lidah, Asal
Usul Way Linti, Asal-Usul Kotabumi, Raden Jambat, Sultan Domas yang Baik Hati,
dan Si Dayang Rindu. Salah satu cerita rakyat dari daerah Lampung tersebut akan
digunakan dalam penelitian ini untuk membantu siswa menggali ide-ide penulisan
dalam menulis narasi.
41
F. Hakikat Kearifan Lokal
1. Pengertian Kebudayaan
Menurut Wiranata (2011: 95), kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yakni
buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian,
kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Dalam bahasa latin
makna ini sama dengan colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama
menyangkut tanah. Konsep tersebut lambat laun berkembang menjadi segala upaya
serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.
Ada beberapa definisi tentang kebudayaan menurut Wiranata (2011: 95). Beberapa
definisi tentang kebudayaan, di antaranya sebagai berikut.
1. E.B. Tylor (1871)
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. R. Linton (1947)
Kebudayaan adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku,
yang unsur pembentukkannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
tertentu.
3. W.H. Kelly dan C. Kluckhohn (1952)
Kebudayaan adalah pola hidup yang tercipta dalam sejarah, yang eksplisit, implisit,
rasional, nonrasional, yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang
potensial bagi tingkah laku manusia (Wiranata, 2011: 95).
42
Secara umum budaya memiliki beberapa komponen, di antaranya dipaparkan oleh
Raka’i (2014: 163) berikut ini.
1. Bahasa
Bahasa adalah kata-kata yang terucapkan atau tertulis, sebagai alat komunikasi bagi
manusia dalam melakukan interaksi. Komunikasi non verbal, gerak-gerik, bahasa
tubuh, ekpresi wajah semua adalah satu cara mengantarkan pesan.
2. Agama
Dominasi religi dalam budaya mempunyai pengaruh yang amat besar dalam
melakukan kegiatan, sekalipun pelaku tersebut bukan fanatik dalam agama, sebagai
contoh dilingkungan muslim dalam percakapan sehari-hari muncul perkataan
“Insyaallah” yang artinya jika Tuhan menghendaki.
2. Pengertian Kearifal Lokal
Keraf (2002: 45) menyatakan bahwa kearifan lokal (tradisional) adalah semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika
yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Relevan dengan pendapat Aminudin, Wagiran (2012: 332) menjelaskan lingkup
kearifan lokal dibagi menjadi delapan, yakni 1) norma-norma lokal yang
dikembangkan, seperti, pantangan dan kewajiban, 2) ritual dan tradisi masyarakat
serta makna di baliknya, 3) lagu-lagu rakyat, legenda, mitos, dan cerita rakyat yang
biasanya mengandung pelajaran atau pesan-pesan tertentu yang hanya dikenali oleh
komunitas lokal, 4) informasi data dan pengetahuan yang terhimpun pada diri
sesepuh masyarakat, tetua adat, pemimpin spiritual, 5) manuskrip atau kitab-kitab
43
suci yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat, 6) cara-cara komunitas lokal
dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari, 7) alat-bahan yang dipergunakan untuk
kebutuhan tertentu, dan 8) kondisi sumber daya alam/ lingkungan yang biasa
dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Merujuk pada pendapat Wagiran di atas pada point ketiga, yakni penelitian yang akan
dilakukan memfokuskan kajian terhadap cerita rakyat Lampung yang mengandung
pelajaran atau pesan-pesan tertentu. Dalam kearifan lokal terkandung pula kearifan
budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah
sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta
diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.
Kearifan lokal adalah budaya luhur yang diciptakan nenek moyang lewat sebuah
pengalaman yang akhirnya menjadi sebuah pola-pola tertentu.
Menurut Aminudin (2013: 8) pengertian kearifan lokal terdiri dari dua kata, yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Lokal yang berarti setempat, sementara wisdom
berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan
atau nilai-nilai, pandangan setempat atau (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Sejalan
dengan hal tersebut, Syani (2013) menjelaskan bahwa secara etimologis, kearifan
(wisdom) berarti kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya untuk
menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi, sedangkan lokal, menunjukkan ruang
interaksi di mana peristiwa atau situasi tersebut terjadi. Dengan demikian, kearifan
lokal secara substansial merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu
44
masyarakat yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan
berperilaku sehari-hari. Dengan kata lain kearifan lokal adalah kemampuan
menyikapi dan memberdayakan potensi nilai-nilai luhur budaya setempat.
Suparman (2017: 219) mengemukakan kearifan lokal adalah sebagian bentuk dari
tradisi dan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur dan sudah diajarkan sejak lama
secara turun temurun. Semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau
wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam
kehidupan di dalam komunitas ekologis. Kearifan lokal adalah sumber pengetahuan
yang diselenggarakan dinamis, berkembang, dan diteruskan oleh produksi populasi
tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman terhadap alam dan budaya sekitanya.
Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakan pada tingkal lokal dibidang
kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan
masyarakat pedesaan.
Wagiran (2012: 333) mengatakan bahwa upaya pengembangan pendidikan kearifan
lokal tidak akan terselenggara dengan baik tanpa peran serta masyarakat secara
optimal. Keikutsertaan berbagai unsur dalam masyarakat dalam mengambil prakarsa
dan menjadi penyelenggara program pendidikan merupakan kontribusi yang sangat
berharga dan perlu mendapat perhatian serta apresiasi. Berbagai bentuk kearifan lokal
yang merupakan daya dukung bagi penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan
dalam masyarakat antara lain sebagai berikut.
1. Kearifan lokal masyarakat dalam bentuk peraturan tertulis.
2. Kearifan lokal dalam menjaga keharmonisan hubungan antar sesama manusia.
45
3. Kearifan lokal yang berkaitan dengan seni.
4. Kearifan lokal dalam sistem anjuran (tidak tertulis), tetapi disepakati dalam rapat
yang dihadiri unsur-unsur masyarakat untuk mewujudkan kecerdasan warga.
Kearifan lokal juga memiliki fungsi dan makna bagi lingkungan, di antaranya
dikemukakan oleh Aminudin (2013: 24) sebagai berikut.
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan
upacara daur hidup, konsep kanda pat rate.
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada
upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
5. Bermakna sosial, misalnya upacara integritas komunal atau kerabat.
6. Bermakna sosial, misalnya upacara daur pertanian.
7. Bermakna etika dan moral yang berwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian
roh leluhur.
8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana.
3. Kearifan Lokal Lampung
Setiap masyarakat pasti memiliki adat dan budaya. Kebudayaan diwariskan secara
turun-temurun dari generasi-kegenerasi. Kebudayaan wajib untuk dijaga dan
dilestarikan. Khalik (2003, 1) menjelaskan masyarakat asli Lampung secara garis
besar dan dari segi adat-istiadatnya terbagi dua yakni, Lampung Pepadun dan
Saibatin.
46
a. Kesenian
a. Sastra Lisan Lampung
Sujadi (2013: 111) menjelaskan sastra lisan Lampung biasanya menjadi bagian yang
penting dari khazanah budaya etnis Lampung. Beberapa sastra lisan Lampung adalah
sebagai berikut.
1. Sesikun adalah peribahasa dalam bahasa Lampung yang memiliki arti kiasan.
Fungsinya sebagai alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran, celaan, sanjungan, dan
perbandingan.
2. Seganing adalah ungkapan yang dikemukakan secara samar-samar untuk
mengasah pikiran, biasanya digunakan dalam permainan.
3. Memang adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib yang
dipercaya dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan musibah, dan sebagainya.
4. Warahan adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan; bisa
berbentuk epos, sage, fabel, legenda, dan mitos.
b. Cerita Rakyat
Provinsi Lampug memiliki banyak cerita rakyat, Sujadi (2013: 53) mengemukakan
budaya lisan merupakan pilar istimewa dari budaya Lampung. Melalui tradisi
bertutur, proses memindahkan nilai-nilai dan norma terjadi. Cerita rakyat mempunyai
nilai-nilai sosial budaya serta spiritual yang terkandung dalam budaya masyarakat
Lampung. Judul cerita rakyat Lampung misalnya, 1) Si Pahit Lidah dan Si Mata
Empat, 2) Ompung Silamponga, 3) Sultan Domas, 4) Asal Usul Sukadana, 5) Asal
Usul Danau Ranau, 6) Sumur Bandung, 7) Buaya Perompak, 8) Kisal Telu Pak,
47
9) Asal Usul Way Linti, 10) Asal Usul Kuto Bumi, 11) Sultan Domas, 12) Dayang
Rindu, 13) Hikayat Datuk Tuan Budian, 13) Dayang Rindu, dan lain-lain.
Gambar 2.4 Sampul Cerita Rakyat Lampung Sumber http://ceritarakyatnusantara.com/id/browse/17-Lampung
G. Peta Konsep Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks narasi Kearifan Lokal
Lampung Berbasis LKPD untuk Siswa Kelas VII SMP
Kompetesi
Inti
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi
Dasar
3.3 Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang
dibaca dan didengar.
4.3 Menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) yang
didengar dan dibaca.
3.4 Menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita fantasi)
yang dibaca dan didengar.
4.4 Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara
lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur dan penggunaan
bahasa.
Indikator
Bahan Ajar
1. Analisis kebutuhan bahan ajar (analisis KI-KD-Indikator).
2. Analisis sumber belajar.
3. Pemilihan dan penentuan bahan ajar.
48
Indikator
Teks Narasi
1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa
yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi
atau gabungan keduanya.
4. Berdasarkan konflik karena tanpa konflik biasanya narasi tidak
menarik.
5. Memiliki nilai estetika.
6. Menekankan susunan secara kronologis.
Indikator
Kearifan
Lokal
1. Norma-norma lokal yang dikembangkan, seperti, pantangan dan
kewajiban.
2. Ritual dan tradisi masyarakat serta makna dibaliknya.
3. Lagu-lagu rakyat, legenda, mitos, dan cerita rakyat yang
biasanya mengandung pelajaran atau pesan-pesan tertentu yang
hanya dikenali oleh komunitas lokal.
4. Informasi data dan pengetahuan yang terhimpun pada diri
sesepuh masyarakat, tetua adat, pemimpin spiritual.
5. Manuskrip atau kitab-kitab suci yang diyakini kebenarannya
oleh masyarakat.
6. Cara-cara komunitas lokal dalam memenuhi kehidupannya
sehari-hari.
7. Alat-bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan tertentu, dan.
8. Kondisi sumber daya alam/ lingkungan yang biasa
dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Indikator
LKPD
1. Melakukan analisis kurikulum; KI, KD, indikator dan materi
pembelajaran.
2. Menyusun peta kebutuhan bahan ajar.
3. Menentukan judul bahan ajar.
4. Menulis bahan ajar.
5. Menentukan alat penilaian.
H. Pendekatan dalam Pembelajaran
Pendekatan dalam pembelajaran yang didalamnya memuat perkembangan konsep
pembelajaran, model pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Hamalik (2014: 124)
menjelaskan konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi pendidikan.
Perkembangan tersebut dimulai dari pengajaran sama artinya dengan kegiiatan belajar
mengajar, pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar, sampai pada
49
pengajaran sebagai suatu sistem. Pendekatan sistem pembelajaran sesuai dengan
psikologi belajar sistematik, meliputi aspek-aspek filosofis dan proses, dengan ciri-
ciri sebagai proses pembelajaran dan menggunakan metode untuk merancang system
itu serta mengikuti pola pikir tertentu.
Berdasarkan teori belajar, ada empat model pembelajaran yakni (1) model interaksi
sosial, (2) model proses informasi, (3) model personal, dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Berdasarkan teori-teori belajar, paling tidak ada 4 strategi pembelajaran
yang pantas disajikan dan diketahui oleh guru atau calon guru, yaitu (a) pembelajaran
penerimaan (reception learning), (b) pembelajaran penemuan (discovery learning),
(c) pembelajaran penguasaan (mastery learning), (d) pembelajaran terpadu (unit
learning).
50
III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian dengan judul “Pengembangan LKPD Menulis Teks Narasi Berbasis
Kearifal Lokal Masyarakat Lampung untuk Siswa Kelas VII SMP” ini menggunakan
metode penelitian pengembangan atau Research and Development (R & D). Sugiono
(2016: 279) menjelaskan bahwa metode penelitian pengembangan atau Research and
Development (R & D) adalah metode penelitian yang digunakan untk menghasilkan
produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian dapat
digolongkan dalam jenis penelitian pengembangan karena prinsip pengembangan
adalah menghasilkan produk atau menyempurnakan produk yang sudah ada.
Bagan 3.1 Tahap Penelitian Borg & Gall
Sumber Borg dan Gall (2003: 775)
Potensi dan
masalah
Pengumpulan
data
Desain
Produk
Revisi
Produk
Revisi
Desain
Validasi
Desain
Uji coba
Pemakaian Uji coba
Produk
Revisi
Produk
Produksi
Masal
51
Prosedur dalam penelitian ini adalah mengikuti penelitian pengembangan menurut
Borg dan Gall yang terdiri atas sepuluh tahapan, tahap (1) pengumpulan informasi
dan kajian literer; (2) penyusunan desain dan model pengembangan; (3) pengumpulan
data lapangan; (4) analisis data awal; (5) penyusunan model pengembangan; (6) uji
coba lapangan; (7) workshop penyusunan model; (8) review pakar; (9)
penyempurnaan model; (10) penyusunan model. Namun, jika penelitian mengikuti
kesepuluh tahapan tersebut tentu menyulitkan bagi peneliti dari segi waktu dan
pembiayaan. Mengutip pendapat Borg and Gall “Yang terbaik adalah melakukan
proyek dengan skala kecil yang hanya melibatkan sedikit rancangan pembelajaran
yang asli, Anda perlu menghidari penggunaan media pembelajaran yang mahal
seperti film. Cara lain untuk memperkecil proyek adalah membatasi pengembangan
hanya beberapa langkah dari tahapan penelitian dan pengembangan”(Borg and
Gall, 1989: 798).
Merujuk pada dasar di atas, peneliti memodifikasi kesepuluh tahapan pengembangan
tersebut di atas menjadi tujuh tahap. Hal ini dilakukan dengan alasan disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian. Langkah-langkah hasil modifikasi tersebut dibagi
menjadi tiga tahapan utama, antara lain: 1) penelitian pendahuluan, 2) pengembangan
bahan ajar, dan 3) pengembangan produk bahan ajar. Tiga tahapan tersebut di
dalamnya terdapat tahapan-tahapan, yakni (1) studi pendahuluan; (2) membuat
rancangan dan pengembangan desain produk; (3) melalukan uji awal (penilaian
ahli/pakar); (4) melakukan revisi awal; (5) melakukan uji teman sejawat; (6)
52
melakukan melakukan revisi kedua; (7) melakukan uji coba, (8) revisi ketiga; (9) uji
coba kelas besar, dan (10) tahap pengembangan produk.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan ditiga sekolah di Kabupaten Pringsewu yaitu SMP Negeri
1 Gadingrejo, SMP Negeri 2 Gadingrejo, dan SMP Negeri 3 Gadingrejo pada Tahun
Pelajaran 2018/2019. Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober
2018 berdasarkan pertimbangan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.
C. Subjek Penelitian
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
No. Uraian Keterangan
1. Judul penelitian Pengembangan LKPD Menulis Teks Narasi
Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Lampung
untuk Siswa Kelas VII SMP
2. Uji Coba Awal
(Skala terbatas)
Diuji coba pada peserta didikKelas VII SMP
Negeri 1 Gadingrejo
3. Uji Coba Lapangan
(Skala luas)
Uji coba lapangan dilakukan pada peserta didik:
1. Kelas VII C SMP Negeri 1 Gadingrejo
2. Kelas VII A SMP Negeri 2 Gadingrejo
3. Kelas VII B SMP Negeri 3 Gadingrejo.
D. Spesifikasi Produk Pengembangan
Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa
“Pengembangan LKPD Menulis Teks Narasi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung
untuk Siswa Kelas VII SMP. Berikut ini spesifikasinya.
53
1. LKPD adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa kelas VII SMP.
2. LKPD ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas sesuai
dengan kompetensi dasar menulis teks narasi kelas VII semester ganjil.
Kompetensi dasar tersebut ialah yaitu 3.4 Menelaah struktur dan kebahasaan teks
narasi (cerita fantasi) yang dibaca dandidengar dan 4.4 Menyajikan gagasan kreatif
dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur
dan penggunaan bahasa.
3. Lembar kegiatan peserta didik ini digunakan untuk pelajaran Bahasa Indonesia
untuk siswa kelas VII semester 1 selama 3 jam pelajaran dan satu kali pertemuan.
Lembar kegiatan ini digunakan sebagai buku pendamping buku teks Bahasa
Indonesia Kurikulum 2013 edisi revisi 2017.
4. Lembar kegiatan ini disusun dengan struktur judul, petunjuk belajar, kompetensi
yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas, dan langkah kerja, serta
penilaian.
E. Langkah Penelitian Pengembangan
Peneliti mengadaptasi tahapan model penelitian dan pengembangan Borg and Gall
yang dilaksanakan dalam tujuh tahapan sehingga dihasilkan bahan ajar yang layak
untuk uji lapangan. Penelitian pengembangan ini dimulai dengan studi pendahuluan
yang merupakan bagian research (R) pertama dalam RDR. Studi pendahuluan
dilakukan untuk memperoleh informasi awal tentang kebutuhan dan kondisi lapangan
pembelajaran untuk dilakukan pengembangan bahan ajar. Hasil studi pendahuluan
54
digunakan untuk mendesain dan mengembangkan produk. Desain pengembangan
produk merupakan bagian development (D) dalam RDR.
Tahapan-tahapan hasil adaptasi Borg and Gall dikelompokkan dalam tiga tahapan
utama yaitu studi pendahuluan, pengembangan, dan evaluasi produk. Tahapan
tersebut kemudian diuraikan dalam langkah-langkah berupa 1) potensi dan masalah;
2) pengumpulan data kebutuhan LKPD; 3) pengembangan LKPD melalui
perancangan (desain) produk dan mengembangkan bentuk produk awal; 4) evaluasi
produk melalui validasi oleh ahli/pakar yang relevan; 5) revisi rancangan produk hasil
validasi; 6) uji coba produk pada teman sejawat dan uji coba kelas kecil dan revisi
produk hasil uji coba dilanjutkan dengan uji coba lebih luas dengan kelas
sesungguhnya (20 40 siswa); 7) melakukan revisi menjadi produk operasional
berupa LKPD yang siap diuji efektivitas penggunaannya.
1. Studi Pendahuluan
Penelitian dan pengembangan LKPD dimulai dengan analisis kebutuhan. Analisis
kebutuhan dilakukan berdasarkan potensi dan masalah yang ada dalam pembelajaran
menulis teks narasi dan pengumpulan data yang digunakan untuk mengembangkan
LKPD untuk siswa SMP Kelas VII di Kabupaten Pringsewu. Analisis potensi dan
masalah pembelajaran diamati berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dan wawancara
kepada guru dan siswa mengenai penggunaan LKPD saat ini dan pengembangan yang
diharapkan. Pengumpulan data pengembangan LKPD melalui review produk LKPD
yang ada dan analisis konsep materi pengembangannya. Fokus yang penting dalam
studi pendahuluan ini adalah didapatkannya deskripsi kebutuhan tentang LKPD
55
menulis teks narasi. Dasar deskripsi kebutuhan ini adalah hasil wawancara kebutuhan
tentang perlunya LKPD menulis teks narasi. Wawancara ditujukan kepada guru
bahasa Indonesia dan siswa di SMP.
Hasil observasi dan wawancara tersebut dianalisis untuk mendapatkan deskripsi yang
tepat tentang kondisi pembelajaran, LKPD, dan penggunaan pendekatan dalam
pembelajaran. Hasil analisis kebutuhan LKPD yang diperlukan, yaitu LKPD yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik SMP.
2. Perencanaan dan Pengembangan Produk
Perancangan LKPD dimulai dengan menentukan peta kebutuhan LKPD disusun
berdasarkan analisis kebutuhan materi yang harus disiapkan dalam pembelajaran.
Setelah desain struktur LKPD dan panduan penggunaan LKPD telah ditetapkan,
langkah berikutnya adalah pembuatan produk awal dalam bentuk LKPD. Revisi
rancangan awal LKPD ini ketika terdapat ketidaksesuaian rancangan dengan
kelayakan pembelajaran. Tahap validasi materi menulis teks narasi berbasis kearifan
lokal Lampung direvisi kembali sehingga layak digunakan dalam pembelajaran
berdasarkan serangkaian pengujian sebagai proses evaluasi pengembangan produk.
3. Evaluasi Produk
Evaluasi pengembangan bahan ajar ini dilakukan dalam empat tahap, yakni (1)
ujiahli/pakar yang relevan dengan bidang kajian, (2) uji teman sejawat yaitu
gurubidang studi bahasa Indonesia di SMP, (3) uji coba dalam skala terbatas
(10siswa), dan (4) uji coba dalam skala luas (1 kelas = 20 40 siswa).
56
a. Penilaian LKPD oleh Ahli/Pakar.
Pelaksanaan uji ahli/pakar dimaksudkan untuk memperoleh masukan dariahli/pakar
yang memiliki kompetensi pada bidang kajian yang relevan.Dalam konteks ini uji
ahli/pakar dilakukan kepada ahli materi/isipembelajaran dan ahli teknologi
pembelajaran. Pada tahap ini dilakukanpengujian terhadap produk yang dihasilkan
berupa validasi para ahli sebelumdigunakan pada tahap implemantasi. Hasil uji
ahli/pakar berupa komentar,kritik, saran, koreksi, dan penilaian terhadap produk
pengembangan.Penguji dilakukan dengan teknik diskusi, dan angket penilaian
produk. Hasiluji dimanfaatkan untuk merevisi desain produk hingga diperoleh
desainproduk yang layak.
b. Penilaian Teman Sejawat/Praktisi
Uji teman sejawat atau praktisi pembelajaran dilakukan untuk memperoleh masukan
dari guru-guru Bahasa Indonesia di SMP. Pengujian ini bertujuan untuk menjaring
respons guru terhadap produk yang dikembangkan. Penilaian meliputi bahasa,
kesesuaian isi, kemenarikan penyajian dan kegrafikan diukur menggunakan angket
yang diisi oleh guru. Hasil observasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif
menggunakan pendekatan kualitatif.
c. Uji Coba Dalam Skala Terbatas
Uji coba terbatas dalam kelompok kecil (10 siswa) dilakukan untuk mengetahui
respons siswa mengenai kelayakan penggunaan LKPD melalui angket uji
kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan bahan ajar. Pelaksanaan uji dilakukan
pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Gadingrejo dan dimanfaatkan untuk merevisi
rancangan produk LKPD sebelum diujikan dalam kelompok besar.
57
d. Uji Coba Produk
Uji coba kelompok besar dilakukan pada kelas pembelajaran (1 kelas = 20—40
siswa). Hasil pengujian diperoleh penilaian produk operasional berupa LKPD yang
siap digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah uji coba dilakukan dengan cara berikut ini.
a. Menyiapkan perangkat untuk uji coba (kriteria LKPD yang layak dan angket
kelayakan).
b. Menentukan responden uji coba pada tiap-tiap kelompok belajar kelas VII di SMP
yang telah ditentukan.
c. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengimplementasikan
LKPD dalam pembelajaran.
d. Menginformasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang
harus dilakukan oleh responden.
e. Melakukan uji coba kegiatan pembelajaran materi menulis teks narasi mengunakan
LKPD yang dihasilkan sebagai materi ajarnya.
f. Mengumpulkan data hasil uji coba lembar angket penilaian.
g. Mengolah data dan menyimpulkan hasilnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
LKPD menulis teks narasi untuk siswa SMP. Dokumentasi dilakukan di kelas di
58
beberapa SMP, perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKPD, media, evaluasi,
serta kondisi guru dan siswa dalam pembelajaran.
2. Observasi
Teknik observasi lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi kegiatan guru sebelum
dan setelah menerapkan LKPD saat pembelajaran.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengetahui secara langsung
kondisi pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan kebutuhan penggunaan LKPD
menulis teks narasi yang dilengkapi dengan pengayaan nilai-nilai kearifan lokal
Lampung.
4. Angket
Pemberian angket ditujukan kepada ahli/pakar yang memiliki kompetensi pada
bidang kajian yang relevan, guru-guru pelajaran Bahasa Indonesia SMP dan siswa
kelas VII yang menerima materi menulis teks narasi (cerita fantasi). Tujuan
penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang
kelayakan LKPD yang dikembangkan dan daya tarik penggunaannya sehingga
diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar.
G. Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
diteliti. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut.
59
1. Lembar wawancara kebutuhan guru dan siswa, untuk mengetahui LKPD yang
dibutuhkan dalam pembelajaran termasuk pengayaan kearifan lokal masyarakat
Lampung.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Wawancara Guru terhadap Kebutuhan LKPD
No. Aspek Pertanyaan
1. Ketersediaan LKPD
Apakah Bapak/Ibu menggunakan LKPD sebagai
panduan siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis
teks narasi?
Jika ada, apakah LKPD tersebut Anda buat sendiri?
Jika tidak ada, apa panduan pembelajaran menulis
teks narasi yang biasa digunakan?
2. Kesesuaian dengan
standar kompetensi
pembelajaran
Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang
digunakan sudah sesuai dengan KI dan KD
pembelajaran menulis teks narasi?
3. Penyajian
Apakah LKPD yang digunakan memudahkan
Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan belajar siswa
yaitu mampu menulis teks narasi?
Apakah LKPD memberikan panduan langkah-
langkah menulis teks narasi secara kontekstual?
Apakah Bapak/Ibu mengalami kendala selama
memberikan materi menulis teks narasi
menggunakan panduan yang ada?
Jika ada, kendala apa yang mendasari kesulitan
mengajarkan siswa untuk menulis teks narasi?
4. Pengayaan materi Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang
digunakan memberikan pengayaan materi?
Jika ada, pengayaan seperti apa yang disajikan dalam
materi menulis teks narasi?
Apakah Bapak/Ibu membutuhkan panduan kegiatan
dalam bentuk LKPD untuk membantu
membelajarkan materi menulis teks narasi pada
siswa?
5. Penambahan unsur
kearifan lokal
Apakah Bapak/Ibu setuju jika dikembangkan LKPD
yang dilengkapi dengan pengayaan kearifan lokal
sebagai bahan ajar untuk materi menulis teks narasi?
60
Selain pada guru, wawancara juga dilakukan pada siswa untuk mengetahui kebutuhan
bahan ajar sebagai panduan pembelajaran menyusun teks narasi.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Wawancara Siswa Terhadap Kebutuhan LKPD
No. Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban
1. Ketersediaan LKPD Apakah siswa menggunakan LKPD sebagai panduan
kegiatan pembelajaran menulis teks narasi?
Jika tidak ada, apa panduan pembelajaran menulis
teks narasi yang biasa digunakan?
2. Kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran
Apakah panduan kegiatan belajar sesuai dengan
tujuan pembelajaran menulis teks narasi?
Jika tidak sesuai, apa kekurangan panduan kegiatan
tersebut yang masih harus diperbaiki atau
dilengkapi?
3. Penyajian Apakah LKPD yang digunakan memudahkan siswa
mencapai tujuan belajar siswa yaitu mampu menulis
teks narasi?
Apakah LKPD memberikan panduan langkah-
langkah menulis teks narasi melalui contoh nyata?
Jika ya, apakah LKPD memberikan contoh nyata
yang kontekstual berdasarkan permasalahan di
sekitar kita?
Apakah siswa mengalami kendala memahami materi
menulis teks narasi menggunakan panduan yang
ada?
Jika ada, kendala apa yang mendasari kesulitan
mengajarkan siswa untuk menulis teks narasi
Apakah siswa membutuhkan panduan kegiatan
dalam bentuk bahan ajar untuk membantu
mempelajari materi menulis teks narasi?
4. Pemahaman siswa
tentang kearifan lokal
Apa yang siswa ketahui tentang kearifan lokal?
Apa saja contoh kearifan lokal yang diketahui?
5. Penambahanan unsur
kearifan lokal sebagai
pengayaan materi
Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang
digunakan memberikan pengayaan materi?
Jika ada, pengayaan seperti apa yang disajikan
dalam materi menulis teks narasi ini?
Jika tidak ada, pengayaan seperti apa yang
diinginkan dalam materi menulis teks narasi?
Apakah perlu dikembangkan LKPD dengan
pengayaan materi kearifan lokal sebagai bahan ajar
untuk materi menulis teks narasi?
61
2. Instrumen yang penelitian digunakan untuk menilai kelayakan LKPD menulis teks
narasi berbasis kearifan lokal masyarakat Lampung berbentuk kuesioner/angket.
Penelitian ini menggunakan angket berbentuk Skala Likert untuk mengetahui
penilaian ahli materi, ahli media, praktisi, guru, dan siswa terhadap kelayakan
LKPD menulis teks narasi. Angket berbentuk Skala Likert menggunakan 5 dan 4
kategori penilaian. Skala Likert untuk penilaian guru menggunakan 5 kategori.
Sedangkan untuk ahli dan siswa menggunkan Skala Likert dengan 4 kategori.
Lembar angket yang diberikan kepada ahli materi dan guru berbeda dengan lembar
angket yang diberikan kepada siswa.
Perbedaan terletak pada butir penilaiannya saja. Penilaian dilakukan terhadap 4
aspek kreteria, yaitu aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan.
Aspek kriteria kelayakan LKPD menulis menulis teks narasi berbasis kearifan
lokal masyarakat Lampung ini menggunakan penilaian kelayakan LKPD yang
dikembangkan berdasarkan panduan pengembangan bahan ajar Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2008 (Depdiknas, 2008:29).
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2015: 135), penelitian ini
menggunakan bentuk Checklist (Ѵ) pada kolom yang tersedia. Berikut ini bentuk
koesioner yang digunakan untuk ahli, guru, dan siswa.
62
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Nama Instrumen : instrumen penilaian bahan ajar menulis teks narasi berbasis
kearifan lokal Lampung.
Bentuk instrument : lembar observaasi
NO.
ASPEK
DESKRIPSI
NO. BUTIR
INSTRUMEN
1. Kelayakan isi a. Kesesuaian dengan KI dan KD.
b. Kesesuaian dengan kebutuhan siswa.
c. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan
ajar.
d. Kebenaran substansi materi.
e. Menfaat untuk penambahan wawasan
pengetahuan.
f. Kesesuaian dengan nilai-nilai
moralitas/sosial
1
2
3
4
5
6
2. Kebahasaan a. Keterbacaan.
b. Kejelasan informasi.
c. Kesesuaian dengan kaidah bahasa
Indonesia.
d. Penggunaan bahasa secara efektif dan
efisien.
7
8
9
10
3. Sajian a. Kejelasan tujuan.
b. Urutan penyajian.
c. Pemberian motivasi.
d. Interaktivitas (stimulus dan respon).
e. Kelengkapan informasi.
11
12
13
14
15
4. Kegrafisan a. Penggunaan huruf (jenis dan ukuran).
b. Tata letak.
c. Ilustrasi, grafis, gambar, dan foto.
d. Desain tampilan.
16
17
18
19
(Sumber: Depdiknas, 2008: 29)
3. Penilaian dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang paling
sesuai berdasarkan kriteria Jika sangat relevan, maka kolom “ SR” diberi tanda
(√) skor 4, jika relevan, maka kolom ”R” diberi tanda (√) skor 3, jika cukup
63
relevan, maka kolom ”CR” diberi tanda (√) skor 2, Jika kurang relevan, maka
kolom “KR” diberi tanda (√), skor 1. Selain penilaian, validator ahli/ pakar juga
memberikan saran perbaikan LKPD sehingga layak digunakan.
Tabel 3.5 Instrumen Evaluasi Formatif Pengembangan LKPD Menulis Teks
Narasi Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Lampung
No.
Aspek Penilaian
Validasi Saran
SR
(4)
R
(3)
CR
(2)
KR
(1)
KELAYAKAN ISI
1. Kesesuaian LKPD dengan
Kompetensi Inti
2. Kesesuaian LKPD dengan
Kompetensi Dasar
3. Kesesuaian LKPD dengan
Indikator
4. Kebenaran konsep materi
dalam LKPD
5. Kesesuaian kegiatan
pembelajaran
6. Kesesuaian manfaat untuk
penambahan wawasan
pengetahuan
7. Kesesuaian dengan kebutuhan
LKPD
8. Kegiatan dalam bahan ajar
terkait sikap sosial
9. Kegiatan terkait pengetahuan
10. Kegiatan terkait keterampilan
KEBAHASAAN
11. Keterbacaan tulisan
12. Kelaziman istilah yang
digunakan
13. Kelaziman lambang yang
digunakan
14. Kejelasan tujuan pembelajaran
15. Kesesuaian dengan kaidah
Bahasa Indonesia
16. Penggunaan bahasa yang tidak
menimbulkan penafsiran ganda
64
No.
Aspek Penilaian
Validasi Saran
SR
(4)
R
(3)
CR
(2)
KR
(1)
KELAYAKAN ISI
17. Kejelasan cara penggunaan
LKPD
SAJIAN
18. Keruntutan materi dan konsep
19. Keruntutan tingkat kesulitan
materi dan kemampuan siswa
20. Ketepatan pemberian
fenomena sehari-hari pada
siswa
21. Kelengkapan materi yang
disajikan
22. Interaktifitas belajar siswa
dengan LKPD ini
23. Komunikatifitas belajar siswa
dengan LKPD ini
KEGRAFIKAN
24. Ketepatan tata letak
25. Ketepatan ilustrasi, gambar,
tabel dan foto
26. Kejelasan ilustrasi
27. Ketepatan memilih ukuran
huruf
28. Kemenarikan tampilan ajar
29. Kesesuaian desain
tampilan/karakter/simbol /logo
Kesimpulan: Lembar Kegiatan Peserta Didik ini dinyatakan
1. Layak untuk diproduksi tanpa revisi
2. Layak untuk diproduksi setelah revisi sesuai saran
Sumber: Laras (2017: 57-58)
4. Angket penilaian teman sejawat/ praktisi untuk menilai kelayakan penggunaan
LKPD dalam pembelajaran. Penilaian oleh teman sejawat/praktisi yaitu guru
Bahasa Indonesia yang dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom
yang paling sesuai. Jika sangat relevan, maka kolom “ SR” diberi tanda (√) skor 4,
65
jika relevan, maka kolom ”R” diberi tanda (√) skor 3, jika cukup relevan, maka
kolom ”CR” diberi tanda (√) skor 2, Jika kurang relevan, maka kolom “KR” diberi
tanda (√), skor 1. Selain penilaian, guru sebagai pengguna LKPD juga memberikan
saran perbaikan sehingga LKPD yang dikembangkan layak untuk digunakan.
Tabel 3.6 Instrumen Penilaian Teman Sejawat/ Praktisi untuk Uji Coba LKPD
No. Komponen Alternatif Penilaian Deskripsi/
Saran
Validator
SR
(4)
R
(3)
CR
(2)
KR
(1)
1. KELAYAKAN ISI
a. Kesesuaian dengan KI, KD
b. Kesesuaian dengan kebutuhan
siswa
c. Kesesuaian dengan kebutuhan
bahan ajar
d. Kebenaran substansi materi
e. Manfaat untuk penambahan
wawasan pengetahuan
f. Kesesuaian dengan nilai-nilai,
moralitas, sosial
2. KEBAHASAAN
a. Keterbacaan
b. Kejelasan informasi
c. Kesesuaian dengan kaidah
Bahasa Indonesia
d. Penggunaan bahasa secara
efektif dan efisien
3. SAJIAN
a. Kejelasan tujuan
b. Urutan penyajian
c. Pemberian motivasi
d. Interaktivitas (stimulus dan
respond)
e. Kelengkapan informasi
66
No. Komponen Alternatif Penilaian Deskripsi/
Saran
Validator
SR
(4)
R
(3)
CR
(2)
KR
(1)
4. KEGRAFISAN
a. Penggunaan font (jenis dan
ukuran)
b. Lay out, tata letak
c. Ilustrasi, grafis, gambar, foto
d. Desain tampilan
Sumber: Laras (2017: 58-59)
5. Angket uji coba produk LKPD sebagai bahan ajar dalam mengidentifikasi unsur-
unsur narasi untuk memahami materi menulis teks narasi yang diberikan kepada
siswa. Angket diberikan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap LKPD yang
telah dihasilkan melalui dua tahap, yaitu uji kelas kecil dan uji kelas besar atau
kelas pembelajaran sebenarnya. Tanggapan siswa pada kelas kecil menjadi
masukan perbaikan sebelum diujicobakan pada kelas pembelajaran. Jika sangat
relevan, maka kolom “ SR” diberi tanda (√) skor 4, jika relevan, maka kolom ”R”
diberi tanda (√) skor 3, jika cukup relevan, maka kolom ”CR” diberi tanda (√) skor
2, Jika kurang relevan, maka kolom “KR” diberi tanda (√), skor 1.
Tabel 3.7 Instrumen Uji Coba LKPD kepada Siswa sebagai Pengguna
No.
Komponen Alternatif Penilaian Deskripsi/
Saran Penilai SR
(4)
R
(3)
CR
(2)
KR
(1)
1. ASPEK KELAYAKAN ISI
a. Materi yang disajikan dalam
buku ini jelas
b. Materi dalam buku ini mudah
dipahami
67
No.
Komponen Alternatif Penilaian Deskripsi/
Saran Penilai SR
(4)
R
(3)
CR
(2)
KR
(1)
c. Meteri yang disajikan dalam
buku ini runtut
d. Kesesuaian materi yang
disajikan dengan nilai, moral,
sosial dalam kehidupan
2. ASPEK KETERBACAAN
BAHASA
a. Kalimat dan paragraf yang
digunakan jelas dan tidak
menimbulkan makna ganda
b. Kalimat dan paragraf yang
digunakan pada meteri ajar ini
mudah dipahami
c. Bahasa yang digunakan dalam
materi ajar ini komunikatif
3. PENYAJIAN MATERI
a. Penyajian materi dalam buku ini
menimbulkan suasana
menyenangkan
b. Penyajian materi memberikan
kesempatan melaksanakan tugas
secara mandiri
c. Penyajian materi ajar ini dapat
menuntun siswa berpikir kritis
d. Penyajian materi ajar ini dapat
menuntun siswa berpikir kreatif
e. Penyajian materi ajar ini dapat
menuntun siswa berpikir
inovatif
f. Penyajian materi ajar ini dapat
menuntun siswa menggali
informasi
g. Penyajian materi ajar ini dapat
menuntun siswa untuk dapat
mengambil keputusan
h. Penyajian dapat menuntun siswa
untuk berkomunikasi yang baik
dengan siswa
68
No.
Komponen Alternatif Penilaian Deskripsi/
Saran Penilai SR
(4)
R
(3)
CR
(2)
KR
(1)
i. Penyajian contoh untuk
memperjelas pemahaman siswa
j. Penyajian bagan dan gambar
untuk mempermudah
pemahaman siswa terhadap
materi
k. Penyajian latihan soal
mempermudah siswa dalam
mengerjakan
l. Buku ini memuat tes latihan dan
evaluasi yang dapat menguji
seberapa jauh pemahaman saya
tentang materi menulis teks
eksplanasi
4. GRAFIS
a. Letak gambar seimbang antara
teks dengan gambar
b. Ukuran, bentuk, dan warna
gambar menarik siswa dalam
membaca dan belajar karya
sastra
c. Jenis dan ukuran huruf mudah
dibaca
d. Sampul buku memberi
kemenarikan siswa
Sumber: Laras (2017: 59-60)
H. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Analisis data yang dilakukan adalah menelaah lembar validitas untuk uji ahli, lembar
angket siswa, dan lembar angket guru.
a. Analisis lembar angket Ahli Materi, Ahli Media, reviewer (Guru Indonesia) diubah
dari bentuk kualitatif menjadi kuantitatif.
69
b. Setelah data terkumpul, kemudian dihitung skor rata-rata setiap aspek kriteria yang
dinilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2010:109).
keterangan:
X = skor rata-rata
n = jumlah penilaian
ΣX =jumlah skor
c. Setelah menghitung skor rata-rata seluruh kriteria penilaian, kemudian diubah ke
dalam hasil persentase/proporsi. Skor persentase diperoleh dengan cara
menghitung rata-rata jawaban berdasarkan instrumen penilaian menurut 1 ahli
materi, 1 ahli media, 3 guru Bahasa Indonesia dan siswa SMP kelas VII. Rumus
menghitung persentase kelayakan bahan ajar sebagai berikut.
Skor dari penghitungan tersebut akan menunjukkan tingkat kelayakan dari penelitian
yaitu berupa “LKPD menulis teks narasi berbasis kearifan lokal masyarakat
Lampung” dari ahli media, ahli materi, guru dan siswa dari 3 sekolah yaitu kelas VII
SMP Negeri 1 Gadingrej, SMP Negeri 2 Gadingrejo, dan SMP Negeri 3 Gadingrejo.
Hasil persentase skor tersebut kemudian diubah kedalam data kualitatif dengan
menggunakan interpretasi skor menurut Riduwan & Sunarto (2009: 23) yang telah
dimodifikasi.
ΣX
X =
n
Jumlah skor
Persentase =
Skor maksimal x 100 %
70
Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Kelayakan
No. Rentang Skor Kriteria
1. 21%— 40% Kurang relevan
2. 41%— 60% Cukup relevan
3. 61%— 80% Relevan
4. 81%— 100% Sangat relevan
(Sumber: Riduwan & Sunarto, 2009:23)
d. Tahapan yang terakhir setelah menghitung presentase kelayakan LKPD yakni
menghitung efektivitas dengan menghitung rata-rata pretes, postes, dan N-gain.
Skor gain yaitu perbandingan gain aktual dengan gain maksimum. Gain aktual
yaitu selisih skor posttest terhadap skor pretest. Rumus N-gain adalah sebagai
berikut:
Kriteria interpretasi N-gain yang dikemukakan oleh Meltzer (2002) seperti pada
Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Kriteria Interpretasi N-gain
Rata-rata Gain Ternormalisasi Kriteria Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤0,3 Rendah
Kriteria keefektifan LKPD, jika tingkat pencapaian N-gain minimal kategori sedang.
111
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang telah diuraikan mengenai pengembangan LKPD
Menulis Narasi Cerita Rakyat Lampung, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Tahap pengembangan LKPD ini dimulai dari tahap perencanaan yang dilakukan
berdasarkan analisis tujuan pembelajaran, sumber belajar, dan penetapan bahan
ajar. Pengembangan LKPD lebih dikhususkan untuk materi menulis narasi
dengan ditambahkan cerita rakyat Lampung pada pembelajaran menulis.
Penambahan cerita masyarakat Lampung pada materi LKPD dimaksudkan agar
dapat membantu siswa dalam menemukan ide cerita berdasarkan cerita
masyarakat Lampung yang telah mereka baca sebelumnya serta dapat menambah
pengetahuan siswa pada cerita rakyat yang ada di daerahnya.
2. Kelayakan bahan ajar berupa LKPD Menulis Narasi Cerita Rakyat Lampung yang
telah dikembangkan memenuhi kriteria “sangat relevan”. Penilaian tersebut
berdasarkan penilaian satu ahli materi, satu ahli media, satu praktisi, tiga guru
bahasa Indonesia, dan siswa kelas VII SMP dari masing-masing sekolah yang
dijadikan objek uji coba. Berikut ini persentase kelayakan dan keefektifan produk.
a. Penilain ahli materi berdasarkan keseluruhan aspek yang dinilai, LKPD
Menulis Narasi Cerita Rakyat Lampung memperoleh skor akhir dengan
112
persentase 94,85 dinyatakan “sangat relevan” berdasarkan tabel tingkat
kelayakan Riduwan dan Sunarto (2009: 23). Ahli materi menyatakan LKPD
Menulis Narasi Cerita Rakyat Lampung layak diuji coba dan digunakan
dengan saran dan revisi.
b. Penilaian ahli media dari keseluruhan aspek yang dinilai, LKPD Menulis
Narasi Cerita Rakyat Lampung memperoleh skor akhir dengan persentase 91,6
dinyatakan ke dalam kategori “sangat relevan” berdasarkan tabel tingkat
kelayakan Riduwan dan Sunarto (2009: 23). Ahli media juga menyatakan
LKPD Menulis Narasi Cerita Rakyat Lampung layak diuji coba dan digunakan
dengan saran dan revisi.
c. Penilaian Praktisi dari seluruh aspek yang dinila, LKPD Menulis Narasi Cerita
Rakyat Lampung memperoleh skor akhir 95,1 dinyatakan “sangat relevan”
berdasarkan tabel tingkat kelayakan Riduwan dan Sunarto (2009: 23) dan dapat
diuji cobakan dan digunakan berdasarkan saran dan revisi.
d. Penilaian tiga guru bahasa Indonesia dari masing-masing sekolah menyatakan
LKPD Menulis Narasi Cerita Rakyat Lampung ini “sangat relevan” untuk
digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi (cerita fantasi).
3. Berdasarkan perhitungan hasil pretest, posttest, dan N-gain, LKPD Menulis
Narasi Cerita Rakyat Lampung dinyatakan efektif meningkatkan kemampuan
menulis teks narasi (cerita fantasi). Dengan demikian, produk bahan ajar berupa
LKPD Menulis Narasi Cerita Rakyat Lampung efektif digunakan dalam
pembelajaran.
113
B. Saran
Saran dalam penelitian ini yakni sebagai berikut.
1. Bagi guru dan siswa, LKPD diharapkan dapat menambah wawasan, pelengkap
buku teks, dan tambahan referensi dalam pembelajaran, berbasis kearifan lokal
Masyarakat Lampung dimaksudkan agar siswa semakin kreatif dalam
pembelajaran menulis narasi.
2. Bagi peneliti lain, perlu dikembangkan lebih lanjut penelitian pengembangan
LKPD dalam menulis narasi berbasis kearifan lokal Lampung dengan cerita yang
berbeda, agar materi lebih menarik siswa dalam proses pembelajaran.
3. LKPD ini diharapkan memberikan sebuah pandangan bahwa dalam pembuatan
bahan ajar sebaiknya memperhatikan kondisi geografis setiap wilayah yang akan
menggunakannya, sehingga siswa juga memiliki pengalaman yang tidak jauh
berbeda dengan realita dan materi dalam LKPD tersebut.
114
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Aminudin. 2013. Menjaga Lingkungan Hidup dengan Kearifan Lokal. Bandung: CV
Titian Ilmu.
Amir, Andriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi.
Badudu, J. S. 1992. Mahir Berbahasa Indonesia Petunjuk Guru Bahasa Indonesia
SMP. Semarang: Thoha Putra.
Borg dan Gall. 2003. Educational Research an Introduction,Seventh Editions.
University of Oregon. United State of America.
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Daryanto dan Aris Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
(Silabus, RPP, PHB, Bahan ajar). Yogyakatra: Gava Media.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjendikdasmen.
Dick, W. dan Carey, L. 2005. The Systematic Design of Instruction: Third
Edition.USA: Harper Collins Publishers.
Hamalik, Oemar. 2014. Kuriklum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Johariyah. 2015. Pengembangan Bahan ajar Berorientasi pada Pendekatan Saintifik
dalam Pembelajaran Menulis Narasi untuk Siswa Sekolah Dasar.(Jurnal).
Jawa Tengah: Metafora Volume 2 No.1.
Kastri, Evi Maha. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Pidato Bertema Nilai-
Nilai Kearifan Lokal Lampung untuk Siswa Kelas X SMA/MA. (Tesis).
Bandar Lampung: Universitas Lampung.
115
Katriani, Laila. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Khalik, Abu Tholib. 2003. Begawi Cakak Pepadun dalam Adat Istiadat Migou Pak
Tulangbawang Lampung. Bandar Lampung: Proyek Peningkatan Perguruan
Tinggi Agama IAIN Radin Intan.
Keraf, Gorys. 2002. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
.2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Panduan Membuat Bahan ajar Buku Teks
Pelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.
Laras, Klara Ken. 2018. Pengembangan LKPD Menulis Teks Eksplanasi Berbasis
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad untuk Siswa SMP Kelas VIII.
(Tesis). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulm 2013. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Meltzer, D. E. (2005). Relation between students’ problem-solving performance and
representational format. American Journal of Physics, 73(5), 463-478.
Noorhadi, dkk. 2014. Struktur dan Fungsi Sastra Lisan Deder Kalimantan Tengah.
Kalimantan: Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah.
Nugroho, Agung. 2013. Pengembangan Model Bahan Ajar Sastra Berbasis Cerita
Rakyat Musi Rawas pada Siswa Kelas V SD Negeri Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Musi Rawas. (Tesis). Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Peraturan Pemerintah Daerah Lampung Nomor 2 Tahun 2008. Pemeliharaan
Kebudayaan Lampung. Lampung.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 39 Tahun 2014. Mata Pelajaran Bahasa dan
Aksara Lampung sebagai Muatan Lokal Wajib pada Jenjang Satuan
Pendidikan Dasardan Menengah. Lampung.
Pertiwi, Deby Oktaviani. 2016. Pengembangan Buku Pengayaan Menyusun Teks
Narasi Berbasis Kearifan Lokal untuk Peserta Didik Sekolah Menengah
Pertama (SMP). (Skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
116
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Raka’I, Nasrun. 2014. Kemampuan menguasai Bahasa dan Budaya Lokal Jaminan
Sukses Seorang Pemimpin.Seminar Bahasa dan Lokakarya Lembaga Adat.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Riduwan dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistika. Bandung: ALFABETA.
Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa
dalam Masyarakat Multikultural.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Prinsip-prinsip Semantik dan
Pragmatik. Bandung: Yrama Widya.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Sugiarto, Eko. 2017. Kitab Puebi (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and
Development). Bandung: Alfabeta.
Sujadi, Firman. 2013. Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Cita Insan Madani.
Suparman, Ujang. 2017. Eksistensi Kearifan Lokal sebagai Perekat Budaya dan
Bangsa. Prosiding. Kegiatan Ilmiah Tingkat Nasional kearifan Lokal dalam
Dinamika Masyarakat Multikultural. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada masyarakat Universitas Lampung.
Syahputra, Ridwan. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Eksposisi
Berbasis Teks Kearifan Lokal di SMA.(Tesis). Medan: Universitas Negeri
Medan.
Syani, Abdul. 2013. Menumbuhkan Kembali Nasionalisme Melalui Nilai-nilai
Kearifan Lokal. Lampung : http://staff. unila. ac. id/abdulsyani/2013. Diakses
tanggal 23 Agustus 2018.
117
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Angkasa.
. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa Bandung.
Wagiran. 2012. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu
Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-nilai Karakter Berbasis Budaya). Jurnal
Pendidikan Karakter. Tahun II, Nomor 3.
Wiranata, I Gede A.B. 2011. Antropologi Budaya. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran disesuaikan dengan
Kurikulum 2013. Jakarta: Prenada Media Group.