Download - PENGARUH MINDFULNESS, RELIGIOUS COPING …
PENGARUH MINDFULNESS, RELIGIOUS COPING
STRATEGIES, DAN ATTACHMENT TERHADAP
REGULASI EMOSI MASA DEWASA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Morita Oktaviana
1112070000034
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
v
MOTTO
THE GOOD LIFE IS A PROCESS, NOT A STATE OF BEING,
IT IS A DIRECTION, NOT A DESTINATION
-CARL ROGERS-
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orangtua beserta kakak dan adik saya
yang selalu memberikan dukungan di setiap situasi.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Desember, 2018
C) Morita Oktaviana
D) Pengaruh Mindfulness, Religious Coping Strategies, dan Attachment Terhadap
Regulasi Emosi Masa Dewasa
E) XIV + 82 Halaman + 23 Lampiran
F) Regulasi emosi merupakan komponen penting dari perkembangan individu,
memungkinkan seseorang untuk mengendalikan, mengenali, mengekspresikan, dan
memodulasi emosinya. Tujuan penelitian ini ialah untuk menguji signifikansi
pengaruh mindfulness (mindfulness observe, mindfulness describe, mindfulness act,
mindfulness nonjudge, dan mindfulness nonreact), religious coping strategies
(religious collaborative, religious self-directed, dan religious deferring), dan
attachment (attachment anxiety dan attachment avoidance) terhadap regulasi emosi
masa dewasa.
Populasi dalam penelitian ini yaitu relawan di jabodetabek. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini sebanyak 150 orang dengan karakteristik berusia antara 23-55
tahun. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel non probability dengan
accidental sampling. Penulis memodifikasi alat ukur regulasi emosi, alat ukur
mindfulness, alat ukur religious coping strategies, dan alat ukur attachment. Uji
validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA). Uji
hipotesis menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel mindfulness (mindfulness observe, mindfulness describe, mindfulness act,
mindfulness nonjudge, dan mindfulness nonreact), religious coping strategies
(religious collaborative, religious self-directed, dan religious deferring), dan
attachment (attachment anxiety dan attachment avoidance) terhadap regulasi emosi
masa dewasa dengan sumbangan sebesar 27.9 %. Hasil uji hipotesis menunjukkan
hanya ada dua aspek yang signifikan terhadap regulasi emosi yaitu, mindfulness
describe dan mindfulness act. Sedangkan variabel mindfulness observe, mindfulness
nonjudge, mindfulness nonreact, religious self-directed, religious collaborative,
religious deferring, attachment anxiety, dan attachment avoidance tidak
berpengaruh terhadap regulasi emosi masa dewasa.
Berdasarkan temuan dalam penelitian variabel mindfulness berpengaruh signifikan
terhadap regulasi emosi terutama dalam masa dewasa sehingga dapat disertakan
sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya. Secara teori, faktor-faktor yang
mempengaruhi regulasi emosi selain dari yang peneliti teliti seperti pola asuh, goals
kepribadian, dan sebagainya sehingga penelitian selanjutnya disarankan agar
meneliti variabel tersebut yang diduga mempengaruhi regulasi emosi.
G) Bahan bacaan: 55 ; 9 Buku + 36 Jurnal + 2 Tesis + 3 Skripsi + 5 Artikel.
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) December, 2018
C) Morita Oktaviana
D) The Influence of Mindfulness, Religious Coping Strategies, and Attachment to
Emotion Regulation in Adult.
E) XIV + 82 pages + 23 appendix
F) Regulasi emosi as an essential component of individual development, enabling a
person to experience, recognize, express, and modulate his emotions. The purpose of
this research is to verify the significance of influence of mindfulness (mindfulness
observe, mindfulness describe, mindfulness act, mindfulness nonjudge, and
mindfulness nonreact), religious coping strategies (religious collaborative, religious
self-directed, and religious deferring), and attachment (attachment anxiety and
attachment avoidance) to emotion regulation in adult.
The population in this study were volunteers in Jabodetabek. The sample in this
study were 150 people with characterisctics 23-55 years old. The author uses non
probability sampling technique with accidental sampling. The author modifies the
emotion regulation questionare, mindfulness questionare, religious coping strategies
questionare, and attachment questionare tools. Test the validity of the measuring
instrument using confirmatory factor analysis (CFA) technique. The hypothesis test
using multiple regression analysis technique.
The result indicated was a significant influences of mindfulness (mindfulness
observe, mindfulness describe, mindfulness act, mindfulness nonjudge, and
mindfulness nonreact), religious coping strategies (religious collaborative, religious
self-directed, and religious deferring), and attachment (attachment anxiety and
attachment avoidance) of emotion regulation by contributing 27.9 %. The hypothesis
test show there was only two significant aspect of its influence emotion regulation,
they were is mindfulness describe and mindfulness act while mindfulness observe,
mindfulness nonjudge, mindfulness nonreact, religious collaborative, religious self-
directed, religious deferring, attachment anxiety, and attachment avoidance does not
affect to emotion regulation.
Based on the findings in the study mindfulness variables significantly influence
emotion regulation, especially in adult so that it can be included as a reference in
further research. In theory, the factors that influence emotion regulation aside from
what the researcher is studying such as parenting, personality, goals, and etc. So,
further research can suggested to examine these variables that are thought to
influence emotion regulation.
G) Reading materials: 55 ; 9Books: 36Journals + 2Thesis + 3Minithesis: 5Article.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil „alamin, segala puji syukur kehadirat Allah Swt dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Dalam penyusunan skripsi ini
penulis tentunya dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D.,
selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta serta jajarannya dan seluruh civitas akademik psikologi.
Atas kebijakan dalam kelulusan Fakultas Psikologi.
2. Ibu Dr. Diana Mutiah, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Akademik, atas
dukungan dan motivasi persoalan akademik selama penulis menjalani proses
perkuliahan.
3. Bapak Miftahuddin, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, atas waktu
selama bimbingan, memberikan arahan, yang senantiasa disampaikan dengan
penuh kesabaran. Semoga semua hal yang diberikan menjadi berkah.
4. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si., selaku penguji 1 dan ibu Desi Yustari
Muchtar, M.Psi., selaku penguji 2, terimakasih atas saran dan kritiknya yang
membangun. Semoga semua hal yang diberikan menjadi berkah dan menjadi
jalan kebaikan.
ix
5. Seluruh Dosen beserta staf Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan.
6. Kedua orang tua peneliti serta kepada kakak dan adik yang selalu memberikan
doa, motivasi, kesabaran, dukungan, dan perhatiannya yang sangat besar kepada
peneliti sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Seluruh responden yang telah sabar dan bersedia menyempatkan waktunya
untuk mengisi kuesioner peneliti, serta pihak yang membantu peneliti dalam
menyebar kuesioner. Semoga sukses dalam segala hal.
8. KPA Mahachala dan I-DERU , terimakasih sudah menjadi keluarga selama di
perantauan dan mengajarkan banyak hal tentang organisasi dan kebersamaan.
9. Muhammad Ikhwan Ar-Rasyid dan M. Abduh Cakrawardana terimakasih sudah
membantu peneliti mengolah data, serta teman-teman emergency group yang
sangat membantu dan memberi dukungan demi menyelesaikan skripsi ini.
10. Faldo Valentino, Siti Rosidah dan Ismi Mayangsari terimakasih sudah menjadi
sahabat yang baik dan sangat perhatian yang selalu mendukung peneliti.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh peneliti, terimakasih
untuk segala kebaikan, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan untuk
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar,
baik bagi peneliti sendiri maupun bagi siapapun yang membacanya. Serta saran dan
kritik yang membangun bagi peneliti.
Jakarta, Juli 2019
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... .viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ..x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. .xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... .xiv
BAB 1: PENDAHULUAN.......................................................................................1-8
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.....................................................................6
1.2.1 Pembatasan Masalah....................................................................................6
1.2.2 Perumusan Masalah.....................................................................................7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................................................7
1.3.1 Tujuan Penelitian.........................................................................................7
1.3.2 Manfaat Penelitian.......................................................................................8
BAB 2 LANDASAN TEORI.................................................................................9-29
2.1 Regulasi Emosi.......................................................................................................9
2.1.1 Definisi Regulasi Emosi...............................................................................9
2.1.2 Dimensi Regulasi Emosi.............................................................................11
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi..................................12
2.1.4 Pengukuran Regulasi Emosi...................................................................... 14
2.2 Mindfulness...........................................................................................................14
2.2.1 Definisi Mindfulness...................................................................................14
2.2.2 Dimensi Mindfulness. ................................................................................16
2.2.3 Pengukuran Mindfulness.............................................................................17
2.3 Religious Coping Strategies..................................................................................17
2.3.1 Definisi Religious Coping Strategies..........................................................17
2.3.2 Dimensi Religious Coping Strategies. ...................................................... 19
2.3.3 Pengukuran Religious Coping Strategies. .................................................19
2.4 Attachment............................................................................................................20
2.4.1 Definisi Attachment....................................................................................20
2.4.2 Dimensi Attachment...................................................................................23
2.4.3 Pengukuran Attachment..............................................................................23
2.5 Kerangka Berpikir................................................................................................23
2.6 Hipotesis Penelitian..............................................................................................27
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................29-58
1.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel...........................................29
1.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................................29
1.3 Instrumen Pengumpulan Data..............................................................................32
1.3.1 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................32
1.3.2 Alat Ukur Penelitian...................................................................................34
1.3.2.1 Regulasi Emosi..............................................................................34
1.3.2.2 Mindfulness....................................................................................35
1.3.2.3 Religious Coping Strategies..........................................................36
1.3.2.4 Attachment.....................................................................................37
1.4 Uji Validitas Konstruk.........................................................................................38
1.4.1 Uji Validitas Konstruk Skala Regulasi Emosi.........................................40
1.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Mindfulness Observe................................42
1.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Mindfulness Describe...............................43
1.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Mindfulness Act........................................44
1.4.5 Uji Validitas Konstruk Skala Mindfulness Nonjudge..............................45
1.4.6 Uji Validitas Konstruk Skala Mindfulness Nonreact...............................46
1.4.7 Uji Validitas Konstruk Skala Religious Collaborative............................47
1.4.8 Uji Validitas Konstruk Skala Religious Self-Directed.............................48
1.4.9 Uji Validitas Konstruk Skala Religious Deferring..................................49
1.4.10 Uji Validitas Konstruk Skala Attachment Anxiety...................................50
1.4.11 Uji Validitas Konstruk Skala Attachment Avoidance..............................52
1.5 Metode Analisis Data..........................................................................................53
1.6 Prosedur Penelitian..............................................................................................56
BAB 4 HASIL PENELITIAN.............................................................................58-71
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian............................................................................ 58
4.2 Hasil Analisis Deskriptif...................................................................................... 58
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian. ............................................................... 60
4.4 Hasil Uji Hipotesis................................................................................................62
4.5 Proporsi Varians....................................................................................................68
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN......................................................72-77
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................72
5.2 Diskusi..................................................................................................................73
5.3 Saran.....................................................................................................................75
5.3.1 Saran Teoritis..............................................................................................75
5.3.2 Saran Praktis...............................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................78
LAMPIRAN….......................................................................................................... 83
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif Skala Regulasi Emosi,
Mindfulness, Religious Coping Strategies, dan Attachment....................33
Tabel 3.2 Blueprint Skala Regulasi Emosi............................................................. 35
Tabel 3.3 Blueprint Skala Mindfulness... ................................................................36
Tabel 3.4 Blueprint Skala Religious Coping Strategies...........................................37
Tabel 3.5 Blueprint Skala Attachment. ...................................................................38
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Regulasi Emosi.......................................................41
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Mindfulness Observe..............................................43
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Mindfulness Describe.............................................44
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Mindfulness Act......................................................45
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Mindfulness Nonjudge. ..........................................46
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Mindfulness Nonreact.............................................47
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Religious Collaborative..........................................48
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Religious Self-Directed...........................................49
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Religious Deferring................................................50
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Attachment Anxiety.................................................51
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Attachment Avoidance............................................53
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subjek Penelitian.............................................................58
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Statistik...........................................................59
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor Penelitian........................................................60
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian.....................................................61
Tabel 4.5 Analisis Regresi.......................................................................................63
Tabel 4.6 ANOVA Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV................................63
Tabel 4.7 Koefisien Regresi Variabel Regulasi Emosi...........................................65
Tabel 4.8 Proporsi Varians Variabel Regulasi Emosi.............................................68
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema strategi regulasi emosi (Phan & Sripada, 2013, hlm. 378.
Modifikasi dari Process Model of Emotion Regulation: Gross &
Thompson, 2007).................................................................................10
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir......................................................................26
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Kuesioner Penelitian..................................................................................84
Lampiran Syntax dan Path Diagram CFA.................................................................89
Lampiran Output Deskriptif dan Regresi..................................................................101
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Dalam ”The
Expression of the Emotions in Man and Animals”, Charles Darwin menyatakan
bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan
masalah. Begitupun emosi menurut Goleman (2005) yang pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak, berencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah
ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi.
Hurlock (1994) mengemukakan bahwa peran emosi dalam mengatasi ataupun
memecahkan masalah menjadi hal yang sangat penting, dimana setiap individu
menyadari bahwa semua aspek kehidupan tidak lepas dari masalah, cara
memecahkan masalah, maupun pengendalian emosi itu sendiri. Masa yang cukup
matang dalam hal pengendalian emosi itu sendiri yaitu pada masa dewasa,
dikarenakan pada masa dewasa terjadi perubahan-perubahan fisik maupun
psikologis. Petunjuk kematangan emosi pada diri individu adalah kemampuan
individu untuk menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara
emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak, sehingga
akan menimbulkan reaksi emosional yang stabil dan tidak berubah-ubah dari satu
emosi atau suasana hati ke emosi atau suasana hati yang lain.
Namun dalam beberapa kasus dewasa, terjadi perbedaan atau pertentangan
dalam menyikapi berbagai masalah yang melibatkan proses emosinya. Seperti kasus
yang menghebohkan tanah air. Pada tahun 2018 situs berita online republika
memberitakan telah terjadi pembunuhan sekeluarga di Bekasi, Senin (12/11). Polda
2
Metro Jaya bersama dengan Polres Kota Bekasi telah menangkap satu pelaku
pembunuhan satu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri beserta kedua
anaknya di Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat oleh pelaku yang bernama Haris
Simamora (23). Pelaku diduga sakit hati dengan ucapan korban dan memutuskan
untuk membalas sakit hatinya dengan cara menghilangkan nyawa korban.
Selain itu, dilansir dari indopos.co.id, kasus yang marak di kalangan dewasa
yang sudah menikah yaitu angka perceraian di Indonesia belakangan sangat
meresahkan, bahkan setiap tahun angkanya selalu meningkat. Berdasarkan data
Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung di DKI Jakarta, angka gugatan
perceraian menunjukkan peningkatan pada 2018. Untuk wilayah Jakarta Utara pada
2017 terdapat 2.594 kasus perceraian, pada 2018 menjadi 2.920 kasus perceraian. Di
wilayah Jakarta Barat, jumlah kasus perceraian sepanjang 2017 mencapai 3.718
kasus. Angka itu meningkat menjadi 4.373 kasus pada 2018. Di wilayah Jakarta
Selatan, pada 2017 mencapai 5.642 kasus dan meningkat menjadi 5.690 kasus di
2018. Sementara, untuk wilayah Jakarta Timur tercatat sebagai wilayah dengan
angka perceraian paling tinggi. Jumlah gugatan perceraian mencapai 5.773 kasus di
2017 dan meningkat menjadi 6.695 pada 2018. 10% diantaranya merupakan kasus
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
sedangkan menurut data Riskesdas (2013) menunjukkan prevalensi ganggunan
mental emosional dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.
Data dan informasi yang didapatkan perlu menjadi perhatian lebih terutama dalam
3
upaya kontrol masalah emosi pada usia dewasa, padahal pada proses perkembangan
dewasa harusnya sudah matang secara emosi. Dijelaskan oleh Dr. Igor Galynker dari
Beth Israel Medical Center Department of Psychiatry, menurutnya emosi orang
dewasa terkadang tidak berbeda dengan anak-anak, sehingga kasus pada orang
dewasa bisa saja terjadi dan emosi bisa meluap dikarenakan berbagai sebab, dan
kembali lagi semuanya tentang kontrol.
Kemampuan untuk mempengaruhi emosi, kapan dan bagaimana individu
merasakan emosi serta mengekspresikan emosi disebut sebagai regulasi emosi.
dicetuskan oleh Gross (1998). Definisi regulasi emosi menggambarkan proses
memulai, memonitoring, maintaining and controlling, menyesuaikan kejadiannya,
intensitas atau durasi dari emosi. Menurut Goleman (2002) tujuan dari regulasi emosi
ini bukan untuk menekan emosi yang akan diekspresikan, tetapi mengendalikan
luapan-luapan emosi yang dirasa akan hilang kendali agar kestabilan emosi tetap
terjaga, sehingga individu diharapkan dapat mencapai kecerdasan emosional yaitu
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage
our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui
keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan
keterampilan sosial.
Salah satu yang mempengaruhi regulasi emosi yaitu mindfulness. Sebuah
penelitian menemukan mindfulness mempunyai hubungan negatif dengan kesulitan
psikologis, seperti neurotik, pikiran yang disupresi, disasosiasi, kesulitan regulasi
emosi, depresi, dan kecemasan (Davis & Hayes, 2011). Penelitian tersebut
4
menunjukkan tidak adanya hubungan mindfulness terhadap kesulitan regulasi emosi,
sebaliknya mindfulness menunjang proses regulasi emosi. Selain itu, faktor yang
mempengaruhi regulasi emosi adalah religious coping strategies. Pada sebuah
penelitian menyebutkan religiusitas memberikan kontribusi yang besar pada
perkembangan masa dewasa, hal ini tidak dapat dipungkiri sehingga mendapat
perhatian banyak peneliti (Regnerus, Smith, & Fritsch, 2003). Responden dalam
penelitian tersebut rata-rata usia berkategori masa dewasa.
Pargament (1997) meneliti aturan dari religious coping strategies memiliki
hubungan atau keterkaitan dengan regulasi emosi. Ketika seseorang dihadapkan pada
stress dalam kehidupannya, studi menunjukkan bahwa lebih banyak orang-orang
Amerika sebagai responden dalam penelitian tersebut lebih nyaman dan
mendapatkan dukungan dari menerapkan strategi coping religiusitas (Schottenbauer
et al., 2006). Hathaway dan Pargament (1992) mencatat bahwa religiusitas
menyediakan strategi coping dalam menghadapi kehidupan sosial, proses kognitif,
spiritualitas dan aspek perilaku yang berhubungan dengan keyakinan. Penelitian
tersebut menunjukkan tiga basic styles dari coping religiusitas: self-directed,
deferring, dan collaborative (Pargament, Kennell, Hathaway, Grevengoed, Newman,
& Jones, 1988). Basic styles dari penelitian sebelumnya ini akan menjadi acuan
dalam menyusun penelitian peneliti terutama dalam dimensi variabel religious
coping strategies terhadap regulasi emosi.
Beberapa konsep dalam Islam pun menjelaskan tentang cara regulasi emosi.
Cara meregulasi emosi dalam Islam salah satunya terdapat dalam Sabda Rasulullah,
“Sunguh saya mengetahui ada satu kalimat,jika dibaca marahnya akan hilang yaitu
5
jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim” (HR. Bukhari
dan Muslim). Selain itu, dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda “Jika kalian marah,
diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan Lighairih).
Konsep lainnya dalam Islam, yaitu seperti dari Abu Dzar, Rasulullah
menasehatkan, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia
duduk, karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia
mengambil posisi tidur”. (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai
shahih oleh Syuaib Al-Arnauth). “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan
diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah,
hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784).
Indikasi lain yaitu attachment, hal ini juga memberikan kontribusi terutama
bagi regulasi emosi. Attachment merupakan teori yang berkaitan dengan kelekatan
dengan sosok ibu maupun pengganti (Bowlby, 1982). Hubungan attachment dengan
perkembangan manusia, proses kognitif, serta affect regulation yang merupakan
pendukung yang berhubungan dengan proses regulasi emosi (Mikulincer, 2003). Hal
ini semakin mendukung peneliti untuk meneliti beberapa variabel yang memiki
keterkaitan pada penelitian sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, penelitian ini diberi
judul “pengaruh mindfulness, religious coping strategies, dan attachment terhadap
regulasi emosi masa dewasa”.
6
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar pembatasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka perlu suatu pembatasan
masalah. Adapun pokok permasalahan yang menjadi batasan permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Regulasi emosi dalam penelitian ini meliputi cognitive reappraisal dan expressive
suppression dikembangkan oleh Gross, J.J., & John, O.P. (2003).
2. Mindfulness dalam penelitian ini meliputi non-react (non-reactivity to inner
experience), observe (observing, noticing, attending to sensations, perceptions,
thoughts, or feelings), act (acting with awareness, automatic pilot/ concentration,
or nondistraction), describe (describing or labeling with words), non-judge
(nonjudging of experience) yang dikembangkan oleh Baer, R.A., Smith, G. T.,
Hopkins, J., Krietemeyer, J., & Toney, L. (2006).
3. Religious coping strategies dalam penelitian ini meliputi collaborative (spiritually
based coping dan religious social support), self-directed (religious discontent dan
religious avoidance), deferring (religious pleading dan good deeds) yang
dikembangkan oleh Pargament (1990).
4. Attachment dalam penelitian ini meliputi attachment anxiety (pre-occupation, fear
of rejection, jealousy) dan attachment avoidance (avoidance of intimacy,
discomfort with closeness, self-reliance) yang dikembangkan oleh Brennan, Clark
and Shaver (1998).
5. Responden atau subyek dalam penelitian ini yaitu individu usia dewasa yaitu pada
umur 23 tahun sampai 55 tahun.
7
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh signifikan mindfulness (mindfulness observe, mindfulness
describe, mindfulness act, mindfulness nonjude, mindfulness nonreact), religious
coping strategies (religious collaborative, religious self-directed, religious
deferring), dan attachment (attachment anxiety, attachment avoidance) terhadap
regulasi emosi ?
2. Seberapa besar pengaruh keseluruhan variabel independen: mindfulness
(mindfulness observe, mindfulness describe, mindfulness act, mindfulness
nonjude, mindfulness nonreact), religious coping strategies (religious
collaborative, religious self-directed, religious deferring), dan attachment
(attachment anxiety, attachment avoidance) terhadap regulasi emosi ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian:
1. Untuk menguji pengaruh variabel mindfulness (mindfulness observe, mindfulness
describe, mindfulness act, mindfulness nonjude, mindfulness nonreact), religious
coping strategies (religious collaborative, religious self-directed, religious
deferring), dan attachment (attachment anxiety, attachment avoidance) terhadap
regulasi emosi.
2. Untuk menguji seberapa besar pengaruh dari variabel independen mindfulness
(mindfulness observe, mindfulness describe, mindfulness act, mindfulness
nonjude, mindfulness nonreact), religious coping strategies (religious
8
collaborative, religious self-directed, religious deferring), dan attachment
(attachment anxiety, attachment avoidance) terhadap regulasi emosi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis yaitu
sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan khazanah psikologi pada umumnya dan pada khususnya di
bidang kajian psikologi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam aplikasi teori-teori yang telah ada guna memperluas wacana dalam bidang
psikologi klinis dan psikologi agama terutama mengenai mindfulness, religious
coping strategies, dan attachment yang dapat mempengaruhi regulasi emosi masa
dewasa.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
rangka melihat pengaruh mindfulness, religious coping strategies, dan
attachment dalam mempengaruhi emosi, kapan dan bagaimana merasakan emosi
serta mengekspresikan emosi (regulasi emosi).
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Regulasi Emosi
2.1.1 Definisi Regulasi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002), emosi merujuk pada suatu perasaan
dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya merupakan dorongan untuk
bertindak.
Menurut Lazarus (1991) emosi diduga muncul ketika seorang individu
mengalami sebuah situasi dan memahaminya sebagai sesuatu yang relevan untuk
merespon, sedangkan emosi umumnya dikonseptualisasikan sebagai sesuatu yang
multifaset, fenomena yang diwujudkan dengan melibatkan gabungan perubahan yang
melibatkan pengalaman subjektif, perilaku, dan peripheral secara fisiologi (Gross, et
al. 2005). Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan
kecenderungan untuk bertindak yang melibatkan faktor psikologis dan fisiologis
individu terhadap situasi tertentu dikaitkan dengan pengalaman serupa sehingga
response yang muncul bisa jadi sudah termodifikasi dari pengalaman sebelum atau
merupakan response yang baru. Menurut Gross (1998) regulasi emosi adalah
kemamouan individu dalam mempengaruhi emosi yang sedang di alami, kapan
kejadiannya, dan proses pengekspresian emosi. Regulasi emosi dapat dipahami
sebagai proses intervensi secara sadar maupun tidak sadar terhadap pengalaman
10
emosional yang memungkinkan perubahan pengalaman dan ekspresi afek dari
respons natural menjadi respons lain yang lebih efektif (Gross & Thompson, 2007;
Phan & Sripada, 2013).
Process Model of Emotion Regulation dari Gross dan Thompson (2007)
menggambarkan bahwa regulasi emosi mungkin terjadi sebelum kemunculan respons
(antecendent-focused strategies) maupun sesudah kemunculan respons
afektif/perilaku (response-focused strategies). Meta-analisis terhadap model ini
menyimpulkan bahwa secara umum, strategi berbasis anteseden merupakan strategi
yang lebih efektif dibandingkan strategi berbasis respons (Webb, Miles, & Sheeran,
2012), proses model dari regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Skema strategi regulasi emosi (Phan & Sripada, 2013, hlm. 378.
Modifikasi dari Process Model of Emotion Regulation: Gross & Thompson, 2007).
Banyak tujuan dari regulasi emosi ini mudah dipahami dalam istilah hedonistik yaitu
orang termotivasi untuk menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan. Sedangkan
lebih jauhnya regulasi emosi melibatkan peningkatan, cara memulai, dan mengurangi
bahkan menghentikan emosi negatif atau positif, walaupun dalam penjelasannya
akan sedikit rumit namun proses ini terjadi dengan sangat membantu proses emosi
itu sendiri.
11
Thompson (2007) mendefinisikan regulasi emosi sebagai proses intrinsik dan
ekstrinsik yang bertanggung jawab memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi
reaksi emosi secara intensif dan khusus untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu,
Thompson juga mengemukakan bahwa regulasi emosi yang dilakukan individu
merupakan usaha individu untuk memberikan pengaruh terhadap emosi yang muncul
dengan cara mengatur individu dalam merasakan dan mengekspresikan emosinya
agar tetap dapat bersikap tenang dan berfikir jernih. Berdasarkan pengertian
disimpulkan bahwa regulasi emosi ialah proses yang dapat mengontrol dan
menyesuaikan emosi yang muncul untuk menyesuaikan suatu tujuan sehingga dapat
menenangkan diri setelah kehilangan kontrol atas emosi. Regulasi emosi mengacu
pada serangkaian proses heterogen dimana emosi itu sendiri diatur.
2.1.2 Dimensi Regulasi Emosi
Terdapat dua bentuk strategi regulasi emosi yaitu cognitive reappraisal dan
expressive suppression. Cognitive reappraisal merupakan bentuk perubahan kognitif
yang melibatkan individu untuk mengubah cara berpikir tentang situasi yang dapat
berpotensi akan memunculkan emosi sehingga mampu mengubah pengaruh
emosionalnya. Cognitive reappraisal merupakan antecedent-focused strategy yang
terjadi lebih awal sebelum kecenderungan respon emosi diaktifkan secara penuh dan
mengubah perilaku (Gross & John, 2003).
Expressive suppression merupakan sebuah bentuk modulasi respon yang
melibatkan individu mengurangi perilaku emosi yang ekspresif ketika individu sudah
dalam keadaan emosional. Supression merupakan response-focused strategy yang
datangnya relatif lambat dalam proses pembangkitan emosi dan memodifikasi aspek
12
perilaku dari kecenderungan respon emosi. Supression dapat efektif dalam
mengurangi ekspresi perilaku oleh emosi negatif, akan tetapi juga memiliki efek
samping yang tidak diharapkan yaitu mengawasi ekspresi emosi positif yang ketat
(Gross & John, 2003).
Dengan demikian cognitive reappraisal melibatkan setiap individu dalam
menafsirkan permulaan situasi yang dapat memunculkan emosi kemudian dapat
merubah perilaku emosinya. Dalam hal ini ketika individu dihadapkan dalam kondisi
tertekan, diharapkan individu tersebut mampu dalam melibatkan perubahan penilaian
situasi tertekan sehingga mampu memberikan dampak positif. Sedangkan expressive
suppression lebih berfokus kepada bagaimana individu mampu merubah ekspresi
emosi yang keluar ketika individu tersebut sudah dalam keadaan emosional.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan regulasi emosi, yaitu:
1. Usia
Penelitian menunjukkan bertambahnya usia dihubungkan dengan adanya
peningkatan kemampuan regulasi emosi, semakin tinggi usia seseorang semakin baik
kemampuannya dalam meregulasi emosi. Sehingga menyebabkan ekspresi emosi
semakin terkontrol, Maider (dalam Ikhwanisifa, 2008).
2. Mindfulness
Penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan mindfulness terhadap kesulitan
regulasi emosi. Selain itu dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa mindfulness
mempunyai hubungan yang negatif dengan kesulitan psikologis, seperti neurotik,
13
pikiran yang disupresi, disasosiasi, kesulitan regulasi emosi, depresi, dan kecemasan
(Davis & Hayes, 2011).
3. Jenis Kelamin
Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda dalam
mengekspresikan emosi baik verbal maupun ekspresi wajah sesuai dengan
gendernya. Dalam pengekspresian emosi dihubungkan dengan perbedaan dalam
tujuan laki-laki dan perempuan mengontrol emosinya. Perempuan mengekspresikan
emosi lebih kepada menjaga hubungan interpersonal serta membuat merea tampak
tidak berdaya. Sedangkan laki-laki lebih mengekspresikan marah dan bangga untuk
menunjukkannya. Sehingga disimpulkan bahwa wanita lebih dapat melakukan
regulasi terhadap emosi marah dan bangga, sedangkan laki-laki pada emosi takut,
cemas, dan sedih, Fischer (dalam Ikhwanisifa, 2008)
4. Attachment
Attachment memiliki banyak penelitian dan subjek yang berbeda dalam pengaruhnya
terhadap banyak hal. Dalam sebuah penelitian menyebutkan attachment memiliki
pengaruh dala mengembangkan regulasi emosi (Mickuliner, 2002)
5. Pola Asuh
Berbagai cara orang tua mensosialisasikan emosi kepada anaknya diantaranya
melalui: pendekatan tidak langsung saat interaksi bersama keluarga (antara anak
dengan orangtua), teknik teaching dan coaching, serta mencocokkan dalam
lingkungan, Parke (dalam Brenner & Salovey, 1997).
14
6. Religiusitas
Seseorang yang tinggi tingkat religiusitasnya akan berusaha untuk menampilkan
emosi yang tidak berlebihan bila dibandingkan dengan orang yang tingkat
religiusitasnya rendah, Krause (dalam Ikhwanisifa, 2008)
7. Kepribadian
Kepribadian neuroticism dengan ciri-ciri sensitif, moody, suka gelisah, cemas, panik,
harga diri rendah, kurang bisa mengontrol diri dan tidak memiliki kemampuan
coping yang efektif terhadap stres akan menunjukkan tingkat regulasi emosi yang
rendah, Cohen & Armeli (dalam Ikhwanisifa 2008).
2.1.4 Pengukuran Regulasi Emosi
Regulasi emosi dalam penelitian ini meliputi cognitive reappraisal dan expressive
suppression dikembangkan oleh Gross, J.J., & John, O.P. (2003). Peneliti
memodifikasi skala yang terdiri dari 10 item. Skala ini telah terbukti pada
pengukuran yang baik dan telah di uji, hasil dari confirmatory factor analysis (CFA)
menunjukkan bahwa kedua kategori regulasi emosi adalah fit, atau seluruh item yang
memuat faktor diwakili (dalam, Gross, J.J., & John, O.P.,2003)
2.2 Mindfulness
2.2.1 Definisi Mindfulness
Mindfulness adalah kualitas kesadaran diri (consciousness), yang mencakup keadaan
sadar terjaga (awareness) dan perhatian (attention) dan harus dibedakan dari proses
mental seperti kognisi (perencanaan-pengawasan), motivasi, dan keadaan emosi
(Brown & Ryan, 2003). Mindfulness harus dibedakan dari beberapa teori self-
awareness yang mendapat perhatian selama hampir 30 tahun belakang seperti salah
15
satunya teori self-awareness pengetahuan mengenai diri (Bishop dkk, 2004; Brown
& Ryan, 2003). Istilah consciousness digunakan untuk pengertian kesadaran diri
secara lebih luas dan didukung munculnya Journal of Consciousness Studies di awal
tahun 90an. Istilah awareness saat ini digunakan untuk pengertian keadaan sadar
terjaga terkait keadaan internal dan eksternal individu .
Mindfulness merupakan proses yang mengantarkan kualitas perhatian kepada
pengalaman saat ini tanpa perlu mengelaborasi, tanpa penilaian, dan penerimaan
akan pikiran, perasaan, ataupun sensasi yang muncul dari pusat keadaan sadar terjaga
saat ini. Seperti pengalaman ketika berjalan di pantai, merasakan sensasi ketika kaki
menyentuh pasir, ketika melihat orang memakai kacamata disadari sebagai proses
pengelihatan yaitu mata menangkap objek manusia mengenakan kacamata. Semua
yang dirasakan, dilihat, didengar, reaksi emosi dan pemikiran yang menyertai,
diperhatikan sebagai peristiwa mental yang muncul dalam arus kesadaran. Keadaan
mindfulness diartikan bahwa pemikiran dan perasaan merupakan peristiwa mental
yang muncul di pikiran tanpa perlu mengidentifikasikannya secara berlebihan, dan
bereaksi secara otomatis dengan kebiasaan perilaku yang cenderung terdorong secara
emosional. Mindfulness merupakan keadaan observasi diri yang memberi jarak
antara persepsi dan respon, sehingga memungkinkan pikiran untuk merespon situasi
lebih efektif pada realitas yang sesungguhnya (Williams & Kabat-Zinn, 2011).
Menurut Baer, Smith, Lykins, Button, Krietemeyer, Sauer, Walsh, Duggan,
dan William (2008) mindfulness adalah suatu keadaan ketika individu sadar akan
dirinya, baik tempat maupun mental terhadap keadaan yang terjadi pada saat itu juga,
serta tidak berfikir ataupun terpaku akan kejadian masa lalu maupun masa depannya,
16
melainkan fokus akan keadaan sekarang. Selanjutnya Baer dkk. (2008) menjelaskan
lima dimensi dari mindfulness, yaitu observing, describing, acting with awareness,
non-judging of inner experience, dan non-reacting to inner experience. Observing
adalah bagaimana individu menyadari atau memperhatikan pengalaman internal dan
eksternal, seperti sensasi, kognisi, emosi, penglihatan, suara, dan bau. Describing
merupakan kemampuan individu untuk memberi label atau menjelaskan pengalaman
internal dengan kata-kata. Kemudian dimensi lainnya yaitu acting with awareness,
memiliki definisi yaitu ketika individu mengalami suatu aktivitas pada satu moment
dan kontras dengan bertingkah secara mekanis ketika fokus perhatian berada di
tempat lain. Selanjutnya, dimensi non-judging of inner experience yaitu ketika
individu mengambil suatu makna yang bukan merupakan evaluasi atas pemikiran
dan perasaan. Dimensi kelima yaitu nonreactivity to inner experience, adalah saat
individu memiliki kecenderungan untuk mengizinkan pemikiran dan perasaan untuk
datang dan pergi, tanpa terbawa olehnya maupun mengikutinya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mindfulness merupakan hasil
peningkatan keadaan sadar (terjaga) dan perhatian yang terpusat pada keadaan
internal dalam dirinya (mind-body) dan lingkungan di luar dirinya atas pengalaman
keberadaannya di sini-saat ini, tanpa perlu mengelaborasi, tanpa penilaian, sebagai
pengalaman terbuka dan proses penerimaan.
2.2.2 Dimensi Mindfulness
Dimensi Mindfulness dalam penelitian ini meliputi non-react (non-reactivity to inner
experience), observe (observing/ noticing/ attending to sensations/ perceptions/
thoughts/ and feelings), act (acting with awareness/ automatic pilot/ concentration/
17
nondistraction), describe (describing/ labeling with words), non-judge (nonjudging
of experience).
2.2.3 Pengukuran Mindfulness
Pengukuran Mindfulness dalam penelitian ini meliputi non-react, observe, act, dan
describe yang dikembangkan oleh Baer, R.A., Smith, G. T., Hopkins, J.,
Krietemeyer, J., & Toney, L. (2006). Kelima kategori dan terdiri dari 39 item yang
telah dimodifikasi oleh peneliti. Kelima faktor yang dihipotesiskan oleh Baer, R.A.,
Smith, G. T., Hopkins, J., Krietemeyer, J., & Toney, L. (2006) dikatakan fit dan
dengan hasil yang memuaskan.
2.3 Religious Coping Strategies
2.3.1 Definisi Religious Coping Strategies
Lazarus (1984) mendefinisikan coping sebagai upaya kognitif dan perilaku yang
digunakan seseorang dalam mengelola tuntutan internal dan eksternal serta konflik
diantara internal dan eksternal yang dipandang mempengaruhi sumber daya individu.
Coping mensyaratkan usaha yang merupakan strategi aktif, dipelajari dan sadar serta
semua upaya secara kognitif dan perilaku yang ditujukan untuk mengelola tuntutan-
tuntutan spesifik. Jika coping tidak efektif maka dapat merusak kesehatan, moral
serta fungsi-fungsi sosial, namun jika coping efektif maka stres akan berada dalam
kondisi yang terkontrol.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984) bahwa coping berkaitan dengan usaha
mengelola tuntutan-tuntutan dari internal maupun eksternal dan coping merupakan
proses transaksional, proses tukar-menukar dan pertemuan antara individu dengan
situasi dalam lingkungan yang lebih luas. Pargament (1997) mendefinisikan coping
18
sebagai suatu proses dan proses coping senantiasa berevolusi dan terus berubah
sepanjang waktu. Pargament juga menambahkan bahwa proses coping melibatkan
hampir seluruh dimensi dan fungsi manusia, baik kognitif, afektif, perilaku dan
fisiologis, serta tidak dibatasi pada yang terjadi dalam individu tetapi juga yang
terjadi dalam konteks hubungan dan setting yang lebih luas.
Pargament (1997) juga menunjukkan bahwa religious coping adalah bentuk
yang paling umum dari coping. Oleh karena pengaruh global dalam agama yang
sangat luas, coping menjadi tepat untuk seseorang menganggap agama sebagai
sarana untuk mengelola peristiwa yang menekan. Penelitian telah memberikan
pemahaman tentang bagaimana dinamika pengaruh agama ini dapat berhasil.
Religiusitas merupakan sumber coping dalam menghadapi krisis. Berdoa dan
kepercayaan terhadap Tuhan dipandang sebagai hal yang paling banyak ditemukan
sebagai sumber religious coping. Sumber coping lainnya adalah berbicara pada
Tuhan pada waktu berdoa tentang cara mengatasi permasalahannya. Selanjutnya
dalam berdoa, individu yang menggunakan religious coping strategies akan yakin
bahwa Tuhan punya tujuan terhadap musibah yang menimpanya. Efek berdoa
tersebut didukung oleh penelitian bahwa metode dalam religious coping yakni tipe-
tipe berdoa berkaitan dengan kesejahteraan subyektif (Whittington & Scher, 2010).
Menurut Pargament (1997), kegiatan religious coping mewakili lima fungsi
keagamaan, yaitu pencarian makna, pencarian untuk penguasaan dan control,
pencarian untuk kenyamanan dan kedekatan kepada Allah, mencari keintiman dan
kedekatan kepada Allah, serta mencari perubahan hidup (dalam Aflakseir &
Coleman, 2011). Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa religious coping
19
strategies adalah suatu proses multidimensional untuk mengelola, mengubah, atau
menguasai situasi, mengatur respon emosional, atau kombinasi dari perilaku tersebut
dengan menggabungkan sumber daya rohani (baik pribadi atau sosial), proses
penilaian yang mengambil makna suci atau hasil pemilihan koping yang mengakui
pencarian kesucian dari ajaran agama yang dianutnya.
2.3.2 Dimensi Religious Coping Strategies
Pargament (1997), telah mengidentifikasi tiga jenis pemecahan agama dalam
mengatasi masalah: Collaborative, deferring, dan self-directed. Collaborative
mengacu pada kerjasama dengan Tuhan, self-directed melibatkan diri sendiri sebagai
cara untuk mengatasi masalah, dan deferring mengacu pada menolak situasi ke
tangan Tuhan. Religious coping kemudian dapat dipengaruhi oleh perbedaan
individu dalam sistem kepercayaan seseorang terhadap suatu hal. Oleh karena itu,
Religious coping menjadi bagian penting dari proses coping secara keseluruhan
individu dan menjadi pengaruh penting dalam pengaturan emosi. Efektifitas sumber
daya internal dan eksternal dalam pengaturan emosi dinilai dari faktor keagamaan,
bagaimanapun dimediasi oleh faktor-faktor lain. Strategi yang digunakan dalam
proses coping adalah penting, namun yang sama pentingnya adalah kondisi
psikologis seseorang yang menggunakan coping ini dalam prakteknya.
2.3.3 Pengukuran Religious Coping Strategies
Religious coping strategies dala penelitian ini terdiri dari 29 item yang telah
dimodifikasi oleh peneliti. Pengukuran terdiri dari lima kategori pada religious
coping strategies yaitu collaborative (spiritually based coping dan religious social
support), self-directed (religious discontent dan religious avoidance), deferring
20
(religious pleading dan good deeds) yang dikembangkan oleh Pargament (1990).
Skala ini telah terbukti pada pengukuran psikometri yang baik dan telah diuji dalam
berbagai penelitian. Ketiga faktor yang dihipotesiskan Pargament (1990) ditemukan
seluruhnya fit dan dengan hasil yang memuaskan.
2.4 Attachment
2.4.1 Definisi Attachment
Attachment menurut Bowlby dan Ainsworth (dalam Cassidy,1999) merupakan suatu
tingkah laku yang ditunjukan oleh bayi kepada orang tuanya. Perilaku yang
dinamakan attachment ini adalah perilaku anak yang menangis, mendekati, mencari
kontak dan berusaha untuk mempertahankan kontak dan berusaha untuk
mempertahankan kontak pada orang tua nya ketika anak sedang mencari
kenyamanan dan ketentraman. .
Teori attachment berusaha untuk menjelaskan secara normatif, pola
perkembangan perilaku dan juga untuk mengidentifikasi perbedaan individu dalam
pola perilaku tertentu (Hazan & Shaver, 1994). Sistem perilaku keterikatan terdiri
dari pengasuh utama dan bayinya dalam mengembangkan kemitraan, terkoordinasi
dimana bayi menggunakan perilaku emotif (misalnya menangis, menempel) selama
masa kesusahan untuk mendapatkan kedekatan dengan pengasuh, yang pada
gilirannya memberikan kenyamanan, perlindungan, dan basis aman dari mana anak
dapat menjelajah. Pengalaman pengasuh awal ini menjadi kode di otak anak yang
sedang berkembang sebagai representasi mental yang disebut model kerja internal.
Model kerja internal ini menyediakan template yang memengaruhi cara seseorang
memandang diri sendiri, orang lain, dan suatu hubungan.
21
Sistem attachment diaktifkan ketika dirasakan adanya suatu ancaman, dan
attachment primary strategy diatur dalam gerakan (Shaver & Mikulincer, 2002).
Attachment primary strategy mengarahkan individu menuju perilaku mencari
kedekatan (termasuk menangis, merangkak, dan ekspresi kemarahan), dan ketika
figur attachment merespon dengan tepat, ini mengarah pada pengalaman
mendapatkan keamanan (safe haven). Setelah mencapai safe haven, sistem eksplorasi
anak diaktifkan kembali dan dia merasa percaya diri untuk melibatkan kembali
lingkungan sekitarnya.
Sebagian besar perbedaan individu dalam fungsi gaya attachment
diperhitungkan oleh kualitas tanggapan yang diberikan oleh angka attachment pada
anak-anak selama masa kebutuhan atau kesulitannya. Ketika upaya mencari
kedekatan dan kenyamanan direspon dengan cepat, konsisten, dan sensitif, anak-anak
mengembangkan keyakinan dalam ketersediaan figur attachment dan kemampuan
anak untuk mengelola tekanan emosional melalui proses attachment. Ketika respons
pengasuh utama tidak cepat, konsisten, dan sensitif, sistem lampiran anak menjadi
terganggu dan set-up dari safe haven tidak tercapai. Ini menciptakan masalah dua
kali lipat bagi si anak, bukan saja ia merasa tertekan oleh peristiwa pengaktifan
diawal, tetapi juga timbul keraguan yang serius seperti kepercayaan dari orang-orang
yang dekat dengannya, kemampuan anak untuk menyelesaikan kesulitan, dan
kemampuan keselamatan serta apakah dunia merupakan tempat yang aman
(Mikulincer & Shaver, 2003).
Pada tahun 1980-an, sejumlah peneliti mulai mengembangkan metode untuk
mengukur model kerja internal ini pada orang dewasa dan remaja. Mary Main dan
22
rekan-rekannya (Main et al., 1985) dimulai dengan penciptaan Adult Attachment
Interview (AAI). Hazan and Shaver (1987) mengembangkan ukuran laporan diri
pertama dari keterikatan orang dewasa, menerapkan paradigma keterikatan masa
kanak-kanak yang dikembangkan oleh Ainsworth dan rekan (1978) untuk hubungan
remaja dan dewasa, di mana cinta romantis dikonseptualisasikan sebagai sistem
attachment. Tiga gaya lampiran Ainsworth diubah menjadi pernyataan yang
menggambarkan strategi hubungan dewasa, menghasilkan tiga paragraph yang
menjelaskan setiap sistem attachment dewasa (secure, avoidant, and anxious-
ambivalent).
Peserta membaca tiga paragraf deskriptif dan memilih salah satu yang paling
menggambarkannya. Gaya ikatan dewasa ini memengaruhi pengalaman cinta
romantis orang dewasa dalam hubungan. Keterikatan yang aman (secure) dicirikan
oleh kenyamanan dengan kedekatan dan ketergantungan pada pasangan romantis,
dan orang dewasa ini lebih mungkin untuk melihat pasangan romantis mereka
sebagai teman yang dapat dipercaya. Orang dewasa yang anxious-ambivalent sibuk
dengan keamanan dalam hubungan romantis mereka, dan orang-orang ini lebih
cenderung jatuh cinta pada pandangan pertama dan kemudian sangat lama
menginginkan balas budi dari pasangan mereka. Sebaliknya, orang dewasa dengan
gaya avoidant tampaknya tidak nyaman bergantung pada pasangan mereka untuk
kenyamanan dan menjadi terlalu mandiri untuk mengelola kebutuhan emosional
(Hazan & Shaver, 1987).
23
2.4.2 Dimensi Attachment
Dimensi attachment dalam penelitian ini adalah attachment anxiety (pre-occupation,
fear of rejection, jealousy) dan attachment avoidance (avoidance of intimacy,
discomfort with closeness, self-reliance).
2.4.3 Pengukuran Attachment
Pengukuran attachment pada orang dewasa awalnya dibuat oleh Mary Main dan
rekan-rekannya (Main et al., 1985) yaitu Adult Attachment Interview (AAI). Lalu,
peneliti memodifikasi 23 item dikembangkan oleh Brennan, Clark and Shaver
(1998). Alat ukur ini terdiri dari dua kategori yaitu attachment anxiety dan
attachment avoidance. Brennan, Clark and Shaver (1998) membuktikan bahwa hasil
dari confirmatory factor analysis (CFA) menunjukan bahwa kedua kategori fit.
2.5 Kerangka Berpikir
Keterkaitan regulasi emosi dengan mindfulness, religious coping strategies, dan
attachment seling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan dengan didukung
beberapa penelitian yang berfokus pada penurunan emosi. Regulasi emosi sangat
penting dalam menunjang proses emosi, keberhasilan meregulasi emosi dilihat saat
individu mampu mengendalikan luapan emosi yang muncul kearah kontrol yang baik
dan tidak menimbulkan masalah. Regulasi emosi sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan individu dalam mengendalikan emosi.
Terdapat dua bentuk strategi regulasi emosi yaitu cognitive reappraisal dan
expressive suppression. Cognitive reappraisal merupakan bentuk perubahan kognitif
yang melibatkan individu untuk mengubah cara berpikir tentang situasi yang dapat
berpotensi akan memunculkan emosi sehingga mampu mengubah pengaruh
24
emosionalnya. Cognitive reappraisal merupakan antecedent-focused strategy yang
terjadi lebih awal sebelum kecenderungan respon emosi diaktifkan secara penuh dan
mengubah perilaku.
Expressive suppression merupakan sebuah bentuk modulasi respon yang
melibatkan individu mengurangi perilaku emosi yang ekspresif ketika individu sudah
dalam keadaan emosional. Supression merupakan response-focused strategy yang
datangnya relatif lambat dalam proses pembangkitan emosi dan memodifikasi aspek
perilaku dari kecenderungan respon emosi. Supression dapat efektif dalam
mengurangi ekspresi perilaku oleh emosi negatif, akan tetapi juga memiliki efek
samping yang tidak diharapkan yaitu mengawasi ekspresi emosi positif yang ketat.
Dengan demikian, cognitive reappraisal melibatkan setiap individu dalam
menafsirkan permulaan situasi yang dapat memunculkan emosi kemudian dapat
merubah perilaku emosinya. Dalam hal ini, ketika individu dihadapkan dalam
kondisi tertekan, diharapkan individu tersebut mampu dalam melibatkan perubahan
penilaian situasi tertekan sehingga mampu memberikan dampak positif. Sedangkan
expressive suppression lebih berfokus kepada bagaimana individu mampu merubah
ekspresi emosi yang keluar ketika individu tersebut sudah dalam keadaan emosional.
Selanjutnya, salah satu yang mempengaruhi regulasi emosi yaitu mindfulness.
Mindfulness menggambarkan sebuah proses pengamatan terhadap pengalaman dan
aktivitas apa saja yang sedang berlangsung (observe), disertai dengan menghadirkan
sensasi, persepsi, pikiran, dan perasaan untuk menjelaskan suatu hal (describe),
selanjutnya dapat bereaksi secara sadar dan menghindari sesuatu yang dapat
mempengaruhi konsentrasi (act with awareness), serta menghindari pelabelan dan
25
penggambaran terhadap sesuatu secara langsung (nonjudge), terakhir dengan sadar
tidak mudah terbawa oleh suatu perasaan atau peristiwa tertentu (nonreact).
Selain itu, religious coping strategies memiliki peran dalam kontribusinya
terhadap berlangsungnya regulasi emosi yang baik, yaitu saat individu dapat
mempercayai Tuhan dan aktivitas keagamaan berpengaruh dalam aspek emosinya.
Beberapa hal yang termasuk dalam religious coping strategies positif yang dapat
mempengaruhi regulasi emosi yaitu kepercayaan bahwa Tuhan tidak akan
membiaran sesuatu yang buruk terjadi serta dukungan keagamaan dalam lingkungan,
sosial kedua hal ini yang mendasari dimensi religious collaborative dalam variabel
religious coping strategies. Selanjutnya, religious coping strategies negatif yang
menjadi dimensi yaitu self-directed (melibatkan diri dalam setiap keadaan dan tidak
mengharapkan Tuhan melakuan banyak hal) dan deferring (pengharapan yang
berlebihan seperti berharap akan adannya sebuah keajaiban dalam kehidupan).
Religious coping kemudian dapat dipengaruhi oleh perbedaan individu dalam
sistem kepercayaan seseorang terhadap suatu hal. Oleh karena itu, religious coping
menjadi bagian penting dari proses coping secara keseluruhan individu dan menjadi
pengaruh penting dalam pengaturan emosi. Efektifitas sumber daya internal dan
eksternal dalam pengaturan emosi dinilai dari faktor keagamaan, bagaimanapun
dimediasi oleh faktor-faktor lain. Strategi yang digunakan dalam proses coping
adalah penting, namun yang sama pentingnya adalah kondisi psikologis seseorang
yang menggunakan coping ini dalam prakteknya.
Penelitian ini ingin menggali lebih dalam bagaimana mindfulness
(mindfulness observe, mindfulness describe, mindfulness act, mindfulness nonjude,
26
mindfulness nonreact), religious coping strategies (religious collaborative, religious
self-directed, religious deferring), dan attachment (attachment anxiety, attachment
avoidance) mempengaruhi regulasi emosi masa dewasa. Adapun bagan kerangka
berpikir dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
ATTACHMENT
RELIGIOUS COPING STRATEGIES
MINDFULNESS
Mindfulness Observe
Mindfulness Describe
Mindfulness Act
Mindfulness Nonjudge
Attachment Avoidance
Attachment Anxiety
Religious Deferring
Religious Self-Directed
Religious Collaborative
Mindfulness Nonreact
REGULASI
EMOSI
27
2.6. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin menguji pengaruh independet variable terhadap
dependent variable. Dependent variable dalam penelitian ini yaitu regulasi emosi,
sedangkan variabel yang diteorikan sebagai independent variable yaitu mindfulness,
religious coping strategies, dan attachment. Hipotesis dalam penelitian tentang
regulasi emosi ini diuraikan sebagai berikut :
H1: Ada pengaruh yang signifikan mindfulness (mindfulness observe, describe,
mindfulness act, mindfulness nonjudge, mindfulness nonreact), religious
coping strategies (religious collaborative, religious self-directed, religious
deferring), attachment (attachment anxiety, attachment avoidance) terhadap
regulasi emosi masa dewasa.
H2: Ada pengaruh yang signifikan dimensi mindfulness observe pada variabel
mindfulness terhadap regulasi emosi masa dewasa.
H3: Ada pengaruh yang signifikan dimensi mindfulness describe pada variabel
mindfulness terhadap regulasi emosi masa dewasa.
H4: Ada pengaruh yang signifikan dimensi mindfulness act pada variabel
mindfulness terhadap regulasi emosi masa dewasa.
H4: Ada pengaruh yang signifikan dimensi mindfulness nonjudge pada variabel
mindfulness terhadap regulasi emosi masa dewasa.
H5: Ada pengaruh yang signifikan dimensi mindfulness nonreact pada variabel
mindfulness terhadap regulasi emosi masa dewasa.
H6: Ada pengaruh yang signifikan dimensi religious collaborative pada variabel
religious coping strategies terhadap regulasi emosi masa dewasa.
28
H7: Ada pengaruh yang signifikan dimensi religious self-directed pada variabel
religious coping strategies terhadap regulasi emosi masa dewasa.
H8: Ada pengaruh yang signifikan dimensi religious deferring pada variabel
religious coping strategies terhadap regulasi emosi masa dewasa.
H9: Ada pengaruh yang signifikan dimensi attachment anxiety pada variabel
attachment terhadap regulasi emosi masa dewasa.
H10: Ada pengaruh yang signifikan dimensi attachment avoidance pada variabel
attachment terhadap regulasi emosi masa dewasa.
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini merupakan relawan yang berada di wilayah
Jabodetabek. Sampel dalam penelitian ini yaitu individu dewasa berusia 23-55 tahun
sebanyak 150 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan non-probability sampling dimana peluang dari setiap sampel tidak
sama dan metode yang digunakan yaitu accidental sampling.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat (dependent variable)
yaitu regulasi emosi. Sedangkan variabel bebas (independent variable) meliputi (1)
mindfulness (mindfulness observe, mindfulness describe, mindfulness act,
mindfulness nonjudge, mindfulness nonreact), (2) religious coping strategies
(religious collaborative, religious self-directed, religious deferring), dan (3)
attachment (attachment anxiety dan attachment avoidance).
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Regulasi emosi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mengacu pada
kemampuan individu dalam mengendalikan emosi, dengan skala yang dibangun
berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Gross, J.J., & John, O.P. (2003) yang
membagi kedalam dua dimensi yaitu: cognitive reappraisal dan expressive
suppression.
30
a. Cognitive reappraisal yaitu kemampuan individu dalam mengubah
pengalaman emosionalnya sehingga emosi yang muncul lebih terarah.
b. Expressive suppression yaitu kemampuan untuk mengekspresikan emosi atau
bentuk ekspresi emosional
2. Mindfulness yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tingkat kesadaran penuh
individu dalam aktivitasnya sehari-hari yang diharapkan dapat memberi
kontribusi dalam kemampuan meregulasi emosi. Terdapat lima dimensi yaitu,
non-react (non-reactivity to inner experience), observe (observing/ noticing/
attending to sensations/ perceptions/ thoughts/ and feelings), act (acting with
awareness/ automatic pilot/ concentration/ nondistraction), describe
(describing/ labeling with words), non-judge (nonjudging of experience). Skala
tersebut dikembangkan oleh Baer, R.A., Smith, G. T., Hopkins, J., Krietemeyer,
J., & Toney, L. (2006).
a. Mindfulness observe yaitu pengamatan terhadap hal-hal yang terjadi atau hal-
hal yang sudah terjadi (pengalaman).
b. Mindfulness describe yaitu kemampuan menghadirkan sensasi, persepsi,
pikiran, dan perasaan untuk menggambarkan suatu hal.
c. Mindfulness act yaitu bereaksi secara otomatis namun tetap berkonsentrasi
dan tidak mudah terdistraksi.
d. Mindfulness nonjudge yaitu kemampuan individu dalam mengambil sebuah
makna namun bukan evaluasi dari pemikiran maupun perasaanya.
31
e. Mindfulness nonreact yaitu kecenderungan individu untuk bereaksi terhadap
pengalaman dan tidak mudah terbawa oleh suatu perasaan atau peristiwa
tertentu.
3. Religious coping strategies yang terdapat dalam penelitian ini yaitu strategi atau
usaha untuk menghubungkan situasi yang ada dengan pengalaman dan praktek
religiusitas, terdapat tiga dimensi terdiri dari collaborative (spiritually based
coping dan religious social support), self-directed (religious discontent dan
religious avoidance), deferring (religious pleading dan good deeds) merupakan
skala yang dikembangkan oleh Pargament (1990).
a. Religious collaborative yaitu gabungan antara spiritually based coping yaitu
kepercayaan bahwa Tuhan maha pengasih dan penyayang selalu membantu,
serta religious social support yaitu menerima dukungan dari lembaga
keagamaan atau komunitas keagamaan).
b. Religious self-directed yaitu gabungan antara religious discontent (perasaan
marah dan tidak percaya terhadap keyakinan kepada Tuhan) dan religious
avoidance (berfokus kepada dunia dan membiarkan Tuhan saja yang
menyelesaikan masalah).
c. Religious deferring yaitu gabungan religious pleading (meminta kepada
Tuhan agar semua menjadi baik, serta mempertanyakan kenapa suatu hal
bisa terjadi padanya) dan good deeds (berpartisipasi dalam kegiatan ibadah
serta berusaha untuk tidak berbuat dosa).
4. Attachment yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kedekatan emosional
dengan seseorang yang dianggap penting dan dipercaya yang dapat mendukung
32
perasaan maupun tindakan yang akan dilakukan. Hal itu didasari oleh dua
dimensi yaitu anxiety dan avoidance yang dikembangkan oleh Brennan, Clark
and Shaver (1998).
a. Attachment anxiety yaitu kecemasan terhadap pasangan dan khawatir tentang
hubungan (pre-occupation, fear of rejection, jealousy).
b. Attachment avoidance yaitu menghindari untuk terlalu dekat dengan
pasangan, keberatan meminta kenyamanan, saran atau bantuan dari pasangan
(avoidance of intimacy, discomfort with closeness, self-reliance).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul
data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari responden.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini memakai skala model Likert. Skala model
Likert adalah suatu himpunan butir pernyataan sikap yang kesemuanya dipandang
kira-kira sama dengan ‟nilai sikap‟, subjek menanggapi setiap butir dengan
menggunakan taraf setuju (favorable) atau tidak setuju (unfavorable). Pernyataan
(item) dalam skala model Likert ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif.
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan alat ukur model
Likert antara lain adalah empat alternatif jawaban yang disediakan yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk mengukur
variabel-variabel penelitian ini peneliti menggunakan skala model Likert yang telah
dimodifikasi yaitu dengan menghilangkan jawaban netral, agar mendorong
33
responden untuk memilih dan memutuskan respon positif ataupun negatif, sehingga
terlihat “kecenderungan sentral” dari jawaban responden.
Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan favorable diberikan pada
pilihan jawaban sangat setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat tidak
setuju begitu juga sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. Setiap kategori
memiliki nilai sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor untuk pernyataan positif dan negatif pada skala regulation emotion, mindfulness,
religious coping strategies, dan attachment.
Dalam penelitian ini, subjek akan diberikan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian,
yaitu:
1. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima kasih
peneliti.
2. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti nama, usia, jenis
kelamin, status, dan intensitas emosional.
3. Bagian skala pengukuran yang terdiri dari empat buah skala, yaitu :
- Skala regulasi emosi menggunakan alat ukur yang dibangun berdasarkan teori
yang dikembangkan oleh Gross, J.J., & John, O.P. (2003) yang membagi
kedalam dua dimensi yaitu: cognitive reappraisal dan expressive suppression.
Item Favorable Skor Item Unfavorable Skor
SS (Sangat Sesuai/Setuju) 4 STS (Sangat Tidak Sesuai/Setuju) 4
S (Sesuai/Setuju) 3 TS (Tidak Sesuai/Setuju) 3
TS (Tidak Sesuai/Setuju) 2 S (Sesuai/Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Sesuai/Setuju) 1 SS (Sangat Sesuai/Setuju) 1
34
- Skala mindfulness menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Baer,
R.A., Smith, G. T., Hopkins, J., Krietemeyer, J., & Toney, L. (2006) yang
membagi kedalam lima dimensi yaitu: non-react (non-reactivity to inner
experience), observe (observing/ noticing/ attending to sensations/ perceptions/
thoughts/ and feelings), act (acting with awareness/ automatic pilot/
concentration/ nondistraction), describe (describing/ labeling with words), dan
non-judge (nonjudging of experience).
- Skala religious coping strategies menggunakan alat ukur yang dikembangkan
oleh Pargament (1990) yang membagi kedalam tiga dimensi meliputi
collaborative (spiritually based coping dan religious social support), self-
directed (religious discontent dan religious avoidance), dan deferring
(religious pleading dan good deeds).
- Skala attachment menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Brennan,
Clark and Shaver (1998) yang terdiri dari dua dimensi, yaitu attachment
anxiety (pre-occupation, fear of rejection, jealousy) dan attachment avoidance
(avoidance of intimacy, discomfort with closeness, self-reliance).
3.3.2 Alat Ukur Penelitian
3.3.2.1 Regulasi Emosi
Pengukuran regulasi emosi terdiri dari skala 10 item yang diadaptasi dari skala
regulasi emosi menggunakan alat ukur yang dibangun berdasarkan teori yang
dikembangkan oleh Gross, J.J., & John, O.P. (2003) yang membagi kedalam dua
dimensi yaitu: cognitive reappraisal dan expressive suppression. Skala ini
menggunakan Skala Likert dengan rentang empat pilihan jawaban, dari “sangat tidak
35
sesuai” sampai “sangat sesuai”. Blueprint skala regulasi emosi terdapat pada tabel
3.2 berikut:
Tabel 3.2 Blueprint Skala Regulasi Emosi
3.3.2.2 Mindfulness
Pengukuran mindfulness terdiri dari skala 39 item yang diadaptasi dari skala yang
dikembangkan oleh Baer, R.A., Smith, G. T., Hopkins, J., Krietemeyer, J., & Toney,
L. (2006) yang membagi kedalam lima dimensi yaitu: non-react, observe, act,
describe, dan non-judge. Skala ini menggunakan Skala Likert dengan rentang empat
pilihan jawaban, dari “sangat tidak sesuai” sampai “sangat sesuai”. Blueprint skala
mindfulness terdapat pada tabel 3.3 berikut:
No Dimensi Indikator Nomor Item Contoh Item
1.
Cognitive
Reappraisal
- Mengubah pengalaman
emosional dalam pikiran.
- Merasakan pengalaman
emosional
1,3,5,7,8,10
Saya mengendalikan
emosi dengan mengubah
cara berpikir saat
menghadapi sebuah
situasi.
2. Expressive
Suppression
- Menahan untuk
mengekspresikan emosi..
- Tidak terlalu
menunjukkan emosi dalam
banyak hal seperti
bagaimana berbicara,
memberi isyarat, atau
berperilaku
2,4,6,9 Saya mengendalikan
emosi saya, dengan tidak
mengungkapkannya
JUMLAH 10
36
Tabel 3.3
Blueprint Skala Mindfulness
No Dimensi Indikator Nomor Item
Contoh Item Fav Unfav
1.
Observe
- Memperhatikan hal-hal yang
terjadi.
- Merasakan pengalaman
terhadap suatu
pengalaman/aktivitas.
1,6,11
,15,20
,26,31
,36
Saya
memperhatikan
sensasi seperti
angin saya atau
matahari di
wajah
2. Describe - Menggambarkan sesuatu.
- Menghadirkan sensasi,
persepsi, pikiran, dan perasaan
untuk menjelaskan suatu hal.
2,7,27
,32,37
12,16,
22
Saya pandai
menemukan
kata-kata untuk
menggambarkan
perasaan saya
3. Act(with
awareness)
- Menyadari sesuatu yang secara
otomatis.
- Menghindari sesuatu yang
mempengaruhi konsentrasi dan
mudah terdistraksi.
5,8,13,
18,23,
28,34,
38
Ketika saya
melakukan
sesuatu, pikiran
saya melayang
dan saya mudah
terganggu.
4. Non-Judge - Menghindari menggambarkan.
- Menghindari melabeli sesuatu
dengan kata-kata
(pengungkapan)
3,10,14
,17,25,
30,35,
39
Saya mengkritik
diri sendiri
karena memiliki
emosi yang tidak
rasional atau
tidak pantas
5. Non-React - Tidak dengan mudah bereaksi
terhadap pengalaman.
- Tidak mudah terbawa oleh
suatu perasaan atau peristiwa
tertentu.
4,9,19
,21,24
,29,33
Saya merasakan
perasaan atau
emosi saya,
tanpa harus
bereaksi
terhadapnya
JUMLAH 20 19
3.3.2.3 Religious Coping Strategies
Pengukuran religious coping strategies terdiri dari skala 29 item, diadaptasi dari
skala yang dikembangkan oleh Pargament (1990) yang membagi kedalam tiga
dimensi: collaborative (spiritually based coping dan religious social support), self-
directed (religious discontent dan religious avoidance), dan deferring (religious
pleading dan good deeds). Skala ini menggunakan Skala Likert dengan rentang
37
empat pilihan jawaban, dari “sangat tidak sesuai” sampai “sangat sesuai”. Blueprint
skala religious coping strategies terdapat pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Blueprint Skala Religious Coping Strategies
No Dimensi Indikator Nomor Item Contoh Item
1.
Collaborative
- Spiritually based coping.
- Religious social support.
1,2,3,4,5,6,7,8,
9,10,11,12,
22,23
Saya percaya bahwa
Tuhan tidak akan
membiarkan sesuatu
yang buruk terjadi pada
saya.
2. Self-Directed - Religious discontent.
- Religious avoidance.
19,20,21,
27,28,29
Saya mempertanyakan
kepercayaan dan
keyakinan agama saya.
3. Deferring - Religious pleading.
- Good deeds.
24,25,26,
13,14,15,16,17,
18
Saya berharap ada
keajaiban terjadi dalam
hidup saya
JUMLAH 29
3.3.2.4 Attachment
Pengukuran attachment terdiri dari skala 23 item, diadaptasi dari skala yang
dikembangkan oleh Brennan, Clark and Shaver (1998) yang terdiri dari dua dimensi,
yaitu attachment anxiety (pre-occupation, fear of rejection, jealousy) dan attachment
avoidance (avoidance of intimacy, discomfort with closeness, self-reliance). Skala ini
menggunakan Skala Likert dengan rentang empat pilihan jawaban, dari “sangat tidak
sesuai” sampai “sangat sesuai”. Blueprint skala attachment terdapat pada tabel 3.5
berikut:
38
Tabel 3.5
Blueprint Skala Attachment
No Dimensi Indikator Nomor Item
Contoh Item Fav Unfav
1.
Attachment
Anxiety
- Pre-occupation.
- Fear of rejection.
- Jealousy.
1,5,7,
9,11,1
2,14,1
6,17
3,13,
15,18,
19,20,
21,22,
23
Saya lebih suka tidak
menunjukkan pada
pasangan apa yang
saya rasakan
2. Attachment
Avoidance
- Avoidance of intimacy.
- Discomfort with closeness.
- Self-reliance.
2,4,6,
8,10
Saya khawatir
ditinggalkan.
JUMLAH 14 9
3.4 Uji Validitas Konstruk
Pengujian validitas konstruk bernilai penting untuk dilakukan dalam sebuah
penelitian ilmiah. Dalam hal ini pengujian validitas konstruk yang dilakukan
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang bertujuan untuk
mengetahui apakah item pada setiap variabel valid dalam mengukur apa yang hendak
diukur. CFA digunakan dalam proses pengembangan skala untuk memeriksa struktur
laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA digunakan untuk melakukan
verifikasi jumlah dimensi atau item yang mendasari faktor dan melihat hubungan
antara item dengan dimensi yang mengukurnya. Pada uji Confirmatory Factor
Analysis (CFA), peneliti harus memiliki gambaran yang spesifik mengenai: (a)
jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor yang
saling berkolerasi.
Tahapan uji CFA diawali dengan merumuskan model teoritis (hipotesis)
tentang pengukuran variabel laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya
39
secara statistik dengan menggunakan data yang ada. Umar (2011) memaparkan
logika dari uji CFA sebagai berikut:
1. Lakukan uji CFA dengan model satu faktor, lihat nilai P-value yang dihasilkan.
Jika P-value tidak signifikan (P>0,05), maka item hanya mengukur satu faktor
saja, tetapi jika P-value yang dihasilkan signifikan (P<0,05) maka perlu dilakukan
uji selanjutnya sesuai dengan kaidah yang berlaku.
2. Jika P-value signifikan (P<0,05) maka dilakukan modifikasi model pengukuran
dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal
ini terjadi saat suatu item selain mengukur konstruk ingin diukur, tetapi item ini
juga mengukur lebih dari satu konstruk atau multidimensional. Setelah beberapa
kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi maka akan diperoleh
model yang fit. Model terakhir inilah yang digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka analisis item dilanjutkan dengan melihat
apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien yang
positif. Untuk melihat signifikan atau tidaknya item tersebut dapat dilakukan
dengan cara melihat nilai dari T-value dan koefisien muatan faktor tersebut. Jika
T-value>1,96 maka item tersebut signifikan dan tidak akan di-drop. Begitu pula
sebaliknya.
4. Selain itu, perlu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif. Dalam hal
ini jika ada item pernyataan yang negatif, maka saat penskoran pada item tersebut,
arah skornya diubah menjadi positif. Jika setelah diubah arah skornya masih
terdapat item dengan muatan faktor negatif maka item tersebut akan di-drop.
40
5. Langkah selanjutya adalah melihat kesalahan pengukuran yang berkorelasi.
Apabila menemukan item dengan banyak kesalahan pengukuran yang berkorelasi
dengan item lain, maka hal ini berarti item tersebut selain mengukur satu hal, juga
mengukur hal lainnya sehingga item tersebut juga dapat di-drop karena bersifat
multidimensional yang sangat kompleks.
6. Setelah melakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skornya. Olah data dilakukan dengan menggunakan SPSS
20.0 dengan ketentuan tidak mengikutsertakan skor mentah dari item yang sudah
di-drop.
7. Faktor skor yang telah didapatkan kemudian ditransform dalam skala T-score
(true score) dengan menggunakan formula berikut:
T-score = 50 + (10* Z-score)
Faktor skor yang masih mengandung angka negatif harus ditransform menjadi
true score dengan mean = 50 dan standard deviation (SD) = 10.
8. Setelah diperoleh true score (T-score) dari masing-masing variabel, maka
dilakukan analisis regresi. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda (multiple regression analysis).
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Regulasi Emosi
Dalam penelitian ini, regulasi emosi memiliki dua dimensi di antaranya cognitive
reappraisal dan expressive suppression. Namun untuk melihat validitas alat ukur
variabel yang berperan sebagai DV, dalam hal ini regulasi emosi, maka uji validitas
dilakukan dengan menyertakan seluruh item sekaligus secara bersamaan.
41
Peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
item-item tersebut benar-benar hanya mengukur regulasi emosi. Pada pemrosesan
CFA dengan model satu faktor, hasil menunjukkan bahwa model tidak fit
dikarenakan nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai p-value di bawah 0.05, yaitu Chi-
square = 222.26, df = 35, p-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.189. Oleh karena itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model hingga model fit. Setelah dilakukan
modifikasi berkali-kali, hasil menunjukkan Chi-square =31.31, df = 24, p-value =
0.14510, dan RMSEA = 0.045 yang berarti model telah fit dikarenakan nilai RMSEA
di bawah 0.05 dan nilai p-value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
Koefisien muatan faktor item regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Regulasi Emosi
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
1 1 0.68 0.09 7.49
3 2 0.00 0.08 -0.02 ×
5 3 0.71 0.09 8.32
7 4 0.44 0.10 4.56
8 5 0.82 0.08 10.11
10 6 0.45 0.08 5.52
2 7 0.21 0.08 2.53
4 8 0.21 0.08 2.55
6 9 0.20 0.09 2.26
9 10 0.24 0.09 2.72 Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
42
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 item yang mengukur regulasi emosi terdapat 9 item
yang signifikan (T>1.96) dan terdapat 1 item yang digugurkan karena nilai T< 1.96
dan dua di antaranya mempunyai korelasi yang negatif.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Mindfulness Observe
Dalam sub-bab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur mindfulness observe. Pada
pemrosesan CFA dengan model satu faktor, hasil menunjukkan bahwa model tidak
fit dikarenakan nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai p-value di bawah 0.05, yaitu Chi-
square = 76.67, df = 20, p-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.138. Oleh sebab itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model. Setelah dilakukan modifikasi, hasil
menunjukkan Chi-square = 17.49, df = 15, p-value = 0.29015, dan RMSEA = 0.033
yang berarti model telah fit dikarenakan nilai RMSEA di bawah 0.05 dan nilai p-
value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item mindfulness observe dapat dilihat pada tabel 3.7
berikut:
43
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Mindfulness Observe
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
1 1 0.39 0.08 4.67
6 2 0.56 0.09 6.53
11 3 0.45 0.08 5.77
15 4 0.80 0.07 10.73
20 5 0.72 0.08 9.44
26 6 0.76 0.08 9.07
31 7 0.59 0.08 7.74
36 8 0.13 0.08 1.58 Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, 8 item yang mengukur mindfulness observe signifikan
seluruhnya karena nilai T>1.96.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Mindfulness Describe
Peneliti menguji apakah 8 item pada konstruk mindfulness describe. Pada
pemrosesan CFA dengan model satu faktor, hasil menunjukkan bahwa model tidak
fit dikarenakan nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai p-value di bawah 0.05, yaitu Chi-
square = 199.26, df = 20, p-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.245. Oleh sebab itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model. Setelah dilakukan modifikasi, hasil
menunjukkan Chi-square = 13.6, df = 12, p-value = 0.32129, dan RMSEA = 0.031
yang berarti model telah fit dikarenakan nilai RMSEA di bawah 0.05 dan nilai p-
value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
44
Koefisien muatan faktor untuk item mindfulness describe dapat dilihat pada tabel 3.8
berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Mindfulness Describe
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
2 1 0.63 0.09 7.29
7 2 0.53 0.09 5.98
27 3 0.59 0.08 7.07
32 4 0.64 0.08 7.60
37 5 0.53 0.09 5.64
12 6 -0.18 0.10 -1.86 ×
16 7 -0.04 0.10 -0.36 ×
22 8 -0.08 0.09 -0.88 × Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, 8 item yang mengukur mindfulness terdapat 5 item yang
signifikan (T>1.96) dan terdapat 3 item yang digugurkan karena nilai T< 1.96 dan
dua di antaranya mempunyai korelasi yang negatif.
3.4.4 Validitas Konstruk Mindfulness Act
Peneliti menguji apakah 8 item pada konstruk mindfulness act. Pada pemrosesan
CFA dengan model satu faktor, hasil menunjukkan bahwa model fit setelah
melakukan modifikasi pada matriks Theta Delta (TD). Nilai RMSEA di bawah 0.05
dan nilai p-value di atas 0.05, yaitu Chi-square = 13.69, df = 11 p-value = 0.25081,
dan RMSEA = 0.40.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur. Dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item mindfulness act dapat dilihat pada tabel 3.9
berikut:
45
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Mindfulness Act
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
5 1 0.64 0.08 8.03
8 2 0.53 0.08 6.41
13 3 0.70 0.08 8.96
18 4 0.79 0.07 10.61
23 5 0.75 0.08 9.87
28 6 0.68 0.08 9.09
34 7 0.46 0.08 5.56
38 8 0.55 0.08 6.73 Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, dari 8 item yang mengukur mindfulness act, signifikan
seluruhnya karena nilai T>1.96.
3.4.5 Uji Validitas Konstruk Mindfulness Nonjudge
Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur mindfulness nonjudge. Pada pemrosesan CFA
dengan model satu faktor, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali, hasil
menunjukkan bahwa model fit dikarenakan nilai RMSEA di bawah 0.05 dan nilai p-
value di atas 0.05, yaitu Chi-square = 22.29, df = 17, p-value = 0.17388, dan
RMSEA = 0.46.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item mindfulness nonjudge dapat dilihat pada tabel
berikut:
46
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Mindfulness Nonjudge
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
3 1 0.55 0.09 6.44
10 2 0.60 0.08 7.29
14 3 0.53 0.09 6.25
17 4 0.53 0.09 6.18
25 5 0.57 0.09 6.63
30 6 0.76 0.08 9.74
35 7 0.31 0.09 3.53
39 8 0.42 0.09 4.76 Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, 8 item yang mengukur mindfulness nonjudge, signifikan
seluruhnya karena nilai T>1.96.
3.4.6 Uji Validitas Konstruk Mindfulness Nonreact
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur mindfulness nonreact. Pada pemrosesan CFA
dengan model satu faktor, hasil menunjukkan bahwa model tidak fit dikarenakan
nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai p-value di bawah 0.05, yaitu Chi-square = 27.74,
df = 14, p-value = 0.01538, dan RMSEA = 0.081. Oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2 kali, hasil
menunjukkan Chi-square = 14.46, df = 12, p-value = 0.27258, dan RMSEA = 0.037
yang berarti model telah fit dikarenakan nilai RMSEA di bawah 0.05 dan nilai p-
value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus untuk menentukan apakah item
tersebut perlu digugurkan atau tidaknya. Maka harus dilakukan pengujian hipotesis
nihil tentang koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
47
Koefisien muatan faktor untuk item mindfulness nonreact dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Mindfulness Nonreact
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
4 1 0.33 0.09 3.56
9 2 0.27 0.09 2.89
19 3 0.82 0.08 10.33
21 4 0.77 0.08 9.46
24 5 0.15 0.09 1.69
29 6 0.64 0.08 7.93
33 7 0.08 0.09 0.89
Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, 7 item yang mengukur nonreact, signifikan seluruhnya
karena nilai T>1.96.
3.4.7 Uji Validitas Konstruk Religious Collaborative
Dalam sub-bab ini peneliti menguji apakah 14 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur konstruk
religious collaborative. Pada pemrosesan CFA dengan model satu faktor, hasil
menunjukkan bahwa model tidak fit dikarenakan nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai
p-value di bawah 0.05, yaitu Chi-square = 657.42 , df = 77, p-value = 0.00000, dan
RMSEA = 0.225. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model.
Setelah dilakukan modifikasi berkali-kali, hasil menunjukkan Chi-square = 54.28, df
= 42, p-value = 0.09704, dan RMSEA = 0.044 yang berarti model telah fit
dikarenakan nilai RMSEA di bawah 0.05 dan nilai p-value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
48
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item religious collaborative dapat dilihat pada tabel
3.12 berikut:
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Religious Collaborative
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
1 1 0.60 0.08 7.81
2 2 0.70 0.07 9.73
3 3 0.68 0.07 9.42
4 4 0.68 0.07 9.59
5 5 0.77 0.07 11.09
6 6 0.85 0.07 12.68
7 7 0.56 0.08 7.36
8 8 0.85 0.07 12.73
9 9 0.86 0.07 13.05
10 10 0.89 0.06 13.96
11 11 0.88 0.06 13.56
12 12 0.81 0.07 11.70
22 13 0.51 0.08 6.68
23 14 0.39 0.08 4.89 Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, dari 14 item yang mengukur religious collaborative,
signifikan seluruhnya karena nilai T>1.96.
3.4.8 Uji Validitas Konstruk Religious Self-directed
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur religious self-directed. Pada pemrosesan CFA
dengan model satu faktor, hasil menunjukkan bahwa model tidak fit dikarenakan
nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai p-value di bawah 0.05, yaitu Chi-square =
116.17, df = 9, p-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.283. Oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 8 kali,
hasil menunjukkan Chi-square = 0.00, df = 1, p-value = 0.98277, dan RMSEA =
49
0.000 yang berarti model telah fit dikarenakan nilai RMSEA di bawah 0.05 dan nilai
p-value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item religious self-directed dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Religious Self-directed
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
19 1 0.64 0.17 3.86
20 2 0.63 0.20 3.13
21 3 0.64 0.16 3.93
27 4 0.38 0.09 4.28
28 5 -0.09 0.13 -0.74 ×
29 6 -0.04 0.09 -0.49 × Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, dari 6 item yang mengukur religious self-directed, terdapat 4 item
yang signifikan (T>1.96) dan terdapat 2 item yang digugurkan karena nilai T< 1.96 dan 1 di
antaranya mempunyai nilai korelasi yang negatif.
3.4.9 Uji Validitas Konstruk Religious Deferring
Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur religious deferring. Pada pemrosesan CFA
dengan model satu faktor, hasil menunjukkan bahwa model tidak fit dikarenakan
nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai p-value di bawah 0.05, yaitu Chi-square =
324.67, df = 27, p-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.272. Oleh sebab itu, peneliti
50
melakukan modifikasi terhadap model. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 9 kali,
hasil menunjukkan Chi-square = 22.96, df = 18, p-value = 0.19208, dan RMSEA =
0.043 yang berarti model telah fit dikarenakan nilai RMSEA di bawah 0.05 dan nilai
p-value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item religious deferring dapat dilihat pada tabel 3.14 :
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Religious Deferring
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
24 1 1.26 0.08 16.66
25 2 0.58 0.07 8.12
26 3 0.47 0.07 6.88
13 4 0.31 0.06 5.05
14 5 0.29 0.06 4.85
15 6 0.81 0.08 10.05
16 7 0.59 0.07 8.13
17 8 0.43 0.07 6.17
18 9 0.69 0.09 7.38 Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, dari 9 item yang mengukur religious deferring, signifikan
seluruhnya karena nilai T>1.96.
3.4.10 Validitas Konstruk Attachment Anxiety
Dalam sub-bab ini peneliti menguji apakah 18 item yang ada bersifat
unidimensional. Pada pemrosesan CFA dengan model satu faktor, hasil menunjukkan
bahwa model tidak fit dikarenakan nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai p-value di
51
bawah 0.05, yaitu Chi-square = 1464.08, df = 135, p-value = 0.00000, dan RMSEA =
0.257. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model. Setelah
dilakukan modifikasi berkali-kali, hasil menunjukkan Chi-square = 90.95, df = 71, p-
value = 0.05553, dan RMSEA = 0.043 yang berarti model telah fit dikarenakan nilai
RMSEA di bawah 0.05 dan nilai p-value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, item tersebut dinyatakan signifikan. Koefisien
muatan faktor item attachment anxiety dapat dilihat pada tabel 3.15 berikut:
Tabel 3.15
Muatan Faktor Item Attachment Anxiety
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
1 1 0.22 0.03 7.45
5 2 0.03 0.03 1.02
7 3 -0.08 0.03 -2.55 ×
9 4 -0.10 0.04 -2.26 ×
11 5 0.09 0.03 2.77
12 6 0.02 0.03 0.87
14 7 -0.19 0.03 -5.75 ×
16 8 0.25 0.03 7.79
17 9 0.08 0.03 2.93
3 10 -0.66 0.03 -23.76 ×
13 11 -0.72 0.03 -24.50 ×
15 12 -0.82 0.05 -16.62 ×
18 13 -0.81 0.03 -29.99 ×
19 14 -0.95 0.05 -19.20 ×
20 15 -0.47 0.03 -14.38 ×
21 16 -0.71 0.03 -26.67 ×
22 17 -0.87 0.04 -23.69 ×
23 18 -0.97 0.04 -25.74 × Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
52
Berdasarkan tabel di atas, 18 item yang mengukur attachment anxiety, terdapat 6 item yang
signifikan (T>1.96) dan terdapat 12 item yang digugurkan karena nilai T< 1.96 dan 1 di
antaranya mempunyai nilai korelasi yang negatif.
3.4.11 Validitas Konstruk Attachment Avoidance
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur attachment avoidance. Pada pemrosesan CFA
dengan model satu faktor, hasil menunjukkan bahwa model tidak fit dikarenakan
nilai RMSEA di atas 0.05 dan nilai p-value di bawah 0.05, yaitu Chi-square = 15.76,
df = 5, p-value = 0.00758, dan RMSEA = 0.120. Oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali, hasil
menunjukkan Chi-square = 3,00 df = 4, p-value = 0.35730, dan RMSEA = 0.000
yang berarti model telah fit dikarenakan nilai RMSEA di bawah 0.05 dan nilai p-
value di atas 0.05.
Tahapan selanjutnnya adalah melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien mutan faktor dari item, yaitu dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor. Jika nilai T>1.96, maka item tersebut dinyatakan signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item attachment avoidance dapat dilihat pada tabel
berikut:
53
Tabel 3.16
Muatan Faktor Item Attachment Avoidance
No.Item Item Lambda Standart
Eror Nilai T Signifikan
2 1 0.86 0.07 12.65
4 2 0.65 0.08 8.57
6 3 0.69 0.07 9.35
8 4 0.94 0.06 14.48
10 5 0.64 0.08 8.47 Keterangan : tanda = Signifikan (t > 1.96), ×= Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, dari 5 item yang mengukur attachment avoidance,
signifikan seluruhnya karena nilai T>1.96.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda atau multiple regression
analysis. Selain bertujuan melihat arah hubungan antara variabel mindfulness,
religious coping strategies, dan attachment terhadap regulasi emosi masa dewasa,
apakah positif ataukah negatif, metode ini juga bertujuan melihat seberapa besar
sumbangan masing-masing variabel dalam mempengaruhi regulasi emosi serta
berapa besar presentase sumbangan pengaruh variabel bebas yang diukur secara
bersama-sama terhadap regulasi emosi masa dewasa.
Persamaan populasi multiple regression dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b₅X₅ + b₆X₆ + b₇X₇ + b8X8 + b9X9 + b10X10 +
e
Keterangan:
Y = Regulasi Emosi
a = Intercept (Konstan)
b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
X₁ = Mindfulness observe
54
X₂ = Mindfulness describe
X₃ = Mindfulness act
X₄ = Mindfulness nonjudge
X₅ = Mindfulness nonreact
X₆ = Religious collaborative
X₇ = Religious self-directed
X8 = Religious deffering
X9 = Attachment anxiety
X10 = Attachment avoidance
e = Residu
Untuk dapat melihat apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai dengan memiliki error terkecil pada penlitian ini, maka
dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis yaitu:
1. Uji R² (koefisien determinasi berganda)
Dari pengujian multiple regression akan diperoleh hasil berupa nilai R, dalam
penelitian ini adalah pengujian multiple regression kompetensi sosial dan stres
sekolah terhadap perilaku bullying pada remaja. Tingginya perilaku bullying pada
remaja ini ditunjukan oleh koefisien determinasi berganda R², nilai ini
menunjukan variasi perubahan independent variable (X) yaitu kompetensi sosial
dan stres sekolah. Dengan kata lain dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau
merupakan proporsi varian yang dijelaskan oleh kompetensi sosial dan stres
sekolah. Untuk mendapatkan nilai R² digunakan rumus berikut:
55
2. Uji F
Setelah R² diperoleh, maka untuk membuktikan signifikan regresi Y (dependent
variable) terhadap X (independent variable) dilakukan uji F dengan rumus:
Keterangan:
k = Jumlah IV
N = Jumlah sampel
Dari uji F ini akan diperoleh apakah benar independent variable memiliki
pengaruh terhadap dependent variable.
3. Uji t
Setelah melakukan Uji F, selanjutnya penelitian ini melakukan Uji t yang
berfungsi untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan independent variable
(X) signifikan terhadap dependent variable (Y). oleh karena itu, sebelum
melakukan Uji t, perlu diketahui terlebih dahulu nilai standard error estimate
yang diperoleh melalui akar mean square dibagi SS. Setelah diperoleh nilai Sb itu
sendiri.
Keterangan:
b = Koefisien regresi
Sb = Standard Error dari b
Hasil dari Uji t diperoleh dari hasil regresi dalam penelitian ini.
56
3.6 Prosedur Penelitian
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan selama proses penelitian, di
antaranya:
1. Tahap persiapan dan studi pustaka: pada tahap ini meliputi penentuan variabel
yang akan diteliti dengan melakukan perumusan masalah yang berkaitan dengan
fenomena, latar belakang dan urgensi penelitian, serta kajian pustaka guna
mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai variabel ataupun tema yang akan
diteliti.
2. Tahap penyusunan instrumen penelitian: pada tahap ini instrumen penelitian
disusun dan dilakukan uji coba kesesuaian tata bahasa pada alat ukur yang
digunakan melalui literatur yang didapat, kemudian disesuaikan dengan gambaran
norma dan budaya pada populasi penelitian.
3. Tahap penentuan target populasi ada di daerah jabodetabek dan kriteria responden
yang akan dijadikan sampel dalam penelitian merupakan masa dewasa berusia 18-
60 tahun satu minggu diakhir bulan juni 2019. Berikutnya berdasarkan responden
yang telah mengisi kuesioner, peneliti menentukan kriteria responden hanya yang
berusia 23-55 tahun saja.
4. Tahap pengambilan data lapangan: pada tahap ini data mentah dikumpulkan
dengan membagikan lembar kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu
saat menghadiri acara rapat relawan sejumlah 50 orang pada tanggal 28 Juni 2019
bertempat di Bogor, selanjutnya responden lainnya didapatkan dengan
membagikan kuesioner secara online hingga pertengahan bulan Juli 2019.
57
5. Tahap skoring: pada tahap ini, pola jawaban yang telah diisi oleh responden
kemudian direkap dan disusun per dimensi. Item yang sebelumnya acak,
disamakan sifatnya menjadi favorable kemudian diberikan skor sesuai dengan
sebaran pola jawaban yang ada, dimana 1 untuk STS, 2 untuk TS, 3 untuk S, dan
4 untuk SS. Selanjutnya menghitung dan mencatat tabulasi data yang diperoleh.
6. Tahap olah data dan analisa: pada tahap ini dilakukan analisa uji validitas setiap
butir item dengan menggunakan software Lisrel 8.7. Item yang valid disertakan
dalam analisa berikutnya dan item yang tidak valid di-drop. Setelah menyaring
seluruh item, analisa dilakukan untuk menguji pengaruh antar variabel
(independent variable terhadap dependent variable) dengan menggunakan metode
multiple regression pada software SPSS Statistics 20.0.
58
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Total sampel pada penelitian ini berjumlah 150 responden, berusia 23-55 tahun,
Secara rinci, gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase
Laki-laki 103 68.67%
Perempuan 47 31.33%
Total responden 150 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari total sampel
penelitian yang berjumlah 150 responden, 103 atau 68.67% di antaranya berjenis
kelamin laki-laki dan 47 atau 31.33% lainnya berjenis kelamin perempuan.
4.2 Hasil Analisa Deskriptif
Sebelum dilakukan uji statistik untuk melihat pengaruh antara keseluruhan
independent variable terhadap dependent variable, maka diperlukan melakukan
standarisasi terhadap skor yang telah diperoleh, yaitu dengan mengubah raw score
(skor mentah) menjadi z-score (skor standar). z-score merupakan skor mentah yang
telah diubah menjadi bentuk lain berdasarkan penyimpangannya dari besaran mean
dan dinyatakan dalam satuan deviasi standar yang baru. Dalam skoring, penggunaan
z-score ini berguna apabila jumlah item antara satu dimensi dengan dimensi yang
diukur lainnya berbeda, padahal secara teoritis dimensi yang diukur tersebut
memiliki bobot yang sama besar.
Untuk menghilangkan bilangan negatif yang dihasilkan dari z-score, semua
skor ditransformasi ke dalam skala t. Indeks yang menjadi patokan dalam melihat
59
gambaran statistiknya adalah mean, median, standar deviasi, nilai maksimal dan nilai
minimal dari masing-masing dimensi, yang tersajikan pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Analisis Deskriptif Statistik
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Regulasi_Emosi 150 24.76 69.48 50.0000 8.59877
Mindfulness_Observe 150 27.97 66.32 50.0000 8.84180
Mindfulness_Describe 150 24.10 64.09 50.0000 8.17252
Mindfulness_Act 150 28.66 67.82 50.0000 9.15245
Mindfulness_Nonjudge 150 31.13 71.95 50.0000 8.68356
Mindfulness_Nonreact 150 30.28 65.60 50.0000 8.92576
Religious_Collaborative 150 6.12 60.27 50.0000 9.67395
Religious_Selfdirected 150 40.05 75.21 50.0000 8.87644
Religious_Deferring 150 18.85 62.91 50.0000 9.38168
Attachment_Anxiety 150 37.10 72.00 50.0000 9.07291
Attachment_Avoidance 150 33.71 66.02 50.0000 9.38281
Valid N (listwise) 150
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel regulasi emosi
memiliki nilai minimum 24.76, nilai maksimum 69.48, mean 50.0000, dan standar
deviasi sebesar 8.59877; dimensi mindfulness observe pada variabel mindfulness
memiliki nilai minimum 27.97, nilai maksimum 66.32, mean 50.0000, dan standar
deviasi sebesar 8.84180; dimensi mindfulness describe pada variabel mindfulness
memiliki nilai minimum 24.10, nilai maksimum 64.09, mean 50.0000, dan standar
deviasi sebesar 8.17252; dimensi mindfulness act pada variabel mindfulness memiliki
nilai minimum 28.66, nilai maksimum 67.82, mean 50.0000, dan standar deviasi
sebesar 9.15245; dimensi mindfulness nonjudge pada variabel mindfulness memiliki
nilai minimum 31.13, nilai maksimum 71.95, mean 50.0000, dan standar deviasi
sebesar 8.68356; dimensi mindfulness nonreact pada variabel mindfulness memiliki
nilai minimum 30.28, nilai maksimum 65.60, mean 50.0000, dan standar deviasi
60
sebesar 8.92576; dimensi religious collaborative pada variabel religious coping
strategies memiliki nilai minimum 6.12, nilai maksimum 60.27, mean 50.0000, dan
standar deviasi sebesar 9.67395; dimensi religious self-directed pada variabel
religious coping strategies memiliki nilai minimum 40.05, nilai maksimum 75.21,
mean 50.0000, dan standar deviasi sebesar 8.87644; dimensi religious deffering pada
variabel religious coping strategies memiliki nilai minimum 18.85, nilai maksimum
62.91, mean 50.0000, dan standar deviasi sebesar 9.38168; dimensi attachment
anxiety pada variabel attachment memiliki nilai minimum 37.10, nilai maksimum
72.00, mean 50.0000, dan standar deviasi sebesar 9.07291; dimensi attachment
avoidance pada variabel attachment memiliki nilai minimum 33.71, nilai maksimum
66.02, mean 50.0000, dan standar deviasi sebesar 9.38281.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi, maka dapat ditetapkan norma
kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Norma Kategorisasi Skor Penelitian
Norma Interpretasi X > Mean + 1SD Tinggi
Mean – 1SD ≤ X ≤ Mean + 1SD
X < Mean – 1SD
Sedang
Rendah
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi tiga kategori, yaitu tinggi (X >
Mean + 1SD), sedang (Mean – 1SD ≤ X ≤ Mean + 1SD), dan rendah (X < Mean –
1SD). Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase
kategori untuk variabel regulasi emosi, mindfulness (observe, describe, act,
nonjudge, dan nonreact), religious coping strategies (collaborative, self-directed dan
61
deferring), attachment (attachment anxiety dan attachment avoidance) sebagaimana
terangkum dalam tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Variabel Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)
Regulasi_Emosi 14 (21.00) 108 (72.00) 21 (14.00)
Mindfulness_Observe 16 (24.00) 99 (66.00) 27 (18.00)
Mindfulness_Describe 26 (17.33) 98 (65.33) 26 (17.33)
Mindfulness_Act 31 (20.67) 96 (64.00) 23 (15.33)
Mindfulness_Nonjudge 19 (12.67) 106 (70.67) 25 (16.67)
Mindfulness_Nonreact 29 (19.33) 106 (70.67) 15 (10.00)
Religious_Collaborative 18 (12.00) 108 (72.00) 24 (16.00)
Religious_Selfdirected 11 (7.33) 105 (70.00) 34 (22.67)
Religious_Deferring 20 (13.33) 113 (75.33) 17 (11.33)
Attachment_Anxiety 27 (18.00) 101 (67.33) 22 (14.67)
Attachment_Avoidance 27 (18.00) 98 (65.33) 25 (16.67)
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor pada variabel
regulasi emosi sebanyak 14 orang (21.00) ada pada kategori rendah, 108 orang
(72.00) ada pada kategori sedang, dan 21 orang (14.00) ada pada kategori tinggi.
Kemudian pada variabel mindfulness observe sebanyak 24 orang (16.00) ada pada
kategori rendah, 99 orang (66.00) ada pada kategori sedang, dan 27 orang (18.00)
ada pada kategori tinggi. Lalu pada variabel mindfulness describe sebanyak 26 orang
(17.33) ada pada kategori rendah, 98 orang (65.33) ada pada kategori sedang, dan 26
orang (17.33) ada pada kategori tinggi. Lalu pada variabel mindfulness act sebanyak
31 orang (20.67) ada pada kategori rendah, 96 orang (64.00) ada pada kategori
sedang, dan 23 orang (15.33) ada pada kategori tinggi. Untuk variabel mindfulness
nonjudge sebanyak 19 orang (12.67) ada pada kategori rendah, 106 orang (70.67) ada
pada kategori sedang, dan 15 orang (10.00) ada pada kategori tinggi. Pada variabel
mindfulness nonreact sebanyak 29 orang (19.33) ada pada kategori rendah, 106
62
orang (70.67) ada pada kategori sedang, dan 15 orang (10.00) ada pada kategori
tinggi. Serta pada variabel religious collaborative sebanyak 18 orang (12.00) ada
pada kategori rendah, 108 orang (72.00) ada pada kategori sedang, dan 24 orang
(16.00) ada pada kategori tinggi. Untuk variabel religious self-directed sebanyak 11
orang (7.33) ada pada kategori rendah, 105 orang (70.00) ada pada kategori sedang,
dan 34 orang (22.67) ada pada kategori tinggi. Lalu variabel religious deferring
sebanyak 20 orang (13.33) ada pada kategori rendah, 113 orang (75.33) ada pada
kategori sedang, dan 17 orang (11.33) ada pada kategori tinggi. Dan pada variabel
attachment anxiety sebanyak 27 orang (18.00) ada pada kategori rendah, 101 orang
(67.33) ada pada kategori sedang, dan 22 orang (14.67) ada pada kategori tinggi.
Terakhir untuk variabel attachment avoidance sebanyak 27 orang (18.00) ada pada
kategori rendah, 98 orang (65.33) ada pada kategori sedang, dan 25 orang (16.67)
ada pada kategori tinggi.
4.4 Hasil Uji Hipotesis
Setelah melakukan kategorisasi data, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji
hipotesis untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas (IV)
terhadap variabel terikat (DV) dimana pengujiannya dilakukan dengan menggunakan
metode multiple regression analysis pada program SPSS Statistics 20.0. Data yang
dianalisis adalah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor.
Dalam uji regresi atau R-Square, beberapa hal yang dilihat di antaranya nilai
besaran R-Square yang bertujuan untuk mengetahui berapa persen (%) varian DV
yang dijelaskan oleh IV, signifikansi pengaruh IV terhadap DV secara keseluruhan,
dan signifikansi koefisien regresi dari masing-masing IV.
63
Pertama-tama, peneliti melihat besaran R-Square untuk mengetahui berapa
persen (%) varian DV yang dijelaskan oleh IV. Tabel R-square dipaparkan pada
tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .528a .279 .227 7.55819
a. Predictors: (Constant), Mindfulness Observe, Mindfulness Describe, Mindfulness Act,
Mindfulness Nonjudge, Mindfulness Nonreact, Religious Collaborative, Religious Self-
directed, Religious Deferring, Attachment Anxiety, Attachment Avoidance.
Berdasarkan output perhitungan regresi pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa
perolehan nilai R-square sebesar 0.279 atau 27.9%, yang artinya variabel
mindfulness (mindfulness observe, mindfulness describe, mindfulness act,
mindfulness nonjudge, dan mindfulness nonreact), variabel religious coping
strategies (religious collaborative, religious self-directed, dan religious deferring),
serta variabel attachment (attachment anxiety dan attachment avoidance)
mempengaruhi variabel regulasi emosi sebesar 27.9%. Sementara 72.1% sisanya
merupakan faktor-faktor atau variabel lain yang juga mempengaruhi regulasi emosi
di luar dari bahasan dalam penelitian ini.
Kedua, peneliti melakukan uji F untuk menganalisis pengaruh keseluruhan
dimensi-dimensi yang menyusun IV terhadap regulasi emosi. Adapun hasil uji F
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
ANOVA Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 3076.333 10 307.633 5.385 .000b
Residual 7940.553 139 57.126
Total 11016.886 149
64
a. Predictors: (Constant), Mindfulness Observe, Mindfulness Describe, Mindfulness Act,
Mindfulness Nonjudge, Mindfulness Nonreact, Religious Collaborative, Religious Self-
directed, Religious Deffering, Attachment Anxiety, Attachment Avoidance.
b. Dependent Variable: Regulasi Emosi
Berdasarkan output anova pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
sebesar 0.000 atau dengan kata lain Sig< 0.05. Hal tersebut berarti hipotesis nol yang
menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dimensi-dimensi dari
mindfulness (mindfulness observe, mindfulness describe, mindfulness act,
mindfulness nonjudge, dan mindfulness nonreact), dimensi-dimensi dari religious
coping strategies (religious collaborative, religious self-directed, dan religious
deffering), serta dimensi-dimensi dari attachment (attachment anxiety dan
attachment avoidance) terhadap regulasi emosi masa dewasa ditolak. Sedangkan
hipotesis mayor diterima, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
dimensi-dimensi dari mindfulness (mindfulness observe, mindfulness describe,
mindfulness act, mindfulness nonjudge, dan mindfulness nonreact), dimensi-dimensi
dari religious coping strategies (religious collaborative, religious self-directed, dan
religious deffering), serta dimensi-dimensi dari attachment (attachment anxiety dan
attachment avoidance) terhadap regulasi emosi masa dewasa.
Langkah selanjutnya yaitu dengan melihat koefisien regresi pada masing-
masing dimensi. Jika koefisien regresi bernilai Sig< 0.05 maka dapat dikatakan
signifikan, yang berarti bahwa dimensi-dimensi dari variabel tersebut mempunyai
dampak yang signifikan dalam mempengaruhi regulasi emosi ketika diukur secara
bersama-sama. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing independent
variable terhadap regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.
65
Tabel 4.9
Koefisien Regresi Variabel Regulasi Emosi
Berdasarkan output koefisien regresi pada tabel di atas, maka persamaan regresi yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
Regulasi emosi = 23.942 + 0.031 (mindfulness observe) + 0.288 (mindfulness
describe) + 0.301 (mindfulness act) - 0.201 (mindfulness nonjudge) - 0.171
(mindfulness nonreact) + 0.090 (religious collaborative) + 0.147 (religious self-
directed) + 0.047 (religious deffering) + 0.032 (attachment anxiety) - 0.042
(attachment avoidance).
Dari persamaan regresi tersebut, dapat dijelaskan bahwa hanya terdapat dua
dimensi yang signifikan mempengaruhi regulasi emosi dari kesepuluh dimensi.
Dimensi tersebut adalah mindfulness describe, dan mindfulness act. Sedangkan
delapan dimensi lain tidak mempengaruhi regulasi emosi secara signifikan. Adapun
penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing dimensi
yang menyusun variabel bebas adalah sebagai berikut:
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.942 14.687 1.630 .105
Mindfulness_Observe .031 .097 .032 .322 .748
Mindfulness_Describe .288 .096 .273 2.982 .003*
Mindfulness_Act .301 .088 .320 3.427 .001*
Mindfulness_Nonjudge -.201 .107 -.203 -1.880 .062
Mindfulness_Nonreact -.171 .099 -.178 -1.724 .087
Religious_Collaborative .090 .075 .101 1.190 .236
Religious_selfdirected .147 .078 .152 1.886 .061
Religious_deffering .047 .084 .051 .561 .576
Attachment_anxiety .032 .081 .034 .394 .694
Attachment_avoidance -.042 .077 -.046 -.552 .582
66
1. Dimensi mindfulness observe: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.031
dengan nilai signifikansi sebesar 0.748 (Sig.˃ 0.05), dengan demikian H01 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari mindfulness
observe terhadap regulasi emosi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari mindfulness observe terhadap regulasi emosi.
2. Dimensi mindfulness describe: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.288
dengan nilai signifikansi sebesar 0.003 (Sig.< 0.05), dengan demikian H02 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari mindfulness
describe terhadap regulasi emosi ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang
signifikan dari mindfulness describe terhadap regulasi emosi.
3. Dimensi mindfulness act: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.301 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.001 (Sig.< 0.05), dengan demikian H03 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari mindfulness act
terhadap regulasi emosi ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari
mindfulness act terhadap regulasi emosi.
4. Dimensi mindfulness nonjudge: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.201
dengan nilai signifikansi sebesar 0.062 (Sig.˃ 0.05), dengan demikian H04 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari mindfulness
nonjudge terhadap regulasi emosi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari mindfulness nonjudge terhadap regulasi emosi.
5. Dimensi mindfulness nonreact: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.171
dengan nilai signifikansi sebesar 0.087 (Sig.˃ 0.05), dengan demikian H05 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari mindfulness
67
nonreact terhadap regulasi emosi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari mindfulness nonreact terhadap regulasi emosi.
6. Dimensi religious collaborative: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.090
dengan nilai signifikansi sebesar 0.236 (Sig.˃ 0.05), dengan demikian H06 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari religious
collaborative terhadap regulasi emosi diterima. Artinya, tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari religious collaborative terhadap regulasi emosi.
7. Dimensi religious self-directed: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.147
dengan nilai signifikansi sebesar 0.061 (Sig.˃ 0.05), dengan demikian H07 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari religious self-
directed terhadap regulasi emosi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari religious self-directed terhadap regulasi emosi.
8. Dimensi religious deferring: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.047
dengan nilai signifikansi sebesar 0.576 (Sig.˃ 0.05), dengan demikian H08 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari religious
deferring terhadap regulasi emosi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari religious deferring terhadap regulasi emosi.
9. Dimensi attachment anxiety: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.032
dengan nilai signifikansi sebesar 0.694 (Sig.˃ 0.05), dengan demikian H09 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari attachment
anxiety terhadap regulasi emosi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari attachment anxiety terhadap regulasi emosi.
68
10. Dimensi attachment avoidance: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.042
dengan nilai signifikansi sebesar 0.582 (Sig.˃ 0.05), dengan demikian H10 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari attachment
avoidance terhadap regulasi emosi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari attachment avoidance terhadap regulasi emosi.
4.5 Proporsi Varians
Analisa untuk melihat penambahan proporsi varians sumbangan masing-masing
dimensi dan IV dalam mempengaruhi regulasi emosi jika dimasukkan satu persatu
dalam analisis regresi. Apabila nilai Sig˂ 0.05 maka dapat dikatakan sumbangan
tersebut signifikan. Sedangkan sumbangan varians yang diberikan dari masing-
masing dimensi dan IV dapat dilihat melalui R square change. Proporsi varians pada
regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Proporsi Varians Variabel Regulasi Emosi
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .065a .004 -.002 8.60934 .004 .634 1 148 .427
2 .372b .138 .127 8.03650 .134 22.851 1 147 .000
3 .438c .192 .175 7.80948 .054 9.671 1 146 .002
4 .466d .217 .195 7.71410 .025 4.633 1 145 .033
5 .493e .243 .217 7.60868 .027 5.046 1 144 .026
6 .508f .258 .227 7.56165 .015 2.797 1 143 .097
7 .525g .276 .240 7.49607 .018 3.513 1 142 .063
8 .527h .277 .236 7.51495 .001 .287 1 141 .593
9 .527i .278 .231 7.53939 .000 .087 1 140 .768
10 .528j .279 .227 7.55819 .002 .304 1 139 .582
o. Predictors: (Constant), Mindfulness Observe, Mindfulness Describe, Mindfulness Act,
Mindfulness Nonjudge, Mindfulness Nonreact, Religious Collaborative, Religious Self-
directed, Religious Deffering, Attachment Anxiety, Attachment Avoidance.
69
Berdasarkan output model summary regresi pada tabel di atas, dapat diketahui
proporsi varians sumbangan masing-masing dimensi dan IV terhadap DV. Secara
lebih rinci, berikut informasi yang dapat disampaikan:
1. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
mindfulness observe dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar 0.4%.
Pada model ini, mindfulness observe mempunyai sumbangan yang tidak
signifikan dengan nilai Sig. F-Change > 0.05 yaitu sebesar 0.427, dengan nilai
F-Change = 0.634, df1 = 1, df2 = 148.
2. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
mindfulness describe dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar
13.4%. Pada model ini, mindfulness describe mempunyai sumbangan yang
signifikan dengan nilai Sig. F-Change < 0.05 yaitu sebesar 0.000, dengan nilai
F-Change = 22.851, df1 = 1, df2 = 147.
3. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
mindfulness act dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar 5.4%. Pada
model ini, mindfulness act mempunyai sumbangan yang signifikan dengan nilai
Sig. F-Change < 0.05 yaitu sebesar 0.002, dengan nilai F-Change = 9.671, df1 =
1, df2 = 146.
4. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
mindfulness nonjudge dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar 2.5%.
Pada model ini, mindfulness nonjudge mempunyai sumbangan yang signifikan
dengan nilai Sig. F-Change < 0.05 yaitu sebesar 0.033, dengan nilai F-Change =
4.633, df1 = 1, df2 = 145.
70
5. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
mindfulness nonreact dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar 2.7%.
Pada model ini, mindfulness nonreact mempunyai sumbangan yang signifikan
dengan nilai Sig. F-Change < 0.05 yaitu sebesar 0.026, dengan nilai F-Change =
5.046, df1 = 1, df2 = 144.
6. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
religious collaborative dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar
1.5%. Pada model ini, religious collaborative tidak mempunyai sumbangan yang
signifikan dengan nilai Sig. F-Change > 0.05 yaitu sebesar 0.097, dengan nilai
F-Change = 2.797, df1 = 1, df2 = 143.
7. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
religious self-directed dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar 1.8%.
Pada model ini, religious self-directed tidak mempunyai sumbangan yang
signifikan dengan nilai Sig. F-Change ˃ 0.05 yaitu sebesar 0.063, dengan nilai
F-Change = 3.513, df1 = 1, df2 = 142.
8. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
religious deffering dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar 0.1%.
Pada model ini, religious deffering tidak mempunyai sumbangan yang signifikan
dengan nilai Sig. F-Change ˃ 0.05 yaitu sebesar 0.593, dengan nilai F-Change =
0.287, df1 = 1, df2 = 141.
9. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
attachment anxiety dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar 0.0%.
Pada model ini, attachment anxiety tidak mempunyai sumbangan yang
71
signifikan dengan nilai Sig. F-Change ˃ 0.05 yaitu sebesar 0.768, dengan nilai
F-Change = 0.087 , df1 = 1, df2 = 140.
10. Berdasarkan nilai R-Square Change, sumbangan yang diberikan oleh dimensi
attachment avoidance dalam mempengaruhi regulasi emosi adalah sebesar 0.2%.
Pada model ini, attachment avoidance tidak mempunyai sumbangan yang
signifikan dengan nilai Sig. F-Change ˃ 0.05 yaitu sebesar 0.582, dengan nilai
F-Change = 0.304, df1 = 1, df2 = 139.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua dimensi dari
sepuluh dimensi yang mempengaruhi perilaku regulasi emosi masa dewasa.
Keduanya adalah mindfulness describe dan mindfulness act.
72
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama dari mindfulness describe dan mindfulness act
terhadap regulasi emosi masa dewasa.
Kemudian setelah dianalisis lebih lanjut, hasil pengujian hipotesis
berdasarkan masing-masing dimensi secara terpisah menunjukkan bahwa dimensi
mindfulness describe, mindfulness act, mindfulness nonjudge, dan mindfulness
nonreact dari variabel mindfulness yang berpengaruh secara signifikan terhadap
regulasi emosi pada masa dewasa. Sementara itu satu dimensi pada mindfulness,
yaitu mindfulness observe dan dua dimensi lainnya dari religious coping strategies
yaitu, religious collaborative, religious self-directed, dan religious deferring, serta
dua dimensi pada attachment, yaitu attachment anxiety dan attachment avoidance
tidak memiliki pengaruh yang signifikan regulasi emosi masa dewasa.
Dari hasil diatas disimpulkan bahwa hanya terdapat dua dimensi atau aspek
yang memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap regulasi emosi,
sedangkan delapan dimensi lainnya tidak mempengaruhi regulasi emosi khususnya
pada penelitian ini dengan responden masa dewasa. Selanjutnya hasil pengujian
hipotesis berdasarkan masing-masing dimensi terpisah terdapat empat dimensi yang
signifikan.
73
5.2 Diskusi
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel mindfulness, religious
coping strategies, dan attachment terhadap regulasi emosi masa dewasa. Hasil
penelitian dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan
secara bersama-sama antara variabel mindfulness terhadap regulasi emosi masa
dewasa.
Kemudian peneliti melakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui dimensi
mana saja dari variabel mindfulness, dan religious coping strategies yang
memberikan pengaruh signifikan terhadap regulasi emosi. Berdasarkan hasil analisis
tersebut ditemukan bahwa dari masing-masing dimensi variabel mindfulness, yang
terdiri dari mindfulness observe, mindfulness describe, mindfuness act, mindfulness
nonjudge, mindfulness non react ditemukan dua variabel signifikan yang
mempengaruhi regulasi emosi yaitu mindfulness describe dan mindfuness act.
Sedangkan dalam variabel religious coping strategies yang dimensinya terdiri
dari tiga, yaitu dimensi religious collaborative, religious self-directed dan religious
deferring tidak mempengaruhi regulasi emosi. Selanjutnya untuk variabel attachment
yang terdiri dari dua dimensi yaitu attachment anxiety dan attachment avoidance
tidak memiliki signifikansi terhadap variabel regulasi emosi.
Dimensi mindfulness describe pada variabel mindfulness menunjukkan
bagaimana seseorang dapat menghadirkan sensasi, persepsi, pikiran, dan perasaan
untuk menjelaskan suatu hal, menggambarkan sesuatu. Pada variabel mindfulness
describe menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap regulasi emosi dan
memberi arah yang positif. Artinya seseorang yang mampu atau terbiasa
74
mengungkapkan, menjelaskan, dan menggambarkan baik persepsi, pandangan
maupun perasaan dalam kata-kata dapat lebih mudah mengendalikan keadaan
emosionalnya dalam arti lain lebih mudah memodifikasi perilaku emosionalnya. Hal
ini diharapkan agar emosi yang muncul dapat dikendalikan dan tidak berpengaruh
buruk terhadap diri sendiri maupun orang lain. Semakin terbiasa seseorang dalam
mengungkapkan pandangan, pikiran maupun persepsinya maka semakin baik pula
pengendalian emosinya.
Dimensi mindfulness act pada variabel mindfulness menunjukkan acting with
awareness, automatic pilot, concentration, or nondistraction yang berarti seseorang
yang dengan kesadaran penuh, fokus, dapat berkonsentrasi dengan baik, serta tidak
mudah terdistraksi. Lalu pada mindfulness act menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap regulasi emosi dan memberi arah yang positif hal ini
menunjukkan membiasakan diri untuk awareness dan fokus sehingga tidak dengan
mudah terdistraksi terhadap suatu hal dapat mendukung pengendalian emosi. Hal ini
diharapkan agar seseorang melatih tingkat kesadaran demi mendukung kontrol emosi
yang baik agar masalah-masalah yang diakibatkan oleh tingkat emosi yang tinggi
dapat teruraikan dengan membiasakan diri lebih fokus dan awareness dalam
kesehariannya. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya dari Mark Joseph Myers
(2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara mindfulness dengan regulasi
emosi sebesar 11,2 % namun tidak dijelaskan berapa sumbangan dari masing-masing
dimensi pada variabel.
Sedangkan jika dilihat dari sumbangan masing-masing dimensi dalam
pengaruhnya terhadap regulasi emosi, terdapat empat dimensi yang signifikan
75
terhadap regulasi emosi yaitu, mindfulness describe, mindfulness act, mindfulness
nonjudge, dan mindfulness nonreact.
Terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan pada penelitian regulasi
emosi yang mempengaruhi dalam proses penelitian dan pelaksanaan. Keterbatasan
pertama yaitu waktu yang singkat bagi peneliti dalam menyebarkan kuesioner
penelitian. Kedua yaitu item pernyataan yang banyak dalam kuesioner membuat
responden malas mengisi kuesioner dan tidak dengan sungguh-sungguh menjawab
pernyataan. Ketiga, kurangnya nilai rasa ingin membantu terhadap orang asing baik
ada atau tidaknya imbalan diberikan responden tidak peduli karena dengan mengisi
ataupun tidak, menurutnya tidak memberikan dampak.
5.3 Saran
Berdasarkan penulisan pada peneltian ini, peneliti memberikan beberapa saran untuk
bahan pertimbangan sebagai penyempurna peneliti selanjutnya yang serupa dengan
penelitian ini, dengan saran berupa teoritis dan praktis.
5.3.1 Saran teoritis
Hasil pada penelitian ini memberikan saran teoritis bagi penelitian selanjutnya. Saran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan temuan dalam penelitian, IV mempengaruhi variabel DV (regulasi
emosi) sebesar 27.9%. Sementara 72.1% sisanya merupakan faktor-faktor atau
variabel lain yang juga mempengaruhi regulasi emosi di luar dari bahasan dalam
penelitian ini. Secara teori, faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi emosi
selain dari yang peneliti teliti seperti pola asuh, goals kepribadian, dan sebagainya
76
sehingga penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti variabel tersebut yang
diduga mempengaruhi regulasi emosi.
2. Berdasarkan fakta penelitian seperti penentuan populasi yang kurang tersebar
merata serta pengambilan jumlah sampel yang sedikit yaitu hanya berjumlah 150
orang yang terdiri dari relawan yang ada di Jabodetabek, dapat dijadikan acuan
pada penelitian selanjutnya untuk lebih memperhatikan jumlah sampel dan
persebaran pada populasi sehingga diharapkan dapat hasil yang maksimal.
3. Berdasarkan data penelitian seperti waktu dan persebaran usia responden yaitu
usia 23-55 tahun kurang merata, pada penelitian selanjutnya diharapkan sebelum
menyebarkan kuesioner dapat memperhatikan data pada kuesioner dan targetnya
sehingga diharapkan dapat hasil yang lebih baik.
4. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak literatur dan
memfokuskan kepada peran mindfulness regulasi emosi dalam efeknya terhadap
variabel-variabel lain yang pengaruhnya signifikan dalam berbagai contoh
literatur yang berbeda sehingga didapatkan faktor-faktor yang benar-benar dapat
mempengaruhi regulasi emosi.
5.3.2 Saran Praktis
Hasil pada penelitian ini juga memberikan saran praktis dalam usaha mengendalikan
atau memodifikasi proses ataupun kondisi emosionalnya terkhususkan bagi yang
sudah dewasa. Saran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Secara garis besar kepada semua yang sedang dalam masa dewasa untuk lebih
aware (sadar) dalam mengerjakan segala hal, fokus dan tidak mudah terdistraksi
hal itu jia sudah menjadi habit dalam kehidupan, ketika suatu saat mengalami
77
keadaan emosional lebih bisa mengendalikan kondisi emosinya sehingga tidak
berdampak buruk akibat keadaan emosional yang sedang berlangsung.
2. Pentingnya pada masa dewasa untuk membiasakan mengungapkan ataupun
mengutarakan pendapat, menjelaskan sesuatu hal dengan kata-kata, membiasakan
diri menggambarkan berbagai pandangan kepada orang lain, hal ini sejurus
dengan hasil dalam penelitian ini yaitu seseorang yang lebih mudah
mengungkapkan ataupun menggambarkan sesuatu hal mengendalikan emosinya
lebih baik dibandingkan yang tidak.
3. Penyedia workshop, seminar motivasi, maupun profesi copy writing diharapakan
dapat mengadakan kegiatan-kegiatan atau membuat tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan kasus sekarang mengenai dampak emosi terhadap kehidupan
serta cara meregulasi emosi agar tida terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan
dengan menekankan pembelajaran dan aspek mindfulness dalam pola pembiasaan
menjalani kehidupan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Aflakseir, A., & Coleman, P. (2011). Initial development of the iranian religious
coping scale. Journal Mental Health, Vol 6.p.1-14.
Ainsworth, M. D. S. (1978). Patterns of attachment: A psychological study of the
strange situation. Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associates.
Armanto, Juni (2019). Istri gugat cerai, so what!.
https://indopos.co.id/read/2019/05/04/174066/istri-gugat-cerai-so-what
diakses pada 24 Juni 2019.
Baer, R. A., et al,. (2008). Construct validity of the five facet mindfulness
questionnaire in meditating and nonmeditating samples. Assessment, Vol
15(3).p. 329- 342.
Baer, R.A., Smith, G.T., Hopkins, J., Krietmeyer, J., & Toney, L. (2006). Using
self-report assessment methods to explore facets of mindfulness.
Assessment, Vol 13(1).p.27-45.
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes (2016). Peran keluarga
dukung kesehatan jiwa masyarakat.
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga
dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html diakses 10 Juli 2019 diakses pada 13
juli 2019.
Bishop, et al., (2004). Mindfulness : A proposed operational definition. Clinical
Psychology : Science & Practice, Vol 11 (3).p.230-241.
Bowlby, J. (1969). Attachment and loss. New York: Basic Books.
Bowlby, J. (1982). Attachment. New York: Basic Books.
Brennan, K. A., Clark, C. L., & Shaver, P.R. (1998). Self-report measurement of
adult romantic attachment: An intregrative overview. In J. A. Simpson & W.
S. Rholes (Eds.), Attachment theory and close relationship.New York:
Guilford Press.p.46-76.
Brenner, E.M., & Salovey, P. (1997). Emotional regulation during chilhood:
Developmental, interpersonal, and individual considerations. In P. Salovey
& D.J. Sluyter (Eds.). Emotional Development and Emotional
Intelligence: Educational Implications. New York: Harper Collins.p.168-
195.
79
Brisbon, N. M., & Lowery, G. A. (2011). Mindfulness and Levels of Stress: A
Comparison of Beginner and Advanced Hatha Yoga Practitioners. Journal of
Religion and Health, 50, 4, 931-941.
Brown, K.W., & Ryan, R.M. (2003). The benefit of being present : Mindfullness
and its role in psychological well-being. Journal of Personality & Social
Psychology, Vol 84(4).p.822-848.
Cassidy, J., & Phillip, R.S. (1999). Handbook of attachment: theory, research, and
clinical applications. London: The Guilford Press.
Corsini, K. C. (2009). Examining the relationship between religious coping
strategies, attachment beliefs and emotion regulation in a mixed sample of
college students attending an evangelical university in central virginia.
Lynchburg, Va: Liberty University.
Darwin, Charles. (1872). The expression of the emotions man and animals.
English: John Murray.
Davis, M.Daphne., & Hayes, A.Jeffrey. (2011). What are the benefits of
mindfulness ? a practice review of psychotherapy-related research.
Psychotherapy, Vol 48(2).p.198-208.
Goleman Daniel. (2002). Emotional intelligence (terjemahan). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.p.411-512.
Goleman, Daniel (2005) Kecerdasan emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi.,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. p.7
Gross, J. J. et al,. (2005). The tie that binds? Coherence among emotion
experience, behavior, and physiology. Emotion Vol (5).p.175-190.
Gross, J. J., & Feldman, B. L. (2011). Emotion generation and emotion regulation:
One or two depends on your point of view. Emotion Review, Vol 3(1).p.8- 16.
Gross, J. J., & Thompson, R. A. (2007). In J. J. Gross (Ed), Handbook of emotion
regulation. New York: Guilford.pp.3-24.
Gross, J.J. (1998) The emerging field of emotion regulation: An integrative
review. Review of General Psychology, Vol 3(3).p. 275.
Gross, J.J., & John, O.P. (2003). Individual differences in two emotion regulation
processes: Implications for affect, relationships, and well-being. Journal of
Personality and Social Psychology, Vol 85(2).p.348-362.
80
Hazan, C. & Shaver, P.R. (1994). Attachment as an organizational framework for
research on close relationship. USA: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Hazan, C. & Shaver, P.R. (1987). Romantic love conceptualized as an attachment
process. Journal of Personality and Social Pschology, Vol 52(3).p.511-524.
Hurlock, E. B. (1994). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.p.213
Ikhwanisifa (2008). Hubungan keteraturan shalat lima waktu dengan kemampuan
regulasi emosi pada lansia penderita jantung koroner. Skripsi. Medan:
Fakultas Psikologi.
Kabat-Zinn, J., & Schneider, P. (1997). Wherever you go there you are.
Contemporary Psychoanalysis, Vol 33(3).p.512.
Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York:
Springer Publishing Company.p.8-10.
Mikulincer, M., Shaver, P. R., & Pereg, D. (2003). Attachment Theory and Affect
Regulation: The Dynamics, Development, and Cognitive Consequences of
Attachment-Related Strategies. Motivation and Emotion, Vol 27(2).p.77-102.
Pargament, et al., (1990). God help me: (I): Religious coping efforts as predictors of
the outcomes to significant life events. American Journal of Community
Psychology, Vol 18.p.793-824.
Pargament, et al., (1992). God help me: (II): The relationship of religious
orientations to religious coping with negative life events. Journal for
Scientific Study of Religion, Vol 31(4).p.504.
Pargament, K. I. (1997). The psychology of religion and coping: Theory, research,
practice. New York: Guilford Press.p.1-14.
Pargament, K., Koenig, H., & Perez, L. (2000). The many methods of religious
coping: development and initial validation of the RCOPE. Journal Of
Clinical Psychology, Vol 56(4), 519-543.
Pargament, K; Margaret Feuille; Donna Burdzy. (2011). The Brief RCOPE: Current
psychometric status of a short measure of religious coping. Religions.
Molecular Diversity Preservation International.Pargament, K. I. Vol
2(1).p.51-76
Pepping, C. A., Davis, P. J., & O‟Donovan, A. (2013). Individual differences in
attachment and dispositional mindfulness: The mediating role of emotion
regulation.
81
Phan, K. L., & Sripada, C. S. (2013). Emotion regulation. In J. Armony & P.
Vuilleumier (Eds), The Cambridge handbook of human affective
neuroscience.New York: Cambridge University Press.p.378.
Rahma, Sulistya (2018). Kronologi pembunuhan satu keluarga di bekasi.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek
nasional/18/11/16/pia7ia409-ini-kronologi-pembunuhan-satu-keluarga-di-
bekasi diakses pada 3 Desember 2018.
Read, D. L., Clark, G. I., Rock, A. J., & Coventry, W. L. (2018). Adult attachment
and social anxiety: The mediating role of emotion regulation strategies. PLoS
One, Vol 13(12).
Regnerus, Mark., Smith, Christian., & Fritsch, Melissa. (2003). Religion in the lives
of American adolescents: A review of the literature. Chapel Hill, NC: The
National Study of Youth and Religion.p.42-46.
Robbins, Stephen P dan Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi, Jakarta:
Salemba Empat. p.315
Schottenbauer et al,.(2006). Religious coping research and contemporary personality
theory: an exploration of Endler‟s (1997) integrative personality
theory.p.299-519
Shaver, Phillip R. & Mikulincer, M. (2007). Attachment theory and research. Core
concepts, basic principles, conceptual bridges. Dalam Kruglanski, Arie. W. &
Higgins, E.Tory. Eds., Social Psychology Handbook of Basic Principles.
United State of America: The Guilford Press.
Skinner, E. A., & Zimmer-Gembeck, M. J. (2009). Coping and the development of
regulation. San Francisco: Jossey-Bass.
Thiruchselvan, R., Blechert, J., Sheppes, G., Rydstrom, A. & Gross, J.J. (2011). The
Temporal dynamics of emotion regulation: An eeg study of distraction and
reappraisal. Biological Psychology. Vol 87(1). p.84-92
Thompson, R, & Meyer, S. (2007). Socialization of emotion regulation in the family.
Dalam Gross, J. (Eds.), Handbook of Emotion Regulation. New York:
Guilford Thompson, M.p.249-268
Umar, J. (2012). Confirmatory Factor Analysis. Bahan Ajar Perkuliahan. Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
Ustadz Ammi Nur Baits (2013). 5 cara mengendalikan emosi dalam islam.
https://konsultasisyariah.com/18243-cara-mengendalikan-emosi-dalam-
islam.html diakses pada 13 juli 2019.
82
Way, B. M., Eisenberger, N. I., Lieberman, M. D., & Creswell, J. D. (2010).
Dispositional mindfulness and depressive Symptomatology: Correlations with
limbic and self-referential neural activity during rest. Emotion, p.12-24.
Webb, T. L., Miles, E., & Sheeran, P. (2012). Dealing with feeling: A meta-analysis
of the effectiveness of strategies derived from the process model of emotion
regulation. Psychological Bulletin, Vol (138).p.775-808.
Whittington, B.L. & Scher, S.J. (2010). Prayer and subjective well-being: An
examination of six different types of prayers. The International Journal of
Psychology of Religion, Vol (20).p.59-68.
Williams, J.Mark G., & Kabat-Zinn, Jon. (2011). Mindfulness: Diverse perspectives
on its meaning, origins, and multiple applications at the intersection of
science and dharma. Contemporary Buddhism, Vol 12(1).p. 1-18.
Ysseldyk, R., Matteson, K., Anisman, H. (2011). Coping with identity threat: The
role of religious orientation and implications for emotions and action
intentions. Psychology of Religious and Spirituality, p.132-148.
Zeidan, F., Johnson, S. K., Diamond, B. J., David, Z., & Goolkasian, P. (2010).
Mindfulness meditation improves cognition: Evidence of brief mental
training. Consciousness and Cognition, p.597-605.
Zimmer-Gembeck, M., & Skinner, E. (2011). Review: The development of coping
across childhood and adolescence: An integrative review and critique of
research. International Journal of Behavioral Development, p.1-17.
84
LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya Morita Oktaviana, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian “Studi tentang regulasi
emosi pada masa dewasa” untuk menyelesaikan tugas akhir saya sebagai persyaratan
mencapai gelar Sarjana Psikologi (S1). Berkaitan dengan hal tersebut, saya berharap
saudara/saudari bersedia menjadi partisipan penelitian saya dengan mengisi beberapa
pernyataan yang sesuai dengan keadaan saudara/saudari.
Dalam kuesioner ini, tidak ada jawaban benar atau salah, maka anda
dipersilahkan untuk menentukan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi
anda. Semua informasi yang diberikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk keperluan penelitian.
Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya saya mengucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
Peneliti
85
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPAN
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
Nama/ Inisial :
Jenis Kelamin : L / P*
Usia :
Sudah menikah/ belum menikah * :
*) Coret yang tidak perlu
Peneliti Partisipan
(Morita Oktaviana) ( )
86
PERNYATAAN PENELITIAN
Keterangan :
SS = Sangat Sesuai /Setuju
S = Sesuai /Setuju
TS = Tidak Sesuai /Setuju
STS = Sangat Tidak Sesuai /Setuju
SKALA 1 REGULASI EMOSI
NO Pernyataan
STS TS S SS
1 Ketika saya ingin merasakan lebih banyak emosi positif (seperti suka cita atau hiburan),
saya mengubah apa yang saya pikirkan.
2 Saya menyimpan emosi saya untuk diri saya sendiri
3 Ketika saya ingin emosi negatif (seperti kesedihan atau kemarahan), saya mengubah apa
yang saya pikirkan.
4 Ketika saya merasakan emosi positif, saya berhati-hati mengekspresikannya.
5 Ketika saya dihadapkan pada situasi yang penuh tekanan, saya tetap tenang sambil
memikirkan solusinya.
6 Saya mengendalikan emosi saya, dengan tidak mengungkapkannya.
7 Ketika saya ingin merasakan emosi yang lebih positif, saya mengubah cara saya berpikir
tentang sebuah situasi.
8 Saya mengendalikan emosi dengan mengubah cara berpikir saat menghadapi sebuah
situasi.
9 Ketika saya merasakan emosi negatif, saya pastikan untuk tidak mengungkapkannya.
10 Ketika saya ingin merasakan emosi yang kurang negatif, saya mengubah cara berpikir
tentang situasi.
SKALA 2 MINDFULNESS
NO Pernyataan
STS TS S SS
1 Ketika saya berjalan, saya sengaja melihat sensasi tubuh saya bergerak
2 Saya pandai menemukan kata-kata untuk menggambarkan perasaan saya
3 Saya mengkritik diri sendiri karena memiliki emosi yang tidak rasional atau tidak pantas
4 Saya merasakan perasaan atau emosi saya, tanpa harus bereaksi terhadapnya
5 Ketika saya melakukan sesuatu, pikiran saya melayang dan saya mudah terganggu.
6 Ketika saya mandi, saya tetap waspada terhadap sensasi air mengalir di tubuh saya
7 Saya bisa dengan mudah memasukkan kepercayaan, pendapat, dan harapan saya ke
dalam kata-kata.
8 Saya tidak memperhatikan apa yang saya lakukan karena saya melamun atau khawatir
9 Saya memperhatikan perasaan saya tanpa tersesat di dalamnya
10 Saya mengatakan pada diri sendiri bahwa saya seharusnya tidak merasakan apa yang saya
rasakan
11 Saya perhatikan bagaimana makanan dan minuman mempengaruhi pikiran dan emosi
12 Sulit bagi saya menemukan kata-kata untuk menggambarkan apa yang saya pikirkan
13 Saya mudah terganggu
14 Saya percaya beberapa pemikiran saya tidak normal atau buruk dan saya seharusnya tidak
berpikir begitu.
15 Saya memperhatikan sensasi, seperti angina di rambut saya atau sinar matahari di wajah
87
16 Saya kesulitan menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan saya
17 Saya membuat penilaian tentang apakah pikiran saya baik atau buruk
18 Saya merasa sulit untuk tetap fokus pada apa yang terjadi di masa sekarang
19 Ketika saya memiliki pikiran atau gambaran yang menyedihkan, saya “mundur” dan sadar
hal itu, tanpa diambil alih oleh pikiran atau gambaran itu
20 Saya mengamati suara, seperti suara detak jam, kicau burung, atau mobi lewat.
21 Dalam situasi sulit, saya bisa berhenti tanpa bereaksi
22 Ketika saya memiliki sensasi di tubuh saya, sulit bagi saya menggambarkannya karena
saya tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat
23 Sepertinya saya “berjalan secara otomatis” tanpa sadar tentang apa yang saya lakukan
24 Ketika saya memiliki pikiran/gambaran yang menyedihkan, saya merasa tenang segera
setelah itu.
25 Saya mengatakan pada diri sendiri bahwa saya seharusnya tidak berpikir seperti apa yang
saya pikirkan
26 Saya memperhatikan bau dan aroma benda-benda
27 Bahkan ketika saya merasa sangat kesal, saya menemukan cara untuk mengungkapkannya
28 Saya bergegas melakukan berbagai kegiatan tanpa benar-benar memperhatikannya
29 Ketika saya memiliki pikiran/gambaran yang menyusahkan, saya bisa memperhatikannya
tanpa bereaksi
30 Saya pikir beberapa emosi saya buruk atau tidak pantas dan seharusnya tidak
merasakannya
31 Saya melihat elemen visual dalam seni atau alam, seperti warna, bentuk, pola bayangan
32 Kecenderungan saya lebih senang memasukkan pengalaman saya ke dalam kata-kata
33 Ketika saya memiliki pikiran/gambaran yang menyedihkan, saya hanya
memperhatikannya sebentar, lalu membiarkannya pergi
34 Saya melakukan pekerjaan atau tugas secara otomatis tanpa menyadari apa yang
dikerjakan
35 Ketika saya memiliki pikiran/gambaran yang menyedihkan, saya menilai diri saya
baik/buruk, tergantung pemikiran/gambaran itu
36 Saya memperhatikan bagaimana emosi saya mempengaruhi pikiran dan perilaku saya
37 Saya biasanya bisa menggambarkan perasaan saya saat ini dengan sangat rinci
38 Saya menemukan diri saya melakukan sesuatu tanpa memperhatikannya
39 Saya tidak setuju dengan diri saya sendiri ketika saya memiliki ide-ide yang tidak rasional.
SKALA 3 RELIGIOUS COPING STRATEGIES
NO Pernyataan
STS TS S SS
1 Saya percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada saya.
2 Saya pernah mengalami peristiwa bukti cinta dan perhatian Tuhan kepada saya
3 Saya menyadari bahwa Tuhan sedang berusaha menguatkan saya.
4 Dalam menangani masalah, saya percaya Tuhan membantu saya.
5 Saya menyadari bahwa saya tidak perlu merasa menderita karena Tuhan selalu ada
bersama saya.
6 Saya menggunakan agama sebagai contoh bagaimana saya harus hidup
7 Saya mengambil kendali atas apa yang saya bisa dan memberikan sisanya kepada Tuhan.
8 Iman saya menunjukkan kepada saya berbagai cara untuk menangani masalah.
9 Menerima bahwa situasinya bukan di tangan saya tetapi di tangan Tuhan.
10 Saya menemukan pelajaran dari Tuhan dalam berbagai kejadian
11 Tuhan menunjukkan kepada saya bagaimana menghadapi situasi / masalah saat ini
12 Menggunakan iman saya untuk membantu saya memutuskan bagaimana mengatasi
masalah
13 Saya berusaha untuk tidak terlalu berdosa.
14 Saya mengakui dosa-dosa saya.
88
15 Saya mencoba memimpin kehidupan dengan lebih baik
16 Saya mendatangi tempat keagamaan atau berpartisipasi dalam kumpulan keagamaan
17 Saya mulai mengikuti atau berpartisipasi dalam kelompok keagamaan
18 Saya memberikan bantuan kepada anggota kumpulan/ke sesama
19 Saya merasa marah dengan Tuhan atau jauh dari Tuhan.
20 Saya merasa marah dengan atau jauh dari kumpulan keagamaan
21 Saya mempertanyakan kepercayaan dan keyakinan agama saya.
22 Saya mendapat dukungan dari kisah-kisah nabi / tokoh agama
23 Saya mendapat dukungan keagamaan dari kumpulan keagamaan atau rekan terdekat
24 Saya berharap ada keajaiban terjadi dalam hidup saya
25 Saya meminta kepada Tuhan untuk membuat segalanya lebih baik.
26 Dalam kehidupan, saya bertanya kepada Tuhan mengapa semua ini terjadi.
27 Saya berfokus pada dunia yang akan datang daripada masalah dunia ini.
28 Saya membiarkan Tuhan menyelesaikan masalah saya untuk saya.
29 Berdoa atau membaca (alkitab/al-qur’an) untuk menjaga pikiran saya dari masalah saya.
SKALA 4 ATTACHMENT
NO Pernyataan
STS TS S SS
1 Saya lebih suka tidak menunjukkan pada pasangan apa yang saya rasakan
2 Saya khawatir ditinggalkan.
3 Saya sangat nyaman dekat dengan pasangan
4 Saya sangat khawatir tentang hubungan saya.
5 Ketika pasangan saya mulai dekat dengan saya, saya menarik diri.
6 Saya khawatir bahwa pasangan tidak akan peduli dengan saya
7 Saya merasa tidak nyaman ketika pasangan romantis ingin menjadi sangat dekat.
8 Saya cukup khawatir tentang kehilangan pasangan saya.
9 Saya tidak merasa nyaman membuka diri/ berkeluh-kesah untuk pasangan .
10 Saya sering berharap bahwa perasaan pasangan saya terhadap saya sama kuatnya
11 Saya ingin menjadi dekat dengan pasangan saya, tetapi saya terus menarik kembali.
12 Saya gugup ketika teman dekat/ pasangan terlalu dekat dengan saya.
13 Saya merasa nyaman berbagi pikiran dan perasaan pribadi saya dengan pasangan.
14 Saya mencoba menghindari terlalu dekat dengan pasangan saya
15 Saya relatif mudah untuk dekat dengan pasangan saya
16 Saya merasa sulit untuk membiarkan diri saya bergantung pada pasangan.
17 Saya lebih suka tidak terlalu dekat dengan pasangan.
18 Saya memberi tahu pasangan saya tentang segala hal
19 Saya biasanya mendiskusikan masalah dan kekhawatiran saya dengan pasangan
20 Saya merasa nyaman bergantung pada pasangan
21 Saya tidak keberatan meminta saran atau bantuan dari pasangan.
22 Saat butuh sesuatu, orang pertama yang saya hubungi yaitu pasangan saya.
23 Saya berbagi cerita dengan pasangan saya untuk banyak hal, termasuk kenyamanan dan
kepastian.
89
LAMPIRAN 2
Syntax dan Path Diagram CFA
Regulasi Emosi sebelum dimodifikasi
UJI VALIDITAS KONSTRUK REGULASI EMOSI DA NI=10 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=EmotionRegulationAwal.cor MO NX=10 NK=1 PH=ST TD=SY LK EMOTIONREGULATION FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX
10 1 PD OU SS TV MI
90
Regulasi Emosi setelah dimodifikasi
UJI VALIDITAS KONSTRUK REGULASI EMOSI DA NI=10 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=EmotionRegulation.cor MO NX=10 NK=1 PH=ST TD=SY LK EMOTIONREGULATION FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX
10 1 FR TD 10 9 TD 9 7 TD 9 3 TD 10 6 TD 10 7 TD 8 6 TD 6 2 TD 3 1 TD 10
1 TD 5 4 TD 4 1 PD FR OU SS TV MI
91
Mindfulness Observe
UJI VALIDITAS KONSTRUK MINDFULNESS OBSERVE DA NI=8 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=MindfulnessObserve.cor MO NX=8 NK=1 PH=ST TD=SY LK MINDFULNESSOBSERVE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 5 2 TD 6 2 TD 8 7 TD 6 1 TD 6 4 PD OU SS TV MI
92
Mindfulness Describe
UJI VALIDITAS KONSTRUK MINDFULNESS DESCRIBE DA NI=8 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=MindfulnessDescribe.cor MO NX=8 NK=1 PH=ST TD=SY LK MINDFULNESS DESCRIBE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 7 6 TD 8 7 TD 7 4 TD 8 6 TD 6 1 TD 6 5 TD 5 2 TD 7 1 PD OU SS TV MI
93
Mindfulness Act
UJI VALIDITAS KONSTRUK MINDFULNESS ACT DA NI=8 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=MindfulnessAct.cor MO NX=8 NK=1 PH=ST TD=SY LK MINDFULNESS ACT FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 7 3 TD 8 6 TD 7 6 TD 5 1 TD 4 3 TD 8 3 TD 8 7 TD 5 2 TD 2 1 PD OU SS TV MI
94
Mindfulness Nonjudge
UJI VALIDITAS KONSTRUK MINDFULNESS NONJUDGE DA NI=8 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=MindfulnessNonjudge.cor MO NX=8 NK=1 PH=ST TD=SY LK MINDFULNESS NONJUDGE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 8 5 TD 4 1 TD 5 3 PD OU SS TV MI
95
Mindfulness Nonreact
UJI VALIDITAS KONSTRUK MINDFULNESS NONREACTN DA NI=7 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 PM SY FI=Mindfulnessnonreactn.cor MO NX=7 NK=1 PH=ST TD=SY LK MINDFULNESS NONREACTN FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 FR TD 4 1 TD 3 2 PD OU SS TV MI
96
Religious Collaborative
UJI VALIDITAS KONSTRUK COLLABORATIVE DA NI=14 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 PM SY FI=Collaborative.cor MO NX=14 NK=1 PH=ST TD=SY LK COLLABORATIVE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX
10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 FR TD 14 13 TD 4 2 TD 12 11 TD 5 4 TD 12 3 TD 5 3 TD 10 5 TD 14 11
TD 6 2 TD 14 4 TD 10 4 TD 8 7 TD 8 6 TD 10 7 TD 6 5 TD 14 6 TD 12 8
TD 12 7 TD 11 6 TD 13 7 TD 14 7 TD 13 6 TD 13 1 TD 4 1 TD 2 1 TD 5 1
TD 4 3 TD 3 2 TD 10 3 TD 12 4 TD 11 2 TD 12 9 TD 7 4 TD 14 1 TD 7 5 PD OU SS TV MI
97
Religious Self-directed
UJI VALIDITAS KONSTRUK RELIGIOUS SELFDIRECTED DA NI=6 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=ReligiousSelfdirected.cor MO NX=6 NK=1 PH=ST TD=SY ME=UL LK RELIGIOUS SELFDIRECTED FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 6 5 TD 5 4 TD 4 2 TD 6 4 TD 5 2 TD 6 2 TD 2 1 TD 5 1 PD OU SS TV MI
98
Religious Deffering
UJI VALIDITAS KONSTRUK RELIGIOUS DEFFERING DA NI=9 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 PM SY FI=ReligiousDeffering.cor MO NX=9 NK=1 PH=ST TD=SY LK RELIGIOUS DEFFERING FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR TD 8 7 TD 6 5 TD 9 6 TD 7 1 TD 6 1 TD 9 1 TD 5 4 TD 9 4 TD 3 2 PD OU SS TV MI
99
Attachment Anxiety
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTACHMENT ANXIETY DA NI=18 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 PM SY FI=Attachmentanxiety.cor MO NX=18 NK=1 PH=ST TD=SY ME=UL LK ATTACHMENTANXIETY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX
10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 FR TD 9 7 TD 5 2 TD 8 3 TD 6 4 TD 17 4 TD 7 3 TD 9 3 TD 13 7 TD 8 4
TD 10 4 TD 4 3 TD 4 1 TD 6 1 TD 12 1 TD 18 5 TD 13 5 TD 16 10 TD 17
3 TD 18 6 TD 15 6 TD 18 8 TD 8 7 TD 9 8 TD 11 2 TD 15 11 TD 10 2 TD
10 5 TD 6 3 TD 7 6 TD 7 4 TD 11 9 TD 6 2 TD 15 2 TD 15 5 TD 14 12 TD
17 12 TD 14 8 TD 16 1 TD 16 4 TD 9 4 TD 9 6 TD 9 1 TD 7 1 TD 15 8 TD
15 4 TD 14 4 TD 18 12 TD 12 9 TD 18 2 TD 14 11 TD 17 14 TD 7 2 TD 14
7 TD 7 5 TD 5 3 TD 3 2 TD 9 2 TD 5 4 TD 9 5 TD 4 2 TD 6 5 TD 8 5 TD
8 2 TD 10 9 PD OU SS TV MI
100
Attachment Avoidance
UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTACHMENT AVOIDANCE DA NI=5 NO=150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 PM SY FI=AttachmentAvoidance.cor MO NX=5 NK=1 PH=ST TD=SY LK ATTACHMENT AVOIDANCE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 3 2 PD OU SS TV MI
101
LAMPIRAN 3
Output Deskriptif dan Regresi
Lampiran Regresi
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed
Method
1 TMindfulness_observeb . Enter
2 TMindfulness_Describeb . Enter
3 TMindfulness_Actb . Enter
4 TMindfulness_NonJudgeb . Enter
5 TMindfulness_NonReactb . Enter
6 TReligious_Collaborativeb . Enter
7 TReligious_SelfDirectedb . Enter
8 TReligious_Defferingb . Enter
a. Dependent Variable: TRegulasi_Emosi b. All requested variables entered.
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed
Method
1 2
TReligious_Collaborative, TMindfulness_observe, TMindfulness_Act, TMindfulness_Describe, TReligious_SelfDirected, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Deffering
b
TAttachment_Anxiety
. Enter
TAttachment_Avoidanceb . Enter
a. Dependent Variable: TRegulasi_Emosi b. All requested variables entered.
102
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F Change
1 ,065a ,004 -,002 8,60934 ,004 ,634 1 148 ,427
2 ,372b ,138 ,127 8,03650 ,134 22,851 1 147 ,000
3 ,438c ,192 ,175 7,80948 ,054 9,671 1 146 ,002
4 ,466d ,217 ,195 7,71410 ,025 4,633 1 145 ,033
5 ,493e ,243 ,217 7,60868 ,027 5,046 1 144 ,026
6 ,508f ,258 ,227 7,56165 ,015 2,797 1 143 ,097
7 ,525g ,276 ,240 7,49607 ,018 3,513 1 142 ,063
8 ,527h ,277 ,236 7,51495 ,001 ,287 1 141 ,593
a. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe b. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe c. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act d. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge e. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact f. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Collaborative g. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Collaborative, TReligious_SelfDirected h. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Collaborative, TReligious_SelfDirected, TReligious_Deffering i. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Collaborative, TReligious_SelfDirected, TReligious_Deffering, TAttachment_Anxiety
Model Summary
Mode
l
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,527a ,277 ,236 7,51495 ,277 6,760 8 141 ,000
2 ,527b ,278 ,231 7,53939 ,000 ,087 1 140 ,768
3 ,528c ,279 ,227 7,55819 ,002 ,304 1 139 ,582
a. Predictors: (Constant), TAttachment_Anxiety, TReligious_Collaborative, TMindfulness_observe,
TMindfulness_Act, TMindfulness_Describe, TReligious_SelfDirected, TMindfulness_NonJudge,
TMindfulness_NonReact, TReligious_Deffering
b. Predictors: (Constant), TAttachment_Anxiety, TReligious_Collaborative, TMindfulness_observe,
TMindfulness_Act, TMindfulness_Describe, TReligious_SelfDirected, TMindfulness_NonJudge,
TMindfulness_NonReact, TReligious_Deffering, TAttachment_Avoidance
103
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 47,025 1 47,025 ,634 ,427b
Residual 10969,862 148 74,121
Total 11016,886 149
2
Regression 1522,853 2 761,427 11,789 ,000c
Residual 9494,033 147 64,585 Total 11016,886 149
3
Regression 2112,641 3 704,214 11,547 ,000d
Residual 8904,246 146 60,988 Total 11016,886 149
4
Regression 2388,333 4 597,083 10,034 ,000e
Residual 8628,553 145 59,507 Total 11016,886 149
5
Regression 2680,429 5 536,086 9,260 ,000f
Residual 8336,457 144 57,892 Total 11016,886 149
6
Regression 2840,363 6 473,394 8,279 ,000g
Residual 8176,523 143 57,178 Total 11016,886 149
7
Regression 3037,763 7 433,966 7,723 ,000h
Residual 7979,123 142 56,191 Total 11016,886 149
8
Regression 3053,983 8 381,748 6,760 ,000i
Residual 7962,903 141 56,474
Total 11016,886 149 a. Dependent Variable: TRegulasi_Emosi b. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe c. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe d. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act e. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge f. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact g. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Collaborative h. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Collaborative, TReligious_SelfDirected i. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Collaborative, TReligious_SelfDirected, TReligious_Deffering j. Predictors: (Constant), TMindfulness_observe, TMindfulness_Describe, TMindfulness_Act, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Collaborative, TReligious_SelfDirected, TReligious_Deffering, TAttachment_Anxiety
104
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 3053,983 8 381,748 6,760 ,000b
Residual 7962,903 141 56,474
Total 11016,886 149
2 3
Regression 3058,954 9 339,884 5,979 ,000c
Residual 7957,932 140 56,842
Total 11016,886 149 Regression 3076,333 10 307,633 5,385 ,000
d
Residual 7940,553 139 57,126
Total 11016,886 149 a. Dependent Variable: TRegulasi_Emosi b. Predictors: (Constant), TAttachment_Anxiety, TReligious_Collaborative, TMindfulness_observe, TMindfulness_Act, TMindfulness_Describe, TReligious_SelfDirected, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Deffering c. Predictors: (Constant), TAttachment_Anxiety, TReligious_Collaborative, TMindfulness_observe, TMindfulness_Act, TMindfulness_Describe, TReligious_SelfDirected, TMindfulness_NonJudge, TMindfulness_NonReact, TReligious_Deffering, TAttachment_Avoidance
105
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 46,823 4,050 11,561 ,000
TMindfulness_observe ,064 ,080 ,065 ,797 ,427
2 (Constant) 33,760 4,665 7,237 ,000
TMindfulness_observe -,098 ,082 -,101 -1,201 ,232 TMindfulness_Describe ,423 ,088 ,402 4,780 ,000
3
(Constant) 19,239 6,508 2,956 ,004
TMindfulness_observe -,043 ,081 -,044 -,530 ,597 TMindfulness_Describe ,433 ,086 ,412 5,037 ,000 TMindfulness_Act ,225 ,072 ,239 3,110 ,002
4
(Constant) 30,225 8,209 3,682 ,000
TMindfulness_observe -,044 ,080 -,045 -,546 ,586 TMindfulness_Describe ,340 ,096 ,323 3,556 ,001 TMindfulness_Act ,303 ,080 ,322 3,781 ,000 TMindfulness_NonJudge -,203 ,094 -,205 -2,152 ,033
5
(Constant) 41,936 9,630 4,355 ,000
TMindfulness_observe ,063 ,092 ,065 ,679 ,499 TMindfulness_Describe ,316 ,095 ,300 3,334 ,001 TMindfulness_Act ,255 ,082 ,271 3,118 ,002 TMindfulness_NonJudge -,257 ,096 -,260 -2,677 ,008 TMindfulness_NonReact -,215 ,096 -,223 -2,246 ,026
6
(Constant) 33,909 10,706 3,167 ,002
TMindfulness_observe ,070 ,092 ,072 ,757 ,451 TMindfulness_Describe ,294 ,095 ,280 3,095 ,002 TMindfulness_Act ,253 ,081 ,270 3,117 ,002 TMindfulness_NonJudge -,216 ,099 -,218 -2,189 ,030 TMindfulness_NonReact -,195 ,096 -,202 -2,031 ,044 TReligious_Collaborative ,115 ,069 ,130 1,672 ,097
7
(Constant) 25,244 11,576 2,181 ,031
TMindfulness_observe ,043 ,092 ,044 ,465 ,643 TMindfulness_Describe ,294 ,094 ,279 3,116 ,002 TMindfulness_Act ,300 ,084 ,320 3,560 ,001 TMindfulness_NonJudge -,206 ,098 -,208 -2,102 ,037 TMindfulness_NonReact -,180 ,096 -,187 -1,882 ,062 TReligious_Collaborative ,099 ,069 ,112 1,442 ,151 TReligious_SelfDirected ,144 ,077 ,149 1,874 ,063
8
(Constant) 23,281 12,170 1,913 ,058
TMindfulness_observe ,034 ,094 ,035 ,357 ,722
TMindfulness_Describe ,285 ,096 ,271 2,981 ,003
TMindfulness_Act ,303 ,085 ,322 3,572 ,000
TMindfulness_NonJudge -,195 ,100 -,197 -1,942 ,054
TMindfulness_NonReact -,168 ,098 -,174 -1,711 ,089
TReligious_Collaborative ,085 ,074 ,095 1,135 ,258
TReligious_SelfDirected ,147 ,077 ,152 1,907 ,059
TReligious_Deffering ,044 ,081 ,047 ,536 ,593
a. Dependent Variable: TRegulasi_Emosi
106
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B Std. Error
Beta
1
(Constant) 23,281 12,170 1,913 ,058
TMindfulness_observe ,034 ,094 ,035 ,357 ,722
TMindfulness_Describe ,285 ,096 ,271 2,981 ,003
TMindfulness_Act ,303 ,085 ,322 3,572 ,000
TMindfulness_NonJudge -,195 ,100 -,197 -1,942 ,054
TMindfulness_NonReact -,168 ,098 -,174 -1,711 ,089
TReligious_Collaborative ,085 ,074 ,095 1,135 ,258
TReligious_SelfDirected ,147 ,077 ,152 1,907 ,059
TReligious_Deffering ,044 ,081 ,047 ,536 ,593
(Constant) 21,334 13,871 1,538 ,126
2 3
TMindfulness_observe ,028 ,096 ,029 ,289 ,773
TMindfulness_Describe ,287 ,096 ,273 2,983 ,003
TMindfulness_Act ,307 ,087 ,327 3,552 ,001
TMindfulness_NonJudge -,187 ,104 -,189 -1,806 ,073
TMindfulness_NonReact -,167 ,099 -,173 -1,691 ,093
TReligious_Collaborative ,086 ,075 ,097 1,153 ,251
TReligious_SelfDirected ,146 ,078 ,151 1,877 ,063
TReligious_Deffering ,049 ,084 ,054 ,588 ,558
TAttachment_Anxiety ,024 ,080 ,025 ,296 ,768
(Constant) 23,942 14,687 1,630 ,105
TMindfulness_observe ,031 ,097 ,032 ,322 ,748
TMindfulness_Describe ,288 ,096 ,273 2,982 ,003
TMindfulness_Act ,301 ,088 ,320 3,427 ,001
TMindfulness_NonJudge -,201 ,107 -,203 -1,880 ,062
TMindfulness_NonReact -,171 ,099 -,178 -1,724 ,087
TReligious_Collaborative ,090 ,075 ,101 1,190 ,236
TReligious_SelfDirected ,147 ,078 ,152 1,886 ,061
TReligious_Deffering ,047 ,084 ,051 ,561 ,576
TAttachment_Anxiety ,032 ,081 ,034 ,394 ,694
TAttachment_Avoidance -,042 ,077 -,046 -,552 ,582
a. Dependent Variable: TRegulasi_Emosi