i
PENGARUH PERKEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP
KELANGSUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL DAN STRATEGI
AGAR DAPAT BERSAING DAN BERTAHAN HIDUP DI 3 KECAMATAN
KOTA TANGERANG SELATAN
Oleh :
Rival Nursema
NIM : 1113084000014
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Rival Nursema
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 20 September 1995
3. Alamat : Pondok Maharta Blok D1 No 17
008/011 Kelurahan Pondok Kacang Timur,
Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang
Selatan
4. Telepon : 087780316501
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN 1 Pondok Aren 2001-2007
2. SMPN 1 Pondok Aren 2007-2010
3. SMAN 5 Kota Tangerang Selatan 2010-2013
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2018
IV. Pengalaman Organisasi
1. Ketua Basket SMAN 5 Tangerang Selatan periode 2011
2. Ketua Acara UIN BASKETBALL COMPETITION (UBC) tahun 2015
vii
3. Anggota Divisi Olahraga dan Seni Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan (HMJ EP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta Periode
2014-2015.
4. Wakil ketua Divisi Basket UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2015.
V. Seminar dan Workshop
1. Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat Dengan
Jurusan Sendiri” HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
2. Rembuk Kebangsaan “Sosialisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai
Sistem Keuangan Baru Melalui Kebudayaan” OJK dan Visi Indonesia, 2013.
3. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa Ekonomi
yang Berprestasi dalam Bidang Akademik” HMJ IESP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
4. Kuliah Umum “Fungsi Pengawasan Keuangan Negara Sebagai Katalisator
Tercapainya Tujuan Memajukan Kesejahteraan Umum” BPK RI dan HMJ
IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
5. Diskusi 212 Mart dan Koperasi “Gerakan Konsumen Muslim” Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
viii
THE INFLUENCE OF MINIMARKET DEVELOPMENT ON THE
CONTINUITY AND STRATEGY OF TRADITIONAL MARKET IN ORDER
TO COMPETE AND SURVIVE IN 3 DISTRICTS OF SOUTH TANGERANG
CITY
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence of minimarket
development on the continuity of traditional market and its strategy to compete and
survive in 3 Districts of South Tangerang City. This research is using descriptive
analysis by using questionnaires to find out the strategy to compete and survive of
traditional market. The strategy of traditional market to compete is to get sympathy
from buyers by act friendly, polite and open the market 24 hours. Meanwhile, the
strategy to survive, besides selling the essential goods which are also sell in
minimarkets, is also selling retail gasoline, electrical pulses and retailed rice. With
these strategies, the traditional market will continue in the future.
Keywords: Development of minimarket, competition, traditional market, strategy.
ix
PENGARUH PERKEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP
KELANGSUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL DAN STRATEGI
AGAR DAPAT BERSAING DAN BERTAHAN HIDUP DI 3 KECAMATAN
KOTA TANGERANG SELATAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh perkembangan
minimarket terhadap kelangsungan usaha warung tradisional dan strategi agar dapat
bersaing dan bertahan hidup di 3 Kecamatan Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui
strategi bersaing dan bertahan warung tradisional. Strategi warung tradisional untuk
bersaing yaitu menarik simpati kepada setiap pembeli dengan bersikap ramah dan
sopan lalu membuka warung 24 jam. Strategi bertahan warung tradisional disamping
menjual barang-barang pokok yang juga dijual di minimarket, warung tradisional juga
menjual seperti bensin eceran, pulsa elektrik dan beras literan. Dengan strategi ini,
warung tradisional akan terus berlangsung di masa datang.
Kata Kunci : Perkembangan Minimarket, persaingan, warung tradisional, Strategi.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
berkat rahmat dan karunia-Nya dengan segala pengetahuan dan kekuasaan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
PERKEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA
WARUNG TRADISIONAL DAN STRATEGI AGAR DAPAT BERSAING DAN
BERTAHAN HIDUP DI 3 KECAMATAN KOTA TANGERANG SELATAN”
dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad
Shallallah’Alayhi wa Sallam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Skripsi ini
disusun dalam rangka untuk memenugi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana
Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih atas bantuan,
saran, bimbingan , dukungan, semangat dan doa baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
xi
1. Kedua orang tua penulis, bapak Rahmat Sopiyana dan Ibu Siti Nuraini, yang
selalu mendoakan, mengingatkan dan memotivasi penulis serta memfasilitasi
segala kebutuhan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua adik penulis, Rinal Nursema dan Febriawan Nursema yang secara tidak
langsung memperhatikan dan mendoakan penulis selama proses menyelesaikan
skripsi.
3. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, memberikan motivasi dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini hingga selesai. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan
dan keberkahan oleh Allah SWT.
4. Yuni Kartika yang selalu memberikan motivasi, doa dan mendengarkan keluh
kesah penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga.
6. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Bapak Sofyan Rizal selaku Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan arahan serta
bimbingan yang berarti dalam penyelesaian perkuliahan ini.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya dosen Jurusan
Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang berguna dan
bermanfaat bagi penulis selama perkulihan, serta jajaran karyawan dan staf
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis
selama perkuliahan.
xii
8. Teman-teman Wacana-ers ( Gufron, Subhan, Luthfan, Hery, Mahatir, Alvi,
Yoga, Irfan, Ibas, Jihad, Zekha) yang saling menolong, memotivasi,
mengingatkan dan memberi solusi selama masa perkuliahan dan proses
penulisan skripsi.
9. Anak-anak murid SMAN 5 TANGSEL, SMAN 3 TANGERANG, SMP
PEMBANGUNAN JAYA, SMP ALFALAH DAN CLUB BUZZER
BASKETBALL yang telah memberikan semangat dan doa untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan 2013 yang telah memberikan
semangat dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
11. Pelatih basket Rizky Hermawansyah dan Ka Zul yang telah memberikan
motivasi dan doa kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-teman KKN ANNAS yang memberikan wadah bagi penulis untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.
13. Team Basket UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA yang telah
memberikan semangat dan mendoakan penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
14. Farhan, Taufan dan Thomy yang sudah membantu dan mendoakan penulis
selama proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikan sehingga
xiii
akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan
penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tangerang selatan,
Rival Nursema
xiv
DAFTAR ISI
COVER DALAM ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH........................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi
ABSTRACT .................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9
A. Landasan teori ..................................................................................... 9
xv
1. Pengertian Ritel ....................................................................... 9
2. Persaingan Bisnis .................................................................... 18
3. Strategi .................................................................................... 19
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 19
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 37
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 37
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 38
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 39
D. Metode Analisis Data .......................................................................... 42
E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 45
A. Gambaran Umum Dan Objek Penelitian ............................................. 45
1. Kondisi Geografis dan Administratif Kota Tangerang Selatan 45
2. Perkembangan Minimarket Di Kota Tangerang Selatan ........ 48
3. Karakteristik Pemilik/Penjaga Usaha Warung Tradisional ..... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 69
A. Kesimpulan ......................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................... 70
xvi
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 76
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Minimarket di Tangerang Selatan ............................ 4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 26
Tabel 2.2 Kerangka Umum ............................................................................. 34
Tabel 2.3 Kerangka Berpikir Khusus .............................................................. 35
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan 47
Tabel 4.2 Usia Responden ............................................................................... 51
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 52
Tabel 4.4 Pendidikan Terakhir Responden ..................................................... 53
Tabel 4.5 Hasil Penjualan Per Hari Warung Tradisional Sebelum Adanya
Minimarket ..................................................................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Penjualan Per Hari Warung Tradisional Setelah Adanya
Minimarket ..................................................................................... 55
Tabel 4.7 Strategi Pemilik Warung Tradisional Agar Dapat
xvii
Bersaing Dengan Minimarket ......................................................... 60
Tabel 4.8 Cara Bertahan Warung Tradisional Dalam Menghadapi
Persaingan Dengan Minimarket ..................................................... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kota Tangerang Selatan dan Sekitarnya ..................................... 45
Gambar 4.2 Presentase Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan ..................... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Warung Tradisional ............................................................. 77
Lampiran 2 Lembar Kuesioner ....................................................................... 78
La mpiran 3 Hasil .......................................................................................... 89
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kegiatan ritel modern saat ini di Indonesia mengalami
perkembangan secara pesat, bahkan kegiatan ritel modern ini sudah memasuki wilayah
pemukiman yang dekat dengan masyarakat. Jenis perdagangan ritel terbagi dua, yaitu
ritel modern yang diwakili dengan hypermart, supermarket, dan minimarket seperti
indomaret, alfamart, alfamidi dll, sedangkan ritel tradisional yang secara langsung
diwakili oleh warung tradisional yang berada di pasar tradisional maupun pemukiman
yang dikelola secara pribadi dengan modal yang tidak besar dan usaha ini merupakan
bisnis keluarga yang tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerap tenaga kerja.
Berkembangnya ritel ini tentu saja tak lepas dari pertumbuhan ekonomi suatu
daerah dan juga mempengaruhi adanya pembangunan ekonomi di daerah tersebut.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi diukur melalui persentasi pertambahan
pendapatan nasional secara riil. Pertumbuhan ekonomi tentunya berhubungan erat
dengan konsumen, mereka yang mempengaruhi demand dan supply suatu pasar.
Dari tumbuh kembangnya minimarket secara pesat sebenernya mempunyai
dampak positif dan dampak negatif yang akan dirasakan, dampak negatif dari
bertumbuhnya minimarket dilihat dari jumlah konsumen warung tradisional yang
dikhawatirkan beralih berbelanja ke minimarket yang mempunyai kualitas pelayanan
2
yang lebih baik dan harga yang bersaing dengan warung tradisional dan juga
berdampak pada kelangsungan usaha warung tradisional. Dampak positifnya dengan
munculnya minimarket yaitu dapat mengurangi jumlah pengangguran dengan
membuka banyak kesempatan kerja bagi masyarakat.
Upaya pemerintah dalam mengendalikan ritel modern yang semakin banyak
adalah dengan menerbitkan sejumlah regulasi dengan tujuan menertibkan toko modern,
diantaranya dalam permendagri No 53 Tahun 2008 tentang pedoman penataan dan
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Dan dalam
peraturan walikota Kota Tangerang Selatan No 2 Tahun 2013 tentang petunjuk teknis
penataan, dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.
Peraturan walikota ini dibuat untuk mengatur tempat pendirian minimarket yang
bertujuan menumbuhkan dan tidak mematikan pedagang kecil dengan tersebarnya
luasnya minimarket saat ini. Seperti yang disebutkan dalam peraturan walikota Kota
Tangerang Selatan No 2 Tahun 2013 dalam pasal 10 menyebutkan bahwa pendirian
minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang terintegrasi dengan pusat
perbelanjaan atau bangunan lain wajib memperhatikan keberadaan pasar tradisional
dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil daripada minimarket tersebut.
Dalam peraturan walikota tersebut sudah menyebutkan bahwa pendirian minimarket
seharusnya juga memperhatikan keberadaan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih
kecil dibandingkan dengan minimarket tersebut, namun saat ini yang dilihat bahwa
keberadaan minimarket banyak yang berdiri dekat dengan warung tradisional yang
3
lebih kecil dibandingkan minimarket yang menyebabkan kekhawatiran pemilik usaha
warung tradisional atas kelangsungan usahanya.
Kota Tangerang Selatan merupakan Kota termuda yang resmi memisahkan diri
sejak tahun 2008 dari Kabupaten Tangerang, terletak di bagian timur Provinsi Banten
dengan luas wilayah 147.19 kilometer persegi (Km2) atau sebesar 1.63 persen dari luas
wilayah Provinsi Banten. Sedangkan secara administratif, Kota Tangerang Selatan
terdiri dari 7 kecamatan, dan 54 kelurahan. Jumlah penduduk di Kota Tangerang
Selatan sebesar 1.593.812 jiwa
Perkembangan Kota Tangerang Selatan saat ini membuat para pengusaha ritel
modern seperti minimarket semakin meningkat jumlahya. Jumlah minimarket dari
tahun 2012-2015 mengalami peningkatan, dibuktikan dengan tabel pertumbuhan
minimarket di Kota Tangerang Selatan, Berikut tabel yang memperlihatkan
pertumbuhan minimarket di kota tangerang selatan pada tahun 2012-2015.
4
Tabel 1.1
Pertumbuhan minimarket di Tangerang Selatan
Tahun Jumlah Minimarket
2012 310
2013 380
2014 400
2015 450
Sumber : Dinas perindustrian dan perdagangan Kota Tangerang Selatan, 2015
Berdasarkan tabel 1.1 perkembangan minimarket di Kota Tangerang Selatan
dari tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan yang pesat, terlihat pada tahun 2012
yaitu berjumlah 310 unit minimarket dan pada tahun 2013 berjumlah 380 unit, lalu
pada tahun 2014 dan 2015 berjumlah 400 sampai 450 unit minimarket. Perkembangan
minimarket di Kota Tangerang Selatan membuktikan bahwa perkembangan
minimarket di Tangerang Selatan bertumbuh dengan pesat. Perkembangan minimarket
di Kota Tangerang Selatan memunculkan kekhawatiran dari pemilik warung
tradisional yang nantinya akan mempengaruhi kelangsungan usaha warung tradisional.
Perkembangan minimarket di Kota Tangerang Selatan bertumbuh dengan pesat bahkan
sudah memasuki beberapa kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan yaitu
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong Utara.
5
Pada tahun 2013 jumlah minimarket yang ada di Kecamatan Pondok Aren
berjumlah 68 unit minimarket, di Kecamatan Ciputat Timur berjumlah 41 unit dan
Kecamatan Serpong Utara berjumlah 67 unit minimarket. Dengan adanya
perkembangan minimarket yang ada di Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat
Timur dan Kecamatan Serpong Utara membuat pemilik warung tradisional harus siap
menghadapi persaingan dengan minimarket yang membuat daya saing semakin ketat.
Tidak hanya perkembangan minimarket yang meningkat, bahkan pada sampai
tahun 2017 data dari beberapa minimarket yaitu indomaret dan alfamart penjualannya
meningkat. Penjualan bersih indomaret naik sekitar 8.8 %, dari 29.12 triliun menjadi
31.69 triliun rupiah, dan penjualan bersih PT. Sumber Alfaria Sentosa (pemilik gerai
alfamart dan alfamidi) mengalami peningkatan sebesar 13.58 persen dari 26.8 triliun
menjadi 30.5 triliun rupiah.
Persaingan antara warung tradisional dengan minimarket terus meningkat,
namun laju pertumbuhan dari keduanya harus tetap terjaga dan dikendalikan dengan
baik, mengingat peran warung tradisional dan ritel modern seperti minimarket yang
diberikan terhadap perekonomian yaitu sebagai salah satu sektor perdagangan yang
mampu jadi penggerak roda perekonomian rakyat. Pemerintah harus mampu
memberikan pengendalian dan pengawasan yang terkontrol terhadap kinerja aktivitas
pada ritel modern maupun tradisional agar keduanya dapat terus berjalan.
Dengan berkembangnya ritel modern seperti minimarket membuat para
pengusaha warung tradisional harus dapat bersaing dengan para pengusaha ritel
6
modern ini agar para konsumen tidak beralih berbelanja ke minimarket. Barang yang
dijual di minimarket hampir menyerupai dengan barang yang dijual oleh warung
tradisional. Barang yang dijual yaitu barang sembako, makanan dan minuman bahkan
barang-barang impor juga diperjualkan di minimarket. Dari segi harga pun minimarket
juga melakukan promosi disetiap waktunya, bahkan jarak antara minimarket dengan
warung tradisional saat ini sangat berdekatan. Dengan meningkatnya perkembangan
minimarket dikhawatirkan berdampak pada kelangsungan usaha warung tradisional.
Melihat dengan berkembangnya minimarket di Kota Tangerang Selatan
khususnya di Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan
Serpong Utara, peneliti ingin mengetahui kelangsungan usaha warung tradisional
dengan meningkatnya perkembangan minimarket. Apakah dengan adanya
perkembangan minimarket kelangsungan warung tradisional akan tetap berjalan dan
bagaimana cara pemilik warung tradisional agar dapat bersaing dan bertahan dengan
minimarket. Berdasarkan penjelasan latar belakang ini, maka judul penelitian ini
adalah
“PENGARUH PERKEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP
KELANGSUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL DAN STRATEGI
AGAR DAPAT BERSAING DAN BERTAHAN HIDUP DI 3 KECAMATAN
KOTA TANGERANG SELATAN”
7
B. Rumusan masalah
Perkembangan minimarket yang semakin pesat di Kota Tangerang Selatan dan
harga bersaing saat ini dikhawatirkan akan berdampak pada kelangsungan usaha
warung tradisional, Dalam keadaan seperti ini pemilik warung tradisional harus mampu
bertahan dan menemukan strategi tepat untuk bersaing dengan minimarket agar
kelangsungan hidup warung tradisional dapat berjalan.
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah tersebut, maka dapat diajukan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi pemilik warung tradisional agar dapat bersaing dengan
minimarket?
2. Bagaimana cara bertahan warung tradisional dalam menghadapi persaingan dengan
minimarket?
3. Bagaimana prospek warung tradisional di masa datang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan
di atas, maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Memahami strategi yang dilakukan pemilik warung tradisional agar
dapat bersaing dengan minimarket
8
b. Terdapat gambaran cara bertahan warung tradisional dalam
menghadapi persaingan dengan minimarket.
c. memperkirakan prospek warung tradisional di masa datang
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan atas penjabaran latar belakang masalah, maka penelitian
ini diharapkan berguna untuk :
a. Kegunaan praktis, bagi masyarakat penelitian bermanfaat sebagai bahan
evaluasi dengan adanya minimarket yang semakin berkembang.
Sedangkan bagi pemerintah penelitian ini dijadikan pertimbangan dalam
membuat dan memberikan kebijakan atau izin pendirian minimarket
yang baru.
b. Kegunaan ilmiah yang diharapkan dapat menambah literatur dan sumber
informasi di lingkungan program sarjana ekonomi pembangunan dan
sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai
kelangsungan usaha warung tradisional.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Ritel
Secara harfiah kata ritel di artikan sebagai pengecer atau pengusaha
perdagangan eceran. Menurut kamus retail di tafsirkan sebagai “selling of goods and
or services to the publics” atau penjualan barang dan atau jasa khalayak (Sujana,
2005:12).
Ritel menurut Hendri Ma’ruf (2005:7) adalah kegiatan usaha menjual barang
atau jasa kepada perorangan untuk keperluan dirinya sendiri, keluarga, ataupun rumah
tangga. Ritel atau bisa disebut pengecer adalah pengusaha yang menjual barang atau
jasa yang dijual secara eceran kepada masyarakat sebagai konsumen yang membeli
barang atau jasa tersebut, ritel perorangan atau peritel kecil memiliki jumlah gerai
bervariasi, mulai dari satu gerai.
A. Tipe bisnis Ritel
a. Ownership (kepemilikan bisnis)
Tipe bisnis retail atas kepemilikan yaitu :
10
1. Single-store retailer
Single-store retailer merupakan tipe bisnis retail yang paling
banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m2
mulai dari kios atau toko dipasar tradisional sebagai dengan minimarket
modern, dengan kepemilikan perorangan ataupun secara individual.
2. Rantai Toko Retail
Rantai toko retail adalah toko retail dengan banyak (lebih dari
satu) cabang dan biasanya dimiliki oleh institusi bisnis bukan
perorangan, melainkan dalam benuk company owned retail chain.
Bentuknya mulai dari rantai toko minimarket sampai dengan Mega
Hyperstore. Contoh nyata yang umum adalah seperti Hero,
Supermarket, Sogo, Dept. store & Supermarket, Matahari, Ramayana,
dan sebagainya.
3. Toko Waralaba (Franchise Stores)
Toko waralaba adalah toko retail yang di bangun berdasarkan
kontrak kerja waralaba (bagi hasil) antara terwaralaba (franchise) yakni
pengusaha investor perseorangan (independent business person) dengan
pewaralaba (franchisor) yang merupakan pemegang nama toko,
sponsor, dan pengelola usaha.
11
b. Merchandise Category (Kategori Barang Dagangan)
Tipe bisnis ritel berdasarkan merchandise category yaitu :
1. Special Store ( Toko Khas)
Special store merupakan toko retail yang menjual satu jenis
kategori barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise
category) yang relatif sempit. Seperti art-shop (pasar seni), jewelry
store (toko perhiasan), toko buku, dan sebagainya.
2. Grocery Store (Toko Serba Ada, Toserba)
Grocery store merupakan toko ritel yang menjual sebagian besar
kategori barangnya adalah barang groceries (kebutuhan sehari-hari :
freshfood, perishable, dry-food, beverage, cleanings, dan cosmetics¸
serta household items). Umumnya, toko retail modern yang sudah
mapan adalah berbasis sebaga grocery retailers, dimana mereka
menjual lebih dari 60% dari assortment (bauran produk) yang
merupakan kebutuhan pokok harian pribadi, keluarga, atau rumah
tangga. Contohnya Carrefour, Makro, Hero, Lion Superindo, dan Tip
Top.
12
3. Department Store
Sebagai besar dari assortments yang di jual adalah merupakan
bukan kebutuhan pokok. Seperti fashionables, dan branded items
(bermerek) dengan lebih dari 80% pola konsinyasi. Contohnya,
Ramayana, Borobudur, Sogo, Dept. Store, Matahari dan pasarnya.
4. Hyperstore
Hyperstore menjual barang-barang dalam rentang kategori
barang yang sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang kebutuhan
setiap lapisan konsumen, mulai dari barang grocery, household, textile,
appliance, optical, dan lainnya bahkan ganti oli, dang anti ban mobil
dapat di layani di dalam toko ritel sejenis ini. Paling tidak dibutuhkan
sedikitnya 10.000 m persegi luasan sales area (Asep ST Sujana,
2005:16).
a. Luasan Sales Area (arean penjualan)
Tipe bisnis ritel berdasarkan luas sales area yaitu :
1. Small Store, sebuah toko kecil (kios) yang umumnya merupakan
toko ritel tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan
sales area dari 100 m2.
2. Minimarket, dioperasikan dengan luasan sales area antara 100
sampai dengan 1.000 m2.
13
3. Supermarket, dioperasikan dengan luasan sales area antara
1.000 sampai dengan 5.000 m2.
4. Hypermarket, dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari
5.000 m2.
B. Konsep Ritel
Usaha eceran atau ritel bisa dipahami sebagai semua kegiatan jual beli
yang terlibat di dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada
konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis
(Christina Widhya Utami, 2006:4).
Bisnis ritel merupakan bagian dari saluran distribusi yang memegang
peranan penting dalam rangkaian kegiatan pemasaran dan merupakan perantara
serta penghubung antara kepentingan produsen dan konsumen.
Bisnis ritel tidak harus melibatkan penggunaan suatu toko. Bentuknya
pun dapat berupa pesanan pembelian lewat telepon atau Surat, penjualan
langsung, vending machine, dan sebagainya. Pemasaran eceran tidak hanya
dapat digunakan oleh sebuah pengecer saja, tetapi juga bisa oleh produsen
sendiri ataupun penjual grosir, bila mereka melakukan distribusi dan penjualan
langsung kepada konsumen.
Aktivitas nilai tambah yang ada pada bisnis ritel meliputi assortment,
breaking bulk, holding inventory, dan providing service. Assortment
14
merupakan keragaman barang yang dijual dalam suatu ritel yang dibagi dalam
dua kelompok, yaitu breadth assortment dan depth assortment. Breadth
assortment adalah keragaman kategori jenis barang yang ditawarkan suatu ritel
kepada konsumen. Sedangkan depth assortment adalah kelengkapan jenis
barang pada masing-masing kategori. Breaking bulk adalah memecah barang
dari kemasan per karton atau per pack untuk dijual secara satuan. Dengan
breaking bulk konsumen dapat menikmati barang/jasa sesuai ukuran uang yang
dimilikinya dan mendapatkan barang yang beragam.
Untuk memenuhi target penjualannya maka ritel menyediakan
persediaan barang (holding inventory) agar pada saat konsumen membutuhkan
suatu barang maka barang tersebut telah tersedia di toko. Persediaan barang ini
Akan mempengaruhi biaya operasional. Untuk mengkompensasi biaya
operasional akibat adanya persediaan barang, maka ritel akan menambah
sedikit margin keuntungan atau menambah sedikit harga jualnya.
C. Jenis-jenis Usaha Ritel
Menurut Christina W. Utami, (2008:2-8), usaha ritel dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Ritel tradisional
Ritel tradisional merupakan usaha ritel yang menekankan pada
pengelolaan usaha dengan pendekatan konvensional dan tradisional dan
15
biasanya ritel tradisional merupakan milik pribadi yang dikelola secara
tradisional. Ciri-ciri pengelolaan ritel tradisional adalah sebagai berikut:
kurang memiliki lokasi karena sering terkendala permodalan. Pengelola
ritel tradisional lebih sering memutuskan untuk memilih lokasi yang
saat itu telah dimiliki.
Tidak memperhitungkan potensi pembeli. Potensi pembeli sering
diabaikan dalam pengelolaan ritel tradisional.
Jenis barang dagangan yang tidak terarah. Jenis barang dagangan sering
terabaikan karena terkendala kurangnya kemampuan dan kemampuan
tawar penawar peritel dalam membangun relasi bisnis dengan supplier.
Tidak ada seleksi merek. Para peritel tradisional terkendala dalam
penyediaan barang dagangan dengan merek-merek favorit pelanggan.
Kurang memperhatikan pemasok. Para pelaku peritel tradisional
biasanya hanya memperhatikan lunaknya mekanisme pembayaran
barang dagangan daripada kualitas dan kesinambungan pengiriman
barang dagangan di tokonya.
Melakukan pencatatan penjualan secara sederhana bahkan banyak
peritel tradisional yang tidak melakukan pencatatan penjualan sama
sekali.
Tidak melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk.
16
Cash flow tidak terencana. Banyak peritel tradisional yang menjual
barang dagangannya tidak secara tunai, sehingga sering terkendala pada
aliran dana tunai. Selain itu, peritel tradisional tidak memisahkan
pembukuan toko dengan keluarga sehingga modal toko sering tersedot
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Pengembangan bisnis tidak terencana. Peritel tradisional sering tidak
mampu melakukan perencanaan pengembangan usaha karena
terkendala rendahnya kontrol dan mekanisme untuk melakukan
evaluasi usaha.
2. Ritel Modern
Ritel modern merupakan usaha ritel yang menekankan
pengelolaannya secara modern. Ciri-ciri ritel modern yaitu :
Lokasi strategis merupakan faktor penting dalam bisnis ritel modern.
Peritel modern akan memilih lokasi yang strategis dengan
memperhatikan kemudahan akses pelanggan, keamanan, dan fasilitas
yang lebih terjamin.
Prediksi cermat terhadap potensi pembeli. Dalam memutuskan
pemilihan lokasi, peritel juga mempertimbangkan potensi pembeli di
lokasi tersebut.
17
Pengelolaan jenis barang dagangan terarah. Pengelolaan barang
dagangan disesuaikan dengan segmen pasar yang dilayani oleh peritel
modern.
Seleksi merek sangat ketat. Ritel modern sering mematok untuk
menyiapkan merek-merek produk barang dagangan yang mempunyai
pangsa pasar yang cukup besar. Hal tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dalam hal penyediaan merek-merek favorit
pelanggan.
Seleksi ketat terhadap pemasok. Peritel modern selalu memperhatikan
kualitas barang dagangan,kesinambungan pengiriman barang
dagangan, dan mekanisme pembayarannya dalam memilih pemasok.
Melakukan pencatatan penjualan dengan cermat. Peritel modern
melakukan pencatatan dengan sangat cermat bahkan dengan bantuan
software yang memungkinkan melakukan pencatatan ribuan transaksi
penjualan setiap harinya.
Melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk. Melalui evaluasi
produk, peritel dapat mengklasifikasikan produk yang tergolong cepat
terjual dan produk yang agak lambat terjualnya.
Cash flow terencana. Peritel modern menjual barang dagangannya
secara tunai sehingga aliran dana tunai dapat terencana dengan baik.
18
Pengembangan bisnis terencana. Arah pengembangan bisnis ritel
modern direncanakan dengan baik dan berkesinambungan dalam jangka
panjang.
2. Persaingan Bisnis
Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat pihak suatu perusahaan untuk
menggunakan strategi yang tepat bagi produk atau jasa yang dijualnya. Pihak
perusahaan harus mengamati kondisi persaingan bisnis yang selalu berkembang atau
berubah setiap saatnnya. Persaingan bisnis adalah istilah yang sering muncul dalam
berbagai literatur yang menuliskan perihal aspek hukum persaingan bisnis. Persaingan
berasal dari bahasa inggris yaitu competition yang artinya persaingan itu sendiri,
kompetisi atau kegiatan bersaing. Persaingan adalah ketika organisasi atau perorangan
berlomba untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar,
peringkat survei, atau sumber daya yang dibutuhkan (Kuncoro, 2005:86).
Dalam kamus manajemen persaingan bisnis terdiri dari:
a. Persaingan sehat (healthy competition) adalah persaingan antara perusahaan-
perusahaan atau pelaku bisnis yang diyakini tidak akan menuruti atau
melakukan tindakan yang tidak layak dan cenderung mengedepankan etika-
etika bisnis.
b. Persaingan gorok leher (cut throat competition). Persaingan ini merupakan
bentuk persaingan yang tidak sehat, dimana terjadi perebutan pasar antara
19
beberapa pihak yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan suatu
persaingan dalam bisnis.
3. Strategi
Strategi adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga
keserasian antara tujuan perusahaan, sumber daya perusahaan, dan peluang pasar yang
terus berubah, dengan tujuan untuk membentuk dan menyesuaikan usaha perusahaan
dan produk yang dihasilkan sehingga bisa mencapai keuntungan dan tingkat
pertumbuhan yang menguntungkan (Kotler, 2008:25).
Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan atau disimpulkan bahwa strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memperhatikan faktor-
faktor perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal karena sangat menentukan
kekuatan dan kelemahan perusahaan, sehingga dapat disusun strategi untuk mencapai
keunggulan komparatif perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu
1. Pardiana Wijayanti (2011)
Pasar modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat di indonesia saat ini
adalah minimarket dengan konsep waralaba. Perkembangan minimarket berpotensi
menimbulkan penyalahgunaan posisi dominan. Penyebarannya pun telah memasuki
wilayah-wilayah pemukiman. Tumbuh pesatnya minimarket di wilayah pemukiman
dengan jarak yang saling berdekatan berdampak buruk bagi warung tradisional. Omset
20
penjualan dan keuntungan usaha mengalami perubahan yang semakin menurun.
Berdasarkan alasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
perubahan keuntungan usaha warung tradisional dengan munculnya minimarket (studi
kasus : Kecamatan Pedurungan Kota Semarang). Penelitian ini menggunakan data
primer melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan. Ada 100 responden warung tradisional di Kecamatan
Pedurungan yang menjadi objek penelitian. Untuk mencapai tujuan, dalam penelitian
ini menggunakan analisis regresi berganda dengan pendekatan Ordinary Least Square
(OLS). Hasil analisis Ordinary Least Square menjelaskan pengaruh perubahan
keuntungan usaha warung tradisional dengan munculnya minimarket di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang. Analisis ini menggunakan variabel independen yaitu
perubahan omset penjualan (X1), jarak (X2), dan diversifikasi produk (X3) yang
mempengaruhi perubahan keuntungan usaha (π) dari warung tradisional. Hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa perubahan omset penjualan (0,0000) dan jarak (0,0653)*
berpengaruh signifikan terhadap perubahan keuntungaan usaha. Sedangkan
diversifikasi produk (0,3147) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan
keuntungan usaha warung tradisional. Catatan : (*) pada alpha 10%.
2. Reza Haditya Raharjo, (2015)
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganilisis tingkat keuntungan toko
kelontong sebelum dan sesudah adanya minimarket modern di sekitarnya. (2)
Menganilisis tingkat pertumbuhan omset toko kelontong sebelum dan sesudah adanya
21
minimarket modern di sekitarnya. (3) Menganilis perubahan jumlah pembeli yang
datang ke toko kelontong sebelum dan sesudah adanya minimarket modern di
sekitarnya. (4) Menganilisis perubahan jam buka toko kelontong sebelum dan sesudah
adanya minimarket modern di sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan data primer melalui penyebaran kuesioner kepada
30 responden di tiga kecamatan yaitu Banyumanik, Pedurungan, dan Semarang Barat.
Guna mencapai tujuan penelitian ini, di dalam penelitian ini digunakan alat analisis Uji
Validitas, dan Reabilitas untuk mengukur keakuratan kuesioner yang disebar, dan uji
Beda Berhubungan (Paired Sample t-test) guna mengetahui apakah terdapat perbedaan
akibat dampak adanya minimarket modern tersebut.
Hasil uji validitas dan reabilitas menunjukkan bahwa kuesioner yang disebar
kepada 15 sampel responden valid dan reliabel. Pada hasil uji beda berpasangan (Paired
Sample t-test) dari 90 responden berdasarkan 3 kecamatan yang diteliti terlihat bahwa
tingkat signifikansi yang menunjukan <0,05 artinya terdapat dam pak yang cukup
signifikan, yaitu adanya perubahan tingkat omset, keuntungan, jumlah pembeli, dan
jam buka toko akibat dari munculnya minimarket modern di sekitar tempat berdirinya
toko kelontong. Perubahan tersebut adalah berupa penurunan tingkat omset,
keuntungan, dan jumlah pembeli. Serta para pedagang mengubah jam buka tokonya
guna mencapai pendapatan yang maksimal akibat munculnya minimarket modern di
sekitar toko kelontong tersebut.
22
3. Fatmawati (2014)
Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis dampak keberadaan pasar modern
terhadap pedagang pasar tradisional di Kabupaten Maros. Penelitian ini diperoleh dari
kuesioner (primer) dan beberapa observasi dan wawancara dengan pihak terkait,
terkhusus pedagang pasar tradisional dan konsumen yang berkaitan dengan jumlah
pelanggan, pendapatan, dan tenaga kerja sebelum dan setelah adanya pasar modern,
serta strategi yang dilakukan pedagang pasar tradisional dalam menghadapi pasar
modern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah
pelanggan, pendapatan, dan tenaga kerja sebelum dan setelah adanya pasar modern.
Jumlah pelanggan, pendapatan, dan tenaga kerja pada semua jenis pedagang
mengalami penurunan setelah adanya pasar modern, kecuali tenaga kerja pedagang
campuran/kelontong dan pedagang sandal/sepatu.
4. I Gusti Agung Ayu Rai Yudhi Astiti, I Ketut Sudibia, I Ketut Djayastra (2016)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor internal (harga barang,
tenaga kerja keliling, modal usaha memadai, diversifikasi produk) dan faktor eksternal
(lokasi strategis usaha, kemampuan daya saing, keberadaan minimarket) berpengaruh
tidak langsung terhadap ketahanan pedagang warung tradisional di Kabupaten Badung
melalui pendapatan pedangan tradisional. Untuk melakukan analisis terhadap tujuan
yang telah ditetapkan, data dikumpulkan dari 160 responden pedagang warung
tradisional di delapan desa pada Kabupaten Badung dengan menggunakan kuesioner.
Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
23
dan inferensial dengan Structural Equation Modeling (SEM). Hasil pengujian hipotesis
yang dilakukan dengan teknik SEM menunjukkan bahwa faktor eksternal (lokasi
strategis usaha, kemampuan daya saing, keberadaan minimarket) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan pedagang warung tradisional. Faktor internal
(harga barang, tenaga kerja keliling, modal usaha memadai, diversifikasi produk)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang warung tradisional.
Secara tidak langsung, faktor internal dan eksternal berpengaruh signifikan terhadap
ketahanan pedagang warung tradisional di Kabupaten Badung melalui pendapatan
pedagang warung tradisional.
5. Eka Yuliasih (2013)
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui implementasi peraturan
pemerintah tentang pasar modern, (2) mengetahui persepsi pelaku usaha ritel waserda
dan pedagang pasar tradisional terhadap keberadaan pasar modern, (3) mengetahui
dampak keberadaan pasar modern terhadap usaha ritel waserda dan pedagang pasar
tradisional, dan (4) mengetahui upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha ritel waserda
dan pedagang pasar tradisional untuk mempertahankan eksistensi usahanya. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Variabel dalam penelitian ini adalah
keberadaan pasar modern, usaha ritel waserda dan pedagang pasar tradisional. Populasi
dalam penelitian ini adalah pelaku usaha ritel waserda dan pedagang pasar tradisional
di Kecamatan Klirong yang memiliki radius 0-1 Km dari pasar modern sebanyak 68
responden. Jumlah sampel sebanyak 20 responden diambil dengan menggunakan
24
teknik Cluster Quota Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
angket, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah (1)
Analisis kuantitatif menggunakan persentase (%), rerata atau mean (M), dan
penghitungan Mean Ideal (Mi). (2) Analisis Kualitatif dilakukan melalui tiga
komponen berurutan, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) Impelementasi peraturan pemerintah tentang pasar modern tidak berjalan
semestinya. (2) Persepsi negatif pelaku usaha ritel waserda dan pedagang pasar
tradisional terhadap keberadaan pasar modern termasuk dalam kategori tinggi. (3)
Keberadaan pasar modern berdampak negatif pada omset (24% dan 16,3%),
pendapatan (30% dan 29%) usaha ritel waserda dan pedagang pasar tradisional. (4)
Upaya yang dilakukan pelaku usaha ritel waserda dan pedagang pasar tradisional untuk
mempertahankan eksistensi usahanya sangat minim,, misalnya hanya dengan
menurunkan harga jual beberapa jenis barang.
6. Selly Efriani (2014)
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet
pedagang di pasar tradisional, serta persaingan dan kinerja pedagang juga karakteristik
pedagang di Kota Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired
sample t-test dan ordinal logistic regression. hasil Ordinal logistic regression
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang di
pasar tradisional adalah pendidikan, jumlah pembeli, diversifikasi produk dan jarak.
25
Faktor lain yang memengaruhi yaitu jenis komoditi utama yang dijual pedagang di
mana pedagang yang menjual produk segar dan produk olahan memiliki peluang
meningkatan omzet dibanding pedagang komoditi lain.
26
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
No Penulis dan
Tahun
Judul Variabel Alat analisis Hasil Penilitian
1 Pardiana
Wijayanti
(2011).
Skripsi,
Fakultas
Ekonomi,
Universitas
Diponegoro
Analisis Pengaruh
Perubahan
Keuntungan Usaha
Warung
Tradisional
Dengan
Munculnya
Minimarket (Studi
Kasus Di
Variabel
independen (X),
omset penjualan,
jarak, dan
diversifikasi
produk.
Variabel Dependen
(Y) perubahan
Penelitian ini
menggunakan analisis
regresi berganda dengan
pendekatan Ordinary Least
Square (OLS)
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
perubahan omset penjualan dan jarak
berpengaruh signifikan terhadap perubahan
keuntungan usaha. Sedangkan diversifikasi
produk tidak berpengaruh signifikan
terhadap perubahan keuntungan usaha
warung tradisional
27
Kecamatan
Pedurungan Kota
semarang)
keuntungan usaha
warung tradisional.
2 Reza Haditya
Raharjo
(2015).
Skripsi,
Fakultas
Ekonomi,
Universitas
Diponegoro.
Analisis Pengaruh
Keberadaan
Minimarket
Modern terhadap
Kelangsungan
Usaha Toko
Kelontong Di
sekitarnya (Studi
Kasus Kawasan
Semarang Barat,
Banyumanik,
Keuntungan, Omset
Penjualan, Jumlah
Pembeli, Jumlah
Jam Kerja.
Penelitian ini digunakan
alat analisis Uji validitas
dan Reabilitas untuk
mengukur keakuratan
kuesioner yang disebar,
dan uji beda berhubungan
(paired t-test) guna
mengetahui apakah
terdapat perbedaan akibat
dampak adanya
Hasil uji validitas dan reabilitas
menunjukan bahwa kuesioner yang disebar
kepada 15 responden valid dan reliabel.
Pada hasil uji beda berpasangan (paired
sampel t-test) dari 90 responden
berdasarkan 3 kecamatan yang diteliti
terlihat bahwa tingkat signifikansi yang
menunjukkan <0,05 artinya terdapat
dampak yang cukup signifikan, yaitu ada
perubahan tingkat omset, keuntungan,
jumlah pembeli, dan jam buka toko akibat
28
Pedurungan Kota
Semarang)
minimarket modern
tersebut.
dari munculnya minimarket modern di
sekitar tempat berdirinya toko kelontong
tersebut.
3 Fatmawati
(2014).
Skripsi,
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis,
Universitas
Hasanudin
Analisis Dampak
Keberadaan Pasar
Modern Terhadap
Pedangang Pasar
Tradisional Di
Kabupaten Maros
Jumlah pelanggan,
Pendapatan, Tenaga
Kerja
Analisis data yang
digunakan dalam penelitian
ini adalah Chi square untuk
menguji perbedaan jumlah
pelanggan, pendapatan dan
tenaga kerja tiap jenis
pedagang pasar tradisional
sebelum dan setelah
adanya pasar modern.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan jumlah pelanggan,
pendapatan, dan tenaga kerja sebelum dan
setelah adanya pasar modern.
4 I Gusti
Agung Ayu
Analisis Faktor
Ketahanan
Variabel dependen
(Y), Ketahanan
Penelitian ini
menggunakan analisis
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan
dengan teknik SEM menunjukkan bahwa
29
Rai Yudhi
Astiti, I
Ketut
Sudibia, I
Ketut
Djayastra
(2016).
Jurnal
Buletin Studi
Ekonomi
Vol, 21, No
2. Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis,
Pedagang Warung
Tradisional
Menghadapi
Pesaing
Minimarket Di
Kabupaten
Badung
pedagang warung
tradisional. Variabel
Independen (X),
Faktor internal dan
Faktor eksternal
pedagang warung
tradisional.
deskriptif dan inferensial
dengan teknik structural
equation modeling (SEM)
faktor eksternal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan pedagang
warung tradisional, faktor internal juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan pedagang warung tradisional di
Kabupaten Badung.
30
Universitas
Udayana.
5 Eka Yuliasih
(2013).
Skripsi,
Fakultas
Ekonomi,
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Studi Eksplorasi
Dampak
Keberadaan Pasar
Modern Terhadap
Usaha Ritel
Waserda Dan
Pedagang Pasar
Tradisional Di
Kecamatan
Klirong
Kabupaten
Kebumen
keberadaan pasar
modern, usaha ritel
waserda dan
pedagang pasar
tradisional.
Teknik analisis data yang
digunakan adalah (1)
Analisis kuantitatif
menggunakan persentase
(%), rerata atau mean (M),
dan penghitungan Mean
Ideal (Mi). (2) Analisis
Kualitatif dilakukan
melalui tiga komponen
berurutan, yaitu reduksi
data (data reduction),
penyajian data (data
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Impelementasi peraturan pemerintah
tentang pasar modern tidak berjalan
semestinya. (2) Persepsi negatif pelaku
usaha ritel waserda dan pedagang pasar
tradisional terhadap keberadaan pasar
modern termasuk dalam kategori tinggi. (3)
Keberadaan pasar modern berdampak
negatif pada omset (24% dan 16,3%),
pendapatan (30% dan 29%) usaha ritel
waserda dan pedagang pasar tradisional. (4)
Upaya yang dilakukan pelaku usaha ritel
31
display), dan penarikan
kesimpulan (conclusion
drawing).
waserda dan pedagang pasar tradisional
untuk mempertahankan eksistensi usahanya
sangat minim,, misalnya hanya dengan
menurunkan harga jual beberapa jenis
barang.
6
Selly Efriani
(2014).
Skripsi,
Fakultas
Ekonomi dan
Manajemen,
Institut
Pertanian
Bogor.
Dampak Ritel
Modern Terhadap
Omzet Pedagang
Pasar Tradisional
Di Kota Bogor
Variabel dependen,
perubahan omzet
pedagang sebelum
dan sesudah ada
ritel modern.
Variabel
independen,
karakteristik
pedagang
Dalam penelitian ini
menggunakan paired
sample t-test dan ordinal
logistic regression
Hasil ordinal logistic regression
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi perubahan omzet pedagang di
pasar tradisional adalah pendidikan, jumlah
pembeli, diversifikasi produk dan jarak.
32
C. Kerangka Berpikir
Di dalam suatu penelitian diperlukan adanya kerangka berpikir agar penelitian
yang dilakukan sesuai tujuan peneliti. Dalam tujuan penelitian telah diputuskan akan
meneliti mengenai pengaruh perkembangan minimarket terhadap kelangsungan usaha
warung tradisional dengan mengetahui bagaimana strategi mereka agar dapat bersaing
dan bagaimana cara mereka bertahan dalam menghadapai persaingan dengan
minimarket dan mengetahui bagaimana prospek warung tradisional di masa datang.
Dalam penelitian ini, kerangka berpikir terbagi menjadi dua, yaitu kerangka berpikir
secara khusus dan kerangka berpikir secara umum. Berikut ini adalah kerangka berpikir
penelitian :
1. Kerangka Umum
Kerangka berpikir secara umum menggambarkan isi penelitian secara
keseluruhan. Perkembangan minimarket di Kota Tangerang Selatan bertumbuh
secara pesat dari tahun 2012-2015. Perkembangan minimarket juga terjadi di
Kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan di
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong
Utara. Perkembangan minimarket yang terjadi di 3 Kecamatan tersebut
dikhawatirkan berdampak pada kelangsungan usaha warung tradisional. Hal ini
dikarenakan perkembangan minimarket bertumbuh secara pesat dan
seharusnya tidak mematikan pedagang kecil yang terdapat di wilayah tersebut.
Seperti yang disebutkan dalam peraturan walikota Kota Tangerang Selatan No
33
2 Tahun 2013 dalam pasal 10 menyebutkan bahwa pendirian minimarket baik
yang berdiri sendiri maupun yang terintegerasi dengan pusat perbelanjaan atau
bangunan lain wajib memperhatikan keberadaan pasar tradisional dan
warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil.
Hal ini yang dikhawatirkan akan berdampak pada kelangsungan usaha
warung tradisional. dari perkembangan minimarket yang terjadi di Kecamatan
Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong Utara
nantinya akan diketahui bagaimana strategi pemilik warung tradisional agar
dapat bersaing, bagaimana cara bertahan warung tradisional dalam menghadapi
persaingan dengan minimarket dan bagaimana prospek warung tradisional di
masa datang.
34
Tabel 2.2
Kerangka umum
Pengaruh Perkembangan Minimarket Terhadap Kelangsungan
Usaha Warung Tradisional dan Strategi Warung Tradisional Agar
Dapat Bersaing dan Bertahan Hidup
Latar Belakang:
Terjadinya perkembangan minimarket di Tangerang Selatan khususnya di
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong
Utara dikhawatirkan kelangsungan usaha warung tradisional tidak berjalan.
Variabel Penelitian:
1. Perkembangan Minimarket
2. Kelangsungan Usaha Warung Tradisional
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana strategi pemilik warung tradisional agar dapat
bersaing dengan minimarket ?
2. Bagaimana cara bertahan warung tradisional dalam menghadapi
persaingan dengan minimarket ?
3. Bagaimana prospek warung tradisional di masa datang?
35
2. Kerangka Berpikir Khusus
Terdapat dua hal yang diteliti dalam penelitian ini, strategi bersaing dan
cara bertahan warung tradisional dalam menghadapi persaingan dengan
minimarket. Perkembangan minimarket mempengaruhi kelangsungan usaha
warung tradisional dan muncul strategi bersaing dan cara bertahan warung
tradisional. Untuk mempermudah penelitian, maka skema kerangka berpikir
tersebut digambarkan sebagai berikut
Tabel 2.3
Kerangka Berpikir Khusus
Warung
Tradisional Minimarket
1. Harga
2. Pelayanan
3. Variasi produk
4. Kenyamanan
5.Waktu
buka/tutup
PERBANDINGAN USAHA
Strategi
Bersaing
Strategi
Bertahan
36
D. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang akan
dilakukan didalam penelitian (Subagyo, 2004:15). Dalam penelitian ini, berdasarkan
rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka disusun hipotesis kerja dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Warung tradisional belum mempunyai strategi yang mampu untuk bersaing dengan
minimarket
2. Warung tradisional belum mendapatkan cara untuk dapat bertahan dalam
menghadapi persaingan dengan minimarket
3. Warung tradisional tidak mempunyai prospek dan cenderung bangkrut di masa
datang.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup adalah batasan yang memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitian agar hasil penelitian menjadi efektif dan efisien. Tanpa adanya ruang
lingkup, proses penelitian akan memakan waktu yang lama dan masalah yang diteliti
tidak mempunyai batasan. Ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini adalah
perkembangan minimarket terhadap kelangsungan usaha warung tradisional dengan
mengetahui strategi warung tradisional agar dapat bersaing dengan minimarket dan
cara bertahan warung tradisional dalam menghadapi persaingan dengan minimarket.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan
Kecamatan Serpong Utara.
Dalam penelitian ini terdapat variabel terikat (variabel dependen) yaitu
kelangsungan usaha warung tradisional dan variabel bebas (variabel independen) yaitu
perkembangan minimarket.
Objek penelitian ini adalah pemilik warung tradisional yang berada di
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong Utara.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari perkembangan minimarket
terhadap kelangsungan usaha warung tradisional.
38
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi (Arikunto, 1996:115). Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:118). Sedangkan
Sampling adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi yang akan dipelajari.
Sampel yang baik adalah sampel yang representatif, dengan arti bahwa sampel tersebut
mewakili populasinya. Semakin representatif sampel yang digunakan , semakin baik
pula kualitas hasil penelitian yang dihasilkan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2008:63). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah
pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2008:64).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 30 sampel yang menjadi
objek penelitian adalah warung tradisional yang berada di Kota Tangerang Selatan dan
tepatnya ada di Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan
Serpong Utara. Dari masing-masing kecamatan di ambil 10 sampel.
39
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan hasil informasi, baik informasi berupa
keterangan langsung dari responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik
dalam bentuk statistic, jurnal, buku ataupun dalam bentuk lainnya. Setelah memiliki
kriteria sampel penelitian yang sesuai, peneliti melakukan beberapa tahapan dalam
pengumpulan data agar hasil yang didapatkan terlampir secara lengkap. Berikut ini
adalah tahapan pengumpulan data yang dilakukan :
1. Preliminary Study
Tujuan dilakukannya preliminary study dalam penelitian ini adalah untuk
meninjau dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan kelangsungan usaha
warung tradisional dan strategi yang dilakukan pemilik warung tradisional di
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong Utara.
Preliminary study yang dilakukan untuk mendapatkan kesan pertama dan
permasalahan untuk diteliti lebih lanjut. Dalam penelitian ini dilakukan melalui
tinjauan literature dan observasi lapangan.
Tinjauan literature diperoleh melalui jurnal digital, berita digital, dan bahan
bacaan lainnya yang berkaitan dengan kelangsungan usaha warung tradisional dan
strategi yang dilakukan pemilik warung tradisional.
40
2. Studi Lapangan
Setelah melakukan preliminary study, selanjutnya dilakukan riset lapangan
untuk mengumpulkan data lebih rinci. Berikut ini beberapa cara pengumpulan data
lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini :
a. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data
dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian
yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang
kondisi objek penilitian tersebut (Siregar, 2011:134).
Lokasi observasi pun berbeda-beda namun tetap dalam wilayah Kota
Tangerang Selatan. Peniliti melakukan observasi di beberapa warung tradisional di
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong Utara.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (Siregar, 2011:130).
Objek wawancara dalam penelitian adalah pemilik warung tradisional di
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong Utara.
41
Wawancara dilakukan pada bulan april 2018 dan materi wawancaranya mengenai
strategi bersaing dan bertahan warung tradisional dan prospek di masa datang.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan
analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang
utama didalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh
sistem yang sudah ada (Siregar, 2011:132).
Pengisian angket penelitian yang baik diisi oleh responden tanpa campur tangan
peneliti. Untuk menghindar hasil yang objektif jika melihat kondisi responden yang
kurang memahami item pertanyaan, maka peneliti membantu responden dalam
pengisian angket penelitian. Aspek dalam kuesioner di penelitian ini adalah harga,
pelayanan, variasi produk, kenyaman dan waktu.
3. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari jenis data yang berbeda,
berikut ini adalah jenis data dan cara memperoleh data penelitian :
1. Data primer
Data primer dalam penelitian ini didapat berdasarkan jawaban dari responden
dari alat penelitian berupa kuesioner yang telah disusun secara sistematis. Kuesioner
yang dimaksud berisi beberapa pertanyaan yang terkait dengan keterangan dari
42
responden yang sudah menjadi kriteria peneliti. Kuesioner tersebut kemudian disebar
kepada responden dengan menggunakan teknik wawancara langsung untuk
mempermudah pengisian dan penjelasan pertanyaan-pertanyaan yang peniliti ajukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin,2010:122). Terdapat dua
macam data sekunder dalam penelitian ini, yaitu:
a). Printed Resource (sumber yang tercetak)
Data dari buku dan artikel dalam bentuk cetakan digunakan sebagai data
sekunder dalam penelitian ini.
b). Digital Resource (sumber digital)
Data sekunder dalam bentuk digital diperoleh melalui website terkait, jurnal
digital, berita digital dan bahan bacaan lainnya dalam bentuk digital.
D. Metode Analisis Data
Data kuesioner yang telah terkumpul setelah penyebaran dikelompokkan dan
dibersihkan (cleaning) sehingga menjadi informasi yang mudah dikenali dan layak
untuk dianalisis yang nanti pada akhirnya dapat dijadikan dasar pengambilan
kesimpulan. Pengolahan dan analisis data untuk melihat korelasi dilakukan dengan
bantuan software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.
43
Analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif
yang dikemukakan dengan cara penyajian data menggunakan distribusi frekuensi.
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum (Sugiyono, 2008:29).
Penelitian ini yang menggunakan distribusi frekuensi adalah usia responden,
jenis kelamin responden, pendidikan terakhir responden, hasil penjualan per hari
warung tradisional sebelum adanya minimarket, hasil penjualan warung tradisional per
hari setelah adanya minimarket, strategi warung tradisional agar dapat bersaing dengan
minimarket, cara bertahan warung tradisional dalam menghadapi persaingan dengan
minimarket.
E. Operasional Variabel
Operasional variabel adalah definisi variabel yang terdapat di dalam penelitian
sehingga menjadi faktor-faktor yang dapat diketahui pengaruhnya dan untuk
menentukan skala pengukuran variabel tersebut. Pada bagian ini akan diuraikan
definisi dari masing-masing variabel penelitian yang digunakan, berikut operasional
variabel yang digunakan. Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
44
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kelangsungan usaha warung tradisional di 3 Kecamatan Kota
Tangerang Selatan.
2. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat),
(Sugiyono,2008:4). Variabel independen dalam penelitian ini adalah perkembangan
minimarket.
45
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kondisi Geografis dan Administratif Kota Tangerang Selatan
Gambar 4.1
Kota Tangerang Selatan dan sekitarnya
Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka 2017
Kota Tangerang Selatan merupakan kota termuda yang resmi memisahkan diri sejak
tahun 2008 dari Kabupaten Tangerang, terletak di bagian timur Provinsi Banten dengan
luas wilayah 147.19 kilometer persegi (km2) atau sebesar 1.63 persen dari luas wilayah
46
yang ada di Provinsi Banten. Sedangkan secara administratif Kota Tangerang Selatan
memiliki 7 Kecamatan, dan 54 Kelurahan. 7 Kecamatan yang berada di Kota
Tangerang Selatan yaitu : Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong, Kecamatan
Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pondok Aren,
Kecamatan Serpong Utara. Berikut persentase luas wilayah per kecamatan yang ada
di wilayah Kota Tangerang Selatan yang digambarkan dalam diagram dibawah ini.
Gambar 4.2
Persentase Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan per Kecamatan
Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka 2017
Dari gambar diagram di atas, menunjukkan kecamatan terluas di Kota
Tangerang Selatan adalah Kecamatan Pondok Aren dengan luas wilayah mencapai
20.30% dari total luas wilayah yang ada di Kota Tangerang Selatan. Kecamatan terluas
yang kedua adalah Kecamatan Pamulang dengan luas wilayah mencapai 18.22%. Dan
10.06%
16.33%
18.22%
12.49%
10.48%
12.12%
20.30%Setu
Serpong
Pamulang
Ciputat
Ciputat Timur
Serpong Utara
Pondok Aren
47
luas wilayah yang terkecil dari seluruh total luas wilayah Kota Tangerang Selatan
adalah Kecamatan Setu yang luasnya 10.6%.
Kota Tangerang Selatan mempunyai jumlah penduduk sebanyak 1.593.812
jiwa, yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 802.908 jiwa dan jumlah perempuan
sebanyak 790.904 jiwa. Tabel 4.1 Akan menjelaskan jumlah penduduk menurut
Kecamatan di Kota Tangerang Selatan.
Tabel 4.1
Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan
Sumber: Kota Tangerang Selatan Dalam Angka 2017
No Kecamatan Jumlah Penduduk
1 Setu 83.777
2 Serpong 177.677
3 Pamulang 341.968
4 Ciputat 232.559
5 Ciputat Timur 206.729
6 Pondok Aren 379.553
7 Serpong Utara 171.749
48
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan jumlah penduduk per Kecamatan yang
ada di Kota Tangerang Selatan. dari tabel berikut menunjukkan bahwa Kecamatan
Pondok Aren memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu sebanyak 379.553
jiwa dan yang paling sedikit yaitu Kecamatan Setu sebanyak 83.777 jiwa.
2. Perkembangan Minimarket Di Kota Tangerang Selatan
Perkembangan minimarket di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2012-2015
selalu mengalami peningkatan, seperti yang sudah di jabarkan pada BAB I mengenai
perkembangan minimarket dari tahun 2012 yang berjumlah 310 unit dan selalu
meningkat sampai tahun 2015 yaitu berjumlah 450 unit minimarket. Perkembangan
minimarket ini menyebar ke seluruh Kecamatan yang berada di Kota Tangerang
Selatan. di dalam penelitian ini di ambil 3 Kecamatan yang berada di Kota Tangerang
Selatan yaitu Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan
Serpong Utara. Jumlah minimarket yang berada di 3 Kecamatan tersebut pada tahun
2013 yaitu pada Kecamatan Pondok Aren berjumlah 68 unit, di Kecamatan Ciputat
Timur berjumlah 41 unit dan di Kecamatan Serpong Utara berjumlah 67 unit.
Berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang Selatan No 2 Tahun 2013 tentang
petunjuk teknis penataan, dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko
modern. Peraturan walikota ini dibuat untuk mengatur tempat pendirian minimarket
yang bertujuan menumbuhkan dan tidak mematikan pedagang kecil dengan tersebar
luasnya minimarket saat ini. Seperti yang disebutkan dalam Peraturan Walikota Kota
Tangerang Selatan No 2 Tahun 2013 dalam pasal 10 menyebutkan bahwa pendirian
49
minimarket baik berdiri sendiri maupun yang terintigrasi dengan pusat perbelanjaan
atau bangunan lain wajib memperhatikan keberadaan pasar tradisional dan
warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil daripada minimarket tersebut. Namun
dalam keberadaan bahwa banyak minimarket yang berdiri dekat dengan warung
tradisional yang membuat para pemilik warung tradisional harus dapat bersaing dan
bertahan dengan minimarket agar usahanya akan terus berjalan.
3. Karakteristik Pemilik/Penjaga Usaha Warung Tradisional
Pemilik warung tradisional yang berada di Kota Tangerang Selatan khususnya
yang berada di Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan
Serpong Utara harus dapat bersaing dan bertahan dengan minimarket yang semakin
meningkat disetiap tahunnya. Sebelum membahas strategi usaha warung tradisional,
saya sebagai peneliti akan mendeskripsikan mengenai data dan identitas responden
yang sebagai objek penelitian ini.
a. Deskripsi usia responden
Berdasarkan usia yang menjadi responden dari objek penelitian ini, yang
berusia 20-29 tahun berjumlah 8 orang dan yang menjadi responden dalam usia 20-29
tahun, rata-rata mereka menjadi karyawan yang bekerja di warung tradisional tersebut
dan gaji untuk karyawannya adalah sistem bagi hasil tergantung hasil penjualan yang
didapat dari warung tradisionalnya. Rata-rata mereka di bayar sebesar Rp. 1.000.000-
2.000.000 per bulan dan bekerja selama 8-10 jam setiap harinya. Para pemilik warung
50
tradisional yang menggunakan karyawan, mempekerjakan karyawan tersebut pada
malam hari sampai waktu 05:00 WIB. Namun juga terkadang bergantian, karyawan
yang menjaga warung pagi hari dan pemilik pada malam hari.
Pada usia 30-39 berjumlah 14 orang dan usia 40-49 berjumlah 8 orang. Mereka
rata-rata adalah pemilik asli warung tradisional tersebut, para pemilik usaha warung
tradisional tersebut ada yang buka warung 24 jam dan ada yang buka dari jam 05:00 –
02:00 WIB. Alasan para pemilik warung tradisional ini tidak menggunakan karyawan,
karena mereka mengandalkan pendapatan dari hasil penjualan warung tradisionalnya
yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari hanya dari usaha warung ini saja. Lalu
mereka menjelaskan jika tidak menggunakan karyawan mereka tidak akan pusing
untuk membayar karyawan yang mereka pekerjakan tersebut. Berikut tabel 4.2 yang
menjelaskan usia responden.
51
Tabel 4.2
Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase
20 - 29 8 26.7 %
30 – 39 14 46.7 %
40 – 49 8 26.7 %
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer (diolah)
b. Deskripsi jenis kelamin responden
Jenis kelamin pada responden yang menjadi objek penelitian ini yaitu
berjumlah 30 orang, jenis kelamin laki-laki sebanyak 46.7% atau berjumlah 14 orang
dan perempuan sebanyak 53.3% atau berjumlah 16 orang. Yang paling mendominasi
pada jenis kelamin responden adalah perempuan. Diantara mereka khususnya laki-laki
beberapa dari mereka adalah karyawan yang menjaga warung tradisional. Berikut tabel
4.3 yang menjelaskan jenis kelamin responden.
52
Tabel 4.3
Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 14 46.7 %
Perempuan 16 53.3 %
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer (diolah)
c. Deskripsi pendidikan terakhir responden
Pendidikan terakhir para responden yang berjumlah 30 orang rata- rata dari
mereka pendidikan terakhir yang hanya tamat SMP sebanyak 23.3% atau berjumlah 7
orang dan SMA sebanyak 76.7% atau berjumlah 23 orang. Diantara mereka ada yang
sebagai pemilik warung tradisional da ada yang sebagai karyawan yang menjaga
warung tradisional. Berikut tabel 4.4 yang menjelaskan pendidikan terakhir responden.
53
Tabel 4.4
Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase
SMP 7 23.3 %
SMA 23 76.7 %
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer (diolah)
d. Deskripsi hasil penjualan
Hasil penjualan yang didapat dari usaha warung tradisional di bagi menjadi dua
yaitu ada hasil penjualan sebelum adanya minimarket dan hasil penjualan setelah
adanya minimarket. Hasil penjualan yang didapat warung tradisional ini adalah hasil
penjualan setiap harinya. Dari hasil angket dan wawancara terhadap responden, hasil
penjualan per hari warung tradisional sebelum adanya minimarket sebanyak 63.3%
warung tradisional atau berjumlah 19 usaha warung tradisional yang mendapatkan
hasil penjualan per harinya berjumlah Rp 1.000.000 – 2.000.000. Lalu yang
mendapatkan hasil penjualan per harinya yang berjumlah Rp 2.999.999 – 4.000.000
sebanyak 11 warung tradisional atau sebesar 36.7 % dari total responden yang
berjumlah 30. Dari hasil penjualan per hari yang didapat pengusaha warung tradisional
sebelum adanya minimarket tergolong cukup lumayan. Karena jika di total dalam
sebulan penghasilan mereka bisa mencapai sekitar Rp 30.000.000 – 40.000.000 setiap
bulannya. Dari penghasilan tersebut pengusaha warung tradisional ini cukup untuk
54
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memutar uang tersebut untuk modal renovasi
warung ataupun membeli barang yang akan dijual di warung dan membayar karyawan
jika memiliki karyawan. Berikut tabel 4.5 yang menjelaskan hasil penjualan per hari
warung tradisional sebelum adanya minimarket.
Tabel 4.5
Hasil penjualan per hari warung tradisional sebelum adanya minimarket
Hasil penjualan Frekuensi Persentase
Rp. 1.000.000 – 2.000.000 19 63.3 %
Rp. 2.999.999 – 4.000.000 11 36.7 %
Total 30 100 %
Sumber: Data primer (diolah)
Dari hasil angket dan wawancara terhadap responden, menunjukkan bahwa
hasil penjualan per hari warung tradisional mengalami penurunan. Biasanya mereka
bisa mendapatkan hasil penjualan Rp 1.000.000 – 4.000.000 setiap harinya, kini
mengalami penurunan. Hasil penjualan per hari warung tradisional setelah adanya
minimarket berjumlah kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 13 warung tradisional atau
sebesar 43.3 % dari total warung tradisional yang menjadi responden. Lalu yang
mendapatkan hasil penjualan per hari setelah adanya minimarket yang berjumlah Rp
1.000.000 – 2.000.000 sebanyak 17 warung tradisional atau sebesar 56.7 %. Berikut
tabel 4.6 yang menjelaskan hasil penjualan per hari warung tradisional setelah adanya
minimarket.
55
Tabel 4.6
Hasil penjualan per hari warung tradisional setelah adanya minimarket
Hasil penjualan Frekuensi Persentase
<Rp 1.000.000 13 43.3 %
Rp 1.000.000 – 2.000.000 17 56.7 %
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer (diolah)
Menurut responden penurunan hasil penjualan warung tradisional mereka
setiap harinya disebabkan para konsumen saat ini beralih berbelanja barang kebutuhan
sehari-hari mereka ke minimarket dibandingkan ke warung tradisional, walaupun tidak
seluruh konsumen yang beralih berbelanja dari warung tradisional ke minimarket
namun hal ini cukup mempengaruhi hasil penjualan mereka setiap harinya. Padahal
berbelanja di warung tradisional konsumen mendapatkan kemudahan dan keringanan.
Kemudahan dan keringanan konsumen berbelanja di warung tradisional menurut
responden, para konsumen dapat membeli barang yang diinginkan secara “ketengan”.
Seperti membeli rokok, para konsumen dapat membeli 1 batang rokok saja, sedangkan
di minimarket harus beli 1 bungkus. Dan keringanan yang didapat jika berbelanja di
warung tradisional yaitu konsumen yang sudah saling kenal dengan pemilik/penjaga
warung tradisional, konsumen dapat berhutang ketika konsumen tidak mempunyai
uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari pengalaman dari responden, mereka
menyatakan bahwa mereka tidak enak kalau tidak boleh berhutang, karena mereka juga
56
merasakan kalau tidak punya uang. Dan dari pengalaman mereka konsumen yang
berhutang pasti selalu dikembalikan ketika konsumen tersebut sudah mempunyai uang
untuk membayar.
Menurut para responden warung tradisional kalah saing dengan minimarket
hanya dari kenyamanan dan variasi atau kelengkapan produk saja. Kalau dari segi
kenyamanan minimarket unggul karena mereka memakai pendingin ruangan (AC),
sedangkan warung tradisional tidak. Dan kalau dari variasi atau kelengkapan produk
sebenernya dari minimarket dan warung tradisional hampir sama, yang membedakan
minimarket memiliki modal besar yang membuat mereka bisa melengkapi produknya
sedangkan warung tradisional tidak memiliki modal yang besar. Karena tidak memiliki
modal yang tidak terlalu besar para pemilik usaha warung tradisional mengatasinya
yaitu dengan cara membeli barang yang hanya sering dibeli konsumen saja, agar cepat
laku dan perputaran uangnya berjalan dengan lancar.
Dari segi harga warung tradisional tidak kalah dengan minimarket, bahkan
menurut responden harga yang ditawarkan di warung tradisional mereka lebih murah
dibandingkan harga yang ada di minimarket, karena menurut mereka minimarket harus
membayar listrik yang lebih besar karena ada pendingin ruangan (AC) dan membayar
karyawan yang rata-rata mereka memiliki karyawan kurang lebih 5 orang di setiap
minimarket. Hal itu yang membuat responden menyatakan bahwa harga yang
ditawarkan di warung tradisional mereka lebih murah dibandingkan dengan harga yang
ada di minimarket.
57
e. deskripsi jam buka dan tutup warung
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, menjelaskan bahwa warung
tradisional yang ada di Kota Tangerang Selatan khususnya di 3 Kecamatan yaitu
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong Utara
beberapa warung tradisional ada yang memiliki jam buka tutup warung yaitu ada yang
buka jam 05:00 s/d 00:00 WIB, lalu ada yang buka dari jam 05:00 s/d 02:00 WIB.
Berdasarkan dari hasil observasi selama penelitian, warung yang mempunyai jam buka
dan tutup biasanya mereka adalah pemilik warung tradisional yang berjaga bergantian
dengan suami atau istri dan anaknya. Namun ada juga pemilik warung tradisional yang
buka warung 24 jam. Alasan mereka buka warung 24 jam karena ingin mendapatkan
hasil penjualan yang lebih banyak.
Dari hasi penelitian selanjutnya bahwa warung tradisional yang berada di Kota
Tangerang Selatan dan khususnya di 3 Kecamatan yang menjadi objek penelitian yaitu
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Serpong Utara,
menjelaskan bahwa warung tradisional yang membuka warungnya 24 jam berjumlah
13 warung dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Warung yang buka
selama 24 jam biasanya warung tersebut memiliki karyawan yang bekerja sekitar 8-10
jam, menurut responden yang menjadi karyawan atau yang menjaga warung
tradisional, mereka menjaga warung tersebut bergantian dengan pemilik, namun
biasanya karyawan selalu dapet waktu menjaga pada malam hari sampai pagi hari. Dan
penghasilan yang mereka dapat, menurut responden hasil yang mereka dapat itu adalah
58
sistem bagi hasil. Dan perkiraan mereka setiap bulannya mereka akan dapat Rp
1.000.000 – 2.000.000 , tergantung hasil penjualan dari warung tradisional tersebut.
Namun tidak semua warung yang buka warungnya selama 24 jam memiliki karyawan,
beberapa warung yang buka 24 jam mereka adalah pemilik asli dari warung tradisional,
berikut contoh gambar yang menjadi contoh bahwa warung tradisional yang buka 24
jam namun ia adalah pemilik asli dari warung tradisional tersebut.
Disaat penulis sedang menyebar kuesioner pada ibu yang berusia 35 tahun asal
Madura dan memiliki 1 anak yang berusia kira-kira 7 tahun dan beliau adalah pemilik
usaha warung tradisional dengan pendidikan terakhir SMP. Beliau usaha warung
tradisional tersebut sudah berjalan hampir 3 tahun dan warung tersebut buka 24 jam
dan bergantian berjaga dengan suaminya pada malam hari sampai jam 05:00 WIB.
Hasil penjualan yang didapat dari usaha warung tradisional tidak tentu, kadang hampir
mencapai Rp. 2.000.000 kadang mencapai 3.000.000. dan hasil penjualan tersebut
beliau pakai untuk keperluan sehari-hari dan untuk membeli barang dagangan lagi.
Alasan beliau tidak memiliki karyawan adalah menurut beliau menjaga warung bisa
bergantian dengan suami, beliau menjaga dari pagi hari sampai menjelang malam hari
dan suaminya dari malam hari sampai pagi hari kembali. Daripada uang dari hasil
penjualan untuk membayar karyawan lebih baik uang dari hasil penjualan tersebut
mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan menjadi modal untuk membeli
barang-barang kembali yang akan dijual di warung tradisionalnya.
59
1. Strategi warung tradisional agar dapat bersaing dengan minimarket
Strategi warung tradisional agar dapat bersaing dengan minimarket, dari
jawaban yang telah diiisi oleh objek penelitian yaitu warung tradisional, ada 2 strategi
yang menurut mereka dapat bersaing dengan minimarket yaitu menarik simpati dari
setiap pembeli dan buka warung 24 jam.
Menurut pemilik warung tradisional yang dapat dilakukan oleh seluruh warung
tradisional agar dapat bersaing dengan minimarket yaitu menggunakan strategi
menarik simpati dari setiap pembeli, maksud dari strategi atau cara ini adalah setiap
konsumen yang datang ke warung tradisional, pemilik maupun penjaga selalu bersikap
ramah dan sopan kepada konsumen agar konsumen tersebut merasa nyaman dan
menimbulkan rasa akrab ketika berbelanja. Dengan cara tersebut menurut pemilik atau
penjaga warung tradisional dapat menarik simpati konsumen dan konsumen tersebut
mendapatkan kesan yang baik ketika berbelanja di warung tradisional.
Strategi yang terakhir menurut para pemilik ataupun penjaga warung tradisional
agar dapat bersaing dengan minimarket adalah dengan cara buka warung 24 jam, dari
hasil penelitian yang dilakukan, jumlah warung tradisional yang buka warung 24 jam
berjumlah 14 warung tradisional, menurut mereka dengan strategi ini bisa membuat
mereka bersaing dengan minimarket, Karena tidak banyak minimarket di sekitar
warung tradisional tersebut yang buka 24 jam. Hasil penjualan yang didapatkan dengan
buka warung 24 jam juga berbeda dengan tidak buka warung 24 jam, hasil penjualan
yang didapat lebih besar dibandingkan buka warung dari jam 05:00 – 02:00 WIB.
60
Menurut satu contoh pemilik warung tradisional yang buka 24 jam bahwa hasil
penjualan yang didapatkan oleh pemilik warung tradisional yang buka warung 24 jam
adalah sekitar Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 setiap harinya. Pemilik warung tradisional
tersebut berjaga bergantian dengan suaminya. Ibu yang menjadi responden berjaga
pada jam 05:00 – 21:00 WIB, sedangkan suaminya dari jam 21:00 – 05:00 WIB.
Namun ada juga pemilik warung tradisional yang buka 24 jam yang mempunyai
karyawan, dan bekerja sesuai dengan jadwal yang dikasih oleh pemilik warung
tradisional tersebut. Berikut tabel 4.7 yang menjelaskan strategi warung tradisional
agar dapat bersaing dengan minimarket.
Tabel 4.7
Strategi Warung Tradisional Agar Dapat Bersaing Dengan Minimarket
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Menarik simpati dari
setiap pembeli
16 53.3 53.3 53.3
Buka warung 24 jam 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data Primer (diolah)
Warung tradisional yang menggunakan strategi menarik simpati dari setiap
pembeli agar dapat bersaing berjumlah 16 warung tradisional. Dan yang buka warung
61
24 jam berjumlah 14 warung tradisional. Menurut pemilik ataupun penjaga yang
menjadi responden, menurut mereka kedua strategi ini membuat warung tradisional
dapat bersaing dengan minimarket.
2. Cara bertahan warung tradisional dalam menghadapi persaingan dengan
minimarket
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa cara
warung tradisional bertahan dalam menghadapi persaingan dengan minimarket adalah
dengan cara berjualan bensin eceran, berjualan pulsa elektrik dan beras. Dalam
berjualan bensin eceran, mereka membeli bensin sebanyak 20-30 liter, bensin tersebut
mereka taruh dibotol yang berukuran 1 Liter yang nantinya akan dijual kembali seharga
Rp 9.000 untuk premium dan Rp 10.000 untuk pertalite dan pertamax. Harga asli dari
SPBU untuk 1 liter premium adalah Rp 6.550 dan yang mereka jual per botolnya yaitu
Rp 9.000 per botol/liter, disetiap botol bensin premium yang terjual mereka mendapat
untung kurang lebih Rp 2.500. Penjualan botol bensin yang berisi premium, menurut
pemilik atau penjaga warung tradisional bensin eceran tersebut penjualan tidak
menentu terkadang terjual 3 botol dan kadang 8 botol setiap harinya, namun kadang
juga tidak ada yang terjual. Sedangkan untuk harga asli pertalite dan pertamax dari
SPBU sebesar Rp 7.800 per liter pertalite dan Rp 8.900 per liter untuk pertamax.
Mereka menjual bensin eceran yang berisi bensin pertalite dan pertamax sebesar Rp
10.000 per botol. Keuntungan yang mereka dapat dari berjualan bensin eceran yang
berisi pertalite dan pertamax kurang lebih sekitar Rp 1.000 – 2.200 per botolnya. Dari
62
hasil yang didapat, menurut pemilik atau penjaga warung tradisional, menurut penjual
bensin eceran yang berisi pertalite dan pertamax terkadang terjual 3 botol dan paling
banyak 10 botol bensin eceran yang berukuran 1 liter. Bensin eceran biasanya habis
paling cepat sekitar 10 hari dan paling lama bisa sampai 3 minggu dan mereka akan
membeli bensin ke SPBU ketika bensin eceran dalam botol sudah tersisa sedikit.
Menurut mereka jam yang ramai pembeli bensin eceran yaitu pada pagi hari tepatnya
jam 05:00 pagi, ketika pembeli ingin berangkat kerja dan pada malam hari ketika SPBU
terdekat sudah Tutup. Harga bensin eceran yang dijual di masing-masing warung
semuanya sama dengan harga Rp 9.000 untuk premium dan Rp 10.000 untuk pertalite
dan pertamax. Dari hasil berjualan bensin eceran tersebut, keuntungannya yang di
dapat bisa dipakai untuk menambahkan kebutuhan sehari-hari dan keseluruhannya buat
membeli bensin yang akan dijual lagi.
Cara bertahan warung tradisional selanjutnya agar dapat bertahan dalam
persaingan dengan minimarket adalah dengan cara berjualan pulsa elektrik. Berjualan
pulsa elektrik menurut pemilik warung tradisional merupakan cara agar mendapatkan
tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Keuntungan
yang didapat dari berjualan pulsa ini sebenernya tidak jauh beda dengan keuntungan
mereka berjualan bensin, namun kelebihan berjualan pulsa ini adalah konsumen dapat
membeli dengan cara menelfon penjual untuk membeli pulsa elektrik. Keuntungan
berjualan pulsa elektrik disetiap transaksinya mencapai Rp 1.500 – 2.000. Sebenarnya
penjual dapat menarik keuntungan yang lebih tinggi dari berjualan pulsa elektrik ini,
63
namun menurut mereka kalau jual terlalu mahal dari counter pulsa yang ada disekitar
nanti pulsa yang mereka jual tidak laku, jadi mereka mengikuti harga yang hampir sama
dengan counter pulsa. Menurut mereka biasanya yang beli pulsa di warung adalah
konsumen yang sudah mereka kenal ataupun orang-orang terdekat mereka, jarang
konsumen yang belum kenal tiba-tiba membeli pulsa di warung.
Modal pertama yang dikeluarkan untuk berjualan pulsa elektrik ini menurut
penjual bisa sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000 tergantung kita mempunyai modal
untuk berjualan pulsa elektrik ini. Biasanya untuk modal awal, karena untuk mencoba-
coba saja penjual mengeluarkan modal sebesar Rp 500.000. Penjual ingin tahu dahulu
apakah berjualan pulsa elektrik ini cepat laku atau tidak. Karena tujuan mereka
berjualan pulsa elektrik ini adalah untuk menambah pendapatan yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari. Tapi tidak semua warung tradisional berjualan pulsa elektrik.
Cara terakhir untuk warung tradisional bertahan dalam persaingan dengan
minimarket adalah berjualan beras. Menurut pemilik warung tradisional, kelebihan dari
warung tradisional itu adalah konsumen dapat membeli kebutuhan sehari-hari mereka
dengan membeli satuan ataupun literan. Seperti beras, konsumen dapat membeli beras
sekitar setengan liter ataupun satu liter tapi kalau di minimarket harus membeli 1
karung yang berukuran kecil ataupun besar setiap tipe beras yang dijual. Berjualan
beras sebenarnya untuk menambahkan pendapatan yang keuntungannya di lihat dari
modal mereka membeli beras dan hasil penjualan terakhir mereka setelah beras itu
habis. Beras yang mereka jual harganya tergantung dari kualitas beras yang dijual. Dan
64
disetiap warung tradisional harga beras dijual tidak selalu sama, tergantung keinginan
pemilik/penjual beras di warung tradisional tersebut, namun juga terkadang harga beras
tergantung adanya kenaikan harga beras disekitar. Beras yang dijual dari sekitar Rp
7500 - Rp 10.000/liter, dan ada yang dari harga Rp 8500 – Rp 10.000/liternya. Harga
tersebut masih harga normal sebelum adanya kenaikan harga beras. Jika harga beras
naik, menurut penjual/pemilik warung tradisional biasanya harga dari Rp 9000 – Rp
15.000/liternya.
Dari ketiga strategi bertahan warung tradisional dalam menghadapi persaingan
dengan minimarket, yaitu berjualan bensin eceran, berjualan pulsa elektrik dan
berjualan beras, menurut pemilik warung tradisional hanya untuk menambahkan
pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, karena dari
strategi ketiga tersebut menurut mereka dapat mencukupi dan bertahan dalam
menghadapi persaingan dengan minimarket. Karena minimarket tidak berjualan bensin
eceran, namun minimarket berjualan pulsa namun terkadang tidak bisa dibeli ketika
sudah tengah malam dan membelinya tidak bisa melalui telfon, kalau warung
tradisional jika konsumen sudah saling kenal membeli pulsa bisa melalui telfon dan
membayarnya bisa keesokan harinya. Lalu minimarket jual beras hanya 1 karung kecil,
sedang maupun besar. Sedangkan warung tradisional dapat membeli setengah liter
ataupun satu liter jika keperluan beras mendadak dan bisa juga berhutang. Banyak
kemudahan yang dirasakan konsumen ketika berbelanja di warung tradisional
dibandingkan dengan minimarket. Hal itu juga yang membuat warung tradisional tetap
65
bertahan dalam menghadapi persaingan dengan minimarket. Berikut tabel 4.8 yang
menjelaskan cara bertahan warung tradisional dalam menghadapi persaingan dengan
minimarket.
Tabel 4.8
Cara Bertahan Warung Tradisional Dalam Menghadapi Persaingan Dengan
Minimarket
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
untuk menambahkan
pendapatan melalui
jualan bensin eceran
dan beras
12 40.0 40.0 40.0
untuk menambahkan
pendapatan melalui
jual bensin eceran,
beras dan pulsa
18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data Primer (diolah)
66
Warung tradisional yang menggunakan cara bertahan dalam menghadapi
persaingan dengan minimarket dengan cara berjualan bensin eceran dan beras
berjumlah 12 warung, dan warung tradisional yang menggunakan cara bertahan dalam
menghadapi persaingan dengan minimarket dengan cara berjualan bensin eceran, pulsa
elektrik dan beras berjumlah 18 warung. Dengan cara tersebut menurut pemilik warung
tradisional dapat menambahkan pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
4. Bagaimana prospek warung tradisional di masa datang
Warung tradisional memiliki strategi bersaing dan bertahan dengan minimarket
agar kelangsungan usaha warung tradisional mereka dapat terus berjalan. Strategi
bersaing warung tradisional yaitu dengan cara menarik simpati dari setiap pembeli dan
buka warung 24 jam. Dengan strategi tersebut warung tradisional dapat bersaing karena
cara menarik simpati dari setiap pembeli dengan bersikap ramah dan sopan
menimbulkan rasa akrab kepada semua pembeli, lalu dengan buka warung 24 jam
membuat warung tradisional mendapatkan hasil penjualan yang lebih dibandingkan
tidak buka warung 24 jam.
Strategi atau cara bertahan warung tradisional menurut pemilik atau penjaga
yang menjadi responden yaitu dengan cara jual bensin eceran, jual pulsa elektrik dan
jual beras yang dapat dibeli konsumen secara literan. Cara bertahan warung tradisional
dengan cara berjualan bensin eceran sudah dijelaskan sebelumnya yaitu dijelaskan
bahwa minimarket tidak menjual bensin eceran, hal itu yang membuat cara bertahan
ini tepat, karena hasil keuntungan berjualan bensin eceran dapat menambahkan
67
pendapatan mereka yang bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari pemilik usaha
warung tradisional. Keuntungan dari hasil penjualan bensin eceran yang didapat
pemilik warung tradisional sekitar Rp 1.000 – Rp 2.200 per botolnya. Jadi cara bertahan
warung tradisional ini dengan berjualan bensin eceran cukup membantu untuk
menambahkan pendapatan pemilik warung tradisional.
Cara bertahan warung tradisional yang selanjutnya yaitu dengan cara berjualan
pulsa elektrik. Walaupun tidak semua warung tradisional yang berjualan pulsa elektrik,
namun menurut pemilik warung tradisional yang berjualan pulsa elektrik, keuntungan
yang didapat dari berjualan pulsa elektrik dapat menambahkan pendapatan mereka
yang bisa mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, mereka dapat mengeluarkan modal sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000
untuk membeli saldo pulsa elektrik dan setiap penjualan pulsa tersebut mereka
mendapatkan keuntungan sekitar Rp 1.500 – Rp 2.000. Walaupun keuntungan yang di
dapat tidak terlalu besar namun cara bertahan warung tradisional ini dapat
menambahkan pendapatan mereka yang mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari
dan tidak mengandalkan hasil penjualan dari penjualan barang yang dijual di warung
tradisionalnya saja. Minimarket juga berjualan pulsa elektrik namun kelebihan dari
warung tradisional yang mungkin dirasakan oleh pembeli adalah pembeli dapat
membeli pulsa elektrik lewat telfon ataupun sms dan cara lainnya jika pembeli dan
penjual sudah saling kenal dan pembeli bisa membayar keesokan harinya.
Cara bertahan yang terakhir adalah dengan berjualan beras secara literan.
Warung tradisional jual beras secara liter yang nantinya pembeli bisa membeli beras
68
tersebut secara liter dengan harga yang berbeda disetiap tipe beras yang dijual di
warung tradisional. Keuntungan yang didapat dengan berjualan beras literan ini tidak
dihitung, namun disetiap pembelian beras mereka selalu mereka gabung dengan hasil
penjualan barang yang lainnya yang ada diwarung tradisionalnya. Dengan berjualan
beras ini menurut para responden juga dapat membantu mereka untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka. Dan cara ini membuat warung tradisional tetap bertahan
karena warung tradisional selalu berusaha untuk memberikan kemudahan konsumen
untuk berbelanja di warung tradisional dibandingkan berbelanja di minimarket.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan minimarket
terhadap kelangsungan usaha warung tradisional dan mengetahui strategi warung
tradisional agar dapat bersaing dan bertahan dalam menghadapi persaingan dengan
minimarket di Kota Tangerang Selatan.
1. Strategi warung tradisional agar dapat bersaing dengan minimarket adalah
dengan cara menarik simpati dari setiap pembeli dan buka warung 24 jam. Cara
menarik simpati dari setiap pembeli dengan selalu ramah dan sopan kepada para
pembeli yang datang berbelanja ke warung tradisional sehingga menimbulkan
rasa akrab ketika berbelanja dan tidak akan beralih ke minimarket. Warung
dibuka 24 jam juga satu strategi bersaing dengan minimarket, karena tidak
semua minimarket di sekitar warung tradisional dibuka selama 24 jam.
2. Cara bertahan warung tradisional bersaing dengan minimarket yaitu dengan
cara berjualan bensin eceran, berjualan pulsa elektrik dan berjualan beras secara
literan. Maka warung tradisional dapat bertahan dalam menghadapi persaingan
dengan minimarket.
3. Adanya strategi bersaing dan bertahan warung tradisional dengan minimarket
maka warung tradisional di masa datang akan terus berjalan dan tidak bangkut.
Karena dengan strategi bersaing dan bertahan tersebut mereka sudah
70
mendapatkan hasil penjualan yang tetap dan mencukupi.. Dengan strategi
bersaing dan bertahan warung tradisional akan terus berlangsung di masa
datang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil lapangan,
peneliti mengharapkan penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya karena penelitian
ini masih terdapat kekurangan. Maka berikut beberapa saran peneliti:
1. Saran Praktis
Saran praktis ditujukan kepada pengambil kebijakan yang berhubungan dengan
Ritel tradisional dan Ritel modern. Karena semakin pesatnya perkembangan
minimarket di Kota Tangerang Selatan dikhawatirkan berdampak pada kelangsungan
usaha warung tradisional. Karena kemunculan minimarket saat ini sudah memasuki
wilayah yang sangat dekat dengan pemukiman masyarakat. Diharapkan pemerintah
Kota Tangerang Selatan lebih ketat dalam mengawasi penataan minimarket agar
pendirian minimarket memperhatikan keberadaan pasar tradisional ataupun warung
tradisional di sekitar yang lebih kecil daripada minimarket tersebut.
2. Saran Teoritis
Saran teoritis ditujukan kepada peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutanya
diharapkan dapat menambahkan indikator lain yang berhubungan dengan pengaruh
dari perkembangan minimarket terhadap kelangsungan usaha warung tradisional. Yang
71
nantinya mungkin dapat menemukan strategi baru agar warung tradisional selalu
bersaing dan bertahan dalam menghadapi persaingan dengan minimarket.
72
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, G & Kotler P. 1997. Prinsip-prinsip pemasaran. Cetakan Pertama, Jakarta:
Erlangga.
Arikunto,Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Eka Yuliasih. 2013. Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap
Usaha Ritel Waserda Dan Pedagang Pasar Traidisional Di Kecamatan
Klirong Kabupaten Kebumen. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.
Fatmawati. 2014. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Pedagang
Pasar Tradisional Di Kabupaten Maros. Makassar: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Hasanudin.
Hendri, Ma’ruf. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
I Gusti Agung Ayu Rai Yudhi Astiti, I Ketut Sudibia, I Ketut Djayastra. 2016. Analisis
Faktor Ketahanan Pedagang Warun Tradisional Menghadapi Pesaing
Minimarket Di Kabupaten Badung. Bali: Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol.
21, No 2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.
73
Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Indeks
Mudrajad, Kuncoro. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Jakarta: Erlangga
Priyatno,Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom.
Pardiana Wijayanti. 2011. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung
Tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus Di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang). Semarang: Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro.
Permendagri No 53 Tahun 2008 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar
tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.
Peraturan walikota Kota Tangerang Selatan No 2 Tahun 2013 tentang petunjuk teknis
penataan, dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko
modern.
Reza Haditya Raharjo. 2015. Analisis Pengaruh Keberadaan Minimarket Modern
Terhadap Kelangsungan Usaha Toko Kelontong Di Sekitarnya (Studi Kasus
74
Kawasan Semarang Barat, Banyumanik). Semarang: Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro.
Sujana, Asep ST. 2005. Paradigma Baru Dalam Manajemen Ritel Modern.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Subagyo, Pangestu. 2004. Statistik terapan. Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Selly Efriani. 2014. Dampak Ritel Modern Terhadap Omzet Pedagang Pasar
Tradisional Di Kota Bogor. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Tim Penyusun BPS Kota Tangerang Selatan. 2017. Kota Tangerang Selatan Dalam
Angka 2017. Tangerang Selatan: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan.
Sumber: https://tangselkota.bps.go.id/ ; diakses pada 10 Juni 2018.
75
Siregar,Syofian. 2013. “Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif”. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Utami, Christina Widya. 2006. Manajemen Ritel. Jakarta: Salemba Empat.
Utami, Christina Widya. 2008. Manajemen Ritel (strtategi dan implementasi ritel
modern. Jakarta: Salemba Empat.
76
LAMPIRAN – LAMPIRAN
77
LAMPIRAN 1
Foto Warung Tradisional di Kota Tangerang Selatan
78
LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PERKEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP
KELANGSUNGAN USAHA WARUNG TRADISIONAL DAN STRATEGI
WARUNG TRADISIONAL AGAR DAPAT BERSAING DAN BERTAHAN
HIDUP DI 3 KECAMATAN KOTA TANGERANG SELATAN SELATAN
Data Responden/usaha warung tradisional
Nama : (Tidak Wajib Diisi)
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
Usaha milik siapa :
No. Kuesioner :
Hari/Tanggal Observasi :
Lokasi :
79
Pertanyaan Penelitian
Petunjuk : Isilah dengan cara melingkari dan jelaskan sesuai dengan pendapat
anda di setiap pertanyaan sesuai dengan pendapat anda.
Perkembangan Minimarket
No Pertanyaan Jawaban
1 Ketika minimarket didirikan di
sekitar daerah sini, apakah ada
sosialisasi terlebih dahulu?
A. Iya
Jelaskan cara mereka sosialisasinya?
B. Tidak
2 Apakah warga sekitar ada yang
melakukan protes ke pihak
RT/RW, Kecamatan ataupun
aparat setempat saat pendirian
minimarket?
a. Iya
jika iya, berapa lama dan siapa saja yang
terlibat? Jelaskan
b. Tidak
3 Berapa hasil penjualan per
hari/sebulan warung tradisional
ini sebelum adanya
minimarket?
a. < 1.000.000
b. 1.000.000 - 2.000.000
c. 2.999.999 - 4.000.000
d. 4.999.999 – 6.000.000
e. 6.999.999 – 8.000.000
f. > 8.000.000
4 Berapa hasil penjualan per
hari/sebulan warung tradisional
ini setelah adanya minimarket?
a. < 1.000.000
b. 1.000.000 - 2.000.000
c. 2.999.999 - 4.000.000
d. 4.999.999 – 6.000.000
e. 6.999.999 – 8.000.000
f. > 8.000.000
80
5 Berapa jumlah konsumen
datang yang membeli di
warung bapak/ibu setiap
harinya?
a. 5 orang > 10 orang
b. 10 orang > 15 orang
c. 15 orang > 20 orang
d. 25 orang > 30 orang
e. lebih dari 30 orang
6 Apakah ada penurunan
konsumen setelah ada
minimarket? Jika ada berapa
persen penurunan
konsumennya?
a. 10% > 15 %
b. 15 % > 25%
c. 25% > 35%
d. 35% > 45 %
e. lebih dari 50%
7 Menurut bapak/ibu keunggulan
minimarket ada di segi apa?
a. Harga?
jelaskan : …
b. Pelayanan?
jelaskan : …
c. Variasi dan Kelengkapan produk?
jelaskan : …
d. Kenyamanan?
Jelaskan : …
81
Kelangsungan usaha warung tradisional
Harga
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah harga dagangan
kategori kopi dibawah ini yang
dijual di warung bapak/ibu
lebih murah dibandingkan
dengan minimarket?
1. ABC kopi susu/mocca
sachet 27g satu renteng
a. iya
b. tidak
2. Indocafe coffeemix.sachet
20g satu renteng
a. iya
b. tidak
3. Kapal api sp mix sachet 31g
satu renteng.
a. iya
b. tidak
4. Luwak white coffee sachet
satu renteng
a. iya
b. tidak
2. Apakah harga dagangan
kategori minuman jadi
botol/kaleng dibawah ini lebih
murah di warung bapak/ibu
dibandingkan dengan
minimarket?
1. Aqua botol 600ml
a. iya
b. tidak
2. Aqua botol 1L
a. iya
b. tidak
3. Vit botol 600ml
a. iya
b. tidak
4. Vit botol 1L
a. iya
b. tidak
82
5. Larutan Penyegar cap badak
kaleng 320ml
a. iya
b. tidak
6. Pocary sweat kaleng a. iya
b. tidak
3. Apakah harga dagangan
kategori gas elpiji (LPG 3
kg/12kg) yang dijual di
warung bapak/ibu lebih murah
dibandingkan dengan
minimarket?
a. iya
b. tidak
4. Apakah harga dagangan
kategori sabun dibawah ini
yang dijual di warung
bapak/ibu lebih murah
dibandingkan dengan
minimarket?
1.Sabun mandi merk lifeboy.
a. iya
b. tidak
2.Sabun mandi merk lux
a. iya
b. tidak
3.Sabun cuci merk rinso
a. iya
b. tidak
4.Sabun cuci merk daia
a. iya
b. tidak
5.Sabun cuci piring merk
sunlight
a. iya
b. tidak
6.Pasta gigi merk pepsodent
a. iya
b. tidak
7.Pasta gigi merk enzim
a. iya
b. tidak
5. Apakah harga dagangan
kategori keperluan dapur
dibawah ini yang dijual di
warung bapak/ibu lebih murah
dibandingkan dengan
minimarket?
83
1. Kecap ABC botol 150ml
a. iya
b. tidak
2. Kecap BANGO 275ml
a. iya
b. tidak
3. Penyedap Rasa Masako
a. iya
b. tidak
4. Penyedap Rasa Royco
a. iya
b. tidak
5. Penyedap Rasa Sasa a. iya
b. tidak
6 Apakah harga dagangan
kategori mie instan dibawah ini
yang dijual di warung
bapak/ibu lebih murah
dibandingkan dengan
minimarket?
1.Indomie
a. iya
b. tidak
2.Sedap
a. iya
b. tidak
3.Sarimi a. iya
b. tidak
7 Apakah harga dagangan
kategori jajanan ringan
dibawah ini yang dijual di
warung bapak/ibu lebih murah
dibandingkan dengan
minimarket?
1. Cheetos
a. iya
b. tidak
2. Chitato
a. iya
b. tidak
84
3. Lays
a. iya
b. tidak
4. Beng-beng a. iya
b. tidak
5. Biskuit Roma a. iya
b. tidak
6. Biskuit Better a. iya
b. tidak
8 Apakah harga dagangan
kategori susu dibawah ini yang
dijual di warung bapak/ibu
lebih murah dibandingkan
dengan minimarket?
1.Susu cap Frisian flag kaleng
a. iya
b. tidak
2.Susu cap Enaak kaleng
a. iya
b. tidak
3.Susu cap Indomilk kaleng
a. iya
b. tidak
4.Susu balita Dancow
a. iya
b. tidak
5.Susu balita Bebelac
a. iya
b. tidak
6.Susu balita SGM a. iya
b. tidak
9 Apakah harga dagangan
kategori keperluan bayi
dibawah ini yang dijual di
warung bapak/ibu lebih murah
dibandingkan dengan
minimarket?
a. iya
b. tidak
85
1. Pampers Mamypoko ukuran
S,M,L,XL
a. iya
b. tidak
2. Pampers Sweety ukuran
S,M,L,XL
a. iya
b. tidak
3. Minyak telon
a. iya
b. tidak
4. Bedak Bayi a. iya
b. tidak
10 Apakah harga dagangan
kategori rokok dibawah ini
yang dijual di warung
bapak/ibu lebih murah
dibandingkan dengan
minimarket?
1. Sampoerna mild
a. iya
b. tidak
2. Gudang Garam
a. iya
b. tidak
3. Marlboro
a. iya
b. tidak
4. Djisamsoe
a. iya
b. tidak
5. Djarum super a. iya
b. tidak
Pelayanan
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah di warung bapak/ibu
melayani konsumen yang ingin
berhutang?
a. iya
jika iya apa alasannya
b. tidak
86
2. Apakah jika ada yang
berhutang di kembalikan?
a. iya
b. tidak
jika tidak apa alasannya?
3. Apakah di warung bapak/ibu
bisa mendapatkan potongan
harga jika konsumen membeli
dengan jumlah banyak?
a. iya
b. tidak
4. Apakah di warung bapak/ibu
dapat membeli barang melalui
telfon dan dapat di antar
kerumah?
a. iya
b. tidak
5. Apakah di warung bapak/ibu
mengadakan promo ataupun
hadiah tertentu kepada
konsumen?
a. iya
b. tidak
Variasi/kelengkapan produk
No Pertanyaan Indikator
1 Apakah warung bapak/ibu
hanya menjual produk yang
sering dibeli oleh konsumen
saja?
a. iya
b. tidak
2 Apakah ketersediaan modal
menjadi kendala dalam hal
melengkapi produk yang ada di
warung bapak/ibu?
a. iya
b. tidak
3 Apakah bapak/ibu mempunyai
cara lain untuk melengkapi
barang yang ada di warung?
a. iya
jelaskan
b. tidak
87
Kenyamanan
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah di warung bapak/ibu
sangat mengutamakan
kesopanan/keramahan kepada
konsumen?
a. iya
b. tidak
2 Apakah warung bapak/ibu
kalah saing dalam
keramahan/kesopanan dengan
minimarket?
a. iya
b. tidak
3 Apakah bapak/ibu melakukan
pengelompokkan display
barang agar barang tersusun
dengan rapi?
a. iya
b. tidak
4 Apakah bapak/ibu pernah
melakukan renovasi warung
agar terlihat lebih luas dan
rapi?
a. iya
b. tidak
Waktu buka/tutup warung
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pengelolaan jam
buka/tutup warung sangat
penting menurut bapak/ibu?
a. iya
b. tidak
2 Warung bapak/ibu biasanya di
buka dan ditutup jamberapa?
Jelaskan
88
Strategi
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bertahan
warung tradisional dalam
menghadapi persaingan dengan
minimarket yang dimiliki oleh
bapak/ibu?
Jelaskan
2. Bagaimana strategi bapak/ibu
agar usaha warung tradisional ini
dapat bersaing dengan
minimarket?
a. harga yang lebih murah
b. menarik simpati dari setiap pembeli
c. mengadakan hadiah tertentu untuk
konsumen
d. buka warung 24 jam
89
LAMPIRAN 3
Strategi Warung Tradisional Agar Dapat Bersaing Dengan Minimarket
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Menarik simpati dari
setiap pembeli 16 53.3 53.3 53.3
Buka warung 24 jam 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Cara Bertahan Warung Tradisional Dalam Menghadapi Persaingan Dengan
Minimarket
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
untuk menambahkan
pendapatan melalui
jualan bensin eceran
dan beras
12 40.0 40.0 40.0
untuk menambahkan
pendapatan melalui
jual bensin eceran,
beras dan pulsa
18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0