PROPOSAL PENELITIAN
A. JUDUL : PENGARUH RETURN ON TOTAL ASSET (ROA) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) PADA PT. BRI (Persero) CABANG AHMAD YANI MAKASSAR DI KOTA MAKSSAR.
B I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pada waktu sekarang dalam perekonomian manapun di permukaan bumi
ini tumbuh dan berkembang berbagai macam lembaga keuangan. Semua lembaga
keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak yang
memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana. Pentingnya peranan
lembaga keuangan tentu saja muncul setelah digunakannya uang sebagai alat
tukar dalam perekonomian. Berdasarkan peranan tersebut, lembaga keuangan
memiliki dua kegiatan utama, yaitu penghimpunan dana dari unit surplus dan
penyaluran dana kepada unit depisit. Salah satu di antara lembaga-lembaga
keuangan tersebut, yang nampaknya paling besar peranannya dalam
perekonomian ialah lembaga keuangan bank. Hampir semua sektor yang
berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank.
Maka dari itu peranan bank sangatlah besar dalam memajukan sebuah
negara. Peranan bank perekonomian bisa ditinjau dari berbagai aspek. Antara lain
bank sebagai lembaga perantara keuangan, sebagai lembaga pencipta kredit dan
uang, sebagai sumber penghasilan dan pencipta lapangan kerja, sebagai pemasok
aneka ragam jasa perbankan dan sebagainya. Oleh karena itu bank dapat
dikatakan pula sebagai jantung perekonomian suatu negara. Dimana kemajuan
1
suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran suatu negara yang
bersangkutan.
Menambah modal merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh
perbankan nasional, hal ini terjadi karena adanya aturan Bank menurut pasal 29
ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998, yaitu: Bank
wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Dari sisi rasio keuangan, kesehatan bank dapat diukur dari rasio
permodalan (capital), rasio assets (assets quality), manajemen (management),
rasio laba (earning), dan rasio likuiditas (liquidity). Rasio permodalan yang lazim
digunakan untuk mengukur kesehatan bank adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR). Namun perlu diingat bahwa Capital adequacy Ratio (CAR) bukanlah
satu-satunya rasio yang dipakai sebagai pengukuran kinerja perbankan, melainkan
masih banyak faktor fundamental lain yang bisa dipakai sebagai bahan
pertimbangan kinerja perbankan. Besarnya Capital adequacy Ratio (CAR) diukur
dari rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(ATMR). Sesuai dengan SE BI No. 26/5/BPP4 tanggal 29 Mei 1993, besarnya
CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%.
Capital Adequacy Ratio (CAR) dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya adalah dari segi kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan dan
laba. Dalam rasio perbankan, rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan
2
untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu.rasio ini terdiri dari Return on total assets (ROA) dan Return on equity
(ROE) .
Return On Total Assets (ROA), rasio ini mengukur kemampuan bank
untuk mengelolah aktivanya dalam menghasilkan laba bersih, semakin besar nilai
rasio ini akan menunjukkan bahwa semakin produktif bank tersebut sedangkan
Return On equity (ROE) merupakan tingkat pengemablian modal suatu bank.
Return On Total assets (ROA) yang merupakan tingkat pengembalian
aktiva, semakin besar total aktiva suatu bank makan akan bertambah pula
resikonya, dengan bertambahnya aktiva yang mengandung resiko makan akan
berpengaruh pada besar kecilnya Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu Bank
sedangkan Return On Equity (ROE) menunjukkan tingkat kemampuan bank
untuk memperoleh laba dari aktivitas usahanya,Jika tingkat laba suatu bank
semakin tinggi maka akan berdampak pada meningkatnya modal sendiri
(dengan asumsi sebagian besar laba yang diperoleh ditanamkan kembali ke
dalam modal bank dalam bentuk laba yang ditahan). Dengan meningkatnya
modal sendiri maka kesehatan bank yang terkait dengan rasio permodalan
Capital Adequacy Ratio (CAR) semakin meningkat.
PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Ahmad Yani Makassar dalam
melaksanakan kegiatan dengan fungsinya yang menghimpun dana dan
menyalurkan dana kepada pihak ketiga dikaitkan dengan Return on total Assets
(ROA) meningkat dilihat dari pengembalian assetnya dan dari segi
pengembalian modalnya atau Return On equity (ROE) meningkat pula, maka
3
Capital adequacy ratio (CAR) suatu bank dapat dipertahankan dan sebaliknya
pula apabila Return on total Assets (ROA) menurun dan Return On equity
(ROE) juga menurun, jika bank tetap mempertahankan Capital adequacy ratio
(CAR), maka bank akan menambah modal.
Tabel 1. Data Perhitungan ROA, ROE dan CAR pada PT. BRI (Persero), Tbk
TahunROA
(%)
ROE
(%)
Capital Adequacy Ratio (CAR) (%)
200420052006
5,533,977,08
17,86 20,51 21,34
27,9729,4230,08
Sumber : PT. BRI (Persero)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Return On Total Asset
(ROA) pada tahun 2004 sebesar 5,53% sedangkan pada tahun 2005 mengalami
penurunan dan tahun berikutnya kembali meningkat, dibandingkan dengan
Capital Adequacy Ratio (CAR) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 terus
meningkat, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan dan
penurunan Return On Total asset (ROA) tidak selamanya berbanding lurus
dengan peningkatan atau penurunan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Return On Equity (ROE) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006
mengalami peningkatan yang diikuti dengan peningkatan Capital Adequacy Ratio
(CAR) pada tahun 2004 sampai tahun 2006 , dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa apabila Return On Equity (ROE) meningkat maka Capital Adequacy Ratio
(CAR) juga akan meningkat, salah satu faktor penyebabnya adalah meningkatnya
laba dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.
4
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Return On Total Asset (ROA) dan Return
On Equity (ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT. BRI
(Persero) Cabang Ahmad Yani Makassar Di Kota Makassar”.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi masalah pokok
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Return On Total Asset (ROA) dan Return On
Equity (ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) secara
simultan Pada PT. BRI (Persero) Cabang Ahmad Yani Makassar Di
Kota Makassar ?
2. Bagaimana pengaruh Return On Total Asset (ROA) dan Return On
Equity (ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial
dan variabel yang mana lebih berpengaruh Pada PT. BRI (Persero)
Cabang Ahmad Yani Makassar Di Kota Makassar ?
c. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Bagaimana pengaruh Retun On Total Asset (ROA) dan Retun On Equity
(ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan pada PT.
BRI (Persero) Tbk. Cabang Ahmad Yani Di Kota Makassar.
5
2. Bagaimana pengaruh Retun On Total Asset (ROA) dan Retun On Equity
(ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial dan variable
mana yang lebih berpengaruh pada PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Ahmad
Yani Di Kota Makassar.
d. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan mempunyai beberapa manfaat antara lain :
1. Bagi pengambil kebijakan (manajemen bank) dapat digunakan sebagai
dasar untuk merencanakan pengelolaan keuangan dalam rangka menjaga
kesehatan bank melalui Capital Adequacy Ratio (CAR).
2. Bagi Penulis dapat menambah pengalaman dan memperdalam
pengetahuan mengenai topik yang diteliti.
3. Sebagai bahan bacaan, referensi dan acuan bagi pihak-pihak yang ingin
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sama.
e. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah mengetahui isi proposal yang akan disusun,
maka adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
A. Judul,
B. I. Pendahuluan yang terdiri atas: a) Latar Belakang, b) Rumusan Masalah, c)
Tujuan Penelitian, d) Manfaat Hasil Penelitian, e) Sistematika Penulisan.
6
II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir yang terdiri atas: a. Tinjauan Pustaka
yang meliputi: 1. Return On Total Asset (ROA) yang terdiri dari: a)
Definisi Return On Total Assets (ROA) dan b) Perhitungan Return On
Total Assets (ROA), c) Komponen- komponen Return On Total Assets
(ROA), d) Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Return On Total
Assets (ROA) 2. Return On Equity (ROE) yang terdiri dari : a) Definisi
Return On Equity (ROE) , b) Perhitungan Return On Equity (ROE), c)
Komponen-komponen Return On Equity (ROE) 3. Capital Adequacy
Ratio (CAR) yang terdiri dari : a) Pengertian Capital Adequacy Ratio
(CAR), b) Pengukuran Capital Adequacy Ratio (CAR), c) Ketentuan
Capital Adequacy Ratio (CAR), 4. Keterkaitan Return On Total Asset
(ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Capital Adequacy ratio
(CAR) yang terdiri dari: a) Keterkaitan Return On total Assets (ROA) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan b) Keterkaitan Return On Equity
(ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR),5. Penelitian
sebelumnya, b. Kerangka Pikir, c. Hipotesis.
III. Metode Penelitian yang terdiri atas: a. Variabel dan Desain Penelitian,
b. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel, yang c. Populasi dan
Sampel, d. Teknik Pengumpulan Data, e. Rancangan Analisis Data.
C. Jadwal Waktu Penelitian,
D. Daftar Pustaka,
E. Halaman Pengesahan.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
a. Tinjauan Pustaka
1. Return On Total Asset (ROA)
a). Definisi Return On Total Asset (ROA)
Return On Total assets (ROA) mengukur kemampuan bank menghasilkan
laba dari total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar Return On Total assets
(ROA) maka semakin besar kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Return
On Total assets (ROA) minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah
1,215%.
Beberapa penulis mengemukakan batasan pengertian Retun On Total Asset
(ROA) antara lain :
Susilo (2006:32) mengemukakan bahwa:
Return On Total assets (ROA) adalah rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan total asetnya atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset perusahaan. Return On Total assets (ROA) mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana.
Sartono (2001:407) mengemukakan bahwa “Return On Total asset (ROA)
adalah rasio yang mengukur tingkat kemampuan bank untuk meningkatkan
keuntungan yang diperoleh setiap periode.”
Syamsuddin (2005:63) menyatakan bahwa “Return On Total assets (ROA)
merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di
dalam perusahaan.”
8
Dendawijaya (2005:120) bahwa “semakin besar Return On Total asset
(ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset”.
Menurut Robbert Ang. (1997:32-33):
Total assets yang lazim digunakan untuk mengukur Return On Total asset (ROA) sebuah bank adalah jumlah dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang, penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan dalam Call Money atau Money Market), dan penempatan dalam bentuk kredit (kredit konsumtif maupun produktif baik kepada perorangan maupun institusi atau perusahaan).
Hasibuan (2007:100) menyatakan bahwa:
Return on Total Assets (ROA) adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak (earning before tax/ EBIT) selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama.
Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan
untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank. Return On Total asset
(ROA) memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan.
Return On Total asset (ROA) sesuai dengan atau dimodifikasi dengan
menghasilkan melalui perkalian antara komponen-komponen pendapatan serta
efisiensi penggunaan total asset di dalam menghasilkan keuntungan. Return On
Total asset (ROA) akan dapat ditingkatkan dengan memperbesar kedua atau
salah satu komponen-komponennya.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Return on
assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas bank
9
di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva / assets yang
dimilikinya.
b) Perhitungan Return On Total Asset (ROA)
Return On Total asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan
antara earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. Earning before
interest tax (EBIT) merupakan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak, total
assets merupakan total asset bank dari awal tahun dan akhir tahun.
Dendawijaya (2005:120), menyatakan bahwa untuk menghitung besarnya
Return On Total asset (ROA) sebagai berikut:
ROA =
Pandia (2005:42), menyatakan bahwa untuk mengitung Return On Total
asset (ROA) sebagai berikut :
Laba bersih Sebelum pajak Return On Total Asset (ROA) = ----------------------------------- x 100% Total asset
Hasibuan (2007:100) menyatakan bahwa “Return on Total Assets (ROA)
dapat dihitung dengan rumus:
Laba bersih Sebelum pajak Return On Total Asset (ROA) = ----------------------------------- x 100% Total asset
Susilo (2006:62), menyatakan bahwa perhitungan Return On Total Asset
(ROA) sebagai berikut:
10
Laba bersih Sebelum pajak Return On Total Asset (ROA) = ----------------------------------- x 100% Total asset
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai perhitungan Return On Total
Asset (ROA), yaitu perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dan Total
aktiva yang dimiliki suatu bank.
c) Komponen – Komponen Return On Total Asset (ROA)
Return On Total asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan
antara earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. Earning before
interest tax (EBIT) merupakan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak, total
assets merupakan total asset bank dari awal tahun dan akhir tahun. Komponen-
komponen Return On Asset (ROA) adalah 1) earning before interest tax (EBIT)
dan 2) Total Aktiva. Berikut adalah penjelasan komponen-komponen tersebut.
1) Earning before interest tax (EBIT)
Martono (2007:79) menyatakan bahwa ”Laba sebelum pajak adalah pos
yang dimasukkan ke dalam pos ini yaitu pendapatan operasional bersih,
pendapatan atau beban luar biasa yang diperhitungkan dengan pajak”.
2) Total Aktiva
Dalam laporan keuangan perbankan, aktiva mejelaskan mengenai berbagai
sumber dana yang masuk .
11
Dendawijaya (2005:31-33) mengemukakan bahwa pada dasarnya aktiva
perbankan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa pos-pos, yaitu:
a) KasYang dimasukkan ke pos ini adalah uag kas, baik rupiah maupun Valuta asing yang dimiliki oleh bank, termasuk kantornya yang ada di luar negeri yang menjadi alat pembayaran yag sah di Indonesia maupun uang asing lainnya yang masih berlaku.
b) Giro pada Bank Indonesia (BI) Yang dimasukkan ke pos ini adalah giro dalam rupiah da valuta asing milik bank pada Bank Indonesia (BI). Posisi pada pos ini tidak boleh dikurangi dengan kredit yang diberikan oleh BI kepada bank yang bersangkutan dan tidak boleh ditambah dengan fasilitas kredit yang sudah disetujui oleh BI yang belum dipergunakan.
c) Tagihan pada Bank lainTagihan pada bank lain adalah semua tagihan bank pelapor dalam rupiah dan valuta asing kepada bank lain., baik bank dalam negeri maupun bank luar negeri. Pos ini terdiri dari pos-pos sebagai berikut:a) Giro
yang dimasukkan ke pos ini adalah giro dalam rupiah dan valuta asing milik bank, baik kepada bank lain di dalam negeri (tidak termasuk BI). Pos ini tidak boleh dikuragi dengan kredit yang diberikan bank lain kepada bank yang bersangkutan dan tidak boleh ditambah dengan fasilitas kredit yang sudah di setujui bank lain yang belum digunakan.
b) Call Moneyyang di masukkan ke pos ini dana dalam rupiah dan valuta asing yang dipinjamkan oleh bank ,termasuk kantornya diluar negeri, baik kepada bank lain di dalam negeri maupun di luar negeri.
c) Deposito berjangkayang di masukkan ke pos ini adalah penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing oleh bank, termasuk kantornya diluar negeri pada bank lain da atau lembaga keuangan lain dalam bentuk deposito berjangka, sertifikat deposito, deposits on call dan simpanan lain yang sejeis.
d) Kredit yag diberikanyang dimasukkan ke pos ini adalah semua kredit yang berdasarkan akad dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan oleh bank, termasuk kantornya diluar negeri , baik yang diberikan kepada bank lain di dalam negeri maupun diluar negeri.
d) Surat berharga dan tagihan lainnyaYang dimasukkan ke pos ini adalah surat berharga yang dimiliki oleh bank termasuk kantornya diluar negeri,seperti surat-surat berharga pasar uang dan pasar modal dalam rupiah dan valuta asing.
e) Kredit yang diberikanYang dimasukkan ke pos ini adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberika oleh bank, termasuk kantornya diluar negeri , kepada pihak ketiga bukan bank, baik di dalam maupun diluar negeri.
12
f) PenyertaanYang dimasukkan ke pos ini adalah penyertaan dana dalam rupiah dan valuta asing oleh bank, termasuk kantornya diluar negeri pada bank, lembaga keuangan, serta perusahaan lain.
g) Cadangan aktiva yang di klasifikasikanYang dimasukkan ke pos ini adalah cadangan-cadangan dana dalam rupiah dan valuta asing. Cadangan ini dibentuk untuk meanampung resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat bank tidak dapat menarik kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya. Aktiva produktif mencakup kredit, surat berharga, penanaman pada bank lain, serta penyertaan dan penanaman pada aktiva lainnya yang mengandung risiko dari bank, termasuk kantornya diluar negeri. Pos ini merupakan pengurang aktiva pada neraca.
h) Aktiva tetap dan InventarisYang dimasukkan ke pos ini adalah nilai buku dari tanah , gedung kantor, rumah dan perabot milik bank, termasuk kantornya diluar negeri, dalam rupiah dan valuta asing. Jumlah tersebut telah dikurangkan dengan penyusutan nilai aktiva tetap dan inventaris sampai dengan akhir bulan laporan.
i) Rupa-rupa ativaYang dimasukkan ke pos ini adalah saldo rekening-rekening aktiva lainnnya dalam rupiah dan valuta asing yang tidak dapat dimasukkan ke salah satu dari pos-pos di atas. Dalam pos ini di masukkan pula hasil kompensasi (set off) antara saldo debit dan saldo kredit rekeing antar kantor. Termasuk kantornya diluar negeri, sepanjang hasilnya debit bagi bank yang berbadan hukum Indonesia.
Berdasarkan peryataan di atas mengenai komponen-komponen dari Return
on total assets (ROA) adalah perbandingan anatara Earning Before In Tax (EBIT)
dan total aktiva, di mana Earning Before In Tax (EBIT) adalah Laba yang belum
diperhitungkan dengan pajak dan aktiva yang dimaksud adalah seluruh total
aktiva yang ada pada sisi debit neraca perbankan.
d) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Return On Total Assets
Return On Total Assets (ROA) merupakan salah satu rasio keuangan
perbankan yang dapat meningkatkan laba. Untuk mengetahui besar kecilnya
rasio tersebut pada suatu bank, perlu di ketahui terlebih dahulu faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
13
Muljono (1999:140-141), mengemukakan bahwa:
Kualitas asset yang rendah bagi suatu bank akan merupakan tekanan
yang berat terhadap kebutuhan dana bagi bank yang bersangkutan karena
adanya negative multiplier effect terhadap penurunan dana.
- Assets (earning asset) suatu bank akan merupakan sumber pendapatan/ laba yang akan menjadi salah satu sumber dana bagi bank yang bersangkutan . Dengan rendahnya kualitas assets suatu bank akan me-nimbulkan kerugian yang justru akan mengurangi volume dana yang dimilikinya.
- Assets suatu bank yang rendah kualitasnya berarti mempunyai turn over yang lambat, dan akan mengakibatkan pemborosan sumber dana karena dana tersebut berarti dan tidak dapat ditanamkan ke earning asset lainnya.
- Assets suatu bank yang rendah akan mengakibatkan besarnya cadangan, aktiva yang diklasifikasikan untuk bank yang bersangkutan semakin besar, cadangan ini nantinya akan dipakai untuk write off asset tersebut apabila benar- benar tidak dapat lagi ditarik dari debitur. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya volume dana (modal) yang dimilikinya.
Kondisinya tentu akan berlainan apabila sebagian besar (100%) dari
assets bank yang bersangkutan merupakan assets produktif maka akan
menciptkan sumber dana secara positive multiplier effect terhadap bank
yang bersangkutan.
Tabel 2. Standar Pengukuran Tingkat ROA Bank Indonesia
Tingkat Predikat
Di atas 1,22%0,99% - 1,22%0,77% – 0,99%
Di bawah 0,77%
SehatCukup sehatKurang sehatTidak sehat
Sumber : www.bi.go.id
14
2. Return On Equity (ROE)
a) Definisi Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba. Agar bisa terlihat seberapa
besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba, maka diperlukan
perhitungan laba bersih yang sudah dikurangi dengan biaya bunga dan pajak.
Sedangkan modal yang dihitung adalah modal sendiri yang bekerja didalam
bank. Bagi para pemilik bank/pemegang saham bank yang bersangkutan maka
rumus ini sangat penting untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
mengelolah capital yang tersedia untuk mendapatkan net income. Kenaikan
return on equity biasanya juga diikuti kenaikan dari saham-saham bank yang
bersangkutan dipasar. Untuk mengukur penghasilan perusahaan, maka return on
equity (ROE) merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer untuk
mengetahui hasil yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya agar dapat diketahui perkembangannya.
Susilo (2006:119) menyatakan bahwa “Return On Equity (ROE) adalah
perbandingan antara laba bersih bank dengan Modal sendiri”.
Menurut Robert Ang, (1997), bahwa :
Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak atau Net Income After Tax (NIAT) terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi, dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan.
15
Semakin tinggi Return on Equity (ROE) menunjukkan semakin efisien
perusahaan (bank) menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau
keuntungan bersih.
Dendawijaya (2005:118-119) mengemukakan tentang Return on Equity
(ROE) bahwa:
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank yang bersangkutan untuk menghasilkan laba bersih dari penggunaan modal yang ditanamkan pada bank tersebut. Rasio ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayara dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkuran. Kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Semakin besar modal sendiri yang digunakan maka potensi bank tesebut untuk berkembang juga semakin besar. Pertumbuhan assets ini jika diikuti dengan perbaikan kinerja yang baik maka akan berpengaruh pada tingkat profitabilitas bank yang juga semakin baik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa return on equity
(ROE) merupakan pengukuran kemampuan bank dalam mengembalikan
modalnya untuk mengetahui hasil yang diperoleh dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya agar diketahui perkembangan modalnya.
b) Perhitungan Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) dapat dihitung dengan membandingkan
antara Laba bersih setelah pajak dengan Total Modal, di mana total modal
yang dimaksud didalamnya yaitu modal sendiri dan modal pelengkap yang
ada di bank.
16
Susilo (2006:119) menyatakan bahwa Rasio ini dapat dihitung dengan
rumus:
Net Income After Tax (NIAT) Return On Equity (ROE) = -------------------------------- ----- x 100% Total Ekuitas
Robert Ang, (1997), mengemukakan bahwa Return on Equity (ROE)
dapat diformulasikan sebagai berikut:
Earning After Tax (EAT)Return On Equity (ROE) = …………………………………..
Total Ekuitas
Hasibuan (2007:101) mengemukakan bahwa perhitungan Return On
Equity (ROE) adalah sebagai berikut :
Laba setelah pajak Return On Equity (ROE) = ------------------------ x 100% Modal sendiri
Dendawijaya (2005:118), Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Earning After Tax (EAT)Return On Equity (ROE) = -------------------------- x 100%
Total Equity
Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan dari investasi yang ditanamkan
pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini semakin baik pula profitabilitas
perusahaan dalam artian kemampuan laba perusahaan semakin baik dengan
penggunaan modal tertentu, Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang
perusahaan,Apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga semakin
besar.
17
c) Komponen-Komponen Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak atau earning
after tax (EAT) terhadap total modal sendiri (equity). Komponen – komponen dari
Return On Equity (ROE) yaitu dapat dibandingkan antara : 1) Laba bersih setelah
pajak (EAT) dan 2) ekuitas atau Modal Sendiri.
1) Laba bersih setelah pajak
Martono (2007:79) mengemukakan bahwa “Laba bersih setelah pajak
adalah yang dimasukkan ke posisi ini adalah jumlah laba/rugi sebelum pajak
penghasilan dikurangi dengan taksiran pajak penghasilan”.
Supangkat (2003:31) mengemukakan bahwa:
Laba bersih merupakan laba yang diperoleh setelah perusahaan membayar pajak, seringkali disebut garis terbawah suatu laporan laba rugi, yaitu laba yang akan dibayarkan kepada pemilik perusahaan berupa deviden dan sebagian ditahan kembali perusahaan berupa saldo laba yang menambah ekuitas perusahaan.
Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laba
bersih setelah pajak adalah laba yang diperoleh setelah dikurangi laba rugi diluar
usaha dan dikurangi pajak yang harus dibayar.
2). Ekuitas atau Modal sendiri
Abdullah (2005:56) menyatakan bahwa:
Modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh pemilik pada waktu pendirian bank yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank. Modal bank bukan saja sebagai sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi
18
jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.
Kasmir (2008:117) mengemukakan bahwa “Modal penting bagi seluruh
aktivitas perusahaan dalam membiayai kegiatan proses produksi baik produksi
barang maupun proses produksi jasa sebagai modal pelengkap.” Modal inti
terdiri dari modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah
pajak, modal ini berupa :
a. Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya, bagi Bank yang dibentuk dan telah berbadan hukum, koperasi modal disetor terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.
b. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan umum, yaitu cadangan umum yang dibentuk dari penyisihan laba yang diatahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak.
d. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.
e. Laba ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak oleh Rapat Umum Pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
f. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
g. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50 %.
h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan, yaitu laporan keuangannya dikonsolidasikan (minority interest), yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan.
Arthesa (2009:144-146) menyatakan bahwa “ Komponen modal dalam
perbankan umumnya terdiri dari modal inti dan modal pelengkap”. Kedua
komponen tersebut adalah sebagai berikut :
19
1) Modal Inti. Modal inti adalah modal yang terdapat dalam komponen modal dan merupakan bagian terpenting dalam bank. Apabila terdapat goodwill maka perhitungan atas jumlah seluruh modal inti harus dikurangi dengan goodwill tersebut. Modal inti ini terdiri atas:
a. Modal disetor.Modal disetor meruapakan modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.
b. Agio sahamAgio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan UmumCadagan Umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak , dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS) atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing-masing bank.
d. Cadangan TujuanCadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat Umum Pemegang saham (RUPS) dan atau rapat anggota.
e. Laba yang ditahanLaba yang ditahan (retained earnings) adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak, yang oleh rapat umum pemegag saham atau rapat anggota diputuskan untuk dibagikan.
f. Laba Tahun laluLaba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
g. Laba tahun berjalanLaba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak.
h. Minority InterestMinority interest adalah bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.
2) Modal Pelengkap. Modal pelengkap ini terdiri dari:a. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap
Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Dirjen pajak.
b. Penyisihan Penghapusan Aktiva ProduktifPenyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan tujuan menampung kerugian yang mugkin timbul sebagai
20
akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
c. Modal kuasiModal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrument atau warkat dan memiliki sifat, seperti modal atau utang.
d. Pinjama SubordinasiPinjaman Subordinasi adalah pinjaman antara bank dengan pihak pemberi pinjaman dan telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. Pinjaman ini minimal berjangka lima tahun dan apabila pinjaman dilunasi, tidak akan menggaggu kesehatan bank tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas maka secara keseluruhan bahwa modal bank
terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri
yang tertera dalam posisi ekuitas, sedangkan modal pelengkap merupakan
pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
a) Pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka
pegembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Oleh karena itu Bank
Indonesia menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal
minimum bank yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank yaitu sebesar
8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Angka tersebut pada
prinsipnya ditentukan dengan ketentuan yang berlaku secara internasional
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Bank for Internasional Settlemets
(BIS).
Dendawijaya ( 2005:121) mengemukakan bahwa:
21
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman (utang), dan lain - lain.
Sawir (2001:38) menngemukakan bahwa:
Rasio kecukupan modal minimum (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
Arthesa (2009:146) menyatakan bahwa “Capital Adequacy ratio (CAR)
adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa ketentuan permodalan, yaitu
rasio minimum pebandingan antara modal risiko dengan aktiva yang
mengandung resiko”.
Apabila Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu Bank terlalu rendah maka
kemampuan bank tersebut untuk bertahan pada saat mengalami kerugian juga
rendah, maka modal sendiri akan lebih cepat habis untuk menutup kerugian,
dan ketika kerugian telah melebihi modal sendiri maka kemampuan bank
tersebut untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat menjadi sangat
diragukan (Susilo, 2006:96).
Dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy ratio (CAR) adalah rasio
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan.
22
b) Pengukuran Capital Adequacy Ratio (CAR)
Kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank didasarkan pada resiko
aktiva dalam arti luas, baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva
yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih
bersifat kontinjen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak
ketiga. Seperti diketahui, risiko terhadap aktiva dalam arti luas dapat timbul, baik
dalam bentuk risiko kredit maupun risiko yang terjadi karena fluktuasi harga
surat-surat berharga, dan suku bunga serta nilai tukar valuta asing. Secara teknis,
kewajiban modal minimum diukur dari presentase tertentu terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan Modal sendiri, sedangkan modal
sendiri yang dimaksud yaitu modal inti dan modal pelengkap yang dimiliki oleh
bank.
Arthesa (2009:146-147) menyatakan bahwa perhitugan Capital adequacy
Ratio (CAR) sebagai berikut :
Capital Adequacy Ratio (CAR) =
Modal terdiri dari jumlah modal inti dan modal pelengkap. Sedangkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) ini menunjukkan nilai aktiva yang berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.
Susilo (2006:144), besarnya nilai Capital Adequacy ratio (CAR) suatu
bank dapat dihitung dengan rumus:
Modal sendiri CAR = ------------------------------------------------------- x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
23
Modal inti bank terdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan umum dan laba ditahan yang termasuk modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi aktiva tetap. Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing dan ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada rekening administratif bank dikalikan dengan bobot risiko masing-masing.
Dendawijaya (2005:40-41) mengemukakan tata cara perhitungan Capital
Adequacy ratio (CAR) adalah sebagai berikut :
Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank (Capital Adequacy ratio) di dasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum dalam neraca ) dan ATMR aktiva administratif (aktiva yang bersifat administratif).
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut :
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut.
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara
modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR.
Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Modal sendiri CAR = ------------------------------------------------------ x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
5. Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan ke-wajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan kecukupan modal atau tidak.
24
Kasmir, (2008:98) menyatakan bahwa :
Aktiva dalam perhitungan mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga.
1. Bobot risiko aktiva tetap.Dengan memperhatikan prinsip-prinsip terhadap tata cara perhitungan giro wajib minimum , maka rincian bobot risiko untuk semua aktiva neraca bank, baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing.a. Kas sama dengan 0 %b. Emas dan Mata uang emas 0 %c. Surat Berharga sama dengan 20 %d. Tagihan dalam inkaso sama dengan 50 %
2. Bobot risiko aktiva administratifPerhitungan bobot risiko untuk aktiva administratif dilakukan melalui 2 (dua) tahap ,yaitu :
a. Administratif terlebih dahulu ditetapkan faktor konversinya, yaitu faktor tertentu yang digunakan untuk mengkonversikan aktiva administratif kedalam aktiva neraca yang menjadi pendanaannya. Besarnya faktor konversi untuk masing-masing aktiva administratif di dasarkan pada tingkat kemungkinannya untuk menjadi aktiva neraca yang efektif. Rincian faktor konversi aktiva administratif baik rupiah maupun valuta asing, sebagai berikut :20 % : L/C yang masih berlaku (tidak termasuk L/C)50 % :jaminan bank yang diterbitkan bukan dalam rangka
pemberian kredit.100 % :a. Fasilitas kredit yang belum digunakan
b. Jaminan (termasuk standby L/C) dan risk sharing dalam rangka pemberian kredit.
c. Kewajiban membeli kembali aktiva bank yang dijual dengan syarat repurchase agreement.
b. Aktiva Lain- lainSetelah diketahui faktor konversinya dari masing-masing aktiva dikonversi ke dalam aktiva neraca, untuk menghitung bobot risiko, aktiva administratif dilakukan dengan mengalikan faktor konversi dengan bobot risiko aktiva neraca.
25
Muljono (1999:122) bahwa perhitungan bobot risiko untuk aktiva neraca
yaitu:
Tabel 2. Bobot risiko aktiva neracaNo Bobot Aktiva Neraca
1.
2.
3.
4.
0%
20%
50%
100%
Kas, emas, tagihan kepada atau tagihan yang dijamin di atas surat berharga yang diterbitkan (pemerintah pusat RI, BI, Bank sentral Negara lain dan pemerintah pusat Negara lain), tagihan yang dijamin dengan uang kas.Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat berharga yang diterbitkan atau dijamin (bank-bank dalam negeri termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan diluar negeri, pemerintah daerah di Indonesia, Lembaga non-departemen di Indonesia, bank-bank pembangunan multilateral dan bank-bank utama di luar negeri.Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni.Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh atau surat berharga yang diterbitkan atau dijaminkan.
Di Indonesia untuk menghitung besarnya CAR dihitung menurut surat
edaran Bank Indonesia nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dimana CAR
membandingkan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(ATMR).
Berdasarkan perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan Capital adequacy ratio (CAR)
yaitu di dasarkan antara Modal sendiri bank ( modal inti dan modal
pelengkap) dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) mencakup
aktiva neraca dan aktiva yang bersifat administratif berdasarkan bobot risiko
aktiva yang telah di perhitungkan.
26
c) Ketentuan Capital adequacy ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) pada suatu Bank merupakan ketentuan
mutlak yang harus dipenuhi oleh Bank Indonesia (Bank Sentral) sebagai
pemegang otoritas moneter di Indonesia telah mengeluarkan ketentuan-
ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank ( Capital
Adequacy Ratio = CAR) dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 23/67/Kep/Dir. Tanggal 28 Februari 1991, menyatakan bahwa”Suatu
usaha bergerak dalam lembaga keuangan ( Bank ) harus mempunyai Giro
Wajib Minimum (GWM) sebagai penyediaan bila pihak ketiga menarik
dananya.”
Menurut Sinungan, (2002:162) menyatakan bahwa kententuan CAR
yang harus dipenuhi semua oleh Bank di Indonesia dan mulai harus
ditetapkan dalam tahun 1991 hingga tahun 1993, yaitu:
1. Umum2. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (CAR)
Kewajiban penyediaan modal minimum bank diukur dari presentase tertentu terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Sesuai dengan Standar yang ditetapkan oleh Bank for Internasional Settlements (BIS) terhadap seluruh bank di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal Minimum sebesar 8 %.
Menurut Kasmir (2006:189) bahwa :
Memberikan kesempatan kepada perbankan melakukan
penyesuaian permodalan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,
maka pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum sebesar
& dapat dilakukan dengan bertahap sekurang-kurangnya:
a. 5 % sejak akhir Maret 1992
27
b. 7 % sejak akhir maret 1993c. 8 % sejak akhir Desember 1997
Dendawijaya (2005:40) menyatakan bahwa:
Ketentuan tentang modal minimum bank (Capital Adequacy Ratio) yang berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank International for Settlements (BIS). Sejalan dengan standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991 (Pakfeb ’91), bank indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8 % dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Ketentuan presentase tersebut harus telah terpenuhi selambat-lambatnya pada akhir tahun 1993.
Presentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan menurut Bank International for Settlements (BIS) ini disebut dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Dengan demikian, Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank-bank umum di Indonesia adalah 8 %.
Siamat (2000: 116), mengemukakan bahwa:
Kewajiban penyediaan modal minimum berlaku bagi semua bank termasuk BPR. Dalam hal ini bank yang berkantor pusat di Indonesia, perhitungan modal di dasarakan pada laporan keuangan gabungan yang meliputi semua kantor, baik di Dalam maupun di luar negeri. Selanjutnya untuk kantor cabang suatu bank yang berkantor pusat diluar negeri, laporan keuangan gabungan tersebut meliputi semua kantornya di indonesia. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia kewajiban penyediaan modal minimum bagi seemua bank adalah sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) .
Hasibuan (2007:58-59) menyatakan bahwa:
Ketetapan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 8% bertujuan untuk:1. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan.2. Melindungi dana pihak ketiga pada bank bersangkutan3. Untuk memenuhi ketetapan standar Bank International for
Settlements (BIS) perbankan internasional dengan formula sebagai berikut:
a. 4 % modal inti yang terdiri dari shareholder equity, prefered stock, dan freereserves, serta
b. 4 % modal sekunder yang terdiri dari subordinate debt, loan loss provission, hybrid securities, dan revolution reserve.
28
Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi Capital Adequacy Ratio (CAR) 8% disamping diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank, juga akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank.
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank serta upaya untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat.
Layaknya sebuah badan usaha, modal bank harus dapat juga digunakan untuk
menjaga kemungkinan timbilnya resiko keinginan sebagai akibat dari
pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya berasal sebagian besar dari dana
pihak ketiga atau masyarakat.
Menurut Standar Bank International for Settlements (BIS), masin.
Oleh karena masing-masing negara dapat melakukan penyesuaian-
penyesuaian dalam penerapan prinsip-prinsip perhitungan permodalan
dengan memperhatikan kondisi perbankan setempat. Oleh karena itu,
penerapan di negara-negara lain,perhitungan modal di Indonesia terdapat
beberapa penyesuaian dengan usaha yang telah dilakukan oleh dunia
perbankan di Indonesia, namun secara umum prinsip-prinsip umum yang
ditetapkan oleh International for Settlements (BIS) telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa Kewajiban penyediaan modal minimum
bagi bank berlaku bagi semua jenis bank, baik bank umum, bank
pembangunan,bank tabungan, bank perkreditan rakyat maupun lembaga
keuangan yang bukan Bank. Perhitungan modal didasarkan pada laporan
keuangan gabungan yang meliputi semua kantor, baik didalam maupun diluar
negeri serta anak perusahaan serta laporan keuangannya di konsulidasikan
sebesar 8% .
29
4. Keterkaitan Return On Total Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Capital Adequacy ratio (CAR).
a. Pengaruh Return On Total Asset (ROA) dan Capital Adequacy ratio (CAR)
Return On Total Asset (ROA) mengindikasikan profitabilitas bank
dari segi asettnya, berdasarkan teori profitabilitas menyatakan bahwa bank
yang mempunyai laba yang meningkat mempunyai laba ditahan yang tinggi
sehingga Capital Adequacy ratio (CAR) akan meningkat karena tingkat bobot
resiko dari aktivanya kecil.
Return On Total Asset (ROA) yang sehat dihitung berdasarkan
perbandingan laba setelah pajak dengan rata-rata asset total dengan standar
terbaik 1,5%. Return On Total Asset (ROA) yang merupakan indikator dari
rasio profitabilitas dijadikan variabel independen yang mempengaruhi Capital
Adequacy ratio (CAR), karena menurut Brigham dan Gapenski (1997) bahwa
”perusahaan yang tingkat pengembalian aktivanya tinggi akan menggunakan
hutang yang kecil agar tingkat biaya modal yang mengandung risiko relatif kecil
dan modal sendiri bank relatif tinggi sehingga dapat meningkatkan Capital
Adequacy ratio (CAR)”.
Widjanarto (2003:165) mengemukakan bahwa posisi Capital Adequacy
ratio (CAR) suatu bank sangat tergantung pada: (1) Jenis aktiva serta besarnya
risiko yang melekat padanya, (2) Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya, (3)
Total aktiva suatu bank, semakin besar aktiva semakin bertambah pula risikonya,
(4) Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.
30
Menurut Muljono (1999:116) bahwa “Return On Total Asset (ROA)
yang dilihat dari segi tingkat pengembalian assetnya, Artinya semakin banyak
aset produktif (kredit lancar dan earning assets) maka kebutuhan akan modal
semakin mudah dipenuhi sehingga akan mempengaruhi tinggi rendahnya Capital
Adequacy ratio (CAR) suatu Bank”.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dikemukakan bahwa apabila
Return On Total Asset (ROA) meningkat maka Capital Adequacy ratio
(CAR) suatu bank dapat dipertahankan dan sebaliknya pula apabila Return On
Total Asset (ROA) menurun, jika bank tetap mempertahankan Capital
Adequacy ratio (CAR), maka bank akan menambah modal.
b. Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba. Agar bisa terlihat seberapa
besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba, maka diperlukan
perhitungan laba bersih yang sudah dikurangi dengan biaya bunga dan pajak.
Sawir (2001:39) dari kegunaan Capital Adequacy ratio (CAR) bahwa:
Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja lebih efisiensi yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan laba/profit bank. Dengan Profit/laba yang tinggi, maka akumulasi laba di tahan juga meningkat yang juga akan meningkatkan Capital Adequacy ratio (CAR).
Menurut Muljono (1999:110) bahwa “bila Capital Adequacy ratio
(CAR) suatu bank rendah, kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami
kerugian juga rendah”. Dimana semakin besar modal bank dengan ukuran Return
31
On Equity (ROE) ,yang tersedia tentu akan semakin baik bagi bank yang
bersangkutan sehingga bank akan menghasilkan profit yang besar, karena dengan
tersedianya modal yang besar maka bank lebih mengatasi adanya risiko aktiva
produktifnya.
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu ukuran profitabilitas
yang menunjukkan tingkat pencapaian laba bersih (setelah pajak) terhadap
modal sendiri yang digunakan oleh bank. Semakin tinggi Return On Equity
(ROE) yang dicapai oleh bank menunjukkan laba bersih setelah pajak
semakin tinggi, yang berarti kemungkinan akumulasi laba ditahan meningkat,
sehingga modal sendiri akan meningkat dan diperkirakan Capital Adequacy
ratio (CAR) juga meningkat.
5) Penelitian Sebelumnya
a) Wulandari, Lusi
Wulandari, Lusi.2010. “ Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) Pada Sektor Perbankan Terbuka di Indonesia”. Program
S-1 Ekstensi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis Likuiditas (Loan
to Deposit Ratio) dan Profitabilitas (Return on Assets dan Return on Equity)
memiliki pengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Sektor
Perbankan Terbuka di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
laporan keuangan perbankan terbuka yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini
digunakan model analisis regresi linear berganda dimana proses pengolahan
32
datanya menggunakan program SPSS 15 for windows. Penggunaan analisis regresi
ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh Loan to Deposit Ratio, Return on
Assets,dan Return on Equity secara bersama-sama dan secara parsial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio, Return on
Assets,dan Return on Equity memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap
Capital Adequacy Ratio pada Sektor Perbankan Terbuka di Indonesia. Uji F
menunjukkan nilai Fhitung sebesar 282.658 dan Ftabel sebesar 2.69 sehingga
Fhitung > Ftabel (282.658 > 2.69) pada α = 5% (0.000 < 0.05) yang artinya
signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa LDR, ROA, dan ROE secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR pada sektor
perbankan terbuka di Indonesia. Berdasarkan pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa hanya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang memiliki angka
tertinggi, berarti menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah
variabel yang paling dominan dari ke tiga variabel bebas yang lain dan pengaruh
secara langsung terhadap Capital Adequacy Ratio.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian kami lakukan dapat dilihat
dari tujuan penelitian, variabel penelitian yang menggunakan rasio profitabilitas
yaitu Return on Total Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR), metode pengumpulan data dan analisis profitabilitas serta
hasil penelitian yang mengunakan uji F (secara simultan) dan uji t (parsial).
Sedangkan perbedaannya adalah salah satu variabel bebasnya menggunakan rasio
likuiditas (Loan to Deposit Ratio) . Hal lain yang membedakan yaitu teknik
33
pengumpulan data hanya menggunakan observasi dan dokumentasi serta objek
yang di teliti.
b) Hamongan, Reynoldo
Hamongan, Reynaldo.2009. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio,Debt To
Equity Ratio,Non Performing Loan,Operating Ratio, dan Loan To Deposit
terhadap Return on Equity pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia”.Departemen Akuntansi. Universitas Sumatera Utara,Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, aktiva,
rentabilitas, dan likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan,
Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio sebagai variabel independen dan
Return On Equity (ROE) sebagai variabel dependen.
Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data pooling, yang merupakan kombinasi antara data
cross section dan data time series yang diambil dari laporan tahunan 19 bank yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun periode 2005-2008. Pengujian
data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear
berganda, uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk
menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial capital adequacy
ratio dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity.
34
Sementara itu, non performing loan, operating ratio, dan loan to deposit ratio
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity. Hasil uji F
menunjukkan bahwa capital adequacy ratio, debt to equity ratio, non performing
loan, operating ratio, dan loan to deposit ratio berpengaruh secara bersama-sama
terhadap return on equity.
Persamaan penelitian di atas objek penelitiannya di Bank, Metode
penelitiannya yang menggunakan asosiatif, metode pengumpulan dan analisis data
yang menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linier berganda uji t dan
uji F. sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada variabel bebas dan variabel
terikatnya, pengukuran data yang dilakukan selama 4 tahun terakhir,serta
pemilihan sampelnya menggunakan pooling yaitu kombinasi antara cross section
dan data time series.
c) Azisah,Amiratul
Azizah, Amiratul. 2007.” Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan To
Deposit Ratio, dan Return On Assets Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris:
Pada Perusahaan Perbankan Yang Listed Di BEJ)”.Skripsi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah adakah
pengaruh CAR, LDR, dan ROA terhadap perubahan laba satu tahun kedepan pada
perusahaan perbankan yang listed di BEJ secara parsial maupun simultan. Dengan
tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh CAR, LDR dan ROA terhadap
perubahan laba satu tahun kedepan pada perusahaan perbankan yang listed di BEJ
35
secara parsial maupun simultan. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang listed di BEJ periode 2003-2007 yang berjumlah 21 perusahaan.
Ada empat variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: CAR, LDR, ROA
sebagai variabel bebas dan Perubahan Laba sebagai variabel terikat. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan alat
bantu program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan hanya CAR, dan ROA berpengaruh positif
terhadap perubahan laba yaitu sebesar 5,24% dan 14,14%. Sedangkan LDR tidak
berpengaruh terhadap perubahan laba. Secara simultan menunjukkan CAR, LDR,
dan ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba satu
tahun kedepan sebesar 15,9%.
Dari penelitian terdahulu di atas, maka di peroleh persamaan penelitian
yaitu (1) Variabel bebasnya salah satunya CAR, (2) Obyek penelitian pada bank,
(3) Pengukuran data selama lima periode. Sedangkan perbedaannya yaitu (1)
Variabel terikatnya perubahan laba, (2) Lokasi penelitian perusahaan perbankan
yang listed di BEJ, (3) Alat analisis data dengan regresi linier berganda.
c. Kerangka Pemikiran
Return On Total Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) yang
merupakan indikator dari rasio profitabilitas dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi Capital Adequacy ratio (CAR) karena ada beberapa faktor
yang memepengaruhi besar kecilnya Capital Adequacy ratio (CAR) suatu
36
bank yaitu (1) Jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, (2)
Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya, (3) Total aktiva suatu bank, semakin
besar aktiva semakin bertambah pula risikonya, (4) Kemampuan bank untuk
meningkatkan pendapatan dan laba. Variabel-variabel yang diduga berpengaruh
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah Return On Total Asset
(ROA) dan return on Equity (ROE). Sehingga penelitian ini bertujuan unuk
menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Capital
adequacy Ratio (CAR) pada Laporan keuangan PT. BRI (Persero) Cabang
Ahmad Yani Di Kota Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema
kerangka pikir berikut ini:
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
37
Laporan Keuangan
Return On Total Asset (ROA)
- Earning Before Interst Tax (EBIT)
- Total Aktiva
Capital Adequacy Ratio (CAR)
AKtiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Modal Sendiri
Return On Equity (ROE)
Net Income After Tax (NIAT)Total Modal
d. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang
diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :
Ho = Return On Total Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE ) tidak
memiliki pengaruh Positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
Ha = Return On Total Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) memiliki
pengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
III. METODE PENELITIAN
a. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:2) bahwa “variabel adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya”.
Berdasarkan topik penelitian yang akan dibahas maka variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :
a. Return On Total asset (ROA) sebagai variabel
bebas (X1) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
b. Retun On Equity (ROE) sebagai variabel (X2)
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
c. Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai
variabel terikat (Y), merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya pengaruh variabel bebas.
38
2. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu rancangan atau tata cara untuk
menjabarkan berbagai variabel yang akan diteliti, kemudian membuat
hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain sehingga akan mudah
dirumuskan masalah penelitiannya, pemilihan teori yang relevan, rumusan
hipotesis yang diajukan, metode penelitian, instrumen penelitian, teknik
analisis yang akan digunakan serta kesimpulan yang diharapkan. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
asosiatif yang menggunakan jenis data kuantitatif yang berusaha menjawab
masalah bagaimana pengaruh Return On Total Asset (ROA) dan return On
Equity (ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Data yang diperoleh
dan dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari
wawancara dan dokumentasi. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
Laporan Keuangan PT. BRI (persero) Tbk. Cabang Ahmad Yani Makassar dan
sampelnya adalah Laporan keuangan 5 tahun terakhir yaitu tahun 2006 sampai
dengan 2010.
Untuk melihat pengaruh Return On Total Asset (ROA) dan Return On
Equity (ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), maka digunakan alat
analisis korelasi ganda,uji t, uji F dan r sehingga dapat diambil kesimpulan
dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti. Korelasi ganda didasarkan
pada hubungan kausal, dalam hal ini pengaruh ROA dan ROE dengan CAR.
Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
39
Gambar 2. Skema Desain Penelitian
b. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan-batasan terhadap lingkup variabel yang
merupakan indikator penting sebagai penentu keberhasilan suatu penelitian dan
40
Analisis Data :Return On Total Asset (ROA)Return On Equity (ROE)Capital Adequacy Ratio (CAR)Regresi dan Korelasi bergandaUji tUji f
Return On Total Assets(ROA)
Return On Equity(ROE)
Capital Adequacy Ratio(CAR)
PT. BRI (Persero) Cabang Ahmad Yani Makassar
ObservasiWawancaraDokumentasi
DataLaporan Keuangan:Laporan Laba/RugiLaporan Laba Di tahanNeraca
Analisis dan Kesimpulan
merupakan batasan-batasan yang dipakai untuk menghindari interpretasi yang lain
terhadap variabel yang diteliti. Adapun definisi operasional penelitian ini yaitu:
a. Return On Total Assets (ROA) merupakan
pengukuran kemampuan bank secara keseluruhan dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia pada PT. BRI
(Persero) Cabang Ahmad Yani Di Kota Makassar.
b. Return On Equity (ROE) merupakan
pengukuran kemampuan bank dalam pengembalian modalnya untuk
mengetahui hasil yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya agar diketahui perkembangan modalnya pada PT. BRI
(Persero) Cabang Ahmad Yani Di Kota Makassar.
c. Capital Adequacy Rasio disingkat CAR
merupakan rasio tingkat kecukupan modal untuk mengukur kemampuan
modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko misalnya kredit yang diberikan PT. BRI (Persero), Tbk
Cabang Ahmad Yani Makassar. CAR yang dimaksud adalah CAR pada
laporan perhitungan rasio keuangan PT. BRI (Persero), Tbk Cabang Ahmad
Yani Makassar.
2. Pengukuran Variabel
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
41
1. Return On Total Asset (ROA) atau tingkat pengembalian assets
Laba sebelum pajak ROA = ------------------------ x 100% Total aktiva
Return On Total Asset (ROA) dinyatakan dalam bentuk presentase (%)
2. Return On Equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian modal
Laba setelah pajak ROE = ------------------------ x 100% Modal sendiri
Return On Equity (ROE) dinyatakan dalam presentase (%)
3. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal.
Modal Sendiri CAR = ------------------------------------------------------- x 100% Aktiva tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) dinyatakan dalam presentase (%)
c. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan oleh penulis
adalah keseluruhan Laporan Keuangan PT. BRI (Persero)Tbk. Cabang Ahmad
Yani Makassar Di Kota Makassar.
42
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2010:62) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penarikan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara time series. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, karena dalam pengambilan
sampel penulis memilih langsung objek atau data yang dianggap dapat mewakili
populasi dalam penelitian ini. Maka dalam hal ini sampel diambil dari laporan
keuangan selama lima tahun terakhir yaitu mulai tahun 2006 sampai tahun 2010.
d. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data -data laporan keuangan
berupa laporan laba-Rugi ,Laporan Laba di tahan dan Neraca dan data-data
yang mendukung dalam penelitian ini pada PT. BRI (Persero) Cabang Ahmad
Yani Di Kota Makassar.
2. Observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung mengenai data
Laporan keuangan serta data-data lain yang dibutuhkan pada PT. BRI
(Persero) Cabang Ahmad Yani Di Kota Makassar.
3. Wawancara adalah mengadakan pembicaraan secara langsung dengan pihak
yang berkompoten yakni pimpinan, bagian keuangan dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan penelitian untuk mendapatkan respon/informasi mengenai
43
hal yang akan diteliti dalam hal ini misalnya data perkembangan laba dan
modal pada PT. BRI (Persero) Cabang Ahmad Yani Di Kota Makassar.
e. Rancangan Analisis Data
Rancangan analisis data adalah alat analisis yang digunakan untuk
menjawab permasalahan dan hipotesis yang diajukan.
Adapun rancangan analisis data yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Analisis rasio Return On Total Asset (ROA) yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba
menurut Dendawijaya (2001:115) dengan rumus :
Laba sebelum pajak ROA = ------------------------ x 100% Total aktiva
2. Analisis rasio Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengetahui
tingkat prestasi suatu bank menurut Dendawijaya (2001:98), dengan
rumus :
Laba setelah pajak ROE = ------------------------ x 100% Modal sendiri
3. Analisis Capital Adequacy Ratio (CAR) yang digunakan untuk
mengetahui rasio kecukupan modal yang dimiliki PT. BRI (Persero)
menurut Dendawijaya (2001:261), dengan rumus:
Modal Bank CAR = ------------------------------------------------------- x 100% Aktiva tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
44
Langkah-langkah dalam menganalisis penelitian ini adalah :
4. Perhitungan analisis regresi dan korelasi ganda
Berdasarkan data hasil perhitungan, maka dilakukan analisis regresi
dan korelasi ganda antara ketiga variabel tersebut karena dalam penelitian ini
terdapat dua variabel independen yakni X1 dan X2 dan satu variabel
independen Y maka untuk mencari pengaruh X1 dan X2 secara bersama-sama
terhadap Y perlu digunakan analisis korelasi ganda (Sugiono, 2007:276).
Rumus Regresi :
Rumus Korelasi :
5. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independent secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2010:230), Langkah – langakah pengujiannya
adalah sebagai berikut:
a. Perumusan Hipotesis
45
Ho : = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha : 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen
b. Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan :
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak
d. Merumuskan t hitung, sebagai berikut :
t =
r = koefisien korelasi
n = banyaknya variabel bebas
Sedangkan untuk melihat hasil dari nilai korelasi yang diperoleh apakah
kuat atau lemah melalui tabel berikut:
Tabel 5. Interpretasi korelasi menurut aturan yang konservatif
No. Rentang Nilai r Interpretasi
1 0,00 – 0,19 Sangat rendah2 0,20 – 0,39 Rendah3 0,40 – 0,59 Sedang4 0,60 – 0,79 Kuat5 0,80 – 0,100 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2007;231)
6. Uji F
46
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen semua simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel
dependen. Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Pengujian Hipotesis
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
Ho : β ≠ 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
b. Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni
dengan melihat nilai signifikan:
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima.
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.
d. Merumuskan F hitung
Dimana :
N = Jumlah data
K = Banyaknya variabel bebas
R2 = koefisien determinasi
7. Pengujian asumsi klasik
47
Pengujian model regresi berganda dalam menguji haruslah
menghindari kemungkinan penyimpangan asumsi klasik. Dalam penelitian ini
uji asumsi, uji autokorelasi, uji multikorelineritas dan uji heterokedastisitas.
a. Uji normalitas
Teori ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua
sampel independen bila datanya berbentuk ordinal yang telah tersusun
pada table distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kelas-
kelas interval untuk menguji data yang berdistribusi normal. Data
dikatakan berdistribusi normal jika signifikan variabel-variabel
dependen memiliki nilai signifikan lebih dari 5%. Data penelitian
yang baik adalah data yang berdistribusi normal.
b. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan tersusun
dalam rangkaian waktu (time series) dan dalam rangka ruang (cross
section). Menurut Barrow (1997: 254) “untuk mengetahui dan menguji
ada tidaknya autokorelasi dalam model analisis regresi, biasa
digunakan cara pengujian statistic Darbin Watson (DW)”. Dengan
rumus:
Dimana:
t = waktu
48
residual pada periode t
residual pada periode t – 1
Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam menganilisis regresi
dengan menggunakan DW dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2: Tabel Autokorelasi
Jenis Autokorelasi Tingkat Autokorelasi
Auto Korelasi Negatif
Tidak Ada Kesimpulan
Tidak Ada Autokorelasi
Autokorelasi Lemah
Autokorelasi Positif
c. Uji multikorelasi
Satu masalah penting dalam aplikasi analisis model regresi
adalah kemungkinan adanya multikorelinearitas diantara variabel-
variabel independen. Multikolinearitas adalah adanya hubungan yang
kuat antara variabel independen dalam persamaan regresi. Adanya
multikolinearitas akan mengakibatkan ketidak pastian estimasi,
sehingga mengarahkan kesimpulan yang menerima hipotesis nol
( Hakim, 2001: 302) selain itu akibat terjadinya multikolinieritas
adalah:
I. Koefisien regresi tidak dapat ditukar.
49
II. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak
berharga signifikan sehingga tidak diketahui variabel independen
yang mempengaruhi variable dependen.
III. Tanda koefisien regresi akan berlawanan dengan yang
diramalkan secara teoritis.
IV. Jika satu variabel bebas dihilangkan dari model regresi yang
ditaksir, ini dapat menyebabkan koefisien regresi variabel bebas
yang masih ada mempunyai koefisien regresi yang signifikan.
Menurut Hakim (2001: 303), “untuk menguji ada tidaknya gejala
miltikolinearitas diguukan tolerance atau Variance Inflation Faktor
(FIV)”. Jika nilai FIV diatas 10 maka terdapat gejala mutikolinearitas.
C. JADWAL PENELITIAN
Agar pelaksanaan penelitian ini lebih terarah dan terencana, maka
jadwal perincian penelitian sebagai berikut:
No KeteranganTahun 2011
Agustus September Oktober November Desember1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2Pengumpulan data
3Pengolahan dan analisis data
4Penulisan skripsi dan konsultasi
5 Penggandaan
D. DAFTAR PUSTAKA
50
Abdullah, Faisal M. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arthesa Ade,dkk. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta: PT.Indeks.
Brigham, E.F. dan Gapenski, L.C., (1997), “Intermediate Financial Management”, Fifth Edition-International Edition, The Dryden Press.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Graha Indonesia.
Ghozali, Iman. 2001. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hakim, Abdul. 2001. Statistic Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia
Hasibuan, Malayu SP. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Martono, dan D. Agus Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Ekonisa
Muljono Pudjo, Teguh. 1999. Analisis Laporan Keuangan untuk Perbankan. Jakarta : Djambatan.
Pandia, Frianto.2005. Lembaga Keuangan. Jakarta:Rineka cipta.
Robert Ang, (1997), “Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia”, Mediasoft Indonesia.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi ketiga. Fakultas Ekonomi, BPFE. Jogjakarta.
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Bank Umum. Jakarta: Intermedia
Sinungan, Muhdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan keenam belas . Bandung: Penerbit Alfabeta.
Susilo,Y.Sri., Triandaru. Sigit, dan A. Totok Budi Santoso. 2006. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Salemba Empat.
51
Syamsuddin, Lukman. 2005. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998. Tentang Pokok Perbankan, Bank Indonesia, Jakarta.
Widjanarto. 2003. Hukum dan Ketetapan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.
www.bi.go.id
52