1
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) DENGAN KARTU UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA
Skripsi
Oleh :
ETYNA PURWANINGSIH NIM X 4304007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) DENGAN KARTU UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA
Oleh :
ETYNA PURWANINGSIH NIM X 4304007
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Maridi, M.Pd Harlita, S.Si, M.Si
NIP. 19500724 197606 1 002 NIP. 19690401 199802 2 001
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memebuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 16 Februari 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Sri Widoretno, M.Si ........................
Sekretaris : Drs. Slamet Santosa, M.Si .......................
Anggota I : Drs. Maridi, M.Pd ........................
Anggota II : Harlita, S.Si, M.Si .......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
5
ABSTRAK
Etyna Purwaningsih.X 4304007. Pendidikan Biologi Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN KARTU UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta dengan penerapan metode Teams Games Tournament (TGT) dengan kartu.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, observasi, evaluasi, analisis, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2007/ 2008. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa; tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran, dan dokumentasi atau arsip. Teknik dan alat pengumpulan data adalah dengan angket, observasi, tes dan wawancara. Validasi data menggunakan teknik triangulasi. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif.
Hasil penelitian diperoleh bahwa hasil belajar siswa mengalami perubahan pada tiap siklusnya yang menunjukkan hasil yang berbeda yaitu nilai tes kognitif rata-rata siswa pada awal pra siklus sebesar 60,17% , siklus I sebesar 70,68%, dan siklus II sebesar 75,9% (peningkatan nilai rata-rata sebesar 65,7%). Hasil belajar afektif dari angket afektif pra tindakan sebesar 56,18 %, siklus I sebesar 70,02 %, dan siklus II sebesar 74,78 % (peningkatan rata-rata angket partisipasi sebesar 4,71%). Hasil belajar psikomotor dari observasi siklus I sebesar 72,26% dan siklus II sebesar 77,02% (peningkatan rata-rata observasi psikomotorik sebesar 4,76%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran TGT dengan kartu dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pokok bahasan Bahan kimia dalam bahan makanan siswa kelas VIII-C SMP Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2007/2008.
6
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah
hendaknya kamu berharap.
( Terjemahan dari Q.S. A Lam Nasyrah: 6-8 )
Jadikanlah Sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian ini sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’
( Terjemahan dari Q.S. Al-Baqarah :45)
Tiap proses dalam hidup akan bernilai ilmu jika kita bisa mengambil hikmahnya,
akan bernilai ibadah jika kita menjaga niatnya.
(Penulis)
7
PERSEMBAHAN
Puji syukur Alhamdullah hamba panjatkan atas rahmat, hidayah, dan Karunia Allah.SWT, sholawat serta salam hanya bagi Rosullullah Nabi Muhammad.SAW. Suatu kebanggan tersendiri bagi penulis bisa menyelesaikan karya sederhana ini, dengan rasa syukur karya ini penulis persembahkan untuk :
Bapak dan ibuku tercinta
Hormat dan baktiku kepadamu, terima kasih atas segala kasih sayang dan do’a yang takkan pernah lekang oleh waktu dan pengorbanan tiada henti dalam setiap langkahku serta tetesan keringat perjuangan membesarkan,
mendidikku tanpa mengenal lelah. Semoga ini menjadi bagian dari ananda untuk membahagiakan bapak dan ibu.
My Lovely Husband (Fajar Setyawan)
Semoga engkau dapat menjadi imam yang terbaik dalam hidupku, dan semoga Allah SWT selalu menyatukan kita dalam keluarga yang sakinah,
mawaddah, warohmah dan penuh barokah. Amin.....
My beloved daughter (Ailsa Fajrin Modestynaura) Rengekan dari bibir mungilmu yang senantiasa memberi semangat dan
pelipur hati. Tempat aku menaburkan harapan semoga kelak kamu menjadi anak yang sholehah, patuh pada ayah ibu dan berguna bagi semua. Amin….
Saudara-saudaraku tersayang
Adik-adikku (Lienda, Alan, Dika dan Joko), keponakanku yang lucu-lucu (Ashma’, Adam, Izal, Ajeng) tempat aku berbagi kebahagiaan serta yang
selalu memberi motivasi dan kasih sayang. Semoga Allah lebih mempereratkan persaudaraan kita.
Sahabat-Sahabatku
(Indri, Ummah, Fahrida, Ratna, Yulita) terima kasih selama ini sudah menjadi sahabatku yang paling berkesan..!!! Semoga tali persahabatan kita tidak akan
pernah putus walaupun dimakan waktu dan usia.
Teman-teman FKIP UNS Biologi ’04 Terima kasih untuk kebersamaannya selama menempuh kuliah di UNS.
Tempat dimana mengajariku belajar, berkenalan, dengan teman-teman berjuang bersama-sama mencari ilmu untuk bekal di masa depan.
8
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN METODE
PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN KARTU
UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 7 SURAKARTA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam
mendapatkan gelar kesarjanaan pada program Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan P. MIPA yang telah memberi kemudahan dalam pelaksanaan
penelitian.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi yang telah memberi ijin dan kemudahan
dalam pelaksanaan penelitian.
4. Drs. Maridi, M.Pd, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
5. Harlita, S.Si, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penelitian.
6. Kepala SMP Negeri 7 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
9 7. Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 7 Surakarta, yang telah memberi
bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.
8. Drs. Slamet Santosa, M.Si selaku Pembimbing Akademik terima kasih telah
bersedia dengan ikhlas berbagi ilmu selama penulis menempuh studi.
9. Bapak dan ibu yang selalu memberi semangat dan kasih sayang dalam tiap
detak jantungku.
10. My Lovely Husband yang selalu memberi cinta dalam tiap langkahku.
11. My Beloved Daughter tangisan dan tawamu yang selalu mewarnai tiap hari-
hariku.
12. Sahabat dan teman seperjuanganku yang bersedia mendengar keluh kesahku
dan yang memberi kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Teman-teman Biologi 2004 atas bantuan dan do’anya.
14. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Desember 2009
Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II. LANDASAN TEORI 5
A. Tinjauan Pustaka 5
1. Metode Teams Games Tournament (TGT) 5
2. Penguasaan Konsep 7
B. Kerangka Pemikiran 10
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 12
A. Tempat dan Waktu Penelitian 12
B. Metode Penelitian 12
C. Subjek Penelitian 13
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data 13
E. Validitas Data 15
11
F. Teknik analisis Data 16
G. Prosedur Penelitian 16
BAB IV. HASIL PENELITIAN 23
A. Deskripsi Tiap Siklus 23
B. Deskripsi Antar Siklus 36
C. Pembahasan 38
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 43
A. Simpulan 43
B. Implikasi 43
C. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 47
12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Tabel 2. Hasil Tes Kemampuan Awal
Tabel 3. Hasil Prosentase Angket Afektif Siswa Para Siklus
Tabel 4. Hasil Prosentase Lembar Observasi Afektif Siswa Pra Siklus
Tabel 5. Hasil Prosentase Lembar Observasi Psikomotorik Siswa Pra
Siklus
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Siklus I
Tabel 7. Hasil Nilai Tes Kognitif Siklus I
Tabel 8. Hasil Prosentase Angket Afektif Siswa Siklus I
Tabel 9. Hasil Prosentase Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus I
Tabel 10. Hasil Prosentase Lembar Observasi Psikomotorik Siswa
Siklus I
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Siklus II
Tabel 12. Hasil Nilai Tes Kognitif Siklus II
Tabel 13. Hasil Prosentase Angket Afektif Siswa Siklus II
Tabel 14. Hasil Prosentase Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus II
Tabel 15. Hasil Prosentase Lembar Observasi Psikomotorik Siswa
Siklus II
12
23
24
25
25
27
28
28
29
29
32
32
33
34
34
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian
Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Tes Kognitif
Gambar 5. Diagram Batang Perbandingan Nilai Angket Afektif
Siswa
Gambar 6. Diagram Batang Perbandingan Hasil Lembar
Observasi Afektif Siswa
Gambar 7. Diagram Batang Perbandingan Hasil Lembar
Observasi Psikomotorik Siswa
11
15
22
36
36
37
37
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN I. INSTRUMEN PENELITIAN
a. Silabus
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
d. Soal Tes Kemampuan Awal
e. Soal Tes Kognitif Siklus I
f. Soal Tes Kognitif Siklus II
g. Sampel Soal Kartu
h. Sampel Jawaban Soal Kartu
i. Angket Afektif Siswa
j. Lembar Observasi Afektif Siswa
k. Lembar Observasi Psikomotorik
l. Pedoman Wawancara
m. Kartu Penghargaan
n. Daftar Nama Siswa
o. Daftar Hadir Siswa
p. Daftar Nama Kelompok
LAMPIRAN II. UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS
a. Uji Validitas Soal Try Out Tes Kognitif Siklus I
b. Uji Reliabiltas Soal Try Out Tes Kognitif Siklus I
c. Uji Validitas Soal Try Out Tes Kognitif Siklus II
d. Uji Reliabiltas Soal Try Out Tes Kognitif Siklus II
LAMPIRAN III. HASIL PENELITIAN
a. Hasil Tes Kemampuan Awal
b. Hasil Tes Kognitif Siklus I
c. Hasil Tes Kognitif Siklus II
d. Hasil Angket Afektif Siswa Pra Siklus
e. Hasil Angket Afektif Siswa Siklus I
47
50
62
64
68
75
81
83
85
87
89
91
93
94
95
96
97
99
101
103
105
107
108
110
111
15
f. Hasil Angket Afektif Siswa Siklus II
g. Hasil Lembar Observasi Psikomotorik Siswa Siklus I
h. Hasil Lembar Observasi Psikomotorik Siswa Siklus II
i. Nilai Hasil Diskusi Siklus I dan Siklus II
j. Nilai Hasil Game Siklus I
k. Nilai Hasil Game Siklus II
l. Hasil Pengisian Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus I
m. Hasil Pengisian Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus II
n. Hasil Wawancara
LAMPIRAN IV. DOKUMENTASI
LAMPIRAN V. PERIJINAN
112
113
114
115
116
117
118
119
120
125
127
16
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di sekolah tidak bisa lepas dari kegiatan belajar mengajar, yang
meliputi seluruh aktifitas yang menyangkut pemberian materi pelajaran agar siswa
memperoleh kecakapan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan.
Pendidikan semakin diarahkan kepada tujuan-tujuan nasional. “ pendidikan
sebagai investasi “ atau “ pendidikan adalah kunci perubahan “ pada dewasa ini
sedang memperoleh pengakuan sebagai kebenaran di kalangan para pemimpin
negara, para perancang kebijakan dan para ahli yang menaruh minat dalam proses
pembangunan. Pendidikan sains (IPA) umumnya dan pendidikan biologi pada
khususnya mempunyai potensi untuk memainkan peran strategi dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Hasil belajar dapat disusun menjadi daftar berupa perubahan-perubahan
yang diinginkan yang hendak dicapai, perubahan-perubahan tersebut antara lain
perubahan dalam artian pengetahuan (kognitif), perasaan atau sikap (afektif) dan
perbuatan (psikomotor). Disadari atau tidak, dalam satu kelas guru akan
menjumpai perbedaan kemampuan siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Perbedaan ini misalnya dalam kemampuan belajar, cara belajar dan kepribadian
masing-masing siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan yang beragam dalam
menyerap materi pelajaran. Keanekaragaman kemampuan siswa dalam menyerap
materi pelajaran akan berpengaruh terhadap penguasaan konsep belajar siswa.
Peningkatan penguasaan konsep berdampak positif pada meningkatnya
hasil belajar biologi siswa. Metode pembelajaran yang dikembangkan akan
memunculkan proses kebersamaan, membantu meningkatkan rasa percaya diri
siswa, melatih hidup bersama, membantu meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran, serta adanya interaksi siswa di dalam kelompok dan
juga adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Sistem pengajaran yang
digunakan oleh guru pada saat ini sebagian besar menggunakan sistem pengajaran
17 konvensional yaitu sistem pembelajaran yang bertumpu pada aktivitas guru
sehingga dengan bertumpunya sistem pengajaran pada guru, siswa cenderung
tidak berkembang juga menyebabkan kurangnya penguasaan konsep siswa. Hasil
belajar kognitif, afektif dan psikomotorik yang selama ini menjadi tolok ukur bagi
keberhasilan penguasaan konsep belum menunjukkan hasil yang optimal.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VIII-C SMP Negeri 7
Surakarta, masih tampak beberapa permasalahan yang muncul antara lain
penguasaan konsep siswa masih rendah karena kecenderungan untuk menghafal
materi tanpa memahami, dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode
ceramah sehingga menyebabkan siswa tidak tertarik pada materi yang
disampaikan. Hal ini yang mengakibatkan siswa kurang menguasai konsep dan
cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan, padahal guru sering memberi
kesempatan siswa untuk bertanya. Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran
biologi adalah sebesar 61. Identifikasi lebih lanjut dari hasil tes kemampuan awal
siswa yang mengerjakan tes kemampuan awal sebanyak 40 siswa diperoleh nilai
rata-rata yaitu 60,17% (18 siswa) nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.
Berdasarkan permasalahan yang muncul di kelas tersebut, sebagai upaya
meningkatkan konsep siswa yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar
kognitif, afektif dan psikomotorik, maka diperlukan metode pembelajaran lain
yang bervariasi, menarik dan baru bagi siswa, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yang disertai metode Teams
Games Tournament (TGT) dengan kartu. Pada dasarnya metode TGT dengan
kartu dapat membentu sisiwa dalam memahami konsep-konsep yang saling terkait
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Melalui pembelajaran
TGT dengan kartu dapat memberikan suasana berbeda dan menyenangkan serta
memberikan pengalaman baru bagi siswa. Pemahaman terhadap suatu konsep
melalui pembelajaran TGT dengan kartu dapat meningkatkan kompetensi yang
dimiliki siswa. Pembelajaran TGT dengan kartu diprogramkan untuk melibatkan
siswa secara langsung dalam pembelajaran sehingga siswa akan memahami hasil
belajarnya sesuai dengan yang dialami, bukan sekedar informasi dari guru.
Pembelajaran TGT dengan kartu lebih menekankan pada penerapan konsep
18 belajar sambil melakukan sesuatu. Pada prinsipnya pembelajaran TGT dengan
kartu membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang
yang menggunakan turnamen permainan akademik yang melibatkan seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status siswa, permainan kartu mengajak siswa untuk
berkompetisi. Adanya permainan dapat membuat siswa lebih antusias dalam
belajar biologi, serta dapat mengarahkan siswa dalam suasana kerja sama
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan dari uraian di atas maka dilaksanakan penelitian yang
berjudul:
“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) DENGAN KARTU UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7
SURAKARTA“.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan yang berkaitan dengan penelitian tersebut yaitu :
Apakah penggunaan metode pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) dengan kartu dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas VIII
SMP Negeri 7 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan dan Pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Mengetahui apakah penggunaan metode pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dengan kartu dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa
kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
19
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi sekolah sebagai bahan masukan untuk mengembangkan metode
pembelajaran TGT dengan kartu untuk pembelajaran pada materi lainnya.
2. Bagi guru sebagai sumbangan untuk memilih metode dan media pembelajaran
yang sesuai dalam proses pembalajaran untuk mata pelajaran biologi
khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di SMP N7 Surakarta.
3. Bagi siswa penerapan metode TGT dengan kartu mampu menumbuhkan
keaktifan dan interaksi saat pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya
hasil belajar biologi siswa pada ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik.
4. Bagi pembaca sebagai informasi mengenai implementasi metode
pembelajaran TGT dengan kartu sehingga mampu menambah khasanah
pengetahuannya.
5. Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian lanjutan dan ada kaitannya
dengan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Teams Games Tournament (TGT)
Metode pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif. Metode TGT pertama kali dikembangan oleh David Devries dan Keith
Edward di Universitas Jonh Hopkins. Metode pembelajaran TGT merupakan
teknik pembelajaran yang menggunakan turnamen permainan akademik yang
melibatkan partisipasi seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status siswa.
Aktivitas belajar dengan permainan dirancang dalam pembelajaran kooperatif
model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
Slavin (2008:163) menyebutkan 5 komponen utama metode TGT antara
lain penyajian kelas, kelompok (team), game, turnament, team recognize.
Penyajian kelas. Materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara
langsung melalui ceramah maupun diskusi terpimpin. Maka para siswa akan
menyadari pentingnya presentasi kelas, karena akan sangat membantu dalam
game dan turnamen.
Kelompok (team). Terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili
seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin ,ras dan etnisitas.
Tim ini berfungsi untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar dan
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan game serta memberikan
perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk hubungan antar kelompok
dan rasa harga diri.
Game dan Turnamen. Terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang relevan,
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit dan dirancang dalam bentuk kartu
yang berupa potongan kertas untuk menguji pengetahuan materi, pokok bahasan
bahan kimia dalam makanan yang diperoleh siswa dari pelaksanaan kerja team.
Kartu yang digunakan dalam model TGT selain dimaksudkan untuk memasukkan
21 unsur permainan juga dimaksudkan ada unsur pendidikan karena kartu tersebut
berisi tentang informasi yang tercakup dalam materi pelajaran. Siswa dapat belajar
ilmu biologi dengan rasa senang dan tidak membosankan karena ada variasi
metode dan media pembelajaran sehingga siswa dengan sendirinya akan paham
dan mengerti materi pelajaran biologi yang disampaikan.
Langkah-langkah yang diambil dalam permainan kartu ini yaitu :
1) Tiap-tiap kelompok diberi potongan kertas (kartu) yang berisi soal-soal
yang tercakup dalam satu atau beberapa kategori.
2) Kemudian tiap-tiap kelompok diberi kartu yang berisi jawaban singkat dari
soal-soal yang ada dalam kartu pertanyaan yang sudah diberikan lebih
dulu.
3) Tiap-tiap kelompok diberi waktu yang sama untuk menemukan jawaban
soal-soal yang ada dalam kartu pertanyaan .
4) Guru memberikan poin-poin penting terkait materi pelajaran yang
diajarkan.
5) Pada akhir pertemuan guru memberikan hadiah kepada kelompok yang
mendapatkan skor atau nilai tertinggi sebagai penghargaan
Team recognize. Tim akan mendapatkan setifikat atau bentuk
penghargaan apabila skor rat-rata mereka mencapai kriteria penghargaan
kelompok yaitu team yang mendapatkan julukan super team jika rata-rata skor 45
atau lebih, great team apabila rata-rata 40-45 dan good team jika rata-ratanya 30-
40.
Metode pembelajaran TGT juga mempunyai kelemahan yaitu memerlukan
persiapan yang rumit untuk melaksanakannya, bila terjadi persaingan yang negatif
maka hasilnya akan buruk, bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin
berkuasa dalam kelompok maka pembelajaran tidak berjalan dengan semestinya,
dan adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam
kelompok belajar.
22
2. Penguasaan Konsep
Pendapat Oemar Hamalik (2003:166) bahwa ada hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk mengetahui keberhasilan siswa memahami konsep yaitu : a)
dapat menyebutkan nama-nama contoh konsep bila dia melihatnya; b) dapat
menyatakan ciri-ciri konsep tersebut; c) dapat memilih dan membedakan antara
contoh-contoh dari yang bukan contoh. Sedangkan Nana Syaodih (2004: 189)
berpendapat bahwa suatu konsep akan mempunyai makna logis dan makna
psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman akan ciri-ciri umumyang
ditemukan dalam kehidupan. Makna psikologis merupakan makna yang diperoleh
dari pengalaman pribadi.
Oemar Hamalik (2003: 164-165) berpendapat bahwa belajar konsep
berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak punya pengaruh
tertentu. Adapun kegunaan konsep antara lain : 1) Mengurangi kerumitan
lingkungan; 2) Membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di
sekitar kita; 3) Membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas
dan lebih maju; 4) Mengarahkan kegiatan instrumental; 5) Memungkinkan
pelaksanaan pengajaran.
Belajar konsep orang mengadakan belajar semua objek yang meliputi
benda, kejadian, orang hanya ditinjau aspek-aspek tertentu saja. Belajar konsep
merupakan salah satu belajar dengan pemahaman, tanpa konsep belajar akan
sangat terhambat, dengan beberapa contoh anak dapat memahami suatu konsep
yang kemudian dapat digunakannya dalam situasi yang tak terbatas banyaknya
dalam pengalamannya selama hidup. Seseorang dapat berkomunikasi dengan
perantaraan konsep yang menimbulkan konsep yang sama pada pendengarnya.
a. Hasil Belajar Kognitif
Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan
hafalan, tipe hasil belajar pemahaman, tipe hasil belajar penerapan dan tipe hasil
analisis. Dalam penelitian digunakan tes ulangan harian atau tes kognitif untuk
23 mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Ada dua macam kecakapan kognitif siswa
yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni:
1) Strategi belajar memahami isi materi pelajaran;
2) Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran
tersebut.
Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, siswa sulit diharapkan
mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri.
b. Hasil Belajar Afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap. Tingkah laku afektif merupakan
tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah,
sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku
seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia
juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar. Untuk mengetahui hasil
belajar afektif, dalam penelitian menggunakan angket partisipasi siswa.
Huneryager dan Heckmen (1992) dalam Rahmawaty (2006),
menyatakan bahwa Partisipasi adalah sebagai keterlibatan mental dan emosional
individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan
terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka.
Benjamin S.Bloom (1964) dalam Suhaenah Suparno (2001: 81) berpendapat
bahwa Partisipasi atau keterlibatan siswa adalah kegiatan dimana subjek yang
belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka (overt ) maupun
secara tertutup (covert). Jumlah keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan
belajar merupakan indeks yang baik dari kualitas pengajaran.
Indikator pembelajaran partisipatif, sesuai pendapat Knowles (1970)
dalam E. Mulyasa (2004: 156) adalah sebagai berikut: (1) adanya keterlibatan
emosional dan mental peserta didik, (2) adanya kesediaan peserta didik untuk
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan, (3) dalam kegiatan belajar
terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Aktivitas dan partisipasi siswa
dapat ditumbuhkan didalam pembelajaran Menurut Gagne dan Briggs (1979)
dalam Martinis Yamin (2007: 83-84) untuk menumbuhkan aktivitas dan
24 partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas meliputi sembilan aspek
yaitu diantaranya:
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa. 3) Mengingatkan kompetensi prasarat. 4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari. 5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. 6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 7) Memberikan umpan balik. 8) Melakukan tagihan-tagihan seperti tes, sehingga kemampuan siswa
selalu terpantau dan terukur. 9) Menyimpulkan setiap materi diakhir pembelajaran.
c. Hasil Belajar Psikomotorik
Kecakapan psikomotor merupakan segala amal jasmaniah yang konkret
dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang
terbuka. Pembelajaran psikomotor akan lebih efektif bila dilakukan dengan
menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan, namun kecakapan psikomotor
tidak terlepas dari kecakapan afektif. Kecakapan psikomotor siswa merupakan
manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Dalam
penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui hasil belajar psikomotorik
menggunakan lembar observasi psikomotorik siswa.
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu (perseorangan). Ada 7 tingkatan
keterampilan menurut Winkell (2005 : 274) yaitu :
(1) Persepsi (perception); (2) Kesiapan (set); (3) Gerakan terbimbing (guided response); (4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response); (5) Gerakan yang kompleks (complek response); (6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment); (7) Kreativitas (creativity).
25
B. Kerangka Berfikir
Keberhasilan belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam
kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh karena siswa yang tidak menguasai
konsep kemungkinan besar tidak akan melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Siswa akan cenderung belajar tentang apa yang ingin dipelajari dan akan
mengalami kesulitan untuk mempelajari konsep materi pelajaran. Kegiatan siswa
di dalam kelas hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi
pelajaran. Kegiatan tersebut menyebabkan lemahnya penguasaan konsep yang
dipahami oleh siswa sehingga hasil belajar kognitif siswa belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan.
Perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan penguasaan konsep
digunakan metode pembelajaran TGT dengan kartu. Hasil belajar kognitif, afektif
dan psikomotorik siswa dalam pembelajaran dapat ditumbuhkan melalui diskusi
yang terdapat dalam metode TGT dan merangsang siswa untuk bertanya, karena
dapat menumbuhkan keberanian siswa dan kemampuan berfikir kritis. Kartu yang
terdapat dalam metode TGT permainan yang berbeda dalam teknik menjawab dan
daya tariknya, dimana siswa harus menjawab sebuah pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang diajarkan. Adanya persaingan dalam permainan
kartu untuk memperebutkan gelar kelompok mampu mengaktifkan siswa dan
memudahkan guru dalam memantau perkembangan siswa terhadap pemahaman
materi yang akan diajarkan, selain itu untuk merangsang keaktifan siswa dan
menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengungkapkan pendapat. Adapun skema
kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
26
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
PROSES
INPUT Proses Belajar Mengajar
OUTPUT
Proses KBM Berpusat Pada Guru
Penguasaan Konsep Siswa Rendah
Pembelajaran TGT Dengan Kartu
Penguasaan Konsep Siswa Meningkat
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Surakarta
Tahun Pelajaran 2008/2009.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan antara bulan Mei – Juni 2009
(seperti Tabel 1).
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian
No Kegiatan 2009 Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Persiapan penelitian a) Observasi xxx b) Pengajuan judul xxx c) Penyusunan proposal xxx d) Penyusunan instrumen xxx e) Seminar xxx f) Perijinan xxx
2. Pelaksanaan tindakan a) Pengumpulan data xxx xxx
3. Penyusunan laporan a) Penulisan laporan xxx xxx
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research/CAR). Rancangan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan adalah
tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif metode TGT dengan
kartu dalam mengajarkan materi biologi bahan kimia dalam bahan makanan.
Dalam menerapkan metode pembelajaran TGT dengan kartu digunakan tindakan
siklus dalam setiap pembelajaran, artinya cara menerapkan metode TGT dengan
kartu untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran siklus I sama yang
diterapkan pada pembelajaran siklus II hanya refleksi terhadap setiap
pembelajaran berbeda, tergantung dari fakta dan interprestasi data yang diperoleh
28 atau situasi dan kondisi yang dijumpai. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil
yang maksimal mengenai penggunaan kartu untuk meningkatkan penguasaan
konsep siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar kognitif, afektif
dan psikomotorik meningkat. Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas bahwa
penelitian ini tidak menggunakan perumusan hipotesis secara kuantitatif, akan
tetapi lebih bersifat mendeskripsikan data atau analisa kualitatif berdasarkan fakta
dan keadaan yang ada di sekolah tersebut.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP
Negeri 7 Surakarta. Sedangkan objek penelitian ini adalah peningkatan
penguasaan konsep dan penerapan metode pembelajaran TGT dengan kartu.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi
tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif
mencakup penguasaan konsep yaitu berupa keadaan pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran, hasil observasi dengan berdasarkan lembar observasi,
wawancara dengan guru dan siswa dan pemberian angket yang menggambarkan
proses kegiatan belajar di kelas. Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah untuk
melengkapi data pengamatan yaitu data nilai yang diperoleh siswa dari penilaian
kemampuan berupa aspek pemahaman dan penguasaan terhadap materi bahan
kimia dalam bahan makanan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran,
pemberian angket dan pemberian tes untuk mengetahui penguasaan konsep yang
berdampak pada peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik
siswa untuk materi pokok bahan kimia dalam bahan makanan. Secara lengkap
teknik pengumpulan data selama proses penelitian adalah sebagai berikut :
29 a. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah
dilakukan terhadap tingkat penguasaan pada materi bahan kimia dalam bahan
makanan. Tes dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu : tes kemampuan awal dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pemahaman dan penguasaan materi siswa pada
pra tindakan, tes pasca siklus I dan tes pasca siklus II untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah pembelajaran.
b. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana telah
dirancang bentuk instrumen pengamatan yang akan dilakukan di dalam
pembelajaran beserta aspek-aspek yang akan diteliti. Penyusunan aspek-aspek
yang diteliti membantu di dalam memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan
ini dituangkan dalam bentuk lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan
dengan membubuhkan check (√) pada pilihan yang tepat, kecuali lembar
observasi afektif siswa, karena pengisiannya dengan menghitung jumlah siswa
dalam menit yang telah ditetapkan.
c. Angket
Angket atau kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui. Angket ini digunakan untuk
mengumpulkan tanggapan siswa tentang model pembelajaran yang dilakukan
dalam penelitian, mengukur penguasaan konsep untuk aspek afektif siswa.
Penyusunan angket menggunakan skala likert yaitu dengan menggunakan rentang
mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif, dengan
alternatif pilihan jawaban adalah sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju
(KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
d. Wawancara
Wawancara erat kaitannya dengan proses observasi. Wawancara dilakukan
dengan guru dan siswa untuk mengadakan informasi proses pembelajaran yang
telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka, dengan
menggunakan seperangkat pertanyaan yang sama untuk setiap responden baik
30 urutan pertanyaan, kata-kata maupun cara penyajian. Wawancara dilakukan secara
informal kepada guru mata pelajaran biologi dan siswa yang dianggap mewakili.
Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi digunakan
pada saat yang dianggap tepat. Wawancara dilakukan untuk mendapat masukan
yang mendalam dalam setiap proses pembelajaran dapat dijadikan refleksi untuk
perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.
e. Kajian dokumen
Kajian dokumen dilakukan terhadap arsip yang digunakan dalam proses
pembelajaran, misalnya silabus pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran,
presensi siswa, dan buku ajar yang digunakan.
E. Validitas Data
Untuk menjaga kevalidan data dalam penelitian digunakan teknik
triangulasi, yaitu pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu. Triangulasi dalam penelitian ini adalah Triangulasi Metode, artinya
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi, angket, tes kognitif dan wawancara.
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode
(H.B Sutopo, 2006 : 93)
Data Wawancara
Observasi
Sumber data
Kuesioner
31
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya
pengumpulan data. Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data
kegiatan penelitian yang dilakukan di lapangan. Analisis data dari hasil penelitian
dilapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Proses analisis kualitatif
mengacu pada model analisis Miles dan Huberman dalam H.B Sutopo (2006: 113)
yang mencakup tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian
singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data
dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan
informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan saat melaksanakan
tindakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis
dan Mc Taggart dalam Zainal Aqib (2007, 22-23) yaitu model spiral. Perencanaan
Kemmis menggunakan empat komponen penelitian tindakan yang dimulai dengan
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi
(reflecting). Secara umum, langkah-langkah operasional penelitian diawali dengan
tahap persiapan yang meliputi :
1. Permintaan izin pada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, urusan
kurikulum dan guru biologi SMP N 7 Surakarta.
2. Melakukan observasi pra tindakan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
Observasi diadakan di kelas VIII C.
3. Mengidentifikasi masalah pada proses pembelajaran biologi kelas VIII-C.
Setelah diadakan identifikasi terhadap masalah di kelas, pelaksanaan
masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
32
SIKLUS 1
a. Tahap Perencanaan
1) Penyusunan silabus materi bahan kimia dalam bahan makanan.
2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS).
4) Penyusunan soal untuk tes kognitif yang berupa soal pilihan ganda.
5) Penyusunan pertanyaan dan jawaban untuk permainan kartu.
6) Penyusunan kartu penghargaan untuk kelompok.
7) Penyusunan angket untuk mengetahui tanggapan dan respon siswa saat
pembelajaran dengan metode TGT dengan kartu dan angket penilaian
afektif.
8) Penyusunan lembar penilaian proses pembelajaran yang berupa lembar
observasi siswa saat proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
(a) Pertemuan pertama
(1)Siswa mengerjakan tes kemampuan awal untuk materi bahan kimia
dalam bahan makanan.
(2) Pembagian siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 5 orang siswa yang berbeda kemampuan akademik
dan jenis kelaminnya.
(3) Guru menerangkan materi bahan kimia dalam bahan makanan
secara klasikal dengan ceramah bervariasi melalui media OHP.
(4) Guru membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan dan
didiskusikan dengan anggota kelompoknya. Pada tahap ini
diadakan penilaian ranah psikomotorik.
(5) Siswa melakukan diskusi bersama, dimana hal ini dilakukan
sebagai upaya partisipasi siswa untuk mengungkapkan jawabannya
dan menyelesaikan kesulitan saat mengerjakan LKS. Kegiatan ini
dapat dijadikan modal kemampuan siswa saat melaksanakan
permainan dan turnamen pada pertemuan ke-2.
(6) Observasi kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
33
(b) Pertemuan kedua
(1) Guru melakukan kilas balik terhadap materi yang lalu serta
menjelaskan pelaksanaan metode TGT dengan kartu.
(2) Pembelajaran dengan permainan dan turnamen, aturan permainan
dan turnamen yaitu: (a) anggota yang bermain memiliki
kemampuan akademik yang sebanding tanpa melihat jenis kelamin,
(b) anggota yang dapat menjawab pertanyaan yang dimainkan
dalam kartu akan mendapatkan skor untuk kelompoknya, (c)
pemberian penghargaan kepada kelompok, dimana untuk tim yang
mendapatkan skor 45 atau lebih disebut super team, tim yang
mendapatkan skor 40-45 disebut great team dan tim yang
mendapatkan skor 30-40 disebut good team.
(3) Observasi kegiatan belajar mengajar.
(c) Pertemuan ketiga
(1) Evaluasi, dimana guru memberikan tes kemampuan kognitif pasca
siklus I yang berupa soal objektif.
(2) Pengisian angket afektif siswa
(3) Observasi kegiatan belajar mengajar.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan selama berlangsungnya pembelajaran. Fokus
observasi ditekankan pada penerapan metode pembelajaran TGT
menggunakan kartu terhadap penguasaan konsep yang meliputi hasil belajar
siswa dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Identifikasi masalah yang
diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Siswa masih terlihat bingung dengan metode pembelajaran TGT dengan
kartu karena dianggap baru dan asing.
b. Hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa masih kurang.
c. Penguasaan konsep siswa masih rendah.
34 d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai
masalah yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai
bentuk dari pengaruh tindakan yang telah dirancang dan dilakukan. Pada kegiatan
refleksi ditelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana dan sejauh mana tindakan yang
dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna. Melalui refleksi inilah
akan menentukan keputusan untuk melakukan siklus lanjutan. Hasil refleksi yang
dilakukan untuk perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut ;
1) Upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam dalam diskusi, presentasi
dan permainan dengan melibatkan semua siswa dalam pembelajaran.
2) Memberikan pendekatan dan perhatian yang lebih merata kepada semua
kelompok sehingga seluruh siswa dapat berpartisipasi di dalamnya
bukan hanya siswa yang pandai.
3) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran TGT dengan kartu sehingga
kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar maka target yang
telah ditentukan dapat tercapai untuk meningkatkan penguasaan konsep.
SIKLUS II
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan strategi
pembelajaran untuk siklus II yang didasarkan hasil refleksi pada siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini masih sama dengan siklus I yaitu
menerapkan metode pembelajaran TGT dengan kartu sesuai dengan rencana
pembelajaran untuk tiap pertemuan yang telah direncanakan
(a) Pertemuan pertama
(1) Kilas balik terhadap materi bahan kimia dalam bahan makanan serta
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
(2) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa secara diskusi kelompok.
35
(3) Siswa melakukan diskusi bersama, dimana hal ini dilakukan sebagai
upaya belajar siswa untuk mengungkapkan jawabannya dan
menyelesaikan kesulitannya saat mengerjakan LKS. Kegiatan ini
dapat dijadikan modal kemampuan siswa saat melaksanakan
permainan dan turnamen.
(4) Observasi kegiatan pembelajaran.
(b) Pertemuan kedua
(1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode TGT seperti
aturan pada siklus I.
(2) Penilaian dan penghargaan teams.
(3) Observasi kegiatan pembelajaran.
(c) Pertemuan ketiga
(1) Siswa mengerjakan tes kemampuan kognitif pasca siklus II.
(2) Guru memberikan angket afektif.
(3) Observasi kegiatan pembelajaran
c. Tahap Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan selama berlangsungnya
pembelajaran terlihat ada beberapa peningkatan dalam pembelajaran.
Peningkatan tersebut anatara lain :
a) Siswa sudah tertarik dan berantusias menggunakan metode TGT
dengan kartu dalam proses pembelajaran.
b) Hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa sudah
bertambah.
c) Penguasaan konsep siswa meningkat.
d. Tahap Refleksi
Penelitian diakhiri pada siklus II karena dari hasil observasi
penguasaan konsep siswa sudah meningkat. Dilihat dari hasil belajar kognitif
sudah terjadi peningkatan penguasaan materi pembelajaran. Nilai akhir siswa
sudah berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal. Dari hasil belajar afektif
dan psikomotorik juga sudah mengalami peningkatan yang lebih baik.
36
Indikator keberhasilan tindakan mengacu pada E. Mulyasa (2003: 101)
menyatakan suatu pembelajran dapat dinyatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat
secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran,
(skema prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3).
37
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian
Identifikasi Permasalahan Mengungkapkan permasalahan dalam proses
pembelajaran
Perencanaan Tindakan Menyusun instrumen pembelajaran
Analisis dan Refleksi Ulasan terhadap hasil observasi atau temuan-
temuan pada proses pembelajaran
Observasi dan Evaluasi Pengamatan pada proses dan
hasil.
Pelaksanaan Tindakan Metode Pembelajaran TGT dengan
kartu
Observasi dan Evaluasi Pengamatan meningkat pada
proses dan hasil
Analisis dan Refleksi
Ulasan terhadap hasil temuan pada proses
pembelajaran
Pelaksanaan tindakan Metode Pembelajaran TGT
dengan kartu
Perencanaan Tindakan Rencana perbaikan sesuai refleksi siklus 1
SIKLUS 2
SIKLUS 1
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tiap Siklus
1. Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi awal sebelum diterapkannya metode
pembelajaran TGT dengan kartu, dapat diketahui secara umum proses
pembelajaran masih berpusat pada guru. Kegiatan siswa di kelas hanya
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi pelajaran yang disampaikan.
Hal ini yang menyebabkan siswa menjadi pasif, penguasaan konsep siswa masih
kurang sehingga menyebabkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik
siswa masih rendah.
Pokok bahasan yang akan dipelajari dalam hal ini adalah bahan kimia
dalam bahan makanan, untuk mengetahui kondisi penguasaan materi siswa kelas
VIII-C SMP Negeri 7 Surakarta maka dilakukan tes kemampuan awal. Rentang
nilai siswa pada tes kemampuan awal adalah 33,33 sampai dengan 100 dan nilai
rata-rata sebesar 60,17. Siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
sebanyak 18 anak. Prosentase hasil tes kemampuan awal siswa dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Hasil Tes Kemampuan Awal
No Kategori Frekuensi Prosentase (%)
1.
2.
Tuntas
Tidak Tuntas
22
18
55
45
Hasil diatas menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum
menguasai materi dengan baik. Faktor tersebut dapat dikarenakan siswa tidak
belajar sebelum tes dilakukan, sehingga kurang persiapan. Berdasarkan hal
tersebut maka observer memilih pembelajaran dengan metode TGT dengan kartu
untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa sehingga hasil belajar kognitif
siswa dapat meningkat. Metode pembelajaran TGT dengan kartu mengajak siswa
untuk berkompetisi dalam permainan serta dapat mengarahkan siswa dalam
suasana kerjasama bersama kelompoknya. Penyajian materi yang melibatkan
39 siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya diharapkan mampu
memberikan pengalaman baru serta suasana yang berbeda dan menyenangkan.
Hasil belajar afektif siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa siswa
terlihat pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Pengamatan terhadap hasil
belajar afektif siswa dapat dilihat berdasarkan angket yang diisi oleh siswa dan
lembar observasi hasil belajar afektif siswa pada pra siklus. Hasil penilaian
melalui angket hasil belajar afektif siswa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Prosentase Angket Afektif Siswa Pra Siklus
No Item Pernyataan Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Saya aktif bertanya pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya malas bertanya ketika guru memberi kesempatan bertanya saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya takut menjawab ketika guru memberikan pertanyaan pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menjawab pertanyaan guru atas ini siatif sendiri pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menjawab pertanyaan guru apabila ditunjuk pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menyumbangkan ide atau gagasan pada saat kegiatan diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya pasif pada saat kegiatan diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya memberikan masukan dan saran ketika kelompok lain selesai presentasi saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya diam saja ketika kelompok lain selesai presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya lancar berbicara dalam menyampaikan hasil diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya nervous dalam menyampaikan hasil diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya memperhatikan teman yang sedang presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan media kartu Saya sibuk sendiri ketika teman saya presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu
77
36
76
35
82
41
79
33
78
33
79
37
73
30
Rata-rata 56,18
40
Berdasarkan hasil observasi, menunjukkan siswa kurang aktif dan serius
dalam proses pembelajaran. Hasil penilaian melalui lembar observasi hasil belajar
afektif dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Prosentase Lembar Observasi Afektif Pra Siklus
No Item Pernyataan Pertemuan Rata-rata I II
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Siswa mengantuk Siswa menopang dagu/ melamun Siswa mengacuhkan penjelasan guru Pekerjaan rumah siswa ketinggalan Siswa datang terlambat Siswa tidak mengerjakan tugas dari guru Siswa tidak mencatat Siswa ramai Siswa berbicara dengan temannya Siswa bermain
35,00% 25,00% 40,00% 12,50% 10,00% 22,50% 25,00% 20,00% 30,00% 35,00%
30,00% 22,50% 35,00% 10,00% 7,50% 17,50% 22,50% 15,00% 25,00% 25,00%
32,50% 23,75% 37,50% 11,25% 8,75% 20,00% 23,75% 17,50% 27,50% 30,00%
Rata-rata 23,50%
Pengisian lembar observasi psikomotorik dilakukan untuk mengetahui
kesiapan dan keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi yang meliputi kemampuan
dalam merespon dan menjawab pertanyaan, keaktifan dalam diskusi, dan lain-lain.
Adapun hasil pengisian lembar observasi psikomotorik dapat dilihat pada tabel 5:
Tabel 5. Hasil Prosentase Lembar Observasi Psikomotorik Siswa Pra Siklus
No Pernyataan Prosentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Siswa menunjukkan kesiapan mengikuti pelajaran dengan menyiapkan buku pelajaran dan peralatan belajar. Siswa mampu merespon dan menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Siswa dapat secara aktif mengikuti kegiatan diskusi. Siswa menggunakan sumber belajar lain selain buku pegangan materi. Siswa turut serta membangun kekompakan dalam kelompok diskusi. Siswa mampu beradaptasi pada situasi saat pelajaran berlangsung. Siswa dapat menyusun kesimpulan dari hasil diskusi.
70
66
70 68
68
70
70 Rata-rata 68,81
41
2. Siklus I
Pada siklus I ini, materi yang digunakan adalah bahan kimia dalam bahan
makanan. Kegiatan dalam siklus I meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Perencanaan
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi di tempat penelitian dan
menyusun instrument penelitian. Instrument penelitian tersebut meliputi silabus
pembelajaran biologi untuk pokok bahasan bahan kimia dalam makanan,
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penyusunan Lembar
Kerja Siswa (LKS), penyusunan soal tes kognitif siklus I, penyusunan soal
permainan dengan kartu, penyusunan angket afektif siswa, penyusunan lembar
observasi hasil belajar afektif siswa, lembar observasi psikomotorik siswa,
persiapan alat dan bahan untuk pelaksanaan tindakan.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran pada siklus I merupakan penerapan metode
pembelajaran TGT dengan kartu. Pada tahap ini terdiri dari 3 kali pertemuan
masing-masing 2 jam pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini guru hanya
memberikan materi singkat dan kegiatan selanjutnya berpusat pada kegiatan
diskusi kelompok dan permaianan. Pembagian kelompok berdasarkan atas hasil
belajar siswa sehingga tiap kelompok terdiri dari siswa-siswa dengan kemampuan
akademik yang beragam (heterogen).
Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan secara singkat mengenai
materi bahan kimia dalam bahan makanan, kemudian siswa mengerjakan tes
kemampuan awal. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi 8 kelompok masing-
masing terdiri dari 5 siswa. Setiap siswa dalam kelompoknya mendiskusikan
materi dengan bantuan lembar kegiatan diskusi siswa (LKS) yang telah disiapkan.
Siswa dapat mengerjakan lembar diskusi siswa dengan kreasinya sendiri
berdasarkan jawaban hasil diskusi dengan kelompoknya. Kemudian tiap
kelompok perwakilan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi
mereka, kesimpulan hasil diskusi oleh guru dan siswa. Selama proses
pembelajaran dilakukan penilaian kegiatan siswa melalui lembar observasi dan di
akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan.
42
Pertemuan kedua, diawali guru melakukan kilas balik terhadap materi
yang telah diberikan sebelumnya serta memberi penjelasan tentang pelaksanaan
metode TGT dengan kartu. Siswa bergabung dengan kelompoknya kemudian
melakukan pembelajaran dengan permainan dan turnamen. Setiap kelompok
bermain dengan kartu, anggota kelompok yang dapat menjawab akan mendapat
kan skor untuk kelompoknya. Kemudian di akhir pelajaran guru memberikan
kesimpulan dan memberikan penghargaan terhadap tim yang super baik (super
team),tim sangat baik (great team) dan tim baik (good team). Selama proses
pembelajaran dilakukan penilaian kegiatan siswa melalui lembar observasi.
Pertemuan ketiga, evaluasi dengan siswa mengerjakan tes kognitif 1 dan
juga pengisian angket afektif siswa, penilaian psikomotorik siswa melalui lembar
observasi.
c. Observasi
Pada tahap ini observasi ditekankan pada penerapan metode pembelajaran
TGT menggunakan kartu terhadap proses pembalajaran. Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
1) Tes Kognitif Siklus I
Evaluasi pada akhir pembelajaran berupa soal-soal obyektif pada pokok
bahasan bahan kimia dalam bahan makanan yang meliputi pewarna, pemanis,
pengawet dan penyedap rasa alami maupun sintetis. Rentang nilai siswa bekisar
antara 38,50 sampai dengan 100 dan nilai rata-rata sebesar 72,50.
Adapun hasil tes kognitif Siklus I dapat dilihat pada tabel 6 dan 7:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Siklus I
Interval Frekuensi Frekuensi Relatif 35-45
46-56
57-67
68-78
79-89
90-100
2
7
0
17
5
9
5,00%
17,50%
0%
42,50%
12,50%
22,50%
Jumlah 40 100%
43 Tabel 7. Hasil Nilai Tes Kognitif Siklus I
No Kategori Frekuensi Prosentase (%)
1.
2.
Tuntas
Tidak Tuntas
31
9
77,50
22,50
2) Hasil Penilaian Angket Afektif Siswa Siklus I
Hasil belajar afektif siswa yang meliputi keaktifan selama kegiatan
pembelajaran diperoleh dari pengisian angket afektif oleh siswa dan pengisian
lembar observasi.
a) Angket Afektif Siswa Siklus I
Penilaian hasil belajar afektif bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
penguasaan konsep siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari pengisian oleh
siswa. Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 8:
Tabel 8. Hasil Prosentase Angket Afektif Siswa Siklus I
No Item Pernyataan Prosentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Saya aktif bertanya pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya malas bertanya ketika guru memberi kesempatan bertanya saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya takut menjawab ketika guru memberikan pertanyaan pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menjawab pertanyaan guru atas ini siatif sendiri pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menjawab pertanyaan guru apabila ditunjuk pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menyumbangkan ide atau gagasan pada saat kegiatan diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya pasif pada saat kegiatan diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya memberikan masukan dan saran ketika kelompok lain selesai presentasi saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya diam saja ketika kelompok lain selesai presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya lancar berbicara dalam menyampaikan hasil diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya nervous dalam menyampaikan hasil diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya memperhatikan teman yang sedang presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya sibuk sendiri ketika teman saya presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu
88
55
89
50
90
56
91
48
91
49
92
51
88
46
Rata-rata 70,07
44
b) Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, dilakukan pengisian lembar
observasi. Hasil penilaian melalui lembar observasi hasil belajar afektif dapat
dilihat pada tabel 9:
Tabel 9. Hasil Prosentase Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus I
No Item Pernyataan Pertemuan Rata-rata I II
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Siswa mengantuk Siswa menopang dagu/ melamun Siswa mengacuhkan penjelasan guru Pekerjaan rumah siswa ketinggalan Siswa datang terlambat Siswa tidak mengerjakan tugas dari guru Siswa tidak mencatat Siswa ramai Siswa berbicara dengan temannya Siswa bermain
40,00% 22,50% 37,50% 2,50% 5,00% 30,00% 25,00% 22,50% 25,00% 30,00%
30,00% 17,50% 32,50% 2,50%
0% 15,00% 20,00% 17,50% 22,50% 17,50%
35,00% 20,00% 35,00% 2,50% 2,50% 22.50% 22,50% 20,00% 23,75% 23,75%
Rata-rata 20,75% 3) Hasil Penilaian Psikomotorik Siswa Siklus I
a) Lembar Observasi Psikomotorik Siswa
Pengisian lembar observasi psikomotorik dilakukan untuk mengetahui
kesiapan dan keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi yang meliputi kemampuan
dalam merespon dan menjawab pertanyaan, keaktifan dalam diskusi, dan lain-lain.
Adapun hasil pengisian lembar observasi psikomotorik dilihat pada tabel 10:
Tabel 10. Hasil Prosentase Lembar Observasi Psikomotorik Siswa Siklus I
No Pernyataan Prosentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Siswa menunjukkan kesiapan mengikuti pelajaran dengan menyiapkan buku pelajaran dan peralatan belajar. Siswa mampu merespon dan menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Siswa dapat secara aktif mengikuti kegiatan diskusi. Siswa menggunakan sumber belajar lain selain buku pegangan materi. Siswa turut serta membangun kekompakan dalam kelompok diskusi. Siswa mampu beradaptasi pada situasi saat pelajaran berlangsung. Siswa dapat menyusun kesimpulan dari hasil diskusi.
73
68
75 71
69
75
75 Rata-rata 72,26
45 d. Refleksi
Hasil observasi yang dilakukan diperoleh temuan bahwa pada hasil tes
kognitif 1 rentang nulai siswa berkisar antara 35-100 dan nilai rata-rata 72,50
dengan siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 9
siswa dari 40 siswa. Berdasarkan nilai rata-rata kelas menunjukkan bahwa hasil
yang diperoleh siswa sudah baik karena sudah diatas Kriteria Ketuntasan Minimal
yaitu 61.
Hasil belajar afektif siswa melalui angket afektif diperoleh capaian
prosentase rata-rata sebesar 70,07%, hasil penilaian afektif siswa melalui lembar
observasi hasil belajar afektif diperoleh rata-rata sebesar 19,63%, hasil lembar
observasi psikomotorik siswa diperoleh capaian rata-rata sebesar 72,26%,
Hasil observasi dan analisi siklus I, ditemukan bahwa hasil pembelajaran
sudah diatas Kriteria Ketuntasan Minimal, tetapi masih ada siswa yang belum
tuntas sebanyak 9 orang siswa, karena prosentase rata-rata tes kognitif sebesar
70,68% ; prosentase rata-rata hasil belajar afektif siswa sebesar 70,07% sehingga
perlu adanya perbaikan pada siklus II, sebab indikator keberhasilan yang
ditetapkan belum tercapai yaitu minimal 75% siswa aktif dalam setiap
pembelajaran, serta nilai ulangan harian siswa mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal yang telah ditentukan.
Dari hasil siklus I masih ada kekurangan-kekurangan baik pada siswa
maupun pada guru antara lain :
1. Siswa masih terlihat bingung dengan penggunaan metode
pembelajaran TGT dengan kartu, karena mereka masih merasa asing
dan baru mengenal.
2. Guru kurang memberikan perhatian keseluruh kelompok, juga belum
menjadi fasilitator yang baik agar siswa lebih aktif dan menguasai
konsep dalam pembelajaran.
46
3. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan siklus II berdasarkan hasil refleksi pada akhir siklus I. Hasil
analisis terhadap siklus I menyatakan bahwa penguasaan konsep siswa dapat
ditingkatkan melalui interaksi guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung
pada siklus I. Hasil refleksi pada siklus I yang dapat dijadikan acuan pada
perencanaan siklus II :
1) Guru akan memberikan penjelasan dengan kata-kata yang mudah di
mengerti setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik dimana
meliputi upaya meningkatkan keberanian siswa, keaktifan dan
partisipasi siswa saat pembelajaran dan diskusi, pendekatan dan
perhatian yang menyeluruh terhadap semua kelompok sehingga diskusi
dapat berjalan dengan lancar, optimal dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2) Guru akan menambahkan pemberian penghargaan (reward) kepada
siswa yang mampu menguasai konsep yang meliputi hasil belajar
kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran siklus II direncanakan dalam 3 pertemuan, yaitu :
Pertemuan pertama, guru sedikit memberi kilas balik terhadap materi
bahan kimia dalam bahan makanan serta metode pembelajaran TGT dengan kartu
kemudian melaksanakan pembelajaran. Setiap siswa dalam kelompoknya
mendiskusikan materi dengan bantuan lembar kegiatan diskusi siswa (LKS) yang
telah disiapkan.
Pertemuan kedua, diawali guru melakukan memberi penjelasan tentangi
pelaksanaan metode TGT dengan kartu. Siswa bergabung dengan kelompoknya
kemudian melakukan pembelajaran dengan game dan turnamen. Selama proses
pembelajaran dilakukan penilaian kegiatan siswa melalui lembar observasi.
Pertemuan ketiga, evaluasi dengan siswa mengerjakan tes kognitif 2 dan
juga pengisian angket afektif siswa, penilaian psikomotorik siswa melalui lembar
observasi.
47 c. Observasi
1) Tes Kognitif Siklus II
Rentang nilai siswa bekisar 61-100 dan nilai rata-rata 75,90% dengan tidak
ada siswa yang belum tuntas dari 40 siswa. Pada siklus II hasil yang diperoleh
siswa sudah baik karena sudah diatas batas KKM yaitu 61. Nilai rata-rata kelas
yang diperoleh mengalami peningkatan sebesar 5,22% (Siklus 1= 70,68% dan
Siklus 2= 75,90%).
Adapun hasil tes kognitif Siklus II dapat dilihat pada tabel 11dan 12:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Siklus II
Interval Frekuensi Frekuensi Relatif
61-70
71-80
81-90
91-100
17
7
13
3
42,50%
17,50%
32,50%
7,50%
Jumlah 40 100%
Tabel 12. Hasil Nilai Tes Kognitif Siklus II
No Kategori Frekuensi Prosentase (%)
1.
2.
Tuntas
Tidak Tuntas
40
0
100
0
2) Hasil Penilaian Angket Afektif Siswa Siklus II
Hasil belajar afektif siswa yang meliputi keaktifan selama kegiatan
pembelajaran diperoleh dari pengisian angket afektif oleh siswa dan pengisian
lembar observasi oleh peneliti.
a) Angket Afektif Siswa Siklus II
Penilaian hasil belajar afektif bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
penguasaan konsep siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari pengisian oleh
siswa. Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 13:
48 Tabel 13. Hasil Prosentase Angket Afektif Siswa Siklus II
No Item Pernyataan Prosentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Saya aktif bertanya pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya malas bertanya ketika guru memberi kesempatan bertanya saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya takut menjawab ketika guru memberikan pertanyaan pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menjawab pertanyaan guru atas ini siatif sendiri pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menjawab pertanyaan guru apabila ditunjuk pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya menyumbangkan ide atau gagasan pada saat kegiatan diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya pasif pada saat kegiatan diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya memberikan masukan dan saran ketika kelompok lain selesai presentasi saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya diam saja ketika kelompok lain selesai presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya lancar berbicara dalam menyampaikan hasil diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya nervous dalam menyampaikan hasil diskusi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya memperhatikan teman yang sedang presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu Saya sibuk sendiri ketika teman saya presentasi pada saat kegiatan pembelajaran TGT dengan kartu
99
50
100
47
99
52
96
53
95
60
99
52
99
88
Rata-rata 74,79 b) Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengisian
lembar observasi. Hasil penilaian melalui lembar observasi hasil belajar afektif
dapat dilihat pada tabel 14:
49 Tabel 14. Hasil Prosentase Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus II
No Item Pernyataan Pertemuan Rata-rata I II
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Siswa mengantuk Siswa menopang dagu/ melamun Siswa mengacuhkan penjelasan guru Pekerjaan rumah siswa ketinggalan Siswa datang terlambat Siswa tidak mengerjakan tugas dari guru Siswa tidak mencatat Siswa ramai Siswa berbicara dengan temannya Siswa bermain
15,00% 12,50% 30,00% 5,00%
0% 20,00% 15,00% 15,00% 17,50% 12,55%
12,50% 10,00% 25,00% 2,50%
0% 17,50% 15,00% 10,00% 15,00% 10,00%
13,75% 11,25% 27,50% 3,75%
0% 18,75% 15,00% 12,50% 16,25% 11,25%
Rata-rata 13,00%
3) Hasil Penilaian Psikomotorik Siswa Siklus II
a) Lembar Observasi Psikomotorik Siswa
Pengisian lembar observasi psikomotorik dilakukan untuk mengetahui
kesiapan dan keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi yang meliputi kemampuan
dalam merespon dan menjawab pertanyaan, keaktifan dalam diskusi, dan lain-lain.
Adapun hasil lembar observasi psikomotorik siswa dapat dilihat pada tabel 15:
Tabel 15. Hasil Prosentase Lembar Observasi Psikomotorik Siswa Siklus II
No Pernyataan Prosentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Siswa menunjukkan kesiapan mengikuti pelajaran dengan menyiapkan buku pelajaran dan peralatan belajar. Siswa mampu merespon dan menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Siswa dapat secara aktif mengikuti kegiatan diskusi. Siswa menggunakan sumber belajar lain selain buku pegangan materi. Siswa turut serta membangun kekompakan dalam kelompok diskusi. Siswa mampu beradaptasi pada situasi saat pelajaran berlangsung. Siswa dapat menyusun kesimpulan dari hasil diskusi.
82
69
78 79
74
76
81 Rata-rata 77,02
50 d. Refleksi
Penilaian hasil evaluasi, hasil angket, dan lembar observasi yang telah
disebar, dapat mengukur keberhasilan dalam penguasaan konsep. Temuan pada
siklus II menjadi pijakan untuk perencanaan siklus selanjutnya.
Penelitian diakhiri pada siklus II karena berdasarkan hasil observasi ,
evaluasi dan analisis hasil penbelajaran dari segi partisipasi dan hasil belajar
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa sudah terpenuhi, dari hasil belajar siswa
berdasarkan hasil rata-rata nilai tes kognitif sebesar 75,90%. Hasil tersebut
menunjukkan siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah
ditentukan. Hasil rata-rata afektif siswa sebesar 74,78% dan hasil rata-rata
psikomotorik siswa sebesar 77,02 %.
51
B. Deskripsi Antar Siklus
Berdasarkan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
TGT dengan kartu pada siklus II menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada
proses pembelajaran pada siklus I. Perbandingan hasil pembelajaran pada siklus I
dan siklus II pada gambar 4 sampai dengan Gambar 7.
1. Hasil Tes Kognitif
Capaian Nilai Tes Kognitif
55
77.5
100
45
22.5
00
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Capaian Kategori %
%ta
se N
ilai
Has
il B
elaj
ar
Ko
gn
itif
Tuntas
Tidaktuntas
Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Tes Kognitif
2. Angket Afektif Siswa
Angket Afektif
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Item Pertanyaan Keberhasilan Afektif Siswa
%ta
se N
ilai
Has
il B
elaj
ar
Afe
ktif
PraSiklusSiklus I
SiklusII
Gambar 5. Diagram Batang Perbandingan Nilai Afektif Siswa.
52
3. Lembar Observasi Afektif Siswa
Lembar Observasi Afektif
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Item Pertanyaan Keberhasilan Belajar Afektif
%ta
se N
ilai
Has
il B
elaj
ar
Afe
ktif Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Diagram Batang Perbandingan Hasil Lembar Observasi Afektif Siswa.
4. Lembar Observasi Psikomotorik Siswa
Lembar Observasi Psikomotorik
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Keberhasilan Lembar Observasi Psikomotorik
%ta
se N
ilai
Has
il B
elaj
ar
Psi
kom
oto
rik Pra
Siklus
PascaSiklus I
PascaSiklus II
Gambar 7. Diagram Batang Perbandingan Hasil Lembar Observasi Psikomotorik
53
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan
penguasaan konsep siswa kelas VIII-C SMP N 7 Surakarta pada materi bahan
kimia dalam bahan makanan setelah diadakan pembelajaran dengan metode
pembelajaran TGT dengan kartu.
Pada proses pembelajaran biologi siswa SMP N 7 Surakarta sebelum
diterapkan metode pembelajaran TGT dengan kartu masih menggunakan metode
ceramah sehingga siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
menganggap bahwa konsep-konsep pada mata pelajaran biologi merupakan
konsep yang abstrak dan hanya merupakan metode mengajar ceramah yang
banyak menekankan pada pelajaran hafalan saja. Proses pengajaran biologi di
kelas masih banyak menggunakan hafalan tentang fakta dan konsep sehingga
pelajaran menjadi membosankan dan membuat siswa merasa jenuh.
Pada awal penerapan pembelajaran TGT dengan kartu terlihat bahwa siswa
kurang memperhatikan dan lebih banyak bermain-main sendiri, serta siswa belum
menunjukkan keaktifannya dalam bertanya dan menyampaikan pendapat.
Kurangnya keaktifan siswa tersebut dapat dapat disebabkan karena siswa belum
terbiasa dengan pembelajaran TGT dengan kartu dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa memerlukan waktu untuk beradaptasi. Siswa dalam mengikuti
pelajaran biasanya lebih banyak hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan
dari guru karena guru biasanya lebih mendominasi saat KBM berlangsung.
Pembelajaran TGT dengan kartu menekankan pembelajaran yang baik
secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna mencapai hasil belajar
yang optimal dengan mempertimbangkan kemampuan siswa sehingga mereka
terus aktif untuk belajar. Menurut pendapat Etin Solihatin (2007: 5) keberhasilan
dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga
dari teman sebaya (peer-tutoring). Pendapat lain dikemukakan oleh Suhaenah
Suparno (2001: 77) bahwa hubungan kawan (peer) dapat memberi pengaruh
positif atau konstruktif, karena interaksi yang terjadi menimbulkan suasana saling
menerima, saling membantu, dan saling memperhatikan, sehingga dapat
menunjang pencapaian hasil belajar yang lebih baik.
54
Pendapat Slavin (1985) menyatakan bahwa …TGT increasedbasickills,
students achievement, positif interactions between students, acceptance of mains
treamed classmates and self-esteem.. TGT meningkatkan ketrampilan utama,
prestasi siswa, interaksi positif antara siswa, keberterimaan teman kelas yang
disiplin dan penghargaan diri sendiri.
Hasil analisis data dari masing-masing siklus menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran TGT dengan kartu dapat memperbaiki penguasaan
konsep siswa. Peningkatan penguasaan konsep siswa dibuktikan dengan adanya
peningkatan prosentase hasil belajar siswa dari tes kemampuan awal, tes kognitif
siklus I, dan tes kognitif siklus II. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa semua
siswa telah memenuhi batas ketuntasan atau Kriteria Ketuntasan Minimal belajar
yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 61.
Peningkatan penguasaan konsep ditunjukkan pada nilai ulangan harian
siswa pada pokok bahasan Bahan Kimia Dalam Bahan Makanan. Hasil ulangan
harian siswa selalu meningkat pada setiap tes kognitif. Pada tes kemampuan awal
diperoleh rata-rata kelas sebesar 60,17 dengan siswa yang tidak tuntas sebanyak
18 siswa ( 45% ) dan siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa (55%) dari 40 siswa.
Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata ulangan harian sebesar 72,70
dengan siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa ( 22,50% ) dan siswa yang
tuntas sebanyak 31 siswa ( 77,50% ) dari 40 siswa. Pada siklus II diperoleh nilai
rata-rata ulangan harian sebesar 75,90 dengan tidak ada siswa yang tidak tuntas,
dalam kata lain pada siklus II ini semua siswa dapat memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal.
Hasil angket afektif siswa pada setiap siklus memiliki kondisi yang
semakin baik. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada pra siklus memiliki
rata-rata 56,18% dan siklus I memiliki rata-rata 70,07%. Pada siklus I siswa masih
banyak yang berbicara sendiri, diskusi belum berjalan dengan baik, interaksi
dalam kerja kelompok belum terlihat, dan siswa belum menunjukkan keaktifan
dalam bertanya dan menyampaikan pendapat, serta siswa belum mampu merespon
pertanyan yang diajukan guru kepadanya, hal ini kemungkinan disebabkan karena
proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi dan persentasi merupakan hal
55 baru bagi siswa sehingga siswa memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan
metode pembelajaran TGT dengan kartu. Capaian beberapa item pernyataan
positif yang ada belum memenuhi target 75%. Berdasarkan hasil angket afektif
siswa siklus I dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif siswa belum
memenuhi target penelitian.
Hasil belajar afektif siswa dalam siklus II memiliki rata-rata 74,78%.
Terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 4,71% ( siklus I
= 70,07% ; siklus II = 74,78%). Pada siklus II kegiatan diskusi sudah berjalan
dengan baik, interakasi dalam kerja kelompok sudah terlihat dan siswa sudah
berani bertanya serta merespon pertanyaan yang diajukan guru. Hasil belajar
afektif siswa dalam kegiatan diskusi-presentasi mengalami kemajuan dengan
semakin meningkatnya prosentase item pernyataan positif yang ada dan
prosentase item pernyataan negatif mengalami penurunan, artinya siswa semakin
terdorong untuk melibatkan diri dalam diskusi-presentasi.
Melalui lembar observasi hasil belajar afektif pada siklus I menunjukkan
bahwa siswa kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Tidak sedikit
siswa yang datang terlambat, berbicara dengan teman, mengacuhkan penjelasan
dari guru, ramai dan bermain. Berdasarkan hasil pengamatan melalui lembar
observasi hasil belajar afektif, diketahui bahwa 22,50% siswa bebicara dengan
temannya dan 17,50% siswa ramai. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena
siswa belum menguasai konsep, maka siswa tidak serius dalam belajar dan belum
terbiasa dengan pembelajaran TGT dengan kartu sehingga siswa perlu beradaptasi
dengan metode pengajaran tersebut.
Pada siklus II, penilaian siswa melalui lembar observasi hasil belajar
afektif menunjukkan bahwa siswa lebih menguasai konsep dalam pembelajaran.
Jumlah siswa yang berbicara sendiri sebesar 16,25% dan siswa yang ramai
sebesar 12,50%. Hal ini menunjukkan adanya penurunan dari siklus I. Siswa
sudah mulai serius dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar menggunakan
metode pembelajaran TGT dengan kartu.
Kenaikan hasil belajar afektif siswa di dalam kegiatan pembelajaran pada
setiap siklus disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran TGT dengan
56 kartu. Metode pembelajaran TGT dengan kartu membantu siswa memahami
secara langsung apa yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara
langsung. Dengan memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan pemberitahuan
guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan kelompok
dan diskusi. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator, sedang siswa bertindak
sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru membimbing,
mengarahkan dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai
tujuan.
Peningkatan hasil belajar afektif juga didukung pernyataan Gino, Suwarni,
Suripto, Maryanto dan Sutijan (2000: 39) menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi bukan peran guru
yang dominan, tetapi lebih berperanan sebagai fasilitator (memberi kemudahan
pada siswa untuk belajar), motivator dan sebagai pembimbing (memberi
bimbingan kepada siswa yang memerlukan).
Guru dapat melakukan upaya peningkatan hasil belajar afektif siswa di
dalam kegiatan pembelajaran dengan selalu memonitor setiap kegiatan siswa di
dalam pembelajaran, memberikan patokan nilai yang diperoleh siswa di dalam
kegiatan diskusi-presentasi, mendorong siswa untuk menanggapi pendapat
kelompok lain, dan memberikan giliran kepada siswa (secara urut maupun acak)
untuk menjawab pertanyaan.
Penilaian kegiatan diskusi presentasi siswa selama proses pembelajaran
melalui lembar observasi psikomotorik mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II sebesar 4,76%. Berdasarkan penilaian melalui lembar observasi pada
siklus I diperoleh prosentase rata-rata sebesar 72,26%, dan siklus II sebesar
77,02%. Pada siklus II siswa lebih aktif di dalam kegiatan diskusi presentasi, dan
respon siswa lebih positif di dalam pembelajaran. Tingkat keaktifan siswa dalam
diskusi presentasi juga dipengaruhi oleh besar kecilnya kelompok diskusi. Diskusi
kelompok kecil memberikan kesempatan bagi setiap anggota lebih besar sehingga
merasa terlibat dan puas terhadap hasil diskusi, serta mencegah dominasi anggota
tertentu.
57
Peningkatan penguasaan konsep juga dapat dicapai melalui interaksi
yang terjadi dalam rangkaian kegiatan diskusi presentasi pada pembelajaran TGT
dengan kartu, karena siswa akan saling menjelaskan materi yang dipelajari kepada
siswa lain dalam satu kelompok. Pembelajaran tersebut mendukung pencapaian
struktur tujuan kooperatif. Deutsch (1949) dalam Slavin (2008: 24) berpendapat
bahwa struktur tujuan kooperatif memungkinkan siswa memberi kontribusi pada
pencapaian tujuan anggota lain, sehingga akan mendorong para siswa untuk saling
membantu pembelajaran, mendorong usaha akademis, dan mengeksplorasikan
norma-norma yang sesuai dengan pencapaian akademik. Cooper dan Mueck
(1990) dalam Magel (2006: 1) menyatakan 6 ciri khas pembelajaran kooperatif,
salah satunya adalah Everyone on a learning team is responsible for the other
team member’s learning, yang berarti bahwa setiap orang dalam kelompok belajar
bertanggung jawab terhadap pembelajaran anggota kelompoknya.
Etin Solihatin (2007: 6) berpendapat bahwa formasi kelompok dapat
mengurangi rasa jenuh atau bosan dalam belajar. Pengelompokkan siswa secara
heterogen, dapat memberi kesempatan pada siswa untuk saling belajar dan
membelajarkan satu sama lain. Suasana menyenangkan dan rasa kebersamaan
yang tumbuh dan berkembang di antara sesama anggota kelompok dapat
membantu siswa yang kurang bergairah menjadi lebih antusias dalam belajar.
Siswa yang kurang bergairah akan dibantu oleh siswa yang mempunyai gairah
lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah
dipelajari.
Berdasarkan uraian diatas, peserta didik lebih senang belajar dalam
suasana yang menyenangkan. Sesuai dengan Magel (2006: 7) menyatakan
bahwa...what is important is to give students a variety of experiences in class.
This keeps things interesting and should help make learning...fun! Respon positif
yang tercipta karena pembelajaran TGT dengan kartu merupakan salah satu
variasi belajar yang dapat memberikan suasana baru dan menyenangkan,
sehingga meningkatkan penguasaan konsep pada siswa.
58
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penerapan metode pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dengan kartu yang dilakukan oleh peneliti pada siswa SMP
Negeri 7 Surakarta, dapat disimpulkan bahwa :
Penerapan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan kartu
dapat meningkatkan penguasaan konsep pada siswa kelas VIII-C SMP Negeri 7
Surakarta.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian melalui penerapan metode pembelajaran TGT dengan
kartu yang telah dilaksanakan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan
konsep melalui upaya bersama antara guru dan siswa serta penyelenggara
pembelajaran dalam rangka peningkatan penguasaan konsep secara maksimal
yang akan berdampak terhadap prestasi belajar biologi siswa.
.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian melalui penerapan metode pembelajaran TGT dengan
kartu secara praktis dapat digunakan sebagai inovasi pembelajaran biologi di SMP
Negeri 7 Surakarta serta dapat menjadi inspirasi pembelajaran bagi guru dalam
upaya meningkatkan penguasaan konsep siswa
C. Saran
1. Kepada Sekolah
a. Perlu adanya penerapan strategi belajar mengajar yang tepat sehingga dapat
lebih maksimal dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran
disekolah.
59 b. Sekolah perlu membuka diri dengan berbagai lembaga pendidikan maupun
instansi lain untuk lebih meningkatkan hal pembelajaran di kelas.
2. Kepada Guru
a. Sebaiknya guru lebih mempersiapkan diri sebelum proses belajar mengajar,
tidak hanya perangkat pembelajarannya, tapi juga materi dan variasi cara
mengajar agar dapat menumbuhkan ketertarikan belajar siswa sehingga
meningkatkan penguasaan konsep siswa.
b. Guru hendaknya lebih kreatif dan selektif dalam memilih model pembelajaran
yang inovatif dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Model
pembelajaran yang bervariasi akan memunculkan ketertarikan dan rasa ingin
tahu siswa sehingga meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.
3. Kepada Siswa
a. Hendaknya siswa meningkatkan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran
sehingga penguasaan konsep meningkat
b. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari siswa lain sebaiknya
selalu mengkomunikasikan atau menularkan pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki kepada siswa lain.
c. Bagi anggota kelompok yang merasa kurang paham terhadap materi harus
selalu aktif bertanya kepada siswa yang lain atau kepada guru.
4. Kepada Calon Peneliti
a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis meninjau
kembali perangkat pembelajaran penelitian ini untuk disesuaikan dalam hal
alokasi waktu, fasilitas pendukung, karakteristik siswa dan sekolah tempat
penelitian.
b. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian
selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkap dan
dikembangkan dari variabel-variabel yang sudah ada.
c. Hendaknya peneliti lain dapat mengembangkan instrumen-instrumen yang
lebih baik dalam mengungkap aspek-aspek lainnya.
60
DAFTAR PUSTAKA
Etin, Solihatin. 2007. Coopertive Learning: analisis model pembelajaran IPS.
Jakarta: Bumi Aksara
Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I.
Surakarta : UNS Press.
Martinis, Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta : Gaung Persada
Press.
Meg O’Mahony. 2006. “NABT Conference” ([email protected])
Mohammad, Noor. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA Press.
Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Rosdakarya.
Nana, Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Nana, Syaodih.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Oemar, Hamalik. 2003. perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta : Bumi Aksara.
Rahmawaty. 2006. (partisipasi http://library.usu.ac.id/download/pf/06008762.pdf)
Rhonda C. Magel. 2006. “Using Cooperative Learning in a Large Introductory
Statistics Class”. Journal of Statistcs Education. Volume 6, number 3.
http://www.amstat.org/publications/jse/v6n3/magel.html.
Robert E. Slavin. 2008. Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung :
Nusa Media.
61 Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta : Depdiknas.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.
Winkell, W.S. 2005. Psikologi Pembelajaran. Jogjakarta : Media Abadi.
Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Wida.