PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM
PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING
TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING
BOER SELAMA SIMPAN DINGIN
SKRIPSI
Oleh :
Abdul Rhochim
NIM. 135050100111049
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB I
MATERI DAN METODE
1.1 Lokasi dan Waktu Praktikum
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi
dan Laboratorium Sumber Sekar Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya di Desa Sumber Sekar, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang pada 11 Desember 2016 sampai 31 Januari
2017.
1.2 Materi Praktikum (Semen Segar, Alat dan Bahan)
Materi penelitian yang digunakan yaitu semen segar
kambing Boer sebanyak 3 ekor yang berumur 3,5-4,5 tahun
dari Laboratorium Sumber Sekar Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya yang ditampung setiap seminggu dua
kali menggunakan metode vagina buatan. Persyaratan semen
segar yang digunakan yaitu semen yang mempunyai motilitas
individu ≥ 70% dan motilitas massa ≥ 2+. Kuning telur yang
digunakan adalah kuning telur segar ayam petelur dengan
umur telur < tiga hari berasal dari peternak ayam.
1.2.1 Prosedur Preparasi Pengencer (Dibuat Bagan)
80% Tris Aminomethane + 20% KT
Dihomogenisasi 10 menit menggunakan stirer
Disentrifugasi ke 1 : 1500 rpm selama 30 menit
Diambil supernatan
Disentrifugasi ke 2 : 1500 rpm selama 30
menit Diambil supernatan
P0: pengencer kontrol
1.2.2 Estimasi Kebutuhan Pengencer (Perhitungan)
1. P0 = 80% Tris Aminomethane + 20% KT, maka
volume yang dibutuhkan untuk 10 kali ulangan
adalah:
Pengencer V1
Estimasi:
Volume semen = 0,08 ml
Ulangan = 10 kali
a. 80% Tris Aminomethane =
80/100 × 0,08 × 10 = 0,64 ml
b. 20% KT (kuning telur) =
20/100 × 0,08 × 10 = 0,16 ml
Pengencer V2
Estimasi konsentrasi 3000 × 106 maka,
V. total = V. Semen segar × konsentrasi × 0,25
25 × 106
= 0,08 × 3000 × 106 × 0,25
25 × 106
= 2,4 ml
V2 = V. Total – V1
= 2,4 ml – 0,08 ml = 2,32 ml
a. 80% Tris Aminomethane = 80/100 ×
2,32 × 10 = 18,56 ml
b. 20% KT (kuning telur) = 20/100 ×
2,32 × 10 = 4,64 ml
2. P1 = 80% Tris Aminomethane (tanpa rafinosa) +
20% KT, maka volume yang dibutuhkan untuk 10
kali ulangan adalah:
Pengencer V1
Estimasi:
Volume semen = 0,08 ml
Ulangan = 10 kali
a. 80% Tris Aminomethane (tanpa rafinosa)
= 80/100 × 0,08 × 10 = 0,64 ml
b. 20% KT (kuning telur)
= 20/100 × 0,08 × 10 = 0,16 ml
Pengencer V2
Estimasi konsentrasi 3000 × 106 maka,
V. total = V. Semen segar × konsentrasi × 0,25
25 × 106
= 0,08 × 3000 × 106 × 0,25
25 × 106
= 2,4 ml
V2 = V. Total – V1
= 2,4 ml – 0,08 ml = 2,32 ml
a. 80% Tris Aminomethane (tanpa raffnosa)
= 80/100 × 2,32 × 10 = 18,56 ml
b. 20% KT (kuning telur)
= 20/100 × 2,32 × 10 = 4,64 ml
1.3 Metode Praktikum
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental
laboratorium dengan 2 perlakuan dan 10 ulangan.
Pengamatan dilakukan berdasarkan waktu preservasi.
Perlakuan penelitian ini sebagai berikut:
P0 : Tris Aminomethane 80% + Kuning Telur 20%
P1 : Tris Aminomethane 80% (tanpa rafinosa) + Kuning
Telur 20%
Dihitung konsentrasi dengan rumus: V1 x K1 = V2 x K2 Kemudian diencerkan sampai konsentrasi 100 juta/ml
Penampungan Semen
Semen Segar
Evaluasi Semen Segar secara
Makroskopis dan Mikroskopis
Semen dimasukkan sebanyak 0,08 ml
kedalam pengencer sesuai perlakuan:
P0: Tris Aminomethane 80% + KT 20%
P1: Tris Aminomethane 80% (tanpa
rafinosa) + KT 20%
Dimasukkan dalam refrigerator bagian cool
bottom dan ditambahkan pengencer V2 pada
suhu (30°C, 25°C, dan 20°C), lalu dipindah ke
bagian cool top ( suhu stabil 3-5°C)
Evaluasi Semen setelah pendinginan : Jam ke 0, 1, 2, 3, hari ke 2, 3, 4, 5, dst. (sampai motilitas 30%) Parameter pengamatan : Motilitas Individu, Viabilitas, dan Abnormalitas
P0 P1
1.3.1 Prosedur Semen Cair (Dibuat Bagan)
1.4 Variabel Pengamatan
Variabel bebas : pengencer semen
Variabel tidak bebas : kualitas semen
Parameter : persentase motilitas,
viabilitas, abnormalitas
spermatozoa.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Uji Kualitas Semen Segar
Pengamatan kualitas semen segar dilakukan sesaat setelah
penampungan semen untuk mengetahui kualitas semen baik
dan layak diproses pengenceran untuk semen cair. Pengamatan
kualitas semen segar secara makroskopis dan mikroskopis.
Pengamatan secara makroskopis meliputi volume, warna, bau,
konsistensi dan pH. Pengamatan secara mikroskopis meliputi
motilitas, viabilitas, abnormalitas dan konsentrasi. Hasil
pengamatan semen segar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kualitas Semen Segar
Parameter Rataa+SD
Makroskopis
Volume (ml/ejakulasi) 1,14±0,13
Warna Putih
kekuningan
Bau Khas
pH 7,00±0,00
Konsistensi kental
Mikroskopis
Motilitas Massa +++
Motilitas Individu (%) 89,00±0,02
Viabilitas (%) 87,00±6,75
Abnormalitas (%) 0,77±0,28
Konsentrasi (juta/ml) 4350,40±1100,42
Volume semen kambing Boer berdasarkan hasil
penelitian sebesar 1,14±0,13 ml/ejakulasi. Volume yang
didapatkan setiap ejakulasi tersebut masih dalam kisaran
normal. Beberapa laporan volume semen kambing Boer antara
lain 1,3±0,34 ml/ejakulasi (Suyadi dkk., 2012), 1,0±0,3
ml/ejakulasi (Ihsan, 2011), 0,97±0,22 ml/ejakulasi (Agustian,
Ihsan dan Isnaini, 2014). Rosmaidar dkk. (2013) menyatakan
bahwa ragam volume semen diakibatkan oleh umur, bangsa,
kualitas pakan, kualitas reproduksi ternak dan metode yang
digunakan dalam penampungan semen. DST
2.2 Persentase Motilitas Individu Spermatozoa Simpan Dingin
Hasil pengamatan motilitas individu spermatozoa kambing
Boer selama simpan dingin dirata-rata pada setiap perlakuan
dan dilakukan uji t berpasangan. Rataan persentase motilitas
spermatozoa kambing Boer selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Motilitas Individu Spermatozoa
Perlakuan/Waktu Motilitas (%)
P0 P1
Jam ke-0 82±3,32 81± 3,74
Jam ke-1 81,5±2,42 81,5±3,37
Jam ke-2 81±3,16 80,5±2,84
Jam ke-3 80,5±2,84 79,5±3,69
Hari 2* 75 ± 2,36 73,5 ± 3,37
Hari 3* 65,5±7,62 66±3,94
Hari 4* 51,5±9,73 55,5±8,32
Hari 5* 39,5±9,26 43,5±6,26
Hari 6* 10,55±9,85 12,5±11,61
Keterangan:
P0 : 80% Tris Aminomethane + 20% KT
P1 : 80% Tris Aminomethane (tanpa rafinosa) + 20% KT
* : Berbeda nyata antara P0 dan P1 (P<0,05)
Berdasarkan Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa motilitas
individu spermatozoa pada penyimpanan jam ke-0 sampai jam
ke-3 P0 lebih tinggi dibandingkan dengan P1 namun, tidak
terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) antara kedua
perlakuan tersebut. Pada penyimpanan hari 2, terdapat
perbedaan yang nyata (P<0,05) antara ke dua perlakuan
dimana P0 lebih tinggi dibandingkan P1. Pada penyimpanan
hari ke-3 dan seterusnya P0 mengalami penurunan persentase
motilitas yang tajam sedangkan P1 lebih mampu untuk
menjaga penurunan motilitas individu secara perlahan.
Terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) pada penyimpanan
hari ke-2 sampai hari ke-6 antara ke dua perlakuan tersebut,
yang mana P1 lebih baik dari P0. Hal ini diduga terjadi
perubahan tekanan osmotik akibat penambahan rafinosa.
Krioprotektan golongan karbohidrat akan menambah tekanan
osmotik pada pengencer dan mengubah sifat mekanik
pengencer melalui peningkatan viskositas (Vishwanath and
Shanon, 2000). Selama penambahan krioprotektan,
spermatozoa terkena lingkungan hipertonis menyebabkan
spermatozoa menyusut karena pengeluaran air intraseluler
melalui menbran plasma (Si, Benson, Men and Critser, 2006).
2.3 Persentase Viabilitas Spermatozoa Simpan Dingin
Hasil pengamatan viabilitas dihitung ke dalam bentuk
persentase dan dirata-rata pada setiap perlakuan lalu diuji t
berpasangan untuk melihat perbedaan dari 2 perlakuan. Rataan
persentase viabilitas spermatozoa kambing Boer selama
simpan dingin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Viabilitas Spermatozoa
Perlakuan/Waktu Viabilitas (%)
P0 P1
Jam ke-0** 77,7±9.32 78,5±6,5
Jam ke-1** 77,57±4,52 78,73±7,62
Jam ke-2* 76,57±7,11 77,6±5,88
Jam ke-3** 75,85±2,43 77,6±5,16
Hari 2** 72,78±7,76 72,3±6,61
Hari 3** 69,97±8,27 68,33±4,14
Hari 4* 55,61±11,71 58,1±13,9
Hari 5** 45,86±15,66 46,38±15,32
Hari 6** 17,07±10,19 19,99±10,49
Keterangan:
P0 : 80% Tris Aminomethane + 20% KT
P1 : 80% Tris Aminomethane (tanpa rafinosa) + 20% KT
* : berbeda nyata antara P0 dan P1 (P<0,05)
** : berbeda sangat nyata antara P0 dan P1 (P<0,01)
Secara umum viabilitas spermatozoa pada P1 lebih
tinggi dibandingkan dengan P0. Hasil uji t berpasangan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05)
pada waktu simpan jam ke-2 dan hari ke-4 dan ada waktu
simpan jam ke-0, jam ke-1, jam ke-3, hari ke-2, hari ke-3, hari
ke-5 dan hari ke-6 terdapat perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01) antara P0 dan P1. Analisis data uji t berpasangan
disajikan pada Lampiran 6. Berdasarkan hal tersebut dapat
diterangkan bahwa P1 mampu mempertahankan viabilitas
spermatozoa kambing Boer dibandingkan dengan P0. Hal ini
diduga penambahan rafinosa pada pengencer mengakibatkan
suasana hipertonis yang menggangu tekanan osmotik. Dalam
kondisi tekanan osmotik yang hipertonis memberikan efek
buruk terhadap kelangsungan hidup spermatozoa (Santos,
Pastor, Macias, Esteso, Soler, Paz, Anel and Garde, 2007).
Penggunaan karbohidrat disakarida atau trisakarida sebagai
krioprotektan pada pengencer akan lebih meningkatkan
suasana dehidrasi osmotik atau hipertonis dibandingkan
dengan monosakarida (Tuncer, Sariozkan, Bucak, Ulutas,
Akalin, Buyukleblebici and Canturk, 2011).
2.4 Persentase Abnormalitas Spermatozoa Simpan Dingin
Persentase abnormalitas spermatozoa dirata-rata setiap
perlakuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan terhadap
tingkat abnormalitas spermatozoa. Rataan abnormalitas
spermatozoa selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Abnormalitas Spermatozoa
Perlakuan/Waktu Abnormalitas (%)
P0 P1
Jam ke-0** 1,7±0,63 1,93±0,90
Jam ke-1** 1,2±0,82 1,84±0,83
Jam ke-2* 1,11±0,54 1,39±1,08
Jam ke-3** 1,46±0,71 1,43±0,57
Hari 2** 1,34±0,62 1,78±1,05
Hari 3** 1,35±0,67 1,68±0,77
Hari 4* 1,66±0,62 1,98±0,68
Hari 5** 1,76±0,6 2,31±0,75
Hari 6** 2,40±0,71 2,56±1,05
Keterangan:
P0 : 80% Tris Aminomethane + 20% KT
P1 : 80% Tris Aminomethane (tanpa rafinosa) + 20% KT
* : berbeda nyata antara P0 dan P1 (P<0,05)
** : berbeda sangat nyata antara P0 dan P1 (P<0,01)
Secara umum persentase abnormalitas spermatozoa
pada P1 lebih tinggi dibandingkan P0. Hal ini
mengindikasikan bahwa P0 lebih baik dalam mempertahankan
normalitas spermatozoa selama simpan dingin. Hasil uji t
berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01) pada waktu simpan jam ke-0, jam ke-1,
jam ke-3, hari ke-2, hari ke-3, hari ke5 dan hari ke-6. Pada
waktu simpan jam ke-2 dan hari ke-4 terdapat perbedaan yang
nyata (P<0,05) antara P0 dan P1 dimana P0 lebih baik dari
pada P1. Wiratri dkk. (2014) menyatakan bahwa abnormalitas
spermatozoa akan mengalami peningkatan yang disebabkan
oleh spermatogenesis dari ternak tersebut dan perlakuan
setelah penampungan semen seperti, penanganan semen segar,
pencampuran semen dengan pengencer dan pada saat
pembuatan ulasan. Kerusakan spermatozoa atau abnormalitas
spermatozoa saat pembuatan ulasan pada object glass dapat
ditandani dengan patahnya ekor spermatozoa dan spermatozoa
yang tidak memiliki ekor ( Firdausi, Susilawati dan
Wahjuningsih, 2014).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pengencer tris aminomethane kuning telur tanpa
rafinosa mampu mempertahankan kualitas semen kambing
Boer selama simpan dingin ditinjau dari motilitas individu,
viabilitas, abnormalitas spermatozoa dan total spermatozoa
motil.
3.2 Saran
1. Semen segar yang diencerkan menggunakan tris
aminomethane kuning telur tanpa rafinosa selama
simpan dingin sampai hari ke-5 dapat diaplikasikan
untuk inseminasi buatan (IB).
2. Penelitian lebih lanjut sebaiknya mengaplikasikan
untuk IB sehingga diketahui fertilitas semen cair yang
diencerkan dengan pengencer tris aminomethane
kuning telur tanpa rafinosa
DAFTAR PUSTAKA
Firdausi, P. A., T. Susilawati dan S. Wahjuningsih. 2014.
Kualitas Semen Sapi Limousin Selama Pendinginan
Menggunakan Pengencer Cep-2 dengan Penambahan
Berbagai Konsentrasi Santan. J. Ternak Tropika.
15(1): 21-30.
Santos, M. R., F. M. Pastor, V. G. Macias, M. C. Esteso, A. J.
Soler, P. Paz, L. Anel and J. J. Garde. 2007. Extender
Osmolality and Sugar Supplementation Excert a
Complex Effect On The Cryopreservation of Iberian
Red Derr (Cervus Elaphus Hispanicus) Epididymal
Spermatozoa. Theriogenology. 67:738-763
Si, W., J. D. Benson, H. Men and J. K. Critser. 2006. Osmotic
Tolerance Limits and Effect of Cryprotectans On The
Motility, Plasma Membrane Integrity and Acrosomal
Integrity of Rat Sperm. Cryobiology. 53: 336-348.
Tuncer, P. B., S. Sariozkan, M. N. Bucak, P. A. Ulutas, P. P.
Akalin, S. Buyukleblebici and F. Canturk. 2011.
Effect of Glutamine and Sugars After Bull
Spermatozoa Crypreservation. Theriogenology. 75:
1459-1465
Vishwanath, R. and P. Shanon. 2000. Storage of Bovine
Semen in Liquid and Frozen State. Animal
Reproduction Science. 62: 23-53
Wiratri, V. D. B., T. Susilawati dan S. Wahjuningsih. 2014.
Kualitas Semen Sapi Limousin pada Pengencer yang
Berbeda Selama Pendinginan. Jurnal Ternak
Tropika. 15(1): 13-20.
Zeron, Y., M. Tomczak, J. Crowe, and V. Arav. 2002. The
Effect of Liposome on Thermotropic Membrane Phase
Transitions of Bovine Spermatozoa and Oocytes:
Implications for Reducing Chilling Sensitivity.
Cryiobiology. 45(2): 143-152.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kualitas Semen Segar Secara Makroskopis dan Mikroskopis
No. IDENTITAS
KAMBING kerja 1 kerja 2 kerja 3 kerja 4 kerja 5 Rataan sd
MAKROSKOPIS
5 volume (ml) 1 1,2 1 1,3 1,2 1,14 0,13
6 warna krem krem krem krem krem
7 Ph 7 7 7 7 7 7 0
8 konsistensi kental kental kental kental kental
9 bau khas khas khas khas khas
MIKROSKOPIS
10 motilitas massa 3+ 3+ 3+ 3+ 3+
11 motilitas individu (%) 90% 90% 90% 90% 90% 89 0,02
12
konsentrasi (juta
sel/ml) 3380 4200 6230 3750 4210 4350,40 1100,42
13 viabilitas (%) 85,2 74,7 84,1 93,0 94,5 87,0 6,75
14 abnormalitas (%) 1,0 0,5 1,0 0,5 1,0 0,77 0,28
Lampiran 2. Data Persentase Motilitas Spermatozoa (%)
Jam Ke-0
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 75 80 80 85 85 85 80 85 85 80 82,00 3,32
P1 75 80 80 85 85 85 80 80 85 75 81,00 3,74
Jam Ke-1
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 80 80 80 80 80 85 80 85 85 80 81,50 2,42
P1 75 80 80 80 80 85 85 85 85 80 81,50 3,37
Jam Ke-2
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 75 80 80 80 80 85 80 85 85 80 81,00 3,16
P1 80 75 80 80 80 80 80 85 85 80 80,50 2,84
Lampiran 3. Data Persentase Viabilitas Spermatozoa (%)
Jam Ke-0
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 83,8 75,6 90,1 82,5 60,5 82,9 81,8 62,8 79,1 78,0 77,70 9,32
P1 78,3 85,1 82,2 81,9 80,5 65,4 67,9 80,4 81,2 82,0 78,50 6,50
Jam Ke-1
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 77,0 75,9 70,6 85,8 80,6 76,2 72,5 80,2 81,7 75,3 77,57 4,52
P1 79,7 66,7 90,6 70,3 76,0 83,8 76,2 79,8 89,3 74,8 78,73 7,62
Jam Ke-2
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 74,4 83,0 89,1 78,8 62,7 79,2 70,9 72,9 78,3 76,6 76,57 7,11
P1 76,4 71,2 79,6 78,7 86,0 64,4 73,1 76,4 79,4 79,8 76,50 5,88
Lampiran 4. Data Persentase Abnormalitas Spermatozoa (%)
Jam Ke-0
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 1,4 0,9 2,4 2,8 2,3 1,9 0,9 1,3 1,4 1,7 1,70 0,63
P1 1,9 2,5 2,8 1,9 2,2 2,8 2,7 0,9 0,0 1,8 1,93 0,90
Jam Ke-1
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 1,0 1,0 1,9 0,5 1,0 0,5 3,0 0,5 1,9 0,9 1,20 0,82
P1 1,0 0,9 3,3 3,0 2,0 2,0 1,0 2,2 1,4 1,7 1,84 0,83
Jam Ke-2
Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 Rataan SD
P0 0,0 0,5 1,0 2,2 0,9 1,0 0,9 1,9 1,5 1,4 1,11 0,54
P1 0,9 0,5 3,3 2,3 2,2 0,5 1,9 1,4 0,9 0,0 1,39 1,08