perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS
DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN
KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Siswa
Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten
Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama : Kimia
Oleh
ABNI SUSANTI
NIM S831002001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS
DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN
KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Kelas XI
Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten
Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
ABNI SUSANTI NIM S831002001
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal………………………….
Dosen Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi ………………… NIP. 19510102 197501 1001 Pembimbing II Prof. Dr. H Widha Sunarno, M.Pd. ……………….... NIP. 19520116 198003 1001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN
TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Kelas XI
Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten
Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
ABNI SUSANTI NIM S831002001
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal………………………….
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Dra. Soeparmi, M.A., Ph.D. .......................
Sekretaris : Dr. M. Masykuri, M.Si. .......................
Anggota 1: Prof. Dr. H. Ashadi .......................
Anggota 2: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. .......................
Surakarta,..............................
Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains
Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 195708201985031004 NIP 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : ABNI SUSANTI
NIM : S 831002001
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kimia
Dengan Menggunakan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen dan
Pemberian Tugas Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Siswa
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia Kelas XI
Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-
betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan merupakan hasil karya saya dalam
tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Juli 2011
Yang membuat pernyataan
Abni Susanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
”Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang telaksana”
Amsal 19:21
”Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”
Amsal 1:7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa hormat dan penuh cinta kasih kupersembahkan karya kecilku ini
untuk:
Yesus Kristus sumber kehidupanku,
Bapak, Ibu, mbak Nova, dan si kembar Mateas dan Mateus yang selama ini selalu
menyayangiku, mendoakanku, dan menunggu keberhasilanku,
Eri Prabowo, si gembul yang tulus menyayangiku,
Almamaterku, Nusa, Bangsa, dan Negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pembelajaran Kimia dengan
Menggunakan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen dan Pemberian
Tugas Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Siswa (Studi Kasus
Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Siswa Kelas XI Semesterr
Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Ajaran 2010/2011)
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan proposal tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya,
disampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan bantuan berupa
sarana, fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program
pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan.
3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal tesis penelitian ini.
4. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
5. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Drs. Sugeng Prasetyo selaku Kepala SMK Kristen 1 Klaten yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Br. Leonardus Paryoto, S.T. selaku Kepala SMK Leonardo Klaten yang telah
memberi kesempatan penulis untuk mengadakan try out penelitian.
8. Bapak, Ibu serta kakak dan adik tersayang yang senantiasa mendoakan yang
terbaik serta memberikan kasih sayang, nasehat dan dorongan serta semangat
bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.
9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Kimia Program Pascasarjana atas
kerja sama dan kekompakannya.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya,
semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya
pendidikan kimia.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….... iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………… iv
MOTTO…………………………………………………………….. v
PERSEMBAHAN………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR........................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xiv
ABSTRAK.......................................................................................... xv
ABSTRACT…………………………………………………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................. 4
C. Pembatasan Masalah…............................................ 5
D. Perumusan Masalah................................................. 6
E. Tujuan Penelitian..................................................... 7
F. Manfaat Penelitian................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI...................................................... 9
A. Landasan Teori......................................................... 9
1. Pengertian Belajar............................................... 9
2. Teori Belajar....................................................... 11
3. Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning............................................................. 20
4. Metode Pembelajaran (Eksperimen)…….......... 29
5. Metode Pembelajaran (Pemberian Tugas)……. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Motivasi Berprestasi………………………………. 33
7. Kreativitas................................................................ 35
8. Prestasi Belajar......................................................... 38
9. Materi Elektrokimia.................................................. 42
B. Penelitian yang Relevan…………………………......... 49
C. Kerangka Berpikir.......................................................... 51
D. Hipotesis…………........................................................ 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................... 61
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................ 61
B. Metode Penelitian........................................................... 62
C. Populasi dan Sampel....................................................... 63
D. Variabel Penelitian.......................................................... 64
E. Instrumen Penelitian....................................................... 64
F. Teknik Pengumpulan Data............................................. 65
G. Uji Coba Instrumen Penelitian........................................ 65
H. Teknik Analisis Data…………………………………. 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………... 76
A. Deskripsi Data................................................................ 76
B. Uji Prasyarat Analisis..................................................... 83
C. Pengujian Hipotesis........................................................ 85
D. Pembahasan Hasil Penelitian......................................... 94
E. Keterbatasan Peneliti...................................................... 108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………….. 109
A. Kesimpulan..................................................................... 109
B. Implikasi......................................................................... 110
C. Saran.............................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 114
LAMPIRAN.............................................................................................. 117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Perbedaan Pendekatan CTL dengan Konvensional 28
Tabel 3.1 : Alokasi Waktu Penelitian....................................... 61
Tabel 3.2 : Perlakuan penelitian……………………................ 62
Tabel 3.3 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket
Kreativitas………………………………………… 66
Tabel 3.4 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Motivasi
Berprestasi………………………......................... 67
Tabel 3.5 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi
Kognitif…………………………………………. 67
Tabel 3.6 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Afektif.. 68
Tabel 3.7 : Hasil Kesimpulan Hasil Reabilitas………………. 69
Tabel 3.8 : Indeks Kesukaran …….......................................... 70
Tabel 3.9 : Kesimpulan Daya Beda Soal.................................. 71
Tabel 4.1 : Deskripsi Data Motivasi Berprestasi Siswa.......... 76
Tabel 4.2 : Deskripsi Data Kreativitas Siswa……………….. 77
Tabel 4.3 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Aspek
Kognitif’…………………………….................... 78
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif
Metode Eksperimen……………………………… 79
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif
Metode Pemberian Tugas……………………….. 79
Tabel 4.6 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa aspek
Afektif ………………………………………….. 81
Tabel 4.7 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa aspek
Psikomotor…………………………………….. 82
Tabel 4.8 : Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Masing-
Masing Kelompok……………………………... 83
Tabel 4.9 : Hasil Uji Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Belajar…………………………........................
Tabel 4.10 Hasil GLM Untuk Prestasi Belajar Ditinjau Dari
Metode, Motivasi Berprestasi, dan Kreativitas…... 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Rangkaian Sel Volta……..……….…...................................... 45
Gambar 4.1 Distribusi Prestasi Belajar Kelas metode Eksperimen..………………………………………………….
80
Gambar 4.2 Distribusi Prestasi Belajar Kelas metodePemberian Tugas 81
Gambar 4.3 Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap
Prestasi Belajar Kognitif…………………………………….. 89
Gambar 4.4 Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap
Prestasi Belajar Afektif…………………………………….... 89
Gambar 4.5 Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap
Prestasi Belajar Psikomotor……………………………….… 90
Gambar 4.6 Hasil uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap
Prestasi Belajar Kognitif…………………………….………. 91
Gambar 4.7 Hasil uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap
Prestasi Belajar Psikomotor………………………….……… 91
Gambar 4.8 Hasil uji Lanjut Anava Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar
Kognitif………………..…………………………………….. 92
Gambar 4.9 Hasil uji Lanjut Anava KreativitasTerhadap Prestasi Belajar
Afektif………………………………………………………. 93
Gambar 4.10 Interaksi Antara Motivasi Berprestasi Tinggi dan Rendah 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 : Silabus.............................................................................. 118
Lampiran 2 : RPP Metode Eksperimen………………………..……… 119
Lampiran 3 : RPP Metode Pemberian Tugas……...…………..……… 131
Lampiran 4 : LKS Metode Eksperimen……..........…………………... 143
Lampiran 5 : LKS Metode Pemberian Tugas....………………………. 158
Lampiran 6 : Kisi-Kisi Angket Kreativitas…………….……………… 172
Lampiran 7 : Instrumen Pengukuran Kreativitas Siswa......................... 173
Lampiran 8 : Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi.............................. 177
Lampiran 9 : Instrumen Pengukuran Motivasi Berprestasi Siswa......... 178
Lampiran 10 : Kisi-Kisi Soal Presttasi Hasil Belajar Kognitif................. 182
Lampiran 11 : Soal Prestasi Belajar Kognitif…………………………... 185
Lampiran 12 : Kisi-Kisi Instrumen Afektif……………………………. 189
Lampiran 13 : Instrument Penilaian Afektif……………………………. 190
Lampiran 14 : Penilaian Aspek Psikomotor……………………………. 195
Lampiran 15 : Lembar Jawab…………………………………………... 196
Lampiran 16 : Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Motivasi Berprestasi…………………………………………........
200
Lampiran 17 : Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Kreativitas………………………………………………
202
Lampiran 18 : Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Afektif…. 204
Lampiran 19 : Analisis Hasil Validitas, Reabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Tes Kognitif…………………………
207
Lampiran 20 : Data Kelompok yang Menggunakan CTL Metode Eksperimen……………………………………………….
210
Lampiran 21 : Data Kelompok yang Menggunakan CTL Metode Pemberian Tugas…...…………………………………….
211
Lampiran 22 : Deskripsi Data…………………………………………… 212
Lampiran 23 : Uji Homogenitas dan Reabilitas…………………………. 213
Lampiran 24 : Uji Lanjut Anava………………………………………… 214
Lampiran 25 : Histogram Data Masing-Masing Kelompok……………... 216
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Abni Susanti, S831002001 “PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia Pada Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi. Pembimbing II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Juli 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunaan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas terhadapprestasi belajar siswa, (2) pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa (3) pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa (4) interaksi antara pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa, (5) interaksi antara pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa (6) interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa siswa terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi antara metode pembelajaran (eksperimen dan pemberian tugas), motivasi berprestasi, kreativitas, terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasinya siswa kelas XI SMK Kristen 1 Klaten tahun pelajaran 2010/2011, sebanyak 8 kelas. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes, sedangkan motivasi berprestasi, kreativitas, dan prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada pengaruh penerapan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Prestasi belajar kognitif materi elektrokimia dengan metode pemberian tugas lebih baik dari pada eksperimen, tetapi prestasi afektif dan psikomotor siswa dengan metode eksperimen lebih baik dari pada pemberian tugas, (2) ada pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, prestasi kognitif materi elektrokimia siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik dari pada siswa dengan kreativitas rendah rendah, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi psikomotor siswa. (3) ada pengaruh motivasi berprestasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan psikomotor siswa, prestasi kognitif dan psikomotor materi elektrokimia siswa dengan motivasi berprestasi belajar tinggi lebih baik dari pada siswa dengan motivasi berprestasi rendah, tetapi tidak ada pengaruh terhadap prestasi belajar afektif (4) tidak ada interaksi antara pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas terhadap prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. (5) ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi beprestasi siswa terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
prestasi kognitif siswa, tetapi tidak ada interaksi pada prestasi afektif dan psikomotor siswa. (6) tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. (7) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, kreativitas dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Kata kunci : Pendekatan CTL, Eksperimen, Pemberian Tugas, Kreativitas, Motivasi Berprestasi, Elektrokimia, Prestasi Kognitif, Prestasi Afektif, Prestasi Psikomotor.
ABSTRACT Abni Susanti, S831002001 “CHEMISTRY LEARNING USING CTL THROUGH EXPERIMENT AND ASSIGNMENT METHODS OVERVIEWED FROM STUDENT’S ACHIEVEMENT MOTIVATION AND CREATIVITY (A Case Study of Chemistry Learning on Electrochemistry For Students in Grade XI, SMK Kristen 1 Klaten, Academic Year 2010/2011)”. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd,. Thesis, Surakarta: Science Education Program of Post Graduate, Sebelas Maret University, July 2011.
The objectives of this research were to know: (1) the effect of the use of CTL through experiment and an assignment methods toward student’s achievement, (2) the effect of student’s achievement motivation toward student’s achievement, (3) the effect of student’s creativity toward student’s achievements. (4) the interaction between learning method and achievement motivation toward student’s achievements, (5) the interaction between learning method and student’s creativity toward student’s achievements, (6) the interaction between student’s achievement motivation and creativity toward student’s achievements, (7) the interaction between learning method, student’s achievement motivation and their creativity toward student’s achievements.
This research used experimental method. The population was all students of grade XI, SMK Kristen 1 Klaten academic year 2010/2011, consisted of 8 classes. The sample was taken using cluster random sampling consisted of two classes. The data was collected using test for cognitive student achievement and questioners for student’s achievement motivation, creativity and affective student achievement and observation sheet for psychomotoricic student achievement. The data was analyzed using Anova with 2x2x2 factorial design. . .
The conclusion were: (1) there was an effect of learning method toward cognitive, affective and psychomotoricic achievement. The cognitive achievment who learnt by an assignment is higher than experiment, but for affective and psychomotoricic was higher for experiment. (2) there was an effect of student creativity toward cognitive and affective achievement, the cognitive and affective achievment was higher for student who had high creativity, but for psychomotoric achievement was higher for low creativity. (3) there was an effect of student’s achievement motivation toward cognitive and psychomotoric achievements, the cognitive and psychomotoric achievments was higher for student who had high achievement motivation, but for affective achievement was higher for low achievement motivation. (4) there was not any interaction between
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
learning method with creativity , (5) there was an interaction between learning method and student’s achievement motivation toward cognitive achievement, but not for affective and psychomotoric achievments, (6) there was not any interaction between student’s creativity and achievement motivation toward cognitive, affective, and psychomotoric achievements, (7) there was not any interaction between learning method with student’s creativity and achievement motivation, toward cognitive, affective, and psychomotoric achievments.
Keywords: CTL, Experiment, An assignment, Creativity, Achievement Motivation, Electrochemistry, Cognitive Achievement, Affective achievement, Psychomotoric Achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan sumber
daya manusia. Pada hakekatnya, pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang
hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia
berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan
sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Oleh sebab itu pendidikan
merupakan usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Dengan
demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang
luhur dan moral yang baik.
Dalam penyampaikan materi, guru dituntut untuk lebih professional,
terutama dalam hal menggunakan pendekatan dalam pembelajaran untuk
membuat pembelajaran lebih menarik. Dalam hal ini guru dituntut untuk
menguasai berbagai macam bentuk metode pembelajaran yang lebih variatif yang
bisa digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan
tertentu, sehingga suasana belajar akan lebih berbeda.
Metode dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah
tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu sebaiknya guru harus menguasai
beberapa metode mengajar untuk melaksanakan proses belajar mengajar dan siap
sewaktu-waktu untuk digunakan mencapai suatu tujuan tertentu. Sampai sekarang
ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
utama dalam menentukan strategi belajar. Banyak siswa mampu menyajikan
tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada
kenyataannya mereka tidak dapat memahaminya. Banyak guru, ketika pengajaran
konsep hanya berpusat pada kemampuan berfikir tingkat rendah, mengingat dan
menghafal, bukan melengkapinya dengan kemampuan pengembangan
kemampuan berfikir tingkat tinggi, dan ketika menghadapi fakta-fakta,
pengajarannya cenderung menyuruh siswa untuk menghafalkannya. Juga metode
ceramah yang dominan banyak di sekolah cenderung membuat para siswa belajar
konsep-konsep secara abstrak, belajar konsep-konsep tanpa melalui proses
penggunaan konsep-konsep tersebut, atau belajar konsep-konsep tanpa mengalami
atau mengamati acuan konkrit konsep-konsep.
Di SMK Kristen 1 Klaten berdasarkan hasil observasi dengan wawancara
dengan seorang guru kimia, ibu Siwi Aryanti, S.T. bahwa belum pernah diadakan
penelitian tentang penelitian tentang suatu metode tertentu, dengan metode yang
monoton tersebut membuat hasil prestasi belajar yang diperolehpun juga tidak
semua memenuhi standar KKM. Karena selama ini belajar yang dilakukan
cenderung bersifat menerima pengetahuan, bukan membangun sendiri
pengetahuan. Untuk itu perlu suatu pendekatan belajar yang memberdayakan
siswa, salah satunya adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
CTL merupakan topik yang sering dibicarakan belakangan ini, sayangnya,
banyak perdebatan yang mengelilinginya: perdebatan yang timbul dari
kesalahpahaman. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual telah dengan keliru
dianggap sebagai strategi yang mengharuskan siswa untuk melapor ke tempat
kerja yang hanya melatih mereka untuk melakukan pekerjaan yang terbatas. Itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
semua tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Mengaitkan pembelajaran
dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar lebih hidup dan keterkaitan
inilah inti dari pembelajaran CTL. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses
pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal
senada dituliskan oleh Schell and Black (1997) dalam Journal of Family and
Consumer Science Education:,“The chances of enabling students to transfer
learning from one teaching setting to another and/or to real life situations may
increase when teachers use CTL practices. Hal yang serupa dari pernyataan di
atas disampaikan pula oleh Greeno(1997), “Transfer refers to a phenomenon in
which something learned in one situation is carried over to another. A student’s
ability to transfer information learned in a typical classroom setting to real life
situations is sporadic and by chance. Bahwa ada transfer informasi saat belajar
pada keadaan atau situasi tertentu dalam kehidupan nyata siswa.
Dalam jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
mempunyai latar belakang menghasilkan lulusan yang siap kerja maka dengan
menggunakan pendekatan CTL para siswa akan lebih mudah dalam menerima
informasi dalam proses belajar. Para siwa SMK mempunyai kecenderungan lebih
menyukai pelajaran praktik daripada teori. Oleh karena itu dalam proses belajar
kali ini menggunakan suatu pendekatan konteks dengan metode ekperimen dan
pemberian tugas. Sehingga pelajaran kimia yang diberikan pada siswa SMK akan
membantu siswa memahami lebih dalam tentang pelajaran yang dipusatkan pada
jurusan siswa masing-masing, karena dalam ilmu kimia terdapat keterkaitan
dengan ilmu-ilmu pelajaran yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dengan menggunakan metode eksperimen diharapkan siswa akan
mendapatkan suatu pengalaman baru pada pelajaran kimia, dan dengan
menggunakan metode pemberian tugas diharapkan siswa dapat secara langsung
mengetahui proses kimia dalam bidang industri. Selain itu, kreativitas dan
motivasi berprestasi para siswa juga sangat diperlukan dalam proses belajar.
Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian pendidikan dengan menggunakan
pendekatan CTL melalui metode ekperimen dan pemberian tugas.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pembelajaran merupakan proses negosiasi, makna, dan proses asimilasi
antara konsep yang baru ke dalam skema kognitif yang dimiliki siswa. Dalam
rangka itulah maka terjadi masalah yang dihadapi oleh setiap individu yang
berkenaan dengan kemampuan menyerap informasi yang baru tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang ada dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Tidak semua guru mampu mengangkat prestasi belajar siswa dengan baik.
2. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kimia belum membuat sisiwa
aktif dan tidak memperhatikan proses berfikir siswa, sehingga pelaksanaan
pemnelajaran kimia masih sering menggunakan metode konvensional yang
kurang memperhatikan proses berfikir siswa.
3. Berdasarkan wawancara dengan guru di SMK Kristen 1 Klaten, rata-rata
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan elektrokimia belum memenuhi
KKM.
4. Ilmu pengetahuan tentang pendidikan semakin berkembang pesat dan
didukung banyaknya hasil penelitian tentang model pembelajaran, tapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kenyatannya guru belum melakukan perbaikan model pembelajaran termasuk
variasi metode pada pembelajaran kimia.
5. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia
seperti PBL, CTL, Cooperative dan lain-lain, namun guru cenderung
melakukan pembelajaran dengan Teacher Centered.
6. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar kimia
seperti kemampuan memori, kemampuan awal, sikap ilmiah, kreativitas
belajar, motivasi, aktivitas dan lain-lain, namun guru belum memperhatikan
faktor-faktor tersebut.
7. Ada beberapa jenis ketrampilan yang dimiliki siswa seperti ketrampilan
proses, ketrampilan berfikir, ketrampilan menggunakan alat, ketrampilan
berfikir abstrak dll, namun ketrampilan diatas belum diperhatikan guru kimia
dalam proses pembelajaran.
8. Prestasi belajar siswa pada umumnya berupa kognitif, psikomotor, dan
afektif, namun kebanyakan guru masih menekankan pada aspek kognitif
saja.
9. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa SMK kelas XI , seperti
Sel elektrokimia, Sel Elektrolisis, Reaksi Redoks, Stoikiometri, namun
keterkaitan antara materi-materi tersebut belum ditunjukkan guru dalam
proses pembelajarannya.
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah yaitu:
1. Penelitian hanya difokuskan pada penggunakan pendekatan CTL
2. Metode pembelajaran yang digunakan metode ekperimen dan pemberian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tugas.
3. Motivasi berprestasi siswa dalam penelitian ini dikategorikan dalam tinggi
dan rendah.
4. Kreativitas siswa dalam penelitian ini dikategorikan dalam tinggi dan rendah.
5. Penelitian dilakukan pada pokok bahasan elektrokimia.
6. Penelitian dilakukan di SMK Kristen 1 Klaten pada 2 kelas.
D. PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan
CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas terhadap prestasi
belajar siswa?
2. Apakah ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar
siswa?
3. Apakah ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa?
4. Apakah ada interakasi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode
eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap
prestasi belajar siswa?
5. Apakah ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melaui metode
eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar siswa?
6. Apakah ada interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa?
7. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan pendekatan CTL dengan menggunakan metode
eksperimen dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
3. Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
4. Interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan
pemberian tugas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
5. Interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melaui metode eksperimen dan
pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
7. Interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis:
a. Memberi sumbangan pengetahuan pada teman sejawat bahwa pendekatan
CTL dengan metode eksperimen dan metode pemberian tugas sangat efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia ditinjau
dari kreativitas dan motivasi berprestasi siswa.
b. Menemukan dampak positif dan negatif pelaksanaan pendekatan CTL dengan
metode eksperimen dan metode pemberian tugas dalam pembelajaran kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi siswa.
c. Memberikan masukkan kepada siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang
baik dan bermakna memerlukan kreativitas dan motivasi berprestasi siswa.
d. Menjadi sumber reverensi yang bisa digunakan untuk penelitian dalam
bidang yang sama.
2. Manfaat praktis:
a. Penggunaan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan metode
pemberian tugas akan meningkatkan prestasi belajar siswa ditinjau dari
kreativitas dan motivasi berprestasi karena itu kedua metode tersebut yang
dapat digunakan sebagai acuan untuk konsep pembelajaran yang sejenis.
b. Penggunaan pendekatan CTL dengan metode ekperimen metode pemberian
tugas memudahkan guru dalam penjelasan dan mengurangi kebosanan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar
Menurut Sharon E. Smaldino (2001:6), “learning is is the development of
new knowledge, skill, or attitudes as an individual interacs with information and
the invironment”. Belajar merupakan pengembangan pengetahuan baru, keahlian,
atau sikap sebagai suatu interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya.
Dalam hal ini siswa sebagai seorang individu bisa mendapatkan pengetahuan
baru, keahlian, atau sikap dari lingkungannya yang diperolah bisa dengan cara
membangunnya sendiri yang berasal dari informasi-informasi yang didapatkan
oleh siswa itu sendiri maupun secara langsung diberikan oleh guru yang mengajar.
Belajar menurut kaum konstruktivis adalah proses yang aktif dimana siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka
pelajari. Dalam proses itu siswa menyesuaikan konsep dan ide-ide baru yang
mereka pelajari dengan kerangka berfikir yang telah mereka miliki (Paul Suparno,
2006: 13). Belajar menurut Paul Suparno ini siswa dalam memperoleh
pengetahuan bisa melakukannya sendiri atau bisa belajar secara mandiri.
Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap, di mana perubahan-
perubahan dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil
yang telah di peroleh (Winkel, 1996:53). Sedangkan, belajar merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Kapabilitas siswa tersebut berupa
informasi verbal, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik dan sikap (Gagne
dalam Dimyati & Mudjiono, 2006: 10-12). Dari taori pangertian teori balajar
menurut Winkel dan Gagne tersebut bearti dapat dipersingkat bahwa belajar
merupakan seperangkat proses kognitif yang berlangsung dalam interaksi aktif
siswa dengan lingkungannya dengan melewati pengolahan informasi menjadi
kapabilitas baru.
Belajar merupakan proses yang terjadi dalam perkembangan dan
pertumbuhan kognitif anak meliputi proses assimilation dimana dalam proses ini
siswa menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang
telah ia ketahui dan proses accomodation yaitu anak menyusun dan membangun
kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi
yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik. (Piaget dalam Syaiful Sagala,
2007: 24). Dari beberapa difinisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses yang terjadi dalam pengetahuan siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang baru, kemudian pengetahuan tersebut bisa diolah dalam diri
siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengetahuan tersebut bisa
menumbuhkan pengatahuan baru, ketrampilan, dan sikap siswa.
Di dalam tugas melaksanakan pengelolaan proses belajar mengajar sehari-hari
seorang guru perlu mengingat beberapa prinsip belajar sebagai berikut: a. apapun
yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain; b. setiap siswa
akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya; c. penguasaan yang sempurna
dari langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sedangkan pengajar atau guru perlu memahami teori belajar dengan alasan: a.
teori belajar membantu pengajar untuk memahami proses belajar yang terjadi
dalam diri siswa; b. dengan kondisi ini, pengajar dapat mengerti kondisi-kondisi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar, atau menghambat proses
belajar; c. dengan teori belajar, memungkinkan guru melakukan prediksi yang
cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan pada suatu aktivitas belajar.
2. Teori Belajar
a. Teori Belajar Piaget
Piaget berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari
pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget,
pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan
buku sebagai pemberi informasi. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada
pendidikan yaitu: 1) memusatkan perhatian kepada cara berfikir atau proses
mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman - pengalaman
belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif
dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk
sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam
posisi memberikan pengalaman yang dimaksud; 2) mengutamakan peran siswa
dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam
kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made
knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
spontan dengan lingkungan; 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual
dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh
siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru
harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari
individu - individu ke dalam bentuk kelompok - kelompok kecil siswa daripada
aktivitas dalam bentuk klasikal; 4) mengutamakan peran siswa untuk saling
berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan - gagasan tidak dapat dihindari
untuk perkembangan penalaran.
Keterkaitan teori belajar Piaget dalam penelitian ini bahwa siswa-siswa
dalam proses pembelajaran akan mengambil keputusan yang logis. Menurut
Piaget perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan, pengetahuan datang dari tindakan.
Interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi dan berdiskusi
membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu
menjadi lebih logis. Kegiatan belajar dengan penerapan CTL metode eksperimen
dan pemberian tugas, pembelajarannya dilakukan secara berkelompok, berdiskusi,
berinteraksi aktif dan melakukan percobaan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Sehingga belajar materi elektrokimianya menggunakan proses dimana anak secara
aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan
interaksi mereka. Siswa dihadapkan pada materi elektrokimia, disini berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
asimilasi pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya yang berkaitan
dengan elektrokimia yaitu materi redoks. Pengetahuan siswa akan mantap setelah
mengkombinasikan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
Pengalaman ini diperoleh dengan menyimpulkan sendiri berdasarkan
pengalamannya setelah mempelajari materi elektrokimia.
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Dalam kehidupannya manusia akan selalu menyusun standar berfikir
untuk melihat realita sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang ia miliki
dan pada saat yang sama subyektivitas seseorang akan obyek yang telah
dikonstruksi menjadi sangat beragam, karenanya kebenaran sebagai hasil dari
pengamatan dan pengetahuan adalah sebuah keniscayaan. Di sinilah konsep
konstruktivisme bermula. Konstruksivisme menurut Rosty (dalam Panenn, 2001)
merupakan salah satu bentuk pragmatisme, terlebih lagi soal pengetahuan dan
kebenaran, karena hanya mementingkan bahwa suatu konsep itu dapat berlaku
atau digunakan.
Konstruktivisme menjadi landasan bagi beberapa teori belajar, misalnya
teori perubahan konsep, teori belajar bermakna, dan teori skema. Konstruktivisme
maupun teori perubahan konsep percaya bahwa dalam proses belajar seseorang
mengalami perubahan konsep. Pengetahuan seseorang tidak sekali jadi, tetapi
melalui proses perkembangan yang terus menerus. Dalam perkembangan
tersebut, ada yang mengalami perubahan besar ada pula yang hanya
mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi
(Panenn, 2001:16). Teori perubahan konsep membantu menciptakan suasana dan
keadaan pembelajaran yang memungkinkan perubahan konsep terjadi pada siswa
sehingga terjadi pemahaman. Baik konstruktivisme maupun teori perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
konsep menjelaskan bahwa pengertian yang dibentuk siswa mungkin berbeda
dengan pengertian ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukan
salah satu ahli proses perkembangan karena setiap kali mereka terus menerus
dapat mengubah pengertiannya. Ditegaskan oleh Suparno (2000: 34) salah
pengertian dalam memahami sesuatu, menurut konstruktivisme dan teori
perubahan konsep bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan justru menjadi
awal untuk perkembangan yang lebih baik.
Menurut Triyanto (2007 :13), guru dapat memberi siswa anak tangga yang
membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri
yang harus memanjat anak tangga tersebut. Pembelajaran dengan teori ini akan
efektif jika didasarkan pada empat komponen dasar antara lain: 1) pengetahuan
(knowledge), yaitu pembelajaran harus mampu dijadikan sarana untuk tumbuh
kembangnya pengetahuan bagi siswa; 2) ketrampilan (skill), pembelajaran harus
benar-benar memberikan ketrampilan siswa baik ketrampilan intelektual
(kognitif), ketrampilan moral (afektif), dan ketrampilan mekanik (psikomotorik);
3) sifat alamiah (disposition), proses pembelajaran harus benar-benar berjalan
secara alamiah,tanpa ada paksaan dan tidak semata-mata rutinitas belaka; 4)
perasaan (feeling), perasaan ini bermakna perasaan atau emosi atau
kepekaan.Oleh sebab itu pembelajaran harus mampu menumbuhkan kepekaan
sosial terhadap dinamika dan problematika kehidupan .(M.Saekhan,2008 : 73 ).
Sedangkan menurut Trianto (2007: 14) teori konstruktivis menetapkan bahwa
prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa
siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus
memanjat tangga tersebut. Keterkaitan teori belajar konstruktivisme dengan
penelitian ini adalah dalam pembelajaran materi elektrokimia dengan penerapan
CTL metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa menemukan sendiri dan
menstransformasikan informasi kompleks yang mereka dapatkan dari hasil diskusi
kelompok. Siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus bekerja memecahkan masalah , menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, karena dalam pembelajaran siswa hanya diberi masalah oleh guru
kemudian mereka bekerja memecahkan masalah tersebut. Sehingga pengetahuan
tentang elektrokimia dibangun oleh dirinya sendiri.
c. Teori Penemuan Jerome Bruner
Bruner berpendapat bahwa manusia mempunyai kapasitas dan kecendrungan
untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan mempunyai
beberapa fase, yaitu waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera
(immetodete memory) (item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik). Ingatan
jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam beberapa menit), ingatan
jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai
seumur hidup). Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses
kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip,
yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai
kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan
bagi orang itu. Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang
ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak tergantungan respons dari sifat stimulus.
Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi
peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan
lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang
untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang
telah atau akan dilakukannya. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat
terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar
penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar
penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan
melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan
masalah. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif
oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, Berusaha
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Keterkaitan teori belajar Bruner dengan penelitian ini adalah siswa belajar
dengan baik pada materi elektrokimia sehingga akan menghasilkan pengetahuan
elektrokimia yang benar-benar bermakna bahkan dapat digunakan untuk
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki kreativitas
tinggi akan menemukan konsep-konsep materi elektrokimia pada
pembelajarannya, karena konsep ditemukan sendiri melalui belajar penemuan
maka pengetahuan itu bertahan lama dalam diri siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d. Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
pengatur kemajuan perkembangan belajar atau advance organizers yang
didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik . Pengatur kemajuan belajar adalah
konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan
diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa ”advance organizers” dapat
memberikan tiga macam manfaat, yakni: 1) dapat menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. 2) dapat
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang
dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari sedemikian rupa
sehingga dan 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
Dari penjelasan tersebut maka belajar sebagai proses yaitu: 1) belajar tidak
hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak
mereka sendiri 2) anak belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola
bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru 3) para
ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan 4)
pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau preposisi yang
terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan 5) manusia
mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru 6) siswa perlu
dibiasakan memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan bergelut dengan dengan ide 7) proses belajar dapat mengubah struktur otak,
perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi
pengetahuan dan keterampilan seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus baik,
dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang menurut
Ausubel sangat abstrak, umum dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan
diajarkan itu. Selain itu, logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa
memiliki logika berfikir yang baik maka guru akan kesulitan memilah-milah
materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta
menjelaskan materi dalam struktur yang sistematis.
Untuk mendalami lebih lanjut tentang belajar bermakna, Bloom dan
Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa, yang tercakup
dalam tiga kawasan. 1). Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan: a).
Pengetahuan (mengingat, menghafal), b). Pemahaman (menginterprestasikan) c).
Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah), d). Analisis
(menjabarkan suatu konsep), e). Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep
menjadi suatu konsep utuh), f). Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode
dan sebagainya), 2). Psikomotorik, yang terdiri dari lima bagian: a). Peniruan
(menirukan gerak), b). Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan
gerak) c). Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), d). Perangkaian
(melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), e). Naturalisasi
(melakukan gerak secara wajar) 3). Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan: a).
Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b). Merespon (aktif
berpartisipasi), c). Penghargaan (menerima nilai, setia kepada nilai tertentu), d).
Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya), e).
Pengenalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian pola hidup).Belajar penemuan
yang bermakna hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar
berhubungan dengan informasi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa
serta cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur
kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran
penemuan dimana siswa berinteraksi dengan obyek melalui pengamatan. Dalam
mempelajari materi elektrokimia dengan penerapan CTL menggunakan metode
eksperimen dan pemberian tugas, siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut
pada struktur kognitif yang telah ada pada materi sebelumnya yaitu redoks,
sehingga belajar siswa menjadi bermakna. Dengan kedua metode tersebut siswa
mampu mengaplikasikan materi elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari dan
siswa tidak hanya sekedar belajar hafalan.
e. Teori Belajar Sosial Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil
dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan
bahwa perkembangan tergantung pada faktor biologis menentukan fungsi
elementer memori, atensi, persepsi dan stimulus respon. Faktor sosial sangat
penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk
pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Teori ini
lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky proses
pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan mereka disebut
zone of proximal development yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas
daerah perkembangan seseorang saat ini. Fungsi mental yang lebih tinggi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi
mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yaitu pemberian
bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak melakukannya.
Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan
tugas-tugas kompleks, sulit, realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya
untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Nur dan Wulandari (2006 dalam
Trianto 2007: 27) menambahkan bahwa tugas yang kompleks tersebut dapat
diajarkan sedikit demi sedikit dan komponen demi komponen sehingga pada suatu
hari diharapkan akan terwujud suatu kemampuan yang utuh. Keterkaitan teori
Vygotsky dalam penelitian ini bahwa pada pembelajaran materi elektrokimia
dengan penerapan CTL metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa diberi
tugas kemudian siswa menyelesaikannya dengan cara berkelompok sehingga
muncul percakapan , kerjasama antar individu dan terjadi interaksi sosial.
3. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti
“hubungan, konteks, suasana, dan keadaan (konteks)” (KUBI, 2002:519).
Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Menurut Elaine B. Johnson (2009:19), CTL digambarkan sebagai berikut :
“an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studiing by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with context of their personal, social and cultural circumstance. To achieve the aim, the sistem encompasses the following eight component: making meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching high standars, usng authentic assessment.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari agar
menghubungkan subjk-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian
mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen
berikut: a. membuat hubungan-hubungan yang bermakna; b. melakukan pekerjaan
yang berarti; c. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; d. melakukan kerja
sama; e. berfikir kritis dan kreatif; f. membantu individu untuk tumbuh dan
berkembang; g. mencapai standar yang tinggi; h. menggunakan penilaian autentik.
CTL, suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih dari dari
sekadar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik
dengan konteks keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalam
mencari makna “konteks” itu sendiri. CTL mendorong mereka melihat bahwa
manusia sendiri memiliki kapasitas dan tanggungjawab untuk mempengaruhi dan
membentuk sederetan konteks yang meliputi keluarga, kelas, masyarakan dan
lingkungan tempat tinggal hingga ekosistem.
. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal senada dituliskan oleh Schell
and Black (1997) dalam Journal of Family and Consumer Science
Education:,“The chances of enabling students to transfer learning from one
teaching setting to another and/or to real life situations may increase when
teachers use CTL practices. Hal yang serupa dari pernyataan di atas disampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pula oleh Greeno(1997), “Transfer refers to a phenomenon in which something
learned in one situation is carried over to another. A student’s ability to transfer
information learned in a typical classroom setting to real life situations is
sporadic and by chance. Bahwa ada transfer informasi saat belajar pada keadaan
atau situasi tertentu dalam kehidupan nyata siswa.
Menurut Brooks & Brooks, 1993 dalam Elaine B. Johnson. Ketika guru
menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan komponen-komponen CTL,
yang sesuai dengan kebutuhan manusia untuk mencari makna dan kebutuhan otak
untuk menjalin pola-pola, secara intuitif merekan mengikuti cara yang sesuai
dengan penemuan-penemuan dalam psikologi dan penelitian tentang otak.
Menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan pengalaman-
pengalaman para siswa sendiri untuk member makna pada palajaran. Pada waktu
yang besamaan, tanpa disadari, mereka telah mengikuti tiga prinsip yang
ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern sebagai prinsip yang menunjang dan
mengatur segalanya di alam semesta.
Belajar akan lebih bermakana jika anak mengalami apa yang dipejinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi dalam mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal
dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
anta materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota, keluarga, dan masyarakat. Ada 7
(tujuh) komponen utama dalam CTL, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
a. Konstruktivisme (Constructivism),
Merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekastual yaitu
pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengeahuan bukanlah
seperangkat fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melaui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-
ide yaitu siswa yang harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
b. Bertanya (Questioning).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertany, karena
bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 1)
menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; 2) mengecek
pemehaman siswa; 3) membangkitkan respon pada siswa; 4) mengetahui sejauh
mana keingintahuan siswa; 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; 6)
memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; 7) untuk
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan 8) untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
c. Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari pendekatan kontekstual. Pengetahuan
dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya mengingat
seperangkat fakta-fakta, tertapi juga hasil menemukan sendiri. Siklus inquiri
adalah: 1) observasi (observation), 2) bertanya (questioning), 3) mengajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dugaan (hyphotesis), 4) pengumpulan data (data gathering), 5) penyimpulan
(conclusion). Kata kunci dari strategi inquiri adalah siswa menemukan sendiri.
Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah: 1) merumuskan
masalah dalam mata pelajaran apapun, 2) mengamati atau melakukan observasi,
3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
pada pembaca, teman sekelas, guru atau audience lainnya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasi pembelajaran diperoleh
dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar
teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas
menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok yang heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu
memberitahu yang belum tahu, yang cepat mengkap mendorong temannya yang
lambat, yang mempunyai gagasan segera member usul, dan seterusnya.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
e. Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru. Model itu member peluang yang besar bagi guru untuk member
contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru member model tentang
bagaimana cara mengajar. Sebagian guru member contoh tentang cara bekerja
sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas, misalnya menemukan kata kunci
dalam bacaan. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menemukan kata kuci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat,
dengan memanfaatkan gerak mata (scaning). Ketika guru mendemonstrasikan
cara membaca cepat tersebut, siswa mengemati guru membaca dan membolak
balik teks. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk
memberi contoh temannya. Siswa contoh tersebut dikatan sebagi model, siswa
lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yan harus
dicapai.
f. Refleksi (Reflection)
Reflaksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru depelajari atau berfikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa lalu.
Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan
yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru dierima. Pengetahuan yang bermakna dipeoleh dari proses belajar.
Pengetahuan yang dimilki siswa diperluas malalui konteks pembelajaran,
kemudian diperluas sedikit demi sedikit sehingga berkembang. Guru atau orang
dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan refleksi, siswa
merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.
g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru
mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru
segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan
belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang
proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode atau akhir
semester.
Pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti formatif dan
sumatif, tetapi dilakukan bersama dengan cara terintegrasi, yaitu tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada
upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (how to learn), bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin onformasi di akhir periode
pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada
saat melakukan proses pembelajaran.
Dalam jurnal oleh Richard L. Lynch dan Dorothy Harnish dengan judul
Journal of Contextual Teaching and Learning Project Brief, melalui penggunaan
strategi CTL, menyimpulkan bahwa a. keterlibatan dan motivasi siswa meningkat,
b. sikap siswa terhadap pembelajaran diperbaiki, c. perilaku telah ditingkatkan,
dan d. efek interaktif yang dihasilkan menyebabkan pemahaman yang lebih
mendalam, retensi, dan penerapan pengetahuan oleh siswa.
Ada berbagai macam prinsip ilmiah dalam CTL, diantaranya ada 3 yaitu
prinsip kesaling-bergantungan, prinsip diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a. Prinsip Kesaling-bergantungan
Prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali
keterkaitan mereka dengan para pendidik yang lainnya, dengan siswa-siswa
merekan, dengan masyarakat, dan dengan bumi. Prinsip ini meminta mereka
membangun hubungan dalam semua yang mereka lakukan. Prinsip kesaling-
bergantungan ada di dalam segalanyasehingga mamungkinkan para siswa untuk
membuat hubungan yang bermakana. Pemikiran kritis dan kreatif menjadi
mungkin. Kedua proses tersebut terlibat dalam mengidentifikasi hubungan yang
akan menghasilkan pemahaman-pemahaman baru.
b. Prinsip Diferensiasi
Kata diferensiasi merujuk pada dorongan terus-menerus dari alam semesta
untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, perbedaan, kelimpahan, dan
keunikan. Komponen pembelajaran dan pengajaran kontekstual yang mencakup
pembelajaran praktik aktif dan langsung (hands-on) misalnya terus-menerus
menantang para siswa untuk mencipta. Para siswa berfikir kreatif ketika mereka
menggunakan pengetahuan akademik untuk meningkatkan kerjasama antar
anggota kelas mereka, ketika mereka merumuskan langkah-langkah untuk
menyelesaikan sebuah tugas sekolah, atau mengumpulkan dan menilai informasi
mengenai suatu masalah masyarakat. Secara alami, CTL juga memajukan
kreativitas, keragaman, keunikan, dan kerjasama.
c. Prinsip Pengaturan Diri
Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan
pribadi siswa, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan
diri. Siswa menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, meniali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,
menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti.
Perbedaan CTL dengan konvesional menurut Dharma Kesuma (2010: 85-
86) bisa dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbedaan pendekatan CTL dengan konvensional
CTL Konvensional
Belajar berdasarkan pengalaman nyata siswa
Belajar berdasarkan abstraksi
Siswa berupaya mempelajari Siswa berupaya mengetahui
Siswa menemukan sendiri Siswa diberitahu guru
Siswa sebagai pusat pembelajaran (siswa sebagai subjek ajar)
Guru sebagai pusat pembelajaran (siswa sebagai objek ajar)
Guru memberikan penguatan Guru memberikan kesimpulan
Siswa memahami makna pembelajaran
Siswa menghafal materi pembelajaran
Menyandarkan pada pemahaman makna
Menyandarkan pada hafalan
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa
Pemilihan informasi berdasarkan pemilihan guru
Mengaitkan materi ajar dengan pengalaman siswa
Hanya mengarahkan materi ajar pada satu budang tertentu
Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan
Ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan
Siswa berupaya menemukan, menggali, berdiskusi, berfikir kritis, memecahkan masalah.
Siswa berupaya mengerjakan tugas, mendengarkan ceramah
Menurut Lynch dan Harnish (2003) jurnal oleh Ifraj Shamsid-Deen yang
berjudul Journal of Family and Consumer Sciences Education. Vol. 24, No 1,
tingkat belajar lebih tinggi tampaknya terjadi ketika mengajar kontekstual dan
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru pemula. Siswa lebih terlibat,
termotivasi, dan penuh perhatian ketika mengajar kontekstual dan praktik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pembelajaran yang digunakan menemukan bahwa tampak pembelajaran
kontekstual dengan praktik belajar berlangsung secara teratur di sebagian besar
ruang kelas. Hal ini terutama berlaku dengan praktek siswa memiliki aktif terlibat,
pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata, dan belajar dari satu sama
lain.
4. Metode Eksperimen
Metode mengajar menurut Nana Sudjana ialah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Oleh karena itu peranan metode sebagai alat untuk menciptakan proses belajar
dan mengajar. Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Hal yang penting dalam metode
ialah bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan
belajar yang ingin dicapai.
Secara umum pengertian eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak
siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecakan bahwa teori
yang sudah dibicarakan itu memang benar. Sering disebut metode laboratorium
karena percobaannya biasanya dilakukan di laboratorium. Biasanya metode
eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau
hukum yang sudah ditemukan para ahli. Namun dalam praktek guru dapat pula
melakukan eksperimen untuk menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini
seakan-akan teori atau hukum belum ditemukan, dan siswa diminta untuk
menemukan (Paul Suparno, 2006: 77). Petunjuk penggunaan metode eksperiman;
a. persiapan perencanaan: 1) tetapkan tujuan ekperimen; 2) tetapkan langkah-
langkah pokok ekperimen; 3) Siapkan alat-alat yang diperlukan; b. pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
eksperimen; 1) usahakan ekperimen dapat diikuti seluruh siswa; 2) tumbuhkan
sikap kritis terhadap siswa sehingga terdapat tanya jawab, dan diskusi tentan
masalah yang diekperimenkan.; 3) buatlah penilaian dari kegiatan siswa, dalam
ekperimen tersebut; c. tindak lanjut eksperimen.
Setelah eksperimen selesai, berikanlah tugas kepada siswa secara tulis
maupun tulisan, yaitu dengan membuat laporan hasil eksperimen ditambah
dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan eksperimen yang
dilakukan. Dengan demikian kita dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen
dipahami siswa. Menurut Syaiful Sagala (2003: 220-221) metode eksperimen
mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihan metode eksperimen adalah
sebagai berikut: a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku
saja; b. dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris
tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; c. metode ini
didukung oleh asas-asas ditaktik modern, antara lain : 1) siswa belajar dengan
mengalami dan mengamati sendiri atau proses kejadian; 2) siswa terhindar jauh
dari verbalisme; 3) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif
dan realistis; 4) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; 5) hasil belajar akan tahan
lama dan internalisasi.
Sedangkan kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a.
pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah; b. setiap eksperimen tidak selalu
memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu
yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; dan c. sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan
mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat
bahan tertentu dari pada guru.
Ada beberapa cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode eksperimen atara
lain: a. hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin
dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan
ekperimen; b. hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa
tentang langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dengan
eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan
hal-hal yang perlu dicatat; c. bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh
bahan yang diperlukan; dan d. guru perlu merangsang agar setelah ekperimen
berakhir, ia membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain
dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.
5. Metode Pemberian Tugas.
Menurut Syaiful Sagala (2003: 220-221) metode pemberian tugas adalah cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas
yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran dan dapat pula
mengecek bahan yang telah dipelajar. Tugas merancang siswa untuk belajar baik
secara individual maupun kelompok.
Adapun kebaikan atau kelebihan dari metode tugas adalah : a. pengetahuan
yang diperoleh siswa dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan
yang berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka
akan lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik; b. mereka berkesempatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab
dan berdiri sendiri; c. tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari
dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang
apa yang dipelajari; d. tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan
mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan
dengan abad informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat; dan
e. metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan
berbagai variasi sehinggan tidak membosankan.
Adapun kelemahan dari metode pemberian tugas antara lain : a. seringkali
siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniruhasil pekerjaan
orang lain , tanpa mengalami peristiwa belajar; b. adakalanya tugas itu oleh orang
lain tanpa pengawasan; c. apabila tugas teralu diberikan atau sekedar melepaskan
tanggungjawab bagi guru, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan
ketegangan mental mereka dapat terpengaruh; dan d. karena kalau tugas diberikan
secara umum mungkin serang siswa akan mengalami kesulitan.
Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode pemberian
tugas, antara lain: a. tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga
mereka mengerti apa yang harus dikerjakan; b. tugas yang diberikn kepada siswa
dengan memperlihatkan perbedaan individu masing-masing; c. waktu untuk
menyelesaikan tugas harus cukup; d. adalah control atau pengawasan yang
sistematis atau tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa untuk belajar
dengan sungguh-sungguh; e. tugas-tugas yang diberikan hendaknya
mempertimbangkan; 1) menarik minat dan perhatian siswa; 2) mendorong siswa
untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan; 3) diusahakan tugas itu bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
praktis dan ilmiah; dan 4) bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambil dari hal-
hal yang dikenal siswa.
6. Motivasi Berprestasi
Menurut Oemar Hamalik (2004) istilah motivasi menunjukkan kepada
semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di
mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi
dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri
individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adala proses
membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.
Sedangkan menurut McDonal dalam Oemar Hamalik “Motivation is a
energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Menurut Hamzah B. Uno (2007), motivasi adalah dorongan
dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada
diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan
atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang
mendasarinya.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada
umumnya dengan beberapa indikator, atau unsur yang mendukung. Hal ini
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dari sudut
sumber yang menimbulkannya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik, timbulnya tidak memerlukan
rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu
sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedangkan, motivasi ekstrinsik timbul
karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan
terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena
melihat manfaatnya.
Motivasi berprestasi, menurut Hamzah B. Uno, adalah motivasi untuk
berhasil dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, motivasi untuk memperoleh
kesempurnaan. Motivasi semacam itu merupakan unsur kepribadian dan perilaku
manusia, sesuatu yang berasal dari “dalam” diri manusia yang bersangkutan.
Motivasi berprestasi adalah motif yang dipelajari, sehingga motif itu dapat
memperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Motivasi berprestasi
sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja (performance) seseorang, termasuk
dalam belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi
cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda-
nunda pekerjaannya. Penyelasaian tugas semacam itu bukanlah karena dorongan
dari luar, melainkan merupakan upaya pribadi. Berani mengambil resiko, dan
orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memilih rekan
kerja yang tinggi, dan tidak memerlukan rekan kerja yang rendah.
Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan diatas dibuat indikator
motivasi berprestasi dengan klasifikasi : a. adanya hasrat dan keinginan berhasil;
b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; c. adanya harapan dan cita-cita
masa depan; d. adanya penghargaan dalam belajar; e. adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar; f. adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
7. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Belajar merupakan usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam
dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu
kemampuan pengetahuan, dan ketrampilan siswa, baik dari segi kognitif,
psikomotorik maupun afektif. Pengembangan ketiga ranah ketrampilan berfikir
tersebut tergantung pada bagaimana guru menerapkan strategi yang tepat dalam
mengajar dan usaha maksimal siswa mengikuti pelajaran secara aktif sehingga
timbul keingintahuan dan upaya meningkatkan pengetahuannya.
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta
(Purwodarminto, 1984). Sedangkan menurut Kuper & Kuper, (2000) dalam
Mar’at (2006:176) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam
mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Utami
Munandar (2004:7) melalui penelitiannya di Indonesia, menyebutkan ciri-ciri
kepribadian kreatif yang diharapkan oleh bangsa Indonesia, yaitu: 1) mempunyai
daya imajinasi yang kuat; 2) mempunyai inisiatif ; 3) mempunyai minat yang luas;
4) mempunyai kebebasan dalam berfikir; 5) bersifat ingin tahu; 6) selalu ingin
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru; 7) mempunyai kepercayaan diri yang
kuat; 8) berani mengambil resiko; 9) berani mengemukakan pendapat dan
memiliki keyakinan.
b. Pembelajaran Kreatif
Belajar kreatif merupakan situasi belajar yang memberi ruang kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
siswa untuk berkembang secara optimal sedangkan guru cakap dalam
menstimulasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan pikirannya, di sini
terjadi interaksi yang tinggi antara guru dan siswa. Oleh karena itu guru harus
mengembangkan berbagai kegiatan belajar yang dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam proses belajar berdasarkan tujuan instruksional yang jelas, kegiatan
yang menantang kreativitas siswa sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan
karakteristik siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang kratif, diperlukan
berbagai ketrampilan mengajar. Delapan ketrampilan mengajar yang sangat
berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya,
memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup
pelajaran, membimbing diskusi kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok
kecil dan perorangan.
c. Strategi Pembelajaran Kreatif
Berbagai strategi pembelajaran kreatif yang telah terbukti berhasil
meningkatkan kreativitas siswa adalah : 1) pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Di sini guru berperan sebagai fasilitator, teman belajar, inspirator,
navigator dan orang yang berbagai pengalaman; 2) penggunaan berbagai peralatan
bantu dalam pembelajaran. Guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan
berbagai peralatan dalam mengajar; 3) strategi manajemen kelas. Strategi ini
mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan
memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan
individualitasnya; 4) meningkatkan kreativitas para siswa adalah dengan
menghubungkan isi pembelajaran dengan konteks nyata kehidupan nyata; 5)
menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk berfikir kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Utami Munandar (2004:7) melalui penelitiannya di Indonesia,
menyebutkan ciri-ciri kepribadian kreatif yang diharapkan oleh bangsa Indonesia,
yaitu: 1) mempunyai daya imajinasi yang kuat; 2) mempunyai inisiatif; 3)
mempunyai minat yang luas; 4) mempunyai kebebasan dalam berfikir; 5) bersifat
ingin tahu; 6) selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru; 7)
mempunyai kepercayaan diri yang kuat; 8) berani mengambil resiko; 9) berani
mengemukakan pendapat dan memiliki keyakinan.
d. Penghalang Kreativitas
Sayangnya sekolah-sekolah sering menjadi penghalang bagi kreativitas.
Seperti yang ditunjukkan contoh di bawah ini. Mereka yang mencipta harus
mengatasi rintangan yang sulit. Diantara banyak kendala yang membungkam
kreativitas, yang berikut ini khususnya merusak: 1) Sensor internal dari sesorang;
2) Orang-orang yang mencari kesalahan; 3) Peraturan dan persyaratan yang
membatasi dan melarang; 4) Perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya; 5)
Pengotak-otakan; 6) Memusuhi intuisi; 7) Takut membuat kesalahan; 8) Tidak
menyempatkan diri untuk merenung. Berfikir kreatif membuat kita bisa melewati
kendala-kendala tersebut. Mereka yang menanamkan kebiasaan berfikir kreatif
melihat kemungkinan-kemungkinan baru, bukan batasan, dan mereka berani
berekserimen tanpa takut berbuat salah. Mereka mengikuti kompas nurani mereka
dan memperkaya hidup orang lain dan bahkan bumi dengan keaslian mereka.
Dari beberapa pendapat tentang kreativitas dan ciri-ciri siswa yang
mempunyai kreativitas, maka dapat dibuat indikator untuk kreativitas yaitu siswa
dengan : a. ide-ide kreatif, b. berani mengambil keputusan, c. mempunyai
pemikiran yang unik, d. kemauan yang besar, dan e. bersikap kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
8. Prestasi Belajar
Prestasi dapat didefinisikan sebagai bukti dari usaha yang telah dicapai
(Winkel, 1988:2). Prestasi belajar diartikan sebagai usaha nyata yang diukur
untuk memenuhi kebutuhan kegiatan didaktik dan kegiatan pembelajaran
(Suharsimi Arikunto. 1989:33), sedangkan prestasi berasal dari bahasa Belanda
prestatie yang artinya hasil usaha menurut
Menurut Zainal Arifin (1988:2), prestasi belajar mempunyai fungsi utama,
yaitu: a. sebagai indikator kualitas yang telah dikuasai siswa; b. sebagai lambang
pemenuhan hasrat ingin tahu; c. sebagai bahan informasi dan inovasi dalam
pendidikan, maksudnya bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai
umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan; d. sebagai indikator intern,
artinya bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas
suatu instansi pendidikan. Indikator ekstern artinya bahwa tinggi rendahnya
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik dalam
masyarakat; e. prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap yang
ada pada siswa.
Pengertian Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi
dari kegiatan belajar baik di kelas, di sekolah maupun diluar sekolah. Untuk
mengetahuai apakah pelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak dapat di tinjau
dari proses pengajaran itu sendiri dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Pengajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada diri siswa yang terjadi
akibat belajar. Prestasi belajar dapat di ketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan
oleh guru Kegiatan penilaian merupakan salah satu aspek dari suatu kegiatan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
usaha. Dari penilaian dapat diketahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dalam
kegiatan tersebut. Dalam kegiatan belajar mengajar, hasil belajar ini disebut
dengan prestasi. Sistem penilaian yang berlaku dalam pembelajaran KTSP, tidak
hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi dengan
kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan
semata-mata hasil. Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua
aspek kompetensi yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Seperti yang dijelaskan oleh Bloom, membagi tiga ranah hasil belajar yang
dikenal dengan istilah taksonomi Bloom, yaitu ranah kognitif adalah kemampuan
berpikir yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi . Pada tingkat pengetahuan peserta didik menjawab
pertanyaaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik
dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-kata sendiri.
Misalnya menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta
didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang
baru.
Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi
ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat,
dan membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat.
Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut merangkum suatu cerita, komposisi,
hipotesis, atau teorinya sendiri, dan mensisntesiskan pengetahuan. Pada tingkat
evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial,
teori-teori, dan termasuk di dalamnya melakukan judgesment(pertimbangan)
terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kemampuan afektif yang berkaitan dengan minat dan sikap yang dapat
berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur,
menghargai pendapat orang lain,dan kemampuan mengendalikan diri. Beberapa
ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan dari perubahannya, bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil
belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak
menilai ranah kognitif semata-mata. Padahal keberhasilan pembelajaran pada
ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang
memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran
yang optimal .
Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam
merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi siswa, guru
harus memperhatikan karakteristik afektif siswa. Sekalipun bahan pelajaran berisi
ranah kognitif , ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut
dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh
sebab itu penting dinilai hasil-hasilnya. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif
sebagai hasil belajar. Antara lain : a. Receiving/attending, yakni semacam
kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada
siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala; b.
Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh siswa terhadap
stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus; c. Valuing( penilaian) berkenaan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kepercayaan /keyakinan atau sikap terhadap stimulus; d. Organisasi yaitu
pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi; e. Karakteristik nilai
yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki siswa.
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan
sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi
seseorang. Kedua , perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Ada 5 (lima) tipe
karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral .
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positip, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan,dan konsistensi terhadap sesuatu.
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,guru dan sebagainya.
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman,
dan ketrampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Minat/keinginan juga
merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada
minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif
yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk:
mengetahui minat siswa sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
mengetahui bakat dan minat siswa yang sesungguhnya ,menggambarkan keadaan
langsung di kelas, mengelompokan siswa yang memiliki minat sama, yaitu untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk
menentukan jenjang karir siswa yaitu dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi siswa. Nilai
merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang
dianggap baik dan yang dianggap buruk. Moral berkaitan dengan perasaan salah
atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri. Sehingga moral biasanya berkaitan juga dengan prinsip,
nilai dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain yang penting adalah kejujuran,
integritas, adil, dan kebebasan. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang
berkaitan dengan kegiatan yang melibatkan anggota badan dan gerak fisik.
9. Pembelajaran Kimia
Pembelajaran merupakan perpaduan dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar
dan aktivitas belajar (Akhmad Rohani, 1990:63). Aktivitas mengajar menyangkut
peranan guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan harmonis antara
mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis itulah
yang menjadi indikator suatu aktivitas mengajar itu berjalan dengan baik. Suatu
pengajaran disebut berhasil dan berjalan dengan baik jika pengajaran itu mampu
mengubah siswa dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan
kesadaran siswa untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh siswa selama
ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya yang secara
langsung bagi perkembangan pribadinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pembelajaran kimia bertujuan agar siswa dapat menguasai konsep-konsep
ilmu kimia dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah
dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Pembelajaran kimia perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. isi pelajaran
yang memperhatikan perkembangan kimia; b. memberikan pengertian yang baik
dan mendalam tentang bidang kimia yang meliputi fakta, konsep dan teori kepada
siswa; c. memberikan wawasan cara berfikir ilmiah; d. melakukan kerja praktik
dan labratorium; e. menyadarkan siswa akan penggunaan kimia dalam kehidupan
sehari-hari.
a. Materi Belajar Kimia Elektrokimia
1) Bilangan Oksidasi
Konsep dasar reaksi redoks untuk menentukan bilangan oksidasi adalah:
a) Atom suatu unsur memiliki bilangan oksidasi 0
b) Atom H dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi +1
c) Atom O dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi -2
d) Atom logam dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi positif, seperti
golongan IA memiliki bilangan oksidasi +1 golongan IIA memiliki
bilangan oksidasi +2
e) Jumlah bilangan oksidasi atom dalam senyawa = 0
f) Jumlah bilangan oksidasi atom dalam ion = muatan ion
g) Selain itu untuk menentukan bilangan oksidasi juga memperhatikan:
keelektronegatifan dan struktur senyawa. Sebagai contoh:
HCl, HClO, HClO2, HClO3, dan HClO4 mempunyai jumlah bilangan oksidasi
yang berbeda pada atom Clnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Konsep dasar reaksi redoks yang perlu diketahui adalah:
a) Oksidasi adalah :
Peristiwa pelepasan elektron. Peningkatan (naiknya) bilanganangan oksidasi
b) Reduksi adalah :
Peristiwa penangkapan elektron. Pengurangan (penurunan) bilangan-bilangan
oksidasi
c) Reaksi redoks adalah :
Reaksi yang mengandung peristiwa reduksi dan oksidasi. Reaksi perubahan
bilangan oksidasi
Contoh: Tentukan peristiwa reduksi dan oksidasi dalam reaksi berikut
Fe2O3 (s) + CO (g) ® 2FeO (s) + CO2 (g)
Fe2 O3 (s) + CO (g) ® 2FeO (s) + CO2 (g)
+3 -2 +2 -2 +2 -2 +4 -2
Oksidasi
Reduksi
2) Pengertian Elektrokimia
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan energi kimia yang
yang menghasilkan energi listrik. Sel elektrokimia adalah sel-sel tempat
menghasilkan energi dari energi kimia diubah menjadi energi listrik.
Ada 2 macam sel elektrokimia yaitu:
a) Sel Volta
Dikembangkan oleh Alesandro Volta dan Luigi Galvani. Dalam sel ini reaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
redoks menghasilkan arus listrik atau energi kimia diubah menjadi energi listrik.
Contohnya adalah batu baterai dan aki.
Pada sel volta yang menggunakan 2 larutan elektrolit, seperti larutan ZnSO4
dan CuSO4. Dlm larutan ZnSO4 dimasukkan Zn sebagai elektroda negatif (anoda)
dan larutan CuSO4 sebagai elektroda positif (katoda), kedua larutan ini
dihubungkan dengan jembatan garam (terdiri atas KCl 1 M dalam agar-agar) yang
berfungsi mempertahankan kenetralan medium elektrolit berada, arus listrik yang
dihasilkan mengalir dari anoda ke katoda. Untul lebih jelasnya bisa dilihat pada
gambar 2.1 di bawah ini:
Larutan FeSO4 1M Larutan CuSO4 1M 40 mL
40 mL
Gambar 2.1. Rangkaian sel Volta
Anoda : Zn (s)® . Zn+2 (aq)+ 2e
Katoda : Cu+2 (aq)+ 2e ®Cu (s)
Volmeter
Logam Fe
Logam Cu
Jembatan garam
Kabel
Penjepit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. pada sel volta berlaku :
(1) Diantara 2 elektroda, logam yang memiliki E0 (energi potensial) lebih kecil
(lebih negatif) selalu berfungsi sebagai anoda.
(2) Elektron berpindah dari anoda ke katoda, maka pada sel volta anoda
merupakan elektroda negatif dan katoda merupakan elektroda positif.
(3) Suatu sel volta dapat dinotasikan sebagai berikut:
anoda / larutan(ion anoda) // larutan(Ion katoda) / katoda
(4) Potensial listrik yang dihasilkan sel volta disebut potensial sel (Eosel) yang
berharga positif. Eo sel = E0 reduksi – E0 oksidasi
= E0 katoda – E0 anoda
= E0 kanan – E0 kiri
= E0 yang besar – E0 yang kecil
Suatu sel volta tersusun dari elektroda timah dan alumunium:
Sn+2 (aq)+ 2e ® .Sn (s) E0 = -0,14 volt
Al +3 (aq)+ 3e ® .Al (s) E0 = -1,66 volt
(a) Al berfungsi sebagai anoda (E0 yang lebih kecil)
(b) Sn berfungsi sebagai katoda (E0 yang lebih besar)
(c) Gambar notasi selnya adalah
anoda / larutan (ion anoda) // larutan(Ion katoda) / katoda
Al / Al3+ // Sn2+ / Sn
(d) Reaksi sel :
Anoda : Al (s) ® . Al+3 (aq) + 3e (x2) = 2 Al ® .2 Al+3 + 6 e
Katoda : Sn+2 (aq) + 2 e ® Sn (s) (x3) = 3 Sn+2 + 6 e ® .3 Sn
Jadi 2 Al (s) + 3 Sn+2 (aq) ® 2 Al +3 (aq) + 3 Sn (s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Jumlah potensial selnya adalah : = E0 kanan – E0 kiri
= E0 Sn – E0 Al
= (-0,14) – ( -1,66) = 1,52 volt
(1) Baterai.
Pada bagian dalam baterai dimasukkan pasta yang terdiri dari campuran
MnO2, NH4Cl, dan karbon. Batang grafit dibenamkan dalam pasta yang bertindak
sebagai katoda. Reaksi yang terjadi adalah:
Anoda : Zn (s) ® . Zn+2 (aq) + 2e
Katoda : 2MnO2 (s) +2NH4 (aq) +2e® .Mn2O3 (s) + 2NH3 (aq) + H2O (l)
Baterai semacam ini biasanya disebut batu beterai atau sel kering (sel
Leclante). Baterai alkali merupakan bentuk lain dari sel kering yang lebih tahan
lama. Pada baterai ini seng bertindak sebagai anoda dan MnO2 sebagai katoda.
Elektrolit yang digunakan adalah KOH dalam bentuk pasta dengan reaksi :
Anoda : Zn (s)+ 2OH- (aq) ® . Zn(OH)2 (s) + 2e
Katoda : 2MnO2 (s) + 2H2O (l)+ 2e® .MnO(OH) (s) + 2OH- (aq)
Baterai yang biasanya digunakan dalam arloji, kalkulator dan alat
elektronik adalah baterai perak oksida yang bentuknya kecil. Baterai ini terdiri
atas anoda seng dan katode Ag2O dengan elektrolit KOH berbentuk pasta.
Anoda : Zn (s)+ 2OH- (l)® . Zn(OH)2 (s) + 2e
Katoda : Ag2O (s) +H2O (l)+2e® .2Ag (s) + 2OH- (aq)
(2) Sel Aki
Sel aki terdiri dari pelat timbal (Pb) dan PbO2 Pb bertindak sebagai anoda dan
PbO2 sebagai katoda, keduanya dicelupkan dalam larutan H2SO4 30% sebagai
medium pelarutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(a) Cara kerja sel aki
Ketika sel aki menghasilkan listrik, anoda Pb mengalami oksidasi menjadi
Pb+2 yang kemudian bereaksi dengan SO42- menjadi PbSO4. Pada katoda PbO2
mengalami reduksi menjadi Pb+2 yang kemudian bereaksi dengan SO42- menjadi
PbSO4, sehingga waktu menghasilkan listrik H2SO4 berkurang. Potensial tiap sel
aki 2 volt.
Anoda : Pb (s) + SO42- (aq) ® PbSO4 (s) + H+ (aq) + 2e
Katoda : PbO2 (s) + 4H+ (aq)+ SO42- (aq) + 2e ® PbSO4 (s) + 2H2O (l)
Reaksi sel: Pb(s) + PbO2(s) + 4H+(aq) +SO42-(aq)+2e®2PbSO4 (s)+ 2H2O(l)
(b) Pengisian Aki
Tujuannya adalah untuk mendapatkan kembali elektroda Pb dan PbO2 yang
telah berubah menjadai PbSO4. Caranya dengan menghantarkan arus listrik searah
dari kutup negatif ke kutup positif atau dari arah yang berlawananan dengan cara
kerja aki sehingga terjadi reaki kebalikan.
b) Korosi
Pada proses korosi besi, bagian dari permukaan besi bertindak sebagai anoda
yang mengalami oksidasi yaitu
Fe(s) ® Fe2+ (aq) + 2e. Elektron mengalir ke permukaan besi, disini O2
mengalami reduksi :
O2 (g) + 4H+ (aq)+ 4e ® 2H2O (l) atau
O2 (g) + 2H2O (l) + 4e ® 4OH- (aq)
Fe2+ yang terbentuk di anoda mengalami oksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+
kemudian Fe3+ membentuk Fe2O3 yang mengikat air sehingga terbentuk karat
besi Fe2O3 x H2O.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Beberapa cara untuk memperlambat korosi :
(1) Pada pembuatan logam diusahakan agar zat yang dicampur tersebar secara
homogen dan merata
(2) Melapisi permukaan logam dengan logam lain yang lebih mulia atau sangat
sulit teroksidasi seperti dengan penyepuhan.
(3) Melapisi permukaan logam dengan cat anti karat atau minyak untuk
mencegah kontak langsung dengan udara
(4) Memberi kantong-kantong anti lembab atau menutupi bagian-bagian yang
terbuka
(5) Menghubungkan logam dengan logam lain yang sulit mengalami oksidasi
dengan kawat seperti pipa besi dibawah tanah diproteksi dengan membuat
pipa itu menjadi katoda yang dihubungkan dengan logam aktif seperti
Magnesium
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Arni Astuti (2009) melakukan penelitia dengan judul: “Pembelajaran Kimia
Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Melalui Metode
Proyek dan Eksperimen Ditinjau Dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan
Berkomunikasi Siswa (Studi Kasus Pada Materi Larutan Asam Basa Kelas XI
IPA Semester 2 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009).”Tesis
Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Persamaan terlatak pada pendekatan, dan salah satu metode yang digunakan yaitu
metode eksperimen. Perbedaan terletak pada variabel moderator yaitu sikap
ilmiah dan kemampuan berkomunikasi siswa. Hasil: Terdapat pengaruh yang
signifikan antara penggunaan metode proyek dan eksperimen. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
mempunyai sikap ilmiah tinggi dan kemampuan awal yang tinggi akan mencapai
prestasi belajar yang tinggi bila menggunakan terapi metode Proyek.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti: Kuncoro Puji Raharjo (program
Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta) dengan judul:
Pembelajaran Berbasis Proyek pada materi Bentuk Molekul menggunakan
Media 3 D dan Komputasi dengan memperhatikan Kreativitas dan Gaya Belajar
Siswa. Persamaan dari judul penelitian ini adalah variabel moderator yaitu
kreativitas dan perbedaannya pada pendekatan dan metode yang digunakan. Hasil:
terdapat pengaruh kreativitas (tinggi rendah) terhadap prestasi belajar siswa pada
materi bentuk molekul. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan
memberikan rerarta prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding siswa yang
mempunyai kreatrivitas sedang atau rendah baik yang diberi metode berbasis
proyek dengan menggunakan media 3D.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Riolita Anggraini (2007) tentang pengaruh
model CTL terhadap prestasi belajar ditinjau dari kemampuan tingkat berfikir
siswa. Hasilnya bahwa siswa yang diberi pembelajaran yang dengan
menggunakan CTL yang mempunyai tingkat berfikir abstrak mempunyai prestasi
belajar yang baik. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Riolita Anggraini adalah pembelajaran yang menggunakan CTL.
Sedangkan perbedaanya adalah metode yang digunakan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sriani (2010) melakukan penelitian dengan
judul ”Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah Dengan Metode Eksperimen dan
Demonstrasi Ditinjau Dari Sikap Ilmiah dan Kreativitas Siswa”. Hasil penelitian
menyimpulkan adanya interaksi antara metode, sikap ilmiah dan kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
terhadap prestasi belajar fisika tentang materi listrik dinamis. Jadi faktor metode,
sikap ilmiah dan kreativitas berpengaruh dalam pembelajaran. Kesamaan antara
penelitian yang dilakukan Sriani dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
metode yang digunakan yaitu eksperimen dan kreativitas siswa. Perbedaan
penelitian yang dilakukan Sriani dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
peneliti dalam pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran CTL metode
pemberian tugas dan motivasi berprestasi.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Yulia Saraswati dengan judul: Pembelajaran
Fisika melalui Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi
ditinjau dari kemampuan awal dan perhatian Siswa. (Program Studi Pendidikan
Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta). Perbedaan terletak pada
pembelajarannya dan variabel moderatornya, sedangkan persamaan terletak pada
salah satu metode yang digunakan yaitu metode eksperimen. Hasil: Terdapat
pengaruh antara metode pembelajaran fisika inkuiri terbimbing dengan metode
eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan awal dan penguasaan
konsep listrik dinamis.
C. KERANGKA BERFIKIR
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori, dan penelitian yang
relevan, maka dapat disusun kerangka berfikir sebagai berikut:
1. Pengaruh Pendekatan CTL Dengan Menggunakan Metode Ekperimen
Dan Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Materi elektrokimia merupakan materi yang abstrak dan juga nyata, aliran
elektron pada elektrokimia tidak dapat diamati sehingga dikatakan abstrak
sedangkan zat hasil elektrokimia yang terjadi di anoda dan katoda dapat diamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
misalnya terjadi gas, endapan atau asam maupun basa yang dapat ditunjukkan
dengan indikator. Menurut teori belajar Ausubel pembelajaran berdasarkan
penemuan siswa berinteraksi langsung dengan obyek melalui pengamatan. Materi
elektrokimia dibahas dengan cara praktikum sehingga siswa langsung mengamati
perubahan-perubahan selama elektrokimia berlangsung.
Metode eksperimen mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai
pembuktian, pengecakan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar..
Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk
menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Kelebihan metode
eksperimen adalah membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku
saja, dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang
sains dan teknologi, metode ini didukung oleh asas-asas ditaktik modern, antara
lain siswa belajar dengan mengalami dan mengamati sendiri atau proses kejadian,
siswa terhindar jauh dari verbalisme, memperkaya pengalaman dengan hal-hal
yang bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap berfikir ilmiah, hasil
belajar akan tahan lama dan internalisasi. Sedangkan kelemahan metode
eksperimen adalah setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkauan kemampuan atau pengendalian dan sangat menuntut penguasaan
perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa
lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru.
Metode pemberian tugas menyajikan bahan pelajaran dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
harus dipertanggungjawabkannya. Tugas merancang siswa untuk belajar baik
secara individual maupun kelompok. Adapun kelebihan dari metode tugas adalah
pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil
penyelidikan yang berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk
hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik, mereka
berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif,
bertanggungjawab dan berdiri sendiri, tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa
yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas
wawasan tentang apa yang dipelajari, tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk
mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.
Adapun kelemahan dari metode pemberian tugas antara lain seringkali
siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniru hasil pekerjaan
orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar, ada kalanya tugas itu oleh orang
lain tanpa pengawasan, apabila tugas teralu diberikan atau sekedar melepaskan
tanggungjawab bagi guru, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan
ketegangan mental mereka dapat terpengaruh dan karena kalau tugas diberikan
secara umum mungkin serang siswa akan mengalami kesulitan. Kedua metode
tersebut berperan besar dalam menghasilkan prestasi yang baik. Diduga prestasi
belajar siswa yang diajar dengan metode pemberian tugas lebih baik daripada
siswa yang diajar dengan metode eksperimen.
2. Pengaruh Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada
umumnya dengan beberapa indikator, atau unsur yang mendukung. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan adanya hasrat dan keinginan berhasil,
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita
masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik
dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Motivasi berprestasi sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja
(performance) seseorang, termasuk dalam belajar. Seseorang yang mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan
tugasnya secara tuntas tanpa menunda-nunda pekerjaannya. Penyelasaian tugas
semacam itu bukanlah karena dorongan dari luar, melainkan merupakan upaya
pribadi. Berani mengambil resiko, dan orang yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi akan cenderung memilih rekan kerja yang tinggi, dan tidak
memerlukan rekan kerja yang rendah.
Materi elektrokimia merupakan materi yang kompleks karena melibatkan
banyak pengetahuan diantaranya matematika dan fisika. Siswa harus menguasai
kedua pengetahuan tersebut untuk mempertajam materi elektrokimia sebelum
melakukan percobaan. Menurut konstruktivisme belajar memadukan antara
realitas internal dan eksternal. Realitas internal adalah susunan pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa sedangkan realitas eksternal adalah obyek yang menjadi bahan
kajian. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mampu
mengintergrasikan antara realitas internal dan realitas eksternal. Diduga siswa
yang motivasi berprestasinya tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa
yang memiliki motivasi berprestasi rendah pada materi elektrokimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta Karena
itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari
bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru dapat memberi
pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi kreatif dalam
proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji hal-hal yang
baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu konsep,
menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik.
Berdasarkan ciri – ciri tersebut siswa-siswa yang kreativitasnya tinggi akan
cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat percobaan karena mereka telah
memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi elektrokimia diberikan oleh
guru dengan menggunakan percobaan. Percobaaan tersebut merangsang siswa
yang kreatif untuk mencoba malakukan percobaaan tersebut engan variasi yang
dimiliki sehingga siswa-siswa tersebut lebih memahami materi elektrokimia.
Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik,
berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Sesuai
dengan teori belajar Bruner siswa yang kreativitasnya tinggi akan memberikan
hasil yang lebih baik. Diduga siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi
belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada
pembelajaran materi elektrokimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4. Interaksi antara Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen Dan
Pemberian Tugas Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Siswa.
Pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas yang
diterapkan pada pelajaran kimia pokok bahasan elektrokimiadimana siswa dapat
merencanakan, melakukan percobaan dan mengamati secara langsung setiap
konsep-konsep yang dipelajari. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi lebih
tinggi akan mempunyai dorongan yang kuat untuk dapat memperoleh hasil yang
baik sedangkan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang rendah
cenderung untuk berputus asa. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
juga akan lebih giat dan antusias dalam mempelajari elektrokimia karena
semangat tersebut diperolehnya dari dalam diri mereka masing-masing. Diduga
ada interaksi antara pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian
tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif, afektif
maupun psikomotor pada materi elektrokimia.
5. Interaksi Penggunaan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen
dan Pemberian Tugas dengan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Siswa
Pendekatan CTL merupakan suatu contoh pendekatan pembelajaran yang
inovatif, di dalamnya terdapat metode eksperimen dan pemberian tugas. Metode
pembelajaran eksperimen memerlukan ketekunan menjabarkan konsep,
membentuk kelompok, melakukan interaksi antara pengetahuan dan kekompakan
kelompok serta mengevaluasi kemajuan kelompok. Sedangkan metode pemberian
tugas juga memerlukan ketekunan, kemampuan dalam menemukan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
menyelesaikan dan menghasilkan karya yang aktual. Kedua metode tersebut
sesuai dengan karakteristik materi elektrokimia yang mengacu pada penerapan
konsep dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang sesuai karakter materi yang
dipelajari akan mampu memperjelas materi elektrokimia. Siswa yang kreatif akan
lebih mudah dalam memahami konsep elektrokimia. Diduga ada interaksi antara
pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada
materi elektrokimia.
6. Interaksi Antara Motivasi Berprestasi Dan Kreativitas Siswa
Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dan rendah, demikian pula ada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
dan rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan mempunyai daya cipta
yang tinggi dalam belajarnya sehingga lebih baik dalam memahami materi
elektrokimia dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai
semangat yang kuat dari dalam diri yang besar dan mendorong untuk bisa
sehingga diduga prestasi belajarnya lebih baik. Siswa yang memiliki kreativitas
tinggi mempunyai interaksi pribadi dengan lingkungannya cukup tinggi, senang
belajar dengan cara mengamati bahkan mencoba berulang-ulang terhadap suatu
percobaan sehingga menghasilkan banyak produk, senang bekerja. Motivasi
berprestasi ditunjukkan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan
pengetahuan dalam sains, dan terjadi dalam kegiatan ilmiah untuk mengamati
obyek tertentu, Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi kecenderungan
bertindak atau berperilaku dalam menerapkan pengetahuan secara sistematik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
melalui langkah-langkah kimia. Siswa yang kreativitas dan motivasi berprestasi
tinggi pada umumnya mempunyai daya nalar, penguasan materi lebih baik
sehingga diduga ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar pada materi elektrokimia.
7. Interaksi Antara Metode Pembelajaran, Motivasi Berprestasi, Dan
Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Menurut teori konstruktivisme satu prinsip yang penting adalah guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus
membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode
eksperimen dan pemberian tugas. Teori belajar Ausubel menekankan belajar
berhubungan dengan cara informasi yang mengkaitkan struktur kognitif yang
telah ada dan menghubungkannya dengan konsep-konsep. Dengan metode yang
tepat siswa akan mampu mengkaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan
yang sudah ada dalam otaknya.
Menurut Bruner perolehan pengetahuan merupakan proses interaksi, dan
orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang
masuk dengan informasi yang diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif , kreatif dan bersikap ilmiah yang
tinggi akan memperoleh hasil yang paling baik. Teori belajar social Vygotsky
mengatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik jika materi yang
diberikan sesuai zone of proximal development siswa dan scaffolding siswa.
Sedangkan Piaget dalam teori belajarnya mengatakan bahwa belajar mengalami
tingkat-tingkat perkembangan intelektual sensori-motor, pra-operasional,
operasional konkrit dan operasional formal yang mempunyai kemampuan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
abstrak. Siswa SMK termasuk kategori operasional formal, namun setiap siswa
mempunyai kemampuan berpikir abstrak yang berbeda-beda dengan kreativitas
dan motivasi berprestasi yang berbeda-beda pula, maka dengan metode yang tepat
siswa yang mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda memahami materi
elektrokimia.
Pendekatan CTL dalam mempelajari materi elektrokimia dengan
menggunakan metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi dan motivasi berprestasi tinggi diduga prestasi belajarnya lebih
baik. Diduga ada interaksi antara pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan
pemberian tugas dengan kreativitas dan motivasi berprestasi siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
D. HIPOTESIS
Penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan CTL
dengan menggunakan metode ekperimen dan pemberian tugas.
2. Ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
3. Ada pengaruh kretivitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
4. Ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen
dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi
belajar siswa
5. Ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melaui metode eksperimen
dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
6. Ada interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
7. Ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Kristen 1 Klaten Propinsi Jawa Tengah
tahun ajaran 2010/1011
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian secara sistematis dituangkan pada tabel 3.1
Tabel 3.1: Alokasi Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan / th 2010-2011
Sep 10
Okt 10
Nov 10
Des 10
Jan 11
Feb 11
Mar 11
Apr 11
Mei 11
Juni 11
Juli 11
1 Penyusunan proposal
X X X X
2 Pembibingan proposal
X X
3 Penyusunan instrumen
X
4 Seminar proposal X X
5 Penyempurnaan proposal
X
6 Analisis Ujicoba Instrumen
X
7 Pelaksanaan penelitian
X X
8 Pembimbingan Pengolahan Data
X X
9 Penulisan laporan Bab IV dan V
X X
10 Ujian Tesis X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal, perijinan penelitian, dan konsultasi instrumen penelitian.
b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian
yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan
dengan alokasi waktu penyampaian materi pokok elektrokimia.
c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis.
B. METODE PENELITIAN
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimen dengan desain 2x2x2. Faktor pertama (A) adalah
pendekatan CTL yang dibagi menjadi metode ekperimen dan pemberian tugas.
Faktor (B) adalah motivasi berprestasi siswa dibagi dua kategori yaitu tinggi dan
rendah. Faktor (C) adalah kreativitas siswa dibagi dua kategori tinggi dan rendah.
Perlakuan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel. 3.2
Tabel 3.2. Perlakuan Penelitian
Contextual Teaching and Learning (CTL)
(A)
Eksperimen (A1) Pemberian Tugas (A2)
Motivasi berprestasi Tinggi (B1)
Kreativitas tinggi (C1)
A1B1C1 A2B1C1
Kreativitas rendah (C2)
A1B1C2 A2B1C2
Motivasi berprestasi rendah (B2)
Kreativitas tinggi (C1)
A1B2C1 A2B2C1
Kreativitas rendah (C2)
A1B2C2 A2B2C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Keterangan :
A1 B1 C1 : Penggunaan metode eksperimen pada siswa dengan motivasi
berprestasi tinggi dan kreativitas belajar tinggi
A1 B1 C2 : Penggunaan metode eksperimen pada siswa dengan motivasi
berprestasi tinggi dan kreativitas belajar rendah
A1 B2 C1 : Penggunaan metode eksperimen pada siswa dengan motivasi
berprestasi rendah dan kreativitas belajar tinggi
A1 B2 C2 : Penggunaan metode eksperimen pada siswa dengan motivasi
berprestasi rendah kreativitas belajar rendah
A2 B1 C1 : Penggunaan metode pemberian tugas pada siswa dengan motivasi
berprestasi tinggi dan kreativitas belajar tinggi
A2 B1 C2 : Penggunaan metode pemberian tugas pada siswa dengan motivasi
berprestasi tinggi dan kreativitas belajar rendah
A2 B2 C1 : Penggunaan metode pemberian tugas pada siswa dengan motivasi
berprestasi rendah dan kreativitas belajar tinggi
A2 B2 C2 : Penggunaan metode pemberian tugas pada siswa dengan motivasi
berprestasi rendah dan kreativitas belajar rendah
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelas XI SMK Kristen 1
Klaten tahun pelajaran 2010/2011. Kelas XI berjumlah 8 kelas.
2. Sampel Penelitian
Dari populasi penelitian berjumlah 2 kelas sebagai sampel penelitian.
Sampel penelitian diambil dengan dengan teknik cluster random sampling,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dimana sampel yang diambil secara acak. Salah satu kelas menggunakan
pembelajaran metode eksperimen yaitu kelas XI TPB dan salah satu lagi metode
pemberian tugas yaitu kelas XI TPC. Dalam satu kelas, tidak semua siswa
dijadikan sampel penelitian hal ini mempertimbangkan tingkat kehadiran siswa.
Siswa yang mempunyai tingkat kehadiran kurang tidak diikutkan dalam sampel
penelitian.
D. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajarkognitif, afektif, dan
psikomotor siswa dalam mata pelajaran kimia kelas XI semester genap materi
pokok elektrokimia.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah: Metode pembelajaran : metode
eksperimen dan pemberian tugas
3. Variabel moderator
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi dan
kreativitas siswa
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran terdiri dari : Silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan LKS.
2. Instrumen pengambilan data. Dalam pengambilan data instrumen yang
digunakan adalah tes prestasi belajar ranah kognitif, angket kreativitas
belajar, angket motivasi berprestasi, dan angket afektif .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes dan angket.
1. Metode tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar
kognitif siswa pada materi pokok elektrolisis pada kelas XI SMK Kristen 1
Klaten tahun ajaran 2010/2011.
2. Metode angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung
dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan
jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data skor sikap kreativitas,
motivasi berprestasi dan afektif siswa pada materi elektrokimia.
G. UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji coba terlebih
dahulu pada kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Uji coba ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi
persyaratan instrumen yang baik, diantaranya instrumen yang valid dan reliabel,
serta untuk mengetahui kualitas instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang
meliputi tingkat kesukaran dan daya pembeda. Uji coba instrumen dilakukan di
kelas XI di SMK Kristen Leonardo Klaten.
1. Uji Validitas
Yang dimaksud dengan validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana
suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan silabus dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
indikator. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus Korelasi
Produk Moment sebagai berikut:
( )( )( ) ( )( )( ){ }å å åå
å åå--
-=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
xyr = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total.
N = banyaknya subyek
X = skor item
Y = skor total
Item dikatakan valid bila harga hitungr ñ otaltr kriteria.
Taraf signifikansi = 5%
Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan korelasi product moment
pada taraf signifikan 5% dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dikatakan valid apabila rxy > r tabel (0,349)
b. Dikatakan tidak valid apabila rxy < r tabel (0,349)
Hasil analisis validitas butir angket kreativitas yang dilakukan di SMK
Leonardo kelas XI dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada table 3.3. Jumlah
soal 20, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy > 0,349.
Adapun hasil validitas ditunjukkan pada tabel 3.3:
Tabel 3.3. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Kreativitas
No Soal Kesimpulan
Soal Valid 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14,
15, 16, 17, 18, 19 Dipakai
Soal Tidak Valid 3, 13, 20 Diperbaiki Jumlah 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Hasil analisis validitas butir angket motivasi berprestasi yang dilakukan di
SMK Leonardo kelas XI dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada table 3.4.
Jumlah soal 20, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy
> 0,349. Adapun hasil validitas ditunjukkan pada tabel 3.4:
Tabel 3.4. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Motivasi Berprestasi
No Soal Kesimpulan
Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14,
15, 16, 17, 19, 20 Dipakai
Soal Tidak Valid 13, 18 Diperbaiki, Jumlah 20
Hasil analisis validitas butir soal tes kognitif yang dilakukan di SMK
Leonardo kelas XI dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada table 3.5. Jumlah
soal 30, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy > 0,349.
Jumlah soal tes yang diujikan sebanyak 30 butir dan yang dipakai dalam
mengambil data tes prestasi kognitif sebanyak 30 butir. Adapun hasil kesimpulan
validitas soal tes prestasi kognitif ditunjukkan pada tabel 3.5:
Tabel 3.5. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif
No Soal Kesimpulan Jml Soal Valid 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14,
16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
dipakai 26
Soal Tidak Valid 1, 11, 15, 17 diperbaiki 4 Jumlah 30 30
Pada soal nomor 1, 11, dan 15 yang tidak valid, soal ini diperbaikidengan
cara meningkatkan taraf kesukaran soal, sedangkan untuk soal nomor 17
diperbaiki dengan cara memperbaiki narasi. Kemudian soal yang tidak valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
diujikan validitasnya kembali di SMK Leonardo Klaten dan didapatkan hasil
bahwa keempat soal yang tidak valid menjadi valid.
Hasil analisis validitas butir angket afektif yang dilakukan di SMK
Leonardo kelas XI dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada table 3.6, Jumlah
soal 30, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy > 0,349.
Adapun hasil kesimpulan validitas butir angket afektif ditunjukkan
pada tabel 3.6:
Tabel 3.6. Hasil Kesimpulan Validitas Butir Angket Afektif
No Soal Kesimpulan Jml Soal Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,
15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
dipakai 30
Soal Tidak Valid - - - Jumlah 30 30
2. Uji Reliabilitas
Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal. Suatu
tes dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berulang-ulang. Dalam penelitian
ini untuk mengukur relibilitas instrumen, dilakukan uji reliabilitas menggunakan
rumus Kuder-Richarson (KR-20) sebagai berikut:
úúû
ù
êêë
é -úûù
êëé-
= å2
1
21
11 1 S
pqS
nn
r
Keterangan:
11r = koefisien reliabilitas
n = jumlah item
p = proporsi subyek yang menjawab item soal dengan benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
q = proporsi subyek yang menjawab item soal salah
S = standar deviasi
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,91 – 1,00 = sangat tinggi (ST)
0,71 – 0,90 = tinggi (T)
0,41 – 0,70 = cukup ( C)
0,21 – 0,40 = rendah (R)
negatif – 0,20 = sangat rendah (SR) (Masidjo, 1995: 210 - 233)
Hasil analisis reliabilitas uji coba instrumen yang diujikan di SMK Leonardo
Klaten kelas XI dengan jumlah siswa 32, Kesimpulan reliabelitas dapat
ditunjukkan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7. Hasil Kesimpulan Uji Reliabelitas
Angket
Kreativitas
Angket
Motivasi Berprestasi
Tes Kognitif Tes Afektif
r11 0,761 0,819 0,9629 0,999
Baik angket maupun tes kognitif mempunya reliabelitas yang tinggi
3. Uji Taraf Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan
yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, dan harganya dapat dicari dengan
rumus:
P = sJ
B
Keterangan:
P = indeks kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
B = jumlah siswa yang menjawab dengan benar
Js = jumlah seluruh peserta tes
Klasifikasi taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut : 1) kurang dari 0,25 :
terlalu sukar, 2) 0,25 – 0,75 : cukup (sedang), 3) lebih dari 0,75 terlalu mudah.
Hasil analisis derajat kesukaran atau indeks kesukaran soal tes prestasi kognitif
ditunjukkan dalam table . Kesimpulan indeks kesukaran digambarkan dalam tabel
3.8
Tabel 3.8 Tabel Indeks Kesukaran
IK – IK Keterangan No Soal
0,76 - 1,00 Mudah 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 15, 18, 19, 20,
21, 22, 23, 24, 25, 27, 29 0,25 - 0,75 Sedang/Cukup 2, 9, 10, 16, 17, 26, 28 0,00 - 0,24 Sukar
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan yang
pandai (kemampuan tinggi) dan siswa yang kurang pandai (kemampuan rendah) .
Bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi dan dihitung dengan rumus:
ID = maksimalskorxNKBatauKAN
KBKA -
Keterangan :
ID : Indeks Diskriminasi
KA : Jumlah jawaban yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok atas
KB : Jumlah jawaban yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok bawah
NKA utau NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
NKA atau NKB x skor maksimal : Perbedaan jawaban dari siswa yang
tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh.
Kriteria daya beda soal:
0,80 – 1,00 : sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79 : lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59 : cukup membedakan (CM)
0,20 – 0,39 : kurang membedakan (KM)
negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan (SKM) (Masidjo, 1995: 201)
Hasil analisis daya beda soal tes prestasi kognitif ditunjukkan dalam tabel
Kesimpulan Daya Beda digambarkan dalam tabel 3.9
Tabel 3.9 Tabel Kesimpulan Daya Pembeda Soal
ID – ID Kualifikasi No Soal 0,80 – 1,00 Sangat membedakan -
0,21 – 0,79 membedakan 1, 3, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 15, 22, 23,
24, 25
negatif – 0,2 kurang membedakan 2, 4, 5, 9, 10, 13, 16, 17, 18, 19, 20,
21, 26, 27, 28, 29, 30
Hasil analisis daya pembeda soal dari 30 butir soal tes prestasi kognitif
diantaranya 13 butir soal dengan kualifikasi cukup membedakan, 17 butir soal
dengan kualifikasi kurang membedakan.
Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda
digunakan untuk tes prestasi, sedang tes kreativitas dan motivasi berprestasi
menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Sebelum digunakan untuk
mengambil data penelitian, instrumen penilaian sikap ilmiah dan gaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket, dengan
menguji validitas dan reliabilitas.
H. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebagai uji prasyarat analisi dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian
tiga jalan dengan sel tak sama.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung
menggunakan sofware minitab 15.
1) Prosedur penentuan Hipotesis :
Ho: data terdistribusi normal
H1: data terdistribusi tidak normal
2) Keputusan Uji
Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan –Joiners.
Uji normalitas variabel terikat prestasi belajar aspek kognitif dan aspek afektif
dengan menggunakan uji Ryan Joiners (RJ) , yang perhitungannya dilakukan
dengan program minitab 15 . Ketentuan pengambilan kesimpulan, Ho ditolak
ketika p-Value > 0,05 selain itu H1 tidak ditolak. Jika p-Value < 0,05 maka Ho
tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi ( α) yang digunakan 0,05
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
sama dikatakan homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan sofware
minitab versi 15.
1). Prosedur Penentuan Hipotesis :
Ho: tidak semua variansi sama (tidak homogen)
H1: semua variansi sama ( homogen)
2). Keputusan Uji
Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan
keputusan , Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 artinya semua variansi sama (
homogen) dan jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi
yang digunakan (α) = 0,05.
2. Uji Hipotesis
a. Anava
Analisis data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi tiga
jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek
tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel
bebas terhadap variabel terikat .
1) HoA : Tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberian
pembelajaran metode eksperimen dengan siswa yang diberi metode pemberian
tugas pada materi elektrokimia
H1A: Ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
metode eksperimen dengan siswa yang diberi metode pemberian tugas pada
materi elektrokimia.
2) HoB: Tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi
berprestasi belajar yang tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
belajar yang rendah dalam mempelajari materi pokok elektrokimia.
H1B: Ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah
dalam mempelajari materi pokok elektrokimia
3) HoC: Tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam
mempelajari materi pokok elektrokimia
H1C : Ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas
tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi
pokok elektrokimia
4) HoAB: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia
H1AB: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia
5) HoAC: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan
kreativitassiswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia
H1AC: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia
6) HoBC: Tidak ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok eloktrokimia
H1BC: Ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia
7) HoABC: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi,
serta kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
elektrokimia.
H1ABC: Ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, serta
Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia.
Keputusan uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-Value < 0,05 dan jika p-Value >
0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
b. Uji Lanjut Anava
Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji
Mean dan Interaction Plot. Tujuan dari uji Mean adalah untuk mengetahui
besarnya pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain dengan metode uji
Mean, kita dapat melakukan juga melalui uji Scheffe. Ketentuan pengambilan
kesimpulan, ada pengaruh yang signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan
tujuan dari Interaction Plot adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap
prestasi belajar. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada interaksi jika terjadi
perpotongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri atas data motivasi
berprestasi dan kreativitas siswa sebelum diberikan perlakuan. Data yang
diperoleh dari kelas XI A sebagai kelas eksperimen 1 yang diberi pembelajaran
dengan metode eksperimen dan kelas XI B sebagai kelas eksperimen 2 yang
diberi pembelajaran dengan metode pemberian tugas
1. Data Motivasi Berprestasi Siswa
Data motivasi berprestasi siswa dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
angket siswa. Pembagian kategori motivasi berprestasi adalah kategori motivasi
berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. motivasi berprestasi tinggi jika
skor angket motivasi berprestasi lebih tinggi dibandingkan dengan skor angket
motivasi berprestasi rata-rata gabungan kedua kelas. Motivasi berprestasi rendah
jika skor angket motivasi berprestasi kurang dari skor rata-rata gabungan kedua
kelas. Deskripsi data motivasi berprestasi ditunjukkan tabel 4.1.
Tabel 4.1 Deskripsi data Motivasi Berprestasi Siswa
Kelas Jumlah
siswa
Rata-
rata SD
Kategori
Tinggi % Rendah %
XI A 32 59,296 7,82
23 65,72 9 31,04
XI B 32 12 34,28 20 68,96
Jumlah 64 35 100 29 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil angket dari jumlah
keseluruhan siswa sebanyak 64 siswa mempunyai skor rata-rata sebesar 59,296.
Jumlah siswa yang skor sikap ilmiahnya lebih tinggi dari 59,296 sebanyak 35
siswa, yang masing-masing 23 siswa dari kelas XI A atau kelompok yang diberi
metode eksperimen dan 12 siswa dari kelas XI B atau kelompok yang diberi
metode pemberian tugas. Sedangkan jumlah siswa yang skor angket motivasi
berprestasi kurang dari 59,296 sebanyak 29 siswa yang masing-masing 9 siswa
dari kelas XI A atau kelompok metode eksperimen dan 20 siswa dari kelas XI B
atau kelompok metode pemberian tugas.
2. Data Kreativitas Siswa
Data kreativitas siswa dalam penelitian ini diperoleh dari hasil angket
siswa. Pembagian kategori kreativitas meliputi kreativitas tinggi dan kreativitas
rendah. Kreativitas tinggi jika skor angket kreativitas lebih tinggi dibandingkan
dengan skor angket kreativitas rata-rata gabungan kedua kelas. Kreativitas rendah
jika skor angket kreativitas kurang dari skor angket kreativitas rata-rata gabungan
kedua kelas. Deskripsi data kreativitas tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Deskripsi Data Kreativitas Siswa
Kelas Jumlah
siswa
Rata-
rata SD
Kategori
Tinggi % Rendah %
XI A 32 57,203 6,978
14 46,66 18 52,95
XI B 32 16 53,34 16 47,05
Jumlah 64 30 100 34 100
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil angket kreativitas dari jumlah
keseluruhan siswa sebanyak 64 siswa mempunyai skor rata-rata sebesar 57,203.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Jumlah siswa yang skor angket kreativitas lebih tinggi dari 57,203 sebanyak 32
siswa yang masing-masing 14 siswa dari kelas XI A dan 16 siswa dari kelas XI B.
Sedangkan jumlah siswa yang skor angket kreativitas kurang dari 57,203
sebanyak 32 siswa yang masing-masing 18 siswa dari kelas XI A dan 14 siswa
dari kelas XI B.
3. Data Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa diambil setelah pembelajaran berakhir. Dalam
penelitian ini, data yang diambil meliputi tiga aspek yakni aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik. Deskripsi data prestasi belajar siswa masing-
masing aspek dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
a. Aspek Kognitif
Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek kognitif dapat ditunjukkan
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif
Pembelajaran CTL
melalui Metode
Jumlah
data Mean SD Varian Mak Min
Eksperimen 32 75,59 9,66 93,315 90,00 60,00
Pemberian Tugas 32 79,75 6,86 47,059 90,00 67,00
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa yang diberi
pembelajaran metode tugas prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan siswa
yang diberi pembelajaran metode eksperimen. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai
kelompok metode tugas lebih tinggi yakni 79,75 dibandingkan rata-rata nilai
kelompok metode eksperimen yakni 75,59. Nilai maksimum yang diperoleh oleh
kedua metode adalah sama yakni 90,00, sedangkan nilai minimum adalah 60,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sebaran nilai masing-masing metode
dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar kognitif metode eksperimen
Interval kelas Frekuensi Frekuensi (%)
60,00-64,99 3 9,38
65,00-69,99 4 12,50
70,00-74,99 4 12,50
75,00-79,99 7 21,87
80,00-84,99 6 18,75
85,00-89,99 5 15,62
90,00-94,99 3 9,38
Jumlah 32 100 %
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Kognitif Metode Tugas
Interval kelas Frekuensi Frekuensi (%)
60,00-64,99 1 3,12 %
65,00-69,99 1 3,12 %
70,00-74,99 5 15,62 %
75,00-79,99 5 15,62 %
80,00-84,99 11 34,38 %
85,00-89,99 7 21,88 %
90,00-94,99 2 6,26 %
Jumlah 32 100 %
Distribusi frekuensi prestasi belajar pada metode tugas dan metode
eksperimen disajikan pada tabel 4.4 dan 4.5. Untuk memperjelas kedua distribusi
frekuensi prestasi belajar tersebut disajikan histogram dari masing-masing
distribusi prestasi pada gambar 4.1 dan 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 4.1 Distribusi prestasi belajar kelas metode eksperimen
Berdasarkan gambar diatas, diperoleh informasi bahwa pada kelas
metode eksperimen banyak siswa yang mendominasi pada interval nilai antara
75,00 sampai 79,99 yakni dengan jumlah 7 siswa, artinya distribusi terbesar
terdapat pada nilai tersebut. Pada interval nilai 60,00-64,99 terdapat 3 siswa. Pada
interval nilai 65,00-69,99 dan 70,00-74,99 terdapat 4 siswa. Selanjutnya pada
interval 80,00-84,99, 85,00-89,99 dan 90,00-94,99 masing-masing terdapat 6, 5,
dan 3 siswa. Bila dibandingkan dengan sebaran nilai yang diperoleh pada kelas
metode tugas, distribusi terbanyak interval nilai 75,00-79,99 pada kelas
eksperimen sedangkan distribusi terbanyak pada kelas eksperimen terdapat ada
interval 80,00-84,99.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil prestasi belajar pada pembelajaran
metode eksperimen memberikan prestasi belajar yang cukup baik kepada sebagian
besar siswa dikelas namun masih dibawah prestasi belajar pada kelas metode
pemberian tugas. Sedangkan histogram distribusi nilai metode pemberian tugas
dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini:
0
2
4
6
8
60,00-64,99 65,00-69,99 70,00-74,99 75,00-79,99 80,00-84,99 85,00-89,99 90,00-94,99
Fre
kuen
si
Nilai
Histogram Distribusi Nilai Metode Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar 4.2 Distribusi prestasi belajar kelas metode pemberian tugas
Berdasarkan gambar diatas, diperoleh informasi bahwa pada kelas
metode tugas banyak siswa yang mendominasi pada interval nilai antara 80,00
sampai 84,99 yakni dengan jumlah 11 siswa, artinya distribusi terbesar terdapat
pada nilai tersebut. Sedangkan distribusi terkecil terdapat pada interval nilai
antara 60,00-64,99 dan 65,00-69,99 dengan jumlah masing-masing 1 siswa.
Selanjutnya pada interval nilai 70,00-74,99 dan 75,00-79,99 masing-masing
terdapat 5 siswa, interval nilai 85,00-89,99 terdapat 7 siswa dan interval nilai
antara 90,00-94,99 terdapat 2 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil prestasi
belajar pada pembelajaran metode tugas dapat memberikan prestasi belajar yang
baik kepada sebagian besar siswa dikelas.
b. Aspek Afektif
Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek afektif dapat ditunjukkan
pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6 Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek afektif
Pembelajaran CTL
melalui Metode
Jumlah
data Rata-rata SD Mak Min
Eksperimen 32 84,87 6,24 95 67
Pemberian Tugas 32 79,97 5,49 93 66
0
5
10
15
60,00-64,99 65,00-69,99 70,00-74,99 75,00-79,99 80,00-84,99 85,00-89,99 90,00-94,99
Fre
kuen
si
Nilai
Histogram Distribusi Nilai Metode Pemberian Tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Pada penilaian afektif digunakan rentangan nilai dari 1 sampai dengan 4.
Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut : 1 = sangat kurang, 2 =
kurang 3 = baik, dan 4 = amat baik. Berdasarkan tabel 4.6 diatas, diperoleh
informasi bahwa prestasi belajar siswa aspek afektif dengan menggunakan metode
tugas nilai rata-rata 79,97 dengan simpangan baku 5,49, nilai tertinggi 93, dan
nilai terendah 66. Sedangkan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan
eksperimen memperoleh nilai rata-rata 84,87 dengan simpangan baku 6,24 nilai
tertinggi 95 dan terendah 67.
c. Aspek Psikomotorik
Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek psikomotorik dapat
ditunjukkan pada tabel 4.7 di bawah ini :
Tabel 4.7 Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek psikomotorik
Pembelajaran CTL
melalui Metode
Jumlah
data Rata-rata SD Mak Min
Eksperimen 32 78,97 6,03 88,00 66,00
Pemberian Tugas 32 73,91 6,79 90,00 65,00
Pada penilaian psikomotor digunakan rentangan nilai dari 1 sampai
dengan 4. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut : 1 = sangat
kurang, 2 = kurang, 3 = baik, dan 4 = amat baik. Berdasarkan tabel 4.7 diatas,
diperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa aspek psikomotorik dengan
menggunakan metode tugas nilai rata-rata 73,91 dengan simpangan baku 6,79
nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Sedangkan siswa yang diberi
pembelajaran menggunakan metode eksperimen memperoleh nilai rata-rata 78,97
dengan simpangan baku 6,03 nilai tertinggi 88 dan terendah 66.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
B. UJI PRASYARAT ANALISIS
1. Uji Normalitas
Uji statistik berupa uji anava dapat dilakukan apabila memenuhi
persyaratan analisis. Salah satu uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas. Uji
normalitas tujuannya adalah untuk mengevaluasi null hypothesis (H0) yang
menyatakan ’data mengikuti distribusi normal’. Jika nilai p (p-value) pada hasil
uji lebih besar daripada taraf signifikansi, maka menerima null hypothesis (H0)
dan kesimpulannya data yang diuji mengikuti distribusi normal. Pada penelitian
ini uji normalitas yang digunakan adalah Ryan-Joiner normality test. Sedangkan
taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05.
Uji normalitas dilakukan pada tiap kolom, baris dan sel desain faktorial
sehingga jumlah keseluruhan terdapat 14 hasil uji normalitas pada tiap aspek
prestasi belajar. Hasil uji normalitas pada masing-masing aspek prestasi belajar
baikkognitif, afektif dan psikomotor disajikan pada tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.8 Hasil uji normalitas prestasi belajar masing-masing kelompok
No Kriteria Kelompok P-value
Kognitif Afektif Psikomotor 1 Metode Pemberian Tugas (PT) >0,100 >0,100 >0,100 2 Metode Eksperimen >0,100 >0,100 >0,100 3 Motivasi Berprestasi (Mb) Tinggi >0,100 >0,100 >0,100 4 Motivasi Berprestasi (Mb) Rendah >0,100 >0,100 0,083 5 Kreativitas (Kr)Tinggi >0,100 >0,100 >0,100 6 Kreativitas (Kr) Rendah >0,100 0,086 >0,100 7 Eksperimen* Mb Tinggi*Kr Tinggi >0,100 >0,100 >0,100 8 Eksperimen* Mb Tinggi*Kr Rendah >0,100 >0,100 >0,100 9 Eksperimen* Mb Rendah*Kr Tinggi >0,100 0,073 >0,100 10 Eksperimen* Mb Rendah*Kr Rendah >0,100 >0,100 >0,100 11 PT*Mb Tinggi*Kr Tinggi >0,100 >0,100 0,085 12 PT*Mb Tinggi*Kr Rendah >0,100 >0,100 >0,100 13 PT*Mb Rendah*Kr Tinggi >0,100 >0,100 >0,100 14 PT*Mb Rendah*Kr Rendah >0,100 >0,100 >0,100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa harga p-value prestasi
belajar kognitif untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari 0,100 (p-
value>0,100). Karena nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05
maka keputusan ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti data prestasi belajar
kognitif siswa pada tiap-tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Dari tabel diatas harga p-value pada prestasi belajar afektif untuk seluruh
kriteria kelompok lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan
ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti data prestasi belajar afektif siswa pada
tiap-tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan
harga p-value pada prestasi belajar psikomotor untuk seluruh kriteria kelompok
lebih besar dari 0,100 (p-value>0,100). Karena nilai tersebut lebih besar dari taraf
signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti
data prestasi belajar psikomotor siswa pada tiap-tiap kelompok berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians atau
homogenitas antar populasi atau tingkatan faktor. Hasil dari uji homogenitas
disajikan pada tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9 Hasil perhitungan uji homogenitas prestasi belajar
No Kriteria Kelompok P-value
Kognitif Afektif Psikomotor 1 Metode Tugas dengan Eksperimen 0,061 0,208 0,513 2 Motivasi berprestasi Tinggi dengan
Rendah 0,361 0,819 0,344
3 Kreativitas Tinggi dengan Rendah 0,129 0,055 0,491 4 Metode, Motivasi berprestasi, dan
Kreativitas 0,148 0,101 0,288
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pada uji homogenitas, jika p-value lebih besar dari pada nilai alpha α,
maka tidak menolak null hypothesis (hipotesis nol) yang menyatakan bahwa
variansi sampel sama atau homogen. Informasi yang diberikan pada tabel 4.9
menunjukkan bahwa harga p-value tiap kriteria kelompok pada aspek kognitif
diperoleh hasil lebih besar dari 0,05, sehingga tidak menolak null hypothesis
(hipotesis nol), maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada
sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula untuk harga p-value
pada prestasi belajar aspek afektif dan aspek psikomotor, dimana harga p-value
tiap kriteria kelompok lebih besar dari 0,05, sehingga menerima null hypothesis
(hipotesis nol), maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada
sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen.
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
1. Uji Anava Tiga Jalan
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai prestasi
belajar dengan metode pemberian tugas maupun eksperimen yang ditinjau dari
kreativitas dan motiasi berprestasi siswa dianalisa dengan analisis variansi 2 x 2 x
2 dengan isi sel tidak sama, dengan bantuan software minitab 15 menggunakan
GLM (General Linier Model), dilanjutkan uji lanjut untuk H0 yang ditolak.
Adapun hasil pengolahan data melalui bantuan software minitab 15 dapat dilihat
pada tabel 4.10.
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk pembelajaran menggunakan
metode pemberian tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar sebesar 0,003
atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang menyatakan ’tidak ada pengaruh prestasi
belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pemberian tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dan eksperimen’ ditolak, artinya ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang
diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas dan
eksperimen.
Tabel 4.10 Hasil GLM untuk prestasi belajar ditinjau dari metode (tugas dan eksperimen), kreativitas dan motivasi berprestasi siswa.
Source Kognitif Afektif Psikomotor
Metode 0,003 0,004 0,017
Motivasi Berprestasi 0,004 0,683 0,045
Kreativitas 0,000 0,035 0,330
Metode*Motivasi berprestasi 0,002 0,438 0,055
Metode*Kreativitas 0,720 0,696 0,413
Motivasi berprestasi*Kreativitas 0,504 0,772 0,775
Model*Motivasi berprestasi* Kreativitas 0,753 0,893 0,110
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar sebesar 0,004 atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang
menyatakan ’tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi dan rendah’ adalah ditolak, berarti ada pengaruh
prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah.
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran
Contextual teaching and Learning dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing sebesar 0,720, 0,696 dan 0,413
atau lebih besar dari 0,05, berarti Ho yang menyatakan bahwa ’tidak ada interaksi
metode pembelajaran contextual teaching and learning dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
metode pembelajaran contextual teaching and learning dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk kreativitas terhadap prestasi
belajar sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang menyatakan ‘tidak
ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan
rendah’ adalah ditolak, berarti tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa
yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah.
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode
pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif
sebesar 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak
ada interaksi metode pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar’ ditolak, berarti ada interaksi antara metode pembelajaran CTL
dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada
prestasi belajar afektif dan psikomotor p-value sebesar 0,438 dan 0,055atau lebih
besar dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi metode
pembelajaran CTL dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ tidak
ditolak, berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor.
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode
pembelajaran CTL dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif,
afektif, dan psikomotor masing-masing sebesar 0,720, 0,696, 0,413 atau lebih
besar dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi metode
pembelajaran CTL dan kreativitas terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti
tidak ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan kreativitas terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara motivasi
berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun
psikomotor masing-masing sebesar 0,504, 0,772 dan 0,775 atau lebih besar dari
0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi antara kreativitas
dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak
ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi
belajar kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode
pembelajaran CTL, motivasi berprestasi, kreativitas terhadap prestasi belajar
kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing sebesar 0,753, 0,893 dan 0,110
atau lebih besar dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi
antara model pembelajaran CTL, kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran CTL, motivasi berprestasi, kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar kognitif, afektif maupun psikomotor.
2. Uji Lanjut Anava
Pada nilai p-value yang lebih kecil dari 0,05 untuk uji hipotesis (H0
ditolak), maka dilakukan analisis lanjutan dengan metode uji mean (analysis of
means) yang hasilnya dapat ditunjukkan di bawah ini :
a. Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Siswa
Hasil uji lanjut anava metode pembelajaran eksperimen dan pemberian tugas
terhadap prestasi belajar kognitif siswa dapat dilihat pada gambar 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Gambar 4.3 Hasil Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Siswa
Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar
kognitif yang signifikan pembelajaran metode tugas dengan metode eksperimen.
b. Uji Lanjut Anava metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Afektif
Siswa
Hasil uji lanjut anava metode pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif dapat
dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini:
Gambar 4.4 Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Afektif
Pada gambar 4.4 menunjukkan hasil uji lanjut anava bahwa terdapat
perbedaan prestasi belajar dalam aspek afektif yang signifikan antara siswa yang
T u g a sE k s p e r im e n
8 0
7 9
7 8
7 7
7 6
7 5
M e t o d e
Mea
n
7 5 , 5 7 9
7 9 , 7 6 5
7 7 , 6 7 2
U j i L a n ju t A n a v a M e t o d eA lp h a = 0 , 0 5
T u g a sE k s p e r im e n
8 6
8 5
8 4
8 3
8 2
8 1
8 0
7 9
M e t o d e
Mea
n
8 0 , 9 5 4
8 3 , 8 9 0
8 2 , 4 2 2
U j i L a n ju t A n a v a A f e k t i f p a d a M e t o d eA lp h a = 0 , 0 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
diberi pembelajaran dengan menggunakan metode tugas dan eksperimen. Siswa
yang diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen memperoleh prestasi
belajar afektif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran
menggunakan metode tugas.
c. Uji Lanjut Anava metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Psikomotor
Siswa
Hasil uji lanjut anava metode pembelajaran terhadap prestasi belajar
psikomotor siswa dapat dilihar pada gambar 4.5 di bawah ini:
Gambar 4.5 Hasil Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor
Gambar 4.5 menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar
psikomotor yang signifikan antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan metode tugas dan eksperimen. Pembelajaran menggunakan metode
eksperimen memperoleh prestasi belajar psikomotor lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode tugas.
d. Uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Siswa
Hasil uji lanjut anava motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif
T u g a sE k s p e r im e n
8 0
7 9
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
7 3
M e t o d e
Mea
n
7 4 , 8 3 3
7 8 , 0 4 2
7 6 , 4 3 8
U j i L a n ju t A n a v a P s i k o m o t o r p a d a M e t o d eA lp h a = 0 , 0 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
siswa dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini:
Gambar 4.6 Hasil Uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Pada gambar 4.6 Hasil Uji lanjut Anava menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan prestasi belajar kognitif yang signifikan antara siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah.
e. Uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor
Siswa
Hasil uji lanjut anava motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
psikomotor siswa dapat dilihat pada gambar 4.7 di bawah ini:
T in g g iR e n d ah
8 1
8 0
7 9
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
M o t iv a s i B e rp re s t a s i
Mea
n
7 5 ,5 2 1
7 9 ,8 2 3
7 7 ,6 7 2
U ji L a n ju t A n a v a M o ti v a s i B e r p r e s ta s iA lph a = 0 ,0 5
T in g g iR e n d a h
8 0
7 9
7 8
7 7
7 6
7 5
7 4
7 3
7 2
M o t iv a s i B e rp re s t a s i
Mea
n
7 4 , 7 9 9
7 8 , 0 7 6
7 6 , 4 3 8
U ji L a n ju t A n a v a P s i k o m o to r p a d a M o t i v a s i B e r p r e s ta s iA lp h a = 0 ,0 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Gambar 4.7 Hasil Uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor
Gambar 4.6 menunjukkan hasil uji lanjut anava bahwa terdapat perbedaan
prestasi belajar psikomotor yang signifikan antara siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar psikomotor lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah.
f. Uji Lanjut Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Siswa
Hasil uji lanjut kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa dpat
dilihat pada gambar 4.8 di bawah ini:
Gambar 4.8 Hasil Uji Lanjut Anava Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Pada gambar 4.8 Hasil Uji lanjut Anava menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan prestasi belajar kognitif yang signifikan antara siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai kreativitas rendah.
T in g g iR e n d a h
8 4
8 2
8 0
7 8
7 6
7 4
7 2
7 0
K r e a t iv it a s
Mea
n
7 5 , 9 2
7 9 , 4 2
7 7 , 6 7
U j i L a n j u t A n a v a K r e a t i v i t a sA lp h a = 0 , 0 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
g. Uji Lanjut Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Afektif Siswa
Hasil uji lanjut kreativitas terhadap prestasi belajar afektif siswa dapat dilihat
pada gambar 4.8 dibawah ini:
Gambar 4.9 Hasil Uji Lanjut Anava Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Afektif
Pada gambar 4.9 menunjukkan hasil uji lanjut anava bahwa terdapat
perbedaan prestasi belajar afektif yang signifikan antara siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
memperoleh prestasi belajar afektif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai kreativitas rendah.
h. Uji Lanjut Interaksi Antara Metode Pembelajaran Tarhadap Motivasi
Berprestasi
Hasil uji lanjut interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi
berprestasi siswa terhadap prestasi belajar kognitif dapat dilihat pada gambar 4.10
di bawah ini:
T in g g iR e n d a h
8 5
8 4
8 3
8 2
8 1
8 0
K r e a t iv it a s
Mea
n
8 0 , 8 8 5
8 3 , 9 5 9
8 2 , 4 2 2
U j i L a n ju t A n a v a A f e k t i f p a d a K r e a t i v i t a sA lp h a = 0 , 0 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Gambar 4.10 Interaksi antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah
Pada gambar 4.10 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara motivasi
berprestasi tinggi dengan motivasi berprestasi rendah.
D. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value 0,003 atau lebih kecil 0,05 ini berarti keputusan yang
dapat diambil adalah menolak hipotesis nol, hal ini menunjukkan terdapat
pengaruh metode pembelajaran contextual teaching and learning melalui metode
tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini sesuai dengan
harapan peneliti, bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang
diberi pembelajaran dengan metode eksperimen dan pemberian tugas. Pada
penelitian ini materi yang disampaikan adalah elektrokimia dengan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu pendekatan
pembelajaran yang menghubungkan antara materi yang diajarkan berupa
elektrokimia dengan keadaan atau situasi dunia nyata yang ada disekitar
lingkungan siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dihadapkan pada suatu
permasalahan yang berkaitan dengan elektokimia yang selanjutnya dipecahkan
T ingg iRendah
80,0
77,5
75,0
72,5
70,0
67,5
65,0
M o t iv a s i Be rpre s t a s i
Me
an
E k sp er imenT u g as
M eto d e
Inter a ction P lot for P r e s tas iDa ta M eans
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
menurut pengalaman yang diperoleh dari lingkungan disekitarnya. Pengalaman
yang ada didalam struktur kognitif siswa dihubungkan dengan permasalahan yang
dihadapi sehingga diperoleh suatu hasil yang bermakna. Keterkaitan antara materi
pelajaran dengan konteks keseharian siswa didalam pembelajaran akan
menghasilkan konsep-konsep pengetahuan yang mendalam, sehingga siswa
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Adanya perbedaan prestasi belajar siswa secara signifikan yang diberi
pembelajaran dengan eksperimen dan pemberian tugas, yakni siswa yang diberi
pembelajaran dengan metode pemberian tugas memperoleh prestasi belajar lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode
eksperimen. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji lanjut anava pada gambar 4.3.
Hal ini disebabkan pembelajaran kimia pada materi elektrokimia melalui metode
pemberian tugas lebih memperdalam bahan pelajaran, melalui kegiatan aktif siswa
dalam mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam
kegiatan metode tugas siswa aktif dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu
topik atau masalah yang kontekstual yang ditugaskan oleh guru. Di dalam
menyelesaikan tugas ini, seluruh sumber belajar sangat dibutuhkan dalam
mengumpulkan segala fakta-fakta, konsep, teori yang dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Siswa dituntut untuk mempelajari informasi-
informasi yang mereka peroleh yang dikaitkan dengan pengalaman siswa
sehingga siswa dapat menemukan jawaban atau penyelesaian terhadap tugas yang
dihadapi.
Metode ini dapat dijalankan secara individu maupun kelompok. Baik
secara individu maupun kelompok masing-masig memiliki kelebihan tersendiri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
bila tugas dikerjakan secara individu akan menumbuhkan kemandirian siswa
mengembangkan pengetahuan dalam membangun karakter. Selanjutnya apabila
tugas dikerjakan secara kelompok, dimungkinkan terjadinya pertukaran informasi,
yang selanjutnya siswa dapat membangun pengetahuan dari informasi sosial
tersebut. Hasil dari belajar mereka kumpulkan untuk selanjutnya disajikan kepada
siswa lain. Adanya penulisan laporan ini memotivasi siswa untuk lebih tekun
dalam menyempurnakan penyelesaian atas tugas yang dihadapi sehingga terdapat
keterkaitan dengan meningkatnya kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal
inilah yang menyebabkan prestasi belajar kognitif siswa menggunakan metode
pemberian tugas lebih baik bila dibandingkan dengan metode eksperimen.
Meskipun metode eksperimen tidak lebih bagus bila dibandingkan
dengan metode pemberian tugas, akan tetapi metode ini juga memiliki kelebihan
diantaranya siswa dapat lebih aktif dan kreatif didalam proses pembelajaran. Hal
ini disebabkan didalam mempelajari materi elaktrokimia didasarkan pada kegiatan
praktikum yang mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Siswa dapat mengalami
sendiri dan mengamati setiap proses kejadian didalam belajar. Hal ini yang
menyebabkan hasil belajar siswa dapat bertahan lama. Sehingga prestasi belajar
siswa secara kognitif dapat meningkat. Akan tetapi karena metode eksperimen ini
tergolong dalam eksperimen terbimbing, dimana sebelum kegiatan dimulai guru
telah merancang jalannya percobaan yang akan dilakukan oleh siswa. Siswa
dalam menjalankan percobaannya berdasarkan petunjuk-petunjuk yang telah
disediakan. Sehingga siswa kurang memaksimalkan ketrampilan dalam
merencanakan dan mengorganisasikan pembelajarannya. Berbeda dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tugas dimana siswa lebih aktif dan inovatif dalam menyusun rencana
pembelajarannya. Sehingga prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran
menggunakan metode pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen.
Berdasarkan Tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model
(GLM) diperoleh harga p-value 0,004 atau di bawah 0,05, ini berarti menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pemberian tugas dan
eksperimen terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini dapat diperjelas berdasarkan
gambar 4.4, dimana prestasi belajar afektif siswa yang diberi pembelajaran
metode eksperimen lebih baik dibandingkan dengan metode pemberian tugas.
Dalam penerapan metode eksperimen lebih dominan untuk menciptakan sikap
eksploratif dibandingkan dengan penerapan metode pemberian tugas.
Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model
(GLM) diperoleh harga p-value 0,017 atau di bawah 0,05, ini berarti menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode pemberian tugas dan
eksperimen terhadap prestasi belajar psikomotor. Hal ini dapat dipertegas dengan
gambar 4.5, dimana prestasi belajar psikomotor siswa yang diberi pembelajaran
metode eksperimen lebih baik dbandingkan metode pemberian tugas. Hal ini
disebabkan pada metode eksperimen lebih terampil dan eksploratif dalam
mengikuti pembelajaran.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) pada
prestasi kognitif diperoleh harga p-value sebesar 0,004 atau lebih kecil dari 0,050
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
berarti H0 (hipotesis nol) ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh antara
motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif siswa.
Motivasi berprestasi merupakan dorongan dasar seseorang untuk berusaha
menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya dengan tidak menunda-nunda.
Dorongan yang timbul dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Dorongan yang
timbul dalam diri siswa karena adanya kebutuhan siswa dalam memahami materi
yang diberikan oleh guru, sedangkan dorongan yang timbul dari luar karena
adanya motif tersendiri dari luar pribadi siswa, seperti mendapat penghargaan,
asessment. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki
keinginan dan hasrat yang besar untuk berhasil dalam mengikuti pembelajaran,
sehingga terlihat dalam bertindak selalu aktif dalam mencari sumber pembelajaran
dari berbagai media. Ciri-ciri seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi
antara lain 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya
penghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6)
adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang
siswa dapat belajar dengan baik.
Didalam pembelajaran kimia menggunakan metode tugas dan eksperimen
sangatlah diperlukan motivasi setiap siswa. Karena sebagai faktor pendukung
berhasilnya pelaksanaan metode pembelajaran yang direncanakan oleh guru.
Seperti metode tugas dalam penelitian ini yang mengharuskan siswa mampu
menyelesaikan masalah secara mandiri maupun kelompok, siswa aktif dalam
menentukan langkah-langkah penyelesaian, menyusun rancangan kerja, aktif
mencari sumber belajar yang diperlukan, serta meringkas bagian-bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
terpenting hingga menjadi sebuah materi yang substantif. Hal inilah yang
dibutuhkan setiap siswa berupa motivasi berprestasi yang diharapkan muncul dari
dalam diri siswa.
Begitu pula dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
eksperimen. Pada metode ini peran motivasi siswa sangat penting dalam kegiatan
eksperimen di laboratorium. Karena bila dalam melaksanakan eksperimen tidak
landasi adanya motivasi, suasana pembelajaranpun berjalan kurang menarik dan
terkesan monoton. Siswa dalam melakukan eksperimen di laboratorium selalu
mengamati dan mencermati setiap proses dan hasil proses. Oleh karenanya siswa
yang memiliki motivasi yang tinggi, setiap perubahan keadaan merupakan hal
yang penting yang menimbulkan pertanyaan untuk mampu dipecahkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah pada prestasi kognitif siswa. Hal ini
berarti siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh prestasi
belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah. Hal ini sesuai dengan harapan peniliti bahwa motivasi berprestasi akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar materi elektrokimia. Dilihat dari karakter
materinya, elektrokimia merupakan materi yang cukup sulit dipahami oleh setiap
siswa. sehingga dasar yang dibutuhkan dalam mengikuti materi ini adalah
bagaimana minat dan respon siswa agar tetap fokus dalam menekuni materi
pelajaran. Bila siswa sudah tidak lagi berminat dan merasa jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, pencapaian tujuan belajarpun kurang maksimal. Minat dan respon
siswa hanya timbul dari dorongan siswa, dorongan inilah yang merupakan
motivasi dalam mamacu minat dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
khususnya materi elektrokimia yang dianggap sulit bagi siswa. Sangatlah jelas
bila siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tentu keinginan dan kemauan
yang kuat dalam belajar. Sehingga karakter materi sesulit apapun akan dapat
teratasi oleh siswa. Hal sebaliknya bila siswa yang memiliki motivasi rendah,
tentunya keinginan dan kemauan yang kurang dalam belajar. Sehingga berakibat
pada hasil belajar yang tidak maksimal. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh preatasi belajar yang maksimal
dibandingkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
Pada prestasi belajar afektif, tidak terdapat pengaruh antara motivasi
berprestasi tinggi dan rendah. Sedangkan pada prestasi belajar psikomotor, tidak
terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi maupun rendah. Hal ini
disebabkan karena pada materi elektrokimia mengharuskan siswa untuk terampil
dalam mengkaitkan obyek materi dengan obyek yang ada dilingkungan sekitar
mereka. Melalui pembejaran secara langsung ini, siswa akan lebih aktif dalam
belajar sehingga akan meningkatkan pula hasil belajar pada aspek psikomotor
siswa baik yang memiliki motivasi tinggi maupun rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H0
(hipotesis nol) ditolak, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif siswa. Hal ini
sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada pengaruh kreativitas tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk memberikan gagasan-
gagasan baru. Ciri orang yang berpikir kreatif yaitu : a. Memiliki dorongan ingin
tahu yang besar; b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik; c.Sering banyak
gagasan dan usul terhadap suatu masalah; d. Bebas dalam menyatakan pendapat;
e. Menonjol dalam salah satu bidang seni; f. Memiliki pendapat sendiri dan
mampu mengutarakannya; g. Tidak mudah terpengaruh orang lain; h. Daya
imajinasinya kuat; i. Memiliki tingkat orisinalitas yang tinggi; j. Senang mencoba
hal-hal yang baru. Setiap siswa belum tentu memiliki tingkat kreativitas yang
sama. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi memperoleh prestasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Hal ini sesuai
dengan harapan peneliti bahwa kreativitas akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar materi elektrokimia. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi dan rendah ini sangat signifikan, hal ini dipertegas
dengan hasil uji metode Analysis of Mean, pada gambar 4.8 terlihat siswa yang
memiliki kreativitas tinggi memiliki pengaruh paling kuat terhadap prestasi
belajar kognitif. Hal ini dikarenakan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
memiliki dorongan ingin tahu yang besar, sehingga dalam pembelajaran siswa
tersebut aktif dalam bertanya maupun mencari sumber sendiri. Keberanian yang
besar dalam mengajukan sebuah suatu gagasan, ide atau pendapat kepada teman-
teman sekelompoknya. Hal ini lebih memudahkan siswa dalam merekam hasil
pembelajaran ke dalam memori mereka. Sehingga dalam memahami konsep
elektrokimia menjadi lebih baik. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang
memiliki kreativitas tinggi memperoleh prestasi belajar yang maksimal
dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Berdasarkan tabel 4.10, hasil analisis variansi General Linier Model
(GLM) prestasi belajar afektif diperoleh p-value sebesar 0,035 atau di bawah 0,05,
ini berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini disebabkan karena siswa yang memiliki
kreativitas tinggi memiliki minat yang tinggi pula dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model
(GLM) prestasi belajar psikomotor diperoleh p-value sebesar 0,330 atau di atas
0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kreativitas tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar psikomotor.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh
harga p-value sebesar 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis
nol) ditolak, ini menunjukkan adanya interaksi antara metode pembelajaran
dengan motivasi berprestasi siswa, hal ini sesuai dengan harapan peneliti bahwa
ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil uji lanjut anava pada interaksi antara metode
pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa, adanya interaksi disebabkan
karena prestasi belajar siswa pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
diberi pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas ternyata prestasi
belajarnya lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen.
Sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
pembelajaran metode pemberian tugas prestasi belajarnya lebih tinggi
dibandingkan siswa dengan motivasi berprestasi rendah yang diberi pembelajaran
metode eksperimen.
Dari hipotesis pertama telah diketahui bahwa pembelajaran elektrokimia
dengan menggunakan metode pemberian tugas memberikan hasil belajar yang
lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode eksperimen. Namun hal ini
tidak sesuai jika ditinjau dari motivasi berprestasi siswa, dimana siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi justru yang diberi pembelajaran
menggunakan metode eksperimen lebih baik prestasi belajarnya bila dibandingkan
menggunakan metode pemberian tugas. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi tentu akan lebih mudah menyesuaikan suasana
pembelajaran dalam berbagai metode pembelajaran. Karena siswa yang memiliki
motivasi yang tinggi mempunyai kemauan dan dorongan yang kuat dalam belajar,
dalam kondisi apapun siswa tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan,
selalau berusaha untuk menemukan penyelesian akan materi yang dihadapi.
Selanjutnya adanya harapan untuk memperoleh pengetahuan yang baru, siswa
yakin bahwa apa yang mereka selidiki terhadap materi yang ditanyakan akan
memberikan pengetahuan yang sebelumnya belum pernah diketahui oleh siswa.
Serta adanya penghargaan dalam berprestasi di akhir pembelajaran mendorong
siswa untuk lebih aktif.
Kedua metode pembelajaran ini mempunyai karakteristik yang berbeda,
bila di dalam metode pemberian tugas dibutuhkan kemampuan kognitif yang
menonjol dan ketrampilan, akan tetapi di dalam metode eksperimen dibutuhkan
ketrampilan dan motivasi yang menonjol. Siswa yang memiliki motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
berprestasi tinggi apabila dikenai pengajaran dengan metode eksperimen akan
mempunyai perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi tetapi dikenai pengajaran dengan metode tugas, sebab
keberhasilan metode eksperimen dibutuhkan adanya ketrampilan, daya kreasi
yang tinggi, serta motivasi yang tinggi pula. Sehingga siswa yang memiliki
motivsi berprestasi tinggi sangat sesuai dengan penerapan metode eksperimen,
siswa merasa sangat antusias dan mampu mengoptimalkan seluruh kemampuan
mereka dalam pembelajaran. Pada akhirnya hasil belajar siswa lebih optimal bila
dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi tinggi diberi metode pemberian
tugas. Begitu pula sebaliknya metode eksperimen kurang sesuai bila diterapkan
pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, sehingga hasil belajarpun
kurang optimal bila dibandingkan dengan siswa yang diberi metode pemberian
tugas yang sama-sama memiliki motivasi berprestasi rendah. Hal inilah yang
menyebabkan interaksi penggunaan model pembelajaran CTL melalui metode
pemberian tugas dan eksperimen dengan motivasi berprestasi siswa.
Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model
(GLM) diperoleh p-value pada prestasi belajar afektif dan psikomotor masing-
masing sebesar 0,438 dan 0,055, atau di atas nilai α yakni 0,05. Ini berarti
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pemberian tugas dan
eksperimen dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar afektif
maupun psikomotor.
5. Hipotesis Kelima
Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value sebesar 0,720 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
(hipotesis nol) tidak ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara
pendekatan pembelajaran CTL dengan kreativpemberian tugas dan eksperimen.
Berdasarkan hasil dari prestasi belajar setelah diadakan tes akhir, siswa
yang memiliki kreativitas tinggi yang diberi pembelajaran menggunakan metode
pemberian tugas memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki kreativitas tinggi yang diberi metode eksperimen. Begitu pula
dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada kelompok metode
pemberian tugas memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan
prestasi belajar pada kelompok eksperimen. Sehingga tidak ada interaksi prestasi
belajar satu sama lain antar kelompok metode terhadap kreativitas.
Hal ini dapat dijelaskan karena karakteristik metode pemberian tugas
dalam pembelajaran yang dibawa oleh guru memberikan pengaruh yang kuat
terhadap prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan metode eksperimen.
Metode pemberian tugas lebih mendorong siswa untuk aktif dalam mencari
sumber belajar, aktif dalam mencari media penunjang, serta aktif dalam
melakukan penyelidikan terhadap suatu permasalahan yang dihadapi yang
merupakan tugas yang harus diemban oleh siswa hingga mampu untuk
dituntaskan. Oleh karenanya metode ini tidak mempengaruhi terhadap tinggi
rendahnya kreativitas siswa. Sehingga siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode eksperimen baik siswa yang memiliki kreativitas tinggi maupun rendah
prestasi belajar tetap lebih rendah dengan siswa yang menerima pembelajaran
dengam metode pemberian tugas.
Kelebihan yang dimiliki pada metode pemberian tugas ini yakni mampu
merangsang siswa untuk meningkatkan kekreatifan dalam memecahkan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
permasalahan berupa tugas. Pada pembelajaran berbasis tugas mendorong siswa
untuk berinovasi yang mengaitkan belajar secara kontekstual melalui aktivitas-
aktivitas yang kompleks. Sehingga dalam pembelajaran ini siswa terdorong untuk
lebih kreatif. Seperti kemampuan untuk memberikan gagasan baru serta senang
mencoba-coba sesuatu hal baru. Setelah mendapatkan pembelajaran ini siswa
yang memiliki kreativitas tinggi maupun rendah dapat meningkat prestasi
belajarnya. Hal ini serupa dengan prestasi belajar siswa pada aspek afektif
maupun psikomotor. Yang menyebabkan tidak terdapat interaksi antara
pendekatan pembelajaran CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas
dengan kreativitas.
6. Hipotesis Keenam
Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value sebesar 0,504 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0
(hipotesis nol) tidak ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara motivasi
berprestasi dengan kreativitas siswa. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada siswa
yang memliki kreativitas tinggi, motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas
rendah motivasi berprestasi tinggi. Begitu pula pada siswa yang memiliki
kreativitas tinggi motivasi berprestasi rendah memiliki prestasi belajar lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah motivasi berprestasi
rendah pula. Sehingga baik siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi atau
rendah akan tetapi kreativitasnya tinggi maka prestasi belajarnya selalu lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi atau rendah
akan tetapi kreativitasnya rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Siswa yang memiliki kreativitas tinggi tentunya memiliki daya inisiatif
yang tinggi, kelancaran, keluwesan dan keaslian dalam pemikiran dalam hal
kognitif serta rasa ingin tahu dan senang bertanya sehingga pengetahuan lebih
berkembang dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Begitu
pula dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi
belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi
berprestasi rendah. Akan tetapi karena pengaruh kreativitas yang sangat dominan,
sehingga apapun tingkat motivasi berprestasi siswa yang ada tidak akan
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya
interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa.
Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model
(GLM) diperoleh p-value pada prestasi belajar afektif dan psikomotor masing-
masing sebesar 0,772 dan 0,775, atau di atas nilai 0,05. Ini berarti menunjukkan
bahwa tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa
terhadap prestasi belajar afektif maupun psikomotor.
7. Hipotesis ketujuh
Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value sebesar 0,753 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0
(hipotesis nol) tidak ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran, motivasi berprestasi, dan kreativitas siswa. Hal ini disebabkan
karena pada salah satu varibel bebas didalam penelitian ini yakni kreativitas tidak
berinteraksi dengan metode pembelajaran, walapun terdapat interaksi metode
pembelajaran dengan motivasi berprestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Sedangkan pada prestasi belajar afektif dan psikomotor masing-masing
memiliki p-value sebesar 0,893 dan 0,110, atau di atas nilai 0,05. Ini berarti
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi
berprestasi, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar afektif maupun
psikomotor.
E. KETERBATASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yakni terkendala dengan waktu.
Dalam menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching Learning melalui
metode tugas dan eksperimen dalam dua kelas yang berbeda seharusnya
dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menuntaskan dari langkah awal
sampai langkah akhir. Sehingga jalannya proses pembelajaran yang seharusnya
menyesuaikan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, namun kenyataannya
justru berjalan menyesuaikan waktu.
Faktor non-teknis dalam menunjang keberhasilan penelitian ini adalah
kehadiran siswa. Peneliti mengharapkan selama tahap awal sampai akhir
penelitian seluruh siswa dapat hadir, akan tetapi terdapat siswa yang tidak dapat
hadir karena alasan tertentu sehingga menjadikan titik lemah dalam penelitian ini.
Dari segi siswa yang tidak hadir, siswa yang bersangkutan akan ketinggalan sub
materi yang telah disampaikan oleh guru. Oleh karena itu sangat dikhawatirkan
pencapaian maksimal pembelajaran dalam tahap evaluasi. Dari segi peneliti, data
yang diperoleh dari hasil penelitian kurang maksimal atau belum sesuai dengan
harapan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh di SMK
Kristen 1 Klaten , maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning menggunakan metode
pemberian tugas dan eksperimen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa pada materi elektrokimia.
Prestasi belajar kognitif pada materi elektrokimia yang menggunakan metode
pemberian tugas lebih baik dari pada yang diberi dengan metode eksperimen, hal
ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai prestasi belajar kognitif pada metode
pemberian tugas sebesar 79,75 lebih besar dibandingkan metode eksperimen yang
rata-ratanya 75,59. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif dan psikomotor lebih
baik yang menggunakan metode eksperimen dari pada pemberian tugas, hal
tersebut ditunjukkan oleh rata-rata nilai prestasi belajar afektif dan psikomotor
pada metode eksperimen adalah 84,87 dan 78,97, lebih besar dibandingkan
dengan rata-rata prestasi belajar afektif dan psikomotor metode pemberian tugas
yaitu 79,97 dan 73,91.
2. Motivasi berprestasi siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada materi elektrokimia.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar
yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
3. Kreativitas siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif siswa pada materi elektrokimia. Siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari
pada siswa yang mempunyai kreativitas yang rendah.
4. Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning baik melalui metode pemberian tugas maupun eksperimen
dengan kreativitas siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun
psikomotor.
5. Terdapat interaksi antara siswa yang diberi model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning baik melalui metode pemberian tugas maupun eksperimen
dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Akan tetapi
tidak terdapat interaksi antara metode pemberian tugas dan eksperimen dengan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar afektif maupun psikomotor siswa.
6. Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor.
7. Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning, kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
a. Metode tugas dan eksperimen dapat diterapkan pada semua tingkat motivasi
berprestasi tinggi maupun rendah.
b. Metode tugas dan eksperimen dapat diterapkan pada semua tingkat kreativitas
tinggi maupun rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
c. Metode tugas dan eksperimen dapat diterapkan pada siswa yang cenderung
pasif, karena memberikan peluang bagi siswa untuk aktif dalam memperoleh
pengetahuan ataupun konsep-konsep yang baru.
2. Implikasi Praktis
a. Dalam pembelajaran kimia khususnya materi elektrokimia sebaiknya
menggunakan metode tugas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
pembelajaran kimia materi elektrokimia dengan metode pemerian tugas labih
baik dari pada metode eksperimen.
b. Dalam pembelajaran kimia sebaiknya guru perlu memperhatikan motivasi
berprestasi siswa, sebagai langkah awal guru perlu adanya pengukuran
terhadap motivasi berprestasi siswa yang tepat, sehingga guru dapat
mengetahui tingkat kondisi siswa dan dapat meningkatkan motivasi
berprestasi siswa.
c. Dalam pembelajaran kimia sebaiknya guru perlu memperhatikan kreativitas
siswa, guru perlu mengukur tingkat kreativitas siswa, agar dapat diketahui
seberapa besar kreativitas siswa dalam menghadapi situasi tertentu. sebab
dalam menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
memerlukan tingkat kreativitas siswa yang baik.
d. Menggunakan metode tugas sebaiknya didukung dengan motivasi berprestasi
yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian prestasi belajar elektrokimia
yang maksimal.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka
penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
1. Kepada Pendidik:
a. Perlu mempersiapkan waktu yang cukup, sebab metode tugas memerlukan
waktu yang cukup panjang. Sehingga jalannya proses pembelajaran tepat
pada sasaran yang akan dicapai.
b. Perlu mempersiapkan tugas yang akan diberikan kepada siswa sehingga
jelas arah dan tujuan pemberian tugas, dan sebaiknya jenis tugas yang
diberikan setiap siswa dengan memperhatikan perbedaan.
c. Perlu meningkatan motivasi berprestasi siswa. Upaya yang dapat ditempuh
guru yakni memberikan kegiatan belajar yang menarik, sehingga menarik
minat siswa untuk belajar, seperti memberikan pengarahan dan dorongan
dari luar berupa motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan motivasi
berprestasi siswa.
d. Perlu melakukan perbaikan tingkat kreativitas siswa. Upaya yang dapat
dilakukan guru untuk meningkatkan kreativitas siswa yakni dengan
menghubungkan isi pembelajaran dengan konteks nyata kehidupan nyata,
menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk berfikir
kreatif, membiasakan siswa untuk memberi kesempatan kepada setiap siswa
untuk menyampaikan pendapat-pendapat yang berkualitas, memberikan
sebuah permasalahan yang harus diselesaikan siswa dengan caranya sendiri.
2. Kepada Peneliti:
a. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang merupakan faktor
internal dan eksternal yang dimungkinkan akan mempengaruhi prestasi
belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
b. Perlu dilakukan penelitian penggunaan metode pembelajaran yang lain
sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran kimia yang akan dipelajari
3. Kepada Siswa:
a. Belajar dengan meminimalkan ketergantungan terhadap guru dapat
dilakukan dengan berinteraksi dengan teman dalam kelompok maupun
dengan sumber belajar secara langsung, belajar dalam kelompok dapat
meningkatkan interaksi antar individu dan antar anggota kelompok dan
juga antar siswa dengan sumber belajar. Jadi dalam belajar kelompok dapat
meningkatkan ketergantungan positif antar semua individu dan kelompok.
b. Saling membantu dan menghargai dalam kerjasama kelompok dapat
meningkatkan motivasi berprestasi anggota untuk memajukan kelompok
dan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
c. Untuk meningkatkan motivasi berprestasi sebaiknya mempunyai motivasi
untuk berhasil dan berprestasi, berusaha melakukan tugas secara tutas tanpa
menunda, berani mengambil resiko, dan bercita-cita untuk masa depan.
d. Untuk meningkatkan kreativitas sebaiknya mempunyai keingintahuan yang
besar dan berani melakukan kegiatan belajar seperti bereksperimen tanpa
takut untuk gagal.