PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS MASALAH
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH MAHDALIYAH
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Oleh
IRMAWATI
NIM. TM.130826
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah ilmu universal yang menjadi dasar perkembangan teknologi
serta berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu lain dan mengembangkan daya pikir
manusia. Oleh sebab itu, untuk menguasai dan menciptakan teknologi dibutuhkan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Dengan demikian mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan
berpikir yang logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Sebagaimana yang diketahui bahwa setiap aktifitas tentunya harus mempunyai
tujuan, begitu pula tujuan orang mengajar atau orang belajar. Tujuan pelajaran matematika
harus bisa dipahami bersama baik oleh guru atau peserta didik. Pemahaman yang sama
terhadap tujuan, akan berdampak positif terhadap guru dalam mengajarkan pelajaran.
Sedangkan peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar dan berusaha berlatih dan
berlatih lagi apabila tujuan pelajaran juga dipahami dengan baik. Untuk mencapai tujuan
matematika tersebut bukanlah hal yang mudah. Dibenak peserta didik matematika
merupakan pelajaran yang sulit, karena sepengetahuan peserta didik metematika hanya
dipenuhi dengan rumus-rumus yang memusingkan tanpa mengetahui manfaat
pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan masalah di atas, saat
ini pemerintah telah memberlakukan Kurikulum 2013 sebagai perbaikan dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 ini berbasis saintifik, dimana dalam
pelaksanaannya menggunakan lima langkah pembelajaran yang dikenal dengan 5M.
Adapun 5M tersebut adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan. Daryanto (2014:16) menjelaskan bahwa pembelajaran pada
2
kurikulum 2013 tidak terpaku pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar, pada materi
tertentu pesertadidik dianjurkan untuk memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan.
Dengan demikian melalui pendekatan saintifik peserta didik dapat mengetahui manfaat
dari suatu pembelajaran untuk kehidupan, khususnya pada mata pelajaran matematika.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam proses pembelajaran haruslah dilengkapi dengan
bahan ajar. Ditjen Dikdasmen (2008:6) menjelaskan bahwa:
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar yang umumnya digunakan dalam proses pembelajaran adalah buku panduan.
Daryanto (2014:19) menjelaskan dalam kurikulum 2013 pembelajaran berlangsung di
rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Dengan kata lain peserta didikdituntut untuk dapat
belajar mandiri. Namun, tidak semua buku panduan dapat digunakan peserta didik secara
mandiri.
Pada saat wawancara yang dilakukan penulis dengan salah seorang guru matematika
kelas X di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi yaitu Ibu Andriyani, S.Pd. Berdasarkan
pengamatan dari guru tersebut, dimana siswa itu masih lemah pada konsep aljabar, dan
proses menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika, serta terlihat
pada hasil ulang harian kelas X setelah dilakukan analisis soal yaitu yang memenuhi atau
melewati KKM hanya beberapa siswa, hal ini dikarenakan kemampuan pemahaman
konsep siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel masih sangat rendah.
Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel di kelas X di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi juga dikarenakan
siswanya yang malas mengulang pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya, malas
berlatih megerjakan soal-soal serta selama ini proses belajar mengajar cenderung
membosankan, guru terlalu mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa menjadi
pasif, mudah bosan, dan mengantuk. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model
pembelajaran, di mana dalam proses belajar mengajar matematika guru hendaknya
memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa agar dapat mengembangkan
3
pengetahuannya sendiri, mengerti konsep yang digunakan pada materi yang dipelajari dan
guru tidak hanya melakukan penilaian akhir saja tetapi guru lebih memusatkan pada
penilaian selama proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa tidak hanya menghafal dan
memikirkan jawaban akhirnya saja dari sebuah soal, tetapi selama proses pembelajaran
siswa akan aktif, menganalisis contoh-contoh agar siswa tahu konsep yang akan digunakan
untuk menyelesaikan soal dan dapat menerapkannya untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
Permasalahan lain juga ditemukan penulis saat melakukan wawancara dengan
siswa. Dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel, nilai peserta didik masih tergolong rendah. Hal ini dilihat dari hasil ulangan
peserta didik yang rata-rata dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Tentang
pemahaman konsep siswanya, pada materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel, siswa
masih lemah tentang penggunaan variabel, metode substitusi maupun eliminasi, grafik
maupun metode campuran, dan juga lemah dalam menentukan hasil perhitungan. Untuk
mencapai kemampuan pemahaman konsep tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran,
salah satu model yang bisa diterapkan adalah Model Pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning/PBL).
Pembelajaran berbasis masalah ini dapat membantu dalam meningkatkan
perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka,
reflektif, kritis, dan belajar aktif. Pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi
keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan
interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan lain (Rusman, 2014:230).
Pembelajaran matematika di sekolah umumnya masih menggunakan metode
ceramah sehingga kemampuan berpikir kritis siswa sangat sulit untuk dikembangkan. Guru
juga terbiasa memberikan contoh soal terlebih dahulu sebelum memberikan tes kepada
siswa sehingga siswa akan kesulitan jika diberikan soal dengan bentuk yang berbeda.
Faktor yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam pelajaran matematika tidak hanya
dari kemampuan siswa sendiri namun didukung oleh faktor guru dan juga model
pembelajaran yang digunakan di dalam kelas (Harlinda Fatmawati dkk, 2014: 912).
4
Oleh sebab itu maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terutama pada pembelajaran
matematika, dimana pembelajaran matematika tidak bisa dilepaskan dari berpikir kritis
guna mewujudkan pembelajaran matematika yang sesungguhnya.
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah peneliti kemukakan,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Bahan
Ajar Matematika Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa untuk Kelas X Madrasah Aliyah Kota Jambi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika cenderung kearah teacher-centered
2. Kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah
3. Pembelajaran matematika masih dianggap sulit bagi siswa MA karena tidak sesuai
dengan konteks kehidupan sehari-hari
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, bahan ajar yang
akan dikembangkan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Subjek penelitian pada penelitian
ini adalah siswa, dan guru Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi, materi pembelajaran
matematika yang akan diteliti adalah pokok bahasan sistem persamaan tiga variabel.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar matematika berbasis masalah yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota
Jambi?
5
2. Bagaimanakah kualitas bahan ajar berbasis masalah yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi?
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan dan
kegiatan pembelajaran yang telah digunakan?
E. Tujuan dan Kegunaan Pengembangan
1. Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan bahan ajar matematika berbasis masalah yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di Madrasah Aliyah
Mahdaliyah Kota Jambi.
b. Menelaah kualitas bahan ajar berbasis masalah dilihat dari hasil penilaian
validator dan keefektifan bahan ajar dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi.
c. Menelaah respon siswa terhadap bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang
telah dikembangkan.
2. Kegunaan Pengembangan
Adapun kegunaan pengembangan yang dapat diperoleh dari penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
a. Bagi guru
Bahan ajar ini dapat dijadikan informasi dan masukan untuk mendesain
bahan ajar pada pokok bahasan matematika lainnya dan diterapkan dalam
pembelajaran matematika.
b. Bagi siswa
Dengan bahan ajar ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa dan dapat mempermudah siswa dalam mempelajari pelajaran
matematika.
c. Bagi sekolah
6
Dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan atau menerapkan bahan
ajar untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa .
d. Bagi peneliti
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1)
dalam Ilmu Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Jambi.
e. Peneliti lain
Menambah wawasan peneliti lain dan dapat menjadi batu loncatan untuk
membuat media lain yang lebih efektif dan efisien ketika menjadi guru kelak.
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Produk yang diharapkan dari design research ini adalah sebagai berikut:
1. Berbentuk media cetak.
2. Merupakan produk bahan ajar materi sistem persamaan tiga variabel untuk MA/SMA
kelas X.
3. Jenis Produk yang diharapkan:
a. Memuat Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator dan tujuan
pembelajaran
b. Petunjuk penggunaan LKS.
c. Berisi uraian tentang materi sistem persamaan tiga variabel (memuat komponen
dalam pembelajaran berbasis masalah)
d. Soal-soal latihan
4. Bagian-bagian LKS matematika berbasis masalah antara lain: Halaman Cover, Kata
Pengantar, Peta Konsep, Petunjuk Penggunaan lembar Kerja Siswa, daftar isi, soal-
soal berpikir kritis, latihan soal, dan daftar pustaka
5. Memenuhi kriteria ketercapaian yaitu
7
Bahan ajar matematika berbasis masalah berbentuk media cetak yang memenuhi
tiga unsur kelayakan, Menurut Akker (1999) (dalam Safitri, 2013:29), terdapat tiga unsur
kelayakan yaitu:
1. Efektivitas, yaitu apakah produk ini dapat memfasilitasi ketercapaian hasil belajar
siswa sesuai KKM yang ditentukan dari sekolah yang bersangkutan. Efektivitas dapat
dilihat dari nilai Post-test siswa dibandingkan dengan KKM. Akan terlihat siswa yang
sudah mencapai KKM atau lebih dan juga siswa yang belum mencapai KKM. Bahan
ajar dikatakan efektif apabila dari 60% siswa nilai post-test-nya di atas KKM.
2. Validasi, yaitu penilaian kelayakan dari guru dan para ahli. Bahan ajar ini dikatakan
valid apabila dari lembar penilaian bahan ajar didapat kategori penilaian baik.
3. Praktibilitas, yaitu kepraktisan dalam penggunaan. Penilaian kepraktisan berdasarkan
respons siswa. Bahan ajar dikatakan praktis apabila mendapatkan respons positif dari
siswa yang dilihat berdasarkan angket penilaian.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bahan Ajar
Bahan atau materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang
dikonsumsi oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara
dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntunan perkembangan masyarakat. Bahan ajar
yang diterima anak didik harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi
setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, bahan pelajaran
merupakan unsur inti yang ada kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran
itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena itu pula, guru khususnya
atau pengembangan kurikulum umumnya harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan
atau topik yang tertera dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan peserta didik di masa
depan. Sebab, minat peserta didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan
kebutuhannya (Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2009: 14).
Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran. Bahan yang akan
digunakan dalam bentuk buku, sumber utama, maupun buku penunjang lainnya. Di
samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran,
brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan kompetensi dasar yang
ditetapkan. Sebagian bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang
berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan
kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.
Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tergantung pada wawasan
pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar.
Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman
guru terhadap materi tersebut, maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran
yang dilaksanakan. Bahan yang suah terkumpul, selanjutnya dipilah, dikelompokkan dan
9
disusun ke dalam indikator dari kompetensi dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan
terkumpul secara memadai seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan
mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya
(Trianto, 2010: 121-122).
Elemen-elemen yang harus dipenuhi dalam menyusun bahan ajar, antara lain
konsistensi, format, dan organisasi, spasi/halaman kosong. Berikut ini merupakan
penjelasan dari elemen-elemen tersebut:
a. Konsistensi
Konsistensi harus dipenuhi dalam hal bentuk dan huruf dari setiap halaman. Disarankan
untuk tidak menggunakan terlalu banyak variasi dalam bentuk dan ukuran huruf. Kerapian
dalam setiap halaman terlihat pada jarak spasi yang konsisten, misalnya antara judul
dengan isi (baris pertama), atau judul degan sub judul dan sub judul dengan isi dai sub
judul, dan seterusnya. Konsistensi dalam pemakaian spasi akan membuat pembaca lebih
terarah, apakah sedang membaca isi dari judul atau isi dari sub judul, dan sebagainya.
Selain konsisten dengan bentuk huruf, ukuran dan spasi, sebuah bahan ajar hendaknya
konsisten juga dalam menetapkan batas (margin) dari pengetikan. Pemilihan bentuk huruf
dan ukuran hendaknya mempertimbangkan kemudahan bagi peserta didik untuk
membacanya sesuai dengan karakteristik pembaca atau peserta didik. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan daya tarik terhadap bahan ajar tersebut.
b. Format
Untuk mendukung konsistensi, diharapkan juga menggunakan format yang sesuai baik
format kolom (bentuk kolom tunggal atau bentuk koran/multi kolom) dan juga format
paragraf yang sesuai.
c. Organisasi
Bahan ajar yang terorganisasi dengan baik akan memudahkan dan meningkatkan semangat
peserta didik untuk membaca atau belajar menggunakan bahan ajar tersebut. Materi
pembelajaran harus terorganisasi dengan baik dalam arti membuat materi ajar yang
terdapat dalam bahan ajar tersusun secara sistematis. Secara umum pengorganisasian
antara isi materi dan ilustrasinya (misalkan gambar, foto, peta, dan lainnya), antara
10
paragraf yang satu dengan lainnya, antara judul dengan sub judul beserta uraiannya
ditujukan bagi kemudahan peserta didik dalam memanfaatkan bahan ajar tersebut untuk
dapat belajar secara mandiri.
d. Perwajahan
Daya tarik peserta didik terhadap bahan ajar kadang-kadang lebih banyak dari bagian
sampul, sehingga diharapkan bagian sampul diberikan gambar, kombinasi warna, dan
ukuran huruf yang serasi. Apabila peserta didik sudah mulai membaca atau menggunakan
bahan ajar tersebut maka untuk mempertahankan ketertarikan, atau untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, perlu diberikan gambar atau ilustrasi, bahkan bahan ajar
yang berupa buku dapat dilengkapi dengan bahan multimedia (misalkan CD dan lainnya).
Sebagai bahan komplemen dari bahan ajar yang diberikan. Selain itu, dalam bahan ajar
juga dapat diberikan tugas dan latihan yang dikemas sehingga peserta didik tidak merasa
bosan menggunakan bahan ajar tersebut
Bahan ajar diberikan agar peserta didik dapat belajar mandiri, untuk itu dalam bahan ajar
diharapkan adanya sebuah spasi kosong atau halaman kosong. Halaman kosong ini dapat
digunakan oleh peserta didik untuk mencatat hal-hal penting yang didapatkan ketika
menggunakan bahan ajar, juga dapat digunakan oleh peserta didik untuk beristirahat dalam
proses belajar. Penempatan halaman kosong harus diberikan secara proporsional (Chomsin
S. Widodo dan Jasmadi, 2008: 52-54)
2. Matematika
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada sejak pendidikan dasar
dan dapat membentuk pola pemikiran yang logis, sistematis, kritis dan kreatif (Harlinda
Fatmawati dkk, 2014: 911-912).
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Barrow didalam Miftahul (2014:271) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning/PBL) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui
11
proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan
pertama dalam proses pembelajaran. PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari
paradigma pengajaran menuju paradigm pembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada
pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu
model pembelajaran inovatif yang memberi kondisi belajar aktif kepada peserta didik
dalam kondisi dunia nyata. Pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan dengan
beberapa langkah, (1) mengidentifikasi masalah (2) melibatkan usaha guru dalam
membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah (3) peserta didik dibantu untuk
memilih metode yang tepat untuk memecahkan masalah (4) guru mendorong peserta didik
untuk menilai validitas solusi (Martinis, (2013:62 - 64).
Pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam
pendidikan. Kurikulum PBM ini membantu meningkatkan perkembangan keterampilan
belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.
Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja
kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang
lain (Rusman, 2014:230).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Adapun Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut (Rusman,
2014:232):
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b. Permsalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yag tidak
tertsruktur
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang
baru dalam belaja
12
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif
h. Pengembangan keterampilan inguiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar.
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Sintak Operasional pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bisa
mencakup antaralain sebagai berikut (Miftahul, 2014:272-273):
a. Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah
b. Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning)dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta
suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming
gagasan-gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian,
mereka mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah
serta apa yang yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka
juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah
c. Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan
guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, database, website, masyrakat dan
observasi
d. Siswa kembali pada tutorial PBM/PBL, lalu saling sharing informasi melalui peer
teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu.
e. Siswa menyajikan solusi atas masalah
f. Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjan selama ini. Semua
yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review berdasarkan
bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap proses
tersebut.
13
4. Berpikir Kritis Siswa
Kebanyakan orang mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir pada level
tinggi atau juga dimaknai berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis juga sering dipahami
sebagai berpikir yang rumit dan cenderung hanya cocok pada level mahasiswa. Dampak
dari pemahaman definisi di atas, banyak orang mengidentikkan berpikir kritis diberlakukan
untuk soal-soal yang susah. Pandangan-pandangan ini yang harus kita rubah, kita harus
berpikir dari sisi proses dalam berpikir kritis itu, kemudian kita juga harus berpikir sisi
tujuan dan juga dari sisi manfaat. Menurut Zdravkovich berpikir kritis adalah berpikir yang
akurat, relevan, wajar dan juga teliti dalam konteks menganalisis masalah, menyintesis,
generalisasi, menerapkan konsep, menafsirkan, mengevaluasi mendukung argumen dan
hipotesis, memecahkan masalah, dan juga dalam membuat keputusan. Sangat kompleks
sekali keahlian yang dimiliki oleh siswa ketika kita memandang berpikir kritis itu dari segi
proses. Jika kita mengkaji pemahaman di atas maka sangat penting rasanya untuk kita
mengembangkan soal berpikir kritis dan layaknya soal berpikir kritis itu mendominasi
dalam masalah matematika (Syutaridho, 2016: 34).
Terdapat enam tingkatan berpikir kritis, yaitu:
a. Berpikir yang tidak direfleksikan (unreflective thinking)
Pemikir tidak menyadari peran berpikir dalam kehidupan, kurang mampu menilai
pemikirannya, dan mengembangkan beragam kemampuan berpikir tanpa menyadarinya.
Akibatnya gagal menghargai berpikir sebagai aktivitas yang melibatkan elemen bernalar.
Mereka tidak menyadari standar yang tepat untuk penilaian berpikir yaitu kejelasan,
ketepatan, ketelitian, relevansi, dan kelogisan.
b. Berpikir yang menantang (challanged thinking)
Pemikir sadar peran berpikir dalam kehidupan, menyadari berpikir berkualitas
membutuhkan berpikir reflektif yang disengaja, dan menyadari berpikir yang dilakukan
sering kekurangan tetapi tidak mengidentifikasikan di mana kekurangannya. Pemikir pada
tingkat ini memiliki kemampuan berpikir yang terbatas.
c. Berpikir permulaan (beginning thinking)
14
Pemikir mulai memodifikasi beberapa kemampuan berpikirnya tetapi memiliki wawasan
terbatas. Mereka kurang memiliki perencanaan yang sistematis untuk meningkatkan
kemampuan berpikirnya.
d. Berpikir latihan (practicing thinking)
Pemikir menganalisis pemikirannya secara aktif dalam sejumlah bidang namun mereka
masih mempunyai wawasan terbatas dalam tingkatan berpikir yang mendalam.
e. Berpikir lanjut (advanced thinking)Pemikir aktif menganalisis pikirannya, memiliki
pengetahuan yang penting tentang masalah pada tingkat berpikir yang mendalam.
Namun mereka belum mampu berpikir pada tingkat yang lebih tinggi secara konsisten
pada semua dimensi kehidupannya.
f. Berpikir yang unggul (accomplished thinking)
Pemikir menginternalisasi kemampuan dasar berpikir secara mendalam, berpikir kritis
dilakukan secara sadar dan menggunakan intuisi tinggi. Mereka menilai pikiran secara
kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, dan kelogisan secara intuitif (Harlinda
Fatmawati dkk, 2014: 913-914).
5. Sistem persamaan linear tiga variabel
A. Persamaan Linear Tiga Variabel ( SPLTV )
Persamaan Linear tiga variabel adalah persamaan yang memiliki tiga variabel
dengan masing-masing variabel berderajat satu. Persamaan linear tiga variabel
mempunyai bentuk umum :
15
B. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Tiga persamaan linear dengan tiga variabel yang disajikan secara bersamaan
disebut sistem persamaan linear tiga variabel.
Bentuk umum sistem persamaan linear dengan tiga variabel x,y, dan z adalah:
C. Metode penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
1. Metode Subtitusi
Langkah-langkah penyelesaian SPLTV dengan metode subtitusi adalah sebagai
berikut :
Tentukan terlebih dahulu mana yang menjadi persamaan 1, persamaan 2, dan
persamaan 3
Lalu kita ubah salah satu persamaan ke dalam bentuk lain dan beri nama dengan
persamaan 4
Setelah itu subtitusikan persamaan 4 ke dalam persamaan 2, dan persamaan 3
Dan langkah terakhir subtitusikan nilai variabel dari persamaan 2 dan 3 ke
persamaan1
2. Metode Eliminasi
Langkah-langkah penyelesaian SPLTV dengan metode eliminasi adalah sebagai
berikut :
tentukan terlebih dahulu mana yang menjadi persamaan 1, persamaan 2, dan
persamaan 3.
eliminasi salah satu peubah atau atau sehingga diperoleh SPLDV
selesaikan SPLDV yang didapat pada Langkah 2
16
substitusikan nilai-nilai peubah yang diperoleh pada Langkah 2 ke dalam salah
satu persamaan semula untuk mendapatkan nilai peubah yang lainnya
3. metode campuran antara subtitusi dan eliminasi
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Waminton Rajagukguk dan Erlinawaty Simanjun
sebutak, yang berjudul “pengembangan bahan ajar matematika berbasis masalah
terintegrasi ICT untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis”. Penelitian ini bertujuan
untuk membuat model awal bahan ajar matematika berbasis masalah terintregrasi ICT
berikut perangkat pembelajarannya. Penelitian ini menggunakan pengembangan perangkat
pembelajaran model 4-D Thiagarajan, dkk. Data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah hasil pengamatan dan respon siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan serta
skor tes kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian instrumen yang digunakan adalah
format pengamatan, angket respon siswa dan tes. Teknik analisa data pada penelitian tahap
ini adalah (1) analisis data hasil validasi ahli terhadap pengembangan bahan ajar dan
perangkat pembelajarannya (2) analisis data respon siswa terhadap pembelajaran (3)
analisis data tes kemampuan berpikir kritis siswa berupa model awal perangkat
pembelajaran yaitu RPP, buku pegangan guru (bahan ajar), lembar aktivitas siswa dan tes
kemampuan berpikir kritis matematika yang telah valid oleh para ahli yaitu 2 orang dosen
di jurusan matematika unimed. Instrumen yang diperoleh terdiri dari tes kemampuan
berpikir kritis siswa, angket respon siswa, format pengamatan proses pembelajaran dan
format aktivitas siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Mulyono yang berjudul “Pengembangan
Bahan Ajar Modul Matematika SMP Kelas VII di Kabupaten Tulang Bawang Barat”.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan potensi dan kondisi bahan ajar
matematika yang digunakan di SMP di kabupaten Tulang Bawang Barat, (2)
17
mengembangkan modul matematika yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (3)
menguji efektifitas modul yang dikembangkan dikaitkan dengan peningkatan hasil belajar
matematika siswa, (4) menguji efisiensi modul yang dikembangkan dikaitkan dengan
peningkatan hasil belajar matematika siswa, dan (5) menguji daya tarik modul yang
dikembangkan dikaitkan dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa.Pendekatan
menggunakan penelitian dan pengembangan Borg and Gall. Penelitian ini dilakukan di
SMPN 1 Lambu Kibang, SMPN 1 Tumijajar, dan SMPN 1 Tulang Bawang Udik, di
kabupaten Tulang Bawang Barat. Pengumpulan data menggunakan angket dan tes.
Dianalisis secara deskriptif dan uji-t. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) SMP di
kabupaten Tulang Bawang Barat berpotensi untuk pengembangan modul, yang ditandai
dengan belum adanya modul sebagai bahan ajar dalam pembelajaran matematika dan buku
yang digunakan selama ini tidak mendukung tercapainya tujuan mata pelajaran
matematika, (2) produk pengembangan berupa bahan ajar modul matematika materi
statistika, (3) modul efektif digunakan sebagai bahan ajar karena lebih dari 60% siswa
tuntas belajar, (4) modul efisien digunakan karena waktu yang digunakan lebih sedikit,
dengan nilai efisiensi 1,25, (5) modul matematika materi statistika menarik bagi siswa,
dengan rata-rata persentase 87,3%.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmita Yuliana Gazali, yang berjudul
“Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Siswa SMP berdasarkan Teori Belajar
Ausubel”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar matematika berdasarkan
teori belajar Ausubel untuk siswa SMP berupa lembar kegiatan siswa (LKS) dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif, serta
tes prestasi belajar (TPB) yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan reliabel. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan yang diadaptasi dari model Borg & Gall yang terdiri
atas tiga langkah utama yaitu studi pendahuluan, desain produk, dan pengembangan dan
evaluasi. Kevalidan produk dilihat dari hasil validasi ahli dan mencapai kriteria valid untuk
LKS dan sangat valid untuk RPP dan TPB. Kepraktisan produk mencapai kategori sangat
praktis ditinjau dari lembar kepraktisan guru dan siswa serta observasi keterlaksanaan
pembelajaran. Keefektifan produk ditinjau dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
18
Hasil uji coba lapangan menunjukkan lebih dari 70% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum untuk pengetahuan dan keterampilan, serta mencapai kriteria baik dan sangat
baik untuk ranah sikap.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurkhasanuddin, yang berjudul “Pengembangan
Bahan Ajar Matematika Berbasis Kontekstual dengan Metode Group Investigation (GI)
untuk Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP/MTs Pada
Materi Garis Singgung Lingkaran”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan
ajar matematika berbasis kontekstual dengan metode Group Investigation (GI) yang layak
dan mengetahui dampak bahan ajar matematika berbasis kontekstual dengan metode
Group Investigation (GI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Jenis
penelitian ini adalah design research dengan menggunakan model Gravemeijer dan Cobb
yang terdiri dari tiga tahap yaitu, preparing for the experiment, design experiment, dan
restrospective analysis. Subjek penelitian ini adalah siswa MTs N LAB. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
adalah lembar penilaian bahan ajar, lembar observasi, lembar tes, dan angket respon siswa.
Hasil penelitian ini adalah bahan ajar matemtika berbasis kontekstual dengan metode
Group Investigation (GI). Bahan ajar matemtika tersebut memenuhi tiga kriteria kelayakan
yaitu valid, efektif, dan praktis. Valliditas dilihat dari penilaian dua dosen pendidikan
matematika dan satu guru matematika, yang menunjukkan bahwa bahan ajar memiliki
kriteria sangat baik dengan persentase 79,16%. Efektivitas dilihat dari hasil post test yang
menunjukkan 68% siswa nilainya berada di atas KKM dengan rata-rata 77,74 sehingga
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar tersebut dapat dikatakan efektif. Praktibilitas dilihat
dari angket respon siswa terhadap bahan ajar matematika. Hasil respon siswa
menghasilkan skor 47,74 dari skor ideal 60 dengan persentase 76,57% sehingga respon
siswa terhadap bahan ajar dikatakan positif. Dampak yang diperoleh setelah penggunaan
bahan ajar matematika adalah pemahaman siswa mengenai materi kedudukan dua garis,
lingkaran, sudut, bangun segi tiga, dan bangun persegi panjang menjadi lebih tinggi. Selain
itu siswa ketika menyelesaikan permasalahan berusaha untuk mengidentifikasi apa yang
19
diketahui dan ditanyakan, merumuskan masalah, memproses data dan kemudian
menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ajeng Nurintasari, yang berjudul “Pengembangan
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Matematika Berbasis Metode Penemuan Terbimbing untuk
Memfasilitasi Pencapaian Pemahaman Konsep dan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VII
Pada Pokok Bahasan Segi Empat”. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menghasilkan
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) matematika berbasisi metode penemuan terbimbing dan
memfasilitasi pencapaian pemahaman konsep dan keaktifan belajar siswa kelas VII pada
pokok bahasan segi empat yang berkualitas ditinjau dari tiga aspek, yaitu aspek kelayakan
isi, aspek kebahasanan, dan aspek penyajian, 2) mengetahui kualitas LAS matematika
berbasis metode penemuan terbimbing yang layak digunakan dalam pembelajaran
matematika pada pokok bahasan segi empat kelas VII SMP/MTs, 3) mengetahui respon
siswa terhadap LAS matematika berbasis metode penemuan terbimbing untuk mefasilitasi
pencampaian pemahaman konsep dan keaktifan belajar siswa kelas VII pada pokok
bahasan segi empat. Penelitian ini merupakan penelitian research and development (R&D)
yang menggunakan model yang dikembangkan oleh Borg dan Gall. Pengembangan ini
terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap uji
produk. Instrumen yang digunakan meliputi lembar soal post tes, lembar penilaian LAS
serta angket yang terdiri dari angket respon siswa dan angket keaktifan belajar siswa.
Angket respon siswa terhadap LAS diberikan kepada 32 siswa kelas VII A MTs N
Yogyakarta II sebagai subjek penelitian. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan
bahwa: 1) pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dilakukan dengan tahap:
pendahuluan, pengembangan, dan uji produk, 2) Kualitas Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
yang dikembangkan adalah sangat baik dengan persentase keidealan 83,8125%. Ditinjau
dari hasil post-test, LAS matematika berbasis metode penemuan terbimbing telah berhasil
memfasilitasi pencapaian pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan segi
empat. Hal ini dilihat dari 81,25% banyaknya siswa yang mengikuti post test memiliki skor
lebih besar atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Berdasarkan angket
keaktifan belajar siswa, LAS matematika berbasis metode penemuan terbimbing dapat
20
memfasilitasi pencapaian keaktifan belajar siswa dalam kategori sangat baik dengan rata-
rata skor keseluruhan angket keaktifan belajar siswa adalah 65,219 dari skor maksimal
ideal 80 dan persentase keidealan 81,52%, 3) berdasarkan data yang diperoleh, respon
siswa siswa terhadap LAS yang dikembangkan termasuk dalam kategori sangat positif atau
sangat baik. Oleh karena itu, LAS matematika dengan metode penemuan terbimbing pada
pokok bahasan segi empat ini telah layak digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian sebelumnya memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang peneliti
lakukan, adapun perbedaannya adalah titik fokus penelitian, pengembangan bahan ajar,
dan objek penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian ini. Penelitian yang
dilakukan oleh Waminton Rajagukguk, bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar
matematika berbasis masalah terintegrasi ICT, penelitian Slamet Mulyono bahan ajar yang
dikembangkan adalah bahan ajar modul matematika SMP, penelitian yang dilakukan oleh
Rahmita Yuliana Gazali bahan ajar yang dikembangkan adalahbahan ajar matematika
untuk siswa SMP berdasarkan teori belajar ausubel, penelitian yang dilakukan oleh
Nurkhasanuddin meneliti tentang pengembangan bahan ajar matematika berbasis
kontekstual dengan metode Group Investigation (GI), dan penelitian yang dilakukan oleh
Ajeng Nurintasari meneliti tentang Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
matematika berbasis metode penemuan terbimbing, sedangkan penelitian yang peneliti
lakukan yaitu tentang pengembangan bahan ajar matematika berbasis masalah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi, penelitian ini
akan dilakukan pada tanggal 6 November – 8 Desember 2018.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X di
Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi pada tahun ajaran 2018/2019, dan Guru bidang
studi matematika di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi. Guru dan siswa menjadi
sumber dalam memperoleh data kebutuhan bahan ajar, dosen ahli menjadi sumber data
dalam penilaian dan perbaikan bahan ajar dan uji coba media tersebut dilakukan pada
siswa dan guru.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk model penelitian pengembangan (Research And
Development). Sugiyono (2013:407) menjelaskan bahwa model penelitian dan
pengembangan adalah model penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan untuk menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Sukmadinata (2008:164)
penelitian dan pengembangan adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup
baik untuk memperbaiki praktik. Penelitian Research and Development (R&D) merupakan
suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk
tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku,
modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat
lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran dikelas,
22
perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran,
pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.
Penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui, dan mengembangkan
hipotesa dari proses belajar dan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah. Dalam hal
ini, penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui, dan mengembangkan
bahan ajar yang berbasis masalah. Pada penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dalam mengungkapkan fakta dan data yang ada.
D. Prosedur Pengembangan
Produk yang dikembangkan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi sistem
persamaan linear tiga variabel dengan pendekatan berbasis masalah. Bahan ajar ini
dikembangkan dengan menggunakan prosedur pengembangan yang telah dimodifikasi
oleh Borg dan Gall yang meliputi: (1) tahap penelitian dan pengumpulan data (research
and information collecting), (2) tahap perencanaan (planning), (3) tahap pengembangan
draft produk (development preliminary form of product), (4) tahap uji coba lapangan awal
(preliminary field testing), (5) tahap merevisi hasil uji coba (main product revision), (6)
tahap uji coba lapangan (main field testing), (7) tahap penyempurnaan produk hasil uji
coba lapangan (operational product revision), (8) tahap uji pelaksanaan lapangan
(operational field testing), (9) tahap penyempurnaan produk akhir (final product revision),
(10) tahap diseminasi dan implementasi (disemination and implementation) (Sukmadinata,
2008:169-170). Dengan perubahan yakni penelitian ini tidak melewati langkah 6, 7, 8 dan
9, karena terkendala dengan waktu, tenaga dan biaya penelitian.
Berikut bagan representasi pengembangan yang digunakan dapat dilihat pada
gambar 3.1:
Penelitian dan pengumpulan
data
Perencanaan Menyusun LKS
pengembangan
23
Gambar 3.1 Langkah-langkah R&D
Keterangan:
1. Tahap penelitian dan pengumpulan data (Research and information collecting);
termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan
permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja
penelitian.
2. Tahap perencanaan (Planning); termasuk dalam langkah ini merumuskan
kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan
yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan
studi kelayakan secara terbatas.
3. Tahap pengembangan draft produk (Develop preliminary form of product); yaitu
mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk
dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman
dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat
pendukung.
4. Tahap uji coba lapangan awal (Preliminary field testing); yaitu melakukan ujicoba
lapangan awal dalam skala terbatas. dengan melibatkan subjek sebanyak 6 – 12
subjek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan
cara wawancara, observasi atau angket.
5. Tahap merevisi hasil uji coba (Main product revision); yaitu melakukan perbaikan
terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini
sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang
Desiminasi dan
implementasi Revisi produk Uji validasi ahli
24
ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk utama yang
siap diujicoba lebih luas.
6. Tahap diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation), yaitu
langkah menyebarluaskan produk/model yang dikembangkan.
E. Prosedur Penelitian
1. Penelitian dan Pengumpulan Data Melalui Survei
a. Pemilihan Materi
Materi yang dipilih pada penelitian ini adalah sistem persamaan linear tiga
variabel. Sistem persamaan linear tiga variabel dipilih menjadi materi penelitian karena
dari hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika pada tahun ajaran sebelumnya
siswa banyak yang kesulitan dalam memahami materi ini, hasil belajar masih di bawah
KKM, dan berdasarkan kurikulum K13 materi sistem persamaan linear tiga variabel
merupakan materi ajar yang ada di kelas X semester ganjil.
b. Pemilihan Sekolah
Adapun lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Madrasah Aliyah
Mahdaliyah Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran
2018/2019. Lokasi ini dijadikan sebagai tempat pelaksanaan penelitian melalui
pertimbangan:
1) Di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi belum pernah menggunakan bahan ajar
terkait LKS berbasis masalah
2) Pihak sekolah cukup terbuka untuk menerima pembaharuan dalam pendidikan,
terutama dalam hal yang mendukung proses pembelajaran.
2. Perencanaan
Perencanaan meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan
penelitian rumusan tujuan yang hendak dicapai, desain langkah-langkah penelitian, dan
kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas. Dalam tahap ini tujuan pengembangan
25
yang hendak dicapai yaitu menghasilkan produk berupa LKS berbasis masalah pada
pokok bahasan sistem persamaan linear tiga variabel.
3. Penyusunan Bahan Ajar LKS
a. Judul Bahan Ajar
Bahan ajar yang akan dikembangkan diberi judul LKS matematika berbasis
berbasis masalah untuk kelas X.
b. Pengantar Pembelajaran
Pengantar pembelajaran dalam bahan ajar ini akan membahas tentang sistem
persamaan tiga variabel, serta gambaran tentang cara mempelajari LKS. Selain itu
juga ada motivasi ada peserta didik untuk menumbuhkan semangat dan minatnya
untuk belajar.
c. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi dasar berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai siswa sesuai
dengan tujuan dan materi. Kompetensi dasar berisi sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai.
d. Muatan Basis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan dengan beberapa langkah,
(1) mengidentifikasi masalah (2) melibatkan usaha guru dalam membimbing peserta
didik dalam memecahkan masalah (3) peserta didik dibantu untuk memilih metode
yang tepat untuk memecahkan masalah (4) guru mendorong peserta didik untuk
menilai validitas solusi.
e. Uji Validasi Ahli
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Setelah produk pengembangan
selesai dikerjakan, langkah selanjutnya adalah menguji valid atau tidaknya produk.
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Uji validitas diberikan kepada empat validator pakar, yaitu pakar
bidang pembelajaran, pakar materi, dan 2 orang guru sebagai praktisi lapangan.
26
4. Uji Coba Produk
Tahap uji coba dilakukan untuk melihat efektivitas dari produk yang
dikembangkan, dan merupakan salah satu syarat yang harus dikerjakan oleh peneliti dalam
proses penelitian dan pengembangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji coba
produk diantaranya adalah : (1) desain uji coba. (2) subjek uji coba, (3) jenis data, (4)
instrument pengumpulan data, (5) teknik analisis data.
a. Desain Uji Coba
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan secara individu. Kegiatan diawali
dengan melakukan observasi lapangan, membuat bahan ajar dengan pendekatan
pemecahan masalah, dan menguji kelayakan produk dengan validasi. Uji kelayakan
dilakukan dengan cara menyerahkan produk pengembangan dan beserta sejumlah angket
penilaian kepada validator. Validator diminta untuk menilai layak atau tidaknya produk
pengembangan serta memberikan kritik dan saran perbaikan.
b. Subjek Uji Coba
Setelah produk modul matematika pengembangan dengan pendekatan berbasis
masalah telah selesai divalidasi dan direvisi sesuai dengan masukan dari para ahli, maka
tahap selanjutnya yaitu uji coba lapangan. Dalam penelitian ini subjek uji coba adalah
peserta didik kelas X Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi.
c. Jenis Data
Data atau informasi yang menjadi bahan baku penelitian untuk diolah. Kumpulan
dari beberapa data akan membentuk suatu informasi. Data dapat diperoleh dengan
beberapa cara, di antaranya yaitu dengan wawancara, penyebaran angket, observasi.
d. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian dan pengembangan LKS matematika
materi garis lurus dengan pendekatan berbasis masalah ini adalah:
27
1) Pedoman Wawancara
Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (S. Margono, 2004:16).
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
interview yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) terhadap terwawancara
(interviewee). Patton membedakan wawancara menjadi: (1) wawancara pembicaraan
informal, (2) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (3) wawancara
baku terbuka. Wawancara jenis baku terbuka dibedakan lagi menjadi 2 yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur (Lexy J. Moleong, 2010:186-187).
(a) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diujikan.
(b) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang berbeda dengan yang terstruktur.
Wawancara ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau
informasi tunggal.
Dalam penelitian dan pengembangan ini wawancara yang peneliti gunakan adalah
wawancara terstruktur kepada guru matematika di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota
Jambi.
2) Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden), yang berisi
sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspons oleh responden
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008: 219). Di dalam angket terdapat beberapa macam
pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan,
disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.
Teknik angket ini digunakan untuk mengetahui kelayakan LKS. Angket ini hanya
diberikan kepada validator.
3) Lembar Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung ( Nana Syaodih
28
Sukmadinata, 2008:220). Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
kelakuan seseorang yang terjadi dalam kenyataan. Observasi dilakukan ketika proses
pembelajaran berlangsung. Ada tiga jenis observasi yang dilakukan yaitu:
(a) Observasi terbuka, yaitu dimana kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di
tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka.
(b) Observasi Tertutup, yaitu dimana kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya tidak
diketahui oleh responden yang bersangkutan
(c) Observasi tidak langsung, yaitu dimana peneliti dapat melakukan pengambilan data
dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah
responden.
e. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini
adalah dengan cara mengumpulkan data dengan instrumen yang telah dijelaskan dalam
instrumen pengumpulan data, yang nantinya dikerjakan sesuai dengan prosedur penelitian
dan pengembangan. Adapun data yang dianalisis dalam pengembangan LKS dengan
pendekatan pemecahan masalah. Analisis data yang dilakukan sebagai berikut:
1) Analisis Angket Validitas
Data hasil penelitian terhadap kelayakan produk pengembangan bahan ajar
matematika berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis masalah disajikan dalam
bentuk deskriptif.
Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan skala likert. Data analisis kebutuhan
berupa skor skala likert dan dianalisis menggunakan teknik persentase (Saputro,
2017:47). Selain itu,“skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seorang tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2016:38)”. Penskoran
untuk setiap item menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dapat dilihat
pada:
29
Tabel 3.1
Skor Butir Skala Likert
Skor kategori
4
3
2
1
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Sumber: (Riduwan, 2016:39
Untuk mengukur perhitungan data nilai hasil validitas dianalisis dalam skala(0-100)
dilakukan dengan menggunakan rumus:
NA=
Keterangan : NA = Nilai akhir
PS = Perolehan skor,
SM = Skor maksimum
Sumber : Dimodifikasi dari (Riduwan, 2016: 41)
Tabel 3.2
Kriteria Tingkat Kevalidan Bahan Ajar
Skor kategori
81%-100%
61%-80%
41%-60%
21%-40%
0%-20%
Sangat Valid
Valid
Cukup Valid
Kurang Valid
Tidak Valid
Sumber : (Riduwan, 2016: 41)
30
2) Analisis praktikalitas
Praktikalitas merupakan tingkat keterpakaian LKS oleh siswa, dengan melakukan uji
coba menggunakan LKS yang telah direvisi. Uji coba terbatas dilakukan pada siswa
kelas X di Madrasah Aliyah Mahdaliyah kota Jambi pada tahun ajaran 2018/2019.
Dilakukan dengan menggunakan skala likert, penskoran untuk setiap item
menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dapat dilihat pada:
Tabel 3. 3
Skor Butir Skala Likert
Skor kategori
4
3
2
1
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Sumber : (a. Sugiyono, 2009:91)
Perhitungan data nilai akhir angket siswa respon keterpakaian dianalisis
dalam skala(0-100) dilakukan dengan menggunakan rumus:
NA=
Keterangan : NA = Nilai akhir
PS = Perolehan skor
SM = Skor maksimum.
Sumber : Dimodifikasi dari (Riduwan, 2016, p. 41)
Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran berdasarkan nilai akhir yang didapatkan dan
dapat dilihat pada:
31
Tabel 3.4
Kategori Interval Praktilitas Bahan Ajar
Skor kategori
0%-25%
26%-50%
51%-75%
76%-100%
Kurang Praktis
Cukup Praktis
Praktis
Sangat Praktis
Sumber : (Riduwan, 2016: 41)
LKS tersebut dikatakan praktis jika pengguna tidak kesulitan memahami LKS
tersebut dikatakan praktis jika pengguna tidak kesulitan memahami materi yang
disajikan, mudah pemeriksaannya serta lengkap dengan petunjuk yang jelas. Jika hasil
belum praktis, dilakukan perbaikan dan hasil perbaikan divalidasi terlebih dahulu.
Setelah hasil perbaikan dinyatakan valid, dilakukan uji praktikabilitas terhadap
perbaikan. Ini dilakukan sampai ditemukan LKS yang praktis.
3) Analisis Keefektifan
Dalam analisis efektifitas yang dianalisis yaitu aspek kognitif. Aspek kognitif
menggunakan penilaian tertulis. Perhitungan data nilai akhir untuk kognitif dengan
teknik penilaian tertulis dilakukan dnegan menggunakan rumus :
Keterangan : NA=Nilai akhir,
NT=Nilai Tugas,
NS=Nilai Tes.
Aktivitas belajar siswa ketika menggunakan bahan ajar diamati melalui lembar
observasi. Selanjutnya, data yang diperoleh dari pengamatan akan dijadikan dasar
untuk mengetahui efektifitas bahan ajar buku saku matematika berbasis
konstruktivisme. Adapun kisi-kisi lembar observasi siswa ialah sebagai berikut.
32
Tabel 3.5 kisi-kisi lembar observasi siswa
Kriteia Aspek
A
B
C
D
E
F
Menyimak penjelasan guru
Mencatat hal-hal yang relevan dengan materi selama
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Melakukan diskusi/tanya jawab antar siswa
Berpikir kritis dan kreatif melalui Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Memperbaiki kesalahan atau kekurangan dalam
proses pembelajaran
Menyimpulkan materi pembelajaran
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Hasil dari penelitian pengembangan ini berupa (1) sebuah Lembar Kerja Siswa (LKS)
berbasis masalah pada materi sistem persamaan linear tiga variabel di kelas X Madrasah
Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi, (2) penilaian isi materi dan desain pembelajaran Lembar
Kerja Siswa (LKS) oleh ahli materi dan ahli desain, (3) penilaian guru dan peserta didik
terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibuat menggunakan angket.
Penelitian pengembangan ini mengacu pada model pengembangan dan Borg & Gall,
yang dibatasi pada beberapa tahap saja. Tahap-tahap tersebut meliputi: a) tahap
pengumpulan informasi; b) tahap perencaan; c) tahap pengembangan produk; dan d)
tahap validasi dan ujicoba. Berikut penjelasan tiap tahap yang dilakukan dalam
penelitian dan pengembangan ini:
1. Tahap pengumpulan informasi
Tahap ini diawali dengan melakukan tinjauan standar isi. Tinjauan standar isi dilakukan
dengan cara membuat pemetaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
Berdasarkan tahapan tersebut diperoleh materi yanag akan dikembangkan dalam bentuk
Lembar Kerja Siswa (LKS). Setelah materi yang dikembangkan sudah ditentukan langkah
selanjutnya adalah melakukan studi pustaka untuk mengumpulkan materi sistem
persamaan linear tiga variabel.
2. Tahap Perencanaan
Tahap kedua ini terdiri dari pembuatan kisi-kisi instrumen penelitian yang menjadi kriteria
penilaian bahan ajar bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kisi-kisi instrumen yang telah
selesai dibuat lalu dikembangkan menjadi instrumen penelitian. Instrumen yang akan
digunakan adalah lembar validasi. Lembar validasi digunakan untuk mengetahui kelayakan
bahan ajar berdasarkan penilaian ahli materi, ahli desain, ahli bahasa dengan mengisi
angket yang akan di isi oleh validator.
34
3. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pembuatan produk bahan ajar bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS).
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu; 1)membuat desain bahan ajar. Desain bahan ajar
dibuat dengan tujuan mempermudah dalam pembuatan bahan ajar bentu Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan untuk menentukan tahap selanjutnya agar bagian-bagian dari bahan ajar
tersusun dengan baik; 2) Memilih materi yang disajikan; 3)Merancang draft bahan ajar.
Tahapan untuk merancang draft bahan ajar adalah bahan ajar berbentuk LKS, Bahan ajar
berisi materi sistem persamaan linear tiga variabel.
4. Tahap Validasi dan Uji Coba
Tahap validasi bahan ajar dilakukan agar bahan ajar yang dikembangkan dapat diketahui
kelayakannya berdasarkan ahli materi, ahli desain bahan ajar dan ahli bahasa. Data
penilaian validasi para ahli sudah disediakan dalam bentuk angket. Produk bahan ajar yang
sudah divalidasi selanjutnya direvisi sesuai saran dan masukan ahli saat proses validasi.
Setelah bahan ajar selesei direvisi kemudian dilakukan tahap uji coba penggunaan bahan
ajar dalam kelompok kecil. Tahap ujicoba dilakukan di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota
Jambi. ujicoba dilakukan dengan cara penggunaan bahan ajar bentuk Lembar Kerja Siswa
(LKS) oleh siswa pada proses pembelajaran Matematika.
B. KELAYAKAN BAHAN AJAR
1. Hasil Validasi Ahli Materi
Penilaian oleh ahli materi dilakukan dengan cara mengoreksi meteri pada Lembar Kerja
Siswa (LKS). Selanjutnya memberi penilaian terhadap materi pada lembar validasi untuk
ahli materi, sesuai dengan pernyataan yang ada pada lembar validasi ahli materi dan
pengamatan yang telah dilakukan terhadap materi pada Lembar Kerja Siswa (LKS).
Berikut adalah hasil penilaian dari segi materi oleh ahli materi yaitu Ibu Rosi Widia
Asiani, M.Sc yang terdiri dari 23 pertanyaan dipaparkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
35
Tabel 4.1 Hasil Penilaian oleh Ahli Materi
Aspek
Yang
Dinilai
Butir Penilaian Skor Validasi
Tahap
kesatu
Tahap
kedua
Skor
Maksi
mal
1 2 3 4 5
Kelaya
kan Isi
1. Kelengkapan materi 3 4 4
2. Keluasan materi 3 4 4
3. Kedalaman materi 3 4 4
4. Keakuratan konsep dan
definisi 3 4 4
5. Keakuratan contoh dan
kasus 3 4 4
6. Keakuratan gambar, grafik,
dan ilustrasi 2 3 4
7. Keakuratan notasi, simbol,
dan ikon 3 4 4
8. Keakuratan acuan pustaka 3 4 4
9. Kesesuaian materi dengan
perkembangan ilmu 3 4 4
10. Kemutakhiran pustaka 2 3 4
11. Mendorong rasa ingin tahu 3 4 4
12. Konsistensi sistematika
sajian dalam materi 3 4 4
Kelaya
kan
Penyaji
an
13. Keruntutan konsep 3 4 4
14. Ketertauatan antara
submateri dan alinea 3 4 4
15. Contoh-contoh soal 3 4 4
16. Kata-kata kunci 3 4 4
17. Soal tes kompetensi 3 4 4
18. Kunci jawaban dan soal tes 3 4 4
19. Pengantar dan petunjuk
khusus penggunaan bahan
ajar
3 4 4
20. Daftar pustaka 2 3 4
21. Rangkuman 3 4 4
22. Keterlibatan peserta didik 3 4 4
2 3 4 5
36
23. Kesesuaian dengan karakter
matematika 3 4 4
66 86 92
Jumlah 71,74% 93,48% 100%
Persentase Kelayakan Cukup
Valid
Sangat
Valid
Sangat
Valid
Adapun komentar dan saran validator ahli materi adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Kritik Saran Validator Ahli Materi
2. Hasil Validasi Ahli Desain
Penilaian oleh ahli desain dilakukan dengan cara mengoreksi desain Lembar Kerja Siswa
(LKS). Selanjutnya memberi penilaian terhadap desain pada lembar validasi untuk ahli
desain, sesuai dengan pernyataan yang ada pada lembar validasi ahli desain dan
pengamatan yang telah dilakukan terhadap desain Lembar Kerja Siswa (LKS).
Penilaian dari validator ahli desain terhadap desain Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan
oleh Ibu Rosi Widia Asiani, M.Sc yang terdiri dari 18 pertanyaan dipaparkan pada Tabel
4.2 sebagai berikut.
37
Tabel 4.2 Hasil Penilaian oleh Ahli Desain
Aspek
Yang
Dinilai
Butir Penilaian Skor Validasi
Tahap
kesatu
Tahap
kedua
Skor
Maksi
mal
1 2 3 4 5
Format 1. Penggunaan format
kolom (tunggal atau
multi) secara
propesional
2 3 4
2. Penggunaan format
kertas (vertikal atau
herizontal) yang tepat
2 3 4
3. Penggunaan tanda-
tanda (icon) mudah
ditangkap dan bertujuan
untuk menekankan
pada hal-hal yang
dianggap penting atau
khusus
2 3 4
Organi
sasi
4. Tampilan peta/bagan
menggambarkan
cakupan materi yang
akan dibahas dalam
LKS
3 3 4
5. Organisasi isi materi
pembelajaran dengan
urutan dan susunan
2 3 4
38
yang sistematis
6. Susunan dan
penempatan naskah,
gambar dan ilustrasi
mudah di mengerti
2 3 4
7. Organisasi antar unit
dan antar paragraf
dengan susunan dan
alur yang mudah di
pahami
3 3 4
2 3 4 5
8. Organisasi antar judul,
subjudul dan uraian
mudah di ikuti
2 3 4
9. Bagian sampul (cover)
depan, dengan
mengkombinasikan
warna, gambar
(ilustrasi), bentuk dan
ukuran huruf yang
serasi
2 3 4
Daya
tarik
10. Bagian isi LKS, dengan
menempatkan
rangsangan-rangsangan
berupa gambar atau
ilustrasi, pencetakan
huruf tebal, miring,
garis bawah atau warna
2 3 4
11. Tugas dan latihan di
kemas sedemikian rupa
sehingga menarik
2 3 4
39
12. Penggunaan bentuk dan
ukuran huruf mudah
dibaca
2 4 4
Bentuk
dan
ukuran
huruf
13. Penggunaan
perbandingan huruf
proporsional antar
judul, sub judul dan isi
LKS
2 3 4
14. Tidak menggunakan
huruf kapital pada
seluruh teks
2 4 4
2 3 4 5
15. Penggunaan dan
penempatan spasi
kosong secara
proporsinal
2 4 4
1 16. Penggunaan bentuk dan
ukuran huruf konsisten
dari halaman ke
halaman
2 3 4
Ruang
spasi
kosong
17. Penggunaan jarak spasi
konsisten 2 4 4
Konsist
en
18. Penggunaan tata letak
pengetikan konsisten 3 4 4
Jumlah 39 59 72
Persentase Kelayakan 55% 81,94
% 100%
Kriteria Cukup
Valid Valid
Sangat
Valid
40
3. Hasil Validasi Ahli Bahasa
Penilaian oleh ahli bahasa dilakukan dengan cara mengoreksi desain Lembar Kerja Siswa
(LKS). Selanjutnya memberi penilaian terhadap desain pada lembar validasi untuk ahli
bahasa, sesuai dengan pernyataan yang ada pada lembar validasi ahli desain dan
pengamatan yang telah dilakukan terhadap desain Lembar Kerja Siswa (LKS).
Penilaian dari validator ahli desain terhadap desain Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan
oleh Bapak Dr M. Hurmaini, M.Pd yang terdiri dari 11 pertanyaan dipaparkan pada Tabel
4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Penilaian oleh Ahli Bahasa
Aspek
Yang
Dinilai
Butir Penilaian Skor Validasi
Tahap
kesatu
Tahap
kedua
Skor
Maksimal
Kelaya
kan
Bahasa
1. Ketepatan struktur
kaliamat 3 3 4
2. Keefektifan kalimat 2 3 4
3. Kebakuan istilah 3 3 4
4. Pemahaman
terhadap pesan atau
informasi
3 3 4
5. Mendorong berpikir
kritis 3 3 4
2 3 4 5
6. Kesesuaian
perkembangan
intelektual peserta
didik
3 3 4
7. Kesesuaian dengan
tingkat
perkembangan
emosional peserta
didik
3 3 4
8. Keruntutan dan
keterpaduan antar
kata
2 3 4
9. Keruntutan dan 2 3 4
41
keterpaduan antar
paragraf
10. Konsistensi
pengguanaan istilah 3 4 4
11. Konsistensi
pengguanaan simbol
dan ikon
2 3 4
Jumlah 29 34 44
Persentase Kelayakan 65,91% 77,27% 100%
Kriteria Valid Valid Sangat
Valid
Adapun komentar dan saran validator ahli Bahasa adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2 Kritik Saran validator ahli Bahasa
Berdasarkan hasil validasi, maka dilakukan revisi berdasarkan saran yang diberikan oleh
ahli materi, ahli desain dan ahli bahasa. Saran yang diterima oleh peneliti berupa saran
dalam bentuk tulisan maupun lisan yang disampaikan oleh ahli materi, ahli desain, dan ahli
bahasa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan.
Adapun hasil revisi yang telah dilakukan penulis terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS)
sesuai dengan saran yang diberikan oleh ahli materi, ahli desain dan ahli bahasa adalah
sebagai berikut :
42
Gambar 4.3 Cover Sebelum di Revisi Gambar 4.4 Cover Sesudah di Revisi
Gambar 4.5 Menjelaskan Pengertian Masalah, Sebelum Revisi
43
Gambar 4.6 Menemukan Masalah, Sesudah Revisi
44
Gambar 4.7 Lembar Kerja Individu Sebelum Revisi
Gambar 4.8 Lembar Kerja Individu Sesudah Revisi
C. HASIL UJI COBA
Ujicoba dilakukan untuk mengetahui kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) berdasarkan
tanggapan dan respon guru matematika dan siswa Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota
Jambi kelas X. Ujicoba dilaksanakan di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi. Jumlah
responden sebanyak 1 orang guru matematika dan 20 siswa. Ujicoba dilakukan dengan
cara menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses pembelajaran di kelas.
Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi saat penggunaan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dalam pembelajaran dan wawancara setelah penggunaan Lembar Kerja Siswa
(LKS).
45
1. Hasil Observasi
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai respon guru dan siswa saat
penggunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran. Data hasil observasi disajikan
berikut ini:
a. Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu siswa untuk lebih cepat memahami materi
dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru mengenai materi yang
disajikan.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu siswa untuk aktif dalam mengikuti
pembelajaran hal ini terlihat dengan keterlibatan siswa dalam sesi tanya jawab yang
di ajukan guru.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini dapat membangkitkan motivasi siswa.
d. Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu siswa untuk berpikir kritis. Hal ini terlihat
dari komentar maupun tanggapan siswa mengenai materi yang disampaikan.
2. Hasil Wawancara Guru
Melalui wawancara dengan guru, peneliti mendapatkan informasi mengenai tanggapan
guru terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan. Hasil wawancara dengan
guru dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan sudah menggunakan bahasa yang
komunikatif.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi. Hal itu dapat meminimalisir kesalahan persepsi terhadap
apa yang disampaikan guru.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS) menyajikan materi dengan jelas dan menarik sehingga
mudah dipahami. Selain itu materi juga disajikan dengan kalimat dan istilah yang
mudah dipahami.
d. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan variatif. Siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran.
e. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat membantu siswa untuk berpikir
46
kritis dan kreatif. Lembar Kerja Siswa (LKS) juga memungkinkan siswa untuk
menggali informasi dan mengerjakan tugas secara mandiri.
3. Hasil Wawancara Siswa
Peneliti tidak hanya melakukan wawancara dengan guru tetapi juga melakukan wawancara
dengan siswa. Wawancara dengan siswa dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai tanggapan siswa terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan.
Hasil wawancara dengan siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Materi disajikan dengan jelas, menarik, serta mudah dipahami karena penyajian
materi lengkap.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) menyajikan materi dengan bahasa yang komunikatif
dan mudah dipahami oleh siswa.
c. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) juga dapat membangkitkan rasa ingin
tahu siswa.
d. Siswa merasa lebih mudah memahami materi yang disampaikan dengan
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) ini.
e. Siswa merasa lebih tertarik mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
4. Hasil Angket Respon Guru
Setelah selesai divalidasi oleh tim ahli, selanjutnya dilakukan uji coba terhadap Lembar
Kerja Siswa (LKS). Pada uji coba ini melibatkan guru matematika Madrasah Aliyah
Mahdaliyah Kota Jambi kelas X yaitu Ibu Andriyani, S.Pd selaku responden yang akan
mengamati dan menilai Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibuat. Kemudian
responden diminta untuk memberikan penilaian melalui angket respon guru. Hasil evaluasi
tersebut digunakan untuk melihat kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada Gambar
4.10 berikut terlihat responden sedang mengisi angket penilaian.
47
Gambar 4.9 guru mengisi angket
Tabel 4.4 berikut hasil peniliaan dari responden
No Pertanyaan Skor
Penilaian
1 2 3
1 Tampilan halaman cover LKS menarik 4
2 Setiap judul LKS ditampilkan dengan
jelas sehingga dapat menggambarkan isi LKS 4
3 Penempatan tata letak (judul, subjudul, teks, gambar,
nomor halaman) LKS konsisten sesuai dengan pola
tertentu
4
1 2 3
4 Pemilihan jenis huruf, ukuran serta spasi yang
digunakan sesuai sehingga
mempermudah siswa dalam membaca LKS
4
5 Keberadaan gambar dalam LKS dapat
menyampaikan isi materi
4
48
6 Perpaduan antara gambar dan tulisan dalam LKS
menarik perhatian 4
7 LKS menggunakan bahasa sesuai dengan tingkat
kematangan siswa 3
8 LKS menggunakan bahasa yang komunikatif 4
9 LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas 4
10 LKS menggunakan kalimat yang tidak menimbulkan
makna ganda 4
11 LKS menggunakan kalimat yang mudah dipahami
siswa 3
12 Petunjuk kegiatan-kegiatan dalam LKS jelas
sehingga mempermudah siswa melakukan semua
kegiatan yang ada dalam LKS
4
13 Materi yang disajikan dalam LKS mencakup semua
materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi
(SK) dan dalam Kompetensi Dasar (KD)
4
14 Indikator pembelajaran pada LKS sesuai dengan SK
dan KD 4
15 Materi yang disajikan dalam LKS membantu siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
diisyaratkan dalam indikator pencapaian kompetensi
dasar
4
16 Materi yang disajikan dalam LKS sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa 3
17 LKS memfasilitasi siswa untuk membangun
pemahaman berdasarkan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya
3
18 LKS memfasilitasi siswa untuk menggali informasi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah 3
19 LKS memfasilitasi siswa untuk menyelesaikan
permasalahan matematika dengan caranya sendiri 4
20 LKS mendorong siswa untuk berdiskusi atau bekerja
sama dengan orang lain dalam satu kelompok 4
21 Konsep yang disajikan dalam LKS tidak
menimbulkan banyak tafsir dan sesuai dengan
konsep yang berlaku
4
1 2 3
22 Gambar dan ilustrasi dalam LKS yang disajikan
berdasarkan masalah sehari-hari dan efisien untuk
meningkatkan pemahaman siswa
4
49
23 Notasi, simbol, dan ikon dalam LKS disajikan secara
benar menurut kelaziman yang berlaku 3
24 LKS membantu siswa untuk menemukan konsep
materi 4
1 2 3
25 LKS mudah diimplementasikan pada
Pembelajaran 4
26 Masalah-masalah yangdiberikan mudah dipahami 4
27 LKS memiliki identitas untuk memudahkan
administrasinya 4
Jumlah 90
Persentase Rata-rata 83,33%
Kriteria Sangat
Praktis
Berdasarkan hasil tanggapan guru matematika pada tabel 4.4 di atas mengenai Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang telah dikembangkan diperoleh jumlah skor 90. Dengan
persentase rata-rata 83,33% dengan kriteria sangat praktis. bahwa Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang dikembangkan dapat membantu memudahkan guru dalam menyampaikan
konsep materi pelajaran dan praktis penggunaannya.
5. Hasil Angket Respon Siswa
Uji coba produk ini berlangsung selama pembelajaran dengan memberikan gambaran
umum dari materi, kegiatan peserta didik, dan penerapan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Sistem Persamaan Linear Tiga Variavel pada proses pembelajaran. Setelah diujicobakan,
peneliti meminta peserta didik mengisi angket respon peserta didik terhadap Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan peserta didik bebas mengemukakan pendapat terkait dengan Lembar
Kerja Siswa (LKS) tersebut dengan memberikan penilaian berupa tanggapan terhadap
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan peserta didik bebas mengemukakan pendapat melalui
angket respon peserta didik yang terdiri dari 19 pertanyaan. Berikut disajikan Tabel 4.5
yaitu hasil dari tanggapan peserta didik terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS).
50
Tabel 4.5 Hasil Penilaian dari 20 Orang Peserta Didik terhadap LKS
No Pertanyaan Persentase Kategori
1 2 3 4
1 Lembar kegiatan siswa (LKS)
menggunakan bahasa yangmudah
dipahami
93,75% Sangat
Praktis
2 LKS menggunakan kalimat yang tidak
menimbulkan makna ganda 87,5% Sangat
Praktis
3 Petunjuk kegiatan dalam LKS jelas,
sehingga mempermudah saya dalam
melakukan semua kegiatan pembelajaran
91,25% Sangat
Praktis
4 Pemilihan jenis huruf, ukuran serta spasi
yang digunakan mempermudah saya dalam
membaca LKS
92,5% Sangat
Praktis
5 Pada awal pembelajaran menggunakan
lembar kerja siswa ini, ada sesuatu yang
menarik bagi saya
85% Sangat
Praktis
6 Gaya penyajian LKS ini tidak
membosankan 81,25% Sangat
Praktis
7 Pada setiap halaman terdapat kata atau
kalimat mudah saya pahami 77,5% Sangat
Praktis
8 Dalam pembelajaran ini saya sering
menyatakan soal dalam bentuk gambar,
sketsa, atau diagram
90% Sangat
Praktis
9 Variasi kegiatan, tugas, soal latihan,
ilustrasi dan lain-lain membantu saya
untuk mengembangkan kemampuan
matematika saya
86,25% Sangat
Praktis
10 Dari setiap kegiatan yang ada dalam
LKS ini saya dapat menyimpulkan dan
mengambil ide-ide penting mengenai
materi sistem persamaan linear tiga
variabel
90% Sangat
Praktis
1 2 3 4
51
11 Saya dapat menghubungkan isi LKS ini
dengan hal-hal yang telah saya lihat, saya
lakukan, atau saya pikirkan dalam
kehidupan sehari-hari
76,25% Sangat
Praktis
12 Saya mampu menyelesaikan soal
berbentuk uraian dan soal cerita
78,75% Sangat
Praktis
13 Saya dapat memperoleh pengetahuan
dengan mengikuti serangkaian kegiatan
dalam lembar kerja siswa
81,25% Sangat
Praktis
14 Setelah mempelajari sistem persamaan
linear tiga variabel menggunakan LKS ini
saya percaya bahwa saya akan berhasil
dalam tes
88,75% Sangat
Praktis
15 Isi LKS ini sangat bermanfaat bagi saya
93,75% Sangat
Praktis
16 Tidak ada materi dalam LKS ini yang saya
kurang pahami 90% Sangat
Praktis
17 Saya senang mempelajari matematika
khususnya sistem persamaan linear tiga
variabel menggunakan LKS ini
78,75% Sangat
Praktis
18 Isi LKS ini menarik dengan minat saya 81,25%
Sangat
Praktis
Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dari LKS yang telah dikembangkan
memiliki kepraktisan yang baik. Ini dapat dilihat dari persentase jawaban angket siswa
terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang jika dirata-ratakan memiliki persentase sebesar
85,76%. Dari uji coba yang dilakukan kepada siswa Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota
Jambi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah
dikembangkan sudah Sangat Praktis dan layak digunakan sebagai panduan pembelajaran.
Adapun hasil analisis angket siswa dapat dilihat pada lampiran.
52
D. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengembangan Bahan Ajar
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Hasil penelitian dan
pengembangan ini adalah bahan ajar matematika berbasis masalah dalam bentuk Lembar
Kerja Siswa (LKS) dengan materi sistem persamaan linear tiga variabel. Penelitian dan
pengembangan ini dilaksanakan dengan mengacu pada tahapan penelitian dan
pengembangan menurut Borg & Gall. Borg & Gall (1983: 775) memaparkan ada sepuluh
tahap dalam penelitian dan pengembangan, namun dalam penelitian dan pengembangan ini
kesepuluh langkah tersebut disederhanakan menjadi enam langkah. Adapun faktor-faktor
yang mendasari penyederhaan tersebut yaitu:
a. Keterbatasan waktu
Jika penelitian dan pengembangan ini dilakukan dengan sepuluh tahapan akan memerlukan
waktu dan proses yang relatif panjang dan lama. Oleh karena itu, melalui penyederhanaan
menjadi empat tahapan penelitian dan pengembangan ini selesai dengan waktu yang lebih
singkat tetapi tetap efisien dan efektif dalam proses dan hasilnya.
b. Keterbatasan biaya
Biaya yang relatif besar akan diperlukan jika penelitian ini dilakukan dalam sepuluh tahap.
Oleh karena itu, melalui penyederhanaan tahapan penelitian ini bisa selesai dengan jumlah
biaya yang relatif terjangkau.
c. Kesamaan tahapan
Berdasarkan kesepuluh tahap penelitian dan pengembangan model Borg & Gall, ada
beberapa tahap yang memiliki kesamaan tujuan. Kesamaan tersebut terlihat pada beberapa
tahap, seperti tahap ujicoba lapangan awal (preliminary field testing), tahap ujicoba
lapangan (main field testing), dan tahap ujicoba pelaksanaan lapangan (operational field
testing). Adanya kesamaan pada beberapa tahap ujicoba tersebut, membuat peneliti
menyederhanakan menjadi satu tahap ujicoba.
Berdasarkan hasil pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi sistem
persamaan linear tiga variabel maka dapat dinyatakan bahwa LKS yang dikembangkan
telah memenuhi beberapa karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa
53
(LKS) memuat tujuan pembelajaran yang jelas dimana tujuan pembelajaran yang ada
didalam LKS selaras dengan indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar kurikulum
2013. Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun kedalam unit-unit kegiatan belajar yang terdiri
dari 5 kegiatan belajar dan dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Untuk setiap kegiatan
belajar terdapat ilustrasi dan contoh yang dilengkapi dengan penyelesaian. Didalam
Lembar Kerja Siswa (LKS) juga terdapat tugas-tugas untuk mengukur penguasaan peserta
didik terhadap materi yang dipelajari. Materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas
atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik. Pada setiap kegiatan belajar terdapat
rangkuman pembelajaran, serta informasi tentang referensi yang mendukung materi
pembelajaran dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini
memuat materi yang dibutuhkan oleh peserta didik sehingga peserta didik tidak perlu
bahan ajar yang lain untuk mempelajari materi sistem persamaan linear tiga variabel.
Didalam LKS ini berisi instruksi yang mudah dimengerti oleh peserta didik karena
menggunakan bahasa dan istilah yang umum digunakan. Hal diatas sesuai dengan
karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Selain dilihat dari karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS) ini juga memiliki ciri khas dari
segi penyajian materi menyajikan masalah kontekstual. Peserta didik dibimbing dalam
merubah masalah kontekstual ke bentuk formal matematika. Selain itu peserta didik juga
dilatih menyelesaikan masalah kontekstual dimana peserta didik memiliki kebebasan untuk
mengembangkan strategi pemecahan masalah yang kemudian diarahkan untuk
mendiskusikan dengan teman. Didalam Lembar Kerja Siswa (LKS) ini juga terdapat
keterkaitan konsep sistem persamaan linear tiga variabel dengan materi matematika
selanjutnya maupun materi pelajaran lain.
2. Kualitas Hasil Pengembangan Bahan Ajar
a. Kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Untuk mengetahui apakah Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah dapat dikatakan valid atau
tidak, dilihat berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi, ahli desain dan ah;i bahasa.
Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh ahli materi maka diperoleh jumlah skor
penilaian yaitu 86 dengan persentase skor yang diperoleh 93,48%. Menurut Riduwan
54
(2016:41) kriteria validitas produk dengan tingkat validitas 81% - 100% adalah sangat
valid. Karena berdasarkan angket penilaian ahli materi terlihat validator menyatakan
bahwa kelengkapan materi, keluasan materi, kedalaman materi, keakuratan konsep dan
definisi, keakuratan contoh dan kasus, keakuratan gambar, grafik, dan ilustrasi, keakuratan
notasi, simbol, dan ikon, keakuratan acuan pustaka, kesesuaian materi dengan
perkembangan ilmu, kemutakhiran pustaka, mendorong rasa ingin tahu, konsistensi
sistematika sajian dalam bab, keruntutan konsep, ketertautan antar subbab dan antar alinea,
contoh- contoh soal, soal tes kompetensi di akhir, petunjuk khusus penggunaan bahan ajar,
daftar pustaka, rangkuman, keterlibatan peserta didik kesesuaian dengan karakter
matematika, ketepatan struktur kalimat, keefektifan kalimat, kebakuan istilah, pemahaman
terhadap pesan atau informasi, mendorong berpikir kritis, kesesuaian perkembangan
intelektual peserta didik, kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta
didik.
Berdasarkan validasi oleh ahli desain diperoleh jumlah skor penilaian yaitu 59 dengan
persentase skor yang diperoleh 81,94%. Menurut Riduwan (2016:41) kriteria validitas
produk dengan tingkat validitas 81% - 100% adalah sangat valid.
Berdasarkan validasi oleh ahli bahasa di peroleh jumlah skor penilaian yaitu 34 dengan
persentase skor yang diperoleh 77,27%. Menurut Riduwan (2016:41) kriteria validitas
produk dengan tingkat validitas 61% - 80% adalah valid.
Dilihat dari hasil penilaian oleh ketiga ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan sudah dapat dikatakan “Valid” karena memenuhi
kriteria validitas yaitu ”sangat valid”. Jika Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah dinyatakan
valid oleh validator, maka Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat diujicobakan dilapangan.
b. Kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS) dilihat melalui penggunaan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan lembar observasi kegiatan guru. Jika pada ujicoba lapangan menunjukan hasil
yang baik pada penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS), maka Lembar Kerja Siswa (LKS)
dapat dinyatakan praktis. Hasil respon terhadap penggunaan Lembar Kerja Siswa
(LKS)diperoleh dari uji coba. Pada uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil
55
berjumlah 20 orang peserta didik. Uji coba perorangan dilakukan dengan meminta respon
guru mata pelajaran matematika Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi yaitu Ibu
Andriyani, S.Pd terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan. Dari uji coba
perorangan ini didapat skor total sebesar 90 dengan diperoleh persentase sebesar 83,33%.
Menurut Riduwan (2016:41) kriteria angket respon dengan tingkat validitas respon 76% -
100% adalah sangat ptaktis. Sedangkan uji coba kelompok kecil untuk 20 orang peserta
didik dilakukan pada kelas X di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi yang merupakan
subjek dari penelitian. Pada uji coba 20 orang peserta didik ini diperoleh total skor 1.235
dari skor maksimal yang diharapkan yaitu 1.440 sehingga persentase yang diperoleh adalah
85,76%. Menurut Riduwan (2016:41) kriteria angket respon dengan tingkat validitas
respon 76% - 100% adalah sangat praktis.
c. Keefektivan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Efektivitas dari Lembar Kerja Siswa (LKS) dinilai dengan melihat ketuntasan belajar
peserta didik secara klasikal yaitu dengan dilakukan sebuah tes hasil belajar peserta didik
tentang materi sistem persamaan linear tiga variabel. Dari hasil Tes Hasil Belajar (THB)
peserta didik diperoleh ketuntasan klasikal yaitu 82%. Terdapat 3 orang dari 20 peserta
didik yang tidak tuntas, sehingga hanya 17 orang peserta didik yang masuk pada kategori
tuntas dalam belajar menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan.
Sehingga berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa kelas X
Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi telah memenuhi kategori “TUNTAS” secara
klasikal dalam belajar matematika pada Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan.
56
Gambar 4.10 Salah satu jawaban siswa
57
Gambar 4.11 salah satu tugas kelompok siswa
Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)
dapat membantu peserta didik mencapai ketuntasan hasil belajar. Pada ujicoba lapangan
peneliti meminta seorang observer yang merupakan guru matematika kelas X Madrasah
Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi yaitu Ibu Andriyani, S.Pd untuk melakukan pengamatan
terhadap aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik.
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
No Aspek yang di nilai Pertemuan Rata-
rata 1 2 3
1
2
4
5
Menyimak penjelasan guru
Mencatat hal-hal yang relevan
dengan materi selama
menggunakan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Melakukan diskusi/tanya
jawab antar siswa
Berpikir kritis dan kreatif
84.8%
79,5%
82,7%
78,6%
89,4%
85%
87,5%
85,2%
95%
92,4%
89,7%
90.2%
89,6%
85,63%
86,63%
84,67%
58
6
7
melalui Lembar Kerja Siswa
(LKS)
Memperbaiki kesalahan atau
kekurangan dalam proses
pembelajaran
Menyimpulkan materi
pembelajaran
80,5%
83,8%
87,6%
88,8%
90%
94%
86,03%
88,86%
Rata-rata 74,46%
Dari tabel 4.6 hasil aktivitas siswa di atas diperoleh presentase sebesar 74,46% dengan
kategori efektif. Pengamatan aktivitas siswa ini dilakukan selama jam pelajaran
berlangsung. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali dengan hari dan jam yang berbeda.
Keefektifan juga dapat dilihat dari hasil peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa saat uji
coba dilakukan. klasikal sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam
penelitian.
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Uji Coba
No Nama Siswa Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Amanda Ftharani
Anggun Frametha Sari
Ari Aswan
Dapit Saputra
Endo Adianzah
Gezi Aulia
Harkon Arif
M. Damiri
Marta Lina Sari
Novita Sari
Rian Pratama
Ridho Mainako
75
80
75
75
85
82
80
60
65
76
60
95
59
13
14
15
16
17
18
19
20
Risda
Septia Windari
Siti Rahmah
Wahyudi
Wasi’ah
Windi Novianti
Yuda Mursila
Yulia
90
82
86
76
75
70
75
80
Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Belajar Siswa Uji Coba
No Variasi Kelas X
1
2
3
4
5
6
7
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
Jumlah Siswa
Jumlah Siswa Mencapai KKM
Jumlah Siswa Yang Tidak Mencapai KKM
Ketuntasan Klasikal Kelas (KKM )
95
60
77,1
20
17
3
82%
Hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes tertulis. Ketuntasan belajar dengan KKM >
70 secara klasikal pada X yaitu sebesar 82%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa
Lembar Kerja Siswa (LKS) efektif terhadap hasil belajar siswa. Persentase ketuntasan
belajar siswa secara umum, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa,
sedangkan 3 orang lagi belum tuntas. Dengan nilai tertinggi 95,00 dan nilai terendah nya
adalah 60,00. Secara umum nilai rata-ratanya mencapai 77,1. Dan sudah mencapai KKM
dan bisa dikatatakan tuntas.
60
Nieveen (dalam Rochmad, 2012:68) menyatakan bahwa hasil pengembangan dapat
dikatakan berkualitas apabila memenuhi aspek mutu (kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan). Berdasarkan landasan tersebut, maka dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang dikembangkan oleh peneliti memenuhi kategori berkualitas dan layak untuk
digunakan karena telah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.
61
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengembangan bahan ajar
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa Lembar Kerja
Siswa (LKS) berbasis masalah dengan materi “Sistem Persamaan Linear Tiga
Variabel”. Di dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) terdapat rincian-rincian materi
Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini didesain
dengan sebaik mungkin yang sesuai dengan kurikulum 2013. Kegiatan dalam
Lembar Kerja Siswa (LKS) terbagi menjadi Tiga Kegiatan. Di dalam setiap
kegiatan memuat permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa. Pada akhir
kegiatan terdapat soal latihan yang merupakan evaluasi untukmengetahui seberapa
paham siswa tersebut. Setiap kegiatan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) juga
disertai dengan informasi pendukung. Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis masalah
yang menyajikan permasalahan untuk dipecahkan siswa dan mampu mendorong
siswa berfikir kritis dalam memecahkan masalah.
2. Kualitas hasil pengembangan berupa Lembar Kerja Siwa (LKS) dilihat dari aspek
kevalidan, kepraktisandan keefektifan. Untuk melihat aspek kevalidan, LKS
divalidasi oleh para ahli yaitu ahli materi, ahli desain dan ahli bahasa. Hasil validasi
menunjukkan bahwa ini valid. Hal ini dilihat dari hasil analisis validasi materi
dengan skor persentase yang diperoleh yaitu 93,48%, analisis validasi desain
dengan skor persentase yang diperoleh yaitu 81,94%, analisis validasi bahasa
dengan skor persentase yang diperoleh yaitu 77,27%, sehingga ketiga hasil validasi
tersebut memenuhi kriteria valid. Untuk melihat aspek kepraktisan, lks yang
dikembangkan dinilai oleh guru matematika kelas X Madrasah Aliyah Mahdaliyah
Kota Jambi dan 20 orang peserta didik kelas X sebagai subjek pada uji coba
melalui angket. Hasil analisis angket guru, angket peserta didik dan lembar
62
observasi kegiatan guru menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siwa (LKS) ini
praktis. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis angket penilaian guru dengan skor
persentase 83,33% dan memenuhi kriteria sangat praktis, angket penilaian 20 orang
peserta didik dengan skor persentase 85,76% dan memenuhi kriteria sangat praktis.
Untuk aspek keefektifan, dinilai dari pencapaian peserta didik mengerjakan tes
hasil belajar dan aktivitas peserta didik saat proses belajar berlangsung yang dalam
hal ini penilaian dilakukan oleh observer yaitu guru matematika kelas X Madrasah
Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi. Hasil analisis tes hasil belajar dan lembar
observasi kegiatan peserta didik menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS)
berbasis masalah ini efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis tes hasil belajar
peserta didik yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa, sedangkan 3 orang lagi
belum tuntas. Dengan nilai tertinggi 95,00 dan nilai terendah nya adalah 60,00.
Secara umum nilai rata-ratanya mencapai 77,1. Dengan demikian peserta didik
pada kelas tersebut sudah dapat dikatakan mampu menguasai materi sistem
persamaan linear tiga variabel pada Lembar Kerja Siwa (LKS) . Berdasarkan
kriteria tersebut, maka dapat disimpulkan Lembar Kerja Siwa (LKS) pembelajaran
yang dikembangkan oleh peneliti memenuhi kategori berkualitas dan layak untuk
digunakan karena Lembar Kerja Siwa (LKS) telah memenuhi kriteria valid, praktis
dan efektif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran-saran sebagai berikut:
1. Perlu dikembangkan bahan ajar lain dengan berbentuk modul, Lembar Kerja Siwa
(LKS) , buku siswa, handout, dll.
2. Perlu mengembangkan Lembar Kerja Siwa (LKS) pembelajaran dengan
menggunakan suatu pendekatan atau model pembelajaran lain.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan hingga 10 tahap dan melakukan uji
coba di sekolah-sekolah lain dengan berbagai kondisi.
63
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng Nurintasari, “Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Matematika Berbasis
Metode Penemuan Terbimbing untuk Memfasiltasi Pencapaian Pemahaman
Konsep dan Keaktifan Belajar siswa Kelas VII pada pokok bahasan segi empat”.
Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Anonim. (2008). Al Qur’an dan Terjemah. Surabaya. PT Dana Karya.
Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008.
Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava
Media.
Ditjen Dikdasmen, 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Harlinda Fatmawati, DKK, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika Berdasarkan pada Pokok Bahasa Persamaan Kuadrat (Penelitian pada
Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014)”,
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Volume 2, Nomor 9, November
2014.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008.
Nurkhasanuddin,”Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Kontekstual dengan
Metode Group Investigation (GI) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa SMP/MTs pada Materi Garis Singgung Lingkaran”.
Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2009.
Riduwan. (2016). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rusman, 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi
Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
Rahmita Yuliana Gazali, “Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Siswa SMP
Berdasarkan Teori Belajar Ausubel”. Jurnal Pendidikan Matematika Volume 11 –
Nomor 2, Desesmber 2016, (182-192).
Rochmad, 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.
Jurnal Kreano, 3(1) : 59-72.
64
Saputro, B. (2017). Manajemen Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Slamet Mulyono, dkk. “Pengembangan Bahan Ajar Modul Matematika SMP Kelas VII di
Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Skripsi FKIP Unila Bandar Lampung Jurusan
Matematika. 2010.
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Syutaridho, “Mengontrol Aktivitas Berpikir Siswa dengan Memunculkan Soal Berpikir
Kritis” Jurnal Pendidikan Matematika JPM RAFA, Volume 2, Nomor 1, September
2016.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu – Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Lampiran 11
SOAL TES
1. Ayu, Bimo dan Candra berbelanja disebuah toko buku secara bersamaan. Ayu
membeli 3 set pensil, 4 penghapus dan 1buku tulus. Bimo membeli 6 set pensil, 2
penghapus dan 1 buku tulis. Candra membeli 2 set pensil, 5 penghapus dan 10 buku
tulis. Di kasir, ayu membayar Rp83.000,00; Bimo membayar Rp86.000’00; dan
Candra membayar Rp158.000,0. Berapa harga masing-masing benda tersebut?
2. Pada sebuah toko buku kia membeli 4 buku, 2 pulpen, 3 pensil dengan harga
Rp. 26.000,00. Dina membeli 3 buku, 3 pulpen, 1 pensil dengan harga
Rp.21.000,00. Dika membeli 3 buku dan 1 pensil dengan harga Rp.12.000,00. Jika
didin membeli 2 pulpen dan 3 pensil, maka tentukan biaya yang dikeluarkan oleh
didin.
3. Irma, Aisyah, dan Purma pergi bersama-sama ke toko buah. Irma membeli 2 kg
apel, 2 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp67.000,00. Aisyah membeli 3 kg
apel, 1 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp61.000,00. Purma membeli 1 kg
apel, 3 kg anggur, dan 2 kg jeruk dengan harga Rp80.000,00.
Jika Purma membeli 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk, maka ia harus
membayar. . . .
4. Ibu Siti, ibu Nur, dan ibu Maya pergi ketoko peralatan rumah tangga. Ibu Siti
membawa uang sebanyak Rp 50.000 ia membeli 2 gelas ukuran kecil, 1 gelas
ukuran sedang, dan 2 gelas ukuran jumbo sisa uang ibu Siti Rp 9.000. ibu Nur
membeli setang lusin gelas ukuran kecil, 2 gelas ukuran sedang, dan 1 gelas ukuran
jumbo membayar Rp 41.000. sedangkan ibu Maya membeli 6 gelas ukuran kecil,
satu gelas ukuran sedang, dan 4 gelas ukuran jumbo membayar Rp 79.000.
berapakah harga satu buah gelas ukuran keci, satu buah gelas ukuran sedang, dan
satu buah gelas ukuran jumbo?
Lampiran 12
JAWABAN SOAL TES
5. Ayu, Bimo dan Candra berbelanja disebuah toko buku secara bersamaan. Ayu
membeli 3 set pensil, 4 penghapus dan 1buku tulus. Bimo membeli 6 set pensil, 2
penghapus dan 1 buku tulis. Candra membeli 2 set pensil, 5 penghapus dan 10 buku
tulis. Di kasir, ayu membayar Rp83.000,00; Bimo membayar Rp86.000’00; dan
Candra membayar Rp158.000,0. Berapa harga masing-masing benda tersebut?
Penyelesaian:
Misalkan
X= Pensil
Y= Penghapus
Z= Buku
persamaan ke 1
persamaan ke 2
persamaan ke 3
Eliminasi persamaan 1 dan 2, kemudian persamaan 2 dan 3
persamaan ke 4
| |
| |
Persamaan ke 5
Eliminasi y persamaan 4 dan 5
| |
| |
Subtitusi ke persamaan ke 4
Subtitusi ke persamaan ke 2
Jadi harga atu Pensil Rp 9.000, harga satu Penghapus Rp 12.000, harga satu Buku Rp
8.000
6. Pada sebuah toko buku kia membeli 4 buku, 2 pulpen, 3 pensil dengan harga
Rp. 26.000,00. Dina membeli 3 buku, 3 pulpen, 1 pensil dengan harga
Rp.21.000,00. Dika membeli 3 buku dan 1 pensil dengan harga Rp.12.000,00. Jika
didin membeli 2 pulpen dan 3 pensil, maka tentukan biaya yang dikeluarkan oleh
didin.
Pembahasan :
misalkan:
Buku = x
Pulpen = y
Pensil = z
Sistem persamaan linear :
1) 4x + 2y + 3z = 26.000
2) 3x + 3y + z = 21.000
3) 3x + z = 12.000
Ditanya : 2y + 3z = ...?
Persamaan 2 dan 3
3x+3y+z = 26.000
3x + z = 12.000 –
3y = 3.000 (persamaan 4)
Persamaan 1 dan 2
4x + 6.000 + 3z = 26.000| 4x + 3z = 20.000 |x3| 12x + 9z = 60.000
3x + 9.000 + z = 21.000 | 3x + z = 12.000 |x4|12x + 4z = 48.000
5z = 12.000 (persamaan 5)
Z = 2.400
jadi untuk 2y + 3z adalah
= 2 . (3.000) + 3 . (2.400)
= 6.000 + 7.200
= Rp.13.200,00
7. Irma, Aisyah, dan Purma pergi bersama-sama ke toko buah. Irma membeli 2 kg
apel, 2 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp67.000,00. Aisyah membeli 3 kg
apel, 1 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp61.000,00. Purma membeli 1 kg
apel, 3 kg anggur, dan 2 kg jeruk dengan harga Rp80.000,00.
Jika Purma membeli 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk, maka ia harus
membayar. . . .
Penyelesaian :
Misalkan
X= Apel
Y= Anggur
Z= Jeruk
persamaan ke 1
persamaan ke 2
persamaan ke 3
Eliminasi persamaan 1 dan 2, kemudian persamaan 2 dan 3
persamaan ke 4
| |
| |
Persamaan ke 5
Eliminasi y persamaan 4 dan 5
Subtitusi ke persamaan ke 4
Subtitusi ke persamaan ke 1
Jadi harga 1kg Apel Rp 12.000, harga 1kg Anggur Rp18.000, dan harga 4kg Jeruk Rp
21.000
8. Ibu Siti, ibu Nur, dan ibu Maya pergi ketoko peralatan rumah tangga. Ibu Siti
membawa uang sebanyak Rp 50.000 ia membeli 2 gelas ukuran kecil, 1 gelas
ukuran sedang, dan 2 gelas ukuran jumbo sisa uang ibu Siti Rp 9.000. ibu Nur
membeli setang lusin gelas ukuran kecil, 2 gelas ukuran sedang, dan 1 gelas ukuran
jumbo membayar Rp 41.000. sedangkan ibu Maya membeli 6 gelas ukuran kecil,
satu gelas ukuran sedang, dan 4 gelas ukuran jumbo membayar Rp 79.000.
berapakah harga satu buah gelas ukuran keci, satu buah gelas ukuran sedang, dan
satu buah gelas ukuran jumbo?
Penyelesaian Misalkan
X= Gelas Ukuran Kecil
Y= Gelas Ukuran Sedang
Z= Gelas Ukuran Jumbo
Setengah Lusin = 6
Uang yang habis di bayar ibu Siti = uang total ibu Siti – Sisa
= 50.000 – 9.000
= 41.000
persamaan ke 1
persamaan ke 2
persamaan ke 3
Eliminasi persamaan 1 dan 2, kemudian persamaan 2 dan 3
| |
| |
Persamaan ke 4
persamaan ke 5
Eliminasi persamaan 5 dan 4
Subtitusi ke persamaan ke 5
Subtitusi ke persamaan ke 1
Jadi harga satu buah gelas ukuran kecil Rp 2.000, harga satu buah gelas ukuran sedang Rp
7.000, dan satu buah gelas ukuran jumbo Rp 15.000.
Lampiran 13
GURU MENGISI ANGKET
Lampiran 14
SISWA MENGISI ANGKET
Lampiran 15
Dokumentasi Mengajar