PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT
NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
DENGAN METODE SAINTIFIK
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Erlita Mega Ananta
NIM: 121224087
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT
NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
DENGAN METODE SAINTIFIK
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Erlita Mega Ananta
NIM: 121224087
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT
NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
DENGAN METODE SAINTIFIK
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT
NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
DENGAN METODE SAINTIFIK
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Persembahan
Karya ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku tercinta, Anna Tukirah dan Yohanes Riyanto
Adikku, Arsenius Agung Mahardhika
Serta segenap keluarga besarku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Kerjakanlah, apa yang menjadi tugasmu akan selesai jika kamumengerjakannya (penulis).
Bergeraklah, apa yang ada di sekitarmu bisa berubah jika kamubergerak (penulis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
Erlita Mega Ananta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Erlita Mega Ananta
NIM : 121224087
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya berikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT
NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
DENGAN METODE SAINTIFIK
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
Dengan demikian saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 16 Agustus2016
Yang menyatakan
Erlita Mega Ananta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Ananta, Erlita Mega. 2016. Pembelajaran Tema dan Amanat Novel IbukKarya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMAKelas XI Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP,Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan saintifikdalam pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan untukpembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1. Penelitian ini menggunakanmetode deskriptif kualitatif sehingga menghasilkan data dalam bentuk kutipankata-kata.
Pembelajaran tema dan amanat yang dideskripsikan dalam novel Ibukkarya Iwan Setyawan meliputi lima langkah pendekatan saintifik yaitu: (1) Pesertadidik diminta untuk membaca novel Ibuk bab 27 karya Iwan Setyawan(mengamati), (2) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untukbertanya apabila ada informasi yang tidak dipahami dari apa yang telah diamati(menanya), (3) Peserta didik membuat sinopsis bab 27 dalam novel Ibuk karyaIwan Setyawan, (4) Menentukan tema dan amanat berdasarkan tingkatannya danteknik amanat (pengumpulan data), (5) Peserta didik dibagi ke dalam beberapakelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut pesertadidik saling bekerja sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru.Kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (mengasosiasi), (6) Gurudan peserta didik sama-sama menyimpulkan hasil analisis data tersebut(mengomunikasikan). Hasil penelitian terhadap tema dan amanat novel Ibukkarya Iwan setyawan dapat disimpulkan bahwa tema keseluruhan novel tersebutialah tema sosial. Dapat dikatakan demikian karena masalah-masalah yang seringmuncul di dalam novel tersebut merupakan masalah-masalah sosial sepertimasalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih dan hubunganatasan-bawahan. Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawanadalah mengajak para pembaca untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan olehpara tokoh di dalam novel. Terutama sifat pantang menyerah dan semangat untukterus belajar yang dimiliki oleh tokoh Bayek.
Berkaitan dengan pembelajaran sastra, tema dan amanat dalam novelIbuk karya Iwan Setyawan dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran di SMAkarena masuk ke dalam bagian Standar Kompetensi 7 yaitu memahami berbagaihikayat, novel Indonesia/terjemahan, serta Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisisunsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Peneliti jugamenyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan untuk mencapai SK dan KD.
Kata kunci: Saintifik, Bahan Pembelajaran, dan Membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Ananta, Erlita Mega. 2016. The Study of Theme and The Message in IwanSetyawan’s Ibuk with Scientific Method for Senior High SchoolStudent Class XI Semester I.Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University.
This research aims to describe a scientific approach to the theme andmessage learning in Ibuk by Iwan Setyawan for literature learning for firstsemester sophomores. This research applies a descriptive qualitative method.Therefore, the data are in the form of words.
The theme and message learning described in Ibuk by Iwan Setyawancovers five scientific approach steps: (1) Asking the students to read chapter 27 inIbuk (observing), (2) Letting the students ask if there is some information they donot understand (asking), (3) Asking the students to make a synopsis of chapter 27in Ibuk, (4) Asking the students to decide the theme and messages based on thelevels and message technique (collecting data), (5) Dividing the students intogroups consisting of 4-5 persons. In the group, the students work together toanswer the questions given. After that, they present the group result (associating),(6) Agreeing with the students on concluding the data analysis result(communicating). The result of the theme and messages in Ibuk by Iwan Setyawanis that the overall theme of the novel is social theme since social problems, likeeconomy, education, culture, struggle, love, and social class problems, dominatethe novel. The message underlying the novel is to encourage its readers to followgood deeds done by its characters: Bayek’s determination and spirit to study.
The theme and message in Ibuk by Iwan Setyawan is able to become areference in learning literature for high school students since it is a part ofCompetence Standard 7 (understanding various hikayat and Indonesian/translatednovels) and Basic Competence 7.2 (analyzing intrinsic and extrinsic elements inIndonesian/translated novels). To conduct this research, syllabus and lesson plansare also prepared in order to fulfill the competence standard and basiccompetence.
Keyword: Scientific, Learning Material, and Reading.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pembelajaran
Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik
untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” dengan baik untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat dukungan,
semangat, bimbingan, nasihat, dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak arahan, bimbingan serta kesabaran demi terselesainya
skripsi ini.
4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang bermanfaat dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama perkuliahan.
6. Bapak Robertus Marsidiq, selaku sekretaris PBSI yang telah memberikan
pelayanan administrasi di Prodi PBSI.
7. Orang tuaku, Anna Tukirah dan Yohanes Riyanto yang selalu mendukung,
memberikan semangat, kasih sayang dan mendoakan penulis agar skripsi ini
dapat segera selesai.
8. Adikku, Arsenius Agung Mahardhika yang telah mendukung dan menjadi
penyemangat bagi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Tanteku, Nanik Apriyani yang telah memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
10. Omku, Suwadi yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
11. Keponakanku, Angga Fredy Kurniawan yang telah memberikan motivasi
serta semangat kepada penulis.
12. Si Kembar Katreen Jasmina Sekar Seto, Katreena Rosea Sekar Mirah yang
telah memberikan motivasi serta semangat kepada penulis.
13. Sepupuku, Rosalia Purwaningtyas yang telah memberikan semangat kepada
penulis.
14. Yang teristimewa untuk Bernadus Bin Frans Resi yang selalu memberikan
semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
15. Sahabatku, Maria Oki Marlina Sinaga yang selalu menyemangati dan
menemani penulis selama penyusunan skripsi ini.
16. Teman-teman dekatku, Dewi Yulianti, Theresia Novita Dwi Puspitasari, Citra
Astutiningsih, Elicha Bonita Turnip, Erwanda Wardani, Hilarion Wahyu
Prasetya Widhi, Didi Setiadi, Septin Lovenia Indrati, Adi Desetyawan, Maria
Ninda Yulianita, Christina Cahyaning Apsari, Ivoni Rambu Padu Leba yang
selalu memberikan semangat bagi penulis.
17. Teman-teman PBSI angkatan 2012 kelas C, terima kasih atas kebersamaan
kita selama perkuliahan.
18. Semua pihak yang membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016
Penulis
Erlita Mega Ananta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTO ............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR.................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.5 Batasan Istilah ................................................................................... 8
1.6 Sistematika Penyajian ...................................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 11
2.1 Penelitian Relevan ............................................................................ 11
2.2 Kajian Teori ...................................................................................... 13
2.2.1 Pendekatan Saintifik ............................................................... 13
2.2.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik ................................... 13
2.2.1.2 Karakteristik Pembelajaran dengan Metode
Saintifik.......................................................................... 15
2.2.1.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik.......................................................................... 15
2.2.1.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik.......................................................................... 16
2.2.1.5 Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik ..................................................... 17
2.2.1.6 Tabel 1 Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Scientific...... 19
a) Mengamati (Observing) .......................................... 20
b) Menanya (Questioning) .......................................... 21
c) Mengumpulkan Informasi ....................................... 22
d) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar
(Associating) ........................................................... 23
e) Mengomunikasikan Pembelajaran ........................... 24
f) Membentuk Jejaring (Networking) ......................... 25
2.2.2 Hakikat Novel ......................................................................... 28
2.2.3 Tema ........................................................................................ 29
2.2.4 Amanat ..................................................................................... 33
2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA .................................................. 34
2.2.5.1 Tahap Pembelajaran Sastra di SMA ............................. 34
1) Bahasa ....................................................................... 34
2) Psikologi ................................................................... 35
3) Latar Belakang Budaya ............................................. 37
2.2.5.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ................ 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.5.3 Silabus .......................................................................... 39
1) Tiga Cara Pengembangan Silabus ............................ 39
2) Tujuh Prinsip Dasar Pengembangan Silabus ............ 40
3) Lima Langkah Penting Pengembangan Silabus ........ 41
4) Tujuh Komponen Utama Silabus ............................. 43
5) Format Silabus .......................................................... 44
2.2.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................... 44
2.2.7 Kerangka Berpikir ................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 48
3.1 Jenis Penelitian (kualitatif) .............................................................. 48
3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 48
3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 49
3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................... 50
3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 52
4.1 Deskripsi Data................................................................................... 52
4.2 Hasil Analisis yang Ditemukan dalam Novel Ibuk Karya Iwan
Setyawan ........................................................................................... 53
4.2.1 Mengamati ............................................................................... 53
4.2.2 Menanya ................................................................................... 53
4.2.3 Membuat Sinopsis Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan ............ 53
4.2.4 Pengumpulan Data ................................................................... 86
a. Tema....................................................................................... 86
b. Amanat................................................................................... 111
4.2.5 Mengasosiasi ............................................................................ 143
4.2.6 Mengomunikasikan .................................................................. 145
4.2.7 Silabus....................................................................................... 146
4.2.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 171
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 171
5.2 Saran ................................................................................................... 174
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 175
LAMPIRAN ................................................................................................... 177
BIODATA ...................................................................................................... 184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra sebagai pelajaran di sekolah merupakan materi yang memiliki peranan
penting untuk memicu kreativitas siswa. Dengan membaca karya sastra,
penginderaan seseorang menjadi peka terhadap realitas kehidupan.
Perkenalan terhadap sastra merupakan tahap pertama untuk menimbulkan
kesadaran (awareness) pada siswa mengenai adanya kesususastraan sebagai
bagian dari pengejawantahan kesanggupan berbahasa. Tahap ini segera harus
disusul dengan usaha membangkitkan minat (interest) terhadap sastra sebagai
manifestasi kebahasaan, dan beranjak dari kedua tahap tersebut, diharapkan
terbentuklah sikap (attitude) yang apresiatif terhadap sastra pada umumnya. Tidak
mungkin tumbuh sikap apresiatif tanpa didahului oleh bangkitnya minat terhadap
sastra. Sementara itu, timbulnya minat tidak mungkin terjadi tanpa didahului oleh
perkenalan yang menyadarkan peserta didik akan adanya berbagai ragam sastra
sebagai manifestasi kebahasaan. Dalam hubungan inilah kita perlu
memperhatikan faktor-faktor pedagogik dan didaktik yang disesuaikan dengan
perkembangan usia anak. Penyediaan materi yang sesuai dengan tahap
perkembangan siswa serentak dengan metode mengajar yang tepat niscaya bisa
menghasilkan kesadaran dan minat serta sikap apresiatif terhadap sastra
(Sarumpaet, 2002: 8-9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Ada banyak bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel
merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak
mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang
melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu
alur (Tarigan, 2012: 16).
Novel merupakan jenis sastra yang sedikit banyak memberikan gambaran
tentang masalah kemasyarakatan (Damono, 1979: 3) . Novel menampilkan
masalah peranan manusia dalam keluarga dan lembaga-lembaga sosial lain di
samping pertikaian dan ketegangan antar kelompok dan antar kelas sosial.
Dari pengertian novel di atas, dapat disimpulkan bahwa novel ialah suatu
bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi. Di dalamnya banyak
mengungkapkan masalah-masalah kehidupan seperti peranan manusia dalam
keluarga dan lembaga sosial lain di samping pertikaian dan ketegangan antar
kelompok dan antar kelas sosial.
Dalam sebuah novel, terdapat unsur-unsur yang membangun novel itu sendiri,
yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas. Secara garis besar,
macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah
unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang
dimaksud misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang
penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1995: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi
tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra. Unsur yang dimaksud adalah biografi dan psikologi pengarang. Unsur
ekstrinsik yang lain misalnya pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni
yang lain, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 1995: 24). Terkait dengan unsur-unsur
yang membangun sebuah novel, peneliti membatasi hanya pada tema dan amanat
untuk diimplementasikan ke dalam pembelajaran.
Tema merupakan gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam
suatu tulisan atau karya fiksi (Raminah Baribin dalam Wahyuningtyas, 2011: 2).
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar
mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya (Sumardjo &
Saini, 1986: 56). Tema dikemas dalam bentuk pengamatan pengarang akan
kehidupan seseorang.
Dari pengertian tema di atas, dapat disimpulkan bahwa tema ialah sesuatu
yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan, dalam menulis ceritanya, penulis
tidak hanya ingin bercerita namun ingin mengatakan sesuatu kepada pembacanya.
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca (Siswanto, 2008: 147). Pesan untuk
berbuat baik dalam karya sastra disebut dengan moral, moral tersebut dapat
dikatakan sebagai amanat yang mengandung nilai-nilai tentang ajaran moral yang
ditonjolkan melalui pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian atau penjelasan
yang di dalamnya mengandung seruan, saran, nasihat, anjuran, dan larangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Amanat seringkali disebut moral. Moral menurut (Kenny via Nurgiyantoro,
2005: 321) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan
ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil lewat cerita yang
bersangkutan oleh pembaca.
Dari pengertian amanat di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat ialah pesan
yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca yang mengandung seruan,
saran, nasihat, anjuran dan larangan. Biasanya bersifat praktis dan dapat diambil
lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
Menganalisis unsur intrinsik novel merupakan salah satu kompetensi dasar
yang ada dalam KTSP jenjang SMA. Dalam hal ini, pembelajaran yang dirancang
oleh peneliti dapat membantu peserta didik untuk menganalisis unsur intrinsik
yang terdapat di dalam novel.
Sehubungan dengan pembelajaran sastra di sekolah, sebaiknya guru
memperhatikan pemilihan bahan pengajaran sastra, ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan guna menunjang keberhasilan pembelajaran sastra itu sendiri.
Ketiga aspek tersebut yaitu bahasa, psikologi dan latar belakang budaya. Alasan
mengapa peneliti memilih novel Ibuk karena dilihat dari segi bahasanya, novel
tersebut menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami. Dari segi psikologi,
anak usia 16 tahun sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi
juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis
suatu fenomena. Siswa dapat berelaborasi untuk menemukan, merumuskan
konsep-konsep abstrak tersebut dalam novel Ibuk. Dari segi latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
budayanya, novel Ibuk menggunakan keluarga sebagai latar belakang budayanya.
Biasanya, siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar
belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka,
terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan
mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang
disekitar mereka (Rahmanto, 1988: 31).
Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud “pikiran”
di sini adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan
mental manusia (Sumardjo & Saini, 1986: 2). Adapun karya sastra yang baik
adalah karya sastra yang setelah dibaca, pembacanya akan merasa menemukan
atau memperoleh sesuatu yang dia perlukan, sesuatu yang tidak sekadar dapat
memperluas wawasannya, tetapi sesuatu yang sekaligus dapat memperkaya
kehidupan batinnya. Upaya memenuhi tuntutan yang menyangkut kehidupan batin
ini erat kaitannya dengan keberadaan sastra dalam konteks kebudayaan
(Sarumpaet, 2002: 14-15).
Karena keterbatasan waktu, maka peneliti hanya akan menggunakan bab 27
untuk diimplementasikan ke dalam pembelajaran. Bab 27 ini menceritakan
tentang perjalanan karir bayek setelah lulus kuliah dari IPB. Bayek mengikuti
wawancara untuk dapat bekerja di Jakarta. Dari hasil wawancara tersebut, Bayek
akhirnya mendapatkan panggilan kerja di Jakarta. Selama tiga tahun Bayek
bekerja di Jakarta. Benih yang Bayek tanam selama tiga tahun mendatangan
sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan mengubah hidup Bayek dan
keluarganya. Sebuah tawaran kerja di New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Peneliti menggunakan metode saintifik dalam menganalisis tema dan amanat
novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Metode saintifik dipilih karena peneliti
menyadari bahwa siswa jenuh apabila guru mengajar menggunakan metode
ceramah. Maka dari itu, siswa membutuhkan hal baru untuk membangkitkan
semangat mereka dalam belajar sastra. Metode saintifik dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami beragam materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru (Hosnan, 2014: 34). Jadi, peserta
didik akan diajak untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi
dan mengomunikasikan tentang unsur-unsur intrinsik dalam novel Ibuk,
khususnya tema dan amanat. Oleh karena itu, peneliti memilih judul
“Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan
Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semeser 1”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini ialah bagaimana penerapan pembelajaran tema dan amanat novel
Ibuk karya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk siswa SMA kelas XI
Semester I?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini ialah mendeskripsikan penerapan pembelajaran tema dan amanat
novel Ibuk karya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk siswa SMA kelas
XI Semester I.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan peneliti
sendiri.
1.4.1 Manfaat bagi guru
Membantu guru dalam mengajarkan pembelajaran sastra khususnya
tentang menganalisis unsur intrinsik novel dengan menggunakan metode saintifik.
1.4.2 Manfaat bagi siswa
Membantu siswa untuk lebih memahami tentang unsur intrinsik dalam
novel, khususnya tema dan amanat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.4.3 Manfaat bagi mahasiswa
Memberikan sumbangan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan
metode saintifik dan objeknya.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti
Menambah pengetahuan mengenai sastra khususnya unsur intrinsik yaitu
tema dan amanat.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganlisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan” (Hosnan 2014: 34).
1.5.2 Belajar sastra pada dasarnya adalah belajar bahasa dan praktek. Belajar
sastra harus selalu berpangkal pada realisasi bahwa setiap karya pada pokoknya
merupakan kumpulan kata yang bagi siswa harus diteliti, ditelusuri, dianalisis, dan
diintegrasikan (Rahmanto, 1988: 38).
1.5.3 Novel seperti halnya bentuk prosa yang lain, sering memiliki struktur yang
kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur seperti latar, perwatakan,
cerita, teknik cerita, bahasa, tema (Rahmanto, 1988: 70).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5.4 Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita (Stanton dan Kenny
via Nurgiyantoro, 1995: 67).
1.5.5 Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar di dalam karya modern,
amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama, pada umumnya amanat
tersurat (Siswanto, 2008: 161-162).
1.5.6 Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan (KBBI).
1.5.7 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakana oleh masing-masing satuan
pendidikan/sekolah (Muslich, 2007: 17).
1.5.8 Silabus dartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2008:
132).
1.5.9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas
(Muslich, 2007: 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian ini dibagi menjadi lima bab yaitu bab I pendahuluan, bab II
landasan teori, bab III metodologi peneltian, bab IV pembahasan dan bab V
penutup. Adapun setiap babnya dibagi menjadi beberapa sub bab. Bab I terdiri
dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah, sistematika penyajian. Bab II terdiri dari penelitian yang relevan,
kajian teori. Bab III terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data. Bab IV terdiri dari
deskripsi data, pembahasan hasil analisis yang ditemukan dalam novel Ibuk karya
Iwan Setyawan. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Relevan
Dalam penelitian Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan
Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1 ini,
peneliti menemukan dua penelitian yang relevan. Penelitian tersebut dilakukan
oleh Yustina Friska Happy Wulandari (2011) dan Cicilia Nian Erika (2011).
a. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yustina Friska Happy Wulandari
(2011) dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Datar dengan
Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1
Kalibawang” penelitian tersebut merupakan penelitian pengembangan
yang mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori
Van Hiele dengan menggunakan pendekatan saintifik. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan yaitu terdiri dari (1) Silabus, (2) RPP,
(3) LKS, (4) bahan ajar, (5) penilaian. Berdasarkan pengembangan
perangkat pembelajaran yang telah dilakukan, kualitas dari produk yang
dihasilkan mendapatkan nilai 3,29 dengan kategori sangat baik.
Sedangkan uji respon siswa mendapatkan nilai 3,39 dengan kategori
sangat tinggi. Tahap berpikir siswa sebelum dan sesudah uji coba produk
apabila ditulis dalam presentase siswa yang tahap berpikirnya tetap pada
tahap visualisasi sebesar 7,7%. Siswa yang tahap berpikirnya tetap pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada
pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar
42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis
kemudian menjadi pada tahap berpikir abstraksi sebesar 34,6%. Dengan
kata lain, siswa yang tahap berpikir antara sebelum dan sesudah
melaksanakan uji coba produk sebesar 23,1% dan siswa yang tahap
berpikirnya menjadi lebih baik sebesar 76,9%.
b. Kedua, penelitian Cicilia Nian Erika (2011) yang berjudul “Efektivitas
Pendekatan Saintifik Berbasis Teks pada Pembelajaran Teks Ulasan
Film/Drama di Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun ajaran
2014/2015”. Cicilia Nian Erika melakukan penelitian bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran teks
ulasan film/drama melalui pendekatan saintifik berbasis teks di kelas XI
IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Pendekatan
saintifik berbasis teks dapat meningkatkan kompetensi pembelajaran teks
ulasan film/drama, yaitu kelas XI IPS SMA Negeri Yogyakaarta semester
genap.
Persamaan berdasarkan penelitian yang pertama yaitu sama-sama
menggunakan pendekatan saintifik dalam implementasi pembelajarannya.
Namun, penelitian yang pertama untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran sedangkan penelitan ini untuk menganalisis unsur tema dan
amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Perbedaan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erni Kustini,
penelitian ini langsung menggunakan metode saintifik untuk menganalisis
tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan untuk pembelajaran
sastra pada siswa SMA kelas XI semester I, sedangkan penelitian yang
dilakukan Cicilia Nian Erika yaitu untuk mengetahui peningkatan kompetensi
siswa dalam pembelajaran teks ulasan film/drama melalui pendekatan saintifik
berbasis teks di kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran
2014/2015.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pendekatan Saintifik
2.2.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik
Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami beragam
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu, kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari
tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-
proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut
harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori
Bruner, teori Piaget, teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori
belajar pertemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner
dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua,
dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu
penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat
mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran
menggunakan metode saintifik (Hosnan, 2014: 34-35).
2.2.1.2 Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Berpusat pada siswa.
2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum, atau prinsip.
3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
mahasiwa.
4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
2.2.1.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyesuaikan suatu masalah
secara sistematik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah.
6) Untuk mengembangkan karakter siswa.
2.2.1.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1) Pembelajaran berpusat pada siswa.
2) Pembelajaran membentuk students self concept.
3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip.
5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa.
6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru.
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi.
8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.2.1.5 Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses
pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), meliputi: menggali informasi
melalui observing/pegamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta dan serta membentuk jaringan/networking. Untuk mata pelajaran,
materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu
tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja
proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah
dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah.
Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan
pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang ini. Scientific
approach (pendekatan ilmiah) adalah pendekatan pembelajaran yang
diterapkan pada aplikasi pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini
berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap
langkah ini proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.
Menurut (Hosnan, 2014: 38) pendekatan ilmiah/scientific approach
mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respons siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespons materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
Sedangan menurut (Hosnan, 2014: 38-39) proses pembelajaran
menyentuh tiga ranah, yaitu attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan
skill/keterampilan (disingkat KSA= Knowledge, Skill, Attitude).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1) Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu mengapa”.
2) Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu bagaimana”.
3) Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu apa”.
4) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
5) Hasil belajar menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
scientific dapat dilihat, seperti tabel berikut.
2.2.1.6 Tabel 1 Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Scientific.
Kegiatan Aktivitas Belajar
Mengamati
(observing)
Melihat, mengamati, membaca, mendengar,
menyimak (tanpa dan dengan alat).
Menanya
(questioning)
Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke
yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan
guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kebiasaan).
Pengumpulan Data
(experimenting)
Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan
yang diajukan,
menentukan sumber data (benda, dokumen, buku,
eksperimen), mengumpulkan data.
Mengasosiasi
(associating)
Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan
dari hasil analisis data; mulai dari unstructured-uni
structure-multistructure-complicated structure.
Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk
lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media
lainnya.
a) Mengamati (Observing)
Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach)
adalah pada langkah pembelajaran mengamati/observing. Metode
observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa
yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode
observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa
keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa
menantang, metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada
objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan
siswa. Item yang dianalisis siswa kemudian digunakan sebagai bahan
penyusunan evaluasi bagi siswa.
Mengamati/observing adalah “kegiatan studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan
pengamatan dan pencatatan”. Dalam kegiatan pembelajaran: siswa
mengamati objek yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah
membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa tau dengan alat).
Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian,
mencari informasi. Dalam hal ini, guru menyajikan perangkat
pembelajaran berupa media pembelajaran. Dalam kegiatan mengamati,
guru menyajikan video, gambar, miniatur, tayangan atau objek asli. Siswa
bisa diajak untuk bereksplorasi mengenai objek yang akan dipelajari
(Hosnan, 2014: 39-40).
b) Menanya (Questioning)
Langkah kedua pada pendekatan ilmiah atau scientific approach
adalah questioning (menanya). Kegiatan belajarnya adalah mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati
atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas,
rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran bertanya.
Dalam pembelajaran, aktivitas bertanya perlu ditingkatkan.
Diprediksi bahwa dalam pembelajaran saat ini, masih banyak siswa yang
belum secara aktif bertanya dalam proses pembelajaran. Apabila hal itu
benar, penyebab kurangnya siswa memberanikan diri untuk bertanya lebih
dikarenakan: (1) siswa merasa dirinya tidak lebih tahu daripada guru,
sebagai akibat dari kebiasaan yang satu arah: (2) adanya ganjalan
psikologis karena guru lebih dewasa daripada usia siswa: (3) kurang
kreatifnya guru untuk mengajukan persoalan-persoalan yang menantang
siswa untuk bertanya. Karena itu, ada dua tugas guru yang perlu
dilakukan, yaitu mencairkan hambatan psikologis antara guru dengan
siswa dan memperkaya topik-topik pembelajaran yang aktual dengan
perkembangan dan kontekstual dengan kebutuhan siswa (Hosnan, 2014:
48-49).
c) Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindakan lanjut
dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak,
memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
informasi. Dalam permendikbud No. 81 A Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau aktivitas
wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Adapun kompetisi yang
diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Pada kegiatan menanya ini, peserta didik diharapkan dapat
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gambar
yang ada. Jika peserta didik mengalami kesulitan, dalam mengungkapkan
pertanyaan, maka guru dapat memberikan panduan pertanyaan awal untuk
kemudian dilanjutkan oleh peserta didik yang lain (Hosnan, 2014: 57).
d) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Associating)
Langkah berikutnya pada scientific approach adalah
(menalar/mengolah informasi). Istilah menalar (associating) dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut
dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta
didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan
situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah
proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meskipun penalaran
nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Kegiatan belajarnya adalah; pertama, mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil mengumpulkan/eksperimen
maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi; kedua, pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber, yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan serta deduktif
dalam menyimpulkan. Pada kegiatan ini, siswa akan menalar, yaitu
menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam
kehidupan sehari-hari (Hosnan, 2014: 67-68).
e) Mengomunikasikan Pembelajaran
Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah
mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan peserta didik dapat
mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara
bersama-sama dalam kelompok, dan atau secara individu dari hasil
kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini
dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui
secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi
sebagaimana pada standar proses.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan
dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat
dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan
benar (Hosnan, 2014: 75-76).
f) Membentuk Jejaring (Networking)
Langkah kelima pada scientific approach adalah networking
(membentuk jejaring). Model networked adalah model pembelajaran
berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data,
keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang
dikuasainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung
mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan,
internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orang tua atau guru yang
dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri,
artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar
dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Menurut pandangan (Robin Forgaty, 1991 dalam Hosnan, 2014:
77) networked merupakan model pemanduan pembelajaran yang
mengandalkan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan
masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa
mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi maupun konteks yang
berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara
terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman
dan kenyataan yang dihadapi siswa.
Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada
kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar. Pada tahapan ini, siswa mempresentasikan
kemampuan mereka mengenai apa yang telah dipelajari sementara siswa
lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa pertanyaan, sanggahan
atau dukungan tentang materi presentasi.
Guru berfungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan ini, semua siswa
secara proporsional akan mendapatkan kewajiban dan hak yang sama.
Siswa akan terlatih untuk menjadi narasumber, menjadi orang yang akan
mempertahankan gagasannya secara ilmiah dan orang yang bisa mandiri
serta menjadi orang yang bisa dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Para siswa melakukan kegiatan networking ini harus dengan
perasaan riang dan gembira tanpa ada rasa takut dan tekanan dari siapa
pun. Guru akan melakukan penilaian autentik dalam proses pembelajaran
ini dan penilaian hasil pembelajaran siswa yang aktif dan berani
mengemukakan gagasan/pendapatnya secara ilmiah tentu akan
mendapatkan nilai yang lebih baik. Siswa yang masih mempunyai rasa
takut dan kurang percaya diri akan terlatih sehingga menjadi pribadi yang
mandiri dan pribadi yang bisa dipercaya. Semua kegiatan pembelajaran
akan kembali pada pencapaian ranah pembelajaran, yaitu ranah sikap,
ranah kognitif dan ranah keterampilan.
Peserta didik membuat jaringan dengan orang lain baik dalam
bidang yang mereka tekuni maupun di luar bidang tersebut dan mereka
menghubungkan ide-ide baru ke dalam ide-ide lama secara kontinu atau
terus-menerus. Peserta didik menyaring semua yang mereka pelajari
melalui kajian para ahli dan membuat koneksi internal yang mengarah ke
jaringan internal ahli bidang terkait. Model ini digambarkan, seperti
sebuah bangun prisma, yaitu merupakan sebuah bangun yang apabila
dilihat dapat menciptakan berbagai dimensi dan arah fokus. Pendidikan
seorang manusia tidak pernah selesai sampai ia mati (Robert E. Lee dalam
Hosnan, 2014: 78).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2.2 Hakikat Novel
Novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur
yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur seperti latar, perwatakan,
cerita, teknik cerita, bahasa, tema (Rahmanto, 1988:70).
Novel merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi, yang
berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang,
namun juga tidak terlalu pendek. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan
sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih
detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks
(Nurgiyantoro, 2005:11).
Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang
banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita
fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif
dalam suatu alur (Tarigan, 2012:16).
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut
serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja,
misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang
penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005:23)
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu,
tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur
yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut
menjadi bagian di dalamnya (Nurgiyantoro, 2005: 23-24). Unsur ekstrinsik
meliputi psikologis dan kejiwaan, historis atau sejarah, dan unsur-unsur lain di
luar teks atau naskah sastra.
2.2.3 Tema
Puncak dalam mempelajari novel sebenarnya menemukan kesimpulan dari
seluruh analisis fakta-fakta dalam cerita yang telah dicerna. Kesimpulan itulah
yang disebut sebagai tema (Rahmanto, 1988: 75). Tema dalam sebuah novel
hendaknya tidak langsung diberikan oleh guru. Mereka harus dibiarkan agar
tumbuh kesadarannya, sebagai hasil pengalaman-pengalaman mereka sendiri
dalam menggauli novel-novel tersebut lewat diskusi-diskusi yang terarah dan
cermat. diskusi-diskusi harus dilaksanakan secara berkesinambungan berawal dari
hal-hal yang mudah dan berlanjut mengarah ke hal-hal yang cukup sulit. Para
sisiwa hendaknya telah memiliki konsep sederhana yang berhubungan dengan
unsur yang membangun sebuah novel seperti perwatakan, cerita, sebab akibat,
sebelum mendalami ke tingkat abstraksi yang lebih lanjut.
Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu penggolongan
dikhotomis yang bersifat tradisional dan non tradisional, penggolangan dilihat
dari pengalaman jiwa menurut Shipley. Tema tradisional dimaksudkan sebagai
tema yang menunjuk pada tema yang hanya “itu-itu”saja, dalam arti, ia telah lama
dipergunakan dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita, termasuk cerita lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Pernyataan-pernyataan tema yang dapat dipandang sebagai bersifat tradisional itu,
misalnya: kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, tindak kejahatan walau
ditutup-tutupi akan terbongkar juga, tindak kebenaran atau kejahatan masing-
masing akan memetik hasilnya (Jawa: becik ketitik ala ketara), cinta yang sejati
menuntut pengorbanan, kawan sejati adalah kawan di masa duka, setelah
menderita orang baru mengingat Tuhan, atau (seperti pepatah-pantun) berakit-
rakit ke hulu, berenang-renang ketepian.
Pada umumnya tema-tema tradisional merupakan tema yang digemari orang
dengan status sosial apapun, di manapun dan kapan pun. Hal itu disebabkan pada
dasarnya setiap orang cinta akan kebenaran dan membenci sesuatu yang
sebaliknya (Nurgiyantoro, 1995: 77-78). Selain hal-hal yang bersifat tradisional,
tema sebuah karya mungkin saja mengangkat sesuatu yang tidak lazim, katakan
sesuatu yang bersifat nontradisional. Karena sifatnya yang nontradisional, tema
yang demikian, mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan
arus, mengejutkan bahkan boleh jadi mengesalkan, megecewakan atau berbagai
reaksi efektif yang lain (Nurgiyantoro, 1995: 79).
Selain itu, Shipley (dalam Nurgiyantoro 1995:80) mengartikan tema sebagai
subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam
cerita. Shipley membedakan tema-tema karya satra ke dalam lima tingkatan yaitu:
a. Tema Tingkat Fisik
Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan atau
ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang
bersangkutan.
b. Tema Tingkat Organik
Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau
mempersoalkan masalah seksualitas—suatu aktivitas yang hanya dapat
dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan kehidupan seksual
manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat ini,
khususnya kehidupan seksual yang bersifat menyimpang, misalnya berupa
penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri, atau skandal-skandal
seksual yang lain.
c. Tema Tingkat Sosial
Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk sosial. Kehidupan
bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan
sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan,
konflik dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema. Masalah-
masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik,
pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan
atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang
biasanya muncul dalam karya yang berisi kritik sosial.
d. Tema Tingkat Egoik
Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai individu. Di samping
sebagai makhluk sosial, manusia sekaligus juga sebagai makhluk individu
yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak individualitasnya. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai
banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia
terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah individualitas
itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri atau sifat dan
sikap tertentu manusia lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin
dan dirasakan oleh yang bersangkutan.
e. Tema tingkat divine
Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi,
yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya.
Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan
manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiositas, atau berbagai
masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi dan
keyakinan.
Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel,
secara lebih khusus dan rinci, Stanton (1965: 22-23 dalam Nurgiyantoro,
1995: 86-87) ada sejumlah kriteria yang dapat diikuti seperti ditunjukkan
sebagai berikut. Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya
mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Kedua, penafsiran
tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil
cerita. Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak
mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara
langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Keempat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti
yang secara langsung ada dan atau yang disarankan.
2.2.4 Amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar, di dalam karya sastra
modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya
amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162).
Amanat sering kali disebut moral. Moral menurut (Kenny dalam
Nurgiyantoro, 1995:321) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang
berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil
lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
Moral dalam cerita dapat dipahami sebagai suatu saran yang berkaitan
dengan ajaran moral tertentu yang terkandung dalam cerita itu, atau sengaja
dimaksudkan oleh pengarang untuk disampaikan kepada pembaca lewat cerita
yang bersangkutan. Dalam hal ini sebagaimana halnya tema, moral pun dapat
dipandang sebagai makna, makna yang dapat diperoleh pembaca yang
mengandung unsur kemanfaatan bagi dirinya (Nurgiyantoro, 2005: 81).
Teknik penyampaian moral dapat bersifat eksplisit dan implisit,
penyampaian langsung atau tidak langsung, secara terang-terangan atau
terselubung. Teknik penyampaian yang disebut pertama bersifat menggurui,
sedang yang kedua membiarkan pembaca untuk memahami dan menemukannya
sendiri (Nurgiyantoro, 2005: 267).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan
bergantung pada keyakinan, keinginan, dan interest pengarang yang
bersangkutan. Ajaran moral ini dapat mencakup seluruh persoalan yang
menyangkut harkat dan martabat manusia. Persoalan hidup manusia ini dibedakan
menjadi persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia
dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan
lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, 1995:
323-324).
Teknik penyampaian moral bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian
langsung dan tidak langsung, secara terang-terangan atau terselubung
(Nurgiyantoro, 1995: 267). Pada saat ini pembaca akan memahami dan
menemukan pesan yang diungkapkan penulis dalam karya sastra.
2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA
2.2.5.1 Tahap pembelajaran sastra di SMA
Menurut Moody (dalam Rahmanto, 1988:27) pemilihan bahan pembelajaran
sastra harus didasarkan pada tiga aspek penting, yaitu bahasa, psikologi, dan latar
belakang kebudayaan para siswa.
1) Bahasa
Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui
tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Oleh karena itu, agar
pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
keterampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran
sastra yang bahasannya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya.
Bahasa sebuah karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra
harus sesuai dengan tingkat sekolah siswa. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari
kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana, ungkapan, dan referensi yang
ada. Kejelian dalam menentukan kriteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan
berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastra yang sedang diajarkan.
2) Psikologi
Perkembangan psikologi setiap anak tentu berbeda. Dalam memilih bahan
pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini memiliki pengaruh
yang besar terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap
perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat,
kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan
pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu,
karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran disarankan mampu
mewakili tingkat psikologi anak, sehingga anak didik akan lebih mudah
memahami isi karya sastra tersebut.
Moody (dalam Rahmanto, 1988:30) membagi tahapan psikologis anak
menjadi empat tahapan, yaitu sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(a) Tahapan pengkhayal (8 sampai 9 tahun).
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih
penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
(b) Tahap romantik (10 smpai 12 tahun).
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke
realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi
pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan,
dan bahkan kejahatan.
(c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun).
Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan
sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus
berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk
memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.
(d) Tahap generalisasi (umur 16 dan selanjutnya).
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja
tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan
menganalisis suatu fenomena. Dengan meganalisis fenomena, mereka berusaha
menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang
mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3) Latar belakang budaya
Menurut Moody (dalam Rahmanto, 1988: 31), latar belakang karya sastra
bisa meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungan, seperti
geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara
berpikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olah raga, hiburan, moral dan etika.
Menurutya, siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang
yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila
karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan
mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka.
Dengan demikian, pemilihan bahan pembelajaran sastra yang sesuai dengan latar
belakang budaya menjadi kunci sukses dalam mendidik anak.
2.2.5.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompeteni dasar (SK-KD) merupakan arah dan
landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyiapkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pelajaran untuk
dijadikan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas utama guru adalah
menjabarkan, manganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SK-
KD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi
sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah (Mulyasa, 2008: 231).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan standar kompetensi dan
kompetensi dasar agar dapat merumuskan indikator. Berikut ini SK-KD yang
ditentukan oleh peneliti sebagai acuan pengembangan RPP.
Membaca
7. memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia/terjemahan
7.2 Menganalisis unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
Berdasarkan SK-KD yang ditentukan, keterampilan berbahasa yang akan
dicapai ialah membaca dengan Standar Kompetensi memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia/terjemahan dan Kompetensi Dasar menganalisis unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. SK-KD ini terdapat dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI semester I. Peneliti merumuskan
indikator sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan
yaitu sebagai berikut.
1) Mampu menjelaskan pengertian unsur intrinsik meliputi tokoh,
perwatakan, alur, latar, tema, amanat, gaya.
2) Mampu mengidentifikasi unsur tema berdasarkan langkah-langkah
penentuan tema.
3) Mampu mengidentifikasi unsur amanat berdasarkan teknik penyampaian
moral.
4) Mampu menganalisis tema dan amanat berdasarkan langkah penentuan
dan teknik penyampaian moral dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.2.5.3 Silabus
Secara sederhana, silabus dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran
pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar
yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional
pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008: 132-133).
1. Tiga Cara Pengembangan Silabus
Pengembangan Silabus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan para ahli atau
instansi yang relevan di daerah setempat, seperti tokoh masyarakat, instansi
pemerintah, instansi swasta termasuk perusahaan dan industri, serta perguruan
tinggi. Dalam prosesnya, pengembangan silabus harus melibatkan berbagai pihak,
seperti dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota dan kabupaten,
departemen agama serta sekolah yang akan mengimplementasikan kurikulum,
sesuai dengan kapasitas dan proporsinya masing-masing. Dengan demikian,
pengembangan silabus KTSP dapat dilakukan melalui tiga cara berikut.
a) Mengembangkan silabus sendiri; bagi sekolah yang sudah mampu
mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta
fasilitas dan lingkungan yang memadai.
b) Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BSNP; bagi
sekolah yang belum mampu mengembangkannya secara mendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
c) Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; bagi sekolah
yang belum mampu mengembangkannya sendiri (Mulyasa, 133-134).
2. Tujuh Prinsip Dasar Pengembangan Silabus
Tujuh prinsip pengembangan silabus yaitu, relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, efektivitas, efisiensi, konsistensi, memadai. Untuk lebih jelasnya,
dapat diperhatikan melalui uraian sebagai berikut.
a) Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesulitan,
serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam silabus sesuai
dengan karakterstik peserta didik, baik kemampuan spiritual, intelektual,
sosial, emosional, maupun perkembangan fisik.
b) Fleksibilitas mengandung arti bahwa keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Lebih lanjut
dapat dikemukakan bahwa prinsip fleksibilitas mengandung makna bahwa
pelaksanaan program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan
kebebasan dalam bertindak.
c) Kontinuitas mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang
dikemas dalam silabus memilki keterkaitan satu sama lain dalam
membentuk kompetensi dan kepribadian peserta didik.
d) Efektivitas dalam pengembangan silabus berkaitan dengan
keterlaksanaannya dalam pembelajaran, dan tingkat pembentukan
kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
(SK-KD) dalam standar isi. Silabus yang efektif adalah yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
diwujudkan dalam pembelajaran di kelas, sebaliknya silabus tersebut dapat
dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang tidak dapat
dilaksanakan.
e) Efisiensi dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk
menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil
atau kompetensi standar yang ditetapkan.
f) Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa antara
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki
hubungan yang konsisten (ajeg) dalam membentuk kompetensi peserta
didik.
g) Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa ruang
lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Di samping itu, prinsip memadai juga berkaitan dengan
sarana dan prasarana, yang berarti bahwa kompetensi dasar yang
dijabarkan dalam silabus, pencapaiannya ditunjang oleh sarana dan
prasarana yang memadai.
3. Lima Langkah Penting Pengembangan Silabus
Sedikitnya terdapat lima langkah penting yang harus dilalui dalam
pengembangan silabus, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, revisi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pengembangan silabus berkelanjutan. Kelima langkah tersebut diuraikan sebagai
berikut.
a) Perencanaan. Dalam perencanaan ini, tim pengembang harus
mengumpulkan informasi dan referensi, serta mengidentifikasi sumber
belajar termasuk nara sumber yang diperlukan dalam pengembangan
silabus.
b) Pelaksanaan. Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut. (1) mengisi kolom identitas, (2) mengkaji dan
menganalisis standar kompetensi, (3) mengkaji dan menentukan
kompetensi dasar, (4) mengembangkan indikator kompetensi hasil belajar,
(5) mengidentifikasi materi standar, (6) mengembangkan
pengalaman/kegiatan belajar mengajar (standar proses), (7) menentukan
jenis penilaian, (8) alokasi waktu, (9) menentukan sumber belajar.
c) Penilaian. Penilaan silabus harus dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan, dengan menggunakan model-model penilaian.
Misalnya menggunakan model CIPP (Contect, Input, Proses, Product)
dari Stuffle Beam.
d) Revisi. Draf silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya
melaui analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan.
Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian diakukan revisi.
e) Pengembangan silabus berkelanjutan. Dalam implementasi KTSP,
pengembangan silabus harus dilakukan secara berkesinambungan,
kemudian dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru.
Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memerhatikan hasil evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, evaluasi
proses pembelajaran, dan evaluasi program/rencana pelaksanaan
pembelajaran (Mulyasa, 2008: 141-147).
4. Tujuh Komponen Utama Silabus
a) Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD), bisa dilihat dalam
dokumen standar isi, sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. SK-
KD berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator pembelajaran,
mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.
b) Materi standar berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada peserta didik
dan guru/fasilitator tentang apa yang harus dipelajari dalam mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan.
c) Kegiatan pembelajaran berfungsi mengarahkan peserta didik dan guru
dalam membentuk kompetensi dasar. Dalam garis besarnya, kegiatan
pembelajaran ini mencakup kegiatan awal (pembuka), kegiatan inti
(pembentukan kompetensi), dan kegiatan akhir (penutup). Dalam kegiatan
akhir atau penutup dapat dilakukan penilaian untuk mengecek
ketercapaian kompetensi dasar oleh peserta didik.
d) Indikator berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang
akan dicapai oleh peserta didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang
dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
e) Penilaian berfungsi sebagai alat dan strategi untuk mengukur keberhasilan
belajar peserta didik. Penilaian dapat dilakuka secara terpadu dengan
pembelajaran, pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pendekatan proses
dan hasil belajar. Kedua pendekatan evaluasi tersebut perlu digunakan
untuk melihat dan memantau penguasaan setiap peserta didik terhadap
kompetensi tertentu yang diharapkan dicapai.
f) Alokasi waktu adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
sesuai dengan kalender pendidikan.
g) Sumber belajar berfungsi untuk mengarahkan peserta didik dan guru
mengenai sumber-sumber belajar yang relevan untuk dikaji dan
didayagunakan untuk membentuk kompetensi peserta didik (Mulyasa,
2008: 147-149).
5. Format Silabus
Sesuai dengan komponen-komponen silabus sebagaimana dikemukakan di
atas, silabus KTSP harus mencakup: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi
dasar, (3) indikator, (4) materi pembelajaran, (5) kegiatan belajar/pembelajaran,
(6) penilaian, (7) alokasi waktu, (8) sumber belajar (Mulyasa, 2008: 149).
2.2.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan RPP ilmiah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara
terprogram (Muslich, 2007: 45).
Peserta didik akan dilibatkan dalam pengembangan RPP karena peserta didik
merupakan sasaran tercapainya tujuan pembelajaran dalam implementasi KTSP.
Ada beberapa hal yang perlu diidentifikasi dengan peserta didik menyangkut RPP
ialah kompetensi, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian bagi siswa.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP untuk
menyukseskan implementasi KTSP (Mulyasa, 2008:157) ialah.
a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkret
kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang
harus diakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik.
c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus
menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
e. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah,
terutama apabila pembelajaran diaksanakan secara tim (team teaching)
atau moving class.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2.2.7 Kerangka Berpikir
Pembelajaran tema dan amanat merupakan salah satu materi yang terdapat
pada siswa SMA kelas XI semester 1 yaitu pada Kompetensi Dasar 7.2
Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Sebelum guru melaksanakan pembelajaran, ada baiknya mempersiapkan terlebih
dahulu materi dan bahan ajar yang akan digunakan.
Pertama-tama, peneliti mencari novel yang akan diimplementasikan dalam
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Setelah mencari,
akhirnya peneliti memilih novel Ibuk karya Iwan Setyawan untuk
diimplementasikan dalam pembelajaran. Novel tersebut terdiri atas 49 bab,
peneliti membaca novel tersebut dari bab pertama sampai bab terakhir. Setelah
itu, peneliti membuat sinopsis per bab, yaitu dari bab satu sampai bab empat
puluh sembilan. Langkah selanjutnya, peneliti menganalisis unsur tema dan
amanat yang terdapat pada setiap bab, yaitu berupa kutipan kata-kata yang
terdapat di dalam novel. Untuk menemukan tema yang terdapat dalam novel,
peneliti menggunakan teori dari Shipley. Shipley dalam Dictionary of World
Literature (1962: 417) membedakan tema menjadi lima tingkatan yaitu (1) tema
tingkat fisik, (2) tema tingkat organik, (3) tema tingkat sosial, (4) tema tingkat
egoik, (5) tema tingkat divine (Nurgiyantoro, 1995: 80-81).
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah mencari amanat yang
terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan yang terdiri atas 49 bab. Analisis
amanat dilakukan menggunakan dua teknik yaitu teknik tersirat dan tersurat.
Setelah membuat sinopsis, mencari tema dan amanat dalam novel Ibuk, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
membuat silabus dan RPP. Karena keterbatasan waktu, tidak semua bab
diimplementasikan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti memilih bab 27
untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Peneiliti menyusun RPP dengan
dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, peserta didik difokuskan untuk mencari
unsur tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27. Pertemuan kedua, peserta
didik difokuskan untuk mencari unsur amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab
27.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran tema dan amanat untuk siswa
SMA kelas XI semester 1 adalah metode saintifik. Metode saintifik dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
beragam materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Jadi,
peserta didik akan diajak untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi dan mengomunikasikan tentang unsur-unsur intrinsik dalam novel
Ibuk, khususnya tema dan amanat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang diambil berupa
kata-kata dan bertujan untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik
terhadap unsur tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis
yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya
(Moleong, 2006: 6).
Peneliti memecahkan masalah penelitian melalui ciri penelitian deskripsi.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dikatakan metode deskripsi
karena penelitiannya menghasilkan data tertulis berupa pendeskripsian tema dan
amanat yang terkandung dalam novel yang diamati. Metode deskriptif diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang,
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari, 2005:73).
3.2 Data dan Sumber Data
Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan
bagian tertentu dari novel Ibuk. Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari
mana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novela, cerita
pendek, drama, dan puisi (Siswantoro, 2010: 27). Data yang diambil adalah data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yang berupa kalimat-kalimat dalam dialog dan kalimat-kalimat narasi pada novel
Ibuk dan kesesuainnya sebagai bahan pembelajaran.
Adapun identitas sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
Judul novel : Ibuk
Halaman : 289 halaman
Pengarang : Iwan Setyawan
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2012
Bulan terbit : Juni
Kota : Jakarta
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca novel
secara intensif dan dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan data yang
sesuai, dilanjutkan dengan proses pencatatan. Teknik catat yang digunakan oleh
peneliti adalah untuk mencatat kutipan yang sekiranya menunjukkan gambaran
tema dan amanat novel tersebut. Teknik pembacaan juga dilakukan dalam
penelitian ini, karena data dalam penelitian ini berupa teks tertulis. Pembacaan
dilakukan dengan cermat dan teliti untuk menemukan tema dan amanat dalam
novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah, lebih cermat, lengkap,
sistematis, dan mudah untuk diolah (Arikunto, 2002: 136). Instrumen merupakan
penyelidikan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,
2002: 131). Dalam penelitian ini peneliti menyelidiki benda tertulis yang
menunjang hasil penelitian ini yaitu novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
3.5 Teknik Analisis data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif kualitatif. Langkah-langkah penelitan ini meliputi.
1. Pembandingan antardata
Data-data yang telah diperoleh melalui kegiatan membaca novel dan telah
digarisbawahi yaitu mengenai metode saintifik, selanjutnya dibandingkan.
Perbandingan ini dilakukan untuk mengelompokkan data-data tersebut sesuai
dengan metode saintifik yang telah ditentukan.
2. Kategorisasi
Data-data yang telah dibandingkan tersebut kemudian dikelompokkan.
Pengelompokkan data yang berupa referensi. Data-data yang telah dikelompokkan
berdasarkan hal yang ditentukan. Selanjutnya, dideskripsikan sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
interpretasi dan pengetahuan tentang moral yang dimiliki peneliti. Pendeskripsian
dilakukan terhadap setiap kelompok dan dilakukan secara berurutan. Berdasarkan
pendeskripsian tersebut, peneliti kemudian membuat kesimpulan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tema
dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Santifik untuk
Siswa SMA Kelas XI Semester 1” adalah analisis deskriptif. Langkah awal dalam
analisis penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur tema dan amanat dalam novel
Ibuk karya Iwan Setyawan.
Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah
sebagai berikut.
1. Peneliti terlebih dahulu membaca keseluruhan isi novel Ibuk karya Iwan
Setyawan.
2. Peneliti meringkas hal-hal penting yang terdapat dalam novel Ibuk karya
Iwan Setyawan.
3. Peneliti menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan
Setyawan dengan menggunakan metode saintifik.
4. Peneliti merelevansikan novel Ibuk karya Iwan Setyawan ke dalam
pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester 1 yaitu pada KD
tentang menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel. Namun,
pada penelitian ini khusus mencari unsur intrinsik saja, terbatas pada tema
dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Dalam bab ini akan mendeskripsikan tentang pendekatan saintifik terhadap
pembelajaran tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Novel ini
terdiri atas 49 bab. Dari 49 bab tersebut, peneliti menggunakan metode saintifik
untuk menganalisis tema dan amanatnya sebagai bahan pembelajaran sastra di
SMA kelas XI semester I.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan saintifik
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian,
diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,
dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan proses seperti
mengamati, mengklasifikasikan, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses ini bantuan guru sangat diperlukan.
Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin
bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
4.2 Hasil Analisis yang Ditemukan Dalam Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan.
Berikut akan dikemukakan penerapan metode saintifik yang akan
digunakan untuk pembelajaran di kelas XI semester I guna mencari tema dan
amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
4.2.1 Peserta didik diminta untuk membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan
(mengamati).
4.2.2 Setelah membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan, guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada informasi
yang tidak dipahami dari apa yang telah diamati (menanya).
4.2.3 Setelah membaca dan bertanya berkaitan dengan novel Ibuk karya Iwan
Seyawan, peserta didik membuat sinopsis novel Ibuk karya Iwan dari bab
satu sampai bab empat puluh sembilan, kemudian peserta didik
merangkum sinopsis secara keseluruhan agar isinya lebih mudah untuk
dipahami. Berikut adalah sinopsis novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
1.1 Bab 1 “Pagi di Pasar Batu”
Bab ini menceritakan tentang seorang anak kecil yang bernama Tinah.
Tinah harus mengubur harapan untuk menyelesaikan sekolahnya di Taman Siswa
Batu. Ia jatuh sakit saat menjelang ujian akhir kelas 6. Semenjak itu, ia tak pernah
kembali ke sekolah. Buat anak perempuan tidak apa-apa tidak sekolah, kata Mak
Gini, ibunya. Tinah akhirnya tinggal di rumah membantu ibunya mengurus
kelima adiknya. Ketika umur 16, Tinah membantu Mbok Pah, neneknya berjualan
baju bekas di pasar Batu. Dari situ, Tinah diajari untuk membuka kios, melipat
baju, dan tawar-menawar. Di sebelah kos Tinah terdapat penjual tempe, Cak Ali
namanya. Matanya tak pernah lepas dari Tinah, ia sering memberi tempe untuk
Tinah sebelum menutup kiosnya. Tinah kadang membawakan sarapan untuk Cak
Ali, tempe goreng atau sambal goreng masakannya. Tak hanya Cak Ali yang jatuh
hati kepada Tinah, playboy pasar Sim ternyata diam-diam juga suka menatap
Tinah. Tatapan mata Sim menyelinap di hati Tinah dan menyesakkan dadanya.
3.2 Bab 2 “Sebuah Awal Sebuah Keberanian”
Bab ini menceritakan tentang kedatangan Sim ke rumah Tinah yang secara
tiba-tiba. Malam harinya, entah darimana playboy pasar itu mendapatkan alamat
rumah Tinah, dan tiba-tiba ia mengetuk pintu rumah Mbok Pah. Kemudaian Sim
masuk, dan duduk di ruang tamu. Ia mengobrol dengan Mbok Pah, Tinah di dapur
sedang menyiapkan minum untuk Sim. Akhirnya, Mbok Pah meninggalkan ruang
tamu karena harus menyiapkan makan malam untuk suaminya. Kini hanya tinggal
Sim dan Tinah. Keduanya malu-malu untuk mengobrol, tak tahu bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
memulai pembicaraan. Tinah akhirnya memulai percakapan dan keduanya larut
dalam obrolan. Sim menceritakan tentang hidupnya, bahwa ia belum pernah
melihat wajah orang tua kandungnya, karena sejak umur tiga bulan, ia diasuh oleh
saudara bapaknya yang ada di Malang.
3.3 Bab 3 “Mengenalmu Mencintamu”
Bab ini menceritakan tentang kedatangan Sim ke rumah Tinah untuk
kedua kalinya, yaitu Sim berniat mengajak Tinah untuk menonton layar tancep di
lapangan Desa Sisir. Ada film India bagus! Ajak Sim bersemangat. Sesuai janji
Sim, minggu depannya Sim menjemput Tinah selepas Azan magrib. Untuk
pertama kalinya Tinah memberanikan diri keluar rumah dengan lelaki yang baru
saja ia kenal. Selama menonton layar tancep, mata Tinah tak pernah lepas dari
layar lebar yang ada di depannya. Sim dan Tinah duduk bersebelahan saat
menonton film India. Tak terasa, delapan bulan sudah Sim dan Tinah saling
mengenal satu sama lain, Sim juga sudah tidak pernah mengunjungi Suci anak
juragannya yang ada di Malang, karena bagi Sim Tinah sudah memberikan napas
baru untuknya.
3.4 Bab 4 “Maukah Kau Hidup Susah Denganku”
Bab ini menceritakan tentang pengalaman pertama Tinah naik mobil.
Seperti janji Sim pada Tinah, sopir angkot baru itu menunggu Tinah di depan
Gang Buntu. Beberapa penumpang langganannya juga ikut menunggu. Selama
hidupnya, Tinah tidak pernah naik mobil. Sampailah pada perbatasan Batu dan
Pujon, Tinah mulai mual-mual. Mulutnya ditutup rapat dengan saputangan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
memang sudah ia persiapkan dari pagi hari. Setelah Sim menurunkan
penumpangnya satu demi satu, mobil melaju pulang. Mereka melewati jalan yang
gelap dan sepi. Saat memasuki Desa Sanggrahan Sim menatap Tinah sejenak
sebelum akhirnya memberanikan diri meraih tangannya. Telapak tangan Sim yang
dingin, menyentuh telapak tangannya. Wajah Tinah memerah. Keduanya terdiam
sejenak. Angkot pun sampai di depan Gang Buntu, mereka berjalan menuju
rumah Mbok Pah. Sim menunggu sampai Tinah masuk ke dalam rumah. Namun
sebelumnya Sim memberanikan diri berkata kepada Tinah “Nah... kamu mau gak
hidup susah sama aku. Kita, hidup berdua..,” lanjutnya terbata-bata.
3.5 Bab 5 “Berlabuh”
Bab ini menceritakan tentang Sim yang akan datang untuk melamar Tinah.
Sim berusaha membulatkan tekadnya. Ia ingin segera menanyakan Ngatinah
kepada keluargnya, namun orang tua kandung Sim berada di Yogya, dan ia sendiri
belum pernah bertemu dengan mereka. Sementara orang tua angkatnya yang
tinggal di Malang sudah tiada. Sim hanya bisa meminta tolong kepada kakak
angkatnya Mbak Gik. Bulan berikutnya Sim dengan keluarga Mbak Gik datang ke
Gang Buntu. Mereka menanyakan Ngatinah kepada keluarganya. Abdul Hasyim
mengenakan kopiah hitam, baju, sepatu dan celananya baru. Ia seperti pegawai
kelurahan, bukan sopir angkot. Tinah juga tampak berbeda dari biasanya. Ia
memakai bedak yang lebih tebal dan mengenakan kerudung dari Mbok Pah untuk
menutupi rambutnya. Lamaran berjalan dengan lancar. Tanggal pernikahan pun
telah disetujui kedua pihak keluarga. Bulan depan. Ahirnya hajatan pertama di
keluarga Ngatinah tiba. Ijab kabul dilaksanakan di ruang tamu, tempat mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
pertama kali berbincang. Mempelai duduk di atas kursi rotan dengan hiasan
rangkaian bunga melati yang sederhana dan harum. Jas yang dipakai Sim terlihat
sedikit kebesaran. Ada mawar putih kecil di saku kirinya. Tinah berdandan
sendiri, ia membeli bedak Viva malam sebelum pesta pernikahannya. Di pasar
malam Batu. Gincu merah juga dibeli untuk pertama kali. Ia tak pernah berdandan
selama ini. Sepatu sandalnya warna cokelat tua, sepatu sandal bekas yang telah
dioles mengkilat oleh Bapak Mun. Malam pertama, mereka berada di rumah
Mbak Gik. Tak ada selimut di atas dipan kayu mereka. Yang ada hanyalah kain
jarik batik yang dipakai Tinah pada pesta pernikahan tadi.
3.6 Bab 6 “Awal Pelayaran”
Bab ini menceritakan tentang awal kehidupan Sim dan Tinah setelah
menikah. Setelah menikah, mereka tinggal di rumah kakak angkat Sim, Mbak
Gik. Tinah terbangun di kamar yang asing, di rumah yang asing. Sim di
sampingnya tanpa selimut. Terlelap. Padahal udara dingin menusuk tulang. Tinah
memberikan separuh jariknya untuk Sim. Ia menutup mata lagi. Pagi-pagi jam
lima Sim bangun dan berpamitan kepada Tinah untuk menarik angkot, sedangkan
Tinah sendiri masih terlelap tidur. Sebuah kebiasaan yang berbeda dari biasanya,
Tinah segera bangun dan menawarkan untuk membuatkan kopi, namun Sim
menolak karena sudah jam lima, nanti takutnya kesiangan narik angkot. Tak
berapa lama, dari rahim Tinah terlahir buah cinta mereka. Sim menjadi bapak.
Tinah menjadi Ibuk. Di kaki Gunung Panderman mereka berlayar mengarungi
kehidupan dengan berani. Dengan layar kejujuran yang kokoh, dengan cinta yang
tulus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3.7 Bab 7 “Lima”
Bab ini menceritakan tentang kelahiran lima buah cinta Sim dengan Tinah.
Ketika melahirkan Isa, anak pertama, Tinah masih berumur 18 tahun. Setelah
enam bulan menyusui Isa, Tinah hamil anak kedua, Nani. Kali ini Tinah sudah
lebih siap menjelang kelahirannya. Mungkin karena sering jalan kaki, Nani bisa
lahir lebih lancar daripada kelahiran anaknya yang pertama. Kamar kecil mereka
pun menjadi semakin meriah dan Tinah merasa tidak enak dengan Mbak Gik.
Karena keduanya masih menumpang di rumah kakak angkat Sim hampir dua
tahun ini. Mereka mulai membicarakan untuk pindah rumah karena sungkan. Di
umur Nani yang ketujuh bulan, Tinah hamil lagi. besar harapan Sim, ada anak
laki-laki yang kelak bisa membantunya meringankan beban keluarga. Kehamilan
berjalan lancar, seperti sebelumnya. Setelah sembilan bulan dan entah lebih
berapa hari, air ketuban pun pecah. Dari rahim Tinah lahir anak laki-laki pertama
dalam keluarga Abdul hasyim. Bayek. Kamar mereka pun semakin penuh.
Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Sim
telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu. Hidup mereka semakin
ramai dengan kelahiran Rini, adik Bayek. Ia lahir satu setengah tahun setelah
Bayek lahir. Menyusul Mira, anak bungsu yang lahir lima tahun setelah kelahiran
Rini.
3.8 Bab 8 “Nasi Goreng Terasi”
Bab ini menceritakan tentang kebiasaan setiap pagi di keluarga Tinah
sebelum anak-anaknya berangkat ke sekolah. Tinah sudah bangun dari jam empat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pagi tadi. Ia langsung menuju dapur, mencuci piring kotor semalam, membuatkan
kopi untuk Sim, dan mencuci pakaian di belakang rumah. Sim selalu memulai
pagi dengan menyapu halaman dengan sapu lidi dan menyiram tanaman di taman
kecil depan rumah. Setelah mandi, ia memanaskan angkot di depan gang. Suara
mesin angkot keras sekali membangunkan anak-anaknya. Dua cabai rawit. Dua
cabai merah. Tiga siung bawang putih. Empat siung bawang merah. Sedikit terasi
dan garam. Semuanya digerus di atas cobek batu yang mulai menipis. Bau terasi
menyengat. Menghangatkan. Membangunkan. Memenuhi ruang tamu kecil. Tinah
memasak nasi goreng pagi itu. Selesai memasak, Tinah di kamar mandi
mempersiapkan bak plastik kecil berisi air hangat untuk mandi anak-anaknya.
Tiga pasang seragam merah putih sudah tertumpuk rapi di atas kasur. Di
sampingnya ada kaos kaki, kaos dalam, celana dalam, dan juga dasi. Setelah
mandi, mereka berjajar memilih dan memakai seragam masing-masing.
3.9 Bab 9 “Empat Sehat Lima Sempurna”
Bab ini menceritakan tentang cara Tinah mengatur uang belanja agar
cukup untuk makan sehari-hari. Sim bekerja sebagai sopir angkot untuk
menghidupi keluarganya. Setiap hari, ia menyetor hasil narik angkot kepada Tinah
untuk keperluan mereka sehari-hari. Ketika berbelanja, mulai dari daging,
kangkung, cabai rawit, bawang putih, sampai terasi yang murah pun ditawar
Tinah dengan gigih. Sebisa mungkin menghemat pengeluaran. Dari uang belanja
ini, Tinah berusaha menyisihkan sebagian untuk membayar SPP dan keperluan
sekolah. Sim kadang juga memakai tabungan itu untuk memperbaiki angkot yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
rusak atau ketika kena tilang polisi. Kalau Sim mendapat banyak rezeki di jalan,
maka ia akan memberi Tinah uang belanja lebih.
3.10 Bab 10 “Jelaga di Langit-Langit Dapur”
Bab ini menceritakan tentang tekad Tinah dan Sim yang sangat kuat untuk
berjuang demi masa depan anak-anaknya. Setelah makan siang, Isa langsung
mengerjakan PR dan mempersiapkan buku-buku untuk pelajaran besok. Nani dan
Bayek mengkuti kebiasaan ini. Tak ada satupun dari mereka yang mempunyai
meja belajar. Bayek sering meminta Tinah untuk membelikannya tapi belum
pernah kesampaian. Mereka beramai-ramai mengelilngi meja kecil di ruang tamu
untuk mengerjakan PR masing-masing. Isa guru les yang andal untuk adik-
adiknya. Lima orang anak kini. Lima hati yang telah menghangatkan rumah kecil
Tinah. Ruangan hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Tinah
dan Sim bertekad berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya.
3.11 Bab 11 “Menjaring Pagi”
Bab ini menceritakan tentang kebiasaan keluarga Tinah di hari Minggu
pagi. Minggu pagi tak ada antrian di kamar mandi. Bahkan Isa masih terlelap di
bawah selimut merah bercorak mawar. Selimut itu sudah tipis. Rambut panjang
Isa separuh menutupi mukanya. Tepat di bawah kakinya ada wajah Nani yang
juga masih tidur lelap. Sedikit cahaya matahari mengintip dari belahan korden
jendela kamar, sinar lembutnya persis jatuh di dahi Nani. Keduanya berbagi satu
selimut mawar merah. Wajah mereka damai. Isa dan Nani akhirnya bangun dan
berjemur bersama Sim menjaring hangat pagi. Rambut mereka belum disisir. Tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ada percakapan. Burung berkicau, sesekali ayam berkokok. Sekali-sekali Sim
meneguk kopi buatan Tinah. Selesai menjemur, Isa dan Nani segera bergabung
dengan Sim dan Mira. Tinah saja yang kembali ke dapur. Belum ada yang mandi
karena udara pagi begitu dingin. Mereka bermain-main dengan abab. Uap uadara
yang diembuskan dari mulut kecil mereka, yang bergumpal keluar seperti kabut
kecil. Rini bahkan menirukan gaya Sim yang sedang merokok.
3.12 Bab 12 “Obrolan di Ruang Tamu”
Bab ini menceritakan tentang kebutuhan anak-anak yang semakin banyak.
Minggu sore selalu ramai di rumah. Bayek memulai obrolan dengan minta beli
buku baru, seragam koor baru dan mengingatkan untuk membayar SPP karena
sudah tanggal 10. Nani minta dibelikan sepatu baru karena sepatunya sudah jebol.
Isa mengingatkan untuk masuk SMP tahun depan. Entah siasat apa untuk
menjawab mereka semua tapi Tinah memastikan tidak ada air mata sore itu. Tinah
menyuruh Bayek untuk memakai buku bekas milik Nani terlebih dahulu.
Sedangkan untuk sepatu Nani yang jebol, bisa di lem dahulu. Uang SPP Bayek,
nanti menyusul kalau sudah dapat uang dari Sim. Begitulah Tinah dengan sabar
menjawab satu-persatu pertanyaan anak-anaknya.
3.13 Bab 13 “Membawa Pulang Harapan”
Bab ini menceritakan tentang rapor Bayek yang tertahan di sekolah karena
belum membayar uang buku dan kalender. Pagi itu, Tinah datang ke sekolah
Bayek untuk mengambil rapor Bayek. Namun, rapor Bayek tidak bisa dibagikan
sekarang. Karena belum membayar uang buku dan kalender. Sedangkan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dompet Tinah hanya berisi uang ratusan rupiah. Tidak akan cukup untuk
membayar uang buku dan kalender Bayek. Walau begitu, Tinah Diijinkan untuk
melihat sebentar rapor Bayek. Ada sedikit kelegaan di hatinya, Bayek
mendapatkan ranking 2. Setelah gagal mengambil rapor Bayek, Tinah masih harus
mengambil rapor Isa, Nani, dan Rini. Meskipun harus bolak-balik dari sekolah
satu ke sekolah yang lain, Tinah tak pernah meminta tolong orang lain untuk
mengambilkan rapor anak-anaknya. Walau gagal mengambil rapor Bayek, Tinah
bisa mengambil rapor Isa, Nani dan Rini. Tak ada nilai merah! Rini ranking 9
besar, Nani ranking 3, dan Isa ranking 1.
3.14 Bab 14 “Kunci di Tangan Bapak”
Bab ini menceritakan tentang kegigihan Sim dalam menafkahi
keluarganya. Sepi menelan kota Batu. Jam 11 malam Sim baru pulang dari
menark angkot. Sim pulang sampai larut malam karena angkotnya rusak lagi,
uang habis untuk benerin angkot. Wajah Sim muram, ia menghabiskan makan
malamnya. Tangannya masih belepotan oli. Rambutnya kumuh. Mukanya hitam
terbakar panas matahari. Sebelum ayam berkokok, Sim sudah terbangun. Ia masih
mengenakan baju yang dipakai tadi malam, dan langsung pergi narik angkot.
Pukul 10 pagi Sim kembali ke rumah. Tak seperti biasanya. Ia menyerahkan
beberapa lembar uang lima ratusan dan seribuan yang ia kumpulkan sejak pagi
untuk membayar uang buku dan kelender Bayek. Setelah mencium pipi Mira, Sim
segera kembali ke angkot. Karena ada penumpang yang menunggu di mobil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3.15 Bab 15 “Sedikit Tentang Aku”
Bab ini menceritakan tentang sosok Bayek. Bayek yang selalu teringat
dengan kata- kata Ibunya. Pada akhirnya Bayek menulis untuk keluarganya, ia
membuat sebuah buku untuk mengabadikan momen-momen bersama
keluarganya. Selain itu, Bayek juga selalu teringat dengan kata-kata ibunya, yang
mana cintanya melahirkan tekad untuk kehidupan yang lebih baik, untuk anak-
anaknya. Agar anak-anaknya tidak melalui jalan hidup yang sama dengan jalan
hidup yang telah ia lalui dulu. Agar hidupmu tidak sengasara sepertiku, Nak. Aku
tidak lulus SD. Tidak biasa apa-apa. Aku hanya bisa memasak saja. Jangan
sepertiku ya, Nak. Cukup aku saja yang tidak sekolah. Itu yang selalu Ibuk
katakan di hadapan anak-anaknya.
3.16 Bab 16 “Atap Untuk Kita”
Bab ini menceritakan tentang atap rumah yang bocor, Tinah menceritakan
kepada anak-anaknya bagaimana awal mula pembangunan rumah ini. Hujan
mengguyur Batu. Desember yang basah dan dingin. Tiga bak plastik di ruang
tamu menampung bocoran air di sana-sini. Suara air menetes dengan ritme yang
berbeda di tiap bak. Kadang petir menggelegar. Waktu Ibuk hamil Rini, kita mulai
membangun rumah ini. Setelah menabung bertahun-tahun, Bapak ingin punya
rumah sendiri. Masa anak sudah mau empat, masih juga numpang di rumah orang,
kata Bapakmu. Sedang Ibuk masih ragu, apakah uangnya cukup? Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih susah. Tapi Bapakmu nekat.
Pokoknya mesti jadi rumah. Meskipun kecil, ini akan jadi rumah kita, cita-cita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Bapak saat itu. Sebelum ada rumah ini, kita menumpang di rumah saudara Bapak
di Jalan Darsono. Mbak Gik dan mas Yusuf menyediakan satu kamar untuk Ibuk,
Bapak, Isa, Nani dan Bayek. Ya, kita berlima dalam satu kamar berukuran sekitar
dua kali tiga meter. Ibuk sungkan ketika kalian ribut di malam hari atau membuat
ruang tamu berantakan. Ibuk juga sungkan mengganggu Mbak Gik di dapur.
Hampir lima tahun kita menumpang di sana.
3.17 Bab 17 “Mbah Carik dan Misteri”
Bab ini menceritakan tentang sosok Mbah Carik. Mbah Carik dikenal
sebagai orang pintar di Gang Buntu. Konon bisa menyembuhkan beberapa
penyakit dan juga bisa membaca orang. Meskipun sudah berumur dan rambutnya
putih beruban, Mbah Carik telihat cantik dan segar. Ia selalu mengunyah sirih. Di
usia senjanya Mbah Carik sangat disegani. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Mbah
carik berjalan kaki melewati rumah kecil Tinah yang sedang dibangun. Rambut
putihnya disanggul. Sebagian tergerai diterpa angin. Kain batik yang dipakai
terlihat rapi. Kebaya putih membungkus kulitnya yang putih. Ia mengunyah daun
sirih. Bibirnya merah, semerah-merahnya. Waktu itu Tinah sedang hamil, namun
ia mengangkat air dua ember dari rumah Sanik ke rumah kecil yang sedang
dibangun. “Nah, Nah… sing ati-ati yo,” pesan Mbah carik sambil menepuk
pundak Ibuk. “Yang sabar dulu ya. Hidupmu sekarang susah, tapi percaya aku,
Nah. Anak lanang yang ada di belakangmu itu kelak akan membahagiakanmu,”
pesan Mbah Carik. Raut wajahnya kalem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3.18 Bab 18 “Sepatu Jebol”
Bab ini menceritakan tentang sepatu Nani yang jebol. Nani minta
dibelikan sepatu baru. tapi karena Tinah tak ada uang, maka ia terpaksa hutang
lagi kepada Bang Udin, sebesar lima belas ribu rupiah dan dibayar dengan
mencicil. “Buk, sepatuku jebol!” seru Nani di depan pintu. Ia berjalan melompat-
lompat masuk ke kamarnya. Sepatu kanan masih melekat di kaki sedangkan
sepatu kiri dijnjing dengan tangan. Bagian atas sepatu kiri masih baik meskipun
terlihat sudah kotor sekali. Bagian belakangnya sudah tak bersol lagi. Jebol.
Sepatu Nani lepas pada saat pelajaran olahraga. Tinah ingin anak-anaknya sama
seperti anak-anak yang lain. Demi membelikan Nani sepatu baru, Tinah terpaksa
berhutang lagi kepada Bang Udin, tukang kredit. Setelah mendapatkan uangnya,
Tinah langsung mengajak Nani pergi ke Toko Bata yang terletak di alun-alun
Batu. Nani membali sepatu yang agak besar agar bisa dipakai sampai nanti kelas
6. Setelah memilih-milih akhirnya Nani menjatuhkan pilihan pada sepatu bersol
plastik seharga empat belas ribu.
3.19 Bab 19 “Sendang Biru dan Roti Meises Cokelat”
Bab ini menceritakan tentang Sim yang dulu sempat bekerja sebagai sopir
pribadi selama satu tahun di keluarga China. Juragan Sim baik sekali. Mobilnya
bagus. Sim jadi jarang pergi ke bengkel. Saat jam makan siang, Sim pulang ke
rumah, makan, dan ngemong Bayek sebentar. Juragan Sim adalah keluarga
keturunan China yang mempunyai bisnis perkebunan apel yang luas dan
penginapan di Batu. Sepulang kerja, Sim sering membawa lima potong roti dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
juragannya dan membagi rata kepada anak-anaknya. Selain itu, Sim juga pernah
diajak berlibur oleh juragannya di Pantai Sendang Biru. Di Sendang Biru, Isa dan
adik-adiknya melihat keindahan yang belum pernah mereka lihat. Bayek terpana
beberapa saat. Diam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Angin mengibarkan helai-
helai rambut Isa yang kurus. Nani langsung berlari ke arah pantai. Bayek dan Isa
menyusul. Kaki kecil mereka berlarian di atas pasir putih, bermain dengan
gelombang yang datang dan pergi membentuk buih di kaki. Tak ada foto, tapi
kenangan-kenangan itu melekat erat. Mereka melihat matahari terbenam di balik
samudera luas untuk pertama kalinya.
3.20 Bab 20 “Mencoba Berdiri Sendiri”
Bab ini bercerita tentang hidup Tinah dan Sim yang sederhana, apa-apa
harus irit, demi anak-anak. Tinah selalu membeli dua sachet sampo untuk satu
keluarga. Satu bungkus kecil untuk tiga orang. Satu orang keramas dua kali dalam
seminggu. Tinah selalu menaruh odol di atas semua sikat gigi setiap pagi sebelum
anak-anak mandi seperti membagi telur dadar. Ah, semuanya. Semuanya hidup
dengan penuh keprihatinan. Tidak mudah dimengerti oleh anak-anak tapi Tinah
ingin menyelamatkan mereka. Hidup dengan kesederhanaan untuk masa depan
keluarga.
3.21 Bab 21 “Hidup Baruku”
Bab ini bercerita tentang kepergian Bayek selama sepuluh tahun jauh di
negeri seberang, demi keluarganya. Sepuluh tahun Bayek berkelana menjelajahi
hidup di negeri seberang. Jauh di seberang. Bayek meninggalkan hatinya di kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kecil Batu demi cinta. Dan dari seberang sana juga Bayek menemukan cinta.
Bayek menemukan dirinya. Di kamar kecil itu. Di kota kecil itu. Bayek tak hanya
menemukan secuil kedamaian tapi juga kesegaran baru dalam hidupnya. Menulis.
Menulis dalam kesunyian.
3.22 Bab 22 “Di Tengah Malam”
Bab ini bercerita tentang pulangnya Sim yang sampai larut malam karena
angkotnya beberapa hari terakhir rusak terus. Jam 11 malam Sim masih di jalan.
Sim belum pulang. Isa, Nani, dan Rini tertidur pulas di kamar depan. Semenjak
jam 9. Jam 11.30 malam, Tinah terbangun dan menyusui Mira. Sim belum pulang
juga. Makan malam sudah disiapkan Tinah di atas meja marmer sejak jam 8 tadi.
Nasi di bakul warna putih sudah dingin. Tak berapa lama Sim pulang dan
mengeluh karena angkotnya tiga hari terakhir ini mogok terus. Padahal anak-anak
semakin besar dan kebutuhan mereka juga semakin banyak.
3.23 Bab 23 “Janji Bayek”
Bab ini bercerita tentang Sim yang hampir utus asa karena lagi-lagi
angkotnya rusak. Sim tak pernah terlihat seperti ini sebelumnya. Siang itu, Sim
pulang ke rumah, wajahnya letih. Lengan tangannya belepotan oli. Bajunya lusuh
sekali. Rambut Sim tidak serapi di pagi hari. Ia selalu memakai minyak rambut
Brisk sebelum berangkat kerja. Mata Sim sedikit merah. Bajunya basah
berkeringat. Sim begitu lemas.Kepulangan Sim disambut oleh Isa, namun tak ada
jawaban dari Sim. Baru setelah beberapa lama, Sim bercerita kepada Tinah bahwa
sudah empat hari terakhir ini angkotnya rusak, kemarin remnya rusak, sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
ban depan pecah. Sim membanting sendal jepit biru tipisnya di sudut dapur. Tinah
terkejut, anak-anak yang ada di kamar depan terdiam.
3.24 Bab 24 “Di Wajah Isa”
Bab ini menceritakan ketidakpercayaan Tinah karena Isa anak sulungnya
bisa masuk SMA. meskipun harus menggadaikan cincin untuk membayar uang
sekolah. Di pegadaian Tinah segera mencari Mak Gini yang bekerja di sana
sebagai perantara antara petugas pegadaian dan orang-orang yang ingin
menggadaikan barang. Mak Gini menyerahkan beberapa lembar uang lima ratusan
kepada Tinah. Berkat kerja keras Sim dan kelincahan Tinah dalam mengatur
kebutuhan rumah tangga, Tinah hampir tak percaya melihat anak sulungnya, Isa
akhirnya memakai seragam putih abu-abu. Wajah Isa tirus, pipinya tak segempil
pipi anak-anak Tinah yang lain. Isa yang tak selincah Nani berhasil masuk SMA
Negeri 1. SMA Negeri satu-satunya di Batu.
3.25 Bab 25 “Pesta Pertama”
Bab ini menceritakan tentang Bayek yang akhirnya disunat, pesta pertama
di keluarga Abdul Hasyim. Kali ini Tinah harus mengumpulkan uang dengan
lebih giat. Karena Bayek harus disunat tahun ini juga. Enam bulan berlalu. Saat-
saat yang dinantikan Sim tiba. Bayek akhirnya disunat. Sim ingin ada perayaan
besar untuk Bayek tak ada undangan tapi di rumah Bayek dipenuhi saudara dan
tetangga. Tenda warna cokelat muda dipasang di depan rumah. Kursi plastik dan
meja yang disewa dari tetangga sebelah dipenuhi tamu yang menyantap rawon
masakan Tinah. Bayek duduk di ruang tamu mengenakan sarung warna hijau yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dibeli Tinah tiga hari sebelumnya. Tangan Bayek menggenggam beberapa amplop
putih yang diberikan oleh tamu yang berkunjung ke pesta khitanan. Bayek
tersenyum sambil menahan rasa perih. Isa di samping Bayek mengipasi sarung.
3.26 Bab 26 “Berlayar Terus Berlayar”
Bab ini menceritakan tentang berita penerimaan Bayek di PMDK IPB.
Bayek pergi kuliah ke Bogor dan menjadi lulusan terbaik di jurusannya. Setelah
lulus SMA, Isa kursus komputer di Malang dan memberikan les privat di Batu.
Tinah sedih karena Isa belum berhasil kuliah. Anak kedua Tinah, Nani, lulus
SMA setahun kemudian dan kuliah di Universitas Brawijaya. Isa membantu
membayar biaya kuliah dan keperluan sehari-hari Nani. Dua tahun kemudian,
Bayek lulus SMA dan mendapatkan PMDK di jurusan Statistika IPB. Ada
kelegaan buat Bayek yang selalu takut menjadi sopir angkot seperti Sim. Berita
penerimaan PMDK Bayek di IPB disambut dengan kebahagiaan juga air mata.
Mereka belum tahu bagaimana Tinah dan Sim akan mengirim Bayek ke Bogor.
Membiayai Nani saja sudah terasa sangat berat. Di hari ketiga sebelum tenggat
pembayaran uang masuk, Tinah mengejutkan anak-anaknya. Saat itu, Bayek
sedang menonton TV di ruang tamu bersama empat saudaranya. Tinah tiba-tiba
memutuskan menjual angot untuk biaya Bayek kuliah di Bogor. Empat tahun di
Bogor, empat tahun penuh dengan kerinduan. Empat tahun penuh dengan
keprihatinan. Empat tahun penuh dengan perjuangan. Bayek akhirnya lulus.
Bayek lulus dan menjadi lulusan terbaik di jurusan MIPA, Bayek Setyawan dari
Jurusan Statistika dengan IPK 3.52!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
3.27 Bab 27 “Doa Ibuk Mengantar Bayek ke New York”
Bab ini menceritakan tentang Bayek yang mendapatkan panggilan kerja di
Jakarta. Wawancara berjalan lancar. Beberapa hari kemudian, Bayek mendapat
panggilan keja di Jakarta. Ia memasuki langkah baru dalam hidupnya. Ia sudah
bisa mencari uang sendiri. Ia bekerja. Tiga tahun sudah bayek di Jakarta. Tiga
tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Benih yang Bayek tanam selama
tiga tahun, mendatangkan sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan
mengubah hidup Bayek dan keluarganya. Sebuah tawaran kerja di New York! Iya,
New York. Sebuah kota yang tidak pernah terlintas dalam mimpi Bayek. Bayek
tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dan langsung menerima tawaran kerja di
New York.
3.28 Bab 28 “Sebuah Awal Perjalanan”
Bab ini menceritakan tentang awal perjalanan Bayek bekerja di New York,
sampai akhirnya ia mendapatkan penghargaan. Di belahan dunia yang lain Bayek
tiba di New York! Ya, akhirnya Bayek tiba di New York dan menghirup udara
musim gugur untuk pertama kalinya! Dari bandara udara John F. Kennedy, mobil
menjemput Bayek menuju kota kecil di luar New York City. Bayek akhirnya
sampai di Westchester Avenue. Mbak Ati turun dari apartemennya di lantai 3 dan
menyambut Bayek. Sesampai di ruang tamu, Bayek pun langsung menelepon
Tinah. Kemampuan bahasa inggris Bayek masih kacau. Bayek banyak diam. Ia
sering minder untuk berbicara karena sering kali orang akan bertanya kembali.
Sebagai pegawai yang baru masuk, Bayek sedikit frustasi. Tapi ia tak ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mengecewakan rekan kerjanya. Ia terus berusaha, ia sering menonton TV. Belajar
mendengarkan percakapan dan berita bahasa Inggris. Ia mulai membaca buku
pelajaran bahasa Inggris lagi. Akhirnya meskipun dengan komunikasi yang
kurang bagus, Bayek ingin membuktikan kalau dia bisa bersaing di kantor. Di
bulan keempat, Bayek mendapatkan kejutan. Ia menerima penghargaan
“Employee of the Month” di rapat mingguan bersama semua rekan sekantornya.
Di bulan kedelapan Bayek mendapatkan penghargaan “Employee of the Month”
lagi. Rekan-rekan kerjanya pun mulai melihat keandalan Bayek dalam mengolah
data meskipun bahasa Inggris masih belum bagus. Ia mencoba menembus rasa
mindernya. Ia mencoba terus berbicara. Ia terus memberanikan diri untuk
melangkah maju di negara yang masih asing buatnya.
3.29 Bab 29 “Dua Pilar Yang Runtuh”
Bab ini menceritakan tentang runtuhnya South Tower dan North Tower.
Berita tersebut sampai ke Indonesia, membuat keluarga Bayek yang berada di
Batu khawatir. Terutama Tinah. Bayek akhirnya mendengar bahwa salah satu
tower di World Trade Center telah ditabrak pesawat. Bayek bergabung dengan
rekan-rekannya. Menonton siaran langsung di TV. Astaga! Tampak tower yang
satu lagi juga ditabrak pesawat. Beberapa karyawan terpekik ngeri. Mereka tidak
dapat percaya bahwa tragedi yang baru ditayangkan di TV adalah nyata. Hening
memenuhi kantor. Beberapa saat kemudian berita datang lagi. South Tower dan
North Tower telah runtuh. Gedung-gedung di sekitarnya juga. Bayek hanya
terpikir ingin segera menelepon Tinah. Tapi jaringan komunikasi sibuk semua.
Seluruh pegawai akhirnya dihimbau untuk pulang. Tinah semakin terlihat cemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Di rumah tidak ada yang tahu apakah kantor Bayek yang di Pleasantville itu
terletak di Manhattan atau bukan? Apakah gedungnya di dekat kompleks WTC
yang rubuh itu? Atau di tower itu? Mereka semua belum pernah ke New York
3.30 Bab 30 “Menelusuri Manhattan”
Bab ini menceritakan tentang kebiasaan baru Bayek, yaitu untuk
menelusuri Manhattan. Tak berapa lama, Bayek mendapatkan kesempatan untuk
pulang ke Batu selama dua minggu. Dua bulan setelah mendapatkan promosi,
kantor Bayek pindah ke East Village, Manhattan. Ya, Manhattan! Hutan beton
yang ia lihat dalam perjalanan dari Bandara JFK ke Westchester dulu. “kilauan
yang “merampas” napasnya! Minggu-minggu pertama di Manhattan, kaki Bayek
selalu bergerak menelusuri jalanan kota. Ia mulai mengenal beberapa teman tapi
ia sering menikmati hutan beton itu sendiri. Lebih masuk, kata Bayek. Ia mulai
jatuh cinta dengan sushi di Tomoe, belanja di China Town dan mencoba masakan
dari berbagai belahan dunia. Akhirnya di musim panas kedua Bayek pulang
mengunjungi rumahnya di kaki Gunung Panderman. Selama dua minggu ia hanya
tinggal di rumah. Tinah tiap hari memasak makanan kesukaan Bayek. Tinah
kadang memijati kaki Bayek seperti dulu ketika kaki Bayek kecil linu-linu karena
kedinginan. Tinah juga menyiapkan air hangat buat mandinya. Seperti dulu waktu
mau pergi ke sekolah.
3.31 Bab 31 “Rumah Kecil Baru”
Bab ini menceritakan tentang pembangunan rumah Tinah yang ada di
Batu. Rumah lama dirobohkan dan akan berganti dengan wajah yang baru.
Setelah kembali lagi ke New York, Bayek telah menabung banyak. Kebetulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
bonus di tahun ini juga lumayan. Bayek menelepon Tinah dan memberitahu kalau
dia sudah transfer lagi. Kali ini uang yang ditransfer Bayek untuk membangun
rumah kecilnya yang ada di gang Buntu. Dua bulan kemudian rumah kecil Tinah
di Gang Buntu diratakan. Fondasinya pun dibongkar. Ada kebahagiaan dan juga
kesedihan di wajah Tinah dan Sim. Rumah yang mereka bangun puluhan tahun
lalu dengan jerih payah luar biasa akan berwajah baru. Wajah yang lebih segar
dan gagah. Enam bulan kemudian, Tinah dan Sim punya rumah baru berlantai
dua. Ada empat kamar. Isa dan keluarganya punya kamar sendiri di lantai atas.
Satu kamar untuk Rini dan Nani, dan satu kamar lagi untuk Bayek. Ia akhirnya
punya kamar sendiri seperti impannya dulu, di atas dapur. Bayek pun ingin segera
pulang mengunjungi kamar kecilnya.
3.32 Bab 32 “Buah Untuk Bapak dan Ibuk”
Bab ini menceritakan tentang rencana Bayek dan Nani untuk membuat
kos-kosan di Yogyakarta. Sim mempunyai sebidang tanah di sana. Jam sepuluh
malam Bayek menelepon Tinah, memberitahu bahwa ia sudah trensfer lagi. Uang
yang dikirim Bayek untuk membuat kos-kosan di Yogyakarta. Sim akhirnya
berhenti jadi sopir truk untuk membantu pembangunan kos. Sim bolak-balik Batu-
Yogyakarta. Nani kadang ikut menemaninya. Setelah lima bulan pembangunan
kos itu selesai. Tanah yang dulu kosong, kini mulai diisi anak-anak kos. Tinah
lega melihat Sim tidak lagi menjadi sopir truk. Sudah saatnya Sim menikmati
masa tua. Sim kini mengurus rumah kecilnya di Batu, mengurus cucu-cucu dan
kos-kosan di Yogya. Ia juga berhenti merokok dan membantu pekerjaan Tinah di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
rumah. Saatnya mereka menikmati masa tua dengan tenang. Hati Bayek penuh. Ia
tak ingin berhenti di sini saja. Mimpi baru pun lahir.
3.33 Bab 33 “Wisdom”
Bab ini menceritakan tentang bagaimana cara Bayek untuk bisa mengenal
dan mendekatkan diri dengan anak buahnya. Bayek berapi-api, bercerita tentang
perdebatan panas dengan Victor, anak buah barunya yang berasal dari Ukraina.
Dahulu, ketika Victor baru datang di New York City, Bayek selalu megajak
Victor berburu hidangan di restoran-restoran Manhattan. Bayek sudah lama
tinggal di Manhattan. Ia lebih tahu seluk-beluk kota ini. Bayek dan Victor selalu
pergi makan siang bersama. Tapi tekanan dan tuntutan kerja sering membuat
mereka beradu pendapat. Bayek dan Victor selalu berdebat hampir setiap hari.
Dari teknik pengolahan data sampai gaya kepemimpinan Bayek sebagai manajer.
Saat makan siang pun mereka selalu berdebat. Akhirnya Bayek enggan makan
siang dengan Victor lagi. Semenjak percakapan dengan Rachel di restoran
Thailand itu, Bayek mulai mengajak Victor dan anak buahnya untuk makan siang
bersama lagi. Seperti dulu lagi. Mulai berbincang mengenai keluarga, film,
budaya di negara masing-masing, dan tentang New York. Bayek mencoba
mengerti mereka. Ia mencoba mengerti mereka lagi, terutama Victor. Dalam
beberapa bulan, Bayek semakin dekat dengan mereka lagi.
3.34 Bab 34 “Kematian dan New York City”
Bab ini menceritakan tentang kejadian yang terjadi di apartemen Enzu,
pegawai baru Bayek yang baru masuk perusahaan lima bulan lalu. Enzu, pegawai
yang baru masuk perusahaan lima bulan yang lalu menceritakan kejadian di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
apartemennya. Seminggu yang lalu, Enzu mulai mencium bau yang tidak sedap
dari lantai pertama di gedung apartemennya yang terletak di West Village. Hari
ketiga, bau itu semakin menusuk. Ternyata bau itu berasal dari apartemen nomor
IC yang terletak paling ujung. Penghuni apartemen IC, seorang nenek, ditemukan
tergeletak dalam keadaan membusuk di sofa ruang tamu! Dari hasil autopsi
diketahui bahwa nenek ini meninggal karena usia tuanya. Seminggu setelah
mendengar cerita kematian dari Enzu, Bayek merayakan Lebaran sendiri di New
York City. Di belahan dunia lain, semua saudara Bayek salat Ied bersama, makan
ketupat dan tape ketan hitam. Sehabis salat mereka berkumpul di ruang tamu dan
saling bermaaf-maafan. Mata Bayek semakin terbuka, hatinya semakin luas.
Mimpinya juga semakin luas. Bayek ingin segera menyelesaikan misinya sebagai
anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga.
3.35 Bab 35 “Vertigo”
Bab ini menceritakan tentang sakit yang diderita Bayek setelah terjatuh
pada saat mau ke kantor. Dalam sebuah perjalanan ke kantor Bayek terjatuh di
trotoar di sebelah gedung apartemennya. Ketika akan mengikat tali sepatu yang
lepas. Bayek merasakan pening yang luar biasa. Dunia di sekelilingnya seakan
berputar. Bayek kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Beberapa saat kemudian,
ia coba bangkit dan berdiri. Bayek tidak tahu apa yang barusan terjadi tapi ia
mulai ketakutan. Bayek segera memeriksakan diri ke dokter, setelah menjalani
beberapa diagnosa, dan brain scan, Bayek baru mengetahui kalau ia mengidap
vertigo. Di tengah-tengah vertigo yang pasang surut, Bayek masih terus bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Setelah menjalani pemeriksaan dan rawat jalan, vertigo Bayek membaik. Ada
kelegaan yang dalam buat Bayek dan keluarga di Batu.
3.36 Bab 36 “Kembali ke Manhattan”
Bab ini menceritakan tentang keputusan Bayek untuk kembali ke
Manhattan setelah satu setengah tahun di Newport. Di akhir musim semi yang
keenam Bayek memutuskan untuk pindah ke Manhattan lagi. Tahun depan adalah
tahun terakhirnya. Bayek ingin menikmati New York sebelum kembali ke
Indonesia. Dari beberapa apartemen yang pernah ia tempati, baru di SoHo inilah
Bayek menemukan rumah keduanya di New York. SoHo memberikan energi baru
untuknya. Di musim semi ketujuh, Bayek pulang ke Indonesia. Kali ini ia
menghadiri pernikahan Mira. Pernikahan kedua yang Bayek hadiri dalam
keluarganya. Melihat Bapak dan Ibuk menemani Mira dan suaminya di pelaminan
membuat mata Bayek berkaca-kaca. Setelah menghadiri pernikahan Mira,
semakin besar keinginan Bayek untuk menyelesaikan misinya.
3.37 Bab 37 “Misi Terselesaikan”
Bab ini menceritakan tentang kebimbangan Bayek untuk pulang ke
Indonesia atau menerukan kerja di New York. Setelah satu setengah tahun di
SoHo, bayek berpikir untuk kembali ke Indonesia dan bekeja di Jakarta atau
Singapura. Tapi ia juga berpikir, misinya belum selesai. Tiba-tiba sebuah kejutan
datang dari atasannya. Bayek dipromosikan menjadi Director Internal Client
Management. Selain memimpin bagian data Processing, Bayek kini dipercaya
untuk memimpin bagian Project Management. Anak buah Bayek semakin banyak.
Tersebar di New York, Chicago, San Fransisco, dan India. Di musim gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kesembilan, dengan pergulatan batin yang luar biasa, bayek memutuskan untuk
pulang ke Indonesia. Bayek pulang ke rumah kecilnya, dua bulan yang
mencerahkan bersama keluarga. Bersama keponakan-keponakannya. Di musim
gugur kesepuluh, Bayek kembali mengirimkan surat pengunduran diri. Hatinya
kini telah bulat. Meskipun atasannya menawarkan jabatan yang lebih tinggi,
menjadi salah satu Ditektur di North America, Bayek akhirnya mengepak barang-
barangya dan pulang ke Indonesia. Salah satu misi dalam hidupnya telah selesai,
dan misi baru pun lahir.
3.38 Bab 38 “Menyambut Bayek Kembali”
Bab ini menceritakan tentang keputusan Bayek untuk kembali ke
Indonesia. Bayek mengikuti hatinya. Setelah melalui 9 musim panas dan 10
musim gugur di New York, Bayek pulang kampung bulan Juni tahun 2010. Sim
menjemput Bayek di Bandara Juanda Surabaya. Semua keponakan Bayek sengaja
meliburkan diri dari sekolah demi menjemput paman mereka. Seminggu setelah
Bayek pulang, ia mendapatkan tawaran kerja sebagai Director Marketing Science
di sebuah perusahaan marketing research multinational di Singapura. Bayek
dipercaya untuk mengawasi operasi Departement Marketing Science di enam
negara di Asia Tenggara. Gaji yang ditawarkan lebih besar daripada yang Bayek
terima dulu di New York. Sebelum menandatangani kontrak, Bayek berpikir lagi.
Ia ingin pulang ke tanah air untuk lebih dekat dengan keluarga. Ia ingin
beristirahat sejenak dari dunia corporate dan berbuat sesuatu. Akhirnya,
perusahaan di Singapura pun meminta Bayek untuk mempertimbangkan
keputusannya. Mereka menunggu Bayek sampai bulan Desember 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
3.39 Bab 39 “Buku Pertama”
Bab ini menceritakan tentang pembuatan buku pertama Bayek yang ia
sembahkan untuk kota Batu. Selama di Batu, Bayek rajin trekking ke lembah-
lembah yang mengelilingi kota itu atau desa-desa kecil yang belum pernah ia
kunjungi. Sekali atau dua kali seminggu. Bayek membawa kamera yang ia beli
sebelum pulang ke Indonesia. Bayek jatuh cinta lagi dengan kota kecil ini. Ia
ingin mengabadikan keindahan Kota Batu dalam sebuah buku. Bayek akhirnya
membuat sebuah buku fotografi dengan narasi puitis yang disusun bersama dua
temannya. Herman Aga dan Abdul Sukur. Sebuah buku berjudul Melankoli Kota
Batu. Sebuah museum melankoli dari sebuah perjalanan panjang. Sebuah buku
yang didedikasikan untuk kota yang Bayek cintai.
3.40 Bab 40 “Buku Keluarga”
Bab ini menceritakan tentang buku keluarga yang dibuat oleh bayek.
Bayek menulis untuk keponakan-keponakannya. Malam itu, Bayek berjanji
menulis sejarah keluarga buat keponakan-keponakannya. Agar mereka tidak
terputus dengan sejarah keluarga, agar mereka tahu perjuangan kakek, nenek, dan
ibu-bapak mereka. Agar mereka lebih menghargai hidup yang mereka lalui
sekarang. Agar mereka lebih mencintai ibu, bapak, dan kakek-nenek mereka.
Sejak itu, Bayek menghabiskan waktunya untuk menulis. Ia merombak satu
kamar di lantai atas menjadi ruang kerja. Bayek menulis dan menulis di kamar
atas sendiri. Kadang sampai lupa makan siang. Kadang sampai jam 2 pagi.
Kadang tak sempat mandi. Bayek menulis dan menulis. Empat bulan berlalu,
akhirnya tulisan Bayek selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
3.41 Bab 41 “Perjalanan Baru”
Bab ini menceritakan tentang Bayek memiliki kesibukan baru, yaitu
talkshow setelah buku yang ia tulis diterbitkan. Beberapa minggu setelah novel
diterbitkan, Bayek sering pergi ke luar kota untuk talkshow. Dari toko buku,
kampus, radio, kantor swasta, kantor pemerintahan, stasiun TV, radio, pesantren
sampai arisan ibu-ibu. Bapak dengan setia menemani dan mengantar Bayek ke
bandara. Bapak juga mengantar Bayek ke talkshow di sekitar Batu dan Malang.
Di sela-sela kesibukan yang semakin banyak, Bayek selalu menyempatkan diri
untuk mengunjungi rumah kecilnya. Bayek banyak menghabiskan waktu di kamar
atas untuk menulis atau membaca. Isa, Nani, Rini dan Mira bahkan membaca
novel yang ditulis anak lelaki satu-satunya berkali-kali. Mereka sering
mengadakan bedah buku di ruang tamu. Ada tawa. Ada air mata. Ada keheningan.
Ada senyum di wajah Ibuk dan Bapak.
3.42 Bab 42 “Cinta yang Kokoh”
Bab ini menceritakan tentang kesetiaan cinta Sim dan Tinah. Sudah 40
tahun lebih Sim dan Tinah berlayar mengarungi hidup bersama. Semenjak Sim
tidak menarik angkot, ia banyak membantu Tinah di rumah. Apa pun yang bisa ia
lakukan untuk Tinah, ia lakukan. Ia tidak bisa diam. Ia bahkan sering
membersihkan selokan kecil di sepanjang Gang Buntu. Kegiatan Tinah di luar
rumah hanya pengajian atau kalau ada hajatan. Tinah tidak lagi harus berhutang
ke Bang Udin atau ke Pegadaian. Anak-anaknya tak lagi meminta sepatu baru,
baju sekolah, uang kuliah, atau baju lebaran. Kini, anak-anak Tinah selalu
berusaha menyenangkan kedua orang tua mereka. Sim dan Tinah, setelah 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
tahun berjuang, akhirnya melihat cahaya di atap rumahnya. 40 tahun lebih mereka
mengarungi lautan kehidupan. Berawal dari pasar sayur Batu, mereka berlayar.
Terus berlayar. Cinta mereka tak pernah usang, bahkan semakin kuat. Badai kerap
mengempas perjalanan hidup tapi perahu mereka juga semakin kuat, cinta mereka
semakin kokoh. Mereka adalah belahan jiwa satu sama lain.
3.43 Bab 43 “Tak Bisa Jauh: Awal September”
Bab ini menceritakan tentang Sim yang jatuh sakit karena tidak bisa jauh
dari Tinah. Saat itu, ia memutuskan untuk ke Batu, dan Tinah tetap tinggal di
Karawang. Setahun sudah berlalu semenjak buku Bayek terbit. Cetakan demi
cetakan memasuki toko buku. Bayek berkeliling Indonesia. Ia memasuki dunia
yang berbeda dengan kehidupan selama 10 tahun di New York City. Hidup Bayek
kini di habiskan di jalanan. Bayek dengan backpack-nya, berpetualang dengan bus
Damri, kereta api, angkot, ojek, helikopter, bajaj, pesawat kecil, sampai perahu
kayu ke berbagai daerah di Indonesia. Dengan semakin sibuknya jadwal talkshow
di daerah Jakarta dan sekitarnya, Bayek memutuskan untuk mencari tempat
tinggal sementara di Jakarta. Bulan September 2011, Bayek dan Ibuk
mengunjungi Mira yang telah melahirkan anak kedua, Arti. Sim menyusul
beberapa hari kemudian. Sim hanya tinggal dua hari. Karena tidak ada yang
mengurus cucu di Batu, akhirnya Sim memutuskan untuk pulang lebih dulu, dan
Tinah tetap tinggal di rumah Mira. Tak lama kemudian, Tinah mendapatkan
telepon dari Nani, bahwa Sim jatuh sakit. Akhirnya Sim dibawa ke rumah sakit,
setelah hasil ronsen keluar ternyata ada pengapuran di jantung Sim.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3.44 Bab 44 “Menjagamu”
Bab ini menceritakan tentang kesetiaan Tinah menjaga Sim yang sedang
sakit. Semenjak Sim sakit, Tinah tak pernah jauh dari kamar Sim. Menjaga
belahan dirinya. Pagi, siang dan malam. Akhirnya atas rekomendasi dokter
spesialis jantung di Malang, Sim dibawa ke dokter saraf. Tinah dan Nani yang
mengantar. Papik, suami Isa, menyetir mobil Panther kesayangan Sim. Setelah
menjalani brain scan dan rawat jalan beberapa minggu, pun dengan pengawasan
dokter saraf, kondisi Sim belum membaik. Sakit yang deritanya datang dan pergi.
Mata kanannya juga masih belum bisa melihat dengan normal. Kondisi Sim
semakin lemas, ia mengahabiskan banyak waktu di kamar. Tinah tak pernah jauh
dari tempat tidur Sim. Sim meminta Tinah untuk selalu menemaninya, walau kini
dirinya hanya tinggal tulang dan kulit saja. Tinah mengangguk. Ia tak kuasa
menjawab. Air matanya menetes.
3.45 Bab 45 “Siapa yang Mengantar Cucu?”
Bab ini menceritakan tentang kekhawatiran Sim dengan cucu-cucunya.
Siapa yang akan mengantar ke sekolah, biasanya Sim yang selalu antar jemput
mereka. “Nah, siapa yang mengantar cucu-cucu kita?” tanya Sim. Air matanya tak
terbendung lagi. “Jangan kuatir wis Pak. Anak-anak sudah berangkat diantar sama
pembantu mereka. Si Ciul malah senang jalan-jalan sambil mainan air hujan,”
jawab Tinah sambil memijat kaki Sim. Dua minggu telah berjalan, obat sudah
hampir habis, tapi sakit kepala Sim masih juga belum sembuh. Kondisinya
semakin lemah. Ia terlihat pasrah dengan sakitnya. Delapan hari di rumah sakit,
akhirnya kondisi Sim membaik. Sakit kepalanya menghilang. Dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mengizinkannya untuk pulang. Ada kelegaan di wajah Tinah, Sim terlihat lebih
segar. Namun hanya beberapa hari saja, Sim bisa sedikit beristirahat. Dua minggu,
setelah keluar dari rumah sakit, ia sakit kembali. Ketika menjaga cucunya, Ari,
Sim tiba-tiba lemas. Ia tidak bisa berdiri. Ia tidak bisa berjalan pulang.
3.46 Bab 46 “Pesan Terakhir”
Bab ini menceritakan tentang keadaan Sim yang terus- menerus menurun.
Sampai pada akhirnya Sim pergi untuk selamanya. Siang itu, Bayek berpamitan
pada Sim kalau akan pergi ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Sim berat
ditinggal Bayek, Sim hanya berpesan agar Bayek tidak pergi jauh-jauh. Sakit di
dada Sim sudah berkurang, namun kondisinya semakin lemas, akhirnya ia dibawa
ke beberapa dokter. Tapi para dokter ini masih belum juga mengetahui kenapa
Sim menjadi lemas. Akhirnya diputuskan Sim harus menjalani terapi medik tiga
kali dalam seminggu. Selama menjalani terapi, kesehatan Sim terus membaik,
namun pada hari Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 2:30 pagi Rini bangun kembali
untuk memerikasa keadaan Sim. Tangannya masih memegang tangan Sim. Ia
melihat wajah Sim. Ada air mata yang meleleh di mata kirinya. Rini kemudian
memeriksa napasnya. Sim yang tidur di sampingnya, sudah tidak bernapas lagi…
Rini menjerit, memanggil-manggil nama Bapak. Tinah terbangun. Ia langsung
terisak-isak sambil menyebut-nyebut nama Bapak. Tinah membacakan doa di
telinga Sim. Tapi Sim tak bangun juga. Rini kemudian memanggil suster. Sim
telah pergi…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
3.47 Bab 47 “Mengantar Bapak Pulang”
Bab ini menceritakan tentang kesedihan Tinah dan anak-anaknya.
Kesedihan yang teramat dalam, ketika mengantar Sim ke tempat istirahat
terakhirnya. Mata Isa sembap. Air mata terus mengalir. Nani yang memakai
kerudung hitam tersedu. Matanya sembab juga. Tangannya memegang kamera,
sesekali di tengah isak tangisnya, Nani mengabadikan kepergian Sim. Mira
sendiri masih dalam perjalanan, baru saja memasuki Semarang. Ia tak sempat
melihat wajah Sim sebelum pemakaman. Akhirnya keranda digotong menuju
pemakaman. Para peziarah lelaki bergantian menggotongnya. Bayek juga. Air
mata menetes sepanjang perjalanan. Bajunya hampir basah oleh keringat dan
tetesan air mata. Bayek dan dua menantu Sim turun ke liang kubur. Bayek masih
sesenggukan. Akhirnya ia diangkat ke atas lagi, karena menurut kepercayaan air
mata tak boleh menetes di sana. Keranda dibuka. Jasad Sim yang dibungkus kain
kafan diturunkan ke liang kubur. Bayek semakin terisak. Suara Isa dan Rini
terdengar dari kejauhan. Nani dengan kokohnya mengabadikan kepulangan ini.
Kadang air matanya menetes di kamera kecilnya. Isak tangis pun kembali pecah
ketika gumpalan tanah mulai ditaburkan, membenam liang kubur. Batu nisan
ditancapkan. Bunga-bunga ditaburkan. Doa dikumandangkan. Tinah tenggelam
dalam dukanya. Air matanya mengalir, terus mengalir.
3.48 Bab 48 “Cinta Ibuk”
Bab ini menceritakan kesetiaan cinta Tinah terhadap Sim, meskipun Sim
telah pergi. Namun, cinta Tinah terhadap Sim tetap abadi. Di hari ke-40 setelah
Sim meninggal, Tinah pergi ke pasar membeli keperluan untuk tahlilan 40 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Bayek ikut menemaniya. Setelah 40 hari tahlilan Sim, Tinah mulai berjalan pagi
kembali, ke kaki Gunung Panderman. Sehabis menanak nasi dan salat Subuh,
seperti biasa Tinah mengganti daster batiknya dengan celana training, kaos, dan
jaket. Ketika akan memakai sepatu olahraganya, di sana, di sudut dapur, Tinah
melihat sepatu Sim. Masih kelihatan baru. sepatu olahraga warna putih yang
diberikan Bayek hanya dipakai sesekali saja. Cinta Tinah selalu segar untuk
keluarga. Dari pertemuannya di Pasar Batu 40 tahun yang lalu sampai kepergian
sang playboy pasar yang telah menjadi suami, sahabat setia, dan belahan jiwanya.
40 tahun lalu mereka mulai membangun kepingan-kepingan hidup. Melalui
perjalanan yang saling memperkaya, memperkuat dan melengkapi satu sama lain.
Cinta mereka telah melahirkan anak-anak yang penuh cinta. Perjalanan cinta yang
sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin merekah. Cinta yang semakin terang.
Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka. Cinta Tinah telah
menyelamatkan keluarga.
3.49 Bab 49 “Aku”
Bab ini menceritakan tentang Bayek yang coba memaknai hidup ini untuk
orang-orang yang telah menguatkannya. Bapak, Ibuk dan saudara-saudaranya.
Kutarik napas panjang. Desah napasku mengembus di tengah keheningan. Bening
malam kota Batu menenggelamkan. Mencekam. Mengendapkan. Selesai sudah ku
bungkus kenangan itu. Tak semua memang karena ingatan ini kadang keruh dan
tak bisa tajam membelah-belah masa lalu yang panjang. Kutarik napas panjang
untuk kedua kalinya. Aku tenggelam dalam keheningan. Aku ditarik-tarik sepi.
Aku terbawa dalam kepingan-kepingan hidup Ibuk dan keluarganya. Lembar demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
lembar kenangan menampar hidupku. Menulis membebaskanku, membesarkanku,
memberanikanku. Aku menulis untuk membaca kehidupan, Aku menulis untuk
berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk
menjadikanku manusia. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk
bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan.
Berdasarkan analisis sinopsis novel Ibuk karya Iwan Seyawan dari bab
satu sampai bab empat puluh sembilan, maka dapat disimpulkan bahwa sinopsis
keseluruhannya menceritakan tentang sosok seorang Ibuk yang bernama
Ngatinah. Masih belia usia Tinah saat itu. Suatu pagi di Pasar Batu telah
mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang
berambut selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah
tatapan mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak. Lima
anak terlahir sebagai buah cinta. Isa, Nani, Bayek, Rini dan Mira. Hidup yang
semakin ramai juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak, rumah
mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar dan
pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ngatinah dengan sabar. Dari
kelima anak tersebut, Bayek, anak laki-laki satu-satunya berhasil menjadi orang
yang membanggakan bagi Bapak dan Ibuknya. Sedari bangku Sekolah Dasar,
Bayek sudah menunjukkan prestasinya di sekolah, Bayek selalu mendapat
ranking. Setelah lulus SMA, Bayek mendapatkan PMDK di Jurusan Statistika
IPB. Namun, lagi-lagi biaya menjadi hambatan. Tetapi, Sim dan Tinah tidak
pernah menyerah, apapun akan dilakukan agar anak-anaknya mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
pendidikan yang terbaik. Sampai pada suatu hari, Tinah memiliki ide menjual
angkot untuk Biaya Bayek kuliah di Bogor. Bayek dapat menyelesaikan kuliahnya
dengan baik dan mendapatkan IPK 3.52. Bayek menjadi lulusan terbaik dari
jurusan MIPA. Setelah lulus kuliah, Bayek bekerja di Jakarta selama tiga tahun.
Selama perjalanan karirnya, Bayek mendapatkan tawaran kerja di New York.
Bayek pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, Bayek menerima tawaran
kerja di New York. Selama berada di New York, Bayek banyak mendapatkan
pengalaman kerja yang baru, yang tentunya berbeda dengan saat ia bekerja di
Jakarta. Bayek juga mendapatkan teman baru di sana. Kehidupan Bayek mulai
berubah, begitu pula dengan keluarganya.
4.2.4 Setelah peserta didik memahami isi novel Ibuk karya Iwan Setyawan dan
mampu membuat sinopsisnya, peserta didik menemukan tema dan amanat yang
terdapat di dalam novel tersebut (pengumpulan data).
Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti unsur tema dan amanat yang
terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Oleh karena itu, peserta didik
terlebih dahulu memahami apa itu tema dan amanat yang terdapat di dalam novel.
a. Tema
Menurut (Shipley dalam Rahmanto, 1988: 80-82) tema-tema karya sastra
dibedakan ke dalam tingkatan-tingkatan—semuanya ada lima tingkatan—
berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa, yang disusun dari tingkatan yang paling
sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup, ke tingkat yang paling tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
yang hanya dapat dicapai oleh manusia. Berikut akan dianalisis tema dalam novel
Ibuk karya Iwan Setyawan berdasarkan tingkatannya.
4.1 Bab 1 “Pagi di Pasar Batu”
Tingkatan tema dalam novel Ibuk bab 1 termasuk tingkatan tema egoik,
yang berhubungan dengan konflik sosial yaitu pendidikan. Dalam cerita, Tinah
tidak dapat melanjutkan sekolahnya lagi, Tinah hanya bisa menangis. Berikut
kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(1) “Anak kecil itu duduk sendiri di sudut ranjang sambil melipat seragam
warna kuning dan hijau pelan-pelan. Ia kemudian menyimpannya ke
dalam lemari. Ada kekecewaan di matanya yang bening. Besok ia tidak
akan kembali ke sekolahnya di Taman Siswa Batu. Matanya menerawang
ke sandal jepit yang biasa ia pakai ke sekolah. Air matanya menetes. Anak
itu, Tinah harus mengubur harapan untuk menyelesaian sekolah”
(Setyawan, 2012: 1).
4.2 Bab 2 “Sebuah Awal Sebuah Keberanian”
Tingkatan tema dalam novel Ibuk bab 2 termasuk tema tingkat fisik,
karena mengangkat tentang kerja keras. Dalam cerita, Sim bekerja sebagai kenek
angkot untuk membiayai hidupnya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan
di atas.
(2) “Le, sudah berapa lama kamu jadi kenek?” tanya Mbok Pah memecah
keheningan” (Setyawan, 2012: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
(3) “Sejak saya SMP, Mbok. Sekarang lagi belajar nyetir,” jawab Sim
singkat” (Setyawan, 2012: 8).
4.3 Bab 3 “Mengenalmu Mencintaimu”
Tingkatan tema dalam novel Ibuk bab 3 termasuk tema tingkat sosial,
yaitu mengangkat masalah ekonomi. Dalam cerita tersebut, Sim berusaha
memberikan yang terbaik untuk Tinah. Saat berkunjung ke rumahnya, Sim
membawakan nasi goreng untuk Tinah. Meskipun hanya satu bungkus. Berikut
kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(4) “Malam berikutnya Sim datang lagi. Ia masih mengenakan baju yang
sama. Sandal jepit yang sama. Celananya saja berbeda dari yang kemarin.
Rambutnya klimis. Selalu” (Setyawan, 2012: 12)
(5) “Nah, ini aku bawain nasi goreng Pak Sidik. Tapi cuma satu bungkus.
Bagi ya sama Mbok Pah dan mbahmu,” ujar sang playboy pasar”
(Setyawan, 2012: 12).
4.4 Bab 4 “Maukah Kau Hidup Susah Denganku”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 4 yaitu tema tingkat
fisik, yaitu Sim bekerja dan terus bekerja demi kelangsungan hidupnya. Berikut
kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(6) “Ginilah hidupku, Nah. Tiap hari seperti ini. Dari pagi sampai malam.
Dari minggu sampai Minggu lagi. Ngangkot terus. Demi hidup.” kata Sim
pelan” (Setyawan, 2012: 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
4.5 Bab 5 “Berlabuh”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 5 yaitu tema tingkat
sosial. Mbok Pah sangat menyayangi Tinah, cinta kasihnya tersampaikan lewat
uang yang Mbok Pah berikan kepada Tinah untuk membantu biaya
pernikahannya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(7) “Nah, ini ada sedikit rejeki buat membantu pernikahanmu nanti,” kata
Mbok Pah yang tergeletak lemas di dipan kayu. “Sebentar lagi kamu akan
menikah, Nah. Doakan Mbok bisa menemanimu,” Mata Mbok Pah
menatap Tinah dalam- dalam” (Setyawan, 2012: 24).
4.6 Bab 6 “Awal Pelayaran”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 6 adalah tema tingkat
sosial, yaitu cinta kasih. Sim dan Tinah sudah berumah tangga, maka keduanya
sekarang hidup untuk saling berbagi dan mengasihi. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan di atas.
(8) “Ribuan pagi, ribuan senja, angkot Sim telah mengelilingi Kota Batu,
Malang, dan Pujon. Dari rahim Tinah terlahir buah cinta mereka. Sim
menjadi Bapak, Tinah menjadi Ibuk. Di kaki Gunung Panderman mereka
berlayar mengarungi kehidupan dengan berani. Dengan layar kejujuran
yang kokoh, dengan cinta yang tulus” (Setyawan, 2012: 28).
(9) “Rintik hujan mengguyur Kota Batu. Tinah terbangun di kamar yang
asing, di rumah yang asing. Sim di sampingnya tanpa selimut. Terlelap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Padahal udara dingin menusuk tulang. Tinah memberikan separuh jariknya
untuk Sim. Ia menutup mata lagi” (Setyawan, 2012: 26-27).
4.7 Bab 7 “Lima”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 7 adalah tema tingkat
sosial karena mengangkat hubungan antara anak dengan orang tua. Lima buah hati
sudah terlahir, Tinah berjanji akan merawat mereka dengan sebaik mungkin.
Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(10) “Lima orang sudah terlahir. Mereka adalah cahaya paling terang
dalam hidup Ibuk. Ia menjaga mereka pagi, siang dan malam. Tanpa jeda,
tanpa lelah” (Setyawan, 2012: 37).
4.8 Bab 8 “Nasi Goreng Terasi”
Tingkatan tema yang terdapat pada novel Ibuk bab 8 adalah tema tingkat
fisik. Tinah sudah sibuk sejak bangun tidur untuk mempersiapkan keperluan
anak-anak. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(11) “Ibuk sudah bangun dari jam empat pagi. Ia langsung menuju
dapur, mencuci piring kotor semalam, membuatkan kopi untuk Bapak, dan
mencuci pakaian di belakang rumah” (Setyawan, 2012: 39).
(12) “Di kamar mandi Ibuk sudah mempersiapkan bak plastik kecil,
kira-kira berisi 10-15 gayung air hangat. Biasanya Isa mandi dulu. Bayek
menunggu giliran sambil tidur-tiduran di ruang tamu. Nani menyapu
rumah dan mengepel. Mandi dengan air hangat adalah kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
tersendiri di tengah kabut dingin yang menyelimuti pagi” (Setyawan,
2012: 41).
4.9 Bab 9 “Empat Sehat Lima Sempurna”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 9 adalah tema tingkat
sosial. Karena mengangkat masalah ekonomi. Yaitu meskipun penghasilan tidak
menentu, namun Sim berusaha untuk menyisihkan sebagian penghasilannya.
Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(13) “Sini, coba aku cek dompetmu!” canda Ibuk, memastikan Bapak
telah memberikan semua uang setoran. Bapak juga berusaha menabung”
(Setyawan, 2012: 46).
4.10 Bab 10 “Jelaga di Langit-Langit Dapur”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 10 adalah tema
tingkat fisik karena berhubungan dengan aktivitas fisik. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan di atas.
(14) “Setengah jam setelah Bayek dan Rini menghabiskan makan siang,
Nani dan Isa pulang dari sekolah. Seperti biasa, Nani membersihkan
rumah dulu. Ia menyapu lantai dan mengepel. Isa membersihkan kaca
jendela dan meja kaca kecil di ruang tamu” (Setyawan, 2012: 50).
4.11 Bab 11 “Menjaring Pagi”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 11 adalah tema
tingkat fisik, karena mengangkat tentang aktivitas fisik. Walaupun hari minggu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
tak ada kata libur untuk Tinah. Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(15) “Tak ada istilah libur buat Ibuk. Seperti biasa, sudah dari subuh
tadi ia mencuci baju di belakang rumah. Ketika ayam-ayam jantan di
kandang masih belum berkokok. Ketika ayam betina yang mereka pelihara
di kandang bambu di belakang rumah masih mengerami anak-anak
mereka. Ketika pagi masih gelap gulita. Setelah mencuci, Ibuk segera
menjemur di depan rumah Mak Gini. Asap dari dapur masih mengepul di
sela-sela genting dan dinding rumah. Bak plastik yang ditenteng Ibuk
penuh cucian” (Setyawan, 2012: 54-55).
4.12 Bab 12 “Obrolan di Ruang Tamu”
Tingkatan tema yang tardapat dalam novel Ibuk bab 12 adalah tema
tingkat sosial karena mengangkat masalah ekonomi. Kebutuhan anak-anak
semakin banyak, namun, penghasilan tidak mencukupi. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan di atas.
(16) “Buku baru. “Ah, kamu coba pakai buku bekas kakakmu, Yek!
Yang penting besok bawa buku dulu. Buku baru nanti saja kalau ada
rejeki, ya. Insya Allah, Ibuk belikan di toko buku pelajar. Sabaro sik, Le!”
(Setyawan, 2012: 59).
(17) “Sepatu jebol. “Nan, coba minta lem ke Bapakmu! Jik iso digawe
iku!” kata Ibuk sembari memeriksa sepatu Bata yang belum setahun
dipakai Nani” (Setyawan, 2012: 59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(18) “Uang SPP. “Oh, besok tanggal 10 ya? Besok ya Yek. Besok. Pasti
ono kok!” kata Ibuk, memeriksa lembaran berisi laporan SPP” (Setyawan,
2012: 60).
4.13 Bab 13 “Membawa Pulang Harapan”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 13 adalah tema
tingkat sosial, karena mengangkat masalah ekonomi. Tinah tak dapat mengambil
rapor Bayek karena belum membayar uang buku dan kalender. Berikut kutipan
yang mendukung pernyataan di atas.
(19) “Maaf Bu, rapor anak Ibu tidak bisa saya bagikan sekarang. Maaf
ya Bu, nanti kalau uang buku dan kalendernya sudah dibayar, Ibu bisa
kembali ke sini,” jelas wali kelas Bayek” (Setyawan, 2012: 62).
(20) “Ibuk termangu lalu membuka dompet kecil yang hanya berisi
uang kertas ratusan rupiah warna merah. Ah, matanya memerah. Uangnya
belum cukup untuk membayar buku dan kalender Bayek” (Setyawan,
2012: 62).
4.14 Bab 14 “Kunci di Tangan Bapak”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 14 adalah tema
tingkat sosial, karena mengangkat masalah ekonomi. Perjuangan Sim yang tak
kenal lelah untuk menafkahi keluarganya. Berikut kutipan yang mendukung
pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
(21) “Sepi menelan kota Batu. Jam 11 malam. Gang Buntu senyap.
Semua pintu tertutup rapat. “Nah, Nah… buka pintu Nah,” panggil Bapak
dari luar rumah. Hampir tengah malam Bapak mengetuk pintu depan
sekitar 4 kali. Suaranya pelan tapi memecah sunyi malam” (Setyawan,
2012: 67-68).
(22) “Sebelum ayam berkokok, bapak sudah terbangun. Ia masih
mengenakan baju yang dipakai tadi malam. Sandal jepit swallow warna
biru tua mennti di depan pintu rumahnya. Ia segera menghidupkan mesin
mobil” (Setyawan, 2012: 69).
4.15 Bab 15 “Sedikit Tentang Aku”
Tingkatan tema yang terdapat dalam Novel Ibuk bab 15 adalah tema
tingkat sosial karena mengangkat perjuangan. Perjuangan seorang anak yang
sederhana untuk mengarungi kehidupan dengan berani. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan di atas.
(23) “Aku melintasi kehidupan dan kala. Aku berlayar menembus senja.
Kuberanikan diri menulis untuk mengabadikan momen hidup dalam
lembaran kertas. Sekali lagi, dengan segala kemampuan yang aku punya”
(Setyawan, 2012: 72 73).
4.16 Bab 16 “Atap Untuk Kita”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab16 ini adalah tema
tingkat sosial karena mengangkat tentang kesabaran. Setelah menabung sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
demi sedikit, akhirnya Tinah dan Sim memiliki rumah sendiri meski hanya
berukuran kecil. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(24) “Waktu Ibuk hamil Rini, kita mulai membangun rumah ini. Setelah
menabung bertahun-tahun, Bapak pingin punya rumah sendiri” (Setyawan,
2012: 76).
(25) “Melihat pondasi rumah berukuran 6 x 7 meter ini, Ibuk sudah
bisa membayangkan kamar Ibuk, kamar kalian, ruang tamu kecil ini, dapur
tempat Ibuk memasak, dan kamar mandi” (Setyawan, 2012: 78).
4.17 Bab 17 “Mbah Carik dan Misteri”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 17 adalah tema
tingkat sosial yaitu mengangkat tentang kebudayaan . ketika ada anak yang sakit,
dibawa ke orang pintar. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(26) “Nah, coba kamu bawa Bayek ke Mbah Carik. Siapa tahu dia bisa
membangunkan Bayek,” kata Mak Gini. Ibuk bergegas menggendong
Bayek ke rumah Mbah Carik” (Setyawan, 2012: 83).
4.18 Bab 18 “Sepatu Jebol”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 18 adalah tema
tingkat sosial karena mengangkat tentang masalah ekonomi. Untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga, Tinah sering berbelanja dengan kredit. Berikut kutipan
yang mendukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(27) “Bayek dan Nani sibuk mengerjakan PR, tidak menghiraukan
kedatangan Bang Udin, tukang kredit asli Bandung. Dari Bang Udin, Ibuk
selalu berbelanja peralatan dapur. Ibuk membayar dengan cicilan setiap
hari. Mulai dari dandang, bak kecil untuk mandi, sampai penggorengan”
(Setyawan, 2012: 87-88).
4.19 Bab 19 “Sendang Biru dan Roti Meises Cokelat”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 19 adalah tema
tingkat sosial, karena mengangkat tentang kesederhanaan hidup. Tinah berusaha
untuk mencukupi kebutuhan anak anaknya, semuanya ia lakukan sendiri, Tinah
harus pintar pintar mengatur keuangan. Berikut kutipan yang mendukung
pernyataan di atas.
(28) “Ibuk mencoba mengerjakan semua urusan rumah dan sekolah
sendiri. Seragam anak-anaknya selalu rapi. Ibuk memastikan tak ada
kancing yang lepas. Celana seragam yang bolong ia jahit sendiri dengan
mesin jahit tua merek Singer, pemberian salah satu langganan angkot
Bapak. Kerah di baju hem Bapak sudah penuh tambalan. Demikian juga
celana seragam Bayek. Tak ada pergi ke tukang jahit. Tak ada pergi ke
salon. Ibuk harus pintar-pintar menyiasati uang yang ada” (Setyawan,
2012: 98).
4.20 Bab 20 “Mencoba Berdiri Sendiri”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 20 adalah tema
tingkat sosial, karena mengangkat tentang masalah ekonomi. Hidup penuh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
keprihatinan, tak mudah dimengerti oleh anak-anak, namun ini demi masa depan
mereka. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas
(29) “Gak usah sing apik-apik rautan pensilnya. Asal bisa menajamkan
pensil. Jangan sampai hilang ya,” pesan Ibuk kepada Bayek di toko buku
Pelajar” (Setyawan, 2012: 101).
(30) “Ini uang jajanmu. Jangan dibandingkan dengan teman-teman yang
lain ya. Kita Cuma punya dua ratus rupiah. Itu cukup buatmu,” pesan Ibuk
kepada Rini” (Setyawan, 2012: 102).
4.21 Bab 21 “Hidup Baruku”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 21 adalah tema
tingkat egoik. Terpisah jauh dari keluarga di Batu, terkadang membuat Bayek tak
kuasa menahan air mata. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(31) “Sampai di sini, air mataku mengalir. Tak hanya mengalir, aku
bahkan menghujan. Kenangan mereka berembus kencang menghantam
pagi menjelang siang di kamarku. Sendiri” (Setyawan, 2012: 105).
4.22 Bab 22 “Di Tengah Malam”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 22 adalah tema
tingkat sosial, karena mengangkat tentang perjuangan. Sim pulang larut malam
karena angkotnya mogok di Malang. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan
di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
(32) “Kok baru pulang, Pak?”tanya Bayek lagi. “Tadi mobil mogok di
Malang, Le. Bapak harus benerin sendiri. Pak Di, kenek Bapak gak masuk
hari ini,” jawab Bapak sembari mengambil nasi putih, tempe dan sayur
asem yang belum dipanaskan” (setyawan, 2012: 110).
4.23 Bab 23 “Janji Bayek”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 23 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat masalah ekonomi. Tinah tidak dapat membelikan anak-
anak jajanan pasar, uang saku juga mulai dikurangi. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan di atas.
(33) “Ibuk di depan rumah menawar belanjaan. Sudah tiga hari Ibuk
tidak bisa membelikan anak-anak jajan pasar seperti biasanya. Uang saku
mulai dikurangi. Ibuk juga telah menjual anting-anting emas Isa, Nani, Rin
untuk membeli onderdil angkot. Hanya Mira yang memakai anting emas”
(Setyawan, 2012: 112).
4.24 Bab 24 “Di Wajah Isa”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 24 ialah tema tingkat
sosial karena mengangkat tentang masalah ekonomi. Bayek minta dibelikan
sepatu, namun Tinah tidak mempunyai uang. Berikut kutipan yang mendukung
pernyataan di atas.
(34) “Halah Yek, biaya sekolah aja masih belum cukup, kok sudah
minta beli sepatu! Entar kalau sudah masuk SMP, nabung dan beli sepatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
baru ya,” kata Ibuk. Ayo, antar Ibuk beli gula di warung Guntian ya,
sekalian ke pegadaian.” (Setyawan, 2012: 119).
4.25 Bab 25 “Pesta Pertama”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 25 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang kebudayaan. Di setiap pesta nikahan atau
khitanan, tamu yang datang biasanya akan memberikan amplop. Berikut kutipan
yang mendukung pernyataan di atas.
(35) “Bayek duduk di ruang tamu mengenakan sarung warna hijau yang
dibeli Ibuk tiga hari sebelumnya. Tangan Bayek menggenggam beberapa
amplop putih yang diberikan oleh tamu yang berkunjung ke pesta
khitanan. Bayek tersenyum sambil menahan rasa perih. Isa di samping
Bayek mengipasi sarung” (Setyawan, 2012: 127).
4.26 Bab 26 “Berlayar terus Berlayar”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 26 ialah tema tingkat
sosial. Karena mengangkat tentang perjuangan. Selama empat tahun Bayek kuliah
di Bogor, tidak mudah baginya, karena rindu akan keluarga di Batu kadang datang
menghampirinya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(36) “Empat tahun di Bogor, empat tahun penuh dengan kerinduan.
Empat tahun penuh dengan keprihatinan. Empat tahun penuh dengan
perjuangan. Bayek akhirnya lulus” (Setyawan, 2012: 135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4.27 Bab 27 “Doa Ibuk Mengantar Bayek ke New York”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang perjuangan. Anak-anak Tinah melihat bahwa
kedua orang tuanya bersusah payah menyekolahkan mereka. Maka mereka juga
semangat untuk menuntut ilmu. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di
atas.
(37) “Bapak Tidak pernah menyuruh anak-anaknya untuk belajar
dengan rajin atau bekerja keras seperti dia. Tapi anak-anak melihat
perjuangan Bapak yang gigih lewat tangan Bapak yang selalu berlepotan
oli. Bapak yang sering pulang tengah malam. Kulit Bapak yang semakin
gelap. Inilah yang memacu anak-anak untuk berjuang sekeras Bapak.
Perjuangan Bapak melahirkan harapan buat kelima anaknya. Semangat
Bapak membakar semangat kelima anaknya” (Setyawan, 2012: 142).
4.28 Bab 28 “Sebuah Awal Perjalanan”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 28 ialah tema tingkat
tradisional, karena mengangkat tentang kawan sejati adalah kawan dimasa duka.
Mbak Ati adalah satu-satunya teman Bayek saat Bayek petama kali menginjakkan
kaki di NYC. Mbak Ati juga yang memperkenalkan Bayek dengan NYC. Berikut
kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(38) “Dari ruang tamu apartemen yang dia tumpangi inilah Bayek
memulai hidup baru. Mbak Ati, yang membuka jalan Bayek di Amerika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
memperkenalkan kehidupan di New York mulai dari grocery shopping
sampai jadi tourist guide selama beberapa bulan pertama. Mbak Ati juga
yang membimbing Bayek memulai kariernya di sana” (setyawan, 2012:
148).
(39) “Akhirnya, teman Indonesia satu-satunya, pembimbing, pembuka
jalan Bayek di New York pindah ke Australia di bulan ketiga. Bayek
memulai hidup baru, sendiri. Di musim dingin” (Setyawan, 2012: 150).
4.29 Bab 29 “Dua Pilar yang Runtuh”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 29 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang kekhawatiran seorang Ibu. Sejak kejadian
Runtuhnya tower World Trade Center, Tinah tak bisa menghubungi Bayek. Tinah
sangat khawatir akan keadaan Bayek di sana. Berikut kutipan yang mendukung
pernyataan di atas.
(40) “Aduh, Le. Ibuk coba telepon kamu sepanjang hari. Isa, Nani,
semuanya mencoba telepon tapi tak bisa-bisa. Senang kamu udah bisa
kasih kabar. Yang penting kamu selamat, Le,” kata Ibuk” (Setyawan,
2012: 160).
(41) “Alhamdulillah, Buk. Kantorku jauh dari kompleks WTC itu. Tadi
mau telepon juga gak bisa,” kata Bayek” (Setyawan, 2012: 161).
(42) “Alhamdulllah, Le. Kamu hati-hati ya. Jangan lupa salat,” pesan
Ibuk” (Setyawan, 2012: 161).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.30 Bab 30 “Menelusuri Manhattan”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 30 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang cinta kasih, Bayek akhirnya pulang ke Batu.
Berkumpul dengan keluarga adalah momen yang sangat Bayek nanti-nantikan.
Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(43) “Akhirnya di musim panas kedua Bayek pulang mengunjungi
rumahnya di kaki Gunung Panderman. Hampir setahun setengah ia
menunggu momen ini. Melihat matahari terbit di sela-sela Gunung
Semeru. Menghirup udara segar di pagi hari. Melihat embun pagi
menempel di jendela depan rumah. Melihat wajah-wajah penuh cinta di
rumah kecilnya” (Setyawan, 2012: 171).
4.31 Bab 31 “Rumah Kecil Baru”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 31 adalah tema
tingkat sosial, karena mengangkat tentang masalah ekonomi. Setelah mendapat
promosi menjadi manager data processing executive, keuangan Bayek bertambah
baik. Ia mengirim uang ke Tinah untuk membangun rumah di Batu. Berikut
kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(44) “Air mata Ibuk mengalir di tengah kebahagiaan, Le” jangan banya
banyak. Kamu mesti nabung buat kamu sendiri. Di rumah sudah cukup
buat sehari-hari” (Setyawan, 2012: 176).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
(45) “Wis, tenang, Buk, Bapak dan Mbak Nani sekarang sudah bisa
mulai merencanakan rumah baru kita ya,” kata Bayek” (Setyawan, 2012:
176).
4.32 Bab 32 “Buah untuk Bapak dan Ibuk”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 32 ialah tema tingkat
egoik. Kecelakaan yang menimpa Sim membuat pikiran Bayek tidak tenang.
Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(46) “Bayek segera kembali bekerja walau pikirannya masih kacau”
(Setyawan, 2012: 181).
4.33 Bab 33 “Wisdom”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 33 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang masalah atasan dengan bawahan. Karena
tuntutan dan tekanan kerja, Bayek jadi sering berdebat dengan anak buahnya,
Victor. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(47) “Dahulu, ketika Victor baru datang di New York City, Bayek
selalu mengajak Victor berburu hidangan di restoran-restoran Manhattan.
Bayek sudah lama tinggal di Manhattan. Ia lebih tahu seluk-beluk kota ini.
Bayek dan Victor selalu pergi makan siang bersama. Tapi tekanan dan
tuntutan kerja sering membuat mereka beradu pendapat. Bayek dan Victor
selalu berdebat hampir setiap hari. Dari teknik pengolahan data sampai
gaya kepemimpinan Bayek sebagai manajer. Saat makan siang pun mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
selalu berdebat. Akhirnya Bayek enggan makan siang dengan Victor lagi”
(Setyawan, 2012: 191).
4.34 Bab 34 “Kematian dan NewYork City”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 34 ialah tema tingkat
egoik, karena mengangkat tentang kesendirian. Bayek yang hidup sendiri di NYC
terpukul dengan kejadian-kejadian itu. Berikut kutipan yang mendukung
pernyataan di atas.
(48) “Bayek yang hidup sendiri di tengah kebisingan Manhattan
terpukul oleh kejadian-kejadian ini. New York kota yang penuh gemerlap
tapi juga penuh jiwa-jiwa yang sendiri, dan sepi” (Setyawan, 2012: 200).
4.35 Bab 35 “Vertigo”
Tingkatan temanya ialah tema tingkat egoik, karena mengangkat tentang
konflik batin. Bayek bingung antara pindah ke New Jersey atau menetap di
Manhattan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(49) “Bayek sebenarnya agak bingung, tapi akhirnya pindah ke New
Jersey juga. Setiap kali kembali dari Indonesia, selalu ada kebimbangan
dalam dirinya. Ia ingin segera pulang untuk selamanya tapi misinya belum
selesai di sini. Pindah ke Newport mungkin akan membantu mempercepat
Bayek untuk mewujudkan mimpinya. Dengan menabung lebih banyak
lagi” (Setyawan, 2012: 206).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
4.36 Bab 36 “Kembali ke Manhattan”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 36 ialah tema tingkat
egoik, karena mengangkat tentang persoalan batin. Kepergian Rachel
mengguncang Bayek. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(50) “Kepergian Rachel menggunucang Bayek. semenjak di
Pleasantville dulu Rachel adalah salah satu orang paling dekat dengan
hidupnya. Mereka tahu hidup satu sama lain. Selain sebagai partner in
crime di tempat kerja, Rachel dan Bayek juga sering bertemu di luar
urusan kantor. Bayek memperkenalkan Rachel ke teman-teman
Indonesianya. Demikian juga Rachel. Ia sering mengajak Bayek
berkumpul dengan teman-teman Taiwannya” (Setyawan, 2012: 214).
4.37 Bab 37 “Misi Terselesaikan”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 37 ialah tema tingkat
egoik, karena mengangkat tentang konflik batin. Bayek bimbang, tetap menetap di
NYC atau kembali ke Indonesia. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di
atas.
(51) “Di musim gugur kesembilan, dengan pergulatan batin yang luar
biasa, bayek memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia menyerahkan
surat pengunduran diri, tapi atasannya meminta Bayek untuk
mempertimbangkannya. Ia diberikan waktu dua bulan untuk pulang ke
Indonesia dan memikirkan lagi keputusan itu” (Setyawan, 2012: 221).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
4.38 Bab 38 “Menyambut Bayek Kembali”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 38 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang cinta keluarga. Bayek mendapatkan tawaran
kerja di Singapura. Namun, Bayek mempertimbangkannya kembali, karena Bayek
pulang untuk kumpul dengan keluarga. Berikut kutipan yang mendukung
pernyataan di atas.
(52) “Seminggu setelah Bayek pulang, ia mendapatkan tawaran kerja
sebagai Director Marketing Sciennce di sebuah perusahaan marketing
research multinational di Singapura. Bayek dipercaya untuk mengawasi
operasi depertement Marketing Science di enam negara di Asia Tenggara.
Gaji yang ditewarkan lebih besar daripada yang Bayek terima dulu di New
York. Sebelum menandatangani kontrak, Bayek berpikir lagi. Ia ingin
pulang ke tanah air untuk lebih dekat dengan keluarga. Ia ingin beristirahat
sejenak dari dunia corporate dan berbuat sesuatu. Akhirnya, perusahaan di
Singapura pun meminta Bayek untuk mempertimbangkan keputusannya.
Mereka menunggu Bayek sampai bulan Desember 2010” (Setyawan,
2012: 225-226).
4.39 Bab 39 “Buku Pertama”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 39 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang lingkungan alam. Bayek tak bisa jauh dari
Kota Batu. Meski di NYC menyajikan pemandangan yang megah. Berikut
kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
(53) “Gemerlap lampu-lampu jutaan watt malam hari di Times Square
New York City begitu megah, begitu spektakuler, begitu besar. Tetapi
jiwaku, jiwaku tak bisa jauh dari gemerlap lampu-lampu yang menyala di
seputar Kota Batu yang terlihat dari jalanan berliku menuju Kota Pujon.
Kota Batu di malam hari adalah sebuah meditasi kehidupan. Kesunyian
yang menyembuhkan” (Setyawan, 2012: 230).
4.40 Bab 40 “Buku Keluarga”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 40 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang keluarga. Bayek selalu meluangkan waktu
untuk kumpul bersama keluarga. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di
atas.
(54) “Setelah sebulan berpetualang, Bayek kembali ke Batu. Seperti
biasa, ia meluangkan malam bersama keluarga di ruang tamu. Keponakan-
keponakannya bergabung di sana. Bermain-main, berkejaran di ruang
tamu yang sempit (Setyawan, 2012: 233).
4.41 Bab 41 “Perjalanan Baru”
Tingkatan tema yang tedapat dalam novel Ibuk bab 41 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang kebersamaan. Di sela-sela kesibukannya Bayek
masih mengunjungi rumahnya di Batu. Berikut kutipan yang mndukung
pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
(55) “Disela-sela kesibukan yang semakin banyak, Bayek selalu
meyempatkan diri untuk mengunjungi rumah kecilnya. Bayek banyak
menghabiskan waktu di kamar atas untuk menlis atau membaca”
(Setyawan, 2012: 239).
4.42 Bab 42 “Cinta yang Kokoh”
Tingkatan tema yang tedapat dalam novel Ibuk bab 42 ialah tema tingkat
fisik, Semenjak Sim pensiun, Pekerjaan Tinah di rumah agak ringan. Berikut
kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(56) “Semenjak Bapak pensiun, kerja Ibuk di rumah agak ringan. Ibuk
hanya mengurus dapur. Setelah jalan pagi, Ibuk langsung berbelanja, dan
memasak. Ibuk tak hanya memasak untuk Bapak tapi juga untuk anak,
menantu, dan cucu-cucunya yang tinggal dekat rumah Ibuk. Selesai
masak, sekitar jam 11 siang, ia datang mengirimkan makanan ke rumah
Isa, Nani dan Rini” (Setyawan, 2012: 244).
4.43 Bab 43 “Tak Bisa Jauh: Awal September”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 43 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang perpisahan. Sim dan Tinah jarang berpisah,
namun karena keadan, mereka pisah sementara waktu. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan di atas.
(57) “Ibuk sendiri agak berat ditinggal Bapak. Demikian juga Bapak.
Mereka jarang berpisah selama hidupnya” (Setyawan, 2012: 247).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
4.44 Bab 44 “Menjagamu”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 44 ialah tema tingkat
egoik. Tinah teramat sedih karena melihat Sim sakit. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan di atas.
(58) “Ibuk memijat tangan Bapak. Ia tak berani memijat kepala Bapak.
Bapak masih memegang kepalanya dengan erat. Air mata menetes di
pipinya. Ia terus mengerang kesakitan. Ibuk tak tahu harus berbuat apa.
Mata Ibuk berkaca-kaca. Ibuk kemudian menelepon Nani (Setyawan,
2012: 252).
4.45 Bab 45 “Siapa yang Mengantar Cucu?”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 45 ialah tema tingkat
egoik. Tinah terkejut mendengar perkataan Sim. Berikut kutipan yang mendukung
pernyataan di atas.
(59) “Nah, sebelum aku meninggal, aku ingin melihat tangga yang
dibangun Isa di rumahnya.,” kata Bapak mengejutkan Ibuk” (Setyawan,
2012: 261).
4.46 Bab 46 “Pesan Terakhir”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bagian 46 ialah tema
tingkat sosial, karena mengangkat tentang cinta kasih. Semua keluarga bergantian
mencium pipi Sim. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
(60) “Ibuk memanggil semua anak dan cucunya. Hanya Bayek dan
Mira yang tidak ada di sana. Mereka berjajar, bergantian, menciumi pipi
Bapak” (Setyawan, 2012: 268).
4.47 Bab 47 “Mngantar Bapak Pulang”
Tingatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 47 ialah tema tingkat
Egoik, karena mengangkat tentang batin yang terguncang. Semua bersedih atas
kepergian Sim. berkut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(61) “Isak tangis pun kembali pecah ketika gumpalan tanah mulai
ditaburkan, membenam liang kubur. Batu nisan ditancapkan. Bunga bunga
ditaburkan. Doa dikumandangkan. Ibuk Tenggelam dalam duduknya. Air
matanya mengalir, terus mengalir” (Setyawan, 2012: 277).
4.48 Bab 48 “Cinta Ibuk”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 48 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang perjuangan. Perlajanan yang tak mudah yang
dilalui Sim dan Tinah akhirnya menyelamatan keluarga. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan di atas.
(62) “Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin
merekah. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur.
Sepanjang perjalanan mereka. Cinta Ibuk menyelamatkan keluarga”
(Setyawan, 2012: 285).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
4.49 Bab 49 “Aku”
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 49 adalah tema sosial
karena mengangkat tentang perjuangan . Sekian puluh tahun berpisah dari
keluarga, Bayek berjuang untuk keluarganya. Berkut kutipan yang mendukung
pernyataan di atas.
(63) “Ketika ia jauh dari keluarga. Ketika ia melalui 9 musim panas, 10
musim gugur. Ketika ia jauh dari keluarganya di Batu” (Setyawan, 2012:
287).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap tema dan amanat novel Ibuk karya
Iwan Setyawan dapat disimpulkan bahwa tema keseluruhan novel tersebut ialah
tema sosial. Dapat dikatakan demikian karena masalah-masalah yang sering
muncul di dalam novel tersebut merupakan masalah-masalah sosial seperti,
masalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih dan hubungan
atasan-bawahan.
b. Amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar di dalam karya modern,
amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama, pada umumnya amanat
tersurat (Siswanto, 2008: 161-162). Berdasarkan pengertian amanat di atas,
berikut akan dianalisis amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dari bab 1
sampai bab 49 secara tersirat dan tersurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
5.1 Bab 1 “Pagi di Pasar Batu”
Amanat yang terdapat pada novel Ibuk bab 1 “Pagi di Pasar Batu”
diungkapkan secara tersurat dan tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan
berikut.
(64) “Ketika umur 16, Tinah membantu Mbok Pah, neneknya berjualan
baju bekas di pasar Batu. Seragam kuning hijau Tinah kini dipakai oleh
adik perempuannya, Sriyati. Tinah jugalah yang membantu orang tuanya
membayar sekolah Sriyati” (Setyawan, 2012: 2).
(65) “Nah, kamu sudah 17 tahun sekaranng. Wis perawan,” kata Mbok
Pah sembari memberikan teh hangat yang ia pesan dari warung sebelah.
Uap putih mengepul dari mulut gelas. “Perawan seusiamu sudah mulai
berumah tangga,” lanjutnya. “Kamu mau tah aku jodohkan dengan Cak
Ali. Dia sudah punya kios sendiri buat jualan tempe, loh. Wis mateng
wong e.” (Setyawan, 2012: 3).
Kutipan di atas, menyampaikan pesan moral secara tersurat dan tersirat.
Tersurat yaitu meski Tinah putus sekolah, namun ia tak ingin adiknya seperti dia.
Tinah bekerja untuk membantu membiayai sekolah adiknya. Tersirat yaitu, sikap
Mbok Pah yang ingin menjodohkan Tinah dengan Cak Ali yang sudah memiliki
kios tempe, ia ingin Tinah mendapatkan calon suami yang sudah memiliki
pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
5.2 Bab 2 “Seuah Awal Sebuah Keberanian”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 2 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(66) “Sim belum pernah melihat wajah orang tua kandungnya yang
tinggal di Yogya. Ketika berumur 3 bulan Sim diasuh oleh saudara
bapaknya yang di Malang. Ketika kelas dua SMP orang tua angkatnya
meninggal dunia. Sim tak bisa meneruskan sekolah lagi. Semenjak itu Sim
menjadi kenek angkot untuk menghidupi dirinya. Di usia yang masih
belia, Sim sudah mencari makan sendiri, sudah mandiri” (Setyawan, 2012:
10).
Kutipan di atas, menyampaikan amanat secara tersurat, yaitu sikap
pantang menyerah yang ditunjukkan oleh Sim. Meski ia tidak dapat meneruskan
sekolahnya, ia tetap berjuang untuk mencari uang demi kelangsungan hidupnya
dengan menjadi kenek angkot.
5.3 Bab 3 “Mengenalmu Mencintaimu”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 3 diungkapkan secara tersirat.
Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(67) “Delapan bulan terakhir ini pula Sim telah belajar membawa mobil
sendiri. Ia kini memulai hidup baru sebagai sopir angkot. Sandal jepitnya
pun baru” (Setyawan, 2012: 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat, yaitu Belajar dan
terus belajar. Menjadi sopir angkot tidak perlu malu, yang penting pekerjaan itu
halal.
5.4 Bab 4 “Maukah kau Hidup Susah Denganku”
Amanat yang terdapat pada novel Ibuk bab 4 diungkapkan secara tersurat.
Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(68) “Sampai di perbatasan Batu dan Pujon, Tinah mulai mual-mual.
Mulutnya ditutup rapat dengan saputangan yang memang sudah ia
persiapkan dari pagi hari” (Setyawan, 2012: 19).
Kutipan di atas mengungkapkan penyampaian moral secara tersurat, yaitu
untuk mendapatkan hati seseorang memang tidak mudah, namun Sim terus
berusaha lewat sikap Sim yang perhatian dengan Tinah, Sim sengaja
mempersiapkan kresek apabila Tinah muntah-muntah di perjalanan.
5.5 Bab 5 “Berlabuh”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 5 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(69) “Mbok, aku gak mau pilih-pilih,” jawab Tinah akhirnya. “Sim itu
hidupnya gak seperti Lek Hari tapi orangnya apikan” (Setyawan, 2012:
22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu setiap
orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun si anak juga
berhak menentukan pilihannya sendiri.
5.6 Bab 6 “Awal Pelayaran”
Amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk bab 6 diungkapkan secara
tersurat. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(70) “Setelah membenahi kamar, Tinah segera mandi dan menyapu
halaman rumah Mbak Gik. Semenjak Mbok Pah meninggal, kiosnya telah
dijual dan Tinah tak lagi ke Pasar Batu. Ia menghabiskan waktunya di
rumah Mbak Gik. Tinah mulai belajar masak. Ia mulai belajar menata
hidupnya, hidup suaminya. Hidup anak-anaknya kelak. Hidup keluarganya
kelak (Setyawan, 2012: 27).
Kutipan di atas mengungkapkan pesan moral secara tersurat yaitu Tinah
belajar untuk menjadi seorang istri yang baik untuk suaminya dan anak-anaknya
kelak.
5.7 Bab 7 “Lima”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 7 diungkapkan secara
tersurat. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(71) “Membesarkan lima orang anak membutuhkan napas yang
panjang. Tak pernah mudah. tak pernah berhenti. Setelah Tinah sembuh ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
mulai lagi bergulat membesarkan anak-anaknya. Ia mulai membuat nasi
goreng untuk sarapan anak-anaknya sebelum berangkat ke sekolah. Ia
kembali memberikan cintanya” (Setyawan, 2012: 37-38).
Kutipan di atas mengungkapkan pesan moral secara tersurat. Yaitu lewat
perjuangan Tinah yang tak henti-hentinya untuk mengurus kelima anaknya
dengan sebaik-baiknya. Sampai ia sendiri jatuh sakit. Itu adalah salah satu bentuk
pengorbanannya untuk kelima buah hatinya.
5.8 Bab 8 “Nasi Goreng Terasi”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 8 diungkapkan secara tersirat.
Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(72) “Lima orang anak sudah ketika Ibuk baru mengetahui ada program
Keluarga Berencana. Mereka sudah di tangannya dan Ibuk memberikan
apapun yang ia miliki untuk mereka. Dengan hatinya. Mereka sudah ada
dalam genggemannya dan Ibuk tak akan membiarkan mereka terjatuh.
Begitu tekadnya” (Setyawan, 2012: 42).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu Tinah
bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk kelima buah hatinya. Apapun
akan Tinah lakukan agar anak-anaknya memiliki masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
5.9 Bab 9 “Empat Sehat Lima Sempurna”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 9 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(73) “Yang penting, pastiin ada uang buat makan besok ya, Pak!” kata
Ibuk selalu memastikan. Dari uang belanja ini, Ibuk berusaha menyisakan
sebagian untuk membayar SPP dan keperluan sekolah. Bapak terkadang
juga memakai tabungan Ibuk ini untuk memperbaiki angkot yang rusak
atau ketika kena tilang polisi. Ketika mendapat banyak rezeki di jalan,
Bapak akan memberi uang belanja lebih” (Setyawan, 2012: 46).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat yaitu Tinah yang
memiliki sikap hemat. Ia berusaha mencukupkan semua kebutuhan rumah
tangganya dari uang belanja yang diberikan Sim kepadanya. Tinah berusaha
menyisakan sedikit untuk keperluan yang lain-lain.
5.10 Bab 10 “Jelaga di Langit-Langit Dapur”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 10 disampaikan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(74) “Lima orang anak kini. Lima hati yang telah menghangatkan
rumah kecil Ibuk. Ruangan hidup tak akan pernah mudah dengan lima
anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad berlayar dengan gagah. Buat
anak-anaknya” (Setyawan, 2012: 51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat, yaitu tekad kedua
orang tua untuk membesarkan anak-anaknya dengan segala daya upayanya. Agar
masa depan anak-anaknya lebih baik dari kedua orang tuanya.
5.11 Bab 11 “Menjaring Pagi”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 11 disampaikan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(75) “Sa, bantu Ibuk ya! pinta Ibuk. Isa dengan senang membantu
memeras cucian. Nani ikut menolongnya. Beberapa seragam merah putih
dijemur berjejer di samping dua daster Ibuk dan satu sarung Bapak. Juga
beberapa kaos kaki dan pakaian dalam. Matahari yang bersinar cerah
memantulkan warna-warni jemuran sepanjang 5 meter. Sisa-sisa air
menetes dari sudut-sudut pakaian yang dijemur. Angin menggoyang-
goyangkan jemuran. Seragam putih Isa tak terlihat putih lagi” (Setyawan,
2012: 55).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu lewat
tingkah laku anak-anak Tinah yang selalu melakukan pekerjaan dengan
bergotong-royong. Maka, pekerjaan pun terasa ringan apabila dilakukan bersama-
sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
5.12 Bab 12 “brolan di Ruang Tamu”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 12 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(76) “Nduk, sekolah nang SMP iku mesti. Koen kudu sekolah. Uripmu
cek gak soro koyok aku, Nduk! Aku gak lulus SD. Gak iso opo-opo. Aku
mek iso masak tok. Ojo koyok aku yo Nduk! Cukup aku ae sing gak
sekolah…,” (Setyawan, 2012: 61).
Kutipan tersebut mengungkapkan amanat secara tersirat yaitu lewat
perkataan Tinah kepada Isa. Tinah Ingin anak sulungnya itu melanjutkan sekolah
ke SMP. Tinah memberikan motivasi kepada Isa, kalau sekolah itu sangat
penting. Agar Isa memliki masa depan, tidak seperti Tinah yang hanya lulusan
SD.
5.13 Bab 13 “Membawa Pulang Harapan”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 13 diungkapkan secara
tersurat dan tersirat. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(77) “Ibuk dan Bapak tak pernah menentukan aturan kapan dan berapa
lama anak-anak harus belajar. Isa dan adik-adknya telah membuka hati
mereka sendiri. Membuka buku mereka sendiri. Ibuk dan Bapak telah
bekerja sepenuh hati untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka.
Mungkin, anak-anak ini melihat kesungguhan hati orang tua mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
telah berjuang tak kenal lelah untuk lima anaknya” (Setyawan, 2012: 64-
65).
(78) “Lulus SD, Isa dengan mudah masuk ke sekolah menengah
pertama paling bagus di Batu. Ibuk menjual cincin emas satu-satunya
untuk membayar uang pangkal. Untuk membeli seragam dan membayar
SPP di bulan pertama. Cincn emas yang dulu ia beli di Toko Emas Agung
dari hasil tabungannya bertahun-tahun” (Setyawan, 2012: 65).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat dan tersirat.
Tersurat yaitu kesadaran sendiri untuk belajar tanpa harus diatur kapan dan berapa
lama harus belajar. Tersirat yaitu pengorbanan seorang orang tua untuk anaknya
agar bisa tetap sekolah, meski harus menjual cincin emas sekalipun. Karena setiap
orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak- anaknya.
5.14 Bab 14 “Kunci di Tangan Bapak”
Amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk bab 14 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(79) “Pukul 10 pagi Bapak kembali ke rumah. Tak seperti biasanya.
“Nah, ini segera ke sekolah Bayek. Bayar uang buku dan minta rapornya,”
kata Bapak. Ia menyerahkan beberapa lembar uang lima ratusan dan
seribuan yang ia kumpukan sejak pagi” (Setyawan, 2012: 69).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat yaitu Sim berjuang
mencari uang agar bisa mengambil rapor Bayek. Lelahnya tak ia hiraukan. Semua
dilakukan demi masa depan anak-anak.
5.15 Bab 15 “Sedikit Tentang Aku”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 15 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(80) “Agar hidupmu tidak sengasara sepertiku, Nak. Aku tidak lulus
SD. Tidak biasa apa-apa. Aku hanya bisa memasak saja. Jangan sepertiku
ya, Nak. Cukup aku saja yang tidak sekolah. Itu yang selalu Ibuk katakan
di hadapan anak-anaknya” (setyawan, 2012: 73).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu sebagai
orangtua, Tinah memberikan pengertian kepada anak-anaknya bahwa sekolah itu
sangat penting. Agar kelima anaknya memiliki semangat untuk belajar. Bisa
menata masa depan mereka sendiri dengan ilmu yang telah di dapat selama duduk
di bangku sekolah.
5.16 Bab 16 “Atap Untuk Kita”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 16 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
(81) “Meskipun banyak kebocoran di sana-sini, kita mesti bersyukur.
Kita di rumah sendiri. Ada tempat untuk makan pisang goreng bersama-
sama,” kata Ibuk. Ia berjalan ke dapur” (Setyawan, 2012: 79).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat yaitu. Dalam hidup,
kita harus bersyukur. Apapun yang kita miliki, kita harus bersyukur, besar
ataupun kecil yang kita punya.
5.17 Bab 17 “Mbah Carik dan Misteri”
Amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk bab 17 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(82) “Setiap melihat anak yang sakit, hati Ibuk seperti jatuh,” kata Ibuk
menatap anaknya satu-satu” (Setyawan, 2012: 85).
(83) “Melihat kalian sehat seperti ini adalah segalanya bagi Ibuk,”
lanjutnya” (Setyawan, 2012: 85).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu jagalah
kesehatan, orang sehat itu mahal harganya.
5.18 Bab 18 “Sepatu Jebol”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 18 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
(84) “Bang Udin, tadi saya kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya.
Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…” Ibuk menghela napas sejenak.
“Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan,
Bang?” Pinta Ibuk dengan sungkan” (Setyawan, 2012: 88).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu sebagai
orangtua, apapun akan dilakukan demi melihat anak-anaknya bahagia. Apapun
caranya
5.19 Bab 19 “Sendang Biru dan Roti Meises Cokelat”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 19 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(85) “Nani sudah memakai sepatu baru. Sepatu Bayek akhirnya terbeli
juga? Rini sepatunya masih bagus. Sementara Isa senang dengan sepatu
yang dipakai selama setahun setengah. Bapak dan Ibuk tidak pernah
memiliki atau berkeinginan membeli sepatu. Mereka ingin membeli sepatu
tetapi buat apa? Untuk ke kondangan mereka cukup memakai sandal. Ah,
semua demi anak-anak” (Setyawan, 2012: 93).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Tinah dan Sim
adalah sosok orang tua yang baik. Mereka menomorsatukan kebutuhan anak-
anaknya ketimbang kebutuhan pribadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
5.20 Bab 20 “Mencoba Berdiri Sendiri”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 20 diungkapkan secara
tersurat dan tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(86) “Ketika Kartinian atau Tujuh Belas Agustusan, Ibuk sendiri yang
mendandani anaknya. Ibuk meminjam baju daerah ke sana-sini. Ketika
Lebaran tiba, ia memastikan anak-anak memakai baju baru. Ibuk
memastikan tidak ada air mata dengan segala cara. Menggadaikan cincin
emas, menjual baju bekas, atau hutang ke Bang Udin. Ibuk dan Bapak
hampir tak pernah membeli baju lebaran untuk mereka sendiri. Yang
penting anak-anak bisa tersenyum dan mendatangi kerabat dengan bangga.
Agar mereka sama dengan anak-anak lain” (Setyawan, 2012: 102).
(87) “Berapa pun uang yang kamu miliki, jangan pernah berlebihan.
Nabung! Kamu bisa jatuh sakit. Harus ke dokter dan itu tidak murah.
Hidupmu tidak hanya sampai sekarang saja. Hidupmu masih panjang,”
pesan Ibuk yang tidak mempunyai rekening di bank” (Setyawan, 2012:
102).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat dan tersirat.
Eksplisit yaitu betapa besar pengorbanan kedua orang tua kita demi melihat kita
bahagia. Maka dari itu, jangan sekali-kali kita menyakiti perasaannya. Implisit
yaitu menabung itu sangat penting bagi masa depan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
5.21 Bab 21 “Hidup Baruku”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 21 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(88) “Sepuluh tahun aku berkelana menjelajahi hidup di negeri
seberang. Jauh di seberang. Aku meninggalkan hatiku di kota kecil ini
demi cinta. Dan dari seberang sana juga aku menemukan cinta. Aku
menemukan diriku” (Setyawan, 2012: 106 107).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Kita harus berani
untuk keluar dari kampung halaman demi meraih cita-cita, Keluarlah, dan
yakinlah bahwa kesuksesan akan bersamamu. Jika kamu berusaha dan bekerja
keras.
5.22 Bab 22 “Di Tengah Malam”
Amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk bab 22 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(89) “Sing sabar ae. Rejeki nggak datang hari ini tapi insya Allah akan
datang besok,” kata Ibuk sambil mengunci lemari makan di dapur”
(Setyawan, 2012: 111).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat yaitu. Walaupn
kesulitan datang silih berganti, namun kita harus tetap sabar, dan percaya kalau
rejeki itu sudah ada yang mengatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
5.23 Bab 23 “Janji Bayek”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 23 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(90) “Buk, jangan nangis lagi ya. Kalau Bayek sudah besar, Bayek janji
akan membahagiakan Ibuk. Bayek janji, ikrar Bayek dalam hati”
(Setyawan, 2012: 117).
(91) “Dari hutan bambu itu, hidup Bayek tak akan sama lagi. Janji
untuk Ibuk. Janji untuk Bapak. Janji untuk saudara-saudaranya terpatri
dalam hidupnya. Janji untuk keluarga” (Setyawan, 2012: 117).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kita sebagai
anak, hendaknya berbakti dengan kedua orang tua. Mereka sudah susah payah,
kerja keras banting tulang untuk kita. Sudah sepantasnya kita bisa
membahagiakan mereka.
5.24 Bab 24 “Di Wajah Isa”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 24 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(92) “Pak, surat ini untuk anak-anak saya. Mereka butuh keringanan
untuk uang gedung dan SPP. Bapaknya sudah mencoba yang terbaik
sebagai ketua RT. Ini untuk anak-anak saya, Pak. Ini untuk anak-anak
saya,” pinta Ibuk mencoba meyakinkan Pak Lurah. “Kalau uang kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
sudah cukup, saya tidak akan ke sini Pak. Ini demi masa depan mereka.
Biar mereka tidak seperti saya..” (Setyawan, 2012: 123).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu Orang tua
selalu mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dalam keadaan apapun,
mereka pasti berjuang demi buah hatinya.
5.25 Bab 25 “Pesta Pertama”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 25 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(93) “Buk, ini uang yang dikado tamu kemarin. Simpan ya, Buk. Kalau
ada sisa, beliin sepeda buat Bayek,” kata Bayek setelah bangun tidur.
Bayek memberikan uang yang disimpan di bawah bantal” (Setywan, 2012:
12).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu Bayek
adalah anak yang baik, ia ikhlas memberikan uangnya kepada Tinah untuk
digunakan sebagai keperluan sehari-hari.
5.26 Bab 26 “Berlayar terus Berlayar”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 26 diungapkan secara tersirat.
Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(94) “Bayek maju ke atas panggung disaksikan ribuan wisudawan. Air
mata Bayek tumpah. Ibuk dan Isa baru tau kalau ia menjadi salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
lulusan terbaik. Bayek tak tega melihat Ibuk dan Isa duduk di antara orang
tua wisudawan. Dalam langkahnya, ia ingin mengatakan kepada Ibuk
bahwa angkot yang dijual tidak kemana-mana. Angkot yang dijual adalah
investasi untuk hidup mereka. Angkot yang dijual adalah masa depan
mereka. Menjadi lulusan terbaik adalah kado untuk Ibuk, Bapak dan
keempat saudara perempuan yang telah memberikan jiwa dan hati mereka
untuk Bayek” (Setyawan, 2012: 136).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Usaha dan
keyakinan dapat membawa kita ke gerbang kesuksesan.
5.27 Bab 27 “Doa Ibuk Mengantar Beyek ke New York”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(95) “Kamu jangan lupa salat, jangan lupa bersyukur. Banyak anak-
anak sopir, teman-teman SMA kamu hanya bisa membantu bapaknya
menyopir. Kamu jangan lupa salat ya, Le. Bersyukur,” Ibuk selalu
mengingatkan Bayek” (Setyawan, 2012: 141).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kita sebagai
manusia, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan.
Suatu usaha harus diiringi dengan doa agar seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
5.28 Bab 28 “Sebuah Awal Perjalanan”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 28 diungkapan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(96) “Di bulan ke delapan Bayek mendapatkan penghargaan “Employee
of the Month” lagi. Rekan-rekan kerjanya pun mulai melihat keandalan
Bayek dalam mengolah data meskipun bahasa Inggris masih belum bagus.
Ia mencoba menembus rasa mindernya. Ia mencoba terus berbicara. Ia
terus memberanikan diri untuk melangkah maju di negara yang masih
asing buatnya” (Setyawan, 2012: 153).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu untuk
mendapatkan apa yang kita mau, kita harus berusaha, tidak bisa instan. Sabar dan
selalu belajar agar lebh baik dari yang sebelumnya.
5.29 Bab 29 “Dua Pilar yang Runtuh”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 29 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(97) “Air mata Bayek meleleh setelah salat Isya. Terlintas bayangan
orang-orang yang terjebak dalam gedung saat pesawat menabrak. Pagi
yang biasa, saat orang-orang mencari kopi atau sarapan di Starbucks di
lantai dasar. Pegawai kantor yang baru saja memasuki Lobby, rapat pagi di
meeting room. Receptionist menyapa pegawai kantor yang baru datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Fresh graduate yang baru masuk kerja. Pegawai yang baru saja
dipromosikan. Atau bapak-bapak yang akan pensiun beberapa hari ke
depan. Tiba-tiba pesawat menabrak dan merubuhkan gedung tempat
mereka bekerja. Terlintas juga dibenak Bayek ketika mereka berlarian,
berhamburan di tangga darurat, mencoba menelepon sanak saudara, lalu
ratusan pemadam kebakaran datang dan akhirnya terjebak dalam puing-
puing yang berjatuhan” (Setyawan, 2012: 158).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kejadian
yang merenggut nyawa banyak orang itu, membuat kita tersadar bahwa maut
dapat datang kapan saja dan di mana saja. Maka dari itu, kita harus tetap
melakukan yang terbaik selama kita hidup.
5.30 Bab 30 “Menelusuri Manhattan”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 30 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(98) “Meskipun bahasa Inggrisnya masih juga belum lancar, Bayek
semakin dilihat dikantornya. Semua pekerjaan yang ia kerjakan dinilai
memuaskan, melebihi kapasitasnya sebagai data processing executive,
jabatan yang ia terima ketika pertama kali ke New York. Di bulan Januari
2001 Bayek dipromosikan menjadi senior data processing executive.
Gajinya bertambah. Bonusnya bertambah. Usaha kerasnya selama setahun
ini mendapat penghargaan” (Setyawan, 2012: 167).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu dalam
menguasai suatu bahasa tidaklah mudah, namun kita jangan menyerah, terus
berusaha untuk mewujudkannya, belajar dan terus belajar.
5.31 Bab 31 “Rumah Kecil Baru”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 31 diungkapkan secara
tersurat dan tersrat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(99) “Bayek pun mengarungi Manhattan yang tak pernah selesai untuk
dijelajahi. Tiap akhir pekan ada saja tempat baru yang ia temui. Di tempat
kerja Bayek semakin bisa mengikuti ritme dengan gerakan lincah. Ia ingin
membuktikan bahwa ia bisa berkontribusi sama, bersaing dengan rekan-
rekan kerja yang hampir semuanya bergelar master degree. Ia ingin
membuktikan bahwa ia bisa maju di tengah persaingan yang cepat dan
tajam. Ia ingin menanam benih buat masa depannya. Kerja sampai larut
malam. Kadang akhir pekan pun harus bermain dengan angka-angka.
Buah manis pun dipetiknya. Di awal tahun 2003, Bayek mendapatkan
promosi lagi. Ia menjadi manager data processing executive” (Setyawan,
2012: 175).
(100) “Buk, aku sudah nabung banyak. Kebetulan bonus juga lumayan
tahun ini. Bosku apik, Buk. Aku barusan transfer buat bangun rumah kita,
Buk” (Setyawan, 2012: 175).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat dan tersirat.
Tersurat yaitu, kerja keras dan usaha tidak akan menghianati hasil. Semakin kita
rajin dan mau belajar, tidak menutup kemungkinan apa yang kita inginkan dapat
tercapai. Tersirat yaitu Sudah selayaknya kita sebagai anak membahagiakan kedua
orang tua, meskipun apapun yang telah kita lakukan tidak akan penah bisa
mengganti jasa mereka.
5.32 Bab 32 “Buah untuk Bapak dan Ibuk”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 32 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(101) “Ah, kalau itu gampang. Entar saja Buk... Buk, Bapak kan ada
sedkit tanah di Jogja. daripada dianggurin, Mbak Nani menyarankan untuk
dibuat kos-kosan. Uang yang aku transfer buat itu ya, Buk! “ kata Bayek”
(Setyawan, 2012: 187).
(102) “Oalah, Le. Semoga gusti Allah akan terus melancarkan rejekimu.
Bapak pasti senang!” balas Ibuk (Setyawan, 2012: 187).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat, yaitu Bayek dapat
membuat kedua orang tuanya tersenyum seperti cita-citanya dulu. Kedua orang
tua Bayek bangga dengan anak laki-lakinya itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
5.33 Bab 33 “Wisdom”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 33 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(103) “Perjalanan karier Bayek semakin cemerlang. Ia tidak hanya
belajar seluk-beluk data processing tetapi juga kepemimpinan dan
manajemen. Atasan Bayek selalu menantangnya untuk terus belajar dan
belajar mengenai data dan statistika. Dari Yoga, Bayek belajar tentang
wisdom dan kehidupan” (Setyawan, 2012: 193).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat tersirat. Yaitu perjalanan karir
yang semakin menanjak, tak luput dari usaha dan kerja keras. Kita harus berusaha
untuk mendapatkan apa yang kita mau.
5.34 Bab 34 “Kematian dan New York City”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 34 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(104) “Sudah beberapa kali Lebaran Bayek tidak bisa pulang kampung.
Puasa di New York City. Setiap kali sahur, Bayek selalu menelepon Ibuk.
Ia ingin ditemani meskipun hanya lewat telepon. Puasa tahun ini di New
York City terasa lebih berat buat Bayek. Matahari tenggelam sekitar jam
6.30 sore di musim panas. Bayek harus bekerja seperti biasa” (Setyawan,
2012: 197).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat, yaitu walaupun
sedang puasa, bekerja harus tetap semangat, puasa tidak boleh dijadikan alasan
untuk bermalas-malasan.
5.35 Bab 35 “Vertigo”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 35 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(105) “Setelah menjalani beberapa diagnosa, dan brain scan, Bayek baru
mengetahui kalau ia mengidap vertigo. Di tengah tengah vertigo yang
pasang surut, bayek masih terus bekerja” (Setyawan, 2012: 209).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu meski
dalam keadaan yang kurang sehat, kita harus selalu semangat untuk bekerja.
5.36 Bab 36 “Kembali ke Manhattan”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 36 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(106) “Setelah satu setengah tahun di Newport, Bayek kembali
memberikan kejutan kecil untuk keluarganya. Ia membantu Isa yang
sedang berencana mempunyai rumah sendiri di Gang Buntu. Selama di
Newport Bayek juga membantu Isa dan Rini untuk kuliah lagi. Kini
keduanya telah sarjana dan menjadi guru SD” (Setyawan, 2012: 214).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu apabila kita
sudah sukses, jangan lupa dengan saudara-saudara kita. Saling membantu, karena
apa yang kita peroleh tersebut tak lepas dari doa orang-orang di sekitar kita.
5.37 Bab 37 “Misi Terselesaikan”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 37 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(107) “Le, sudah cukup kamu membantu keluarga. Sekarang waktumu.
Waktumu untuk membangun hidupmu. Ini sudah lebih dari cukup, Le.
Sudah lebih dari cukup,” kata Ibuk yang terdengar luruh” (Setyawan,
2012: 219)
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu hasil kerja
keras Bayek selama ini, ia dedikasikan untuk keluarga. Tak hanya untuk
kebutuhan Bayek sendiri.
5.38 Bab 38 “Menyambut Bayek Kembali”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 38 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(108) “Dalam empat jam perjalanan dari Surabaya ke Batu, Bayek
langsung membuka salah satu koper. Ia membagikan buku-buku dan
beberpa suvenir dari New York City kepada keponakan-keponakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Mereka langsung berebutan di dalam mobil Panther tua yang penuh sesak
dengan koper-koper Bayek. Ada senyum di wajah Bapak” (Setyawan,
2012: 224).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu Bayek
sangat peduli dengan masa depan keponakan-keponakannya. Terlihat dari hadiah
yang dibawa Bayek, yaitu buku. Buku berguna untuk masa depan mereka
dibandingkan dengan mainan.
5.39 Bab 39 “Buku Pertama”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 39 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(109) “Bayek akhirnya membuat sebuah buku fotografi dengan narasi
puitis yang disusun bersama dua temannya. Herman Aga dan Abdul
Sukur. Sebuah buku berjudul Melankoli Kota Batu. Sebuah museum
melankoli dari sebuah perjalanan panjang. Sebuah buku yang
didedikasikan untuk kota yang Bayek cintai” (Setyawan, 2012: 228).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu cinta Bayek
yang teramat besar terhadap Kota Batu, terciptalah sebuah buku yang
didedikasikan untuk Kota Batu.
5.40 Bab 40 “Buku Keluarga”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 40 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
(110) “Malam itu, Bayek berjanji menulis sejarah keluarga buat
keponakan-keponakannya. Agar mereka tidak terputus dengan sejarah
keluarga, agar mereka tahu perjuangan kakek, nenek, dan ibu-bapak
mereka. Agar mereka lebih menghargai hidup yang mereka lalui sekarang.
Agar mereka lebih mencintai ibu, bapak, dan kakek-nenek mereka
(Setyawan, 2012: 234).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu Bayek
memiliki cara tersendiri agar keponakan-keponakannya mengerti tentang apa itu
arti kerja keras dan perjuangan, yaitu lewat sebuah buku keluarga.
5.41 Bab 41 “Perjalanan Baru”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 41 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(111) “Itulah hidup, Yek, memang mesti dijalani dengan kuat, tabah.
Dengan perjuangan. Rasa enak itu baru terasa setelah kita melalui
perjuangan itu,” kata Ibuk sebelum kembali ke dapur” (Setyawan, 2012:
240).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu sesulit
apapun itu, hidup harus dijalani dengan tabah dan perjuangan. Baru nanti kita
dapat memetik hasilnya.
5.42 Bab 42 “Cinta yang Kokoh”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Amanat yang tedapat dalam novel Ibuk bab 42 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dlam kutipan berikut.
(112) “40 tahun lebih mereka mengarungi lautan kehidupan. Berawal
dari pasar sayur Batu, mereka berlayar. Terus berlayar. Cinta mereka tak
pernah usang, bahkan semakin kuat. Badai kerap mengempas perjalanan
hidup tapi perahu mereka juga semakin kuat, cinta mreka semakin kokoh.
Mereka adalah belahan jiwa satu sama lain” (Setyawan, 2012: 245).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kesetiaan
cinta, perjuangan hidup selama 40 tahun yang pada akhirnya membuahkan hasil
yang manis.
5.43 Bab 43 “Tak Bisa Jauh: Awal September”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 43 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(113) “Selama di Jakarta, Bayek selalu menyempatkan pulang ke Batu
tiap minggu. Seminngu di Jakarta, seminggu lagi di Batu. Ia sesekali
mengunjungi keluarga adiknya, Mira, yang tinggal di Karawang. Bulan
September 2011, Bayek dan Ibuk mengunjungi Mira yang telah
melahirkan anak kedua, Arti. bapak menyusul beberapa hari kemudian.
Bapak hanya tinggal dua hari” (Setyawan, 2012: 247).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu sesibuk
apapun kita, jangan lupa dengan keluarga di rumah.
5.44 Bab 44 “Menjagamu”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 44 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(114) “Obat yang harus Bapak minum semakin banyak. Sakit kepala
masih sering menyerang. Berat badan Bapak turun drastis. Tulang
punggung Bapak semakin tampak. Mira pun datang dari Karawang
bersama dua anak dan suaminya untuk menemani Bapak beberapa hari”
(Setyawan, 2012: 257).
(115) “Bayek juga sering pulang ke Batu. nani selalu siap siaga
mengurus Bapak ke dokter, menebus resep, dan membantu Bapak
meminum obat. Demikian juga Isa dan Rini, bergantian menjaga Bpak.
Cucu cucu pun selalu setia menemani Bapak epulang mereka dari sekolah
(Setyawan, 2012: 257).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu sudah
seharusnya sebagai seorang anak, kita menjaga orang tua yang sedang sakit.
5.45 Bab 45 “Siapa yang Mengantar Cucu?”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 45 diungkapkan secara
tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
(116) “Nah, siapa yang mengantar cucu-cucu kita?” tanya Bapak. Air
matanya tak terbendung lagi” (Setyawan, 2012: 259).
(117) “Jangan kuatir wis Pak. Anak-anak sudah berangkat diantar sama
pembantu mereka. Si Ciul malah senang jalan-jalan sambil mainan air
hujan,” jawab Ibuk sambil memijat kaki Bapak” (Setyawan, 2012: 259).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu cinta yang
besar terhadap cucu, sehingga dalam keadaan sakit pun masih sempat
menanyakan siapa yng akan mengantar mereka ke sekolah.
5.46 Bab 46 “Pesan Terakhir”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 46 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(118) “Rini bangun kembali untuk memeriksa Bapak. Tangannya masih
memegang tangan Bapak. Ia melihat wajah Bapak. Ada air mata yang
meleleh dimata kiri Bapak. Rini kemudian memeriksa napasnya. bapak
yang tidur di sampingnya, sudah tidak bernapas lagi…(Setyawan, 2012:
271).
(119) “Rini menjerit, memanggil-manggil nama Bapak. Ibuk terbangun.
Ia langsung terisak-isak sambil menyebut-nyebut nama Bapak. Ibuk
membacakan doa di telinga Bapak, tapi Bapak tak bangun juga. Rini
kemudian memanggil suster. Bapak telah pergi” (Setyawan, 2012: 271).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kesetiaan
anak terhadap orang tuanya yang sedang terbaring sakit.
5.47 Bab 47 “Mengantar Bapak Pulang”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 47 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak daam kutipan berikut.
(120) “Bayek pulang untuk Bapak, dan Bapak telah berpulang. “Pak,
insya Allah, aku akan jaga rumah Pak. Aku akan jaga Ibuk, dan semuanya.
Bapak istirahat dulu. Matur suwun, Pak. Matur suwun. Uripe kene wis
keangkat kabeh,” Bisik Bayek” (Setyawan, 2012: 278).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu di tinggal
orang yang kita sayang memang berat, namun kita harus sabar dan tabah
menghadapinya.
5.48 Bab 48 “Cinta Ibuk”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 48 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(121) “Setelah 40 hari tahlilan Bapak, Ibuk mulai berjalan pagi kembali,
ke kaki Gunung Panderman. Sehabis menanak nasi dan salat Subuh,
seperti biasa Ibuk mengganti daster batiknya dengan celana training, kaos,
dan jaket. Ketika akan memakai sepatu olahraganya, di sana, di sudut
dapur, Ibuk melihat sepatu Bapak. Masih kelihatan baru. Sepatu olahraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
warna putih yang diberikan Bayek hanya dipakai Bapak sesekali saja”
(Setyawan, 2012: 284).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu meskipun
berat ditinggal orang yang kita sayang, kita harus tetap bangkit, tidak boleh larut
dalam kesedihan.
5.49 Bab 49 “Aku”
Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 49 diungkapkan secara
tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(122) “Aku menulis untuk membaca kehidupan. Aku menulis untuk
berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk
menjadikanku manusia. Aku menulis untuk membunuh malam. Aku
menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku
menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan
masa lalu. Aku menulis karena kata-kata bisa menguatkan. Aku menulis
untuk menggali hati nurani” (Setyawan, 2012: 287-288).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu setiap
orang memiliki caranya sendiri untuk bisa memaknai hidup ini, untuk bisa
bersyukur, untuk bisa menggali hati nurani, salah satunya dengan menulis. Dan
masih banyak cara-cara lain untuk bisa menemukan arti hidup ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Berdasarkan analisis amanat di atas, maka amanat yang ingin disampaikan
oleh penulis melalui novel Ibuk adalah mengajak para pembacanya untuk meniru
hal-hal baik yang dilakukan oleh para tokoh di dalam novel. Terutama sifat
pantang menyerah dan semangat untuk terus belajar yang dimiliki oleh tokoh
Bayek. Tak peduli dari keluarga mana kamu berasal, asalkan mau berusaha dan
tekun, kesuksesan ada di dalam genggamanmu.
4.2.5 Setelah peserta didik menganalisis unsur tema dan amanat yang terdapat di
dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, kemudian peserta didik dibagi ke dalam
beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Di dalam kelompok
tersebut peserta didik saling berdiskusi dan bekerja sama untuk menjawab
pertanyaan yang telah diajukan oleh guru. Peserta didik juga mencatat hal-hal
penting yang mereka temukan selama proses berdiskusi. Kemudian peserta didik
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan kelompok lain memberikan
tanggapan (mengasosiasi).
Di dalam kegiatan ini, peserta didik diajak untuk menganalisis unsur tema
dan amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27. Bab
27 ini menceritakan tentang Bayek mendapatkan panggilan kerja di Jakarta.
Setelah beberapa tahun kerja di Jakarta, Bayek mendapatkan tawaran kerja di
New York.
Wawancara berjalan lancar. Beberapa hari kemudian, Bayek mendapat
panggilan keja di Jakarta. Ia memasuki langkah baru dalam hidupnya. Ia sudah
bisa mencari uang sendiri. Ia bekerja. Tiga tahun sudah bayek di Jakarta. Tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Benih yang Bayek tanam selama
tiga tahun, mendatangkan sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan
mengubah hidup Bayek dan keluarganya. Sebuah tawaran kerja di New York! Iya,
New York. Sebuah kota yang tidak pernah terlintas dalam mimpi Bayek. Bayek
tak menyia-nyiakan kesempatan tu, dan langsung menerima tawaran kerja di New
York.
Berikut akan dianalisis unsur tema dan amanat yang terdapat di dalam
salah satu bab yaitu bab 27. Pertama, unsur tema menurut tingkatannya adalah
sebagai berikut.
Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27 ialah tema tingkat
sosial, karena mengangkat tentang perjuangan. Anak-anak Tinah melihat bahwa
kedua orang tuanya bersusah payah menyekolahkan mereka. Maka mereka juga
semangat untuk menuntut ilmu. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di
atas.
“Bapak Tidak pernah menyuruh anak-anaknya untuk belajar dengan rajin
atau bekerja keras seperti dia. Tapi anak-anak melihat perjuangan Bapak
yang gigih lewat tangan Bapak yang selalu berlepotan oli. Bapak yang
sering pulang tengah malam. Kulit Bapak yang semakin gelap. Inilah yang
memacu anak-anak untuk berjuang sekeras Bapak. Perjuangan Bapak
melahirkan harapan buat kelima anaknya. Semangat Bapak membakar
semangat kelima anaknya” (Setyawan, 2012: 142)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Kedua, ialah unsur amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan
Setyawan bab 27 ialah sebagai berikut. Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk
bab 27 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan
berikut.
“Kamu jangan lupa salat, jangan lupa bersyukur. Banyak anak-anak sopir,
teman-teman SMA kamu hanya bisa membantu bapaknya menyopir.
Kamu jangan lupa salat ya, Le. Bersyukur,” Ibuk selalu mengingatkan
Bayek” (Setyawan, 2012: 141)”.
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kita sebagai
manusia, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan.
Suatu usaha harus diiringi dengan doa agar seimbang.
4.2.6 Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan hasil analisis data tersebut,
tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan ialah tema
tingkat sosial. Anak-anak Tinah melihat bahwa kedua orang tuanya bersusah
payah menyekolahkan mereka. Maka mereka juga semangat untuk menuntut ilmu.
Amanatnya ialah kita sebagai manusia, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas
apa yang sudah kita dapatkan. Suatu usaha harus diiringi dengan doa agar
seimbang (mengomunikasikan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SILABUS
Nama Sekolah : SMA Tunas Harapan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : 1
Standar Kompetensi : Membaca
7. memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan
7.2
Menganalisis
unsur-unsur
intrinsik dan
ekstrinsik
novel
Indonesia/ter
jemahan.
-Unsur
intrinsik tema
-Unsur
intrinsik
amanat
-Tingkatan
tema
-Teknik
penyampaian
-Membaca novel
Ibuk karya Iwan
Setyawan bab
27.
-Peserta didik
membentuk
kelompok 4-5
orang
-Peserta didik
mengidentifikasi
-Menjelaskan
unsur intrinsik
tokoh,
penokohan,
latar, alur,
sudut pandang,
amanat, dan
gaya bahasa.
-Menjelaskan
tingkatan tema
menurut
Jenis tagihan:
-Tugas
kelompok
-Tugas
individu
Teknik
-Tertulis
Bentuk
Instrumen
-Uraian bebas
4 x 45
menit
-Novel
Indonesia
-Novel
Terjemahan
-Buku
penunjang
lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
amanat/pesan
moral
kasi unsur tema
berdasarkan
tingkatannya.
-Peserta didik
mengidentifikasi
unsur amanat
dengan dua
teknik penentuan
amanat
-Peserta didik
melaporkan hasil
analisis tema dan
amanat
(Shipley dalam
Rahmanto,
1988: 80-81).
-Menjelaskan
teknik
penyampaian
moral
-Menganalisis
unsur tema
yang terdapat
dalam bab 27
novel Ibuk
karya Iwan
Setyawan
berdasarkan
tingkatannya
-Menganalisis
unsur amanat
dalam bab 27
novel Ibuk
karya Iwan
Setyawan
berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teknik
penyampaian
amanat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Tunas Harapan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : Satu (1)
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Aspek Pembelajaran: Membaca
A. Standar Kompetensi
Membaca
7. Mamahami berbagai hikayat novel, Indonesia/terjemahan.
B. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
C. Indikator
1. Peserta didik mampu menganalisis unsur tema dalam novel Ibuk karya
Iwan Setawan bab 27 berdasarkan tingkatan tema menurut (Shipley dalam
Rahmanto, 1988: 80-81).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
2. Peserta didik mampu menganalisis unsur amanat dalam novel Ibuk karya
Iwan Setyawan bab 27 secara tersirat atau tersurat menurut (Siswanto,
2008: 161-162).
3. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian unsur intrinsik tokoh,
penokohan, latar, alur, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya bahasa dari
novel Ibuk karya wan Setyawan.
4. Peserta didik mampu menjelaskan teknik penyampaian moral novel Ibuk
bab 27 karya Iwan Setyawan.
5. Peserta didik mampu menyebutkan tingkatan tema menurut (Shipley
dalam Rahmanto, 1988: 80-81).
D. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian novel.
2. Peserta didik dapat menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik
novel
3. Peserta didik dapat menyebutkan tingkatan tema menurut Shipley
4. Peserta didik dapat menjelaskan teknik penyampaian moral novel Ibuk
5. Melalui kelompok, peserta didik dapat menganalisis unsur tema dan
amanat berdasarkan tingkatan tema dan teknik penyampaian moral
E. Alokasi Waktu
4 x 45 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
F. Materi Pembelajaran
1. Pengertian novel
Ada banyak bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel
merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang
banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu
cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan,
representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012: 16).
2. Pengertian tema
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya
bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu kepada
pembacanya (Jakob & Saini, 1986: 56). Tema dikemas dalam bentuk
pengamatan pengarang akan kehidupan seseorang.
3. Pengertian amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar di dalam karya
modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama, pada
umumnya amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162).
Tingkatan dalam menemukan tema
a. Tema Tingkat Fisik
Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan atau
ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita
yang bersangkutan.
b. Tema Tingkat Organik
Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau
mempersoalkan masalah seksualitas—suatu aktivitas yang hanya dapat
dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan kehidupan seksual
manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat ini,
khususnya kehidupan seksual yang bersifat menyimpang, misalnya
berupa penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri, atau skandal-
skandal seksual yang lain.
c. Tema Tingkat Sosial
Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk sosial.
Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya
manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung
banyak permasalahan, konflik dan lain-lain yang menjadi objek
pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah
ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta, kasih,
propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan
hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam karya yang
berisi kritik sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
d. Tema Tingkat Egoik
Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai individu. Di samping
sebagai makhluk sosial, manusia sekaligus juga sebagai makhluk
individu yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak
individualitasnya. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu,
manusia pun mempunyai banyak permasalahan dan konflik, misalnya
yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang
dihadapinya. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah
egoisitas, martabat, harga diri atau sifat dan sikap tertentu manusia
lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh
yang bersangkutan.
e. Tema tingkat divine
Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi,
yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya.
Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah
hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiositas, atau
berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan
hidup, visi dan keyakinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
G. Strategi pembelajaran
1. Metode : Saintifik
2. Teknik : Mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi,
mengomunikasikan
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
No Langkah-langkah Metode
Santifik dalam
Pembelajaran Novel Ibuk
karya Iwan Setyawan
Kegiatan Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan 1. Guru memberikan
salam dan
mengkondisikan
peserta didik.
2. Guru mengajukan
pertanyaan yang
berhubungan
dengan
pembelajaran
sebelumnya.
3. Guru mengajukan
pertanyaan yang
mengaitkan
10
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
pengalaman peserta
didik dengan materi
yang akan
dipelajari.
4. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Identifikasi bab 27
dalam novel Ibuk karya
Iwan Setyawan.
Eksplorasi
1. Guru membagikan
novel Ibuk karya
Iwan Setyawan bab
27 kepada peserta
didik.
2. Peserta didik
membaca dan
memahami isi novel
tersebut.
3. Peserta didik
membuat sinopsis
bab 27 novel Ibuk.
65
menit
Analisis tema dan
amanat bab 27 dalam
novel Ibuk arya Iwan
Setyawan.
1. Peserta didik
mempelajari definisi
tema dan amanat
2. Peserta didik
menganalisis tema
yang terdapat di
dalam novel Ibuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
berdasarkan
tingkatannya.
Menanya 1. Guru memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
bertanya apabila ada
informasi yang tidak
dimengerti berkaitan
dengan bab 27.
Mengasosiasi Elaborasi
1. Peserta didik dibagi
ke dalam beberapa
kelompok, setiap
kelompok terdiri
atas empat sampai
lima orang.
2. Di dalam kelompok
tersebut, peserta
didik saling
berdiskusi dan
bekerja sama untuk
mendiskusikan tema
berdasarkan
tingkatannya.
3. Peserta didik
mencatat hal-hal
penting yang
mereka temukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
selama proses
berdiskusi.
4. Kemudian peserta
didik
mempresentasikan
hasil diskusi
kelompoknya, dan
kelompok lain
memberikan
tanggapan.
Mengomunikasikan 1. Guru dan peserta
didik sama-sama
menyimpulkan hasil
analisis data
tersebut.
Kegiatan Akhir
Refleksi
Konfirmasi
1. Peserta didik
melakukan refleksi
terhadap kegiatan
yang sudah
dilakukan.
2. Guru memberikan
pengarahan kepada
peserta didik agar
menjadi audiens
yang baik dan bisa
berpikir kritis dalam
menanggapi materi
15
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
yang diberikan oleh
guru.
3. Peserta didik
memperoleh
apresiasi dari guru.
4. Peserta didik dan
guru merencanakan
tindak lanjut
pembelajaran untuk
pertemuan
selanjutnya.
5. Guru memberikan
tugas rumah kepada
peserta didik
berkatan dengan
materi yang telah
diajarkan.
Pertemuan Kedua
No Langkah-langkah Metode
Santifik dalam
Pembelajaran Novel Ibuk
karya Iwan Setyawan
Kegiatan Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan 1. Guru memberikan
salam dan
mengkondisikan
10
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
peserta didik.
2. Guru mengabsensi
peserta didik.
3. Guru menyuruh
peserta didik untuk
mengumpulkan
tugas rumah yang
diberikan pada
pertemuan pertama.
2. Kegiatan inti
Analisis bab 27 dalam
novel Ibuk karya Iwan
Setyawan.
Eksplorasi
1. Peserta didik
membaca dan
memahami isi novel
bab 27.
2. Peserta didik
menganalisis
amanat yang
terdapat dalam bab
27.
65
menit
Analisis tema dan
amanat bab 27 dalam
novel Ibuk arya Iwan
Setyawan.
1. Peserta didik
mempelajari definisi
amanat
2. Peserta didik
menganalisis
amanat yang
terdapat di dalam
novel Ibuk
berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
tingkatannya.
Menanya 2. Guru memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
bertanya apabila ada
informasi yang tidak
dimengerti berkaitan
dengan bab 27.
Mengasosiasi Elaborasi
1. Peserta didik dibagi
ke dalam beberapa
kelompok, setiap
kelompok terdiri
atas empat sampai
lima orang.
2. Di dalam kelompok
tersebut, peserta
didik saling
berdiskusi dan
bekerja sama untuk
mendiskusikan tema
berdasarkan
tingkatannya.
3. Peserta didik
mencatat hal-hal
penting yang
mereka temukan
selama proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
berdiskusi.
4. Kemudian peserta
didik
mempresentasikan
hasil diskusi
kelompoknya, dan
kelompok lain
memberikan
tanggapan.
Mengomunikasikan 1. Guru dan peserta
didik sama-sama
menyimpulkan hasil
analisis data
tersebut.
Kegiatan Akhir
Refleksi
Konfirmasi
1. Peserta didik
melakukan refleksi
terhadap kegiatan
yang sudah
dilakukan.
2. Guru memberikan
pengarahan kepada
peserta didik agar
menjadi audiens
yang baik dan bisa
berpikir kritis dalam
menanggapi materi
yang diberikan oleh
15
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
guru.
3. Peserta didik
memperoleh
apresiasi dari guru.
4. Peserta didik dan
guru merencanakan
tindak lanjut
pembelajaran untuk
pertemuan
selanjutnya.
5. Peserta didik
mengerjakan tes
yang berkaitan
dengan materi yang
telah dipelajari.
I. Sumber dan Media
Sumber:
Jakob Sumardjo & Sani K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual Paduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas
Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Mulyasa, E. H. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Tarigan, Henry Guntur. 2012. Prinsip Prinsip Dasar Sastra. Bandung:
Angkasa.
Setyawan, Iwan. 2012. Ibuk. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
J. Media: Papan tulis, LCD, powerpoint, buku teks dan teks novel.
K. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Aspek Kognitif
a. Teknik Penilaian: Tes tertulis
Bacalah teks novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27, lalu kerjakan
soal-soal berikut ini!
1. Jelaskan pengertian unsur intrinsik tokoh, penokohan, latar, alur, sudut
pandang, tema, amanat, dan gaya bahasa dari novel Ibuk!
2. Sebutkan tingkatan tema dalam novel Ibuk!
3. Sebutkan teknik penyampaian moral dalam novel Ibuk!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
4. Analisislah unsur tema yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan
Setyawan bab 27 berdasarkan tingkatannya!
5. Analisislah unsur amanat yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan
Setyawan bab 27 berdasarkan teknik penyampaiannya!
b. Rubrik Penilaian Aspek Kognitif
No. Kriteria Penilaian Skor Bobot Bobot
x skor
1. a. Peserta didik mampu menjelaskan
pengertian novel dengan baik dan benar
(Sesuai dengan EYD).
b. Peserta didik mampu menjelaskan
pengertian novel dengan benar, lengkap
tetapi belum menggunakan bahasa yang
baik dan benar (tidak sesuai EYD).
c. Peserta didik mampu menjelaskan
pengertian novel dengan benar, namun
belum lengkap dan tidak menggunakan
bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai
EYD).
3
2
1
3
3
3
9
6
3
2. a. Peserta didik mampu menjelaskan 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
pengertian tema dan amanat dengan baik
dan benar (sesuai dengan EYD).
b. Peserta didik mampu menjelaskan
pengertian tema dan amanat dengan benar,
lengkap tetapi belum menggunakan bahasa
yang baik dan benar (tidak sesuai EYD).
c. Peserta didik mampu menjelaskan
pengertian tema dan amanat dengan benar,
namun belum lengkap dan tidak
menggunakan bahasa yang baik dan benar
(tidak sesuai EYD).
2
1
3
3
6
3
3. a. Peserta didik mampu menyebutkan
tingkatan tema dan teknik penyampaian
moral dalam sebuah novel dengan baik dan
benar (sesuai dengan EYD).
b. Peserta didik mampu menyebutkan
tingkatan tema dan teknik penyampaian
moral dalam sebuah novel dengan benar,
lengkap, tetapi belum menggunakan bahasa
yang baik dan benar (tidak sesuai EYD).
c. Peserta didik mampu menyebutkan
3
2
1
3
3
3
9
6
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
tingkatan tema dan teknik penyampaian
moral dalam sebuah novel dengan benar,
namun belum lengkap dan tidak
menggunakan bahasa yang baik dan benar
(tidak sesuai EYD).
4. a. Peserta didik mampu menganalisis unsur
tema berdasarkan tingkatannya dengan
lengkap, benar, dan menggunakan bahasa
yang baik dan benar (sesuai dengan EYD).
b. Peserta didik mampu menganalisis unsur
tema berdasarkan tingkatannya dengan
lengkap, benar, namun belum menggunakan
bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai
EYD).
c. Peserta didik mampu menganalisis unsur
tema berdasarkan tingkatannya dengan
benar namun belum begitu lengkap dan
tidak menggunakan bahasa yang baik dan
benar (tidak sesuai dengan EYD).
3
2
1
3
3
3
9
6
3
5. a. Peserta didik mampu mengidentifikasi
unsur amanat berdasarkan teknik
3 3 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
penyampaiannya dengan benar, lengkap,
dan menggunakan bahasa yang baik dan
benar (sesuai dengan EYD).
b. Peserta didik mampu mengidentifikasi
unsur amanat berdasarkan teknik
penyampaiannya dengan benar, lengkap,
tetapi belum menggunakan bahasa yang
baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD).
c. Peserta didik mampu mengidentifikasi
unsur amanat berdasarkan teknik
penyampaiannya dengan benar, namun
belum lengkap dan tidak menggunakan
bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai
dengan EYD).
2
1
3
3
6
3
Nilai akhir = ×
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Rubrik Penilaian Aspek Afektif
No. Kriteria Penilaian Skor Ket
1. Selama proses pembelajaran, peserta didik selalu
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4 Sangat
Baik
2. Selama proses pembelajaran, peserta didik
menunjukkan usaha sungguh-sungguh selalu
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3 Baik
3. Selama proses pembelajaran, peserta didik
menunjukkan dalam melakukan kegiatan yang cukup
sering menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan
kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
2 Cukup
4. Selama proses pembelajaran, peserta didik sama sekali
tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
1 Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Rubrik Penilaian Psikomotorik
Aspek
Penilaian
Deskripsi Pelaksanaan Skor Bobot Skor x
Bobot
Presentasi a. Peserta didik mampu
melaporkan jawaban secara
lisan di depan kelas dengan
intonasi yang sangat jelas dan
mampu menanggapi
sanggahan kelompok lain.
b. Peserta didik mampu
melaporkan jawaban secara
lisan di depan kelas dengan
intonasi yang cukup jelas dan
mampu menanggapi
sanggahan kelompok lain.
c. Peserta didik mampu
melaporkan jawaban secara
lisan di depan kelas dengan
intonasi yang kurang jelas dan
kurang mampu dalam
menanggapi sanggahan.
3
2
1
3
3
3
9
6
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Nilai akhir = ×
Yogyakarta, 28 Juli 2016
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Bahasa Indonesia
(……………….) (…………………….)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Ada lima langkah yang terdapat dalam pendekatan saintifik yaitu,
(1) mengamati, (2) menanya, (3) pengumpulan data, (4) mengasosiasi, (5)
mengomunikasikan.
Langkah yang pertama, yaitu mengamati. Siswa diminta untuk membaca
novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat
lebih mudah untuk memahami isi novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
Langkah yang kedua, yaitu menanya. Siswa diberi kesempatan oleh guru
untuk bertanya sehubungan dengan meteri yang sedang dipelajari. Hal tersebut
bertujuan untuk mempermudah siswa dalam menyerap informasi yang telah
disampaikan oleh guru.
Langkah yang ketiga, yaitu pengumpulan data. Siswa diminta untuk
mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan yang terdapat dalam novel Ibuk karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Iwan Setyawan bab 27 untuk menemukan tema dan amanat yang terkandung di
dalam novel. Hal tersebut berjutuan untuk mempermudah siswa dalam
menganalisis tema dan amanat yang terdapat di dalam novel.
Langkah yang keempat, yaitu mengasosiasi. Siswa diminta untuk
membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Di dalam kelompok
tersebut, siswa saling berdiskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
telah diberikan oleh guru. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa dalam
menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan.
Langkah yang kelima, yaitu mengomunikasikan. Siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama di dalam
kelompoknya. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa siswa dengan baik dan benar.
Hasil penelitian terhadap tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan
Setyawan dapat disimpulkan bahwa tema keseluruhan novel tersebut ialah tema
sosial. Dapat dikatakan demikian karena masalah-masalah yang sering muncul di
dalam novel tersebut merupakan masalah-masalah sosial seperti, masalah
ekonomi, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih dan hubungan atasan-
bawahan.
Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis melalui novel Ibuk adalah
mengajak para pembacanya untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh para
tokoh di dalam novel. Terutama sifat pantang menyerah dan semangat untuk terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
belajar yang dimiliki oleh tokoh Bayek. Tak peduli dari keluarga mana kamu
berasal, asalkan mau berusaha dan tekun, kesuksesan ada di dalam genggamanmu.
Manfaat yang diperoleh dengan mempelajari novel Ibuk karya Iwan
Setyawan adalah siswa dapat mengembangkan kepribadiannya secara positif yang
dapat diambil dari sifat yang dimiliki oleh tokoh Bayek. Selain itu, siswa juga
memperoleh wawasan kehidupan, apalagi cerita yang digunakan sebagai bahan
pembelajaran adalah cerita yang berasal dari realita yang terjadi. Serta
meningkatkan pengetahuan siswa mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik di
dalam novel terutama unsur tema dan amanat.
Berkaitan dengan pembelajaran sastra, tema dan amanat dalam novel Ibuk
karya Iwan setyawan dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran di SMA karena
masuk ke dalam bagian standar kompetensi 7 yaitu memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia/terjemahan, serta kompetensi dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Penguasaan bahan pembelajaran selain dipengaruhi oleh pemilihan materi
diperlukan juga metode serta teknik yang digunakan dalam proses pembelajaran,
salah satunya ialah implementasi pendekatan saintifik. Implementasi pendekatan
saintifik dalam pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan ini mampu
membuat siswa untuk belajar dalam situasi yang baru. Di mana siswa berperan
aktif dalam pembelajaran sedangkan guru menjadi fasilitator. Pendekatan ini
mampu menghasilkan siswa yang produktif, inovatif, kreatif dan afektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
A. Saran
1. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Guru bidang studi Bahasa Indonesia hendaknya memilih materi,
metode dan teknik pengajaran yang tepat serta mampu memlilih jenis
karya sastra yang menarik sehingga mampu mendorong semangat
siswa dalam mempelajari sastra.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian terhadap novel Ibuk ini baru pada tahap awal, yaitu analisis
tema dan amanat serta implementasinya terhadap pembelajaran sastra
di SMA kelas XI semester 1. Masih banyak permasalahan lain yang
menarik dan dapat diteliti dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan
tersebut. Peneliti mengharapkan dan menyaranan agar penelitian
selanjutnya dapat mengangkat masalah-masalah baru sebagai objek
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta:Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Erika, Cicilia Nian: 2011 “Efektivitas Pendekatan Saintifik Berbasis Teks PadaPembelajaran Teks Ulasan Film/Drama di Kelas XI IPS SMA Negeri 8Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”. Diunduh pada tanggal 24 Februari2016 dari http://library.usd.ac.id/.
Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam PembelajaranAbad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaDharma.
Mulyasa, E. H. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanKemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa.
Muslich, Masnur. 2007. a. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:Bumi Angkasa.
Muslich, Masnur. 2007. b. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi danKontekstual Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah.Jakarta: Bumi Angkasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.Yogyakarta: Gadjah Mana University Press.
Rahmanto, Bernardus. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Sarumpaet, Riris K. Toha. 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesia
Tera.
Setyawan, Iwan. 2012. Ibuk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Siswantoro, 2010. Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Sumardjo, Jakob & Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 2012. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Wahyuningtyas, Sri dan Heru Santosa, Wijaya. 2011. Sastra: Teori danImplementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
Wulandari, Yustina Friska Happy: 2011 “Pengembangan Perangkat PembelajaranMengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Datar denganPendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1Kalibawang”. Diunduh pada tanggal 24 Februari 2016 darihttp://library.usd.ac.id/.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
�� 178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
pernah ke Jakarta.Mereka tidak bisa membayan/et~anak lelaki satu..satunya tiap pagi pergi ke kantor mema..
kai dasi.
"Kamu jangan lupa sholat, jangan lupa bersyukur.
Banyak anak..anak sopir, teman..teman SMA kamu ha..
nya bisa membantu bapaknya menyopir. Kamu jangan
lupa sholat va, Le. Bersyukur," Ibuk selalu mengingatkan
Bayek. Bapak jarang berbincang dengan Bayek karena
waktunya dihabiskan di jalan. Bapak masih seperti dulu,
semangatnya tidak lekang oleh waktu, oleh usianya.
'Di hari pertama kerja, Bayek mengingat Bapak yang.
tak pernah berhenti berjuang dalam hidup. Berpuluh..
puluh tahun Bapak menelusuri jalanan untuk meng..
hidupi keluarga. Ia tidak pernah berhenti. Ia tidak per..
nah menyerah. Terus berjuang untuk anak..anak dan
keluarga. Tidak lulus SMP, beliau menjadi kenek angkot.
Setelah menjadi kenek angkot, Bapak ingin menjadi
sopir angkot. Menjadi sopir angkot untuk orang lain
saja tidak cukup, Bapak mencoba menabung untuk
membeli angkot bekas. Ia tak pernah berhenti berjuang
menghidupi kelima anaknya. Dengan apa pun yang ia
miliki. Hidup Bapak penuhdengan gelombang besar.
Tidak mudah, tapi Bapak selalu memikul tanggung jawab
dengan berani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
� �181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
. 182
Bayek berusaha bekerja lebih cepat, memberikan msil
yang bermutu, terns belajar, dan menerima semua tan..
tangan.
Inilah saatnya menanam benih untuk masa depanku.
.Buahnya mungkin tidak akan aku petik dalam dua tiga
bulan lagi. Mungkin lima atau sepuluh tahun lagi. Aku
malu kalau tidak bisa bekerja seperti Bapak, pikir Bayek
selanjutnya.
Demikian juga Ibuk. Perempuan perkasa yang mem..
bangun hidup tanpa jeda. Ibuk menyelamatkan kamL
Aku ingin Ibuk bahagia, ikrar Bayek. Matanya berkaca..
kaca di depan layar komputer tempatnya bekerja.
Semangat Bayek semakin membara. Tiap bulan ia
tak pernah lupa menyisakan sedikit gaj i untuk orang..
orang yang ia kasihi di kaki Gunung Panderman. Waktu
berjalan, mulai ada sedikit cahaya di atas rumah Ibuk.
Tiga tahun sudah Bayek di Jakarta. Tiga tahun sudah
ia berusaha membangun hidup baru. Tiga tah"un penuh
tantangan. Ibuk menjaga Bayek lewat doa. Benih yang
Bayek tanam selama tiga tahun, mendatangkan sebuah
kesempatan besar. Kesempatan yang akan mengubah hi..
dup Bayek dan keluarganya. Sebuah tawaran kerja di
New York! Iya, New York. Sebuah kota yang tidak per..
nah terlintas dalam mimpi Bayek.
Inilah saatnya, aku membangun hidupku dan ke..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
� �183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
BIODATA
Erlita Mega Ananta biasa disapa Erlita adalah anak
pertama dari dua bersaudara. Erlita adalah anak pasangan
dari Anna Tukirah dan Yohanes Riyanto. Lahir di Sleman
pada tanggal 11 Oktober 1993. Menempuh pendidikan
Sekolah Dasar di SD Negeri Kyai Mojo dan lulus pada
tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 3 Gamping dan lulus pada tahun 2009. Kemudian
melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2012.
Setelah tamat SMK pada tahun 2012, ia meneruskan studi di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak tahun 2012 tercatat sebagai mahasiswa Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata
Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul
“Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode
Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI