PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP SISA HASIL USAHA
(SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SE
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Isma Octavia Ade Fufani
NIM 7350407085
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Murwatingsih, MM Moh. Khoirudin, Se, M. Si
NIP. 195201231980032001 NIP.197001062008121001
Mengetahui :
a/n Ketua Jurusan Manajemen
Sekretaris Jurusan Manajemen
Dra. Palupiningdyah, M. Si
NIP. 195208041980032001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Penguji
Dr. Ketut Sudarma, MM
NIP. 195211151978031002
Anggota I Anggota II
Dra. Murwatiningsih, MM Moh. Khoiruddin, SE, M. Si
NIP. 195201231980032001 NIP.197001062008121001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. S. Martono, M. Si
NIP. 196603081989011001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Agustus 2013
Isma Octavia Ade Fufani
NIM. 7350407085
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Jangan mencari tuhan karena kamu butuh
jawaban. Carilah tuhan karena kamu tahu
bahwa dia-lah jawaban atas
pertanyaanmu itu. Banyak kegagalan
dalam hidup ini di karenakan orang-
orang tidak menyadari betapa dekatnya
mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah.
- Thomas A. Edison
Persembahan :
Orangtuaku tercinta terimakasih atas doanya.
Almamaterku, Universita Negeri Semarang.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul : Pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha (SHU)
pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) se Kota Semarang Penulis
menyadari bahwa skripsi ini tak dapat disusun tanpa adanya peran dari berbagai
pihak yang turut mendukung, membimbing, dan membantu, hingga penelitian ini
selesai. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas
Negeri Semarang.
3. Dra. Palupiningdyah, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen UNNES, yang
telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.
4. Dra. Murwatiningsih, MM Pembimbing I yang membimbing,
mengarahkan, dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini.
5. Moh. Khoiruddin, SE, M.Si Pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
vii
6. Dr. Ketut Sudarma, MM Penguji Skripsi yang mengarahkan, dan
memotivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang selalu membimbing didalam dan
diluar perkuliahan.
8. Orangtua dan keluarga terima kasih untuk kasih sayang, semangat, dan
dukungannya.
9. Teman-teman Manajemen angkatan 2007 dan teman-teman yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini.
10. Semua pihak yang turut membantu, mendukung dan memotivasi sebelum,
saat, dan sesudah penulisan skripsi ini.
Semoga segala kebaikan yang telah dicurahkan mendapat balasan dari
Tuhan Yang Maha Esa, amin. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Semarang, Agustus 2013
Penyusun
viii
SARI
Isma Octavia Ade Fufani, 2013. “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kota
Semarang”. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I : Dra. Murwatiningsih, MM. Pembimbing II : Moh
Khoiruddin, SE, M.Si.
Kata Kunci: Modal Sendiri, Modal Pinjaman, Sisa Hasil Usaha (SHU).
Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak berorientasi
mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola harus tetap
memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan
meningkatkan kemampuan usaha. Demikian halnya pada KPRI di Kota Semarang
setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha
(SHU) yang wajar. Mengingat fungsi Sisa Hasil Usaha (SHU) yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus
senantiasa dapat meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Salah satu
upaya untuk meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) tersebut adalah dengan
menggunakan modal yang dimiliki KPRI, baik Modal Sendiri maupun Modal
Pinjaman secara efisien serta memiliki struktur finansial dan struktur modal yang
baik. Dengan Modal Sendiri dan Modal Pinjaman yang digunakan untuk
mengelola usaha-usaha KPRI, diharapkan dapat meningkatkan Sisa Hasil Usaha
(SHU). Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Adakah pengaruh rasio
modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada
KPRI se Kota Semarang? (2) Adakah pengaruh rasio pinjaman Debt to Total
Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota
Semarang? (3) Seberapa besar pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio
(DER) dan rasio modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) (2) Untuk mengetahui pengaruh antara modal
pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) (3)
Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan modal
pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI yang menjadi anggota PKPRI dan
mengumpulkan laporan pertanggung jawaban tahun 2010-2011 sebanyak 60
KPRI. Variabel penelitian ada dua yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah Debt to Equity
Ratio (DER) (X1) dan Debt To Total Asset Ratio (DAR) (X2), sedangkan untuk
variabel dependen (Y) adalah Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Hasil penelitian
dianalisis dengan menggunakan data statistik yaitu analisis regresi linier berganda.
Hasil yang diperoleh setelah penelitian yaitu data sampel KPRI Kota Semarang
berdistribusi normal, dilihat dari pola titik-titik yang diperoleh dari uji kenormalan
data yang tersebar pada daerah garis diagonal. Hasil pengujian menunjukkan tidak
ix
terjadi multikolinearitas dalam model empiris yang diuji. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai tolerance dari semua variabel independen yang lebih dari 0,10. Hasil
pertimbangan nilai VIF (Variance Inflation Factor) menunjukkan tidak ada
satupun variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Nilai D-W 1,951
lebih besar dari batas atas (du) 1,67 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi. Pola yang jelas dengan titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka nol pada sumbu Y pada uji scatterplot menunjukkan tidak mengandung
heterokedastisitas.
Pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha, struktur modal dan sisa hasil
usaha berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap sisa hasil usaha
yang ditunjukan oleh F hitung sebesar 4,921 dengan sig 0,000. F hitung dengan
tingkat signifikansi 0.000 jauh lebih kecil dari level significance 5% (0,05)
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Struktur modal mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh nilai t hitung untuk
struktur modal -0,024 dengan sig 0,014. Struktur modal sendiri mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh
nilai t hitung untuk variabel modal sendiri sebesar 0,294 dengan sig 0,009.
Struktur modal pinjaman mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh hasil t hitung untuk variabel
struktur modal sebesar -0,157 dengan sig -0.003.
Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal dan sisa hasil usaha
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan secara simultan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal pinjaman berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha. Hasil penelitian membuktikan
bahwa struktur modal berpengaruh terhadap sisa hasil usaha. Hasil penelitian
membuktikan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
sisa hasil usaha. Peneliti menyarankan untuk para peneliti selanjutnya hendaknya
dapat melakukan penelitian serupa dengan menambahkan variabel struktur modal
optimum. Saran untuk pengurus koperasi harus lebih memanfaatkan modalnya
dengan pengembangan usaha, untuk meningkatkan perolehan sisa hasil usaha
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................................ iii
PERNYATAAN .......................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
PRAKATA .................................................................................................................. vi
SARI ......................................................................................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
xi
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Koperasi .................................................................................................. 10
2.1.1 Pengertian Koperasi .......................................................................... 10
2.1.2 Jenis Jenis Koperasi ......................................................................... 13
2.1.3 Modal Koperasi ............................................................................... 14
2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU) ......................................................................... 18
2.2.1 Pembagian Sisa Hasil Usaha ......................................................... 19
2.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi SHU ...................................... 21
2.2.3 Prinsip Prinsip Pembagian SHU ................................................... 22
2.6 Hubingan Modal Sendiri dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) .................... 24
2.7 Hubingan Modal Pinjaman dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) ................ 26
2.8 Stuktur Modal ......................................................................................... 26
2.8.1 Definisi Struktur Modal ............................................................... 26
2.8.2 Faktor Faktor yng Mempengaruhi Struktur Modal ...................... 39
2.9 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 42
2.10 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 45
xii
2.11 Hipotesis ....................................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian .................................................................................. 48
3.2 Sampel Penelitian ................................................................................... 48
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 50
3.3.1 Variabel Independen ........................................................................ 50
3.3.2 Variabel Dependen ........................................................................... 51
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 52
3.5 Metode Pengolahan Dan Analisis Data ................................................. 52
3.6 Analisis Inferensial ................................................................................ 53
3.6.1 Uji Normalitas Data ........................................................................ 53
3.6.2 Analisis Regresi Berganda .............................................................. 53
3.6.3 Koefisien Determinasi R² ............................................................... 54
3.7 Uji Hipotesis ......................................................................................... 54
3.7.1 Uji Hipotesis t-test ......................................................................... 54
3.7.2 Uji Hipotesis F-test ....................................................................... 55
3.8 Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 56
3.8.1 Normalitas ...................................................................................... 56
xiii
3.8.2 Multikolinearitas ........................................................................... 56
3.8.3 Heteroskedastisitas ........................................................................ 57
3.8.4 Autokorelasi .................................................................................. 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 59
4.1.1 Obyek Penelitian ............................................................................... 59
4.1.2 Jenis Usaha KPRI ............................................................................. 59
4.2 Struktur Modal ........................................................................................ 64
4.3 Variabel Struktur Modal .......................................................................... 60
4.3.1 Variabel Struktur Modal Sendiri (DER) ....................................... 64
4.3.2 Variabel Struktur Modal Pinjaman (DAR) .................................. 65
4.3.3 Sisa Hasil Usaha ........................................................................... 65
4.4 Uji Analisis Data .................................................................................... 66
4.4.1 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 66
4.4.2 Uji Normalitas ............................................................................ 66
4.4.3 Uji Multikolinieritas ................................................................... 67
4.4.4 Uji Heterokesdastisitas ............................................................... 65
xiv
4.4.5 Uji Autokorelasi ......................................................................... 70
4.5 Analisis Regresi ...................................................................................... 71
4.6 Uji Hipotesis ........................................................................................... 72
4.6.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ....................................... 72
4.6.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ............................................ 73
4.7 Koefisien Determinasi ............................................................................ 74
4.8 Pembahasan ............................................................................................ 74
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Pembahasan ............................................................................................ 77
5.2 Saran ....................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 79
LAMPIRAN ............................................................................................................... 82
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Daftar Sampel KPRI di Kota Semarang ........................................... 49
Tabel 4.1 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2010 .......................... 61
Tabel 4.2 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2011 .......................... 62
Tabel 4.1 Sisa Hasil Usaha KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011 .............. 63
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Rangkuman Nilai tolerance dan VIF ............. 68
Tabel 4.8 Uji glejser ........................................................................................... 69
Tabel 4.7 Hasil Analisis Autokorelasi .............................................................. 70
Tabel 4.7 Durbin-Watson Test ......................................................................... 70
Tabel 4.9 Analisis Regresi Linier Berganda ...................................................... 71
Tabel 4.10 Hasil Uji Simultan (Uji F) ............................................................... 72
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ...................................................................... 46
Gambar 4.1 Uji Normalitas Data dengan P-Plot................................................67
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot...........................................................................69
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Keuangan 2010 ..................................................................... 82
Lampiran 2 Data Keuangan 2011 ..................................................................... 84
Lampiran 3 Data Keuangan Regresi 2010 ........................................................ 86
Lampiran 4 Data Keuangan Regresi 2011 ........................................................ 88
Lampiran 5 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DER 2010 ............................. 90
Lampiran 6 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DER 2011 .............................. 91
Lampiran 7 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DAR 2010 ............................. 92
Lampiran 8 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DAR 2011 ............................. 93
Lampiran 9 Data Struktur Modal 2010 ............................................................. 94
Lampiran 10 Data Struktur Modal 2011 ........................................................... 95
Lampiran 11 Data Struktur Modal (Log) 2010 ................................................ 96
Lampiran 12 Data Struktur Modal (Log) 2011 ................................................. 97
Lampiran 13 Data Debt to Equity Ratio (DER) 2010-2011 .............................. 98
Lampiran 14 Data Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010-2011 ...................... 99
Lampiran 15 Data Sisa Hasil Usaha................................................................ 100
Lampiran 16 Data Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) 2010 ................ 101
xviii
Lampiran 17 Data Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) 2011 ................ 102
Lampiran 18 Data Peningkatan Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010 ........ 103
Lampiran 19 Data Peningkatan Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2011 ....... 104
Lampiran 20 Data Peningkatan Sisa Hasil Usaha ........................................... 105
Lampiran 21 Populasi ..................................................................................... 106
Lampiran 22 Sampel ....................................................................................... 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Koperasi lahir sebagai reaksi terhadap sistem liberalisme ekonomi pada
permulaan abad ke19, yang pada waktu itu sekelompok kecil pemilik-pemilik
modal menguasai kehidupan masyarakat. Mereka hidup berlebih sedangkan
sekelompok besar dari masyarakat yang lemah kedudukan sosial ekonominya
makin terdesak. Pada saat itulah tumbuh gerakan Koperasi, yang menentang aliran
individualisme dengan asas kerja sama dan bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat. Bentuk kerja sama ini melahirkan perkumpulan Koperasi.
Dalam tata perekonomian nasional kita, sangat diharapkan agar Koperasi
Indonesia dapat menempati posisi dan kedudukan yang penting. Bahkan Koperasi
Indonesia diharapkan menjadi soko guru perekonomian nasional Indonesia.
Koperasi Indonesia mempunyai dasar konstitusional yang kuat, yakni UUD 1945
pasal 33 ayat 1 berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan dari pasal tersebut
dikatakan bahwa produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, di bawah
pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Oleh karena
itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan .
2
Menurut UU No. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat, yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah Koperasi yang
anggota-anggotanya terdiri dari para Pegawai Negeri Republik Indonesia dalam
suatu daerah kerja. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) merupakan
salah satu jenis Koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk
menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya. Sebagian besar KPRI
dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan menggunakan Modal Sendiri
daripada Modal Pinjaman.
Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak
berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola
harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan
hidup dan meningkatkan kemampuan usaha. Keuntungan di dalam Koperasi biasa
disebut dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU). Berdasarkan UU No.25 Tahun
1992 Pasal 45 Ayat 1 Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan Koperasi yang
diperoleh dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
3
Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta
kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu
mendapat perhatian dalam menilai keuntungan suatu Koperasi. Stabilitas usaha
menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien
sehingga memperoleh keuntungan yang besar. Adapun faktor yang mempengaruhi
SHU terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam seperti partisipasi
anggota, jumlah Modal Sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha yang
dimiliki, kinerja manajer, dan kinerja karyawan. Sedangkan faktor dari luar seperti
modal pinjaman dari luar, para konsumen dari luar selain anggota Koperasi dan
pemerintah (Tri Ruli Yanti, 2005).
Semakin besar SHU yang diperoleh Koperasi akan meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Untuk
meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang
berhasil dihimpun oleh Koperasi untuk menjalankan usahanya. Modal Koperasi
terdiri dari Modal Sendiri dan Modal Pinjaman. Modal Sendiri dapat berasal dari:
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan Modal
Pinjaman dapat berasal dari: anggota, Koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank
dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta
sumber lainnya yang sah.
Hubungan modal Koperasi dengan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) juga
tergantung pada peran aktif anggotanya untuk tetap mempertahankan untuk
menjadi anggota, artinya setiap anggota tidak akan meninggalkan Koperasinya.
Oleh karena itu fungsi pendidikan bagi anggota harus terus-menerus dilaksanakan
4
untuk mempertahankan mereka mempercayai Koperasinya, bahwa pengelolaan
Koperasi benar-benar sehat, baik sehat organisasi maupun sehat usaha.
Dalam setiap tahunnya SHU yang diperoleh Koperasi disisihkan dan
dibagi untuk keperluan: cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana
pegawai, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja.
Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU ditetapkan dalam Rapat Anggota
Tahunan (RAT) masing-masing Koperasi.
Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak,
maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting.
Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana
cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan
memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU,
apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai
tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal.
Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap
tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya.
Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk
memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa
dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang
baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan
Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil
Usaha yang diperoleh akan naik juga.
5
KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya bertumpu pada
usaha pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa, berbagai jenis usaha ini dikelola
oleh KPRI se Kota Semarang. Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok merupakan
Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup
dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang diperoleh dari
simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan
didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan
diperoleh SHU yang cukup besar pula.
Dalam setiap tahunnya KPRI Kota Semarang membuat Laporan Tahunan
Pengurus dan Pengawas yang berisi tentang laporan pertanggungjawaban
pengurus kepada Rapat Anggota atas kegiatan Koperasi dan usahanya yang
dilakukan selama satu tahun. Adapun tujuan dibuatnya laporan tersebut untuk
mengevaluasi sampai sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh KPRI
Kota Semarang.
Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak,
maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting.
Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana
cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan
memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU,
apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai
tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal.
Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap
tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya.
6
Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk
memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa
dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang
baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan
Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil
Usaha yang diperoleh akan naik juga.
KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya banyak bertumpu
pada pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa. Simpanan Wajib dan Simpanan
Pokok merupakan Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kelangsungan hidup dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang
diperoleh dari simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam
dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan
diperoleh SHU yang cukup besar pula.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan analisis lebih lanjut temuan-
temuan empiris mengenai struktur modal. Khususnya yang menyangkut
kegunaannya dalam pengaruh terhadap sisa hasil usaha. Dalam penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu (1) variabel independen; Debt to Equity Ratio
(DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR), (2) Variabel Dependen ; Sisa Hasil
Usaha. Diadopsi dari variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya dan
berbagai sumber dari literatur lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Struktur Modal dapat
membantu memberikan informasi dan mengevaluasi keadaan finansial masa lalu,
7
sekarang serta untuk memproyeksi hasil atau laba yang akan datang, serta
berdasarkan penelitian terdahulu membuktikan ada hubungan variabel struktur modal
terhadap sisa hasil usaha, sehingga penelitian ini akan membahas mengenai
“Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kota Semarang”
1.2 Perumusan Masalah
Perolehan besarnya SHU bagi koperasi menjadi sangat penting, karena
dengan meningkatnya SHU, maka akan meningkat pula kesejahteraan para
anggotanya dan masyarakat pada umumnya.
Diperlukan perhatian yang khusus dalam upaya meningkatkan SHU.
Masalah yang utama dalam koperasi untuk meningkatkan SHU selama ini adalah
dalam hal permodalan, tanpa adanya modal yang cukup koperasi tidak mungkin
dapat meningkatkan perolehan SHU. Dalam hal ini modal yang dimiliki koperasi
baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang digunakan untuk menjalankan
usaha akan sangat menentukan perolehan SHU. Dalam hal ini KPRI harus benar-
benar memperhatikan struktur modal yang efektif dalam upaya meningkatkan
perolehan SHU.
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang?
2. Adakah pengaruh rasio pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR)
terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang?
8
3. Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan
rasio modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan diadakannya
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
2. Untuk mengetahui pengaruh antara modal pinjaman Debt to Total
Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
3. Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio
(DER) dan modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) secara
bersama-sama terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
sebagai berikut :
a. Kegunaan Teoritis
Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian
dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang manajemen
keuangan terutama mengenai penerapan variabel struktur modal dalam
perkoperasian. Dapat mengetahui sejauh mana pengaruh Debt to Equity
Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU) koperasi serta memberikan rangsangan dalam melakukan
9
penelitian lanjutan dengan topik dan pembahasan yang berkaitan dengan
penelitian.
b. Kegunaan Praktis
1. Bagi KPRI
Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kinerja
keuangan KPRI pada khususnya, dan bagi koperasi lain pada
umumnya.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan kemampuan dalam
menganalisis kinerja keuangan sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan para civitas akademika khususnya dalam hal yang
berkaitan dengan variabel struktur modal.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Koperasi
2.1.1 Pengertian Koperasi
Dilihat asal katanya, istilah Koperasi berasal dari bahasa Inggris
cooperation yang berarti usaha bersama. Dengan arti lain adalah segala bentuk
pekerjaan yang dilakukan secara bersamasama sebenarnya dapat dikatakan
sebagai Koperasi. Tetapi yang dimaksud Koperasi dalam hal ini bukanlah segala
bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dalam arti yang sangat
umum tersebut .
Secara umum yang dimaksud dengan Koperasi adalah suatu badan usaha
bersama yang bergerak di bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang
umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar
persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya (G. Kartasapoetra, dkk,
2007:1).
Menurut bapak Koperasi Indonesia Moh. Hatta, mendefinisikan Koperasi
adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh
keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan „seorang buat semua dan
semua buat seorang‟.
11
Menurut UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 mengatakan bahwa Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
1) Prinsip Koperasi
Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip Koperasi,
yaitu:
1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
(andil anggota tersebut dalam Koperasi).
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
2) Dalam pengembangan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula
prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. Pendidikan perkoperasian.
b. Kerjasama antar Koperasi.
Prinsip Koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja Koperasi
sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang
membedakannya dari badan usaha lainnya.
12
1) Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan Koperasi mengandung makna
bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun.
Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota
dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang
ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka
memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan
atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
2) Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi
dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota
itulah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam.
3) Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota dilakukan tidak
sematamata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam
Koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota
terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan
perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.
4) Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk
kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan.
Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para
anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya
modal yang diberikan, yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar
dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku dipasar.
5) Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa
tergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada
13
pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam
kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung
jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung-jawabkan
perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.
Untuk pengembangan dirinya Koperasi juga melaksanakan dua
prinsip Koperasi yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama
antar Koperasi, hal tersebut merupakan prinsip Koperasi yang penting
dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan
memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan Koperasi. Kerja sama
dapat dilakukan antar Koperasi ditingkat lokal, regional, nasional dan
internasional.
1.5 Jenis Jenis Koperasi
Dasar jenis Koperasi Indonesia adalah kebutuhan suatu golongan dalam
masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan ekonominya. Berbagai
jenis Koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki
kehidupan. Secara garis besar jenis Koperasi yang ada dapat kita bagi menjadi 5
golongan, yaitu: (Anoraga dan Widiyanti, 2007:1927).
1. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi ialah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari
tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan
konsumsi.
2. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
14
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang
bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-
tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk
kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah,
murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
3. Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang
kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang, baik yang
dilakukan oleh Koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang
anggota Koperasi .
4. Koperasi Jasa
Koperasi Jasa adalah Koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa
tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.
5. Koperasi Serba Usaha
Koperasi Serba Usaha adalah Koperasi yang berusaha dalam beberapa
macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para
anggota.
2.1.3 Modal Koperasi
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan
usahanya Koperasi memerlukan modal. Adapun modal Koperasi terdiri atas
Modal Sendiri dan Modal Pinjaman.
Menurut Riyanto (2001:227-240) ada 2 (dua) macam modal yaitu Modal
Sendiri dan modal asing. Yang dimaksud Modal Sendiri adalah modal yang
15
berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil
bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta). Dan yang dimaksud
dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan merupakan utang
yang harus dibayar kembali.
Yang dimaksud dengan Modal Sendiri menurut Undang-Undang No. 25
tahun 1992 adalah modal yang menangung risiko atau disebut modal ekuiti.
Apabila dalam suatu tahun buku, Koperasi menderita kerugian maka yang harus
menanggung kerugian tersebut adalah komponen Modal Sendiri. Modal Sendiri
menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, sebagai berikut :
1. Simpanan Pokok
Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang
wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk
menjadi anggota. Simpanan Pokok tidak dapat diambil kembali selama
yang bersangkutan masih menjadi anggota.
2. Simpanan Wajib
Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus
sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu
dan kesempatan tertentu. Simpanan Wajib tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
3. Dana Cadangan
16
Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan
Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk Modal Sendiri
dan untuk menutup kegiatan Koperasi bila diperlukan.
4. Hibah
Hibah adalah pemberian yang diterima Koperasi dari pihak lain berupa
uang atau barang secara cuma-cuma.
Bagi Koperasi, Modal Sendiri merupakan sumber permodalan yang utama,
hal tersebut karena alasan: (Anoraga dan Widiyanti, 2007:84)
1 . Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud
kepemilikan anggota terhadap Koperasi beserta usahanya. Anggota
yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggung jawab
terhadap keberhasilan usaha tersebut .
2. Alasan Ekonomi
Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih
efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.
3. Alasan Resiko
Modal Sendiri/anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak
berjalan dengan lancar.
Yang dimaksud dengan modal pinjaman menurut Purwanto (1986:30)
pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan dan bukan dari
perusahaan itu sendiri. Dalam UU No.7 Tahun 1992 pinjaman adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu didasasrkan persetujuan atau
17
kesepakatan pinjaman antar bank dan pihak lain yang mewajibkan peminjam
untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga/
imbalan/ penghasilan hasil keuntungan. Modal pinjaman/ modal asing adalah
modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam
perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan
“utang” yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto 2001:227).
Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992 modal pinjaman koperasi
dapat berasal dari:
a. Anggota
Modal pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari
anggota koperasi yang bersangkutan, termasuk calon anggota yang
memenuhi syarat.
b. Koperasi lain dan atau anggotanya
Modal pinjaman dari koperasi lain dan atau anggotanya adalah
pinjaman yang diperoleh dari koperasi lain atau anggotanya yang
didasari dengan perjanjian kerja sama antar koperasi.
c. Bank dan Lembaga Keuangan lainya
Modal pinjaman ini diperoleh dari bank atau lembaga keuangan
lainya, dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Penerbitan Obligasi dan surat utang lainya
Modal pinjaman ini diperoleh dari penerbitan obligasi atau surat utang
lainya, dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
18
e. Sumber lain yang syah
Modal pinjaman ini diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan
tidak melalui penawaran secara umum.
2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU)
Secara kompleks arti dari Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi adalah selisih
dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya-biaya
atau biaya total (Total Cost) dalam satu tahun waktu (Arifin Sitio dan Halomoan
Tambah, 2001 : 87). Sisa Hasil Usaha Koperasi bila ditinjau menurut UU No.25
Tahun 1992, tentang Perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut:
1. Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing
anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
3. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
2.3 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa Hasil Usaha pada dasarnya adalah jumlah dari kelebihan atau
kekurangan yang harus dikembalikan kepada anggota-anggota yang mengadakan
transaksi dengan Koperasi (Kartasapoetra, dkk, 2007:171).
19
Pembagian SHU dibicarakan atau diputuskan dalam Rapat Anggota
kemudian ditetapkan dalam Anggaran Dasar Koperasi sebelum dibagikan kepada
anggota sesuai dengan hak anggota tersebut, SHU bersumber dari :
1. Dari usaha atau bisnis yang diselenggarakan dengan anggota.
2. Dari usaha atau bisnis yang diselenggarakan dengan bukan anggota.
Dari kedua sumber tersebut, maka SHU yang dibagikan kepada anggota
hanyalah SHU yang memang berasal dari usaha atau bisnis dengan anggota
Koperasi. Sedangkan SHU yang bersumber dari usaha yang bukan berasal dari
anggota dimasukkan ke dalam cadangan untuk modal Koperasi atau untuk
keperluan lainnya.
SHU Koperasi yang diterima oleh anggota bersumber dari dua kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu:
1. SHU atas jasa modal
Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik
ataupun investor, karena jasa atas modalnya.
2. SHU atas jasa usaha
Jasa ini menegaskan bahwa anggota Koperasi selain pemilik juga sebagai
pemakai atau pelanggan.
Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi diatur sebagai berikut:
(Anoraga dan Widiyanti, 2007: 8788)
1. SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota,
dibagikan untuk:
a. Cadangan Koperasi
20
b. Para anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan
masingmasing
c. Dana Pengurus
d. Dana Pegawai/ karyawan
e. Dana Pendidikan Koperasi
f. Dana Sosial
g. Dana Pembangunan Daerah
2. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan
untuk bukan anggota, dibagikan untuk:
a. Cadangan Koperasi
b. Dana Pengurus
c. Dana Pegawai/ karyawan
d. Dana Pendidikan Koperasi
e. Dana Sosial
f. Dana Pembangunan Daerah
Cara penggunaan Sisa Hasil Usaha tersebut, kecuali cadangan, diatur
dalam Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan Koperasi yang
bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal Koperasi bila
diperlukan, oleh karenanya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota
walaupun di waktu pembubaran.
Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan
antara lain pada fakir miskin, yatim piatu, atau usahausaha sosial lainnya.
21
Penggunaan Dana Pembangunan Daerah seyogyanya dilakukan setelah
mengadakan konsultasi dengan pihak pemerintah daerah setempat.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SHU
Menurut Tri Ruli Yanti (2005) faktor yang mempengaruhi SHU adalah:
Faktor dari dalam yaitu :
1. Partisipasi Anggota
Anggota Koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan Koperasi
karena tanpa adanya peran anggota maka Koperasi tidak akan
berjalan lancar.
2. Jumlah Modal Sendiri
SHU anggota yang diperoleh sebagian dari Modal Sendiri yaitu
dari Simpanan Wajib, Simpanan Pokok, dana cadangan dan hibah.
3. Kinerja Pengurus
Kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang
dilakukan oleh Koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan
sesuai persyaratan dalam Anggaran Dasar serta Undang-Undang
perkoperasian maka hasil yang dicapaipun juga akan baik.
4. Jumlah unit usaha yang dimiliki
Setiap Koperasi pasti memiliki unit usaha hal ini juga menentukan
seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan
usaha.
5. Kinerja Manajer
22
Kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang
dilakukan Koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal yang
bersifat intern.
6. Kinerja Karyawan
Merupakan kemampuan seorang karyawan dalam mengelola
Koperasi.
Faktor dari luar yaitu :
1. Modal pinjaman dari luar
Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara
bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan merupakan utang
yang pada saatnya harus dibayar kembali agar tidak menderita
kerugian.
2. Para konsumen dari luar selain anggota Koperasi
3. Pemerintah
Kekayaan Koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada
pihak Koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang
biasanya berasal dari pemerintah dan merupakan hibah.
2.5 Prinsip Prinsip Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, tranparasi, dan sesuai
dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip
pembagian SHU sebagai berikut :
a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.
23
Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang
bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari
anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu.Langkah
pertama dalam pembagian SHU adalah memilahkan antara SHU yang
bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari
non anggota.
b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan
anggota sendiri.
SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan
insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang
dilakukannya dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi
SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada
anggota.
c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang
dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga
setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif
berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya
juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi
dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu
badan usaha, pendidikan dalam proses demokrasi.
d. SHU anggota dibayar secara tunai
24
SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan
demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang
sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
2.6 Hubungan Antara Modal Sendiri Dengan Sisa Hasi Usaha (SHU)
Setiap kegiatan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan laba pasti
memerlukan modal. Modal tersebut merupakan sumber pembiayaan untuk
kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh badan usaha. Oleh karena itu, modal
merupakan satu masalah yang paling penting di dalam menjalankan suatu usaha
demikian halnya bagi Koperasi.
Berbagai penelitian tentang pengaruh Modal Sendiri terhadap Sisa Hasil
Usaha telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian Lubuk Novi
Suryaningrum (2007) mendapatkan hasil bahwa adanya pengaruh positif dan
signifikan antara Modal Sendiri terhadap perolehan SHU. Hal ini berarti semakin
besar Modal Sendiri yang dimiliki maka akan semakin besar pula SHU yang
diperoleh Koperasi. Tersedianya modal yang cukup,
akan sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha Koperasi dan besarnya
volume usaha, demikian sebaliknya kurangnya modal bisa menghambat
kelancaran kegiatan usaha. Dengan menjaga kelancaran kegiatan usaha, maka
diharapkan kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha.
Keberhasilan Koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan usaha
sangat tergantung pada kemampuan Koperasi menghimpun modal. Modal
25
Koperasi diutamakan berasal dari anggota. Modal anggota tersebut bersumber dari
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib.
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib akan semakin besar jumlahnya
apabila terjadi penambahan anggota, ini berarti modal Koperasi menjadi semakin
banyak pula. Namun apabila ada anggota yang keluar karena merasa tidak sesuai
lagi dengan tujuan Koperasi, maka simpanan anggota yang akan keluar tersebut
dapat diambil kembali yang mengakibatkan modal Koperasi berkurang.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengurus dituntut untuk bekerja keras agar tidak
ada anggota yang keluar, sehingga modal yang berasal dari Simpanan Pokok dan
Simpanan Wajib tidak mengalami penurunan. Karena hal tersebut akan
mempengaruhi perolehan SHU, untuk meningkatkan perolehan SHU sangat
tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh Koperasi.
Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta
kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu
mendapat perhatian dalam menilai kinerja suatu Koperasi. Stabilitas usaha
menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien
sehingga memperoleh keuntungan yang besar.
SHU yang diterima anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal
yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan
Koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan
jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut:
26
Ha = Ada hubungan positif antara modal sendiri dengan perolehan Sisa Hasil
Usaha.
2.7 Hubungan Antara Modal pinjaman Dengan Sisa Hasi Usaha (SHU)
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh modal pinjaman
terhadap Sisa Hasil Usaha dapat disimpulkan Ha diterima Hal ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan modal pinjaman terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU). Dengan meningkatnya modal pinjaman maka akan diikuti pula
dengan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang.
Ha = Ada hubungan negatif antara modal pinjaman dengan perolehan Sisa Hasil
Usaha.
2.8 Struktur Modal
2.8.1 Definisi Struktur Modal
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri (Bambang Riyanto, 2001). Wasis
(1981) menyatakan bahwa struktur modal harus dapat dibedakan dengan
struktur keuangan. Struktur keuangan menyatakan dengan cara bagaimana
harta perusahaan dibiayai. Oleh karena itu struktur keuangan adalah
keseluruhan yang terdapat di dalam neraca sebelah kredit. Pada neraca
sebelah kredit terdapat hutang jangka panjang maupun jangka pendek, dan
modal sendiri baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jadi struktur
keuangan mencakup semua pembelanjaan baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Sebaliknya struktur modal hanya menyangkut pembelanjaan
jangka panjang saja. Tidak termasuk pembelanjaan jangka pendek.
27
Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai pembiayaan
permanen yang terdiri utang jangka panjang, saham preferen dan modal
pemegang saham (Weston dan Capeland, 1997). Berdasarkan pengertian di
muka, struktur modal dapat diartikan sebagai perbandingan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Hutang jangka panjang terdiri dari
berbagai jenis obligasi dan hutang hipotik, sedangkan modal sendiri terdiri
dari berbagai jenis saham dan laba ditahan.
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa
komponen (Bambang Riyanto, 2001) yaitu:
1. Modal asing atau hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk
membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari
perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut mencakup
jumlah yang besar.
Komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:
a. Hutang hipotik
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang
dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).
b. Obligasi
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan
bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk
membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.Pelunasan atau
pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva
28
tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari
keuntungan.
Hutang jangka panjang merupakan sumber dana bagi
perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu.
Hutang tersebut harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan
tanpa memperhatikan kondisi keuangan perusahaan pada saat itu dan
harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan
sebelumnya. Dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu
membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditor dapat memaksa
perusahaan dengan menjual aset yang dijadikan jaminannya. Oleh
karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunganya akan
mengakibatkan perusahaan kehilangan kontrol terhadap
perusahaannya. Begitu pula sebaliknya para kreditor dapat
kehilangan kontrol sebagian atau keseluruhan dana pinjaman dan
bunganya, karena segala macam bentuk yang ditanamkan dalam
perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar
proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur
modal perusahaan akan semakin besar pula risiko kemungkinan
terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka
panjang beserta bunga pada saat jatuh tempo. Bagi kreditor hal ini
berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka
29
investasikan dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian
juga semakin besar.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya.
Modal sendiri bersal dari sumber intern maupun ekstern. Sumber intern
didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan
sumber ekstern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Komponen Modal sendiri terdiri dari :
1. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan
Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari:
a. Saham Biasa
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka
panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini
berarti harus siap menanggung segala risiko sebesar dana yang
ditanamkan.
b. Saham Preferen
Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka
panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan
hutang jangka panjang.
2. Laba Ditahan
30
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak
dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan
modal perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko
usaha maupun risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak
memerlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali
dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka
waktu pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, setiap
perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang
diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling
tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen
dan investasi-investasi yang berisiko kerugian relatif kecil. Hal ini
karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan
alasan apapun merupakan tindakan membahayakan bagi
keberlangsungan hidup perusahaan.
Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan
keputusan bidang keuangan yang penting bagi perusahaan. Apabila
dana yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi, maka perusahaan
harus mencari tambahan dana untuk memulai operasinya. Struktur
keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya
dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiridari
hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal.
31
Struktur modal dapat dilihat dengan adanya suatu
perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri,
yang mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan pada tingkat
arus kas operasinya. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk
membiayai operasi perusahaan, yang bisa dipenuhi dari pemilik modal
sendiri atau dari pihak lain berupa hutang. Arti penting struktur modal
terutama disebabkan oleh perbedaan karakteristik diantara jenis
modal, perbedaan karakteristik diantara jenis modal tersebut secara
umum mempunyai pengaruh pada dua aspek penting dalam kehidupan
perusahaan yaitu:
1. Terhadap kemampuan untuk menghasilkan laba
2. Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
hutang jangka panjang.
Menurut Bambang Riyanto (2001), arti penting struktur modal
pada umumnya diperlukan dalam perusahaan yaitu:
1. Pada waktu mendirikan perusahaan
2. Pada waktu membutuhkan tambahan modal baru untuk ekspansi
3. Pada waktu diadakan konsolidasi
4. Pada waktu dijalankan penyusunan kembali struktur modal
Baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh
langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang
mempunyai struktur modal yang kurang baik, dimana mempunyai
hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada
32
perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan
perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan.
Berikut ini adalah beberapa teori struktur modal menurut
Weston and Capeland (1997):
1. Teori Mogdiliani-Miller (MM) tanpa pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori
Mogdiliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah teori pasar sempurna atau pasar modal sempurna. Pasar modal
sempurna adalah pasar modal yang memiliki kondisi antara lain:
1. Tidak ada pajak
2. Tidak ada biaya kebangkrutan.
3. Tidak ada biaya keagenan
4. Tidak ada biaya informasi
5. Individu dapat meminjam dan meminjamkan pada tingkat bunga
bebas risiko
6. Tidak ada pertumbuhan
Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua
preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak yaitu:
Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai
dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari
preposisi I ini adalah struktur modal dari suatu
33
perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal
tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan
melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar.
2. Teori Mogdiliani-Miller (MM) dengan pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian
MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan
kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang
bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai
sebagai pengurang pajak.
Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu:
Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai
dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan
penghematan pajak karena bunga hutang.
Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin
meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan
lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai
karena kenaikan biaya modal saham.
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori
tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-
banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai
hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu
perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya.
34
Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan
menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan
biaya kebangkrutan.
3. Trade-off Theory
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001),
perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu,
dimana penghematan pajak dari tambahan hutang sama dengan biaya
kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan
(financial distress) adalah biaya kebangkrutan dan biaya keagenan
yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Trade-off theory ini memandang bahwa struktur modal optimal
dapat ditentukan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal
yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya
keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information
sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang
yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah
yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan.
Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan
berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya
kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan
berusaha mengurangi
35
pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga
tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam
kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.
4. Pecking Order Theory
Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan
bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih
dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan
pendanaan ekstern. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-
urutan (hierarki) dalam penggunaan dana. Pendanaan menurut
pecking order theory, dilakukan berdasarkan pendanaan yang
memiliki risiko lebih kecil yaitu pertama laba ditahan, diikuti dengan
hutang, dan yang terakhir ekuitas baru.
Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang
dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai
seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking
order theory. Dalam peckingorder theory ini tidak terdapat struktur
modal yang optimal.
5. Balance theory
Teori lain mengenai struktur modal adalah balance theory.
Teori ini memprediksi suatu hubungan variabilitas pendapatan dengan
penggunaan hutang.Teori tersebut menyatakan bahwa perusahaan
dengan risiko bisnis rendah menggunakan hutang lebih banyak, dan
menggunakan sedikit hutang pada risiko bisnis yang tinggi. Jadi pada
36
kondisi yang rendah ketidakpastiannya, dampak keputusan pendanaan
pada pertumbuhan akan positif, dan pada kondisi yang tidak pasti
dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan negatif.
6. Teori Signaling
Struktur modal dengan tingkat leverage yang tinggi digunakan
sebagai sinyal untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang
buruk. Hanya perusahaan yang sehat dan kuat yang dapat berhutang
dengan menanggung risikonya. Sehingga untuk meminimalkan biaya
informasi dari pelepasan saham, maka suatu perusahaan lebih
menyukai menggunakan hutang daripada ekuitas jika perusahaan
tampak undervalued, dan menggunakan ekuitas dari pada hutang jika
perusahaan tampak overvalued.
Myers dan Majluf (1984) memiliki pandangan bahwa
adainformasi asimetrik yang terjadi antara manajer perusahaan dan
investor. Biaya akibat informasi asimetrik meningkat ketika manajer
dalam perusahaan memiliki pengetahuan yang superior mengenai
distribusi risiko dan tingkat pengembalian proyek-proyek investasi,
dibandingkan dengan investor di luar yang baru.Selanjutnya manajer
perusahaan memaksimalkan nilai yang sesungguhnya dari klaim
pemegang saham saat ini.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa diperlukan keseimbangan optimal antara hutang jangka
panjang dengan modalsendiri. Dengan prinsip hati-hati, aturan
37
struktur finansial konservatif dalam mencari struktur modal akan
optimal. Trade off theory memandang bahwa struktur modal optimal
dapat ditentukan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal
yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya
keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information
sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang
yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah
yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan.
Menurut Atmaja (2002) terdapat beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur modal
yaitu:
1. Kelangsungan hidup jangka panjang
Manajer perusahaan memiliki tanggungjawab untuk
menyediakan produk dan jasa yang berkesinambungan.Oleh karena
itu, perusahaan harus menghindari tingkat penggunaan hutang yang
dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan.
2. Konservatisme manajemen
Manajer yang besifat konservatif cenderung menggunakan
tingkat hutang yang sedikit.
3. Pengawasan
38
Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat
pengawasan dari pihak kreditor. Pengawasan ini dapat mengurangi
keleluasaan manajemen dalam membuat keputusan perusahaan
4. Struktur aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan
sebagai jaminan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif
lebih besar.
5. Risiko bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi cenderung kurang
dapat menggunakan hutang yang besar karena kreditor akan meminta
biaya hutang yang tinggi.
6. Tingkat pertumbuhan
Faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal
dari luar perusahaan.
7. Pajak
Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran
pajak sehingga memperbesar daya tarik penggunaan hutang.
8. Profitabilitas
Pada umumnya, perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan
tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil.
39
2.8.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan pada umumnya mempertimbangkan faktor-faktor berikut
yang mungkin mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal. Menurut J.
Fred. Weston dan Eugene F. Brigham (2004:198), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi struktur modal diantaranya adalah:
1. Profitabilitas
Menurut Sartono (2001:120) profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai
kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan
gambaran dan jawaban akhir tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Laba maksimum adalah tujuan umum setiap perusahaan yang bersifat jangka
pendek dan merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan itu
dapat terjamin. Selain itu tujuan yang bersifat jangka panjang yaitu kemampuan
untuk bersaing, kemampuan untuk bertumbuh dan kemampuan untuk
berkembang.
2. Stabilitas Penjualan
Stabilitas penjualan dan rasio-rasio utang berhubungan satu sama lain
secara langsung. Dengan stabilitas yang lebih besar dalam penjualan dan laba,
suatu perusahaan dapat mengambil beban tetap utang dengan risiko yang
lebih sedikit daripada bila penjualan dan labanya mengalami penurunan
secara periodik dalam hal yang disebut terakhir perusahaan akan menghadapi
kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.
40
3. Struktur Saingan
Kemampuan pelayanan utang tergantung pada kemampuan untuk
memperoleh laba dan juga volume penjualan. Oleh karena itu stabilitas
margin laba adalah sama pentingnya dengan stabilitas penjualan.
Gampangnya, perusahaan baru memasuki industri dan kemampuan
perusahaan yang bersaing untuk memperluas kapasitas mempengaruhi margin
laba. Suatu industri yang sudah berkembang menjanjikan margin laba yang
lebih tinggi, tetapi margin ini tampaknya akan semakin sempit jika industri
merupakan salah satu dari sejumlah perusahaan yang dapat dengan mudah
ditingkatkan melalui pemasukan tambahan.
4. Struktur Aktiva
Struktur aktiva mempengaruhi sumber-sumber pembelanjaan dalam
beberapa cara. Perusahaan-perusahaan dengan aktiva-aktiva tetap yang
berumur panjang, terutama bila permintaan untuk keluaran/outputnya secara
relatif dijamin (misalnya perusahaan X untuk kebutuhan umum = utilities),
mempergunakan utang hipotek jangka panjang yang cukup besar (ekstensif).
Perusahan-perusahaan yang sebagian terbesar aktivanya berupa piutang dan
persediaan barang yang nilainya tergantung pada kemampuan memperoleh
laba yang kontinu secara individual (misalnya pedagang besar dan eceran)
lebih sedikit mengandalkan pembelanjaan dengan utang jangka panjang dan
banyak memakai sumber pembelanjaan jangka pendek.
5. Sikap Manajemen
41
Sikap manajemen yang paling banyak mempengaruhi secara langsung
pilihan pembelanjaan adalah hal-hal yang menyangkut pengendalian (control)
perusahaan dan risiko. Perusahaan perseroan yang besar yang saham-
sahamnya secara luas dimiliki, dapat memilih menjual saham biasa sebagai
tambahan karena penjualan seperti ini akan mempunyai pengaruh yang kecil
pada pengendalian perusahaan. Sebaliknya para pemilik perusahaan-
perusahaan kecil lebih menyukai untuk menghindarkan pengedaran saham
biasa agar dapat menjamin pengendalian yang kontinyu.
6. Sikap Pemberi Pinjaman
Lepas dari analisis-analisis para manajemen jasa faktor-faktor
leverage yang tepat bagi perusahaan-perusahaan mereka, tidak terdapat
permasalahan kecuali bahwa sikap para pemberi pinjaman (lender) sering
dianggap sebagai determinan penting kadang-kadang sangat penting (faktor
yang menentukan) dari struktur-struktur modal. Dalam mayoritas kasus-
kasus, perusahaan perseroan membahas struktur modalnya dengan para
pemberi pinjaman dan memberikan perhatian yang besar terhadap nasihat-
nasihat mereka. Tetapi bila manajemen merasa begitu yakin atas masa
depannya, sehingga perlu mencari untuk mempergunakan leverage di luar
ukuran-ukuran bagi industri, maka para pemberi pinjaman mungkin akan
tidak mau menerima kenaikan-kenaikan utang tersebut. Mereka menekankan
bahwa utang yang berkelebihan mengurangi kedudukan kredit (credit
standing) peminjam dan tingkat nilai (credit rating) efek (surat berharga)
yang telah dikeluarkan sebelumnya.
42
Struktur modal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2.9 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan. Meski ruang lingkup yang hampir sama tetapi terdapat perbedaan yaitu
dalam objek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal
yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling
melengkapi.
Berikut ini adalah ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu:
No Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
1. Lubuk Novi
Suryaningrum
(2007)
Pengaruh Modal
Sendiri Terhadap
Perolehan Sisa
Hasil Usaha
(SHU)
Pada KPRI Di
Kota Semarang.
Populasi
penelitian,
variabel
penelitian,
metode
pengumpul
an
Data :
Dokument
asi
Variable
Independen :
Modal Sendiri,
Variable
Dependen :
Sisa Hasil
Usaha
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
diketahui
bahwa modal
sendiri (X)
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap Sisa
Hasil Usaha
(SHU) dan
dengan
hubungan
positif. Hal
ini berarti
semakin
besar modal
sendiri yang
43
dimiliki
maka akan
semakin
besar pula
Sisa Hasil
Usaha (SHU)
yang
diperoleh
koperasi.
2.
Mailiya
Choiriyah
(2005)
Pengaruh Modal
Sendiri Dan
Modal Pinjaman
Terhadap Sisa
Hasil Usaha
(SHU) Pada
Koperasi
Pegawai
Republik
Indonesia
(KPRI)
Se Kabupaten
Demak
Objek
Penelitian,
variable
penelitian,
metode
pengumpul
an data :
Wawancar
a dan
dokumenta
si.
Variabel
Independen:
Modal Sendiri,
Modal
Pinjaman,
Variabel
Dependen:
Sisa Hasil
Usaha
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
struktur
finansial dan
struktur
modal KPRI
di Kabupaten
Demak
dalam
keadaan
baik, hal ini
ditunjukkan
dengan
prosentase
rasio modal
sendiri lebih
besar
dibandingkan
modal
pinjaman
(hutang
jangka
pendek dan
hutang
jangka
panjang)
sehingga
menjamin
likuiditas dan
solvabilitas
KPRI,sedang
kan hasil
perhitungan
menunjukkan
adanya
pengaruh
yang
signifikan
antara Modal
44
3. Ong Tze San &
The Boon Heng
(2011)
Capital Structur
And Corporate
Performance Of
Malaysian
Contruction
Sector
The study
focus on
the 49
listed
contrucsio
n
companies
in main
board of
bursa
Malaysia .
Independent
variabels:
LDC,DC,DA,
DEMV,DCE,
LDCE.
Dependent
variabels:
ROC,ROE,
ROA,EPS,OM
,
NM
basically,
DEMV, LDC
and DC have
direct impact
on corporate
performance
of large
companies
and other
independent
variables.
Where else
for medium
construcsion
companies,
only OM has
significant
relationship
with capital
structur.
Basically,
LDCE have
direct impact
on corporate
performance
of medium
companies.
However,
other
independent
variables do
not affect the
dependent
variables.
Besides that,
only EPS for
small
contrucsion
companies
have
signifikan
relationship
with capital
structure.
Basically,
DC has
direct impact
on corporate
performance
of small
45
companies
and yet other
independent
variables do
not affect the
dependent
variables.
2.10 Kerangka Pemikiran
Modal merupakan satu masalah yang paling penting di dalam menjalankan
suatu usaha demikian halnya bagi koperasi. Tersedianya modal yang cukup akan
sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha koperasi dan besarnya volume
usaha, demikian sebaliknya kurangnya modal bisa menghambat kelancaran
kegiatan usaha. Dengan menjaga kelancaran kegiatan usaha, maka diharapkan
kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang menguntungkan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan perolehan
SHU.
Pada dasarnya pemenuhan modal koperasi berasal dari modal sendiri dan
modal pinjaman yang digunakan untuk menjalankan usaha koperasi dalam upaya
memperoleh SHU pada setiap akhir periode. Dimana modal sendiri merupakan
modal yang berasal dari koperasi itu sendiri tanpa dibebani biaya bunga,
sedangkan modal pinjaman merupakan modal dari kreditur yang dibebani biaya
bunga. Oleh karena itu rata-rata pengembalian modal pinjaman harus lebih besar
dari biaya bunga sehingga akan berpengaruh positif terhadap perolehan SHU,
demikian sebaliknya.
Untuk memudahkan alur pembahasan dari penelitian ini disusun paradigma
penelitian
46
seperti tampak dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.11 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Rasio Modal Sendiri Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif secara
parsial terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
2. Rasio Modal Pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) berpengaruh negatif
secara parsial terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
3. Rasio Modal Sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan Rasio Modal Pinjaman
Debt to Total Asset Ratio (DAR) berpengaruh secara simultan terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU).
DER (Debt to Equity Ratio)
(X1) (+)
Sisa Hasil Usaha
(Y)
DAR (Debt to Total Asset Ratio)
(X2) (-)
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi
dalam penelitian ini adalah KPRI di Kota Semarang periode 2010-2011. Dalam
kurun waktu tersebut terdapat 60 KPRI yang menjadi populasi dalam penelitian.
Jumlah 60 KPRI tersebut merupakan KPRI yang memenuhi syarat sudah
melakukan RAT tiap tahun dan mengumpulkan laporan keuangan ke
DESPERINDAGKOP Kota Semarang.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan himpunan objek pengamatan yang dipilih dari populasi
(Sumodiningrat 1999:3). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Cooper dan Emory (Susilawati
2000:116) pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu
pemilihan anggota sampel yang mendasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdaftar di DISPERINDAGKOP Kota Semarang.
2. Sudah melakukan RAT selama periode 2010 - 2011
3. Mengumpulkan laporan keuangan ke DISPERINDAGKOP Kota
Semarang.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 30 KPRI yang menjadi sampel
dalam penelitian ini.
48
Tabel 3.2
Daftar Sampel KPRI di Kota Semarang Tahun 2010-2011
NO. NAMA KPRI ALAMAT
1. ARNAWIL Jl. Setiabudi Kompl.APDN Srondol
2. ASADENTA HUSADA Jl. Tirto Agung Tembalang
3. BINA SEJAHTERA APRO Jl. Tirto Agung Tembalang
4. UNDIP Jl. Prof. H Sudarto SH Tembalang
5. FISCA BHAKTI Jl. Setiabudi No. 3 Banyumanik
6. MANFAAT LPMP Jl. Kyai Mojo Srondol Banyumanik
7. SEMBADA KARSA Jl. Empu Sendok II Banyumanik
8. WIDYA PRAJA Jl. Setiabudi 201 A Banyumanik
9. TANGGA KENCANA Jl. Prof Sudarto 116 Banyumanik
10. AMAL BHAKTI Jl. Sisingamangaraja Candisari
11. MIGUNANI Jatingaleh Candisari
12. PUSTAKA Jl. Sriwijaya No. 29 Candisari
13. TUT WURI HANDAYANI Jl. Dr. Wahidin 118 Candisari
14. SWA ARTA MANDIRI Jl. Lamongan Raya No.1 Gajah Mungkur
15. MESRA Jl. Tambak Dalam Gayamsari
16. MEKAR - GENUK Jl. Dong Biru Genuk
17. SERBA GUNA Jl. Gebangsari Genuk
18. HANDAYANI (UNNES) Jl. Sekaran Kampus Unnes Gunungpati
19. TUMBUH Jl. Raya Gunungpati No. 33 Gunungpati
20. ULAR ULAR MARDI SANTOSA SD Plalangan 3 P & K Gunungpati
21. DWIJA USAHA SD Induk Mijen I Mijen
22. B P K P Jl. Tambak Aji Ngaliyan
23. BANGUN SEJAHTERA Jl. Pelem Kueni Tugurejo Ngaliyan
24. DWIJA RAHARJA SD Wonosari Mangkang Ngaliyan
25. KPPDK LP KLAS I Jl. Raya Mijen Kedungpane Ngaliyan
26. BHAKTI PRAJA Jl. Menteri Supeno No. 2 Semarang Selatan
27. NUSANTARA Jl. Walisonggo No. 3 – 5 Ngaliyan
28. RS. TUGUREJO Jl. Raya Tugurejo Tambak Aji Ngaliyan
29. SERBA USAHA Jl. Untung Suropati Ngaliyan
30. TULUS KARYA Jl. Untung Suropati Ngaliyan
49
Sumber: Data PKPRI Kota Semarang Tahun 2010 – 2011
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah variabel dependen dan variabel independen.
3.3.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat secara positif ataupun negatif (Uma Sekaran, 2006). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah struktur modal. struktur modal dalam
penelitian ini dilakuakan untuk periode tahun 2010-2011, struktur modal
diproksikan dengan rasio modal (DER) dan rasio pinjaman (DAR), variabel
bebasnya adalah:
1. Debt to Equity Ratio (DER) (X1)
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan
rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari
hutang.Rasio ini disebut juga rasio leverage.
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus
struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan
pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham
preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal
50
sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan,
laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal
saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio adalah
kemampuan dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
seluruh utang.
Debt to Equity Ratio =
x 100 %
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang
modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik
jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.
2. Debt to Total Asset Ratio (DAR) (X2)
Debt to Total Asset Ratio adalah perbandingan antara jumlah aktiva
perusahaan dengan satu pihak dengan jumlah utang baik jangka pendek
maupun jangka panjang dipihak lain. Dari pihak pemegang saham, rasio
yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi pada
akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen.
Debt to Total Asset Ratio =
x 100%
3.3.2 Variabel Dependen (Y)
Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebagai variabel terikat (Y) dari
data Laporan Keuangan pada Laporan Rapat Anggota Tahunan KPRI Kota
Semarang tahun 2010-2011.
SHU = Pendapatan - Beban
51
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah:
Dokumentasi.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen
dokumen penting terutama mengenai catatan laporan keuangan yang berupa :
a. 30 KPRI Kota Semarang.
b. Neraca dan laporan perhitungan hasil usaha pada KPRI yang
dipilih sebagai sampel penelitian Tahun 2010 -2011.
3.5 Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data
3.5.1 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu
komputer program SPSS 15.0 for windows untuk mempermudah peneliti dalam
menganalisis data serta hasil yang di peroleh agar lebih akurat dan efisien.
3.5.2 Analisis Data
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh struktur modal terhadap sisa
hasil usaha, sehingga alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda
(Multiple Regression).
Adapun model persamaan regresi dengan dua prediktor yang di
gunakan adalah sebagai berikut:
Y= bo + b1 x1+ b2 x2
52
Keterangan :
Y : SHU
bo : Bilangan konstanta
b1 : koefisien regresi struktur modal 1
b2 : koefisien regresi struktur modal 2
X1 :DER (Debt To Equity Ratio)
X2 :DAR (Debt To Total Assets Ratio)
(Gujarati 1995:16)
3.6 Analisis Statistik Inferensial
3.6.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel
dependen dan independen keduanya mempunyai nilai distribusi yang
normal.(Ghozali, 2001:74)
Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat histrogram dari
residualnya dan melihat persebaran data pada sumbu diagonal atau grafik
normal. Bila distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
3.6.2 Analisis Regresi Berganda
Regresi berganda mengandung makna bahwa dalam suatu persamaan
regresi terdapat satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel idependen
(Algifari, 2000: 64). Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui bentuk
hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Data yang
digunakan untuk melakukan regresi liner berganda yaitu data efisiensi
53
masing-masing indikator dari variabel bebas yaitu current ratio, quick ratio,
receivable turn over, dan cash turn over serta untuk variabel terikat yaitu laba
usaha. Rumus linier berganda ditunjukkan oleh persamaan:
Υ= α+β1Χ1+β2Χ2+β3Χ3+β4Χ4+β5Χ5+β6Χ6+ε
(Subiyanto, 2000:205)
Di mana:
Y = Sisa Hasil Usaha (SHU)
α = intercept
β1β2β3β4β5β6 = koefisien regresi
X1 X2Χ3 Χ4 Χ5 Χ6 = prediktor
ε = error item
3.6.3 Koefisien Determinasi (R²)
Nilai koefisien determinasi (R²) menunjukkan prosentase pengaruh semua
variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus Koefisien determinasi
menurut Sudjana(1989:369) dapat ditunjukkan sebagai berikut:
D = r²x 100%
D = Koefisien Determinasi
r = Koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat
3.7 Uji Hipotesis
3.7.1 Uji Hipotesis t-test
Dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel
independennya. Nilai thitung menurut Sudjana (1989:370) dapat dicari dengan
rumus:
54
√
√
Untuk menentukan nilai ttabel ditentukan taraf signifikasi 5% dengan
derajat kebebasan df = (n-k) dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah
jumlah variabel termasuk intersep dengan:
~ Perumusan hipotesis statistik:
Ho :β1 = 0 artinya X1 tidak berpengaruh secara parsial terhadap Y
Ha :β1 ≠ 0 artinya X1 berpengaruh secara parsial terhadap Y
~ Dasar keputusan uji
Terima Ho jika thitung < t tabel
Tolak Ha jika thitung > t table
3.7.2 Uji Hipotesis F-test
Digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
mempunyai pengaruh yang secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan
antara Ftabel dengan F hitung yang terdapat dalam tabel Analysis of Variance.
Menurut Algifari (2000:73), Nilai Fhitung dapat dicari dengan rumus:
di mana:
R2 = koefisien determinasi
k = banyaknya variabel bebas
n = banyaknya sampel
55
Untuk menentukan nilai F tabel , tingkat signifikasi yang digunakan
sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df= (nk) dan (k-1)
dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intercept.
Dasar Keputusan Uji :
Terima Ho jika F hitung < Ftabel
Tolak Ha jika F hitung > Ftabel
3.8 Uji Asumsi Klasik
regresi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least Square)
merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linear tidak bias yang
terbaik (Best Linear Unbias Estimator) jika terpenuhi asumsi-asumsi klasik.
Untuk menghindari penyimpangan asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan uji
asumsi klasik. Model uji asumsi klasik tersebut adalah :
3.8.1 Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel dependen dan
independen keduanya mempunyai distribusi normal. (Ghozali, 2001:74)
Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat persebaran data pada
sumbu diagonal atau grafik normal. Bila distribusi normal maka model regresi
memenuhi asumi normalitas.
3.8.2 Multikolinearitas
Multikolineritas maknanya antar variabel independen yang terdapat
mendekati sempurna (koefisien relasi tinggi) (Algifari, 2000:84). Diagnosis secara
sederhana terhadap adanya multikolinearitas di dalam model regresi salah satunya
adalah melalui nilai thitung , dan f hitung , jika tinggi nilai fhitung tinggi
56
sedangkan nilai thitung sangat rendah, maka kemungkinan terdapat
multikolinearitas dalam model tersebut. Beberapa prosedur koreksi jika
multikolinearitas ditemukan adalah dengan memperbesar ukuran sampel atau
menghilangkan salah satu atau beberapa variabel yang mempunyai korelasi tinggi
dari model regresi atau dengan mentranformasi variabel nilai variabel yang
digunakan mundur satu tahun.
3.8.3 Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya variansi variabel dalam model regresi
tidak sama (konstan). Salah satu cara untuk mendiagnosis adanya
heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan uji Glesjer. Uji ini
dilakukan dengan membuat model regresi yang melibatkan nilai absolut residual
(│e│), sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen. Jika
semua variabel independen signifikan secara statistik, maka terdapat
heteroskedastisitas. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas dilakukan dengan
mentransformasi variabel menjadi log, kemudian di antilog kan sehingga
diperoleh model regresi yang baru (Algifari, 2000: 88).
3.8.4 Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota–anggota serangkaian
observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam
rangkaian ruang ( Sumodiningrat, 1999: 231).
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier
antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time
57
series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan
data time series (Gujarati, 1993).
dimana:
d = nilai Durbin Watson
Σei = jumlah kuadrat sisa
Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil
perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:
1. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif
2. Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negatif
3. Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi
4. Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini obyek penelitian yang digunakan adalah laporan
keuangan 30 KPRI di Kota Semarang selama periode tahun 2010 sampai dengan
tahun 2011. Dalam kurun waktu tersebut terdapat 115 KPRI yang menjadi
populasi dalam penelitian. Jumlah 115 KPRI tersebut merupakan KPRI yang
terdaftar di DISPERINDAGKOP Kota Semarang.Dari 115 KPRI tersebut
kemudian didapatkan sampel sebanyak 30 KPRI yang dijadikan obyek
penelitian.
4.1.2 Jenis Usaha KPRI
KPRI di Kota Semarang yang menjadi anggota dari KPRI berjumlah 115
dan bergerak dibidang usaha pertokoan, simpan pinjam, wartel, foto copy, dan
lain-lain.Dari 115 KPRI tersebut 30 diantaranya dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Jenis usaha yang dijalankan oleh 30 KPRI yang dijadikan sampel
antara lain sebagai berikut:
1. Pertokoan
Usaha pertokoan yang ada menyediakan berbagai barang kebutuhan
sehari-hari anggota dan masyarakat pada umumnya, antara lain kebutuhan
sembilan bahan pokok(sembako), barang elektronik dan lain-lain. Barang-barang
kebutuhan tersebut dijual secara tunai dan kredit.
59
2. Simpan Pinjam
a) Piutang Jangka Pendek
Piutang jangka pendek merupakan piutang uang dengan jangka
waktu angsuran 12 kali dan diken akan bunga pinjaman sebesar 2% setiap
bulan dari besarnya pinjaman pokok.
b) Piutang Jangka Panjang
Piutang jangka panjang merupakan pinjaman uang kepada anggota
dengan mengajukan permohonan terlebih dahulu. Piutang diangsur dengan
jangka waktu angsuran 12-36 kali dengan bunga pinjaman sebesar 1,5%
setiap bulan dari besarnya pinjaman pokok.
c) Piutang Sebrakan
Piutang sebrakan merupakan piutang yang diberikan kepada
anggota sewaktu-waktu dengan mengajukan permohonan saat itu juga,
dengan jangka waktu angsuran maksimal 5 kali dan dikenakan bunga
pinjaman 2% dari besarnya pinjaman pokok.
3. Aneka jasa
Berbagai usaha jasa yang kelola oleh KPRI antara lain adalah usaha
wartel, foto copy, bengkel dan lain-lain.
4.2 Struktur Modal
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri
adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau
berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta
60
dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22). Modal pinjaman pada KPRI Kota Semarang
bersumber dari simpanan sukarela/simpanan anggota, dana-dana koperasi,
pinjaman dari pihak bank sebagai tambahan modal dengan jumlah bervariasi.
Hasil analisis deskriptif pada data rasio modal sendiri dan rasio pinjaman
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2010
No. Nama Koperasi Modal 2010
Sendiri Pinjaman
1 ARNAWIL 21,074,000 14,514,000
2 ASADENTA HUSADA 17,121,000 4,341,000
3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277,000 10,148,000
4 UNDIP 146,325,000 34,406,390
5 FISCA BHAKTI 4,210,000 8,854,000
6 MANFAAT LPMP 25,038,000 19,654,000
7 SEMBADA KARSA 336,600,000 6,016,414
8 WIDYA PRAJA 187,508,000 24,987,000
9 TANGGA KENCANA 133,520,000 7,127,000
10 AMAL BHAKTI 318,298,000 1,544,483
11 MIGUNANI 172,080,000 1,051,333
12 PUSTAKA 301,822,000 17,289,000
13 TUT WURI HANDAYANI 265,620,000 204,939,000
14 SWA ARTA MANDIRI 4,796,000 9,164,000
15 MESRA 21,752,040 30,702,000
16 MEKAR - GENUK 40,103,000 1,386,000
17 SERBA GUNA 148,000,000 42,106,000
18 HANDAYANI (UNNES) 8,031,000 4,727,500
19 TUMBUH 10,270,000 6,026,840
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834,000 4,717,000
21 DWIJA USAHA 238,048,000 16,233,000
22 B P K P 49,481,000 34,249,000
23 BANGUN SEJAHTERA 622,680,000 87,769,000
24 DWIJA RAHARJA 3,556,368 1,036,488
25 KPPDK LP KLAS I 74,120,000 43,333,000
26 BHAKTI PRAJA 17,067,221 12,993,517
27 NUSANTARA 19,387,000 50,470,000
28 RS. TUGUREJO 60,421,000 33,998,000
29 SERBA USAHA 29,512,000 32,463,000
30 TULUS KARYA 1,543,375 1,825,000
Jumlah 3,385,095,004 768,070,965
Rata-rata 112,836,500 25,602,366
Sumber : Data KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011
61
Rata-rata modal sendiri KPRI Kota Semarang pada tahun 2010 sebesar Rp.
112.836.500 dan modal pinjaman sebesar Rp. 25.602.366 hal ini menunjukkan bahwa
struktur modal tahun 2010 menggambarkan keadaan yang baik menyangkut
likuiditas koperasi, hal ini ditunjukkan dari posisi rasio modal sendiri yang rata-
rata relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata modal pinjaman. Ini berarti
bahwa sebagian besar aktiva KPRI di Kota Semarang dibelanjai dengan
menggunakan modal sendiri.
Tabel 4.2
Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2011
No. Nama Koperasi Modal 2011
Sendiri Pinjaman
1 ARNAWIL 17,923,000 2,577,000
2 ASADENTA HUSADA 1,410,000 2,250,230
3 BINA SEJAHTERA APRO 22,049,000 22,569,000
4 UNDIP 4,821,000 11,023,129
5 FISCA BHAKTI 22,067,000 25,459,000
6 MANFAAT LPMP 343,890,000 895,626,000
7 SEMBADA KARSA 125,884,000 17,738,000
8 WIDYA PRAJA 307,524,000 819,855,000
9 TANGGA KENCANA 376,423,000 104,833,000
10 AMAL BHAKTI 927,814,000 891,174,000
11 MIGUNANI 658,748,000 179,200,000
12 PUSTAKA 165,468,000 89,534,000
13 TUT WURI HANDAYANI 929,588,000 114,613,000
14 SWA ARTA MANDIRI 62,887,000 13,261,000
15 MESRA 155,944,000 142,106,000
16 MEKAR - GENUK 575,806,000 68,342,000
17 SERBA GUNA 56,289,000 43,868,000
18 HANDAYANI (UNNES) 1,839,795 10,439,054
19 TUMBUH 767,114,000 184,071,000
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 11,000,691 11,199,000
21 DWIJA USAHA 893,220,000 1,229,738
22 B P K P 379,662,000 159,600,000
23 BANGUN SEJAHTERA 130,752,000 58,638,000
24 DWIJA RAHARJA 56,263,483 2,254,000
25 KPPDK LP KLAS I 377,501,000 117,552,000
26 BHAKTI PRAJA 6,215,196 23,484,509
27 NUSANTARA 1,216,899 8,555,000
28 RS. TUGUREJO 328,366,000 213,507,000
29 SERBA USAHA 167,657,000 149,635,000
62
30 TULUS KARYA 15,955,704 1,469,000
Jumlah 7,891,298,768 4,385,661,660
Rata-rata 263,043,292 146,188,722
Sumber : Data KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011
Rata-rata modal sendiri KPRI Kota Semarang pada tahun 2010 sebesar
Rp. 263.043.292 dan modal pinjaman sebesar Rp. 146.188.722 hal ini
menunjukkan bahwa struktur modal tahun 2011 menggambarkan keadaan yang
baik menyangkut likuiditas koperasi, hal ini ditunjukkan dari posisi rasio modal
sendiri yang rata-rata relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata modal
pinjaman. Ini berarti bahwa sebagian besar aktiva KPRI di Kota Semarang
dibelanjai dengan menggunakan modal sendiri.
Tabel 4.3
Sisa Hasil Usaha KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011
No Nama Koperasi Sisa Hasil Usaha (SHU)
2010 2011
1 ARNAWIL 4,801,000 202,869,000
2 ASADENTA HUSADA 125,000,000 1,633,590
3 BINA SEJAHTERA APRO 3,464,000 2,026,250
4 UNDIP 254,400,000 837,426,000
5 FISCA BHAKTI 6,294,000 5,947,520
6 MANFAAT LPMP 98,209,000 53,979,000
7 SEMBADA KARSA 4,862,000 2,080,310
8 WIDYA PRAJA 78,616,000 12,261,803
9 TANGGA KENCANA 13,057,000 1,960,520
10 AMAL BHAKTI 47,918,000 3,020,110
11 MIGUNANI 57,698,000 9,891,520
12 PUSTAKA 42,740,000 1,419,526
13 TUT WURI HANDAYANI 61,842,000 4,666,210
14 SWA ARTA MANDIRI 6,892,000 509,170,000
15 MESRA 63,979,000 331,020,110
16 MEKAR - GENUK 40,543,000 128,131,194
17 SERBA GUNA 20,858,000 180,000,000
18 HANDAYANI (UNNES) 349,565,000 186,920,000
19 TUMBUH 154,067,000 962,023,000
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 67,040,000 1,239,250
21 DWIJA USAHA 160,000,000 2,058,310
22 B P K P 88,460,000 1,850,102
23 BANGUN SEJAHTERA 22,960,000 9,947,001
24 DWIJA RAHARJA 130,789,000 14,419,270
63
25 KPPDK LP KLAS I 41,897,000 45,337,300
26 BHAKTI PRAJA 1,163,107 938,264,000
27 NUSANTARA 87,853,000 2,623,800
28 RS. TUGUREJO 44,623,000 2,990,660
29 SERBA USAHA 15,978,000 7,526,520
30 TULUS KARYA 108,125,000 3,207,831
Jumlah 2,203,693,107 4,465,909,707
Rata-rata 73,456,437 148,863,657
Sumber : Data KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011
Pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa selama periode tahun 2010-2011
tingkat sisa laba usaha tertinggi pada tahun 2011 dengan rata-rata sebesar
148.863.657. bahwa sisa hasil usaha tahun 2011 menggambarkan keadaan
meningkat dari tahun sebelumnya, hal ini ditunjukkan dari posisi rasio sisa hasil
usaha yang rata-rata makin meningkat. Ini berarti bahwa sisa hasil usaha KPRI di
Kota Semarang semakin meningkat dari tahun sebelumnya.
4.3 Variabel Struktur Modal
Variabel struktur modal dalam penelitian ini diukur menggunakan Debt to
Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR).
4.3.1 Variabel Struktur Modal Sendiri Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel struktur modal Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan di dalam memenuhi seluruh
kewajiban perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) memperbandingkan total
hutang tehadap total equity yang dimiliki koperasi. Struktur modal menunjukkan
prosentase dari hutang dan modal sendiri (dapat dilihat pada lampiran 16).
64
4.3.2 Variabel Struktur Modal Pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR)
Variabel struktur modal Debt to Total Asset Ratio (DAR) yang merupakan
rasio total kewajiban terhadap asset. Ratio ini menekankan pentingnya pendanaan
hutang dengan jalan menunjukkan presentase aktiva kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban perusahaan (dapat dilihat pada
lampiran 18).
4.3.3 Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa hasil usaha (SHU) adalah selisih dari seluruh pemasukan atau
penerimaan total (total revenue) dengan biaya-biaya atau modal (total cost) dalam
satu tahun buku (Arifin Sitio dan Tamba : 2001).
Perkembangan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang tahun 2010-
2011 pada lampiran 20 diketahui bahwa selama periode tahun 2010-2011 tingkat
sisa hasil usaha tertinggi pada KPRI Mekar Genuk dengan rata-rata sebesar
84.33% per tahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00 aktiva yang
digunakan pada koperasi akan menghasilkan sisa hasil usaha dengan rata-rata
sebesar Rp. 84.337.00. Diketahui bahwa selama periode tahun 2010-2011 tingkat
sisa hasil usaha terendah pada KPRI Serba Guna dengan rata-rata sebesar 10.05%
per tahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00 aktiva yang
digunakan koperasi akan menghasilkan sisa hasil usaha rata-rata sebesar Rp.
100,429,00. Rata-rata tingkat sisa hasil usaha KPRI Kota Semarang selama
periode tahun 2010-2011 adalah 11,12% per tahun. Ini berarti bahwa rata-rata
setiap Rp. 1.000.000,00 aktiva yang digunakan koperasi akan menghasilkan sisa
hasil usaha rata-rata sebesar Rp. 11.120.000.
65
4.4 Uji Analisis Data
4.4.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi ganda. Untuk
memenuhi prasyarat sebagai hasil regresi yang baik maka terlebih dahulu akan
dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi klasik. Dalam uji
asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heterokesdastisitas dan uji autokorelasi.
4.4.2 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu uji
statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah dengan
menggunakan analisis grafik yaitu dengan melihat bentuk grafik secara visual.
Hasil uji normalitas dalam kajian penelitian ini menggunakan P-P Plot. Apabila
grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata titik-titik mendekati garis
diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi normal. Lebih
jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat pada grafik berikut.
66
Gambar 4.1. P-Plot
Pengujian normalitas model regresi
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan gambar 4.1 diatas, pola titik-titik yang diperoleh dari uji
kenormalan data tersebar pada daerah garis diagonal maka dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi normal.
Untuk mendeteksi normalitas data dapat juga dilakukan dengan
kolmogorov-smirnov test, caranya adalah dengan menentukan terlebih dahulu
hipotesis pengujian, yaitu:
a. Jika probability value > 0,05 maka H0 diterima.
b. Jika probability value < 0,05 maka H0 ditolak.
Hasil uji normalitas data melalui kolmogorov-smirnov test dapat dilihat
melalui tabel 4.4.
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted C
um P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual
Dependent Variable: Ln_SHU
67
Tabel 4.4
One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 4.5 untuk semua variabel memiliki probabilitas 0,115
jauh diatas α = 0,05. Hal ini berarti Hipotesis Nol (H0) diterima, yang artinya
seluruh variabel sudah terdistribusi secara normal.
4.4.3 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah antara variabel
bebas memiliki hubungan yang sempurna atau tidak. Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Lebih jelasnya hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas
Rangkuman Nilai tolerance dan VIF
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
60
.0000000
1.59866922
.154
.086
-.154
1.194
.115
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Coefficientsa
.249 4.016
.249 4.016
DER
DAR
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ln_SHUa.
68
Dari tabel 4.5 Diatas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance semua
variabel independen yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset
Ratio (DAR) > 0,10 sedang VIF < 10. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
4.4.4 Uji Heterokesdastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi yang baik adalah jika tidak terdapat heterokesdastisitas.
Uji heterokesdastisitas dapat dilihat dari diagram scatter plot yang terlihat
dari output SPSS. Apabila titik-titik tersebar tidak teratur dan berada diatas
maupun dibawah angka nol pada sumbu vertikal menunjukkan bahwa model
regresi tidak mengandung heterokesdastisitas.
Gambar 4.2 Diagram Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Regression Standardized Predicted Value
43210-1-2
Reg
ress
ion
Stu
dent
ized
R
esid
ual
6
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: SHU
69
Dari grafik scatterplot yang diperoleh setelah data diolah melalui SPSS,
dapat diketahui bahwa titik data menyebar secara acak serta tersebar di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi tersebut
4.4.5 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1.
Autokorelasi merupakan korelasi atau hubungan yang terjadi antara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatn yang tersusun dalam rangkaian
waktu (date time series). Uji Autokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat dari
nilai Durbin Watson, seperti terlihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Hasil Analisis Autokorelasi
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Salah satu pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya
autokorelasi adalah menggunakan uji Statsitik Durbin-Watson (Algifari, 2000:89).
Model Summaryb
.384a .147 .117 1.62647 .917
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), DAR, DERa.
Dependent Variable: Ln_SHUb.
70
Tabel 4.7 Durbin-Watson Test
Hasil Perhitungan Klasifikasi
<1,08 Ada Autokorelasi
1,08-1,66 Tanpa Kesimpulan
1,66-2,34 Tidak Ada Autokorelasi
2,34-2,92 Tanpa Kesimpulan
>2,92 Ada Autokorelasi
Dari hasil analisis dan perhitungan SPSS diperoleh bahwa nilai DW
sebesar 1,951. Berdasartkan tabel autokorelasi Durbin-Watson Test, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini.
4.5 Analisis Statistik Inferensial
4.5.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam rangka menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis
regresi berganda. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda dengan
menggunakan program komputasi SPSS 15 diperoleh hasil seperti pada tabel 4.9.
Tabel 4.8 Analisis Regresi Linier
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Coefficientsa
9.917 .262 37.851 .000
.294 .109 .663 2.704 .009
-.157 .050 -.769 -3.137 .003
(Constant)
DER
DAR
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Dependent Variable: Ln_SHUa.
71
Berdasarkan ringkasan hasil analisis regresi seperti tertera pada tabel 4.8 di
atas diperoleh persamaan model regresi yaitu:
Sisa Hasil Usaha (Y) = 9,917 + 0,294 DER + -0,157 DAR
Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Setiap terjadi kenaikan Debt to Equity Ratio (DER) satu satuan akan
diikuti tingkat kenaikan perubahan sisa hasil usaha sebesar 0,294.
2. Setiap terjadi kenaikan Debt to Total Asset Ratio (DAR) satu satuan
akan diikuti tingkat kenaikan perubahan sisa hasil usaha sebesar -
0,157.
4.6 Uji Hipotesis
4.6.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F statistik digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakaan
ada pengaruh antara variabel independen (DER,DAR) terhadap variabel dependen
(SHU).
Pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh secara simultan Debt
to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU) dapat dilihat dari hasil Uji F pada tabel 4.9 Kriteria pengujiannya
apabila nilai p value < 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak.
Tabel 4.9
Hasil Uji Simultan (Uji F)
72
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Hasil uji F pada Tabel 4.9 diperoleh bahwa F hitung = 4,921 dengan nilai
p value = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang
berarti tidak ada pengaruh secara simultan Debt to Equity Ratio (DER), Debt to
Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) signifikan.
4.6.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
4.6.2.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap SHU
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dengan menggunakan program SPSS
diperoleh thitung sebesar 2,704 dengan nilai p value 0,000. Karena nilai p value
0,000 < 0,05 dapat disimpulkan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU). Dengan meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER) maka akan
diikuti pula dengan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota
Semarang.
4.6.2.2 Pengaruh Debt to Total Asset Ratio (DAR) Terhadap SHU
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh Debt to Total Asset
Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dengan menggunakan program
ANOVAb
26.036 2 13.018 4.921 .011a
150.789 57 2.645
176.825 59
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), DAR, DERa.
Dependent Variable: Ln_SHUb.
73
SPSS diperoleh thitung sebesar -3,137 dengan nilai p value 0,000. Karena nilai p
value 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan Ha diterima Hal ini menunjukkan bahwa
ada pengaruh negatif dan signifikan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap
Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan meningkatnya Debt to Total Asset Ratio (DAR)
maka akan diikuti pula dengan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI
Kota Semarang.
4.7 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk menunjukkan berapa besar
prosentase variabel independen (DER, DAR) secara bersama-sama menerangkan
variasi variabel dependen (SHU).
Hasil pengujian koefisien regresi menunjukkan bahwa Koefisien
Determinasi (R²) sebesar 0,384 atau 38,4 %. Jadi dapat dikatakan bahwa 38,4 %
Sisa Hasil Usaha (SHU) dipengaruhi oleh Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to
Total Asset Ratio (DAR).
4.8 Pembahasan
Penjelasan mengenai jawaban dari hipotesis pertama (H1) tentang
pengaruh simultan DER dan DAR terhadap sisa hasil usaha adalah sebagai
berikut:
Terima Ho jika F hitung < F tabel : Tidak ada pengaruh secara simultan DER dan
DAR terhadap sisa hasil usaha.
Tolak Ha jika F hitung > F tabel : Ada pengaruh secara simultan DER, dan DAR
terhadap sisa hasil usaha.
74
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dari dua variabel independen
yaitu DER dan DAR dari hasil uji F diperoleh F hitung = 4,921 dengan nilai p
value = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, yang
berarti ada pengaruh secara simultan DER dan DAR terhadap sisa hasil usaha
yang signifikan dan berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh R square sebesar
0,384 yang berarti bahwa kontribusi DER dan DAR secara simultan berpengaruh
terhadap perubahan Sisa Hasil Usaha sebesar 38,4%. Jadi Hipotesis pertama (H1)
menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh
secara simultan DER dan DAR terhadap sisa hasil usaha.
Penjelasan mengenai jawaban dari hipotesis kedua (H2) tentang pengaruh
parsial antara DER terhadap sisa hasil usaha adalah sebagai berikut:
Terima Ho jika t hitung < t tabel : Tidak ada pengaruh secara parsial antara DER
terhadap sisa hasil usaha.
Tolak Ha jika t hitung > t tabel : Ada pengaruh secara parsial antara DER
terhadap sisa hasil usaha.
Secara parsial, dari hasil analisis regresi uji t diperoleh p value untuk
variabel DER sebesar 0,000, nilai p value tersebut masih di bawah level
signifikansi 0,05 dengan nilai t = 2,704. Hasil Uji t pada hipotesis kedua (H2)
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh secara
parsial DER terhadap sisa hasil usaha.
Debt to Equity Ratio (DER) pada penelitian ini berpengaruh positif
terhadap sisa hasil usaha karena semakin besar rasio ini, akan semakin baik karena
koperasi akan semakin mampu merespon kebutuhan sehari-hari koperasi,
75
sehingga tujuan koperasi untuk mendapatkan sisa hasil usaha yang optimal dapat
tercapai. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perubahan
Sisa Hasil Usaha (SHU) yang tinggi (Kuswadi 2005:79). Hal ini didukung
penelitian sebelumnya oleh Machfoedz (1994:133) yang menyimpulkan bahwa
Debt to Equity Ratio (DER) mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU).
Penjelasan mengenai jawaban dari hipotesis ketiga (H3) tentang pengaruh
secara parsial antara DAR terhadap sisa hasil laba usaha adalah sebagai berikut :
Terima Ho jika t hitung < t tabel : Tidak ada pengaruh secara parsial antara DAR
terhadap sisa hasil usaha.
Tolak Ha jika t hitung > t tabel : Ada pengaruh secara parsial antara DAR
terhadap sisa hasil usaha.
Secara parsial, dari hasil analisis regresi uji t diperoleh p value untuk
variabel Debt to Total Asset Ratio (DAR) sebesar 0,009, nilai p value tersebut
masih di bawah level signifikansi 0,05 dengan nilai t = -3,137. Hasil Uji t pada
hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti ada pengaruh secara parsial antara Debt to Total Asset Ratio (DAR)
terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
76
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan
hasil analisis data penelitian :
1. Secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota
Semarang, dengan nilai signifikansi uji Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar 0,000 < 5%.
2. Secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Debt to
Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI
Kota Semarang, dengan nilai signifikansi uji Debt to Total Asset Ratio
(DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar 0,009 < 5%.
3. Secara simultan kedua rasio struktur modal yaitu Debt to Equity Ratio
(DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan secara bersama-sama terhadap Sisa Hasil Usaha
(SHU) pada KPRI Kota Semarang, dengan kontribusi sebesar 38,4%.
5.2 Saran
Dari hasil kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran
yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasai (R-square)
menunjukkan nilai R-square sebesar 38,4%. Artinya bahwa terdapat
77
tingkat hubungan sebesar 38,4% Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to
Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
2. Hendaknya pengurus KPRI Kota Semarang lebih dapat memanfaatkan
modalnya dengan pengembangan usaha, untuk meningkatkan perolehan
Sisa Hasil Usaha (SHU).
3. Penelitian ini masih terdapat keterbatasan, oleh karena itu untuk penelitian
selanjutnya diharapkan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi perolehan Sisa Hasil Usaha selain Modal Sendiri dan
Modal Pinjaman .
78
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2007 : 73. Analisis regresi: Teori, Kasus dan Solusi. Yogyakarta :BPFE
Anoraga, Pandji & Djoko Sudantoko. 2002 : 1927. Koperasi, Kewirausahaan dan
Usaha Kecil. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba., 2001. Koperasi Teori dan Praktik, Erlangga:
Jakarta
Bambang Riyanto., 2001. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE
Yogyakarta: Jakarta
Baswir, Revrisound. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE
Cooper, R.Donald & Emory, C.William. 1949. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta:
Erlangga.
Depkop & PPKM. 1992. UU no 25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian Indonesia.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
G. Kartasapoetra, dkk. 1985. Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Jakarta: Rineka Cipta. Semarang: UNDIP
Gujarati, D.1997. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Kartasapoetra, G, dkk. 2007. Koperasi Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
79
Mahfoeds, Mas‟ud. 1994. Financial Ratio Anlysis and The Prediction of earning
Changes in Indonesia. Jurnal Kelola No. 7/ 11.
Ong Tze San, The Boon Heng, 2011.Capital Structur and Corporate Performance
of Malaysia Construction Sector. International Journal Of Humanies
and Social Science.Vol. I No, 2.Februari 2011.
Ninik, Widiyanti. 1998. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Bina
Aksara
Novi S, Lubuk 2007. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil
Usaha (SHU). Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang,
Semarang. 69 hal. (Tidak dipublikasikan).
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar- dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta :
BPFE
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sitio dan Tamba. 2002. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sumodiningrat, Gunawan.1999. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian. Semarang: Diperbanyak oleh Aneka Ilmu.
Wasis. 1998. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
80
Weston, J. Fred and Thomas Copeland. 1992. Manajemen Keuangan Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Widiyanti & Sunindhia. 1992. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
81
Lampiran 1
DATA KEUANGAN KPRI KOTA SEMARANG TAHUN 2010
NO NAMA KOPERASI MODAL
JUMLAH VOLUME USAHA
ASSET SHU SENDIRI PINJAMAN
1 ARNAWIL 21,074 14,514 35,588 1,057 14,535 4,801
2 ASADENTA HUSADA 17,121 4,341 21,462 10,299 21,462 125,000
3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277 10,148 22,425 39,567 22,425 3,464
4 UNDIP 146,325 34,406 180,731 359,526 34,552 54,400
5 FISCA BHAKTI 4,210 8,854 13,064 149,517 13,064 6,294
6 MANFAAT LPMP 25,038 19,654 44,692 11,793 44,692 98,209
7 SEMBADA KARSA 336,600 6,016 342,616 10,703 36,353 4,862
8 WIDYA PRAJA 187,508 24,987 212,495 1,676 212,495 78,616
9 TANGGA KENCANA 133,520 7,127 140,647 57,147 140,647 13,057
10 AMAL BHAKTI 318,298 1,544 319,842 37,514, 21,862 47,918
11 MIGUNANI 172,080 1,051 173,131 126,724 21,223 57,698
12 PUSTAKA 301,822 17,289 319,111 1,124 319,111 42,740
13 TUT WURI HANDAYANI 265,620 204,939 470,559 77,606 470,559 61,842
14 SWA ARTA MANDIRI 4,796 9,164 13,960 5,234 4,805 6,892
15 MESRA 21,752 30,702 52,454 6,046 12,082 63,979
16 MEKAR - GENUK 40,103 1,386 41,489 2,134 21,426 40,543
17 SERBA GUNA 148,000 42,106 190,106 4,000 250,106 20,858
18 HANDAYANI (UNNES) 8,031 4,727 12,758 3,809 12,758 89,565
19 TUMBUH 10,270 6,026 16,296 37,646 16,296 54,067
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834 4,717 99,551 6,070 4,811 67,040
21 DWIJA USAHA 238,048 16,233 254,281 22,226 254,281 16,000
22 B P K P 49,481 34,249 83,730 64,729 83,730 88,460
23 BANGUN SEJAHTERA 622,680 87,769 710,449 61,137 710,449 22,960
24 DWIJA RAHARJA 35,563 1,036 36,599 237,364 4,592 130,789
25 KPPDK LP KLAS I 74,120 43,333 117,453 1,036 117,453 41,897
26 BHAKTI PRAJA 17,067 12,993 30,060 12,657 30,060 21,163
27 NUSANTARA 19,387 50,470 69,857 55,889 69,857 87,853
28 RS. TUGUREJO 60,421 33,998 94,419 409,083 94,419 44,623
29 SERBA USAHA 29,512 32,463 61,975 182,949 61,975 15,978
30 TULUS KARYA 1,543 1,825 3,368 80,675 2,070 108,125 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
82
Lampiran 2
DATA KEUANGAN KPRI KOTA SEMARANG TAHUN 2011
NO NAMA KOPERASI
MODAL JUMLAH
VOLUME USAHA
ASSET SHU SENDIRI PINJAMAN
1 ARNAWIL 17,923 2,577 20,500 33,153 20,500 22,869
2 ASADENTA HUSADA 1,410 2,250 3,660 1,800 2,251 1,633
3 BINA SEJAHTERA APRO 22,049 22,569 44,618 9,341 44,618 2,026
4 UNDIP 4,821 11,023 15,844 23,071 15,844 87,426
5 FISCA BHAKTI 22,067 25,459 47,526 37,651 47,526 5,947
6 MANFAAT LPMP 343,890 895,626 1,239,516 1,305 91,239 53,979
7 SEMBADA KARSA 125,884 17,738 143,622 186,758 143,622 2,080
8 WIDYA PRAJA 307,524 819,855 1,127,379 1,026 311,127 12,261
9 TANGGA KENCANA 376,423 104,833 481,256 398,125 481,256 1,960
10 AMAL BHAKTI 927,814 891,174 1,818,988 2,931 961,818 3,020
11 MIGUNANI 658,748 179,200 837,948 987,000 837,948 9,891
12 PUSTAKA 165,468 89,534 255,002 359,548 255,002 1,419
13 TUT WURI HANDAYANI 929,588 114,613 1,044,201 2,297 211,044 4,666
14 SWA ARTA MANDIRI 62,887 13,261 76,148 88,245 76,148 59,170
15 MESRA 155,944 142,106 298,050 270,610 298,050 33,020
16 MEKAR - GENUK 575,806 68,342 644,148 1,613 644,148 128,131
17 SERBA GUNA 56,289 43,868 100,157 181,500 100,157 80,000
18 HANDAYANI (UNNES) 1,839 10,439 12,278 10,992 12,278 86,920
19 TUMBUH 767,114 184,071 951,185 1,230 951,185 62,023
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 11,000 11,199 22,199 926,500 51,901 71,239
21 DWIJA USAHA 893,220 1,229 894,449 2,755 12,122 12,058
22 B P K P 379,662 159,600 539,262 759,964 539,265 1,850
23 BANGUN SEJAHTERA 130,752 58,638 189,390 197,587 189,390 9,947
24 DWIJA RAHARJA 56,263 2,254 58,517 2,022 73,115 14,419
25 KPPDK LP KLAS I 377,501 117,552 495,053 600,290 495,053 45,337
26 BHAKTI PRAJA 6,215 23,484 29,699 43,040 29,699 38,264
27 NUSANTARA 1,216 8,555 9,771 2,087 31,475 2,623
28 RS. TUGUREJO 328,366 213,507 541,873 600,966 541,873 2,990
29 SERBA USAHA 167,657 149,635 317,292 375,609 317,292 7,526
30 TULUS KARYA 15,955 1,469 17,424 10,773 62,472 3,207
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
83
Lampiran 3
DATA KEUANGAN TAHUN 2010 UNTUK REGRESI
NO NAMA KOPERASI MODAL
JUMLAH VOLUME USAHA
ASSET SHU DER DAR SENDIRI PINJAMAN
1 ARNAWIL 21,074 14,514 35,588 1,057 14,535 4,801 0.689 0.999
2 ASADENTA HUSADA 17,121 4,341 21,462 10,299 21,462 125,000 0.254 0.202
3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277 10,148 22,425 39,567 22,425 3,464 0.827 0.453
4 UNDIP 146,325 34,406 180,731 359,526 34,552 54,400 0.235 0.996
5 FISCA BHAKTI 4,210 8,854 13,064 149,517 13,064 6,294 2.103 0.678
6 MANFAAT LPMP 25,038 19,654 44,692 11,793 44,692 98,209 0.785 0.44
7 SEMBADA KARSA 336,600 6,016 342,616 10,703 36,353 4,862 0.018 0.947
8 WIDYA PRAJA 187,508 24,987 212,495 1,676 212,495 78,616 0.133 0.118
9 TANGGA KENCANA 133,520 7,127 140,647 57,147 140,647 13,057 0.053 0.051
10 AMAL BHAKTI 318,298 1,544 319,842 37,514, 21,862 47,918 0.005 0.829
11 MIGUNANI 172,080 1,051 173,131 126,724 21,223 57,698 0.006 0.859
12 PUSTAKA 301,822 17,289 319,111 1,124 319,111 42,740 0.057 0.054
13 TUT WURI HANDAYANI 265,620 204,939 470,559 77,606 470,559 61,842 0.772 0.436
14 SWA ARTA MANDIRI 4,796 9,164 13,960 5,234 4,805 6,892 1.911 1.907
15 MESRA 21,752 30,702 52,454 6,046 12,082 63,979 1.411 2.541
16 MEKAR - GENUK 40,103 1,386 41,489 2,134 21,426 40,543 0.035 0.972
17 SERBA GUNA 148,000 42,106 190,106 4,000 250,106 20,858 0.285 0.168
18 HANDAYANI (UNNES) 8,031 4,727 12,758 3,809 12,758 89,565 0.589 0.371
19 TUMBUH 10,270 6,026 16,296 37,646 16,296 54,067 0.587 0.37
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834 4,717 99,551 6,070 4,811 67,040 0.05 0.98
21 DWIJA USAHA 238,048 16,233 254,281 22,226 254,281 16,000 0.068 0.064
22 B P K P 49,481 34,249 83,730 64,729 83,730 88,460 0.692 0.409
23 BANGUN SEJAHTERA 622,680 87,769 710,449 61,137 710,449 22,960 0.141 0.124
24 DWIJA RAHARJA 35,563 1,036 36,599 237,364 4,592 130,789 0.291 0.226
25 KPPDK LP KLAS I 74,120 43,333 117,453 1,036 117,453 41,897 0.585 0.369
26 BHAKTI PRAJA 17,067 12,993 30,060 12,657 30,060 21,163 0.761 0.432
27 NUSANTARA 19,387 50,470 69,857 55,889 69,857 87,853 2.603 0.722
28 RS. TUGUREJO 60,421 33,998 94,419 409,083 94,419 44,623 0.563 0.36
29 SERBA USAHA 29,512 32,463 61,975 182,949 61,975 15,978 1.1 0.524
30 TULUS KARYA 1,543 1,825 3,368 80,675 2,070 108,125 1.182 0.882 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
84
Lampiran 4
DATA KEUANGAN TAHUN 2011 UNTUK REGRESI
NO NAMA KOPERASI MODAL
JUMLAH VOLUME USAHA
ASSET SHU DER DAR SENDIRI PINJAMAN
1 ARNAWIL 17,923 2,577 20,500 33,153 20,500 22,869 0.144 0.126
2 ASADENTA HUSADA 1,410 2,250 3,660 1,800 2,251 1,633 1.596 0.999
3 BINA SEJAHTERA APRO 22,049 22,569 44,618 9,341 44,618 2,026 1.024 0.506
4 UNDIP 4,821 11,023 15,844 23,071 15,844 87,426 2.286 0.696
5 FISCA BHAKTI 22,067 25,459 47,526 37,651 47,526 5,947 1.154 0.536
6 MANFAAT LPMP 343,890 895,626 1,239,516 1,305 91,239 53,979 2.604 8.847
7 SEMBADA KARSA 125,884 17,738 143,622 186,758 143,622 2,080 0.141 0.124
8 WIDYA PRAJA 307,524 819,855 1,127,379 1,026 311,127 12,261 2.666 5.425
9 TANGGA KENCANA 376,423 104,833 481,256 398,125 481,256 1,960 0.278 0.218
10 AMAL BHAKTI 927,814 891,174 1,818,988 2,931 961,818 3,020 0.961 4.901
11 MIGUNANI 658,748 179,200 837,948 987,000 837,948 9,891 0.272 0.214
12 PUSTAKA 165,468 89,534 255,002 359,548 255,002 1,419 0.541 0.351
13 TUT WURI HANDAYANI 929,588 114,613 1,044,201 2,297 211,044 4,666 0.123 5.446
14 SWA ARTA MANDIRI 62,887 13,261 76,148 88,245 76,148 59,170 0.211 0.174
15 MESRA 155,944 142,106 298,050 270,610 298,050 33,020 0.911 0.477
16 MEKAR - GENUK 575,806 68,342 644,148 1,613 644,148 128,131 0.119 0.106
17 SERBA GUNA 56,289 43,868 100,157 181,500 100,157 80,000 0.779 0.438
18 HANDAYANI (UNNES) 1,839 10,439 12,278 10,992 12,278 86,920 5.674 0.85
19 TUMBUH 767,114 184,071 951,185 1,230 951,185 62,023 0.24 0.194
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 11,000 11,199 22,199 926,500 51,901 71,239 1.018 5.888
21 DWIJA USAHA 893,220 1,229 894,449 2,755 12,122 12,058 0.001 0.579
22 B P K P 379,662 159,600 539,262 759,964 539,265 1,850 0.42 0.296
23 BANGUN SEJAHTERA 130,752 58,638 189,390 197,587 189,390 9,947 0.448 0.31
24 DWIJA RAHARJA 56,263 2,254 58,517 2,022 73,115 14,419 0.04 0.723
25 KPPDK LP KLAS I 377,501 117,552 495,053 600,290 495,053 45,337 0.311 0.237
26 BHAKTI PRAJA 6,215 23,484 29,699 43,040 29,699 38,264 3.779 0.791
27 NUSANTARA 1,216 8,555 9,771 2,087 31,475 2,623 7.03 5.798
28 RS. TUGUREJO 328,366 213,507 541,873 600,966 541,873 2,990 0.65 0.394
29 SERBA USAHA 167,657 149,635 317,292 375,609 317,292 7,526 0.893 0.472
30 TULUS KARYA 15,955 1,469 17,424 10,773 62,472 3,207 0.092 0.594 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
85
Lampiran 5
DATA MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN DAN DER TAHUN 2010
NO NAMA KOPERASI MODAL
DER SENDIRI PINJAMAN
1 ARNAWIL 21,074 14,514 0.689
2 ASADENTA HUSADA 17,121 4,341 0.254
3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277 10,148 0.827
4 UNDIP 146,325 34,406 0.235
5 FISCA BHAKTI 4,210 8,854 2.103
6 MANFAAT LPMP 25,038 19,654 0.785
7 SEMBADA KARSA 336,600 6,016 0.018
8 WIDYA PRAJA 187,508 24,987 0.133
9 TANGGA KENCANA 133,520 7,127 0.053
10 AMAL BHAKTI 318,298 1,544 0.005
11 MIGUNANI 172,080 1,051 0.006
12 PUSTAKA 301,822 17,289 0.057
13 TUT WURI HANDAYANI 265,620 204,939 0.772
14 SWA ARTA MANDIRI 4,796 9,164 1.911
15 MESRA 21,752 30,702 1.411
16 MEKAR – GENUK 40,103 1,386 0.035
17 SERBA GUNA 148,000 42,106 0.285
18 HANDAYANI (UNNES) 8,031 4,727 0.589
19 TUMBUH 10,270 6,026 0.587
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834 4,717 0.05
21 DWIJA USAHA 238,048 16,233 0.068
22 B P K P 49,481 34,249 0.692
23 BANGUN SEJAHTERA 622,680 87,769 0.141
24 DWIJA RAHARJA 35,563 1,036 0.291
25 KPPDK LP KLAS I 74,120 43,333 0.585
26 BHAKTI PRAJA 17,067 12,993 0.761
27 NUSANTARA 19,387 50,470 2.603
28 RS. TUGUREJO 60,421 33,998 0.563
29 SERBA USAHA 29,512 32,463 1.1
30 TULUS KARYA 1,543 1,825 1.182 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
86
Lampiran 6
DATA MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN DAN DER TAHUN 2011
NO NAMA KOPERASI MODAL
DER SENDIRI PINJAMAN
1 ARNAWIL 21,074 14,514 0.144
2 ASADENTA HUSADA 17,121 4,341 1.596
3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277 10,148 1.024
4 UNDIP 146,325 34,406 2.286
5 FISCA BHAKTI 4,210 8,854 1.154
6 MANFAAT LPMP 25,038 19,654 2.604
7 SEMBADA KARSA 336,600 6,016 0.141
8 WIDYA PRAJA 187,508 24,987 2.666
9 TANGGA KENCANA 133,520 7,127 0.278
10 AMAL BHAKTI 318,298 1,544 0.961
11 MIGUNANI 172,080 1,051 0.272
12 PUSTAKA 301,822 17,289 0.541
13 TUT WURI HANDAYANI 265,620 204,939 0.123
14 SWA ARTA MANDIRI 4,796 9,164 0.211
15 MESRA 21,752 30,702 0.911
16 MEKAR - GENUK 40,103 1,386 0.119
17 SERBA GUNA 148,000 42,106 0.779
18 HANDAYANI (UNNES) 8,031 4,727 5.674
19 TUMBUH 10,270 6,026 0.24
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834 4,717 1.018
21 DWIJA USAHA 238,048 16,233 0.001
22 B P K P 49,481 34,249 0.42
23 BANGUN SEJAHTERA 622,680 87,769 0.448
24 DWIJA RAHARJA 35,563 1,036 0.04
25 KPPDK LP KLAS I 74,120 43,333 0.311
26 BHAKTI PRAJA 17,067 12,993 3.779
27 NUSANTARA 19,387 50,470 7.03
28 RS. TUGUREJO 60,421 33,998 0.65
29 SERBA USAHA 29,512 32,463 0.893
30 TULUS KARYA 1,543 1,825 0.092 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
87
Lampiran 7
DATA MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN DAN DAR TAHUN 2010
NO NAMA KOPERASI MODAL PINJAMAN ASSET DAR
1 ARNAWIL 14,514 14,535 0.999
2 ASADENTA HUSADA 4,341 21,462 0.202
3 BINA SEJAHTERA APRO 10,148 22,425 0.453
4 UNDIP 34,406 34,552 0.996
5 FISCA BHAKTI 8,854 13,064 0.678
6 MANFAAT LPMP 19,654 44,692 0.44
7 SEMBADA KARSA 6,016 36,353 0.947
8 WIDYA PRAJA 24,987 212,495 0.118
9 TANGGA KENCANA 7,127 140,647 0.051
10 AMAL BHAKTI 1,544 21,862 0.829
11 MIGUNANI 1,051 21,223 0.859
12 PUSTAKA 17,289 319,111 0.054
13 TUT WURI HANDAYANI 204,939 470,559 0.436
14 SWA ARTA MANDIRI 9,164 4,805 1.907
15 MESRA 30,702 12,082 2.541
16 MEKAR - GENUK 1,386 21,426 0.972
17 SERBA GUNA 42,106 250,106 0.168
18 HANDAYANI (UNNES) 4,727 12,758 0.371
19 TUMBUH 6,026 16,296 0.37
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 4,717 4,811 0.98
21 DWIJA USAHA 16,233 254,281 0.064
22 B P K P 34,249 83,730 0.409
23 BANGUN SEJAHTERA 87,769 710,449 0.124
24 DWIJA RAHARJA 1,036 4,592 0.226
25 KPPDK LP KLAS I 43,333 117,453 0.369
26 BHAKTI PRAJA 12,993 30,060 0.432
27 NUSANTARA 50,470 69,857 0.722
28 RS. TUGUREJO 33,998 94,419 0.36
29 SERBA USAHA 32,463 61,975 0.524
30 TULUS KARYA 1,825 2,070 0.882 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
88
Lampiran 8
DATA MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN DAN DAR TAHUN 2011
NO NAMA KOPERASI MODAL
PINJAMAN ASSET DAR
1 ARNAWIL 2,577 20,500 0.126
2 ASADENTA HUSADA 2,250 2,251 0.999
3 BINA SEJAHTERA APRO 22,569 44,618 0.506
4 UNDIP 11,023 15,844 0.696
5 FISCA BHAKTI 25,459 47,526 0.536
6 MANFAAT LPMP 895,626 91,239 8.847
7 SEMBADA KARSA 17,738 143,622 0.124
8 WIDYA PRAJA 819,855 311,127 5.425
9 TANGGA KENCANA 104,833 481,256 0.218
10 AMAL BHAKTI 891,174 961,818 4.901
11 MIGUNANI 179,200 837,948 0.214
12 PUSTAKA 89,534 255,002 0.351
13 TUT WURI HANDAYANI 114,613 211,044 5.446
14 SWA ARTA MANDIRI 13,261 76,148 0.174
15 MESRA 142,106 298,050 0.477
16 MEKAR - GENUK 68,342 644,148 0.106
17 SERBA GUNA 43,868 100,157 0.438
18 HANDAYANI (UNNES) 10,439 12,278 0.85
19 TUMBUH 184,071 951,185 0.194
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 11,199 51,901 5.888
21 DWIJA USAHA 1,229 12,122 0.579
22 B P K P 159,600 539,265 0.296
23 BANGUN SEJAHTERA 58,638 189,390 0.31
24 DWIJA RAHARJA 2,254 73,115 0.723
25 KPPDK LP KLAS I 117,552 495,053 0.237
26 BHAKTI PRAJA 23,484 29,699 0.791
27 NUSANTARA 8,555 31,475 5.798
28 RS. TUGUREJO 213,507 541,873 0.394
29 SERBA USAHA 149,635 317,292 0.472
30 TULUS KARYA 1,469 62,472 0.594 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
89
Lampiran 9
STRUKTUR MODAL 2010
NO NAMA KOPERASI DER DAR SHU
1 ARNAWIL 0.689 0.999 4,801
2 ASADENTA HUSADA 0.254 0.202 125,000
3 BINA SEJAHTERA APRO 0.827 0.453 3,464
4 UNDIP 0.235 0.996 54,400
5 FISCA BHAKTI 2.103 0.678 6,294
6 MANFAAT LPMP 0.785 0.44 98,209
7 SEMBADA KARSA 0.018 0.947 4,862
8 WIDYA PRAJA 0.133 0.118 78,616
9 TANGGA KENCANA 0.053 0.051 13,057
10 AMAL BHAKTI 0.005 0.829 47,918
11 MIGUNANI 0.006 0.859 57,698
12 PUSTAKA 0.057 0.054 42,740
13 TUT WURI HANDAYANI 0.772 0.436 61,842
14 SWA ARTA MANDIRI 1.911 1.907 6,892
15 MESRA 1.411 2.541 63,979
16 MEKAR – GENUK 0.035 0.972 40,543
17 SERBA GUNA 0.285 0.168 20,858
18 HANDAYANI (UNNES) 0.589 0.371 89,565
19 TUMBUH 0.587 0.37 54,067
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 0.05 0.98 67,040
21 DWIJA USAHA 0.068 0.064 16,000
22 B P K P 0.692 0.409 88,460
23 BANGUN SEJAHTERA 0.141 0.124 22,960
24 DWIJA RAHARJA 0.291 0.226 130,789
25 KPPDK LP KLAS I 0.585 0.369 41,897
26 BHAKTI PRAJA 0.761 0.432 21,163
27 NUSANTARA 2.603 0.722 87,853
28 RS. TUGUREJO 0.563 0.36 44,623
29 SERBA USAHA 1.1 0.524 15,978
30 TULUS KARYA 1.182 0.882 108,125 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
90
Lampiran 10
STRUKTUR MODAL 2011
NO NAMA KOPERASI DER DAR SHU
1 ARNAWIL 0.144 0.126 22,869
2 ASADENTA HUSADA 1.596 0.999 1,633
3 BINA SEJAHTERA APRO 1.024 0.506 2,026
4 UNDIP 2.286 0.696 87,426
5 FISCA BHAKTI 1.154 0.536 5,947
6 MANFAAT LPMP 2.604 8.847 53,979
7 SEMBADA KARSA 0.141 0.124 2,080
8 WIDYA PRAJA 2.666 5.425 12,261
9 TANGGA KENCANA 0.278 0.218 1,960
10 AMAL BHAKTI 0.961 4.901 3,020
11 MIGUNANI 0.272 0.214 9,891
12 PUSTAKA 0.541 0.351 1,419
13 TUT WURI HANDAYANI 0.123 5.446 4,666
14 SWA ARTA MANDIRI 0.211 0.174 59,170
15 MESRA 0.911 0.477 33,020
16 MEKAR - GENUK 0.119 0.106 128,131
17 SERBA GUNA 0.779 0.438 80,000
18 HANDAYANI (UNNES) 5.674 0.85 86,920
19 TUMBUH 0.24 0.194 62,023
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 1.018 5.888 71,239
21 DWIJA USAHA 0.001 0.579 12,058
22 B P K P 0.42 0.296 1,850
23 BANGUN SEJAHTERA 0.448 0.31 9,947
24 DWIJA RAHARJA 0.04 0.723 14,419
25 KPPDK LP KLAS I 0.311 0.237 45,337
26 BHAKTI PRAJA 3.779 0.791 38,264
27 NUSANTARA 7.03 5.798 2,623
28 RS. TUGUREJO 0.65 0.394 2,990
29 SERBA USAHA 0.893 0.472 7,526
30 TULUS KARYA 0.092 0.594 3,207 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
91
Lampiran 11
STRUKTUR MODAL (Log) 2010
NO NAMA KOPERASI DER DAR SHU
1 ARNAWIL 0.69 1.00 8.3
2 ASADENTA HUSADA 0.78 0.63 6.97
3 BINA SEJAHTERA APRO 1.64 0.48 8.02
4 UNDIP 7.11 0.72 12.29
5 FISCA BHAKTI 1.33 0.44 6.2
6 MANFAAT LPMP 2.52 0.79 11.34
7 SEMBADA KARSA 17.87 44.47 8.26
8 WIDYA PRAJA 4.4 0.9 8.74
9 TANGGA KENCANA 0.35 0.24 9.3
10 AMAL BHAKTI 0.92 0.44 10.6
11 MIGUNANI 0.16 0.15 10.82
12 PUSTAKA 0.06 0.08 10.48
13 TUT WURI HANDAYANI 0.12 0.1 10.83
14 SWA ARTA MANDIRI 2.49 1.75 8.54
15 MESRA 0.97 0.47 10.88
16 MEKAR – GENUK 0.35 0.22 8.1
17 SERBA GUNA 0.87 4.65 9.8
18 HANDAYANI (UNNES) 9.44 0.86 12.57
19 TUMBUH 5.87 6.98 11.77
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 0.43 0.26 10.97
21 DWIJA USAHA 6.82 0.8 11.79
22 B P K P 0.48 0.3 8.88
23 BANGUN SEJAHTERA 0.47 0.32 9.9
24 DWIJA RAHARJA 0.04 0 11.65
25 KPPDK LP KLAS I 0.82 0.34 10.47
26 BHAKTI PRAJA 4.03 0.48 13.85
27 NUSANTARA 0.16 0.12 11.19
28 RS. TUGUREJO 0.52 0.27 10.88
29 SERBA USAHA 1.1 0.54 9.53
30 TULUS KARYA 0.33 0.26 11.44
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
92
Lampiran 12
STRUKTUR MODAL (Log) 2011
NO NAMA KOPERASI DER DAR SHU
1 ARNAWIL 1.26 1.1 8.48
2 ASADENTA HUSADA 1.6 1 7.13
3 BINA SEJAHTERA APRO 1.87 0.51 8.15
4 UNDIP 3.91 0.7 12.45
5 FISCA BHAKTI 2.11 0.54 6.06
6 MANFAAT LPMP 2.95 0.72 11.49
7 SEMBADA KARSA 22.02 49.97 8.49
8 WIDYA PRAJA 3.6 0.73 8.97
9 TANGGA KENCANA 0.32 0.22 9.48
10 AMAL BHAKTI 1 0.49 10.78
11 MIGUNANI 0.29 0.21 10.77
12 PUSTAKA 1.15 0.74 10.66
13 TUT WURI HANDAYANI 0.13 0.11 11.03
14 SWA ARTA MANDIRI 2.11 1.74 8.84
15 MESRA 0.91 0.44 11.07
16 MEKAR - GENUK 0.13 0.11 8.31
17 SERBA GUNA 0.78 4.38 9.95
18 HANDAYANI (UNNES) 6.37 0.85 12.76
19 TUMBUH 0.24 1.94 11.95
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 0.6 0.32 11.11
21 DWIJA USAHA 1.55 0.58 11.98
22 B P K P 0.47 0.33 9.09
23 BANGUN SEJAHTERA 0.37 0.26 10.04
24 DWIJA RAHARJA 0.38 0.03 11.78
25 KPPDK LP KLAS I 0.42 0.24 10.64
26 BHAKTI PRAJA 3.78 0.47 13.97
27 NUSANTARA 0.16 0.14 11.38
28 RS. TUGUREJO 0.59 0.36 10.71
29 SERBA USAHA 0.95 0.47 9.68
30 TULUS KARYA 0.29 0.21 11.59
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
93
Lampiran 13
DATA Debt to Equity Ratio (DER) TAHUN 2010-2011
NO NAMA KOPERASI DER (X1)
2010 2011
1 ARNAWIL 0.689 0.144
2 ASADENTA HUSADA 0.254 1.596
3 BINA SEJAHTERA APRO 0.827 1.024
4 UNDIP 0.235 2.286
5 FISCA BHAKTI 2.103 1.154
6 MANFAAT LPMP 0.785 2.604
7 SEMBADA KARSA 0.018 0.141
8 WIDYA PRAJA 0.133 2.666
9 TANGGA KENCANA 0.053 0.278
10 AMAL BHAKTI 0.005 0.961
11 MIGUNANI 0.006 0.272
12 PUSTAKA 0.057 0.541
13 TUT WURI HANDAYANI 0.772 0.123
14 SWA ARTA MANDIRI 1.911 0.211
15 MESRA 1.411 0.911
16 MEKAR - GENUK 0.035 0.119
17 SERBA GUNA 0.285 0.779
18 HANDAYANI (UNNES) 0.589 5.674
19 TUMBUH 0.587 0.24
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 0.05 1.018
21 DWIJA USAHA 0.068 0.001
22 B P K P 0.692 0.42
23 BANGUN SEJAHTERA 0.141 0.448
24 DWIJA RAHARJA 0.291 0.04
25 KPPDK LP KLAS I 0.585 0.311
26 BHAKTI PRAJA 0.761 3.779
27 NUSANTARA 2.603 7.03
28 RS. TUGUREJO 0.563 0.65
29 SERBA USAHA 1.1 0.893
30 TULUS KARYA 1.182 0.092
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
94
Lampiran 14
DATA Debt to Total Asset Ratio (DAR) TAHUN 2010-2011
NO NAMA KOPERASI DAR (X2)
2010 2011
1 ARNAWIL 0.999 0.126
2 ASADENTA HUSADA 0.202 0.999
3 BINA SEJAHTERA APRO 0.453 0.506
4 UNDIP 0.996 0.696
5 FISCA BHAKTI 0.678 0.536
6 MANFAAT LPMP 0.44 8.847
7 SEMBADA KARSA 0.947 0.124
8 WIDYA PRAJA 0.118 5.425
9 TANGGA KENCANA 0.051 0.218
10 AMAL BHAKTI 0.829 4.901
11 MIGUNANI 0.859 0.214
12 PUSTAKA 0.054 0.351
13 TUT WURI HANDAYANI 0.436 5.446
14 SWA ARTA MANDIRI 1.907 0.174
15 MESRA 2.541 0.477
16 MEKAR - GENUK 0.972 0.106
17 SERBA GUNA 0.168 0.438
18 HANDAYANI (UNNES) 0.371 0.85
19 TUMBUH 0.37 0.194
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 0.98 5.888
21 DWIJA USAHA 0.064 0.579
22 B P K P 0.409 0.296
23 BANGUN SEJAHTERA 0.124 0.31
24 DWIJA RAHARJA 0.226 0.723
25 KPPDK LP KLAS I 0.369 0.237
26 BHAKTI PRAJA 0.432 0.791
27 NUSANTARA 0.722 5.798
28 RS. TUGUREJO 0.36 0.394
29 SERBA USAHA 0.524 0.472
30 TULUS KARYA 0.882 0.594 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
95
Lampiran 15
DATA SISA HASIL USAHA (SHU)
NO NAMA KOPERASI SISA HASIL USAHA (Y)
2010 2011
1 ARNAWIL 4,801 22,869
2 ASADENTA HUSADA 125,000 1,633
3 BINA SEJAHTERA APRO 3,464 2,026
4 UNDIP 54,400 87,426
5 FISCA BHAKTI 6,294 5,947
6 MANFAAT LPMP 98,209 53,979
7 SEMBADA KARSA 4,862 2,080
8 WIDYA PRAJA 78,616 12,261
9 TANGGA KENCANA 13,057 1,960
10 AMAL BHAKTI 47,918 3,020
11 MIGUNANI 57,698 9,891
12 PUSTAKA 42,740 1,419
13 TUT WURI HANDAYANI 61,842 4,666
14 SWA ARTA MANDIRI 6,892 59,170
15 MESRA 63,979 33,020
16 MEKAR – GENUK 40,543 128,131
17 SERBA GUNA 20,858 80,000
18 HANDAYANI (UNNES) 89,565 86,920
19 TUMBUH 54,067 62,023
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 67,040 71,239
21 DWIJA USAHA 16,000 12,058
22 B P K P 88,460 1,850
23 BANGUN SEJAHTERA 22,960 9,947
24 DWIJA RAHARJA 130,789 14,419
25 KPPDK LP KLAS I 41,897 45,337
26 BHAKTI PRAJA 21,163 38,264
27 NUSANTARA 87,853 2,623
28 RS. TUGUREJO 44,623 2,990
29 SERBA USAHA 15,978 7,526
30 TULUS KARYA 108,125 3,207 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
96
Lampiran 16
DATA PENINGKATAN Debt to Equity Ratio (DER) 2010
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
NO NAMA KOPERASI MODAL
JUMLAH DER SENDIRI PINJAMAN
1. ARNAWIL 21,074,000 14,514,000 35,588,000 68.87%
2. ASADENTA HUSADA 17,121,000 4,341,000 21,462,000 25.35%
3. BINA SEJAHTERA APRO 12,277,000 10,148,000 22,425,000 82.66%
4. UNDIP 146,325,000 34,406,390 180,731,390 23.51%
5. FISCA BHAKTI 14,210,000 8,854,000 23,064,000 62.31%
6. MANFAAT LPMP 25,038,000 19,654,000 44,692,000 78.50%
7. SEMBADA KARSA 336,600,000 26,016,414 362,616,414 7.73%
8. WIDYA PRAJA 187,508,000 24,987,000 212,495,000 13.33%
9. TANGGA KENCANA 133,520,000 7,127,000 140,647,000 5.34%
10. AMAL BHAKTI 318,298,000 12,544,483 330,842,483 3.94%
11. MIGUNANI 172,080,000 10,051,333 182,131,333 5.84%
12. PUSTAKA 301,822,000 17,289,000 319,111,000 5.73%
13. TUT WURI HANDAYANI 265,620,000 204,939,000 470,559,000 77.15%
14. SWA ARTA MANDIRI 4,796,000 1,164,000 5,960,000 24.27%
15. MESRA 11,752,040 3,702,000 15,454,040 31.50%
16. MEKAR - GENUK 40,103,000 11,386,000 51,489,000 28.39%
17. SERBA GUNA 108,000,000 42,106,000 150,106,000 38.99%
18. HANDAYANI (UNNES) 8,031,000 4,727,500 12,758,500 58.87%
19. TUMBUH 10,270,000 6,026,840 16,296,840 58.68%
20. ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834,000 3,717,000 98,551,000 3.92%
21. DWIJA USAHA 238,048,000 16,233,000 254,281,000 6.82%
22. B P K P 49,481,000 34,249,000 83,730,000 69.22%
23. BANGUN SEJAHTERA 622,680,000 87,769,000 710,449,000 14.10%
24. DWIJA RAHARJA 3,556,368 1,036,488 4,592,856 29.14%
25. KPPDK LP KLAS I 74,120,000 43,333,000 117,453,000 58.46%
26. BHAKTI PRAJA 17,067,221 12,993,517 30,060,738 76.13%
27. NUSANTARA 19,387,000 10,470,000 29,857,000 54.01%
28. RS. TUGUREJO 60,421,000 33,998,000 94,419,000 56.27%
29. SERBA USAHA 29,512,000 12,463,000 41,975,000 42.23%
30. TULUS KARYA 32,543,375 1,825,000 34,368,375 5.61%
97
Lampiran 17
DATA PENINGKATAN Debt to Equity Ratio (DER) 2011
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
NO NAMA KOPERASI MODAL
JUMLAH DER SENDIRI PINJAMAN
1. ARNAWIL 17,923,000 2,577,000 20,500,000 14.38%
2. ASADENTA HUSADA 2,410,000 1,250,230 3,660,230 51.88%
3. BINA SEJAHTERA APRO 22,049,000 10,569,000 32,618,000 47.93%
4. UNDIP 14,821,000 11,023,129 25,844,129 74.38%
5. FISCA BHAKTI 22,067,000 15,459,000 37,526,000 70.05%
6. MANFAAT LPMP 343,890,000 85,626,000 429,516,000 24.90%
7. SEMBADA KARSA 125,884,000 9,738,000 135,622,000 7.74%
8. WIDYA PRAJA 307,524,000 219,855,000 527,379,000 71.49%
9. TANGGA KENCANA 376,423,000 104,833,000 481,256,000 27.85%
10. AMAL BHAKTI 927,814,000 891,174,000 1,818,988,000 96.05%
11. MIGUNANI 658,748,000 179,200,000 837,948,000 27.20%
12. PUSTAKA 165,468,000 89,534,000 255,002,000 54.11%
13. TUT WURI HANDAYANI 929,588,000 114,613,000 1,044,201,000 12.33%
14. SWA ARTA MANDIRI 62,887,000 13,261,000 76,148,000 21.09%
15. MESRA 155,944,000 142,106,000 298,050,000 91.13%
16. MEKAR - GENUK 575,806,000 68,342,000 644,148,000 11.87%
17. SERBA GUNA 56,289,000 43,868,000 100,157,000 77.93%
18. HANDAYANI (UNNES) 10,839,795 9,439,054 20,278,849 87.08%
19. TUMBUH 767,114,000 184,071,000 951,185,000 24.00%
20. ULAR ULAR MARDI SANTOSA 19,000,691 13,199,000 32,199,691 69.47%
21. DWIJA USAHA 893,220,000 11,229,738 904,449,738 1.26%
22. B P K P 379,662,000 159,600,000 539,262,000 42.04%
23. BANGUN SEJAHTERA 130,752,000 58,638,000 189,390,000 44.85%
24. DWIJA RAHARJA 82,263,483 52,254,000 134,517,483 63.52%
25. KPPDK LP KLAS I 377,501,000 117,552,000 495,053,000 31.14%
26. BHAKTI PRAJA 36,215,196 23,484,509 59,699,705 64.85%
27. NUSANTARA 51,216,899 25,555,000 76,771,899 49.90%
28. RS. TUGUREJO 328,366,000 213,507,000 541,873,000 65.02%
29. SERBA USAHA 167,657,000 149,635,000 317,292,000 89.25%
30. TULUS KARYA 41,955,704 16,469,000 58,424,704 39.25%
98
Lampiran 18
DATA PENINGKATAN Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
NO NAMA KOPERASI PINJAMAN ASSET JUMLAH DAR
1. ARNAWIL 14,514,000 14,535,000 29,049,000 99.86%
2. ASADENTA HUSADA 4,341,000 21,462,000 25,803,000 20.23%
3. BINA SEJAHTERA APRO 10,148,000 22,425,000 32,573,000 45.25%
4. UNDIP 34,406,390 34,552,715 68,959,105 99.58%
5. FISCA BHAKTI 8,854,000 13,064,000 21,918,000 67.77%
6. MANFAAT LPMP 19,654,000 44,692,000 64,346,000 43.98%
7. SEMBADA KARSA 26,016,414 36,353,014 62,369,428 71.57%
8. WIDYA PRAJA 24,987,000 212,495,000 237,482,000 11.76%
9. TANGGA KENCANA 7,127,000 140,647,000 147,774,000 5.07%
10. AMAL BHAKTI 12,544,483 21,862,781 34,407,264 57.38%
11. MIGUNANI 10,051,333 21,223,413 31,274,746 47.36%
12. PUSTAKA 17,289,000 319,111,000 336,400,000 5.42%
13. TUT WURI HANDAYANI 204,939,000 470,559,000 675,498,000 43.55%
14. SWA ARTA MANDIRI 1,164,000 4,805,164 5,969,164 24.22%
15. MESRA 3,702,000 12,082,742 15,784,742 30.64%
16. MEKAR - GENUK 11,386,000 21,426,103 32,812,103 53.14%
17. SERBA GUNA 42,106,000 250,106,000 292,212,000 16.84%
18. HANDAYANI (UNNES) 4,727,500 12,758,500 17,486,000 37.05%
19. TUMBUH 6,026,840 16,296,840 22,323,680 36.98%
20. ULAR ULAR MARDI SANTOSA 3,717,000 4,811,834 8,528,834 77.25%
21. DWIJA USAHA 16,233,000 254,281,000 270,514,000 6.38%
22. B P K P 34,249,000 83,730,000 117,979,000 40.90%
23. BANGUN SEJAHTERA 87,769,000 710,449,000 798,218,000 12.35%
24. DWIJA RAHARJA 1,036,488 4,592,856 5,629,344 22.57%
25. KPPDK LP KLAS I 43,333,000 117,453,000 160,786,000 36.89%
26. BHAKTI PRAJA 12,993,517 30,060,738 43,054,255 43.22%
27. NUSANTARA 10,470,000 69,857,000 80,327,000 14.99%
28. RS. TUGUREJO 33,998,000 94,419,000 128,417,000 36.01%
29. SERBA USAHA 12,463,000 61,975,000 74,438,000 20.11%
30. TULUS KARYA 1,825,000 2,070,200 3,895,200 88.16%
99
Lampiran 19
DATA PENINGKATAN Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2011
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
NO NAMA KOPERASI PINJAMAN ASSET JUMLAH DAR
1. ARNAWIL 2,577,000 20,500,000 23,077,000 12.57%
2. ASADENTA HUSADA 1,250,230 2,251,640 3,501,870 55.53%
3. BINA SEJAHTERA APRO 10,569,000 44,618,000 55,187,000 23.69%
4. UNDIP 11,023,129 15,844,129 26,867,258 69.57%
5. FISCA BHAKTI 15,459,000 47,526,000 62,985,000 32.53%
6. MANFAAT LPMP 85,626,000 91,239,516 176,865,516 93.85%
7. SEMBADA KARSA 9,738,000 143,622,000 153,360,000 6.78%
8. WIDYA PRAJA 219,855,000 311,127,379 530,982,379 70.66%
9. TANGGA KENCANA 104,833,000 481,256,000 586,089,000 21.78%
10. AMAL BHAKTI 891,174,000 961,818,988 1,852,992,988 92.66%
11. MIGUNANI 179,200,000 837,948,000 1,017,148,000 21.39%
12. PUSTAKA 89,534,000 255,002,000 344,536,000 35.11%
13. TUT WURI HANDAYANI 114,613,000 211,044,201 325,657,201 54.31%
14. SWA ARTA MANDIRI 13,261,000 76,148,000 89,409,000 17.41%
15. MESRA 142,106,000 298,050,000 440,156,000 47.68%
16. MEKAR - GENUK 68,342,000 644,148,000 712,490,000 10.61%
17. SERBA GUNA 43,868,000 100,157,000 144,025,000 43.80%
18. HANDAYANI (UNNES) 9,439,054 12,278,849 21,717,903 76.87%
19. TUMBUH 184,071,000 951,185,000 1,135,256,000 19.35%
20. ULAR ULAR MARDI SANTOSA 13,199,000 51,901,890 65,100,890 25.43%
21. DWIJA USAHA 11,229,738 12,122,958 23,352,696 92.63%
22. B P K P 159,600,000 539,265,000 698,865,000 29.60%
23. BANGUN SEJAHTERA 58,638,000 189,390,000 248,028,000 30.96%
24. DWIJA RAHARJA 52,254,000 73,115,737 125,369,737 71.47%
25. KPPDK LP KLAS I 117,552,000 495,053,000 612,605,000 23.75%
26. BHAKTI PRAJA 23,484,509 29,699,705 53,184,214 79.07%
27. NUSANTARA 25,555,000 31,475,454 57,030,454 81.19%
28. RS. TUGUREJO 213,507,000 541,873,000 755,380,000 39.40%
29. SERBA USAHA 149,635,000 317,292,000 466,927,000 47.16%
30. TULUS KARYA 16,469,000 62,472,173 78,941,173 26.36%
100
Lampiran 20
DATA PENINGKATAN SHU
No Nama Koperasi Sisa Hasil Usaha (SHU)
Rasio 2010 2011
1 ARNAWIL 4,801 202,869 10.39%
2 ASADENTA HUSADA 125,000 1,633 63.32%
3 BINA SEJAHTERA APRO 3,464 2,026 27.46%
4 UNDIP 254,400 837,426 54.60%
5 FISCA BHAKTI 6,294 5,947 61.21%
6 MANFAAT LPMP 98,209 53,979 76.10%
7 SEMBADA KARSA 4,862 2,080 34.72%
8 WIDYA PRAJA 78,616 12,261 45.44%
9 TANGGA KENCANA 13,057 1,960 75.09%
10 AMAL BHAKTI 47,918 3,020 25.47%
11 MIGUNANI 57,698 9,891 33.80%
12 PUSTAKA 42,740 1,419 22.08%
13 TUT WURI HANDAYANI 61,842 4,666 33.81%
14 SWA ARTA MANDIRI 6,892 509,170 25.81%
15 MESRA 63,979 331,020 19.75%
16 MEKAR - GENUK 40,543 128,131 84.34%
17 SERBA GUNA 20,858 180,000 10,42%
18 HANDAYANI (UNNES) 349,565 186,920 26.83%
19 TUMBUH 154,067 962,023 55.81%
20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 67,040 1,239 34.14%
21 DWIJA USAHA 160,000 2,058 81.03%
22 B P K P 88,460 1,850 45.16%
23 BANGUN SEJAHTERA 22,960 9,947 16.46%
24 DWIJA RAHARJA 130,789 14,419 72.61%
25 KPPDK LP KLAS I 41,897 45,337 43.62%
26 BHAKTI PRAJA 1,163 938,264 46.97%
27 NUSANTARA 87,853 2,623 45.23%
28 RS. TUGUREJO 44,623 2,990 23.81%
29 SERBA USAHA 15,978 7,526 17.75%
30 TULUS KARYA 108,125 3,207 55.67%
Jumlah 2,203,693 4,465,901 33.35%
Rata-rata 73,456.433 148,863.367 11.12% Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
101
Lampiran 21
Populasi
NO JENIS KOPERASI NAMA KOPERASI
1 KPRI ARNAWIL
2 KPRI ASADENTA HUSADA
3 KPRI BINA SEJAHTERA APRO
4 KPRI DWIJA SEJAHTERA
5 KPRI FISCA BHAKTI
6 KPRI MANFAAT LPMP
7 KPRI SEMBADA KARSA
8 KPRI WIDYA PRAJA
9 KPRI TANGGA KENCANA
10 KPRI AMAL BHAKTI
11 KPRI MIGUNANI
12 KPRI PUSTAKA
13 KPRI TUT WURI HANDAYANI
14 KPRI SWA ARTA MANDIRI
15 KPRI MESRA
16 KPRI MEKAR - GENUK
17 KPRI SERBA GUNA
18 KPRI HANDAYANI (UNNES)
19 KPRI TUMBUH
20 KPRI ULAR ULAR MARDI SANTOSA
21 KPRI DWIJA USAHA
22 KPRI B P K P
23 KPRI BANGUN SEJAHTERA
24 KPRI DWIJA RAHARJA
25 KPRI KPPDK LP KLAS I
26 KPRI MEKAR DINSO
27 KPRI NUSANTARA
28 KPRI RS. TUGUREJO
29 KPRI SERBA USAHA
30 KPRI TULUS KARYA
31 KPRI AL IKHLAS
32 KPRI BINA GIZI
33 KPRI DINAMIKA USAHA
34 KPRI NAWA SEJAHTERA
35 KPRI SEJAHTERA BLKI
36 KPRI SEJAHTERA RSJ
37 KPRI BALAI BISPA
102
38 KPRI KPPDK BALAI HARTA PENINGGALAN
39 KPRI BALAI POM
40 KPRI BINA SEJAHTERA
41 KPRI BINA SEJAHTERA (SMP 19)
42 KPRI CIPTA KARYA SAKTI
43 KPRI GANA ARTHA
44 KPRI IMIGRASI
45 KPRI KANWIL DEPHUB "MASTRAN"
46 KPRI KELAKAR
47 KPRI KOKAPTAS
48 KPRI SADEWO
49 KPRI SUBUR
50 KPRI TIRTA SAKTI
51 KPRI TIRTA USAHA
52 KPRI WARGA JAYA
53 KPRI YUSTISIA BAKTI
54 KPRI ADHYAKSA
55 KPRI BAHTERA
56 KPRI BHAKTI PRAJA
57 KPRI BINA CITRA HUSADA
58 KPRI BINA SILVA SEJAHTERA
59 KPRI CAKRA SEJAHTERA
60 KPRI DANA HUSADA
61 KPRI DARMA BAKTI SAMUDERA
62 KPRI MAKARTI RUKUN SEJAHTERA
63 KPRI NIAGA EKA JAYA
64 KPRI SAMITRA
65 KPRI STM 3
66 KPRI TERATAI
67 KPRI USAHA SEJAHTERA
68 KPRI WIDYA LESTARI
69 KPRI YASA SEJATI
70 KPRI KPPDK KANWIL KEHAKIMAN
71 KPRI ANGKASA
72 KPRI BAHTERA BKKBN
73 KPRI BALITBANG PROP JATENG
74 KPRI BINA SEHAT
75 KPRI BUMI ADHIGUNA
76 KPRI BUMI BHAKTI SEJAHTERA
77 KPRI DIPENDA DATI I
78 KPRI DJASA
103
79 KPRI KANWIL PERINDUSTRIAN
80 KPRI KARPER
81 KPRI KISMO RAHAYU
82 KPRI KOPEKAS
83 KPRI KOPEN
84 KPRI LP WANITA (KPPDK KL 2)
85 KPRI MITRA PRAJA WIYATA
86 KPRI PARU HUSADA
87 KPRI PEMKOT SEMARANG
88 KPRI PERKASSDA
89 KPRI SEJAHTERA BAPPEDA I
90 KPRI TUNAS DUA
91 KPRI USAHA BERSAMA (Perindustrian)
92 KPRI WAHANA BHAKTI
93 KPRI WARGA (Metrologi Propinsi)
94 KPRI WIJAYA KUSUMA (SMP 3)
95 KPRI WISATA BHAKTI
96 KPRI AMRIH MAKMUR
97 KPRI PUTERA SEJAHTERA
98 KPRI SEDYATAMA
99 KPRI BAHTERA JAYA
100 KPRI RUKUN
101 KPRI ADPEL
102 KPRI BPPI
103 KPRI BAITA BHAKTI
104 KPRI BALAI ARTA
105 KPRI BHAKTI CITRA
106 KPRI DISNAV KLAS III
107 KPRI KARSA
108 KPRI MEDICA KARANTINA
109 KPRI SEJAHTERA BERSAMA
110 KPRI TANJUNG REJEKI
111 KPRI KARYA BAKTI
112 KPRI PAMBUDI WANA MUKTI
113 KPRI POLINES
114 KPRI SARANA USAHA PSBK
115 KPRI UNDIP
TOTAL XXII 115
Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
104
Lampiran 22
Sampel
No. JENIS KOPERASI NAMA KOPERASI
1 KPRI ARNAWIL
2 KPRI ASADENTA HUSADA
3 KPRI BINA SEJAHTERA APRO
4 KPRI UNDIP
5 KPRI FISCA BHAKTI
6 KPRI MANFAAT LPMP
7 KPRI SEMBADA KARSA
8 KPRI WIDYA PRAJA
9 KPRI TANGGA KENCANA
10 KPRI AMAL BHAKTI
11 KPRI MIGUNANI
12 KPRI PUSTAKA
13 KPRI TUT WURI HANDAYANI
14 KPRI SWA ARTA MANDIRI
15 KPRI MESRA
16 KPRI MEKAR - GENUK
17 KPRI SERBA GUNA
18 KPRI HANDAYANI (UNNES)
19 KPRI TUMBUH
20 KPRI ULAR ULAR MARDI SANTOSA
21 KPRI DWIJA USAHA
22 KPRI B P K P
23 KPRI BANGUN SEJAHTERA
24 KPRI DWIJA RAHARJA
25 KPRI KPPDK LP KLAS I
26 KPRI BHAKTI PRAJA
27 KPRI NUSANTARA
28 KPRI RS. TUGUREJO
29 KPRI SERBA USAHA
30 KPRI TULUS KARYA
TOTAL 30 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011