i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK
BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III
DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
LANGGA CINTIA DESSI
NIM 11510089
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
ii
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK
BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III
DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
LANGGA CINTIA DESSI
NIM 11510089
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Langga Cintia Dessi
NIM : 11510089
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK
BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN
KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI
DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 12 Januari 2015
Pembimbing
v
SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR
SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN
2014/2015
DISUSUN OLEH
LANGGA CINTIA DESSI
NIM : 11510089
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 Februari 2015 dan
telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Panitia : Peni Susapti, M.Si.
Sekretaris Penguji : Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.
Penguji I : Drs. Bahroni, M.Pd.
Penguji II : Sri Guno Najib Caqoqo. S.Pd.I., MA.
Salatiga, 20 Februari 2015
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
NIP. 19670112 199203 1 005
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Langga Cintia Dessi
NIM : 11510089
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 12 Januari 2015
Yang menyatakan,
Langga Cintia Dessi
vii
MOTTO
... .... ...
Artinya: (2) ... Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar. (3) Dan memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya .... (4) ... Dan barang siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
(QS. Ath-Thalaq: 2,3,4 )
PERSEMBAHAN
viii
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Somo Santoso dan Ibu Yuliyanti yang
selalu memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga.
Terimakasih Ibu... Terimakasih Bapak...
2. Kedua adikku tersayang, adik Ria dan Wicak yang selalui mewarnai
hidupku dengan canda dan tawa.
3. Lek Nawir, Lek Lia, Lek Ronah, yang telah menjadi orang tua kedua
bagiku yang selalu memberikan dukungan dan nasehat.
4. Dosen pembimbing skripsiku Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.
5. Para Dosenku.
6. Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2010
yang telah berjuang bersama.
KATA PENGANTAR
ix
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya pada yaumul akhir nanti.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK
BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL
HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015”.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan
bijaksana sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang
bermanfaat hingga studi ini selesai.
5. Bapak dan Ibu staf perpustakaan yang telah membantu menyediakan fasilitas
untuk mencari sumber yang relevan dengan skripsi ini.
6. Bapak Arifin, S.Pd.I.,MM., selaku Kepala MI Nurul Huda Raji yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah
yang Beliau pimpin.
x
7. Bapak Sulaiman S.Pd.I., selaku Guru Kelas III MI Nurul Huda Raji yang telah
berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung.
8. Bapak (Somo Santoso) dan Ibu (Yuliyanti) tercinta yang senantiasa
mendo’akan dan memberikan semangat untuk penulis.
9. Adik-adik tersayang Ria dan Wicak yang selalu menjadi sumber motivasi bagi
penulis.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat
ganda. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini memberikan manfaat
bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan
pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika untuk pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah.
Salatiga, 12 Januari 2015
Penulis
xi
ABSTRAK
Dessi, Langga Cintia. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Matematika Pokok Bahasan Hubungan Antar Satuan Kelas III Di MI Nurul Huda
Raji Demak Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si.,M.Pd.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif NHT dan hasil belajar
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran
matematika pokok bahasan hubungan antar satuan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas III di MI Nurul Huda Raji
Demak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika, yang ditunjukkan dengan nilai sebagian besar siswa yang belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pokok bahasan hubungan antar satuan.
Hal ini diduga dikarenakan kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Peneliti
ingin mencoba menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Penelitian yang peneliti ambil adalah dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok untuk berpikir bersama dengan ciri utamanya penunjukan siswa
secara acak untuk menjawab pertanyaan. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar
satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015? Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran
matematika pokok bahasan hubungan antar satuan setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas III di MI Nurul Huda Raji
Demak tahun ajaran 2014/2015.
Guna menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Nurul Huda Raji
Demak yang berjumlah 25 siswa , terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga kali siklus pembelajaran. Setiap siklus
terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data dalam
penelitian ini diambil melalui tes, wawancara, observasi, serta dokumentasi. Data dianalisis
secara statistik menggunakan rumus persentase.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran
matematika pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak
tahun ajaran 2014/2015. Terbukti pada siklus I terdapat 8 siswa atau 34,78% siswa yang
tuntas belajar dengan nilai rata-rata 49,13. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar ada
16 siswa atau 66,7% dengan nilai rata-rata 62,5. Pada siklus III terdapat 22 siswa yang tuntas
belajar atau 91,67% dengan nilai rata-rata 85,20. Hasil belajar pada siklus III menunjukkan
bahwa ketuntasan klasikal yang diharapkan sudah tercapai yaitu (91,67%) siswa yang tuntas belajar.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................i
LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ii
JUDUL ...............................................................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iv
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...........................................................vi
MOTTO ..............................................................................................................vii
PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ix
ABSTRAK ..........................................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ................................8
E. Kegunaan Penelitian ...........................................................................8
F. Definisi Operasional ...........................................................................10
G. Metode Penelitian ...............................................................................13
H. Sistematika Penulisan .........................................................................20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif .........................................................22
1. Pembelajaran ...............................................................................22
xiii
a. Definisi Pembelajaran ............................................................22
b. Tujuan Pembelajaran .............................................................23
c. Unsur-Unsur Pembelajaran ....................................................24
d. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar ....................25
2. Model Pembelajaran ....................................................................26
a. Definisi Model Pembelajaran ................................................26
b. Macam-macam Model Pembelajaran ....................................27
3. Pembelajaran Kooperatif .............................................................28
a. Definisi Pembelajaran Kooperatif .........................................28
b. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ...............................30
c. Perbedaan antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok
Kecil .......................................................................................32
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ...........................................33
e. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif .34
f. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif .......................38
g. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ........................39
h. Pengelompokan dalam Pembelajaran Kooperatif ..................42
B. Numbered Head Together (NHT).......................................................43
1. Definisi Numbered Head Together (NHT) ..................................43
2. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) ...........................................................................................44
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) ...........................................................................47
C. Hasil Belajar .......................................................................................48
1. Belajar ..........................................................................................48
a. Definisi Belajar ......................................................................48
b. Prinsip-prinsip Belajar ...........................................................49
c. Tujuan Belajar .......................................................................50
2. Hasil Belajar ................................................................................50
a. Definisi Hasil Belajar ............................................................50
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..................52
xiv
D. Mata Pelajaran Matematika ................................................................54
1. Hakikat Matematika ....................................................................54
2. Pembelajaran Matematika di SD/MI ...........................................55
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI ............56
4. Ruang Lingkup ............................................................................58
5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI
Kelas III Semester I .....................................................................59
E. Materi Hubungan Antar Satuan ..........................................................60
1. Hubungan Antar Satuan Waktu ...................................................60
2. Hubungan Antar Satuan Panjang .................................................62
3. Hubungan Antar Satuan Berat .....................................................63
F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) Dalam Pembelajaran Matematika ..........................................64
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...........................................................68
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II .........................................................73
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ........................................................79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................86
B. Pembahasan ........................................................................................111
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................114
B. Saran ...................................................................................................114
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................116
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ...........................................31
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil .........32
Tabel 2.3 Langkah-langkah Penerapan Numbered Head Together (NHT) .......45
Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI
Kelas III Semester I ...........................................................................59
Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I ....................................................86
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ........................................................88
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I .......................................................91
Tabel 4.4 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ..................................................97
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II .......................................................99
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II .....................................................101
Tabel 4.7 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III .................................................106
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Guru Siklus III .....................................................108
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Siswa Siklus III ....................................................110
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa .....................................................111
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan .................................................14
Gambar 2.1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif .....................30
Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I .................88
Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ................98
Gambar 4.3 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ..............107
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Siklus II
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Siklus III
Lampiran 7 Lembar Pre Test Siklus I
Lampiran 8 Lembar Post Test Siklus I
Lampiran 9 Lembar Post Test Siklus II
Lampiran 10 Lembar Post Test Siklus III
Lampiran 11 Lembar Pedoman Wawancara
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 13 Pembagian Kelompok
Lampiran 14 Nilai Ulangan Harian Tahun Ajaran 2013/2014
Lampiran 15 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 16 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 19 Nilai SKK Mahasiswa
Lampiran 20 Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang memang selama ini
menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Semua kemajuan
zaman, perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia tidak terlepas dari
unsur matematika. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak
akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini (Fathani, 2009:5).
Senada dengan pendapat di atas Jannah (2011:52) mengemukakan
bahwa matematika merupakan dasar bagi ilmu-ilmu lain, terutama ilmu yang
berkutat dengan angka dan hitung-hitungan. Sehingga mempelajari
matematika secara tidak langsung juga membuka pintu bagi ilmu-ilmu eksak
lainnya untuk dipelajari. Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 5:
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui” (QS. Yunus:5).
2
Ilmu matematika sebagai ilmu hitung pada dasarnya adalah ilmu yang
memiliki fungsi luas dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, baik orang bodoh
maupun pandai secara akademik, tanpa sadar selalu menggunakan ilmu
matematika dalam kehidupan sehari-hari, meski dalam konsep yang
sederhana (Jannah, 2011:21).
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan
pada jenjang sekolah dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, Daryanto dan
Rahardjo (2012:240) menyatakan bahwa, “Mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama”. Belajar matematika
merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar
secara kritis, kreatif, dan aktif (Susanto, 2013:183).
Harus diakui, selama ini memang tidak mudah mengajarkan
matematika kepada siswa. Dalam realita di lapangan matematika menjadi
momok yang menakutkan bagi sebagian siswa. Dalam lingkup matematika,
berhitung, rumus-rumus, angka, merupakan hal yang menakutkan, membuat
kepala pusing, membosankan, menguras pikiran dan sangat tidak disukai oleh
siswa. Dalam hal ini Jannah (2011:25) berpendapat bahwa, “Yang membuat
matematika kelihatan susah dan menjadi momok menakutkan dikalangan
siswa adalah adanya faktor lain dari matematika itu sendiri, seperti
lingkungan, metode pembelajaran, guru, dan lain sebagainya”. Memang tidak
3
bisa dipungkiri bahwa selama ini penggunaan metode yang kurang bervariasi
dan cenderung bersifat monoton dengan menggunakan metode konvensional
ceramah masih menjadi permasalahan klasik dalam proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Ahmadi dan Amri (2011:95).
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal
(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik.
Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa
masih sangat memprihatinkan, prestasi ini tentunya merupakan hasil
kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak
menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana
sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih
subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih
memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak
didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam
proses berpikirnya.
Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti, kondisi pembelajaran
seperti di atas peneliti temukan dalam proses pembelajaran matematika di MI
Nurul Huda Raji. Guru masih menerapkan metode konvensional ceramah,
sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung masih ditemukan ada
siswa yang tengah mengantuk terutama siswa yang duduk di barisan
belakang, mengerjakan tugas lain, bermain, mengobrol dengan temannya, dan
berceloteh sendiri. Peneliti juga menemukan bahwa siswa sangat pasif sekali
dan merasa enggan bila diminta oleh guru untuk maju ke depan mengerjakan
tugas yang telah diberikan. Kondisi seperti ini mengakibatkan kurangnya
perhatian dan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga dapat
mengakibatkan rendahnya daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan
dan dapat mempengaruhi hasil belajar yang belum sesuai dengan KKM yang
diharapkan.
4
Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti dengan wali kelas III
selain menggunakan metode konvensional ceramah, guru juga menerapkan
metode kerja kelompok, namun metode kelompok yang diterapkan masih
sebatas kerja kelompok yang bersifat tradisional yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Metode
semacam ini tentu kurang memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil
belajar siswa dikarenakan kurang memperhatikan keterlibatan seluruh
anggota kelompok, sering ditemukan ada beberapa siswa yang santai hanya
sekedar ikut-ikutan dan tidak berkontribusi dalam kegiatan diskusi kelompok.
Hubungan antar satuan merupakan pokok bahasan yang diajarkan pada
siswa kelas III semester I. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali
kelas III hasil belajar pada pokok bahasan tersebut kurang memuaskan. Pada
pokok bahasan tersebut siswa masih mengalami kesulitan. Hal tersebut
dikarenakan siswa masih kurang paham dengan dasar-dasar satuan tersebut
sehingga kesulitan bila diminta untuk mengubahnya ke satuan yang lain.
Berdasarkan pengamatan tentang pembelajaran matematika pada
ulangan harian pokok bahasan hubungan antar satuan pada tahun ajaran
2013/2014 di MI Nurul Huda Raji diperoleh data dari 30 siswa hanya 13
siswa yang mencapai ketuntasan minimal. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa baru 43,33% siswa yang mencapai KKM. KKM untuk
mata pelajaran matematika di MI Nurul Huda adalah 65.
Berdasarkan data di atas sudah selayaknya guru membuat suatu
terobosan dalam hal pemilihan model dan metode yang tepat dalam
5
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran
matematika. Menurut Bourne dalam Fathani (2009:19) matematika sebagai
konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar
dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hanbury dalam Yamin dan
Ansari (2009:94) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran matematika yang
sesuai dengan teori konstruktivisme, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi
pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2)
belajar matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3)
strategi siswa lebih bermanfaat, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk
berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dengan temannya.
Salah satu model pembelajaran yang berbasiskan teori konstruktivisme
sosial dan dapat mengakomodasi kepentingan untuk melibatkan siswa secara
aktif berinteraksi dengan lingkungannya dalam mengatasi masalah rendahnya
hasil belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus
didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-
kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung
jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain. (Roger dalam Huda,
2013:29).
Melalui pembelajaran kooperatif akan membantu mempermudah
pemahaman siswa. Interaksi antar anggota kelompok memungkinkan
terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling
6
bertanya, dan saling menjelaskan. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat
mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan
itu karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atau guru (Yamin dan
Ansari, 2009:15).
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Unsur-unsur tersebut antara lain saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individu, interaksi promotif, komunikasi antar anggota dan pemrosesan
kelompok (Suprijono, 2013:58).
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama
merupakan varian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto
(2009:82) Numbered Head Together (NHT) dirancang untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ciri
khasnya adalah guru menunjuk salah satu nomor (siswa) secara acak untuk
mempresentasikan hasil kegiatan berpikir besama kelompoknya. Pemanggilan
siswa secara acak akan menjamin keterlibatan total semua siswa, karena
dengan pemanggilan secara acak siswa menjadi siap semua. Model Numbered
Head Together (NHT) juga dapat meningkatkan tanggung jawab dan
kerjasama diantara anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok selain
bertanggung jawab atas pembelajarannya juga bertanggung jawab atas
pembelajaran anggota kelompoknya. Tanggung jawab tersebut dapat
7
diwujudkan dengan memberikan bantuan berupa penjelasan dari siswa yang
lebih mampu kepada siswa yang kurang mampu.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah ini sangat menarik
untuk diangkat menjadi suatu penelitian dengan judul “PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN
HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA
RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan
hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran
2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar
satuan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada siswa kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak Tahun
ajaran 2014/2015.
8
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul (Arikunto, 2010:110).
Berdasarkan definisi di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut: “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran
matematika pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul
Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015”.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan
tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang dapat dirumuskan oleh
peneliti adalah sebagai berikut: hasil belajar siswa kelas III yang
mencapai KKM pada pokok bahasan hubungan antar satuan mengalami
peningkatan pada setiap tahapan siklus pembelajaran dengan ketuntasan
klasikal mencapai siswa yang tuntas belajar pada akhir
pelaksanaan siklus pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
9
Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran ilmu pengetahuan dalam pemilihan model pembelajaran,
khususnya pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada pelajaran matematika di MI Nurul Huda Raji
Demak.
2. Manfaat praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi peneliti, guru, siswa dan sekolah.
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman secara langsung
dalam proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sehingga dapat
diterapkan dan dikembangkan kelak saat terjun di lapangan sebagai
model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru
untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Togethter (NHT) dalam pelajaran matematika pada pokok
bahasan lain sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
10
c. Bagi siswa
1) Memperoleh pengalaman suasana belajar baru yang
menyenangkan dan berkesan pada pelajaran matematika sehingga
akan meningkatkan hasil belajar matematika.
2) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
hasil belajarnya khususnya pada materi hubungan antar satuan.
3) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa
dalam kegiatan diskusi.
d. Bagi sekolah
1) Memberikan kontribusi bagi perbaikan dalam proses pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) pada khususnya dan kemajuan sekolah
pada umumnya.
2) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran MI Nurul Huda Raji,
karena terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran judul di atas, maka
akan dijelaskan arti kata-kata yang terangkum di dalamnya, yaitu:
11
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif
Menurut Poerwadarminta (2006:1258) penerapan adalah pemasangan;
pengenaan; perihal mempraktekkan.
Menurut Poerwadarminta (2006:773) model adalah contoh; pola; acuan;
ragam (macam).
Menurut Trianto (2009:17) pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar
dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
Huda (2013:31) menyatakan bahwa dalam konteks pengajaran,
pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai pembentukan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut
untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan
pembelajaran siswa-siswa lain.
Jadi, penerapan model pembelajaran kooperatif adalah mempraktekkan
pola pembelajaran dengan mengarahkan siswa dalam hal pembentukan
kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama dalam
meningkatkan pembelajaranya dan anggota kelompoknya untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
2. Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) yaitu teknik belajar mengajar kepala
bernomor. Teknik yang dikembangkan oleh Russ Frank ini merupakan
teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing
12
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda,
2013:138). Ciri utama dari Numbered Head Together (NHT) yaitu
pembagian siswa ke dalam kelompok-kelompok dan diberi nomor. Setiap
kelompok akan diberi tugas dan diminta untuk berpikir bersama.
Kemudian, guru akan memanggil salah satu nomor secara acak untuk
mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya.
3. Meningkatkan
Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi;
memperhebat (produksi dsb) (Poerwadarminta, 2006:1280).
4. Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005:22).
Hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai post test pada akhir proses
pembelajaran.
5. Matematika
Matematika adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan angka-
angka untuk menghitung berbagai benda ataupun yang lainnya (Jannah,
2011:17). Dalam penelitian ini, materi matematika yang menjadi obyek
penelitian adalah tentang hubungan antar satuan.
13
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang istilah dalam Bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research
(CAR). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran
(Susilo, 2010:16). Sedangkan pendapat lain mengemukakan PTK adalah
kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan
merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan
melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di
kelasnya (Kunandar, 2011:46).
Penelitian Tindakan kelas ini, dilakukan secara kolaboratif dan
partisipatif oleh peneliti dalam praktik pembelajarannya. Alasan peneliti
menggunakan jenis penelitian tindakan kelas karena melalui penelitian ini
peneliti dapat berkolaborasi dan berpartisipasi dalam merancang,
melaksanakan dan merefleksikan pembelajaran guna memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas melalui model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT).
Model yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini
berdasarkan pada model yang dikembangkan Kemmis & Mc Taggart.
Terdapat empat tahap dalam PTK yaitu: penyusunan rencana, tindakan,
14
observasi, dan refleksi. Skema PTK dapat dilihat pada gambar 1.1 di
bawah ini:
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan Diambil dari
Arikunto (2010:137)
2. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Nurul Huda Raji
yang beralamat di Desa Raji RT.04, RW.02, Kecamatan/Kabupaten
Demak. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI
Nurul Huda Raji Demak yang berjumlah 25 siswa, yang terdiri dari 8
siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Karakteristik siswa secara lebih
detail dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Usia rata-rata 8 tahun.
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan SIKLUS II
Pengamatan
?
15
b. Tingkat kemampuan siswa rata-rata sedang ( 8 siswa masuk kategori
prestasi tinggi, 14 siswa kategori sedang, dan 3 siswa kategori
rendah).
c. 1 orang siswa sering tidak masuk.
d. Siswa sering tidak mengerjakan PR.
e. Siswa kurang memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.
f. Siswa malu bertanya.
g. Latar belakang ekonomi orang tua sebagian besar buruh tani dan
tani.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I yaitu bulan Oktober-
November yang terdiri dari 3 siklus. Penelitian pembelajaran matematika
dilaksanakan beberapa kali sesuai dengan jam pelajaran matematika yang
ada di MI Nurul Huda Raji yaitu pada hari Selasa dan Rabu. Waktu
pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan siklus I, tanggal 28 Oktober 2014.
b) Kegiatan siklus II, tanggal 29 Oktober 2014.
c) Kegiatan siklus III, tanggal 4 November 2014.
3. Langkah-langkah
Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari
empat tahapan penting, meliputi: perencanaan (planning), tindakan
(acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Keempat langkah
tersebut saling berkaitan dalam pelaksanaan penelitian yang disebut
dengan istilah satu siklus.
16
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam
sebuah penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan
meliputi:
1) Merancang desain pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT),
yaitu dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
2) Mempersiapkan media yang akan digunakan.
3) Membuat lembar kerja siswa (LKS), lembar evaluasi siswa serta
lembar pengamatan.
4) Membuat topi penomoran siswa.
5) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok heterogen.
b. Tindakan (acting)
Tindakan (acting) adalah implementasi isi rancangan di dalam
kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2010:139).
Pada tahap ini guru mengimplementasikan tindakan dalam proses
pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat
sebelumnya.
c. Pengamatan (observing)
Kegiatan pengamatan (observing) dilakukan untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran secara lengkap dan objektif tentang
17
perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan
(aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi adalah kegiatan merenungkan kembali apa yang sudah
terjadi. Pada tahap refleksi guru dan tim pengamat melakukan upaya
evaluasi dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang
muncul di kelas yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari
pengaruh tindakan yang telah dirancang. Melalui refleksi ini maka
peneliti akan menentukan keputusan untuk siklus lanjutan ataukah
berhenti karena masalahnya telah terpecahkan.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
tindakan ini adalah:
a. Soal Tes.
b. Lembar pedoman wawancara.
c. Lembar pedoman pengamatan (observasi).
5. Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah data-data yang berhubungan dengan hasil belajar siswa.
Pengumpulan data sebagai berikut:
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
18
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2010:193). Tes digunakan untuk data tentang hasil belajar
siswa.
b. Wawancara
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer) (Arikunto, 2010:198). Wawancara
digunakan untuk mendapatkan data tentang pokok bahasan yang
kurang memenuhi KKM dan metode yang sering diterapkan di kelas
sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c. Observasi
Menurut Arikunto (2010:199), “Observasi adalah metode
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra”. Menurut Kunandar (2011:73) objek observasi
adalah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya, keadaan dan
kendala tindakan direncanakan pengaruhnya, serta persoalan lain
yang timbul dalam konteks terkait.
d. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
19
sebagainya (Arikunto, 2010:201). Dokumentasi dapat berupa foto-
foto kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, data diri siswa, dan
jadwal mata pelajaran.
6. Analisis Data
Analisis data adalah menganalisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk
perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2011:85). Analisis data dilakukan
peneliti bersama dengan kolaborator yaitu guru matematika kelas III
dengan cara memberikan tes formatif berupa tes tertulis pada setiap akhir
proses pembelajaran (post test). Setelah data terkumpul kemudian data
tersebut dianalisis. Kemudian data dianalisis per siklus untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar yang telah dicapai. Dalam hal ini, untuk
membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan analisis
menggunakan statistik untuk menghitung ketuntasan klasikal dengan
menggunakan rumus persentase:
P =
Keterangan :
P : Angka persentase
F : Frekuensi siswa yang tuntas
N : Jumlah total siswa (Djamarah, 2000:226)
20
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini
terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian awal, bagian inti, bagian akhir laporan.
Dari bagian-bagian dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan
pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan
keaslian tulisan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi, terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I. Pendahuluan, dalam hal ini peneliti, menguraikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat
penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
sistematika penulisan skripsi.
Bab II. Kajian pustaka, terdiri dari analisa teori yang berkaitan
dengan penelitian, yaitu model pembelajaran kooperatif
Numbered Head Together (NHT), hasil belajar dan
pelajaran matematika.
Bab III. Pelaksanaan penelitian, yaitu bab yang menguraikan tentang
deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus II, dan siklus III.
Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, yaitu bab yang
menguraikan deskripsi per siklus (data hasil pengamatan,
21
refleksi keberhasilan dan kegagalan), dan pembahasan hasil
penelitian.
Bab V. Penutup, yaitu bab yang menguraikan kesimpulan dan saran
dari hasil penelitian.
3. Bagian akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
daftar riwayat hidup penulis.
22
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran
a. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah
usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009:17).
Daryanto dan Rahardjo (2012:19) berpendapat bahwa
pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep
mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya
terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan
aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu
sistem, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-
komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai
tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus
dipersiapkan.
Adapun menurut Hamalik (2010:57) pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
23
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran di atas peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang
guru untuk mengarahkan siswanya belajar secara aktif dengan
melakukan interaksi dua arah dengan penyediaan sumber belajar
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil
pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum,
sangat khusus atau dimana saja dalam kontinu khusus (Uno, 2006:19).
Menurut Robert F. Mager dalam Uno (2006:35) tujuan
pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
Sedangkan Fred Percival dan Henry Ellington dalam Uno (2006:35)
berpendapat bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang
jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu
yang diharapkan dapai dicapai sebagai hasil belajar.
Berdasarkan beberapa definisi tujuan pembelajaran di atas
dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku atau
keterampilan apa yang hendak dicapai oleh siswa pada tingkat
kompetensi tertentu sebagai hasil belajar.
24
c. Unsur-unsur Pembelajaran
Daryanto dan Rahardjo (2012:20) mengemukakan semua
pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur,
yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan
(practice), penampilan hasil (performance).
1) Persiapan (preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar
untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan
dapat berhenti sama sekali.
2) Penyampaian (presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan
untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang
mengawali proses belajar secara positif dan menarik.
3) Latihan (practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap
70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap
inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung.
4) Penampilan hasil (performance)
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi
pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman
menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Tujuan tahap
penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa
pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan.
25
d. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar
Menurut Susanto (2013:87-88) pembelajaran di sekolah dasar
mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan
dorongan belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri
anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
2) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar
mengajar memerhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang
membosankan.
3) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan
perhatian anak dengan mengajukan masalah yang hendak
dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai.
4) Prinsip keterpaduan, guru dalam menyampaikan materi
hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok
bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan
lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses
perolehan hasil belajar.
5) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang yang
dihadapkan pada masalah-masalah.
26
6) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang
dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya
dalam bentuk fakta dan informasi.
7) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang
dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan
memperoleh pengalaman baru.
8) Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat
menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam
belajar, karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan daya fantasi anak berkembang.
9) Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses
belajar mengajar yang memerhatikan perbedaan individu dari
tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang
keluarga.
10) Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang
sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
2. Model Pembelajaran
a. Definisi Model Pembelajaran
Joyce dalam Trianto (2009:22) menyatakan model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
27
komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan
bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Menurut Arends dalam Suprijono (2013:46) model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan
kelas.
Menurut Suprijono (2013:46) model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas
peneliti menyimpulkan model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pola atau pedoman dalam
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang
diharapkan, yang termasuk di dalamnya adalah langkah-langkah
dalam kegiatan pembelajaran (sintaksnya), tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, dan lingkungan pembelajaran.
b. Macam-macam Model Pembelajaran
Arends dalam Trianto (2009:25) menyeleksi enam model
pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,
28
yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi
kelas.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Definisi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Slavin
dalam Isjoni (2013:12) adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen.
Johnsons, et al (2010:4) menyebutkan pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) adalah proses belajar mengajar yang
melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang
memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya
guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran
satu sama lain. Sedangkan Riyanto (2012:267) berpendapat bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang
untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus
keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.
Menurut Artzt & Newman dalam Trianto (2009:56)
menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama
sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.
29
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Parker dalam Huda
(2013:29) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana
pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai
tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis,
pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah
yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto,
2009:56).
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai definisi
pembelajaran kooperatif di atas peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
berdiskusi memahami suatu konsep dan saling bekerja sama dalam
memecahkan suatu masalah. Pembelajaran kooperatif dapat mengasah
kemampuan siswa untuk berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
30
Secara ringkas struktur pemikiran pembelajaran kooperatif
dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1:
Gambar 2.1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif
Diambil dari Suprijono (2013:68)
b. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
terdiri dari 6 (enam) fase. Keenam fase tersebut dapat diketahui pada
tabel 2.1 di bawah ini:
Landasan Teori Teori Belajar Kontruktivis Hakikat Sosiokultural
Vygotsky Learning Community CTL
Hasil Belajar Siswa
Hasil Belajar
Akademik
Keterampilan
Sosial
Sintaks
Lingkungan Belajar
dan Sistem
Pengelolaan
Proses Demokrasi
dan Peran Siswa
Aktif
Enam Fase
Utama Lihat Tabel 2.1
Konsep-konsep
Sulit
Keterampilan
Kooperatif
Berpusat Pada
Guru
Siswa Belajar
dalam
Kelompok Kecil
31
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set.
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik.
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik
agar siap belajar.
Fase 2: Present information.
Menyajikan informasi.
Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara
verbal.
Fase 3: Organize students into
learning teams.
Mengorganisir peserta didik ke
dalam tim-tim belajar.
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and
study.
Membantu kerja tim dan belajar.
Membantu tim-tim belajar
selama peserta didik
mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials.
Mengevaluasi.
Menguji pengetahuan peserta
didik mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
32
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 6: Provide recognition.
Memberikan pengakuan atau
penghargaan.
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok.
(Suprijono, 2013:65)
c. Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan kelompok Kecil
Kelompok kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok
kecil, Ellis dan Whalen mengungkapkan perbedaan-perbedaan
mendasar antara pembelajaran kooperatif dan belajar kelompok kecil,
yaitu:
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok
Kecil
Kelompok Kooperatif Kelompok Kecil
Interpedensi positif. Interaksi
verbal berhadap-hadapan.
Tidak ada intepedensi. Siswa
bekerja sama hanya untuk
kesuksesannya sendiri. Bahkan tak
jarang mereka mencocokkan
jawaban mereka dengan jawaban
teman-temannya hanya untuk
memperoleh nilai yang maksimal
bagi diri mereka sendiri.
Akuntabilitas individu. Setiap Sekadar ikut-ikutan. Beberapa
33
Kelompok Kooperatif Kelompok Kecil
anggota kelompok harus
menguasai materi pelajaran.
siswa membiarkan saja jika ada
teman satu kelompoknya bekerja
sendiri, sementara mereka tinggal
mencopy-paste-nya jika sudah
selesai.
Guru memonitor perilaku
siswa
Guru tidak secara langsung
mengobservasi perilaku siswa.
Selama proses diskusi antar siswa
tak jarang guru mengerjakan tugas-
tugas lain tanpa memerhatikan
perilaku siswa dalam proses diskusi
tersebut.
Guru mengajarkan
keterampilan sosial yang
dibutuhkan siswa untuk dapat
bekerja sama secara efektif.
Keterampilan sosial tidak diajarkan
secara sistematis.
(Huda, 2013:80)
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting
yang dirangkum Ibrahim, et al. (2000) dalam Isjoni (2013:27), yaitu:
34
1) Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) meskipun
mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi
siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja
sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting
dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang
dalam keterampilan sosial.
e. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam
Trianto (2009:60), terdapat lima unsur penting dalam belajar
kooperatif, yaitu:
35
1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang
bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama
lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota
kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya
merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil
terhadap suksesnya kelompok.
Menurut Huda (2013:47) interpedensi positif dapat dipahami
dengan merujuk pada dua indikator utama, bahwa:
a) Setiap usaha anggota kelompok sangat dibutuhkan karena
turut menentukan keberhasilan kelompok tersebut mencapai
tujuannya (tidak ada satu pun anggota yang boleh bersantai
ria, sementara anggota lain bekerja keras).
b) Setiap anggota pasti memiliki kontribusi yang unik dan
berbeda-beda bagi kelompoknya karena masing-masing dari
mereka bertanggung jawab atas setiap tugas yang dibagi
secara merata (tidak boleh ada satu pun anggota yang merasa
diperlakukan tidak adil oleh anggota lain).
2) Kedua, interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar
kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini,
terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk
sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini
akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang
36
dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk
mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan
mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi
dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide
mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
Menurut Suprijono (2013:60) interaksi yang semakin meningkat
atau interaksi promotif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Saling membantu secara efektif dan efisien.
b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.
c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien.
d) Saling mengingatkan.
e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan
terhadap masalah yang dihadapi.
f) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
3) Ketiga, tanggung jawab individual (akuntabilitas individu).
Tanggung jawab belajar individual dalam belajar kelompok dapat
berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa
yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman
sekelompoknya.
Menurut Suprijono (2013:60) beberapa cara menumbuhkan
tanggung jawab perseorangan adalah (a) kelompok belajar jangan
37
terlalu besar; (b) melakukan assesmen terhadap setiap siswa; (c)
memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk
mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun
kepada seluruh peserta didik di depan kelas; (d) mengamati setiap
kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu
kelompok; (e) menugasi seorang peserta didik untuk berperan
sebagai pemeriksa di kelompoknya; (f) menugasi peserta didik
mengajar temannya.
4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam
belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang
diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana
siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide
dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan
berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika
anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang
baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung
prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran
38
lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin dalam
Trianto ( 2009:61), adalah sebagai berikut:
a) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok
mencapai kriteria yang ditentukan.
b) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya
kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota
kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk
membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok
telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa
telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar
mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk
melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota
kelompok sangat bernilai.
f. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul
dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga
sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
bekerja sama, dan membantu teman (Isjoni, 2013:13).
Sadker dan sadker dalam Huda (2013:66) menjabarkan
beberapa manfaat pembelajaran kooperatif:
39
1) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif
akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi; hal ini
khususnya berlaku bagi siswa-siswa SD untuk mata pelajaran
matematika.
2) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan
memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang
lebih besar untuk belajar.
3) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada
teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa
ketergantungan yang positif (interpedensi positif) untuk proses
belajar mereka nanti.
4) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan
etnik yang berbeda-beda.
g. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern)
dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu: 1) guru harus
mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2) agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan
diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
40
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi
kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif (Isjoni, 2013:25).
Slavin dalam Huda (2013:68) mengidentifikasi tiga kendala
utama atau apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap)
terkait dengan pembelajaran kooperatif:
1) Free rider: jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran
kooperatif justru berdampak pada munculnya free rider atau
“pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider di sini adalah
beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal
pada tugas kelompoknya; mereka hanya “mengekor” saja apa yang
dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain. Free
rider ini sering kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif
ditugaskan untuk menangani satu lembar kerja, satu proyek, atau
satu laporan tertentu. Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada
satu atau beberapa anggota yang mengerjakan hampir semua
pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain
justru “bebas berkendara”, berkeliaran kemana-mana.
2) Diffusion of responsibility: yang dimaksud dengan diffusion of
responsibility (penyebaran tanggung jawab) ini adalah suatu
kondisi dimana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu
cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang “lebih
41
mampu”. Misalnya, jika mereka ditugaskan untuk mengerjakan
tugas matematika, beberapa anggota yang dipersepsikan tidak
mampu berhitung atau menggunakan rumus-rumus dengan baik
seringkali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain.
Bahkan, mereka yang memiliki skill matematika yang baik pun
terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-
temannya yang kurang mahir di bidang matematika. Bagi mereka,
hal ini hanya membuang-buang waktu dan energi saja.
3) Learning a part of task specialization: dalam beberapa metode
tertentu, seperti jigsaw, group investigation, dan metode-metode
lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari
atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antar satu sama lain.
Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus
pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara
bagian materi lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir
tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling
berkaitan satu sama lain.
Menurut Slavin dalam Huda (2013:69), ketiga kendala ini bisa
diatasi jika guru mampu: (1) mengenali sedikit banyak karakteristik
dan level kemampuan siswa-siswanya, (2) selalu menyediakan waktu
khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan
mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja kelompok, dan
42
yang paling penting (3) mengintegrasikan metode yang satu dengan
metode yang lain.
h. Pengelompokan dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Huda (2013:173) berdasarkan jenisnya, ada dua opsi
yang bisa digunakan guru untuk melakukan pengelompokan di ruang
kelas mereka, yaitu:
1) Pengelompokan Permanen
Dinamakan pengelompokan permanen karena kelompok-
kelompok yang dibentuk oleh guru ini akan bekerja sama beberapa
pertemuan. Kelompok-kelompok permanen cenderung memiliki
anggota yang tetap.
Kelebihan kelompok permanen ini, salah satunya adalah
guru bisa benar-benar membentuk kelompok-kelompok yang
comparable karena didasarkan pada pertimbangan yang cukup
matang akan performa akademik siswa-siswanya. Kelompok ini
juga sangat menghemat waktu, memudahkan pengelolaan kelas,
dan meningkatkan semangat kerjasama karena siswa sudah saling
mengenal dengan cukup baik dan terbiasa dengan cara belajar
teman-teman satu kelompoknya.
Akan tetapi, kelemahan kelompok ini adalah
dibutuhkannya waktu yang tidak sebentar karena guru perlu
mengatur sedemikian rupa untuk membentuk kelompok-kelompok
43
yang sekiranya bisa berfungsi untuk beberapa pertemuan ke
depan. Perselisihan juga kemungkinan sering terjadi.
2) Pengelompokan Non Permanen
Berkebalikan dengan kelompok permanen, kelompok non
permanen sifatnya sementara. Kelebihan kelompok ini adalah
proses pembentukannya yang tidak membutuhkan waktu lama
sehingga guru bisa lebih cepat menjalankan proses pembelajaran.
Akan tetapi, kekurangan kelompok non permanen adalah sulitnya
membangun interaksi antara siswa satu dengan siswa lain dalam
satu kelompok karena komposisi kelompok mereka selalu
berubah-ubah setiap kali pertemuan. Selain itu, kelompok non
permanen cenderung melibatkan siswa dalam proses
pembentukannya sehingga sangat sulit bagi guru untuk menyeleksi
siswa-siswa berdasarkan performa akademik mereka.
B. Numbered Head Together (NHT)
1. Definisi Numbered Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009:82-83) Numbered Head Together (NHT)
atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head
Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993)
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
44
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks
NHT:
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang
dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
c. Fase 3 : Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
Menurut Hamid (2011:219) langkah-langkah guru dalam
pembelajaran NHT adalah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok
tersebut mendapat nomor kelompok.
45
b. Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
akan disampaikan dan masing-masing kelompok mengerjakannya
bersama kelompoknya.
c. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui
jawaban yang mewakili dari kelompok tersebut.
d. Untuk membahas hasil dari setiap kelompok, guru memanggil nomor
kelompok tertentu untuk membahas jawaban mereka, kemudian
memanggil nomor kelompok yang lain untuk memberi tanggapan atas
jawaban dari kelompok yang mempresentasikan jawabannya.
e. Terakhir guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya pembahasan
dan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran NHT di atas peneliti
memodifikasi langkah-langkah pembelajaran NHT pada tabel 2.3 sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT
Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah
NHT
Pendahuluan
a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.
Kemudian, setiap siswa diberi nomor.
b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
Langkah 1
Penomoran
46
Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah
NHT
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai dan
menginformasikan metode yang akan digunakan.
c. Memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran.
Kegiatan Inti
d. Guru mengajukan pertanyaan atau lembar kerja
siswa (LKS) untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
Langkah 2
Mengajukan
Pertanyaan
e. Guru meminta siswa berdiskusi bersama
kelompoknya untuk berpikir bersama dan
menyatukan pendapat untuk membahas
pertanyaan atau LKS yang diajukan guru.
f. Setiap kelompok harus memastikan setiap
anggota kelompoknya mengetahui jawabannya.
Langkah 3
Berpikir Bersama
g. Guru mengecek pemahaman siswa dengan
memanggil salah satu nomor siswa secara acak
dari salah satu kelompok, siswa yang dipanggil
mengacungkan tangan dan mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas, jawaban dari siswa
yang ditunjuk merupakan wakil dari jawaban
kelompok.
h. Kelompok lain menanggapi, terutama siswa yang
memiliki nomor yang sama dengan siswa yang
Langkah 4
Menjawab
Pertanyaan
47
Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah
NHT
ditunjuk.
i. Guru memberikan penghargaan berupa tanda
bintang pada kelompok yang menjawab dengan
betul.
Kegiatan Penutup
j. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya.
k. Guru memfasilitasi siswa membuat
rangkuman/kesimpulan pembelajaran.
l. Memberikan tes evaluasi.
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Menurut Hamdani dalam Ratri (2013:12) model Numbered Head
Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan Numbered Head Together (NHT)
(1) Setiap siswa menjadi siap semua.
(2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
(3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan Numbered Head Together (NHT)
(1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
48
(2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
(http://library.ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/3cc6365ee507e46
c.pdf)
C. Hasil Belajar
1. Belajar
a. Definisi Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 1995:2).
Menurut Uno (2011:15) belajar adalah pemerolehan
pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk
interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui
suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap
suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.
Susanto (2013:4) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan
sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan
baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan
perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam
bertindak.
49
Berdasarkan definisi belajar yang telah dikemukakan oleh para
ahli di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan baru yang diperoleh melalui
interaksi interaktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan
perubahan-perubahan yang bersifat menetap.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar menurut Riyanto (2012:62) adalah landasan
berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan
tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antardidik
dan pendidik yang dinamis dan terarah. Suprijono (2013:4)
menyebutkan bahwa prinsip-prinsip belajar yaitu:
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari.
2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4) Positif atau berakumulasi.
5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6) Permanen atau tetap.
7) Bertujuan dan terarah.
8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
50
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena
didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah
proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar
merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman
pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
c. Tujuan Belajar
Menurut Suprijono (2013:5) tujuan belajar yang eksplisit
diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim
dinamakan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan
keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai
tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effect. Bentuknya
berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan
demokratis, menerima orang lain dan sebagainya.
2. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati
dan Mudjiono, 2002:3).
51
Hamalik (2010:159) berpendapat bahwa hasil belajar
menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu
merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku
siswa. Menurut Nawawi dalam Susanto (2013:5) hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013:5). Selanjutnya,
Susanto menyatakan anak yang berhasil dalam belajar adalah yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
Berdasarkan definisi hasil belajar yang telah dikemukakan para
ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar
berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan
dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil tes setelah
menjalani proses pembelajaran.
Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007:113) keberhasilan
atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah
ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan
operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil
apabila diikuti ciri-ciri:
52
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun
kelompok.
3) Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial
(sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya.
Menurut Depdikbud dalam Trianto (2009:341) setiap siswa
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi
jawaban benar siswa , dan suatu kelas dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat
siswa yang telah tuntas belajarnya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:28) secara umum hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang
ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang
berada di luar diri siswa. Yang tergolong faktor internal ialah:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan
maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur
tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan,
yang meliputi:
a) Faktor intelektual terdiri atas
53
(1) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
(2) Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
b) Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian
tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan,
konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.
c) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
Sedangkan yang tergolong faktor eksternal ialah:
1) Faktor sosial yeng terdiri atas: faktor lingkungan keluarga, faktor
lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, faktor
kelompok.
2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kesenian dan sebagainya.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim dan sebagainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di
atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pelaksanaan model pembelajaran NHT ini yang mengutamakan
interaksi sosial untuk aktif dalam kelompok.
54
D. Mata Pelajaran Matematika
1. Hakikat Matematika
Sujono dalam Fathani (2009:19) mengemukakan beberapa
pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai
cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik.
Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran
yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia
mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan
berbagai ide dan kesimpulan. Jannah (2011:17) mengartikan matematika
sebagai ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan angka-angka untuk
menghitung berbagai benda ataupun lainnya.
Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim
Nasution dalam Fathani (2009:21) berpendapat bahwa istilah matematika
berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti
mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata
Sansekerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan,
atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata
wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata
mathein pada matematika).
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman (2003:252),
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
55
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas peneliti
menyimpulkan matematika adalah cabang ilmu pengetahuan tentang
penalaran logik yang berhubungan dengan bilangan yang berfungsi
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan.
2. Pembelajaran Matematika di SD/MI
Menurut Susanto (2013:186) pembelajaran matematika adalah
suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi matematika.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua
siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada
banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius
dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan lima alasan perlunya
belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir
yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana
untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Cockroft dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan bahwa
matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
56
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan berhitung,
mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan,
pengukuran, geometri, dan pengolahan data. Matematika juga berfungsi
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan
bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan
persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel (Depag, 2004:173).
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar,
sebagaimana disajikan oleh Depdiknas dalam Susanto (2013:190),
sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
57
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, meyelesaikan model, dan
menafsirkan model yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Depdiknas dalam Susanto (2013:189), kompetensi atau
kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai
berikut:
a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan
pecahan.
b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
d. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan
penaksiran pengukuran.
e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran
tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan
menyajikannya.
f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan
gagasan secara matematika.
58
4. Ruang Lingkup
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Bilangan
b. Geometri dan pengukuran
c. Pengolahan data
Berdasarkan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang standar lulusan
matematika mencakup:
a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan
sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur
dan sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas,
volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya
dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel,
gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data,
59
rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam
kehidupan.
g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI Kelas
III Semester I
Berdasarkan panduan KTSP MI tahun 2007 terdapat standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika kelas III MI
seperti tertera pada tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI
Kelas III Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
1. Melakukan operasi
hitung bilangan
sampai tiga angka.
1.1 Menentukan letak bilangan pada garis
bilangan.
1.2 Melakukan penjumlahan dan pengurangan
tiga angka.
1.3 Melakukan perkalian yang hasilnya
bilangan tiga angka dan pembagian
bilangan tiga angka.
1.4 Melakukan operasi hitung campuran.
1.5 Memecahkan masalah perhitungan
60
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
termasuk yang berkaitan dengan uang.
Geometri dan
Pengukuran
2. Menggunakan
pengukuran waktu,
panjang dan berat
dalam pemecahan
masalah.
2.1 Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya
(meteran, timbangan, atau jam).
2.2 Menggunakan alat ukur dalam pemecahan
masalah.
2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu,
antar satuan panjang, dan antar satuan
berat.
E. Materi Hubungan Antar Satuan
1. Hubungan Antar Satuan Waktu
a. Hubungan Hari, Minggu, Bulan, dan Tahun
1) Nama-nama hari
Nama-nama hari terdiri atas Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at.
Sabtu, dan Minggu.
2) Nama-nama bulan
Nama-nama bulan terdiri atas Januari, Februari, Maret, April, Mei,
Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan
Desember.
1 Tahun = 12 Bulan
1 Bulan = 30 Hari
1 Bulan = 4 Minggu
61
1 Minggu = 7 Hari
b. Hubungan Hari, Jam, Menit, dan Detik
1 Hari = 24 Jam
1 Jam = 60 Menit
1 Menit = 60 Detik
Jadi, 1 Jam = 3.600 Detik
c. Menentukan Hubungan Antar Satuan Waktu
1) 2 minggu = ... hari
Jawab = 2 7 hari = 14 hari
2) 3 bulan = ... hari
Jawab = 3 30 hari = 90 hari
3) 4 hari = ... jam
Jawab = 4 24 jam = 96 jam
4) 6 menit = ... detik
Jawab = 6 60 detik = 360 detik
5) 3 minggu + 10 hari = ... hari
Jawab = 21 hari + 10 hari = 31 hari
d. Menggunakan Satuan Waktu dalam Pemecahan Masalah Sehari-hari
Contoh:
Kak Yani berlibur ke rumah Nenek Mirah selama 2 minggu.
Kemudian Ia melanjutkan ke rumah Paman Sani selama 3 hari.
Berapa hari Kak Yani berlibur?
Jawab:
62
2 minggu + 3 hari = 14 hari + 3 hari = 17 hari
Jadi, kak Yani berlibur selama 17 hari (Fajariah & Triratnawati,
2008:119-123).
2. Hubungan Antar Satuan Panjang
1 km = 1.000 m
1 m = 10 dm
1 dm = 10 cm
1 cm = 10 mm
1 m = 10 dm = 100 cm
a. Menentukan Hubungan Antar Satuan Panjang
Contoh soal:
1) 3 km = ... hm
Jawab = (3 10) hm = 30 hm
2) 500 cm = ... dm
Jawab = (500 10) dm = 50 dm
3) 4 m = ... cm
63
Jawab = (4 100) cm = 400 cm
4) 2 m + 2 dm = ... cm
Jawab = (2 100) cm + (2 10) cm = (200 + 20) cm = 220 cm
b. Menggunakan Satuan Panjang dalam Pemecahan Masalah Sehari-hari
Contoh:
Ima membeli kain biru sepanjang 300 m. Ia juga membeli kain merah
sepanjang 500 m. Berapa cm-kah panjang masing-masing kain yang
dibeli Ima ?
Jawab:
Kain biru 300 cm = 3 m
Kain merah 500 cm = 5 m
Jadi, panjang kain biru adalah 3 m dan panjang kain merah 5 m.
(Fajariah & Triratnawati, 2008:125).
3. Hubungan Antar Satuan Berat
a. Hubungan Kg, Ons, dan Gram
1 kg = 10 ons = 10 hg
1 ons = 100 g
b. Menentukan Hubungan Antar Satuan Berat
Contoh soal:
64
1) 3 kg = ... ons
Jawab = (3 10) ons = 30 ons
2) 3 ons = ... gr
Jawab = (3 100) gr = 300 gr
3) 60 ons = ... kg
Jawab = (60 10) kg = 6 kg
c. Menggunakan Satuan Berat dalam Pemecahan Masalah Sehari-hari
Contoh:
Kiki ke toko membeli 3 kg gula pasir dan 5 ons gula merah. Berapa
gram-kah berat masing-masing belanjaan kiki?
Jawab:
Gula pasir 3 kg = 3000 g
Gula merah 5 ons = 500 g
Jadi, berat belanjaan kiki adalah 3000 g gula pasir dan 500 g gula
merah.
(Fajariah & Triratnawati, 2008:127).
F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
dalam Pembelajaran Matematika
Matematika selama ini masih dianggap sebagai pelajaran yang rumit
dan memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Untuk itulah peran guru sangat
dibutuhkan dalam memilih model pembelajaran yang tepat.
65
Menurut Bourne dalam Fathani (2009:19) matematika sebagai
konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar
dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hanbury dalam Yamin dan
Anshari (2009:94) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran matematika yang
sesuai dengan teori konstruktivisme, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi
pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2)
belajar matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3)
strategi siswa lebih bermanfaat, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk
berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dengan temannya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas memiliki kesamaan bahwa dalam
belajar matematika dapat dilakukan dengan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar dalam hal ini siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan berdiskusi
dengan temannya. Oleh karena itu, model pembelajaran yang cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran
kooperatif. Menurut Isjoni (2013:12) pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
66
Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk semua jenis
tugas akademik termasuk matematika. Dalam hal ini menurut Cohen dalam
Huda (2013:20) interaksi yang berlangsung antar anggota kelompok
bergantung pada struktur penyelesaian tugas tersebut. Misalnya, tugas-tugas
yang sudah terstruktur dengan baik, seperti tugas matematika dan komputer,
biasanya memiliki prosedur tersendiri yang harus diikuti untuk memperoleh
jawaban yang tepat sehingga kecil kemungkinan ada informasi atau gagasan
yang perlu didiskusikan bersama. Dalam kasus seperti ini, jenis bantuan yang
paling efektif tentu saja adalah memberikan penjelasan (providing
explanation).
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa
dalam memahami materi yaitu model NHT. Menurut Trianto (2009:82)
model NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa dan untuk meningkatkan penguasaan
akademik. Dalam model NHT guru akan mengecek pemahaman siswa
terhadap materi dengan cara memanggil siswa secara acak untuk menjawab
pertanyaan untuk itulah tiap anggota kelompok selain bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri juga bertanggung jawab atas pembelajaran anggota
kelompoknya.
Model NHT lebih cocok diterapkan dalam pembelajaran yang
menggunakan kurikulum 2006 (KTSP) dibandingkan kurikulum 2013. Hal ini
berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan
67
menengah bahwa karakteristik pembelajaran dalam kurikulum 2013
berdasarkan pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar
mata pelajaran) dan tematik (dalam suatu mata pelajaran). Berdasarkan hal
tersebut model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi
kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning), dan model pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (problem based learning).
68
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I ini dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu
dengan alur perencanaan (planning), implementasi tindakan (acting),
observasi (observing), dan refleksi (reflecting), secara garis besar pelaksanaan
dapat didiskripsikan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Selasa, 28
Oktober 2014.
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi, absensi, lembar
observasi, lembar kerja siswa (LKS) dan soal tes evaluasi (pre test
dan post test).
c. Berkonsultasi dengan guru kelas dalam pembagian kelompok.
d. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan.
1) Topi penomoran siswa.
2) Kalender.
3) Jam dinding.
4) Tabel hubungan antar satuan waktu.
5) Potongan bintang kecil-kecil sebagai tanda penghargaan.
69
6) Buku gemar belajar matematika untuk SD/MI kelas III, Buchori,
dkk.
e. Menyiapkan materi matematika kelas III semester I yaitu hubungan
antar satuan waktu.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian
kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai pedoman
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Adapun standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus I ini adalah:
Standar Kompetensi : 2. Menggunakan pengukuran waktu,
panjang, dan berat dalam
pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 2.3 Menghitung hubungan antar
satuan waktu, panjang, dan berat
dalam pemecahan masalah.
Indikator Kompetensi : a.
b.
c.
Menjelaskan hubungan hari,
minggu, bulan, dan tahun.
Menjelaskan hubungan hari, jam
menit, dan detik.
Menentukan hubungan antar
satuan waktu.
70
d. Menyelesaikan soal cerita yang
mengandung satuan waktu.
2. Tahap Tindakan
Tindakan siklus I dilaksanakan pada semester I, pada hari Selasa
28 Oktober 2014 selama 4 jam pelajaran (10.05-12.55). Pada tahap
tindakan siklus I ini ada 23 siswa yang hadir. Pada tahap ini guru kelas III
MI Nurul Huda sebagai rekan sejawat peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas berpedoman pada Rencana Pelaksanakan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya, antara lain:
a. Kegiatan pendahuluan
1) Guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan berdo’a
bersama.
2) Guru menanyakan kabar siswa sekaligus melakukan presensi.
3) Apersepsi.
Siswa ditanya “anak-anak siapa yang tahu sekarang hari, tanggal,
bulan, dan tahun berapa?” “anak-anak siapa yang punya jam
tangan?” “jam berapa sekarang?”.
Langkah 1 : Penomoran
4) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pagi hari ini
dan menjelaskan model NHT yang akan diterapkan dalam proses
pembelajaran.
71
5) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang heterogen
(masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang). Ada kelompok
segitiga, bintang, belah ketupat, persegi, dan lingkaran.
6) Guru mengatur posisi duduk kelompok.
7) Guru membagikan topi penomoran kepada masing-masing siswa.
Siswa diminta untuk menamai topi penomorannya masing-masing.
b. Kegiatan inti
1) Eksplorasi
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pre test secara
individu.
2) Elaborasi
(a) Bernyanyi lagu nama-nama hari.
(b) Guru memberikan penjelasan materi dengan bantuan media
tabel hubungan antar satuan waktu, kalender dan jam dinding.
Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan
(c) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dalam hal ini guru
meminta siswa mengerjakan LKS.
(d) Guru memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok
untuk berdiskusi dan menyatukan pendapat serta memastikan
anggota kelompoknya mengetahui jawabannya.
Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan
(e) Guru memanggil salah satu nomor dalam kelompok secara
acak.
72
(f) Siswa yang dipanggil nomornya mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya, kelompok yang lain menanggapi.
(g) Guru memberikan bintang bagi kelompok yang berhasil
menjawab dengan betul.
3) Konfirmasi
(a) Memberikan penguatan dan meluruskan jika terjadi
kesalahpahaman.
(b) Guru memberikan hukuman menyayi di depan kelas bagi
kelompok yang mendapat bintang paling sedikit.
c. Kegiatan penutup
1) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan datang.
3) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan berdo’a bersama.
3. Tahap Observasi/Pengamatan
Tahapan selanjutnya setelah tahap pelaksanaan adalah tahap
observasi/pengamatan. Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti
menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Lembar observasi
digunakan untuk mengetahui keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran menggunakan model NHT dan partisipasi siswa pada saat
pembelajaran.
73
4. Tahap Refleksi
Tahap akhir dari siklus I ini adalah tahap refleksi. Peneliti
mencatat hal-hal yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
pembelajaran untuk dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II mengacu pada hasil siklus I.
Kekurangan yang terdapat pada siklus I diperbaiki dalam siklus II ini.
Dalam tahap perencanaan pada siklus II peneliti melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu hari Rabu 29 Oktober
2014 selama 2 jam pelajaran (10.05-11.15).
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang mencakup daftar absensi,
lembar pengamatan dan soal post test.
c. Menyiapkan alat dan media yang di perlukan
1) Tabel tangga satuan panjang.
2) Potongan bintang kecil-kecil sebagai tanda penghargaan.
3) Buku gemar belajar matematika untuk SD/MI kelas III, Buchori,
dkk.
d. Menyiapkan materi matematika kelas III semester I yaitu hubungan
antar satuan panjang.
e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
74
Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian
kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai pedoman
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Adapun standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus I ini adalah:
Standar Kompetensi : 2. Menggunakan pengukuran waktu,
panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah.
Kompetensi Dasar : 2.3 Menghitung hubungan antar satuan
waktu, panjang, dan berat dalam
pemecahan masalah.
Indikator Kompetensi : a.
b.
c.
d.
Menyebutkan urutan satuan panjang.
Menjelaskan hubungan antar satuan
panjang.
Menentukan hubungan antar satuan
panjang.
Menyelesaiakan soal cerita yang
mengandung hubungan antar satuan
panjang.
2. Tahap Tindakan
Tindakan siklus II dilaksanakan pada semester I, pada hari Rabu
29 Oktober 2014, selama 2 jam pelajaran (10.05-11.15). Pada tahap
75
tindakan siklus II ini ada 24 siswa yang hadir. Pada tahap ini peneliti
bertindak sebagai guru sekaligus pengamat terhadap partisipasi siswa
selama proses pembelajaran. Sementara pengamatan terhadap guru
selama mengelola pembelajaran dilakukan oleh rekan guru sejawat.
Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berpedoman pada
Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya, antara lain:
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap belajar.
2) Guru memberikan salam dengan suara keras, jelas dan
bersemangat serta bersama-sama siswa membaca “basmalah”
sebelum memulai pelajaran.
3) Presensi.
4) Guru mengulas pelajaran pada pertemuan sebelumnya.
5) Apersepsi.
Siswa ditanya ”anak-anak sebelum pelajaran matematika jam
pelajaran pertama tadi apa?” “anak-anak tadi habis olahraga apa?”.
Langkah 1 : Penomoran
6) Menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran hari ini.
7) Guru menjelaskan dengan jelas model NHT yang akan diterapkan
dalam proses pembelajaran.
8) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk memakai topi
penomorannya, dan berkumpul bersama kelompoknya.
76
9) Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kelompoknya dan
menginformasikan pemberian hukuman bagi kelompok yang
mendapat bintang paling sedikit.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
a) Guru menempelkan gambar tangga satuan panjang di papan
tulis, siswa diminta mengamati gambar.
b) Guru mengecek pengetahuan awal siswa dengan mengajukan
pertanyaan secara klasikal tentang satuan panjang.
2) Elaborasi
a) Guru menjelaskan materi satuan panjang secara jelas dengan
menggunakan media penggaris dan gambar tangga satuan
panjang.
Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan
b) Guru mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelompok dalam
bentuk lembar kerja siswa (LKS) materi hubungan antar
satuan panjang.
Langkah 3 : Berpikir Bersama
c) Guru menunjuk salah satu siswa menjadi ketua yang bertugas
sebagai pengawas dalam kelompok.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa selama 15 menit
untuk berpikir bersama anggota kelompoknya setiap kelompok
77
harus memastikan semua anggota kelompoknya mengetahui
jawabannya dan mengetahui cara mengerjakannya.
e) Guru memonitor siswa dalam berdiskusi kelompok.
f) Guru memberikan bimbingan secara bergantian kepada semua
kelompok.
Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan
g) Guru memanggil salah satu nomor secara acak. Siswa yang
dipanggil nomernya yang pertama kali mengacungkan tangan
diminta maju kedepan untuk menjawab pertanyaan dan
menjelaskannya dengan suara keras (sesekali guru dapat
meminta semua siswa yang memiliki nomer kepala yang sama
untuk maju secara bersamaan menuliskan jawaban kelompok
di papan tulis).
h) Sementara kelompok yang lain dengan nomor yang sama
menyimak dan menanggapi jawaban dari kelompok lain.
i) Guru memberikan bintang kemudian menempelkannya di topi
penomoran siswa dan meminta seluruh siswa memberikan
tepuk tangan yang meriah bagi temannya yang berani maju
kedepan dan berhasil menjawab dan menjelaskan dengan
benar.
3) Konfirmasi
a) Guru memberikan penjelasan ulang dan mengkonfirmasi jika
ada jawaban yang kurang tepat.
78
b) Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk bertanya jika ada hal yang kurang paham/jelas terutama
bagi siswa yang kurang mampu.
c) Siswa menyimpulkan materi pelajaran dibimbing oleh guru.
d) Guru memberikan hukuman menyayi bagi kelompok yang
mendapat bintang paling sedikit.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi (post test) dan
mengingatkan siswa untuk tidak saling mencontek.
2) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya yaitu tentang hubungan antar satuan berat, dan
meminta siswa mempelajarinya di rumah.
3) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan berdo’a bersama.
3. Tahap Observasi/Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan observasi/pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, antara lain:
1. Digunakan lembar observasi oleh peneliti yang bertindak sebagai
guru untuk mengamati partisipasi siswa pada saat proses
pembelajaran.
2. Digunakan lembar observasi oleh rekan sejawat untuk mengamati
aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
79
4. Tahap Refleksi
Tahap akhir dari siklus II ini adalah tahap refleksi. Peneliti
mencatat hal-hal yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
pembelajaran. Hasil dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis.
Penelitian ini berhasil jika terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hasil
analisis data yang dilaksanakan pada siklus II ini akan digunakan sebagai
bahan acuan untuk merencanakan tindakan kelas siklus III.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu 4 November 2014
selama 4 jam pelajaran (07.15-10.05).
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi, absensi, lembar
observasi, dan soal tes.
c. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan.
1) Tabel hubungan antar satuan berat.
2) Potongan bintang kecil-kecil sebagai tanda penghargaan.
3) Buku gemar belajar matematika 3 untuk SD/MI oleh
Buchori,dkk.
d. Menyiapkan materi matematika kelas III semester I dengan materi
hubungan antar satuan berat.
80
e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian
kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai pedoman
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Adapun standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus III ini adalah:
Standar Kompetensi : 2. Menggunakan pengukuran waktu,
panjang, dan berat dalam
pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 2.3 Menghitung hubungan antar
satuan waktu, panjang, dan berat
dalam pemecahan masalah.
Indikator Kompetensi : a.
b.
c.
d.
Menyebutkan urutan satuan berat.
Menjelaskan hubungan antar
satuan berat.
Menentukan hubungan antar
satuan berat.
Menyelesaikan soal cerita yang
mengandung satuan berat.
2. Tahap Tindakan
Tindakan siklus III dilaksanakan pada semester I, pada hari Selasa
4 November 2014, selama 4 jam pelajaran (07.15-10.05). Pada tahap
81
tindakan siklus III ini ada 24 siswa yang hadir. Pada tahap ini peneliti
bertindak sebagai guru sekaligus pengamat terhadap partisipasi siswa.
Sementara pengamatan terhadap keterampilan mengajar guru dilakukan
oleh rekan guru sejawat. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas berpedoman pada Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) yang
telah disusun sebelumnya, antara lain:
a. Kegiatan pendahuluan
1) Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap belajar.
2) Guru memberikan salam dengan suara keras dan jelas serta
meminta ketua kelas memimpin do’a bersama.
3) Guru menanyakan kabar siswa sekaligus mengecek kehadiran
siswa.
4) Guru mengulas pelajaran pada pertemuan sebelumnya.
5) Apersepsi.
Siswa ditanya “anak-anak siapa yang tadi pagi sarapan lauk
telur?” “siapa yang pernah disuruh ibunya pergi membeli telur,
gula, tepung di warung?” “disuruh beli berapa?” “anak-anak siapa
yang pernah menimbang berat badannya?”.
6) Guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran hari ini.
Langkah 1 : Penomoran
7) Guru menjelaskan secara jelas langkah-langkah model NHT.
8) Guru meminta siswa segera mempersiapkan diri bersama
kelompoknya dan memakai topi penomorannya masing-masing.
82
9) Guru memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran.
b. Kegiatan inti
1) Eksplorasi
a) Guru menempel media gambar satuan berat di papan tulis.
b) Guru meminta siswa mengamati gambar tangga satuan berat.
c) Guru memberikan pertanyaan secara klasikal kepada siswa
tentang satuan berat.
2) Elaborasi
a) Guru menjelaskan materi satuan berat dengan menggunakan
media gambar tangga satuan berat dengan jelas dan suara
keras.
b) Bersama menyanyikan lagu tangga satuan berat sebanyak 3
kali.
c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-
hal yang belum dimengerti terutama bagi siswa yang lemah
pemahamannya.
d) Guru memberikan penjelasan ulang tentang materi yang
kurang dipahami oleh siswa.
Langkah 2 : Mengajukan pertanyaan
e) Guru mengajukan pertanyaan hubungan antar satuan berat
dalam bentuk lembar kerja serta membagikan lembar kerja
siswa dan meminta siswa mengerjakan bersama kelompoknya.
83
Langkah 3 : Berpikir bersama
f) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
bersama anggota kelompoknya selama 25 menit dan
mengingatkan bahwa setiap kelompok harus memastikan
semua anggota kelompoknya mengetahui jawabannya dan
proses memperoleh jawaban tersebut.
g) Guru menunjuk siswa sebagai ketua untuk mengawasi
sekaligus membantu temannya yang kurang mampu.
h) Guru berkeliling kelas untuk mengarahkan dan membimbing
siswa dalam berdiskusi kelompok.
i) Guru memastikan semua anggota kelompok terlibat dalam
diskusi kelompok.
Langkah 4: Menjawab pertanyaan
j) Guru menunjuk nomer secara acak, dan bagi siswa yang
mengacungkan tangan duluan diminta maju untuk
mempresentasikan hasil diskusinya dengan suara keras dan
jelas (sesekali guru dapat meminta semua siswa yang memiliki
nomer kepala yang sama untuk maju secara bersamaan
menuliskan jawaban kelompok di papan tulis).
j) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok
lain yang memiliki nomer kepala yang sama menanggapi
jawaban temannya yang maju ke depan kelas.
84
k) Guru memberiakan hadiah dua bintang bagi siswa yang
berhasil mempresentasikan hasil diskusi dengan jawaban yang
tepat dengan suara keras dan jelas.
l) Guru meminta semua siswa memberikan tepuk tangan yang
meriah bagi temannya yang berani maju ke depan kelas.
3) Konfirmasi
a) Guru mengkonfirmasi jawaban yang kurang tepat.
b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal
yang belum jelas.
c) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari hari ini.
c. Kegiatan penutup
1) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru
memberikan tindakan yang tegas terhadap siswa yang mencontek.
2) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan berdo’a bersama.
3. Tahap Observasi /Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan observasi/pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, antara lain:
a. Digunakan lembar observasi oleh peneliti yang bertindak sebagai guru
untuk mengamati partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran.
b. Digunakan lembar observasi oleh rekan sejawat untuk mengamati
aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
85
4. Tahap Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III mengalami peningkatan
yang signifikan. Kendala-kendala yang terjadi pada siklus II dapat diatasi
pada siklus III ini. Penelitian dihentikan sampai siklus III, karena
penelitian ini dianggap telah berhasil dan hasilnya memuaskan. Untuk
data hasil penelitian yang diperoleh akan dipaparkan pada bab hasil
penelitian dan pembahasan.
86
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Hasil Belajar Siswa
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I
dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Oktober 2014 dengan jumlah 23
siswa yang hadir dengan materi pokok hubungan antar satuan waktu.
Adapun proses belajar mengacu pada rencana pembelajaran yang
telah disiapkan. Sebagai patokan ketuntasan digunakan nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) kelas III pada mata pelajaran matematika
yaitu 65. Berdasarkan hasil pre test dan post test diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Kode Siswa KKM Pre test Post test
1 ARK 65 30 60
2 IR 65 20 30
3 AA 65 20 70
4 BZ 65 10 50
5 DS 65 45 80
6 FM 65 20 40
7 LCA 65 40 70
8 MAR 65 20 30
9 MES 65 30 30
10 NN 65 20 30
11 NA 65 0 50
12 NS 65 0 30
13 NLA 65 30 50
87
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Kode Siswa KKM Pre test Post test
14 RZ 65 35 70
15 SI 65 30 70
16 SZ 65 - -
17 SS 65 10 30
18 UN 65 40 70
19 ZFR 65 10 80
20 SW 65 0 0
21 TTDH 65 30 40
22 DA 65 30 70
23 UA 65 20 40
24 AAR 65 - -
25 MA 65 20 40
Jumlah ⅀510 ⅀1130
Nilai rata-rata 22,17 49,13
Jumlah siswa yang tuntas 0 siswa/0% 8 siswa/34,78%
Jumlah siswa yang belum
tuntas
23 siswa/100% 15 siswa/65,21%
Peningkatan yang terjadi 8 siswa/34,78%
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada tabel 4.1, dapat
diketahui bahwa antara pre test dan post test mengalami peningkatan.
Pada siklus I ini hasil pre test siswa menunjukkan belum ada siswa
yang tuntas dalam belajar dengan rata-rata kelas 22,17. Setelah
melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model NHT hasil
post test menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar sebanyak 8
siswa atau 34,78% siswa yang tuntas dalam belajar dengan rata-rata
49,13. Namun demikian, masih ada siswa yang belum tuntas sebanyak
15 siswa atau 65,21%. Perbandingan hasil belajar antara siswa tuntas
dan belum tuntas tersaji pada gambar 4.1.
88
Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus I
Hasil belajar pada siklus I belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan pada siklus
selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I ini terdapat
faktor pendukung dan penghambat dari guru dan siswa beserta ide
perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Berikut ini
tabel hasil pengamatan dan penjelasannya
b. Hasil Pengamatan Guru
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Kegiatan Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan
4 3 2 1
Memberi salam
dan memimpin
do’a.
Guru ikut berdo’a
bersama siswa.
Guru tidak
menyiapkan
siswa.
Guru
menyiapkan
siswa sebelum
mengucapkan
salam.
Apersepsi. Sudah tepat.
Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus I
Tuntas
Belum Tuntas
89
Kegiatan Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan
4 3 2 1
Keterampilan menggunakan model NHT.
a. Mengelompok
kan dan
mengatur
siswa ke
dalam
kelompok
belajar
heterogen.
Guru sudah baik
dalam
mengelompokkan
siswa.
Kurang sabar
dalam mengatur
kelompok.
Guru harus lebih
sabar dalam
mengatur
kelompok.
b. Menjelaskan
langkah-
langkah
pembelajaran
NHT.
Guru kurang
paham dengan
langkah-
langkah NHT
sehingga
kurang jelas
dalam
menjelaskan
langkah-
langkah
pembelajaran
NHT.
Sebelum
memulai
pembelajaran
guru harus
mempelajari
langkah-langkah
NHT dengan
seksama
sehingga dapat
menjelaskan
langkah-langkah
pembelajaran
NHT dengan
jelas.
c. Membimbing
kelompok
mengerjakan
LKS.
Belum optimal. Lebih
ditingkatkan
dalam
membimbing
siswa.
d. Mendorong
siswa untuk
aktif dalam
diskusi.
Guru kurang
dalam
memotivasi
siswa.
Guru harus
bersemangat
memotivasi
siswa.
e. Mengawasi
setiap
kelompok
secara
bergiliran.
Pengawasan
guru kurang
optimal.
Guru harus
sering
berkeliling dan
mengawasi
kelompok.
Kemampuan
dalam
menjelaskan
materi.
Penguasaaan
materi oleh guru
sudah bagus.
Guru kurang
jelas dan terlalu
singkat dalam
memberikan
penjelasan
materi (kurang
Guru harus lebih
jelas dalam
menjelaskan
materi dan
memberikan
contoh soal
90
Kegiatan Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan
4 3 2 1
dalam
memberikan
contoh soal).
yang cukup.
Penggunaan
media.
Penggunaan
media sudah tepat
dan sesuai materi.
Guru kurang
mengoptimalka
n penggunaan
media papan
tulis.
Harus
mengoptimal-
kan media papan
tulis.
Penggunaan
bahasa (lancar,
sopan, intonasi)
Sudah baik.
Pemberian
pertanyaan.
Guru kurang
memberikan
kesempatan
seluas-luasnya
dan tidak ada
inisiatif dari
guru untuk
memancing
siswa
mengajukan
pertanyaan
sehingga
mengakibatkan
siswa malu
untuk bertanya.
Memberikan
kesempatan
seluas-luasnya
dan harus bisa
memancing
siswa agar
berani bertanya.
Kemampuan
melakukan
evaluasi.
Soal yang
diberikan jelas.
Waktu
mengerjakan
evaluasi
melebihi dari
waktu yang
ditetapkan.
Pelaksanaannya
harus sesuai
waktu yang
ditetapkan.
Memberikan
penghargaan
individu dan
kelompok.
Guru memberikan
tanda bintang
bagi kelompok
yang berhasil
menjawab dengan
benar.
Menyimpulkan
materi
pembelajaran.
Guru tidak
memberikan
kesimpulan
hasil
pembelajaran.
Guru
membimbing
siswa dalam
membuat
kesimpulan
91
Kegiatan Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan
4 3 2 1
pembelajaran.
Kemampuan guru
dalam menutup
pembelajaran.
Guru memimpin
do’a dan ikut
berdo’a bersama
siswa.
a. Guru tidak
menginformasi
kan materi yang
akan dipelajari
selanjutnya
b. Guru belum
mengkondisika
n kelas ketika
mengucapkan
salam.
a. guru
memberikan
informasi materi
yang akan
dipelajari
selanjutnya.
b.
mengkondisikan
kelas sebelum
menutup
pelajaran.
Ketepatan
menggunakan jam
pelajaran.
Kegiatan
diskusi
menghabiskan
banyak waktu.
Guru harus
pandai mengatur
waktu.
c. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I
Kegiatan
Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan 4 3 2 1
Siswa menjawab
salam dan
berdo’a.
Masih ada
beberapa siswa
yang belum siap
memulai pelajaran
(masih jalan-jalan)
dan tidak
menjawab salam
dari guru.
Sebelum
memulai
pelajaran guru
mengkondisikan
siswa.
Siswa
memperhatikan
penjelasan
materi.
Sebagian siswa
tidak fokus/tidak
memperhatikan
(ada yang ngantuk,
Guru harus tegas
dan menegur
siswa yang tidak
memperhatikan
92
Kegiatan
Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan 4 3 2 1
melamun,
bermain/bergurau).
dan memotivasi
siswa.
Siswa
mengajukan
pertanyaan.
Siswa pasif dan
takut bertanya.
Guru harus
memberikan
kesempatan
seluas-luasnya
dan memancing
rasa ingin tahu
siswa agar tidak
takut bertanya.
Siswa menjawab
pertanyaan.
Beberapa siswa
tidak menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
Guru harus
memotivasi
siswa.
Siswa aktif
dalam kegiatan
diskusi.
Hanya siswa yang
pintar saja yang
mendominasi
dalam kelompok,
siswa yang kurang
pasif dalam
kelompok.
a. Guru
membimbing
siswa yang pasif
agar aktif dalam
kelompok.
b. guru
menunjuk siswa
yang pintar
menjadi
penanggung
jawab
kelompok.
Keberanian
dalam
mempresentasik
an hasil diskusi
di depan kelas.
Ada siswa yang
bersemangat
maju karena akan
mendapat hadiah
bintang.
a. Ada siswa belum
siap dan masih
malu-malu bila
diminta maju.
b. Sebagian siswa
berani maju tapi
tidak berani
mempresentasikan
dengan suara keras.
Memotivasi
siswa agar tidak
malu.
Siswa
mengerjakan
soal evaluasi
Siswa
mengerjakan
dengan tertib.
Masih banyak
siswa yang
mencontek anggota
kelompoknya yang
pintar.
Guru harus
menegur dan
mengingatkan
siswa agar jujur
dalam
mengerjakan
93
Kegiatan
Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan 4 3 2 1
soal evaluasi.
Siswa menjawab
salam.
Ada beberapa
siswa yang tidak
menjawab salam
guru.
Guru mengulang
salam sampai
siswa menjawab
1) Hal-hal yang mendukung
Guru:
a) Guru ikut berdo’a bersama siswa.
b) Guru dalam menyampaikan apersepsi sudah tepat.
c) Guru sudah baik dalam mengelompokkan siswa.
d) Penguasaan materi oleh guru sudah bagus.
e) Penggunaan media sudah tepat dan sesuai materi.
f) Penggunaan bahasa sudah lancar dan sopan.
g) Soal evaluasi yang diberikan jelas.
h) Guru memberikan tanda bintang bagi kelompok yang
menjawab dengan benar.
i) Guru memimpin do’a dan ikut berdo’a bersama siswa.
Siswa:
a) Ada siswa yang bersemangat maju demi mendapatkan bintang.
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tertib.
2) Hal-hal yang menghambat
Guru:
a) Guru tidak menyiapkan siswa sebelum mengucapkan salam.
94
b) Guru kurang sabar dalam mengatur kelompok.
c) Guru kurang jelas dalam menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran NHT.
d) Belum optimal dalam membimbing siswa mengerjakan LKS.
e) Guru belum optimal dalam mendorong siswa untuk aktif
dalam diskusi.
f) Pengawasan guru dalam diskusi kelompok kurang optimal.
g) Guru kurang jelas dan terlalu singkat dalam memberikan
penjelasan materi.
h) Guru kurang mengoptimalkan penggunaan media papan tulis.
i) Guru kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya dan
tidak ada inisiatif dari guru untuk memancing siswa
mengajukan pertanyaan sehingga mengakibatkan siswa malu
bertanya.
j) Guru tidak memberikan kesimpulan hasil pembelajaran.
k) Guru tidak menginformasikan materi yang akan dipelajari
selanjutnya.
l) Waktu mengerjakan evaluasi melebihi dari waktu yang
ditentukan.
Siswa:
a) Masih ada beberapa siswa yang belum siap memulai pelajaran
dan tidak menjawab salam dari guru.
95
b) Sebagian siswa tidak fokus memperhatikan (ada yang ngantuk,
melamun, bergurau).
c) Siswa pasif dan takut bertanya.
d) Beberapa siswa tidak menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru.
e) Hanya siswa yang pintar saja yang mendominasi dalam
kelompok, siswa yang kurang pintar pasif dalam kelompok.
f) Ada siswa yang belum siap dan masih malu-malu bila diminta
maju.
g) Siswa tidak berani mempresentasikan dengan suara keras.
h) Dalam mengerjakan soal evaluasi masih banyak siswa yang
mencontek anggota kelompoknya yang pintar.
3) Ide Perbaikan
Guru:
a) Guru terlebih dahulu menyiapkan siswa sebelum
mengucapkan salam.
b) Guru harus lebih sabar dalam mengatur kelompok.
c) Guru terlebih dahulu mempersiapkan diri mempelajari
langkah-langkah model NHT sehingga dalam memberikan
instruksi kepada siswa dapat menjelaskan dengan jelas.
d) Guru menunjuk ketua dalam kelompok untuk mengawasi
temannya.
96
e) Lebih ditngkatkan dalam membimbing siswa mengerjakan
LKS.
f) Guru harus lebih memotivasi siswa agar aktif dalam diskusi.
g) Guru harus sering berkeliling dan mengawasi kelompok.
h) Guru harus lebih jelas dalam menjelaskan materi dan
mengoptimalkan penggunaan media papan tulis.
i) Guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya dan
memancing siswa agar berani bertanya.
j) Memberikan teguran kepada siswa yang ketahuan mencontek
dan memperhatikan ketepatan waktu.
k) Guru harus membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
pembelajaran.
l) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari
selanjutnya.
m) Guru harus mengkondisikan siswa sebelum menutup pelajaran.
2. Siklus II
a. Hasil Belajar Siswa
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Oktober 2014
dengan jumlah 24 siswa yang hadir dengan materi pokok hubungan
antar satuan panjang. Berdasarkan evaluasi pembelajaran siswa pada
siklus II setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
diperoleh data sebagai berikut:
97
Tabel 4.4 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Kode Siswa KKM Post test Keterangan
1 ARK 65 75 Tuntas
2 IR 65 60 Belum Tuntas
3 AA 65 70 Tuntas
4 BZ 65 60 Belum Tuntas
5 DS 65 75 Tuntas
6 FM 65 65 Tuntas
7 LCA 65 95 Tuntas
8 MAR 65 10 Belum Tuntas
9 MES 65 40 Belum Tuntas
10 NN 65 70 Tuntas
11 NA 65 20 Belum Tuntas
12 NS 65 70 Tuntas
13 NLA 65 85 Tuntas
14 RZ 65 50 Belum Tuntas
15 SI 65 95 Tuntas
16 SZ 65 85 Tuntas
17 SS 65 70 Tuntas
18 UN 65 20 Belum Tuntas
19 ZFR 65 85 Tuntas
20 SW 65 0 Belum Tuntas
21 TTDH 65 80 Tuntas
22 DA 65 85 Tuntas
23 UA 65 65 Tuntas
24 AAR 65 - -
25 MA 65 70 Tuntas
Jumlah ⅀1500
Rata-rata 62,5
Jumlah siswa yang tuntas 16 siswa/66,7%
Jumlah siswa yang belum tuntas 8 siswa/33,3%
Berdasarkan data dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa siswa
yang telah tuntas sebanyak 16 siswa atau 66,7% dari seluruh siswa,
sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa atau 33,3%
98
dengan nilai rata-rata kelas yaitu 62,5. Perbandingan hasil belajar
antara siswa tuntas dan belum tuntas tersaji pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus
II
Hasil belajar pada siklus II sudah menunjukkan hasil yang
memuaskan, namun hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan
klasikal yang diharapkan yaitu siswa yang tuntas belajar. Oleh
karena itu perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus II ini,
terdapat faktor pendukung dan penghambat dari guru dan siswa
beserta ide perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.
Berikut ini tabel hasil pengamatan dan penjelasannya:
Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus II
Tuntas
Belum Tuntas
99
b. Hasil Pengamatan Guru
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Kegiatan Skala penilaian Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Perbaikan
4 3 2 1
Memberi salam
dan memimpin
do’a.
a.Guru
menyiapkan siswa
sebelum berdo’a.
b. Guru ikut
berdo’a bersama
siswa.
c. suara guru
keras.
Apersepsi. Sudah bagus.
Keterampilan menggunakan model NHT
a. Menyiapkan
siswa dalam
kelompok.
Guru sudah baik
dalam menyiapkan
siswa dalam
kelompok.
Beberapa
siswa ramai
ketika diminta
menyiapkan
diri.
Guru
mengkondisi
kan siswa.
b. Menjelaskan
langkah-
langkah
pembelajaran
NHT.
Sudah baik dan
jelas.
c. Membimbing
kelompok
mengerjakan
LKS
Belum
optimal.
Harus lebih
telaten.
d. Mendorong
siswa untuk
aktif dalam
diskusi
Guru sudah dapat
mengenali nama
siswa sehingga
mudah
berinteraksi.
e. Mengawasi
setiap
kelompok
secara
bergiliran.
Belum
optimal.
Guru harus
sering
berkeliling.
Kemampuan
dalam
menjelaskan
a. Guru
menyampaikan
tujuan
100
Kegiatan Skala penilaian Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Perbaikan
4 3 2 1
materi. pembelajaran.
b. Guru menguasai
materi ajar dengan
baik dan
menyampaikan
materi dengan
jelas.
c. Guru
memberikan
penjelasan ulang
bagi siswa yang
kesulitan
memahami materi.
Penggunaan
media.
Penggunaan media
sudah tepat.
Penggunaan
bahasa (lancar,
sopan,
intonasi).
Penggunaan
bahasa sudah
lancar, dan sopan.
Intonasi suara
perlu
diperbaiki.
Pemberian
pertanyaan.
Guru sudah bisa
memancing siswa
mengajukan
pertanyaan.
Beberapa
siswa masih
takut bertanya
Guru
mengajukan
pertanyaan
pada siswa
yang tidak
memperhati-
kan.
Kemampuan
melakukan
evaluasi.
a. Soal yang
diberikan jelas.
b. Kemandirian
dalam
mengerjakan
evaluasi sudah
meningkat.
Masih ada
beberapa siswa
mencontek
temannya.
Guru
memperingat
kan siswa
yang
mencontek
akan diambil
lembar
jawabnya.
Memberikan
penghargaan
individu dan
kelompok.
a. Guru
memberikan tanda
bintang bagi
kelompok yang
berhasil menjawab
dan
mempresentasikan
dengan benar dan
suaranya keras.
b. Memberi tepuk
101
Kegiatan Skala penilaian Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Perbaikan
4 3 2 1
tangan yang
meriah bagi siswa
yang berani maju
ke depan.
Menyimpulkan
materi
pembelajaran.
Guru dan siswa
bersama-sama
merumuskan
materi
pembelajaran.
Kemampuan
guru dalam
menutup
pembelajaran.
Guru sudah
mengkondisikan
siswa sebelum
mengucapkan
salam.
Ketepatan
menggunakan
jam pelajaran
Penggunaan
waktu masih
melebihi dari
waktu normal.
c. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II
Kegiatan
Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan 4 3 2 1
Siswa menjawab
salam dan
berdo’a.
Siswa
bersemangat dan
kompak
menjawab salam
dari guru.
Siswa
memperhatikan
penjelasan
materi.
Sebagian besar
siswa sudah
memperhatikan
penjelasan materi
dari guru.
Beberapa siswa
masih ada yang
kurang
memperhatikan
(melamun).
Guru harus lebih
tegas terhadap
siswa yang
kurang
memperhatikan.
Siswa
mengajukan
pertanyaan.
Siswa sudah
mulai berani
bertanya.
Masih ada siswa
yang malu bertanya
Guru harus lebih
memotivasi agar
siswa tidak malu
102
Kegiatan
Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan 4 3 2 1
bertanya.
Siswa menjawab
pertanyaan.
Sebagian besar
siswa sudah
menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
Ada beberapa
siswa yang diam,
masih takut
salah/ragu-ragu
dalam menjawab
pertanyaan dari
guru.
Guru harus
meyakinkan/me
motivasi siswa
agar berani dan
tidak takut
salah.
Siswa aktif
dalam kegiatan
diskusi.
Sebagian besar
siswa sudah
mulai aktif dalam
kelompoknya
masing-masing.
Masih ada
beberapa siswa
yang tidak aktif
dalam proses
berdiskusi
(bermain sendiri).
Guru lebih
memberikan
motivasi pada
siswa yang pasif
agar aktif dalam
kelompok dan
meminta teman
sekelompoknya
membimbing
temannya yang
pasif.
Keberanian
mempresentasik
an hasil diskusi
di depan kelas
Sebagian siswa
sudah
bersemangat
maju.
Siswa
mempresentasikan
hasil diskusi
dengan suara yang
sangat pelan.
Guru meminta
siswa
mempresentasik
an dengan suara
keras.
Siswa
mengerjakan
soal evaluasi
Sebagian siswa
sudah memiliki
kemandirian
dalam
mengerjakan soal
evaluasi.
Masih ada
beberapa siswa
yang tidak jujur
dalam mengerjakan
soal evaluasi
Guru
memperingatkan
untuk bekerja
sendiri dan akan
mengambil
lembar jawaban
siswa yang
ketahuan
mencontek.
Siswa menjawab
salam
Siswa menjawab
salam dari guru
dengan kompak.
103
1) Hal-hal yang mendukung
Guru:
a) Guru terlebih dahulu menyiapkan siswa, suara guru keras dan
semangat dalam mengucapkan salam dan ikut berdo’a
bersama.
b) Apersepsi sudah tepat.
c) Guru sudah baik dan jelas dalam menjelaskan langkah-langkah
NHT.
d) Guru sudah baik dalam menyiapkan siswa dalam kelompok.
e) Guru sudah baik dalam menjelaskan langkah-langkah NHT.
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
g) Guru menguasai materi ajar dengan baik dan memberikan
penjelasan ulang bagi siswa yang lemah/kesulitan dalam
memahami materi.
h) Guru sudah dapat mengenali nama siswa sehingga mudah
berinteraksi.
i) Guru sudah memancing siswa agar berani bertanya.
j) Guru bersama-sama siswa memyimpulkan materi
pembelajaran.
Siswa:
a) Siswa bersemangat dalam menjawab salam dari guru.
b) Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan materi
dari guru.
104
c) Sebagian siswa sudah berani bertanya.
d) Sebagian siswa sudah berani menjawab pertanyaan dari guru.
e) Siswa sudah bersemangat maju ke depan kelas.
f) Sebagian siswa sudah terbiasa dengan model NHT dan mulai
aktif dalam kelompoknya masing-masing.
g) Sebagian besar siswa sudah memiliki kemandirian dalam
mengerjakan soal evaluasi.
h) Siswa menjawab salam penutup dari guru dengan kompak.
2) Hal-hal yang menghambat
Guru:
a) Ada siswa yang ramai ketika diminta menyiapkan diri.
b) Kegiatan membimbing siswa mengerjakan LKS belum
optimal.
c) Kegiatan pengawasan terhadap jalannya evaluasi belum
optimal sehingga masih ada siswa yang mencontek.
d) Penggunaan waktu masih melebihi dari waktu normal.
Siswa:
a) Beberapa siswa masih ada yang kurang memperhatikan.
b) Masih ada siswa yang malu bertanya.
c) Ada beberapa siswa yang masih takut/ragu-ragu dalam
menjawab pertanyaan dari guru.
d) Masih ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam proses
diskusi.
105
e) Masih ada beberapa siswa yang malu jika diminta maju ke
depan kelas dan kurang keras/berani dalam mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
f) Ada beberapa siswa yang tidak ikut dalam meyimpulkan
materi.
g) Masih ada beberapa siswa yang tidak jujur dalam mengerjakan
soal evaluasi.
3) Ide perbaikan
a) Guru harus lebih telaten dalam membimbing siswa
mengerjakan LKS.
b) Lebih memberikan perhatian pada siswa yang pasif dan
memberikan hukuman menyanyi bagi kelompok yang
mendapat bintang paling sedikit.
c) Guru memotivasi siswa untuk ikut serta meyimpulkan materi.
d) Guru mengajukan pertanyaan pada siswa tidak
memperhatikan.
e) Guru memperingatkan siswa yang ketahuan mencontek akan
diambil lembar jawabnya.
f) Guru memberikan dua bintang bagi siswa/kelompok yang
dapat mempresentasikan dengan suara keras dan memberikan
motivasi untuk menambah rasa percaya diri siswa.
106
3. Siklus III
a. Hasil Belajar Siswa
Siklus III dilaksanakan pada hari Selasa, 4 November 2014
dengan jumlah 24 siswa yang hadir dengan materi pokok hubungan
antar satuan berat. Adapun hasil dari evaluasi (post test) setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat diketahui
pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III
No Kode Siswa KKM Post Test Keterangan
1 ARK 65 45 Belum Tuntas
2 IR 65 95 Tuntas
3 AA 65 100 Tuntas
4 BZ 65 85 Tuntas
5 DS 65 90 Tuntas
6 FM 65 90 Tuntas
7 LCA 65 100 Tuntas
8 MAR 65 80 Tuntas
9 MES 65 70 Tuntas
10 NN 65 85 Tuntas
11 NA 65 75 Tuntas
12 NS 65 85 Tuntas
13 NLA 65 80 Tuntas
14 RZ 65 95 Tuntas
15 SI 65 90 Tuntas
16 SZ 65 95 Tuntas
17 SS 65 75 Tuntas
18 UN 65 95 Tuntas
19 ZFR 65 100 Tuntas
20 SW 65 40 Belum Tuntas
21 TTDH 65 85 Tuntas
22 DA 65 100 Tuntas
23 UA 65 100 Tuntas
24 AAR 65 - -
25 MA 65 90 Tuntas
Jumlah ⅀2045
107
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III
No Kode Siswa KKM Post Test Keterangan
Rata-rata 85,20
Jumlah siswa yang tuntas 22 siswa/91,67%
Jumlah siswa yang belum tuntas 2 siswa/8,3%
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh data terdapat 22 siswa atau
91,67% yang tuntas dalam belajar, dan 2 siswa atau 8,3% belum
tuntas dalam belajar dengan nilai rata-rata kelas yaitu 85,20.
Perbandingan hasil belajar siswa yang tuntas dan belum tuntas tersaji
pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus
III
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.3 ketuntasan klasikal
sudah mencapai Siswa yang tuntas belajar dalam siklus III ini
sudah mencapai 91,67%. Berdasarkan pengamatan faktor pendukung
mengalami peningkatan, sedangkan faktor penghambat berkurang
Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus III
Tuntas
Belum Tuntas
108
pada pelaksanaan siklus III ini. Berikut tabel hasil pengamatan beserta
penjelasannya:
b. Hasil Pengamatan Guru
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Guru Siklus III
Kegiatan Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Perbaikan
4 3 2 1
Memberi salam dan
memimpin do’a
(mengkondisikan
kelas).
Guru kreatif
mengkondisikan
siswa sebelum
berdo’a.
Apersepsi. Sudah bagus.
Keterampilan menggunakan model NHT
a. Menyiapkan siswa
dalam kelompok.
Sudah baik.
b. Menjelaskan
langkah-langkah
pembelajaran
NHT.
Sudah baik dan jelas.
c. Membimbing
siswa mengerjakan
LKS
Sudah bagus dan
telaten.
d. Mendorong siswa
untuk aktif dalam
diskusi.
Sudah baik.
e. Mengawasi setiap
kelompok secara
bergiliran.
Guru sering
berkeliling.
Kemampuan dalam
menjelaskan materi.
a. Guru
menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Guru menguasai
materi ajar dengan
baik dan
menyampaikan
materi dengan jelas.
Penggunaan media. Penggunaan media
sudah tepat.
109
Kegiatan Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Perbaikan
4 3 2 1
Penggunaan bahasa
(lancar, sopan,
intonasi).
Penggunaan bahasa
sudah lancar, sopan.
intonasi
suara perlu
diperbaiki.
Pemberian
pertanyaan.
Sudah baik.
Kemampuan
melakukan evaluasi.
Soal yang diberikan
jelas.
Memberikan
penghargaan
individu dan
kelompok.
Guru mengapresiasi
siswa dengan
memberikan dua
bintang dan tepuk
tangan yang meriah
bagi siswa yang
berani maju ke depan
dan
memperesentasikan
hasil diskusi dengan
suara jelas dan keras.
Masih ada 2
siswa yang
kurang berani
mempresenta
sikan dengan
suara jelas
dan keras.
Menyimpulkan
materi pembelajaran.
Guru sudah
berinteraksi dengan
siswa.
Kemampuan guru
dalam menutup
pembelajaran.
Guru sudah
mengkondisikan
siswa sebelum
mengucapkan salam.
Ketepatan
menggunakan jam
pelajaran.
Sudah sesuai dengan
waktu yang
diinginkan.
110
c. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Siswa Siklus III
Kegiatan
Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan 4 3 2 1
Siswa menjawab
salam dan
berdo’a.
a. Pembiasaan
membaca Asmaul
Husna/mengaji
selama 15 menit
sebelum memulai
pelajaran.
b. Siswa menjawab
salam dengan
kompak.
Siswa
memperhatikan
penjelasan
materi.
Siswa sangat
antusias dengan
penjelasan dari guru.
Ada 1 siswa
yang tidur saat
guru
menjelaskan.
Siswa
mengajukan
pertanyaan.
Siswa sudah berani
bertanya.
Siswa menjawab
pertanyaan.
Siswa sangat
antusias menjawab
pertanyaan guru.
Siswa aktif
dalam kegiatan
diskusi.
Siswa sudah terbiasa
berdiskusi dan tidak
canggung dalam
mengutarakan
pendapatnya serta
kerjasama antar
anggota kelompok
meningkat.
Keberanian
mempresentasik
an hasil diskusi
Siswa semangat dan
berani
mempresentasikan
dengan suara keras.
Masih ada 2
siswa yang
presentasi
dengan suara
pelan.
Siswa
mengerjakan
soal evaluasi.
Siswa paham
dengan soal yang
diberikan guru.
Siswa menjawab Siswa menjawab
111
Kegiatan
Skala
penilaian
Hal yang
mendukung
Hal yang
menghambat
Rencana
perbaikan 4 3 2 1
salam. salam dari guru
dengan kompak.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus III hal-hal yang menjadi
kendala dalam proses pembelajaran sudah berkurang. Guru sudah
terampil dalam menerapkan model pembelajaran NHT dan partisipasi
siswa sudah menunjukkan peningkatan, dari segi evaluasi hasl belajar
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Untuk itu
penelitan berhenti pada siklus III ini.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis pengumpulan data maka diperoleh kesimpulan
tentang data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa dapat dilihat
pada tabel 4.10 di bawah ini:
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Ketuntasan
Belajar
Siklus I Post Test
Siklus II
Post Test
Siklus III Pre test Post test
Tuntas 0 (0%) 8 (34,78%) 16 (66,7%) 22 (91,67%)
Belum tuntas 23 (100%) 15 (65,21%) 8 (33,3%) 2 (8,3%)
Nilai rata-rata siswa 22,17 49,13 62,5 85,20
112
Analisis data tentang nilai siswa dalam tabel 4.10 menunjukkan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar setelah diadakannya tindakan. Dari analisis
data tentang hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan hasil pre test
belum ada siswa yang tuntas dalam belajar, setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebanyak 8
siswa atau 34,78% tuntas dalam belajar. Pada siklus II jumlah siswa yang
tuntas meningkat menjadi 66,7%, yang belum tuntas berkurang menjadi
33,3%. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas mencapai 91,67%, dan yang
belum tuntas hanya 8,3% saja. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 49,13
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 62,5, dan
pada siklus III nilai rata-rata juga meningkat mencapai 85,20. Pada
pelaksanaan siklus III ketuntasan klasikal telah tercapai yaitu 91,67% siswa
tuntas secara klasikal yang mana telah melebihi dari kriteria ketuntasan
klasikal yang ditetapkan sebasar siswa tuntas secara klasikal.
Meningkatnya hasil belajar dari siklus I ke siklus III disebabkan
karena pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dapat menambah/memperjelas pemahaman
siswa tentang materi yang dipelajari dan merangsang partisipasi siswa dalam
diskusi kelompok.
Dengan memerhatikan pembahasan hasil penelitian di atas peneliti
menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya,
dengan kata lain penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) di MI Nurul Huda Raji dapat meningkatkan hasil
113
belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar
satuan.
114
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan
melalui beberapa rangkaian tindakan dimulai dari siklus I, siklus II, dan siklus
III serta berdasarkan seluruh pembahasan dan hasil analisis data yang
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas III mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan.
Indikator tersebut dapat terlihat dari nilai post test siswa yang mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I terdapat 8 siswa atau 34,78%
siswa yang tuntas dalam belajar dan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa
atau 65,21% dengan nilai rata-rata 49,13. Pada siklus II jumlah siswa yang
tuntas meningkat menjadi 16 siswa atau 66,7% dan yang belum tuntas
berkurang menjadi 8 siswa atau 33,3% dengan nilai rata-rata 62,5. Pada
pelaksanaan siklus III jumlah siswa yang tuntas mencapai 22 siswa atau
91,67% dan yang belum tuntas hanya 2 orang siswa saja atau 8,3% dengan
nilai rata-rata 85,20.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai masukan , antara lain:
115
1. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya selalu memotivasi dan memfasilitasi guru
untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya dengan mengikuti
seminar-seminar dan pelatihan tentang model pembelajaran dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru
a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) hendaknya diterapkan kembali
pada pokok bahasan yang lain pada pelajaran matematika pada
khususnya dan mata pelajaran yang lain pada umumnya karena
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran
matematika.
b. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya guru
melakukan persiapan yang matang dengan telebih dahulu memahami
langkah-langkah yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran
yang berpedoman pada RPP yang telah disusun sebelumnya.
c. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang jelas tentang langkah-
langkah model Numbered Head Together NHT agar siswa tidak
bingung dan menyamakannya dengan model diskusi biasa.
116
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ahmadi, Lif Khoiru, & Sofan Amri. 2011. Paikem Gembrot Mengembangkan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira
dan Berbobot (Sebuah Analisis Teoritis, Konseptual, dan Praktik).
Jakarta: PT Prestasi Pustaka Karya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Buchori, Jumadi, & Erna Juliatun. 2007. Gemar Belajar Matematika. Semarang:
Aneka ilmu.
Daryanto, & Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Dimyati, & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fajariah, Nur, & Defi Triratnawati. 2008. Cerdas Berhitung Matematika untuk
SD/MI Kelas 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Departeman Pendidikan
Nasional.
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Fathurrohman, Pupuh, & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamid, Moh Sholeh. 2011. Metode Edutainment. Jogjakarta: Diva Press.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan
Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
117
Isjoni. 2013. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Jannah, Raodatul. 2011. Membuat Anak Cinta Matematika dan Eksak Lainnya.
Jogjakarta: Diva Press.
Johnson, W David, Roger T Johnson, & Edythe Johnson Holubec. 2004.
Colaborative Learning: Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama.
Terjemahan oleh Narulita Yusron. 2010. Bandung: Nusa Media.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Lulusan Matematika.
Jakarta.
--------------------------. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Ratri, Dian kartika. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas V Materi Sifat Bangun Ruang, (Online),
(http://library.ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/3cc6365ee507e46c.pdf,
diakses 6 Mei 2014).
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi Bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana. Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Susilo. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
118
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
------------------. 2011. Teori Motivasi & pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis, & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
119
LAMPIRAN
120
Lampiran RPP Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : MI Nurul Huda Raji Demak
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III/I
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit
Hari Pelaksanaan : Selasa, 28 Oktober 2014
Jam : 10.05-12.55
A. STANDAR KOMPETENSI
Geometri dan pengukuran
2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan
masalah.
B. KOMPETENSI DASAR
2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar
satuan berat.
C. INDIKATOR
a. Menjelaskan hubungan hari, minggu, bulan, dan tahun.
b. Menjelaskan hubungan hari, jam, menit, dan detik.
c. Menentukan hubungan antar satuan waktu.
d. Menyelesaikan soal cerita yang mengandung hubungan antar satuan
waktu.
121
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Dengan penjelasan dari guru siswa dapat menjelaskan hubungan hari,
minggu, bulan, dan tahun dengan benar.
b. Dengan penjelasan dari guru siswa dapat menjelaskan hubungan hari,
jam, menit, dan detik dengan benar.
c. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat
menentukan hubungan antar satuan waktu dengan benar.
d. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat
menyelesaikan soal cerita yang mengandung hubungan antar satuan
waktu dengan benar.
E. MATERI AJAR
1) Hubungan hari, minggu, bulan, dan tahun
(a) Nama-nama hari
Nama-nama hari terdiri atas Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at.
Sabtu, dan Minggu.
(b) Nama-nama Bulan
Nama-nama bulan terdiri atas Januari, Februari, Maret, April, Mei,
Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember.
1 tahun = 12 bulan
1 bulan = 30 hari
1 minggu = 7 hari
1 bulan = 4 minggu
122
2) Hubungan hari, jam, menit, dan detik
1 hari = 24 jam
1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
Jadi, 1 jam = 3.600 detik
3) Menentukan hubungan antar satuan waktu
Contoh soal:
Tentukan hubungan antar satuan waktu berikut ini!
a. 2 minggu = ... hari.
Jawab = 2 7 hari = 14 hari.
b. 3 bulan = ... hari.
Jawab = 3 30 hari = 90 hari.
c. 3 bulan = ... minggu.
Jawab = 3 4 minggu = 12 minggu.
d. 2 tahun = ... bulan.
Jawab = 2 12 bulan = 24 bulan.
e. 4 hari = ... jam.
Jawab = 4 24 jam = 96 jam.
f. 6 menit = ... detik.
Jawab = 6 60 detik = 360 detik.
g. 3 minggu + 10 hari = ... hari.
Jawab = 21 hari + 10 hari = 31 hari.
h. 2 bulan + 20 hari = ... hari.
Jawab = 60 hari + 20 hari = 80 hari.
123
4) Menggunakan satuan waktu dalam pemecahan masalah sehari-hari
Contoh:
Kak Yani berlibur ke rumah Nenek Mirah selama 2 minggu. Kemudian Ia
melanjutkan ke rumah Paman Sani selama 3 hari. Berapa hari Kak Yani
berlibur?
Jawab:
2 minggu + 3 hari = 14 hari + 3 hari = 17 hari
Jadi, kak Yani berlibur selama 17 hari.
F. METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran kooperatif : ceramah, tanya jawab, NHT, penugasan.
G. LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO URAIAN KEGIATAN KARAKTER
1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
a. Guru memberikan salam dan memulai
pelajaran dengan berdo’a bersama.
b. Guru menanyakan kabar siswa sekaligus
melakukan presensi.
c. Apersepsi
Siswa ditanya “anak-anak siapa yang
tahu sekarang hari, tanggal, bulan, dan
tahun berapa?” “anak-anak siapa yang
punya jam tangan?” “jam berapa
sekarang?”
Religius
Disiplin
Perhatian
Rasa ingin tahu
124
Langkah 1 : Penomoran
d. Guru menginformasikan materi yang
akan dipelajari pagi hari ini dan
menjelaskan model NHT yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran.
e. Guru membagi siswa menjadi 5
kelompok yang heterogen (masing-
masing kelompok terdiri dari 5 orang).
Ada kelompok segitiga, bintang, belah
ketupat, persegi, dan lingkaran.
f. Guru mengatur posisi duduk kelompok.
g. Guru membagikan topi penomoran
kepada masing-masing siswa. Siswa
diminta untuk menamai topi
penomorannya masing-masing.
Rasa ingin tahu
Toleransi
2. Kegiatan Inti (100 menit)
a. Eksplorasi
Guru meminta siswa untuk mengerjakan
soal pre test secara individu.
b. Elaborasi
1) Bernyanyi lagu nama-nama hari.
2) Guru memberikan penjelasan materi
dengan bantuan media tabel
Jujur
Perhatian
125
hubungan antar satuan waktu,
kalender, dan jam dinding.
Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan
3) Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa dengan meminta siswa
mengerjakan LKS.
Langkah 3 : Berpikir Bersama
4) Guru memberikan kesempatan
kepada kelompok-kelompok untuk
berdiskusi dan menyatukan pendapat
serta memastikan anggota
kelompoknya mengetahui
jawabannya.
Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan
5) Guru memanggil salah satu nomor
dalam kelompok secara acak.
6) Siswa yang dipanggil nomornya
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, kelompok yang lain
menanggapi.
7) Guru memberikan bintang bagi
kelompok yang berhasil menjawab
dengan benar.
Kerjasama
Menghargai
Tekun
Tanggung jawab
Keberanian
Menghargai
126
8) Konfirmasi
a) Memberikan penguatan dan
meluruskan jika terjadi
kesalahpahaman.
b) Guru memberikan hukuman
menyanyi di depan kelas bagi
kelompok yang mendapat
bintang paling sedikit.
Perhatian
3. Kegiatan Penutup (25 menit)
a. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
b. Guru mengakhiri pembelajaran
dengan berdo’a bersama.
Jujur
Religius
H. SUMBER BELAJAR dan MEDIA PEMBELAJARAN
1) Sumber Belajar
a. Buku Gemar Belajar Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Buchori
dkk.
b. Buku paket BSE Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI kelas III
oleh Fajariyah dan Triratnawati.
2) Media Pembelajaran
Kalender, jam dinding, tabel hubungan antar satuan waktu, topi
penomoran siswa, potongan bintang, lembar kerja siswa, lembar evaluasi.
I. PENILAIAN
Teknik : tertulis
127
Bentuk Instrumen : latihan soal
J. EVALUASI
Evaluasi terlampir
Kunci jawaban evaluasi:
1. 21 hari 6. 72 jam
2. 60 hari 7. 300 detik
3. 8 minggu 8. 360 menit
4. 48 bulan 9. 95 menit
5. 15 bulan 10. 3 bulan + 2 minggu + 10 hari = 114 hari
K. PEDOMAN PENSKORAN
Demak, 28 Oktober 2014
Peneliti
Langga Cintia Dessi
NIM: 11510089
Guru kelas III
(Sulaiman, S.Pd.I)
NIY. 91.00.0017
Mengetahui,
Kepala MI Nurul Huda Raji
(Arifin, S.Pd.I.,MM)
NIP. 198107152007101001
Nilai = jumlah benar x 10
= 100
128
Lampiran RPP Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : MI Nurul Huda Raji
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III/I
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari Pelaksanaan : Rabu, 29 Oktober 2014
A. STANDAR KOMPETENSI
Geometri dan pengukuran
2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah.
B. KOMPETENSI DASAR
2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar
satuan berat.
C. INDIKATOR
a. Menyebutkan urutan satuan panjang.
b. Menjelaskan hubungan antar satuan panjang.
c. Menentukan hubungan antar satuan panjang.
d. Menyelesaikan soal cerita yang mengandung hubungan antar satuan
panjang.
129
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Dengan penjelasan dari guru dan mengamati gambar siswa dapat
meyebutkan urutan satuan panjang dengan benar.
b. Dengan penjelasan dari guru siswa dapat menjelaskan hubungan antar
satuan panjang dengan benar.
c. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat
menentukan hubungan antar satuan panjang dengan benar.
d. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat
menyelesaikan soal cerita yang mengandung hubungan antar satuan
panjang dengan benar.
E. MATERI AJAR
a. Hubungan antar satuan panjang
1 km = 1.000 m
1 m = 10 dm
1 dm = 10 cm
130
1 cm = 10 mm
1 m = 10 dm = 100 cm
b. Menentukan hubungan antar satuan panjang
Contoh soal:
Tentukan hubungan antar satuan panjang berikut ini!
1. 3 km = ... hm.
Jawab = (3 x 10) hm = 30 hm.
2. 4 km = ... dam.
Jawab = (4 x 100) dam = 400 dam.
3. 4 m = ... cm.
Jawab = (4 x 100) cm = 400 cm.
4. 20 cm = ... dm.
Jawab = (20 : 10) dm = 2 dm.
5. 500 cm = ... dm.
Jawab = (500 : 10) dm = 50 dm.
6. 2 m + 2 dm = ... cm.
Jawab = (2 x 100) cm + (2 x 10) cm = (200 + 20) cm = 220 cm
7. 4 m + 12 cm = ... cm.
Jawab = (4 x 100) cm + 12 cm = (400 + 12) cm = 412 cm.
c. Menggunakan satuan panjang dalam pemecahan masalah sehari-hari
Contoh soal:
131
Ima membeli kain biru sepanjang 300 m. Ia juga membeli kain merah
sepanjang 500 m. Berapa cm-kah panjang masing-masing kain yang dibeli
Ima?
Jawab:
Kain biru 300 cm = 3 m
Kain merah 500 cm = 5 m
Jadi, panjang kain biru adalah 3 m dan panjang kain merah 5 m.
F. METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran kooperatif: ceramah, tanya jawab, NHT, penugasan.
G. LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO URAIAN KEGIATAN KARAKTER
1 Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap
belajar.
b. Guru memberikan salam dengan suara keras
dan jelas serta bersama-sama siswa membaca
“basmalah” sebelum memulai pelajaran.
c. Presensi
d. Guru mengulas singkat pelajaran pada
pertemuan sebelumnya.
e. Apersepsi
Siswa ditanya ”anak-anak sebelum pelajaran
matematika jam pelajaran pertama tadi apa?”
Religius
Disiplin
Perhatian
132
“anak-anak tadi habis olahraga apa?”
Langkah 1 : Penomoran
f. Menginformasikan materi dan tujuan
pembelajaran hari ini.
g. Guru menjelaskan secara jelas model NHT
yang akan diterapkan dalam proses
pembelajaran.
h. Guru meminta siswa mempersiapkan diri
untuk memakai topi penomorannya, dan
berkumpul bersama kelompoknya.
i. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam
kelompoknya dan menginformasikan
pemberian hukuman bagi kelompok yang
mendapat bintang paling sedikit.
2 Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
1) Guru menempelkan gambar tangga satuan
panjang di papan tulis, siswa diminta
mengamati gambar.
2) Guru mengecek pengetahuan awal siswa
dengan mengajukan pertanyaan secara
klasikal tentang satuan panjang.
Perhatian
Keberanian
Keingintahuan
Kreatif
133
b. Elaborasi
(1) Guru menjelaskan materi satuan panjang
dengan menggunakan media gambar
tangga satuan panjang.
Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan
(2) Guru mengajukan pertanyaan untuk
seluruh kelompok dalam bentuk lembar
kerja siswa (LKS) materi hubungan antar
satuan panjang.
Langkah 3 : Berpikir Bersama
(3) Guru menunjuk salah satu siswa menjadi
ketua kelompok.
(4) Guru memberikan kesempatan kepada
siswa selama 15 menit untuk berpikir
menemukan jawaban yang tepat bersama
anggota kelompoknya. Setiap kelompok
harus memastikan semua anggota
kelompoknya mengetahui jawabannya
dan mengetahui cara mengerjakannya.
(5) Guru memonitor siswa dalam berdiskusi
kelompok.
(6) Guru memberikan bimbingan secara
bergantian kepada semua kelompok.
Aktif
Tanggung jawab
Tanggung jawab
Kerja keras
Rasa ingin tahu
Bersahabat
Kerjasama
Aktif
134
Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan
(7) Guru memanggil salah satu nomor secara
acak. Siswa yang dipanggil nomernya
yang pertama kali mengacungkan tangan
diminta maju ke depan untuk menjawab
pertanyaan dan menjelaskannya dengan
suara keras (sesekali guru dapat meminta
semua siswa yang memiliki nomor kepala
yang sama untuk maju secara bersamaan
menuliskan jawaban kelompok di papan
tulis).
(8) Kelompok yang lain menyimak dan
menanggapi jawaban dari kelompok yang
mempresentasikan.
(9) Guru memberikan bintang kemudian
menempelkannya di topi penomoran
siswa dan meminta seluruh siswa
memberikan tepuk tangan yang meriah
bagi temannya yang berani maju ke depan
dan berhasil menjawab dan menjelaskan
dengan benar.
c. Konfirmasi
(1) Guru memberikan penjelasan ulang dan
Keberanian
Menghargai
prestasi
135
mengkonfirmasi jika ada jawaban yang
kurang tepat.
(2) Guru memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk bertanya jika
ada hal yang kurang paham/jelas terutama
bagi siswa yang kurang mampu.
(3) Siswa menyimpulkan materi pelajaran
dibimbing oleh guru.
(4) Guru memberikan hukuman menyanyi
bagi kelompok yang mendapat bintang
paling sedikit.
3 Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Guru meminta siswa mengerjakan soal
evaluasi (post test) dan mengingatkan siswa
untuk tidak saling mencontek.
b. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya yaitu tentang
hubungan antar satuan berat, dan meminta
siswa mempelajarinya di rumah.
c. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan
berdo’a bersama.
Kejujuran
Mandiri
Religius
136
H. SUMBER BELAJAR dan MEDIA PEMBELAJARAN
1) Sumber Belajar
a. Buku Gemar Belajar Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Buchori
dkk.
b. Buku paket BSE Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI kelas III
oleh Fajariyah dan Triratnawati.
2) Media Pembelajaran
Topi penomoran siswa, gambar tangga satuan berat, lembar kerja siswa,
lembar evaluasi.
I. PENILAIAN
Teknik : tertulis
Bentuk Instrumen : latihan soal
J. EVALUASI
Evaluasi terlampir
Kunci Jawaban:
1. 50 hm 6. 4 dm
2. 900 m 7. 90 dm
3. 60 cm 8. 70 mm
4. 700 dam 9. 630 cm
5. 30 dm 10. 65 dm = 650 cm
137
K. PEDOMAN PENSKORAN
Demak, 29 Oktober 2014
Peneliti Guru kelas III
(Langga Cintia Dessi) (Sulaiman, S. Pd.I)
NIM : 11510089 NIY. 91.00.0017
Mengetahui,
Kepala MI Nurul Huda Raji
Nilai : benar x 10 = 100
138
Lampiran RPP Siklus III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : MI Nurul Huda Raji Demak
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III/I
Alokasi Waktu : 4 x 35 Menit
Hari Pelaksanaan : Selasa, 4 November 2014
A. STANDAR KOMPETENSI
Geometri dan pengukuran
2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah.
B. KOMPETENSI DASAR
2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar
satuan berat.
C. INDIKATOR
a. Menyebutkan urutan satuan berat.
b. Menjelaskan hubungan antar satuan berat.
c. Menentukan hubungan antar satuan berat.
d. Menyelesaikan soal cerita yang mengandung satuan berat.
139
D. TUJUAN PEMBELAJARAN.
a. Dengan penjelasan dari guru dan mengamati gambar tangga satuan berat
siswa dapat meyebutkan urutan satuan berat dengan benar.
b. Dengan penjelasan dari guru siswa dapat menjelaskan hubungan antar
satuan berat dengan benar.
c. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat
menentukan hubungan antar satuan berat dengan benar.
d. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat
menyelesaikan soal cerita yang mengandung satuan berat dengan benar.
E. MATERI AJAR
a. Hubungan antar satuan berat
1 kg = 10 ons = 10 hg
1 ons = 100 g
b. Menentukan hubungan antar satuan berat
Contoh soal:
1. 3 kg = ... ons.
Jawab = (3 x10) ons = 30 ons.
2. 5 kg = ... hg.
140
Jawab = (5 x 10) hg = 50 hg.
3. 6 hg = ... gr
Jawab = (6 x 100) gr = 600 gr.
4. 3 ons = ... gr.
Jawab = (3 x 100) gr = 300 gr.
5. 60 ons = ... kg.
Jawab = (60 : 10) kg = 6 kg.
6. 5 kg + 5 ons = ... ons.
Jawab = (5 x 10) ons + 5 ons = (50 + 5 ) ons = 55 ons.
7. 2 dag – 3 gr = ... gr.
Jawab = (2 x 10) gr – 3 gr = (20 – 3 ) gr = 17 gr.
c. Menggunakan satuan berat dalam pemecahan masalah sehari-hari
Contoh soal cerita
Kiki ke toko membeli 3 kg gula pasir dan 5 ons gula merah. Berapa gram-
kah berat masing-masing belanjaan Kiki?
Jawab:
Gula pasir 3 kg = 3000 gr
Gula merah 10 ons = 500 gr
Jadi, berat belanjaan Kiki adalah 3000 gr gula pasir dan 500 gr gula
merah.
F. METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran kooperatif: ceramah, tanya jawab, NHT, penugasan.
141
G. LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO URAIAN KEGIATAN KARAKTER
1 Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
a. Guru mengkondisikan siswa.
b. Guru memberikan salam dengan suara keras
dan jelas serta meminta ketua kelas
memimpin do’a bersama.
c. Guru menanyakan kabar siswa sekaligus
mengecek kehadiran siswa.
d. Guru mengulas pelajaran pada pertemuan
sebelumnya.
e. Apersepsi
Siswa ditanya “anak-anak siapa yang tadi pagi
sarapan lauk telur?” “siapa yang pernah
disuruh ibunya pergi membeli telur, gula,
tepung di warung?” “disuruh beli berapa?”
“anak-anak siapa yang pernah menimbang
berat badannya?”
f. Guru menginformasikan materi dan tujuan
pembelajaran hari ini.
Langkah 1 : Penomoran
g. Guru menjelaskan secara jelas langkah-
langkah model NHT.
Disiplin
Perhatian
Disiplin
Rasa ingin tahu
Kreatif
142
h. Guru meminta siswa segera mempersiapkan
diri bersama kelompoknya dan memakai topi
penomorannya masing-masing.
i. Guru memotivasi siswa agar aktif dalam
pembelajaran.
2 Kegiatan Inti (100 menit)
a. Eksplorasi
(1) Guru menempel media gambar satuan
berat di papan tulis.
(2) Guru meminta siswa mengamati gambar
tangga satuan berat.
(3) Guru memberikan pertanyaan secara
klasikal kepada siswa tentang satuan berat.
b. Elaborasi
(1) Guru menjelaskan materi satuan berat
dengan menggunakan media gambar
tangga satuan berat dengan jelas.
(2) Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti terutama bagi siswa yang
lemah pemahamannya.
Langkah 2 : Mengajukan pertanyaan
(3) Guru mengajukan pertanyaan hubungan
Rasa ingin tahu
Perhatian
Konsentrasi
Semangat
143
antar satuan berat dalam bentuk lembar
kerja serta membagikan lembar kerja
siswa dan meminta siswa mengerjakan
bersama kelompoknya.
Langkah 3 : Berpikir bersama
(4) Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi bersama anggota
kelompoknya selama 25 menit dan
mengingatkan setiap kelompok harus
memastikan anggota kelompoknya
mengetahui jawabannya dan proses
memperoleh jawaban tersebut.
(5) Guru menunjuk siswa sebagai ketua
untuk mengawasi sekaligus membantu
temannya yang kurang mampu.
(6) Guru berkeliling kelas untuk
mengarahkan dan membimbing siswa
dalam berdiskusi kelompok.
(7) Guru memastikan semua anggota
kelompok terlibat dalam diskusi
kelompok.
Langkah 4: Menjawab pertanyaan
(8) Guru menunjuk nomer secara acak, dan
Tanggung jawab
Toleransi
Perhatian
Ketekunan
Kerjasama
Tanggung jawab
144
bagi siswa yang mengacungkan tangan
duluan diminta maju untuk
mempresentasikan hasil diskusinya
dengan suara keras dan jelas (sesekali
guru dapat meminta semua siswa yang
memiliki nomer kepala yang sama untuk
maju secara bersamaan menuliskan
jawaban kelompok di papan tulis).
(9) Guru memberikan kesempatan kepada
siswa dari kelompok lain yang memiliki
nomer kepala yang sama menanggapi
jawaban temannya yang maju ke depan
kelas.
(10) Guru memberikan bintang bagi
siswa yang berhasil mempresentasikan
hasil diskusi dengan jawaban yang tepat
dengan suara keras dan jelas.
(11) Guru meminta semua siswa
memberikan tepuk tangan yang meriah
bagi temannya yang berani maju ke depan
kelas.
c. Konfirmasi
(1) Guru memberikan konfirmasi dan
Keberanian
Demokratis
Bersahabat
Komunikatif
145
penjelasan ulang.
(2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk
menanyakan hal yang belum jelas.
(3) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari hari ini.
Menghargai
prestasi
3 Kegiatan Penutup (25 menit)
a. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara
individu.
b. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan
berdo’a bersama.
Mandiri
Religius
H. SUMBER BELAJAR dan MEDIA PEMBELAJARAN
1) Sumber Belajar
a. Buku Gemar Belajar Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Buchori
dkk.
b. Buku paket BSE Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI kelas
III oleh Fajariyah dan Triratnawati.
2) Media Pembelajaran
Gambar tangga satuan berat, lembar kerja siswa, lembar evaluasi.
I. PENILAIAN
Teknik : tertulis
Bentuk Instrumen : latihan soal
146
J. EVALUASI
Lembar evaluasi terlampir
Kunci Jawaban:
1. 50 ons 6. 40 dg
2. 70 ons 7. 5 kg
3. 200 gr 8. 35 ons
4. 700 gr 9. 440 gr
5. 30 mg 10. 8 ons = 800 gr
K. PEDOMAN PENSKORAN
Demak, 4 November 2014
Peneliti Guru kelas III
(Langga Cintia Dessi) (Sulaiman, S. Pd.I)
NIM : 11510089 NIY. 91.00.0017
Mengetahui,
Kepala MI Nurul Huda Raji
(Arifin, S.Pd.I.,MM)
NIP. 198107152007101001
Nilai : benar x 10 = 100
147
Lampiran 4
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SIKLUS I
Kerjakan soal-soal di bawah ini secara berkelompok!
1. 9 minggu = ... hari
2. 5 tahun = ... bulan
3. 6 bulan = ... hari
4. 7 bulan = ... minggu
5. 4 bulan + 15 hari = ... hari
6. 3 jam = ... menit
7. 2 menit = ... detik
8. 3 jam + 20 menit = ... menit
9. 2 jam + 6 menit = ... menit
10. Bapak berkunjung ke rumah paman di Bandung selama 2 minggu
lebih 3 hari. Berapa hari-kah bapak berkunjung ke rumah paman
?
Nama Anggota : .............................................................
................................................................
...............................................................
...............................................................
...............................................................
KELOMPOK : ...............................................................
148
Lampiran 5
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SIKLUS II
Kerjakan soal-soal di bawah ini secara berkelompok!
1. 5 m = ... dm
2. 7 km = ... hm
3. 4 dm = ... cm
4. 8 m = ... cm
5. 300 cm = ... dm
6. 9 dm = ... mm
7. 2 hm = ... m
8. 600 mm = ... dm
9. 3 m + 15 cm = ... cm
10. Ratna membuat rangkaian bunga sepanjang 15 dm. Berapa
cm-kah panjang rangkaian bunga Ratna?
Nama Anggota : .............................................................
................................................................
...............................................................
...............................................................
...............................................................
KELOMPOK :
149
Lampiran 6
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SIKLUS III
Kerjakan soal-soal di bawah ini secara berkelompok!
1. 8 kg = ... ons
2. 2 ons = ... gr
3. 9 kg = ... hg
4. 3 hg = ... gr
5. 3 kg = ... dag
6. 30 ons = ... kg
7. 4 ons = ... dag
8. 4 ons + 6 dag = ... gr
9. Bu Narita membeli beras 6 kg. Berapa ons-kah beras yang dibeli bu
Narita?
10. Pak Duloh pergi ke kota untuk berbelanja. Ia membeli makanan ayam
sebanyak 5 kg lebih 2 ons. Berapa ons-kah makanan ayam yang dibeli pak
Duloh?
Nama Anggota : .............................................................
................................................................
...............................................................
...............................................................
...............................................................
KELOMPOK : ...............................................................
150
Lampiran 7
SOAL PRE TEST SIKLUS I
Coba kerjakan soal-soal berikut dengan benar!
1. 1 minggu = ... hari.
2. 1 bulan = ... hari.
3. 3 bulan = ... minggu.
4. 1 tahun = ... bulan.
5. 1 tahun + 2 bulan = ... bulan.
6. 2 hari = ... jam.
7. 2 jam = ... menit.
8. 7 menit = ... detik.
9. 2 jam + 20 menit = ... menit.
10. Bu marni tinggal di Solo selama 2 tahun lebih 3 bulan. Berapa
bulan-kah Bu Marni tinggal di Solo?
Nama :
No Absen :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Nilai :
151
Lampiran 8
LEMBAR POST TEST SIKLUS I
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. 3 minggu = ... hari.
2. 2 bulan = ... hari.
3. 2 bulan = ... minggu.
4. 4 tahun = ... bulan.
5. 1 tahun + 3 bulan = ... bulan.
6. 3 hari = ... jam.
7. 5 menit = ... detik.
8. 6 jam = ... menit.
9. 1 jam + 35 menit = ... menit.
10. Warga Bangu dapat mendirikan gedung dalam waktu 3 bulan
lebih 2 minggu dan 10 hari. Berapa hari-kah mereka dapat
membangun gedung itu?
Nama :
No Absen :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Nilai :
152
Lampiran 9
LEMBAR POST TEST SIKLUS II
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. 5 km = ... hm
2. 9 hm = ... m
3. 6 dm = ... cm
4. 7 km = ... dam
5. 3 m = ... dm
6. 40 cm = ... dm
7. 900 cm = ... dm
8. 7 cm = ... mm
9. 6 m + 3 dm = ... cm
10. Budi memotong tali senar sepanjang 65 dm untuk memancing.
Berapa cm-kah tali senar yang dipotong Budi?
Nama :
No Absen :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Nilai :
153
Lampiran 10
LEMBAR POST TEST SIKLUS III
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. 5 kg = ... ons
2. 7 kg = .... hg
3. 2 hg = ... gr
4. 7 ons = ... gr
5. 3 cg = ... mg
6. 4 gr = ... dg
7. 50 ons = ... kg
8. 3 kg + 5 ons = ... ons
9. 4 ons + 40 gr = ... gr
10. Bella akan membuat kue. Bella membeli 8 ons tepung terigu.
Berapa gram-kah berat tepung terigu yang dibeli Bella?
Nama :
No Absen :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Nilai:
154
Lampiran 11
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA
1. Materi apa yang selama ini siswa masih merasa kesulitan?
2. Berapa nilai KKM untuk mata pelajaran matematika di MI Nurul Huda?
3. Metode apa yang biasa bapak terapkan dalam pembelajaran matematika
selama ini?
4. Kendala apa saja yang sering bapak hadapi ketika proses pembelajaran
berlangsung?
5. Pada waktu proses pembelajaran apakah ada siswa yang mengganggu
temannya?
6. Tindakan apa yang bapak lakukan sebagai seorang guru untuk siswa yang
kurang memperhatikan?
7. Bagaimana sistem evaluasi dalam pembelajaran matematika?
8. Bagaimana nilai matematika selama ini pak?
9. Usaha apa yang bapak lakukan untuk memperbaiki nilai siswa yang kurang
memenuhi KKM?
10. Bagaimana kemampuan akademik siswa selama ini pak?
11. Apakah bapak sudah mengenal model pembelajaran kooperatif ?
12. Apakah bapak sudah mengenal Numbered Head Together (NHT) ?
13. Bagaimana pendapat bapak tentang model pembelajaran ini ?
155
Lampiran 12
Kondisi MI Nurul Huda Raji Demak
156
Kondisi Awal Proses Pembelajaran Matematika di MI Nurul Huda Raji Demak
157
Proses Pembelajaran Matematika Menggunakan Model NHT
158
159
160
Lampiran 13
DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK
Kemampuan Rangking Nama Kelompok
Tinggi 1 LCA 1
2 TTDH 2
3 DS 3
4 ZFR 4
5 AA 5
6 RZ 1
7 MA 2
8 SI 3
Sedang 9 SZ 4
10 NN 5
11 NS 5
12 FM 4
13 SS 3
14 IR 2
15 UN 1
16 ARK 1
17 MAR 2
18 NLA 3
19 DA 4
20 BZ 5
21 NA 5
Rendah 22 UA 4
23 MES 3
24 AAR 2
25 SW 1
Kelompok 1
(Segitiga)
Kelompok 2
(Bintang)
Kelompok 3
(Belah ketupat)
Kelompok 4
(Persegi)
Kelompok 5
(Lingkaran)
LCA TTDH DS ZFR AA
RZ MA SI SZ NN
UN IR SS FM NS
ARK MAR NLA DA BZ
SW AAR MES UA NA
161
Lampiran 14
Daftar Nilai Ulangan Harian Pokok Bahasan Hubungan Antar Satuan
Tahun Ajaran 2013/2014
No Nama KKM Nilai Ketuntasan
1 AS 65 40 Belum Tuntas
2 YP 65 80 Tuntas
3 AR 65 70 Tuntas
4 AS 65 60 Belum Tuntas
5 AF 65 100 Tuntas
6 ARF 65 60 Belum Tuntas
7 ADZ 65 90 Tuntas
8 AY 65 60 Belum Tuntas
9 ABM 65 60 Belum Tuntas
10 AA 65 80 Tuntas
11 DAA 65 55 Belum Tuntas
12 ES 65 60 Belum Tuntas
13 IA 65 100 Tuntas
14 ILN 65 90 Tuntas
15 LK 65 40 Belum Tuntas
16 MM 65 55 Belum Tuntas
17 MIY 65 60 Belum Tuntas
18 MYS 65 50 Belum Tuntas
19 MH 65 40 Belum Tuntas
20 RMZ 65 75 Tuntas
21 RSS 65 60 Belum Tuntas
22 RS 65 50 Belum Tuntas
23 S 65 90 Tuntas
24 SA 65 80 Tuntas
25 SA 65 90 Tuntas
26 WR 65 60 Belum Tuntas
27 RFS 65 70 Tuntas
28 YA 65 40 Belum Tuntas
29 NRN 65 90 Tuntas
30 AWU 65 60 Belum Tuntas
162
Lampiran 15
163
Lampiran 16
164
Lampiran 17
165
Lampiran 18
166
Lampiran 19
DAFTAR SKK
Nama : Langga Cintia Dessi
NIM : 11510089
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PGMI
Dosen PA : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1 Orientasi pengenalan akademik dan
kemahasiswaan (OPAK) STAIN
Salatiga tahun 2010 dengan tema
“Optimalisasi Nalar Kritis
Mahasiswa: Upaya Mengawal
Perubahan Bangsa ke Arah yang
Lebih Baik”.
25 – 27 Agustus 2010 Peserta 3
2 User Education (Pendidikan
Pemakai).
20-25 September 2010 Peserta 3
3 National Workshop of
Enterpreneurship and Basic
Cooperation 2010.
19 Desember 2010 Peserta 6
4 PUBLIC HEARING Dengan tema;
“Optimalisasi Demokrasi Kampus
Sebagai Upaya Integrity Oriented”.
09 Maret 2011 Peserta 2
5 Kegiatan Lomba Perayaan Hari
Kartini
24 April 2011 Panitia 2
6 Kegiatan Lomba Perayaan Hari
Kemerdekaan RI Yang Ke-66
21 Agustus 2011 Panitia 2
7 Kegiatan Lomba Takbir Keliling
Idul Fitri 1432 H
30 Agustus 2011 Panitia 2
8 Grand Opening Nisa’
“Hypnotherapy” (Concentrate Your
Mind, Get Your Achievement).
22 September 2011 Peserta 3
9 Daurah Mar’atus Shalihah (DMS)
dengan tema; “Let’s be an inspiring
women”.
26 November 2011 Peserta 3
10 Latihan Dasar Kepemimpinan VIII
(LDK VIII) pemuda Dusun
Bungkus Desa Turirejo.
17-18 Maret 2012 Peserta 3
11 Kegiatan Lomba Perayaan Hari
Kartini 2012.
22 April 2012 Panitia 2
12 Daurah Mar’atus Shalihah (DMS) 26 Mei 2012 Peserta 3
167
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
dengan tema “Unbreakable
Muslimah”.
13 Pengajian Akbar Memperingati
Isra’ Mi’raj .
12 Juli 2012 Panitia 2
14 Perayaan Hari Kemerdekaan RI
Ke-67.
17 Agustus 2012 Panitia 2
15 Pengajian Akbar Dalam Rangka
Maulid Nabi SAW
26 Januari 2013 Panitia 2
16 Latihan Dasar Kepemimpinan XI
(LDK XI) pemuda Dusun Bungkus
Desa Turirejo.
23-24 Februari 2013 Peserta 3
17 Seminar Nasional dalam Rangka
Pelantikan Pengurus Himpunan
Mahasiswa Islam Cabang Salatiga
Periode 2013 – 2014 dengan tema
“Kepemimpinan dan Masa Depan
Bangsa”.
23 Februari 2013 Peserta 6
18 Lomba perayaan Hari Kartini 2013 21 April 2013 Panitia 2
19 Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW dengan tema
“Menjalankan perintah Allah”.
06 Juni 2013 Panitia 2
20 Pengajian Akbar Dalam Rangka
Halal Bi Halal
24 Agustus 2013 Panitia 2
21 Seminar sehari tentang peningkatan
partisipasi politik perempuan
“Mendorong partisipasi aktif
perempuan untuk menggunakan
hak pilihnya dalam setiap pesta
demokrasi”.
29 September 2013 Peserta 4
22 Seminar Nasional Bahasa Arab
Inovasi Pembelajaran Bahasa:
“Upaya Menjaga Eksistensi dan
Masa Depan Pembelajaran Bahasa
Arab”.
09 Oktober 2013 Peserta 6
23 Pengajian Peringatan Tahun Baru
Hijriyah 1 Muharram 1435 H
Dengan Tema “Tahun Baru?
Semangat Baru”.
5 November 2013 Panitia 2
24 Lomba perayaan Hari Kartini 2014 20 April 2014 Panitia 2
25 Lomba Takbir Keliling Idul Fitri
1435 H
27 Juli 2014 Juri 2
26 Lomba Perayaan Hari
Kemerdekaan RI yang ke-69.
17 Agustus 2014 Panitia 2
27 Seminar Nasional yang Bertema
“Optimalisasi Sumber Daya Insani
Terhadap Lembaga Keuangan
14 Oktober 2014 Peserta 6
168
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
Syari’ah”.
28 “Seminar Nasional
Entrepreneurship”.
16 Nopember 2014 Peserta 6
29 Seminar Pendidikan yang
diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Islam Cabang Salatiga
Komisariat Walisongo dengan tema
“Mempertegas Peran Pendidikan
dalam Mencerahkan Masa Depan
Anak Bangsa”.
19 November 2014 Peserta 4
30 Seminar Kajian Intensif Mahasiswa
dengan Tema “Fenomena Islam di
Salatiga”.
21 November 2014 Peserta 3
31 Training Personality Plus Regional
Jawa Tengah.
23 November 2014 Peserta 4
32 Seminar PERBASIS (Perbandingan
Bahasa Arab Bahasa Inggris) /
CEA (Comparison English
Arabic)”.
27 November 2014 Peserta 3
33 Seminar Nasional “Perlindungan
Hukum Terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar Bebas ASEAN”.
10 Desember 2014 Peserta 6
34 WORKSHOP NASIONAL “Sukses
Akademik, Sukses Bakat dan
Hidup Bermartabat dengan Karya”.
16 Desember 2014 Peserta 6
35 Seminar Kewirausahaan “Meraih
Kesuksesan dengan Berwirausaha”.
21 Desember 2014 Peserta 3
Jumlah 114
Salatiga, 14 Januari 2015
Mengetahui,
Wakil Ketua III
Bidang Kemahasiswaan & Kerjasama
Moh. Khusen, M.Ag.,M.A.
NIP. 19741212 199903 1 003
169
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Langga Cintia Dessi
2. Tempat dan tanggal lahir : Demak, 27 Desember 1987
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Warga negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Ds. Turirejo, RT 01 RW 12
Kec. Demak, Kab. Demak
7. Riwayat pendidikan
a. TK Korindo Group, Sulung, Kalimantan Tengah, lulus tahun 1993
b. MI Miftahul Huda I Turirejo, Demak, lulus tahun 1999
c. SMP Negeri 4 Demak, lulus tahun 2002
d. SMA Negeri 1 Mijen, Demak, lulus tahun 2005
Demikian riwayat hidup penulis, penulis buat dengan yang sebenar-benarnya.
Salatiga, 12 Januari 2015
Penulis
Langga Cintia Dessi
NIM: 11510089
170