PENGARUH LINGKUNGAN PENGENDALIAN, PENILAIAN RISIKO,
KEGIATAN PENGENDALIAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN
PEMANTAUAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH PADA INSPEKTORAT DAERAH PROVINSI
KEPULAUAN RIAU, INSPEKTORAT DAERAH KOTA
TANJUNGPINANG, INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN BINTAN
Ulvi Anindya Putri
110462201037
Dosen Pembimbing:
Myrna Sofia, SE, M.Si
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi
dan pemantauan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah
Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota
Tanjungpinang, Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan. Responden dalam
penelitian ini adalah auditor. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 53 responden
dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 responden. Metode
pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner dan teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik sampling jenuh. Pengujian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji validitas, uji reabilitas, uji asumsi klasik, analisa regresi berganda,
analisa korelasi pearson, uji F, uji t serta koefisien determinasi. Dari hasil penelitian
diperoleh kegiatan pengendalian dan pemantauan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Sedangkan lingkungan
pengendalian, penilaian risiko dan informasi dan komunikasi tidak berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Kata kunci: Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian,
Informasi Dan Komunikasi, Pemantauan, Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
A. LATAR BELAKANG
Rendahnya kualitas laporan keuangan dapat disebabkan oleh pemahaman
mengenai pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah daerah berdasarkan
karakteristik laporan keuangan agar bisa menghasilkan laporan keuangan yang
akurat dan handal sehinga bisa menciptakan tata pemerintahan yang baik (good
governance) menuju tercapainya pemerintahan yang bersih (clean goverment).
Laporan keuangan disajikan secara wajar berdasrkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pedoman
penyusunan laporan keuangan menggunakan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Menurut Bastian (2014:18), audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan
mencakup penentuan apakah informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan, entitas yang diaudit telah mematuhi persyaratan
kepatuhan terhadap peraturan keuangan tertentu, sistem pengendalian internal
instansi tersebut baik terhadap laporan keuangan maupun terhadap pengamanan
kekayaannya telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai
tujuan pengendalian.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2014:319), Pengendalian intern
adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan
personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu : keandalan pelaporan keuangan, efektivitas
dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sebagaimana
tercantum dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah setidak-
tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan (Yuliani dkk, 2010).
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah :
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi oleh pemerintah daerah selama satu periode
pelaporan.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki:
1). Relevan
2). Andal
3). Dapat Dibandingkan
4). Dapat dipahami
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010
menyebutkan bahwa tujuan penyusunan laporan keuangan pemerintah seharusnya
menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan
menunujukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya, dengan :
1). Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
2). Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan.
3). Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
4). Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5). Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman.
6). Menyediakan informasi mengenai posisi perubahan keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Sistem Pengendalian Internal
Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 “Sistem Pengendalian
Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.
Unsur-unsur SPIP terdiri sebagai berikut :
1). Lingkungan pengendalian
2). Penilaian risiko
3). Kegiatan pengendalian
4). Informasi dan komunikasi
5). Pemantauan
Menurut Bastian (2014:260-261), dalam memperoleh pemahaman atas
struktur pengendalian internal, auditor menggunakan tiga macam prosedur audit,
yaitu :
1). Mewawancarai personel dinas/instansi yang berkaitan dengan unsur struktur
pengendalian.
2). Melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan.
3). Melakukan pengamatan atas kegiatan organisasi.
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara,
keandalan pelaporan keuangan, pengamatan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
1. Lingkungan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Internal dalam lingkungan kerjanya.
2. Penilaian Risiko
Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan Instansi Pemeritah dapat
menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan,
dengan berpedoman pada peratutan perundang-undangan.
3. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dari sifat dan tugas dan
fungsi yang bersangkutan.
4. Informasi dan Komunikasi
Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat.
Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif.
5. Pemantauan
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem
Pengendalian Internal.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner dan studi pustaka. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
berupa pernyataan yang harus diisi oleh responden. Penelitian ini dilakukan melalui
studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji
serta menelaah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-
undangan, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki
hubungan dengan masalah yang diteliti. Metode analisisnya menggunakan bantuan
aplikasi SPSS 21.
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:115).
b. Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh
populasi dan dipilih secara hati-hati dari populasi tersebut. Ketika peneliti
melakukan penarikan sampel, peneliti tentunya merasa tertarik dalam
mengestimasi satu atau lebih nilai-nilai populasi atau menguji satu atau lebih
hipotesis statistik (Ikhsan, 2010:118). Teknik pengambilan sampelnya
menggunakan Sampling Jenuh.
2. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
a. Menurut Suharsimi (2006:168) dalam Sunyoto (2011:69), validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahigan
sesuatu instrument.
b. Menurut Suharsimi (2006) dalam Sunyoto (2011:70), reabilitas menunjukkan
pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah
baik.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut (Priyatno, 2010:71), uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan
untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis
menggunakan metode parametik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi,
yaitu data berasal dari distribusi yang normal.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut (Ghozali, 2013:105), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama
dengan nilai VIF > 0,10.
c. Uji Heteroskedatisitas
Menurut (Priyatno, 2010:83-84), heteroskedastisitas adalah keadaan di mana
terjadi ketidaksamaan varian dan residual untuk semua pengamatan pada model
regresi. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi.
4. Analisa regresi linier berganda
Menurut Priyatno (2010:61), Analisis ini untuk memprediksikan nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif. Persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
5. Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen :
Lingkungan Pengendalian (X1), Penilaian Risiko (X2), Kegiatan Pengendalian (X3),
Informasi dan Komunikasi (X4), Pemantauan (X5) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen : Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (Y). Tingkat signifikan menggunakan 0,05 (α = 5%).
b. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
independen : Lingkungan Pengendalian (X1), Penilaian Risiko (X2), Kegiatan
Pengendalian (X3), Informasi dan Komunikasi (X4), Pemantauan (X5) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen : Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Y). Tingkat signifikan menggunakan 0,05 (α = 5%).
c. Uji Koefisien Determinasi
Menurut (Priyatno, 2010:66), Koefisien ini menunjukkan seberapa besar
persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variai variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikit
pun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen yang
digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikit pun variasi variabel dependen.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengujian Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid dan tidak validnya suatu
kuesioner. Keusioner dikatakan valid jika kuesioner mampu mengungkapkan suatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk menentukan valid tidaknya
kuesioner apabila Corrected Item Total Correlation > r tabel (n-2). Pengujian
validitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Hasil Pengujian Validitas Variabel X1
Pertanyaan Corrected Item-
Total Correlation r tabel Keterangan
Item 1 0,592 0,2845 Valid
Item 2 0,312 0,2845 Valid
Item 3 0,755 0,2845 Valid
Item 4 0,674 0,2845 Valid
Item 5 0,613 0,2845 Valid
Item 6 0,532 0,2845 Valid
Item 7 0,710 0,2845 Valid
Hasil Pengujian Validitas Variabel X2
Pertanyaan Corrected Item-
Total Correlation r tabel Keterangan
Item 1 0,462 0,2845 Valid
Item 2 0,553 0,2845 Valid
Item 3 0,656 0,2845 Valid
Item 4 0,337 0,2845 Valid
Item 5 0,411 0,2845 Valid
Hasil Pengujian Validitas Variabel X3
Pertanyaan Corrected Item-
Total Correlation r tabel Keterangan
Item 1 0,512 0,2845 Valid
Item 2 0,559 0,2845 Valid
Item 3 0,465 0,2845 Valid
Item 4 0,511 0,2845 Valid
Item 5 0,809 0,2845 Valid
Item 6 0,707 0,2845 Valid
Item 7 0,738 0,2845 Valid
Item 8 0,718 0,2845 Valid
Hasil Pengujian Validitas Variabel X4
Pertanyaan Corrected Item-
Total Correlation r tabel Keterangan
Item 1 0,800 0,2845 Valid
Item 2 0,672 0,2845 Valid
Item 3 0,590 0,2845 Valid
Hasil Pengujian Validitas Variabel X5
Pertanyaan Corrected Item-
Total Correlation r tabel Keterangan
Item 1 0,446 0,2845 Valid
Item 2 0,416 0,2845 Valid
Item 3 0,523 0,2845 Valid
Hasil Pengujian Validitas Variabel Y
Pertanyaan Corrected Item-
Total Correlation r tabel Keterangan
Item 1 0,710 0,2845 Valid
Item 2 0,499 0,2845 Valid
Item 3 0,758 0,2845 Valid
Item 4 0,792 0,2845 Valid
Item 5 0,723 0,2845 Valid
Item 6 0,725 0,2845 Valid
Item 7 0,687 0,2845 Valid
Item 8 0,779 0,2845 Valid
Item 9 0,643 0,2845 Valid
Item 10 0,781 0,2845 Valid
Item 11 0,674 0,2845 Valid
Item 12 0,781 0,2845 Valid
Item 13 0,465 0,2845 Valid
Pengujian Reabilitas
Suatu alat pengukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu
gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi,
alat yang reliabel secara konsisten memberikan hasil ukuran yang sama. Metode uji
reliabilitas dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode Cronbach’s alpha.
Menurut Priyatno (2010:30), pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas sebagai
berikut:
Cronbach’s alpha < 0,6 = Reliabilitas buruk
Cronbach’s alpha 0,6 - 0,79 = Reliabilitas diterima
Cronbach’s alpha 0,8 = Reliabilitas baik
Hasil Uji Reliabilitas No. Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
1 Lingkungan Pengendalian 0,841 Reliabilitas Baik
2 Penilaian Risiko 0,721 Reliabilitas Diterima
3 Kegiatan Pengendalian 0,865 Reliabilitas Baik
4 Informasi dan Komunikasi 0,823 Reliabilitas Baik
5 Pemantauan 0,650 Reliabilitas Diterima
6 Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah 0,921 Reliabilitas Baik
UJI ASUMSI KLASIK
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas harus dilakukan sebelum data yang digunakan dalam
penelitian diuji lebih lanjut. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji Lilliefors
dengan melihat nilai pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dinyatakan
berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (Priyatno, 2010:71).
Hasil pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 X3 X4 X5 Y Unstand
ardized
Residual
N 48 48 48 48 48 48 48
Normal
Parametersa,
b
Mean 29,9167 22,2708 33,2708 12,6250 13,7500 60,4375 ,000000
0
Std.
Deviation
2,84218 2,27605 3,55946 1,39337 1,43660 4,92456 3,75694
874
Most
Extreme
Differences
Absolute ,146 ,260 ,223 ,319 ,329 ,203 ,125
Positive ,146 ,257 ,223 ,319 ,201 ,177 ,068
Negative -,091 -,260 -,092 -,181 -,329 -,203 -,125
Kolmogorov-Smirnov
Z
1,010 1,800 1,544 2,210 2,277 1,405 ,867
Asymp. Sig. (2-tailed) ,259 ,003 ,017 ,000 ,000 ,039 ,440
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation
Factor (VIF).
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
X1 ,470 2,127
X2 ,962 1,039
X3 ,370 2,703
X4 ,481 2,079
X5 ,878 1,139
Cara untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolineritas dengan melihat
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Jika nilai Tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance
< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:105).
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Prasyarat yang harus
terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Jika signifikansi < 0,05 artinya tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Pada
penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode
Spearman’s Rho.
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Metode Spearman’s Rho
Selain dengan metode Spearman’s Rho uji heteroskedatisitas dapat juga
dilihat dengan melihat penyebaran titik-titik pada gambar Scattterplot untuk
melihat grafik Scattterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Hasilnya diperoleh seperti gambar dibawah
ini:
Correlations
X1 X2 X3 X4 X5 Unstandardize
d Residual
S
P
E
A
R
M
A
N
'
S
R
H
O
X1
Correlation Coefficient 1,000 -,166 ,675** ,597** ,282 ,071
Sig. (2-tailed) . ,260 ,000 ,000 ,052 ,630
N 48 48 48 48 48 48
X2
Correlation Coefficient -,166 1,000 -,118 -,139 -,022 ,010
Sig. (2-tailed) ,260 . ,425 ,344 ,879 ,944
N 48 48 48 48 48 48
X3
Correlation Coefficient ,675** -,118 1,000 ,690** ,279 ,146
Sig. (2-tailed) ,000 ,425 . ,000 ,055 ,322
N 48 48 48 48 48 48
X4
Correlation Coefficient ,597** -,139 ,690** 1,000 ,348* ,154
Sig. (2-tailed) ,000 ,344 ,000 . ,015 ,297
N 48 48 48 48 48 48
X5
Correlation Coefficient ,282 -,022 ,279 ,348* 1,000 ,071
Sig. (2-tailed) ,052 ,879 ,055 ,015 . ,631
N 48 48 48 48 48 48
Unstanda
rdized
Residual
Correlation Coefficient ,071 ,010 ,146 ,154 ,071 1,000
Sig. (2-tailed) ,630 ,944 ,322 ,297 ,631 .
N 48 48 48 48 48 48
d. Analisa Korelasi Pearson
Hasil Pengujian Analisa Korelasi Pearson
Correlations
X1 X2 X3 X4 X5 Y
X1
Pearson Correlation 1 -,190 ,711** ,583** ,250 -,063
Sig. (2-tailed) ,195 ,000 ,000 ,086 ,672
N 48 48 48 48 48 48
X2
Pearson Correlation -,190 1 -,125 -,122 -,024 -,037
Sig. (2-tailed) ,195 ,398 ,410 ,869 ,801
N 48 48 48 48 48 48
X3
Pearson Correlation ,711** -,125 1 ,699** ,301* -,230
Sig. (2-tailed) ,000 ,398 ,000 ,038 ,115
N 48 48 48 48 48 48
X4
Pearson Correlation ,583** -,122 ,699** 1 ,335* ,059
Sig. (2-tailed) ,000 ,410 ,000 ,020 ,693
N 48 48 48 48 48 48
X5
Pearson Correlation ,250 -,024 ,301* ,335* 1 ,464**
Sig. (2-tailed) ,086 ,869 ,038 ,020 ,001
N 48 48 48 48 48 48
Y
Pearson Correlation -,063 -,037 -,230 ,059 ,464** 1
Sig. (2-tailed) ,672 ,801 ,115 ,693 ,001
N 48 48 48 48 48 48
Dari output diatas dapat diketahui nilai korelasi pearson antara variabel
lingkungan pengendalian dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
sebesar -0,063. Nilai korelasi pearson antara variabel penilaian risiko dengan
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar -0,037. Nilai korelasi pearson
antara variabel kegiatan pengendalian dengan kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah sebesar -0,230. Nilai korelasi pearson antara informasi dan
komunikasi dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar 0,059.
Nilai korelasi pearson antara variabel pemantauan dengan kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah sebesar 0,464.
e. Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Koefisien Regresi Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 50,367 10,174 4,950 ,000
X1 ,182 ,297 ,105 ,613 ,543
X2 -,117 ,260 -,054 -,449 ,655
X3 -,923 ,268 -,667 -3,449 ,001
X4 ,970 ,600 ,274 1,617 ,113
X5 1,868 ,431 ,545 4,338 ,000
Y= 50,367 + 0,182X1 - 0,117X2 - 0,923X3 + 0,970X4 + 1,868X5 + e
f. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Hasil Pengujian Hipotesis Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 476,423 5 95,285 6,033 ,000b
Residual 663,389 42 15,795
Total 1139,813 47
Berdasarkan output ANOVAb pada F hitung sebesar 5,893 dan Karena F
hitung > F tabel (6,033 > 2,44), maka H0 ditolak artinya lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan
berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota
Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.
g. Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Hasil Pengujian Hipotesis Uji t
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 50,367 10,174 4,950 ,000
X1 ,182 ,297 ,105 ,613 ,543
X2 -,117 ,260 -,054 -,449 ,655
X3 -,923 ,268 -,667 -3,449 ,001
X4 ,970 ,600 ,274 1,617 ,113
X5 1,868 ,431 ,545 4,338 ,000
a). Berdasarkan output coefficienta pada variabel X1 (lingkungan pengendalian)
diperoleh angka t hitung sebesar 0,613 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.
b). Berdasarkan output coefficienta pada variabel X2 (penilaian risiko) diperoleh angka
t hitung sebesar -0,449 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.
c). Berdasarkan output coefficienta pada variabel X3 (kegiatan pengendalian) diperoleh
angka t hitung sebesar -3,449 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.
d). Berdasarkan output coefficeienta pada variabel X4 (informasi dan komunikasi)
diperoleh angka t hitung sebesar 1,617 dan - t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.
e). Berdasarkan output coefficeienta pada variabel X5 (pemantauan) diperoleh angka t
hitung sebesar 4,338 dan t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.
h. Uji Koefisien Determinasi
Hasil Pengujian Koefisien Detreminasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,647a ,418 ,349 3,97429
Berdasarkan output pada Model Summary diperoleh angka Adjusted R Square
sebesar 0,349 atau 34,9% , hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan
pengaruh variabel independen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan berpengaruh
secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada
Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota
Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan sebesar 34,9%.
Sedangkan sisanya sebesar 65,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini seperti kompetensi sumber daya
manusia, pemanfaatan teknologi, pemahaman akuntansi, peran audit internal dan
faktor-faktor lainnya.
PEMBAHASAN
1). Pengaruh Lingkungan Pengendalian Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan
Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan
Hasil analisa data yang dilakukan dengan program SPSS Versi 21 diperoleh
hasil korelasi pearson variabel lingkungan pengendalian dengan kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah sebesar -0,063. Hubungan antara lingkungan
pengendalian dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah sangat
rendah. Hasil koefisien regresi berganda variabel lingkungan pengendalian sebesar
0,182 artinya jika lingkungan pengendalian mengalami kenaikan satu satuan maka
akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar 0,182
dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
Sedangkan hasil pengujian hipotesis uji t variabel X1 (lingkungan
pengendalian) diperoleh nilai t hitung sebesar 0,613 dan - t tabel (n-k-1 = 48 -5-1)
sebesar 2,01808. Karena nilai -t hitung < -t tabel (0,613 < 2,01808 ), artinya secara
parsial lingkungan pengendalian tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,
Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.
Diperkuat dengan tingkat probabilitas signifikan besar dari 0,05 yaitu 0,543.
2). Pengaruh Penilaian Risiko Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,
Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah
Kabupaten Bintan
Nilai korelasi pearson antara variabel penilaian risiko dengan kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah sebesar -0,037. Nilai korelasi berada pada range 0,00
- 0,199, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penilaian risiko dengan
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sangat rendah. Hasil koefisien regresi
berganda variabel penilaian risiko sebesar -0,117 artinya jika penilaian risiko
mengalami kenaikan satu satuan maka akan menurunkan kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah sebesar 0,117 dengan asumsi variabel independen lainnya
bernilai tetap.
Dari hasil pengujian regresi berganda diperoleh nilai output coefficienta pada
variabel X2 (penilaian risiko) diperoleh angka t hitung sebesar -0,449 dan - t tabel
(n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808. Karena nilai t hitung < t tabel (0,449 < 2,01808),
maka H0 diterima artinya secara parsial penilaian risiko tidak berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah
Kabupaten Bintan. Diperkuat dengan tingkat probabilitas signifikan besar dari 0,05
yaitu 0,655.
3). Pengaruh Kegiatan Pengendalian Terhadap Kualitas Keuangan
Laporan Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan
Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan
Nilai korelasi pearson antara variabel kegiatan pengendalian dengan kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah sebesar -0,230. Nilai korelasi berada pada
range 0,20 – 0,399, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kegiatan
pengendalian dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah rendah.
Nilai korelasi negatif artinya terjadi hubungan negatif, Hasil koefisien regresi
berganda variabel kegiatan pengendalian sebesar -0,923 artinya jika kegiatan
pengendalian mengalami kenaikan satu satuan maka akan menurunkan kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan sebesar 0,923 dengan asumsi
variabel independen lainnya bernilai tetap.
Berdasarkan output coefficienta pada variabel X3 (kegiatan pengendalian)
diperoleh angka t hitung sebesar -3,449 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar
2,01808. Karena nilai t hitung > t tabel (-3,449 > 2,01808), maka Ha diterima artinya
secara parsial kegiatan pengendalian berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,
Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.
Dengan tingkat probabilitas signifikan kecil dari 0,05 yaitu 0,001.
4). Pengaruh Informasi dan Komunikasi Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan
Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan
Nilai analisis korelasi pearson antara sebesar 0,059. Nilai korelasi berada
pada range 0,00 - 0,199, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel
informasi dan komunikasi dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
rendah. Hubungan antara variabel informasi dan komunikasi dengan kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah adalah positif, artinya semakin baik informasi
dan komunikasi yang terjalin maka akan meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah yang dihasilkan.
Hasil koefisien regresi berganda variabel X4 (informasi dan komunikasi)
sebesar 0,970 artinya jika informasi dan komunikasi ditingkatkan antara auditor
maka akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar
0,970 dengan asumsi variabel lain tetap.
Berdasarkan output coefficeienta pada variabel X4 (informasi dan komunikasi)
diperoleh angka t hitung sebesar 1,617 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar
2,01808. Karena nilai t hitung < t tabel (1,617 < 2,01808), maka H0 diterima artinya
secara parsial informasi dan komunikasi tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan
Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten
Bintan. Dengan tingkat probabilitas signifikan besar dari 0,05 yaitu 0,113.
5). Pengaruh Pemantauan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,
Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah
Kabupaten Bintan
Nilai korelasi pearson antara variabel pemantauan dengan kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah sebesar 0,464. Nilai korelasi berada pada range 0,40
– 0,599, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pemantauan dengan
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah sedang. Nilai korelasi positif
artinya terjadi hubungan positif, yaitu jika pemantauan ditingkatkan maka akan
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan.
Koefisien regresi berganda variabel X5 (pemantauan) sebesar 1,868 artinya
jika pemantauan dalam proses auditor ditingkatkan maka akan meningkatkan
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar 1,868 dengan asumsi variabel
lain tetap. Berdasarkan output coefficeienta pada variabel X5 (pemantauan)
diperoleh angka t hitung sebesar 4,338 dan t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar
2,01808. Karena nilai t hitung > t tabel (4,338 > 2,01808), maka Ha diterima artinya
secara parsial pemantauan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat
Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan. Dengan
tingkat probabilitas signifikan kecil dari 0,05 yaitu 0,000.
6). Pengaruh Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan
Pengendalian, Informasi dan Komunikasi dan Pemantauan Terhadap
Kualitas Laporan Keuanagan Pemerintah Daerah Pada Inspektorat
Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota
Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan
Berdasarkan output ANOVAb pada F hitung sebesar 6,033 dan Karena F
hitung > F tabel (6,033 > 2,44), maka H0 ditolak artinya lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan
berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota
Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.
Berdasarkan output pada Model Summary diperoleh angka Adjusted R square
(R2) sebesar 0,349 atau 34,9% , hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan
pengaruh variabel independen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan berpengaruh
secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada
Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota
Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan sebesar 34,9%.
Sedangkan sisanya sebesar 65,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini seperti kompetensi sumber daya
manusia, pemanfaatan teknoligi, pemahaman akuntansi, peran internal audit dan
faktor-faktor lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil analisa data dengan menggunakan SPSS Versi 21 pada bab
sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1). Variabel X1 (Lingkungan Pengendalian) tidak berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah
Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan
Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.
2). Variabel X2 (Penilaian Risiko) tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat
Daerah Kabupaten Bintan.
3). Variabel X3 (Kegiatan Pengendalian) berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah
Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan
Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.
4). Variabel X4 (Informasi Dan Komunikasi) tidak berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah
Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan
Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.
5). Variabel X5 (Pemantauan) berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan
Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah
Kabupaten Bintan.
6). Variabel X1 (Lingkungan Pengendalian), Variabel X2 (Penilaian Risiko),
Variabel X3 (Kegiatan Pengendalian), Variabel X4 (Informasi Dan
Komunikasi) dan Variabel X5 (Pemantauan) berpengaruh secara simultan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Inspektorat
Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang
dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan. Dengan persentase sumbangan
pengaruh variabel independen terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,
Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah
Kabupaten Bintan sebesar 34,9%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1). Berdasakan hasil penelitian dari kelima variabel independen, kegiatan
pengendalian dan pemantauan berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Dengan begitu Inspektorat Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat
Daerah Kabupaten Bintan agar lebih menitikberatkan pada lingkungan
pengendalian, penilaian risiko serta informasi dan komunikasi agar
laporan keuangan yang dihasilkan dapat lebih berkualitas tinggi.
Pemerintah dapat melakukan pengkajian ulang mengenai laporan
keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
2). Untuk dapat meningkatkan laporan keuangan pemerintah pada Inspekorat
Daerah Provinsi Kepualauan Riau, Inspektorat Daerah Kota
Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan agar dapat
menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman dan tentram,
meningkatkan informasi dan komunikasi secara up to date, meningkatkan
kegiatan sistem pengendalian internal dengan mempertimbangkan
pelimpahan tugas secara sistematis ke sejumlah orang agar dapat
meminimalkan tingkat kecurangan.
3). Penelitian ini hanya terbatas pada sistem pengendalian internal saja, untuk
peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain seperti sistem
pengawasan, kualitas sumber daya manusia, pemahaman akuntansi dan
pemanfaatan teknologi. Serta dapat menggunakan metode seperti
wawancara langsung dan observasi lapangan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Armando, Gerry. 2013. Pengaruh Sistem pengendalian intern pemerintah dan
pengawasan keuangan daerah terhadap nilai informasi laporan keuangan
pemerintah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota
Bukitinggi). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Depitasari. Ekawati, Rika, Kharlina . W. Christina, Yunita. 2014. Pengaruh
Pengendalian Internal terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan pada
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Jurusan Akuntansi
STIE Multi Data Palembang.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Herawati, Tuti. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas
Laporan Keuangan (Survei pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda
Cianjur). STIE STEMBI. Vol. XI, No.1.ISSN : 1693-4482.
Ikhsan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Juwita, Rukmi. 2013. Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah dan
Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal
Akuntansi Politeknik Pos Indonesia, Vol 12, No. 2. ISSN 1411-514X.
Nurillah, As Syifa dan Muid, Dul. 2014. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya
Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD),
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. (Studi Empiris pada SKPD
Kota Depok). Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Vol.3, No.2.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Mengenai Sistem Pengendalian
Intern.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Mengenai Standar Akuntansi
Pemerintah.
Permendagri No. 13 Tahun 2006. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistika Data dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom.
Sugiyono. 2014. METODE PENELITIAN BISNIS (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmana, Wawan dan Anggarsari, Lia.2009. Pengaruh Pengawasan Intern dan
Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah (Survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota
Tasikmalaya). Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi
,Vol. 4, No.1.
Sunyoto, Danang. 2011. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi. Cetakan 1.
Yogyakarta: CAPS.
Tony, Triyulianto. 2008. Sisitem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) bersama
kita bisa menyongsong masa depan BPKP yang Lebih Cerah. Bulletin
Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Vol.1, No.2, 24 Oktober 2008.
Windiastuti, Ruri. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada DPPKAD Bandung). Skripsi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
Yuliani, Safrida. Nadirsyah. Bakar, Usman. 2010. Pengaruh Pemahaman
Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan
Peran Internal Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. (Studi pada Pemerintah Kota Banda Aceh). Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Vol. 3, No. 2.