Download - Pencemaran lingkunga1
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN
“PENCEMARAN LINGKUNGAN INDUSTRI FARMASI (limbah kantong darah)”
Disusun Oleh :
Nama : Khoiril Liana
NIM : 18123657A
Teori : 5
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian Indonesia melalui barang
produk dan jasa yang dihasilkan, namun di sisi lain pertumbuhan industri telah menimbulkan
masalah lingkungan yang cukup serius.
Peningkatan kebutuhan akan obat di Indonesia telah menyebabkan peningkatan jumlah dan
kegiatan industri farmasi. Peningkatan jumlah dan kegiatan industri farmasi ini tentu saja akan
mempengaruhi kehidupan lingkungan yang bersinggungan langsung maupun berdekatan
dengan lokasi industri farmasi tersebut.
Pencemaran lingkungan bukan hal yang asing lagi di telinga kita. Pencemaran lingkungan
adalah suatu proses atau keadaan dimana komposisi dan keadaan lingkungan secara langsung
atau tidak langsung mengalami perubahan akibat suatu aktivitas manusia, sehingga
peruntukkannya pun menjadi berubah pula. Pencemaran dapat menimbulkan dampak dan
resiko terhadap kesehatan manusia, keseimbangan ekologi, kualitas bahan, dan
estetika/keindahan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pengetahuan yang cukup dan tepat agar
hal ini tidak menimbulkan masalah berkepanjangan.
Limbah yang dihasilkan oleh suatu industri farmasi dapat berupa senyawa asam, basa,
garam dan katalis (logam berat, sianida, dll), pelarut-pelarut, air limbah berupa air pencucian
bahan dan peralatan, deterjen, ampas bahan alam yang digunakan, uap pelarut, medium
fermentasi, sel dan misel dalam bentuk padat, produk yang gagal dan terbuang, tumpahan
bahan-bahan, debu (dari pencampuran dan pencetakan tablet), bahan kemasan yang tak
terpakai, dan lain-lain. Sehingga makalah ini akan membahas tentang limbah industri farmasi,
limbah kantong darah, pengolahan limbah kantong darah secara tepat. Sehingga penulis
memberi judul “PENCEMARAN LINGKUNGAN INDUSTRI FARMASI (LIMBAH
KANTONG DARAH)”
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENCEMARAN LINGKUNGAN INDUSTRI FARMASI (limbah kantong darah)
Peningkatan kebutuhan obat di Indonesia menyebabkan peningkatan jumlah dan kegiatan
industri farmasi yang akan mempengaruhi kehidupan lingkungan yang bersinggungan langsung
maupun berdekatan dengan lokasi industri farmasi tersebut.
Pencemaran lingkungan adalah suatu proses dimana komposisi dan keadaan lingkungan
secara langsung atau tidak langsung mengalami perubahan akibat suatu aktivitas manusia.
Pencemaran dapat menimbulkan dampak dan resiko terhadap kesehatan manusia, keseimbangan
ekologi, kualitas bahan, dan estetika/keindahan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pengetahuan
yang tepat agar hal ini tidak menimbulkan masalah berkepanjangan.
Limbah di Industri Farmasi
Limbah yang dihasilkan oleh suatu industri farmasi dapat berupa senyawa asam, basa,
garam dan katalis (logam berat, sianida, dll), pelarut-pelarut, air limbah berupa air pencucian bahan
dan peralatan, deterjen, ampas bahan alam yang digunakan, uap pelarut, medium fermentasi, sel dan
misel dalam bentuk padat, produk yang gagal dan terbuang, tumpahan bahan-bahan, debu (dari
pencampuran dan pencetakan tablet), bahan kemasan yang tak terpakai, dan lain-lain.
Limbah dari Kantong Darah
Penggunaan phthalate dalam produk peralatan medis telah merevolusi teknik penyimpanan
dan pentransfusian darah kepada pasien. Kantong darah yang terbuat dari PVC dengan phthalate
(DEHP atau DOP) sebagai plasticizer (pelunak) telah menggantikan penggunaan botol-botol dari
gelas. Kantong darah PVC bersifat transparan, kuat, mudah disterilisasi, tahan goncangan dan tahan
banting serta fleksibel menjadi pilihan utama untuk penyimpanan dan mendistribusian darah kepada
pasien. Kantong darah PVC mampu menggandakan masa simpan darah dari 21 hari jika
menggunakan bahan lain menjadi 42 hari. Menggunakan kantong darah dari PVC, darah dapat
disimpan jauh lebih lama, yang merupakan kontribusi ini sangat penting artinya dalam mengurangi
tekanan terhadap banyaknya permintaan darah.
Dari banyaknya jumlah kantong darah yang dikumpulkan pertahun diperkirakan jika proses
pengolahan limbah kantong darah tidak dapat di maksimalkan maka akan menimbulkan banyak
dampak negatif buat lingkungan sekitarnya. Limbah kantong darah termasuk dalam
limbah klinik rumah sakit dimana limbah kantong darah merupakan limbah yang dihasilkan selama
pelayanan pasien secara rutin oleh pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin
berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman (misalnya : HIV). Oleh karena itu perlu
diberi label yang jelas sebagai limbah beresiko tinggi.
Pengolahan Limbah Kantong Darah
Teknologi pembakaran (incineration) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume)
dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat
karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas
yang tidak kasat mata.
Inicerator merupakan salah satu alat yang biasa digunakan untuk memusnahkan limbah
seperti kantong darah. Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume
sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik,
infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak
tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.
Sedangkan kerugiannya tidak semua jenis sampah dapat dimusnahkan terutama sampah dari logam
dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution
controlberupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa
residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dapat menimbulkan zat toksik seperti dioksin.
Dioksin merupakan zat yang sangat beracun. Dapat menyebabkan kanker dan melemahkan
fungsi lever, serta mengurangi sistim kekebalan tubuh seseorang. Sebuah teknologi baru telah
dikembangkan untuk memecahkan dioksin, dengan memaparinya dengan cahaya dan mengubahnya
menjadi sesuatu yang tidak berbahaya. Caranya dengan menggunakan alat seperti titanium oksida.
Titanium Oksida jika dikenai pada cahaya, terutama sinar ultra violet, maka senyawa
tersebut akan bereaksi dengan oksigen di udara, dan dapat memecahkan materi-materi organik.
Peralatan baru tersebut memanfaatkan sifat Titanium Oksida ini. Alat ini dipasang pada pipa gas
buangan fasilitas pembakar sampah atau incinerator. Bila sampah dibakar, maka dioksin di dalam
gas yang melalui pipa itu akan diurai menjadi karbon dioksida dan air, dengan mengenai Titanium
Oksida dalam alat itu dengan sinar ultra violet.
Dengan menggunakan silika gel (bahan penyerap kelembaban), para ilmuwan telah berhasil
menggunakan Titanium dioksida untuk mengurai dioksin. Silika gel tersebut yang berdiameter 3
mm dan permukaannya dilapisi oleh Titanium Oksida digunakan pada alat tersebut. Permukaan
silika gel ini memiliki banyak lubang, sehingga memperbesar luas permukaannya, dan itu akan
menarik dioksin terus menerus dengan daya serap yang besar. Dioksin yang diserap ke dalam silika
gel tersebut kemudian diurai oleh Titanium Oksida yang dikenai pada sinar ultra violet. Hal yang
menguntungkan, silika gel tembus pandang sehingga cahaya dapat menembusnya dan menyebabkan
reaksi kimia di seluruh tempat. Oleh karena itu, hal ini dapat memecahkan dioksin dengan
keandalan tinggi lebih dari 99 persen. Peralatan yang baru dikembangkan ini sangat mudah untuk
dipasangkan pada fasilitas pembakar sampah/incinerator yang sudah ada. Dan juga teknologi baru
ini ramah lingkungan. Alat ini hanya perlu memaparkan Titanium dioksida pada sinar ultra violet,
jadi biaya operasinya hampir dapat dikatakan sangat rendah.