PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KASEPUHAN DI KAMPUNG CIPTARASA DAN
CIPTAGELAR SUKABUMI
ILHAM PRATAMA NOVIANDI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan
Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kasepuhan di Kampung Ciptarasa dan
Ciptagelar Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Ilham Pratama Noviandi
NIM E34100055
ABSTRAK
ILHAM PRATAMA NOVIANDI. Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada
Masyarakat Kasepuhan di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar Sukabumi.
Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS HIKMAT.
Masyarakat Kasepuhan Ciptarasa dan Ciptagelar adalah kelompok
masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak. Tumbuhan obat masih digunakan oleh masyarakat Kasepuhan
untuk pengobatan sehari-hari. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi
jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan, cara pengolahan dan penggunaan oleh
masyarakat di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar Sukabumi. Metode yang
digunakan adalah metode snowball sampling dengan total 60 responden. Total
jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Ciptarasa
sebanyak 54 jenis dari 30 famili dan di Kampung Ciptagelar sebanyak 51 jenis
dari 28 famili. Tumbuhan obat berdasarkan habitus dapat dikelompokkan kedalam
4 kelompok yaitu, perdu, herba, pohon, dan liana, sedangkan berdasarkan bagian
yang digunakannya dapat dikelompokkan menjadi 8 yaitu, akar, daun, buah,
pucuk, batang, jantung, umbi dan seluruh bagian. Kelompok kegunaan tumbuhan
obat yang sering digunakan yaitu penyakit saluran pencernaan, serta penyakit otot
dan persendian. Cara pengolahan yang sering digunakan yaitu direbus, dan cara
penggunaan yang sering digunakan yaitu diminum. Jenis tumbuhan obat unggulan
di Kampung Ciptagelar sebanyak 8 jenis dan di Kampung Ciptarasa sebanyak 6
jenis.
Kata kunci: habitus, kasepuhan, responden, tumbuhan obat
ABSTRACT
ILHAM PRATAMA NOVIANDI. Utilization of Medicinal Plants of Kasepuhan
Community at Ciptarasa and Ciptagelar Village Sukabumi. Supervised by
SISWOYO and AGUS HIKMAT.
The community of Kasepuhan Ciptarasa and Ciptagelar settled in the area
of Gunung Halimun Salak National Park. Medicinal plants were still used daily by
the community of Kasepuhan for the disease treatment. The purpose of this
research was to identified the species of medicinal plants were utilized, the way of
processing and the utilization in Ciptarasa and Ciptagelar village Sukabumi. The
method used was the snowball method with 60 respondents of the village. The
type of medicinal plants which using by the community in Ciptarasa village was
54 species from 30 families and 51 species from 28 family in Ciptagelar village.
Medicinal plants based on habitus was 4 groups, there were shrubs, herbaceous,
trees and liana. Based on the sections grouped into 8, there were roots, leaves,
fruits, shoots, stem, heart, bulbs and the entire plant section. The usability group
of medicinal plants that were frequently used for the muscle pain. The way of
processing that was boiled, consumed araly. Superior plant species that used was
8 types in Ciptagelar village and 6 types in Ciptarasa village.
Keywords: habitus, kasepuhan, medicinal plants, respondents
PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KASEPUHAN DI KAMPUNG CIPTARASA DAN
CIPTAGELAR SUKABUMI
ILHAM PRATAMA NOVIANDI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kasepuhan di
Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar Sukabumi
Nama : Ilham Pratama Noviandi
NIM : E34100055
Disetujui oleh
Ir Siswoyo, MSi Dr Ir Agus Hikmat, MScFTrop
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kasepuhan
di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar Sukabumi. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei 2014 yang berlokasi di Kampung Ciptarasa, Desa Sirnarasa dan
Kampung Ciptagelar, Desa Sirnaresmi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan
Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScFTrop yang telah membimbing selama penulis
melakukan penelitian dan penulisan skripsi. Kepada pihak Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak, Kepala Resort Gunung Koneng, Masyarakat Kampung
Ciptarasa dan Ciptagelar yang telah memberikan izin untuk menggunakan lokasi
penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak dan ibu, serta
seluruh keluarga dan teman-teman atas segala bantuan, doa, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ini bermanfaat.
Bogor, November 2014
Ilham Pratama Noviandi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7
Karakteristik Responden 7
Potensi Tumbuhan Obat 10
Pemanfaatan Tumbuhan Obat 12
Tumbuhan Obat Unggulan 26
SIMPULAN DAN SARAN 27
Simpulan 27
Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
DAFTAR TABEL
1 Jenis data primer yang dikumpulkan 3
2 Pengelompokkan tumbuhan obat 5
3 Klasifikasi kelompok penyakit atau penggunaan dan macam penyakit
atau penggunaannya 5
4 Jumlah responden berdasarkan umur 8
5 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin 8
6 Tingkat pendidikan responden 9
7 Mata pencaharian 9
8 Bagian tumbuhan obat yang digunakan 12
9 Rekapitulasi khasiat tumbuhan obat berdasarkan kelompok kegunaan 13
10 Jenis-jenis tumbuhan obat untuk perawatan sesudah melahirkan 14
11 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit otot dan
persendian 15
12 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati demam 16
13 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati luka 17
14 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran
pencernaan 18
15 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran
pernapasan 19
16 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit mata 20
17 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung 21
18 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit ginjal 21
19 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk perawatan kulit 22
20 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit kulit 22
21 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit kuning 23
22 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit khusus wanita 24
23 Cara pengolahan tumbuhan obat 25
24 Cara penggunaan tumbuhan obat 25
25 Jenis-jenis tumbuhan obat unggulan 26
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 2
2 Persentasi famili tumbuhan obat 11
3 Persentasi habitus tumbuhan obat 11
4 Persentasi tipe habitat tumbuhan obat 12
5 Jawer kotok (Plectranthus scutellaroides) 14
6 Antanan (Centella asiatica) 16
7 Walang (Eryngium foetidum) 17
8 Jukut bau (Ageratum conyzoides) 18
9 Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) 19
10 Panglay (Zingiber purpureum) 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat Kasepuhan Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar adalah
kelompok masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak yang keberadaanya selalu berpindah-pindah disebabkan
oleh perintah wangsit yang diberikan kepada suku adat Kasepuhan. Pola perilaku
sosial budaya masyarakat adat Kasepuhan hingga ini masih menunjukkan
karakteristik budaya Sunda leluhur yang memiliki kepercayaan terhadap kekuatan
alam yang dikuasai oleh roh-roh nenek moyang. Menurut Rachmawati (2000),
masyarakat kasepuhan dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang kuat aturan
yang ditinggalkan oleh nenek moyangnya.
Pemanfaatan hutan secara tradisional oleh masyarakat kasepuhan sudah
berlangsung lama. Menurut Adimihardja et al. (1994), pengetahuan masyarakat
kasepuhan tentang sistem perladangan dan sistem pemanfaatan hutan sejak masa
lampau sangat baik, karena selain mampu membuat konsep, juga dapat
mempraktikkan sistem pembagian tata ruang untuk kepentingan konservasi alam.
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di Kampung Ciptarasa dan
Ciptagelar sudah berlangsung lama dan masyarakat kasepuhan di Kampung
Ciptarasa dan Ciptagelar sudah mengetahui cara memanfaatkan tumbuhan obat
untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dalam skala kecil untuk pengobatan
sehari-hari yang diwarisi secara turun-temurun.
Menurut Soewito (1989), pemanfaatan tumbuhan obat ialah memanfaatkan
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita, dan mempunyai
khasiat untuk bahan pengobatan secara tradisional. Pemanfaatan tumbuhan obat
sendiri lebih aman dari penggunaan obat modern karena obat modern memiliki
efek samping lebih banyak. Kehidupan masyarakat pedesaan jauh lebih sehat dari
cara kehidupan masyarakat perkotaan. Masyarakat pedesaan lebih banyak
memanfaatkan alam untuk kehidupan, sedangkan masyarakat perkotaan lebih
memanfaatkan yang bersifat modern. Maka dari segi kesehatan, masyarakat
pedesaan mempunyai tingkat kesehatan yang lebih baik dari masyarakat
perkotaan.
Oleh karena itu penelitian pemanfaatan tumbuhan obat perlu dilakukan
agar informasi yang diperoleh dapat memberi kesadaran bahwa pentingnya
tumbuhan obat bagi kesehatan, karena tumbuhan obat tidak memiliki efek
samping yang besar, baik itu dari ketepatan cara penggunaan, ketepatan dosis dan
lainnya, seperti obat modern. Tumbuhan obat dapat menjadi suatu pencapaian
kemandirian bangsa, khususnya masyarakat Kasepuhan di Kampung Ciptarasa
dan Ciptagelar yang tidak terlalu bergantung pada obat modern.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kasepuhan di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar
2. Mengidentifikasi cara pengolahan dan penggunaan tumbuhan obat oleh
masyarakat Kasepuhan di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar.
2
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi
tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kasepuhan di Kampung
Ciptarasa dan Ciptagelar kepada pihak pengelola TNGHS guna pengelolaan,
pelestarian dan pemanfaatannya secara berkelanjutan.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kasepuhan
dilakukan di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar Sukabumi (Gambar 1). Waktu
penelitian mulai dari bulan Januari hingga bulan Oktober 2014.
Gambar 1 Peta lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain: alat tulis, alat
perekam suara, dan kamera untuk alat dokumentasi. Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian, antara lain: laporan/dokumen yang terkait dengan kondisi umum
lokasi dan sumberdaya hutan di TNGHS, kantong plastik, label, alkohol 70%, dan
kuesioner.
3
Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: orientasi lapang,
pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data.
Orientasi Lapang
Orientasi Lapang dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
masyarakat kasepuhan yang memanfaatkan tumbuhan obat di Kampung
Ciptagelar dan Ciptarasa.
Pengumpulan Data
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan yaitu data primer dan data
sekunder yaitu :
a. Data primer
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara
yang dilakukan pada beberapa kelompok masyarakat tertentu, yaitu dukun bayi,
kelompok pengguna, dan herbarium untuk jenis tumbuhan obat yang belum
diketahui jenisnya atau belum teridentifikasi (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis data primer yang dikumpulkan
b. Data sekunder
Data sekunder yang diambil melalui kajian literatur yang mengkaji
beberapa laporan, meliputi data keadaan umum masyarakat dan letak Kampung
Ciptarasa dan Ciptagelar.
a.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara.Wawancara dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi mengenai tumbuhan obat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Ciptagelar dan Ciptarasa. Penentuan
Jenis data Aspek yang dikaji Sumber data Metode
Karakteristik
Responden
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
masyarakat
4. Mata pencaharian
Lapangan (masyarakat di
Kampung Ciptagelar dan
Ciptarasa).
Wawancara
Pemanfaatan
tumbuhan
obat
1. Nama lokal
2. Nama ilmiah
3. Famili
4. Habitus
5. Tipe habitat
6. Manfaat
7. Bagian yang
digunakan
8. Cara pengolahan
9. Cara penggunaan
Lapangan (masyarakat di
Kampung Ciptagelar dan
Ciptarasa).
Wawancara
4
responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu dengan menentukan
responden kunci (key person). Responden kunci adalah orang atau responden
yang memiliki pengetahuan luas mengenai pemanfaatan yang dilakukan
masyarakat sekitar serta memiliki intensitas pemanfaatan yang tinggi terhadap
kawasan. Wawancara berhenti apabila data yang diperoleh jenuh atau tidak ada
lagi penambahan informasi. Total responden yang diwawancarai sebanyak 60
orang. Kelompok masyarakat yang diwawancarai yaitu dukun bayi, dan kelompok
pengguna.
b. Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan untuk membantu kegiatan identifikasi
spesies tumbuhan. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium adalah
sebagai berikut.
1. Mengambil contoh herbarium, yaitu contoh ranting lengkap dengan daun serta
bunga dan buah jika ada.
2. Memotong bahan herbarium dengan panjang ±40 cm, kemudian diberi label
gantung berukuran 3 cm x 5 cm yang berisi nomor koleksi, nama lokal, tanggal
pengumpulan, lokasi pengumpulan dan nama kolektor.
3. Bahan herbarium disemprot alkohol 70%. Masing-masing herbarium
dibungkus dengan menggunakan koran yang sudah disemprot dengan alkohol.
4. Herbarium disusun dalam sasak dan dioven selama 2 hari dengan suhu 80ºC.
5. Setelah itu herbarium yang sudah kering dan dilengkap data yang diperlukan
diidentifikasi nama ilmiahnya di Herbarium Bogoriensis.
Pengolahan dan Analisis Data
Hasil identifikasi jenis tumbuhan obat disusun berdasarkan nama ataupun
spesies yang dimanfaatkan masyarakat untuk dianalisa kegunaan dan manfaatnya.
Selanjutnya digabungkan dengan hasil survey, pengamatan di lapang dan hasil
studi pustaka yang sesuai untuk ditabulasikan secara sistematis dan dianalisa
secara deskriptif.
a. Identifikasi Sub-Kelompok dalam Suatu Kampung
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan ke
Kampung Ciptagelar dan Ciptarasa, kemudian dikelompokan lagi ke dalam
beberapa kelompok masyarakat yaitu dukun bayi dan kelompok pengguna
tumbuhan obat.
b. Pengelompokkan Tumbuhan Obat
Data tumbuhan obat yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok untuk mendapatkan titik temu dalam pengambilan
hasil data tentang pemanfaatan tumbuhan obat yang tercakup pada kebutuhan
dasar tersebut (Tabel 2).
5
Tabel 2 Pengelompokkan tumbuhan obat
Kelompok Sub Kelompok
Potensi tumbuhan obat
Jumlah jenis berdasarkan lokasi, persentasi
famili, persentasi habitat dan persentasi
habitus.
Pemanfaatan tumbuhan obat
Bagian tumbuhan dimanfaatkan, kelompok
kegunaan, cara pengolahan dan cara
penggunaan
Tumbuhan obat unggulan Jumlah jenis tumbuhan obat unggulan dan
kegunaan jenis tumbuhan obat unggulan
Pengklasifikasian data dilakukan terhadap khasiat masing-masing jenis
tumbuhan obat berdasarkan kelompok kegunaan tumbuhan obat (Tabel 3).
Tabel 3 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam
penyakit/penggunaannya
No. Kelompok
Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan
1 Penawar Racun Penawar racun ular, dan penggunaan lainnya
2 Pengobatan Luka Luka bakar, luka memar dan penggunaan lainnya
3 Penyakit Gigi Saki gigi, dan penggunaan lainnya
4 Penyakit Ginjal Ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya
5 Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi dan
penggunaan lainnya
6 Penyakit Khusus
Wanita
Terlambat haid, haid terlalu banyak, dan
penggunaan lainnya
7 Penyakit Kulit Bisul, kurap, gatal, kudis, dan penggunaan lainnya
8 Penyakit Kuning Sakit kuning, penyakit hati, dan penggunaan
lainnya
9 Penyakit Mata Sakit mata, rabun senja, dan penggunaan lainnya
10 Penyakit Mulut Gusi bengkak, sariawan, dan penggunaan lainnya
11 Penyakit Otot dan
Persendian
Asam urat, rematik, sakit otot, sakit persendian,
sakit pinggang, dan penggunaan lainnya
12 Tonikum Obat kuat, tonikum, penambah nafsu makan, dan
penggunaan lainnya
13 Penyakit Saluran
Pencernaan
Maag, kembung, masuk angin, diare, dan
penggunaan lainnya
14 Penyakit Saluran
Pernafasan/THT
Batuk, flu, influenza, pilek, sesak nafas, dan
penggunaan lainnya
15 Perawatan
Kehamilan dan
Persalinan
Perawatan sesudah melahirkan/persalinan, dan
penggunaan lainnya
16 Perawatan Kulit Penghalus kulit, perawatan muka, dan penggunaan
lainnya
17 Demam Demam, penurun panas, dan penggunaan lainnya
18 Lain-lain Penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas Sumber: Zuhud et al. (2000)
6
Berikut rumusan perhitungan persentasi famili, bagian yang digunakan dan
habitus pada tumbuhan obat:
c. Persentasi Famili
Persentasi famili digunakan untuk mengetahui persentasi dari masing-
masing famili jenis tumbuhan obat yang ditemukan. Persentasi famili ini
menggunakan rumus (Hasanah 2011):
Persentasi famili =
x100%
d. Persentasi Bagian yang digunakan
Persentasi bagian yang digunakan untuk mengetahui persentasi bagian dari
tumbuhan obat tersebut yang dapat digunakan untuk obat. Persentasi bagian yang
digunakan ini menggunakan rumus (Hasanah 2011) :
Persentasi bagian yang digunakan = ∑
∑ x100%
e. Persentasi Habitus
Habitus adalah perawakan suatu tumbuhan. Menurut Tjitrosoepomo (1988)
diacu dalam Damayanti (1999), habitus berbagai jenis tumbuhan adalah sebagai
berikut:
1. Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang
jelas dan bercabang jauh dari permukaan tanah.
2. Perdu adalah tumbuhan berkayu yang tidak seberapa besar dan bercabang
dekat dengan permukaan tanah
3. Herba adalah tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair
4. Liana adalah tumbuhan berkayu dengan batang menjalar atau memanjat pada
tumbuhan lain.
Persentasi habitus digunakan untuk mengetahui persentasi habitus
tumbuhan obat yang ditemukan. Persentasi habitus ini menggunakan rumus
(Hasanah 2011) :
Persentasi habitus = i h i
i h h i x 100%
f. Persentasi Habitat
Persentasi habitat digunakan untuk mengetahui persentasi habitat
tumbuhan obat yang ditemukan. Persentasi habitat ini menggunakan rumus
(Hasanah 2011) :
Persentasi habitat =
x 100%
Penentuan Jenis-jenis Tumbuhan Obat Unggulan
Kriteria jenis tumbuhan obat unggulan yang dipilih dengan
mempertimbangkan berbagai aspek, meliputi : (1) prioritas pengobatan penyakit
7
penting, (2) jenis dengan potensi produksi tinggi, (3) punya pasar lokal maupun
ekspor, (4) mudah dibudidayakan, (5) dikenal masyarakat, (6) sudah banyak
diteliti, baik aspek kimia khasiat maupun budidayanya, (7) terancam langka
karena banyak dipanen masyarakat, dan, (8) pengembangannya melibatkan
masyarakat sekitar hutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Secara administratif, Kampung Ciptagelar berada di wilayah Desa
Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Letaknya dikelilingi
Gunung Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng. Jarak Kampung
Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi 14 km, dari kota kecamatan 27 km, dari pusat
pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 km. Letak geografis Kampung Ciptagelar
berada di atas ketinggian tempat 1 050 meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, Kampung Ciptarasa berada di wilayah desa
Sirnarasa, Kecamatan Cikakak. Letaknya di kaki Gunung Halimun selatan, pada
punggung Gunung Sangiang dan Gunung Bodas. Jarak Kampung Ciptarasa dari
wilayah Pantai Pelabuhan Ratu adalah 30 km. Letak geografis Kampung
Ciptarasa berada pada ketinggian tempat 756 meter di atas permukaan laut.
Karakterisktik Responden
Menurut Purbasari (2011) interaksi masyarakat dan kawasan dibutuhkan
agar masyarakat mengetahui dan merasakan secara langsung manfaat dari
kawasan. Masyarakat sekitar hutan sangat bergantung dan memiliki interaksi yang
kuat pada hutan, dikarenakan untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam
kesehariannya. Akan tetapi masyarakat sekitar hutan memiliki peraturan tersendiri
dalam memanfaatkan hutan dengan adanya pembagian zonasi hutan. Masyarakat
Kasepuhan sendiri mengetahui jika aturan tersebut dilanggar maka akan terkena
bencana dari leluhurnya, selain itu untuk menjaga keberlangsungan hidup
masyarakat agar dapat diwarisi terhadap anak cucu mereka secara turun temurun.
Karakteristik masyarakat di Kampung Ciptarasa dan Kampung Ciptagelar
disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan mata pencaharian.
Umur
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Kasepuhan di Kampung
Ciptarasa dan Ciptagelar sudah berlangsung lama, dan pengetahuan yang
didapatkan tentang tumbuhan obat berlangsung secara turun temurun. Adapun
beberapa dari instansi pendidikan seperti perguruan tinggi yang memberikan
penyuluhan tentang pemanfaatan tumbuhan obat terhadap masyarakat di kedua
kampung tersebut dengan objek tumbuhan obat yang berada atau tumbuh di kedua
kampung tersebut, namun penyuluhan pemanfaatan tumbuhan obat tersebut tidak
jauh berbeda dengan pemanfaatan tumbuhan obat yang biasa dimanfaatkan oleh
8
masyarakat kampung dalam kesehariannya. Sebagaimana yang telah dilakukan
pengambilan data bahwa penggunaan tumbuhan obat dimanfaatkan oleh berbagai
kalangan umur dari umur 18 tahun hingga umur 72 tahun (Tabel 4).
Tabel 4 Jumlah responden berdasarkan tingkat umur
No. Umur
(tahun)
Jumlah responden tiap kampung
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
Jumlah (org) Persentasi (%) Jumlah (org) Persentasi (%)
1 15-19 2 6.67 2 20.00
2 20-29 6 20.00 3 10.00
3 30-39 6 20.00 4 13.33
4 40-49 8 26.67 9 30.00
5 50-59 5 16.67 7 23.33
6 >60 3 10.00 5 16.67
Berdasarkan kelompok umur yang disajikan pada Tabel 4 bahwa umur
responden pada kampung Ciptarasa dan Ciptagelar yang lebih tinggi
memanfaatkan tumbuhan obat adalah umur yang berkisar antara 40 hingga 49
tahun sebesar 26.67% untuk kampung Ciptarasa dan 30.00% untuk kampung
Ciptagelar. Kelompok umur yang berkisar antara 40 hingga 49, karena lebih
banyak memanfaatkan tumbuhan obat dikarenakan dalam kesehariannya mereka
selalu berinteraksi langsung dengan hutan atau lingkungan lainnya, selain itu
mereka lebih memahami cara pemanfaatannya yang didapatkan oleh nenek
moyangnya secara turun temurun.
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil yang didapat melalui wawancara tentang pemanfaatan
tumbuhan obat, jenis kelamin laki-laki lebih banyak menggunakan tumbuhan obat
dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Jenis kelamin laki-laki yang
memanfaatkan tumbuhan obat di Kampung Ciptarasa sebesar 60.00% dan di
Kampung Ciptagelar sebesar 53.33% (Tabel 5).
Tabel 5 Jenis berdasarkan jenis kelamin responden
No.
Jenis
Kelamin
Jumlah responden tiap kampong
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
Jumlah (org) Persentasi (%) Jumlah (org) Persentasi (%)
1 Laki-laki 18 60.00 16 53.33
2 Perempuan 12 40.00 14 46.67
Hal ini dikarenakan laki-laki sering berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, seperti sawah kebun dan hutan dalam kesehariannya, maka secara tidak
langsung lebih banyak memanfaatkan tumbuhan obat.
9
Tingkat Pendidikan
Responden masyarakat Kasepuhan di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar
lebih banyak yang berlatar belakang tingkat pendidikan hingga Sekolah Dasar
(SD), dan lebih sedikit yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) (Tabel 6).
Tabel 6 Tingkat pendidikan responden
No. Pendidikan
Jumlah responden tiap kampung
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
Jumlah (org) Persentasi (%) Jumlah (org) Persentasi (%)
1 Tidak tamat SD 4 13.33 5 16.67
2 SD 23 76.67 18 60.00
3 SMP 3 10.00 5 16.67
4 SMA - - 2 6.67
Tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Kampung Ciptarasa sebesar
76.67% sedangkan di Kampung Ciptagelar sebesar 60.00%. Rendahnya
pendidikan di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu karena keterbatasan biaya yang berpendapat bahwa pendidikan itu
membutuhkan biaya yang besar, jarak yang ditempuh dari rumah tempat tinggal
cukup jauh jika ingin mengemban pendidikan lebih tinggi, sehingga mereka
menyimpulkan bahwa dengan cukup dapat membaca dan menulis saja sudah
cukup dalam mengemban pendidikan. Karena itu banyak orang tua yang
mengarahkan anaknya bermata pencaharian bertani maupun beternak.
Mata Pencaharian
Hasil wawancara yang telah dilakukan pada masyarakat Kasepuhan di
Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar, diperoleh beberapa responden yang bermata
pencaharian bertani, beternak, dukun bayi, dan PNS. Mata pencaharian petani
lebih banyak dari mata pencaharian lainnya. Petani di Kampung Ciptarasa sebesar
76.67% sedangkan di Kampung Ciptagelar sebesar 80.00% (Tabel 7).
Tabel 7 Mata pencaharian responden
No. Mata
pencaharian
Jumlah responden tiap kampong
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
Jumlah (org) Persentasi (%) Jumlah (org) Persentasi (%)
1 Peternak 3 10.00 5 16.67
2 PNS 1 3.33 - -
3 Dukun bayi 3 10.00 1 3.33
4 Petani 23 76.67 24 80.00
Hal ini dikarenakan mata pencaharian petani merupakan mata pencaharian
pokok. Petani khusunya bertani padi merupakan faktor utama ketahanan pangan
bagi masyarakat Kasepuhan di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar, yang nantinya
padi tersebut dikumpulkan di tempat yang disebut leuit. Disini terlihat jika padi
didalam leuit sudah mulai berkurang maka ketahanan pangan bagi masyarakat pun
10
mulai tidak membaik. Beberapa masyarakat yang memiliki mata pencaharian
bertenak. seperti beternak kambing, kerbau, dan bebek.
Hal ini dilakukan oleh beberapa masyarakat sebagai mata pencaharian
tambahan, karena mereka menganggap bahwa beternak dapat menambah
pemasukkan pendapatan dan tidak begitu sulit dalam melakukannya. Masyarakat
bermata pencaharian dukun bayi, dikarenakan kampung tersebut memiliki jarak
yang ditempuh cukup jauh dari rumah sakit sehingga masyarakat yang memiliki
kemampuan dan keterampilan dibidang persalinan berprofesi sebagai dukun bayi.
Untuk masyarakat yang bermata pencaharian PNS dikarenakan salah satu dari
masyarakat tersebut memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari masyarakat pada
umumnya dan memiliki keahlian tersendiri untuk bekerja di kantor desa.
Potensi Tumbuhan Obat
Suku-suku bangsa di Indonesia telah banyak memanfaatkan tumbuhan
obat untuk kepentingan pengobatan tradisional, mereka mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda tentang pengobatan tradisional termasuk pengetahuan tentang
tumbuhan obat (Aliadi dan Roemantyo 1994). Pemanfaatan tumbuhan obat di
Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar sudah lama dilakukan secara turun temurun.
Ada beberapa tumbuhan obat yang biasa dimanfaatkan, ada yang selalu
dimanfaatkan atau unggulan sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan untuk
keperluan tertentu.
Jumlah Jenis Berdasarkan Lokasi
Data yang didapatkan dari tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Kampung Ciptarasa sebanyak 54 jenis tumbuhan obat, sedangkan
di Kampung Ciptagelar sebanyak 51 jenis tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang
lebih banyak dimanfaatkan oleh responden adalah tumbuhan obat yang berada di
Kampung Ciptarasa, sedangkan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
responden Kampung Ciptagelar lebih sedikit.
Hal ini dikarenakan pada responden di Kampung Ciptagelar banyak
didatangi para wisatawan dari berbagai mancanegara sehingga interaksi responden
dengan lingkungannya sedikit berkurang, selain adanya pegawai kesehatan yang
ditugaskan pemerintah untuk menangani warga yang sakit dengan menggunakan
obat modern yang dalam mendapatkan dan pemakaiannya jauh lebih mudah dan
proses penyembuhan dari obat modern tersebut jauh lebih cepat jika dibandingkan
dengan menggunakan tumbuhan obat yang dalam proses penyembuhannya relatif
lebih lama.
Persentasi Famili Tumbuhan Obat
Data yang didapatkan pada Kampung Ciptarasa terdapat 54 jenis dari 30
famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan Kampung Ciptagelar terdapat 51
jenis dari 28 famili tumbuhan obat yang digunakan. Berdasarkan familinya,
jumlah jenis famili yang terbanyak digunakan oleh masyarakat di Kampung
Ciptarasa adalah famili Asteraceae dan Zingiberaceae, sedangkan di Kampung
Ciptagelar yaitu famili Zingiberaceae dan Poaceae. Famili Zingiberaceae
merupakan famili yang memiliki persentasi jenis paling tinggi sebanyak 48.00%
di Kampung Ciptarasa dan 43.48% di Kampung Ciptagelar (Gambar 2). Jenis
11
tumbuhan obat dari famili Zingeberaceae dimanfaatkan juga sebagai bahan
makanan seperti penyedap, pewarna atau sebagai bumbu masakan. Salah satu
tumbuhan obat dari famili Zingiberaceae, yaitu kunyit yang sering dimanfaatkan
untuk pewarna makanan. Rifai dan Waluyo(1992) mengatakan kunyit (Curcuma
domestica) merupakan tumbuhan yang digunakan untuk pewarna kuning.
Gambar 2 Persentasi famili tumbuhan obat
Persentasi Habitus Tumbuhan Obat
Data yang didapatkan pada Kampung Ciptarasa dikelompokkan menjadi 3
kelompok yaitu perdu, herba, dan pohon. Pada Kampung Ciptagelar berdasarkan
habitusnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu perdu, herba, pohon dan liana
(Gambar 3).
Gambar 3 Persentasi habitus tumbuhan obat
Data pada kedua Kampung tersebut menunjukkan, bahwa habitus herba
lebih banyak ditemukan, karena jenis tumbuhan yang berhabitus herba lebih
mudah diolah, lebih mudah untuk tumbuh dan berada ditempat yang mudah untuk
dijangkau. Menurut Hutasuhut (2011) habitus herba memiliki daya saing yang
kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap habitus lain di sekitarnya sehingga mampu
tumbuh di tempat yang kosong.
Persentasi Habitat Tumbuhan Obat
Berdasarkan habitatnya, tumbuhan obat yang dimanfaatkan pada kampung
Ciptarasa dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu hutan, pekarangan, kebun
20.00
12.00 8.00 12.00
48.00
13.04 8.69 8.70
26.09
43.48
0
10
20
30
40
50
60
Asteraceae Lamiacea Lauraceae Poaceae Zingiberaceae
Per
sen
tasi
fam
ili(
%)
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
36.36
47.28
16.37
0
19.61
49.02
29.41
1.96 0
10
20
30
40
50
Perdu Herba Pohon liana
Per
sen
tasi
hab
itu
s (%
)
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
12
dan sawah. Pada kampung Ciptagelar dikelompokkan menjadi 4 yaitu hutan,
kebun, pekarangan dan sawah (Gambar 4).
Gambar 4 Persentasi tipe habitat tumbuhan obat
Tipe habitat yang paling banyak adalah hutan yaitu sebanyak 54.54% di
Kampung Ciptarasa dan 47.17% di Kampung Ciptagelar. Hal ini dikarenakan
tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh responden adalah tumbuhan liar, karena
masyarakat belum dapat membudidayakannya, baik itu tumbuhan obat yang
tumbuh di hutan, kebun, sawah dan pekarangan. Pernah dilakukan budidaya
tumbuhan obat akan tetapi selalu tidak baik dalam pertumbuhan dan
perkembangannya dan pada habitat ini masyarakat lebih sering berinteraksi dan
lebih banyak jenis tumbuhan obat yang tumbuh sehingga habitat ini lebih banyak
dimanfaatkan masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat dalam
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan
Data yang didapatkan pada kedua Kampung tersebut, terdapat 8 macam
bagian tumbuhan obat yang digunakan yaitu daun, akar, buah, pucuk, batang,
jantung, umbi dan seluruh bagian (Tabel 8).
Tabel 8 Bagian tumbuhan yang digunakan
No. Bagian yang
digunakan
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
Jumlah (jenis) Persentasi (%) Jumlah (jenis) Persentasi (%)
1 Akar 6 9.84 6 9.37
2 Daun 22 36.06 21 32.81
3 Buah 3 4.92 3 4.69
4 Pucuk - - 2 3.12
5 Batang 7 11.47 9 14.06
6 Jantung - - 1 1.56
7 Umbi 10 16.39 11 17.19
8 Seluruh bagian 13 21.31 11 17.19
Tabel 8 terlihat, bahwa bagian dari tumbuhan obat yang paling banyak
digunakan di Kampung Ciptarasa adalah daun sebesar 36.06%, dan di Kampung
54.54
25.45
9.10 10.91
47.17
26.41 25.53
1.89 0
20
40
60
Hutan Pekarangan Kebun Sawah
Per
sen
tasi
hab
itat
(%
)
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
13
Ciptagelar yang lebih banyak digunakan yaitu daun sebesar 32.81%. Kedua
Kampung tersebut memiliki kesamaan bagian tumbuhan obat yang sering
digunakan yaitu daun. Hal ini dikarenakan daun mengandung berbagai macam zat
sehingga khasiat yang terdapat dari daun lebih banyak, baik itu cara
pengolahannya yang mudah dan cara mendapatkannya yang tidak begitu sulit.
Kelompok Kegunaan
Data yang didapatkan pada kedua kampung tersebut, terdapat 18
kelompok kegunaan tumbuhan obat (Tabel 9). Kelompok kegunaan tumbuhan
obat di Kampung Ciptarasa terbanyak adalah kelompok penyakit otot dan
persendian, sedangkan di Kampung Ciptagelar jumlah kegunaan tumbuhan obat
yang sering digunakan yaitu kelompok penyakit saluran pencernaan. Hal ini
dikarenakan masyarakat Kampung selalu berinteraksi dengan lingkungannya
seperti bertani, mencari kayu bakar, menyadap pohon aren dan mencari pakan
ternak yang dilakukan saat pagi hari hingga sore hari, sehingga keluhan yang
banyak dirasakan masyarakat Kampung yaitu kelompok penyakit saluran
pencernaan serta kelompok penyakit otot dan persendian. Hasil yang didapat,
diuraikan jenis-jenis tumbuhan obat berdasarkan macam penggunaan dan bagian
yang digunakan pada Kampung Ciptarasa dan Kampung Ciptagelar.
Tabel 9 Rekapitulasi khasiat tumbuhan obat berdasarkan kelompok kegunaan
No. Kelompok Kegunaan Jumlah jenis di
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
1 Perawatan sesudah melahirkan 4 6
2 Penyakit otot dan persendian 9 17
3 Demam 4 5
4 Pengobatan luka 8 3
5 Penyakit saluran pencernaan 12 6
6 Penyakit saluran pernafasan 6 7
7 Penyakit jantung 1 1
8 Penyakit mata 8 5
9 Penawar racun 1 1
10 Penyakit ginjal 1 1
11 Perawatan kulit 1 1
12 Penyakit kulit 3 2
13 Tonikum - 2
14 Penyakit kuning - 2
15 Penyakit gigi - 1
16 Penyakit khusus wanita - 2
17 Penyakit mulut - 1
18 Lain-lain 2 -
Jenis Tumbuhan Obat untuk Perawatan Sesudah Melahirkan
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk perawatan sesudah melahirkan pada
Kampung Ciptarasa sebanyak 4 jenis dan Ciptagelar sebanyak 6 jenis tumbuhan
obat dengan macam penggunaan yaitu perawatan sesudah melahirkan. Bagian
yang digunakan untuk perawatan kehamilan dan persalinan adalah bagian daun,
akar, umbi dan seluruh bagian (Tabel 10). Kelompok tumbuhan obat tersebut
14
dimanfaatkan oleh responden yang berprofesi sebagai dukun bayi atau parazi
untuk keperluan perawatan sesudah melahirkan.
Tabel 10 Jenis tumbuhan obat untuk perawatan sesudah melahirkan
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung yang
memanfaatkan
1 Capeu Manihot
utilissima
Daun Perawatan
sesudah
melahirkan
1
2 Jawer kotok Plectranthus
scutellaroides
Daun Perawatan
sesudah
melahirkan
1, 2
3 Sereh lalap Seluruh
bagian
Perawatan
sesudah
melahirkan
1
4 Seureuh Piper betle Daun Perawatan
sesudah
melahirkan
1,2
5 Sembung Blumea
balsamifera
Daun Perawatan
sesudah
melahirkan
1
6 Kunyit Curcuma
domestica
Umbi Perawatan
sesudah
melahirkan
1
7 Antanan Centella
asiatica
Akar dan
daun
Perawatan
sesudah
melahirkan
2
8 Rane Selaginella
plana
Seluruh
bagian
Perawatan
sesudah
melahirkan
2
Keterangan : 1 = Kampung Ciptagelar 2 = Kampung Ciptarasa
Tumbuhan obat yang digunakan untuk perawatan sesudah melahirkan
salah satunya adalah jawer kotok (Plectranthus scutellaroides) (Gambar 5).
Menurut Dalimartha (2008) tumbuhan jawer kotok (Plectranthus scutellaroides)
berkhasiat untuk menghambat pertumbuhan bakteri (antiseptik), pembunuh
cacing (vermisida), wasir, peluruh haid (emenagog), membuyarkan gumpalan
darah, gangguan pencernaan makanan (despepsi), dan radang paru.
Gambar 5 Jawer kotok (Plectranthus scutellaroides)
15
Cara pengolahan dan penggunaan tumbuhan obat jawer kotok yang
dimanfaatkan oleh responden di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar yaitu daunnya
direbus selama lima menit, setelah itu diminum atau dimakan yang digunakan
untuk perawatan setelah melahirkan.
Jenis Tumbuhan Obat untuk Mengobati Penyakit Otot dan Persendian
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit otot dan persendian
pada di Kampung Ciptarasa sebanyak 5 jenis dan Ciptagelar sebanyak 13 jenis
tumbuhan obat dengan macam penggunaan yaitu pegal di persendian, pegal di
seluruh badan, sakit pinggang, rematik dan asam urat. Bagian yang digunakan
adalah bagian daun, buah, akar, umbi dan seluruh bagian (Tabel 11). Kelompok
tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan karena responden selalu berinteraksi dengan
lingkungannya seperti bertani, mencari kayu bakar, menyadap pohon aren dan
mencari pakan ternak yang dilakukan saat pagi hingga sore hari.
Tabel 11 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit otot dan
persendian
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Antanan Centella asiatica Seluruh
bagian
Pegal di seluruh
badan
1, 2
2 Aren Arenga pinnata Akar Sakit pinggang 1
3 Eurih Imperata
cylindrical
Akar Pegal di seluruh
badan
1
4 Jahe Zingiber officinale Umbi Pegal di persendian 1
5 Jukut bau Ageratum
conyzoides
Akar Pegal di seluruh
badan
1
6 Koneng gede Curcuma
xanthorrhiza
Umbi Pegal di persendian 1
7 Koneng
lalap
Curcuma manga Umbi Pegal di persendian 1
8 Seureuh Piper betle Umbi Pegal di persendian 1
9 Koneng
pinggang
Curcuma
purpurescens
Umbi Pegal di persendian 1
10 Cecendet Physalis minima Akar,
seluruh
bagian
Pegal di seluruh
badan
1,2
11 Karas tulang Turpinia montana Daun Pegal di seluruh
badan
1
12 Sembung Blumea
balsamifera
Daun Rematik 2
13 Lempuyang Zingiber zerumbet Umbi Pegal di persendian 2
14 Huru
meuhmal
Actinodaphne
glomerata
Daun Pegal di seluruh
badan
2
15 Ki tulang Chionanthus nitens Daun Rematik 1
16 Mahoni Swietenia mahagoni Buah Asam urat 1 Keterangan : 1= Kampung Ciptagelar 2 = Kampung Ciptarasa
Tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit otot dan persendian salah
satunya adalah antanan (Centella asiatica). Cara pengolahan dan penggunaan
16
yaitu daun atau seluruh bagiannya direbus selama beberapa menit setelah itu
diminum. Dalimartha (2003) mengatakan antanan (Centella asiatica) merupakan
tumbuhan obat yang memiliki khasiat meremajakan, seperti memperkuat fungsi
saraf. Fungsi syaraf tersebut berguna untuk mengobati pegal di seluruh badan,
mencegah terbentuknya varises, penenang, memberikan energi bagi otak,
meningkatkan konsentrasi, dan daya ingat (Gambar 6).
Gambar 6 Antanan (Centella asiatica)
Jenis Tumbuhan Obat untuk Mengobati Demam
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati demam pada Kampung
Ciptarasa sebanyak 4 jenis dan Ciptagelar sebanyak 5 jenis tumbuhan obat dengan
macam penggunaan demam dan penurun panas. Bagian yang digunakan dalam
mengobati demam adalah bagian daun, batang dan seluruh bagian (Tabel 12).
Kelompok tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan jika mengalami demam dan
panas yang tinggi, yang dalam penyembuhannya membutuhkan perawatan.
Tabel 12 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati demam
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Ki kunteh Fagraea zeylanica Batang Penurun panas 1
2 Pulus Laportea stimulans Batang Penurun panas 1
3 Daun sirsak Annona muricata Daun Penurun panas 1
4 Ketan hitam Oryza sativa
gloutinosa
Seluruh
bagian
Penurun panas 1
5 Walang
Eryngium foetidum Daun Demam,
Penurun panas
1
6 Honje Etlingera elatior Seluruh
bagian
Demam 2
7 Kukuk Lagenaria leucantha Daun Demam 2
8 Sembung Blumea balsamifera Daun Demam 2
9 Kaca piring Gardenia augusta Daun Penurun panas 2 Keterangan : 1= Kampung Ciptagelar 2 = Kampung Ciptarasa
Tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati demam salah satunya
adalah Walang (Eryngium foetidum) (Gambar 7). Walang (Eryngium foetidum)
merupakan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh responden di Kampung
Ciptagelar untuk mengobati demam dan penurun panas, yaitu bagian daunnya,
17
dengan cara pengolahan dan penggunaan, daunnya diremas kedalam air yang
sudah disediakan pada mangkuk setelah itu ditempelkan pada bagian kepala.
Gambar 7 Walang (Eryngium foetidum)
Jenis Tumbuhan Obat untuk Mengobati Luka
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati luka pada Kampung
Ciptarasa sebanyak 7 jenis dan Ciptagelar sebanyak 3 jenis tumbuhan obat.
Bagian yang digunakan dalam mengobati luka adalah bagian daun, batang dan
seluruh bagian (Tabel 13). Kelompok tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan oleh
responden jika terjadi luka seperti goresan atau luka luar, luka dalam dan bekas
luka.
Tabel 13 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati luka
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Sembung Blumea
balsamifera
Daun Luka luar 1
2 Ki urat Plantago major Daun,
seluruh
bagian
Luka luar
1, 2
3 Ki ajag Ardisia crispa Daun,
batang
Luka dalam 1, 2
4 Reundeu
badak
Cyrtandra picta Daun Bekas luka 1
5 Babanjaran Eupatorium
inulifolium
Daun Luka luar 1
6 Jukut bau Ageratum
conyzoides
Daun Luka luar 1, 2
7 Ki manila Cassia alata Daun Luka luar 1 Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
Tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati luka salah satunya
adalah jukut bau (Ageratum conyzoides) (Gambar 8). Tumbuhan obat jukut bau
(Ageratum conyzoides) tumbuh liar di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar.
Responden di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar sering memanfaatkan tumbuhan
tersebut untuk luka luar. Cara pengolahan dan penggunaan yaitu daunnya diremas
setelah itu daun tersebut ditempelkan pada bagian yang terluka. Menurut Ibrahim
et al. (1996) daun Ageratum conyzoides memiliki khasiat untuk obat luka.
18
Gambar 8 Jukut bau (Ageratum conyzoides)
Penyakit Saluran Pencernaan
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pencernaan
pada Kampung Ciptarasa sebanyak 12 jenis dan Ciptagelar sebanyak 5 jenis
tumbuhan obat dengan macam penggunaan yaitu, masuk angin, maag dan diare.
Bagian yang digunakan dalam mengobati penyakit saluran pencernaan adalah
bagian daun, akar, umbi, pucuk dan buah (Tabel 14).
Tabel 14 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit saluran pencernaan
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Ki kumat Polygala paniculata Akar Masuk angin 1
2 Jahe Zingiber officinale Umbi Masuk angin 2
3 Koneng Curcuma domestica Umbi Maag 1
4 Kumis
kucing
Orthosiphon
aristatus
Daun Maag 1
5 Koneng
gede
Curcuma
xanthorriza
Umbi Maag 1
6 Lempuyang Zingiber zerumbet Umbi Maag 1
7 Huru
meuhmal
Actinodaphne
glomerata
Daun Maag 1
8 Hantap Sterculia
rubiginosa
Daun Maag 1
9 Lame Alstonia scholaris Akar Maag 1
10 Jukut bau Ageratum
conyzoides
Daun Maag 2
11 Ki tulang Chionanthus nitens Daun Diare 1
12 Harendong Melastoma
malabathricum
Daun Diare 1, 2
13 Jambu batu Psidium guajava Pucuk,
daun
Diare 1, 2
14 Alpukat Persea gratissima Daun Diare 1
15 Cau kulutuk Musa brachycarpa Buah Diare 2 Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
Kelompok tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan oleh responden karena
responden melakukan aktifitas yang dilakukan dari pagi hingga sore hari sehingga
19
banyak dari responden yang tidak teratur makan maka keluhan kelompok penyakit
saluran pencernaan sering dirasakan. Tumbuhan obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit saluran pencernaan salah satunya adalah kumis kucing
(Orthosiphon aristatus) yang digunakan untuk penyakit maag (Gambar 9). Cara
pengolahan dan penggunaan pada kumis kucing untuk mengobati maag yaitu daun
kumis kucing tersebut direbus selama beberapa menit setelah itu diminum. Kumis
kucing tersebut digunakan saat penyakit maag tersebut mulai terasa.
Gambar 9 Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
Jenis Tumbuhan Obat untuk Mengobati Penyakit Saluran Pernapasan
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pernapasan
pada Kampung Ciptarasa sebanyak 6 jenis dan Ciptagelar sebanyak 7 jenis
tumbuhan obat dengan macam penggunaan batuk dan batuk kering. Bagian yang
digunakan dalam mengobati penyakit saluran pernapasan adalah bagian daun,
batang, umbi, jantung dan seluruh bagian (Tabel 15).
Tabel 15 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran
pernapasan
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Jahe Zingiber officinale Umbi Batuk 1
2 Jawer kotok Plectranthus
scutellaroides
Daun Batuk 1
3 Cangkore Dinochloa scandens Batang Batuk 1
4 Ki kunteh Fagraea zeylanica Batang Batuk 1, 2
5 Pulus Laportea stimulans Batang Batuk 1, 2
6 Bingbin
beureum
Pinanga coronate Jantung Batuk kering 1
7 Awi gede Gigantochloa
verticillata
Batang Batuk 1
8 Pacing Costus speciosus Batang Batuk 2
9 Seureuh Piper betle Daun Batuk 2
10 Taleus Colocasia esculenta Seluruh
bagian
Batuk 2
11 Awi tali Gigantochloa apus Batang Batuk 2 Keterangan : 1= Kampung Ciptagelar 2 = Kampung Ciptarasa
20
Kelompok tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan oleh responden karena
pada kedua kampung tersebut sering terjadi hujan dan memiliki suhu yang dingin
sehingga beberapa responden terkena kelompok penyakit saluran pernapasan.
Tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernapasan
salah satunya adalah seureuh (Piper betle) untuk mengobati batuk dengan cara
bagian daunnya direbus setelah itu diminum. Menurut Rudjiman et al. (2003)
daun P. betle bermanfaat untuk mengobati batuk kering.
Jenis Tumbuhan Obat untuk Penyakit Mata
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk penyakit mata pada Kampung Ciptarasa
sebanyak 8 jenis dan Ciptagelar sebanyak 5 jenis tumbuhan obat dengan macam
penggunaan sakit mata. Bagian yang digunakan dalam mengobati penyakit mata
adalah bagian daun, batang, umbi dan seluruh bagian (Tabel 16). Kelompok
tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan oleh responden jika responden mengalami
sakit mata. Tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit mata yaitu
sakit mata salah satunya adalah Cangkore (Dinochloa scandens) dengan cara
batang atau seluruh bagiannya dipotong kemudian air yang berada di dalam
batang langsung diteteskan ke bagian mata yang sakit.
Tabel 16 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit mata
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Cangkore Dinochloa scandens Seluruh
bagian,
batang
Sakit mata 1, 2
2 Dadap Erythrina
subumbrans
Daun Sakit mata 1
3 Ki sereuh Cinnamomum
parthenoxylon
Seluruh
bagian
Sakit mata 1
4 Cariang
beureum
Schismatoglottis
rupestris
Batang Sakit mata 1
5 Ilat Alstonia villosa Batang Sakit mata 1
6 Hanggasa Amomum dealbatum Umbi Sakit mata 1
7 Harendong Melastoma
malabathricum
Seluruh
bagian,
batang
Sakit mata 1, 2
8 Ki korejat Laurentia longiflora Batang Sakit mata 1
9 Kumis
kucing
Orthosiphon
aristatus
Seluruh
bagian
Sakit mata 2
10 Seuseureuhan Piper audncum Seluruh
bagian
Sakit mata 2
11 Ki leho Sauraurdia pendula Batang Sakit mata 2 Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
Jenis Tumbuhan Obat untuk Mengobati Penyakit Jantung
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit jantung pada
Kampung Ciptarasa sebanyak 1 jenis dan Ciptagelar sebanyak 1 jenis tumbuhan
21
obat dengan macam penggunaan yaitu stroke dan darah tinggi. Bagian yang
digunakan dalam mengobati penyakit jantung adalah bagian daun dan buah
(Tabel 17). Kelompok tumbuhan obat tersebut hanya pengetahuan
pemanfaatannya bagi responden di Kampung Ciptarasa dan Ciptagelar.
Tumbuhan obat yang digunakan kelompok penyakit jantung yaitu honje beurem
(Etlingera elatior) dengan cara bagian daun direbus selama lima menit setelah itu
diminum untuk mengobati stroke dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dengan
cara bagian buah dimakan untuk mengobati darah tinggi.
Tabel 17 Jenis Tumbuhan Obat untuk Mengobati penyakit jantung
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Honje beurem Etlingera elatior Daun Stroke 2
2 Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi Buah Darah tinggi 1
Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
Jenis Tumbuhan Obat untuk Penawar Racun
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk penawar racun pada Kampung
Ciptarasa sebanyak 1 jenis dan Ciptagelar sebanyak 1 jenis tumbuhan obat dengan
macam penggunaan penawar racun gigitan ular. Bagian yang digunakan dalam
mengobati penawar racun adalah bagian batang dan seluruh bagian. Kelompok
tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan oleh responden jika mengalami gigitan
racun ular. Tumbuhan obat yang digunakan sebagai penawar racun di kedua
kampung tersebut adalah pacing (Costus speciosus), dengan cara bagian batang
atau seluruh bagiannya ditumbuk setelah itu dilulur atau ditempelkan pada bagian
yang terkena gigitan racun ular.
Jenis Tumbuhan Obat untuk Mengobati Penyakit Ginjal
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit ginjal pada
Kampung Ciptarasa sebanyak 1 jenis dan Ciptagelar sebanyak 1 jenis tumbuhan
obat dengan macam penggunaan penyakit kencing batu. Bagian yang digunakan
dalam mengobati penyakit ginjal adalah akar dan daun (Tabel 18). Salah satu
tumbuhan obat tersebut adalah gedang karayunan (Carica papaya) yang
bermanfaat untuk penyakit kencing batu dengan cara bagian akar dari gedang
karayunan tersebut direbus selama beberapa menit setelah itu diminum.
Tabel 18 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ginjal
No. Nama Lokal Nama Latin Bagian yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Gedang
karayunan
Carica papaya Akar Kencing batu 1
2 Daun rendeu Staurogyne elongate Daun Kencing batu 2 Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
22
Jenis Tumbuhan Obat untuk Perawatan Kulit
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk perawatan kulit pada Kampung
Ciptarasa sebanyak 1 jenis dan Ciptagelar sebanyak 1 jenis tumbuhan obat dengan
macam penggunaan penghalus kulit dan kecantikan. Bagian yang digunakan
dalam perawatan kulit adalah bagian umbi (Tabel 19). Kelompok tumbuhan obat
tersebut dimanfaatkan oleh responden perempuan untuk kecantikan dan penghalus
kulit. Tumbuhan obat yang digunakan perawatan kulit salah satunya adalah cikur
(Kaempferia galanga) yang berkhasiat sebagai kecantikan dengan cara bagian
umbinya ditumbuk hingga halus kemudian dilumaskan.
Tabel 19 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk perawatan kulit
No. Nama Lokal Nama Latin Bagian yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Bangkuang Pachyrizus erosus Umbi Penghalus
kulit
1
2 Cikur Kaempferia galanga Umbi Kecantikan 2
Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
Jenis Tumbuhan Obat untuk Penyakit Kulit
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk penyakit kulit pada Kampung Ciptarasa
sebanyak 3 jenis dan Ciptagelar sebanyak 2 jenis tumbuhan obat dengan macam
penggunaan bisul, kudis, kurap, gatal-gatal dan bentol-bentol. Bagian yang
digunakan dalam penyakit kulit adalah bagian umbi, buah dan seluruh bagian
(Tabel 20). Kelompok tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan oleh responden yang
mengalami penyakit kulit yang disebabkan berbagai macam faktor lingkungan
yang kurang bersih. Tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit kulit salah
satunya adalah sulangkar (Leea indica) yang bermanfaat mengobati bisul dengan
cara bagian buahnya digosok-gosokkan pada kulit yang terkenal bisul.
Tabel 20 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit kulit
No. Nama Lokal Nama Latin Bagian yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Sulangkar Leea indica Buah Bisul 1
2 Cikur Kaempferia galanga Seluruh
bagian
Kudis 2
3 Jahe Zingiber officinale Umbi Kurap 1
4 Panglay Zingiber cassumunar Umbi Gatal-gatal,
bentol 1, 2
Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
Jenis Tumbuhan Obat untuk Tonikum
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk tonikum pada Kampung Ciptagelar
sebanyak 1 jenis tumbuhan obat dengan macam penggunaan penambah nafsu
makan. Bagian yang digunakan adalah pucuk. Kelompok tumbuhan obat tersebut
23
dimanfaatkan oleh responden anak-anak yang kurang memiliki nafsu makan.
Tumbuhan obat yang digunakan untuk kelompok tonikum adalah huru meuhmal
(Actinodaphne glomerata) dengan cara pucuknya digoreng setelah itu dimakan
untuk penambah nafsu makan.
Jenis Tumbuhan Obat untuk Penyakit Kuning
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kuning pada
Kampung Ciptarasa sebanyak 1 jenis dan Ciptagelar sebanyak 1 jenis tumbuhan
obat dengan macam penggunaan sakit kuning. Bagian yang digunakan dalam
mengobati penyakit kuning adalah bagian daun, akar, batang dan buah. Kelompok
tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan oleh responden yang mengalami sakit
kuning. Tumbuhan obat yang digunakan penyakit kuning di kedua kampung
tersebut adalah ki barera (Tetrastigma dichotomum) dengan cara buahnya
dimakan untuk sakit kuning dan ki koneng (Fibraurea tinctoria) batang dan
daunnya direbus setelah itu diminum untuk sakit kuning (Tabel 21).
Tabel 21 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit kuning
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Ki barera Tetrastigma
dichotomum
Buah Sakit
kuning 2
2 Ki koneng Fibraurea tinctoria Batang
dan daun
Sakit
kuning 1
Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
Jenis Tumbuhan Obat untuk Penyakit Gigi
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gigi pada
Kampung Ciptagelar sebanyak 1 jenis tumbuhan obat. Bagian yang digunakan
dalam mengobati penyakit gigi adalah bagian daun dan buah. Kelompok
tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan oleh responden yang mengalami sakit gigi.
Tumbuhan obat yang digunakan penyakit gigi adalah takokak (Solanum torvum)
dengan cara bagian buah dan daunnya dimakan untuk sakit gigi.
Jenis Tumbuhan Obat untuk Penyakit khusus wanita
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit khusus wanita pada
Ciptagelar sebanyak 2 jenis tumbuhan obat dengan macam penggunaan kesuburan
wanita dan penyembuhan haid. Bagian yang digunakan dalam mengobati penyakit
khusus wanita adalah bagian daun dan batang (Tabel 22). Kelompok tumbuhan
obat tersebut dimanfaatkan oleh responden perempuan yang mengalami gangguan
kesuburan dan penyembuhan haid. Tumbuhan obat yang digunakan penyakit
khusus wanita adalah darangdan (Ficus melinocarpa) dengan cara bagian daunnya
direbus setelah itu diminum untuk kesuburan wanita dan hoe simpang (Korthalsia
rigida) dengan cara batang bagian dalamnya dipanggang, ditumbuk setelah itu
dimakan untuk penyembuhan haid.
24
Tabel 22 Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit khusus wanita
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Darangdan Ficus melinocarpa Daun Kesuburan
wanita 2
2 Hoe simpang Korthalsia rigida Batang Penyembuh
haid 2
Keterangan : 1= Kampung Ciptarasa 2 = Kampung Ciptagelar
Jenis Tumbuhan Obat untuk Penyakit mulut
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit mulut pada
Kampung Ciptagelar sebanyak 1 jenis tumbuhan obat dengan macam penggunaan
sariawan. Bagian yang digunakan adalah bagian daun. Kelompok tumbuhan obat
tersebut dimanfaatkan oleh responden yang mengalami sariawan. Tumbuhan obat
yang digunakan kelompok penyakit mulut adalah katuk (Sauropus androgynus)
dengan cara bagian daunnya dimakan untuk sariawan.
Jenis Tumbuhan Obat Lain-lain
Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit lain-lain pada
Kampung Ciptarasa sebanyak 2 jenis tumbuhan obat. Penyakit lain-lain tersebut
yaitu gangguan gaib dan lumpuh. Bagian yang digunakan dalam tumbuhan obat
lain-lain adalah daun dan umbi. Tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit lain-lain salah satunya adalah tumbuhan obat panglay (Zingiber
purpureum) (Gambar 10).
Gambar 10 Panglay (Zingiber purpureum)
Panglay (Zingiber purpureum) digunakan sebagai pengobatan spiritual,
yaitu dengan cara umbinya diberi mantra jangjawokan setelah itu dikunyah
disemburkan pada bagian tertentu seperti kepala, pinggang dan jempol kaki.
Panglay (Zingiber purpureum) berguna menyembuhkan penyakit-penyakit yang
dikarenakan gangguan gaib seperti guna-guna dan tumal atau tolak bala.
Cara Pengolahan
Data yang didapatkan pada kedua Kampung tersebut, bahwa cara
pengolahan tumbuhan obat terbagi menjadi 9 macam, yaitu direbus, diremas,
ditumbuk, dijemur, dikukus, diparut, direndam, dipanggang dan digoreng (Tabel
23). Cara pengolahan tumbuhan obat lebih banyak dengan direbus.
25
Tabel 23 Cara pengolahan tumbuhan obat
No. Cara
pengolahan
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
Jumlah
(jenis)
Persentasi
(%)
Jumlah
(jenis)
Persentasi
(%)
1 Direbus 26 50.98 21 35.00
2 Diremas 7 13.72 3 5.00
3 Ditumbuk 8 15.69 17 28.33
4 Dijemur - - 5 8.33
5 Dikukus 2 3.92 2 3.33
6 Diparut 1 1.96 1 1.67
7 Direndam - - 1 1.67
8 Dipanggang - - 1 1.67
9 Digoreng 1 1.96 - -
Hal ini dikarenakan banyak jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dengan
cara direbus, disamping itu cara pengolahanya yang mudah, sebagai contoh
tumbuhan sembung (Blumea balsamifera) yang memiliki dua cara direbus dalam
pemanfaatannya yaitu daunnya direbus lalu diminum untuk mengobati demam
dan daunnya direbus setelah itu ditempel pada bagian yang terluka untuk
mengobati luka. Kemudian tumbuhan obat jukut bau (Ageratum conyzoides) yang
cara pengolahannya direbus akan tetapi bagian yang digunakan dalam
pemanfaatan berbeda, yaitu daunnya direbus lalu diminum untuk mengobati maag
dan akarnya direbus lalu diminum untuk mengobati pegal di seluruh badan.
Cara Penggunaan
Data yang didapatkan pada kedua Kampung tersebut, bahwa cara
penggunaan tumbuhan obat dikelompokkan menjadi 8 kelompok, yaitu dimakan,
dilumaskan, dibalurkan, diminum, dibasuhkan, ditempelkan, digosok-gosokkan
dan diteteskan (Tabel 24).
Tabel 24 Cara penggunaan tumbuhan obat
No. Cara
pemakaian
Kampung Ciptarasa Kampung Ciptagelar
Jumlah
(jenis)
Persentasi
(%)
Jumlah
(jenis)
Persentasi
(%)
1 Dimakan 9 15.00 13 20.63
2 Dilumaskan 1 1.67 4 6.35
3 Dibalurkan -
2 3.17
4 Diminum 28 46.67 32 50.79
5 Dibasuhkan 1 1.67 1 1.59
6 Ditempelkan 11 18.33 6 9.52
7 Diteteskan 7 11.67 5 7.94
8 Digosok-
gosokkan 2 3.33 - -
Data pada Tabel 24 menunjukkan, bahwa berdasarkan cara penggunaan
tumbuhan obat di Kampung Ciptarasa dan Kampung Ciptagelar yang lebih
banyak digunakan adalah dengan cara diminum. Pada Kampung Ciptarasa sebesar
26
46.67% dan pada Kampung Ciptagelar 50.79%. Hal ini dikarenakan jenis
tumbuhan dengan cara penggunaan diminum lebih banyak mengandung khasiat
dan merupakan kombinasi dari beberapa cara pengolahan. Salah satunya
tumbuhan obat dengan cara penggunaan diminum yaitu tumbuhan eurih (Imperata
cylindrica) seperti seluruh bagiannya direbus untuk tonikum, atau akarnya
dikeringkan untuk pegal di seluruh badan.
Tumbuhan Obat Unggulan
Data yang didapat di Kampung Ciptarasa dan Kampung Ciptagelar,
terdapat jenis tumbuhan obat unggulan bagi masyarakat. Pada Kampung Ciptarasa
tumbuhan obat unggulan tersebut terdapat 6 jenis tumbuhan obat, sedangkan pada
Kampung Ciptagelar terdapat 8 jenis tumbuhan obat (Tabel 25). Kampung
Ciptagelar lebih banyak memiliki tumbuhan obat unggulan dibandingkan dengan
Kampung Ciptarasa.
Tabel 25 Jenis-jenis tumbuhan obat unggulan
No. Nama Lokal Nama Latin
Bagian
yang
digunakan
Macam
penggunaan
Kampung
yang
memanfaatkan
1 Jahe
Zingiber officinale
Umbi
Pegal di persendian,
batuk, masuk angina 1, 2
2 Karas tulang Turpinia montana Daun Pegal di seluruh
badan
1
3 Koneng
gede
Curcuma xanthorrhiza Umbi Pegal di persendian 1
4 Sembung
Blumea balsamifera
Daun
Perawatan setelah
melahirkan, rematik,
luka luar
1, 2
5 Lempuyang
Zingiber zerumbet
Umbi
Pegal dipersendian,
maag 2
6 Ki tulang
Chionanthus nitens
Daun
Rematik, diare 1
7 Jawer kotok Plectranthus
scutellaroides
Daun Batuk, melahirkan 1
8 Huru
meuhmal
Actinodaphne
glomerata
Daun
Pegal diseluruh
badan, penambah
nafsu makan, maag
1, 2
9 Antanan Centella asiatica Seluruh
bagian
Pegal diseluruh
badan, perawatan
setelah, melahirkan
1, 2
10 Ki koneng Fibraurea tinctoria Batang
dan
daun
Sakit kuning
2
Keterangan : 1= Kampung Ciptagelar 2 = Kampung Ciptarasa
27
Sebagai contoh tumbuhan obat unggulan, yaitu jahe (Zingiber officinale)
yang umbinya memiliki khasiat obat, selain itu umbi jahe (Zingiber officinale)
adalah tumbuhan obat yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat sebagai bumbu
masakan atau sebagai minuman penghangat. Tumbuhan obat unggulan memiliki
khasiat obat penyakit yang sering dirasakan responden, seperti pegal diseluruh
badan, pegal dipersendian, sakit pinggang, batuk, maag, rematik, sakit kuning
diare, masuk angin, penambah nafsu makan dan perawatan setelah melahirkan
yang biasa digunakan oleh dukun bayi. Faktor lainnya pun sehingga dikategorikan
unggul karena tumbuhan obat tersebut mudah untuk didapatkan dan cara
pengolahannya tidak begitu sulit.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kasepuhan di Kampung
Ciptarasa, teridentifikasi sebanyak 54 jenis, seperti contoh jukut bau
(Ageratum conyzoides), ki manila (Cassia alata) dan ki kumat (Polygala
paniculata). Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kasepuhan di
Kampung Ciptagelar sebanyak 51 jenis tumbuhan obat, seperti contoh koneng
gede (Curcuma xanthorrhiza) dan koneng lalap (Curcuma mangga).
Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah jenis tumbuhan
obat liar, dikarenakan masyarakat belum mampu membudidayakannya.
2. Cara pengolahan tumbuhan obat yang dilakukan di Kampung Ciptarasa dan
Ciptagelar yaitu direbus, diremas, ditumbuk, dijemur, dikukus, diparut,
direndam, dipanggang dan digoreng. Cara pengolahan yang banyak
dimanfaatkan dengan cara pengolahan direbus dikarenakan cara
pengolahannya yang mudah. Cara penggunaan tumbuhan obat yang dilakukan
pada kedua kampung yaitu dimakan, dilumaskan, dibalurkan, diminum,
dibasuhkan, ditempelkan, digosok-gosokkan dan diteteskan. Cara penggunaan
yang banyak digunakan, yaitu diminum karena tumbuhan obat dengan cara
diminum memiliki berbagai macam khasiat.
Saran
1. Pengembangan pembudidayaan pada beberapa tumbuhan obat yang menurut
masyarakat kampung keberadaanya sudah sulit untuk ditemukan dan
diperlukan karena memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit seperti contoh ki koneng (Fibraurea tinctoria) dan ki barera
(Tetrastigma dichotomum).
2. Pihak TNGHS memberikan pelatihan pembudidayaan tumbuhan obat kepada
masyarakat pada tiap-tiap kampung, karena banyak masyarakat yang ingin
melakukan pembudidayaan tumbuhan obat akan tetapi selalu kurang baik
hasilnya dalam pembudidayaan tumbuhan obat tersebut.
28
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja KM, Kramadibrata AM, Abdullah OS. 1994. Laporan Akhir
Penelitian Hubungan Timbal Balik Masyarakat Pedesaan dengan Hutan di
Kawasan Gunung Halimun Salak Jawa Barat. Bandung (ID): Universitas
Padjajaran Bandung.
Aliadi A, Roemantyo HS. 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional dengan
Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat. Diacu dalam Zuhud EAM dan
Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan
Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor (ID): kerjasama IPB dan Lembaga
Alam Tropika Indonesia (LATIN).
Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta (ID). Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara, Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI.
Dalimartha S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta (ID). Pustaka
Bunda, Grup Puspa Swara, Anggota IKAPI.
Damayanti EK. 1999. Kajian Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit
Penting pada Berbagai Etnis di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hasanah. 2011. Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Yanlappa, Bogor-
Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia jilid 1-4. Jakarta (ID): Badan
Litbang Kehutanan. Yayasan Wana Jaya.
Hutasuhut MA. 2011. Studi Tumbuhan Herba di Hutan Sibayak 1 [tesis]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
Ibrahim F, Juhaeni, Katring, Magdalena. 1996. Efek ekstrak daun babadotan
(Ageratum conyzoides Linn) terhadap luka terbuka pada tikus putih.
Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XIII. Hal: 439-442.
Purbasari DDT. 2011. Keanekaragaman Tumbuhan di Taman Hutan Raya
Pancoran Mas, Depok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rachmawati E. 2000. Pendidikan Konservasi di Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak. [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rifai, Waluyo EB. 1992. Etnobotani dan pengembangan Tumbuhan Pewarna
Indonesia: Ulasan Suatu Pengamatan di Madura. Prosiding Seminar dan
Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Departmen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.
Bogor. Hal: 119-126.
Rudjiman, Adriyati DT, Indriyatno, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I, Saraswati R.
2003. Piper betle L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku
Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Saran Wana Jaya Jilid I.
Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. Hlm: 242-243.
Soewito DS. 1989. Jaga Raga (Memanfaatkan Khasiat Flora). Jakarta (ID): Stella
Mars.
Zuhud EAM, Hikmat A, Siswoyo, Sandra E, Sumantri H. 2000. Inventarisasi,
identifikasi dan pemetaan potensi wanafarma Provinsi Jawa Timur: Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Meru Betiri, Taman
29
Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, Laporan Akhir. Bogor
(ID) IPB.
Zuhud EAM, Siswoyo, Sandra E, Hikmat A, Adhiyanto E. 2013. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VII. Jakarta (ID): Dian Rakyat.
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 November 1992 sebagai anak
pertama dari pasangan Bapak Mahfud dan Ibu Tati Prihartati. Penulis memulai
pendidikan pada tahun 1996, di TK Anggraeni, Ciomas, Kabupaten Bogor dan
lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan sekolah di SD Negeri Panaragan 01
pada tahun 1998. Tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6
Bogor dan SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis
diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB), Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus
Himakova dan anggota Kelompok Pemerhati Flora pada periode 2011-2012.
Penulis pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan seperti Eksplorasi
Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung
Tangkuban Parahu, Sukabumi Jawa Barat (2012). Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan (PPEH) di Cagar Alam Sancang dan Taman Wisata Gunung Papandayan
(2012). Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat
(2013), serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung
Merapi (2014).
Dalam memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi berjudul “P m f
Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kasepuhan di Kampung Ciptarasa dan
Ciptagelar Sukabumi” di w h im i g Ir Siswoyo, MSi dan Dr Ir Agus
Hikmat, MScFTrop.