IJCCS, Vol.x, No.x, Julyxxxx, pp. 1~5
Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Transparansi dan Kinerja
Terhadap Profit Distribution Management
(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2016) Rohma Doni
1, Fernando Africano
2
Jurusan Akuntansi STIE Multi Data Palembang e-mail: *
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pada Profit Distribution Management yang
tercatat di Bank Indonesia terhadap pembiayaan bagi hasil, transparansi dan kinerja. Penelitian yang
dilakukan menggunakan teknik analisis kuantitaif, Metode RGEC untuk mengetahui tingkat kinerja
diperusahaan dan populasi penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Jakarta Islamic Index
tahun 2012-2016. Berdasarkan kriteria sampel pada populasi penelitian ini didapat 10 perusahaan
sebagai sampel penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang didapat dari BI
selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS 23. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder dengan memanfaatkan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh pada nilai perusahaan di perusahaan yang tercatat di Bank Indonesia terhadap pembiayaan bagi hasil,
transparansi dan kinerja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel mudharabah
berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap PDM, ROA dan CAR berpengaruh signifikan terhadap
PDM sedangkan musyarakah, transparansi, FDR, GCG dan BOPO tidak berpengaruh signifikan
terhadap PDM.
Kata kunci : Pembiayaan Bagi Hasil, Transparansi, Kinerja, Profit Distribution Management
Abstract This study was conducted to determine the effect on Profit Distribution Management recorded in
Bank Indonesia on financing for profit sharing, transparency and performance. Research conducted using quantitative analysis techniques, RGEC Method to determine the level of performance in the
company and the population of this study is a company listed in the Jakarta Islamic Index of 2012-2016.
Based on the sample criteria in this study population obtained 10 companies as research samples by
using purposive sampling method. Data obtained from BI is further processed by using SPSS 23 program.
The type of data used is secondary data by utilizing multiple linear regression analysis to determine the
effect on firm value in companies listed in Bank Indonesia to financing profit sharing, transparency and
performance. The results of this study indicate that mudharabah variables have an effect but not
significant to PDM, ROA and CAR have significant effect to PDM while musyarakah, transparency, FDR,
GCG and BOPO have no significant effect to PDM.
Keyword : Profit Sharing,Transparency, Performance, Profit Distribution Management
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang keuangan.
Bank biasa dikenal dengan Bank Umum atau Bank Konvensional yang bergerak di bidang jasa keuangan, akan tetapi pada saat ini dunia perbankan telah lebih berkembang
dengan munculnya lembaga perbankan yang berdasarkan dengan syariat-syariat agama
(terutama agama Islam) di mana yang sekarang dikenal dengan Bank Syariah. Bank
syariah berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 dimana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun 1992 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hukum
2
Bank Syariah dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Syariah. Pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga
keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau bagi hasil (Rivai dan Veithzal, 2008). Konsep bagi hasil bisa berjalan jika dana deposan di bank diinvestasikan ke dalam usaha,
baru keuntungan usahanya akan dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah pada bank
konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut disalurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya, selain itu keuntungan yang diperoleh bank
tidak akan dibagikan kepada nasabahnya. Sebesar apapun jumlah keuntungan bank
konvesional, nasabah hanya dibayar berdasarkan persentase dari dana yang disimpannya saja (Rini, 2000).
Kinerja menurut Sedarmayanti (2007) dalam Anggraeni (2014) adalah
pencapaian/prestasi berkenan dengan tugas yang diberikan. Hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral etika.
Mangkunegara (2005) dalam Pratiwi (2013) menjelaskan kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam rangka melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja diukur dengan menggunakan metode
RGEC. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011, RGEC adalah penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-
based Bank Rating).
Pada penelitian Pratiwi (2013) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh positif
pada profit distribution. Hal ini didukung oleh penelitian dari Maulina (2013) yang mengatakan bahwa BOPO berpengaruh positif pada profit distribution. Sedangkan
menurut Muniroh (2014) BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap Kinerja Keuangan.
Dan sedangkan menurut penelitian Africano & Mismiwati (2017) yang mengatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap profit distribution management.
Pada penelitian Pratiwi (2013) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif
pada profit distribution. Hal ini pun didukung oleh penelitian dari Maulina (2013) yang
mengatakan bahwa CAR berpengaruh positif pada profit distribution. Namun sebaliknya, penelitian Hermanu (2015) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap
Profit Distribution Management pada bank Syariah di Indonesia. Dan menurut penelitian
Africano & Mismiwati (2017) yang mengatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap profit distribution management.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Transparansi dan Kinerja Terhadap Profit
Distribution Management (Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode
2012-2016)” .
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap profit distribution
management?
2. Apakah terdapat pengaruh transparansi terhadap profit distribution management? 3. Apakah terdapat pengaruh kinerja terhadap profit distribution management?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap profit distribution management.
2. Menganalisis pengaruh transparansi terhadap profit distribution management.
3. Menganalisis pengaruh kinerja terhadap profit distribution management.
3
2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Stakeholder “Menurut Anis (dalam Tamba 2011) Perusahaan adalah suatu entitas yang tidak hanya
beroperasi untuk kepentingan sendiri, akan tetapi harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Stakeholder merupakan suatu masyarakat, kelompok, komunitas maupun
individu manusia yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatau organisasi atau
perusahaan. Suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu tersebut dapat dikatakan sebagai stakeholder jika mereka memiliki karekteristik seperti memiliki
kekuasaan dan kepentingan terhadap organisasi atau perusahaan. Stakeholder mampu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi pemakaian sumber ekonomi yang perusahaan gunakan. Perusahaan akan memuaskan keinginan stakeholder saat stakeholder mengendalikan
sumber ekonomi untuk perusahaan.”
2.2 Perbankan Syariah
“Menurut Abdul Gofur (2009) Bank syariah merupakan bagian dari perbankan syariah selain dari Unit Usaha Syariah (UUS), sedangkan Bank Syariah terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Dalam Undang – Undang
Perbankan Indonesia (Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998) yang membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya dibagi menjadi dua, yaitu bank yang melaksankan kegiatan
usaha secara konvensional dan bank yang melaksanakan usaha berdasatkan prinsip syariah
atau prinsip hukum islam dalam skegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang mempunyai wewenang dalam menetapkan fatwa dibidang perbankan
syariah (Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008).”
2.3 Transparansi
“Menurut Ardianto (2007) menyatakan bahwa transparansi adalah keterbukaan secara sungguh-sungguh, keseluruhan dan memberikan tempat untuk partisipasi aktif dari seluruh
masyarakat untuk proses pengelolaan sumber daya publik. Sedangkan menurut Hafiz
(2000) menjelaskan bahwa transparansi adalah keterbukaan dan kejujuran kepada masyarakat dari pertimbangan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui secara
terbuka dan keseluruhan atas pertanggungjawaban pemerintahan dalam sumber daya yang
telah dipercayakan kepadanya dan ketaatannya kepada undang-undang.”
2.4 Profit Distribution Management (PDM)
“Menurut Bank Indonesia (n.d), distribusi bagi hasil merupakan pembagian keuntungan
bank syariah kepada nasabah simpanan berdasarkan nisbah yang telah disepakati setiap bulannya. Jadi kesimpulannya profit distribution management (PDM) adalah aktivitas yang
dilakukan oleh manajer untuk mengelola pendistribusian laba untuk memenuhi seluruh
kewajiban bagi hasil bank syariah kepada nasabah. Menurut Agustianto (2008) bagi hasil adalah keuntungan / hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun
transaksi jual beli yang diberikan nasabah.”
2.5 Kinerja
“Menurut Sedarmayanti (2007) dalam Anggraeni (2014) kinerja berarti pencapaian/prestasi berkenan dengan tugas yang diberikan. Hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral etika.”
2.6 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah diuraikan, maka kerangka penelitian dapat digambarkan pada gambar berikut:
4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.9 Hipotesis
Pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap profit distribution management Pembagian keuntungan bank syariah kepada deposan berdasarkan nisbah yang
disepakati setiap bulannya dinamakan profit distribution. Profit distribution diatur
berdasarkan produk yang menjadi pilihan deposan terhadap bank, serta persetujuan
nisbahnya. Pihak manajemen bank syariah harus memperhatikan betul tingkat profit distribution melalui pengelolaannya (profit distribution management). Profit Distribution
Management dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan manajer dalam mengelola
pendistribusian laba untuk memenuhi kewajiban bagi hasil bank syariah kepada deposannya (Mulyo, G.P., 2012).
Sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah deposan
(penabung / shahibul maal) mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Penyaluran dana deposan yang terkumpul akan ditempatkan oleh bank syariah ke sektor-sektor usaha
produktif (pembiayaan) yang menghasilkan profit (Mulyo, G.P., 2012). Hasil usaha
semakin tinggi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada
deposannya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank kepada deposannya.
Pada penelitian Farook, dkk (2012) yang menyatakan bahwa pembiayaan bagi hasil
berpengaruh positif terhadap Profit Distribution Management (PDM). Hal ini pun serupa dengan pendapat dari Kartika dan Adityawarman (2012) yang menyatakan bahwa
pembiayaan bagi hasil berpengaruh positif. Begitupun dengan Mulyo dan Mutmainah
(2013) serta Hakim (2014), yang menyatakan pembiayaan bagi hasil berpengaruh positif.
H1 : Bagi hasil berpengaruh positif terhadap profit distribution management
Pengaruh transparansi terhadap profit distribution management
Menurut The Basel Commitee on Banking Supervision (1998) mendefinisikan transparansi sebagai : [...] public timely disclosure of reliable information that enables
users of that information to make a precise apparisal of a bank’s financial health and
performance, business activities, risk profile, and risk management practices. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa bank syariah yang transparan harus
mengungkapan informasi yang memadai dan handal yang memungkinkan penilaian kinerja
keuangan dan profitabilitas.
Sejumlah standar ditetapkan oleh IFSB atau dikenal dengan Islamic Financial Services Board, yang berguna dalam memberikan referensi untuk meningkatkan transparansi di
antara lembaga-lembaga Islam. Standar IFSB tersebut mengukur struktur modal sebagai
penilaian kesehatan keuangan entitas, menilai profil resiko secara keseluruhan dengan meninjau tingkat kecukupan modal, menilai lembaga keuangan syariah dalam hal resiko
kepada pemegang rekening investasi atau investment account holders (IAHs). Menurut
Lachreh et al., (2014) pengungkapan pada tingkat perhitungan pengembalian dan alokasi keuntungan sangat penting untuk mencegah bank dari kegiatan manipulasi laba yang
didistribusikan pada IAHs. Adanya tranparansi diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan publik terhadap perbankan nasional (Wibisono dan Rodhiyah, 2012). Di sisi
5
lain, peningkatan transparansi kondisi keuangan bank juga akan mengurangi informasi asimetris sehingga para pelaku pasar dapat memberikan penilaian yang wajar dan dapat
mendorong terciptanya disiplin pasar (Siamat, 2004). Laporan keuangan yang transparan
juga dapat digunakan sebagai sarana untuk penilaian kinerja keuangan bank.
H2 : Transparansi berpengaruh positif terhadap profit distribution management
Pengaruh Kinerja terhadap profit distribution management
Pengaruh FDR terhadap profit distribution management Menurut Poerwadarminta (2003) Kinerja adalah cara, perilaku dan kemampuan
kerja. Pada penelitian sebelumnya menguji adanya hubungan tidak langsung antara
kinerja dan alokasi laba. Karena hal ini, para peneliti berpendapat bahwa mekanisme tata kelola perusahaan mempengaruhi kinerja perusahaan yang berdampak pada
distribusi laba terutama dalam bentuk dividen.
Menurut Lahrech et al., (2014) kinerja perbankan diperkirakan memiliki lorelasi
yang kuat dengan bagi hasil. Sebenarnya dalam kasus kinerja bank syariah tidak ada ruang untuk memanipulasi laba. Namun, dalam kasus kinerja bank yang rendah, bank
syariah cenderung melakukan perkiraan bagi hasil untuk mempertahankan pangsa
keuntungan mereka sebagai mudharib. Dalam kondisi ekonomi yang buruk, bank syariah cenderung berkinerja buruk dan menimbulkan kerugian bagi para deposan.
FDR (Financing to Deposit Ratio) menurut Dendawijaya (2005) adalah seberapa
jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarian dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Penelitian
dari Maulina (2013) yang mengatakan FDR berpengaruh positif terhadap profit
Distribution. Hal ini pun didukung oleh penelitian Gozali (2006), Kartika (2014),
Lacher, dkk (2014) yang menyatakan bahwa FDR signifikan berpengaruh positif. H3 :
FDR berpengaruh positif terhadap profit distribution management
Pengaruh GCG terhadap profit distribution management GCG (Good Corporate Governance) menurut YYPMI (2002) adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan,
pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnya yang berkaitan dengan hak – hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Menurut Darmawati et al
(2005) yang mengatakan bahwa GCG berpengaruh terhadap profit distribution.
H4 : GCG berpengaruh positif terhadap profit distribution management
Pengaruh ROA terhadap profit distribution management
ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang
dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total
aset bank. Semakin besar nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan. Pada
penelitian Pratiwi (2013) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif pada profit distribution. Hal yang sama didapatkan oleh Mira Daelawati, Rustam Hidayat dan
Dwiatmanto (2010) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap profit
distribution.
H5 : ROA berpengaruh positif terhadap profit distribution management
Pengaruh BOPO terhadap profit distribution management
BOPO adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Farook, dkk, 2012).
Menurut Bank Indonesia Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank
dalam menjalankan aktivitas usahanya. Pada penelitian Pratiwi (2013) yang menyatakan
6
bahwa BOPO berpengaruh positif pada profit distribution. Hal ini didukung oleh
penelitian dari Maulina (2013) yang mengatakan bahwa BOPO berpengaruh positif pada profit distribution.
H6 : BOPO berpengaruh positif terhadap profit distribution management
Pengaruh CAR terhadap profit distribution management
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung dan
menghasilkan risiko, seperti kredit yang diberikan kepada nasabah. Pada penelitian Pratiwi (2013) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif pada profit
distribution. Hal ini pun didukung oleh penelitian dari Maulina (2013) yang mengatakan
bahwa CAR berpengaruh positif pada profit distribution.
H7 : CAR berpengaruh positif terhadap profit distribution management
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Menurut Sugiyono (2007) kuantitatif adalah metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat positivism, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian analisis data bersifat kuantitatif atau statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang sudah ditetapkan.
3.2 Objek Penelitian dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengaruh pembiayaan bagi hasil, transparansi dan
kinerja terhadap profit distribution management. Sedangkan subjek penelitian yang diteliti adalah adalah Bank Umum Syariah tahun 2012-2016 dengan menggunakan laporan
tahunan.
3.3 Jenis Data Jenis data pada penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber baik berupa teks, artikel maupun berbagai
jenis karangan ilmiah, catatan-catatan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan didapatkan dari laporan tahunan yang diambil dari website
Bank Indonesia (www.bi.go.id), dan data tambahan diambil melalui website perusahaan
yang dibutuhkan.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Dependen : Profit Distribution Management Profit distribution management merupakan variabel dependen dalam penelitian
ini. PDM menggambarkan tingkat dimana bank melakukan kewajibannya dalam
membagi keuntungan dari hasil usaha kepada deposan simpanan sebagai pemilik modal.
Dalam penelitian ini bank syariah melakukan PDM yang mengacu pada suku bunga. Berdasarkan model penelitian Farook dkk. (2009).
Asset spread =|(ROA – average ROIAH)|
Atau
Total Pendapatan yang harus dibagi
Average ROIAH =
Saldo rata-rata instrument bagi hasil deposan
7
2. Variabel Independen
a. Pembiayaan Bagi Hasil
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau bagi hasil
(Rivai dan Veithzal, 2008).
Loan Asset
LATA =
Total Asset
b. Transparansi Dalam penelitian ini transparansi diukur menggunakan item pengungkapan
informasi dan pengungkapan profit distribution yang berjumlah 27 item
pengungkapan. Pengungkapan informasi secara umum pada laporan keuangan yaitu
general transparency ratio (GEN) atau rasio transparansi umum berjumlah 14 item. dan pengungkapan unrestricted investment account (UIA) atau rekening investasi tak
terikat yang mengukur tingkat bank dengan jumlah dana yang diinvestasikan dan
dana yang diinvestasikan pada laporan keuangan yang berjumlah 13 item.
Jumlah Item yang diungkapkan perusahaan
Transparansi =
Jumlah keseluruhan item indeks
c. Kinerja
Menurut Sedarmayanti (2007) dalam Anggraeni (2014) kinerja berarti
pencapaian/prestasi berkenan dengan tugas yang diberikan.
3.6 Analisis Statistik
Analisis statistik digunakan untuk menguji kualitas data dan pengujian hipotesis.
Analisis statistik yang dilakukan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan, melukiskan, atau
memaparkan keadaan suatu objek (realitas atau fenomena) dengan apa adanya, sesuai
dengan situasi dan kondisi pada penelitian saat peneliti dilakukan.
2. Analisis Statistik
Analisis statistik digunakan untuk menguji kualitas data dan pengujian
hipotesis. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan agar model regresi yang digunakan menjadi
model yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Sehingga model tersebut dapat digunakan untuk keperluan estimasi serta mengurangi bias data. Uji asumsi
klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji linearitas.
- Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2007). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah
data berdistribusi normal atau tidak mengunakan analisis statistik non-
parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang dikemukakan:
Ho = data berdistribusi normal (Asymp. Sig> 0,05)
Ha = data tidak berdistribusi normal (Asymp. Sig < 0,05)
8
- Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam
model regresi. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2007). Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan
dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance
serta variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen yang nilainya lebih dari 95%. Dan nilai VIF lebih besar dari 10,
apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif.
- Uji Heteroskedastistitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2007). Salah
satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah
dengan uji glejser Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolute residual dengan variabel independen jika signifikansi variabel Independen >
0,05 tidak terjadi Heteroroskedastisitas.
- Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan salah satu uji asumsi klasik dalam analisis regresi liniear berganda. Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah
terjadi korelasi antara suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga uji
ini hanya dilakukan pada data time series (waktu runtut) dan tidak berlaku pada data kuesioner di mana pengukuran semua variabelnya dilakukan secara
serentak pada waktu yang bersamaan. Sehingga secara sederhana uji ini
digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat tanpa adanya korelasi hubungan antara obervasi dengan data observasi sebelumnya. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini
digunakan metode Durbin-Watson test, dimana dasar pengambilan keputusan
ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: - Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
- Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
- Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
- Uji Linearitas
Uji lineritas bertujuan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu
studi empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linear,
kuadrat atau kubik.
b. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan metode regresi linear
berganda, uji signifikansi parameter individual, dan koefisien determinasi.
- Metode Regresi Linear Berganda Metode regresi linear berganda, yaitu metode yang digunakan untuk
menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier
9
(Indriantoro dan Supomo, 2002 dalam Sulastini, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Bagi Hasil, Transparansi dan Kinerja.
Sedangkan variabel dependennya adalah Profit Distribution Management.
Adapun persamaan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai
berikut: Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7
Keterangan :
Y = Profit Distribution Management α = Konstanta, merupakan nilai terkait yang dalam hal ini adalah Y pada
variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 = 0)
X1 = Pembiayaan Bagi Hasil X2 = Transparansi
X3 = FDR
X4 = GCG
X5 = ROA X6 = BOPO
X7 = CAR
b = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X terhadap variabel terikat Y.
- Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Stastistik t)
Menurut Ghozali (2007), uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
significance level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Hal ini berarti secara parsial variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Perkembangan industri syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di
Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-
bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut
menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai syariah.
Dalam menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang
sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam Undang-Undang yang baru, yaitu UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah
membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang mempunyai dasar operasional bagi hasil
yang secara rinci dijabarkan dalam peraturan pemerintahan dengan No. 72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan perundangan-undangan tersebut
telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia yang
menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (Dual Banking System) di Indonesia.
10
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
kerberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini
ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena
kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Normalitas
Tabel 4.1 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z 0,712
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,692 Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh dari Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,712
dan Asymp. Sig. sebesar 0,692 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data
berdistribusi normal.
4.2.2 Uji Multikolinieritas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
(tidak terjadi multikolinieritas).
Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance san VIF
Model Tolerance VIF
Mudharabah 0,485 2,061
Musyarakah 0,372 2,686
Transparansi 0,827 1,209
FDR 0,755 1,324
GCG 0,733 1,365
ROA 0,452 2,213
BOPO 0,419 2,387
CAR 0,425 2,356 Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa nilai tolerance semua variabel independen > 0,10. Nilai VIF semua variabel independen < 10,00. Berdasarkan
kriteria dalam pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak
terjadi multikolinieritas.
4.2.3 Uji Heterokedastistas
Tabel 4.3 Uji Heterokedastistas
Model Sig
(Constant) 0,435
Mudharabah 0,218
Musyarakah 0,599
Transparansi 0,647
FDR 0,627
GCG 0,051
ROA 0,402
BOPO 0,529 Sumber: Hasil Olah Data SPSS
11
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh sig dari Mudharabah sebesar 0,218, sig dari Musyarakah sebesar 0,559, sig dari Transparansi sebesar 0,647, sig dari FDR
sebesar 0,627, sig dari GCG sebesar 0,051, sig dari ROA sebesar 0,402 dan sig dari
BOPO sebesar 0,529 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heterokedastisitas.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Durbin-Watson
1 1,419 Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui nilai DW adalah 1,419. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan bahwa nilai DW diantara -2 sampai +2 sehingga dapat
disimpulkan tidak ada autokorelasi.
4.2.5 Uji Linearitas
Salah satu cara untuk menentukan linearitas adalah dengan uji Lagrange
Multiplier dengan membandingkan nilai c2 hitung dengan c
2 tabel. Jika nilai c
2
hitung > c2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan model linear ditolak.
Tabel 4.5 Uji Lineritas dengan Lagrance Multiplier
Model R Square
1 0,040 Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Hasil tampilan output menunjukkan nilai R2
sebesar 0,040 dengan jumlah n observasi 50, maka besarnya nilai c
2 hitung = 50 x 0,040 = 2. Nilai ini
dibandingkan dengan c2 tabel dengan df = (n - k) = 50 – 9 = 41 dan tingkat
signifikansi 0,05, maka besarnya nilai c2 tabel 56,942. Oleh karena itu c
2 hitung
lebih kecil dari c2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa model yang benar adalah
model linear.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Metode Regresi Linear Berganda
1. Regresi Linear Berganda
Menurut Gujarati, 1999 dalam Ariyo Murti Raharjo (2015) Analisis regresi linear berganda adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen
dengan satu atau lebih variabel independen. Hasil dari analisis regresi linier
berganda bisa dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
B
(Constant) 8,922
Mudharabah -0,095
Musyarakah 0,054
Transparansi 0,433
FDR -0,038
GCG 0,305
ROA 1,258
BOPO -1,289
CAR -1,166 Sumber: Hasil Olah Data SPSS
12
PDM = 8,922 – 0,095 Mudharabah + 0,054 Musyarakah + 0,433 Transparansi –
0,038 FDR + 0,305 GCG + 1,258 ROA - 1,289 BOPO – 1,166 CAR dapat disimpulkan bahwa:
Konstanta (Y) sebesar 8,922 artinya jika variabel dependen Mudharabah,
Musyarakah, Transparansi, FDR, GCG, ROA, BOPO, CAR nol maka PDM
sebesar 8,922. Koefisien Mudharabah sebesar -0,095 menyatakan bahwa setiap
penambahan jumlah Mudharabah sebesar 1, maka menurunkan PDM sebesar
0,095 rupiah. Koefisien Musyarakah sebesar 0,054 menyatakan bahwa setiap penambahan
jumlah Musyarakah sebesar 1, maka meningkatkan PDM sebesar 0,054 rupiah.
Koefisien Transparansi sebesar 0,433 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah Transparansi sebesar 1, maka meningkatkan PDM sebesar 0,433 rupiah.
Koefisien FDR sebesar -0,038 menyatakan bahwa setiap penambahan
jumlah FDR sebesar 1, maka meningkatkan PDM sebesar 0,038 rupiah.
Koefisien GCG sebesar -0,305 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah GCG sebesar 1, maka menurunkan PDM sebesar 0,305 rupiah.
Koefisien ROA sebesar 1,258 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah
ROA sebesar 1, maka meningkatkan PDM sebesar 1,258 rupiah. Koefisien BOPO sebesar -1,289 menyatakan bahwa setiap penambahan
jumlah BOPO sebesar 1, maka menurunkan PDM sebesar 1,289 rupiah.
Koefisien CAR sebesar -1,166 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah ROA sebesar 1, maka menurunkan PDM sebesar 1,166 rupiah.
2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas (Imam Ghozali, 2013).
Tabel 4.8 Nilai Koefisien Determinasi
Model Adjusted R Square
1 0,704 Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Besarnya adjusted R square 0,704 hal ini berarti 70,4% PDM dipengaruhi oleh ke delapan variabel independen Mudharabah, Musyarakah, Transparansi,
FDR, GCG, ROA, BOPO dan CAR sedangkan sisanya (100 - 70,4 = 29,6% )
dijelaskan sebab-sebab lain diluar model.
3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Hasil tabel uji F
dapat dikatakan memiliki pengaruh apabila Sig.< 0.05 atau F hitung > F tabel.
Berikut merupakan hasil tabel uji F :
Tabel 4.9 Hasil Uji F (Simultan)
F Sig.
10,826 0,000b
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Dalam melakukan pengujian, diketahui bahwa jumlah data sebanyak 50 (n = 50), jumlah variabel 9 (k = 9), dan tingkat signifikansi 0,05 (α = 0.05). Nilai F
tabel yang didapatkan dari hasil pengujian adalah 2,17 dan F hitung bernilai
13
(10,826 > 2,17) dan nilai Sig. 0,000 < 0,05. Dengan hasil yang sudah didapatkan dapat diketahui bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti semua variabel
independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dengan kata lain, menerima hipotesis alternatif yang menyatakan, bahwa semua
variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi PDM atau
Mudharabah, Musyarakah, Transparansi, FDR, GCG, ROA, BOPO dan CAR
secara bersama-sama berpengaruh terhadap PDM.
4. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)
Tabel 4.10 Uji Statistik t
Model T Sig.
(Constant) 0,859 0,398
Mudharabah -2,029 0,053
Musyarakah 0,828 0,415
Transparansi 0,830 0,414
FDR -0,022 0,982
GCG 0,682 0,502
ROA 7,043 0,000
BOPO -1,049 0,304
CAR -2,391 0,025 Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Dalam melakukan pengujian, diketahui bahwa jumlah data sebanyak 50 (n = 50), jumlah variabel independen sebanyak 9 (k = 9), dan tingkat signifikasi 0,05
(α = 0.05) dengan nilai t tabel sebesar 1,683. Berdasarkan hasil pengujian SPSS,
maka hasil yang tepat adalah : Selanjutnya nilai t tabel dibandingkan dengan t hitung yang didapat dari
hasil olah SPSS di atas. Mudharabah terbukti berpengaruh tapi tidak signifikan
terhadap Profit Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar -2,029 dan t hitung < t tabel yaitu -2,029 < -1,683 dan tingkat signifikansi 0,053 > 0,05.
Musyarakah tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit
Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar 0,828 dan t hitung < t
tabel yaitu 0,828 < 1,683 dan tingkat signifikansi 0,415 > 0,05. Transparansi tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit
Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar 0,830 dan t hitung < t
tabel yaitu 0,830 < 1,683 dan tingkat signifikansi 0,414 > 0,05. FDR tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit
Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar -0,022 dan t hitung < t
tabel yaitu -0,022 < -1,683 dan tingkat signifikansi 0,982 > 0,05. GCG tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit
Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar 0,682 dan t hitung < t
tabel yaitu 0,682 < 1,683 dan tingkat signifikansi 0,502 > 0,05.
ROA terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar 7,043 dan t hitung > t tabel yaitu
7,043 > 1,683 dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05.
BOPO tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar -1,049 dan t hitung < t
tabel yaitu -1,049 < -1,683 dan tingkat signifikansi 0,304 > 0,05.
CAR terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution
14
Management berdasarkan t hitung sebesar -2,391 dan t hitung < t tabel yaitu -
2,391 < -1,683 dan tingkat signifikansi 0,025 > 0,05.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Mudharabah terhadap Profit Distribution Management
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan Mudharabah berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap profit distribution management. Secara kajian teori
maka hasil penelitian pada perbankan syariah di Indonesia menggunakan konsep
mudharabah yang berjalan berdampingan dengan konsep pinjam sistem bunga sebagai cara untuk membiayai berbagai aktivitas ekonomi. Akan tetapi setelah
Perbankan Islam datang, semua transaksi keuangan yang berbasis riba (bunga)
dilarang dan semua dana harus disalurkan atas dasar bagi hasil (profit and loss sharing). Besarnya pembiayaan akan menentukan tingkat dimana bank syariah
melakukan profit distribution. Semakin tinggi rasio proporsi pembiayaan maka
semakin tinggi tingkat PDM. Hal ini sesuai dengan penelitian Farook, dkk (2012),
Kartika dan Adityawarman (2012), Mulyo dan Mutmainah (2013), dan Hakim (2014) yang menyimpulkan bahwa Pembiayaan Bagi Hasil / Mudharabah
berpengaruh positif terhadap PDM.
4.4.2 Musyarakah terhadap Profit Distribution Management Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan Musyarakah tidak
berpengaruh terhadap profit distribution management. Pembiayaan musyarakah
merupakan pembiayaan yang dilakukan oleh pihak bank dimana pihak bank berperan sebagai pemilik dana atau ikut serta sebagai mitra usaha yang dikelola oleh
pihak lain. Keuntungan yang diperoleh sesuai dengan seberapa besar modal yang di
investasikan yang telah di sepakati pada awal perjanjian. Apabila usaha tersebut
gagal, maka kerugian akan ditanggung secara bersama-sama sesuai dengan proporsi penyertaan modal (Rivai, 2010:193). Dalam pembiayaan musyarakah, bank syariah
tidak memberikan modal secara penuh, akan tetapi modal yang diberikan adalah
sebagian dari total keseluruhan modal yang dibutuhkan. Bank syariah bisa menyertakan modal sesuai porsi yang disepakati dengan nasabah. Karena banyak
nya pembiayaan yang bermasalah dari produk musyarakah, hal inilah yang
menyebabkan tidak berpengaruh nya musyarakah terhadap PDM.
4.4.3 Transparansi terhadap Profit Distribution Management Hasil uji statistik pada variabel Transparansi menunjukan bahwa variabel
tersebut tidak berpengaruh terhadap Profit Distribution Management, hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis. Hal ini menunjukan bahwa bank dalam melakukan bagi hasil (Profit Distribution) tidak dipengaruhi oleh Transparansi salah satu faktor
yang penyebabnya adalah masih terdapat suatu permasalahan yang menjadi kendala
berkembangnya investasi berbasis syariah yaitu belum meratanya pemahaman atau pengetahuan masyarakat Indonesia tentang investasi syariah (Yuliana, 2010:31)
4.4.4 Kinerja terhadap Profit Distribution Management
1. FDR terhadap Profit Distribution Management Hasil penelitian menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh terhadap
profit distribution management. Penilaian kinerja bank syariah sebagai lembaga
intermediasi, dapat menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR), yaitu
perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank dan modal bank yang bersangkutan.
Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana pinjaman
yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka Financing to
Deposit Ratio (FDR) suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang
likuid dibanding dengan bank yang mempunyai angka rasio lebih kecil.
15
(Muhammad, 2005 : 55). Penyaluran pembiayaan dengan menggunakan dana ketiga ini dilakukan untuk menghindari adanya dana yang tidak jalan. Dengan
adanya dana yang mengganggur atau dana yang tidak berjalan, maka akan
mengurangi peluang bagi bank dalam memperoleh keuntungan. Hal ini
sependapat dengan penelitian Hakim (2014) yang mengatakan bahwa FDR tidak berpengaruh terhapa PDM.
2. GCG terhadap Profit Distribution Management
Hasil penelitian menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap PDM. Nilai rata-rata GCG perbankan syariah sangat baik, yaitu 1,6729. Akan
tetapi Perbankan Syariah memiliki nilai rata-rata PDM -391,6. Kecilnya nilai
PDM disebabkan oleh kurangnya penyaluran dana sebagai pembiayaan kepada masyarakat. Penyaluran pembiayaan menurun diakibatkan oleh penerapan
prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh pihak manajemen dalam penyaluran
pembiayaan. Dengan menurunnya pembiayaan yang disalurkan, maka menurun
pula laba yang dihasilkan oleh bank. Ketika laba yang dihasilkan menurun, maka PDM pun juga menurun. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa implementasi GCG yang baik pada bank tidak menjamin
dapat meningkatkan PDM yang bersangkutan.
3. ROA terhadap Profit Distribution Management
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap
profit distribution management. ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. ROA merupakan
rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total aset bank. Semakin besar
nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan. Return On Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam
kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA penting bagi perbankan syariah karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin rendah (kecil) rasio ini semakin
kurang baik demikian pula sebaliknya, artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Hal ini serupa dengan penelitian Pratiwi (2013) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif
pada profit distribution. Hal yang sama didapatkan oleh Mira Daelawati, Rustam
Hidayat dan Dwiatmanto (2010) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap profit distribution.
4. BOPO terhadap Profit Distribution Management Biaya operasional pendapatan operasional atau BOPO dapat diartikan
sebagai rasio untuk membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
menunjang kegiatan operasional (Rivai & Arifin:866). Semakin tinggi rasio ini
akan semakin buruk kinerja bank, karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkannya. Begitupun sebaliknya, jika
rasio ini rendah, dapat dikatakan bahwa semakin baik kinerja bank karena biaya
yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata BOPO sebesar
94,315 atau sebesar 0,94315. Hasil tersebut menjelaskan bahwa rata-rata biaya
yang berasal dari kinerja operasional bank syariah sangatlah tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan. Jika biaya yang dikeluarkan tinggi bagi
hasil yang diperoleh pun akan relatif kecil, sehingga secara otomatis manajer
tidak akan termotivasi untuk melakukan PDM yang tinggi, karena akan sulit
16
untuk menutupi kemungkinan resiko yang akan timbul. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap PDM. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Kusuma (2013) dan Imawan (2014) yang
menyatakan bahwa BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap PDM. Namun
hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rizaludin (2013) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap PDM.
5. CAR terhadap Profit Distribution Management
Hasil menunjukkan bahwa CAR berpengaruh terhadap profit distribution management. Kecukupan modal menggambarkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul
dari penanaman dana dalam aset produktif yang mengandung risiko, serta untuk pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Capital adequacy ratio (CAR) dapat
digunakan untuk mengukur kecukupan modal pada bank syariah (Muhammad,
2005). Semakin besar rasio ini, maka kesehatan bank dikatakan membaik. Hal
ini dikarenakan besar modal yang dimiliki bank mampu menutupi risiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang
mengandung risiko, serta dapat digunakan untuk pembiayaan penanaman dalam
aset tetap dan investasi. CAR (Capital Adequacy Ratio) digunakan untuk mengetahui kinerja laporan keuangan. Secara umum CAR (Capital Adequacy
Ratio) merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha
bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti
bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan
bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 573). CAR (Capital Adequacy Ratio)
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung dan menghasilkan risiko, seperti kredit yang diberikan kepada nasabah. Sehingga hal ini sesuai dengan penelitian
Pratiwi (2013), Maulina (2013), Eko Wahyu (2016) yang mengatakan bahwa
CAR berpengaruh positif pada profit distribution.
5.KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berikut ini kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan diantaranya :
1. Mudharabah terbukti berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap Profit Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar -2,029 dan t hitung < t tabel yaitu -2,029 < -
1,683 dan tingkat signifikansi 0,053 > 0,05. Sedangkan Musyarakah tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Profit Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar
0,828 dan t hitung < t tabel yaitu 0,828 < 1,683 dan tingkat signifikansi 0,415 > 0,05. 2. Transparansi tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution
Management berdasarkan t hitung sebesar 0,830 dan t hitung < t tabel yaitu 0,830 <
1,683 dan tingkat signifikansi 0,414 > 0,05. 3. a. FDR tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution
Management berdasarkan t hitung sebesar -0,022 dan t hitung > t tabel yaitu -0,022 >
-1,683 dan tingkat signifikansi 0,982 > 0,05. b. GCG tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution
Management berdasarkan t hitung sebesar 0,682 dan t hitung < t tabel yaitu 0,682 <
1,683 dan tingkat signifikansi 0,502 > 0,05.
17
c. ROA terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution Management berdasarkan t hitung sebesar 7,043 dan t hitung > t tabel yaitu 7,043 >
1,683 dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05.
d. BOPO tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution
Management berdasarkan t hitung sebesar -1,049 dan t hitung > t tabel yaitu -1,049 > 1,683 dan tingkat signifikansi 0,304 > 0,05.
e. CAR terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Profit Distribution
Management berdasarkan t hitung sebesar -2,391 dan t hitung < t tabel yaitu -2,391 < -1,683 dan tingkat signifikansi 0,025 > 0,05.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagi pihak manajemen perusahaan diharapkan dapat lebih lengkap dalam
mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Profit Distribution
Management di dalam laporan tahunannya. 2. Bagi investor agar dapat memperhatikan perusahaan yang akan ditanamkan modal
saham.
3. Perbankan syariah dapat meningkatkan PDM secara langsung dengan mengoptimalkan pembiayaan Mudharabah dan CAR.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan periode pengamatan yang lebih lama
sehingga akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh kondisi yang sebenarnya serta menambah jumlah sampel dan diharapkan dapat menambahkan
atau menggunakan variabel lain yang ikut mempengaruhi Profit Distribution
Management perusahaan, seperti PPAP, NPF, NIM, PDB, Ukuran Perusahaan dan
variabel yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Mirakhor, Zamir Iqbal, Pengantar Keuangan Islam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana,
2008
Abdullah, Man An, 2010, “Good corporate governance perbankan syariah di indonesia”, Jogjakarta, Ar-ruz Media.
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan Dari Beberapa Segi Hukum, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2009 ) hal .36
Africano, Fernando, Akbar, Dinul Alfian dan Lidyah, Rika. 2017. “Pengujian Sinyal Perusahaan untuk mendapatkan Kepercayaan Pemangku Kepentingan.” Simposium
Nasional Akuntansi XX Jember.
Africano, Fernando, Megawati, Elizabeth Sri & Parlindungan, Ricardo, 2017. “Factors Affecting Profit Distribution Management of Syariah Banks in Indonesia”. American
Scientific Publishers.
Africano, Fernando, Mismiwati, 2017. “Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Pembiayaan
Bagi Hasil Serta Implikasinya pada Profit Distribution Management Bank Syariah”.
http://pnj.ac.id/news/index/1683/Edisi-Juni-2017.html
Amirullah, Perilaku Konsumen, Yogyakarta, Graha Ilmu, Cet.1, 2002.
18
Amrillah, 2010. “Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2005-2009”. Program
Pascasarjana. Universitas Diponogoro Semarang. Semarang. Indonesia.
Andi, Prasetyo. 2011. Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten karanganyar dilihat dari
Rasio Pendapatan Daerah pada APBD 2006-2008. Skripsi. Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Andriyanti, Ani & Wasilah. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penghimpunan
Dana Pihak Ketiga. Simposium Nasional Akuntansi XIII
Anshori, Abdul Gofur, 2009. Perbankan Syariah Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Bank Indonesia, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia 2004 (SE BI
No.6/23/DNDP)
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Kedua,
Yogyakara; Penerbit BFEE UGM.
Bisnis Bank Syariah 2017 Berpeluang Ters Melonjak, Ini Alasannya.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariahekonomi/17/01/18/ojy976382-bisnis-
bank-syariah-2017-berpeluang-terus-melonjak-ini-alasannya. Diakses pada tanggal 10 September 2017.
Dendawijaya, Lukman, 2008. ”Manajemen Perbankan”. Penerbit. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Ekalagati, Agrian Metasari, 2014. “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah”.
Errico, Luca & Farahbaksh, M, 1998. ”Islamic Banking Issues in Prudential Regulations and
Supervision”.
Farook, S., Hassan, M. K dan Clinch, G. 2012. Profit Distribution Management by Islamic Banks: An Empirical Investigation. The Quarterly review of Economics and Finance,
vol.52 (3): 333-347. ELSEVIER.
Farvaque, E., Refait-Alexandre, C., & Saidane, D. 2011. “Corporate Disclosure a Review of its
(Direct and Indirect) Benefits and Coasts”. Economie Internationale, (4), 5-31.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang: Bp
Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 21. Semarang: Badan Penerbit Diponogoro.
Gilang, Nur Giannini. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal. AAJ 2 (1).
Hafiz, Abdul Tanjung, 2010. Akuntansi, Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Publik (Sebuah Tantangan).
19
Hakim, A.F, 2014.”Pengaruh Capital Adequancy Ratio, Loan Asset To Total Asset, Penyisihan Penghapusan Aset Produktif, Financing to Deposit Ratio dan Tingkat Suku Bunga
Terhadap Profit Distribution Management Pada Bank Syariah”. Diss, UPN Veteran,
Yogyakarta.
Husnelly, 2003. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Dana Masyarakat pada Bank
Syariah (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri)”. Tesis. Universitas Indonesia.
Hidayat ,Eko Wahyu, 2016. “Faktor – Faktor yanf Mempengaruhi Profit Distribution
Management Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015”. UIN Sunan
Kalijaga:Yogyakarta.
Ismail, 2010. “Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi”. Jakarta: Kencana.
Kartika, 2014. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profit Distribution Management”. Universitas Diponogoro : Semarang.
Khairunnisa, Delta. 2002. Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia dan BNI Syariah). Makalah pada Simposium Nasional. Yogyakarta:
Sistem Ekonomi Islam, P3EI-FEUII.
Kristianten, 2006. Transparansi Anggaran Pemerintah. Jakarta :Rineka Cipta.
Kuncoro dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi),
Edisi Pertama, Penerbit BPFE , Yogyakarta
Lahrech, N., Lahrech, A., Boulaksil, Y. 2014. Transparency and performance in Islamic
banking Implications on profit distribution. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, vol 7(1):61-88. Emerald Group Publishing Limited.
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Muhammad, 2009. Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis
Pembuatan Akad), Yogyakarta: UII Press.
Nurhayati, Sri., Wasilah. (2014). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Panggah, Mulyo Gagat. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution
Management Atas Simpanan Deposan Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode 2008-2011. Banjarmasin: SNA 15.
Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Prasetyo, B. & Jannah, L.M., 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Cetakan 6, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rahman, Dahlan A, 2004.”Analisa Faktor Internal Terhadap Distribusi Bagi Hasil Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri)”. Tesis Program Pascasarjana.
Universitas Diponogoro Semarang.
Reggi Merdeka Wati, 2016. “Faktor – Faktor Mempengaruhi Profit Distribution Management
pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2014”.
20
Rensi Permatasari, 2015. “Pengaruh Transparansi dan Kinerja terhadap Profit Distribution”.
Universitas Diponogoro.
Rivai, Veithzal dan Veithzal, A.P, 2008. “Islamic Financial Management”. Rajawali Pers,
Jakart., Indonesia.
Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, Zikrul
Hakim, 2008.
Suriadin, Irma, 2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profit Distribution
Management pada Perbankan Syariah”.
Tamba, Erida. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Tugiantoro, Suyanto, 2014. “The Factors Affecting Profit Distribution: An Emperical Study on Islamic Banking”. China-USA Business Review, ISSN 1537-1514, Vol 13 No. 5, 338-
346.
Ulfah, 2017. “Determinan Profit Distribution Management Bank Syariah di Indonesia”.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahyuni, Mirasanti, 2016. “Pengaruh Volume Pembiayaan Bagi Hasil dan Pembiayaan
Murabahah terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan NPF sebagai
Variabel Moderasi”. STIE Bank BPD : Jawa Tengah.
Wibowo, Edhi Satriyo dan Syaichu, Muhammad. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga,
Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas. Dipenogoro Journal Of Accounting,
Vol 2 No 2.
Wiwin, Masruroh, Fitriani & Effendi Rochman, 2016. Analisis Profit Distribution Management
(PDM) Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2014. Universitas Jember.