i
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA TEKS CERITA INSPIRATIF DENGAN METODE HYPNOTEACHING PESERTA
DIDIK KELAS IX SMP DI KOTA MAKASSAR
Diajukan untuk Memperoleh Data Penelitian Penulisan Tesis Program Pascasarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar
TESIS
Oleh
HABRIANTO MUHMAR
NIM. 105041400619
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
v
MOTO
Sugesti adalah pengaruh
Sugesti dapat mengubah pola hidup manusia
Ketakutan adalah sugesti negatif
Keberanian adalah sugesti positif
PERSEMBAHAN
Tesis ini dipersembahkan kepada
kedua orang tua saya
ayahanda H. Muhammade (almarhum),
ibunda Hj. Imamara (almarhumah)
kakanda H. Abdul Rahman Muhmar (almarhum)
dan semua saudara kandung saya
serta keluarga besar Muhmar
yang telah memberikan do’a dan dukungannya
vi
ABSTRAK
Habrianto Muhmar, 2021. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Teks Cerita Inspiratif Dengan Metode Hypnoteaching Peserta Didik Kelas IX SMP di Kota Makassar, dibimbing oleh Munirah dan Muhlis Madani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran bahasa Indonesia pada teks cerita inspiratif dengan metode hypnoteaching peserta didik kelas IX SMP di Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar denagn menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 55 sekolah negeri dan 55 sekolah swasta khususnya sekolah menengah pertama yang berada di Kota Makassar, terdiri dari kelas IX dengan jumlah total sebanyak 110. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga sekolah mewakili 110 sekolah di Kota Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 57 peserta didik. Dalam kegiatan pada tahap awal, peneliti dan peserta didik menggunakan media google meet. Kemudian pada tahap selanjutnya menggunakan media google from yang berisi tes untuk peserta didik. Teknik pengumpulan data melalui tes pemahaman pada teks cerita inspiratif. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dengan memanfaatkan analisis SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia pada teks cerita inspiratif dengan metode hypnoteaching bagi peserta didik kelas IX SMP di Kota Makassar terlaksana dengan baik. Pemahaman peserta didik terhadap teks cerita inspiratif dinyatakan memadai karena nilai yang diperoleh peserta didik mencapai nilai yang telah ditetapkan. Adapun penerapan metode hypnoteaching dalam pembelajaran Bahasa Indonesia juga dinyatakan berhasil karena dalam pembelajaran, peserta didik mengikuti langkah-langkah dalam penerapan metode hypnoteaching. Dengan demikian terbukti bahwa penggunaan metode hypnoteaching pada pembelajaran teks cerita inspiratif dinyatakan memadai. Kata kunci: Pembelajaran Bahasa Indonesia, Teks cerita inspiratif, Metode Hypnoteaching.
vii
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada Teks Cerita Inspiratif Dengan Metode Hypnoteaching Peserta Didik
Kelas IX SMP di Kota Makassar”. Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis
mengalami beberapa tantangan dan rintangan. Akan tetapi, berkat kerja
keras penulis serta bantuan dan kerjasama dengan berbagai pihak,
tantangan dan rintangan dapat diatasi. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuannya.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada yang tercinta
Ayahanda H. Muhammade (Almarhum) dan Ibunda Hj. Imamara
(Almarhumah) kakanda H. Abdul Rahman Muhmar (Almarhum),
Dr.Syamsul Alam, M.Pd, Ridwan, S.Ag, M.Si. Hj. Rosmadewi, S.Pd,
Rosmawati Muhmar, S.Pd, M.Pd, Abdul Muthalib Muhmar, S.Pd, Mursalin
Muhmar, S.Pd, dan juga kepada keluarga besar muhmar family yang telah
memberikan do’a serta dukungannya.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Prof. H. Ambo Asse,
M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, dan juga Dr. H.
Darwis Muhdina, M.Ag. Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar.
ix
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Rahman Rahim,
M.Hum Ketua program studi magister Pendidikan Bahasa dan sastra
Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi
arahan dari awal sampai akhir perkuliahan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Munirah, M. Pd
pembimbing I dan Dr. Muhlis Madani, M. Si, pembing II yang telah
memberikan bimbingan dari awal sampai akhir dalam melesaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh dosen
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan berbagai
ilmu pengetahuan dan juga segenap karyawan dalam lingkungan program
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan arahan dari tahap awal
sampai pada akhir perkuliahan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kota Makassar, Kepala
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Makassar dan juga kepada
Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar yang telah memberi izin dalam
melakukan penelitian di tiga sekolah yang berada di Kota Makassar,
begitupun dengan operator Dinas Pendidikan Kota Makassar yang telah
memberikan informasi berupa data sekolah khususnya Sekolah
Menengah Pertama di Kota Makassar yang menjadi populasi dalam
penelitian ini.
x
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada kepala sekolah SMP
Negeri 4 Makassar, Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Makassar, dan Kepala
Sekolah SMP LPP UMI Makassar yang telah memberi izin dalam
melakukan penelitian ini sehingga proses penelitian dapat terlaksana
dengan baik. Begitupun kepada para staf tata usaha di tiga sekolah yang
telah memberi bantuan dalam hal kelengkapan data, dari awal penelitian
sampai akhir penelitian sehingga proses penelitian dapat terlaksana
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ucapan terima kasih kepada sahabat saya Dr. Edi Junaedi, Dr. Lutfi A.
Kadir, Hamdani, dan Muhammad Yamin yang telah memberi dukungan
dan do’anya serta kepada teman-teman dari kelas A, B, dan C Program
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan informasi dalam
berbagai hal menyangkut perkuliahan.
Akhirnya penulis berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa, semoga
jerih payah mereka dalam membantu penyelesaian tesis ini, mendapat
imbalan yang setimpal. Aamiin Ya Rabbal a’lamin.
Makassar, 31 Agustus 2021
Penulis
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................. iv
MOTO ............................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................ viii
DAFTAR ISI ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 11
A. Kajian Teoretis ............................................................................ 11
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia ............................................. 11
2. Teks Cerita Inspiratif ................................................................ 29
3. Kisah inspiratif ......................................................................... 33
4. Metode Hypnotecahing ............................................................ 34
xii
B. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................... 51
C. Kerangka Pikir ............................................................................. 53
D. Hipotesis ...................................................................................... 55
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 56
A. Desain Penelitian ......................................................................... 56
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 56
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 57
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 68
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 80
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 82
A. Simpulan ..................................................................................... 82
B. Saran ........................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 84
Lampiran .......................................................................................... 86
xiii
DAFTAR TABEL
1 Keadaan populasi SMP Negeri ..................................................... 57
2 Keadaan populasi SMP Swasta .................................................... 60
3 SMP Negeri 4 Makasar ................................................................. 63
4 SMP Negeri 6 Makasar ................................................................. 63
5 SMP LPP UMI Makasar ................................................................ 64
6 Sampel Penelitian ......................................................................... 65
7 Tingkat pemahaman ..................................................................... 67
8 Tabel statistik ................................................................................ 69
9 Hasil tes peserta didik ................................................................... 72
10 Frekuensi dan persentase........................................................... 74
11 Tingkat pemahaman terhadap materi ......................................... 76
12 Instrumen dalam bentuk observasi ............................................. 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia di lingkungan sekolah dilakukan
dengan berfokus terhadap beberapa komponen yang menyertai berupa
keterampilan yaitu menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Setiap
keterampilan, berkaitan dengan keterampilan lainnya melalui cara yang
beraneka ragam. Keterampilan berbahasa diperoleh melalui hubungan
yang teratur dari belajar menyimak, belajar berbicara, belajar membaca,
dan belajar menulis. Semuanya merupakan suatu kesatuan yang padu.
Pembelajaran bahasa Indonesia menjadi sebuah arahan yang
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia khususnya bagi
pelajar. Bahasa Indonesia berupa penopang kesuksesan demi mendalami
semua bidang studi. Hal tersebut diliharapkan menolong pelajar dalam
mengoptimalkan kesanggupanya serta pengenalannya pada budaya lain.
Peserta didik disarankan memakai bahasa yang rapi untuk memaparkan
argumennya serta keterlibatannya bersama masyarakat. Kapabilitas inti
pada pelajaran Bahasa Indonesia melahirkan pembatasan daya minimum
pelajar berpendidikan formal di lingkungan sekolah.
Bahasa Indonesia melambangkan alat demi mewujudkan serta
berbatas pembelajaran bahasa yang menambahkan kesanggupan peserta
didik bertutur kata ataupun berdialog. Untuk itulah, pendidikan diharapkan
pada peningkatan yang tertuju pada pemahaman peserta didik demi
2
mewujudkan hubungan komunikasi terhadap sesama pelajar, dan juga
antara tenaga pengajar bersama peserta didiknya pada peningkatan.
Sehingga suatu peningkatan akan muncul ketika terjalin tutur kata yg
sejalan. Dengan demikian, pelajar akan memiliki pengetahuan dan
keterampilan
Penggunaan Bahasa yang sesuai dengan ketentuan, menghasilkan
prestasi yang sangat berpengaruh terhadap jiwa pembelajar dalam artian,
pembelajar yang dimaksud adalah peserta didik yang memiliki kompeten
dalam berbagai hal, sehingga dapat memicu semangatnya dalam
berkarya. Ketersediaan pendukung juga menjadikan pelajar berambisi
mengerjakan tugas secepatnya, dengan memakai cara tersebut, maka
terdapat beberapa waktu yang tersedia sampai waktu mengerakan tugas
berikutnya.
Sehubungan dengan pembahasan tersebut, maka pembelajaran
yang dilakukan terkhusus pada pelajaran Bahasa Indonesia, maka sangat
diharapkan kepada peserta didik dari kalangan sekolah menengah untuk
lebih giat guna meningkatkan kemampuan peserta didik dalam keadaan
apapun seperti kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia di tempat
umum, terlebih lagi di tempat yang khusus.
Pembelajaran bahasa diharapkan berpengalaman membentuk
keterampilan berbahasa yaitu terampil simak, bicara, baca, dan juga tulis
terhadap segalanya, sehingga masing-masing memiliki hubungan yang
erat (Nafi’ah, 2018: 35).
3
Berikut ayat yang disampaikan dalam al-qur’an tentang membaca,
menulis, dan berbicara:
الذي رب ك باسم اقرأ خلق
وما والقلم ن يسطرون
واجعل ل ي لسان صدق فى خرين ال
Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan ( QS. Al’ - Alaq ayat 1 ) Nun, Demi pena dan apa yang mereka tuliskan (QS. Al-Qalam ayat 1 ) Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian ( QS. Asy-Syu’ara’ Ayat 84 )
Maksud dari ketiga ayat tersebut antara lain: 1. Surah Al’ Alaq ayat 1 yaitu ayat pertama yang Allah turunkan
kepada Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasallam untuk menuntun umatnya agar sebelum melakukan sesuatu maka harus memulai dengan bacaan menyebut nama Allah Subhanahu Wataa’la.
2. Surah Al‘- Qalam ayat 1 yaitu ayat yang menyampaikan persaksian bahwa menulis merupakan perbuatan yang mulia
3. Surah Asy-Asyu’ara’ ayat 84 yaitu ayat yang merupakan permintaan do’a terhadap Tuhan untuk diberikan kesanggupan bicara baik terhadap setiap kalangan.
Disamping terdapat kebaikan, juga terdapat kendala penyebab
teradinya keluhan. Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini masih
dikeluhkan orang. Menurut Abidin (2013: 7), penyebabnya karena tenaga
pengajar yang memiliki kepentingan secara khusus membuat persiapan
administrasi, sehingga lebih mengarah ke kondinsi tertentu dan lebih
mengutamakan pelaksanaan tugas yang akan diselesaikan. Kondisi ini
dapat dikatakan baik jika guru mampu melaksanakan peran lainnya.
4
Masih banyak hal yang dialami guru ketika melaksanakan berbagai peran.
Kejadian ini mengakibatkan perserta didik merasa jarang diperhatikan.
Besarnya ketergantungan peserta didik terhadap tenaga pengajar,
banyak usulan peserta didik kurang terpenuhi oleh tenaga pengajar
karena dia perlu menyelesaikan kepentingan tertentu lebih
mengutamakan pelaksanaan tugas yang akan diselesaikan. Akhirnya,
pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung dalam situasi yang kurang
harmonis dan dampaknya peserta didik dan juga guru tidak dapat
mewujudkan pencapaian tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar
yang dilaksanakan menjadi monoton, dan kurang merangsang
perkembangan potensi peserta didik, juga kurang memotivasi peserta
didik untuk berprestasi, sehingga berdampak rendahnya kompetensi
peserta didik (Abidin, 2013:7).
Berbagai upaya yang sering dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran, seperti penggunaan beberapa
cara lain yang mendukung. Hal yang menjadi permasalahan biasanya
terdapat dari kedua bela pihak antara tenaga pengajar dan peserta didik.
Jika tidak ada kaitan antara tenaga pengajar dengan peserta didik
menyebabkan tutur kata yang tidak baik, sehingga terjadi komunikasi yang
buruk antara keduanya, maka kemungkinan besar kegiatan belajar-
mengajar tidak berjalan sesuai harapan. Begitupun dengan sebaliknya.
Jika ada kaitan antara tenaga pengajar dengan peserta didik,
menyebabkan terjadinya tutur kata yang baik antara keduanya, maka
5
kegiatan belajar-mengajar dapat dikatakan berjalan sesuai dengan
harapan.
Kisah inspiratif merupakan sebuah cerita atau kejadian yang
mampu memberikan ilham kepada seseorang untuk berbuat sesuatu.
Istilah yang biasa disebut ilham atau inspirasi mempunyai arti yang baik
seperti dapat memberi sentuhan baru ke tempat yang lebih baik.
Sentuhan baru dapat berbentuk sudut pandang yang tertuju pada prilaku.
Kisah inspiratif merupakan cerita yang telah berlalu menghasilkan
pemberian teladan berbentuk perbuatan serupa dengan kisah tokoh
tersebut. Dalam sebuah kisah inspiratif, orang yang menyimak dengan
penuh penghayatan, akan merasakan sebuah perubahan terhadap
dirinya. Kisah inspiratif akan mampu memberikan pengaruh penting
terhadap prilaku seseorang berupa semangat dan kekuatan untuk
melakukan sesuatu, sehingga orang yang menyimak akan termotivasi
untuk melakukan hal yang sama.
Pembelajaran berdasarkan Kurikulum yang terbaru yaitu 2013
berbentuk pembelajaran yang membahas tentang sebuah pemahaman
yang berbasis teks. Teks yang dijadikan materi pembelajaran adalah teks
yang sangat diperlukan dalam konteks kehidupan. Beberapa jenis teks
yang dimaksudkan, di antaranya teks deskripsi, teks eksplanasi, teks
berita, dan teks cerita inspiratif.
Dalam penelitian ini, teks cerita inspiratif yang dijadikan fokus
pembahasan dengan penggabungan cara yaitu metode hypnoteaching.
6
Penggunaan metode hiypnoteaching ini, ditekankan pada dua cakupan
antara lain pemahaman dan penerapan.
Perihal yang sering dikaitkan terhadap sebuah kegiatan yaitu
mengenai relevansi yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mengembangkan sebuah penelitian. Penelitian tentang pembelajaran
bahasa Indonesia pada teks cerita inspiratif dengan metode
hypnoteaching masih tergolong baru dalam dalam pelaksanaannya.
Namun ada beberapa tulisan yang memiliki relevansi terhadap tulisan
tersebut seperti penelitian mengenai metode hypnoteaching. Salah satu
peneliti yang pernah membawakan metode tersebut diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Alam (2015) mengenai pengembangan
bahan yang diajarkan dengan pembelajaran hypnoteaching. Materinya
tersebut ditujukan kepada guru bahasa Indonesia SMP di Sulawesi
Selatan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian lanjutan
berupa penelitian kuantitatif dengan menerapkan metode hypnoteaching.
Penelitiannya diupayakan memperoleh data hasil pelajar dengan
penerapan metode hypnoteaching dan sekaligus berupaya
mengembangkan kesanggupan pelajar mengetahui teks menggunakan
metode hypnoteaching. Untuk mengetahui peningkatan hasi belajarnya,
maka hasilnya diolah dan dianalisis. Penerapan metode hypnoteaching
berguna untuk kegiatan pembelajaran di kelas, misalnya Kompetensi
Dasar yang berisi teks cerita inspiratif. Penerapan metode hypnoteaching
disarankan membuat hasil belajarnya terkhusus pelajar menjadi lebih
7
menggunakan beberapa trik sehingga guru dapat memaksimalkan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik.
Biasanya dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia kurang
mendapat perhatian. Sehingga terjadi beberapa kendala. Padahal dengan
memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran, khususnya pelajaran
bahasa Indonesia maka akan berdampak pada peningkatan kemampuan
peserta didik memahami beberapa materi pengantarnya.
Dalam menggunakan metode hypnoteaching, guru bahasa
Indonesia merancang kegiatan pembelajaran dengan menarik dan
mengikuti langkah atau tahapan dalam pelaksanaannya. Dilanjutkan
dengan melakukan sebuah kegiatan, yang membuat Penelitian tentang
implementasi cara hypnoteaching yang dilakukan di SMP Kota Makassar.
Penelitian ini dilakukan pada beberapa sekolah yang berada di Kota
Makassar karena peserta didik pada sekolah yang menjadi sampel
penelitian berasal dari berbagai kalangan sehingga representative atau
biasa dikatakan mewakili dari jumlah sekolah untuk dilakukan penelitian
tentang pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode hypnoteaching,
sehingga kegiatan yang dilakukan akan menjadi sebuah acuan demi
menambah pengetahuan, khususnya pelajaran bahasa Indonesia.
pembelajaran yang dilakukan di sekolah hanya dapat dicapai apabila
tenaga pengajar membuat rencana sebelum proses belajar mengaar.
Meskipun guru telah berupaya melaksanakan pembelajaran bahasa
Indonesia dengan baik jika peserta didik tidak tertarik mengikuti
8
pembelajaran, maka hasil pembelajaran berbeda dengan harapan
tenaga pengajar yang mengharapkan materinya dipahami. Pembelajaran
bahasa Indonesia perlu dilaksanakan dengan metode yang inovatif demi
terwujudnya keberhasilan.
Pembelajaran bahasa Indonesia yang inovatif, salah satunya
adalah pengunaan metode hypnoteaching. Dalam menggunakan metode
hypnoteaching, guru bahasa Indonesia merancang sedemikian rupa
kegiatan pembelajaran dengan menarik dan mengikuti Langkah-langkah
atau tahapan dalam pelaksanaannya. Dilanjutkan dengan melakukan
rencana sesuai materi yang ditentukan. Materi pada teks cerita inspiratif
perlu dilakukan dengan menggunakan metode hypnoteaching sehingga
memberikan motivasi kepada pelajar
Sesuai penyampaian penjelasan di atas, maka pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan metode hypnoteaching wajar dilakukan di
lingkungan sekolah, karena dengan melakukan metode tersebut peserta
didik konsentrasi dan tenang terhadap proses belajar mengajar yang
berlangsung sesuai harapan. Implementasi cara hypnoteaching seraya
mengedepankan kebersamaan akan mencapai hasil yang diharapkan,
yaitu mengembangkan potensi pelajar.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah
adalah:
1. Bagaimanakah kemampuan memahami isi teks cerita inspiratif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia peserta didik kelas IX SMP di Kota
Makassar?
2. Bagaimanakah penerapan metode hypnoteaching dalam pembelajaran
bahasa Indonesia pada teks cerita inspiratif?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan kemampuan memahami isi teks cerita inspiratif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia peserta didik kelas IX SMP di Kota
Makassar.
2. Mendeskripsikan penerapan metode hypnoteaching dalam
pembelajaran bahasa Indonesia pada teks cerita inspiratif peserta didik
kelas IX SMP di Kota Makassar.
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode hypnoteaching.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan pengembangan
pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode
hypnoteaching.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang komprehensif
mengenai pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan
metode hypnoteaching bagi guru bahasa Indonesia SMP.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran yang
dilakukan di sekolah.
b. Bagi Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Unismuh Makassar
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
mahapeserta didik untuk program pembelajaran bahasa Indonesia.
c. Bagi Praktisi Hasil penelitian ini jadi referensi bagi praktisi demi memecahkan
masalah pengkajian Bahasa Indonesia.
d. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini sebagai informasi penambah wawasan,
berkaitan dengan metode hypnoteaching.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoretis
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kondisi seperti
sekarang, masih terdapat beberapa kesulitan. Sama seperti kondisi
sebelumnya yakni terbatasnya sarana dan prasarana untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah. Terbatasnya sarana dan
prasarana mengakibatkan dukungan yang diperoleh hanya mencukupi
saja seperti gedung, ruang kegiatan, laboratorium, sarana aktivitas luar
kelas serta faktor pendukung dari masyarakat (Nafiah, 2018: 35).
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik
secara lisan maupun tertulis (Nafiah, 2018: 34). Dengan perkataan lain,
peserta didik diharapkan memiliki keterampilan berbahasa dan bersastra,
menambah kemampuan berpikir kritis. peserta didik pun diharapkan
mampu memperkuat perasaannya. Peserta didik disarankan mengetahui
info yang diperlihatkan. Peserta didik juga mempunyai kecakapan dalam
berkomunikasi. Kegiatan pembelajarannya diorientasikan pada potensi
dan kebutuhan yang difokuskan untuk memberdayakan secara maksimal
peserta didik sesuai potensinya. Konsep tersebut menadi landasan
terbentuknya kurikulum 2013 yang merupakan pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2006).
12
Dalam sebuah pendekatan, terdapat beberapa cara yang dapat
digunakan. Teknik adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
sebenarnya. Ada situasi tertentu yang menjadikan teori sangat jelas
kedudukannya. Situasi tersebut terlihat dalam pelatihan guru bahasa,
dalam memberikan saran atau mengawasi guru bahasa, dalam
perencanaan kurikulum, dalam penulisan buku teks pelajaran, dalam
pilihan program, atau dalam pengeluaran peralatan yang akan digunakan.
Dalam situasi tertentu, harus diekspresikan pandangan yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan pencapaian tujuan pengajaran bahasa,
dengan membuat pilihan, mengambil posisi, dan mengambil kebijakan
yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran bahasa.
Sudut pandang sebagai tindakan mencipta sesuatu yang menjadi
dasar dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK 2004 dan
KTSP). Pendekatan pembelajaran konstruktif ini sangat terasa
mendominasi prinsip pendekatan ilmiah. Dalam pendekatan ilmiah, ada
lima tahapan kegiatan, yang pertama mengamati, yang kedua
menanyakan, ketiga menalar, keempat mencoba dan kelima membuat
Jejaring.
Suatu proses ilmiah dipadankan dengan sebuah pembelajaran.
Berdasarkan perihal tersebut, bahwa terlepas dari persoalan sudut
pandang pendidikan. Penonjolan pada dimensi pengamatan,
pengabsahan, dan lain sebagainya selaku alan menuju pertumbuhan
serta perkembangan perilaku, keahlian, serta pemahamannya sebagai
13
partisipan. Sudut pandangnya menambahkan pengkajian dari luar
dan juga dari dalam pembentukannya.
Beberapa hal yang menjadi bahan pelajaran mengacu pada
metode-metode tertentu sehingga akan menghasilkan beragam
pemahaman yang dapat dijadikan sebuah referensi. Metode ilmiah lebih
tertuju pada teknik mempelajari sebuah fenomena demi mendapatkan
pengetahuan yang baru. Sesuatu yang dianggap ilmiah, diperlukan
sebuah metode pencarian yang didasarkan pada fakta atau bukti objek
yang telah diamati.
Metode yang dikatakan ilmiah umumnya mencakup pengumpulan
data menyangkut cara pengamatan, pengelolaan, dan perumusan
masalah serta pengujian hipotesis. Pembentukan megoptimalkan sudut
pandang perihal sebenarnya dalam pengungkapan ataupun bahan
pelajaran sehingga pelajar memperoleh informasi menitikberatkan
terhadap hal yang sebenarnya ataupun penyampaian modul ajar supaya
partisipan ketahui berbagai macam bentuk pengkajian materi
berlandaskan ketentuan yang berlaku di setiap materi pelajaran.
Dalam pembelajaran, engunaan teori suatu bidang ilmu dilakukan
dengan menemukan informasi melaui pengamatan, bertanya,
melaksanakan percobaan, setelah itu mendata informasi yang ditemukan,
menyajikan informasi ataupun data, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, setelah itu merumuskan, serta mencipta. Pada mata pelajaran,
modul, ataupun keadaan penentuan. Penggunaan teori suatu bidang ilmu
14
tak mesti diterapkan sesuai ketentuannya. Keadaan semacam ini,
pasti runtutan perubahan perkembangan pendidikan wajib senantiasa
mempraktikkan nilai- nilai ilmiah serta menghindari,nilai- nilai nonilmiah.
Bertahun-tahun dipelajari ilmu pengetahuan dengan berbagai
cabangnya melalui proses pembelajaran di sekolah. Namun, dalam
kehidupan sehari-hari jarang ilmu pengetahuan ilmiah dijadikan dasar
dalam bertindak dan bertingkah laku. Ilmu hanya dipandang seperti
sesuatu yang dihafal saja tetapi tidak menjadi pengetahuan yaitu
digunakan untuk mengambarkan, memprediksi, juga mengontrol kejadian
sekitar. Dalam proses pembelajaran maupun dalam kegiatan penelitian
ilmiah serangkaian bagian yang saling berhubungan sebagaimana
mestinya. Proses berpikir berwujud penarikan kesimpulan teoretis
terhadap sebuah set proposisi, apalagi akan digunakan sebagai
pendekatan dalam semua proses pembelajaran. Bahkan, sekedar
dijadikan sebagai teladan. Hal ini disebabkan oleh bentuk kurikulum yang
diajarkan berlandaskan ilmu pengetahuan yaitu perwakilan terhadap
prinsip berjalinan dengan konsep pandangan tertentu. Epistemologi ilmu
pengetahuan mendalami esensi terhadap wawasan. Pemecahan
masalah, merupakan epistemologi yang berorientasi pada proses, bukan
pada hasil seperti epistemologi penemuan ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, epistemologi pemecahan masalah sangat relevan untuk diajarkan.
Adapun epistemologi penemuan pengetahuan lebih relevan untuk
ilmuwan (profesional) (Suriasumantri dalam Mahsun, 2014:119).
15
Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa bentuk
metode. Cara berpikir dapat memengaruhi potensi yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Melakukan kegiatan yang bersifat baru juga
dapat membantu cara berpikir lebih baik. Sehingga kita dapat
membedakan berbagai jenis pemahaman yang dapat memicu kreatifitas
dalam melakukan atau membuat sebuah karya. Materi yang terdapat pada
pelajaran Bahasa Indonesia dapat menjadi acuan bagi individu maupun
kelompok untuk dijadikan sebagai referensi dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan. Terdapat pula beberapa pandangan yang membahas
tentang pendekatan. Dewasa ini pandangan tentang pendekatan
saintifik bergelut seputar ilmu pasti, serta statistik, akibatnya fungsi bahasa
dan logika terpinggirkan dan jauh dari kegiatan kelmuwan. Padahal,
kegiatan berbahasa haruslah menjadi persyaratan mutlak di samping
persyaratan lainnya. Persyaratan penalaran tanpa ditopang kemampuan
berbahasa yang baik tidak akan berkembang dengan baik, karena salah
satu fungsi hakiki bahasa adalah alat untuk mengembangkan akal budi.
Peran bahasa semestinya dapat diperlihatkan sehingga kemampuan
dalam membuat tulisan yang baik dikembangkan sebaik-baiknya. Itulah
sebabnya, menyikapi hal yang berkaitan dengan pembelaaran, disesaikan
berdasarkan kurikulum yang berlaku, pembahasannya, penalarannya,
termasuk kegiatannya serta penilaiannya.
Mahsun (2014: 120) menyatakan bahwa terdiri dari dua jenis hal
kebenaran yaitu berupa kebenaran dari Tuhan Pencipta Alam Semesta
16
dan juga kebenaran hasil ilmiah. Pada bagian pertama bersiat mutlak
yang berlaku terhadap segala keadaan tidak dibatasi waktu dan
tempatnya. Pada bagian kedua, melalui pendekatan ilmiah untuk
mempelajari fenomena alam. Dengan demikian, fakta yang didapatkan
terhadap pendekatan tersebut dapat bertahan serta dapat berubah
keadaannya.
Macam-macam bentuk pendekatan ilmiah sebagai berikut: (1)
sistematis, (2) terkontrol, (3) empirik, (4) kritis (Mahsun, 2014:121).
Sistematis maksudnya adalah kegiatan yang menggunakan metode ilmiah
harus dilakukan. Ada hubungan dasar antara satu tahap dan tahap
berikutnya tidak dapat dibalik. Terkendali maksudnya setiap tahapan
pelaksanaan harus dikendalikan, begitupun dengan pengalaman dan
pemahaman yang disesuaikan. Kemudian, kritis diartikan sebagai
perolehan terhadap makna yang tersirat sehingga mersespon dengan
cara menganalisis fakta demi meraih penilaian sesungguhnya. Oleh
sebabnya semasih belum terjadinya aktivitas selajutnya, terlebih dahulu
diharapkan menerapkan bentuk cara melazimkan ulasannya. Sehingga
terjalin hubungan yang tertuju pada beberapa bagian aspek. Hal itu
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya duplikasi hasil kegiatan ilmiah
dan meningkatkan hasil temuan.
Hasil kegiatan ilmiah berikutnya, haruslah dapat menemukan
sesuatu yang baru, dapat berwujud baru secara metodologis dan/atau
baru secara teoretis. Selain itu, kritik juga berarti sikap yang sering
17
menjadi pertanyaan konsistensi terhadap realisasi yang berjalan sesuai
ketentuannya dan kegiatan ilmiah yang dilakukan. Belajar adalah proses
mentransfer pengetahuan kepada pelajar sehingga dalam proses
pembelajaran pun metode nyata sangat diandalkan karena berpengaruh
terhadap pemikiran pelajar.
Pembelajaran dengan menggunakan model untuk belajar, dimulai
dari membangun konteks/situasi pembelajaran hingga proses pemodelan,
kemudian proses bersama-sama menghasilkan sesuatu berdasarkan
model yang diberikan, dan terakhir mencoba menciptakan sesuatu
berdasarkan apa yang dimodelkan dan diproduksi. Ada hubungan dasar
dengan bebrapa taap lainnya. Pada tahapan awal adalah permulaan
untuk menuju tahap selanjutnya. Tahapan tersebut merupakan dasar
untuk melanjutkan ketahap selanjutnya. Terkendali artinya transfer ilmu
dari tenaga pengajar kepada peserta didik terhadap kondisi yang sesuai.
Membangun sebuah konteks di awal dan di akhir kemudian dilanjutkan
dengan beberapa bentuk pemodelan
Setiap kegiatan yang menerapkan evaluasi terhadap hasil
pengetahuannya maka dapat diberlakukan penilaian ulang . Apakah tahap
pemodelan sudah dapat diakhiri dan dilanjutkan ke tahap kerja sama
menghasilkan sesuatu yang dimodelkan sangat tergantung pada
pemahaman peserta didik akan penjelasan dan contoh yang dijadikan
model pembelajaran, dalam hal ini contoh teks jenis tertentu yang
diajarkan guru. Selanjutnya, tahap kerja sama dalam menghasilkan dari
18
sebuah teks yang sesuai, dapat diakhiri dan dapat dilanjutkan pada tahap
menghasilkan secara mandiri. Hal tersebut ditentukan oleh pemahaman
yang sungguh-sungguh terhadap hal yang ditransmisikan guru melalui
kegiatan pemodelan dan kerja sama dalam menghasilkan teks.
Pada setiap tahap, pengotrolan melalui evaluasi capaian hasil
belajar dapat dilakukan guru. Selanjutnya, segala yang behubungan
dengan pengalaman yang sudah didapatkan dari menemukan, mencoba,
dan juga mengamati segala tindakan yang pernah dilakukan di berbaigai
kondisi atau tempat sehingga menggabarkan sebuah penjelasan lebih
detail seperti deskripsi tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sekitar sekolah.
Peserta didik diminta mengamati objek yang berupa tumbuh-tumbuhan
tertentu sesuai dengan pilihannya. Pilihanya yang berbeda-beda
menghasilkan pengamatan yang berbeda pula. Segala yang berupa
tumbuhan-tumbuhan jenis tertentu yang dilihat dan juga dikumpulkan
hasilnya serta dihubungkan atau pelaporan. Tahap kritis maksudnya
ulasan keterlibatan terhadap keadaan nyata menghasilkan temuan. Hal
tersebut dilakukan untuk menentukan info/bahan bukti.
Menyelidiki relevansi dengan hasil yang telah dicapai, akan sangat
berguna demi mengetahui sebuah kejelasan. Itulah sebabnya, dalam
pendekatan ilmiah selalu menuntut kajian terhadap kepustakaan. Kegiatan
yang berupa kajian kepustakaan dilakukan terhadap posisi tertinggi,
sedangkan posisi bawah/dasar, menengah pertama belumlah sampai
sejauh itu. Bentuk dari segenap cara diberlakukan secara berurut
19
mengawali dengan mengamati, menanyakan, memadukan, dan
menghubungkannya menuju sebuah penyampaian.
Priyatni (2014:99-100) menjelaskan bahwa penerapan pendekatan
saintifik tertuju pada pelajar. Hal ini berarti peserta didik yang berperan
dengan aktif untuk mengamati teks. Berdasarkan pengamatan itu, peserta
didik mengemukakan pertanyaan atau menyatakan pendapat tentang hal
yang ditemukan dalam bacaan yang dibaca atau didengarkan. Pendidik
memotivasi peserta didik menggunakan beragam sumbernya. Pelajar
perlu mengenal istilah dalam pembicaraan yang dilakukan dengan
berbagai cara berusaha mencari nilai akhir. Setelah itu, peserta didik
berusaha memperoleh teks atau membuat teks dengan bentuk ciri yang
sejenis. Hasil temuan/hasil karyanya dikomunikasikan dengan
menggunakan beberapa media, misalnya dalam forum diskusi kelas,
ditempel pada majalah dinding atau diunggah di internet.
Penting dijelaskan lebih awal untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Bentuk data dan bentuk info berkaitan erat bersama bentuk teks yang
dibuat. Kenyataan yang terjadi ada beragam bentuk teks yang mempunyai
bentuk perbedaan. Seperti dapat ditampilkan, yakni bentuk data sangat
dibutuhkan dalam membuat tulisan berlainan terhadap konstruksi dalam
menyajikan tulisan. Apabila dalam menyusun tulisan berupa gambaran,
diperlukan info sehingga komponen penting melibatkan berbagai macam
bentuk keadaan informasi, menyangkut perspektif suasana demi
menciptakan perbedaan bentuk dan tujuan.
20
Bentuk wujud data, karena perbedaan fungsi sosial setiap teks,
mempunyai keterkaitan dengan perbedaan dalam mengumpulkan data,
menganalisis data, serta menyajikan hasil analisis. Oleh karena itu,
kegiatan membuat teks berupa kegiatan yang butuh kreativitas. Dengan
kata lain, kegiatan menyusun tulisan yang relevan terhadap pelajaran
yang dilakukan berdasarkan pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah).
Persoalannya, apakah yang dilakukan secara sistematis, terkontrol,
empirik, dan kritis itu? Kegiatan itu merupakan kegiatan mengumpulkan
data, menganalisis data, sampai pada kegiatan menyajikan hasilnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang
berkaitan terhadap pembuatan tulisan mengarahkan pada pendekatan
saintifik yang mrnggunakan cara seperti: observasi, bertanya dengan
narasumber, melakukan uji coba, dan juga membaca bahan yang relevan.
Penentuan bagi sebagian cara yang akan digunakan sangat bergantung
terhadap macam-macam sumber data yang dibuat, seperti yang dapat
ditunjukkan apabila pelajaran dilakukan dengan memakai cara bentuk
saintifik yaitu mendapatkan tulisan mengenai penokohannya, sehingga
dapat digunakan cara mengumpulkan bukti melalui tanya jawab dengan
narasumber dan/observ`asi. Akan tetapi, apabila maksud pelajaran
dilakukan memakai bentuk saintifik ialah menghasilkan tulisan, maka cara
observasi merupakan solusinya bukan cara bertanya-jawab dengan
narasumber. Apabila maksud pelajaran yang dipergunakan menghasilkan
tulisan, maka cara bertanya-jawab dengan narasumber maka cara-cara
21
yang memperbarui dapat digunakan. Dalam melakukan hal tersebut, cara
yang dapat dilakukan, yakni peserta didik ditugaskan untuk membaca
buku mengenai tokoh itu. Setelah itu, guru menugaskan peserta didik
menyusun cerita ulang yang bersumber dari dari bacaan yang dibaca.
Metode pustaka yang digunakan berkaitan demi maksud motivasi peserta
didik. Berdasarkan hal tersebut, tenaga pengajar menugaskan peserta
didik melihat sebuah bacaan kemudian menugaskan peserta didik untuk
membuat sebuah tulisan yang sesuai petunjuk untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan. Jika cara tersebut dipakai tenaga pengajar hendaklah
diawali dengan menentukan macam-macam teks yang dikerjakan.
Berkaitan dengan jenis penugasan tersebut, pelajar mengumpulkan data.
Setelah itu, guru berupaya melaksanakan kegiatan penguatan terhadap
aktivitas dalam kegiatan memahami materi.
Ketika selesai melaksanakan kegiatan penguatan, maka kegiatan
berikutnya berupa aktivitas melakukan penjabaran. Kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan: (1) mengelompokan isi sesuai dukungan mengenai
perkembangan struktur dari macam-macam teks. (2). Mengelolah isi dan
info menjadi tulisan (3) menghubungkan beberapa tulisan untuk
membentuk sebuah paragraf yang padu (4). Menentukan kaidah serta
menghubungkannya dengan paragraf, sangat ditentukan bentuk teks yang
dibuat agar menjadi sebuah teks (5) kegiatan terakhir yang dapat
dilakukan adalah menyusun sebuah teks berdasarkan strukturnya.
Sewaktu menganalisis isinya dalam bentuk tulisan, maka
22
dilakukanlah bentuk selanjutnya, yakni menentukan cara pembuatan isi
(berbentuk laporan), yang pelaksanaannya dalam bentuk tertulis dan lisan
Jika penyampaian isi dalam bentuk tlisan, maka sewaktu teks tersebut
terwujud syaratnya, maka tahap penyampaian tulisan telah dilakukan.
Hal demikian berarti tersusunnya teks jenis lain sesuai tugas selain
pemeriksaan isi tulisan yang dilakukan. Perkataan lainnya yang sesuai
dengan hal tersebut, yakni sewaktu teks mendapatkan hasil maka lebih
dari satu tahapan pelaksanaan kegiatan ilmiah berjalan sesuai dengn
target yang ingi dicapai. Akan tetapi, apabila penulisan laporan
dilaksanakan dalam bentuk lisan, maka pelajar membuat bahan persiapan
ke bentuk bahan penyampaian pada kegiatan presentasi yang dilakukan,
peserta didik cakap melukiskan gambaran tentang reaksi dilewati menuju
penyelesaian yang ditugaskan kepadanya dapat dibuat. Kegiatan yang
dilakukan sejak mengumpulkan isi data juga menyajikan isi data.
Bentuk kegiatan yang telah dilakukan di atas, dilaksanakan
dengan cara terukur dengan baik, diperhatikan secara seksama
berdasarkan karakter Maksud dengan cara terukur yakni pembentukan
tahap secara berurut, dan menjadi beberapa bagian utuh, susah
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Pengumpulan data dan informasi,
berubah dari bentuk biasa ke bentuk bermanfaat. Tahapan tersebut
berupa awal terhadap kegiatan bentuk pemeriksaan. Demikian juga
bentuk kegiatan dan pemeriksaan, disertakan info membentuk awal
terhadap kegiatan dan pemeriksaan, yakni dalam bentuk beberapa tulisan
23
bahasan. Sekiranya bermula tersusun mempunyai relasi pendasaran,
sehingga tidak mungkin dikatakan akan melakukan analisis terlebih
dahulu, kemudian pengumpulan datanya dilaksanakan, dan setelah itu
dilaporkan hasilnya, baru sesudah itu dikumpulkan. Apabila hal tersebut
terjadi, maka tidak termasuk aktivitas ilmu sebab hal itu menyelidiki
pikiran, tidak termasuk berdasarkan pengalamannya.
Maksud terkontrol, yakni hasil perbuatannya mencapai keseluruhan
tahapan kegiatan ilmiah yang berupa mengumpulkan pemecahan
masalah yang dikendalikan pelaksanaan kegiatannya. Penentuan sebuah
bentuk pembahasannya dimulai pembuatan bentuk selanjutnya ke bentuk
dikendalikan. Untuk menyusun tulisan, berpoensi dikendalikan, walau
pembuatan bentuk berlaku pada waktu bersamaan, misalnya sewaktu
mengumpulkan data untuk penyusunan beberapa bentuk tulisannya waktu
mengumpulkan data guna penyusunan akhir tulisan.
Kegiatan mengumpulkan data dilakukan demi membuat bentuk
penyelesaiannya apabila ada kalimat tanya mengenai: "unsur berita”. Hal
itu dilakukan sebab terhadap sebuah pembentukan mengenai isi dan info
mengenai "unsur berita", perkataannya dengan secara ilmu,
memberlakukan sedemikian ragam ketentuannya.
Pemaparan telah dipakai pada perbuatan mendekati penyusunan
bentukan, yaitu konteks. Linguistik struktural berpandangan bahwa satuan
bahasa diuraikan secara tersendiri terhadap kondisi kemasyarakatan.
Kegiatan mengumpulan data yang dilakukan demi memberlakukan
24
bentukan cerita diakhiri apabila unsur beritanya mencakup masalah-
masalah apa saja berkecambah terhadap kelanjutan perstiwa tersebut,
selanjutnya menanyakan solusinya Sesudah menanyakannya, maka
tahapan selanjutnya mengkaji ulang pembahasan mengenai tahapannya.
Pelaksanaan tahapan pengkajian pada bagian akhir pemaparan,
menghasilkan anggapan pengkajian ulang yang telah dilakukan.
Ciri lain mengenai sudut pandang yang tersampaikan
mengharapkan permintaan secara tegas memperlihatkan penggambaran
yang sesuai sehingga info benar-benar menunjukkan faktanya. Merespon
seseorang dengan cara menganlisis merupakan sikap yang selalu
mempertanyakan tidak hanya menyangkut pertanyaan tentang
kesesuaian metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan
tujuan sosial dari jenis teks yang akan dihasilkan, tetapi juga harus
bersifat kritis terhadap keabsahan data, informasi, atau fakta termasuk
sumbernya; ketepatan pilihan kata dan bentuk kata, struktur kalimat, serta
penggunaan kata penghubung antarparagraf. Hal-hal itu haruslah menjadi
perhatian dengan senantiasa bersikap kritis.
Ciri-ciri pendekatan ilmiah yang bersifat sistematis, terkontrol,
empirik, dan kritis mewarnai setiap tahap kegiatan ilmiah. Mulai dari tahap
pengumpulan data sampai pada tahap analisis dan
penyajian/pengkomunikasian hasil analisis data. Wujud dari laporan hasil
analisis yang tidak lain berupa teks dalam jenis tertentu: dapat berupa
teks deskripsi, cerita, eksposisi, negosiasi, laporan dan lain-lain
25
menggambarkan bahwa hanya dalam mata pelajaran bahasa (termasuk
bahasa Indonesia) semua tahapan kegiatan ilmiah secara murni
diterapkan. Dikatakan demikian, karena untuk bidang lainnya, kegiatan
ilmiah yang berupa laporan hasil analisis (mengkomunikasikan) tidak
dapat dilakuan atas dasar bidang itu sendiri. Jika pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan pendekatan ilmiah ini benar-benar
mampu diterapkan, maka ada empat keuntungan dapat dicapai. Pertama,
peserta didik akan terbiasa berpikir metodologis, suatu kemampuan
berpikir yang sangat diperlukan pada masa-masa mendatang. Kedua,
peserta didik akan mampu memahami isi bacaan, karena dengan
mengenal jenis dan struktur teks yang dibaca dengan mudah
memformulasi isi teks sesuai struktur teks. Ketiga, kemampuan menulis
efektif akan berkembang dengan baik, karena peserta didik telah
memahami cara mengumpulkan informasi serta mengolah informasi itu
menjadi sebuah teks. Keempat, ihktiar untuk menghilangkan kebiasaan
buruk yang berupa "plagiasi" dalam dunia ilmu pengetahuan dapat
dihindari.
Pembelajaran yang konstruktivistik memiliki beberapa ketentuan.
Ciri pertama, perbuatan dibuat secara sadar. Kedua, keahlian
dikembangan dengan kecerdasan. Ketiga, penghargaan terhadap diri-
sendiri. Keempat, ika memiliki perbuatan baik. Kelima, melakukan proses
komunikasi. Keenam, pelajar memanfaatkan kecerdasannya. Ketujuh,
wawasan yang dipunyai oleh mahluk yang berakal, memberikan info
26
menyangkut pengalaman mahluk yang berakal yaitu pengalaman yang
telah dialami manusia akan selalu berkembang. (Depdiknas, 2004).
Dalam teori konstruktivistik, dinyatakan bentuk penyampaian
mengenai wawasan dari mahluk yang berakal perlahan-lahan
membuahkan capaian yang sesuai konsep. Wawasan yang telah
didapatkan berdasarkan kegigihan saat mempelajari makna yang
sebenarnya sesuai dengan kenyataan. Mahluk yang berakal
mengonstruksi pandangan yang sesuai kenyataannya terhadap beberapa
persoalan dengan mendeteksi gagasan yang baru sehingga muncul
motivasi pembemberi dorongan kepada pelajar melakukan sebuah
inovasi.
Tenaga pengajar sulit membagikan seluruh wawasan teradap
pelajar. Pelajar mengonstruksikan pandangan di benaknya masing-
masing. Substansi terhadap aliran terhadap impresi mentransformasikan
bentuk info. Oleh sebabnya, pengkajian mengenai materi dikembangkan
dengan cara mengonstruksi wawasan. Dalam proses pembelajaran,
pelajar membangun pengetahuannya melalui aktif dalam proses
pembelajaran.
Pengajaran bahasa Indonesia diarahkan pada penguasaan peserta
didik terhadap keterampilan berbahasa. Hal itulah yang mengharuskan
guru untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan penjelasan kepada
peserta didik mengenai penggunaan bahasa yang tepat. Pengajaran. Dua
perihal mendasar yang membedakan Kurikulum 2013 ini dengan
27
kurikulum sebelumnya yakni langkah atau tahapan pendekatan ilmiah
dan penilaian autentik. Hal tersebut dimaksudkan demi peninjauan dan
keterampilan berbahasa, melainkan juga pembekalan sikap kepada
sesama manusia dan sikap ketuhanan.
Dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan kapabilitas landasan
sesama manusia, Kapabilitas yang kedua (sikap ketuhanan), Kapabilitas
yang ketiga wawasan, Kapabilitas yang keempat keterampilan.
Penghampiran ini dilakukan dengan beralas tulisan yang diwujudkan
menempuh pokok penting yang memiliki relevansi terhadap aktivitas
pelajar, biasanya diterapkan dalam sparing. Dengan demikian, konsep
keterpaduan dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada intinya
mencapai target penguasaan kemahirwacanaan yang lebih dikenal
dengan terampil berkomunikasi sesuai kaidah, berpengaruh penting
dalam proses pembelajaran.
Pilar berupa kebenaran umum mengenai rancangan tenaga
pengajar mengkombinasikan dengan berbagai bentuk cara yang
berinovasi sehingga terjalin hubungan timbal balik terhadap tenaga
pengajar dengan peserta didik. Terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan yaitu pernyataan fundamental yang dijadikan sebagai
pedoman sehingga dapat memunculkan pemahaman yang berbeda antar
satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua guru diharapkan sering
melakuan komunikasi dengan peserta didik sehingga terjadi hubungan
timbal balik yang membuat suasana menjadi lebih baik.
28
Berikut ini disajikan uraian yang terkait dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia yang meliputi:
Pola komunikasi dalam proses belajar-mengajar
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara
guru dan peserta didik. Tenaga pengajar mengadakan sesuatu cara yang
baru dengan kekuatan batin oleh tenaga pengajar yang berupaya
memengaruhi gaya dan cara belajar anak didik (Pupuh, 2007: 116).
Tenaga pengaar di bidang pendidik, di samping mengetahui berbagai
konsep, guru bersamaan harus mengerti serta melakukan fungsional di
kelas. Dalam sebuah perencanan, kadang terjadi keputusasaan saat
berkomunikasi, sehingga tenaga pengajar sebaiknya menumbuhkan
model dialog yang inovatif sebagai teladan, agar tercipta suasana lebih
baik.
Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik memerlukan sesuatu
yang memungkinkan untuk dia berkomunikasi secara baik dengan guru,
teman, maupun dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam proses
belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan
yaitu pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang
keduanya mempunyai ketergantungan untuk menciptakan situasi.
Ada 3 pola cara berbicara ntara tenaga pengajar dan juga peserta
didiknya. Ketiga pola dipaparkan di bawah ini
Pertama, komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah.
Komunikasi satu arah dapat disebut dialog yang tidak memberikan
29
keleluasaan terhadap halayak untuk memberi komentar. Dialog yang
dipakai oleh tenaga pengajar sebagai pemberi aksi dan peserta didik
sebagai penerima aksi. Biasanya tenaga pengajar yang tangkas dan
peserta didik pasif. Dialog seperti ini kurang memajukan keaktifan peserta
didik.
Kedua, komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah.
Pada komunikasi ini, guru dan peserta didik dapat berperan sama yaitu
pemberi aksi dan penerima aksi. Di sini sudah terlihat hubungan dua arah,
tetapi terbatas antara guru dan pesrta didik secara individual. Antara
pelajar dan pelajar tidak ada hubungan sehingga tidak dapat berdiskusi
dengan temannya. Komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama.
Ketiga, komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan
peserta didik tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara pelajar yang
satu dengan pelajar yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola
komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang
mengembangkan kegiatan peserta didik secara optimal sehingga
menumbuhkan motivasi peserta didik dalam belajar aktif.
2. Teks Cerita Inspiratif
Teks cerita inspiratif merupakan teks yang berisi cerita fiksi maupun
pengalaman yang benar-benar terjadi yang mampu menggugah inspirasi
dan semangat seseorang. Cerita inspiratif merupakan cerita masa lalu
yang dapat menginspirasi seseorang untuk melakukan hal yang sama,
30
terutama menyangut keberhasilan. Cerita inspiratif akan mampu
memberikan pengaruh berupa semangat dan kekuatan.
Teks narasi cerita inspiratif ditulis oleh pengarang berdasarkan
fakta-fakta, hasil pengamatan, dan hasil investigasi atas fakta-fakta
tersebut. Oleh karena itu, dalam teks cerita inspiratif terdapat ungkapan
yang mencerminkan sikap simpati, kepedulian, empati, dan perasaan
pribadi lainnya terhadap isi cerita tersebut.
Dalam setiap cerita, baik fiksi maupun nonfiksi terdapat muatan
berupa hikmah atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Baginya, cerita merupakan media yang tepat untuk menyampaikan
keluhan, harapan, pendapat, atau pesan, termasuk di dalamnya adalah
nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat bagi manusia. Nilai adalah hal-hal
yang berguna bagi kemanusiaan dan menyempurnakan hakikat manusia,
seperti nilai moral, nilai budaya, nilai sosial, nilai religius, nilai pendidikan,
dan sebagainya. Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan akhlak
atau budi pekerti. Nilai budaya adalah sesuatu yang berhubungan
dengan adat-istiadat atau kebiasaan dalam kehidupan masyarakat.
Nilai sosial adalah sesuatu yang berhubungan dengan norma
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai keagamaan atau religius adalah
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan ibadah, kepercayaan, atau
unsur ketuhanan. Nilai pendidikan, yaitu nilai yang berkaitan dengan
pengubahan tingkah laku dari perilaku buruk ke baik melalui proses
pengajaran.
31
Kisah memiliki arti cerita ataupun kejadian, sedangkan inspirasi
memiliki arti yaitu ilham. Kisah inspiratif berupa arahan berbentuk info
yang menyampaikan sebuah petunjuk.
Berikut teks cerita inspiratif dibangun berdasarkan strukturnya:
Struktur Teks cerita inspiratif
Orientasi :Berupa prolog. Biasanya terdapat pada awal teks.
Komplikasi : merupakan konflik yang terjadi pada sebuah cerita
Resolusi : penyelesaian konflik berisi peristiwa yang terjadi pada
sebuah cerita
Koda : merupakan penutup cerita berisi simpulan dan pesan
moral yang terkandung dalam kisah. Biasanya koda
terdapat pada bagian akhir
Teks cerita inspiratif
Syamsir seorang anak pemulung yang giat dalam bekerja, pekejaan
yan biasa dilakukan oleh ayahnya seperti mencari barang bekas dari
sampah untuk diual dan juga mencari barang bekas dari sampah yang
digunakan untuk kepentngan pribadi. Ia juga terkadang melakukan
pekerjaan yang lain seperti bekerja sebagai buruh harian lepas. Syamsir
memiliki teman yang sama-sama anak dari pemulung mereka berusaha
mencari pekerjaan diberbagai tempat demi mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari. (orientasi)
32
Hari demi hari dilewati oleh Syamsir dengan be;laar yang rajin. Baik di
sekoalh maupun di rumah. Sampai saat kuliah ternyata ayahmya telah
meninggal dunia sebelum selesai wisuda. Akhirnya waktu yang ditungu-
tunggu telah tiba. Syamsir telah berhasil meraih gelar sarana, akan tetapi,
perasaan Bahagia diselimuti kesedihan karena ayahnya tidak dapat
melihat Syamsir berhasil menjadi seorang sajana. Syamsir baru
menyadari bahwa apa yang telah ayahnya sampaikan dulu adalah demi
untuk dirinya agar dapat berhasil menjadi sarjana. (Komplikasi)
Semua teman-teman Syamsir diberikan kebebasan oleh orang tuanya
untuk mencari pekerjaan. Kecuali Syamsir yang dilarang karena orang
tuanya terutama ayahnya menginginkan agar anaknya fokus pada
pelajaran dan bermain seperti anak biasa tanpa bekerja seperti orang
dewasa. Syamsir sering protes dengan ayahnya karena melarang bekerja.
Dengan keadaan terpaksa, Syamsir harus mengikuti perintah ayahnya.
(Resolusi)
Cerita ini menjadi pelajaran untuk kita semua. Ternyata dibalik
kesuksesan, ada peran orang tua yang teah berusaha dan berdoa demi
keberhasilan anaknya. Oleh karena itu, marilah kita betul-betul
menggunakan waktu untuk belajar dengan giat demi meraih cita-cita di
masa depan.(Koda)
33
Berdasarkan contoh teks cerita inspiratif yang telah dipaparkan, maka
terlihat jelas bagian orientasinya terdapat pada bagian awal yang berisi
pengenalan tema dan latar, serta pengenalan tokoh atau penggambaran
situasi. Selanjutnya komplikasi yang merupakan konflik pada sebuah
cerita. Pada bagian komplikasi, berisi konflik sampai menimbulkan
masalah besar di kisah inspiratif. Kemudian pada bagian resolusi yang
merupakan penyelesaian konflik, berisi peristiwa yang terjadi pada sebuah
cerita. Pada bagian ini, merupakan pemberian solusi yang dapat
menyelesaikan masalah oleh tokoh. Adapun struktur teks cerita inpiratif
pada bagian akhir yaitu koda yang merupakan penutup cerita berisi
simpulan dan pesan moral yang terkandung dalam kisah. Biasanya koda
terdapat pada bagian akhir
3. Kisah Inspiratif
Kisah inspiratif merupakan sebuah cerita atau kejadian yang mampu
memberikan ilham kepada seseorang untuk berbuat sesuatu. Pemberian
ilham memiliki pemaknaan positif yaitu memberikan sebuah bentuk yang
berbeda. Terdapat pula sudut pandang yang berbeda tertuju pada prilaku.
Inspiratif merupakan perubahan terhadap seseorang.
a. Kisah Inspiratif sebagai Media Pembelajaran
Kisah inspiratif diperlihatkan dalam bentuk tulisan dan video
terkhusus terhadap peserta didik. Kisah inspiratif juga dapat
membangkitkan motivasi produktif, dan memperoleh bentuk sugesti positif.
34
b. Kisah Inspiratif sebagai Pembangkit Motivasi
Kisah inspiratif merupakan cerita yang berlalu dapat memberikan
inspirasi berhubungan dengan kesuksesan seseorang. Dalam sebuah
kisah inspiratif, orang yang menyimak memberikan kecerahan terhadap
hidupnya. Kisah inspiratif akan mampu memberikan pengaruh penting
terhadap prilaku seseorang berupa semangat dan kekuatan untuk
melakukan sesuatu, sehingga orang yang menyimak akan termotivasi
untuk melakukan hal yang sama.
Apabila tenaga pengajar mengubah pola pikir peserta didik, maka
mereka dapat konsentrasi saat belajar. Peserta didik aktif dalam proses
pembelajaran, hampir tidak ada gangguan pada jalannya pembelajaran,
dan akan mencapai hasil yang optimal.
4. Metode Hypnoteaching
Metode pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang
saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu
pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat dan ciri khas
suatu pokok bahasan yang diajarkan. Dalam pengertian metode
pembelajaran tergambarkan latar psikologis dan latar pedagogis dari
pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan. Dalam pengertian
pendekatan pembelajaran, para ahli yang mengembangkan konsep
tersebut melalui kajian psikologis dan pedagogis berupaya mencapai
kesepakatan dengan para praktisi dan pemerhati pembelajaran tentang
cara seharusnya dalam membelajarkan (Suyono dan Hariyanto, 2014:14).
35
Desain pembelajaran biasanya dimulai dari kegiatan analisis yang
digunakan untuk menggambarkan masalah pembelajaran sesungguhnya
yang perlu dicari solusinya. Setelah dapat menentukan masalah yang
sesungguhnya, maka langkah selanjutnya adalah menentukan alternatif
solusi yang akan digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran.
Hasil proses desain pembelajaran yang berisi rancangan yang
sistematis dan menyeluruh dari sebuah aktivitas atau proses
pembelajaran. Desain tersebut dapat diaplikasikan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk menciptakan sebuah aktivitas peserta didik yang efektif,
diperlukan adanya sebuah proses perencanaan desain yang baik. Salah
satunya adalah hypnoteaching. metode hypnoteaching lebih difokuskan
pada perencanaan untuk digunakan dalam situasi peserta didik di dalam
kelas secara aktual. Model desain sistem pembelajaran ini terlihat lebih
sederhana jika dibandingkan dengan model desain sistem pembelajaran
yang lain. Namun memiliki dampak luar biasa dalam proses pembelajaran,
karena dapat membuat peserta didik menjadi aktif saat proses
pembelajaran berlangsung. Khusunya pelajaran Bahasa Indonesia.
Sugesti merupakan komponen pemograman pikiran bawah sadar
manusia yang mampu meningkatkan daya dan kekuatan. Seni sugesti
dalam meningkatkan keyakinan, kepercayaan, daya serta kekuatan
seringkali ditemukan dalam setiap bidang kehidupan. Seperti memotivasi
diri sendiri untuk berani menghadapi berbagai rintangan.
36
Seorang guru memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membina dan
memberikan kekuatan kepada peserta didiknya. Hipnotis adalah
kemampuan untuk membawa seseorang ke dalam hypnosis stage
(Hypnos). Hypnos adalah suatu kondisi kesadaran (stage of
consciounsnes) yang sangat mudah untuk menerima berbagai
saran/sugesti. Artinya, pada kondisi ini peran critical area (wadah data
sementara untuk diproses) dengan demikian, seseorang akan lebih
mudah dimotivasi dan motivasi tersebut akan tertanam dalam-dalam serta
dapat bertahan lama.
Kondisi hypnosis secara umum dapat digolongkan menjadi hypnosis
sederhana (light hypnos) dan hypnosis dalam (deep hypnosis). Metode
hypnoteaching lebih mendekati kondisi hypnosis sederhana. Dalam
pembelajaran, peserta didik dibawa dalam kondisi trance (trans) ringan.
Dengan demikian, critical area peserta didik jadi lebih berkurang sehingga
segala bentuk informasi berupa materi, informasi atau motivasi dapat lebih
mudah masuk sub-consciuos.
Hypnosis bukan ilmu baru, mistik, atau sarat akan hal gaib.
Mengajar dengan metode hypnoteaching memiliki peranan penting bagi
guru sebagai fasilitator untuk menjadikan peserta didik lebih tenang dalam
kegiatan belajar-mengajar. Dalam hypnosis, sugesti menentukan hasil dari
sebuah program yang akan diberikan kepada pikiran bawah sadar peserta
didik. Sebuah sugesti yang kurang tepat seringkali berdampak negatif
pada prilaku dan kondisi subjek hypnosis.
37
Berikut ini merupakan beberapa kaidah pemilihan kata dalam seni
sugesti yang sangat berperan dalam meningkatkan daya, kekuatan, dan
potensi diri.
Kata Positif dan Kata Negatif
NO. Kata Negatif
Kata Positif
1. Lemah, letih, loyo, lesu Belum kuat, belum energik
2. Bodoh, bego, goblok Belum pintar, belum cerdas
3. Gagal Belum berhasil
4. Sedih, sengsara Belum Bahagia
5. Sakit, kronis, menderita Belum sehat, belum sembuh
Langkah-langkah dasar yang dapat dilkukan guru dalam mengajar
dengan metode hypnoteaching lebih disarankan memakai bahasa bawah
sadar. Dengan demikian, peserta didik dapat menyimak materi yang
disampaikan sehingga tidak akan berpaling di luar materi pelajaran.
Hipnosis merupakan sebuah kondisi yang memerlukan peran
imajinatif. Jika ingin mengikuti kondisi tersebut, maka perlu adanya kondisi
tenang, serta rileks sehingga dapat menerima informasi secara cepat..
Dalam pengertian yang lebih ilmiah hipnosis adalah penembusan faktor
kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti
(Departemen Pendidikan, Divisi Pelayanan Masyarakat, AS dalam
Sugara, 2013:1). Penghipnosis adalah orang yang melakukan hipnosis.
38
Semua orang mampu dan dapat memasuki kondisi hipnosis, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. Hipnosis merupakan kondisi pikiran yang
fokus dan rileks. Hal ini ditandai dengan konsentrasi penuh terhadap satu
titik fokus dan menurunnya tingkat kesadaran pikiran sadar. Ketika kondisi
rileks, pikiran akan mampu dengan cepat menerima sugesti dan
menjalankannya dalam pikiran bawah sadar. Hipnosis adalah menurunnya
aktivitas dan pikiran sadar yang ditandai dengan tidak aktifnya pusat
penyaringan informasi (critical area), sehingga sugesti cepat masuk ke
dalam pikiran bawah sadar (Sugara, 2013:2).
Secara harfiah, hypnoteaching berasal dari kata hypnosis dan
teaching. Hypnosis sebenarnya adalah kemampuan untuk membawa
seseorang ke dalam hypnos. Hypnos adalah suatu kondisi kesadaran
yang sangat mudah untuk menerima berbagai saran/sugesti. Pada kondisi
ini peran wadah data sementara untuk diproses berdasarkan analisis,
logika, dan estetika, dan lain-lain yang berbeda keaktifannya tiap orang
semakin minim. Itulah sebabnya, seseorang lebih mudah dimotivasi dan
motivasi tersebut akan tertanam dalam-dalam dan bertahan lama (Navis,
2013:128-129). Teaching adalah mengajar atau kegiatan pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas. Pemanfaatan dalam kegiatan belajar-
mengajar ini dinamakan hypnoteaching.
Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan
sugesti agar para peserta didik menjadi lebih cerdas. Dengan sugesti
yang diberikan, diharapkan mereka tersadar dan tercerahkan bahwa ada
39
potensi luar biasa yang selama ini belum pernah dioptimalkan dalam
pembelajaran (Nurcahyo dalam Hajar 2012). Hal inilah yang harus
mendapat perhatian dari guru untuk menggunakan metode hypnoteaching
dalam pembelajaran.
Dalam hypnoteaching, penyajian materi pembelajaran menggunakan
bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti kepada peserta didik
untuk berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh
guru. Penggunaan alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap
cara kerja otak. Hypnoteaching merupakan gabungan dari lima metode
belajar-mengajar, yaitu quantum learning, accelerate learning, power
teaching, Neurolinguistik Programming (NLP), dan hypnosis.
Hypnoteaching menekankan pada komunikasi pikiran bawah sadar
para guru, baik dilakukan di dalam kelas maupun dilakukan di luar kelas.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti sugesti dan
imajinasi. Sugesti memiliki kekuatan luar biasa untuk dapat memotivasi diri
peserta didik untuk belajar.
Kemampuan guru melakukan sugesti, hasil sugestinya terus
terngiang dalam otak peserta didik, sehingga mampu mengantarkannya
pada sesuatu yang dipikirkan. Imajinasi merupakan proses
membayangkan sesuatu terlebih dahulu, baru melakukannya. Dalam hal
ini, seorang guru harus mampu membiarkan peserta didik berekspresi
dan berimajinasi. Meskipun demikian, peserta didik harus tetap diarahkan
untuk dapat mengerjakan tugas terstruktur yang diberikan kepadanya.
40
Guru memiliki peran penting dalam membina watak peserta didik
khususya di dalam lingkungan sekolah. Melalui kegiatan pembelajaran
yang dilakukannya, guru harus menyadari bahwa semua tindakan yang
dilakukan, akan berimbas pada perilaku peserta didik. Oleh karena itu,
guru harus melakukan sebuah tindakan yang cerdas dalam mengontrol
dan mempengaruhi perilaku peserta didik, agar situasi kelas menjadi lebih
tenang sehingga tercipta komunikasi.
Guru melaksanakan kegiatan dengan semangat dan antusias akan
memberikan pengaruh positif kepada para peserta didik yang mengikuti
pelajaran. Guru juga perlu memperhatikan emosi dan psikologis peserta
didik, sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.
Pada dasarnya, guru yang berkualitas akan berusaha meningkatkan
prestasi peserta didik yang diajarnya. Sebaliknya, guru yang tidak peduli
akan menciptakan ketakutan terhadap peserta didik, sehingga membuat
para peserta didik tidak menyukai mata pelajaran tertentu. Dalam kondisi
seperti ini, metode hypnoteaching menjadi solusinya. Hypnoteaching
dapat mendorong motivasi guru untuk menjadi sosok teladan bagi peserta
didik sehingga dapat memberikan pernyataan positif (positive statement)
kepada peserta didik. Guru juga harus dibekali ilmu komunikasi efektif
yang dapat diaplikasikan kepada peserta didik dengan cara
memberdayakan pikiran bawah sadar mereka selama proses
pembelajaran.
41
Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar adalah satu kesatuan pikiran
yang memiliki garis koordinasi dalam kerjanya. Ada empat fungsi pikiran
bawah sadar, yaitu (1) mengidentifikasi setiap informasi yang masuk ke
dalam pikiran; (2) membandingkan dengan informasi atau pengalaman
yang sebelumnya; (3) melakukan analisis terhadap informasi atau
pengalaman yang sebelumnya; (4) memutuskan diterima atau tidaknya
setiap informasi (Sugara, 2012:27).
Ketika pikiran sadar melakukan analisis terhadap informasi yang
masuk, maka saat itu pikiran sadar berkomunikasi dengan pikiran bawah
sadar mengenai pengalaman sebelumnya. Jika informasi yang masuk
tidak bertentangan dengan sistem keyakinan yang dipegangnya, informasi
itu layaknya lapisan bawahnya karena terdapat semua aspek yang
mempengaruhi kehidupan manusia. Untuk itulah, pikiran bawah sadar
sering kali disebut memberikan pengaruh sebanyak 88% dalam kehidupan
manusia (Sugara, 2012:27). Dengan demikian, pikiran sadar dan pikiran
bawah sadar tidak dapat dipisahkan demi merespon setiap tindakan yang
dilakukannya.
Dalam hypnoteaching, guru dituntut untuk memberikan pencerahan
kepada para peserta didik. Guru juga lebih menekankan pada peserta
didik untuk berperan aktif atau siap menyampaikan hal yang menurutnya
salah atau kurang sependapat.
1. Kelebihan hypnoteaching
Kelebihan hypnoteaching dalam kegiatan pembelajaran adalah
42
sebagai berikut: (1) Proses pembelajaran terhadap fasilitator, guru serta
pelajar (2) Pelajar yang mengikuti pembelajaran dapat berkembang
sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing; (3) keterampilan
dalam hypnoteaching; (4) Proses pembelajaran dalam hypnoteaching
lebih beragam; (5) Pelajar yang mengikuti pembelajaran dapat dengan
mudah menguasai materi karena lebih termotivasi untuk belajar; (5)
Pembelajaran yang diberikan bersifat aktif; (6) Pemantauan terhadap
peserta didik lebih intensif; (7) Pelajar lebih dapat berimajinasi dan berpikir
kreatif; (8) Pelajar akan melakukan pembelajaran dengan senang hati; (9)
Daya serap lebih cepat dan bertahan lama karena peserta didik tidak
menghafal materi pembelajaran; (10) Pelajar berkonsentrasi penuh
terhadap materi pembelajaran yang dipelajarinya (Hajar, 2012: 82-83).
Kesepuluh kelebihan hypnoteaching ini harus diterapkan agar tujuan
pembelajaran terwujud.
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode hypnoteaching
Pembelajaran dengan menggunakan metode hypnoteaching tentu
saja berbeda dengan metode pembelajaran lainnya, sehingga terdapat
beberapa hal yang harus dibedakan dalam pelaksanaannya. Hal ini
dilakukan supaya pelaksanaan pelatihan dengan metode hypnoteaching
bisa berjalan secara efektif dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Adapun beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh guru agar bisa
mencapai tujuan pembelajaran dengan baik adalah sebagai berikut: (1)
Mengidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan peserta didik dalam pelajaran
43
(2) Merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media, seperti
suara, gambar, tulisan, gerak, dan simbol (3) Memulai mengajar sesuai
dengan rencana yang telah dibuat, seperti melakukan induksi (cara untuk
masuk ke dalam keadaan fokus (4) Melakukan afirmasi (menyatakan
sesuatu yang positif tentang diri sendiri) sebagai bahan untuk
memunculkan gagasan dari guru; (5) Melakukan visualisasi sebagai
sarana agar peserta didik dapat memproduksi gagasan sebanyak-
banyaknya berkaitan dengan topik pelatihan hari itu (6) Melakukan
evaluasi; (7) Sebelum pembelajaran berakhir, lakukanlah refleksi tentang
sesuatu yang dialami oleh peserta didik.
Dalam mengembangkan metode hypnoteaching, didasari pemikiran
tentang peristiwa Pembelajaran. Desain tersebut dikembangkan
pembelajaran yang efektif. Itulah sebabnya, kegiatan yang dilakukan
diawali berdasarkan usaha demi mencapai maksud sehingga
menimbulkan dorongan agar lebih memaksimalkan diri mempelajari
segala bentuk penjelasan.
Proses penyematan atribut terhadap asesmen sehingga muncul
perbandingan di dalamnya berupa suatu yang diadakan seperti desain,
keterampilan, penilaian, sehingga mencapai keberhasilan berdasarkan
sesuatu yang diadakan.
Penerapan metode hypnoteaching dapat dilakukan dengan beberapa
langkah. Hal tersebut perlu ditempuh terhadap tenaga pengajar Pertama,
guru harus mempunyai niat dan motivasi dalam dirinya untuk dapat
44
memfasilitasipeserta didik. Kedua, pacing, yaitu guru menyamakan posisi,
gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan peserta didik agar
materi yang disajikan dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik.
Ketiga, leading, yaitu guru mengarahkan sesuatu atau memberi petunjuk
kepada peserta didik. Leading dilakukan setelah pasing agar peserta didik
mudah mengikuti arahan yang diberikan oleh guru.
Keempat, guru menerapkan ucapan positif yang sepatutnya
didapatkan pelajar. Kelima, guru memberi pujian ke pelajar sehingga ikut
arahan guru. Keenam, modelling, yaitu memberikan contoh terhadap
ucapannya.
Penggunaan metode hypnoteaching pada kegiatan pembelajaran
bahasa Indonesia sangat besar manfaatnya bagi peserta didik. Hal ini
penulis nyatakan sebab pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode
hypnoteaching, menjadikan peserta didik dapat mengembangkan
kompetensinya dalam memahami materi pembelajaran bahasa Indonesia.
Peran seorang guru sebagai fasilitator pembelajaran sangat penting
dalam kegiatan belajar mengajar. Bukan hanya guru yang merasakan
proses pembelajaran, melainkan juga peserta didik yang ikut merasakan
proses pembelajaran tersebut. Guru merupakan tumpuan bagi orang tua
peserta didik yag sangat memercayakan proses pendidikan anaknya di
sekolah. Dalam menerapkan metode hypnoteaching, guru memegang
peranan yang sangat penting. (Ali Akbar N. 2013: 130).
45
Berikut ini langkah-langkah dalam penerapan metode hypnoteaching
a. Niat dan motivasi dalam diri sendiri.
Kesuksesan seseorang tergantung pada niat dalam dirinya untuk
berusaha dan bekerja keras dalam mencapai kesuksesan. Niat yang
besar akan memunculkan motivasi.
b. Pacing
Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta
gelombang otak dengan orang lain seperti peserta didik. Pada prinsipnya,
manusia lebih suka berinteraksi dengan teman yang memiliki banyak
kesamaan, sehingga ia akan merasa nyaman.
c. Leading
Leading memiliki pengertian memimpin atau mengarahkan sesuatu.
Hal ini dilakukan setelah proses pacing dilakukan. Jika guru bahasa
Indonesia melakukan leading tanpa melakukan pacing, maka hal itu sama
seperti memberikan perintah kepada paserta didik yang cukup beresiko,
karena mereka melakukannya dalam keadaan terpaksa dan tertekan.
d. Menggunakan kata positif
Penggunaan kata positif ini sesuai dengan pikiran bawah sadar yaitu
yang tidak mau menerima kata negatif.
Kata positif “ Mohon tenang” Kata negatif “ jangan rebut/jangan ramai Menggunakan kata positif
46
e. Memberikan pujian
Pujian merupakan penghargaan atas peningkatan harga diri
seseorang. Berikanlah pujian terhadap peserta didik dengan tulus
sehingga mereka akan terdorong untuk melakukan lebih dari yang
sebelumnya
f. Modeling
Proses memberi teladan/memberi contoh melalui ucapan dan prilaku
yang konsisten serta merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
hypnoteaching. Berdasarkan contoh tersebut, peserta didik melakukan
dengan senang hati sehingga dapat berhasil dalam mengikuti
pembelajaran.
Dengan demikian, langkah-langkah dalam penerapan metode
hypnoteaching dapat menadi acuan bagi tenaga pendidik seperti guru
atau dosen ketika akan melakukan kegiatan proses belajar mengajar di
dalam lingkungannya masing-masing.
Hipnosis merupakan teknik yang mampu memidahkan gelombang
pikiran manusia sesuai degan kebutuhan dan sugesti yang diperlukan.
Saat seseorang ingin melakukan self hypnosis atau hypnosis kepada diri
sendiri, sebenarnya memindahkan kesadarannya kepada sebuah kondisi
atau level tertentu yang sangat nyaman guna menyesaikan berbagai
permasalahan mental dan emosionalnya. Hypnosis bekerja melalui
sebuah teknik relaksasi, guna memasuki dan menggali pikiran bawah
sadar seseorang.
47
Pikran sadar sebenarnya hanya berperan 12% dalam kehidupan
sehari-hari. Pikiran sadar bersifat logis, analisis dan menggunakan
berbagai pertimbangan. Sementara itu, pikiran bawah sadar berperan
88% dalam kehidupan. Pikiran bawah sadar lebih bersifat netral dan
sugestif. Pikiran bawah sadar dapat diasumsikan sebagai sebuah memori
jangka panjang manusia yang menyimpan berbagai peristiwa baik
berdasarkan pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain.
Dalam hidup ini, pikiran sadar, sering menjadi prioritas dalam
melakukan setiap aktivitas sehari-hari. Itu disebabkan karena beberapa
diantara kita, kurang menyadari bahwa sebenarnya pikiran bawah
sadarlah yang sering bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
mengenai pikiran bawah sadar masih jarang yang mengetahui. Pikiran
bawah sadar sering tidak tampak dan bahkan tidak disadari oleh setiap
orang. Namun sebenarnya pikiran bawah sadar memengaruhi hampir
setiap aktivitas dalam hidup.
Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar keduanya sangat
berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Beberapa hal yang telintas
dalam benak seorang peserta didik yang belajar menggunakan pikiran
sadar, antara lain:
1. Untuk apa saya belajar pelajaran itu?
2. Kenapa pelajaran itu susah sekali?
3. Kenapa sudah belajar saya tetap susah menyerap pelajaran?
4. Kok guru mata pelajaran saya kurang asik ya?
48
Sementara peserta didik yang menggunakan pikiran bawah sadar,
beberapa hal yang telintas dalam benak mereka, antara lain:
1. Saya percaya terhadap sesuatu hal yang dikatakan oleh guru.
2. Saya mudah belajar pelajaran itu.
3. Saya mudah memahami setiap ada penjelasan.
4. Saya suka dengan pelajaran yang diajarkan oleh Pak Ahyar.
Apabila contoh di atas dicermati,dengan baik, maka terlihat jelas
beberapa ungkapan negatif dan ungkapan positif yang menjadi sebuah
perbedaan yang sangat berpengaruh terhadap pola pikir demi
melaksanakan pembelajaran, khususnya pada penggunaan metode
hypnoteaching, tenaga pendidik seperti guru atau dosen dianjurkan untuk
memperhatikan beberapa hal penting sebelum melakukan kegiatan
proses belajar mengajar di kelas.
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode hypnoteaching,
terdapat beberapa hambatan. Hambatan menerapkan metode
hypnoteaching dalam kegiatan belajar-mengajar, di antaranya berikut ini.
a. Metode hypnoteaching masih jarang diterapkan guru, karena belum
memahami dasar penerapannya.
b. Jumlah peserta didik yang banyak, mengakibatkan terbatasnya waktu
guru dalam melakukan pendekatan pada setiap individu.
c. Hypnoteaching memerlukan tempat yang memiliki kualitas sehingga
dibutuhkan beberapa kondisi dalam pembelajaran dengan metode
hypnoteaching.
49
d. Tenaga pengajar dapat menggunakan metode hypnoteaching dalam
kegiatan pembelajaran. Baik dilakukan di lingkungan sekolah, mapun
dilakukan di luar lingkungan sekolah.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode hypnoteaching
merupakan metode yang menggabungkan antara dua hal yaitu pemberian
sugesti dan pengajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode
hypnoteaching dapat dilakukan oleh guru bahasa Indonesia dengan
memperhatikan hal berikut ini.
a. Menguasai materi secara komprehensif
Penguasaan materi pembelajaran sangat penting dilakukan untuk
dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik dan menarik. Jika guru
bahasa Indonesia dapat mendominasi setiap objek yang membutuhkan
sebuah ruang yang jumlahnya diukur sehingga dapat menyesuaikan
terhadap titik tolak untuk memberikan pemahaman.
b. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
Mengatur cara terbaru sehingga peserta didik aktif saat mengikuti
pelajaran seperti yang dilakukan guru yaitu melibatkan peserta didik untuk
melakukan diskusi dengan temannya agar mereka dapat berkomunikasi.
c. Diupayakan dapat melakukan interaksi informal
Berbincang dengan pelajar sebelum jam pelajaran dimulai perlu
diterapkan demi mengembalikan kondisi menjadi baik.agar menjadikan
proses pembelajaran berjalan sesuai harapan.
50
d. Memberi hak dan tanggung jawab
Peserta didik dapat termotivasi jika ia diberi kewenangan begitupun
dengan prestasi belajar yang diraihnya juga dapat semakin meningkat jika
memberikan tanggung jawab kepada peserta didik.
e. Memahami karakter setiap peserta didik
Kebiasaan peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda Ada
peserta didik yang pintar dalam bidang tertentu, tetapi lemah dalam
bidang lainnya, begitu pun sebaliknya. Dengan demikian, guru harus
memberikan perlakukan yang sama kepada semua peserta didik.
f. Mayakinkan Peserta Didik Mampu Meraih Keberhasilan dalam
Belajar
Guru bahasa Indonesia harus dapat meyakinkan peserta didik
bahwa materi pelajaran bahasa Indonesia dapat dikuasainya ataupun
tugas yang diberikan kepadanya dapat dilaksanakan berdasarkan waktu
yang ditentukan.
g. Memberikan Kesempatan kepada Peserta Didik untuk Melakukan
Sesuatu secara Kolaboratif atau Kooperatif
Memberi waktu terhadap peserta didik membuat berbagai bentuk
berkolaborasi. Hal tersebut menumbuhkan semangat peserta didik
terkhusus pada pelajaran bahasa Indonesia. Sekaligus mengikutsertakan
peserta didik agar diberikan keringanan agar bertukar info dan argumen
yang luas, sehingga tidak saling menimbulkan perselisihan.
51
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Alam (2015) dengan judul Pengembangan Model
Bahan Ajarpeserta didik Keterampilan Menulis Publikasi Ilmiah Berbasis
Metode Hypnoteaching bagi Guru Bahasa Indonesia SMP di Sulawesi
Selatan. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
pengembangan. Persamaannya menggunakan Metode hypnoteaching
dan perbedaanya, yaitu Menulis Publikasi Ilmiah. Adapun hasilnya yaitu
dihasilkan model bahan ajarpeserta didik menulis publikasi ilmiah untuk
guru bahasa Indonesia SMP di Sulawesi Selatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rusdi (2013) dengan judul
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Guru Bahasa Indonesia SMP
pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Selatan. Metode
penelitian yang digunakan, yaitu penelitian kualitatif. Persamaannya, yaitu
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP dan perbedaannya, yaitu
pembelajaran bahasa Indonesia untuk guru bahasa Indonesia Adapun
hasilnya, yaitupeserta didik Guru Bahasa Indonesia SMP yang dilakukan
di LPMP Sulawesi Selatan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pengembangan kompetensi Guru Bahasa Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Jarwanto (2015) dengan judul
Pemanfaatan Kisah Ispiratif untuk Meningkatkan Motivasi dan
Pemahaman Mendeskripsikan Pranata dan Penyimpangan Sosial pada
Peserta didik Kelas VIII A SMP Negeri 3 Saradan Tahun 2015. Metode
52
penelitian yang digunakan, yaitu penelitian Tindakan Kelas.
Persamaannya, yaitu membahas kisah inspiratif dan perbedaannya yaitu
peningkatan motivasi dan pemahaman serta mendreskripsikan pranata
dan penyimpangan sosial. Adapun hasinya, yaitu pemanfaatan kisah
inspiratif sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan
pemahaman pada kompetensi mendeskripsikan pranata dan
penyimpangan sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Kartika Utami (2020)
dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Cerita Inspiratif
Melalui Strategi Pemodelan. Metode penelitian, yaitu PTK.
Persamaannya, yaitu teks cerita inspiratif, sedangkan perbedaannya
adalah Penggunaan pemodelan. Adapun hasilnya yaitu penerapan
strategi pemodelan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan guru dalam mengajarkan materi menulis teks cerita
inspiratif dapat meningkatkan pembelajaran secara klasikal, dan yang
terakhir, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bahar Agus Setiawan (2018)
dengan judul Pengaruh Metode Hypnoteaching Terhadap Aktivitas Belajar
dan Dampaknya Terhadap Haisl Belajar Peserta didik Kelas VII Pada
Mata Pelajaran Al – Islam di SMP Muhammadiyah 1 Jember. Metode
penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Persamaanya yaitu
sama- sama menggunakan metode Hypnoteaching dan perbedaannya
diterapkan pada Pembelajaran Al-Islam. Hasilnya, yaitu penggunaan lisrel
dengan berbasis Structural Equational Model (SEM)
53
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran bahasa indonesia berdasarkan kurikulum 2013.
hakikat dilaksanakan melalui teks, kemampuan berpikir, dan materi yang
digunakan relevan dengan karakteristik kurikululum 2013 yang
menetapkan capian kompetensi mencakup tiga ranah pendidikan yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. terdapat 3 hal yang dapat
dipaparkan yaitu struktur gramatikal berbasis teks, keterampilan
berbahasa, dan pelaksanaan pembelajaran sastra. Hal tersebut
dihubungkan dengan struktur gramatikal berbasis teks, dan keterampilan
berbahasa.
Setelah struktur gramatikal berbasis teks, dan keterampilan
berbahasa maka memunculkan sebuah marteri mengenai teks. selajutnya
teks yang terdapat pada materi teks eksposisi, teks eksplanasi, teks
deskripsi, teks berita, teks cerita inspiratif dan sterusnya akan dipilh
salahsatunya. Teks yang menjadi bahan penelitian yaitu teks cerita
inspiratif. Teks cerita inspiratif digabungkan metode hypnoteaching,
sehingga dapat menghasilkan sebuah temuan. penelitian ini difokuskan
pada pembelajaan Bahasa Indonesia pada teks cerita inspiratif dengan
metode Hypnoteaching.
54
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berdasarkan Kurikulum 2013
Struktur Gramatikal Berbasis Teks
Pelaksanaan Pembelajaran
Sastra
Keterampilan
Berbahasa
Teks
Metode Hypnoteaching
Temuan
Adapun Kerangka pikir penelitian ini digambarkan pada skema
kerangka pikir sebagai berikut:
Teks Eksposisi Teks Eksplanasi Teks Deskripsi Teks Berita Teks Cerita Inspiratif
dst
Teks Cerita Inspiratif
55
D. Hipotesis
Peserta didik kelas IX SMP di Kota Makassar memiliki hasil belajar
yang memadai.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dipaparkan sebagai
berikut :
“Peserta didik memiliki hasil belajar yang memadai jika 75% memperoleh
nilai 65 atau lebih.”
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitan tentang penggunaan metode hypnoteaching dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP kota Makassar adalah penelitian
kuantitatif. Hal itu dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang
penggunaan metode hypnoteaching.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang penggunaan metode hypnoteaching dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan di SMP Negeri 4 Makassar,
SMP Negeri 6 Makassar, dan SMP LPP UMI Makassar. Dipilihnya ketiga
sekolah ini sebagai tempat pelaksanaan penelitian karena sekolah
tersebut memiliki beberapa faktor pendukung. SMP Negeri 6 Makassar
merupakan salah satu sekolah yang diunggulkan di Kota Makassar karena
rata-rata peserta didiknya memiliki kompetensi yang tinggi dalam setiap
mata pelajaran. Begitupun SMP Negeri 4 Makassar yang menjadi favorit
karena memiliki banyak peminat. Sementara SMP LPP UMI Makassar
merupakan salah satu sekolah yang memiliki tempat yang strategis dan
mewakili sekolah swasta yang berada di Kota Makassar. Ketiga sekolah
tersebut memiliki faktor pendukung dalam pembelajaran. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2021.
57
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah 55 Sekolah Negeri dan juga 55
Sekolah Swasta khususnya SMP di Kota Makassar yang terdiri dari kelas
IX dengan jumlah total 110. Jumlah peserta didik antara lain:
Tabel 1 Keadaan Populasi SMP Negeri
No. Sekolah Kelas Jumlah
1. SMPN 4 Makassar IX 352
2. SMPN 6 Makassar IX 363
3. SMPN 14 Makassar IX 290
4. SMPN 30 Makassar IX 429
5. SMPN 26 Makassar IX 276
6. SMPN 13 Makassar IX 391
7. SMPN 8 Makassar IX 430
8. SMPN 2 Makassar IX 280
9. SMPN 20 Makassar
IX 326
10. SMPN 40 Makassar IX 221
11. SMPN 17 Makassar IX 348
12. SMPN 1 Makassar IX 479
13. SMPN 3 Makassar IX 425
14. SMPN 5 Makassar IX 342
15. SMPN 7 Makassar IX 460
58
No. Sekolah Kelas Jumlah
16. SMPN 16 Makassar IX 178
17. SMPN 12 Makassar IX 359
18. SMPN 37 Makassar IX 230
19. SMPN 29 Makassar IX 254
20. SMPN 25 Makassar IX 335
21. SMPN 36 Makassar IX 257
22. SMPN 31 Makassar IX 214
23. SMPN 18 Makassar IX 382
24. SMPN 24 Makassar IX 335
25. SMPN 35 Makassar IX 281
26. SMPN 34 Makassar IX 246
27. SMPN 45 Makassar IX 98
28. SMPN 32 Makassar IX 221
29. SMPN 15 Makassar IX 268
30. SMPN 18 Makassar IX 382
31. SMPN 24 Makassar IX 335
32. SMPN 27 Makassar IX 388
33. SMPN 43 Makassar IX 65
34. SMPN 39 Makassar IX 55
35. SMPN 38 Makassar IX 75
59
No. Sekolah Kelas Jumlah
36. SMPN 28 Makassar IX 66
37. SMPN 42 Makassar IX 46
38. SMPN 9 Makassar IX 197
39. SMP Negeri 11 Makassar IX 186
40. SMPN 27 Makassar IX 388
41. SMPN 10 Makassar IX 300
42. SMPN 19 Makassar IX 370
43. SMPN 22 Makassar IX 378
44. SMP Negeri 23 Makassar IX 356
45. SMP Negeri 33 Makassar IX 349
46. SMPN 45 Makassar IX 98
47. SMPN 38 Makassar IX 76
48. SMPN 49 Makassar IX 29
49. SMPN 25 Makassar IX 66
50. SMPN 39 Makassar IX 23
51. SMPN 43 Makassar IX 31
52. SMPN 41 Satu Atap Makassar
IX 27
53. SMPN 44 Satu Atap Makassar
IX 22
54. SMPN 48 Makassar IX 28
55. SMPN 42 Makassar IX 19
60
Tabel 2 Keadaan Populasi SMP Swasta
No. Sekolah Kelas Jumlah
1. SMP Katolik Rajawali IX 246
2. SMP Telkom Makassar IX 209
3. SMP Tut Wuri Handayani IX 143
4. SMP Islam Athirah Makassar
IX 125
5. SMP Kartika IX-I Makassar
IX 87
6. SMP Katolik sudiang IX 85
7. SMP LPP UMI Makassar IX 107
8. SMP Bajiminasa IX 153
9. SMP Dian Harapan Makassar
IX 105
10. SMP Makassar Raya IX 109
11. SMP Zion GKKA- UP Makassar
IX 125
12. SMP Pasantren IMMIM IX 135
13. SMP Makassar Mulya IX 129
14. SMP Frater Makassar IX 237
15. SMP Nasional IX 284
61
No. Sekolah Kelas Jumlah
16. SMP Muhammadiyah 13 Makassar
IX 137
17. SMP Maha Putra IX 97
18. SMP Wahyu IX 91
19. SMP Muhammadiyah 14 IX 129
20. SMP Datuk Ribandang IX 98
21. SMP Islam Darul Hikmah IX 118
22. SMP Katolik Sudiang IX 85
23. SMP Islam Athirah Baruga IX 111
24. SMP Hang Tuah IX 109
25. SMP Muhammadiyah 1 Makassar
IX 95
26. SMP Islam Terpadu Ar Rahmah
IX 111
27. SMP Unismuh Makassar IX 83
28. SMP ABDI Pembangunan IX 91
29. SMP Darussalam IX 64
30. SMP Islam Al Ashar 24 Makassar
IX 75
31. SMP Laniang IX 66
32. SMP YP PGRI I Kijang IX 64
33. SMP IT AL-AKHYA Makassar IX 53
34. SMP KI Hajar Dewantara IX 41
35. SMP Amanah Nusantara IX 61
62
No. Sekolah Kelas Jumlah
36. SMP Tridarma MKGR IX 65
37. SMP Plus Budi Utomo IX 48
38. SMP IT Insan Cendekia IX 31
39. SMP Darul Arqam Muhammadiyah
IX 53
40. SMP Muhammadiyah 2 Makassar
IX 56
41. SMP Bambini IX 31
42. SMP Perguruan Islam Makassar
IX 39
43. SMP Irnas Makassar IX 30
44. SMP YP PGRI 3 Makassar IX 43
45. SMP Mandiri Makassar IX 38
46. SMP Tunas Harapan Malaka IX 46
47. SMP Muhammadiyah 5 Mariso IX 57
48. SMP PGRI 3 Sangir Mkassar IX 40
49. SMP Ahmad Yani Makassar IX 44
50. SMP Yapeno Bungaya IX 50
51. SMP IT Darurrahman IX 52
52. SMP Muhammadiyah 6 IX 76
53. SMP IT Albiruni Mandiri IX 48
54. SMP Tujuh Lima Makassar IX 47
55. SMP Muhammadiyah 9 Daya IX 39
63
Tabel 3
SMP Negeri 4 Makassar
NO. KELAS JUMLAH
1 IX.1 36
2 IX.2 35
3 IX.3 35
4 IX.4 34
5 IX.5 34
6 IX.6 36
7 IX.7 35
8 IX.8 36
9 IX.9 35
10 IX.10 36
Tabel 4
SMP Negeri 6 Makassar
NO. KELAS JUMLAH
1 IX.1 34
2 IX.2 34
3 IX.3 34
4 IX.4 31
5 IX.5 33
6 IX.6 33
7 IX.7 32
8 IX.8 34
9 IX.9 33
10 IX.10 33
11 IX.11 32
64
Tabel 5
SMP LPP UMI Makassar
NO. KELAS JUMLAH
1 IX.A 30
2 IX.B 30
3 IX.C 25
4 IX.D 22
65
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiono, 2009: 81). Penentuan sampel penelitian ini
dilakukan dengan teknik sampling purposive. Sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2009:
85). Berdasarkan pendapat ini, ditetapkanlah peserta didik kelas IX
menjadi sampel penelitian. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga dalam pertemuan pembelajaran dan
setiap kelas masing- masing sudah terjadwal.
Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas IX. Penentuan
sampel penelitian ini dinilai dapat mewakili populasi penelitian.
Tabel 6
Sampel Penelitian
No.
Sekolah
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
SMP Negeri 4
Makassar
IX7
15
20
35
2.
SMP Negeri 6
Makassar
IX9
14
19
33
3.
SMP LPP UMI
Makassar
IXA
13
17
30
66
D. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil belajar peserta didik saat pemberian
tugas dalam bentuk link. Data tersebut dari hasil belajar dan observasi.
Data diperoleh dari pelaksanaan kegiatan pada hari pertama dan hari
berikutnya.
1. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda yang
bertujuan memperoleh data tentang penggunaan metode hypnoteaching
dalam pembelajaran teks cerita inspitratif. Adapun observasi digunakan
untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran. Pada pelaksanaan
pembelajaran berlangsung. Keduanya dapat menjaring data yang
diperlukan.
2. Teknik Analisis Data
Data diolah dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Data hasil
belajar diolah dalam bentuk persentase dan SPSS. Penggunaan kedua
teknik analisis ini, saling melengkapi. Analisis data dengan menggunakan
SPSS dihitung dalam aplikasi tersebut, dan data yang diolah juga
menggunakan persentase
B Nilai = --------- x 100
N Keterangan:
B : skor perolehan
N : skor maksimal
67
Pemahaman peserta diddik dapat dilihat berdasarkan interval,
kotegori, frekuensi, dan persentasinya, berikut penjelasannya di bawah ini:
Tabel 7 Tingkat Pemahaman
Interval Kategori
91 - 100 Sangat tinggi
80 - 90 Tinggi
60 - 70 Sedang
30 - 50 Rendah
Pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode hypnoteaching dapat dilihat dari
kategorinya. Pertama, peserta didik pada kategori sangat tinggi,
memperoleh nilai interval 91-100. Kedua, peserta didik pada karegori
tinggi memperoleh nilai interval 80-90. Ketiga, peserta didik pada kategori
sedang, memperoleh nilai interval 60-70. Keempat, peserta didik pada
kategori rendah, memperoleh nilai interval 30-50. Hal tersebut dapat dilihat
hasilnya setelah melakukan pengolahan data terhadap capaian hasil
belajar peserta didik dengan menggunakan metode hypnoteaching.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yang
berbentuk pilihan ganda. Tes yang diberikan kepada peserta didik
dimaksudkan untuk melihat hasil belajarnya. Selain itu, digunakan pula
instrumen penelitian dalam bentuk observasi yang diisi langsung oleh
peneliti untuk mengetahui kondisi peserta didik terhadap kegiatan
pembelajaran, khsusnya pada pembelajaran bahasa Indonesia yang
menggunakan metode hypnoteaching.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia pada
teks cerita inspiratif SMP dengan menggunakan metode hypnoteaching di
Kota Makassar, telah mendapatkan hasil. Prosedur pelaksanaannya
dilakukan melalui beberapa tahap seperti pengumpulan data pada saat
awal dan akhir kegiatan. Pemahaman peserta didik terhadap teks cerita
inspiratif dapat dilihat dari hasil tes yang telah diberikan. Adapun
penerapan dengan metode hypnoteaching dapat dilihat dari hasil
observasi yang diisi lansung oleh peneliti.
Deskripsi mengenai hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian yang penulis lakukan dipaparkan sebagai berikut.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode hypnoteaching dipaparkan sebagai berikut.
1. Pemahaman Peserta Didik terhadap Teks Cerita Inspiratif
dinyatakan memadai.
Pemahaman peserta didik terhadap teks cerita inspiratif dinyatakan
memadai karena nilai yang diperoleh peserta didik terhadap materi cerita
inspiratif mencapai nilai yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata dari
keseluruhan jumlah peserta didik dengan perolehan nilai rata-rata yaitu
69, 30
69
Persentase dapat dilihat setelah melakukan pengolahan data dengan
menggunakan spss, sehingga akan terlihat jelas beberapa bentuk nilai
dari persentase yang telah didapatkan berupa nilai rendah, nilai sedang,
dan juga nilai tinggi. Nilai rata-rata mengenai pemahaman terhadap teks
cerita inspiratif juga dapat terlihat dari persentase yang dibuat
berdasarkan statistik.
Berikut persentase yang telah dibuat berdasarkan statistik :
Tabel 8
Tabel statistik
Statistics
nama_pesert
a didik
jenis_kelamin nama_sekolah kelas score
N Valid 57 57 57 57 57
Missing 0 0 0 0 0
Mean 69.30
Median 70.00
Mode 60
Minimum 30
Maximum 100
Sum 3950
Percentiles
25 60.00
50 70.00
75 80.00
Keterangan:
Persentase berdasarkan statistik :
Mean = Merupakan rata-rata nilai seluruh peserta didik yang ikut ujian.
Adapun nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 69, 30
70
Median = Merupakan nilai tengah rata-rata yang telah diperoleh. Adapun
nilai tengah rata-rata yang telah diperoleh yaitu nilai 70
Mode = Merupakan nilai yang paling banyak atau nilai yang sering
muncul. Adapun nilai yang sering muncul yaitu nilai 60
Minimum = Merupakan nilai paling rendah yang telah diperoleh. Adapun
nilai paling rendah yang telah diperoleh yaitu nilai 30
Maksimum = Merupakan nilai tertinggi yang telah diperoleh. Adapun nilai
tertinggi yang telah diperoleh yaitu nilai 100.
Sum = Merupakan nilai keseluruhan peserta didik yang telah mengikuti
tes. Adapun nilai keseluruhan peserta didik yaitu 3950.
Presentil = Merupakan bentuk kelompok yang menjadi 3 bagian yaitu
percentile 25, percentile 50, dan percentile 70.
Precentile 25 yaitu data dari keseluruhan peserta didik yang mengikuti tes,
diambil sebanyak 25 % secara acak kemudian menghasilkan nilai 60.
Precentile 50 yaitu data yang diambil dari 50 % peserta didik yang
mengikuti tes menghasilkan nilai 70, dan Precentile 75 yaitu data yang
diambil dari 75% peserta didik yang mengikuti tes menghasilkan nilai 80.
Jadi, hasil yang diperoleh setelah dikelompokkan menjadi 3 bagian adalah
merupakan nilai standar berdasarkan masing-masing persentasenya
Setelah data dalam tabel di atas diolah dengan SPSS, diketahuilah
bahwa nilai mean atau nilai rata-rata dari seluruh peserta didik yaitu 69,30.
Jadi, rata-rata perolehan menunjukkan bahwa penguasaan peserta didik
terhadap teks cerita inspiratif telah memadai.
71
Perolehan nilai peserta didik kelas IX SMP di Kota Makassar
dengan Nilai tengah atau median 70,00. Nilai yang sering muncul adalah
60 (mode 60). Nilai minimum yang diperoleh peserta didik kelas IX SMP di
Kota Makassar adalah 30, sedangkan nilai maksimum adalah 100. Nilai
rata-rata atau Sum adalah 3950. Jika nilai ini dibagi 57, maka hasilnya
adalah 69,30.
Berdasarkan data tersebut jelaslah bahwa hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini, yakni “Peserta didik memiliki hasil belajar yang
memadai jika 75% memperoleh nilai 65 atau lebih” dinyatakan diterima.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia dengan metode hypnoteaching ini dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk belajar, khususnya mempelajari teks
cerita inspiratif. Hal ini terjadi karena pembelajaran bahasa Indonesia
yang dilakukan, dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.
Nilai rata-rata peserta didik terhadap materi teks cerita inspratif,
yakni 69,30 Dengan demikian, penguasaan peserta didik terhadap teks
cerita inspiratif sudah dinyatakan memadai karena nilai rata-rata peserta
didik terhadap materi cerita inspiratif telah tercapai.
Selanjutnya penjelasan mengenai skor perolehan peserta didik dan
frekuensi serta persentase hasil belajar peserta didik pada Teks Cerita
Inspiratif dengan Menggunakan Metode Hypnoteaching.
72
Berikut data tentang skor perolehan peserta didik terhadap teks
cerita inspiratif :
Tabel 9
Hasil tes peserta didik kelas IX SMP di Kota Makassar
NO
KODE RESPONDEN Skor
1. A 050501 7
2. A 050502 3
3. A 050503 4
4. A 050504 6
5. A 050505 7
6. A 050506 6
7. A 050507 5
8. A 050508 10
9. A 050509 6
10. A 050510 6
11. A 050511 9
12 A 050512 3
13 A 050513 7
14 A 050514 8
15 A 050515 5
16 A 050516 6
17 A 050517 8
18 A 050518 10
19 A 050519 8
20 A 050520 8
73
NO KODE RESPONDEN Skor
21. A 050521 3
22. A 050522 8
23. A 050523 7
24. A 050524 5
25. A 050525 9
26. A 050526 5
27. A 050527 9
28. A 050528 8
29. A 050529 6
30. A 050530 6
31. A 050531 9
32 A 050532 6
33 A 050533 9
34 A 050534 6
35 A 050535 7
36 A 050536 9
37 A 050537 7
38 A 050538 6
39 A 050539 6
40 A 050540 9
41. A 050541 7
42. A 050542 9
43. A 050543 5
44. A 050544 5
45. A 050545 7
46. A 050546 6
47. A 050547 8
48. A 050548 7
49. A 050549 9
50. A 050550 8
51. A 050551 7
52 A 050552 7
53. A 050553 9
54 A 050554 8
55 A 050555 6
56 A 050556 7
57 A 050557 8
Skor perolehan peserta didik di atas, selanjutnya ditentukan
frekuensi dan persentasinya.
74
Distribusi dan frekuensi skor yang dicapai peserta didik dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 10
Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar peserta didik pada Teks Cerita
Inspiratif dengan Menggunakan Metode Hypnoteaching di Kota Makassar
SKOR
FREKUENSI
PERSENTASE
10 2 3,50
9 10 20
8 10 20
7 12 21,05
6 13 22,80
5 6 10,52
4 1 1,75
3 3 5,26
Jumlah
57
100
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa pada bagian pertama,
ada 2 orang peserta didik atau 3,50% yang memperoleh skor 10. Bagian
kedua, sebanyak 10 orang peserta didik atau 20% yang memperoleh skor
9. Bagian ketiga, sebanyak 10 orang atau 20% yang memperoleh skor 8.
Bagian keempat, sebanyak 12 orang atau 21,05% memperoleh skor 7.
Bagian kelima, sebanyak 13 orang atau 22,60% yang memperoleh skor 6.
Bagian keenam, sebanyak 6 orang atau 10,52% yang memperoleh skor
5. Bagian ketujuh, hanya 1 orang atau 5,26% yang memperoleh skor 4,
dan yang terakhir yaitu pada bagian kedelapan, sebanyak 3 orang atau
5,56% memperoleh skor 3.
75
Berikut grafik kemampuan peserta didik dalam memahami teks cerita
inspiratif.
Grafik 1
Tingkat Pemahaman Peserta Didik
2
20 2
5
10
57
3.5
35
.09
43
.86
17
.55
10
0
9 1 - 1 0 0 8 0 – 9 0 6 0 – 7 0 3 0 – 5 0 T O T A L
76
Pemahaman peserta didik dilihat capaiannya berdasarkan interval,
kotegori, frekuensi, dan persentasenya, dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 11
Tingkat Pemahaman Peserta Didik Terhadap Materi Teks Cerita Inspiratif
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
91 -100
Sangat tinggi 2 3,50
80 – 90
Tinggi 20 35,09
60 – 70
Sedang 25 43,86
30 – 50
Rendah 10 17,55
Total 57 100
Pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode hypnoteahing. Pertama, peserta
didik pada kategori sangat tinggi, memperoleh nilai interval 91-100
sebanyak 2 orang atau 3,50%. Kedua, peserta didik pada karegori tinggi
memperoleh nilai interval 80-90 sebanyak 20 orang atau 35,09%. Ketiga,
peserta didik pada kategori sedang, memperoleh nilai interval 60-70
sebanyak 25 orang atau 43,86%. Keempat, peserta didik pada kategori
rendah, memperoleh nilai interval 30-50 sebanyak 10 orang atau 17,55%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik dinyatakan
mampu mencapai nilai yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
pemahaman peserta didik terhadap materi teks cerita inspiratif dinyatakan
memadai.
77
2. Penerapan Metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia dinyatakan memadai
Penerapan metode hypnoteaching dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dinyatakan memadai karena 50 atau 87, 71 % peserta didik
hadir pada hari pertama dan 40 peserta didik yang dinyatakan aktif karena
mengikuti Langkah-langkah dalam penerapan metode hypnoteaching
termasuk kehadiran peserta didik yang menjadi poin penting dalam
keberhasilan menerapkan metode hypnoteaching. Adapun penerapan
metode hypnoteaching dilakukan secara virtual dengan menggunakan
google meet yang dikirim sebelumnya dalam bentuk link. Setelah selesai
menggunakan google meet, maka selanjutnya peserta didik menggunakan
google from yang dikirimkan dalam bentuk link. Isinya berupa tes yang
dapat dikerjakan pada hari pertama dan juga dapat dikerakan pada hari
kedua. Pada pelaksanaan kegiatan tersebut, peserta didik diamati
aktivitasnya, baik dalam awal kegiatan maupun saat akhir kegiatan.
Penerapan metode hypnoteaching dilakukan dengan beberapa
langkah, yaitu niat dan motivasi, pacing, leading, menggunakan kata
positif, memberikan pujian, dan modelling. Keberhasilan dalam
menerapkan metode hypnoteaching tampak pada kegiatan observasi
yang dilakukan. Kegiatan observasi dilakukan secara bertahap, baik
dalam awal kegiatan maupun saat akhir kegiatan. Oleh karena itu,
observasi dapat menjadi tolok ukur keberhasilan dalam penerapan
metode hypnoteaching.
78
Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia menggunakan metode hypnoteaching dipaparkan di bawah ini.
Tabel 12
Instrumen dalam bentuk observasi yang diisi oleh peneliti untuk
mengukurpartisipasi peserta didik saat kegiatan berlangsung:
No.
Aktivitas Peserta didik
Frekuensi
Persentasi
Hari pertama
Hari kedua
Hari pertama
Hari kedua
1. Keterangan waktu mengerjakan tes
40
17
70,17
29,82
2.
Kehadiran
50
7
87,71
12,28
3. Keaktifan peserta didik
40
17
70,17
29,82
Aktivitas Guru Hari Pertama Hari Kedua
4 Menggunakan metode Hpnoteaching
√ -
Tampak dalam tabel di atas bahwa aktivitas peserta didik dalam
mengerjakan tugas di hari pertama sebanyak 40 orang atau 70,17%
peserta didik. Aktivitas peserta didik dalam mengerjakan tugas di hari
kedua sebanyak 17 orang atau 29,82%.
Kehadiran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di hari
pertama sebanyak 50 orang atau 87,71%. Kehadiran peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran di hari kedua sebanyak 7 orang atau 12,28%.
79
Keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di hari
pertama sebanyak 40 orang atau 70,17% peserta didik. Keaktifan peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran di hari kedua sebanyak 17 orang atau
29,82%. Keaktifan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hadir
pada hari pertama dan juga mengerjakan tugas pada hari pertama.
Selanjutnya aktivitas yang dilakukan oleh guru yaitu melihat
keaktifan peserta didik saat kegiatan berlangsung. Kehadiran juga
merupakan hal penting sebagai pendukung pelaksanaan kegiatan
tersebut. Penerapan metode hypnoteaching dilakukan dengan enam
tahapan. ‘yaitu guru berniat untuk melaksanakan pembelajaran dan
berupaya memotivasi peserta didik dalam belajar. Kedua, guru melakukan
pacing, yaitu guru menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta
gelombang otak dengan peserta didik agar penjelasan dapat dipahami
dengan mudah. Ketiga, guru melakukan Leading, yaitu mengarahkan
peserta didik melakukan sesuatu. Keempat, guru menggunakan kata-kata
positif untuk mengarahkan peserta didik berpikir positif pada setiap
informasi yang diberikan. Kelima, guru memberikan pujian sebagai
penghargaan atas peningkatan hasil belajar peserta didik sehingga
peserta didik dapat termotivasi. Keenam, guru memberikan contoh tetang
teks cerita cerita inspiratif melalui ucapan dan prilaku yang konsisiten
sehingga peserta peserta didik dapat memahami berdasarkan contoh
tersebut.
80
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia pada teks cerita inspiratif dengan metode hypnoteaching bagi
peserta didik kelas IX SMP di Kota Makassar terlaksana dengan baik. Nilai
perolehan yang dicapai, telah memadai. Hal ini didukung dari teori tentang
metode hypnoteaching yang menyatakan bahwa Hypnoteaching dapat
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dan juga
didukung oleh penelitian yang relevan. Adapun penelitian yang relevan
dalam penelitian ini, dilakukan oleh beberapa peneliti. Peneliti atas nama
Bahar Agus meneliti dengan menerapkan metode hypnoteaching terhadap
aktivitas belajar dan dampaknya terhadap hasil belajar. Jika dihubungkan
dengan penelitian ini, maka keduanya memiliki relevansi yaitu sama-sama
menggunakan metode hypnoteaching yang tertuju pada aktivitas belajar
peserta didik. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh alam, yang juga
yang memiliki relevansi yaitu sama-sama menerapkan metode
hypnoteaching namun terdapat perbedaan mengenai materi yang
digunakan. Materi yang dimasukkan oleh peneliti atas nama Alam, yaitu
mengenai pengembangan bahan ajar yang tertuju pada guru. Sementara
materi yang dimasukkan dalam penelitian ini mengenai teks cerita
inspiratif yang tertuju pada peserta didik. Walaupun demikian, keduanya
memiliki relevansi yaitu sama-sama menggunakan metode hypnoteaching.
81
Adapun kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode
Hypnoteaching peserta didik yang hadir pada hari pertama sebanyak 50
orang atau 87,71. Jumlah peserta didik yang mengerjakan tes di hari
pertama sebanyak 40 orang atau 70,17%. Sementara hari kedua ada
tambahan peserta didik yang mengerjakan tes sebanyak 17 orang atau
29,82%. Jadi, total jumlah hasil jawaban yang diterima sebanyak 57
jawaban dari 57 orang.
Keaktifan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
metode hypnoteaching dipaparkan berikut. Sebanyak 40 orang peserta
didik atau 70,17% peserta didik yang dinyatakan aktif, sementara 17
orang atau 28,92% dinyatakan kurang aktif. Dinyatakan kurang aktif
karena 10 orang yang mengerjakan tes, tidak tepat waktu yaitu
menyelesaikan tes pada hari kedua. Adapun 7 orang yang dinyatakan
kurang aktif karena tidak hadir pada hari pertama, tetapi mengerjakan tes
pada hari kedua.
Berdasarkan data yang telah ditemukan, jelaslah bahwa hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini, yakni “Peserta didik memiliki hasil
belajar yang memadai jika 75% memperoleh nilai 65 atau lebih
dinyatakan diterima. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode hypnoteaching ini dapat
meningkatkan kemampuan pelajar, khususnya mempelajari teks cerita
inspiratif. Hal ini dapat menjadi acuan bagi guru dan juga bagi peneliti
untuk melakukan pengembangan terhadap penelitian ini.
82
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia pada teks cerita inspiratif dengan metode
hypnoteaching peserta didik kelas IX SMP di Kota Makassar sebagai
berikut:
1. Kemampuan pemahaman peserta didik terhadap teks cerita
inspiratif dinyatakan memadai karena nilai yang diperoleh
peserta didik mampu mencapai nilai yang telah ditetapkan. Nilai
rata-rata dari keseluruhan jumlah peserta didik dengan
perolehan nilai rata-rata yaitu 69, 30.
2. Penerapan metode hypnoteaching dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan pada saat
kegiatan berlangsung yaitu peserta didik aktif dalam mengikuti
langkah-langkah penerapan metode hypnoteaching. Dengan
demikian terbukti bahwa penggunaan metode hypnoteaching
pada pembelajaran teks cerita inspiratif dinyatakan memadai.
83
B. Saran
Saran yang peneliti ajukan dari pelaksanaan penelitian ini yaitu:
1. Guru hendaknya menggunakan metode hypnoteaching untuk
memudahkan peserta didik mengikuti pelajaran bahasa Indonesia agar
hasil belajar bahasa Indonesia semakin baik.
2. Guru hendaknya membuat persiapan pembelajaran sebelum
melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan
memperhatikan tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran, agar
peserta didik mudah memahami materi
3. Guru hedaknya memperhatikan penerapan metode pembelajaran
yang digunakan khususnya metode hypnoteaching yang tertuju pada
kehadiran peserta didik, karena kehadiran merupakan poin penilaian
yang menjadi tolok ukur dalam keberhasilan penerapan metode
hypnoteaching
4. Bagi peneliti selanjutnya agar menjadikan penelitian ini sebagai acuan
sehingga dapat mengembangkan penelitian ini khususnya pada materi
teks cerita inspiratif dengan menggunakan metode hypnoteaching.
5. Bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan penelitian ini
khususnya pada penulisan teks cerita inspiratif
84
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Agus Setiawan, Bahar. 2018. Pengaruh Metode Hypnoteaching terhadap aktivitas belajar dan Dampaknya Terhadap Haisl Belajar Peserta didik Kelas VII Pada Mata Pelajaran Al–Islam di SMP Muhammadiyah 1 Jember (online) https://core.ac.uk/download/pdf/229219539.pdf. diakses 15 Januari 2021
Akbar, Navis, Ali.2013. Hypnoteaching. Jogjakarta:Ar- Ruz Media.
Alam, Syamsul. 2015. “Pengembangan Bahan Ajar Peserta Didik Publikasi Ilmiah Berbasis Metode Hypnoteaching bagi Guru Bahasa Indonesia di SMP”, disertasi. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Anwar, Muhammad. 2014. Mengajar dengan Teknik Hinosis. Jakarta: Yayasan Yapma.
Derdiknas. 2004. Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP, Materi Terintegrasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama.
Hajar, Ibnu. 2012. Hypnoteaching Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan Hipnoterapi. Yogyakarta: Dipa Press.
Harera, Adrias. 2000. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Penerbit Harian Kompas.
Jarwanto, 2015. Pemanfaatan Kisah Inspiratif untuk Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Mendeskripsikan Pranata dan Penyimpangan Sosial Pada Peserta didik Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Saradan Tahun 2015 (online) http://jurnalbioma.blogspot.com/2015/12/pemanfaatan-kisah- inspiratif-untuk.html. diakses 23 Januari 2021
Kartika Utami, Endang. 2020. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Cerita Inspiratif Melalui Strategi Pemodelan. Jurnal Karya Ilmiah Guru(online) file://E:/Downloads/171-Article%20Text-554-1-10820201102%20(2).pdf diakses 25 Februari 2021
85
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nafi’ah, Siti Anisatun. 2018. Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran, Langkah Penting Merancang Kegiatan Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Dian Rakyat.
Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Sawali, dkk. 2016. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sugara, Gian Sugiana. 2012. Terapi Self-Hypnosis, Seni Memprogram Ulang Pikiran Bawah Sadar. Jakarta: Indeks.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunendar, Dadang dan Iskandar Wassid. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
86
Lampiran
No Kode
Responden
Nomor Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. A 050501 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 7
2. A 050502 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 3
3. A 050503 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4
4. A 050504 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6
5. A 050505 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7
6. A 050506 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 6
7. A 050507 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 5
8. A 050508 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
9. A 050509 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 6
10. A 050510 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 6
11 A 050511 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
12 A 050512 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3
13 A 050513 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7
14 A 050514 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
15 A 050515 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5
16 A 050516 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 6
17 A 050517 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8
18 A 050518 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
19 A 050519 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
20. A 050520 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8
21. A 050521 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
22. A 050522 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
23. A 050523 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7
24. A 050524 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 5
25. A 050525 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
26. A 050526 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 5
27. A 050527 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
28. A 050528 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8
29. A 050529 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6
30. A 050530 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 6
87
No Kode
Responden
Nomor Soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
31. A 050531 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
32. A 050532 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6
33. A 050533 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
34. A 050534 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6
35. A 050535 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7
36. A 050536 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
37. A 050537 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 7
38. A 050538 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 6
39. A 050539 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 6
40. A 050540 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
41 A 050541 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7
42 A 050542 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
43 A 050543 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5
44 A 050544 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 5
45 A 050545 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7
46 A 050546 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6
47 A 050547 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8
48 A 050548 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7
49 A 050549 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
50 A 050550 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8
51 A 050551 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7
52 A 050552 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7
53 A 050553 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
54 A 050554 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8
55 A 050555 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 6
56 A 050556 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7
57 A 050557 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8
Jumlah 49 39 35 31 30 45 38 19 32 47
88
Instrumen penelitian
1.
89
90
91
92
93
B
94
Teks cerita Inspiratif :
Teks cerita inspiratif
Syamsir seorang anak pemulung yang giat dalam bekerja, pekejaan yan biasa dilakukan oleh ayahnya seperti mencari barang bekas dari sampah untuk diual dan juga mencari barang bekas dari sampah yang digunakan untuk kepentngan pribadi. Ia juga terkadang melakukan pekerjaan yang lain seperti bekerja sebagai buruh harian lepas. Syamsir memiliki teman yang sama-sama anak dari pemulung mereka berusaha mencari pekerjaan diberbagai tempat demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hari demi hari dilewati oleh Syamsir dengan be;laar yang rajin. Baik di sekoalh maupun di rumah. Sampai saat kuliah ternyata ayahmya telah meninggal dunia sebelum selesai wisuda. Akhirnya waktu yang ditungu-tunggu telah tiba. Syamsir telah berhasil meraih gelar sarana, akan tetapi, perasaan Bahagia diselimuti kesedihan karena ayahnya tidak dapat melihat Syamsir berhasil menjadi seorang sajana. Syamsir baru menyadari bahwa apa yang telah ayahnya sampaikan dulu adalah demi untuk dirinya agar dapat berhasil menjadi sarjana. Semua teman-teman Syamsir diberikan kebebasan oleh orang tuanya untuk mencari pekerjaan. Kecuali Syamsir yang dilarang karena orang tuanya terutama ayahnya menginginkan agar anaknya fokus pada pelajaran dan bermain seperti anak biasa tanpa bekerja seperti orang dewasa. Syamsir sering protes dengan ayahnya karena melarang bekerja. Dengan keadaan terpaksa, Syamsir harus mengikuti perintah ayahnya.
Cerita ini menjadi pelajaran untuk kita semua. Ternyata dibalik kesuksesan, ada peran orang tua yang teah berusaha dan berdoa demi keberhasilan anaknya. Oleh karena itu, marilah kita betul-betul menggunakan waktu untuk belajar dengan giat demi meraih cita-cita di masa depan.
95
FREQUENCIES VARIABLES=nama_peserta didik jenis_kelamin nama_sekolah kelas score /NTILES=4 /STATISTICS Frequencies
Notes
Output Created 10-JUL-2021 21:21:23
Comments
Input
Data E:\DATA SPSS
TESIS.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 57
Missing Value
Handling
Definition of Missing
User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used
Statistics are based on
all cases with valid
data.
Syntax
FREQUENCIES
VARIABLES=nama_p
eserta didik
jenis_kelamin
nama_sekolah kelas
score
/NTILES=4
/STATISTICS=MINIM
UM MAXIMUM MEAN
MEDIAN MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.03
96
[DataSet0] E:\DATA SPSS TESIS.sav
Statistics
nama_pesert
a didik
jenis_kelamin nama_
sekolah
kelas score
N Valid 57 57 57 57 57
Missing 0 0 0 0 0
Mean 69.30
Median 70.00
Mode 60
Minimum 30
Maximum 100
Sum 3950
Percentiles
25 60.00
50 70.00
75 80.00
Frequency Table
nama_peserta didik
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
A. Nurtahira 1 1.8 1.8 1.8
A.Alayqah F.M 1 1.8 1.8 3.5
ADEFA EKA BAADILA 1 1.8 1.8 5.3
Ajeng Windhyantika
Dwi 1 1.8 1.8 7.0
ALIAHMADYAZMIN 1 1.8 1.8 8.8
Alif Rafi 1 1.8 1.8 10.5
Am fajar mappigau 1 1.8 1.8 12.3
Andi Aiskah Mutiara
Alam 1 1.8 1.8 14.0
Andi Aliyah Tenri
Awaru 1 1.8 1.8 15.8
Anita Natalia 1 1.8 1.8 17.5
Annisa Triana 1 1.8 1.8 19.3
Askari Al Marosi 1 1.8 1.8 21.1
Daniel saputra 2 3.5 3.5 24.6
Divia Sintia Dewi 1 1.8 1.8 26.3
DWI ANNUR CAHYA 1 1.8 1.8 28.1
97
Ericha Apriliani 1 1.8 1.8 29.8
Fachri sidik Sulistianto 1 1.8 1.8 31.6
Fitri Yani 1 1.8 1.8 33.3
Grignard hugger
ratuan 1 1.8 1.8 35.1
ILDA ZABILA
IRWANSYAH 1 1.8 1.8 36.8
Ilma Wahyuni 1 1.8 1.8 38.6
Inayah Riadinita 2 3.5 3.5 42.1
Indahsari 1 1.8 1.8 43.9
Layla 1 1.8 1.8 45.6
m faril kayla rizki 1 1.8 1.8 47.4
Muh Dzaky Fadhil
Nurfa 1 1.8 1.8 49.1
MUH RAIHAN
FARSHA 1 1.8 1.8 50.9
Muh Yogha Malik Al
Hidaya 1 1.8 1.8 52.6
Muhammad Ayatullah
Hadi 1 1.8 1.8 54.4
Muhammad Rafly R 1 1.8 1.8 56.1
Musdalifa 1 1.8 1.8 57.9
nama_peserta didik
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid nadira 1 1.8 1.8 59.6
Natasya Dwi Meilani 1 1.8 1.8 61.4
nayla 1 1.8 1.8 63.2
Nurul Azizah Yusran 1 1.8 1.8 64.9
Nurul hijriani 1 1.8 1.8 66.7
Nurul Lathifah 1 1.8 1.8 68.4
Ratu Zahra Wulaendy
G 1 1.8 1.8 70.2
Rieza Putera Nurtanio 1 1.8 1.8 71.9
Rifqy Aunur Rahim 1 1.8 1.8 73.7
Salfa salsabilah 1 1.8 1.8 75.4
Salzabilah Putri
Wabadana 1 1.8 1.8 77.2
98
Sri kurniati 1 1.8 1.8 78.9
St.Aisyah 1 1.8 1.8 80.7
ST.FATIMA SANDRA
AYU 2 3.5 3.5 84.2
Wahyuni 1 1.8 1.8 86.0
wianda oktarini tanggo 1 1.8 1.8 87.7
Yasin al hafidz 1 1.8 1.8 89.5
Yermia Danry 1 1.8 1.8 91.2
YUSRIANA SRI
AMALIA 1 1.8 1.8 93.0
YUSRIANI SRI
MAHARANI 1 1.8 1.8 94.7
Zahira Aulia zaffandy 1 1.8 1.8 96.5
Zalfa Athyfa Adani 1 1.8 1.8 98.2
Zarah Amelia 1 1.8 1.8 100.0
Total 57 100.0 100.0
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
L 16 28.1 28.1 28.1
P 41 71.9 71.9 100.0
Total 57 100.0 100.0
nama_sekolah
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
SMP LPP UMI 16 28.1 28.1 28.1
SMPN 4
MAKASSAR 30 52.6 52.6 80.7
SMPN 6
MAKASSAR 11 19.3 19.3 100.0
Total 57 100.0 100.0
99
Kelas
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
IX.7 22 38.6 38.6 38.6
IX.9 11 19.3 19.3 57.9
IX.A 15 26.3 26.3 84.2
IXA 1 1.8 1.8 86.0
lX.7 8 14.0 14.0 100.0
Total 57 100.0 100.0
Score
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
30 3 5.3 5.3 5.3
40 1 1.8 1.8 7.0
50 6 10.5 10.5 17.5
60 13 22.8 22.8 40.4
70 12 21.1 21.1 61.4
80 10 17.5 17.5 78.9
90 10 17.5 17.5 96.5
100 2 3.5 3.5 100.0
Total 57 100.0 100.0
100
SMP Negeri 4 Makassar
NO. KELAS JUMLAH
1 IX.1 36
2 IX.2 35
3 IX.3 35
4 IX.4 34
5 IX.5 34
6 IX.6 36
7 IX.7 35
8 IX.8 36
9 IX.9 35
10 IX.10 36
SMP Negeri 6 Makassar
NO. KELAS JUMLAH
1 IX.1 34
2 IX.2 34
3 IX.3 34
4 IX.4 31
5 IX.5 33
6 IX.6 33
7 IX.7 32
8 IX.8 34
9 IX.9 33
10 IX.10 33
11 IX.11 32
SMP LPP UMI Makassar
NO. KELAS JUMLAH
1 IX.A 30
2 IX.B 30
3 IX.C 25
4 IX.D 22
101
No Nama Lengkap Kelas Sekolah
1. Nurul hijriani lX A SMP LPP UMI Makasar
2. m faril kayla rizki IX A SMP LPP UMI Makasar
3. Fachri sidik Sulistianto IX A SMP LPP UMI Makasar
4. Annisa Triana IX.A SMP LPP UMI Makasar
5. Anita Natalia IX.A SMP LPP UMI Makasar
6. Askari Al Marosi IX A SMP LPP UMI Makasar
7. A. Nurtahira IX A SMP LPP UMI Makasar
8. Zarah Amelia IX A SMP LPP UMI Makasar
9. Yasin al hafidz IX A SMP LPP UMI Makasar
10. St.Aisyah IX A SMP LPP UMI Makasar
11. Alif Rafi IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
12. Fitri Yani lX.7 SMP Negeri 4 Makassar
13. DWI ANNUR CAHYA IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
14. Nurul Lathifah IX 7 SMP Negeri 4 Makassar
15. Indahsari IX.9 SMP Negeri 6 Makassar
16. Inayah Riadinita IX 7 SMP Negeri 4 Makassar
17. Nurul Azizah Yusran IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
18. Muhammad Rafly R IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
19. Layla IX.9 SMP Negeri 6 Makassar
20. Divia Sintia Dewi IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
21. Salfa salsabilah IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
22. Ilda Zabila Irwansyah IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
23. Ratu Zahra Wulaendy G lX.7 SMP Negeri 4 Makassar
24. MUH RAIHAN FARSHA IX 7 SMP Negeri 4 Makassar
25. YUSRIANA SRI AMALIA IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
26. Daniel saputra XI 7 SMP Negeri 4 Makassar
27. Yusriani Sri Maharani IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
28. ADEFA EKA BAADILA IX7 SMP Negeri 4 Makassar
29. Inayah Riadinita IX 7 SMP Negeri 4 Makassar
30. Muh Yogha Malik Al H. IX 7 SMP Negeri 4 Makassar
31. Wahyuni IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
32. Daniel saputra XI 7 SMP Negeri 4 Makassar
33. Am fajar mappigau IX. 7 SMP Negeri 4 Makassar
34. Grignard hugger ratuan IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
35. Musdalifa IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
36. Ajeng Windhyantika Dwi IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
37. St.Fatima Sandra Ayu IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
38. Nadira lX.7 SMP Negeri 4 Makassar
39. Nayla lX.7 SMP Negeri 4 Makassar
40. Rieza Putera Nurtanio IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
102
41. Zalfa Athyfa Adani IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
42. Salzabilah Putri W. IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
43. Wianda oktarini tanggo IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
44. Wianda oktarini tanggo IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
45. Wianda oktarini tanggo IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
46. Rifqy Aunur Rahim IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
47. Natasya Dwi Meilani IX 9 SMP Negeri 6 Makassar
48. St.Fatima Sandra Ayu IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
49. Yermia Danry IX 7 SMP Negeri 4 Makassar
50. Zahira Aulia zaffandy IX.7 SMP Negeri 4 Makassar
51. Muh Dzaky Fadhil Nurfa IX 7 SMP Negeri 4 Makassar
52. Muhammad Ayatullah H. IX.A SMP LPP UMI Makasar
53. Andi Aliyah Tenri Awaru IX.A SMP LPP UMI Makasar
54. A.Alayqah F.M IX.A SMP LPP UMI Makasar
55. Sri kurniati IX.A SMP LPP UMI Makasar
56. ALIAHMADYAZMIN IX A SMP LPP UMI Makasar
57. Andi Aiskah Mutiara Alam lX.A SMP LPP UMI Makasar
103
104
105
106
107
108
109
110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Habrianto Muhmar, Lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan
pada tanggal 05 Oktober 1982, anak kedelapan dari delapan
bersaudara. Buah hati dari pasangan H. Muhammade dan
Hj. Imamara. Penulis mulai menempuh pendidikan sekolah
dasar pada tahun 1989 yaitu Sekolah Dasar Negeri 161
Pinrang. Pada saat naik kelas V, ia pindah ke Sekolah Dasar
Negeri 2 Pinrang tempat ayahnya pada saat itu mengajar. Tahun 1994 ia tamat
sekolah dasar kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikannya ke
Sekolah Menengah Pertama yaitu SMP Negeri 1 Pinrang dan tamat tahun 1997.
Kemudian ia Kembali melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah atas yaitu
SMA Negeri 2 Pinrang dan tamat pada tahun 2000. Pada tahun 2001, ia lanjut ke
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai pada tahun
2006. Pada tahun 2019, penulis melanjutkan pendidikan di jenjang (S2) dengan
memilih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar
Penulis mengabdi di Yayasan Universitas Muslim Indonesia yaitu di SMP LPP
UMI Makassar Mulai tahun 2009 sampai sekarang. Demi memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M. Pd). Ia menulis tesis dengan judul Pembelajaran Bahasa
Indonesia Pada Teks Cerita Inspiratif Dengan Metode Hypnoteaching Peserta Didik
Kelas IX SMP di Kota Makassar.