DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
PEMANFAATAN SILASE JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG
Matheus Sariubang, dkk RINGKASAN Usaha Sistem Integrasi Tanaman Jagung dan sapi potong yang dikenal dengan pengembangan “Model Perencanaan Terpadu” khususnya pemanfaatan silase jagung sebagai pakan sapi potong mempunyai sasaran untuk mengefisiensikan penggunaan sumberdaya pertanaman jagung, meningkatkan daya saing hasil, serta memperbaiki kesejateraan petani jagung, melalui aplikasi inovasi teknologi tepat guna yang didukung dengan kebijakan yang kondusif.
Tujuan pengkajian pemanfaatan silase jagung sebagai pakan sapi potong adalah untuk memanfaatkan silase jerami jagung dan fermentasi jerami jagung dengan probiotik sebagai pakan dasar penggemukan sapi potong.
Pengkajian dilakukan di Desa Lantong, Kecamatan Polongbangkong Selatan, Kabupaten Takalar oleh kelompok tani “Minasasunggu”. Kegiatan dilakukan secara on farm (di lahan petani ) dengan menggunakan 30 ekor sapi Bali yang dipelihara secara kolektif. Perlakuan dibagi tiga (3) kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor sapi yaitu (T1) kontrol, (T2) silase jerami jagun, dan (T3) fermentasi jerami jagung dengan probiotik. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa konsumsi pakan untuk (T1) 5,93 kg/ekor/hari, (T2) 5,92 kg/ekor/hari dan (T3) 5,85 kg/ekor/hari tidak memberikan perbedaan nyata (P > 0,05). Pertambahan berat badan menunjukkan bahwa T2 silase jagung dan T3 fermentasi jerami jagung tidak menunjukkan perbedaan nyata (P > 0,05) yaitu (T2) 0,450 kg/ekor/hari dan (T3) 0,459 kg/ekor/hari. Berdasarkan analisis usahatani keuntungan penggemukan sapi Bali bakalan selama 3 bulan memberikan keuntungan masing-masing sebesar (T1) Rp 101.635 ekor/bulan, (T2) Rp. 128.303 ekor/bulan, dan (T3) 134.910 ekor/bulan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah penggemukan sapi Bali sagat efisien menggunakan silase dan fermentasi jerami jagung dengan probiotik
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
SUMMARY
Integration of corn plant and beef cattle system be familiars with development “The Planning Integrated” specially to corn silage as feed to beef cattle, have the aim to efficient using corn plant increasing competitive product and repairing farmer’s safety, although efficiency technology innovation.
The purpose the using corn silage as feed to beef cattle is the using corn silage and corn straw fermentation with probiotic as basic feed to fattening of Bali cattle. The research was done in Lantong village, Polongbangkong subdistrict, Takalar regency by the farmer’s group “Minasasunggu”. It was done on farm of the farmer. The use 30 Bali cattle in collective stall. The treatment were 3 groups, each to head, (T1) control, (T2) corn straaw silage, (T3) corn straw fermentation. The result showed consumption to (T1) 5,93 kg/head/day, (T2) 5,92 kg/head/day and (T3) 5,85 kg/head/day, not different (P >0,05). The average daily gain showed (T2) and (T3) not different, each (T2) 0,450 kg/head/day dan (T3) 0,459 kg/head/day. The analysis profit to fattening Bali beef cattle were (T1) Rp 101.635 head/month, (T2) Rp. 128.303 head/month, and (T3) 134.910 head/month. The conclusion that the fattening of Bali cattle is very efficient used silage and fermentated corn straw with probiotic.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
PENDAHULUAN
Hijauan pakan ternak yang tersedia dalam jumlah yang cukup dengan kualitas baik
merupakan syarat utama di dalam pengembangan peternakan, khususnya ternak ruminansia
termasuk sapi potong. Hijauan pakan yang biasa diberikan adalah berupa rumput-rumputan
yang berasal dari kebun, lapangan, tegal, pematang pinggir jalan dan sebagainya. Hal ini sudah
sangat terbatas didapatkan sekarang untuk memenuhi kebutuhan ternak termasuk di lokasi
pengkajian, karena penggunaan lahan dan intensifnya pertanaman tanaman pangan dan
hortikultura, untuk mengembangkan peternakan ke depan khususnya sapi potong, maka
memanfaatkan limbah pertanian termasuk batang jagung sebagai pakan utama (makanan pokok)
khususnya pada saat paceklik.
Di Indonesia pertanaman jagung di tegalan memiliki proporsi terbesar yaitu 79% dan di
lahan sawah tadah hujan sebesar 11% (Subandi, et al., 1988). Tipologi lahan kering di bagi ke
dalam dua kelompok yaitu (1) lahan kering berproduktivitas rendah dan (2) lahan kering
berproduktivitas tinggi. Penanaman jagung yang terdapat pada lahan kering berproduktivitas
tinggi sebesar 30% atau sekitar 1 juta ha (Mink,1987 dalam Marsum et al.,1993)
Potensi lahan kering di luar kawasan hutan Sulawesi Selatan tercatat 2.533.762 ha yang
terdiri atas lahan pekarangan 176.030 ha, tegalan/kebun 511.112 ha, ladang/hutan 156.912 ha,
dan lain-lain 571.796 ha (Kanwil Pertanian Sul-Sel,1996). Dengan demikian usahatani jagung
pada lahan kering khususnya dataran rendah perlu ditangani secara hati-hati dengan
mempertimbangkan usahatani konservasi yang berwawasan ramah lingkungan.
Komoditi jagung dan sapi potong di Sulawesi Selatan merupakan dua komoditi yang
memiliki peluang bisnis bagi petani dalam upaya peningkatan pendapatan melalui usahatani
integrasi tanaman jagung dan sapi potong melalui pemanfaatan limbah jagung menjadi “silase”
maupun fermentasinya dengan probiotik, sebagai pakan basal sapi dan kotoran sapi difermentasi
dengan probiotik untuk menghasilkan pupuk organik yang berkulitas untuk tanaman jagung,
maupun tanaman lainnya dan tambak.
Permintaan jagung di negara-negara berkembang menjelang tahun 2000 diperkirakan
melebihi beras dan terigu. Permintaan jagung dunia diprediksi meningkat dari 55,8 juta ton pada
tahun 1995 menjadi 83,7 juta ton pada tahun 2020 (Pingali, 2001). Demikian pula kebutuhan
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
jagung dalam negeri terus meningkat sementara produksi jagung belum memenuhi kebutuhan
dalam negeri, sehingga impor jagung dalam jumlah besar tidak dapat dihindari lagi (Tabel 1).
Impor jagung tersebut terutama diperuntukkan bagi industri pakan yang cenderung
meningkat pesat pada tahun-tahun sebelumnya (terutama sejak krisis ekonomi), hal ini dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1.Perkembangan produksi jagung dan impor jagung di Indonesia
Tahun Produksi (ton) Impor (ton)
1996
1997
1998
1999
2000
9.307 423
8.770 851
10.110 557
9.204 036
9.344 826
618.888
1.068 021
298 234
591 096
1.264 575
Sumber :Direktorat Serelia (2001)
Tabel 2. Produksi Pakan Ternak di Indonesia
Tahun Produksi Pakan (TDM)
1996
1997
1998
1999
2000
2001
6.500 000
4.800 000
2.600 000
3.700 000
5.000 000
6.000 000
Sumber : BPS Perindale (2002)
Demikian juga permintaan daging sapi di Indonesia cenderung terus meningkat sejalan
dengan bertambahnya kesejahteraan masyarakat, kesadaran akan pentingnya protein hewani
bagi manusia, pertambahan jumlah penduduk sehingga antara permintaan daging dan pasokan
daging dalam negeri semakin besar,sehingga terjadi impor daging dari Australia, New Zeland
dan Amerika dalam jumlah besar yaitu 500.000 ekor pada awal krisis moneter tahun 1997 dan
diperkirakan sekarang meningkat menjadi 400.000 ekor Sapi Bakalan Daging setara 400.000
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
ekor dan jeroan setara 400.000 ekor (Soehadji, 1990; Dwi , 2003). Besarnya permintaan daging
yang tidak diikuti dengan suplay daging seimbang, menyebabkan pengurasan sapi potong
produktif dalam negeri seperti pemotongan betina fertil bahkan dalam keadaan bunting
sekalipun, jantan muda sampai pejantan yang produktif (Suryana 2001,dan Tambing et.al.,
2002).
TUJUAN
Memanfaatkan silase jerami jagung dan fermentasi jerami jagung dengan probiotik
sebagai pakan dasar penggemukan sapi potong.
LUARAN
Rekomendasi formulasi pakan penggemukan sapi potong dengan memanfaatkan limbah
tanaman jagung.
METODOLOGI
1. Kerangka Penelitian
Kunci keberhasilan pengusahaan tanaman pangan di lahan kering adalah bagaimana
kandungan bahan organik didapat dipertahankan atau ditingkatkan. Sumber bahan organik dapat
dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Sumber bahan organik didapat dari mulsa sisa tanaman
yang sudah di panen atau dari sumber lainnya terutama dari pupuk kandang atau kotoran
ternak.. Jerami jagung sisa panen sebetulnya tidak harus langsung digunakan di lapangan, jerami
tersebut dapat dijadikan makanan ternak dahulu dan kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk
organik.
Integrasi sistem tanaman jagung dan sapi potong pada lahan kering dataran rendah dapat
menunjang usaha penggemukan sapi potong dengan memanfaatkan limbah jagung khususnya
jerami sebagai pakan dasar, dengan terlebih dahulu dibuat menjadi “silase“ dan fermentasi
dengan probiotik. Dengan demikian juga kotoran sapi dapat difermentasi (dikomposkan) dengan
probiotik untuk mendapat kualitas pupuk organik yang berkualitas untuk dikembalikan kepada
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
tanaman jagung, teknologi ini dikenal dengan istilah “zero waste“ dalam sistem usaha tani
berkelanjutan (LEISA = Low external input sustainable agriculture).
Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian
termasuk jerami jagung tetapi hasilnya kurang menggembirakan. Oleh karena itu dengan
memanfaatkan mikroba melalui pembuatan silase maupun probiotik dipandang sesuatu yang
memberikan harapan untuk teknologi pakan ke depan.
2. Waktu dan Tempat
Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan di kelompok tani-ternak MINASA SUNGGU di
Desa Lantong, Kecamatan Polongbangkong Selatan, Kabupaten Takalar, dari Januari sampai
Desember 2004. Kelompok tani-ternak “Minasasunggu“ adalah kelompok peternak
penggemukan sapi yang terdiri tiga sub kelompok yang memelihara/menggemukan sapi secara
kolektif pada satu kandang kolektif yang disekat secara individu.
3. Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah:
� Jerami jagung
� Probiotik
� Kantong plastik ukuran 80 x 50 cm
� Dedak
� Pikuten (mineral)
� Tempat makan
� Tempat minum
� Timbangan elektrik (bobot badan)
� Timbangan manual (pakan)
� Pita ukur (dalton)
� Obat cacing hati
� Mesin pemotong (copper)
� Kandang jepit
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
4. Skala Kegiatan.
Kegiatan ini meliputi 30 koperator masing-masing memiliki 1 ekor sapi yang dipelihara
secara berkelompok/kolektif 30 ekor sapi. Perlakuan dibagi 3 kelompok, masing-masing 10 ekor
yang diperlakuan masing-masing (T1) kontrol (jerami jagung kering), (T2) silase jerami jagung,
(T3) fermentasi jerami jagung dengan probiotik.
Komposisi Pakan :
T1. Jerami jagung kering (ad libitum) + Konsentrat
T2. Silase jerami jagung (ad libitum) + Konsentrat
T3. Jerami fermentasi dengan probiotik + Konsentrat
Komposisi konsentrat :
- Dedak ( 2 kg/ekor/hari)
- Garam (0,03 kg/ekor/hari)
- Bungkil kelapa (0,5 kg/ekor/hari)
- Onggok (0,5 kg/ekor/hari)
- Urea (0,06 kg/ekor/hari)
- Pikuten (25 gr/ekor/hari)
Analisis data menggunakan Rancangan Acak Kelompok (Sudjana,1989).
5. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah
1. Konsumsi pakan dan air minum
2. Berat Badan
3. Tinggi Pundak
4. Panjang Badan
5. Analisis Kimia Pakan
6. Analisis Ekonomi
6. Metode Analisis
Untuk menghitung pertambahan berat badan digunakan rumus
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
ADG = W2 – W1
t2 – t1
Dimana : W2 = Bobot badan akhir
W1 = Bobot badan awal
t2 = Waktu penimbangan akhir
t1 = waktu penimbangan awal
(Cole,1966).
Sedangkan analisis usahatani menggunakan rumus :
π=(P x Q) – (X x Z)
dimana : π = Keuntungan Usahatani
P = Harga jual Produksi
Q = Jumlah Produksi
X = Jumlah input yang digunakan
Y = Harga input yang digunakan
(Sudaryanto dan Ilham, 2001)
LINGKUP KEGIATAN
a. Cakupan Kegiatan
Pengelolaan lahan kering dataran rendah, perlu penanganan secara seksama melalui
peningkatan daya dukung lahan agar dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi
persatuan luas lahan. Disamping itu sumber daya lahan perlu dipertahankan atau ditingkatkan
kesuburannya. Salah satu cara yang dapat diterapkan yaitu integrasi jerami jagung dan sapi
potong. Dengan melimpahnya jerami jagung pada musim – musim tertentu sangat berpeluang
untuk diawetkan melalui pembuatan silase maupun fermentasi dengan probiotik, sehingga dapat
digunakan sebagai pakan sapi pada saat hijauan rumput atau bahan pakan lainnya tidak ada.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
Penggemukan sapi potong dengan jerami jagung masih sangat jauh dari standar
kebutuhan akan protein dan energi, oleh karena itu perlu penambahan pakan lainnya seperti
dedak, jagung giling, tepung, mineral dan sebagainya.
b. Prosedure Kegiatan
Pengkajian ini dilaksanakan di lahan petani (on farum research) dengan melibatkan
partisipasi petani secara aktif. Kegiatan ini dilakukan sebagai berikut :
1. Persiapan
- Survey lokasi lanjutan pengkajian dan penetapan petani koperator.
- Konsultasi dengan instansi terkait
- Apresiasi kegiatan tingkat peternak
2. Pelaksanaan
- Tempat penimbangan
- Penimbangan ternak
- Pembuatan tempat makan dan minum
- Mencopper batang jagung
- Penbuatan “silase”
- Pembuatan fermentasi jerami jagung
- Pemberian pakan
- Vaksinasi AE dan Antraks
- Pemberian obat cacing
c. Prosedur penbuatan “silase”
• Jerami jagung segar panen dipotong – potong 2-5 cm dengan mesin pemotong (copper)
• Kemudian dimasukkan kantong palstik kedap udara, lalu diinjak-injak
(dipadatkan) ditutup dengan rapat.
• Dibiarkan selama 20 hari sampai pHnya menjadi 4-3,8 , dan apabila dibuka sudah
mengeluarkan bau harum dan agak asam sedikit berarti proses sudah selesai.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
• Silase sudah siap untuk diberikan kepada ternak.
d. Prosedure pembuatan fermentasi jerami jagung
• Jerami jagung kering panen dipotong-potong 2-5 cm dibiarkan sampai kadar airnya
mencapai 60%
• Kemudian ditumpuk 20-30 cm dari tanah, lalu diinjak-injak sampai padat.
• Ditaburi dengan probiotik (SB) dan urea dengan perbandingan masing – masing 6 kg untuk
setiap ton jerami jagung.
• Untuk menumbuhkan probiotik maka dipercikkan air sampai kelembaban 60% dimana
ditandai dengan tangan yang meremas-remas jerami jagung apabila dilihat di telapak tangan
air seakan-akan sudah mau menetes tetapi belum menetes artinya airnya sudah cukup.
• Tahapan tadi diulangi lagi dengan tumpukan 20-30 cm sampai ketinggian 1,5 meter.
• Dibiarkan selama 21 hari pada tempat yang terlindung hujan dan sinar matahari langsung
• Diperoleh jerami jagung hasil fermentasi yang siap diberikan kepada ternak atau disimpan
dalam gudang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Umum
Kabupaten Takalar dilihat dari segi geografisnya yakni pada sebelah barat adalah pesisir
pantai Selat Makassar, sebelah utara sampai ke selatan terdiri dari dataran rendah dan sebelah
timur tanahnya berbukit-bukit dengan demikian di Kabupaten Takalar termasuk daerah
pengembangan pertanian.
Luas wilayah Kabupaten Takalar adalah 566.51 km² atau 56 651 ha terdiri dari ; (a)
kawasan lautan 8.254.00 ha (b) sawah 16.436.22 ha (c) tambak 4.233.20 ha (d) perkebunan PTP
XXXII 5.333,45 ha (e) tegalan 3.639.00 ha (f) kebun campuran 8.932.11 ha (g) pekarangan
1.929,90 ha (h) lain-lain 7.892.22 ha (BPS ,2003)
Menurut jenis tanah di Kabupaten Takalar dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu
Alufial, Mediteran, dan Latosal. Demikian juga dengan musim dikenal dua yaitu musim hujan
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
dan musim kemarau. Musim hujan pada tahun 2003 jatuh pada bulan November, Desember dan
Januari, Februari, Maret 2004, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan
kemarau jatuh pada bulan Juli, Agustus, September, dimana bulan terkering pada bulan
Agustus. Demikian juga curah hujan tahun 2000 di Kabupaten Takalar (Tabel 7)
Tabel 7. Rata – rata jumlah curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Takalar tahun 2000
Bulan Hari Hujan Curah hujan (mm)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
23
16
14
11
2
10
2
-
3
6
17
15
843
605
310
133
57
108
77
-
14
96
281
384
Sumber : BPS (2000)
2. Karakteristik Petani Kelompok Tani-ternak “minas a sunggu“
Peubah-peubah yang dipergunakan untuk menggambarkan profil petani adalah umur,
pendidikan, jumlah anggota keluarga penguasaan lahan, pengalaman beternak, pemilikan ternak,
managemen usahatani. Semua karakteristik petani tersebut mempunyai pengaruh tingkat
penerapan komponen teknologi dalam usahatani terpadu.
Rata-rata anggota kelompok tani ternak minasa sunggu masih dalam tingkat umur
produktif yaitu 28-51 tahun atau 46,2 tahun (Tabel 10).
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
Tabel 10. Karakteristik Peternak peggemukan sapi pada kelompok tani ternak minasa sunggu.
No Karakteristik Kelompok tani ternak minasa sunggu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Umur responden (tahun) Pengalaman beternak (tahun) Sistem perkandangan a. kandungan kelompok (%) b. kandungan indivudu (%) Pendidikan (tahun) a.tidak sekolah (%) b. SD (%) c.SLTP (%) d.SLTA (%) Jumlah anggota keluarga (org) Pekerjaan utama sebagai petani Jumlah ternak yang dimiliki (ekor) Status pemilik (ekor) a.milik sendiri b.gaduhan c.lainnya Pemeliharaan secara intensif (%) Membeli sapi bakalan secara kolektif (%) Digunakan sebagai tenaga kerja (%) Rata-rata lama kerja (jam/hari) Kotoran ternak sebagai pupuk kandang (%) Jerami jagung sebagai pakan sapi (%)
46,2 8,7
100 68
13 63 15 9
4,21
2,30
0,9 1,0 0,4 85 90
40 3,5 25
100
Demikian juga pengalaman beternak sapi dan tingkat pendidikan dipandang cukup untuk
budidaya penggemukan sapi potong. Pengalaman petani ternak memelihara sapi cukup
bervariasi antara 2-15 tahun atau rata – rata 8,7 tahun memungkinkan untuk menerapkan
komponen maupun paket teknologi produksi sapi bali (Buly, G.Y , 2004).
Pada umumnya petani-ternak memiliki sapi dalam jumlah terbatas rata-rata 2,3 ekor
karena pada umumnya mereka hanya memelihara di kolong/samping rumahnya selain untuk
penggemukan dilakukan secara berkelompok.
Salah satu ciri keluarga tani adalah sumber pendapatan sangat bervariasi. Pekerjaan dan
sumber pendapatan utamanya serta pekerjaan sampingan secara umum tidak dapat dipisahkan.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
Hal ini terikat dari beberapa keluarga tani yang mengaku sebagai petani tanaman pangan tetapi
setelah dirinci pendapatannya dalam setahun termasuk usaha sampingan termasuk memelihara
ternak merupakan sumber pendapatan utamanya yaitu sekitar 73% dari total pendapatannya
selama 1 tahun.
3. Pengawetan Jerami Jagung sebagai Pakan Penggemukan Sapi Potong.
Peningkatan produksi jagung akan selalu berkorelasi positif dengan tersedianya limbah
jagung, baik berupa jerami, tongkol, maupun dedak jagung. Penggunaan jerami jagung sebagai
silase dan fementasi dengan probiotik ternyata cukup menggembirakan (Tabel 11), dilahan
kering yang rumputnya sedikit, petani biasanya memanfaatkan dan menyimpan jerami jagung
untuk dipakai sebagai pakan, dan ternak dipakai mengolah lahan pertanian (Subandi et.al.,,
1988).
Tabel 11.Kandungan Gizi Jerami Jagung
Jerami jagung Kandungan air (%) Protein kasar
Lemak kasar
S.K AGU BCN P Ca
Silase Fermentasi probiotik
8,5 9,25
3,0 4,0
24,0 24,29
9,45 11,10
47,26 42,76
0,18 0,20
0,16 0,37
Sumber : Laboratorium Maros (2003)
Tabel 11 menunjukkan kandungan protein kasar masih lebih rendah dibandingkan
dengan hasil pengamatan Darminto (1993) dan Subandi et.al., (1988) yaitu masing – masing 12
– 16 % dan 11 – 15 %. Hal ini mungkin disebabkan umur panen panen jagung dan varietas
jagung yang digunakan.
4. Penggemukan Sapi Potong
a. Konsumsi Pakan
Pemberian pakan basal silase jerami jagung dan jerami jagung fermentasi pada
penggemukan sapi potong bakalan dengan berat badan awal ± 197,4 kg/ekor tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (P 70,05),seperti ditunjukkan pada tabel 12, hal ini mungkin disebabkan
pakan pada perlakuan kontrol terdiri dari bahan pakan campuran seperti rumput gajah, rumput
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
alam, jerami padi segar, jerami jagung segar yang cukup disukai sapi sedangkan silase jagung
dan fermentasi jerami jagung baunya agak harum dan dipotong – potong 2-5 cm sehingga juga
disukai sapi.
Tabel 12. Konsumsi Bahan Kering (BK) pakan/ekor/hari Pada Penggemukan Sapi Bakalan.
Ulangan Perlakuan (ka/ekor/hari)
(T1)Kontrol (T2) Silase (T3) Fermentase dengan probiotik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6,3 5,9 5,6 6,1 6,4 6,0 5,4 5,6 6,1 5,9
5,8 6,2 5,4 5,9 6,0 6,1 5,6 5,9 6,2 6,1
6,1 5,7 5,5 6,2 5,9 5,4 5,6 6,2 6,2 5,7
Total 59,3 59,2 58,5 Rata-rata 5,93 5,92 5,85
Pada tabel 12 terlihat rata-rata konsumsi silase 5,92 kg/ekor/hari dan kontrol 5,93
kg/ekor/hari menunjukkan bahwa palatalibitas sapi akan jerami segar dan silase jerami jagung
tidak ada perbedaan nyata (P< 0,05). Hal ini kemungkinan kedua jenis perlakuan palatabel
untuk sapi potong seperti sapi Bali tetapi tidak untuk jenis sapi yang lain (Talib et.al.,1994).
Demikian juga dikemukakan Wahyono et.al., (2003) bahwa palatabilitas berkaitan erat dengan
faktor kebiasaan ternak dalam mengkonsumsi pakan, baik dalam keadaan kering, segar dan
comboran. Bangsa sapi salah satu faktor penentu palatabilitas antara lain Simental, Limousine,
Brahman, Bali, Madura dan P.O.
b. Pertambahan bobot badan
Pertambahan bobot badan adalah aktifitas fisiologi yang dapat dinyatakan dengan
kenaikan bobot badan rata-rata persatuan waktu. Laju pertambahan bobot badan rata-rata harian
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
(PBBH) atau Average Daily Gain (ADG) dari individu atau sekelompok ternak dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
ADG = W2 – W1
t2 – t1
Dimana W2 dan W1 masing-masing adalah bobot akhir dan awal penimbangan,
sedangkan t2 dan t1 adalah periode lama waktu antara penimbangan awal sampai akhir
(Cole,1966). Kecepatan pertambahan bobot badan ini diantaranya dipengaruhi oleh jumlah
konsumsi yakni makanan yang dihabiskan (Tilman et.al.,,1383).
Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa antara perlakuan kontrol (tanpa perlakuan) dan
perlakuan dengan pemberian pakan basal silase jerami jagung dan fermentasi jerami jagung
tidak menujukkan perbedaan nyata (P < 0,05) terhadap pertambahan bobot badan, namun secara
angka sudah mulai kelihatan peningkatan bobot badan antara yang mendapat perlakuan
dibandingkan dengan kontrol (kebiasaan petani).
Dalam kegiatan ini melibatkan partisipasi petani ternak (anggota kelompok) yang secara
bergaantian setiap 20 hari memberikan pakan, membersihkan kandang, disamping petugas
lapangan dari BPTP Sul-Sel, dan Dinas Pertanian Kabupaten Takalar yang ikut mendampingi
sehingga pemberian pakan ada kalanya tidak berdasarkan rekomendasi perlakuan yang
seharusnya diterapkan. Hasil pengkajian yang belum menunjukkan perbedaan peningkatan
bobot badan secara angka yaitu 0,367 kg/ekor/hari dan 0,450 kg/ekor/hari sudah dapat
memberikan indikasi kalau dengan gizi silase jerami jagung (t2) lebih baik dibandingkan dengan
kontrol.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
Tabel 13. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Penggemukan Sapi Bali Bakalan. Ulangan Perlakuan (kg / ekor)
T1 (kontrol) T1 (silase) T3 (fermentasi dengan probiotik)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,30 0,37 0,34 0,38 0,41 0,38 0,32 0,35 0,37 0,36
0,44 0,46 0,41 0,46 0,47 0,47 0,43 0,45 0,46 0,45
0,47 0,45 0,44 0,47 0,46 0,45 0,46 0,48 0,47 0,44
Jumlah/total 3,67 4,50 4,59 Rata-rata 0,367 0,450 0,459
Antara perlakuan silase jagung (T2) dan fermentasi jerami jagung tidak menunjukkan
perbedaan nyata (P < 0,05) karena kedua perlakuan – perlakuan ini mengandalkan adanya
proses fermentasi untuk meningkatkan nilai gizi jerami jagung. Ada perbedaan angka antara
silase jagung dan fermentase dengan probiotik jerami jagung yaitu pertambahan bobot badan
antara 0,450 dan 0,459 kg/ekor/hari, mungkin disebabkan adanya microorganisme (bakteri)
yang bekerja pada fermentasi dengan probiotik sehingga nilai gizinya lebih meningkat.
5. Analisis Usahatani
Hasil analisis keuntungan penggemukan sapi potong pada kelompok tani-ternak minasa
sunggu disajikan pada Tabel 14. Terlihat bahwa marging costnya masih sangat rendah karena
usahatani dilakukan secara berkelompok, sehingga alokasi waktu dan biaya pakan sangat
efisien. Demikian juga suku bunga modal dan pajak usaha belum dikenakan, karena dana
(modal) yang digunakan adalah uang Pemda Kabupaten Takalar (Dana bergulir).
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
Tabel 14. Analisis keuntungan penggemukan sapi Bali bakalan selama 3 bulan
Uraian Kontrol (Rp)
Silase (Rp)
Fermentasi (Rp)
Input - dedak 450.000 450.000 450.000 - pikuten 76.000 76.000 76.000 - probiotik - - 720.000 - urea - - 57.600 - Transpor pakan 36.000 60.000 60.000 - obat-obatan 100.000 100.000 100.000 - chopper 50.000 100.000 100.000 - Penyusutan kandang 75.000 75.000 75.000 Total 787.000 861.000 1.638.600 Output Pertambahan bobot
badan 3.836.050 4.712.500 5.685.900
Keuntungan total 3.049.050 3.851.500 4.047.300 Keuntungan/ekor/bulan 101.635 128.383 134.910
Pada Tabel 14, juga terlihat bahwa keuntungan yang diperoleh per ekor per bulan adalah
kontrol Rp. 101.635, silase Rp. 128.383 dan fermentasi dengan probiotik Rp. 134.910 lebih
disebabkan karena biaya tenaga kerja dan bunga modal yang tidak dimasukkan, namun
tambahan pendapatan lainnya dapat diperoleh dari pengomposan kotoran ternak sapi. Menurut
hasil penelitian Sariubang et al., (2003) menunjukkan bahwa seekor sapi dapat menghasilkan
kotoran 5 kg/ekor/hari menjadi 3 kg/ekor/hari dengan harga Rp. 400/kg. Jadi untuk seekor sapi
dapat menghasilkan kompos kotoran sapi sebanyak 90 kg/bulan atau Rp. 36.000/bulan.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
KESIMPULAN
1. Penggemukan sapi Bali sangat efisein menggunakan silase dan fermentasi dengan probiotik
jerami jagung sebagai pakan basal disamping dedak padi halus 1% dari berat badan dan
tambahan mineral mix (pikuten) 20 gram/ekor/hari.
2. Integrasi tanaman jagung dan sapi potong dapat dilakukan secara fleksibel dimana kalau
banyak rumput berkualitas tersedia maka rumput itu yang diberikan sapi dan kalau tidak ada
rumput berkualitas maka silase atau fermentasi jerami jagung dengan probiotik yang
diberikan.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2003. Kabupaten Takalar dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar. BUNTING, E.S. 1981. Assesment of the effect on yield of variation in climat and soil
characteristics for evaluation with emphasis on outer islands project at center for soil research. Bogor. Indonesia.
COLE, H.H. 1966. Introduction to Livestock Production 2 nd Ed. W.H. Foreman and Company,
San Fransisco. DARMONO. 1993. Tatalaksana usaha sapi Kreman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. DIREKTORAT SEREALIA. 2001. Hasil pengumpulan data base tanaman jagung. Direktorat
Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. HIDAYAT, A., M. SUKARDI dan BH. PRASETYO. 1997. Ketersediaan sumberdaya lahan
dan arahan pemanfaatan untuk beberapa komoditas. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 1 – 12.
IRIANTO, G., H. SOSIAWAN dan S. KARAMA. 1998. Strategi pembangunan pertanian lahan
kering untuk mengantisipasi persaingan global. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 1 – 12.
ISMAIL, I., A. DJAJANEGARA dan H. SUPRIADI. 1989. Farming System Research in
Upland Transmigration Areas Case in Batumarta. Development in Procechoires for Farming Systems Research. Proc. of an International Workshop Agency for Agricultural Research and Development Indonesia.
ISMAIL, I., H. SUPRIADI., B. PRAWIRADIPUTRA., V. KUSNADI., A. DJAUHARI dan Y.
SUPRIYATNA. 1990. Model Usahatani Tanaman Ternak untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Transmigrasi Lahan Kering. Sistem Usahatani di lima Agroekosistem. Risalah Lokakarya Penelitian Sistem Usahatani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PERTANIAN SULAWESI SELATAN. 1999. Statistik
Pertanian Sulawesi Selatan. LUBIS, D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Ed 2. Pembangunan. Jakarta. LUBIS, D., T. PRASETYO., B.R. PRAWIRADIPUTRA dan HERMAWAN. 1991. Ternak
Sapi dalam Sistem Usahatani di Lahan Kering Hulu Das Lusi. Kabupaten Blora. Situasi dan Peluang Usaha Ternak. Pros. Seminar Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
Konservasi Tanah di Lahan Sedimen dan Vulkanik Das Bagian Hulu. Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal 1 – 25.
MANWAN, I. 1989. Farming System Research in Indonesia. Its Evaluation and future Outlook.
Development in Prosedures for Farming Systems Research. Proc. of an International Workshop. Agency for Agricultural Research and Development. Indonesia.
MARSUM. D., SUDARYANTO dan MUDJIONO. 1993. Produktivitas dan Prospek Varietas
Jagung Hibrida. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang.
MUSOFIE, A., N.K. WARDHANI, K. MO’SUM dan S. TEDJOWAHYONO. 1982.
Pemanfaatan Pucuk Tebu sebagai Sumber Hijauan Makanan Ternak. Majalah Perusahaan Gula Pasuruan XVIII (1-2-2): 47-55.
MUSOFIE, A., N.K. WARDHANI, K. MO’SUM dan S. TEDJOWAHYONO. 1984.
Penggunaan Pucuk Tebu Pellet dengan Penambahan Jerami Kedelai pada Sapi. Makalah pada Seminar Memanfaatkan Lahan Sempit untuk Meningkatkan Produksi Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. 19-20 November 1984.
OLDMAN, L.R. 1975. Agroclimatic Map of Java. Contr. Centr-Res. Ins. For Agriculture.
Bogor. Indonesia PINGALI, P. 2001. CMYTY 1999/2000. Word Maize Facts and Trends. Mution Word Maize
Needs Technology Oppurtunities and Prioritis For The Public. SALLATANG, H.M. 1991. Tinjauan Aspek Sosial Budaya Pengembangan Ternak Sapi di
Sulawesi Selatan. Proc. Seminar Nasional Sapi Bali. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
SARAGIH, B. 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan. Kumpulan Studi Pembangunan. Lembaga
Penelitian IPB. Bogor. SOEJONO, M. 1988. Effect of Anhydrous Amonia of Corn Slak Silage on Crude Protein and
Fibre Digestibilities. In. Improving Utilization of Low Quality Ranghages by Chemical Treatment. Thesis Outline Impublished.
SOEKARDI, M. 1994. Potensi Sumberdaya Lahan dan Kegiatan Evolusinya di Kawasan Timur
Indonesia. Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan Untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 203 –238.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWES I SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL
SOEHADJI. 1990. Kebijakan Pemuliaan Ternak (Breeding Policy) Khusus Sapi Bali, dalam Pengembangan Peternakan. Proc. Seminar Nasional Sapi Bali 20 – 22 September 1990. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar Bali.
SUDARYANTO, T dan N. ILHAM. 2001. Upaya peningkatan efisiensi usaha ternak ditinjau
dari aspek agribisnis yang berdaya saing. Apresiasi Teknis Program Litkaji Sistem Usahatani Tanaman Ternak (Crop animal system), Puslitbangnak Bogor.
THALIB, A., H. HAMID dan D. SUHERMAN. 1995. Pembuatan Silase Jerami Padi dengan
Penambahan Cairan Rumen. Seminar Nasional Agribisnis Peternakan dan Perikanan pada Pelita VI. Edisi Khusus. Media Majalah Pengembangan Ilmu-ilmu Peternakan dan Perikanan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Hal 231 – 237.
TILMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUM dan S.
LEBDOSOEKOJO. 1989. Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta