PENGARUH PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI,
PENANAMAN MODAL ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
PERIODE 1985-2009
Di susun oleh
Febrina Rizki Syaharani
1060 8400 2717
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama mahasiswa:
1. Nama : Febrina Rizki Syaharani
2. NIM : 1060 8400 2717
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Ekonomi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri,
Penanaman Modal Asing, Utang Luar Negeri
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia
Periode 1985-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2011
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (___________________)
NIP. 19570617198503 1 002 Ketua
2. Utami Baroroh, M. Si (___________________)
Sekretaris
3. Dr. Lukman, M. Si (___________________)
NIP. 196406072003021000 Penguji Ahli
4. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D (___________________)
NIP. 195605052000121001 Pembimbing I
5. Fitri Amalia, M. Si (___________________)
NIP.198207102009122002 Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 07 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Febrina Rizki Syaharani
2. NIM : 1060 8400 2717
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri,
Penanaman Modal Asing, dan Utang Luar Negeri
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Periode 1985-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasisa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Maret 2011
1. Lukman M. Si (___________________)
NIP. 196406072003021000 Ketua
2. Utami Baroroh, M. Si (___________________)
Sekretaris
3. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D (___________________)
NIP. 1956050520001210012 Penguji Ahli
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Febrina Rizki Syaharani
NIM : 106084002717
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 16 Juni 2011
Yang Menyatakan,
(Febrina Rizki Syaharani)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Febrina Rizki Syaharani
2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 26 Februari 1988
3. Alamat : Komplek Marna Putra
Jln. Danau Singkarak Blok B No.7
Jatibening Baru, Pondok Gede
Bekasi.
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Telepon : 0856 974 51700/ 021 8478251
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
Tempat Waktu
1. SD Swasta Pelita Alam 1994 – 2000
2. SMP Islam As-syafi’iyah 06 Bekasi 2000 – 2003
3. SMA Islam As-syafi’iyah 02 Bekasi 2003 – 2006
4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan 2006 – 2011
ii
Pendidkan Non Formal
Pelatihan/Seminar Waktu
1. Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi
Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di
Indonesia".
Juni 2007
2. Peserta Training Motivation ”Kuliah
Lancar Kerja Sukses”. Mei 2008
3. Seminar Ekonomi ”Dampak Kenaikan
BBM dari sudut pandang APBN”. Juni 2008
4. Pelatihan SPSS.17, UIN Syarif
Hidayatullah Desember 2009
5. KKN di Desa Situ Daun, Bogor
Juli 2009 – Agustus
2009
6. Magang di Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata
Maret 2010-April
2010
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Kusmantoro, ST
2. Tempat & Tgl Lahir : Yogyakarta, 08 November 1957
8. Alamat : Komplek Marna Putra
Jln. Danau Singkarak Blok B No.7
Jatibening Baru, Pondok Gede
Bekasi.
3. Telepon : 021 8478251
4. Ibu : Ulfah Maryani
5. Tempat & Tgl Lahir : Tegal, 05 Maret 1963
9. Alamat : Komplek Marna Putra
Jln. Danau Singkarak Blok B No.7
Jatibening Baru, Pondok Gede
Bekasi.
6. Telepon : 021 8478251
iii
ABSTRACT
An economic growth is the improvement of economic activities to develop goods
and services and increase social prosperity.
This research was aimed to know how domestic and foreign investment, as well as
foreign loan influence to economic growth in Indonesia. Data used in this
research were time series of 1985—2009 period. In analyzing, the author used
multiple regression in the program of Eviews 5.1.
Simultaneously, the research showed that Domestic Direct Investment, Foreign
Direct Investment, and foreign loan positive influenced to the economic growth in
Indonesia with its value probability: F-statistic 0,000000. Partially, regression in
the actual level (α = 5%) of Domestic Direct Investment resulted in significantly
influenced in the economic growth with co-efficient 9,462474 and probability
0,0099 and foreign loan significantly influenced to the economic growth with co-
efficient 9,357007 and probability 0,0000. Otherwise, Foreign Direct Investment
did not significantly influence to the economic growth as its co-efficiency is 2,18
and its probability is 0,7753. It means that the Domestic Direct Investment, the
Foreign Direct Investment, and the foreign loan positively influenced to the
economic growth in Indonesia although the Foreign Direct Investment did not
significantly influence to the economic growth. The reason was the Foreign Direct
Investment growth slowly because of complex processes for permission and worse
coordination among interrelated ministries.
Keywords: Economic Growth, Domestic Direct Investment, Foreign Direct
Investment, and Foreign Loan.
iv
ABSTRAKSI
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi
dalam negeri dan luar negeri serta utang luar negeri terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Data yang digunakan adalah time series yaitu periode
1985-2009. Untuk menganalisis penulis menggunakan metode analisis regresi
berganda pada program Eviews 5.1.
Secara simultan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PMDN, PMA, dan
utang luar negeri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Dengan nilai probabilitas F-statistik 0,000000. Secara parsial, hasil
regresi pada taraf nyata (α = 5%) PMDN berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan koefisien 9,462474 dan probabilitas 0,0099, utang
luar negeri berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
koefisien 9,357007 dan probabilitas 0,0000. Sedangkan PMA berpengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien 2,18 dan probabilitas
0,7753.. Hal ini berarti PMDN, PMA dan utang luar negeri dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia meskipun
PMA tidak terlalu memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan pengembangan PMA di Indonesia masih
terhambat oleh rumitnya proses pengurusan izin dikarenakan birokrasi yang rumit
dan kurangnya keterpaduan koordinasi antar departement terkait.
Kata kunci : pertumbuhan ekonomi, PMDN, PMA dan utang luar negeri
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang
diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Utang
Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1985-2009”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program
sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW sebagai tauladan terbaik bagi kelaurga, sahabat dan para
pengikutnya, yang telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menjadi
zaman yang terang benderang ini dengan adanya agama Islam (addinul islam)
serta dengan ilmu pengetahuan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya besok
di hari kiamat. Amin
Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua saya yang tidak pernah henti-henti mengiringi langkahku
dengan doanya yang penuh dengan keikhlasan, selalu memberikan kasih
sayang, bimbingan, serta dukungan baik materil maupun spiritual dalam
vi
kebaikan dan keberhasilan untuk anak-anaknya sampai detik ini. Semoga
suatu saat aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi
kebanggan bagi Bapak dan Mamah. Amin.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
4. Utami Baroroh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada setiap
mahasiswa dan mahasiswi.
5. Pheni Chalid Sf, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah
banyak memberikan saran dan pembelajaran kepada penulis.
6. Fitri Amalia M.Si. selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga telah banyak
memberikan saran kepada penulis.
7. Seluruh Dosen FEB dan IESP atas ilmunya yang bermanfaat yang telah
diberikan selama penulis melaksanakan perkuliahan.
8. Seluruh staf jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Khususnya ibu
Lilih yang sangat baik hati dan sabar dalam membantu penulis mengurus
segala urusan akademik.
9. Imam Chaerulsyah dan Irvan Aulia, adik-adikku tersayang yang telah
memberikan semangat dan dukungan. Belajarlah yang rajin dan jangan pernah
putus asa dalam meraih cita-citamu.
vii
10. Muhammad Iqbal yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan motivasi
untuk selalu memberikan semangat menghadapi kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga kamu tetap semangat.
11. Sahabatku Istiqomah. Fatmi Ratna Ningsih, Asri Amaliya dan Dwi Suciayu
yang telah banyak memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih karena kalian telah menjadi sahabat terbaik yang
menemani hari-hari ku selama lebih dari 4 tahun ini. Semoga silaturahmi kita
tetap terjaga sampai kapanpun.
12. Dwi Wahyuni dan Nurlaila Sofwan sahabatku dari kosan lama. Terimakasih
karena selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis hingga
terpacunya semangatku untuk segera lulus tahun ini. Semoga tali persahabatan
terus terjalin.
13. Seluruh teman-teman kosan Pelangi yang banyak mendukung dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kalian sudah memberikan semangat
dengan hiburan ocehan kalian. Semoga silaturahmi kita tidak berhenti sampai
disini saja.
14. Rekan-rekan IESP 2006 yang sama-sama berjuang untuk lulus skripsi.
Terimakasih karena kalian telah memberikan banyak kenangan manis baik
selama perkuliahan maupun diluar perkuliahan.
15. Teman-teman kkn green bean’09, terima kasih untuk hari-hari yang indah
yang tak terlupakan di posko Situ Daun-Bogor. Semoga komunikasi dan tali
silaturahmi tidak putus yang dikarenakan punya kesibukan masing-masing.
viii
16. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam
mencapai kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih
Jakarta, Juni 2011
FEBRINA RIZKI SYAHARANI
Penulis
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
a. Identifikasi Masalah .............................................................. 1
b. Batasan Masalah.................................................................... 7
c. Perumusan Masalah ............................................................. 7
d. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .......................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 11
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi .................................. 11
2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi ................................... 13
3. Teori–Teori Pertumbuhan Ekonomi .............................. 19
a. Teori Harrod-Domar ................................................. 19
b. Teori Keynes ............................................................. 22
x
B. Pengertian Investasi .............................................................. 24
1. Komponen-Komponen Pengeluaran Investasi ................ 25
2. Penanaman Modal Dalam Negeri ................................... 27
3. Penanaman Modal Asing ............................................... 31
C. Utang Luar Negeri................................................................. 35
1. Pengertian Utang Luar Negeri ....................................... 35
2. Bentuk-Bentuk Utang Luar Negeri ................................ 36
3. Prinsip Dasar Penerimaan Utang Luar Negeri ................ 42
4. Mekanisme Penerimaan Utang Luar Negeri ................... 43
5. Biaya yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman ........ 46
6. Teori Utang luar Negeri .................................................. 47
7. Alasan dilakukannya Utang Luar Negeri ........................ 49
D. Hubungan Masing-Masing Variabel Independen terhadap
Variabel Dependen ................................................................ 50
1. PMDN Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...................... 50
2. PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......................... 51
3. Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 53
E. Penelitian Terdahulu ............................................................. 54
F. Kerangka Pemikiran .............................................................. 60
G. Hipotesis Penelitian ............................................................... 63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 64
B. Metode Pengumpulan Data ................................................... 65
xi
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 66
D. Metode Analisis Data ........................................................... 66
1. Uji Stasioneritas ........................................................... 68
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 69
a. Uji Normalitas .............................................................. 69
b. Uji Autokorelasi ............................................... 70
c. Uji Heteroskedastisitas ............................................... 71
d. Uji Multikolinieritas ............................................... 71
3. Uji Statistik……………………………………………… 72
a. Uji Signifikansi Individual (Uji t-Statistik)…………… 72
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Statistik)……………. 73
c. Koefisien Determinasi (R2)……………………………. 74
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................... 74
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif ................................................................ 78
1. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 78
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ...................... 82
3. Penananaman Modal Asing (PMA) .................................. 84
4. Utang Luar Negeri ............................................................ 87
B. Analisis dan Pembahasan ...................................................... 89
1. Hasil Uji Stasioneritas .................................................. 89
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................. 92
a. Hasil Uji Normalitas ................................................... 92
xii
b. Hasil Uji Autokorelasi.................................................. 93
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ....................................... 93
d. Hasil Uji Multikolinieritas ........................................... 94
3. Hasil Uji Regresi Berganda ........................................ 92
4. Hasil uji Statistik .............................................................. 96
a. Hasil Uji Parsial (Uji t-Statistik) .................................. 96
b. Hasil Uji F-Statistik ..................................................... 101
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ...........................................
102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 103
B. Implikasi ................................................................................ 105
C. Saran ...................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, PMDN, PMA, dan Utang
Luar Negeri Tahun 1997-2000 ........................................................... 3
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 62
3.1 Operasional Variabel .......................................................................... 77
4.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009 .......................................... 80
4.2 Hasil Uji Stasioneritas Tahap Level ................................................... 90
4.3 Hasil Uji Stasioneritas Tahap First Different ..................................... 91
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 93
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 94
4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Regresi Auxiliary ....................... 95
4.7 Hasil Olahan Data Denga Regresi Berganda ...................................... 96
4.8 Hasil Uji t-Statistik ............................................................................. 97
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Contoh Pinjaman Multilateral ........................................................ 37
2.2 Contoh Pinjaman Bilateral .............................................................. 37
2.3 Contoh Pinjaman Sindikasi ............................................................... 38
2.4 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 62
4.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009 ......................................... 81
4.2 Perkembangan PMDN Periode 1985-2009 ................................... 83
4.3 Perkembangan PMA Periode 1985-2009 .......................................... 86
4.4 Perkembangan Utang Luar Negeri Periode 1985-2009 ..................... 88
4.5 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 92
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Observasi Penelitian ................................................................... 111
2 Hasil Uji Regresi OLS ........................................................................ 112
3 Hasil Uji Stasioneritas Tahap Level ................................................... 113
4 Hasil Uji Stasioneritas Tahap First Different ..................................... 114
5 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 115
6 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 116
7 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 117
8 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu
negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem
kelembagaan. Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu
proses agar pola keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor
dalam pembangunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara
tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya
pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat
dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya.
Selanjutnya, pembangunan ekonomi juga perlu dipandang sebagai suatu
proses kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan tersebut
mencerminkan tambahan pendapatan dan adanya perbaikan dalam
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi
suatu negara ditunjukkan oleh tingkat pertambahan PDB (Produk
Domestik Bruto) atau PNB (Produk Nasional Bruto) (Lincolin Arsyad,
2010: 11). Dapat disimpulkan bahwa salah satu indikator kemajuan
pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini pada dasarnya
2
mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam
laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi
dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan
suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi
akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.
Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan
suatu negara. Mempercepat pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara
berkembang merupakan upaya untuk lebih mengejar ketertinggalan
dengan negara lain serta dapat lebih mensejajarkan diri dengan negara-
negara yang lebih maju. Namun, sebagian besar negara berkembang
mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk membiayai berbagai
kegiatan pembangunannya.
Indonesia sebenarnya pernah memiliki suatu kondisi
perekonomian yang cukup menjanjikan pada awal tahun 1980-an sampai
pertengahan tahun 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai
tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9% di
3
tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan menjadi 7,5% di tahun
1989. Namun pada tahun 1990 sampai dengan enam tahun kedepan tingkat
pertumbuhan ekonominya fluktuatif. Namun, pada satu titik tertentu,
perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi
yang melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya
angka inflasi, nilai kurs rupiah yang terus melemah, tingginya angka
pengangguran seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah
lagi dengan semakin membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia
akibat kurs rupiah yang semakin melemah.
Tabel 1.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, PMDN, PMA dan Utang
Luar Negeri Tahun 1997-2000
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sejak krisis melanda pertengahan tahun 1997 menjadi guncangan
besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis moneter yang
berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mengalami minus
-13,1%. Laju pertumbuhan ekonomi seburuk ini lebih banyak dipengaruhi
situasi nasional. Mulai tahun 1999 perekonomian nasional menunjukkan
Tahun Pertumbuhan
(%)
PMDN PMA ULN
1997 4,7 119,755,500,000.0 154,038,225.0 269,049,000
1998 -13,1 60,748,500,000.0 108,790,912.5 573,538,725
1999 0,79 55,600,300,000.0 77,328,940.0 573,140,400
2000 4,92 88,294,400,000.0 146,638,466.0 782,462,655
4
proses pemulihan dengan pertumbuhan yang semakin membaik. Keadaan
pertumbuhan ekonomi pada saat krisis juga diikuti pada penurunan nilai
PMDN dan PMA serta meningkatnya utang luar negeri yang melonjak
hebat. Hal ini diperkirakan bahwa keterpurukan ekonomi telah sampai
batas terendah dan kembali ke suatu perbaikan. Laju pertumbuhan
ekonomi tahun 1999 mulai positif meski hanya tercatat 0,79% setelah
sebelumnya pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat besar.
Tanda-tanda awal proses pemulihan ekonomi telah mulai Nampak,
stabilitas moneter mulai terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang
rendah dan nilai tukar yang menguat, keadaan sosial politik yang sudah
lebih membaik.
Tingkat suatu pertumbuhan ekonomi ditentukan antar lain oleh
kekuatan sektor penanaman modal asing, sektor bantuan luar negeri, dan
sektor penanaman modal dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi
membutuhkan peningkatan investasi yang pada gilirannya membutuhkan
dana pembiayaan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari kedua
sumber pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seharusnya merupakan
sumber pokok pembiayaan, terutama dilihat dari konteks pertumbuhan
ekonomi jangka panjang dimana suatu negara haruslah mendasarkan
pembiayaan investasi dari sumber dalam negeri.
Karena keterbatasan sumber daya domestik yang dimiliki
sedangkan kebutuhan dana untuk pembangunan ekonomi sangat besar,
maka untuk mengatasi kekurangan dana yang diperlukan dalam proses
5
pembangunan nasional sejak Pelita I hingga beberapa tahun belakangan
ini, dilakukan pemasukan dana dari luar negeri, baik berupa utang luar
negeri (ULN) maupun penanaman modal asing utamanya yang bersifat
penanaman modal langsung (PMA) (Rustian Kamaluddin, 2007: 177).
Peranan dana bantuan luar negeri dan modal asing terhadap
kemajuan, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara berkembang
telah lama menjadi perdebatan hangat diantara kelompok–kelompok
ekonomi dunia. Sekelompok ekonom pada tahun 1950-an dan 1960-an
berpendapat dan meyakini bahwa banuan luar negeri mempunyai dampak
yang positif terhadap pembangunan ekonomi suatu negara tanpa
menimbulkan gangguan pada masa sesudahnya bagi negara–negara debitor
tersebut (Rustian Kamaluddin, 2007: 103).
Sebagaimana halnya dengan utang luar negeri dan Penanaman
Modal Asing (PMA) merupakan salah satu sumber pembiayaan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Penanaman modal
asing, diarahkan untuk menggantikan peranan dari utang luar negeri
sebagai sumber pembiayaan pertumbuhan dan pembangunan
perekonomian nasional. Peran modal asing dirasa semakin penting melihat
kenyataan bahwa jumlah utang luar negeri Indonesia mengalami
peningkatan yang signifikan.
Pada masa Orde Baru, modal asing, khususnya utang luar negeri,
secara faktual ditempatkan sebagai sumber utama pembiayaan
pembangunan, meskipun secara normatif harus ditempatkan sebagai
6
sumber tambahan. Kenyataan inilah yang menyebabkan bahaya
tersembunyi, yang secara inheren melekat pada pola pembangunan yang
didorong modal asing. Apabila posisi ketergantungan semakin besar,
semakin besar pula resiko terkait yang harus dihadapi oleh sistem ekonomi
global dalam bentuk ketergantungan terhadap modal asing, khususnya
utang luar negeri.
Utang luar negeri dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara
untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri
merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan
eksternal perekonomian suatu negara. Tentunya jumlah dan pemanfaatan
utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga tidak
menjadi beban yang berkepanjangan (Rustian Kamaluddin, 2007: 105).
Meningkatnya investasi di Indonesia dimulai dengan
ditetapkannya Undang - Undang No. 1 Tahun 1967 tentang penanaman
modal asing (PMA) sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang
No. 11 Tahun 1070, dan Undang – Undang No. 6 Tahun 1968 tentang
penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagaimana telah diubah
dengan Undang – Undang No. 12 Tahun 1970. Dengan diberlakukanya
undang – undang tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan
Investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan
iklim investasi yang kondusif selam proses pembangunan di Indonesia.
Berdasarkan hal – hal yang dikemukakakan diatas, penulis
mencoba untuk membahas masalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia
7
dalam hubungannya dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN),
penanaman modal asing (PMA), dan utang luar negeri dengan judul
“Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing,
Dan Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1985-
2009”.
2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar
permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada
pertumbuhan ekonomi yang berada di Indonesia, investasi dan utang luar
negeri. Dalam penelitian ini data yang digunakan data time series dari
tahun 1985 sampai dengan tahun 2009.
Faktor investasi yang diteliti mencakup Peananaman Modal
Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga
bisa diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh terhadap
perekonomian di Indonesia. Selain investasi, faktor utang luar negeri juga
menjadi fokus dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Perekonomian Indonesia yang tertinggal mendorong pemerintah untuk
mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Di negara-negara yang sedang
berkembang seperti halnya Indonesia tidak mempunyai sumber dana yang
8
cukup guna membiayai pembangunan negaranya yang dikarenakan
terbatasnya akumulasi berupa kapital, untuk membangun perlu adanya
investasi baik dari dalam negeri maupun investasi asing guna mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang dikehendaki. Selain mengandalkan
sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri, pemerintah juga
mengandalkan sumber pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Salah satu
alternatifnya adalah dengan mengusahakan bantuan luar negeri, misalnya
dalam bentuk pinjaman atau utang luar negeri. Sumber dana eksternal
dimanfaatkan oleh negara berkembang (Indonesia) sebagai dana tambahan
disamping sumber dana dari dalam negeri.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
pertanyaan penelitian yang menjadi objek analisis penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
2. Seberapa besar pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia?
3. Seberapa besar pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia?
4. Seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman
modal asing dan utang luar negeri secara bersama-sama terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam
negeri terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal asing
terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh utang luar negeri terhadap
pertumbuhan eknomi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam
negeri, penanaman modal asing, dan utang luar negeri secara bersama-
sama terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi pihak–pihak berikut ini :
1. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang
ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di
peroleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi jurusan
Ilmu Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai hubungan
penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, dan utang
10
luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan upaya
menerapkan teori dan mencari jalan keluar mengenai permasalahan
pertumbuhan ekonomi.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan data, serta
masukan bagi perumus kebijakan dalam penetapan kebijakan
mengenai penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, da
utang negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang dan terlihat adanya aspek dinamis dalam
suatu perekonomian, yaitu terlihat bagaimana perekonomian suatu negara
yang berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu tujuan dari kebijakan ekonomi makro.
Perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan kesejahteraan
ekonomi yang lebih baik bagi penduduk suatu negara yang bersangkutan.
Istilah pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik harus
dibedakan dengan istilah perkembangan ekonomi, karena pertumbuhan
ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik yang berupa peningkatan
produksi barang dan jasa. Sedangkan perkembangan ekonomi menyangkut
tidak hanya pertumbuhan dalam produksi fisik barang dan jasa, melainkan
juga kualitas barang dan jasa maupun kualitas faktor-faktor produksi yang
terlibat dalam proses produksi barang dan jasa tersebut (Boediono, 1998:
5).
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau
perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih
tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain,
perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik
12
yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun
berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah barang
yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai
pendapatan suatu daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya
adalah dengan melakukan perhitungan didasarkan atas harga konstan.
Laju pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun tertentu dapat
dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini (Prathama Rahardja,
2004: 118):
Dimana:
Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau
tahunan)
PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan
harga konstan)
PDBRt-1 = PDBR satu periode sebelumnya
Jika interval waktunya lebih dari satu periode, maka penghitungan
tingkat pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
PDBRt = PDBR0 (1 + r)t
Dimana:
PDBRt = PDBR periode t
PDBR0 = PDBR periode awal
r = Tingkat pertumbuhan
t = Jarak periode
13
2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Indikator yang digunakan untuk menhitung tingkat pertumbuhan
ekonomi adalah tingkat pertumbuhan angka-angka pendapatan nasional,
seperti Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB).
Dalam praktek, angka PDB lebih lazim digunakan ketimbang PNB
mengingat batas wilayah perhitungan PDB terbatas pada negara yang
bersangkutan (domestik), karena dengan demikian kebijakan-kebijakan
ekonomi yang diterapkan pemerintah untuk mendorong aktivitas
perekonomian domestik bisa dinilai efektivitasnya.
Ada dua alasan mengapa angka-angka pendapatan nasional
merupakan data dasar yang diperlukan guna menghitung tingkat
pertumbuhan ekonomi. Pertama, karena angka statistik tersebut diperoleh
dengan jalan menjumlahkan nilai tambah bruto yang dhasilkan oleh
aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal ini berarti peningkatan
angka-angka tersebut mencerminkan peningkatan balas jasa. Kedua,
angka-angka pendapatan nasional dihitung atas dasar konsep aliran (flow
concept). Artinya, angka pendapatan nasional hanya mencangkup nilai
produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu , dan tidak
mencangkup nilai produk yang dihasilkan pada periode-periode
sebelumnya. Dengan digunakannya konsep aliran dalam erhitungan angka
pendapatan nasional maka jumlah output yang dihasilkan dalam tiap-tiap
periode dapat dibandingkan. (Hera Susanti et.all, 1995: 21).
14
Ada tiga cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu cara output,
cara pendapatan, dan cara pengeluaran. Masing-masing cara melihat
pendapatan nasional dari sudut pandang yang berbeda, tetapi hasilnya
saling melengkapi. Berikut ini merupakan metode-metode penghitungan
pendapatan nasional (Prathama Rahardja, 2004: 16):
1. Metode Output
Menurut metode ini PDB adalah total output (produksi) yang
dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungannya adalah
dengan membagi-bagi perekonomian jadi beberapa sektor produksi.
Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output
sluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output
yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output
sektor lain.atau bisa merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain
lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi
penghitungan ganda. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung
beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk
menghindarkan hal tersebut maka dalam perhitungan PDB dengan
metode output, yang dijumlahkan adalah nilai tanbah (value added)
masing-masing sektor yaitu selisih antara nilai output dengan nilai
input antara. Berikut rumusnya:
NT = NO – NI
Dimana:
NT = Nilai tambah
15
NO = Nilai output
NI = Nilai input antara
Dari rumus diatas dapat dikatakan bahwa proses produksi
merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah.
Aktivitas produksi yang baik adalah aktivitas yang menghasilkan
NT > 0. Dengan demikian besarnya PDB adalah:
PDB =
Dimana:
i = Sektor produksi ke 1, 2, 3, …., n
2. Metode Pendapatan
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian
sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan
dalam proses produksi. Hubugan antara tingkat output dengan
faktor-faktor produksi yang digunakan digambarkan dalam funsi
produksi sederhana di bawah ini:
Q = f(L, K, U, E)
Dimana:
Q = Output
L = Tenaga kerja
K = Barang modal
U = Uang / finansial
E = Kemampuan entrepreneur atau kewirausahaan
16
Fungsi produksi diatas menunjukkan bahwa untuk
memproduksi output dibutuhkan input berupa tenaga kerja, barang
modal dan uang / financial. Jumlah tenaga kerja, barang modal dan
uang yang banyak tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak ada
kemampuan entrepreneur. Kemampuan entrepreneur ini adalah
kemampuandan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang
modal dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat.
Balas jasa untuk tenaga kerja adala gaji. Untuk barang modal
adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang / asset financial
adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah
keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut
pendapatan nasional. Berikut ini rumusnya:
PN = w + i + r + π
Dimana:
PN = Pendapatan Nasional
w = Upah / gaji
i = Pendapatan bunga
r = Pendapatan sewa
π = Keuntungan
3. Metode Pengeluaran
Menurut metode ini ada beberpa jenis pengeluaran agregat dalam
suatu perekonomian:
17
1) Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir,
baik barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau
kurang maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun.
2) Konsumsi Pemerintah
Perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-
pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang
dan jasa akhir. Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk
tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan
konsumsi pemerintah. Itulah sebabnya dalam perhitungan data
statistik PDB, pengeluaran konsumsi pemerintah nilainya
lebihkecil dari pada pengeluaran yang tertera dalam anggaran
pemerintah.
3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)
merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini
dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan
menciptakan / meningkatkan nilai tambah. Termasuk dalam
PMTDB adalah perubahan stok, baik barang jadi maupun
barang setengah jadi. Untuk mengetahui berapa potensi
produksi, akan lebih akurat bila yang dihitunga adalah investasi
neto, yaitu investasi bruto dikurangi penyusutan. Penghitungan
PMTDB ini menunjukkan bahwa pendekatan pengeluaran, lebih
18
mempertimangkan barang-barang modal yang baru. Barang-
barang modal tersebut merupakan output baru, Karen aitu harus
dimasukkan dalam perhitungan PDB.
4) Ekspor Neto
Ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor.
Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar
dari pada impor. Begitu juga sebaliknya. Perhitungan ekspor
neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan
perekonomian lain (dunia).
Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah gabungan lima
jenis pengeluaran tersebut:
PDB = C + G + I + (X – M)
Dimana:
C = Konsumsi rumah tangga
G = Konsumsi pemerintah
I = PMTDB
X = Ekspor
M = Impor
3. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi serta bagaimana ketrkaitan antara faktor-faktor tersebut
sehingga terjadi proses pertumbuhan. Terdapat banyak teori pertumbuhan
19
ekonomi tetapi hanya dua yang dimasukkan dalam penelitian ini dikarenakan
cukup untuk menerangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yaitu teori
Harrod-Domar dan teori Keynes.
a. Teori Harrod-Domar
Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Evsey D.
Domar dan Roy F. Harrod. Teori ini merupakan pengembangan dari teori
makro Keynes dengan memasukkan masalah-masalah ekonomi jangka
panjang, serta berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar
perekonomian bisa tumbuh dan berkembang. Teori Harrod-Domar
mempunyai beberapa asumsi yaitu antara lain (Lincolin Arsyad, 2010: 83):
1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan
sektor perusahaan.
3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal-output (capital-
output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental
capital-output ratio = ICOR).
Menurut Horrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan
sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti
barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan dan material) yang telah
rusak. Namun demikian, untuk dapat meningkatkan laju perekonomian,
20
diperlukan pula investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Teori Harrod-Domar memandang bahwa ada hubungan ekonomis antara
besarnya stok modal (K) dan tingkat output total (Y), maka setiap
tambahan bersih terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan
kenaikan output total sesuai dengan rasio modal output tersebut, hubungan
ini dikenal dengan istilah rasio modal-output (COR).
Jika dianggap COR = k, rasio kecenderungan menabung (MPS) = s
yang merupakan proporsi tetap dari output total dan investasi ditentukan
oleh tingkat tabungan, maka dapat disusun model pertumbuhan ekonomi
yang sederhana sebagai berikut :
Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y),
dapat diturunkan persamaan sederhana sebagai berikut :
1. S = s.Y ............................................................................................... (1)
2. Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan
dilambangkan dengan K maka :
I = ∆K ................................................................................................ (2)
Tetapi karena stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan
output total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka:
YkKataukY
Katauk
Y
K
. ……………….…………. (3)
3. Karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total (I), maka:
S = I ................................................................................................... (4)
Dari persamaan (1) diketahui bahwa S = sY dan dari persamaan (2)
dan (3) diketahui I = ∆K = k.∆Y. Oleh karena itu, dapat dituliskan
21
identitas dari tabungan yang sama dengan investasi pada persamaan (3)
sebagai berikut
S = s.Y = ∆K = k.∆Y = I atau s.Y = k.∆Y …………..……..………. (5)
Akhirnya di dapatkan:
k
s
Y
…………...…………………………….………………….... (6)
∆K/Y pada persamaan (6) menunjukkan tingkat pertumbuhan
output (persentase perubahan output).
Persamaan (6), yang merupakan persamaan Harrod-Domar yang
disederhanakan, menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output (∆K/Y)
ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output
(COR=k). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output secara
positif berhubungan dengan rasio tabungan. Sedangkan hubungan antara
COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah negatf, semakin besar
COR maka rendah tingkat pertumbuhan output.
Logika ekonomi yang terkandung dalam persamaan diatas yaitu
jika ingin tumbuh dengan pesat, maka perekonomian haruslah menabung
dan menginvestasikan sejumlah proporsi tertentu dari output totalnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan, maka semakin
cepat pula perekonomian tersebut akan tumbuh. Tetapi tingkat
pertumbuhan yang nyata sebenarnya tergantung pada produktivitas dari
investasi. Yang dimaksud dengan produktivitas investasi adalah
banyaknya output yang dihasilkan dari satu unit investasi, dapat diukur
dengan kebalikan dari rasio modal-output (COR- atau k), karena rasio ini
22
(1/k) menggambarkan rasio output-modal atau rasio output investasi.
Selanjutnya dengan mengalikan tingkat investasi baru yaitu s = I/Y dan
tingkat produktivitasnya, 1/k, maka akan didapat tingkat pertumbuhan
output total. Karena:
s = S/Y dan 1/k dapat dituliskan dengan 1/(I/∆Y), maka s.1/k =
I/Y.∆Y/I = ∆Y/Y
c. Teori Keynes
Menurut pandangan Keynes, volume pekerjaan tergantung pada
permintaan efektif. Permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan
pekerjaan dan pendapatan. Permintaan efektif terdriri dari permintaan
konsumsi dan permintaan investasi. Permintaan konsumsi tergantung pada
kecenderungan untuk mengkonsumsi, akan tetapi tidak meningkat secepat
kenaikan pendapatan.
Kesenjangan antara pendapatan dan konsumsi dapat dijembatani
oleh investasi. Jika volume investasi yang diperlukan tak terpenuhi maka
harga permintaan agregat akan turun, lebih rendah daripada harga
penawaran agregat. Akibatnya, pendapatan dan pekerjaan akan turun
sampai kesenjangan tersebut terjembatani. Jadi perbedaan antara pekerjaan
dan pendapatan ini sebagian besar akan tergantung pada investasi. Volume
investasi tergantung pada efisiensi marginal dari modal dan suku bunga.
Efisiensi marginal dari modal merupakan tingkat hasil yang diharapkan
dari aktiva modal baru. Bilamana harapan laba tinggi, pengusaha
menginvestasi lebih besar. Suku bunga, yang merupakan faktor lainnya
23
dari investasi, tergantung pada kuantitas. Sekarang investasi dapat
dinaikkan melalui peningkatan efisiensi marginal dari modal atau
penurunan suku bunga. Kenaikan investasi menyebabkan naiknya
pendapatan, dank arena pendapatan meningkat, muncul permintaan ang
lebih banyak atas barang konsumsi, yang pada gilirannya menyebabkan
kenaikkan berikutnya pada pendapatan dan pekerjaan. Proses ini
cenderung menggumpal (kumulatif).
Kenaikan investasi pada tingkat tertentu akan menyebabkan
kenaikan yang berlipat pada pendapatan melalui kecenderungan
berkonsumsi. Hubungan antara kenaikan investasi dan pendapatan ini oleh
Keynes disebut multiplier K (pengali). Efek multiplier ini menperlihatkan
hubungan yang tepat, bila investasi agregat naik, pendapatan akan
meningkat yang besarnya adalah K kali keniakkan investasi tersebut.
Rumusnya adalah IKY dan 1-1/K mewakili kecenderungan marginal
berkonsumsi turun, berkat adanya kenaikan pendapatan, maka diperlukan
suntikan investasi dengan dosis besar guna memperoleh tingkat
pendapatan dan pekerjaan yang lebih tinggi dalam perekonomian (Jhingan,
2004: 133).
B. Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
24
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sukirno, 1993: 107). Investasi tidak hanya untuk
memksimalkan output, tetapi untuk menentukan ditribusi tenahga kerja dan
distribusi pendapatan, pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi.
Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak
dikeluarkannya Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang penanaman modal
asing dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam
negeri, yang kemudian dilengkapi dan disempurnakan dengan Undang-undang
No. 11 tahun 1970 tentang penanaman modal asing dan Undang-undang
No.12 tahun 1970 tentang penanaman modal dalam negeri. Berdasarkan dari
sumber kepemilikan modal, maka invetasi swasta dapat dibagi menjadi
penanaman mdal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Investasi atau pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal dan
peralatan-peralatan produksi dengan tujuan mengganti dan untuk menambah
barang-barang modal dalam perekonomian yang kan digunkan untuk
memproduksi barang dan jasa di masa depan.
Penggunaan modal baik PMDN maupun PMA digunakan bagi usaha-
usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Investasi
tersebut dilakukan secara langsung. Yakni melalui pembelian-pembelian
obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya
(saham-saham) yang dikeluarkan oleh perusahaan serta deposito-deposito dan
tabungan yang berjangka panjang sekurang-kurangnya satu tahun.
25
Harrod dan Dommar memberikan peranan kunci kepada investasi
terhadap peranannya dalam proses pertumbuhan ekonomi khususnya
mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki
peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua, investasi
memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan
stok modal (Jhingan, 2004: 229).
1. Komponen – Komponen Pengeluaran Investasi
Pengeluaran investasi dibedakan menjadi empat komponen
yaitu (Sadono, 2005):
1) Investasi perusahaan–perusahaan swasta
Investasi perusahaan–perusahaan merupakan komponen
yang terbesar dari investasi dalam suatu Negara pada suatu tahun
tertentu. Pengeluaran investasi ini yang terutama diperhatikan oleh
ahli-ahli ekonomi dalam membuat analisis mengenai investasi.
Pengeluaran investasi tersebut meliputi mendirikan bangunan
industri, membeli mesin-mesin dan peralatan produksi lain, dan
pengeluaran untuk menyediakan bahan mentah. Tujuan para
pengusaha melakukan investasi ini adalah untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatan produksi yan akan dilakukan di masa
depan.
2) Investasi yang dilakukan oleh pemerintah
Pemerintah juga melakukan investasi. Berbeda dengan
investasi perusahaan yang bertujuan untuk mnecari keuntungan,
26
investasi pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, investasi pemerintah dinamakan jiga
investasi sosial. Investasi-invetasi tersebut meliputi pembangunan
jalan raya, pelabuhan dan irigasi, mendirikan sekolah, rumah sakit,
dan bendungan. Analisis untuk investasi tersebut bukanlah aspek
yang dibahas secara mendalam dalam teori makro ekonomi.
3) Investasi untuk mendirikan tempat tinggal
Pembanguan rumah-rumah tempat tinggal juga merupakan
pembelanjaan yang digolongkan sebagai investasi. Hal ini
dikarenakan rumah mempunyai sifat yang mendekati peralatan
produksi perusahaan, yaitu memakan waktu lama sebelum nilainya
susut sama sekali, dan bangunan tersebut secara terus menerus
menghasilkan jasa bagi pemilik atau penyewanya.
4) Investasi atas barang-barang inventaris
Komponen yang paling kecil dari investasi adalah
inventaris atau inventory, yaitu stok barang simpanan perusahaan.
Barang-barang yang digolongkan sebagai inventaris meliputi bahan
mentah yang belum diproses, dan barang yang sudah dihasilkan
olehperusahaan tetapi masih dalam simpanan dan belum dijual ke
pasran. Menyediakan barang-barang seperti itu mempunyai arti
penting dalam menciptakan efisiensi dan kelancaran kegiatan
perusahaan.
27
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Didalam neraca nasional atau struktur Produk Domestik Bruto
(PDB) menurut penggunaannya investasi didefinisikan sebagai
pembentukan modal tetap domestik (domestik fixed capital formation).
Investasi sebagai salah satu komponen penting dari permintaan agregat
di dalam ekonomi meruakan faktor yang sangat krusial bagi
kelangsungan proses pembangunan ekonomi dalam negeri (sustainable
development). Salah satu indikator keberhasilannya adalah tingkat
pendapatan nasional per kapita atau laju pertumbuhan produk domestik
(PDB) rata-rata per tahun yang tinggi dan stabil. Proses pembangunan
ekonomi dalam negeri melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang
dan jasa) di semua sektor ekonomi domestik untuk keperluan kegiatan-
kegiatan tersebut, perlu dibangun pabrik-pabrik, gedung perkantoran,
mesin dan alat-alat produksi. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja
atau sumber daya manusia yang terampil, untuk pengadaan semua itu,
termasuk fasilitas seperti gedung sekolah, perpustakaan, dan
sebagainya untuk mendukung penyiapan smber daya manusia,
diperlukan dana yang disebut dana investasi (Tambunan, 2000 dalam
Eny dan Siti: 62).
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 6 pasal 1 Tahun
1968 pengertian penanaman modal dalam negeri adalah bagian
daripada kekayaan masyarakat Indonesia, baik secara langsung
maupun tidak langsung, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang
28
dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang
berdomisili di indonesia, yang disisihkan guna menjalankan sesuatu
usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang
ini.
Penanaman modal dalam negeri merupakan bagian dari
penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan secara langsung oleh
pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara lain melalui
pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan yang jangka waktu
minimal 1 tahun. Menurut undang-undang tersebut pada pasal 3,
perusahaan yang dapat menggunakan modal dalam negeri dapat
dibedakan dua jenis perusahaan, yaitu perusahaan nasional dan
perusahaan asing. Dimana perusahaan nasional dapat dimiliki
seluruhnya oleh negara dan atau swasta nasional ataupun sebagai usaha
gabungan antara negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing
dimana sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki oleh Negara atau
swasta nasional. Dalam setiap izin usaha yang diberikan kepada
perusahaan asing yang menggunakan modal dalam negeri ditentukan
jangka waktu berlakunya yang sudah diatur oleh pemerintah dan
undang-undang.
Sedangkan batas waktu dalam berusaha bagi perusahaan asing,
baik perusahaan baru maupun perusahaan lama dibatasi antara 10
tahun dan 30 tahun. Jika jangka waktu usaha bagi perusahaan asing
telah berakhir, maka warga Negara asing yang bersangkutan dapat
29
melanjutkan usahanya dengan mengalihkan modalnya ke bidang usaha
lain yang batas waktu usahanya belum berakhir dan mengadakan usaha
gabungan dengan perusahaan nasional. Setelah waktu berusaha untuk
perusahaan asing berakhir, maka perusahaan atau modal yang dimiliki
oleh warga Negara asing yang bersangkutan harus dialihkan kepada
warga Negara Indonesia. Jika perusahaan asing telah diberi peringatan
secara tertulis sekurang-kurangnya dua kali oleh instansi pemerintah
yang berwenang, warga Negara asing yang tersebut dalam waktu satu
tahun sejak berakhirnya jangka waktu usahanya, maka pemerintah atau
instansi terkait berhak melakukan likuiditas terhadap perusahaan asing
tersebut.
Pemerintah berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan
dan menyelenggarakan usaha-usaha, agar pada waktunya perrusahaan-
perusahaan nasional dapat menampung dan melakukan fungsi serta
kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan asing yang batas waktunya
telah berakhir.
Dalam Undang-Undang No. 25 pasal 3 ayat 2 Tahun 2007,
tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk:
1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
2) Menciptakan lapangan kerja
3) Meningkatkan pemabangunan ekonomi berkelanjutan
4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
30
6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil
dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri
8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 juga menjelaskan bahwa
pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman
modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria
kesehatan, oral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan
keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Pemerintah
menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdsarkan
kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,
perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan
koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kaspasitas
teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan
badan usaha yang ditunjuk pemerintah.
Bentuk fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada
penanaman modal dapat berupa (Undang-Undang No. 25 Tahun 2007):
1) Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai
tingkat tertentu terhadap umlah penanaman modal yang dilakukan
dalam waktu tertentu.
31
2) Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barangmodal,
mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri.
3) Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan masuk atau bahan
penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu
dan persyaratan tertentu.
4) Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nialai atas
impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan
produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama
jangka waktu tertentu.
5) Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.
6) Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang
usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
3. Penanaman Modal Asing (PMA)
PMA atau investasi asing merupakan invetasi yang dilakukan
oleh para pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan
suatu keuntungan dari usaha yang dilakukan. Menurut Jhingan,
pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat
pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi,
dalam membangun modal overhead ekonomi dan dalam mencipatakan
kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak hanya membawa
uang dan mesin tetapi jiga keterambilan teknik. Ia membuka daerah-
32
daerah terpencil dan mengarap sumber-sumber baru yang belum
dimanfaatkan. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga
ditanggung modal asing. Selanjutnya, modal asing mendorong
pengusaha setempat untuk bekerja sama dengan perusahaan asing. Ia
meniadakan problem neraca pembayaran dan menurunkan tekanan
inflasi. Modal asing membnatu memodernisasi masyarakat dan
memperkuat sektor Negara maupun sektor swasta. Penggunaan modal
asing dengan demikian penting untuk mem[ercepat pembangunan
eonomi Negara-negara terbelakang.
Pengertian PMA dari tinjauan dan pembahasan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Nomor 11 Tahun 1970 tentang
penanaman modal dan kredit luar negeri:
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan
untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2. Alat-Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang
asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke dalam
wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari
kekayaan Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan yang didasarkan dalam Undang-
Undang ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk
membiayai perusahaan di Indonesia.
33
Pengertian PMA diatas adalah penggunaan dari modal asing
untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal
secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Peranan PMA dalam pembangunan adalah :
1. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan sebagai
alat untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
2. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan
perubahan struktur produksi dan perdagangan.
3. Modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana.
Untuk PMA dari segi ekonomi dianjurkan berada dalam
keadaan sebagai berikut :
1. Pemilik modal asing mau menginvestasikan modalnya pada proyek-
proyek besar.
2. Pemerintah dalam menerima kredit PMA harus benar-benar
menggunakan kredit untuk proyek-proyek yang bisa membangun
tabungan dan capital lebih lanjut.
Kreditur berkeinginan baik untuk mendidik dalam keahlian
manajerial, teknik, dan finansial.
Modal asing dapat memasuki suatu negara dalam bentuk
modal swasta dan/atau modal negara. Modal asing swasta dapat
mengambil bentuk penanaman modal asing langsung dan penanaman
modal asing tidak langsung. Berikut penjelasannya (Jhingan, 2004:
483):
34
1) Penanaman Modal Asing Langsung
Penanaman Modal Asing langsung merupakan perusahaan dari
negra penanam modal secara de facto atau de jure melakukan
pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara pengimpor
modal dengan cara investasi itu.
Penanaman modal asing lansung dapat mengambil beberapa
bentuk, yaitu: pembentukan suatu cabang perusahaan di negara
pengimpor modal; pembentukan suatu perusahaan dalam mana
perusahaan dari negara penananm modal memiliki mayoritas saham;
pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor yang semata-
mata dibiayai oleh perusahaan yang terletak di negara penanam
modal; mendirikan suatu korporasi di negara lain oleh perusahaan
nasional dari negara penanam modal.
2) Penanaman Modal Asing Tidak Langsung
Lebih dikenal sebagai investasi portfolio atau rentier yang sebagian
besar terdiri dari penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan
(yang dikeluarkan atau dijamin oleh pemerintah negara pengimpor
modal), atas saham atau surat utang oleh warga negara dari beberapa
negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak
untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya
mempunyai hak atas deviden saja. Pada tahun-tahun terakhir ini telah
berkembang investasi tidak langsung secara multilateral. Warga
negara dri suatu negara membeli membeli surat-surat obligasi
Internastional Bank for Reconstruction and Development (IBRD)
35
yang dilambangkan atau yang membiayai suatu proyek khusus di
beberapa negara terbelakang.
C. Utang Luar Negeri
1. Pengertian Utang Luar Negeri
Utang pada dasarnya adalah suatu alternatif yang dilakukan karena
berbagai alasan yang rasional itu ada muatan urgensi dan ada pula muatan
ekspansi. Muatan urgensi tersebut maksudnya ialah utang dipilih mungkin
sebagai sumber pembiayaan Karena derajat urgensi kebutuhan yang
membutuhkan penyelesaian segera. Sedangkan muatan ekspansi berarti
utang dianggap dapat memberikan keuntungan.
Dalam Undang-undang peraturan Bank Indonesia Nomor:
10/7/PBI/2008 tentang pinjaman luar negeri perusahaan bukan bank,
dinyatakan bahwa pinjaman luar negeri merupakan salah satu faktor
penting yang dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap neraca
pembayaran, kestabilan moneter dan kesinambungan pembangunan. Untuk
mengurangi pengaruh negatif terhadap neraca pembayaran, kestabilan
moneter dan kesinambungan pembangunan, maka pinjaman luar negeri
perlu dikelola dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dan
kepentingan perekonomian nasional serta menjaga kepercayaan pasar
keuangan internasional.
Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan
dengan ketua Bapennas No. 185/KMK. 03/1995 dan No. KEP.
36
031/KET/1995 tanggal 5 Mei 1995 yang telah dirubah dengan SKB No.
459/KMK. 03/1999 dan No. KEP. 264/KET/09/1999 tanggal 29 September
1999 tentang Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan dan
Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Pelaksanaan APBN,
pengertian Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik
dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam
bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi
pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu.
2. Bentuk-Bentuk Utang Luar Negeri
Bentuk utang luar negeri dapat dilihat dari sumber dan persyaratan,
yaitu:
a. Dilihat dari sumber dananya, utang luar negeri dapat dibedakan dalam:
1) Pinjaman Multilateral, yaitu pinjaman yang berasaal dari badan-badan
internasional, misalnya World Bank, Asian Development Bank (ADB),
Islamic Development Bank (IDB).
37
Gambar 2.1
Contoh Pinjaman Multilateral
Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia
2) Pinjaman Bilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari negara-negara
baik yang tergabung dalam CGI maupun antar negara secara langsung
(intergovernment).
Gambar 2.2
Contoh Pinjaman Bilateral
Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia
3) Pinjaman Sindikasi, yaitu pinjaman yang diperoleh dari beberapa bank
dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) internasional. Pemberian
pinjaman tersebut dikoordinir oleh satu bank/LKBB yang bertindak
sebagai sindication leader. Pinjaman ini biasanya dalam jumlah besar
NEGARA
NEGARA
NEGARA
NEGARA
NEGARA
LEMBAGA
INTERNATION
AL
PENERIMA
PINJAMAN
Loan Agreement
NEGARA
PEMBERI
PINJAMAN
NEGARA
PENERIMA
PINJAMAN
Loan Agreement
38
dan bersifat komersial (commercial loan), misalnya dengan tingkat
suku bunga yang mengambang (floating rate). Syarat-syarat pinjaman
yang dituangkan dalam loan agreement merupakan konsensus dan
kesepakatan diantara para pemberi pinjaman.
Gambar 2.3 Contoh Pinjaman Sindikasi
Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia
b. Dilihat dari segi persyaratannya, utang luar negeri dapat dibedakan
menjadi:
1) Pinjaman lunak (Concessional Loan), yaitu pinjaman luar negeri
dalam rangka pembiayaan proyek-proyek pembangunan. Pinjaman
lunak biasanya diperoleh dari Negara-negara yang tergabung dalam
kerangka CGI maupun non CGI. Pengertian concessional loan
biasanya juga diartikan sebagai pinjamn yang diperoleh dari Official
Development Assistance (ODA) baik yang bersifat bilateral yang
bersifat bilayeral maupun multilateral. Berdasarkan Inpres No. 8 tahun
MEMBER
MEMBER
SYNDICATION
LEADER
MEMBER
MEMBER
NEGARA
PENERIMA
PINJAMAN
Loan Agreement
Sharing Dana
39
1984 pinjaman yang dapat diklasifikasikan pinjaman lunak harus
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a) Jangka waktu pengembalian pinjaman selama 25 tahun atau lebih
b) Masa tenggang (grace period) pembayaran pokok pinjaman selama
7 sampai dengan 10 tahun
c) Tingkat bunga pinjaman berkisar 2% sampai dengan 3%
d) Dalam pinjaman yang diberikan terdapat unsure hibah (grant
element) sebesar 25% atau lebih
2) Pinjaman setengah lunak (semi concessional loan), yaitu pinjaman
yang penggunaannya hamper sama dengan penggunaan pinjaman
lunak, namun persyaratannya lebih berat dari pinjaman lunak tetapi
lebih ringan daripada pijaman komersial. Pinjaman semi lunak terdiri
dari:
(a) Fasilitas Kredit Ekspor (FKE), adalah pinjaman luar negeri
yang disediakan oleh suatu badan pengembangan ekspor di luar
negeri kepada Pemerintah Indonesia untuk membiayai
pembelian barang modal bagi proyek tertentu. Fasilitas
pinjaman ini dijamin oleh Pemerintah negara yang
bersangkutan atau lembaga yang ditunjuk. Pada umumnya FKE
diberikan hanya sebesar 65% sampai dengan 90% dari
keseluruhan nilai proyek yang dibiayai, sedangkan sisanya
dibiayai dengan dana sendiri atau dana pendampingan oleh
Pemerintah RI. Fasilitas Kredit Ekspor dapat dalam bentuk
40
Suppliers Credit atau Buyers Credit. Buyers Credit adalah
injaman FKE yang diterima dari Bank komersial atau lembaga
keuangan bukan bank luar negeri, dimana tujuan pinjaman
tersebut adalah untuk pembelian barang dari Negara pemberi
pinjaman. Sedangkan Supplier Credit adalah pinjaman FKE
yang diterima pemerintah langsung dari pemasok barang di luar
negeri kepada Pemerintah RI yang akan diberikan dalam
bentuk barang dalam keperluan proyek. Dapat diartikan bahwa
dalam supplier credit ini, pihak yang menerima pnjaman
adalah pihak pemasok barang.
(b) Purchase Installment Sale Agreement (PISA), yaitu pinjaman
yang diberikan oleh perusahaan leasing untuk pembiayaan
proyek pembangunan tertentu yang dituangkan dalam bentuk
persetujuan jual beli dengan pembayaran angsuran. Besarnya
pinjaman PISA adalah 100% dari nilai proyek.
(c) Pinjaman Komersial (Commercial Loan), yaitu pinjaman yang
diterima dengan syaratsyarat yang ditetapkan berdasarkan
kondisi pasar uang dan pasar modal internasional. Pinjaman ini
lazim pula disebut cash loan karena pinjaman diterima dalam
bentuk uang tunai dan penggunaannya lebih fleksibel atau tidak
mengikat. Jumlah pinjaman komersial umumnya berjumlah
besar karena pemberi pinjaman berupa sindikasi yang
anggotanya terdiri atas perbankan dan lembaga-lembaga
41
keuangan internasional. Beberapa pertimbangan bagi
Pemerintah dalam menerima pinjaman komersial adalah
mendukung penganekaragaman (diversifikasi) pinjaman atau
memperluas sumber pinjaman yaitu memperoleh pinjaman dari
perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, jumlah
pinjaman relative lebih besar dan tata cara penarikannya lebih
mudah, dan penggunaan dana tidak terikat pada satu proyek
tertentu namun lebih fleksibel, baik untuk diinvestasikan
kembali, untuk membiayai proyek atau untuk memperkuat
cadangan devisa.
Bentuk lain dari pinjaman komersial adalah penerbitan Surat Utang
Negara (Notes) dan penerbitan Obligasi Pemerintah (Bonds). Notes dan
Bonds adalah commercial papers yang diterbitkan oleh borrower dalam
valuta tertentu dengan nilai tertentu yang merupakan bukti pengakuan
hutang dan janji untuk membayar kembali pada saat yang telah ditentukan.
Bukti pengakuan hutang ini dapat diperjual belikan di pasar internasional
tertentu dan akan dilunasi kepada pemegang oleh borrower pada saat jatuh
tempo. Bonds merupakan surat hutang berjangka waktu sampai dengan 30
tahun yang diterbitkan oleh suatu Negara atau badan usaha yang bunganya
dapat bersifat tetap (fixed) atau mengambang (floating). Sedangkan Notes,
atau biasanya dalam bentuk FRN (Fixed Rate Notes) adalah surat hutang
dengan suku bunga mengambang yang berjangka waktu dari 5 tahun
hingga 10 tahun.
42
3. Prinsip Dasar Penerimaan Utang Luar Negeri
Dalam menerima utang dari luar negeri, Pemerintah menetapkan
kebijakan yang ditetapkan sejalan dengan kebijakan umum dan dijadikan
prinsip dasar dan pertimbangan dalam menerima setiap utang luar negeri.
Prinsip dasar itu adalah:
a. Utang yang diterima harus berjangka panjang dengan syarat-syarat yang
ringan, yaitu syarat yang masih dapat dipenuhi secara normal dan wajar.
b. Utang yang diterima tidak disertai dengan suatu ikatan politik apapun dan
dilandasi azas yang saling menguntungkan secara wajar.
c. Jumlah dan syarat pinjaman disesuaikan dengan batas kemampuan untuk
membayar kembali dan tidak menimbulkan beban yang terlalu
memberatkan terhadap neraca pembayaran. Indikator kemampuan
membayar adalah rasio antara jumlah utang dan bunga pada satu periode
dengan hasil ekspor pada periode yang sama atau disebut Debt-Service
ratio (DSR).
d. Penggunaan dan penarikan dana pinjaman tidak terlalu ketat dan lebih
disukai jenis pinjaman yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
e. Sumber dana pinjaman harus jelas dan pihak kreditor dikenal mempunyai
reputasi yang baik.
f. Perlu adanya penganekaragaman (diversifikasi) sumber dan bentuk
pinjaman, sehingga dapat meningkatkan borrowing capacity Indonesia.
Hal ini dilakukan karena Indonesia tidak selamanya dapat memperoleh
pinjaman bersifat lunak sehingga perlu dicari bentuk-bentuk pinjaman lain
seperti fasilitas kredit ekspor dan pinjaman komersial serta mencari
43
sumber-sumber lain seperti dari bank-bank, non bank, corporate atau
individual investor potensial yang diorganisir oleh Pemerintah negara
kreditor.
g. Penggunaan pinjaman diarahkan pada pembiayaan proyek-proyek yang
member manfaat langsung bagi pengembangan industri dalam negeri serta
mendorong perluasan lapangan kerja.
h. Penggunaan pinjaman tidak dibatasi untuk impor barang/jasa dari negara
pemberi pinjaman saja, tetapi hendaknya bebas digunakan untuk
kepentingan impor dari Negara lain.
4. Mekanisme Penerimaan Utang Luar Negeri
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa utang luar negeri
yang diterima adalah merupakan penerimaan sebagai pelengkap dalam
membiayai pembangunan di luar penerimaan lain dalam bentuk penerimaan
pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Dengan kata lain, penerimaan
utang luar negeri merupakan komponen PBN Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang proses penyusunannpa melibatkan seluruh departemen dan
lembaga pemerintah non departemen serta parelemen (DPR). Demikian juga
dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, pengelolaannya dilakukan secara
bersama oleh instansi-instansi terkait di bawah koordinasi Menteri
Koordinator Perekonomian yang antara lain terdiri atas Bappenas, Departemen
Keuangan, Bank Indonesia dan Departemen Teknis terkait sebagai executing
agency. Masing-masing instansi mengelola pinjaman ini sesuai dengan tahap-
tahap pelaksanaan pinjaman yang meliputi tahap pengusulan proyek,
44
pencairan pinjaman, penggunaan pinjaman dan pembayaran kembali
pinjaman. Pejabat yang ditunjuk (in charge) atas nama Pemerintah RI sebagai
peminjam (borrower) adalah Menteri Keuangan, sedangkan yang bertindak
sebagai pelaksana proyek (executing agency) adalah Departemen Teknis atau
BUMN/BUMD yang membawahi proyek.
a. Pengajuan Usulan Proyek yang Dibiayai Pinjaman Luar Negeri
1) Prosedur Pengusulan Proyek Utang Luar Negeri:
a) Menteri/Ketua Lembaga Pemerintah Non Departemen, mengusul-
kan proyek-proyek yang direncanakan untuk mencapai sasaran
pembangunan (yang didukung oleh sumber Pinjaman/Hibah luar
negeri), yang sebagian atau seluruh pembiayaannya berasal dari
pinjaman/hibah luar negeri, kepada Kepala BAPPENAS.
b) Untuk proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (BUMN/
BUMD) maka usulan proyek dikoordinasikan dan diajukan oleh
Menteri/Ketua Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
memberikan pembinaan teknis.
Selanjutnya Bappenas melakukan penilaian terhadap proyek-
proyek yang diusulkan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Kesesuaian dengan kebijakan, sasaran dan program
Pembangunan.
b) Mempunyai prioritas tinggi dan layak untuk dibiayai dengan
Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).
45
c) Pertimbangan-pertimbangan lain yang sejalan dengan perkem-
bangan kebijaka pembangunan nasional.
Usulan proyek-proyek yang dinilai prioritas dan layak,
dituangkan dalam Daftar Rencana Pinjaman/Hibah Luar Negeri
(DRPHLN atau Blue Book/Buku Biru), yang disusun dan berlaku
untuk 1 (satu) tahun. Buku biru terdiri dari dua bagian, yaitu:
a) Bagian pertama berisi usulan bantuan proyek (project aid) yang
umumnya berupa usulan proyek baru, rehabilitasi atau
peningkatan proyek yang sudah ada dan persiapan disain teknik
proyek yang akan dibangun.
b) Bagian kedua berisi usulan bantuan teknik (technical assistance)
yang biasanya merupakan proyek-proyek penunjang yang luas
pula cakupannya, seperti persiapan pra-studi, studi kelayakan,
peningkatan keahlian tenaga-tenaga proyek dan pengadaan
peralatan dan fasilitas penunjang lainnya yang dana
pembiayaannya dapat berupa hibah atau pinjaman.
2) Persyaratan Pengusulan Proyek Utang dan Hibah Luar Negeri
Proyek-proyek yang dapat dibiayai dengan pinjaman/hibah luar
negeri pada prinsipnya memiliki karakteristik yang terkait dengan
strategi, kebijakan dan prosedur pemberi pinjaman/bantuan, jenis dan
sifat pinjaman/bantuan itu sendiri, sifat dan besaran proyek,
kompleksitas manajemen proyek, dan aspek-aspek yang harus
diperkuat dalam penyiapan maupun pelaksanaan proyek.
46
5. Biaya yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman
Terdapat beberapa biaya dan beban lainnya yang harus ditanggung
oleh penerima pinjaman luar negeri baik atas beban PBN Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) atau beban Bank Indonesia. Beberapa jenis beban
biaya tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bunga Pinjaman, merupakan biaya bunga atas fasilitas pinjaman luar
negeri yang telah disediakan yang telah ditarik (disburshed loan).
Besarnya bunga pinjaman telah ditetapkan dalam perjanjian pinjaman
(loan agreement) tergantung pada jenis pinjaman, yaitu pinjaman lunak,
semi lunak, komersial.
b. Commitment Fee, yaitu fee yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman
(lender) atas komitmen pinjaman yang telah diberikan dan telah
dituangkan dalam loan agreement. Besarnya commitment fee dihitung
berdasarkan plafond pinjaman yang belum ditarik (undisburshed loan).
c. Agent Fee, adalah fee yang dibayarkan kepada agen yang ditunjuk oleh
Pemerintah RI dalam rangka perolehan pinjaman sindikasi. Agen tersebut
berfungsi sebagai penghubung antara Pemerintah RI dengan member
dapam kredit sindikasi. (Direktorat Luar Negeri Bagian Ekspor dan Impor,
2005).
47
6. Teori Utang Luar Negeri
Sumber keuangan dari luar berupa pinjaman luar negeri dapat
memainkan peranan penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber
daya yang berupa devisa atau tabungan domestik. Pendekatan inilah yang
disebut sebagai analisis bantuan luar negeri dua kesenjangan (two-gap model)
ini mengatakan bahwa negara berkembang pada umumnya menghadapi
kendala berupa kterbatasan tabungan domestik yang jauh dari mencukupi
untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan devisa
yang tidak memungkinkan mengimpor barang-barang modal dan antara yang
penting bagi usaha pembangunannya. Secara umum model ini berasumsi
bahwa kekurangan atau kesenjangan (antara persediaan dan kebutuhan)
tabungan (saving gap) serta kesenjangan devisa (foreign-exchange gap) itu
tidak sama bobotnya, dan satu sama lain berdiri sendiri (artinya keduanya
tidak saling menggantikan). Kekurangan tabungan tidaklah dapat digantikan
oleh cadangan devisa dan sebaliknya, kekurangan devisa tidak pula dapat
dipenuhi oleh tabungan dalam negeri.
Secara matematis, model dua kesenjangan secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Kesenjangan tabungan
Dimulai dengan suatu persamaan atau identitas atas hubungan
antara arus pemasukan modal (misalnya, selisih antara ekspor dan
impor) dan dengan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk
48
investasi, dengan tingkat investasi domestik, yang dapat ditulis
sebagai berikut:
…………………………………………………….... (7)
Dimana F adalah jumlah arus pemasukan modal. Seandainya nilai F
ditambah sY lebih besar dari I, dan perekonomian itu tengah berada
dalam kondisi full employment, maka bisa dipastikan bahwa tengah
terjadi kesenjangan tabungan di Negara tersebut.
2. Kesenjangan devisa
Jika setiap unit investasi yang dilakukan oleh Negara-negara
berkembang menyebabkan kenaikan impor hingga sebesar m1,
yakni pangsa impor marjinal (marginal impor share) di kebanyakan
Negara berkembang, pangsanya ini berkisar dari 30 sampai dengan
60 persen dan kecenderungan marjinal terhadap impor (marginal
propensity to import) akibat naiknya 1 unit PDB dengan parameter
m2, maka kesenjangan devisa itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
…………………………………… (8)
Simbol E melambangkan tingkat ekspor eksogen.
Faktor F dalam kedua ketidaksamaan diatas merupakan faktor kritis
dalam analisis. Jika F, E, dan Y diberikan nilai secara eksogen (ditentukan dari
luar), maka salah satu dari kedua ketidaksamaan diatas yang akan menjadi
faktor penghambat tingkat investasi akan tertekan menjadi lebih rendah oleh
salah satu ketidaksamaan tersebut. Dengan demikian dari penerapan rumus
tersebut setiap negara akan dapat diketahui masalah utamanya, apakah itu
49
kesenjangan tabungan atau kesenjangan devisa. Hal ini yang lebih penting
menurut sudut analisis pinjaman luar negeri adalah bahwasannya dampak
peningkatan arus modal akan lebih besar di Negara yang tengah mengalami
kesenjangan devisa (persamaan 7) daripada di Negara yang mengalami
kesenjangan tabungan (persamaan 8). Namun hal ini tidaklah bererti bahwa
Negara-negara yang mengalami kesenjangan tabungan tidak membutuhkan
pinjaman luar negeri. Model dua kesenjangan inihanya merupakan suatu
metodologi yang bersifat garis besar untuk menentukan kebutuhan serta
kemampuan relative dari masing-masing Negara berkembang dalam
menggunakan pinjaman luar negerinya secara efektif (Michael P. Todaro,
1998: 169).
7. Alasan Dilakukanya Utang Luar Negeri
Kegiatan untuk memberikan bantuan luar negeri oleh negara-negara
maju kepada negara-negara yang sedang berkembang dilakukan dengan
berbagai alasan, antara lain yaitu:
a. Membantu negara-negara yang menerima bantuan untuk mempercepat
pembangunan ekonominya.
b. Membantu mengeratkan hubungan ekonomi dan politik diantara Negara
yang menerima dan memberi bantuan.
c. Membendung pengaruh ideology yang bertentangan dengan yang dianut
oleh Negara pemberi bantuan.
50
Utang luar negeri bukan hanya dibutuhkan dalam proses perdagangan ,
tetapi juga dibutuhkan dalam perekonomian suatu Negara untuk menunjang
proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri merupakan mata
rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan ekternal perekonomian
suatu Negara. Dalam pemahaman ini sulit sekali menyatakan bahwa suatu
negara bisa saja tidak berutang sama sekali. Tetapi jelas sekali bahwa jumlah
dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar
justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan.
D. Hubungan Masing-Masing Variabel Independen Terhadap Variabel
Dependen
1. PMDN Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang produksi, untuk menambah kemampuan
memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang
berasal dari investasi dalam negeri. Investasi menghimpun akumulasi
modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna
bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan
bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan
meningkat. Jelas dengan demikian bahwa investasi khususnya Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) memainkan peranan penting dalam
menentukan jumlah output dan pendapatan. Kekuatan ekonomi utama
51
yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan
oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa
depan (Samuelson dan Nordhaus, 1993: 183). Jadi PMDN mempunyai
pengaruh yang positif terhadap pertumbuahan ekonomi.
Berdasarkan penelitian dari Danu Winoto dalam skripsi yang berjudul
Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam
Negeri, Ekspor Total dan Kredit Perbankan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia tahun 1970-2008, menjelaskan bahwa PMDN
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu dalam
jangka pendek mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, dengan nilai koefisien 0,995965. Artinya, jika
PMDN naik 1% akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun sebesar
0,995965%. Sedangkan dalam jangka panjang PMDN mempunyai
pengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, dengan nilai koefisien sebesar 0,0000212. Artinya, PMDN
dalam jangka panjang mempunyai pengaruh yang tidak terlalu besar
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dengan penjelasan bahwa
setiap kenaikan PMDN sebesar 1% maka hanya menaikkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,0000212 % saja.
2. PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Penanaman modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara berkembang
dalam memacu kenaikan pertumbuhan ekonomi, untuk menjaga dan
52
mempertahankan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dengan perubahan
dan perombakan yang substansial dalam struktur produksi dan dalam
mobilisasi sumber dana transformal struktural.
Penanaman modal asing dapat mengisi kesenjangan antara persediaan
tabungan, cadangan devisa, penerimaan pemerintah, dan keahlian
manajerial yang terdapat di negara penerimanya dengan tingkat persediaan
yang dibutuhkan untuk dapat mencapai target-target pertumbuhan dan
pembangunan ekonominya. Maka, penanaman modal asing yang masuk
akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin besar modal asing yang
masuk, semakin tinggi pertumbuhan ekonominya.
Berdasarkan penelitian dari Musleh Jawas dalam skripsinya yang
berjudul Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim periode 2004-2005.
Penelitian ini menjelaskan hubungan penanaman modal asing terhadap
pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan.
Dengan nilai koefisien sebesar -0,000495, artinya setiap kenaikan 1 juta
USD penanaman modal asing, pertumbuhan ekonomi di Negara-negara
muslim mengalami penurunan sebesar 0,000495 %. Hal ini dikarenakan di
negara-negara muslim sebagian besar jumlah penanaman modal asing
yang diinvestasikan belum dipergunakan secara maksimal.
53
3. Utang Luar Negeri Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Utang luar negeri digunakan untuk memenuhi pembiayaan-pembiayaan
pemerintah dan investasi dalam negeri, yaitu terletak pada peranannya
dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan
dan jumlah devisa dari pendapatan ekspor ditambah dengan utang luar
negeri.
Utang luar negeri juga dianggap dapat mempermudah dan mempercepat
proses pembangunan, karena utang luar negeri dapat secara seketika
meninkatkan persediaan tabungan. Tanpa utang luar negeri, maka negara
berkembang yang bersangkutan harus menunggu sekian tahun untuk
mengakumulasikan tabungan dalam negerinya. Pada akhirnya, nanti,
diharapkan kebutuhan terhadap utang luar negeri akan menurun dengan
sendirinya, setelah sumber-sumber daya dalam negerinya sudah cukup
memadai untuk mendukung suatu proses pembangunan yang
berkesinambungan.
Hal ini dapat diartikan bahwa utang luar negeri dapat digunakan untuk
pembiayaan-pembiayaan dalam peningkatan pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Maka kenaikan utang luar negeri dalam waktu
tertentu dapat menaikkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan
syarat utang luar negeri tersebut dapat diatur dengan baik, baik proses
peminjamannya sampai dengan pengembaliannya.
Berdasarkan jurnal ekonomi dari Nurlia Listiani dengan judul Pengaruh
Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Periode 1978-2004.
54
Penelitian ini menjelaskan bahwa utang luar negeri mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan nilai
koefisien sebesar 4,589. Artinya, jika terjadi kenaikan rasio utang luar
negeri dari PDB sebesar 1% maka akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 4,589% dengan mengasumsikan faktor lainnya tetap
(caterris paribus).
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian dari Istiqomah dan Bambang Kustituanto dengan judul
”peranan penanaman modal asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi”.
Variabel yang digunakan adalah penanaman modal asing, bantuan luar
negeri,tabungan domestik dan pertumbuhan ekonomi. Model dasar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model pertumbuhan ekonomi yang
dikembangkan oleh Papanek (1973) dan Moosley (1980). Metode estimasi
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dengan model
dinamis, yaitu dengan menggunakan uji model Error Correction Model
(ECM). Berdsarkan hasil empiris diatas dapat disimpulkan bahwa bantuan luar
negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan dalam jangka panjang, Untuk
variable investasi asing idak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Lalu untuk variable tabungan
domestik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang.
55
Penelitian dari Lumadya Adi yang berjudul ”Pengaruh pertumbuhan
utang luar negeri pemerintah dan swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1998”. Penelitian ini mengkaji
secara empirik hubungan jangka pendek dan jangka panjang utang luar negeri
pemerintah dan swasta terhadap pertumbuhan ekonomi . Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Error Correction Model (ECM).
Berdasarkan analisis hasil empiris diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Utang luar negeri pemerintah dalam jangka panjang berpengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
b. Utang luar negeri swasta dalam jangka pendek berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
c. Utang luar negeri pemerintah dalam jangka panjang berpengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
d. Utang luar negeri swasta dalam jangka panjang berpengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Penelitian dari Yonathan S. Hadi dengan judul “Analisis vector auto
regression (VAR) terhadap korelasi antara pendapatan nasional dan investasi
pemerintah di Indonesia, 1983/1984-1999/2000”. Variable ekonomi yang
diamati, yakni produk domestik bruto (PDB) dan investasi saling
mempengaruhi satu sama lain.Data yang digunakan dalam analisis ini adalah
data Produk Domestik Bruto (PDB) untuk mewakil pendapatan investasi,
keduanya berdsarkan harga berlaku. Dengan menggunakan model VAR
(Vector Auto Regression) dan dalam periode yang diamati, investasi
56
pemerintah di sektor fiskal, khususnya pengeluaran pembangunan rupiah
ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Penelitian dari Hui-Lin Lin dan Wen-Bin Chuang dengan judul “FDI
and Domestik investment in Taiwan: Endogenous Switching Model”. Data
diperoleh dari Kementerian Ekonomi Biro Pembangunan Taiwan dalam runtun
waktu tahun 1993-1995 dan 1997-1999. Dengan menggunakan model regresi
endogen (Endogenous Switching Regression Model), dapat ditarik kesimpulan
bahwa FDI berpengaruh positif terhadap investasi domestik pada perusahaan
besar dan berpengaruh negatif pada perusahaan kecil di Taiwan.
Penelitian dari Setyo Tri Wahyudi dengan judul “Pengaruh Penanaman
Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1980-
2004. Pendekatan kausalitas”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
hubungan antara penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dengan mengggunakan data dari penanaman modal asing dan PDB
pada tahun 1980–2004 dengan metode pendekatan kausalitas. Dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara penanaman modal asing
dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama pada tahun 1980-2004.
Penelitian dari Nuzhat Falki dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal
Asing di Pakistan”. Variabel dalam penelitian ini yaitu Modal Dalam Negeri,
Ekspor, dan Tingkat Tenaga Kerja. Dengan menggunakan data time series dari
tahun 1980-2006. Model yang digunakan adalah model pertumbuhan endogen
dan OLS (Ordinary Least Square). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
57
variabel modal dalam negeri dan tingkat tenaga kerja dalam jangka panjang
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Pakistan. Kemudian variabel ekspor juga mempunyai pengaruh positif, akan
tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Sedangkan
penanaman modal asing memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, penanaman modal asing di Pakistan
tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan.
Penelitian dari Fitri Amalia dengan judul “Analisis Hubungan
Kausalitas Antara Investasi (Pemerintah, Swasta Asing dan Swasta Domestik)
Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1970-2005”. Model yang
digunakan untuk menganalisis hubungan kausal antara variabel-variabel yang
menjadi objek penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan
model Vector Auto Regression. Berdasarkan uji kausalitas bahwa secara
signifikan tidak terdapat hubungan kausalitas antara investasi pemerintah
dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi secara signifikan
mempengaruhi investasi asing sementara investasi asing tidak memiliki
pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara investasi swasta domestik dengan
pertumbuhan ekonomi, begitu sebaliknya pertumbuhan ekonomi belum mampu
mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
58
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti Judul Metode Hasil
1999 Bambang
Kustituanto
dan
Istikomah
Peranan Penanaman
Modal Asing
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Di
Indonesia tahun
1977-1996.
Error
Correction
Model
(ECM).
Investasi asing tidak
berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
2003 Lumadya
Adi
Pengaruh
Pertumbuhan Utang
Luar Negeri
Pemerintah dan
Swasta Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
1975-1998.
Error
Correction
Model
(ECM)
- Utang luar negeri
Pemerintah jangka
pendek dan jangka
panjang tidak
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
indonesia
- Utang luar negeri
swasta dalam jangka
pendek berpengaruh
signifikan, sedangkan
dalam jangka panjang
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
2003 Yonathan
S. Hadi
Analisis Vector Auto
Regression Terhadap
Korelasi Antara
Pendapatan Nasional
dan Investasi
Pemerintah di
Indonesia 1983/1984-
1999/2000
Analisis
Vector Auto
Regression
(VAR).
Investasi pemerintah
di sektor fiskal tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
2007 Hui-Lin
dan Wen-
Bin
Chuang
Penanaman Modal
Asing dan
Penanaman Modal
Dalam Negeri di
Taiwan:
Menggunakan
Model Endogen.
Periode 1993-1995
dan 1997-1999.
Model Teori
Pertumbuhan
Endogen
FDI berpengaruh positif
terhadap investasi
domestik pada
perusahaan besar dan
berpengaruh negatif
pada perusahaan kecil
di Taiwan.
2009 Setyo Tri
Wahyudi
Pengaruh
Penanaman Modal
Asing Langsung
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Vector Auto
Regression
(VAR).
Ada hubungan positif
antara penanaman
modal asing dan
pertumbuhan ekonomi
di Indonesia terutama
pada tahun 1980-2004.
59
Indonesia 1980-
2004: Pendekatan
Kausalitas
2009 Nuzhat
Falki
Pengaruh
Penanaman Modal
Asing di Pakistan.
Model Teori
Petumbuhan
Endogen dan
OLS
(Ordinary
Least
Square).
Dalam jangka panjang,
variabel modal dalam
negeri, dan tingkat
buruh mempunyai
pengaruh yang positif
dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Pakistan.
Untuk variabel ekspor
mempunyai pengaruh
positif akan tetapi
tidak signifikan,
sedangkan PMA
mempunyai pengaruh
yang negatif dan tidak
signfikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
di Pakistan.
2010 Fitri
Amalia
Analisis Hubungan
Kausalitas Antara
Investasi
(Pemerintah, Swasta
Asing dan Swasta
Domestik) Dengan
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Periode 1970-2005
Vector Auto
Regression
(VAR).
Secara signifikan tidak
terdapat hubungan
kausalitas antara
investasi pemerintah
dengan pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan
ekonomi secara
signifikan
mempengaruhi
investasi asing
sementara investasi
asing tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan bagi
pertumbuhan ekonomi
Indonesia, tidak
terdapat pengaruh
yang signifikan antara
investasi swasta
domestik dengan
pertumbuhan ekonomi,
begitu sebaliknya
pertumbuhan ekonomi
belum mampu
mendorong dan
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
60
F. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran dari
kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian
masalah yang ditetapkan (Hamid, 2010: 15).
Penelitian ini menganalisis pengaruh penanaman modal dalam negeri,
penanaman modal asing dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Variabel bebas yang terdiri dari penanaman modal dalam negeri,
penanamn moda asing, dan utang luar negeri berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikatnya. Pertumbuhan ekonomi
membutuhkan peningkatan investasi yang pada gilirannya membutuhkan dana
pembiayaan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari kedua sumber
pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seharusnya merupakan sumber
pokok pembiayaan, terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka
panjang dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan investasi dari
sumber dalam negeri yaitu penanaman modal dalam negeri.
Menurut teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, untuk dapat
meningkatkan laju perekonomian, diperlukan investasi sebagai tambahan stok
modal. Jika ingin tumbuh dengan pesat, maka perekonomian haruslah
menginvestasikan sejumlah proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin
banyak investasi, maka semakin cepat pula perekonomian akan tumbuh.
Investasi dalam penelitian ini yaitu investasi asing (Penanaman Modal Asing)
dan investasi dalam negeri (Penanaman Modal Dalam Negeri).
61
Disisi lain, utang luar negeri juga mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi dikarenakan utang luar negeri dibutuhkan dalam
perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri.
Artinya, utang luar negeri merupakan mata rantai yang menghubingkan
kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Tentunya jumlah
dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar
sehingga tidak menjadi beban yang berkepanjangan. Sumber keuangan dari
luar berupa utang luar negeri dapat memainkan peranan penting dalam usaha
melengkapi kekurangan sumber daya yang berupa devisa atau tabungan
domestik. Pendekatan inilah yang disebut sebagai analisis bantuan luar negeri
dua kesenjangan (two-gap model).
Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijelaskan
dalam fungsi PDB dan dalam skema sebagai berikut:
ULNPMAPMDNfPDB ,,
62
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri,
Penanaman Modal Asing, dan Utang luar Negeri
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode
1985-2009
Variabel Independen:
Penanaman Modal
Dalam Negeri
(PMDN)
Penanaman Modal
Asing (PMA)
Utang luar negeri
Variabel Dependen :
Pertumbuhan
Ekonomi
Metode Analisis:
Regresi Berganda
Kesimpulan dan
Implikasi
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Variabel ekonomi makro akan mempengaruhi dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Perumusan Masalah
1.Menentukan bagaimana pengaruh
PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.Menentukan bagaimana pengaruh PMA
terhadap pertumbuhan ekonomi.
3.Menentukan bagaimana pengaruh utang
luar negeri terhadap pertumbuhan
ekonomi.
4.Menentukan pengaruh PMDN,PMA,dan
Utang luar negeri secara bersama-sama
terhadap pertumbuhan ekonomi
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh PMDN
terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Untuk mengetahui pengaruh PMA
terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Untuk mengetahui pengaruh utang
luar negeri terhadap pertumbuhan
ekonomi.
4. Mengetahui bagaimana pengaruh
PMDN, PMA, dan utang luar negeri
secara bersama-sama terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Hasil
63
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada masalah penelitian dan kerangka pemikiran maka
secara umum dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. H1 : β1 ≠ 0 Diduga Penanaman modal dalam negeri berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. H1 : β2 ≠ 0 Diduga Penanaman Modal Asing berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3. H1 : β3 ≠ 0 Diduga utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
4. H1 : β1 ; β2 ; β3 ≠ 0 Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman
Modal Asing dan Utang luar negeri berpengaruh signifikan secara bersama-
sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
64
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif. Dimana
data kuantitatif adalah data yang bersifat numerik atau angka
(Lukman,2007:4). Penelitian ini menggunakan studi literature tentang
pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, utang luar
negeri terhdap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan studi time series dari tahun 1985-2009. Serta pengolahan data
dengan menggunakan metode analisis regresi berganda (multiplier
regression).
Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari empat variabel
yang terdiri dari satu variabel tidak bebas (Dependent Variabel) dan empat
variabel bebas (Independent Variabel).
Dependent variabel, yaitu:
1. Pertumbuhan ekonomi dilambangkan dengan “PDB”
Independent variabel, yaitu:
1. Penanaman modal asing dilambangkan dengan “PMA”
2. Penanaman modal dalam negeri dilambangkan dengan “PMDN”
3. Utang luar negeri dilambangkan dengan “ULN”
65
B. Metode Pengumpulan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
(Kuncoro,2003:104). Sedangkan sampling adalah proses memilih sejumlah
elemen dari sebuah populasi yang mencukupi untuk mempelajari sampel dan
memahami karakteristik elemen populasi.
Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik.
Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105) :
1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan
yang berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban
yang dikendaki.
2. Sampel yang baik menidentifikasikan setiap probabilitas dari setiap unit
analisis untuk menjadi sampel.
3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan
pengaruh dalam pemilihan sampel dari pada harus melakukan sensus.
4. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat
kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari
sampel statistika.
Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berurutan. Adapun tahapan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut
(Kuncoro, 2003:108) :
1. Penentuan Populasi
2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel
3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel
66
4. Penentuan Desain sampel
5. Penentuan Jumlah Sampel
6. Pemilihan Sampel
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah PDB di Indonesia,
Investasi, dan utang luar negeri.
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB,
Investasi PMA dan PMDN, serta utang luar negeri dengan data tahunan
selama periode 1985-2009.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan adalah time
series, yaitu proses pengumpulan data pada suatu obyek tertentu berdasarkan
urutan waktu. Data yang dipergunakan merupakan data runtutan waktu 25
tahun dari tahun 1985–2009.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda (multiple
regression) dengan rumusan model penelitian sebagai berikut :
PDB = βo + β1PMDN + β2PMA + β3ULN +
Dimana :
PDB = Produk Domestik Bruto dalam miliar rupiah
67
PMA = Penanaman Modal Asing (PMA) dalam miliar
rupiah
PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam
miliar rupiah
ULN = Utang Luar Negeri (ULN) dalam miliar rupiah
β0 = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien penjelas masing-masing input nilai
parameter
ε = Eror term
Menurut Gujarati, setiap estimator regresi berganda harus memenuhi
kriteria BLUE, yaitu :
1. Best adalah yang terbaik.
2. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel.
3. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi sesuai dengan
nilai yang sebenarnya.
4. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum diantara
pemerkira lain yang tidak bias.
Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model
penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan untuk
mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak.
Pengujian yang dilakukan melalui uji stasioneritas, uji asumsi klasik yang
meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan
multikolinieritas, serta uji statistik yang meliputi uji signifikansi parameter
68
individu (uji statistik t), uji signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji
koefisien determinasi (R2).
1. Uji Stasioneritas
Menurut Nachrowi (2006: 339) sebagaimana diketahui bahwa data
time series merupakan data sekumpulan nilai suatu variabel yang diambil
pada waktu yang berbeda. Setiap data ditampilkan secara berkala pada
interval waktu tertentu, misalnya harian, triwulan, tahunan dan sebagainya.
Dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak
digunakan. Namun begitu pentingnya data tersebut, ternyata data time
series menyimpan berbagai permasalahan yaitu salah satunya masalah
autokorelasi. Autokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan
data tidak stasioner, sehingga bila data distasionerkan maka autokorelasi
akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk
membuat data yang tidak stasioner menjadi stasioner sama dengan
transformasi data untuk menghilangkan autokorelasi.
Dengan kondisi seperti diatas, maka dapat dikatakan bahwa sangat
banyak metode dalam membuat model-model ekonometrika dengan data
time series yang mengharuskan kita menggunakan data yang stasioner.
Jadi, dapatlah dimengerti mengapa stasioneritas menjadi masalah penting
dalam analisis data time series.
Sekumpulan data yang dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan
varian dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara
69
sistematik sepanjang waktu, atau sebagian ahli menyatakan rata-rata dan
variannya konstan.
Stasioneritas dapat dilihat dengan menggunakan sebuah uji formal
yang dikenal dengan sebutan uji akar unit root atau uji unit root (uji ADF).
Uji ini merupakan pengujian yang sangat populer, dan dikenalkan oleh
David Dickey dan Wayne Fuller yang disebut uji Augmented Dickey-
Fuller (ADF) test (Nachrowi, 2006: 353).
Suatu data dapat dikatakan sudah stasioner jika nilai
probabilitasnya lebih kecil dari α = 5 persen atau 0,05. Dapat dilihat pula
nilai absolut statistik t dengan nilai kritis menurut table MacKinnon di
berbagai tingkat kepercayaan. Jika nilai absolut statistiknya lebih besar
dibanding dengan nilai tingkat kepercayaan sesuai dengan tingkat
kepercayaan yang dipilih, maka data sudah stasioner (Wing Wahyu
Winarno, 2007: 10.6).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
peneliti melakukan uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas,
dan uji multikolinieritas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual
variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak.
70
Pengujian normalitas ini menggunakan normality histogram
(Insukindro, 2003:61).
Uji Jarque-Bera atau J–B test adalah uji menggunakan hasil
estimasi residual dan chisquare probability distributsi. Jika nilai J – B
hitung < nilai X2 tabel, maka hipotesis tersebut menyatakan residual
residual berdistribusi normal. Atau dengan nilai statistik JB didasarkan
pada distribusi Chi Squares dengan derajat kebebasan (df) 2. Jika nilai
probabilitas statistik JB lebih besar dari α = 5 persen maka tidak terjadi
permasalahan normalitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi
dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul
pada data yang bersifat runtut waktu. Karena berdasarkan sifatnya,
data masa sekarang dipengaruhi data masa sebelumnya. Jika data yang
di analisis mengandung autokorelasi maka menyebabkan estimator
bersifat BLUE, tidak lagi BLUE.
Dapat dilakukan dengan cara yaitu menggunakan Uji Breusch-
Godfrey, yang biasa disebut dengan uji LM (Langrange Multiplier).
Adapun langkah pengujiannya dengan membandingkan Obs*R2
dengan X2 pada derajat kebebasan dan derajat keyakinan tertentu. Jika
Obs*R2 < X
2 tabel maka Ho di tolak (ada autokorelasi) atau jika nilai
probability > 0,05 atau α=5 persen, maka tidak ada autokorelasi
(Winarno, 2007:5.25).
71
c. Uji Heteroskedasitisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor penggangu tidak
memilki varian yang sama (Winarno, 2007:5.8). Dalam penelitian ini,
metode yang digunakan untuk mengetahui masalah heterokedastisitas
adalah dengan uji white. Asumsi yang digunakan ialah jika nilai χ2
hitung (Obs*R-Squared) < χ2 tabel atau variabel penggangu dan
persamaan regresi mempunyai varian yang sama maka uji white test
tidak memiliki masalah heterokedastisitas. Atau dapat diketahui
dengan melihat nilai probablity, jika nilai probability Obs*R-Sqauared
> 0,05 atau α 5%, maka tidak terdapat masalah heterokedastisitas.
d. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antara
variabel independen. Kondisi terjadinya multikolinearitas dapat
ditunjukkan dengan berbagai informasi berikut, yaitu :
1) Nilai R2 tinggi, tapi variabel independen banyak yang tidak
signifikan.
2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen.
Apabila koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinearitas.
3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi ini dapat digunakan
untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel, sebagai
variabel dependen dan variabel independen lain tetap diperlakukan
sebagai variabel independen.
72
Pengujian Multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan
metode deteksi Klien, yaitu dengan membandingkan koefisien
determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi model regresi
aslinya. Jika koefisien determinasi auxiliary lebih besar dari koefisien
determinasi model regresi aslinya, maka terjadi permasalahan
multikolinieritas antara variabel independen yang digunakan dalam
model penelitian.
2. Uji Statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Uji statistik ini meliputi Uji t, Uji F dan Koefisien Determinasi
(R2).
a. Uji Siginifikansi Individual (Uji t-Statistik)
Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen dengan variabel
yang lain konstan. Untuk menguji pengaruh setiap variabel independen
tersebut, maka nilai t hitung harus di bandingkan dengan nilai t tabel.
Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel distribusi
untuk α = 0,05 dan derajat n – k. Maka dalam pengujian ini dilakukan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : βi ≠ 0 (Diduga variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen)
73
Selain dengan menngunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan
dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat
kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t-tabel
dengan t-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika
nilai t-hitung lebih tinggi dari t-tabel yang berarti menolak Ho dan
menerima Ha dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya dan
sebaliknya (Kuncoro, 2003:219).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Stastik)
Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :
1) Jika F-hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti secara bersama-
sama variabel independen secara signifikan tidak dipengaruhi variabel
dependen.
2) Jika F-hitung > F tabel, maka H1 ditolak yang berarti secara bersama-
sama variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara
Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang
ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-hitungnya.
Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen yang berarti menolak H0 dan
menerima H1 dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
74
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya
dan sebaliknya (Kuncoro, 2003:219).
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi adalah kemampuan model dalam
menjelaskan hubungan antar variabel (Winarno, 2007:4.5). Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu, semakin angka mendekati satu
maka semakin baik garis regresi karena mampu menjelaskan data
aktualnya, sebaliknya semakin angka mendekati nol maka kita mempunyai
garis regresi yang kurang baik. Koefisisen determinasi merupakan konsep
statistik, sehingga sebuah garis regresi baik jika nilai R2 tinggi.
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
penelitian yang digunakan, berikut operasional dan cara pengukurannya.
Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel dependen ialah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel bebas (Lukman, 2007 : 5).
Besar efeknya diamati dari ada tidaknya, timbul hilangnya,
membesar mengecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai
akibat perubahan pada variabel lain termasud. Dalam penelitian ini,
variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi.
75
2. Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel independen ialah variabel yang nilainya mempengaruhi
perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007 : 5). Dapat pula dikatakan
bahwa variabel bebas adalah variable yang pengaruhnya terhadap variabel
lain ingin diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
antara lain :
a. Penanaman Modal Dalam Negeri (X1)
b. Penanaman Modal Asing (X2)
c. Utang Luar Negeri (X3)
Berdasarkan model yang digunakan dalam penelitian ini, maka definisi
variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
3. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonmian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Data pertumbuhan
ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang diukur melalui pertambahan dari produk
domestik bruto riil (PDB riil) dengan harga konstan tahun 2000. PDB yang
digunakan dinyatakan dalam miliar rupiah dan data diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) dalam 25 tahun runtun waktu dari tahun 1985–2009.
4. Penananman Modal Dalam Negeri (PMDN), adalah penanaman modal
dalam negeri yang disetujui oleh pemerintah menurut lokasi di Indonesia
setiap tahunnya. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang digunakan
76
dinyatakan dalam miliar rupiah dan data diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dalam runtutan waktu 25 tahun dari tahun 1985–2009.
5. Penanaman Modal Asing (PMA), adalah penanaman modal asing yang
disetujui oleh pemerintah menurut sektor lokasi di Indonesia setiap
tahunnya. Penanaman modal asing (PMA) yang digunakan dinyatakan
dalam miliar rupiah dan dirubah ke dalam bentuk miliar rupiah. Data
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam 25 tahun runtun waktu
dari tahun 1985–2009.
6. Utang Luar Negeri (ULN), adalah utang pemerintah dan utang swasta,
dimana utang pemerintah dijamin oleh pemerintah dan utang swasta tidak
dijamin oleh pemerintah. Utang luar negeri yang digunakan dinyatakan
dalam juta USD dan dirubah ke dalam bentuk miliar rupiah. Data
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam runtun waktu 25 tahun
dari tahun 1985-2009.
Penjelasan operasional variabel dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
77
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Definisi Satuan
Pertumbuhan Ekonomi
(PDB)
Pertumbuhan atau kenaikan output
dalam jangka panjang dalam kurun
waktu 1 tahun. Data yang
digunakan adalah PDB atas harga
konstan dengan tahun dasar tahun
2000. Dari tahun 1985-2009.
Miliar
Rupiah
Penanaman Modal Asing
(PMA)
Investasi yang dilakukan oleh para
pemilik modal asing di dalam
negeri untuk mendapatkan suatu
keuntungan dari usaha yang
dilakukan. Data yang digunakan
adalah Penanaman Modal Asing
yang disetujui pemerintah menurut
lokasi dari tahun 1985-2009.
Miliar
Rupiah
Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN)
Penanaman modal yang dilakukan
di dalam negeri oleh pihak
domestik atau dalam negeri. Data
yang digunakan adalah Penanaman
Modal Dalam Negeri yang disetujui
pemerintah menurut lokasi dari
tahun 1985-2009.
Miliar
Rupiah
Utang Luar Negeri
(ULN)
Pinjaman luar negeri yang
diberikan oleh pemerintah negara-
negara maju atau badan-badan
internasional. Data yang digunakan
adalah total utang luar negeri
pemerintah dan swasta dari tahun
1985-2009.
Miliar
Rupiah
78
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menganalisis pengaruh penanaman modal asing (PMA),
penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan utang luar negeri terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan rentan waktu analisis mulai tahun 1985 sampai dengan tahun
2009. Alat pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peerangkat lunak (software) komputer Eviews 5 dengan metode analisis
regresi berganda. Maka dari itu, perlu dilihat bagaimana gambaran
perkembangan secara umum dari pertumbuhan ekonomi, penanaman modal
asing, penanaman modal dalam negeri, dan utang luar negeri.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat
penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk
melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah
dilaksanakan suatu negara. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan
apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana
aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau
kesejahteraan masyarakat pada periode tetentu. Pertumbuhan ekonomi
suatu negara yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu
79
menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut
berkembang dengan baik. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang kecil
dan menigkat tiap tahunnya belum tentu bias dikatakan telah berhasil
dalam membangun perekonomian negaranya. Masih banyak lagi kondisi-
kondisi pertumbuhan ekonomi negara-negara yang berbeda.
Salah satu target dari trilogi pembangunan adalah menigkatkan
pendapatan nasional yang tinggi, yaitu dilihat dari perkembangan dana
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai total atas segenap output akhir
yang dihasilkan oleh perekonomian (baik itu dilakukan oleh penduduk
warga negara dalam negeri maupun warga negara asing yang bermukim di
negara yang bersangkutan). Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun,
yang pada umumnya mengalami perkembangan seiring dengan
peningkatan aktivitas perekonomian. Kondisi perkembangan pertumbuhan
ekonomi Indonesia selama 25 tahun tersebut disajikan dalam tabel dan
gambar grafik berikut ini:
80
Tabel 4.1
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009
No. Tahun PDB (Miliar Rp) Pertumbuhan
Ekonomi (%)
1. 1985 660,358.9 8,8
2. 1986 686,722.6 5,8
3. 1987 779,031.9 4,9
4. 1988 823,689.8 5,7
5. 1989 886,221.6 7,5
6. 1990 948,756.9 7,4
7. 1991 1,011,537.7 6,6
8. 1992 1,081,248.5 6,1
9. 1993 1,151,490.1 6,5
10. 1994 1,237,618.0 7,5
11 1995 1,238,312.2 8,1
12. 1996 1,444,873.3 7,8
13. 1997 1,512,780.6 4,7
14. 1998 1,314,202.1 -13,1
15. 1999 1,324,599.1 0,79
16. 2000 1,389,770.3 4,92
17. 2001 1,442,984.6 3,44
18. 2002 1,504,380.6 3,66
19. 2003 1,572,159.3 4,10
20. 2004 1,656,516.8 5,1
21. 2005 1,750,815.2 5,6
22. 2006 1,847,126.7 5,5
23. 2007 1,964,327.3 6,3
24. 2008 2,082,315.9 6,1
25. 2009 2,176,975.5 4,5
Sumber: Statistik Indonesia BPS
81
Gambar 4.1
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009
Sumber: Statistik Indonesia BPS
Dalam tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat setiap tahunnya, namun ada juga
yang mengalami penurunan tetapi tidak terlalu signifikan. Hal tersebut
terutama didorong oleh peningkatan konsumsi swasta dan pemerintah, yaitu
dengan dipulihkannya kegiatan di sektor industri, pengolahan, sektor jasa,
sektor listrik, (gas dan air minum) serta berlanjutnya kegiatan yang dapat
menaikkan kenaikkan produksi sektor pertanian. Meskipun demikian, proses
perbaikkan ekonomi masih berjalan secara lambat terutama pada gejolak
sosial dan politik dalam negeri yang menyebabkan pertumbuhan cenderung
melambat.
Pada tahun 1998 indonesia terkena krisis ekonomi akibat nilai tukar
rupiah yang sangat fluktuatif, sehingga perekonomian Indonesia sempat
mengalami pertumbuhan yang negatif. Hal itu dikarenakan nilai tukar rupiah
yang anjlok dan kondisi politik yang buruk sehingga dunia usaha pun menjadi
Tah
un
19
86
19
88
19
90
19
92
19
94
19
96
19
98
20
00
20
02
20
04
20
06
20
08
Per
sen
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
82
lesu dan akibatnya perekonomian juga sulit tumbuh. Pertumbuhan ekonomi
yang negatif tersebut sebesar -13,1%. Namun setahun kemudian mulai ada
pertumbuhan ekonomi yang positif walaupun kurang dari 1%. Perekonomian
tumbuh sebesar 0,79% dan tahun-tahun berikutnya perekonomian tumbuh
positif sebesar 4,92%. Pada tahun 2007 telah tumbuh sebesar 6,3%. Hal ini
terjadi karena stabilitas makro ekonomi dan politik yang cukup terjaga
kestabilannya, selain itu juga disebabkan oleh meningkatnya ekspor terutama
ekspor non migas.
Namun angka pertumbuhan ekonomi tahun 2009 menurun
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang berada di
kisaran 6,1 persen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan ini
diantaranya adalah tekanan pelemahan permintaan global yang berdampak
pada penurunan pertumbuhan ekspor dan investasi.
2. Penanaman Moadal Dalam Negeri
Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 25
Tahun 1997 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah Negara Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Penanam modal merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi
suatu Negara. Oleh karena itu PMDN mempunyai peran penting sebagai
alternatif sumber dana dalam negeri yang digunakan untuk pembiayaan
pembangunan.
83
Investasi merupakan masalah yang krusial dalam pembahasan
pemulihan perekonomian Indonesia. keterpurukan Indonesia dalam krisis
ekonomi yang berlarut-larut merupakan slah satu akibat dari ketidak mampuan
pemerintah untuk mengembalikan tingkat investasi seperti sebelum krisis.
Gambar 4.2
Perkembangan PMDN Periode 1985-2009
Sumber: Statistik Indonesia BPS
Perkembangan PMDN di Indonesia pada tahun 1985-2009 dapat
dilihat pada Gambar 4.2 yang dimana sejak tahun 1992 cenderung mengalami
peningkatan yang luar biasa sampai tahun 1997 hingga mencapai angka Rp
119.755.500.000 akibat dari membaiknya perekonomian saat itu.
Perkembangan sejak awal orde baru tidak dapat dilepaskan dari berbagai
kebijakan pemerintah yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya
investasi di Indonesia. Kebijakan tersebut diantaranya adalah kebijakan
subsidi suku bunga melalui penyaluran berbagai skim kredit likuiditas,
dilepaskannya pagu kredit perbankan, deregulasi di pasar modal. Sejak
diterapkannya berbagai kebijakan tersebut, sumber-sumber pembiayaan
0.0
50,000,000,000.0
100,000,000,000.0
150,000,000,000.0
200,000,000,000.0
19
85
19
87
19
89
19
91
19
93
19
95
19
97
19
99
20
01
20
03
20
05
20
07
20
09
Dal
am M
iliar
Rp
PMDN
PMDN
84
investasi menjadi lebih beragam karena tidak terkonsentrasi pada pinjaman
utang luar negeri saja.
Pada tahun 1998 dan 1999 PMDN mengalami penurunan dengan nilai
sebesar Rp 60.748.500.000 menurun menjadi Rp 55.600.300.000. Penurunan
pada tahun tersebut akibat dari krisis moneter yang melanda Indonesia.
Semakin memburuknya kegiatan investasi tidak terlepas dari masalah
tingginya resiko investasi yang meperburuk daya saing perekonomian seperti
masalah perburuhan, implementasi otonomi daerah yang terkait dengan
investasi, ketidakpastian hukum serta kondisi keamanan di Indonesia.
Setelah krisis ekonomi, keadaan ekonomi berangsur membaik. Hal ini
ditunjukkan oleh meningkatnya PMDN dari tahun 2005 sampai tahun 2007
sebesar Rp 188.516.400.000. Akan tetapi pada tahun 2008 PMDN mengalami
penurunan yang cukup tajam hingga mencapai Rp 20.359.900.000.
Menrunnya PMDN pada tersebut diakibatkan karena krisis ekonomi di
Amerika yang berakibat pada lesunya minat para investor dalam negeri.
Kemudian pada tahun 2009 kembali meningkat sebesar Rp 37.799.900.000.
3. Penanaman Modal Asing
Sumber pembiayaan penanaman modal asing oleh sebagian pengamat,
merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang paling potensial
dibandingkan dengan sumber lain. Penanaman modal asing lebih penting
dalam menjamin kelangsungan pembangunan dibandingkan dengan aliran
bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya penanaman modal asing
85
disuatu Negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how,
management skill, resiko usaha relative kecil dan lebih profitable. (Panayotou,
1998 dalam Sarwedi, 2002: 18).
Negara berkembang seperti Indonesia mengalami kekurangan modal
ekonomi yg secara langsung diperlukan untuk lebih mempermudah investasi.
Peranan investasi ini setidaknya didasarkan atas adanya harapan akan dapat
memacu pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, serta memperluas
kesempatan tenaga kerja. Dalam upaya menciptakan iklim investasi yang
kondusif, maka diusahakan memberikan prosedur yang sederhana dan
terkendali, sarana dan prasarana yang menunjang, serta peraturan yang
konsisten, sehingga terjamin kepastian berusaha dan keamanan untuk
berinvestasi. Langkah-langkah tersebut telah dirintis oleh pemerintah dengan
dikeluarkannya kebijakan deregulasi, debirokratisasi, dan disentralisasi dalam
bidang investasi.
86
Gambar 4.3
Perkembangan PMA Periode 1985-2009
Sumber: Statistik Indonesia BPS
Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan yang
positif dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1997. Peningkatan investasi
asing ini terjadi akibat pangsa pasar Indonesia yang besar dan faktor produksi
terutama tenaga kerja yang murah. Akan tetapi yang menjadi penarik utama
investasi asing masuk ke Indonesia adalah karena kestabilan politik, ekonomi
dan keamanan Indonesia. Keadaan ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai
negara yang masih diminati oleh para investor asing. Meskipun demikian, saat
ini memang sedang terjadi kecenderungan penurunan tingkat penanaman
modal yang masuk ke Indonesia sejak krisis ekonomi pada tahun 1998. Hal ini
dapat dilihat dari hengkangnya beberapa perusahaan asing besar seperti Sony
dan Nike yang memindahlan penanam modalnya ke Malaysia dan Vietnam.
Pada tahun 1998 jumlah PMA mengalami penurunan yang cukup
tajam sebesar Rp 108.790.912.500 bila dibandingkan dengan tahun
0.0
50,000,000.0
100,000,000.0
150,000,000.0
200,000,000.0
250,000,000.0
19
85
19
87
19
89
19
91
19
93
19
95
19
97
19
99
20
01
20
03
20
05
20
07
20
09
Dal
am M
iliar
Rp
PMA
PMA
87
sebelumnya yaitu sebesar Rp154.038.225.000. Penurunan ini terus terjadi
hingga tahun 1999. Pada dua tahun berikutnya PMA mengalami peningkatan
hingga mencapai Rp 156.456.560.000. hal ini disebabkan kembali pulihnya
kepercayaan perekonomian Indonesia.
Keadaan perekonomian Indonesia yang masih labil menyebakan
keadaan tidak stabil terhadap jumlah PMA dari tahun 2002 yaitu sebesar Rp
87.284.796.000. Keadaan tersebut terus berlangsung hingga pada tahun 2005
sampai tahun 2007 PMA terus menunjukkan peningkatannya. Akan tetapi
pada dua tahun berikutnya yaitu tahun 2008 dan 2009 PMA kembali
mengalami penurunan yang disebabkan dari dampak krisis ekonomi yang
melanda Amerika dan beberapa Negara Eropa lainnya.
4. Utang Luar Negeri
Pada dasarnya, dalam proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di
Negara berkembang seperti di Indonesia, akumulasi utang luar ngeri
merupakan suatu gejala umum yang wajar. Hal tersebut disebabkan tabungan
dalam negeri yang rendah sehingga tidak mungkin dilakukannya investasi
yang memadai, sehingga jalan alternative lainnya adalah dengan menarik dana
atau pinjaman dari luar negeri.
Utang luar negeri mulai berkembang di Indonesia sejak pemerintah
Indonesia menganut system devisa bebas. Sejak 1971, sistem devisa bebas
mulai diterapkan di Indonesia. pemerintah tidak lagi membatasi modal yang
akan dibawa masuk atau ke luar negeri.
88
Gambar 4.4
Perkembangan Utang Luar Negeri Periode 1985-2009
Sumber: Statistik Indonesia BPS
Utang luar negeri pada dasarnya memiliki dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga merupakan salah satu penyebab
utama keterpurukan perekonomian Indonesia. ini disebabkan karena semakin
besarnya beban utang luar negeri Indonesia baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun pihak swasta asing yang harus ditanggung. Tanpa adanya
keringanan utang, terutama berupa penghapusan sebagian beban utang luar
negeri, Indonesia diramalkan akan terjerumus ke dalam krisis yang lebih
besar.
Dalam gambar grafik 4.3 dapat dilihat bahwa perkembangan utang luar
negeri Indonesia dari tahun 1985-2009 mengalami peningkatan secara terus
menerus. Peningkatan ini terus berlangsung hingga menjadi lonjakan tajam
dari jumlah utang luar negeri sebesar Rp 140.660.588.000 menjadi Rp
269.049.000.000 pada tahun 1996-1997, hal ini disebabkan karena terjadinya
krisis ekonomi di Indonesia. Pada tiga tahun berikutnya yaitu dari tahun 2000
hingga tahun 2002 utang luar negeri mengalami penurunan yaitu pada tahun
0.0500,000,000.0
1,000,000,000.01,500,000,000.02,000,000,000.0
19
85
19
88
19
91
19
94
19
97
20
00
20
03
20
06
20
09
Dal
am M
iliar
Rp
Utang Luar Negeri
Utang Luar Negeri
89
2002 sebesar Rp 700.967.520.000, lalu kemudian kembali mengalami
peningkatan pada tahun 2003 hingga tahun 2009.
Utang luar negeri yang sedemikian banyak pada tahun anggaran
tersebut digunakan untuk menutupi defisit anggaran yang besar, akibat
terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang menyebabkan pengeluaran total
pemerintah meningkat. Setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia,
menyebabkan pemerintah kembali harus menjadi penggerak utama untuk
menyelamatkan perekonomian nasional yang terancam kebangkrutan,
menggantikan peranan sektor swasta yang merosot setelah beberapa tahun
sebelum krisis sempat mendominasi perekonomian Indonesia. Sehingga
pemerintah membutuhkan tambahan dana yang besar untuk membiayai
peningkatan pengeluarannya.
B. Analisis dan pembahasan
1. Hasil Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat apakah
data yang dihasilkan terjadi ketidakstasioneran atau tidak. Tujuan uji
stasioner ini adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0,
sehingga model regresinya yang diperoleh adalah regresi semu. Tingkatan-
tingkatan dalam pengujian stasioner ini mulai dari tingkat level, first
different, dan second different. Tahap-tahap untuk melakukan uji stasioner
apakah data yang ada merupakan data yang sudah stasioner atau belum
adalah sebagai berikut:
90
a. Level
Tingkat level ini merupakan uji stasioner tingkat paling
pertama yang dilakukan untuk menguji variabel-variabel yang ada,
apakah sudah stasioner atau belum. Berikut ini adalah table hasil
uji Augmented Dickey-Fuller test tahap level.
Tabel 4.2
Hasil Uji Augmented Dickey-Fuller Test Tahap Level
Variabel Prob Test
Statistik
Nilai Kritis
5%
Ket
PDB 0,9843 0,531778 -2,991878 Tidak Stasioner
PMDN 0,2222 -2,167624 -2,991878 Tidak Stasioner
PMA 0,2918 -1,981907 -3,012363 Tidak Stasioner
ULN 0,9975 1,250601 -2,991878 Tidak Stasioner
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel
PDB, PMDN, PMA, dan ULN lebih besar dari derajat kesalahan (α) = 5
persen atau 0,05 (Prob > 0,05) dan nilai absolute test statistik lebih kecil
dari nilai kritis 5% (ADF test statistik < nilai kritis 5%). Pada variabel
PDB dan ULN nilai absolute test statistik lebih besar dari nilai kritis 5%
(ADF test statistik > nilai kritis 5%). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa data tersebut belum stasioner, maka perlu dilakukan uji
stasioneritas pada tahap selanjutnya, yaitu first different.
b. First Different
Tingkat first different merupakan tingkat kedua yang
dilakukan karena pada tahap pertama masih ada variabel yang tidak
91
stasioner. Berikut ini hasil uji Augmented Dickey-Fuller test tahap
first different:
Tabel 4.3
Hasil Uji Augmented Dickey-Fuller Tahap First Different
Variabel Prob Test
Statistik
Nilai Kritis
5%
Ket
PDB 0,0037 -4,194851 -2,998064 Stasioner
PMDN 0,0010 -4,748684 -2,998064 Stasioner
PMA 0,0000 -6,965665 -3,004861 Stasioner
ULN 0,0007 -4,940980 -2,998064 Stasioner
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel
PDB, PMDN, PMA, dan ULN lebih kecil dari derajat kesalahan (α) = 5
persen atau 0,05 (Prob < 0,05) dan nilai absolute test statistik pada masing-
masing variabel lebih besar dari nilai kritis 5% (ADF test statistik > nilai
kritis 5%) . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data tersebut
sudah stasioner, maka tidak perlu dilakukan uji stasioneritas pada tahap
selanjutnya, yaitu second different.
92
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model penelitian, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik
adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Hal ini dapat dilihat
dari nilai probability yang nilainya lebih besar dari 5 persen.
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa uji statistik JB, nilai statistiknya
sebesar 0,781098 yang lebih kecil dari nilai X2 tabel 0,05 df=(n-k) 25-
4=21 sebesar 32,67057. Selain itu nilai probabilitas lebih besar dari α=5
persen yaitu: 0,676685 atau 67,6 persen. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan normalitas.
0
1
2
3
4
5
6
-200000 0 200000
Series: Residuals
Sample 1985 2009
Observations 25
Mean -2.44e-11
Median -23444.47
Maximum 255062.2
Minimum -234827.1
Std. Dev. 114836.5
Skewness 0.418273
Kurtosis 2.776296
Jarque-Bera 0.781098
Probability 0.676685
93
b. Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah penelitian terdapat hubungan antara residual antar waktu
pada model penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias.
Identifikasi ada tidaknya permaslahan autokorelasi dilakukan
menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistik 1.522288 Probability 0.243665
Obs*R-
squared 3.452750 Probability 0.177928
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared
adalah 0,177928. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α)=5 persen
atau 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
permasalahan autokorelasi.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak
memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan melakukan White Test, Untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.5.
94
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistik 2.945861 Probability 0.031266
Obs*R-
squared 15.96663 Probability 0.067582
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.5 menujukkan bahwa, nilai Obs*R-squared adalah
15,96663 nilai ini lebih kecil dari χ2
tabel yaitu 32,67057. Selain itu nilai
probabilitas Obs*R-squared adalah 0,067582. Nilai ini lebih besar dari
derajat kesalahan (α) = 5 persen (0,05), maka dapat dikatakan bahwa
dalam model penelitian ini tidak terdapat permasalahan
heteroskedastisitas.
d. Hasil Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model terdapat hubungan linier antara variabel independen dalam
suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan terkena
multikolinieritas bila terjadi hubungan linier yang sempurna atau pasti
diantara beberapa atau seluruh variabel bebas dari suatu model regresi.
Akibat yang ditimbulkan ialah terdapat kesulitan untuk melihat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
95
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Regresi Auxiliary
Variabel Koefisien R2
PDB=f(PMDN, PMA ULN) 0,927465
PMDN=f(PMA, ULN) 0,418509
PMA=f(PMDN, ULN) 0,488337
ULN=f(PMA, PMDN) 0,168961
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari table 4.6 uji multikolinieritas dengan regresi auxiliary dapat
menunjukkan koefisien determinasi regresi auxiliary masing-masing
variabel. Hasil uji dengan menggunakan regresi auxiliary menunjukkan
bahwa R2
PMDN = 0,418509, R2
PMA = 0,488337, dan R2
ULN = 0,168961.
Semua nilai koefisien determinasi tersebut harus lebih kecil dari koefisien
determinasi untuk regresi aslinya (R2
= 0,927465).dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa R-squared yang dihasilkan dari regresi auxiliary lebih
kecil dari regresi model utama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
pada model ini tidak tedapat permasalahan multikolinieritas.
3. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda dengan
model persamaan PDB = α + β1PMDN + β2PMA + β3ULN + ε adalah sebagai
berikut:
PDB = 477538,7 + 9,46 PMDN + 0,000000218 PMA + 9,35 ULN
96
Tabel 4.7
Hasil Olahan Regresi Berganda
Dependent Variable: PDB
Method: Least Squares
Date: 05/06/11 Time: 18:29
Sample: 1985 2009
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistik Prob.
PMDN 9.462474 3.338382 2.834449 0.0099
PMA 2.18E-07 7.53E-07 0.289174 0.7753
ULN 9.357007 0.688799 13.58453 0.0000
C 477538.7 59639.37 8.007106 0.0000
R-squared 0.927465 Mean dependent var 1339553.
Adjusted R-squared 0.917102 S.D. dependent var 426387.7
S.E. of regression 122765.4 Akaike info criterion 26.41958
Sum squared resid 3.16E+11 Schwarz criterion 26.61460
Log likelihood -326.2448 F-statistik 89.50451
Durbin-Watson stat 1.268957 Prob(F-statistik) 0.000000
Sumber: Data sekunder yang diolah
4. Hasil Uji Statistik
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji statistik dapat dilakukan dengan uji satu sisi (one tail test),
dengan α = 5%. Jika t-tabel < t-hitung berarti H0 ditolak atau variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika
t-tabel > t-hitung berarti H0 diterima, maka variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
97
Tabel 4.8
Hasil Uji t-Statistik
Variabel Probabilitas t-hitung t-tabel Keterangan
PMDN 0,0099 2,834449 1,720 Signifikan
PMA 0,7753 0,289174 1,720 Tidak Signifikan
ULN 0,0000 13,58453 1,720 Signifikan
Sumber: Data diolah dengan Eviews 5.0
1) Uji t-statistik terhadap variabel investasi (PMDN)
Hipotesis pengaruh variabel investasi (PMDN) terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah:
H1 : β1 ≠ 0, maka variabel independen penanaman modal dalam negeri
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung X1 = 2,834449
sedangkan t-tabel = 1,720 [df = n-k (25-4), α = 0,005], sehingga dapat
disimpulkan t-hitung > t-tabel, dan hasil yang diperoleh ialah (2,834449
> 1,720).
Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel ,
sehingga H0 ditolak maka dapat disimpulkan variabel X1 berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Nilai Prob. t-statistik penanaman modal dalam negeri adalah
0,0099. Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti
menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
penanaman modal dalam negeri secara individual berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
98
Nilai koefisien variabel penanaman modal dalam negeri adalah
9,462474 sehingga dapat diartikan jika penanaman modal dalam negeri
mengalami kenaikan sebesar satu miliar maka pertumbuhan ekonomi
akan naik sebesar 9,462474 miliar.
Penanaman modal dalam negeri dapat memberikan dampak yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan
PMDN menghimpun akumulasi modal yaitu dengan membangun
sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif di
indonesia, maka output potensial akan bertambah dan pertumbuhan
ekonomi jangka panjang juga akan meningkat.
2) Uji t-statistik terhadap variabel Investasi (PMA)
Hipotesis pengaruh variabel Invetasi (PMA) terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi adalah :
H1 : β2 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung X2 = 0,289174
sedangkan t-tabel = 1,720 [df = n-k (25-4=21), α = 0,05], hasil
seharusnya adalah t-hitung > t-tabel, tetapi hasil yang diperoleh adalah
0,289174 < 1,720.
Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug < t tabel , maka
H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan variabel X2 positif akan tetapi
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
99
Nilai Prob. t-statistik PMA adalah 0,7753. Nilai ini lebih besar
dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H1 dan menerima H0.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMA secara individual
berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi.
Nilai koefisien variabel PMA adalah 0,000000218 sehingga
dapat diartikan jika PMA mengalami kenaikan sebesar satu miliar maka
pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0,000000218 miliar.
Rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
sehingga rencana alih teknolgi belum terlaksana dengan baik, serta
terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam menarik investasi asing
oleh Negara maju maupun Negara berkembang.
Penanaman modal asing berpengaruh tidak signifikan juga
disebabkan oleh beberapa faktor (Bambang Kustituanto dan Istikomah,
1999: 9):
1) Risk country yaitu pasar domestik yang kecil sehinga menyebabkan
rate if return dari modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas
pendukung seperti transportasi, tenaga kerja terampil, dan teknologi.
2) Pengembangan penanaman modal asing di Indonesia masih terhambat
oleh rumitnya proses pengurusan izin-izin akibat birokrasi yang
berbelit-belit serta kurangnya keterpaduan koordinasi antar departemen
yang terkait.
100
3) Masih minimnya informasi tentang sumber-sumber dana dari sektor
perbankan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan
proyek.
3) Uji t-statistik terhadap variabel Utang Luar Negeri / ULN
Hipotesis pengaruh variabel ULN variabel terhadap pertumbuhan
ekonomi adalah :
H1 : β3 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung X3 = 13,58453
sedangkan t-tabel = 1,720 [df = n-k (25-4=22), α = 0,05], sehingga dapat
disimpulkan t-hitung > t-tabel, dan hasil yang diperoleh ialah (13,58453
> 1,720).
Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel ,
sehingga H0 menolak maka dapat disimpulkan variabel X3 berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi..
Nilai Prob. t-statistik ULN adalah 0,0000. Nilai ini lebih kecil
dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H0 dan menerima H1.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel ULN secara individual
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Nilai koefisien variabel ULN adalah 9,357007 sehingga dapat
diartikan jika ULN mengalami kenaikan sebesar satu miliar maka
pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 9,357007 miliar.
101
Utang luar negeri dapat memberikan kontribusi positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di suatu negara berkembang termasuk Indonesia.
Hal ini disebabkan pemerintah masih sangat bergantung kepada
pinjaman tersebut yang digunakan untuk investasi di bidang infrastruktur
dan pengembangan sarana publik serta membantu pembiayaan
pembangunan ekonomi di Indonesia, dalam meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi, penggunaan utang luar negeri yang
tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa prinsip kehati-hatian, dalam
jangka panjang utang luar negeri justru akan menjerumuskan negara
debitur ke dalam krisis utang luar negeri yang berkepanjangan, yang
sangat membebani masyarakat karena adanya akumulai utang luar negeri
yang sangat besar.
b. Uji F-Statistik
Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi seluruh
variabel independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel
dependen, atau melihat pengaruh variabel independen secara bersama-
sama. Dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. F
tabel = (α : k-1, n-k), α = 0,05 (4-1= 3; 25-4 = 21).
Hasil Perhitungan yang didapat adalah F hitung = 89,50451,
sedangkan F tabel = 3,072467 (α = 0,05 ; 3 ; 21), Dari hasil perbandingan
antara F hitung dan F tabel, menunjukkan nilai F hitung > F tabel maka
Ho di tolak dan Ha diterima. Dengan kata lain variabel PMDN, PMA, dan
102
ULN secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Selain itu, nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini lebih
kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05) yang berarti menolak
H0 dan menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen
(PMDN, PMA dan ULN) bersama–sama berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi).
c. Koefisien Determinasi (R2)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau
prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan
oleh model regresi R2 dalam regresi sebesar 0,927465. Hal ini
menunjukkan bahwa model regresi tersebut dapat menjelaskan sebesar
92,7465 persen terhadap permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
Sedangkan sisanya sebesar 7,2535 persen dipengaruhi oleh variabael
diluar model ini.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh penanaman modal dalam
negeri, penanaman modal asing, dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan
ekonomi selama periode 1985-2009. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penanaman modal dalam negeri
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini berarti jika penanaman
modal dalam negeri naik 1%, maka akan menyebabkan kenaikan
pertumbuhan ekonomi sebesar 9,462474 persen. Jadi adanya kenaikan
penanaman modal dalam negeri akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi meningkat. Investasi domestik atau penanaman modal dalam
negeri merupakan suatu hal yang penting bagi suatu negara khususnya
Indonesia dalam melakukan pembangunan ekonominya guna
mengurangi konsumsi masyarakat terhadap produk-produk asing yang
dapat mengurangi tingkat tabungan yang tercipta pada masa yang akan
datang.
2. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa probabilitas tingkat
signifikansi pada variabel Penanaman Modal Asing (PMA) adalah
sebesar 0,7753 dengan tingkat kepercayaan 95 persen, hal ini berarti
Penanaman Modal Asing (PMA) mempunyai pengaruh yang tidak
104
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. (1). Risk country yaitu
pasar domestik yang kecil sehinga menyebabkan rate if return dari
modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas pendukung seperti
transportasi, tenaga kerja terampil, dan teknologi. (2). Pengembangan
penanaman modal asing di Indonesia masih terhambat oleh rumitnya
proses pengurusan izin-izin akibat birokrasi yang berbelit-belit serta
kurangnya keterpaduan koordinasi antar departemen yang terkait. (3).
Masih minimnya informasi tentang sumber-sumber dana dari sektor
perbankan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan
proyek. (4). Rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya
manusia sehingga rencana alih teknolgi belum terlaksana dengan baik,
serta terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam menarik
investasi asing oleh negara maju maupun negara berkembang.
3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Utang Luar Negeri berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien
regresi variabel utang luar negeri yaitu sebesar 9,357007 dan
signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen yang ditunjukkan dengan
probabilitas tingkat signifikan sebesar 0,0000. Hal ini berarti jika utang
luar negeri naik 1%, maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan
ekonomi sebesar 9,357007 persen. Hal ini dapat dikarenakan
pemerintah Indonesia masih sangat membutuhkan utang luar negeri
dari beberapa negara guna menambah dana dalam pembangunan
ekonomi dan mendorong laju pertumbuhan ekonominya. Tetapi,
105
penggunaan utang luar negeri yang tidak dilakukan dengan bijaksana
dan tanpa prinsip kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar
negeri justru akan menjerumuskan negara debitur ke dalam krisis utang
luar negeri yang berkepanjangan, yang sangat membebani masyarakat
karena adanya akumulai utang luar negeri yang sangat besar.
4. Variabel Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing,
dan Utang luar negeri secara bersama-sama mampu menjelaskan
pengaruh pada pertumbuhan ekonomi dengan probabilitas F-
statistiknnya 0,000000 atau lebih kecil dari α = 5 persen. Nilai
koefisien konstanta 477538,7, berarti bila semua variabel naik satu
persen secara rata-rata maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami
kenaikan sebesar 477538,7 persen. Besarnya R-squared pada hasil
regresi pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,927465. Hal ini berarti
92,7465 persen perubahan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh
variabel independen yang digunakan dalam model ini yaitu Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), dan
Utang luar negeri. Sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak termasuk dalam model yang digunakan.
B. Implikasi
Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian
tentang pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing,
dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pemerintah harus
106
meningkatkan penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing,
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjaga
kestabilan utang luar negeri dengan kebijakan-kebijakan yang dimilikinya
agar tidak semakin meningkat.
C. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa
saran yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan,
saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Upaya penarikan investasi baik penanaman modal dalam negeri maupun
penanaman modal asing di Indonesia perlu ditingkatkan. Oleh karena itu
perlu diupayakan iklim investasi yang kondusif seperti penyederhanaan
proses pengurusan izin-izin dan adanya keterpaduan koordinasi antar
departemen melalui pemotongan jalur birokrasi. Perlu juga menciptakan
stabilitas ekonomi makro yang mantap melalui program-program
reformasi, deregulasi, dan debirokratisasi di seluruh aspek pembangnan
ekonomi. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat lebih menarik investor
untuk menanamkan modalnya.
Dan peningkatan sumber daya manusia yang handal dibidangnya, agar
dapat mengimbangi kemajuan teknologi, perkembangan globalisasi, sistem
persaingan usaha yang sehat dan lain sebagainya. Sehingga dapat
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya.
2. Pemerintah harus lebih mempertegas Undang-Undang yang berlaku,
khususnya peraturan mengenai arus investasi asing maupun utang luar
107
negeri member kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, akan lebih baik
jika Indonesia dapat meningkatkan investasi berdasarkan potensi yang ada
di Indonesia sendiri.
3. Pengelolaan utang luar negeri harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, yaitu melalui penerapan Undang-Undang Surat Utang Negara
(SUN). guna memberikan alternatif penting bagi pembiayaan
pembangunan di masa depan.
4. Dalam penelitian selanjutnya, perlu adanya penambahan variabel
makroekonomi lain yang kemungkinan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi agar model estimasi dapat lebih dipercaya dan mampu
menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
108
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2010. “Ekonomi Pembangunan.” Edisi Kelima.UPP STIM
YKPN Yogyakarta
Badan Pusat Statistik. “Indikator Ekonomi”, Beberapa edisi. BPS Jakarta.
Badan Pusat Statistik. “Statistik Indonesia”, Beberapa edisi. BPS Jakarta.
Bambang Kustituanto dan Istiqomah. 1999 “Peranan Penanaman Modal Asing
Trehadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Universitas Gadjah
Mada. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.14, No. 2, Hal. 1-13
Boediono. 1998, “Teori Pertumbuhan Ekonomi”. BPFE, Yogyakarta
Danu Winoto. 2009. “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman
Modal Dalam Negeri, Ekspor Total dan Kredit Perbankan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Tahun 1970-2008)”. Fakultas Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Fitri Amalia. 2010. “Analisis Hubungan Kausalitas Antara Investasi (Pemerintah,
Swasta Asing dan Swasta Domestik) Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Periode 1970-2005”. Jurnal Statistik. Vol. 1, No. 1, Agustus.
Hal. 17-34
Hamid, Abdul. 2010. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. UIN: Jakarta
Hera Susanti, et. all. 2000. “Indikator-indikator Makroekonomi”. Erlangga:
Jakarta
Hui-Lin Lin And Wen-Bin Chuang. 2007. FDI And Domestik Investment In
Taiwan : An Endogenous Switching Model. Journal The Developing
Economies, XLV-4. Hal. 465-90
Humas Direktorat Djendral Padjak. Undang-Undang Tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri dan Asing (Sebagaimana Telah diubah dan Ditambah
Dengan Undang-Undang No.11 dan No.12 Tahun 1970).
Insukindro. 2003. “Modul Pelatihan Ekonometrika”. Yogyakarta: UGM.
Jhingan, M.L. 2004. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Edisi 1 cetakan
Ke-10. PT. Grafindo Persada: Jakarta
Kamaludin, Rustian. 2007. “Beberapa Aspek Pembangunan Perekonomian
Daerah dan Hubungan Keuangan Luar Negeri”, Edisi kedua.
Universitas Trisakti: Jakarta
109
Kuncoro, Mudrajad. 2003. “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Erlangga:
Jakarta
Lukman. 2007. Modul I Praktikum Statistik Lab. Alat Analisis Kuantitatif.
Semester Ganjil Tahun Akademik 2007/2008. Jakarta : UIN.
Lumadya Adi. 2003. “Pengaruh Pertumbuhan Utang Luar Negeri Pemerintah
dan Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 1975-1998
(Pendekatan Error Correction Model)”. Jurnal Riset Ekonomi dan
Manajemen, Vol. 3, No. 3. Hal. 309-322
Musleh Jawas. 2008. “Pengaruh Penanaman Modal Asing Dan Ekspor Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-negarra Muslim: 2004-2005”
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta
Nachrowi, Djalal, Nachrowi dan Usman, Harding. 2006. “Pendekatan Populasi
dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta
Nurlia Listiani. “Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia”. Dari:
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/.../8508/8508.p
df.
Nuzhat Falki. 2009. “Impact of Foreign Direct Investment on Economic Growth
in Pakistan”. International Review of Bussiness Research Papers. Vol.
5, No. 5. Hal. 110-120
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. “ Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar”, Edisi kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:
Jakarta
Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus (Terj), 1993. “Makro Ekonomi”,
Erlangga: Jakarta
Sanuri-DLN/Eksim. 2005. “Pinjaman Luar Negeri Pemerintah (Loan Agreement
hingga Restrukturisasi)”. Direktorat Luar Negeri Bagian Ekspor Dan
Impor. Bank Indonesia. Dari:
http://ptlnkompak.150cm.com/artikel/pinjamanluarnegeri.pdf.
Sarwedi, 2002. “Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang
Mempengaruhinya”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4, No. 1.
Hal. 17-35
Setyo Tri Wahyudi. 2009 “The Impact Of Foreign Direct Investment On
Ekonomic Growth In Indonesia 1980-2004 : A Causality Approach”.
Journal of Indonesian Economy And Bussines. Vol. 24, No 3. Hal. 311-
327
110
Setyowati, Eni dan Siti Fatimah. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Investasi Dalam Negeri di Jawa Tengah 1980-2002”.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 1, Juni. Hal. 62-84
Sukirno, Sadono. 2003 ”Pengantar Teori Eonomi Makro”. Grafindo Persada:
Jakarta
Sukirno, Sadono.2006 “Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan”, Cetakan kedua. Kencana Prenada Media Group: Jakarta
Todaro, Michael P. Dan Stephen C. Smith. 1993. “Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga”. Edisi Kedelapan. Erlangga: Jakarta
Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrik dan Statistika dengan
Eviews”. UPP STIM YKPM: Yogyakarta
Yonathan S. Hadi. 2003 Analisi Vector Auto Regression (VAR) Terhadap Korelasi
Antara Pendapatan Nasional dan Investasi Pemerintah di Indonesia
1983/1984-1999/2000. Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol. 6, No.2. Hal.
107-121
111
Lampiran 1: Data Observasi Penelitian
Obs ER PDB PMDN PMA ULN
1985 1,114.0 660,358.9 3,749,700,000.0 956,926.0 32,123,304
1986 1,282.0 686,722.6 4,416,700,000.0 1,059,060.2 43,871,322
1987 1,643.8 779,031.9 1,026,500,000.0 2,394,852.2 64,535,588
1988 1,685.7 823,689.8 14,915,900,000.0 7,475,236.7 69,840,237
1989 1,795.0 886,221.6 19,593,900,000.0 8,470,246.0 73,713,470
1990 1,901.0 948,756.9 56,510,500,000.0 16,635,841.1 86,461,282
1991 1,992.0 1,011,537.7 41,077,900,000.0 17,485,776,0 89,640,000
1992 2,062.0 1,081,248.5 29,450,400,000.0 21,286,438.4 109,871,608
1993 2,110.0 1,151,490.1 39,450,400,000.0 17,179,198.0 121,371,420
1994 2,200.0 1,237,618.0 53,289,100,000.0 52,193,460.0 140,113,600
1995 2,308.0 1,238,312.2 69,853,000,000.0 92,123,127.6 148,660,588
1996 2,383.0 1,444,873.3 100,715,200,000.0 71,326,526.2 140,660,588
1997 4,650.0 1,512,780.6 119,755,500,000.0 154,038,225.0 269,049,000
1998 8,025.0 1,314,202.1 60,748,500,000.0 108,790,912.5 573,538,725
1999 7,100.0 1,324,599.1 55,600,300,000.0 77,328,940.0 573,140,400
2000 9,595.0 1,389,770.3 88,294,400,000.0 146,638,466.0 782,462,655
2001 10,400.0 1,442,984.6 58,636,000,000.0 156,456,560.0 742,320,800
2002 8,940.0 1,504,380.6 25,262,400,000.0 87,284,796.0 700,967,520
2003 8,465.0 1,572,159.3 48,484,800,000.0 111,798,948.0 733,551,505
2004 9,290.0 1,656,516.8 36,747,600,000.0 95,476,117.0 812,800,680
2005 9,830.0 1,750,815.2 50,577,400,000.0 133,484,519.0 1,322,174,320
2006 9,020.0 1,847,126.7 162,767,200,000.0 141,245,082.0 1,196,349,660
2007 9,419.0 1,964,327.3 188,516,400,000.0 225,926,959.7 1,329,774,420
2008 10,950.0 2,082,315.9 20,359,900,000.0 162,841,830.0 1,698,126,000
2009 9,400.0 2,176,975.5 37,799,900,000.0 101,662,880.0 1,624,987,400
Ket:
ER: Nilai Tukar (Rp/Dollar AS)
PDB: Produk Domestik Bruto (Miliar Rp)
PMDN: Penanaman Modal Dalam Negeri (Miliar Rp)
PMA: Penanaman Modal Asing (Miliar Rp)
ULN: Utang Luar Negeri (Miliar Rp)
112
Lampiran 2: Hasil Uji Regresi Berganda
Dependent Variable: PDB
Method: Least Squares
Date: 05/06/11 Time: 18:29
Sample: 1985 2009
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PMDN 9.462474 3.338382 2.834449 0.0099
PMA 2.18E-07 7.53E-07 0.289174 0.7753
ULN 9.357007 0.688799 13.58453 0.0000
C 477538.7 59639.37 8.007106 0.0000
R-squared 0.927465 Mean dependent var 1339553.
Adjusted R-squared 0.917102 S.D. dependent var 426387.7
S.E. of regression 122765.4 Akaike info criterion 26.41958
Sum squared resid 3.16E+11 Schwarz criterion 26.61460
Log likelihood -326.2448 F-statistic 89.50451
Durbin-Watson stat 1.268957 Prob(F-statistic) 0.000000
113
Lampiran 3: Hasil Uji Stasioneritas Tahap Level
1. PDB
Null Hypothesis: PDB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.531778 0.9843
Test critical values: 1% level -3.737853
5% level -2.991878
10% level -2.635542 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. PMDN
Null Hypothesis: PMDN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.167624 0.2222
Test critical values: 1% level -3.737853
5% level -2.991878
10% level -2.635542
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
114
3. PMA
Null Hypothesis: PMA has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.981907 0.2918
Test critical values: 1% level -3.788030
5% level -3.012363
10% level -2.646119
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. Utang Luar Negeri (ULN)
Null Hypothesis: ULN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic 1.250601 0.9975
Test critical values: 1% level -3.737853
5% level -2.991878
10% level -2.635542
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
115
Lampiran 4: Hasil Uji Stasioneritas Tahap First Different
1. PDB
Null Hypothesis: D(PDB) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.194851 0.0037
Test critical values: 1% level -3.752946
5% level -2.998064
10% level -2.638752 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. PMDN
Null Hypothesis: D(PMDN) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.748684 0.0010
Test critical values: 1% level -3.752946
5% level -2.998064
10% level -2.638752
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
116
3. PMA
Null Hypothesis: D(PMA) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.965665 0.0000
Test critical values: 1% level -3.769597
5% level -3.004861
10% level -2.642242 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. Utang Luar Negeri (ULN)
Null Hypothesis: D(ULN) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.940980 0.0007
Test critical values: 1% level -3.752946
5% level -2.998064
10% level -2.638752
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
117
Lampiran 5: Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
-200000 0 200000
Series: Residuals
Sample 1985 2009
Observations 25
Mean -2.44e-11
Median -23444.47
Maximum 255062.2
Minimum -234827.1
Std. Dev. 114836.5
Skewness 0.418273
Kurtosis 2.776296
Jarque-Bera 0.781098
Probability 0.676685
118
Lampiran 6: Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 2.945861 Probability 0.031266
Obs*R-squared 15.96663 Probability 0.067582
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/06/11 Time: 18:35
Sample: 1985 2009
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -5.57E+10 2.16E+10 -2.581327 0.0209
PMDN -1769187. 3220188. -0.549405 0.5908
PMDN^2 90.98471 49.85124 1.825124 0.0880
PMDN*PMA 1.34E-05 1.88E-05 0.716718 0.4846
PMDN*ULN -31.62629 29.07612 -1.087707 0.2939
PMA -0.779276 0.552523 -1.410394 0.1788
PMA^2 1.08E-12 4.13E-12 0.262122 0.7968
PMA*ULN 2.07E-06 5.11E-06 0.404323 0.6917
ULN 2478079. 705501.0 3.512510 0.0031
ULN^2 -9.969097 2.801621 -3.558332 0.0029
R-squared 0.638665 Mean dependent var 1.27E+10
Adjusted R-squared 0.421864 S.D. dependent var 1.72E+10
S.E. of regression 1.31E+10 Akaike info criterion 49.71787
Sum squared resid 2.57E+21 Schwarz criterion 50.20542
Log likelihood -611.4734 F-statistic 2.945861
Durbin-Watson stat 1.817608 Prob(F-statistic) 0.031266
119
Lampiran 7: Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.522288 Probability 0.243665
Obs*R-squared 3.452750 Probability 0.177928
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/06/11 Time: 18:36
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PMDN -0.591777 3.329238 -0.177752 0.8608
PMA 2.88E-07 7.57E-07 0.380192 0.7080
ULN -0.246232 0.698894 -0.352317 0.7285
C 10674.18 58832.14 0.181435 0.8579
RESID(-1) 0.406922 0.235330 1.729159 0.1000
RESID(-2) -0.087569 0.236112 -0.370880 0.7148
R-squared 0.138110 Mean dependent var -2.44E-11
Adjusted R-squared -0.088703 S.D. dependent var 114836.5
S.E. of regression 119821.5 Akaike info criterion 26.43096
Sum squared resid 2.73E+11 Schwarz criterion 26.72349
Log likelihood -324.3870 F-statistic 0.608915
Durbin-Watson stat 1.978847 Prob(F-statistic) 0.694165
120
Lampiran 8: Hasil Multikolinieritas
1. PMDN
Dependent Variable: PMDN
Method: Least Squares
Date: 05/06/11 Time: 18:44
Sample: 1985 2009
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PMA 1.40E-07 3.77E-08 3.716448 0.0012
ULN -0.009736 0.043940 -0.221572 0.8267
C 6649.415 3535.114 1.880962 0.0733
R-squared 0.418509 Mean dependent var 13676.80
Adjusted R-squared 0.365646 S.D. dependent var 9843.797
S.E. of regression 7840.225 Akaike info criterion 20.88409
Sum squared resid 1.35E+09 Schwarz criterion 21.03035
Log likelihood -258.0511 F-statistic 7.916879
Durbin-Watson stat 0.908737 Prob(F-statistic) 0.002570
2. PMA
Dependent Variable: PMA
Method: Least Squares
Date: 05/06/11 Time: 18:45
Sample: 1985 2009
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PMDN 2752552. 740640.7 3.716448 0.0012
ULN 319474.9 182685.1 1.748774 0.0943
C -6.74E+09 1.68E+10 -0.400852 0.6924
R-squared 0.488337 Mean dependent var 5.55E+10
Adjusted R-squared 0.441822 S.D. dependent var 4.65E+10
S.E. of regression 3.47E+10 Akaike info criterion 51.49291
Sum squared resid 2.66E+22 Schwarz criterion 51.63918
Log likelihood -640.6614 F-statistic 10.49853
Durbin-Watson stat 1.602015 Prob(F-statistic) 0.000629
121
3. Utang Luar Negeri (ULN)
Dependent Variable: ULN
Method: Least Squares
Date: 05/06/11 Time: 18:45
Sample: 1985 2009
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PMA 3.82E-07 2.18E-07 1.748774 0.0943
PMDN -0.228699 1.032163 -0.221572 0.8267
C 58926.51 13525.33 4.356754 0.0003
R-squared 0.168961 Mean dependent var 77002.00
Adjusted R-squared 0.093412 S.D. dependent var 39908.65
S.E. of regression 37998.99 Akaike info criterion 24.04067
Sum squared resid 3.18E+10 Schwarz criterion 24.18694
Log likelihood -297.5084 F-statistic 2.236438
Durbin-Watson stat 0.379837 Prob(F-statistic) 0.130568