Download - PEMERIKSAAN UROLITHIASIS
PEMERIKSAAN UROLITHIASIS
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit
yang ditimbulkan. (ahuja)
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok
Pemeriksan fisik khusus urologi:
– Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal
– Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
– Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
– Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang penting pada batu saluran kemih ada 2 jenis yaitu
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan laboratorium
berprinsip mengetahui tingkatan faktor risiko pasien dengan melihat kadar zat dan
keadaan yang potensial membentuk batu saluran kemih. Pada radiologi pemeriksaan
bertujuan untuk melihat apakah ada batu atau tidak pada saluran kemih pasien.( ahuja)
Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis
- Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan
pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan
kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin
yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen,
darah samar dan nitrit. Dilakukan pada semua penderita urologi. Untuk
pemeriksaan, sampel urin perlu dikumpul.Urin yang diguna adalah urin 24
jam.
- Cara pengambilan urin 24 jam adalah:
Pada hari 1, buang air kecil setelah bangun di pagi hari. Kemudian
pegumpulan urin dilakukan ke dalam wadah khusus selama 24 jam.Wadah
disimpan kedalam lemari es atau tempat yang dingin selama periode
koleksi. Wadah diberi label dengan nama , tanggal, dan waktu
pengambilan.
- Cara pengambilan urin:
• pria: arus tengah (midstream)
• perempuan: Midstream urin dengam kateter
• neonatus dan bayi: spp (supra pubic puncture/aspiration)
- Penilaian urin:
Makroskopik: warna, kekeruhan, Berat jernih, pH
Mikroskopik: sel, silinder (cast), kristal, bakteria, ragi, parasit
Kimiawi: urine dipsticks (darah, protein, glukosa, keton, urobilinogen &
bilirubin, leukosit).
2. Pemeriksaan Darah
- Darah lengkap: Hemoglobin, leukosit, Laju endap darah (LED)
- Faal ginjal: BUN dan kreatinin serum. Bertujuan untuk mencari
kemungkinan penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien
menjalani pemeriksaan foto IVP.
- Kadar elektrolit
Untuk mencari faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain
kadar : kalsium, oksalat, fosfat maupun urat didalam darah maupun urine).
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaaan radiologi yang dilakukan bisa foto polos abdomen, IVP
(Intravenous Pyelogram), USG (Ultrasonography), dan CT-scan (Computed
Tomography Scan). (ahuja)
1. Foto Polos Abdomen (BNO)
Secara umum, yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen adalah
bayangan, besar(ukuran), dan posisi kedua ginjal.Dapat pula dilihat kalsifikasi
dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal dan harus
perhatikan batas muskuli Psoas kanan dan kiri.(Rasyad S.)
Pada kasus urolithiasis,pembuatan foto polos abdomen yang merangkup ginjal,
ureter dan buli – buli dapat:
Menunjukkan ukuran bentuk dan posisi batu
Membedakan batu radioopak/kalsifikasi
Keterbatasan pemeriksaan foto sinar tembus abdomen adalah tidak dapat untuk
menentukan batu radiolusen, batu kecil dan batu yang tertutup bayangan struktur
tulang. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu dalam ginjal dan luar
ginjal. (Colella)
Gambar 1A & 1B: Gambaran kalsifikasi(nefrokalsinosis) kedua-dua
ginjal(Sriram)
Gambar 1A: Foto polos abdomen
Gambar 1B: CT abdomen non Kontras
Gambar a & b : Gambaran pada seorang perempuan, 17 tahun dengan sistinuria.
Gambar a: Foto polos abdomen menunjukkan gambaran urolithiasis pada bagian
kiri(bulatan)
Gambar b: Pielografi intravenous menunjukkan gambaran hidronefrosis pada
bagian kiri disebabkan urolithiasis(anak panah) (urolithiasis)
Gambaran foto polos abdomen menunjukkan kalsifikasi pada bagian kiri sistem
kemih (smith)
2. Pielografi intravenous (IVP)
IVP merupakan suatu tipe X-ray yang memvisualisasi ginjal dan ureter setelah
injeksi intravena bahan kontras. Setelah injeksi, kontras bergerak melalui ginjal,
ureter, dan vesica urinaria. Foto diambil dalam beberapa interval waktu untuk
melihat pergerakan ini. IVP dapat memperlihatkan ukuran, bentuk dan struktur
ginjal, ureter dan vesica urinaria. Juga untuk mengevaluasi fungsi ginjal, deteksi
penyakit ginjal, batu ureter dan vesica ureter, pembesaran prostat, trauma dan
tumor. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.(Malueka)
Pada kasus urolithiasis, IVP telah dianggap sebagai alat dignostik utama. IVP
digunakan untuk menunjukkan (Colella) :
Informasi anatomi dan fungsi
Identifikasi lokasi batu dan ukurannya
Keberadaan dan keparahan obstruksi saluran kemih
Abnormalitas renal atau ureteral
Dibandingkan dengan foto polos abdomen, IVP mempunyai sensitivitas yang
lebih besar (64% hingga 87%) dan spesifitas (92% hingga 94%) untuk
mendeteksi urolithiasis. Namun pada batu radiolusen non obstruksi, IVP tidak
memberikan gambaran “filling defect”. (Portis)
Gambaran IVP menunjukkan batu rata pada ginjal bagian kanan.(smith)
Gambaran IVP menunjukkan simptomatik kalik divertikula bagian kanan dengan
urolithiasis (SMITH-urology)
3. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan dimana memberi gelombang
bunyi ultra pada organ dan menangkap gelombang bunyi ultra yang dipantulkan
kembali oleh organ-organ yang berbeda kepadatannya. USG merupakan
pemeriksaan non invasif yang dapat dilakukan secara bed-side dan relatif tidak
mahal. Pemeriksaan ini cukup efektif dan akurat dalam mendeteksi adanya abses
renal, pyohidronefrosis, atau adanya batu saluran kemih. Selain itu USG juga
cukup baik dalam menilai parenkim ginjal, ketebalan korteks ginjal, mendeteksi
hidronefrosis, dilatasi ureter distal, menilai kondisi kandung kemih dan
dindingnya, dan adanya ureterocele. Pada kasus urolithiasis, USG dapat
menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu. Biasanya pemeriksaan ini
dikombinasikan dengan foto polos abdomen untuk menentukan hidronefrosis atau
pelebaran ureter yang berhubungan dengan kecurigaan adanya batu saluran kemih
yang ditemukan pada foto polos. Batu yang mudah terlihat dengan USG
(gambaran echoic shadow) namun tidak terlihat pada foto polos mungkin
merupakan batu asam urat atau sistin. Selain itu, USG dapat mendeteksi adanya
pionefrosis atau pengkerutan ginjal. Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan
hamil dan pasien yang alergi kontras radiologi. Melalui pemeriksaan ini dapat
diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem ductus kolektikus.
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter,
dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen. (smith)
Penampakan ultrasonografi dari batu ginjal. Batu ginjal tidak tampak sebagai
gambaran batu bulat yang mencolok, tetapi diidentifikasi sebagai bayangan
hipoechoic ‘acoustic shadow’, yang ditunjukkan tanda panah.(smith)
Gambaran USG yang memperlihatkan urolitiasis dan batu kandung kemih. A: batu
seperti pasir pada buli-buli dengan ‘acoustic shadow’ yang lemah. B: batu seperti
pasir pada pelvis ginjal kanan dengan ‘acoustic shadow’.(smith)
4. Computerized Tomograpy Scan ( CT Scan )
Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak.
Pemeriksaan dengan CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu
yang ada di ginjal. Dapat bersifat informatif tentang morfologi dan kelainan
ginjal, beserta morfologi batu. Unenhanced helical CT scan merupakan pilihan
modalitas gambaran untuk memeriksa kemungkinan kalkulus sekarang ini. Hal
ini dikarenakan CT scan memiliki tingkat sensitivitas 97%, spesifitas 96% dan 97
% dalam ketepatan diagnosis batu. Kesemua batu saluran kemih tampak putih
(opak) pada CT Scan. Banyak batu yang tampak seperti gambaran radiolusen
seperti batu asam urat dapat terlihat pada CT scan. CT scan juga memegang
peranan penting dalam mengevaluasi hidronefrosis dan hidroureter. (farmacia)
Proses pemeriksaan CT urografi :
Pasien disarankan tidak makan padat 4 jam sebelum pemeriksaan. Sebelum
pemeriksaan pasien minum air putih sebanyak 500-600 ml untuk menjamin
keadaan hidrasi yang terjaga baik sehingga ekskresi urin akan maksimal dan
menghasilkan opasifikasi dan distensi optimal traktus urinarius bagian atas. 2-3
menit sebelum penyuntikan kontras media, disuntikkan 10 mg furosemide
intravena. Pemberian furosemide akan menghasilkan opasitas maksimal pada
pelviokalises dan ureter. Kontras diberikan intravena sebanyak 100 ml dengan
konsentrasi 300 mg I/mi dan kecepatan 3 ml- /detik. Scan dilakukan 100 detik
pasca kontras untuk visualisasi fase nefrografik, dan 10-12 menit pasca kontras
untuk visualisasi fase ekskresi. Bila opasitas segmental traktus urinarius belum
memadai dapat dilakukan delayed scan pada posisi pasien telungkup.Seluruh
pemeriksaan terdiri dari 3 akuisisi CT scan, akuisisi pertama dan terakhir
mencakup seluruh abdomen pelvis, sementara akuisisi kedua hanya pada daerah
ginjal saja. lrisan aksial yang dihasilkan pada pemeriksaan CT urografi, dapat
diolah dalam bentuk multiplanar reformasi (koronal, oblik, sagital) atau
rekonstruksi 3 dimensi. (Preminger)
Batu ginjal pada computed tomography (CT) scan. Dengan menggunakan CT heliks
nonkontras dapat membantu dalam mengidentifikasi batu ginjal (yang dilingkari)
(Preminger)
Gambaran CT Scan yang menunjukkan batu ginjal pada ginjal kiri.(ahuja)
Gambaran CT Scan yang menunjukkan batu ginjal bilateral.(ahuja)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahuja, T.A et al, 2006. Renal Calculus. In : Case Studies in Medical Imaging. By:
Cambridge University Press pg 318-322.
2. Smith J.K., 2011. Urinary Calculi Imaging. Available from :
http://www.emedicine.medscape.com/overview/381993.htm [Accessed 12
Oktober 2012]
3. Preminger, M.G, 2000. Urolithiasis : Detection and Management with
Unenhanced Spiral CT-A Urologic Perspective. In: Urology (207) pg 308-309
4. Farmacia, 2009. CT Urografi. Available from : http://www.majalah-farmacia.com
[Accessed 12 Oktober 2012]
5. Rasyad, Syahriar, dkk., Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
1998
6. Colella J., Kochis E.,Galli B., Munver R., 2005. Urolithiasis/Nephrolithiasis:
What’s it all about?. In: Urologic Nursing 25:6 http://www.ed-nurse.com/wp-
content/uploads/2012/01/Renal-Colic-Whats-It-All-About.pdf [ Accessed on : 14
October 2012]
7. Sriram K., Kekre N.S., Gopalakrishnan G.2007. Primary hyperoxaluria and
systemic oxalosis. In: Indian J Urol. Available from:
http://openi.nlm.nih.gov/detailedresult.php?img=2721506_IJU-23-79-
g001&query=the&fields=all&favor=none&it=none&sub=none&sp=none&req=4
&simCollection=2749835_1532-429X-11-34-2&npos=50&prt=3 [ Accessed on :
14 October 2012
8. Urolithiasis. Available from:
http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/pedistrics/classes_stud/
%D0%94%D0%B8%D1%82%D1%8F
%D1%87%D0%B0%20%D1%85%D1%96%D1%80%D1%83%D1%80%D0%B
3%D1%96%D1%8F/English/5%20course/Urolithiasis.%20Syndrome%20of
%20swollen%20scrotum..html [Accessed on: 14 October 2012]
9. Maleuka R.G.,Urogenital.In: Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press,
Yogyakarta, 2008
10. Portis A.J., Sundaram P., 2001. Diagnosis and Initial Management of Kidney
Stones. In: American Family Physician. 63:7. Pg 1329-1338
11. Stoller M.L., Urinary Stone Disease. In: Tanagho E.A., McAninch J.W., Smith’s
General Urology . Ed:17th. Lange McGraw Hill. 2008. Pg 272