PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN
Pendekatan Tradisional
Pendekatan Kinerja
Pendekatan Sistem Perencanaan, Program dan
Anggaran Terpadu (Planning,
Programming, and Budgeting System
—PPBS)
Anggaran Berbasis Nol (Zero Based Budgeting—
ZBB)
Anggaran Sektor PublikAnggaran Sektor Publik
Traditional Budget
New Public Management (NPM)
Incrementalism
Line-item budgeting
Planing Programming and Budgeting-system
(PPBS)
Zero Based Budgeting (ZBB)
Performance Budgeting
Cara Penyusunan
Struktur & Susunan
PENDEKATAN TRADISIONALTiga ciri utama dalam pendekatan tradisional
adalah: Penyusunannya berdasarkan pos-pos
belanja, dimana anggaran ditampilkan dalam perspektif sifat dasar dari sebuah pengeluaran atau belanja.
Penggunaan konsep inkrementalisme, yaitu jumlah anggaran tahun tertentu dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan tingkat kenaikan tertentu.
Bertujuan membatasi pengeluaran atau mengendalikan belanja organisasi
Pengajuan permintaan anggaran dari pihak lembaga yang memerlukan kepada ketua eksekutif dan anggaran tersebut dirinci berdasarkan jenis pengeluaran yang hendak dibuat.
Anggaran dari berbagai lembaga ini lalu dikonsolidasi oleh kepala eksekutif dan hasilnya kemudian diajukan ke lembaga legislatif dengan menggunakan perincian yang sama dengan anggaran yang diajukan sebelumnya oleh lembaga-lembaga di bawahnya.
Setelah merevisi jumlah permintaan anggaran, pihak legislatif kemudian menuliskan jumlah anggaran yang disetujui. Data-data mengenai program atau kinerja mungkin dimasukkan dalam anggaran, namun hanya sebagai suplemen atau pendukung dari permintaan anggaran yang dirinci dengan menggunakan metode tradisional tersebut.
PROSES PENDEKATAN TRADISIONAL
CONTOH PENDEKATAN TRADISIONAL Per orang Jumlah Total
Belanja Gaji
1 Kepala polisi 3.000.000 3.000.000
2 Kapten polisi 2.000.000 4.000.000
8 Staf administrasi 1.000.000 8.000.000 15.000.000
Belanja Persediaan
Persediaan kantor 4.000.000
Peralatan kebersihan 2.000.000
Bahan bakar 9.500.000
Seragam 2.000.000
Lain-lain 1.000.000 18.500.000
Belanja Makanan 7.500.000
Belanja Perjalanan 5.600.000
Belanja Lain-lain 1.400.000
Total Anggaran 48.000.000
Sederhana, mudah dipersiapkan serta dimengerti oleh orang yang berkepentingan.
Cocok dengan pola akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting).
Hampir semua pengeluaran memiliki sifat tidak terhindarkan.
Mudah dibandingkan dengan data tahun sebelumnya.
Karena aktivitas merupakan dasar dari unit organisasi, biaya dari setiap aktivitas akan terakumulasi sebagai biaya dari unit organisasi yang bersangkutan.
KELEBIHAN PENDEKATAN TRADISIONAL
Tidak menyediakan dasar informasi yang memadai bagi pembuat keputusan.
Terlalu berorientasi pengendalian dan kurang memerhatikan proses perencanaan dan evaluasi.
Memberikan perhatian lebih pada jangka pendek dibandingkan jangka panjang
Keputusan perencanaan penting cenderung diawali di tingkat manajemen terbawah di organisasi dan kemudian naik ke tingkat di atasnya. Konsekuensinya???
Lembaga legislatif diberikan rincian dari daftar pengeluaran (object of expenditure) dan tidak diberikan data mengenai fungsi, program, aktivitas, dan output dari lembaga legislatif.
Mendorong pengeluaran daripada penghematan.
KELEMAHAN PENDEKATAN TRADISIONAL
ANGGARAN TRADISIONAL TERDIRI DARI :
Incrementalisme
• Hanya menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahunan sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan/pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam
Line-item budget
• Bersifat berdasarkan atas dasar sifat dari penerimaan dan pengeluaran• Metode yang tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan dan
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan lagi digunakan pada periode sekarang
ANGGARAN PUBLIK DENGAN NEW PUBLIK MANAGEMENT (NPM)
Paradigma baru yang muncul dalam manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan New Publik Management. Model New Publik Mangement mulai dikenal tahun 1980-an. Salah satu model pemerintah di era New Public Management adalah model pemerintah yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler yang tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep “Reninventing Government”
Asal NPM berasal dari pendekatan atas menejemen publik dan birokrasi. Selama ini birokrasi erat dikaitakan dengan manajemen sektor publik itu sendiri. Birokrasi dianggap erat berkait dengan keengganan maju, kompeksitas hirarki jabatan dan tugas, serta mekanisme pembuatan keputusan yang top-down. Fokus dari NPM sebagai sebuah gerakan adalah pengadopsian keunggulan teknik manajemen perusahaan sektor publik untuk diimplementasikan dalam sektor publik dan pengadministrasiannya.
Prinsip-prinsip NPM
NPM adalah konsep yang menaungi serangkaian makna seperti desain organisasi dan manajemen, penerapan kelembagaan ekonomi atas manajemen publik, serta pola-pola kebijakan. Prinsip-prinsip NPM sebagai berikut:
1. Penekanan pada keahlian menajemen profesional dalam mengendalikan organisasi.
2. Standar-standar yang tegas dan terukur atas performa organisasi, termasuk klarifikasi tujuan, target, dan
indikator-indikator keberhasilannya.
3. Peralihan dan pemanfaatan kendali input menjadi output, dalam prosedur-prosedur birokrasi yang
seluruhnya diukur lewat indikator-indikator performa kuantitatif.
4. Peralihan dari sistem manajemen tersentral menjadi desentralistik dari unit-unit sektor publik.
5. Pengenalan pada kompetisi yang lebih besar dalam seltor publik, seperti penghematan dana dan pencapaian
standar tinggi lewat kontrak dan sejenisnya.
6. Penekanan pada praktek-praktek manajeman bergaya perusahaan swasta seperti kontrak kerja singkat,
pembangunan rencana korporasi, dan pernyataan misi.
7. Penekanan pada pemangkasan, efisiensi, dan melakukan elebih banyak sumber daya yang sedikit.
PENDEKATAN KINERJAPendekatan kinerja disusun untuk mengatasi
berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
Pendekatan ini menggeser penekanan penganggaran dari sebelumnya yang sangat menekankan pos belanja (object of expenditure) kepada kinerja terukur dari aktivitas dan program kerja.
Fokus utama dari pendekatan ini adalah pada tingkat efisiensi penyelenggaraan aktivitas.
Akun-akun dalam anggaran diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
Aktivitas diukur guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
Anggaran untuk periode yang akan datang didasarkan atas biaya per unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode tersebut. Total anggaran untuk suatu lembaga adalah jumlah dari perkalian dari biaya standar per unit dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan pada periode yang akan datang.
KARAKTERISTIK PENDEKATAN KINERJA
CONTOH PENDEKATAN KINERJAANGGARAN POLRES DAMAI
KETERANGAN ANGGARAN REALISASI INDKATOR KINERJA
1. Pengamanan
Lantas
Tingkat kecelakaan lalu lintas
dankemacetan menurun 50%
Belanja Gaji 6.000.000 7.000.000
Belanja Peralatan 7.500.000 7.000.000
Belanja Makanan 1.500.000 1.500.000
Belanja Perjalanan 4.000.000 3.900.000
Jumlah 19.000.000 19.400.000
2. Dalmas
Jumlah unjuk rasa damai yang
berlangsung tertib meningkat
50%
Belanja Gaji 7.000.000 6.000.000
Belanja Peralatan 9.000.000 9.000.000
Belanja Makanan 1.500.000 2.000.000
Belanja Perjalanan 1.600.000 1.500.00
Belanja Lain-Lain 400.000 200.000
Jumlah 19.500.000 18.700.000
3. Diklat
Pengembangan kemampuan
personel yang berkelanjutan
Belanja Gaji 2.000.000 1.000.000
Belanja Peralatan 2.000.000 2.000.000
Belanja Makanan 4.500.000 5.000.000
Belanja lain – lain 1.000.000 1.100.000
Jumlah 9.500.000 9.100.000
Total 48.000.000 47.200.000
Penekanan pada dimasukkannya deskripsi secara naratif dari setiap aktivitas di setiap anggaran yang diajukan.
Anggaran disusun berdasarkan aktivitas, dengan permintaan yang didukung oleh estimasi biaya dan pencapaian yang diukur secara kuantitatif.
Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan juga input.
Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.
Menekankan pada aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai.
KELEBIHAN PENDEKATAN KINERJA
KELEMAHAN PENDEKATAN KINERJA
Hanya sedikit staf anggaran atau akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit pengukuran dan melaksanakan analisis biaya.
Kadang kala, aktivitas langsung diukur biayanya secara detil dan dilakukan pengukuran secara detil lainnya tanpa adanya pertimbangan memadai yang diberikan kepada perlu atau tidaknya aktivitas itu sendiri. Dengan kata lain, tidak ada pertimbangan untuk menentukan apakah aktivitas tersebut merupakan alat terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
PENDEKATAN PPBS
Planning, Programming and Budgeting System:”Suatu anggaran di mana pengeluaran secara primer dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada program kerja dan secara sekunder didasarkan pada jenis atau karakter objek di satu sisi dan kinerja di sisi lainnya.”
Merupakan konsep luas yang memandang bahwa penyusunan anggaran bukanlah proses terpisah yang berdiri sendiri melainkan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan suatu organisasi.
BAGAN KONSEP PPBS
KARAKTERISTIK PENDEKATAN PPBSBerfokus pada identifikasi perencanaan
strategis organisasi dan menghubungkan semua aktivitas dengan perencanaan strategis tersebut.
Implikasi di tahun tahun mendatang telah diidentifikasi secara eksplisit.
Semua biaya yang timbul telah dipertimbangkan.
Analisis sistematis dari alternatif dilakukan (misalnya berupa analisis biaya-manfaat, analisis sistem dan riset operasi)
Tahapan Pendekatan PPBS
KELEBIHAN PENDEKATAN PPBS
Penekanan di perencanaan jangka panjang di mana tujuan utama dan tujuan jangka menengah dinyatakan secara eksplisit dan biaya serta manfaat dari alternatif tindakan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut dievaluasi secara eksplisit.
Mengasumsikan bahwa semua program akan dievaluasi secara tahunan, jadi program yang “jelek” akan dibuang dan program baru akan ditambahkan.
Keputusan mengenai program dibuat pada tingkat manajemen puncak untuk tujuan harmonisasi dan kesesuaian dengan rencana strategis untuk kemudian unit organisasi di bawahnya diharapkan untuk menyesuaikan aktivitas mereka untuk memenuhi tujuan dan sasaran yang telah disepakati.
Cukup sulit untuk membuat pernyataan yang bermakna dan eksplisit mengenai tujuan dan sasaran pemerintah yang dapat disetujui secara bersama oleh mereka yang berkepentingan.
Periode waktu yang dipertimbangkan cukup relevan bagi pejabat yang dipilih mungkin terbatas pada masa jabatannya yang tersisa.
Seperti juga anggaran kinerja, PPBS mengasumsikan adanya basis data (database) yang memadai dan kemampuan analitis yang siap untuk digunakan oleh organisasi sektor publik.
Pengukuran yang bersifat objektif lebih menjadi masalah dalam PPBS dibandingkan dalam pendekatan kinerja sebab baik biaya maupun manfaat dalam periode beberapa tahun, harus dapat diperkirakan.
Berfokus pada program dan kegiatan yang selaras dengan perencanaan strategis. Fokus ini sering kali berbeda dengan orientasi unit organisasi yang masih mempunyai paradigma tradisional (object of expenditure) baik legislatif maupun eksekutif.
KELEMAHAN PENDEKATAN PPBS
Logical Framework Salah satu teknik melaksanakan PPBS adalah teknik Logical
Framework Approach (LFA). Teknik ini merupakan suatu metode yang membantu dalam mendesain program atau kegiatan yang berorientasi kepada hasil/kinerja
Langkah-langkah logical Framework dalam mendesain program dan kegiatan atau diistilahkan dengan proyek dalam LFA
a. Tentukan sudut pandangb. Tentukan project development objective (impact)c. Tentukan output yang dihasilakan dalam proyek yang
dilaksanakand. Tentukan aktivitas yang akan dijalankan yang mengarah
pada pencapaian impacte. Tentukan imput yang akan digunakan dalam menjalankan
proyek f. Tentukan indikator kinerjag. Tentukan asumsi dan risikoh. Monitoring dan evaluasii. Means of verification
ANGGARAN BERBASIS NOL (ZERO BASED BUDGETING—ZBB)
Pendekatan pembuatan anggaran ini adalah bahwa setiap aktivitas atau program yang telah diadakan di tahun-tahun sebelumnya tidak secara otomatis dapat dilanjutkan.
Setiap aktivitas harus dievaluasi setiap tahun untuk menentukan apakah aktivitas itu akan diadakan tahun ini dengan melihat kontribusi yang diberikannya kepada tujuan organisasi.
Dapat membuat adanya review secara tahunan dari semua program, aktivitas, dan pengeluaran.
Menghemat biaya dengan mengidentifikasi dan menghilangkan program yang sudah ketinggalan zaman atau pemberian jasa yang amat tinggi yang tidak diperlukan.
Memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat dari jasa yang diberikan.
Mendorong pencarian cara baru untuk menyediakan jasa dan mencapai tujuan organisasi.
Meningkatkan kemampuan manajemen untuk merencanakan dan mengevaluasi.
Memberikan justifikasi yang lebih baik untuk penyediaan anggaran.
Meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat oleh eksekutif atau legislatif di pemerintahan.
KELEBIHAN ZERO BASED BUDGETING
KELEMAHAN ZERO BASED BUDGETING
Memerlukan banyak sumber daya seperti dokumen-dokumen, menyita banyak waktu dari staf dan juga merepotkan karena harus mengidentifikasikan dan membuat ranking dari unit-unit keputusan.
Sulit mendapatkan data yang diperlukan untuk menghitung biaya dari aktivitas alternatif untuk mencapai tujuan organisasi.
Ada faktor-faktor lain, misalnya pemerintah telah memutuskan secara resmi untuk tetap menyediakan sejumlah tertentu dari anggaran untuk jasa tertentu, walaupun ZBB merekomendasikan bahwa jasa tersebut dihapus saja.
MEDIUM TERM EXPENDITUR FRAMEWORK (MTEF)
Pengertian: suatu kerangka strategi kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja untuk departemen dan lembaga pemerintah non departemen
Keunggulan: banyak peluang yang tidak bisa dipergunakan, karena pendekatan yang menyeluruh. Di dalam pendekatan sektoral, kebijakan penggunaan sumberdaya secara sektoral dapat dilakukan dalam konteks perencanaan, serta alokasi sumberdaya dan sistem anggaran secara menyeluruh. Akibatnya, pendekatan MTEF yang lebih bersifat sektoral akan menyeimbangkan pelaksanaan kebijakan dan sumberdaya di level sektor dan lintas sektoral sehingga berbagai peluang dapat dimanfaatkan oleh agen disektor terkait.
Kelemahan: Pendakatan MTEF tergantung pada kondisi suatu negara. Kebijakan fiskal yang tidak stabil, dan kondisi sosial politik merupakan contoh yang melemahkan penerapan METF.
Tambahan pendekatan anggaran
PERBEDAAN ANGGARAN TRADISIONAL DENGAN ANGGARAN BERBASIS PENDEKATAN NEW PUBLIC MANAGEMENT
Anggaran Tradisional New Public Management
Sentralistis berorientasi pada input
Desentralisasi & devolved management berorientasi pada input, output, dan outcome (value for money)
Tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang
Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang
Line-Item dan Incremental Berdasarkan sasaran kerja
Batasan departemen yang kaku Lintas departemen
Menggunakan aturan klasik : vote accounting
Zero Base Budgeting, Planning programming Budgeting System
Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional
Bersifat tahunan Bottom-up budgeting