1
PENERAPAN KONSEP OPEN SOURCE UNTUK MENINGKATKAN DAYA CIPTA
PIRANTI LUNAK DI KALANGAN MAHASISWA/DUNIA PENDIDIKAN
Fajrillah
Dosen STT Harapan Medan
ABSTRAK
Konsep Open Source (OS) ditinjau dari sudut pengembangan suatu piranti lunak, perlu
diperkenalkan atau diterapkan di kalangan mahasiswa/dunia pendidikan. Dengan adanya konsep
Open Source kita tidak saja menjadi pengguna namun dalam jangka panjang dapat menciptakan
teknologi. Suatu tujuan yang kelihatannya sepintas ambisius, namun dengan adanya kode asal dan
sifat pengembangan yang terbuka, hal ini tidaklah mustahil. Open Source, suatu konsep yang
berasal dan berkembang dari dunia Internet.
Kata Kunci : Open Source (OS), Menciptakan Teknologi, Peranti Lunak, dan Dunia
Pendidikan
1. PENDAHULUAN
Prinsip konsep Open Source secara sederhana ialah pendistribusian / penjualan suatu piranti lunak
haruslah disertai dengan kode asalnya (source code).
Para pembuat piranti lunak meletakkan hasil pekerjaannya di Internet dalam bentuk kode asal. Para
penggunannya akan mengambil (download) kode asal dan mengkompilasinya sendiri untuk
menghasilkan piranti lunak siap pakai. Jika ada kesalahan (bug) pada piranti lunak, si pengguna
mempunyai dua pilihan, yakni memperbaiki sendiri kode asalnya itu atau melaporkan kesalahan itu
pada si pembuat. Jika si pengguna yang memperbaiki kesalahan itu di Internet sehingga orang lain
dapat mengambil manfaatnya.
Para Mahasiswa teknologi dan informatika komputer atau yang berkecimpung di dunia pendidikan,
dengan adanya konsep Open Source diharapkan dapat menciptakan ide-ide baru atau piranti lunak
yang sudah pernah dibuat agar dikembangkan lebih lanjut atau lebih bagus sehingga terciptanya
piranti lunak yang nantinya bermanfaat bagi masyarakat umum.
2. METODE PENGEMBANGAN PIRANTI LUNAK
Dengan menerapkan konsep Open Source untuk pegembangan piranti lunak serta seiring dengan
berkembangnya dunia Internet, pegembangan piranti lunak berdasarkan konsep Open Source
berkembang dengan pesat juga.
Dalam pengembangan pembuatan piranti lunak, setelah selesai membuat piranti lunak, si pembuat
piranti lunak tersebut mengirim (upload) piranti lunak tersebut ke situs web yang telah dibuat dan di
daftar ke search engine. Agar mudah ditemukan oleh para pemakai Internet. Karena diletakkan
2
secara bebas di Internet, tentu setiap orang dapat mengambil piranti lunak tersebut tanpa harus
membeli. Artinya si pembuat tidak mendapat keuntungan apa-apa. Benarkah demikian ?.
Memang, jika ditinjau sekilas dari sudut pembuat piranti lunak, konsep ini sangat merugikan.
Secara ringkas, si pembuat akan bertanya, “Lalu bagaimana saya dapat menghasilkan uang ?”
Sebenarnya, suatu piranti lunak memiliki tiga nilai, nilai pemakaian (use value), nilai pasar (market
value), dan nilai monopoli (monopoly value).
1. Nilai pemakaian pada konsep Open Source dapat dikaitkan dengan biaya pemeliharaan.
Sebagai contoh, meski suatu perusahaan memiliki suatu piranti lunak berikut kode asalnya,
perusahaan tersebut tetap memerlukan biaya dan usaha untuk memastikan piranti tersebut
berjalan dengan baik, memodifikasi sesuai kebutuhan, menambah fasilitas-fasilitas baru, dan
lain sebagainya.
2. Nilai pasar ialah kemampuan piranti tersebut untuk dijual. Banyak orang tidak percaya bahwa
produk Open Source dapat dijual dan ada pembelinya. Namun kenyataan di lapangan
membuktikan bahwa cukup banyak perusahaan yang telah berjalan dengan berdasarkan konsep
ini. Sebagai contoh ialah RedHat http://www.redhat.com, Caldera http://www.caldera.com,
Cygnus http://www.cygnus.com dan lain-lainnya. Apa yang mereka lakukan pada intinya
mengemas produk Open Source dengan baik ditambah dengan add-ons, support dan lain
sebagainya yang ternyata menarik konsumen untuk membelinya.
3. Nila monopoli ialah nilai bagi si pembuat yang memiliki kode asalnya suatu produk, hal yang
tidak dimiliki lawan bisnisnya. Dalam konsep Open Source, nilai ini juga tetap ada karena
meski lawan bisnisnya memiliki kode asal karena ia tetap memerlukan biaya dan usaha untuk
memahami kode asal tersebut. Berbeda dengan si pembuat yang tentunya telah memahami
dengan detil kode asal produknya.
Dengan demikian, meski kode asalnya terbuka, si pembuat piranti lunak tetap dapat memperoleh
keuntungan.
Bagaimana sebenarnya pengembangan piranti lunak berdasarkan konsep Open Source dan
perbedaan dengan metode pengembangan yang lazim dipakai saat ini ?
Salah seorang pionir Open Source, Eric S. Raymond dalam bukunya “The Cathedral and The
Bazaar” http://www.tuxedo.org/~esr/writings/cathedral-bazaar, mencoba membagi proses
pengembangan piranti lunak ke dalam 2 metode, yaitu metode katedral dan metode bazar.
1. Metode katedral ialah metode yang hingga kini lazim dipakai dalam dunia teknologi informatika
dan komputer saat ini. Lotus, Microsoft, IBM dan berbagai perusahaan raksasa dunia
merupakan contoh perusahaan yang memakai metode ini. Termasuk juga perusahaan-
perusahaan di Indonesia.
3
Ciri-cirinya :
Tim ini dipimpin oleh seorang pengarah yang merumuskan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang dari piranti lunak yang akan dibuat..
Kode asal bersifat rahasia dan tertutup.
Produk yang dihasilkan memiliki lisensi yang salah satu isinya melarang pihak manapun
menghasilkan suatu produk yang serupa dalam bentuk apapun.
Memerlukan biaya pembuatan dan pegembangan (development).
2. Metode bazar merupakan implikasi dari konsep Open Source. Contoh Linux dan Apache,
merupakan piranti lunak yang dihasilkan dengan metode bazar.
Ciri-cirinya :
Setiap orang dapat berpartisipasi dalam pembuatan piranti lunak, dengan tempat dan waktu
yang bebas. Dapat dilakukan di rumah, di kantor, di kafe Internet, pada waktu kerja, selama
akhir minggu, dan sebagainya.
Pembuatan suatu piranti lunak dikoordinasikan oleh suatu tim, namun setiap orang berhak
melakukan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Kode asal bersifat terbuka dan dapat digunakan oleh siapa saja.
Produk yang dihasilkan sangat bervariasi dan dapat digunakan oleh siapa saja.
Biaya pembuatan dan pengembangan nyaris tidak ada.
Pada metode katedral merepresentasikan pekerjaan yang sangat teliti yang dikerjakan oleh suatu tim
khusus. Piranti lunak tidak akan dilepas ke pasar kecuali jika telah melalui proses pemeriksaan
(alpha, beta, commercial) yang teliti. Setelah dirilis, kesalahan (bugs) diharapkan tidak terjadi.
Sementara itu dengan metode bazar, piranti lunak senantiasa berada dalam proses pembuatan
(development cycle). Rilis dapat terjadi dalam frekuensi yang tinggi. Kesalahan (bugs) bukanlah
sesuatu yang tidak diharapkan. Pengguna selain dapat melaporkan kesalahan (bugs) juga dapat
memperbaiki produk itu sendiri.
Dengan melihat pada pada kasus Linux dan Apache, produk hasil metode bazar ternyata
menghasilkan piranti lunak yang lebih baik dari hasil metode katedral. Riset yang dilakukan Barton
P Miller, David Koski et all dan dipublikasikan dalam tulisannya berjudul “ A Re-Examination of
the Reability of Unix Utility and Services”
http://www.cs.wisc.edu/Diesnt/UI/2.0/Describe/ncstrl.uwmadison/CS-TR-95-1268 memperlihatkan
bahwa untuk Utility and Services Unix versi komersial memiliki rata-rata (failure rate) 15-43%,
versi yang distribusi gratis (freely distributed) 9% dan versi Open Source 7%. Suatu kenyataan yang
harus diterima, yakni piranti lunak yang dikerjakan oleh konsep Open Source memiliki tingkat
kematangan (mature) yang paling baik.
4
3. PESAN-PESAN UNTUK PARA PENGEMBANG PIRANTI LUNAK DENGAN OPEN
SOURCE
Proses pengembangan piranti lunak komersial biasanya berdasarkan pada sasaran ekonomis. Pada
metode Open Source, uang bukanlah sasaran utama (bukan tidak dapat uangnya). Oleh karena itu
pemahaman metode dan konsep Open Source memerlukan pengertian yang mendalam mengenai
proses dan motivasi komunitas pengembang (developer) Open Source.
Acuan bagi mahasiswa dan pengajar teknik informatika dan komputer untuk meningkatkan daya
cipta atau pengembangan suatu proyek dengan konsep Open Source di kalangan pendidikan ada
beberapa hal penting yang harus kita perhatikan adalah sebagai berikut :
Setiap produk piranti lunak yang biasanya dimulai dari rasa ingin tahu, adanya keinginan
untuk mempelajari lebih dalam dan mengembangkan lebih lanjut.
Inilah salah satu motivasi dasar yang harus dimiliki orang-orang yang terlibat dalam proses
Open Source – penyelesaian suatu masalah yang timbul saat itu juga, oleh seseorang tanpa harus
menunggu orang/tim lain. Inilah yang memungkinkan Open Source menjadi suatu proyek yang
kompleks tanpa harus menunggu umpan balik tim pemasaran atau support.
Programmer yang baik mengetahui cara menulis program. Programmer yang hebat
mengetahui cara untuk menulis ulang dan memanfaatkan program yang sudah ada.
Seorang programmer cenderung untuk menggunakan ulang kode yang telah ada dalam proses
pengembangan Open Source yang teliti daripada model pengembangan piranti lunak yang
lazim. Hal ini disebabkan karena mereka dapat mengakses seluruh kode asal setiap saat.
Karena ingin menjadi programmer yang besar, kita harus meniru programmer yang telah
berhasil. Seperti Linus Torvalds, pada saat ingin membuat Linux, dia memulai dengan
menggunakan kembali kode program dan gagasan dari Minix, sebuah sistem operasi yang
menyerupai Unix kecil untuk PC Clones. Akhirnya Linus Torvalds berhasil membuat Linux
yang lebih sempurna dan dikembangkan lebih lanjut oleh programmer di Internet dan sekarang
menjadi saingan kuat Microsoft.
Buatlah suatu ide pengembangan piranti lunak dan lemparkan, cepat atau lambat anda akan
tahu hasilnya.
Pada saat Linus Torvalds membuat Linux, dia hanya menggembangkan idenya saja dari Minix,
kemudian yang mengembangkan Linux tersebut ialah para pengembang di Internet, sehingga
adanya web server Apache dan tambahan piranti lunak lainnya untuk Linux.Tim pengembang
Linux seringkali secara geografis berjauhan dan dia kemudian melakukan proses seleksi yang
dilanjutkan dengan proses penyempurnaan bersama-sama pengembang di Internet.
5
Perlakukan pemakai sebagai rekan pengembang (co-developer) dalam proses pengembangan
yang cepat dan efektifitas proses debugging.
Dalam pengembangan piranti lunak dengan konsep Open Source, pentingnya dokumentasi yang
lengkap dan support dari para pengembang dalam suatu proyek Open Source. Dokumentasi
yang lengkap ini, akan membantu rekan pengembang atau penggunanya baik dalam proses
pengembangan selanjutnya maupun dalam proses debugging. Untuk pengembangan komersil
dokumentasi kode asal umumnya tidak terawat dengan baik. Hal ini tidak dapat terjadi untuk
proyek Open Source.
Pada saat Linux dapat diakses secara luas, jelas bahwa sesuatu yang berbeda dan lebih sehat
sedang terjadi di sana. Kebijaksanaan pembangunan Linux secara terbuka oleh Linus Torvalds
sangat berlawanan dengan metode katedral, dia memperlakukan pemakai Linux sebagai rekan
pengembang dengan cara paling efektif.
Rilislah cepat. Rilislah sering. Dengarkan kata pengguna.
Kita bisa melihat pada perkembangan Linux yang begitu cepatnya di karenakan Linus Torvalds
pada saat menggembangkan Linux tidak sendiri dibantu oleh pengembang-pengembang di
Internet serta pengguna Linux itu sendiri dengan kode program yang terbuka. Para pengembang
di Internet merilis piranti lunak untuk Linux agar lebih sempurna dan mungkin sampai hari ini,
Linux terus dikembangkan lebih lanjut oleh para pengembang dan pengguna melalui Internet.
Dalam hal ini pengembangan piranti lunak Linus Torvalds mempercepat proses rilis pada Linux
dengan memanfaatkan media Internet serta kemampuan para hacker dan pemakai Linux
tersebut. Komentar-komentar dari penggunanya sangat bermanfaat untuk perkembangan Linux
sebagai piranti lunak selanjutnya.
Dengan adanya cukup banyak beta-tester dan rekan pengembang (co-developer), hampir
seluruh masalah dapat diidentifikasikan sehingga penyelesaiaan dapat dengan mudah
dilakukan.
Acuan ini merupakan jantung dari proses Open Source, jadi piranti lunak yang belum selesai
dikerjakan, sudah bisa dipublikasikan kepada umum lengkap dengan kode program serta
dokumentasinya.
Kalau menurut Linus Torvalds bukan permasalahan dalam piranti lunak tersebut yang rumit,
tapi ide atau penemuan pertama kali yang perlu segera dibangun. Adanya permasalahan dalam
pengembangan piranti lunak selanjutnya, bisa diselesaikan secara bersama-sama, asal
permasalahan tersebut transparan atau terbuka. Linux Torvalds pernah berkata “Berikan bola
mata yang cukup, permasalahan menjadi dangkal”. Disinilah, menurut saya perbedaan inti
6
dari metode katedral dan metode bazar. Kita bisa lihat contoh nyata bagaimana perkembangan
sistem operasi Linux yang begitu cepat dan nyaris sempurna.
4. KESIMPULAN
Mencermati perkembangan konsep Open Source serta kedua metodenya, penulis merasa yakin
untuk mengajak, terutama para pengembang piranti lunak, mahasiswa, dan pengajar teknik
informatika dan komputer, dapat mengambil manfaat dari perkembangan ini. Khususnya metode
bazar, kita dapat mengambil manfaat antara lain :
Kesempatan belajar
Tersedianya kode asal memudahkan kita untuk mempelajari teknologi yang ada di balik suatu
piranti lunak. Dengan demikian kita tidak saja menjadi pengguna namun dalam jangka panjang,
dapat juga menjadi pencipta teknologi. Suatu tujuan yang kelihatannya sepintas ambisius,
namun dengan adanya kode asal dan sifat pengembangan yang terbuka, hal ini tidaklah
mustahil.
Solusi murah dan legal bagi dunia teknologi informatika dan komputer di Indonesia
Tersedianya piranti lunak yang gratis berikut kode asalnya, dengan kemampuan yang tidak
kalah, kalau tidak bisa disebut melebihi, dari piranti lunak komersil merupakan suatu peluang
yang sangat baik bagi dunia pendidikan / bisnis / industri. Ini membuka berbagai peluang seperti
penggatian infrastruktur yang ada dengan solusi ini, penyediaan jasa konsultan, jasa instalasi,
jasa pemeliharaan, hingga pada jasa pelatihan / kurikulum. Peluang ini tidak saja melibatkan
dunia bisnis dan industri, namun dari kalangan mahasiswa hingga ke dunia pendidikan (staf
pengajar dan asisten laboratorium). Suatu jangkauan pasar yang luar biasa. Terlebih dengan
kenyataan bahwa biaya yang dibutuhkan nyaris tidak ada, kecuali tentunya kemampuan berfikir
dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Miller P Barton, Koski David, 2001, A Re-Examination of the Reability of UNIX Utility and
Services, http://www.cs.wisc.edu/Diesnt/UI/2.0/Describe/ncstrl.uwmadison/CS-TR-95-1268.
(Akses 19 Januari 2007)
2. Raymond Steven Eric, 2000, The Cathedral and The Bazaar, O’Reilly Publishing.,
http://www.tuxedo.org/~esr/writings/cathedral-bazaar, (Akses 19 Januari 2007)
3. Wiryana Made I, 2000, Platform terbaik apakah yang tepat untuk sarana belajar menjelang
abab 21?., http://nakula.rvs-uni-bielefeld.de/made/artikel/Abad21/.,(Akses 19 Januari 2007)
4. http://www.opensource.com, (Akses 19 Januari 2007)
5. http://www.sagan.earth-space.net/esr/writings/chatedral-bazaar.html, (Akses 19 Januari 2007)