Transcript

131

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

Laporan Penelitian

Pengaruh pemberian vitamin E terhadap eosinofil mukosa hidung dan kualitas hidup penderita rinitis alergi

Nanchy Christy, Rus Suheryanto, Mohammad Dwijo Murdiyo DepartemenIlmuKesehatanTelingaHidungTenggorok-BedahKepalaLeher

FakultasKedokteranUniversitasBrawijaya/RSUDdr.SaifulAnwarMalang

ABSTRAKLatar belakang: Penyakitrinitisalergi(RA)banyakdijumpaidanmemberidampaknegatifterhadap

produktivitas,kualitashidup,gangguantidur,aktivitasdiluarrumah,sertagangguansekolahpadaanak.VitaminEbekerjasebagaiantioksidanpadamembranseldanberikatandenganradikalbebasdengancaramenghambatperoksidasiPoly Unsaturated Fatty Acid (PUFA).Tujuan: Mengetahui pengaruh vitamin Eterhadapjumlaheosinofilmukosahidungdanperbaikanklinispadapenderitarinitisalergipersistensedangberat.Metode:MenggunakanRandomized Clinical Trial, double blind, pre and post control group denganperlakuanpemberianterapisemprothidungtriamcinoloneacetonide,cetirizine10mg,danvitaminE400IUselama4minggu.DilakukanpenilaianVisual Analogue Scale(VAS)danTotal Nasal Symptom Score(TNSS),sertapemeriksaaneosinofilmukosahidungpadaawaldan4minggusetelahperlakuan.Hasil: DidapatkanperbedaanbermaknaantarajumlaheosinofilmukosahidungsebelumdansesudahpemberianvitaminEpadakelompokperlakuan(p=<0,001).Penurunanjumlaheosinofilmukosahidunglebihbesardanbermaknapadakelompokperlakuandibandingkandengankelompokkontrol(p=<0,001).DidapatperbaikankualitashidupberdasarkanperbaikannilaiVASdanTNSSyangbermaknasetelahperlakuanpadakelompokkontrolmaupunperlakuan(p=<0,001),sertadidapatkanperbaikankualitashidupberdasarkannilaiVASdanTNSSpadakeduakelompokdenganselisihnilaiperbaikangejalayanglebihbesarpadakelompokperlakuan,namundariperhitunganstatistiktidakdidapatkanperbedaanyangbermakna.Kesimpulan: VitaminE400IUmenurunkanjumlaheosinofilmukosahidungsecarabermaknapadapasienrinitisalergipersistensedangberat.PerbaikannilaiTNSSpadapenggunaanvitaminE400IUlebihbaikdibandingkansubjekyangmendapatplasebo,walaupuntidakberbedasecarabermakna.

Kata kunci: rinitisalergi,VitaminE,Total Nasal Symptom Score

ABSTRACTBackground: Allergic rhinitis (AR) is an allergic disease frequently found and has a negative impact

on productivity, quality of life, sleep disorder, outdoors activities, and school disruption in children. Vitamin E works as an antioxidant in cell membranes through binding free radicals by inhibiting peroxidation of Poly Unsaturated Fatty Acids (PUFA). Purpose: To find out the effect of vitamin E administration on nasal mucosa eosinophil counts and the clinical improvement in patients with moderate severe persistent AR. Methods: A double blind randomized clinical trial, pre and post control group, given therapy of triamcinolone acetonide nasal spray, cetirizine 10 mg, and vitamin E 400 IU orally for 4 weeks. Evaluation by Visual Analogue Scale (VAS) and Total Nasal Symptom Score (TNSS), as well as nasal mucosal eosinophils count at baseline and 4 weeks after treatment. Results: There was a significant difference on the number of nasal mucosal eosinophils before and after vitamin E administration in the treatment group (p = <0.001). A greater and more significant decrease in the number of nasal mucosal eosinophils in the treatment group compared to control group (p = <0.001). Significant improvement of VAS and TNSS after treatment in the control and treatment groups (p = <0.001) and quality of life improvement based on VAS and TNSS values in both control and treatment groups, but the statistical calculations showed no significant differences between the two groups. Conclusion: Vitamin E 400IU significantly reduce the number of nasal mucosal eosinophils in patients with moderate severe persistent AR.

132

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

alergi di Indonesia belumdiketahui secarapasti.

Jumlah kunjungan pasien rinitis alergidiPoliAlergi dan ImunologiRumahSakitDaerahDr.SaifulAnwarMalang,padatahun2016adalahsebanyak308orangsedangkanpadatahun2017sebanyak315orangdenganjumlahkasusrinitisalergibarusebanyak131orang.4,5Peningkatankunjunganrinitisalergidiperkirakan berhubungan dengan tingkathigienitasmasyarakat.

Pada individu yang atopi, sensitisasiterhadap alergen terjadi pada saat kontakpertamaketikaantigen presenting cells(APC)dijaringanataupermukaanmukosaterpaparalergen.APCmempresentasikan antigenmelaluimajor histocompatibility complex (MHC)kelasII,kemudianberinteraksidenganselT helper0(Th0)sehinggaberdiferensiasimenjadi sel T helper 2 (Th2). Sel Th2menghasilkansitokinyangmenstimulasiselBmemproduksiimunoglobulin E(IgE),yangakanmenempati reseptornya di selmast/basofil. Pada paparan alergen berikutnya,alergenberikatandengan IgEdipermukaanselmastdanbasofil.Ikataninimenginduksidegranulasi sel mast danmengeluarkanberbagaimediator.Molekul adhesi sepertivascular cell adhesion molecule I(VCAM-1) bersama dengan kemokin dan sitokin,menarik sel seperti eosinofil dari darah kejaringanmukosa. Eosinofil melepaskanbeberapamediator seperti protein dasar,protein kationik, peroksidase, eosinofilneurotoksin, asam arakidonat dan sitokin.Semuamediatortersebutberperanpadareaksiinflamasi dimukosa. Peran eosinofil pada

Keywords: allergic rhinitis, vitamin E, Total Nasal Symptom Score

Alamat korespondensi: NanchyChristy.Departemen IlmuKesehatan TelingaHidungTenggorok-BedahKepaladanLeherFakultasKedokteranUniversitasBrawijaya/RSUDDr.SaifulAnwarMalang.Email:[email protected]

PENDAHULUAN

Rinitisalergimerupakanpenyakitalergiyangbanyakdijumpaidanmemberidampaknegatifterhadapproduktivitas,kualitashidup,gangguantidur,aktivitasdiluarrumah,sertagangguansekolahpadaanak.1,2

Berdasarkan studi epidemiologi,prevalensi rinitis alergi tertinggi tercatat dinegara-negaramajusepertiEropa23-30%dandiAmerikaSerikat 12-30%.3 International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) yangdilakukandi lebih dari 237pusatpenelitiandi98negaradiseluruhduniadidapatkan prevalensi rinitis alergi padaanak terendahditemukandi negaramiskinsepertiAfrikadanAmerikaLatin,sedangkanprevalensi tertinggi ditemukan diwilayahAsia Pasifik. Penelitian yang dilakukanEuropean Community Respiratory Health Survey (ECRHS)mendapatkan prevalensirinitisalergipadadewasa8,7-24,1%diCinadan 11,4-22,7%diTurki.3 State of World Allergymemperkirakan terdapat lebih dari400 juta penderita rinitis alergi di duniapada tahun 2008, sedangkan di kawasanAsiaPasifikdiperkirakan 10-30%populasimenderitarinitisalergi.Prevalensipenyakitatopisepertirinitisalergidanasmasemakinmeningkatdalam20tahunterakhir.Prevalensirinitisalergidibeberapanegaramaju,antaralainInggrismencapai29%,Denmarksebesar31,5%danAmerikaSerikatberkisar33,6%.Pada studi kohort di Jermanmenunjukkan15% anakmenderita alergimusiman pada7tahunpertamakehidupannya.DiAmerikaSerikat, sebanyak 20-40 juta pendudukmenderita rinitis alergi. Prevalensi rinitis

133

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

alergi dibuktikan dengan adanya infiltrasieosinofil padamukosa yangmengalamiinflamasi. Eosinofil padamukosa hidungmenunjukkan dugaan kuat adanya reaksialergipadamukosahidungkarenaeosinofilberadadalammukosahidung1-2jamsetelahkontakdenganalergen,danmenetaphingga1-3 hari. Jumlah eosinofilmukosa hidungberhubungan dengan gejala dan tandarinitisalergi.6Ditemukannyaeosinofilpadapemeriksaan swab hidungmenunjukkanbahwa di mukosa hidung kemungkinansedangterjadireaksialergi.7

Vitamin E adalah nama umum untukduakelasmolekulyaitu tokoferol (α-TOH,β-TOH, γ-TOH, δ-TOH) dan tokotrienol(α-T3H,β-T3H,γ-T3H,δ-T3H).8 Vitamin E merupakansalahsatuantioksidankuatyangsudah terbukti menghambat pembentukanradikal bebas. Zheng et al.9 melakukanpenelitianterhadapmurindenganpemberianvitaminEdosistinggidapatmenekanresponalergi di hidung dan mengurangi levelsitokin interleukin 4 (IL-4) dan interleukin 5 (IL-5)sertaserumimunoglobulin E(IgE)total.VitaminEbekerjasebagaiantioksidanpadamembran sel dan berikatan denganradikal bebas dengan cara menghambatperoksidasi poly unsaturated fatty acid (PUFA). Prostaglandin, leukotrien sertaPlatelet Activating Factor(PAF)merupakanmediatorinflamasiyangikutberperanpadarintisalergi,mediator-mediatoriniterbentukdarimetabolismeasamlemakyangmungkinmodulasinyadicetuskanolehvitaminE.10,11

Pada penelitian yang dilakukan olehMuharrom,12pemberianvitaminEselama28harididapatkanadanyapenurunaninflamasisaluran nafas penderita asma alergi yangdibuktikandenganpenurunankadareosinofil,perbaikan fungsi paru serta perbaikanklinis. Penelitian terdahuluyangdilakukanolehHanik,13menunjukkanpenderita yangmengalami eosinofilia sedang sebagianbesarmerupakan penderita rinitis alergipersisten sedang berat. Hal ini menjadi

alasanpeneliti untukmelakukanpenelitianpadapenderitarinitisalergipersistensedangberat.PenelitianolehSebayang,14didapatkanadanyapeningkatanjumlaheosinofildiikutipeningkatanbuntuhidungsecarabermaknapadapenderitarinitisalergipersistensedangberat.

PenelitianinibertujuanuntukmengetahuipengaruhvitaminEterhadapjumlaheosinofilmukosa hidung dan perbaikan klinis padapenderitarinitisalergipersistensedangberat,danjugamengamatikualitashiduppenderitarinitisalergisebelumdansetelahperlakuan.

METODE

Peneli t ian ini adalah peneli t ianeksperimental murni dengan rancanganpenelitian randomized clinical trial (RCT) double blind pre and post test control group.Pada penelitian ini terdapat dua kelompokpenelitian, yaitu kelompokperlakuan (K1)dankelompokkontrol (K2).KelompokK1atauperlakuanadalahkelompokpasienrinitisalergipersitensedangberatyangmendapatperlakuan berupa pemberian terapi sesuaiARIA-WHOyaitu dengan semprot hidungtriamcinolone acetonide,danoralcetirizine 10mg, serta oral vitaminE 400 IU yangdiberikanselama4minggudanplaseboyangdiberikan selama4minggu.KelompokK2ataukontroladalahkelompokpasienrinitisalergipersistensedangberat(RAPSB)yangmendapatperlakuanberupapemberianterapisesuaiARIA-WHOyaitu dengan semprothidung triamcinolone acetonide, dan oralcetirizine 10mg.DalampenelitianiniakandilakukanpenilaianjumlaheosinofilmukosahidungpadapenderitaRAPSBsebelumdansesudahmendapat perlakuan, baik padakelompokK1maupunK2.Keduakelompokpenelitian akandilakukanpenilaian derajatrinitisalergisesuaidenganpedomanARIA-WHO. Selain itu, juga akan dilakukanpenilaiankualitashiduppadamasing-masingkelompok sebelumdan sesudahmendapat

134

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

DilakukanujiWilcoxon untukmelihatsignifikansiperbaikanjumlaheosinofilpadamasing-masing kelompok penelitian. PadakelompokkontrolK2didapatkanperbedaanyangbermakna(p<0.001),sedangkanpadakelompok perlakuanK1 (p < 0.001) jugaterdapatperbedaanbermaknaantarajumlaheosinofilsebelumdansesudahperlakuan.

perlakuan denganmetodeTNSS.Dimanaderajat ringan, sedang dan berat dinilaiberdasarkanVisual Analogue Scale(VAS).

HASIL

Penelitian ini dilaksanakan padabulan Januari 2019 sampaiMaret 2019,melibatkan 20 subjek penderita RAPSB.Dasar Penghitungan jumlah sampel padapenelitianinimenggunakanrumuspenelitianeksperimental,rumus:(np-1)-(p-1)≥16(2n-1)-(2-1)≥16N≥9Keterangan:N=jumlahsampelP=perlakuan(2perlakuan)

Untuk 2macamperlakuan diperlukanjumlahsampelpalingsedikit9subjekuntukmasing-masing perlakuan.Akan tetapidiperlukan penambahan subjek pada setiapperlakuansebagaicadangandanditetapkansejumlah satu orang sehingga total sampelyang dibutuhkan sejumlah 10 orang untukmasing-masingperlakuan.

Karakteristik umum subjek penelitianberdasarkan jenis kelamin, usia dan statuspekerjaanpadakelompokK1atauperlakuandidapatipasienlaki-laki1orang,perempuan9 orang. Pada kelompokK2 atau kontroldidapatipasienlaki-laki3orangperempuan7orang.PadaK1usia15tahun1orang,23tahun1orang,24tahun2orang,26tahun3orang,27tahun3orang,30tahun2orang.K218tahun1orang,23tahun1orang,25tahun1orang,28tahun1orang,29tahun3orang,30tahun3orang.MenurutpekerjaanpadakelompokK1,terdapatpekerja3orangdanmahasiswa7orang.PadakelompokK2pekerja15orang.

Ujiperbedaanuntukusiaantarkelompokkarena didapatkan data tidak terdistribusinormal,maka uji normalitas dilanjutkandengan ujiMann Whitney dengan hasilnilai p= 0,673.Uji perbedaanuntuk jenis

kelamin dan pekerjaan antar kelompokdilakukanmenggunakanujiFisher dengan hasilbermaknajikanilaip<0,05.UjiFisher menunjukkan tidak didapatkan perbedaanjenis kelamin, usia dan pekerjaan yangbermakna antara kelompok perlakuanK1dengankelompokkontrolK2(jeniskelamin:nilaip=1,000danpekerjaan:nilaip=1,000).

Gambar 1. Grafik Jumlah Eosinofil Mukosa Hidung Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol

Gambar 2. Grafik Jumlah Eosinofil Mukosa Hidung Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan

135

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

DilakukanUjiMann Whitney untukmelihat signifikansi penurunan jumlaheosinofilmukosahidungpadakeduakelompoksesudah perlakuan, dari hasil uji tersebutmenunjukkanperbedaanyangbermakna(p<0,001)antarakeduakelompoktersebut.

DilakukanujinormalitasnilaiVASdanTNSSsebelumdansesudahperlakuanyangmemilikiskalavariabelnumerikmenggunakanujiShapiro-Wilk. Datadinyatakanmemilikidistribusi normal apabila nilai p > 0,05.BerdasarkankriteriatersebutmakavariabelyangmemilikidistribusitidaknormaladalahvariabelnilaiTNSSsebelumkelompokK2danvariabelnilaiTNSSsesudahkelompok

K2.SubjekpenelitiandimintauntukmenilaikeluhanyangdirasakanskorVASsebanyak2kalidenganselangwaktu4minggu.PenilaianskorVASdilakukanpadahari-0danmingguke-4.LaluskorVASinidilakukankonversimenjadi skor nilai TNSS. Dari hasil ujinormalitasdiatasdatayangtidakterdistribusinormal adalah nilai TNSS sebelum dansesudahkelompokK2sehinggadilakukanujiWilcoxon,sedangkandatalainnyayaituNilaiVASsebelumdansesudahkelompokK2,nilaiVASsesudahdansebelumkelompokK1sertanilaiTNSSsebelumdansesudahkelompokK1 dilakukan uji T Berpasangan untukmelihat signifikansi perbaikan nilai padamasing-masingkelompoksubjekpenelitian.

Tabel 1. Hasil uji Wilcoxon nilai TNSS dan hasil uji T Berpasangan nilai VAS dan TNSS

Data N Rerata ± SD Selisih Median(minimum-maksimum) p

Uji Wilcoxon

Nilai TNSS Kelompok Kontrol

Sebelum 10 10,70±1,417,2

11,0(8–12) <0,001

Sesudah 10 3,50±0,972 4,0(2–5)

Uji T BerpasanganNilai VAS Kelompok Kontrol

Sebelum 10 28,20±3,04 17,3 28,5(22–32) <0,001

Sesudah 10 10,90±3,81 11(5–17)

Nilai VAS Kelompok Perlakuan

Sebelum 10 28,30±5,37 22,3 30(18–36) <0,001

Sesudah 10 6,00±3,29 6(2–10)

Nilai TNSS Kelompok Perlakuan

Sebelum 10 11,50±0,97 6,8 11,5(9–12) <0,001

Sesudah 10 4,70±1,25 5,0(2–7)

PadakelompokK2maupunK1 sama-samadidapatkanperbedaanbermaknaantaranilaiVAS sebelumdan sesudah perlakuan(p=<0,001)samahalnyasepertipadanilaiVAShasilujiTberpasangannilaiTNSSpadakelompokK1 danK2 jugamenunjukkanperbedaanyangbermaknaantarasebelumdansesudahperlakuan(p=<0,001).

Kemudian di lakukan uj i T tes t independent tercantumpada tabel 2, untukmelihat signifikansi perbedaan perbaikannilaiVAS sesudahpada kelompokK2danK1, sedangkan untukmelihat signifikansiperbedaanperbaikannilaiTNSSsesudahpadakelompokK2danK1dilakukan ujiMann Whitney.Darihasilujitersebuttidakterdapatperbedaan bermakna baik untuk nilaiVAS(p=0,932)maupunTNSS(p=0,807)antarkeduakelompok.

136

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

SetelahdilakukananalisisdataterhadapnilaiVASdanTNSSpergejalapadakeduakelompok yang tecantum pada tabel 3,didapatkanpadakelompokK2maupunK1adanya perbedaan bermakna antara nilaiVAS sebelumdan sesudah perlakuan baikuntukgejalahidungbuntu (p=<0,001) (p= <0,001); hidung beringus (p = <0,001)(p = <0,001); hidung bersin (p = <0,001)(p=<0,001)danhidunggatal(p=<0,001)

Tabel 2. Hasil perbedaan nilai VAS dan TNSS sebelum perlakuan dan nilai VAS dan TNSS sesudah perlakuan

Data N Rerata Median(minimum - maksimum) P

Nilai VAS sebelum

Kelompokkontrol 10 28,20±3,04 28,5(22-32) 0,685a

Kelompokperlakuan 10 28,30±5,37 30(18–36)

Nilai TNSS sebelum

Kelompokkontrol 10 11,50±0,972 12(9–12) 0,813b

Kelompokperlakuan 10 10,70±1,418 11(8–12)

Nilai VAS sesudah

Kelompokkontrol 10 10,90±3,81 11(5–17) 0,932a

Kelompokperlakuan 10 6,00±3,29 6(2–10)

Nilai TNSS sesudah

Kelompokkontrol 10 3,50±0,972 4,0(2–5) 0,807b

Kelompokperlakuan 10 4,70±1,25 5,0(2–7)

a=UjiT Test Independentb=UjiMann Whitney

(p=<0,001).Demikian jugapadahasilujiT berpasangan nilaiTNSSpada kelompokK2 danK1 jugamenunjukkan perbedaanyangbermaknaantarasebelumdansesudahperlakuan untuk gejala hidung buntu (p =<0,001) (p = <0,001); hidung beringus (p=<0,001)(p=<0,001);hidungbersin(p=<0,001)(p=<0,001)danhidunggatal(p=<0,001)(p=<0,001).

Tabel 3. Hasil Uji T Berpasangan nilai VAS per Gejala dan TNSS per gejala

Data N Rerata ± SD Median(minimum-maksimum) P

Nilai VAS hidung buntu kelompok kontrol

Sebelum 10 7,60±0,69 7,50(7–9) <0,001

Sesudah 10 2,60±1,31 3,00(0–4)

Nilai VAS hidung beringus kelompok kontrol

Sebelum 10 7,25±1,41 7,40(4–10) <0,001

Sesudah 10 2,80±0,91 2,50(2–4)

Nilai VAS hidung bersin kelompok kontrol

Sebelum 10 7,25±1,41 7,50(4–10) <0,001

Sesudah 10 2,40±1,26 2,50(0–4)

137

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

Nilai VAS gatal kelompok kontrol

Sebelum 10 6,40±1,39 7,00(4–8) <0,001

Sesudah 10 1,90±1,10 2,00(0–4)

Nilai VAS hidung buntu kelompok perlakuan

Sebelum 10 6,80±1,54 7,50(4–8) <0,001

Sesudah 10 2,20±1,54 2,00(0–4)

Nilai VAS hidung beringus kelompok perlakuan

Sebelum 10 7,40±1,83 8,00(4–10) <0,001

Sesudah 10 1,60±0,96 1,50(0–3)

Nilai VAS hidung bersin kelompok perlakuan

Sebelum 10 7,60±1,95 8,00(4–10) <0,001

Sesudah 10 1,70±1,16 1,50(0–4)

Nilai VAS gatal kelompok perlakuan

Sebelum 10 6,40±1,57 7,00(4–8) <0,001

Sesudah 10 0,50±0,70 0,00(0–2)

Nilai TNSS hidung buntu kelompok kontrol

Sebelum 10 3,00±0,00 3,00(3–3) <0,001

Sesudah 10 1,30±0,48 1(1–2)

Nilai TNSS hidung beringus kelompok kontrol

Sebelum 10 2,90±0,316 3,00(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,30±0,48 1(1–2)

Nilai TNSS hidung bersin kelompok kontrol

Sebelum 10 2,90±0,316 3,00(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,10±0,56 1(0–2)

Nilai TNSS gatal kelompok kontrol

Sebelum 10 2,70±0,483 3,00(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,00±0,47 1(0–2)

Nilai TNSS hidung buntu kelompok perlakuan

Sebelum 10 2,70±0,48 3(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,20±0,63 1(0–2)

Nilai TNSS hidung beringus kelompok perlakuan

Sebelum 10 2,70±0,48 3(2–3) <0,001

Sesudah 10 0,90±0,31 1(0–1)

Nilai TNSS hidung bersin kelompok perlakuan

Sebelum 10 2,70±0,48 3(2–3) <0,001

Sesudah 10 1,00±0,47 1(0–2)

Nilai TNSS gatal kelompok perlakuan

Sebelum 10 2,60±0,51 3(2–3) <0,001

Sesudah 10 0,40±0,51 0(0–1)

Dilakukan uji T test independent tercantum pada tabel 4 untuk melihatsignifikansiperbedaanperbaikannilaiVASdan TNSS per gejala setelah perlakuanpadakeduakelompokpenelitian.UjiT test

independentmenunjukkan tidak terdapatperbedaan bermakna baik untuk nilaiVASmaupun TNSS per gejala antar keduakelompok.

138

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

Tabel 4. Hasil Uji T Test Independent nilai VAS dan TNSS per gejala sesudah perlakuan

Data N Rerata ± SD Median(minimum-maksimum) P

Nilai VAS hidung buntu sesudah

Kelompokkontrol 10 2,60±1,31 3,00(0–4) 0,150

Kelompokperlakuan 10 2,20±1,54 2,00(0–4)

Nilai VAS hidung beringus sesudah

Kelompokkontrol 10 2,80±0,91 2,50(2–4) 0,286

Kelompokperlakuan 10 1,60±0,96 1,50(0–3)

Nilai VAS hidung bersin sesudah

Kelompokkontrol 10 2,40±1,26 2,50(0–4) 0,117

Kelompokperlakuan 10 1,70±1,16 1,50(0–4)

Nilai VAS gatal sesudah

Kelompokkontrol 10 1,00±0,47 1(0–2) 0,880

Kelompokperlakuan 10 0,50±0,70 0,00(0–2)

Nilai TNSS hidung buntu sesudah

Kelompokkontrol 10 1,30±0,48 1(1–2) 0,186

Kelompokperlakuan 10 1,20±0,63 1(0–2)

Nilai TNSS hidung beringus sesudah

Kelompokkontrol 10 1,30±0,48 1(1–2) 0,151

Kelompokperlakuan 10 0,90±0,31 1(0–1)

Nilai TNSS hidung bersin sesudah

Kelompokkontrol 10 1,10±0,56 1(0–2) 0,384

Kelompokperlakuan 10 1,00±0,47 1(0–2)

Nilai TNSS gatal sesudah

Kelompokkontrol 10 1,00±0,47 1(0–2) 0,384

Kelompokperlakuan 10 0,40±0,51 0(0–1)

DISKUSI

Proporsi jenis kelamin subjek padapenelitianiniadalahperempuansebesar80%dan laki-laki sebesar 20% (4:1). Penelitianoleh Pitarini dkk.15 di Jakartamelaporkanbahwaperbandinganpenderitarinitisalergiberjenis kelamin perempuan dengan laki-lakiadalah19:14,Susantidkk.16diSurabayamelaporkan perbandingan penderita rinitisalergi perempuan dengan laki-laki adalah37 (75,51%):12 (24,49%), sedangkanLumbanraja,17diMedanmelaporkanpenderitaRAperempuan87,1%dan laki-laki12,9%.Osmandkk.18melaporkanadanyapeningkatanprevalensi RA saat remajamencapai dua

kali lipat pada masa reproduktif, yangdibuktikanadanyaperananhormonestrogendan progesteron pada perempuan terhadap RA. Hormon estrogen dan progesteronmempunyai efek pro inflamasi, sebaliknyahormontestoteronpadalaki-lakimempunyaiefekantiinflamasi.Padapenelitianinirentangusiasubjekadalah15-30tahunataudewasamuda,kelompokumurterbanyakadalah30tahunsebanyak5subjek(25%),halinisesuaidenganpenelitianolehLumbanraja,17 dimana kelompokusiaterbanyakpenderitaRAdari62 subjek yaitu usia 21-30 tahun (73,5%).PenelitianolehRambedkk.19mendapatkankelompokusiaterbanyakadalah21-30tahun(46,6%).

139

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

Distribusistatuspekerjaanpadaseluruhsubyek penelitian inimenunjukkan bahwasubyekmahasiswa/pelajar adalah palingbanyak yaitu sebesar 50% diikuti subjekpekerjasebesar40%,danyangpalingsedikitadalahsubjekyangtidakbekerjasebesar10%.Subjekmahasiswa/pelajardanyangmemilikipekerjaanakanlebihmudahterpaparalergenmaupun udara dengan kelembaban yangtinggi,terutamadilingkunganperkantoran.Subjek dengan karakteristik tersebut jugaakan lebih peduli untuk memeriksakandirinyakarenagejalarinitisalergiakansangatmengganggu aktivitas kerjanya, sehinggaakan berakibat penurunan produktivitas. Pada penelitian di Bandung didapatkanbahwakarakteristikpenderitayangterbanyakadalahpelajar danmahasiswa (53,3%)dandiikuti oleh pegawai negeri dan swasta(36%),20 sedangkan, pada penelitian diSurabaya didapatkan 60,46% penderitamemiliki pekerjaan sebagai pegawai.21 Kedua penelitian tersebut menunjukkankarakteristik secara umumpada penderitarinitis alergi karena tidak menganalisakarakteristikpekerjaanpenderitarinitisalergiberdasarkanderajatnya.Kelompokeksekutifdanintelektualdapatmemilikikemungkinanyanglebihbesaruntukmenderitarinitisalergikarena berada di dalam lingkungan yangtertutup dan lebih banyak beraktivitas dibelakangmeja,sehinggaakan lebihmudahterpaparalergendalamwaktuyanglama.

Seluruh subjek penelitianmengalamigejala tersebut selama lebih dari 4 haridalam seminggu dan lebih dari 4minggu,sehinggamemenuhi kriteria sebagai rinitisalergi persisten.Seluruh subjekmengalamigangguan akibat keluhan tersebut sehinggamemenuhi kriteria derajat sedang berat.Gangguan tersebut meliputi gangguantidur, gangguan aktivitas sehari-hari, dangangguan kerja/sekolah, dimana gangguanyangdialami bervariasi pada setiap subjekdan seorang subjekdapatmengalami lebihdari satu macam gangguan. Penelitianoleh Craig et al.22 menyebutkan bahwa

gangguan tidurmerupakangangguanyangpaling banyak dikeluhkan oleh penderitarinitisalergi,tetapipenelitiantersebuttidakmenganalisa berdasarkan derajat rinitisalerginya.Adanyagangguan tidur ini akanmenyebabkanpenderitamengantukkeesokanharinyadanmengalamikelelahan,sehinggamempengaruhiaktivitassehari-hariataupunkerja/sekolahyangakanberakibatpenurunanproduktivitaspenderitatersebut.

Padapenelitianinididapatkanpenyakitpenyerta berupa alergi padamata sebesar70%.KonjungtivitisalergiadalahsalahsatuyangpalingumummenyertaiRA,sekitar75%pasienRAmengeluhkangejalakonjungtivitisalergi.23Konjungtivaterdiridari2-10lapisselyangmengandungsel-selgobletmusinsertaselmast yang terletakdi sekitar pembuluhdarahdankelenjargetahbeningkonjungtiva.Paparan dari alergenmenyebabkan reaksialergi dan degranulasi sel mast sertamunculnyaeosinofil,basofildanCD4,yangmengarahkegejalakonjungtivitis.24

Pada penelitian ini juga didapatkanriwayat atopi sebesar 30%, riwayat alergipada kulit sebesar 20%dan riwayat asmasebesar 15%.Manifestasi penyakit alergiatauatopipadasetiapindividuberbeda-bedadan hal ini berkaitan dengan respon IgEdidalam tubuh, dimana akanmenentukanmanifestasi yang paling awal dialami,manifestasi yang tetap bertahan sampaibertahun-tahun ataupunmanifestasi yangakanberesolusispontanseiringdenganusiaindividu tersebut. Rangkaianmanifestasiatopiitudikenaldenganallergic marchyangmeliputidermatitisalergiyangberkembangmenjadi alergimakanan dan diikuti olehrinitis alergi dan asma.Akan tetapi, padapenelitianiniperkembanganallergic march padatiapsubjektidakdievaluasisecararinci,sehingga urutan perkembangannya tidakdapatdianalisa.PadapenelitiandiSemarangdidapatkan 31,1% penderita rinitis alergimemilikimanifestasiasmadan5,4%memilikimanifestasidermatitisalergi.25Padapenelitian

140

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

diBandungdidapatkan24,6%penderitarinitisalergijugamengalamimanifestasiasmadan22,2%penderitamenderitaurtikaria.20Keduapenelitiantersebuttidakmenganalisariwayattersebutberdasarkanderajatrinitisalerginya.Riwayatatopitersebutberhubungandenganfaktorgenetika.Padapenelitiandidapatkanbahwagenyangberhubungandenganatopiadalah3q21,5q31-q33,7p14-p15,dan14q24.Pengaruhgen tersebut dapatmeningkatkankemungkinan seseorangmenderita rinitisalergisebanyak50%.PenelitianolehUtama,25 menunjukkanbahwa24,3%penderitarinitisalergi persistenmempunyai riwayat alergipada keluarga dibandingkan dengan rinitisalergiintermiten.

Penelitian ini dilakukanuntukmelihatpengaruh pemberian vitamin E terhadap eosinofilmukosa hidung pada penderitarinitis alergi persisten sedang berat.DariPenelitian ini, sebelum perlakuan padakelompok kontrol (K2) didapatkan jumlaheosinofilmukosa hidung <10 sebanyak 7subjek (70%) dan >10 sebanyak 3 subjek(30%)sedangkanpadakelompokperlakuan(K1) jumlah eosinofilmukosa hidung<10sebanyak3subjek(30%)dan>10sebanyak7(70%).Setelahperlakuanpadakelompokkontrol (K2) didapatkan jumlah eosinofilmukosahidung<10sebanyak9subjek(90%)dan>10sebanyak1subjek(10%),sedangkanpadakelompokperlakuan(K1)didapatkanjumlaheosinofilmukosahidung<10sebesar10subjek(100%).

Kemudian dilakukan ujiWilcoxon untukmelihatsignifikansiperbaikanjumlaheosinofil padamasing-masing kelompokpenelitian. Pada kelompok kontrol (K2)didapatkanperbedaanyangbermakna (p<0.001),sedangkanpadakelompokperlakuan(K1) (p < 0.001) juga terdapat perbedaanbermakna antara jumlah eosinofil sebelumdan sesudah perlakuan. Semua subjekpenelitianmengalami penurunan jumlaheosinofilmukosa hidung.DilakukanUjiMann Whitney untukmelihat signifikansi

perbedaan jumlah eosinofilmukosahidungpada kedua kelompok sesudah perlakuan,danhasilujitersebutmenunjukkanperbedaanyang bermakna (p < 0,001) antar keduakelompoktersebut.

Penelitian oleh Juliusson yang dikutipolehSudirodkk.26terdapatnyaeosinofilpadasekret hidung dapatmenandakan adanyasuatu rinitis alergi karena sel-sel inflamasiyang paling konsisten terakumulasi pascauji provokasi hidung, dari segi jumlaheosinofilyangpalingkonsistenmenunjukkanhubungan dengan tingkat beratnya gejalarinitis alergi. Penelitian oleh Sumarman,yangdikutipolehSudirodkk,26 berpendapat bahwapadamukosa hidung hanya jumlaheosinofil aktif yangmenunjukkan korelasidengantingkatberatnyagejalapascapacuanalergen.Peningkatanjumlaheosinofildanselmastositjugaditemukanpadapenderitarinitisalergiyangdiperiksamelaluibiopsimukosahidung. Penelitian yang dilakukan Sudirodkk.26menunjukkan pemeriksaan kerokanmukosa hidung dapat digunakan sebagaipenggantitestusukkulituntukmendiagnosisrinitis alergi, terutamadi sarana kesehatanyangtidakmempunyaifasilitasteskulit,jugauntukmenegakkan diagnosis rinitis alergipadaindividuyangtidakmungkindilakukanteskulit.

Eosinofilmemilikiperananpadaalergiyang dibuktikan dengan adanya infiltrasieosinofil padamukosa yangmengalamiinflamasi. Eosinofil padamukosa hidungmenunjukkan dugaan kuat adanya reaksialergipadamukosahidungkarenaeosinofilberadadalammukosahidung1-2jamsetelahkontakdenganalergendanmenetaphingga1-3 hari. Jumlah eosinofilmukosa hidungberhubungan dengan gejala dan tandarinitisalergi.6Ditemukannyaeosinofilpadapemeriksaan swab hidungmenunjukkanbahwa di mukosa hidung kemungkinansedangterjadireaksialergi.7

Vitamin E merupakan salah satuantioksidan kuat yang sudah terbukti

141

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

menghambat pembentukan radikal bebas.Pemberian vitamin E dosis tinggi dapat menekan respon alergi di hidung danmengurangi level sitokin IL-4 dan IL-5serta serum IgE total. Penelitian yangdilakukanolehWeber,dikutipolehShahar,12mengatakan vitaminE dapatmenurunkanekspresiregulasidariIL-4padamRNAdankadar protein dalam selT yang teraktivasidipembuluhdarahperifermelaluiaktivitastranskripsional.Vitamin E jugamemilikiperan dalammenurunkan produksi Th2.PenurunanTh2 oleh vitamin E berakibatproduksi IL-4, IL-5 terhambat, sehinggaaktivasieosinofil juga terhambat.EfekdarivitaminEpadaimunitasmanusiadanhewancobatelahterbuktidapatmenurunkanresponhipersensitivitas tipe lambat, proliferasi selT secara invitro dan produksi IL-2 sertapenurunan produksimakrofag dari sel TsehinggamengakibatkansupresidariPGE2.27

Penelitianyangdilakukanoleh Jaffaryetal.28diIranmengenaiefekdaripemberianvitamin E 400IU pada pasien dermatitisalergididapatkanpemberianvitaminEdapatmencegahstresoksidatifdari radikalbebasyangterjadipadamembranselsertavitaminE terbukti terlibat dalamaktivasi beberapamolekuldanenzimpadaimunitasdansel-selinflamasi.VitaminEmelindungimembranmakrofagterhadapkerusakanoksidatifsertamengurangiproduksiprostaglandindenganmempengaruhisistemkekebalantubuh.

Vitamin E secara tidak langsungmempengaruhi transduksi sinyal pada selmast,denganmemengaruhiekspresiantibodiatausitokinyangrelevanterhadappeningkatanselmast.Penelitianpadamanusiadantikusdidapatkanmenurunnya kadar konsentrasiIgE sertamenurunnya prevalensi rinitisalergisetelahpemberianvitaminE.VitaminEmenghambat ekspresi gen IL-4 denganmemblokirikatandarifaktortranskripsiIL-4dengan ikatanNF-kB danAP-1 sehinggamenggangguaktivitaspromotorpadaaktivasiselT.IL-4memegangperananpentingpada

prosesalergimelaluiperubahanisotipeIgE,peningkatanekspresireseptorIgEsehinggameningkatkandiferensiasiTh2danstimulasibeberapa gen yang terlibat dalamkelainanatopi.29

Gueck et al.30 melaporkan adanyapenurunan prostaglandin dan pelepasanhistamin dari sel mast pada pemberianvitaminE. Penelitian yang diakukan olehOkamoto et al.31mengenai efekpemberianvitaminEpadaasmadidapatkanpenurunanIL-4,IL-5dansel-selinflamasisertasekresimukuspadajaringanparu.

Padapenelitianinisubjekdimintauntukmenilai keluhan hidung buntu, beringus,bersin,danhidunggatalsesuaidenganderajatkeparahan yang dirasakan dan dituangkandalam bentuk skorVAS.Kemudian skorVASinidikonversimenjadiskornilaiTNSS.SelanjutnyanilaiVASdanTNSSdilakukanujiTberpasanganuntukmelihatsignifikansiperbaikannilaipadamasing-masingkelompoksubjekpenelitian,kemudiandilakukanujiTtest independent untukmelihat signifikansiperbedaan perbaikan nilaiVASdanTNSSper gejala setelah perlakuan pada keduakelompokpenelitian.

Pada kelompok kontrol (K2)maupunperlakuan (K1) sama-sama didapatkanperbedaan bermakna antara nilai VASsebelumdansesudahperlakuan(p=<0,001),samahalnyasepertipadanilaiVAShasilujiT berpasangan nilaiTNSSpada kelompokkontrol (K2) dan perlakuan (K1) jugamenunjukkan perbedaan yang bermaknaantara sebelum dan sesudah perlakuan (p=<0,001).NamunapabiladilihatdarinilaimaksimummediumVAS danTNSS padakelompok perlakuan (K1), didapatkankecenderunganpenurunanyang lebihbesardibandingkandenganpadakelompokkontrol(K2).UjiMann Whitney digunakan untukmemperlihatkan signifikansi perbedaanperbaikannilaiTNSSdanVAS.Darihasilujitersebuttidakterdapatperbedaanbermaknabaik untuk nilaiVASmaupunTNSS antarkeduakelompok.

142

PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosaORLIVol.49No.2Tahun2019

DAFTAR PUSTAKA1. Scadding GK. Optimal management of

allergic rhinitis. Archives of disease inchildhood.2015;100(6):576-82.

2. Brozek JL, Baena-Cagnani C, BoniniS,CanonicaG,RasiG,VanWijkRG, etal. Methodology for development of theAllergicRhinitisanditsImpactonAsthmaguideline 2008 update. Allergy. 2008;63(1):38-46.

3. AkdisCA,HellingsPW,AgacheI.Globalatlas of allergic rhinitis and chronicrhinosinusitis. European Academy ofAllergyandClinicalImmunology;2015.

4. SMFI.KTHT-KL.LaporanTahunanSMFIlmuKesehatanTelingaHidungTenggorok-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit SaifulAnwar,MalangPeriodeJanuari-Desember2016.Malang;2017.

5. SMFI.KTHT-KL.LaporanTahunanSMFIlmuKesehatanTelingaHidungTenggorok-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit SaifulAnwar,MalangPeriodeJanuari-Desember2017.Malang;2018.

6. Jimenez R, Romero P,Martinez J, Teran.Allergic Rhinitis. Journal of Allergy andTherapy.2012;5:2-7.

7. Juwaeni A, Madladipoera T, SoemarmanI, Ratunanda SS. Efektivitas PelargoniumSiodes terhadap Penurunan GejalaRinosinusitis Kronik Alergi Tanpa PolipDisertai Gangguan Tidur. Oto RhinoLaryngologica Indonesiana. 2014; 44:1:1-8.

8. Miri S, Farid R, Akbari H, Amin R.Prevalence of allergic rhinitis and nasalsmear eosinophilia in 11-to 15 yr-oldchildren in Shiraz. Pediatric allergy andimmunology.2006;17(7):519-23.

9. ZhengK,ShinjoM,etal.Effectofdietaryvitamin E supplementation on murinenasalallergy.TheAmericanjournalofthemedicalsciences.1999;318(1):49-54.

10. Nayak AS. A common pathway: asthmaand allergic rhinitis. Allergy and asthmaproceedings;2002OceanSidePublications,Incp.359-365.

11. PekmezciD.VitaminEandimmunity.In:Vitamins&Hormones:Elsevier; 2011. p.179-215.

12. Muharrom A. Pengaruh alfa tokoferolterhadap IL-5 plasma, eosinofil absolutdarah,% VEP 1 dan perbaikan klinispenderita asma alergi thesis]: UniversitasSebelasMaret;2017.

13. Hanik S, Retnoningsih E, Rahaju P.Hubungan kadar 25-hidroksivitaminD [25(OH)D] serum terhadap jumlaheosinofil mukosa hidung dan derajatrinitisalergi.Karyaakhir.BagianTelinga,HidungTenggorokKepala-LeherFakultasKedokteranUniversitasBrawijayaMalang.2013.

14. Sebayang J, Suheryanto, R, Lukmantya.Hubungan eosinofil sekret hidung dengangejala buntu hidungpada penderita rinitisalergi persisten. Karya akhir BagianTelinga, Hidung Tenggorok Kepala-LeherFakultasKedokteranUniversitasBrawijayaMalang.2009

15. Pitarini A, Irawati N, Poerbonegoro N,Wulandari D, Badarsono S. Perubahankualitas hidup, eosinofil mukosa hidung,daninterleukin-5serumpasienrinitisalergipasca terapi. Oto Rhino LaryngologicaIndonesiana.2015;45(2):121-30.

16. Susanti E, Pawarti D, Soeprijadi S.Hubungan kadar RANTES sekret hidungdengan skor gejala total penderitarinitis alergi. Oto Rhino LaryngologicaIndonesiana.2016;46(2):110-20.

17. Lumbanraja P. Distribusi Alergen PadaPenderita Rinitis Alergi Di DepartemenTht-Kl Fk Usu/Rsup H. Adam MalikMedanthesis];2007.

18. OsmanM,HansellA,SimpsonC,HollowellJ,HelmsPJ.Gender-specificpresentationsforasthma,allergicrhinitisandeczemainprimary care. Primary Care RespiratoryJournal.2007;16(1):28.

19. RambeA,Munir D, Haryuna T, EyanoerP. Hubungan rinitis alergi dan disfungsituba Eustachius dengan menggunakantimpanometri. Oto Rhino LaryngologicaIndonesiana.2013;43(1).

20. Sudiro M, Moeis R, Herdiningrat RS.Allergic Rhinitis Patient Characteristicsin Dr. Hasan Sadikin General HospitalBandung Indonesia. Althea MedicalJournal.2014;1(2):76-81.

21. SamantaR.ProfilPasienRinitisAlergidiRumah Sakit PHC Surabaya Tahun 2013

143

ORLIVol.49No.2Tahun2019 PengaruhpemberianvitaminEterhadapeosinofilmukosa

thesis]. Surabaya: Universitas KatolikWidyaMandala;2014.

22. CraigT, SherkatA, SafaeeS.CongestionandSleepImpairmentinAllergicRhinitis.Current Allergy Asthma Reports. 2010;10:113-121.

23. MinY-G.The pathophysiology, diagnosisand treatment of allergic rhinitis.Allergy,asthma & immunology research. 2010;2(2):65-76.

24. BroideD.Thepathophysiologyofallergicrhinoconjunctivitis. Allergy and asthmaproceedings;2007OceanSidePublications,Incp.398-403.

25. Utama D. Hubungan Antara JenisAeroalergen dengan Manifestasi KlinisRinitis Alergika thesis]. Semarang:UniversitasDiponegoro;2010.

26. Sudiro M, Madiadipoera TH, PurwantoB. Eosinofil kerokan mukosa hidungsebagai diagnostik rinitis alergi. MajalahKedokteranBandung.2013;42(1):6-11.

27. HanSN,AdolfssonO,LeeCK,ProllaTA,Ordovas J, Meydani SN. Vitamin E andgeneexpressioninimmunecells.AnnalsoftheNewYorkAcademyofSciences.2004;1031(1):96-101.

28. Jaffary F, Faghihi G, Mokhtarian A,Hosseini SM. Effects of oral vitaminE on treatment of atopic dermatitis: Arandomized controlled trial. Journal ofresearch in medical sciences: the officialjournal of Isfahan University of MedicalSciences.2015;20(11):1053.

29. Zingg JM. Vitamin E and mast cells.Vitamins&Hormones.2007;76:393-418.

30. Gueck T, Aschenbach JR, FuhrmannH. Influence of vitamin E on mast cellmediator release. Veterinary dermatology.2002;13(6):301-5.

31. OkamotoN,MurataT,TamaiH,Effectsofalphatocopherolandprobucolsupplementson allergen-induced airway inflammationandhyperresponsivenessinamousemodelof allergic asthma. International archivesofallergyandimmunology.2006;141(2):172-180.


Top Related