PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA LPK
DENGAN PESERTA MAGANG JEPANG DALAM
PERSPEKTIF HUKUM KETENAGAKERJAAN (Studi di LPK
Ohayou Indonesia)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Hukum Fakultas Hukum
Oleh:
KIREI ANINDIAWATI
C100160102
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
TINJAUAN YURIDIS DALAM PELAKSANAAN PEMBERIAN SANKSI
ADMINISTRATIF PEGAWAI DI PT PODO TRESNO MULYO
DISUKOHARJO
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
KIREI ANINDIAWATI
C100160102
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
(Septarina Budiwati., S.H., CN., MH.)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA LPK DENGAN
PESERTA MAGANG JEPANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM
KETENAGAKERJAAN (Studi di LPK Ohayou Indonesia)
Yang ditulis oleh :
KIREI ANINDIAWATI
C.100.160.102
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari , Maret 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Septarina Budiwati., S.H., CN., MH.) (……………………….)
(Ketua Dewan Penguji)
2. (……………………….)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. (……………………….)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, S.H., M.Hum
NIK. 537/NIDN. 0727085803
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 25 April 2020
Penulis
Kirei Anindiawati
C.100.160.102
4
PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA LPK DENGAN
PESERTA MAGANG JEPANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM
KETENAGAKERJAAN (Studi di LPK Ohayou Indonesia)
KIREI ANINDIAWATI
Abstrak
Penyelenggaraan pemagangan ke luar negeri salah satunya dapat dilakukan oleh
LPK swasta, LPK sebagai instiusi pelatihan swasta yang terdaftar di kementrian
ketenagakerjaan dalam melaksanakan program penyelenggaraan pemagangan ke
luar negeri mengadakan rekruitment terhadap calon peserta magang, calon peserta
magang yang mendaftar ke LPK akan melakukan kesepakatan yang kemudian
dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama. Rumusan masalah dalam dalam
penelitiann ini yakni mengenai pelaksanaan perjanjian kerjasama antara LPK
Ohayou Indonesia dengan peserta Magang, tatacara dan penyelenggaraan
pemagangan oleh LPK Ohayou Indonesia ditinjau dari perspektif Undang-Undang
No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta permasalahan apa yang timbul
dalam pelaksanaan perjanjian antara peserta magang dengan LPK dan Bagaimana
cara mengatasinya. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan doktrinal
(Normatif), dan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Lokasi penelitian ini
ialah LPK Ohayou Indonesia. Hasil dari penelitian ini mebahas mengenai tatacara
dan penyelenggaraan pemagangan oleh LPK Ohayou Indonesia ditinjau dari
perspektif Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta
permasalahan apa yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian antara peserta
magang dengan LPK dan Bagaimana cara mengatasinya.
Kata kunci: perjanjian kerjasama, lembaga pelatihan kerja, magang
Abstract The implementation of an apprenticeship abroad can be done by one of the private
LPK, LPK as a private training institution registered at the Ministry of Manpower
in carrying out the program of organizing overseas apprenticeship conducts
recruitment of prospective trainees, prospective trainees who register to LPK will
make an agreement which then set forth in the form of a cooperation agreement.
The formulation of the problem in this research is regarding the implementation of
the cooperation agreement between LPK Ohayou Indonesia and the participants of
the Internship, the procedures and the apprenticeship of the LPK Ohayou
Indonesia in terms of the perspective of Law No. 13 of 2003 concerning
Manpower and what problems arise in the implementation of the agreement
between the participants an internship with LPK and how to overcome it. This
research uses the doctrinal (Normative) approach, and uses descriptive research
type. The location of this research is LPK Ohayou Indonesia. The results of this
study discuss the procedures and implementation of apprenticeships by the LPK
Ohayou Indonesia in terms of the p erspective of Law No.13 of 2003 on
Manpower and what problems arise in the implementation of the agreement
between the apprentice participants and the LPK and how to overcome them.
Keywords: cooperation agreement, job training institute, internship
5
1. PENDAHULUAN
Banyak cara dan upaya yang ditempuh atau dilakukan oleh pemerintah dalam
pengembangan dan penyiapan lapangan pekerjaan bagi penduduk indonesia, baik
itu disektor formal maupun informal. Namun, terbukti bahwa usaha yang
ditempuh itu belum dapat memberikan jalan keluar yang optimal. Salah satu
upaya yang selama ini dianggap efektif untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan
adalah melaksanakan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri melalui antarkerja
antarnegara. Pengiriman tersebut setidak-tidaknya telah mendatangkan manfaat
yang besar (Asyhadie, 2007). Upaya pengiriman tenaga kerja antar negara
tersebut salah satunya dilakukan dengan pelaksanaan program pemagangan antar
negara.
Penyelenggaraan pemagangan ke luar negeri salah satunya dapat
dilakukan oleh LPK swasta, dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi tentang Tatacara Perizinan dan Penyelenggaraan
Pemagangan di luar negeri disebutkan bahwa ‘Penyelenggara pemagangan di luar
negeri terdiri dari : a. LPK swasta; b. perusahaan; c. instansipemerintah; d.
lembaga pendidikan.’ LPK sebagai instiusi pelatihan swasta yang terdaftar di
kementrian ketenagakerjaan dalam melaksanakan program penyelenggaraan
pemagangan ke luar negeri mengadakan recruitment terhadap calon peserta
magang, calon peserta magang yang mendaftar ke LPK akan melakukan
kesepakatan yang kemudian dituangkan dalam bentuk perjanjian
kerjasama.Dalam pelaksanaannya, seringkali ditemui masalah-masalah yang
timbul karena tidak dilaksanakannyaa hak maupun kewajiban yang telah
disepakati oleh para pihak didalam perjanjian kerjasama sehingga merugikan
pihak yang lain. Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian untuk penulisan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan
Perjanjian Kerjasama antara LPK dengan Peserta Magang Jepang dalam
Perspektif Hukum Ketenagakerjaan” (Studi Di Lpk Ohayou Indonesia).
2. METODE
Metode penelitian merupakan “suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari suatu atau
6
beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya”(Dimyati dan Kelik
Wardiono, 2014) Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis yaitu
pendekatan doktrinal (Normatif), yang lebih mengutamakan pada penggunaan
data sekunder, penggunaan data primer hanya sebagai pendukung dari data
sekuunder. Penulis melakukakan metode pendekatan tersebut digunakan untuk
meneliti mengenai pelaksanaan perjanjian kerjasama antara LPK Ohayou
Indonesia dengan peserta magang ditinjau dari perspektif hukum ketenagakerjaan
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu
penelitian deskriptif yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang
keadaan atau gejala tentang pelaksanaan perjanjian kerjasama antara LPK dengan
peserta magang. Lokasi Penelitian Penulis yaitu di LPK Ohayou Indonesia
Boyolali, dikarenakan penulis telah mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut
memungkinkan untuk dilakukan penelitian berkaitan dengan pelaksanaan
perjanjian kerjasama antara LPK dan Peserta magang. Dalam melakukan
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa jenis data diantaranya a) Data
Primer, yaitu hasil wawancara yang diperoleh penulis secara langsung dari
sumbernya. Wawancara dilakukan dengan pihak LPK Ohayou Indonesia dan
Peserta magang terkait dengan pelaksanaan Perjanjian Kerjasama oleh para pihak.
b) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari organisasi atau perseorangan
yang berasal dari pihak lain yang penah mengumpulkan dan mengolahnya. Data
tersebut dapat diperoleh atau didapat dengan cara mempelajari berba gai bahan-
bahan hukum.
Beberapa bahan hukum yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
diantaranya a) Bahan Hukum Primer, Merupakan bahan hukum yang berasal dari
jurnal, karya tulis ilmiah, buku, serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku. b) Bahan Hukum Sekunder, yaitu data yang terdiri dari literatur-literatur,
artikel-artikel, peraturan perundang-undangan, dan hasil karya ilmiah para sarjana
serta hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang berkaitan dengan bidang
yang sedang diteliti penulis dan c) Bahan Hukum Tersier, yaitu data yang berupa
bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan keterangan atau informasi
tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder (Dimyanti dan Kelik
Wardiono, 2014). Adapun Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini
7
penulis menggunakan metode pengumpulan data diantaranya 1) Studi Lapangan,
dalam hal ini penulis melakukan metode wawancara dengan menggunakan
metode ini untuk mewawancarai narasumber yang berkaitan secara langsung,
yaitu dari pihak peserta magang serta dari pihak LPK. Wawancara dilakukan
dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan terhadap narasumber terlebih
dahulu 2) Studi Kepustakaan, Studi kepustakaan dalam hal ini merujuk pada
literatur, dokumen, buku, artikel, peraturan perundang-undangan, maupun hasil
karya ilmiah para sarjana serta hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang
berkaitan dengan bidang yang sedang diteliti penulis. Kemudian untuk Metode
Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, hal
ini berarti bahwa suatu tata cara yang menggunakan logika deduktif untuk
menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum menjadi khusus
atau individual (Ibrahim,2006).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara LPK Ohayou Indonesia
dengan Peserta Magang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Januari di LPK Ohayou
Indonesia bersama dengan Bapak Rubadi selaku Direktur utama LPK Ohayou
Indonesia, maka diperolah data sebagai berikut; bahwasanya perjanjian yang
dilakukan antara LPK dengan Peserta magang ialah Perjanjian kerjasama yang
dimana perjanjian kerjasama tersebut subyek hukumnya ialah Peserta Magang
dengan LPK Ohayou Indonesia yang diamana perjanjian kerjasama diantara LPK
Ohayou Indonesia dengan peserta magang dibuat atau lahir didasarkan dengan
adanya kepentingan para pihak, dalam hal ini para pihak dalam hal ini LPK dan
Peserta Magang merasa perlu diadakannya perjanjian kerjasama dikarenakan
terselenggaranya kegiatan rekruitmen yang diselenggarakan oleh LPK Ohayou
Indonesia sebagai pihak pertama dalam perjanjian yang bertujuan untuk
mendapatkan calon peserta magang ke Jepang yang berkualitas dan
bertanggungjawab serta tidak melarikan diri selama keberadaan magang diJepang,
dan peserta magang sebagai pihak kedua yang juga berkepentingan dalam
kegiatan rekruitmen tersebut guna menjamin terpenuhinya hak-hak miliknya
8
sebagai peserta magang. Sehingga, diadakan perjanjian kerjasama yang memuat
pasal-pasal sesuai dengan kepentingan para pihak. Maka dengan adanya
kepentingan dari masing-masing pihak ini para pihak sepakat saling mengikatkan
diri dengan mengadakan sebuah perjanjian kerjasama. Pelaksanaan perjanjian
kerjasama antara para pihak pada dasarnya telah melakukan hak dan kewajiban
masing-masing pihak terutama oleh pihak LPK Ohayou Indonesia, akan tetapi
terdapat beberapa peserta magang yang tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana tercantum didalam perjanjian kerjasama yaitu kewajibannya untuk
melakukan pelaporan secara berkala kepada pihak LPK selama keberadaannya di
Negara Jepang. Kemudian untuk penerapan perjanjian kerjasama antara LPK dan
Peserta magang pihak LPK mengatakan jika tidak semua peserta magang wajib
melakukannya, beberapa peserta magang melakukan perjanjian kerjasama hanya
secara lisan yang didasarkan pada asas kepercayaan oleh masing-masing pihak.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dilakukan analisis
bahwasanya Dalam hal ini, adanya perjanjian kerjasama antara LPK dan Peserta
magang pada dasarnya dibuat untuk menjamin terpenuhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak, maka dari itu seharusnya dibuat secara tertulis dan wajib
dilakukan secara tertulis antara LPK dan peserta magang agar pelaksanaannya
maksimal, serta juga memiminialisir adanya peserta magang yang melarikan diri
dari tempat magangnya dikarenakan peserta magang yang tidak melakukan
perjanjian secara tertulis atau hanya melakukan perjanjian secara lisan memiliki
kemungkinan melarikan diri dari tempat magang yang lebih besar dibandingkan
kemungkinan melarikan diri dari tempat magang oleh peserta magang yang
melakukan perjanjian kerjasama secara tertulis.
3.2 Tatacara dan Penyelenggaraan Pemagangan oleh LPK Ohayou
Indonesia Ditinjau dari Perspektif Undang-Undang No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Januari di LPK Ohayou
Indonesia bersama dengan Bapak Rubadi selaku Direktur utama LPK Ohayou
Indonesia, maka diperolah data sebagai berikut; LPK Ohayou Indonesia
merupakan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta yang telah terakreditasi, terdaftar
didalam Akta Notaris Nomor: 01/11/01/2014 dan telah memiliki izin dari
9
Kementrian Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : 563/964/24/2017. LPK
Ohayou Indonesia memiliki beberapa program magang diantaranya ialah program
Kenshusei/Magang, Engineering, Intra Company, Kaigo/Caregiver. Pelaksanaan
pemagangan yang dilakukan melalui LPK Ohayou Indonsia dilakukan dengn
bekerjasama dengan LPK yang telah berstatus sebagai SO (Sending Organization)
yang telah bekerjasama dengan pihak AO (Accepting Organization) di negara
Jepang. Program pemagangan diawali dengan calon peserta magang melakukan
pendaftaran ke LPK Ohayou Indonesia, kemudian dilakukan seleksi serta Medical
Check Up untuk diterima di LPK Ohayou Indonesia, setelah calon peserta magang
lolos seleksi dan Medical Check Up maka calon peserta magang melaksanakan
kegiatan pembelajaran bahasa dan kebudayaan di LPK setelah calon peserta
magang telah memiliki kemampuan pendidikan kemudian calon peserta magang
melakukan seleksi job order yang tersedia jika calon peserta magang lolos seleksi
job order maka selanjutnya dilakukan Medical Check Up kepada calon peserta
magang yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan paspor, setelah pembuatan
paspor calon peserta magang melakukan pendidikan yang dilaksanakan oleh pihak
LPK yang berstatus sebagai Sending Organization (SO) sembari menunggu Visa,
setelah visa jadi maka tahap terakhir ialah pemberangkatan peserta magang ke
Negeri Jepang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dilakukan analisis
bahwasanya Pelaksanaan pemagangan oleh LPK telah dilakukan sesuai dengan
tatacara pemagangan diluar negeri sebagaimana yang tercantum didalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Tatacara Perizinan dan
Penyelenggaraan Pemagangan di luar negeri karena pada dasarnya pihak LPK
telah memenuhi syarat sebagai penyelenggara pemagangan diluar negeri sesuai
dicantumkan didalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang
Tatacara Perizinan dan Penyelenggaraan Pemagangan di luar negeri.
3.3 Permasalahan yang Timbul dalam Pelaksanaan Perjanjian antara
Peserta Magang dengan LPK dan Cara Mengatasinya
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Januari di LPK Ohayou
Indonesia bersama dengan Bapak Rubadi selaku Direktur utama LPK Ohayou
Indonesia, maka diperolah data sebagai berikut; bahwasanya permasalahan yang
10
sering timbul dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama ini diantaranya yakni
adanya peserta magang yang tidak melakukan kewajibannya sebagaimana
dicantumkan didalam perjanjian kerjasama yaitu melakukan pelaporan secara
rutin kepada pihak LPK selama keberadaannya di Negara Jepang, yang dimana
keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya pelarian atau kaburnya peserta
magang dari tempat ia bekerja maupun dari tempat tinggalnya. Padahal dalam hal
ini pihak LPK bertanggungjawab atas keberadaan peserta magang selama di
negara Jepang terhadap pihak SO (Sending Organization). Sedangkan hasil
penelitian dengan beberapa pihak peserta magang menyatakan tidak ada
permasalahan terkait dengan pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut. Terkait
dengan peserta magang yang melakukan kabur atau tidak memenuhi
kewajibannya ia mengatakan bahwa ia melakukan hal tersebut dikarenakan
merasa tidak kuat atau tidakcocok dengan pekerjaannya selama berada dinegara
Jepang sehingga kemudian ia memutuskan untuk melarikan diri dan hilang
kontakk dengan pihak LPK. Kemudian setelah dilakukan pencarian oleh pihak
LPK dan diberikan penjelasan atau pengertian dan megenai perjanjian yang telah
dilakukan juga akibat jika melakukan pelarian kemudian peserta magang memilih
melanjutkan pekerjaannya.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat dilakukan analisis
bahwasanya permasalahan yang sering terjadi ialah adanya peserta magang yang
tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pelaporan secara rutin yang
kemudian melakukan pelarian atau kabur dari tempat kerja atau tempat
tinggalnya. Dimana dalam hal ini, terjadinya pelarian oleh peserta magang murni
karena niat pribadi peserta magang itu sendiri yang kemudian pihak LPK Ohayou
menyatakan jika pelarian yang dilakukan oleh peserta magang tersebut
memberikan dampak yang buruk bagi LPK Ohayou Indonesia oleh pihak
penerima peserta magang maupun oleh pihak partner LPK lain yang berstatus
sebagai SO (Sending Organization) sedangkan bagi peserta magang didalam
perjanjian hanya dituliskan mengenai masalah penggantian biaya yang
kemungkinan timbul akibat adanya pelarian oleh peserta magang tersebut yang
apabila sampai dengan kepulangannya kembali ke Indonesia belum diselesaikan
mengenai biaya pelarian tersebut, bagi peserta magang yang di awal perjanjian
11
kerjasama telah menyerahkan ijazahnya tidak akan dikembalikan sampai dengan
selesainya penggantian biaya tersebut.
Kemudian, pihak LPK menyatakan adapun cara yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan pelaksanaan perjanjian yang berupa tidak dilakukannya
kewajiban para peserta magang terkait pelaporan secara rutin sehingga
mengakibatnya timbulnya pelarian oleh peserta magang dari tempat dimana ia
telah ditempatkan untuk melaksanakan pemagangan selama berada di negara
Jepang yang sebenarnya hal tersebut memiliki tujuan utama yaitu untuk mencegah
terjadinya pelarian atau kabur yang dilakukan oleh peserta magang, pihak LPK
memilih cara untuk lebih menekankan kepada calon peserta magang untuk tidak
melakukan kabur atau pelarian selama jangka waktu program magang yang telah
disepakati melalui pendidikan karakter yang diberikan oleh sensei atau pengajar
selama calon peserta melakukan pendidikan sikap dan bahasa di LPK Ohayou
Indonesia terhadap calon peserta magang serta adanya sosialisasi megenai akibat
buruk dari pelarian yang dilakukan oleh peserta magang baik untuk pihak LPK
maupun untuk peserta magang itu sendiri.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pertama, berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian kerjasama antara LPK dan
Peserta magang yang dilakukan untuk menjamin hak dan kewajiban masing-
masing pihak dalam melaksanakan program magang ke Luar Negeri, dalam
pelaksanaan program pemagangan ke Luar Negeri pihak LPK Ohayou Indonesia
bekerjasama dengan LPK yang berstatus sebagai SO (Sending Organization).
Pelaksanaan perjanjian kerjasama antara LPK Ohayou Indonesia dengan peserta
magang secara keseluruhan telah memenuhi syarat sahnya perjanjian, hanya saja
terdapat permasalahan yang terletak pada adanya salah satu pihak yaitu peserta
magang yang memiliki itikad tidak baik sehingga kemudian berakibat dengan
tidak dilakukannya kewajiban pihak peserta magang yakni kewajibannya untuk
melakukan pelaporan secara rutin kepada pihak LPK atau melakukan pelarian
selama berada di Negara Jepang, sehingga hal tersebut berakibat merugikan pihak
LPK Ohayou Indonesia.
12
Kedua, berkaitan dengan Tata cara pelaksanaan pemagangan ke Luar
Negeri yang dilakukan oleh LPK Ohayou Indonesia telah dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dimana LPK memiliki izin LPK yang masih berlaku,
memiliki program pemagangan, serta mendapat izin penyelenggaraan
pemagangan dari Direktur Jenderal. Memiliki izin sebagai lembaga pendidikan
yang masih berlaku, adanya surat perjanjian antara lembaga pendidikan dengan
lembaga penerima pemagang di luar negeri, adanya perjanjian pemagangan antara
siswa peserta pemagangan dengan lembaga pendidikan dan kemudian yang
terakhir ialah adanya tingkat pencapaian kualifikasi keterampilan atau keahlian
yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pemagangan. Namun terkait
perjanjian antara pihak LPK dengan peserta magang atau siswa yang seharusnya
dilakukan secara tertulis dalam hal ini terdapat pula beberapa yang melakukan
perjanjian secara lisan.
Ketiga, terkait dengan permasalahan yang timbul didalam pelaksanaan
perjanjian tersebut yakni adanya peserta magang yang tidak melaksanakan
kewajibannya untuk melakukan pelaporan secara rutin yang kemudian memicu
adanya pelarian atau kabur yang dilakukan peserta magang dari tempat dimana ia
bekerja sehingga hal tersebut merugikan pihak LPK sebagai pihak yang
mereferensikan peserta magang didalam penyelenggaraan program pemagangan
tersebut.
4.2 Saran
Pertama, berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian kerjasama antara LPK dan
peserta magang lebih ditegaskan untuk dilakukan secara tertulis dan berlaku bagi
seluruh calon peserta magang, sehingga tidak diperlukan adanya pilihan untuk
melakukan perjanjian secara lisan bagi calon peserta magang dan diberikannya
sanksi yang lebih tegas bagi peserta magang yang tidak melakukan kewajibannya
sebagaimana tercantum didalam perjanjian juga bagi peserta magang yang
melakukan kabur atau pelarian dari tempatnya.
Kedua, terkait dengan pelaksanaan pemagangan ke Lur Negeri yang
dilakukan oleh pihak LPK, adanya ketentuan mengenai penyerahan copy
perjanjian antara LPK dan peserta magang tersebut diperlukan penjelasan atau
13
ketentuan yang lebih detail mengenai hal-hal apa saja yang perlu diatur didalam
perjanjian tersebut.
Ketiga, berkaitan dengan melakukan kerjasama didalam hal kebaikan dan
keuntungan bersama telah disebutkan didalam firman Allah Swt. :
وتعاونوا على ٱلبر وٱلتقوى ون وٱلع تعاونوا على ٱ و
وٱت قوا ٱلل ٱلعقا د ٱلل
(٢)سورة المائةArtinya : dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(QS. Al-Maidah : 2)
Kemudian, terkait dengan perjannjian di dalam Al-Qur`an telah
memerhatikan permasalahan janji ini dan memberi dorongan serta memerintahkan
untuk menepatinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
بع تنقضوا الدما و ذا عاهت الل هاوأوفوا بعه توكي
(١٩)سورة النحل Artinya : Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji
dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya...
(QS. An-Nahl : 91)
PERSANTUNAN
Karya ini, penulis persembahkan kepada : keluarga, orang tua, saudara yang selalu
memberikan doa, bimbingan, motivasi, serta dukungan yang tidak pernah habis,
serta teman-teman yang selalu ada untuk memberikan semangat dalam menyusun
karya ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asyhadie, Zaeni. (2007). Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang
Hubungan Kerja. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Dimyanti, Khudzaifah dan Wardiono, Kelik. (2014). Metode Penelitian Hukum.
Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
14
Ibrahim, Jhonny. (2006). Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.
Malang: Bayumedia Publishing.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Per.08/Men/V12008 Tentang Tata Cara Perizinan Dan Penyelenggaraan
Pemagangan Di Luar Negeri.
Undang- undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan