PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI ELASTISITASDAN HUKUM HOOKE BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
(Tesis)
Oleh:
SITI INDASYAH
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKAPASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI ELASTISITASDAN HUKUM HOOKE BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
Oleh
Siti Indasyah
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengembangkan LKS materiElastisitas dan Hukum Hooke berbasis inkuiri terbimbing untuk siswa kelas XIIPA. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan tingkat kemenarikan,kemudahan, kemanfaatan, dan keefektifan LKS berbasis inkuiri terbimbing diSMA Negeri 5 Bandar Lampung, kelas XI IPA 1 dengan jumlah 36 siswa sebagaikelas eksperimen dan XI IPA 2 dengan 35 siswa sebagai kelas kontrol. Penelitianini menggunakan desain penelitian dan pengembangan (R&D). Peneliti hanyamenggunakan delapan prosedur pengembangan saja yang dilaksanakan penelitiyaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain,revisi desain, uji coba produk, revisi produk. Produk akhir yang dihasilkan adalah89% menarik, 90% sangat mudah, dan 88% bermanfaat dengan adanyapeningkatan hasil belajar siswa. Hasil uji efektifitas menunjukan bahwa, LKSyang dikembangkan sebagai media pembelajaran mempunyai nilai N-gain dengankategori sedang, dan dapat disimpulkan efektif dengan kriteria KetuntasanMinimal (KKM) kelas XI IPA yang telah ditetapkan adalah 78.
Kata kunci: penelitian pengembangan, lembar kerja siswa, inkuiri terbimbing.
iii
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF STUDENT WORK SHEETELASTICITY MATERIAL AND HOOKE LAW
BASED INKUIRI LIMITED
By
Siti Indasyah
This development research aims to developguided inquiry-based elasticitymaterial worksheetfor the students of XI IPA class. This research was conductedto describe the attractiveness, convenience, benefit, and effectiveness levels ofguided inquiry-basedstudent worksheet at Senior High School 5Bandar Lampungwith XI IPA 1 class with a total of 36 studentsas experimental group and XI IPA2 class with a total of 35 studentsas control group. This research used research anddevelopment (R&D) design. The researchers only used eight developmentprocedures which was conducted by researchers, namelypotential and problem,data collection, product design, design validation, design revision, product trial,and product revision.The final product produced was 89% interesting, 90% veryeasy, and 88% beneficial with the improvement of student learning outcomes. Theresult of effectiveness test showed that student worksheet developed as learningmedia had a value of N-gain with moderate category and can be concluded‘effective’ with Criteria of Minimal Completeness (KKM) of XI IPA class atSenior High School 5 Bandar Lampung that has been determined, namely 78.
Keywords: development research, student worksheet, guided inquiry.
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI ELASTISITASDAN HUKUM HOOKE BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
Oleh
SITI INDASYAH
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKAPASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 15 Mei 1973, sebagai
anak kedua dari dua bersaudara atas pasangan Bapak Kasidin dan Ibu Supiyati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim
pada tahun 1985. Pada tahun 1988, penulis menyelesaikan pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri Sukarame Bandar Lampung, dan pada tahun 1991
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 5 Tanjung Karang Bandar
Lampung.
Melalui jalur seleksi Sipenmaru Universitas Lampung tahun 1992, penulis di-
terima sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan
Fisika. Pada tahun 2014 Penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Program Studi Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung.
Tahun 2003 penulis diterima sebagai Guru Bantu kota Bandar Lampung tepatnya
di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, dan tahun 2005 penulis menjadi CPNSD pada
SMA Negeri 5 Bandar Lampung hingga saat ini.
ix
MOTTO
“Menjadi sempurna memang sulit, namun menjadi lebih baik bisa dilakukan”.
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah
selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain), dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”.
(Q.S Al- Insyirah 6-8)
x
PERSEMBAHAN
Tesis ini merupakan karya yang penuh perjuangan, ketekunan dan kesabaran, doa,
dan dukungan cinta kasih dan sayang. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah
kepada Allah SWT serta shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW, tesis ini
saya persembahkan untuk pihak-pihak di bawah ini.
1. Ibuku Supiyati dan ibu mertuaku Misiah.
2. Suamiku tercinta Bibit yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan
penuh kesabaran dalam menanti keberhasilanku.
3. Anak-anakku tersayang Muhammad Amir Fakhruddin dan Zhafira Khoirunisa
yang memberikan kekuatan dalam perjuanganku.
4. Para pendidik yang penulis hormati, yang telah mencurahkan ilmunya dengan
penuh kesabaran.
5. Keluarga besar SMA Negeri 5 Bandar Lampung.
6. Teman-teman seperjuangan Magister Pendidikan Fisika angkatan 2014,
terima kasih atas dukungan do’a, persahabatan dan kekeluargaan yang selama
ini sudah terjalin.
xi
SANWACANA
Bissmillahirohmannirohim ...
Segala Puji kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tesis ini yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Materi Elastisitas dan
Hukum Hooke Berbasis Inkuiri Terbimbing”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Pasca sarjana
Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Fisika sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan
masukan dan mengarahkan dalam penulisan tesis kepada penulis.
4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan, memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis demi terselesaikannya tesis ini.
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Uji Ahli Materi dan Penguji I yang
telah memberikan masukan dan sarannya.
xii
6. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Penguji II yang telah memberikan
masukan dan sarannya.
7. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku evaluator uji ahli yang telah bersedia
meluangkan waktunya dan memberi masukan dan saran-saran kepada
penulis.
8. Bapak dan Ibu dosen Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dalam pembelajaran di
Pascasarjana Universitas Lampung.
9. Kepala SMAN 5 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian.
10. Rekan-rekan guru, serta siswa-siswi yang penulis banggakan di SMAN 5
Bandar Lampung.
11. Bu Zulimah sahabatku yang memberi semangat, motivasi, dan kebersamaan
selama menempuh Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung.
12. Teman-teman Magister Pendidikan Fisika angkatan I (pertama) tahun 2014.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan tesis ini.
Semoga Allah SWT membalas dengan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan dan semoga tesis ini
bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis,
Siti Indasyah
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6C. Tujuan Pengembangan .................................................................. 6D. Manfaat Pengembangan ................................................................ 6E. Ruang Lingkup Pengembangan .................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran Fisika ................................................... 8B. Penelitian dan Pengembangan....................................................... 10C. Lembar Kerja Siswa (LKS)........................................................... 13D. Inkuiri Terbimbing ........................................................................ 20E. Pendekatan Saintifik...................................................................... 24F. Materi Elastisitas .......................................................................... 29G. Penelitian yang Relevan ................................................................ 34H. Kerangka Pikir............................................................................... 39I. Hipotesis Penelitian....................................................................... 41
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian........................................................................... 42B. Subjek Evaluasi Pengembangan Produk ....................................... 42C. Prosedur Pengembangan ............................................................... 43D. Uji Coba Produk............................................................................ 48E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 49F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 50G. Hipotesis Statistik.......................................................................... 54
xiv
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 55
1. Hasil Potensi dan Masalah ....................................................... 552. Hasil Pengumpulan Data.......................................................... 563. Desain Produk .......................................................................... 564. Hasil Validasi Desain ............................................................... 595. Revisi Desain............................................................................ 596. Uji Coba Produk....................................................................... 617. Revisi Produk ......................................................................... 648. Uji Coba Pemakaian................................................................. 64
B. Pembahasan................................................................................... 75
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 88
LAMPIRAN ............................................................................................ 92
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Syarat- Syarat Lembar Kerja Siswa Yang Baik................................... 162. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing............... 243. Tabel Pendekatan saintifik Deskripsi................................................... 264. Daftar Instrumen .................................................................................. 495. Kriteria Tingkat Kevalidan dan Revisi Produk.................................... 526. Skor penilaian terhadap uji kemenarikan, kemudahan, dan
Kemanfaatan Produk............................................................................ 537. Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ..................... 548. Hasil Uji Validasi................................................................................. 589. Hasil Uji Reliabilitas............................................................................ 5910. Rangkuman hasil validasi ahli ............................................................. 6011. Rangkuman Angket Kemenarikan ....................................................... 6212. Rangkuman Angket Kemudahan ......................................................... 6313. Rangkuman Angket Kemanfaatan ....................................................... 6314. Hasil Uji Normalitas data posttest dan posttest kelas eksperimen
Kelas kontrol ........................................................................................ 6615. Hasil Uji Homogenitas data posttest dan posttest ............................... 6716. Data Statistik Deskriptif pretest-postest kelas eksperimen dan
kelas kontrol ......................................................................................... 6817. Perbedaan rata-rata data pretest-posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol .................................................................................................. 7018. Hasil Uji berpasangan kelas kontrol .................................................... 7119. Hasil kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan.............................. 7320. Rata-rata N-gain hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol .............. 74
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengaruh Gaya (F) terhadap Perubahan Panjang Pegas ........................... 312. Susunan Seri Pegas ................................................................................... 333. Susunan Paralel Pegas............................................................................... 334. Susunan Seri Paralel Pegas ....................................................................... 335. Kerangka Pikir .......................................................................................... 406. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ..................................... 427. Desain Pengembangan Produk.................................................................. 438. Desain Experimen PenelitianPretest-Postest Control Group Design....... 469. Format LKS pengembangan ..................................................................... 5610. Judul sebelum revisi.................................................................................. 6111. Judul LKS sesudah revisi.......................................................................... 6112. Macam-macam bentuk dan bahan dari pegas sebelum revisi ................... 6113. Macam-macam bentuk dan bahan dari pegas sesudah revisi.................... 6114. Diagram batang data nilai rata-rata pretest dan Posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol................................................................... 6815. Hasil Uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan............................. 7316. Perbandingan Nilai rata-rata N-gain Hasil Belajar Siswa pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................................................. 7417. Contoh jawaban siswa dalam menjawab rumusan masalah...................... 7818. Contoh jawaban siswa dalam menjawab merumuskan hipotesis.............. 7919. Gambar aktifitas siswa dalam merancang percobaan ............................. 8020. Contoh data hasil percobaan dan analisis data siswa................................ 8021. Gambar aktifitas siswa dalam melakukan percobaan .............................. 8022. Contoh jawaban siswa dalam membuat kesimpulan................................. 81
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Izin penelitian dan Surat Keterangan Penelitian ................................ 922. Kisi-kisi Analisis Kebutuhan guru & siswa......................................... 943. Angket Analisis Kebutuhan guru dan Siswa ....................................... 984. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ............................................. 1045. Hasil Angket Analisis Kebutuhan guru ............................................... 1056. Kisi-kisi & Instrumen Uji Ahli Materi................................................. 1067. Analisis Kebutuhan materi................................................................... 1088. Surat Keterangan Validasi Uji Ahli Materi ......................................... 1099. Hasil Instrumen Uji Ahli Materi .......................................................... 11110. Surat Keterangan Validasi Uji Ahli Desain ......................................... 11411. Kisi-kisi & Instrumen Uji Ahli Desain ................................................ 11612. Hasil Instrumen Uji Ahli Desain.......................................................... 11613. Kisi-kisi & Instrumen Uji Perseorangan Guru & Siswa...................... 11914. Data uji satu lawan satu, uji kkkk ........................................................ 12415. Hasil Uji Validasi Instrumen Test untuk Pretest postest ..................... 12616. Hasil Uji Reliabilitas........................................................................... 12917. Hasil Statistik Deskriptif Pretest dan postest....................................... 13018. Hasil Uji normalitas Pretest dan postest .............................................. 13219. Hasil uji homogenitas pretest dan postest............................................ 13320. Data hasil pretest dan postest............................................................... 13421. Kisi-kisi & Instrumen Uji kemenarikan, kemudahan,& kemanfaatan. 13822. Uji beda rata-rata pretest dan postest kelas kontrol ............................. 14623. Uji beda rata-rata pretest dan postest kelas eksperimen ...................... 14724. Hasil analisis N-Gain kelas eksperimen dan kontrol ........................... 15025. Silabus Pembelajaran ........................................................................... 15126. RPP pertemuan ke-1 ............................................................................ 15927. RPP pertemuan ke-2 ............................................................................ 16428. RPP pertemuan ke-3 ............................................................................ 16929. RPP pertemuan ke-4 ............................................................................ 17430. Dokumentasi penelitian ....................................................................... 17931. Produk akhir......................................................................................... 181
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sudah semakin pesat sehingga
diperlukan suatu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah
satunya adalah pendidikan. Menurut Ismawati & Mulyaningsih, (2014)
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendasari dari
perkembangan teknologi untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman secara
nyata. Dalam Standar isi pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 pada tingkat
SMA/MA menyatakan bahwa, mata pelajaran fisika dipandang penting untuk
diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, dengan beberapa pertimbangan yaitu
untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta
membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri. Pembelajaran
Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
2
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting kecakapan hidup.
Proses belajar mengajar yang dilakukan pada dasarnya mengharapkan siswa
berperan aktif dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, teori, dan
kesimpulan bukan upaya mengumpulkan informasi atau fakta saja, artinya guru
hanya mengarahkan kegiatan belajar mengajar, dan pembelajaran terpusat pada
siswa menurut Astuti & Setiawan, ( 2013). Kenyataannya masih banyak guru
yang menggunakan metode ceramah saja dan masih banyak pembelajaran yang
terpusat pada guru.
Dalam pendidikan formal guru dan siswa memegang peranan penting dalam
proses belajar mengajar yang merupakan suatu kegiatan interaksi timbal balik
dalam situasi instruksional, Maretasari, dkk, (2013). Sehingga siswa dapat
menerima, menanggapi, dan mengembangkan materi yang disampaikan oleh guru.
Seorang guru diharapkan memiliki kemampuan dalam menyusun bahan ajar yang
sesuai dengan kebutuhan, ketepatan, dan mudah dipahami oleh siswa.
Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sesuai dengan standar
kompetensi yang diharapkan, Permana dkk, (2013).
Permasalahan siswa dalam kegiatan pembelajaran saat ini adalah kesukaran siswa
dalam menerima, menanggapi, dan mengembangkan materi yang disampaikan
oleh guru, sehingga memerlukan suatu media yang tepat dan dapat dijadikan
sebagai solusi. Media pembelajaran yang tersedia sekarang beraneka ragam, oleh
3
karena itu dibutuhkan media yang dapat memberikan siswa suatu pembelajaran
secara langsung. Misalnya media berbasis cetakan yaitu LKS.
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang digunakan untuk membantu
siswa, dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan belajar yang dilakukan secara sistematis. Namun kenyataannya, banyak
LKS yang sangat monoton dan belum representatif, sehingga dengan
menggunakan LKS tersebut siswa belum secara optimal melakukan pengalaman
secara langsung untuk menemukan konsep dan prinsip yang akan dipelajari,
Oktari dkk,( 2015).
LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan di dalam proses
pembelajaran. Menurut Trianto (2010:223) bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS)
memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk
memaksimalkan pemahaman, dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai indikator pencapaian yang ditempuh. Untuk menciptakan pembelajaran
yang sesuai dengan standar proses, perlu digunakan suatu LKS yang
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, Pariska dkk,( 2012).
Mendapatkan media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dapat dibuat
LKS dengan menggunakan pendekatan dan metode tertentu. LKS dengan metode
inkuiri terbimbing dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi
pembelajaran dan dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada
siswa, Retnosari dkk,( 2015)
Model pembelajaran inkuiri adalah pengajaran yang mengharuskan siswa
mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai,
4
Dimyati dan Mudjiono (2010:173). Oleh karena itu tujuan dari penggunaan
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematik, logis, dan kritis, atau mengembangkan keampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental, Hosnan (2014:341).
Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa. Tujuan
utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir
kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah yang merupakan ciri dari
pendekatan saintifik. Menurut Ismawati & Mulyaningsih, (2014) pembelajaran
dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Bentuk
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu solusi mengatasi kelemahan
sistem pendidikan klasik yang cenderung monoton, siswa hanya mendengarkan
ceramah dari guru tanpa diketahui dengan jelas apakah materi pelajaran telah
dapat dikuasai siswa atau belum, serta kompetensi dasar apa saja yang telah
tercapai, Ismawati & Mulyaningsih, (2014).
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Dalam hal ini siswa
dipandang sebagai subyek belajar bukan lagi obyek belajar sehingga perlu
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, guru hanya bertugas sebagai
fasilitator yang membimbing dan mengoordinasikan kegiatan pembelajaran,
Ismawati dan Mulyaningsih, (2014). Sesuai dengan yang diungkapkan
Nurlailiyah, dkk, (2014) bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang sesuai
5
dengan pendekatan ilmiah (scientific approah) terdiri dari lima langkah
diantaranya adalah mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengomunikasikan.
Hasil analisis kebutuhan Kompetensi dasar (KD) atau materi pelajaran fisika kelas
XI IPA semester ganjil, KD 1.3 Elastisitas dan Hukum Hooke diperoleh
persentase 80% guru fisika di SMAN 5 Bandar Lampung yang berjumlah 5 orang
membutuhkan LKS dengan materi Elastisitas dan Hukum Hooke, ini berdasarkan
observasi bahwa proses belajar mengajar fisika di SMAN 5 Bandar Lampung
khususnya materi Elastisitas dan Hukum Hooke masih menggunakan metode
ceramah, guru masih mendominasi penyampaian materi pelajaran di depan kelas,
dengan menuliskannya di papan tulis sehingga siswa hanya sebagai penerima
materi pelajaran saja, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton karena
keterlibatan siswa masih kurang dan siswa cenderung kurang aktif dalam
bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru.
Dari hasil angket analisis kebutuhan pembelajaran fisika yang ditujukan kepada
5 guru fisika diperoleh total skor 78,57% dan hasil angket kebutuhan siswa kelas
XI IPA 1 di SMAN 5 Bandar Lampung dengan banyaknya responden 34 siswa,
diperoleh total skor 79,62% yang artinya perlu dikembangkan LKS berbasis
inkuiri terbimbing untuk membantu pembelajaran fisika bagi guru dan membantu
siswa mempermudah dalam pemahaman konsep materi pada proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas, LKS pada materi elastisitas dan Hukum Hooke sangat
diperlukan. Agar dapat membelajarkan materi tersebut, maka diperlukan LKS
berbasis inkuiri terbimbing, yaitu guru harus memberikan pengarahan dan
6
bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Selain itu LKS dengan inkuiri terbimbing dapat membantu siswa untuk lebih
mudah memahami materi pembelajaran dan dapat memberikan pengalaman
belajar secara langsung kepada siswa. Oleh karena itu, penulis melakukan
penelitian dengan judul “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa materi Elastisitas
dan Hukum Hooke berbasis inkuiri terbimbing”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:
1. Bagaimana produk pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing?
2. Bagaimana tingkat kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan LKS berbasis
inkuiri terbimbing?
3. Bagaimana keefektifan LKS berbasis inkuiri terbimbing?
C. Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan produk LKS berbasis inkuiri terbimbing.
2. Mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan LKS berbasis
inkuiri terbimbing.
3. Mendeskripsikan keefektifan LKS berbasis inkuiri terbimbing.
D. Manfaat Pengembangan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam kurangnya media
pembelajaran di SMA kelas XI IPA dalam mempelajari konsep Elastisitas dan
Hukum Hooke.
7
2. Menyediakan alternatif sumber belajar yang menarik bagi siswa dalam
mengembangkan pengetahuan dan pengalaman serta meningkatkan motivasi
untuk terus belajar, baik secara mandiri maupun berkelompok.
3. Menyediakan alternatif sumber belajar yang dapat meningkatkan efektivitas
dalam pembelajaran fisika pada meteri Elastisitas dan Hukum Hooke.
E. Ruang Lingkup Pengembangan
Ruang lingkup pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Materi pembelajaran dalam LKS yang dikembangkan hanya menyangkut
materi SMA pada materi pokok Elastisitas dan Hukum Hooke pada semester
ganjil.
2. Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada siswa kelas XI IPA
di SMAN 5 Bandar Lampung.
3. Model inkuiri yang digunakan adalah inkuiri terbimbing.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran Fisika
Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan sangat
erat dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan. Belajar lebih pada
menekankan tentang peserta didik dan proses yang menyertai dalam rangka
perubahan tingkah lakunya, sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada
guru dalam upayanya untuk membuat peserta didik dapat belajar, menurut
Damayanti, (2013: 58).
Pendidikan secara formal di sekolah, guru dan siswa memegang peranan penting
dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan
yang integral antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dan guru sebagai
pengajar yang sedang mengajar, sehingga terjadi interaksi timbal balik dalam
situasi instruksional, menurut Maretasari dkk, (2012: 28). Pada akhirnya akan
bermuara pada hasil belajar yang terbaik apabila interaksi tersebut berjalan
dengan baik.
Belajar secara psikologis adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
9
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, Slameto,(2013:2).
Sedangkan menurut Burton dalam Hosnan, (2014:3) belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka dapat
berinteraksi dengan lingkungannya.
Setelah terjadi perubahan diri dan menemukan sesuatu yang baru maka akan
timbul suatu kecakapan yang akan memberikan manfaat bagi kehidupan diri
individu tersebut, seperti yang diungkapkan Howard L.Kingskey dalam Hosnan,
(2014:3) belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan
atau diubah melalui praktik atau latihan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas belajar dapat didefinisikan sebagai proses
diperolehnya pengetahuan atau keterampilan berpikir serta perubahan tingkah
laku yang ditimbulkan atau diubah melalui aktivitas diri dalam praktik atau
latihan sedangkan pembelajaran fisika merupakan proses guru untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik serta dapat menguasai pengetahuan
dan konsep fisika serta hukum-hukum fisika melalui kegiatan mengamati,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengukur, menganalisis data, dan
menyimpulkan permasalahan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian adalah suatu kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara
ilmiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan suatu informasi yang dijadikan
10
data, yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau penyelesaian
yang menjadi pusat perhatian dari peneliti. setiap penelitian mempunyai tujuan
dan kegunaan tertentu, secara umum tujuan penelitian ada tiga macam, yaitu yang
bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan mempunyai arti
data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang benar-benar baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian mempunyai arti data yang
diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap
informasi atau pengetahuan tertentu. Sedangkan pengembangan mempunyai arti
memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada, menurut Sugiyono,
(2009: 5).Sehingga metode penelitian dan pengembangan atau Research and
Development (R & D), merupakan model penelitian pengembangan yang banyak
digunakan dalam pengembangan pendidikan.
Langkah - langkah dalam proses pengembangan mengacu pada langkah
sebelumnya hingga diperoleh produk yang diinginkan dalam bidang pendidikan.
Penelitian dan pengembangan merupakan penghubung antara penelitian dasar dan
penelitian terapan yang menghasilkan produk tertentu seperti dalam Munawaroh,
2011:1) yang mengemukakan bahwa:
Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, danpenyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untukmemecahkan suatu persoalan atau ingin menguji suatu hipotesis untukmengembangkan prinsip-prinsip umum, sedangkan pengembanganadalah proses atau cara yang dilakukan untuk mengembangkan sesuatumenjadi baik atau sempurna.
Penelitian pengembangan tidak saja berorientasi pada implementasi penggunaan
produk, tapi perlu disesuaikan dengan keadaan kondisi dan kebutuhan di sekolah.
Ini menyebabkan validasi terakhir dari sebuah pengembangan produk di bidang
11
pendidikan adalah validasi produk dalam bentuk penggunaan produk dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah.
Banyak prosedur atau langkah-langkah yang dapat dipergunakan di dalam metode
penelitian dan pengembangan, diantaranya prosedur atau langkah-langkah dalam
penelitian pengembangan menurut Gall, et. al., (2003) yaitu:
1. Research and information collecting (analisis penelitian, analisiskebutuhan dan pembuktian konsep)
2. Planning (perencanaan produk dan desain)3. Develop preliminary form of product (pengembangan produk awal)4. Preliminary field testing (uji lapangan awal)5. Main product revision (5 revisi produk)6. Min field testing (uji lapangan besar)7. Operational product revision (revisi produk operasional)8. Operational field testing (uji produk operasional)9. Final product revision (revisi produk akhir)10. Desimination and implementation (desiminasi dan implementasi
produk)
Prosedur atau langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Sugiyono,
(2009: 409) adalah:
1. Potensi dan MasalahPotensi merupakan segala sesuatu yang bila didayagunakan akanmemiliki nilai tambah dan masalah adalah penyimpangan antarayang diharapkan dengan realita yang terjadi.
2. Mengumpulkan InformasiInformasi yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan produktertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah dalam hal inimetode apa yang akan digunakan untuk penelitian.
3. Desain ProdukDesain produk merupakan hasil akhir dari serangkaian penelitianawal, yang berupa membuat rancangan produk yang akandikembangkan.
4. Validitasi DesainValiditasi desain dilakukan untuk menilai apakah rancangan produkbaru secara rasional akan efektif dari yang lama.
5. Perbaikan DesainMelakukan perbaikan rancangan produk setelah dilakukan ujivalidasi sebelum diuji cobakan.
6. Ujicoba produkUji coba yang dilakukan untuk mengetahui kemenarikan,kemudahan
12
dalam pemakaian produk dan kemanfaatan produk yang telah dibuat.7. Revisi Produk
Revisi ini dilakukan apabila produk masih terdapat kekurangan ataukelemahan yang masih ada.
8. Uji coba pemakaianProduk yang telah diuji coba dan direvisi dilakukan uji cobapemakaian untuk mengetahui keefektifan penggunaan produk dalamruang lingkup yang lebih luas.
9. Revisi produkRevisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian produk masihterdapat kekurangan dalam produk.
10. Produksi MasalMenghasilkan produk akhir.
Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas penelitian pengembangan adalah
kegiatan pencarian dan pengumpualan data, pengolahan data, analisis data, dan
penyajian data yang dilakukan secara urut atau sistematis dan objektif yang
disertai dengan kegiatan pengembangan sebuah produk untuk memecahkan suatu
masalah yang dihadapi.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan prosedur atau langkah-langkah
penelitian pengembangan menurut Sugiyono dan peneliti membatasi dalam
menggunakan langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Sugiyono
hanya sampai langkah ke 8 saja yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2)
Mengumpulkan informasi, (3) Desain Produk, (4) Validitas Desain, (5) Perbaikan
Desain, (6) Ujicoba Produk, (7) Revisi Produk, dan (8) Ujicoba Pemakaian, hal ini
dikarenakan karena keterbatasan waktu dan biaya.
Produk yang dihasilkan pada penelitian pengembangan dalam dunia pendidikan
dapat berupa model pembelajaran, multi media pembelajaran, perangkat
pembelajaran, buku, Lembar Kerja Siswa (LKS), atau penerapan teori
13
pembelajaran dengan menggabungkan pengembangan perangkat pembelajaran
tersebut.
C. Lembar Kerja Siswa
Proses pembelajaran di kelas atau interaksi antara guru dan siswa dibutuhkan
suatu media dan bahan ajar yang dapat menjadikan sarana komunikasi agar tujuan
yang akan disampaikan guru dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Menurut
Paivio (2006) dual coding theory bahwa informasi yang diterima seseorang
diproses melalui salah satu dari dua channel yaitu channel verbal meliputi teks
dan suara dan channel visual(non verbal image) seperti diagram, gambar, dan
animasi. Kedua channel ini dapat berfungsi baik secara independen, secara
paralel, atau secara terpadu. Pada channel verbal memproses informasi secara
berurutan sedangkan channel non verbal memproses informasi secara bersamaan.
Sebagai contoh informasi yang disampaikan menggunakan kata-kata atau verbal
dan ilustrasi yang relevan memiliki kecenderungan lebih mudah dipelajari dan
dipahami dari pada infirmais yang menggunakan teks saja, suara saja, perpaduan
teks dan suara, atau ilustrasi saja.
Teori dual coding menyiratkan bahwa seseorang akan belajar lebih baik ketika
media belajar yang digunakan merupakan perpaduan yang tepat dari channel
verbal dan channel non verbal menurut Najjar (1995). Maka ketika teori ini
dilakukan diharapkan siswa mempunyai kemudahan dalam menyerap informasi
yang disampaikan.
Salah satu bahan ajar yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi dalam
pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar kegiatan siswa adalah
lembaran-lembaran yang berisi tugas yang biasanya berupa petunjuk atau langkah
14
untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan siswa dan merupakan salah satu
sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau
aktivitas dalam proses belajar mengajar, Depdiknas, (2008:4) yang dapat
membantu guru dalam proses belajar mengajar dan mengarahkan siswanya
untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri dalam
kelompok kerja.
Trianto,(2010: 222) mengungkapkan tentang pengertian LKS:
Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yangharus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalamupaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yangditempuh. Pengetahuan awal dari pengetahuan dan pemahaman siswadiberdayakan melalui penyediaan media belajar pada setiap kegiataneksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapatberkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduankonsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran, makamuatan materi setiap lembar kerja siswa pada setiap kegiatannyadiupayakan dapat mencerminkan hal itu.
LKS adalah salah satu bahan ajar yang penting untuk tercapainya keberhasilan
dalam pembelajaran fisika. Lembar kerja siswa (LKS) yaitu materi ajar yang
sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat
mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Selain itu, LKS dapat
diartikan sebagai materi ajar yang sudah dikemas sedemikaan rupa, sehingga
siswa diharapkan mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri, Prastowo,
(2012: 204).
LKS merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan
eksperimen, demonstrasi, diskusi, dan dapat juga digunakan sebagai tuntunan
dalam tugas kurikuler,Putri & Widiyatmoko, (2013). Sebagaimana menurut
15
Chodijah dkk, (2012) LKS adalah lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh peserta didik .
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut LKS adalah lembaran yang berisi materi
dan latihan yang digunakan untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan siswa dan LKS juga dapat digunakan oleh guru dan siswa sebagai
pedoman dalam pembelajaran dan disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna dan sesuai dengan
kebutuhan siswa yang akan melakukan pembelajaran.
Format LKS dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran sehingga
keberadaan LKS membuat siswa dapat memaksimalkan pemahaman dalam upaya
pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yang ditempuh.
Gurulah yang mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa,
dengan pemanfaatan LKS yang disusun oleh guru dapat membuat siswa
memberdayakan pengetahuan dan pemahaman yang diperolehnya dan dapat
mengaitkan konsep yang satu dengan yang lain.
Lembar Kerja Siswa biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kerja siswa
harus jelas KD yang akan dicapainya. Penyusunan lembar kerja siswa harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan
konstruksi, dan persyaratan teknik menurut Ibrahim dalam, Trianto, (2010: 212).
16
Syarat-syarat lembar kerja siswa yang baik dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Syarat-Syarat Lembar Kerja Siswa yang Baik.
No Syarat-syarat LKSyang baik
Aspek-aspek LKS yang baik
(1) (2) (3)1. Syarat Pedagogik • Memberi tekanan pada proses penemuan konsep atau
petunjuk mencari tahu.• Mempertimbangkan perbedaan individu.
2. Syarat Konstruksi • Menggunakan bahasa yang sesuai tingkatperkembangan siswa.
• Menggunakan struktur kalimat yang sederhana,pendek, dan jelas (tidak berbelit-belit).
• Memiliki tata urutan yang sistematik, memiliki tujuanbelajar yang jelas.
• Memiliki identitas untuk memudahkanpengadministrasian.
3. Syarat Teknis • Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik.• Jumlah kata di dalam satu baris lebih dari 10 kata.• Gambar harus dapat menyampaikan pesan secara
efektif.• Gambar harus cukup besar dan jelas detailnya.• Tampilan harus menarik dan menyenangkan.• Tampilan disusun sedemikian rupa sehingga ada
harmonisasi antara gambar dan tulisan.
Sumber: Trianto, (2010: 223)
LKS dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat pedagogik, kontruksi dan
syarat teknis. Syarat pedagogik adalah memberi tekanan pada proses penemuan
konsep atau petunjuk mencari tahu dan mempertimbangkan perbedaan
individu.Syarat Kontruksi adalah yang berhubungan dengan susunan kalimat,
penggunaan bahasa, kosakata dan kejelasan LKS. Susunan kalimat disesuaikan
dengan tata letak sajian LKS dengan penulisan yang jelas. Bahan yang mudah
dipahami, sederhana, dan sesuai dengan penulisan tata bahasa Indonesia. Syarat
teknis adalah teknik penulisan bain ukuran huruf, tulisan, gambar,cover,
keserasian atau kesesuaian tampilan, dan sebagainya.
17
Suatu media pembelajaran hasil pengembangan harus memiliki 3 syarat agar
menjadi media berkualitas, yakni syarat valid, praktis dan efektif, menurut Nieven
(1999). Suatu media pembelajaran dikatakan valid jika:
“ .....as far as good quality material is concerned, the material itself( theintended curriculum) must be well considered. The components of thematerial should be based on state of the art knowledge (content validity)and all component should be consistently linked to each other (constructvalidity). If the product meets these requierements it is considered to bevalid.
Second high characteristic of high quality materials is that teachers (andother experts) consider the materials to be usable and that it is easy forteachers and students to use the materials in a way that is largelycompatible with the developers’ intentions. This means that consisentencyshould exist between the intended and perceived curricullum and theintended and operational curriculum. If both consistencies are places, wecall the material practical.The third caracteristic of high quality material is that student appreciate thelearning program and that desired learning takes place. With such effectivematerials, consistency exist between the intended and experientialcurriculum and the intended and attained curriculum.”
Kerja kelompok membantu siswa menilai pembelajaran mereka sendiri (aspek
metakognisi) dan meningkatkan keterampilan komunikasi, baik tertulis maupun
lisan menurut Hogan dalam Hane, (2007). Menurut Indrianto dalam Ahliswiwite
(2007: 6) dikemukakan bahwa dua macam LKS yang dikembangkan dalam
pembelajaran di sekolah, yaitu:
1. LKS Tak Berstruktur.LKS tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materipelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untukmenyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapatdipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar padatiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkankerja pada peserta didik.
18
2. LKS Berstruktur.LKS berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS inidirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja ataumata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuanpembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telahdisusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikanperan guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangatdan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa.
Peneliti memilih jenis LKS yang berstruktur pada penelitian dan pengembangan
ini. Pertimbangannya adalah karena setiap siswa memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dan membutuhkan penanganan belajar yang berbeda pula. Di saat
siswa sama sekali tidak dibimbing atau sedikit dibimbing, guru dapat dengan
mudah mengawasi kelas dan memberikan penilaian pada tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai. Selain itu, guru dapat memberikan semangat, dorongan
belajar, dan bimbingan secara individual kepada siswa yang benar-benar
membutuhkan bimbingan dalam belajar.
Langkah-langkah dalam penyusunan LKS menurut Depdiknas, (2008) adalah
sebagai berikut:
1. Analisis kurikulum;2. Menyusun peta kebutuhan LKS;3. Menentukan judul-judul LKS;4. Penulisan LKS, dapat dilakukan dengan langkah-langkah: (a) perumusan
Kompetensi Dasar yang harus dikuasai; (b) menentukan alat penilaian;(c) penyusunan materi; (d) struktur LKS.
Langkah-langkah dalam persiapan LKS menurut pendapat Rusdi, (2008: 1)
dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materipokok, pengalaman belajar siswa, dan kompetensi yang harus dicapaisiswa.
2. Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS berguna untukmengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS.
19
3. Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS harus sesuai dengan KD,materi pokok dan pengalaman belajar.
4. Penulisan LKS.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa serangkaian kegiatan prapersiapan LKS
seperti analisis kurikulum, analisis kebutuhan, dan menentukan judul LKS yang
sesuai dengan SK dan KD perlu dilakukan sebelum pembuatan LKS yang akan
dikembangkan.
LKS mempunyai beberapa fungsi menurut Nurseto dalam Oktari,( 2015) yang
dikemukakan bahwa:
1. Untuk tujuan latihan, siswa diberi serangkaian tugas/aktivitas latihan2. Untuk menerangkan penerapan (aplikasi) , siswa dibimbing untuk
smenuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaiandari serangkaian soal-soal tertentu
3. Untuk kegiatan penelitian, siswa ditugaskan untuk mengumpulkan datatertentu , kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam matapelajaran statistika
4. Untuk penemuan, dalam lembaran kerja inisiswa dibimbing untukmenelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itudan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatuperkiraan
5. Untuk penelitian hal yang bersifat terbukan, penggunaan lembaran kerjasiswa ini mengikut sertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatubidang tertentu
Kelebihan LKS menurut Trianto, (2010: 212) adalah untuk mengaktifkan siswa
dalam kegiatan pembelajaran, membantu siswa menemukan dan mengembangkan
konsep, melatih siswa menemukan konsep, menjadi alternatif cara penyajian
materi pelajaran yang menekankan keaktifan siswa, serta dapat memotivasi siswa.
Adanya LKS, guru akan memiliki bahan ajar yang siap untuk digunakan,
sedangkan untuk siswa akan mendapat pengalaman belajar mandiri dan
memahami tugas tertulis yang tertuang dalam LKS, Depdikbud, (2008).
20
pengembangan LKS dapat juga melatih siswa bekerja secara ilmiah serta dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa memiliki kesempatan
untuk menemukan konsep, membangun pengetahuannya sendiri dan lebih
berperan aktif dalam proses pembelajaran, Wahyuningsih dkk (2014).
Kegunaan LKS dalam proses belajar mengajar memudahkan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar, misalnya dalam mengubah kondisi belajar
yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, Darmodjo dan
Kaligis,(1991). Pada proses pembelajaran yang berpusat pada guru interaksi satu
arah dimana guru menerangkan, mendikte, dan memerintahkan, sedangkan siswa
hanya akan mendengar, mencatat dan mematuhi semua perintah guru. Pada
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa terjadi interaksi antara siswa
dengan guru, dan antar siswa karena siswa memperoleh informasi dari berbagai
sumber, misalnya dari perpustakaan, luar sekolah atau pengamatannya sendiri.
Keuntungan lain adanya LKS bagi guru adalah memudahkan dalam melaksanakan
pembelajaran, sedangkan bagi peserta didik akan belajar secara mandiri dan
belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis, Chodijah dkk, (2012).
Berdasarkan uraian diatas maka fungsi dan kegunaan LKS adalah untuk
memudahkan proses belajar mengajar guru yang mengarah pada pembelajaran
yang berpusat pada siswa untuk mengoptimalkan kemampuan siswa untuk lebih
mandiri dalam pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar maksimal.
D. Inkuiri Terbimbing
Pelajaran Fisika sering kali menjadi pelajaran yang tidak diminati karena
21
banyaknya persamaan matematika, banyaknya konsep fisika yang harus dikuasai
serta keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang sangat sedikit, Popov, (2006).
Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberikan porsi keleluasaan ruang dan waktu terbesar kepada siswa untuk itu
guru harus memiliki startegi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran yang
cocok untuk anak usia SMA yaitu strategi pembelajaran inkuiri terbimbing,
karena pembelajaran inkuiri terbimbing mempermudah siswa untuk menemukan
konsepnya sendiri melalui eksperimen dan inkuiri terbimbing merupakan proses
pencarian informasi, yang memungkinkan siswa untuk menyadari proses mereka
sendiri dan memungkinkan guru dan pustakawan guru untuk melakukan
pembelajaran bermakna, serta umpan balik dari siswa, Ansori dkk, (2017).
Model inkuiri juga merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi
pada pembelajaran berpusat pada siswa (Student Center Learning). Sesuai dengan
penelitian, Bilgin, (2009), inkuiri terbimbing digambarkan sebagai pendekatan
yang berpusat pada siswa, pendekatan ini memiliki pengaruh positif terhadap
keberhasilan akademik siswa dan mengembangkan keterampilan proses ilmiah
serta sikap ilmiah mereka. Karena kualitas pendidikan pada umumnya dan
pendidikan sains khususnya sangat ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran
di sekolah, Suma, (2010 :48). Metode inkuiri tidak semata-mata digunakan dan
langsung menghasilkan produk pembelajaran, melainkan melalui tahapan-
tahapan, Mandaelis dkk, (2015:2).
Pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada
penguasaan kumpulan pengetahuan alam yang berupa fakta-fakta, konsep-
22
konsep, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum saja tetapi juga pada suatu proses
penemuan, hal ini akan membuat model inkuiri sangat cocok digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Sesuai dalam Susilana, (2007: 11) yang berpendapat:
Esensi dari model pembelajaran inkuiri adalah untuk melibatkan siswadalam masalah yang sesungguhnya dengan cara memberikan tantangankepada suatu area (lingkup) penyelidikan, membantu mereka untuk meng-identifikasi suatu masalah secara konseptual atau bersifat metodologis, danmerekayasa mereka untuk merancang cara pemecahan masalah tersebut.
Inkuiri juga merupakan kegiatan pengembangan pengetahuan dan pemahaman
konsep sains yang dilakukan oleh siswa dengan meniru para ilmuwan dalam
mempelajari alam semesta, Wenning, (2007). Nation Science Teacher Asosiation
(NSTA) mendefinisikan dengan tegas bahwa inkuiri ilmiah merupakan cara yang
paling baik untuk memahami materi IPA, karena siswa belajar bagaimana
mengajukan pertanyaan dan mengunakan fakta-fakta untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Siswa juga belajar untuk merancang percobaan dan mengumpulkan bukti
dari berbagai sumber, mengembangkan penjelasan dari data yang ada serta
mengkomunikasikan dan mempertahankan kesimpulan mereka, NSTA dalam
Wenning, (2007).
Penggunaan guided inquiry (inkuiri terbimbing) dalam pembelajaran sains sangat
tepat, Kuhlthau, et. al.,( 2007), dengan strategi ini, siswa dibimbing oleh guru
dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mengenai objek dan persoalan
sains, termasuk proses-proses sains terkait, dan secara perlahan guru membekali
mereka untuk mampu melakukan belajar mandiri (termasuk melakukan
investigasi secara mandiri).
23
Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran inkuiri menekankan pada
proses mencari dan menemukan sehingga materi pelajaran tidak diberikan secara
langsung dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model tersebut.
Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.
Peran guru dalam inkuiri terbimbing untuk memecahkan masalah yang diberikan
kepada siswa yang memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam proses penemuan
sehingga siswa tidak akan kebingungan. Sehingga kesimpulannya lebih cepat dan
mudah di ambil. Guru bertindak sebagai petunjuk jalan membantu siswa agar
menggunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari
sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan
yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka
dalam menemukan pengetahuan baru tersebut.
Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing menurut (Trianto, 2010: 30), yaitu:
1. Menyajikan pertanyaan atau masalahGuru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dituliskan di papan tulis.Guru membagi siswa dalam kelompok
2. Membuat hipotesisGuru memberika kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapatdalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa alam menentukanhipotesis yang relevan dengan permasalahandan memperioritaskan hipotesismana yang akan menjadi prioritas penyelidikan.
3. Merancang percobaanGuru memberikan kesempatan kepada siswa untuk meentukn langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Gurumembimbing siswa merancang langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan percobaan untuk mengumpulkan informasiGuru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
5. Mengumpulkan dan menganalisis dataGuru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untukmenyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
6. Membuat kesimpulanGuru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
24
Peran guru dari setiap tahapan inkuiri terbimbing dapat terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Fase ke- Indikator Peran guru(1) (2) (3)1. Menyajikan pertanyaan
atau masalahGuru membagi siswa dalam beberapakelompok.Guru membimbing siswamengidentifikasi masalah dan di tuliskandi papan tulis.
2. Membuat hipotesis Guru membimbing siswa dalammenentukan hipotesis yang relevandengan permasalahan danmemprioritaskan hipotesis yang akandigunakan untuk dijadikan prioritaspenyelidikan.
3. Merancang percobaan Guru membimbing siswa dalammenentukan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan percobaanuntuk memperoleh data
Guru membimbing siswa mendapatkandata melalui percobaan.
5. Mengumpulkan danmenganalisis data
Guru memberikan kesempatankepada tiap kelompok untukmenyampaikan hasil pengolahan datayang terkumpul.
6. Membuat Kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuatkesimpulan berdasarkan data yang telahdiperoleh.
Sumber: Sanjaya (2006: 01)Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahapan pembelajaran
dengan menggunakan tahapan inkuiri terbimbing sangat relevan dengan penelitian
yang akan dikembangkan peneliti yaitu menghasilkan produk LKS berbasis
inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik yang akan diterapkan dalam
pembelajaran. Meskipun tahapan yang ada cukup panjang namun akan sebanding
dengan hasil belajar siswa yang meningkat. Serta memberikan pengalaman belajar
secara langsung dan menumbuhkan sikap berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan masalah secara optimal.
Peran guru dalam membimbing siswa pada setiap tahap pembelajaran inkuiri
terbimbing ini agar dapat dilakukan secara optimal maka perlu dibuat LKS,
25
dimana LKS yang dibuat khusus membimbing siswa di setiap tahapan-
tahapannya.
E. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran melalui pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan, Machin, (2014:28).
Pendekatan saintifik menurut Hosnan, (2014: 34) pada Implementasi kurikulum
2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu:
Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didiksecara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melaluitahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukanmasalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskanhipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisisdata, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum,atau prinsip yang ditemukan.
Proses pembelajaran untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik yang memiliki kriteria pendekatan saintifik, Permendikbud, (2013) sebagai
berikut: (1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata. (2) Penjelasan guru, respon peserta didik
, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-
merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
26
logis. (3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran. (4) Mendorong dan menginspirasi peserta
didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari materi pembelajaran. (5) Mendorong dan menginspirasi
peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir
yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (6) Berbasis
pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. (7)
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.
Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar (Permendikbud nomor 103
Tahun 2013) sebagaimana tercantum dalam tabel 2.3 berikut.
Tabel 3. Tabel Pendekatan saintifik Deskripsi Langkah Pembelajaran Fisika
LangkahPembelajaran
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
(1) (2) (3)Mengamati(observing)
mengamati dengan indra(membaca, mendengar,menyimak, melihat,menonton, dansebagainya) dengan atautanpa alat
perhatian pada waktumengamati suatuobjek/membaca suatutulisan/mendengar suatupenjelasan, catatan yang dibuattentang yang diamati,kesabaran, waktu (on task)yang digunakan untukmengamati.
Menanya(questioning)
membuat dan mengajukanpertanyaan, tanya jawab,berdiskusi tentanginformasi yang belumdipahami, informasitambahan yang ingindiketahui, atau sebagaiklarifikasi.
jenis, kualitas, dan jumlahpertanyaan yang diajukanpeserta didik (pertanyaanfaktual, konseptual, prosedural,dan hipotetik)
27
LangkahPembelajaran
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
(1) (2) (3)Mengumpulkaninformasi/mencoba(experimenting)
mengeksplorasi, mencoba,berdiskusi,mendemonstrasikan,meniru bentuk/gerak,melakukaneksperimen, membacasumber lain selain bukuteks, mengumpulkan datadari nara sumber melaluiangket, wawancara, danmemodifikasi/menambahi/mengem-bangkan suatu pola danmenyimpulkan.
jumlah dan kualitas sumberyang dikaji/digunakan,kelengkapan informasi,validitas informasi yangdikumpulkan, daninstrumen/alat yang digunakanuntuk mengumpulkan data.
Menalar/Mengasosiasi(associating)
mengolah informasi yangsudah dikumpulkan,
menganalisis data dalambentuk membuat kategori,
mengasosiasi ataumenghubungkan
fenomena/informasi yangterkait dalam rangka
menemukan
mengembangkan interpretasi,argumentasi dan kesimpulanmengenai keterkaitan informasidari dua fakta/konsep,interpretasi argumentasi dankesimpulan mengenaiketerkaitan lebih dari duafakta/konsep/teori, menyintesisdan argumentasi sertakesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat;mengembangkaninterpretasi, struktur baru,argumentasi, dan kesimpulanyang menunjukkan hubunganfakta/konsep/teori dari duasumber atau lebih yang tidakbertentangan; mengembangkaninterpretasi, struktur baru,argumentasi dan kesimpulandari konsep/teori/penda-patyang berbeda dari berbagaijenis sumber.
Mengomunikasikan(communicating)
menyajikan laporan dalambentuk bagan, diagram,atau grafik; menyusunlaporan tertulis; danmenyajikan laporanmeliputi proses, hasil, dankesimpulan secara lisan
menyajikan hasil kajian (darimengamati sampai menalar)dalam bentuk tulisan, grafis,media elektronik, multi media
28
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”, Wijayanti, (2014:104).
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan
tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu dari guru saja,
Wijayanti, (2014: 104).
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Permendikbud no 103
tahun 2013, yaitu: 1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; 2) untuk membentuk kemampuan
siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; 3) terciptanya
kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu
kebutuhan; 4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi; 5) melatih siswa dalam
mengkomunikasikan ide-ide; 6) dan mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan yang telah diuraikan pendekatan saintifik merupakan pendekatan
yang terdiri dari lima langkah M, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/ mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
29
F. Elastisitas
1. Elastisitas
Jika sebuah pegas ditarik gaya tarik pegas akan mengalami perubahan bentuk
yaitu bertambah panjang. Ketika tarikan pada pegaas dilepaskan pegas akan ke
mbali ke bentuk semula. Hal ini merupakan salah satu fenomena elastisitas benda.
Pengertian elastisitas menurut Kanginan, (2013:226), adalah:
Kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelahgaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan (dibebaskan).
Berdasarkan pendapat dari Kanginan tersebut maka Elastistisitas adalah sebuah
benda yang diberi gaya akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran namun
setelah gaya dilepaskan maka benda tersebuat akan kembali ke bentuk semula.
Contoh dari benda elastis adalah pegas, karet gelang, balon, karet pentil dan
sebagainya.
Benda tak elastis atau plastis adalah benda yang diberikan gaya tidak dapat
kembali ke bentuk semula apabila gaya tersebut dibebasan. Pemberian gaya tekan
(pemampatan) dan gaya tarik ( penarikan) bisa mengubah bentuk suatu benda
tegar seperti yang diungkapkan oleh, Kanginan, (2013:226) bahwa:
Pemberian gaya tekan (pemampatan) dan gaya tarik ( penarikan) bisamengubah bentuk suatu benda tegar. Jika sebuah benda diubah bentuknya(dideformasi) sedikit, benda akan segera kembali ke bentuk awalnya.Pemberian gaya tekan (pemampatan) dan gaya tarik (penarikan) bisamengubah bentuk suatu benda tegar. Jika sebuah benda tegar diubahbentuknya (dideformasi) sedikit, benda segera kembali ke bentuk awalnyaketika gaya tekan atau gaya tarik ditiadakan. Jika benda tegar diubahbentuknya melalui batas elastisnya, benda tidak akan kembali ke bentukawalnya ketika gaya ditiadakan, melainkan akan berubah bentuk secarapermanen. Bahkan jika perubahan bentuknya jauh melebihi batas elastisnya,benda akan patah.
30
Berdasarkan pendapat Kanginan, (2013: 226), dapat disimpulkan bahwa benda
plastis akan mengalami perubahan bentuk jika diberi gaya, dan akan kembali ke
bentuk semula jika gaya yang diberikan sedikit, tetapi benda plastis tidak akan
kembali ke bentuk semula setelah gaya ditiadakan jika gaya yang diberikan
melebihi batas elastisnya.
a) Tegangan
Pengertian tegangan menurut Kangingan, (2013: 227) adalah:
Seutas kawat dengan luas penampang mengalami suatu gaya tarik padaujung-ujungnya. Akibat gaya tarik tersebut, kawat mengalami tegangan tarik.
Berdasarkan pendapat Kanginan, (2013: 227), dapat disimpulkan bahwa tegangan
tarik yang dialami kawat didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik (F)
yang dialami kawat dengan luas penampangnya (A). tegangan ( ) adalah besaran
skalar yang memiliki satuan N/m2 atau Pascal (Pa).
b) Regangan
Regangan menurut Kanginan, (2013: 227) pengertiannya adalah:
Gaya tarik yang dikerjakan pada kawat berusaha meregangkan kawat hinggapanjang kawat semula bertambah sebesar.
Berdasarkan pendapat Kanginan, (2013: 227), dapat disimpulkan bahwa regangan
didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang (∆ ) dengan panjang
awal (L). Karena pertambahan panjang dan panjang awal adalah besaran yang
sama maka regangan tidak memiliki satuan atau dimensi.
31
c) Modulus Elastis
Pengertian modulus elastis menurut Kanginan, (2013: 230) adalah:
Perbandingan antara tegangan dengan regangan adalah konstan. Konstanta inidisebut modulus elastis.
Berdasarkan pendapat Kangingan, (2013: 230), dapat disimpulkan bahwa
modulus elastis suatu bahan dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
tegangan dan regangan yang dialami bahan. Modulus elastis hanya bergantung
hanya pada jenis zat dan tidak pada ukuran dan bentuknya.
2. Hukum Hooke
Hukum Hooke merupakan hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang
ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Hukum Hooke
menurut Palupi, dkk, (2009: 68), yaitu:
Suatu benda yang dikenai gaya akan mengalami perubahan bentuk (volumedan ukuran). Misalnya suatu pegas akan bertambah panjang dari ukuransemula, apabila dikenai gaya sampai batas tertentu.
Berdasarkan pendapat Palupi, dkk, (2009: 68), dapat disimpulkan bahwa akan
terjadi perubahan bentuk dalam volume dan ukuran pada suatu benda jika benda
tersebut diberi gaya sampai batas tertentu. Hal tersebut dapat terjadi karena sifat
elastisitas pada sebuah pegas.
Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah.
Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pula pertambahan panjang
pegas tersebut. Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas akan kembali ke keadaan
semula. .
32
Gambar 1. Pengaruh Gaya (F) terhadap Perubahan Panjang Pegas (∆ ).Sumber: Palupi, dkk, (2009: 68)
Pemberian gaya sebesar F akan mengakibatkan pegas bertambah panjang sebesar
(∆ ). Besar gaya F berbanding lurus dengan (∆ ) .
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa jika sebuah pegas ditarik
dengan gaya sebesar F, maka pegas tersebut akan mengalami pertambahan
panjang sebesar (∆ ). Semakin besar gaya yang diberikan F, maka pertambahan
panjang (∆ ) akan semakin besar pula. Maka hubungannya adalah berbanding
lurus.
Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambahan
panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut.
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
K = konstanta pegas (N/m)∆x = pertambahan panjang pegas (m)
“Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka pertambahan
panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”. Pernyataan
F~∆F = k ∆
33
tersebut dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke, seorang arsitek yang
ditugaskan untuk membangun kembali gedung-gedung di London yang
mengalami kebakaran pada tahun 1666. Oleh karena itu, pernyataan di atas
dikenal sebagai bunyi Hukum Hooke.
Susunan seri pegas, paralel pegas, dan seri paralel pegas menurut Kanginan,
(2013: 238) adalah:
Beberapa buah pegas dapat disusun seri, paralel, atau gabungan keduanya.Susunan pegas ini dapat diganti dengan sebuah pegas pengganti.
a) Susunan Seri Pegas
Gambar 2. Susunan Seri Pegas. Sumber: Kanginan, (2013: 238)
b) Susunan Paralel Pegas
Gambar 3. Susunan Paralel Pegas. Sumber: Kangingan, (2013: 240)
34
c) Susunan Seri Paralel Pegas
Gambar 4. Susunan Seri Paralel Pegas. Sumber: Kangingan, 2013: 241
G. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Bilgin, (2009), menunjukkan hasil yang signifikan
setelah menggunakan model inkuiri terbimbing. Hasil penelitian menunjukkan,
para siswa yang menggunakan model inkuiri terbimbing menunjukkan kinerja
yang lebih baik dari siswa yang berada di kelas kendali.
Resita, dkk, (2016). Dalam penelitiannya “Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Pokok Cahaya” Penelitian
pengembangan ini bertujuan mengembangkan LKS berbasis inkuiri terbimbing
pada materi cahaya untuk siswa SMP kelas VIII. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, serta keefektifan produk
LKS di SMPN 4 Sekampung kelas VIII.3 untuk mendapatkan LKS yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Produk akhir yang dihasilkan sangat menarik,
sangat mudah, dan sangat bermanfaat. Hasil uji efektivitas menunjukan bahwa
LKS efektif digunakan sebagai media pembelajaran karena 86% siswa telah
tuntas nilai Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70.
(Wahyuningsih, dkk, (2014). Dalam penelitiannya “Pengembangan LKS Berbasis
Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Hidrolis Garam untuk SMA/MA”. Jurnal
35
Pelatihan, 17(1), 94-103. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil
pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing dan (2) kualitas produk
pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing. Penelitian ini mengacu pada
model penelitian dan pengembangan (R & D) dari Borg & Gall. Kualitas produk
pengembangan diperoleh CV sebesar 0,79 yang menunjukkan bahwa LKS dapat
dilanjutkan pada tahap uji coba diperoleh rata-rata penilaian “sangat baik”, rata-
rata angket respons siswa dan guru diperoleh penilaian “sangat baik”, dan
persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Batik 1 Surakarta
Sebesar 94,12% Dan kelas XI IPA 2 SMA Batik 2 Surakarta Sebesar 82,86%
Sehingga keduanya dapat dinyatakan tuntas secara klasikal.
Astuti, dkk, (2013). Dalam penelitiannya “Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Koorperatif
Pada Materi Kalor.Penelitian ini bertujuan menghasilkan Lembar Kerja Siswa
(LKS) berbasis pendekatan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran kooperatif
yang layak dan efektif. Data penelitian ini adalah hasil validasi dari validator dan
hasil uji coba yang dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil validasi menunjukkan bahwa LKS hasil pengembangan berkategori baik.
Keterampilan proses meningkat sehingga dapat dikatakan LKS yang
dikembangkan ini layak dan efektif.
Penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika
Menggunakan Model Guided Inquiry yang Dilengkapi Penilaian Portofolio pada
Materi Gerak Melingkar” oleh Chodijah, dkk, (2012). Pada tujuan penelitian ini
adalah mengembangkan perangkat pembelajaran fisika menggunakan model
36
guided inquiry yang dilengkapi penilaian portofolio pada materi gerak melingkar
yang valid, praktis, dan efektif. Berdasarkan kefektifan pembelajaran dengan
melihat kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari peserta didik, maka
perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini memiliki dampak
ketika digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga hasil efektifitas terlihat
pada aktifitas siswa dan lembar penilian portofolio siswa yang mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penelitian Wijayanti A, (2014) yang bertujuan untuk mengembangkan sistem
asesmen autentik pada mata kuliah Pengembangan Konsep Dasar IPA SD untuk
meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah mahasiswa calon guru SD. Desain
penelitian yang digunakan adalah R&D yang diarahkan untuk mengembangkan
perangkat asesmen autentik berbasis proyek dengan pendekatan saitifik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa autentic asessment berbasis proyek dengan
pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan
berpikir ilmiah dengan efektif . agar penelitian dapat dilanjutkan dalam
mengembangkan autentic asessment berbasis proyek dengan pendekatan saintifik
yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah pada mata kuliah lain yang
relevan.
Penelitian Damayanti, dkk, (2013) LKS yang telah dikembangkan menurut
dosen, guru fisika dan teman sejawat berkategori “sangat baik” serta layak
digunakan dalam pembelajaran fisika. Disamping itu berdasarkan data yang
diperoleh kemampuan berpikir kritis pada peserta didik berkategori “baik” yang
berarti LKS dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi listrik
dinamis dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
37
Adapun respon peserta didik terhadap LKS diperoleh dengan kategori setuju,
sehingga dapat dinyatakan bahwa LKS tersebut telah layak untuk digunakan
dalam proses pembelajaran fisika. Sedangkan keterlaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan LKS yang telah dikembang ini diperoleh dengan kategori
“sangat baik”. LKS yag telah dikembangkan ini dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, namun dalam proses pembelajaran tersebut diharapakan LKS
yang dikembangkan ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan materi atau
tingkat yang berbeda. Serta LKS yang dikembangkan ini diharapkan dapat
dikembangkan dengan adanya penambahan jumlah kelas, dan jumlah peserta
didik.
Putri, dkk, (2013). Pada penelitian “Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis
Inkuiri Tema Darah di SMPN 2 Tengaran” Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan LKS IPA terpadu berbasis inkuiri tema darah. Penelitian
dilakukan dengan mengunakan metode Research and Development (R&D). Hasil
penilaian dari pakar terhadap produk yang telah dikembangkan memiliki
persentase rata-rata 3,72 untuk pakar isi, 3,44 pakar penyajian, 3,79 pakar bahasa.
Selain itu 100% siswa telah mencapai batas nilai KKM yang ditetapkan yaitu
untuk ketuntasan individu =72 dan untuk keterampilan proses ilmiah siswa telah
mencapai kategori baik. Produk yang telah dikembangkan efektif digunakan
dalam pembelajaran IPA di sekolah.
Retnosari, dkk, (2015). Pada penelitian “Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri
Terbimbing Pada Materi Suhu dan Perubahannya” Tujuan dari penelitian
pengembangan ini adalah untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis
38
inkuiri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya yang menarik, mudah, dan
bermanfaat, dan efektif. Prosedur pengembangan tersebut meliputi potensi dan
masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba
produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, dan produksi. Hasil dari
penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan LKS berbasis inkuiri
terbimbing pada materi suhu dan perubahannya yang memiliki tingkat
kemenarikan sangat baik dengan skor 3,33, tingkat kemudahan sangat baik
dengan skor 3,31, dan tingkat kemanfaatan sangat baik dengan skor 3,36. LKS
dinyatakan efektif untuk digunakan karena 84,61% siswa telah tuntas dari nilai
yang telah ditetapkan, yaitu 70.
Penelitian pengembangan oleh Oktari, dkk, (2015) yang menghasilkan: (1)
dihasilkan LKS pembelajaran fisika materi Suhu dan Kalor berbasis inkuiri
terbimbing yang telah divalidasi ahli materi dan ahli desain, sehingga produk
layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran; (2) LKS pembelajaran
fisika materi Suhu dan Kalor berbasis inkuiri terbimbing memiliki skor
kemenarikan 3,52 (menarik), kemudahan 3,49 (sangat mudah), dan kemanfaatan
3,48 (bermanfaat); dan (3) LKS pembelajaran fisika materi Suhu dan Kalor
berbasis inkuiri terbimbing efektif sebagai media pembelajaran fisika dilihat
dari hasil belajar siswa, yaitu 82,14% siswa telah mencapai KKM yaitu 76. pada
penelitian pengembangan ini ada beberapa saran yaitu: (1) bagi guru maupun
siswa agar dapat membaca dan memahami dengan seksama petunjuk yang
disajikan dalam LKS materi Suhu dan Kalor ini, sehingga penggunaan LKS
tersampaikan secara keseluruhan; dan (2) bagi siswa LKS pembelajaran fisika
39
materi Suhu dan Kalor berbasis inkuiri terbimbing ini dapat digunakan secara
mandiri maupun berkelompok.
H. Kerangka pikir
Berdasarkan studi di lapangan dan studi literatur yaitu analisis kebutuhan guru
sebanyak 78,57% , analisis kebutuhan materi ,dan analisis kebutuhan siswa
79,62% serta literatur yang mendukung bahwa perlu diadakannya LKS inkuiri
terbimbing pada siswa kelas XI IPA di SMAN 5 Bandar Lampung.
Salah satu prinsip utama inkuiri yakni siswa dapat membentuk sendiri
pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif melalui investigasi
pengetahuan. Dalam hal ini peneliti merencanakan kegiatan pembelajaran di kelas
yang dilakukan oleh siswa dengan bekerja kelompok dengan menerapkan inkuiri
terbimbing melalui bantuan LKS.
Dalam penelitian pengembangan ini yang akan dimunculkan adalah keterampilan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan, sehingga akan memperoleh hasil belajar siswa dengan
pemahaman kognitif, sikap ilmiah dan ketrampilan psikomotor dalam proses
pembelajaran. Pendekatan Saintifik diimplementasikan dalam LKS model
pembelajaran Fisika pada saat kegiatan pembelajaran inti. Data dalam penelitian
ini diperoleh dari teknik tes yang terdiri dari tes awal (pree test), tes akhir (post
test) dan LKS serta teknik non tes yang terdiri dari lembar observasi (angket).
Bentuk soal pre test dan post test dibuat sesuai dengan indikator yang
dimunculkan. Isi dan format LKS disesuaikan dengan langkah-langkah tersebut.
Dengan langkah-langkah yang sudah ditetapkan peserta didik dituntut untuk
40
menyelesaikan masalah dengan melakukan penyelidikan serta akan memperoleh
pengalaman belajar secara empirik.
Peneliti merencanakan kegiatan pembelajaran di kelas dengan siswa bekerja
kelompok sehingga dapat membantu siswa menilai pembelajaran mereka sendiri,
dan meningkatkan proses pembelajaran secara inkuiri terbimbing, baik praktek,
tertulis maupun lisan. Untuk dapat memberikan gambaran, berikut diagram
kerangka pikir yang disajikan pada gambar 2.5:
Gambar 5. Kerangka Pikir
Proses Pembelajaran Konvensial
Pembelajaran dengan berbasis inkuiriterbimbing : (menyajikan masalah,membuat hipotesis, merancang percobaan,melakukan percobaan, mengumpulkan danmenganalisis, membuat kesimpulan)
Proses pembelajaran yang efektif
LKS yang berbasis inkuiri terbimbingsesuai dengan pendekatan saintifik
Hasil belajar siswa meliputi:- Pemahaman kognitif- Sikap ilmiah- Psikomotor ( keterampilan )
Perbaikan/ inovasi Proses Pembelajaran
41
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah. Rumusan
hipotesis penelitian pengembangan ini adalah:
H : rata-rata nilai hasil belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) kelas
eksperimen lebih besar dari kelas kontrol.
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah research and development atau
penelitian dan pengembangan. Penelitian yang dilakukan diarahkan pada
pengembangan suatu produk yang berupa LKS materi Elastisitas dan Hukum
Hooke berbasis inkuiri terbimbing.
Sebelum LKS ini diuji coba ke siswa, terlebih dahulu dilakukan uji validasi ahli.
Uji validasi ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang diha-
silkan berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari segi isi atau materi dan desain
media pembelajaran. Sedangkan uji coba produk dilakukan untuk mengetahui
tingkat keterbacaan produk yang telah dihasilkan dari penelitian pengembangan ini.
Tingkat keterbacaannya dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji
coba penggunaan produk.
B. Subyek Pengembangan Produk
Subjek evaluasi pengembangan produk terdiri dari ahli bidang isi atau materi, ahli
media atau desain, dan uji satu lawan satu. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli
bidang isi atau materi yang bertujuan untuk mengevaluasi isi materi pembelajaran
dan uji ahli desain dilakukan oleh ahli desain atau media. Subyek uji coba produk
43
yaitu uji satu lawan satu diambil dari sampel penelitian yang dapat mewakili
populasi target untuk LKS yang dibuat.
C. Prosedur Pengembangan
Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan yang diambil
dari prosedur pengembangan menurut Sugiyono (2009: 408). Langkah-langkah
model pengembangan tersebut terdiri dari: (1) Potensi dan Masalah, (2)
Pengumpul-an Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6)
Uji Coba Produk, (7) Revisi Produk, (8) Uji Coba Pemakaian, (9) Revisi Produk,
dan (10) Produksi Masal. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan seperti
gambar 4 berikut ini.
Gambar 6. Langkah-langkah Penelitian dan PengembanganSugiyono, (2009: 409)
Berdasarkan model penelitian dan pengembangan oleh Sugiyono, maka langkah-
langkah yang diambil sebagai arah pengembangan dari produk yang dihasilkan
Potensidan Masalah
Pengumpul-an Data
DesainProduk
ValidasiDesain
RevisiDesain
Uji CobaProduk
RevisiProduk
Uji CobaPemakaian
RevisiProduk
ProduksiMasal
44
dalam penelitian ini dibatasi sampai pada tahap ke-8 saja yaitu revisi produk, hal ini
karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian ini.
Gambar 7. Desain Pengembangan Produk dari Sugiyono
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah
segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah menurut
Sugiyono, (2009: 409). Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan
1. Potensi atau masalah
2. Pengumpulan Data
3. Desain Produk
4. Validasi Desain
Validasi Ahli Materi Validasi Ahli Desain
5. Revisi Desain
6. Ujicoba Produk
7. Revisi Produk
8. Ujicoba Pemakaian
45
dengan yang terjadi, Sugiyono, (2009:410). Pada tahap ini, dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai bahan ajar yang ada di sekolah.
Potensi yang ada saat dilakukan penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
sebanyak 80% guru membutuhkan LKS materi elastisitas dan Hukum Hooke,
78,57% guru setuju atau memerlukan pengembangan LKS berbasis inkuiri
terbimbing dan sebanyak 79,62% siswa setuju dikembangkannya LKS berbasis
inkuiri terbimbing. Karena masalah yang ditemui bahwa LKS yang selama ini
digunakan belum berbasis inkuiri terbimbing.
2. Pengumpulan Data
Setelah tahap potensi atau masalah dapat ditunjukkan secara faktual, selanjutnya
perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
perencanaan produk yang dapat mengatasi masalah tersebut. Data dan informasi
yang dikumpulkan adalah melalui kajian pustaka dari berbagai buku dan jurnal
penelitian yang ada.
3. Desain Produk
Hasil akhir dari rangkaian penelitian awal adalah desain produk yang berupa
rancangan produk yang akan dikembangkan dengan spesifikasinya. Hasil akhir
dari tahap ini adalah berupa sebuah desain produk yang lengkap, yaitu berupa LKS
materi elastisitas dan Hukum Hooke berbasis inkuiri terbimbing tetapi masih
bersifat hipotesis yang belum terbukti efektivitasnya dan akan diketahui setelah
dilakukan beberapa pengujian, selanjutnya disebut prototipe 1.
46
4. Validasi Desain
Untuk mengetahui bahwa suatu rancangan produk secara rasional lebih efektif dari
yang lama, dilakukan validasi desain. Validasi desain ini dapat dilakukan oleh
beberapa tenaga ahli yang sudah berpengamalan untuk menilai produk tersebut.
Validasi desain ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan produk yang
dikembangkan. Validasi desain ini terdiri dari uji ahli materi dan uji ahli desain
artinya kesesuaian desain dan materi dengan spesifikasi yang direncanakan.
Instrumen yang akan digunakan adalah angket. Instrumen angket uji ahli
digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan
kesesuaian atau tidaknya sebagai sumber belajar
5. Revisi Desain
Setelah diadakan uji validasi desain oleh ahli materi dan ahli desain, maka
kelemahan yang ada akan diketahui. Kelemahan produk yang dihasilkan tersebut
selanjutnya akan diperbaiki dengan memperbaiki desain. Hasil perbaikan yang
dilakukan oleh uji ahli selanjutnya dibuat prototipe 2.
6. Uji Coba Produk
Setelah produk divalidasi oleh para ahli desain dan ahli materi kemudian dilakukan
uji satu lawan satu untuk mengetahui respon siswa terhadap produk yang
dikembangkan, untuk mengetahui kelemahan produk sebelum di revisi dan diuji
cobakan. Dengan menggunakan instrument angket kemenarikan, kemudahan, dan
kemanfaatan. Uji coba satu lawan satu dilakukan terhadap 10 siswa SMAN 5
Bandar Lampung kelas XI IPA secara acak.
47
7. Revisi Produk
Setelah melakukan uji produk maka akan diketahui bagaimana efektifitas dari
produk, selanjutnya produk direvisi kembali dengan tujuan untuk
memperbaiki kelemahan yang mungkin masih ada. Revisi ini dilakukan untuk
penyempurnaan produk yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
8. Ujicoba Pemakaian
Prototipe 2 yang telah dibuat diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba
pemakaian dilakukan kepada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Bandar Lampung
sebagai subjek penelitian, yang terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen
yaitu menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing dan satu kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan
adalah Pretest-Posttest Control Group Design.
Dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 8. Desain Experimen Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
Keterangan : O1 dan Q3 = nilai pretestO2 dan Q4 = nilai posttestX = treatment yang diberikan
Sumber: (Sugiyono, 2009: 112-113)
Sebelum diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kedua kelas
ini diberikan pretest untuk melihat bahwa kelas tersebut tidak berbeda secara
signifikan.
R O1 X O2
R O3 O4
48
D. Uji Coba Produk
Uji coba produk adalah proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk
dijadikan dasar pengambil keputusan untuk meningkatkan kualitas produk itu
sendiri. Uji coba produk meliputi desain uji coba, subjek uji coba.
1. Desain Uji Coba
Desain uji coba produk ini terdiri dari uji satu lawan satu dan uji kelompok terbatas.
Uji kelompok terbatas dilakukan saat uji coba produk. Uji satu lawan satu
diberikan sebelum uji produk, untuk mengetahui kelemahan-kelemahan sebelum
direvisi dan diujicobakan. Uji coba terbatas diberikan kepada siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 5 Bandar Lampung sebagai subjek penelitian yang diambil secara
acak untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan, dan
keefektifan LKS materi elastisitas dan Hukum Hooke berbasis inkuiri terbimbing.
2. Subjek Uji Coba
Penelitian pengembangan ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung.
Objek penelitian ini adalah LKS materi elastisitas dan Hukum Hooke berbasis
inkuiri terbimbing dan subjek penelitian adalah para ahli dan penguji produk yang
menguji kevalidan LKS dan siswa kelas XI IPA. Para ahli penguji kevalidan LKS
ini terdiri dari ahli materi dan ahli desain serta siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas
eksperimen dan sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan, kemudahan,
kemanfaatan, dan efektivistas LKS tersebut serta XI IPA 2 sebagai kelas kontrol di
SMA Negeri 5 Bandar Lampung.
49
E. Tehnik Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Jenis data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
yang diperoleh pada data tingkat kebutuhan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, hasil penelitian, tanggapan, saran melalui pertanyaan langsung
dan hasil observasi. Data kuantitatif berupa angket tertutup yang diperoleh dari
data kelayakan produk berdasarkan uji ahli materi, ahli desain, kemenarikan,
kemudahan, kemanfaatan dan keefektifan dari LKS yang dikembangkan.
b. Instrumen pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan data angket dan tes, daftar instrumen dapat dilihat
pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 4. Daftar Instrumen
Kegiatan Subjek Instrumen
PrapenelitianGuru Fisika dan siswa
SMAN 5 Bandar Lampung
Angket analisis kebutuhan
materi, LKS,dan materi
Uji DesainDosen Tekhnologi
PendidikanAngket Uji Ahli Desain
Uji Materi Dosen Fisika Angket Uji Materi
Uji
Lapangan
Siswa/siswi SMAN 5
Bandar Lampung
Angket kemenarikan,
kemudahan, dan
kemanfaatan LKS.
Tes tertulis keefektifan
LKS.
50
F. Teknik Analisis Data
Setelah data hasil angket analisis kebutuhan guru dan siswa diperoleh, data ter-
sebut digunakan untuk menyusun latar belakang dan tingkat kebutuhan produk
yang akan dikembangkan. Data kesesuaian materi pembelajaran dan desain pada
produk diperoleh dari ahli materi dan ahli desain melalui uji validasi ahli. Data
kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang
dihasilkan. Data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk LKS diper-
oleh dari uji lapangan yang dilakukan secara langsung kepada siswa. Sedangkan
data tingkat keefektifan produk diperoleh melalui tes tertulis sebelum dan setelah
produk digunakan.
a. Validitas
Validitas instrumen yang digunakan sebagai alat ukur instrumen tes, keefektifan
LKS diujikan dahulu kepada responden diluar subyek uji coba. Instrumen
dikatakan valid bila instrumen tersebut dapat mengukur dengan tepat dengan
ketentuan : Jika pada signifikan 5% r hitung> r tabel maka intrumen dinyatakan
valid dan jika r hitung < r tabel maka instrumen dinyatakan tidak valid.
b. Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabilitas apabila memberikan hasil yang konsisten
bila diteskan berulang kali. Dengan ketentuan jika signifikan 5% alpha > r tabel
maka instrumen dinyatakan reliabel (konsisten), alpha < r tabel maka instrumen
dinyatakan tidak reliabilitas (tidak konsisten).
51
c. Uji Normalitas
Pada data efektivitas penggunaan LKS dinilai dari aspek kognitif nilai preetest
dan posttest. Nilai pretest dan posttes diuji dengan menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov test dengan SPSS apakah data terdistribusi normal.
Jika sig > 0,05 maka H0 diterima → data berdistribusi normal
Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak → data tidak berdistribusi normal
Merumuskan hipotesis →H0: Data berdistribusi normal
H1: Data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian → Jika signifikan ≥ 0,05, maka H0 diterima
Jika signifikan < 0,05, maka H0 ditolak
d. Uji Homogenitas
Homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari populasi kelompok
eksperimen atau kelompok kontrol sama atau tidak. Data diuji dengan
menggunakan sofwere SPSS. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji
homogenitas adalah:
Jika nilai signifikansi < 0,05, maka dikatakan bahwa varian tidak sama.
Jika nilai signifikan > 0,05, maka dikatakan bahwa varian adalah sama.
e. Analisis data prestasi siswa
Analisis data yang berupa nilai prestasi siswa dari hasil tes dengan Independent
Sampel t-tes untuk membandingkan dua rata-rata , dua kelompok yang tidak
berhubungan yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Adapun syarat sebelum melakukan Uji Independent sampel t-test yaitu data
harus diuji normalitas dan hasilnya harus berdistribusi normal serta data harus
sama atau homogen.
52
f. Analisis data Uji Ahli
Analisis data uji ahli berdasarkan instrumen uji ahli (materi dan desain) yang
diperoleh, selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:= ∑∑ 100%Keterangan:P = Presentase yang dicari∑ = Jumlah nilai jawaban responden∑ = Jumlah nilai ideal
Adapun dasar pengambilan keputusan untuk merevisi produk yang dihasilkan
digunakan kriteria penilaian yang diadaptasi dari buku Dasar- Dasar Evaluasi
Pendidikan yang ditunjukan pada Tabel 3.1.
Tabel 5. Kriteria Tingkat Kevalidan dan Revisi Produk
Persentase (%) Kriteria Validasi76 – 100 Valid
56 - 75 Cukup Valid
40 - 55 Kurang Valid
0 - 39 Tidak ValidArikunto, (2006:276)
g. Analisis Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan LKS.
Sebaran angket untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan, dan Kemanfaatan
Produk dengan menggunakan skala Linkert. Skala Linker digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang suatu fenomena, Sugiyono (2009: 134). Skala Linkert untuk uji
kemenarikan, uji kemudahan , dan uji kemanfaatan produk pada penelitian ini
ditunjukan Tabel 3.3.
53
Tabel 6. Skor penilaian terhadap uji kemenarikan, kemudahan,dankemanfaatan produk
Uji Kemenarikan Uji Kemudahan Uji Kemanfaatan Skor
Sangat menarik Sangat mudah Sangat bermanfaat 4Menarik Mudah Bermanfaat 3Cukup menarik Cukup mudah Cukup bermanfaat 2Kurang menarik Kurang mudah Kurang bermanfaat 1
Sugiyono, (2009: 135)
Tanggapan siswa terhadap penerapan LKS dapat ditetapkan dengan
mengkonversi skor dari Tabel 3.4 menjadi rentang persentase dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
= ℎℎ 100%Makna rentang persentasenya adalah sebagai berikut: sangat menarik, sangat
mudah, sangat bermanfaat (90% - 100%), menarik, mudah, manfaat
(70% - 89%), cukup menarik,cukup mudah,cukup manfaat, (50% - 69%),
kurang menarik, kurang mudah, kurang manfaat (0% - 49%).
h. Analisis Uji Keefektifan LKS
Untuk menguji uji keefektifan LKS pada tahap Uji Coba Produk (Pretest-
posttest Control group Design) dianalisis menggunakan Independen t-test.
Sedangkan tingkat efektifitas produk berdasarkan rata-rata nilai gain
ternormalisasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut: ⟨ ⟩ = ⟨ ⟩ ⟨ ⟩
54
Keterangan:⟨ ⟩ = gain ternormalisasi⟨ ⟩ = nilai posttest⟨ ⟩ = nilai pretest
= nilai maksimum
Nilai rata-rata gain ternormalisasi kemudian diklasifikasikan dan dapat
dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 7. Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya
Rata-rata gain
ternormalisasi
Klasifikasi Tingkat Keefektifitasan
⟨ ⟩ ≥ 0,70 Tinggi Efektif
0,30 ≤ ⟨ ⟩ < 0,70 Sedang Cukup efektif⟨ ⟩ < 0,30 Rendah Kurang efektif
Sumber: Hake, (1998)
G. Hipotesis Statistik
H1: μ1 ≠ μ2 ( ada perbedaan antara rata-rata nilai prestasi siswa kelas
eksperimen dengan kelas kontrol).
H2: μ1 > μ2 (rata-rata nilai prestasi siswa kelas eksperimen lebih besar dari
kelas kontrol).
86
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan:
1. Dihasilkan produk bahan ajar LKS, materi Elastisitas dan Hukum Hooke
berbasis inkuiri terbimbing yang telah divalidasi ahli yaitu ahli materi dan
ahli desain. Produk LKS yang dihasilkan dengan spesifikasi yakni; materi,
tujuan percobaan, rumusan masalah, hipotesis, analisis data, dan
kesimpulan layak digunakan dalam pembelajaran fisika kelas XI IPA.
2. LKS materi Elastisitas dan Hukum Hooke berbasis inkuiri terbimbing
diperoleh persentase kemenarikan sebesar 89% dengan kategori menarik,
persentase kemudahan sebesar 90% dengan kategori mudah, dan
persentase kemanfaatan sebesar 88% kategori bermanfaat, sebagai bahan
ajar yang dapat mengoptimalkan proses pembelajaran fisika dan
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA.
3. LKS materi Elastisitas dan Hukum Hooke berbasis inkuiri terbimbing,
dinyatakan cukup efektif meningkatkan hasil belajar fisika siswa dengan
pencapaian hasil uji keefektifan diperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar
0,62 dengan kategori sedang.
87
B. Saran
Saran dari penelitian pengembangan ini yaitu:
1. Karena pembelajaran inkuiri terbimbing membutuhkan waktu yang
lebih lama dari pembelajaran biasa, maka guru sebaiknya
memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
2. Guru diharapkan dapat menjadikan LKS materi Elastisitas dan Hukum
Hooke berbasis inkuiri terbimbing, sebagai alternatif untuk merancang
pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan guna menghasilkan
hasil belajar yang lebih baik, pada skala kelas yang lebih luas yaitu di
kelas lainnya.
3. Guru diharapkan mengurangi keterlibatannya dalam aktivitas
pembelajaran, sehingga siswa akan lebih berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahliswiwite. 2007. LKS Berbasis Web. Diakses 20 Oktober 2015, dari www.wordpress.com: http://ahliswiwite .files.wordpress.com.
Anonim. 2008. Pedoman Penyusunan LKS SMA. Jakarta: Depdiknas.
_______ 2013. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses.Jakarta: Depdikbud.
Ansori, M. I. L., Sunarno, W., & Suparmi, S. 2017. Pengembangan Modul FisikaBerbasis Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis UntukMeningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA/MA.Inkuiri Jurnal Pendidikan IPA, 6(2), 35-46.
Ardiyanti, Y. 2015. Penggunaan Lembar Kerja (LK) Terbuka Untuk PeningkatanPemahaman Konsep dan Berpikir Kreatif pada Mata Kuliah BiologiUmum. Majalah Ilmiah SOLUSI, 1(1) 18-21.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Astuti, Y., & Setiawan, B. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran KooperatifPada Materi Kalor. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII), 2(1), 88-92.
Bilgin, I. 2009. The effects of guided inquiry instruction incorporating acooperative learning approach on university students’ achievement of acidand bases concepts and attitude. Scientific Research and Essay, 4 (10),1038-1046.
Chodijah, S., Fauzi, A., & Wulan, R. 2012. Pengembangan Perangkat Pembel-ajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang DilengkapiPenilaian Portofolio pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal PenelitianPembelajaran Fisika (JPPFI), 1(1), 1-19.
Damayanti, D. S. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) DenganPendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan KemampuanBerpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Listrik Dinamis SMA Negeri 3
89
Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013. RADIASI-PendidikanFisika, 3(1), 58-62.
Darmodjo, H & Kaligis, J. 1992/1993. Pendidikan IPA II. (D2 PGSD,) Jakarta:Dirjen Dikti.
Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gall, M. D., Gall, J.P., & Borg, W. R. 2003. Educational Research : anintroduction. Seventh Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Hane, E. N. 2007. Use of an inquiry-based approach to teaching experimentaldesign concepts in a general ecology course. Teaching Issues andExperiments in Ecology, 5, 1-19.
Hake, R.R. 1998. Interactive-engagement vs traditional methods: A six thousandstudent survey of mechanics test data for introductory physics courses.American Journal of Physics, 66(1), 64-74.
Hosnan, M., 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam PembelajaranAbad 21. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Ismawati, U. F., & Mulyaningsih, S. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajarandengan Pendekatan Saintifik Pada Materi Elastisitas Terhadap HasilBelajar Siswa Kelas X. Inovasi Pendidikan Fisika, 3(03), 32-35.
Kangingan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Cimahi: Erlangga.
Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., & Caspari, A. K. 2007. . Guided Inquiry: Aframework for learning through school librariesin 21st century schools.New Jersey: CISSL.
Machin, A. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter danKonservasi pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal PendidikanIPA Indonesia ( JPII) 3(1), 28-35.
Mandaelis, S., Djasmi, S., & Abdurrahman, A. 2015. Penerapan InkuiriTerbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Belajar DanKemampuan Berpikir. Jurnal Teknologi Informasi KomunikasiPendidikan, 2(4), 1-15.
Maretasari, E., Subali, B., & Hartono. 2012. Penerapan Model PembelajaranInkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan HasilBelajar dan Sikap Ilmiah Siswa. Unnes Physics Education Journal.Volume 1(2),27-31.
Munawaroh, I. 2013. Urgensi Penelitian dan Pengembangan. Yogyakarta: StudiIlmiah UKM Penelitian UNY. (Diakses pada 20 Oktober 2015).
90
Najjar, L. J. 1995. A review of the fundamental effects of multimedia informationpresentation on learning. Georgia Institute of Technology.
Nieveen, N & Plomp, T. 1999. An Introduction to Educational Design Research.Enschede: SLO Netherlands Institute for Curriculum Development.
Nurlailiyah, S., Winarto,H., & Sugiyanto, 2014. Pengembangan MediaPembelajaran Berbantuan Komputer dengan Pendekatan Saintifik(Scientific Approach) pada Pokok Bahasan Fluida Statis untuk SMA.Jurusan Fisika-Fakultas MIPA UM. Karya Ilmiah. (Diakses 22 Maret2015).
Oktari,S., Maharta, N., & Ertikanto,C., 2015. Pengembangan LKS BerbasisInkuiri Terbimbing pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal PembelajaranFisika. 3(5), 47-57. Diakses (23 Desember 2015).
Palupi, Dwi Satya, Suharyanto, Karyono. 2009. Fisika untuk SMA dan MA KelasXI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Pariska, I. S., Elniati, S., & Syafriandi, 2012. Pengembangan Lembar Kerja SiswaMatematika Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika . 1(1), 75-80.
Paivio, A. 2006. Dual coding theory and education. In The Conference onPathways to Literacy Achievement for High Poverty Children (pp. 1-20).
Permana, A., Suyatna, A., & Rosidin,U., 2013. Pengembangan LKS (LembarKerja Siswa) Model Inkuiri Terbimbing Materi Pokok Optika. JurnalPembelajaran Fisika. 1(5), 45-57. Diakses (31 Oktober 2015).
Popov, O. 2006. Developing Outdoor Activities and a Website as resources toStimulate Learning Physics in Teacher Education. Journal PhysicsTeacher. Education Online, 3(3),18-23.
Putri, B. K., & Widiyatmoko, A. 2013. Pengembangan LKS IPA TerpaduBerbasis Inkuiri Tema Darah di SMP N 2 Tengaran. Jurnal PendidikanIPA Indonesia (JPII) 2(2), 102-106.
Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:Diva Press.
Resita, I., Ertikanto, C., & Suana, W. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Siswa(Lks) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Pokok Cahaya. JurnalPembelajaran Fisika Universitas Lampung, 4(2) 11-22.
Retnosari, G., Maharta, N., & Ertikanto, C. 2015. Pengembngan LKS BerbasisInkuiri Terbimbing Pada Materi Suhu dan Perubahannya, JurnalPembelajaran Fisika, 3(3), 97-108.
91
Rusdi. 2008. Langkah-Langkah dalam Persiapan Lembar Kerja Siswa. StrategiBelajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2006. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Prenada Media Group.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: RinekaCipta.
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suma, K. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam PeningkatanPengusaan Konten dan Penalaran Ilmiah Calon Guru Fisika. FakultasMIPA, Universitas Pendidikan Ganesha. Jurnal Pendidikan danPengajaran, 43(6), 47-55.
Susilana, R. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep,Landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP)). Jakarta: Kencana.
Wahyuningsih, F., Saputro, S., & Mulyani, S. 2014. Pengembangan LKS BerbasisInkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Hidrolis Garam untuk Sma/Ma.Jurnal Pelatihan, 17(1), 94-103.
Wenning,C.J, 2007, Assesing Inquiry Skill as Component of Scientific Literacy.Journal Physics Teacher. Education Online, 4(2),21-24.
Wijayanti, A. 2014. Pengembangan E Autentic Assesment Berbasis ProyekDengan Pendekaatan Saintifik Untuk Meningkatkan Ketrampilan BerpikirIlmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(2), 102-105.
Wijayanti, F., & Widiyatmoko, A. 2015. Pengembangan LKS IPA berbasismultiple intelligences pada tema energi dan kesehatan untuk meningkatkankemampuan berpikir kreatif siswa. Unnes Science Education Journal,4(1), 772-779.