Transcript
Page 1: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK

SANTRI PESANTREN ASSALAFIYAH

LUWUNGRAGI BULAKAMBA BREBES

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.1) Dalam Ilmu Tarbiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh:

ANDY WARSONO

NIM. 073111002

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Andy Warsono

NIM : 073111002

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya

sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 29 November 2011

Saya yang menyatakan,

Andy Warsono

NIM: 073111002

Page 3: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

iii

Page 4: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 29 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberi tahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Pemikiran Keagamaan Aspek Akhlak Santri Pesantren Assalafiyah

Luwungragi Bulakamba Brebes

Nama : Andy Warsono

NIM : 073111002

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Dr. Musthofa, M.Ag.

NIP: 19710403 199603 1 002

Page 5: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 29 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberi tahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Pemikiran Keagamaan Aspek Akhlak Santri Pesantren Assalafiyah

Luwungragi Bulakamba Brebes

Nama : Andy Warsono

NIM : 073111002

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Amin Farih, M.Ag.

NIP: 19710614 200003 1 002

Page 6: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

vi

ABSTRAK

Judul : Pemikiran Keagamaan Aspek Akhlak Santri Pesantren Assalafiyah

Luwungragi Bulakamba Brebes

Penulis : Andy Warsono

NIM : 073111002

Skripsi ini membahas pemikiran aspek keagamaan akhlak santri Assalafiyah.

Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan akhlak yang

diabaikan para kaum muslim. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan:

(1) Bagaimana pemikiran keagamaan aspek akhlak dalam Islam? (2) Bagaimanakah

pemikiran keagamaan aspek akhlak santri pesantren Assalafiyah Luwungragi?

Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di Pomdok

Pesantren Assalafiyah Luwungragi. Pesantren tersebut dijadikan sebagai sumber data

untuk mendapat potret pemikiran keagamaan aspek akhlak santri Assalafiyah.

Datanya diperoleh dengan cara wawancara bebas, observasi partisipan dan studi

dokumentasi. Semua data dianalisis dengan pendekatan sosiologi dan menggunakan

metode deskriptif kualitatif.

Kajian ini menunjukan bahwa: (1) Pada hakikatnya budi pekerti (khuluk)

atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi

kepribadian. Sehingga jelas bahwa akhlak merupakan intisari dari ajaran islam

sekaligus sebagai tolok ukur dalam segala hal, baik dalam ibadah, mu’amalah,

bernegara (politik), maupun dalam science and technology. Karena dalam konsep

akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata

karena Syara’ (al-qur’an dan Sunnah). (2) Pendidikan keagamaan akhlak sangat

penting untuk kita pelajarai. Karena kedudukan akhlak dalam Islam merupakan salah

satu sendi agama, dengan fungsi yang selalu menguatkan pengalaman aqidah, dan

syari’ah, maka agama Islam memberikan tuntunan kepada manusia, agar akhlak

mulia menjadi bagian dari kehidupannya. (3) Santri Assalafiyah Luwungragi

berpikiran atau berpendapat bahwa akhlak itu merupakan sebuah tingkah atau

perilaku yang bisa diseseuaikan dengan tempatnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bermannfaat bagi pesantren dan

para santri serta masyarakat, dan memberikan dorongan kepada para santri dan

pelajar umumnya agar menjadi pribadi yang Islami.

Page 7: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih

dan Penyayang, karena dengan taufik dan hidayah-Nya penulis telah dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK

SANTRI PESANREN ASSALAFIYAH LUWUNGRAGI BULAKAMBA

BREBES” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo

Semarang.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walosongo Semarang.

2. Dr. Musthofa, M.Ag. dan H. Amin Farih, M.Ag. selaku pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. K.H. Subhan Ma’mun, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah

Luwungragi Bulakamba Brebes yang telah berkenan memberikan kesempatan dan

bantuan serta pengarahannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

4. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah memberikan motivasi dan do’a yang tulus bagi

penulis selama berlangsungnya proses dan penyelesaian studi serta penulisan

skripsi ini.

5. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan dorongan semangat sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Teman-teman di kost dan di kampung yang telah memberikan dukungan dalam

proses belajar dan penyelesaian skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 8: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

viii

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian

rasa terima kasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas

semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baik balasan,

Pada akhlirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum

mencapai kesempurnaan dalam arti seluruhnya. Namun demikian, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya pembaca pada

umumnya.

Semarang, 29 November 2011

Penulis,

Andy Warsono

NIM. 073111002

Page 9: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………… i

PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………………. ii

NOTA PEMBIMBING ………………………………………………………….... iii

PENGESAHAN ...................................................................................................... v

ABSTRAK ………………………………………………………………………... vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... ix

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………...... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………...... 5

BAB II : LANDASAN TEORI ………………………………………….. 6

A. Kajian Pustaka ………………………………………………... 6

B. Kerangka Teoritik ...................................................................... 8

1. Pengertian Akhlak ...…....……………………………… 8

2. Akhlak sebagai Intisari Ajaran Islam ………………… 13

3. Urgensi Pendidikan Keagamaan Akhlak …………….. 20

BAB III : METODE PENELITIAN …………………………………….. 28

A. Jenis Penelitian ……………………………………………..... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….. 29

C. Sumber Penelitian …………………………………………… 29

D. Fokus Penelitian ……………………………………………... 29

E. Pengumpulan Data Penelitian ……………………………….. 30

F. Analisis Data Penelitian ……………………………………... 32

Page 10: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

x

BAB IV : PEMIKIRAN AKHLAK SANTRI PESANTREN

ASSALAFIYAH LUWUNGRAGI DAN APLIKASINYA

DALAM MASYARAKAT …...........................………………. 35

A. Gambaran Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba

Brebes ..................................................................................... 35

B. Pemikiran Keagamaan Aspek Akhlak Santri

Pesantren Assalafiyah Luwungragi ………………………… 42

C. Aplikasi Keagamaan Aspek Akhlak Santri Pesantren

Assalafiyah Luwungragi dalam Masyarakat .……………….. 46

BAB V : PENUTUP …………………………………………………….... 50

A. Simpulan…………………………………………………….... 50

B. Saran ………………………………………………………...... 51

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 11: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan

Islam yang unik dan tertua di Indonesia. Lembaga pendidikan ini

merupakan sistem pendidikan klasik dan mungkin paling tradisional di

Negara ini. Namun melalui kebanggaan tradisinya, tidak bisa dipungkiri

pesantren justru dianggap alternatif dalam hegemoni modernisme.

Secara fungsional pesantren memiliki multi dimensi. Dimana ia

memiliki fungsi dan peranan variatif yang meliputi, fungsi pendidikan,

keagamaan, dakwah, kemasyarakatan, budaya dan sebagainya.1 Menurut

M. Dawam Raharjo, hal itu menjadi identitas pesantren pada awal

perkembangannya, yaitu sebagai pusat penyebaran agama Islam, disamping

sebagai sebuah lembaga pendidikan2.

Dengan demikian secara definitif, pesantren adalah lembaga

pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (tafaququh fi al-din) dengan

menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup

bermasyarakat sehari-hari.3 Hal ini terus dipertahankan agar pesantren

tidak tercabut dari akar utamanya yang telah melembaga selama ratusan

tahun.

1 Yusuf Hasyim, “Peran dan Potensi Pesantren dalam Pembangunan”, dalam Sonhaji

Saleh, Dinamika Pesantren: Kumpulan Makalah Seminar Internasional:The Role of Pesantren

in Education and Community Development in Indonesia, ed.,1, (Jakarta: P3M, 1988), hlm. 88. 2 M. Dawam Raharjo, “Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif Pesantren”, dalam

Pengantar M. Dawam Raharjo (eds), Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah,

(Jakarta : P3M, 1985), hlm. vii. 3 Fatah Syukur, Dinamika Madrasah dalam Masyarakat Industri, (Semarang: al-Qalam

Press, 2004), hlm. 26.

Page 12: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

2

Sampai saat ini ternyata pesantren msih tetap eksis, meski ditengah-

tengah deru modernisasi, pesantren tetap bisa bertahan dengan identitasnya

sendiri. Bahkan akhir-akhir ini para pengamat dan praktisi pendidikan

dikejutkan dengan tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga

pedidikan pondok pesantren yang sangat pesat di tanah air ini.

Menurut Soetjipto Wirosardjono, Meskipun kritik tentang kekolotan

pendekatan dan ketaatan pengajaran mereka terutama segi akhlak dan

penafsiran kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits, ternyata pesantren

hingga sekarang masih tetap berpengaruh hampir pada semua lingkungan

kehidupan orang-orang Islam yang taat (santri) di masyarakat pedesaan di

seluruh Indonesia.4

Kalau demikian adanya, tidak berlebihan jika kita mengakui

bahwasanya pendidikan pesantren mampu menciptakan generasi yang

berintegritas tinggi, bertanggung jawab atas ilmu yang diperolehnya.

Sebagaimana istilah pesantrennya “berilmu amaliyah dan beramal

ilmiyah”, serta sadar akan penciptaannya sebagai khalifah di bumi.

Maksudnya manusia dijadikan khalifah di bumi dan bertugas

memakmurkan atau membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang

ditetapkan oleh yang menugaskan, yaitu Allah. Sehingga akan tetap berada

dalam koridor pengabdian kepada Allah, sejalan dengan tujuan penciptaan

manusia maksudnya agar manusia dan jin menjadikan tujuan akhir atau

hasil segala aktifitasnya sebagai pengabdian kepada Allah, Sang Khaliq.

Seperti yang tertera pada firman Allah swt., sebagai berikut:

4 Soetjipto Wirosardjono, “Pesantren dan Peran Islam di Indonesia”, dalam Sonhaji

Saleh, Dinamika Pesantren: Kumpulan Makalah Seminar Internasional “The Role of Pesantren

in Education and Community Development in Indonesia”, ed.,1, (Jakarta: P3M, 1988), hlm.

81.

Page 13: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

3

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”.5 (Q.S. Adz-Dzariyat/51: 56)

Setelah kita mengetahui hal itu, kemudian mengapresiasinya

sehingga kita dapat menemukan pola pendidikan pesantren yang bisa

dijadikan referensi bagi pendidikan masa depan. Inilah yang akan menjadi

kajian penelitian ini dengan menampilkan profil sebuah pondok pesantren

tradisional yang cukup tua di Nusantara ini, yaitu Pondok Pesantren

Assalafiyah Luwungragi. Dengan tetap menyandang identitas

tradisionalnya, pondok ini tetap berdiri “megah” dan telah “mencetak”

ratusan pemimpin umat yang tersebar di seluruh Nusantara.

Adapun pada hari-hari kemarin banyak opini negatif terhadap

eksistensi pesantren, bahwa pesantren dinilai tidak responsif terhadap

perkembangan zaman, sulit menerima perubahan (pembaharuan), dengan

tetap mempertahankan pola pendidikannya yang tradisional (salafiyah)

pesantren menjadi semacam institusi yang cenderung ekslusif dan isolatif

dari kehidupan sosial umumnya. Bahkan lebih pedih lagi ada yang

beranggapan bahwa pendidikan pesantren tergantung selera kyai. Masih

banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap pesantren. Hal ini

muncul karena memang banyak orang yang belum mengenal dan mengerti

tentang pondok pesantren, sehingga mereka mempunyai penilaian yang

salah terhadapnya.

Selama ini memang masih banyak dijumpai pesantren-pesantren

yang terlalu kuat mempertahankan model tradisi pendidikan yang dirasakan

klasik, sebagaimana awal sistem pengajaran itu sendiri. Pesantren-

pesantren tersebut cenderung menamakan dirinya sebagai pesantren

“Salaf”, karena acuan keilmuannya secara refrensial bertumpu pada kitab-

kitab karangan ulama salafy’. Walaupun demikian, lambat laun

5 M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur’an dan Terjemahnya,

(Bandung: Diponegoro,2000), hlm. 417.

Page 14: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

4

berkembang, dan sedikit banyak mulai membuka dari pada dunia luar,

tentunya dengan penyaringan yang cukup ketat. Sesuai dengan tujuan dan

hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu: membentuk manusia mu’min

yang sejati punya kualitas moral dan intelektual.6

Islam tidak hanya mengajaarkan tentang ilmu-ilmu akhirat saja,

melainkan ilmu keduniawian pun wajib kita cari, karena ilmu agama dan

duniawi (umum) tidak bisa dipisahkan, keduanya harus seimbang. Albert

Einstein juga mengemukakan betapa pentingnya kedudukan agama, yakni:

“The situation may be expressed by an image: Science without religion is

lame, religion without science is blind”. Kedudukannya dapat dinyatakan

bahwa ilmu dengan tiada agama lumpuh, agama dengan tiada ilmu buta.7

Untuk itu sangat beralasan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut

guna mengetahui problematika yang merebah di masyarakat. Dalam hal ini

penulis berusaha mengurai tentang bagaimana pemikiran keagamaan aspek

akhlak santri pesantren Assalafiyah Luwungragi.

Pemikiran keagamaan akhlak yang dimaksud di sini adalah bentuk

pemahaman keagamaan akhlak yang diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Karena akhlak merupakan suatu kondisi atau sifat yang telah

meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian.8 Sedangkan santri adalah

orang yang mengkaji islam dengan bersumber dari kitab-kitab klasik

karangan ulama terdahulu. Dimana para santrinya sebagian besar bertaqlid

kepada sang guru atau kiai yang sering disebut dengan istilah ta’dim

sam’an wa to’atan.

6 Yusuf Hasyim , “Pesantren dan Peran Islam di Indonesia”, dalam Sonhaji Saleh,

Dinamika Pesantren: Kumpulan Makalah Seminar Internasional “The Role of Pesantren in

Education and Community Development in Indonesia”, ed.,1, hlm. 89. 7 Endang Saifuddin Ashari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Paradigma

dan Sistem Islam, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 29. 8 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,

2007), hlm. 4.

Page 15: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

5

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang

hendak dikaji disini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana hakikat akhlak dalam Islam?

2. Bagaimanakah pemikiran akhlak santri pesantren Assalafiyah

Luwungragi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat yang

hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan penelitian

a. Tujuan khusus: mengetahui hakikat akhlak dalam Islam dan

pemikiran akhlak santri Pesantren Assalafiyah Luwungragi

Bulakamba Brebes.

b. Tujuan umum: memberikan dorongan dan pengintrospeksian pada

suatu lembaga baik pondok pesantren maupun pendidikan umum,

agar lebih memperhatikan keagamaan akhlaknya.

2. Manfaat penelitian

a. Secara teori

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan secara teori

khususnya tentang pemikiran keagamaan aspek akhlak santri

pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes.

b. Secara praktis

Memberikan penjelasan tentang pentingnya keagamaan akhlak dalam

kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan keharmonisan dalam

bermasyarakat sesuai dengan tujuan dari pendidikan akhlak baik

untuk santri maupun kyai.

Page 16: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Sudah tidak sedikit penelitian mengenai pesantren yang

dilakukan oleh para peneliti. Penelitian tersebut sangatlah beralasan

karena pesantren merupakan pendidikan yang unik dan khas. Apalagi

pesantren tetap eksis di tengah sistem pendidikan modern.

Sejauh pengetahuan peneliti ada beberapa penelitian yang

mengungkap tentang pesantren, diantarnya: Mochamad Nasichin Al

Mu‟iz dalam tesisnya yakni Rekonstruksi Pendidikan Pesantren (Studi

Komparatif Pemikiran Abdurrahman Wahid dan Nurcholis Madjid). Tesis

ini mendeskripsikan tentang metode pengajaran pesantren harus diseuaikan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan tehnologi dan perkembangan

akan kebutuhan masyarakat dalam setiap zamannya.1

Ada juga beberapa penelitian yang sudah diterbitkan menjadi sebuah

buku diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman Mas‟ud

dalam bukunya Intelektual Pesantren: Perhelatan Agama dan Tradisi.

Karya monumental ini dengan cerdas meneropong sisi-sisi pesantren

dengan fokus lima dimensi utama tokoh pesantren yakni Nawawi al-

Bantani, Mahfudz al-Tirmidi, Syekh Khalil Bangkalan, Raden Asnawi

Kudus dan Hadratussyeikh Hasyim Asy‟ari.2 Buku ini telah berhasil

mengemukakan relevansi dan dinamika dunia pesantren dengan

mendasarkan kepada kepribadian dan keintelektualan para arsitek

pesantren bahkan sampai di dunia pesantren yakni peran intelektual mereka

di Makkah. Karya ini tidak hanya menuliskan sejarah intelektual pesantren

1 M. Nasichin Al-Mu‟iz, Rekonstruksi Pendidikan Pesantren: Studi Kompratif Pemikiran

Abdurrahman Wahid dan Nurcholis Madjid,Tesis (Tulungagung: Program Studi Pendidikan

Islam Program Pasca Sarjana, 2009), hlm. 15. 2Abdurrahman Mas‟ud, Intelektual Pesantren: Perhelatan Agama dan

Tradisi,(Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm. 90.

Page 17: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

7

akan tetapi penuh dengan analisa yang sangat teliti dan ilmiah sehingga

mampu menangkap sisi terdalam dari kelima tokoh tersebut dengan

berbagai ciri khas dan tradisi intelektual mereka yang sampai saat ini masih

menjadi kiblat masyarakat pesantren dan kaum muslim Indonesia pada

umumnya.

Zamakhsyari Dlofier dalam bukunya Tradisi Pesantren; Studi

tentang Pandangan Hidup Kyai. Membahas secara rinci peranan kyai

dalam memelihara dan mengembangkan paham Islam tradisional di Jawa

yang disebutnya sebagai tradisi pesantren. Di sini juga banyak menjelaskan

pesantren mengenai pesantren dari mulai ciri-ciri umum pesantren, elemen-

elemen, hubungan intelektual dan kekerabatan sesama kiai hingga profil

pesantren abad ke 20. Dalam kajiannya ini Dhofier meneliti dua pesantren

yang berbeda sistem maupun kelembagaannya yaitu pesantren Tegalsari di

Kabupaten Semarang Jawa Tengah dan pesantren Tebuireng di Jombang

Jawa Timur.3

Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah. Buku ini

ditulis oleh Dawam Rahardjo, yang isinya membahas tentang Pesantren

dalam Hipotesa, Pesantren dalam Perubahan, Pesantren dan Pengembangan

Masyarakat, hingga membahas tentang Dilema dan Prospek Pesantren.

Buku ini merupakan jawaban terhadapan permasalahan yang diajukan

dalam “Polemik Kebudayaan” dalam pesantren.4

Dengan mendasarkan pada penelitian-penelitian di atas, studi

penelitian ini akan menelisik lebih lanjut tentang pemikiran keagamaan

aspek akhlak santri. Dalam hal ini peneliti mengambil obyek penelitian di

pesantren Assalafiyah Luwungragi yang masih mempertahankan tradisi

3 Zamkhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

(Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 100. 4 Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren, hlm. xxii.

Page 18: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

8

pengajarannya melalui kitab-kitab klasik tetapi tetap eksis sampai

sekarang.

B. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Akhlak

Ada dua pendekatan untuk mendefinisakn akhlak, yaitu

pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik

(peristilahan).5

Menurut bahasa perkataan akhlak adalah bentuk jamak dari

khuluk (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau

tabi‟at. Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluk

merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahir

manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh.6

Dalam kamus tasawuf akhlak adalah jamak dari “khuluk”. Dimana

dalam bahasa Indonesianya akhlak sering diartikan sebagai perilaku,

moral dan susila.7

Kata akhlak atau khuluk keduanya dijumpai pemakaiannya dalam

al-Qur‟an dan al-Hadits, sebagai berikut:

“…dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.”8 (Q.S. al-Qalam/68: 4).

“…(agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang

dahulu.”9 Q.S. al-Syu‟ara/26: 137).

5 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 1. 6 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 2. 7 M. Sholihin, Kamus Tasawuf, (Bandung: PT. Reamaja Rosdakarya, 2002), hlm. 20. 8 M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-„Aliyy, al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm.

451. 9 M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-„Aliyy, al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm.

297.

Page 19: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

9

ع حذ ب , ثب يحي ب سعيذ, حذثب احذ ب حب

لبي رسي اهلل : لبي, ع ابي ريرة, ع ابي ست, عر

(را ابي داد). او اؤي ايبب احس خمب: .ص“Diceritakan Ahmad bin Hambal, dari Yahya bin Sa‟id, dari

Muhammad bin Umar, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairoh,

berkata: Nabi Muhammad SAW. bersabda: sebaik orang-orang

mukmin adalah orang yang beriman dan baik budi pekertinya.”10

(H.R. Abi Daud).

حذثب عر ب حفض حذثب اب حذثب االعش لبي حذث

شميك ع سرق لبي وب جسب ع عبذاهلل ب عر

فبحشب التفحشب .يحذثب ار لبي يى رسي اهلل ص

.خاللبا نسااحا وب يمي ا خيبرو

(ابخبررا ) “Diceritakan Umar bin Hafs diceritakan ayahnya. Diceritakan

„Amasy, di berkata, telah diceritakan kepadaku, Syaqiq dari

Masyruq berkata, kami duduk bersama Abdullah bin Umar dan

bercerita kepada kami, Rasulullah telah bersabda tidak ada

sesuatu pun perbuatan keji dan jangan berbuat keji,

sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda bin Munkadir dari

Jabir berkata: Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya Telah

aku (Nabi) kabarkan kepada kalian perbaikilah akhlak kalian.”11

(H.R. Bukhari).

Ayat yang pertama disebut di atas menggunakan kata khuluk

untuk arti budi pekerti, sedangkan ayat yang kedua menggunakan

akhlak untuk arti kebiasaan. Selanjutnya hadits yang pertama

enggunakan kata khuluk untuk arti budi pekerti, dan hadits yang kedua

menggunakan kata akhlak yang juga digunakan untuk arti budi pekerti.12

Dengan demikian kata akhlak atau khuluk secara kebahasaan berarti

10 Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy‟asy, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar al-Fikr, 475 H),

hlm. 409. 11 Abi Abdullah, Shohih Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 143. 12 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 2.

Page 20: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

10

budi pekerti, atau adat kebiasaan, perangai, muru‟ah atau segala sesuatu

yang sudah menjadi tabi‟at.

Sedangkan dari segi istilah (terminologik), dalam buku Studi

Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, M. Yatimin Abdullah mengambil

beberapa pendapat para ahli untuk mendefinisikan akhlak, diantaranya

sebagai berikut:13

a. Ibrahim Anis mengatkan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas

nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat diiftkan

dengan baik buruknya.

b. Imam Al-Ghozali mengatakan akhlak ialah:

ك عببرة ع يئت ف افس راسخت عب تظذر االفعبي خاي

بست يسر غير حبجت ا فىر ريت“sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam

macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”14

c. Hamzah Ya‟qub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

1. Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,

antara terpuji dan tercela, tentang oerkataan dan perbuatan

manusia lahir dan batin.

2. Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian

tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarakan perilaku manusia

dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha

dan pekerjaan mereka.

Keseluruhan definisi akhlak tersebut tampak tidak ada yang

bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya.

Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial saling melengkapi,

13 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 3. 14 Imam al-Ghazali, Ihya „Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Daral-Fikr, t.t.), hlm. 52.

Page 21: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

11

dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan

akhlak, yaitu:

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbutan yang telah tertanam

kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika

kita mengatakan bahwa si A misalnya sebagai orang yang berakhlak

dermawan, maka sikap dermawan tersebut telah mendarah daging,

kapan dan dimanapun sikapnya itu dibawanya, sehingga menjadi

identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Jika si A tersebut

kadang-kadang dermawan, dan kadang-kadang bakhil, maka si A

tersebut belum dapat dikatakan sebagai orang yang dermawan.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat

melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak

sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Oleh karena itu perbuatan yang

dilakukan seseorang dalam keadaan tidur, hilang ingatan, mabuk, atau

erbuatan reflek seperti berkedip, tertawa dan sebagainya bukanlah

perbuatan akhlak. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan

oleh orang yang sehat akal pikirannya. Namun kerena perbuatan

tersebut sudah mendarah daging, sebagaimana yang disebutkan pada

sifat yang pertama, maka pada saat akan mengerjakannya sudah tidak

lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran lagi.

Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul

dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau

tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan

atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Oleh

karena itu jika ada seseorang yang melakukan suatu perbuatan, tetapi

perbuatan itu dilakukan karena paksaan, tekanan atau ancaman dari luar,

maka perbuatan tersebut tidak termasuk kedalam akhlak dari orang yang

melakukannya.

Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena

bersandiwara. Jika kita menyaksikan orang berbuat kejam, sadis, jahat

dan seterusnya, tapi perbuatan tersebut kita lihat dalam pertunjukan

film, maka perbuatan tersebut tidak dapat kita sebut perbutan akhlak,

karena perbutan tersebut bukan perbuatan yang sesungguhnya. Begitu

juga dengan sebliknya. Hal ini perlu dicatat, karena manusia termasuk

makhluk yang pandai bersandiwara, atau berpura-pura. Maka untuk

mengetahui perbuatan yang sesungguhnya dapat dilakukan melalui cara

yang kontinyu dan terus menerus.

Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak

(khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan dengan

ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau

Page 22: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

12

karena ingin mendapatkan sesuatu pujian. Seseorang yang melakukan

perbuatan yang bukan atas dasar karena Allah tidak dapat dikatakan

perbuatan akhlak.15

Jadi pada hakikatnya budi pekerti (khuluk) atau akhlak ialah suatu

kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi

kepribadian.16

Dari sini jelas bahwa kedudukan akhlak itu sangat

penting dalam kehidupan.

Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar, yaitu: akhlak

terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (madzmumah). Akhlak

mahmudah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik. Dan

madzmumah ialah segala macam sikap dan tingkah laku tercela. Dalam

penggolongan akhlak tersebut Imam Ghazali menggunakan istilah

munjiyat untuk akhlak mahmudah dan muhlihat untuk yang

madzmumah. Dikalangan ahli tasawuf dikenal system pembinaan

mental, dengan istilah takhalli, tahalli dan tajalli.

Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-

sifat tercela (madzmumah), karena sifat itulah yang mengotori jiwa

manusia. Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji

(mahmudah).

Jadi dalam rangka pembinaan mental, penyucian jiwa hingga

hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang

dilakukan adalah pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, setelah itu

jiwa yang bersih diisi dengan sifat-sifat terpuji, hingga akhirnya

sampailah pada tingkat berikutnya yang disebut dengan tajalli, yaitu

tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi.17

Disamping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral.

Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak

15 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 4-6. 16 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, hlm. 4. 17 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, hlm. 25.

Page 23: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

13

pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk.

Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal

pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku

umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk

menentukan baik dan buruk itu adalah al-Qur‟an dan al-Hadits. Dengan

kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan

akhlak berasal dari tuhan.18

Kajian-kajian keislaman sudah menunjukan dengan jelas bahwa

keberadaan wahyu bersifat mutlak, absolut dan tidak dapat diubah.

Dengan demikian akhlak juga mutlak absolut dan tidak dapat diubah.

Sementara etika, moral dan susila sifatnya terbatas dan dapat diubah.

Dengan demikian, moral dan etika dapat saja sama dengan akhlak

manakala sumber ataupun produk budaya sesuai dengan prinsip-prinsip

akhlak. Akan tetapi moral dan etika bisa juga bertentangan dengan

akhlak manakala produk budaya itu menyimpang dari fitrah agama yang

suci, yakni Islam.

2. Akhlak sebagai Intisari Ajaran Islam

Sebelum agama Islam lahir, dunia ini penuh kegelapan dengan

runtuhnya peradaban manusia, yang sebenarnya diakibatkan oleh

penyimpangan manusia dari agama tauhid yang telah dianut leluhurnya,

sejak nabi Adam AS. hingga nabi Isa AS. Ajaran yang dibawa oleh

nabi-nabi dahulu selalu menjaga martabat kemanusiaan agar tidak

mengalami penurunan yang berakibat menyamai martabat kebinatangan

atau bisa jadi lebih buruk dari pada sifat binatang.19

Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad diyakini

dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir

18 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 97. 19 Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), hlm. 137.

Page 24: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

14

dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana

seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih

bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.

Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan yang

dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi

kebutuhan material dan spiritual, sebagaimana tersebut di atas. Islam

juga mengembangkan kedudukan social, menghargai waktu, bersikap

demokratis, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap-

sikap positif lainnya.20

Dalam agama peran akhlak sangat penting sehingga akhlak

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk yang

lainnya, sebab manusia tanpa akhlak kehilangan derajatnya sebagai

manusia yang merupakan hamba Allah yang paling mulia.21

Allah

berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat

yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala

yang tiada putus-putusnya.”22

(Q.S. At-Tin/95: 4-6)

20 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 19. 21 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, hlm. 235. 22 M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm.

478.

Page 25: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

15

Pokok kemuliaan manusia dalam ayat ini ialah iman dan amal

perbuatannya. Seseorang yang berakhlak mulia, dia dapat mengetahui

batas-batas baik dan buruk, sebaliknya orang yang berakhlak buruk

sepenuhnya melakukan apa yang dikehendaki.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat

yang penting, sebagi individu, masyarakat maupun bangsa, sebab jatuh

bangunnya suatu masyarakat tergantung bagimana akhlaknya. Apabila

akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, dan apabila

akhaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya.

Untuk mengetahui kedudukan akhlak dalam Islam, maka perlu

diuraikan bahwa ada tiga macam sendi Islam, yang tidak dipisahkan

antar satu dengan yang lainnya sehingga kualitas seorang muslim selalu

dapat diukur dengan pelaksanaannya terhadap ketiga macam tersebut,

yang mencakup:

a. Masalah Aqidah; yang meliputi keenam rukun Iman, dengan

kewajiban beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-

kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhirat-Nya dan Qadar baik serta

Qadar buruk yang telah ditentukan-Nya. Pembicaraan yang lebih

terinci tentang masalah tersebut, telah dibahas dalam Ilmu Tauhid.

b. Masalah Syari‟ah; yang meliputi pengabdian hamba terhadap tuhan-

Nya, yang dapat dilihat pada rukun Islam yang lima, dengan

kewajiban mengucapkan dua kalimah syahadat, mendirikan sholat,

mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan serta menunaikan

ibadah Haji di Baitullah. Dan muamalah juga termasuk syari‟ah,

yang meliputi perkawinan, pewarisan, hubungan perekonomian,

masalah ketatanegaraan, perlindungan hak-hak dan kewajiban

manusia dan sebagainya. Hal ini telah dibahas secara rinci dalam

ilmu Fiqh.

c. Masalah Ihsan; yang meliputi hubungan baik terhadap Allah SWT.,

terhadap sesama manusia serta terhadap seluruh mahluk di dunia ini.

pembahasannya secara terinci, terdapat dalam ilmu Akhlak dan ilmu

Tasawuf.23

23 Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, hlm. 139.

Page 26: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

16

Dari sisnilah kita dapat mengetahui kedudukan akhlak dalam

Islam, yang merupakan sendi yang ketiga, dengan fungsi yang selalu

mewarnai sikap dan perilaku manusia dalam memanifestasikan

keimanannya, ibadahnya serta muamalahnya terhadap sesama manusia.

Selain itu, agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia

yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada

kebahagiaan dan kesejahteraan.24

Semua itu terkandung dalam ajaran al-

Qur‟an yang wahyukan kepada Nabi saw. dan disampaikan kepada

umatnya.

Ada tiga aspek pokok yang memberikan corak khusus bagi

seorang muslim menurut ajaran Islam, yaitu:

a. Adanya wahyu Tuhan yang memberi ketetapan kewjiban-kewajiban

pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim, yang

mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut tugas-

tugasnya terhadap Tuhan, maupun terhadap masyarakat.

Dengan ajaran kewajiban ini menjadikan seorang muslim siap sedia

untuk berpartisipasi dan bhkan bersedia untuk mengorbankan

jiwanya demi terlaksanannya ajaran agamanya.

b. Praktik ibadah yang harus dilaksanakan dengan aturan-aturan yang

pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong tiap orang muslim untuk

memperkuat rasa berkelompok dengan sesamanya secara terorganisir.

c. Konsep al-Qur‟an tentang alam yang menggambarkan penciptaan

manusia secara harmonis dan seimbang di bawah perlindungan

Tuhan. Ajaran ini juga akan mengukuhkan konstruksi kelompok.25

Atas dasar ajaran ini maka pribadi muslim bukanlah pribadi yang

egois, akan tetapi seorang pribadi yang penuh dengan sifat-sifat

pengabdian baik kepada Tuhan maupun kepada sesamanya.

Dalam keseluruhan ajaran islam tersebut, maka jelas bahwa

akhlak menempati kedudukan istimewa dan sangat penting,

sebagaimana tertera pada pernyataan berikut:

24 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 67. 25 Suhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 200.

Page 27: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

17

a. Rasulullah saw menempatkan ajaran islam akhlak yang mulia sebagai

misi pokok risalah Islam. Beliau bersabda:

رسي ط اهلل عي ا لذ بغ ا, حذثي ع به

(احذرا ) االخالق حسبعثت الت : لبيس “Diceritakan kepadaku dari Malik, sesungguhnya telah

disampaikan kepadanya (Malik) bahwa sesungguhnya Rasulullah

saw. bersabda: Aku (Nabi) diutus untuk menyempurnakan akhlak

yang mulia.”26

(H.R. Imam Malik).

b. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga

Rasulullah saw pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang

baik. Pendefinisian agama (Islam) dengan akhlak yang baik itu

sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wukuf di

„Arafah.

c. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan seseorang nanti

pada hari kiamat.

d. Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai

ukuran kualitas imannya.

e. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah ibadah

kepada Allah SWT. misalnya shalat, puasa, zakat dan haji.

f. Nabi Muhammad selalu berdoa agar Allah membaikan akhlak beliau.

g. Di dalam al-Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan

dngan akhlak, baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik serta

pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi

perintah itu, maupun larangan berakhlak yang buruk serta celaan dan

dosa bagi orang-orang yang melanggarnya.27

Dalam pengukuran akhlak Ahlu Sunah Wal Jama‟ah berpendapat,

menurut mereka baik itu adalah apa yang dikatakan baik oleh agama.

26 Imam Malik bin Anas, Al-Muwatho‟, (Andalusi: Dar al-Fikr), hlm. 605. 27 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI UMY, 2007), hlm. 6-11.

Page 28: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

18

Buruk itu apa yang ditentukan buruk oleh agama.28

Akal pikiran

tidaklah kuasa menjelaskan bagaimana bentuk akhlak baik dan akhlak

buruk dan tidak kuasa memberi ukuran bagaimana akhlak baik dan

akhlak buruk itu.

Sedangkan aliran Mu‟tazilah berpandangan bahwa perbuatan

manusia bukanlah diciptakan Allah melainkan manusia sendirilah yang

mewujudkan perbuatannya.29

Demikian juga dengan Plato (427-347

SM) dan Aristoteles (394-322 SM) yang keduanya merupakan tokoh

filosof Yunani, mengatakan bahwa ajaran akhlak itu bersifat

rasionalistik, yakni penentuan baik dan buruk didasarkan pada pendapat

akal pikiran yang sehat dari manusia.30

Dalam hal ini Al-Ghazali (1059-1111 M) mempunyai pendapat

yang berbeda, yakni mendamaikan kedua pandangan ini dengan

mengatakan bahwa nalar (akal) dan Syari‟ah itu saling melengkapi, akal

saja tidak cukup dalam kehidupan moral (akhlak) dan begitu pula

wahyu, keduanya perlu digabungkan.31

Maka menurutnya alat

pengukuran akhlak ialah al-Qur‟an, Sunnah Rasul, dan Akal (ijtihad).

Sebagai intisari ajaran Islam, budi pekerti atau akhlak dalam

pandangan Islam merupakan sistem moral yang berlandaskan pada

Islam itu sendiri. Ajaran akhlak dalam ajaran Islam pada dasarnya

menunjukan keutuhan ajaran Islam dengan berbagai aspeknya, yaitu

syari‟at dan akhlak.32

Pelajaran akhlak tidak dimaksudkan hanya

menekankan pada aspek aksiologi belaka, dan menjauhkan diri dari

28 Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm.

165. 29 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, hlm. 163. 30 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 58-64. 31 M. Abul Qoasem Kamil, Etika Al-Ghazali: Etika Majemuk di dalam Islam, (Bandung:

Pustaka, 1988), hlm. 16-19. 32 Abu Su‟ud, Islamologi: Sejarah, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat

Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 179.

Page 29: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

19

perilaku ubudiyah mahdhoh atau epistimologi (aspek syari‟at). Pada

dasarnya aspek akhlak pun merupakan bagian dari syari‟at karena

bagaimana harus melaksanakan hubungan berakhlak yang baik dengan

sesama maupun terhadap Allah manusia merupakan tuntunn syari‟at.

Bagaimana kita akan melaksanakan hubungan berakhlak yang baik

tanpa berpedoman pada syari‟at (al-Qur‟an) yang diwahyukan Allah

kepada Rasul-Nya yang kemudian disampaikan kepada manusia. Disaat

itulah akal mulai berfungsi sebagaimana mestinya, untuk memilih apa

yang harus dilakukan.

Ajaran Islam ini yang dijadikan sebagai pedoman dan sekaligus

kerangka segala kegiatan intelektual yang didasarkan pada al-Qur‟an

dan Hadits. Al-Qur‟an sebagai dasar utama dalam tataran tingkah laku

dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Al-Qur‟an memberikan

petunjuk pada jalan kebebnaran mengarahkan pada kebahagiaan hidup

di dunia dan akhirat. Firman Allah swt.:

“Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul

Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu

sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya.

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya33

dari Allah, dan

kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki

33 Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran, lihat,

M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm. 501.

Page 30: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

20

orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan

keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan

orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang

benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan

yang lurus.”34

(Q.S. Al-Maidah/5: 15-16)

Jadi jelas bahwa akhlak merupakan intisari dari ajaran islam

sekaligus sebagai tolak ukur dalam segala hal, baik dalam ibadah,

mu‟amalah, bernegara (politik), maupun dalam science and technology.

Karena dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk,

terpuji atau tercela, semata-mata karena Syara‟ (al-qur‟an dan

Sunnah).35

3. Urgensi Pendidikan Akhlak

Setelah mengetahui bahwa akhlak merupakan intisari dari ajaran

agama Islam, maka pada bagian ini akan menguraikan urgensi

(kegunaan atau fungsi) pendidkkan akhlak.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk

mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai norma

yang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat.36

Pendidikan

akhlak Islam diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang

menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas

kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah.

Pendidikan akhlak Islam berarti juga menumbuhkan personalitas

(kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab. Sebagai landasannya

firman Allah Q.S. Ali-Imran/3: 19, yaitu:

34 M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm.

88. 35 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm. 4. 36 M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998),

hlm. 179.

Page 31: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

21

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah

Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab37

kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena

kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir

terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat

hisab-Nya.”38

Oleh karena itu, jika berpredikat muslim benar-benar menjadi

penganut agama yang baik ia harus menaati ajaran Islam dan menjaga

agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu

memahami, menghayati dan mengamalkan ajarannya yang didorong

oleh iman sesuai dengan aqidah Islamiah. Untuk tujuan itulah manusia

harus dididik melalui proses pendidikan Islam. pendidikan akhlak Islam

merupakan system pendidikan yang dapat memberikan kemampuan

seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam,

karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian.

Sedangkan Akhlak merupakan bentuk sikap seseorang yang

berhubungan dengan agama dalam segala hal, baik kognisi, afeksi,

maupun konasi.39

Tiga komponen tersebut merupakan komponen

psikologis yang bekerja secara kompleks serta merupakan bagian yang

menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek, baik yang konkret

maupun abstrak.

37 Maksudnya ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum al-Qur‟an, lihat: M. Zaka

Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 494. 38 M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm.

40. 39 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 260.

Page 32: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

22

Komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan

atau dipersepsikan tentang objek. Komponen afeksi dikaitkan dengan

apa yang dirasakan terhadap objek (senang atau tidak senang).

Sedangkan, komponen konasi berhubungan dengan kesediaan atau

kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Dengan demikian, sikap yang

ditampilkan seseorang merupakan hasil dari proses berfikir, merasa, dan

pemilihan motif–tertentu sebagai reaksi terhadap suatu objek.

Kesempurnaan akhlak manusia dapat dicapai melalui dua jalan.

Pertama, melalui karunia tuhan yang mencipta manusia dengan

fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, nafsu syahwat yang tunduk

kepada akal dan agama. Manusia tersebut dapat memperoleh ilmu tanpa

belajar dan terdidik tanpa melalui proses pendidikan. Manusia yang

tergolong ke dalam kelompok ini adalah para Nabi dan Rasul Allah.

Kedua, akhlak melalui berjuang secara bersungguh-sungguh

(mujahadah) dan latihan (riyadhah) yaitu membiasakan diri melakukan

akhak-akhlak mulia. Ini yang dapat dilakukan oleh manusia biasa

dengan belajar dan latihan.40

Akhlak mulia juga dapat dipupuk melalui proses melawan hawa

nafsu. Seseorang memiliki akhlak mulia selagi dia berjaya melawan dan

dapat menundukan hawa nafsunya. Menundukan hawa nafsu bukan

bermakna membunuhnya tetapi hanya mengawal dan mendidiknya agar

mengikuti akal dan agama. Di sinilah dapat diketahui betapa pentingnya

pendidkan keagamaan Akhlak.

Ada beberapa yang menguatkan pendidikan akhlak dan

meningkatkannya, yaitu:

a. Meluaskan lingkungan pikiran, yang dinyatakan oleh “Herbert

Spencer” akan kepentingannya yang besar untuk meninggikan

40 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 21.

Page 33: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

23

akhlak. Sungguh, fikirkan yang sempit itu sumber beberapa

keburukan, dan akal yang kacau balau tidak dapat membuhkan

akhlak yang tinggi.

b. Berkawan dengan orang yang terpilih. Setengah dari yang dapat

mendidik akhlak ialah berkawan dengan orang yang terpilih, karena

manusia itu suka mencontoh, seperti mencontoh orang sekelilingnya

dalam pakaian mereka, juga mencontoh dalam perbuatan mereka dan

berperangai dengan akhlak mereka.

c. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang

berfikiran luar biasa. Karena yang berhubungan dengan semacam ini

ialah perumpamaan dan hikmah kiasan, yang banyak mempengaruhi

kepada jiwa dan lebih dekat pada fikiran.

d. Yang lebih pentingmemberi dorongn kepada pendidikan akhlak ialah

supaya orang mewajibkan dirinya melakukan perbuatan baik bagi

umum, yang selalu diperhatikan olehnya dan dijadika tujuan yang

harus dikejarnya sehingga hasil.

e. Apa yang kita tuturkan di dalam “kebiasaan” tentang menekan jiwa

melakukan yang tidak ada maksud kecuali menundukan jiwa, dan

menderma dengan perbuatan tiap-tiap hari dengan maksud

membiasakan jiwa agar taat., dan memelihara kekuatan penolak

sehingga diterima ajakan baik dan ditolak ajakan buruk.41

Menurut Cahyoto, kegunaan pendidikan budi pekerti atau akhlak

antara lain sebagai berikut:

a. Siswa memahami susunan pendidikan budi pekerti dalam lingkungan

etika bagi pengembangan dirinya dalam bidang pengetahuan.

b. Siswa memliki landasan budi pekerti bagi pola perilaku sehari-hari

yang didasari hak dan kewajiban sebagai warga Negara.

41 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj., K.H. Farid Ma‟ruf, cet. 7, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1993), hlm. 63-66.

Page 34: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

24

c. Siswa dapat mencari dan memperoleh informasi tentang budi pekerti,

mengolahnya dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah

nyata di masyarakat.

d. Siswa dapat berkomunikasi dan bekerja sama degan orang lain untuk

mengembangkan nilai moral.42

Sementara itu, menurut Draf Kurikulum Berbasis Kompetensi

fungsi atau kegunaan pendidikan budi pekerti atau akhlak bagi peserta

didik ialah sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi

pesrta didik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan

masyarakat.

b. Penyaluran, yaitu untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat

tertentu agar dapat berkembang dan bermanfaat secara optimal sesuai

dengan budaya bangsa.

c. Perbaikan, yaitu mencegah perilaku kesalahan, kekurangan dan

pencegahan peserta didik dalam perilaku sehari-hari.

d. Pencegahan, yaitu mencegah perilaku negatif yang tidk sesuai dengan

ajran agama dan budaya bangsa.

e. Pembersih, yaitu untuk membersihkan diri dari penyakit hati seperti

sombong, egois, iri, dengki, dan ria, agar anak didik tumbuh dan

berkembang sessuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

f. Penyaring (filter), yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan

budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti.

Dengan demikian jelas bahwa pendidikan akhlak sangat penting

untuk kita pelajarai. Karena kedudukan akhlak dalam Islam merupakan

salah satu sendi agama, dengan fungsi yang selalu menguatkan

pengalaman aqidah, dan syari‟ah, maka agama Islam memberikan

42 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 104.

Page 35: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

25

tuntunan kepada manusia, agar akhlak mulia menjadi bagian dari

kehidupannya.43

Perilaku keagamaan dapat diukur dengan melihat bagaimana

seseorang memahami dan mengamalkan agamanya. Salah satu teori

tentang ukuran perilaku keagamaan sebagai bagian dari pengalaman

keagamaan seseorang yakni teorinya Joachim Wach, secara sistematis

menjelaskan tentang pengalaman beragama (religious experiencies).

Menurutnya, pengalaman keagamaan dapat dikenali dalam tiga bentuk

ekspresinya, yaitu:

a. Ekspresi teoritis (thought) atau eksprssi pemikiran yang meliputi

sistem kpercayaan, mitologi dan dogma-dogma.

b. Ekspresi praktis (practice), yaitu meliputi sistem peribdatan ritual

maupun upacra agama.

c. Ekspresi dalam persekutuan (fellowship), meliputi pengelompokan

dan interaksi sosial umat beragama.44

Jadi yang termasuk dalam ekspresi teoritis suatu agama adalah

pengungkapan mengenai isi kepercayaan dan pengalaman mengenai

kepercayaan itu yang dirumuskan dalam jaran (doktrin) agama.

Kemudian ekspresi praktis dari suatu pengalaman keagamaan adalah

segala bentuk peribadatan yang diajarkan maupun yang dilaksanakan

oleh pemeluk agama.

Agama Islam sangat memperhatikan akan pendidikan akhlak,

sebagaimana tercantum dalam sumbernya yakni al-Qur‟an.

43 Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, hlm. 145. 44 Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, Laporan Penelitian Individu, (Semarang:

IAIN Walisongo, 2010), hlm. 71.

Page 36: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

26

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat

yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala

yang tiada putus-putusnya.”45

(Q.S. At-Tin/95: 4-6)

Perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak jug adapt pula

dijumpai dari perhatian Nabi Muhammad SAW. sebagaimana terlihat

dalam ucapan dan perbuatannya yang mengandung akhlak. Ucapan-

ucapan Nabi yang berkenaan dengan pembinaan akhlak yang mulia itu

diikuti pila oleh perbuatan dan kepribdiannya. Beliau dikenal sebagai

orang shidik (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan

dakwah), fathanah (cerdas). Adanya akhlak Rasulullah yang demikian

itu dinyatakan dalam ayat al-Qur‟an sebagai berikut:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut

Allah.”46

(Q.S. al-Ahzab/33: 21).

45 M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm.

478. 46 M. Zaka Alfarisi, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm.

336

Page 37: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

27

Dengan penjelasan tersebut maka jelas bahwa akhlak dalam ajaran

Islam menemukan bentuknya yang lengkap dan sempurna jika

pendidikan akhlak itu dapat wujud, sehingga dapat dikatakan bahwa

Islam adalah agama akhlak.

Page 38: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berkaitan dengan jenis penelitian, dari mana asal tempat penelitian

dilaksanakan, yaitu penelitian lapangan kualitatif. Pada umumnya alasan

menggunakan penelitian kualitatif adalah karena permasalahan belum jelas,

holistik, komplek, dinamis dan penuh makna sehingga data pada obyek

penelitian yang menjadi sumber, dan beberapa argumen ilmuwan serta

informasi dari beberapa sumber pustaka terkait.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.1

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan sosiologi,

yaitu berinteraksi langsung dengan objek penelitian yang dalam hal ini

santri pesantren Assalafiyah Luwungragi. Adapun penelitian ini jika

diklasifikasi menurut aspek metodenya disebut penelitian deskriptif, yaitu

menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada obyek tertentu

secara jelas dan sistematis.2 Artinya peneliti melakukan eksplorasi,

menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi

terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh.

1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),

hlm. 6. 2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetisi dan Prakteknya, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2007), hlm. 14.

Page 39: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

29

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitiannya dengan

ketentuan:

1. Tempat penelitian dalam skripsi ini adalah Pondok Pesantren

Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes.

2. Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dimulai pada

tanggal 12 September sampai dengan 9 Oktober 2011.

C. Sumber Data Penelitian

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah merupakan

subyek dari mana data dapat diperoleh.3 Sedangkan sumber data yang

penulis peroleh dari lapangan dan kepustakaan, pada dasarnya

diklasifikasikan kedalam dua sumber yaitu sumber primer dan sekunder.4

1. Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan kepada

pengumpul data. Maksudnya data yang diperoleh secara langsung oleh

penulis dari obyek penelitian yakni data-data yang ada di pesantren

Assalafiyah Luwungragi. Data-data ini berupa dokumen-dokumen

pesantren Assalafiyah dan hasil wawancara dengan santri maupun

dewan asatidz di pesantren.

2. Data Sekunder, yaitu data-data tambahan yang mendukung pembahasan

skripsi ini. Data-data tersebut meliputi buku-buku yang bersangkutan

dengan penelitian tersebut.

D. Fokus Penelitian

Menentukan fokus penelitian adalah langkah pertama dalam analisis.

Hal ini tentu saja tidak dikemukakan pada akhir pemikiran tentang

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ed. VI, (Jakarta:

Rineka Cipta,2006), hlm. 129. 4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, cet. VII, (Bandung: CV.

Alfabeta, 2009), hlm. 225.

Page 40: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

30

penelitian itu tetapi kita telah mulai bergelut dengan penelitian kita dan

mulai menghasilkan data. Proses itu merupakan yang dilakukan pada awal

sewaktu kita mulai menekuni proyek penelitian kita.5

Mengingat pentingnya fokus penelitian tersebut, maka yang

dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemikiran keagamaan aspek akhlak santri pesantren

Assalafiyah Luwungragi?

2. Bagaimana aplikasi keagamaan akhlak santri pesantren Assalafiyah

Luwungragi dalam Masyarakat?

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling stratgis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.6

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan.7 Untuk memperoleh data-data dalam

penulisan ini penulis menggunakan metode observasi yakni dengan

mengadakan pengamatan langsung ke obyek penelitian. Adapun datanya

diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen cetak dan peristiwa-

peristiwa lainnya tertulis maupun tidak tertulis serta informan yaitu kyai,

ustadz, santri, alumni dan tokoh terkait, formal maupun informal.

Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara :

a. Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari

5 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 291. 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, hlm. 224. 7 Moh Nazir, Metode Penelitian, cet ke VII, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hal. 174.

Page 41: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

31

seseorang.8 Sumber dokumen yang ada pada umumnya dibedakan

menjadi dua macam yaitu dokumentasi resmi, termasuk surat keputusan,

surat intruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh kantor

atau organisasi yang bersangkutan, dan dokumentasi tidak resmi

mungkin berupa surat nota, surat pribadi yang memberikan informasi

kuat terhadap suatu kejadian.9

b. Observasi (pengamatan).

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita

peroleh gambaran yang jelas tentang kehidupan social, yang sukar

diperoleh dengan metode lain.

Dalam garis besarnya observasi dapat dilakukan (1) partisipasi

pengamat jadi sebagai partisipan atau (2) tanpa partisipasi pengamat

jadi sebagai non-partisipan.10

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pengamatan langsung (participant observation), yaitu

peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang (obyek) yang sedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.11

Menurut Louis Cohen, “The participant’ as observer’as it’s name

suggests, is part of the social life of participant and documents and

records what is happening research purpose.”12

Maksudnya observasi

partisipasi itu dianjurkan untuk bersosial langsung dalam pengambilan

data dan merekam semua yang terjadi pada penelitian itu.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, hlm. 240. 9 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetisi dan Prakteknya,hlm. 81. 10 S. Nasution, Metode research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009),

hlm. 107. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, hlm. 227. 12 Louis Cohen, Research Methods in Education, (New York: Routledge, 2007), hlm.

404.

Page 42: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

32

c. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara).13

Interview merupakan proses interaksi antara pewancara

dan responden yaitu informan.14

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terbuka (open

interview) dan mendalam. Wawancara terbuka adalah wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya.15

Langkah ini dilakukan untuk memperoleh jawaban yang tidak

dibatasi dari informan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.16

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jadi

analisis data yang digunakan adalah analisis non statistik, yaitu

menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data yang digunakan

bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian

deskriptif. Uraian data deskriptif ini dilakukan dengan cara menyusun dan

mengelompokan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata

terhadap responden.17

13 Moh. Nazir, Metode Penelitiian, hlm. 193. 14 Moh. Nazir, Metode Penelitiian, hlm. 194. 15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, hlm. 140. 16 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 280. 17 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetisi dan Prakteknya,hlm. 86.

Page 43: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

33

Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan objektif

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah dan dianalisis

sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan

menemukan penegertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu

latar yang berkonteks khusus.18

Data yang terkumpul selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan

fokus penelitian, kemudian melakukan triangulasi (pemeriksaan keabsahan

data). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

triangulasi sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi.19

Setelah data yang terkumpul sudah diperiksa keabsahannya,

selanjutnya menganalisis data. Metode yang digunakan dalam menganalisis

data adalah metode deskriptif kualitatif, dimana data yang telah terkumpul

kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan

dan dokumen-dokumen lain yang ada di lapangan (pesantren).

2. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi, yaitu

usaha membuat rangkuman inti, proses, pernyataan-pernyataan yang

perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

3. Menyusun data dalam satuan-satuan atau mengorganisasi pokok-pokok

pikiran tersebut dengan cakupan fokus penelitian dan menyajikannya

secara deskriptif.

4. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data atau memberi makna pada

hasil penelitian dengan cara menghubungkannya dengan teori.

18 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 5. 19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 178.

Page 44: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

34

5. Memberikan penafsiran dan mengambil kesimpulan dari penelitian

tersebut.20

Selanjutnya peneliti mencoba mendeskripsikan tentang pemikiran

keagamaan aspek akhlak santri dan aplikasinya dalam masyrakat. Dengan

bersumber dari data yang diperoleh dari naskah, wawancara, catatan,

lapangan, dokumen dan lain sebagainya, sehingga dapat memberikan

kejelasan terhadap kenyataan atau realita dari hasil penelitian tersebut.

20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 247.

Page 45: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

35

BAB IV

PEMIKIRAN AKHLAK SANTRI PESANTREN ASSALAFIYAH DAN

APLIKASINYA DALAM MASYARAKAT

A. Gambaran Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes

1. Sejarah Berdirinya Pesantren Assalafiyah Luwungragi

Pondok Pesantren Assalafiyah merupakan salah satu lembaga

pendidikan islam salaf, yang ada di Desa Luwungragi Kecamatan

Bulakamba Kabupaten Brebes. Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH.

Ma’mun Ma’sum pada tahun 1940. Pada awalnya pengasuh membangun

pondok sebanyak 3 kamar yang berlokasi di sebelah utara Masjid

Al-Istoqomah Luwungragi atau yang sekarang dikenal dengan

Komplek I Al Mansyuriyah1.

Pada tahun 1942 ketika terjadi pergolakan zaman perjuangan

kemerdekaan Republik Indonesia beliau meninggalkan pondok

pesantren menuju tempat kelahirannya di Peterongan

Karangsembung Cirebon untuk menghindari kejaran militer

Belanda. Kurang lebih 3 tahun beliau menetap di sana. Tepatnya pada

tahun 1947 beliau mendirikan pondok pesantren lagi di desa Peterongan

Cirebon yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Pondok

Pesantren Peterongan. Dinamakan Peterongan karena di sekitarnya

banyak ditumbuhi tanaman terong. Beliau mengajar santri di Peterongan

selama kurang lebih satu tahun, dan setelah memperkirakan keadaan di

Luwungragi aman, pada tahun 1968 mbah Ma’mun pulang ke

Luwungragi untuk meneruskan perjuangan beliau yang tertunda.

Sekembalinya dari pelarian di Cirebon, geliat Pondok Pesantren

Assalafiyah mulai nampak. Diawali dengan datangnya santri yang

1 Dokumentasi Pondok, Perjuangan Menuju Kesuksesan, (Luwungragi: El-Filza,t.t),

hlm. 15

Page 46: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

36

menetap bernama Amat. Sejak tahun 70-an santri sedikit demi sedikit

mulai bertambah, diantaranya Harun dari Lengkong Kuningan, Nunung

dan Amin. Akan tetapi pada tahun 1971 ada sekelompok orang yang

tidak suka golongan santri yang pondok di pesantren dan melakukan

intimidasi sehingga seluruh santri ketakutan dan meninggalkan

pesantren.

Pada tahun 1973 Assalafiyah kembali didatangi oleh santri. Santri

yang pertama kali datang pada tahun itu adalah Abdul Manaf dari

kuningan dan sejak itulah pondok Pesantren Assalafiyah berjalan

sampai dengan sekarang. Dari tahun ke tahun santri pondok pesantren

Assalafiyah semakin bertambah akan tetapi jumlahnya tidak lebih dari

empat puluh. Kemudian pada tahun 1983, K.H. Ma’mun mendirikan

pesantren putri yang terdiri dari lima lokal, beliau mendirikan podok

pesanren putri karena terdorong dari banyaknya masyarakat yang ingin

putra-putrinya nyantri di pesantrennya. Dan pada tahun 1986 tepatnya

tanggal 26 Oktober, kesedihan telah menyelimuti Assalafiyah, karena

para santri termasuk kita kehilangan seorang ulama besar yang sangat

berpengaruh, beliau adalah K.H. Ma’mun ulama sang pembawa lentera

keislaman.

Sepeninggal beliau pesantren diasuh oleh putra tunggal dari

kedelapan saudara yaitu KH. Subhan Ma’mun, di sinilah awal

berkembangnya pesantren, dan pada tahun 1989 banyak santri baru yang

berbondong-bondong masuk ke pesantren Assalafiyah dengan latar

belakang yang berbeda-beda sehingga muncul inisiatif membangun

gedung baru yang bisa menampung para santri. Para pengurus dan

segenap keluarga bersusah payah mengurusnya, tenaga, pikiran, dan

harta mereka guna mempersiapkan pembangunan pesantren di tanah

yang telah diwakafkan dari H. Muhaimin, beliau adalah salah satu cucu

dari H. Ambari. Sehingga pada tahun 1991 terealisasikan sebuah

Page 47: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

37

komplek pesantren sederhana lantai 2 yang memiliki 5 kamar dibawah

dan 2 kamar di lantai atas bagi santri bilghoib, beserta dengan dua aula

yang digunakan untuk kegiatan Tholabul Ilmi.

Pembenahan mulai dilakukan dengan dibentuknya kepengurusan

meski masih sederhana di bawah pengasuh K.H. Subhan Ma’mun

beserta sang istri Nyai. Hj. Laela Munawaroh. Kegiatan-kegiatan pun

mulai digerakan baik berupa pengajaran Al Qur’an maupun kitab salaf,

yang sistim pengajarannya sudah mengalami perubahan yang dulunya

hanya sorogan, musyawarah dan ngaji bandungan, sekarang sudah

dibentuk lembaga madrasah/sekolah , dari tingkat TK, Mabadi,

Muta’allimin-Muta’allimat, MTs.D, dan Aliyah Diniyah, Tahfidzul

Qur’an, Wajib belajar pendidikan dasar dan Paket C.

2. Letak Geografis dan Statistik Pesantren Assalafiyah Luwungragi

Letak geografis Pondok Pesantren Assalafiyah yang berada

di pedesaan sangat kondusif bagi terciptanya lingkungan yang

tenang untuk proses belajar dan mengajar. Demikian halnya

dengan keadaan masyarkat yang agamis, sangat mendukung

perkembangan pondok pesantren dari segi moral maupun

material.

Masyarakat sekitar pondok pesantren merupakan masyarakat

yang mayoritas bermata pencaharian bertani, saat pagi mereka

bekerja di sawah dan ketika sore atau malam hari tertentu

mengadakan pangajian atau jam’iyah-jamiyah rutin.

Anak yang masih usia pendidikan kemudian tidak

melanjutkan sekolah atau yang masih melanjutkan mengisi waktu

kekosongan disore hari dengan masuk ke madrasah-Madrasah

Diniyah di pesantren dan sekitarnya2.

2 Doc. Ponpesassalafiyah 2011

Page 48: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

38

Adapun data statistiknya sebagai berikut:

Nama Pondok Pesantren : ASSALAFIYAH

Nomor induk : 17 / F

SK Berbadan Hukum

Nomor : K.15/286/III/74

Tanggal : 01 Mei 1974

Nomor Statistik : 512333290162

Alamat : Jln. H.Ambari No. 13 Luwungragu

Bulakamba Brebes 52253 Jawa Tengah

Nomor Telepone : (0283) 6175196-3307799

Website : www.ponpesassalafiyah.com

E-mail : [email protected]

Tipe Pesantren : Salafiyah

Penyelenggara Pesantren : Perorangan

Tahun Berdiri : 1359 H/ 1940 M

Tokoh Pendiri : KH. Ma’mun Bin Ma’sum

Pengasuh : KH. Subhan Ma’mun

KH. Zaki Mubarok

Nyai. Hj. Lailatul Munawaroh

Jumlah Santri Sekarang : 910 Santri

Potensi Ilmu : Fiqih, Nahwu/ Alat, Tafsir, Balaghoh,

Hadits, Tasawuf, Falaq/ Hisab dan

Tahfidzul Al-Qur’an

Kelembagaan Yang dikelola Pesantren:

1. TK Assalafiyah : Tak terbatas

2. Mabadi/Tingkat Dasar : 1 Tahun

3. Muta’allimin-muta’allimat : 6 Tahun

4. MTs. Diniyah : 3 Tahun

5. MA. Diniyah : 3 Tahun

6. Tahfidzul Qur’an : Tak terbatas

7. Syawir : Tak terbatas

8. Wajar DIKDAS : 3 Tahun

9. Paket C : 3 Tahun

Managemen Pesantren : Induk

Luas Area : 10.445 m²

Lokasi : Dataran rendah

Batas Wilayah

Sebelah Utara : Pemukiman warga dan sawah

Sebelah Selatan : Pemukiman warga

Sebelah Barat : Pemukiman warga

Sebelah Timur : Sawah.3

3 Doc. Ponpesassalafiyah 2011

Page 49: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

39

3. Sistem Pendidikan Pesantren Assalafiyah Luwungragi

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam secara selektif

bertujuan menjadikan para santrinya sebagai manusia yang mandiri

yang diharapkan dapat menjadi pemimpin umat dalam menuju

keridhoan Tuhan. Oleh karena itu pesantren bertugas untuk mencetak

manusia yang benar-benar ahli dalam bidang agama dan ilmu

pengetahuan masyarakat serta berahlak mulia. Untuk mencapai tujuan

itu maka pesantren mengajarkan kitab-kitab wajib sebagai buku teks

yang dikenal dengan sebutan kitab kuning.

Salah satu ciri tradisi pesantren yang masih kuat dipertahankan di

sebagian besar pesantren adalah pengajian kitab salaf. Kitab salaf yang

lebih dikenal di kalangan luar pesantren dengan sebutan kitab kuning,

merupakan kitab-kitab yang disusun para sarjana Islam abad

pertengahan. Kitab-kitab tersebut dalam konteks penyusunan dan awal

penyebarluasannya merupakan karya intelektual yang tidak ternilai

harganya, dan hanya mungkin disusun oleh ulama jenius dalam tradisi

keilmuan dan kebudayaan yang tinggi pada jamannya.4

Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara untuk

meningkatkan kualitas dan kehidupan dalam segala bidang, hanya saja

sistem dan metodenya yang berbeda-beda sesuai dengan taraf hidup dan

budaya masyarakat masing-masing.

Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang

memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan program

pengajaran dipesantren. Karena tanpa adanya metode sistem

pembelajaran yang baik maka kegiatan pembelajaran dipesantren pun

tidak akan berhasil. Untuk itulah maka sistem pembelajaran dipesantren

harus dipilih cara yang terbaik dan cocok untuk santri. Hal ini

4 http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/1-sejarah-dan-perkembangan-pesantren.pdf.

28 Mei 2011. pukul 13.00 wib

Page 50: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

40

disebabkan banyak santri yang prestasinya buruk disebabkan karena

metode yang digunakan kurang begitu baik.

Sistem pendidikan di pesantren pun memiliki watak mandiri, bila

dilihat secara keseluruhan bermula dari pengajaran sorogan, di mana

seorang Kiai mengajar santrinya yang masih berjumlah sedikit secara

bergilir santri per santri. Pada gilirannya murid mengulangi dan

menerjemahkan kata demi kata sepersis mungkin seperti apa yang

diungkapkan oleh gurunya. Sistem penerjemahan dibuat sedemikian

rupa agar murid mudah mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam

rangkaian kalimat Arab. Sistem tersebut, murid diwajibkan menguasai

cara pembacaan dan terjemahan secara tepat, dan hanya boleh menerima

tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran

sebelumnya.5 Sistem individual ini dalam sistem pendidikan Islam

tradisional disebut sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian

kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Qur’an.

Metode utama dalam sistem pengajaran pesantren ialah sistem

bandongan atau seringkali juga disebut sistem weton. Dalam system ini

sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru

yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas

tentang buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid

memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti

maupun keterangantentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit.

Kelompok kelas dalam sistem bandongan ini disebut halaqah yang arti

bahasanya lingkaran murid, atau sekelomok santri yang belajar dibawah

bimbingan seorang guru (ustad). Dalam pesantren kadang-kadang

5 http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/1-sejarah-dan-perkembangan-pesantren.pdf.

diakses, 28 Mei 2011. pukul 13.00 wib.

Page 51: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

41

diberikan juga sistem sorogan tetapi hanya diberikan kepada santri-

santri baru yang masih memerlukan bimbingan individual.6

Sistem sorogan inilah yang dianggap fase tersulit dari sistem

keseluruhan pengajaran di pesantren karena di sana menuntut kesabaran,

kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid itu sendiri. Di

samping itu baanyak diantara mereka yang tidak menyadari bahwa

mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum

dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada

dasarnya hanya sarti-santri yang telah menguasai sistem sorogan sajalah

yang dapat memetik keuntungan dari sistem bandongan di pesantren.

Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama

seorang santri yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini

memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing

secara maksimal kemampuan seorang murid (santri) dalam menguasai

bahasa Arab.7

Pengajian sorogan lalu diikuti pengajian weton, seorang Kiai

duduk di lantai masjid atau beranda rumahnya sendiri membacakan dan

menerangkan teks-teks keagamaan dengan dikerumuni oleh santri-santri

yang mendengarkan dan mencatat uraiannya itu. Pengajian sorogan

masih diteruskan dengan memberi wewenang kepada guru-guru untuk

melaksanakannya di bilik masing-masing. Demikian pula lambat- laun

pengajian weton diwakilkan kepada pengganti (badal) sehingga Kiai

hanya memberikan pengajian weton dengan teks-teks utama.

Di pesantren Assalafiyah Luwungragi memiliki dua sistem

pendidikan: madrasah (diniyah) dan pengajian langsung ke Kyai atau

Ustad baik itu sorogan maupun bandongan. Adapun system pendidikan

6 Zamakhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Sudi tentang Pandangan Hidup Kyai, hlm.

28. 7 Zamakhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Sudi tentang Pandangan Hidup Kyai, hlm.

29.

Page 52: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

42

di madrasahnya dimulai dari Mabadi’ 2 tahun, Muta’alimin Muta’alimat

6 tahun, dan madrasah Aliyah 3 tahun, yang kesemuanya ditempuh

selama 11 tahun. Di samping itu juga ada Madrasah Tsanawiyah

Diniyah, Madrasah Aliyah Diniyah, TPA Manba’ul Huda, Kajian

Kutubussalaf Dan Takror, Forum Bahtsul Masa’il (FBM), dan Tahfidzul

Qur’an.

Namun seiring dengan adanya program wajib belajar (wajar 9

tahun) yang dilaksanakan oleh pemerintah serta Paket C, maka kami

melalui Madrasah Muta’allimin-Muta’allimat mengadakan program

Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun tingkat Wustho bagi

yang tidak memiliki ijazah setara SMP dan Penyelenggaraan Paket C

bagi yang tidak memiliki ijazah setara SMA, yang kami khususkan pada

kelas III, IV dan V di Madrasah Muta’allimin Muta’allimat dengan

menambah jam pelajaran pada sore hari dan hari jum’at.8

Kegiatan pesantren di luar Madrasah dikelola oleh seksi

pendidikan bekerjasama dengan seluruh pengurus dilaksanakan pada

waktu-waktu tertentu dengan nama Takror (mengulang pelajaran

madrasah), sorogan, pengajian bandungan, prektek Ibadah, lalaran dan

lain-lain. Pada hari-hari tertentu sering diadakan kegiatan (pelatihan-

pelatihan) yang diprakarsai oleh perkumpulan-perkumpulan atau

organisasi daerah asal santri baik di lingkungan pesantren atau di luar

pesantren.

B. Pemikiran Akhlak Santri Pesantren Assalafiyah Luwungragi

1. Pendidikan akhlak santri pesantren Assalafiyah

Keberadaan pesantren beserta perangkatnya yang ada adalah

sebagai lembaga pendidikan dan dakwah serta lembaga kemasyarakatan

8 Doc. Ponpesassalafiyah 2011.

Page 53: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

43

yang telah memberikan warna daerah pedesaan. Ia tumbuh dan

berkembang bersama warga masyarakat sejak berabad-abad. Oleh

karena itu, tidak hanya secara kultural lembaga ini bisa diterima, tetapi

bahkan telah ikut serta membentuk dan memberikan corak serta nilai

kehidupan masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Figur

kyai, santri serta seluruh prangkat fisik yang menandai sebuah pesantren

senantiasa dikelilingi oleh sebuah kultur yang bersifat keagamaan.

Kultur tersebut mengatur perilaku seseorang, pola hubungan antar warga

masyarakat bahkan hubungan antara satu masyarakat, dengan

masyarakat lainnya.9

Latar belakang pesantren yang paling patut diperhatikan adalah

peranannya sebagai alat transformasi kultural yang menyeluruh dalam

kehidupan masyarakat. Pesantren berdiri sebagai jawaban terhadap

panggilan keagamaan, untuk menegakan ajaran dan nilai-nilai agama

melalui pendidikan keagamaan. Peran kultura tersebut akan tetap

berfungsi dengan baik apabila pesantren masih didukung oleh

seperangkat nilai utama yang senantiasa berkembang di dalamnya,

seperti; 1) cara memandang kehidupan sebagai peribadatan, baik

meliputi ritus keagamaan murni maupun kegairahan untuk melakukan

pengabdian kepada masyarakat, 2) kecintaan mendalam dan

penghormatan terhadap peribadatan dan pengabdian kepada masyarakat

itu dilakukan, dan 3) kesanggupan untuk memberikan pengorbanan

apapun bagi kepentingan masyarakat pendukungnya.

Pesantren Assalafiyah Luwungragi memberikan pendidikan

akhlak kepada para santrinya dengan berbagai macam cara, diantaranya

dengan materi yang diberikan di sekolah-sekolah atau madrasah,

9 M. Nashihin Hasan, “Karakter dan Fungsi Pesantren”, dalam Sonhaji Saleh, Dinamika

Pesantren: Kumpulan Makalah Seminar Internasional “The Role of Pesantren in Education

and Community Development in Indonesia”, ed.,1, (Jakarta: P3M, 1988), hlm. 110.

Page 54: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

44

pengkajian kitab-kitab kuning dan praktik keseharian langsung dalam

kehidupan pesantren dan masyarakat seperti yang diungkapkan oleh

Mahfudhoh salah satu pengurus santri putri.10

Ustadz Amin Salim juga menegaskan bahwa pendidikan Akhlak

yang diberikan pesantren kepada para santrinya adalah dengan

memberikan materi di madrasah baik dari mulai mabadi sampai aliyah

ataupun pengkajian kitab-kitab kuning, serta bentuk sikap aplikasi

keseharian yang dilakukan dewan asatidz dan para kyai, yang

kesemuanya itu merupkanan bentuk penanaman nilai-nilai akhlak yang

dilakukan pesantren kepada para santrinya.11

2. Akhlak menurut santri pesantren Assalafiyah

Pada hakikatnya akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah

meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sinilah timbullah

berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan

tanpa pemikiran.12

Menurut santri pesantren Assalafiyah Luwungragi,

akhlak merupakan tingkah laku atau perangai seseorang yang dilakukan

setiap hari, seperti yang dikatakan oleh kang Aminuddin.13

Hal senada

pun dinyatakan oleh M. Akrom salah satu pengurus pondok, dia

mengatakan bahwa akhlak adalah budi pekerti seseorang (baik maupun

buruk) yang timbul dari hati dan dilakukan secara spontan.14

Ust. Amin Salim, yang merupakan salah satu alumni pesantren

Assalafiyah, sekaligus dewan asatidz di Pesantren dan Madrasah, beliau

mengakatakan bahwa akhlak yaitu المقامضىل يقتااحو artinya tingkah

10 Wawancara dengan Mahfudhoh, (pengurus santri putrid), di komplek pesantren,

jum’at, 30 September 2011, pukul 16.00 wib. 11 Wawancara dengan ustadz Amin Salim, (alumni pesantren Assalafiyah), di rumah,

rabu, 5 Oktober 2011, pukul 13.00 wib. 12 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 4 13 Wawancara dengan Aminuddin, (santri), di komplek pesantren, senin, 26 September

2011, pukul 16.00 wib. 14 Wawancara dengan M. Akrom, (pengurus pesantren), di komplek pesantren, senin, 26

September 2011, pukul 13.00 wib.

Page 55: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

45

perilaku yang disesuaikan dengan keadaan.15

Maksudnya bahwa akhlak

adalah perilaku atau keadaan jiwa baik tindakan, ucapan maupun diam

atau ketetapan seseorang dalam suatu kondisi yang sesuai dengan

norma-norma atau syari’at. Di samping itu Ust. H. Ahmad Tanthowi

yang merupakan kepala sekolah Muta’alimin, beliau menjelaskan bahwa

akhlak itu merupakan bentuk pencerminan jiwa seseorang yang

ditunjukan dengan tingkah laku dan tutur katanya.16

Beliau juga menjelaskan bahwa akhlak itu mencakup akhlak dohir

dan bathin. Akhlak dhohir adalah akhlak yang berhubungan dengan

sesama manusia (hablun minannas). Sedangkan akhlak bathin adalah

akhlak yang berhubungan dengan sang khalik (hablun minallah), yang

diwujudkan dengan pengabdiannya yaitu menjalankan semua perintah-

Nya dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.

Adapun ciri-ciri akhlak menurut santri Assalafiyah, akhlak dapat

dilihat dari tingkah, ucapan dan diamnya seseorang, yang mana kesemua

itu merupakan pencerminan dari hati. Disamping itu akhlak yang baik

adalah tidak melanggar aturan, tidak terlepas dari ajran syari’an dan

dapat diterima oleh masyarakat. Kang Edi Suhaedi, selaku salah satu

pengurus pesantren menambahkan bahwa akhlak yang baik itu dapat

diterima oleh akal, dan tentunya tidak melanggar syari’at.17

15 Wawancara dengan ustadz Amin Salim, (alumni pesantren Assalafiyah), di rumah,

rabu, 5 Oktober 2011, pukul 13.00 wib. 16 Wawancara dengan ustadz H. Ahmad Tantowi, (kepala sekolah muta’alimin), di

kantor madrasah, jum’at, 30 September 2011, pukul 14.00 wib. 17 Wawancara dengan Edi Suhaedi, (pengurus pesantren), di komplek pesantren, rabu,

28 September 2011, pukul 13.00 wib.

Page 56: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

46

C. Aplikasi Akhlak Santri Pesantren Assalafiyah Luwungragi dalam

Masyarakat

1. Akhlak santri pesantren Assalafiyah menurut masyarakat

Islam memerintahkan pemeluknya untuk menunaikan hak-hak

pribadinya dan berlaku adil terhadap dirinya. Islam dalam pemenuhan

hak-hak pribadinya tidak boleh merugikan hak-hak orang lain.

Islam mengimbangi hak-hak pribadi, hak-hak orang lain, dan hak

masyarakat sehingga tidak timbul pertentangan. Semuanya harus

bekerja sama dalam mengembangkan hukum-hukum Allah. Ahklak

terhadap sesama manusia merupakan sikap seseorang terhadap orang

lain atau masyarakat.18

Seorang muslim harus mencintai saudaranya sebagaimana

mencintai diri sendiri, maka dari itu akhlak yang harus dikembangkan

adalah:

a. Jangan menyakiti hatinya baik dengan tindakan atau perbuatan.

b. Harus bersifat tawadhu‟ (rendah hati).

c. Jangan memasuki rumah orang lain tanpa seizinnya.

d. Menghormati orang tua dan kasih sayang terhadap yang kecil.19

Sebagai seorang muslim harus bisa menjaga perasaan orang lain,

tidak boleh membedakan sikap terhadap seseorang baik dia berpangkat

maupun rakyat jelata, saling merahasiakan rahasia sesama muslim, tidak

boleh menggemborkan kesalahan orang lain baik lisan maupun tulisan,

harus saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan pada

Allah SWT.

18 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 212. 19 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 213.

Page 57: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

47

Sebagaimana firman Allah surah Al Maidah/5: 2.

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya

Allah Amat berat siksa-Nya”. (Q.S. Al-Maidah/5: 2)

Dari sini dapat dilihat bagaimana akhlak santri pesantren

Assalafiyah Luwungragi menurut masyarakat sekitar. Menurut Ahmad

Sudja yang merupakan salah satu tokoh masyarakat, beliau menyatakan

bahwa santri Assalafiyah Luwungragi sudah berakhlakul karimah,

karena dari pesantren sendiri selalu menekankan kepada para santrinya

untuk dapat memiliki sifat akhlakul karimah sebagaimana yang

dicontohkan Rasul-rasulnya.20

Di samping itu Rama Kyai pun tidak

bosan-bosannya untuk berusaha semaksimal mungkin agar santri-

santrinya berakhlakul karimah.

Muflikhun selaku masyarakat sekitar juga ikut andil dalam

pernyataan ini, dia mengatakan bahwa santri Assalafiyah Luwungragi

sudah berakhlak baik. Karena sudah banyak contohnya dari santri-

santrinya. Bahkan tidak hanya waktu di pesantren, ketika sudah pulang

ke kampung halaman pun mereka para santri masih memegang sifat

kesantriannya yang senantiasa mengamalkan ajaran Islam. Semisal saja

mereka selalu taat kepada orang tua, disuruh tidak pernah membantah.21

Itu semua merupakan bentuk salah satu dari ajaran Islam. oleh karena

20 Wawancara dengan ustadz Sudja, (tokoh masyarakat), di rumah, sabtu, 1 Oktober

2011, pukul 16.00 wib. 21 Wawancara dengan Muflikhun, (warga sekitar), di rumah, minggu, 2 Oktober 2011,

pukul 11.00 wib.

Page 58: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

48

itu tidak salah jika santri pesantren Assalafiyah dikatakan sudah

berakhlakul karimah.

2. Aplikasi akhlak santri terhadap masyarakat

Lingkungan masyarakat menjadi situasi dan kondisi social cultural

berpengaruh terhadap perkembangan fitrah manusia secara individu.

Dalam masyarakat, individu dapat melakukan interaksi sosial dengan

anggota masyarakat lainnya, apabila perilaku yang ditunjukan oleh

seseorang tersebut sesuai adat-istiadat yang berlaku. Apabila seseorang

menampilkan perilaku yang kurang baik dan melanggar norma-norma

agama, orang tersebut cenderung untuk mengikutinya.22

Akhlakul karimah yang diajarkan dalam Islam terhadap

lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan

sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti

pengayoman, pemeliharaan dan bimbingan agar setiap makhluk

mencapai tujuan penciptaannya. Yang kesemuanya itu terwujud dengan

insan kamil yang berakhlak mulia.

Akhlakul karimah berdasarkan kaidah Islam dalam pergaulan

masyarakat landasannya adalah sebagai berikut:

a. Harus berbahasa yang baik dan benar. Umat Islam dalam pergaulan

hidup bermasyarakat harus harus dapat berbahasa yang sopan,

menyenangkan, menarik, ringkas-padat, sesuai bakat dan penuh

hikmah.

b. Sesama muslim bila bertemu, ucapkan salam. Salam yang

dimaksudkan ialah ucapan assalamu „alaikum warahmatullahi

wabarakatuh. Hukum mengucapkan salam adalah sunnah mu‟akadah

dan menjawabnya wajib. Salam disunnahkan bagi setiap muslim

bertemu dengan muslim yang lainnya, baik di rumah, di perjalanan,

di kantor, maupun di tempat-tempat umum.

c. Wajib memperhatikan tata cara makan dan minum. Umat Islam harap

bersikap rakus seperti orang kelaparan. Oleh karena itu, mkan dan

22 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 223.

Page 59: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

49

minumlah secara sederhanadi rumah, di kantor, maupun di tempat-

tempat umum.

d. Menyesuaikan diri di majelis pertemuan. Umat Islam harus menjadi

teladan bagi semua orang. Dalam majelis wajib menjunjung tinggi

kemuliaan dan kehormatan, jangan bersikap tidak sopan dan

berakhlak madzmumah.

e. Wajib minta ijin masuk baik di rumah maupun di tempat lainnya.

Umat Islam wajib mencontoh Rasulullah saw. bagaimana cara

meminta izin masuk, yaitu dengan memberi salam, jika dijawab

salamnya dan dipersilahkan maka boleh memasuki rumah tersebut

dan jika tidak diizinkan maka haram memasukinya.

f. Berkelakar dengan sopan. Umat Islam dibenarkan bersendau gurau,

menimbulkan tawa, membuat lelucon, namun bukan mengejek,

menghina, atau merendahkan orang lain dan diharamkan melampaui

batas.

g. Menjenguk orang sakit. Menjenguk orang sakit hukumnya fardu

kifayah. Jika menjenguk orang sakit dilarang banyak bicara, apalagi

bicara yang menakutkan, disarankan supaya menghibur dengan

mendo’akan, menasehati yang baik dan memuliakannya.

h. Bertakziyah dan menyelenggarakan jenazah. Jika salah seorang

dalam lingkungan kita terjadi musibah meninggal, wajib kifayah

untuk menyelenggarakan jenazah. Di awali dengan memandikan,

mengafani, menyalatkan dan menguburkannya. Setelah itu hari

berikutnya disunahkan untuk bertakziyah.23

Kemudian untuk aplikasi dari akhlak santri pesantren Assalafiyah

terhadap masyarakat dapat dikatakan sudah sesuai dengan kaidah Islam

tentang pergaulan bermasyarakat. Karena santri Assalafiyah

Luwungragi sudah mengamalkan kaidah-kaidah tersebut. Muflikhun

juga menuturkan bahwa santri Assalafiyah sopan dalam bertingkah

maupun tutur kata, baik dengan keluarga maupun orang lain.24

Para

santri Assalafiyah juga baik dalam bersosial dengan mayarakat serta

tolong menolong.

23 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, hlm. 224. 24 Wawancara dengan Muflikhun, (warga sekitar), di rumah, minggu, 2 Oktober 2011,

pukul 11.00 wib.

Page 60: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

50

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Bedasarkan hasil peniltian yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan jawaban untuk mengetahui tujuan penilitian sebelumnya, yakni

untuk mengetahui pemikiran keagamaan aspek akhlak santri pesantren

Assalafiyah Luwungragi Brebes:

1. Akhlak menurut bahasa perkataan adalah bentuk jamak dari khuluk

(khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.

Sedangkan secara istilah menurut Imam Ghazali akhlak adalah sifat

yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam macam

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.

2. Para santri pesantren Assalafiyah Luwungragi memandang dan

berfikiran bahwa yang dinamakan akhlak adalah perilaku seseorang

yang biasa dilakukan dalam kesehariannya, yang timbul dari dalam hati

tanpa ada unsur paksaan baik dari diri sendiri maupun dari orang lain,

yang dapat diketahui dari ucapan, diam dan perilaku dari orang tersebut.

3. Cakupan akhlak menurut santri pesantren Assalafiyah Luwungragi

meliputi: akhlak terhadap sesama manusia (hablun minannas), semisal:

tolong-menolong, saling menghormati, taat kepada orang tua, dan

akhlak terhadap alam sekitar (menjaga dan pemeliharaan lingkungan)

serta akhlak terhadap Allah (bentuk pengabdian kepada Allah).

4. Adapun ciri-ciri akhlak yang baik menurut santri Assalafiyah

luwungragi diantaranya:

a. Perilaku tersebut tidak berseberangan dengan aturan atau nilai-nilai

agama (Syari’at Islam),

Page 61: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

51

b. Perilaku tersebut dapat dibenarkan oleh akal atau dapat diterima oleh

akal,

c. Serta perilaku tersebut tidak melanggar aturan atau nilai adat istiadat

yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dengan catatan aturan adat

istiadat tersebut tidak menyimpang dari agama, sehingga datap

diterima oleh masyarakat dengan baik.

5. Perilaku sosial santri menunjukkan bahwa santri menerapkan atau

mengamalkan materi (ilmu) yang diperoleh di pesantren dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan pesantren maupun

masyarakat. Sehingga pantas jika pesantren sebagai lembaga pendidikan

agama sekaligus sebagai penanaman nilai-nilai agama, ini berarti

perilaku sosial atau keagamaan akhlak santri pondok pesantren

Assalafiyah Luwungragi memiliki katagori “berakhlak baik”, sesuai

dengan fungsi dan tujuan dari pendidikan pesantren.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti menemukan dan

menghasilkan tentang pemikiran keagamaan aspek ahklak santri pesantren

Assalafiyah Luwungragi yaitu betapa penting dan mulianya orang yang

berahklakul karimah sebagai mana yang diajarkan oleh agama. Maka

peneliti memberikan beberapa masukan sebagai saran yang perlu

dipertimbangkan, yaitu:

1. Bagi pengurus Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi, hendaknya

lebih menumbuhkan lagi tentang kesadaran santri dalam hidup

bermasyarakat serta memberikan pelayanan kepada masyarakat yang

membutuhkan. Karena pesantren di samping sebagai lembaga

pendidikan agama juga sekaligus merupakan lembaga servis moral bagi

orang yang membutuhkan.

Page 62: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

52

2. Kepada para santri pesantren Assalafiyah Luwungragi untuk lebih

meningkatkan rasa solidaritas dalam hidup bermasyarakat, saling peduli,

dan saling membantu sebagai bentuk akhlakul karimah kita.

3. Untuk para alumni pesantren Assalafiyah Luwungragi agar benar-benar

dapat tetap mengamalkan apa yang telah diperoleh di pesantren

Assalafiyah untuk memenuhi dan tanggap akan kebutuhan hidup

masyarakat terutama dalam pembinaan dan memberikan contoh

akhlaknya.

Page 63: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah, Abi, Shohih Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, Jakarta:

Amzah, 2007.

Abdul Rozak dan Anwar, Rosihon, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Abul Qoasem, M. dan Kamil, Etika Al-Ghazali: Etika Majemuk di dalam Islam,

Bandung: Pustaka, 1988.

Alfarisi, M. Zaka, Departemen Agama RI, Al-Aliyy: Al-Qur‟an dan

Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,2000.

Ali, Daud, M., Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1998.

Al-Ghazali, Imam, Ihya „Ulum al-Din, jilid III, Beirut: Daral-Fikr, t.t.

Al-Mu’iz, M. Nasichin, Rekonstruksi Pendidikan Pesantren: Studi Kompratif

Pemikiran Abdurrahman Wahid dan Nurcholis Madjid,Tesis,

Tulungagung: Program Studi Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana,

2009.

Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), terj., K.H. Farid Ma’ruf, cet. 7, Jakarta:

Bulan Bintang, 1993.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cet. XIII,

Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Ashari, Endang Saifuddin, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang

Paradigma dan Sistem Islam, cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

Cohen, Louis, Research Methods in Education, New York: Routledge, 2007.

Doc. Ponpesassalafiyah 2011.

Dokumentasi Pondok, Perjuangan Menuju Kesuksesan, (Luwungragi: El-

Filza,t.t.

Page 64: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

Dhofier, Zamkhasyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982.

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI UMY, 2007.

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 1991.

Malik, Imam bin Anas, Al-Muwatha’, Beirut: Dar al-Fikr, 179 H.

Mas’ud, Abdurrahman, Intelektual Pesantren: Perhelatan Agama dan

Tradisi,Yogyakarta: LKiS, 2004.

Moleong, J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009.

Nasution, S., Metode research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2009

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, cet ke VII, Jakarta : Ghalia Indonesia,

2009.

Raharjo, M. Dawam, “Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif

Pesantren”, Pengantar dalam M. Dawam Raharjo (ed), Pergulatan Dunia

Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta : P3M, 1985.

Saleh, Sonhaji, Dinamika Pesantren: Kumpulan Makalah Seminar

Internasional: “The Role of Pesantren in Education and Community

Development in Indonesia”, ed.,1, Jakarta: P3M, 1988.

Sholihin, M., Kamus Tasawuf, Bandung: PT. Reamaja Rosdakarya, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, cet. VII,

Bandung: CV. Alfabeta, 2009.

Suhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Prakteknya, Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2007.

Page 65: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

Sulaiman, Abi Daud bin Asy’asy, Sunan Abi Daud, Beirut: Dar al-Fikr, 475 H.

Su’ud, Abu, Islamologi: Sejarah, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban

Umat Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Syukur, Fatah, Dinamika Madrasah dalam Masyarakat Industri, Semarang: al-

Qalam Press, 2004.

Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, Laporan Penelitian Individu,

Semarang: IAIN Walisongo, 2010.

Zuriah, Nurul, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/1-sejarah-dan-perkembangan-

pesantren.pdf. diakses 28 Mei 2011. pukul 13.00 wib.

Page 66: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

Pedoman Wawancara

A. Kondisi Umum Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes

1. Batas wilayah

2. Profil pesantren

3. Peraturan dan visi, misi pesantren

4. Kurikulum dan sistem pendidikan pesantren

B. Pemikiran Keagamaan Aspek Akhlak Santri Pesantren Assalafiyah

Luwungragi Bulakamba Brebes.

1. Keagamaan aspek akhlak menurut santri pesantren Assalafiyah

2. Pendidikan akhlak santri pesantren Assalafiyah

C. Aplikasi Keagamaan Aspek Akhlak Santri Pesantren Assalafiyah Luwungragi

dalam Masyarakat.

1. Keagamaan akhlak santri menurut masyarakat

2. Aplikasi akhlak santri terhadap masyarakat

Page 67: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

Instrumen Wawancara

A. Wawancara dengan Pengurus Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi

Bulakamba Brebes.

1. Berapa luas wilayah pesantren Assalafiyah Luwungragi?

2. Jelaskan batas-batas wilayah pesantren Assalafiyah Luwungragi?

3. Kapan pesantren Assalafiyah didirikan?

4. Siapa yang mendirikan pesantren Assalafiyah?

5. Apa tujuan dari didirikannya pesantren Assalafiyah?

6. Bagaimana peraturan serta visi dan misi pesantren Assalafiyah?

7. Berapa jumlah santri pesantren Assalafiyah?

8. Bagaimana kurikulum dan sistem pendidikan pesantren Assalafiyah?

B. Wawancara dengan Santri Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba

Brebes.

1. Apakah yang dinamakan akhlak menurut anda?

2. Sebutkan cirri-ciri akhlak yang baik menurut anda?

3. Apakah anda mendapatkan pendidikan akhlak di pesantren Assalafiyah?

4. Bagaimana pendidikan akhlak uang diberikan kepada anda?

C. Wawancara dengan Masyarakat Sekitar Pesantren Assalafiyah Luwungragi

Bulakamba Brebes.

1. Bagaimana akhlak santri pesantren Assalafiyah menurut anda?

2. Apa yang biasa dilakukan santri terhadap masyrakat?

3. Apakah santri memberikan contoh yang baik kepada masyarakat?

Page 68: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

STRUKTUR KEPENGURUSAN PESANTREN

MASA BAKTI 2011-2014

Pengasuh : KH. Subhan ma’mun

Penasehat : Ust. Tanthowi

Ust. Ach. Dhamanhuri

Ketua Umum : Nashruddin Suryani

Wakil Ketua : 1. Moh. Akrom

2. Edi Sauhedi

3. Moh. Farkhan

4. Moh. Asad Hadi

Sekretaris I : Huseinul Khuluq

II : Ali Mubarok

Bendahara : Shodiqin

SEKSI BIDANG

Pendidikan : Moh. Khidir

Keamanan Pusat : Moh. Athoillah

Jamiyah : M. Hasan Suyuthi

Pembangunan : Syamsul Falah

Humasy : Achmad Jazuli

Kesenian : Mujahidin

Kebersihan : Hasan Mushlih

Page 69: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

RANGKAIAN KEGIATAN

Pengajian Al-Qur’an Putra-Putri : 05. 00-06. 00 WIB

Kajian Kutubussalaf/ Kitab Kuning : 06. 00-08. 00 WIB

Tahfidzul Qur’an Putri : 07. 00-09. 00 WIB

Sekolah Madrasah Muta’allimin-muta’allimat : 08. 00-12. 00 WIB

Kajian Kutubussalaf/ Kitab Kuning : 13. 00-14. 00 WIB

Sekolah Aliyah Diniyah : 09. 00-12. 00 WIB

Musyawarah/ Takror Putra-Putri : 14. 00-15. 30 WIB

Pengajian Sorogan Disetiap Bilik : 18. 30-19. 20 WIB

Kajian Kutubussalaf/ Kitab Kuning : 20. 00-22. 40 WIB

Kajian FATHUL BARI Selasanan : 15. 00-17. 00 WIB

Ziarah MUASSIS Setiap Jum’at : 12. 30-13. 00 WIB

Jam’iyyah Setiap jum’at Dan Kubro Kliwon : 20. 00-21. 30 WIB

Kajian TAFSIR IBNU KATSIR Setiap Jum’at : 16. 30-17. 45 WIB

Wajar DIKDAS dan Paket C : 15. 00-17. 00 WIB

Page 70: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

KEADAAN SANTRI

Seiring dengan perkembangan setiap tahun pondok pesantren kami

mengalami penambahan peningkatan jumlah santri mukim bebrapa tahun terakhir

hingga sekarang.

Sedangkan santri yang tidak menetap ( santri kalong ) tidak tercatat secara

baik karena tidak ada pendaftaran atau administrasi yang lain. Mereka hanya

mengikuti pengajian kitab kuning saja. Berikut data sensus terakhir :

NO KOMPLEK JUMLAH BILIK JUMLAH

WARGA

1 Komplek I Almanshuriyah 9 107

2 Komplek II Alma’muniyah 9 183

3 Komplek II AZMA (Azizah

Ma’mun) 8 200

4 Assalafiyah 2 4 20

5 Komplek I Putri 7 229

6 Komplek II Putri 7 191

J u m l a h 910

Page 71: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

FASILITAS ADMINISTRASI/TU

Fasilitas Administrasi

NO

KELENGKAPAN

TATA USAHA

JUMLAH KONDISI

1 Komputer 7 Baik

2 Almari Arsip 4 Baik

3 Mesin Tik 2 Kurang Baik

4 Meja TU/Administrasi 2 Baik

5 Sound System 1 Paket Baik

6 Kamera Digital 1 Baik

SARANA DAN PRASARANA

Fasilitas Sarana Bangunan

NO SARANA FISIK JUMLAH KONDISI

1 Asrama/Komplek 6 Baik

2 Madrasah 16 lokal Baik

3 Kantor Pusat 2 Baik

4 Kantor Asrama 6 Baik

5 Musholla 3 Baik

Page 72: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

6 Aula Serba Guna 1 Baik

7 Kamar Tidur 45 Baik

8 Perpustakaan 2 Kurang Baik

9 Ruang Teknis 1 Baik

10 Kamar Mandi 32 Baik

11 Toilet/WC 23 Baik

12 Tempat Wirausaha 6 Baik

13 Gudang 1 Kurang Baik

Adapun jumlah pengajar keseluruan di pondok peantren yang ada di lembaga

pendidikan atau Madrasah adalah 43 Ustadz/guru,yang meliputi :

1. Ustadz TPA : 5 orang

2. Ustadz Muta’allimin-Muta’allimat : 34 orang

3. Ustadz yang mengajar di Aliyah : 7 orang

Page 73: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

KEDIAMAN PENGASUH PESANTREN

ASSALAFIYAH LUWUNGRAGI

PENGASUH BESERTA KELUARGA

MASJID JAMI’ AL-ISTIQOMAH

MUSHOLA BAMBU PESANTREN

Page 74: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

GERBANG UTAMA PESANTREN

ASSALAFIYAH LUWUNGRAGI

KANTOR PUSAT PESANTREN

TEMPAT WUDU

KOMPLEK I PONDOK PUTRI

KOMPLEK II PONDOK PUTRI

KOMPLEK I AL-MANSYURIAH

PONDOK PUTRA

Page 75: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

KOMPLEK III PUTRA

KOMPLEK II PUTRA

AULA PESANTREN

PENGISIAN AIR MINERAL

PESANTREN

WAWANCARA DENGAN TOKOH

MASYARAKAT

WAWANCARA DENGAN WARGA

Page 76: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

WAWANCARA DENGAN SANTRI

PUTRI

WAWANCARA DENGAN PENGURUS

WAWANCARA DENGAN SANTRI

WAWANCARA DENGAN KEPALA

MADRASAH

WAWANCARA DENGAN PENGURUS

WAWANCARA DENGAN ALUMNI

Page 77: PEMIKIRAN KEAGAMAAN ASPEK AKHLAK SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/115/jtptiain-gdl-andyw... · Kajiannya dilatar belakangi oleh banyaknya nilai-nilai keagamaan

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Andy Warsono

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Brebes, 25 April 1987

3. NIM : 073111002

4. Alamat Rumah : Jl. Irigasi No. 24, Rt. 07/Rw.08,

Ds. Klampok – Kec. Wanasari – Kab. Brebes.

HP : 0819 0257 8527

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SDN 4 Siasem Wanasari Brebes, ditempuh selama 6 (enam) tahun, dari

tahun 1995 s/d 2001.

b. MTs. Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes, ditempuh selama 3

(tiga) tahun, dari tahun 2001 s/d 2004.

c. MAN 1 Brebes, ditempuh selama 3 (tiga) tahun, dari tahun 2004 s/d

2007.

2. Pendidikan Non-Formal

Madrasah Diniyah Awaliyah Mansya’ul Ulum Luwungragi Bulakamba

Brebes, ditempuh selama 4 (empat) tahun, dari tahun 1999 s/d 2003.

Semarang, 29 November 2011

Andy Warsono

NIM: 073111002


Top Related