Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 19
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU
TERHADAP KINERJA GURU DI UPTD SEKOLAH DASAR
KECAMATAN CILAMAYA
Etna Novi Mahmud1
1Dosen Tetap STIE YPN Karawang
Penelitian dilaksanakan pada UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya. Dalam
pelaksanaannya, penelitian membutuhkan waktu sekitar 4 bulan mulai bulan Agustus 2015
sampai bulan November 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan mengumpulkan informasi dari
responden menggunakan kuesioner yang terstruktur dan terpola sesuai dengan kebutuhan
serta mengacu pada judul penelitian. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah
variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan kompetensi (X2) sebagai variabel bebas
dan variabel kinerja guru (Y) sebagai variabel tak terikat.
Analisis statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas atau
hubungan pengaruh. Teknik analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling
yang dioperasikan melalui program Smart-PLS. Untuk pengujian parsial digunakan uji t
hitung. Sedangkan untuk menguji secara simultan digunakan uji F hitung.
Hasil analisis statistik menyimpulkan bahwa : 1) terdapat pengaruh kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya. 2)
terdapat pengaruh kompetensi terhadap kinerja guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan
Cilamaya, dan 3) terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru
secara bersama-sama terhadap kinerja guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya
Kata kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi dan Kinerja Guru.
Pendahuluan
Bersamaan dengan lajunya arus reformasi dalam dunia pendidikan berbagai upaya
pembenahan sistem pendidikan dan perangkatnya di Indonesia terus dilakukan, akibatnya
muncul beberapa peraturan pendidikan untuk saling melengkapi dan penyempurnaan
peraturan-peraturan yang sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan saat ini. Hal ini dapat
dilihat dengan berlakunya Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dilakukan dengan cara
peningkatan kinerja guru karena guru merupakan tokoh sentral yang berhubungan langsung
dengan siswa melalui kegiatan proses belajar mengajar. Namun yang lebih perlu sebenarnya
adalah daya dorong yang harus dimiliki oleh guru-guru untuk meningkatkan motivasi kerja
yang tinggi mengingat akan beban yang dipundaknya untuk berusaha agar sekolah dapat
memberikan lulusan yang bermutu.
Kepemimpinan di organisasi pendidikan adalah hal yang sangat krusial karena
kepemimpinan di organisasi pendidikan khususnya kepemimpinan kepala sekolah
merupakan bagian yang sangat strategis dan menentukan baik buruknya atau maju
mundurnya pendidikan di sekolah. Konsep kepemimpinan yang diaplikasi dalam penelitian
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 20
ini adalah kepemimpinan transformasional. Dalam konteks ini kepemimpinan
transformasional harus mengintegral dalam sikap mental (mindset) kepala sekolah dalam
memimpin sekolahnya, meski tidak akan terbebas dari tantangan-tantangan. Pendekatan
kepemimpinan transformasional bercirikan membangun keyakinan, rasa menerima, dan
mendorong para pengikut (guru, staf dan siswa) untuk bekerja secara kolektif dalam
mencapai tujuan.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin
pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam
organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama
dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan
keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan
mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan
sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya berhenti pada kompetensi
yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga
profesionalisme guru akan terwujud.
Faktor kesenjangan dan lemahnya kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, kurangnya perhatian dan pengawasan melalui kegiatan
supervisi, serta kompetensi professional guru yang rendah diduga berpengaruh terhadap
motivasi kerja guru. Sisi lain dari kondisi ini diduga berpengaruh terhadap rendahnya kinerja
guru. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan
judul : "Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi Guru terhadap Kinerja
Guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya”.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di UPTD
Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya?
2) Apakah terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah
Dasar Kecamatan Cilamaya?
3) Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru secara
bersama-sama terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas yang diajukan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan membuktikan :
1) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar
Kecamatan Cilamaya.
2) Pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan
Cilamaya.
3) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru secara bersama-sama
terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
Tinjauan Teori
Kepemimpinan kepala sekolah.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 21
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengaruh terhadap orang lain, atau
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain. Orang ini dapat mendorong atau
menggerakan orang lain untuk berbuat sesuai tujuan yang diharapkan oleh kelompok atau
organisasi.
Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan
diteliti karena paling banyak diminati. Edwin A. Locke dalam Mangkunegara (2008:2)
mengatakan bahwa studi kepemimpinan yang dilakukan secara sistematis oleh para pakar
ilmu social terlaksana baru mulai pada abad ini. Dalam dunia bisnis, kepemimpinan
berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidupnya. Pada era
globalisasi dan pasar bebas hanya perusahaan yang mampu melakukan perbaikan terus
menerus dalam pembentukan keunggulan kompetitif yang mampu untuk berkembang.
Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu
menyikapi perkembangan zaman saat ini. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia
yang sedang berubah atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan
memasukkan organisasinya dalam situasi diam dan akhirnya mengalamai keruntuhan.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimpinan seperti yang
dikemukakan oleh James M. Black dalam Sadili (2006:287) yang dimaksud dengan
“Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau
bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan
tertentu”.
Sementara Indrafachrudi (2006:2) mengartikan “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan
dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu”.
Kemudian menurut Maman Ukas (2004:268) “Kepemimpinan adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu
yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan”. Sedangkan Terry George R
dalam Thoha (2009:5) mengartikan bahwa “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi”.
Berdasarkan pada pemaknaan secara harfiah tersebut, maka dalam memahami
kepemimpinan sebaiknya juga melihat bahwa konsep kepemimpinan dipahami sebagai
kapasitas yang dimiliki seseorang, sehingga orang tersebut dapat menjalankan fungsi
kepemimpinan secara memadai. Pengertian ini juga dapat diarahkan pada pemahaman
mengenai pentingnya aspek proses yang dijalankan dalam kepemimpinan seseorang. Dengan
demikian pengertian kepemimpinan ini lebih mengarah pada proses di dalam memimpin
daripada sekedar personal yang menjalankan kepemimpinan itu sendiri.
Menurut Wahyudi (2009:64)) terdapat tiga bidang keterampilan manajerial yang harus
dikuasai kepala sekolah sebagai manajer pendidikan yaitu keterampilan konseptual
(conceptual skill), Keterampilan hubungan manusia, dan keterampilan teknik. Keterampilan
konseptual merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk melihat
sekolah sebagai suatu keseluruhan, merencanakan perubahan, merancang tujuan sekolah,
membuat penilaian secara tepat tentang efektivitas kegiatan sekolah dan mengkoordinasikan
program secara harmonis; Keterampilan hubungan manusia merupakan kemampuan untuk
bekerjasama, berkomunikasi dan memahami orang-orang di dalam organisasi. Memiliki
kemampuan untuk memahami dan mengerti perasaan orang lain dan mampu memberi
motivasi orang lain sehingga dapat memberikan efektivitas kemajuan; dan Keterampilan
teknik sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang manajer yang berkaitan dengan
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 22
prosedur, metode, menggunakan alat-alat, teknik-teknik dan proses, yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas khusus serta mampu mengajarkan kepada bawahannya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan definisi kepemimpinan kepala sekolah
adalah kemampuan pemimpin seorang kepala sekolah untuk menciptakan dan
mengartikulasikan suatu visi yang realistik, dapat dipercaya, atraktif tentang masa depan
bagi suatu organisasi sekolah yang terus berkembang dan meningkat.
Dimensi dan indikator dari kepemimpinan kepala sekolah seperti yang dikembangkan
Luthan (2006:654) adalah sebagai berikut : 1) Kharisma, 2) Kepemimpinan Inspirasidan 3)
Stimulasi Intelektual dan Kepekaan Individu.
Kompetensi guru.
Kompetensi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris competency yang
dapat diartikan sebagai kecakapan, kemampuan dan wewenang. Pemahaman kompetensi
berkembang sejalan dengan perkembangan dunia yang semakin global dewasa ini,
kemampuan sumber daya manusia merupakan bagian penting dalam kemajuan suatu bangsa
maupun suatu organisasi. Pengembangan sumber daya manusia tidak terlepas dari
kompetensi pelaku yang terlibat dalam organisasi itu.
Istilah kompetensi SDM dalam kenyataannya belum ada kesepakatan universal.
Beberapa pakar memberikan definisi yang cukup bervariasi terhadap istilah kompetensi.
Namun secara umum istilah kompetensi dapat disimpulkan sebagai “the capability to
perform”. Kesimpulan ini mengindikasikan bahwa kompetensi SDM terdiri dari berbagai
variabel. Sementara itu, Robbins (2003:82) menegaskan bahwa salah satu bentuk
kompetensi SDM yang merupakan biographical characteristic adalah kemampuan (ability)
yang terdiri dari intellectual ability dan physical ability. Secara komprehensif maka
kompetensi SDM terdiri dari empat indikator, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) ability
(kemampuan), (3) skill (keahlian/keterampilan), dan (4) attitude (sikap).
Departemen Pendidikan Nasional (2007 : 2) memberi pengertian kompetensi adalah
kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain
kompetensi itu merupakan kemampuan unjuk kerja (ability to do) yang dilatarbelakangi oleh
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini mengandung arti bahwa kualitas
unjuk kerja itu ditentukan oleh kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Semakin tinggi kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan, semakin tinggi
pula unjuk kerjanya, begitu pula sebaliknya. Jadi ada korelasi positif tinggi antara tingkat
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan kompetensi yang terbentuk.
Menurut Surya dkk (2004 : 4.24) Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang
harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan penampilan unjuk kerja sebagai guru
secara tepat.
Wibowo (2010:85) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan
dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas, Becker, Huselid dan Ulrich dalam Winardi (2002:22)
mendefinisikan kompetensi merupakan pengetahuan, kemampuan dan keahlian
(keterampilan) atau ciri kepribadian yang dimiliki seseorang yang secara langsung
mempengaruhi kinerjanya. Kinerja yang mampu menciptakan kondisi maksimal merupakan
modal dasar bagi terciptanya keunggulan individu dalam organisasi.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 23
Kemampuan guru dalam menjalankan profesinya sangat erat dan berkaitan dengan
kompetensinya. Undang-undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 menyebutkan
definisi kompetensi sebagai “seperangkat pengetahuan ketrampilan dan perilaku yang harus
dimiliki dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan bahwa kompetensi kerja guru merupakan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seorang guru dalam pekerjaannya dengan
kualifikasi dan standar tertentu yang diperoleh melalui pendidikan maupun pelatihan
profesi. Adapun dimensi dan indikator Kompetensi kerja guru adalah sebagai berikut : 1)
Pengembangan profesi, 2) Pemahaman wawasan.
Kinerja Guru.
Istilah kinerja berasal dari kata performance atau actual performance penampilan
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja pegawai dapat dilihat
dari segi kecakapan, keterampilan, pengetahuan dan kesungguhan pegawai yang
bersangkutan. Karena kelangsungan hidup suatu organisasi tergantung salah satu
diantaranya kinerja pegawainya dalam melaksanakan pekerjaan, karena pegawai merupakan
unsur penting yang harus mendapat perhatian. Pencapaian tujuan organisasi menjadi kurang
efektif apabila kinerja pegawai tidak maksimal dan hal ini akan menimbulkan pemborosan
bagi organisasi itu sendiri. Oleh sebab itu prestasi kerja (kinerja) pegawai harus benar-
benar diperhatikan.
Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2010 : 2) menyampaikan bahwa : “Kinerja
(performance) adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan
tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi”.
Menurut Siswanto (2005 : 195) prestasi kerja adalah “Hasil kerja yang dicapai oleh
seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Pada umumnya prestasi kerja seorang tenaga kerja antara lain dipengaruhi oleh kecakapan,
keterampilan, pengalaman, kesanggupan tenaga kerja yang bersangkutan.”
Mangkunegara (2008:67) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai berikut :
“Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Bernardin dan Russel dalam Ruky (2002:15) Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang
hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau
kegiatan selama kurun waktu tertentu. Bernardin dan Russell lebih menekankan pada hasil
atau apa yang keluar (outcome) dari suatu pekerjaan dan kontribusi mereka dalam
organisasi.
Munandar (2001:287) menekankan kinerja merupakan interaksi dari ciri-ciri
kepribadian individu yang dibawa memasuki sistem organisasi kerjanya. Lebih jauh,
Munandar (2001: 313) menekankan kinerja adalah kondisi kerja atau situasi kerja yang
terberikan dan kriteria sejauh mana sasaran tercapai.
Tiga hal penting dalam kinerja adalah tujuan, ukuran, dan penilaian. Penentuan tujuan
setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan
memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan
organisasi dari setiap personil. Tetapi ternyata tujuan saja tidak cukup, sebab itu diperlukan
ukuran apakah seseorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu
penilaian kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 24
memegang peranan yang penting. Akhir dari proses kinerja adalah penilaian kinerja itu
sendiri yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan.
Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas guru dipersyaratkan untuk memiliki beberapa
kualifikasi tertentu sehingga paradigma bahwa seseorang dengan cukup membaca atau
belajar terlebih dahulu maka seseorang dapat mengajar sangat tidak tepat. Kualifikasi yang
disyaratkan seperti yang tercantum dalam Undang-undang Guru dan Dosen no. 14 tahun
2005 bab IV pasal 8 dimana guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa definisi kinerja guru adalah
“sebagai hasil kerja yang dicapai oleh guru yang disesuaikan dengan peran atau tugas
guru tersebut dalam suatu sekolah pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan
dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari sekolah di mana guru tersebut
bertugas.”
Dimensi dari variabel kinerja guru seperti yang dikembangkan Mitchel TR dalam
Riduwan (2008:229) adalah : 1) Kemampuan dan kualitas hasil kerja, 2) Inisiatif dan
kreatifitas, 3) Komunikasi, 4) Kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Hipotesis Penelitian.
1. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di UPTD
Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
2. Terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar
Kecamatan Cilamaya.
3. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru secara bersama-
sama terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
Metode Penelitian.
Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode survey.
Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kuantiatif dengan metode survey maka
untuk memperoleh data sampel yang diambil dari populasi digunakan alat berupa kuesioner.
Kemudian data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan program komputer
yaitu SPSS Versi. 20.00 untuk analisis deskriptif. Sedangkan untuk analisis inferensial dan
pengujian hipotesis menggunakan analisis Struktural Equation Modeling (SEM) dengan
dibantu program komputer Partial Least Square (PLS) versi 3.3.0. Data kemudian dianalisis
berdasarkan variabel-variabel penelitian yang ada.
Adapun desain penelitian ini melibatkan dua variabel bebas yaitu kepemimpinan
kepala sekolah (X1) dan kompetensi kerja guru (X2) dan satu variabel terikat yaitu kinerja
guru sebagai (Y1).
Konstelasi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digambarkan
sebagaimana desain penelitian di bawah ini:
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 25
Gambar. Pola Hubungan Antar Variabel Penelitian.
Populasi.
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik
tertentu, jelas dan lengkap, yang akan diteliti. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam
populasi disebut unit analisis atau elemen populasi. (Wijaya, 2009 : 10).
Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di UPTD Sekolah
Dasar Kecamatan Cilamaya yang terdiri dari 200 orang atau responden.
Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Haryono (2007:76) statistik deskriptif adalah statistik yang dipergunakan
untuk menggambarkan hasil data penelitian tapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas. Selanjutnya, Sugiyono (2008:21) menyatakan bahwa dalam statistik
deskriptif, cara-cara penyajian data antara lain melalui tabel biasa maupun distribusi
frekuensi, grafik histogram, penjelasan kelompok melalui modus, median, mean, dan variasi
kelompok melalui rentang dan simpangan baku.
Sedangkan untuk menganalisis data secara deskriptif, akan digunakan bantuan
program komputer software SPSS Statistic 18.
Analisis Menggunakan Partial Least Square (PLS)
Partial Least Square (PLS) dapat digunakan pada setiap jenis skala data (nominal,
ordinal, interval maupun rasio) serta mempunyai syarat yang lebih fleksibel. Partial Least
Square juga digunakan untuk mengukur pengaruh setiap indikator dengan konstruknya.
Dalam PLS lebih mengutamakan sebagai eksplorasi daripada sebagai konfirmasi. Adapun
tujuan utama dari Partial Least Square adalah menjelaskan pengaruh antar konstruk dan
menekankan pengertian tentang nilai pengaruh tersebut. Dalam hal ini hal penting yang
harus diperhatikan adalah keharusan adanya teori-teori yang memberikan asumsi-asumsi
untuk menggambarkan model, pemilihan variabel, pendekatan analisis dan interpretasi hasil.
Desain Partial Least Square dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan Ordinary Least
Square (OLS) regression ketika data mengalami masalah, yaitu; ukuran data kecil, adanya
missing values, data tidak normal dan adanya multikolinearitas (Pirouz, 2006 dalam
Mustafa, Zainal dan Wijaya Tony, 2012:11).
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 26
Adapun penelitian ini didesain untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas yaitu
kepemimpinan (X1), kompetensi (X2), dengan variabel terikatnya yaitu kinerja (Y).
Konstelasi pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dapat digambarkan
diagram jalur di bawah ini:
Gambar Diagram Jalur (Path Diagram)
Pengujian Hipotesis.
Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian, maka rancangan uji hipotesis yang dapat dibuat
merupakan rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan
penelitian. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat presisi atau
batas ketidakakuratan sebesar () = 5% = 0,05, dengan menghasilkan nilai t-tabel sebesar
1,96. Untuk uji parsial dan tolak H0 jika nilai Fhit ≥ Ftabel untuk uji simultan.
Sedangkan nilai F hitung menggunakan formula Fhit =
Adapun nilai F
kritisnya diperoleh dari tabel dengan formulasi Ftabel = Fα(k,n-k-1) dimana k merupakan
jumlah variable bebas, R2 meupakan koefisien deteminasi, dan n merupakan jumlah sampel.
Berikut adalah kriteria pengujian hipotesis :
1. Jika nilai t-statistik lebih kecil dari nilai t-tabel (t-statistik < 1,96) maka H0 diterima dan
Ha ditolak.
2. Jika nilai t-statistik lebih besar dari nilai t-tabel (t-statistik > 1,96) maka H0 ditolak dan
Ha diterima.
3. Jika nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Adapun dalam penelitian ini akan diajukan hipotesis untuk menjawab rumusan
masalah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1) Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di UPTD
Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
2) Terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar
Kecamatan Cilamaya.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 27
3) Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru secara bersama-
sama terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 28
Analisis Inferensial dengan Smart-PLS
a. Pengujian Validitas Variabel (Konstruk).
Gambar Output Koefisien Jalur yang sudah Fit
Table 1. Hasil Pemeriksaan Reliabilitas Konstruk Berdasarkan Convergent Validity
No Construct/Variabel Composite
Reliability
Cronbach
Alpha R2
1 KEPEMIMPINAN (X1) 0,884 0,855
2 KOMPETENSI KERJA (X2) 0,865 0,816
3 KINERJA GURU (Y) 0,720 0,614 0,259
Data diolah peneliti (2015)
b. Evaluasi Model Struktural
Tabel Path Coefficients
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 29
c. Pengujian Hipotesis.
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai t-values ≥ 1,96 untuk uji parsial dan tolak H0
jika nilai Fhit ≥ Ftabel untuk uji simultan. Adapun hasil pengujian terhadap seluruh hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis Pertama :
H0 : Tidak terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di UPTD
Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
Ha : Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di UPTD
Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
Kesimpulan:
Berdasarkan tabel 4.13 Path Coefficients nilai t hitung adalah 3.091 ≥ 1,96, dan P value 0,002 ≤
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
2. Hipotesis Kedua :
H0 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah
Dasar Kecamatan Cilamaya.
Ha : Terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar
Kecamatan Cilamaya.
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel 4.13 Path Coefficients nilai t statistik adalah 4.064 ≥ 1,96, dan P value 0,000 ≤
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja
guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
3. Hipotesis ketiga :
H0 : Tidak terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru secara
bersama-sama terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
Ha : Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru secara bersama-
sama terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
Berdasarkan R Square diperoleh R2 sebesar 0,259 (25,9%). Jumlah variabel bebas (k) sebanyak
2 dan jumlah sampel penelitian (n) sebanyak 133 dengan taraf signifikansi α sebesar 5% maka
dapat diperoleh nilai Fhit dan Ftabel sebagai berikut:
Fhit =
0,25 (133-2-1) = 32,5 = 21
(1-0,25)2 1,5
Ftabel = Fα(k,n-k-1) = F0,05(2,133-2-1) = F0,05(2,130) = 3,06 (diperoleh dari Tabel F).
Kesimpulan :
Karena Fhit sebesar 21 ≥ Ftabel sebesar 3,06 maka H0 ditolak, yang berarti Terdapat pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru di
UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya.
Kesimpulan Penelitian.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan pada Bab IV maka peneliti dapat
menarik beberapa kesimpulan diantaranya ;
1. Kesimpulan pada hipotesis pertama adalah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya. Hal ini dapat diartikan
semakin baik kepemimpinan maka semakin baik pula kinerja guru UPTD Sekolah Dasar
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 30
Kecamatan Cilamaya. Hal ini berdasarkan koefisien korelasi pengaruh kedua variabel diperoleh
berdasarkan nilai t hitung adalah 3,091 ≥ 1,96, dan P value 0,002 ≤ 0,05.
2. Kesimpulan pada hipotesis kedua adalah terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja
guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya. Hal ini mempunyai arti semakin baik
kompetensi kerja guru semakin baik pula kinerja guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan
Cilamaya. Hal ini berdasarkan koefisien korelasi pengaruh kedua variabel diperoleh berdasarkan
nilai t hitung adalah 4,064 ≥ 1,96, dan P value 0,000 ≤ 0,05.
3. Kesimpulan pada hipotesis ketiga adalah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan
kompetensi guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru di UPTD Sekolah Dasar Kecamatan
Cilamaya. Artinya semakin baik kepemimpinan dan kompetensi kerja guru maka semakin baik
pula kinerja guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya. Koefisien korelasi untuk pengaruh
ketiga variabel diperoleh berdasarkan tabel R Square diperoleh R2 sebesar 0,259 (25,9%).
Sehingga diperoleh Fhit sebesar 21 ≥ Ftabel sebesar 3,06.
Implikasi Kebijakan.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas diketahui bahwa semua variabel
penelitian yang diajukan berdasarkan hipotesis dapat diterima dan semua positif signifikan.
Selanjutnya akan dikemukakan beberapa upaya dalam rangka meningkatkan kinerja guru UPTD
Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya, dengan melihat dimensi dan indikator yang memiliki Loading
Factor (LF) yang tertinggi dari masing-masing variabel penelitian berdasarkan tabel hasil outer
loading.
1) Upaya untuk meningkatkan kinerja guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya, dapat
dilakukan dengan melihat koefisien korelasi dari kedua variabel bebas yaitu kepemimpinan dan
kompetensi kerja, variabel mana yang memiliki koefisien korelasi terbesar dalam mempengaruhi
kinerja guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa kompetensi kerja mempunyai koefisien terbesar dengan koefisien t hitung sebesar 4,064
dan P sebesar 0,000, dibanding dengan kepemimpinan yang mempunyai t hitung sebesar 3,091
dan P sebesar 0,002. Hal ini menjelaskan bahwa upaya untuk meningkatkan kinerja guru UPTD
Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu meningkatkan
kompetensi kerja guru, baru kemudian meningkatkan kepemimpinan di UPTD Sekolah Dasar
Kecamatan Cilamaya.
2) Dalam rangka meningkatkan kompetensi kerja guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya,
dapat dilakukan dengan melihat dimensi dan indikator dari kompetensi kerja yang mempunyai
koefisien loading factor (LF) terbesar diantaranya adalah dimensi X2.1. “Pengembangan
Profesi” dengan indikatornya KT4 dengan keterangan “Penilaian dan Evaluasi” yang mempunyai
koefisien sebesar 0,918. Hal ini menjelaskan bahwa para guru UPTD Sekolah Dasar Kecamatan
Cilamaya menginginkan adanya peningkatan pengembangan profesi dengan bukti nyata adalah
diadakannya penilaian dan evaluasi secara rutin, sehingga diharapkan kinerja akan meningkat.
3) Dalam rangka meningkatkan kepemimpinan pada UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya,
dapat dilakukan dengan melihat dimensi dan indikator dari kepemimpinan yang mempunyai
koefisien loading factor terbesar diantaranya adalah dimensi X1.1. “Kharisma atau Idealisme”
dengan indikatornya KP4 dengan keterangan “Kepercayaan” yang mempunyai koefisien sebesar
0,869. Hal ini menjelaskan bahwa pimpinan harus mempunyai kharisma dan idealisme dalam
bekerja, dimana salah satu indikator agar mempunyai kharisma yang baik di depan guru adalah
dengan memberikan kepercayaan yang lebih kepada para guru untuk menjalankan tugas-
tugasnya, atau dengan memberikan tugas-tugas yang lebih menantang, sehingga diharapkan
kinerjanya akan meningkat.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 31
Keterbatasan Penelitian.
Akhirnya peneliti sadar diri bahwa dalam pelaksanaan penelitian masih terdapat banyak
kekurangan, hal ini tentunya membuat hasil penelitian ini hendaknya janganlah digunakan sebagai
satu-satunya referensi atau gambaran umum bagi pihak manajemen UPTD Sekolah Dasar Kecamatan
Cilamaya dalam mengambil kebijakan.
Keterbatasan penelitian yang mungkin terjadi dikarenakan menyangkut persiapan peneliti
dalam hal tenaga, waktu dan biaya. Berdasarkan hal itu peneliti berharap penelitian ini dapat
dilanjutkan oleh adik-adik kelas kami di STIE Trianandra khususnya dengan pembahasan yang lebih
mendalam dengan ditambah variabel-variabel di luar daripada yang telah diteliti pada penelitian ini.
Saran-saran.
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah diuraian di atas, berikut akan diajukan
saran-saran kepada manajemen UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya, yaitu ;
1) Manajemen UPTD Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya, disarankan lebih mendalukan
meningkatkan kompetensi kerja para guru, salah satunya adalah dengan adanya program
pengembangan profesi serta dengan dilaksanakannya penilaian dan evaluasi secara rutin
sehingga diharapkan kompetensi guru meningkat yang pada akhirnya kinerja guru UPTD
Sekolah Dasar Kecamatan Cilamaya akan meningkat.
2) Selanjutnya adalah meningkatkan kepemimpinan di PT. PK Manufacturing Indonesia dengan
cara pimpinan harus mempunyai kharisma dan idelaisme dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Sekaligus seorang pimpinan harus memberikan kepercayaan yang lebih kepada para guru dalam
menjalankan tugas-tugasnya, sehingga pada akhirnya kinerja guru UPTD Sekolah Dasar
Kecamatan Cilamaya akan meningkat
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah SMA/MA), Jakarta.
Dharma, Surya, 2009, Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya.
Ghozali, Imam, 2011, SEM dengan PLS, Semarang: Universitas Diponegoro.
Haryono, Siswoyo., 2010, Intisari Teori Kepemimpinan, Jakarta. PT. Intermedia Personalia Utama,
Indrafachrudi, R. Soekarto, 2006. Bagaimana Memimpin yang Efektif, Bogor : Ghalia.
Jogiyanto, Hartono. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi, Edisi III. Yogyakarta: Andi.
Mangkunegara, P.A. 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung, Rosdakarya.
Mangkunegara, Prabu, Anwar, 2008, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Bandung : PT Refika
Aditama.
Manurung, R.D.A. 2001. Authentic Personal Branding sebagai Mediator Kepemimpinan Heroik dan
Organisasi Pembelajaran terhadap Prestasi Kerja, Disertasi, Jakarta: Program Pasca
Sarjana Psikologi, UPI – Y.A.I .
Munandar, A.S, 2001, Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta, UI-Press.
Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah.
Permendiknas nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.
Riduwan, 2008, Skala Pengukuran Variabel – variabel Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 32
Ruky, Achmad, 2002, Sistem Manajemen Prestasi kerja: Panduan Praktis untuk Merancang dan
Meraih Prestasi kerja Prima, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Santoso, Singgih, 2011, Structural Equation Model (SEM), Konsep dan Aplikasi dengan AMOS 18,
Jakarta, PT. ELex Media Komputindo.
Siswanto, Bedjo., 2005, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan
Operasional, Jakarta: Bumi Aksara.
Surya, M. 2004. Percikan Perjuangan Guru, Semarang: Aneka Ilmu.
Thoha, M, 2009, Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta, Rajawali Pers.
Undang-undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005.
Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta.
Waluyo, Winoto, 2011, Panduan Aplikasi SEM untuk Aplikasi Model dalam Pelitian Teknik Indistri,
Psikologi, Sosial dan Manajemen, Jakarta. PT. Indeks.
Wibowo, 2010. Manajemen Kinerja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Widjanto, Setyo Hari, 2008, SEM dengan Lisrel 8.8, Yogyakarta. Graha Ilmu.
Wijaya, Tony, 2009, Analisis SEM Menggunakan AMOS, Yoyakarta. Univ. Atmajaya.
Wijayanto, S.H. 2008. Structural Equation Modeling Dengan LISREL 8.8: konsep dan tutorial:
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winardi, 2002, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta. Kencana.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.