Transcript
Page 1: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR ( STUDI KASUS

PERKARA NOMOR 0679/Pdt.G/2010/PA.Kra TENTANG

POLIGAMI TANPA IJIN PENGADILAN )

Penulisan Hukum

( Skripsi )

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

NABELLA ARTHA AYU SOFYANA PUTRI

NIM. E0007170

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Nabella Artha Ayu Sofyana Putri

NIM : E0007170

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI

PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR ( STUDI KASUS PERKARA

NOMOR 0679/Pdt.G/2010/PA.Kra TENTANG POLIGAMI TANPA IJIN

PENGADILAN ) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya

saya dalam Penulisan Hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan

dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

Penulisan Hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum

(skripsi) ini.

Surakarta, 28 Maret 2011

yang membuat pernyataan

Nabella Artha Ayu S.P

NIM. E0007170

Page 5: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

NABELLA ARTHA AYU SOFYANA PUTRI. E0007170. 2011. PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR ( STUDI KASUS PERKARA NOMOR 0679/Pdt.G/2010/ PA.KRA TENTANG POLIGAMI TANPA IJIN PENGADILAN ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum bagi hakim Pengadilan Agama Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan dan untuk mengetahui akibat hukum bagi suami istri terhadap pembatalan perkawinan dalam putusan perkara Nomor 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA tentang poligami tanpa ijin Pengadilan.

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bersifat deskriptif.

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Pengadilan Agama Karanganyar karena di Pengadilan Agama ini pernah diputus perkara pembatalan perkawinan yang disebabkan karena poligami tanpa ijin Pengadilan yaitu perkara Nomor 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA. Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu hasil wawancara Majelis Hakim pemeriksa perkara serta wawancara terhadap Termohon II dan data sekunder berupa putusan Nomor 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA serta literatur-literatur lain yang menunjang penelitian ini yang diperoleh dari studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi kepustakaan dengan teknik analisa data kualitatif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi dasar hukum bagi hakim Pengadilan Agama Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan tersebut terdapat di dalam Pasal 71 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang suami melakukan poligami tanpa ijin Pengadilan. Alasan tersebut dapat menjadikan suatu perkawinan dapat dibatalkan oleh Pengadilan Agama. Pembatalan perkawinan memberikan akibat kepada para pihak yang dibatalkan dan pihak lain. Adapun akibat hukumnya bagi pihak yang dibatalkan adalah putusnya hubungan perkawinan dimulai setelah putusan Pengadilan berkekuatan hukum tetap dan perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada. Putusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan yang dibatalkan, sehingga anak tersebut tetap mendapatkan hak-haknya di mana kedua orang tua wajib memelihara, mendidik, memberikan nafkah, dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri dan kewajiban ini berlaku terus meskipun perkawinan kedua orang tua putus. Terhadap pembagian harta bersama harus dibagi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku akan tetapi jika pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan yang lebih dahulu, maka para pihak yang dibatalkan tersebut tidak berhak atas harta bersama sebelumnya, serta terhadap pihak ketiga yang mengadakan hubungan keperdataan terhadap pihak yang dibatalkan perkawinannya tersebut tetap ada meskipun setelah adanya pembatalan perkawinan.

Kata Kunci: Pembatalan Perkawinan, Poligami, Akibat Hukum Pembatalan.

Page 6: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

NABELLA ARTHA AYU SOFYANA PUTRI. E0007170. 2011. PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR ( STUDI KASUS PERKARA NOMOR 0679/Pdt.G/2010/ PA.KRA TENTANG POLIGAMI TANPA IJIN PENGADILAN ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

This research aims to find out the legal basis for judges in deciding the cancellation of a marriage in the Karanganyar religion court and to find out the legal consequences for Husband and Wife to the cancellation of marriage in the decision case Number 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA about polygamy without court permission.

This study belongs to an empirical research that is descriptive in nature.

This research was taken place in Karanganyar religion court because in this court is ever the case terminated due to cancellation of polygamous marriage without the permission of the Court case Number 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA The type of data used are primary data that is the result of an interview panel of judges who is examiners case and interview against Respondent II and secondary data in the form of decision Number 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA as well as other literature that support this research obtained from literature studies. Data collection techniques were used interviews and literature study with qualitative data analysis techniques.

Based on research conducted, it can be concluded that the legal basis for

religious court judges in deciding on the cancellation of marriage Karanganyar is contained in Article 71 subparagraphs (a) Compilation of Islamic Law is a husband to do polygamy without permission of the Court. These reasons can make a marriage can be canceled by the Religious Courts. Cancellation of marriage give effect to the parties that were canceled and others. As for the legal consequences for those who aborted were started after the marriage breakup Court permanent legal force and the marriage shall be deemed to have never existed. The decision is not retroactive cancellation of marriage to children born of marriages that were canceled, so the child will still get his rights in which both parents must nurture, educate, provide a living, and entitled to the inheritance from his father and the obligation is valid until the child marries or can stand alone and this obligation shall continue even though both parents marriage break up. On the division of community property should be divided in accordance with the provisions of applicable law but if the cancellation of a marriage based on the earlier marriage, the parties that were canceled are not entitled to the property together before, as well as against third parties who entered into civil relations of the parties canceled marriage is still there even after the cancellation of the marriage. Key words: Cancellation Marriage, Polygamy, Legal Due Cancellation.

Page 7: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

Motto dan Persembahan

“ Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah

wanita-wanita lain yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Kemudian jika

kamu tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-

budak yang kami miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak

berbuat aniaya ”.

( Q.S. An- Nisa ayat: 3 )

“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka

mengubah keadaan diri mereka sendiri ”.

( Q.S. Ar Ra’ad : 11 )

“ Sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan ”.

( Q.S. Al-Insyiroh : 6 )

Karya kecil ini Ku persembahan untuk:

1. ALLAH S.W.T, Robb semesta Alam.

2. Papa dan Mama tercinta atas kasih

sayangnya, bimbingan, nasehat serta

doa yang selalu menyertai langkahku

3. Kakak, adik yang selalu memberi

motivasi.

4. Saudara serta Sahabat-sahabatku

Page 8: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan berkat, rahmat dan kasih sayang-Nya yang begitu besar, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) dengan judul:

PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI

PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR ( STUDI KASUS PERKARA

NOMOR 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA TENTANG POLIGAMI TANPA IJIN

PENGADILAN ).

Penulisan hukum (skripsi) ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat

mengikuti ujian guna emperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Hukum

universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan

hukum (skripsi) ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.dr. Much Syamsul Hadi, Sp.KJ. Selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta;

2. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret;

3. Bapak Prasetyo Hadi Purwandoko, S.H., M.S. selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian;

4. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin, kesempatan, dan arahan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini;

5. Bapak Soehartono, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan penulisan

hukum (skripsi) ini;

Page 9: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

6. Bapak Syafrudin Yudowibowo, S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

penulisan hukum (skripsi) ini;

7. Ibu Sunny Ummul Firdaus, S.H.,MH. selaku Pembimbing Akademik

penulis atas segala bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh

perkuliahan di Fakultas Hukum Universitaas Sebelas Maret Surakarta;

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu hukum kepada penulis

selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta;

9. Segenap karyawan dan karyawati Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta;

10. Bapak Drs. H. Ahmad Akhsin, S.H.M.H selaku Ketua Pengadilan Agama

Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

mengadakan penelitian di Pengadilan Agama Karangayar dan telah

membantu penulis dalam memberikan bantuan informasi mengenai data

yang diperlukan penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai;

11. Ibu Dra.Hj.Emi Suyati, S.H. selaku Hakim Pengadilan Agama Karangayar

yang telah membantu penulis dalam memberikan bantuan informasi

mengenai data yang diperlukan penulis sehingga penyusunan skripsi ini

dapat selesai;

12. Ibu Tri Purwani S.H,M.H atas bantuan mengurus ijin dan kesediaannya

dalam memberikan bimbingan serta memberikan pengarahan;

13. Seluruh Staf dan Karyawan Pengadilan Agama Karanganyar atas waktu,

informasi dan bantuannya;

14. Kedua orang tua tercinta, Papa dan mama yang telah memberikan

segalanya dalam kehidupan penulis, baik materiil maupun spirituil;

15. Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan doa dan memberikan

semangat dalam penyusunan skripsi ini;

16. Sahabatku ( Desi, Dyah, Heru, Itang, Vicky, Venny, Rini, Vina dan

Ambar ) yang selalu memberikan doa dan semangat;

Page 10: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

17. Sahabat dalam kelompok lingkaran kecil ( Aya, Fitri, Nia, Ririn, Lilin,

Adel, Anita ) atas ukhuwah yang kita jalin bersama.

18. Kelurga besar FOSMI FH UNS terima kasih atas ukhuwah dan ilmu yang

diberikan kepada penulis.

19. Kelurga besar KSP Principium FH UNS ( Kelompok Studi Penelitian )

tempat penulis banyak menimba ilmu di luar dari kelas pekuliahan ;

20. Seluruh teman-teman Fakultas Hukum angkatan 2007 atas kebersamaanya

menemani penulis menimba ilmu di FH UNS;

21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penulisan hukum (skripsi) ini;

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga

penulisan hukum (skripsi) ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membaca

dan memerlukan.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 11: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………….................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI …………………............……...

HALAMAN PERNYATAAN .....................................................................

ABSTRAK………………………………………………………………….

iii

iv

v

ABSTRACT……………………………………………………………….. MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................…………………………

vi

vii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………

DAFTAR BAGAN…………………………………………………………

xi

xiii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ...............……...........……………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………… 3

C. Tujuan Penelitian ……………………………………...…... 4

D. Manfaat Penelitian ……………………………………….... 4

E. Metode Penelitian ………………………………………… 5

F. Sistematika Penulisan Hukum …………………………….. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. 13

A. Kerangka Teori……………………………………………...

1. Tinjauan tentang Peradilan Agama……………………..

a. Pengertian Hukum Acara Peradilan Agama…….......

b. Asas-asas Umum Peradilan Agama………………...

c. Kompetensi Peradilan Agama………………………

d. Kewenangan Mengadili Oleh Pengadilan Agama....

e. Produk Pengadilan Agama.........................................

13

13

13

15

19

23

25

Page 12: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

2. Tinjauan tentang Perkawinan.........................................

a. Pengertian Perkawinan........ ………………………

b. Tujuan Perkawinan..................................................

c. Asas-Asas Perkawinan............................................

d. Bentuk-Bentuk Putusnya Perkawinan Menurut

Islam.........................................................................

29

29

30

31

33

3. Tinjauan tentang Poligami.............................................

a. Pengertian Poligami……………………………….

b. Alasan-Alasan dan Syarat-Syarat Poligami.............

c. Tata Cara Poligami..................................................

36

36

39

40

4. Tinjauan tentang Pembatalan Perkawinan……………

a. Pengertian Pembatalan Perkawinan........................

b. Pihak-Pihak Yang Dapat Mengajukan Pembatalan

Perkawinan.............................................................

c. Alasan-Alasan Pembatalan Perkawinan.................

d. Tata Cara Pembatalan Perkawinan.........................

e. Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan.................

5. Tinjauan tentang Efektifitas Hukum………………..

a. Substansi...............................................................

b. Struktural..............................................................

c. Kultur Hukum (Budaya Hukum)..........................

B. Kerangka Pemikiran...........................................................

42

42

44

44

45

46

47

47

47

47

48

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………… 50

A. Hasil Penelitian ..................................................................... 50

Page 13: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

B. Pembahasan ..........................................................................

1. Dasar hukum putusan pembatalan perkawinan di

Pengadilan Agama Karanganyar……………………....

2. Akibat hukum bagi suami istri terhadap pembatalan

perkawinan di Pengadilan Agama Karanganyar..............

56

56

63

BAB IV PENUTUP……………………………………………………… 70

A. Simpulan …….....………………………………………...... 70

B. Saran ……………………………………………….............. 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR BAGAN

Gambar 1. Model Analisis Interaktif …..………………………………… 10

Gambar 2. Kerangka Pemikiran……………………………………………. 48

Page 14: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk Allah S.W.T yang paling sempurna

dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, namun demikian manusia tidak

bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain ( zoon politicon ). Manusia

diciptakan oleh Allah S.W.T agar beribadah dan bertaqwa kepadaNya, sesuatu

hal yang bernilai ibadah salah satu di antaranya adalah perkawinan.

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam

kehidupan masyarakat dan bagi umat Islam perkawinan merupakan sunatullah

dan fitroh setiap manusia.

Menurut Ahmad Azhar Basyir, dengan jalan perkawinan yang sah

pergaulan laki-laki dan perempuan menjadi terhormat sesuai kedudukan

manusia sebagai makhluk yang bermartabat. Pergaulan hidup rumah tangga

dibina dalam suasana damai, tenteram dan rasa kasih sayang antara suami dan

istri. Anak keturunan dari hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan

keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih

dan berkehormatan ( Ahmad Azhar Basyir, 2000 : 1 ).

Berdasarkan Pasal 28 B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang

menyatakan bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan

keturunan melalui perkawinan yang sah. Selain terdapat dalam Undang-

Undang Dasar 1945, perkawinan diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Perkawinan menurut Pasal 1

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

manusia melakukan perkawinan bertujuan untuk taat kepada perintah Allah

Page 15: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

S.W.T untuk memperoleh keturunan yang sah dengan mendirikan rumah

tangga yang damai, bahagia, dan kekal.

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai

seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami ( asas

monogami ), namun realita yang terjadi dalam masyarakat banyak yang

melakukan poligami. Salah satu kasus pembatalan perkawinan yang terjadi di

Pengadilan Agama Karanganyar adalah seorang pria melakukan perkawinan

dengan seorang wanita tanpa sepengetahuan dan tanpa seizin istri pertama

maupun tanpa izin pengadilan, perkawinan tersebut dapat terjadi karena

seorang pria tersebut memberikan keterangan yang tidak benar yang mengaku

status perjaka, padahal pria tersebut telah beristri yang masih terikat

perkawinan yang sah dengan istri pertama. Dalam hal ini harus dilakukan

pembatalan perkawinan yang tercantum dalam Pasal 22 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 bahwa perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak

tidak memenuhi syarat-syarat untuk melakukan perkawinan. Ketentuan yang

terdapat dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa

perkawinan yang tidak memenuhi syarat tidak dengan sendirinya menjadi batal

melainkan harus diputuskan oleh Pengadilan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu:

1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dari suami atau istri.

2. Suami atau Istri.

3. Pejabat yang berwenang selama perkawinan belum diputuskan.

4. Pejabat yang ditunjuk oleh Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang ini dan setiap

orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap

perkawinan tersebut tetapi hanya setelah perceraian itu putus ( Mohd. Idris

Ramulyo, 1996 : 178 ).

Pembatalan perkawinan dapat membawa akibat yang jauh baik terhadap

suami, istri, anak keturunanya, keluarganya maupun terhadap harta bendanya.

Page 16: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Suatu pembatalan perkawinan pasti akan berakibat putusnya ikatan perkawinan

serta perkawinan yang dilaksanakan tersebut tidak sah, maka perkawinan

tersebut menjadi putus dan bagi para pihak yang dibatalkan perkawinannya

akan kembali pada status semula karena perkawinan tersebut dianggap tidak

pernah ada.

Pembatalan perkawinan bagi umat Islam dapat diajukan ke Pengadilan

Agama sebagai salah satu kekuasaan kehakiman yang bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara perdata tertentu bagi orang

yang beragama Islam, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama yang berbunyi:

”Peradilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi

rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu yang

diatur dalam Undang-Undang ini.”

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka penulis

tertarik dalam penulisan hukum ini untuk melakukan penelitian dengan

mengambil judul ” PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT

HUKUMNYA DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR ( STUDI

KASUS PERKARA NOMOR 0679/Pdt.G/2010/PA.Kra TENTANG

POLIGAMI TANPA IJIN PENGADILAN ) “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi dasar hukum bagi hakim Pengadilan Agama

Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan?

2. Bagaimanakah akibat hukum bagi Suami Istri terhadap pembatalan

perkawinan di Pengadilan Agama Karanganyar?

Page 17: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penuli melakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui dasar hukum bagi hakim Pengadilan Agama

Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan.

b. Untuk mengetahui akibat hukum bagi Suami Istri terhadap pembatalan

perkawinan di Pengadilan Agama Karanganyar.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam memperluas

pemahaman arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek,

khususnya Hukum Acara Peradilan Agama.

b. Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap guna penyusunan

penulisan hukum ( skripsi ) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya

tentang dasar hukum bagi hakim Pengadilan Agama Karanganyar dalam

memutuskan pembatalan perkawinan.

b. Mengetahui akibat hukum bagi Suami Istri terhadap pembatalan

perkawinan di Pengadilan Agama Karanganyar.

Page 18: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi dan

pengembangan bagi ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Acara

Peradilan Agama pada khusunya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bahan referensi bagi

penelitian selanjutnya.

E. Metode Penelitian

Istilah “Metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”,

namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan

sebagai berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur ( Soerjono Soekanto,

2010:5 ).

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,

sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak

adanya hal-hal yang bertentangan dengan kerangka tertentu. Penelitian hukum

pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu

maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum

tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul dalam gejala bersangkutan ( Soerjono

Soekanto,2010:42-43 ).

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan

masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya

Page 19: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dituangkan dalam penulisan ilmiah ( skripsi ). Adapun metode penelitian dalam

penulisan hukum ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah

jenis penelitian hukum empiris atau “ sosiologis “. Pada penelitian hukum

empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, kemudian

dilanjutkan pada data primer di lapangan atau terhadap masyarakat”

( Soerjono Soekanto, 2010:52 ).

Penelitian ini mengkaji mengenai dasar hukum bagi hakim Pengadilan

Agama Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan serta

akibat hukum bagi suami istri terhadap putusan pembatalan perkawinan di

Pengadilan Agama Karanganyar. Terhadap dasar hukum bagi hakim

Pengadilan Agama Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan

di Pengadilan Agama Karanganyar, didapatkan peneliti melalui suatu proses

wawancara ( interview ) yang dilakukan peneliti dengan mengajukan

pertanyaan mengenai pengetahuan serta pengalaman hakim untuk

memperoleh kebenaran fakta dalam kehidupan nyata yang didukung dengan

menelaah peraturan perundang-undangan yang berlaku dan studi

kepustakaan, untuk masalah mengenai akibat hukum bagi suami istri

terhadap pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama Karanganyar

tersebut didapatkan peneliti melalui suatu proses wawancara ( interview )

dengan Termohon II, maka penelitian ini adalah penelitian hukum empiris.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono

Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-

gejala lainnya ( Soerjono Soekanto,2010:10 ). Penelitian ini memberikan

gambaran yang lengkap mengenai dasar hukum bagi hakim Pengadilan

Agama Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan serta

Page 20: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

akibat hukum bagi suami istri terhadap pembatalan perkawinan di

Pengadilan Agama Karanganyar tersebut.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian penulisan hukum ini adalah Pengadilan

Agama Karanganyar. Lokasi tersebut dipilih karena berkas perkara yang

dikaji dalam penelitian hukum ini diperiksa dan diputus di Pengadilan

Agama Karanganyar, sehingga berkaitan dengan permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini.

4. Jenis Data

Secara umum, di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data

yang diperoleh secara langsung dari masyarakat ( data empiris ) dan dari

bahan-bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat

dinamakan data primer, sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka

lazimnya dinamakan data sekunder ( Soerjono Soekanto, 2010:51 ).

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh

secara langsung melalui penelitian lapangan atau di lokasi penelitian.

Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari sejumlah fakta atau

keterangan yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan.

Dalam penelitian ini, data primer berupa hasil wawancara dengan Hakim

yang memeriksa dan mengadili perkara Nomor 0679/Pdt.G/2010/PA.Kra

serta hasil wawancara dengan Termohon II ( istri kedua yang dibatalkan

perkawinannya ).

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara

langsung dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan,

yang terdiri Putusan Pengadilan Agama Karanganyar Nomor

0679/Pdt.G/2010/PA.Kra serta dari peraturan perundang-undangan,

Page 21: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

buku-buku, dokumen, bahan-bahan kepustakaan dan sumber tertulis

lainnya.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada

hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara Nomor 0679/Pdt.G/2010/PA.Kra di

Pengadilan Agama Karanganyar yang mengetahui dan memiliki

pengalaman mengenai obyek penelitian serta wawancara dengan

Termohon II ( istri kedua yang dibatalkan perkawinannya ).

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer,

yaitu peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti penulis, antara lain Undang-Undang Nomor

50 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Inpres

Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, bahan hukum

sekunder berupa buku-buku di bidang hukum yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti dan berkas perkara serta putusan

Pengadilan Agama Karanganyar Nomor 0679/Pdt.G/2010/PA.Kra

tentang pembatalan perkawinan karena poligami tanpa ijin Pengadilan.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview ( Wawancara )

Wawancara merupakan cara memperoleh data dengan cara

melakukan tanya jawab secara mendalam dengan sumber data primer,

Page 22: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

yaitu hakim yang memeriksa dan mengadili perkara Nomor

0679/Pdt.G/2010/PA.Kra di Pengadilan Agama Karanganyar dan

Termohon II ( istri kedua yang dibatalkan perkawinannya ). Dengan

teknik wawancara mendalam ini akan mengungkap pengalaman dan

pengetahuan ekspilisit dari hakim di Pengadilan. Dengan ini penulis

membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan

informasi atau data untuk mengemukakan pengetahuan dan

pengalamannya terutama yang berkaitan dengan dasar hukum bagi hakim

Pengadilan Agama Karanganyar dalam memutuskan pembatalan

perkawinan serta akibat hukum bagi suami istri terhadap pembatalan

perkawinan di Pengadilan Agama Karanganyar tersebut.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder, yaitu

dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan,

dokumen-dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu, dan bahan

kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan penulis yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah ”analisa kualitatif” yaitu suatu cara penelitian yang menggunakan

dan menghasilkan data secara deskriptif analisis. Artinya apa yang

dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang

nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh ( Soerjono

Soekanto, 2010:250 ). Jadi dalam hal ini proses pengumpulan data dan

analisa data dilakukan secara bersamaan. Teknik analisa data meliputi tiga

tahapan, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan

dengan verifikasinya. Di antaranya tahap-tahap tersebut dilakukan

pembentukan siklus sehingga data yang terkumpul direduksi lalu ditarik

sebuah kesimpulan/konklusi.

Page 23: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Menurut Heribertus Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dari

data-data sehingga kesimpulan akhir penelitian dapat dilakukan.

b. Penyajian Data

Merupakan suatu rangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk

narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan.

Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat

menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif melakukan

pencatatan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi atau pernyataan, alur sebab

akibat dan proporsi. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung ( Heribertus Sutopo, 1988 : 34-36 ).

Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif

dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

( Heribertus Sutopo . 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif )

Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data

peneliti selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Sajian Data

Pengumpulan Data

Page 24: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

harus disusun pada waktu peneliti sudah memperoleh unit data dari

sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan

data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik

kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang terdapat

dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang

mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka

peneliti dapat kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah

terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi

pendalaman data ( Heribertus Sutopo, 1988 : 38 ).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sitematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baku dalam penulisan hukum,

maka penulis menyiapkan suatu sitematika penulisan hukum. Adapun

sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 ( empat ) bab, yang tiap-tiap bab

terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan

pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan

hukum tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab Pendahuluan ini penulis memberikan gambaran awal

tentang penelitian meliputi latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitan, metode penelitian dan

sistematika penulisan hukum.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan kepustakaan yang

terdiri dari kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam

kerangka teori berisi tentang tinjauan mengenai Pengadilan

Agama, Perkawinan, Poligami, Pembatalan Perkawinan, dan

Page 25: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Efektifitas Hukum. Pada kerangka pemikiran berisi mengenai

konsep pemikiran penulis tentang pembatalan perkawinan dan

akibat hukumnya menurut Undang-Undang Perkawinan.

BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Yang menjadi dasar hukum bagi hakim Pengadilan Agama

Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan

tersebut terdapat di dalam Pasal 71 huruf (a) Kompilasi

Hukum Islam yaitu seorang suami melakukan poligami

tanpa ijin Pengadilan. Terhadap putusan pembatalan

perkawinan tersebut menimbulkan akibat hukum terhadap

suami istri; anak hasil perkawinan dari pihak yang

dibatalkan; harta benda; dan pihak ketiga.

B. Pembahasan

Pada bab ini dijelaskan dan diuraikan mengenai

pembahasan penulis yang meliputi:

1. Dasar hukum putusan pembatalan perkawinan di

Pengadilan Agama Karanganyar.

2. Akibat hukum bagi suami istri terhadap pembatalan

perkawinan di Pengadilan Agama Karanganyar.

BAB IV : Penutup

Pada bab ini penulis menyimpulkan hasil penelitian dan

pembahasan, serta memberikan saran-saran sebagai sarana

evaluasi terutama terhadap temuan-temuan selama penelitian

yang menurut penulis memerlukan perbaikan.

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 26: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Peradilan Agama

a. Pengertian Hukum Acara Peradilan Agama

Hukum Acara Peradilan Agama ialah peraturan hukum yang

mengatur bagaimana cara mentaatinya hukum perdata materiil dengan

perantara hakim atau cara bagaimana bertindak di muka Pengadilan

Agama dan bagaimana cara hakim bertindak agar hukum itu berjalan

sebagaimana mestinya ( H.A.Mukti Arto, 1996:9 ).

Sumber hukum acara Peradilan Agama terdapat dalam pasal 54

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

menetapkan tentang Hukum Acara yang berlaku pada peradilan Agama

adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku dalam lingkungan peradilan

umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang

ini.

1) Peraturan Perundang-undangan Tentang Hukum Acara Perdata yang

Berlaku Di Lingkungan Peradilan Agama dan Di Peradilan Umum,

yaitu:

a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 tentang Perkawinan dan Pelaksanaannya.

b) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman.

c) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah

Agung.

2) Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku Di Peradilan Umum,

yaitu:

Page 27: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

a) HIR ( Het Herziene Inlandsche Reglement ) atau disebut juga RIB

(Reglemen Indonesia yang diperbarui).

b) RBG ( Rechts Reglement Buitengewesten ) atau disebut juga

Reglemen untuk daerah seberang, maksudnya untuk daerah luar

jawa dan madura.

c) RSV ( Reglement opde Burgelijke Rechts Vordering ) yang zaman

jajahan Belanda dahulu berlaku untuk Road van justitie.

d) BW ( Burgeljke Wetboek ) atau disebut juga Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata Eropa.

3) Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku Khusus Di Pengadilan

Agama, yaitu:

a) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

b) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama.

c) Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

d) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat.

e) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

f) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Islam.

4) Sumber-Sumber Lainnya

a) Peraturan Mahkamah Agung RI.

b) Surat Edaran Mahkamah Agung RI.

c) Yurisprudensi Mahkamah Agung RI.

d) Kitab-kitab Fikih dan sumber-sumber tidak tertulis lainnya. Hal

ini sejalan dengan pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa: Hakim wajib

menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat ( Mardani, 2009:61-62).

Page 28: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Perkara-perkara dalam bidang perkawinan berlaku hukum acara

khusus dan selebihnya berlaku hukum acara perdata pada umumnya,

hukum acara khusus ini meliputi kewenangan relatif Pengadilan

Agama, pemanggilan, pembuktian, biaya perkara serta pelaksanaan

putusan ( Mukti Arto,1996:9 ). Selain dari Hukum Acara Perdata di

Pengadilan Umum yang berlaku di Pengadilan Agama, Hukum Acara

Perdata khusus yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 jo.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo. Undang-Undang

Nomor 50 Tahun 2009 yang menjadi pijakan Pengadilan dalam

lingkungan peradilan agama, adalah bidang acara perdata yang

menyangkut persengketaan dalam perkawinan. Hukum acara

persengketaan dalam bidang perkawinan diatur dalam Pasal 65 sampai

Pasal 91 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang

Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

b. Asas-asas Umum Peradilan Agama

Asas umum Peradilan Agama adalah asas hukum tertentu dalam

bidang hukum acara yang secara khusus dimiliki oleh Pengadilan

Agama. Asas-asas ini untuk sekedar membedakan dengan asas khusus

yang melekat pada masalah tertentu merupakan pedoman umum dalam

melaksanakan penerapan Undang-undang dan keseluruhan rumusan

pasal. Oleh karena itu, pendekatan interprestasi, penerapan, dan

pelaksanaanya tidak boleh menyimpang dan bertentangan dengan jiwa

dan semangat yang tersurat dan tersirat dalam setiap asas umum, di

antaranya yaitu:

1) Asas Personalitas KeIslaman.

Dalam asas ini dinyatakan bahwa Pengadilan Agama

merupakan Pengadilan tingkat pertama untuk memeriksa, memutus,

dan meyelesaikan perkara-perkara antar orang-orang yang beragama

Islam. Asas personalitas keIslaman yang melekat pada Peradilan

Agama yaitu di antaranya:

Page 29: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

a) Pihak-pihak yang berperkara atau bersengketa harus sama-sama

pemeluk agama Islam.

b) Perkara-perkara yang dipersengketakan harus mengenai perkara-

perkara dalam bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah,

zakat, wakaf, sedekah dan ekonomi syari’ah.

c) Hubungan hukum yang melandasi keperdataan tertentu tersebut

berdasarkan hukum Islam.

Patokan asas personalitas keIslaman didasarkan pada patokan

umum dan patokan pada saat terjadi hubungan hukum. Patokan

umum berarti apabila seseorang telah mengaku beragama Islam

maka bagi dirinya telah melekat asas personalitas keIslaman,

patokan saat terjadinya hubungan hukum adalah pada saat terjadi

hubungan hukum kedua belah pihak yang berperkara sama-sama

beragama Islam dan hubungan hukum yang mereka laksanakan

berdasarkan hukum Islam, maka sengketanya mutlak dan absolut

tunduk menjadi kewenangan peradilan agama.

2) Asas Kebebasan/Kemerdekaan.

Setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman, asas kebebasan diatur dalam Pasal 1

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, yaitu Kekuasaan

kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila. Kebebasan dalam melaksanakan wewenang

yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim adalah untuk

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, sehingga

putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia. Tujuan

memberikan kemerdekaan bagi kekuasaan kehakiman dalam

menyelenggarakan fungsi peradilan yaitu agar hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila dapat ditegakkan serta benar-benar dapat

melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan

hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut, salah satu prinsip penting

Page 30: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

negara hukum adalah adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan

kehakiman yang merdeka, dan bebas dari pengaruh kekuasaan

lainnya untuk menjalankan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan.

3) Asas Upaya Mendamaikan.

Asas ini mewajiban hakim untuk mendamaikan pihak-pihak

yang berperkara. Selama perkara belum diputus, usaha mendamaikan

dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan pada semua tingkat

pengadilan. Dengan adanya perdamaian berdasarkan kesadaran para

pihak yang berperkara, tidak ada pihak yang dimenangkan atau

dikalahkan, sehingga kedua belah pihak pulih kembali dan suasana

rukun dan persaudaraan serta tidak dibebani dendam yang

berkepanjangan. Peranan hakim dalam mendamaikan para pihak

yang berperkara terbatas pada anjuran, nasehat, penjelasan, dan

memberi bantuan dalam perumusan sepanjang itu diminta oleh

kedua belah pihak.

4) Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum di Kecualikan Dalam

Perceraian.

Asas ini menerangkan bahwa Undang-Undang menghendaki

agar jalannya persidangan tidak hanya diketahui oleh para pihak

yang berperkara tetapi juga oleh publik. Tujuannya adalah agar

persidangan berjalan secara Fair, menghindari adanya pemeriksaan

yang sewenang-wenanng atau menyimpang. Pada prinsipnya sidang

pemeriksaan di Pengadilan terbuka untuk umum, kecuali Undang-

Undang menetukan lain atau hakim dengan alasan-alasan penting

yang dicatat dalam berita acara sidang memerintahkan bahwa

pemeriksaan keseluruhan atau sebagian akan dilakukan dengan

sidang tertutup. Ketentuan sidang terbuka untuk umum dikecualikan

dalam perkara perceraian, hal ini diatur dalam Pasal 80 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Page 31: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Agama jo. Pasal 33 dan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan yang menyatakan pemeriksaan perkara

perceraian tertutup untuk umum akantetapi dalam pembacaan

putusan terbuka untuk umum.

5) Asas Legalitas.

Pengadilan mengadili menurut hukum dan tidak membeda-

bedakan orang. Asas legalitas mengandung pengertian rule of law

dimana pengadilan berfungsi dan berwenang menegakkan hukum

harus berlandaskan hukum serta tidak bertindak di luar hukum.

Hakim dilarang menjatuhkan hukuman yang bertentangan dengan

hukum.

6) Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan.

Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara

dilakukan dengan cara yang efisien dan efektif. Yang dimaksud

dengan biaya ringan adalah biaya perkara yang dapat terpikul oleh

rakyat, namun demikian dalam pemeriksaan perkara tidak

mengorbankan ketelitian dalam mencari kebenaran dan keadilan.

Tujuannya adalah agar suatu proses pemeriksaan di pengadilan

relatif tidak memakan waktu lama sesuai dengan kesederhanaan

hukum acara itu sendiri, serta proses persidangan yang tidak

berbelit-belit dan sering mundur dalam jadwal persidangan.

7) Asas Equality.

Asas ini artinya adalah persamaan hak dan kedudukan di depan

hukum sehingga tidak boleh ada diskriminasi, yang membedakan

kedudukan orang di depan sidang pengadilan. Hakim tidak boleh

membeda-bedakan perlakuan pelayanan berdasarkan status sosial,

ras agama, suku, jenis kelamin, dan budaya.

8) Asas Membantu Para Pencari Keadilan.

Asas ini menjelaskan bahwa hakim tidak hanya berfungsi

sebagai pemimpin jalannya persidangan dan mencari serta

Page 32: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

menentukan hukum penyelesaian suatu sengketa atau perkara yang

diajukan kepadanya. Namun, hakim juga berfungsi memberi solusi

terbaik sekaligus memberi bantuan kepada para pihak yang

berperkara secara obyektif dan menjunjung tinggi rasa keadilan serta

berusaha keras mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk

terwujudnya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

( Mardani, 2009: 37-45 ).

c. Kompetensi ( wewenang ) Peradilan Agama

Kompetensi ( wewenang ) Peradilan Agama terdiri atas

kompetensi absolut dan kompetensi relatif:

1) Kompetensi Absolut

Kompetensi absolut adalah kekuasaan Pengadilan yang

berhubungan dengan jenis perkara atau jenis Pengadilan atau

tingkatan Pengadilan dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau

jenis Pengadilan atau tingkatan Pengadilan lainnya. Misalnya:

Pengadilan Agama berkuasa atas perkara perkawinan bagi mereka

yang beragama Islam sedangkan bagi yang selain Islam itu menjadi

kewenangan Peradilan Umum, jadi terhadap kekuasaan absolut ini

Pengadilan Agama harus meneliti perkara yang diajukan kepadanya

apakah termasuk kekuasaan absolutnya atau bukan. ( Roihan A.

Rasyid, 1991:27 ).

Kekuasaan absolut Pengadilan dalam lingkup Peradilan Agama

ada dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo

Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 perubahan kedua atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

yaitu perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqoh

dan ekonomi syari’ah. Adapun penjelasan Pasal 49 Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 sebagai berikut :

Pasal 49 Penyelesaian sengketa tidak hanya dibatasi di bidang perbankan syari'ah, melainkan juga di bidang ekonomi

Page 33: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

syari'ah lainnya. Yang dimaksud dengan "antara orang-orang yang beragama Islam" adalah termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan ketentuan Pasal ini. Huruf a Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut syari'ah, antara lain: 1. Izin beristri lebih dari seorang; 2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum

berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat;

3. dispensasi kawin; 4. pencegahan perkawinan; 5. penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah; 6. pembatalan perkawinan; 7. gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri; 8. perceraian karena talak; 9. gugatan perceraian; 10. penyelesaian harta bersama; 11. penguasaan anak-anak; 12. ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan

anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;

13. penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;

14. putusan tentang sah tidaknya seorang anak; 15. putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua; 16. pencabutan kekuasaan wali; 17. penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan

dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut; 18. penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang

belum cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;

19. pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya;

20. penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam;

21. putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran;

Page 34: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

22. pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain.

Huruf b Yang dimaksud dengan "waris" adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalap tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris. Huruf c Yang dimaksud dengan "wasiat" adalah perbuatan seseorang memberikan suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia. Huruf d Yang dimaksud dengan "hibah" adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk dimiliki. Huruf e Yang dimaksud dengan "wakaf' adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari'ah. Huruf f Yang dimaksud dengan "zakat" adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan syari'ah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Huruf g Yang dimaksud dengan "infaq" adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman, mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu Wata'ala.

Page 35: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Huruf h Yang dimaksud dengan "shadaqah" adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah Subhanahu Wata'ala dan pahala semata. Huruf i Yang dimaksud dengan "ekonomi syari'ah" adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari'ah, antara lain meliputi: a. bank syari'ah; b. lembaga keuangan mikro syari'ah. c. asuransi syari'ah; d. reasuransi syari'ah; e. reksa dana syari'ah; f. obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah

syari'ah; g. sekuritas syari'ah; h. pembiayaan syari'ah; i. pegadaian syari'ah; j. dana pensiun lembaga keuangan syari'ah; dan k. bisnis syari'ah.

2) Kompetensi Relatif

Kompetensi relatif adalah kekuasaan mengadili berdasarkan

wilayah atau daerah. Kekuasaan dan wewenang Pengadilan Agama

sesuai tempat dan kedudukannya, Pengadilan agama berkedudukan

di kota atau ibu kota kabupaten dan daerah hukumnya meliputi

wilayah kota atau kabupaten. Pengadilan Tinggi Agama

berkedudukan di ibu kota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi

wilayah Propinsi. Kompetensi relatif Peradilan Agama merujuk pada

Pasal 118 ayat (1) HIR menganut asas actor sequitur forum rei

( bahwa yang berwenang adalah pengadilan di tempat kediaman

tergugat ). Namun, ada beberapa pengecualian yang tercantum dalam

Pasal 118 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) yaitu sebagai berikut:

a) Apabila tergugat lebih dari satu, maka gugatan yang diajukan

kepada pengadilan di tempat tinggal Penggugat.

Page 36: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b) Apabila tempat tergugat tidak diketahui, maka gugatan diajukan

kepada pengadilan tempat tinggal penggugat.

c) Apabila gugatan mengenai benda tidak bergerak, maka gugatan

diajukan kepada peradilan di wilayah hukum dimana barang itu

terletak.

d) Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta, maka

gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan tempat tinggal yang

dipilih dalam akta tersebut ( Mardani,2009:53-54 ).

Di dalam Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama kompetensi relatif ada beberapa perbedaan

dalam pengaturannya, dalam perkara bidang perkawinan yaitu cerai

talak dan cerai gugat diajukan ke Pangadilan Agama adalah diatur

secara khusus dalam Pasal 66 dan Pasal 73 Undang-Undang Nomor

50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, sedangkan untuk

perkara waris, hibah, wakaf, wasiat, shadaqah, zakat, infak dan

ekonomi syari’ah, gugatan atau permohonan diajukan ke Pengadilan

Agama sesuai ketentuan dalam hukum acara perdata yang berlaku di

lingkungan Peradilan Umum yaitu diatur dalam Pasal 118 HIR/ 142

Rbg ( Afandi Mansur, 2009:77 ).

d. Kewenangan Mengadili Oleh Pengadilan Agama

Kewenangan lingkungan Peradilan Agama adalah sebagai salah

satu badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman untuk

menegakkan hukum. Berdasarkan Pasal 2 Undang-undang Nomor 50

Tahun 2009 yang berbunyi: “Peradilan Agama adalah salah satu pelaku

kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama

Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang ini”.

Page 37: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Kewenangan mengadili di Pengadilan Agama ada dua yaitu

meliputi:

1) Golongan Rakyat Tertentu.

Asas personalitas keIslaman yang berbunyi “Peradilan Agama

merupakan salah satu kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari

keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini”. Dalam

penjelasan umumnya dinyatakan bahwa Pengadilan Agama

merupakan pengadilan tingkat pertama untuk memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang

beragama Islam. Karenanya asas ini dapat dijadikan acuan aturan

mengenai siapa saja yang dapat mengajukan perkara di pengadilan

agama. Asas personalitas keIslaman yang melekat pada pengadilan

agama yaitu sebagai berikut ( Mardani, 2009: 37-38 ):

a) Pihak-pihak yang berperkara/bersengketa harus sama-sama

pemeluk agama Islam.

b) Perkara-perkara yang di persengketakan harus mengenai perkara-

perkara di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, zakat,

wakaf, sedekah, dan ekonomi Syariah.

c) Hubungan hukum yang melandasi keperdataan tertentu tersebut

berdasarkan hukum Islam dan diselesaikan berdasarkan hukum

Islam, maka para pihak tetap tunduk kepada kewenangan

Pengadilan Agama walaupun pada saat terjadi sengketa salah

satu pihak sudah beralih ke agama lain.

2) Perkara-perkara Tertentu.

Berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama, diketahui bahwa perkara-perkara tertentu

yang menjadi tugas dan wewenang Pengadilan Agama adalah

memeriksa, memutus, dan meyelesaikan perkara ditingkat pertama

antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan,

Page 38: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, shadaqoh, dan ekonomi

Syariah. Jadi perkara-perkara di luar perkara tersebut bukan menjadi

wewenang dari Pengadilan Agama. Pengadilan Agama juga

mempunyai kewenangan memberikan keterangan atau nasihat

mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan waktu

sholat serta memberi penetapan “itsbat” terhadap kesaksian orang

yang telah melihat atau menyaksikan hilal bulan pada pada setiap

memasuki bulan Ramadhan dan bulan Syawal tahun Hijriah dalam

rangka Mentri Agama mengeluarkan penetapan secara rasional untuk

penetapan I ( satu ) Ramadhan dan I ( satu ) Syawal.

e. Produk Pengadilan Agama

Di dalam Pengadilan Agama terdapat dua jenis perkara, yaitu

jenis perkara voluntair dan contentius. Terdapat dua cara mengajukan

perkara di Pengadilan Agama, untuk perkara contentious diajukan

dalam bentuk gugatan dan untuk perkara voluntair diajukan dalam

bentuk permohonan.

Permohonan ialah suatu surat pemohonan yang di dalamnya berisi

tuntutan hak perdata oleh suatu pihak yang berkepentingan terhadap

suatu hal yang tidak mengandung suatu sengketa, sehingga badan

peradilan yang mengadili dapat dianggap suatu proses peradilan yang

bukan sebenarnya. Dalam permohonan ada istilah pemohon dan

termohon. Peradilan perdata yang menyelesaikan perkara pemohonan

disebut juirisdictio voluntaria ( peradilan yang tidak sebenarnya ).

Disebut demikian karena ketika itu sebenarnya hanya menjalankan

fungsi executive power bukan yudicative power. Namun, di lingkungan

Peradilan Agama dalam perkara perkawinan, walaupun disebut

permohonan tidak mutlak berarti voluntaria. Misalnya, permohonan

cerai talak dan izin poligami, walaupun menggunakan istilah

permohonan tetapi termasuk perkara contentiosa. Suami berkedudukan

Page 39: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

sebagai pemohon, sedangkan istri berkedudukan sebagai termohon

( Mardani, 2009: 80-81 ).

Produk Peradilan Agama ada 2 yaitu:

1) Putusan ( Vonis / Al-qadha’u )

Putusan yaitu pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk

tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk

umum, sebagai hasil dari pemeriksaan perkara gugatan ( kontentius ).

a) Macam-Macam Putusan:

(1) Putusan akhir.

Putusan yang mengakhiri pemeriksaan di persidangan,

baik yang telah melalui semua tahap pemeriksaan maupun

yang tidak atau belum menempuh semua tahap pemeriksaan.

Putusan yang dijatuhkan sebelum sampai tahap akhir dari

tahap pemeriksaan tetapi telah telah mangakhiri pemeriksaan

yaitu:

(a) Putusan Gugur.

(b) Putusan verstek yang tidak diajukan verzet.

(c) Putusan yang menyatakan Pengadilan Agama tidak

berwenang memeriksa ( H.A. Mukti Arto, 1996:246 ).

Dilihat dari sifatnya terhadap akibat hukum yang

ditimbulkan putusan akhir itu terbagi menjadi 3 ( tiga )

macam yaitu:

(a) Putusan Deklaratoir

Putusan yang hanya menyatakan suatu keadaan

tertentu sebagai suatu keadaan yang resmi menurut

menurut hukum. Putusan ini terjadi dalam dalam putusan

permohonan talak, gugat cerai karana perjanjian ta’lik

talak, penetapan ahli waris yang sah, penetapan adanya

harta bersama, penetapan hak perawatan anak oleh

ibunya, perkara volunter dan seterusnya.

Page 40: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

(b) Putusan Konstitutif

Putusan yang menciptakan dan menimbulkan

keadaan baru, berbeda dengan keadaan hukum

sebelumnya. Putusan konstitutif terapat pada putusan

pembatalan perkawinan, putusan verstek, guagatan cerai

bukan karena ta’lik talak dan seterusnya.

(c) Putusan Kondemnatoir

Putusan yang bersifat menghukum kepada salah

satu pihak untuk melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu, atau menyerahkan sesuatu kepada

pihak lawan untuk memenuhi prestasi. Putusan ini

mempunyai kekuatan eksekutorial, yang bila terhukum

tidak mau melaksanakan isi putusan secara sukarela,

maka atas permohonan penggugat putusan dapat

dilaksanakan dengan paksa oleh Pengadilan Agama yang

memutusnya. Putusan ini diterapkan diantaranya pada

penyarahan pembagian harta bersama, penyerahan hak

nafkah iddah, mut’ah dan sebagainya

( Mardani,2009:120-121 ).

(2) Putusan sela.

Putusan yang dijatuhkan masih dalam proses

persidangan sebelum putusan akhir dibacakan dengan tujuan

untuk memperjelas dan memperlancar persidangan.

(3) Putusan serta-merta.

Putusan pengadilan agama yang pada putusan tersebut

oleh salah satu pihak atau para pihak yang berperkara

dilakukan upaya hukum baik verzet, banding maupun kasasi

dan memakan waktu relatif lama, lalu ada suatu gugatan dari

salah satu pihak, agar putusan yang telah dijatuhkan oleh

pengadilan agama dilaksanakan terlebih dahulu, tidak lagi

menunggu putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Page 41: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

b) Kekuatan Hukum Putusan

Putusan pengadilan mempunyai 3 ( tiga ) kekuatan, yaitu

sebagai berikut:

(1) Kekuatan Mengikat

Putusan hakim mengikat para pihak yang berperkara.

Kekuatan mengikat suatu putusan ada yang dalam arti positif

dan dalam arti negatif. Dalam arti positif, yaitu bahwa yang

telah diputus hakim harus dianggap benar. Dalam arti negatif,

yaitu bahwa hakim tidak boleh memutus lagi perkara yang

sama, pokok perkara yang sama, dan pihak yang sama ( nebis

in idem ).

(2) Kekuatan Pembuktian

Artinya putusan hakim telah memperoleh kepastian

hukum, bukti kebenaran hukum, dan mempunyai kekuatan

hukum tetap serta dapat dijadikan bukti dalam sengketa

perdata yang sama.

(3) Kekuatan Eksekutorial

Yaitu kekuatan untuk dilaksanakan putusan peradilan

itu secara paksa oleh aparat negara.

2) Penetapan ( Itsbat / Beschiking )

Adapun yang dimaksud dengan penetapan adalah produk

Peradilan Agama dalam arti bukan peradilan yang sesungguhnya

( jurisdictio voluntaria ), karena hanya ada pemohon yang memohon

untuk ditetapkan tentang sesuatu, sedangkan ia tidak berperkara

dengan lawan maka diktum penetapan tidak pernah berbunyi

menghukum melainkan hanya bersifat menyatakan ( declaratoir )

dan menciptakan ( constitutoir ). Misalnya penetapan dalam perkara

dispensasi nikah, izin nikah, wali adhal, perwalian, itsbat nikah, dan

sebagainya. Pada penetapan hanya ada pemohon tidak ada lawan

hukum. Sedangkan kekuatan hukum penetapan adalah berlaku untuk

pihak-pihak maupun untuk dunia luar ( pihak ketiga ) tetapi

Page 42: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

penetapan hanya berlaku untuk pemohon sendiri, untuk ahli

warisnya dan untuk orang yang memperoleh hak daripadanya.

2. Tinjauan tentang Perkawinan

a. Pengertian Perkawinan

Perkawinan mempunyai beberapa pengertian baik menurut

Perundang-undangan, maupun menurut Hukum Islam:

1) Perkawinan Menurut Perundang-undangan.

Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor l Tahun 1974

dinyatakan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia, kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi Perkawinan menurut Undang-

Undang Nomor l Tahun 1974 tidak memandang perkawinan hanya

sebagai ikatan perdata saja, akan tetapi juga merupakan perikatan

keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari tujuan perkawinan dalam Pasal

1 Undang-Undang Nomor l Tahun 1974 ” bahwa perkawinan itu

bertujuan untuk membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Pengertian

perkawinan yang sah menurut Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan,

perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya serta tiap-tiap perkawinan

dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan dalam Pasal 26 KUHPerdata, yang menyatakan

bahwa “Undang-Undang memandang soal perkawinan hanya dalam

hubungan-hubungan perdata”. Hal tersebut berarti KUHPerdata

hanya mengakui perkawinan perdata yaitu perkawinan yang sah

adalah perkawinan yang memenuhi syarat sebagaimana ditentukan

oleh KUH Perdata, sehingga terlepas dari peraturan-peraturan yang

diadakan oleh suatu agama tertentu.

Page 43: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2) Perkawinan Menurut Hukum Islam.

Perkawinan dalam Islam adalah akad yang menghalalkan

hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim untuk

memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai suami isteri yang

sah dengan memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh

syara. Dalam Kompilasi Hukum Islam Buku I Hukum Perkawinan

pada Pasal 2 menyatakan bahwa perkawinan menurut hukum Islam

adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqon

ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan melakukannya

merupakan ibadah.

Arti perkawinan menurut hukum Islam dapat dilihat di dalam

AlQur'an, Surat Ar-Ruum ayat ( 21 ) yang berbunyi: “Dan diantara

tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-

isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan

sayang”.

Perkawinan dalam Islam tidaklah semata-mata sebagai

hubungan atau ikatan keperdataan biasa, akan tetapi perkawinan

mempunyai nilai ibadah artinya sebagai akad yang sangat kuat untuk

menaati perintah Allah, untuk mendapatkan keturunan, untuk

mencegah maksiat, dan untuk membina keluarga yang damai dan

melaksanakannya merupakan suatu ibadah ( http://eprints.undip.ac.id

/16842/1/BUDI_CAHYONO ).

b. Tujuan Perkawinan

Tujuan Perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan

hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan

dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar

cinta dan kasih sayang untuk memperoleh keturunan yang sah dalam

masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur

oleh Syari’ah ( Soemiyati, S.H, 1982:12 ).

Page 44: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Didalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dikatakan

bahwa yang menjadi tujuan perkawinan sebagai suami istri adalah

untuk membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembentukan keluarga yang

bahagia itu erat hubungannya dengan keturunan. Dengan demikian

yang menjadi tujuan perkawinan menurut perundang-undangan adalah

untuk kebahagiaan suami istri, untuk mendapatkan keturunan dan

menegakkan keagamaan ( Hilman Hadikusuma:1990,22 ).

Selain itu adapula pendapat yang mengatakan bahwa ” Tujuan

perkawinan ialah menurut perintah Allah untuk memperoleh keturunan

yang sah dalam masyarakat dengan mendirikan rumah tangga yang

damai dan teratur serta untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani

manusia, dan sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara

serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya didunia ini juga

mencegah perzinahan agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa

bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat”

( Mohd. Idris Ramulyo, 1996:26-27 ).

c. Asas-asas Perkawinan

Beberapa asas yang berkenaan dengan perkawinan yang dimuat

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu antara lain:

1) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal.

2) Sahnya perkawinan bilamana dilakukan menurut hukum masing-

masing agama dan kepercayaannya itu, dan disamping itu tiap-tiap

perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3) Undang-Undang Perkawinan ini menganut asas monogami, hanya

apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan

agama dari yang bersangkutan mengijinkannya, seorang suami dapat

beristeri lebih dari satu.

Page 45: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

4) Calon suami/isteri harus telah masak jiwa raganya untuk dapat

melangsungkan perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan

perkawinan secara baik.

5) Menganut prinsip untuk mempersulit perceraian.

6) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan

kedudukan suami baik dalam pergaulan masyarakat maupun dalam

kehidupan rumah tangga.

Menurut Hukum Islam, asas-asas dalam perkawinan adalah

sebagai berikut:

1) Harus ada persetujuan secara sukarela dari pihak-pihak yang akan

melaksanakan perkawinan.

2) Tidak semua wanita dapat dikawini oleh seorang laki-laki sebab ada

ketentuan larangan perkawinan antara laki-laki dan wanita yang

harus diindahkan.

3) Perkawinan bertujuan membentuk satu keluarga atau rumah tangga

yang tenteram, damai dan kekal selama-lamanya.

4) Perkawinan harus dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan

tertentu, baik yang menyangkut kedua belah pihak maupun yang

berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan itu sendiri.

5) Hak dan kewajiban suami isteri adalah seimbang dalam rumah

tangga dimana tanggung jawab keluarga ada pada suami.

6) Asas perkawinan dalam hukum Islam adalah monogami namun

hukum Islam tidak menutup rapat kemungkinan untuk berpoligami

sepanjang persyaratan keadilan diantara isteri dapat terpenuhi

dengan baik ( Penjelasan Umum Mengenai Perkawinan dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ).

Pengertian dari monogami adalah suatu asas dalam Undang-

Undang Perkawinan menurut Pasal 3 ayat ( 1 ) Undang-Undang Nomor

l Tahun 1974 dikatakan bahwa:

“ Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami ”.

Page 46: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Kesimpulannya perkawinan menganut asas monogami tetapi Undang-Undang Perkawinan memberikan pengecualian kepada mereka yang menurut agama dan hukumnya mengizinkan seseorang boleh beristeri lebih dari seorang. Undang-Undang memberikan syarat yang cukup berat yaitu berupa pemenuhan dan syarat yang tertentu serta izin dari Pengadilan. Dapat dilihat dalam Pasal 3 ayat (2) Undang- Undang Nomor l Tahun 1974 yang berbunyi: “Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Dengan adanya pasal tersebut berarti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 menganut asas monogami terbuka karena tidak menganut

kemungkinan dalam keadaan terpaksa seorang suami dapat melakukan

poligami dengan izin Pengadilan apabila ada alasan yang dapat

dibenarkan dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

Seperti yang ditegaskan dalam firman Allah dalam Surat An- Nisa ayat

( 3 ) yang berbunyi:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kami miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya ”.

d. Bentuk-Bentuk Putusnya Perkawinan Menurut Hukum Islam

Menurut Djamil Latief, putusnya perkawinan menurut hukum

Islam disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: ( Djamil latief, 1985:38 )

1) Kematian suami atau istri

Kematian suami atau istri dalam arti hukum adalah putusnya

ikatan perkawinan. Jika istri yang meninggal dunia seorang suami

boleh kawin lagi dengan segera, tetapi seorang janda yang kematian

suami, harus menunggu jangka lewatnya waktu tertentu sebelum

dapat kawin lagi, jangka waktu ini disebut iddah.

2) Perceraian

a) Tindakan pihak suami

Page 47: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

(1) Talak

Perkataan talak berasal dari kata thallaqa, berarti

melepaskan ( umpama seekor burung ) dari sangkarnya atau

melepaskan ( seekor binatang ) dari rantainya. Jadi menthalaq

istri berarti melepaskan istri atau membebaskannya dari

ikatan perkawinan atau menceraikan istri.

(2) Ila’

Mengila’ istrinya ialah seorang suami bersumpah tidak

akan menyetubuhi istrinya. Dengan sumpah ini berarti

seorang istri telah ditalak oleh suami.

(3) Dhihar

Suatu talak yang jatuh karena ucapan atau sumpah

suami yang mempersamakan istrinya seperti ”punggung

ibunya” yang artinya suami tidak akan lagi mengumpuli

istrinya.

Apabila suami sebelum empat bulan mencabut

ucapannya dan kemudian rujuk maka suami tersebut

diwajibkan membayar denda, sedangkan apabila melebihi

empat bulan tidak dicabut ucapannya maka jatuhlah talak.

b) Tindakan pihak istri

Dengan Tafwild yaitu pendelegasian kekuasaan kepada

seseorang untuk menjatuhkan talaknya kepada istrinya. Seseorang

itu bisa orang lain dan bisa istrinya sendiri. Dalam hal ini terdapat

kemungkinan terjadinya perceraian oleh tindakan pihak istri.

c) Persetujuan kedua belah pihak

(1) Khulu’

Sering diistilahkan talak tebus artinya talak yang terjadi

karena inisiatif pihak istri dengan ketentuan istri harus

membayar ’iwald kepada suami. Terjadinya talak ini dan

besarnya ’iwald harus berdasarkan kesepakatan dan kerelaan

suami istri.

Page 48: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(2) Mubara-ah

Perceraian yang terjadi dengan persetujuan kedua belah

pihak dari suami istri yang sama-sama ingin memutuskan

ikatan perkawinan dan kedua belah pihak telah merasa puas

hanya dengan kemungkinan terlepas dari ikatan masing-

masing.

d) Keputusan Hakim

(1) Ta’lik talaq

Ta’lik talaq ialah suatu talak yang digantungkan pada

suatu hal yang mungkin terjadi telah disebutkan dalam suatu

perjanjian yang telah diperjanjikan sebelumnya.

(2) Fasakh

Yaitu rusak atau batalnya perkawinan atas permintaan

yang salah satu pihak kepada pengadilan agama karena

ditemukan cela salah satu pihak yang merasa tertipu atas hal-

hal yang belum diketahui sebelum berlangsungnya

pernikahan.

(3) Syiqaq

Yaitu talak yang terjadi karena perselisihan suami istri

yang tidak dapat didamaikan oleh hakim yang ditunjuk dari

pihak suami dan dari pihak istri.

(4) Li’an

Adalah putusnya perkawinan karena menuduh istri

berbuat zina dan atau mengingkari anak dalam kandungan

atau yang sudah lahir dari istrinya, sedangkan istri menolak

tuduhan dan atau pengingkaran tersebut.

Berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan, suatu ikatan

perkawinan dapat putus karena:

1) kematian;

2) perceraian,dan

3) atas keputusan pengadilan.

Page 49: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Tinjauan tentang Poligami

a. Pengertian Poligami

Poligami berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua pokok

kata yaitu polu dan gamein. Polu berarti banyak, gamein berarti kawin.

Jadi poligami berarti perkawinan banyak. Dalam bahasa Indonesia

disebut "Permaduan". Poligami dirumuskan sebagai sistem perkawinan

antara seorang pria dengan lebih dari seorang isteri

( http://eprints.undip.ac.id/18175/1/ Mochamad Soleh Alaidrus ).

Nussbaum argues that polygamy is ‘a structurally unequal

practice’. This inequality lies in the fact that polygamy as practised

today normally permits only men to marry multiple wives and it does

not normally permit women to marry more than one husband. In fact,

Nussbaum argues that ‘the most convincing’ argument

againstpolygamy is that ‘men are permitted plural marriages, and

women are not’. Javaid Rehman argues given the changes in the social,

political and legal environment, the continuation of the practice of

polygamy demands a substantial explanation. Many of its historic

reasons within the Islamic world for justifying polygamous marriages

( for example, the surplus of women and loss of men through battles

and armed conflict) are no longer tenable ( 2007: 115 ) ( Thom Brooks

New Castle University, New Castle Law School, Philosophical Topics,

Vol.37 No.2 PP.109-122:2009 ).

Nussbaum berpendapat bahwa poligami adalah praktek yang

secara struktural tidak sama. Hal ini terletak pada ketidaksetaraan

kenyataan bahwa poligami yang sekarang dipraktekkan biasanya izin

hanya laki-laki untuk menikah banyak istri dan biasanya tidak

mengizinkan wanita untuk menikah lebih dari satu suami. Selain itu

menurut pendapat Javaid Rehman mengingat perubahan lingkungan

sosial, politik dan hukum, kelanjutan praktek poligami menuntut

penjelasan substansial. Dalam dunia Islam dapat membenarkan

Page 50: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

pernikahan poligami ( misalnya, surplus perempuan dan hilangnya pria

melalui pertempuran dan konflik bersenjata ) ( 2007: 115 ).

Persoalan poligami sudah dikenal jauh sebelum agama Islam

datang. Islam datang untuk mengatur Poligami. Poligami diatur di

dalam Al Qur'an, Surat An-Nisa ayat ( 3 ) yang berbunyi:

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terdapat (hak-hak) perempuan yang yatim (bila kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak lain yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." Menurut Ahmad Azhar Basyir, poligami yang diatur dalam Surat

An Nisa ayat ( 3 ) tersebut, merupakan jalan keluar dari kewajiban

berbuat adil yang mungkin tidak terlaksana terhadap anak-anak yatim.

Dahulu orang-orang Arab suka kawin dengan anak perempuan yatim

yang diasuhnya, dengan maksud agar dapat ikut makan hartanya dan

tidak usah memberi mas kawin. Untuk menghindari agar orang jangan

sampai berbuat tidak adil terhadap anak-anak yatim itu, seorang laki-

laki diperbolehkan kawin dengan perempuan lain, dua, tiga sampai

empat orang. Tetapi itu pun dengan syarat harus berbuat adil (Achmad

Azhar Basyir, 2000:38).

Syarat harus berbuat adil bagi pria yang berpoligami merupakan

suatu yang tidak akan terlaksana, meskipun ia telah berusaha sekuat

tenaga, karena ketidakmungkinan berbuat adil ini telah disebutkan

dalam Surat An Nisa ayat ( 129 ) yang berbunyi:

"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri (mu), walaupun kau sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Page 51: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dari bunyi Surat An Nisa ayat ( 129 ) tersebut dapat disimpulkan,

bahwa yang berlaku adil secara mutlak hanya Allah. Negara Indonesia

telah mempunyai Undang-Undang Perkawinan yang bersifat nasional

yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang di dalamnya antara

lain mengatur poligami. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974 dan berlaku secara efektif

pada tanggal 1 Oktober 1975, yaitu pada saat berlakunya Peraturan

Pelaksanaannya ( Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ).

Atas dasar hal tersebut, maka di Indonesia telah terjadi unifikasi

hukum dalam bidang perkawinan yang belaku bagi semua warga negara

Indonesia tanpa memandang mereka berasal dari golongan penduduk

apa dan mereka berasal dari daerah mana. Dengan demikian Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 juga berlaku bagi warga negara

Indonesia yang sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tunduk kepada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) ( http://eprints.undip.ac.id/18175/1/ Mochamad Soleh

Alaidrus ).

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan

Pelaksanaannya ditentukan bahwa : “Poligami hanya diperuntukkan

bagi mereka yang hukum dan agamanya mengizinkan seorang pria

beristri lebih dari seorang.“

Hal ini ditegaskan dalam Penjelasan Umum Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 pada huruf c yang menyatakan bahwa Undang-

undang ini menganut asas monogami. Hanya apabila dikehendaki oleh

yang bersangkutan karena hukum dan agama dari yang bersangkutan

mengizinkannya seorang pria dapat beristeri lebih dari seorang.

Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak menutup

pintu bagi pria untuk beristeri lebih dari seorang, hal ini tidak berarti

membuka pintu dalam arti seluas-luasnya karena Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 memberikan pembatasan yang sangat berat.

Pembatasan itu diatur dalam Pasal 3, 4, dan 5 Undang-Undang Nomor 1

Page 52: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tahun 1974. Seorang pria yang telah diizinkan oleh hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya untuk beristeri lebih dari

seorang, ia terlebih dahulu harus dapat menunjukkan alasan-alasan dari

syarat-syarat yang secara limitatif telah ditentukan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

b. Alasan-alasan dan Syarat-syarat Poligami

Alasan yang dipakai oleh seorang suami agar ia dapat beristeri

lebih dari seorang, diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 41 huruf (a) Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 yaitu:

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri;

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan;

Apabila salah satu dari alasan di atas dapat dipenuhi, maka alasan

tersebut masih harus didukung oleh syarat-syarat yang telah diatur

dalam Pasa15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yaitu :

a. Ada persetujuan dari isteri/isteri-isteri

b. Adanya kepastian, bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup

isteri-isteri dan anak-anak mereka;

c. Adanya jaminan, bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri

dan anak-anak mereka.

Persetujuan yang dimaksud ayat (1) huruf a tersebut, tidak

diperlukan lagi oleh seorang suami, apabila isteri/isteri-isterinya tidak

mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam

perjanjian atau tidak ada kabar dari isteri selama sekurang-kurangnya 2

(dua) tahun, atau karena sebab lainnya yang perlu mendapat panilaian

dari Hakim Pengadilan ( Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 ). Persetujuan dalam Pasa1 5 ayat (1) huruf a Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 dipertegas oleh Pasal 41 huruf b

Page 53: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, yaitu : “Ada atau tidaknya

persetujuan dari isteri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila

persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan

Pengadilan.”

Sedangkan kemampuan seorang suami dalam Pasal 5 ayat (2)

huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dipertegas oleh Pasal 41

huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, yaitu : Ada atau

tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan isteri-isteri dan

anak-anak, dengan memperhatikan :

i. Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani

oleh bendahara tempat kerja; atau

ii. Surat keterangan pajak penghasilan; atau

iii. Surat keterangan lain yang dapat diterima Pengadilan.

Selanjutnya jaminan keadilan dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dipertegas oleh Pasal 41 huruf d

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, yaitu: Ada atau tidaknya

jaminan, bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-

anak mereka dengan menyatakan atau janji dari suami yang dibuat

dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.

c. Tata Cara Berpoligami

Tata cara poligami diatur dalam Pasal 4 dan 5 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 40 sampai dengan Pasal 44 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, yang menetapkan sebagai berikut :

1) Seorang suami yang bermaksud beristeri lebih dari satu, wajib

mengajukan permohonan secara tertulis, disertai dengan alasan-

alasan dan syarat-syarat yang ditentukan oleh Pasal 4 dan 5 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 41 Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975, kepada Pengadilan. Bagi suami yang

beragama Islam permohonan diajukan kepada Pengadilan Agama.

Page 54: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2) Pemeriksaan permohonan poligami harus dilakukan oleh hakim

selambat-lambatnya 30 ( tiga puluh ) hari setelah diterimanya surat

permohonan beserta lampiran-lampirannya;

3) Dalam melakukan pemeriksaan ada dan tidaknya alasan-alasan dan

syarat-syarat untuk poligami, Pengadilan harus memanggil dan

mendengar isterinya yang bersangkutan.

4) Apabila Pengadilan berpendapat, bahwa cukup bagi pemohon untuk

beristeri lebih dari seorang, maka Pengadilan memberi putusannya

yang berupa izin untuk beristeri lebih dari seorang.

Khusus mengenai suami yang beragama Islam, Menteri Agama

pada tanggal 19 Juli 1975 mengeluarkan Peraturan Menteri Agama

Nomor 3 Tahun 1975, tentang Kewajiban Pencatat Nikah dan Tata

Kerja Pengadilan Agama dalam melaksanakan peraturan perundang-

undangan perkawinan bagi yang beragama Islam. Peraturan Menteri

Agama tersebut baru berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975. Peraturan

Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975, adalah pelaksanaan teknis yang

harus dipatuhi oleh Hakim. Pengadilan Agama dalam memberikan

putusan/penetapan izin poligami maupun oleh Pejabat Nikah dalam

menyelenggarakan perkawinan ( http://eprints.undip.ac.id/18175/1/

Mochamad Soleh Alaidrus ).

Permohonan izin beristeri lebih dari seorang tidak mengandung

sengketa, oleh sebab itu pada hakekatnya merupakan tindakan

administratif. Dalam Hukum Acara Perdata, hal ini merupakan

Jurisdictio Voluntaria, yang pemeriksaan dan putusannya merupakan

tindakan adminitratif, sedangkan bentuk putusan dalam Jurisdictio

Voluntaria merupakan penetapan ( beschiking ). Apabila belum ada izin

dari Pengadilan untuk beristri lebih dari seorang maka Pegawai

Pencatat Perkawinan dilarang melangsungkan, mencatat atau

meyaksikan poligami.

Page 55: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

4. Tinjauan tentang Pembatalan Perkawinan

a. Pengertian Pembatalan Perkawinan

Pembatalan berasal dari kata batal yaitu gagal, menganggap tidak

sah, tidak jadi maupun tidak sah ( Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

Sulchan Yasyin ). Di dalam Islam pembatalan perkawinan disebut

fasakh, arti fasakh adalah merusakkan atau membatalkan. Ini berarti

bahwa perkawinan itu diputuskan/dirusakkan atas permintaan salah satu

pihak oleh hakim Pengadilan Agama ( Soemiyati:1982:113 ).

Ditinjau dari sebab-sebab yang dapat merusakkan perkawinan,

fasakh dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: fasakh yang

berkehendak kepada putusan hakim yakni melalui proses Pengadilan

dan fasakh yang tidak berkehendak kepada putusan Pengadilan yaitu

pada waktu suami istri mengetahui adanya sebab yang merusakkan

perkawinan, ketika itu juga perkawinannya telah batal menurut hukum

tanpa melalui putusan Pengadilan ( AL-ADALAH Jurnal Kajian Hukum

Vol.7 No.1. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 71082836)

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan

bahwa perkawinan dapat dibatalkan, apabila tidak memenuhi syarat-

syarat untuk melangsungkan perkawinan. Pengertian ”dapat ” pada

diartikan bisa atau tidak bisa batal, apabila menurut ketentuan hukum

agamanya masing-masing tidak menentukan lain (http://excellent-

lawyer.blogspot.com/2010/06/pencegahan-dan-pembatalan-perkawinan.

html )

Berdasarkan Pasal 70 Kompilasi Hukum Islam, perkawinan batal

demi hukum di antaranya:

1) Suami melakukan perkawinan, sedangkan ia tidak berhak melakukan akad nikah karena sudah empat orang istri, sekalipun salah satu dari keempat isterinya itu dalam iddah talak Raj’i;

2) Seorang suami yang menikahi isterinya yang dili’annya; 3) Seorang suami yang menikahi bekas isterinya yang pernah

dijatuhinya dengan talak tiga kali, kecuali bila bekas isteri terebut pernah menikah dengan pria lain yang kemudian bercerai lagi setelah dicampuri pria tersebut dan telah habis masa iddahnya;

Page 56: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

4) Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah dan keatas;

5) Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan menyamping, yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;

6) Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu, dan ibu atau ayah tiri;

7) Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan sesusuan yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara sesusuan dan bibi atau paman sesusuan;

8) Perkawinan dilakukan dengan saudara kandung dari isteri, atau sebagai bibi, atau kemenakan dari isteri.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 71 Kompilasi Hukum Islam,

perkawinan dapat dibatalkan oleh Pengadilan apabila:

1) Seorang suami melakukan poligami tanpa ijin Pengadilan Agama; 2) Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui msih

menjadi isteri pria lain secara sah; 3) Perempuan yang dikawini masih dalam keadaan masa tunggu

(iddah); 4) Perkawinan yang dilangsungkan melanggar batas umur

perkawinan,sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974;

5) Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak;

6) Perkawinan dilaksanakan karena paksaan; 7) Perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar

hukum; 8) Perkawinan dilakukan dengan penipuan, penipuan yang dimaksud

adalah seorang pria yang mengaku sebagai jejaka pada waktu nikah kemudian ternyata diketahui beristeri sehingga terjadi poligami tanpa ijin Pengadilan, demikian juga terhadap penipuan mengenai identitas diri.

Pengaturan mengenai batalnya perkawinan diatur dalam Bab IV

Pasal 22 sampai Pasal 28 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal

70 sampai dengan Pasal 76 Kompilasi Hukum Islam, serta dalam Bab

VI Pasal 37 dan 38 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Dalam

ketentuan ini mengatur mengenai syarat-syarat, alasan-alasan

pembatalan perkawinan dan tata cara pembatalan perkawinan. Secara

tegas dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

menyebutkan bahwa batalnya suatu perkawinan hanya dapat diputuskan

Page 57: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

oleh Pengadilan. Ketentuan dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 disebutkan bahwa permohonan pembatalan perkawinan

diajukan kepada Pengadilan dalam daerah hukum dimana perkawinan

dilangsungkan atau di tempat tinggal kedua suami istri, suami atau istri.

Pengadilan yang dimaksud adalah Pengadilan Agama bagi mereka yang

beragama Islam dan Pengadilan Umum bagi lainnya.

b. Pihak-Pihak Yang Dapat Mengajukan Pembatalan Perkawinan

Menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal 23 Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pembatalan perkawinan

dapat diajukan oleh:

1) Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri.

2) Suami atau isteri. 3) Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum

diputuskan. 4) Pejabat yang ditunjuk tersebut Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang ini

dan setiap orang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

Sedangkan menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal 73

Kompilasi Hukum Islam yang dapat mengajukan pembatalan

perkawinan adalah:

1) Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami atau istri.

2) Suami atau Istri 3) Pejabat yang berwenang megawasi pelaksanaan perkawinan menurut

Undang-Undang. 4) Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat

dalam rukun dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 67.

c. Alasan-Alasan Pembatalan Perkawinan

Alasan-alasan yang dapat diajukan dalam melakukan pembatalan

perkawinan diatur dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 27 Undang-

Page 58: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Adapun alasan-

alasannya tersebut di antaranya :

1) Perkawinan yang dilangsungkan di hadapan Pegawai Pencatat Perkawinan yang tidak berwenang;

2) Wali nikah yang melakukan perkawinan ini tidak sah; 3) Perkawinan dilangsungkan tanpa dihadiri oleh dua orang saksi; 4) Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar

hukum; 5) Ketika perkawinan berlangsung terjadi salah sangka mengenai diri

suami atau istri. Sedangkan menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal 71 dan

72 Kompilasi Hukum Islam mengenai alasan-alasan pengajuan

pembatalan perkawinan yaitu:

1) Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama; 2) Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih

menjadi istri pria yang mafqud; 3) Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari suami

lain; 4) Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana

ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974; 5) Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali

yang tidak berhak; 6) Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan; 7) Perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar

hukum; 8) Pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah

sangka mengenai diri suami atau istri.

d. Tata Cara Pembatalan Perkawinan

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 disebutkan bahwa permohonan pembatalan perkawinan

diajukan kepada Pengadilan dalam daerah hukum di mana perkawinan

dilangsungkan atau di tempat tinggal kedua suami istri, suami atau istri.

Pengadilan yang dimaksud adalah Pengadilan Agama bagi mereka yang

beragama Islam dan Pengadilan Umum bagi lainnya. Sedangkan

mengenai pengajuan permohonan pembatalan perkawinan diatur di

dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 di mana

dalam hal pengajuan permohonan pembatalan perkawinan dilakukan

sesuai dengan tata cara pengajuan gugatan perceraian. Tata cara

Page 59: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

pengajuan gugatan perceraian bagi yang beragama Islam diatur lebih

lanjut dalam Pasal 73 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama yang

berbunyi:

1) Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada

Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan

tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.

2) Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan

perceraian diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnua

meliputi tempat kediaman Tergugat.

3) Dalam hal penggugat dan tergugat bertenpat kediaman di luar negeri

maka gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada

Pengadilan Agama.

e. Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 28 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, disebutkan

bahwa batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan Pengadilan

mempunyai keputusan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat

berlangsungnya perkawinan.

Selanjutnya diatur dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, disebutkan bahwa putusan

tidak berlaku surut terhadap:

1) Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut; 2) Suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik, kecuali terhadap

harta bersama, bila pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan lain yang lebih dahulu;

3) Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam a dan b sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan itikad baik sebelum keputusan tentang pembatalan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Page 60: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

5. Tinjauan Umum tentang Efektivitas Hukum

Menurut Lawrence M. Friedman, sistem hukum dapat berjalan

efektif apabila komponen-komponen penting di dalamnya berjalan sesuai

dengan yang seharusnya. Komponen-komponen tersebut terdiri dari tiga,

yaitu :

a. Substansi

Substansi merupakan hasil nyata dari sistem hukum. Bentuknya

dapat berupa hukum in concreto ( kaidah hukum individual ) dan

hukum in absrtacto ( kaidah hukum umum ). Kaidah hukum individual

muncul tidak serta merta kerena kekuatan-kekuatan sosial tetapi timbul

dari kekuatan dan kepentingan yang terekspresi dalam bentuk tuntutan.

( Lawrence M. Friedman, 2009: 195-196 ). Sedangkan, kaidah hukum

umum muncul dalam masyarakat disebabkan setiap masyarakat atau

setiap kelompok membutuhkan cara tertentu untuk menyelesaikan

sengketa dan menegakkan norma-norma yang esensial. Di sisi lain,

ketika kehidupan sosial menjadi semakin kompleks, publik tidak lagi

bisa menegakkan norma-norma hanya melalui tekanan informal dan

norma-norma yang terinternalisasi. Pada titik ini, kelompok tersebut

merasakan kebutuhan akan adanya struktur formal ( Lawrence M.

Friedman, 2009: 189-190 ).

b. Struktural

Struktural merupakan bagian dari sistem hukum yang bergerak

dalam suatu mekanisme. Sistem hukum yang dimaksud ini yaitu aparat

penegak hukum. Contohnya adalah lembaga pembuat undang-undang,

pengadilan, dan berbagai badan yang diberi wewenang untuk

menerapkan dan menegakkan hukum.

c. Kultur Hukum ( Budaya Hukum )

Kultural merupakan pola-pola sikap dan perilaku terhadap sistem

hukum. ( Lawrence M. Friedman, 2009: 254-255 ).

Page 61: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Manusia diciptakan oleh Allah S.W.T agar beribadah dan bertaqwa

kepadaNya, sesuatu hal yang bernilai ibadah salah satu di antaranya adalah

perkawinan. Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting

Anak Hasil Perkawinan

Harta Bersama

Suami Istri

Pihak Ketiga

Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan

Dapat Dibatalkan

( Poligami Tanpa Izin Pengadilan )

Batal Demi Hukum

Pembatalan Perkawinan

Rukun dan Syarat-Syarat Perkawinan

Terpenuhi

Rukun dan Syarat-Syarat Perkawinan Tidak Terpenuhi

Perkawinan

- Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan - Inpres No.1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam

Perkawinan Sah

Perkawinan Tidak Sah

Page 62: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dalam kehidupan masyarakat dan bagi umat islam perkawinan merupakan

sunatullah dan fitroh setiap manusia. Perkawinan yang dilakukan harus sesuai

dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991

Kompilasi Hukum Islam. Dalam suatu perkawinan terdapat rukun dan syarat-

syarat yang harus dipenuhi, apabila dua hal tersebut terpenuhi maka

perkawinan tersebut sah akan tetapi jika kedua hal tersebut tidak terpenuhi

maka perkawinan tersebut dapat dibatalkan. Pembatalan perkawinan dapat

dibagi menjadi dua yaitu yang batal demi hukum dan dapat dibatalkan.

Putusnya perkawinan tidak hanya disebabkan karena perceraian dan

kematian saja melainkan termasuk putusan perkawinan disebabkan oleh

putusan hakim. Putusnya perkawinan atas putusan pengadilan dapat terjadi

karena pembatalan suatu perkawinan. Pembatalan perkawinan dapat terjadi

karena terdapat hal-hal yang membatalkan akad nikah yang dilakukan dan

dapat pula terjadi karena sesuatu hal yang baru dialami sesudah akad nikah

dilakukan dan hidup perkawinan berlangsung. Hal-hal yang dapat meyebabkan

pembatalan perkawinan di antaranya adalah seorang suami melakukan

poligami tanpa ijin Pengadilan Agama; perkawinan dilangsungkan tanpa

dihadiri oleh dua orang saksi; perkawinan dilangsungkan di hadapan Pegawai

Pencatat Perkawinan yang tidak berwenang; wali nikah yang melakukan

perkawinan tidak sah; perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang

melanggar hukum; perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui

masih menjadi isteri pria lain secara sah; perempuan yang dikawini masih

dalam keadaan masa tunggu ( iddah ); perkawinan yang dilangsungkan

melanggar batas umur perkawinan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974; dan Perkawinan dilakukan dengan

penipuan, penipuan yang dimaksud adalah seorang pria yang mengaku sebagai

jejaka pada waktu nikah kemudian ternyata diketahui beristeri.

Akibat hukum pembatalan perkawinan tersebut akan memberikan

dampak terhadap para pihak yaitu terhadap suami dan istri; anak keturunannya;

harta benda serta terhadap pihak ketiga.

Page 63: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penulis telah melakukan penelitian mengenai Pembatalan Perkawinan

dan Akibat Hukumnya di Pengadilan Agama Karanganyar. Penulis meneliti

perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama Karanganyar, yaitu perkara

Nomor 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA tentang Pembatalan Perkawinan karena

Poligami Tanpa Ijin Pengadilan. Berdasarkan penelitian yang telah penulis

lakukan di Pengadilan Agama Karanganyar maka untuk lebih jelasnya penulis

sajikan data sebagai berikut:

1. Nomor Perkara : 0679/Pdt.G/2010/PA.KRA

2. Pemohon : MKY binti SJR, umur 24 tahun, agama Katholik,

pekerjaan -, bertempat tinggal di Kabupaten Boyolali.

3. Termohon I : FB bin SPR, umur 23 tahun, agama Islam,

pekerjaan dagang, bertempat tinggal di Kabupaten Boyolali.

4. Termohon II : WT binti SKR, umur 29 tahun, agama Islam,

pekerjaan buruh, bertempat tinggal di Kabupaten Karanganyar.

5. Duduk Perkara : Bahwa Pemohon telah mengajukan surat

permohonan pembatalan nikah tertanggal 21 Juni 2010 yang kemudian

terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama tersebut dengan register Nomor :

0679/Pdt.G/2010/PA.Kra, tanggal 21 Juni 2010 yang pada pokoknya

mengajukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pada tanggal 12 Januari 2008, Pemohon dengan Termohon I

melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah

Kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Boyolali sebagaimana dalam Kutipan

Akta Nikah nomor : 3309 PK 2007 000015 tanggal 12 Januari 2008 yang

dikeluarkan oleh Kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Boyolali ;

b. Bahwa setelah pernikahan tersebut Pemohon dengan Termohon sudah

pernah tinggal bersama di rumah orang tua Pemohon selama 1 bulan

Page 64: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

kemudian pisah pisahan 2.5 tahun dan sekarang kumpul lagi di rumah

orang tua Pemohon selama 1 minggu dan sudah hidup rukun dan hamonis

(ba'da dukhul) dan sudah dikaruniai anak 1 orang bernama FERNANDO

RANER umur 2.5 tahun ;

c. Bahwa pada waktu melangsungkan perkawinan Pemohon berstatus

perawan, sedangkan Termohon I berstatus perjaka atau belum pernah

menikah dan sampai gugatan pembatalan perkawinan ini diajukan antara

Pemohon dan Termohon I belum pernah bercerai;

d. Bahwa tanpa sepengetahuan dan tanpa seijin Pemohon selaku isteri,

Termohon I telah melangsungkan perkawinan dengan Termohon II pada

06 April 2009 di hadapan pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Kerjo

sebagaimana kutipan akta nikah nomor 73/04/IV/2009 ;

e. Bahwa pada waktu melangsungkan perkawinan Termohon I telah

memberikan keterangan yang tidak benar yaitu dengan mengaku berstatus

perjaka padahal sesungguhnya Termohon I berstatus pria beristeri karena

masih terikat perkawinan yang syah dengan Pemohon ;

f. Bahwa dengan demikian Termohon I tidak memenuhi syarat untuk

melangsungkan perkawinan dengan Termohon II sehingga perkawinan

Termohon I dan Termohon II menjadi tidak sah dan haruslah dinyatakan

batal serta tidak mempunyai kekuatan hukum ;

g. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon mohon agar Ketua

Pengadilan Agama Karanganyar berkenan untuk memeriksa perkara ini

dan menjatuhkan putusan sebagai berikut:

PRIMAIR :

1. Mengabulkan permohonan Pemohon ;

2. Menetapkan, membatalkan perkawinan antara Termohon I (FB bin SPR)

dengan Termohon II (WT binti SKR) yang dilangsungkan di Kantor

Urusan Agama Kecamatan Kerjo pada tanggal 06 April 2009;

Page 65: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3. Menyatakan Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah nomor: 73/04/IV/2009

tanggal 06 April 2009 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama

Kecamatan Kerjo tidak berkekuatan hukum;

4. Membebankan biaya perkara ini menurut hukum yang berlaku;

SUBSIDAIR :

Jika Pengadilan Agama Karanganyar berpendapat lain mohon memberikan

putusan yang seadil-adilnya ;

6. Upaya Perdamaian oleh Majelis Hakim

Bahwa, pada hari sidang yang telah ditentukan para pihak telah datang dan

menghadap dipersidangan dan setelah Majelis mendamaikan tidak berhasil,

lalu pemeriksaan dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan

Pemohon tersebut yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon.

7. Jawaban Termohon

Bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut, para Termohon telah

mengajukan jawaban secara lisan dipersidangan yang pada pokoknya

membenarkan dan tidak membantah dalil-dalil serta alasan Pemohon.

8. Alat bukti yang diajukan oleh Pemohon

Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonan Pemohon, Pemohon telah

mengajukan bukti berupa :

a. Surat :

1) Foto copy Kutipan Akta Perkawinan yang diterbitkan Kantor

Kependuduk dan Catatan Sipil Boyolali No. 3309 PK.2007 000015

tanggal 12 Januari 2008 (bukti P.1);

2) Foto copy Kutipan Akta Nikah yang diterbitkan KUA Kec. Kerjo Kab.

Karanganyar No. 73/04/IV/2009 tanggal 06 April 2009 (bukti P2);

3) Foto copy KTP a.n. FB No. 33.1316.110387.0003 tanggal 02 Juli 2009

(bukti P.3) ;

Page 66: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

b. Saksi :

1) TNP bin SDRS, umur 37 tahun yang memberikan keterangan dibawah

sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa saksi mengatahui Termohon I dan Termohon II suami istri

yang menikah pada tanggal 06 April 2009 di KUA Kec. Kerjo Kab.

Karanganyar ;

- Bahwa pada saat menikah status Termohon I jejaka dan status

Termohon II adalah perawan ;

- Bahwa pada sat menikah yang menjadi wali adalah Bapak SKR ayah

Termohon II ;

- Bahwa saksi mengetahui status sipil Termohon I jejaka disebabkan

pada waktu pindah ke Kec. Kerjo membawa Kartu Keluarga (KK)

orang tuanya yang tertera statusnya jejaka ;

2) MYD bin PWR, umur 48 tahun, yang memberikan keterangan dibawah

sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut :

- Bahwa saksi mengaku kenal Termohon I dan Termohon II;

- Bahwa saksi mengetahui perkawinan Termohon I dan Termohon II

setelah mengecek di register nikah yang ada di KUA Kec. Kerjo ;

- Bahwa saksi mengetahui pada saat menikah status sipil Termohon I

jejaka dan status Termohon II adalah perawan ;

- Bahwa yang menjadi wali nikahnya pada saat itu adalah Bapak SKR

ayah Termohon II ;

Bahwa terhadap keterangan saksi-saksi tersebut, para pihak

membenarkannya.

Bahwa Pemohon dan para Termohon mencukupkan keterangan serta

hanya mohon putusan yang seadil-adilnya.

Bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, maka hal-hal yang

tercatat dalam berita acara persidangan perkara ini merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dengan putusan ini.

Page 67: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

9. Pertimbangan Hukum

Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah

sebagaimana tersebut di atas ;

Menimbang bahwa dalil posita angka 1, 2 dan 3 surat permohonan

sesuai keterangan Pemohon yang dibenarkan para Termohon dan dikuatkan

keterangan para saksi, maka harus dinyatakan terbukti bahwa Pemohon dan

Termohon I adalah suami istri sah yang menikah pada tanggal 12 Januari

2008 di hadapan PPN Kantor Catatan Sipil Kab. Boyolali sebagaimana dalam

Kutipan Akta Pernikahan No. 3309 PK 0007 000015 tanggal 12 Januari 2008

yang dikeluarkan oleh Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kab.

Boyolali, sudah mempunyai seorang anak bernama FERNANDO umur 2.5

tahun, pada saat menikah Pemohon berstatus sipil perawan dan Termohon I

perjaka serta keduanya belum pernah bercerai ;

Menimbang bahwa posita angka 4, sesuai keterangan Pemohon yang

dibenarkan para Termohon dan dikuatkan keterangan saksi-saksi harus

dinyatakan terbukti Termohon I tanpa seijin Pemohon telah melangsungkan

perkawinan dengan Termohon II pada tanggal 06 April 2009 dihadapan PPN

Kantor Urusan Agama Kab. Karanganyar sebagaimana tersebut dalam

Kutipan Akta Nikah No. 73/04/IV/2009 tanggal 06 April 2009 ;

Menimbang bahwa posita angka 5 sesuai keterangan Pemohon dan

pengakuan Termohon I yang dikuatkan keterangan PPN/Kepala KUA Kec.

Kerjo Kab. Karanganyar harus dinyatakan pada saat menikah lagi, Termohon

I mengaku berstatus sipil jejaka dengan cara memberikan surat keterangan

palsu ;

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas, maka harus dinyatakan terbukti bahwa perkawinan Temrohon I

dengan Termohon II, Termohon I berstatus masih atau telah beristri sehingga

perkawinannya dengan Termohon II merupakan pernikahan kedua atau

perkawinan tersebut merupakan poligami yang seharusnya memenuhi

ketentuan pasal 3, 4 dan 5 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang

Page 68: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Perkawinan, jo pasal 40, 41 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 serta

pasal 55 dan 56 serta pasal 21 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam ;

Menimbang bahwa oleh karena perkawinan Termohon I dengan

Termohon II sebenarnya merupakan perkawinan poligami yang harus

memenuhi ketentuan pasal-pasal diatas, sementara Termohon I untuk

pelaksanaan perkawinan tersebut dengan memalsu data status sipil dan tanpa

seijin Pemohon, maka perkawinan yang kedua Termohon I tersebut dapat

dibatalkan.

Menimbang bahwa berdasarkan hal-hal yang dipertimbangkan tersebut

diatas, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa dalam perkawinan

Termohon I dan Termohon II telah terbukti melanggar aturan-aturan hukum

yang harus dipenuhi apabila seorang laki-laki hendak beristri lebih dari

seorang, oleh karena itu Majelis berpendapat bahwa permohonan Pemohon

telah terbukti menurut hukum sesuai ketentuan pasal 22, 23 dan 24 Undang-

Undang No. 1 tahun 1974, jo pasal 37, 39 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun

1975, jo pasal 71 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam, sehingga oleh karena itu

permohonan Pemohon aquo haruslah dikabulkan ;

Menimbang bahwa oleh karena perkawinan Termohon I dengan

Termohon II dibatalkan, maka Majelis perlu menetapkan Akta Nikah No.

73/04/IV/2009 tanggal 06 April 2009 yang diterbitkan KUA Kec. Kerjo Kab.

Karanganyar harus dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap

Termohon I dan Termohon II dan oleh karenannya akta perkawinan tersebut

haruslah dicoret dari register;

Menimbang bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 89 ayat (1) Undang-

Undang nomor: 7 tahun 1989 biaya perkara yang timbul dalam perkara ini

dibebankan kepada Pemohon ;

10. Amar Putusan

Mengingat pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan ketentuan hukum syara' yang berhubungan dengan perkara ini ;

Page 69: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

MENGADILI

1. Mengabulkan permohonan Pemohon ;

2. Membatalkan perkawinan antara Termohon I (FB bin SPR) dengan

Termohon II (WT binti SKR) yang dilangsungkan di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Kerjo Kab. Karanganyar pada tanggal 06 April 2009;

3. Menetapkan Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah nomor : 73/04/IV/2009

tanggal 06 April 2009 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kec.

Kerjo Kab. Karanganyar tidak mengikat secara hukum ;

4. Memerintahkan kepada PPN / Kepala KUA Kec. Kerjo Kab. Karanganyar

untuk mencoret register Akta Nikah No. 73/04/IV/2009 tanggal 06 April

2009 ;

5. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini yang

hingga kini ditetapkan sebesar Rp. 401.000,- (empat ratus satu ribu

rupiah) ;

B. Pembahasan

1. Dasar Hukum Putusan Pembatalan Perkawinan di Pengadilan Agama

Karanganyar

Peradilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman

bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara

tertentu. Pengadilan Agama Karanganyar mempunyai wewenang memeriksa

perkara sesuai kewenangan absolutnya yang berdasarkan pada Pasal 2 dan

49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-Undang Nomor 50

tahun 2009 perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama. Dalam Pasal 2 ini Pengadilan Agama terikat dengan asas

Personalitas KeIslaman dalam memeriksa, memutus, menyelesaiakan

perkara di antara orang-orang yang beragama Islam.

Penulis melakukan wawancara dengan hakim di Pengadilan Agama

Karanganyar yaitu: Ahmad Akhsin ( Selaku Hakim Ketua ) dan Emi Suyati

( Selaku Hakim Anggota ) pada hari Senin tanggal 17 Januari 2011 di

Page 70: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Pengadilan Agama Karangayar. Berdasarkan hasil wawancara dengan

hakim Ahmad Akhsin dan Emi Suyati yang dilakukan penulis, Pengadilan

Agama Karanganyar mempunyai wewenang memeriksa perkara sesuai

kewenangan absolutnya dalam Pasal 2 dan Pasal 49 Undang-undang Nomor

3 Tahun 2006 jo Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang perubahan

atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan

terikat dengan asas Personalitas keIslaman. Berdasarkan ketentuan tersebut

Pengadilan Agama Karanganyar menentukan mengenai siapa-siapa saja

yang dapat mengajukan perkara, kemudian mengenai perkara yang dapat

diajukan pemeriksaannya di Pengadilan Agama adalah bidang Perkawinan,

Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infak, Shodaqoh, dan Ekonomi Syariah

dengan dasar inilah suatu perkara dapat diajukan pemeriksaannya oleh para

pihak di Pengadilan Agama. Salah satunya perkara pembatalan perkawinan

tersebut ( Wawancara dengan Ahmad Akhsin dan Emi Suyati pada hari

Senin tanggal 17 Januari 2011 pukul 12.30 WIB ).

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting

dalam kehidupan masyarakat dan bagi umat islam perkawinan merupakan

sunatullah dan fitroh setiap manusia. Perkawinan yang dilakukan harus

sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam suatu perkawinan

terdapat rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi, apabila dua hal

tersebut terpenuhi maka perkawinan tersebut sah akan tetapi jika kedua hal

tersebut tidak terpenuhi maka perkawinan tersebut dapat dibatalkan.

Pembatalan perkawinan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang batal demi

hukum dan dapat dibatalkan.

Putusnya perkawinan tidak hanya disebabkan karena perceraian dan

kematian saja melainkan termasuk putusan perkawinan disebabkan oleh

putusan hakim. Putusnya perkawinan atas putusan pengadilan dapat terjadi

karena pembatalan suatu perkawinan. Berdasarkan Pasal 22 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 bahwa perkawinan dapat dibatalkan apabila

para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melakukan perkawinan.

Page 71: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa

perkawinan yang tidak memenuhi syarat tidak dengan sendirinya menjadi

batal melainkan harus diputuskan oleh Pengadilan.

Alasan-alasan yang dapat diajukan dalam melakukan pembatalan

perkawinan diatur dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 27 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Adapun alasan-alasannya

tersebut di antaranya:

a. Perkawinan yang dilangsungkan di hadapan Pegawai Pencatat

Perkawinan yang tidak berwenang;

b. Wali nikah yang melakukan perkawinan ini tidak sah;

c. Perkawinan dilangsungkan tanpa dihadiri oleh dua orang saksi;

d. Perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hukum;

e. Ketika perkawinan berlangsung terjadi salah sangka mengenai diri suami

atau istri.

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 71 dan 72

Kompilasi Hukum Islam mengenai alasan-alasan pengajuan pembatalan

perkawinan yaitu:

a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama;

b. Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih menjadi

istri pria yang mafqud;

c. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari suami lain;

d. Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana

ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974;

e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang

tidak berhak;

f. Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan;

g. Perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hukum;

h. Pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah

sangka mengenai diri suami atau istri.

Page 72: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 23 Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, permohonan pembatalan

perkawinan dapat diajukan oleh para keluarga dalam garis keturunan lurus

ke atas dari suami atau isteri; suami atau isteri; pejabat yang berwenang

hanya selama perkawinan belum diputuskan; pejabat yang ditunjuk dan

setiap orang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap

perkawinan tersebut tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

Salah satu kasus permohonan pembatalan perkawinan yang diajukan

di Pengadilan Agama Karanganyar dalam Putusan Nomor

0679/Pdt.G/2010/PA.Kra dimana Pemohon menerangkan dalam surat

permohonannya adalah sebagai berikut:

a. Bahwa pada tanggal 12 Januari 2008, Pemohon dengan Termohon I

melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah

Kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Boyolali sebagaimana dalam Kutipan

Akta Nikah nomor: 3309 PK 2007 000015 tanggal 12 Januari 2008 yang

dikeluarkan oleh Kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Boyolali.

b. Bahwa setelah pernikahan tersebut Pemohon dengan Termohon sudah

pernah tinggal bersama dirumah orang tua Pemohon selama 1 bulan

kemudian pisah-pisahan 2,5 tahun dan sekarang kumpul lagi di rumah

orang tua Pemohon selama 1 minggu dan sudah hidup rukun dan

harmonis ( ba’da dukhul ) dan sudah dikaruniai anak 1 orang bernama

FERNANDO RANER umur 2,5 tahun.

c. Bahwa pada waktu melangsungkan perkawinan Pemohon berstatus

perawan, sedangkan Termohon I berstatus perjaka atau belum pernah

menikah dan sampai gugatan pembatalan perkawinan ini diajukan antara

Pemohon dan Termohon I belum pernah bercerai.

d. Bahwa tanpa sepengetahuan dan tanpa seijin Pemohon selaku istri,

Termohon I telah melangsungkan perkawinan dengan Termohon II pada

06 April 2009 di hadapan pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan

Kerjo sebagaimana kutipan akta nikah nomor 73/04/IV/2009.

Page 73: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

e. Bahwa pada waktu melangsungkan perkawinan Termohon I telah

memberikan keterangan yang tidak benar yaitu dengan mengaku

berstatus perjaka, padahal sesungguhnya Termohon I berstatus pria

beristri karena masih terikat perkawinan yang sah dengan Pemohon.

f. Bahwa dengan demikian Termohon I tidak memenuhi syarat untuk

melangsungkan perkawinan dengan Termohon II, sehingga perkawinan

Termohon I dan Termohon II menjadi tidak sah dan haruslah dinyatakan

batal serta tidak mempunyai kekuatan hukum.

Menurut Ahmad Akhsin dan Emi Suyati dalam wawancara yang

dilakukan penulis, yang menjadi dasar hukum bagi hakim Pengadilan

Agama Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan tersebut

adalah selain perkara yang diajukan tersebut merupakan perkara yang

menjadi kewenangan Pengadilan Agama Karanganyar, perkawinan yang

dilangsungkan tersebut tidak memenuhi syarat-syarat sahnya perkawinan

karena Termohon I berstatus masih atau telah beristri, sehingga perkawinan

antara Termohon I dengan Termohon II tersebut merupakan poligami yang

seharusnya memenuhi ketentuan Pasal 3, 4, dan 5 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan jo Pasal 40, 41 Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 serta Pasal 55 dan 56 Kompilasi Hukum Islam.

Selain itu permohonan Pemohon telah terbukti menurut hukum sesuai

ketentuan Pasal 22, 23, dan 24 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo

Pasal 37 dan 39 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 71

huruf (a) Kompilasi Hukum Islam. Perkawinan tersebut dapat dibatalkan

oleh Pengadilan Agama Karanganyar karena alasan-alasan pembatalan

perkawinan terpenuhi yaitu seorang suami melakukan poligami tanpa izin

Pengadilan Agama. Selain itu, yang menjadi dasar hukum bagi hakim

Pengadilan Agama Karanganyar dalam memutuskan pembatalan

perkawinan tersebut adalah perkawinan yang dilangsungkan tersebut

melanggar syarat administratif yaitu pemalsuan identitas yang berupa

pemalsuan status calon suami yang mengaku perjaka padahal calon suami

tersebut pria beristri yang masih terikat perkawinan yang sah. ( Wawancara

Page 74: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

dengan Ahmad Akhsin dan Emi Suyati pada hari Senin tanggal 17 Januari

2011 pukul 12.30 WIB ).

Menurut penulis, permohonan pembatalan perkawinan yang diajukan

oleh Pemohon tersebut dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama

Karanganyar dengan pertimbangan dasar hukum dalam Pasal 3 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yaitu bahwa

pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai

seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Dalam

perkara ini Termohon I ( Fajar ) memiliki dua orang Istri yaitu:

Wigatiningsih ( Termohon II ) dan Margaretha ( Pemohon sebagai Istri

pertama ) dan perkawinan kedua antara Termohon I dengan Termohon II

tersebut tidak diketahui dan tanpa seijin Pemohon sebagai Istri pertama.

Perkawinan kedua tersebut dapat terjadi karena Termohon I telah

melakukan penipuan status yang mengaku masih perjaka, maka perkawinan

tersebut dapat dilaksanakan. Padahal dalam perkawinan antara Termohon I

dengan Termohon II atau perkawinan poligami tersebut dilakukan tanpa

seijin Pengadilan, maka Majelis Hakim Pengadilan Agama Karanganyar

mengabulkan permohonan Pemohon dengan membatalkan perkawinan

antara Termohon I dengan Termohon II. Selain itu, yang menjadi dasar

hukum bagi hakim Pengadilan Agama Karanganyar terdapat dalam Pasal 71

huruf (a) Kompilasi Hukum Islam di mana seorang suami melakukan

poligami tanpa ijin Pengadilan. Sehingga teori Lawrence M. Friedman

mengenai komponen struktural sudah diterapkan oleh hakim Pengadilan

Agama Karanganyar sebagai badan peradilan yang diberi wewenang untuk

menerapkan dan menegakkan hukum.

Menurut penulis, selain perkawinan tersebut dibatalkan oleh

Pengadilan Agama Karanganyar, Termohon I ( Fajar ) dapat dikenai Pasal

280 KUHP yang diancam pidana penjara paling lama lima tahun. Dalam

Pasal 280 KUHP tersebut disebutkan bahwa ” Barangsiapa mengadakan

perkawinan padahal sengaja tidak memberitahukan kepada pihak lainnya

bahwa ada penghalangnya yang sah diancam dengan pidana penjara paling

Page 75: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

lama lima tahun apabila kemudian berdasarkan penghalang tersebut

perkawinan lalu dinyatakan tidak sah”.

Selain itu, berdasarkan ketentuan dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP

disebutkan bahwa ” Barangsiapa membuat secara tidak benar atau memalsu

surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan, atau pembebasan

hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada suatu hal, dengan

maksud untuk memakai, atau menyuruh orang lain pakai surat tersebut

seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut

dapat menimbulkan kerugian karena pemalsuan surat, dengan pidana

penjara paling lama enam tahun ”. Dalam kasus ini yang termasuk

pemalsuan surat adalah pemalsuan identitas yang dilakukan oleh calon

suami dengan memalsu surat yang dapat menimbulkan suatu hak. Hal ini

menjadi peran penting dari pegawai pencatat perkawinan untuk melakukan

penelitian dalam melaksanakan tugasnya apabila ada larangan dan

pelanggaran menurut peraturan yang berlaku maka perkawinan tersebut

dapat dicegah. Hal ini terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 9 tahun 1975 yang disebutkan bahwa ” Pegawai Pencatat yang

menerima pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan, meneliti

apakah syarat-syarat perkawinan telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat

halangan perkawinan menurut Undang-Undang ”.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

disebutkan bahwa Pengadilan hanya memberikan izin kepada seorang suami

untuk beristri lebih dari seorang apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai Istri.

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan disebutkan bahwa untuk dapat mengajukan permohonan

kepada Pengadilan, sebagaimana dimaksud dlam Pasal 4 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ini harus dipenuhi syarat-

syarat:

Page 76: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

a. Adanya persetujuan dari istri/istri-istri.

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan

hidup istri-istri dan anak-anak mereka.

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka.

Apabila sebelum perkawinan kedua, Termohon I ( Fajar ) meminta

ijin Pengadilan Agama untuk poligami, maka Pengadilan Agama tidak

memberikan ijin poligami karena dari ketiga syarat yang terdapat dalam

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

tersebut tidak terdapat dalam diri Pemohon ( Margaretha sebagai istri

pertama ), Pemohon masih dapat menjalankan kewajibannya sebagai Istri,

tidak menderita cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

serta Pemohon tersebut dapat melahirkan keturunan karena dengan

perkawinannya dengan Termohon I ( Fajar ) dikaruniai satu orang anak

yang bernama Fernando.

2. Akibat Hukum yang Ditimbulkan bagi Suami Istri Terhadap

Pembatalan Perkawinan di Pengadilan Agama Karanganyar.

Sebuah perkawinan dapat timbul masalah yang tidak diinginkan yang

berupa putusnya perkawinan yang bisa berupa kematian, perceraian dan

putusan pengadilan. Putusnya perkawinan oleh putusan pengadilan berupa

pembatalan perkawinan, apabila dalam sebuah perkawinan tersebut tidak

memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. Salah satu

alasan perkawinan dibatalkan adalah seorang suami melakukan poligami

tanpa ijin Pengadilan Agama dan perkawinan dilakukan dengan penipuan,

penipuan yang dimaksud termasuk dalam ketentuan Pasal 263 KUHP yang

disebutkan bahwa ” Barangsiapa membuat secara tidak benar atau memalsu

surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan, atau pembebasan

hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada suatu hal, dengan

maksud untuk memakai, atau menyuruh orang lain pakai surat tersebut

seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut

Page 77: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dapat menimbulkan kerugian karena pemalsuan surat, dengan pidana

penjara paling lama enam tahun”. Dalam kasus ini yang termasuk

pemalsuan surat adalah pemalsuan identitas yang dilakukan oleh seorang

pria yang mengaku perjaka pada waktu nikah kemudian ternyata diketahui

beristeri, sehingga terjadi poligami tanpa ijin Pengadilan Agama.

Menurut Ahmad Akhsin dan Emi Suyati dalam wawancara yang

dilakukan penulis, pembatalan perkawinan membawa akibat hukum

terhadap suami istri, anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut, harta

bersama, dan pihak ketiga. Jika syarat-syarat dalam suatu perkawinan tidak

terpenuhi, maka hal ini akan membawa akibat hukum terhadap status

perkawinan yang menjadi tidak sah karena seorang suami tersebut

melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama. Status suami istri

tersebut menjadi kembali seperti sebelum adanya perkawinan dan status

batalnya perkawinan akan berlaku setelah adanya putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya

perkawinan. Selanjutnya berdasarkan Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, disebutkan bahwa putusan

pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap:

a. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;

Batalnya suatu perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak dari

perkawinan orang tuanya yang telah dibatalkan perkawinannya oleh

putusan pengadilan.

b. Suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik, kecuali terhadap harta

bersama, bila pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan

lain yang lebih dahulu;

Pembagian harta bersama untuk masing-masing pihak harus sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku.

c. Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam uraian tersebut

sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan itikad baik sebelum

keputusan tentang pembatalan mempunyai kekuatan hukum tetap. Jadi

segala perbuatan perdata atau perikatan yang diperbuat suami isteri

Page 78: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

sebelum pembatalan perkawinan tetap berlaku, dan ini harus

dilaksanakan oleh suami isteri tersebut, sehingga ketentuan ini bertujuan

untuk melindungi pihak ketiga ( Wawancara dengan Ahmad Akhsin dan

Emi Suyati pada hari Senin tanggal 17 Januari 2011 pukul 12.30 WIB ).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan

Termohon II ( Wigatiningsih sebagai istri yang dibatalkan perkawinannya ),

akibat hukum dari putusan pembatalan perkawinan tersebut adalah putusnya

hubungan perkawinan antara Termohon I dengan Termohon II. Dalam

perkawinan antara Termohon I dengan Termohon II dikaruniai seorang anak

yang bernama Kelvin yang berusia 2 tahun, akan tetapi setelah putusan

pembatalan perkawinan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap,

akibatnya anak tersebut tidak mendapatkan nafkah dari Termohon I.

Mengenai pembagian harta bersama tidak dilakukan oleh Termohon I dan

Termohon II ( Wawancara dengan Wigatiningsih pada hari ahad tanggal 16

Januari 2011 Pukul 09.00 WIB ).

Menurut penulis, suatu pembatalan perkawinan akan berakibat

putusnya hubungan suami istri ( Fajar dengan Wigatiningsih ) yang pernah

menjalin hubungan ikatan perkawinan. Perkawinan yang dilaksanakan

adalah tidak sah dan perkawinannya tersebut menjadi putus sehingga

hubungan suami istri di antara keduanya menjadi tidak sah dan haram untuk

melakukan persetubuhan, bagi para pihak yang dibatalkan perkawinannya

kembali ke status semula karena perkawinan tersebut dianggap tidak pernah

ada.

Berdasarkan Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, disebutkan bahwa putusan pembatalan perkawinan

tidak berlaku surut terhadap:

a. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;

Batalnya suatu perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak dari

perkawinan orang tuanya yang telah dibatalkan. Berdasarkan Pasal 45

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan mengatur

mengenai kewajiban orang tua dengan anak di mana kedua orang tua

Page 79: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya serta

kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri

sendiri dan kewajiban ini berlaku terus meskipun perkawinan kedua

orang tua putus.

Berdasarkan Pasal 75 huruf b Kompilasi Hukum Islam disebutkan

bahwa: ” Putusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap

anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut ”. Terdapat juga di

dalam Pasal 76 Kompilasi Hukum Islam bahwa: ” Batalnya suatu

perkawinan tidak akan memutuskan hubungan hukum antara anak

dengan orang tuanya ”. Selain itu mengenai pemeliharaan anak juga

diatur dalam Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam bahwa: ” Pemeliharaan

anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak

ibunya; pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada

anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak

pemeliharaanya; biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya ”. Jadi

biaya pemeliharaan anak tetap ditanggung oleh ayahnya meskipun

perkawinan tersebut telah dibatalkan. Selain itu, ayah tetap mempunyai

hubungan nasab dengan anaknya dan anak yang dilahirkan tersebut tetap

mempunyai hak waris dari orang tuanya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa Termohon I telah melanggar ketentuan Pasal 28 ayat (2) huruf a

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, karena

putusan pembatalan perkawinan tersebut tidak berlaku surut terhadap

anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut, Maka anak yang

dilahirkan dari perkawinan antara Termohon I dengan Termohon II tetap

mendapatkan hak-haknya dimana kedua orang tua wajib memelihara,

mendidik, memberikan nafkah, dan berhak atas waris dari ayahnya serta

kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri

sendiri dan kewajiban ini berlaku terus meskipun perkawinan kedua

orang tua putus. Dikaitkan dengan teori efektivitas hukum menurut

Lawrence M. Friedman, komponen substansi mengenai peraturan

Page 80: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991

Kompilasi Hukum Islam tidak efektif di dalam masyarakat khususnya

dalam perkara nomor 0679/Pdt.G/2010/PA.Kra, karena dalam perkara

tersebut Termohon I ( suami ) melakukan poligami tanpa ijin Pengadilan

dan tidak melaksanakan kewajibannya sebagai ayah kandung dari Kelvin

( anak dari hasil perkawinannya dengan Termohon II ) sebagaimana yang

telah diatur dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dan Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam.

b. Suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik, kecuali terhadap harta

bersama, bila pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan

lain yang lebih dahulu;

Berdasarkan Pasal 35 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan disebutkan bahwa

harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan

menjadi harta bersama dan mengenai harta bersama tersebut suami istri

dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. Terhadap harta

bersama ini berlaku ketentuan bahwa jika terjadi perceraian hidup, maka

masing-masing ( janda dan duda ) berhak mendapatkan sebagian atau

separoh dari harta bersama mereka. Jadi terhadap perkawinan yang

fasakh karena melanggar larangan perkawinan, maka masing-masing

pihak mendapatkan separoh dari harta bersama mereka ( Jurnal Hukum

Pro Justisia, Volume 26 No 4. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/

26408371390.pdf ).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan

Termohon II mengenai pembagian harta bersama tidak dilakukan oleh

Termohon I dan Termohon II. Menurut penulis, seharusnya Termohon I

dan Termohon II melakukan pembagian harta bersama seperti yang

diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dimana putusan pembatalan perkawinan

Page 81: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

tidak berlaku surut terhadap suami istri yang bertindak dengan itikad baik

akan tetap memperoleh hak-haknya yang diperoleh dari perkawinan yang

dibatalkan tersebut seperti haknya dalam suatu perkawinan yang sah.

Pembagian harta bersama untuk masing-masing pihak harus sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku seperti yang disebutkan dalam

Pasal 65 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan bahwa ” Semua istri mempunyai hak yang sama atas harta

bersama yang terjadi sejak perkawinannya masing-masing ”.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 65 ayat (1) huruf b dan Pasal 94

Kompilasi Hukum Islam disebutkan apabila suatu pembatalan

perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan yang lebih dahulu, maka

bagi para pihak yang perkawinannya dibatalkan tersebut tidak berhak

atas harta bersama yang telah ada sebelum perkawinan keduanya, atau

seterusnya. Hal ini karena harta bersama dari perkawinan seorang suami

yang mempunyai istri lebih dari seorang, masing-masing terpisah dan

berdiri sendiri.

c. Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam uraian tersebut

sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan itikad baik sebelum

keputusan tentang pembatalan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Ketentuan mengenai perbuatan keperdataan yang dilakukan oleh

para pihak yang dibatalkan perkawinannya dengan pihak ketiga diatur

dalam Pasal 98 KUHPerdata disebutkan bahwa pembatalan suatu

perkawinan tidak akan merugikan hak-hak pihak ketiga yang ada

hubungan hukum dengan bekas suami istri pada waktu masih ada

perkawinan tersebut, selain itu disebutkan juga dalam Pasal 75 huruf c

Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa keputusan pembatalan

perkawinan tidak berlaku surut terhadap pihak ketiga sepanjang mereka

memperoleh hak-hak dengan beritikad baik sebelum putusan pembatalan

perkawinan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap. Jadi segala

perbuatan perdata atau perikatan yang diperbuat suami isteri sebelum

pembatalan perkawinan tetap berlaku dan ini harus dilaksanakan oleh

Page 82: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

suami isteri tersebut. Sehingga pihak ketiga yang beritikad baik agar

tidak dirugikan. Misalnya: A dan B adalah pasangan suami istri ( sebagai

pihak yang menyewakan ) menyewakan sebuah rumah dengan hak milik

atas nama A dan B kepada C ( sebagai Penyewa ) selama 5 tahun dengan

harga Rp60.000.000,-/tahun ( Enam puluh juta rupiah per tahun ), C

( sebagai Penyewa ) membayar uang sewa kepada A dan B ( sebagai

pihak yang menyewakan ) secara mengangsur, akantetapi dalan jangka

waktu 1 tahun, perkawinan antara A dan B dibatalkan oleh Pengadilan

Agama karena syarat-syarat perkawinan tidak terpenuhi, perjanjian

keperdataan yaitu perjanjian sewa menyewa yang dibuat sebelum adanya

pembatalan perkawinan tersebut tetap akan dilindungi atau tetap ada

walaupun terjadi pembatalan perkawinan antara A dan B.

Ketentuan ini bertujuan untuk melindungi hak-hak orang lain agar

tidak dirugikan, sebab jika ketentuan pembatalan perkawinan tersebut

berlaku surut terhadap pihak ketiga maka perjanjian keperdataan,

misalnya perjanjian sewa menyewa yang dibuat sebelum adanya

pembatalan perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada dan hal ini

yang mengakibatkan pihak ketiga mengalami kerugian.

Page 83: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab

terdahulu, maka penulis menarik dua kesimpulan yang menjadi pokok bahasan

dari penulisan hukum ini, yaitu:

1. Adapun yang menjadi dasar hukum bagi hakim Pengadilan Agama

Karanganyar dalam memutuskan pembatalan perkawinan tersebut adalah:

Perkawinan yang dilangsungkan tersebut tidak memenuhi syarat-syarat

sahnya perkawinan karena memenuhi salah satu unsur yang terdapat di

dalam Pasal 71 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang suami

melakukan poligami tanpa ijin Pengadilan. Perkawinan yang dilangsungkan

ini juga melanggar syarat administratif yaitu pemalsuan identitas calon

suami yang mengaku status perjaka padahal calon suami tersebut pria yang

terikat perkawinan yang sah dengan Istri pertama. Perbuatan pelanggaran

terhadap syarat administratif perkawinan yang berupa pemalsuan identitas

yang termasuk dalam pemalsuan surat tersebut dapat diancam dengan

pidana.

2. Akibat hukum bagi Suami Istri terhadap pembatalan perkawinan di

Pengadilan Agama Karanganyar tersebut adalah perkawinan tersebut

menjadi putus sehingga hubungan suami istri diantara keduanya menjadi

tidak sah dan bagi para pihak yang dibatalkan perkawinannya kembali ke

status semula karena perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada. Selain

akibat hukum bagi Suami Istri terhadap pembatalan perkawinan tersebut,

putusan pembatalan perkawinan terdapat didalam Pasal 28 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, yaitu:

a. Akibat Hukum terhadap anak keturunan

Putusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak

yang dilahirkan dari perkawinan yang dibatalkan, sehingga anak tersebut

Page 84: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

tetap mendapatkan hak-haknya di mana kedua orang tua wajib

memelihara, mendidik, memberikan nafkah, dan berhak atas waris dari

ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin atau

dapat berdiri sendiri dan kewajiban ini berlaku terus meskipun

perkawinan kedua orang tua putus.

b. Akibat Hukum terhadap harta benda

Harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama

perkawinan menjadi harta bersama dan mengenai harta bersama tersebut

suami istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.

Pembagian harta bersama untuk masing-masing pihak harus sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku, akantetapi apabila suatu

pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan yang lebih

dahulu, maka bagi para pihak yang perkawinannya dibatalkan tersebut

tidak berhak atas harta bersama yang telah ada sebelum perkawinan

keduanya, atau seterusnya. Hal ini karena harta bersama dari perkawinan

seorang suami yang mempunyai istri lebih dari seorang, masing-masing

terpisah dan berdiri sendiri.

c. Akibat hukum terhadap pihak ketiga

Pengaturan terhadap hak-hak orang lain atau pihak ketiga yang

membuat perjanjian keperdataan terhadap pihak yang dibatalkan

perkawinannya tersebut tetap diakui meskipun setelah adanya

pembatalan perkawinan. Ketentuan ini bertujuan untuk melindungi hak-

hak orang lain agar tidak dirugikan, sebab jika ketentuan pembatalan

perkawinan tersebut berlaku surut terhadap pihak ketiga maka perjanjian

keperdataan, misalnya perjanjian sewa menyewa yang dibuat sebelum

adanya pembatalan perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada dan

hal ini yang mengakibatkan pihak ketiga mengalami kerugian.

Page 85: PEMBATALAN PERKAWINAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI … · Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang ... dan berhak atas waris dari ayahnya serta kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu kawin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

B. Saran

Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran sehubungan dengan

penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah hendaknya memberikan sosialisasi kepada masyarakat

khususnya berkaitan dengan hukum perkawinan agar masyarakat

memahami aturan dalam hukum perkawinan serta tidak melakukan poligami

liar yang mereka anggap sah padahal menurut ketentuan Undang-Undang

Perkawinan tidak sah, sehingga mengakibatkan adanya pembatalan

perkawinan yang mempunyai akibat hukum terhadap semua pihak.

2. Sebaiknya sebelum melangsungkan perkawinan, calon suami maupun calon

istri harus secara cermat meneliti mengenai status dari masing-masing

pihak. Selain itu Pegawai Pencatat Nikah harus lebih hati-hati dan teliti

dalam memeriksa syarat-syarat perkawinan. Hal ini untuk menghindari

terjadinya perkawinan yang dilakukan dengan tidak memenuhi syarat dan

berakibat perkawinan tersebut dapat dibatalkan.


Top Related