“PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI
PERMUKIMAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH
BERBASIS SIG”
(Studi Kasus : Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun 2005-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMMAD BAHRUL HIDAYAT
NIM 1113015000026
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Muhammad Bahrul Hidayat (1113015000026) "Pengaruh Alih Fungsi Lahan
Pertanian Menjadi Permukiman Terhadap Hasil Produksi Pertanian Padi
Sawah Berbasis SIG (Studi Kasus : Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
Tahun 2005-2015)". Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan perubahan alih
fungsi lahan pertanian menjadi permukiman serta pengaruhnya terhadap hasil
produksi pertanian padi sawah di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor pada tahun
2005-2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif dan metode analisis data menggunakan analisis regresi
linear sederhana. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa citra satelit yang sudah berbentuk shp/shapefile dan data hasil produktivitas
padi dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Berdasarkan analisis yang dilakukan,
didapatkan hasil penelitian yaitu lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan mencapai 492,3 hektar atau
sekitar 18,4% dari seluruh luas lahan pertanian di Kecamatan Kemang, sedangkan
angka peningkatan luas permukiman mencapai 493,2 hektar atau bertambah sekitar
64,4% dari luas lahan permukiman tahun 2005. Adapun hasil analisis persamaan
regresi linear sederhana antara variabel alih fungsi lahan dengan produktivitas padi
menghasilkan nilai persamaan yakni dengan demikian, variabel
produktivitas padi akan bertambah sebesar 3,5 (ton) apabila luas lahan pertanian
bertambah setiap 1 (ha) dan sebaliknya jika lahan pertanian berkurang seluas 1 ha
maka produktivitas padi sawah akan menurun sebesar 3,5 ton.
Kata kunci: Alih Fungsi Lahan, Pertanian, Permukiman, Hasil Produksi Padi,
SIG.
ii
ABSTRACT
Muhammad Bahrul Hidayat (1113015000026) "The Effect of Function
Transformations of Agricultural Land into Settlements Against Production Results of
Rice Farming Based on GIS (Case Study: Kemang District, Bogor Regency, 2005-
2015)" Thesis, Department of Social Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017.
This study aims to find out how the development of agricultural land function
transformations into settlements influences the rice production in the District of
Kemang, Bogor Regency from 2005 to 2015. The research method used in this study
is quantitative combined with descriptive approaches and data analysis by using
simple linear regression. The data are secondary data, satellite images in the form of
.shp / shapefile and rice productivity data from the Agricultural Service of Bogor
Regency. Based on the analysis, the results of the research are that the agricultural
land in Kemang Subdistrict from 2005 to 2015 decreased to 492.3 hectares or around
18.4% of the total of agricultural land area, while the settlement land increased to
493.2 hectares or around 64.4% of the total of residential land area in 2005.
Moreover, the analysis result of simple linear regression equations between the
variable of land function transformation and rice production is Y = -6.1 + 3.5 (x).
This means that the variable of rice productivity will increase by 3.5 tons if the
agricultural land area rises every 1 ha and contrarily if the agricultural land area
declines by 1 ha, the rice productivity will decrease by 3.5 tons.
Keywords: Land Function Transformation, Agriculture, Settlement, Rice Production
Results, GIS.
iii
KATA PENGANTAR
حيمِ حمٰنِ الره ِ الره بسِمِ اللَّه
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT. karena
atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul "Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Permukiman
Terhadap Hasil Produksi Pertanian Padi Sawah Berbasis SIG (Studi Kasus :
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun 2005-2015)". Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam, baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam dari zaman ketidaktahuan
menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi seperti yang
bisa kita rasakan saat ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidaklah
terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA, selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Andri Noor Andriansyah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Didin Syafruddin, MA, Ph. D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
iv
6. Dr. Sodikin, M.Si dan Tri Harjawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan, motivasi, saran, dan kritik yang sangat bermanfaat sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Jurusan Pendidikan IPS, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama melaksanakan studi.
8. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, yang telah membesarkan saya
dengan penuh kasih sayang dan mendoakan saya tiada henti serta
memberikan dukungan yang sangat besar.
9. Ridha Ismayanti, S.Pd yang telah meluangkan banyak waktu dan
pikirannya, dalam membantu saya dalam menyelesaikan setiap
permasalahan yang menghambat dalam penelitian ini. serta;
10. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
informasi yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sesungguhnya dalam penulisan Skripsi ini tentu masih
banyak kelemahan dan kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik serta saran dalam rangka penyempurnaan penulisan serta untuk membangun
kehidupan kependidikan yang lebih baik.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Jakarta, 07 Juli 2019
Penulis
Muhammad Bahrul Hidayat
NIM. 1113015000026
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................................5
C. Pembatasan Masalah ..............................................................................6
D. Rumusan Masalah ..................................................................................6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Lahan dan Alih Fungsi Lahan ................................................................9
1. Pengertian Lahan..............................................................................9
2. Pengertian Alih Fungsi Lahan........................................................10
3. Pola Alih Fungsi Lahan..................................................................11
B. Pertanian ..............................................................................................12
1. Pengertian Pertanian .......................................................................12
vi
2. Jenis-Jenis Pertanian .....................................................................12
3. Peran Pertanian ..............................................................................20
C. Permukiman .........................................................................................22
1. Pengertian Permukiman .................................................................22
D. Sistem Informasi Geografi (SIG) .........................................................24
1. Pengertian Sistem Informasi Geografi ...........................................24
2. Komponen Sistem Informasi Geografi .........................................24
3. Cara Kerja Sistem Informasi Geografi ...........................................26
E. Penginderaan Jauh................................................................................27
1. Pengertian Penginderaan Jauh ........................................................27
2. Sistem Satelit pada Penginderaan Jauh ........................................28
3. Citra Landsat ..................................................................................29
F. Penelitian Yang Relevan ......................................................................29
G. Kerangka Berfikir ................................................................................35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................36
B. Metode Penelitian ................................................................................37
C. Alat dan Bahan .....................................................................................38
D. Variabel Penelitian ...............................................................................39
E. Populasi dan Sampel ............................................................................39
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................40
G. Teknik Analisis Data ............................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...................................................48
1. Letak Geografis ..............................................................................48
2. Kondisi Fisik ..................................................................................50
B. Hasil Penelitian ...................................................................................50
1. Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005-2015 ..........49
vii
a) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005 .............50
b) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010 .............52
c) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015 .............53
2. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian menjadi
Permukiman ..................................................................................55
a) Perubahan Luas Lahan Pertanian Tahun 2005-2015 ...............55
b) Perubahan Luas Lahan Permukiman Tahun 2005-2015 .........57
c) Hasil Produktivitas Padi Sawah Kecamatan Kemang .............58
d) Analisis Regresi Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi
Permukiman Terhadap Produktivitas Padi Sawah………..…
59
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................................64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................66
B. Saran.....................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................68
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Petumbuhan Penduduk di Kecamatan Kemang .........................3
Tabel 1.2 Hasil Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kemang ...........................4
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Aktif dan Sistem Pasif Penginderaan Jauh ..........28
Tabel 2.1 (Lanjutan) ..........................................................................................29
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relavan ..................................32
Tabel 2.2 (Lanjutan) ..........................................................................................33
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ...............................................................................37
Tabel 3.2 Variabel Penelitian ............................................................................39
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005 ......................51
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010 ......................53
Tabel 4.3 Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015 ......................54
Tabel 4.3 (Lanjutan) ..........................................................................................55
Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2005-2015 ......................56
Tabel 4.5 Luas Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2005-2015 ................57
Tabel 4.6 Produktivitas Padi Sawah Tahun 2005-2015 ....................................58
Tabel 4.7 Data Persamaan Regresi linear sederhana ........................................59
Tabel 4.8 Titik presentase distribusi t (Pr df = 1-5 ) .........................................63
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen SIG..................................................................................... 26
Gambar 2.2 Tahapan Analisis Data Dalam SIG ...................................................... 27
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Penelitian................................................................ 35
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Kemang ........................................ 36
Gambar 3.2 Kurva Persamaan Regresi Linear Sederhana ....................................... 44
Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Kemang ............................................... 49
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005 .................. 51
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010 .................. 52
Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015 .................. 54
Gambar 4.5 Perkembangan Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2005-2010 ......... 56
Gambar 4.6 Perkembangan Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2005-2010 ... 57
Gambar 4.7 Kurva Hasil Persamaan Regresi Linear Sederhana Produktivitas Padi
dan Luas Lahan Pertanian ..................................................................... 56
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi .......................................................................
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .............................................................................
Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Bogor
Lampiran 2 Surat Disposisi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Kabupaten Bogor .................................................................................
Lampiran 4 Foto-foto Penelitian ..............................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar mata
pencaharian penduduknya bergantung pada sektor pertanian. Sebagai negara
agraris, sektor pertanian tentu memiliki peranan yang sangat penting dalam
menunjang kebutuhan hidup masyarakat. Selain itu, Indonesia juga dikenal
sebagai salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (Mega
Biodiversity), karena Indonesia berada di daerah khatulistiwa yang beriklim
tropis sehingga mendapat curah hujan, sinar matahari, dan penyerapan air laut
yang tinggi sepanjang tahun.
Namun saat ini, keberadaan lahan pertanian di Indonesia semakin
berkurang seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi.
Menurut CIA World Factbook tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia
menempati peringkat keempat terbesar di dunia dengan jumlah penduduk
mencapai 258.316.015 jiwa.1 Pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut
sangat berpengaruh terhadap ketersediaan lahan pertanian di Indonesia yang
semakin menyusut, bukan hanya untuk keperluan rumah penduduk saja,
namun banyak kepentingan-kepentingan lainnya seperti pembukaan lahan
untuk perindustrian, kebutuhan untuk perkebunan dalam sekala besar maupun
kebutuhan untuk fasilitas penunjang permukiman.
Kepala Pusat Studi Bencana IPB, Prof Euis Sunarti menyebutkan alih
fungsi lahan pertanian baik itu kawasan hutan maupun pertanian padi memicu
terjadinya bencana alam yang berdampak pada kerugian di masyarakat. Salah
satu contoh kasus alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan
menimbulkan bencana kabut asap yang terjadi di Provinsi Riau Januari 2017
lalu, bencana tersebut disebabkan oleh terjadinya alih fungsi lahan pertanian
1 Diakses melalui : http://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-jumlah-penduduk
populasi-terbanyak-di-dunia/ (27 Agustus 2017 pukul 13:05 WIB)
2
(hutan) secara ilegal. Praktek membeli tanah di bawah tangan, membuka
lahan dengan cara membakar untuk mn 23engurangi biaya, telah berdampak
luas pada masyarakat yang terkena resiko bencana kabut asap.2
Selain itu, contoh kasus alih fungsi lahan pertanian juga banyak
ditemukan di wilayah Kabupaten Bekasi. Sejak awal tahun 1990
pembangunan kawasan perumahan dan industri meningkat di kawasan
Kabupaten Bekasi terutama Cikarang sehingga menyebabkan lahan pertanian
semakin menyusut. Data Dinas Kabupaten Bekasi menyebutkan bahwa lahan
pertanian menyusut sekitar 1.500 ha per tahun, pada 2014 masih ada 52.000
ha, sementara pada 2017 ini jumlahnya berkurang menjadi 48.000. Lahan-
lahan pertanian ini beralih menjadi kawasan perumahan ataupun industri.3
Angka pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi juga akan berdampak
pada tingginya kebutuhan akan tempat tinggal penduduk. Hal tersebut juga
sejalan dengan penelitian Rahmi Fajarini (Tesis, 2014),
’’…kebutuhan lahan meningkat dari waktu ke waktu dipicu oleh
pertumbuhan penduduk, perkembangan struktur masyarakat dan
perekonomian. Peningkatan kebutuhan tersebut merupakan kondisi lazim
sebagai konsekuensi logis dari pembangunan. Di sisi lain, lahan tersedia
relatif tidak bertambah, sehingga kondisi tersebut berakibat pada alih
fungsi lahan4…’’
Oleh karena itu, Indonesia rentan akan terjadinya alih fungsi lahan,
dimana lahan produktif di alih fungsikan menjadi tempat tinggal penduduk
(pemukiman), hal tersebut dilakukan untuk menunjang keseimbangan
kebutuhan tempat tinggal dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus
meningkat. Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya terjadi di wilayah-
wilayah pusat pemerintahan negara seperti Pulau Jawa, namun pertumbuhan
penduduk juga terjadi di luar Pulau Jawa seperti Pulau Bali dan sekitarnya.
2 Diakses melalui: antaranews.com (Senin, 22 Januari 2018 Pukul 12:05 WIB)
3 Diakses melalui: bbcnews.com/indonesia-41078646 (Senin, 22 Januari 2018 Pukul 12:48
WIB)
4 Rahmi Fajarini, Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Perencanaan Tata Ruang di
Kabupaten Bogor (Tesis Institut Pertanian Bogor. 2014) h. 1
3
Berkenaan dengan hal itu Ketua Wanita Tani Provinsi Bali, Tuti
Kusumawardhani menegaskan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi saat ini
sudah tidak bisa dibendung lagi. Kondisi tersebut memang tidak bisa
dihindari lagi seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Bali yang
membutuhkan infrastruktur.5 Oleh karena itu, pertumbuhan jumlah penduduk
yang terus mengingkat dapat mempengaruhi jumlah ketersediaan lahan
pertanian di Indonesia. Hal tersebut juga senada dengan hasil penelitian
Faizal Musaqqif Affan (Jurnal, 2014),
’’…bentuk dari penggunaan lahan yang semakin meluas umumnya
diperuntukan sebagai lahan permukiman ataupun sebagai lahan industri
yang sangat berbanding lurus dengan kebutuhan manusia sebagai
makhluk yang memperlukan tempat tinggal dan pekerjaan sebagai
penunjang kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu, dengan laju
pertumbuhan penduduk yang terjadi di kecamatan Genuk maka secara
otomatis memacu pertumbuhan penggunaan lahan yang sebelumnya
kosong/ladang ataupun sawah beralih menjadi lahan permukiman
ataupun lahan industri…’’6
Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman juga banyak ditemukan
di wilayah Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Kemang yang
wilayahnya berbatasan langsung dengan Kota Bogor. Sebagian besar
masyarakat yang beraktivitas di Kota Bogor memilih untuk tinggal di wilayah
sekitar Kota Bogor termasuk Kecamatan Kemang. Sehingga pertumbuhan
penduduk dan permintaan untuk lahan permukiman semakin meningkat setiap
tahunnya. Berikut penulis sajikan data pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Kemang pada tahun 2008, 2010 dan 2012 pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Data Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kemang7
5 Diakses melalui: balipost.com (Minggu, 28 Januari 2018 pukul 14:42 WIB)
6 Faizal Musaqqif Affan, Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Dan
Industri Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Jurnal Ilmiah Pendidikan
Geografi. 2014) h. 7
7 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor Tahun 2015
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis
Kelamin
2008 41.785 39.674 81.459 105
2010 47.499 44.902 92.401 106
4
Data pada Tabel 1.1 menunjukkan angka pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Kemang dari tahun 2013 sampai tahun 2015 dengan angka
pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 sebesar 4,41% dapat dikategorikan
pertumbuhan penduduk cepat. Kemudian di tahun 2015 pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Kemang mencapai 2,5% yang dikategorikan
pertumbuhan penduduk sedang. Meskipun mengalami penurunan, namun
secara presentase angka pertumbuhan penduduk tersebut masih dikategorikan
cukup tinggi.
Seiring dengan tingginya angka pertumbuhan penduduk, terjadi juga
penurunan hasil produksi pertanian khususnya disektor pertanian padi sawah.
Penurunan hasil produksi pertanian padi sawah disebabkan oleh semakin
menyusutnya lahan pertanian padi sawah yang beralih fungsi menjadi lahan
permukiman penduduk maupun kawasan industri. Berikut penulis sajikan
data hasil produksi pertanian padi sawah di Kecamatan Kemang tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Hasil Produksi Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kemang
Komoditas
Pertanian Tahun
Luas
Panen
(Ha)
Produktivitas
(Kw/Ha)
Produksi
(Ton )
PADI SAWAH
2008 416 58,58 2.566
2010 366 62,48 2.287
2012 248 63,35 1.571
Sumber ; Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2013-2015
Tabel 1.2 merupakan data akumulasi hasil produksi padi sawah di
Kecamatan Kemang selama empat tahun. Selama dua tahun pertama yakni
pada tahun 2008 sampai tahun 2010 terjadi penurunan hasil produksi padi
sawah sebanyak 12,1% dan pada dua tahun selanjutnya yakni tahun 2010
2012 50.710 47.938 98.648 106
5
sampai tahun 2012 kembali terjadi penurunan hasil produksi padi sawah
sebanyak 31,3%, hal tersebut disebabkan oleh luas panen atau lahan tanam
yang semakin menyusut. Padahal umumnya penduduk Kecamatan Kemang
sangat bergantung terhadap sektor pertanian. Namun jika lahan pertanian
semakin berkurang dan beralih fungsi menjadi lahan permukiman maka mata
pencaharian penduduk Kecamatan Kemang juga semakin berkurang dan
secara otomatis akan berdampak pada kurangnya jumlah komoditas hasil
pertanian padi sawah di Kecamatan Kemang.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian diatas maka perlu
dilakukan penelitian mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman yang terjadi di Kecamatan Kemang untuk mengetahui pengaruh
yang terjadi terhadap ketersediaan hasil pertanian khususnya padi sawah di
Kecamatan Kemang karena semakin berkurangnya lahan pertanian yang
keberadaannya berubah menjadi lahan permukiman dengan durasi waktu
terhitung sejak tahun 2005-2015. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Alih Fungsi Lahan
Pertanian Menjadi Permukiman Terhadap Hasil Produksi Pertanian
Padi Sawah Berbasis SIG (Studi Kasus : Kecamatan Kemang Kabupaten
Bogor Tahun 2005-2015)"
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dapat diidentifikasi
mengenai perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman yang
terjadi di Kecamatan Kemang disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
1. Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan ketersediaan lahan
pertanian di Indonesia semakin menyusut.
2. Alih fungsi lahan pertanian baik itu kawasan hutan maupun pertanian padi
memicu terjadinya bencana alam yang berdampak pada kerugian di
masyarakat.
3. Banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi kawasan
permukiman dan kawasan perindustrian.
6
4. Kecamatan Kemang merupakan salah satu lokasi favorit untuk tempat
tinggal bagi masyarakat yang beraktivitas di Kota Bogor yang berdampak
pada tingginya permintaan lahan permukiman penduduk.
5. Semakin berkurangnya hasil pertanian padi sawah di Kecamatan Kemang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini
penulis batasi pada permaslahan tentang :
1. Banyaknya lahan pertanian yang berlalih fungsi menjadi kawasan
permukiman dan kawasan perindustrian.
2. Alih fungsi lahan pertanian baik itu kawasan hutan maupun pertanian
padi memicu terjadinya bencana alam yang berdampak kerugian bagi
masyarakat.
Namun, mengingat waktu dan data yang diperoleh oleh penulis cukup
terbatas, maka keterjangkauan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis
juga dibatasi, lebih khusus mengenai :
1. Analisis perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman di
Kecamatan Kemang pada tahun 2005-2015.
2. Pengaruh perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman
terhadap ketersedian hasil produksi pertanian padi sawah di Kecamatan
Kemang pada tahun 2005-2015
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permbatasan masalah di atas maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut ;
1. Bagaimanakah perkembangan perubahan alih fungsi lahan pertanian
menjadi permukiman di Kecamatan Kemang dalam kurun waktu 2005-
2015?
2. Bagaimana pengaruh perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman terhadap hasil komoditas pertanian padi sawah di
Kecamatan Kemang pada tahun 2005-2015?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan perubahan alih fungsi
lahan pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Kemang dalam
kurun waktu 2005-2015.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan alih fungsi lahan
pertanian menjadi permukiman terhadap hasil produksi pertanian padi
sawah di Kecamatan Kemang pada tahun 2005-2015.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bisa menambah wawasan penulis mengenai
pengaruh alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman terhadap
hasil produksi padi sawah di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor.
b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini sebagai produk penelitian di Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang baik.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini bermanfaat sebagai pendukung materi mata
pelajaran Geografi SMA Kelas XI dalam Bab Sumber Daya Alam.
d. Bagi Pembaca
Penelitian ini melengkapi kajian tentang pengaruh alih fungsi
lahan pertanian menjadi permukiman terhadap ketersediaan pasokan
sayuran di Kecamatan Kemang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah ilmu pengetahuan pembaca dan meningkatkan pemahaman
studi tentang lahan serta manfaat penggunaannya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Pemerintah
8
Penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai
pertimbangan kepada pengambil kebijakan berupa rujukan mengenai
keselarasan pemanfaatan ruang khususnya pada sektor pertanian.
Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai referensi yang dipelajari
sebelum dilakukannya perubahan alih fungsi lahan pertanian dan
juga menjadi pedoman agar pihak-pihak yang berwenang bisa
mengambil keputusan dengan baik dan benar.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini memberikan nilai edukasi mengenai pentingnya
memperhatikan tata ruang wilayah dan keadaan lahan pertanian
sebagai penyeimbang ekosistem alam demi keberlangsungan hidup
manusia di masa yang akan datang.
c. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pembanding bagi
penelitian sejenis yang sudah atau penelitian lainnya yang akan
dilakukan, serta bisa menjadi referensi dalam kaitannya dengan
penelitian yang relevan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lahan dan Alih Fungsi Lahan
1. Pengertian Lahan
Lahan merupakan unsur yang sangat penting bagi keberlangsungan
hidup manusia, karena seluruh aspek kehidupan manusia sangat
bergantung pada lahan, baik itu lahan pertanian sebagai pemenuh
kebutuhan pangan dan papan maupun lahan non-pertanian untuk
kebutuhan sosial-ekonomi.1 Lahan merupakan daerah permukaan daratan
bumi yang mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat tetap
maupun yang dapat diramalkan bersifat mendatar, dari biosfer, atmosfer,
tanah, geologi, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil
kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini.2 Sehingga dapat
disimpulkan secara garis besar bahwa lahan merupakan sumber daya alam
yang dapat digunakan sebagai faktor produksi yang dapat menunjang
kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
Menurut penggunaannya lahan dibagi menjadi dua jenis, yaitu lahan
pertanian dan bukan pertanian. Lahan pertanian dibedakan lagi menjadi
lahan sawah dan bukan sawah.3 Lahan sawah adalah lahan pertanian yang
berpetak-petak dan dibatasi oleh pematangan (galengan), saluran untuk
menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa
memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut.4 Adapun
lahan bukan sawah meliputi tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, hutan
rakyat, pengembalaan/rumput dan sebagainya. Sedangkan lahan bukan
pertanian terdiri dari rumah, bangunan dan halaman sekitarnya, hutan
1 Trigus Eko, Sri Rahayu, ’’Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya terhadap RDTR
di Wilayah Peri-Urban Studi Kasus ; Kecamatan Mlati’’ (Semarang: Biro Penerbit Planologi
UNDIP, 2012) h. 332
2 Ayu amalia, ’’Dampak Konversi Lahan Sawah terhadap Pendapatan Usahatani Padi yang
Hilang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kecamatan Bogor Selatan)’’
Jurnal Institut Pertanian Bogor, 2014. h. 1
3 Ida Ayu Listia Dewi, I Made Sarjana, ’’Faktor-Faktor Pendorong Alih Fungsi Lahan Sawah
Menjadi Lahan Non-Pertanian’’ Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol. 3 No. 2, 2015 h. 163
4 Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2012
10
negara, rawa-rawa (tidak ditanami), jalan, sungai, danau, lahan tandus, dan
lain sebagainya (BPS, 2012).5
2. Pengertian Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan adalah sebuah mekanisme yang mempertemukan
permintaan dan penawaran terhadap lahan dan menghasilkan kelembagaan
lahan baru dengan karakteristik sistem produksi yang berbeda6. Alih fungsi
lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan,
disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan
meningkatnya tuntutan mutu kehidupan yang lebih baik7. Dari pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan merupakan proses perubahan
guna lahan dari fungsi awalnya.
Alih fungsi lahan tentunya didasari oleh tuntutan atau faktor-faktor
yang memperngaruhi berubahnya alih fungsi suatu lahan. Adapun faktor
pendorong terjadinya alih guna lahan dibedakan atas faktor eksternal dan
internal8:
a. Faktor eksternal diantaranya ; pertumbuhan alami penduduk, migrasi,
hujan, dan harga pasar internasional. Sedangkan;
b. Faktor internal, merupakan faktor yang sampai pada tingkat tertentu
dapat ditangani atau dipengaruhi oleh pihak tertentu, seperti inovasi
teknis, pembangunan jalan dan infrastuktur, pemungutan retribusi atau
pajak, subsidi, konservasi tanah dan air, serta pengaturan penguasaan
tanah.
5 Ida Ayu Listia Dewi. loc. cit.
6 Iwan Nugroho, Rokhmin Dahuri, ’’Pembangunan Wilayah Perpektif Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan’’ Jurnal LP3ES , Ed. Revisi cet.2, 2012, h. 168-169
7 Handoko Probo Setiawan, ’’Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian Ke Non Pertanian
Kasus Di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda’’ Jurnal pada eJournal
Sosiatri-Sosiologi, Volume 4, Nomor 2, Universitas Mulawarman 2016 h. 282
8 Ida Ayu Listia Dewi, op. cit., h. 164
11
3. Pola Alih Fungsi Lahan
Konversi lahan atau alih fungsi lahan terbagi kedalam tujuh pola atau
tipologi, antara lain9 :
a. Konversi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi
pelaku konversi.
b. Konversi sistematik berpola enclave ; dikarenakan lahan kurang
produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk
meningkatkan nilai tambah.
c. Konversi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk
(population growth driven land conversion); lebih lanjut disebut
konversi adaptasi demografi, dimana dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan
tempat tinggal.
d. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven
land conversion); disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan
ekonomi dan perubahan kesejahteraan.
e. Konversi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk
mengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar
dari kampung.
f. Konversi adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi
dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan
meningkatkan hasil pertanian.
g. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk; konversi dipengaruhi oleh
berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran,
sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak
dijelaskan dalam konversi demografi.
9 Sihaloho, 2004 dalam Moh Khoirul Muslikin, ‘’Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi
Non Sawah dan Dampak Terhadap Produksi Padi di Kabupaten Blora Tahun 2000-2010.’’ Skripsi
pada Program Sarjana Sains Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang
2015. h. 7-8
12
B. Pertanian
1. Pengertian Pertanian
Pertanian adalah kegiatan produksi biologis yang berlangsung di atas
sebidang tanah (lahan) dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tanpa merusak tanah (lahan)
yang bersangkutan untuk kegiatan produksi selanjutnya10
. Dalam
pengertian lain dijelaskan bahwa pertanian adalah suatu kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang
sebagai budidaya tanaman serta pembesaran hewan ternak.11 Sedangkan
pertanian dalam arti sempit merupakan suatu kegiatan bercocok tanam,
sedangkan pertanian dalam arti luas adalah segala kegiatan manusia yang
meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan12
.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa pertanian
merupakan aktivitas manusia yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang bergantung terhadap alam.
2. Jenis-jenis Pertanian
Lahan pertanian ditinjau dari ekosistemnya dapat dibedakan menjadi
dua kelompok besar yaitu lahan pertanian basah dan lahan pertanian
kering.
a. Lahan Pertanian Basah
Lahan pertanian basah lazim disebut dengan sawah. Ciri-ciri
umum dari sawah adalah sebagai berikut13
:
1) Dari setiap petak sawah dibatasi oleh pematang-pematang tersebut
ada yang lurus, ada pula yang berbelok;
10 Tati Nurmala et al., Pengantar Ilmu Pertanian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.15
11
Setiawan, op. cit., h. 283
12
Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 4
13
Nurmala et al, op. cit., h. 101
13
2) Permukaannya selalu datar dan topografinya rata meskipun di
daerah bergunung-gunung atau berbukit;
3) Biasa diolah atau dikerjakan pada kondisi jenuh atau berair;
4) Kesuburannya lebih stabil daripada lahan kering sehingga
memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penuturan
produktivitas yang drastis;
5) Secara umum prolifik produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan
kering;
6) Sawah umumnya mempunyai sumber perairan yang relatif teratur
kecuali sawahtadah hujan tanaman yang utama diusahakan adalah
padi sawah.
Adapun ditinjau dari sistem irigasinya lahan pertanian basah
(sawah) dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut :
1) Sawah irigasi teknis
Sawah irigasi teknis merupakan sistem pengairan sawah yang
pengairannya terukur dan terarah yang dimulai dari sumber air
hingga petak sawah karena terdapat jaringan irigasi dan bangunan
permanen.14
Sawah irigasi teknis air pengairannya berasal dari
waduk, dam atau danau dan dialirkan melalui saluran induk
(primer) yang selanjutnya dibagi-bagi ke dalam saluran-saluran
sekunder dan tersier melalui bangunan pintu-pintu pembagi15
.
Sawah tipe ini airnya tersedia sepanjang tahun karena sumber
airnya berasal dari waduk, danau buatan atau danau alami. Air
yang masuk ke petakan-petakan sawah sudah terukur, karena
pengaturannya menggunakan peralatan yang cukup baik sehingga
air yang masuk ke saluran-saluran tersier dan sekunder sudah
terhitung jumlah dan debitnya. Contoh sawah irigasi teknis antara
14 Nadia Khairunnisa Andika, 2013. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Padi di Kota Depok“, Skripsi pada Fakultas Ekonomi
dan Manajemen IPB, (Bogor : Institut Pertanian Bogor, 2013), h.9
15
Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h.10-11
14
lain di daerah Pantura Jawa Barat. Pola tanam pada sawah tipe ini
umumnya padi-padi-padi atau padi-padi-palawija.
2) Sawah irigasi setengah teknis
Merupakan sistem pengairan sawah dengan jaringan irigasi
yang tidak permanen secara keseluruhan seperti sawah irigasi
teknis, sehingga penguapan masih akan terjadi.16
Kurang
terukurnya sistem ini serta tidak memiliki pintu air menyebabkan
sumber airnya yang tersedia tidak selalu ada sepanjang tahun. Air
yang masuk ke saluran primer dan sekunder saja yang terukur
sedangkan air yang masuk ke saluran tersier dan kuarter biasanya
tidak terukur lagi karena saluran tidak dilengkapi alat pengukur air
yang lengkap seperti pada irigasi teknis.17
Pola tanam pada sawah
tipe Ini kebanyakan padi-padi atau padi-palawija. Selain dari pola
tanam itu ada pula yang melaksanakan pola tanam padi-padi-
palawija.
3) Sawah irigasi perdesaan (sawah irigasi sederhana)
Sawah irigasi sederhana adalah sawah dengan sistem
pengairan yang sumber airnya dari tempat lain (umumnya berupa
mata air) dan salurannya dibuat secara sederhana oleh masyarakat
petani setempat, tanpa bangunan-bangunan permanen.18
Sawah tipe
ini sumber airnya berasal dari mata-mata air yang ada di lembah-
lembah bukit kemudian ditampung di bak kolam penampung air
yang tidak permanen.19
Sawah tipe ini biasanya pada areal yang
berbatas di daerah-daerah lembah bukit. Pada musim hujan
ditanami padi sedangkan pada musim kemarau (MK) sebagian
ditanami padi dan sebagian ditanami palawija atau diberakan
(dibiarkan tidak ditanami). Pola tanamnya adalah padi-palawija
atau padi-bera.
16 Nadia Khairunnisa Andika, op. cit., h.10
17
Nurmala et al, op. cit., h. 102
18
Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h.11
19
Nurmala et al, op. cit., h. 102-103
15
4) Sawah tadah hujan
Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber airnya
tergantung atau berasal dari curah hujan tanpa adanya bangunan-
bangunan irigasi permanen. Sawah tadah hujan umumnya terdapat
pada wilayah yang posisinya lebih tinggi dari sawah irigasi atau
sawah lainnya sehingga tidak memungkinkan terjangkau oleh
pengairan. 20
Sawah tipe ini sumber airnya hanya mengandalkan
dari curah hujan. Umumnya diusahakan atau ditanami padi pada
musim hujan, sedangkan pada musim kemarau diberakan. Pola
tanamnya adalah padi-bera atau palawija-padi.21
5) Sawah Rawa
Sawah Rawa biasanya terdapat pada daerah-daerah cekungan
yang biasanya tidak ada untuk pemasukan dan pembuangan air.
Sawah rawa biasanya ditanami pada menjelang musim kemarau
dan panen menjelang musim hujan. Pola tanamnya padi-bera atau
hanya satu kali ditanami padi rawa.22
Pengolahan tanah tidak
dilakukan secara intensif tetapi hanya dibersihkan rerumputannya
menjelang akan ditanami saja.
6) Sawah Rawa Pasang Surut
Sawah pasang surut adalah sawah yang irigasinya tergantung
pada gerakan pasang dan surut serta letaknya di wilayah datar tidak
jauh dari laut. Sumber air sawah pasang surut adalah air tawar
sungai yang karena adanya pengaruh pasang surut air laut
dimanfaatkan untuk mengairi melalui saluran irigasi dan
drainase.23
Sawah tipe ini sistem pengairannya sangat dipengaruhi
pasang naik dan pasang surut air laut. Air yang masuk dan keluar
petakan sawah diatur dengan menggunakan sistem katup yang
dibuat secara khusus antarpetak sawah. Air dari sungai masuk ke
20 Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h.11
21
Nurmala et al, op. cit., h. 103
22
Ibid., h. 103-104
23
Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h.11-12
16
petak-petak sawah pada waktu pasang naik kemudian pada saat
pasang turun katup ditutup sehingga air yang masuk tadi tinggal di
petakan sawah. Sawah tipe ini hanya ditanami padi satu kali dalam
setahun. Menanam padi menjelang musim kemarau dan panen
menjelang musim hujan, tidak ada pengolahan tanah tetapi hanya
dibersihkan rerumputannya kemudian dibiarkan beberapa hari
(atau satu hingga dua bulan) baru ditanami. Varietas padi yang
biasa ditanam pada sawah tipe ini di Kalimantan Selatan disebut
padi balapan yang mempunyai sifat dapat tumbuh dengan cepat
dan dapat mengejar permukaan air jika tergenang banjir.
7) Sawah Lebak
Sawah lebak adalah sawah yang diusahakan di daerah rawa
dengan memanfaatkan naik turunnya permukaan air rawa secara
alami, sehingga di dalam sistem sawah lebak tidak dijumpai sistem
saluran air.24
Sawah tipe ini biasa terdapat di muara-muara sungai
yang lebar seperti Bengawan Solo, Sungai Brantas dan Sungai
Musi. Sawah tipe ini ditanami padi pada awal musim kemarau dan
dipanen menjelang musim hujan.25
Apabila musim hujan cepat tiba
kadang-kadang panennya harus menggunakan perahu.
8) Tambak
Tambak termasuk lahan pertanian basah tetapi biasanya
dipakai untuk memelihara ikan bandeng, udang atau ikan nila dan
mujair. Airnya terdiri dari campuran air laut dan air tawar yang
dicampur dengan bantuan pompa atau tercampur secara alami
seperti di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.26
Pola
pemeliharaan ikan di tambak dilakukan secara tunggal atau secara
campuran, yang ditanam secara tunggal adalah udang atau ikan.
Sentra-sentra pertambakan ada di daerah Karawang Jawa Barat
serta Tegal dan Semarang di Jawa Tengah.
24 Ibid., h.12
25
Nurmala et al, op. cit., h. 104
26
Ibid,
17
b. Lahan Pertanian Kering
Lahan pertanian kering dan pertanian kering secara umum
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 27
:
1) Produktivitas tanah umumnya rendah;
2) Topografi bervariasi dari datar, berbukit dan bergunung;
3) Tidak dibatasi oleh pematang antarsuku petak dan petak lainnya.
Batas lahan berupa pohon/tanaman tahunan yang permanen atau
batas buatan;
4) Tingkat erosi umumnya tinggi, terutama jika tidak ada upaya
pelestarian yang berupa sengkedan atau tidak ada tumbuhan
(vegetasi);
5) Tidak dapat diusahakan secara intensif seperti sawah, karena
persediaan air sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan, kecuali
untuk lahan kering yang dekat dengan sumber air dapat diusahakan
secara terus-menerus ;
6) Umumnya hanya diusahakan pada musim hujan sedangkan pada
musim kemarau diberakan. Lokasi lahan terfragmentasi dengan
unit-unit yang kecil. Tanaman utama yang diusahakan pada lahan
kering ini adalah padi gogo, palawija, jagung, sayuran dan ubi jalar
atau singkong atau dijadikan penggembalaan secara kolektif.
Adapun lahan pertanian kering dapat dibedakan menjadi beberapa
tipe sebagai berikut 28
:
1) Pekarangan
Pekarangan adalah lahan pertanian yang ada di sekitar rumah
umumnya ada di depan rumah yang dibatasi oleh pagar tanaman
hidup atau pagar mati yang mempunyai hubungan fungsional
dengan rumah tempat tinggal. Di pekarangan biasanya ditanami
bermacam-macam tanaman bunga, sayuran, tanaman obat dan juga
tanaman buah-buahan atau untuk memelihara ternak.
27 Ibid., h. 105-106
28
Ibid., h. 106-109
18
Di daerah Jawa Barat biasa disebut buruan tempat anak-anak
bermain terutama yang tidak ada tanamannya. Di Jawa bagian
tengah dan timur sebagai penghasil bahan-bahan obat tradisional,
sumber vitamin keluarga, menjaga kesegaran lingkungan dan
keindahan rumah dan menghindarkan polusi udara. Oleh karena
itu, variasi tanaman yang ditanam di pekarangan daerah perdesaan
dan perkotaan sangat berbeda, baik dalam pengaturannya maupun
susunan tanamannya.
2) Tegalan
Tegalan pada umumnya tidak dibatasi oleh pematang tetapi
oleh tanaman di sudut-sudut batas petakan tegalan yang
bersangkutan. Keadaan topografi nya berkisar dari dasar sampai
bergelombang. Ada yang diterasering dan disengked. Biasanya
lahan yang disengked memiliki kemiringan lebih dari 45%. Oleh
karena itu, lahan tegalan itu mudah tererosi. Tegalan hanya
ditanam pada musim hujan sedangkan musim kemarau diberikan
atau tidak ditanami.
3) Kebun
Kebun adalah lahan pertanian kering yang umumnya ditanami
tanaman tahunan secara permanen, baik yang bersifat monokultur
atau campuran. Tanaman yang biasa ditanam secara monokultur
atau tunggal adalah karet, coklat, teh, kelapa sawit dan tebu,
sedangkan tanaman yang ditanam dalam bentuk kebun campuran
adalah buah-buahan kelapa kopi dan kayu-kayuan.
4) Ladang (perladangan atau shifting cultivation)
Ladang adalah pertanian lahan kering dengan penggarapan
secara temporer atau berpindah-pindah. Ladang adalah area yang
digunakan untuk kegiatan pertanian dengan jenis tanaman selain
padi, tidak memerlukan pengairan secara ekstentif, vegetasinya
bersifat artifisial dan memerlukan campur tangan manusia untuk
19
menunjang kelangsungan hidupnya.29
Berladang merupakan cara
bertani yang berpindah-pindah atau tidak menetap. Cara
pengolahan tanahnya sangat sederhana sebagai berikut; Hutan
ditebang kemudian dibakar, setelah itu dibiarkan untuk beberapa
lama. Apabila dianggap sudah cukup lama baru ditanami padi gogo
atau palawija secara tumpang sari. Ladang tersebut hanya ditanami
untuk masa tanam dua atau tiga kali musim tanam. Setelah ladang
tersebut menunjukkan produktivitas rendah maka oleh petani
ditinggalkan untuk beberapa tahun yang kemudian hari dibuka
kembali. Sistem berladang ini menimbulkan meluasnya padang
alang-alang di Sumatera Kalimantan dan Irian
5) Penggembalaan Ternak (pengangonan)
Penggembalaan ternak ini biasanya dimiliki secara
berkelompok sebagai tempat penggembalaan atau pengangonan
ternak secara individual atau kelompok yang ada di lokasi tertentu
biasanya di pinggir hutan dan jauh dari permukiman penduduk.
Daerah yang pengangonannya luas ada di daerah Indonesia bagian
timur yang umumnya beriklim kering seperti NTB dan NTT. Oleh
karena itu, daerah tersebut mempunyai prospek yang cerah dimasa
depan sebagai sentra-sentra pengembangan dan peningkatan
produksi ternak potong seperti sapi atau domba untuk memenuhi
konsumsi daging dalam negeri dan untuk ekspor.
6) Hutan
Hutan (Forest) adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.30
Hutan dapat dimasukkan
sebagai lahan pertanian kering yang berfungsi sebagai sumber
mata pencaharian penduduk atau untuk menjaga kelestarian
29 Moh Khoirul Muslikin, op. cit., h. 14
30
Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2012
20
sumber air di daerah hulu sungai agar debit air sungai tidak
terganggu khususnya pada musim kemarau.
3. Peran Pertanian
a. Bagi Masyarakat Perdesaan
Peranan sektor pertanian bagi masyarakat perdesaan adalah sangat
penting karena hal berikut 31
:
1) Sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok
sebagian besar penduduk desa;
2) Sektor pertanian termasuk subsektor peternakan merupakan tempat
utama untuk lapangan kerja keluarga perdesaan terutama di desa-
desa terpencil;
3) Usaha pertanian merupakan tempat lapangan kerja buruh tani dan
petani berlahan sempit;
4) Pertanian menjadi sumber karbohidrat protein nabati dan hewani
vitamin dan mineral dari tumbuhan bagi keluarga tani;
5) Usaha pertanian sebagai tempat mengembangkan hobi dan
kesenangan hidup orang tertentu dan juga sebagai tempat rekreasi
penduduk kota jika ke desa;
6) Usaha pertanian sebagai penghasil bahan-bahan ritual keagamaan
dan upacara upacara tradisional penduduk di desa atau kota misalnya
upacara pernikahan ikan belut untuk upacara 7 bulanan wanita hamil
dan sebagainya.
b. Bagi Masyarakat Kota
Bagi masyarakat perkotaan sektor pertanian mempunyai peranan
sebagai berikut 32
:
1) Penghasil bahan makanan terutama penduduk kota yang bekerja di
pabrik-pabrik jasa dan Perdagangan
31 Nurmala et al, op. cit., h. 96-97
32
Ibid., h. 97
21
2) Tempat wisata penduduk kota dalam bentuk agrowisata yang pada
awal Pelita 6 dijadikan Primadona sebagai penarik wisatawan asing
dan wisatawan domestik
3) Sektor pertanian dipakai sebagai alat rekreasi keluarga orang kota
dan desa seperti Adu Domba karapan sapi di Madura dan kontes
suara burung perkutut
4) Penghasil bahan obat-obatan tradisional antara lain tanaman kencur
dan bahan-bahan bumbu dapur keluarga
5) Penghasil bahan baku untuk kecantikan dan penghalus kulit wajah
seperti tanaman tak kirawa di daerah Kalimantan Selatan dijadikan
bahan bedak penahan terik matahari sehingga wajah wanita tidak
kelihatan seperti terbakar.
c. Bagi Perekonomian Negara
Adapun peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu negara
secara makro adalah sebagai berikut33
:
1) Penghasil produk-produk ekspor yang dinyatakan dengan nilai
devisa sektor pertanian pada periode tertentu contoh produk ekspor
komoditi pertanian yang terkenal sejak jaman penjajahan Belanda
yaitu karet kopi rempah-rempah kopera rotan dan udang
2) Penghasil bahan baku industri khususnya agroindustri seperti
industri ban mobil kayu lapis industri mebel alat-alat kesehatan dan
kedokteran atau industri kecantikan kosmetika dan jamu-jamuan
3) Penghasil bahan pangan dunia bahan papan dan bahan sandang serat
kapas bulu domba dan lain-lain
4) Sebagai alat Membangun hubungan ekonomi antar negara baik
secara bilateral atau unilateral dan juga sebagai alat menjalin
hubungan persahabatan antar negara di suatu kawasan seperti
ASEAN, NAFTA, APEC dan AKTA Indonesia pada tahun 1990
telah memberikan sumbangan beras sebanyak 100.000 ton 1 Negara
33 Ibid., h. 98
22
Afrika yang dilanda kelaparan karena panen pertaniannya sering
mengalami kegagalan
5) Sebagai alat menjaga stabilitas perekonomian rakyat dan stabilitas
pemerintahan seperti beras di Indonesia roti di negara-negara Eropa
dan daging di negara-negara dingin.
6) Pertanian pun menjadi alat menjaga ketahanan nasional terutama jika
ada perang antar bangsa atau suatu negara dikenal embargo ekonomi
secara internasional contoh yang nyata adalah Irak yang diberi sanksi
embargo ekonomi oleh PBB karena pada tahun 1990 menyerang
Kuwait dan Liberia karena dituduh sebagai negara pelindung teroris
internasional.
C. Permukiman
1. Pengertian Permukiman
Menurut UU no. 4 tahun 1992, Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar dari kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.34
Permukiman merupakan bagian
permukaan bumi yang dihuni manusia yang meliputi pula segala prasarana
dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk, yang menjadi satu
kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan35
.
Permukiman dalam arti sempit adalah mengenai susunan dan
penyebaran bangunan (termasuk rumah-rumah, gedung-gedung, kantor,
sekolah, pasar dan sebagainya). Sedangkan dalam arti luas permukiman
yaitu memperhatikan bangunan-bangunan, jalan-jalan dan pekarangan-
pekarangan yang menjadi salah satu sumber penghidupan penduduk36
.
34 Affan, op. cit., h. 54
35
Eva Banowati, Geografi Permukiman, dalam M Luthfi Khakim, 2012. “Pola Persebaran
Permukiman di Kecamatan Kendal Kabupaten“, Skripsi pada Fakultas Geografi, Universitas
Muhamadiyah Surakarta, h.5 (Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2006), h.5
36
Bintarto, Pengantar Geografi Kota, dalam dalam M Lutfi Khakim, 2012. “Pola Persebaran
Permukiman Di Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal”, Skripsi pada Fakultas Geografi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, h.5.
23
Dalam UU No.1 tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, perumahan adalah mencakup rumah, beserta dengan sarana,
prasarana dan utilitas umum serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi
lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan37
.
Permukiman terdiri dari isi dan wadah. Isi disini merupakan manusia
maupun masyarakat yang menempati wilayah permukiman tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan wadah yaitu wujud atau rupa dari
sebuah hunian yang terdiri dari alam maupun elemen-elemen buatan
manusia. Dua elemen permukiman tersebut, selanjutnya dapat dibagi ke
dalam lima elemen yaitu38
:
a. Alam yang meliputi: topografi, geologi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan iklim;
b. Manusia yang meliputi: kebutuhan biologi (ruang, udara, temperatur,
dsb), perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional, dan nilai moral;
c. Masyarakat yang meliputi: kepadatan dan komposisi penduduk,
kelompok sosial, kebudayaan, pengembangan ekonomi, pendidikan,
hukum dan administrasi;
d. Fisik bangunan yang meliputi: rumah, pelayanan masyarakat (sekolah,
rumah sakit, dsb), fasilitas rekreasi, pusat perbelanjaan dan
pemerintahan, industri, kesehatan, hukum dan administrasi; dan
e. Jaringan (network) yang meliputi: sistem jaringan air bersih, sistem
jaringan listrik, system transportasi, sistem komunikasi, sistem
manajemen kepemilikan, drainase dan air kotor, dan tata letak fisik.
Permukiman manusia (human settlement) adalah semua bentukan atau
buatan manusia maupun secara alami dengan segala perlengkapannya, yang
dipergunakan oleh manusia baik secara individu maupun kelompok untuk
bertempat tinggal sementara maupun menetap, dalam rangka
37 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 dalam Linda Cristi Corolina, Choirul Saleh,
Suwondo, ’’Implementasi Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Perumahan’’
Jurnal Administrasi Publik Univeritas Brawijaya Vol. 2 No. 2. h.225-226
38
Affan, op. cit., h. 51
24
menyelenggarakan kehidupannya.39
Berdasarkan beberapa pengertian
mengenai permukiman diatas, dapat disimpulkan bahwa permukiman
merupakan area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendudukung perikehidupan
dan penghidupan, dan merupakan bagian dari lingkungan hidup baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan.
D. Sistem Informasi Geografi (SIG)
1. Pengertian Sistem Informasi Geografi
Menurut Badan Informasi Geospasial (BIG) dalam Sodikin
menjelaskan bahwa sistem informasi geografi merupakan kumpulan data
yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data
geografi, dan data personal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan,
memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua
bentuk informasi yang berreferensi geografi40
.
Sistem informasi geografi merupakan suatu sistem handal untuk
menangani informasi yang terreferensi secara spasial yang digunakan
secara efektif dalam berbagai keperluan analisis dan pengembalian
keputusan spasial41
. SIG adalah sebuah sistem untuk pengelolaan,
penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan (display) data yang
terkait dengan permukaan bumi. Sehingga dalam arti sempit SIG
merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat fungsional
dan jaringan42
.
2. Komponen Sistem Informasi Geografi
Komponen SIG merupakan komponen yang berfungsi untuk
menunjang penggunaan SIG dalam pengaplikasiannya untuk lebih
optimal. Komponen SIG terdiri dari ;
39 Eva Banowati, Geografi Permukiman, dalam M Luthfi Khakim, 2012. “Pola Persebaran
Permukiman di Kecamatan Kendal Kabupaten“, Skripsi pada Fakultas Geografi, Universitas
Muhamadiyah Surakarta, h.5 (Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2006), h.11
40
Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, (Jakarta: tp, 2015), h.200
41
Sumbangan Baja, Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan Aplikasi GIS, Fuzzy Set,
dan MCDM, (Makasar: UNHAS, 2012) h.23
42
Agus Suryantoro, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis, (Yogyakarta: Ombak,
2013), h. 130
25
a. Perangkat Keras (Hardware)
Hardware merupakan bagian dari sistem komputer yang dapat
mendukung analisis geografis dan pemetaan. Adapun perangkat keras
(Hardware) dalam SIG diantaranya:
1) Digitzer, adalah alat yang digunakan untuk mengubah data teristris
menjadi data digital.
2) Plotter, adalah alat yang digunakan untuk mencetak peta yang
besar.
3) Printer, adalah alat yang digunakan untuk mencetak data atau peta
dalam ukuran yang relative kecil.
4) CPU (Control Processing Unit) adalah pusat pemrosesan data
digital.
5) VDU (Visual Display) adalah komponen yang digunakan sebagai
layar monitor untuk menayangkan hasil pemrosesan CPU.
6) Disk Drive adalah bagian CPU yang mampu menghidupkan suatu
program.
7) Tape Drive adalah bagian CPU yang mampu menyimpan data hasil
pemrosesan.
b. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat ini berupa program-program yang mendukung kerja SIG,
seperti input data, proses data, dan output data, disamping program
kerja seperti Mapinpo, Arcview, ArcGis dan sebagainya
c. Brainware
Merupakan komponen yang bertanggungjawab sebagai pelaksana
dalam proses pengumpulan, proses, analisis, dan publikasi data
geografis43
. Adapun gambar komponen sistem informasi geografis
(SIG) seperti yang disajikan pada Gambar 2.1.
43 Sodikin, op. cit., h. 200-201
26
Gambar 2.1
Komponen SIG
Sumber : Agus Suryantoro
(Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis) (2013: 132)
3. Cara Kerja Sistem Informasi Geografis (SIG)
Dalam sebuah sistem tentunya memiliki tahapan-tahapan yang harus
dilakukan dengansistemayis dan menyeluruh. Adapun dalam sistem
informasi geografis terdapat beberapa tahapan kerja, antara lain44
:
a. Tahap Perolehan Data
Sistem informasi geografis membutuhkan data masukan sebagai
sumber dalam pemetaan atau analisis informasi geografis. Data
tersebut dapat kita peroleh dari beberapa sumber antara lain data
lapangan (teristris), data peta data citra dan juga database.
b. Tahap Input Data
Setelah sumber data diperoleh baik data lapangan, data peta, data citra
ataupun database dimasukkan kedalam suatu program sistem
informasi geografis yang nantinya akan diolah dan dimanipulasi.
c. Tahap Pengolahan Manipulasi dan Analisis Data
Setelah sumber data geografis dimasukan, kemudian data tersebut akan
diolah melalui serangkaian program sistem informasi geografis,
analisis tersebut dapat berupa:
1) Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data
spasial yang baru
44 Ibid., h. 203-206
MANUSIA
GIS DATA
SOFTWARE
APLIKASI
HARDWARE
27
2) Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih
data spasial yang berbeda.
3) Networking, yaitu analisis yang mengacu pada jaringan yang terdiri
dari garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung.
4) Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga
yang bisa berbentuk lingkaran atau polygon yang mekingkupi suatu
obyek dan luas wilayahnya.
5) Analisis tiga dimensi, yaitu analisis dengan cara data
divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi.
d. Tahap Output Data
Merupakan tahap keluaran yang disajikan dari hasil pengolahan,
manipulasi dan analisis data. Keluaran ini dapat berbentuk peta, bagan,
grafik, tabel, atau berupa hasil-hasil perhitungan. Adapun tahapan-
tahapan dalam analisis sistem informasi geografis seperti yang
disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Tahapan Analisis Data Dalam SIG
Sumber : Agus Suryantoro (Integrasi Aplikasi Sistm Informasi Geografis)
E. Penginderaan Jauh
1. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh memiliki beberapa istilah yang berbeda satu negara
dengan negara lainnya, di negara Inggris penginderaan jauh dikenal
dengan remote sensing, di Perancis dikenal dengan teledection, di Spanyol
Input data
Spasial Memperbaiki edit dan
membuat topologi
Input data
artibut
Analisis Data
Memanage dan
Memanipulasi data
Penyajian Hasil Analisa
Design Database
28
dikenal dengan sensoria remote, di Jerman dikenal femerkundung
sedangkan di Rusia dikenal dengan distansionaya45
. Menurut Campbell
penginderaan jauh diartikan sebagai suatu ilmu untuk mendapatkan
informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang
diperoleh dari jarak jauh sedangkan menurut Curran, penginderaan jauh
yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar
lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan
informasi yang berguna.46
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
penginderaan jauh adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengambil
gambaran muka bumi dari jarak jauh dengan menggunakan alat-alat
tertentu di luar angkasa yang nantinya akan menghasilkan suatu citra atau
gambar yang dapat diinterpretasikan sesuai dengan keadaan di muka bumi
sesungguhnya.
2. Sistem Satelit pada Penginderaan Jauh
Pengambilan data pada penginderaan jauh menggunakan dua cara di
luar angkasa dengan menggunakan satelit yang nantinya akan
menghasilkan citra satelit dan kedua menggunakan pesawat dengan
ketinggian di atmosfer yang nantinya akan menghasilkan foto udara.
Terdapat 2 sistem satelit pada penginderaan jauh, yakni sistem aktif dan
sistem pasif. Adapun untuk lebih jelasnya seperti yang disajikan pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Perbedaan Sistem Pasif dan Sistem Aktif Penginderaan Jauh
Sistem Pasif Sistem Aktif
1. Sumber cahayanya
menggunakan sinar matahari
1. Sumber cahayanya
menggunakan sinar buatan.
Misalnya, Lidar dan Radar
2. Menggunakan gelombang
makro
2. Menggunakan gelombang mikro
3. Menggunakan pantukan sinar 3. Dapat beroperasi pada cuaca
45
Ibid., h. 1 46
Ibid., h. 2
29
matahari berawan
4. Hanya dapat beroperasi pada
siang hari
4. Dapat beroperasi pada siang dan
malam hari. Sumber: Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh 2015
3. Citra Landsat
Citra landsat merupakan citra satelit yang awalnya diperlopori oleh
NASA Amerika Serikat dengan diluncurkannya satelit sumberdaya alam
yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth Resources Technology
Satellite), kemudian satelit ini berganti nama menjadi Landsat.
Perkembangan citra landsat bertahap dari citra landsat 1 sampai dengan
saat ini ada citra landsat 8, landsat ini membawa sensor TM (Thematic
Mapper) yang mempunyai resolusi 30 x 30 m. Terdapat banyak aplikasi
dari data Landsat TM seperti pemetaan penutupan lahan, pemetaan
penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu
permukaan dan lain-lain47
. Selain citra landsat terdapat citra lainnya seperti
IKONOS, Quickbird, TERRA, IRS, SPOT 4 dan lainnya tergantung
kepada nama dan jenis satelit yang digunakan. Adapun interpretasi citra
adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali
obyek pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari obyek tersebut.48
F. Penelitian yang Relavan
Penelitian yang relavan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Non Sawah Dan Dampak
Terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Blora Tahun 2000-2010. Skripsi
yang ditulis oleh Moh. Khoirul Muslikin, Jurusan Geografi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang, tahun 2015. Penelitian ini bertujuan
untuk; (1) mengetahui seberapa besar alih fungsi lahan sawah menjadi non
sawah di Kabupaten Blora pada tahun 2000-2010; (2) mengetahui
seberapa besar dampak alih fungsi lahan sawah ke non sawah terhadap
produksi padi di Kabupaten Blora pada tahun 2000-2010. Metodologi
47
Ibid., h. 19-21 48
Ibid., h. 39
Tabel 2.1 (lanjutan)
30
penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah metode Total Sampling,
dengan sampel seluruh lahan sawah yang beralih fungsi menjadi lahan
non sawah di Kabupaten Blora tahun 2000-2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat alih fungsi lahan sawah menjadi non
sawah di Kabupaten Blora pada tahun 2000-2010 yaitu sebesar
7.417,60 ha. Perubahan itu terdiri dari 2.230,84 ha yang berubah
menjadi pemukiman, kemudian yang berubah menjadi tegalan sebesar
1.453,12 ha, kebun sebesar 1.551,73 ha dan yang berubah menjadi
hutan sebesar 2.181,91 ha. Alih fungsi lahan sawah menjadi non
sawah di Kabupaten Blora tahun 2000-2010 berdampak positif terhadap
produksi padi. Hal tersebut diwujudkan dengan meningkatnya tingkat
produksi padi di Kabupaten Blora dalam kurun waktu tahun 2000-2010
produksi padi di Kabupaten Blora mengalami peningkatan sebesar 39.785
ton.
2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Serta
Dampaknya Terhadap Produksi Padi Di Kota Depok. Skripsi yang
ditulis oleh Nadia Khairunnisa Andhika, Departemen Ekonomi Sumberdaya
dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) menghitung laju alih
fungsi lahan di Kota Depok; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan sawah secara makro dan mikro di Kota
Depok; (3) mengestimasi dampak alih fungsi lahan sawah di Kota Depok.
Hasil penelitian didapatkan perubahan laju luasan lahan sawah di Kota
Depok yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 2001-2012 laju
luasan sawah relatif menurun dengan total laju alih fungsi lahan sawah
sebesar 0.80 persen atau sekitar 815 ha. Alih fungsi terbesar terjadi pada
tahun 2005, yaitu sebesar 370 ha. Sebagian besar alih fungsi dilakukan
karena meningkatnya pembangunan pemukiman penduduk.
3) Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Pendapatan Usaha Tani
Padi Yang Hilang Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi
Kasus: Kecamatan Bogor Selatan). Skripsi yang ditulis oleh Ayu Amalia,
31
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, tahun 2014. Penelitian ini bertujuan
untuk; (1) mengestimasi dampak alih fungsi sawah terhadap pendapatan
usaha tani padi yang hilang di Kecamatan Bogor Selatan; (2) menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan
di Kecamatan Bogor Selatan. Hasil dari peneilitian ini menyebutkan bahwa
dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap pendapatan petani adalah
berkurangnya pendapatan petani pemilik lahan dengan rata-rata sebesar
Rp.1.023.658/musim. Adapun berkurangnya pendapatan petani
disebabkan karena lahan yang dimiliki semakin berkurang, bahkan ada
yang tidak mempunyai lahan sehingga menjadi petani penggarap.
Berkurangnya pendapatan petani tidak ada ganti rugi dari pengembang,
karena alasan petani untuk menjual lahan atas kemauan sendiri keperluan
ekonomi, dan ada yang tidak atas kemauan sendiri.
4) Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan
Pangan Di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus: Desa Sukasirna,
Kecamatan Sukaluyu). Skripsi yang ditulis oleh Devi Aryani Sulistyawati,
Departemen Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, tahun 2014. Penelitian ini bertujuan
untuk; (1) menganalisis pola dan laju alih fungsi lahan pertanian di
Kabupaten Cianjur; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cianjur; (3) mengetahui
kelembagaan lahan di Kabupaten Cianjur; (4) menganalisis dampak alih
fungsi lahan pertanian terhadap pendapatan petani dan memperkirakan
nilai kerugian produksi padi serta pengaruhnya terhadap ketahanan pangan
di Kabupaten Cianjur; (5) menganalisis implikasi kebijakan yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil dari penelitian ini menjelaskan
bahwa faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten
Cianjur pada skala makro, yaitu jumlah industri dan PDRB non pertanian.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi pada skala mikro, yaitu jumlah
tanggungan petani, biaya produksi usaha tani dan proporsi pendapatan dari
32
hasil tani terhadap pendapatan total. Akibat adanya alih fungsi lahan
menyebabkan perubahan rata-rata pendapatan total petani sebelum dan
sesudah alih fungsi lahan mengalami penurunan sebesar Rp. 1.041.720.
Selain pendapatan, akibat adanya alih fungsi lahan juga menyebabkan
penurunan produksi padi. Produksi padi yang hilang sebesar 33.172,15 ton
atau sekitar Rp 142.640.232.430.
5) Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Analisis Pola
Sebarab dan Perkembangan Permukiman (Studi Kasus: Kabupaten
Bogor, Jawa Barat). Skripsi yang ditulis oleh Rizma Hudayya, Program
Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, tahun
2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor fisik seperti
kemiringan lereng, elevasi, dan aksesibilitas terhadap pola sebaran dan
perkembangan permukiman di Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun
1990 hingga tahun 2008 dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Pola perkembangan
permukiman terbanyak dari seluruh periode yaitu 1990-2001, 2001-2004,
dan 2004-2008, terdapat pada elevasi <250 mdpl, kemiringan lereng ≤15%,
dan aksesibilitas dekat. Dari fakta ini maka dapat dikatakan bahwa pola
sebaran permukiman yang ada berpengaruh terhadap pola perkembangan
permukiman selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, faktor
fisik yang paling mempengaruhi perkembangan permukiman adalah
kemiringan lereng ≤15% dan aksesibilitas dekat. Permukiman berkembang
pada daerah yang telah memiliki permukiman sebelumnya atau memperluas
kawasan permukiman yang sudah ada, sedangkan pembukaan lahan
permukiman baru jarang terjadi.
Untuk lebih memudahkan memahami keterkaitan antara penelitian di
atas dengan penelitian penulis, maka penulis sajikan tabel persamaan dan
perbedaan penelitian relavan dengan penelitian penulis pada Tabel 2.2.
33
Tabel 2.2
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relavan
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 Moh.
Khoirul
Muslikin.
(Skripsi
pada
Universitas
Negeri
Semarang
tahun 2015)
Kajian Alih
Fungsi Lahan
Sawah Menjadi
Non-Sawah dan
Dampak Terhadap
Produksi Padi di
Kabupaten Blora
Tahun 2000-2010
Mengkaji
mengenai alih
fungsi lahan
sawah dan
dampaknya
mengenai hasil
produksi padi
Variable yang dikaji
lebih luas untuk
lahan pertanian non-
sawah dan tidak
menggunakan
analisis sistem
informasi geografis
(SIG)
2 Nadia
Khairunnisa
Andhika
(Skripsi
pada Indtitut
Pertanian
Bogor tahun
2013)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Alih Fungsi Lahan
Sawah Serta
Dampaknya
Terhadap
Produksi Padi di
Kota Depok
Mengkaji
mengenai
perubahan alih
fungsi lahan
pertanian sawah
dan dampaknya
terhadap
produksi padi
Variable yang dikaji
mengenai faktor-
faktor yang
mempengaruhinya.
Penelitian yang
dilakukan tidak
menggunakan
aplikasi sistem
informasi geografis
(SIG)
3 Ayu Amalia
(Skripsi
pada Institut
Pertanian
Bogor tahun
2014)
Dampak Konversi
Lahan Sawah
Terhadap
Pendapatan Usaha
Tani Padi yang
Hilang dan
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhinya
(Studi Kasus:
Kecamatan Bogor
Mengkaji
mengenai alih
fungsi/konversi
lahan sawah dan
dampak
terhadap
pendapatan/hasil
produksi petani
Variabel yang dikaji
tidak hanya
mengenai hasil dari
produksi padi
namun juga
mengkaji mengenai
faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Penelitian tidak
menggunakan
aplikasi sistem
34
Selatan) informasi geografis
(SIG)
4 Devi Aryani
Sulistyawati
(Skripsi
pada Institut
Pertanian
Bogor tahun
2014)
Analisis Dampak
Alih Fungsi Lahan
Pertanian
Terhadap
Ketahanan Pangan
di Kabupaten
Cianjur (Studi
Kasus: Desa
Sukasirna,
Kecamatan
Sukaluyu)
Mengaji
mengenai alih
fungsi lahan
pertanian dan
dampaknya
terhadap
produksi dan
ketahanan
pangan .
Variabel yang
digunakan peneliti
sangat luas, yakni
mengenai lahan
pertanian secara
umum tidak
terfokus terhadap
variable pertanian
sawah/padi saja.
5 Rizma
Hudayya
(Skripsi
pada Institut
Pertanian
Bogor tahun
2010)
Aplikasi Sistem
Informasi
Geografis (SIG)
untuk Analisis
Pola Sebaran dan
Perkembangan
Permukiman
(Studi Kasus:
Kabupaten Bogor,
Jawa Barat)
Penelitian
berbasis sistem
informasi
geografis (SIG)
dengan sistem
pengolahan data
menggunakan
citra satelit
dengan tekhnik
overlay.
Penelitian ini
mengkaji mengenai
analisis pola
sebaran dan
perkembangan
permukiman, bukan
mengenai lahan
pertanian serta
pengaruhnya.
Tabel 2.2 (lanjutan)
Tabel 2.2 (lanjutan)
35
G. Kerangka Berpikir
Tingginya angka pertumbuhan penduduk mendorong penggunaan lahan
untuk kebutuhan manusia semakin meningkat. Kebutuhan lahan tersebut
diantaranya untuk permukiman penduduk, kawasan industri, jalan dan fasilitas
penunjang lainnya untuk kebutuhan hidup masyarakat. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka terjadilah konversi lahan, khususnya lahan
pertanian. Pada penelitian ini penulis akan memanfaatkan aplikasi sistem
informasi geografis, sehingga penulis hanya fokus menganalisa data hasil citra
satelit yang diolah menggunakan aplikasi sistem informasi geografis. Adapun
untuk kerangka berfikir berikut penulis sajikan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3
Kerangka Berfikir Penelitian
Kebutuhan lahan untuk
aktivitas manusia
Tingginya angka
pertumbuhan penduduk
Kawasan Industri Permukiman penduduk Fasilitas penunjang
pemukiman
Konversi lahan pertanian
menjadi non-pertanian
Analisis perubahan lahan
menggunakan SIG
Pengaruh alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman terhadap hasil produksi pertanian padi
sawah di Kecamatan Kemang tahun 2005-2015
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Kemang terletak pada 6°48'26"-6
°49'22"
Lintang Selatan sampai 106°72'85"-106
°71'42" Bujur Timur. Kecamatan
Kemang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Bogor yang berbatasan langsung dengan Kota Bogor. Kecamatan
Kemang memiliki luas wilayah 2.667,69 km, yang terdiri dari 9 desa,
yakni ; Desa Semplak Barat, Desa Atang Sanjaya, Desa Parakan Jaya,
Desa Bojong, Desa Kemang, Desa Pabuaran, Desa Tegal, Desa Pondok
Udik dan Desa Jampang1. Adapun untuk mempermudah melihat lokasi
penelitian berikut penulis sajikan peta lokasi penelitian pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Kemang
1 Kecamatan Kemang Dalam Angka Tahun 2016
37
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini dimulai
pada bulan Oktober 2018 sampai dengan bulan Juni 2019. Secara lebih
rinci, penulis sajikan waktu dan kegiatan penelitian pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian
kuantitatif deskriptif dengan menggunakan bantuan aplikasi sitem
informasi geografis dan penginderaan jauh. Penelitian deskriptif kuantitatif
merupakan usaha sadar dan sistematis untuk memberikan jawaban
terhadap suatu masalah dan atau mendapatkan infoemasi lebih mendalam
dan luas terhadap suatu fenomena dengan menggunakan tahap-tahap
penelitian dengan pendekatan kuantitatif.2 Metode penelitian deskriptif
2 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan
(Yogyakarta: Kencana, 2012), h. 62
No Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Penyusunan
Bab I
Pendahuluan
2
Penyusunan
Bab II
Kajian
Pustaka
3
Penyusunan
Bab III
Metode
Penelitian
4 Penyusunan
Bab IV Hasil
Penelitian
5
Penyusunan
Bab V
Kesimpulan
dan Saran
6 Penyusunan
Laporan
Penelitian
38
diartikan sebagai metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan atau area
populasi tertentu secara objektif.3 Adapun hal pokok yang termasuk dalam
cakupan penelitian deskriptif meliputi4 :
1. Penelitian yang mencari hubungan antara dua variable atau lebih.
2. Penelitian yang berusaha untuk melakukan semacam ramalan.
3. Penelitian yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat.
4. Penelitian yang menggambarkan karakter suatu kelompok orang
tertentu.
C. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1. GPS (Global Position System) Essential, alat ini digunakan untuk
membantu peneliti menemukan koordinat titik pengukuran dan
pengambilan sampel lokasi penelitian.
2. Handphone Android Xiaomi Redmi 4X yang dilengkapi dengan
aplikasi penunjuk arah lokasi atau titik suatu tempat, seperti Google
Maps atau GPS untuk mempermudah proses ground check dan
pemanfaatan kamera handphone untuk dokumentasi selama proses
penelitian berlangsung.
3. Laptop Toshiba Satelite intel core i3 dengan OS Windows 8.
4. Aplikasi Arc GIS 10.1 sebagai aplikasi untuk proses analisis data citra
satelit dan pemetaan digital.
5. Alat tulis, untuk membantu pencatatan data dan hal-hal penting lainnya
selama penelitian berlangsung.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data SHP Kabupaten Bogor (sumber : Dinas Tata Ruang Kabupaten
Bogor)
2. Peta RBI Kabupaten Bogor skala 1 : 25.000
3 Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif. (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012), h. 55.
4 Sukandarrumidi, Metodologi Penelirian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 104-105
39
3. Monografi Kecamatan Kemang
4. Monografi Kabupaten Bogor
D. Variable Penelitian
Variabel penelitian merupakan karakteristik yang akan diobservasi
dalam sebuah pengamatan.5 Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu variabel alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan
pengaruh alih fungsi lahan tersebut terhadap hasil produksi pertanian padi
sawah. Analisis yang pertama (variabel X) mengenai alih fungsi lahan
pertanian menjadi permukiman menggunakan analisis citra pada sistem
informasi geografis dengan penggunaan aplikasi Arc GIS 10.1. Sedangkan
untuk analisis yang kedua (variabel Y) peneliti menggunakan analisis
persamaan regresi linear sederhana. Adapun untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Variabel Penelitian
E. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya6.
Pada pengertian lain populasi merupakan keseluruhan (universum) dari
objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
5 Sambas Ali Muhidin, S.Pd, M.Si dan Dr. Maman Abdurahman, M.Pd, Analisis Korelasi,
Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2017) h. 13
6 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2012) h.
80
Variabel X
Alih fungsi lahan pertanian
menjadi pemukiman di
Kecamatan Kemang
Variabel Y
Pengaruh alih fungsi lahan
pertanian terhadap hasil
produksi padi sawah di
Kecamatan Kemang
40
udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga
objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian7. Kedua
pengertian diatas menjelaskan bahwa populasi tidak berbatas pada
manusia saja, namun mencakup keseluruhan benda alam termasuk
wilayah didalamnya. Adapun populasi pada penelitian ini adalah
seluruh kecamatan di Kabupaten Bogor.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik populasi
yang mewakili keseluruhan populasi dari suatu objek penelitian8.
Sampel pada penelitian ini adalah Kecamatan Kemang, karena
Kecamatan Kemang merupakan wilayah penyangga Kota Bogor
sehingga banyak sekali perkembangan pembangunan yang terjadi baik
secara fisik maupun sosial. Selain itu, Kecamatan Kemang merupakan
daerah asal penulis, sehingga sedikitnya bisa memberikan masukan dan
kontribusi terhadap wilayah mengenai hal yang berkaitan dengan
penelitian ini. Oleh karena itu, penulis memutuskan Kecamatan
Kemang sebagai fokus penelitian dan menjadikan sampel penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penulis membagi menjadi beberapa tahapan dalam proses
pengumpulan data diantaranya yaitu :
1. Studi Literatur
Penelitian ini dimulai dengan tahap studi literatur atau kajian
pustaka yang berhubungan dan relavan dengan variabel dalam kajian
penelitian. Studi literature atau deskripsi teori berisi tentang
penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui
pendefinisian, serta uraian lengkap dan mendalam dari berbagai
referensi. Sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan
7 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009) h. 99
8 Sugiono, Op.cit, h. 81
41
terarah.9 Tahap Studi literatur dilakukan dengan tahapan mempelajari
sumber-sumber data dan kajian-kajian teori yang menunjang
pelaksanaan penelitian. Selain itu kajian literatur juga berfungsi
sebagai acuan penulis untuk membandingkan penelitian-penelitian
sebelumnya sehingga bisa menambahkan kekurangan dan
meminimalisir terjadinya kesamaan dengan penelitian sebelumnya.
2. Wawancara
Wawancara merupakan cara menjaring informasi atau data
melalui interaksi verbal atau lisan.10
Pengertian lain menjelaskan
bahwa wawancara merupakan suatu proses tanya jawab secara lisan
anatara interviewer (orang yang mewawancarai) dengan interviewer
(orang yang diwawancarai).11
Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dapat
dilakukan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh, dalam wawancara terstruktur
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis berserta alternatif jawaban yang telah
disiapkan.12
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya dan pedoman yang digunakan hanya garis besar sesuai
dengan kebutuhan data.
Teknik wawancara sangat diperlukan dalam penelitian ini, karena
keterbatasan data yang tersaji dalam instansi-instansi terkait dengan
kebutuhan data dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan
dalam penelitian ini bersifat tentatif dan kondisional, tidak ada
9 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 86
10
Dr. Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2014),
h. 48
11
Sukandarrumidi Haryanto, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2012) h. 45
12
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 194
42
instrument khusus dalam pencarian data, karena wawancara yang
dilakukan bersifat cair dan sederhana (sharing).
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan bentuk pengumpulan data yang
tidak langsung ditunjukan kepada subjek penelitan. Dokumen yang
digunakan dalam penelitian bisa di dapat dari mana saja bukan hanya
dari dokumen yang resmi.13
Sementara pada litelatur yang lain
menjelaskan bahwa studi dokumentasi merupakan sumber yang stabil
dan akurat sebagai cermin situasi atau kondisi yang sebenarnya serta
dapat dianalisis secara berulang-ulang.14
Teknik dokumentasi juga
dibutuhkan dalam penelitian ini, karena data-data yang tersaji
dihimpun oleh penulis langsung dari Petugas Pertanian Kecamatan
(PPK) Kemang. Beberapa data yang tersedia masih berupa data
coretan lapangan yang belum dibukukan, karena petugas tersebut
turun langsung di lapangan, sehingga untuk memastikan keotentikan
data tersebut penulis memilih untuk mendokumentasikannya dengan
memfoto kemudian dibuatlah penyajian laporan yang lebih sistematis.
G. Tekhnik Analisis Data
1. Peta Penggunaan Lahan
Peta penggunaan lahan di Kecamatan Kemang tahun 2005 sampai
dengan tahun 2015 diperoleh dengan melakukan analisis pengolahan
citra .shp/shapefile. Shapefile yang diperoleh oleh peneliti kemudian
diolah dengan bantuan aplikasi sistem informasi geografis ArcGIS
10.1, adapun data yang diperoleh dari hasil pengamatan citra dengan
format shapefile tersebut yaitu:
a) Supervised classification
13 Irwan Seohartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2008), h.
70
14
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)
cet.II, h. 39
43
Klasifikasi dalam sistem informasi geografi adalah proses
mengelompokkan data keruangan (spatial) menjadi data
keruangan (spatial) yang berarti dengan identitas (signature).15
Klasifikasi supervised atau biasa disebut dengan klasifikasi
terbimbing merupakan klasifikasi yang menggunakan area yang
telah dilacak. Setelah letak atau jenis diketahui dengan
menentukan objek apa saja yang ada di peta dengan membuat
polygon untuk daerah tertentu dengan identitas yang telah
diberikan. Kemudian aplikasi akan mencari daerah yang
mempunyai kesamaan dengan berdasarkan data yang telah kita
buat.16
b) Overlay
Overlay adalah proses menampalkan suatu peta digital pada
peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan
peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari
kedua peta tersebut.17
Pada penelitian ini proses overlay yang
dilakukan yaitu penggabungan antara peta penggunaan lahan
pertanian dengan peta penggunaan lahan untuk permukiman pada
tahun 2005, 2010 dan 2015. Proses overlay berfungsi untuk
mengetahui perubahan-perubahan penggunaan lahan di
Kecamatan Kemang baik secara visual maupun secara kuantitatif.
c) Layouting Peta
Layouting peta adalah tahapan akhir pada seluruh rangkaian
pembuatan peta sebelum dilakukan pencetakan. Adapun pada
kegiata layout peta akan dilakukan pengaturan tata letak peta dan
penambahan unsur-unsur peta sehingga peta dapat lebih
15 Diakses melalui : geografi.org/2018/02/analisis-spasial-dalam-sistem-informasi.html
16
Diakses melalui : tedieka.com/2016/05/klasifikasi-citra.html
17
Diakses melalui : guntara.com/2013/01/pengertian-overlay-dalam-sistem.html
44
informatif, komunikatif, dan sesuai dengan kaidah yang telah
ditentukan.18
2. Analisis Regresi Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Permukiman
a. Persamaan Regresi Linear Sederhana
Analisis/uji regresi merupakan suatu kajian dari hubungan
antara satu variabel yang diterangkan (the explained variabel)
dengan satu atau lebih variabel yang menerangkan (the
explanatory). Apabila variabel bebasnya hanya satu maka analisis
regresinya disebut dengan regresi sederhana. Sedangkan apabila
variabel bebasnya lebih dari satu, maka analisis regresinya
dikenal dengan regresi linear berganda.19
Penggunaan analisis
regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau
menurunnya variabel dependen melalui menaikkan atau
menurunkan keadaan variabel independen.20
Persamaan regresi
linier sederhana merupakan suatu model persamaan yang
menggambarkan hubungan satu variabel bebas/predictor (X)
dengan satu variabel tak bebas/response (Y)21
yang biasanya
digambarkan dengan garis lurus, seperti disajikan pada Gambar
3.2.
Gambar 3.2
Kurva Persamaan Regresi Linear Sederhana
18 Gabriela Dwisaraswati, Laporan Praktikum Arcgis “Georeferencing, Digitasi, Editing, Dan
Layout Peta Administrasi Kota Jayapura” Tugas Akhir Lab pada Fakultas Teknik, Universitas
Krisnadwipayana (Jakarta : Universitas Krisnadwipayana, 2017) h.19
19
I Made Yuliara, ‘’Modul Regresi Linier Sederhana’’ Jurnal pada Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana h.5 (Bali : Universitas Udayana, 2016), h.1
20
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis h. 194
21
I Made Yuliara, op. cit,. h.2
45
Adapun Persamaan regresi linier sederhana secara matematik
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Y = garis regresi/variabel response
a = konstanta (intersep), perpotongan dengan sumbu vertikal
b = konstanta regresi (slope)
X = variabel bebas/predictor
Besarnya konstanta a dan b dapat ditentukan menggunakan
persamaan :
a (∑ ) (∑ ) (∑ )(∑ )
∑ (∑ )
∑ (∑ ) (∑ )
∑ (∑ )
b. Koefisien Korelasi (r)
Korelasi dalam ilmu statistika memiliki pengertian sebagai
hubungan antara dua variabel atau lebih. hubungan antara dua
variabel dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan
antar lebih dari dua variabel disebut multivariate correlation.22
Untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel predictor X
dan variabel response Y dengan melakukan analisis korelasi yang
hasilnya dinyatakan oleh suatu bilangan yang dikenal dengan
koefisien korelasi.23
Adapun nilai koefisien korelasi (r) dapat
menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan antara dua variabel
penelitian dengan klasifikasi yang telah ditentukan sebagai berikut
:
22 Sambas Ali Muhidin, op. cit., h. 105
23
I Made Yuliara, op. cit,. h.5
Y = a + bX
46
0,00 – 0,25 = tidak ada hubungan atau hubungan lemah
0,26 – 0,50 = hubungan sedang
0,51 – 0,75 = hubungan kuat
0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat
Untuk mengetahui seberapa besar korelasi dalam penelitian ini
berikut penulis sajikan rumus untuk mencari persamaan koefisien
korelasi (r) sebagai berikut :
(∑ )
(∑ )(∑ )
√[ ∑ ( ∑ )
] [ ∑ ( ∑
)
]
c. Koefisien Determinasi (r2)
Koefisien Determinasi (r Square atau r2) menjelaskan
seberapa besar variasi variabel dependent (Y) dapat dijelaskan
oleh variabel independent (X). Adapun nilai koefisien determinasi
dapat diketahui dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi.
24
d. Uji Signifikansi dan Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat apakah suatu
hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima. Hipotesis
merupakan asumsi atau pernyataan yang mungkin benar atau
salah mengenai suatu populasi.25
Hipotesis juga diartikan sebagai
pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan
merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.26
Secara
statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan
populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Sehingga
24 Ibid., h. 5
25
Ibid., h.6
26
Muslich Ansori, Sri Iswati Metodologi Penelitian Kuantitatif (Surabaya: Airlangga
University Press, 2009) h. 43
47
dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan taksiran keadaan
populasi melalui data sampel.27
Dengan mengamati seluruh
populasi, maka suatu hipotesis akan dapat diketahui apakah suatu
penelitian itu benar atau salah. Dalam pengujian hipotesis terdapat
asumsi/pernyataan istilah hipotesis nol. Hipotesis nol merupakan
hipotesis yang akan diuji, dinyatakan oleh H0 dan penolakan H0
dimaknai dengan penerimaan hipotesis lainnya yang dinyatakan
oleh H1.
Setelah ditentukan koefisien determinasi (r2) maka selanjutnya
penulis melakukan uji signifikan hipotesis dengan menggunakan
Uji-t. Uji signifikansi ini digunakan untuk mengetahui apakah
variable bebas/predictor/independent (X) berpengaruh secara
signifikan terhadap variable tak bebas/response/dependent (Y).
Adapun hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian
ini yaitu :
a) H0 : variabel X (luas lahan pertanian) tidak berpengaruh
signifikan/nyata terhadap Y (produktivitas padi)
b) H1 : variabel X (luas lahan pertanian) berpengaruh
signifikan/nyata terhadap Y (produktivitas padi)
Tabel uji-t dalam penelitian ini menggunakan nilai = 5 %
dan derajat kebebasan (df) = n – k; (n= jumlah sampel/
pengukuran, k adalah jumlah variabel (variabel bebas + variabel
terikat). Adapun kriteria pengujian nilai t hitung dan t tabel dalam
penelitian ini yaitu :
a) Bila nilai thit < ttab, maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Bila nilai thit > ttab, maka H0 ditolak, H1 diterima
27 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis h. 221
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak Geografis
Kecamatan Kemang merupakan salah satu kecamatan yang berada di
wilayah Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kecamatan
Kemang berbatasan dengan Kota Bogor dan berdekatan dengan pusat
pemerintahan Kabupaten Bogor yang berada di Kecamatan Cibinong
sehingga mobilitas masyarakat Kabupaten Bogor yang berada di wilayah
barat dan selatan yang akan melakukan kegiatan administratif pemerintahan
akan melewati wilayah Kecamatan Kemang. Secara astronomis Kecamatan
Kemang terletak pada 6°48'26"-6
°49'22" Lintang Selatan sampai 106
°72'85"-
106°71'42" Bujur Timur. Letak astronomis lintang tersebut mengakibatkan
Kecamatan Kemang memiliki iklim tropis dan letak bujurnya
mengakibatkan Kecamatan Kemang secara pembagian waktu di Indonesia
termasuk ke dalam wilayah Indonesia bagian barat.
Berdasarkan data pokok perencanaan pembangunan daerah Kabupaten
Bogor tahun 2016 luas wilayah Kecamatan Kemang adalah 3.360,1 ha. 83
Secara admistratif batas-batas Kecamatan Kemang meliputi84
:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Parung
b. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciseeng
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Rancabungur dan Kota
Bogor
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tajur Halang
Adapun secara administratif wilayah Kecamatan Kemang terbagi menjadi 1
kelurahan dan 8 desa, yaitu 85
:
83 Data Pokok Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2016 Bagian IV,
hal 117
84
Diakses melalui : kecamatankemang.bogorkab.go.id, 17 Juni 2019 pukul 11:04
49
1) Kelurahan Atang
2) Desa Semplak Barat
3) Desa Parakan Jaya
4) Desa Bojong
5) Desa Kemang
6) Desa Pabuaran
7) Desa Tegal
8) Desa Pondok Udik
9) Desa Jampang
Adapun untuk peta administratif Kecamatan Kemang dapat dilihat pada
Gambar 4.1
Gambar 4.1
Peta Administratif Kecamatan Kemang
85 Data Pokok Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2016 Bagian IV,
hal 117
50
2. Kondisi Fisik
a. Topografi
Kecamatan Kemang merupakan wilayah Kabupaten Bogor yang
berada di bagian utara, berdampingan dengan Kota Bogor. Kecamatan
Kemang berada pada ketinggian 100-500 mdpl dan merupakan daerah
berekologi hilir.86
Topografi Kecamatan Kemang sebagian besar
merupakan dataran yang didominasi oleh lahan pertanian dan
permukiman. Beberapa desa di wilayah Kecamatan Kemang terdapat
perkebunan kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara VIII, yang
tersebar di Desa Bojong, Kemang dan Pabuaran.
b. Iklim
Secara klimatologi wilayah Kabupaten Bogor termasuk ke dalam
iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di
bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500-5.000
mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil di bagian
timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.87
Secara geografis,
Kecamatan Kemang berada tepat berdampingan dengan Kota Bogor
sehingga iklim dan atau cuaca di wilayah Kecamatan Kemang akan sama
persis dengan iklim di Kota Bogor. Adapun wilayah Kota Bogor
termasuk ke dalam iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 3.000-4.000
mm/tahun, dengan suhu rata-rata tiap bulan 260C dengan suhu terendah
21,80C, suhu tertinggi 30,4
0C dan kelembapan udara 70%.
88
B. Hasil Penelitian
1. Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005-2015
a) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005
Pada tahun 2005 penggunaan lahan di Kecamatan Kemang hampir di
dominasi oleh lahan pertanian. Adapun peta penggunaan lahan di
Kecamatan Kemang pada tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
86 Diakses melalui : bogorkab.go.id/index.php/page/detail/5/letak-geografis
87
Diakses melalui : bogorkab.go.id/index.php/page/detail/5/letak-geografis
88
Diakses melalui : kotabogor.go.id/index.php/page/detail/9/letak-geografis
51
Gambar 4.2
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005
Berdasarkan hasil dari analisis citra landuse Kecamatan Kemang
tahun 2005 diketahui bahwa Kecamatan Kemang memiliki luas 3.360,3
Ha. Adapun rincian penggunaan lahan tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1
Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2005
No Landuse Luas Lahan (M2)
1 Kebun Campuran 4941277,33
2 Perairan Darat 106620,51
3 Perkebunan 6059787,41
4 Permukiman 6506414,61
5 Sawah 14551971,87
6 Semak Belukar 275073,69
7 Tegalan 1162712,15
Total Luas Lahan (M2) 33603857,57
Total Luas Lahan (ha) 3.360,38
Sumber : Peta penggunaan lahan Kec. Kemang 2005/.shp
52
Tabel 4.1 menunjukan bahwa luas lahan pertanian sawah merupakan
penggunaan lahan terluas dibanding dengan luas lahan lainnya dengan luas
penggunaan lahan mencapai 1.455,1 ha atau sekitar 43,3%. Luas lahan
permukiman merupakan menjadi luasan penggunaan lahan terbesar kedua
dengan luas mencapai 650,6 ha atau sekitar 19,3% dari seluruh luas
wilayah Kecamatan Kemang. Perkebunan merupakan luasan penggunaan
lahan terbesar ketiga yang memiliki luas 605,9 ha atau sekitar 18% dari
keseluruhan luas wilayah Kecamatan Kemang. Kebun campuran juga
memiliki luas yang cukup besar dengan luas mencapai 494,1 ha atau
sekitar 14,7%, sedangkan luas penggunaan lahan untuk tegalan memiliki
luas 116,2 ha atau sekitar 3,4% dari seluruh luas lahan di Kecamatan
Kemang. Adapun untuk sisa penggunaan lahan lainnya seluas 38,1 ha atau
sekitar 1,1% terbagi menjadi luasan lahan semak belukar dan perairan
darat.
b) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010
Pada tahun 2010 keberadaan lahan pertanian nampak semakin
menyusut, berganti dengan lahan yang digunakan sebagai permukiman
penduduk. Adapun peta penggunaan lahan di Kecamatan Kemang pada
tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 4.3.
53
Gambar 4.3
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010
Berdasarkan hasil dari analisis citra landuse Kecamatan Kemang
tahun 2010 luas Kecamatan Kemang tetap 3.360,3 ha, karena dari tahun
2005-2010 tidak ada pemekaran wilayah di Kecamatan Kemang. Adapun
untuk rincian penggunaan lahan di Kecamatan Kemang pada tahun 2010
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2010
No Landuse Luas Lahan
1 Kebun Campuran 5137413,45
2 Perairan Darat 383009,84
3 Perkebunan 5694865,5
4 Permukiman 8515671,18
5 Sawah 5520796,94
6 Semak Belukar 1699721,05
7 Tegalan 6563071,32
8 Industri 89261,13
Total Luas Lahan (M2) 33603810,41
Total Luas Lahan (ha) 3.360,38
Sumber : Peta penggunaan lahan Kec. Kemang 2010/.shp
54
Tabel 4.2 merupakan tabel luas penggunaan lahan Kecamatan Kemang
tahun 2010, pada tahun 2010 terjadi perubahan yang cukup signifikan
terhadap penggunaan lahan permukiman dan pertanian sawah.
Penggunahan lahan untuk permukiman pada tahun 2010 mencapai luas
851,5 ha atau sekitar 25,3% dari luas keseluruhan Kecamatan Kemang.
Luas lahan pertanian sawah tahun 2010 mengalami perunurunan dengan
luasan lahan yang tersisa hanya 552,1 ha atau sekitar 16,4% dari seluruh
luas wilayah Kecamatan Kemang. Adapun untuk lahan perkebunan tahun
2010 memiliki luas 569,4 ha atau sekitar 16,4% dari keseluruhan luas
wilayah Kecamatan Kemang. Luas kebun campuran pada tahun 2010
mencapai 513,7 ha atau sekitar 15,2%, untuk luas penggunaan lahan
tegalan memiliki luas 656,3 ha atau sekitar 19,5% dari seluruh luas
Kecamatan Kemang. Adapun untuk sisa penggunaan lahan lainnya seluas
217,1 ha atau sekitar 6,4% terbagi menjadi luasan lahan semak belukar,
perairan darat dan industri.
c) Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015
Pada tahun 2015 keberadaan lahan permukiman semakin
mendominasi di Kecamatan Kemang. Lahan pertanian yang awalnya
sangat mendominasi kini telah berhanti menjadi lahan permukiman.
Adapun peta penggunaan lahan di Kecamatan Kemang pada tahun 2015
dapat dilihat pada Gambar 4.4.
55
Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang
Tahun 2015
Berdasarkan hasil dari analisis citra landuse Kecamatan Kemang
tahun 2015 diketahui bahwa Kecamatan Kemang masih memiliki luas
3.360,3 ha, karena hingga tahun 2015 di Kecamatan Kemang tidak ada
pemekaran wilayah kecamatan. Adapun rincian luas penggunaan lahan di
Kecamatan Kemang pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Penggunaan Lahan Kecamatan Kemang Tahun 2015
No Landuse Luas Lahan
1 Kebun Campuran 5791304,52
2 Perairan Darat 431219,04
3 Perkebunan 4359581,54
4 Permukiman 10698156,95
5 Sawah 5585834,13
6 Semak Belukar 740424,07
7 Tegalan 5721649,74
8. Industri 275635,69
Total Luas Lahan (M2) 33603805,68
Total Luas Lahan (Ha) 3.380,38
Sumber : Peta penggunaan lahan Kec. Kemang 2015/.shp
Tabel 4.3 (lanjutan)
56
Tabel 4.3 merupakan tabel luas penggunaan lahan Kecamatan
Kemang tahun 2015, pada tahun 2015 terjadi perubahan yang cukup
signifikan terhadap penggunaan lahan permukiman dan pertanian sawah.
Penggunahan lahan untuk permukiman pada tahun 2015 mencapai luas
1069,8 ha atau sekitar 31,8% dari luas keseluruhan Kecamatan Kemang.
Luas lahan pertanian sawah tahun 2015 mencapai 558,5 ha atau sekitar
16,6% dari seluruh luas Kecamatan Kemang. Adapun untuk lahan
perkebunan tahun 2015 memiliki luas 435,9 ha atau sekitar 12,9% dari
keseluruhan luas wilayah Kecamatan Kemang. Luas lahan kebun
campuran pada tahun 2015 mencapai 579,1 ha atau sekitar 17,2% dari
luas keseluruhan Kecamatan Kemang. Sedangkan untuk luas pengunaan
lahan tegalan pada tahun 2015 mencapai 572,1 ha atau sekitar 17% dari
keseluruhan luas Kecamatan Kemang. Adapun untuk sisa penggunaan
lahan lainnya seluas 144,7 ha atau sekitar 4,3% terbagi menjadi luasan
lahan semak belukar, perairan darat dan kawasan industri.
2. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Permukiman
a) Perubahan Luas Lahan Pertanian Tahun 2005-2015
Perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dapat
dilihat dari hasil analisis pengamatan citra satelit. Hasil pada gambar di
bawah ini menunjukan bahwa penyusutan lahan pertanian di Kecamatan
Kemang terus meningkat. Perkembangan penggunaan lahan pertanian di
Kecamatan Kemang dapat dilihat pada Gambar 4.5.
57
Luas Lahan Pertanian Luas Lahan Pertanian LuasLahan Pertanian
Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2015
Gambar 4.5
Perkembangan Penggunaan Lahan Pertanian di Kecamatan Kemang
Tahun 2005-2015
Adapun untuk luasan penggunaan lahan pertanian secara spesifik telah
dituliskan pada Tabel 4.4 berikut :
Tebel 4.4
Luas Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2005-2015
No Landuse
Luas Lahan
Pertanian
Tahun 2005
Luas Lahan
Pertanian
Tahun 2010
Luas Lahan
Pertanian
Tahun 2015
1 Kebun Campuran 4941277,33 5137413,45 5791304,52
2 Perairan Darat 106620,51 383009,84 431219,04
3 Perkebunan 6059787,41 5694865,5 4359581,54
4 Sawah 14551971,87 5520796,94 5585834,13
5 Tegalan 1162712,15 6563071,32 5721649,74
Total Luas Lahan (M2) 26822369,27 23299157,05 21889588,97
Total Luas Lahan (Ha) 2682,2 2329,9 2188,9
Sumber : Peta penggunaan lahan pertanian Kec. Kemang tahun 2005-2015/.shp
Berdasarkan Tabel 4.4 luas lahan pertanian secara keseluruhan pada
tahun 2005 memiliki luas 2682,2 ha atau 79,8% dari seluruh luas
Kecamatan Kemang. Pada tahun 2010 jumlah luas lahan pertanian
mengalami penuruan sebesar 352,3 ha, sehingga luas lahan pertanian pada
tahun 2010 menjadi 2329,9 atau sekitar 69,3%. Kemudian pada tahun
2015 luas lahan pertanian terus mengalami penurunan hingga 140,9 ha,
58
sehingga pada tahun 2015 luas lahan pertanian menjadi 2188,9 ha atau
sekitar 65,1% dari seluruh luas Kecamatan Kemang. Sehingga jumlah
keseluruhan perubahan luasan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari
tahun 2005 sampai tahun 2015 berjumlah 493,2 ha atau berkurang sekitar
18,4% dari seluruh luas lahan pertanian pada tahun 2015. Adapun
penyajian dalam bentuk grafik penurunan penggunaan lahan secara
spesifik penulis sajikan pada grafik 4.1 berikut.
Grafik 4.1
Lahan Pertanian Kecamatan Kemang
Sumber: BAPPEDA Kab. Bogor
b) Perubahan Luas Lahan Permukiman Tahun 2005-2015
Perkembangan luas penggunaan lahan permukiman di Kecamatan
Kemang pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 terus meningkat
hampir di seluruh wilayah Kecamatan Kemang, meskipun peningkatannya
tidak signifikan menyeluruh di seluruh desa. Hasil pada gambar 4.6 di
bawah ini menunjukan bahwa peningkatan luas lahan permukiman di
Kecamatan Kemang terus meningkat secara dignifikan.
0
5000000
10000000
15000000
20000000
2005 2010 2015
dal
am s
atu
an M
2
Axis Title
GRAFIK PENGGUNAAN LAHAN
PERTANIAN KECAMATAN KEMANG
TAHUN 2005-2015
Kebun Campuran Perairan Darat Perkebunan
Sawah Tegalan
59
Lahan Permukiman Lahan Permukiman Lahan Permukiman
Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2015
Gambar 4.6
Perkembangan penggunaan lahan permukiman di Kecamatan Kemang
Tahun 2005-2015
Adapun untuk luasan penggunaan lahan pertanian secara spesifik telah
dituliskan pada tabel 4.5 berikut :
Tebel 4.5
Luas Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2005-2015
No Landuse
Luas Lahan
Permukiman
Tahun 2005
Luas Lahan
Permukiman
Tahun 2010
Luas Lahan
Permukiman
Tahun 2015
1 Permukiman 6503414,61 8516771,18 10698156,95
Total Luas Lahan (M2) 6503414,61 8516771,18 10698156,95
Total Luas Lahan (Ha) 650,3 851,6 1069,8
Sumber : Peta penggunaan lahan permukiman Kec. Kemang tahun 2005-
2015/.shp
Luas lahan permukiman di Kecamatan Kemang pada tahun 2005
mencapai 650,6 ha atau sekitar 19,3% dari seluruh luas Kecamatan
Kemang. Pada tahun 2010 jumlah luas lahan permukiman mengalami
kenaikan seluas 200,9 ha, sehingga luas lahan permukiman pada tahun
2010 menjadi 851,5 ha atau sekitar 25,3%. Kemudian pada tahun 2015
luas lahan permukiman kembali mengalami kenaikan mencapai 218,2 ha
sehingga luas lahan permukiman tahun 2015 menjadi 1069,8 ha atau
sekitar 31,8%. Sehingga jumlah keseluruhan perubahan luasan lahan
permukiman di Kecamatan Kemang dari tahun 2005 sampai dengan tahun
60
2015 mencapai 493,2 ha atau bertambah sekitar 64,4% dari luas lahan
permukiman tahun 2005.
Adapun secara grafik peningkatan luasan lahan permukiman di
Kecamatan Kemang tahun 2005-2015 penulis sajikan dalam grafik 4.2
berikut.
Grafik 4.2
Lahan Permukiman Kecamatan Kemang
Sumber: BAPPEDA Kab. Bogor
c) Hasil Overlay Penggunaan Lahan Pertanian dan Permukiman
Kecamatan Kemang Tahun 2005-2015
Setelah mengetahui masing-masing luas penggunaan lahan pertanian
dan permukiman, selanjutnya adalah tahap overlay yakni penggabungan
dari peta penggunaan lahan pertanian dan permukiman. Overlay dilakukan
untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi pada suatu wilayah dari
suatu periode/tahun ke periode selanjutnya. Berikut penulis sajikan peta
perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman di
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2015 pada Gambar 4.7.
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
2005 2010 2015
dal
am s
atu
an M
2
Axis Title
GRAFIK PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN
KECAMATAN KEMANG
TAHUN 2005-2015
Permukiman
61
Penggunaan Lahan Pertanian Penggunaan Lahan Pertanian Penggunaan Lahan
Pertanian
dan Permukiman dan Permukiman dan Permukiman
Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2015
Gambar 4.7
Perkembangan penggunaan lahan pertanian dan permukiman
Kecamatan Kemang Tahun 2005-2015
Perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari
tahun 2005 sampai tahun 2015 berjumlah 493,2 ha atau berkurang sekitar
18,4% dari seluruh luas lahan pertanian pada tahun 2005. Sedangkan
perubahan luas lahan permukiman di Kecamatan Kemang dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2015 mencapai 493,2 ha atau bertambah sekitar
64,4% dari luas lahan permukiman tahun 2005. Sehingga rasio
pengurangan luas lahan petanian di Kecamatan Kemang mencapai
sebanyak 49.3 ha.
d) Hasil Produktivitas Padi Sawah Kecamatan Kemang
Produktivitas padi dalam penelitian ini merupakan variabel Y, sesuai
dengan judul penelitian ini yakni ’’Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian
Menjadi Permukiman Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan
Kemang’’. Sehingga setelah mengetahui besaran perubahan penggunaan
lahan melalui analisis citra sateit, maka berikut penulis tampilkan data
mengenai produktivitas padi sawah di Kecamatan Kemang tahun 2005,
2010 dan 2015 pada tabel 4.6.
62
Tabel 4.6
Produktivitas Padi Sawah Kecamatan Kemang
Tahun 2005-2015
No Tahun Luas Tanam (ha) Produktivitas (ton)
1 2005 524 3144
2 2010 362 2172
3 2015 269 1345
Sumber : Data lapangan UPT Petanian Kec. Kemang
Tabel 4.6 menunjukan terjadi penurunan luas tanam dan jumlah
produktivitas padi yang dihasilkan di wilayah Kecamatan Kemang pada
tahun 2005 sampai dengan tahun 2015. Tahun 2005 sampai dengan tahun
2010, luas tanam padi sawah mengalami penurunan seluas 162 ha atau
sekitar 32,4 ha pertahun. Adapun jumlah produktivitas padi sawah juga
mengalami penurunan sebesar 1.017 ton atau sekitar 203,4 ton pertahun.
e) Analisis Regresi Alih Fungsi Lahan Petanian Menjadi Permukiman
Terhadap Produktivitas Padi
1) Persamaan Regresi Linear Sederhana
Nilai persamaan regresi sederhana yang dicari dalam penelitian
ini berdasarkan pada data luas lahan pertanian sebagai variabel (x) dan
produktivitas padi sebagai variabel (y). Adapun data luas lahan
pertanian dan produktivitas telah disajikan dalam tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7
Data Persamaan Regresi Linear Sederhana
n x y x2 y
2 xy
3
2682,2 3144 7194196,84 9884736 8432836,8
2329,9 2172 5428434,01 4717584 5060542,8
2188,9 1345 4791283,21 1809025 2944070,5
∑ 7201 6661 17413914,06 16411345 16437450,1
Dari tampilan Tabel 4.7 maka diketahui nilai :
x = Luas Lahan
y = Produktivitas Padi
63
∑
∑
∑
∑
∑
Langkah mengetahui nilai persamaan regresi linear sederhana,
nilai yang pertama kali dicari adalah nilai a dan b. Berikut ini
merupakan penghitungan nilai a dan b :
a) Nilai b
∑ (∑ ) (∑ )
∑ (∑ )
b ( )( )
( )
b
b
b
b
b) Nilai a
a (∑ ) (∑ ) (∑ )(∑ )
∑ (∑ )
a ( ) ( ) ( )( )
( )
a ( ) ( )
64
a
a
a
Dari proses hasil perhitungan diatas, maka diperoleh nilai persamaan
regresi linear sederhana dan kurva titik pertemuannya pada Gambar 4.7 :
10000 -
9000 -
8000 -
7000 -
6000 -
5000 -
4000 -
3000 -
2000 -
1000 -
0
Gambar 4.8
Kurva Hasil Persamaan Regresi Linear Sederhana
Produktivitas Padi dan Luas Lahan Pertanian
Persamaan regresi linear diatas menjelaskan bahwa variabel independen
luas lahan (x) dapat bisa diperkirakan nilainya jika kita tahu nilai variabel
produktivitas padi (y) dengan persamaan nilai b = 3,5 dengan demikian,
variabel produktivitas padi akan bertambah sebesar 3,5 (ton) apabila luas
lahan pertanian bertambah setiap 1 (ha).
2) Koefisien Korelasi (r)
𝑌 + (𝑥) 𝑌 𝑎 + 𝑏𝑥
100
0
200
0
300
0
400
0
500
0
600
0
700
0
800
0
900
0
100
00
Y
X -6
Y = -6,1 + 3,5 (X)
Pertemuan antara rata-rata Y dan X
rata-rata X = 2000
rata-rata Y = 6993,9
Pro
dukti
vit
as
Pad
i (t
on)
Luas Lahan Pertanian (ha)
Maka :
Setiap penambahan atau pengurangan
1X bernilai 3,49695 (3,5)
65
(∑ )
(∑ )(∑ )
√[ ∑ ( ∑ )
] [ ∑ ( ∑
)
]
r ( )
( )( )
√[ ( )
] [ ( )
]
3) Koefisien Determinasi (r2)
Koefisien Determinasi (r Square atau r2) menjelaskan seberapa besar
variasi variabel dependent (Y/produktivitas) dapat dijelaskan oleh
variabel independent (X/luas lahan pertanian).
Adapun nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
( )
( )
Hasil perhitungan diatas menjelaskan bahwa koefisien korelasi
dalam penelitian ini sangat kuat dengan nilai koefisien determinasi (r2)
sebesar 0,962 atau 96%. Dengan demikian berarti variabel independen
(luas lahan pertanian) dapat mempengaruhi variabel dependen
(produktivitas padi) sebesar 96%, sedangkan 4% dipengaruhi oleh faktor
lain.
4) Uji Signifikansi dan Hipotesis
Berikut penulis sajikan hasil pengujian nilai signifikansi dan
penerimaan hipotesis dalam penelitian ini
a) Nilai thitung
66
√( ) + ( )
+ ( +
)
√( ) + ( ) + (
+
)
√( ) + ( ) + (
+
)
√ + (
)
√ (
)
√ ( )
( )
Hasil dari pengujian nilai thitung di atas, diperoleh hasil akhir yaitu
11,23. Setelah mengetahui hasil uji thitung selanjutnya adalah mencari
nilai ttabel untuk mengetahui hasil akhir dari hipotesis penelitian ini.
Berikut penulis sajikan hasil perhitungan ttabel :
b) Uji ttabel
Df = degree of freedom (df)
n = Jumlah data
k = Jumlah Variabel
67
= 3 - 2
= 1
Diketahui nilai df adalah 1, setelah itu lihat tabel keseluruhan
mengenai nilai df pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Titik presentase distribusi t (Pr df = 1-5 )
Pr df 0.25-0.50 0.10-0.20 0.05-0.10 0.025-0.050 0.01- 0.02
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493
Dari tabel di atas dapat diketahui nilai ttabel dengan titik presentase
nilai df = 1 dan nilai . Maka nilai ttabel penelitian
ini adalah 6,31375.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai thitung > ttabel dengan
nilai perbandingan thitung dan ttabel = 11,23 > 6,31375 dengan
demikian hipotesis penelitian ini dapat diterima dengan asumsi
bahwa luas lahan pertanian memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap produktivitas padi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data-data yang dihimpun dan analisis yang dilakukan oleh
penulis terhadap peta penggunaan lahan di Kecamatan Kemang Kabupaten
Bogor, maka pembahasan mengenai pengaruh alih fungsi lahan pertanian
menjadi permukiman terhadap hasil produksi padi sawah di Kecamatan
Kemang pada tahun 2005-2015 sebagai berikut.
Jumlah ketersediaan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Luas lahan pertanian di Kecamatan Kemang secara keseluruhan
pada tahun 2005 adalah 2682,2 ha sedangkan pada tahun 2010 jumlah luas
lahan pertanian di Kecamatan Kemang menjadi 2329,9 atau mengalami
68
penuruan sebanyak 352,3 ha. Kemudian pada tahun 2015 luas lahan pertanian
kembali mengalami penurunan menjadi 2188,9 ha atau mengalami penurunan
sebanyak 140,9 ha. Sehingga jumlah keseluruhan perubahan luasan lahan
pertanian di Kecamatan Kemang dari tahun 2005 sampai tahun 2015
berjumlah 493,2 ha atau berkurang sekitar 18,4% dari seluruh luas lahan
pertanian pada tahun 2005.
Sedangkan luas penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan
Kemang dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 semakin meningkat,
angka peningkatan luas permukiman mencapai 493,2 ha atau bertambah
sekitar 64,4% dari luas lahan permukiman tahun 2005. Luas lahan
permukiman di Kecamatan Kemang pada tahun 2005 mencapai 650,6 ha atau
sekitar 19,3% dari seluruh luas Kecamatan Kemang. Sedangkan pada tahun
2010 jumlah luas lahan permukiman menjadi 851,5 ha atau mengalami
kenaikan seluas 200,9 ha. Pada tahun 2015 luas lahan permukiman kembali
mengalami kenaikan mencapai 218,2 ha sehingga luas lahan permukiman
tahun 2015 menjadi 1069,8 ha. Sehingga jumlah keseluruhan perubahan luas
lahan permukiman di Kecamatan Kemang dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2015 mencapai 493,2 ha atau bertambah sekitar 64,4% dari luas lahan
permukiman tahun 2005.
Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Kemang
memberikan dampak yang besar terhadap produktivitas pertanian di
Kecamatan Kemang khususnya produktivitas padi sawah. Hasil analisis
persamaan regresi linear sederhana dengan menggunakan luas lahan sebagai
variabel (x) dan produktivitas padi sebagai variabel (y) menghasilkan nilai
persamaan yakni + ( ), dengan demikian dapat diartikan
bahwa luas lahan (x) dapat bisa diperkirakan nilainya jika kita tahu nilai
variabel produktivitas padi (y) dengan persamaan nilai b = 3,5 dengan
demikian, variabel produktivitas padi akan bertambah sebesar 3,5 (ton)
apabila luas lahan pertanian bertambah setiap 1 (ha) dan sebaliknya jika lahan
pertanian berkurang seluas 1 ha maka produktivitas padi sawah akan menurun
sebesar 3,5 ton.
69
Nilai persamaan regresi linear pada penelitian ini telah melewati
beberapa uji kebenaran hasil penelitian. Berdasarkan uji korelasi nilai yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,98 dengan berarti nilai koefisien
determinasi adalah 0,96. Dengan demikian berarti variabel independen (luas
lahan pertanian) dapat mempengaruhi variabel dependen (produktivitas padi)
sebesar 96%, sedangkan 4% dipengaruhi oleh faktor lain.
Setelah melewati uji korelasi, peneliti melakukan uji signifikansi
terhadap hipotesis yang telah dibuat. Berdasarkan perhitungan dari uji
signifikansi diperoleh nilai thitung pada penelitian ini adalah 11,23. Sedangkan
nilai distribusi ttabel pada penelitian ini dengan titik presentase nilai df = 1 dan
nilai . adalah 6,31375. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
nilai thitung > ttabel dengan nilai perbandingan thitung dan ttabel = 11,23 > 6,31375
dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat diterima dengan asumsi bahwa
luas lahan pertanian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
produktivitas padi.
D. Dampak Sosial Ekonomi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap
Masyarakat
Secara umum kegiatan alih fungsi lahan lahan pertanian akan membawa
dampak negatif terhadap kegiatan perekonomian di sektor pertanian dan
keseimbangan ekosistem alam. Namun, disisi lain alih fungsi lahan pertanian
tersebut membawa dampak positif bagi pemilik lahan pertanian maupun
masyarakat yang berada di wilayah kegiatan alih fungsi lahan tersebut.
Berikut ini beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memberikan
penjelasan mengenai dampak sosial ekonomi dari kegiatan alih fungsi lahan
khususnya pertanian.
1. Ayu Amalia dalam skripsinya yang berjudul Dampak Konversi Lahan
Sawah Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Yang Hilang Dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kecamatan Bogor Selatan)
Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa dampak negatif alih fungsi
lahan, yaitu:
70
1) Berkurangnya luas lahan sawah yang mengakibatkan turunnya
produksi padi, yang mengganggu tercapainya swasembada pangan.
2) Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan bergesernya lapangan
kerja dari sektor pertanian ke non pertanian tenaga kerja lokal
nantinya akan bersaing dengan pendatang. Dampak sosial ini akan
berkembang dengan meningkatnya kecemburuan sosial masyarakat
sekitar terhadap pendatang yang akan berpotensi meningkatkan
konflik sosial.
3) Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan
menjadi tidak optimal. Irigasi yang dibangun menjadi sia-sia karena
sawah yang dialihfungsikan.
4) Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan
ataupun industri karena kesalahan perhitungan mengakibatkan lahan
yang telah dialihfungsikan menjadi tidak termanfaatkan, karena tidak
mungkin dikembalikan menjadi sawah kembali.
5) Berkurangnya ekosistem sawah akibat terjadinya alih fungsi.
2. Devi Aryani Sulistyawati 2014 dalam skripsinya yang berjudul Analisis
Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di
Kabupaten Cianjur (Studi Kasus : Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu)
juga menjelaskan bahwa dampak adanya alih fungsi lahan menimbulkan
dampak negatif. Hal tersebut dijelaskan dengan hasil penelitiannya yang
menyebutkan bahwa alih fungsi lahan pertanian menyebabkan perubahan
rata-rata pendapatan total petani sebelum dan sesudah alih fungsi lahan
mengalami penurunan sebesar Rp. 1.041.720. Selain pendapatan, akibat
adanya alih fungsi lahan juga menyebabkan penurunan produksi padi.
Produksi padi yang hilang sebesar 33.172,15 ton atau sekitar Rp
142.640.232.430. Hasil simulasi ketahanan pangan adalah produksi beras
di Kabupaten Cianjur tidak dapat memenuhi kebutuhan berasnya pada
tahun 2027 dengan kekurangan beras sebesar 31 ton, sedangkan jika
terjadi penurunan konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun maka
71
Kabupaten Cianjur tidak dapat memenuhi kebutuhan beras pada tahun
2045 dengan kekurangan beras sebesar 3.043 ton.
3. Moh. Khoirul Muslikin 2015 dalam skripsinya yang berjudul Kajian Alih
Fungsi Lahan Sawah Menjadi Non Sawah dan Dampak Terhadap Produksi
Padi Di Kabupaten Blora Tahun 2000-2010 menyebutkan bahwa alih
fungsi lahan sawah menjadi non sawah di Kabupaten Blora tahun 2000-
2010 menyebutkan bahwa alih fungsi lahan pertanian berdampak positif
terhadap produksi padi. Ditandai dengan meningkatnya tingkat produksi
padi di Kabupaten Blora. Dalam kurun waktu tahun 2000-2010 produksi
padi di Kabupaten Blora mengalami peningkatan sebesar 39.785 ton.
Peningkatan produksi padi di Kabupaten Blora terjadi karena adanya
teknologi pertanian modern yang sudah digunakan oleh petani. Bahkan
sekarang Kabupaten Blora termasuk dalam 3 Kabupaten yang menjadi
percontohan penerapan pertanian modern di Indonesia
4. Ika Pewista dalam jurnalnya yang berjudul Faktor Dan Pengaruh Alih
Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Di
Kabupaten Bantul. Kasus Daerah Perkotaan, Pinggiran Dan Pedesaan
Tahun 2001-2010 menyebutkan bahwa Dampak alih fungsi lahan
pertanian terhadap matapencaharian penduduk di desa Panggungharjo
tidak berpengaruh besar, dimana jumlah petani masih tetap. Alih fungsi
lahan yang dilakukan dapat memunculkan jenis pekerjaan baru bagi
sebagian pelakunya, seperti yang terjadi pada penduduk desa Bantul dan
desa Kebonagung yang melakukan diversifikasi matapencaharian yaitu
sebagai pedagang dan wiraswasta. Pada penelitian ini secara dominan
matapencaharian kepala keluarga tidak berpengaruh besar terhadap
kegiatan alih fungsi lahan pertanian yang telah dilakukan. Sedangkan
pendapatan yang diperoleh setelah terjadinya alih fungsi lahan cenderung
menurun, terutama pada penduduk yang memiliki lahan yang sempit dan
masih menggantungkan usahanya di sektor pertanian.
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan penulis telah
menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menarik dua kesimpulan dari
hasil penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis peta penggunaan lahan tahun 2005 sampai
dengan tahun 2015, di Kecamatan Kemang terjadi perubahan
penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman yang cukup signifikan.
Jumlah ketersediaan lahan pertanian di Kecamatan Kemang dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan mencapai 492,3
ha atau sekitar 18,4% dari seluruh luas lahan pertanian yang ada di
Kecamatan Kemang. Sedangkan penggunaan lahan untuk permukiman di
Kecamatan Kemang dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 semakin
meningkat, angka peningkatan luas permukiman mencapai 493,2 ha atau
bertambah sekitar 64,4% dari luas lahan permukiman tahun 2005.
2. Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Kemang
tentu memberikan dampak yang besar terhadap produktivitas pertanian di
Kecamatan Kemang khususnya produktivitas padi sawah. Hasil analisis
persamaan regresi linear sederhana menghasilkan nilai persamaan yakni
+ ( ) yang berarti luas lahan (x) dapat bisa diperkirakan
nilainya jika kita tahu nilai variabel produktivitas padi (y) dengan
persamaan nilai b = 3,5 dengan demikian, variabel produktivitas padi
akan bertambah sebesar 3,5 (ton) apabila luas lahan pertanian bertambah
setiap 1 (ha) dan sebaliknya jika lahan pertanian berkurang seluas 1 ha
maka produktivitas padi sawah akan menurun sebesar 3,5 ton. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan hasil uji korelasi antara kedua variabel
tersebut yakni variabel alih fungsi lahan pertanian (x) dan variabel
produktivitas padi (y) dengan nilai koefisien korelasi 0,98 dan nilai
73
koefisien determinasi 0,96 yang berarti variabel independen (luas lahan
pertanian) dapat mempengaruhi variabel dependen (produktivitas padi)
sebesar 96%, sedangkan 4% dipengaruhi oleh faktor lain.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan penulis dari penelitian yang telah
dilakukan ini yaitu:
1. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kemang harus terus ditekan, karena
pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan, baik itu penggunaan lahan untuk permukiman
maupun kebutuhan penunjang lainnya untuk aktivitas masyarakat.
Penekanan terhadap pertumbuhan penduduk dapat dimaksimalkan dengan
cara sosialisasi program keluarga berencana (KB) terstruktur, sistematis
dan masif.
2. Konsistensi dalam menerapkan kebijakan penggunaan lahan harus
dijalankan dengan baik oleh pemerintah daerah, terutama perlindungan
untuk penggunaan lahan pertanian. Hal tersebut dikarenakan alih fungsi
lahan pertanian tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan penduduk
setempat saja, akan tetapi ada peran pengembang perumahan (developer)
yang memanfaatkan lokasi strategis untuk mendirikan perumahan dengan
sasaran masyarakat yang beraktifitas di perkotaan.
3. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan sosialisasi
terhadap para petani tentang pentingnya ketahanan pangan sehingga
menumbuhkan kesadaran agar tetap menjaga dan melestarikan lahan
pertanian yang dimilikinya. Selain itu, perlu adanya upaya dari pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dengan memfasilitasi
kebutuhan petani untuk menunjang keberlangsungan sektor pertanian.
74
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ansori, Muslich, Iswati, Sri. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:
Airlangga University Press, 2009.
Baja, Sumbangan. Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan Aplikasi GIS,
Fuzzy Set, dan MCDM. Makasar: UNHAS, 2012
Banowati, Eva, Sriyanto. Geografi Pertanian. Yogyakarta: Ombak, 2013.
Bungin, M Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.
Haryanto, Sukandarrumidi. Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.
Muhidin, Sambas, Ali, Abdurahman, Maman. Analisis Korelasi, Regresi, dan
Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2017.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012.
Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh. Jakarta: tp. 2015
Soehartono, Irwan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008.
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2010.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,
2012.
Sukandarrumidi, Metodologi Penelirian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.
Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
75
Suryantoro, Agus. Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta:
Ombak, 2013
Suwartono. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset,
2014.
Tati Nurmala et al. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Yusuf, A Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan
Yogyakarta: Kencana, 2012.
Skripsi dan Tesis :
Amalia, Ayu. Dampak Konversi Lahan Sawah terhadap Pendapatan Usahatani
Padi yang Hilang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Studi Kasus:
Kecamatan Bogor Selatan. Skripsi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya
dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor: 2014
Andika, Nadia, Khairunnisa. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Padi di Kota Depok.
skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Instutut Pertanian Bogor,
Bogor: 2013
Fajarini, Rahmi. Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Perencanaan Tata
Ruang di Kabupaten Bogor. tesis pada Institut Pertanian Bogor: 2014
Hudayya, Rizma. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Analisis Pola
Sebaran Dan Perkembangan Permukiman (Studi Kasus Kabupaten Bogor,
Jawa Barat). Skripsi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan
Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor: 2010
76
Khakim, M Luthfi. Pola Persebaran Permukiman di Kecamatan Kendal
Kabupaten Ngawi. skripsi pada Fakultas Geografi, Universitas
Muhamadiyah Surakarta: 2012
Muslikin, Moh, Khoirul. Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Non Sawah
dan Dampak Terhadap Produksi Padi di Kabupaten Blora Tahun 2000-2010.
Skripsi pada Program Sarjana Sains Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang, Malang: 2015
Sulistyawati, Devi, Aryani. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian
Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus : Desa
Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu). Skripsi pada Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor: 2014
Jurnal :
Affan, Faizal, Musaqqif. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Untuk
Permukiman Dan Industri Dengan Menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG). jurnal pada IKIP Veteran, Semarang: 2014
Cristi, Corolina, Linda, Saleh, Choirul, Suwondo, Implementasi Kebijakan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Perumahan. jurnal pada
Administrasi Publik Univeritas Brawijaya, Malang:
Dewi, Ida, AL, Sarjana, I Made. Faktor-Faktor Pendorong Alih Fungsi Lahan
Sawah Menjadi Lahan Non-Pertanian. jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 3,
No. 2 pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali: 2015
Dwisaraswati, Gabriela. Laporan Praktikum Arcgis “Georeferencing, Digitasi,
Editing, Dan Layout Peta Administrasi Kota Jayapura. jurnal lab pada
Fakultas Teknik, Universitas Krisnadwipayana, Jakarta: 2017
77
Eko, T, Rahayu, Sri. Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya terhadap RDTR di
Wilayah Peri-Urban Studi Kasus: Kecamatan Mlati. jurnal pada Universitas
Diponegoro, Semarang: 2012
Nugroho, Iwan, Dahuri, Rokhmin. Pembangunan Wilayah Perpektif Ekonomi,
Sosial dan Lingkungan. Jurnal pada LP3ES Ed. Rev. cet.2 Jakarta: 2012
Setiawan, Handoko, Probo. Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian Ke Non
Pertanian Kasus Di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota
Samarinda. jurnal pada eJournal Sosiatri-Sosiologi Volume 4 Nomor 2.
Universitas Mulawarman: 2016
Yuliara, I Made. Modul Regresi Linier Sederhana. jurnal pada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali: 2016
Website:
http://antaranews.com/berita/499795/alih-fungsi-lahan-pertanian-picu-timbulnya-
bencana diakses pada 22 januari 2018 pukul 12:05 WIB
http://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-jumlah-penduduk-populasi-
terbanyak-di-dunia/ diakses pada 22 januari 2018 pukul 13:05 WIB
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41078646 diakses pada 22 januari 2018
pukul 12:48 WIB
http://www.balipost.com/news/2017/04/11/5075/Memprihatinkan,Alih-Fungsi-
Lahan-Pertanian...html diakses pada 28 Januari 2018 pukul 14:42 WIB
http://geografi.org/2018/02/analisis-spasial-dalam-sistem-informasi.html diakses
pada 15 Juni 2019 pukul 10:04 WIB
http://tedieka.com/2016/05/klasifikasi-citra.html diakses pada 15 Juni 2019 pukul
10:30 WIB
78
http://guntara.com/2013/01/pengertian-overlay-dalam-sistem.html diakses pada 17
juni 2019 pukul 11:04 WIB
http://kecamatankemang.bogorkab.go.id diakses pada 17 juni 2019 pukul
13:25 WIB
http://bogorkab.go.id/index.php/page/detail/5/letak-geografis diakses pada 17 juni
2019 pukul 15:05 WIB
79
LAMPIRAN KEGIATAN PENELITIAN
No Gambar Keterangan
1
Ketersediaan lahan pesawahaan di
wilayah Kp. Kiara Desa Pabuaran
Kecamatan Kemang Kabupaten
Bogor.
2
Ketersediaan lahan pesawahaan di
wilayah Kp. Tengah Desa Pabuaran
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
3
Kegiatan ground chek lahan
pesawahaan di wilayah Kp. Kiara
Desa Pabuaran Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor bersama petani
setempat.
4
Kegiatan ground chek lahan
pesawahaan di wilayah Kp. Kiara
Desa Pabuaran Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor.
80
5
Ketersediaan lahan pesawahaan di
wilayah Kp. Tengah Desa Pabuaran
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
6
Kegiatan ground chek lahan
pesawahaan di wilayah Kp. Tengah
Desa Pabuaran Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor bersama tokoh
pemuda perwakilan dari Karang
Taruna Desa Pabuaran.
7
Kegiatan ground chek lahan
pesawahaan di wilayah Kp. Anyar
Desa Pabuaran Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor.
8
Pendampingan Petugas Pertanian
Kecamatan (PPK) Kemang Kabupaten
Bogor di Kp. Sawah Desa Bojong
Kecamatan Kemang
81
9
Kegiatan ground chek lahan
pesawahaan di wilayah Kp. Anyar
Desa Pabuaran Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor
10
Kegiatan ground chek lahan
pesawahaan di wilayah Kp. Anyar
Desa Pabuaran Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor di dampingi Petugas
Pertanian Kecamatan Kemang (PPK)
Bapak Heri.
11
Kegiatan ground chek lahan
pesawahaan di wilayah Kp. Anyar
Desa Pabuaran Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor di dampingi Petugas
Pertanian Kecamatan Kemang (PPK)
Bapak Heri.
12
Kegiatan ground chek lahan
pesawahaan di wilayah Kp. Anyar
Desa Pabuaran Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor di dampingi Petugas
Pertanian Kecamatan Kemang (PPK)
Bapak Heri dan petani setempat.
i
BIODATA PENULIS
Penulis bernama Muhammad Bahrul Hidayat, dilahirkan
pada tanggal 22 Desember 1995 di Bogor. Penulis bertempat
di Desa Bojong, Kec. Kemang, Kabupaten Bogor. Penulis
menempuh pendidikan dimulai dari SDN Bojong 02 (lulus
tahun 2007), kemudian melanjutkan sekolah di MTs.
Mathla’ul Anwar Nurul Kamal (lulus tahun 2010), setelah
itu melanjutkan ke MAN 1 Kota Bogor (lulus tahun 2013)
hingga akhirnya bisa menempuh perkuliahan di Jurusan
Pendidkan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.