PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI
MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK
OLEANDER (Nerium oleander L.)
Oleh :
SISKA WULANDARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Umum Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Jurusan Budidaya Pertanian
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
DHARMA WACANA METRO
2016
ABSTRAK
PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI
MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN
SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.)
Oleh:
Siska Wulandari
Oleander lebih dikenal sebagai tanaman yang bersifat farmakologis. Namun
dengan semakin pesatnya kebutuhan tanaman hias, oleander dijadikan sebagai
tanaman hias bonsai karena keindahan dari tanaman ini. Pembudidayaan oleander
dilakukan dengan cara setek. Pertumbuhan setek sangat tergantung pada bahan
setek dan media tanam yang dipakai. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut
tentang pengaruh asal bahan setek yang terbaik dan komposisi media yang tepat
untuk pertumbuhan setek.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: (1) pengaruh berbagai bahan setek
terhadap pertumbuhan setek oleander, (2) pengaruh komposisi media tanam
terhadap petumbuhan setek oleander, (3) pengaruh interaksi antara bahan setek
dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander.
Penelitian dilaksanakan di Prasanti, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, dari
bulan Juni sampai bulan Agustus 2016, menggunakan rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial dengan tiga ulangan. Faktor
pertama adalah berbagai bahan setek (S) yang terdiri dari bahan setek yang berasal
dari pangkal (S₁), bahan setek yang berasal dari tengah (s₂), bahan setek yang
berasal dari pucuk (s₃). Faktor kedua komposisi media tanam (m) yang terdiri
dari tanah/kontrol (m0), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1: 1 (m₂), tanah : kompos : arang
sekam perbandingan 1 : 1: 2 (m₃). Data diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet
dan ketakaditifan dengan uji Tuckey, setelah homogen diolah dengan analisis
ragam, apabila terdapat perlakuan yang nyata selanjutnya nilai tengah diuji lanjut
menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) bahan setek bepengaruh terhadap
pertumbuhan setek oleander. Secara umum bibit terbaik dihasilkan oleh bahan
setek asal pangkal dan tengah, (2) komposisi media tanam berpengaruh terhadap
pertumbuhan setek oleander. Media tanam tanah/kontrol (m0) dan komposisi
tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m₂) memberikan hasil yang
sama baiknya terhadap pertumbuhan setek oleander, (3) interaksi antara bahan
setek dan komposisi media tanam hanya terjadi pada peubah jumlah akar.
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Proposal : PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN
KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium
oleander L.)
Nama Mahasiwa : SISKA WULANDARI
No. Pokok Mahasiswa : 12110070
Jurusan : Agroteknologi
Program studi : Agroteknologi
MENYETUJUI :
1. KOMISI PEMBIMBING
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M. Si. NIP. 196509221989032001 NIP. 196803171994032003
2. KETUA JURUSAN AGROTEKNOLOGI
Ir. Syafiuddin, M.P.
NIP. 19630339 198903 1 003
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua Penguji : Prof. Dr. Ir. Maryati, MP ..........................
Penguji Utama : Krisnarini, S.P., M.Si ..........................
Anggota Penguji : Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si ..........................
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
Ir. Rakhmiati, MTA
NIP. 1956304081989032001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 07 Desember 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Sukananti Kecamatan Way Tenong Kabupaten
Lampung Barat pada tanggal 01 November 1993, sebagai anak pertama dari
empat bersaudara, dari Bapak Iskandar Kurnain dan Ibu Asmawanah S. Pd.
Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Fajar Bulan Lampung
Barat pada tahun 2000. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 01 Way Tenong Lampung Barat pada tahun 2006.
Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Kartikatama Metro pada tahun 2009. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai
mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro
dengan program study Agroteknologi.
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini untuk :
1. Kedua orang tua yang tercinta
2. Adik-adik ku tersayang Ana Karlina, Alfando Hardiansyah dan
Alfindo Hardiyansyah
3. Dosen-dosen pembimbing
4. Para sahabat dan teman-teman yang telah membantu selama
proses pembuatan skripsi ku.
MOTTO
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain
(H.R Ahmad)
Doa adalah kekuatan terhebat yang pernah ada, karena
melibatkan sang maha pencipta alam semesta didalamnya.
Usaha tanpa doa adalah perbuatan yang sia-sia, dan doa
tanpa usaha adalah perbuatan yang tiada guna.
Saat kita berani mencoba akan ada dua kemungkinan
“GAGAL ATAU BERHASIL”
Dan disaat kita menyerah hanya ada satu kemungkinan
“GAGAL”
NEVER GIVE UP!!!
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi penelitian yang berjudul Pengaruh Berbagai Bahan Setek dan Komposisi
Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Oleander (Nerium oleander L.). Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Rakhmiati, MTA selaku ketua STIPER Dharma Wacana Metro.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsl ini.
4. Ibu Krisnarini, S.P., M.Si selaku penelaah yang telah banyak memberikan
masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Ir. Syafiuddin, MP selaku ketua jurusan Agroteknologi yang telah
banyak membantu selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf STIPER Dharma Wacana Metro yang telah
banyak membantu dalam menyelesakan skripsi ini.
7. Kedua orangtua tercinta yang dengan tulus selalu memberikan doannya
agar skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan
skripsi penelitian ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Metro, Desember 2016
Siska Wulandari
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang dan Masalah................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis ..................................................... 4
1.4. Hipotesis ................................................................................. 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
2.1. Botani dan Syarat tumbuh Tanaman Oleander) ...................... 9
2.1.1. Taksonomi Tanaman Oleander. .................................... 9
2.1.2. Morflogi Tanaman Oleander. ....................................... 10
2.2. Perbanyakan Tanaman Oleander ............................................ 11
2.3. Media Tanam .......................................................................... 13
III. BAHAN DAN METODE .............................................................. 16
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 16
3.2. Bahan dan Alat........................................................................ 16
3.3. Metode Penelitian ................................................................... 16
3.4. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 17
3.4.1. Persiapan Media Tanam .............................................. 17
3.4.2. Persipan Bahan Setek .................................................. 17
3.4.3. Penanaman dan Pemeliharaan .................................... 18
3.5. Pengamatan ............................................................................ 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 21
4.1. Hasil ....................................................................................... 21
4.1.1. Kecepatan Tumbuh Tunas .......................................... 21
4.1.2. Persentase Setek Tumbuh ........................................... 22
4.1.3. Jumlah Tunas .............................................................. 23
4.1.4. Tinggi Tunas ............................................................... 25
4.1.5. Jumlah Akar ................................................................ 26
4.1.6. Panjang Akar ............................................................... 27
4.1.7. Luas Daun Khusus (LDK) .......................................... 28
4.1.8. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) ................................ 29
4.1.9. Laju Asimilasi Bersih (LAB) ...................................... 30
4.2. Pembahasan ............................................................................ 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 36
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 36
5.2. Saran ...................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 37
LAMPIRAN ............................................................................................. 39
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam ...................................................................... 22
2. Persentase setek tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam ....................................................................... 23
3. Jumlah tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi
media tanam ......................................................................................... 24
4. Tinggi tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi
media tanam ......................................................................................... 25
5. Jumlah akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi
media tanam ......................................................................................... 27
6. Panjang akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi
media tanam ......................................................................................... 28
7. Luas Daun Khusus (LDK) oleander akibat pengaruh bahan setek
dan komposisi media tanam ............................................................... 29
8. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam ....................................................... 28
9. Laju Asimilasi Bersih (LAB) oleander akibat pengaruh bahan setek
dan komposisi media tanam ................................................................ 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Deskripsi Oleander ............................................................................. 39
2. Susunan Plot Percobaan ..................................................................... 40
3. Tata Letak Tanaman ........................................................................... 41
4. Data Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam....................................................... 42
5. Analisis Ragam Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ............................ 42
6. Data Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam (Transformasi √x) ........................ 43
7. Analisis Ragam Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ............................ 43
8. Data Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek
dan komposisi media tanam ............................................................... 44
9. Analisis Ragam Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam ........................................... 44
10. Data Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek
dan komposisi media tanam (Transformasi √x) ................................. 45
11. Analisis Ragam Persentase Tumbuh oleander akibat setek dan
komposisi media tanam ...................................................................... 45
12. Data Jumlah Tunas oleander (pengamatan 9) akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam ............................................ 46
13. Analisis Ragam jumlah Tunas oleander akibat bahan setek dan
komposisi media tanam ....................................................................... 46
14. Data Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam (Transformasi √x+½)................................ 47
15. Analisis Ragam Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam ((Transformasi √x+½) .................. 47
16. Data Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam ....................................................................... 48
17. Analisis Ragam Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan
setek dan kompsisi media tanam ......................................................... 48
18. Data Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan
dan komposisi media tanam (Transformasi √x) .................................. 49
19. Analisis Ragam Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam (Transformasi √x) ......................... 49
20. Data Jumlah Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam ..................................................................... 50
21. Analisis Ragam Jumlah Akar akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam ....................................................................... 50
22. Data Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam ...................................................................... 51
23. Analisis ragam Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam ...................................................... 51
24. Data Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam (Transformasi √x+½) ................................... 52
25. Analisis Ragam Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam (Transformasi √x+½) ................... 52
26. Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam ............................................ 53
27. Analisis Ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ........................... 53
28. Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi komposisi media tanam
(Transformasi √x) ............................................................................... 54
29. Analisis Ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek setek dan komposisi media tanam
(Transformasi √x) ................................................................................ 54
30. Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ............................ 55
31. Analisis ragam Laju Pertumbuhan Realtif rata-rata (LPR) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam .................. 55
32. Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(Transformasi √x + ½) ......................................................................... 56
33. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(Transformasi √x + ½) ......................................................................... 56
34. Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam ............................................ 57
35. Analisis Ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam .................. 57
36. Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam
(Transformasi √x + ½) ....................................................................... 58
37. Analisis Ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(Transformasi √x + ½) ........................................................................ 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Jumlah Tunas .......................................................................... 24
2. Grafik Tinggi Tunas ........................................................................... 26
3. Tanah .................................................................................................. 59
4. Kompos ............................................................................................... 59
5. Arang sekam ....................................................................................... 60
6. Proses pengisian media tanam ke dalam polybag ............................... 60
7. Pengambilan bahan setek..................................................................... 61
8. Pemotongan bahan setek .................................................................... 61
9. Perendaman bahan setek dengan ZPT ................................................ 62
10. Pengelompokan bahan setek (pangkal, tengah, pucuk) ...................... 62
11. Pembungkusan bahan setek dengan tanah liat..................... ............... 63
12. Penanaman .......................................................................................... 63
13. Penyiraman ......................................................................................... 64
14. Pengamatan ......................................................................................... 64
15. Pengambilan sampel tanaman destruktif ............................................ 65
16. Pengamatan tanaman destruktif menggunakan alat image scanner .... 65
17. Pengopenan tanaman destruktif .......................................................... 66
18. Pengambilan sampel tanaman ............................................................ 66
19. Pengamatan jumlah akar dan panjang akar pada tanaman sampel ..... 67
20. Tanaman sampel dari setek pangkal .................................................... 68
21. Tanaman sampel dari setek tengah ..................................................... 69
22. Tanaman sampel dari setek pucuk ....................................................... 70
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
Nerium oleander L. termasuk dalam familia Apocynaceae. Di
Indonesia tumbuhan ini dikenal dengan nama jure (jawa), kenyeri (Bali), kembang
mentega, bunga mentega, oleander (Hembing, 1993). Oleander lebih dikenal
sebagai tanaman yang bersifat farmakologis. Daun nerium oleander berguna
untuk mengobati gagal jantung, sesak napas, diuretik dan ekspektoran dalam dosis
kecil dan pengawasan dokter (Hembing, 1993). Dengan semakin pesatnya akan
kebutuhan tanaman hias, oleander dijadikan sebagai salah satu tanaman yang
mulai dibudidayakan karena bentuknya unik berupa semak-semak yang bersifat
evergreen shrub memilik bunga yang cantik, tahan lama dan bermekaran
sepanjang tahun menjadikan tanaman ini disukai oleh pencinta tanaman hias dan
bonsai.
Pembudidayaan oleander sebagai tanaman pot masih tergolong baru, untuk
memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan standarisasi mutu dan permintaan
konsumen maka perlu dilakukan pembudidayaan sehingga bernilai ekonomi yang
tinggi. Perbanyakan oleander dapat dilakukan dengan setek batang (Backer and
Van den Brink, 1963 dalam Hembing, 1993).
Salah satu tekhnik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan
sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar
adalah setek. Tekhnik perbanyakan vegetatif dengan setek adalah metode
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari
induknya (Juhardi, 1995 dalam Sopyan dan Muslimin, 2006). Selain itu
perbanyakan dengan setek adalah jalan yang paling mudah dan dapat
mempertahankan sifat-sifat keturunannya (Soemartono, 1985).
Dalam pelaksanaan perbanyakan tanaman secara vegetatif (setek) tingkat
keberhasilan lebih rendah dibandingkan cara generatif. Keberhasilan setek dalam
membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase pertumbuhan dan
perbedaan bagian bahan setek yang digunakan (Syakir dkk., 1992).
Sumber bahan setek yang berasal dari bagian batang yang berbeda (pangkal,
tengah, pucuk) mengalami masa perkembangan dan jumlah substrat yang berbeda
pula (Rismawati dan Syakhril, 2013 dalam Yulistyani dkk., 2014). Bagian batang
yang digunakan tersebut berkaitan dengan kandungan nutrisi di dalamnya
terutama karbohidrat, protein, lipid, nitrogen, enzim dan hormon yang berguna
untuk mendukung pertumbuhan awal tanam (Hartmann dan Kester 1990 dalam
Yulistyani dkk., 2014).
Faktor lain yang juga menentukan keberhasilan setek adalah pemilihan dan
pengelolaan media tanam. Ashari (2006) menyatakan bahwa media tanam
berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tanaman, memberikan kelembaban yang
cukup dan mengatur peredaran udara, serta berpengaruh terhadap pertumbuhan
fase vegetatif tanaman seperti akar, tunas dan daun. Media yang baik untuk
pertumbuhan setek yaitu beraerasi baik dan bebas hama penyakit, mengandung
cukup bahan organik dan mampu menahan air yang tinggi, sehingga air yang
diperlukan selama pertumbuhan selalu terpenuhi (Hardjowigeno, 2003).
Soedarsono (1977) dalam Dartis (2014) menyatakan bahwa untuk campuran
media tanam haruslah yang benar-benar subur agar mampu mensuplai makanan
sampai bibit tanaman siap tanam. Selain itu media tanam yang baik memiliki
komposisi yang tepat. Komposisi media tanam yang tepat dapat menunjang
tingkat keberhasilan dalam penyetekan.
Media tanam yang umum digunakan untuk setek oleander adalah tanah dengan
campuran kompos dan arang sekam. Berdasarkan hasil analisis kimia pada media
tanam yang dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman,
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, campuran media tanam tanah,
kompos dan arang sekam memiliki kadar C-organik dan kandungan K-potensial
yang tinggi sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman (Yulistyani dkk.,
2014).
Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai berbagai bahan setek dan komposisi media tanam yang tepat untuk
perbanyakan tanaman oleander secara vegetatif (setek).
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh berbagai bahan setek terhadap pertumbuhan setek oleander.
2. Pengaruh komposisi media tanam terhadap petumbuhan setek oleander.
3. Pengaruh interaksi berbagai bahan setek dan komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan setek oleander.
1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis
Menurut Sitompul dan Guritno (1995), pertumbuhan secara luas dipengaruhi oleh:
(1) faktor genetik (internal), meliputi; respirasi, laju fotosintesis, kapasitas
penyimpanan cadangan makanan, aktivitas enzim, diferensiasi, (2) faktor
lingkungan (eksternal), meliputi; iklim (cahaya, air, dan temperatur), tanah, (3)
teknik budidaya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan setek berakar dan tumbuh baik
adalah sumber bahan setek, dan perlakuan terhadap bahan setek. Sumber bahan
setek seperti bagian batang (pangkal, tengah, pucuk), akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar dan tunas (Kantarli, 1993 dalam Danu dan Nurhasybi, 2003).
Kemampuan setek membentuk akar dan tunas dipengaruhi oleh kandungan
karbohidrat dan keseimbangan hormon (auksin) yang tercermin pada nisbah C dan
N. Setek yang mengandung karbohidrat dan nitrogen yang cukup akan
mempermudah pembentukan akar dan tunas setek. Bahan setek bagian pangkal
dan tengah memiliki nisbah C, N yang ideal sehingga memungkinkan bahan setek
dapat tumbuh dengan baik (Hardjanti, 2005).
Bahan setek yang berasal dari pucuk seringkali masih terlalu muda sehingga lunak
mengakibatkan setek menjadi lemah dan akhirnya mati (Supari 1999 dalam
Hardjanti, 2005). Batang bagian pangkal, tengah dan pucuk merupakan bagian
tanaman yang telah mengalami masa perkembangan yang berbeda, karena itu
sangat memungkinkan jika kualitas bahan tanam atau jumlah substrat yang
tersedia untuk mendukung pertumbuhan awal tanam juga berbeda (Hardjadi,
1994).
Menurut hasil penelitian Hardjanti (2005), penggunaan bahan setek tanaman
adenium yang berasal dari pangkal, tengah dan pucuk berpengaruh nyata terhadap
jumlah tunas dan daun, serta jumlah akar dan berat segar tanaman. Penggunaan
bahan setek dari pangkal paling baik diantara asal bahan setek yang lain
ditunjukkan oleh jumlah tunas dan daun, serta jumlah akar dan berat segar
tanaman tertinggi pada setek adenium.
Menurut hasil penelitian Yulistyani dkk. (2014), bahan setek tanaman ara yang
berasal dari pangkal, tengah dan pucuk tidak berpengaruh nyata pada 2 dan 4
MST, sedangkan 6, 8 dan 10 MST terlihat bahwa asal setek memberikan
pengaruh terhadap panjang tunas. Setek yang berasal dari bagian pangkal batang
memiliki tunas yang lebih panjang dibandingkan setek yang berasal dari bagian
tengah dan pucuk. Setek yang berasal dari bagian pucuk batang membentuk tunas
yang lebih pendek namun tidak berbeda nyata dengan setek yang berasal dari
bagian tengah pada setek tanaman ara.
Sedangkan hasil penelitian Saleh (2005), perlakuan asal setek berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan bibit nilam yang ditunjukkan oleh panjang akar, jumlah
akar, berat kering akar dan berat kering tunas. Berat kering akar dan berat kering
tunas tertinggi dihasilkan oleh setek batang asal tengah. Untuk panjang akar setek
batang asal tengah dan pangkal lebih baik daripada asal pucuk, dan jumlah akar
terbanyak ditunjukan oleh setek batang asal pangkal yang terbaik pada setek
nilam.
Tjasadiharja (1980) melaporkan bahwa penggunaan media tanam mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan bibit yang baik. Faktor yang harus diperhatikan
dalam penggunaan media tanam adalah tingkat kelembaban, pH, kandungan unsur
hara N, P, K dan kadar C-organik yang terkandung di dalam media tanam.
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai tingkat kesuburan yang
cukup untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi.
Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Hakim dkk.
(1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan penting dalam
menciptakan kesuburan tanah. Untuk menambah unsur-unsur yang diperlukan
dalam pertumbuhan bibit tanaman, media tanam dapat dicampur dengan
pemberian kompos, arang sekam dan bahan organik lainnya.
Hesse (1984) dalam Trisilawati dan Atekan (2007) menyatakan bahwa
penggunaan kompos pada media pembibitan memiliki beberapa keuntungan,
antara lain dapat meningkatkan ketersediaan beberapa hara makro, kapasitas tukar
kation tanah, stabilitas agregat tanah, daya sanggah tanah (buffer), dan aktivitas
mikroorganisme tanah.
Arang sekam merupakan media yang bersifat porous, ringan dan cukup menahan
air ditambah lagi dengan kandungan karbon (C) yang tinggi untuk meningkatkan
kesuburan media tanam. Kandungan silikat yang tinggi pada arang sekam dapat
menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan
penyakit akibat adanya pengerasan jaringan (Zulfitri, 2005).
Campuran media tanam tanah, kompos dan arang sekam dengan komposisi
tertentu dapat menyediakan lingkungan atau kondisi yang optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan akar dan dapat menghasilkan struktur yang
sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda pula bagi
tanaman.
Menurut hasil penelitian Sugiyanto (2012), perlakuan komposisi media tanam
terlihat berpengaruh pada umur 6 MST terhadap parameter luas daun per tanaman,
Dimana komposisi media tanam tanah, arang sekam dan kompos (1 : 2 : 1)
menunjukan pengaruh yang paling tinggi terhadap parameter luas daun
dibandingkan komposisi media tanah, arang sekam, kompos (1 : 1 : 1) dan (2 : 1 :
1) pada setek kumis kucing.
Menurut hasil penelitian Suharsi dan Andiani (2013), komposisi media tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tunas. Komposisi tanah, kompos
dan arang sekam (2 : 1 : 1) cenderung menghasilkan persentase setek hidup, bobot
basah dan bobot kering lebih tinggi dibandingkan komposisi media pasir malang,
tanah, kompos (2 : 2 : 1) dan komposisi media cocopeat, tanah, kompos (3 : 2 :1)
pada setek sansevieria.
Diduga dengan penggunaan berbagai bahan setek (pucuk, tengah, pangkal) dan
komposisi media tanam yang berbeda akan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan setek oleander. Karena itu perlu dilakukan penelitian pengaruh
berbagai bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek
oleander.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bahan setek berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander.
2. Komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander.
3. Terdapat interaksi antara berbagai bahan setek dan komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan setek oleander.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Oleander dan Syarat tumbuh
2.1.1. Taksonomi Tanaman Oleander
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Nerium.
Species : Nerium oleander L.
Tanaman oleander berasal dari Maroko dan Portugal dan masuk ke dalam famili
apocynaceae. Penyebarannya melalui jalur mediterania sampai ke Asia Tenggara.
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga mencapai 2-6 meter, dengan batang yang
tegak dan bercabang-cabang.
Sebagai tanaman hias, oleander cukup popular. Sosok tanamannya
rimbun dengan daun pita berwarna hijau tua. Bunganya bergerombol, terlihat
cantik dan kontras dengan hijaunya daun. Meskipun cantik, oleander merupakan
salah satu jenis tanaman yang beracun.
Keseluruhan yang mencakup getah putih seperti susu adalah beracun. Namun
bukan berarti tanaman ini harus dimusnahkan atau di cabuti, karena bagian daun
pada tumbuhan ini justru berkhasiat sebagai obat. Beberapa aktivitas telah banyak
dilaporkan antara lain sebagai antikanker, diuretika, mengobati herpes (Perry,
1980 dalam Wahyuningsih dkk., 2004), antibakteri, antijamur, ekspektoran,
insektisida, bengkak, penguat jantung (Siddiqui dkk., 1997 dalam Hembing,
1993). Kandungan senyawa kimia yang tedapat pada oleander yaitu Triterpen,
Glikosida jantung, Oleanderol, Asam kanerat dan Kanerin.
Di Indonesia sendiri belum ada data dan laporan yang menyebutkan kasus-kasus
keracunan yang secara spesifik berkaitan dengan tanaman oleander karena
berbagai alasan, mulai dari ketidaktahuan korban, belum adanya perhatian
terhadap potensi ancaman racun dari oleander, hingga kemungkinan salah deteksi.
2.1.2. Morfologi Tanaman Oleander
Ciri-ciri umum tanaman oleander adalah bentuknya yang perdu berupa semak-
semak. Oleander mempunyai daun yang keras dan tajam. Daun pokok oleander
tersusun dalam pusaran dan letaknya berpasang-pasangan. Daun ini berwarna
hijau gelap dengan panjang 5-21 cm dan lebar 1-2 cm. Bentuk daun seperti garis
berlawanan arah dan bertepi rata.
Bunga oleander memiliki bermacam-macam warna mulai dari putih atau kelabu,
merah keungu atau kuning kemerahan. Bunga berkembang dalam seikat ujung
cabang masing-masing yang mengelilingi mahkota bunga pusat. Bunga ini
terletak diujung cabang dan mempunyai diameter sekitar 2,5-5 cm.
Buah oleander berbentuk kapsul sempit dengan panjang 15-25 cm, bulat beralur
memanjang dengan banyak biji yang berambut. Buah akan memecah saat matang
untuk mengeluarkan biji-biji halus, biji tersebut digunakan untuk perbanyakan
generatif.
Batang dan cabang tanaman oleander yang berupa semak secara rutin tumbuh
dengan tegak lurus dan tidak akan layu. Pohon tumbuh dengan beberapa cabang
tetapi dapat tumbuh dengan batang tunggal. Batang oleander berkayu dan keras.
Cabang oleander tumbuh tegak lurus dan rantingnya tebal serta berwarna hijau.
Tanaman oleander memiliki akar serabut yang tumbuh lurus ke dalam tanah untuk
memperkokoh batang tumbuhan. Karena akar ini muncul dari pangkal batang,
maka seringkali akar ini terlihat dipermukaan tanah. Akar serabut pada oleander
memiliki cabang-cabang akar yang berguna untuk memperluas bidang penyerapan
dan memperkokoh berdirinya tumbuhan.
Nerium oleander dapat tumbuh pada ketinggian 1-700 m di atas permukaan laut.
Oleander membutuhkan setidaknya 4 jam terkena sinar matahari langsung dan
rata-rata temperatur yang dibutuhkan sekitar 21-29º C. Oleander dapat tumbuh di
daerah subtropis dan dapat tumbuh pada suhu -10º C serta pada iklim dingin.
2.2. Perbanyakan Tanaman Oleander
Usaha memperbanyak bibit oleander dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
generatif dan secara vegetatif. Untuk mendapatkan bibit oleander dalam jumlah
besar secara cepat, dengan jumlah tanaman dan produksi bunga yang bermutu
baik dapat dilakukan dengan teknik perbanyakan secara vegetatif yaitu setek.
Setek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan
mengunakan bagian batang, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi
tanaman baru.
Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, setek lebih ekonomis, lebih
mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan cara
perbanyakan vegetatif lainnya. Tanaman yang diperbanyak dengan cara vegetatif
setek umumnya akan lebih cepat berproduksi dibandingkan dengan tanaman yang
berasal dari perbanyakan generatif (Pudjiono, 1996 dalam Hardjanti, 2005).
Keberhasilan perbanyakan dengan cara setek ditandai oleh terjadinya regenerasi
akar dan pucuk pada bahan setek sehingga menjadi tanaman baru. Regenerasi
akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor
ekstern atau lingkungan. Perbanyakan tanaman oleander dapat dilakukan dengan
setek batang (Hembing, 1993).
Bahan tanaman setek diambil dari tanaman induk yang sehat, telah berbunga dan
bebas dari penyakit. Batang dipotong secara miring menggunakan pisau atau
gunting yang tajam dan steril dengan panjang 10 cm. Pemotongan secara miring
berfungsi agar tempat tumbuh akar lebih banyak. Selanjutnya bahan dapat
ditanam di dalam polybag yang telah diisi dengan campuran tanah, kompos dan
arang sekam.
Keunggulan tekhnik perbanyakan dengan setek adalah pembiakan bibit dapat
dilakukan secara masal, kualitas tanaman yang sudah seragam, mempunyai sifat
yang sama dengan induknya, tidak terkendala musim atau waktu, tekhnik
pengerjaan yang tidak rumit sehingga mudah dilakukan (Widiarto, 1996).
Sedangkan kelemahan pembiakan dengan tekhnik setek adalah perakaran kurang
baik karena tidak memiliki akar tunggang, tanaman tidak tahan kekeringan pada
saat musim kemarau panjang.
2.3. Media Tanam
Media tanam sangat mempengaruhi keberhasilan setek, tidak mudah memadat,
menyerap dan melepaskan unsur hara secara bertahap terutama saat penambahan
unsur hara. Tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tanaman, yang
tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Badan penyusun tanah dapat
dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, air dan gas. Fungsi
tanah untuk kehidupan adalah sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara
dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah dan sebagai penyedia
penyimpanan air.
Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Secara garis
besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara membuat
tanah menjadi gembur sehingga aerasi menjadi lebih baik serta mudah ditembus
perakaran tanaman.
Menurut Ashari (2006), media perakaran pada organ tanaman yang disetek
berfungsi untuk menjaga setek agar tidak mudah goyah dan memberikan
kelembaban yang cukup.
Menurut Heneuhili (2008), kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi
dari bahan organik seperti tanaman, hewan dan limbah organik lainnya. Kompos
dapat meningkatkan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi untuk membantu
tanaman dalam menyerap unsur hara dari tanah dan membentuk senyawa yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kandungan yang terdapat di dalam
kompos yang berasal dari PT. Great Giant Pineapple (GGP) adalah kadar air
(39%), C-Organik (19%), N (2,18%), P205 (0,25%), K20 (0,94%), Cd (0,92
ppm), As (0,73 ppm), Pb (2 ppm), bakteri Fecal Coli (<10 mpn/gr).
Arang sekam memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas yang
baik. Sifat ini menguntungkan sebagai media tanam untuk mendukung perbaikan
struktur tanah karena aerasi dan drainase menjadi lebih baik, arang sekam juga
berguna untuk menambah kadar kalium dalam tanah. Arang sekam mengandung
SiO2 (52%), C (31%), K (0,3%), N (0,18%), Kalsium (0,14%), selain itu juga
mengandung Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dalam jumlah yang kecil
serta beberapa jenis bahan organik.
Pemilihan komponen campuran media harus mempertimbangkan tiga faktor, yaitu
sifat fisik, sifat kimia dan faktor ekonomi. Sehubungan dengan sifat fisik dan
kimianya, yang terpenting adalah media tanam tersebut dapat menyediakan
kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman yaitu, mempunyai aerasi dan
drainase yang baik, mempunyai daya ikat air yang tinggi, menyediakan hara yang
cukup, serta bebas dari jamur dan bakteri patogen.
Selanjutnya, komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan
1 : 2 : 1 (m1), 2 : 1 : 1 (m2), dan 1 : 1 : 2 (m3) diharapkan dapat menjadi alternatif
media tanam yang memenuhi kriteria tersebut.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Prasanti, Kecamatan Metro Barat, Kota
Metro, pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan setek yang digunakan adalah setek batang yang berasal dari pangkal,
tengah dan pucuk dengan panjang 10 cm, tanah, tanah liat, kompos limbah
kotoran sapi yang berasal dari PT. Great Giant Pineapple (GGP), arang sekam dan
ZPT Atonik.
Alat-alat yang digunakan adalah gunting setek, timbangan digital, hand sprayer,
mistar, kertas tabel, polybag, pisau cater, paranet, ember, tali rapia, bambu,
cangkul, ayakan pasir, dan alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Rancangan percobaan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah berbagai bahan
setek (S) yang terdiri dari bahan setek yang berasal dari pangkal (s₁), bahan setek
yang berasal dari tengah (s₂), bahan setek yang berasal dari pucuk (s₃). Faktor
kedua komposisi media tanam (M) yang terdiri dari tanah/kontrol (m₀), tanah :
kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁), tanah : kompos : arang sekam
perbandingan 2 : 1: 1 (m₂), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1: 2
(m₃), terdapat 12 kombinasi perlakuan yaitu S₁m₀, S₁m₁, S₁m₂, S₁m₃, S₂m₀, S₂m₁,
S₂m₂, S₂m₃, S₃m₀, S₃m₁, S₃m₂, S₃m₃, dan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36
satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman dan diambil 5
tanaman pada setiap satuan percobaan sebagai sampel.
Data diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan ketakaditifan dengan uji
Tuckey, setelah homogen diolah dengan analisis ragam, apabila terdapat
perlakuan yang nyata selanjutnya nilai tengah diuji lanjut menggunakan uji beda
nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Media Tanam
Penyiapan media tanam dimulai dengan pengambilan tanah, kemudian diayak
untuk memisahkan tanah dari batu, kaca, kerikil, atau sampah plastik. Tanah yang
sudah lolos saringan pasir dicampur dengan kompos dan arang sekam sesuai
perlakuan masing-masing menggunakan perbandingan volume ember, kemudian
dimasukan dalam polybag ukuran 15 cm x 22 cm sebanyak ¾ bagian. Jarak antar
petak dalam ulangan yaitu 50 cm sedangkan jarak antar plot pada setiap ulangan
yaitu 30 cm.
3.4.2. Persiapan Bahan Setek
Bahan tanaman setek diambil dari tanaman induk yang sehat, telah berbunga dan
bebas dari penyakit. Batang dipotong secara miring menggunakan gunting setek
yang tajam dan steril dengan panjang 10 cm. Pemotongan secara miring
berfungsi agar tempat tumbuh akar lebih banyak. Bahan setek yang telah
dipotong dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu kelompok (1) pangkal, (2) tengah,
(3) pucuk. Selanjutnya bahan setek direndam dalam larutan ZPT Atonik dengan
dosis 1 ml/1 liter air selama 15 menit.
3.4.3. Penanaman dan Pemeliharaan
Bahan setek yang telah direndam dengan ZPT Atonik dan dikering anginkan
selanjutnya dibungkus dengan tanah liat, kemudian ditanam ke dalam polybag
yang telah berisi media tanam dengan komposisi sesuai dengan perlakuan masing-
masing dengan kedalaman 5 cm. Pemeliharaan bibit antara lain penyiraman,
pengendalian gulma, hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan tiap 2 hari sekali
pada pagi dan sore hari. Sedangkan pengendalian gulma, hama dan penyakit
dlakukan dengan cara penyiangan pada waktu gulma mulai tumbuh, dengan
mencabut gulma tersebut dan penggunaan pestisida jenis insektisida dan fungisida
sesuai konsentrasi yang dianjurkan dengan cara penyemprotan.
3.5. Pengamatan
Pengamatan untuk peubah jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan
panjang akar tepanjang dilakukan pada 5 tanaman sampel yang telah ditentukan
sebelumnya, untuk pengamatan persentase tumbuh menggunakan semua tanaman,
sedangkan untuk peubah LDK, LPR dan LAB 45-52 hst menggunakan 2 tanaman
sampel. Peubah yang diamati meliputi :
1. Kecepatan tumbuh tunas (hst)
Data kecepatan tumbuh tunas diperoleh dengan cara menghitung waktu
atau hari tumbuhnya tunas yang sudah terbuka sempurna sebanyak 70%.
2. Persentase tumbuh (%)
Persentase tumbuh dilakukan dengan cara menghitung jumlah setek yang
hidup dibagi dengan jumlah setek yang ditanam dikali 100 %, pada
masing-masing percobaan. Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah
tanam (akhir penelitian).
3. Jumlah tunas (cabang)
Jumlah tunas diperoleh dengan cara menghitung semua tunas yang muncul
pada setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan setiap minggu yang
dimulai sejak 35 hari setelah tanam sampai 90 hari setelah tanam (akhir
penelitian).
4. Tinggi tunas tertinggi (cm)
Data tinggi tunas dilakukan dengan cara mengukur tinggi tunas yang
paling tinggi dari tunas yang muncul dari pangkal keluarnya tunas sampai
titik tumbuh tunas. Pengamatan dilakukan setiap minggu yang dimulai
sejak 35 hari setelah tanam sampai 90 hari setelah tanam (akhir penelitian).
5. Jumlah akar (buah)
Jumlah akar diperoleh dengan menghitung seluruh akar yang muncul dari
kalus selama pembibitan. Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah
tanam (akhir penelitian).
6. Panjang akar terpanjang (cm)
Data panjang akar diperoleh dengan cara mengukur akar dari pangkal
batang hingga bagian ujung akar terpanjang dari akar yang terbentuk.
Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah tanam (akhir penelitian).
7. Luas Daun Khusus (LDK) 45-52 hst (cm²/g)
Luas Daun Khusus dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
LDK 45-52 hst = (LA2/W2 + LA1/W1)/2
8. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) 45-52 hst (g/g/hari)
Laju Pertumbuhan Relatif dihitung dengan rumus sebagai berikut:
LPR 45-52 hst = (In W2-In W1)/( T2-T1)
9. Laju Asmilasi Bersih (LAB) 45-52 hst (g/ cm²/hari)
Laju Asmilasi Bersih dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
LAB 45-52 hst = (W2-W1)/(T2-T1)x(In LA2-In LA1)/( LA2- LA1)
Untuk pengamatan LDK, LPR dan LAB, Pengukuran dilakukan pada saat
tanaman berumur 45 dan 52 hari setelah tanam, tanaman dikeringkan
sampai berat konstan dan dirata-ratakan.
Ket: LA1 =Luas daun pada pengamatan awal (cm²)
LA2 = Luas daun pada pengamatan akhir(cm²)
W1 = Berat kering tanaman pada pengamatan awal (g)
W2 = Berat kering tanaman pada pengamatan akhir (g)
T1 = Waktu pengamatan awal (45hst)
T2 = Waktu pengamatan akhir (52 hst)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Kecepatan Tumbuh Tunas
Dari hasil analisis ragam (lampiran 7) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh tunas, tetapi tidak
terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.
Hasil uji BNT (Tabel 1) menunjukkan bahwa untuk kecepatan tumbuh tunas dari
setek pangkal sama dengan setek tengah dan tunas lebih cepat tumbuh daripada
bahan setek pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam
tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan pengaruh
lebih baik terhadap kecepatan tumbuh tunas dibandingkan komposisi media tanam
tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁) dan tanah : kompos :
arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3).
Tabel 1. Kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m) Rata-rata
m₀ m₁ m2 m3
..............................hari..............................
Pangkal (s₁) 25,33 33,33 28,00 34,67 30,33 A
Tengah (s₂) 26,33 31,33 28,00 36,67 30,58 A
Pucuk (s₃) 40,67 45,33 41,33 47,33 43,67 B
Rata-rata 30,78 a 36,66 b 32,44 a 39,56 b
BNT S = 2,55 BNT M = 2,94
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
4.1.2. Persentase Setek Tumbuh
Dari hasil analisis ragam (lampiran 11) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase setek tumbuh, tetapi tidak
terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.
Hasil uji BNT (Tabel 2) menunjukkan bahwa setek yang berasal dari pangkal dan
tengah menghasilkan persentase setek hidup lebih tinggi 27% dan 23%
dibandingkan dengan setek yang berasal dari pucuk. Media tanam tanah/kontrol
(m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 :
1 : 1 (m2) memberikan persentase setek hidup yang lebih tinggi 25% dan 20%
dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan
1 : 1 : 2 (m3).
Tabel 2. Persentase Setek Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m) Rata-rata
m₀ m1 m2 m3
.............................. % ..............................
Pangkal (s₁) 76,67 68,33 75,00 63,33 70,83 B
Tengah (s₂) 75,00 65,00 71,67 63,33 68,75 B
Pucuk (s₃) 65,00 50,00 61,67 46,67 55,84 A
Rata-rata 72,22 b 61,11 a 69,45 b 57,78 a
BNT S = 3,93 BNT M = 4,54
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
4.1.3. Jumlah Tunas
Dari hasil analisis ragam (lampiran 15) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, tetapi tidak terdapat
interaksi antara kedua faktor tersebut.
Hasil uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa setek pangkal dan tengah
menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak 51% dan 50% daripada setek
pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah :
kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan pengaruh lebih
baik 37% dan 30% terhadap jumlah tunas dibandingkan komposisi media tanam
tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1).
Tabel 3. Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi
media tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m) Rata-rata
m0 m1 m2 m3
..............................buah..............................
Pangkal (s₁) 3,00 2,20 2,53 2,40 2,53 B
Tengah (s₂) 2,80 1,93 2,93 2,40 2,52 B
Pucuk (s₃) 1,93 1,53 1,93 1,33 1,68 A
Rata-rata 2,58 b 1,89 a 2,46 b 2,04 a
BNT S = 0,21 BNT M = 0,25
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Gambar 1. Grafik Jumlah Tunas
Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah tunas terbanyak dihasilkan oleh setek
pangkal dan tengah dengan media tanam tanah/kontrol (m0) dan komposisi media
tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan (2 : 1 : 1) (m2).
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
35 42 49 56 63 70 77 84 90
Jum
lah
Tu
nas
(b
uah
)
Hari Setelah Tanam (HST)
s1m0
s1m1
s1m2
s1m3
s2m0
s2m1
s2m2
s2m3
s3m0
s3m1
s3m2
s3m3
4.1.4. Tinggi Tunas Tertinggi
Dari hasil analisis ragam (lampiran 19) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, tetapi tidak terdapat
interaksi antara kedua faktor tersebut.
Hasil uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa setek pangkal menghasilkan tunas
tertinggi 42% , kemudian diikuti setek tengah 34% dibandingkan dengan setek
pucuk yang menghasilkan tinggi tunas terendah. Komposisi media tanam yang
menghasilakan tunas tertinggi adalah media tanah/kontrol (m₀) diikuti dengan
komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2),
komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1),
sedangkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1
: 1 : 2 (m3) menghasilkan tinggi tunas terendah.
Tabel 4. Tinggi Tunas Tertinggi oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m) Rata-rata
m₀ m1 m2 m3
..............................cm..............................
Pangkal (s₁) 13,19 7,06 11,19 6,18 9,40 C
Tengah (s₂) 12,08 6,40 11,05 6,13 8,92 B
Pucuk (s₃) 9,33 4,64 8,45 4,13 6,64 A
Rata-rata 11,53 d 6,03 b 10,23 c 5,48 a
BNT S = 0,46 BNT M = 0,54
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Gambar 2. Grafik Tinggi Tunas
Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tunas tertinggi dihasilkan oleh setek
pangkal dengan media tanam tanah/kontrol (m₀).
4.1.5. Jumlah Akar
Dari hasil analisis ragam (lampiran 21) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, dan terdapat interaksi
antara kedua faktor tersebut.
Hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa pengaruh bahan setek tergantung
pada komposisi media tanam, dan sebaliknya. Pengaruh komposisi media tanam
pada masing-masing asal bahan setek menunjukkan bahwa jumlah akar pada
komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2)
sama dengan media tanam tanah/kontrol (m₀) untuk asal bahan setek tengah,
sedangkan untuk asal bahan setek pangkal dan pucuk, jumlah akar terbanyak
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
35 42 49 56 63 70 77 84 90
Tin
ggi T
un
as (
cm)
Hari Setelah Tanam (HST)
s1m0
s1m1
s1m2
s1m3
s2m0
s2m1
s2m2
s2m3
s3m0
s3m1
s3m2
s3m3
terdapat pada media tanam tanah/kontrol (m₀). Kombinasi perlakuan terbaik
untuk jumlah akar yaitu pada bahan setek pangkal yang ditanam pada media
tanam tanah/kontrol (m₀).
Tabel 5. Jumlah Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media
tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m)
m₀ m1 m2 m3
.............................. buah ..............................
Pangkal (s₁) 22,40 B 13,00 B 20,13 B 12,87 B
c a b a
Tengah (s₂) 21,00 B 12,73 B 20,47 B 12,40 B
b a b a
Pucuk (s₃) 13,33 A 10,47 A 11,33 A 10,40 A
b a a a
BNT S x M = 1,99
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah
vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5%.
4.1.6. Panjang Akar Terpanjang
Dari hasil analisis ragam (lampiran 25) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap panjang akar, tetapi tidak terdapat
interaksi antara kedua faktor tersebut.
Hasil uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa setek pangkal menghasilkan akar
terpanjang 43% daripada setek pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀)
menghasilkan akar terpanjang 24% dibandingkan dengan komposisi media tanam
tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3).
Tabel 6. Panjang Akar Terpanjang oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m) Rata-rata
m₀ m1 m2 m3
.............................. cm ..............................
Pangkal (s₁) 9,06 7,10 7,23 6,85 7,56 C
Tengah (s₂) 8,03 6,29 6,85 6,18 6,84 B
Pucuk (s₃) 5,48 5,17 5,36 5,13 5,29 A
Rata-rata 7,52 b 6,19 a 6,48 a 6,05 a
BNT S = 0,44 BNT M = 0,51
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
4.1.7. Luas Daun Khusus Rata-Rata (LDK) 45-52 hst
Dari hasil analisis ragam (lampiran 29) terlihat bahwa komposisi media tanam
memberikan pengaruh terhadap Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst, tetapi
bahan setek tidak berpengaruh dan tidak terdapat interaksi kedua faktor tersebut.
Hasil uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa komposisi media tanam tanah :
kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) menghasilkan Luas Daun
Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst tertinggi 52% dibandingkan komposisi media
tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3), dalam hal ini
tidak berbeda dengan media tanam tanah/kontrol (m₀). Sedangkan bahan setek
asal pangkal, tengah, dan pucuk menghasilkan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK)
45-52 hst yang sama.
Tabel 7. Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst oleander akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m) Rata-rata
m₀ m1 m2 m3
.............................. cm²/g ..............................
Pangkal (s₁) 35,11 25,83 32,50 19,16 28,15
Tengah (s₂) 23,19 25,46 37,77 22,74 27,29
Pucuk (s₃) 32,03 20,15 24,89 21,72 24,70
Rata-rata 30,11 b 23,81 a 31,72 b 21,21 a
BNT S = 5,03 BNT M = 5,80
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
4.1.8. Laju Pertumbuhan Relatif Rata-Rata (LPR) 45-52 hst
Dari hasil analisis ragam (lampiran 33) terlihat bahwa bahan setek, komposisi
media tanam dan interaksi dari kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata
terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst.
Hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa bahan setek pangkal, tengah, dan
pucuk tidak berpengaruh terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52
hst, demikian juga dengan perbedaan komposisi media tanam.
Tabel 8. Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst oleander akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m) Rata-rata
m₀ m1 m2 m3
.............................. g/g/hari ..............................
Pangkal (s₁) 0,47 0,20 0,23 0,27 0,30
Tengah (s₂) 0,40 0,40 0,27 0,23 0,36
Pucuk (s₃) 0,27 0,57 0,40 0,40 0,41
Rata-rata 0,38 0,39 0,30 0,30
4.1.9. Laju Asimilisasi Bersih Rata-Rata (LAB) 45-52 hst
Dari hasil analisis ragam (lampiran 37) terlihat bahwa bahan setek, komposisi
media tanam dan interaksi dari kedua faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap
Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst.
Hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa bahan setek pangkal, tengah, dan
pucuk tidak berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst,
demikian juga dengan perbedaan komposisi media tanam.
Tabel 9. Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst oleander akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam
Bahan setek
(s)
Komposisi media tanam (m) Rata-rata
m₀ m1 m2 m3
.............................. g/ cm²/hari ....................
Pangkal (s₁) 3,40 0,90 0,50 1,20 1,60
Tengah (s₂) 1,87 4,13 0,73 1,03 2,24
Pucuk (s₃) 0,87 2,80 1,67 1,87 1,78
Rata-rata 2,05 2,61 0,97 1,37
4.2. Pembahasan
Dari hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan terjadi interaksi antara bahan setek
dan komposisi media tanam terhadap jumlah akar. Setek pucuk menghasilkan
akar lebih banyak apabila ditanam di media tanam tanah/kontrol (m₀). Media
tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang
sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) menghasilkan jumlah akar yang sama banyak
untuk asal bahan setek tengah. Sedangkan untuk asal bahan setek pangkal yang
ditanam pada media tanam tanah/kontrol (m₀) merupakan perlakuan kombinasi
terbaik untuk jumlah akar. Media tanam tanah/kontrol (m0) memiliki tingkat
kepadatan yang baik sehingga mampu menopang batang setek agar tidak mudah
goyah saat penyiraman yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pembentukan
akar, selain itu media tanah/kontrol (m0) memiliki tingkat kelembaban yang cukup
untuk pertumbuhan awal tanam penyetekan terutama bagi pembentukan akar.
Perlakuan berbagai bahan setek berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek
oleander terlihat pada peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh,
jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar terpanjang
namun tidak berpengaruh terhadap Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst,
Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst dan Laju Asimilasi Bersih rata-
rata (LAB) 45-52 hst. Bahan setek yang berasal dari pangkal dan tengah
menghasilkan kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, dan jumlah
tunas terbanyak daripada bahan setek yang berasal dari pucuk. Sedangkan tunas
tertinggi, jumlah akar terbanyak, dan akar terpanjang dihasilkan oleh bahan setek
asal pangkal.
Hal ini diduga bahan setek asal pangkal dan tengah selain mata tunasnya telah
dewasa dan lebih siap untuk tumbuh menghasilkan tanaman baru, cadangan
makanan dan hormon yang terkandung didalamnya juga lebih tinggi. Menurut
Widiarto (1996), bahan setek yang digunakan akan memiliki daya tumbuh yang
tinggi dan menghasilkan tunas lebih cepat dan seragam apabila memiliki mata
tunas yang subur dan tidak dorman. Selanjutnya Pandey and Sinha, 1979 dalam
Saleh, 2005 menjelaskan bahwa mata tunas subur biasanya terdapat pada bahan
setek yang timbunan hasil fotosintesis dan hormonnya tinggi. Penimbunan hasil
fotosintesis dan hormon tumbuh pada bagian tanaman tertentu dapat mematahkan
dormansi mata tunas.
Bahan setek asal pucuk secara umum menghasilkan bibit paling rendah dilihat
dari peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas,
tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar terpanjang. Hal ini diduga
pada bahan setek asal pucuk sel-sel penyusun jaringan tanaman masih aktif
tumbuh dan belum dewasa, sehingga mata tunas yang ada tingkat
pertumbuhannya belum sempurna. Selain itu terdapat hormon sejenis auksin
diujung bahan setek yang menyebabkan mata tunas yang ada diruas-ruas tanaman
menjadi dorman, sementara jaringan pertumbuhan meristematik diujung bahan
setek mengalami stagnasi karena suplai hasil fotosintesis menurun akibat belum
adanya akar tanaman yang mencari unsur hara dan air untuk diolah dalam proses
fotosintesis (Saleh, 2005).
Lebih lanjut Abidin (1987) dalam Saleh (2005) menyatakan bahwa kalus adalah
jaringan baru yang terbentuk pada bagian tanaman yang terluka maupun terbentuk
pada pangkal batang setek. Pembentukan setek akan lebih cepat terjadi apabila
bahan yang digunakan sudah dewasa, ini disebabkan karena bahan setek yang
sudah dewasa memiliki kandungan cadangan makanan yang cukup dan
perkembangan sel sel jaringan tanaman sudah sempurna, sehingga bahan setek
asal pucuk secara umum menghasilkan bibit paling rendah dan yang paling baik
adalah bahan setek asal pangkal dan tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh
terhadap pertumbuhan setek oleander terlihat pada peubah kecepatan tumbuh
tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar,
panjang akar terpanjang dan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst, namun
tidak berpengaruh terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst dan
Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst. Media tanam tanah/kontrol (m₀)
dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1
(m2) memberikan hasil yang lebih baik terhadap parameter kecepatan tumbuh
tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, dan Luas Daun Khusus rata-rata
(LDK) 45-52 hst. Sedangkan tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar
terpanjang dihasilkan oleh media tanam tanah/kontrol (m0).
Media tanam tanah/kontrol (m₀) memiliki tingkat kepadatan yang sesuai untuk
pertumbuhan awal setek karena dapat menopang dan meminimalisir batang setek
agar tidak mudah goyah saat penyiraman yang dapat menyebabkan kegagalan
pembentukan akar dalam penyetekan, selain itu media tanam tanah/kontrol (m₀)
mampu memberikan kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan awal tanam
penyetekan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ashari (2006), media tanam yang
baik untuk pertumbuhan tanaman yang disetek yaitu media yang dapat menjaga
setek agar tidak mudah goyah dan memberikan kelembaban yang cukup.
Berdasarkan hasil yang dilihat dari beberapa parameter pengamatan, komposisi
media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2)
memberikan hasil yang sama baiknya dengan media tanam tanah/kontrol (m₀), hal
ini diduga karena media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 :
1 (m2) memiliki porsi tanah yang masih besar.
Penggunaan media tanam dengan berbagai komposisi menghasilkan kondisi
lingkungan dan struktur media tanam yang berbeda sehingga mempunyai
pengaruh yang berbeda pula bagi setiap tanaman. Komposisi media tanam tanah :
kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1) dan tanah : kompos : arang
sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3) menghasilkan bibit terendah dilihat dari semua
parameter pengamatan. Hal ini diduga komposisi media tanam tanah : kompos :
arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1) dan tanah : kompos : arang sekam
perbandingan 1 : 1 : 2 (m3) memiliki tingkat porositas yang tinggi sehingga tidak
sesuai untuk pertumbuhan setek oleander.
Setek dapat dikatakan berhasil apabila terlebih dahulu terbentuk akar yang sehat
dan kuat. Dengan demikian akan terjadi proses penyerapan unsur hara dan air
dari media tanam yang kemudian akan diangkut melalui xilem sebagai suplai
untuk memberi nutrisi dan energi bagi pertumbuhan setek selanjutnya. Menurut
Rochiman dan Harjadi (1973), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan hidup setek antara lain adalah media tanam. Selanjutnya Rein et al.
(1991) dalam Yulistyani dkk. (2014) menyatakan bahwa tingkat kelembaban
media tanam akan berpengaruh terhadap kemampuan setek dalam menyerap air
dan mempercepat pertumbuhan akar primer.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Bahan setek asal pangkal menunjukan pertumbuhan setek yang sama
baiknya dengan bahan setek asal tengah, terlihat pada peubah kecepatan
tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, dan jumlah tunas.
2. Media tanam tanah/kontrol (m0) dan komposisi media tanam tanah :
kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan hasil yang
sama baiknya terhadap peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek
tumbuh, jumlah tunas, dan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst.
3. Terdapat interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam pada
jumlah akar.
5.2 Saran
Untuk menghasilkan bibit oleander yang baik dan cepat layak tanam sebaiknya
bahan setek yang digunakan adalah yang berasal dari pangkal dan tengah.
Sedangkan media tanam yang cocok bagi pertumbuhan setek oleander adalah
media tanam yang memiliki tekstur padat.
Lampiran 4. Data kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek
dan komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-
rata I II III
s₁m₀ 24,00 28,00 24,00 76,00 25,33
s₁m₁ 36,00 30,00 34,00 100,00 33,33
s₁m₂ 26,00 34,00 24,00 84,00 28,00
s₁m₃ 36,00 30,00 38,00 104,00 34,67
s₂m₀ 24,00 29,00 26,00 79,00 26,33
s₂m₁ 30,00 32,00 32,00 94,00 31,33
s₂m₂ 24,00 30,00 30,00 84,00 28,00
s₂m₃ 38,00 34,00 38,00 110,00 36,67
s₃m₀ 42,00 40,00 40,00 122,00 40,67
s₃m₁ 44,00 44,00 48,00 136,00 45,33
s₃m₂ 40,00 44,00 40,00 124,00 41,33
s₃m₃ 44,00 50,00 48,00 142,00 47,33
Jumlah 408,00 425,00 422,00 1255,00 418,33
Rata-rata 34,00 35,42 35,17 104,58 34,86
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 32,54 > X2 – tabel = 19,7
Lampiran 5. Analisis ragam kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 13,72 6,86 0,76 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 1396,05 698,03 77,19 * 3,44
K. Media tanam (m) 3 430,30 143,43 15,86 * 3,05
Interaksi 23,28 3,88 0,43 tn 2,55
Galat 22 198,95 9,04
Non – aditif 1 2,43 2,43 0,26 tn 4,18
Sisa 21 196,52 9,36
Total 35 2062,30
KK = 8,63 %
Keterangan: * = berbeda nyata KK = koefisien keragaman
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 6. Data kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek
dan komposisi media tanam (Transformasi (√x))
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rat-rata I II III
s₁m₀ 4,90 5,29 4,90 15,09 5,03
s₁m₁ 6,00 5,48 5,83 17,31 5,77
s₁m₂ 5,10 5,83 4,90 15,83 5,28
s₁m₃ 6,00 5,48 6,16 17,64 5,88
s₂m₀ 4,90 5,39 5,10 15,39 5,13
s₂m₁ 5,48 5,66 5,66 16,80 5,60
s₂m₂ 4,90 5,48 5,48 15,86 5,29
s₂m₃ 6,16 5,83 6,16 18,15 6,05
s₃m₀ 6,48 6,33 6,33 19,14 6,38
s₃m₁ 6,63 6,63 6,93 20,19 6,73
s₃m₂ 6,32 6,63 6,33 19,28 6,43
s₃m₃ 6,63 7,07 6,93 20,63 6,88
Jumlah 69,50 71,10 70,71 211,31 70,44
Rata-rata 10,69 10,94 10,88 32,51 10,84
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Lampiran 7. Analisis ragam kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi (√x))
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,11 0,06 0,80 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 9,70 4,85 69,03* 3,44
K. Media tanam (m) 3 3,22 1,07 15,28* 3,05
Interaksi 0,26 0,04 0,62 tn 2,55
Galat 22 1,55 0,07
Total 35 14,83 KK = 4,52 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 8. Data persentase tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 75,00 70,00 85,00 230,00 76,67
s₁m₁ 75,00 65,00 65,00 205,00 68,33
s₁m₂ 80,00 75,00 70,00 225,00 75,00
s₁m₃ 60,00 65,00 65,00 190,00 63,33
s₂m₀ 75,00 80,00 70,00 225,00 75,00
s₂m₁ 70,00 60,00 65,00 195,00 65,00
s₂m₂ 75,00 70,00 70,00 215,00 71,67
s₂m₃ 65,00 65,00 60,00 190,00 63,33
s₃m₀ 60,00 70,00 65,00 195,00 65,00
s₃m₁ 55,00 45,00 50,00 150,00 50,00
s₃m₂ 65,00 60,00 60,00 185,00 61,67
s₃m₃ 45,00 45,00 50,00 140,00 46,67
Jumlah 800,00 770,00 775,00 2345,00 781,67
Rata-rata 66,67 64,17 64,58 195,42 65,14
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 41,90 > X2 – tabel = 19,7
Lampiran 9. Analisis ragam persentase tumbuh oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 43,06 21,53 1,00 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 1584,73 792,36 36,81* 3,44
K. Media tanam (m) 3 1252,09 417,36 19,39* 3,05
Interaksi 6 70,83 11,80 0,55tn 2,55
Galat 22 473,60 21,53
Non – aditif 1 0,08 0,08 0,00tn 4,18
Sisa 21 473,51 22,54
Total 35 3424,31
KK = 7,12 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
Lampiran 10. Data persentase tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek
dan komposisi media tanam (Transformasi (√x)
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 8,66 8,37 9,22 26,25 8,75
s₁m₁ 8,66 8,06 8,06 24,78 8,26
s₁m₂ 8,94 8,66 8,37 25,97 8,66
s₁m₃ 7,74 8,06 8,06 23,86 7,95
s₂m₀ 8,66 8,94 8,37 25,97 8,66
s₂m₁ 8,37 7,75 8,06 24,18 8,06
s₂m₂ 8,66 8,37 8,37 25,40 8,47
s₂m₃ 8,06 8,60 7,75 24,41 8,14
s₃m₀ 7,75 8,37 8,06 24,18 8,06
s₃m₁ 7,42 6,71 7,07 21,20 7,07
s₃m₂ 8,06 7,75 7,75 23,56 7,85
s₃m₃ 6,71 6,71 7,07 20,49 6,83
Jumlah 97,69 96,35 96,21 290,25 96,75
Rata-rata 8,14 8,03 8,02 24,19 8,06
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Lampiran 11. Analisis ragam persentase tumbuh oleander akibat pengaruhbahan
setek dan komposisi media tanam (transformasi (√x))
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,11 0,06 0,58 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 6,76 3,38 35,00* 3,44
K. Media tanam (m) 3 4,49 1,50 15,51* 3,05
Interaksi 0,62 0,10 1,07 tn 2,55
Galat 22 2,12 0,10
Total 35 14,11 KK = 3,85 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 12. Data jumlah tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-
rata I II III
s₁m₀ 3,00 2,80 3,20 9,00 3,00
s₁m₁ 2,00 2,20 2,40 6,60 2,20
s₁m₂ 2,40 2,60 2,60 7,60 2,53
s₁m₃ 2,40 2,20 2,60 7,20 2,40
s₂m₀ 2,80 2,60 3,00 8,40 2,80
s₂m₁ 2,20 1,80 1,80 5,80 1,93
s₂m₂ 3,20 3,00 2,60 8,80 2,93
s₂m₃ 2,00 2,60 2,60 7,20 2,40
s₃m₀ 1,60 2,00 2,20 5,80 1,93
s₃m₁ 2,00 1,40 1,20 4,60 1,53
s₃m₂ 2,00 1,80 2,00 5,80 1,93
s₃m₃ 1,20 1,40 1,40 4,00 1,33
Jumlah 26,80 26,40 27,60 80,80 26,93
Rata-rata 2,23 2,20 2,30 6,73 2,24
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 25,73 > X2 – tabel = 19,7
Lampiran 13. Analisis ragam jumlah tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9)
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,06 0,03 0,49 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 5,67 2,83 44.40 * 3,44
K. Media tanam (m) 3 2,94 0,98 15,36* 3,05
Interaksi 6 0,73 0,12 1,91 tn 2,55
Galat 22 1,40 0,06
Non – aditif 1 0,02 0,02 0,30 tn 4,18
Sisa 21 1,38 0,06
Total 35 10,81 KK = 11,26 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
Lampiran 14. Data jumlah tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(Transformasi (√x+½))
Perlakuan ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 1,87 1,82 1,92 5,61 1,87
s₁m₁ 1,58 1,64 1,70 4,92 1,64
s₁m₂ 1,70 1,76 1,76 5,22 1,74
s₁m₃ 1,70 1,64 1,76 5,10 1,70
s₂m₀ 1,82 1,76 1,87 5,45 1,82
s₂m₁ 1,64 1,52 1,52 4,68 1,56
s₂m₂ 1,92 1,87 1,76 5,55 1,85
s₂m₃ 1,58 1,76 1,76 5,10 1,70
s₃m₀ 1,45 1,58 1,64 4,67 1,56
s₃m₁ 1,58 1,38 1,30 4,26 1,42
s₃m₂ 1,58 1,52 1,58 4,68 1,56
s₃m₃ 1,30 1,38 1,38 4,06 1,35
Jumlah 19,72 19,63 19,95 59,30 19,77
Rata-rata 1,64 1,64 1,66 4,94 1,65
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Lampiran 15. Analisis ragam jumlah tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9)
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(Transformasi (√x+½)
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,00 0,00 0,40 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 0,55 0,28 44,48* 3,44
K. Media tanam (m) 3 0,27 0,09 14,64* 3,05
Interaksi 6 0,06 0,01 1,71 tn 2,55
Galat 22 0,14 0,01
Total 35 1,03 KK = 4,78 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 16. Data tinggi tunas tertinggi oleander (pengamatan terakhir/ke-9)
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-
rata I II III
s₁m₀ 12,90 14,62 12,04 39,56 13,19
s₁m₁ 6,70 6,96 7,52 21,18 7,06
s₁m₂ 11,64 10,78 11,14 33,56 11,19
s₁m₃ 6,90 6,06 5,59 18,55 6,18
s₂m₀ 12,60 12,56 11,08 36,24 12,08
s₂m₁ 6,06 6,72 6,42 19,20 6,40
s₂m₂ 11,62 10,86 10,66 33,14 11,05
s₂m₃ 6,26 6,24 5,90 18,40 6,13
s₃m₀ 9,48 9,04 9,46 27,98 9,33
s₃m₁ 4,72 4,48 4,72 13,92 4,64
s₃m₂ 8,66 8,42 8,26 25,34 8,45
s₃m₃ 4,10 4,06 4,24 12,40 4,13
Jumlah 101,64 100,80 97,03 299,47 99,82
Rata-rata 8,47 8,40 8,09 24,96 8,32
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 1,46 < X2 – tabel = 19,7
Lampiran 17. Analisis ragam tinggi tunas tertinggi oleander (pengamatan
terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi
media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 1,01 0,50 1,67 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 52,36 26,18 86,92* 3,44
K. Media tanam (m) 3 244,99 81,67 271,16* 3,05
Interaksi 6 3,23 0,54 1,79 tn 2,55
Galat 22 6,63 0,30
Non – aditif 1 1,33 1,33 5,25* 4,18
Sisa 21 5,30 0,25
Total 35 308,22 KK = 6,60 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
Lampiran 18. Data tinggi tunas tertinggi oleander (pengamatan terakhir/ke-9)
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(transformasi (√x))
Perlakuan ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 3,59 3,82 3,47 10,88 3,63
s₁m₁ 2,59 2,64 2,74 7,97 2,66
s₁m₂ 3,41 3,28 3,34 10,03 3,34
s₁m₃ 2,63 2,46 2,36 7,45 2,48
s₂m₀ 3,55 3,54 3,33 10,42 3,47
s₂m₁ 2,46 2,59 2,53 7,58 2,53
s₂m₂ 3,41 3,30 3,27 9,98 3,33
s₂m₃ 2,50 2,50 2,43 7,43 2,48
s₃m₀ 3,08 3,01 3,08 9,17 3,06
s₃m₁ 2,17 2,12 2,17 6,46 2,15
s₃m₂ 2,94 2,90 2,87 8,71 2,90
s₃m₃ 2,03 2,02 2,06 6,11 2,04
Jumlah 34,36 34,18 33,65 102,19 34,06
Rata-rata 2,86 2,85 2,80 8,52 2,84
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Lampiran 19. Analisis ragam tinggi tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9)
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(transformasi (√x))
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,02 0,01 1,53 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 1,68 0,84 113,66* 3,44
K. Media tanam (m) 3 7,51 2,50 339,83* 3,05
Interaksi 0,03 0,01 0,68 tn 2,55
Galat 22 0,16 0,01
Total 35 9,40 KK = 3,02 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 20. Data jumlah akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 21,60 23,80 21,80 67,20 22,40
s₁m₁ 11,60 14,40 13,00 39,00 13,00
s₁m₂ 19,80 21,20 19,40 60,40 20,13
s₁m₃ 14,00 12,80 11,80 38,60 12,87
s₂m₀ 21,80 21,60 19,60 63,00 21,00
s₂m₁ 11,60 13,00 13,60 38,20 12,73
s₂m₂ 20,00 22,00 19,40 61,40 20,47
s₂m₃ 11,60 14,00 11,60 37,20 12,40
s₃m₀ 12,00 16,20 11,80 40,00 13,33
s₃m₁ 12,40 9,00 10,00 31,40 10,47
s₃m₂ 11,60 11,40 11,00 34,00 11,33
s₃m₃ 10,20 10,60 10,40 31,20 10,40
Jumlah 178,20 190,00 173,40 541,60 180,53
Rata-rata 14,85 15,83 14,45 45,13 15,04
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 15,21 < X2 – tabel = 19,7
Lampiran 21. Analisis ragam jumlah akar akibat pengaruh bahan setek dan
komposisi media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 12,16 6,08 4,42* 3,44
Bahan setek (S) 2 242,48 121,24 88,13* 3,44
K. Media tanam (m) 3 350,22 116,74 84,86* 3,05
Interaksi 6 83,36 13,89 10,10* 2,55
Galat 22 30,27 1,38
Non – aditif 1 2,93 2,93 2,25 tn 4,18
Sisa 21 27,34 1,30
Total 35 718,49 KK = 7,80 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
Lampian 22. Data panjang akar terpanjang olander akibat pengaruh bahan setek
dan komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 8,24 10,96 7,98 27,18 9,06
s₁m₁ 6,88 7,22 7,20 21,30 7,10
s₁m₂ 7,10 7,30 7,30 21,70 7,23
s₁m₃ 6,66 7,08 6,80 20,54 6,85
s₂m₀ 7,98 8,56 7,54 24,08 8,03
s₂m₁ 6,14 6,28 6,46 18,88 6,29
s₂m₂ 6,52 7,16 6,88 20,56 6,85
s₂m₃ 5,82 6,02 6,70 18,54 6,18
s₃m₀ 5,46 5,44 5,54 16,44 5,48
s₃m₁ 5,06 5,06 5,40 15,52 5,17
s₃m₂ 5,46 5,16 5,46 16,08 5,36
s₃m₃ 5,08 5,14 5,18 15,40 5,13
Jumlah 76,40 81,38 78,44 236,22 78,74
Rata-rata 6,37 6,78 6,54 19,69 6,56
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 6,13 < X2 – tabel = 19,7
Lampiran 23. Analisis ragam panjang akar terpanjang oleander akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 1,04 0,52 1,93* 3,44
Bahan setek (S) 2 32,39 16,19 59,88* 3,44
K. Media tanam (m) 3 11,94 3,98 14,71* 3,05
Interaksi 6 3,96 0,66 2,44 tn 2,55
Galat 22 5,95 0,27
Non – aditif 1 2,60 2,60 16,30* 4,18
Sisa 21 3,35 0,16
Total 35 55,28 KK = 7,93 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
Lampiran 24. Data panjang akar terpanjang oleander akibat pengaruh bahan
setek dan komposisi media tanam (transformasi (√x+½))
Perlakuan ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 2,96 3,39 2,91 9,26 3,09
s₁m₁ 2,72 2,78 2,78 8,28 2,76
s₁m₂ 2,76 2,79 2,79 8,34 2,78
s₁m₃ 2,68 2,75 2,70 8,13 2,71
s₂m₀ 2,91 3,01 2,84 8,76 2,92
s₂m₁ 2,58 2,60 2,64 7,82 2,61
s₂m₂ 2,65 2,77 2,72 8,14 2,71
s₂m₃ 2,51 2,55 2,68 7,74 2,58
s₃m₀ 2,44 2,44 2,46 7,34 2,45
s₃m₁ 2,36 2,36 2,43 7,15 2,38
s₃m₂ 2,44 2,38 2,44 7,26 2,42
s₃m₃ 2,36 2,38 2,38 7,12 2,37
Jumlah 31,37 32,20 31,77 95,34 31,78
Rata-rata 2,61 2,68 2,65 7,95 2,65
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Lampiran 25. Analisis ragam panjang akar terpanjang oleander akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi
(√x+½))
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,29 0,14 1,98 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 1,16 0,58 79,45* 3,44
K. Media tanam (m) 3 0,37 0,12 17,02* 3,05
Interaksi 6 0,11 0,02 2,50 tn 2,55
Galat 22 0,16 0,01
Total 35 1,83 KK = 3,22 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 26. Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 29,38 38,74 37,22 105,34 35,11
s₁m₁ 32,48 23,95 21,07 77,50 25,83
s₁m₂ 43,97 29,60 23,94 97,51 32,50
s₁m₃ 19,24 16,02 22,22 57,48 19,16
s₂m₀ 22,12 23,91 23,54 69,57 23,19
s₂m₁ 19,51 28,04 28,84 76,39 25,46
s₂m₂ 30,88 46,38 36,05 113,31 37,77
s₂m₃ 21,73 18,50 27,98 68,21 22,74
s₃m₀ 41,32 28,86 25,90 96,08 32,03
s₃m₁ 22,07 20,17 18,20 60,44 20,15
s₃m₂ 25,21 29,26 20,20 74,67 24,89
s₃m₃ 27,07 17,42 20,66 65,15 21,72
Jumlah 334,98 320,85 305,82 961,65 320,55
Rata-rata 27,92 26,74 25,49 80,14 26,71
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 48,87 > X2 – tabel = 19,7
Lampiran 27. Analisis ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 35,44 17,72 0,50 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 77,73 38,86 1,10 tn 3,44
K. Media tanam (m) 3 678,30 226,10 6,42 * 3,05
Interaksi 6 484,76 80,79 2,29 tn 2,55
Galat 22 775,04 35,23
Non – aditif 1 5,38 5,38 0,15 tn 4,18
Sisa 21 769,67 36,05
Total 35 2051,26 KK = 22,23 %
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
Lampiran 28. Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat pengaruh
bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi (√x))
Perlakuan ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 5,42 6,22 6,10 17,74 5,91
s₁m₁ 5,70 4,89 4,59 15,18 5,06
s₁m₂ 6,63 5,44 4,89 16,96 5,65
s₁m₃ 4,39 4,00 4,71 13,10 4,37
s₂m₀ 4,70 4,89 4,85 14,44 4,81
s₂m₁ 4,42 5,30 5,37 15,09 5,03
s₂m₂ 5,56 6,81 6,00 18,37 6,12
s₂m₃ 4,66 4,30 5,29 14,25 4,75
s₃m₀ 6,43 5,37 5,09 16,89 5,63
s₃m₁ 4,70 4,49 4,27 13,46 4,49
s₃m₂ 5,02 5,41 4,49 14,92 4,97
s₃m₃ 5,20 4,17 4,55 13,92 4,64
Jumlah 62,83 61,29 60,20 184,32 61,44
Rata-rata 5,24 5,11 5,02 15,36 5,12
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Lampiran 29. Analisis ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(transformasi (√x))
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,29 0,14 0,49 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 0,67 0,33 1,12 tn 3,44
K. Media tanam (m) 3 6,12 2,04 6,89* 3,05
Interaksi 6 4,15 0,69 2,34 tn 2,55
Galat 22 6,52 0,30
Total 35 17,75
Keterangan: * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 30. Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 0,50 0,30 0,60 1,40 0,47
s₁m₁ 0,30 0,20 0,10 0,60 0,20
s₁m₂ 0,30 0,10 0,30 0,70 0,23
s₁m₃ 0,10 0,20 0,50 0,80 0,27
s₂m₀ 0,20 0,70 0,30 1,20 0,40
s₂m₁ 0,10 0,70 0,40 1,20 0,40
s₂m₂ 0,20 0,40 0,20 0,80 0,27
s₂m₃ 0,20 0,30 0,20 0,70 0,23
s₃m₀ 0,20 0,40 0,20 0,80 0,27
s₃m₁ 0,30 0,70 0,70 1,70 0,57
s₃m₂ 0,40 0,40 0,40 1,20 0,40
s₃m₃ 0,30 0,60 0,30 1,20 0,40
Jumlah 3,10 5,00 4,20 12,30 4,10
Rata-rata 0,26 0,42 0,35 1,03 0,34
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 16,40 < X2 – tabel = 19,7
Lampiran 31. Analisis ragam Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,15 0,08 2,90 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 0,87 0,04 1,66 tn 3,44
K. Media tanam (m) 3 0,06 0,02 0,80 tn 3,05
Interaksi 6 0,27 0,05 1,73 tn 2,55
Galat 22 0,57 0,03
Non – aditif 1 0,07 0,07 2,89 tn 4,18
Sisa 21 0,51 0,02
Total 35 1,15 KK = 47,32%
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
Lampiran 32. Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi
(√x+½))
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 1,00 0,89 1,05 2,94 0,98
s₁m₁ 0,89 0,84 0,78 2,51 0,84
s₁m₂ 0,89 0,78 0,89 2,56 0,85
s₁m₃ 0,76 0,84 1,00 2,60 0,87
s₂m₀ 0,84 1,10 0,89 2,83 0,94
s₂m₁ 0,78 1,10 0,95 2,83 0,94
s₂m₂ 0,84 0,95 0,84 2,63 0,88
s₂m₃ 0,84 0,89 0,84 2,57 0,86
s₃m₀ 0,84 0,95 0,84 2,63 0,88
s₃m₁ 0,89 1,10 1,10 3,09 1,03
s₃m₂ 0,95 0,95 0,95 2,85 0,95
s₃m₃ 0,89 1,05 0,89 2,83 0,94
Jumlah 10,41 11,44 11,02 32,87 10,96
Rata-rata 0,87 0,95 0,92 2,74 0,91
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Lampiran 33. Analisis ragam Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(transformasi (√x+½))
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,04 0,02 2,79 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 0,03 0,01 1,75 tn 3,44
K. Media tanam (m) 3 0,02 0,01 0,70 tn 3,05
Interaksi 6 0,08 0,01 1,70 tn 2,55
Galat 22 0,16 0,01
Total 35 0,32
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 34. Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 1,70 6,90 1,60 10,20 3,40
s₁m₁ 1,00 1,00 0,70 2,70 0,90
s₁m₂ 0,60 0,40 0,50 1,50 0,50
s₁m₃ 0,70 0,90 2,00 3,60 1,20
s₂m₀ 1,10 3,10 1,40 5,60 1,87
s₂m₁ 8,60 2,30 1,50 12,40 4,13
s₂m₂ 0,90 0,90 0,40 2,20 0,73
s₂m₃ 0,70 1,70 0,70 3,10 1,03
s₃m₀ 0,60 1,30 0,70 2,60 0,87
s₃m₁ 1,20 3,40 3,80 8,40 2,80
s₃m₂ 1,40 1,50 2,10 5,00 1,67
s₃m₃ 1,00 3,40 1,20 5,60 1,87
Jumlah 19,50 26,80 16,60 62,90 20,97
Rata-rata 1,63 2,23 1,38 5,24 1,75
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Uji Homogenitas : X2 – hitung = 22,13 > X2 – tabel = 19,7
Lampiran 35. Analisis ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 4,60 2,30 0,90 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 1,22 0,61 0,24 tn 3,44
K. Media tanam (m) 3 14,30 4,77 1,86 tn 3,05
Interaksi 6 27,84 4,64 1,81 tn 2,55
Galat 22 56,28 2,56
Non – aditif 1 1,48 1,48 0,57 tn 4,18
Sisa 21 54,80 2,61
Total 35 104,25 KK = 91,54%
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
Lampiran 36. Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst akibat
pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi
(√x+½))
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
s₁m₀ 1,48 2,72 1,45 5,65 1,88
s₁m₁ 1,23 1,23 1,10 3,56 1,19
s₁m₂ 1,05 0,95 1,00 3,00 1,00
s₁m₃ 1,10 1,18 1,58 3,86 1,29
s₂m₀ 1,27 1,90 1,38 4,55 1,52
s₂m₁ 3,02 1,67 1,41 6,10 2,03
s₂m₂ 1,18 1,18 0,95 3,31 1,10
s₂m₃ 1,10 1,48 1,10 3,68 1,23
s₃m₀ 1,05 1,34 1,10 3,49 1,16
s₃m₁ 1,30 1,98 2,07 5,35 1,78
s₃m₂ 1,38 1,41 1,61 4,40 1,47
s₃m₃ 1,23 1,98 1,30 4,51 1,50
Jumlah 16,39 19,02 16,05 51,46 17,15
Rata-rata 1,37 1,59 1,34 4,29 1,43
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)
Lampiran 37. Analisis ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst
akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam
(transformasi (√x+½))
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung F tabel
Kelompok 2 0,44 0,22 1,45 tn 3,44
Bahan setek (S) 2 0,15 0,07 0,49 tn 3,44
K. Media tanam (m) 3 1,17 0,39 2,54 tn 3,05
Interaksi 6 2,28 0,38 2,48 tn 2,55
Galat 22 3,37 0,15
Total 35 7,41
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata
Gambar 3. Tanah
Gambar 4. Kompos
Gambar 5. Arang sekam
Gambar 6. Proses pengisian media tanam kedalam polybag
Gambar 7. Pengambilan bahan setek
Gambar 8. Pemotongan bahan setek
Gambar 9. Perendaman bahan setek dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Gambar 10. Pengelompokan bahan setek (pangkal, tengah, pucuk)
Gambar 11. Pembungkusan bahan setek dengan tanah liat
Gambar 12. Penanaman
Gambar 13. Penyiraman
Gambar 14. Pengamatan
Gambar 15. Pengambilan sampel tanaman destruktif
Gambar 16. Pengamatan tanaman destruktif menggunakan alat image scanner
Gambar 17. Pengopenan tanaman destruktif
Gambar 18. Pengambilan sampel tanaman
Gambar 19. Pengamatan jumlah akar dan panjang akar pada tanaman sampel
a. s₁m₀ b. s₁m₁
c. s₁m₂ d. s₁m₃
Gambar 20. Tanaman sampel dari setek pangkal
a. s₂m₀ b. s₂m₁
c. s₂m₂ d. s₂m₃
Gambar 21. Tanaman sampel dari setek tengah
a. s₃m₀ b. s₃m₁
c. s₃m₂ d. s₃m3
Gambar 22. Tanaman sampel dari setek pucuk
Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol
s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1)
s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1)
m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)