PELAPORAN PELAPORAN KEUANGAN KEUANGAN
BELANJA SUBSIDI BELANJA SUBSIDI DAN BELANJA DAN BELANJA
LAIN-LAINLAIN-LAIN
1
KEKUASAAN ATAS KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN NEGARA PENGELOLAAN NEGARA
1. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian/lembaga yang dipimpinnya.
3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
2
2
PENGELOLAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARAKEUANGAN NEGARA
PRESIDENPemegang kekuasaan PKN
MENTERI………PENGGUNAANGGARAN
MENTERI……PENGGUNAANGGARAN
MENTERI KEUANGANPENGGUNAANGGARAN
UTANG DAN HIBAH
INVESTASIPEMERINTAH
PENERUSANPINJAMAN
TRANSFERKE DAERAH
BELANJA SUBSIDI& BELANJA LAIN-LAIN
BADAN LAINNYA
TRANSAKSIKHUSUS
999.01999.02
999.03 999.04 999.05 999.06 999.07
3
3
DASAR HUKUM APPDASAR HUKUM APP
Berdasarkan UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraPasal 51 ayat (1) berbunyi:“Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Negara/ Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.”
4
ANGGARAN PEMBIAYAAN ANGGARAN PEMBIAYAAN DAN PERHITUNGANDAN PERHITUNGAN
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan adalah dana yang dialokasikan kepada Menteri Keuangan/BUN sebagai Pengguna Anggaran selain yang dialokasikan untuk Kementerian Negara/Lembaga, yang dalam pelaksanaannya dapat diserahkan kepada Kementerian Negara/Lembaga/pihak lain sebagai Kuasa Pengguna Anggaran
BELANJA LAIN-BELANJA LAIN-LAIN LAIN
BA 069BA 069
BELANJA SUBSIDI BELANJA SUBSIDI DAN BELANJA DAN BELANJA LAIN-LAIN (BA LAIN-LAIN (BA
999.06)999.06)BELANJA BELANJA SUBSIDI SUBSIDI
(BA 999.07(BA 999.07
BELANJA BELANJA LAIN-LAIN LAIN-LAIN
(BA 999.08)(BA 999.08)
DASAR HUKUM APPDASAR HUKUM APP
Berdasarkan PP 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah:Pasal 1 ayat (24):“Anggaran pembiayaan dan perhitungan adalah dana APBN yang dialokasikan kepada Menteri Keuangan / BUN sebagai PA selain yang dialokasikan untuk K/L, yang dalam pelaksanaannya dapat diserahkan kepada K/L/pihak lain sebagai KPA”
6
KRITERIA PIHAK LAINKRITERIA PIHAK LAIN(PMK196/PMK.05/2008)(PMK196/PMK.05/2008)
Pihak lain adalah instansi/unit organisasi di luar Kementerian Negara/Lembaga dan berbadan hukum yang menggunakan anggaran yang bersumber dari APBN dan bukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai entitas Pemerintahan Daerah, dan karenanya wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) sesuai ketentuan yang berlaku.
7
JENIS TRANSAKSI BAPPJENIS TRANSAKSI BAPP
1. Belanja Subsidi
2. Belanja Transfer Lainnya
3. Belanja Lain-Lain
4. Transfer kepada Pemerintah Daerah Transfer Dana Perimbangan Transfer Otonomi Khusus dan Penyesuaian
5. Pengelolaan Utang Pembayaran Bunga Utang Dalam dan Luar Negeri Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Hibah
6. Belanja Penerusan Pinjaman
7. Belanja Penyertaan Modal Negara
8. Belanja Penerusan Pinjaman sebagai Hibah
9. Belanja Penerusan Hibah
10. Transaksi Khusus Pengeluaran Kerjasama Internasional Pengeluaran Perjanjian Hukum Internasional Pengeluaran Koreksi dan Pengembalian Pembayaran Jasa Perbendaharaan Pembayaran PFK Pendapatan Jasa Perbendaharaan dan Perbankan
11. Transaksi Pengelolaan PNBP dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat PNBP terdiri dari:
PPh Migas; PNBP Migas dan PNBP Migas Lainnya; Pungutan Ekspor; Penerimaan Laba BUMN Perbankan dan Non-Perbankan.
BELANJA LAIN-LAINBELANJA LAIN-LAIN
Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
9
KATEGORI BELANJA LAIN LAINKATEGORI BELANJA LAIN LAIN
Belanja lain-lain dibagi dalam 3 (tiga) kategori utama yaitu:
1. Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja daerah.
2. Pengeluaran/belanja yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial.
3. Pengeluaran/belanja tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
BELANJA PUSAT DALAM BELANJA PUSAT DALAM APPAPP
Kriteria keperluan mendesak
a. Sulit direncanakan kebutuhannya;b.Adanya resiko yang besar apabila tidak dipenuhi
pada saat kejadian, baik dari segi politik, ekonomi, sosial dan keamanan;
c. Kejadian yang tidak disebabkan oleh alam, contohnya adanya akibat dari suatu kebijakan Pemerintah Asing yang terkait dengan Pemerintah Indonesia, klaim pihak ketiga sebagai hasil putusan pengadilanDana cadangan resiko fiskal digunakan untuk
menampung alokasi untuk mengantisipasi adanya perubahan asumsi-asumsi dalam penyusunan APBN, contohnya perubahan harga minyak dan besaran subsidi yang akan mengubah besaran penerimaan dan pengeluaran
PEMBIAYAAN DALAM APPPEMBIAYAAN DALAM APP
Masuk dalam kategori “below the lines” APBN Pengeluaran dalam kategori ini tidak berdampak
pada penambahan kekayaan pemerintah secara langsung. Penarikan pinjaman untuk penerusan pinjaman akan menimbulkan hutang Pemerintah kepada pihak Lender dan secara bersamaan menimbulkan piutang Pemerintah pada penerima penerusan pinjaman.
Dipergunakan antara lain untuk: pembayaran cicilan pokok hutang luar dan dalam negeri, penerusan pinjaman maupun hibah dan PMN
PENGANGGARAPENGANGGARAN N
PENGANGGARAPENGANGGARAN N
ANGGARAN K/L???
ANGGARAN K/L???
ANGGARAN BAPP (BA
069)
ANGGARAN BAPP (BA
069)
Terencana dan dapat
diklasifikasikan ke dalam pos-pos belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, dan
belanja daerah
1.Tidak Terencana2.Pengeluaran/belanja yang sifatnya tidak biasa
dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial.
3.Pengeluaran/belanja tidak terduga lainnya
yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
RM??PLN??RM??PLN??
ANGGARAN BABUN (BA
999.08)
ANGGARAN BABUN (BA
999.08)
ANGGARAN BA 010.XX
ANGGARAN BA 010.XX
KATEGORI BELANJA LAIN KATEGORI BELANJA LAIN LAINLAIN
Belanja lain-lain dibagi dalam 3 (tiga) kategori utama yaitu:1.Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja daerah.
2.Pengeluaran/belanja yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial.
3.Pengeluaran/belanja tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
14
BELANJA PUSAT DALAM BELANJA PUSAT DALAM APPAPP
Kriteria keperluan mendesak
a. Sulit direncanakan kebutuhannya;b.Adanya resiko yang besar apabila tidak dipenuhi
pada saat kejadian, baik dari segi politik, ekonomi, sosial dan keamanan;
c. Kejadian yang tidak disebabkan oleh alam, contohnya adanya akibat dari suatu kebijakan Pemerintah Asing yang terkait dengan Pemerintah Indonesia, klaim pihak ketiga sebagai hasil putusan pengadilanDana cadangan resiko fiskal digunakan untuk
menampung alokasi untuk mengantisipasi adanya perubahan asumsi-asumsi dalam penyusunan APBN, contohnya perubahan harga minyak dan besaran subsidi yang akan mengubah besaran penerimaan dan pengeluaran
15
PENTINGNYA KLASIFIKASI PENTINGNYA KLASIFIKASI BELANJA BELANJA
memformulasikan kebijakan dan mengidentifikasi alokasi sumber daya sektor-sektor;
mengidentifikasi capaian kegiatan pemerintah melalui penilaian kinerja pemerintah; dan
membangun akuntabilitas atas ketaatan dalam pelaksanaan anggaran terhadap otorisasi yang diberikan oleh legislatif.
16
FORMULASI KLASIFIKASI FORMULASI KLASIFIKASI YANG MEMENUHI FUNGSI YANG MEMENUHI FUNGSI
ANGGARAN DAN ANGGARAN DAN PELAPORANPELAPORAN
Klasifikasi menurut fungsi, untuk analisis dan formulasi kebijakan;
Klasifikasi organisasi, untuk keperluan akuntabilitas;
Klasifikasi menurut dana, untuk keperluan sumber pembiayaan;
Klasifikasi menurut ekonomi, untuk tujuan statistik dan objek (jenis belanja), ketaatan, pengendalian dan analisis ekonomi;
Klasifikasi menurut program dan kegiatan, untuk informasi dan pengendalian pencapaian tujuan
17
PELAPORAN APPPELAPORAN APP
Setiap Kementerian Negara / Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk Bagian APP ( PMK No. 171/PMK.05/2007)Penyusunan Laporan Keuangan APP dilakukan secara terpisah dengan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga sesuai dengan Bagian Anggaran masing-masing;Laporan Keuangan APP dikirim kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan;Direktorat Jenderal Perbendahaaran akan melakukan penyusunan Laporan Keuangan APP secara keseluruhan.TATACARA TATACARA
PENYUSUNAN/PELAPORAN PENYUSUNAN/PELAPORAN BSBLBSBL
PMK 196/PMK.05/2008PMK 196/PMK.05/2008
TATACARA TATACARA PENYUSUNAN/PELAPORAN PENYUSUNAN/PELAPORAN
BSBLBSBLPMK 196/PMK.05/2008PMK 196/PMK.05/2008
PENYAJIAN PENYAJIAN LK LK
Laporan Keuangan yang disajikan:
1. LRA2. NERACA3. CALK4. LAPORAN BMN
19
REVIUREVIU
Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain yang disajikan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan wajib di reviu oleh Aparat Pengawasan Intern sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Sistem Pengendalian Intern (SPI). {PP 60/2008 pasal 48 & 49}
Reviu dimaksud dapat dilakukan oleh BPKP berdasarkan penetapan terlebih dahulu oleh Menteri Keuangan, selama terkait dengan kegiatan kebendaharaan umum negara.
20
PERNYATAAN TANGGUNG PERNYATAAN TANGGUNG JAWABJAWAB
(Statement of (Statement of Responsibility)Responsibility)Berdasarkan PP-8/2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi pemerintah pasal 25 ayat (2) menyatakan bahwa Kementerian Negara/Lembaga/Pihak Lain yang menerima alokasi APP wajib menyampaikan Laporan Keuangan tahunan yang dilampiri dengan pernyataan tanggung jawab.
21
Laporan Realisasi Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan Tahunan yang digunakan oleh Kementerian Negara /Lembaga/Pemerintah Daerah yang telah direviu, disampaikan secara terpisah disertai dengan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah yang menggunakan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan dan Pernyataan Telah Direviu.
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya. (UU 17/2003 pasal 22 ayat 2)
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan yang tercantum /ditetapkan dalam UU APBN UU 1/2004 pasal 33 ayat (1).
PENGHIBAHAN PENGHIBAHAN ASETASET22
Penjualan
Tukar Menukar
HibahHibah
Penyertaan mdlPempus/da
Pengalihan Kepemilikan BMN/D kpd pihak lain dg menerima penggantian dlm bentuk uang
Pengalihan kepemilikanBMN/D yg dilakukan antara pempus dg pemda, antar pemda, atau antara pempus/pemda dg pihak lain, dg menerima penggantian dlm btk barang, sekurang2nya dg nilai seimbangPengalihan kepemilikan brg dr pempus kpd pemda, dr pemda kpd pempus antar pemdaatau dr pempus/Pemda kpd phk lain, tanpa memperoleh penggantian
Pengalihan kepemilikan BMN/D yg sml mrp’ kekayaan yg tdk dipisah’ mjd kekayaan yg dipisah’ u. dip’htg’sbg mdl/saham ngr/daerahpd BUMN BUMD/bdn hk lain’yg dimiliki negara
Bentuk Bentuk PemindahtangPemindahtang
anananan
23
HIBAHHIBAH
Penggunadg perset. Pengelola
21
24
MEKANISME SERAH TERIMA MEKANISME SERAH TERIMA BARANGBARANG
UMUMUMUM Barang Milik Negara (BMN) pada akhir tahun
diserahkan dari Pembantu Pengguna Barang(PB) atau KPB Belanja Lain-lain kepada satuan kerja kementerian negara/lembaga/pihak lain yang mengelola Belanja Lain-lain selambat-lambatnya tanggal 31 Desember dan/atau sampai dengan telah selesainya kegiatan dimaksud.
Penyerahan BMN dilakukan dari Pembantu Pengguna Barang Belanja Lain-lain (DJA) atau yang diberi kuasa kepada SKPD, diperlakukan sebagai Hibah.
25
HAL-HAL YANG PERLU HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN PERHATIAN
Pengelola Barang > DJKNPengguna Barang > DJA (Dit. A3)Kementerian Negara/Lembaga Kuasa Pengguna Barang: Satker
26
NERACANERACA
ASETASET KEWAJIBAN KEWAJIBAN
Aset Tetap
Tanah xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Gedung dan Bangunan xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx
Ekuitas
Aset Tetap Lainnya xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Total xxx
27
MEKANISME SERAH MEKANISME SERAH TERIMA BARANGTERIMA BARANG
(PMK 96/PMK.06/2007)(PMK 96/PMK.06/2007)
DJA(PB)
PEMDA
DJKN
Korwil(UAPPB-
W)
Satker(KPB)
Permohonan/usulan
penghapusan untuk
pengalihan status
penggunaan BMN kepada
PEMDA (Hibah)
1 2
3
SK Persetujuan penghapusan,
dgn tindak lanjut
pengalihan BMN kepada PEMDA
(Hibah)
SK Penghapusan,
berdasarkan SK Persetujuan
Penghapusan dari DJKN
BAST-BMN berdasarkan
SK Penghapusan
dari DJA
4
5 6 7
28
MEKANISME PELAPORAN MEKANISME PELAPORAN BELANJA SUBSIDI DAN BELANJA SUBSIDI DAN BELANJA BELANJA
LAIN-LAINLAIN-LAIN(PMK 196/2008)(PMK 196/2008)29
PELAPORAN APPPELAPORAN APPSetiap Kementerian Negara / Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk Bagian APP ( PMK No. 171/PMK.05/2007)Penyusunan Laporan Keuangan APP dilakukan secara terpisah dengan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga sesuai dengan Bagian Anggaran masing-masing;Laporan Keuangan APP dikirim kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan;Direktorat Jenderal Perbendahaaran akan melakukan penyusunan Laporan Keuangan APP secara keseluruhan.TATACARA TATACARA
PENYUSUNAN/PELAPORAN PENYUSUNAN/PELAPORAN BSBLBSBL
PMK 196/PMK.05/2008PMK 196/PMK.05/2008
TATACARA TATACARA PENYUSUNAN/PELAPORAN PENYUSUNAN/PELAPORAN
BSBLBSBLPMK 196/PMK.05/2008PMK 196/PMK.05/2008
30
UNIT AKUNTANSI BELANJA UNIT AKUNTANSI BELANJA LAIN LAINLAIN LAIN
K/L & PIHAK LAINSELAKU KUASA PENGGUNA
ANGGARAN APP
Transaksi Belanja Lain-Lain antara lain belanja yang dilakukan oleh Kementerian Negara/Lembaga yang bersumber dari BAPP yang bersifat mendesak serta tujuan khusus yang anggarannya tidak tersedia pada Kementerian Negara/Lembaga.
DS Belanja Lain-Lain terdiri dari dokumen anggaran, dokumen pengeluaran, dokumen penerimaan, dan dokumen lain yang dipersamakan untuk Belanja Lain-Lain.
Satuan Kerja yang diberi kewenangan untuk menggunakan anggaran Belanja Lain-lain merupakan UAKPA.
Penanggung Jawab UAKPA adalah Kepala Satuan Kerja. Kementerian Negara/Lembaga yang mendapat pelimpahan
wewenang untuk menggunakan anggaran Belanja Lain-Lain merupakan UAPA
Penanggung Jawab UAPA adalah Menteri Teknis atau pejabat yang ditunjuk/diberi kewenangan.
UNIT AKUNTANSI DAN DOKUMEN SUMBERUNIT AKUNTANSI DAN DOKUMEN SUMBERBELANJA LAIN-LAINBELANJA LAIN-LAIN
32
UAKPA Belanja Lain-Lain wajib memroses dokumen sumber untuk menghasilkan laporan keuangan berupa LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
UAKPA Belanja Lain-Lain wajib menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke KPPN/BUN.
UAKPA Belanja Lain-Lain melakukan rekonsiliasi dengan KPPN dan/atau PKN setiap bulan.
UAKPA Belanja Lain-Lain wajib menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke UAPPA-E1/UAPA.
Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan.
PROSES AKUNTANSI PROSES AKUNTANSI TINGKAT UAKPATINGKAT UAKPA33
UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-E1 berdasarkan laporan keuangan UAKPA Belanja Lain-Lain.
UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain melakukan rekonsiliasi Laporan Keuangan dengan Direktorat Jenderal Anggaran setiap Triwulanan.
UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain wajib menyampaikan laporan keuangan tingkat UAPPA-E1 beserta ADK kepada UAPA Belanja Lain-Lain Kementerian Negara/Lembaga setiap bulan.
Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan.
PROSES AKUNTANSI PROSES AKUNTANSI TINGKAT UAPPA-E1TINGKAT UAPPA-E1
34
UAPA Belanja Lain-Lain melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain yang digunakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.
UAPA Belanja Lain-Lain menyusun laporan keuangan tingkat UAPA berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan dari UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain.
UAPA Belanja Lain-Lain menyampaikan LRA dan Neraca tingkat UAPA beserta ADK kepada Direktorat Jenderal Anggaran setiap triwulan.
Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan disertai dengan Statement of Responsibility dan Catatan atas Laporan Keuangan.
UAPA Belanja Lain-Lain melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Direktorat Jenderal Anggaran setiap semester.
Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi .
PROSES AKUNTANSI PROSES AKUNTANSI TINGKAT UAPATINGKAT UAPA K/L K/L
35
UAPA PA Belanja Lain-Lain melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPA Belanja Lain-Lain yang digunakan oleh Kementerian Negara/Lembaga dan Pihak Lain.
UAPA PA Belanja Lain-Lain menyusun laporan keuangan tingkat UAPA berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan dari UAPA Belanja Lain-Lain yang digunakan oleh Kementerian Negara/Lembaga dan Pihak Lain.
UAPA PA Belanja Lain-Lain menyampaikan LRA dan Neraca tingkat UAPA beserta ADK kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAPA BUN setiap triwulan.
Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan disertai dengan Statement of Responsibility dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Direktorat Jenderal Anggaran melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester.
Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi .
PROSES AKUNTANSI TINGKAT PROSES AKUNTANSI TINGKAT UAPA PENGGUNA ANGGARANUAPA PENGGUNA ANGGARAN
DJADJA36
LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN ANGGARAN PEMBIAYAAN DAN ANGGARAN PEMBIAYAAN DAN
PERHITUNGANPERHITUNGAN
Kementerian Negara/Lembaga dan/atau Direktorat Jenderal yang diberi kewenangan dalam pengelolaan anggaran yang bersumber dari APP dalam penyusunan laporan keuangan wajib membentuk Unit Akuntansi.
Laporan Keuangan APP merupakan gabungan dari Laporan Keuangan masing-masing UAKPA.
Laporan Keuangan APP sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan direviu oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang ditugaskan oleh Menteri Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Laporan Keuangan APP diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
37
PEMBINAAN APPPEMBINAAN APP
Dalam rangka menjaga kesinambungan penyusunan dan keandalan laporan keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran c.q Direktorat Anggaran III melakukan pembinaan dan monitoring penyusunan laporan keuangan APP (BSBL).
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan monitoring Direktorat Jenderal Anggaran c.q Direktorat Anggaran III dapat bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
38
AKHIR
BULAN7LK
sudah diterima
KPPN?
Belum
SuratPeringatan
5 4 3 2 1
SP2D
KECUALI SPM BLJ PEGAWAI, LS PIHAK KETIGA
DAN KEMBALI
SANKSI BAGI KPA SANKSI BAGI KPA SANKSI BAGI KPA SANKSI BAGI KPA
SPM UP/TUP,SPM GU, SPM LS KE BENDAHARA
SANKSI APABILA:1. Tidak Rekon dengan
KPPN dan KPKNL2. Tidak Menyampaikan
Laporan BMN ke KPPN dan KPKNL3. Tidak Mengirim Laporan
ke Unit Vertikal4. Tidak melaporkan DK/TP
SANKSI APABILA:1. Tidak Rekon dengan
KPPN dan KPKNL2. Tidak Menyampaikan
Laporan BMN ke KPPN dan KPKNL3. Tidak Mengirim Laporan
ke Unit Vertikal4. Tidak melaporkan DK/TP
39
TERIMA TERIMA KASIHKASIH
40