Transcript
Page 1: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon Pedoman Inisiasi Proyek Karbon

Publikasi 1.0 - November 2011

The Wildlife Conservation Society - Indonesia Program Penulis: Bonnie Dewantara, Rini Sucahyo

Page 2: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon ii

Daftar Isi

Ringkasan ............................................................................................ 1

8 Langkah Inisiasi Proyek Karbon ..................................................... 3

Singkatan ............................................................................................ 4

1. Ide Proyek dan Kajian Awal ......................................................... 5

2 Desain dan Perencanaan ........................................................... 14

3 Penyusunan Dokumen Desain Proyek ........................................ 25

4 Peninjauan Kegiatan & Penyusunan Strategi Implementasi ... 30

5 Finalisasi Pembiayaan dan Pengaturan Investasi ..................... 32

6 Penyetujuan, Validasi dan Registrasi .......................................... 33

7. Implementasi dan Pemantauan ................................................ 37

8. Verifikasi dan Penerbitan ............................................................ 38

Page 3: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 1

Ringkasan Mengembangkan proyek karbon adalah proses yang kompleks. Pengembangan yang sukses harus melalui persyaratan ketat untuk menganalisa dan mendokumentasikan manfaat karbon, serta sejumlah isu di bidang hukum, hubungan masyarakat dan bisnis – di samping juga berbagai tantangan ketika melaksanakan reforestasi dan kegiatan pengelolaan hutan dan lahan yang mampu melampaui sekedar pemikiran bisnis biasa – dalam upaya menciptakan manfaat karbon.

Pedoman ini bertujuan memberikan bimbingan bagi pemilik dan pengembang proyek, baik dari sektor swasta, organisasi masyarakat atau lembaga pemerintah, untuk mem-bantu menavigasi tantangan ini, dengan cara mengurai langkah-langkah dan kom-ponen kunci untuk mengembangkan sebuah proyek karbon yang dapat menghasilkan pengurangan emisi yang dapat dipasarkan, sesuai standar karbon yang paling umum digunakan saat ini, yaitu Standar Karbon Sukarela (Voluntary Carbon Standard / VCS) dan, sebagai sertifikasi pendukung, Standar Iklim, Masyarakat dan Keanekaragaman Hayati (Climate, Community and Biodiversity Standard / Standar CCB).1 Pengembangan proyek karbon memerlukan seperangkat pendekatan metodologis ketat, untuk mengkuantifikasi manfaat karbon yang akan dituangkan dalam Dokumen Desain Proyek (Project Design Document / PDD) dan divalidasi secara independen dan kemudian diverifikasi untuk menerbitkan kredit karbon bersertifikat, di mana dokumen ini dapat memberikan panduan secara teknis. Namun, pengembangan proyek adalah pekerjaan yang jauh melampaui tantangan kompilasi PDD tersebut dan akan melalui setidaknya dua kali proses audit yang dilakukan oleh pihak ketiga, serta meliputi di-mensi-dimensi penting dalam bisnis, hukum, lingkungan dan hubungan masyarakat. Panduan ini mencoba untuk menjelaskan hal-hal yang harus dipertimbangkan dan tindakan-tindakan utama untuk memastikan kesuksesan dan keberlanjutan proyek. Sejumlah besar informasi sudah tersedia untuk pengembang proyek karbon. Karena itu, panduan ini bertujuan untuk melengkapi, dan bukan menggantikan, yang merangkum langkah-langkah spesifik dari proses pengembangan proyek berdasarkan berbagai sumber. Selain itu, penting sekali untuk mencari bimbingan dan dukungan khusus dari para ahli untuk memastikan tujuan proyek dan aspek desain yang realistis, dan mem-perjelas metodologi, standar dan tuntutan pasar yang kompleks dan cepat berubah.

1 Standar lainnya yang juga dapat memberikan alternatif pengembangan dan pembiayaan proyek, be-berapa kali disebutkan pula dalam dokumen ini, tapi tidak dibahas secara detail.

Page 4: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 2

Memang, masih ada ketidakpastian besar dalam hal kebijakan dan situasi pasar untuk proyek karbon. Reforestasi masih dikecualikan dari peraturan pasar dan negosiasi REDD+ internasional tetap tidak meyakinkan. Terlepas dari antusiasme yang cukup be-sar untuk REDD+ dan proyek karbon lainnya di antara banyak pemangku kepentingan, volume aktual transaksi selisih karbon (carbon offset) masih relatif kecil. Selain itu, masa depan proyek dalam skema REDD+ masih jauh dari jelas. Tren usulan regulasi terbaru di luar negeri semakin menunjuk ke arah tingkat pengurangan emisi nasional dengan pembiayaan yang dimediasi oleh pemerintah. Bagaimana dan bila proyek itu dapat "bersarang" dalam kerangka kerja yang dipimpin pemerintah, masih belum terdefinisi dan menyebabkan ketidakpastian besar bagi pendukung proyek dan investor. Meski begitu, pendekatan yang saat ini digunakan akan terus relevan. Kegiatan dapat terus berlanjut sebagai proyek diskrit atau akhirnya dapat diintegrasikan sebagai bagi-an dari pendekatan REDD+ internasional dan akan menjadi model bagi berkem-bangnya sistem nasional. Proyek akan cenderung membentuk komponen penting dan menyediakan titik entri yang nyata bagi keuntungan lokal, investasi swasta, dan langkah-langkah dukungan bilateral. Selain itu, tidak ada indikasi bahwa pasar karbon sukarela akan hilang dengan adanya skema regulasi. Bahkan, mengingat ketidakpas-tian di atas, untuk saat ini pasar sukarela tetap merupakan outlet pasar yang paling pasti. Berdasarkan semua pertimbangan tersebut, panduan ini difokuskan terutama pada pendekatan yang diwajibkan oleh VCS sebagai pelopor metodologi kehutanan, serta Standar CCB yang memberikan jaminan tambahan yang signifikan akan manfaat sosial dan keanekaragaman hayati. Pedoman ini disajikan sebagai serangkaian langkah logis yang berurutan. Namun se-tiap proyek akan bervariasi dalam pendekatan dan persyaratan. Dan banyak kegiatan perlu dilakukan secara paralel atau dengan urutan yang sedikit dimodifikasi. Selain itu, ketika hambatan utama telah dilalui, mungkin saja akan menguntungkan un-tuk memecah proyek menjadi bagian-bagian kegiatan tertentu yang dapat men-dukung evaluasi, desain kegiatan dan keterlibatan pemangku kepentingan sejak awal.

Page 5: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 3

8 Langkah Inisiasi Proyek Karbon

1. Ide Proyek dan Kajian Awal

2. Desain dan Perencanaan

3. Penyusunan Dokumen Desain Proyek

4. Peninjauan Kegiatan dan Penyusunan Strategi Implementasi

5. Finalisasi Pembiayaan dan Pengaturan Investasi

6. Penyetujuan, Validasi dan Registrasi

7. Implementasi dan Pemantauan

8. Verifikasi dan Penerbitan

Page 6: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 4

Singkatan

Bahasa Inggris

Bahasa Indonesia

AFOLU Agriculture, Forestry & Other Land-Use

Pertanian, Kehutanan & Penggunaan Lahan Lainnya

AMDAL Environmental Impact Assessment

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

AR Afforestation and Reforestation

Aforestasi dan Reforestasi

CCB Climate, Community and Biodiversity

Iklim, Masyarakat dan Keanekaragaman hayati

CDM Clean Development Mechanism

Mekanisme Pembangunan Bersih

CER Certified Emission Reduction

Pengurangan Emisi yang Tersertifikasi

ERPA Emission Reduction Purchase Agree-ment

Perjanjian Pembelian Pengurangan Emisi

FAO Food and Agriculture Organization

Organisasi Pangan dan Pertanian

FPIC Free, prior and informed consent

Persetujuan bebas yang didahulukan dan dimaklumi

GRK Gas Rumah Kaca

Greenhouse Gas

IFM Improved Forest Management

Pengelolaan Hutan yang Disempurnakan

IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change

Panel Antar-Pemerintah mengenai Pe-rubahan Iklim

MoU Memorandum of Understanding

Memo Kesepakatan

PDD Project Design Document

Dokumen Desain Proyek

PIN Project Idea Note

Nota Ide Proyek

REDD Reducing Emission from Deforestation and Degradation

Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi

VCS Voluntary Carbon Standard

Standar Karbon Sukarela

PIN Project Idea Note

Nota Ide Proyek

REDD Reducing Emission from Deforestation and Degradation

Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi

VCS Voluntary Carbon Standard

Standar Karbon Sukarela

VCU Verified Carbon Unit

Unit Karbon yang Terverifikasi

Page 7: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 5

1. Ide Proyek dan Kajian Awal

1.1 Membuat Konsep

Dari awal, pengembang proyek perlu mendefinisikan keempat hal berikut: 1. Apa tujuan proyek. 2. Kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. 3. Di mana proyek akan dilaksanakan. 4. Siapa peserta-peserta dan juga mitra-mitra yang penting untuk berpartisipasi dalam

proyek ini demi kesuksesan pelaksanaan kegiatan dan tercapainya tujuan.

Mendefinisikan apa dan bagaimana kegiatan-kegiatan dalam proyek yang akan meningkatkan dan mempertahankan tutupan hutan dan biomassa 2 , merupakan langkah pertama dan yang terpenting dalam merancang sebuah proyek karbon.

Kenyataan yang cukup mengejutkan adalah sejumlah pengembang memulai proses desain proyek yang kompleks ini dengan berfokus pada penghitungan karbon dan po-tensi pendapatan dari karbon tersebut, tanpa mendefinisikan secara menyeluruh apa dan bagaimana kegiatan-kegiatan dalam proyek yang dapat menciptakan manfaat karbon, sehingga kemudian dapat diukur dan menghasilkan uang. Dalam hal ini terdapat perbedaan utama dari sisi konsep dan praktek, yaitu antara kegiatan proyek yang menghasilkan manfaat karbon – seperti menanam pohon, me-lestarikan hutan dan menyempurnakan pengelolaan hutan – dan komponen desain secara teknis – seperti menghitung dan mendokumentasikan manfaat karbon yang diciptakan oleh aktivitas proyek dan mendapatkan sertifikasi sesuai standar tertentu. Prinsip di atas berlaku untuk upaya konservasi terpadu maupun proyek-proyek pem-bangunan pedesaan, serta juga dapat berlaku untuk perusahaan-perusahaan komer-sial yang mungkin melibatkan komponen (misalnya pengolahan kayu), yang tidak terpisahkan dari 'proyek karbon' tetapi tetap penting untuk perusahaan secara kese-luruhan. Maka penting sekali untuk menyadari bahwa 'proyek karbon' melibatkan lebih dari sekedar kuantifikasi manfaat karbon, dan realisasi ini harus terus ada dalam pikiran, sepanjang aktivitas merancang proyek dan melakukan pengkajian kelayakan.

2 Bahan organik yang terbuat dari tumbuhan dan hewan.

Page 8: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 6

1.1.1 Menyatakan Tujuan dengan Jelas Berlaku bagi semua proyek karbon, tujuan utama yang penting adalah meningkatkan stok karbon atau mengurangi kerugian stok karbon. Namun, hampir selalu juga ada tujuan lain, yang erat terkait dengan misi inti dari organisasi yang mengusulkan proyek. Ini bisa berhubungan dengan pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan, perlindungan keanekaragaman hayati, atau menghasilkan pendapatan perusahaan. Dalam situasi apapun, perbaikan ekonomi, baik untuk pemilik sumber daya lokal atau investor swasta, atau keduanya, merupakan komponen kunci dari tujuan proyek dan sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan jangka panjang proyek dan keber-lanjutannya secara keseluruhan.

Proyek lebih tangguh dan menarik jika memiliki lebih dari satu sumber pendapatan.

Keuntungan ekonomi tidak perlu secara eksklusif timbul dari penjualan kredit karbon. Meskipun beberapa proyek restorasi atau konservasi mungkin akan difokuskan pada karbon sebagai sumber utama atau bahkan satu-satunya pendapatan, sesungguhnya memiliki lebih dari satu sumber pendapatan akan membuat proyek jauh lebih tangguh dan menarik (misalnya melalui produksi kayu yang berkelanjutan dalam skema REDD).

1.1.2 Definisi Awal Kegiatan Proyek Kegiatan apa yang akan mendasari pencapaian tujuan proyek? Pada tahap awal ini, tidak semua rincian akan sepenuhnya didefinisikan, tetapi para pengembang proyek harus sekomprehensif mungkin dalam mendefinisikan intervensi utama dalam proyek yang akan mengarah pada pengurangan atau eliminasi emisi, termasuk berkonsultasi dengan peserta potensial dan mencari nasehat dari luar.

Proyek dengan jenis aktivitas tunggal lebih mudah dari sisi desain teknis dan validasi.

Pada prinsipnya, beberapa jenis kegiatan proyek dapat digabungkan dalam satu deskripsi di bawah VCS, meskipun masing-masing akan membutuhkan penerapan metodologi yang berbeda. Secara umum, proyek-proyek dengan jenis aktivitas tung-gal lebih mudah ditangani dari sisi desain teknis dan validasi.

Page 9: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 7

Proyek Aforestasi dan Reforestasi (AR) AR mengacu pada kegiatan penanaman pohon atau konversi lahan yang tidak berhutan menjadi berhutan. 3 Aforestasi adalah pembangunan hutan pada lahan yang secara historis tidak memiliki tutupan hutan, sedangkan reforestasi adalah pem-bangunan hutan pada tanah yang telah gundul sejak tanggal tertentu. Beberapa per-timbangan minimal harus termasuk yang berikut ini: n Menilai area yang tersedia untuk reforestasi, dengan fokus pada:

1. karakteristik geografis dan ekologi yang menguntungkan, 2. kepemilikan lahan yang relatif aman, dan 3. kriteria kelayakan dari standar target. Seberapa luas cakupan proyek yang dapat dilakukan dan di mana lokasinya?

n Mendeskripsikan campuran spesies dan pengaturan penanaman dengan memper-

timbangkan tujuan penyerapan karbon yang efektif, serta tujuan lainnya, seperti memproduksi kayu atau menghasilkan manfaat keanekaragaman hayati.

n Menentukan pendekatan manajemen dan silvikultur4 secara keseluruhan, termasuk

berbagai kemungkinan panen. Proyek Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi (REDD) Proyek-proyek REDD bertujuan untuk menghindari konversi hutan menjadi wilayah yang tidak berhutan (deforestasi), atau untuk menghindari kegiatan yang mengurangi stok karbon meski tidak mengarah pada konversi hutan secara langsung (degradasi). Perlu dicatat bahwa VCS membedakan antara degradasi dan penebangan yang le-gal vs. ilegal. Hanya degradasi dan penebangan ilegal sajalah yang merupakan bagi-an dari kategori REDD. Sementara daerah yang telah ditunjuk atau disetujui oleh ba-dan pemerintah sebagai daerah yang legal untuk ditebang, masuk dalam kategori Pengelolaan Hutan yang Disempurnakan (IFM). Beberapa pertimbangan termasuk:

3 Di bawah VCS, Aforestasi, Reforestasi dan Reboisasi (ARR) didefinisikan sebagai "membangun, mening-katkan atau memulihkan tutupan hutan melalui penanaman untuk membantu proses regenerasi alami dan meningkatkan saham karbon dalam biomassa kayu dan, pada kasus tertentu, tanah" (VCS 2008: 9). 4 Silvikultur adalah ilmu dan seni membangun dan memelihara hutan lewat pengetahuan dasar silvika, yaitu cabang ilmu biologi yang mempelajari sifat-sifat ekologi individu pohon.

Page 10: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 8

n Di bawah kontrol pengembang proyek dan mitra potensialnya, melakukan analisa penggerak dan agen deforestasi utama sebagai dasar untuk mengambil tindakan tertentu yang dapat dilakukan untuk mengatasi tekanan deforestasi. Cobalah untuk secara spesifik dan serealistis mungkin melihat kemungkinan inter-vensi tertentu untuk mempengaruhi penggerak deforestasi dan menilai kapasitas organisasi Anda, maupun organisasi mitra, untuk melaksanakan hal ini.

Sebagai contoh, apa saja jenis alternatif sistem produksi pertanian, pengelolaan kawasan konservasi, pembayaran insentif, sertifikasi tanah, akuisisi tanah atau area konsesi, dan sebagainya, yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan de-forestasi atau degradasi?

n Mengembangkan model kausal serta analisa penggerak dan agen yang sistematis,

yang dapat memberikan kerangka kerja yang bermanfaat untuk deskripsi awal mengenai tekanan yang ada dan membangun langkah-langkah solusinya.

Pengelolaan Hutan yang Disempurnakan (IFM) Proyek IFM berusaha untuk secara aktif memperbaiki pengelolaan hutan demi mem-pertahankan dan/atau meningkatkan stok karbon di kawasan hutan atau hutan yang tersisa. Beberapa pertimbangan termasuk: n Menganalisa penggerak utama dari degradasi hutan atau manajemen hutan yang

tidak lestari. n Di bawah kontrol pengembang proyek dan mitra potensialnya, mendeskripsikan

tindakan spesifik yang dapat melawan tekanan degradasi dan/atau mengarah pada perbaikan pengelolaan hutan. Hal ini mencakup, misalnya, memperpanjang rotasi penebangan, mengurangi kerusakan dengan perencanaan yang lebih baik, memperluas areal konservasi, mengendalikan penebangan liar, memperkenalkan praktek-praktek untuk meningkatkan regenerasi hutan, dan sebagainya.

1.1.3 Penentuan Awal Skala, Wilayah dan Batas-Batas Proyek Pada tahap ini, pengembang proyek harus bertujuan untuk mengidentifikasi skala dan lokasi yang akan tunduk pada intervensi proyek (reforestasi, pengelolaan hutan yang disempurnakan, dan/atau REDD). Meskipun batasan proyek kemungkinan akan beru-bah selama pembangunan proyek, penjangkauan pemilik lahan, pengadaan tanah, dan pemenuhan kriteria kelayakan, menentukan perkiraan konservatif akan batas dan ukuran proyek adalah titik awal yang penting.

Page 11: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 9

Proyek-proyek karbon saat ini berkisar dari kecil – beberapa ratus hektar saja – hingga besar – yakni proyek REDD yang mencakup ratusan ribu hektar atau lebih. Pasar su-karela dan kemitraan yang dibuat secara seksama bahkan dapat memberikan celah untuk proyek-proyek kecil. Meski begitu, biaya transaksi dari pengembangan proyek (misalnya validasi, pemantauan, verifikasi dan keterlibatan pasar yang biayanya bisa mencapai ratusan ribu dolar per proyek) akan menjadi penghalang untuk proyek-proyek kecil. Walaupun tak ada batasan angka terendah, perantara pasar dan inves-tor biasanya mencari proyek yang menawarkan minimal 10.000-20.000 tCO25/tahun. Ini berarti, misalnya, akan sulit bagi proyek AR yang areanya kurang dari beberapa ribu hektar untuk dianggap layak secara ekonomi, apalagi jika menggunakan jenis pohon yang lambat tumbuh. Bagi beberapa proyek tertentu, halangan ini dapat diatasi jika dianggap sebagai bagian dari Program Kegiatan atau bagian dari beberapa proyek yang telah digabungkan. Namun pada saat penulisan ini, tidak ada Program Kegiatan yang disetujui untuk proyek seperti ini karena telah terbukti sangat kompleks.

1.1.4 Mendefinisikan Peserta Utama dalam Proyek Proyek mungkin saja melibatkan lebih dari satu peserta pada tahapan dan kegiatan tertentu, termasuk pemilik tanah dan/atau hutan, serta kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan proyek (misalnya petani yang terlibat dalam penyempurnaan praktek pertanian dan LSM yang memperkenalkan teknik baru dan mengkoordinasikan upaya pelatihan). Dalam banyak proyek REDD, peserta juga akan mencakup populasi yang bertetangga dengan daerah tersebut dan turut merasakan dampak maupun manfaat dari penggunaan lahan saat ini dan deforestasi. Pembangunan proyek sebelum implementasi biasanya melibatkan sejumlah entitas yang berbeda (akan dibahas lagi secara lebih rinci dalam Bagian 2.3). Hal ini penting untuk menentukan pemimpin dan mitra untuk setiap segmen (desain, koordinasi, serta pelaksanaan strategi dan kegiatan), sehingga mitra yang paling kompeten akan melaksanakan bagian dari proyek yang mungkin berada di luar kapasitas inti dari or-ganisasi Anda sendiri (misalnya kegiatan kehutanan atau pertanian).

5 tCO2 adalah satuan perhitungan kredit karbon, yaitu setara dengan satu ton karbon dioksida.

Page 12: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 10

1.2 Membuat Nota Ide Proyek (PIN)

Nota Ide Proyek (Project Idea Note / PIN) adalah ringkasan deskripsi dari proyek yang diusulkan dan umumnya digunakan sebagai kesimpulan awal proyek, yang berguna untuk melibatkan pemerintah, investor, serta mendapatkan dukungan teknis. PIN ada-lah alat yang berharga bagi pengembang proyek dan pihak-pihak lainnya untuk meninjau asumsi-asumsi dasar mengenai proyek ini. PIN harus mencerminkan semua unsur yang dijelaskan di atas (tujuan, kegiatan, dan peserta proyek), serta: n Karakterisasi garis pangkal (baseline): secara realistis, apa yang akan terjadi tanpa

proyek ini? Siapa aktor dan kekuatan penggerak penggunaan lahan dan peru-bahan penggunaan lahan? Untuk REDD: apakah proses utama yang sedang ter-jadi adalah degradasi, deforestasi, atau degradasi yang menyebabkan defores-tasi? Sejauh mungkin, jelaskan dan buktikan skenario ini dengan data historis atau kecenderungan degradasi hutan di wilayah proyek atau di sekitarnya. Perhatikan setiap perubahan terbaru dalam tren penggunaan lahan, misalnya, kecender-ungan deforestasi dalam 10 tahun terakhir dibandingkan 5 tahun terakhir. Berhati-hatilah untuk secara kritis memeriksa kembali persepsi umum penggunaan lahan dan kecenderungan degradasi lingkungan dan mencoba untuk menemukan bukti objektif untuk perkembangan tersebut.

n Perkiraan stok karbon atau potensi penyerapan: Berapa stok karbon di setiap hutan

yang ada di lahan proyek (bedakan hutan utuh dengan hutan rusak maupun dengan jenis hutan lainnya)? Berapa tingkat akumulasi karbon dari pohon yang ditanam atau hutan yang baru tumbuh? Informasi ini idealnya harus didasarkan pada data yang tersedia dari situs proyek atau hutan serupa atau perkebunan. Jika tidak ada data lokal, gunakan nilai standar IPCC dan, untuk proyek AR, gunakan kalkulator karbon.

n Estimasi awal atas manfaat karbon: ini adalah selisih antara garis pangkal (tanpa

proyek) dan skenario proyek, yaitu kerugian atau keuntungan karbon. Apa dampak yang realistis dari kegiatan proyek yang diusulkan untuk mengurangi emisi dan pa-da skala waktu berapa lama? Seberapa cepat kegiatan penanaman bisa di-luncurkan dan ditingkatkan? Cobalah untuk lebih konservatif dan realistis dalam asumsi Anda. Perhitungan yang terlalu optimis sulit digunakan untuk meyakinkan in-vestor atau pemangku kepentingan lainnya, dibandingkan sebuah argumen yang hati-hati dan terdokumentasi dengan baik.

Page 13: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 11

n Nilai tambah (additionality): Apa argumen untuk mengklaim bahwa kegiatan yang sebanding atau manfaat karbon tidak akan terjadi tanpa adanya proyek karbon? Apakah harapan akan pendapatan dari karbon benar-benar penting bagi pelaksanaan kegiatan?

n Dampak sosial dan lingkungan: Apa kemungkinan dampak penting pada populasi

lokal dan layanan ekosistem? Bagaimana potensi dampak buruk dapat dikelola dan dikurangi? Bagaimana manfaat ekonomi dialokasikan? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat menjadi argumen penting untuk meyakinkan pemangku kepentingan dan investor tertentu untuk terlibat dalam proyek. Jelaskan aspek-aspek ini dengan singkat dan objektif.

Terselesaikannya PIN belum menjamin kelayakan proyek. Pengkajian kelayakan yang kritis dan ketat perlu dilakukan terlebih dahulu (lihat langkah berikutnya). PIN baru bisa diperlihatkan kepada calon investor dan pemerintah setelah pengkajian kelayakan telah disimpulkan dengan hasil yang positif. Dan dalam banyak kasus, PIN malah baru disusun pada tahap ini.

1.3 Melakukan Pengkajian Kelayakan Proyek Secara Menyeluruh

Pengkajian awal potensi proyek adalah langkah yang penting dan idealnya dilakukan dengan dukungan eksternal yang independen. Sebuah analisa kelayakan yang baik dapat menambah nilai bagi pengembang proyek dan meningkatkan kepercayaan investor. Ini bukan hanya sebuah langkah formal dalam siklus proyek, melainkan titik keputusan dan kesempatan untuk berhenti dan mundur dari ide proyek awal, setelah menerapkan pikiran terbuka dan kritis pada semua aspeknya. Merancang proyek untuk pendanaan karbon merupakan proses panjang dan mahal yang dapat memicu harapan yang signifikan dari para pemangku kepentingan, baik dari masyarakat, pejabat pemerintah, donor atau investor. Selain biaya eksternal yang lebih terlihat, pelibatan sumber daya manusia dalam proses yang panjang dan kom-pleks ini menciptakan tantangan besar bagi organisasi mana pun. Karena itu, sebelum melanjutkan, berhati-hatilah meninjau setiap asumsi dan tantangan. Jika memungkinkan, sangat disarankan untuk melibatkan ahli atau badan independen yang dapat memberikan keahlian tambahan dari sisi teknis dan pasar, serta beberapa perspektif berharga. Banyak pengembang proyek yang sedang mencari pembiayaan untuk pembangunan pedesaan atau tujuan konservasi di sebuah situs seringkali malah meminimalkan atau mengabaikan beberapa persyaratan, kendala, atau batasan ter-

Page 14: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 12

tentu. Maka pengkajian kelayakan ini bisa menjadi momen penting untuk "pemerik-saan realitas". Tidak setiap proyek layak dilaksanakan. Dan jika hal ini terjadi, lebih baik Anda menyadari ini sekarang daripada kemudian. Bagi proyek berbasis masyarakat, pengkajian kelayakan juga melibatkan konsultasi ser-ta peninjauan asumsi dan hasil diskusi awal dengan para pemangku kepentingan lo-kal. Meskipun sifat spesifik dari proyek yang mudah berubah-ubah dapat menjadi tan-tangan, diskusi transparan akan manfaat proyek, risiko, ketidakpastian dan desain keseluruhan, dapat menjadi cara yang penting untuk membangun pemahaman ber-sama tentang kemungkinan proyek dan untuk mengelola harapan yang terlalu tinggi. Perkiraan awal harus selalu lebih konservatif, sehingga jelas terlihat bahwa proyek yang hanya sedikit memenuhi kelayakan tidak mungkin bertahan dan berkembang. Berhati-hatilah akan tiga konsekuensi ini: n Perkiraan skala proyek yang terlalu tinggi: Dari awal hingga tahap validasi final dan

eksekusi, proyek sering terlihat mengalami penyusutan. Ketika perkiraan awal direvi-si, pengukuran stok karbon meningkat dan diskon diterapkan untuk penyangga ke-bocoran dan risiko, maka angka emisi dan penyerapan biasanya perlu diperkecil. Setelah konsultasi dengan pemangku kepentingan utama, pengukuran tanah dan survei selesai dilakukan, dan area-area yang tidak memenuhi syarat dikeluarkan, seringkali wilayah proyek pun akhirnya perlu diperkecil,

n Asumsi optimis tentang pendanaan karbon: Perkiraan ukuran proyek dan manfaat

karbon yang terlalu tinggi jelas menjurus kepada risiko perkiraan pendapatan po-tensial yang terlalu tinggi pula. Selain itu, pengkajian kelayakan harus mempertim-bangkan kecenderungan dan permintaan dari pembeli karbon, yang merupakan segmen yang sangat kecil dalam pasar karbon secara keseluruhan. Jangan ter-fokus pada kisaran harga karbon yang paling tinggi dan berasumsi bahwa proyek akan jatuh dalam kisaran ini. Jangan pula mengandalkan kenaikan harga yang tidak menentu di masa depan atau mendasari proyeksi keuangannya pada pem-belian kredit di muka dengan harga penuh. Kredit karbon tidak dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan tunggal, melainkan hanya salah satu dari beberapa keuntungan finansial. Selain itu, proyek biasanya menghadapi kesenjangan dana, karena biaya yang signifikan di fase awal. Kredit karbon baru dihasilkan setelah be-berapa tahun secara bertahap dan dalam keadaan yang optimal. Informasi tam-bahan akan diberikan dalam Bagian 2.4 dan 5.

Page 15: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 13

n Tidak mendefinisikan kegiatan proyek dengan jelas: Setiap proyek membutuhkan rencana aksi yang jelas demi kesuksesan eksekusi dan mendapatkan ketertarikan investor. Kegiatan yang tidak direncanakan dengan baik merupakan kendala da-lam kebanyakan proyek REDD, yang secara tidak langsung berasumsi bahwa ken-dala utama untuk mengurangi deforestasi hanyalah kurangnya dana. Meskipun merupakan komponen penting, pendanaan karbon perlu diterjemahkan dalam strategi yang jelas, agar dapat menyalurkan sumber daya dan rangkaian aktivitas yang tepat kepada para pemangku kepentingan, dan secara efektif mengatasi tekanan deforestasi. Dalam kasus AR, pendukung proyek sering meremehkan sum-ber daya keuangan dan kapasitas teknis yang diperlukan untuk mewujudkan refor-estasi pada skala yang membuat proyek dianggap layak dari sisi volume penyera-pan yang cukup dalam jangka menengah.

1.4 Melakukan Pengkajian Ulang dan Penyesuaian Desain Proyek

Langkah-langkah sebelumnya akan membantu membuat definisi proyek yang lebih jelas dan menentukan kelayakannya, sebelum menginvestasikan upaya dan sumber daya lebih jauh lagi. Sejumlah besar proyek didorong oleh antusiasme saat ini di mana pendanaan karbon dilihat sebagai solusi pengentasan kemiskinan dan konservasi hu-tan, padahal kemungkinan besar proyek tersebut tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan pasar karbon. Penting untuk menyadari bahwa tidak setiap proyek yang menghasilkan manfaat Gas Rumah Kaca (GRK) adalah proyek karbon yang layak, sesuai standar, pasar dan kondisi kebijakan saat ini. Dalam kasus lain, pembiayaan karbon dapat menyediakan sumber daya yang kuat. Namun demikian, setelah melakukan pengkajian ulang kelayakan proyek, konsep proyek mungkin saja perlu direvisi dan PIN perlu diperbarui – termasuk definisi kegiatan proyek, mitra, batas-batas dan lokasi – untuk mencerminkan penyesuaian yang diper-lukan dan agar lebih sesuai dengan standar yang berlaku. Melacak kelayakan dan evaluasi ulang: Sangat disarankan untuk mengidentifikasi risi-ko dan ketidakpastian yang dapat membahayakan kelangsungan proyek dan mung-kin baru terlihat pada tahap lanjut. Lacak pula secara konsisten setiap wawasan dan perkembangan baru. Hal ini akan membantu Anda menyadari kapan strategi awal perlu dimodifikasi atau ketika sebuah proyek ternyata tidak layak.

Page 16: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 14

2 Desain dan Perencanaan Setelah mengerjakan langkah-langkah sebelumnya, pengembang proyek kini sudah memiliki desain awal yang jelas, mengidentifikasi kesenjangan utama, dan secara te-pat telah memutuskan untuk melanjutkan investasi pengembangan proyek berdasar-kan hasil tinjauan kelayakan yang positif. Kini saatnya melanjutkan ke tahapan yang konkrit dan rinci, yaitu desain dan perencanaan. Langkah-langkah desain dan perencanaan berikut termasuk unsur-unsur teknis dan prosedural yang dibutuhkan untuk mempersiapkan dokumen proyek, sebelum validasi eksternal. Selain itu, langkah-langkah ini mencakup isu yang lebih luas terkait kegiatan proyek, masalah hukum, keuangan dan keterlibatan pemangku kepentingan. Mengarah pada upaya pembiayaan dan validasi – yang keduanya dibutuhkan demi kesuksesan proyek – tahap ini akan menuntut sumber daya dan waktu yang signifikan, serta juga kesabaran dan ketekunan. Mengamankan pembiayaan yang memadai un-tuk tahap ini merupakan tantangan yang harus diatasi sejak dini.

2.1 Tentukan Target Pasar atau Standar

Berdasarkan pada karakteristik proyek, proyeksi skala dari manfaat karbon, lokasi, dan kesesuaian terhadap metodologi yang tersedia, pengembang proyek perlu menen-tukan standar yang akan digunakan dan segmen pasar yang akan dituju. Keputusan ini akan berdampak pada langkah-langkah berikutnya, terutama dalam pembuatan dokumen desain proyek (PDD) dan saat menargetkan pembeli dan investor, serta juga ketika melakukan percapakan dengan pihak berwenang dan berinteraksi dengan au-ditor dan organisasi pengatur standar. Panduan ini dibuat berdasarkan VCS dan Standar CCB. VCS adalah standar perhi-tungan karbon yang paling disukai oleh pembeli di pasar sukarela, sedangkan Standar CCB merupakan standar yang paling menonjol dalam memastikan manfaat sosial dan keanekaragaman hayati yang saling berkesinambungan. Penentuan standar dan tar-get pasar merupakan pilihan yang sulit. Karena itu, sangat direkomendasikan untuk mencari saran dari para ahli.

Proyek skala kecil berbasis masyarakat yang mengalami kesulitan membayar biaya transaksi VCS namun memiliki desain yang kokoh dan menghasilkan manfaat karbon yang jelas, bisa mempertimbangkan penggunaan Standar Rencana Vivo.

Page 17: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 15

2.2 Pastikan Keterlibatan Masyarakat yang Efektif

Semua proyek harus berkolaborasi dengan masyarakat lokal dan pemilik tanah, baik sebagai peserta proyek, pemegang hak, maupun pemangku kepentingan. Setiap ke-lompok masyarakat ini cenderung berada pada tingkat sosio-ekonomi, gaya hidup, kemiskinan dan kerentanan yang berbeda. Maka setiap proyek akan melibatkan atau mempengaruhi masyarakat melalui jenis kegiatan yang berbeda-beda pula. Bekerja dengan masyarakat bukan sekedar sebuah “langkah” dalam pengembangan proyek, melainkan membutuhkan proses berkelanjutan. Proyek yang berbeda, dengan peran pemangku kepentingan yang juga berbeda, akan membutuhkan tahapan dan jenis keterlibatan masyarakat yang berbeda pula. Misalnya, sebuah proyek reforestasi komersial di lahan pribadi akan berbeda dari proyek REDD yang dikelola masyarakat. Maka sangat dianjurkan untuk menilai tingkat dan mekanisme yang tepat untuk meli-batkan masyarakat sejak dini dan secara terus menerus dalam siklus proyek. ‘Persetujuan bebas yang didahulukan dan dimaklumi’ (free, prior and informed con-sent / FPIC) muncul sebagai isu utama dan juga sebagai pedoman REDD+. FPIC ber-prinsip bahwa masyarakat berhak untuk memberikan ataupun menahan persetujuan atas proyek yang diusulkan. Pentingnya prinsip ini semakin diakui karena keprihatinan atas kerentanan masyarakat terhadap hilangnya lahan atau mata pencaharian tradi-sional mereka akibat upaya peningkatan perlindungan hutan. Memastikan pema-haman dan keterlibatan masyarakat yang memadai merupakan etika yang penting, yang juga mendasari kinerja dan keberlanjutan proyek dengan cara memasukkan pengetahuan lokal dan memperkuat komitmen jangka panjang. Upaya-upaya ini se-layaknya tidak dilihat sebagai biaya semata, tetapi sebagai investasi jangka panjang. Berikut beberapa unsur utama yang harus diingat: n Mengidentifikasi wilayah tanah adat dan sistem kepemilikan – yang melibatkan

masyarakat dalam pengumpulan data, penggunaan klasifikasi penggunaan lahan dan nama lokal, identifikasi situs-situs penting bagi agama, budaya dan ekonomi, identifikasi semua pengguna dan pemegang hak, serta bekerjasama dengan dae-rah-daerah tetangga untuk mendefinisikan dan menyetujui batas-batas daerah.

n Melibatkan organisasi-organisasi perwakilan – termasuk lembaga adat yang diakui

oleh negara dan diterima oleh masyarakat, seperti pemerintah daerah dan lem-baga ad-hoc yang didirikan oleh masyarakat untuk berurusan dengan pihak luar.

Page 18: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 16

n Memberikan informasi – mengenai potensi dampak, biaya dan manfaat, risiko, kon-flik, peluang, kewajiban dan jangka waktu, serta implikasi hukum, komunikasi dalam bahasa daerah dan jaminan partisipasi yang besar.

n Memastikan diberikannya persetujuan secara bebas – dengan menghindari segala

bentuk pemaksaan, memungkinkan adanya perwakilan hukum, serta memung-kinkan partisipasi dari semua kelompok dan perwakilan yang berkepentingan.

n Memastikan persetujuan yang didahulukan – untuk proyek berbasis masyarakat,

perencanaan bersama masyarakat melalui proses yang berulang-ulang dan tidak disajikan sebagai kesepakatan yang mutlak; alternatif “tidak ada proyek” harus merupakan pilihan yang nyata.

n Memastikan adanya persetujuan – memungkinkan waktu bagi lembaga-lembaga

untuk berkonsultasi dan mendapatkan umpan balik dari masyarakat luas, serta memastikan komunikasi efektif mengenai potensi implikasi dari intervensi yang di-usulkan; di mana hasilnya adalah perjanjian tertulis.

2.3 Rencanakan Desain Proyek

Berikut adalah rangkaian persiapan pembuatan keputusan dan penentuan aktivitas, yang dapat membantu pekerjaan mendesain proyek secara struktural.

2.3.1 Tentukan Peran dan Tanggung Jawab Desain dan Implementasi Proyek Menentukan peran dan tanggung jawab sejak dini akan membuat proses menjadi lebih efisien serta menghindari kebingungan dan konflik di kemudian hari. Pengaturan ini idealnya berbentuk perjanjian formal dan MoU. Sebagai salah satu kriteria evaluasi, penting pula meninjau kapasitas pengembang proyek.

2.3.2 Dapatkan Persetujuan Pengelolaan dan Alokasi Pendapatan Karbon Penting disepakati bagaimana pendapatan karbon akan dialokasikan dan dikelola (hukum seputar hak karbon akan dijelaskan di Bagian 2.6). Pendapatan karbon – baik yang didapatkan melalui investasi awal maupun dari hasil yang sedang berlangsung – sangat vital untuk menerapkan intervensi inti dalam proyek ini. Karenanya, pemangku kepentingan yang melaksanakan kegiatan memiliki klaim yang sah atas bagian terten-tu, walau mereka bukan pemilik karbon, di mana hal ini bergantung pada pemaham-an implikasi pendapatan. Perjanjian formal dan mengikat secara hukum, yang trans-paran dan kokoh mengenai pengelolaan pendapatan karbon dan aliran keuangan lainnya, harus disepakati sejak awal oleh semua pemangku kepentingan terkait.

Page 19: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 17

KOTAK 1: Peran & Tanggung Jawab dalam Pengembangan & Implementasi Proyek UMUM • Pemimpin dan koordinator proyek secara keseluruhan. • Pemilik karbon, diberi kewenangan untuk melakukan perjanjian penjualan atau pengalihan. • Pemilik tanah. TEKNIS • Penyedia data penggunaan lahan, stok karbon, agen dan penggerak deforestasi, dll. • Penyedia data untuk mengukur pengurangan emisi atau penyerapan (misalnya persediaan

biomassa, pemetaan perubahan penggunaan lahan, data sosial ekonomi, baris properti), • Penyedia dukungan teknis untuk desain proyek. • Penulis dokumen proyek untuk validasi. BISNIS DAN HUKUM • Pembuat/penyedia perjanjian hukum. • Negosiator dengan pembeli/investor potensial. • Broker, perantara atau pembeli. • Penyedia dana untuk tahap pengembangan proyek. • Penyedia dana untuk investasi di muka dalam pelaksanaan. • Administrator dana pembangunan proyek dan pendapatan karbon. • Asuransi dan jaminan. HUBUNGAN DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN • Penghubung dengan masyarakat. • Penghubung dengan pemerintah. • Pelaporan (untuk donor, investor, regulator). PELAKSANAAN PROYEK • Koordinator hutan dan kegiatan pengelolaan lahan. • Pelaku atau penyedia layanan untuk pengelolaan lahan. • Bantuan teknis untuk pengelolaan lahan. PEMANTAUAN DAN AUDIT OLEH PIHAK KETIGA • Pemantauan. • Validasi. • Verifikasi.

2.3.3 Siapkan Anggaran dan Rencana Kerja Rencana anggaran, jadwal dan rencana kerja secara keseluruhan harus ditata dari sekarang. Biaya dapat berkisar antara US$150.000 hingga lebih dari US$300.000 untuk tahap pra-implementasi. Biaya aktual akan bervariasi tergantung dari skala, tingkat kesulitan dan perencanaan sebelumnya, pengalaman dan data yang tersedia.

Page 20: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 18

TABEL 1: Komponen Biaya Proyek Karbon yang Umum Desain dan Implementasi Catatan TAHAP DESAIN

Staf lokal / koordinasi Kebutuhan sumber daya manusia yang seringkali diremehkan, terutama jika para pemangku kepentingan bergulat dengan isu-isu ini untuk pertama kalinya; sangat bervariasi.

Desain kegiatan proyek Rencana pengelolaan reforestasi atau hutan, program penyuluhan pertanian, dll. Biaya sangat bervariasi dan tergan-tung secara spesifik pada setiap proyek.

Pengembangan metodologi Bisa berkisar dari US$30.000 hingga lebih dari US$100.000.

Citra satelit dan analisa

Penentuan sejarah perubahan penggunaan lahan untuk iden-tifikasi lahan yang memenuhi syarat. Citra satelit mungkin tidak ada biayanya tapi dapat memakan waktu beberapa bulan dan beberapa ahli untuk analisa datanya.

Inventarisasi hutan Umumnya dibutuhkan untuk proyek REDD, tergantung skala dan heterogenitas.

Garis pangkal & model karbon Proyeksi spasial khusus; biaya tergantung pada skala dan metodologi.

Pengkajian kondisi awal dari sisi sosial dan keanekaragaman hayati

Untuk sertifikasi CCB.

Skenario referensi sosial dan keanekaragaman hayati, serta rencana pemantauan

Untuk sertifikasi CCB.

Konsultasi dengan pemangku kepentingan dan mendapatkan kesepakatan tentang pembagian keuntungan.

Estimasi seringkali terlalu rendah; sangat bervariasi.

Penyusunan PDD Integrasi semua elemen di atas.

Nasehat hukum

Uji tuntas (due diligence) akan hak-hak kepemilikan, persetujuan proyek, perjanjian dengan para mitra, perjanjian pembelian, dll; biaya bisa sangat signifikan untuk memenuhi norma internasional.

TAHAP IMPLEMENTASI Validasi pihak ketiga Mengontrak validator yang disetujui.

Biaya implementasi

Tergantung aktivitas seperti akuisisi lahan, perluasan wilayah pertanian, persiapan dan penanaman lahan, kontrol batas dan penegakan hukum, peralatan, gaji, pembayaran insentif masyarakat, kegiatan mata pencaharian alternatif, dll.

Pajak Pajak penghasilan dari karbon dan penghasilan umum. Sering-kali tidak dimasukkan dalam proyeksi awal, masih tidak terdefinisi dalam banyak yurisdiksi, tapi berpontensi signifikan.

Pemantauan Pemantauan tutupan hutan, stok karbon, agen dan peng-gerak secara terus menerus (untuk proyek REDD), serta indi-kator sosial dan keanekaragaman hayati (untuk proyek CCB).

Verifikasi pihak ketiga Mengontrak verifikator yang disetujui. Biaya registrasi dan penerbitan Bervariasi tergantung standar, registri dan skala proyek. Kebutuhan lainnya Kemungkinan-kemungkinan lainnya (kontinjensi).

Page 21: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 19

Kenali ketidakpastian dan tetapkan jalur keputusan utama untuk diperhitungkan da-lam jadwal dan dalam komunikasi dengan investor dan pemangku kepentingan lainnya. Sebagai contoh, poin-poin berikut ini dapat mengakibatkan komplikasi yang tak terduga atau penundaan: n Proses persetujuan pemerintah. n Kejelasan hak karbon. n Ketersediaan metodologi yang berlaku. n Penentuan kegiatan proyek yang efektif. n Penentuan mitra yang cocok. Identifikasi pilihan untuk menangani poin-poin di atas dengan kontinjensi, misalnya dengan pembiayaan non-karbon, atau menggunakan standar atau metodologi lain. Realistislah ketika membuat jadwal kegiatan dan ekspektasi pendapatan, dan untuk membangun dalam kontinjensi dalam kasus penundaan. Penting pula untuk berkomu-nikasi dan mempersiapkan risiko ini dengan semua peserta proyek. Mengembangkan dan mempertahankan pemetaan internal yang berisi tonggak uta-ma dan poin keputusan yang perlu dicapai, merupakan menjadi latihan yang berhar-ga dan dapat membantu mewujudkan strategi ketika proyek perlu dimodifikasi.

2.4 Amankan Dana Pengembangan Proyek dan Perjanjian Struktur

Semakin matang sebuah proyek, semakin rendah risiko dan semakin tinggi nilai kredit karbonnya. Selisih (offset) volume karbon hanya bisa ditentukan setelah verifikasi dan penerbitan. Tetapi perjanjian pembiayaan dapat dilakukan sejak awal proses, untuk: n Mengamankan modal kerja untuk memulai proyek. n Mengakses keahlian teknis dan bisnis melalui kemitraan. n Melakukan mitigasi risiko harga pasar, mengingat sifat pasar yang tidak stabil. Alternatif pembiayaan termasuk: n Swadana. Organisasi yang mampu membiayai sendiri (swadana) akan lebih cepat

mengembangkan proyek dan lebih mampu mempertahankan keuntungan finan-sial jangka panjang. Namun dukungan finansial lainnya atau co-investor tetap dibu-tuhkan, selain juga kontribusi dalam bentuk keahlian, pengetahuan, data, dan sumbangan. Sumbangan harus diperlakukan secara hati-hati karena mungkin me-nyiratkan beberapa tuntutan.

Page 22: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 20

n Dukungan donor. Kebanyakan proyek pembangunan saat ini setidaknya sebagian

dibiayai oleh bantuan dari luar negeri atau donor swasta. Dalam banyak kasus, proyek yang tidak layak dari perspektif komersial dapat menjadi layak dengan tambahan dana "lunak". Namun proyek yang dimulai dengan bantuan donor tidak jarang akhirnya tetap mengalami kesulitan dana untuk tahap penyelesaian proyek. Jadi, ketersediaan dukungan donor di tahap awal janganlah membuat pengem-bang mengabaikan pengkajian kelayakan, biaya dan komitmen masa depan.

n Dana di muka dari investor, pembeli dan/atau pengembang proyek komersial. In-

vestor dan pembeli dapat memberikan pembiayaan di muka demi mengamankan hak atas kredit karbon atau pendapatan di masa depan. Pengembang proyek komersial akan menggabungkan investasi ini dengan beberapa keahlian teknis un-tuk mengelola aspek-aspek utama. Hal ini bisa mengurangi pendapatan proyek secara substansial, namun kesehatan keuangan di awal, serta tambahan keahlian dan ketertarikan dari pemangku kepentingan dapat membuahkan keberhasilan. Selain itu, penerbitan kredit yang lebih cepat dapat memberikan keuntungan tam-bahan yang signifikan. Sementara risiko yang lebih kecil akan meningkatkan akses ke segmen pasar yang penting dan memungkinkan harga akhir yang lebih tinggi.

2.5 Membuat Desain Kegiatan Proyek dan Pembagian Manfaat

Rincian kegiatan dan tujuan proyek menjadi dasar untuk menilai manfaat karbon dan mempersiapkan sebuah PDD. Langkah ini dapat diintegrasikan dengan analisa dam-pak sosial (Bagian 2.7) dan proyeksi garis pangkal deforestasi (Bagian 3.3) yang akan mencakup model perubahan penggunaan lahan dan membantu mengidentifikasi penggerak dan agen yang perlu ditargetkan. Kegiatan proyek akan mencakup intervensi kehutanan seperti penanaman pohon, praktek silvikultur untuk pengelolaan dan perlindungan hutan yang lebih baik, serta kegiatan-kegiatan konservasi lainnya. Selain itu, proyek karbon perlu menangani penggerak deforestasi dan risiko kebocoran (misalnya melalui peningkatan produksi tanaman, atau peningkatan efisiensi dari penggunaan bahan bakar kayu). Desain kegiatan proyek, terutama dalam proyek-proyek berbasis masyarakat, terkait erat dengan "pembagian keuntungan." Pendapatan karbon harus dapat digunakan untuk membiayai keberlanjutan proyek dan juga didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (misalnya pemilik tanah, investor, pengembang proyek, dan masyarakat). Ini merupakan penentu penting dari keberlanjutan proyek.

Page 23: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 21

Rancangan pembagian keuntungan dan manfaat lainnya di tingkat masyarakat harus bisa mengimbangi biaya yang ditanggung oleh individu atau kelompok akibat peru-bahan penggunaan lahan, dan harus bertujuan untuk mengatasi kebutuhan kelompok rentan dan terpinggirkan. Selain itu, rancangan ini juga bertujuan untuk meningkatkan hasil karbon secara efektif. Mekanisme terbaik adalah gabungan dari pembayaran in-dividu atau kelompok, dilengkapi dengan sumbangan dan investasi publik.

2.6 Laksanakan Uji Tuntas (Due Diligence) dan Tentukan Hak Karbon

2.6.1 Hak atas Karbon dan Kepemilikan Kondisi lokal dan hukum kepemilikan sangat bervariasi tergantung negara dan wilayah. Hak atas karbon hutan masih belum secara khusus diatur dalam yurisdiksi dan seringkali harus disimpulkan berdasarkan hukum yang ada. Namun pemerintah di beberapa negara mengklaim bahwa layanan ekosistem seluruhnya merupakan milik warga negaranya, dan karena itu transaksi jasa ekosistem harus melalui pemerintah. Maka di mana hukum tidak secara eksplisit menentukan hak kepemilikan atas karbon hutan, perlu dilakukan penelitian yang cermat atas hukum yang berlaku. Saat ini, ada dua persepsi dalam menilai hak karbon dan kepemilikan. Pohon yang ditanam biasanya dianggap "pohon industri" dan haknya dimiliki oleh entitas yang te-lah menanamnya. Sementara pohon-pohon di hutan alam biasanya dianggap "pohon alami" dan hak-haknya lebih terkait erat dengan pemilik tanah atau pemerintah. Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, hutan alam adalah milik negara. Ini berarti, pemerintah pusat harus mentransfer hak karbon atau hak untuk mengu-sahakan jasa ekosistem kepada pengembang proyek (di bawah undang-undang yang sudah ada), agar pengembang dapat melakukan perjanjian dengan pembeli. Penting dicatat bahwa sebuah peraturan bisa dengan cepat dibatalkan oleh pera-turan baru. Oleh karena itu, pengembang proyek harus waspada dan selalu mengikuti perkembangan hukum, serta interpretasi dari kerangka yang ada. Pastikan dukungan pemerintah tertera dalam bentuk formal dan tertulis (pernyataan, perjanjian, ijin, dll). Sebuah persyaratan dalam VCS mengharuskan untuk "menunjukkan hak atas pengu-rangan dan eliminasi emisi GRK yang dihasilkan selama periode kredit atau periode verifikasi". Sayangnya, tidak jelas bukti seperti apa yang dapat memenuhi persyaratan ini. Lakukan uji tuntas (due diligence) secara mendetail, termasuk survei properti untuk mengkonfirmasi ukuran dan batas-batas wilayah proyek.

Page 24: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 22

Hak kepemilikan dan/atau hak penggunaan lahan harus didefinisikan secara jelas sebelum proyek dilanjutkan. Bukti yang jelas akan diperlukan oleh organisasi penentu standar karbon. Selain itu, organisasi-organisasi ini juga mewajibkan peserta proyek karbon untuk membuktikan bahwa mereka memiliki "kontrol atas wilayah proyek", se-hingga peserta proyek minimal harus memiliki: n Hak yang cukup untuk melakukan kegiatan proyek (seperti penanaman pohon). n Hak untuk menolak atau melarang penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan

kegiatan proyek (misalnya perambahan untuk lahan pertanian).

2.6.2 Tinjauan Persyaratan dari Aturan-Aturan Lokal Melakukan peninjauan atas hukum dan peraturan yang berlaku adalah syarat formal, yang mencakup hukum penggunaan lahan, kehutanan, lingkungan hidup, serta juga hukum perburuhan dan regulasi lainnya yang secara khusus ditetapkan untuk proyek karbon. Tergantung jenis pembiayaan proyek dan pendapatan, uji tuntas juga perlu memasukkan hukum-hukum bisnis, perpajakan dan investasi – baik lokal maupun asing. Pengembang proyek juga bisa diwajibkan untuk melakukan AMDAL dan mengambil langkah-langkah mitigasi untuk potensi dampak lingkungan yang negatif. Komunikasi dengan pihak berwenang dan kepatuhan hukum harus dilihat sebagai bagian yang penting dari proses pengembangan proyek yang berkelanjutan, dan ini akan dijabar-kan lebih lanjut dalam Bagian 2.9.

2.7 Kajian Dampak Sosial dan Keanekaragaman Hayati

Proyek yang bertujuan untuk mendapatkan sertifikasi CCB akan membutuhkan kajian rinci mengenai dampak sosial dan keanekaragaman hayati, serta memenuhi AMDAL. Kajian ini harus sedini mungkin dibangun dalam proses desain proyek untuk men-dukung pengembangan strategi yang efektif dan berkelanjutan. Selain memastikan manfaat sosial dan lingkungan, jika terstruktur dengan baik, kajian ini juga dapat memberikan manfaat berikut: n Menyempurnakan desain proyek secara keseluruhan, khususnya mengenai pema-

haman tekanan dan motivasi perubahan penggunaan lahan, serta pengurangan risiko yang tidak permanen.

n Meningkatkan posisi pasar dan harga, karena kebanyakan pembeli lebih suka dengan proyek-proyek bersertifikat CCB.

Page 25: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 23

n Mengidentifikasi dan melakukan mitigasi dampak negatif dari awal merupakan poin berharga untuk proses manajemen yang mudah disesuaikan.

n Memiliki dasar untuk merancang insentif yang efektif bagi pemangku kepentingan lokal, termasuk mekanisme pembagian manfaat.

Kajian harus mencakup: n Deskripsi mengenai kondisi sosial dan keanekaragaman hayati di lokasi proyek,

sebelum proyek dimulai (dan daerah-daerah potensial di sekitarnya). n Deskripsi mengenai skenario/prediksi kondisi sosial dan keanekaragaman hayati jika

tidak ada proyek. n Proyeksi kondisi sosial dan keanekaragaman hayati setelah proyek dijalankan, ter-

masuk penggunaan model kausal yang tepat. n Identifikasi potensi dampak negatif dan definisi strategi mitigasi. n Identifikasi metode pengukuran dan indikator yang tepat dan menguntungkan. n Rencana pemantauan dampak aktual – baik positif maupun negatif – termasuk di

daerah-daerah potensial di sekitarnya.

2.8 Mengkaji Risiko Non-Permanen & Mengembangkan Strategi Mitigasi

Semua proyek karbon menghadapi risiko ganda yang dapat merusak kinerja dan po-tensi pengurangan dan penyerapan emisi secara permanen. Permanen (atau non-permanen) dianggap sebagai isu utama dalam proyek karbon, karena setiap kali emisi karbon berhasil dieliminasi atau dihindari, karbon tetap berpotensi dilepaskan kembali ke atmosfer di masa depan, melalui pembakaran, pembukaan hutan atau kerusakan lainnya. Inilah perbedaan mendasar antara proyek karbon dan kegiatan pengurangan emisi dengan cara mengurangi konsumsi bahan bakar berbasis fosil. Mengidentifikasi risiko sejak dini adalah aspek penting dalam pengembangan proyek dan harus tercermin dalam desain kegiatan proyek dan strategi mitigasi risiko. Sangat dianjurkan, pengkajian risiko ini dilakukan oleh dua auditor terakreditasi secara terpisah, untuk menentukan persentase karbon yang harus disimpan dalam kolam penyangga (buffer) dan karenanya tidak bisa diperdagangkan. Keberadaan risiko (misalnya pembangunan jalan, pertumbuhan penduduk, risiko ke-bakaran) tidak langsung menyebabkan penyangga yang tinggi. Sebaliknya, pengem-bang proyek dapat menunjukkan bahwa ancaman telah diidentifikasi, dengan strategi mitigasi risiko, sistem pemantauan dan tindakan penanggulangan yang efektif.

Page 26: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 24

KOTAK 2: Faktor-Faktor Risiko Non-Permanen KEUANGAN DAN EKONOMI • Kemungkinan meningkatnya biaya lahan. • Tersedianya strategi financial jangka panjang yang kredibel dan terstruktur dengan baik. • Tersedianya pengembalian finansial yang memadai pada tingkat yang diharapkan, kepa-

da semua pemangku kepentingan terkait. SOSIAL DAN POLITIK • Lahan atau kepemilikan sumber daya yang tidak jelas dan adanya potensi sengketa (misal-

nya perambahan, konflik klaim tanah, penebangan liar). • Ketidakstabilan politik (misalnya perubahan mendadak dalam kerangka hukum). • Ketidakstabilan sosial (misalnya perang). LOKASI DAN GANGGUAN ALAM • Kemungkinan terjadinya gangguan alam (misalnya kebakaran, hama, angin ribut). • Keberadaan sumber daya alam yang bernilai ekonomis (misalnya minyak, mineral). • Kemungkinan dibangunnya infrastruktur baru atau konstruksi jalan di dalam atau dekat wila-

yah proyek. • Insiden gagal panen di daerah sekitar wilayah proyek. • Kepadatan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi di sekitar wilayah proyek. PARTISIPASI DAN KEWAJIBAN PEMANGKU KEPENTINGAN • Tingkat kesepakatan, komitmen dan kejelasan di antara para pemangku kepentingan ten-

tang (1) kepemilikan tanah; dan (2) persamaan persepsi/pemahaman mengenai proses, langkah dan hasil yang diharapkan dari proyek.

2.9 Menjaga Hubungan Baik dengan Para Regulator

Komunikasi dengan lembaga pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya harus menjadi upaya berkesinambungan yang dilakukan terus menerus. Dan tanggung ja-wab ini harus secara jelas ditunjuk di antara peserta proyek. Tingkat risiko dapat diku-rangi sampai batas tertentu dengan menjaga hubungan baik dengan pemerintah, ter-lebih lagi bagi proyek REDD/REDD+. Idealnya, proyek dapat membantu menciptakan peraturan nasional yang baik, dengan cara: n Memastikan bahwa proyek selalu mengikuti aturan-aturan dan prosedur baru. n Memberikan wawasan kepada instansi pemerintah mengenai deforestasi, termasuk

dari sisi kebijakan yang dibandingkan dengan realitas berbasis pengalaman praktis dan teknis, serta berbagai tantangan sosial dan keuangan yang menyertainya.

Page 27: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 25

n Melakukan upaya investasi untuk membangun kapasitas pemerintah melalui dialog dan diskusi untuk berbagi informasi.

n Mengelola ekspektasi dengan cermat, khususnya mengenai pendapatan karbon, terutama jika pemerintahan dan kerangka kerja kelembagaan sangat lemah.

Selain berhubungan baik dengan pemerintah, para pengembang proyek juga harus mengikuti perkembangan standar karbon dunia. Aturan dan persyaratan yang terus berkembang dapat berdampak positif maupun negatif pada setiap tahap desain dan implementasi, misalnya tentang perubahan dalam metodologi, persyaratan dokumen-tasi, tenggat waktu, dan sebagainya. Ada baiknya pengembang juga mempertahan-kan kontak teratur dengan validator atau verifikator untuk mendapatkan umpan balik pada setiap perubahan, baik yang direncanakan maupun tidak.

3 Penyusunan Dokumen Desain Proyek Dokumen Desain Proyek (PDD) adalah sumber utama informasi dan analisa yang me-rangkum karakteristik proyek, mengkuantifikasi manfaat karbon, memaparkan rencana pemantauan, dan dengan demikian memberikan dasar untuk validasi dan verifikasi yang independen terhadap proyek pengurangan atau penyerapan emisi.

3.1 Struktur Tim PDD

Pembuatan PDD bisa menjadi tantangan sulit bagi pengembang proyek yang baru pertama kali melakukannya. Sejumlah metodologi yang tersedia umumnya sangat kompleks dan tetap masih membutuhkan "alat" tambahan untuk kebutuhan spesifik lainnya (pemenuhan persyaratan tanah, nilai tambah/additionality, kebocoran, dll). Karena itu, sangat dianjurkan untuk mendapatkan input eksternal dari konsultan/ahli terhadap pengembangan PDD. Selain itu, penting bagi para pengembang proyek untuk tetap terlibat dan memiliki pemahaman tentang isi dan sumber data PDD dan sumber data, serta rencana pemantauannya, karena ke depannya, proyek harus dikelola sesuai dengan PDD dan rencana pemantauan tersebut. Pada saat validasi dan verifikasi, pendukung juga perlu menunjukkan pemahaman yang baik dari kedua dokumen itu kepada auditor dari pihak ketiga auditor. Tanggung jawab ini tidak bisa dilimpahkan pada pihak lain, teru-tama pada kontraktor jangka pendek, karena akan menyiratkan risiko atas keberhasi-lan jangka panjang proyek dan dapat menyebabkan penundaan panjang selama validasi dan verifikasi.

Page 28: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 26

3.2 Memilih Metodologi

Pengembang proyek harus menggunakan metodologi yang disetujui6. Untuk sebagian besar jenis proyek REDD, rancangan metodologi berada di bawah VCS. Metodologi memberikan kerangka inti untuk kuantifikasi manfaat karbon dan termasuk instruksi untuk membentuk garis pangkal (baseline) jika tidak ada proyek, pengukuran dan pemantauan perubahan stok karbon, dan pengkajian kebocoran dan emisi proyek. Mengingat kompleksitasnya, pilihan metodologi adalah area di mana pengembang proyek sangat disarankan untuk mencari nasehat ahli. Beberapa kesenjangan yang signifikan mengenai metodologi yang telah disetujui di antaranya: n Penyerapan atau pemeliharaan karbon tanah. n Degradasi yang berhasil dihindari, terutama di mana ada praktek-praktek ilegal

(dan karena itu lebih sulit diukur). n Pengayaan penanaman dan praktek perbaikan manajemen hutan lainnya. n Beberapa sistem agroforestri (yang tidak memenuhi definisi hutan yang umum). n Proyek reforestasi yang menyebabkan bentuk kebocoran yang rumit. n Pemeliharaan stok karbon (tanpa bukti ancaman deforestasi atau degradasi).

3.3 Melakukan Analisa PDD

Panduan ini memberikan gambaran yang umum untuk semua metodologi. Lihat Bagi-an 1.3 untuk panduan lebih lanjut pada beberapa aspek dan Bagian 2,8 untuk pengkajian risiko non-permanen. Sangat penting untuk membangun dan menyimpan dokumentasi kredibel dan dapat diverifikasi pada setiap langkah dari proses ini dan untuk semua klaim yang dibuat dalam PDD yang mempengaruhi kuantifikasi manfaat karbon (lihat Kotak 3).

3.3.1 Batas-Batas Spasial Pengembang proyek perlu mengidentifikasi area hutan atau lahan yang akan menjadi dasar kegiatan, pemantauan dan verifikasi proyek, termasuk semua daerah yang merupakan sumber atau tempat penyimpanan emisi yang signifikan.

6 Di bawah CDM, metodologi harus disetujui oleh Badan Eksekutif. Sedangkan untuk VCS, metodologi ha-rus melalui dua kali proses validasi oleh validator yang terakreditasi.

Page 29: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 27

Selain itu, metodologi REDD memerlukan definisi dan delimitasi wilayah dasar dan sabuk kebocoran. Semua bidang ini harus jelas didefinisikan menggunakan informasi dari aplikasi GIS dan alat remote-sensing dan/atau GPS. Setelah validasi, batas proyek tidak dapat diubah lagi.

3.3.2 Kelayakan Lahan Untuk proyek AR, pengembang proyek harus membuktikan bahwa lahan sudah tidak berhutan sejak masa yang ditentukan (sejak 1990 untuk CDM dan 10 tahun sebelum memulai proyek untuk VCS). Status tutupan lahan ini perlu didukung oleh bukti-bukti, misalnya citra satelit, foto udara, atau kesaksian lokal. Selain itu, proyek reforestasi tidak termasuk konversi habitat non-hutan (misalnya padang rumput dan rawa gambut). Definisi hutan: n Minimal mencakup daerah seluas 0.05 – 1 hektar. n Tinggi pohon 2 sampai 5 meter pada saat jatuh tempo. n Pohon membentuk kanopi minimum 10-30%. Dalam rentang ini, parameter ambang batas harus ditentukan oleh masing-masing negara. Jika tidak ada, maka proyek AR CDM tidak dapat diimplementasikan di nega-ra itu. Proyek yang menggunakan VCS memiliki fleksibilitas lebih banyak, dan mereka dapat menggunakan definisi negara tuan rumah, atau mengadopsi definisi hutan FAO atau definisi yang diterima secara internasional lainnya. Sebaliknya, hutan lindung dalam proyek REDD juga harus memenuhi definisi hutan. Di luar kriteria formal, pastikan bahwa definisi yang dipilih cocok dengan pencitraan me-lalui remote-sensing, untuk analisis sejarah dan upaya pemantauan yang akan datang.

3.3.3 Nilai Tambah (Additionality) Pengembang proyek karbon harus menunjukkan bahwa semua kegiatan dilakukan dengan harapan untuk menghasilkan kredit karbon dan uang. Tidak setiap proyek yang menciptakan manfaat GRK memiliki nilai tambah dalam arti proyek karbon. Per-timbangan utama adalah hambatan pelaksanaan kegiatan proyek atau dana yang tidak mencukupi ketika tidak ada pembiayaan proyek karbon.

3.3.4 Kondisi Awal, Garis Pangkal dan Skenario Proyek Pengurangan atau penghapusan emisi sebuah proyek hanya dapat diukur dengan cara membandingkan hasil proyek dengan garis pangkal skenario yang kontra-faktual.

Page 30: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 28

Untuk menentukan dampak bersih, sangat penting untuk secara akurat merekam kon-disi di awal proyek (disebut juga "pengukuran waktu-0"). Dari titik awal ini, skenario yang sudah dihitung dan dibuktikan perlu dikembangkan untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, dan bagaimana memodifikasi hasil tersebut. Standar karbon seperti CDM dan VCS meletakkan fokus pada perhitungan stok karbon dan emisi di wilayah proyek sesuai skenario tertentu. Sedangkan Standar CCB membutuh-kan pengkajian situs atau aspek-aspek analog untuk menentukan dampak bersih pada masyarakat dan keanekaragaman hayati. Ringkasannya sebagai berikut: n Stok karbon awal dan daerah sabuk kebocoran, perlu dikaji mengikuti prosedur in-

ventarisasi. Teknik-teknik ini relatif mapan. n Pedoman VCS AFOLU memberikan gambaran komprehensif untuk membangun

skenario garis pangkal. Pedoman yang rinci untuk proyek tertentu tercantum dalam metodologi CDM dan VCS.

n Untuk memperkirakan dampak proyek pada karbon, serta aspek sosial dan keane-

karagaman hayati, pengembang proyek harus mengumpulkan informasi mengenai agen dan penggerak penggunaan lahan, dan mengembangkan hipotesis kausal tentang kemampuan proyek memodifikasi skenario yang umum (“bisnis-seperti-biasa”). Ini harus didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan/atau penilaian ahli.

3.3.5 Kuantifikasi Pengurangan atau Penghapusan Emisi Perkiraan manfaat karbon di masa depan harus diproyeksikan dan diukur dalam PDD. Volume manfaat karbon yang akurat dan pada akhirnya bisa diterjemahkan sebagai kredit karbon, tergantung pada kinerja proyek dan hasil monitoring, yang telah ditinjau dan diverifikasi oleh auditor independen (lihat Bagian 8). Untuk mengamankan dana atau perjanjian penjualan berdasarkan angka dalam PDD, pastikan bahwa asumsi-asumsi yang mendasari perkiraan ini adalah kokoh, transparan dan kredibel, serta mencakup pertimbangan kemungkinan kinerja proyek yang kurang optimal dan ketidakpastian data yang diperlukan untuk memperhitungkan kebocoran dan risiko non-permanen. Lihat Bagian 1.2 dan 1.3 untuk panduan lebih lanjut. Selain itu, proyeksi manfaat karbon yang kredibel dapat mendukung klaim nilai tambah (ad-ditionality). Proyeksi ini membentuk dasar dari biaya registrasi yang dikenakan oleh CDM (lihat Bagian 6.4) dan karenanya harus tetap konservatif.

Page 31: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 29

3.3.6 Kebocoran Risiko kebocoran melekat pada proyek-proyek karbon karena adanya persaingan un-tuk memanfaatkan lahan yang semakin langka. Mempertimbangkan risiko kebocoran dengan cermat adalah persyaratan dalam semua metodologi karbon, dan sangat berharga untuk memperbaiki desain kegiatan proyek dan mengkaji dampak sosial. Kebocoran adalah tantangan besar dan juga dapat membatasi pilihan metodologi. Kebocoran dapat dikurangi atau bahkan dihindari dengan cara mengatasi risiko da-lam desain proyek dan memilih kegiatan dan lokasi dengan seksama. Sebagai contoh, pemahaman penggunaan lahan dapat membantu mengatasi penyebab deforestasi yang mendasar, dan bukan hanya memerangi penggerak deforestasi. Kegiatan miti-gasi yang tepat dapat mencakup intensifikasi pertanian pada lahan non-proyek, men-ciptakan sumber alternatif untuk kayu bakar atau mengurangi penggunaan yang tidak efisien, menciptakan mata pencaharian alternatif dan membuat perencanaan zonasi. Kebocoran yang tidak dapat dihindari melalui desain proyek perlu dikuantifikasi dan dikurangi dari keuntungan/manfaat proyek secara keseluruhan.

3.4 Menyiapkan PDD

Setelah semua langkah di atas dilakukan, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam PDD adalah proses yang relatif sederhana. Semua dokumentasi pendukung ha-rus dirakit dan diakses untuk validasi. Gunakan template/contoh yang ditentukan oleh organisasi standar karbon – CDM7 atau VCS8. Berikut beberapa pedoman umum yang dapat membantu memastikan persiapan dan melancarkan proses validasi: n PDD harus jelas dan ringkas. Jangan menguraikan berbagai topik lebih dari yang

diperlukan, dan hati-hati menganalisa jenis dan ruang lingkup studi yang dibutuh-kan. PDD harus menekankan informasi penting tentang desain proyek dan perhi-tungan pengurangan emisi dan tetap fokus pada informasi penting yang dapat dipantau dan diverifikasi selama masa proyek.

n Hindari memenuhi dokumen dengan informasi yang tidak diperlukan. Hindari pula

informasi yang tidak dapat didukung oleh bukti-bukti yang kuat.

7 http://cdm.unfccc.int/Reference/PDDs_Forms/PDDs/index.html 8 http://www.v-c-s.org/policydocs.html

Page 32: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 30

n Tentukan aturan penamaan untuk setiap versi PDD dan dokumen pendukungnya, dan informasikan aturan ini kepada semua anggota tim penyusun dokumen.

n Pilih penggunaan kata yang tepat. n Periksa ulang semua dokumen untuk memastikan konsistensi argumen, asumsi data,

dan tanggal. n Pastikan data dan asumsi-asumsi utama (misalnya agen dan penggerak defores-

tasi, dukungan bibliografis) terorganisir dan terdokumentasi dengan lengkap, begitu pula pusat repositori untuk mengumpulkan semua materi pendukung (termasuk sa-linan dokumen). Definisikan aturan tetap dan wajib untuk penamaan, pengaturan, pembagian, penyimpanan dan back up file. Terapkan standar metadata9 yang di-setujui dalam menyusun data GIS dan citra remote-sensing.

Membaca contoh-contoh PDD10 yang berhasil divalidasi dapat memberikan indikasi yang berguna mengenai lingkup umum dan gaya yang diterima.

4 Peninjauan Kegiatan & Penyusunan Strategi Implementasi

4.1 Pengkajian Kembali atas Kelayakan Proyek & Penyesuaian Kegiatan

Desain proyek adalah proses berulang-ulang berdasarkan umpan balik dari analisa teknis mengenai manfaat karbon, evaluasi risiko, pertimbangan hukum, pengkajian dampak sosial dan lingkungan, serta hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan dan hubungan baik dengan regulator. Pada saat perhitungan akhir dalam PDD selesai, beberapa asumsi tertentu yang digunakan dalam pengkajian awal bisa berubah. Oleh karena itu, penting untuk kembali mengkaji kelayakan proyek secara keseluruhan dan membuat penyesuaian yang diperlukan, serta bahkan untuk mempertimbangkan apakah proyek layak dilaksanakan atau tidak. Analisa berbagai agen dan penggerak perubahan penggunaan lahan, kebocoran dan risiko permanen, serta dampak sosial pada khususnya akan menghasilkan banyak informasi yang dapat membantu untuk mengatur kegiatan proyek dan strategi keterlibatan pemangku kepentingan.

9 Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan, atau setidaknya membuat suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan, atau dikelola. Metadata sering disebut sebagai data tentang data atau informasi tentang informasi. 10 Contoh-contoh PDD yang sudah divalidasi tersedia untuk umum di situs CDM, VCS dan CCB.

Page 33: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 31

4.2 Penyusunan Anggaran dan Proyeksi Finansial

Berdasarkan deskripsi kegiatan yang lebih definitif dan proyeksi manfaat karbon dalam PDD, para pengembang proyek kini harus memiliki unsur-unsur untuk menyusun proyeksi keuangan dan anggaran, yang mencakup tahap akhir dalam pengembangan proyek, serta biaya jangka panjang pelaksanaan proyek, pemantauan dan verifikasi. Pendapatan karbon baru dihasilkan ketika pengurangan emisi telah diverifikasi, yang biasanya terjadi setelah beberapa tahun pelaksanaan kegiatan. Karena itu, sangat penting untuk mengembangkan struktur pendanaan yang dapat mengisi kekosongan pendapatan dari awal proyek hingga penerbitan dan penjualan kredit karbon. Sebagaimana dibahas sebelumnya, pendapatan karbon sendiri biasanya tidak akan cukup untuk menutup semua biaya proyek. Oleh karena itu, proyeksi keuangan harus mencakup aliran pendapatan lainnya (misalnya penjualan kayu) serta biaya mening-katkan modal tambahan. Selain dasar yang digunakan untuk mengkaji kelayakan proyek (lihat Bagian 1.3), model finansial harus dikembangkan pada tahap ini untuk mencerminkan kategori biaya, arus pendapatan, pengaturan pendanaan, dan struktur organisasi, yang akan menjadi data dan analisa penting bagi calon investor.

4.3 Mendefinisikan Struktur Manajemen untuk Implementasi

Pengembang proyek dan para mitra perlu untuk secara jelas mendefinisikan peran, tanggung jawab dan struktur manajemen pelaksanaan proyek, termasuk kegiatan yang akan dilakukan oleh badan pelaksana yang berbeda. Pelaksanaan proyek dan manajemen keuangan kadang memerlukan penciptaan entitas baru, dalam bentuk kemitraan, korporasi, organisasi non-pemerintah dan sebagainya. Dianjurkan pula un-tuk melibatkan penasehat hukum untuk mengembangkan dan meninjau pilihan. Untuk proyek berbasis masyarakat, perencanaan pengelolaan berkelanjutan yang efektif seringkali memerlukan investasi untuk memperkuat kapasitas, termasuk: n Membangun kemampuan berorganisasi: Membantu menetapkan arah dan tujuan;

meningkatkan manajemen dan komunikasi, mengembangkan kepemimpinan. n Memperbaiki tata kelola dan akuntabilitas kepemimpinan: Meningkatkan peluang

untuk berbagi informasi yang transparan antara pemimpin dan anggota, mening-katkan kesadaran anggota tentang peran dan fungsi komite eksekutif.

Page 34: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 32

n Memastikan representasi kelompok dalam pengambilan keputusan: memastikan bahwa kelompok yang berkepentingan, termasuk yang terpinggirkan, memiliki perwakilan di tingkat komite manajemen.

n Memberikan pelatihan manajemen keuangan dan meningkatkan pencatatan. n Menciptakan mekanisme dan peluang untuk pencatatan keuangan yang akan

menjadi sasaran pengawasan publik.

5 Finalisasi Pembiayaan dan Pengaturan Investasi Mengamankan investasi untuk pelaksanaan proyek dapat terjadi setiap saat dalam proses pembangunan proyek. Pengaturan yang berbeda dapat disepakati dengan setiap pembeli atau investor pada tahap-tahap tertentu, dan dapat berlaku untuk tahapan volume kredit karbon secara keseluruhan, dalam periode tertentu.

5.1 Komersialisasi Karbon Hutan

Penting untuk memahami bahwa pendanaan atau pendapatan dapat berasal dari beberapa jenis entitas: n Pembeli membeli selisih (offset) untuk memenuhi komitmen, yang dapat dilakukan

dengan cara menyediakan dana di muka. n Investor mewujudkan pendapatan dari pendanaan proyek melalui pembagian

kredit, atau keuntungan ketika kredit dihasilkan dan dijual. Sebagai imbalan karena sudah menanggung risiko yang lebih besar, investor dapat meminta beberapa kontrol atas kegiatan proyek. Beberapa pembeli pun bisa menjadi investor parsial.

n Broker tidak benar-benar membeli kredit karbon melainkan mencari pembeli dan

mencocokkannya dengan penjual, lalu menerima persentase dari nilai transaksi se-bagai biaya atas layanannya.

Setiap jenis entitas dapat memainkan peran berharga. Model komersialisasi yang ber-beda akan menentukan waktu pendapatan karbon, harga, biaya pemasaran dan kemungkinan menemukan jenis pembeli tertentu.

Page 35: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 33

5.2 Membangun Kesepakatan Pendanaan

Pengembang proyek umumnya kurang memiliki pengalaman negosiasi dan penyusu-nan perjanjian transaksi karbon. Dapatkan nasihat hukum untuk menganalisa situasi ter-tentu dan kebutuhan proyek dengan benar. Penjual mungkin ingin menghadirkan penasihat hukumnya sendiri ketika bernegosiasi dengan pembeli dan investor. Penting diingat bahwa pengacara yang digunakan pembeli memiliki kewajiban untuk mendapatkan kesepakatan terbaik untuk kliennya, yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan penjual. Penggunaan tenaga penasihat hukum dapat menghemat wak-tu dan uang, serta mengurangi risiko komersial yang mungkin sulit untuk dimengerti. Jenis yang banyak digunakan untuk mengkomersilkan perjanjian kredit karbon adalah perjanjian pembelian, juga disebut Perjanjian Pembelian Pengurangan Emisi (ERPA). Sebuah perjanjian pembelian bisa mengatasi isu-isu berikut: n Waktu dan struktur pembayaran. n Alokasi risiko dan kewajiban. n Alokasi biaya transaksi pembangunan proyek. n Ketentuan yang berurusan dengan kegagalan dan penanggulangannya. Ketentuan lain dalam perjanjian pembelian biasanya termasuk durasi kontrak, pengha-silan kredit karbon, pernyataan dan jaminan, biaya dan pajak, pelaporan dan peman-tauan, validasi dan verifikasi, komunikasi dengan pihak ketiga, kerahasiaan, terminasi, pemberitahuan, amandemen, hukum, keberlanjutan, definisi, dan ketentuan lainnya. Sebagian besar klausul dalam perjanjian pembelian ataupun jenis komersialisasi lainnya bisa dinegosiasikan.

6 Penyetujuan, Validasi dan Registrasi Sebelum melangkah ke tahap berikutnya, pastikan semua keperluan dokumen, ijin, persetujuan dan perjanjian sudah selesai, termasuk persetujuan formal dan pengaturan kontrak internal (misalnya tentang pengelolaan dana, distribusi pendapatan, penga-lihan hak karbon, implementasi peran dan tanggung jawab), serta semua ijin lokal dan nasional seperti pajak, ijin operasional, AMDAL yang telah disetujui dan sebagainya.

Page 36: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 34

6.1 Penyetujuan dari Negara Tuan Rumah

Baik VCS maupun Standar CCB memerlukan persetujuan resmi dari pemerintah. Dukungan pemerintah sangat penting bagi pembeli atau investor di pasar sukarela, karena mengurangi risiko terjadinya konflik peraturan atau penundaan dari sisi hukum.

6.2 Konsultasi dengan Pemangku Kepentingan

Mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan lokal diwajibkan oleh organisasi-organisasi standar utama, meskipun setiap organisasi memiliki persyaratan berbeda: n Untuk VCS, konsultasi pemangku kepentingan "dianjurkan", tapi tidak diperlukan. n Untuk Standar CCB, konsultasi pemangku kepentingan adalah persyaratan utama

dan merupakan bagian dari beberapa kriteria, termasuk partisipasi dalam penen-tuan tujuan dan desain proyek, peninjauan rencana pemantauan, dan lain-lain.

Standar CCB juga mewajibkan praktek yang baik (good practice). Misalnya bahwa konsultasi harus sesuai dengan budaya dan kondisi sosial setempat, serta melibatkan semua gender dan usia (multi-generasi). Pemangku kepentingan pun harus bisa menyatakan kekhawatiran tentang desain proyek dan hasil yang diinginkan, serta memberikan masukan selama implementasi.

6.3 Validasi

Validasi adalah proses yang dilakukan oleh auditor independen yang terakreditasi un-tuk mengulas dokumentasi dan desain proyek dan menyatakan bahwa semua infor-masi tersebut sudah atau belum memenuhi kriteria dan aturan standar dan metodologi yang berlaku. Validasi biasanya terdiri dari periode peninjauan dokumen, komentar publik, kunjungan situs, penyusunan laporan, permintaan informasi tambahan (Permintaan Klarifikasi) atau penyesuaian desain atau analisa (Permintaan Tindakan Korektif / Revisi), sebelum laporan akhir dikeluarkan oleh auditor, dan kemudian dipublikasikan untuk umum. Audit validasi CCB juga akan menghasilkan sebuah laporan, termasuk indikasi jika ada kesenjangan data atau kriteria yang tidak terpenuhi. Pengembang proyek kemudian memiliki sampai enam bulan untuk mengatasi dan memperbaiki masalah ini sebelum auditor menyiapkan laporan akhir.

Page 37: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 35

Validasi dilakukan oleh auditor sesuai standar yang dipilih untuk ruang lingkup kegiatan tertentu. Pengembang proyek bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengontrak dan membayar validator. Maka dianjurkan untuk merencanakan validasi dengan mengidentifikasi dan mengontrak auditor minimal 3 bulan sebelum validasi dimulai. Lihat Kotak 4 untuk tips menghindari masalah selama validasi.

KOTAK 3: Mencari dan Memilih Validator atau Verifikator Tersedia semakin banyak entitas terakreditasi untuk validasi dan verifikasi sesuai standar karbon yang berlaku. Disarankan bagi para pendukung proyek untuk meminta dan membandingkan penawaran dari beberapa auditor yang berbeda. Beberapa pertimbangan utama adalah: • Pengalaman dan keahlian tim audit. Pastikan tim audit sudah berpengalaman. • Lingkup pekerjaan yang diusulkan. Periksa bahwa proposal mencakup secara rinci semua

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh auditor dan tingkat kepastian validasi. • Usulan jadwal. Pastikan proposal auditor termasuk jadwal yang jelas. • Harga. Harga dapat bervariasi, tergantung kualitas, pengalaman dan domisili. Meski begitu,

jangan sampai harga menjadi satu-satunya faktor untuk memilih entitas yang tepat. • Domisili. Pastikan bahwa perusahaan auditor berdomisili di negara atau wilayah tempat

proyek berada, agar komunikasi dengan auditor lebih efisien.

6.3.1 Waktu Validasi dan Pengkajian Risiko Di bawah VCS, proses validasi pada prinsipnya dapat ditunda sampai setelah proyek dimulai, sehingga memungkinkan pengembang untuk mulai melaksanakan kegiatan dan mengumpulkan informasi yang dapat digunakan ketika harus ada penyesuaian terhadap desain proyek, rencana pemantauan dan aspek lain dalam PDD. Tapi di sisi lain, menunda validasi berarti bahwa kriteria dan persyaratan kelayakan dapat berubah, dan ini menciptakan risiko yang signifikan. Selain itu, pendapatan kar-bon dari kegiatan yang sedang berlangsung dapat terancam jika pengurangan GRK tidak dapat ditunjukkan, karena rencana pemantauan tidak diterima oleh validator. Akhirnya, akan lebih bijaksana untuk menjadwalkan validasi dari awal. Di bawah VCS, proses peninjauan ganda diperlukan untuk menentukan pengurangan daerah penyangga untuk risiko non-permanen, serta pengurangan kebocoran pasar (di mana berlaku). Setiap kali ada revisi, maka dokumen harus kembali melewati proses persetujuan ganda tersebut.

Page 38: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 36

KOTAK 4: Menyiapkan dan Mengelola Validasi dan Verifikasi • Dukung semua pilihan asumsi, argumen, data dan parameter dengan bukti yang terdoku-

mentasi dan diverifikasi. • Hindari pengulangan informasi dalam PDD. PDD yang lebih singkat akan mengurangi risiko

terjadinya kontradiksi internal. • Periksa kondisi penerapan dari metodologi yang dipilih. • Dokumentasikan dengan jelas dalam PDD bahwa Anda telah mengikuti setiap langkah

metodologi. Jika ada langkah yang tidak dilakukan dan/atau jika Anda menggabungkan beberapa langkah, jelaskan alasannya. Demikian juga, pada setiap formula dalam doku-men Excel Anda, beri nomor atau langkah metodologi yang direpresentasikannya.

• Pastikan bahwa proyek telah memenuhi semua persyaratan dan aturan kelayakan, sebe-

lum memulai validasi. • Periksa kualitas and konsistensi dokumen (dilakukan oleh orang yang berbeda dari yang

menyiapkan PDD) untuk memastikan pengaplikasian metodologi yang benar, bukti yang mendukung nilai tambah dan perhitungan pengurangan emisi.

• Sajikan perhitungan pengurangan emisi dalam spreadsheet (Excel) dengan jelas dan mu-

dah dilacak. Minta seorang rekan yang tidak familiar dengan proyek, untuk memeriksanya. • Khusus VCS: Dapatkan konfirmasi bahwa pengkajian risiko non-permanen dan kebocoran

pasar telah dilakukan dengan benar. • Khusus AR: Periksa kembali kelayakan lahan dan batas-batas proyek. • Konfirmasikan bahwa rencana pemantauan secara akurat mencerminkan sistem dan pros-

es pemantauan setiap kegiatan dalam proyek ini. Seringkali, perubahan yang terjadi sela-ma mendesain proyek tidak tercermin dalam PDD akhir. Perhatikan bahwa sebagian besar parameter tidak dapat diubah lagi setelah validasi.

• Prosedur Operasional Standar (SOP) harus telah ditetapkan untuk kegiatan pemantauan

utama. Petak sampel harus telah ditempatkan mengikuti pendekatan objektif dan harus cukup untuk memenuhi tingkat akurasi dan presisi yang diperlukan.

• Jejak data harus lengkap, jelas dan transparan. Lembaga verifikasi harus bisa melacak data

bisnis, operasional dan akuntansi, selama periode proyek. Semakin kuat dan transparan sis-tem manajemen data, semakin sedikit waktu yang diperlukan auditor untuk memeriksanya, sehingga dapat mengurangi biaya.

Page 39: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 37

6.4 Registrasi

Setelah validasi berhasil dilakukan, segera lakukan registrasi (pendaftaran) untuk mendapatkan pengakuan secara resmi bahwa proyek ini telah memenuhi syarat untuk menghasilkan kredit karbon di bawah standar yang relevan. Karenanya, ini merupakan tonggak penting yang menghasilkan visibilitas dan kredibilitas yang signifikan. Proses registrasi dalam VCS terdiri dari penyampaian semua dokumen yang diperlukan yang kelengkapannya akan diperiksa oleh sebuah Registri VCS. Perhatikan bahwa ada sedikit perubahan dalam proses registrasi di bawah VCS, yang mulai berlaku sejak 2011. Secara singkat: n Para pendukung proyek harus membuka rekening di salah satu Registri VCS yang

disetujui (saat ini adalah APX Inc, Caisse de depot, dan Markit). n Pengembang proyek harus menyerahkan semua dokumentasi – termasuk PDD,

laporan dan pernyataan validasi, Bukti Hak, dan Representasi Pendaftaran Pem-rakarsa Proyek – kepada administrator Registri VCS.

n Administrator Registri VCS akan melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen.

Jika semua dokumen lengkap, proyek ini akan berstatus terdaftar dalam database VCS dan dipublikasikan untuk umum.

Registri VCS mengenakan biaya pembuatan rekening registri, tetapi Registri dapat memberikan biaya khusus untuk organisasi amal atau proyek-proyek kecil.

7. Implementasi dan Pemantauan

7.1 Implementasi

Rincian pelaksanaan proyek adalah unik untuk setiap proyek dan mencakup konteks lokal serta jenis dan skala proyek yang biasanya memiliki rentang cukup besar. Penting diingat bahwa implementasi adalah fase yang akan memerlukan upaya, sumber daya dan komitmen selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, pedoman ini menekankan lagi bahwa sangat penting untuk menginvestasikan waktu dan usaha dalam merancang, merencanakan dan meninjau setiap tahap pengembangan proyek.

Page 40: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 38

Pelaksanaan harus mengikuti persis semua yang telah ditetapkan dalam PDD, dan veri-fikasi akan mencakup tinjauan tentang keberhasilan proyek dalam mengikuti spesifikasi desain tersebut.

7.1 Pemantauan

Pemantauan adalah salah satu langkah paling penting dalam mewujudkan nilai kar-bon yang sebenarnya. Tanpa hasil pemantauan yang lengkap dan terdokumentasi, manfaat karbon tidak bisa dibuktikan dan diverifikasi. Karena itu, sistem pemantauan yang buruk dapat menyebabkan kerugian yang signifikan. Pemantauan akan mengi-kuti rencana yang tercantum dalam PDD, serta pemantauan dampak sosial dan keanekaragaman hayati dalam proyek CCB. Setelah proyek divalidasi, peserta proyek wajib secara ketat menerapkan semua langkah dan tindakan yang tercantum dalam rencana pemantauan, sepanjang siklus proyek. Ini adalah pra-kondisi untuk keberhasi-lan verifikasi dan penerbitan kredit. Data, perhitungan dan hasil pemantauan harus didokumentasikan secara menyeluruh dan disajikan kepada auditor untuk proses verifikasi. Maka sangat disarankan untuk menggunakan pendekatan yang konservatif dan tidak mengandalkan fleksibilitas apapun. Data yang akurat, transparan dan dapat diverifikasi, sistem pemantauan yang baik, jaminan kualitas dan pendekatan manajemen yang efisien, secara kese-luruhan merupakan elemen penting untuk menerbitkan kredit karbon (lihat Kotak 4).

8. Verifikasi dan Penerbitan Verifikasi adalah langkah terakhir sebelum penerbitan kredit karbon aktual, di mana auditor eksternal mengulas dan menyatakan volume pengurangan atau pengha-pusan emisi telah benar-benar dicapai dan dipantau. Audit ini didasarkan pada hasil pemantauan yang dikumpulkan oleh pengembang proyek berdasarkan kegiatan-kegiatan dan rencana pemantauan dalam PDD. Verifikasi meliputi langkah-langkah dasar berikut: n Penyampaian laporan pemantauan kepada auditor eksternal. Laporan peman-

tauan berisi ringkasan perhitungan pengurangan emisi, berdasarkan data yang di-monitor selama periode tertentu untuk mengklaim kredit karbon.

Page 41: Pedoman Proyek Karbon v1

SiCarbon 39

n Kunjungan lapangan oleh auditor. Selama kunjungan lapangan, auditor akan me-meriksa bahwa catatan data, sistem dan peralatan, pelatihan dan pengaturan, sudah sesuai dengan rencana pemantauan yang tercantum dalam PDD.

n Verifikasi laporan. Setelah kunjungan lapangan, auditor menyiapkan rancangan

laporan verifikasi, di mana pengembang proyek bisa diminta untuk memberikan klarifikasi lebih lanjut atau koreksi terhadap masalah.

n Laporan verifikasi final dan penerbitan pernyataan verifikasi. Setelah semua klarifi-

kasi dan permintaan koreksi dilaksanakan, auditor akan mengeluarkan laporan veri-fikasi final, yang akan menunjukkan volume kredit karbon yang dihasilkan selama periode pemantauan tersebut. Pada tahap ini, proyek telah siap untuk meminta penerbitan kredit karbon dari lembaga penerbitan yang relevan.

Verifikasi pertama adalah sebuah keputusan penting bagi para pengembang proyek. Setiap verifikasi cukup mahal (± US$20.000 – US$50.000) dan akan melibatkan upaya

pemantauan tambahan. Namun verifikasi dini dapat membantu mencapai pendapa-tan awal dan menaikkan harga. Selain itu, verifikasi pertama dapat berfungsi sebagai ujian penting untuk efisiensi dan kredibilitas sistem monitoring proyek. VCS tidak menetapkan interval minimum atau maksimum untuk verifikasi. Namun, ada insentif untuk selalu memperbarui verifikasi demi memastikan bahwa sebagian dari kredit karbon yang tersimpan dalam kolam penyangga (buffer) tidak terlepas kembali ke atmosfer. Jika verifikasi berikutnya menunjukkan bahwa risiko telah dikurangi melalui pelaksanaan proyek yang sukses, area kolam penyangga dapat dikurangi. Jika tingkat risiko dinilai tetap konstan, 15% dari cadangan kredit dalam kolam penyangga (terma-suk kredit yang baru saja diverifikasi) bisa dirilis setiap 5-tahun, setelah melalui proses verifikasi. Sebaliknya, jika verifikasi tidak diperbarui dalam waktu maksimum 5 tahun, 50% dari cadangan kredit dalam kolam penyangga akan secara otomatis dibatalkan. Asosiasi VCS mengenakan biaya retribusi untuk setiap VCU yang dikeluarkan dalam Registri VCS. Selain itu, perusahaan yang mengoperasikan registri juga mengenakan biaya untuk membuka rekening, menerbitkan dan mentransfer VCU. Biaya ini dapat bervariasi dan harus dikonsultasikan langsung dengan Registri VCS (lihat Bagian 6.4). Di bawah CCB, verifikasi harus dilaksanakan setidaknya setiap 5 tahun.


Top Related