perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN,
STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT
KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Disusun Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
Tiyas Nur Amalina
F 1308591
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
HALAMAN MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan
Jangan biarkan rasa takut gagal membuatmu berhenti mencoba
Persahabatan adalah ikatan hati dan tidak bisa diukur dengan harta benda dan uang
sekalipun
Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan, kita menghargai cahaya
karena kita pernah dalam kegelapan, maka begitu pula kita dapat menikmati
kebahagiaan karena kita pernah merasakan kesedihan
Mencintai seseorang berarti mengambil resiko yang sangat besar. Cinta berarti
menyerahkan masa depan dan kebahagiaan seseorang ke tangan orang lain. Cinta
membuat seseorang harus mempercayai orang lain tanpa keraguan. Cinta membuat
seseorang rela menerima kesedihan.
Dan…karena itulah aku mencintaimu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulis Persembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta
Adikku Ratna dan Icha tersayang
I Maykel Ram thanks for loving me…
Teman-teman Akuntansi 2008
Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb,
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN,
STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT
KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA”. Penelitian dan penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat yang harus ditempuh guna meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan penelitian ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Wisnu Untoro, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak, selaku dosen pembimbing skripsi ini yang telah
memberikan waktu dan bimbingan serta pegarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh staff pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
5. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas segala doa, curahan kasih sayang dan
nasehatnya selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
6. Adik-adikku tercinta, dek Ratna dan dek Icha, terima kasih atas segala
bantuan, dukungan dan kasih sayangnya. Ingat ya jadikan dunia ini penuh
dengan orang-orang pintar!
7. I Maykel Ram, thanks for loving me and for our sweet moments together.
8. Suhu ku yang kau tau siapa namanya tak boleh disebut, terima kasih atas
bimbingan dan bantuannya selama ini.
9. Sahabat-sahabat (Abdoel, Mbak Endah, Prima, Erlina, Ervan, Haryok, Angga,
Afrie, Yono dan Oviek) terima kasih atas segala bantuan, pengertian dan
semangatnya. Semoga kebersamaan kita tak akan pernah berakhir.
10. Teman-teman Swadana Transfer 2008 (Evi, Putri, Nurul, Andika, Ernand,
Adhi, Tholib, dst) terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.
11. Terima Kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu terima kasih atas segala bantuan.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan
demi perbaikan yang berkelanjutan.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 22 Juni 2011
Tiyas Nur Amalina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRACT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Agency Theory ........................................................ 11
2. Good Corporate Governance ................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
3. Komite Audit .......................................................... 17
4. Karakteristik Keuangan Perusahaan ......................... 21
5. Struktur Kepemilikan ............................................. 22
6. Kualitas Audit ......................................................... 24
B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan Terhadap
Frekuensi Rapat Komite Audit .............................. 26
2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Frekuensi
Rapat Komite Audit .............................................. 29
3. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat
Komite Audit ....................................................... 31
4. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Tehadap
Frekuensi Rapat Komite Audit .............................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data ........ 36
B. Variabel dan Pengukuran Variabel ............................. 38
C. Metode Analisis Data ................................................. 43
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data ........................................... 49
B. Statistik Deskriptif .................................................... 49
C. Pengujian Normalitas ................................................ 53
D. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 55
a. Uji Multikolinieritas ............................................. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
b. Uji Autokorelasi ................................................... 56
c. Uji Heteroskedastisitas .......................................... 57
E. Pengujian Hipotesis .................................................. 59
a. Uji Sigifikansi-F ................................................... 60
b. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji Signifikansi-t) .. 61
c. Uji Koefisien Determinasi ..................................... 65
F. Pembahasan .............................................................. 66
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................. 70
B. Keterbatasan ............................................................. 71
C. Saran ........................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III. 1 Daftar KAP BIG 4 dan Afiliasinya .................................. 42
Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel ................................................. 4 9
Tabel IV. 2 Hasil Uji Statistik Deskrptif ......................................... 50
Tabel IV. 3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier Data .................. 54
Tabel IV. 4 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Data .................... 55
Tabel IV. 5 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................... 56
Tabel IV. 6 Hasil Uji Autokorelasi ................................................. 57
Tabel IV. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ....................................... 58
Tabel IV. 8 Hasil Uji Signifikansi-F ............................................... 60
Tabel IV. 9 Hasil Uji Signifikansi-t ................................................. 61
Tabel IV.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II. 1 Kerangka Teoritis ............................................................. 35
Gambar IV. 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
TIYAS NUR AMALINA F1308591
THE INFLUENCE OF FIRM FINANCIAL CHARACTERISTICS, OWNERSHIP STRUCTURE, AUDIT QUALITY AND CHARACTERISTICS
OF AUDIT COMMITTEE RELATED TO FREQUENCY OF THE MEETING AUDIT COMMITTEE IN COMPANIES LISTED IN THE INDONESIA
STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to find empirical evidence related to the firm financial characteristics (firm size, leverage, loss of firm and firm growth), ownership structure (managerial ownership and institutional ownership), audit quality and characteristics of audit committee (the independence of audit committee, accounting expertise and finance and the size of the audit committee) to frequency of the audit committee meetings in companies listed in the Indonesia Stock Exchange. This research uses secondary data which is obtained from the company’s financial report and the Indonesian Capital Market Directory (ICMD). The sample that used in this research is selected by purposive sampling. Based 398 companies listed in the Indonesia Stock Exchange in 2009, only 151 companies are eligible to be sampled in this research. Data analysis technique that used is multiple regression analysis. The results showed that the research is partially variable firm size, loss of firm, managerial ownership, institutional ownership, audit quality, the independence of audit committee, accounting expertise and finance and the size of the committee affects to the frequency of meeting audit committee, while the leverage variable and firm growth partial no significant effect to the frequency of meeting audit committee. The percentation of the effect is 62.9% while the rest of 37.1% is explained by other variables outside the model research.
Keyword : firm size, leverage, loss of firm, firm growth, managerial ownership, institutional ownership, audit quality, the independence of audit committee, accounting expertise and finance, the size of the audit committee and the frequency of audit committee meetings
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
TIYAS NUR AMALINA F1308591
PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris terkait dengan karakteristik keuangan (ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan), struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), kualitas audit dan karakteristik komite audit (independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit) terhadap frekuensi rapat komite audit di perusahaan yang terdatar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Dari 398 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009, hanya sebanyak 151 perusahaan saja yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini secara parsial variabel ukuran perusahaan, rugi perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit, sedangkan variabel leverage dan pertumbuhan perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap frekuensi rapat komite audit. Besarnya pengaruh tersebut adalah 62,9% sementara itu sisanya sebesar 37,1 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
Kata kunci : ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan, ukuran komite audit, frekuensi rapat komite audit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan
masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi
pada tahun 1997. Krisis tersebut terjadi akibat kurang transparannya
pengelolaan perusahaan sehingga kontrol publik menjadi sangat lemah. Selain
itu, adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan pada pemegang saham
(keluarga) yang menyebabkan campur tangan pemegang saham mayoritas pada
manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik kepentingan
yang sangat menyimpang dari norma tata kelola perusahaan yang baik
(Achmad et al., 2009).
Untuk mengurangi konflik di antara pemegang saham dan manajemen,
menurut Mendez dan Gracia (2007) diperlukan adanya tata kelola perusahaan
yang baik. Salah satu mekanisme dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan
yang baik adalah dengan adanya pengawasan atau monitoring. Untuk
melakukan pengawasan pada perusahaan dapat dilakukan dengan pembentukan
komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-29/PM/2004, tugas
komite audit adalah melakukan penelaahan atas informasi keuangan,
melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal dan paraturan perundangan lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan perusahaan, melakukan penelaahan atas
pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal, melaporkan kepada komisaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko
oleh direksi, dan melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan
komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten serta menjaga
kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
Regulator menyakini bahwa komite audit mengawasi dan memantau
proses pelaporan keuangan termasuk pengendalian internal atas pelaporan
keuangan, kualitas informasi keuangan, dan proses jaminan yang diberikan
oleh auditor eksternal. Regulator percaya dan teori keagenan menjelaskan dan
memperkirakan, bahwa lebih sering rapat komite audit menunjukkan
ketekunan komite audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif
sehingga masalah keagenan diminimalkan (Raghunandan dan Rama, 2007).
Menurut Egon Zehnder dalam FCGI (2003), komite audit memberikan
suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan dan
penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen. Manfaat
ini diperoleh karena komite audit mampu membantu ke arah penguatan
independensi auditor eksternal perusahaan. Pada umumnya, komite audit
mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu laporan keuangan
(financial reporting), tata kelola perusahaan (corporate governance), dan
pengawasan perusahaan (corporate control).
Dalam pelaksanaan tugas tersebut, komite audit dapat melakukan
pertemuaan untuk membahas permasalahan yang dihadapi perusahaan. Oleh
karena itu, intensitas atau frekuensi rapat oleh komite audit dapat menujukkan
tingkat kerajinan anggota komite audit dalam melakukan pengawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan (Raghunandan dan Rama, 2007). Namun demikian, jumlah
frekuensi rapat komite audit yang harus dilakukan dalam tiap periodenya tidak
diatur dalam peraturan yang ada dan masih sangat sedikit bukti penelitian
terkait frekuensi rapat komite audit di Indonesia. Kondisi ini memotivasi
peneliti untuk melakukan penelitian faktor yang diduga berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit sebagai bentuk pelaksanaan tugas pengawasan
oleh komite audit.
Beberapa penelitian terkait frekuensi rapat komite audit telah dilakukan,
di antaranya Raghunandan dan Rama (2007) dan Sharma et al., (2009). Kedua
penelitian tersebut menggunakan karakteristik keuangan, struktur kepemilikan,
kualitas audit, karakterisitik komite audit dan dewan komisaris sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi frekuensi rapat komite audit.
Perusahaan besar mempunyai komplektisitas dan memiliki dispersi
kepemilikan yang lebih besar dibanding dengan perusahaan kecil. Keadaan ini
dapat menciptakan potensi yang lebih besar terjadinya agency problem terkait
pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan-
perusahaan besar membutuhkan pengawasan atau monitoring yang lebih luas
dari proses pelaporan keuangan. Proses pengawasan yang dimaksud dapat
dicapai melalui audit eksternal (Carcello dan Neal, 2002). Selain itu, proses
pengawasan juga dapat dilakukan dengan adanya monitoring internal yang
lebih besar (Raghunandan dan Rama, 2007). Oleh karena itu dimungkinkan
terjadi hubungan yang positif antara frekuensi rapat komite audit dan ukuran
perusahaan. Di samping itu, tingkat leverage yang tinggi pada sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan menunjukkan masalah yang lebih besar dan pengawasan yang lebih
besar oleh penyedia utang karena perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi mempunyai risiko kebangkrutan yang tinggi sehingga menyebabkan
risiko yang tinggi pula bagi penyedia utang. Perusahaan-perusahaan dengan
leverage yang tinggi memerlukan pengawasan internal lebih dekat karena
perusahaan tersebut cenderung untuk terlibat dalam manipulasi laba dan aset,
sehingga memberi kemungkinan untuk lebih sering terjadi rapat komite audit
(Raghunandan dan Rama, 2007). Sebaliknya, dalam pandangan teori keagenan
bahwa penyedia utang terus memantau perusahaan untuk memastikan bahwa
persyaratan utang tidak dilanggar. Dengan demikian, pengawasan internal
seperti rapat komite audit akan mengalami penurunan.
Manajemen perusahaan yang mengalami dan melaporkan kerugian
cenderung untuk terlibat dalam manajemen laba (Dechow et al., 1996) yang
menyebabkan terjadinya kebutuhan yang lebih besar terhadap pengawasan
internal. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa rugi yang dialami dan
dilaporkan oleh perusahaan berhubungan positif dengan komite audit dan
frekuensi rapat. Raghunandan dan Rama (2007) berpendapat bahwa
perusahaan yang menginginkan tingkat pertumbuhan melebihi infrastruktur
dan pengendalian internal perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk penipuan (Loebbecke et al., 1989) dan manajemen laba
(Dechow et al., 1996). Oleh karena itu, perusahaan dengan kondisi tersebut
membutuhkan pengawasan yang lebih besar sehingga meningkatkan frekuensi
rapat oleh komite audit perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengawasan eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme
kepemilikan saham oleh pihak institusional dan audit laporan keuangan oleh
kantor akuntan publik yang kompeten dan biasanya dinyatakan dengan kantor
akuntan publik yang termasuk dalam kelompok atau kategori Big 4 audit.
Pemegang saham institusional memiliki inisiatif untuk memonitor secara ketat
terhadap pihak manajemen dan memastikan perusahaan telah menerapkan
mekanisme pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan secara efektif
(Smith, 1996). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan
yang positif antara kepemilikan institusional dan frekuensi rapat komite audit.
Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan proksi karakteristik
komite audit meliputi ukuran, keahlian akuntansi dan keuangan dan
independensi menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit. Ukuran komite audit yang lebih besar
memberikan akses ke sumber daya yang lebih besar dan bakat manajerial,
sehingga memberikan pengawasan yang lebih efektif. Hal ini dapat
mengurangi permintaan frekuensi rapat. Sebaliknya, ukuran komite audit yang
lebih besar mungkin membentuk pengelolaan yang tidak efisien, sehingga
meningkatkan frekuensi rapat komite audit (Vafeas, 1999). Komite audit yang
memiliki anggota lebih banyak bisa menyebabkan keragaman prespektif yang
lebih nyata dalam diskusi. Ukuran komite audit dapat dinyatakan dengan
jumlah anggota komite audit dalam sebuah perusahaan (Raghunandan dan
Rama, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Anggota komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi
dan keuangan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit, karena
anggota komite audit tersebut memberikan pengawasan yang lebih efektif
terkait dengan pelaporan keuangan perusahaan (Raghunandan dan Rama,
2007). Selain itu keberadaan seseorang yang ahli dibidang akuntansi dan
keuangan dalam komite audit dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
pelaporan keuangan (Dechow et al., 1996), sehingga keberadaan anggota
komite audit yang mempunyai keahlian akuntansi dan keuangan tersebut
berhubungan negatif dengan pelaporan keuangan dan frekuensi rapat anggota
komite audit.
Kehadiran komite audit independen lebih efektif memfasilitasi
monitoring pelaporan keuangan (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996; Carcello
dan Neal, 2003) dan audit eksternal (Carcello dan Neal, 2002; Abbott et al.,
2003). Hubungan empiris di antara komite audit dengan monitoring dijelaskan
oleh teori keagenan, yang berpendapat bahwa komite audit independen
memberikan pengawasan yang efektif terhadap manajemen. Oleh karena itu,
penelitian ini mengharapkan terdapat hubungan positif di antara independensi
komite audit dan frekuensi rapat komite audit.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Raghunandan dan Rama
(2007) dengan perbedaan seperti berikut ini.
1. Sampel penelitian
Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan sampel perusahaan S & P
SmallCap pada tahun 2003 dengan jumlah total 319 perusahaan, sementara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2009 dengan jumlah perusahaan 398.
2. Variabel penelitian
Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan variabel independen terdiri
dari market value, insider ownership, block holdings, laverage, loss, market
to book value, litigiousness, financing, AC size, % Accounting expert, %
other expert, CEOCHR, board size, board independent, Log (Board
Meetings), sementara penelitian ini menggunakan variabel penelitian yang
terdiri dari karakteristik keuangan perusahaan (ukuran perusahaan, leverage,
rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan), struktur kepemilikan
(kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), kualitas audit dan
karakteristik komite audit (independensi komite audit, keahlian akuntansi
dan keuangan dan ukuran komite audit).
3. Periode penelitian
Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan periode penelitian tahun
2003, sementara penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2009
dengan alasan untuk memperoleh gambaran terkini atas perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian.
Atas dasar paparan di atas, maka penelitian ini menguji pengaruh
karakteristik keuangan perusahaan, struktur kepemilikan, kualitas audit dan
karakteristik komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan judul penelitian
“PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI
RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini.
1. Apakah karakteristik keuangan yang terdiri dari ukuran perusahaan,
leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah karakterisik komite audit yang terdiri dari independensi komite
audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit
berpengaruh frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan seperti
berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh karakterisik keuangan
perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan
dan pertumbuhan perusahaan terhadap frekuensi rapat komite audit pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh struktur kepemilikan
yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh kualitas audit terhadap
frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
4. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh karakterisik komite audit
yang terdiri dari independensi komite audit, keahlian akuntansi dan
keuangan dan ukuran komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh hasil
penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak berikut ini.
1. Bagi regulator (khususnya BAPEPAM)
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris terkait
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi rapat komite audit
sebagai bentuk pengawasan perusahaan dalam melaksanakan Good
Corporate Governance. Dengan demikian, regulator dapat menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebijakan yang mendukung pelaksanaan Good Corporate Governance
untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi investor
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi yang dapat dijadikan
bahan dalam keputusan berinvestasi terutama terkait dengan informasi
komite audit perusahaan dan pengawasan yang dilakukan, sehingga investor
dapat memperoleh gambaran efektifitas pengelolaan perusahaan dalam
rangka mencapai kinerja dan dapat mengoptimalisasikan keuntungan atas
investasi yang dilakukan.
3. Bagi perusahaan
Hasil penelitian dapat memberikan masukan untuk menelaah lebih lanjut
mengenai pengaruh karakteristik keuangan perusahaan, struktur
kepemilikan, kualitas audit dan karakteristik komite audit terhadap frekuensi
rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan terkait pengawasan guna
pencapaian kinerja yang maksimal.
4. Bagi kalangan akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dan
tambahan bukti empiris dalam bidang akuntansi keuangan terutama yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi rapat
komite audit sebagai bentuk pengawasan operasional perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (manajemen) dan
principal (pemilik usaha). Dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak
di mana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agen)
untuk melakukan sesuatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang
kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal (Jensen
dan Meckling, 1976). Pihak prinsipal juga dapat membatasi divergensi
tingkat kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak
kepada agen dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring
cost) untuk mencegah moral hazard agen. Eisenhardt (1989) menyatakan
bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1)
manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2)
manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk
adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya (Jensen dan Meckling, 1976).
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons lebih
luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai
pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada agency theory di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan
dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan
penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang
menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk
mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan
peningkatan biaya enforcement-nya.
2. Good Corporate Governance
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan
dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah
masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara
pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam
memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau
diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak
mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi
permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.
Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar.
Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu
negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan
iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan
GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam
menegakkan good corporate governance pada umumnya di Indonesia. Saat
ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good corporate
governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang
bersih dan berwibawa.
Good Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan
kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI,
2003).
Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah
(value added) bagi semua stockholders dan stakeholders. Corporate
Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan
antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan
kinerja perusahaan. Dalam survey yang dilakukan oleh McKinsey,
menemukan bahwa ada kaitan erat antara penerapan corporate governance
dengan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan hampir 75% investor
menganggap keterbukaan informasi mengenai penerapan corporate
governance sama pentingnya dengan informasi laporan keuangan yang
dipublikasikan. Apalagi secara empiris memang terbukti bahwa penerapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan serta
meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001).
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Corporate governance dalam hal ini adalah suatu set mekanisme yang
digunakan oleh shareholders untuk memastikan bahwa para manajer bekerja
untuk kepentingan terbaik bagi para shareholders. Para pemegang saham
atau shareholders dalam hal ini menjadi sangat berkepentingan terhadap
pelaksanaan good corporate governance dalam suatu perusahaan karena
mereka juga sangat berkepentingan dalam hal perlindungan terhadap
investasi yang mereka lakukan dapat dikelola secara baik oleh tim
manajemen yang handal. Melihat pentingnya penerapan good corporate
governance tersebut, BAPEPAM sejak tahun 2000 telah terlibat aktif untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan
oleh Bapepam adalah dengan mewajibkan emiten atau perusahaan publik
untuk memiliki komisaris independen, CEO direktur independen, komite
audit, dan sekretaris independen.
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang
dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
adalah sebagai berikut ini.
a. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi
seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai perlakuan
yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan
kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran
dan kesetaraan.
b. Disclosure/Transparency
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada
waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan,
kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga obyektivitas
dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi
yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan
lainnya.
c. Accountability
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem
pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara
komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring,
evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan
bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan.
d. Responsibility
Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab pengurus
dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban
kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan
dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggungjawab sosial,
menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional
dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang sehat.
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang
dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
adalah fainess (keadilan), disclosure/transparency, accountability dan
responsibility.
Prinsip good corporate governance sebagai suatu praktis diharapkan
memberi keberhasilan kinerja bisnis. Dalam bahasa manajemen prinsip ini
layak disebut sukses apabila mampu membuat perusahaan beroperasi secara
efektif dan efisien untuk penambahan profit perusahaan. Untuk dapat
mewujudkan pelaksanaan keempat prinsip dasar tersebut, maka perusahaan
diwajibkan untuk mempunyai komisaris independen (board of directors),
presiden direktur independen, serta komite audit independen sebagai
pengawas proses pelaporan keuangan dan melakukan pengawasan terhadap
informasi keuangan .yang seharusnya tidak diketahui oleh publik.
3. Komite Audit
Sesuai dengan Kep 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk
oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan
perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan
perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem
pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak
manajemen dalam mengangani masalah pengendalian.
Sesuai dengan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan
komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua
komite audit. Anggota komite ini berasal dari komisaris hanya sebanyak
satu orang. Anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan
komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite
audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus
berasal dari pihak eksternal yang independen.
Pihak eksternal menurut surat edaran tersebut adalah pihak di luar
perusahaan tercatat yang bukan merupakan komisaris, direksi, dan karyawan
perusahaan tercatat, sedangkan yang dimaksud independen adalah pihak di
luar perusahaan tercatat yang tidak memiliki hubungan usaha dan hubungan
afiliasi dengan perusahaan tercatat, komisaris, direksi dan pemegang saham
utama perusahaan tercatat dan mampu memberikan pendapat profesional
secara bebas sesuai dengan etika profesioanalnya, tidak memihak kepada
kepentingan siapapun.
Namun dalam Kep-29/PM/2004 diatur bahwa komite audit beranggotakan
minimal tiga orang yang independen dari perusahaan dan salah satunya
adalah ahli di bidang akuntansi. Salah seorang anggota komite audit harus
berasal dari anggota komisaris yang independen, sehingga anggota dewan
tersebut merangkap tugasnya sebagai komite audit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Independensi yang dimiliki oleh angota dewan komisaris tersebut dan
anggota komite audit telah diatur pula dalam peraturan BAPEPAM tersebut,
diantaranya syarat keanggotaan komite audit adalah seperti berikut ini.
a. Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik, kantor konsultan
hukum atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non audit, dan
atau jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan publik yang
bersangkutan dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh
komisaris.
b. Bukan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan emiten atau
perusahaan publik dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir sebelum
diangkat oleh komisaris, kecuali komisaris independen.
c. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
emiten. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu
peristiwa hukum maka dalam jangka waktu paling lama enam bulan
setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan pada pihak lain.
d. Tidak mempunyai :
1) hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat
kedua baik secara horizontal maupun vertikal dengan komisaris,
direksi, atau pemegang saham utama emiten, dan atau,
2) tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsun
yang berkenaan dengan kegiatan usaha emiten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang
mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara
lain:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
lainnya,
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan,
c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal,
d. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan
dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi,
e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten, dan
f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
Komite audit dapat mengadakan pertemuan secara periodik sebagaimana
ditetapkan oleh komite audit sendiri. Komite audit dapat mengadakan sesi
pertemuan eksekutif dengan auditor independen dan manajemen organisasi
secara periodik. Ketua komite audit wajib melaporkan aktivitas komite audit
kepada dewan. Komite audit melaksanakan pemeriksaan internal tahunan
yang ditujukan untuk perbaikan terus menerus, dan setahun sekali meninjau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan menilai kembali piagam pendiriannya, dan merekomendasikan
perubahan yang diperlukan kepada dewan pengawas.
Komite audit memiliki otoritas untuk meminta jasa pengacara, akuntansi,
dan konsultasi independen lainnya, sebagaimana diperlukan untuk
mendukung tugas-tugasnya. Komite audit memiliki otoritas tunggal untuk
menyetujui biaya terkait dan hak yang berkaitan. Ketua komite audit dapat
dihubungi secara langsung oleh auditor independen (1) untuk meninjau hal-
hal sensitif yang mungkin mempengaruhi akurasi pelaporan keuangan atau
(2) mendiskusikan isu-isu signifikan yang berkaitan dengan tanggung jawab
dewan secara keseluruhan yang mungkin telah dikomunikasikan dengan
manajemen namun, menurut penilaian mereka, mungkin memerlukan tindak
lanjut oleh komite audit.
4. Karakteristik Keuangan Perusahaan
Karakteristik keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan
total aset perusahaan. Perusahaan besar memiliki kompleks dan dispersi
kepemilkan yang lebih besar menciptakan potensi masalah keagenan yang
lebih besar terkait pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perusahaan-perusahaan besar membutuhkan pengawasan lebih luas dari
proses pelaporan keuangan mereka, yang dapat dicapai melalui audit
eksternal (Carcello et al., 2002). Selain itu, perusahaan besar membutuhkan
pengawas internal yang lebih besar (Raghunandan dan Rama, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Leverage yang tinggi menunjukkan masalah yang lebih besar dan
pemantauan yang lebih besar oleh penyedia utang. Perusahaan dengan
leverage tinggi memerlukan pengawasan internal lebih tinggi karena
perusahaan tersebut cenderung untuk terlibat dalam manipulasi laba dan
aset, sehingga memberi kesan lebih sering pertemuan komite audit
(Raghunandan dan Rama, 2007). Teori keagenan berpendapat bahwa
penyedia utang terus memantau perusahaan untuk memastikan persyaratan
utang tidak dilanggar dengan demikian, permintaan untuk pengawasan
internal seperti rapat komite audit lebih besar kecenderungan untuk turun.
Manajemen perusahaan yang mengalami rugi cenderung untuk terlibat
dalam manajemen laba (Beasley, 1996) yang menempatkan permintaan
yang lebih besar pada pengawasan internal. Raghunandan dan Rama, (2007)
menyatakan bahwa perusahaan menekankan pertumbuhan mungkin
melebihi infrastruktur dan pengendalian internal, sehingga menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk manipulasi dan manajemen laba (Beasley,
1996). Oleh karena itu, potensi perilaku oportunistik oleh manajemen di
perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung tinggi
sehingga dapat meningkatkan kebutuhan pengawasan perusahaan melalui
frekuensi rapat komite audit.
5. Struktur Kepemilikan
Dalam penelitian ini struktur kepemilikan yang digunakan adalah
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Kepemilikan
manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak manajerial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan. Kepemilikan ini merupakan konsekuensi adanya kompensasi
kepemilkan saham yang diberikan oleh perusahaan pada manajemen.
Tujuan adanya kepemilikan manajerial adalah untuk dapat meningkatkan
kinerja dan nilai perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka
manajemen perusahaan sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan.
Oleh karena manajemen adalah pemegang saham perusahaan, maka setiap
tindakan atau keputusan yang diambil oleh manajemen akan berhati-hati
sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Kepemilikan
manajerial menyebabkan kebutuhan pengawasan terhadap operasional
perusahaan yang lebih rendah, sehingga dapat menurunkan frekuensi rapat
komite audit perusahaan (Sharma et al., 2009)
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008).
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring
tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham,
pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui
investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan
institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih
besar oleh pihak investor institusional. Menurut Barnae dan Rubin (2005)
bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memiliki inisiatif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan.
Begitu pula penelitian Wening (2009) Semakin besar kepemilikan oleh
institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Penelitian Smith (1996)
menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah
struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran
pemegang saham. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain :
a. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat
menguji keandalan informasi.
b. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih
ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
6. Kualitas Audit
De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan kualitas
audit sebagai kemungkinan (joint probability) di mana seorang auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi
kliennya. Kemungkinan auditor akan menemukan salah saji tergantung pada
kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan
salah saji tergantung pada independensi auditor. Kualitas audit ini sangat
penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan.
Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus
memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002: 47) ada 8
prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Tanggung jawab profesi.
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b. Kepentingan publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c. Integritas.
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
intregitas setinggi mungkin.
d. Objektivitas.
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati,
kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.
f. Kerahasiaan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.
g. Perilaku Profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan.
Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), dalam hal ini adalah standar auditing.
Auditor Big 4 sering dianggap dapat menyediakan audit dengan kualitas
tinggi. Kualitas audit yang lebih baik diasosiasikan dengan kurangnya
kemungkinan adanya masalah pelaporan keuangan (Dechow et al, 1996).
Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat
firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani
mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan
tertutup. Dalam teori lain, DeAngelo (1981) menunjukkan bahwa Big Four
auditor dengan mempertaruhkan reputasi, lebih bersemangat untuk
memastikan bahwa laporan keuangan klien mereka benar-benar
mencerminkan transaksi yang mendasar. Kantor audit yang termasuk Big 4
adalah PricewaterhouseCoopers, Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst & Young
dan KPMG.
B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan Terhadap Frekuensi
Rapat Komite Audit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perusahaan besar mempunyai komplektisitas dan memiliki dispersi
kepemilikan yang lebih besar dibanding dengan perusahaan kecil. Keadaan
ini dapat menciptakan potensi yang lebih besar terjadinya agency problem
terkait pelaporan keuangan. Perusahaan besar yang menghadapi pengawasan
dan tuntutan yang lebih besar atau lebih banyak dari pemakai laporan
keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan-perusahaan besar
membutuhkan pengawasan atau monitoring yang lebih luas dari proses
pelaporan keuangan. Proses pengawasan yang dimaksud dapat dicapai
melalui audit eksternal (Carcello dan Neal, 2002). Dengan mekanisme audit
eksternal yang dilakukan oleh auditor independen, maka kewajaran laporan
keuangan perusahaan dapat dinyatakan dan auditor eksternal juga dapat
menjadi penengah yang bebas dari kepentingan serta dapat memberi
assurance atas kewajaran laporan keuangan secara professional.
Selain audit eksternal, proses pengawasan juga dapat dilakukan dengan
adanya monitoring internal yang lebih besar (Raghunandan dan Rama,
2007). Pengawasan internal yang dimaksud dapat dilakukan oleh dewan
direksi, dewan komisaris maupun komite audit sesuai dengan
kewenanganya. Oleh karena itu dimungkinkan terjadi hubungan yang positif
antara frekuensi rapat komite audit dan ukuran perusahaan.
Di samping ukuran perusahaan, karakteristik keuangan perusahaan juga
dapat ditunjukkan dengan leverage (Raghunandan dan Rama, 2007).
Leverage merupakan perbandingan antara jumlah utang dengan jumlah
ekuitas perusahaan. Leverage mengambarkan besarnya risiko keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan akan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban
dengan ekuitas yang dimilikinya. Tingkat leverage yang tinggi pada sebuah
perusahaan menunjukkan masalah yang lebih besar dan pengawasan yang
lebih besar oleh penyedia utang. Perusahaan-perusahaan dengan leverage
yang tinggi memerlukan pengawasan internal lebih dekat karena perusahaan
tersebut cenderung untuk terlibat dalam manipulasi laba dan aset, sehingga
memberi kemungkinan untuk lebih sering terjadi rapat komite audit
(Raghunandan dan Rama, 2007). Sebaliknya, dalam pandangan teori
keagenan bahwa penyedia utang terus memantau perusahaan untuk
memastikan persyaratan utang tidak dilanggar. Dengan demikian,
permintaan untuk pengawasan internal seperti rapat komite audit lebih besar
menurun.
Manajemen perusahaan yang mengalami dan melaporkan kerugian
cenderung untuk terlibat dalam manajemen laba (Beasley, 1996; Dechow et
al., 1996; Abbott et al., 2003) yang menyebabkan terjadinya kebutuhan yang
lebih besar terhadap pengawasan internal. Oleh karena itu, dapat dinyatakan
bahwa kerugaian yang dialami dan dilaporkan oleh perusahaan berhubungan
positif dengan komite audit dan frekuensi rapat. Raghunandan dan Rama
(2007) berpendapat bahwa perusahaan menekankan pertumbuhan mungkin
melebihi infrastruktur dan pengendalian internal, sehingga menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk penipuan (Loebbecke et al., 1989) dan
manajemen laba (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996). Oleh karena itu,
potensi perilaku oportunistik oleh manajemen dalam pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan yang tinggi menunjukkan adanya hubungan negatif antara
peluang pertumbuhan perusahaan dan frekuensi rapat komite audit.
Atas dasar uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian dapat dirumuskan
seperti berikut ini.
H1a = ukuran perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat
komite audit
H1b = leverage perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi
rapat komite audit
H1c = rugi yang dilaporkan perusahaan berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit
H1d = pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit
2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Frekuensi Rapat Komite
Audit
Menurut pandangan teori agensi bahwa kepemilikan oleh manajemen dan
direksi adalah pedang bermata dua yang mempengaruhi biaya agen
(misalnya, Jensen dan Meckling, 1976; Shleifer dan Vishny, 1997). Secara
khusus, kepemilikan oleh manajemen dan direksi mengurangi biaya agen
karena kepemilikan saham dalam perusahaan yang memotivasi manajemen
dan direksi untuk berperilaku seperti pemegang saham. Oleh karena itu,
kepemilikan oleh manajemen dan direksi sebagian dapat menggantikan
mekanisme pengawasan (Fama dan French, 2001). Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa di pasar modal yang relatif kecil, kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
manajemen dan direksi yang tinggi dapat mengakibatkan salah pelaporan
keuangan dan pengambilalihan dari pemegang saham minoritas (Fan dan
Wong, 2002) dan keadaan tersebut menunjukkan permintaan untuk
pengawasan internal yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat dinyatakan
bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan manajemen dan frekuensi
rapat komite audit.
Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
yang besar merupakan cara untuk monitoring agent. Peningkatan
kepemilikan institusional dapat mengurangi agency cost atas debt dan
insider ownership karena semakin besar kepemilikan institusional maka
akan dapat mengurangi terjadinya konflik antara kreditur dan manajer, dan
akhirnya dapat menekan biaya keagenan. Graves dan Waddock (1994)
menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah institusi
yang memiliki saham dan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dan
dikuatkan oleh penelitian Mahoney dan Robert (2003) yang menemukan
hubungan positif dan signifikan antara kinerja sosial perusahaan dan jumlah
kepemilikan institusional.
Kircmaier dan Grant (2006) melakukan penelitian tentang struktur
kepemilikan perusahaan dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan blockholder akan
berpengaruh terhadap tata kelola perusahaan yang akan mempengaruhi
kinerja perusahaan. Para pelaku pasar akan merespon peningkatan kinerja
tersebut melalui harga saham yang meningkat. Hasilnya menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bahwa struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap kinerja dan
nilai perusahaan.
Pemegang saham institusional memiliki inisiatif untuk memonitor secara
ketat terhadap pihak manajemen dan memastikan perusahaan telah
menerapkan mekanisme pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan
secara efektif (Shleifer dan Vishny, 1997; Smith, 1996). Oleh karena itu
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan
institusional dan frekuensi rapat komite audit.
Atas dasar uraian di atas, maka hipotesis penelitian dapat dinyatakan seperti
berikut ini.
H2a = kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap frekuensi
rapat komite audit
H2b = kepemilikan institusional berpengaruh terhadap frekuensi
rapat komite audit
3. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit
Kantor akuntan publik yang termasuk dalam kategori Big 4 auditor sering
dianggap dapat memberikan audit berkualitas tinggi. Audit kualitas yang
lebih tinggi terkait dengan kemungkinan berkurangnya dari masalah
pelaporan keuangan (Dechow et al., 1996) dan pengendalian internal yang
lebih efektif (Doyle et al., 2007). Knechel dan Willekens (2006)
mengandaikan bahwa perusahaan Big 4 audit adalah pengganti untuk
monitoring internal khususnya di pasar modal di negara sedang berkembang
seperti Indonesia dengan efisiensi setengah kuat. Oleh karena itu, penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini memperkirakan adanya hubungan negatif antara kualitas audit (auditor
BIG 4) dan frekuensi rapat komite audit.
Atas dasar uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dinyatakan seperti berikut ini.
H3 = kualitas audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite
audit
4. Pengaruh Karakterisik Komite Audit Terhadap Frekuensi Rapat
Komite Audit
Komite audit bertugas mewakili dan membantu dewan direksi untuk
mengawasi proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit laporan
keuangan dan pengendalian internal, dan fungsi-fungsi audit. Manajemen
bertanggung jawab atas (a) persiapan, penyajian, dan integritas laporan
keuangan; (b) prinsip-prinsip pelaporan akuntansi dan keuangan; (c)
pengendalian internal dan prosedur organisasi yang sesuai dengan standar
akuntansi keuangan serta hukum dan peraturan yang berlaku. Kantor
akuntan publik independen, yang ditunjuk untuk memeriksa organisasi,
bertanggung jawab untuk melakukan audit secara independen atas laporan
keuangan konsolidasi berdasarkan standar auditing yang berlaku umum dan
menyatakan pendapat atas laporan keuangan konsolidasi berdasarkan audit
mereka.
Kalbers dan Fogarty (1993) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi
keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya yaitu 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kewenangan formal dan tertulis, 2) kerjasama manajemen dan 3) kualitas
atau kompetensi anggota komite audit.
Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui
pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait, diharapkan fungsi dan
peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga dapat
mengidentifikasi kemungkinan adanya praktek manajemen laba yang
oportunistik. Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan karakteristik
komite audit dalam penelitian yang menguji pengaruh karakteristik komite
audit terhadap kualitas laba yang terbagi menjadi independensi anggota
komite audit, keahlian di bidang akuntansi dan keuangan dari anggota
komite audit, dan frekuensi rapat anggota komite audit. Karakteristik komite
audit juga digunakan dalam penelitian Sharma et al., (2009), hanya saja
karakteristik komite audit yang digunakan meliputi ukuran komite audit,
keahlian anggota komite audit di bidang akuntansi dan keuangan, dan
independensi komite audit. Karakeristik komite audit meliputi independensi
komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan komite audit, ukuran komite
audit. Kehadiran komite audit independen lebih efektif memfasilitasi
monitoring pelaporan keuangan (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996;
Carcello dan Neal, 2003) dan audit eksternal (Carcello dan Neal, 2002;
Abbott et al., 2003). Hubungan empiris di antara komite audit dengan
monitoring dijelaskan oleh teori keagenan, yang berpendapat bahwa komite
audit independen memberikan pengawasan yang efektif terhadap
manajemen. Keberadaan seorang ahli akuntansi dan keuangan dalam komite
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
audit dapat memberikan pengawasan yang lebih efektif sehingga dapat
menurunkan frekuensi rapat komite audit, karena anggota komite audit yang
mempunyai keahlian akuntansi dan keuangan dapat mengurangi tingkat
kesalahan pelaporan keuangan perusahaan (Dechow et al., 1996;
Raghunandan dan Rama, 2007). Raghunandan dan Rama (2007)
menyatakan bahwa ukuran dewan dan komite audit baik dapat
meningkatkan atau menurunkan permintaan untuk rapat lebih sering.
Ukuran dewan direksi yang lebih besar dan komite audit memberikan akses
ke sumber daya yang lebih besar dan bakat manajerial, sehingga
memberikan pengawasan yang lebih efektif. Hal ini dapat mengurangi
permintaan untuk rapat lebih sering. Sebaliknya, dewan dan komite audit
yang lebih besar mungkin membentuk pegelolaan yang tidak efisien,
sehingga menghasilkan lebih sering rapat komite audit (Vafeas, 1999).
Memiliki anggota lebih banyak bisa menyebabkan keragaman perspektif
yang lebih nyata dalam diskusi. Atas dasar uraian di atas, hipotesis
penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H4a = independensi komite audit berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit
H4b = keahlian akuntansi dan keuangan komite audit
berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit
H4c = ukuran komite audit berpengaruh terhadap frekuensi
rapat komite audit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Teoritis
Gambar II.1 Kerangka Teoritis
Variabel Independen Variabel Dependen
Karakteristik Keuangan
Perusahaan
Ukuran perusahaan
Leverage
Rugi perusahaan
Pertumbuhan perusahaan
Kualitas Audit
Struktur Kepemilikan
Kepemilikan manajerial
Kepemilikan institusional
Karakteristik Komite Audit
Independensi komite audit
Keahlian akuntansi dan keuangan
Ukuran komite audit
Frekuensi Rapat Komite
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian yang melakukan pengujian hipotesis
dan bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Varaibel independen yang diuji dalam penelitian
ini meliputi karakteristik keuangan perusahaan (ukuran perusahaan, leverage,
rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan), struktur kepemilikan
(kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), kualitas audit dan
karakteristik komite audit (independensi komite audit, keahlian akuntansi dan
keuangan dan ukuran komite audit). Sementara variabel dependen dalam
penelitian ini adalah frekuensi rapat komite audit dalam satu periode pelaporan
keuangan atau satu tahun.
Populasi merupakan kelompok orang, kejadian, atau peristiwa yang
menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2003). Populasi yang
digunakan sebagai sample frame penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
go public di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009.
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang
diharapkan memiliki karakteristik yang mewakili populasinya (Sekaran, 2003).
Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian dipilih secara purposive
sampling di mana sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria-kriteria yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sudah ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk menjadi anggota sampel
adalah sebagai berikut ini.
1. Perusahaan go public dan terdaftara di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari
2009.
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan
laporan keuangan tahunan (financial report) untuk tahun 2009.
3. Perusahaan tersebut menyajikan seluruh data dan informasi yang diperlukan
dalam pengukuran variabel pada laporan tahunan dan laporan keuangan
tahunan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang
diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2003). Alasan menggunakan data sekunder
dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk diperoleh dan memiliki
waktu yang lebih luas serta mempunyai validitas data yang dapat
dipertanggungjawabkan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari
data seperti berikut ini.
a. Daftar perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2009 yang
diperoleh dari www.idx.co.id.
b. Laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan tahunan (financial
report) perusahaan yang terpilih menjadi sampel yang diperoleh dari
www.idx.co.id., Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan website
perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Variabel dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan dua variabel yang diuji secara sistematis,
yaitu seperti berikut ini.
1. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel-variabel seperti
berikut ini.
a. Karakteristik keuangan perusahaan
Karakteristik keuangan perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
variabel berikut ini.
(1) Ukuran perusahaan (SIZE)
Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan
total aset perusahaan. Menurut Sharma et al., (2009) variabel ini
diukur dengan menggunakan nilai logaritma natural (Ln) atas jumlah
total aset perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian.
Penggunaan logaritma natural (Ln) dimaksudkan untuk memperoleh
hasil output yang lebih mudah diinterpretasikan karena variabel ini
menggunakan data absolute, sementara data untuk variabel lain
menggunakan angka rasio.
(2) Leverage (LEV)
Leverage keuangan merupakan penggunaan sumber dana yang
memiliki biaya tetap bagi perusahaan, yaitu utang pokok (untuk
membayar bunga), saham preferen (membayar deviden), dan sewa
(membayar sewa). Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hutang jangka panjang dibagi dengan total ekuitas Sharma et al.,
(2009). Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio sebagai
proksi leverage keuangan perusahaan.
LEV = modalTotal
panjang jangka hutang Total
(3) Rugi perusahaan (LOSS)
Variabel losses dalam penelitian ini dinyatakan dengan
menggunakan dummy variable. Untuk perusahaan yang melaporkan
rugi dalam laporan keuangan tahunannya dilambangkan dengan
angka 0, dan sebaliknya untuk perusahaan yang melaporkan laba
dalam laporan keuangannya dilambangkan dengan angka 1 (Sharma
et al., 2009).
(4) Pertumbuhan perusahaan (GROWTH)
Pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dalam penelitian ini
diproksikan dengan Market to book value ratio (MBVER).
Penggunaan MBVER sebagai proksi pertumbuhan ini berdasar pada
pemikiran bahwa harapan pertumbuhan perusahaan dinyatakan,
paling tidak, secara parsial dalam harga saham, sehingga perusahaan
bertumbuh akan memiliki nilai pasar lebih tinggi relatif terhadap
ekuitas yang dimiliki (Pagalung, 2002). Market to book value ratio
dinilai dengan jumlah lembar saham beredar dikalikan dengan harga
penutupan saham dibagi dengan total ekuitas perusahaan. Data
jumlah saham beredar dan harga penutupan saham diambil dari
ICMD. Data total equity diambil dari neraca laporan keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan. Adapun rumus penentuan GROWTH adalah sebagai
berikut ini (Pagalung, 2002).
GROWTH =
b. Struktur kepemilikan
Struktur kepemilikan dalam penelitian ini dinyatakan dengan dua
variabel berikut ini.
(1) Kepemilikan manajerial (MANOWN)
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan modal yang
dipegang oleh pihak manajemen dalam perusahaan. Kepemilikan
dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau persentase saham
yang dimiliki oleh manajemen yang tercantum dalam daftar
pemegang saham. Namun dalam penelitian ini, variabel kepemilikan
manajerial diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibedakan
antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial atau tidak, dengan
tidak melihat berapa besar persentase kepemilikan manajerialnya di
masing-masing perusahaan tersebut. Pengukuran dilakukan dengan
memberikan nilai 0 untuk perusahaan yang mempunyai kepemilikan
manajerial dan 1 untuk perusahaan tanpa kepemilikan manajerial,
karena variabel ini merupakan variabel dummy (Kirchmaier, et al.,
2006). Penggunaan varaibel dummy dalam variabel kepemilikan
manajerial didasari pada alasan bahwa tidak semua perusahaan yang
terdaftar di BEI mempunyai kepemilikan manajerial, sehingga
(Jumlah lembar saham beredar x Harga penutupan saham)
Total ekuitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan menggunakan dummy variabel memungkinkan penelitian
untuk memperoleh jumlah sampel yang lebih besar.
(2) Kepemilikan institusional (INSTOWN)
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan
oleh pihak institusi atau lembaga seperti perusahan asuransi, bank,
perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan
institusional dalam penelitian ini menggunakan presentase
kepemilikan saham oleh pihak institusi yang dilihat dalam laporan
tahunan perusahaan. besaran kepemilikan institusional dinyatakan
dengan proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi terhadap
saham perusahaan yang beredar (Mora, 2011). Formula yang
digunakan dalam penentuan varaibel ini adalah seperti berikut ini.
INSTOWN =
c. Kualitas Audit
Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan kelompok auditor (BIG
4). Dalam pengukurannya menggunakan dummy. Apabila laporan
keuangan perusahaan diaudit oleh KAP termasuk kelompok BIG 4
dilambangkan dengan angka 0, untuk perusahaan yang laporan keuangan
diaudit oleh KAP yang tidak termasuk BIG 4 dilambangkan dengan
angka 1 (Sharma et al., 2009). Adapun daftar KAP BIG 4 dan afiliasinya
adalah seperti berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel III. 1 Daftar KAP BIG 4 dan Afiliasinya
KAP BIG 4 KAP Afiliasi di Indonesia
Ernest & Young Drs. Prasetio, Utomo & Co Prasetio, Sarwoko dan Sandjaya
Price Waterhouse Coupers Drs. Hadi Susanto & rekan Delloit Touch Tohmatsu Hans Tuanakota Mustofa KPMG Sidharta Sidharta & Harsono
d. Karakteristik komite audit
Karakteristik komite audit dalam penelitian ini dinyatakan dengan tiga
variabel berikut ini.
(1) Independensi komite audit (INDP)
Proporsi komite audit independen merupakan perbandingan antara
jumlah anggota komite audit independen dengan total jumlah total
anggota komite audit dalam sebuah perusahaan (Sharma et al.,
2009). Variabel ini dinyatakan dalam bentuk persentase yang
dihitung dengan rumus seperti berikut ini.
INDP =
(2) Keahlian akuntansi dan keuangan (COMPET)
Kompetensi anggota komite audit dalam penelitian ini dinyatakan
dalam hal latar belakang pendidikan anggota komite audit. Anggota
komite audit yang mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi
mempunyai kompetensi yang lebih tinggi dibanding dengan anggota
komite audit independen yang berlatar belakang non akuntansi.
Variabel ini diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah anggota
komite audit independen yang berlatar belakang pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akuntansi dan jumlah total anggota komite audit dalam sebuah
perusahaan (Sharma et al., 2009). Untuk menentukan variabel ini
digunakan formula seperti berikut ini.
COMPET =
(3) Ukuran komite audit (ACSIZE)
Ukuran komite audit merupakan jumlah anggota komite audit dalam
sebuah perusahaan. Variabel ini diukur dengan jumlah anggota
komite audit dalam sebuah perusahaan (Sharma et al., 2009).
2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah frekuensi rapat komite audit
(ACMEET) dalam satu tahun atau satu periode pelaporan keuangan.
Variabel ini dinyatakan dengan jumlah rapat yang dilakukan oleh komite
audit perusahaan dalam satu tahun
C. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini meliputi uji asumsi klasik yang
dilakukan sebagai persyaratan hipotesis, descriptive statistic, dan pengujian
hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 16. Berikut ini dijelaskan tahapan-
tahapan pengujian dalam penelitian ini.
1. Statistik Deskriptif
Descriptive statistic memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai mean, standar deviasi, maksimum dan minimum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Descriptive statistic dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai
distribusi dan perilaku data sampel tersebut.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk
memastikan bahwa hasil penelitian adalah valid, dengan data yang
digunakan secara teori adalah tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien
regresinya efisien (Ghozali, 2009). Uji asumsi klasik merupakan prasyarat
dilakukannya analisis regresi. Ada empat macam uji asumsi klasik yang
dipakai dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut ini.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
dengan membagi model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009). Untuk menguji normalitas,
peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah nilai p-value, apabila nilai ρ-value > 0,05, maka dapat
dinyatakan bahwa data berdistribusi normal, dan apabila jika ρ-value <
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan di mana terdapat hubungan
yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam
model regresi. Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah di
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen (Ghozali, 2009).
Multikolinearitas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variances inflation factor (VIF) (Ghozali, 2009). Kedua
ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen yang satu
dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Nilai tolerance yang
rendah sama artinya dengan nilai VIF yang tinggi (Ghozali, 2009). Jika
nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, maka
tidak terjadi multikoliniearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji suatu model regresi linear, untuk
melihat keberadaan korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t
dengan periode t-1 (Ghozali, 2009). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan alat uji run
test. Kriteria pengujian didasarkan pada nilai asymp.sig dalam uji runs
test. Apabila asymp. sig lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala
autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig. lebih kecil 5% maka terjadi
gejala aoutokorelasi dalam model regresi (Ghozali, 2009).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedaktisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Sebuah model regresi yang baik
adalah model regresi yang mempunyai data yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas. Kebanyakan data cross section
mengdanung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data
yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, atau besar) (Ghozali,
2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam
model, peneliti akan menggunakan uji Glejser dengan bantuan program
SPSS. Apabila koefisien parameter beta > 0.05 maka tidak ada masalah
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Jika ternyata dalam model terdapat
heteroskedastisitas, maka cara memperbaiki dapat dilakukan:
1) Transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model
regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam
model tersebut.
2) Transformasi logaritma.
3. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Adapun persamaan regresi bergdana untuk pengujian hipotesis
dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
ACMEET = β0 + β1 SIZE + β2 LEV + β3 LOSS + β4GROWTH + β5
MANOWN + β6 INSTOWN + β7 AC + β8 INDP + β9
COMPET + β10 ACSIZE + ε
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Notasi:
ACMEET = jumlah rapat komite audit.
SIZE = ukuran perusahaan
LEV = risiko perusahaan
LOSSES = rugi perusahaan
GROWTH = pertumbuhan perusahaan
MANOWN = kumulatif persentase kepemilikan saham oleh manajemen.
INSTOWN = kumulatif persentase kepemilikan saham oleh institusional.
AC = kualitas audit
INDP = proporsi anggota komite audit independen terhadap total anggota
komite audit.
COMPET = proporsi anggota komite audit seorang ahli akuntansi dan atau
keuangan.
ACSIZE = jumlah anggota komite audit.
β0…. Β10 = koefisien regresi
ε = standart error
Atas dasar model regresi berganda tersebut di atas, maka dilakukan
analisis dengan menggunakan langkah sebagai berikut ini.
1. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (F-hitung)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kelayakan model penelitian yang
digunakan dalam penelitian dengan kriteria: jika p-value lebih besar dari
5%, maka dapat dinyatakan bahwa model penelitian tidak layak untuk
digunakan dalam pengujian data, namun apabila p-value lebih kecil dari 5%,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk
digunakan dalam pengujian data penelitian.
2. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (t-hitung)
Merupakan pengujian masing-masing variabel independen yang dilakukan
untuk melihat apakah masing-masing variabel independen berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel independen. Uji signifikansi-t dalam
penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.
3. Pengujian koefisien determinasi
Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi
dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara
0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu model terdapat
lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai
adjusted R2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh karakteristik
keuangan perusahaan, struktur kepemilika, kualitas audit dan karakteristik
komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan (annual report)
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 yang
dipublikasikan di internet melalui website resmi Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id) serta data dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Berikut ini disajikan
hasil pengambilan sampel penelitian.
Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009 398 Perusahaan yang annual report 2009 nya tidak tersedia di website IDX dan perusahaan
(138)
Perusahaan yang annual report tidak mempublikasikan jumlah rapat komite audit
(109)
Total Sampel 151 Sumber: www.idx.co.id
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif penelitian ini dilakukan guna mencari nilai minimum,
maksimum, mean dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian, seperti
yang ditunjukkan dalam tabel IV.2 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel IV. 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LN_SIZE 151 6.33 19.79 14.3844 2.32283 LEV 151 .00 332.52 2.5597 27.03581 LOSS 151 .00 1.00 .8609 .34717 GROWTH 151 -3.84 40.10 1.9315 4.38804 MANOWN 151 .00 1.00 .3046 .46178 INSTOWN 151 .07 .99 .6936 .22191 AC 151 .00 1.00 .4040 .49233 INDP 151 .25 .80 .6256 .10111 COMPET 151 .20 .80 .5380 .17077 ACSIZE 151 2.00 7.00 3.3444 .80039 ACMEET 151 2.00 34.00 7.7748 6.88590 Valid N (listwise) 151 Sumber : Hasil pengolahan data
Nilai LN_SIZE yang tertinggi adalah 19,79 sedangkan yang terendah
6,33. Untuk rata-rata sebesar 14,3844. Dengan standar deviasi 2,32283 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data LN_SIZE berada di antara 16,79723
sampai dengan 12,06157. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata total aset yang
dimiliki perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebesar 14,3844.
Nilai LEV yang paling tinggi adalah 332.52, yang paling rendah adalah
0,00 sedangkan rata-ratanya adalah 2,5597. Dengan standar deviasi 27.03581
dapat dinyatakan bahwa penyebaran data LEV berada di antara 29,59551
sampai dengan -24,47611. Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mempunyai jumlah utang jangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
panjang dua setengah kali lipat jumlah modal yang dimiliki sehingga resiko
perusahaan relatif tinggi.
Nilai LOSS yang tertinggi adalah 1, sedangkan yang terendah 0,00.
Untuk rata-rata sebesar 0,8609. Dengan standar deviasi 0,34717 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data LOSS berada di antara 1,20807 sampai
dengan 0,51373. Hal ini menunjukkan bahwa perusahan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang melaporkan rugi dalam laporan keuangannya
sebanyak 21 perusahaan, sedangkan perusahaan yang melaporan laba dalam
laporan keuangannya sebanyak 130 perusahaan.
Nilai GROWTH yang paling tinggi adalah 40,10, yang paling rendah
adalah -3,84 sedangkan rata-ratanya adalah 1,9315. Dengan standar deviasi
4,38804 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data GROWTH berada di antara
6.31954 sampai dengan -2,45654. Angka tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mempunyai tingkat
pertumbuhan yang baik oleh karena nilai pasar lebih tinggi dari pada nilai buku
perusahaan.
Nilai MANOWN yang tertinggi adalah 1, sedangkan yang terendah 0,00.
Untuk rata-rata sebesar 0,3046. Dengan standar deviasi 0,46178 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data MANOWN berada di antara 0,76638
sampai dengan -0,15718. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai kepemilikan manajerial
sebesar 105 perusahaan, sedangkan perusahaan yang tidak mempunyai
kepemilikan manajerial sebesar 46 perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Nilai INSTOWN yang paling tinggi adalah 0,99, yang paling rendah
adalah 0,07 sedangkan rata-ratanya adalah 0,6936. Dengan standar deviasi
0,22191 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data INSTOWN berada di antara
0,91551 sampai dengan 0,47169 Angka tersebut menunjukkan bahwa hampir
sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimiliki oleh
pihak institusional dalam jumlah yang mayoritas sebesar 60%.
Nilai AC yang tertinggi adalah 1, sedangkan yang terendah 0,00. Untuk
rata-rata sebesar 0,4040. Dengan standar deviasi 0,49233 dapat dinyatakan
bahwa penyebaran data AC berada di antara 0,89633 sampai dengan -0,08833.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP BIG 4 sebesar 90 perusahaan,
sedangkan perusahaan yang laporan keuangnya tidak diaudit oleh KAP BIG 4
sebesar 61 perusahaan.
Nilai INDP yang paling tinggi adalah 0,80, yang paling rendah adalah
0,25 sedangkan rata-ratanya adalah 0,6256. Dengan standar deviasi 0,10111
dapat dinyatakan bahwa penyebaran data INDP berada di antara 0,72671
sampai dengan 0,52449 Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di
Bursa Efek Indonesia telah memenuhi peraturan di BAPEPAM yang
mensyaratkan bahwa anggota komite auditnya lebih dari 50% adalah pihak
yang independen.
Nilai COMPET yang tertinggi adalah 0,80, sedangkan yang terendah
0,20. Untuk rata-rata sebesar 0,5380. Dengan standar deviasi 0,17077 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data COMPET berada di antara 0,70877 sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan 0,36723. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di Bursa Efek
Indonesia telah memenuhi peraturan di BAPEPAM yang mensyaratkan bahwa
salah satu anggota komite audit adalah seseorang yang mempunya keahlian
akuntansi dan keuangan.
Nilai ACSIZE yang paling tinggi adalah 7, yang paling rendah adalah 2
sedangkan rata-ratanya adalah 3,3444. Dengan standar deviasi 0,80039 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data ACSIZE berada di antara 4,14479 sampai
dengan 2,54401. Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di Bursa
Efek Indonesia telah memenuhi peraturan di BAPEPAM.
Nilai ACMEET yang tertinggi adalah 34, sedangkan yang terendah 2.
Untuk rata-rata sebesar 7,7748. Dengan standar deviasi 6,88590 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data ACMEET berada di antara 14,6607 sampai
dengan 0,8889. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di Bursa Efek
Indonesia telah mempunyai komite audit yang melakukan pengawasan
terhadap operasional perusahaan melalui rapat komite audit minimal tiap 2
bulan sekali.
C. Pengujian Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi secara
normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi
nilai residual normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini dilakukan menggunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov dengan
nilai residu atas persamaan model regresi yang digunakan dalam penelitian.
Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel IV.3 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel IV. 3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier Data
Unstandardized
Residual N 151 Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 5.82649766 Most Extreme Differences Absolute .161
Positive .161 Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z 1.976 Asymp. Sig. (2-tailed) .001 a. Test distribution is Normal.
Sumber: Hasil pengolahan data
Hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa data variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terdistribusi tidak normal dengan dibuktikan
oleh nilai asymp. sig. yang lebih kecil dari tingkat signifikasi penelitian 5%.
Oleh karena data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan proses outlier
dengan mengeluarkan data yang bernilai ekstrem dari data penelitian.
Proses outlier dilakukan dengan menggunakan dasar Z-score atas data
dalam penelitian. Dengan mengeluarkan nilai ekstrem dalam data penelitian
berdasar Z-score diharapkan dapat diperoleh data penelitian terdistribusi
normal sehingga proses regresi dapat dilakukan. Setelah melakukan proses
outlier diperoleh data penelitian yang berdistribusi normal sejumlah 125 data
yang berarti terdapat 26 data ekstrem yang dikeluarkan dari data penelitian ini.
Hasil uji normalitas seperti tersaji di atas menunjukkan bahwa data
penelitian telah teredistribusi normal yang dibuktikan dengan asymp sig.
sebesar 0,172 yang lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian 5%. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karena data penelitian telah terdistribusi normal, maka data dapat digunakan
dalam pengujian dengan model regresi berganda.
Berikut disajikan hasil uji normalitas data setelah dilakukan proses
outlier data.
Tabel IV. 4 Hasil Uji Normalitas Data Setelah Outlier Data
Unstandardized
Residual N 125 Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.38657083 Most Extreme Differences Absolute .099
Positive .099 Negative -.056
Kolmogorov-Smirnov Z 1.108 Asymp. Sig. (2-tailed) .172 a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil pengolahan data
D. Uji Asumsi Klasik
Hasil dari pengujian asumsi klasik pada penelitian ini dijabarkan sebagai
berikut ini.
a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan
linier di antara variabel-variabel independen dengan model regresi.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance
inflation factor (VIF) dengan kriteria, jika tolerance value < 0,01 dan VIF >
10% maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value > 0,01 atau VIF
< 10% maka tidak terjadi multikolinieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua
variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai value
inflating factor untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih
kecil dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model-
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala
multikolinieritas atau seluruh variabel dalam model-model penelitian ini
homokedastisitas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel IV.5
berikut ini.
Tabel IV. 5 Hasil Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF
LN_SIZE .718 1.392LEV .940 1.064LOSS .850 1.177GROWTH .926 1.080MANOWN .892 1.122INSTOWN .851 1.175AC .662 1.511INDP .801 1.248COMPET .852 1.174ACSIZE .605 1.654
Sumber : Hasil pengolahan data
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi antara anggota-anggota
dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series dalam
bentuk waktu (time series) atau hubungan antara tempat yang berdekatan
(cross sectional). Pada penelitian ini menggunakan alat uji runs test. Dari
pengujian ini dapat dilihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak didasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada nilai asymp.sig dalam runs test. Apabila asymp. sig. lebih besar dari
5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig.
lebih kecil 5% maka terjadi gejala aoutokorelasi dalam model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini disajikan hasil uji runs test untuk
mengindikasikan asumsi autokorelasi dalam model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel IV. 6 Hasil Uji Autokorelasi
Unstandardized
Residual Test Valuea -.37544Cases < Test Value 62Cases >= Test Value 63Total Cases 125Number of Runs 62Z -.269Asymp. Sig. (2-tailed) .788a. Median
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai asymp. sig dalam runs test adalah
0,788 yang lebih besar dari 0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa tidak
terjadi gejala autokorelasi di dalam model regresi yang digunakan dalam
penelitian.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas dalam model, digunakan uji Glejser seperti Tabel IV. 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel IV. 7 Hasill Uji Heteroskedastisitas
Model Sig.
Kriteria
Keterangan (Constant) .622 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas
LN_SIZE .947 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas LEV .130 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas LOSS .934 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas GROWTH .494 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas MANOWN .757 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas INSTOWN .080 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas AC .077 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas INDP .505 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas COMPET .499 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas ACSIZE .052 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa probabilitas (sig) dalam tiap model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,05 atau 5%
sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
dalam semua model regresi penelitian ini.
Cara lain untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar
pengambilan keputusan (Ghozali, 2009) adalah sebagai berikut ini.
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil uji heteroskedastisitas melalui grafik scatterplot dapat dilihat pada
gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar IV. 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
E. Pengujian Hipotesis
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris terkait pengaruh
karakteristik keuangan perusahaan, struktur kepemilikan, kualitas audit dan
karakteristik komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit. Untuk tujuan
penelitian tersebut, maka dalam melakukan analisis data penelitian dengan
menggunakan model regresi berganda. Pengujian hipotesis terdiri dari uji
signifikansi-F, uji signifikansi-t dan uji koefisien determinasi yang dipaparkan
seperti di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Uji Signifikansi-F
Uji signifikansi-F dilakukan guna menentukan good of fittest atau uji
kelayakan model regresi untuk digunakan dalam melakukan analisis
hipotesis dalam penelitian. Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini
adalah probability value (sig), apabila probability value dalam hasil
pengujian lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa model layak
(fit) untuk digunakan sebagai model regresi dalam penelitian yaitu ukuran
perusahaan, leverage, rugi perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit,
independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran
komite audit secara simultan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite
audit dan sebaliknya jika probability value lebih besar dari 5%, maka dapat
dinyatakan bahwa model tidak layak untuk digunakan dalam pengujian
hipotesis penelitian. Berikut disajikan hasil uji signifikansi-F dalam
penelitian ini.
Tabel IV. 8 Hasil Uji Signifikansi-F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 734.573 10 73.457 22.018 .000a
Residual 380.339 114 3.336 Total 1114.912 124
a. Predictors: (Constant), ACSIZE, GROWTH, LEV, MANOWN, LOSS, INSTOWN, COMPET, INDP, LN_SIZE, AC b. Dependent Variable: ACMEET
Sumber : Hasil pengolahan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel di atas menunjukkan bahwa probability value (sig) dari model regresi
yang digunakan dalam penelitian lebih kecil dari tingkat signifikansi
penelitian 5% sebesar 0,000. Hasil ini mengindikasikan bahwa model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan
sebagai model regresi pengujian hipotesis.
b. Uji Koefisien Regresi Parsial ( Uji Signifikansi-t)
Uji signifikansi-t dimaksudkan untuk pengujian pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dalam penelitian sebagaimana
dinyatakan dalam hipotesis penelitian ini. Selain untuk menguji pengaruh
tersebut, uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui tanda koefisien
regresi masing-masing variabel independen sehingga dapat ditentukan arah
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian adalah probability
value (sig)-t, apabila probability value (sig)-t lebih kecil dari 5%, maka
dapat dinyatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian dapat diterima
atau didukung oleh data penelitian. Berikut ini disajikan hasil uji
signifikansi-t dalam penelitian ini.
Tabel IV. 9 Hasil Uji Signifikansi-t
Variabel B t Sig.
Constant -4.415 -2.332 .021 LN_SIZE .224 2.411 .018** LEV .135 .429 .669 LOSS .878 2.294 .024** GROWTH .004 .117 .907
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MANOWN .613 1.675 .097*** INSTOWN 2.011 2.490 .014** AC 1.486 3.637 .000* INDP 2.749 -1.690 .094*** COMPET 3.091 2.879 .005* ACSIZE 1.134 5.042 .000*
a. Dependent Variable: ACMEET * signifikan pada α= 1%, ** signifikan pada α= 5 %, *** signifikan pada α= 10 %, Sumber : Hasil pengolahan data
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji signifikansi-t), terlihat bahwa variabel
karakteristik keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ukuran
perusahaan memiliki nilai kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,018, artinya
bahwa variabel ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite
audit adalah diterima.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel karakteristik
keuangan perusahaan yang diproksikan dengan leverage memiliki nilai lebih
dari 0,05 yaitu sebesar 0,669, artinya bahwa variabel leverage secara parsial
tidak berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian,
hipotesis yang menyatakan bahwa leverage perusahaan berpengaruh
terhadap frekuensi rapat komite audit adalah ditolak.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel karakteristik
keuangan perusahaan yang diproksikan dengan rugi perusahaan memiliki
nilai kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,024, artinya bahwa variabel rugi
perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite
audit. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa rugi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilaporkan perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit
adalah diterima.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel karakteristik
keuangan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan perusahaan
memiliki nilai lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,907, artinya bahwa variabel
pertumbuhan perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan
bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat
komite audit adalah ditolak.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel struktur
kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial memiliki
nilai lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,097, artinya bahwa variabel kepemilikan
manajerial secara parsial tidak berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite
audit. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit adalah
ditolak.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel struktur
kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan institusional memiliki
nilai kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,014, artinya bahwa variabel
kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh terhadap frekuensi
rapat komite audit. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit
adalah diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel independen
yang diproksikan dengan kualitas audit memiliki nilai kurang dari 0,05 yaitu
sebesar 0,000, artinya bahwa variabel kualitas audit secara parsial
berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian,
hipotesis yang menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit adalah diterima.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel karakteristik
komite audit yang diproksikan dengan independensi komite audit memiliki
nilai lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,094, artinya bahwa variabel
independensi komite audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan
bahwa independensi komite audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat
komite audit adalah ditolak.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel karakteristik
komite audit yang diproksikan dengan keahlian akuntansi dan keuangan
memiliki nilai kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,005, artinya bahwa variabel
keahlian akuntansi dan keuangan secara parsial berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan
bahwa keahlian akuntansi dan keuangan komite audit berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit adalah diterima.
Dari hasil pengaruh uji parsial (uji t), terlihat bahwa variabel karakteristik
komite audit yang diproksikan dengan ukuran komite audit memiliki nilai
kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,000, artinya bahwa variabel ukuran komite
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
audit secara parsial berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit.
Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran komite audit
berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit adalah diterima.
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model.
Untuk model regresi dengan satu variabel independen koefisien
determninasi ditunjukkan oleh nilai R square (R2) dan untuk model regresi
dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen koefisien
determinasi ditunjukkan oleh nilai adjusted R square (adj R2). Penelitian ini
menggunakan nilai adj R2. Berikut ini disajikan hasil uji koefisien
determinasi.
Tabel IV. 10 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .812a .659 .629 1.82656 a. Predictors: (Constant), ACSIZE, GROWTH, LEV, MANOWN, LOSS, INSTOWN, COMPET, INDP, LN_SIZE, AC b. Dependent Variable: ACMEET
Sumber : Hasil pengolahan data
Hasil pengujian mengindikasikan bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0.629
yang menunjukkan bahwa 62,9%. Hasil ini mengindikasikan bahwa variabel
independen dalam penelitian ini yang terdiri dari karakteristik keuangan
perusahaan, struktur kepemilikan, kualitas audit dan karakteristik komite
audit mampu menjelaskan 62,9% variabel dependen. Sementara itu, sisanya
sebesar 37,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Pembahasan
Hasil pengujian menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap frekuensi rapat komite audit dengan tanda koefisien regresi
positif. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin besar ukuran
perusahaan semakin tinggi frekuensi rapatnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan yang besar menuntut untuk melakukan pengawasan terhadap
operasional perusahaan yang lebih kuat sehingga melakukan rapat komite audit
yang lebih sering di banding dengan perusahaan kecil (Carcello dan Neal,
2002). Hasil penelitian ini konsisten dengan Raghunandan dan Rama (2007)
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit.
Namun hasil ini tidak konsisten dengan Sharma et al. (2009)
Hasil pengujian juga menunjukan bahwa leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa tinggi rendahnya leverage suatu perusahaan tidak
mempengaruhi jumlah frekuensi rapat, hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian (Sharma et al., 2009).
Selanjutnya, hasil membuktikan bahwa rugi perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap frekuensi rapat komite audit dengan tanda koefisien regresi
positif. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi jumlah rugi
yang dilaporkan berpengaruh terhadap kemungkinan bagi manajemen untuk
melakukan manajemen laba, sehingga semakin besar kebutuhan untuk
dilakukan pengawasan internal (Abbott et al., 2003). Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan Sharma et al. (2009) dan Raghunandan dan Rama (2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk variabel pertumbuhan perusahaan, hasil pengujian menunjukan
bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tinggi
rendahnya pertumbuhan perusahaan suatu perusahaan tidak mempengaruhi
jumlah frekuensi rapat, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
(Raghunandan dan Rama, 2007), tetapi tidak konsisten dengan Sharma et al.
(2009).
Untuk variabel kepemilikan manajerial, hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif terhadap
frekuensi rapat komite audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan Sharma et
al. (2009). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi saham
yang dimiliki oleh manajerial maka semakin tinggi pula frekuensi rapatnya.
Hasil ini dapat dijelaskan bahwa manajemen yang bertindak sebagai
pemegang saham akan bertindak lebih hati-hati sehingga akan lebih tinggi
tingkat pengawasannya (Dechow et al., 1996). Pengawasan yang dimaksud
dapat dilakukan dengan mekanisme rapat oleh komite audit perusahaan.
Sementara itu, hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan positif terhadap frekuensi rapat komite audit. Hasil ini
sesuai dengan Sharma et al., (2009). Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin
tinggi kepemilikan institusional maka semakin tinggi pula frekuensi rapatnya.
Pemegang saham institusi mempunyai sumber daya yang cukup untuk
melalukan pengawasan, sehingga menyebabkan tuntutan yang lebih besar pada
internal perusahaan (Sharma et al., 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil pengujian menunjukan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan
positif terhadap frekuensi rapat komite audit. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh BIG 4 mempunyai frekuensi
rapat komite audit yang lebih tinggi, karena audit BIG 4 mempunyai kualitas
yang lebih baik sehingga lebih besar kemungkinan untuk melakukan
pengawasan terhadap proses penyusunan laporan keuangan (Sharma et al.,
2009). Oleh karena itu, komite audit perusahan akan lebih sering
berkomunikasi dengan auditor eksternal perusahaan melalui mekanisme rapat
komite audit perusahaan. Hasil ini konsisten dengan Sharma et al. (2009).
Hasil pengujian menunjukan bahwa independensi komite audit
berpengaruh signifikan terhadap frekuensi rapat komite audit dan konsisten
dengan Sharma et al. (2009). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
semakin independen maka semakin besar frekuensi rapatnya, karena anggota
komite audit yang independen lebih kuat melakukan pengawasan terhadap
operasional perusahaan.
Selanjutnya untuk variabel keahlian akuntansi dan keuangan, hasil
pengujian juga menunjukan bahwa keahlian akuntansi dan keuangan
berpengaruh signifikan terhadap frekuensi rapat komite audit. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa semakin kompeten anggota komite audit
maka frekuensi rapatnya akan semakin besar, karena dengan keahlian
akuntansi dan keuangan anggota komite audit maka semakin kuat pula
pengawasan terhadap operasional perusahaan terutama laporan keuangan
perusahaan. Hasil pengujian ini konsisten dengan Raghunandan dan Rama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2007). Hasil pengujian menunjukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh
signifikan terhadap frekuensi rapat komite audit yang konsisten dengan
Raghunandan dan Rama, 2007 dan Sharma et al. (2009). Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa semakin banyak anggota komite audit maka semakin
tinggi frekuensi rapat komite auditnya, hal ini dikarenakan dengan jumlah
anggota yang lebih besar akan didapatkan pemikiran yang lebih bervariasi
sehingga menyebabkan peningkatan jumlah frekuensi rapat komite audit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil pengujian hipotesis penelitian mendasari pengambilan simpulan
penelitian.Variabel karakteristik keuangan perusahaan yang diproksikan
dengan ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap frekuensi rapat
komite audit konsissten dengan Raghunandan dan Rama (2007), tetapi
bertentangan dengan Sharma et al. (2009). Sementara itu, untuk variabel
karakteristik keuangan perusahaan yang diproksikan dengan leverage secara
parsial tidak berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit sehingga
konsisten dengan Sharma et al. (2009) dan Raghunandan dan Rama (2007).
Selanjutnya, variabel karakteristik keuangan perusahaan yang
diproksikan dengan rugi perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap
frekuensi rapat komite audit dan bertentangan dengan Sharma et al. (2009) dan
Raghunandan dan Rama (2007). Namun demikian, variabel karakteristik
keuangan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan perusahaan
secara parsial tidak berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit. Hasil
ini konsisten dengan Raghunandan dan Rama (2007), tetapi bertentangan
dengan Sharma et al. (2009).
Variabel struktur kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan
manajerial secara parsial berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit
yang konsisten dengan Sharma et al.(2009). Sementara itu, kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
institusional secara parsial berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit
sehingga konsisten dengan Sharma et al. (2009).
Variabel kualitas audit yang dinyatakan dengan auditor BIG 4 secara
parsial berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Sharma et al. (2009).
Variabel karakteristik komite audit yang diproksikan dengan
independensi komite secara parsial, keahlian akuntansi dan keuangan, dan
ukuran komite audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit. Hasil
ini konsisten dengan penelitian Sharma et al. (2009) untuk ketiga variabel
tersebut, dan konsisten Raghunandan dan Rama (2007) untuk keahlian
akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit.
B. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan
oleh peneliti berikutnya. Beberapa keterbatasan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini menggabungkan sampel perusahaan dari berbagai sektor
industri, menyebabkan adanya peluang perbedaan sektor industri
mempengaruhi hasil penelitian ini.
2. Periode yang dilakukan hanya satu tahun, menyebabkan keterbatasan
sampel perusahaan dalam penelitian ini.
3. Penelitian ini masih menggunakan dummy variabel untuk beberapa variabel,
seperti rugi perusahaan, kepemilikan manajerial dan kualitas audit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Saran
Penelitian tentang komite audit dengan menggunakan frekuensi rapat,
masih jarang dilakukan di Indonesia. Beberapa saran atau rekomendasi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya hendaknya membedakan sektor industri dalam
sampel penelitian agar dapat diperoleh hasil penelitian yang mampu
membedakan pengaruh pada masing-masing sektor industri.
2. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dalam periode yang lebih
lama durasi waktunya, sehingga dapat meningkatkan jumlah sampel secara
signifikan dan hasil penelitian yang lebih mendalam.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan ukuran selain dummy variabel
untuk rugi perusahaan, kepemilikan manajerial dan kualitas audit seperti
dengan nilai nominal, persentase kepemilikan manajerial dan persentase
pasar audit.