I
• '028 ~
.. '
. \
_ _,..,.
TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM
PEDOMAN PE YUNTINGAN KAMUS BAHASA INDONESIA
Adi Sunaryo Hermanu Maulana
PERPllSTAKAAN PUSAT PEMBHJAAN OAN P E 1 G E M B l\tJ G A N 8 A II A S A OEPARHMEN PENO!OIKAN
TIAN KEBUOAYt,AN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA
1994
Penyusun
PEDOMAN PENYUNTINGAN KAMUS BAHASA INDONESIA
Drs. Adi Sunaryo Hermanu Maulana
Pembina Proyek Dr. Hasan Alwi
Pemimpin Proyek Dr. Edwar Djamaris
Penyunting A Patoni
Pewajah Kulit A.Murad
ISBN 979-459-4414-8
Pembantu Teknis Sarti man
Radiyo
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun Jakarta 13220
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang diperbanyak
dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan
untuk keperluan penulisan artikel atau karya ilmiah.
ii
Perpustakaan Pusat Pcrnbinaan dan Pcngembangan Bahasa I I tfi --1-~
No. Klasifkas1 No. lnduk : ~ S ' ~qq . J-1? o:i-8 Tgl 1 c '=> -Lf-~'-f
scr4 p Ttd.
KATA PENGANT AR
Mulai tahun kedua Pembangunan Lima Tahun I, Pusat Pembinaan clan Pengembangan Bahasa turut berperan di dalam berbagai kegiatan kebahasaan sejalan dengan garis kebijakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional. Malah kebahasaan clan kesusastraan merupakan salah satu segi masalah kebudayaan nasional yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh dan berencana agar tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah - termasuk susastranya - tercapai. Tu1uan akhir itu adalah kelengkapan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional yang bail< bagi masyarakat luas serta pemakaian bahasa Indonesi:: dan bahasa daerah dengan baik dan benar untuk berbagai tujuan oleh lapisan masyarakat bahasa Indonesia.
Untuk mencapai tujuan itu perlu dilakukan beIJeni& kegiatan sepcrt i ( 1 ) pembakuan bahasa, (2) penyuluhan bahasa melalu1 berbaga1 sarana, (3) penerjemahan karya kebahasaan dan karya kesusastraan clari berbagai sumber ke dalam bahasa Indonesia, ( 4) pelipatgandaan informasi melalui peneiltllln bahasa dan susastra, dan (5) pengembangan tenaga kebahasaan dan 1aringan informasi.
Sebagai tindak lanjut kebijakan tersebut, dibentuklah oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian Bahasa clan Sastra Indonesia dan.Daerah, Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Daerah , di lingkungan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa .
Sejak tahun 1976, Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah di Jakarta , sebagai Proyek Pusat , dibantu oleh sepuluh Proyek Penelitian di daerah yang berkedudukan di propinsi (1) Daerah Istimewa Aceh, (2) Sumatra Barat, (3) Sumatra Selatan, (4) Jawa Barat , (5) Daerah lstimewa Yog-
iii
yakarta, (6) Jawa Timur, (7) Kalimantan Selatan, (8) Sulawesi Selatan, (9) Sulawesi Utara, dan (10) Bali. Kemudian , pada tahun 1981 ditambah proyek penelitian bahasa di lima propinsi yang lain, yaitu (1) Sumatra Utara, (2) Kalimantan Barat, (3) Riau, (4) Sulawesi Tengah, dan (5) Maluku. Dua tahun kemudian , pada tahun 1983, Proyek Penelitian di daerah diperluas lagi dengan lima propinsi yaitu (I) Jawa Tengah, (2) Lampung. (3) Kalimantan Tengah, (4) lrian Jaya, dan (5) Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian , hingga pada saat ini , terdapat dua puluh proyek penelitian bahasa di daerah di samping proyek pusat yang berkedudukan di Jakarta.
Naskah laporan penelitian yang telah dinilai dan disunting diterbitkan sekarang agar dapat dimanfaatkan oleh para ahli dan anggota masyarakat luas. Naskah yang berjudul Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa Indonesia disusun oleh Adi Sunaryo dan Herman Maulana yang mendapat bantuan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Jakarta tahun 1980/1981.
Kepada Dr. Edwar Djamaris (Pemimpin Bagian Proyek) Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia 1993/1994, Drs. Abdul Murad (Sekretaris Proyek), Drs. Suhadi (Bendaharawan Proyek), Sdr. Sartiman, Sdr. Radiyo, dan Sdr. Sunarko (Staf Proyek) saya ucapkan terima kasih alas penyediaan dan penyiapan serta pengelolahan penerbitan buku ini.
Jakarta, Januari 1994 Dr. Hasan Alwi
iv
UCAP AN TERIMA KASlll
Berkat rahmat Tuhan Yang Mahaesa , Tim Penelitian/Penyusunan Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa Indonesia telah dapat menyelesaikan tugas· nya menyusun naskah "Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa Indonesia" dengan usaha yang maksimal sesuai dengan waktu dan dana yang tersedia . Kegiatan ini dimungkinkan atas adanya dana bantuan dari Proyek Penelitian Bahasa dan Sama Indonesia dan Daeral1-Jakarta tahun 1980/1981 . Schubungan dengan itu. kami sampaikan rasa terima kasih kepada Dra. Sn Sukesi Adiwimarta, Pemimpin Proyek Penelitian ,Bahasa• dan Sastra Indonesia · da:i Daerah-Jakarta J 9gQ{l 98 l. yang telah memungkinkan terlaksananya kcgiatan penelitian/penyusunan Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa lndoncsia. dan selaku Kepala B1dang Perkamusan dan Peristtlahan yang telah memberikari fasilitas buku-buku rujukan dan ruang pengetikan , serta selaku konsultan yang telah berkenan membenkan kesempatan kepada kami untuk bcrkonsuitasi.
Ucapan yang sama kami sampaikan pula kepada Bapak Amran Halim. Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, selaku penanggung jawab, yang telah memberikan pengarahan serta tidak jemu-jemu memantau pelaksanaan kegiatan ini. Begitu pula kepada ketua-ketua subproyek penelit1-an yang lain untuk tahun anggaran 1980/1981, kami mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang telah disampaikan untuk penyempurnaan laporan ini.
Naskah laporan ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerja sama yang baik yang telah diberikan oleh Sdr. Samidjo dan Sdr. Susilowati selaku pembantu tata usaha subproyek . Oleh karena itu, atas bantuan dan kerja sama yang bail< itu, kami ucapkan terima kasih. Ucapan yang sama kami sampaikan pula kepada segenap rekan yang, baik secara langsung maupun secara tidak
v
langsung, telah memberikan andil dalam penyelesaian penyusunan laporan ini. Laporan hasil penelitian ini diturunkan dari kegiatan penelitian Proyek
Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta, yang diberi nama "Penelitian/Penyusunan Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa Indonesia" . Hasil kegiatan ini berupa naskah laporan yang diberi judul "Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa Indonesia". Walaupun objek yang menjadi sasaran adalah kamus bahasa Indonesia, tetapi kaidah-kaidah yang dihasilkannya, menurut hemat kami, dapat diterapkan juga di dalam kegiatan penyuntingankamus-kamus bahasa daerah dan kamus-kamus istilah.
Harapan kami, mudah-mudahan laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kegiatan perkamusan di Indonesia pada khususnya dan perkembangan ilmu kebahasaan pada umumnya.
Jakarta, 10 November 1981
vi
Adi Sunaryo Ketua Pelaksana
DAFrAR ISi
Hal am an
KATA PENGANTAR ................................. vii
UCAPAN ·TERIMA KASIH ............................. ~
DAFTAR ISi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
Bab I Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1 Latar Belakang dan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.2 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 1.3 Kerangka Teori . ...................... : . . . . . . . . . . 7 1.4 Metode dan Teknik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 l.5 Sumber Data ............. ..... ·. . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Bab II Bentuk Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Bab m Lambang Ortografi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
Bab IV Pemenggalan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
Bab V Susunan Kamus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
Bab VI Urutan Susunan Entri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
Bab VII Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 9
Bab Vill Label dan Singkatan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
Bab IX Pengetikan Kartu Induk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
Bab X Pengetikan Naskah Kamus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
Bab XI Tanda-tanda Koreksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
DAFT AR PUST AKA 55
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Perhatian para peneliti bahasa terhadap masalah kebahasaan di Indonesia makin hari makin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Penelitian terhadap masalah kebahasaan makin banyak dilakukan orang, termasuk pula kegiatan dalam bidang perkamusan . Penyusunan berbagai macam kamus, termasuk pula kamus-kamus bahasa daerah. telah banyak dilakukan orang. Pada umumnya kamus-kamus yang telah tersusun itu bukanlah kamus standar melainkan kamus yang sifatnya terbatas. Tradisi penyusunan kamus semacam 1ni berbeda dengan trad1si penulisan kamus di negara-negara yang sudah te:kcmbang {K.Ji<lalaksana : l 985 ; Sunaryo: 1980). Di negara-negara yang sudah terkemba ng tradisi penyusunan kamus itu dimulai dari penyusunan kamus :ic:tndar. Berbeda halnya dengan tradis1 perkamusan di Indones1::!, sebetum kamus standar disusun , kamus-kamus lain yang sifatnya lebih terha las bt:rmunculan terus. Misalnya: kamus kecil, kamus saku, kamus populer, kamus internasional, kamus sii:ionim. dan kamus mini. Kamus-kamus ini disusun dengan pola dan bentuk yang berbeda-beda. Misalnya.
a. Kamus Mini: Kata-kata Asing* Oleh : Harimurti Kridalaksana
c clearance lngg. I. pembebasan dari beberapa sangkaan atau tuduhan .
2. perbuatan meng-clear-kan barang-barang pada bea cukai. clearing lngg. perbankan. 1. tindakan untuk mengawasi likuiditas bank.
• Ej aan sesuai dengan aslinya.
2
2. tindakan untuk mengecek ada tidaknya dana sebuah eek yang dikeluarkan bank.
clearing house Jngg. l . badan yang dibentuk bank sentral untuk menyeJesaikan clearing an tara bank. 2. badan pengumpulan dan penyebaran info rmasi.
clipping Jngg. gun tingan dari surat kabar dan Jain-lain yang disimpan dan disusun.
close up lngg. 1. pemotretan yang dilakukan dalam jarak dekat. 2. pandangan yang intim tentang sesuatu atau seseorang.
b. Karnus Populer*) Oleh : Habeyb
C (K) ca(circa)L kira2
, kurang lebih. cable address [kUbel edresj 1 alamat kawat (biasanya dalam bentuk
singkatan). cadeau [kadouj P pemberian, hadiah. cadet P siswa sekolah pendidikan militer untuk jadi perwira.
I/ cafe [kafeej P rumah kopi.
c. Kamus /ntemasional*) Oleh : Osman Raliby
c cab, (Ingg.) kependekan dari cabriolet, lihat di sana; suatu kahar sewaan
dengan satu kuda. Caaba, (Ingg.) lihat pada Kaaba. cabal, (Per. cabale dari lbr. gabbalosh ) perkumpulan rahasia , intrigue ;
penentangan secara licik dan rahasia ; cabalisme, usaha sedemikian ; cabalist, orangnya.
caballero, (Sp.) pengendara kuda; panglima; tuan . caballero de industria, (Sp.) pencari untung, bah 'gia.
d. Kamus International Populer**) OJ eh : Redaksi Karya Anda
* ) Ejaan sesuai dengan aslinya.
c ca sirca = kira-kira, kurang lebih. Cable Adress (Kabel Adres).
3
Alamat kawat. Biasanya dipakai bagi usaha-usaha dagang di kota-kota besar, untuk memudahkan korespondensi, atau oleh Kantor-kantor Besar di luar negeri. Caesaro Papisrne Pertentangan pihak Gereja dengan Negara. Cafetaria. Depot Kopi. Cahaya. Cahaya dapat diukur kecepatannya, tidak saja mengenai perjalanan misalnya. Kecepatan cahaya : 300.000 km per detik . Ini berarti bahwa cahaya dari matahari sampai ke bumi (1.1. 150 juta km) dibagi 300.000 = 3 menit 20 detik . Daya cahaya: Kalau cahaya diisap oleh sebuah benda, tirnbullah bermacam-macam daya (werking van het kracht) yaitu: I . daya penglihat , daya panas 3. daya. kimia 4. daya rnemancar
e. Kamus Modem Bahasa Indonesia*) Oleh: Sutan Mohammad Zain
c cabai, (Skr. cawya) cabe, lada merah, lombok (lih. cabe ). cabak, I sebangsa burung layang-layang yang keluar malam hari saja.
burung bereh : 2 cabik yang luas (lih. cabik). cabang, dahan yimg kecil, tetapi besar dari ranting (pohon); - perkum
pulan, bagian perkumpulan; toko -. pilial (filial); canduk rusa ber-- 2:
sungai yang besar2 biasa ber--1. terpecah-belah: hati atau pikiran
ber--, tidak bulat, pecah; lidah ber-, berliJah dua, tak dapat dipercayai; per--an, tempat bercabang a tau ha! bercabang.
cabar, 1 takut, penakut, kecil ha ti ( dengan arti yang biasa terpakai di Jawa); 2 (Mk) kurang awas, lalai, lengah, tidak hemat, boros ; karena -nya, mating gampang saja dapat masuk rumahnya sebab pintu ruanganny a masih terkunci dengan baik; orang y ang - tidak akan kaya, orang yang boros atau tidak memelihara kekayaannya dengan baik.
4
cabe, (Jw.) Jada merah, cabai, lombok, Jada gedang; samba/ -, samba! Jada atau samba! saja ; - rawit, Jada burung, Jada padi, Jada cili yaitu lombok yang kecil tetapi pedas sekali; keci/ 2
- rawit, kecil tetapi berbahaya.
f Kamus Bahasa Indonesia*) Oieh : E. St. Harahap
c cabai. I. lih. Zada, lombok dan Zada cina sem. rempah-rempah yang pedas. cabai, II. nama sebangsa burung. cabak , nama sebangsa burung: !uh. berek-berek : biasa terbang malam. cabang, dahan bergarpu; cabang besar : pohon beringin itu b?rcabang
besar, pohon beringin itu bercarang besar: sungai itu bercabang. sungai itu bersimpang (alirannya dekat Jaut ): ingatan murid itu ber· cabang, ingatan murid itu menyimpang : sf Pa/it seorang lidah bercabang, si Palit seorang pendusta : cabang serikat itu banyak, bagian· bagian serikat itu banyak ;
cabar , penakut , tawar hati : hatinya cabar berjalan malam, hatinya tawar berjalan malam ; "Cabar! Tiada engkau berani", penakut 1 tiada engkau berani.
g. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia*) Oleh : Harimurti Kridalaksana
c cabai lombok. lada. cabang dahan, tangkai; bagian ; galah, canggah, cagak, simpangan, belah
an; filial. cabik koyak, robek, sobek; carik. cabul asusila; keji, kotor, buruk, tak senonoh, lucah, porno, mencarut ;
bercabul berkecamuk, merajalela; menular. percabulan pelanggaran susila, persetubuhan, prqstitusi.
cabut mencabut menarik, membantun ; menghunus, mengeluarkan ; membatalkan, meniadakan, menghapuskan, menarik kembali.
5
h. Kamus Umum Bahasa Indonesia*) Oleh : W.J.S. Poerwadarminta
c cabai: (I) Jada (lombok) sb Capsicum; -- merah (besar}, Jombok biasa.
Capsicum annum LINN: - rawit, cabai yang kecil-kecil, pedas sekaii (disebut juga : Jada burung, Jada cili), Capsicum frustescens LINN; mendapat - rawit, mendapat ceJaan keras ; kecil-kecil - rawit, meskipun keci!, tetapi san~at pemberani; siapa makan -, ialah berasa pedas (kepedasan) pr. l siapa yang berbuat kurang baik, akan merasai akibatnya; 2 siapa merasa tersindir, dialah yang berbuat sebagai yang disindirkan · kecabaian berasa panas pd mulut (bibir. tangan dsb) karena kcn ~1
cabai: spt orang :==, sangat gefaah ( tidak tetap duduknya dsb ): (2) -· jiwa (panjang). buah yang pedas rasanya, dr tumbuhan sb sirih merica d~h. Piper retrofractum V AHL: (3) burung --, n bu rung kecil. kepalan~· a mt'~ah
cabak I: n burung yang keluar malam. rupa,1ya spt burung Jayang-la.rnng. cabak II: cabik (yang lebar). cabang: l bagian pohon (batang kayu) yang tumbuh dari pokok a tau dari
dalam (cabang yang besar disebut dahan dan cabang yang kecil-kecil disebut ranting); mis. pohon ini. tak berapa banyak -nya; 2 galah ( tongkat dsb) yang ujungnya berbeJah merupakan sudut (y ): canggah: cagak; mis. ditopang dng -; be/ajar memakai toyak, sikak dan -, besi yang seperti canggah; besi -- tiga, trisula; 3 sesuatu yang menyerupai cabang; mis. - jalan; - sungai; 4 (toko, kantor, perseri· katan, dsb) yg besar; mis, - toko Delima; kantor besar dan kantor pengurus - PM!; 5 bagian ( dp ibnu pengetahuan, bangsa dsb ); mis. ilmu hewan ialah - ilmu hayat; bahasa lnggri.s ialah - rumpun bahasa lndo-Gennan; - atas, bp. golongan orang-orang yg tinggi kedudukannya. bercabang: ada cabangnya ; tumbuh cabangnya; berbelah merupakan cabang; mis. adakah batang nyiur ==; jalan ini = dua, bersimpang dua; = hatinya {pikirannya, ingatannya), tidak hanya satu yg dipikirkannya; mendua hati; lidah -, tak dapat dipercayai barang katanya;
6
bercabang-<:abang, cabang-bercabang: banyak cabangny~ ; berbelah· belah {berpecah-pecah) banyak ; mencabangkan: menempelkan tampang pd poh6n {supaya menjadi cabang); mengenten ; mempercabangkan: menjadikan bercabang(-cabang) Guga di arti kias· an); percabangan Galan, sungai): simpang Galan, sungai).
cabar: (1) (- hati), tawar hati; hilang keberanian; takut ; penakut ; mencabarkan (hati): menawarkan hati ; menghilangkan keberanian : menjadikan takut; kecabaran: ketawaran hati ; ketakutan; (2) M kurang ingat-ingat: kurang hemat; lalai.
Keanekaragaman gaya dan cara penyusunan itu dapat dipahami karena buku pegangan yang sifatnya standar untuk menyusun kamus hingga saat ini masih belum ada. Begitu juga b!lku pegangan standar untuk penyusunan dan penyuntingan kamus bahasa Indonesia. Kedua buku ini sangat diperlukan dalam pembinaan dan pengembangan keterampilan dalam bidang leksikografi. Oleh karena itu, untuk menanggulangi hal ini, Bidang Perkamusan dan Peristilahan, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa telah berusaha menyusun naskah pedoman penyuntingan kamu·s bahasa Indonesia khusus untuk keperluan intern bidang dalam menunaikan tugasnya. Sehubungan dengan itu, perlu kiranya disusun buku pedoman penyuntingan yang man tap· sehingga dapat dimanfaatkan oleh kalangan luas serta dapat menunjang usaha pembinaan dan pengembangan bahasa kita.
Pada kesempatan ini, telah dicoba ditelaah berbagai ha! yang berhubungan dengan masalah penyusunan dan penyuntingan kamus. Kegiatan ini ditekankan pada penelitian terhadap hal-hal yang memungkinkan tersusunnya kaidah-kaidah dalam penyuntingan (pengeditan) kamus bahasa Indonesia, yaitu, antara lain, masalah ortografi, label-label yang dipandang perlu, susunan kamus, perlakuan terhadap frase (sebagai entri pokok, subentri, atau contoh pemakaian yang perlu mendapat penjelasan), frase idiomatis, peribahasa, kiasan, dan gabungan kata. Misalnya, apabila penyunting naskah kamus menghadapi frase idiomatis jantung hati, sikap apa yang harus diambilnya? Apakah gabungan kata yang merupakan frase idiomatis itu diper· lakukan sebagai entri pokok, atau sebagai subentri, atau sebagai contoh pemakaian entri dalam frase yang diberi penjelasan?, Begitu pula halnya apabila penyunting kamus menghadapi frase berimbuhan seperti mengangkat kening
7
dan bertanggung jawab. Semuanya merupakan masalah yang harus mendapat pemecahan. Di samping itu, hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan ortografi, label dialek regional. label sumber pungutan kata , label kelas kata , label pembidangan kata, dan daftar singkatan hams tetap dan konsisten. Hal ini tercapai jika sudah tertuang dalam sebuah buku pedoman, yaitu "Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa Indonesia" . Oleh karena itu, dilaksanakan penyusunan buku pedoman ini.
1.2 Tujuan
Kegiatan penelitian dan penyusunan pedoman penyuntingan kamus bahasa Indonesia bertujuan menyajikan deskripsi tentang hal-ha1 yang diperlukah di dalam tata kerja penyuntingan kamus bahasa Indonesia . Deskripsi itu antara lain, mengenai hal-hal berikut:
1 . bentuk kata, " lambang ortografi , 3 . pemenggalan kata , 4. susunan kamus, 5. urutan susunan entri, 6. definisi , 7. label sumber pungutan kata , 8. label kelas kata, 9. label pembidangan kata ,
10. label lain-lain , 11. urutan label dalam penerapan, 12. singkatan kata, 13 . pengetikan kartu induk, 14. susunan naskah kamus, dan 15. tanda-tanda koreksi.
1.3. Kerangka Teori
Penyusunan kamus di Indonesia, seperti dikemukakan tadi, menunjukkan keanekaragaman teknik. Hal ini membuktikan tidak adanya pegangan yang mantap dalam penyuntingan kamus yang disusun itu . Akibatnya, gaya dan teknik penyusunannyapun berbeda-beda baik dalam teknik penyusunan entri maupun dalam teknik pemberian definisi. Di samping itu, hingga saat ini , buku khusus mengenai pedoman penyuntingan kamus , terutama kamus
8
bahasa Indonesia, masih belum ada. Oleh karena itu, peneliti dan penyusun pedoman penyuntingan kamus bahasa Indonesia ini, tidak secara khusus mengacu ke teori tertentu, te tapi bertolak pada prinsip-prinsip leksikografi dan pengalaman dalam menyiapkan naskah kamus bahasa Indonesia yang di· kelola oleh Bidang Perkamusan dan Peristilahan, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Prinsip utama leksigografi yang menjadi titik tolak kegiatan ini adalah prinsip "kemudahan", artinya teknik penyuntinjgan yang dipilih itu dapat mewujudkan kamus yang mudah dipergunakan oleh pe- · makainya.
I .4 Metode dan Teknik
Metode yang dipakai dalam kegiatan penelitian ini adalah metode deskriptif-analitis. Data dikumpulkan melalui studi pustaka terhadap kamuskamus bahasa Indonesia. Sumber data utama adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J .S. Poerwadarminta yang diolah kernbali oleh Pusat Pernbinaan dan Pengembangan Bahasa serta naskah kamus bahasa Indonesia yang sedang dipersiapkan oleh Bidang Perkamusan dan Peristilahan. Pu sat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa .
Dat<: yang dikumpulkan adalah data yang menyangkut masaiah benruL kata, frase (termasuk frase idiomatis seperti panjang tangan . J:ambing hiram . Jan peribahasa. Data yang terkuinpul dikelompok-kelompok menuru1 jen is dan bentuknya untuk memudahkan analisi~ .
l .5 Sumber Data
Sumber data yang dipilih dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk ka ra dan frase yang termuat di dalam kamus bahasa Indonesia dan bahasa asing (termasuk bahasa daerah); sedangkan data percontoh yang dipakai dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk kata dan frase yang terdapat di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J .S. Poerwadarminta yang telah diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Penentuan untuk contoh ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kamus umum itu adalah kamus bahasa Indonesia yang dianggap paling lengkap dan paling baik pada masa kini.
BAB Il BENTUK KATA
I. Bentuk dasar yang bersuku tunggal seperti bom, tes, tik, clan pel apabila mendapat imbuhan me-, pe-, atau pe-. .. · bentuk yang disarankan pemakaiannya adalah sebagai berikut :
(l) BOM (3) TES mengebom mengetes pengebom pengetes pengeboman pengetesan
(2) CAT (4) PEL mengecat mengepel pengecat pengepel pengeca tan pengepelan
Di samping itu, ada bentuk-bentuk variasinya, tetapi tidak disarankan pemakaiannya, yaitu seperti yang tertera di bawah ini:
(I) BOM (3) TES membom mentes pembom pentes pemboman pentesan
(2) CAT (4) PEL mencat mempel pencat pempel (?) pencatan pempelan (?)
Oleh karena itu, bentuk penulisan dan penyusunannya dalam penyuntingan adalah sebagai beriku t :
9
10
(1) born n ...
rnengeborn (rnemborn) v . . . pengeborn (pern born) n .. . pengebornan (pernbornan) n . . .
(2) tes/t~s/ n' . .. ;
rnengetes (rnentes) v . . . pengetes (pentes) n .. . pengetesan (penetesan) n
(3) cat n . ..
rnengecat (rnencat) v .. . pengecat (pengecat) v .. . pengecatan (pencatan) n
( 4) pel/pel/ n . . .
rnengepel (rnempel) v peogepel (pernpel) n pengepelan (pempelan) n
2. Bentuk-bentuk kata seperti mengorganisir, memproklamirkan, mentolerir, mengadoptir, dan mengamputir yang merupakan berttuk serapan dari bahasa Belanda organiseren, proclameren, to/ereren, adopteren, dan amputeren tidak disarankan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia. Bentuk yang dipilih dalam penyuntingan kamus bahasa Indonesia adalah sebagai beriku t: mengorganisasi,
memproklamasikan, mentoleransi, mengadopsi, dan mengarnputasi;
kecuali: anulir, menganulir ; ( 'annuleren ')
bordir, membordir ; ('borduren ')
detasir, mendetasir ; ('detaseren ')
parkir, memarkir ; ('parkeren ')
,,.,,j
riskir, meriskir ; ('riskeren')
sinyalir, mensinyalir ; ( 'signaleren ')
sitir, mensitir; ('citeren')
sortir, menyortir ; dan ( 'sorteren ')
taksir, menaksir. ('takseren')
11
3. Gugus konsonan awal pada kata-kata pungutan dari bahasa daerahjika mungkin- dihindari agar kaidah pembentukan kata turunannya tidak menyulitkan. Oleh karena itu, dalam penyuntingannya disisipkan fonem /e/ di antara konsonan pertama dan konsonan kedua pada gugus awalnya.·
Contoh: lcrasan trap tramp ii
kerasan terap terampil
4. Gugus konsonan awal kata serapan asing tetap dipertahankan.
Contoh: claJsic -+ klaJik critik --+ kritik graphology -+ grafologi planography -+ planografi structural -+ struktural
BAB ID LAMBANG ORTOGRAFI
1. Tanda - (garis hubung)
Garis hubung dipakai untuk menghubungkan kata dalam bentuk perulangan kata.
Contoh :
a.
anai--anai n .... ;
b. bo.tak-ba.lik v. ... ;
c.
d.
cu.bit v ... ., mencubit v .... ;
cubit-mencubit v .... ;
Jam.bai, melambai v
melambai-Jambai v . . .. ;
e. l.______bu_.ku -n .. _· .. ;---------' _ buku-buku n ... .. ;
2. Tanda - (tanda pisah) atau - (dash)
Tanda pisah (-) atau dash (-) dipakai untuk menggantikan ent ri pokok .
12
13
Cont oh:
a. agen/agen/ n 1 wakil urusan perdagangan (bank, penjualan buku , surat kabar, dsb ); - surat kabar Indonesia Raya; - Bank Rakyat Indonesia; 2 kaki tangan atau mata-mata negara asing; kegiatan - KGB di Timur Tengah.
b. ha.tile n kain bergambar'(bercorak) yg proses pembuatannya dikerja· kan dng cara menulis atau menera kain dengan lilin, lalu mewamai dng tarum atau saga: - tu/is tradisiona/ buatan Solo harganya lebih mahal dp - cap.
c. ca.ir a 1 bersifat sebagai air, tidak padat atau keras dan tidak berupa gas ; encer: air raksa adalah benda -; 2 banyak bercampur dng air (tidak kental, tidak pekat, tidak beku) : larntan itu tidak kental, tetapi -; 3 meleleh (menjadi encer): aspel itu akan menjadi - kalau dipanaskan terus di atas api.
d. da.tang 11 I sampai atau tiba di tempaat yg dituju : pukul berapa beliau -; 2 asal (dari); berasal (dari): ia - dr Timar Timu r; dr mana - nya cinta, dr mata tunin ke hati.
/ e. eks.pan.si/ekspansi / n Pol peluasan wilayah negara dng menduduki
(sebagian at au seluruhnya) wilayah negara lain : dalam Perang Dunia II beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, telah menjadi sasaran politik - Jepang; 2 Fis pemuaian (terutama pemuaian gas dan uap) : - gas terjadi apabilagas itu kita panaskan.
3. Tanda - (tilde)*)
Tanda tilde (-) dipakai untuk menggantikan subentri yang terdapat di dalam deskripsi.
Contoh :
a. fan.ta.sin . ..
Catatan :
berfantasi v membayangkan dalam angan-angan ; membangkitkan bayanga dalam angan-angan; berkhayal : hendaknya anak-anak dilatih supaya pandai -
*) Daiain ketikan dapat digunakan tanda = =
14
b. ge.le.dah/geledah/ v, menggeledah v memeriksa (orang, rumah, dsb) untuk mencari sesuatu (barang-barang, barang curian , dan suratsurat bukti): petugas bea cukai di di melaksanakan tugasnya selalu - setiap penumpang pesawat yg akan memasuki ruang tunggu;
c. hi.dang, menghidangkan v 1 menyajikan; menyuguhkan; menyediakan makanan, minuman): ia sedang - minuman dan kue-kue untuk para tamu; 2 ki mengemukakan, membentangkan (dl rapat) : rapat itu - enam buah acara.
d. izin n .
mengizinkan 11 memberi izin ; memperkenankan : rnemperboleh kan: tidak melarang : orang tua itu tidalv- anaknya bermain judi
e je.las a . . . ;
menjelaskan i· menerangkan (menguraikan ) dengan gamblang . mene~askan : orang itu - maksud kedatanganny a.
.... . Tanda _ . . _. (garis bawah tunggal)
Garis bawah tunggal (.J dipakai sebagai penanda cetak miring. Huru f atau kata yang diberi tanda garis tunggal di bawahnya .akan dicetak miring. Yang dicetak miring adalah label dialek regional , label sumre1 pungutan kata, label kelas kata, label pembidangan kata, label untuk akronim , label untuk ragarn bahasa (seperti ragam percakapan. ragam kasar, ragarn khusus, ragam hormat. ragarn intim), label untuk peribahasa, dan label untuk kiasan , serta kalimat contoh pemakaian entri.
a. Label Dialek Regional Misalnya :
Jk (Jakarta) Jw (Jawa) Mk (Minangkabau) Plb (Palembang) Sd (Sunda)
15
b. Label Sumber Pungutan Kata Misalnya:
Ar (Arab) Bid (Belanda) Cn (Cina) Ing (Inggris) Jp (Jepang) Lt (Latin) Skt (Sansekerta)
c. Label Kelas Kata Misalnya :
a (adjektif) adv (adverbia) n (nomina) num (numaralia) p (partikel) i· (verba)
d. Label Pembidangan Kata Misalnya :
Adm (Administrasi) Biol (Biologi) Geo! (Geologi) Huk (Hukum) Kim (Kimi a)
e.
f.
g.
h.
i.
16
Label Akronim Misalnya :
akr (akronim)
Label Ragam Bahasa Misalnya :
cak {ragam percakapan) hor {ragam hormat) int (ragam intim) kas {ragam kasar) khs (ragam khusus)
Label Peribahasa Misalnya:
pb (peribahasa)
Label Kiasan: Misalnya :
"ki {kiasan)
Kalimat Contoh Pemakaian Entri Misalnya :
cum.bu n 1 kata-kata manis untuk membujuk (merayu dsb) : segala belai, bujuk dan -nya tidak mengenai di hati anak kesayangan· nya itu; 2 senda gurau ; kelakar ; leelucon: seperti - si tukang /awak; mencurnbu(i) v mengenakan kata-kata manis untuk membujuk (merayu, membelai-belai): demikian/ah ia - cucunya itu.
5. Tanda:...:....: (garis bawah ganda)
Garis bawah ganda ( _. _. _. ) dipakai untuk ·menggarisbawahi ( 1) entri pokok, (2) subentri, (3) gabungan kata (berimbuhan atau tidak), (4) kata rujukan , serta (5) angka dan huruf untuk poliserni. Garis bawah ganda ini dipakai sebagai penanda cetak tebal. Huruf atau kata yang diberi tanda garis bawah ganda di bawahnya akan dicetak tebal.
17
Contoh:
a.
b.
c.
~~~~~~~~~~~~~~~~~---+> r~~~~-.
~ n [iJ cairan seperti yang terdapat di I Entri Pokokl r..;i \, .
sungai, danau, laut a tau lautan; !2i barang •
cair yang terdapat dalam buah-buahan;
W ki minuman (spt teh, kopi);
l - abu I air yang telah mengandung zat •
abu ;
I - anggurl minuman yang dibuat dari >
buah anggur ;
I b~rairl • v 1 mengandung (berisi, me-
n.geluarkan, dsb) air : perigi itu sudah tidak
= lagi; I 2 I ki berhasil : ada = juga rupa- • nya;
B n pasukan prajurit;
I - tentara j segenap pasukan prajurit be- ,.. serta perlengkapan perangnya;
j - seribu I Sas nama hikmat (mantra) •
I ba'.kar I v. membakar v 1 menyalakan
(memasang, menghanguskan, merusak, dsb)
dengan api; [iJ memanggang (memanas
kan langsung di atas api) supaya masak: ia'\ =sate;
I == ~ang I membuang arang; l == bata ~ membuat batu bata; I == hati I ki mema· '-.
. ~
naskan ha ti; meradangkan hati.
Angka untuk Polisemi
Gabungan Kata
I Subentri
Angka untuk Polisemi
I Entri Pokok I Gabungan Kata
I Entri Pokok I [ Subentri
Angka untuk Polisemi
Gabungan Kata
18
d. bo.lak-ba.lik -+ [ balik ,.,... ______ •
e. re.ti ark -+ arti
6 . Tanda [ , ] (koma)
Kata Rujukan
Kata Rujukan
6.1 Tanda koma ( , ) dipakai untuk menandai bagian-bagian pemerian sebagai pilihan bentuk kata.
Contoh :
a. ba.wah n arah l (letak, sisi, sebelah) I yang lebih rendah.
b. ce.ruk n liang I (lubang, lekuk) l yang masuk ke dinding (tern·
bok , tanah, dsb); sudut (pojok, pelosok) dapur {kamar, rumah, dsb).
c. ci.bir, mencibir v menyatakan tak senang I (mengejek, mence
moohkan) I dengan mencebikkan bibir; mencebik.
d. ge.len.dong /gelendong/ n alat penggulung benang I (kawat ,
film) I ; gulungan benang I {kawat, film) I e. ke.gi.la.an n 1 sifat I (keadaan, hal) I gila; 2 kegemaran I (ke
asyikan, kesukaan) j yang berlebih-lebihan; 3 sesuatu
yang melampaui batas; 4 kebodohan; kesalahan (dengan sengaja).
6.2 Tanda koma ( , ) dipakai untuk memisahkan entri prakategorial dari subentri.
Contoh:
a. ob.rol, mengobrol I v bercakap-cakap yang bukan-bukan atau
yang kurang berfaedah: mereka biasa = di warung kopi.
b. omel (omel/, mengomel I v bersungut-sungut; marah-marah
dan banyak mengeluarkan kata-kata; mencomel.
19
c. I olok, olok-olok I n kata-kata yang mengandWlg sindiran,
ejekan, atau untuk bermain-main saja.
d. I ju.ang, berjuang I v 1 berlaga (tt binatang yang besar-besar) :
gajah sama gajah - pelanduk mati di tengah-tengah; 2 memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahl : segenap rakyat serta - untuk mencapai kemerdekaan yang sepenuh-penuhnya.
e. I jeng.kang, terjengkang I v 1 tergeletak tertelentang; 2 kas
mati; mampus.
6.3 Tanda koma ( , ) dipakai untuk membatasi peribahasa dengan penjelasannya.
Contoh :
a. re .bah v . . . ;
sokang membawa -, pb dikhianati atau dicclakakan l oleh teman (kawan sendiri).
b. sa.lak, .. . ; disalak v . . '
,.., anjing bertuah, pb tida.k dapat bertangguh lagi
.: airn ....
tak - talang dipancung tak emas bungkal diasah, pb ca.k segan-segan mela.kukan apapun jua untuk men.::apai maksud dan tujua.nnya.
d. ru .mah n . .. ;
- gedang ketirisan, pb istri yang tida.k mendatangkan kebahagiaan bagi suaminya.
e. rum.pun n ... ;
- bagai serai selubung (seliang) bagai tebu, pb bersatu hati dalam segala hal.
20
7. Tanda [ ; ] (titik koma)
7.1 Titik koma ( ; ) clipakai untuk memisahkan bentuk-bentuk kata yang bennakna sama atau hampir sama (sinonim) yang terdapat pada .deskripsi makna.
Contoh:
a. in.car n gurcli ; jara. b. in.dah a elok; bagus benar. c. in.di.ka.si n petunjuk; tanda d. in.di.vi.du n orang-seorang; perseorangan. e. in.ftl.tran n penyusup ; perembes.
7 .2 Titik koma ( ; ) clipakai sebagai penanda akhir deskripsi makna sebuah subentri yang masih belum merupakan bentuk derivasi terakhir (deskripsi makna subentri yang merupakan bentuk derivasi . terakhir sebuah entri pokok tidak diakhiri dengan tanda apa pun).
Contoh:
a. in.jak v, menginjak v memijak: orang itu == kakiku [J menginjakkan v meletakkan (memijakkan) kaki pada : pemain kuda lumping itu = kakinya pada bara api lJ terinjak-injak a . . .
b . in.saf a sadar; yakin benar: banyak orang yang belum - [J menginsafi v menyadari ; mengerti benar (akan) : rakyat telah == gentingnya suasana polik waktu itu Q menginsafkan v menasihati dsb supaya insaf: biarlah kita berdua yang = mereka [J keinsafan n ...
c. in.tai v, mengintai v melihat dengan sembunyi-sembunyi; mengintip [J pengintai n orang dsb yang mengintai; pengintaian n . . .
d. izin n pemyataan mengabulkan (tidak melarang)[J mengizinkan v memberi izin ; memperkenankan; memperbo!e!1kan ; tidak melarang GJ kelZID80 n .. .
21
7 .3 Titik koma ( ; ) dipakai sebagai penanda akhir deskripsi makna poli· semi.
Contoh :
a. ja.bat v, menjabat v 1 memegang: = dayung Q 2 melakukan kerjaan (pangkat dsb ); menduduki jabatan.
b. ja.ga v 1 tidak tidur; bangunfl 2 berkawal; menunggui supaya selamat (jangan hilang dsb).
c. ilus.tra.si n 1 sesuatu yang bersifat menerangkan atau mempertunjukkan 0 2 penghiasan dalam gambar-gambar (lukisanlukisan, diagram, grafik, dsb) yang membantu menjelaskan isi buku (artikel, karangan, bacaan, dsb): - itu seringkali lebih berfaedah dp definisi da/am menerangkan arti katakata [] 3 contoh: uraiannya diperjelas dengan beberapa - .
d. je.ru.mus, menjenunuskan v 1 menjatuhkan hingga terjerumus [J 2 ki menyesatkan ; mencelakakan; membawa ke lembah kesengsaraan.
e. ju.des a 1 galak; lekas marah dan suka membentak-bentak atau menyakiti hati orang; bengis[] 2 suka menfitnahkan orang.
8. Tanda [ . ] (titik)
Titik ( . ) dipakai sebagai penanda batas pemenggalan kata bagi entri pokok (kecuali gabungan kata yang unsur-unsumya sudah pernah mengalami pemenggalan pada entri pokok yang lain).
Contoh:
a. ~n .. .
b. I ba.ha.sa J n . .. ;
berbahasa v .. .
c. ne.ga.ra I n . . .
d. sun.ting I v, menyunting v . ..
e. war.ga I n . . .
22
Catatan :
Warga negara sebagai entri pokok tidak perlu diberi pemenggalan karena unsur-unsurnya sudah pernah disukukan pada entri pokok war.ga dan ne.ga.ra.
9. Tanda [ : ] (titik dua)
Tanda titik dua ( : ) dipakai sebagai pengganti kata misalnya di dalam deskripsi untuk mengawali kalimat contoh bagi entri yang diberi cieskripsi.
Contoh:
a. efek /edk/ n akibat (hasil daya pengaruh dari sesuatu) · tindakan itu tidak ada -nya pada khalayak ramai
b. eja.wan.tah /eJawantah/ , pengejawantahan n penjelasan;pernyataan; manifestasi; perwujudan atau materialisasi dari suatu posisi , kondisi, situasi, semangat, pendirian, sikap, kekuatan, kekuasaan , dsb : politik nonblok RI terjelma dari kecintaannya ter-. hadap kemerdekaan dan sebagai = dari kekuatan Indonesia.
c. eks.plo.i.ta.si /~ksploitasi/ n I pengusahaan secara besar-besaran (tt perkebunan , pertambangan) : - nikel di Waigeo (Irian Jaya) dilakukan oleh pengusaha Amerika; 2 pemerasan.
d. eks.ten.sif /~kstensif/ a luas ; bersifat menjangkau secara luas : tinjauan yang - .
e. esen.si /{s.fnsi/ n hakikat; inti; hal yang pokok : - sumber pertikaian antara blok Timur dan Barat ialah pertentangan ideologi
10. Tanda ( .. . ) (tanda kurung)
10.l Tanda kurung seperti ( . .. ) dipakai sebagai penanda alternatif bentuk kata, yang masih memiliki persamaan makna, yang masingmasing bentuk itu dapat menduduki fungsi kelas kata dan makna yang sarna di dalam sebuah kalimat contoh yang sama. Tanda kurung seperti ( .. . ) ini dapat diartikan sama dengan kata atau.
-Contoh:
a. fa.jar n cahaya kemerah-merahan di ufuk timur pada saat matahari akan terbit: - telah menyingring (merekah).
23
b. gem.bul a selalu tidak merasa kenyang; banyak makan: pertandingan (adu) - .
c. gi.git v, menggigit v menyepit (mencengkam) dengan gigi : akhirnya ia tinggal = jari (telunjuk) karena kecewa.
d. gi.ling v, menggiling v melumatkan dengan anak batu giling : ia sibuk = /ada ( caba~ rempah-rempah) di dapur.
e. ha.jat n keinginan; kehendak; niat; maksud : ia sering melakukan sembahyang.(shalat) -.
10.2 Tanda kurung seperti ( ... ) dipakai untuk menunjukkan bahwa kata atau bagian kalimat yang terdapat di dalam deskripsi yang diapit oleh tanda kurung itu adalah keterangan penjelas bagi katakata atau pernyataan yang terdapat di depannya.
Contoh:
a. 0
ik..rar n janji (dengan sumpah); pengakuan; penngesahan; penetapan.
b. ikut v, mengituti v l menurutkan (sesuatu yang berjalan da· hulu, yang telah terjadi, atau yang telah ada); 2 turut belajar a tau mendengarkan. ( dalam kursus, kuliah, latihan, dsb).
c. ilai, mengilai-ilai n I meringkik-ringkik (tt kuda); 2 tertawa ker . ( tt orang).
d. gu.ruh n suara menggelegar di udara ( disebabkan oleh hali· lintar); guntur.
e. ge-rom-bol.an n kawanan (pengacau dsb).
10.3 Janda kurung seperti ( ... ) dipakai sebagai penanda altematif bentuk entri yang merniliki kesamaan kelas dan makna kata.
Contoh:
a. bu.bub, membubuh(i) v ... b. meng -sea) v •.• c. mengilham(i) l' •.•
d. ke.ti.tir.(an) n . ..
24
11. Tanda / ... / (garis miring)
Tanda garis miring (/ . . ./) dipakai untuk menandai Jafal kata yang mengandung unsur bunyi [ ej a tau [ ej agar tidak dilafalkan [ ;J j .
Contoh :
a. do.ku.men /dokume'n/ n . .. b. ile .gal /ile'gal/ a . . . c. ima.ji.ner /imajiner/ n . . . d. mer.de .lea /merdeka/ a .. . e. · te.ras /teras/ n . . .
12 . . . .' (accent aiqu)
Tan<la accent aiqu ( ... ' ) dipakai sebagai tanda diakritik di atas huruf e untuk menyatakan bunyi [ej atau [ej seperti /e/ pada kata erotik. elok, clan colek agar tidak dilafalkan [ ;J j.
Contoh :
a. mer.de.lea /merdeka/ a . .. b. tem.pe /temp{/ n . . . c. ke.cap /kecap / n . . . d. te.ras /teras/ n . . .
13. Tanda (1· 2• 3 ) (angka Arab)
Angka Arab (I. 2, 3, .. . ) dipakai untuk menandai bentuk-bentuk homo· nim (diletakkan di depan entri yang memiliki bentuk h.omonim, agak ke atas.
Cont oh:
a. 1 ha.bat v, membabat v menebas (pohon) ; merambah ; memangkas (slmak belukar dsb ).
~ ha.bat n golongan yang sama jenisnya (keadaannya); pasangan (jodoh) yang sama atau setara.
3 ba.bat n perut (alat pencemaan pada Jembu, kerbau, dsb) .
b . 1 te.ras n l hati kayu atau bagian kayu yang keras ; 2 bagian keras yang sudah bersih ; 3 ki inti sari ; isi yang terutama (terpenting) ; sesuatu yang terbaik.
2 te.ras n semen yang dibuat dari bubukan cadas.
25
c. 1 bu.ku n l tulang sendi (pada jari tangan atau jari kuku): 2 bagian yang keras pada pertemuan dua ruas (buluh, tebu) .
2 bu.ku n beberapa helai kertas yang terjilid.
d. 1 ba.rut n kain dsb untuk membalut (Iuka dsb) atau untuk membebat (bayi yang baru lahir).
2 ba.rut Mk, membarut v l mengurap; melumas; mengoles: ia == badannya dengan lemak; 2 menggosok-gosok (supaya licin) . 3 mengelus-elus; mengusap-usap.
e . 1 bi.sa adv dapat: boleh; mungkin . 2 bi.sa n zat racun yang dapt menyebabkan Iuka busuk atau mati
pa.da sesuatu yang hidup (biasanya terdapat pada binatang)
14. Tanda 1, 2, 3, ... (angka Arab bergaris bawah ganda atau cetak tebal)
Angka Arab bergaris bawah ganda <cetak tebal) dipakai untuk menandai makna polisemi Gadi ada arti kesatu, arti kedua, dst.) .
Contoh :
adat n liJ aturan (perbuatan .dsb) Y!!Jlg lazim di~ tu,...ru_t_a_t_au_d_ilak_u_k_an_se~jak __ dah_u_lu_ka_l_a : ___ .,., I rn ( Makna
2 kebiasaan ; cara kelakuan dsh) yang " l...._P_o_lise_nu_· _, sudah menjadi kebiasaan; l1J kl cukai me- _
nurut peraturan yang berlaku (di pelabuhan dsb) .
IS. Tanda -+ (anak panah)
15.1 Anak panah ( ... ) dipakai sebagai penanda rujuk silang bagi entri yang tidak perlu lagi diberi deskripsi makna karena maknanya sudah dijelaskan pada entri rujukan atau subentri dari entri rujuk· annya Oleh karena itu, makna katanya dapat dicari pada kelom· pok entri rujukannya.
Contoh:
a. bo.lak-ba.lik ... balik b. men.ta.ri ... matahari
pon.tang-pan.ting _. panting c. d. com.pang~ .ping ..... camping
26
15.2 Tanda anak panah ( ~) dipakai sebagai penanda rujuk silang bagi entri, yang tidak disarankan pemakaiannya, yang merupakan bentuk varian dari bentuk entri yang ejaannya dianggap baku.
Contoh:
a. ad.zan ~ azan b. bale ~ balai c. ci.de.ra ~ cedera d. na.se.hat ~ nasihat
BAB IV PEMENGGALAN KATA
I . Pemenggalan kata dilakukan terhadap kata-kata yang berkedudukan sebagai entfi pokok, kecuali entri pokok yang berupa gabungan kata dan kata ulang yang unsur-unsurnya terdiri atas kata-kata yang sudah dimuat sebagai _entri pokok di tern pat lain. Akan tetapi, apabila salah satu unsur gabungan kata atau kata ulang yang menjadi entri pokok atau diperlakukan sebagai entri pokok itu ada yang belum pemah dimuat sebagai entri pokok-kalau ada-di tempat lain, maka perkecualian itu tidak berlaku.
Contoh:
l) Kata Dasar
a. ba.lik v . . . b. ja.wab n .. . c. ne.ga.ra n .. . d. tang.gong a . . . e. war.ga n .. .
2) Kata Ulang
a. bo.lak-ba.lik a ... b. pon.tang-pan.ting a . . . c. po.rak-po.ran.da a . . . d. ku.pu-ku.pu n . . . e. la.bah-la.bah n . . .
3) Gabungan Kata (Perkecualian)
a. campur baur a . . . b. garis bawah n .. .
27
28
c. jabat tangan v . . . d . tanggung jawab n .. . e. warga negara n .. .
2. Pemenggalan kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Apabila di tengah kata terdapat dua buah huruf vokal yang berurutan, pemenggalan katanya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu .
Contoh:
a. ma.af n ... b. ma.in n ... c. bu.ah n . . . d. ca.ir tl .. .
e. li.ar a ...
h ApabU:i di tengah kata terd:ipat huruf konsonan (tennasuk gabung;u1 huruf konsonan) di antara t.l ua buaJ, hurur vokal, pemenggalan k:!tanya dilakukan sebelum huru f kcinson,;n alau gabungan huruf konsonan itu .
Contoh:
a. du.ku n ... b . ha.rang n ... c. se .nang a ... d . da.laln1p . .. e. ke.nyang a .: . f. de.ngan p . . .
r:. Apabila di tengah kata terdapat dua buahhurufkonsonan yang berurutan, kecuali gabungan huruf konsonan , pemenggalan katanya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Contoh :
a. _ man.di v . . . b. som.bong a . . . c. swas.ta a . . . d. capJok v .. . e. Ap.ril n .. .
29
d. Apabila di tengah kata terdapat tiga buah konsonan atau lebih, pemenggalan katanya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama (termasuk gabungan huruf konsonan) dan huruf konsonan yang kedua.
Contoh :
a. in.stru.men n . .. b. ultra a .. . c. ben.tuk n . . . d. ben.trok v .. . e. bang.knit a . . . f. sang.kut p .. . g. cang.kul n .. .
e. Apabila suatu kata terdiri dari dua unsur atau lebih dan salah satu unsumya dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan katanya ·dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut :
Pertama : Pemenggalan katanya dilakukan di antara unsur-unsur pembentuk katanya.
Kedua Peµienggalan katanya dilakukan di antara suku-suku kata di dalam masing-m.asing unsur pembentuk katanya sesuai dengan kaidah 2a, 2b, 2c, dan 2d di atas.
Contoh :
a. kilogram (kilo+ gram) -+ ki.lo.gram b. kilometer (kiJo + me.ter) -+ kiJo.me.ter c. fotografi (fo.to + gra.fi) -+ fo.to.gra.fi d. biografi (bi.o + gra.fi) -+ bi.o.gra.fi
BAB V SUSUNAN KAMUS
Jika kita perhatikan cara-cara menyusun entri sebuah kamus ekabahasa, rampak adanya kebebasan bagi penyusun kamus (leksikograf) di dalam menyusun entri. Masing-masing penyusun mempunyai selera yang berlainan sesuai dengan sasaran penyusunan kamus (perhatikan kamus Harahap, 1951 : Zain, tanpa tahun: Poerwadarminta , 1952 : Iskandar, 1970: Webster . ! 97 5): Begilu pula dalam penyusunan naskah pedoman penyuntingan kamus bahasa Indonesia ini ditempuh jalan tersendiri dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut ini :
1. segi kemudahan bagi pemakai kamus. , segi kemanfaatan bagi pemakai kamus, 3. segi kepraktisan bagi pemakai kamus, dan 4. segi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Mudah, artinya tidak menimbulkan kesulitan bagi pemakai kamus sewaktu menggunakan kamus ; bermanfaat, berarti banyak sekali hal-hal yang dapat diperoleh pemakai kamus; dan dari segi pembinaan dan pengembangan bahasa, kamus yang terbit sebagai hasil suntingan yang didasarkan pada Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa Indonesia ini dapat menunjang usaha pemercepatan proses pembakuan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Penyuntingan susunan kamus bahasa Indonesia bertolak dari dasar pokok pemikiran berikut ini.
5 .1 Kata Dasar /Bentuk Dasar
Kata dasar atau bentuk dasar yang menjadi dasar dari segala bentukan kata (kata jadian) diperlakukan sebagai entri pokok, sedangkan bentukbentuk derivasinya diperlakukan sebagai subentri. Misalnya: Kata puku/
30
31
adalah ka ta dasar dan memukul, pukul-memukul, terpukul, pukulan adalah bentuk derivasinya, maka cara menyusunnya adalah sebagai berikut.
pu.kul 1 v ketuk (dengan sesuatu yang keras atau berat); 2 n jam yang me· nyatakan waktu: hart ru.dah - setengah empat; ia berangkat - lima; memukul v mengenakan sesuatu yang keras atau berat dengan kekuatai;-t (seperti mengetuk, memalu, meninju , menotok, menempa); ia - dengan palu; pukul-memukul v saling memukul, baku pukul : kedua anak itu bertengkar mulut sambil - antara keduanya; terpukul v I kena pukul tidak sengaja ; terkena pukulan : ibu jarinya -sewaktu memasang paku pada dinding tembok itu; 2 ki terlukai hatinya: saya - karena tegurannya yang menusuk perasaan itu; pukulan n 1 perbuatan (cara) memukul: ·- yang bertubi-tubi itu selalu ditangkisnya; 2 ketukan ; serangan ; hantamann : ia jatuh karena mendapat - hebat lawannya; 3 alat untuk memukul: tolong ambilkan - kasur itu.
S.2 Kata Ulang /Bentuk U1ang
Bentuk ulang ini ada empat kelompok:
a. Bentuk ulang murni yang menyatakan jamak untuk benda, seperti mejameja, orang-orang, rumah-rumah, kamus-kamus, dan ilmu-ilmu tidak dimuat sebagai entri.
b. Bentuk ulang semu, seperti kupu-kupu, kuda-kuda, buku-buku, laba-laba, dan kunang-kunang diperlakukan sebagai entri pokok.
c. Bentuk ulang parsial, seperti melihat-lihat, berlari-lari, kejar-mengejar, tembak-menembak, dan tolong-menolong diperlakukan sebagai subentri dan diletakkan langsung sesudah bentuk kata yang diulang.
Misalnya :
melihat-lihat berlari-lari kejar-mengejar tembak-menembak tolong-menolong
diletakkan sesudah melihat berlari
" ,, mengejar
menembak menolong
d. Bentuk ulang satin suara seperti bolak-balik, bolang-baling, compangcamping, dan pontang-panting yang salah satu unsur pembentuk katanya mempunyai bentuk jadian (seperti berbalik, berbaling, bercamping-
32
camping, berpantingan ) diperlakukan sebagai subentri yang diletakkan sesudah entri yang menjadi dasar bentuk ulang itu. Di samping itu, bentuk ulang yang semacam itu diperlakukan juga sebagai entri pokok (tanpa deskripsi makna) yang diberi rujuk silang ke unsur dasarnya.
Contoh:
d.1 Diperlakukan sebagai subentri:*
I) ba.lik ... ;
I bolak-balik I* v 1 pulang pergi : jarak Jakarta-Bogar - ditem
puhnya dalam 172 jam; 2 berulang-ulang balik: payah juga kalau harus - ke kantor; 3 berputar batik (tt perkataan); terbalikbalik : katakan dengan terang, jangan -
2) ha.ling ... ;
I bolang-baling I* n I titiran (bilah-bilah dari kayu yang dapat
berkisar apabila kena angin) ; 2 propeler (titiran untuk menjalankan kapal atau pesawat terbang) ; 3 penunjuk arah angin.
3) cam.ping .. . ;
I compang-camping j* a cabik-cabik tak keruan (tt .pakaian).
4) pan.ting ... ;
I pontang-panting I* a 1 kl berceceran; (terserak-serak) di mana
mana; kucar-kacir; 2 terburu-buru; tergesa-gesa; 3 lintang-pukang (tt lari).
d.2 Diperlakukan sebagai Entri Pokok :
1) bo.lak-ba.lik ~ balik 2) bo.lang-ba.ling ~ baling 3) com.pang-cam.ping ~ camping 4) pon.tang-pan.ting ~ panting
S.3 Gabungan Kata
a. Gabungan kata atau kelompox kata yang merupakan frase-idiomatis atau tidak, berimbuhan atau tidak-yang tidak berderivasi tidak diper-
33
lakukan sebagai entri pokok melainkan diperlakukan sebagai contoh pemakaian yang berupa frase yang diberi penjelasan. Letaknya langsung di bawah entri pokok, yaitu kata pertama unsur pembentuk kata gabungan itu dan disusun berderet ke samping secara berurutan menurut abjad apabila ternyata gabungan kata atau frase yang dibentuk dari entri pokok itu lebih dari satu . Untuk mmemudahkan penyusun dan pemakai kamus. patokan yang dipakai adalah unsur pembentuk kata pertama dengan tidak memperhatikan makna intinya. Unsur pertama gabungan kata itu ditulis dengan dash (-) apabila berupa kata dasar dan ditulis dengan tilde (-) jika berupa kata berimbuhan . Kedua-duanya diberi garis bawah ganda (scbagai tanda akan dicetak tebal).
Contoh :
1 ) ang.kat v .. . ;
I - besi I Olr olahraga dengan mengangkat besi ;
I - bicara I mulai berb1cara {berpidato ); I - kaki j lari ; pergi ;
l - tangan j 1 menyerah kalah ; 2 tak sanggup mengerjakan.
2) ang.kat v ... ;
mengangkat i · ... ;
I - bahul(pundak) menyatakan tidak tahu ; I "'"' diril som
bong; I """ kaki I lari; pergi ; l f"J kening I mengernyitkan
kening; ""' senjata mulai berperang.
angkatan n ... ;
I ~ bersenjata I tentara ; rniliter; I ,..., darat I tentara beserta
perlengkapan perangnya untuk bertempur di darat ; I ~ laut I tentara bese rta perlengkapan perangnya untuk bertempur di
lautan; I ~ udara I tentara beserta perlengkapan perangnya
untuk bertempur di udara .
b. Gabungan kata-kata yang berderivasi-baik idiomatis maupun tidak seperti ganggu gugat (mengganggu gugat, pengganggu gugat) , jabat tangan
34
(berjabat tangan ), kambing hitam (mengambing-hitamkan) , lalu lintas (berlalu lintas); warga negara (kewarganegaraan ) diperlakukan sebagai entri pokok clan diikuti bentuk-bentuk derivasinya sebagai subentri gabungan kata itu .
Contoh :
I) I ganggu gugat I v ... ;
mengganggu gugat v .. . pengganggu gugat n .. .
2) jabat tangan I v ... ;
berjabat tangan v . ..
3) lalu lintas I n ki ... ;
berlalu lintas v .. .
4) I tanggung jawab I n ... ;
pertanggungjawaban n ...
5) warga negara I n . . . ;
kewarganegaraan n ...
5 .4 Peribahasa
Peribahasa diperlakukan secara khusus, diberi garis bawah tunggal (dicetak miring) dan ditempatkan sebelum gabungan kata yang berupa frase . Jika lebih dari satu peribahasa (dari sebuah entri), peribahasa-peribahas.a itu disusun menurut abjad dengan berpegang teguh pada huruf awal pada kata pertama peribahasa itu.
Contoh :
a. be.rule n kera yang dapat diajar memetik buah kelapa, Mucacus nemestrinus;
bagai - kena ipuh, pb bergeliang-geliut karena kesakitan dsb ;
35
berhakim kepada -.1 pb minta pertimbangan (keadilan dsb) kepada
orang yang tamak; I dilengah ( dimasuk) - berayun, I pb merasa
senang (asyik dsb) akan sesuatu yang tidak ada gunanya.
0 . be.li.ung n perkakas tukang kayu yang bentuknya seperti kapak tetapi bagian yang tajam melintang (tidak searah dengan tangkainya):
I bagai - dengan asahan. j pb sangat karib (tidak pernah berpisah :
I bersua - dengan sangkal, I pb sesuai benar (karena sepaham atau
setujuan) ; J bertemu - dengan ruyung, I pb sama-sama kuat (tt
bermusuhan).
S.S Rumw Kiinia
Rumus kimia ditempatkan di belakang uraian sesudah tanda titik koma.
Contoh:
a. ku.la.zon n Kim serbuk putih yang <;iipergunakan untuk menyucihamakan air min um ; C 1 H5 Ch N04 S.
b. ad.re.na.li.na n Kim honnon hablur tanpa warna dari kelenjar suprarenal hewan (digunakan sebagai suntikan untuk menaikkan tekanan darah dan penguat·jantung); C' 9 H13 N0 3 .
c. fe.nol /fenol / n Kim zat padat berbentuk hablur tanpa warna (diguna· kan sebagai antiseptik, bahan untuk membuat resin bahan peledak dan zat celup ): C6 H5 0H.
S.6 lstilah Latin
lstilah Latin yang dipakai di dalam deskripsi diberi garis bawah tunggaJ (dicetak miring) dengan diawali oleh tanda koma ( , ) dan berkedudukan sebagai keterangan penjelas.
Contoh :
avo .kat n Bot pohon buah-buahan . buahnya berwarna hijau atau cokelat keunguan , besarnya kurang lebih segenggam. berkulit buah tebal yang bagian dalamnya berdaging kuning dan enak dimakan. Porsea americana.
36
ara.rut n Bot ubi garut, Maranta arudinacea. ha.yam n Bot tumbuhan sebangsa A marantus, banyak macamnya, seperti
bayam duri , Amarantus spinosus;.bayam putih, Amarantus lividus.
BAB VI URUTAN SUSUNAN ENTRI
6.1 Entri Pokok
Entri pokok disusun menurut abjad baik secara horizontal maupun secar:i vertikal. Urutan abjad secara horizontal , misalnya entri yangmempunyai deretan fonem b.a. l.o.n dile takkan sesudah entri yang memiliki deretan fonem b.a. l.o. k, sedangkan urutan abjad secara vertikal , misaJnya huruf b diletakkan di bawa11 huruf a, huruf c diletakkan di bawah huruf /1. dan s " terusnya .
Contoh:
I ba.lik I v ... :
bolak-balik v .. . berbalik v . . . membalik v .. . terbalik v . . .
I ha.ling, I baling-baling n ... ;
berbaling v . ..
I bal.kon I n . . .
I ba.lok In .. . I ha.Ion I n .. .
37
38
6.2 Bentuk Derivasi
Urutan derivasi yang menjadi subentri disusun dengan berpegang pada pola umum urutan derivasi sebagai berikut.
I) gabungan kata dari bentuk dasar. 8) -an
2) bentuk ulang dari bentuk dasar. 9) per-an
3) -i perse-an
·-kan perseke - an
41 ber- 10) pe(N)-
ber-an pe(N)--an
berse - an pe(N)ber-an
bersi - pe(N)se-an
5) me - 11) ke-
me(N)-i ke-an
me(N)-kan keber-an
rne(N)se - i keter-an
me(N)se - kan kese-an
me(N)ke - kan 12) se-me(N)ber-kan se - an
6) per- sepe(N)-
per-i seper-
me(N)per-i se(N)-an
7) seper-an
ter- se-nya ter-i ter-kan terper-i terper-kan
BAB VII DEFINISI
Tahap penyusunan definisi di dalam proses penyusunan kamus adaJah tahap kegiatan yang paling memerlukan ketekunan, ketajaman analisis. kecermatan, dan kelengkapan bahan acuan. Tahap itula11 yang dapat dikatakan sebagai tahap penentu keberhasilan ti.ngkat mutu kamus yang akan dihasilkannya. Kesalahan dalarn memberikan deskripsi makna berarti kegagalan dalam mencapai ti.ngkat mutu kamus yang direMcanakan. Oleh karena itu. dalan1 penyunti.ngan defmisi i.ni perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Kesejajaran kategori gramatikal antara entri yang akan diberi batasan dan deskripsi mak.na yang diberikan. Misal.nya, apabila entri yang akan dideskripsikan tergolong kategori nomina, deskripsi mak.na yang diberikan harus dimulai pula dengan nomi.na. Hal ini berlaku pula bagi entri yang berkategori gramatikal yang lain.
Contoh:
a. pe.des:tri.an (pe'de'strian/ n orang yang pergi atau bepergian dengan berjalan kaki; pejalan kaki.
b. ker.ja n . . . ; bekerja v melakukan perbuatan (pekerjaan)
c. can.tile a elok (tt rupa muka); molek; bagus.
d. se.ge.ra adv lekas-lekas; cepat-cepat; buru-buru (tt peralihan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain); seterima surat ini, harap -datang ke kantor kami; ia pun berangkat dengan -
e. un. tuk p bagi: buat: ia membeli buku - adiknya.
2. Deskripsi makna yang diberikan terhadap sebuah entri dapat menggantikan kedudukan entri itu di dalam kalimat contoh pemakaian entri.
39
40
Contoh :
a. pub.lik n sekalian orang yang datang (menonton, berkunjung, dsb ); orang banyak; umum: - umumnya merasa puas dengan pementasan drama itu.
b. he.li.kop.ter /helikopter/ n pesawat terbang berbaling-baling di atas (di udara) yang dapat bergerak nailc turun tegak lurus;para korban diangkut dengan -.
c. bang.sat n orang jahat (terutama yang suka mencuri, mencopet, dsb ): dasar anak -, menjadi - pula.
d. bang.krut a menderita kerugian besar sehingga tidak dapat berusaha lagi (tt perusahaan, toko, dsb): be/um sampai tiga tahun, perusahaannya sudah - karena banyak menanggung rugi.
e. gam.blang a terang dan jelas (mudah dipahami): dalam dialog itu kedua belah pihak mengemukakan pendirian masing-masing secara - .
3. Deskripsi makna dapat menyebutkan ciri-ciri semantilc terpenting suatu kata/kelompok kata itu dan pengelompokannya ke dalam golongan terdekat yang bertalian yang membedakannya dari ciri-ciri semantilc satuan leksikal yang lain .
Contoh :
a. air n cairan seperti yang terdapat di sungai, danau, laut atau lautan.
b. kak.tus n tanaman dengan batang berdaging tebal, berduri, biasanya tak berdaun.
c. se.gi.ti.ga n bidang yang mempunyai tiga sisi dan tiga sudut yang j umlahnya 180° .
d. gam.bar n . .. ; - kartun gambar hidup yang berupa lukisan tangan.
BAB YID LABEL DAN SINGKATAN KATA
8.1 Label
a. Label Dia/ek Regional
Label dialek regional dipakai untuk menandai pemakaian atau variasi pemakaian kata dalam suatu daerah dengan makna daerah. Misalnya ·
Ab Arnbon L k Langkat Ac Aceh Lp Lampung Bg Bugis Md Medan Bi Ban jar Mdr Madura Bl Bali Mk Minangkabau Bt Batak Mks Makasar DI Deli Mnd Mana do Dy Dayak P/b Palembang Jk Jakarta Ri Riau Jw Jawa Sd Sunda Kp Ku pang
b. Label Kelas Kata
Label kelas kata dipakai untuk menandai golongan kelas kata sesuai dengan fungsinya dalam kalimat:
n nomina adv adverba v verba num numeralia a adjektiva p partikel
41
42
c. label Pembidangan Kata
Label pcmbidangan kata dipakai untuk menandai pemakaian kata dalan1 lingkungan bidang (ilmu) tertentu dengan makna khusus. Misal· nya:
Adm Adminislrasi El Elektronika Ag Agama Ent Entomologi
Bud Budha Far Farmasi Hin Hindu Filo! Filologi Isl Islam Fils Filsafat Kris Kristen Fis Fisika Kat Kristen Katolik Film Perfilman Prat Kristen Protestan Fat Fotografi
Anat Anatomi Geog Geografi A ntr Antropologi Geo! Geologi Ark Arkeologi Graf Grafika Ars Arsitektur Huk Hukum Astral Astrologi Hut Kehutanan Astron Astronomi Ikn Perikanan Ba kt Bakteriologi Ind lndustri Biok Biokimia Keu Keuangan Biol Biologi Kim Kimia Bnk Perbankan Korn Komunikasi Bot Botani Kosm Kosmetika Dag Perdagangan Kosmg Kosmografi Dik Pendidikan Kosml Kosmologi Dok Kedokteran Ling Linguistik Ek Ekonomi Lis Listrik Lay Pelayaran Psi Psikologi Man Manajemen Pub/ Publisistik Mar Manajemen Raj Kerajinan Mek Mekanika Sas Kesusastraan Mes Me sin Sen Kesenian Mera! Me talurgi Sos Sosiologi Mil Kemiliteran Stat Statistik Min Mineralogi Tan Pertanian :'1us Musik Tek Teknik Olr Olah raga Telek Telekomunikasi
Opt
Org Pem Pol
Optik
Organisasi Pemerintahan Politik
d. Label Lain-lain
akr ki pb hor
akronim kiasan peribahasa ragam hormat
8.2 Ul'\ltan Label dalam Penerapan
43
Terb Penerbangan
Tern ; Petemakan Zoo/ Zoologi
int ragam intim kas ragam kasar khus ragam khusus cak ragam percakapan
Label-label seperti yang tertera pada Butir 8.1 di dalam penerapannya ditulis secara berurutan dengan urutan sebagai berikut:
1. dialek r.egional (atau pungutan kata), 2. kelas kata, 3. pembidangan kata, 4. lain-lain.
Contoh:
(1) ab.rit-ab.rit.an Jk v berlari tunggang langgang.
(2) aba.kus n 1 Dag alat hitung, biasa dipakai orang Cina, terutama di kalangan pedagang; sipoa; 2 Dik alat untuk belajar berhitung bagi anak prasekolah (taman kanak-kanak); dekak-dekak.
(3) aboi Oz n 1 sebutan pembesar orang Cina; 2 kepala kampung orang Ciiia pada sebuah luak di Kalimantan Barat.
( 4) . abor.si n 1 Dok hal terpancarnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari kehamilan) ; 2 Biol keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (tt bagian tumbuh-tumbuhan atau binatang).
(5) ID.cam V • •• ;
terancam a 1 dalarn kondisi yang memungkinkan terkena malapetaka: dalam musim hujan kampung-kampung itu selalu = bahaya banjir; banyak negara yang menganggap dirinya = perang; 2 dalam keadaan kritis: jiwanya sangat = .
44
8.3 Singkatan Kata
bd bandingkan dng dengan dl dalam dp daripada dll dan lain-lain dr dari dsb dan sebagainya sbg sebagai kpd kepada spt seperti km karena yg yang ms! misalnya thd terhadap pd pada tsb terse but
tt ten tang
Catatan :
1. Lambang-lambang untuk label dan singkatan kata ini bersifat terbuka, artinya dapat ditambah atau dikurangi atau diubah sesuai dengan keperluan dan kesepakatan bersama.
2. Lambang singkatan kata dipakai di dalam deskripsi. Apabila di dalam deskripsi , kata-kata yang disingkat itu dipakai bersama imbuhan, lambang singkatan kata itu tidak berlaku lagi dan kata berimbuhan itu ditulis penuh (tanpa disingkat) .
Misalnya:
kepadanya tidak perlu ditulis kpdnya di dalamnya tidak perlu ditulis di dlnya.
BAB IX PENGETIKAN KARTU INDUK
9 .1 Bagan Pengetikan Kartu lnduk
l) Entri Pokok
f l 2cm 2cm 1- - - - - + ENTRI POKOK
I t 3 kait
·---------~
I • en.tn po.kok - -- - - - - - - - -- - - -, ~ I
~ !P~i - - - - - - - - - - - - - - - - - - - j j 2 cm I
2) Subentri/Gabungan Kata/Peribahasa
I
2 cm ~ 2crn - - - - -+-~ (ENTRI POKOK)
I 3 kait •- - -~ 1 subentri - - - - - - - - - -5 spasi 1 : 2 cm
I '<f-------1 I
..L. - - - - - - - - - - - - -~
" 1 2cm
45
46
3) Gabungan Kata
-----------------------------I I 2cm
2cm -t - - - - - - ~ (ENTRI POKOK)
t 3 kait I
,~,;~-l __ ~~ --~~---~ ~ ~-_-_]- -~'~-
4) Gabungan Kata Berimbuhan
1 2cm I
2cm
2cm -¥ - - - - - "'). (ENTRI POKOK, subentri)
I 3 kait
"' ,_ - - )>I = .... ; - ('--- - - - - - - - - - -
''P'"L _____ -- ----- ___ _],.-~=--.,. 1 2cm I I I
5) Peribahasa
I 2 cm
2 cm I - - - - - I (ENTRI POKOK)
I I I 3 kait 1
- - _1 - peribahasa 5 spasi : '
I
47
2 cm \ ---------1
- - - - - 1 ;
- - J !
9.2 Tata Cara Pengetikan
I. J arak kait Ph.
1 2 cm
2. Entri pokok dan subentri-diberi garis bawah ganda- masing-masing diketik pada satu kartu (lihat contoh).
3. Gabungan kata dan frase berimbuhan-dibe ri garis bawah ganda masing-maSing ditik pada satu kartu (lihat contoh).
4. Peribahasa-diberi garis bawah tunggal-masing-masing ditik pada satu kartu (lihat contoh).
Contoh Pengetikan Kartu lnduk
1) Entri Pokok
AIR
a.ir n I barang cair seperti yang terdapat di sungai, laut, atau lautan; 2 barang cair yang terdapat di buah-buahan ; 3 ki minwnan (spt teh, kopi);
48
2) Subentri
(AIR)
mengairi v 1 memberi air; membasahi; menggenangi (sawah dsb) ; 2 cak memberi minum;
3) Gabungan Kata
(AIR)
- abu air yang telah mengandung zat abu;
4) Gabungan Kata Berimbuhan
(PUTUS, memutuskan)
== cakap menyela (memotong) perkataan orang;
5) Peribahasa
(AIR)
- diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam, pb tidak enak makan dan minum (karena terlalu sedih dsb);
BAB X PENGETIKAN NASKAH KAMUS
Pengetikan naskah kamus sepenuhnya didasarkan atas kartu induk, hanya saja tanda titik koma ( ;) pada kartu induk terakhir dari sebuah entri pokok dihilangkan. Apabila entri itu hanya sebuah entri pokok saja (tanpa bemuk derivasinya), akhir deskripsi entri itu tidak dibubuhi tanda baca terminal. Akan tetapi, apabila entri pokok itu berderivasi, akhir deskripsi derivasi (subentri) terakhirlah y:mg tidak dibubuhi tanda terminal apa pun. Cont oh.
I) ag.re.si /agres.i/ a seragam ; penyerangan 2) ag.re.sif /agresif/ a bersifat (bemafsu) menyerang 3) ag.re.sor /agresor/ n penyerang 4) aguk n hiasan pd kalung (untuk anak-anak atau pengantin wanita) 5) air n 1 cairan spt yg terdapat di sungai, laut atau lautan ; 2 barang cair
yg terdapat dl buah-buahan; 3 ki minuman (spt teh, kopi); -- beriak tanda tak dalarn, pb orang yg banyak cakap (sombong dsb) biasanya, kurang ilmu ; -- besar batu bersibak, pb persaudaraan (keluarga) menjadi cerai berai jika terjadi perselisihan ; -- tenang (biasa) menghanyutkan, pb orang yg pendiam biasanya banyak pengetahuannya ; -- diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam, pb tidak enak makan dan minum (krn terlalu sedih dsb); bagai -- di daun talas, pb selalu berubah-ubah (tidak tetap pendirian); bagai mencencang --, pb rnelakukan perbuatan yg sia-sia ; bermain -basah, bermain api letup, pb setiap pekerjaan atau usaha ada susahnya ; menepuk -- di dulang, pb menceritakan keburukan sendiri (keluarga sendiri); pandai berminyak --, pb pandai bermuka-muka {bergaul, mengarnbil hati); tak - - talang dipancung, tak onas bungkal diasah (= peluh diurut, hujan ditampung), pb tak segansegan melakukan apa pun jua untuk mencapai maksud atau tujuan-
49
50
nya; tambah -- tambah sagu , pb bertambah pekerjaan bertamba pula upahnya ; -- abu air yg telah mengandung za t abu; -- alas air me sin ; -- anggur minuman yg dibuat dr buah anggur; -- anjing nama tumbuhtumbuhan ; -- api air keras; -- arwah air yg disediakan di kenduri arwah; -- bah banjir ; -- bakat air yg berolak (berkisar) ; -- beku air yg membeku ; es ; -- belanda air soda; -- gula air yg manis dibuat dr gula ; -- hidung air (lendir) yg keluar dr hidung krn pilek (influenza) ; ingus ; -- jeruk I air lirnau; 2 nama minuman dr jeruk yg asam rasanya ; kuas ; -- kandang Tan air dr kotoran kandang : -- kapur air yg telah bercampur dng zat kapur; -- kemih air kencing: -- kencing air buangan dr kandung kencing (di tubuh) yg keluar melalui Ju bang kencing; air kemih ; air seni; -- keras zat cair yg mudah menyala spt asam nitrat; -- lata air terjun ; -- Hur air yg keluar dr kelenjar Judah di mulut ; -- mandi 1 air untuk mandi: 2 ki sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan ; -- mas 1 lapis emas; tin ta emas; 2 benang emas ; -- mata air yg meleleh dr mata (ketika menangis dsb) ; -- mati 1 selokan di pantai yg airnya diam (tidak mengalir) ; 2 surut tirnpas; surut perbani ; -- mawar air yg harum baunya (dr bunga mawar dsb) ; -- minum air yg biasa untuk dirninum; -- muka I permukaan air; 2 mpa muka ; wajah ; -- pasang air naik ( tt air !au t) ; -- perak tin ta perak; -- raksa zat cair rupanya (warnanya) sbg tirnah ; -- sebak banjir ; -- sembahyang air untuk wudu (membersihkan diri sebelum sembahyang) ; -- sembilan air untuk memandikan mayat; -- seni air kencing ; -- serani Kris air pemandian (untuk membaptis) : -- setaman air yg bercampur dng berbagai-bagai bunga (untuk menujuh bulan dsb) ; -- soda nama minuman yg berupa air yg sudah berisi gas karbon (dioksida) : -- suri nira yg belum menjadi tuak ; -- surut air turun (tt laut) ; -- suci Kris air yg disucikan ( diberi berkat); -- susu air yg keluar dr susu ; -- tanah air yg keluar dr tanah ; -- tawar air biasa (bukan air masin atau air panas); -- tepung air tawar yg telah dirnantrai (untuk obat dsb) ; -- terjun air yg mengalir dan terjun (dr lereng gunung dsb) ; - - tuban Dok air yg keluar dr kandungan yg mendahului bayi lahir ; -- wangi air yg harum baunya ; -- wudu air
sembahyang; berair v 1 mengandung (berisi, mengeluarkan, dsb) air : perigi tidak = lagi; 2 ki berhasil : ada == juga rupanya;
Cata tan:
51
mengair 1 v menjadi air; 2 a menyerupai (seperti) air (tt kejernihan, kerataan);
mengairi v 1 memberi air; membasahi ; menggenangi (sawah dsb); 2 cak memberi minum; == sawah orang, pb memberi keuntungan kpd orang lain; perairan n 1 laut yg termasuk kawasan suatu negara; banyak nelayan Jepang yg menangkap ikan di = Indonesia ; 2 urusan persediaan air; panitia yg menyelidiki = kota Jakarta; pengairan n 1 Tan pekerjaan yg bertalian dng persediaan air untuk pertanian dng menggunakan bendungan-bendungan, bandar-bandar, terusan-terusan, dsb; 2 ha1 (cara) mengairi; keairan n I kena air; tergenang air; 2 bocor ; 3 kena luka; !lepengairan a mendapat air dr satu sungai (sumber); kedua daerah itu=
*) Tanda b"aca penutup pada entri terakhir dihilangkan.
BAB XI TANDA-TANDA KOREKSI
Tanda-tanda koreksi dipakai untuk memudahkan kerja sama yang baik antara penyunting dan para pengetik. Oleh karena itu, kesamaan pemakaian tanda antara penyunting dan pengetik mutlak diperlukan agar }Jekerjaan penyusunan/penyuntingan kamus dapat diselesaikan dengan cepat.
Tanda-tanda koreksi yang dipakai dalam penyuntingan kamus bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
No. Tanda Maksud Tanda Koreksi Koreksi
1. i. hilangkan huruf itu 2. # pisahkan dengan jarak satu spasi 3. - rapatkan menjadi satu perkataan -4. ~ beri tanda hubung -5. jg rapatkan dengan jarak satu spasi 6. beri garis bawah ganda 7. beri garis bawah tunggal 8. ~ kapital 9. D baris baru I 0. ~ bukan baris baru 11. - disebariskan 12. -v- sisipkan di sini 13. ~ keataskan sedikit 14. __r-i__ kebawahkan sedikit
52
53
No. Tanda Koreksi Mak.sud Tanda Koreksi
15. "--J pertukarkan tempat huruf atau perkataan 16. c=::: baris itu masukkan sedikit 17. :=:i baris itu jangan dimasukkan 18. - - -- -- perbaikan tidak jadi 19. >-- renggangkan jarak atau barisnya 20. f-- kurangi jarak antara baris-baris
1 rr/F/E 21. /_/d's?§ tanda-tanda penun1uk
//fH/7
(1) CONTOH CARA MENGGUNAKAN TANDA-TANDA KOREKSI
bak.ti" n I pernyataan tunduk dan hormat; perbuatan yg menyatakan setia (kasih, horrnat, tunduk) : -- kpd Tuhan Yang Mahaesa; -- se-
f :::J orang anak kpd orang tuanya; 2 setia; memperharnfbakan diri : sbg tanda -- kpd istrinya; berbuat -- kpd nusa dan bangsa;
J ~ berbakti v I berbuat bakti (kpd); setia (kpd)j = kpd orang tua merupakan kewajiban bagi seorahg anak; = kpd nusa dan bangsa; 2 tunduk dan khidmat (kpd); memperharnbakan diri (kpd); menghormat: = kpd Tuhan Yang Mahaesa;
lfilJ J membaktiktiii] v l mengharnbakan ; menggunakan segenap tenaga untuk berbakti (kpd): agar mereka dapat = tenaganya kpd tana'!
f'4i:::l'i air dan bangsa; 2 memberikan sesuatu dng tanda bakti: [§i ~ perjuangan ban~ orang tidak segan-segan = harta bendanya
kpd pemerintah; f ~ pembaktian n hal (perbuatan::W'membaktikan: = tenaga dan pikiran
nya kpd perjuangan bangsa, tidak dapat dinilai dng uang; kebaktian n l rasa tunduk dan khidmat; kesetiaan ; perbuatan
f" I . (pekerjgan) bakti ; 2 perbuatan baik (menurut agama); ibadat; r 6'1- 3 Kat ' rot upacara agama ~ gereja (berdoa, bernyanyi)
1 ';::::Hbaku a l menjadi pokok; sebenarnya ; utarna; pokok: beras _"/eru
=i Mi. pa/can bahan makanan - bagi rakyat lndonemz; 3 dipakai sbgjlJrun (nilai, harga); standar; -- emas penilaian berdasarkan pd emas;
54
membakukan v membuat jadi baku (standar) ; menjadikan baku (standar): = istilah-isti/ah di segala bidang merupakart salah satu usaha yg menunjang pembakuan bahasa; pembakuan n perihal ( cara) membakukan ; ha! menjadikan bairn (standar): salah satu tujuan politik bahasa nasional ialah = bahasa Indonesia.
(2) NASKAH HASIL PERBAIKAN
bak.ti a I pernyataan tunduk dan hormat: perbuatan yg menyatakan setia {kasih, hormat. tunduk)· - - kpd Tuhan Yang Mahaesa: - seorang anak kpd orang tuanya; 2 setia: memperham bakan diri: sbg tanda -- - kpd istrinya; berbuat ·- - kpd nusa dan bangsa; berbakti v I berbuat bakti (kpd): setia (kpd) : = kpd nusa dan bangsa; 2 tunduk dan khidmat (kpd); memperhambakan diri (kpd): menghonnat: = kpd Tuhan Yang Mahaesa; membaktikan v 1 menghambakan: menggunakan segenap tenaga utk berbakti (kpd): agar mereka dapat = tenaganya kpd tanah air dan bangsa; 2 memberikan sesuatu dng tanda bakti : demi perjuangan bangsanya, orang tidak segan-segan == harta bendanya kpd pemerintah; pembaktian n ha! (perbuatan) membaktikan: = tenaga dan pikirannya kpd perjuangan bangsa, tidak dapat dinilai dng uang; kebaktian n I rasa tunduk dan khidmat ; kesetiaan; perbuatan (peker . jaan) bakti: 2 perbuatan baik (menurut agama); ibadat: 3 Kat Prpt upacara agama di gereja (berdoa, bernyanyi)
1ba.ku a l menjadi pokok ; sebenarnya ; utama; pokok; beras merupakan bahan makanan - - bagi rakyat Indonesia; 3 dipakai sbg ukuran ( nilai, harga): standar; -- emas pernilaian berdasarkan pd emas ; membakukan v membuat jadi baku (standar); menjadikan baku (standar): = istilah-istilah di segala bidang merupakan salah satu usahayg menunjang pembakuan bahasa; pembakuan n perihal (cara) membakukan; ha! menjadikan balcu (standar): salah satu tujuan politik bahasa nasional ialah = bahasa Indonesia.
DAFT AR PUSTAKA
Adiwimarta, Sri Sukesi. 1977. "Suka Duka Penyusunan Kanms". Kertas Kerja. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Habeyb. 1973. Kamus Populer. Jakarta : Centra.
Halim, Arman. 1980. "Bahasa Indonesia Baku". Kertas kerja pad a Pertemuan Bahasa dan Sastra, Jakarta, 2-3 Oktober 1980. Jakarta: Pu sat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Harahap, E.'St. 1951. Kamus Indonesia, Cetakan ke-1 o. Bandung: G. Kolff & Co.
lskandar, T. 1970. Kamus Dewan. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa.
Keraf, Gorys. 1980. Tatabahasa Indonesia Ende - Flores ; Nusa lndah.
Kridalaksana, Harimurti. 1974. Karnus Sinonim Bahasa Indonesia. Ende-Flo-res: Nusa Indah.
---. 1977. "Lexicography in Indonesia". Kertas kerja di dalam XIlth International Congress-of Linguistics di Vienna.
---. 1979. "Lexic0graphy in Indonesia" di dalam RELC JOURNAL Vol. JO No. 2Desember1979.
--- . 1975. "Kamus Bahasa Indonesia: Fungsinya dalam Pengembangan Bahasa Indonesia". dalam Bahasa dan Sastra 1:1, 13- 18. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
---. 1975. Kamus Mini: Kata-kata A sing. Jakarta: PT Gramedia.
Masinambow, E.K.M (Penyunting). 1980. "Kata Majemuk ". Beberapa Sumbangan Pikiran" dalarn Seri Penerbitan flmiah 4. Jakarta: Universitas Indonesia.
55
56
-----p f R r lj s l K A r
PU~ t. r tJlfltNl\AtJ OAN ?E Eno, rn ,r i:l 11i\SA o 1: P 11 R TE ME 1J Pu~ n , u 1 "' 1 N
0 AN EB U 0 t\ Y f t, N
Nasution, Saodah. 1976. "Kamus sebagai Petunjuk cara Memahami Kata" dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra No. 3 Th. II. 1976. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakar~a : PN Balai Pustaka.
Prentice, D.J. 1975. "Some Problems in The Compilation of An En~shMalay Dictionary". Kertas Kerja. Jakarta: National Centre for Language Development, Ministry of Education and Culture, Republic of Indonesia.
- --. 1975. "Beberapa Masalah Mengenai Penyusunan Kamus Ekabahasa Bahasa Indonesia". Kertas Kerja . Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1980. Pedoman . Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Raliby , Oesman. 1976. Kamus Internasional. Jakarta : C.V. Bulan Bintang.
Ramlan, M 1967. flmu Bahasa Indonesia: Morfologi. Yogyakarta: UP Indonesia.
Redaksi Karya Anda. Tanpa Tahun. Kamus International Populer. Surabaya: Karya Anda.
Sunaryo, Adi. 1975 . ''Metode Penyusunan Kamus". Kertas Kerja pada Seminar Leksikografi 1975. Jakarta: Pusat Pembinaan· dan Pengembangan Bahasa.
-- - . 1978. "Entri dan Permasalahannya dalam Penyusunan Kamus Bahasa Indonesia". Kerta Kerja pada Konferensi Bahasa dan Sastra Indonesia 1978. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
--. 1980. "Kamus Bahasa Indonesia Standar" dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia Jilid I No . 3 September 1980. Jakarta: Bhratara.
University College. 1977. The Principles of The International Phonetic Association. London .
Webster, Merriam. 1975. Webster's New Collegiate Dictionary. Massachusetts: G & C. Merriam Company.
Zain, Sutan Muhammad. Tanpa Tahun. Kamus Modern Bahasa Indonesia. Tanpa kota penerbit. Dharrna.
Zgusta, Ladislav. 1971. Manual of Lexicography. Den Haag: Mouton.
,..:" •
,.
,,
t l' \ .;.·
" I ' I '
499.
·:- .. . -~ ~.