Transcript
Page 1: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor

530/Pdt.G/2008/PA.JT)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Kumala

Nim: 107044102127

K O S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2011M

Page 2: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor

530/Pdt.G/2008/PA.JT)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Kumala

Nim: 107044102127

Dibawah Bimbingan :

Hj. Rosdiana, MA

NIP : 196906102003122001

K O S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2011M

Page 3: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan
Page 4: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 25 April 2011

Kumala

Page 5: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

i

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Wr.WB

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang

tidak terhingga banyaknya. Dan sholawat serta salam kepada imamnya para Nabi dan

Rasul, serta segala makhluk yang ada bertakwa yakni Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat dan pengikutnya.

Alhamdulillah, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “ Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa” (Analisis Putusan Hakim

Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 530/Pdt.G/2008/PA.JT). Maka

penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Bpk. Prof. Dr. H. M. Amin suma, SH., MA., MM., selaku dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Bpk. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., selaku ketua jurusan Akhwal

Syakhsiyyah yang selalu memberikan bimbingan serta dukungan dan motivasi

kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Hj. Rosdiana MA., selaku sekjur dan pembimbing penulis, yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Page 6: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

ii

4. Bpk. H. A. Basiq Djalil, SH.,MA dan Bpk. Dr. Abdul Halim, MA selaku

penguji penulis, yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis

dapat merevisi skripsi ini dengan baik dan benar.

5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu-

ilmu yang tak ternilai harganya, seluruh staff dan karyawan Perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan bagian Tata Usaha Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan pelayanan dengan baik.

6. Teristimewa untuk Ayahanda Asmat dan Ibunda Sundus selaku orang tua

penulis, yang selalu memberikan semangat dan doa sehingga penulis merasa

terpacu untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada saudara-saudara

Yulyantih, Sholahuddin, Aini Alfiah, dan Abdul Syakir yang selalu

memberikan doa, dukungan dan semangat dengan penuh keikhlasan dan

kesabaran yang tiada tara.

7. Dedy Setyo Hartanto selaku orang yang penulis sayangi yang selama ini

menyemangati dan terus memberi dukungan penuh kepada penulis.

8. Keluarga Kuliah Kerja Nyata (KKN) Cikembulan Garut 2010 yang selalu

memberikan semangat dan hiburan kepada penulis.

9. Teman-teman Program Studi Peradilan Agama Angkatan 2007, khususnya

Imamatul Azimah dan Syahri Fajriyyah yang terkenang dalam suka maupun

duka serta memberikan dukungan yang tidak terhingga kepada penulis.

Page 7: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

iii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak yang

perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan kritik penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan setiap pembaca pada umumnya serta menjadi amal baik di sisi Allah

SWT. Semoga setiap bantuan, doa, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 25 April 2011

Penulis

Page 8: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

iv

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................ 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................................... 4

D. Review Studi Terdahulu .................................................................... 5

E. Metodologi Penelitian ....................................................................... . 6

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... . 8

BAB II PERKAWINAN .................................................................................... 10 13

A. Pengertian Perkawinan ...................................................................... 10

B. Hukum Perkawinan ........................................................................... 11

C. Prinsip Perkawinan ........................................................................... 16

D. Tujuan dan Hikmah Perkawinan ....................................................... 20

BAB III PEMBATALAN DAN KAWIN PAKSA ............................................. 24 24

A. Pengertian Pembatalan Perkawinan .................................................. 24

B. Alasan, Tata Cara dan Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan ....... 26

C. Pengertian Kawin Paksa. ................................................................... 37

Page 9: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

v

D. Faktor Terjadinya Kawin Paksa ........................................................ 39

E. Pengaruh Kawin Paksa Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga .... 40

BAB IV PUTUSAN PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA

KAWIN PAKSA .................................................................................... 46

A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Timur ........................................... 46

B. Struktur Organisasi ........................................................................... 47

C. Putusan Pengadilan Agama ............................................................... . 51

D. Analisa Putusan Pengadilan .............................................................. . 59

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 69 67

A. Kesimpulan ....................................................................................... 69

B. Saran-saran ........................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 76

1. Salinan Putusan Perkara Nomor 530/Pdt. G/2008/PA. JT ..................... 76

2. Surat Permohonan Pembimbing ............................................................. 82

3. Surat Mohon Data dan Wawancara ........................................................ 83

4. Surat Keterangan Pengadilan Agama Jakarta Timur ............................. 84

5. Hasil Wawancara Dengan Hakim .......................................................... 85

6. Hasil Wawancara Dengan Pemohon ....................................................... 97

Page 10: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa

orang lain, hal ini menjadikan mereka berkeinginan untuk mencari dan

mendapatkan jodoh yang dapat menemani hidupnya kala senang dan duka. Maka

dari itu Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan, melalui jalan

perkawinanlah kehidupan manusia dapat dilestarikan.

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan

perempuan sebagai suami istri yang bertujuan membentuk kehidupan yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Perkawinan

merupakan salah satu sunnatullah yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah

SWT yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

lainnya.2 Menurut Hazairin perkawinan adalah hubungan seksual, menurutnya

tidak ada nikah (perkawinan) bila tidak ada hubungan seksual.3

Dalam falsafah hukum Islam dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan

berencana antara seorang laki-laki dan perempuan yang telah dewasa atas dasar

1 Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

2 Muhammad Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Siraja,

2003), h. 1

3 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih UU No.1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2006),

h. 40

Page 11: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

2

suka sama suka tanpa paksaan untuk membina rumah tangga yang sehat.4 Dan

perkawinan juga dapat menjadikan suatu hubungan yang istimewa seperti, hukum

kewarisan, hukum benda atau hukum kekayaan.5

Dan dalam kitab lain disebutkan perkawinan menurut syariat adalah akad

yang menghalalkan laki-laki dan perempuan untuk membina rumah tangga, jika

tidak ada akad, maka akan mengharamkan perbuatan tersebut.6 Perkawinan yang

dilakukan manusia merupakan naluri Illahiyah untuk berkembang biak dan

melakukan regenerasi yang akan mewarisi tugas mulia dalam rangka mengemban

amanat Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi.7

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkawinan itu

adalah ikatan yang dilakukan antara seorang perempuan dengan laki-laki yang

bersifat sakral dan mengikat, serta bertujuan membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal.

Sahnya sebuah perkawinan itu telah ditetapkan bahwa apabila telah

terpenuhinya semua syarat dan rukunnya, demikian juga dengan ketentuan hukum

perdata yang berlaku di Indonesia. Dan apabila perkawinan yang semacam itu

(terlanjur terjadi) sudah terlaksana, maka dapat dibatalkan sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang yang berlaku.8 Suatu perkawinan batal dimulai setelah

4 Fuad M. Fachruddin, Filsafat dan Hukum Syariat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981),

Cet.ke-3, jilid 1, h. 160 5 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indo, 1978), h.3

6 Muhammad Zaid al-Abyani, al- Ahkam as-Syakhsiyat, (Beirut: Baghdad), j I, h. 4

7 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan: Analisa Perbandingan Antara Mazhab,

(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h.2

8 Arso Sosroatmodjo, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang 1981), h. 67

Page 12: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

3

putusan pengadilan, karena pengadilanlah yang mempunyai wewenang untuk

membatalkan perkawinan. Dalam Kompilasi Hukum Islam pembatalan

perkawinan terdapat dalam Pasal 70 sampai dengan 76,9 sementara dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terdapat dalam pasal 22

sampai dengan 28.

Pembatalan perkawinan juga bisa terjadi karena adanya paksaan dari

orang lain, seperti orang tua kepada anaknya. Dan terdapat kasus yang menarik

yang terjadi pada pasangan suami istri yakni laki-laki (suami) yang menikah

dengan perempuan (istri) lantaran laki-laki (suami) itu telah dipaksa oleh pihak

(orang tua) perempuan (istri), paksaan tersebut berupa ancaman yang

mengharuskan laki-laki (suami) mengawini perempuan (istri) tersebut.

Perkawinan seharusnya dilaksanakan dengan dasar cinta, perkawinan yang

dilaksanakan tidak berdasarkan cinta, suka dan sayang akan menimbulkan

dampak yang kurang positif atau akibat buruk yakni diantaranya saling membenci

dan tidak dapat membentuk keluarga yang harmonis.

Dengan adanya permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka

penulis ingin mengangkat permasalahan tersebut untuk diketahui lebih lanjut

sebagai bahan penelusuran pembahasan pada skripsi ini dengan judul:

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA (Analisis

Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor

530/Pdt.G/2008/PA.JT).

9 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Pressindo), h. 129-131

Page 13: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

4

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Adapun yang menjadi pembahasan dalam penulisan karya ini

difokuskan pada:

a. Pembatalan Perkawinan yang disebabkan oleh kawin paksa dari pihak

perempuan terhadap pihak laki-laki.

b. Pengadilan Agama yang dimaksud di skripsi ini adalah Pengadilan Agama

Jakarta Timur, karena terdapat kasus yang termasuk langka.

2. Perumusan Masalah

Pada umumnya kawin paksa terjadi dari orang tua kepada anaknya

karena orang tua mempunyai hak ijbar (paksa), akan tetapi pada faktanya

pada Pengadilan Agama Jakarta Timur terdapat kasus pembatalan perkawinan

karena suami kawin dengan istri lantaran dipaksa oleh pihak istri.

Rumusan tersebut penulis rinci dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Timur dalam memutuskan perkara pembatalan perkawinan No.

530/Pdt.G/2008/PAJT?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur

dalam memutuskan perkara pembatalan perkawinan No.

530/Pdt.G/2008/PAJT.

Page 14: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

5

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Untuk penulis, memberikan wawasan dan pengetahuan agar lebih bisa

memahami tentang pembatalan perkawinan dan juga dalam rangka

persyaratan penulis sebagai Sarjana Syariah.

2. Untuk kalangan akademisi (Fakultas), sebagai penambahan literatur

Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Untuk masyarakat, memberi kontribusi pada masyarakat dalam mendudukan

perkara pembatalan perkawinan menurut perundang-undangan yang berlaku

D. Review Studi Terdahulu

1. Arud Badrudin, Pembatalan Karena Poligami Liar ( Analisa Yurisprudensi

Perkara Nomor 416/Pdt.G/1995/PA.Smd). dalam skripsi ini menjelaskan

tentang pembatalan perkawinan karena suami melakukan poligami tanpa izin

istri.

2. Nur Ulfah Mariana, Pembatalan Perkawinan Poligami Tanpa Izin Istri

Menurut UU No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus

Pengadilan Agama Jakarta Selatan). Dalam skripsi ini menjelaskan

Pembatalan Perkawinan Poligami Tanpa Izin Istri Menurut UU No.1 Tahun

1974 dan Kompilasi Hukum Islam,

3. Firdaus, Pembatalan Perkawinan Menurut Fiqih dan Undang-Undang 1974,

skripsi ini menjelaskan pengertian pembatalan perkawinan menurut Fiqih dan

Undang-Undang 1974.

Page 15: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

6

Dan yang membuat berbeda dari skripsi yang ingin penulis angkat adalah:

1. Wilayah kejadian perkara terdapat di Pengadilan Agama Jakarta Timur.

2. Penulis ingin membahas tentang pembatalan perkawinan kawin paksa, melihat

argumenasi Hakim dalam perkara ini.

E. Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat, maka penulis menggunakan

penelitian melalui:

1. Penelitian ini adalah penelitian hukum yang normatif yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan bahan pustaka atau data sekunder yang mungkin

mencakup data primer. Dan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan

melakukan analisis isi putusan dengan cara mengurai dan mendiskripsikan

putusan, kemudian dihubungkan dengan masalah yang diajukan sehingga

ditemukan kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis.

2. Sumber pengumpulan data

Untuk memecahkan isu hukum mengenai apa yang diteliti, diperlukan

sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan

berupa bahan hukum primer dan sekunder.10

Data primer diperoleh langsung

dari sumber pertama, yakni perilaku warga masyarakat melalui penelitian,

data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku dan

seterusnya.11

Data primer dalam skripsi ini diperoleh dari putusan perkara No.

10

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 141 11

Soerjono Soekanto, pengantar penelitian hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia 1986), h.

12-13

Page 16: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

7

530/pdt.G/2008/PA.JT dan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan

Agama Jakarta Timur yang memutus perkara No.530/Pdt.G/2008/PA.JT,

sedangkan sekunder diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan skripsi

tersebut.

3. Teknik pengumpulan Data

Teknik pengunpulan data yang dilakukan adalah wawancara terhadap

Hakim yang menangani langsung perkara No. 530/pdt.G/2008/PA.JT, dan

para Majlis Hakim tersebut adalah:

a. Hj. Yustimar B. SH (selaku Ketua Majlis)

b. H. Abdillah, SH (selaku Hakim anggota)

c. Drs. H. Fauzi M. Nawawi (selaku Hakim anggota)

4. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan setelah itu diolah,

dianalisis dan diinterpretasikan untuk dapat menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan.

5. Analisa Data

Setiap data yang dianalisis dari beberapa sudut pandang, merupakan data

yang bersumber dari sumber data, baik itu dati wawancara atau observasi.

6. Pedoman Penulisan Skripsi

Pedoman penulisan skripsi ini bepedoman pada “Buku Pedoman Penulisan

Skripsi Tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan beberapa pengecualian sebagai berikut:

Page 17: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

8

a. Dalam daftar pustaka al-Qur’an ditempatkan pada urutan pertama.

b. Terjemahan al-Qur’an dan Hadis ditulis 11/2 spasi walaupun kurang dari

enam baris.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah bab perbab, dimana antara bab satu dengan bab yang lainnya itu memiliki

keterkaitan, sistematika yang penulis maksud adalah:

Bab pertama tentang pendahuluan dalam membuka penulisan skripsi ini,

dengan uraian bahasa meliputi: latar belakang, pembatasan masalah, maksud dan

tujuan penelitian, studi review terdahulu, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab kedua tentang perkawinan, menjelaskan tentang pengertian

perkawinan, hukum perkawinan yang didalamnya juga termasuk rukun dan syarat

perkawinan, prinsip perkawinan, dan tujuan serta hikmah perkawinan.

Bab ketiga tentang pembatalan perkawinan dan kawin paksa meliputi,

pengertian pembatalan perkawinan, alasan, tata cara dan akibat hukum

pembatalan perkawinan, pengertian kawin paksa, akibat hukum kawin paksa,

serta pengaruh kawin paksa terhadap keharmonisan rumah tangga.

Bab keempat tentang putusan perkara pembatalan perkawinan karena

kawin paksa di Pengadilan Agama Jakarta Timur. Meliputi profil, perkara

Page 18: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

9

pembatalan perkawinan, putusan, dan analisis putusan Pengadilan Agama Jakarta

Timur tentang pembatalan perkawinan karena kawin paksa.

Bab kelima tentang penutup. Meliputi dua hal yaitu, kesimpulan dan

saran-saran.

Page 19: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

10

BAB II

PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Dan dalam

Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat

kuat (mitsaqan ghalidhan) untuk mentaati perintah Allah SWT, dan

melaksanakannya merupakan ibadah.

Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua

makhluk-Nya, sebagai sesuatu yang paling baik yang dipilih Allah SWT untuk

berkembang biak dan melestarikan hidupnya.2

Menurut Paul Scholten, Perkawinan adalah suatu hubungan hukum antara

seorag pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui

oleh negara.3

Dalam Hadis dikatakan

م بستي فهيس يي نى يع ستي ف انكاح ي4

1 Pasal 1 Undang-undang Nomor 1974 Tentang Perkawinan

2 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat, (Bandung, CV. Pustaka Setia, 1999), h.

9

3 Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), h. 4

Page 20: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

11

Artinya : “Pernikahan adalah salah satu dari sunnahku, maka barang siapa

yang tidak melakukannya (pernikahan) bukan termasuk dari

golonganku”.

ابي جيخ قال اب كخ . و.قال رسول اهلل ص:ع كخ فهى ي ي قدر عهي أ ي

فهيس يا5

Artinya : “Dari Abi Najih berkata: Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa

yang mampu untuk menikah dan ia belum menikah, maka ia bukan

termasuk dari golongan kami”.

Dari Hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, pernikahan itu

merupakan salah satu sunnah Rasul yang harus diikuti oleh umatnya yang mampu

untuk menikah (dengan ketentuan mampu lahir dan batin) dan apabila tidak

dikerjakan (sedangkan ia mampu lahir dan batin) maka bukan termasuk golongan

pengikut Nabi.

B. Hukum Perkawinan

Hukum perkawinan ditinjau dari kondisi perseorangan adalah sebagai

berikut:

1. Wajib, bagi orang-orang yang mempunyai kemauan untuk menikah tidak

dapat menahan hawa nafsunya terhadap wanita dan ia mampu untuk menikah.

4 Muhammad bin Ali bin Muhammad Saukani, Nailul Authar, (Darul Fikri, 1655), juz.V, h.

266 5 Abdullah bin Abdurohman bin Fadli Bahrom bin Abdu Somad at-Tamimi, Sunan Darimi,

(Darul Fikri, tt), Juz. II, h.132

Page 21: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

12

2. Sunnah, terhadap orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk melangsungkan perkawinan sedang ia tidak khawatir jatuh pada

perzinahan.

3. Mubah, bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk menikah, akan tetapi

apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina dan apabila

melakukannya juga tudak akan menelantarkan istri (pendorong dan

penghambat untuk kawin itu sama).

4. Makruh, bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan

perkawinan juga cukup untuk menahan diri sehingga tidak kawin, hanya saja

orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi

kewajiban suami istri dengan baik.

5. Haram, bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai

kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban

dalam rumah tangga sehingga apabila melangsungkan perkawinan akan

terlantar dirinya dan istrinya.6

Setelah mengetahui hukum perkawinan, maka ada beberapa rukun dan

syarat yang harus dipenuhi. Adapun rukun dan syaratnya adalah:

1. Perempuan sebagai calon istri

Syarat-syaratnya adalah:

- Bukan istri dari laki-laki lain, bukan mahram, dan tidak dalam masa iddah

- Merdeka, atas kemauan sendiri

6 Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat. (Bogor: Kencana 2003), h. 18-21

Page 22: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

13

- Jelas orangnya

- Tidak sedang berihram/haji

2. Laki-laki sebagai calon suami

Syarat-syaratnya adalah:

- Bukan mahram

- Tidak terpaksa

- Jelas orangnya

- Tidak dalam ihram/haji

3. Wali yang menikahkan

Syarat-syaratnya adalah:

- Laki-laki

- Baligh

- Tidak terpaksa

- Sehat akalnya

- Adil

- Tidak sedang ihram/haji 7

Dalam Hadis,

اليصخ عقد انكاح إال بوني ذكروشاهدى عدل8

7 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1987), h.49

8 Imam Takiyuddin bin Abu Bakar bin M. Husain, Kifayatul Akhyar, (Darul Fikri, tt ),juz I-

VI , hal. 34

Page 23: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

14

Artinya: “Tidak disahkan akad dalam suatu pernikahan kecuali dengan wali

laki-laki dan dua orang saksi yang adil”

Adapun wali nikah ada empat jenis, yaitu:

1) Wali Nasab adalah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan

wanita yang akan melangsungkan pernikahan, adapun wali nasab terbagi

menjadi dua yaitu:

a. Wali Nasab biasa yaitu wali nasab yang tidak mempunyai

kewenangan untuk memaksa menikahkan tanpa izin atau persetujuan

dari wanita yang bersangkutan, dengan kata lain wali ini tidak

mempunyai kewenangan menggunakan hak ijbar.

b. Wali Mujbir adalah wali nasab yang berhak memaksa kehendaknya

untuk menikahkan calon mempelai perempuan tanpa meminta izin

kepada wanita yang bersangkutan, hak yang dimiliki oleh wali

mujbir disebut dengan hak ijbar.

- Menurut Syafi’i wali mujbir adalah ayah, kakek dan terus ke

atas, wali mujbir mempunyai kedudukan istimewa karena boleh

menikahkan anak perempuannya yang masih kecil dan belum

baligh juga boleh menikahkan anak perempuannya yang sudah

dianggap dewasa dan masih perawan tanpa minta izin terlebih

dahulu kepada anak yang bersangkutan.

- Menurut Hambali wali mujbir adalah ayah dan washi, bila kedua

orang ini tidak ada maka yang berhak menyandang wali mujbir

Page 24: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

15

adalah hakim dengan syarat bahwa perempuan yang

bersangkutan sudah layak dinikahkan, kedudukan dan fungsi

wali mujbir sama dengan imam Syafi’i.

- Menurut Maliki wali mujbir adalah ayah, orang lain dapat

diangkat menjadi wali mujbir apabila telah mendapat wasiat dari

bapak. Wasiat yang diucapkan itu harus ada bukti baik itu tertulis

maupun lisan yang diucapkan dengan adanya dua orang saksi.

Adapun fungsi dari wali mujbir adalah boleh menikahkan

perempuan yang kurang waras baik masih kecil maupun sudah

menginjak dewasa.

- Menurut Hanafi wali mujbir adalah setiap orang yang tercantum

dalam strukturisasi wali, mereka semua bisa disebut wali mujbir.

Dungsi wali mujbir hanya terbatas pada anak-anak kecil baik

laki-laki mapun perempuan, baik kepada orang gila yang masih

kecil maupun sudah dewasa.

2) Wali Hakim, yang dimaksud dengan wali hakim adalah wali nikah dari

hakim atau aqdhi. Adapun orang-orang yang berhak menjadi wali hakim

adalah pemerintah (sulthan), pemimpin (khalifah), penguasa (roish), atau

wanita yang berwali hakim.

3) Wali Tahkim yaitu wali yang diangkat oleh calon suami atau istri. Wali

tahkim terjadi apabila wali nasab tidak ada, wali nasab ghaib, tidak ada

aqdi atau pegawai pencatat nikah.

Page 25: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

16

4) Wali Maula adalah wali yang menikahkan budaknya, yaitu majikannya

sendiri. Adapun maksud budak disini adalah wanita yang dibawah

kekuasaannya/hamba sahaya.9

4. Sighat atau ijab qabul

5. Dua orang saksi

Syarat-syaratnya adalah:

- Laki-laki

- Baligh

- Sehat akal

- Dapat mendengar atau melihat

- Bebas, tidak terpaksa

- Tidak sedang mengerjakan haji

- Memahami bahasa yang dipergunakan dalam ijab qabul.

Menurut para Imam Mazhab Perkawinan itu tidak sah tanpa adanya saksi,

dan Hanafi menyatakan saksi itu bisa berupa dua orang perempuan dan satu orang

laki-laki tapi tidak diperkenankan hanya dua orang perempuan saja.10

C. Prinsip Perkawinan

Adapun prinsip-prinsip perkawinan dalam Islam antara lain:

9 Tihami dan Sohari, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2009), h. 97

10

Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: PT. Lentera Basritama 1996),

h.313

Page 26: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

17

1. Memenuhi dan melaksanakan perintah agama

Agama mengatur perkawinan dan memberi batasan rukun dan syarat

yang perlu dipenuhi. Apabila rukun dan syaratnya tidak terpenuhi maka

perkawinan itu batal (Fasakh). Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa hidup

berpasang-pasangan adalah naluri semua makhluk Allah SWT.11

Dalam surat

az-Zariyat ayat 49:

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu menginat akan kebesaran Allah SWT”.

Dalam surat Yasin ayat 36:

Artinya: “Maha suci Tuhan yang menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik apa ditumbuhkan dari bumi dan dari diri

mereka maupun apa yang tidak mereka ketahui”.

2. Kerelaan dan persetujuan

Pihak yang melangsungkan perkawinan itu dirumuskan dengan kata-

kata kerelaan atau persetujuan calon istri dan suami. Agar suami dan istri

dapat membentuk keluarga bahagia, sejahtera dan kekal, maka diwajibkan

kepada calon mempelai untuk kenal terlebih dahulu.

11

Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat. h.32

Page 27: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

18

Kedua calon mempelai harus mempunyai suatu kesadaran dan

keinginan bersama secara ikhlas untuk mengadakan akad. Dan persetujuan

atau partisipasi keluarga juga diharapkan dalam hal perkawinan, dengan

demikian dapat terjalin silaturahmi antar keluarga.12

3. Kebebasan memilih jodoh

Memilih jodoh merupakan hak pilih yang bebas bagi laki-laki dan

perempuan sepanjang tidak melanggar ketentuan yang digariskan oleh syariat.

Syariat Islam memberikan petunjuk bagi orang tua agar tidak memaksakan

kehendaknya dalam masalah penentuan jodoh anak-anak mereka.13

Meskipun Islam memberikan kebebasan hak pilih dalam mencari

pasangan, namun tetap ada rambu-rambu yang diberikan agar tidak salah

dalam memilih suami atau istri. Orang tua dilarang memaksa anak-anaknya

untuk dijodohkan dengan pria atau wanita pilihannya, melainkan diharapkan

membimbing dan menuntut anak-anaknya agar memilih pasangan yang cocok

sesuai dengan anjuran agama yang mereka peluk. Sesuai dengan hak asasi

manusia, maka kawin paksa dilarang untuk dilaksanakan.

4. Saling melengkapi dan melindungi

Dalam surat al-Baqarah: 187,

12

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana

2008), h. 7-8

13

Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan

Jender, 1999), hal. 11-17

Page 28: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

19

Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

dengan isteri-isteri kamu, mereka adalah Pakaian bagimu, dan

kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui

bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah

mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang

campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah

untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih

dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu

sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka

itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah,

Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka

bertakwa.

5. Memperlakukan istri dengan baik

Dalam surat an-Nisa: 19,

Page 29: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

20

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksadan janganlah kamu menyusahkan

mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang

Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan

pekerjaan keji yang nyata, dan bergaullah dengan mereka secara

patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka

bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,

padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

D. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

Keluarga yang dituju dengan adanya perkawinan adalah keluarga yang

sakinah (tenang), Mawadah (keluarga yang didalamnya terdapat rasa cinta, yang

berkaitan dengan hal-hal yang bersifat jasmani) dan Rahmah (keluarga yang

didalamnya terdapat rasa kasih sayang).14

Melakukan pernikahan merupakan

proses alamiah yang senantiasa dilalui oleh umat manusia, karena disaat mereka

mencapai suatu kematangan baik biologis maupun psikologis, maka akan muncul

dorongan untuk menjalin ikatan dengan lawan jenisnya.15

Tujuan pernikahan menurut al-Qur’an, yakni ada dua ayat yang menonjol

tentang hal pernikahan ini. Pertama, disebutkan bahwa tujuan pernikahan itu

14

Abdul Shomad, Hukum Islam (Panorama Prinsip Syari’ah Dalam Hukum Indonesia),

(Jakarta: Kencana 2020), h. 276

15

Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), h. 76

Page 30: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

21

adalah untuk bersenang-senang.16

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam

surat al-A’raf: 189

Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya

dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka

setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang

ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian

tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada

Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi

kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang

bersyukur”.

Kedua, dalam surat ar-Rum: 21,

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Menurut Abd Rahman Ghazaly tujuan dari perkawinan adalah:

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.

16

Ahmad Basiq Djalil, Tebaran Pemikiran Ke-Islaman di Tanah Gayo, (Jakarta: Qalbun

Salim, 2007), cet-1, h. 86

Page 31: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

22

2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan

kasih sayang.

3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta

kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang

halal.

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas

dasar cinta dan kasih sayang.17

Hikmah perkawinan ialah supaya manusia itu hidup berpasang-pasangan,

hidup dua sejoli, hidup suami istri, membangun rumah tangga yang damai dan

teratur.18

Untuk itu setiap pasangan dituntut untuk dapat mempertahankan keutuhan

rumah tangganya, jika akad sudah dilakukan maka, mereka akan berjanji seia

sekata dan dapat membangun rumah tangga yang damai dan teratur.

Jadi dapat difahami bahwa tujuan suatu perkawinan itu disamping

terhindar dari kemaksiatan, tapi banyak manfaat yang dapat diperoleh dari sebuah

perkawinan, baik itu berdampak baik bagi diri sendiri maupun orang lain,

termasuk juga hikmah didalamnya yakni, hidup lebih teratur dan suasana menjadi

tentram dan damai lantaran memiliki keluarga.

17

Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat. h.24

18

Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Menurut Mazhab Syafi’I, Hanafi, Maliki dan

Hanbali, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1996),cet-15, hal.7

Page 32: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

23

Secara detail hikmah perkawinan ialah:

1. Sebagai fitrah manusia untuk berkembang biak, dan keinginan untuk

melampiaskan syahwat secara manusiawi dan syar’i.

2. Upaya menghindarkan diri dari perbuatan maksiat akibat penyaluran hawa

nafsu yang tidak benar seperti zina.

3. Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tentram.

4. Membuat ritme kehidupan seseorang menjadi lebih tertib, teratur, dan

mengembangkan sikap kemadirian, serta tanggung jawab.

5. Pernikahan dan keturunan akan mendatangkan rizki.

6. Nikah mempunyai kontribusi di dalam membentuk pribadi untuk berprilaku

disiplin seperti disiplin dalam membagi waktu dan pekerjaan.

7. Memperkokoh tali persaudaraan antara masyarakat.

8. Menghasilkan keturunan yang baik, jelas nasabnya dan semakin merekatkan

hubungan antar sesama.

9. Dalam salah satu laporan dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang

dimuat dalam Koran al-Sya’b pada hari Sabtu, 1 Juni 1959, melaporkan

bahwa pasangan suami istri akan bertahan hidup lebih lama jika dibandingkan

dengan yang bukan pasangan suami istri. 19

19

Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: eLSAS,

2008), h. 42-44

Page 33: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

25

BAB III

PEMBATALAN DAN KAWIN PAKSA

A. Pengertian Pembatalan Perkawinan

Pembatalan berasal dari kata “batal” yang artinya tidak berlaku, tidak sah,

dan pembatalan yaitu sebuah proses untuk menyatakan sesuatu hal yang dianggap

tidak sah (batal).1 Sedangkan pembatalan perkawinan adalah perkawinan yang

dibatalkan apabila salah satu pihak ada yang merasa dirugikan baik itu dari pihak

suami maupun istri atau salah satu rukun atau syarat perkawinan tidak terpenuhi.2

Dan dalam istilah lain yang mempunyai pengertian yang sama dengan

batal adalah fasakh (rusak). Dan menurut Jumhur Ulama, “Tidak ada perbedaan

antara batal dengan fasakh baik itu dalam lapangan ibadah maupun mu’amalah”.3

Adapun istilah pembatalan perkawinan itu identik dengan fasakh yakni,

pembatalan akad dan melepaskan tali ikatan perkawinan suami istri.4 Sedangkan

menurut Undang-undang N0. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pembatalan

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1996), h. 97

2 Wawancara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Senin 18 Maret 2011

3 Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Yayasan Penerjemah al-Qur’an, 1993),

h. 70

4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Beirut: Daar al-Fikr,1983), cet-4, juz II, h. 268

Page 34: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

26

adalah “Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-

syarat untuk melangsungkan perkawinan”.5

Fasakh berasal dari bahasa Arab yang berarti membatalkan dan fasakh

perkawinan menurut Syar’i ialah:

ن ج ن انض حم انشابطت انتى تشبط ب فسخ انعقذ نقضو 6

Artinya: Fasakh aqad (perkawinan) adalah membatalkan akad perkawinan dan

memutuskan tali perhubungan yang mengikat antara suami istri.

العذ طالقا ماتنحم عقذ بو ى اج فسخ انض7

Artinya : Fasakh perkawinan adalah sesuatu yang dapat merusak akad dalam

perkawinan dan fasakh bukan termasuk talaq.

Pembatalan perkawinan pada umumnya karena pelanggaran syarat formal

seperti yang telah disebutkan diatas, sedangkan bila pelanggaran itu pada larangan

materil, seperti perkawinan antara yang berhubungan nasab atau larangan tetap

lainnya, perkawinan itu batal dengan sendirinya, dianggap tidak pernah ada,

5 Undang-undang Perkawinan di Indonesia dengan Peraturan Pelaksanaannya, Undang-

Undang N0.1 Tahun 1974, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1991), cet-11, h. 12

6 Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya

1989), h. 5

7 Ali Hasabillah, al-Furqan Baina Zaujaini, (Kairo: Darul Fikri, 1969), cet.1 h. 169

Page 35: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

27

sehingga terhadap akibat yang timbul dari hubungan “suami-istri” itu dianggap

tidak pernah ada, atau tidak mendapat perlindungan hukum.8

Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pengertian pembatalan

perkawinan, maka dapat disimpulkan bahwa pembatalan perkawinan adalah suatu

tindakan yang dapat merugikan salah satu pihak yang dilakukan baik dari pihak

istri maupun suami untuk membatalkan perkawinan dan diajukan kepada

Pengadilan Agama.

B. Alasan, Tata Cara dan Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan

1. Alasan Pembatalan Perkawinan

Sebab-sebab terjadinya pembatalan perkawinan yakni sebagai berikut:

a. Karena adanya balak (penyakit belang kulit).

b. Karena gila.

c. Karena penyakit kusta.

d. Karena ada penyakit menular, seperti sipilis, dan lain-lain.

e. Karena ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang menghambat

maksud perkawinan (bersetubuh).

f. Karena unnah, yakni impoten.

Disamping itu pembatalan juga dapat terjadi karena,

8 Anwar Sitompul, Kewenangan dan Tata Cara Berperkara di Pengadilan Agama, (Bandung:

CV. Amrico, 1984), h. 80

Page 36: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

28

a. Nikah Syigar, misalnya seorang ayah berkata kepada seorang laki-laki:

“Aku nikahkan anak gadisku dengan engkau, dan sebagaimana maharnya

engkau nikahkan pula putrimu dengan aku”.

b. Nikah Mut’ah (nikah kontrak).

c. Nikah Muhrim (dalam keadaan muhrim).

d. Nikah dua orang laki-laki dengan seorang perempuan yang dinikahkan

oleh dua orang wali yang berjauhan tempat. Jika diketahui mana yang

lebih dahulu, maka akad yang terdahulu yang dianggap sah. Dan

bilamana tidak diketahui mana yang lebih dahulu, maka kedua akad nikah

itu dianggap batal.

e. Nikah wanita yang sedang beriddah.

f. Nikah laki-laki muslim dengan wanita non muslim, yang beragama

Majusi, Yahudi ataupun Nasrani (yang tidak asli sebagai ahlu kitab).

g. Nikah wanita muslimah dengan laki-laki non muslim, karena wanita

muslimah tidak dihalalkan menikah dengan non muslim. 9

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

pembatalan perkawinan diatur dalam BAB IV Pasal 22 sampai dengan 28 ,

dalam bab ini dijelaskan alasan-alasan perkawinan, dan para pihak yang

berhak mengajukan pembatalan perkawinan serta akibat hukum dari

pembatalan perkawinan.

9 Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, h. 198-200

Page 37: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

29

Adapun pada Kompilasi Hukum Islam pembatalan perkawinan diatur

dalam BAB XI Pasal 70 sampai dengan 76, materi rumusannya hampir sama

dengan materi yang dirumuskan dalam BAB IV Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan.

Alasan pembatalan perkawinan menurut Undang-undang No.1 Tahun

1974 tentang Perkawinan dalam pasal 22 adalah:

“Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-

syarat untuk melangsungkan perkawinan”.

Demikian pula dalam pasal 24 Undang-undang No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, pembatalan perkawinan dapat diajukan dengan

ketentuan,

“Barang siapa karena perkawinan masih terikat dirinya dengan salah satu

dari kedua belah pihak dan atas dasar masih adanya perkawinan dapat

mengajukan pembatalan perkawinan yang baru, dengan tidak mengurangi

ketentuan Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 4 Undang-undang ini”.

Dalam pasal 26 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, dijelaskan tentang pembatalan perkawinan karena wali atau saksi

yang tidak sah, yakni:

1. Perkawinan yang dilangsungkan dimuka pegawai pencatat perkawinan

yang tidak berwenang, wali nikah yang tidak sah atau yang

dilangsungkan tanpa dihadiri oleh dua orang saksi dapat dimintakan

pembatalannya oleh keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dari

suami atau istri, jaksa dan suami atau istri.

2. Hak untuk membatalkan oleh suami atau istri berdasarkan alasan dalam

ayat 1 pasal ini gugur apabila mereka setelah hidup bersama sebagai

Page 38: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

30

suami istri dan dapat memperlihatkan akta perkawinan yang tidak

berwenang dan perkawinan harus diperbaharui supaya sah.

Dalam pasal 27 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dijelaskan pembatalan perkawinan karena adanya unsur ancaman didalamnya,

yakni:

1. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan, apabila perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang

melanggar hukum.

2. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan, apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi

salah sangka mengenai diri suami atau istri.

3. Apabila ancaman telah berjenti, atau yang bersalah sangka itu telah

menyadari keadaannya, dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah

itu masih tetap hidup sebagai suami istri, dan tidak mempergunakan

haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan, maka haknya

gugur.

Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 70 perkawinan batal apabila,

a. Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak melakukan akad

nikah karena sudah mempunyai empat orang istri, sekalipun salah satu

dari keempat istrinya itu dalam masa iddah talak raj’i;

b. Seseorang telah menikahi bekas istrinya yang telah dili’annya;

c. Seseorang telah menikahi bekas istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali

talak olehnya, kecuali bila bekas istri tersebut pernah menikah dengan

pria lain yang kemudian bercerai lagi ba’da dukhul dari pria tersebut

dan telah habis masa iddahnya;

d. Perkawinan dilakukan dengan orang yang mempunyai hubungan darah

semeda dan sesusuan sampai derajat tertentu yang menghalangi

perkawinan menurut pasal 8 Undang-undang No.1 Tahun 1974:

e. Istri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri

atau istri-istrinya;

Dalam pasal 71 Kompilasi Hukum Islam suatu perkawinan dapat

dibatalkan apabila,

a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama;

Page 39: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

31

b. Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih menjadi

istri pria lain yang mafqud;

c. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari suami lain;

d. Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana

ditetapkan dalam pasal 7 Undang-Undang 1 Tahun 1974;

e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang

tidak berhak;

f. Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan;

Dalam pasal 72 Kompilasi Hukum Islam dijelaskan pembatalan

perkawinan karena adanya unsur ancaman didalamnya, yakni:

(1) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang

melanggar hukum.

(2) Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi

penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau istri.

(3) Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu

menyadari keadaannya, dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

setelah itu masih tetap hidup sebagai suami istri, dan tidak

menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan,

maka haknya gugur.

2. Tata Cara Pembatalan Perkawinan

Mengenai tata cara pengajuan pembatalan perkawinan, yakni pada

dasarnya pengajuan perkara pembatalan perkawinan sama halnya dengan

pengajuan perceraian pada umumnya,10

hal ini terdapat dalam PP No. 9 Tahun

1975 tentang Pelaksanaan Pelaksanaan Undang-undang No. 1 TAhun 1974

tentang Perkawinan Adalah sebagai berikut:

Batalnya suatu perkawinan hanya dapat diputuskan oleh Pengadilan (PP

No. 9/1975 Pasal 37). Permohonan pembatalan suatu perkawinan diajukan

oleh pihak-pihak yang berhak mengajukannya kepada Pengadilan yang

daerah hukumnya meliputi tempat berlangsungnya perkawinan, atau di

tempat tinggal kedua suami istri, suami atau istri (PP. No. 9/1975 Pasal 38

10

Wawancara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Senin 18 Maret 2011

Page 40: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

32

(1) ). Tata cara pengajuan permohonan pembatalan perkawinan dilakukan

sesuai dengan tata cara pengajuan gugatan perceraian (PP. No. 9/1975

Pasal 38 (2) ).

Dalam pasal 23 Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, menjelaskan siapa saja yang dapat mengajukan

pembatalan perkawinan, yakni:

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri.

b. Suami atau istri.

c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belumdiputuskan.

d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) pasal 16 Undang-undang ini dan

setiap orang mempunyai kepentingan secara langsung terhadap

perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

Dalam pasal 25 Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, menjelaskan tatacara pembatalan perkawinan, yakni:

“Permohonan pembatalam perkawinan diajukan kepada Pengadilan dalam

daerah hukum dimana perkawinan dilangsungkan di tempat tinggal kedua

suami istri, suami atau istri”.

Dalam pasal 73 Kompilasi Hukum Islam, Yang dapat mengajukan

permohonan pembatalan pembatalan perkawinan adalah:

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dan kebawah dari

suami atau istri.

b. Suami atau istri.

c. Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut

undang-undang.

d. Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam

rukun dan syarat perkawinan menurut hukum islam dan peraturan

Perundang-undangan sebagaimana tersebut dalam pasal 67.

Page 41: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

33

Dalam pasal 74 Kompilasi Hukum Islam, menjelaskan tentang

tatacara pembatalan perkawinan, yakni:

(1) Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada

Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal suami atau istri

atau tempat perkawinan dilangsungkan.

(2) Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan Pengadilan Agama

mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat

berlangsungnya perkawinan.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Hanya pengadilan yang berwenang membatalkan perkawinan

Gugatan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada

pengadilan agama yang mewilayahi tempat perkawinan dilangsungkan,

tempat tinggal suami istri, tempat tinggal suami atau tempat tinggal istri

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Bagian Ke-Enam,

Pasal 85, yakni Kebatalan suatu perkawinan hanya dapat dinyatakan oleh

Hakim.11

b. Pemohon atau kuasa hukum mendatangi Pengadilan Agama (UU No.7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama), Kemudian semua

gugatan/permohonan harus dibuat secara tertulis, bagi

penggugat/pemohon yang tidak dapat membaca dan menulis, maka

gugatan/permohonan diajukan secara lisan kepada Ketua Pengadilan

11

R. Subekti dan R. Tjirosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT.

Pradya Paramita, 2004), h. 21

Page 42: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

34

Agama.12

Sebagimana tertulis dalam HIR pasal 118 ayat 1 dan pasal 142

ayat 1 R.B.g.

c. Gugatan pembatalan perkawinan harus memuat, identitas para pihak yang

berperkara, posita (alasan yang berdasarkan fakta dan hukum) dan

petitum(tuntutan yang diminta oleh penggugat/pemohon).

d. Penetapan Majlis Hakim

e. Pemanggilan

f. Pemerikasaan

g. Upaya damai

h. Pembuktian

i. Putusan hakim

j. Biaya perkara

k. Berlakunya putusan hakim, batalnya suatu perkawinan dimulai setelah

putusan pengadilan agama mempunyai kekuatan hukum tetap berlaku

sejak berlangsungnya perkawinan pasal 28 ayat 1 UU No 1 tahun 1974

tentang Perkawinan.

3. Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan

Ada beberapa hal yang membuat pernikahan menjadi batal,. pisahnya

suami istri akibat fasakh berbeda dengan pisahnya karena talak. Talak itu ada

12

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), h. 40

Page 43: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

35

dua, raj’i dan bain. Talak raj’i tidak mengakhiri ikatan suami istri dengan

seketika, sedangkan bain mengakhiri ikatan seketika itu juga. Adapun fasakh,

baik yang terjadi belakangan ataupun karena adanya syarat-syarat atau rukun

yang tidak terpenuhi, maka berakhir perkawinan tersebut seketika itu.

Pisahnya suami dengan istri karena Fasakh, hal ini tidak berarti mengurangi

bilangan talak, dan suami tetap mempunyai kesempatan tiga kali talak.13

Sementara iddah bagi pembatalan perkawinan secara umum tidak ada

perbedaan pendapat dikalangan ulama berkaitan dengan masalah iddah,

golongan Zhahiri tidak mewajibkan iddah bagi perempuan yang dicerai

karena perkawinan fasid (fasakh) meskipun sudah terjadi hubungan (ba’da

dukhul) karena tidak ada dalilnya didalam al-Qur’an ataupun sunnah.14

Sementara ada yang menyatakan istri yang dicerai dengan keputusan fasakh

oleh pengadilan tidak dapat dirujuk oleh bekas suaminya, yang apabila

menghendaki membina rumah tangga kembali sesudah habis masa iddah.15

Menurut Muhammad Satho Dimyati iddah diwajibkan karena dicerai oleh

13

Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, h. 314

14

Muhammad Isna Wahyudi, Fiqih Iddah Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka

Pesantren, 2009), h. 82

15

Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995),c.I, h.

143

Page 44: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

36

suami (yang pernah digauli qubul atau dubur) baik dengan cara talak atau

memfasakhkan nikah.16

Dan demikian pula dalam kitab karangan Imam al-A’zam Abi

Hanifah An-Ni’man menjelaskan bahwa iddah merupakan bagian dari

perkawinan yang mengharuskan kepada setiap perempuan untuk menjalani

masa iddah baik perceraian karena talak ataupun fasakh (ba’da dukhul). 17

Dan dalam pasal 155 Kompilasi Hukum Islam menyebutkan,

“Waktu iddah bagi janda yang putus perkawinannya karena khuluk,

fasakh dan li’an berlaku iddah talak”.

Adapun masa tunggunya adalah sebagai berikut.18

a. Iddah untuk perempuan yang cerai mati, masanya adalah 4 bulan 10 hari.

b. Iddah untuk perempuan yang cerai hidup, masanya adalah 3 quru (suci),

menurut Abu Zahrah dalam kitab al-Akhwal al-Syaksiyah menjelaskan

bahwa iddah bagi perempuan yang fasakh perkawinannya yakni

selayaknya iddah talak (tiga kali haid) dengan ketentuan ba’da dukhul.19

c. Iddah untuk perempuan yang belum baligh atau menopose, masanya 3

bulan.

16

Abi Bakri al-Mashur bil Barri Bakri Bin Said Muhammad Satho Dimyati, I’antul Tholibin,

(Darul Ibnu Ubud: 1997), cet. I, J. IV, h. 46

17

Imam al-A’zam Abi Hanifah an-Ni’man, al-Ahkam as-Syar’iyyah, (Maktabah wa Mutbi’ah

Muhammad ala Shobihi wa Waladihi, 1965), h .49

18

Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fikhiyah Kajian Hukum Islam Kontemporer, (Bandung:

Angkasa, 2005), h.171-172

19

Abu Zahrah, al-Ahwal al-Syaksiyah, (Darul Fikri al-Arabi, 1957), h. 439

Page 45: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

37

d. Iddah untuk perempuan yang dicerai dalam keadaan hamil, masanya

sampai melahirkan.

Dalam pasal 28 Undang-undang Perkawinan No.1 1974 tentang

Perkawinan menerangkan:

a. Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah keputusan Pengadilan

mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak

berlangsungnya perkawinan.

b. Keputuan tidak berlaku surut terhadap:

- Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;

- Suami atau istri yang bertindak dengan I’tikad baik, kecuali

terhadap harta bersama bila pembatalan perkawinan didasarkan atas

adanya perkawinan lain yang terlebih dahulu.

- Orang-orang ketiga lainnya termasuk dalam a dan b sepanjang

mereka memperoleh hak-hak dengan I’tikad baik sebelum

keputusan tentang pembatalan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 75 keputusan pembatalan

perkawinan tidak berlaku surut terhadap:

a. Perkawinan yang batal karena salah satu dari suami atau istri murtad;

b. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;

c. Pihak ketiga sapanjang mereka memperoleh hak-hak denga beritikad

baik, sebelum keputusan pembatalan perkawinan mempunyai kekuatan

hukum yang tetap;

Demikian pula dalam pasal 76 Kompilasi Hukum Islam

menerangkan, Batalnya suatu perkawinan tidak akan memutuskan hubungan

hukum antara anak dengan orang tuanya.

Page 46: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

38

C. Pengertian Kawin Paksa

Kawin paksa dalam bahasa arab disebut ijbar, kata ijbar berasal dari kata

ajbara-yujbiru-ijbaaran.20

Wali mujbir yakni wali nasab yang berhak memaksakan

kehendaknya untuk menikahkan calon mempelai perempuan tanpa meminta ijin

kepada wanita yang bersangkutan. Hak yang dimiliki oleh wali mujbir disebut

dengan hak ijbar.21

Mazhab Syafi’i mengatakan bahwa kekuasaan sang wali hendaknya bukan

untuk menjadikan sebuah tindakan memaksakan kehendaknya sendiri dalam

memilih jodoh atas pasangan, tanpa memperhatikan asas kerelaan sang anak.

Dalam surat an-Nisa Ayat 19, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa”.

Dan sesungguhnya perempuan dewasa tidak boleh dipaksa untuk

melangsungkan pernikahan karena hal ini sudah ditetapkan oleh Nabi

Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Ahmad adalah sebagai berikut:

20

Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pondok

Pesantren al-Munawwir Krapyak, 1984), h. 164

21

Muhammad Asmawi, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:

Darussalam, 2004), Cet. 1, h. 77

Page 47: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

39

ب حت تستا مش التنكح, ال تنكح انبكش حت تستارن: قال. م. عن اننب ص انث22

Artinya:” Tidak boleh dinikahkan perawan sampai dimintai izinnya, dan janda

sampai dimintai persetujuannya”

اهلل عنو شة سض ىش ص: عن اب , ال تنكح اال م حت تستا مش): قال. م. اننب

ف ارنيا؟ قال (التنكح انبكش حت تستارن ك ل اهلل ( ان تسكت: )قانا اسس23

Artinya:” Janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah dimintai pendapat dan

perawan tidak boleh dinikahi kecuali setelah dimintai persetujuannya,

para sahabat bertanya: ya Rosulullah, bagaimana persetujuannya?

Rasulullah bersabda: diam”

اهلل عنيا ب: عن خنسا ء بنت خزام االنصا ست سض ث ى جيا ان ابا ىا ص

ل اهلل ص فكش ىت رنك (سي ساه انبخا)نكا حو فشد. م. فا تت سس

24

Artinya: ”Diriwayatkan dari Khansa binti Khidzam al-Anshariyyah r.a. bahwa

ayahnya menikahkannya yang ketika itu dia seorang janda dan dia

tidak menyukai hal itu, maka beliau membatalkan pernikahannya”

Dari ayat al-Qur’an dan ketiga hadis diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa Rasulullah SAW telah menyarankan dalam hal memilih jodoh, hendaknya

22

Muhiyuddin Abdush Shomad, Umat Bertanya Ulama Menjawab Seputar Karir,

Pernikahan, dan Keluarga, (Jakarta: Rahima, 2008), h. 115

23

Musthofa Dzaibul Bago, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, (Yamamah, 1999), h. 617

24

Malik Ibnu Anas, al-Muatho, (Magrib: Darul Ifaqil Jadidah, tt), h. 475

Page 48: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

40

jika seorang wali (ayah) ingin mengawinkan anaknya dengan seorang laki-laki

pilihannya maka sebaiknya mintalah persetujuan (izin) anaknya terlebih dahulu,

karena pada dasarnya setiap orang baik laki-laki ataupun perempuan berhak untuk

memutuskan (memilih) pasangan hidupnya masing-masing. Seorang laki-laki

sebaiknya mengetahui sebelum mengajukan lamaran terhadap pasangan yang

diinginkan agar tidak keliru dalam pilihannya atau salah dalam putusannya

sehingga akan merusak perkawinan, dan begitu pula sebaliknya.

Perkawinan dalam Islam hanya dijalani dengan persetujuann bebas

(kerelaan) dari kedua belah pihak.25

Dan perlu diingat asas perkawinan adalah

adanya kesepakatan antara kedua calon suami dan istri, hal ini sesuai dengan

Pasal 28 KUHPer, 26

“ Asas Perkawinan menghendaki adanya kebebasan kata sepakat antara

kedua calom suami istri”

Jadi kawin paksa adalah, suatu ikatan perkawinan antara perempuan

dan laki-laki yang dilakukan dengan terpaksa (paksaan) tanpa didasari

keinginan untuk menikah.

D. Faktor Terjadinya Kawin Paksa

Faktor-faktor terjadinya kawin paksa adalah:

1. Kekeliruan dalam menempatkan hak dan kewajiban orang tua terhadap anak

dan anak terhadap orang tuanya.

25

Abdur Rahman, Perkawinan Dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1992), h. 16

26

R. Subekti dan R. Tjirosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 8

Page 49: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

41

2. Adanya pemikiran bahwa orang tua hanya akan memberikan yang terbaik

bagi anaknya.27

3. Nilai dan norma juga merupakan faktor penyebab adanya kawin paksa, baik

agama sebagai sebuah keyakinan maupun budaya yang masih kokoh. Seperti

kewajiban orang tua untuk mencarikan pasangan hidup sang anak, begitu juga

dengan stigma terhadap perempuan yang tidak laku, telah mendorong orang

tua untuk mencarikan sekuat tenaga teman hidupnya.28

4. Dari ketiga alasan diatas ternyata pada kenyataannya kawin paksa itu bisa

terjadi karena orang tua yang khawatir pada anaknya lantaran takut anaknya

ditinggalkan oleh orang lain (pacarnya) sehingga dapat merugikan orang lain.

E. Pengaruh Kawin Paksa Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

Manusia diciptakan untuk berpasang-pasangan antara laki-laki dan

perempuan untuk menjadi suami isteri. Akan tetapi banyak orang tua atau wali

yang merusaknya dengan memaksakan kehendak kepada anaknya dengan

mengawinkan anaknya secara paksa. Adapun pengaruh kawin paksa terhadap

keharmonisan rumah tangga dapat berdampak negatif bagi kedua atau salah satu

pihak suami atau istri, dampak negatif tersebut adalah:

1. Tidak dapat mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah

27

http://www.Google.com/kawin/paksa, diakses Jum’at, 11 Maret 2011

28

Miftahul Huda, Kawin Paksa, Ijbar Nikah dan Hak-hak Reproduksi Perempuan,

(Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2009), h. 78

Page 50: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

42

Salah satu tujuan dari perkawinan adalah mewujudkan keluarga yang

sakinah mawaddah warahmah, hal ini dapat terwujud jika kedua belah pihak

dapat saling cinta dan menyayangi, serta dapat menerima kekurangan dan

kelebihan pasangannya. Semua ini tidak dapat diwujudkan jika kedua atau

salah satu dari pasangan dipaksa menikah oleh walinya.

Memaksa seorang anak untuk menikah dengan orang yang tidak

disukai dan dicintainya merupakan awal rumah tangga yang tidak baik, hal ini

dikarenakan cinta tidak bisa dipaksakan, sementara cinta itu sangat penting

didalam membangun rumah tangga.29

Dan dalam Kompilasi Hukum Islam

Pasal 16 ayat 1 dan 2 dijelaskan sebagai berikut:

(1) Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai

(2) Bentuk persetujuan calon mempelai wanita dapat berupa pernyataan tegas

dan nyata dengan tulisan, lisan, atau isyarat, tapi dapat juga berupa diam

dalam arti selama tidak ada penolakan

Seorang ayah tidak boleh memaksa puteranya menikah dengan wanita

yang tidak disukainya, karena sudah banyak orang yang menyesal dikemudian

hari lantaran telah memaksa anaknya menikah dengan wanita yang tidak

disukainya. Hendaknya sang ayah mengatakan “kawinilah ia, karena ia adalah

puteri saudara saya” atau karena ia adalah dari margamu sendiri” dan ucapan

29

Miftah Faridl, Masalah Nikah dan Keluarga,(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet.1, h.

30

Page 51: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

43

lainnya, oleh karena itu anak tidak mesti harus menerima tawaran ayah, dan

ayah tidak boleh memaksakan kehendaknya supaya ia menikah dengan wanita

yang tidak disukainya.30

Jika perkawinan sudah bisa tegak diatas dasar perasaan cinta kasih,

maka perkawinan perlu dilepaskan dari segala bentuk campur tangan pihak

luar, sebab cinta kasih adalah perasaan yang fitri, dia tidak bisa dipaksa dan

bahkan menghilangkannya.31

Dalam masalah perkawinan, kawin paksa sangat berpengaruh besar

dalam mewujudkan rumah tangga yang harmonis karena dampak yang akan

timbul akan merugikan kedua belah pihak, dan alangkah baiknya jika orang

tua ingin menjodohkan anaknya dengan orang pilihannya. Baik laki-laki

ataupun perempuan itu terlebih dahulu dipertemukan (ta’aruf).32

Membina/membangun keluarga yang harmonis bagaikan membuat

bangunan yang kokoh, maka dari itu cinta dan kasih sayang sebagai pondasi

dari bangunan tersebut, dan bahkan jika perkawinan yang dipaksa itu tetap

dilaksanakan, maka akan berdampak perceraian.

2. Tidak dapat memenuhi hak dan kewajiban suami istri dengan baik

30

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Fatwa-fatwa terkini, (Jakarta: Daruk Haq, 2003).

h. 426-427

31

Al-Thahir al-Hadad, Wanita-wanita dalam Syariat dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1993), cet. 4, h. 61

32

Hasil Wawancara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Jum’at 18 Maret 2011

Page 52: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

44

Dalam mengatur dan melaksanakan kehidupan suami istri untuk

mencapai tujuan perkawinan, maka dari itu agama mengatur hak dan

kewajiban mereka masing-masing.33

Didalam perkawinan hak suami adalah

kewajiban istri dan hak istri adalah kewajiban suami, oleh sebab itu keduanya

harus mengetahui dan memahami posisi masing-masing dalam membina

rumah tangga. Untuk memahami hak dan kewajiban suami istri terlebih

dahulu harus dipahami bahwa, Islam telah memberikan kepada suami, hak

untuk memimpin dalam rumah tangga, dan mengharuskan istrinya untuk

mentaatinya.34

Dan istri secara mutlak harus mematuhi semua perintah suami

selama perintah tersebut tidak menuju kemaksiatan.35

Akan tetapi ada

kewajiban suami yang merupakan hak dari istri yakni, menyayanginya,

memberi nafkah dan menjaganya. Dalam pasal 77 Kompilasi Hukum Islam

No.2 menjelaskan tentang hak dan kewajiban suami istri yakni, “Suami istri

wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan

lahir batin yang satu kepada yang lain”.

33

Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 126

34

Mahmud ash-Shabbag, Keluarga Bahagia Dalam Islam, (Yogyakarta: CV.Pustaka Mantiq,

1993), h. 155

35

Imam al-Ghazali, Etika Perkawinan Membentuk Keluarga Bahagia, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1993), h. 112

Page 53: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

45

Jika suami istri dapat menjalankan tanggung jawabnya masing-

masing, maka akan terwujudlah ketenangan dan kebahagian, sehingga dapat

sempurnalah kehidupan berumah tangga. Oleh sebab itu, jika pasangan suami

istri menikah secara terpaksa maka keduanya tidak dapat menjalankan hak

dan kewajibannya masing-masing karena katerpaksaan tersebut hanya dapat

memicu pertengkaran yang akhirnya terjadi perceraian.

3. Tidak dapat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul SAW sesuai dengan

syariat Islam

Hukum Islam disyariatkan oleh Allah SWT dengan tujuan utama,

yakni merealisasikan dan melindungi kemaslahatan umat manusia, baik

kemaslahatan individu maupun masyarakat. 36

Perkawinan merupakan salah

satu perintah Allah SWT dan sunnah Rasul, oleh karena itu perkawinan

merupakan ibadah jika dilaksanakan dengan niat baik dan mengharapkan

ridha Allah SWT, dengan adanya kawin paksa dikhawatirkan ibadah dari

perkawinan itu tidak ada.

Dalam Islam ada istilah ibadah ritual yang sifatnya mengikat tapi tidak

memaksa, maksudnya adalah ikatan yang timbul dari rasa ikhlas dan ridha

antara manusia, dan perkawinan termasuk didalamnya.37

Setiap melakukan

36

Said Agil Husin al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, (Jakarta: Penamadani,

2004), h. 9

37

Rafy Safuri, Psikologi Islam (Tuntutan Jiwa Manusia Modern), (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2009), h. 62

Page 54: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

46

sesuatu (nikah) hendaknya disertai dengan niat baik dan ibadah juga disertai

dengan keikhlasan, karena tanpa itu semua pekerjaan yang dilakukan akan sia-

sia, berdampak buruk bagi orang lain dan dibenci oleh Allah SWT. Islam

tidak menganjurkan pernikahan yang diniati untuk menyakiti karena

pernikahan yang dilakukan lantaran paksaan hanya dapat menyakiti perasaan

orang lain, dan hal ini tidak diperkenankan dalam syariat Islam. Mencintai

seseorang karena Allah SWT dan Rasul SAW akan mendatangkan berkah dan

kebahagian yang tiada tara.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, kebahagiaan

itu akan terasa mudah didapati jika diniati dengan baik dan tidak merugikan

orang lain. Disamping itu pula pernikahan ibarat bangunan yang pondasinya

itu berupa cinta dan kasih sayang, bangunan itu tidak akan roboh jika

pondasinya kokoh. Sementara rumah tangga ibarat orang-orang yang sedang

shalat berjamaah karena didalamnya adanya imam dan makmum ibarat suami

dan istri, suami sebagai pemimpin yang selalu mengarahkan sang istri menuju

kebaikan dan istri menuruti perintahnya dengan penuh ketaatan. Dan

keharmonisan akan terwujud jika keduanya menikah diniati dengan

mengharapkan ridha Allah SWT dan Rasul-Nya.

Page 55: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

47

BAB IV

PUTUSAN PERKARA PEMBATALAN

PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSA

DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR

A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Timur

Sejarah Pengadilan Agama Kelas 1A Jakarta Timur adalah hasil prakarsa

Menteri Agama RI sebagaimana tersebut dalam Keputusan Menteri Agama RI

Nomor 67 Tahun 1963 dan Nomor 4 Tahun 1967, berdasarkan Keputusan

Menteri Agama Peradilan Agama Jakarta dan diadakan perubahan kantor-kantor

cabang Pengadilan Agama dari 2 kantor cabang menjadi 4 kantor cabang, antara

lain :

1. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Timur

2. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan

3. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Barat

4. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Pusat

Wilayah kekuasaan hukum (yuridiksi) Pengadilan Agama Jakarta Timur

adalah wilayah daerah Kotamadya Jakarta Timur yang terdiri dari 10 (sepuluh)

kecamatan dan 65 kelurahan.1

Adapun batas-batas wilayahnya adalah :

1. Sebelah utara dengan : Kodya Jakarta Utara dan Kodya Jakarta Pusat.

1 http://Google.Com//Profil Pengadilan Agama Jakarta Timur, diakses senin, 14 April 2011

Page 56: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

48

2. Sebelah barat dengan : Kodya Jakarta Selatan.

3. Sebelah selatan dengan : Kabupaten Bogor /Kodya Depok.

4. Sebelah timur dengan : Kabupaten Bekasi/Kota Bekasi. 2

B. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Timur adalah

sebagai berikut:

KETUA

Drs. H. Wakhidun AR., SH, M, Hum

WAKIL KETUA

Drs. H. Muh. Abduh Sulaeman., SH. MH

MAJELIS HAKIM

1. Hj. Munifah Djam’an, SH

2. Dra. Hj. Saniyah. KH

3. Dra. Nur’aini Saladdin, SH

4. Dra. Haulillah, MH

5. Drs. H. Fauzi M. Nawawi, MH

6. Hj. Yustimar B., SH

7. Dra. Nurroh Sunah, SH

8. H. Abdillah, SH., MH.

9. Drs. H. Abd. Ghoni, SH, MH. (MARI)

2 http: www. Pengadilan Agama Jakarta Timur.ac.id, diakses pada Senin, 14 Maret 2011

Page 57: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

49

10. Drs. H. Nemin Aminuddin, SH., MH

11. Drs. H. Achmad Busyro, MH.

12. Elvin Nailana, SH., MH.

13. Drs. N a s r u l , MA

14. Drs. Sultoni, MH.

15. Drs. Amril Mawardi, SH.

16. Drs. H. M. Syamri Adnan, SH, MHI

17. Drs. Yayan Atmaja, SH (MARI)

PANITERA/ SEKERTARIS

Drs. H. Ujang Mukhlis., SH., MH

WAKIL PANITRA

H. Hafani Baihaqi, Lc, SH

PANITERA MUDA HUKUM

Pahrurrozi, SH

1. H. Mubarok, SHI

2. Kemas M. Irfan, SE

PANITERA MUDA GUGATAN

Ali Mustofa, SH

1. Darul Fadli, SHI, MA

2. Zuhairi B. Ashbahi, SHI

Page 58: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

50

PANITERA MUDA PERMOHONAN

H. Bangbang SP, SH, SP.I, MH

1. Siti Mahbubah, S.Ag

2. Sri Komalasari

3. R. Desy Puspasari, A.Md

4. Monika Septi Indriyani, A.Md

WAKIL SEKERTARIS

Hj. Siti Waingah, S.Pd.I

KA. SUB. BAGIAN UMUM

Muhammad Zuhri

1. Sutini, S.Ag

2. Muhammad Arsyi

3. Rd. Yadi Sumiadi W.

KA. SUB. BAGIAN KEPEGAWAIAN

Hamim Naf’an, SHI

KA. SUB. BAGIAN KEUANGAN

Dewi Utari, SE

1. Sanjaya Langgeng. S

2. Achmad Mubarok, SHI

PANITERA PENGGANTI

1. Drs. Ade Faqih 11. Mastanah, SH

2. Dra. Siti Nurhayati 12. Sri Mulyati, S.Ag

Page 59: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

51

3. Siti Makbullah, SH 13. Yulisma, SH

4. Titiek Indriaty, SH 14. Windarti, SH

5. Aday, S.Ag 15. Rahmah Sufiyah, SH, MH

6. Fathony, SH 16. Muhammad Sayhon, SH

7. Zulhemi, B.A. 17. Syarif Maulana, SH

8. Hj. Spa Ichtiyatun, SH, MH 18. Rohimah, SH, MH

9. Hj. Andar Aryani, SH., MH 19. Hj. Alfiah Yuliastuti, SH

10. Drs. H. Ujang Sodik 20. Dwiarti Yuliani, SH

JURUSITA

1. Moh. Sidik

2. Abd. Rochim

3. Ade Husniati

JURUSITA PENGGANTI

1. Suparno

2. Veny Rahmawati

3. Sirajuddin Haris

4. M. Dirwansyah Ridlah

5. Yuspa

6. Agus Alwi

7. Sumiyati

8. Iman Suwardi

Page 60: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

52

9. Marhamah

10. Prio Rinanto3

C. Putusan Pengadilan Agama

Dalam pembahasan ini, penulis mengangkat sebuah kasus tentang

pembatalan perkawinan yang diputus oleh Pengadilan Agama Jakarta Timur

Kelas I A. sidang yang diputus pada tanggal 10 April 2008, adapun pihak-pihak

yang bersengketa adalah sebagai berikut:

PEMOHON

Nama : Temmy Bin Tomi (nama disamarkan)

Umur : 35 Tahun

Pekerjaan : Guru swasta

Tempat Tinggal : Jl. Bulak Ringgin VII No. 95 Rt 008 Rw 003

Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta

Timur

TERMOHON

Nama : Nia Binti Anwar (nama disamarkan)

Umur : 21 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga4

3 http://Google.Com//Profil Pengadilan Agama Jakarta Timur, diakses Selasa, 21 Juni 2011

4 Putusan perkara No. 520/Pdt.G/2008/PA.JT , h. 1

Page 61: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

53

Tempat Tinggal : Jl. Jembatan II No.22 Rt.002 Rw.005 Kelurahan

Balakambang Kecamatan Kramat Jati Kota Jakarta

Timur

TENTANG DUDUK PERKARA

Menimbang bahwa Pemohon berdasarkan surat permohonannya

tertanggal 10 April 2008 yang didaftar di kepaniteraan Pengadilan Agama

Jakarta timur dengan Nomor. 530/Pdt.G/2008/PA.JT tanggal 10 April 2008

telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa pada hari minggu tanggal 23 Maret 2008, telah berlangsung

pernikahan antara Pemohon dan Termohon dihadapan Pejabat PPN

KUA Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur dengan Akta nikah

Nomor 468/17/III/2008 tanggal 23 Maret 2008.

2. Bahwa setelah pernikahan tersebut Pemohon dan Termohon bertempat

tinggal alamat masing-masing selama 17 hari. Selama pernikahan

tersebut Pemohon dengan Termohon dan tidak pernah hidup rukun

sebagaimana layaknya suami istri.5

3. Bahwa alasan Pemohon mengajukan permohonan pembatalan nikah

terhadap Termohon adalah sebagai berikut:

a. Pemohon tidak mencintai Termohon

b. Pemohon menikahi Termohon karena dipaksa oleh pihak Termohon

dan pernikahan terlaksana tidak berdasarkan suka sama suka (ridho

5 Putusan perkara No. 520/Pdt.G/2008/PA.JT , h. 2

Page 62: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

54

bin ridho) melainkan dipaksa dan diancam dengan pengancaman

karir dan dilaporkan ke polisi, bahkan mau dibunuh.

4. Bahwa penikahan yang dilaksanakan tidak berdasarkan cinta mencintai,

suka sama suka (ridho bin ridho) akan menimbulkan akibat buruk yaitu

saling membenci, sehingga tidak akan memenuhi tujuan perkawinan

yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia, kekal abadi, sakinah

mawadah warahmah.

Berdasarkan alasan atau dalil-dalil diatas, Pemohon mohon agar ketua

Pengadilan Agama Jakarta Timur segera memeriksa dan mengadili perkara

sebagaimana menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon

2. Menetapkan/membatalkan perkawinan antara Pemohon Temmy Bin

Tomi dengan Termohon Nia Binti Anwar yang dilangsungkan di

Kantor Urusan Agama Kramat Jati Jakarta Timur pada tanggal 23

Maret 2008.

3. Menyatakan akta nikah dan kutipan akta nikah nomor: 468/17/III/2008

tidak berkekuatan hukum.

4. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.

5. Atau apabila berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.

Menimbang bahwa selain buku tertulis Pemohon dan Termohon telah

menghadirkan saksi-saksi keluarga masing-masing sebagai berikut:

Page 63: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

55

I. Bukti-Bukti

1. bukti-bukti tertulis. Yakni berupa, Kutipan akta buku nikah atas

nama pemohon dan termohon yang tercata dikantor urusan agama

kecamatan kramathjati Jakarta timur nomor. 468/37/III/2008 tanggal

23 maret 2008 (P1 dan T1)

II. Saksi-Saksi

1. Saksi I

Nama : Aziz Bin Azmi (nama disamarkan)

Umur : 42 Tahun

Agama : Islam

Saksi II

Nama : Anwar Bin Ishaq (nama disamarkan)

Umur : 57 Tahun

Agama : Islam

Menimbang, bahwa kedua belah pihak menyatakan tidak membantah

keterangan atau sesuatu apapun lagi dan mohon putusannya.

Menimbang bahwa untuk mempersingkat putusan ini maka segala

sesuatu yang tercatat dalam berita acara persidangan perkara ini merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini. 6

6 Putusan perkara No. 520/Pdt.G/2008/PA.JT , h. 3

Page 64: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

56

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah

sebagaimana tersebut diatas.

Menimbang bahwa berdasarkan pengakuan Pemohon dan Termohon

dipersidangan dan buku P2 telah terbukti Pemohon dan Termohon berdomisili

di wilayah Pengadilan Agama Jakarta Timur hal ini sesuai dengan maksud

pasal 25 undang-undang nomor 1 tahun 1974.

Menimbang bahwa berdasarkan bukti P1 dan T1 antara Pemohon dan

Termohon telah menikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kramatjati

468/37/III/2008 tanggal 23 Maret 2008.

Menimbang bahwa alasan dan dalil Pemohon sepanjang yang dapat

disampaikan Pemohon mohon agar perkawinan Pemohon dan Termohon yang

telah dilangsungkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kramatjati pada

bulan Maret 2008 untuk dibatalkan disebabkan Pemohon kawin dengan

Termohon tersebut adalah dalam keadaan terpaksa dan dibawah ancaman dan

Pemohon tidak mencintai Termohon memang dulu sekitar tahun 2005

Pemohon pernah pacaran dengan Termohon tapi awal 2006 putus.

Menimbang bahwa Termohon dalam jawaban dengan tegas mengakui

dan membenarkan semua alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh

Pemohon tersebut terhadap dalil-dalil pembatalan perkawinan tersebut.

Menimbang bahwa berdasarkan pengakuan Termohon terhadap semua

alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Pemohon tersebut maka alasan

Page 65: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

57

dan dalil Pemohon tersebut patut dinyatakan terbukti sejalan dengan maksud

pasal 174 HIR.7

Menimbang bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi baik dari pihak

Pemohon maupun pihak Termohon yang mana keterangan saksi-saksi tersebut

yang masing-masing dibawah sumpahnya yang pada intinya dapat

disimpulkan bahwa perkawinan antara Pemohon dan Termohon adalah

dengan cara dipaksa dan dibawah ancaman karena antara Pemohon dan

Termohon itu dulunya pernah pacaran dan saksi dari pihak Termohon yaitu

orang tua kandungnya sendiri yang menjadi wali sewaktu Pemohon dan

Termohon menikah mengharapkan kepada majelis agar perkawinan Pemohon

dan Termohon dibatalkan.

Menimbang bahwa berdasarkan penimbangan-penimbangan tersebut

diatas maka sesuai dengan maksud Pasal 71 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam

Pasal 72 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam jo pasal 27 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 maka permohonan Pemohon mengenai

pembatalan nikah dapat dikabulkan.

Menimbang bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan kedua

belah pihak yang berperkara telah datang menghadap di persidangan lalu

Majelis Hakim berusaha menasehati/mendamaikan kedua belah pihak agar

mengurungkan niatnya untuk membatalkan pernikahan akan tetapi tidak

berhasil.

7 Putusan perkara No. 520/Pdt.G/2008/PA.JT , h.3-4

Page 66: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

58

Menimbang bahwa selanjutnya majelis Hakim memulai memeriksa

dengan membacakan surat permohonan Pemohon yang isinya tetap

dipertahankan oleh Pemohon dan disamping itu ada tambahan/penjelasan dari

Pemohon.

Bahwa pada tahun 2005 antara Pemohon dan Termohon pernah

berpacaran namun awal tahun 2006 sudah putus dan bulan maret 2008

pemohon dihubungkan oleh termohon ditempat kerja dan Pemohon merasa

terpaksa dan dipaksa untuk menikahi Termohon.

Menimbang bahwa atas permohonan Pemohon atas Termohon telah

mengajukan jawaban secara lisan sebagai berikut:

1. Bahwa termohon sudah mengerti maksud dan permohonan pemohon .

2. Bahwa apa-apa yang dikemukakan/didalilkan oleh permohonan

tersebut selanjutnya benar dan tidak ada yang termohon bantah.

3. Bahwa termohon sendiri tidak keberatan dengan adanya pembatalan

nikah dari pemohon tersebut dan termohon dapat mengabulkan

permohonan tersebut. 8

Menimbang bahwa untuk memperkuat dalil-dalilnya pemohon dan

termohon telah mengajukan bukti-bukti tertulis. Yakni berupa, Kutipan akta

buku nikah atas nama pemohon dan termohon yang tercata di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Nomor. 468/37/III/2008 tanggal

23 maret 2008 (P1 dan T1).

8 Putusan perkara No. 520/Pdt.G/2008/PA.JT , h. 5-6

Page 67: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

59

Menimbang bahwa perkawinan antara pemohon dan termohon tercatat

di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur dengan

Nomor. 468/37/II/2008 tanggal 28 maret 2008 maka Majelis Hakim

menyatakan bahwa buku nikah Pemohon dan Termohon tersebut tidak

mempunyai kekuatan hukum.

Menimbang bahwa perkara ini termasuk kedalam bidang perkawinan

maka berdasarkan pasak 89 ayat (1) undang-undang nomor 7 tahun 1989 jo

undang-undang nomor 3 tahun 2006 biaya perkara dibebankan kepada

pemohon.

Mengingat ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

ketentuan hukum islam yang berkenaan dengan perkara ini.

MENGADILI

1. Mengabulkan permohonan Pemohon.

2. Menetapkan , membatalkan perkawinan antara Pemohon Temmy Bin

Tomi dengan Termohon Nia Binti Anwar yang dilangsungkan di

Kantor Urusan Agama Kecamatan Kramatjati Jakarta Timur pada

tanggal 23 Maret 2008.

3. Menyatakan Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah Nomor

466/37/III/2008 tidak berkekuatan hukum.

Page 68: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

60

4. Membebankan Pemohon untuk membayar biaya perkara ini sebesar

Rp.156.000 (Seratus Lima Puluh Enam Ribu Rupiah). 9

D. Analisa Putusan Pengadilan

Dalam perkawinan ada istilah akad yakni, suatu perbuatan hukum yang

sangat penting dalam perkawinan dengan adanya akad, perkawinan akan menjadi

sah. Oleh sebab itu jika persyaratan dari akad tersebut tidak terpenuhi, maka

perkawinan tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam dan dapat dinyatakan batal.

Dalam hukum Islam dan hukum positif terdapat alasan-alasan mengenai

pembatalan perkawinan, dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 70-76, dan dalam

Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 22-28. Dari kedua

hukum ini terdapat penjelasan mengenai perkara Pembatalan Perkawinan, mulai

dari alasan, siapa saja yang dapat melakukan pembatalan dan tata cara

pembatalan. Dan khususnya pada Pasal 71 huruf f disebutkan bahwa perkawinan

dapat dibatalkan apabila perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan.

Mengenai putusan Nomor 530/Pdt.G/2008/PA.JT yang memutuskan

perkara permohonan pembatalan perkawinan dari Pemohon bernama Temmy Bin

Tomi dengan Termohon Nia Bin Anwar. Didalam surat putusannya Pemohon

menyatakan yang menjadi alasan pembatalan perkawinan adalah Pemohon tidak

mencintai Termohon dan Pemohon menikahi Termohon karena dipaksa oleh

pihak Termohon dan pernikahan terlaksana tidak berdasarkan suka sama suka

9 Putusan perkara No. 520/Pdt.G/2008/PA.JT , h. 6

Page 69: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

61

(ridho bin ridho) melainkan dipaksa dan diancam dengan pengancaman

penghancuran karir dan dilaporkan ke polisi, bahkan mau dibunuh.

Menurut penulis masalah yang mendasar dalam perkara ini adalah kawin

paksa yang dilakukan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki, hal ini

merupakan permohonan yang beralasan dan dibenarkan secara hukum karena

didalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 16, menjelaskan bahwa perkawinan

dilakukan didasarkan oleh persetujuan calon mempelai.

Menurut ketentuan Pasal 28 KUHPer, bahwa kebebasan memberikan

kesepakatan merupakan hakikat dari perkawinan, bila hal tersebut tidak ada,

misalnya karena salah satu pihak dalam keadaan gila atau adanya paksaan, maka

menurut ketentuan Pasal 87 KUHPer keabsahan dari perkawinan tersebut dapat

dibatalkan, yang berbunyi:

Keabsahan suatu perkawinan yang berlangsung tanpa kebebasan kata sepakat

suami istri atau salah satu dari mereka, hanya dapat ditentang oleh suami-istri itu

sendiri, atau oleh salah satu dari mereka, yang secara tak bebas telah memberikan

kata sepakatnya. 10

Salah satu hak yang dibutuhkan oleh manusia adalah hak untuk menikah

dan berkeluarga, dan hak tersebut harus dihormati dan dilindungi.11

Oleh sebab

itu kawin paksa dapat dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar hak

manusia. Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk memilih pasangan

10

Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,

2008), h. 125

11

Ikhwan, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos, 2004), h. 36

Page 70: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

62

hidupnya masing-masing dan jika orang tua ingin menjodohkan alangkah baiknya

jika ditempuh jalan ta’aruf terlebih dahulu.12

Keluarga bukan saja sebagai suatu wadah hubungan suami istri, akan

tetapi suatu rangkaian tali hubungan antara jaringan sosial dari anggota-anggota

keluarganya bahkan jaringan yang lebih besar yakni mayarakat, dan perkawinan

merupakan suatu ritual perpindahan bagi setiap pasangan, karena seorang pemuda

dan pemudi secara ritual memasuki kedudukan kedewasaan dengan hak-hak dan

kewajiban yang baru,13

yakni berupa seorang pemuda berubah peran menjadi

suami dan seorang pemudi berubah peran menjadi istri, dan apabila telah

memiliki anak maka namanya akan berubah menjadi ayah dan ibu, maka akan

terlihat apakah kedua dapat menerapkan hak dan kewajibannya masing-masing

sesuai dengan syariat. Karena pandangan suatu perkawinan dari segi agama

dianggap suatu lembaga yang suci, dimana kedua belah pihak dihubungkan

menjadi pasangan suami istri dengan mempergunakan nama Allah.14

Disamping itu pula kawin paksa yang terjadi pada perkara ini lantaran

sang bapak dari pihak perempuan merasa takut jika laki-laki (Temmy) akan

meninggalkan anak perempuannya. Dan paksaan tersebut berupa ancaman berupa

penghancuran karir dan dilaporkan ke polisi, bahkan mau dibunuh. Sesuai dengan

hukum yang berlaku di Indonesia sesuatu yang merugikan pihak lain untuk

12

Wawancara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Senin 18 Maret 2011

13

William J Googde, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985), cet. 1, h. 63-64

14

Mohammad Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 19

Page 71: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

63

memuaskan/memenuhi kebutuhan pribadi berupa ancaman. Ancaman adalah

suatu perbuatan yang dapat merugikan orang lain sehingga menyebabkan orang

tersebut melakukan perbuatan yang semestinya tidak dilakukan lantaran takut

terjadi sesuatu pada dirinya, hal ini sama dengan tindak pidana, dan dalam Buku

Kedua KUHP Pasal 368 disebutkan:

1. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang

lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan barang sesuatu, yang

seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau

supaya membuat utang atau menghapuskan piutang, diancam karena

pemerasan, dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan. 15

Akan tetapi pada perkara ini tidak tertulis bahwa pihak yang dirugikan

(Bakhtiar) tidak menuntut tentang perbuatan pidana tersebut, pihak Bakhtiar

hanya menuntut pernikahan itu dibatalkan dan tidak mengancam balik kepada

pihak perempuan.

Menurut penulis dari perkara ini terlihat jelas bahwa kawin paksa

(dijodohkan) itu kurang dianggap baik, dan selama ini biasanya yang selalu

menjadi korban kawin paksa biasanya terjadi pada diri perempuan, akan tetapi

setelah melihat, membaca dan memahami perkara ini dapat diambil kesimpulan

bahwa paksaan itu juga bisa terjadi oleh pihak laki-laki.

Dan dapat dilihat pada perkara ini bahwa setelah melangsungkan

perkawinan kedua belah pihak tidak tinggal dan hidup bersama serta tidak terjadi

hubungan selayaknya suami istri. Hal ini membuktikan bahwa kawin paksa

15

Solahuddin, KUHP dan KUHAP, ( Jakarta: Transmedia Pustaka, 2007), h. 121

Page 72: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

64

merupakan suatu hal yang jika dilakukan hanya mendatangkan kemudharatan

bagi kedua belah pihak (suami istri). Mengingat perkawinan merupakan ibadah

dan salah satu sunah Rasul akan tetapi jika perkawinan yang dilakukan tidak

berdasarkan niat yang baik dan mengharapkan ridha Allah SWT maka

perkawinan tersebut tidak dibenarkan dalam syariat Islam. Dan terdapat beberapa

pengaruh kawin paksa terhadap keharmonisan rumah tangga, yakni

1. Tidak dapat mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

2. Tidak dapat memenuhi hak dan kewajiban suami istri dengan baik.

3. Tidak dapat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul SAW sesuai dengan

syariat Islam.

Pengaruh kawin paksa dalam keharmonisan rumah tangga itu sangat besar

karena menyatukan kedua hati yang tidak mencintai kemudian dipaksa kawin itu

berdampak negatif untuk keduanya lantaran perkawinan yang atas dasar suka

sama suka saja sering ada pertengkaran apalagi atas dasar keterpaksaan.16

Meskipun dalam hukum Islam tidak dibenarkan menjalin hubungan antara laki-

laki dengan perempuan sebelum nikah tapi hukum Islam membenarkan mengenal

calon pasangan hidup untuk membina rumah tangga dan kawin paksa bukan

termasuk dalam kategori hukum Islam, hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat

an-Nisa:19

16

Wawancara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Senin 18 Maret 2011

Page 73: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

65

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa”. .

Mengenai pembuktian Pemohon mengajukan bukti surat berupa akta

nikah Nomor 466/37/III/2008 dan dua orang saksi dari keluarga Pemohon dan

Termohon, dan keterangan dari saksi Pemohon berupa saksi sama sekali tidak

mengetahui pernikahan antara Pemohon dan Termohon dan selang beberapa hari

Termohon dan Ayahnya datang ke rumah saksi untuk mencari Pemohon dan dari

hal itu saksi mengetahui bahwa Pemohon dan Termohon telah menikah, dan

Pemohon akhirnya mengaku dan pada saat itu pula saksi marah karena menikah

dengan cara diam-diam, akan tetapi pernikahan Pemohon dan Termohon

dilakukan dengan paksaan dan ancaman. Sementara kesaksian dari pihak

Termohon berupa saksi tidak menyangkal adanya paksaan dan ancaman yang

dilontarkan kepada Pemohon, hal ini dikarenakan saksi takut jika suatu hari nanti

Pemohon akan meninggalkan Termohon.

Dari keterangan diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa seorang

ayah dapat memaksa orang lain untuk menikahi anaknya dikarenakan merasa

takut jika laki-laki tersebut meninggalkan anak perempuannya, mungkin niat dari

saksi Termohon baik akan tetapi cara yang ditempuh salah karena memaksakan

kehendak untuk kepentingan anaknya tidak harus mengorbankan perasaan orang

lain. Sebenarnya memilih jodoh atau pasangan hidup itu adalah hak asasi setiap

orang, meskipun ada istilah wali mujbir akan tetapi pada hakikatnya kebahagiaan

Page 74: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

66

itu datang dari keikhlasan dan kerelaan orang untuk melakukan setiap keputusan

yang akan diambil.

Mengingat tujuan dari perkawinan adalah membuat rumah tangga yang

sakinah mawadah warahmah (harmonis) maka untuk mewujudkan hal tersebut

harus ada take and give antara kedua belah pihak (suami dan istri) dan hal

tersebut harus didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang, oleh sebab itu

perkawinan yang dipaksa atau tanpa rasa cinta maka perkawinan tersebut jauh

dari kata harmonis dan tidak mustahil hanya perselisihan dan pertengkaran saja

yang akan didapat.

Dari berbagai macam bentuk putusan yang diputus oleh Hakim, intinya

adalah sama yakni menjadikan perkawinan itu putus, akan tetapi ada perbedaan

antara putusnya perkawinan dikarenakan perceraian dengan putusnya perkawinan

dikarenakan pembatalan (fasakh). Perbedaannya terletak pada tidak terbatas pada

bilangan jatuhnya talaq, hakikat cerai mengharuskan berhentinya hubungan

suami istri dan menetapkan hak-hak yang telah ada, thalak hanya terjadi pada

pernikahan yang sah dan hak cerai diakui oleh syariat.

Sedangkan pembatalan (fasakh) adalah sesuatu yang diketahui atau

terjadi belakangan bahwa terdapat sebab yang menghalangi langgengnya

perkawinan, atau merupakan konsekuensi dari sesuatu yang telah diketahui atau

menjadikan akad tersebut tidak sah. Dan akibat hukum dari perkara ini bagi pihak

Termohon, dikarenakan Termohon belum melakukan hubungan intim dengan

Pemohon maka tidak ada iddah bagi Termohon (sebelum dukhul). Akan tetapi

Page 75: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

67

lain halnya jika ba’da dukhul. Jika Termohon telah berhubungan (ba’da dukhul)

maka ada iddah bagi Termohon. Menurut Abu Zahrah dalam kitab al-Akhwal al-

Syaksiyah menjelaskan bahwa iddah bagi perempuan yang fasakh

perkawinannya yakni selayaknya iddah talak (tiga kali haid) dengan ketentuan

ba’da dukhul.17

Mengenai pertimbangan dan dasar hukum tentang perkara pembatalan

perkawinan karena kawin paksa, penulis berpendapat bahwa Hakim Pengadilan

Agama Jakarta Timur sangatlah benar dalam memutuskan perkara ini karena

sesuai dengan prinsip peradilan yakni,

1. Melihat bukti-bukti

Dalam memeriksa suatu perkara, hakim bertugas untuk mengkonstatir

yakni, menilai apakah peristiwa atau fakta-fakta yang dikemukakan oleh para

pihak itu adalah benar-benar terjadi.18

Dan dalam hal ini adanya bukti-bukti

berupa bukti tertulis dan saksi-saksi yang menerangkan bahwa keterpaksaan

pihak Pemohon untuk melakukan perkawinan itu memang benar adanya dan

saksi-saksi disumpah terlebih dahulu sebelum memberikan keterangan.19

2. Mendengar keterangan kedua belah pihak

Selama proses persidangan Hakim harus berlaku seadil-adilnya

terhadap Pemohon dan Termohon, mendengarkan serta memberi kesempatan

17Abu Zahrah, al-Ahwal al-Syaksiyah, (Darul Fikri al-Arabi, 1957), h. 439

18

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), h. 139

19

Wawancara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Senin 18 Maret 2011

Page 76: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

68

yang sama kepada kedua belah pihak untuk menyampaikan pendapatnya

masing-masing yang tertera sesuai dengan Pasal 121 HIR/142 R.Bg. dan baik

Pemohon ataupun Termohon tidak menyangkal tentang adanya paksaan

tersebut.

3. Putusan harus disertai dengan alasan-alasan hukum

Tujuan akhir pencari keadilan ialah agar segala hak-hak yang

dirugikan oleh pihak lain dapat dipulihkan melalui putusan Hakim, dan

putusan harus disertai alasan-alasan sesuai dengan Pasal 179 ayat 1 HIR.

Putusan Hakim harus memuat dasar hukum untuk mengadili dan alasan-

alasannya (pertimbangan hukum) sehingga putusan itu dijatuhkan.20

Pertimbangan Hakim berupa Pasal 71 huruf f Kompilasi Hukum Islam

menyatakan, “Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila Perkawinan yang

dilaksanakan dengan paksaan”, dan Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yakni “Seorang suami atau istri dapat

mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila perkawinan

dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hukum”.

Maka dengan demikian putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur

No.530/PDt.G/2008/PA.JT telah sesuai dengan hukum yang berlaku,

Singkatnya putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur sejalan dengan

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

20

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, hal. 313

Page 77: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

69

perkawinan dengan menjamin keadilan dan kemaslahatan bagi pihak-pihak

yang berperkara.

Page 78: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah penulis berikan tentang pembahasan skripsi ini,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Mengenai pertimbangan dan dasar hukum Pengadilan Agama Jakarta Timur

tentang perkara pembatalan perkawinan karena kawin paksa, yakni sangat

sesuai dengan hukum berlaku, baik itu Kompilasi Hukum Islam atau Undang-

Undang 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dengan melihat bukti-bukti,

mendengar keterangan kedua belah pihak dan Putusan disertai dengan alasan-

alasan hukum. Hakim juga menggunakan Kompilasi Hukum Islam Pasal 71

huruf (f) yang menyatakan, “Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila

Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan”, dan Undang-Undang 1

Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 27 ayat 1 yakni “Seorang suami atau

istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila

perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hukum”.

B. Saran-Saran

1. Perlu disosialisasikan melalui pidato, khutbah jum’at dan ceramah Agama,

mengenai betapa pentingnya menjaga ikatan perkawinan, sehingga tidak

terjadi perceraian dan sebaiknya orang tua tidak selalu memaksakan kehendak

Page 79: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

70

terhapad anaknya, terutama dalam hal memilih pasangan hidup, alangkah

baiknya orang tua itu mendukung apa yang menjadi pilihan anaknya.

2. Bagi Pemerintah perlunya sosialisasi UU No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan, baik itu berupa syarat, rukun atau persetujuan para pihak.

Sehingga adanya peningkatan wawasan terhadap masyarat tentang hukum

Islam, sehingga masyarakat lebih terarah sehingga tidak perlu terjadi lagi

fenomena pembatalan perkawinan.

3. Di dalam materi Pembatalan perlu dikaji lebih luas lagi kepada mahasiswi

dengan cara diskusi perkuliahan di dalam kelas.

Page 80: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah penulis berikan tentang pembahasan skripsi ini,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Mengenai pertimbangan dan dasar hukum Pengadilan Agama Jakarta Timur

tentang perkara pembatalan perkawinan karena kawin paksa, yakni sangat

sesuai dengan hukum berlaku, baik itu Kompilasi Hukum Islam atau Undang-

Undang 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dengan melihat bukti-bukti,

mendengar keterangan kedua belah pihak dan Putusan disertai dengan alasan-

alasan hukum. Hakim juga menggunakan Kompilasi Hukum Islam Pasal 71

huruf (f) yang menyatakan, “Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila

Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan”, dan Undang-Undang 1

Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 27 ayat 1 yakni “Seorang suami atau

istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila

perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hukum”.

B. Saran-Saran

1. Perlu disosialisasikan melalui pidato, khutbah jum’at dan ceramah Agama,

mengenai betapa pentingnya menjaga ikatan perkawinan, sehingga tidak

terjadi perceraian dan sebaiknya orang tua tidak selalu memaksakan kehendak

Page 81: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

70

terhapad anaknya, terutama dalam hal memilih pasangan hidup, alangkah

baiknya orang tua itu mendukung apa yang menjadi pilihan anaknya.

2. Bagi Pemerintah perlunya sosialisasi UU No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan, baik itu berupa syarat, rukun atau persetujuan para pihak.

Sehingga adanya peningkatan wawasan terhadap masyarat tentang hukum

Islam, sehingga masyarakat lebih terarah sehingga tidak perlu terjadi lagi

fenomena pembatalan perkawinan.

3. Di dalam materi Pembatalan perlu dikaji lebih luas lagi kepada mahasiswi

dengan cara diskusi perkuliahan di dalam kelas.

Page 82: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

71

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Abbas, Ahmad Sudirman. Pengantar Pernikahan: Analisa Perbandingan Antara

Mazhab, Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006.

al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mugirah bin

Bardizbah. Sahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr,1994.

al-Abyani, Muhammad Zaid. al- Ahkam as-Syakhsiyat, Beirut: Baghdad. J. I.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo,

Abidin, Slamet dan Aminuddin. Fiqih Munakahat, Bandung, CV. Pustaka Setia,

1999

at-Tamimi, Abdullah bin Abdurohman bin Fadli Bahrom bin Abdu Somad. Sunan

Darimi, Darul Fikri, tt, Juz. II.

ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Hukum-Hukum Fiqih Islam, Jakarta: Bulan

Bintang, 1987.

Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yokyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004.

an-Ni’man, Imam al-A’zam Abi Hanifah. al-Ahkam as-Syar’iyyah, Maktabah wa

Mutbi’ah Muhammad ala Shobihi wa Waladihi, 1965.

Asmawi, Muhammad. Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, Yogyakarta:

Darussalam, 2004, Cet. 1.

ash-Shabbag, Mahmud. Keluarga Bahagia Dalam Islam, Yogyakarta: CV. Pustaka

Mantiq, 1993.

al-Ghazali, Imam. Etika Perkawinan Membentuk Keluarga Bahagia, Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1993.

al-Munawar, Said Agil Husin. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta:

Penamadani, 2004.

Page 83: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

72

al-Hadad, Al-Thahir. Wanita-wanita dalam Syariat dan Masyarakat, Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1993, cet. 4.

Anas, Malik Ibnu. al-Muatho, Magrib: Darul Ifaqil Jadidah, tt.

Bago, Musthofa Dzaibul. Mukhtashar Shahih al-Bukhari, Yamamah, 1999

Baz, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah. Fatwa-fatwa Terkini, Jakarta: Daruk Haq,

2003.

Djalil, Ahmad Basiq. Tebaran Pemikiran Ke-Islaman di Tanah Gayo, Jakarta:

Qalbun Salim, 2007, cet-1.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1996.

Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Yayasan Penerjemah al-Qur’an, 1

993.

Dimyati, Abi Bakri al-Mashur bil Barri Bakri Bin Said Muhammad Satho. I’antul

Tholibin, Darul Ibnu Ubud: 1997, cet. I, J. IV.

Fachruddin, Fuad M. Filsafat dan Hukum Syariat Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1981. J. I.

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu

Jaya 1989

Faridl, Miftah. Masalah Nikah dan Keluarga, Jakarta: Gema Insani Press, 1999,

Cet.1.

Googde, William J. Sosiologi Keluarga, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985.

Ghazaly, Abd Rahman. Fiqih Munakahat. Bogor: Kencana 2003.

Huda, Miftahul. Kawin Paksa, Ijbar Nikah dan Hak-hak Reproduksi Perempuan,

Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2009.

Hasabillah, Ali. al-Furqan Baina Zaujaini, Kairo: Darul Fikri, 1969, cet.1

Hasan, Muhammad Ali. Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta:

Siraja, 2003.

Page 84: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

73

Husain, Imam Takiyuddin bin Abu Bakar bin M. Kifayatul Akhyar, Darul Fikri, tt ,

juz I-VI.

Ikhwan, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta: Logos, 2004.

Kuzari, Achmad. Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995,c.I.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2008

Mugniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: PT. Lentera Basritama

1996

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:

Kencana 2008

Mulia, Musdah. Pandangan Islam Tentang Poligami, Jakarta: Lembaga Kajian

Agama dan Jender, 1999

Munawir, Ahmad Warson. Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pondok

Pesantren al-Munawwir Krapyak, 1984.

Mukhtar, Kamal. Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan

Bintang, 1974.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia:

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih UU No.1/1974 sampai

KHI, Jakarta: Kencana, 2006.

Rusdiana, Kama dan Jaenal Aripin. Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2007.

Rosyada, Dede. Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1993.

Rahman, Abdur. Perkawinan Dalam Syariat Islam, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1992.

Ramulyo, Mohammad Idris. Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Safuri, Rafy. Psikologi Islam (Tuntutan Jiwa Manusia Modern), Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2009

Solahuddin. KUHP dan KUHAP, Jakarta: Transmedia Pustaka, 2007

Page 85: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

74

Shomad, Muhiyuddin Abdush. Umat Bertanya Ulama Menjawab Seputar Karir,

Pernikahan, dan Keluarga, Jakarta: Rahima, 2008

Saleh, K. Wantjik . Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indo, 1978.

Sosroatmodjo, Arso. Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang 1981.

Soekanto, Soerjono. pengantar penelitian hukum, Jakarta: Universitas Indonesia

1986.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, Jakarta:

eLSAS, 2008.

Shomad, Abdul. Hukum Islam (Panorama Prinsip Syari’ah Dalam Hukum

Indonesia), Jakarta: Kencana 2020

Saukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Nailul Authar, Darul Fikri, 1655, juz.V

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, Beirut: Daar al-Fikr,1983, cet-4, juz II.

Subekti, R. dan R. Tjirosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT.

Pradya Paramita, 2004.

Sitompul, Anwar. Kewenangan dan Tata Cara Berperkara di Pengadilan Agama,

Bandung: CV. Amrico, 1984.

Tutik, Titik Triwulan. Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta:

Kencana, 2008.

Taimiyah, Syaikh Islam Ahmad. Majmu Fatawa Nikah wa Ahkamihi, Kairo: al-Dar

al-Masriah al-Lubnaniah, 1992.

Tihami, dan Sohari Sahrani. Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004.

Undang-undang Perkawinan di Indonesia dengan Peraturan Pelaksanaannya,

Undang-Undang N0.1 Tahun 1974, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1991, cet-

11

Wahyudi, Muhammad Isna. Fiqih Iddah Klasik dan Kontemporer, Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2009.

Page 86: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

75

Yunus, Mahmud. Hukum Perkawinan Menurut Mazhab Syafi’I, Hanafi, Maliki dan

Hanbali, Jakarta: Hidakarya Agung, 1996,cet-15.

Yanggo, Huzaimah Tahido. Masail Fikhiyah Kajian Hukum Islam Kontemporer,

Bandung: Angkasa, 2005.

Zein, Satria Effendi M. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta:

Prenada Media, 2004.

Zahrah, Abu. al-Ahwal al-Syaksiyah, Darul Fikri al-Arabi, 1957.

http://www.Google.com/kawin/paksa, diakses Jum’at, 11 Maret 2011

http: www. Pengadilan Agama Jakarta Timur.ac.id, diakses pada Senin, 14 Maret

2011

Page 87: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

Wawancara

Dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur

Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa

Nama Hakim : Hj. Yustimar B. S.H

Tempat : Pengadilan Agama Jakarta Timur

Hari/Tanggal : Jum’at/18 Maret 2011

1. Sudah berapa lama Ibu menjabat sebagai Hakim?

- Saya Sudah menjabat sebagai Hakim 14 Tahun, sejak Tahun 1997.

2. Apakah Ibu Pernah Menangani Perkara Pembatalan Perkawinan?

- Pernah, saya pernah menangani perkara pembatalan perkawinan dan

saya sendiri yang menjadi Hakim Ketuanya.

3. Selama Ibu menjadi Hakim di Pengadilan Agama Jakarta Timur, Perkara

Perceraian atau Pembatalan yang paling banyak Ibu tangani?

- Saya lebih sering menangani perkara perceraian baik itu cerai talak atau

cerai gugat dibandingkan dengan perkara pembatalan perkawinan

4. Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan Pembatalan Perkawinan?

- Pembatalan perkawinan adalah perkawinan yang dibatalkan apabila

salah satu pihak ada yang merasa dirugikan baik itu dari pihak suami

ataupun istri, seperti suami beristri lebih dari satu dan perkawinan yang

kedua itu tidak memperoleh izin dari istri pertama (pengadilan), atau

Page 88: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

salah satu rukun dan syarat perkawinan itu tidak terpenuhi atau

perkawinan tersebut tidak mendapat izin dari orang tua misalnya anak

dibawah umur. Dan semua itu tertera dalam Kompilasi Hukum Islam

Pasal 70- 76 dan Undang-Undang 1 Tahun 1974 Pasal 22-28.

5. Apa yang menjadi kendala Ibu dalam menangangi perkara pembatalan

perkawinan?

- Adanya ketidak sesuaian status, misalnya pada perkara pembatalan

dikarenakan suami melakukan poligami, yang status suami tersebut

adalah sudah beristri tapi ada fakta lain yang menyebutkan bahwa suami

itu masih jejaka sehingga perkawinan itu disahkan di KUA, dan adanya

kesulitan untuk memutuskan perkara lantaran hati nurani merasa tidak

tega jika harus membatalkan perkawinan tersebut karena melihat nasib

status anaknya, disatu sisi harus membatalkan perkawinan tersebut, tapi

disisi lain ada yang dirugikan, dan kendala yang lain berupa Pihak yang

bersangkutan itu tidak datang sehingga mempersulit jalanya persidangan.

6. Apakah ada mediasi pada perkara pembatalan perkawinan?

- Ada karena setiap perkara yang masuk ke Pengadilan Agama itu harus

ditempuh mediasi terlebih dahulu sesuai dengan Perma 1 Tahun 2008.

Page 89: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

7. Bagaimana cara Ibu membuktikan pembatalan perkawinan karena suami

menikah dengan cara dipaksa?

- Pembuktiannya itu berupa adanya saksi-saksi yang disumpah terlebih

dahulu sebelum memberikan keterangan sehingga dapat dibuktikan

bahwa Pemohon merasa dipaksa untuk melakukan perkawinan tersebut.

8. Apakah ada masa iddah bagi wanita yang telah dibatalkan perkawinannya

oleh laki-laki?

- Tidak ada karena iddah itu akan ada jika perkawinan tersebut dianggap

ada, akan tetapi pada perkara pembatalan, perkawinan tersebut

dibatalkan dan dianggap tidak pernah terjadi.

9. Menurut Ibu seberapa besar pengaruh kawin paksa dalam keharmonisan

rumah tangga?

- Pengaruhnya sangat besar, karena menyatukan kedua hati yang tidak

mencintai kemudian dipaksa kawin itu berdampak negatif untuk

keduanya, karena perkawinan yang dilakukan atas dasar suka sama suka

saja sering ada pertengkaran, apalagi atas dasar keterpaksaan.

10. Menurut Ibu, Apakah kawin paksa itu bisa disebut dengan mengambil hak

asasi manusia untuk memilih jodoh?

- ya, karena pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk memilih

pasangan hidupnya masing-masing dan jika orang tua ingin menjodohkan

alangkah baiknya jika ditempuh dengan jalan ta’aruf terlebih dahulu.

Page 90: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

11. Bagaimana prosedur untuk mengajukan permohonan pembatalan perkawinan

di Pengadilan Agama Jakarta Timur?

- Prosedur pengajuan perkara pembatalan perkawinan sama dengan

halnya perceraian pada umumnya.

12. Bagaimana menurut Ibu, Dalam Kompilasi Hukum Islam tertera mengenai

pembatalan dapat dilakukan lantaran kawin paksa pasal 71 (f) sedangkan

dalam itu tidak tertera, bagaimana memutuskan perkara tersebut?

- Meskipun tidak tertera dalam Undang-undang 1 Tahun 1974 tentang

pembatalan dapat dilakukan apabila perkawinan dilakukan dengan paksa

akan tetapi dalam Kompilasi Hukum Islam itu semua tertera dan kami

mengambil keputusan tersebut merujuk pada hukum yang telah tertera

didalamnya.

Hakim Ketua

Hj. Yustimar B. S.H

Page 91: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

Wawancara

Dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur

Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa

Nama Hakim : H. Abdillah, S.H

Tempat : Pengadilan Agama Jakarta Timur

Hari/Tanggal : Senin, 20 Juni 2011

1. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan Pembatalan Perkawinan?

- Pembatalan perkawinan adalah perkawinan yang dibatalkan apabila

salah satu pihak ada yang merasa dirugikan baik itu dari pihak suami

ataupun istri, seperti suami beristri lebih dari satu dan perkawinan yang

kedua itu tidak memperoleh izin dari istri pertama (pengadilan), atau

salah satu rukun dan syarat perkawinan itu tidak terpenuhi atau

perkawinan tersebut tidak mendapat izin dari orang tua misalnya anak

dibawah umur. Dan semua itu tertera dalam Kompilasi Hukum Islam

Pasal 70- 76 dan Undang-Undang 1 Tahun 1974 Pasal 22-28.

2. Apa yang menjadi kendala Bapak dalam menangangi perkara pembatalan

perkawinan?

- Adanya ketidak sesuaian status, misalnya pada perkara pembatalan

dikarenakan suami melakukan poligami, yang status suami tersebut

adalah sudah beristri tapi ada fakta lain yang menyebutkan bahwa suami

Page 92: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

itu masih jejaka sehingga perkawinan itu disahkan di KUA, dan adanya

kesulitan untuk memutuskan perkara lantaran hati nurani merasa tidak

tega jika harus membatalkan perkawinan tersebut karena melihat nasib

status anaknya, disatu sisi harus membatalkan perkawinan tersebut, tapi

disisi lain ada yang dirugikan, dan kendala yang lain berupa Pihak yang

bersangkutan itu tidak datang sehingga mempersulit jalanya persidangan.

3. Apakah ada mediasi pada perkara pembatalan perkawinan?

- Ada karena setiap perkara yang masuk ke Pengadilan Agama itu harus

ditempuh mediasi terlebih dahulu sesuai dengan Perma 1 Tahun 2008

4. Bagaimana cara Bapak membuktikan pembatalan perkawinan karena suami

menikah dengan cara dipaksa?

- Pembuktiannya itu berupa adanya saksi-saksi yang disumpah terlebih

dahulu sebelum memberikan keterangan sehingga dapat dibuktikan

bahwa Pemohon merasa dipaksa untuk melakukan perkawinan tersebut.

5. Apakah ada masa iddah bagi wanita yang telah dibatalkan perkawinannya

oleh laki-laki?

- Tidak ada karena iddah itu akan ada jika perkawinan tersebut dianggap

ada, akan tetapi pada perkara pembatalan, perkawinan tersebut

dibatalkan dan dianggap tidak pernah terjadi.

Page 93: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

6. Menurut Bapak seberapa besar pengaruh kawin paksa dalam keharmonisan

rumah tangga?

- Pengaruhnya sangat besar, karena menyatukan kedua hati yang tidak

mencintai kemudian dipaksa kawin itu berdampak negatif untuk

keduanya, karena perkawinan yang dilakukan atas dasar suka sama suka

saja sering ada pertengkaran, apalagi atas dasar keterpaksaan.

7. Menurut Bapak, Apakah kawin paksa itu bisa disebut dengan mengambil hak

asasi manusia untuk memilih jodoh?

- ya, karena pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk memilih

pasangan hidupnya masing-masing dan jika orang tua ingin menjodohkan

alangkah baiknya jika ditempuh dengan jalan ta’aruf terlebih dahulu.

8. Bagaimana prosedur untuk mengajukan permohonan pembatalan perkawinan

di Pengadilan Agama Jakarta Timur?

- Prosedur pengajuan perkara pembatalan perkawinan sama dengan

halnya perceraian pada umumnya.

9. Bagaimana menurut Bapak, Dalam Kompilasi Hukum Islam tertera mengenai

pembatalan dapat dilakukan lantaran kawin paksa pasal 71 (f) sedangkan

Page 94: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

10. dalam itu tidak tertera, bagaimana memutuskan perkara tersebut?

- Meskipun tidak tertera dalam Undang-undang 1 Tahun 1974 tentang

pembatalan dapat dilakukan apabila perkawinan dilakukan dengan paksa

akan tetapi dalam Kompilasi Hukum Islam itu semua tertera dan kami

mengambil keputusan tersebut merujuk pada hukum yang telah tertera

didalamnya.

Hakim Anggota

H. Abdillah, S.H

Page 95: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

Wawancara

Dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur

Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa

Nama Hakim : Drs. H. Fauzi M Nawawi

Tempat : Pengadilan Agama Jakarta Timur

Hari/Tanggal : Senin, 20 Juni 2011

1. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan Pembatalan Perkawinan?

- Pembatalan perkawinan adalah perkawinan yang dibatalkan apabila

salah satu pihak ada yang merasa dirugikan baik itu dari pihak suami

ataupun istri, seperti suami beristri lebih dari satu dan perkawinan yang

kedua itu tidak memperoleh izin dari istri pertama (pengadilan), atau

salah satu rukun dan syarat perkawinan itu tidak terpenuhi atau

perkawinan tersebut tidak mendapat izin dari orang tua misalnya anak

dibawah umur. Dan semua itu tertera dalam Kompilasi Hukum Islam

Pasal 70- 76 dan Undang-Undang 1 Tahun 1974 Pasal 22-28.

2. Apa yang menjadi kendala Bapak dalam menangangi perkara pembatalan

perkawinan?

- Adanya ketidak sesuaian status, misalnya pada perkara pembatalan

dikarenakan suami melakukan poligami, yang status suami tersebut

adalah sudah beristri tapi ada fakta lain yang menyebutkan bahwa suami

Page 96: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

itu masih jejaka sehingga perkawinan itu disahkan di KUA, dan adanya

kesulitan untuk memutuskan perkara lantaran hati nurani merasa tidak

tega jika harus membatalkan perkawinan tersebut karena melihat nasib

status anaknya, disatu sisi harus membatalkan perkawinan tersebut, tapi

disisi lain ada yang dirugikan, dan kendala yang lain berupa Pihak yang

bersangkutan itu tidak datang sehingga mempersulit jalanya persidangan.

3. Apakah ada mediasi pada perkara pembatalan perkawinan?

- Ada karena setiap perkara yang masuk ke Pengadilan Agama itu harus

ditempuh mediasi terlebih dahulu sesuai dengan Perma 1 Tahun 2008

4. Bagaimana cara Bapak membuktikan pembatalan perkawinan karena suami

menikah dengan cara dipaksa?

- Pembuktiannya itu berupa adanya saksi-saksi yang disumpah terlebih

dahulu sebelum memberikan keterangan sehingga dapat dibuktikan

bahwa Pemohon merasa dipaksa untuk melakukan perkawinan tersebut.

5. Apakah ada masa iddah bagi wanita yang telah dibatalkan perkawinannya

oleh laki-laki?

- Tidak ada karena iddah itu akan ada jika perkawinan tersebut dianggap

ada, akan tetapi pada perkara pembatalan, perkawinan tersebut

dibatalkan dan dianggap tidak pernah terjadi.

Page 97: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

6. Menurut Bapak seberapa besar pengaruh kawin paksa dalam keharmonisan

rumah tangga?

- Pengaruhnya sangat besar, karena menyatukan kedua hati yang tidak

mencintai kemudian dipaksa kawin itu berdampak negatif untuk

keduanya, karena perkawinan yang dilakukan atas dasar suka sama suka

saja sering ada pertengkaran, apalagi atas dasar keterpaksaan.

7. Menurut Bapak, Apakah kawin paksa itu bisa disebut dengan mengambil hak

asasi manusia untuk memilih jodoh?

- ya, karena pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk memilih

pasangan hidupnya masing-masing dan jika orang tua ingin menjodohkan

alangkah baiknya jika ditempuh dengan jalan ta’aruf terlebih dahulu.

8. Bagaimana prosedur untuk mengajukan permohonan pembatalan perkawinan

di Pengadilan Agama Jakarta Timur?

- Prosedur pengajuan perkara pembatalan perkawinan sama dengan

halnya perceraian pada umumnya.

9. Bagaimana menurut Bapak, Dalam Kompilasi Hukum Islam tertera mengenai

pembatalan dapat dilakukan lantaran kawin paksa pasal 71 (f) sedangkan

Page 98: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

10. dalam itu tidak tertera, bagaimana memutuskan perkara tersebut?

- Meskipun tidak tertera dalam Undang-undang 1 Tahun 1974 tentang

pembatalan dapat dilakukan apabila perkawinan dilakukan dengan paksa

akan tetapi dalam Kompilasi Hukum Islam itu semua tertera dan kami

mengambil keputusan tersebut merujuk pada hukum yang telah tertera

didalamnya.

Hakim Anggota

Drs. H. Fauzi M Nawawi

Page 99: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

HASIL WAWANCARA PEMOHON

SUMBER : Temmy Bin Tomi (samaran)

TANGGAL : 20 Juni 2011

LOKASI : Kediaman Pemohon

1. Mengapa anda ingin membatalkan perkawinan anda?

Jawaban:

Karena saya mengawini T dengan keadaan terpaksa dan saya mengawininya

hanya untuk menutupi aib dia lantaran dia telah berbadan dua dengan orang

lain sehingga saya dipaksa kawin dan saya juga merasa terancam nyawa saya

jikalau saya tidak mau menuruti keinginan pihak T, mungkin pada awalnya

saya memang pernah pacaran dengan T tapi saya sudah putus lama akan tetapi

orang tuanya ataupun keluarganya bahkan masyarat dilingkungan rumahnya

hanya mengetahui bahwa T hanya dekat dengan saya sehingga sayalah yang

diharuskan untuk menikahinya.

2. Kenapa anda tidak mencoba untuk melawan ancaman dan paksaan dari pihak

T dengan cara melaporkan ke polisi?

Jawaban:

Mengenai melapor atau tidaknya saya ke polisi, jujur pada waktu itu saya

melarikan diri dari rumah dan keluarga saya karena saya malu dan takut.

Sebenarnya yang mengurusi semua hal selama saya kabur adalah kakak saya,

Page 100: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA KAWIN PAKSArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4526/1/KUMALA-FSH.pdf · yang diantara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

dan pada waktu itu saya dapat kabar bahwa rumah yang saya tinggalipun

sudah tidak aman karena banyak pansus yang mengawasi dan menunggu

kedatangan saya maka dari itu kakak saya tidak memilih untuk melorkan ke

polisi karena tidak mau proses yang lama dan membuang waktu sehingga

kakak saya menemui pihak keluarga T dan berbicara secara baik-baik. Dan

akhirnya niat baik itu membuahkan hasil pihak T setuju kalau perkawinan

saya dan T harus dibatalkan dengan syarat keluarga saya mengganti semua

kerugian yang dikeluarkan mulai dari biaya perkawinan sampai dengan

menyewa pansus.

3. Apakah benar bayi yang dikandung itu bukan anak anda?

Jawaban:

Benar 100% karena saya belum pernah melakukan hal itu dengan T dan

sebenarnya saya mempunyai kekurangan yang seharusnya dimiliki oleh laki-

laki yakni saya mempunyai kekurangan di organ vital saya karena saya kurang

mengkonsumsi seafood dan itu semua saya ketahui setelah saya menikah dan

susah untuk memiliki anak. Dari hal itu saya dapat dibuktikan bagaimana saya

dapat membuahi T kalau saya mempunyai kekurangan seperti itu.


Top Related