Download - PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA TERAS
BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN
JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU
(Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU
Disusun oleh :
FITRI SERTIA MAYANTI
H 0205034
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA TERAS
BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN
JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU
(Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU
Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah
Disusun oleh :
FITRI SERTIA MAYANTI
H 0205034
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
2011
PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS
PADA TERAS BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH
BAKTERI DAN JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN
TEMBAKAU (Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU
Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh:
FITRI SERTIA MAYANTI
H 0205034
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Pada Tanggal :
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Ir. Sudadi, MP NIP. 19620307 199010 2 001
Anggota I
Ir. Jaka Suyana, M.Si NIP. 19640812 198803 1 001
Anggota II
Dwi Priyo Ariyanto, SP, M.Sc NIP. 19790115 200501 1 001
Surakarta, Januari 2011
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 119590909198603 2 002
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
DAFTAR ISI ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………...
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….
RINGKASAN………………………………………………………………
SUMMARY………………………………………………………………….
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………
B. Perumusan Masalah…………………………………………………
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………...
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………..
E. Hipotesis…………………………………………………………......
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Erosi di Sub-DAS Progo Hulu……………………………………...
B. Teknologi Konservasi Hedgerows…………………………………..
1. Teras Batu………………………………………………………..
2. Teras Bangku Miring……………………………………………..
3. Pemberian Mulsa Sisa Tanaman…………………………………
4. Penanaman Tanaman Setaria Spacelata dan Koro Merah
(Canvalia gladiata (Jack )………………………………………..
C. Bakteri dan Jamur Tanah……………………………………………
D. Tanaman Tembakau…………………………………………………
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu…………………………………………………
B. Bahan dan Alat Penelitian…………………………………………..
C. Rancangan Penelitian……………………………………………….
D. Tata Laksana Penelitian…………………………………………….
i
ii
iii
v
vii
viii
ix
x
1
3
3
3
3
4
5
7
8
10
12
14
15
18
18
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
E. Parameter Pengamatan……………………………………………...
F. Analisis Data………………………………………………………..
G. Kerangka Berpikir…………………………………………………..
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Tanah Awal…………………………………………..
2. Jumlah Bakteri dan jamur tanah di Teras Bangku Miring…………..
3. Jumlah Bakteri dan jamur tanah di Teras Bangku Batu…………….
4. Pertumbuhan Tanaman Tembakau…………………………………..
1. Tinggi Tanaman………………………………………………….
2. Jumlah Daun……………………………………………………..
3. Panjang Daun…………………………………………………….
4. Berat Berangkasan Daun…………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
LAMPIRAN
20
21
21
22
23
24
29
33
33
35
36
38
40
41
42
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rancangan Perlakuan penelitian……………………………….....
Tabel 2. Karakteristik Tanah Awal Pada Teras Bangku miring (T1)………
Tabel 3. Karakteristik Tanah Awal Pada Teras Batu (T2)………………….
19
23
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
DAFTAR GAMBAR Halaman
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19
Jumlah bakteri tanah x 10 log (cfu / gram tanah) pada teras bangku miring (T1) dengan berbagai macam hedgerows……… Jumlah jamur ( cfu / gr tanah) pada teras bangku miring (T1) dengan berbagai macam hedgerows…………………………… Pengaruh perlakuan hedgewros terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring…………………………………………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring…………………………………………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring……………………………………………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi jamur tanah di teras bangku miring……………………………………………. Jumlah bakteri tanah x 10 log (cfu / gram tanah) di teras Batu (T2) dengan berbagai macam hedgerows………………………. Jumlah Jamur tanah x 10 log (cfu / gram tanah) di teras Batu (T2) dengan berbagai macam hedgerows………………………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi bakteri tanah di teras batu……………………………………………………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi Jamur tanah di teras batu……………………………………………………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras batu………………………………………………………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras batu………………………………………………………. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap tinggi tanaman pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau.. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap tinggi tanaman pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau……….. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap Jumlah daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau….. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap Jumlah daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau…………………. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap Panjang daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau….. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap Panjang daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau……………. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap berangkasan daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman
25 26 27 27 28 28 30 30 31 31 32 32 34 34 35 36 37 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
Gambar 20
tembakau………………………………………………………… Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap berangkasan daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau……………
38 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Degradasi lahan masih menjadi salah satu masalah saat ini dalam
usahatani di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya erosi, pengurasan hara,
dan alih fungsi lahan yang mengakibatkan penurunan kualitas tanah, baik dari
segi fisik, kimia, maupun biologi tanahnya. Degradasi lahan akan berpengaruh
pada penurunan kesuburan tanah.
Wilayah Sub-DAS Progo Hulu berada di wilayah administrasi
Temanggung penghasil tembakau yang memiliki nilai komparatif tinggi dan
telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sejak masa lalu secara
turun temurun. Adanya peningkatan permintaan akan tembakau sebagai bahan
baku rokok kretek, menyebabkan petani menambah areal tanam tembakau ke
puncak-puncak gunung Sumbing dan gunung Sindoro dengan kemiringan
lereng > 30%. Teknik budidaya tanaman tembakau pada kemiringan lereng
curam yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air menyebabkan
terjadinya erosi sehingga memacu terjadinya degradasi lahan.
Menurut Good Governance in Water Resource Managemet-
European Union (GGWRM-EU) (2004), Sub-DAS Progo Hulu merupakan
Sub DAS di wilayah Kabupaten Temanggung yang menempati urutan
peringkat pertama dalam prioritas penanganan lahan kritis, yang saat ini
memiliki lahan kritis dan sangat kritis seluas 3.029 ha atau 12,9% dari luas
wilayahnya dan menyebar terutama pada lahan yang digunakan untuk
usahatani berbasis tembakau. Erosi yang terus terjadi di wilayah tersebut telah
menyebabkan degradasi lahan yang berupa kerusakan lahan dan menurunnya
kesuburan tanah. Kerusakan lahan ditandai dengan hilangnya lapisan top soil
serta kenampakan alur-alur (gully) erosi dan bahan induk tanah. Penurunan
kesuburan tanah ditandai dengan kebutuhan pupuk kandang dari tahun ke
tahun yang semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan pupuk kandang
meningkat dari sekitar 22,5 ton/ha pada tahun 1988 menjadi 48 ton/ha pada
tahun 2000 (Djajadi, 2000). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mikroflora yang berada didalam tanah berkurang karena kondisi lingkungan
mikro yang tidak stabil seperti suhu tanah yang berubah menjadi panas begitu
pula dengan kelembaban dan kadar air tanahnya.
Dilihat dari segi keadaan fisik di daerah sub-DAS Progo Hulu dan
makin tingginya permintaan akan hasil tanaman tembakau, dibutuhkan suatu
paket teknologi konservasi yang bertujuan untuk mengendalikan erosi dan
rehabilitasi untuk meningkatkan produktivitas lahan. Teknologi konservasi
hedgerows merupakan salah satu komponen konservasi yang memadukan
antara tindakan konservasi secara mekanik dan vegetatif dengan adanya
pembuatan pagar-pagar hidup yang diatur mengikuti garis kontur. Teknologi
konservasi hedgerows mempunyai multifungsi diantaranya selain untuk
menekan tingkat erosi, juga dapat merehabilitasi kesuburan tanah sehingga
dapat meningkatkan keberadaan mikroflora tanah yang merupakan salah satu
indikator kualitas tanah.
Mikroflora tanah merupakan komponen habitat alam yang terdiri dari
bakteri, fungi, dan mikroorganisme tanah lainnya yang mempunyai peran dan
fungsi penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan
melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi
senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi.
Populasi mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya) menyebabkan
dinamika tanah akan semakin baik dan menjadi sehat secara alami.
Peningkatan mikroba baik bakteri maupun jamur tanah (khususnya jamur /
fungi bermiselia seperti mikorhiza, dan lain-lain) akan meningkatkan
kemantapan agregasi partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan
miselianya, yang berupa benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/
perekat/glue antar partikel tanah yang menyebabkan struktur tanah menjadi
lebih baik karena ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan)
tanah (Kusmanto, 2009).
Berdasarkan permasalahan diatas diperlukan penelitian tentang
pengaruh dari jenis teras dan tipe hedgerows terhadap bakteri dan jamur tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
serta hasil tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.) di sub-DAS Progo
Hulu.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan,
yaitu bagaimanakah pengaruh dari teknologi konservasi hedgerows pada teras
batu dan teras bangku miring terhadap bakteri dan jamur tanah serta hasil
tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.) di sub-DAS Progo Hulu?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari teknologi
konservasi hedgerows pada teras batu dan teras bangku miring terhadap
bakteri dan jamur tanah serta hasil tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.)
di sub-DAS Progo Hulu.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat untuk memberi masukan,
rekomendasi dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai
teknologi konservasi tanah dan air yang terbaik pada lahan tembakau di Sub-
DAS Progo Hulu.
E. Hipotesis
Ho : Penerapan teknologi konservasi hedgerows pada teras batu dan bangku
miring berpengaruh nyata terhadap bakteri dan jamur tanah pada
pertanaman tembakau.
Hi : Penerapan teknologi konservasi hedgerows pada teras batu dan bangku
miring berpengaruh tidak nyata terhadap bakteri dan jamur tanah pada
pertanaman tembakau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Erosi di Sub-DAS Progo Hulu
Erosi tanah adalah proses tercabutnya dan pemindahan partikel-
partikel oleh akibat tetesan air hujan secara terus-menerus di permukaan tanah
sehingga tanah terlepas dari kesatuannya. Erosi berawal dari benturan, atau
gaya-gaya tarikan yang bekerja pada partikel individu tanah di permukaan
(Hardiyatmo, 2006).
Topografi berperanan dalam menentukan kecepatan dan volume
limpasan permukaan. Dua unsur topografi yang berpengaruh terhadap erosi
adalah panjang lereng dan kemiringan lereng. Unsur lain yang ,mungkin
berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Semakin
panjang lereng maka volume kelebihan air yang berakumulasi diatasnya
menjadi lebih besar dan kemudian semua turun dengan volume dan kecepatan
yang meningkat. Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa kemiringan
lereng lebih penting daripada panjang lereng karena pergerakan air serta
kemampuannya memecahkan dan membawa partikel tanah akan bertambah
dengan bertambahnya sudut ketajaman lereng (Arsyad, 2000)
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi
lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng
curam merupakan pengaruh baik manusia karena dapat mengurangi erosi.
Sebaliknya, penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh
buruk karena dapat menyebabkan erosi dan banjir (Anonim, 1998).
Menurut Irawan et al., (2002) erosi dan teknik pengelolaan
sumberdaya lahan merupakan faktor utama atau penyebab terbesar terjadinya
proses degradasi lahan. Proses erosi dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya
alami meliputi: bahan induk tanah, curah hujan, bentuk wilayah/ kemiringan
lereng, dan kedalaman tanah/solum; sedangkan pengaruh kegiatan manusia,
meliputi: jenis vegetasi, penutupan vegetasi, dan penerapan teknik konservasi
tanah dan air.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Sub-DAS Progo Hulu merupakan wilayah volkan dari gunung
Sumbing dan gunung Sindoro yang memiliki lahan relatif subur, dengan
ketinggian lebih dari 400 m sampai 3.250 m dpl; kemiringan lahan dari landai,
bergelombang, berbukit, agak curam, curam sampai sangat curam; kepadatan
penduduk relatif tinggi dengan mata pencaharian pokok bertani tanaman
tembakau, jagung, sayuran, dan padi sawah (Proyek Pusat Pengembangan
Pengelolaan DAS, 1990).
Di wilayah Sub-DAS Progo Hulu, usahatani berbasis tembakau
selama ini telah membuat petani tidak melakukan diversifikasi usaha. Adanya
pertambahan kepadatan penduduk telah mengakibatkan tekanan terhadap
lahan yang mengakibatkan perlakuan over intensif tanpa memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, serta telah merambah pada
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi dan kemampuannya yang
menyebabkan terjadinya erosi yang parah dan degradasi lahan. Hasil
penelitian petak erosi pada lahan usahatani berbasis tembakau dengan
kemiringan 62% besarnya erosi tercatat 53,72 ton/ha/tahun (Djajadi et al.,
1994). Sedangkan pada lahan lincat (lahan lahan yang tidak produktif untuk
tanaman tembakau yang disebakan oleh degradasi lahan (penurunan
kesuburan tanah akibat erosi), dan juga serangan patogen yang saling
berinteraksi antara Ralstonia solanacearum, Phytophthora nicotianae, dan
lainnya) besarnya erosi tercatat 30,22 ton/ha/tahun (Djajadi et al., 2002).
Menurut Djajadi cit Suyana (2009) bahwa selama ini budidaya
tembakau di lahan kering yang dilakukan petani hanya ditujukan untuk
memperoleh produksi yang tinggi. Akibat dari teknik budidaya yang tidak
mengindahkan kaidah konservasi pada kemiringan yang curam dan curah
hujan yang tinggi di wilayah ini telah menyebabkan terjadinya erosi yang
parah yang akhirnya mengakibatkan degradasi lahan.
B. Teknologi Konservasi Hedgerows
Hedgerows direncanakan untuk mengembangkan praktek lengkap
dari konservasi sistem yang meningkatkan lansekap aesthetics (lansekap yang
mempunyai nilai estetika) , mengurangi erosi tanah, meningkatkan perangkap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sedimen, meningkatkan kualitas air, dan menyediakan habitat satwa liar.
Hedgerows berikut membuat kontur tanah baris pada lansekap, menghasilkan
alam rupa, dan meningkatkan ketersediaan "ujung" habitat satwa liar.
Hedgerows berisi campuran asli pohon kecil dan pohon besar menyediakan
manfaat lingkungan (Idaho, 2007)
Teknologi konservasi hedgerows mempunyai peluang besar untuk
diadopsi petani lahan kering, karena tanaman hedgerows selain berfungsi
mengendalikan aliran permukaan dan erosi, juga memproduksi biomassa
pertanian yang berguna untuk rehabilitasi dan penyubur tanah, menghasilkan
hijauan pakan ternak yang kaya nutrisi, dan menghasilkan kayu bakar
untukkeperluan rumah tangga dan industri pedesaan (pembakaran bata merah,
batu gamping, dan sebagainya). Penggunaan teknologi konservasi hedgerows
diharapkan mampu berperan sebagai stabilisator dan daya pengembang sistem
usahatani lahan kering yang kondusif, yang dalam pengembangannya menuju
pertanian yang lestari dan akrab lingkungan. Dengan penerapan teknologi
konservasi hedgerows di dalam sistem usahatani lahan kering memungkinkan
para petani dapat melakukan pengelolaan lahan yang berwawasan lingkungan
secara bertahap sesuai dengan kesediaan tenaga kerja keluarga dan
kemampuan modal petani. Mengingat dalam teknologi hedgerows relatif tidak
banyak membutuhkan tenaga kerja dan modal dibandingkan teknik konservasi
sipil teknis. Sehingga memungkinkan para petani di lahan kering untuk
menciptakan sistem rehabilitasi dan konservasi lahan ditempatnya secara
mandiri untuk mendukung sistem produksi pertanian secara berkelanjutan
(Suyana, 2003).
Menurut Hawkins et al., (1992) dalam Suyana (2003) bahwa hasil
penelitian di lahan kering daerah hulu DAS di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
diperoleh bahwa pengelolaan teknologi hedgerows secara berkelanjutan dalam
jangka panjang akan mendatangkan nilai keunggulan komparatif dan
kompetitif yang meliputi : (a) pengendalian kehilangan tanah dan hara melalui
erosi; (b) peningkatan produksi biomassa melalui sisa hasil pertanian,
penanaman legum untuk konservasi dan penutupan tanah; (c) peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
produksi bahan organik secara ”in situ”; (d) peningkatan status kesuburan
tanah; (e) peningkatan produksi rumput untuk makanan ternak; (f)
peningkatan hasil baik tanaman pangan, palawija, buah, sayur, dan kayu
kayuan; dan (g) peningkatan total hasil usahatani secara berkelanjutan.
1. Teras Batu
Teras merupakan metode konservasi yang ditujukan untuk
mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan
dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air
oleh tanah. Barisan batu yang dibuat mengikuti kontur dan berfungsi untuk
meningkatkan penyerapan air kedalam tanah dan mengurangi aliran
permukaan serta erosi, dapat pula digolongkan sebagai teknik konservasi
spiel teknis. Barisan batu dapat diterapkan pada tanah-tanah berbatu,
sehingga barisan batu ini juga bisa digunakan untuk memperluas bidang
olah. Pada lahan miring, barisan batu dapat menahan tanah yang terbawa
aliran permukaan, dan jika tumpukan batu terus ditambah, maka dengan
berjalannya waktu, barisan batu dapat membentuk teras (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, 2004).
Teras batu adalah penggunaan batu untuk membuat dinding
dengan jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring.
Tujuannya adalah: (a) memanfaatkan batu-batu yang ada di permukaan
tanah agar lahan dapat dimanfaatkan sebagai bidang olah, (b) mengurangi
kehilangan tanah dan air serta untuk menangkap tanah yang meluncur dari
bagian atas sehingga secara bertahap dapat terbentuk teras bangku dan
hillslide ditches, (c) mengurangi kemiringan lahan untuk memberi bidang
olah, konservasi tanah dan mekanisasi pertanian (Priyono et al., 2002).
Beberapa aspek teknis berkaitan dengan teras batu ini adalah: (a)
ukuran penampang tergantung pada ketersediaan batu. Perbandingan
kemiringan (tinggi dan dasar) untuk permukaan luar dinding biasanya
1:0,3 sampai dengan 1:0,5 dan pada bagian dalam 1:0,25 sampai dengan
1:0,3. Bagian atas harus datar dengan lebar minimal 30 cm, (b) bila
selanjutnya akan dibangun teras maka dinding batu diletakkan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
tampingan teras, (c) bila selanjutnya akan dibangun hillside ditches maka
dinding batu diletakkan sepanjang garis ditches, (d) untuk mengurangi
kelerengan, dinding batu dapat dibangun dengan jarak sesuai dengan lebar
baris tanaman. Cara pembuatan teras batu adalah: (a) buat gambar dasar
dinding dan gali tanah sedalam 30 cm atau lebih, (b) pilih batu yang besar
sebagai dinding, (c) dinding jangan terlalu tinggi, bila akan digunakan
untuk membangun teras bangku di waktu yang akan datang, (d) dalam
membangun teras bangku, dinding dibangun dalam beberapa tahap
tergantung dari ketersediaan batu. Sedangkan pemeliharaan yang harus
dilakukan adalah: (a) penanaman searah kontur harus dilakukan pada lahan
di antara dinding batu, (b) bila dinding diharapkan akan menjadi teras
bangku atau hillside ditches, tanah yang terkumpul di bagian atas dinding
harus diratakan sesuai dengan spesifikasi teras bangku dan hillside ditches
(Anonim, 2007).
2. Teras Bangku Miring
Teras merupakan metode konservasi yang ditujukan untuk
mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan
dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air
oleh tanah. Tipe teras yang relatif banyak dikembangkan pada lahan
pertanian di Indonesia adalah teras bangku atau teras tangga (bench
terrace) dan teras gulud (ridge terrace). Teras bangku dapat dibuat datar
(bidang olahnya datar/membentuk sudut 00 dengan bidang horizontal),
miring ke dalam/goler kampak (bidang olahnya miring beberapa derajat ke
arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah
miring ke arah lereng asli). Efektifitas teras bangku akan meningkat bila
ditanami tanaman penguat teras pada bibir dan tampingan teras. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa efektifitas teras bangku bertambah dengan
penanaman rumput pada bibir teras (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah Dan Agroklimat, 2004).
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara menggali
tanah pada lereng dan meratakan tanah bawah sehingga terjadi suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
deretan tangga atau bangku. Teras bangku dapat dibuat pada tanah
berlereng 2% sampai 30% atau jauh lebih besar. Teras bangku dapat
miring kedalam (berlereng kedalam) atau datar. Teras bangku miring dapat
digunakan untuk tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan air
tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud
(Arsyad, 2000).
Keuntungan teras bangku adalah: (a) efektif dalam
mengendalikan erosi dan aliran permukaan,(b) menangkap tanah dalam
parit-parit yang dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat
dikembalikan ke bidang olah, (c) mengurangi panjang lereng, dimana
setiap 2–3 meter panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga
mengurangi kecepatan air mengalir menuruni lereng, (d) dalam jangka
panjang akan meningkatkan kesuburan tanah, (e) bidang olah yang agak
datar memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama, (e)
tanaman penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak, bahan organik
untuk tanah dan kayu bakar. Namun teras bangku ini juga memiliki
kelemahan: (a) pada awalnya cukup menganggu keadaan tanah,
mengurangi produksi selama 2–3 tahun pertama, (b) tenaga kerja / biaya
untuk pembuatannya cukup tinggi, makin curam lahannya makin banyak
tenaga kerja dan biaya yang diperlukan, (c) berkurangnya luas permukaan
lahan efektif untuk budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan
dengan teknik konservasi tanah yang lain, makin curam lerengnya, makin
besar berkurangnya luas tersebut, (d) bidang olah yang terbentuk pada
bagian galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada
bidang olah yang terbentuk pada bagian timbunan (Anonim, 2007).
Teras bangku merupakan metode yang efektif untuk mencegah
erosi dan aliran permukaan. Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada
semua kondisi lahan, misalnya pada tanah bersolum dangkal. Tapi dalam
memodifikasi teras bangku dengan tanaman pinggiran teras dapat ternyata
lebih banyak nenekan erosi. Biasanya tanaman yang digunakan untuk
tanaman pinggiran yaitu tanaman rumput dan sejenisnya misalnya akar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
wangi (Vetiver). Sedangkan Pada sistem alley cropping, jenis tanaman
yang digunakan sebagai tanaman konservasi adalah tanaman legume
pohon atau perdu. Modifikasi konservasi ini selain bias menekan bahaya
erosi juga data menyediakan unsur hara dan mencitakan kondisi
lingkungan yang baik untuk aktivitas mikroorganisme tanah
(Dariah, 2007).
3. Pemberian Mulsa Sisa Tanaman.
Mulsa merupakan bahan yang diberikan ke atas tanah, umumnya
berupa sisa-sisa tanaman yang baik tingkat pelapukannya cepat maupun
lambat. Mulsa jerami adalah biomassa yang relatif lambat melapuk
sehingga dapat berguna untuk menghambat laju aliran permukaan
(Anonim, 2004).
Menurut Jack et al., 1955; Russel, 1968 dan Kohnke, 1968 cit
Arsyad (2006) bahwa mulsa selain dari sisa-sisa tumbuhan, bahan lain
seperti plastik, batu, dan pasir juga dapt digunakan sebagai mulsa. Mulsa
mengurangi erosi dengan cara meredam energi hujan yang jatuh sehingga
tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
pernukaan sehingga mengurangi daya kuras aliran permukaan. Mulsa juga
mengurangi penguapan air dari tanah, sehingga meningkatkan kandungan
air tanah. Mulsa organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan merupakan
sumber energi akan meningkatkan kegiatan biologi tanah dan dalam proses
perombakannya akan terbentuk senyawa-senyawa yang berperan dalam
pembentukan struktur tanah yang mantap sehingga juga akan
meningkatkan aerasi dan permeabilitas tanah yang tinggi.
Hijauan yang dihasilkan tanaman penutup (mulsa tanaman) atau
tanaman konservasi lainnya seperti tanaman pagar atau strip, serta sisa
tanaman dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang mana penggunaan mulsa
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (a) melindungi tanah dari pukulan
air hujan; (c) mengurangi penguapan sehingga dapat mempertahankan
kelembaban udara dan suhu dalam tanah; (c) menciptakan kondisi
lingkungan yang baik bagi aktivitas mikroorganisme tanah; (d) setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bahan mulsa melapuk, akan meningkatkan bahan organik tanah; (e)
memperlambat aliran permukaan yang berdampak pada penurunan erosi
(Dariah, 2007)
Tanaman penutup tanah/mulsa berfungsi melindungi tanah dari
erosi, mengurangi pertumbuhan gulma dan mengatasi kelebihan
evapotranspirasi , dan yang lebih penting untuk dapat memperbaiki sifat
kimia dan biologi tanahnya. Beberapa diantaranya tanaman penutup tanah
dapat meningkatkan ketersedian unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Adanya aktivitas mikrorganisme dapat juga membantu proses mineralisasi
sehingga unsur hara dapat dimanfaatkan, seperti bakteri yang mempuyai
enzim nitrogenase dapat menggabungkan gas nitrogen dan hydrogen
memproduksi amoniak dan bakteri lainnya mengkonversi dan membentuk
senyawa organik (Anonim, 2010).
Pemberian mulsa sisa tanaman bertujuan untuk mengembalikan
sisa-sisa tanaman hasil penen yang diangkut keluar lahan untuk
dikembalikan lagi ke lahan. Apabila ini dilakukan secara terus-menerus
oleh petani, disamping dapat menekan erosi juga dapat memperbaiki
kesuburan tanah (baik dari segi fisik, kimia maupun biologinya) dan
produktivitas lahan tersebut (Suyana, 2009).
Pemberian mulsa sisa tanaman melindungi permukaan tanah dari
terpaan langsung butir-butir air hujan, mengurangi aliran permukaan dan
erosi, menghambat pertumbuhan gulma, dan menghambat penguapan air
dari tanah. Suhu tanah juga terjaga sehingga menjadi tempat yang baik
untuk pertumbuhan tanaman dan aktifitas biologi tanah. Selain itu mulsa
sisa tanaman yang telah membusuk menjadi pupuk karena merupakan
bahan organik yang diperlukan tanaman. Dengan adanya pupuk organik
tanaman mempunyai kemampuan menghisap dan memegang air lebih
tinggi, sehingga bahaya kekeringan menjadi berkurang
(Abdurrahman et al., 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Penanaman Tanaman Setaria Spacelata dan Koro Merah (Canvalia
gladiata (Jack )
Tanaman Setaria spacelata merupakan tanaman rerumputan yang
taksonomi tanamannya adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
Marga : Setaria
Jenis : Setaria spacelata
Rumput Setaria spacelata berasal dari kawasan tropika dan
subtropika Afrika yang mempunyai ciri-ciri diantaranya daunnya panjang
dan tirus berwarna hijau tua dan tidak mempunyai bulu, dengan tinggi
tanamannya 1,5-2 meter, bunganya berbentuk seperti ekor berukuran 20-
25 cm panjang, berwarna perang kehijau-hijauan, selain itu juga rumput
setaria dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan intensitas hujan
sedang sampai banyak. Rumput ini tahan terhadap serangan penyakit atau
perosak sehingga biasanya ditanam sebagai tanaman penutup tanah.
(Anonim, 2006).
Rumput Setaria spacelata merupakan tumbuhan yang
memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode
kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan hidup serbuk sari sangat
kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji yang
lazimnya buruk. Disamping itu, kecambahnya lemah dan lambat. Oleh
karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara
vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh
dengan cepat dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam
waktu 2 bulan. Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang
lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat
tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat
tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan
yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di
sepanjang pinggiran hutan (Anonim. 2008).
Penanaman rumput Setaria spacelata pada bibir teras (untuk
teras miring) dan pada guludan kecil setinggi 5-10 cm disamping atas
tumpukan batu (untuk teras batu) bertujuan untuk mengurangi aliran
permukaan, penyaring partikel-partikel tanah yang terbawa aliran
permukaan, mengurangi longsor, serta untuk pakan ternak. Sedangkan
koro merah merupaka tanaman leguminosa yang sudah beradaptasi dengan
kondisi lingkunga dan iklim setempat yang menjadi bahan sayuran untuk
masyarakat setempat (Suyana, 2009).
Setaria spacelata L tipe tumbuh rumput ini erect (merumpun)
dan daun tidak berbulu. Tanaman ini berumur panjang, tumbuh tegak
mencapai 2 m dan membentuk rumpun. Bila kondisi baik satu maupun
bisa mencapai ratusan batang. Pertumbuhan kembali setelah dipotong
sangatlah cepat. Rumput ini merupakan rumput potong atau gembala
didaerah dataran tinggi, tahan kering dan teduh serta genangan air. Setaria
spacelata, salah satu tanaman pakan ternak yang dapat tumbuh subur pada
musim kemarau (Anonim 2008).
Secara botani tanaman koro pedang dibedakan kedalam dua tipe
tanaman yaitu: koro pedang yang tumbuh merambat (climbing) dan berbiji
merah (Canavalia gladiata (jack) DC) dan koro pedang tumbuh tegak dan
berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.). Koro pedang biji merah
(Canavalia gladiata) memiliki kandungan protein dan garam yang cukup
tinggi, asam hidroianik dan saponine. Karena biji koro mengandung racun
maka perlu cara masak khusus untuk menetralkan racun sebelum
dikonsumsi. Keuntungan tanaman ini adalah: memiliki adaptasi yang luas
pada lahan suboptimal, terutama pada lahan kering masam, mudah
dibudidayakan secara tunggal atau tumpangsari tanaman koro pedang
dengan tanaman tembakau dan nanas yang diberi pupuk hijau daun koro
dapat meningkatkan hasil tanaman yang signifikan(Anonim, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
C. Bakteri dan Jamur Tanah
Dengan semakin menurunnya kandungan bahan organik tanah akan
menurunkan porositas dan aerasi tanah, yang akhirnya akan menghambat
perkembangan akar, dan juga akan menghambat perkembangan
mikrooerganisme saprofit. Mikroorganisme saprofit tersebut berperan sebagai
barier (penghalang) investasi mikroorganisme parasit ke dalam tanaman. Oleh
karena itu, dengan menurunnya mikroorganisme saprofit maka yang
berkembang kemudian adalah mikroorganisme parasit (Alexander, 1977). Hal
ini yang terjadi pada lahan pertanian tembakau Temanggung, perkembangan
mikroorganisme parasit seperti nematoda, puru akar dan bakteri Pseudomonas
solanacearum yang sudah menjadi endemi dan menyebabkan terjadinya lahan
“lincat” lahan lahan yang tidak produktif untuk tanaman tembakau yang
disebakan oleh degradasi lahan (penurunan kesuburan tanah akibat erosi), dan
juga serangan patogen yang saling berinteraksi antara Ralstonia
solanacearum, Phytophthora nicotianae, dan lainnya)
(Djajadi dan Murdiyati, 2001).
Mikroflora tanah mempunyai peranan penting dalam tanah yaitu
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme bermanfaat dalam
meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman karena mereka
terlibat dalam beberapa mineralisasi transformasi pada proses biokimia yang
ada dalam tanah. Jenis budidaya tanaman dan manajemen prakteknya
diketahui memiliki pengaruh lebih besar pada kegiatan mikroflora tanah.
Mikroflora tanah terdiri dari bakteri, jamur, dan actinomycetes yang
kegiatannya mempunyai pengaruh pada sifat-sifat tanah (Karnataka, 2007).
Kebanyakan bakteri tanah memerlukan oksigen dari udara tanah dan
diklasifikasi sebagai aerob. Beberapa bakteri aerob dapat berdaptasi untuk
hidup dengan atau tanpa oksigen, bakteri ini merupakan aerob fakultatif.
Bakteri lain tidak hidup dengan oksigen dan merupakan bakteri anaerob.
Bakteri tanah juga cukup berbeda dalam gizi dan dalam tanggapan terhadap
keadaan lingkungan. Akhirnya macam dan kelimpahan bakteri tergantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pada ketersediaan unsur hara yang ada pada keadaan lingkungan tanah
(Foth, 1994).
Rizosfer ekosistem tanah yang sehat akan dihuni oleh organisme
yang menguntungkan yang memanfaatkan substrat organik dari bahan organik
atau eksudat tanaman sebagai sumber energi dan nutrisinya. Mikroba tanah
berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman (plant growth
promting agents) yang menghasilkan berbagai hormon tumbuh, vitamin dan
berbagai asam-asam organik yang berperan penting dalam merangsang
pertumbuhan bulu-bulu akar. Salah satu organisme yang penting dalam
ekosistem tanah dan berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman
adalah rhizobakteri yaitu bakteri yang hidup di rhizosfer tanaman dan
mengalami interaksi yang intensif dengan akar tanaman maupun tanah.
(Hindersah dan Simamarta, 2004).
Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba
per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada
aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan
yang sangat menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam
menghancurkan limbah organik, mendaur ulang hara tanaman, fiksasi biologis
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan
membantu penyerapan unsur hara (Gunarto, 1990).
D. Tanaman Tembakau
Tembakau temanggung sesuai ditanam di dataran tinggi 700 mdpl
sampai dengan 1500 mdpl., curah hujan yang dibutuhkan antara 2.200-3.100
mm/tahun dengan 8-9 bulan basah dan 3-4 bulan kering. Daerah
penanamannya sampai saat ini masih terpusat di lereng gunung Sumbing dan
gunung Sindoro Kabupaten Temanggung (Basuki et al., 2000).
Menurut Tjirosoepomo cit Basuki et al., 2005) mengelompokkan
tembakau kedalam obat-obatan, dengan sistemika sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledomae
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Subkelas : sympetale
Ordo : Solanales
Fanili : Solanaceae
Sub famili : Nicotianae
Genus : Nicotiana
Subgenesus : Tabacum
Seksi : Genuinae
Spesies :Tabacum
Jenis tembakau sangat banyak jumlahnya, sehingga perlu dikelompokan.
Kriteria pengelompokan bisa berdasarkan penggunaan, cara pengolahan,
budidaya dan lain-lain. Ochse et al. (1961) mengelompokkan tembakau
menjadi beberapa tipe yaitu virginia, burley, bright, turki, sumatra, havana,
maryland, dan lain-lain. Istilah tipe untuk pengelompokan tersebut sangat
relevan dan mudah diterapkan (Basuki et al., 2000).
Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) pertama kali masuk
Indonesia kira-kira tahun 1630, kemudian berkembang ke berbagai daerah di
Indonesia. Salah satunya di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Melalui proses adaptasi yang cukup
lama, akhirnya terbentuk populasi tembakau temanggung yang mempunyai
sifat morfologi dan fisiologi yang khas (Rochman dan Suwarso, 2000).
Menurut Purlani dan Rachman (2000) cit Basuki et al. (2000),
berdasarkan mutu yang dihasilkan dan letak daerah penanamannya, tembakau
di Temanggung yang berada di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro
dapat dikelompokkan menjadi lima (5) golongan diantaranya:
a) Tembakau Lamuk, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng timur
gunung Sumbing, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko
dapat menghasilkan mutu srintil super istimewa; meliputi wilayah
kecamatan Tembarak.
b) Tembakau Lamsi, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng utara
gunung Sumbing, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dapat menghasilkan mutu srintil istimewa; meliputi wilayah kecamatan
Bulu dan Parakan.
c) Tembakau Paksi, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng timur
gunung Sindoro, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko
dapat menghasilkan mutu srintil cukup istimewa; meliputi wilayah
kecamatan Ngadirojo.
d) Tembakau Taolo, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng selatan
gunung Sindoro, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko
dan Sitieng dapat menghasilkan mutu sedang; meliputi wilayah kecamatan
Parakan dan Ngadirojo.
e) Tembakau Tionggang, yaitu di daerah lahan sawah, pada ketinggian 500-
700 mdpl dengan kultivar Sitieng dapat menghasilkan mutu sedang;
meliputi wilayah kecamatan Kedu, Tembarak, Bulu, Parakan, dan
Ngadirojo.
Tembakau temanggung mempunyai ciri aromatis dengan kadar
nikotin tinggi (3-8%), merupakan ”lauk” untuk rokok kretek yang sulit dicari
penggantinya serta berperan sebagai pemberi rasa dan aroma, sehingga hampir
semua pabrik rokok kretek membutuhkan tembakau jenis ini. Daun bawah
tembakau Temanggung diolah dalam bentuk kerosok sebagai komoditas
ekspor dengan nama tembakau kedu VO. Pada tahun 1994 volume ekspor
sebesar 192,7 ton dengan nilai 156,5 juta US$ dan pada tahun 1997 meningkat
menjadi 390,5 ton dengan nilai 349,7 juta US$ (mukani dan Isdijoso, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Sub-DAS Progo Hulu Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah. Analisis tanah dilaksanakan di laboratorium
Kimia dan Kesuburan Tanah dan Biologi Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Penelitian ini dilaksanakan bulan April - September
2009.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Data
Peta tanah, peta administrasi dan peta penggunaan lahan Sub-DAS Progo
Hulu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, skala 1: 50.000
2. Bahan Kemikalia
Analisis laboratorium
a. Analisis Tanah Awal
Bahan-bahan kemikalia untuk analisis tanah di laboratorium yang
meliputi Tekstur, Bulk Density (BV), Kadar Lengas, Bahan Organik,
pH, Kapasitas Pertukaran Kation (KPK), N total, P dan K Tersedia
Tanah.
b. Analisis mikroflora Tanah
Bahan-bahan kemikalia untuk menganalisis populasi/jumlah
mikroflora tanah yang ada di daerah perakaran tanaman tembakau
dengan cara menginokulasinya di media PDA dan NA.
3. Alat
a. Alat di lapang
- Plastik + cetok
- Klinometer
- Kompas
- Tali rafia
- kulbox
- Botol semprot + alkohol
- Alat tulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Alat di Laboratorium
- Erlenmeyer
- Gelas piala
- Pengaduk
- Gelas ukur
- Alat pengering (Oven)
- Eksikator
- Petridish
- Coloni Counter
- Timbangan analitik
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan dua tempat
yaitu macam teras (teras bangku miring (T1) dan teras batu (T2)) dan satu
macam faktor yaitu macam hedgerows (Pola Petani/tanpa Hedgerows (H0),
Hedgerows dengan rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm
di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha)
(H1), Hedgerows dengan rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-
10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14
ton/ha) (H2), Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras batu + mulsa
batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (H3)) sehingga didadapat 8 perlakuan.
Pendekatan variabel disusun dengan Rancangan Dasar Acak Kelompok Lengkap
(RAKL) yang diulang tiga kali sebagai kelompok (blok). Adapaun layout
rancangan perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
Perlakuan Teras Hedgerows
Kombinasi Perlakuan
Pola Petani (tanpa Hedgerows) (0) T1H0 Rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (1)
T1H1
Rumput setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14 ton/ha) (2)
T1H2
Teras Bangku Miring (T1)
Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras batu + mulsa batang
tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (3)
T1H3 Pola Petani (tanpa Hedgerows) (0) T2H0 rumput Setaria spacelata pada bibir teras + mulsa batang tembakau dosis 50 %(7 ton/ha) (1)
T2H1
Rumput setaria spacelata pada bibir teras + mulsa batang tembakau dosis 100 % + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14 ton/ha) (2)
T2H2
Teras Batu
(T2)
Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras bangku miring + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (3)
T2H3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
D. Tata Laksana Penelitian
Tata laksana dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi pustaka awal untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian ini.
2. Mengumpulkan data-data sekunder seperti peta penggunaan lahan dan peta
administrasi.
3. Penentuan lokasi dan Persiapan plot erosi (petak erosi) dan perlakuan yang
telah dirancang pada areal yang telah ditentukan dan penanaman rumput
Setaria spacelata pada bibir teras dan koro merah yang akan
ditumpangsarikan di lahan tembakau.
4. Pengambilan sampel awal untuk analisis awal sifat fisika dan kimia tanah
dengan cara mengambil contoh tanah pada kedalaman 0 – 30 cm pada titik
lokasi yang sudah ditentukan.
5. Analisis tanah awal di laboratorium, diantaranya:
a. Sifat fisika tanah yang meliputi tekstur tanah dengan metode
hidrometer (Balai Penelitian Tanah, 2005), kadar lengas tanah (Balai
Penelitian Tanah, 2005), berat volume (BV) tanah (Balai Penelitian
Tanah, 2005)
b. Sifat kimia tanah yang meliputi pH tanah dengan metode elektrolisis
(Balai Penelitian Tanah, 2005), kapasitas pertukaran kation (KTK)
dengan metode ekstrak amonium asetat (Balai Penelitian Tanah,
2005), bahan Organik tanah dengan metode Walkey-Black (Balai
Penelitian Tanah, 2005), N-total tanah metode Kjehdal (Balai
Penelitian Tanah, 2005), P-tersedia tanah metode Bray I (Balai
Penelitian Tanah, 2005), K-tersedia tanah metode ekstrak HCl 25%
(Balai Penelitian Tanah, 2005)
6. pengambilan sampel tanah dan pengamatan bakteri dan jamur tanah
menggunakan metode Plate Count (Iswandi, 1989) di laboratorium
Biologi Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
7. Pengambilan sampel pertumbuhan tanaman tembakau, rumput Setaria
spacelata dan koro merah
8. Interpretasi dan penyajian data
9. Pembuatan dan penyusunan laporan.
E. Parameter Pengamatan
Variable yang diamati meliputi :
1. Populasi mikroflora tanah, meliputi jumlah bakteri dan jamur pada
zona perakaran tanaman.
2. Pertumbuhan tanaman tembakau (tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang dan lebar daun)
3. Produksi tanaman tembakau ( berat segar dan kering).
Adapun data pendukung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sifat fisik tanah diantaranya tekstur, Bulk Density (BV) dan kadar lengas
tanah
2. Sifat kimia tanah diantaranya pH, C-organik, Kapasitas Pertukaran Kation
(KTK), N-total, P tersedia, dan K tersedia tanah.
3. Pengamatan produksi tanaman Rumput Setaria spacelata meliputi berat
rumput segar dan kering tanaman dan koro merah (Canvalia gladiata (Jack ))
meliputi berat segar dan kering dari batang, akar, daun, dan Polong + biji.
F. Analisis data
1. Analisis data bakteri dan jamur tanah
Data hasil penelitian dianalisis dengan Uji F pada analisis
kepercayaan 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Bila ada
pengaruhnya kemudian dilanjtkan dengan uji DMRT.
2. Analisis pertumbuhan tanaman Tembakau
Sampling dilakukan pada saat tanaman Tembakau berumur 60
HST, dan 90 HST.
3. Analisis produksi rumput Setaria spacelata dan Koro Merah Canvalia
gladiata (Jack ))
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sampling rumput Setaria spacelata dilakukan pada saat
pemangkasan rumput dan koro merah Canvalia gladiata (Jack)) dilakukan
saat panen.
G. Kerangka Bepikir
- curah hujan - Kemiringan Lereng (.30%) - Vegetasi - Topografi (pegunungan/perbukitan)
Teknik budidaya dan konservasi pola
petani
Teknologi konservasi hedgerows ada teras bangku miring dan batu
Faktor Penyebab Erosi di Sub - DAS Progo Hulu
Erosi >>>
Degradasi kesuburan lahan
Erosi <<<
Degradasi kesuburan lahan <<<
>>>
Populasi mikroflora menurun pecahnya agregat tanah mudah tererosi (erosi >>>)
Produktivitas
Tembakau <<<
populasi mikroflora tanah meningkat memantapkan agregasi partikel penyusun tanah tanah menjadi sehat alami (kusmanto, 2009) anah tidak mudah tererosi( erosi <<<)
Produktivitas Tembakau lestari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis statistik pada penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Teknologi konservasi hedgerows pada teras bangku miring
berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri
maupun jamur tanah pada tiap bulan pengamatan.
b. Teknologi konservasi hedgerows pada teras batu berpengaruh tidak
nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah
pada tiap bulan pengamatan.
c. Teknologi konservasi hedgerows pada teras bangku miring
berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri
maupun jamur tanah antar bulan pengamatan.
d. Teknologi konservasi hedgerows pada teras batu berpengaruh
sangat nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur
tanah antar bulan pengamatan
e. Teknologi konservasi hedgerows di teras bangku miring pada tiap
pengamatan 60 HST dan 90 HST berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter pertumbuhan dan parameter produksi tanaman yang
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, berat segar
dan berat kering tanaman tetapi berpengaruh nyata terhadap
panjang daun pada pengamatan 60 HST.
f. Teknologi konservasi hedgerows di teras batu tiap pengamatan 60
HST dan 90 HST berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter pertumbuhan dan parameter produksi tanaman
2. Perlakuan yang paling banyak pertumbuhan bakteri dan jamur
terdapat pada perlakuan tanpa hedgerows (H0) baik pada Teras
Bangku miring (T1) dan Batu (T2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan yang sama untuk tahun penanaman
tanaman tembakau kedua sehingga bisa diketahui pertumbuhan
populasi mikroflora tanah yang maksimal.
2. Perlu adanya penelitian khusus tentang senyawa organik dari mulsa
tembakau.