Transcript
  • i

    2016

    Valentinus Galih V.P.,S.Si .,M.Sc.

    Ngadiono, S.T.

    Endah Purnomosari, S.T.

    Dosen Fisika-Mekatronika

    Politeknik STTT Bandung

    1/1/2016

    PENGANTAR LISTRIK MAGNET DAN TERAPANNYA

  • ii

    PENGANTAR LISTRIK MAGNET DAN TERAPANNYA

    Penulis:

    Valentinus Galih V.P., S.Si., M.Sc.

    Endah Purnomosari. S.T.

    Ngadiono, S.T.

  • iii

    PENGANTAR LISTRIK MAGNET DAN TERAPANNYA

    Penulis : Valentinus Galih V.P.S.Si,.M.Sc

    Endah Purnomosari, S.T., A.Md

    Ngadiono, S.T., A.Md

    ISBN : 978-602-72713-2-6

    Editor : Fransiska Vidiyana D.A, S.E., Ak

    Penyunting : Andi Risnawan, S.T

    Desain Sampul dan

    Tata Letak

    :

    Agustinus Budi, S.S

    Penerbit : CV. Mulia Jaya

    Redaksi : Jalan Anggajaya II No. 291-A, Condong Catur Kabupaten Sleman, Yogyakarta Telp: 0812-4994-0973 Email:

    [email protected]

    CetakanPertama April 2016 Hak Cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara Apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit dan penulis

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Dengan mempersembahkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang

    Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan buku yang berjudul โ€œPengantar Listrik

    Magnet dan Terapannyaโ€. Buku ini ditulis untuk memberikan suatu

    pengantar tentang teori listrik magnet dan juga terapannya pada

    berbagai alat elektronika. Penulis menyadari bahwa Buku ini dapat

    diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang secara

    langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam

    penyelesaian Buku ini. Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan

    terima kasih kepada:

    1. Direktur Politeknik STTT Bandung.

    2. Para dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas MIPA UGM dan

    Politeknik STTT, Bandung.

    Buku ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang

    penulis tidak sadari. Untuk itu, saran dan masukan untuk perbaikan

    yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya kecil ini

    dapat berguna bagi kita semua.

    Yogyakarta, 4 Maret 2016

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar

    Daftar Isi

    Bab.1

    VEKTOR DAN TENSOR

    iv

    v

    Hal.1

    Bab.2 HUKUM COLOUMB Hal.33

    Bab.3 MEDAN LISTRIK DAN HUKUM

    GAUSS

    Hal. 41

    Bab.4 KONDUKTOR DALAM MEDAN

    LISTRIK

    Hal. 49

    Bab.5 RANGKAIAN ARUS DC DAN DIODE Hal. 58

    Bab.6 RANGKAIAN TRANSIEN ARUS DC Hal. 72

    Bab.7 MATERIAL SEMIKONDUKTOR

    DAN MAGNETIK

    Hal. 83

    Bab.8 APLIKASI ELEKTRODINAMIKA

    PADA MIKROKONTROLLER-

    SENSOR

    Hal. 112

    Bab.9 PENGANTAR PLC Hal. 135

    DaftarPustaka

    Lampiran-1

    Lampiran-2

    Hal. 148

    Hal. 149

    Hal. 159

    Biografi Hal. 165

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 1

    BAB 1 VEKTOR DAN TENSOR

    1.1.Material dan Koordinat

    Piranti matematika untuk mendeskripsikan persamaan gerak suatu

    material padat yang mengalami deformasi bentuk biasanya berdasarkan

    suatu asumsi bahwa material padat tersebut terdistribusi dalam suatu

    ruang pada suatu waktu tertentu. Pada setiap waktu tertentu, setiap titik

    pada suatu daerah tersebut diisi oleh sebuah elemen kecil dari material

    padat yang disebut sebagai partikel padat. Berlainan dengan material

    rigid (kaku), pada material elastis, adanya gaya luar pada material

    tersebut akan mengakibatkan adanya deformasi. Pada bab ini akan

    dibahas bagaimana persamaan gerak dari suatu partikel dalam material

    yang terpengaruh deformasi dapat dijelaskan dan diukur.

    Diasumsikan bahwa masing-masing partikel menempati suatu posisi

    tertentu dalam ruang tiga dimensi pada suatu ruang Euclidean pada

    suatu waktu tertentu. Jika ruang โ„œ๐‘ก adalah daerah ruang yang ditempati

    oleh setiap partikel dan disebut sebagai ruang konfigurasi pada benda

    pada waktu t. ruang konfigurasi โ„œ๐‘œ ( ruang konfigurasi partikel sebelum

    terjadi perubahan bentuk atau ruang konfigurasi alami) dipilih sebagai

    ruang konfigurasi acuan, dan masing-masing partikel pada ruang

    konfigurasi ini dapat diidentifikasi atau diketahui melalui koordinatnya

    yaitu ๐‘ฅ๐‘œ โˆˆ โ„œ๐‘œ ( yang merupakan koordinat partikel P pada ruang

    konfigurasi acuan โ„œ๐‘œ ). Setelah benda diberikan beban ( tegangan),

    maka terdapat suatu pergerakan partikel yang diiringi dengan sebuah

    perubahan bentuk ( deformasi). Partikel pada benda di ruang

    konfigurasi โ„œ๐‘œ secara kontinu berubah hingga pada suatu posisi tertentu

    pada waktu t di ruang konfigurasi โ„œ๐‘ก dan diketahui melalui koordinat

    ๐‘ฅ ๐‘ก โˆˆ โ„œ๐‘ก . Diasumsikan bahwa konfigurasi pada benda saat waktu t dapat

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 2

    dituliskan sebagai hubungan fungsional dengan bentuk ๐‘ฅ ๐‘ก =

    ๐‘ฅ ๐‘ก ๐‘ฅ๐‘œ , ๐‘ก = ๐น ๐‘ฅ๐‘œ , ๐‘ก .

    Levrino (2011) dan Mal, A.K. & Sarva (1991) menyatakan bahwa

    Syarat transformasi koordinat adalah terdapat suatu pemetaan

    ๐น: โ„œ๐‘œ โ†’ ๐น โ„œ0 dan terdapat invers ๐‘“: โ„œ๐‘ก โ†’ ๐‘“ โ„œ๐‘ก sehingga

    ๐น ๐’™๐’, ๐‘ก = ๐‘“ ๐’™ ๐’•, ๐‘ก memenuhi syarat transformasi koordinat yaitu

    inversibel , bikontinu ( bijektif dan kontinu), differensiabel dan

    pemetaan C1 dengan kata lain besar Jacobian ๐’…๐‘ญ ๐’™ =

    ๐๐’™๐’Œ

    ๐๐’™ ๐ = ๐ฝ โ‰ 

    0 untuk setiap anggota ๐‘ฅ๐‘œ โˆˆ โ„œ๐‘œ saat ๐‘ก > 0. Suatu pemetaan yang

    diffeomorphism akan membawa suatu titik, kurva, permukaan dan juga

    volume pada ruang konfigurasi โ„œ๐‘œ ke suatu ruang konfiguarsi lain โ„œ๐‘ก

    dan sebaliknya. (seperti pada Gambar-1)

    Gambar-1 Deformasi pada Suatu Material

    1.2.Pengertian Dimensi

    Dimensi di dalam ilmu matematika memiliki berbagai makna dan

    pengertian, contoh sederhana umumnya dimensi didefinisikan sebagai

    โ„œ๐ท dengan pengertian bahwa ruang vektor โ„œ๐ท memiliki dimensi D.

    Manifold atau keragaman dimensi D adalah suatu ruang yang secara

    lokal mirip dengan ruang vektor โ„œ๐ท .

    Konsep lain yang mendasari pengertian dimensi adalah dimensi

    topologi pada ruang topologi. Semua himpunan diskret memiliki

    dimensi topologi 0, semua kurva yang injektif memiliki dimensi

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 3

    topologi 1, sebuah permukaan cakram memiliki dimensi topologi 2 dan

    seterusnya. Himpunan bilangan kosong memiliki dimensi topologi โ€ -

    1โ€.

    Semua dimensi topologi pada suatu ruang topologi adalah bilangan

    bulat. Dimensi topologi adalah suatu dimensi yang digunakan untuk

    mendefinisikan perbedaan dasar antara himpunan-himpunan yang

    secara topologi saling berhubungan ( memiliki relasi), seperti โ„œ๐‘› dan โ„œ๐‘š dengan ๐‘› โ‰  ๐‘š.

    Dimensi topologi memiliki nilai bilangan bulat seperti -1,0,1,2,3,โ€ฆ

    dan secara topologi akan bersifat homeomorphism, sebagai contoh jika

    ๐‘ˆ dan ๐‘‰ adalah homeomorphic ( memiliki dimensi yang sama, bikontinu dan inversibel), maka akan terdapat pemetaan yang bersifat

    C0 diffeomorphic

    yang merupakan syarat suatu ruang topologi dimensi

    D secara lokal adalah ruang koordinat nyata (Schleicer, 2007)

    1.3.Keragaman

    Keragaman atau manifold adalah suatu ruang topologi yang

    menyerupai ruang Euclidean ( ruang koordinat nyata ) di setiap titik

    yang berdekatan. Walaupun sebuah manifold atau keragaman

    menyerupai suatu ruang Euclidean pada tiap titik yang berdekatan,

    tetapi secara global tidak sama. Jika terdapat suatu keragaman licin โ„•

    dengan n,m โˆˆ โ„• ( keragaman licin ) dan suatu peta F memetakan suatu

    titik di ๐‘ˆ โŠ† โ„œ๐‘› , ke ๐น ๐‘ฅ โŠ† โ„œ๐‘š , dengan ๐น: ๐‘ˆ โ†’ โ„œ๐‘š . Pemetaan F

    disebut sebagai pemetaan yang diferensiabel (licin) pada ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘ˆ jika

    terdapat pemetaan linear L yang homomorphism (suatu pemetaan yang

    menjaga struktur yang dipilih diantara dua buah struktur aljabar) dari

    โ„œ๐‘› ke โ„œ๐‘š (seperti pada Gambar-2 )

    Gambar-2 Pemetaan Linear

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 4

    Syarat pemetaan L yang licin adalah memenuhi norm sebagai

    berikut

    0)()()(

    lim0

    h

    hLxFhxF

    h

    0)()()(

    lim0

    t

    thLxFthxF

    t

    )()(lim)()(

    lim00

    hLhLt

    xFthxF

    tt

    t

    xFthxFhLhxdF

    t

    )()(lim)(:))((

    0

    L(h) adalah derivatif arah F pada x di arah h, dengan h adalah vektor

    basis. Suatu ruang topologi โ„œ๐‘› secara lokal Euclidean pada dimensi n

    untuk setiap titik ๐‘ฅ โˆˆ โ„œ๐‘› , jika ๐‘ˆ โŠ† โ„œ๐‘› dan ๐‘‰ โŠ† โ„œ๐‘š dan terdapat suatu

    pemetaan ๐น: ๐‘ˆ โ†’ โ„œ๐‘š , maka terdapat pemetaan Ck jika ๐น: ๐‘ˆ โ†’ โ„œ๐‘š , dan

    dapat disebut pemetaan Ck diffeomorphism jika terdapat pemetaan C

    k

    dengan ๐น: ๐‘ˆ โ†’ ๐‘‰ dan terdapat pemetaan Ck ๐‘”: ๐‘‰ โ†’ ๐‘ˆ dengan ๐น๐‘œ๐‘” =

    ๐‘–๐‘‘๐‘‰ dan ๐‘”๐‘œ๐น = ๐‘–๐‘‘๐‘ˆ , dengan fungsi ๐น memiliki sifat bikontinu ( bijektif,

    kontinu), inversibel dan differensiabel, seperti pada Gambar-3 di

    bawah. Dapat disimpulkan bahwa jika terdapat suatu diffeomorphism

    pada suatu pemetaan, maka U dan V disebut Ck diffeomorphic. Jika

    pemetaan Ck memiliki k=0, maka pemetaannya bersifat

    homeomorphis atau topological isomorphism ( karena tidak

    differensiabel). Syarat suatu ruang topologi dimensi n secara lokal

    adalah ruang Euclidean yaitu jika U dan V disebut C0 diffeomorphic

    atau homeomorphic

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 5

    Gambar-3 Pemetaan Diffeomorphism

    Vektor singgung ๐‘‹ pada pโˆˆ ๐‘€ terhadap kurva ๐‘: (โˆ’๐œ–, ๐œ–) โ†’ ๐‘€ atau

    ๐‘: ๐ผ โ†’ ๐‘€ pada saat ๐‘ก = 0 dan ๐‘ 0 = ๐‘ adalah pemetaan terhadap suatu

    fungsi licin di M ke himpunan real, yaitu ๐‘ โ€ฒ(0): ๐ถโˆž(๐‘€)๐‘ โ†’ โ„ =

    ๐ถโˆž(๐‘) โ†’ โ„ dengan rumus ๐‘‹ ๐‘“ = ๐‘ โ€ฒ 0 ๐‘“ โ‰” ๐‘‘(๐‘“๐‘œ๐‘ )

    ๐‘‘๐‘ก ๐‘ก=0

    dengan

    ๐‘“ โˆˆ ๐ถโˆž(๐‘). Suatu vektor singgung di pโˆˆ ๐‘€ dikenal sebagai fungsional

    linear jika memenuhi sifat Leibniz ๐‘‹ ๐‘“๐‘” = ๐‘“๐‘‹ ๐‘” + ๐‘‹ ๐‘“ ๐‘”

    Ruang singgung di pโˆˆ ๐‘€ dinotasikan sebagai ๐‘‡๐‘ƒ๐‘€ adalah

    himpunan semua vektor singgung di p. beberapa vektor singgung ๐‘ โ€ฒ: =

    X โˆˆ ๐‘‡๐‘ƒ๐‘€ dituliskan sebagai ๐‘‹ โ‰”๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘–๐‘‘๐‘ฅ ๐‘–

    ๐‘‘๐‘ก= ๐‘ฃ๐‘–

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘– ๐‘

    = ๐‘ฃ๐‘–๐œ•๐‘– .

    Untingan singgung ๐‘‡๐‘€ adalah kumpulan dari ruang singgung

    ๐‘‡๐‘ƒ๐‘€ yang diskret di ๐‘ โˆˆ ๐‘€ dan dinotasikan sebagai ๐‘‡๐‘€ โ‰” ๐‘‡๐‘ƒ๐‘€๐‘โˆˆ๐‘€ .

    Menurut Waner (2005) Ruang singgung ๐‘‡๐‘ƒ๐‘€ mirip dengan ruang

    Euclidean ( ruang koordinat nyata) dan hubungan antara pemetaan dari

    suatu ruang ke ruang yang lain adalah homeomorphism ( isomorphism

    secara topologi).

    Medan vektor V pada suatu keragaman licin ๐‘€ adalah pemetaan

    licin dari suatu keragaman licin M ke suatu untingan singgung ๐‘‡๐‘€,

    yaitu ๐‘‰: ๐‘€ โ†’ ๐‘‡๐‘€ dengan ๐‘ โ†’ ๐‘‰(๐‘) โ‰ก ๐‘‰๐‘ . Maka ๐‘‰ โ‰” ๐”ต(๐‘€) dan ๐”ต(๐‘€)

    adalah sebuah ruang vektor โ„œ. Untuk ๐‘Œ, ๐‘ โˆˆ ๐”ต(๐‘€), ๐‘ โˆˆ ๐‘€ dan ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 6

    โ„, maka ๐‘Ž๐‘Œ + ๐‘๐‘ ๐‘ = ๐‘Ž๐‘Œ + ๐‘๐‘ ๐‘ = ๐‘Ž๐‘Œ๐‘ + ๐ต๐‘๐‘ . Untuk ๐‘Œ, ๐‘ โˆˆ

    ๐”ต(๐‘€), maka kurung Lie ๐‘Œ, ๐‘ = ๐‘Œ๐‘ โˆ’ ๐‘๐‘Œ, maka jika ๐‘‹, ๐‘Œ, ๐‘ โˆˆ

    ๐”ต(๐‘€)maka akan memenuhi identitas Jacobi [๐‘‹, ๐‘Œ], ๐‘ + [๐‘Œ, ๐‘], ๐‘‹ +

    [๐‘, ๐‘‹], ๐‘Œ = 0.

    Jika ๐‘€ adalah suatu keragaman licin dan ๐‘ โˆˆ ๐‘€ maka dapat

    didefinisikan bahwa ruang cotangent pada p adalah ๐‘‡๐‘ƒโˆ—๐‘€ yang

    merupakan sebagai ruang jodoh ( dual space) dari ruang singgung ๐‘‡๐‘ƒ๐‘€

    di p. maka pemetaan halus ๐‘“ : ๐‘‡๐‘ƒ๐‘€ โ†’ โ„œ. Dengan โ„ โˆˆ ๐‘‡๐‘ƒโˆ—๐‘€ โ‰”

    ( ๐‘‡๐‘ƒ๐‘€)โˆ— Himpunan dari ๐‘‡๐‘ƒ

    โˆ—๐‘€ disebut sebagai vektor cotangent atau

    convektor singgung. Kumpulan dari ruang cotangent adalah untingan

    cotangent ๐‘‡โˆ—๐‘€ โ‰” ๐‘‡๐‘ƒโˆ—๐‘€๐‘โˆˆ๐‘€ .

    Waner (2005) menyatakan bahwa Medan Tensor adalah suatu

    produk tensor dari banyak medan vektor. Suatu produk tensor dari

    ruang singggung ๐‘ฃ๐‘– = ๐‘ฃ1 โ€ฆ ๐‘ฃ๐‘˜ didefinisikan sebagai himpunan

    ๐‘ฃ1 โ€ฆ ๐‘ฃ๐‘˜ . Medan tensor dapat didefinisikan sebagai ๐‘‡ โ‰” ๐‘ฃ1 ร— โ€ฆ ร—

    ๐‘ฃ๐‘˜ โ†’ โ„ . Jika MTv p , atau MTv p * , maka suatu medan tensor T

    kontravarian didefinisikan MTMTT pp *....*: dan disebut

    sebagai medan tensor kontravarian berderajat k di Mp dan dituliskan

    ( k,0). Medan tensor T kovarian didefinisikan sebagai

    MTMTMTT ppp ....: dan disebut sebagai medan tensor

    kovarian berderajat k di Mp dan dituliskan ( 0,k). Medan tensor T

    disebut suatu medan tensor gabungan kovarian dan kontravarian jika

    memetakan MTMTMTMTT pppp ....**: dan disebut

    sebagai medan tensor kontravarian berderajat k dan medan tensor

    kovarian berderajat l di Mp dan dituliskan ( k,l). Ruang vektor

    didefinisikan sebagai himpunan dari produk tensor

    ๐‘‰๐‘ ๐‘Ÿ โ‰” ๐‘‰1 . . . ๐‘‰๐‘˜ ๐‘‰1 โ€ฆ ๐‘‰๐‘  atau MTMTT pp ....*:

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 7

    1.4. Medan Vektor Licin

    Syarat dari suatu medan vektor V pada keragaman licin M adalah

    medan vektor licin di M yaitu jika suatu medan vektor V pada suatu

    keragaman licin ๐‘€ adalah pemetaan licin ๐‘‰: ๐‘€ โ†’ ๐‘‡๐‘€ dengan ๐‘ โ†’

    ๐‘‰(๐‘) โ‰ก ๐‘‰๐‘ . Maka ๐‘‰ โ‰” ๐”ต(๐‘€) dengan ๐”ต(๐‘€) adalah sebuah medan vektor

    licin di keragaman licin M. Untuk ๐‘Œ, ๐‘ โˆˆ ๐”ต(๐‘€), ๐‘ โˆˆ ๐‘€ dan ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ โ„,

    maka ๐‘Ž๐‘Œ + ๐‘๐‘ ๐‘ = ๐‘Ž๐‘Œ + ๐‘๐‘ ๐‘ = ๐‘Ž๐‘Œ๐‘ + ๐ต๐‘๐‘ . Untuk ๐‘Œ, ๐‘ โˆˆ ๐”ต(๐‘€),

    dengan kurung Lie ๐‘Œ, ๐‘ = ๐‘Œ๐‘ โˆ’ ๐‘๐‘Œ, maka jika ๐‘‹, ๐‘Œ, ๐‘ โˆˆ ๐”ต(๐‘€), maka

    syarat dari suatu medan vektor pada keragaman licin M akan memenuhi

    bentuk identitas Jacobi [๐‘‹, ๐‘Œ], ๐‘ + [๐‘Œ, ๐‘], ๐‘‹ + [๐‘, ๐‘‹], ๐‘Œ = 0. Dapat

    dibuktikan identitas Jacobi sebagai berikut

    [๐‘‹, ๐‘Œ], ๐‘ + [๐‘Œ, ๐‘], ๐‘‹ + [๐‘, ๐‘‹], ๐‘Œ = 0

    ๐‘‹๐‘Œ โˆ’ ๐‘Œ๐‘‹, ๐‘ + ๐‘Œ๐‘ โˆ’ ๐‘๐‘Œ, ๐‘‹ + ๐‘๐‘‹ โˆ’ ๐‘‹๐‘, ๐‘Œ = 0

    ๐‘‹๐‘Œ๐‘ โˆ’ ๐‘Œ๐‘‹๐‘ โˆ’ ๐‘๐‘‹๐‘Œ + ๐‘๐‘Œ๐‘‹ + ๐‘Œ๐‘๐‘‹ โˆ’ ๐‘๐‘Œ๐‘‹ โˆ’ ๐‘‹๐‘Œ๐‘ โˆ’ ๐‘‹๐‘๐‘Œ

    + ๐‘๐‘‹๐‘Œ โˆ’ ๐‘‹๐‘๐‘Œ โˆ’ ๐‘Œ๐‘๐‘‹ + ๐‘Œ๐‘‹๐‘ = 0

    1.5. Keragaman Riemann dan Tensor Metrik

    Produk skalar atau perkalian dalam pada suatu ruang vektor V

    adalah suatu fungsi โ€ฆ : ๐‘‰ ร— ๐‘‰ โ†’ โ„ dan memiliki sifat:

    1. Simetri ๐‘ข, ๐‘ฃ = ๐‘ฃ, ๐‘ข ; ๐‘ข, ๐‘ฃ โˆˆ ๐‘‰.

    2. Bilinear ๐‘ข, ๐‘Ž๐‘ฃ + ๐‘๐‘ค = ๐‘Ž ๐‘ข, ๐‘ฃ + ๐‘ ๐‘ข, ๐‘ค .

    3. Positif definite ๐‘ข, ๐‘ฃ > 0, non singular.

    4. Inversibel .

    5. Suatu pasangan (๐‘€, ๐‘”) sebuah keragaman ๐‘€ yang dilengkapi

    dengan sebuah metrik Riemann ๐‘” disebut sebagai keragaman

    Riemann.

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 8

    Metrik Riemann adalah pemetaan ๐‘”๐‘ : ๐‘€ โ†’ โ„ dengan ๐‘ โˆˆ ๐‘€ dan

    untuk setiap ๐‘ข, ๐‘ฃ โˆˆ ๐”ต(๐‘€) dan ๐‘ โ†’ ๐‘ฃ, ๐‘ข (p) yang licin, maka sifat dari

    metrik Riemann adalah simetri, positif definite dan medan tensor (0,2)

    pada keragaman M. Jika diberikan suatu keragaman Riemannian (๐‘€, ๐‘”)

    dan suatu peta (๐‘ˆ, ๐‘ฅ ๐‘–) dengan suatu pemetaan ๐‘”๐‘–๐‘— : ๐‘ˆ โ†’ โ„ yang

    memetakan ๐‘ โ†ฆ ๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘ โ‰” ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘–,

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘— ๐‘ dengan ๐‘ โˆˆ ๐‘ˆ โŠ† ๐‘€, maka sifat

    ๐‘”๐‘–๐‘— adalah simetri dan positif definite. Fungsi ๐’ˆ๐’Š๐’‹ disebut sebagai

    wakilan lokal dari metrik Riemann ๐‘” terhadap peta (๐‘ˆ, ๐‘ฅ ๐‘–). Jika (๐‘€, ๐‘”)

    adalah keragaman Riemann dan ๐‘ โˆˆ ๐‘€ maka dapat didefinisikan

    panjang dari suatu vektor singgung ๐‘ฃ โˆˆ ๐‘‡๐‘๐‘€ adalah ๐‘ฃ โ‰” ๐‘ฃ, ๐‘ฃ ๐‘ .

    Dua buah vektor dikatakan orthogonal jika ๐‘ข, ๐‘ฃ โˆˆ ๐‘‡๐‘๐‘€ dengan

    ๐‘ข, ๐‘ฃ ๐‘ = 0 dan dikatakan orthonormal jika ๐‘ข, ๐‘ฃ ๐‘ = 0 dan ๐‘ข = 1.

    Levrino (2011), Clarke, D.A., (2011) dan Moore (1934) menyatakan

    bahwa transformasi koordinat bergantung pada tensor metrik, sifat dari

    tensor metrik adalah simetri pada bagian kovarian, yaitu ๐‘”๐‘–๐‘— = ๐‘”๐‘—๐‘– ,

    tidak singular ๐‘”๐‘–๐‘— โ‰  0, merupakan tensor dengan pemetaan C2

    diffeomorphism (differensiabel, inversibel, kontinu dan bijektif) serta

    ๐‘”๐‘–๐‘— adalah positive definite. Dengan pemetaan C2 diffeomorphism maka

    tensor metrik ๐‘”๐‘–๐‘— memiliki invers metrik ๐‘”๐‘–๐‘— = ๐‘”๐‘–๐‘—

    โˆ’1. Tensor metrik

    dapat digunakan untuk membuat sebuah tensor baru, yaitu dengan

    melakukan perkalian dalam ( inner product) antara suatu tensor dengan

    tensor metrik. Bentuk perkalian dalam untuk mendapatkan tensor baru

    disebut sebagai operasi lowering atau raising pada sebuah tensor dan

    dijabarkan sebagai berikut ( Moore, 1934) :

    ๐‘ฃ =๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐œ‡ = ๐›ฝ ๐œ‡๐‘ฅ

    ๐œ‡ = ๐‘ฅ ๐‘๐›ฝ ๐‘

    ๐›ฝ ๐‘ = ๐พ๐œ‡๐‘ ๐›ฝ ๐œ‡

    ๐›ฝ ๐‘  โˆ™ ๐›ฝ ๐‘ = ๐พ๐œ‡๐‘ ๐›ฝ ๐‘  โˆ™ ๐›ฝ ๐œ‡

    ๐‘” ๐‘ ๐‘ = ๐พ๐œ‡๐‘ ๐›ฟ๐œ‡๐‘  = ๐พ๐‘ ๐‘

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 9

    ๐›ฝ ๐‘ = ๐‘” ๐œ‡๐‘ ๐›ฝ ๐œ‡ = ๐‘”๐œ‡๐‘โˆ’1๐›ฝ ๐œ‡

    1.6. Koneksi Affine

    Koneksi affine, โˆ‡ , adalah jenis derivatif arah dari suatu medan

    vektor pada sebuah keragaman. Koneksi affine atau Koneksi linear

    pada suatu keragaman ๐‘€ adalah pemetaan โˆ‡: ๐”ต(๐‘€) ร— ๐”ต(๐‘€) โ†’ ๐”ต(๐‘€)

    yaitu memetakan (๐‘‹, ๐‘Œ) โ†’ โˆ‡X๐‘Œ untuk setiap ๐‘Œ โˆˆ ๐”ต ๐‘€ . Jika terdapat

    sebuah medan vektor ๐‘Œ pada โ„œ๐‘› dan ๐‘ โˆˆ โ„๐‘› โˆˆ ๐‘€ dan terdapat vektor

    singgung pada ๐‘‹ โˆˆ ๐‘‡๐‘โ„๐‘› โ‰… โ„๐‘› . Disimbolkan bahwa โˆ‡X๐‘Œ adalah

    derivatif arah pada medan vektor Y di p dengan arah X pada sebuah

    keragaman M, maka โˆ‡X๐‘Œ โˆˆ ๐‘‡๐‘โ„๐‘› . Jika didefinisikan bahwa ๐‘‹ = ๐‘ฃ๐‘–๐œ•๐‘– ,

    maka โˆ‡X๐‘Œ = X๐‘Œ = ๐‘ฃ๐‘–๐œ•๐‘–๐‘Œ. โˆ‡ adalah koneksi affine pada suatu

    keragaman M dan jika ๐‘‹, ๐‘Œ โˆˆ ๐”›(๐‘€) yang ditunjukkan pada kerangka

    lokal ๐œ•๐‘– pada ๐‘ˆ โŠ‚ ๐‘€ di TM oleh X=๐‘ฃ๐‘–๐œ•๐‘– danY=๐‘ฆ

    ๐‘—๐œ•๐‘— , maka seperti pada

    Gambar-4 di bawah

    Gambar-4 Koneksi Affine pada Keragaman M

    โˆ‡X๐‘Œ = X๐‘Œ = ๐‘ฃ๐‘–๐œ•๐‘–๐‘Œ

    โˆ‡๐‘ฃ ๐‘–๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘—๐œ•๐‘— = ๐‘ฃ

    ๐‘– โˆ‡๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘—๐œ•๐‘— = ๐‘ฃ

    ๐‘– ๐‘ฆ ๐‘— โˆ‡๐œ•๐‘– ๐œ•๐‘— + โˆ‡๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘— ๐œ•๐‘—

    = ๐‘ฃ๐‘– ๐‘ฆ ๐‘—โˆ‡๐œ•๐‘– ๐œ•๐‘— + ๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘— ๐œ•๐‘—

    = ๐‘ฃ๐‘–๐‘ฆ ๐‘— โˆ‡๐œ•๐‘– ๐œ•๐‘— + ๐‘ฃ๐‘–๐œ•๐‘– ๐‘ฆ

    ๐‘— ๐œ•๐‘— = ๐‘ฃ๐‘–๐‘ฆ ๐‘—โˆ‡๐œ•๐‘– ๐œ•๐‘— + ๐‘‹ ๐‘ฆ

    ๐‘— ๐œ•๐‘—

    = ๐‘ฃ๐‘–๐‘ฆ ๐‘— ฮ“๐‘–๐‘—๐‘˜๐œ•๐‘˜ + ๐‘‹ ๐‘ฆ

    ๐‘— ๐œ•๐‘— = ๐‘ฃ๐‘–๐‘ฆ ๐‘—ฮ“๐‘–๐‘—

    ๐‘˜ + ๐‘‹ ๐‘ฆ๐‘˜ ๐œ•๐‘˜

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 10

    โˆ‡iyk = โˆ‚iy

    k + ฮ“๐‘–๐‘—๐‘˜๐‘ฆ ๐‘—

    Pada ruang Euclidean, maka dapat dituliskan

    โˆ‡X๐‘Œ p = โˆ‡๐‘ฃ ๐‘–๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘—๐œ•๐‘— = ๐‘‹ ๐‘ฆ

    ๐‘˜ ๐œ•๐‘˜ = ๐‘ฃ๐‘–๐œ•๐‘–๐‘Œ = lim

    ๐‘กโ†’0

    ๐‘Œ ๐‘ + ๐‘ก๐‘‹๐‘ โˆ’ ๐‘Œ(๐‘)

    ๐‘ก

    Turunan pada sebuah medan tensor yang terdiri dari dua buah medan

    vektor terhadap suatu vektor singgung dapat dijabarkan sebagai berikut

    โˆ‡๐‘ฅ ๐‘–๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘— ๐œ•๐‘—๐‘ง

    ๐‘˜๐œ•๐‘˜ = ๐‘ฅ๐‘– โˆ‡๐œ•๐‘– ๐‘ฆ

    ๐‘— ๐œ•๐‘—๐‘ง๐‘˜๐œ•๐‘˜

    = ๐‘ฅ ๐‘– โˆ‡๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘— ๐œ•๐‘— ๐‘ง

    ๐‘˜๐œ•๐‘˜ + ๐‘ฆ๐‘— ๐œ•๐‘—โˆ‡๐œ•๐‘– ๐‘ง

    ๐‘˜๐œ•๐‘˜

    ๐›ป๐‘ฅ ๐‘–๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘—๐œ•๐‘— ๐‘ง

    ๐‘˜๐œ•๐‘˜

    = ๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘—๐‘ ๐‘ฆ ๐‘— + ๐‘‹ ๐‘ฆ๐‘ ๐œ•๐‘๐‘ง

    ๐‘˜๐œ•๐‘˜

    + ๐‘ฆ ๐‘— ๐œ•๐‘— ๐‘ฅ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘š๐‘ง๐‘˜ + ๐‘‹ ๐‘ง๐‘š ๐œ•๐‘š

    โˆ‡๐‘ฅ ๐‘–๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘—๐œ•๐‘— ๐‘ง

    ๐‘˜๐œ•๐‘˜

    = ๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘—๐‘ ๐‘ฆ ๐‘—๐‘ง๐‘˜ + ๐‘‹ ๐‘ฆ๐‘ ๐‘ง๐‘˜ ๐œ•๐‘๐œ•๐‘˜

    + ๐‘ฆ ๐‘—๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘˜๐‘š๐‘ง๐‘˜ + ๐‘ฆ ๐‘—๐‘‹ ๐‘ง๐‘š ๐œ•๐‘—๐œ•๐‘š

    = ๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘๐‘—๐‘ฆ๐‘๐‘ง๐‘š + ๐‘‹ ๐‘ฆ ๐‘— ๐‘ง๐‘š ๐œ•๐‘— ๐œ•๐‘š

    + ๐‘ฆ ๐‘—๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘˜๐‘š๐‘ง๐‘˜ + ๐‘ฆ ๐‘—๐‘‹ ๐‘ง๐‘š ๐œ•๐‘—๐œ•๐‘š

    โˆ‡๐‘ฅ ๐‘–๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘—๐œ•๐‘— ๐‘ง

    ๐‘˜๐œ•๐‘˜

    = ๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘๐‘—๐‘ฆ๐‘๐‘ง๐‘š + ๐‘‹ ๐‘ฆ ๐‘— ๐‘ง๐‘š + ๐‘ฆ ๐‘—๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘š๐‘ง๐‘˜

    + ๐‘ฆ ๐‘— ๐‘‹ ๐‘ง๐‘š ๐œ•๐‘— ๐œ•๐‘š

    = ๐‘‹ ๐‘ฆ ๐‘— ๐‘ง๐‘š + ๐‘ฆ ๐‘— ๐‘‹ ๐‘ง๐‘š + ๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘๐‘—๐‘ฆ๐‘๐‘ง๐‘š

    + ๐‘ฆ ๐‘— ๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘˜๐‘š๐‘ง๐‘˜ ๐œ•๐‘— ๐œ•๐‘š

    โˆ‡๐‘ฅ ๐‘–๐œ•๐‘– ๐‘ฆ๐‘—๐œ•๐‘— ๐‘ง

    ๐‘˜๐œ•๐‘˜ = โˆ‡i ๐‘‡๐‘—๐‘š + ๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘

    ๐‘—๐‘‡๐‘๐‘š + ๐‘ฅ ๐‘–ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘š๐‘‡๐‘—๐‘˜ ๐œ•๐‘—๐œ•๐‘š

    = ๐‘‡,๐‘–๐‘—๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘—๐‘‡๐‘Ž๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘š๐‘‡๐‘—๐‘Ž ๐œ•๐‘— ๐œ•๐‘š

    Pada kerangka lokal dapat dituliskan sebagai berikut

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 11

    d๐‘–๐‘‡๐‘—๐‘š = โˆ‡๐‘–๐‘‡

    ๐‘—๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘—๐‘‡๐‘Ž๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘š๐‘‡๐‘—๐‘Ž

    d๐‘–๐ด๐‘—๐‘š = d๐‘– ๐ด

    ๐‘— ๐ด๐‘š + ๐ด๐‘— d๐‘– ๐ด๐‘š + d๐‘– ๐ด

    ๐‘— ๐ด๐‘š

    d๐‘–๐ด๐‘—๐‘š = โˆ‡๐‘–๐ด

    ๐‘—๐‘š + ๐ด๐‘— ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘š๐ด๐‘Ž + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘—๐ด๐‘Ž๐ด๐‘š = โˆ‡๐‘–๐‘‡

    ๐‘—๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘—๐‘‡๐‘Ž๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘š๐‘‡๐‘—๐‘Ž

    Untuk tensor kovarian didapatkan menggunakan anologi turunan

    terhadap suatu metrik

    ๐œ•๐‘”๐‘›๐‘š๐œ•๐‘ฅ๐œ‡

    = ๐œ•ฮผ ๐›ฝn . ๐›ฝm = ๐›ฝn . ๐œ•ฮผ๐›ฝm + ๐œ•ฮผ๐›ฝn . ๐›ฝm

    ๐œ•ฮผ ๐›ฝn . ๐›ฝm = ๐›ฝn . ฮ“ฮผmฯ

    ๐›ฝฯ + ฮ“ฮผnฯ

    ๐›ฝฯ . ๐›ฝm

    ๐œ•ฮผ ๐›ฝn . ๐›ฝm = ฮ“ฮผmฯ

    ๐‘”nฯ + ฮ“ฮผnฯ

    ๐‘”ฯm

    ๐‘‘๐‘”๐‘›๐‘š =๐œ•๐‘”๐‘›๐‘š๐œ•๐‘ฅ๐œ‡

    ๐‘‘๐‘ฅ๐œ‡ = ฮ“ฮผmฯ

    ๐‘”nฯ + ฮ“ฮผnฯ

    ๐‘”ฯm ๐‘‘๐‘ฅ๐œ‡ = 0

    ๐œ•๐‘”๐‘›๐‘š๐œ•๐‘ฅ๐œ‡

    โˆ’ ฮ“ฮผmฯ

    ๐‘”nฯ โˆ’ ฮ“ฮผnฯ

    ๐‘”ฯm ๐‘‘๐‘ฅ๐œ‡ = 0

    โˆ‡ฮผ๐‘”๐‘›๐‘š โˆ’ ฮ“ฮผnฯ

    ๐‘”ฯm โˆ’ ฮ“ฮผmฯ

    ๐‘”nฯ = dฮผ๐‘”๐‘›๐‘š

    dฮผ๐‘”๐‘›๐‘š = โˆ‡ฮผ(๐ด๐‘›๐ด๐‘š ) โˆ’ ๐ด๐‘›โˆ‡ฮผ(๐ด๐‘š ) โˆ’ โˆ‡ฮผ(๐ด๐‘› )๐ด๐‘š

    = โˆ‡ฮผ(๐‘”๐‘›๐‘š ) โˆ’ ๐ด๐‘›ฮ“ฮผmฯ

    ๐ดฯ โˆ’ ฮ“ฮผnฯ

    ๐ดฯ๐ด๐‘š

    =๐œ•๐‘”๐‘›๐‘š๐œ•๐‘ฅ๐œ‡

    โˆ’ ฮ“ฮผmฯ

    ๐‘”nฯ โˆ’ ฮ“ฮผnฯ

    ๐‘”ฯm

    Untuk tensor gabungan dapat digunakan relasi berikut

    ๐‘‘๐œ‡ ๐‘‡๐‘š๐œŒ

    = ๐‘‘๐œ‡ (๐ด๐œŒ๐ด๐‘š ) + ๐‘‘๐œ‡ (๐ด

    ๐œŒ )๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด๐œŒ๐‘‘๐œ‡ (๐ด๐‘š )

    = ๐‘‘๐œ‡ ๐‘‡๐‘š๐œŒ

    + ๐›ค๐œ‡๐‘˜๐œŒ๐ด๐‘˜๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด

    ๐œŒ๐›ค๐œ‡๐‘š๐‘˜ ๐ด๐‘˜

    = ๐‘‘๐œ‡ ๐‘‡๐‘š๐œŒ

    + ๐›ค๐œ‡๐‘˜๐œŒ๐‘‡๐‘š

    ๐‘˜ โˆ’ ๐›ค๐œ‡๐‘š๐‘˜ ๐‘‡๐‘˜

    ๐œŒ

    1.7. Panjang Vektor Singgung

    Jika (๐‘€, ๐‘”) adalah keragaman Riemann dan ๐‘ โˆˆ ๐‘€ maka dapat

    didefinisikan panjang dari suatu vektor singgung ๐‘ฃ โˆˆ ๐‘‡๐‘๐‘€ adalah

    ๐‘ฃ โ‰” ๐‘ฃ, ๐‘ฃ ๐‘

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 12

    ๐‘‘๐‘ 2 =๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡โˆ™

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘š๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š =

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘˜

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐›ฝ ๐‘˜ โˆ™

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘š๐›ฝ ๐‘“๐‘‘๐‘ฅ

    ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š

    =๐œ•๐‘ฅ๐‘˜

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐œ•๐‘ฅ๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘š๐‘”๐‘˜๐‘“ ๐‘‘๐‘ฅ

    ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š = ๐‘” ๐‘˜๐‘“๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š

    ๐‘‘๐‘  = ๐‘” ๐‘˜๐‘“๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š

    1.8.Luas Elemen Permukaan

    Dapat dijabarkan luas elemen suatu permukaan adalah sebagai

    berikut (Margenau, 1956)

    ๐‘‘๐ด1 = ๐‘‘๐‘ 2 ร— ๐‘‘๐‘ 3 =๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 2 ร—

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ 3๐‘‘๐‘ฅ 3 = ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ

    3๐‘‘๐‘ฅ

    2๐‘‘๐‘ฅ 3

    Besar skalar luas permukaan tersebut adalah

    ๐‘‘๐ด1 = ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ

    3 โˆ™ ๐›ฝ

    2 ร— ๐›ฝ

    3 ๐‘‘๐‘ฅ

    2๐‘‘๐‘ฅ 3

    Dapat dijabarkan

    ๐‘จ ร— ๐‘ฉ โˆ™ ๐‘ช ร— ๐‘ซ = ๐ด๐‘–๐‘’ ๐‘– ร— ๐ต๐‘—๐‘’ ๐‘— โˆ™ ๐ถ๐‘˜๐‘’ ๐‘˜ ร— ๐ท๐‘›๐‘’ ๐‘›

    = ๐ด๐‘–๐ต๐‘—๐œ€๐‘–๐‘—๐‘š ๐‘’ ๐‘š โˆ™ ๐ถ๐‘˜๐ท๐‘›๐œ€๐‘˜๐‘›๐‘š ๐‘’ ๐‘š = ๐ด๐‘–๐ต๐‘—๐ถ๐‘˜๐ท๐‘›๐œ€๐‘–๐‘—๐‘š ๐œ€๐‘˜๐‘›๐‘š

    = ๐ด๐‘–๐ต๐‘—๐ถ๐‘˜๐ท๐‘› ๐›ฟ๐‘–๐‘˜๐›ฟ๐‘—๐‘› โˆ’ ๐›ฟ๐‘–๐‘› ๐›ฟ๐‘—๐‘˜ = ๐ด๐‘–๐ต๐‘—๐ถ๐‘–๐ท๐‘— โˆ’ ๐ด๐‘–๐ต๐‘—๐ถ๐‘—๐ท๐‘–

    = ๐‘จ. ๐‘ช ๐‘ฉ. ๐‘ซ โˆ’ ๐‘จ. ๐‘ซ ๐‘ฉ. ๐‘ช

    ๐‘จ ร— ๐‘ฉ โˆ™ ๐‘จ ร— ๐‘ฉ = ๐‘จ. ๐‘จ ๐‘ฉ. ๐‘ฉ โˆ’ ๐‘จ. ๐‘ฉ ๐‘ฉ. ๐‘จ

    sehingga

    ๐‘‘๐ด1 = ๐‘” 22๐‘” 33 โˆ’ ๐‘” 232๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3

    Dapat dilakukan cara yang sama, sehingga didapatkan bahwa

    ๐‘‘๐ด2 = ๐‘” 33๐‘” 11 โˆ’ ๐‘” 312๐‘‘๐‘ฅ 3๐‘‘๐‘ฅ 1

    ๐‘‘๐ด3 = ๐‘” 11๐‘” 22 โˆ’ ๐‘” 122๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 13

    1.9. Volume Suatu Elemen

    Dapat dijabarkan volume suatu elemen sebagai berikut di bawah

    (Margenau, 1956)

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐‘‘๐‘ 2 ร— ๐‘‘๐‘ 3 = ๐›ฝ 1๐‘‘๐‘ฅ

    1 โˆ™ ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3๐‘‘๐‘ฅ

    2๐‘‘๐‘ฅ 3

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐›ฝ 1๐›ฝ 2๐›ฝ

    3 ๐‘‘๐‘ฅ

    1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3

    Jika ๐‘‘๐‘ 2 ร— ๐‘‘๐‘ 3 = ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ

    3๐‘‘๐‘ฅ

    2๐‘‘๐‘ฅ 3 = ๐‘‘๐‘Ÿ , maka

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐‘‘๐‘Ÿ

    Dengan mengingat bahwa

    ๐‘‘๐‘Ÿ =๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡ = ๐›ฝ ๐œ‡ ๐‘‘๐‘ฅ

    ๐œ‡ = ๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡๐›ฝ ๐œ‡

    ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ ๐‘š = ๐›ฝ ๐œ‡ ๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡ โˆ™ ๐›ฝ ๐‘š

    ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ ๐‘š = ๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡ โˆ™ ๐›ฟ๐œ‡๐‘š = ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š

    Sehingga

    ๐‘‘๐‘Ÿ = ๐›ฝ ๐‘š๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š = ๐›ฝ ๐‘š ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ

    ๐‘š

    Dengan cara yang sama didapatkan bahwa

    ๐‘‘๐‘Ÿ = ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ ๐‘š ๐›ฝ ๐‘š = ๐›ฝ ๐‘š ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ

    ๐‘š

    Sehingga besar volume suatu elemen

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐‘‘๐‘Ÿ = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ ๐‘š ๐›ฝ

    ๐‘š

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3 ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ 1 ๐›ฝ

    1 + ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ 2 ๐›ฝ 2 + ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ 3 ๐›ฝ

    3

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3๐›ฝ 1

    โˆ™ ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    1 ๐›ฝ

    1 + ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    2 ๐›ฝ

    2

    + ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    3 ๐›ฝ

    3

    Margenau (1956) dan Moore (1934) menyatakan bahwa

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 14

    ๐›ฝ 1 =๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ

    3

    ๐›ฝ 2๐›ฝ 3๐›ฝ

    1

    =๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ

    3

    ๐‘ฃ

    ๐›ฝ 2 =๐›ฝ 3 ร— ๐›ฝ

    1

    ๐›ฝ 2๐›ฝ 3๐›ฝ

    1

    =๐›ฝ 3 ร— ๐›ฝ

    1

    ๐‘ฃ

    ๐›ฝ 3 =๐›ฝ 1 ร— ๐›ฝ

    2

    ๐›ฝ 2๐›ฝ 3๐›ฝ

    1

    =๐›ฝ 1 ร— ๐›ฝ

    2

    ๐‘ฃ

    Sehingga

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3๐›ฝ 1

    โˆ™ ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    1

    ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3

    ๐‘ฃ + ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ

    3 โˆ™ ๐›ฝ

    2

    ๐›ฝ 3 ร— ๐›ฝ 1

    ๐‘ฃ

    + ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    3

    ๐›ฝ 1 ร— ๐›ฝ 2

    ๐‘ฃ

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3 ๐›ฝ 1 ๐‘ฃ

    โˆ™ ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    1 ๐›ฝ

    2 ร— ๐›ฝ

    3 + ๐›ฝ

    1

    โˆ™ ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    2 ๐›ฝ

    3 ร— ๐›ฝ

    1 + ๐›ฝ

    1

    โˆ™ ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    3 ๐›ฝ

    1 ร— ๐›ฝ

    2

    Dengan mengingat bahwa

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐‘‘๐‘Ÿ = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ ๐‘š ๐›ฝ

    ๐‘š = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐›ฝ ๐‘š ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ

    ๐‘š

    = ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐›ฝ 1 ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ

    1 + ๐‘‘๐‘ 1 โˆ™ ๐›ฝ 2 ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ

    2 + ๐‘‘๐‘ 1

    โˆ™ ๐›ฝ 3 ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ 3

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐›ฝ 1๐‘‘๐‘ฅ 1 โˆ™ ๐›ฝ 1 ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ

    1 + ๐›ฝ 2 ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ 2 + ๐›ฝ 3 ๐‘‘๐‘Ÿ โˆ™ ๐›ฝ

    3

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 15

    Sehingga dapat dituliskan

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3๐›ฝ 1 ๐‘ฃ

    โˆ™ ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    2 ร— ๐›ฝ

    3 ๐›ฝ

    1

    + ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    3 ร— ๐›ฝ

    1 ๐›ฝ

    2

    + ๐›ฝ 2 ร— ๐›ฝ 3 โˆ™ ๐›ฝ

    1 ร— ๐›ฝ

    2 ๐›ฝ

    3

    Dengan mengingat bahwa

    ๐‘จ ร— ๐‘ฉ โˆ™ ๐‘ช ร— ๐‘ซ = ๐‘จ. ๐‘ช ๐‘ฉ. ๐‘ซ โˆ’ ๐‘จ. ๐‘ซ ๐‘ฉ. ๐‘ช

    Maka dengan mengingat bahwa ๐›ฝ ๐‘– โˆ™ ๐›ฝ ๐‘— = ๐‘” ๐‘–๐‘— , sehingga

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3๐›ฝ 1 ๐‘ฃ

    โˆ™ ๐‘” 22๐‘” 33 โˆ’ ๐‘” 23๐‘” 32 ๐›ฝ 1 + ๐‘” 23๐‘” 31 โˆ’ ๐‘” 21๐‘” 33 ๐›ฝ

    2

    + ๐‘” 21๐‘” 32 โˆ’ ๐‘” 22๐‘” 31 ๐›ฝ 3

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 31

    ๐‘ฃ ๐‘” 22๐‘” 33 โˆ’ ๐‘” 23๐‘” 32 ๐›ฝ

    1 โˆ™ ๐›ฝ

    1

    + ๐‘” 23๐‘” 31 โˆ’ ๐‘” 21๐‘” 33 ๐›ฝ 1 โˆ™ ๐›ฝ

    2 + ๐‘” 21๐‘” 32 โˆ’ ๐‘” 22๐‘” 31 ๐›ฝ

    1

    โˆ™ ๐›ฝ 3

    ๐›ฝ 1๐›ฝ 2๐›ฝ

    3 ๐‘‘๐‘ฅ

    1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3

    = ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 31

    ๐›ฝ 2๐›ฝ 3๐›ฝ

    1

    ๐‘” 22๐‘” 33 โˆ’ ๐‘” 23๐‘” 32 ๐‘” 11

    + ๐‘” 23๐‘” 31 โˆ’ ๐‘” 21๐‘” 33 ๐‘” 12 + ๐‘” 21๐‘” 32 โˆ’ ๐‘” 22๐‘” 31 ๐‘” 13

    ๐›ฝ 1๐›ฝ 2๐›ฝ

    3 = ๐‘” 22๐‘” 33 โˆ’ ๐‘” 23๐‘” 32 ๐‘” 11 + ๐‘” 23๐‘” 31 โˆ’ ๐‘” 21๐‘” 33 ๐‘” 12

    + ๐‘” 21๐‘” 32 โˆ’ ๐‘” 22๐‘” 31 ๐‘” 13 1/2 = ๐‘”

    Maka dapat ditentukan bahwa

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 16

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐›ฝ 1๐›ฝ 2๐›ฝ

    3 ๐‘‘๐‘ฅ

    1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3 = ๐‘” ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3

    1.10. Vektor Satuan dan Vektor Basis

    Dapat dijelaskan hubungan antara vektor satuan dengan vektor basis

    sebagai berikut (Margenau (1956) dan Clarke (2011)). Suatu vektor

    dapat dituliskan sebagai berikut

    ๐‘‘๐‘Ÿ = ๐‘‘๐‘ฅ(๐‘–)๐’–(๐‘–)

    Dalam konsep vektor dalam suatu vektor basis dapat dituliskan sebagai

    berikut ( Clarke, 2011)

    ๐‘‘๐‘Ÿ = (๐‘–)๐’–(๐‘–) ๐‘‘๐‘ฅ๐‘– = ๐œท๐’Š๐‘‘๐‘ฅ

    ๐‘–

    ๐‘‘๐‘Ÿ 2 = (๐‘–)(๐‘— )๐’–(๐‘–) โˆ™ ๐’–(๐‘— ) ๐‘‘๐‘ฅ๐‘–๐‘‘๐‘ฅ ๐‘— = ๐œท๐’Š โˆ™ ๐œท๐’‹๐‘‘๐‘ฅ

    ๐‘–๐‘‘๐‘ฅ ๐‘—

    Maka

    (๐‘–)(๐‘— )๐’–(๐‘–) โˆ™ ๐’–(๐‘— ) = ๐œท๐’Š โˆ™ ๐œท๐’‹

    ๐‘”๐‘–๐‘— = (๐‘–)(๐‘— )๐’–(๐‘–) โˆ™ ๐’–(๐‘— )

    Clarke (2011) menyatakan bahwa metrik untuk sistem koordinat

    orthogonal dapat dinyatakan sebagai berikut

    ๐‘”๐‘–๐‘— = (๐‘–)(๐‘— )๐›ฟ๐‘–๐‘—

    ๐‘”๐‘–๐‘— =๐›ฟ๐‘–๐‘—

    ๐‘– ๐‘—

    Dapat diperlihatkan hubungan besar panjang suatu vektor

    ๐‘‘๐‘Ÿ = ๐‘‘๐‘Ÿ

    (๐‘–)๐’–(๐‘–) ๐‘‘๐‘ฅ๐‘– = ๐‘‘๐‘ฅ(๐‘–)๐’–(๐‘–)

    (๐‘–)๐’–(๐‘–) ๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘‘๐‘ฅ๐‘— = ๐‘‘๐‘ฅ(๐‘–)๐’–(๐‘–)

    Sehingga didapatkan bahwa besar panjang adalah

    ๐‘‘๐‘ฅ(๐‘–) = (๐‘–)๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘‘๐‘ฅ๐‘—

    Sedangkan hubungan antara vektor satuan dengan vektor basis adalah

    ๐‘‘๐‘Ÿ = ๐‘‘๐‘Ÿ

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 17

    (๐‘–)๐’–(๐‘–) ๐‘‘๐‘ฅ๐‘– = ๐œท๐’Š๐‘‘๐‘ฅ

    ๐‘–

    ๐œท๐’Š = (๐‘–)๐’–(๐‘–)

    ๐’–(๐‘–) =๐œท๐’Š(๐‘–)

    =๐œท๐’Š

    ๐‘”๐‘–๐‘–

    Atau dapat pula dalam bentuk

    ๐’–(๐‘–) =๐œท๐’Š(๐‘–)

    =๐‘”๐‘–๐‘— ๐œท

    ๐‘—

    (๐‘–)

    ๐‘”๐‘–๐‘— ๐œท๐‘—

    (๐‘–)=

    (๐‘–)(๐‘— )๐›ฟ๐‘–๐‘— ๐œท๐‘—

    (๐‘–)= (๐‘–)๐œท

    ๐‘–

    ๐œท๐‘– =๐’– ๐‘– ๐‘–

    =๐’– ๐‘–

    ๐‘”๐‘–๐‘–

    ๐’–(๐‘–) = (๐‘–)๐œท๐‘–

    Untuk sistem Nonortogonal, maka

    ๐’–(๐‘–) =๐‘”๐‘–๐‘— ๐œท

    ๐‘—

    (๐‘–)

    ๐œท๐‘— = ๐‘– ๐’– ๐‘–

    ๐‘”๐‘–๐‘—=

    ๐‘”๐‘–๐‘–๐’– ๐‘–

    ๐‘”๐‘–๐‘—

    ๐œท๐‘— = ๐‘”๐‘–๐‘— ๐œท๐’‹ = ๐‘”๐‘–๐‘— (๐‘–)๐’–(๐‘–) = ๐‘”

    ๐‘–๐‘— ๐‘”๐‘–๐‘–๐’–(๐‘–)

    Maka

    ๐‘”๐‘–๐‘–

    ๐‘”๐‘–๐‘—= ๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘”๐‘–๐‘–

    Hubungan antara vektor satuan dan vektor basis daapt dijabarkan

    sebagai berikut

    ๐‘‘๐‘Ÿ = ๐‘‘๐‘ฅ(๐‘–)๐’–(๐‘–) = (๐‘–)๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘‘๐‘ฅ๐‘—

    ๐œท๐’Š(๐‘–)

    = ๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘‘๐‘ฅ๐‘—๐œท๐’Š = ๐œท๐’Š๐‘‘๐‘ฅ๐‘–

    Menurut Margenau (1956) (๐‘–) adalah suatu faktor skala ( bukan

    sebuah tensor). Menurut Clarke ( 2011) dapat dihubungkan besar

    tensor secara fisik dengan tensor kontravarian dan juga kovarian

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 18

    sebagai berikut: Jika tensor orde-1 dituliskan sebagai berikut ๐‘‘๐‘ฅ(๐‘–) =

    (๐‘–)๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘‘๐‘ฅ๐‘— , maka medan tensor adalah suatu produk tensor dari banyak

    medan vektor dan dapat didefinisikan sebagai ๐‘‡ โ‰” ๐‘ฃ1 ร— โ€ฆ ร— ๐‘ฃ๐‘˜ โ†’ โ„,

    sehingga besar tensor fisik dapat dituliskan sebagai berikut

    ๐‘ป๐’Š๐’‹ =๐‘ป ๐’Š๐’‹

    ๐‘– ๐‘— =

    ๐‘ป ๐’Š๐’‹

    ๐‘”๐‘–๐‘– ๐‘”๐‘—๐‘—

    Untuk sistem Nonortogonal, maka

    ๐œท๐‘— = ๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘”๐‘–๐‘–๐’–(๐‘–)

    ๐‘ป๐‘–๐‘— = ๐‘”๐‘–๐‘š ๐‘”๐‘—๐‘› ๐‘”๐‘–๐‘– ๐‘”๐‘—๐‘— ๐‘ป(๐‘–๐‘— )

    1.11. Gradien dari Skalar

    ๐œต = ๐›ฝ ๐‘–โˆ‡๐‘–= ๐‘”๐‘–๐‘— ๐›ฝ ๐‘— โˆ‡๐‘–= ๐‘”

    ๐‘–๐‘— ๐‘”๐‘—๐‘— ๐‘ข ๐‘— โˆ‡๐‘–

    Dengan notasi

    ๐ด๐‘– = ๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘”๐‘—๐‘— ๐ด(๐‘— )

    ๐‘‡๐‘–๐‘— = ๐‘”๐‘–๐‘š ๐‘”๐‘—๐‘› ๐‘”๐‘š๐‘š ๐‘”๐‘›๐‘› ๐‘‡(๐‘š๐‘› )

    ๐œต = ๐‘”11๐›ป1 + ๐‘”21๐›ป2 + ๐‘”

    31๐›ป3 ๐‘”11๐‘ข (1)

    + ๐‘”12๐›ป1 + ๐‘”22๐›ป2 + ๐‘”

    32๐›ป3 ๐‘”22๐‘ข (2)

    + ๐‘”13๐›ป1 + ๐‘”23๐›ป2 + ๐‘”

    33๐›ป3 ๐‘”33๐‘ข (3)

    = ๐‘”11๐›ป1 ๐‘”11๐‘ข (1) + ๐‘”22๐›ป2 ๐‘”22๐‘ข (2) + ๐‘”

    33๐›ป3 ๐‘”33๐‘ข (3)

    1.12. Simbol Christoffel

    Simbol christoffel adalah salah satu jenis dari koneksi affine.

    Memiliki sifat simetri pada bagian kovarian dan besarnya pada ruang

    datar akan bernilai nol. Simbol Christoffel dapat dijabarkan sebagai

    berikut

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 19

    ๐‘Ž =๐‘‘๐‘ฃ

    ๐‘‘๐‘ก=

    ๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐œ‡ = ๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ +

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก ๐‘ฅ ๐œ‡

    = ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ +

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก ๐›ฝ ๐œ‡ +

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐œ‡ = ๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐‘š

    ๐‘‘๐›ฝ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š

    + ๐›ฝ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐œ‡

    = ๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐‘šฮ“ฮผms ๐›ฝ ๐‘  + ๐›ฝ

    ๐œ‡ ๐‘ฅ

    ๐œ‡

    ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐‘šฮ“mฮผs ๐›ฝ ๐‘  + ๐›ฝ

    ๐œ‡ ๐‘ฅ

    ๐œ‡ = ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐‘šฮ“ฮผms + ๐‘ฅ ๐‘  ๐›ฝ ๐‘  = ๐‘Ž

    ๐‘ ๐›ฝ ๐‘  = ๐‘Ž

    Dengan

    ฮ“ฮผ๐‘ฃs ๐›ฝ ๐‘  =

    ๐‘‘๐›ฝ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘ฃ

    =๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘ฃ ๐‘‘๐œ‰๐‘

    ๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡

    ฮ“ฮผ๐‘ฃs ๐›ฝ ๐‘  โˆ™ ๐›ฝ

    ฮป = ฮ“ฮผ๐‘ฃฮป =

    ๐‘‘๐‘ฅ ฮป

    ๐‘‘๐œ‰๐‘๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘ฃ ๐‘‘๐œ‰๐‘

    ๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡

    Maka dapat dijabarkan bahwa saat pada kerangka K

    ฮ“ฮผvฮป =

    ๐œ•๐‘ฅฮป

    ๐œ•๐œ‰๐‘๐œ•2๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ๐œ‡ ๐œ•๐‘ฅ๐‘ฃ

    Sedangkan pada kerangka Kโ€™

    ฮ“ ฮผvฮป =

    ๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐œ‰๐‘๐œ•2๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ

    Syarat sebuah tensor adalah adanya keseragaman seperti di bawah

    ฮ“ ฮผvฮป =

    ๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘๐œ•๐‘ฅd

    ๐œ•๐‘ฅ ฮผ๐œ•๐‘ฅe

    ๐œ•๐‘ฅ vฮ“de

    c

    Tetapi bentuk penjabaran dari

    ฮ“ ฮผvฮป =

    ๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐œ‰๐‘๐œ•2๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ=

    ๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘‘

    ๐œ•๐œ‰๐‘๐œ•2๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ=

    ๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘‘

    ๐œ•๐œ‰๐‘๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐œ•๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 20

    ฮ“ ฮผvฮป =

    ๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘‘

    ๐œ•๐œ‰๐‘๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐œ•๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ

    =๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘‘

    ๐œ•๐œ‰๐‘

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐œ•๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ

    +๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘‘

    ๐œ•๐œ‰๐‘๐œ•๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ

    ฮ“ ฮผvฮป =

    ๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘‘

    ๐œ•๐œ‰๐‘๐œ•๐‘ฅ๐‘ 

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘ 

    ๐œ•๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ+

    ๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘‘

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ

    =๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘ 

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘

    ๐œ•๐œ‰๐‘

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘ 

    ๐œ•๐œ‰๐‘

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    +๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ

    =๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘‘๐œ•๐‘ฅ๐‘ 

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃฮ“sm

    d +๐œ•๐‘ฅ ฮป

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐œ•๐‘ฅ๐‘š

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘ฃ

    Sehingga simbol christoffel bukanlah tensor. Sifat dari koneksi ini

    adalah simetri pada bagian kovarian.

    ฮ“ฮผms = ฮ“mฮผ

    s =1

    2๐‘”๐‘ ๐‘ ๐‘‘๐‘š๐‘”ฮผc + ๐‘‘ฮผ๐‘”cm โˆ’ ๐‘‘๐‘๐‘”mฮผ

    ๐‘‘๐‘š๐‘”ฮผc = ๐‘‘๐‘š๐›ฝฮผ . ๐›ฝc = ๐›ฝฮผ . ๐œ•๐‘š๐›ฝc + ๐›ฝc . ๐œ•๐‘š๐›ฝฮผ

    ๐‘‘ฮผ๐‘”cm = ๐›ฝc . ๐œ•ฮผ๐›ฝm + ๐›ฝm . ๐œ•ฮผ๐›ฝc

    โˆ’๐‘‘๐‘๐‘”mฮผ = โˆ’๐›ฝm . ๐œ•๐‘๐›ฝฮผ โˆ’ ๐›ฝฮผ . ๐œ•๐‘๐›ฝm

    Dengan menjumlahkan persamaan di atas, maka

    ๐‘‘๐‘š๐‘”ฮผc + ๐‘‘ฮผ๐‘”cm โˆ’ ๐‘‘๐‘๐‘”mฮผ = ๐›ฝc . ๐œ•๐‘š๐›ฝฮผ + ๐›ฝc . ๐œ•ฮผ๐›ฝm 1

    2 ๐‘‘๐‘š๐‘”ฮผc + ๐‘‘ฮผ๐‘”cm โˆ’ ๐‘‘๐‘๐‘”mฮผ = ๐›ฝc . ๐œ•๐‘š๐›ฝฮผ

    1

    2 ๐‘‘๐‘š๐‘”ฮผc + ๐‘‘ฮผ๐‘”cm โˆ’ ๐‘‘๐‘๐‘”mฮผ = ๐›ฝc . ฮ“mฮผ

    d ๐›ฝd

    1

    2 ๐‘‘๐‘š๐‘”ฮผc + ๐‘‘ฮผ๐‘”cm โˆ’ ๐‘‘๐‘๐‘”mฮผ = ๐‘šฮผ, c = ฮ“mฮผ

    d ๐‘”cd

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 21

    1

    2๐‘”๐‘ ๐‘ ๐‘‘๐‘š๐‘”ฮผc + ๐‘‘ฮผ๐‘”cm โˆ’ ๐‘‘๐‘๐‘”mฮผ = ฮ“mฮผ

    d ๐‘”cd ๐‘”๐‘ ๐‘

    1

    2๐‘”๐‘ ๐‘ ๐‘‘๐‘š๐‘”ฮผc + ๐‘‘ฮผ๐‘”cm โˆ’ ๐‘‘๐‘๐‘”mฮผ = ฮ“mฮผ

    d ฮดds = ฮ“mฮผ

    s

    1.13. Divergensi dari Vektor

    ๐›y = โˆ‡i๐‘ฆ๐‘— + ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘—๐‘ฆ๐‘˜ = โˆ‚iy

    j +1

    2๐‘”๐‘—๐‘  (๐œ•๐‘–๐‘”๐‘˜๐‘  + ๐œ•๐‘˜๐‘”๐‘ ๐‘– โˆ’ ๐œ•๐‘ ๐‘”๐‘–๐‘˜ )๐‘ฆ

    ๐‘˜

    ๐› โˆ™ y = โˆ‡i๐‘ฆ๐‘– + ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘– ๐‘ฆ๐‘˜ = โˆ‡iyi +

    1

    2๐‘”๐‘–๐‘ (๐œ•๐‘–๐‘”๐‘˜๐‘  + ๐œ•๐‘˜๐‘”๐‘ ๐‘– โˆ’ ๐œ•๐‘ ๐‘”๐‘–๐‘˜ )๐‘ฆ

    ๐‘˜

    ๐› โˆ™ y = โˆ‡iyi +

    1

    2 ๐‘”๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘–๐‘”๐‘˜๐‘  + ๐‘”

    ๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘˜๐‘”๐‘ ๐‘– โˆ’ ๐‘”๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘–๐‘”๐‘ ๐‘˜ ๐‘ฆ

    ๐‘˜

    = โˆ‚iyi +

    1

    2๐‘”๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘˜๐‘”๐‘ ๐‘–๐‘ฆ

    ๐‘˜ =โˆ‚iy i (๐‘–)

    +1

    2๐‘”๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘˜๐‘”๐‘ ๐‘–

    ๐‘ฆ ๐‘˜ (๐‘˜)

    Dapat dituliskan dalam bentuk lain

    ๐› โˆ™ y = โˆ‡i๐‘ฆ๐‘– + ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘– ๐‘ฆ๐‘˜ =1

    ๐‘– ๐›ป๐‘–y(i) +

    1

    ๐‘˜ ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘– y(k)

    1.14. Divergensi dari Tensor

    d๐‘–๐‘‡๐‘—๐‘š = โˆ‡๐‘–๐‘‡

    ๐‘—๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘—๐‘‡๐‘Ž๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘š๐‘‡๐‘—๐‘Ž

    ๐› โˆ™ T = d๐‘–๐‘‡๐‘–๐‘š = โˆ‡๐‘–๐‘‡

    ๐‘–๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘– ๐‘‡๐‘Ž๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘š๐‘‡๐‘–๐‘Ž

    =1

    (๐‘–)(๐‘š)โˆ‡๐‘–๐‘‡ ๐‘–๐‘š +

    1

    (๐‘Ž)(๐‘š)ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘– ๐‘‡ ๐‘Ž๐‘š

    +1

    (๐‘Ž)(๐‘–)ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘š๐‘‡ ๐‘–๐‘Ž

    1.15. Curl dari Vektor

    Dapat didefinisikan bahwa curl suatu vektor adalah

    ๐› ร— ๐‘จ = d๐‘–๐ด๐‘— โˆ’ d๐‘—๐ด๐‘– = โˆ‡๐‘–๐ด๐‘— โˆ’ ฮ“๐‘–๐‘—๐‘˜๐ด๐‘˜ โˆ’ โˆ‡๐‘—๐ด๐‘– โˆ’ ฮ“๐‘—๐‘–

    ๐‘˜๐ด๐‘˜ = โˆ‡๐‘–๐ด๐‘— โˆ’ โˆ‡๐‘— ๐ด๐‘–

    1.16. Laplacian Skalar

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 22

    Laplacian skalar didefinisikan sebagai

    ๐›ป2๐‘“ = ๐› โˆ™ ๐›๐‘“ = ๐› โˆ™ ๐ฒ

    ๐› โˆ™ ๐ฒ = โˆ‡i๐‘ฆ๐‘– + ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘– ๐‘ฆ๐‘˜ =1

    ๐‘– ๐›ป๐‘–y(i) +

    1

    ๐‘˜ ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘– y(k)

    Sehingga dapat dituliskan sebagai

    ๐› โˆ™ ๐›๐‘“ = ๐›ป๐‘–๐›ป๐‘–๐‘“ + ๐›ค๐‘–๐‘˜

    ๐‘– ๐›ป๐‘˜๐‘“ =1

    ๐‘– ๐›ป๐‘–๐›ป(i)๐‘“ +

    1

    ๐‘˜ ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘– ๐›ป(k)๐‘“

    1.17. Koneksi Levi-Civita

    Sebuah koneksi Affine โˆ‡ disebut simetri jika komutator ๐‘‹, ๐‘Œ =

    โˆ‡X Y โˆ’ โˆ‡YX = โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘‹ = 0 ( komutatif dan simetri) untuk simetri pada

    ๐‘‹, ๐‘Œ, ๐‘ โˆˆ ๐”›(๐‘€). Didefinisikan sebuah tensor Torsi pada โˆ‡ adalah

    ๐‘‡: ๐”› ๐‘€ ร— ๐”› ๐‘€ โ†’ ๐”› ๐‘€ yang memetakan (X,Y) โ†’ ๐‘‡ ๐‘‹, ๐‘Œ โ‰”

    โˆ‡X Y โˆ’ โˆ‡YX โˆ’ ๐‘‹, ๐‘Œ . Sifat tensor T adalah ๐ถโˆž(๐‘€)-linear serta

    antisimetri. Jika produk skalar pada koneksi Affine kompatibel dengan

    metrik g yaitu mengikuti ๐‘‹, ๐‘Œ = โˆ‡X Y + โˆ‡Y X. Diberikan sebuah

    keragaman Riemannian (๐‘€, ๐‘”) dan terdapat suatu koneksi Affine โˆ‡

    pada keragaman M yang simetri ( mengikuti kurung Lie) dan

    kompatibel dengan ๐‘”. Bentuk koneksi antara koneksi Affine dan

    metrik ๐‘” dapat dihubungkan dengan koneksi Levi-Civita.

    Syarat bahwa โˆ‡ compatibel dengan metrik ๐‘” adalah

    ๐‘‹ ๐‘” ๐‘Œ, ๐‘ = ๐‘” โˆ‡X Y, Z + g Y, โˆ‡X Z

    ๐‘‹ Y, Z = โˆ‡X Y, Z + ๐‘Œ, โˆ‡X Z

    โˆ‡X Y, Z = ๐‘‹ Y, Z โˆ’ ๐‘Œ, โˆ‡X Z = ๐‘‹ Y, Z โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘‹, ๐‘ + โˆ‡Z X

    โˆ‡X Y, Z = ๐‘‹ Y, Z โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘‹, ๐‘ + โˆ‡ZX โ€ฆ (๐‘Ž)

    Lakukan hal yang sama

    โˆ‡Y Z, X = ๐‘Œ Z, X โˆ’ ๐‘, ๐‘Œ, ๐‘‹ + โˆ‡X Y โ€ฆ (๐‘)

    โˆ’ โˆ‡ZX, Y = โˆ’๐‘ X, Y + ๐‘‹, ๐‘, ๐‘Œ โˆ’ โˆ‡YZ โ€ฆ (๐‘)

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 23

    Jumlahkan ketiga persamaan di atas, maka

    โˆ‡X Y, Z + โˆ‡YZ, X โˆ’ โˆ‡ZX, Y

    = ๐‘‹ Y, Z โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘‹, ๐‘ + โˆ‡ZX + ๐‘Œ Z, X

    โˆ’ ๐‘, ๐‘Œ, ๐‘‹ + โˆ‡X Y โˆ’ ๐‘ X, Y + ๐‘‹, ๐‘, ๐‘Œ โˆ’ โˆ‡YZ

    โˆ‡X Y, Z + โˆ‡Y Z, X โˆ’ โˆ‡ZX, Y

    = ๐‘‹ Y, Z โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘‹, ๐‘ + Y, โˆ‡ZX + ๐‘Œ Z, X โˆ’ ๐‘, ๐‘Œ, ๐‘‹

    + ๐‘, โˆ‡X Y โˆ’ ๐‘ X, Y + ๐‘‹, ๐‘, ๐‘Œ โˆ’ ๐‘‹, โˆ‡Y Z

    โˆ‡X Y, Z + โˆ‡Y Z, X โˆ’ โˆ‡ZX, Y

    = ๐‘‹ Y, Z โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘‹, ๐‘ โˆ’ โˆ‡ZX, Y + ๐‘Œ Z, X โˆ’ ๐‘, ๐‘Œ, ๐‘‹

    โˆ’ โˆ‡X Y, Z โˆ’ ๐‘ X, Y + ๐‘‹, ๐‘, ๐‘Œ + โˆ‡Y Z, X

    2 โˆ‡X Y, Z = ๐‘‹ Y, Z โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘‹, ๐‘ + ๐‘Œ Z, X โˆ’ ๐‘, ๐‘Œ, ๐‘‹ โˆ’ ๐‘ X, Y

    + ๐‘‹, ๐‘, ๐‘Œ

    โˆ‡X Y, Z =1

    2 ๐‘‹ Y, Z + ๐‘Œ Z, X โˆ’ ๐‘ X, Y โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘‹, ๐‘ โˆ’ ๐‘, ๐‘Œ, ๐‘‹

    + ๐‘‹, ๐‘, ๐‘Œ

    โˆ‡X Y, Z =1

    2 ๐‘‹ Y, Z + ๐‘Œ Z, X โˆ’ ๐‘ X, Y โˆ’ ๐‘Œ, โˆ’ ๐‘, ๐‘‹ โˆ’ ๐‘, โˆ’ ๐‘‹, ๐‘Œ

    + ๐‘‹, โˆ’ ๐‘Œ, ๐‘

    โˆ‡X Y, Z =1

    2 ๐‘‹ Y, Z + ๐‘Œ Z, X โˆ’ ๐‘ X, Y + ๐‘Œ, ๐‘, ๐‘‹ + ๐‘, ๐‘‹, ๐‘Œ

    โˆ’ ๐‘‹, ๐‘Œ, ๐‘

    Dengan menggunakan persamaan โˆ‡X๐‘Œ = X๐‘Œ, serta ๐‘‹, ๐‘Œ =

    โˆ‡X Y โˆ’ โˆ‡YX dan ๐‘‹, ๐‘Œ = โˆ‡X Y + โˆ‡YX, maka dapat dibuktikan bahwa

    ๐‘Œ, ๐‘, ๐‘‹ + ๐‘, ๐‘‹, ๐‘Œ โˆ’ ๐‘‹, ๐‘Œ, ๐‘ = 0, yang dikarenakan ๐‘‹, ๐‘Œ, ๐‘ โˆˆ

    ๐”›(๐‘€) dan โˆ‡ simetri ( Hilgert, 2010), sehingga

    โˆ‡X Y, Z =1

    2 ๐‘‹ Y, Z + ๐‘Œ Z, X โˆ’ ๐‘ X, Y

    =1

    2 ๐‘‘๐‘‹ ๐›ฝY , ๐›ฝZ + ๐‘‘๐‘Œ ๐›ฝZ , ๐›ฝX โˆ’ ๐‘‘๐‘ ๐›ฝX , ๐›ฝY

    XY, Z =1

    2 ๐‘‘๐‘‹๐‘”YZ + ๐‘‘Y๐‘”ZX โˆ’ ๐‘‘๐‘๐‘”XY

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 24

    1.18. Kerangka Koordinat Ruang Dimensi-3

    Posisi suatu partikel atau materi dari ruang konfigurasi lama โ„œ๐‘œ dan

    masing-masing partikel pada ruang konfigurasi ini dapat diidentifikasi

    atau diketahui melalui koordinatnya yaitu ๐‘ฅ๐‘œ โˆˆ โ„œ๐‘œ ( yang merupakan

    koordinat partikel P pada ruang konfigurasi acuan โ„œ๐‘œ ) yaitu ๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง .

    Partikel pada benda di ruang konfigurasi โ„œ๐‘œ secara kontinu berubah

    hingga pada suatu posisi tertentu pada waktu t di ruang konfigurasi โ„œ๐‘ก

    dan diketahui melalui koordinat ๐‘ฅ๐‘ก โˆˆ โ„œ๐‘ก , yaitu (๐‘Ÿ, ๐œƒ, ๐œ‘). Diasumsikan

    bahwa konfigurasi pada benda saat waktu t dapat dituliskan sebagai

    hubungan fungsional dengan bentuk ๐‘ฅ๐‘ก = ๐‘ฅ๐‘ก ๐‘ฅ๐‘œ , ๐‘ก = ๐น ๐‘ฅ๐‘œ , ๐‘ก . Dengan

    suatu pemetaan ๐น: โ„œ๐‘œ โ†’ ๐น โ„œ0 dan terdapat invers ๐‘“: โ„œ๐‘ก โ†’ ๐‘“ โ„œ๐‘ก

    sehingga ๐น ๐‘ฅ๐‘œ , ๐‘ก = ๐‘“ ๐‘ฅ๐‘ก , ๐‘ก memenuhi syarat transformasi koordinat

    yaitu inversibel , kontinu, differensiabel dan pemetaan C1 dengan kata

    lain besar Jacobian ๐’…๐‘ญ ๐’™ = ๐ฝ โ‰  0 untuk setiap anggota ๐‘ฅ๐‘œ โˆˆ โ„œ๐‘œ

    saat ๐‘ก > 0. Suatu pemetaan yang diffeomorphism akan membawa suatu

    titik, kurva, permukaan dan juga volume pada ruang konfigurasi โ„œ๐‘œ ke

    suatu ruang konfiguarsi lain โ„œ๐‘ก dan sebaliknya. Jika suatu titik S dapat

    ditentukan di koordinat lama dan di koordinat baru yaitu sebagai berikut

    )cos,sinsin,cossin(),,( lllzyxS

    Maka Transformsi vektor dari koordinat ๐‘ฅ๐‘ก โˆˆ โ„œ๐‘ก ke koordinat ๐‘ฅ๐‘œ โˆˆ โ„œ

    ๐‘œ

    adalah sebagai berikut ( dengan ๐‘Ÿ = ๐‘™)

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 25

    kljlilkd

    dzj

    d

    dyi

    d

    dx

    kd

    dzj

    d

    dyi

    d

    dx

    xd

    dx

    xd

    dx

    xd

    dx

    kjikdl

    dzj

    dl

    dyi

    dl

    dx

    kdl

    dzj

    dl

    dyi

    dl

    dx

    xd

    dx

    xd

    dx

    xd

    dx

    .sin.sincos.coscos~

    ~~~~

    .cos.sinsin.cossin~

    ~~~~

    2

    32

    3

    22

    2

    12

    1

    2

    1

    31

    3

    21

    2

    11

    1

    1

    kjlilkd

    dzj

    d

    dyi

    d

    dx .cossin.sinsin

    ~3

    Besar vektor satuan dapat ditentukan sebagai berikut ๐‘ข (๐‘–) =1

    ๐‘”๐‘–๐‘–ฮฒ i

    (Margenau (1956) dan Clarke (2011)) dengan indeks ๐‘– tidak

    dijumlahkan.

    k

    j

    i

    ll

    lll

    g

    g

    gr

    0cossinsinsin

    sinsincoscoscos

    cossinsincossin

    ห†

    ห†

    ห†

    ~

    ~

    ~

    33

    22

    11

    3

    2

    1

    k

    j

    i

    ll

    lll

    l

    l

    r

    0cossinsinsin

    sinsincoscoscos

    cossinsincossin

    ห†sin

    ห†

    ห†

    k

    j

    ir

    0cossin

    sinsincoscoscos

    cossinsincossin

    ห†

    ห†

    ห†

    Besar kuadrat elemen panjang dan tensor metrik dapat ditentukan

    sebagai berikut

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 26

    ๐‘‘๐‘ 2 =๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡โˆ™

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘š๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š =

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘˜

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐›ฝ ๐‘˜ โˆ™

    ๐œ•๐‘ฅ๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘š๐›ฝ ๐‘“๐‘‘๐‘ฅ

    ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š

    =๐œ•๐‘ฅ๐‘˜

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐œ•๐‘ฅ๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ ๐‘š๐‘”๐‘˜๐‘“ ๐‘‘๐‘ฅ

    ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š = ๐‘” ๐‘˜๐‘“๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š

    22

    2

    33

    22

    11

    sin00

    00

    001

    ~00

    0~0

    00~

    ~

    l

    l

    g

    g

    g

    gmn

    Tensor metrik adalah tensor dengan pemetaan C

    2 diffeomorphism

    (differensiabel, inversibel, kontinu dan bijektif) serta ๐‘”๐‘–๐‘— adalah positive

    definite. Dengan pemetaan C2 diffeomorphism maka tensor metrik ๐‘”๐‘–๐‘—

    memiliki invers metrik ๐‘”๐‘–๐‘— = ๐‘”๐‘–๐‘—โˆ’1.

    22

    2

    33

    22

    11

    sin00

    00

    001

    ~00

    0~0

    00~

    ~

    l

    l

    g

    g

    g

    g mn

    Panjang kuadrat elemen garis adalah

    ๐‘‘๐‘ 2 = ๐‘” ๐‘˜๐‘“ ๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š = ๐‘‘๐‘™2 + ๐‘™2๐‘‘๐œƒ2 + ๐‘™2๐‘ ๐‘–๐‘›2๐œƒ๐‘‘๐œ‘2

    Luas permukaan pada tiap elemen dapat dijabarkan sebagai berikut

    ๐‘‘๐ด1 = ๐‘” 22๐‘” 33 โˆ’ ๐‘” 232๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3 = ๐‘™2๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘‘๐œƒ๐‘‘๐œ‘

    Dapat dilakukan cara yang sama, sehingga didapatkan bahwa

    ๐‘‘๐ด2 = ๐‘” 33๐‘” 11 โˆ’ ๐‘” 312๐‘‘๐‘ฅ 3๐‘‘๐‘ฅ 1 = ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘‘๐œ‘๐‘‘๐‘™

    ๐‘‘๐ด3 = ๐‘” 11๐‘” 22 โˆ’ ๐‘” 122๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2 = ๐‘™๐‘‘๐‘™๐‘‘๐œƒ

    Volume pada elemen dapat dijabarkan sebagai berikut

    ๐‘‘๐‘‰ = ๐‘” ๐‘‘๐‘ฅ 1๐‘‘๐‘ฅ 2๐‘‘๐‘ฅ 3 = ๐‘™2๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘‘๐‘™๐‘‘๐œƒ๐‘‘๐œ‘ Besar nabla dapat ditentukan menggunakan

    ๐› = ฮฒ mโˆ‡m = gmn ฮฒ nโˆ‡m

    ๐› = gmn ๐‘ฃ u nโˆ‡m

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 27

    Dengan ๐‘ฃ adalah suatu besaran skalar dengan besar gnn .

    Besar gradient atau kemiringan dari skalar adalah

    ๐œต๐‘“ = ๐‘”๐‘š๐‘› ๐‘ฃ ๐‘ข ๐‘›๐›ป๐‘š๐‘“ = ๐‘”๐‘–๐‘— ๐‘”๐‘–๐‘–๐‘ข (๐‘–)๐›ป๐‘–๐‘“๐œต

    = ๐‘”11๐›ป1 + ๐‘”21๐›ป2 + ๐‘”

    31๐›ป3 ๐‘“ ๐‘”11๐‘ข (1)

    + ๐‘”12๐›ป1 + ๐‘”22๐›ป2 + ๐‘”

    32๐›ป3 ๐‘“ ๐‘”22๐‘ข (2)

    + ๐‘”13๐›ป1 + ๐‘”23๐›ป2 + ๐‘”

    33๐›ป3 ๐‘“ ๐‘”33๐‘ข (3)

    ๐œต๐‘“ = ๐‘”11๐›ป1๐‘“ ๐‘”11๐‘ข (1) + ๐‘”22๐›ป2๐‘“ ๐‘”22๐‘ข (2) + ๐‘”

    33๐›ป3๐‘“ ๐‘”33๐‘ข (3)

    = ๐›ป๐‘Ÿ๐‘“๐‘Ÿ +1

    ๐‘™๐›ป๐œƒ๐‘“๐œƒ +

    1

    ๐‘™ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐›ป๐œ‘๐‘“๐œ‘

    Divergensi dari vektor adalah

    ๐› โˆ™ y = โˆ‡i๐‘ฆ๐‘– + ฮ“๐‘–๐‘˜

    ๐‘– ๐‘ฆ๐‘˜

    = โˆ‡1๐‘ฆ1 + ฮ“1๐‘˜

    1 ๐‘ฆ๐‘˜ + โˆ‡2๐‘ฆ2 + ฮ“2๐‘˜

    2 ๐‘ฆ๐‘˜ + โˆ‡3๐‘ฆ3 + ฮ“3๐‘˜

    3 ๐‘ฆ๐‘˜

    = โˆ‡1๐‘ฆ1 + โˆ‡2๐‘ฆ

    2 + โˆ‡3๐‘ฆ3 + ฮ“1๐‘˜

    1 ๐‘ฆ๐‘˜ + ฮ“2๐‘˜2 ๐‘ฆ๐‘˜ + ฮ“3๐‘˜

    3 ๐‘ฆ๐‘˜ ๐› โˆ™ y = โˆ‡1๐‘ฆ

    1 + โˆ‡2๐‘ฆ2 + โˆ‡3๐‘ฆ

    3 + ฮ“212 ๐‘ฆ1 + ฮ“31

    3 ๐‘ฆ1 + ฮ“323 ๐‘ฆ2

    = โˆ‡r๐‘ฆ๐‘Ÿ + โˆ‡ฮธ๐‘ฆ

    ๐œƒ + โˆ‡ฯ†๐‘ฆ๐œ‘ + ฮ“21

    2 ๐‘ฆ๐‘Ÿ + ฮ“313 ๐‘ฆ๐‘Ÿ + ฮ“32

    3 ๐‘ฆ๐œƒ

    = ๐›ป๐‘Ÿy(r) +1

    ๐‘™๐›ป๐œƒ y(๐œƒ) +

    1

    ๐‘™ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐›ป๐œ‘y(๐œ‘) +

    2

    ๐‘™y(r)

    +๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ

    ๐‘™y(๐œƒ)

    ๐› โˆ™ y = โˆ‡iyi +

    1

    2 ๐‘”๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘–๐‘”๐‘˜๐‘  + ๐‘”

    ๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘˜๐‘”๐‘ ๐‘– โˆ’ ๐‘”๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘ ๐‘”๐‘–๐‘˜ ๐‘ฆ

    ๐‘˜

    = โˆ‡iyi +

    1

    2๐‘”๐‘–๐‘ ๐œ•๐‘˜๐‘”๐‘ ๐‘–๐‘ฆ

    ๐‘˜

    = โˆ‡1y1 + โˆ‡2y

    2 + โˆ‡3y3 +

    1

    2๐‘”11๐œ•๐‘˜๐‘”11๐‘ฆ

    ๐‘˜

    +1

    2๐‘”22๐œ•๐‘˜๐‘”22๐‘ฆ

    ๐‘˜ +1

    2๐‘”33๐œ•๐‘˜๐‘”33๐‘ฆ

    ๐‘˜

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 28

    ๐› โˆ™ y = โˆ‡1y1 + โˆ‡2y

    2 + โˆ‡3y3 +

    1

    2๐‘”11๐œ•1๐‘”11๐‘ฆ

    1 +1

    2๐‘”22๐œ•1๐‘”22๐‘ฆ

    1

    +1

    2๐‘”33๐œ•1๐‘”33๐‘ฆ

    1 +1

    2๐‘”11๐œ•2๐‘”11๐‘ฆ

    2 +1

    2๐‘”22๐œ•2๐‘”22๐‘ฆ

    2

    +1

    2๐‘”33๐œ•2๐‘”33๐‘ฆ

    2 +1

    2๐‘”11๐œ•3๐‘”11๐‘ฆ

    3 +1

    2๐‘”22๐œ•3๐‘”22๐‘ฆ

    3

    +1

    2๐‘”33๐œ•3๐‘”33๐‘ฆ

    3

    ๐› โˆ™ y = โˆ‡1y1 + โˆ‡2y

    2 + โˆ‡3y3 +

    1

    2๐‘”22๐œ•1๐‘”22๐‘ฆ

    1 +1

    2๐‘”33๐œ•1๐‘”33๐‘ฆ

    1

    +1

    2๐‘”33๐œ•2๐‘”33๐‘ฆ

    2

    = ๐›ป๐‘Ÿy(r) +1

    ๐‘™๐›ป๐œƒ y(๐œƒ) +

    1

    ๐‘™ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐›ป๐œ‘y(๐œ‘) +

    2

    ๐‘™y(r)

    +๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ

    ๐‘™y(๐œƒ)

    Dapat pula dikerjakan dengan menggunakan notasi dyadic

    ๐›๐ญ = ๐‘Ÿ ๐œ•

    ๐œ•๐‘™ ๐‘ก๐‘Ÿ๐‘Ÿ + ๐‘ก๐œ‘๐œ‘ + ๐‘ก๐œƒ๐œƒ + ๐œƒ

    1

    ๐‘™

    ๐œ•

    ๐œ•๐œƒ ๐‘ก๐‘Ÿ๐‘Ÿ + ๐‘ก๐œ‘๐œ‘ + ๐‘ก๐œƒ๐œƒ

    + ๐œ‘ 1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ

    ๐œ•

    ๐œ•๐œ‘ ๐‘ก๐‘Ÿ๐‘Ÿ + ๐‘ก๐œ‘๐œ‘ + ๐‘ก๐œƒ๐œƒ

    ๐›๐ญ = ๐‘Ÿ ๐œ•๐‘ก๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘™๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘ก๐œƒ

    ๐œ•๐‘™๐œƒ +

    ๐œ•๐‘ก๐œ‘

    ๐œ•๐‘™๐œ‘ + ๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘™๐‘ก๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐œƒ

    ๐œ•๐‘™๐‘ก๐œƒ +

    ๐œ•๐œ‘

    ๐œ•๐‘™๐‘ก๐œ‘

    + ๐œƒ 1

    ๐‘™ ๐œ•๐‘ก๐‘Ÿ

    ๐œ•๐œƒ๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘ก๐œƒ

    ๐œ•๐œƒ๐œƒ +

    ๐œ•๐‘ก๐œ‘

    ๐œ•๐œƒ๐œ‘

    + ๐œƒ 1

    ๐‘™ ๐œƒ ๐‘ก๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘Ÿ ๐‘ก๐œƒ +

    ๐œ•๐œ‘

    ๐œ•๐œƒ๐‘ก๐œ‘

    + ๐œ‘ 1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘ก๐‘Ÿ

    ๐œ•๐œ‘๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘ก๐œƒ

    ๐œ•๐œ‘๐œƒ +

    ๐œ•๐‘ก๐œ‘

    ๐œ•๐œ‘๐œ‘

    + ๐œ‘ 1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐œ‘๐‘ก๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐œƒ

    ๐œ•๐œ‘๐‘ก๐œƒ +

    ๐œ•๐œ‘

    ๐œ•๐œ‘๐‘ก๐œ‘

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 29

    ๐›๐ญ = ๐‘Ÿ ๐œ•๐‘ก๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘™๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘ก๐œƒ

    ๐œ•๐‘™๐œƒ +

    ๐œ•๐‘ก๐œ‘

    ๐œ•๐‘™๐œ‘ + ๐œƒ

    1

    ๐‘™ ๐œ•๐‘ก๐‘Ÿ

    ๐œ•๐œƒ๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘ก๐œƒ

    ๐œ•๐œƒ๐œƒ +

    ๐œ•๐‘ก๐œ‘

    ๐œ•๐œƒ๐œ‘

    + ๐œƒ 1

    ๐‘™ ๐œƒ ๐‘ก๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘Ÿ ๐‘ก๐œƒ + ๐œ‘

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘ก๐‘Ÿ

    ๐œ•๐œ‘๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘ก๐œƒ

    ๐œ•๐œ‘๐œƒ +

    ๐œ•๐‘ก๐œ‘

    ๐œ•๐œ‘๐œ‘

    + ๐œ‘ 1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘ก๐‘Ÿ ๐œ‘ + ๐‘๐‘œ๐‘ ๐œƒ๐‘ก๐œƒ ๐œ‘ โˆ’ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘ก๐œ‘ ๐‘Ÿ

    โˆ’ ๐‘๐‘œ๐‘ ๐œƒ๐‘ก๐œ‘ ๐œƒ

    ๐› โˆ™ ๐ญ =๐œ•๐‘ก๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘™+

    1

    ๐‘™ ๐œ•๐‘ก๐œƒ

    ๐œ•๐œƒ+ ๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ๐‘ก๐œƒ +

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘ก๐œ‘

    ๐œ•๐œ‘ +

    2

    ๐‘™๐‘ก๐‘Ÿ

    Divergensi dari Tensor

    Untuk komponen sepanjnag sumbu-r didapatkan bahwa

    ๐› โˆ™ ๐‘‡ = d๐‘–๐‘‡๐‘–๐‘š = โˆ‡๐‘–๐‘‡

    ๐‘–๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘– ๐‘‡๐‘Ž๐‘š + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘š๐‘‡๐‘–๐‘Ž

    d๐‘–๐‘‡๐‘–1 = โˆ‡๐‘–๐‘‡

    ๐‘–1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘– ๐‘‡๐‘Ž1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    1 ๐‘‡ ๐‘–๐‘Ž

    = โˆ‡1๐‘‡11 + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘– ๐‘‡๐‘Ž1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž1 ๐‘‡ ๐‘–๐‘Ž + โˆ‡๐‘–๐‘‡

    ๐‘–1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘– ๐‘‡๐‘Ž1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    1 ๐‘‡๐‘–๐‘Ž

    + โˆ‡๐‘–๐‘‡๐‘–1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    ๐‘– ๐‘‡๐‘Ž1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž1 ๐‘‡ ๐‘–๐‘Ž

    d๐‘–๐‘‡๐‘–1 = โˆ‡๐‘–๐‘‡

    ๐‘–1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž๐‘– ๐‘‡๐‘Ž1 + ฮ“๐‘–๐‘Ž

    1 ๐‘‡๐‘–๐‘Ž

    = โˆ‡1๐‘‡11 + ฮ“1๐‘Ž

    1 ๐‘‡๐‘Ž1 + ฮ“1๐‘Ž1 ๐‘‡1๐‘Ž + โˆ‡2๐‘‡

    21 + ฮ“2๐‘Ž2 ๐‘‡๐‘Ž1

    + ฮ“2๐‘Ž1 ๐‘‡2๐‘Ž + โˆ‡3๐‘‡

    31 + ฮ“3๐‘Ž3 ๐‘‡๐‘Ž1 + ฮ“3๐‘Ž

    1 ๐‘‡3๐‘Ž d๐‘–๐‘‡

    ๐‘–1 = โˆ‡1๐‘‡11 + ฮ“11

    1 ๐‘‡11 + ฮ“111 ๐‘‡11 + โˆ‡2๐‘‡

    21 + ฮ“212 ๐‘‡11 + ฮ“21

    1 ๐‘‡21

    + โˆ‡3๐‘‡31 + ฮ“31

    3 ๐‘‡11 + ฮ“311 ๐‘‡31 + ฮ“12

    1 ๐‘‡21 + ฮ“121 ๐‘‡12

    + ฮ“222 ๐‘‡21 + ฮ“22

    1 ๐‘‡22 + ฮ“323 ๐‘‡21 + ฮ“32

    1 ๐‘‡32 + ฮ“131 ๐‘‡31

    + ฮ“131 ๐‘‡13 + ฮ“23

    2 ๐‘‡31 + ฮ“231 ๐‘‡23 + ฮ“33

    3 ๐‘‡31 + ฮ“331 ๐‘‡33

    d๐‘–๐‘‡๐‘–1 = โˆ‡1๐‘‡

    11 + โˆ‡2๐‘‡21 + โˆ‡3๐‘‡

    31 + ฮ“212 ๐‘‡11 + ฮ“31

    3 ๐‘‡11 + ฮ“221 ๐‘‡22

    + ฮ“323 ๐‘‡21 + ฮ“33

    1 ๐‘‡33

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 30

    d๐‘–๐‘‡๐‘–1 =

    ๐œ•๐‘‡๐‘™๐‘™

    ๐œ•๐‘™+

    ๐œ•๐‘‡๐œƒ๐‘™

    ๐œ•๐œƒ+

    ๐œ•๐‘‡๐œ‘๐‘™

    ๐œ•๐œ‘ +

    2

    ๐‘™๐‘‡๐‘™๐‘™ โˆ’ ๐‘™๐‘‡๐œƒ๐œƒ + ๐‘๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ ๐‘‡๐œƒ๐‘™

    โˆ’ ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›2๐œƒ๐‘‡๐œ‘๐œ‘

    =๐œ•๐‘‡(๐‘™๐‘™)

    ๐œ•๐‘™+

    1

    ๐‘™

    ๐œ•๐‘‡(๐œƒ๐‘™)

    ๐œ•๐œƒ+

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘‡(๐œ‘๐‘™)

    ๐œ•๐œ‘ +

    2

    ๐‘™๐‘‡(๐‘™๐‘™) โˆ’

    ๐‘™

    ๐‘™2๐‘‡(๐œƒ๐œƒ )

    +๐‘๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ

    ๐‘™ ๐‘‡(๐œƒ๐‘™) โˆ’

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›2๐œƒ

    ๐‘™2๐‘ ๐‘–๐‘›2๐œƒ๐‘‡(๐œ‘๐œ‘ )

    d๐‘–๐‘‡๐‘–1 =

    ๐œ•๐‘‡(๐‘™๐‘™)

    ๐œ•๐‘™+

    1

    ๐‘™

    ๐œ•๐‘‡(๐œƒ๐‘™)

    ๐œ•๐œƒ+

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘‡(๐œ‘๐‘™)

    ๐œ•๐œ‘ +

    2

    ๐‘™๐‘‡(๐‘™๐‘™) โˆ’

    1

    ๐‘™๐‘‡(๐œƒ๐œƒ )

    +๐‘๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ

    ๐‘™ ๐‘‡(๐œƒ๐‘™ ) โˆ’

    1

    ๐‘™๐‘‡(๐œ‘๐œ‘ )

    d๐‘–๐‘‡๐‘–1 =

    ๐œ•๐‘‡(๐‘™๐‘™)

    ๐œ•๐‘™+

    1

    ๐‘™

    ๐œ•๐‘‡(๐œƒ๐‘™)

    ๐œ•๐œƒ+ +

    ๐‘๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ

    ๐‘™ ๐‘‡(๐œƒ๐‘™) +

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘‡(๐œ‘๐‘™)

    ๐œ•๐œ‘ +

    2

    ๐‘™๐‘‡(๐‘™๐‘™)

    โˆ’1

    ๐‘™๐‘‡(๐œƒ๐œƒ ) โˆ’

    1

    ๐‘™๐‘‡(๐œ‘๐œ‘ )

    d๐‘–๐‘‡๐‘–1 =

    ๐œ•๐‘‡ ๐‘™๐‘™

    ๐œ•๐‘™+

    1

    ๐‘™ ๐œ•๐‘‡ ๐œƒ๐‘™

    ๐œ•๐œƒ+ ๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ๐‘‡ ๐œƒ๐‘™ +

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘‡ ๐œ‘๐‘™

    ๐œ•๐œ‘

    +1

    ๐‘™ 2๐‘‡ ๐‘™๐‘™ โˆ’ ๐‘‡ ๐œƒ๐œƒ โˆ’ ๐‘‡ ๐œ‘๐œ‘

    Bentuk di atas didapatkan dengan mengingat bahwa

    ๐‘จ๐’Š =๐‘จ ๐’Š ๐‘–

    =๐‘จ ๐’Š

    ๐‘”๐‘–๐‘–

    ๐‘ป๐’Š๐’‹ =๐‘ป ๐’Š๐’‹

    ๐‘– ๐‘— =

    ๐‘ป ๐’Š๐’‹

    ๐‘”๐‘–๐‘– ๐‘”๐‘—๐‘—

    Untuk menentukan divergensi dari tensor pada sumbu-r dengan

    menggunakan notasi dyadic dapat dikerjakan sebagai berikut. Dalam

    bentuk vektor, maka divergensi dari sebuah vektor pada koordinat bola

    adalah sebagai berikut

    ๐› โˆ™ t =๐œ•๐‘ก๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘™+

    1

    ๐‘™ ๐œ•๐‘ก๐œƒ

    ๐œ•๐œƒ+ ๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ๐‘ก๐œƒ +

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘ก๐œ‘

    ๐œ•๐œ‘ +

    2

    ๐‘™๐‘ก๐‘Ÿ

    Pada koordinat bola, divergensi dari tensor dapat dijabarkan sebagai

    berikut

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 31

    ๐› โˆ™ t =๐œ•๐’•๐’“

    ๐œ•๐‘™+

    1

    ๐‘™ ๐œ•๐’•๐œฝ

    ๐œ•๐œƒ+ ๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ๐’•๐œฝ +

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐’•๐‹

    ๐œ•๐œ‘ +

    2

    ๐‘™๐’•๐’“

    ๐’•๐’“

    ๐’•๐œฝ

    ๐’•๐‹ =

    ๐‘‡๐‘™๐‘™ ๐‘‡๐‘™๐œƒ ๐‘‡๐‘™๐œ‘

    ๐‘‡๐œƒ๐‘™ ๐‘‡๐œƒ๐œƒ ๐‘‡๐œƒ๐œ‘

    ๐‘‡๐œ‘๐‘™ ๐‘‡๐œ‘๐œƒ ๐‘‡๐œ‘๐œ‘

    ๐‘Ÿ ๐œƒ

    ๐œ‘

    Dengan perhitungan lebih lanjut didapatkan bahwa

    ๐œ•๐’•๐’“

    ๐œ•๐‘™=

    ๐œ•๐‘‡๐‘™๐‘™

    ๐œ•๐‘™๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘‡๐‘™๐œƒ

    ๐œ•๐‘™๐œƒ +

    ๐œ•๐‘‡๐‘™๐œ‘

    ๐œ•๐‘™๐œ‘

    1

    ๐‘™ ๐œ•๐’•๐œฝ

    ๐œ•๐œƒ+ ๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ๐’•๐œฝ

    =1

    ๐‘™ ๐œ•๐‘‡๐œƒ๐‘™

    ๐œ•๐œƒ๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘‡๐œƒ๐œƒ

    ๐œ•๐œƒ๐œƒ +

    ๐œ•๐‘‡๐œƒ๐œ‘

    ๐œ•๐œƒ๐œ‘

    + ๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ ๐‘‡๐œƒ๐‘™๐‘Ÿ + ๐‘‡๐œƒ๐œƒ ๐œƒ + ๐‘‡๐œƒ๐œ‘ ๐œ‘ โˆ’1

    ๐‘™๐‘‡๐œƒ๐œƒ ๐‘Ÿ

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐’•๐‹

    ๐œ•๐œ‘ =

    1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘‡๐œ‘๐‘™

    ๐œ•๐œ‘๐‘Ÿ +

    ๐œ•๐‘‡๐œ‘๐œƒ

    ๐œ•๐œ‘๐œƒ +

    ๐œ•๐‘‡๐œ‘๐œ‘

    ๐œ•๐œ‘๐œ‘ +

    ๐‘‡๐œ‘๐‘™

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐œ‘

    +๐‘‡๐œ‘๐œƒ

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘๐‘œ๐‘ ๐œƒ๐œ‘ +

    ๐‘‡๐œ‘๐œ‘

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ(โˆ’๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘๐‘œ๐‘ ๐œƒ๐œƒ )

    Untuk daerah sepanjang sumbu-r, maka

    ๐› โˆ™ t ๐ฌ๐ฎ๐ฆ๐›๐ฎโˆ’๐ซ

    =๐œ•๐‘‡๐‘™๐‘™

    ๐œ•๐‘™๐‘Ÿ +

    1

    ๐‘™ ๐œ•๐‘‡๐œƒ๐‘™

    ๐œ•๐œƒ๐‘Ÿ + ๐‘๐‘œ๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ ๐‘‡๐œƒ๐‘™๐‘Ÿ

    +1

    ๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ ๐œ•๐‘‡๐œ‘๐‘™

    ๐œ•๐œ‘๐‘Ÿ +

    1

    ๐‘™ 2๐‘‡๐‘™๐‘™๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘‡๐œƒ๐œƒ ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘‡๐œ‘๐œ‘ ๐‘Ÿ

    Nilai koneksi affine

    ฮ“111 = g11

    1

    2 ๐‘‘1๐‘”11 + ๐‘‘1๐‘”11 โˆ’ ๐‘‘1๐‘”11 = 0

    ฮ“132 = ฮ“1

    23 = ฮ“1

    12= ฮ“121 = g

    111

    2 ๐‘‘1๐‘”21 + ๐‘‘2๐‘”11 โˆ’ ๐‘‘1๐‘”12 = 0

    ฮ“113 = ฮ“1

    31 = g11

    1

    2 ๐‘‘1๐‘”31 + ๐‘‘3๐‘”11 โˆ’ ๐‘‘1๐‘”13 = 0

  • Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 32

    ฮ“122 = g11

    1

    2 ๐‘‘2๐‘”21 + ๐‘‘2๐‘”12 โˆ’ ๐‘‘1๐‘”22 = โˆ’๐‘™

    ฮ“133 = โˆ’๐‘™๐‘ ๐‘–๐‘›2๐œƒ

    ๐›ค211 = ๐‘”22

    1

    2 ๐‘‘1๐‘”12 + ๐‘‘1๐‘”21 โˆ’ ๐‘‘1๐‘”11 = 0

    ๐›ค212 = ๐›ค2

    21 = ๐‘”22

    1

    2 ๐‘‘1๐‘”22 + ๐‘‘2๐‘”21 โˆ’ ๐‘‘1๐‘”12 =

    1

    ๐‘™

    ๐›ค233 = ๐‘”22

    1

    2 ๐‘‘3๐‘”32 + ๐‘‘3๐‘”23 โˆ’ ๐‘‘2๐‘”33 = โˆ’๐‘ ๐‘–๐‘›๐œƒ๐‘๐‘œ๐‘ ๐œƒ

    ๐›ค213 = ๐›ค2

    31 = ๐›ค2

    22 = ๐›ค2

    32 = 0

    ๐›ค313 = ๐›ค3

    31 =1

    ๐‘™

    ๐›ค312 = ๐›ค3

    21 = ๐›ค3

    22 = ๐›ค3

    33 = ๐›ค3

    11 = 0 ๐›ค323 = ๐›ค

    332 = ๐‘๐‘ก๐‘”๐‘›๐œƒ

    Untuk menentukan persamaan gerak dapat digunakan

    ๐‘Ž =๐‘‘๐‘ฃ

    ๐‘‘๐‘ก=

    ๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐œ‡ = ๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ +

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก ๐‘ฅ ๐œ‡

    = ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ +

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ +

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐œ‡ = ๐‘ฅ ๐œ‡

    ๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก ๐›ฝ ๐œ‡ + ๐›ฝ

    ๐œ‡ ๐‘ฅ

    ๐œ‡

    ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘‘

    ๐‘‘๐‘ก ๐›ฝ ๐œ‡ +

    ๐œ•๐‘Ÿ

    ๐œ•๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐œ‡ = ๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐‘š

    ๐‘‘๐›ฝ ๐œ‡๐‘‘๐‘ฅ ๐‘š

    + ๐›ฝ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐œ‡

    = ๐‘ฅ ๐œ‡ ๐‘ฅ ๐‘šฮ“ฮผms ๐›ฝ ๐‘  + ๐›ฝ

    ๐œ‡ ๐‘ฅ

    ๐œ‡

    ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐‘šฮ“mฮผs ๐›ฝ ๐‘  + ๐›ฝ

    ๐œ‡ ๐‘ฅ

    ๐œ‡ = ๐‘ฅ ๐œ‡๐‘ฅ ๐‘šฮ“ฮผms + ๐‘ฅ ๐‘  ๐›ฝ ๐‘  = ๐‘Ž

    ๐‘ ๐›ฝ ๐‘  = ๐‘Ž

  • Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 33

    BAB 2 HUKUM COLOUMB

    2.1.Pendahuluan

    Pada salah satu kata mutiara ( wise word ) dari seorang ilmuwan

    jenius bernama Albert Einstein, force of gravitation is not responsible

    for people falling in love. Dapat dikatakan pernyataan tersebut ada

    benarnya, karena di alam ini terdapat beberapa gaya lain yang

    mempengaruhi interaksi dua buah materi, salah satunya adalah gaya

    elektrostatik. Beberapa hasil eksperimen memperlihatkan adanya gaya

    tersebut, seperti saat anda menggosokkan sisir anda ke rambut saat

    udara sekitar anda kering, kemudian anda akan melihat bahwa saat sisir

    tersebut didekatkan pada material seperti kertas, maka kertas tersebut

    akan tertarik menuju sisir tadi, contoh lain adalah Saat sebuah balon

    digosokkan pada rambut anda, maka balon akan menarik rambut anda ,

    seperti pada Gambar-1 Material yang berperilaku semacam ini dapat

    disebut sebagai material bermuatan elektrostatik.

    Gambar-1 Gaya Elektrostatik

    Peristiwa pada Gambar-1 dapat terjadi karena adanya transfer

    elektron dari bahan yang digosokkan ( semisal sisir atau balon) ke

    bahan lain (semisal kertas atau rambut). Material dapat bedakan

    berdasarkan sifat kelistrikannya, yaitu seperti: konduktor, isolator atau

  • Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 34

    semikonduktor. Material konduktor adalah material yang memiliki sifat

    muatannya dapat bergerak bebas, sedangkan material isolator adalah

    material yang memiliki sifat materialnya tidak dapat bergerak bebas.

    Contoh dari material konduktor adalah kuningan dan besi, sedangkan

    material isolator adalah karet, plastik, kayu dan kaca. Material

    semikonduktor adalah material yang berada pada dua fase tersebut (

    konduktor-isolator), pada teori mekanika kuantum, semikonduktor

    dapat dimisalkan sebagai suatu sumur potensial yang berhingga,

    sednagkan pada konduktor adalah sumur potensial tak hingga. Material

    semikonduktor dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti silikon dan

    germanium. Penggunaan material semikonduktor dalam kehidupan

    sehari-hari adalah pada transistor, diode lampu LED ( seperti pada

    Gambar-2) dan sebagainya.

    Gambar-2 Lampu LED Berwarna dan LED Seven Segment

    2.2.Hukum Coloumb

    Pada tahun 1736-1806, Coloumb melakukan eksperimen untuk

    menentukan besar gaya tarik antara dua buah muatan. Hasil eksperimen

    Coloumb menyatakan: (1) Jika dua buah muatan berbeda muatan

    didekatkan, maka akan terjadi gaya tarik-menarik antara kedua muatan

    tersebut, begitu juga sebaliknya, (2) Besar gaya tarik antara kedua buah

    muatan adalah ebrbanding terbalik dengan jarak antara kedua buah

  • Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 35

    muatan tersebut dan terakhir adalah (3) besar gaya tarik antara ekdua

    buah muatan bergantung pada besar muatan tersebut. Hukum Coloumb

    dapat dirumuskan sebagai berikut di bawah ( pada kondisi kontinu dan

    diskret)

    ๐น =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐‘ž๐‘‘๐‘„๐‘˜๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž๐‘ก

    ๐‘…2๐‘…

    ๐น = ๐‘ž

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘„๐‘–

    ๐‘…2๐‘…

    Dengan R adalah jarak antara dua buah muatan dengan arah vektor

    satuan ๐‘… dan ๐œ€๐‘œ adalah permitivitas relative vakum dan 4๐œ‹๐œ€๐‘œ โˆ’1 =

    9.109๐‘๐‘š2/๐ถ2, sebagai contoh adalah sebuah Spidol tulis atau sisir

    (setelah digosokkan ke rambut) dengan panjang tertentu (2L) dan rapat

    muat panjang ๐œ†, berada pada sumbu-z, dapat memindahkan sebuah

    potongan kecil kertas ( bermuatan Q) yang diletakkan pada meja sejauh

    ๐‘Ÿ pada sumbu-r, maka besar gaya elektrostatik pada sisir atau spidol

    adalah sebagai berikut

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐‘‘๐‘„๐‘˜๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž๐‘ก

    ๐‘…2๐‘… =

    1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘„1๐‘‘๐‘„2๐‘…3/2

    ๐‘…

    ๐‘… = ๐‘Ÿ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘ง๐‘ง

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐œ† ๐‘‘๐‘™

    ๐‘…2๐‘…

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ† ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘ง๐‘ง )

    Pada komponen sumbu-z akan saling meniadakan

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ† ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ๐‘Ÿ )

    ๐น =๐‘„๐‘Ÿ๐œ†

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ )

  • Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 36

    ๐น =๐‘„๐‘Ÿ๐œ†๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 =

    ๐‘„๐œ†๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2 โˆ’

    โˆ’๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2

    ๐น =๐‘„๐œ†๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2 +

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2

    ๐น =๐‘„๐œ†๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ1 + ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ2 =

    ๐‘„2๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ๐ฟ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ1 + ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ2

    jika sudut ๐›ผ1 = 0๐‘œ dan ๐‘Ÿ โ‰ช ๐ฟ atau ๐›ผ2 โ‰… 90

    ๐‘œ , maka

    ๐น =๐‘„2

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ๐ฟ๐‘Ÿ

    Dari hasil eksperimen dapat diperlihatkan bahwa potongan kertas

    hanya akan bergerak pada sumbu-r saja. ( Gambar-3)

    Gambar-3 Potongan Kertas Terangkat ke Arah Sisir

    Pada percobaan berikutnya adalah kasus tutup botol air mineral

    yang digosokkan ke rambut. Tutup botol tersebut memiliki jejari ๐‘Ž (

    dapat dianggap sangat panjang dibandingkan panjang kertas) dan rapat

    muat permukaan adalah ๐œ. Pada jarak ๐‘ง tertentu diletakkan sebuah

    potongan kertas kecil, sehingga potongan kertas bermuatan Q dapat

    tertarik menuju tutup botol tersebut. Besar gaya elektrostatik dapat

    dijabarkan sebagai berikut

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ๐‘‘๐‘†

    ๐‘…2๐‘…

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ๐‘‘๐‘†

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 32

    (๐‘ง๐‘ง โˆ’ ๐‘Ÿ๐‘Ÿ )

  • Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 37

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ ๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘Ÿ ๐‘‘๐œ‘

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘ง๐‘ง )

    ๐น =๐‘„๐œ๐‘ง๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ

    ๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘Ÿ

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2

    ๐น =๐‘„๐œ๐‘ง๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ โˆ’

    1

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2

    ๐น =๐‘„๐œ๐‘ง๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ โˆ’

    1

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2

    0

    ๐‘Ž

    =๐‘„๐œ๐‘ง๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ

    1

    ๐‘ง2 โˆ’

    1

    ๐‘Ž2 + ๐‘ง2

    ๐น =๐‘„๐œ๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ

    ๐‘ง

    ๐‘ง 1 โˆ’

    ๐‘ง

    ๐‘Ž2 + ๐‘ง2 = ๐‘„

    ๐œ๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ

    Contoh lain adalah Saat sebuah balon pejal berisi suatu gas pada

    Gambar-1 didekatkan pada rambut, maka balon akan menarik rambut

    anda, hasil penjabaran persamaan gaya adalah sebagai berikut: dianggap

    bahwa panjang rambut adalah L dan densitas rambut ๐œ† dengan densitas

    volume balon ๐œŒ dan jejari balon ๐‘Ž

    ๐น =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐‘„๐‘‘๐‘ž

    (๐‘ง)2(๐‘ง )

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐œ†๐‘‘๐‘ง

    ๐‘ง2(๐‘ง )

    ๐น =๐œ†๐œŒ๐‘Ž3

    3๐œ€๐‘œ

    ๐‘‘๐‘ง

    (๐‘ง)2(๐‘ง )

    ๐น =๐œ†๐œŒ๐‘Ž3

    3๐œ€๐‘œ๐‘ง โˆ’

    1

    ๐‘ง ๐‘ง๐‘œ

    ๐‘ง๐‘œ+๐ฟ

    =๐œ†๐œŒ๐‘Ž3

    3๐œ€๐‘œ๐‘ง

    ๐‘ง๐‘œ

    ๐‘ง๐‘œ + ๐ฟ ๐‘ง๐‘œโˆ’

    ๐‘ง๐‘œ + ๐ฟ

    ๐‘ง๐‘œ + ๐ฟ ๐‘ง๐‘œ

    ๐น = โˆ’๐œ†๐œŒ๐‘Ž3๐ฟ

    3๐œ€๐‘œ

    1

    ๐‘ง๐‘œ + ๐ฟ ๐‘ง๐‘œ ๐‘ง

    Sebuah proses Xerographic ( ditemukan oleh Chester Carlson pada

    tahun 1940) adalah salah satu penerapan hukum Coloumb. Suatu

    silinder yang diberi lapisan tipis material fotokonduktif selenium atau

    kombinasi selenium ( fotokonduktif adalah suatu material yang

    memiliki sifat konduktifitas buruk pada kondisi gelap, sedangkan saat

    kondisi terang akan menjadi material konduktif). Selenium pada

  • Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 38

    kondisi gelap akan bermuatan muatan positif dan memiliki sifat

    konduktifitas yang buruk. Suatu lensa digunakan untuk memfokuskan

    cahaya agar gambar yang ingin dicetak dapat tertangkap pada lapisan

    selenium. Material fotokonduktif akan menjadi konduktif ( seperti

    bahan konduktor) hanya pada daerah yang diberi sinar dan membuat

    bagian yang menerima sinar akan membawa muatan positifnya karena

    cahaya membawa muatan pembawa ( charge carrier ) yang

    menghilangkan muatan positif pada selenium, sedangkan bagian yang

    gelap tetap bermuatan positif. Suatu bubuk powder toner yang

    bermuatan negative dihembuskan pada permukaan gelap tersebut,

    sehingga muatan negative toner tersebut akan menempel pada bahan

    fotokonduktif tersebut dan terbentuklah suatu gambar yang kemudian

    ditransfer ke lembaran kertas yang bermuatan positif dan kemudian

    toner tersebut dilewatkan pada suhu tinggi agar meleleh dan dapat

    menjadi suatu gambar yang permanen ( Dapat dilihat pada Gambar-4

    di bawah )

    Gambar-4 Proses Kerja Mesin Cetak

    Hasil penjabaran persamaan gaya adalah sebagai berikut ( dapat

    dilihat pada Gambar-5). Jika dianggap bahwa toner adalah muatan

  • Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 39

    negative sebesar Q dan silinder dengan panjang L dan jarak toner

    dengan silinder adalah ๐‘Ÿ, maka

    Gambar-5 Muatan Positif pada Selenium Memberi Gaya Tarik

    pada Toner

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐‘‘๐‘„๐‘˜๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž๐‘ก

    ๐‘…2๐‘… =

    1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘„1๐‘‘๐‘„2๐‘…3/2

    ๐‘…

    ๐‘… = ๐‘Ÿ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘ง๐‘ง

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐œ ๐‘‘๐œ‘๐‘‘๐‘™

    ๐‘…2๐‘…

    ๐น =๐‘„

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ ๐‘Ÿ๐‘‘๐œ‘ ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘ง๐‘ง )

    Pada komponen sumbu-z akan saling meniadakan

    ๐น =๐‘„๐‘Ÿ2

    2๐œ€๐‘œ

    ๐œ ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ )

    ๐น =๐‘„๐‘Ÿ2๐œ

    2๐œ€๐‘œ

    ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ )

    ๐น =๐‘„๐‘Ÿ2๐œ

    2๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ

    ๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 =

    ๐‘„๐œ

    2๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2 โˆ’

    โˆ’๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2

    ๐น =๐‘„๐œ

    2๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2 +

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2

    ๐น =๐‘„๐œ

    2๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ1 + ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ2 =

    ๐‘„2๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ๐ฟ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ1 + ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ2

    Dengan ๐œ = ๐‘„/2 ๐œ‹๐‘Ÿ๐ฟ yaitu besar rapat muatan luas.

  • Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 40

    2.3.Latihan Soal

    1. Dua buah muatan q dan -q terletak pada sumbu x, dengan

    koordinat a dan -a tentukan besar gaya coloumb yang dialami

    muatan Q yang diletakkan di bidang x-y !

    2. Delapan buah muatan ( dengan besar muatan q )diletakkan pada

    suatu daerah berbentuk kubus dengan panjang masing-masing

    adalah a, tentukan besar gaya coloumb yang dialami muatan Q

    yang diletakkan di salah satu sudutnya !

  • Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 41

    BAB 3 MEDAN LISTRIK DAN

    HUKUM GAUSS

    3.1.Pendahuluan

    Medan listrik , ๐ธ, dapat didefinisikan sebagai rasio dari besar gaya

    listrik terhadap muatan tertentu ( sebagai muatan uji positif). Medan E

    dapat dirumuskan sebagai berikut

    ๐ธ = 1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘„๐‘–๐‘…2

    ๐‘… =๐น

    ๐‘ž

    Dapat diperlihatkan interaksi suatu muatan terhadap muatan tes seperti

    pada Gambar-1 di bawah

    Gambar-1 Interaksi Suatu Muatan terhadap

    Muatan Uji

    3.2. Medan Listrik pada Suatu Muatan

    Dua buah muatan q dan -q terletak pada sumbu x, dengan koordinat

    a dan -a dapat ditentukan besar medan listrik yang dialami suatu titik

    medan yang diletakkan di bidang x-y

  • Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 42

    ๐ธ = 1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘„2๐‘…2

    ๐‘…

    ๐ธ (๐‘ž) =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘ž ๐‘ฆ๐‘ฆ + ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘Ž ๐‘ฅ

    ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘Ž 2 + ๐‘ฆ2 ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘Ž 2 + ๐‘ฆ2

    ๐ธ (โˆ’๐‘ž) =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    โˆ’๐‘ž ๐‘ฆ๐‘ฆ + ๐‘ฅ โˆ’ (โˆ’๐‘Ž) ๐‘ฅ

    ๐‘ฅ โˆ’ (โˆ’๐‘Ž) 2 + ๐‘ฆ2 ๐‘ฅ โˆ’ (โˆ’๐‘Ž) 2 + ๐‘ฆ2

    =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    โˆ’๐‘ž ๐‘ฆ๐‘ฆ + ๐‘ฅ + ๐‘Ž ๐‘ฅ

    ๐‘ฅ + ๐‘Ž 2 + ๐‘ฆ2 ๐‘ฅ + ๐‘Ž 2 + ๐‘ฆ2

    Maka

    ๐ธ = 1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘„2๐‘…2

    ๐‘…

    ๐ธ =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘ž ๐‘ฆ๐‘ฆ + ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘Ž ๐‘ฅ

    ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘Ž 2 + ๐‘ฆ2 ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘Ž 2 + ๐‘ฆ2

    โˆ’1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘ž ๐‘ฆ๐‘ฆ + ๐‘ฅ + ๐‘Ž ๐‘ฅ

    ๐‘ฅ + ๐‘Ž 2 + ๐‘ฆ2 ๐‘ฅ + ๐‘Ž 2 + ๐‘ฆ2

    Pada kasus tutup botol air mineral yang digosokkan ke rambut.

    Tutup botol memiliki jejari ๐‘Ž ( dapat dianggap sangat panjang

    dibandingkan panjang kertas) dan rapat muat permukaan adalah ๐œ. Pada

    jarak ๐‘ง tertentu diletakkan sebuah potongan kertas kecil, sehingga

    potongan kertas bermuatan Q ( sebagai mutan uji)dapat tertarik menuju

    tutup botol tersebut. Besar medan elektrostatik dapat dijabarkan sebagai

    berikut

    ๐ธ =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ๐‘‘๐‘†

    ๐‘…2๐‘…

    ๐ธ =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ๐‘‘๐‘†

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 32

    (๐‘ง๐‘ง โˆ’ ๐‘Ÿ๐‘Ÿ )

  • Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 43

    ๐ธ =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ ๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘Ÿ ๐‘‘๐œ‘

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘ง๐‘ง )

    ๐ธ =๐œ๐‘ง๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ

    ๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘Ÿ

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2

    ๐ธ =๐œ๐‘ง๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ โˆ’

    1

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2

    ๐ธ =๐œ๐‘ง๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ โˆ’

    1

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2

    0

    ๐‘Ž

    =๐œ๐‘ง๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ

    1

    ๐‘ง2 โˆ’

    1

    ๐‘Ž2 + ๐‘ง2

    ๐ธ =๐œ๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ

    ๐‘ง

    ๐‘ง 1 โˆ’

    ๐‘ง

    ๐‘Ž2 + ๐‘ง2

    besar medan E pada dua buah plat sejajar (Kapasitor) seperti pada

    Gambar-2 di bawah dapat dijabarkan sebagai berikut

    Gambar-2 Bentuk Pergerakan Medan E dari Muatan Positif ke

    Muatan negatif

    Saat titik medan diletakkan di tengah, maka besar medan listrik

    resultannya adalah gabungan 2 medan pada pelat seperti pada

    Gambar-3 di bawah

    Gambar-3 Medan E pada Berbagai Posisi

  • Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 44

    ๐ธ โˆ’๐‘Ž < ๐‘ง < ๐‘Ž =๐œ๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ+

    ๐œ๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ=๐œ๐‘ง

    ๐œ€๐‘œ

    ๐ธ ๐‘ง > ๐‘Ž =๐œ๐‘ง

    2๐œ€๐‘œโˆ’

    ๐œ๐‘ง

    2๐œ€๐‘œ= 0

    Sebuah Spidol tulis (setelah digosokkan ke rambut) dengan panjang

    tertentu (2L) dan rapat muat panjang ๐œ†, berada pada sumbu-z, dapat

    memindahkan sebuah potongan kecil kertas ( bermuatan uji Q) yang

    diletakkan pada meja sejauh ๐‘Ÿ pada sumbu-r, maka besar medan

    elektrostatik adalah sebagai berikut

    ๐ธ =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐‘‘๐‘„๐‘˜๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž๐‘ก

    ๐‘…2๐‘… =

    1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘„1๐‘‘๐‘„2๐‘…3/2

    ๐‘…

    ๐‘… = ๐‘Ÿ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘ง๐‘ง

    ๐ธ =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ ๐œ† ๐‘‘๐‘™

    ๐‘…2๐‘…

    ๐ธ =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ† ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘ง๐‘ง )

    Pada komponen sumbu-z akan saling meniadakan

    ๐ธ =1

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐œ† ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ๐‘Ÿ )

    ๐ธ =๐‘Ÿ๐œ†

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘‘๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 3/2(๐‘Ÿ )

    ๐ธ =๐‘Ÿ๐œ†๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ

    ๐‘ง

    ๐‘Ÿ2 ๐‘Ÿ2 + ๐‘ง2 =

    ๐œ†๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2 โˆ’

    โˆ’๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2

    ๐ธ =๐œ†๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2 +

    ๐ฟ

    ๐‘Ÿ2 + ๐ฟ2

    ๐ธ =๐œ†๐‘Ÿ

    4๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ1 + ๐‘ ๐‘–๐‘›๐›ผ2

    3.3. Hukum Gauss

    Teori divergensi atau teori Gauss ( hukum Gauss): jika ๐‘‰ adalah

    sebuah daerah padatan yang memiliki daerah batas permukaan ๐ด dan

  • Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 45

    memiliki vektor satuan normal bidang ke arah luar. Jika terdapat suatu

    medan listrik ๐ธ pada material tersebut, maka berdasarkan teori

    divergensi medan listrik dapat dijabarkan sebagai berikut

    โˆ‡.๐ธ =ฯ

    ๐œ€๐‘œ

    ๐ธ โˆ™ ๐‘› ๐‘‘๐ด๐‘†

    =1

    ๐œ€๐‘œ โˆ‡ โˆ™ ๐ธ dV

    ๐‘‰

    =1

    ๐œ€๐‘œ ฯdV

    ๐‘‰

    =๐‘„๐‘š๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘›

    ๐œ€๐‘œ

    Suatu medan vektor ๐ธ dengan sebuah divergensi dapat diterangkan

    seperti pada Gambar-4 di bawah

    Gambar-4 Divergensi dari Medan E

    Spidol tulis (setelah digosokkan ke rambut) dengan panjang

    takhingga dan rapat muat panjang ๐œ†, berada pada sumbu-z, dapat

    memindahkan sebuah potongan kecil kertas ( bermuatan Q) yang

    diletakkan pada meja sejauh ๐‘Ÿ pada sumbu-r, maka besar medan

    elektrostatik dengan menggunakan hukum Gauss adalah sebagai

    berikut ( Gambar-5)

    Gambar-5 Medan Listrik pada Spidol

  • Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 46

    ๐ธ โˆ™ ๐‘› ๐‘‘๐ด๐‘†

    =1

    ๐œ€๐‘œ ฯdV

    ๐‘‰

    =๐‘„๐‘š๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘›

    ๐œ€๐‘œ

    ๐ธ ๐‘Ÿ โˆ™ ๐‘‘๐ด(๐‘Ÿ ) =1

    ๐œ€๐‘œ ๐œ† ๐‘‘๐‘ง

    ๐ธ๐‘Ÿ๐‘‘๐œ‘๐‘‘๐‘ง =๐‘„

    ๐œ€๐‘œ

    Q adalah muatan dengan rapat muat garis dan memiliki panjang l

    ๐ธ 2๐œ‹๐‘Ÿ๐‘™ =๐œ†๐‘™

    ๐œ€๐‘œ

    ๐ธ =๐œ†

    2๐œ‹๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ๐‘Ÿ

    Besar medan E pada kasus tutup botol air mineral yang digosokkan

    ke rambut dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Gauss

    sebagai berikut seperti pada Gambar-6

    Gambar-6 Medan Listrik pada Permukaan Datar

    ๐ธ โˆ™ ๐‘› ๐‘‘๐ด๐‘†

    =1

    ๐œ€๐‘œ ฯdV

    ๐‘‰

    =๐‘„๐‘š๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘›

    ๐œ€๐‘œ

    ๐ธ ๐‘ง .๐‘‘๐ด ๐‘ง + ๐ธ โˆ’๐‘ง .๐‘‘๐ด โˆ’๐‘ง + ๐ธ ๐‘ง .๐‘‘๐ด ๐‘Ÿ =1

    ๐œ€๐‘œ ๐œ ๐‘‘๐ด

    ๐ธ ๐‘ง .๐‘‘๐ด ๐‘ง + ๐ธ ๐‘ง .๐‘‘๐ด ๐‘ง + 0 =1

    ๐œ€๐‘œ ๐œ ๐‘‘๐ด

  • Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 47

    2 ๐ธ๐œ–๐‘œ๐‘‘๐ด = ๐œ ๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘Ÿ ๐‘‘๐œ‘

    2 ๐ธ๐œ€๐‘œ๐‘‘๐ด = ๐œ ๐‘‘๐ด

    ๐ธ =๐œ

    2๐œ€๐‘œ๐‘ง

    Dapat ditentukan besar medan listrik ๐ธ dari sebuah silinder pejal

    dengan jejari ๐‘Ž dan panjang ๐ฟ yaitu sebagai berikut

    ๐‘Ÿ < ๐‘Ž

    ๐ธ โˆ™ ๐‘› ๐‘‘๐ด๐‘†

    =1

    ๐œ€๐‘œ ฯdV

    ๐‘‰

    =๐‘„๐‘š๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘›

    ๐œ€๐‘œ

    ๐ธ ๐‘Ÿ .๐‘‘๐ด ๐‘ง + ๐ธ ๐‘Ÿ .๐‘‘๐ด โˆ’๐‘ง + ๐ธ ๐‘Ÿ .๐‘‘๐ด ๐‘Ÿ = ๐œŒ ๐‘‘๐‘‰

    ๐ธ ๐‘Ÿ .๐‘‘๐ด ๐‘Ÿ = ๐œŒ ๐‘‘๐‘‰

    ๐ธ ๐‘Ÿ ๐‘‘๐œ‘๐‘‘๐‘ง = ๐œŒ ๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘Ÿ๐‘‘๐œ‘๐‘‘๐‘ง

    ๐œ€๐‘œ๐ธ 2๐œ‹๐‘Ÿ๐ฟ = ๐œŒ๐œ‹๐‘Ÿ2๐ฟ

    ๐ธ =๐œŒ๐‘Ÿ

    2๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ

    ๐‘Ÿ > ๐‘Ž

    ๐ธ ๐‘‘๐‘  =1

    ๐œ€๐‘œ ๐œŒ ๐‘‘๐‘‰

    ๐ธ ๐‘Ÿ ๐‘‘๐œ‘๐‘‘๐‘ง =1

    ๐œ€๐‘œ ๐œŒ ๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘Ÿ๐‘‘๐œ‘๐‘‘๐‘ง

    ๐œ€๐‘œ๐ธ 2๐œ‹๐‘Ÿ๐ฟ = ๐œŒ๐œ‹๐‘Ž2๐ฟ

    ๐ธ =๐œŒ๐‘Ž2

    2๐œ€๐‘œ๐‘Ÿ๐‘Ÿ

    3.4.Latihan Soal

  • Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 48

    1. Dua buah muatan q dan -q terletak pada sumbu x, dengan

    koordinat a dan -a tentukan besar medan listrik yang dialami

    muatan uji Q yang diletakkan di bidang x-y !

    2. Delapan buah muatan ( dengan besar muatan q )diletakkan pada

    suatu daerah berbentuk kubus dengan panjang masing-masing

    adalah a, tentukan besar medan listrik yang dialami muatan uji

    Q yang diletakkan di salah satu sudutnya !

  • Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 49

    BAB 4 KONDUKTOR DALAM MEDAN

    LISTRIK

    4.1.Pendahuluan

    Pada material elektrostatik dapat didefinisikan bahwa besar

    medan listrik statis adalah sebesar ๐ธ = โˆ’โˆ‡๐œ‘ dengan โˆ‡ ร— ๐ธ = 0

    atau โˆ‡ ร— โˆ‡๐œ‘ = 0 untuk medan listrik konservatif dan ๐œ‘ adalah

    potensial skalar listrik. Pada hukum Gauss dapat dihubungkan

    dengan skalar potensial menggunakan โˆ‡ โˆ™ ๐‘ฌ = โˆ’โˆ‡2๐œ‘ = ๐œŒ/๐œ€๐‘œ

    Bahan konduktor dapat didefinisikan sebagai bahan yang mana

    muatan-muatannya dapat bergerak bebas dalam pengaruh medan

    listrik. Contoh paling umum adalah logam, yang mana partikel yang

    bergerak adalah elektron bebas. Jika sebuah medan listrik

    dihadirkan pada sebuah konduktor, maka muatan-muatannya akan

    bergerak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ๐‘ฌ = ๐ŸŽ pada semua

    daerah titik didalam konduktor . pada daerah didalam konduktor

    ๐ธ = 0

    โˆ†๐œ‘ = ๐‘๐‘œ๐‘›๐‘ ๐‘ก

    Pada derah permukaan konduktor adalah permukaan ekuipotensial

    , sehingga

    ๐ธ ๐‘ ๐‘ข๐‘Ÿ๐‘“๐‘Ž๐‘๐‘’ โ‰  0

    โˆ†๐œ‘ = ๐‘๐‘œ๐‘›๐‘ ๐‘ก

    Sekarang, jika sebuah medan listrik dihadirkan dalam sebuah

    konduktor, maka muatan-muatannya akan bergerak, sehingga kita

    tidak akan menemukan situasi yang statis, sehingga E didalam

    konduktor haruslah ๐ธ = 0. Dapat diperlihatkan pada Gambar-1

    bentuk Kapasitor

  • Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 50

    Gambar-1 Kapasitor dengan Konduktor Silinder

    Penggunaan konduktor pertama kali digunakan di elektrostatik

    adalah sebagai tempat penyimpanan/ storage dari muatan listrik,

    konduktor dapat dimuati, sebagai contoh dengan memberinya

    sebuah potensial seperti battery. Kapasitor berfungsi sebagai

    penyimpan muatan dan seberapa besar kuantitas kasitor tersebut

    menyimpan muatan dinamakan kapasitansi. Kapasitor elektrostatik

    adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik

    dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang

    popular serta murah untuk membuat kapasitor yang

    kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa ๐œ‡F,

    yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan

    frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah

    bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene

    terephthalate atau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene,

    polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.

    ๐ถ = ๐‘„/โˆ†๐œ‘

    โˆ†๐œ‘ = ๐œ‘1(๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘š๐‘ข๐‘˜๐‘Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘‘๐‘Ž๐‘™๐‘Ž๐‘š ) โˆ’ ๐œ‘2(๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘š๐‘ข๐‘˜๐‘Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘™๐‘ข๐‘Ž๐‘Ÿ ) = ๐‘ฌ .๐’…๐’2

    1

    =๐‘„

    ๐ถ

    โˆ†๐œ‘ = ๐œ‘1(๐‘š๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘› +) โˆ’ ๐œ‘2(๐‘š๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘› โˆ’) = ๐‘ฌ .๐’…๐’2

    1

    =๐‘„

    ๐ถ

    permukaan


Top Related