Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PADA
PERUSAHAAN SWASTA DI KOTA MEDAN
H. Surya Perdana1
Abstrak
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1992 merupakan upaya untuk menanggulangi reskiko sosial
ekonomi yang dapat terkena kepada seluruh lapisan pekerja seperti pekerja tetap,
pekerja harian, pekerja borongan dan pekerja kontrak, karena menderita sakit,
kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia. Tujuan Jamsostek adalah untuk
memberikan perlindungan terhadap pekerja, oleh sebab itu, majikan wajib
mengikutsertakan pekerja dalam program Jamsostek. Adapaun yang menjadi
permasalahn dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan Undang-
undang Nomor 3 Tahun 1992 pada perusahaan sasta di Kota Medan dan
bagaimana hambatan serta upaya-upaya penyelesaiannya. Sifat dan bentuk
penelitian ini adalah deskriptif-analistik-preskriptif, dengan pendekatan yuridis
normatif dan sosiologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan UU
Jamsostek sudah berjalan dengan baik, meskipun masih terdapat kekurangan,
terutama mengenai kepesertaan program Jamsostek karena jumlah penduduk dan
angkatan kerja dan program. Hambatan yang ditemukan adalah banyaknya pihak
yang belum mendukung Program Jamsostek dan terkesan tanggungjawabnya
hanya di PT. Jamsostek (Persero) saja, sehrusnya melibatkan berbagai pihak
termasuk aparat pemerintah Kota Medan. Upaya penyuluhan dan pembinaan
sudah dilakukan tetapi penegakan hukumnya belum berjalan sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU Jamsostek.
Kata Kunci: Jamsostek, Perusahaan Swasta, Kota Medan
A. Pendahuluan
Perkembangan nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasr 1945 (UUD 1945)
dalamrangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1 Penulis adalah Dosen Kopertis Wilayah I Medan, Dpk pada Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Menyelesaikan S1 pada Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta Jurusan Hukum Perdata (1985), S2 pada program Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara dengan konsentrasi Hukum Perdata (2001) dan saat ini dalam proses penyelesaian
S3 Ilmu Hukum di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
GBHN Republik Indonesia Tahun 1999 – 2004 butir ke-18 menyebutkan
…..” mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terpadu dan
terpadu yang diarahkan pada peningkatan pengupahan, penjamin kesejahteraan,
perlindungan kerja dan kebebasan berserikat”.
Pelaksanaan tujuan pembangunan harus senantiasa memperhatikan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan berbagai unsur pembangunan di bidang
ekonomi dan ketenagakerjaan.
Soepomo menyebutkan bahwa hubungan kerja merupakan hubungan
antara pekerja dan majikan yang menyebarluaskan hak-haknya dan kewajiban
pekerja dan majikan. Salah satu kewajiban majikan adalah memberikan
perlindungan bagi pekerja2, Pemerintah telah berupaya memberikan perlindungan
bagi pekerja, dengan menyelenggarakan program perlindungan seperti asuransi
sosial yang wajib diikuti oleh setiap perusahaan.
Hubungan kerja antara majikan dengan pekerja, terjadi setelah adanya
perjanjian kerja.3 Perjanjian kerja yang diatur dalam Bab 7 a Buku III KUH
Perdata dapat dianggap sebagai hukum pelengkap, karena hukum perjanjian
dalam KHU Perdata bersifat terbuka berdasarkan Pasal 1233, Pasal 1313 dan
Pasala 1338 KUH Perdata. Hal ini dapat dilihat dari adanya kesepakatan kerja
bersama (Perjanjian antara pekerja dan majikan).
Meningkatny jumlah pekerja yang hubungan kerjanya berbeda, percepatan
industry, pemanfaatan teknologi, membawa konsekuensi semakin meningkatnya
masalah yang dapat menggangu stabilitas perusahaan dan stabilitas nasional pada
2 Imam Soepmo, Pengantar Hokum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1990, hlm. 10.
Lihat juga Abdul Khkim, Pengantar Hokum Ketenagakerjaan Indonsia Berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 2003, Cintra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 25. Lalu Husni, Pengantar Hokum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan Ketiga, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm 39. Zainal Asikin, et.al., Dasar-dasar Hokum Perburuhan, Cetakan Keempat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 51.
3 Berdasarkan Pasal 1601 a Bab 7A KUH Perdata menyebutkan perjanjian kerja adalah
perjanjian dengan mana pihak yang satu buruh (pekerja) mengikatkan diri untuk dibawahi pimpinan pihak lain (majikan), untuk waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
umumnya. Perhatian terhadap peningkatan kesejahteraan pekerja perlu
ditingkatkan dan hubungan harmonis antara para pelaku dalam proses juga perlu
diperlihara.
Perlindungan kerja yang dimaksud di atas adalah perlindungan terhadap
pekerja yang bekerja pada majikan dalam suatu bidang usaha, dengan
perlindungannya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992
tentang jaminan Sosial Tenagakerja (selanjutnya disingkat dengan UU
Jamsostek). Tujuan dari Jamsostek adalah untuk memberika perlindungan
terhadap pekerja, yang berarti suatu kewajiban bagi majikan untuk
mengikutsertakan pekerja dalam program Jamsostek, seperti jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Jamsostek merupakan kebutuhan masyarakt yang mendasar karena
menyangkut kelangsungan hidup baik bagi pekerja maupun keluarganya, namun
demikian diakui bahwa Jamsostek, saat ini merupakan kebutuhan yang
memperoleh prioritas bagi masyarakat, yang pelaksanaannya masih belum
berjalan seperti yang diharapkan.
Pada hakekatnya program Jamsostek4 memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerima penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian
atau seluruh penghasilan yang berkurang, selain sebagai pelayanan akibat
peristiwa yang dialami oleh pekerja. Program Jamsostek yang telah diatur dalam
berbagai tingkat peraturan perundang-undangan, perlu diadakan pendekatan
secara yuridis. Pendekatan tersebut sangat perlu karena melalui pendekatan ini
“akan dinilai konstitusional dari segala tindakan yang berlaku, apalagi jika
4 Program Jamsostek merupakan bentuk perlindungan ekonomi dan perlindungan sosial.
Dikatakan demikian, karena program ini memberikan perlindungan dalam bentuk Santunan berupa uang atas berkurangnya penghasilan dan perlindungan dalam bentuk pelayanan perawatan/pengobatan pada saat seorang pekerja tertimpa resiko-resiko tertentu. Abdul Khakim, Op.Cit., hlm. 68.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
konstitusionalismenya telah berkembang secara luas dalam masyarakat
politiknya”.5
Pendekatan secara yuridis yang dilakukan pengaturannya dalam Pasal 27
ayat (2) UUD 1945, mengandung makna bahwa setiap orang yang bekerja harus
memperoleh penghasilan yang memadai dengan adanya suatu perlindungan agar
dapat hidupnya yang layak. Bentuk perlindungan dimaksud adalah :
1. Perlindungan hukum.
2. Perlindungan sosial ekonomi.
3. Perlindungan pisik yang berkaitan dengan keselamatan kerja, kesehatan kerja
dan lain sebagainya.
Pasal 1 ayat (2) UU Jamsostek menyebutkan “Pekerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.
Adapun yang dimaksud majikan atau pengusaha adalah :
1. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri
2. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perushaan bukan miliknya.
3. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana yang dimaksud dalam angka 1 dan 2 yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Setiap pekerja dapat juga mengalami cacat tetap dan total karena sakit atau
kecelakaan sehingga tidak bisa bekerja lagi, maka pekerja dan penghasilan
juga dihentikan. Pekerja juga dapat menderita sakit, mulai dari yang ringan
sampai yang berat, sehingga harus mendapat perawatan di rumah sakit.
Peristiwa ini memerlukan pembiayaan yang akan menambah beban hidup
pekerja, lebih-lebih apabila seorang pekerja tersebut sebagai pencari
5 M. Solly Lubis, Serba Serbi Politik dan Hukum, Mandar Maju, Jakarta, 1989, hlm. 187.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
nafkah mendapat musibah sampai meninggal dunia maka penghasilannya
dihentikan dan keluarga yang ditinggalkan akan kehilangan sumber
penghasilan.
Oleh karena resiko-resiko tersebut di atas akan selalu dihadapi leh
setiap pekerja dan bersifat universal maka hal ini perlu ditanggulangi
secara sistematis, terencana dan teratur, oleh karena itu perlu diberi
perlindungan terhadap pekerja melalui program yang disebut Jamsostek.
Jamsostek merupakan suatu upaya untuk menanggulangi resiko-resiko
sosial ekonomi yang dapat terkena kepada seluruh jenis atau macam
lapisan pekerja seperti pekerja tetap, pekerja harian, pekerja borongan dan
pekerja kontrak, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan kerja, hari
tua dan meninggal dunia.
Di dalam memberikan perlilndungan hukum dan perlindungan
sosial ekonomi terhadap pekerja, maka diselenggarakan program
jamsosetek prosedur proses6 yang penyelenggaranya dilaksanakan dengan
system asuransi. Setiap pekerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja
tersebut yang wajib dilakukan oleh setiap perusahaan yang melakukan
pekerjaan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib
Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan, pada saat ini di Kota Medan masih
terdapat alasan-alasan tertentu, sehingga tenaga kerjanya belum
didaftarkan menjadi peserta.
Hal ini yang menjadi latar belakang untuk melakukan penelitian
lebih lanjut, dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jamsostek pada perusahaan swasta di Kota Medan?
6 Prosedur dan proses adalah: tahapan-tahapan yang harus dialalui dengan baik oleh organisasi
Negara maupun warga masyarakat sebelum keputusan diterbitkan, sedangkan proses hanyalah semata-mata memberikan gambaran kerja dari prosedur itu sendiri. Dengan mengikuti prosedur yang bekenaan dengan keputusan tertentu, maka akibat hukum yang dikehendaki dikeluarkannya suatu keputusan akan semakin tertib. Muhammad Abduh, “Prosedur”, dalam Jurnal Ilmiah Hukum Dinamika, No.11 Tahun ke VII, Medan, 1999, hlm. 1. Lihat juga Muhammad Abduh, Profil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI) Dikaitkan Dengan Undang-undang Tentang PEradilan Tata Usaha Negara (PERATUN), FH. USU, Medan, 1998, hlm. 12.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
2. Bagaimana hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Jamsostek pada
perusahaan swasta di Kota Medan dan upaya penyelesaiannya.
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tentang
pelaksanaan Jamsostek pada perusahaan swasta di Kota Medan adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992
tentang Jamsostek pada perusahaan swasta di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Jamsostek
pada perusahaan swasta dan upaya penyelesaiannya.
B. Metode Penelitian
Sifat dan bentuk penelitian ini adalah deskriptif-analitis-preskriptif.
Maksudnya, deskriptif merupakan suatu analisis data yang tidak keluar dari
lingkup sampel, yang bersifat deduktif berdasarkan teori-teori hukum yang
bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data dalam
hubungan dengan seperangkat data yang lain.7 Analitis merupakan suatu analisis
data yang mengarah ke populasi dan berdasarkan data dari sampel
dgeneralisasikan menuju kedata populasi.8 Sedangkan preskriptif merupakan
suatu bentuk penelitian untuk memberikan saran-saran mengenai hal-hal yang
harus dilakukan untuk memecahkan atau mengatasi masalah-masalah9
pelaksanaan Jamsostek pada perusahaan swasta di Kota Medan.
Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam tujuan penelitian ini adalah
pendekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologi yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mempelajari terlebih dahulu bahan-bahan kepustakaan hukum yang
berhubungan dengan permasalahan dan juga terhadap pelaksanaan Jamsostek,
hambatan dan upaya penyelesaiannya.
7 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1997, hlm. 38. 8 Ibid., hlm. 39.
9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 10.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
Penelitian dilaksanakan di Kota Medan khususnya pada Kantor Jamsostek
Cabang Medan. Pertimbangan dipilihnya Kota Medan sebagai lokasi penelitian
adalah sebagai tolak ukur keberhasilan pemerintah dalam perlindungan tenaga
kerja di Provinsi Sumatera Utara khususnya yang menyangkut dengan Jamsostek.
Populasi dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibag langsung
dalam penyelenggaraan Program Jamsostek yaitu; peserta (pengusaha dan tenaga
kerja). Badan penyelenggara dan Departemen Tenaga Kerja. Dengan demikian,
sampel yang dijadikan sebagai objek penelitian ini akan dibedakan menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu:
1. Kelompok pertama adalah para pejabat dari Departemen Tenaga Kerja dan
PT. Jamsostek (Persero), penarikan smapel dilakukan dengan cara purposive.
2. Kelompok kedua adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang
ke atas, dan sampel yang akan diambil adalah 5 perusahaan. Pendistribusian
sampel dilakukan berdasarkan bentuk badan usaha dari perusahaan dengan
memperhatikan maksud dari pengertian perusahaan yang terdapat dalam
Pasal 1 ayat (4) UU Jamsostek, yang berbunyi; “perusahaan adalah setiap
bentuk badan usaha yang memperkerjakan tenaga kerja dengan tujuan
mencari untuk atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara”. Hal ini
dilakukan karena populasi terdiri dari atas beberapa sub populasi yang tidak
homegen.
3. Kelompok ketiga adalah tenaga kerja, sampel yang akan diambil adalah 100
orang tenaga kerja dari 5 perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dalam
kelompok kedua. Pada setiap perusahaan yang dijadikan sampel dipilih 20
orang tenaga kerja. Penarikan sampel kepada pekerja dilakukan secara
random.
Data sekunder yang dibutuhkan terlebih dahulu dikumpulkan, kemudian
dipelajari sehingga permasalahan dan penyelesaiannya semakin jelas. Data
sekunder tersebut diperoleh dengan cara:
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
1. Mempelajari/meneliti bahan-bahan hukum primer yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, seperti; undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan presiden, peraturan menteri, keputusan menteri, instruksi menteri
dan lain-lain.
2. Mempelajari/meneliti bahan-bahan hukum sekunder, seperti; buku, hasil
penelitian, makalah, artikel, jurnal dan lain-lain.
Data primer akan diperoleh dari 100 (seratus) orang responden tenaga
kerja dengan cara mengirimkan kuesioner, yang jawabannya diberikan secara
kombinasi terbuka dan tertutup. Metode pengamatan dengan menggunakan alat
(check list) pada tenaga kerja maupun pengusaha akan dilakukan di kantor PT.
Jamsostek (Persero) dan wawancara langsung dengan pengusaha.
Di dalam melengkapi data, maka wawancara langsung akandilakukan
terhadap organisasi pekerja (SPSI) 3 (tiga) orang, pengusaha 5 (lima) orang
pejabat dari Depnaker 1 (satu) orang dan PT. Jamsostek (Persero) 3 (tiga) orang,
yang jumlahny 12 (dua belas) orang yang dianggap berwenang dan berkaitan
dengan objek penelitian, dengan berpedoman kepada daftar pertanyaan yang telah
disusun sebelumnya sebagai pedoman wawancara.
Penelitian ini menggunakan teknik analitis data kualitatif, yaitu dengan
cara mempelajari, memahami dan memeriksa validalitas data, diberi nomor, kode,
ditabulasi dan kemudian dianlisis dengan cara membuat kategori jawaban
responden secara sistematis, baik terhadap jawaban yang diperoleh melalui
kuisioner maupun wawancara.
Kemudian sesuai dengan sifat penelitian ini, maka analisis yang dilakukan
hanya bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap permasalahan penelitian
yang ingin ditemukan jawabannya. Kemudian untuk mengkonstruksi seluruh
penelitian, maka akan dilakukan analisis data dengan metode deduktif dan
induktif. Deduktif maksudnya ketentuan hukum mengenai Jamsostek akan
dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya dalam praktek. Metode induktif
maksudnya dari data yang khusus (tebatas) akan ditarik kesimpulan umum setelah
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
dihubungkan dengan ketentuan yang mengatur mengenai Jamsostek. Dengan
kedua metode tersebut maka akan diperoleh gambaran mengenai pelaksanaan
Jamsostek dalam memberika perlindungan bagi tenaga kerja, yang disajikan
secara deskriptif.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Pelaksanaan Jamsostek pada perusahaan swasta di Kota Medan.
Berdasarkan hasil penenlitian dengan para responden pelengkap
disebutkan bahwa pelaksanaan program Jamsostek sebenarnya sudah dikenal di
lingkungan masyarakat khususnya masyarakat tenaga kerja, mulai dilaksanakan
sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 yang mengatur
tentang Penyelenggaraan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja, yang dikenal
dengan istilah program ASTEK dan program ini terdiri dari program tabungan
hari tua yang dikaitkan dengan asuransi kematian dan program asuransi
kecelakaan kerja.
Setelah berlakunya UU Jamsostek terdapat penambahan perlindungan
kepada tenaga kerja dengan adanya penyelenggaraan program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) serta di samping penggantian nama program
menjadi jaminan Hari Tua (JH), Jaminan Kematian (JKM), dan Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK).
Sistem program Jamsostek tersebut, bertujuan untuk memberika
perlindungan kepada tenaga kerja berserta keluarganya dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan hilang atau berkurang
dan pelayanan sebagai akibat dari atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Dalam arti bahwa undang-undang ini memberika kepastian jaminan bersifat dasar
kepada tenaga kerja apabila upah terganggu karena kecelakaan kerja, perawatan
pada waktu sakit baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja,
jaminan pada usia tua ataupun saat meninggal dunia, sehingga akan terdapat rasa
aman karena adanya jaminan sosial yang akan diterima pada saat dibutuhkan.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
Pelaksanaan Jamsostek berdasarkan UU Jamsostek sebahagian besar telah
dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini sebagaimana hasil penelitian kepada para
responden, yang dapat digambarkan dalam table di bawah ini.
Tabel 1
Pelaksanaan Jamsostek pada Perusahaan-Perusahaan Swasta di Kota
Medan
n = 100
No Uraian F %
1. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku
70 70,00
2. Tidak dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku
5 5,00
3. Tidak sepenuhnya dilaksanakan 20 20,00
4. Pelayanan yang baik 5 5,00
Jumlah 100 100,00
Sumber: Data primer yang diolah Tahun 2005.
Apabila diperatiak table di atas, maka dapat dipahami dengan jelas bahwa
Jamsostek telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu 70
orang responden (70,00%) dan yang menyatakan tidak sepenuhnya Jamsostek
dilaksanakan 20 orang (20,00%), sedangkan tidak dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan pelayanan yang baik masing-masing 5 orang (5,00%).
Sehubungan dengan uraian di atas, para responden lengkap menyebutkan
dari hasil wawancara bahwa pada umumnya Jamsostek sudah dilaksanakan
sebagaimana mestinya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian,
masih banyak ditemukan di lapangan bahwa pihak perusahaan masih
mendaftarkan sebahagian tenaga kerja atau upah kepada badan penyelenggara,
selain itu masih banyak program Jamsostek yang belum berjalan dengan baik, hal
ini dapat dilihat masih ada perusahaan yang belum mendaftarkan tenaga kerjanya
ke dalam program Jamsostek. Kemudian juga masih lemahnya pengawasan yang
dilakukan oleh badan pengawas yang ditetapkan oleh undang-undang. Dengan
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
kata lain, pelasanaan program Jamsostek belum sepenuhnya berjalan, sebab
berdasarkan UU jamsostek dan Peratruan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993
bahwa perusahaan yang diwajibkan menjadi peserta Jamsostek adalah Badan
Usaha Milik Swasta, Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Modal Asing
ataupun Perusahaan Modal Dalam Negeri, Koperasi dan Yayasan yang
mempekerjakan minimal 10 (sepuluh) orang tenaga kerja dan atau membayar
upah paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sebulan. Sedangkan untuk
pengaturan tenaga kerja harian lepas, musimandan borongan diatru berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999.
Selain itu, sistem yang digunakan oleh badan penyelenggara Jamsostek
dilakukan dengan sistem sosial asuransi terhadap pekerja dan keluarganya.
Sedangkan prosedur pendaftaran adalah pengusaha mendaftarkan perusahaan dan
tenaga kerja ke badan penyelenggara dan mengisi formulir yang telah disediakan
oleh badan penyelenggara (PT. Jamsostek setempat). Kemudian pembayarannya
juga dilakukan oleh pengusaha untuk membayarkan iuran ke badan penyelenggara
melalui PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan dibayarkan paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya, dan bila terlambat satu hari dalam pendaftaran iuran
akan didenda 20% dari jumlah dana yang diserahkan dan begitu seterusnya.
Sedangkan jumlah iuran dihitung sendiri oleh perusahaan berdasarkan jumlah
tenaga kerja, upah dan status keluarga.
Adapun rincian kepesertaan Jamsostek dimaksud terdiri dari peserta aktif
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, yang tercatat 1.821
perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 167.669 orang dan peserta untuk tenaga
harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu pada jasa konstruksi
menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 sebanyak
2.898 proyek dengan jumlah tenaga kerja 143.780 orang.
Jumlah penambahan peserta berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 1993 selama tahun 2002 sampai dengan Pebruari 2004 tercatat 216
perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 142.538 orang. Sedangkan penambahan
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
peserta jasa konstruksi tercatat 2.332 proyek dengan jumlah tenaga kerja 5.636
orang, terjadi kenaikan jumlah perusahaan dan penurunan jumlah tenaga kerja dari
realisasi tahun 2003 sebanyak 2.566 proyek dengan jumalh tenaga kerja 149.416
orang.
Perkembangan kepesertaan dari tahun 2002 s/d Pebruari 2004 dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2
Data Kepesertaan Program Lengkap (PP No. 14 Tahun 1993)
PT. Jamsostek (Persero) se Provinsi Sumatera Utara
Posisi: Tahun 2002 s/d Pebruari 2004
No Kacab
Tahun 2002 Tahun 2002
PP No. 14/1993 PP No. 14/1993
Aktif Non Aktif Aktif Non Aktif
Prs
h T. Kerja Prsh T. Kerja Prsh T. Kerja Prsh T. Kerja
1 2 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Medan 1.6
05
142.538 410 140.003 1.82
1
167.669 412 40.098
2 Belawan 51
6
79.466 78 92.502 493 87.972 79 93.261
3 Tj.
Morawa
35
0
92.606 35 96.360 328 66.195 46 117.136
4 P. Siantar 40
7
59.430 137 81.834 406 54.932 139 52.079
5 Kisaran 33
7
49.618 231 57.686 341 55.042 193 51.004
6 Sibolga 22
4
9.922 117 16.479 247 14.295 123 16.527
Se Sumatera
Utara
3.4
39
433.580 1.00
8
486.864 3.63
6
446.105 992 370.105
Sumber: Data primer dari Kanwil PT. Jamsostek, Medan Tahun 2005
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
Tabel 3
Data Kepesertaan Program Jasa Kontruksi
PT. Jamsostek (Persero) se Provinsi Sumatera Utara
Posisi: Tahun 2002 s/d Pebruari 2004
N
o Kacab
Tahun 2002 Tahun 2002
Jasa kontruksi Jasa kontruksi
Aktif Non Aktif Aktif Non Aktif
Prsh T.
Kerja Prsh T. Kerja Prsh T. Kerja Prsh T. Kerja
1 2 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Medan 1.992 110.10
1
5
74
39.315 2.63
8
129.320 260 14.460
2 Belawan - - - - - - - -
3 Tj. Morawa - - - - 4 471 - -
4 P. Siantar 629 13.725 33 3.565 791 31.495 67 7.039
5 Kisaran 502 15.403 67 3.372 352 12.055 - -
6 Sibolga 529 3.786 76 3.568 561 21.442 - -
Se Sumatera
Utara
3.652 148.01
5
750 49.820 4.34
6
194.783 327 21.499
Sumber: Data primer dari Kanwil PT. Jamsostek, Medan Tahun 2005
Selanjutnya, data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dinyatakan para
responden bahwa apabila perusahaan melakukan penyelenggara terhadap
Jamsostek, maka tata cara yang dilakukan terhadap tuntutan jaminan, dapat
digambarkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4
Tata Cara Yang dilakukan Terhadap Tuntutan Jaminan
n = 100
No Uraian F %
1. Mengajukan tuntutan ke Depnaker 30 30,00
2. Mengajukan tuntutan ke Perusahaan 50 50,00
3. Melakukan unjuk rasa 5 5,00
4. Melakukan ke PT. Jamsostek 15 15,00
Jumlah 100 100,00
Sumber: Data primer yang diolah Tahun 2005.
Dari tabel di atas, dapat diperoleh suatu gambaran bahwa para pekerja
lebih dominan mengajukantuntutanhaknyake perusahaan di mana mereka bekerja,
sebanyak 50 orang responden (50,00%). Kemudian ada juga sebagian mereka
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
mengajukan tuntutan ke Depnaker setempat sebanyak 30 orang responden
(30,00%). Sedangkan tuntutan yang diajukan ke PT. Jamsostek hanya 15 orang
(15%), da nada yang menyatakan unjuk rasa yaitu 5 orang responden (5,00%).
Namun tuntutan tersebut sering dipenuhi dengan sejumlah iuran jaminan yang
mereka terima.
Penerimaan iuran tahun 2003 s/d Pebruari 2004 sebesar Rp.
55.746.627.688 dengan perincian sebagai berikut:
a. Program Paket Lengkap (PP No. 14 Tahun 1993)
1) Jaminan kecelakaan kerja Rp. 12.335.777.926
2) Jaminan hari tua Rp. 17.660.904.583
3) Jaminan kematian Rp. 5.822.322.332
4) Jaminan pemeliharaan kesehatan Rp. 19.927.622.847
Bila dibandingkan dengan penerimaan tahun 2002 sebesar Rp. 55.033.517.000
berartti terdapat kenaikan sebesar Rp/. 713.110.688. Untuk lengkapnya
penerimaan iuran paket PP No. 14 Tahun 1993 dari tahun 2002 s/d 2004 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5
Realisasi Penerimaan Iuran Program Lengkap (PP No. 14 Tahun 1993)
Se Provinsi Sumatera Utara Dibandingkan Target
Periode: Tahun 2002 s/d 2004
No Kacab Tahun 2002 Tahun 2003 s/d Pebruari 2004
Target Realisasi Target Realisasi
1 2 5 6 7 8
1 Medan 29.032.733.000 56.033.517.000 37.946.501.000 56.746.627.688
2 Belawan 14.463.744.000 5.167.772.000 17.400.000.000 26.809.626.478
3 Tj.
Morawa
14.499.564.000 5.046.527.000 17.216.045.000 24.939.130.411
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
4 P.
Siantar
9.116.259.000 11.297.309.000 13.142.776.000 20.381.657.116
5 Kisaran 8.157.865.000 10.563.214.132 11.184.735.000 15.633.499.666
6 Sibolga 1.473.219.000 1.906.002.259 2.436.539.000 3.492.760.787
Se Sumatera
Utara
76.743.374.000 89.014.341.391 99.326.596.000 147.003.202.136
Sumber: Data primer dari Kanwil I PT. Jamsostek, Medan Tahun 2005
b. Program Jasa Kontruksi (Permenaker No: KEP-196/MEN/1999)
Iuran yang diperoleh sebesar Rp. 1.436.355.258. Untuk lengkapnya
penerimaan iuran jasa kontruksi pada tahun anggaran 2002 s/d Pebruari 2004
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6
Realisasi Penerimaan Iuran Program LengkapKhusus
Se Provinsi Sumatera Utara Dibandingkan Target
Periode: Tahun 2002 s/d 2004
No Kacab Tahun 2002 Tahun 2003 s/d Pebruari 2004
Target Realisasi Target Realisasi
1 2 5 6 7 8
1 Medan - - 1.553.499.000 1.436.355.258
2 Belawan - - - -
3 Tj.
Morawa
- - 141.000.000 301.1356631
4 P.
Siantar
359.149.000 672.242.000 789.296.000 937.369.010
5 Kisaran 202.780.000 255..780.373 173.048.000 304.567.564
6 Sibolga 208.110.000 392.287.150 340.250.000 568.126.931
Se Sumatera
Utara
770.039.000 1.320.609.523 2.997.093.000 3.537.565.394
Sumber: Data primer dari Kanwil I PT. Jamsostek, Medan Tahun 2005
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
Pembayaran Jamsostek tahun 2003 s/d Pebruari 2004 tercatat 156.312
kasus dengan nilai penerimaan sebesar Rp. 32.277.044.625 yang terdiri dari:
a. Program paket lengkap (PP No. 14 Tahun 1993) sebanyak 156.31 kasus Rp.
32.277.044.625 denga perincian :
1) Jaminan Kecelakan Kerja (JKK) Rp. 8.032.586.730
2) Jaminan Hari Tua (JHT) Rp. 9.919.879.343
3) Jaminan Kematian (JKM) Rp. 3.024.000.000
4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Rp. 11.300.578.552
Bila dibandingkan dengan pembayaran jaminan tahun 2002 sebesar
316.072 kasus dengan nilai penerimaan sebesar Rp. 31.932.670.000, berarti
terdapat kenaikan sebesari Rp. 344.374.625 pembayaran jaminan program
lengkap PP 14 Tahun 1993 dari tahun 2002 s/d Pebruari 2004 dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 7
Realisasi Pembayaran Jaminan (PP No. 14 Tahun 1993)
PT. Jamsostek (Persero) Se Provinsi Sumatera Utara
posisi: Tahun 2002 s/d 2004
No Kacab Tahun 2002
Tahun 2003 s/d Pebruari
2004
Kasus Jaminan Kasus Jaminan
1 2 5 6 7 8
1 Medan 316.072 31.932.670.000 156.312 32.277.044.625
2 Belawan 3.066 2.330.268.000 86.564 10.118.949.528
3 Tj. Morawa 2.607 2.247.514.000 76.910 7.747.893.919
4 P. Siantar 66.738 5.542.938.000 86.323 12.542.313.714
5 Kisaran 4.893 4.953.568.000 3.721 5.771.779.503
6 Sibolga 1.043 781.944.700 1.268 1.386.106.874
Se Sumatera Utara 394.419 47.758.892.700 411.088 69.834.038.163
Sumber: Data primer dari Kanwil I PT. Jamsostek, Medan Tahun 2005
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
b. Pembayaran Jaminan Program Jasa Konstruksi (Permenaker No: KEP-
196/MEN/1999) tahun 2003 s/d Pebruari 2004 sebanyak 22 kasus, Rp.
97.740.800 bila dibandingkan dengan pembayaran tahun 2002 terdapat 20
kasus sebesar Rp. 126.587.840 berarti terdapat penurunan pembayaran
jaminan sebesar Rp.28.847.040 dan untuk realisasi tahun 2002 s/d 2004 dapat
dilihat pada tabel berikut ini..
Tabel 78
Realisasi Pembayaran Jaminan Program Khusus
PT. Jamsostek (Persero) Se Provinsi Sumatera Utara
posisi: Tahun 2002 s/d 2004
No Kacab Tahun 2002
Tahun 2003 s/d Pebruari
2004
Kasus Jaminan Kasus Jaminan
1 2 5 6 7 8
1 Medan - - 22 97.740.800.00
2 Belawan - - - -
3 Tj. Morawa - - - -
4 P. Siantar 72 39.483.000 140 154.285.016.00
5 Kisaran 42 41.945.000 - -
6 Sibolga 2 5.259.300 18 1.821.980.00
Se Sumatera Utara 116 86.697.300 180 253.347.766.00
Sumber: Data primer dari Kanwil I PT. Jamsostek, Medan Tahun 2005
Kemudian, terhadap kesalah pada perusahaan, sebenarnya dapat
dikenakan sanksi hukum, yaitu hukuman kurungan selama-lamanya 6 bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah).
Dalam hal pengulangan tindak pidana untuk kedua kalinya atau lebih
dipidana kurangan selama-lamanya 8 bulan, atau apabila PT. Jamsostek
melakukan kelalaian pembayaran klaim, maka sesuai dennga Pasal 47
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 pihak PT. Jamsostek dikenakan
sanksi sebesar 1% dari jumlah jaminan untuk setiap hari keterlambatan yang
dibayarkan langsung kepada tenaga kerja.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
Jaminan yang pernah ditanggung dan diberikan oleh perusahaan
terhadap tenaga kerjanya adalah berupa uang dan berupa pelayanan. Yang
berupa uang yaitu JKK, JKM, JHT. Sedangkan yang berupa pelayanan yaitu
JPK. Maka selama ini dilaksanakan sendiri oleh perusahaan.
Sistem yang digunakan oleh badan pengawasan ketenagakerjaan
dan terhadap Jamsostek dapat digambarkan secara jelas dalam tabel berikut
ini.
Tabel 9
Badan Pengawasan Ketenagakerjaan
NO Uraian F %
1 Ada 40 40,00
2 Tidak 32 32,00
3 Kadang-kadang 28 28,00
Jumlah 100 100,00
Sumber: Data primer yang diolah Tahun 2005
Berdasarkan uraian tabel di atas, 40 orang responden (40,00%)
mengatakan ada dilakukan pengawasan oleh badan pengawasan
ketenagakerjaan, kemudian responden yang mengatakn tidak ada pengawasan
sebanyak 32 orang (32,00%), dan yang mengatakan kadang-kadang sebanyak
28 orang (28,00%).
Pengawasan tersebut dilakukan secara bervariasi yaitu dengan melakukan
kunjungan berkala, sosialisasi dan penyuluhan lainnya, seperti pembinaan dan
penyuluhan perusahaan, melalui nota peringatan, dan dengan BAP (pro
justita), serta pendataan dalam rangka penengakan hukum sesuai dengan UU
Jamsostek.
2. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Jamsostek pada perusahaan
swasta di Kota Medan dan upaya penyelesaiannya
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan Jamsostek di Kota Medan dapat
digambarkan secara jelas dalam tabel di bawah ini, berdasarkan dari para
responden adalah sebagai berikut:
Tabel 16
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Jamsostek pada perusahaan
swasta di Kota Medan
NO Uraian F %
1 Tingkat kesadaran para pengusaha masih
kurang Dan masih banyak tunggakan iuran
macet
33 33,00
2 Tingkat kesadaran tenaga kerja masih
rendah
27 27,00
3 Masih banyak perusahaan yang mempersulit
tenaga Kerja bila terjadi kecelakaan dan
penyelesaian Jaminan sering terlambat
15 15,00
4 PT. Jamsostek sering kali terlambat dalam
Membayar klaim
25 25,00
Jumlah 100 100,00
Sumber: Data primer yang diolah Tahun 2005
Dari tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa hambatan yang
dianggap dominan terhadap pelaksanaan Jamsostek adalah tingkat kesadaran
para pengusaha masih kurang dan masih banyak tunggakan iuran yang macet,
hal ini diungkapkan oleh 33 orang responden (33,00%). Kemudian tingkat
kesadaran tenaga kerja masih sangat rendah, yang diungkapkan oleh 27 orang
responden (27,00%). Sedangkan yang diungkapkan oleh responden PT.
Jamsostek sering lalai dan lamban dalam membayar klaim terdapat 25 orang
(25,00%), serta masih banyak pengusaha yang mempersulit tenaga kerja bila
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
terjadi kecelakaan dan penyelesaian jaminan sering terlambat, dinyatakan
oleh 15 orang responden (15,00%).
Selanjutnya para responden pelengkap atau informan menjelaskan
bahwa hambatan-hambatan lain adalah terdapat pihak yang menyoroti supaya
program Jamsostek dilaksanakan secara otonomi daerah karena dipandang
tidak sesuai dengan pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-
undang Nomor 32 tahun2004, hal ini disebabkan tidak dihayaitnya bahwa
pekerja Jamsostek yang memberika perlindungan dasar kepada pekerja adalah
koridor pengendaliannya berada di tangan pemerintah pusat, seperti yang
dilaksanakan umumnya diberbagai Negara. Kemudian masih banyak pihak
yang belum mengetahui tentang arti dan manfaat program Jamsostek
sehingga tidak memberika dukungan mengenai pelaksanaan program
Jamsostek yang seharusnya merupkan tugas dan tanggung jawab bersama
untuk mensukseskannya.
Tingkat kesadaran para pengusaha belum sepenuhnya
melaksanakan program Jamsostek, sehingga masih ditemukan:
a. Perusahaan mendaftarkan sebahagian tenaga kerja, mendaftarkan
sebahagian upah dan mendaftarkan sebahagian program.
b. Masih banyak perusahaan yang belum menjadi peserta terutama pada
sektor pendidikan, masih kecil.
c. Pengusaha berdalil tidak mendaftarkan karyawan yang berstatus
musiman, borongan dan harian lepas karena tingkat mutasi (keluar
masuk) cukup tinggi serta alasan lain didaftarkan menjadi peserta setelah
masa percobaan selesai.
d. Karyawan/tenaga kerja masih kurang mendorong pengusaha untuk masuk
program Jamsostek.
e. Pemahaman akan program Jamsostek belum sepenuhnya membudaya di
kalangan masyarakat maupun pengusaha dan dianggap beban tambahan.
f. Terdapat tunggakan iuran macet anatar lain diakibatkan perusahaan
kesulitan keuangan atau produksi tidak berjalan.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
g. Upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran program Jamsostek sesuai
dengan UU Jamsostek belum berlaku sebagaimana yang diamanatkan
oleh ketentuan yang berlaku.
h. Masih terdapat perusahaan-perusahaan yang belum memberikan Kartu
Peserta Jamsostek (KPJ) kepada tenaga kerja, sehingga sering timbul
keraguan peserta mengenai kepesertaannya.
i. Penyelesaia jaminan sering terlambat, disebabkan antar lain karena:
1) Kekurangan data pendukung yang tidak dilengkapi perusahaan
walaupun telah diberitahu melalui surat maupun telepon atau
kunjungan langsung ke perusahaan.
2) Pengajuan klaim tidak secara langsung disampaikan ke PT. Jamsostek
(Persero) dan kadang-kadang terlambat diterima.
3) Petugas administrasi untuk urusan Jamsostek di perusahaan peserta
masih ada yang belum mengerti tata cara pengajuan klaim terutama
karena petugas sering berganti, bahkan perusahaan kecil tidak
mempunyai petugas administrasi.
Selain itu, pelaksanaan JPK masih sering dikeluhkan disebabkan:
a. Tenaga kerja/keluarga yang mendapat kartu pemeliharaan kesehatan (KP)
beranggapan bahwa dengan adanya kartu KPK berarti bebas berobat ke
mana saja.
b. Kunjungan secara langsung ke rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan yang maksimal, padahal prosedur pelayanan JPK sudah diatru
secara berurutan/berjenjang.
c. Dengan sitem yang ada, karyawan sering menyalahgunakan izin istirahat
dari dokter sehingga menggangu tugas-tugas di perusahaan.
d. Masih ada anggapan pihak pengusaha bahwa program JPK membebani
perusahaan sehingga sering memberika alasan telah melaksanakan
program kesehatan lebih baik dari program JPK Jamsostek.
Bila diamati hambatan tersebut, jelas bahwa kurangnya kesadaran
hukum baik bagi pengusaha maupun tenaga kerjanya sendiri. Kemudian
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
perusahaan tidak transparan dalam pelaporan upah tenaga kerja yang
didaftarkan ke PT. Jamsostek, dalam arti tidak sesuai gaji yang diterima
oleh tenaga kerja dengan didaftarkan ke PT. Jamsostek.
Masih terdapat beberapa perusahaan yang tidak mendaftarkan
kayawannya secara keseluruhan. Kemudian masih ada juga beberapa
perusahaan wajib daftar menjadi peserta Jamsostek tetapi tidak
didaftarkan, sehingga peraturan Jamsostek tidak sepenuhnya dilaksanakan.
Hal ini dapat dibuktikan dari hambatan yang terjadi yaitu:
a. Penegakan hukum belum berjalan
b. Sosialisai program Jamsostek terhadap pengusaha masih kurang
c. Tingkat manfaat jaminan sosial belum sesuai dengan yang diharapkan atau
belum memadai.
d. Tidak ada tenaga khusus yang menangani masalah administrasi Jamsostek
diperusahaan.
e. Urusan adminstrasi terlalu berbelit-belit.
Jamsostek pada hakikatnya adalah program yang bersifat wajib secara
nasional sehingga termasuk hukum publik yang diatur melalui UU Jamsostek
beseta peraturan pelaksanaannya. Oleh karena itu, undang-undang yang
mengatur program Jamsostek juga menyebutkan adanya suatu aturan
mengenai sanksi pidana yang merupakan tindak pidana pelanggaran bagi yang
tidak mengikutinya.
Di dalam Pasal 29 UU Jamsostek jelas disebutkan bahwa pengusaha
yang tidak mematuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan Jamsostek diancam dengan hukuman selama-lamanya 6 (enam)
bulan atau dengan setingi-tingginya Rp. 50 juta (lima puluh juta rupiah).
Dalam hal pengulangan tindak pidana kedua kalinya atau lebih setelah putusan
akhir telah mempunyai kekuatan hukum akan dikenakan pidanan kurungan
selama-lamanya 8 (delapan) bulan. Selanjutnya, dalam Pasal 47 point 1
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 menyebutkan bahwa pengusaha
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
yang telah diberikan peringatan tetapi tidak melaksanakan kewajibannya akan
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha.
Pembayaran iuran oleh pengusaha kepada PT. Jamsostek (Persero)
berdasarkan Pasal 47 point b Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993
dilakukan setiap bulan pada tanggal 15 bulan berikutnya dari bulan iuran yang
bersangkutan. Bagi pengusaha yang terlambat membayar iuran akan
dikenakan denda sebesar 2% untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung
dari iuran yang seharusnya dibayar.
Sanksi berupa denda ini diperlukan agar diperoleh keadilan di antara
seluruh peserta karena keterlambatan pembayaran iuran mengakibatkan
kendala dalam pengembangan dana. Akibatnya dapat mengurangi hasil
investasi yang akan dialokasikan untuk meningkatkan bunga jaminan hari tua.
Hasil jawaban perusahaan yang dijadikan responden ternyata
menunjukkan keinginan pengusaha untuk membayar iuran sebelum lewat
tanggal jatuh temponya. Ini disebabkan adanya denda bagi pengusaha yang
terlambat membayar iuran mengakibatkan beban pengusaha menjadi
bertambah.
Sanksi hukuman bukan saja ditujukan kepada pengusaha tetapi juga
kepada badan penyelenggara PT. Jamsostek (Persero). Pasal 26 UU Jamsostek
menyatakan bahwa badan penyelenggara wajib membayar jaminan dalam
waktu tidak lebih dari 1 (satu) bulan. Apabila PT. Jamsostek (Persero)
membayar jaminan lebih dari 1 (satu) bulan setelah bukti pendukung lengkap,
maka berdasarkan Pasal 47 point c Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
1993 akan dikenakan ganti rugi sebesar 1% dari jumlah jaminan setiap hari
keterlambatan kepada yang berhak. Tindakan tegas terhadap pengusaha yang
melanggar peraturan perundang-undangan Jamsostek belum pernah dilaksakan
Depnaker Kota Medan bagi perusahaan yang belumj mengikutsertakan tenaga
kerjanya dalam program Jamsostek.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
Menyikapi permasalahan di atas, adapun upaya-upaya yang dilakukan
Depnaker Kota Medan berdasarkan hasil penelitian yang dapat dari para
responden terungkap beberapa hal dalam tabel berikut ini.
Tabel 11
Upaya penyelesaian Hambatan Yang Terjadi
n = 100
NO Uraian F %
1 Melakukan koordinasi secara menyeluruh 24 24,00
2 Menerapkan sistem paket 16 16,00
3 Melakukan kerja sama antar instansi Terkait 30 30,00
4 Melakukan pendidikan dan penyuluhan 30 30,00
Jumlah 100 100,00
Sumber: Data primer yang diolah Tahun 2005
Berdasarkan gamabaran tabel di atas, bahwa upaya penyelesaian hambatan
yang terjadi dalam pelaksanaan Jamsostek pada perusahaan swasta di Kota
Medan, dilakukan dalam bentuk kerja sama antar instansi terkait dan melakukan
pendidikan serta penyuluhan tentang Jamsostek, masing-masing dinyatakan oleh
30 orang responden (30,00%), kemudian yang menyatakan dengan melakuakn
koordinasi secara menyeluruh 24 orang responden (24,00%), dan menerapkan
sistem paket hanya 16 orang responden (16,00%).
Hasil penelitian yang diungkapkan oleh responden pelengkap atau
informan adalah telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan dan
kepesertaan program Jamsostek di Medan sebagai berikut:
a. Meningkatkan koordinasi fungisonal dengan instansi/lembaga terkait dalamm
rangka sosialisasi program Jamsostek yang bertujuan untuk memberika
pemahaman kepada pengusaha dan pekerja agar lebih mengerti hak dan
kewajibannya.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
b. Secara khusus telah dilakukan kerjasama antara Kantor Wilayah I PT.
Jamsostek (Persero), Kantor Wilayah Departeman Tenaga Kerja Propinsi
Sumatera Utara dengan kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dalam rangka
pembinaan dan penyuluhan hukum.
c. Berperan aktif dan tanggap untuk menyelesaikan tuntutan pekerjaan terhadap
program Jamsostek baik yang disampaikan melalui Depnaker, PT. Jamsostek
(Persero) selaku badan penyelenggara dan tuntutan terhadap perusahaan.
d. Membrikan pelayanan terbaik sistem jemput bola dalam hal pembayaran
jaminan yaitu membayarkan jaminana langsung ke alamat tenaga kerja.
e. Mengadakan penyuluhan langsung melalui petugas lapangan kepada
perusahaan-perusahaan baik bagi yang sudah maupun belum memenuhi
ketentuan program Jamsostek.
f. Mendakan publikasi program Jamsostek melalui media cetak, elektronik,
poster dan brosur.
Dari upaya-upaya tersebut di atas, kiranya dapat diupayakan peningkatan
pelayanan kepada para peserta tenaga kerja, baik kualitas maupun kuantitasnya,
sehingga bagi tenaga kerja benar-benar merasa menemukan kehidupan yang layak
dengan penghasilan yang memadai dalam memenuhi hidup dan kehidupan ini.
D. Penutup
Berdasarkan hasil penilitan dan pembahasan yang telah diuraikan di atas,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1. Kesimpulan
a. Pelaksanaan UU Jamsostek pada perusahaan swasta di Kota Medan sudah
berjalan dengan baik, walaupun di sana-sini masih terdapat kekurangan atau
belum sepenuhnya berjalan dengan baik, terutama pelaksanaan Jamsostek
terhadap kepesertaan program Jamsostek, bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk dan angkatan kerja masih minim anatar lain disebabkan masih
adanya perusahaan wajib daftar, tetapi belum mendaftar, perusahaan yang
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
sudah wajib menjadi peserta hanya mendaftarkan sebahagian upah,
sebahagian tenaga kerja dan sebahagian program.
b. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Jamsostek pada perusahaan swasta
di Kota Medan dan upayan penyelesaiannya masih banyak pihak-pihak yang
belum memberikan dukungan sepenuhnya terhadap keberadaan program
Jamsostek untuk memberikan perlindungan yang mendasar kepada pekerja
dan terkesan tanggungjawabnya hanya di PT. Jamsostek (Persero) saja selaku
badan penyelenggara, tetapi seharusnya melibatkan berbagai pihak termasuk
aparat pemerintah di Kota Medan. Upaya penyuluhan dan pembinaan sudah
dilakukan, tetapi masalah penegakan hukum belum berjalan sebagaimana
yang diamantakan dalam UU Jamsostek.
2. Saran
a. Disarankan kepada pihak perusahaan, PT. Jamsostek dan Depnaker supaya
perlu adanya dukungan Kepala Daerah, Walikota dan DPRD untuk membuat
peraturan daerah tentang pengikatan tenaga kerja dalam program Jamsostek
yang dapat dilaksanakan dengan lancer sesuai dengan UU Jamsostek.
Kemudian kehadiran otonomi daerah diharpakan menjadi peluang untuk
meningkatkan kepesertaan Jamsostek karena disadari peranan pemerintah
daerah cukup signifikan dan dapat memberika pengawasan secara langsung.
b. Perlu sosialisaikan program Jamsostek kepada semua pihak agar dapat lebih
memahami bahwa program ini harus disukseskan secara nasional, di mana
pemerintah daerah harus memberikan kontribusi kepada pemerintah pusat
untuk memberikan perlindungan yang mendasar kepada tenaga kerja dan juga
disarankan kepada PT. Jamsostek supaya ada peningkatan pelayanan yang
baik kepada tenaga kerja, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005
Daftar Pusataka
A. Buku
Abdul Khakim. 2003. Pengantar Hukum Ketenagkerjaan Indonesia Berdasrakan
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Bambang Sunggono, 1997. Metedologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Imam Soepomo. 1990. Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta.
Lalu Husni. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan
Ketiga, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
M. Solly Lubis. 1989. Serba Serbi Politik dan Hukum, Mandar Maju, Jakarta.
Muhammad Abduh. 1988. Profil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI)
Dikaitkan Dengan Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara (PERATUNI), FH. USU, Medan.
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.
Zainal Asikin, et.al. 2002. Dasar-dasar Hukum Perburuhan,Cetakan Keempat,
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
B. Jurnal
Muhammad Abduh, “Prosedur”, dalam jurnal Ilmiah Hukum Dinamika, No.11
Tahun ke VII, Medan, 1999
C. Peraturan-peraturan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenagakerja.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagkerjaan di
Perusahaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Penyelnggaraan Program
Asuransi Sosial Tenaga Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Perusahaan yang
Diwajibkan Menjadi Peserta Jamsostek.
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 tentang
Tenaga Kerja Harian Lepas, Musiman dan Borongan.
Media Hukum, Volume XIV, Nomor 2, Juli – Desember 2005