PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF UNTUK PENURUNAN KEMISKINAN YANG BERKELANJUTAN
Amalia Adininggar Widyasanti, PhDStaf Ahli Menteri PPN Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBandung, 30 Juli 2019
2
Kerangka Paparan
Persoalan dan Strategi Penurunan Kemiskinandi Jawa Barat
01
02
03
Isu-isu Utama Pembangunan Nasional
Konsep Pembangunan Ekonomi Inklusif dan Penerapannya untuk Jawa Barat
ISU-ISU UTAMA PEMBANGUNAN NASIONAL
3
16,66
15,97
17,75
16,5815,42
14,1513,33
12,49 11,96 11,37 11,25 11,22 10,86 10,649,82
5 5,7 5,56,3 6
4,66,2 6,2
5 5,6 5 4,9 5 5,1 5,2
9,8611,24
10,289,11 8,39 7,78 7,14 7,48
5,94 6,17 5,94 6,18 5,61 5,5 5,34
0,32
0,35 0,350,37 0,36 0,36 0,37
0,41 0,41 0,41 0,4 0,4 0,39 0,39 0,38
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Persentase Kemiskinan (P0)
Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Pengangguran Terbuka
Rasio Gini
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 201816,66 15,97 17,75 16,58 15,42 14,15 13,33 12,49 11,96 11,37 11,25 11,22 10,86 10,64 9,82
5 5,7 5,5 6,3 6 4,6 6,2 6,2 5 5,6 5 4,9 5 5,1 5,29,86 11,24 10,28 9,11 8,39 7,78 7,14 7,48 5,94 6,17 5,94 6,18 5,61 5,5 5,340,32 0,35 0,35 0,37 0,36 0,36 0,37 0,41 0,41 0,41 0,4 0,4 0,39 0,39 0,38
Gambaran Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Kemiskinan dan Rasio Gini (2004-2018)
Sudahkah pertumbuhan ekonomi bersifat Pro-Poor, Pro-Job, Pro-
Growth, dan Pro-Equity?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu menurunkan kemiskinan
dan pengangguran, namun ketimpangan memiliki tren
yang cenderung stagnan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
masih perlu ditingkatkan kualitasnya.
Persen Rasio Gini
Sumber : BPS
4
Dinamika Penurunan Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan2007 - 2019
-0,8
7
-0,9
3
-0,8
5 -0,6
4 -0,4
5
-0,3
9
-0,0
5
-0,0
5
-0,5
0
-0,0
7
-0,7
0
-0,3
3
-1,4
4
-1,5
8
-0,7
9
-0,8
4
-0,6
0
-0,8
0
-0,1
5
0,04
-0,1
0
-0,1
8
-0,7
3
-0,3
5
-1,1
6
-1,2
7
-0,8
2
-0,8
4
-0,5
3
-0,5
9
-0,1
2
-0,0
3
-0,3
6 -0,2
2
-0,8
2
-0,4
1
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018 - 2019
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanSumber: BPS, Tahun 2007-2019 Angka Maret
Meskipun terus menurun, periode Maret 2018-2019 terjadi perlambatan penurunan kemiskinan baik di desa maupun kota jikadibandingkan dengan periode sebelumnya.
Penurunan kemiskinan semakin melambat seiring dengan bertambahnya provinsi yang menyentuh kemiskinan satu digit.
Persoalan kemiskinan saat ini tidak lagi dapat diukur menggunakan metodologi kemiskinan saat ini sehingga perlupenyempurnaan metodologi yang dapat lebih akurat dalam menjelaskan efektivitas program-program penurunan kemiskinan.
5
Tren dan Dimensi Ketimpangan Antar-Kelompok Pendapatan
• Meskipun secara umum kelompok 20% teratas masih paling tinggi dalam hal distribusi pengeluaran per kapita, namun kelompok40% terbawah terus mengalami peningkatan selama enam tahun tahun terakhir.
• Sejak 2011, distribusi pengeluaran kelompok 20% teratas meningkat, namun mulai tahun 2014, distribusi bergeser ke kelompok40% menengah dan 40% terbawah. Hal ini sejalan dengan peningkatan Rasio Gini yang signifikan di periode 2011-2014 kemudianmenurun setelahnya.
Distribusi pengeluaran perkapita dan rasio antara kelompok pengeluaran, 2004-2018
Sumber: BPS
16,85 16,98 16,87 17,12 17,1 17,02 17,12 17,29 17,71
34,73 34,41 34,09 34,6 34,65 36,09 36,47 36,62 36,81
48,42 48,61 49,04 48,27 48,25 46,89 46,41 46,09 45,48
0,3
0,32
0,34
0,36
0,38
0,4
0,42
0,44
0
10
20
30
40
50
60
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
40 persen terbawah 40 persen menengah 20 persen atas Rasio Gini
6
Tren dan Dimensi Ketimpangan Antar-Wilayah
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial tidak berubah dalam 4 tahun terakhir, didominasi oleh Pulau Jawa (59,03%) danSumatera (21,36%).
Perekonomian Indonesia masih terkonsentrasi di Kawasan Barat Indonesia (KBI), sekitar 80-81%. Sisanya, sekitar 19-20% berasaldari Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Kedua hal tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi antar wilayah yang belum merata.
Distribusi PDB berdasar Pulau 2014-2019
22,02
21,71
21,53
21,34
21,18
21,36
57,87
58,14
58,38
58,6
58,83
59,03
9,08
8,77
8,51
8,43
8,32
8,26
5,64
5,81
5,94
6,03
6,11
6,14
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2014
2015
2016
2017
2018
2019*
Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua
Keterangan: *) Distribusi PDB 2019 triwulan 1Sumber: Publikasi BPS
7
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIFDAN PENERAPANNYA UNTUK JAWA BARAT
8
Pembangunan Ekonomi Inklusif
PEMBANGUNANEKONOMI INKLUSIF
Memastikanpertumbuhanekonomi yang tinggi
Menurunkan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi
Memperluas akses dan kesempatan
DEFINISI INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF
Pembangunan ekonomi yang menciptakan akses dan kesempatanyang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan,
meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi kesenjangan antarkelompok dan wilayah.
Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif
TOTAL: 21 INDIKATOR YANG TERSEDIA DI 34 PROVINSI PADA TAHUN 2015-2017
9
Indikator Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif
PILAR 1
Sub Pilar 1.1: Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi
Sub Pilar 1.2: Kesempatan Kerja
Sub Pilar 1.3: Infrastruktur Ekonomi
PILAR 2
Sub Pilar 2.1: Ketimpangan
Sub Pilar 2.2: Kemiskinan
PILAR 3
Sub Pilar 3.1: Kapabilitas Manusia
Sub Pilar 3.2: Infrastruktur Dasar
Sub Pilar 3.3: Keuangan Inklusif
Catatan: kecuali DKI Jakarta tidak memakai indikator rasio pengeluaran rumah tangga desa dan kota karena tidak ada pedesaan.
10
Isu-isu Strategis dalam Pembangunan Ekonomi Inklusif
Isu strategis Isu strategisIndikator Indikator
11
Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Jawa Barat di antara provinsi lainnya
7,83
7,
11
7,04
7,
01
6,83
6,
77
6,74
6,
71
6,62
6,
55
6,53
6,
52
6,50
6,
32
6,29
6,
28
6,25
6,
25
6,24
6,
11
6,08
6,
02
6,02
5,
94
5,93
5,
91
5,88
5,
83
5,79
5,
46
5,27
5,
06
4,68
4,
61
4,07
DI Y
ogya
kart
aBa
liJa
wa
Teng
ahKa
liman
tan
Tim
urBa
ngka
Bel
itung
Kalim
anta
n Ut
ara
Jaw
a Ti
mur
Sula
wes
i Sel
atan
DKI J
akar
taSu
mat
era
Sela
tan
Sula
wes
i Ten
ggar
aAc
ehSu
mat
era
Bara
tNu
sa T
engg
ara…
Kalim
anta
n…Go
ront
alo
Lam
pung
Nusa
Ten
ggar
a…Ke
pula
uan
Riau
Sum
ater
a Ut
ara
Riau
Jaw
a Ba
rat
Beng
kulu
Sula
wes
i Bar
atSu
law
esi T
enga
hJa
mbi
Kalim
anta
n…In
done
siaSu
law
esi U
tara
Papu
a Ba
rat
Mal
uku
Mal
uku
Utar
aBa
nten
Kalim
anta
n Ba
rat
Papu
a
7,78
6,
04
5,99
5,
95
5,78
5,
77
5,76
5,
70
5,52
5,
46
5,46
5,
37
5,34
5,
30
5,21
5,
16
5,08
5,
08
5,03
5,
02
5,01
4,
99
4,99
4,
96
4,90
4,
88
4,83
4,
83
4,76
4,
76
4,69
4,
37
4,30
3,
90
3,07
DKI J
akar
taKe
pula
uan…
Bali
DI Y
ogya
kart
aJa
wa
Bara
tBa
nten
Jaw
a Te
ngah
Jaw
a Ti
mur
Sum
ater
a…Su
law
esi U
tara
Indo
nesia
Bang
ka…
Kalim
anta
n…Su
law
esi…
Kalim
anta
n…Su
mat
era…
Sum
ater
a…Ka
liman
tan…
Beng
kulu
Lam
pung
Kalim
anta
n…Go
ront
alo
Sula
wes
i…Su
law
esi…
Papu
a Ba
rat
Riau
Jam
biM
aluk
u Ut
ara
Kalim
anta
n…Ac
ehM
aluk
uN
usa…
Sula
wes
i Bar
atN
usa…
Papu
a
7,36
6,
49
6,44
6,
31
6,27
6,
25
6,11
6,
06
6,03
6,
00
5,95
5,
93
5,88
5,
82
5,81
5,
80
5,75
5,
73
5,65
5,
63
5,60
5,
60
5,55
5,
54
5,49
5,
41
5,28
5,
27
5,17
5,
16
5,15
5,
09
4,89
4,
79
3,43
DKI J
akar
taBa
liDI
Yog
yaka
rta
Kepu
laua
n Ri
auJa
wa
Teng
ahBa
ngka
Bel
itung
Sum
ater
a U
tara
Jaw
a Ti
mur
Kalim
anta
n…Ka
liman
tan…
Sum
ater
a Ba
rat
Jaw
a Ba
rat
Kalim
anta
n Ut
ara
Sum
ater
a Se
lata
nKa
liman
tan…
Sula
wes
i Uta
raIn
done
sia
Sula
wes
i Sel
atan
Riau
Sula
wes
i…La
mpu
ngBa
nten
Aceh
Beng
kulu
Jam
biSu
law
esi T
enga
hN
usa
Teng
gara
…M
aluk
u U
tara
Sula
wes
i Bar
atKa
liman
tan
Bara
tGo
ront
alo
Mal
uku
Papu
a Ba
rat
Nus
a Te
ngga
ra…
Papu
a
Pilar I : Pertumbuhan Ekonomi
7,76
7,
62
7,50
7,
48
7,48
7,
35
7,04
7,
03
6,97
6,
94
6,80
6,
63
6,62
6,
58
6,58
6,
55
6,54
6,
49
6,45
6,
43
6,32
6,
30
6,25
6,
23
6,20
6,
17
6,16
6,
13
5,89
5,
80
5,72
5,
55
4,48
4,
36
3,59
Bang
ka B
elitu
ngKa
liman
tan…
Kalim
anta
n…Su
mat
era
Bara
tSu
mat
era
Utar
aDK
I Jak
arta
Riau
Kalim
anta
n Ut
ara
Bali
Kepu
laua
n Ri
auKa
liman
tan
Bara
tJa
wa
Teng
ahKa
liman
tan
Tim
urSu
mat
era
Sela
tan
Jam
biSu
law
esi U
tara
Mal
uku
Utar
aSu
law
esi B
arat
Aceh
Nusa
Ten
ggar
a…Ba
nten
Indo
nesia
Lam
pung
DI Y
ogya
kart
aBe
ngku
luSu
law
esi…
Jaw
a Ti
mur
Jaw
a Ba
rat
Sula
wes
i Ten
gah
Mal
uku
Sula
wes
i Sel
atan
Nusa
Ten
ggar
a…Go
ront
alo
Papu
a Ba
rat
Papu
a
Pilar II : Pemerataan Pendapatan dan Pengurangan Kemiskinan Pilar III : Perluasan Akses Dan Kesempatan
Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Tingkat Provinsi Tahun 2017
12
Pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup untukpembangunan yang inklusif (1)
Aceh
Sumatera UtaraSumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
BengkuluLampung
Kep. Bangka Belitung
Kep. Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa TimurBanten Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara TimurKalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan UtaraSulawesi Utara
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan
Sulawesi TenggaraGorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
3,40 3,90 4,40 4,90 5,40 5,90 6,40 6,90 7,40
PertumbuhanEkonomi (%)
IndeksInklusif
13
Pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup untukpembangunan yang inklusif (2)
DKI JAKARTA
7,36
PAPUA
3,43
Inklusivitas pembangunan masihterkonsentrasi di wilayah barat
Indonesia.
Provinsi Indeks Inklusif Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3DKI Jakarta 7.36 7.78 7.35 6.62 Bali 6.49 5.99 6.97 7.11 DI Yogyakarta 6.44 5.95 6.23 7.83 Kepulauan Riau 6.31 6.04 6.94 6.24 Jawa Tengah 6.27 5.76 6.63 7.04 Bangka Belitung 6.25 5.37 7.76 6.83 Sumatera Utara 6.11 5.52 7.48 6.11 Jawa Timur 6.06 5.70 6.16 6.74 Kalimantan Timur 6.03 5.34 6.62 7.01 Kalimantan Selatan 6.00 5.21 7.62 6.29 Sumatera Barat 5.95 5.08 7.48 6.50 Jawa Barat 5.93 5.78 6.13 6.02 Kalimantan Utara 5.88 5.01 7.03 6.77 Sumatera Selatan 5.82 5.16 6.58 6.55 Kalimantan Tengah 5.81 5.08 7.50 5.88 Sulawesi Utara 5.80 5.46 6.55 5.79 Sulawesi Selatan 5.73 5.30 5.72 6.71 Riau 5.65 4.88 7.04 6.08 Sulawesi Tenggara 5.63 4.99 6.17 6.53 Lampung 5.60 5.02 6.25 6.25 Banten 5.60 5.77 6.32 4.68 Aceh 5.55 4.76 6.45 6.52 Bengkulu 5.54 5.03 6.20 6.02 Jambi 5.49 4.83 6.58 5.91 Sulawesi Tengah 5.41 4.96 5.89 5.93 Nusa Tenggara Barat 5.28 4.37 6.43 6.32 Maluku Utara 5.27 4.83 6.54 5.06 Sulawesi Barat 5.17 4.30 6.49 5.94 Kalimantan Barat 5.16 4.76 6.80 4.61 Gorontalo 5.15 4.99 4.48 6.28 Maluku 5.09 4.69 5.80 5.27 Papua Barat 4.89 4.90 4.36 5.46 Nusa Tenggara Timur 4.79 3.90 5.55 6.25 Papua 3.43 3.07 3.59 4.07
Beberapa wilayah menunjukkanperkembangan yang baik untuk pilar
tertentu, namun masih tertinggalpada pilar-pilar pembangunan
inklusif lainnya.
14
Indeks Pembangunan Ekonomi InklusifKabupaten/Kota di Jawa Barat 2017
Masih terdapat setidaknya 8Kab/Kota dengan tingkatinklusivitas yang sangatrendah
Kab/Kota Indeks Inklusif
Indeks Pilar 1
Indeks Pilar 2
Indeks Pilar 3
Peringkat(dari 460)
Kota Cirebon 6.19 5.79 6.11 7.14 14Kota Depok 6.09 5.91 6.63 5.96 21Kota Bandung 6.02 5.84 6.38 6.06 28Kota Banjar 5.96 5.27 6.25 7.30 37Kota Sukabumi 5.93 5.47 6.10 6.77 43Kota Cimahi 5.92 5.84 6.32 5.69 45Bekasi 5.87 5.99 6.43 5.16 55Kota Bogor 5.81 5.82 5.96 5.64 67Kota Bekasi 5.80 5.90 6.41 5.09 68Kota Tasikmalaya 5.79 5.45 6.22 6.08 72Bandung 5.76 5.57 6.62 5.37 77Karawang 5.71 5.63 6.41 5.25 84Purwakarta 5.56 5.51 6.31 4.98 117Indramayu 5.55 4.95 6.91 5.59 121Sumedang 5.47 4.94 6.51 5.65 140Bogor 5.46 5.39 6.15 4.98 143Majalengka 5.45 4.84 6.59 5.72 152Kuningan 5.40 4.68 6.69 5.81 167Ciamis 5.25 4.60 6.56 5.48 228Subang 5.25 4.76 6.74 4.97 230Cirebon 5.20 4.89 6.61 4.64 254Bandung Barat 5.14 5.11 6.21 4.29 279Sukabumi 5.11 4.62 6.55 4.88 286Tasikmalaya 5.04 4.48 6.45 4.97 309Garut 5.03 4.55 6.26 4.92 314Cianjur 4.99 4.53 6.33 4.78 331
15
Indikator Pembangunan Ekonomi InklusifKabupaten/Kota di Jawa Barat 2017
Pertum-buhan
PDRB/kapita
Share Manu-faktur
Rasio Kredit Per-
bankan
Kesem-patan Kerja
Bekerja Penuh
Pekerja Ber-
kualitas
RT dg Akses Listrik PLN
Me-miliki
Telepon Geng-gam
Rasio Mantap
Jalan/Luas
Wilayah
Rasio Gini
Sumb. Pen-
dapatan Perem-
puan
Rasio -Desa/Kota
Tingkat Kemis-kinan
Rata-rata Kon-sumsi
Protein
Harapan Lama
Sekolah
Balita dg
Imuni-sasi
Dasar
Pendu-duk dg Jamkes
RT dg Sumber
Air MinumLayak
RT dg Fasilitas
BAB Sendiri
Rasio Reke-ning DPK
Rasio Total Kredit UMKM
BogorSukabumiCianjurBandungGarutTasikmalayaCiamisKuninganCirebonMajalengkaSumedangIndramayuSubangPurwakartaKarawangBekasiBandung BaratPangandaranKota BogorKota SukabumiKota BandungKota CirebonKota BekasiKota DepokKota CimahiKota TasikmalayaKota Banjar
16
Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks InklusifKabupaten/Kota di Jawa Barat 2017
BOGOR
SUKABUMI
CIANJUR
BANDUNG
GARUT
TASIKMALAYA
CIAMIS
KUNINGAN
CIREBON
MAJALENGKA
SUMEDANG
INDRAMAYU
SUBANG
PURWAKARTA
KARAWANG
BEKASI
CIAMIS
KOTA BOGOR
KOTA SUKABUMI
KOTA BANDUNG
KOTA CIREBON
KOTA BEKASI
KOTA DEPOK
KOTA CIMAHI
KOTA TASIKMALAYA
KOTA BANJAR
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
4,90 5,10 5,30 5,50 5,70 5,90 6,10 6,30
PertumbuhanEkonomi (%)
IndeksInklusif
Jabar: 5,29%
Rata-rata: 5,57
17
PERSOALAN DAN STRATEGI PENURUNAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT
18
Jawa Barat Dihadapkan Tantangan Jumlah Penduduk Rentan Miskin yang Cukup Besar
Proporsi penduduk rentan lebih besardibandingkan kelompok yang miskin
Penduduk rentan miskin sebesar 8,23 juta jiwa(16,96% dari total Penduduk Jabar)
Kerentanan Jabar menduduki posisi ke-4 palingtinggi setelah Jatim, Jateng, dan DIY di Pulau Jawa
Penduduk Menurut Tingkat Kesejahteraan Prov. Jabar Tahun 2018
Sumber : Susenas 2018, diolah oleh Bappenas
Miskin
Rentan
Menjelang Kelas Menengah
Kelas Menengah
Kelas Atas
44,52
30,3616,96
7,450,71
19
Dinamika Kemiskinan Provinsi Jawa Barat 2014 - 2019
Terdapat 9 kabupaten/kota dengan kemiskinanlebih tinggi dari nasional. Kemiskinan diperdesaan (9,8%) masih lebih tinggi dibandingkanperkotaan (6%).
-0,04
-0,76
-0,15
-1,05
-0,44
0,47
-0,02 -0,05
-1,5
-0,46
0,09
-0,58-0,24
-1,26
-0,54
2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019
Kota Desa Kota+Desa
Jumlah penduduk miskin Jabar dalam setahunberkurang 0,22 ribu jiwa (0,54%) menjadi 3,4 jutajiwa pada Maret 2019.
2,34
4,17 4,
79
4,73 5,
76 7,06
7,11 7,36 8,
04 8,48
8,57
8,2 8,
71 9,06 10
,25
10
10,7
7
9,66
11,2
7
10,5
3
11,4
1
10,8
4
11,4
9 12,9
7
12,6 13
,67
13,2
7 14,8
2,14 3,
57 4,11 4,37 4,
94 5,7 5,93 6,
65
6,76 7,12
7,14
7,22 7,45 7,
99
8,06
8,12 8,
67 8,88 9,27 9,76
9,81
9,85 10
,06
10,7
10,7
9
11,8
9
12,2
2
12,7
1
Maret 2017 Maret 2018
Laju penurunan kemiskinan di Jabar jugamengalami pelambatan, baik di perkotaanmaupun perdesaan.
Sumber: BPS, Tahun 2007-2019 Angka Maret
20
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat Belum Dinikmati Seluruh Penduduk
3,07
4,08
4,88
5,2
6,05
6,83
7,61
7,91
8,78
7,98
0 2 4 6 8 10
Termiskin
2
3
4
5
6
7
8
9
Terkaya
Kurva Insiden Pertumbuhan Prov. Jawa Barat,
2013 – 2018
Pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat Tahun 2018
5,64% Rp
Namun…
• Pertumbuhan ekonomi di Jabardidominasi oleh sektor industripengolahan, perdagangan dantransportasi.
• Masih ada ketimpanganpertumbuhan ekonomi antarkelompok penduduk miskin dankaya.
• Selama setahun terakhir, tingkatketimpangan di Jabar menurunsebesar 0.005 poin menjadi 0,402tahun 2019.
Sumber: BPS, 2018 diolah Bappenas
44,1443,42
18,0517,95
6,94 8,88
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2011 2018
Dist
ribus
iPDR
B pe
rsek
tor
PDRB 2011 dan 2018 SektorJasa Kemasyarakatan,Sosial, dan Perorangan
Lembaga Keuangan, RealEstate, Usaha Persewaandan Jasa PerusahaanTransportasi,Pergudangan, danKomunikasiPerdagangan, RumahMakan, dan JasaAkomodasiKonstruksi
Listrik, Gas, dan AirMinum
Industri Pengolahan
Pertambangan danPenggalian
Pertanian, Kehutanan,dan perikanan
21
Pelayanan Dasar Masih RendahTerutama pada Kelompok Miskin
39,5%
Berpendidikan SMA Ke Atas
Sanitasi Layak
Lahir di Faskes
Berpendidikan SMA Ke AtasTahun 2018 di Prov. Jawa Barat • Sebesar 60% penduduk di Jawa Barat
tidak menyelesaikan pendidikanhingga SMA. Kuintil 1 paling banyak, yaitu lebih dari 80%.
• Berdasarkan data BDT 2015, jumlahanak yang tidak bersekolah usia 16 –18 tahun terbanyak berada di Bogor, Garut, Bandung dan Cianjur.
Sanitasi LayakTahun 2018 di Prov. Jawa Barat
• Masih terdapat ketimpangan pada aksessanitasi layak, lebih dari 50% sanitasiburuk berada di kuintil 1.
• Berdasarkan data BDT 2015, jumlahrumah tangga miskin yang banyak tidakmemiliki jamban adalah Karawang, Bogor, Cirebon, dan Indramayu.
Kelahiran di Fasilitas KesehatanTahun 2018 di Prov. Jawa Barat
Sumber: BPS dan BDT, diolah oleh SEPAKAT
• Lebih dari 50% pendudukkuintil 1 tidak melahirkan di fasilitas kesehatan.
19.16 27.37 35.6347.77
70.88
49.1362.88 60.42
73.6887.58
47 56.42 64.59 70.19 81.59
Anak dengan Kondisi Kesejahteraan s/d 40% Usia 16-18 Tahun yang Tidak Bersekolah
BDT 2015
Rumah Tangga dengan Kondisi Kesejahteraans/d 40% Tidak Memiliki Jamban
BDT 2015
63,4%
63,9%
22
Masih Banyaknya Kab/Kota dengan Kapasitas Fiskal Tinggi namun Memiliki Tingkat Kemiskinan yang Juga Tinggi..
Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat mayoritasmasuk kategori 2
Jumlah Kab/Kota Per Pulau
KategoriTotal
1 2 3 4
Provinsi Jabar 1 14 11 1 27
Kapasitas Fiskal Daerah
Kategori:1. Tingkat kemiskinan tinggi dan kapasitas fiskal rendah2. Tingkat kemiskinan tinggi dan kapasitas fiskal tinggi3. Tingkat kemiskinan rendah dan kapasitas fiskal tinggi4. Tingkat kemiskinan rendah dan kapasitas fiskal rendah
Indeks KFD = 0.77
Kemiskinan Prov. Jabar= 7.45%
1 2
34
Sumber: BPS, Maret 2018Kemenkeu, Agustus 2018
Kab/kota di kuadran 2 seperti Kota Tasikmalaya, Indramayu, Cirebon, Cianjur, Garut, Karawang, dll., memiliki kapasitasfiskal tinggi namun tingkat kemiskinantinggi
Kabupaten Pangandaran memiliki kapasitasfiskal rendah dan tingkat kemiskinan tinggi
23
Strategi untuk Menuju Indonesia Bebas Kemiskinan
Mendorong hidup yang berkualitas dan bermartabat
Meningkatkan ketahananmasyarakat
Memberikan kesempatan yang sama untuk semua
Pertumbuhan ekonomi yang inklusif melaluipenciptaan peluang yang sama danpengembangan kapasitas untuk mendorongtumbuhnya kelompok menengah yang tangguh:
• Perkotaan: ekonomi digital, kemitraankelompok miskin dan rentan/usaha mikro, kecil dan menengah untuk nilai tambah danakses pasar.
• Pedesaan: meningkatkan produktivitas agraria, Reformasi Agraria dan Kehutanan Sosial. Kemitraan untuk nilai tambah dan akses pasar.
Melalui perlindungan sosial yang komprehensif:
• Bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran: Kartu Sembako Murah, KIP dan KIP Kuliah, PKH, bantuan untuk kelompok rentan(disabilitas, lansia, masyarakat adat, anaktelantar)
• Jaminan sosial: asuransi kesehatan, asuransi ketenagakerjaan.
• Perlindungan sosial adaptif – mitigasi danbantuan saat bencana.
Melalui peningkatan kualitas layanan dasar, a.l.:• Perluasan cakupan identitas hukum.• Peningkatan akses dan kualitas JKN,
promosi kesehatan, pengendalian konsumsirokok.
• Peningkatan akses dan kualitas sekolah, dan sekolah kejuruan.
• Peningkatan kualitas perumahan, air bersih, sanitasi.
• Peningkatan akses energi bersih danmodern.
24
Upaya-upaya Peningkatan Kesejahteraan Kelompok Miskin dan Rentan
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan ekonomi produktif:a. Memperkuat jaringan dan konektivitas (a.l. jalan, telekomunikasi/sinyal, transportasi penyeberangan).b. Mengembangkan nilai tambah produk lokal dan jaringan rantai pasok produk ekspor.c. Menjaga stabilisasi harga, terutama pangan.
Penguatan perekonomian kelompok menengah bawah melalui:a. Mempermudah ijin usaha bagi pemulab. Memperkuat usaha mikro dan kecil serta pemberdayaan koperasic. Meningkatkan keahlian tenaga kerja dan sertifikasi keahlian
Mengoptimalkan pemanfaatan Dana Desa untuk kelompok ekonomi menengah ke bawah:a. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dasar (a.l. air bersih, sanitasi, listrik, jalan).b. Penguatan perekonomian lokal yang inklusif.c. Pengendalian migrasi penduduk ke perkotaan.
Pemanfaatan teknologi informasi:a. Peningkatan kualitas pelayanan dasar dan perluasan jangkauan (misal: listrik mikro hidro).b. Stimulasi inovasi dan ide kreatif yang dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat.
Rp
25
Kelompok rentan perlu terus didorongmenjadi kelas menengah yang tangguh
Susenas Maret 2018 mencatat hanya 13,63% Rumah Tangga (RT) yang memiliki dual inclusion dan masihterdapat 45,70% rumah tangga yang berada dalam eksklusi sosial.
Inklusi Sosial24.81%
Dual inclusion13.63%
Inklusi Ekonomi15.86%
Upaya pengentasan kemiskinan memastikan masyarakat miskin dan rentan terinklusisecara sosial dan ekonomi (dual inclusion).
RT terinklusi secarasosial:
RT terinklusi secaraekonomi:
a. Pendapatan/pengeluaran perkapita lebih rendahdari Garis Kemiskinan
b. Semua pekerja 15 thnkeatas memiliki asuransikesehatan atau asuransiketenaga-kerjaan.
c. Penduduk usia 60 thn keatas memiliki jaminanpensiun.
a. Anggota RT sedang/telah menempuhpendidikan minimallulus SMP (usia 19-64thn) atau lulus SD(usia >=65 thn).
b. Dapat mengakseslistrik, sanitasi, dan airminum layak.
Sumber: Susenas Maret 2018, diolah Bappenas
26
Akses Layanan Keuangan untuk KUR dan Bank Umumuntuk Penduduk Miskin Perlu Diperkuat dan Ditingkatkan
20,7
19,2
31,8
23,0
1
25,4
24,9
42,6
20,4
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
KUR Bank Umum BPR KreditKoperasi
PeroranganBerbunga
Pegadaian Leasing KUBE BUMDES Lainnya
Akses Layanan Keuangan Antar Kelompok Pendapatan di Jawa Barat, 2018
Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Sangat Mudah; 17
Mudah; 77
Sulit; 06
Akses Ke Bank Umum Pemerintahan(BRI, BNI, Mandiri, BPD, Dan BTN)
• Layanan KUR lebih banyak diaksesoleh penduduk menengah ke atas(kuintil 4 dan 5).
• Penduduk miskin (kuintil 1) banyakyang mengakses KUBE, BUMDES, danpinjaman perorangan (berbunga).
Rp
Sumber: Susenas dan Podes 2018 diolah Bappenas
Terdapat 6% desa yang sangatsulit mencapai keBank UmumPemerintahterdekat
27
HATUR NUHUN KANA PERHATOSANNA
28