Pengaruh Generic Strategy, Corporate Governance Terhadap
Sustainable Enterprise Dengan Set Peluang Investasi
Sebagai Variabel Intervening
ALI SANDY MULYA
Universitas Budi Luhur
SEKAR MAYANGSARI
Universitas Trisakti
Abstrak: Penelitian ini untuk menganalisa penyebab perusahaan bisa berkelanjutan.
Perusahaan yang tidak dapat bertahan, masalah internal: generic strategy yang kurang
tepat dilakukan dan corporate governance kurang baik. Faktor eksternal diduga dapat
mempengaruhi perusahaan berkelanjutan seperti krisis ekonomi global.
Sampel yang digunakan perusahaan public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
Bursa Efek New York. Hasilnya adanya pengaruh langsung yang signifikan generic strategy
dan peluang investasi terhadap sustainable enterprise, generic strategy dan corporate
governance secara signifikan mempengaruhi tidak langsung terhadap sustainable
enterprise melalui set peluang investasi. Implikasinya pemerintah perlu memberikan
kemudahaan kepada pengusaha dalam berinvestasi agar enterprise sustainability, sehingga
dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan menambah pemasukan bagi negara
melalui sektor perpajakan.
Keywords: generic strategy, corporate governance, peluang investasi, sustainable enterprise
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Penelitian
Akibat tindakan manajemen yang mementingkan kepentingan diri sendiri (Veronica, 2014)
menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dan bahkan mengalami kebangkrutan. Kondisi ini
pernah terjadi pada masa krisis Asia pada pertengahan tahun 1997 dan krisis keuangan global tahun
2008 di Eropa dan Amerika Serikat. Perusahaan yang tidak dapat bertahan menjaga keberlanjutan
usahanya, salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab masalah tersebut adalah masalah internal:
generic strategy yang kurang tepat dilaksanakan dan corporate governance kurang baik. Faktor
Alamat korespondensi: [email protected]
eksternal diduga dapat mempengaruhi kemampuan suatu perusahaan yang berkelanjutan seperti krisis
ekonomi global.
Menurut Hendriyeni (2014), sustainable business adalah bisnis yang memastikan bahwa semua
aktivitas dan proses produksinya mempertimbangkan kondisi sosial dan lingkungan, dan tetap
memperoleh keuntungan. John Elkington (1997), perusahaan yang ingin berkelanjutan harus
memperhatikan ‘3P’ (Profit, People, Planet), yaitu bahwa selain mengejar laba (profit), perusahaan
juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkonstribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Perusahaan yang memiliki perkembangan pertumbuhan yang positif memberikan sinyal yang
baik bagi investor jika penerapan generic strategy dengan tepat sesuai dengan permintaan pasar.
Investor ketika memutuskan untuk melakukan investasi dapat diperoleh dari 3 (tiga) sumber yaitu
dana internal perusahaan, hutang kepada perbankan atau lembaga lain, dan dapat juga dengan
penerbitan saham di lantai bursa (Gumanti, 2008).
Penentuan jenis investasi, apakah kebutuhan dana dipenuhi dari dalam atau dari luar perusahaan,
untuk itu manajemen harus memperhatikan tingkat kemampuaan keuangan (aliran kas) perusahaan.
Sumber pemenuhan kebutuhan dana mencerminkan tahap dimana perusahaan berada, apakah dalam
tahap ekspansi atau pertumbuhan (growth). Hal ini manajemen di tuntut dapat memahami setiap
alternatif pemenuhan kebutuhan dana dengan baik dan realistis (sesuai dengan kemampuan
perusahaan).
Kaen (2003), corporate governance pada prinsipnya menyangkut siapa yang seharusnya
mengendalikan jalannya kegiatan perusahaan dan mengapa harus dilakukan pengendalian jalannya
kegiatan perusahaan. “Siapa” adalah para pemegang saham, sedangkan “mengapa” karena ada
hubungan antara pemegang saham dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung integritas, dan
tidak melakukan penyimpangan keuangan.
Pada masa yang akan datang kebijakan tata kelola perusahaan (corporate governance) harus
memperhatikan kebutuhan para pemangku kepentingan (stakeholder), karena dalam setiap kegiatan
perusahaan selalu menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang etis dan
berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Luasnya konstruk yang dibangun dan didasarkan latar belakang seperti dijelaskan di atas,
penelitian ini meneliti model dalam pengaruh generic strategy dan corporate governance perusahaan
terhadap perusahaan berkelanjutan (sustainable enterprise) dengan set peluang investasi (SPI) sebagai
variabel intervening, selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh langsung generic strategy terhadap sustainable enterprise ?
b. Bagaimana pengaruh langsung corporate governance terhadap
sustainable enterprise ?
c. Bagaimana pengaruh set peluang investasi terhadap sustainable
enterprise ?
d. Bagaimana pengaruh generic strategy terhadap set peluang
investasi ?
e. Bagaimana pengaruh corporate governance terhadap set peluang
investasi?
f. Bagaimana pengaruh tidak langsung generic strategy enterprise melalui
set peluang investasi ?
g. Bagaimana pengaruh tidak langsung corporate governance terhadap
sustainable enterprise melalui set peluang investasi ?
2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
2.1. Pengertian Teori Kontinjensi
Mikes (2014) menyatakan teori kontinjensi merupakan teori yang menjelaskan bahwa sesuatu
terjadi karena adanya ketergantungan faktor satu sama lain. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi
anteseden & konsekuen. Teori ini harus memiliki hipotesis tentang hubungan spesifik antara
organisasi faktor-faktor tertentu, desain struktur manajemen risiko perusahaan (enterprise risk
manangement) dan sistem.
Teori kontinjensi bukanlah semata-mata sebuah teori namun lebih sebagai alat untuk
memfasilitasi guna memahami aliran situasi dari suatu kejadian dan memberi alternatif kepada
perusahaan untuk merespon aliran tersebut. Teori kontinjensi bisa dikatakan sebagai sub bagian dari
teori terbuka karena seperti teori sistem terbuka bisa memahami aliran yang dinamis dari situasi,
personel, dan sumber yang mengambil tempat di dalam perusahaan.
2.2. Konteks Teori Kontinjensi
Rencana kontinjensi adalah respon pengganti yang diformulasikan untuk mempengaruhi
hubungan antara anteseden dan konsekuen. Dengan kata lain bisa digambarkan sebagai berikut:
A = anteseden (generic strategy dan corporate governance)
B = kondisi (set peluang investasi)
C = konsekuen (perusahaan yang berkelanjutan)
Hubungan antara A dan C diperbaiki oleh B, strategi manajemen membutuhkan informasi yang
harus ada untuk menaksir dan membatasi alternatif yang disiapkan.
Teori contingency sebagai alat yang berpotensi kuat untuk meningkatkan nilai tambah
perusahaan dengan tujuan akhir perusahaan yang berkelanjutan (Betts, 2011). Hubungannya sering
jauh lebih sederhana dan mudah untuk memahami serta lebih elegan dibandingkan dari teori lainnya.
Kesederhanaan dan ruang lingkup menjadikan teori kontinjensi mempunyai potensi yang lebih besar,
potensi pengembangan aturan-aturan keputusan sederhana yang memiliki dampak skala besar
terhadap perusahaan yang berkelanjutan.
2.3. Generic Strategy
Perusahaan dapat memenangkan persaingan, maka perusahaan harus memiliki keunggulan
kompetitif. Menurut Porter (1980), Competitive strategy is about being different. It means deliberately
choosing to perform activities differently or to perform different activities than rivals to deliver a
unique mix of value. Sedangkan Varadarajan, et al (2009), Competitive strategy is primarily
concerned with how a business should deploy resources at its disposal to achieve and maintain
defensible competitive positional advantages in the marketplace.
Keunggulan ini diperoleh dari posisi perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan para
pesaingnya dipasar, dan ini tergantung dari strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Gatignon (1997)
mengemukakan 3 (tiga) karakteristik inovasi yaitu keunggulan produk (differentiation strategy), biaya
produk (low cost leadership strategy) dan kredibilitas produk (focus strategy). Produk inovasi dapat
gagal hanya karena alasan tidak menawarkan desain yang unik atau salah perkiraan akan keinginan
dan kebutuhan pembeli. Inovasi produk seharusnya mampu memberikan nilai tambah dibanding
produk sejenis sehingga dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan dibandingkan
pesaingnya.
2.4. Corporate Governance
Di Indonesia konsep corporate governance (CG) banyak yang diperbincangkan sejak masa
krisis Asia yang terjadi di pertengahan tahun 1997. Menurut Hidayah (2008) krisis ekonomi yang
terjadi di kawasan Asia Tenggara dan negara lain bukan hanya akibat faktor ekonomi makro tapi juga
lemahnya good corporate governance (GCG), seperti: lemahnya hukum, standar akuntansi dan
pemeriksaaan keuangan yang belum mapan, pasar modal yang masih under-regulated, lemahnya
pengawasan komisaris, dan terabaikan hak minoritas. GCG tidak saja berakibat positif bagi pemegang
saham, namun bagi masyarakat luas berupa pertumbuhan ekonomi nasional.
Efendi (2009) menyatakan bahwa CG sebagai seperangkat aturan dalam rangka pengendalian
perusahaan untuk menghasilkan nilai tambah bagi stakeholders karena dengan adanya CG akan
terbentuk pola kerja manajemen yang transparan, bersih dan professional. Perusahaan dengan
pengelolaan yang baik dan transparan berarti sudah menerapkan implementasi good corporate
governance (GCG). GCG tidak hanya berfokus memberikan manfaat bagi manajemen dan karyawan
perusahaan, melainkan juga bagi stakeholders: konsumen, pemasok, pemerintah dan lingkungan
masyarakat yang terkait dengan perusahaan tersebut (Ramdhaningsih, 2013).
Monda (2013) merancang indeks multi-dimensi untuk mengukur kualitas sistem corporate
governance yang diadopsi oleh perusahaan untuk mengetahui hubungan antara kualitas corporate
governance dan nilai perusahaan. Hasilnya adanya hubungan positif dan signifikan secara statistik
antara corporate governance, yang diukur dengan subset dari 12 variabel, dengan nilai perusahaan.
Sedangkan menurut Limanto (2014), pengaruh penerapan GCG score dan market share berpegaruh
positif signifikan terhadap keberlanjutan perusahaan.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, peneliti menggunakan indikator pengukuran CG yang
berpendoman pada Asean Corporate Governance Scorecard tahun 2012 - 2013.
2.5. Investment Opportunity Set (IOS)
Ratnawati (2007), pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan merupakan tingkat dimana
penjualan perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan aset terhadap peningkatan
penjualan dan bagaimana dana yang tersedia (berupa current liabilities, debt, retained earnings dan
new sales) terhadap pertumbuhan asset dengan asumsi perusahaan mau dan mampu menyediakan
hutang baru dan penambahan modal. Asumsi ini untuk mengatasi keterbatasan keuangan terhadap
pertumbuhan. Menurut Saputro (2003) pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang
diinginkan pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun pihak ekstenal perusahaan seperti
investor dan kreditor. Pertumbuhan ini diharapkan dapat memberikan aspek positif bagi perusahaan
seperti adanya suatu peluang berinvestasi di perusahaan tersebut. Prospek perusahaan yang
bertumbuh bagi investor merupakan suatu prospek yang menguntungkan karena investasi yang
ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Penelitian Vogt (1997) menunjukkan
bahwa perusahaan yang bertumbuh akan direspons positif oleh pasar. Menurut Smith dan Watts
(1992) peluang bertumbuh perusahaan terlihat pada peluang investasi yang diproksikan dengan
berbagai macam kombinasi indikator set peluang investasi
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa investasi merupakan pengorbanan
sejumlah dana untuk memiliki satu atau beberapa asset selama periode tertentu yang akan
memberikan hasil berupa penerimaan/pembayaran dimasa yang akan datang yang belum pasti. SPI
merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi dengan pasti sehingga diperlukan suatu proksi untuk
mengukurnya (Indrawati, 2012). Sebagian besar proksi dalam perhitungan SPI lebih banyak
menggunakan ukuran harga saham dan market value of equity sebgai proksi dari SPI.
Menurut penelitian Yuliani (2012) bahwa ada variabel intervening dimana set peluang
investasi secara signifikan dan positif sebagai variabel antara yang mempengaruhi hubungan antara
strategi terhadap perusahaan berkelanjutan. Sedangkan penelitian Chaibi (2014) dan Dewi (2012) dan
Hasnawati (2005) variabel set peluang investasi diproksikan dalam tiga proksi yaitu: (1) Proksi IOS
berbasis harga (price based proxies) mendasarkan pada perbedaan anatara asset dan nilai pasar saham.
, (2) Proksi IOS berbasis investasi (investment based proxies) menunjukkan tingkat aktivitas investasi
yang tinggi secara positif berhubungan dengan set peluang investasi perusahaan, dan (3) Proksi IOS
berbasis varian (variance measure) didasarkan pada ide pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai
variabilitas dari return dengan dasar peningkatan asset.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan proksi SPI berbasi harga (price based proxies)
yaitu market to book value of assets ratio (MVABVA), market to book value of equity ratio
(MVEBVE),dan firm value to book value of property, plant and equipement ratio (VPPE) untuk
mengukur set peluang investasi.
2.6. Sustainable Enterprise
Perusahaan yang mempunyai rencana ekspansi membutuhkan tambahan dana dari pihak
eksternal baik melalui kreditor maupun penjualan saham di pasar modal. Hal ini menjadi
pertimbangan oleh bank selaku kreditor dan investor apakah perusahaan memilki prospek
pertumbuhan seperti penjualan, laba dan aset. Pertumbuhan yang memilki prospek pertumbuhan pada
nilai tambah bisnis akan sangat di minati. Pertumbuhan perusahaan tidak selamanya baik sesuai yang
diharapkan oleh pemegang saham maupun pihak lain (stakeholder), bila penjualan terlalu tinggi
perusahaan dapat memperoleh tekanan pada sumber keuangan. Sebaliknya bila penjualan terlalu
rendah, perusahaan dianggap tidak dapat memanfaatkan sumber daya perusahaan yang ada.
Pertumbuhan perusahaan sering dilakukan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perusahaan
berkelanjutan. Praptitorini (2011) perusahaan yang berkelanjutan selalu dihubungkan dengan
kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar dapat mempertahankan layanan yang
keberlanjutan pada perusahaan yang dipimpin. Setiap perusahaan tidak hanya bertujuan untuk
menghasilkan keuntungan tetapi juga bertujuan untuk mempertahankan layanan yang berkelanjutan.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan
interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum
(Anggraini, 2006).
Tanggung jawab sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability
Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan
sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,
lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006).
Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu,
tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business
dan sektor industrinya.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menggunakan indikator yang berpendoman pada Global
Reporting Initiative (GRI) versi 3 atau yang lebih dikenal dengan nama G3. GRI merupakan sebuah
jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak
menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan
perbaikan dan penerapan di seluruh dunia.
2.7. Inflasi
Meningginya harga minyak dunia karena tidak seimbangannya permintaan dan penawaran akan
minyak, penyebabnya karena : (a) pertumbuhan ekonomi dunia yang sangat cepat dalam kurun tahun
terakhir ini terutama di negara Tiongkok, (b) faktor cuaca yang buruk di teluk Meksiko
menuyebabkan pengriman minyak menjadi berkurang, (3) Geo-politik yang berkembang di Turki,
dan kekhawatiran pecah perang antara negara Anerika Serikat dengan negara Iran.
Harga minyak yang naik terlalu tinggi secara keseluruhan berdampak terhadap inflasi karena bisa
memicu kenaikan harga barang dan jasa lainnya karena minyak sebagai salah salah komponen dasar
bagi perusahaan manufaktur, perusahaan transporasi, dan industri lainnya termasuk juga rumah
tangga. Kenaikan harga minyak dapat mendongkrak kenaikan biaya produksi barang dan jasa
sehingga harga barang dan jasa meningkat secara umum.
Inflasi menunjukkan tingkat harga yang berlaku di umum dan secara konseptual harga di ukur
dengan rata-rate tertimbang. Prakteknya untuk mengukur tingkat harga secara menyeluruh. Indek
harga yang paling penting adalah indek harga konsumen (IHK), deflator GNP dan indek harga
produsen (IHP). Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti menggunakan indek harga konsumen
beberapa negara
2.8. Ringkasan Mengenai Nama Penelti, Tahun, Variabel dan Hasil Penelitian
Uraian mengenai kajian teori dan literatur tersebut, secara ringkas disajikan dalam bentuk tabel
di bawah ini.
Tabel 1.
No. Peneliti (tahun) Variabel Hasil Penelitian
1. Limanto dan
Juniarti. (2014) Good Corporate
Governance sebagai
variable independent
Strategi sebagai variable
independent
Sustainable enterprise
sebagai variable dependent
1. 1. Penerapan GCG berpegaruh positif signifikan
terhadap perusahaan berkelanjutan.
2. Maket Share diproksikan sebagai strategi
berpegaruh positif signifikan terhadap perusahaan
berkelanjutan.
2. Ali, et al. (2013)
Strategi sebagai variable
independent
Set peluang investasi
sebagai variable intervening
Sustainable enterprise
sebagai variable dependent
1. Strategi berpengaruh positif terhadap perusahaan
berkelanjutan.
2. Organisasi self-assessment diproksikan sebagai
set peluang investasi memiliki efek mediasi pada
hubungan antara strategis dan perusahaan
berkelanjutan.
3. Monda, Barbara
dan Giorgino,
Marco. (2013)
Good Corporate
Governance sebagai
variable independent
Sustainable enterprise
sebagai variable dependent
Adanya hubungan positif dan signifikan secara
statisk antara corporate governance (CG) dan
perusahaan berkelanjutan.
4.
Yuliani, et al.
(2012) Strategi sebagai variable
independent
Set peluang investasi
sebagai variable
intervening
Sustainable enterprise
sebagai variable dependent
1. Adanya pengaruh positif dan signifikan, efek
diversifikasi diproksikan sebagai strategi
terhadap perusahaan berkelanjutan.
2. Set peluang investasi sebagai variabel
ntervening secara signifikan dan positif
mempengaruhi perusahaan keberlanjutan.
5.
Fauzi, et al. (2010) Nilai tambah
sebagai variable
independent
CSRsebagai variable
independent
Sustainable enterprise
sebagai variable
dependent
Nilai tambah perusahaan yang berkelanjutan
(sustainable corporate performance) harus terdiri
dari tiga unsur pengukuran, yaitu: (i) nilai tambah
keuangan , (ii) sosial dan (iii) lingkungan
6. Yuniasih, et al.
(2009)
Nilai tambah sebagai
variable independent CSR
sebagai variable intervening
Sustainable enterprise
sebagai variable
dependent
1. Return on asset (nilai tambah keuangan) terbukti
berpengaruh positif secara statistis pada nilai
perusahaan (sustainability) manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2005
– 2006.
2. Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi
terbukti berpengaruh positif secara statistis
pada hubungan return on asset dan nilai
perusahaan atau dengan kata lain CSRI merupakan
variabel pemoderasi dalam kaitannya dengan
hubungan return on asset dan nilai
perusahaan.
3. Kepemilikan manajerial sebagai variabel
pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap
hubungan return on asset dan nilai perusahaan
atau dengan kata lain kepemilikan
manajerial bukan merupakan variabel
pemoderasi.
3. Metodologi Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dan populasi penelitian ini adalah
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta dan di Bursa Efek New York
(NYSE).
Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu sampel
yang diambil dari pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan (Sekaran 2011). Kriteria pengambilan
sampel: (1) perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Efek New
York (NYSE), (2) menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan sustainability report (SR)
tahun 2009 – 2013, (3) tidak di delisting tahun 2009 – 2013, (4) perusahaan manufaktur.
Tabel 2. Pengukuran Operasional Variabel
Variabel Cara pengukuran Skala Sumber Data
Generic
Strategy
Jika strategi perusahaan menggunakan low cost leadership
strategy maka diberi nilai 1 dan jika tidak diberi nilai 0. Jika
strategi perusahaan menggunakan differentiation strategy maka
diberi nilai 1 dan jika tidak diberi nilai 0. Jika strategi
perusahaan menggunakan focus strategy maka diberi nilai 1
dan jika tidak diberi nilai 0.
Penulis: Porter, WE. (1990), Tanwar (2013)
Nominal Sekunder
Corporate
Gavernance
Jika di perusahaan ada item ASEAN Corporate Governance
Scorecard maka diberi nilai 1 dan jika tidak diberi nilai 0.
ASEAN Corporate Governance Scorecard terdiri dari
indikator: Right of Shareholders (26), Equitable Treatment (17),
Role of Stakeholders (21), Disclosure & Transparency (42),
Responsibilities of the Board (79), Bonus (11), Penalty (23)
Total item ada 219
Nilai indikator = Total hasil item dibagi total item yang ada pada
indikator. Penulis: Prof. Utama, et al. (2013)
Rasio
Sekunder
Set Peluang
Investasi
Market to book value of equity ratio (MVEVBE Ratio)
Lbr Shm Beredar X Harga Pntp Shm
Total Ekuitas
VPPE: Firm value to book value of PPE ratio
Total Aktiva – Total Ekuitas
Aktiva Tetap Net
market to book value of assets ratio (MVABVA)
(TA-TE) + (OS X SP)
Book Value of Assets
Penulis: Marinda (2014), Yuliani (2012), Dewi (2012), Martati
(2011), Hutchinson (2004)
Rasio
Rasio
Sekunder
Sekunder
Sustainable
Enterprise
(dependen
variable)
1. GRI 3, dengan indikator:
Instrumen GRI versi 3
Raar, J. (2002)
Rasio
Sekunder
Variabel
Kontrol
Leverage: Debt to Equity ratio Total hutang/ Modal sendiri
Penulis: Agustina (2013), Wahdaniah (2013), Enekwe (2012)
Inflasi: Indeks Harga Konsumen Beberapa Negara (Consumer
Price Indices of Selected Countries) 2009 - 2013
Badan Pusat Statistik Indonesia
Rasio
Sekunder
Sumber: Peneliti
Gambar 1. Model penelitian berbasis Partial Least Square (PLS)
3.1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif untuk variabel dependen, varibel independen, variabel intervening dan
variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini berikut ini:
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 150, yang terdiri atas 30
perusahaan dalam kurun waktu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Sampel perusahaan
diperoleh dari negara berkembang melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) dan negara maju melalui New
York Stock Exchange (NYSE).
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Generic Strategy, Corporate
Governance, Set Peluang Investasi, dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sustainable enterprise yang diukur dengan skala rasio untuk membandingkan data-data yang
ada dengan instrument Global Reporting Initiative (GRI) versi 3. Sedangkan variabel kontrol
menggunakan Leverage dan inflasi.
Hasil pengukuran corporate governance, hasil rata-rata tidak ada perbedaan yang besar yaitu
sekitar 0,74 sampai dengan 0,89. Rata-rata right of shareholder (RS) sebesar 0,81, rata-rata equitable
treatment (ET) 0,82, rata-rata role of stakeholder (RK) 0,74, rata-rata disclosure &transparency (DT)
0,87, rata-rata responsibility of the board (RB) 0,89, bonus items for companies that go beyond
Generic
Strategy
RS
ET
RK
DT
RB
Pe
Bo
Corporate
Governance
Investment
Opportunity Set
MVABVA
MVEBVE VPPE
Sustainable
Enterprise
EC
EN
LA
HR
SO
PR
CL
Control
Variable Inf
Df
Lev
Fo
minimum standards (Bo) 0,77 dan terakhir rata-rata penalty items for companies with poor practices
adalah 0,78. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa ke 30 perusahaan dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013 untuk sistem tata kelola perusahaan di atas rata-rata sehingga dapat dikatakan perusahaan
telah menjalankan good corporate governance.
Pengukuran IOS untuk rata-rata market to book value of equity (MVEBVE) adalah 1.929,74,
market to book value of assets (MVABVA) adalah 699,58 dan firm value to book value of property,
plant and equipment (VPPE) 5.219,17. Kesimpulan bahwa set peluang investasi, perusahaan yang
diteliti menunjukkan memiliki prospek pertumbuhan untuk perusahaan baik dan bisa menjadi
sustainable enterprise.
Rata-rata economic (EC) adalah 4,76, rata-rata environmental (EN) adalah 5,15 , labor practices
& decent (LA) adalah 4,49, human rights (HR) adalah 3,62, rata-rata society (SO) adalah 3,51 dan
terakhir product responsibility (PR) adalah 3,65. Hasil dari pengukuran sustainability enterprise
dengan menggunakan GRI versi 3 menunjukkan perusahaan yang diteliti menggambarkan perusahaan
tersbut memperhatikan dampak lingkungan, masyarakat dan ekonomi. Pada akhirnya akan
menghasilkan hal yang positif bagi perusahaan yang berkelanjutan.
4. Hasil Penelitian
4.1. Hasil Pengujian Hipotesis
Pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu, dapat
berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio) dan jumlah sampel kecil. Metode PLS dapat
juga digunakan untuk konfirmatori teori selain sebagai prediksi. Oleh karena PLS tidak
mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk
menguji signifikansi parameter tidak diperlukan. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran
prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik. Model pengukuran atau outer model dengan indikator
refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant dari indikatornya dari indikatornya dan
composite reliability untuk block indikator.
Sedangkan outer model dengan formatif indikator dievaluasi berdasarkan pada substantive
contentnya yaitu dengan weight dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut. model struktural
atau inner model dievaluasi dengan melihat prosentase variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat
nilai R2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q squares test
dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan
menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur bootstrapping.
Hasilnya nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi t statistik sebagai berikut:
Tabel 4. Path Coefficient
original sample
estimate
mean of
subsamples
Standard
deviation T-Statistic
Keputusan
Ho
Generic Strategy -> Set Peluang Investasi 0.440 0.459 0.061 7.264
Ditolak
Corporate Governance -> Set Peluang
Investasi 0.081 0.062 0.083 0.976
Diterima
Variabel Control -> Set Peluang Investasi -0.174 -0.195 0.059 2.937
Ditolak
Generic Strategy -> Sustainable Enterprise 0.009 0.014 0.048 0.188
Diterima
Corporate Governance -> Sustainable
Enterprise 0.793 0.791 0.032 25.167
Ditolak
Variabel Control -> Sustainable Enterprise 0.175 0.168 0.051 3.430
Ditolak
Set Peluang Investasi -> Sustainable
Enterprise 0.044 0.019 0.056 0.789
Diterima
Sumber : data diolah, SmartPLS
Gambar 2. Hasil Penelitian
Sumber : SmartPLS
4.1.1. Pembahasan hipotesa 1
Besarnya koefisien generic strategy 0,009 yang berarti terdapat pengaruh yang positif generic
strategy terhadap sustainable enterprise sebesar 0,009 artinya jika generic strategy mengalami
kenaikan satu satuan maka perusahaan yang berkelanjutan akan naik satu satuan dan sebaliknya
dengan nilai t-statistik sebesar 0,188 karena nilai tstatistik lebih kecil dari ttabel 1.97 (ttable signifikansi 5%
= 1.97) atau dengan kata lain Ho1 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
generic strategy terhadap sustainable enterprise.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Limanto dan Juniarti (2014) dan Ali, et al
(2013) yang menyatakan generic strategy berpengaruh positif signifikan terhadap sustainable
enterprise. Sedangkan hasil penelitian ini tidak ada pengaruh secara signifikan generic strategy
terhadap perusahaan berkelanjutan karena keunggulan kompetitif masing-masing perusahaan yang
menjadi sampel penelitian ini melalui upaya yang kreatif, inovatif serta efisien menjadi pilihan dari
banyak pelanggan yang pada gilirannya nanti diharapkan ”loyal”. Loyalitas pelanggan memiliki
peran penting dalam sebuah perusahaan, mempertahankan pelanggan yang lama dan baru khususnya
di era perdagangan bebas. Loyalitas pelanggan akan berdampak terhadap mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
4.1.2. Pembahasan hipotesa 2
Besarnya koefisien corporate governance 0.793 yang berarti terdapat pengaruh yang positif
corporate governance terhadap perusahaan yang berkelanjutan sebesar 0.793 artinya jika corporate
governance mengalami kenaikan satu satuan maka perusahaan yang berkelanjutan akan naik satu
satuan dan sebaliknya dengan nilai t-statistik sebesar 25,167 karena nilai tstatistik lebih besar dari ttabel
1.97 (ttable signifikansi 5% = 1.97) atau dengan kata lain Ho2 ditolak artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara corporate governance terhadap perusahaan berkelanjutan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Limanto dan Juniarti (2014) dan Monda (2013)
bahwa adanya hubungan positif dengan pengaruh secara signifikan corporate governance terhadap
sustainable enterprise.
4.1.3. Pembahasan hipotesa 3
Besarnya koefisien set peluang investasi 0,044 yang berarti terdapat pengaruh yang positif set
peluang investasi terhadap sustainable enterprise sebesar 0,044 artinya jika set peluang investasi
mengalami kenaikan satu satuan maka sustainable enterprise akan turun satu satuan dan sebaliknya
dengan nilai t-statistik sebesar 0,789 karena nilai tstatistik lebih kecil dari ttabel 1.97 (ttable signifikansi 5%
= 1.97) atau dengan kata lain Ho3 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara set
peluang investasi terhadap sustainable enterprise.
Penelitian Chen (2010) dan Adam (2007) pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan
dengan harga saham. Artinya IOS dapat diamati dari pertumbuhan nilai buku perusahaan di masa
mendatang. Pertumbuhan perusahaan dengan perkembangan positif dari tahun ke tahun, dan pada
akhirnya menjadikan perusahaan tersebut tetap berkelanjutan, sedangkan hasil peneliti tidak
signifikan
Perbedaan karena peneliti sebelumnya meneliti pada ekonomi global tidak mengalami krisis
sedangkan peneliti waktu itu sedang mengalami krisis ekonomi global.
4.1.4. Pembahasan hipotesa 4
Besarnya koefisien generic strategy 0.440 yang berarti terdapat pengaruh yang positif generic
strategy terhadap set peluang investasi sebesar 0.440 artinya jika strategi mengalami kenaikan satu
satuan maka set peluang investasi akan naik satu satuan dan sebaliknya dengan nilai t-statistik sebesar
7,264 karena nilai tstatistik lebih besar dari ttabel 1.97 (ttable signifikansi 5% = 1.97) atau dengan kata lain
Ho4 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara generic strategy terhadap set peluang
investasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh generic strategy yang signifikan terhadap set
peluang investasi karena generic strategy menciptakan inovasi dan ini sesuai dengan hasil penelitian
Jones (2001) yang menyatakan adanya pengaruh kebijakan strategi perusahaan terhadap set peluang
investasi. Menurut pendapat peneliti, untuk melakukan atau mengembangkan peluang investasi,
peranan generic strategy sangat penting terutama ketika pada awal ingin melakukan investasi sebagai
contoh: bagaimana perusahaan ingin ber-investasi, tetapi belum mengetahui dengan pasti produk apa
yang dipasarkan.
4.1.5. Pembahasan hipotesa 5
Besarnya koefisien corporate governance 0,081 yang berarti terdapat pengaruh yang negatif
corporate governance terhadap set peluang investasi sebesar 0,081 artinya jika corporate governance
mengalami kenaikan satu satuan maka set peluang investasi akan turun satu satuan dan sebaliknya
dengan nilai t-statistik sebesar 0,976 karena nilai tstatistik lebih kecil dari ttabel 1.97 (ttable signifikansi 5%
= 1.97) atau dengan kata lain Ho5 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
corporate governance terhadap set peluang investasi.
Berdasarkan hasil dari penelitian Liu (2006) dapat dikatakan bahwa partisipasi investor asing
yang diproksikan dengan corporate governance berkorelasi positif terhadap peluang investasi.
Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara corporate
governance terhadap set peluang investasi. Alasannya waktu penelitian Liu (2006) tidak mengalami
krisis ekonomi global, sedangkan peneliti menggunakan waktu penelitiaan sdang mengalamikrisi
ekonomi global.
Untuk menjawab hipotesa ke 6 dan 7 menggunakan pedoman Ghozali (2012:181) model
pengujian secara simultan pengaruh variable eksogen (X) dan variabel intervening (M) terhadap
variable endogen (Y). pada pengujian tahap terakhir diharapkan pengaruh variable eksogen (X)
terhadap endogen (Y) tidak signifikan sedangkan pengaruh variabel intervening (M) terhadap
variable endogen (Y) harus signifikan pada t-statistics > 1.97.
4.1.6. Pembahasan hipotesa 6
Generic strategy terhadap sustainable enterprise tidak memiliki pengaruh signifikan dan juga
variabel intervening set peluang investasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sustainable enterprise, sehingga dapat disimpulan Ho6 diterima artinya tidak memiliki pengaruh
yang signifikan.
4.1.7. Pembahasan hipotesa 7
Corporate Governance terhadap sustainable enterprise memiliki pengaruh signifikan namun
variabel intervening set peluang investasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sustainable enterprise, sehingga dapat disimpulan Ho7 diterima artinya tidak memiliki pengaruh
yang signifikan.
4.2. Analisis Sensitivitas
Analisis ini dilakukan karena ada kemungkinan bias pada ukuran variabel independen nilai
tambah perusahaan, variabel intervening set peluang investasi, dan variabel independen sustainable
enterprise. Bias ini diatasi dengan melakukan penelitian tahun 2006 dan tahun 2007 yang belum
mengalami krisis ekonomi global. Sampel yang digunakan sebanyak 60 yang terdiri atas 30
perusahaan dalam kurun waktu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007.
Tabel 5. Hasil Analisis Sensitivitas
original sample
estimate
mean of
subsamples
Standard
deviation
T-
Statistic
Keputusan
Ho
Generic Strategy -> Set Peluang
Investasi 0.396 0.389 0.066 6.034
Ditolak
Corporate Governance -> Set Peluang
Investasi 0.003 0.036 0.161 0.017
Diterima
Variabel Kontrol -> Set Peluang
Investasi 0.140 0.148 0.110 1.276
Diterima
Generic Strategy -> Sustainable
Enterprise 0.137 0.127 0.082 1.662
Diterima
Corporate Governance -> Sustainable
Enterprise 0.697 0.730 0.062 11.328
Ditolak
Variabel Kontrol -> Sustainable
Enterprise 0.078 0.136 0.119 0.657
Diterima
Set Peluang Investasi -> Sustainable
Enterprise 0.151 0.149 0.071 2.117
Ditolak
4.2.1. Pembahasan hipotesa 3
Besarnya koefisien set peluang investasi 0,151 yang berarti terdapat pengaruh yang positif set
peluang investasi terhadap sustainable enterprise sebesar 0,151 artinya jika set peluang investasi
mengalami kenaikan satu satuan maka sustainable enterprise akan turun satu satuan dan sebaliknya
dengan nilai t-statistik sebesar 2,117 karena nilai tstatistik lebih besar dari ttabel 2,00 (ttable signifikansi 5%
= 2,00) atau dengan kata lain Ho3 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara set
peluang investasi terhadap sustainable enterprise.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chen (2010) dan Adam (2007) dimana
pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dengan harga saham. Artinya IOS dapat diamati
dari pertumbuhan nilai buku perusahaan di masa mendatang. Pertumbuhan perusahaan dengan
perkembangan positif dari tahun ke tahun, dan pada akhirnya menjadikan sustainable enterprise.
Hasil dugaan peneliti terbukti bahwa penyebabnya karean krisis ekonomi global.
Untuk menjawab hipotesa ke 6 dan 7 menggunakan pedoman Ghozali (2012:181) model
pengujian secara simultan pengaruh variable eksogen (X) dan variabel intervening (M) terhadap
variable endogen (Y). pada pengujian tahap terakhir diharapkan pengaruh variable eksogen (X)
terhadap endogen (Y) tidak signifikan sedangkan pengaruh variabel intervening (M) terhadap
variable endogen (Y) harus signifikan pada t-statistics > 2,00.
4.2.2. Pembahasan hipotesa 6
Sebelum dilakukan analisa sensitivitas, dengan melakukan penelitian tahun 2009 – 2013
hasilnya generic strategy terhadap sustainable enterprise tidak memiliki pengaruh signifikan dan juga
variable intervening set peluang investasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sustainable enterprise, sehingga dapat disimpulkan Ho6 diterima artinya tidak memiliki pengaruh
yang signifikan.
Alasan set peluang investasi sebagai variabel intervening tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sustainable enterprise karena penelitiannya dilakukan pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013, dimana sampel perusahaan yang di teliti belum melakukan investasi.
Penyebabnya keadaan perekonomian dunia baru mulai pulih sekitar akhir tahun 2014 dari krisis
keuangan global yang bermula pada tahun 2008.
Sampel perusahaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hanya sebagian kecil perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan yang terbanyak perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek New York (NYSE) yang terkena krisis keuangan global.
Hasil analisa sensitivitas, dimana besarnya koefisien set peluang investasi 0,151 yang berarti
terdapat pengaruh yang positif set peluang investasi terhadap sustainable enterprise sebesar 0,151
artinya jika set peluang investasi mengalami kenaikan satu satuan maka sustainable enterprise akan
turun satu satuan dan sebaliknya dengan nilai t-statistik sebesar 2,117 karena nilai tstatistik lebih besar
dari ttabel 2,00 (ttable signifikansi 5% = 2,00) atau dengan kata lain Ho6 ditolak artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara set peluang investasi terhadap sustainable enterprise.
Berdasarkan pedoman Ghozali (2012:181) model pengujian secara simultan pengaruh variable
eksogen (X) dan variabel intervening (M) terhadap variable endogen (Y). pada pengujian tahap
terakhir diharapkan pengaruh variable eksogen (X) terhadap endogen (Y) tidak signifikan sedangkan
pengaruh variabel intervening (M) terhadap variable endogen (Y) harus signifikan pada t-statistics >
2,00. Artinya ada pengaruh signifikan secara tidak langsung generic strategy terhadap sustainable
enterprise melalui set peluang investasi sebagai variable intervening.
Hasil dugaan peneliti terbukti bahwa penyebabnya karena krisis keuangan global yang berawal
tahun 2008.
4.2.3. Pembahasan hipotesa 7
Sebelum dilakukan analisa sensitivitas, dengan melakukan penelitian tahun 2009 – 2013
hasilnya corporate governance terhadap sustainable enterprise memiliki pengaruh secara signifikan.
Sedangkan variable intervening set peluang investasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap sustainable enterprise, sehingga dapat disimpulkan Ho6 diterima artinya tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.
Alasan set peluang investasi sebagai variabel intervening tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sustainable enterprise karena penelitiannya dilakukan pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013, dimana sampel perusahaan yang di teliti belum melakukan investasi.
Penyebabnya keadaan perekonomian dunia baru mulai pulih sekitar akhir tahun 2014 dari krisis
keuangan global yang bermula pada tahun 2008.
Sampel perusahaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hanya sebagian kecil perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan yang terbanyak perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek New York (NYSE) yang terkena krisis keuangan global.
Hasil analisa sensitivitas, dimana besarnya koefisien set peluang investasi 0,151 yang berarti
terdapat pengaruh yang positif set peluang investasi terhadap sustainable enterprise sebesar 0,151
artinya jika set peluang investasi mengalami kenaikan satu satuan maka sustainable enterprise akan
turun satu satuan dan sebaliknya dengan nilai t-statistik sebesar 2,117 karena nilai tstatistik lebih besar
dari ttabel 2,00 (ttable signifikansi 5% = 2,00) atau dengan kata lain Ho7 ditolak artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara set peluang investasi terhadap sustainable enterprise.
Berdasarkan pedoman Ghozali (2012:181) model pengujian secara simultan pengaruh variable
eksogen (X) dan variabel intervening (M) terhadap variable endogen (Y). pada pengujian tahap
terakhir diharapkan pengaruh variable eksogen (X) terhadap endogen (Y) tidak signifikan sedangkan
pengaruh variabel intervening (M) terhadap variable endogen (Y) harus signifikan pada t-statistics >
2,00. Artinya ada pengaruh signifikan secara tidak langsung corporate governance terhadap
sustainable enterprise melalui set peluang investasi sebagai variable intervening.
Hasil dugaan peneliti terbukti bahwa penyebabnya karena krisis keuangan global yang berawal
tahun 2008.
5. Penutup
5.1. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah ada pengaruh tidak langsung generic
strategy, corporate governance terhadap sustainability enterprise melalui set peluang investasi
sebagai variabel intervening. Berdasarkan penelitian sebelumya dikembangkan sebanyak 7 hipotesa.
Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang diambil dari pertimbangan tertentu
berdasarkan tujuan (Sekaran, 2011) selama tahun 2009 – 2013 yang tidak di delisting pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan Bursa Efek New York (NYSE). Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan
(annual report) dan sustainability report (SR) tahun 2009 – 2013.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hanya 5 hipotesa yang mempunyai pengaruh secara
signifikan, sedangkan yang 2 hipotesa lainnya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Alasannya
pertama diduga menggunakan pengukuran yang berbeda, peneliti sebelumnya menggunakan
corporate governance perception index (CGPI) dengan meminta perusahaan mengisi kuesioner
(menggunakan data primer ) sedangkan peneliti mengunakan ASEAN Corporate Governance
Scorecard. ASEAN Corporate Governance Scorecard dengan menggunakan data sekunder. Hasilnya
Corporate governance tidak signifikan mempengaruhi terhadap nilai tambah perusahaan dengan nilai
t-statistik sebesar 1.264 karena nilai tstatistik lebih kecil dari ttabel 1.97 (ttable signifikansi 5% = 1.97).
Sedangkan faktor penyebab terakhir diduga adalah penelitian sebelumnya seperti Ammons
(2007) dan Ulupui (2007), menggunakan sampel perusahaan berbeda dengan peneliti.
5.2. Keterbatasan
Penelitian ini memilki berbagai keterbatasan. Pertama, jangka waktu penelitian tidak lama,
meski demikian penelitian ini telah melakukan analisa sensitivitas untuk mengetahui konsistensi hasil
pengujian hipotesa, dan hasilnya menunjukkan konsistensi dengan penelitian sebelumnya. Kedua,
secara konseptul penelitian sustainable enterprise baru menggunakan 5 variabel yang mempunyai
pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh yang mengendalikan untuk membuat
konstan hubungan variabel langsung terhadap variabel tidak langsung yang tidak dipengaruhi oleh
faktor dari luar yang tidak diteliti.
Variabel langsung sebagai anteseden terdiri dari nilai tambah perusahaan dan corporate
governance terhadap variabel tidak langsung sebagai konsekuen yaitu sustainable enterprise melalui
variabel yang memperbaiki kondisi hubungan variabel anteseden dan variabel konsekuen yaitu set
peluang investasi.
Ketiga, data yang digunakan hanya dari annual report dan sustainability report serta indeks
harga konsumen dari beberapa negara. Keterbatasan terakhir, adanya keterbatasan alat ukur dalam
penelitian ini dan kondisi setiap negara berbeda untuk sampel perusahaan yang diteliti.
5.3. Implikasi Teoritis
Perusahaan yang menerapkan corporate governance dengan baik sangat mempengaruhi
sustainable enterprise. Hasil penelitian ini diharapakan pemilik perusahaan atau investor lebih
termotivasi untuk melaksanakan corporate governance yang baik agar perusahaan bisa berkelanjutan
(sustainable enterprise). Serta adanya faktor ekonomi makro di variabel kontrol dengan indikator
inflasi yang cukup signifikan mempengaruhi sustainable enterprise ketika tahun penelitian bertepatan
dengan krisis ekonomi global.
5.4. Implikasi Kebijakan
Implikasi kebijakan pada penelitian mendatang terkait dengan: Pertama, adanya pengaruh yang
signifikan peluang investasi terhadap sustainable enterprise, corporate governance secara
signifikan mempengaruhi tidak langsung pada sustainable enterprise melalui set peluang investasi.
Implikasinya pemerintah perlu memberikan kemudahaan kepada pengusaha untuk berinvestasi agar
perusahaan bisa berkelanjutan (enterprise sustainability) sehingga dapat membuka lapangan
pekerjaan yang lebih luas bagi masyarakat dan menambah pemasukan bagi negara melalui sektor
perpajakan. Sedangkan yang terakhir dengan adanya pengaruh yang signifikan corporate governance
terhadap sustainability enterprise, implikasinya jika perusahaan ingin berkelanjutan harus
menjalankan corporate governance pada masing-masing perusahaan.
5.5. Rekomendasi Untuk Penelitian Selanjutnya
Pada penelitian mendatang perlu dipertimbangkan tambahan sampel yang lebih luas dari
berbagai jenis perusahaan agar simpulan yang dihasilkan memiliki cakupan yang lebih luas.
Daftar Pustaka
Adam Tim dan Goyal Vidhan K. (2000). “The Investment opportunity set and proxy variables: theory and
evidence, Working Paper, pp. 1-42.
Agustina, D. (2013). Pengaruh faktor good corporate governance, free casg flow, dan leverage terhadap
manajemen laba, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vo.3, No.1, Mei.
Ali, et. al. (2013). A study of sustainability of continous improvement in the manufacturing industries in
Malaysia, Management of Environmental Quality: An Intenational Journal Vol. 24 Number 3, pp. 408-
426 +@ Emerald Group Publishing Limited 1477.7835.
Alwi, S. (2009). Dividend and debt policy as corporate governance Mechanisme: Indonesia evidence, Jurnal
Pengurusan 29, pp. 111 – 127.
Ammons, David N. (2007). Performance measurement: A Tool for accountability and performance
improvement, County and Municipal Governament in North Carolina, UNC-Chapel Hill School of
Government.
Anthony, Robert N., Vijay G. (2004). Management Control System. Penterjemah:
F.X Kurniawan Tjakrawala dan Krista, Jakarta, Salemba Empat.
Arachchilage, NDK dan Smith, M. (2013). The effects of the diagnostic and interactive use of management
control systems on the strategy-performance relationship, JAMAR, Vol. 11, Number 1.
Asif, et al. (2011). An integrated management systems approach to corporate sustainability, European Business
Review Vol. 23 No. 4, 2011 pp. 353 – 367 @ Emerald Group Publishing Limited 0955-534X.
Alwi, S. (2009). Dividend and debt policy as corporate governance mechanisme:
Indonesia evidence, Jurnal Pengurusan 29, pp. 111 – 127.
Bachoo, et al.(2013), Firm value and the quality of sustainability reporting in Australia, Australia Accounting
Review No . 64, Vol. 23, Issue 1.
Ball, Ray and Philip B. (1968). “ An empirical evaluation of accounting income numbers “ Journal of
Accounting Research 6,( autumn). pp. 159-178.
Baridwan, Z. dan Legowo, A. (2002). Asosiasi antara economics value added (EVA), market value added
(MVA) dan rasio profitabilitas terhadap harga saham, Tema, Vol III, September.
Barnea, A.,J. Ronen, and S.S. (1975). ”The Implementation of accounting objective: An Application to
extraordinary Item,” Accounting Review 50, January, pp. 58-68.
Barnhatt,SW dan Rosenstein, S.(1998). Board composition, managerial Owner ship, and firm performance: An
empirical analysis, The Financial Review 33, pp. 1-16.
Basamalah, A.S dan Jermias, J.(2005). Social and environmental reporting and auditing in Indonesia: mainting
organizational legitimacy?, Gajah Mada International Journal of Business, January - April, Vol.7, Number
1, pp. 109-127.
Baumgartner, R.J., Ebner, D. (2010). Corporate sustainability strategies: sustainability profiles and maturity
levels, Sustainable Development 18, pp. 76- 89.
Belkaoui, Rihai, Ahmed dan Picur Ronald D. (2001). “Investment opportunity set dependence of dividend yield
and price earnings ratio”, Managerial Finance, Vol. 27, Number 3, pp. 65 -75
Betts, Stephen C. (2011). Contingency theory: science or technology?, Journal of
Business & Economics Research, Vol. 1 Number 8.
Bisbe, J & Otley DT. (2004). The effects of the interactive use of management control system on product
innovation, Accounting, Organization and Society 29, page 709-737.
Brigham, E. dan Houston, J. (2006). Dasar-dasar manajemen keuangan, Alih
bahasa Ali Akbar Yulianto, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.
Brown, L.D. dan Caylor, M.L. (2006). Corporate governance and firm valuation,
Journal of Accounting and Public Policy 25, pp. 409-434.
Black, B S. (1998). Shareholder activism and corporate governance in the United States, forthcoming in Peter
Newman, ed., The New Palgrave Dictionary of Economics and The Law.
Bushman, R, Qi Chen, E. Engel (2000). The sensitivity of governance systems to the timeless of acccounting
earnings, Working paper.
Campbell, Tim S. (1993). Financial institutions and capital markets, Harper Collins College Publishers.
Cadbury Committe. (1992). Report of the committe on financial aspect of corporate governance, Gee & Co,
London.
Chaibi, H., et al. (2014). Investment opportunity set, corporate accounting policy and discretionary accruals,
Journal of Economic and Financial Modelling, Vol.1, No. 1, pp 1-12.
Chin, W.W., Gopal, A. and Salinsbury, W.D. (1997). Advancing the theory of adaptive structuration: The
development of a scale to measure faithfulness of appropriation. Information System Research, Vol. 8: pp.
342-367.
Chin, W.W. (1995). Partial least square is to lisrel as principal components analysis to common factor analysis,
Technology Studies, Vol. 2: pp. 315-319.
Churchill, Jr, G.A. (1979). A Paradigm for developing better measures of marketing constructs, Journal of
Marketing Research (16:1), pp 64-73.
Cooper, Donald R. and Pamela S.S. (2006). Business Research Methods, 9th
ed, New York, NY: Irwin/ Mc
Graw-Hill.
Dewi, Na.H.U. (2012). Corploate governance in the effort of increasing the company’s value, Journal of
Economics, Business,and Accountancy Ventura, Volume 15, No. 2, August, pages 331-342.
Dian, et.al. (2014), Corporate social responsibility effect on market and financial performance, International
Journal of Business and Management Invention, Vol 3, Issue 1, January, pp 56 – 66.
Dilling, Petra F.A. (2010). Sustainability reporting in a global context: What are the characteristic of corporation
that provide high quality sustainability reports-an Empirical analysis, International Business & Economics
Research Journal Vol. 9, No 1, January.
Efendi, M. A. (2009). The Power of good corporate governance: Teori dan Implementasi, Jakarta, Salemba
Empat.
Elkinton, J. (1997). The triple bottom line of 21st Century Business.
Enekwe, et al. (2012). The Effect of financial leverage on financial performance:
Evidence of quoted pharmaceutical companies in Nigeria, IOSR Journal of Economics and Finance, Vol. 5,
Issue 3, Sept – Oct, pp. 17-25
Enquist, et al. (2007). Valves-based service quality for sustainable business, Management Service Quality Vol.
17 Number 4, pp. 385 – 403 @ Emerlad Group Publishing Limited 0960-4529.
Evana, Einde. (2009). Analisis hubungan investment opportunity set (IOS) berdasarkan nilai pasar dan nilai
buku dengan realisasi pertumbuhan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 14, No. 2, Juli.
Fama, Eugene F. (1978). The Effect of a firm’s investment and financing decision on the welfare of ots security
holders, American Economics Review, Vol. 68.
Fauzi, et al. (2011). Triple bottom line as sustainability corporate performance: A
proposition for the future, Sustainability, 2 , pp. 1345 – 1360.
Fidhayatin, S.K.dan Dewi, N.H.U. (2012). Analisis nilai perusahaan, kinerja perusahaan dan peluang bertumbuh
perusahaan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI, Vol. 2, hal. 203-214.
Finkbeiner, et.al. (2010). Towards life cycle sustainability assessment,
Sustainability, 2 , pp. 3309 – 3322.
Gaver, Jennifer J.; Kenneth M. Gaver. (1993). Additional evidence on the association between the investment
opportunity set and corporate , dividend and compensation policies, Journal of Accounting and Economics
16, forthcoming.
Gani, L dan Jermias, J. (2006). Investigating the effect of board independence on performance across different
strategies, The International Journal of Accounting 41, pp. 295 - 314.
Gatignon. Hubert dan Xuereb, J.M. (1997). Strategic orientation of the firm and new product performance,
Journal of Marketing, Vol. 34, Number 1.
Gaver, Jennifer J.; Kenneth M.G. (1995). Compensation policy the investment opportunity set, Financial
Management 24:1 (1995:Spring), pp. 9.
Ghozali, I. (2011). Structural equation modeling metode alternative dengan Partial least square (PLS), Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, edisi 3.
Ghozali, I. & Latan, H. (2012). Partial least square Konsep, Teknik da Aplikasi mengunakan program Smart
PLS 2.0 M3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam & Latan, Hengky, (2012). Partial least square Konsep, Teknik dan Aplikasi mengunakan
program Warp PLS 2.0, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gudono. (2012). Teori organisasi, BPFE Yogyakarta.
Haniffa, R.M. dan Cooke, T.E. (2005). The impact of culture and governance on corporate social reporting,
Journal of Accounting and Public Policy 24, 391 -430.
Hair, J.F.Jr., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.E. (2010). Multivariate Data Analysis, 7th
ed, Pearson
Prentice Hall.
Hair, J.F., et al (2012). An Assesment of the use of partial least square structural equation modeling in
marketing research, Journal of the Academy of Marketing Science, pp 414-433.
Hasnawati, Sri. (2005). Dampak set peluang investasi terhadap nilai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta,
JAAI, Vol. 9, No. 2, Desember.
Haywood, LK, et al. (2013). The diversity of the practice of corporate
sustainability, World Journal of Enterpreneurship Management and Sustainability Development, Vol. 9,
Number 23, pp. 111 – 125, @ Emerald Group Publishing Limited 20425961.
Heikkurinen, P., Bonnedahi, K.J. (2013). Corporate responsibility for sutainable development: a review and
conceptual comparison of market and stakeholder oriented strategies, Journal of Cleaner Production 43,
pp. 191 -198.
Hendriyeni, Nora Sri. (2014). People planet profit dan akuntan.
Hill, Charles W dan Jones, Gareth R. (2013). Strategic management theory, South Western, Cengage Learning.
Hidayah, E. (2008). Pengaruh kualitas pengungkapan informasi terhadap hubungan antara penerapan corporate
governance dengan kinerja perusahaan di Bursa Efek Jakarta, JAAI Volume 12 No 1, Juni, 53-64.
Hong, et al. (2012). Benchmarking sustainability practices: evidence from manufacturing firms, Beanchmarking
An International Journal Vol. 19 Number 4/5, 2012, pp. 634 – 648 @Emerlad Group Publishing Limited
1463577.
Hossain, Moh.; S. F. Cahan; M. B. Adams. (2000). Investment opportunity set and the voluntary use of outside
directors: New Zealand evidence, EBMS Working Paper (European Business Management School,
Singleton Park, UK).
Hutchinson, Marion. (2004). Board characteristics, growth opportunities and audit risks: some evidence from
Australian audit pricing, Research Seminar (The University of Queensland, Australia).
Hutchinson, M dan Gul, FA. (2004). Investment opportunity set, corporate governance practices and firm
performance, Journal of Corporate Finance 10, pp. 595 - 614.
Indrawati, et.al. (2012). Analisis set peluang investasi tinggi dan rendah terhadap free cash flow pada
perusahaan manufaktur di Indoensia, Jurnal Universitas Tidar Magelang, Vol. 37, No.1, 15 September.
Indrayani, M. (2001). Persepsi manajemen perusahaan terhadap prinsip-prinsip good corporate governance,
TEMA, Vol. II, No. 2, September 2001.
Jankala, S. (2010). Role of interactive control systems and foresight in competitive dynamics of Business.
makalah dipresentasikan pada European Accounting Association (EAA) ke-33, Istanbul, Turki.
Jogiyanto, HM. (2008b). Pendoman Survei Kuesioner: Mengembangkan kuesioner, mengatasi bias dan
meningkatkan respon, Edisi I BPFE, Yogyakarta.
Jogiyanto, HM. Dan Abdillah, W.(2009), Konsep & Aplikasi PLS untuk Penelitian Empiris, Edisi I BPFE,
Yogyakarta.
Jones, S. (2001). The Association between the investment opportunity set and corporate financing and dividend
decisions: some Australian evidence, Managerial Finance, Vol. 27, No. 3, pp. 48-64.
Kallapur, S. dan Trombley, M.A. (2001). The Investment opportunity set: Determinant, consequencess and
measurement, Managerial Finance.
Keasey, K dan Wright, M. (1993). Issues in corporate accountability anf governance: An Editorial, Accounting
and Business Research, 23 (Agovernance: Issues and Concerns. Accounting and Business Research, Vol.
23, No. 91A, pp. 291-303.
Khrawish, H.A. and Khraiwesh, A.H.A. (2010). The Determinants of the capital structure: Evidence from
Jordanian industrial companies, JKAU: Econ. & Adm,Vol. 24, No. 1, pp. 173-196.A
Klapper, Leora F. dan Love, I. (2002). Corporate governance, investor protection,
and performance in emerging markets, The World Bank.
Krelinger, Fred N. (2006). Azas-azas penelitian behavioral, Gadjah Mada
University Press.
Kukreja, G. (2013). Impact of new corporate governance code on disclosure: evidences from Bahraini Listed
Commercial Banks, Advance in Management & Applied Economics, Vol. 3, No. 3, pp. 171-191, Kingdom
of Bahrain.
Kumar, J. (2004). Does ownership structure influence firm value? Evibence from India, working paper Indira
Gandhi Institute od Development Research, Mumbai.
Leiby, Justin. (2011). Consultants’ advise to adopt management control systems: the joint effect of persuasion
triggers and managers competence. Unpublished doctoral dissertation, University of Illinois at Urbana-
Champaign
Lichtmannegger, C. (2013). Contingency theory is still alive and well, EGPA Annual Conference.
Limanto, A.W dan Juniarti. (2014). Pengaruh penerapan good corporate governance terhadap nilai perusahaan,
Business Accounting Review, Vol. 2, No. 1.
Lindenberg, Eric B. and Ross, Stephen A. (1981). Tobin’ q ratio and industrial organization, Journal of Business
54, pp 1-32.
Lui, D. dan Zhao, Y. (2006). Ownership, foreign investment and productivity. A Case study of the Autamotive
Industry in China. JCER discussion paper No. 104, Japan Center For Economic Research.
Marinda, F. et al. (2014). Pengaruh investment opportunity set (IOS) dan struktur modal terhadap kinerja
keuangan, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 14, No. 1, September.
Martati, I. (2011). Asosiasi antara perubahan harga saham dan investment opportunity set perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia, Ekuitas, Vol. 15, No.1, Maret, hal 40-59.
Mikes. A.M. & Kaplan, R.S. (2014). Towards a contingency theory of entreprise risk management, Harvard
Business School.
Modigliani, F., and M. H Miller. (1958). The cost of capital, corporation finance and the theory of investment,
American Economic Review 48, pp. 261-297.
Monda, B., Giorgino, M. (2013). Corporate governance and shareholder value in listed firm: An empirical
analysis in five countries (France, Italy, Japan, UK, USA), Munich Personal RePEc Archive (MPRA)
Paper Number 45429, posted 22, March.
Myers, S.C. (1977). Determinants of corporate borrowing, Journal of Finance
Economics 5, pp. 147 – 175.
Mysen, Tore. (2012). Sustainability as corporate mission and strategy, European Business Review Vol. 24
Number 6, @ Emerald Group Publishing Limited 0955534X.
Narver, J.C. dan Slater, S.F. (1990). The Effect of market orientation on business profitabiolity, Journal of
Marketing, October, pp. 20 -35.
Natalia, P. (2012). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate governance pada laporan
tahuan, Diponegoro Journal of Accounting, Volume 1, Nomor 2, halaman 1-10.
Pagalung Gagaring. (2003). Pengaruh kombinasi keunggulan dan keterbatasan perusahaan terhadap set peluang
Investasi (IOS), Jurnal Riset Akuntansi Indoensia, Vol. 6, No.3, Hal. 249-263, September
Parfet, William U. (2000). Accounting subjectivity and earnings management: A preparer perspectice,
Accounting Horizon, vol. 14 no 4, December, hal 481-488.
Pelham, F. (2011). Will sustainability change the business model of the event industry ?, Worldwide Hospitality
and Tourism Themes Vol.3 Number 3, pp 187 – 192 @ Emerlad Group Publishing Limited 1755 – 4217.
Pock, Thomas. (2007). Contingency-based design of management control system. Unpublished doctoral
dissertation, the University of St. Gallen, Germany.
Pradnyani, NLPSP., Badera, IDN. Dan Astika, IBP. (2013). Good corporate governance sebagai predictor
kinerja keuangan dan implikasinya pada kebijakan dividen, E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Univ Udayana,
Vol. 02, No. 08.
Praptitorini, M.D. dan Januarti. I. (2011). Analisis pengaruh kualitas audit, debt default dan opini shopping
terhadap penerimaan opini going concern, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 8, No. 1, Juni,
hal. 79 – 3.
Raar, J. (2002). Environmental initiatives: towardstriple-bottom line reporting, Corporate Communications: An
International Journal, Vol. 7, Number 3, pp 169-183.
Rakhmat A & Saraswati E.(2013). Good corporate governance (GCG) sebagai prinsip implemantasi corporate
social responsibility (CSR), FEB UB
Ramdhaningsih, A. dan Utama, I Made K. (2013). Pengaruh indikator good corporate governance dan
profitabilitas pada pengungkapan corporate social responsibility, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
3.3
Ratnawati, T. (2007). Pengaruh langsung dan tidak langsung faktor ekstern, peluang investasi dan pertumbuhan
assets terhadap keputusan pendanaan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol. 9, No. 2, Nopember, hal. 65-75.
Reilly, Frank K. and Brown, Keith C. (2003). Investment analysis and portofolio, Management South Western
seventh editon.
Retno, R.D. dan Priantinah, D. (2012). Pengaruh good corporate governance dan pengungkapan corporate
social responsibility terhadap nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaanyang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007-2010), Jurnal Nominal, Vol.1, No.1.
Ross, et.al. (2009). Corporate finance fundamentals. Penterjemah: Ali A. Y., Rafika Y., dan Chrsitine, Jakarta,
Salemba Empat.
Saidi, Z. dan Abidin, H. (2004). Menjadi bangsa yang pemurah; wacana dan
praktek kedermawanan sosial di Indonesia, Penerbit Piramedia.
Salmi, T. dan Virtanen, I.(2001). Economic value added: A Simulatation analysis of the trendy, owner-oriented
management tool, Acta Wasaensia, No. 90, 33p.
Salvatore, D. (2005). Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global, Salemba
Empat, Jakarta.
Santos, et al. (2012). Sustainability strength index: An improvement of the dpode model for organizational
sustainability, Book of Proceedings – Toutism and Management Studies International Conference Algarve,
Vol. 4 ISBN 978-989-8472-25-0 @ ESGHT – University of the Algarve, Portugal.
Saputro, J.A. (2003). Analisis hubungan antara gabungan proksi investment set dan real Growth dengan
menggunakan Pendekatan Confirmatory Factor Analysis, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1,
Januari.
Sartono Agus. (2000). Manajemen keuangan, teori dan aplikasi, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Jogyakarta.
Scott, David F. Jr, J.D. Martin, J.W. Petty, and Arthur J Keown. (2011). Financial management, principles and
applications. New Jersey, Prentice Hall International, 11st ed.
Scott William R. (2012). Financial accounting theory 6th
edition, New Jersey, Prentice Hall, Inc.
Sekaran, Uma and Bougie, R. (2011). Research methods, for business a spill building approach, John Wiley &
Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, WestSussex, PO19 8SQ, United Kingdom.
Shleifer, A. dan Vishny, R.W. (1997). A survey of corporate governance, The Journal of Finance, Vol L II, No.
2, Juni.
Silalahi, U. (2010). Metode penelitian sosial, PT Refika Aditama.
Siallagan, H. dan Machfoedz, M. (2006). Mekanisme corporate governance,
kualitas laba dan nilai perusahaan, SNA IX Padang.
Sharps, William F. (1964). Capital asset prices: A Theory of market quilibrium Under conditions of Risk,
Journal of Finance, 19, pp. 425 – 442
Sihono, T. (2008). Krisis finansial Amerika Serikat dan perekonomian Indonesia, Jurnal Ekonomi &
Pendididkan, Vol. 5, No. 2, Desember
Simons, R. (2000). Performance measurement and control systems for implementing strategy, New Jersey:
Prentice Hall.
Spinner, Douglas. J. (1993). The investment opportunity set and accounting procedure choice, Journal of
Accounting and Economics 16 pp. 407-445
Smith, C.W. and R.L., (1992). The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividends, and
compensation Policies, ”Journal of Financial Economics 32, 263 – 292.
Song, X Michael dan Parry, M.E. (1997). The Determinants of japanese new product succes, Journal of
Marketing Research, Vol XXXIV, Feb 1997l, 64 – 76.
Soriano, et al. (2010). Methodology for sustainability strategic planning and management, Industrial
Management & Data Systems Vol. 110 No. 2, 2010 pp 249 – 268 @ Emerald Group Publishing Limisted
0263-5577.
Sud-direktorat Indikator Statistik (2014). Statistik Indonesia, Baban Pusat Statistik, ISSN. 0126-2912.
Subekti, I., Kusuma, I.W. (2001). Assosiasi antara set peluang investasi dengan kebijakan pendanaan dan
dividen perusahaan, serta implikasinya pada perubahan harga saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4
hal. 44-63.
Sugiyono (2013). Statistika untuk penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suharto, Edi (2008). Corporate social responsibility : What is and Benefit for Corporate.
Subramanyam, K.R., dan John I. W. (2010). Financial statement analysis. Penerjemah: Dewi Yanti,
Suprayitno, G, et al. (2005). Internalisasi good corporate governance dalam proses bisnis, The Indonesian
Institute for Corporate Governance.
Suparjan, A. dan Mulya, Ali Sandy (2013). Pengaruh kinerja sosial dan kinerja keuangan perusahaan dengan
pengungkapan corporate social responsibility (CSR) sebagai variabel intervening terhadap nilai
perusahaam, The 1st Corporate Sustaiability National Conference, FE Usakti 04 Desember.
Syahlina, L.Y. (2013). Analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added)
dan MVA (Market Value Added) pada perusahaan tambang batubara yang listing di Bursa Efek Indonesia,
@ Jurnal Administarsi Bisnis, 1 (2), hal. 114 -125.
Tanudjaja, B.B. (2006). Perkembangan corporate social responsibility di Indonesia, Nirman, Vol. 8, No.2, Juli,
92 – 98.
Tewal, B. (2010). Pengaruh strategi bersaing dan inovasi terhadap kinerja perusahaan perhotelan di Sulawesi
Utara, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 8, No. 2.
The Association of Chartered Certified Accountants (2004). An Introduction to sustainability reporting for
organisations in Indonesia.
Ulupui, I.G.K.A. (2007). Analisa Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap
Return Saham, Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 2, No. 1, Januari.
Utama, et at. (2013). ASEAN Corporate Governance Scorecard, Joint Intiativeof the ASEAN Capital Markets
Forum and the Asian Development Bank.
Utomo, L.L. (1999). Economic value added sebagai ukuran keberhasilan kinerja manajemen perusahaan, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol1, No 1, Mei, hal. 28 – 42.
Veronica, M.S & Anantadjaya, S.PD. (2014). Bankruptcy prediction model: an industrial study in Indonesian
Publicly-Listed Firms during 1999-2010, Society of Interdisciplinary Business Research & Universiti of
Kuala Lumpur Business School, Paper ID #KL14-021, Kuala Lumpur, Malaysia, February 7-8.
Vogt, S.C. (1997). Cash flow and capital spending: evidence from capital expenditure announcements,
Financial Management, Vol. 26, No. 2, pp. 44 -57.
Wahdaniah dan Nurhilaliah (2013). Analisis pengaruh financial leverage terhadap rentabilitas modal sendiri
(return on equity) pada PT Kalbe Farma, Tbk., Assets Vol. 3. No. 2.
Wiyono, G. (2011), Merancang penelitian bisnis, UPP STIM YKPN.
Yu, V.F., Ting, H. (2012). Financial development, investor protection, and corporate commitment to
sustainability evidenve from the FTSE Global 500, Management Decision Vol. 50 No. 1, 2012 pp. 130 –
146 @ Emerald Group Publishing Limited 0025-1747.
Yuliani, et al. (2012). Diversification, investment opportunity set, environmental
dynamics and firm value (Empirical Study of Manufacturing Sectors in
Indonesia Stock Exchange), IOSR Journal of Business and Management (IOSR- JBM), Vol. 6, Issue 4 (Nov-
Dec) pp 01 – 15.
Yuniasih, N.W., Wirakusuma, M.G. (2009). Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel
pemoderasi, Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol 4, No 1, Januari.
Zahro, N.I. (2009). Analisis pengaruh set kesempatan investasi terhadap kebijakan dividend an leverage
perusahaan, Universitas Muria Kudus Jurnal Sosial dan Budaya, Vol 2, No 2, Juni.
Lampiran
Results of Descriptive Statistics
Tabel 6. Corporate Governance
RS ET RK DT RB Bo Pe
N Valid 150 150 150 150 150 150 150
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean ,81 ,82 ,74 ,87 ,89 ,77 ,7849
Median ,81 ,82 ,71 ,88 ,89 ,73 ,7800
Std. Deviation ,06 ,078 ,082 ,050 ,038 ,097 ,06351
Set Peluang Investasi
MVABVA MVEBVE PPE
N Valid 135 134 130
Missing 15 16 20
Mean 10,36 33,01 26,55
Median ,40 ,94 ,56
Std. Deviation 23,88 97,23 63,87
Sustainable Enterprise
EC EN LA HR SO PR
N Valid 150 150 150 150 150 150
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 4,76 5,15 4,49 3,62 3,51 3,65
Median 4,89 5,13 4,86 3,27 3,19 3,44
Std. Deviation 1,18 1,05 1,48 1,31 1,21 1,14
R-square
R-square
Generic Strategy
Corporate Governance
Variabel Control
Set Peluang Investasi 0.154
Sustainable Enterprise 0.757
Composite Reliability
Composite Reliability
Generic Strategy 1.000
Corporate Governance 0.931
Variabel Control 1.000
Set Peluang Investasi 0.982
Sustainable Enterprise 0.929
Average variance extracted (AVE)
Average variance extracted (AVE)
Generic Strategy 1.000
Corporate Governance 0.660
Variabel Control 1.000
Set Peluang Investasi 0.949
Sustainable Enterprise 0.689
Results for outer loadings
original sample
estimate
mean of
subsamples
Standard
deviation T-Statistic Keputusan
Generic Strategy
CL 1.000 1.000 0.000 Valid
Corporate Governance
Bo 0.846 0.841 0.021 40.575 Valid
DT 0.810 0.805 0.039 20.830 Valid
ET 0.888 0.890 0.013 70.841 Valid
Pe 0.768 0.775 0.041 18.622 Valid
RB 0.657 0.666 0.063 10.481 Valid
RK 0.796 0.797 0.025 31.767 Valid
RS 0.898 0.897 0.018 49.791 Valid
Variabel Control
Inflasi 1.000 1.000 0.000 Valid
Set Peluang Investasi
MVABVA 0.993 0.991 0.005 186.168 Valid
MVEBVE 0.985 0.980 0.009 105.770 Valid
PPE 0.944 0.941 0.034 27.501 Valid
Sustainable Enterprise
EC 0.614 0.629 0.055 11.114 Valid
EN 0.807 0.790 0.036 22.696 Valid
HR 0.872 0.875 0.018 48.967 Valid
LA 0.871 0.874 0.017 52.145 Valid
PR 0.914 0.914 0.011 80.945 Valid
SO 0.865 0.858 0.020 43.588 Valid