PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTUPEMBERIAN PUPUK GREEN TONIK TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO(Theobroma cacao L.)
SKRIPSI
BUSTANIL07C10407024
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTUPEMBERIAN PUPUK GREEN TONIK TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO(Theobroma cacao L.)
SKRIPSI
BUSTANIL07C10407024
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Konsentrasi dan Interval WaktuPenberian Pupuk Green Tonik terhadapPertumbuhan Bibit kakao (Thebroma cacao L.)
Nama Mahasiswa : BustanilN I M : 07C10407024Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui :Komisi Pembimbing,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Aboe B. Saidi, S.Hut, M.SiNIDN. 0130097204
Muhammad Jalil, SP, MPNIDN. 0115068302
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Diswandi Nurba, S.TP, M.SiNIDN. 0128048202
Jasmi, SP, M.Sc.NIDN. 0127088002
Tanggal Lulus : 29 Agustus 2013
LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/ tugas akhir dengan judul :
Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Green TonikTerhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Thebroma cacao L)
Yang disusun oleh :Nama : BUSTANILNIM : 07C10407024Fakultas : PertanianProgram Studi : Agroteknologi
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 29 Agustus 2013 dandinyatakan memenuhi syarat untuk diterima :
SUSUNAN DEWAN PENGUJI :
1. Aboe B. Saidi, S.Hut, M.Si
Pembimbing I/ Ketua Tim Penguji
2. Muhammad Jalil, SP, MP
Pembimbing II
3. Irvan Subandar, SP, MP
Penguji Utama
4. Jasmi, SP, M.Sc
Penguji Anggota
Meulaboh, 29 Agustus 2013
Ketua Prodi Agroteknologi
Jasmi, SP, M.Sc
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di
Amerika Tengah dan bagian utara Amerika Selatan. Tanaman tersebut tergolong
famili Sterculiaceae dari ordo Malvales yang menghasilkan biji-bijian. Penduduk
yang pertama kali mengusahakan tanaman kakao serta menggunakan sebagai
bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec).
Ketika bangsa Spanyol datang tahun 1519, suku Astek-lah sebagai penanam dan
mengusahakan tanaman kakao (Lukito, 2004).
Bangsa Spanyol pada saat itu tidak menyukai cokelat hasil olahan suku
Astek. Mereka mulai mencari dengan menyangrai biji kakao, kemudian
menumbuknya dan menambahkan gula tebu. Ternyata hasil pengolahan seperti ini
lebih cocok dengan selera mereka. Karena itu, pada akhirnya bangsa Spanyol
memperkenalkan gula tebu ke mesiko pada tahun 1522-1524. Orang-orang
Spanyol juga tercatat sebagai penanam pertama kakao di Trinidad pada tahun
1525 (Lukito, 2004).
Di Indonesia tanaman kakao diperkenalkan oleh Bangsa Spanyol pada tahun
1560 di minahasa. Jenis yang pertama sekali di tanam adalah criollo, yang oleh
bangsa Filipina diperoleh dari Venezuela. Produksi kakao ini relatif rendah dan
peka terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806
usaha perluasan kakao dimulai lagi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penanaman
dilaksanakan di sela-sela areal pertanaman kopi (Siregar, 2004).
Pada tahun 1984 harga kakao mengalami lonjakan cukup tinggi sehingga
mampu mendorong negara-negara produsen untuk memperluas areal perkebunan
2
kakao. Negara-negara produsen utama kakao adalah Pantai Gading, Ghana,
Malaysia dan Indonesia. Dalam kurun waktu 7 tahun ini, laju peningkatan
produksi dari Indonesia sekitar 33%, Malaysia sekitar 18,9%, Ghana sekitar
8,16% dan Pantai Gading sekitar 4,72%. Akibat dari produksi selalu lebih dari
pada permintaan maka akan terjadi stok kakao terus bertambah sehingga
mengakibatkan harga biji kakao terus melemah (Susanto, 1995).
Dalam usaha budidaya tanaman kakao proses pemupukan adalah salah satu
pemeliharaan sangat penting pada untuk memperoleh hasil pertumbuhan yang
lebih baik, tujuan pemupukan adalah menambah kesediaan unsur hara bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk memperoleh peningkatan hasil
produksi yang optimal (Sutejo, 1987).
Pemupukan melalui daun dilakukan mengingat adanya kenyataan bahwa
pemupukan melalui tanah kadang-kadang kurang menguntungkan dimana unsur
hara yang diberikan seringkali mengalami pencucian sehingga unsur hara tersebut
relatif kurang tersedia bagi tanaman. Sedangkan pemberian melalui daun
dapat diserap oleh tanaman lebih cepat dibandingkan pemberian melalui tanah
(Sutejo, 1987).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengamplikasian pupuk melalui daun
salah satunya adalah konsentrasi pupuk, sebab pemberian pupuk dengan
Konsentrasi yang tidak tepat akan mengganggu tanaman. Pemberian dengan
konsentrasi terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian bagi tanaman yang
dibudidayakan, sedang pemberian dengan konsentrasi yang terlalu rendah tidak
akan memberikan hasil yang baik bagi tanaman.
Pupuk Green Tonik adalah pupuk daun yang mempunyai kandungan unsur
hara yang lengkap baik hara makro maupun mikro. Konsentrasi penggunaan
pupuk Green Tonik tergantung pada jenis tanaman.
3
Selain konsentrasi, waktu pemberian juga memegang peranan penting.
Pupuk daun belum bisa disemprotkan apabila tanaman baru dipindahkan,
penyemprotan baru bisa dilakukan setelah tanaman kembali segar (Lingga, 1989)
Pada jenis tanaman keras, pupuk daun dapat disemprokan dengan volume
larutan secukupnya dengan interval 10-15 hari sekali hingga pertumbuhan
tanaman menjadi subur dan hijau. Oleh karena itu maka perlu dilakukan peneltian
tentang konsentrasi dan interval waktu penyemprotan Green Tonik untuk
mendapatkan pertumbuhan bibit kakao yang baik.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan interval waktu
pemberian pupuk Green Tonik yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan bibit
kakao yang optimal.
1.3. Hipotesis
1. Konsentrasi pupuk Green Tonik berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit
kakao
2. Interval waktu pemberian pupuk Green Tonik berpengaruh terhadap
pertumbuhan bibit kakao.
3. Terdapat interaksi antara konsentrasi dengan interval waktu pemberian pupuk
Green Tonik terhadap pertumbuhan bibit kakao
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kakao
2.1.1. Sistematika
Berdasarkan batang nya klasifikasi botani tanaman kakao adalah sebagai
berikut (Siregar et al., 1994).
Devisi : Spermatophyta
Anak Devisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Thebroma
Jenis : Theobroma Cacao L.
2.1.2. Morfologi
a. Akar.
Tanaman kakao berakar tunggang apabila tanaman sudah berumur 1-2
minggu dari akar tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar cabang ini
bercabang lagi beberapa kali dan pada bagian akar cabang tumbuh akar
rambut yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara yang terdapat dalam tanah
(Siregar et al., 1994).
b. Batang.
Batang adalah bagian utama dari tanaman. Dari batang inilah keluar
bagian-bagian yang lain dari tanaman seperti : cabang, daun, bunga dan buah.
5
Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau
tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh keatas dan tunas plagiotrop
yang tumbuh kesamping, cabang kipas atau fan, (Susanto, 1995).
c. Daun.
Bentuk daunnya bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing
(acuminatus), dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun
menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun (Lukito,
2004).
d. Bunga.
Bunga tanaman kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan, tangkai
bunganya kecil tetapi panjangnya 1 – 1,5 cm, daun mahkota panjangnya
6 - 8 mm, terdiri atas dua bagian, bagian pangkal berbentuk seperti kuku
binatang (claw) dan bagian ujung berupa lembaran tipis berwarna putih
(Lukito, 2004).
e. Buah.
Pada dasarnya buah kakao tertiri dari dua macam warna. Buah yang
ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak berwarna
kuning. Sementara itu buah yang ketika muda berwarna merah setelah masak
berwarna jingga (oranye). Panjang buah beragam dari 10 hingga 30 cm
(Lukito, 2004).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
2.2.1. Iklim
Faktor iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah
hujan, suhu, kelembaban udara, sinar matahari dan angin.
6
Curah hujan yang merata sepanjang tahun lebih penting dari pada jumlah
hujan tahunan sebab tanaman kakao lebih cocok bila bulan kering tidah melebihi
dari 3 bulan. Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar
antara 1250-3000 mm tiap tahun (Susanto, 1995)
Faktor suhu sangat berhubungan dengan tinggi tempat. Pada umumnya
kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 meter diatas permukaan laut.
Suhu maksimal untuk kakao sekitar 30 – 32 0C, sedangkan suhu minimum sekitar
18 – 21 0C, berdasarkan keadaan iklim di Indonesia temperatur 25 – 26 0C
merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu,
daerah-daerah tersebut sangat cocok pabila ditanami kakao (Siregar, 2004).
Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relatif maksimum
100%, pada malam hari dan 70% - 80% pada siang hari.
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam proses
fotosintesis. Namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari besar kecilnya
tanaman. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekiter
25% - 35% dari sinar matahari penuh. Tanaman dewasa yang sudah berproduksi
kebutuhan sinar matahari semakin besar sekitar 65% - 75%. Hal ini dapat
diperoleh dengan mengatur tanaman penaung (Susanto, 1995).
2.2.2. Tanah
Faktor tanah yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao
adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan kandungan bahan organik tanah.
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara makro dan mikro dalam tanah,
kejenuhan basa, kapasitas pertukaran kation. Sementara itu sifat fisik tanah yang
meliputi tekstur, struktur, konsistensi, kedalaman efektif tanah (solum), dan
7
akumulasi endapan suatu unsur relatif sulit diperbaiki meskipun teknologi
perbaikannya telah ada (Lukito, 2004)
Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0-8,5.
Namun pH yang ideal adalah 6,0 - 7,5 dimana unsur hara dalam tanah cukup
tersedia bagi tanaman.
Tanaman kakao menghendaki tanah yang mudah ditembus oleh akar
tanaman, akar tunggang tanaman kakao kedalaman sekitar 1-1,5 m, sedang akar
lantara terdapat pada lapisan atas, sedalam sekitar 30 cm. dengan perakaran yang
baik tanaman mampu menghisap air dan unsur hara.
Tanaman kakao tidak tahan terhadap genangan air maka diperlukan drainase
yang baik sehingga pada musim kemarau tanah mampu menyimpan air dengan
cukup atau tanah tetap lembab. Hal ini dapat terpenuhi apabila tanah memiliki
tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar 50%, fraksi debu sekitar 10% - 20%,
dan fraksi lempung sekitar 30% - 40%. Jadi, tektur tanah yang cocok untuk
tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Susanto,
1995).
2.3. Pengaruh Green Tonik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Pupuk Green Tonik adalah pupuk daun yang mempunyai kandungan unsur
hara yang lengkap baik hara makro maupun mikro. Pupuk ini juga disebut sebagai
pupuk pelengkap cair (PPC) yang berfungsi sebagai katalisator untuk
mengefektifkan/mengoptimalkan pemakaian unsur-unsur hara makro, sehingga
tanaman mempunyai produktifitas yang tinggi.
Dengan memberikan pupuk Green Tonik pertumbuhan tanaman akan lebih
sempurna dan juga dapat meningkatkan produksi persatuan luas dengan demikian
8
meningkatkan produktifitas tanah. Green Tonik juga dapat meningkatkan kualitas
produksi (buah lebih besar, biji lebih bernas, rentan terhadap hama dan penyakit).
Di samping itu juga ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah.
Kandungan unsur haranya lengkap sehingga dapat mengoptimalkan pemakaian
pupuk-pupuk makro yang lazim digunakan (Urea, TSP, KCl)
Green Tonik sangat unggul karena bermamfaat untuk :
1. Mempercepat pertumbuhan dan perkembangan akar baru yang sangat
diperlukan tanaman dalam proses penyerapan unsur hara dan perakaran yang
dalam dapat mengatasi masalah cepatnya pengeringan permukaan tanah
2. Meningkatkan jumlah klorofil daun yang merupakan pabrik bagi tanaman
untuk memproduksi karbo hidrat yang selanjudnya akan ditransportasikan
keseluruh jaringan tubuh tanaman dan disimpan dalam bentuk biji , buah dan
umbi
3. Mempercepat pembentukan Primordia bunga yang merupakan tahap lanjut
tanaman (Generatif) Untuk membentuk buah/ biiji.
4. Meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur-unsur hara makro N,P,K
dari pupuk-pupuk utama sehingga tanaman dapat memberikan hasil panen
yang melimpah.
5. Tanaman lebih sehat, memiliki daya tahan yang kuat terhadap hama penyakit
dan gangguan perubahan cuaca.
6. Dapat digunakan pada semua jenis tanaman.
Adapun keunggulan lain Green Tonik antara lain :
1. Unsur hara yang terkandung didalamnya langsung tersedia bagi tanaman.
2. Legalitas lengkap dan terdaftar di departemen pertanian dengan nomor P629/
PSP/III/ 00.
9
3. Berbentuk tepung sehingga memudahkan penyimpanan dan relatif tahan lama.
4. Ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah, didukung sifatnya yang
Biodegradable (Mudah Terurai)
Kandungan unsur haranya meliputi , N, 0,23%; K, 88%; P2O5, 12,70 %; S,
0,02 %; B, 0,25%; Ca, <0, 05 ppm; Mg, 25,92 ppm; CI, 0,11%; Mn, 2,37 ppm;
Zm, 11,15 ppm: Na, 27,47% Fe, 36,45 ppm; C, 6,47%; Mo, 35,37 ppm; AI, <
0,4ppm; Co, 9,59 ppm; dan Cu, < 0,03 ppm.
2.4. Pengaruh Konsentrasi Unsur hara terhadap pertumbuhan dan HasilTanaman.
Selama masa pertumbuhan dan perkembangannya tanaman banyak
memerlukan unsur hara baik makro maupun mikro. Unsur hara makro relatif
banyak diperlukan oleh tanaman dari pada unsur hara mikro. Seperti kita ketahui
betapa banyaknya unsur hara atau zat mineral yang terangkut dari dalam tanah
ketika pemanenan berlangsung dan akan mengakibatkan rendahnya produktivitas
tanaman jika kesuburan tanah kurang diperhatikan.
Untuk perbaikan kembali unsur-unsur hara yang terdapat dalam tanah,
pemupukan merupakan suatu perlakuan yang penting selain persediaan humus,
reaksi tanah, struktur tanah dan lain sebagainya.
Pupuk ialah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik maupun
yang anorganik yang bermaksud untuk mengganti kehilangan unsur-unsur hara
yang didalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman.
Sebelum pupuk diberikan kita harus menyelidiki tentang zat-zat apakah yang
perlu diberikan kepada tanah sehubungan dengan kekurangannya, berapa besar
kekurangannya, bagaimana perbandingannya dan kapan waktu pemberiannya.
10
Pemberian atau penambahan zat-zat kedalam tanah harus ditinjau dari
beberapa segi yaitu segi teknis, keuangan, sesial ekonomi dan lain-lain, apabila
pemberian zat yang berlebihan atau serba kurang dan pemberian zat tidak tepat
pada waktunya tentu akan menimbulkan akibat yang fatal atau sangat merugikan
seperti :
~ Kematian pada tanaman yang dibudidayakan.
~ Timbulnya gejala-gejala penyakit yang baru.
~ Kerusakan fisik tanah, tidak ekonomis dan lain-lain.
Menurut Dwijoseputro (1983), menyatakan bahwa pada pemberian pupuk
yang perlu diperhatikan adalah Konsentrasi yang tepat, apabila diberikan pada
Konsentrasi yang rendah maka amplikasinya kurang efektif. Pemberian pupuk
pada tanaman akan relatif efektif pada Konsentrasi tertentu, sedangkan
Konsentrasi dibawah optimum tidak efektif bagi tanaman (Kusumo, 1984).
2.5. Pengaruh Interval Waktu Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Interval waktu pemupukan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Tanaman memerlukan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan
dan perkembangannya (sejak kecambah hingga matinya tanaman). Terdapat
berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda-beda. Ini berarti bahwa
sepanjang pertumbuhannya ada saat-saat dimana tanaman itu memerlukan
pertukaran zat secara intensif agar pertumbuhannya berlangsung dengan baik, ada
saat-saat pembungaan, pembuahan dan dengan sendirinya ada saat-saat diperlukan
unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan bagian-bagian tanaman.
Kebutuhan unsur hara sangat tergantung pada fase pertumbuhan tanaman.
Begitu pula dengan konsentrasi unsur hara yang diberikan. Untuk menghasilkan
11
pertumbuhan yang lebih baik, pemupukan harus di lakukan tepat pada waktu dan
konsentrasinya.
12
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di gampong Seuneubok kecamatan Johan
Pahlawan kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini dimulai dari tanggal 31 April
sampai dengan 30 Juli 2012.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
benih kakao yang digunakan adalah varietas lokal yang di peroleh
dari Perkebunan Rakyat Desa Menuang Kinco.
Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah campuran tanah
lapisan atas (Top Soil) yang berjenis Aluvial berasal dari desa
Seuneubok kecamatan Johan Pahlawan kabupaten Aceh Barat.
Pupuk kandang digunakan sebagai campuran media tanam yang
diperoleh sekitar desa Seuneubok.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk daun Green Tonik yang
diperoleh dari depot Pertanian Meulaboh.
Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berwarna hitam
berukuran 18 cm x 25 cm dengan jumlah polybag sebanyak 135
buah.
Naungan dari plastik transparan, sehingga air hujan tidak dapat
masuk dan mengenai bibit kakao. Diatas plastik tersebut di beri atap
dari daun kelapa sehingga terlindungi dari sinar matahari sekitar
75%.
13
2. Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
jangka sorong (Caliper), ayakan, timbangan, ember, meteran, spayer, gelas
ukur dan alat tulis.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial. Ada 2 faktor yang diteliti masing-
masing terdiri dari 5 dan 3 taraf perlakuan dengan 3 ulangan.
Konsentrasi Green Tonik (K)
K0 : Tanpa Green tonik ( Kontrol)
K1 : 1,5 cc l air-1
K2 : 2,5 cc l air-1
K3 : 3,5 cc l air-1
K4 : 4,5 cc l air-1
Interval Waktu Pemberian Pupuk Green tonik (W)
W1 : 7 hari sekali ( mulai umur 14 s/d 70 hst)
W2 : 14 hari sekali (mulai umur 14 s/d 70 hst)
W3 : 21 hari sekali (mulai umur 14 s/d 77 hst)
14
Tabel 1 : Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Konsentrasi dan IntervalWaktu Pemberian Pupuk Green Tonik
No SusunanKombinasiPerlakuan
KonsentrasiGreen Tonik
(cc l air-1)
Interval waktuPemberian Pupuk Green Tonik
(Hari Sekali)123456789101112131415
K0W1
K0W2
K0W3
K1W1
K1W2
K1W3
K2W1
K2W2
K2W3
K3W1
K3W2
K3W3
K4W1
K4W2
K4W3
KontrolKontrolKontrol
1,51,51,52,52,52,53,53,53,54,54,54,5
7 hari sekali14 hari sekali21 hari sekali7 hari sekali14 hari sekali21 hari sekali7 hari sekali14 hari sekali21 hari sekali7 hari sekali14 hari sekali21 hari sekali7 hari sekali14 hari sekali21 hari sekali
Model matematika yang digunakan adalah :
Yijk = + i + Kj + Wk + (KW)jk + ijkKeterangan:Yij = Nilai pengamatan untuk faktor konsentrasi taraf ke-j, faktor interfal
waktu pemberian taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2, 3 dan 4)
Kj = pengaruh faktor Konsentrasi ke-i ( i = 1, 2, 3 dan 4)
Wk = Pengaruh faktor interval waktu pemberian ke-j ( j = 1, 2 dan 3)
(KW)jk = Interaksi terhadap faktor konsentrasi dan interval waktu
pemberianpada taraf media ke-i, dan taraf konsentrasi hara ke-j
ij = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor konsentrasi taraf ke-j,
faktor interval waktu pemberian taraf ke-k.
15
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan
dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%.
Dengan persamaan sebagai berikut:
BNT0,05 = t0.05 (dbg)r
KTg2
Dimana :
BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %
t0,05 (dbg ) = Nilai baku t pada taraf 5 %; ( derajat bebas galat )
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Pemilihan Benih
Buah untuk keperluan benih diambil dari buah yang telah masak, bentuknya
normal dan sehat. Untuk pengambilan biji dari buah dilakukan dengan
pemotongan buah secara horizontal dimana biji yang diambil hanya bangian
tengah. Pemotongan dilakukan dengan Hati-hati sehinga bijinya tidak rusak.
Sebelum dikecambahkan terlebih dahulu selaput buah (pulp) yang menutupi biji
dihilangkan dengan menggunakan abu sekam, kemudian dicuci dengan air bersih
dan ditiriskan. Biji yang telah bersih dikecambahkan dalam kotak
pengecambahan, penyiraman kecambah dilakukan dua kali sehari pada pagi dan
sore.
2. Persiapan Media
16
Media tumbuh bagi pembibitan ini adalah campuran tanah lapisan atas (Top
Soil) dan Pupuk Kandang dengan perbandingan berat 3: 1 (Tiga bagian tanah dan
Satu bagian pupuk kandang). Media tanam yang digunakan terlebih dahulu
dibersihkan dan diayak lalu diaduk sampai merata serta dimasukkan kedalam
polybag.
3. Persemaian
Sebelum bibit ditanam dalam polybag terlebih dahulu disemai pada media
pasir, kemudian ditutup dengan goni basah.
4. Penanaman Kecambah
Sebelum penanaman, kecambah diseleksi terlebih dahulu dengan memilih
kecambah yang pertumbuhannya normal. Biji yang berkecambah dengan panjang
radikula mencapai 0,5-1 cm kemudian dipindahkan dalam polybag/media tanam.
Kecambah ditanam dengan radikula kebawah dan seluruh biji tertutup oleh
lapisan tanah dan waktu pemindahan kecambah dilakukan 12 hari setelah benih
tersebut berkecambah.
5. Pemberian pupuk Green Tonik
Aplikasi pupuk Green Tonik diberikan sesuai dengan perlakuan yang
dicobakan yaitu : K0 : Tanpa Green Tonik, K1:1,5 cc l air-1, K2 : 2,5 cc l air-1, K3 :
3,5 cc l air-1, dan K4 : 4,5 cc l air-1dengan interfal waktu pemberian yaitu: W1 : 7
hari sekali, W2 : 14 hari sekali, W3 : 21 hari sekali, Aplikasi pupuk ini diberikan
pada pagi hari atau sesuaikan dengan cuaca setempat.
6. Penyiraman
17
Penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari.
7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara teratur dengan mencabut rumput yang tumbuh
didalam dan disekitar polybag.
3.5. Pengamatan
Parameter pertumbuhan bibit yang diamati adalah sebagai berikut :
a. Tinggi Bibit (cm)
Pengamatan tinggi bibit dilakukan pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah
tanam, diukur dari permukaan tanah yang telah diberi tanda sampai bagian
tanaman yang tertinggi.
b. Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah
tanam, dihitung mulai dari daun pertama keluar sampai dengan daun terakhir.
c. Diameter Pangkal Batang (mm)
Pengamatan diameter pangkal batang dilakukan pada umur 30, 60 dan 90
hari setelah tanam, diukur pada pangkal batang yang telah diberi tanda.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Konsentrasi Green Tonik
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 18) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh sangat
nyata diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi bibit kakao dan jumlah daun bibit kakao umur 30, 60
dan 90 HST.
4.1.1. Tinggi Bibit Kakao(cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
konsentrasi Green Tonik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kakao
umur 30, 60 dan 90 HST.Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi
Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Konsentrasi Green TonikUmur 30, 60 dan 90 HST
Konsentrasi Green Tonik Tinggi Bibit Kakao (cm)Simbol cc l air-1 30 HST 60 HST 90 HST
K0 0 (kontrol) 15,25 20,09 23,83K1 1,5 15,16 20,17 24,15K2 2,5 15,17 20.10 23,73K3 3,5 15,31 20.13 24,78K4 4,5 15,24 20.58 25,19
Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi umur 30 HST
dijmpai pada konsentrasi green tonik 3,5 cc l air-1 (K3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan
pada umur 60 dan 90 HST bibit kakao tertinggi dijumpai pada konsentrasi green
tonik 4,5 cc l air-1 (K4) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang
19
tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga bahwa hara yang diterima
oleh tanaman tidak cukup dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan akan kerdil
atau tidak tumbuh normal. Menurut pendapat Setyamidjaja (1986) menyatakan
bahwa selama pertumbauhan dan perkembangan dari mulai berkecambah sampai
menghasilkan buah membutuhkan unsur hara, tidak tersedia unsur hara bagia
tanaman akan menyababkan pertumbuhan terganggu.
4.1.2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh tidak nyata jumlah daun bibit kakao
umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai
konsentrasi Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi GreenTonik Umur 30, 60 dan 90 HST
Konsentrasi Green Tonik Jumlah Daun Bibit Kakao (cm)Simbol cc l air-1 30 HST 60 HST 90 HST
K0 0 (kontrol) 4.04 6.82 9.59K1 1,5 4.22 6.85 9.74K2 2,5 4.19 6.78 9.67K3 3,5 4.37 7.15 10.00K4 4,5 4.37 7.33 9.89
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak umur 30
dan 60 HST dijmpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) meskipun
secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan
lainnya. Sedangkan umur 90 HST jumlah daun bibit kakao terbanyak dijmpai
pada konsentrasi green tonik 3,5 cc l air-1 (K3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini
disebabkan karena kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan dan
perkembagan tanaman. Menurut Loveless (1991) menyatakan bahwa kekurangan
20
unsur hara terhadap tanaman dapat mengakibatkan terhambatnya pembelahan dan
perkembagan sel, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhan vegetatif seperti
tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal tersebut disebabkan karena pada fase
pertumbuhan bibit kakao atau tanaman kakao yang masih muda belum bisa
menyerap dan mentraspotasi unsur hara kebagian organ – organ tanaman yang
membutuhkan secara maksimal. Menurut Jumin (1989) juga menambahkan ketika
proses fotosintesis terganggu, maka hasil fotosentesis yang seharusnya diproduksi
untuk pembentukan daun muda menjadi terhambat.
4.1.3. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14, 16 dan 18) menunjukkan
bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh sangat nyata diameter pangkal
batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata diameter pangkal batang
bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST
setelah diuji dengan BNT0,05 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao pada BerbagaiKonsentrasi Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST
Konsentrasi Green Tonik Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)Simbol cc l air-1 30 HST 60 HST 90 HST
K0 0 (kontrol) 1.28a 6.14 a 9.08 aK1 1,5 1.36 ab 6.27ab 9.20 bK2 2,5 1.40b 6.28 b 9.22 bK3 3,5 1.40b 6.38 bc 9.31 bcK4 4,5 1.41b 6.39 c 9.33 c
BNT0,05 0.08 0.09 0.08Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf peluang 5% (uji BNT)
Tabel 4 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao terbesar
umur 30 HST dijumpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) yang
berbeda nyata dengan konsentrasi green tonik 0 cc l air-1 (K0) namun tidak
21
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada umur 60 dan 90 HST diameter
pangkal batang bibit kakao terbesar dijumpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l
air-1 (K4) yang berbeda nyata dengan konsentrasi green tonik 0 cc l air-1 (K1) ,
konsentrasi green tonik 1,5 cc l air-1 (K1), konsentrasi green tonik 2,5 cc l air-1
(K2) namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi green tonik 3,5 cc l air-1
(K3). Adapun hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao umur 30,60
dan 90 HST dengan berbagai konsentrasi Green Tonik dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao Umur 30,60 dan 90 HSTdengan Berbagai Konsentrasi Green Tonik.
Gambar 1 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao
meningkat pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan menurun pada
konsentrasi green tonik 0 cc l air-1 (K0). Hal ini diduga bahwa unsur hara yang
diterima oleh tanaman terpenuhi sehingga pertumbuhan dan perkembagan
tanaman kakao tumbuh normal. Menurut Darmawan dan Baharsyah (1993) yang
mengatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan
mempengaruhi metabolisme pada jaringan tanaman. Bucman dan Brady (1982)
menambahkan bahwa tanaman akan tumbuh dengan baik dan subur apabila unsur
1.28 1.36 1.40 1.40 1.41
6.14 6.27 6.28 6.38 6.39
9.08 9.20 9.22 9.31 9.33
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
0 1,5 2,5 3,5 4,5Dia
met
er P
angk
al B
atan
gB
ibit
Kak
ao (
mm
)
Konsentrasi Green Tonik (cc l air-1)
30 HST
60 HST
90 HST
22
hara yang dibutuhkan berada dalam kondisi yang cukup dan seimbang bagi
pertumbuhan dan perkembagan tanaman.
4.2. Interval Waktu Pemberian
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 18) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 60 dan 90 HST,
jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dan diameter pangkal batang
bibit kakao umur 30 dan 60 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao
umur 30 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang
bibit kakao umur 90 HST.
4.2.1. Tinggi Bibit Kakao (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
bibit kakao umur 60 dan 90 HST. Berpegaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao
umur 30 HST.Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian
Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT0,05 disajikan
padaTabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Tinggi Bibit Kakao Pada Berbagai Interval Waktu PemberianGreen Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST
Interval Waktu Pemberian Tinggi Bibit Kakao (cm)Simbol Hari Sekali 30 HST 60 HST 90 HST
W1 7 15.01 a 19.78 a 22.47 aW2 14 15.27 ab 20.34 b 25.29 bW3 21 15.41 b 20.33 b 25.25 b
BNT0,05 0.27 0.16 0.87Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf peluang 5% (uji BNT)
23
Tabel 5 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi umur 30 dan 60
HST dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) yang berbeda
nyata dengan interval waktu pemberian7 hari sekali (W1) namun tidak berbeda
nyata dengan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2). Sedangkan umur 90
HST tinggi bibit kakao tertinggi dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari
sekali (W2) yang berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali
(W1) namun tidak berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 21 hari sekali
(W3). Adapun hubungan antara tinggi bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST
dengan berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Tinggi Bibit Kakao Umur 30, 60 dan 90 HST Dengan BerbagaiInterval Waktu Pemberian Green Tonik.
Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao meningkat pada interval
waktu pemberian 21 hari sekali (W3) dan menurun pada interval waktu pemberian
7 hari sekali (W1). Hal ini diduga bahwa interval waktu pemberian pupuk pada
masa vegetatif sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Riana (1996)
yang mengatakan tanaman kakao memerlukan pemupukan yang ekfektif dan
mengatur interval waktu dan aplikasi yang baik sehingga pertumbuhan kakao
15.01 15.27 15.41
19.7820.34 20.53
22.4725.29 25.25
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
7 14 21
Tin
ggi T
anam
an(c
m)
Interval Waktu Pemberian
30 HST
60 HST
90 HST
24
dapat tumbuh dengan baik. Rosmarkan dan Yowono (2002) juga mengatakan
bahwa tanaman memelukan bahan organik untuk mendapatkan energi dan
pertumbuhannya, dengan menggunakan hara green tonik sehingga tanaman dapat
memenuhi sklus hidupnya.
Peninggkatan tinggi tanaman kakao semakin meningkat pada interval
waktu pemberian pupuk green tonik umur 90 HST. Hal ini disebabkan karena
unsur hara yang diperoleh sudah memenuhi dan mencapai keseimbagan pada
pertumbuhan tanaman kakao. Menurut Harjadi (1989) yang mengatakan bahwa
unsur hara yang tersedia bagi tanaman melalui proses fotosintesis menghasilkan
kabohidrat yang kemudian diangkat kebagian organ tanaman, hal ini akan
merangsang pertumbuhan, perpanjangan dan pembesaran bagian vegetatif
maupun generatif.
4.2.2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata jumlah daun bibit
kakao pada berbagai interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90
HST setelah diuji dengan BNT0,05 disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kakao Pada Berbagai Interval WaktuPemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST.
Interval Waktu Pemberian Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)Simbol Hari Sekali 30 HST 60 HST 90 HST
W1 7 3.95 a 6.29 a 9.18 aW2 14 4.38 b 7.33 b 10.11 bW3 21 4.38 b 7.33 b 10.04 b
BNT0,05 0.29 0.33 0.39Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf peluang 5% (uji BNT)
25
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak umur 30
dan 60 HST dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2) dan
interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) yang berbeda nyata dengan interval
waktu pemberian 7 hari sekali (W1). Sedangkan pada umur 90 HST jumlah daun
bibit kakao terbanyak dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2)
yang berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali (W1) namun
tidak berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3). Adapun
hubungan antara jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dengan
berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jumlah Daun Bibit Kakao Umur 30, 60 dan 90 HST Dengan BerbagaiInterval Waktu Pemberian Green Tonik.
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao meningkat pada
interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) dan menurun pada interval waktu
pemberian 7 hari sekali (W1). Hal ini diduga bahwa interval waktu pemerian
pupuk sangat tepat dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman kakao cukup tersedia
sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan perkembagannya kearah yang lebih
baik. Menurut Erwin (1987) mengemukakan bahwa pemupukan dengan interval
waktu yang sesuai akan memberikan zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
3.95 4.38 4.386.29
7.33 7.339.18 10.11 10.04
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
7 14 21Jum
lah
Dau
nB
ibit
Kak
ao(h
elai
)
Interval Waktu Pemberian
30 HST
60 HST
90 HST
26
Surdarsianto (1994) juga menambahkan bahwa pemupukan dilakukan secara tepat
dan teratur pada bibit kakao akan memberikan hasil yang nyata serta
menguntungkan apabila dibandingkan dengan tanpa pemupukan yang tidak sesuai
dengan waktu dan kebutuhan bibit.
4.2.3. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14, 16 dan 18) menunjukkan
bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap
diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 dan 60 HST. Namun berpengaruh
tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 90 HST.Rata-rata
diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian
Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT0,05 disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao Pada Berbagai IntervalWaktu Pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST
Interval Waktu Pemberian Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)Simbol Hari Sekali 30 HST 60 HST 90 HST
W1 7 1.24 a 6.23 a 9.19W2 14 1.41 b 6.28 a 9.23W3 21 1.45 b 6.37 b 9.27
BNT0,05 0.06 0.07 -Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf peluang 5% (uji BNT)
Tabel 7 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao terbesar
umur 30 HST dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) yang
berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali (W1) namun tidak
berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2). Pada umur 60
HST diameter pangkal batang bibit kakao terbesar dijumpai pada interval waktu
pemberian 21 hari sekali (W3) yang berbeda nyata dengan interval waktu
27
pemberian 7 hari sekali (W1) dan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2).
Sedangkan umur 90 HST diameter pangkal batang bibit kakao terbesar dijumpai
pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun
hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST
dengan berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao Umur 30, 60 dan 90 HST DenganBerbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik.
Gambar 4 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao
meningkat pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) dan menurun pada
interval waktu pemberian 7 hari sekali (W1). Hal ini diduga karena unsur hara
yang dibutuhkan tanaman kakao cukup tersedia sehingga akan merangsang
pertambahan pertumbuhan tanaman dengan baik. Sesuai dengan pendapat
Baharsyah (1993) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup
dan seimbang akan memebentuk proses metabolisme pada jaringan tanaman dan
senyawa organik dalam tubuh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembagan
tanaman.
1.24 1.41 1.45
6.23 6.28 6.37
9.19 9.23 9.27
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
7 14 21Dia
met
er P
angk
al B
atan
gB
ibit
Kak
ao (
mm
)
Interval Waktu Pemberian
30 HST
60 HST
90 HST
28
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 18) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara
konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik terhadap
tinggi bibit kakao dan jumlah daun bibit kakao umur 60 dan 90 HST dan diameter
pangkal batang bibit kakao umur 30 HST. Terdapat interaksi yang nyata terhadap
jumlah daun bibit kakao umur 30 HST.
4.3.1. Tinggi Bibit Kakao (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 4 dan 6) menunjukkan
bahwaterdapat interaksi yang sangat nyata antara konsentrasi Green Tonik dan
interval waktu pemberian Green Tonik terhadap tinggi bibit kakao umur 60 dan
90 HST. Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik dan
interval waktu pemberian Green Tonik umur 60 dan 90 HST setelah diuji dengan
BNT0,05 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Tinggi Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonikdan Interval Waktu Pemberian Green Tonik Umur 60 dan 90 HST.
Konsentrasi GreenTonik
Interval WaktuBNT0,057 (W1) 14 (W2) 21 (W3)
Umur 60 HSTK0 0 (kontrol) 19.64 a 20.14 a 20.48 a
0.83K1 1,5 19.62 a 20.50 a 20.40 aK2 2,5 19.46 a 20.36 a 20.50 abK3 3,5 20.23 a 20.05 a 20.10 aK4 4,5 19.93 a 20.64 a 21.16 b
Umur 90 HSTK0 0 (control) 21.88 ab 23.12 a 26.48 b
1.96K1 1,5 20.91 a 25.52 bc 26.01 abK2 2,5 20.91 a 24.88 a 25.41 aK3 3,5 24.94 bc 25.14 ab 24.24 aK4 4,5 23.69 c 27.77 c 24.10 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada tarafpeluang 5% (uji BNT).
29
Tabel 8 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi umur 60 HST
dijumpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan interval waktu
pemberian 21 hari sekali (W3). Umur 90 HST tinggi bibit kakao tertinggi dijumpai
pada pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan interval waktu pemberian
14 hari sekali (W2). Hal ini diduga berbedanya konsentrasi green tonik dan
interval waktu pemberian atau sebaliknya. Hubungan antara tinggi tanaman
dengan berbagai konsentrasi green tonik dan interval waktu pada umur 60 dan 90
HST dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Tinggi Tanaman Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik dan IntervalWaktu umur 60 HST.
Gambar 6. Tinggi Tanaman Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik dan IntervalWaktu umur 90 HST.
19.64
19.62
19.46
20.23
19.93
20.1420.50 20.36
20.05
20.6420.48
20.40 20.50
20.1
21.16
18.50
19.00
19.50
20.00
20.50
21.00
21.50
K0 K1 K2 K3 K4
Tin
ggi T
anam
an (c
m)
W1
W2
W3
21.88 20.9120.91
24.94
23.6923.12
25.52
24.88
25.14
27.77
26.48
20.01
25.41
24.2424.10
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
25.00
26.00
27.00
28.00
29.00
K0 K1 K2 K3 K4
Tin
ggi T
anam
an (c
m)
W1
W2
W3
30
Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 60 dan 90
HST dijumpai pada konsentrasi 3,5 cc l air-1 dan interval waktu pemberian Green
Tonik 21 hari sekali. Hal ini diduga bahwa konsentrasi dan interval waktu
pemberian Green Tonik sesuai dengan kebutuhan tanaman. Menurut Schrath dan
Sinclair (2003) tanaman yang memperoleh unsur hara dalam jumlah optimal serta
waktu yang tepat. Darmawan dan Baharyah (1983) yang menyatakan bahwa
ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses
metabolisme pada jaringan tanaman, sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik.
4.3.2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara konsentrasi Green Tonik dan
interval waktu pemberian Green Tonik terhadap jumlah daun bibit kakao umur 60
dan 90 HST. Namun terdapat interaksi yang nyata antara konsentrasi Green Tonik
dan interval waktu pemberian Green Tonik terhadap jumlah daun bibit kakao
umur 30 HST. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green
Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST
setelah diuji dengan BNT0,05 disajikan pada Tabel 9.
31
Tabel 9. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi GreenTonik dan interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90HST.
Konsentrasi GreenTonik
Interval WaktuBNT0,057 (W1) 14 (W2) 21 (W3)
Umur 30 HSTK0 0 (kontrol) 4.00 a 3.55 a 4.56 a
0.64K1 1,5 3.77 a 4.56 b 4.34 aK2 2,5 3.67 a 4.78 bc 4.11 aK3 3,5 4.33 ab 4.22 ab 4.55 aK4 4,5 4.00 a 4.78 c 4.33 a
Umur 60 HSTK0 0 (komtrol) 6.00 a 6.67 a 7.78 a
0.74K1 1,5 5.78 a 7.56 b 7.22 aK2 2,5 5.33 a 7.44 ab 7.56 aK3 3,5 7.33 b 7.00 a 7.11 aK4 4,5 7.00 b 8.00 b 7.00 a
Umur 90 HSTK0 0 (control) 9.11 a 9.22 a 10.44 ab
0.87K1 1,5 8.78 a 10.33 b 10.11 aK2 2,5 8.55 a 10.22 b 10.22 aK3 3,5 9.89 b 10.11 ab 10.00 aK4 4,5 9.56 ab 10.67 b 9.44 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang5% (uji BNT).
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak umur 30,
60 dan 90 HST dijumpai pada pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan
interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2). Hal ini diduga berbedanya
konsentrasi green tonik dan interval waktu pemberian atau sebaliknya. Hubungan
antara jumlah daun bibit kakao dengan berbagai konsentrasi green tonik dan
interval waktu pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat pada Gambar 7, 8
dan 9.
32
Gambar 7. Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik danInterval Waktu umur 30 HST
Gambar 8. Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik danInterval Waktu umur 60 HST.
Gambar 9. Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik danInterval Waktu umur 90 HST.
4.003.77
3.67
4.33
4.003.55
4.56
4.78
4.22
4.784.56
4.344.11
4.55
4.33
3.003.203.403.603.804.004.204.404.604.805.00
K0 K1 K2 K3 K4
Jum
lah
Dau
n B
ibit
Kak
ao(h
elai
)
W1
W2
W3
6.00 5.78 5.33
7.33
7.006.67
7.56 7.44
7.00
8.007.78
7.227.56
7.11
7.00
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
8.00
8.50
K0 K1 K2 K3 K4
Jum
lah
Dau
n B
ibit
Kak
ao(h
elai
)
W1
W2
W3
9.118.79
8.55
9.89 9.569.22
10.33 10.22
10.11
10.6710.44
10.1110.22
10.11
9.44
8.00
8.50
9.00
9.50
10.00
10.50
11.00
K0 K1 K2 K3 K4
Jum
lah
Dau
n B
ibit
Kak
ao(h
elai
)
W1
W2
W3
33
Gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao umur
30, 60 dan 90 HST terbanyak dijumpai pada konsentrasi 4,5 cc l air-1 dan interval
waktu pemberian Green Tonik 14 hari sekali. Hal ini diduga bahwa konsentrasi
dan interval waktu pemberian Green Tonik seimbang dengan kebutuhan tanaman.
Menurut Soetejo dan Kartasapoetro (1990) yang menyatakan bahwa waktu
aplikasi juga menentukan pertumbuhan tanaman. konsentrasi pupuk dan interval
waktu yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembagan bagi
tanaman.
4.3.3. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang sangat nyata antara konsentrasi Green Tonik dan interval waktu
pemberian Green Tonik terhadapdiameter pangkal batang bibit kakao umur 30
HST. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi
Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik umur 30 HST setelah
diuji dengan BNT0,05 disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagaikonsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonikumur 30 HST.
KonsentrasiGreen Tonik
Interval WaktuBNT0,057 (W1) 14 (W2) 21 (W3)
Umur 30 HSTK0 0 1.00 a 1.40 a 1.43 a
0.14K1 1,5 1.13 ab 1.43 a 1.50 aK2 2,5 1.27 b 1.47 a 1.47 aK3 3,5 1.40 c 1.40 a 1.40 aK4 4,5 1.40 c 1.37 a 1.47 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata padataraf peluang 5% (uji BNT).
Tabel 10 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao
terbesar dijumpai pada pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan interval
34
waktu pemberian 7 hari sekali (W1). Hal ini diduga berbedanya konsentrasi green
tonik dan interval waktu pemberian atau sebaliknya. Hubungan antara diameter
pangkal batang bibit kakao dengan berbagai konsentrasi green tonik dan interval
waktu pada umur 30 HST dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi GreenTonik dan Interval Waktu umur 30 HST.
Gambar 10 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao
terbesar umur 30 HST dijumpai pada konsentrasi 4,5 cc l air-1 dan interval waktu
pemberian Green Tonik 7 hari sekali. Hal ini diduga karena pada konsentrasi
pupuk Green Tonik tersebut unsur hara yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang seimbang, sehingga dapat memicu pertumbuhan dan perkembagan
lebih baik serta didukung oleh faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setiadi (2008) yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembagan suatu
tanaman dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim dan tanaman itu sendiri yang
semuanya saling berinteraksi satu sama lain dan waktu pemupukan yang tepat.
1.00
1.13
1.27
1.40 1.40
1.4 1.431.47
1.401.37
1.431.50 1.47 1.4 1.47
0.80
0.90
1.00
1.10
1.20
1.30
1.40
1.50
1.60
K0 K1 K2 K3 K4
Dia
met
er P
angk
al B
atan
g (m
m)
W1
W2
W3
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Konsentrasi Green Tonik berpengaruh sangat nyata diameter pangkal batang
bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
bibit kakao dan jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST.
Pertumbuhan tanaman kakao terbaik dijumpai pada konsentrasi dosis pupuk
green tonik 4,5 cc l air-1.
2. Interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi bibit kakaoumur 60 dan 90 HST, jumlah daun bibit kakao umur 30, 60
dan 90 HST dan diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 dan 60 HST.
Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakaoumur 30 HST. Namun
berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 90
HST. Pertumbuhan tanaman kakao terbaik dijumpai pada interval waktu
pemberian 21 hari sekali.
3. Terdapat interaksi yang sangat nyata antara konsentrasi Green Tonik dan
interval waktu pemberian Green Tonik terhadap tinggi bibit kakao dan jumlah
daun bibit kakao umur 60 dan 90 HST dan diameter pangkal batang bibit kakao
umur 30 HST. Terdapat interaksi yang nyata terhadap jumlah daun bibit kakao
umur 30 HST.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang konsentrasi dan interval
waktu pemberian pupuk green tonik pada tanaman lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baharsyah. J. 1993. Hortikultura Aspek Budidaya.. Penerbit UI, Jakarta
Buckman, H.O. Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. (terjemahan : Soegiman). BharataKarya Aksara, Jakarta.
Dwijoseputro D. 1983. Pengantar Fioslogi Pertumbuhan. PT. Gramedia, Jakarta.
Darmawan. J dan Baharsyah. 1983. Dasar-dasar Ilmu Fisologi Tanaman, Bogor.Institur Pertanian Bogor.
Erwin, 1987. Pemupukan interval. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta,Jakarta. 110 hal
Harjadi, S.S. 1989. Pengantar agronomi. Gramedia, Jakarta.
Jumin, H. B. 1989. Ekologo Tanaman: Suatu Pendekatan Fisiologi. RajawaliPress, Jakarta.
Kartasapoetro, A. G. 1990. Pengaruh Iklim Terhapa Tanah. Bumi Aksara,Bandung 134 hlm.
Lukito, AM. 2004. Paduan Lengfkap Budidaya Kakao /PPKKI. AgromediaPustaka, Jakarta. 328 Halaman.
Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.Gremedia Pustaka Utama, Jakarta.
Riana E.S. 1996. Pengaruh konsentrasi dan interval waktu pemberian pupklengkap cair green tonik terhadap pertumbuhan tanaman kakao. FakultasPertanian. Universitas Muhamadiyah Malang, Malang.
Rosmarkan dan Yowono, N. W. 2002. Ilmu Keseburan Tanah. Kanisius,Yogjakarta.
Schroth & Sinclair (Eds). (2003). Pohon, tanaman dan kesuburan tanah: konsep
dan metode penelitian. Cambridge : CABI Publishing
Setiadi, 2008. Bertanam Pada Musim Hujan. Agro Media Pustaka, 91 Halaman..
Setyamidjaja. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simpex, Jakarta.
Siregar, T.H.S., S. Riyadidan L. Nuraini. 1994. Budidaya Pengolahan danPemasaran Cokelat. Penebar Swadaya, Jakarta. 170 Halaman.
2004. Budidaya Cokelat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Surdarsianto. 1994. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksi padi organik
di tanah inceptisol. J. Akta Agrosia 11(1):13-18.
Susanto, FX. 1995. Tanaman Kakao Budidaya dan pengolahan hasil. Kanisius,Yogyakarta, 183 halaman.
Sutejo MM 1987. Pupuk dan cara pemupukan. Asdi Mahasatya, Jakarta 177Halaman