Download - pemanis sintetik
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Konsumsi gula dunia cenderung meningkat sejalan
perkembangan populasi dan peningkatan taraf hidup terutama di negara-
negara maju. Di lain pihak, dengan alasan kesehatan, konsumen
berusaha mencari pemanis yang tidak menghasilkan kalori agar mereka
tetap dapat menikmati rasa manis tanpa takut menjadi gemuk atau
menimbulkan respon glikemik (peningkatan kadar gula darah). Industri
pangan dan farmasi berlomba-lomba menciptakan pemanis-pemanis
sintetik bebas kalori. Pemanis yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat
mengganti sukrosa (gula tebu), glukosa atau gula-gula lain yang berkalori
tinggi, mendukung usaha konsumen untuk mengontrol berat badan,
menekan kadar glukosa darah, mengurangi sedapat mungkin karies gigi
yang diakibatkan konsumsi gula, akan tetapi tetap dapat menikmati rasa
manis.
Di Indonesia masih banyak permasalahan terkait dengan
penggunaan pemanis buatan. Meski sudah ada ketentuan batas
maksimum yang diizinkan, penggunaan pemanis buatan masih sering
dilakukan semena-mena melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui jenis pemanis
buatan yang baik untuk di konsumsi dan tidak berbahaya.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami jenis dan kadar pemanis buatan
yang terdapat dalam contoh makanan dan minuman.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengidentifikasi adanya pemanis sintesis sakarin pada sampel
sari kacang hijau dan marimas
2. Menentukan kadar dari pemanis sintesis sakarin yang ada pada
sampel sari kacang hijau dan marimas
I.3 Prinsip Percobaan
Penentuan jenis dan kadar pemanis buatan yang terdapat dalam
bahan makanan dan minuman yaitu secara kualitatif serta kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Konsumsi gula dunia cenderung meningkat sejalan perkembangan
populasi dan peningkatan taraf hidup terutama di negara-negara maju.
Di lain pihak, dengan alasan kesehatan, konsumen berusaha mencari
pemanis yang tidak menghasilkan kalori agar mereka tetap dapat
menikmati rasa manis tanpa takut menjadi gemuk atau menimbulkan
respon glikemik (peningkatan kadar gula darah). Industri pangan dan
farmasi berlomba-lomba menciptakan pemanis-pemanis sintetik bebas
kalori. Pemanis yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat mengganti
sukrosa (gula tebu), glukosa atau gula-gula lain yang berkalori tinggi,
mendukung usaha konsumen untuk mengontrol berat badan, menekan
kadar glukosa darah, mengurangi sedapat mungkin karies gigi yang
diakibatkan konsumsi gula, akan tetapi tetap dapat menikmati rasa
manis.
Evaluasi terhadap pemanis buatan sebelum dilempar ke pasaran
meliputi mutu sensorik (rasa manis, ada tidaknya rasa pahit, ada
tidaknya bau), keamanan, pengaruhnya terhadap zat-zat lain dalam
bahan pangan, stabilitas dalam proses dan pengolahan pangan. Trend
terbaru, industri pangan mulai suka menggunakan kombinasi beberapa
pemanis buatan sekaligus.
Industri pangan di Indonesia sudah lama mengenal pemanis buatan
sakarin, siklamat dan aspartam. Hanya dua yang pertama
penggunaannya sangat ketat, bahkan di negara-negara tertentu sudah
dilarang. Sedangkan aspartam banyak digunakan industri pangan
Indonesia, khususnya untuk produk makanan dan minuman diet.
Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa di Amerika Serikat dan
negara-negara maju lainnya mulai menggunakan pemanis mutakhir,
yang mungkin masih belum banyak dikenal di Indonesia yaitu alitame,
acesulfame-K dan sucralose. Amankah pemanis-pemanis baru itu ?
Alitame
Alitame adalah pemanis buatan campuran dari 2 senyawa turunan asam
amino yaitu l-asam aspartat dan d-alanin serta satu senyawa amida.
Tingkat kemanisannya mencapai 2000 x sukrosa, tanpa rasa pahit dan
rasa metal (bandingkan dengan sakarin yang memberikan aftertaste
pahit di pangkal lidah). Tahun 1986 oleh FDA (Food and Drug
Administration) Amerika Serikat, pemanis ini direkomendasikan untuk
produk pangan termasuk roti-kue, minuman ringan dan permen.
Dalam tubuh manusia 7-22% alitame tidak diabsorbsi usus tapi
langsung dibuang melalui sistem ekskresi. Sisanya (78-93%)
terhidrolisis menjadi asam aspartat dan alanin-amida. Asam aspartat
dicerna sebagai asam amino sedangkan alanin-amida diekskresikan
melalui urine. Alitame masih memiliki kalori sebesar 1,4 kcal/gram.
Pada tahun 1995 JECFA (Joint Expert Committee on Food Additives,
lembaga ilmiah di bawah WHO dan FAO – PBB) menyimpulkan dari
hasil penelitian bahwa alitame tidak bersifat karsinogen, akan tetapi
perlu ada pembatasan penggunaan sesuai konsep ADI (Acceptable
Daily Intake = konsumsi harian yang diperkenankan) sebesar 0,34
mg/kg berat badan.
Alitame sebenarnya merupakan produk hasil penemuan industri farmasi
multinasional, Pfizer Inc, yang memegang hak paten dengan nama
“Aclame ”. Pfizer mengklaim kelebihan alitame antara lain sangat mudah
larut dalam air, stabil pada pengolahan menggunakan panas dengan
range pH luas. Alitame memperoleh efek sinergis yang menguntungkan
jika dikombinasikan dengan pemanis rendah kalori lainnya.
Acesulfame-K
Acesulfame K (acesulfame-kalium) telah disetujui FDA sebagai aditif
pemanis untuk makanan pada tahun 1988. FDA merekomendasikan
acesulfame-K digunakan pada produk roti-rotian, makanan beku, yogurt,
kembang gula, permen karet, produk susu kering, sirup dan saus. Juga
untuk produk pasta gigi, mouth wash dan pelapis obat. Acesulfame-K
sering digunakan sebagai kombinasi dengan pemanis buatan yang lain
seperti aspartam, sakarin atau siklamat. Pada tahun 1995 pemanis ini
juga digunakan pada minuman beralkohol. Secara komersial
acesulfame-K menggunakan merk Sunette atau Sweet One dalam
bentuk saset dan tablet. Aman dikonsumsi dengan batasan ADI
maksimal 15 mg/kg berat badan.
Acesulfame-K ditemukan seorang kimiawan Karl Clauss tahun 1967. Dia
menemukan rasa manis secara tidak sengaja ketika menjilatkan jarinya
untuk mengambil kertas di laboratorium. Patennya dimiliki oleh Hoechst
AG, Jerman. Acesulfame-K rasanya manis, beberapa orang merasakan
adanya aftertaste yang pahit hampir seperti sakarin, tetapi sebagian lain
tidak merasakannya. Potensi kemanisan relatif (sweetness potency
relative) sekitar 200 x sukrose. Acesulfame-K dinyatakan sebagai
pemanis buatan bebas kalori yang bersih, cepat memberikan rasa
manis. Memiliki kestabilan yang baik pada suhu tinggi dan daya larut
yang baik sehingga pemanis ini dianggap cocok untuk berbagai produk.
Sucralose
Sucralose merupakan derivat sukrosa yang diklorinasi dengan tingkat
kemanisan 600 x sukrosa. Pada tahun 1988 pemanis buatan ini telah
direkomendasikan FDA aman untuk produk makanan dengan nilai ADI
maksimal 10 mg/berat badan. Salah satunya dikenal dengan merek
dagang “Splenda”. Pemanis buatan ini telah digunakan pada beberapa
produk pangan, khususnya minuman ringan.
Masa Depan Pemanis Sintetik
Sebenarnya masyarakat industri pangan menunggu-nunggu
ditemukannya pemanis sintetik yang benar-benar aman, tanpa ada
kontroversi karena diragukan keamanannya. Sayang sekali menurut
CSPI (Center for Science in the Public Interest) sebuah LSM di Amerika
Serikat yang bergerak pada bidang kesehatan menyatakan alitame,
acesulfame-K maupun sucralose bukanlah yang diharapkan.
Beberapa kasus maupun hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa
produk-produk sintetis di atas tidak 100% aman. Sucralose misalnya,
dalam proses metabolisme normal tubuh ternyata menghasilkan 1-6
dichlorofructose suatu senyawa yang tidak aman bagi manusia.
Sedangkan pada acesulfame-K ditemukan asetoasetamid yang
menimbulkan efek pada kelenjar tiroid pada tikus, kelinci dan anjing.
Penambahan 1% dan 5% asetoasetamid pada ransum makanannya
selama 3 bulan menyebabkan tumbuhnya tumor jinak pada kelenjar
tiroid tikus. Bahkan aspartampun sebenarnya tidak aman 100%. Hasil
penelitian mutakhir di Eropa menunjukkan aspartam menimbulkan efek
samping yang tidak diharapkan karena akumulasi formaldehid sebagai
hasil metabolisme. Formaldehid dapat merusak sistem imun manusia.
Sama dengan aditif makanan lainnya, pemanis buatan yang digunakan
dalam makanan harus disertai label yang menunjukkan ADI maksimum,
sehingga konsumen dapat mengetahui batas keamanan produk yang
dibelinya.
Alangkah baiknya jika kita mengikuti anjuran back to nature yaitu untuk
sedapat mungkin menggunakan bahan alami, karena produk-produk di
atas merupakan produk sintetis yang belum 100% aman seperti bahan
alami. Madu bisa dijadikan alternatif pilihan sumber gula yang sehat.
Namun konsumen harus jeli karena banyak madu yang dijual di pasaran
bukan berasal dari hasil derasan sarang lebah madu tetapi rebusan gula
karamel atau bahkan mungkin olahan “raw sugar”
II.2 Uraian Bahan
1. Aqudest (1; 96)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Sinonim : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : -
Khasiat : Sebagai pelarut
2. HCl (1; 297).
Nama resmi : HYDROMORPHINI HYDROCHLORIDUM
Sinonim : Hidromorfona hidroklorida di laudid
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau,pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3 bagian air, agak
sukar dalam etanol (95%)P, praktis tidak larut
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya
Khasiat : Sebagai sampel
3. Na2CO3 (1; 400)
Nama resmi : NATRII CARBONAS
Sinonim : Natrium karbonat
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam
air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai sampel.
4. NaOH (1; 412)
Nama resmi : NATRII HIDROXYDUM
Sinonim : Natrium hidroksida
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa, hablur atau
dengan keping, keras, rapuh dan menunjukan
susunan hablur, putih mudah meleleh, besar,
sangat alkalis. Dan korosif segera menyerap
karbon dioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)
P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Sebagai sampel
II.3 Prosedur Kerja
1. Analisis kualitatif
Siklamat
Kocok 5 tablet dengan 20 ml aquadest, saring, asamkan dengan
HCl dan tambahkan 1 l barium klorida. Pada larutan yang jernih
tambahkan 1 ml larutan natrium nitrit 10 %. Apabila contoh
mengandung siklamat maka akan terbentuk endapan putih.
Sakarin
Campur kira-kira 1 ml contoh dengan 50 mg resorsinol.
Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat, panaskan hati-hati sampai
terbentuk warna hijau gelap. Dinginkan hati-hati, tambahkan 10 ml
aquadest dan larutan NaOH 5 M berlebih. Sakarin akan
memberikan flurosensi berwarna hijau.
2. Analisis kuantitatif
Siklamat
- Timbang 400 mg natrium siklamat, masukkan ke dalam gelas
piala, tambahkan 45 ml air, dan 5 ml HCl pekat. Tambahkan 5
tetes indikator tropeolin oo dan 3 tetes metilen biru.
- Titrasi dengan larutan baku natrium nitrit 0,1 M ( 1ml NaNO2 0,1
M setara dengan 20,12 mg Na siklamat)
Sakarin
- Timbang lebih kurang 300 mg contoh, larutkan dalam 75 ml air
mendidih, dinginkan.
- Titrasi dengan NaOH 0,1N menggunakan 3 tetes fenolptalein
sebagai indikator. (tiap ml NaOH setara dengan 18,32 mg
sakarin)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan yang digunakan
III.1.1 Alat yang digunakan
1. Botol semprot
2. Buret
3. Corong
4. Erlenmeyer
5. Gelas piala
6. Gelas ukur
7. Kertas saring
8. Kertas perkamen
9. klem
10.Pipet tetes
11.Pipet volume
12.Statif
III.1.2 Bahan yang digunakan
1. Aquadest
2. Asam sulfat
3. HCL 13 %
4. Kalsium klorida
5. Marimas
6. NaOH 5 M
7. Natrium nitrit 10%
III.2 Cara Kerja
a. Analisis Kualitatif
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang 5 gram sampel (marimas), lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
3. Ditambahkan 50 ml aquadest dan dikocok ad homogen.
4. Disaring dan diasamkan dengan asam klorida 10 N. Kemudian
ditambahkan 1 ml larutan kalsium klorida. Pada larutan yang
jernih ditambahkan 1 ml larutan natrium nitrit.
5. Diamati perubahan yang terjadi
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
1. Analisis Kualitatif
Uji Siklamat
Sampel Hasil
Marimas Tidak terdapat siklamat
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum analisis makanan minuman kali ini adalah analisis pemanis
sintesis dalam makanan minuman. Dengan tujuan untuk menentukan kadar
pemanis buatan yang terdapat dalam contoh makanan / minuman.
Pemanis buatan, sering juga disebut pengganti gula, menawarkan
manisnya gula tanpa kalori. Pemanis buatan jauh lebih manis dibanding gula,
sehingga jumlah yang dibutuhkan untuk memaniskan makanan lebih kecil.
Oleh karena itu, makanan yang diberi pemanis buatan mempunyai nilai kalori
yang lebih rendah dibanding makanan yang mengandung gula.
Pemanis buatan tidak mempengaruhi kadar gula darah. Bahan ini
dianggap 'makanan bebas" – karena tidak mengandung karbohidrat atau
lemak. Dalam industry makanan dan minuman, dikenal beberapa macam
pemanis buatan, seperti :
1. Sakarin
2. Siklamat
3. Aspartame
4. Sukrosa
Pemanis buatan ini kebanyakan adalah bahan kimia, bukan diolah dari bahan
gula tebu atau gula alami lainnya. Tingkat kemanisannya memang jauh lebih
tinggi daripada gula biasa, namun rendah kalori sehingga biasanya disukai
oleh mereka yang terkena diabetes atau memang ingin diet.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Pada sampel marimas maupun sari kacang hijau ( yang hanya
unsur coba-coba ternyata tidak mengandung pemanis sakarin maupun
siklamat
VI.2 Saran
Semoga dalam praktikum ini dapat memberikan kita
pengetahuan tentang pemanis sintetik yang aman.
DAFTAR PUSTAKA
1. file:///G:/Waspada%20Pemanis%20Buatan!%20_
%20www.melileaku.com.htm
2. Ditjen Pom. 1979. “ Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS MAKANAN MINUMAN DAN KOSMETIK
ANALISIS PEMANIS SINTESIS
OLEH:
KELOMPOK II ( DUA )
ALVIANITA A. YEMMA PARAMITA
ASRIL BURHAN MARIA ULFA
EZRA MASTER WANTI MUFLIHA
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI KEBANGSAAN ( STIFA )
MAKASSAR
2009