MATERI INTI 3
PENGOBATAN PASIEN TB
KEGIATAN BELAJAR 1-6
DAFTAR ISI
Kegiatan Belajar 1 : TUJUAN dan PRINSIP PENGOBATAN
Kegiatan Belajar 2 : PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Kegiatan Belajar 3 : PENGOBATAN TB PADA PASIEN DEWASA
Kegiatan Belajar 4 : PENGOBATAN TB PADA PASIEN ANAK
Kegiatan Belajar 5 : PENGOBATAN TB PADA PASIEN DENGAN KEADAAN
KHUSUS
Kegiatan Belajar 6 : PENETAPAN PMO DAN TEMPAT PENGOBATAN
Tentang Modul Ini
Modul ini merupakan kelanjutan modul Penemuan pasien TB. Setelah pasien ditemukan adalah kewajiban Dokter Praktik Mandiri (DPM) menjamin bahwa pasien TB diobati dengan baik dan benar, sesuai standar ISTC (International Standard for Tuberculosis Care), Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Buku Pedoman Nasional Pengendalian TB edisi terkini. Pada modul ini ada 12 topik materi yang akan dibahas yaitu: tujuan dan prinsip pengobatan pasien TB, paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), Pengobatan TB pada pasien dewasa dan pasien anak, penetapan PMO dan tempat pengobatan, Efek samping OAT, Tata Laksana Pasien Berobat Tidak Teratur, pemantauan kemajuan pengobatan, penetapan hasil akhir pengobatan, logistik TB dan pengisian form TB.01 dan TB.02 Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah menyelesaikan materi, peserta mampu memahami cara melakukan Pengobatan Pasien TB dengan benar Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan:
1. Tujuan dan Prinsip Pengobatan pasien TB 2. Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) 3. Pengobatan TB pada pasien dewasa 4. Pengobatan TB pada pasien anak 5. Pengobatan TB pada pasien dengan keadaan khusus (12 jenis pasien) 6. Penetapan PMO dan tempat pengobatan 7. Tatalaksana Efek samping obat TB 8. Pemantauan kemajuan Pengobatan 9. Pemantauan Tata Laksana Pasien Berobat Tidak Teratur
10. Penetapan Hasil akhir pengobatan 11. Logistik TB 12. Cara mengisi format TB.01 dan format TB.02
KEGIATAN BELAJAR 1 TUJUAN DAN PRINSIP PENGOBATAN PASIEN TB
POKOK MATERI
1. Tujuan pengobatan pasien TB 2. Prinsip pengobatan pasien TB
URAIAN MATERI
Setelah memahami tujuan pengobatan pasien TB, sebelum mengobati pasien TB kita perlu memahami PRINSIP PENGOBATAN PASIEN TB:
Pada prinsip pengobatan pasien TB dikatakan bahwa pengobatan pasien TB terdiri atas 2 tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjutan, berikut adalah penjelasan tentang tahap dan tahap lanjutan pengobatan asien TB tersebut
SEKARANG SAYA TAHU:
KEGIATAN BELAJAR 2 PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Tujuan Umum
Peserta mampu memahami tentang Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dalam setiap
tahapan pengobatan TB
Tujuan Khusus
Peserta mampu menjelaskan:
1. Definisi OAT
2. Jenis dan kisaran dosis OAT yang digunakan di Indonesia
3. Paduan OAT, peruntukkan, cara meminum dan cara kerja OAT dalam setiap
tahapan pengobatan TB
Pokok Materi
1. Definisi OAT
2. Jenis dan Kisaran dosis OAT yang digunakan di Indonesia
3. Paduan OAT, peruntukkan, cara meminum dan cara kerja OAT dalam setiap
tahapan pengobatan TB
Uraian Materi
1. Definisi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB, yang merupakan salah satu upaya paling efisien untuk
mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB
OAT dapat dikalsifikasikan berdasarkan jenis, paduan, kemasan,
sifat, dan efek samping, sebagaimana yang terlihat pada gambar-
gambar berikut:
OAT lini pertama terdiri dari empat macam obat yang merupakan pengobatan utama dan mendasar bagi pasien TB, diperuntukkan bagi pasien TB yang belum pernah mendapat pengobatan TB sebelumnya. OAT lini kedua merupakan OAT yang diberikan pada pasien TB yang sudah resistan terhadap OAT lini pertama (pasien TB Resistan Obat).
Setelah mengetahui jenis OAT lini pertama dan lini kedua, cara kerja
serta efek sampingnya, maka kita akan mempelajari Paduan OAT dan
peruntukkannya.
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia ditetapkan mengacu pada rekomendasi WHO dan International Standard for Tuberculosis Care/ISTC. Paduan OAT terdiri dari OAT Kategori 1 dan Kategori 2, Kategori Anak dan
Kategori Pengobatan untuk Pasien TB Resistan Obat
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia dikemas dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT)/Fixed Dose Combination (FDC) dan dalam bentuk obat lepas (Kombipak)
SEKARANG SAYA TAHU:
Kegiatan Belajar 3
PENGOBATAN TB PADA PASIEN DEWASA
Tujuan Umum
Peserta dapat memahami pengobatan TB pada pasien TB dewasa
Tujuan Khusus
Peserta dapat menjelaskan:
Paduan OAT pasien TB dewasa
Dosis OAT bagi pasien TB dewasa
Pokok Materi
Materi yang akan dibahas pada kegiatan belajar ini adalah paduan dan dosis OAT
bagi pasien TB dewasa
Uraian Materi
Seperti telah disampaikan pada materi sebelumnya, paduan pengobatan TB terdiri
dari Kategori-1 dan Kategori-2 dengan kemasan KDT dan Kombipak. Tabel berikut
memperlihatkan kisaran dosis pengobatan TB untuk tiap jenis OAT, sesuai kisaran
dosis dengan pengelompokan Berat Badan pasien TB, baik untuk KDT maupun
kombipak.
Kisaran dosis OAT lini pertama bagi pasien dewasa
OAT
Dosis
Harian 3 x / minggu
Kisaran dosis
(mg/kg BB)
Maksimum
(mg)
Kisaran dosis
( mg/kg BB )
Maksimun/
hari (mg)
Isoniazid 5 ( 4 – 6 ) 300 10 ( 8 – 12 ) 900
Rifampisin 10 ( 8 – 12 ) 600 10 ( 8 – 12 ) 600
Pirazinamid 25 ( 20 – 30 ) - 35 ( 30 – 40 ) -
Etambutol 15 ( 15 – 20 ) - 30 ( 25 – 35 ) -
Streptomisin 15 ( 12 – 18 ) - 15 ( 12 – 18 ) 1000
Dosis paduan OAT KDT untuk Kategori 1 2(HRZE) / 4(HR)3
Berat
Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama
16 minggu
RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT
Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap Pengo batan
Lama Pengo batan
Dosis per hari / kali Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet Isonia sid @ 300 mg
Kaplet Rifam
pisin @ 450 mg
Tablet Pirazinamid @ 500
mg
Tablet Etam
butol @ 250 mg
Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
Dosis paduan OAT KDT untuk Kategori 2 - 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
Berat
Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Tahap Lanjutan 3 kali seminggu
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28
hari selama 20 minggu
30-37 kg
2 tab 4KDT + 500 mg Streptomisin inj.
2 tab 4KDT
2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol
38-54 kg
3 tab 4KDT + 750 mg Streptomisin inj.
3 tab 4KDT
3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol
55-70 kg
4 tab 4KDT + 1000 mg Streptomisin
inj.
4 tab 4KDT
4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol
≥71 kg 5 tab 4KDT + 1000mg Streptomisin inj.
5 tab 4KDT
5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol
Catatan:
Untuk pasien yang berumur >60 tahun tidak mungkin bisa diberikan Streptomycin dengan dosis >500 – 750 mg/hari. Beberapa buku rujukan menganjurkan penurunan dosis menjadi 10 mg/kg/BB/hari. Pada pasien dengan berat badan < 50 kg mungkin juga tidak dapat diberikan dosis diatas 500 – 750 mg/hari.
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB pada keadaan khusus.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
Jumlah hari menelan obat dalam 1 bulan adalah 28 hari, sehingga untuk tahap awal 2 bulan = 2 X 28 hari (dosis harian) = 56 hari (=56 dosis harian)
Untuk tahap lanjutan, pasien TB menelan obat 3 kali seminggu, sehingga untuk 1 bulan jumlah hari menelan obat adalah 3 kali X 4 minggu= 12 hari menelan obat (= 12 dosis harian), sehingga pada tahap lanjutan Kategori-2 jumlah dosis harian yang harus diminum adalah 5 bulan X 3 kali/mg X 4 minggu= 60 hari menelan obat (=60 dosis harian)
Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Tahap
Peng-
obatan
Lama
Peng-
obatan
Tablet
Isoniasid
@ 300
mg
Kaplet
Rifampis
in @ 450
mg
Tablet
Pirazina
mid @
500 mg
Etambutol
Streptom
isin
injeksi
Jum
lah
hari/
kali
mene
lan
obat
Tab
let @
250
mg
Tab
let @
400
mg
Tahap
Inten sif
(dosis
harian)
2 bln
1 bln
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,75 gr
-
56
28
Tahap
Lanju tan
(dosis 3x
se mggu)
5 bln 2 1 - 1 2 - 60
Catatan:
Ingat pemberian dosis Streptomycin untuk pasien berumur >60 tahun Berat badan pasien ditimbang setiap bulan dan dosis pengobatan harus disesuaikan apabila terjadi perubahan berat badan.
Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (contoh kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan risiko terjadinya resistensi pada OAT lini kedua. OAT lini kedua disediakan di Faskes yang telah ditunjuk guna memberikan
pelayanan pengobatan bagi pasien TB yang Resistan Obat
SEKARANG SAYA TAHU: 1. Paduan pengobatan TB yang terdiri dari Kategori-1 dan Kategori-2 dengan
kemasan KDT dan Kombipak.
2. Kisaran dosis pengobatan TB untuk tiap jenis OAT sesuai pengelompokan Berat
Badan pasien TB, baik untuk KDT maupun kombipak.
Kegiatan Belajar 4
PENGOBATAN TB PADA PASIEN ANAK
Tujuan Umum
Peserta dapat memahami pengobatan TB pada pasien anak
Pokok Materi
1. Tatalaksana medikamentosa TB Anak
2. Prinsip pengobatan TB pada pasien Anak
3. Paduan OAT TB Anak, dosis dan efek samping
4. Paduan OAT TB Anak dan peruntukkannya
5. Tahapan pengobatan, jenis dan lama pengobatan pada pasien TB Anak
6. Pengobatan ulang pada pasien TB Anak
Uraian Materi
Pengobatan TB pada anak
1. Tatalaksana medikamentosa TB Anak
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana TB Anak adalah:
a. Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan sebagai monoterapi.
b. Pemberian gizi yang adekuat. c. Mencari penyakit penyerta, jika ada, harus di tatalaksana secara bersamaan.
Tatalaksana medikamentosa TB Anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan profilaksis (pencegahan).
Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan profilaksis TB diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis primer) atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder).
2. Prinsip pengobatan TB pada pasien Anak
Yang harus diperhatikan dan dipatuhi dalam melakukan pengobatan TB pada anak adalah:
3. Paduan OAT TB Anak, dosis dan efek samping
Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah: OAT paket Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT).
Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2 (HRZ)/4 (HR) Dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. Paket KDT untuk tahap awal, yaitu Rifampisin (R) 75mg, INH (H) 50 mg,
dan Pirazinamid (Z) 150 mg
Paket KDT untuk tahap lanjutan, yaitu R 75 mg dan H 50 mg dalam satu paket. Dosis yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel berikut.
Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan.
OAT kombipak digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.
Dosis paket Kombinasi Dosis Tetap (KDT) OAT TB Anak
Berat badan
(kg)
2 bulan
RHZ (75/50/150)
4 bulan
RH (75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet
8-12 2 tablet 2 tablet
13-17 3 tablet 3 tablet
18-23 4 tablet 4 tablet
24-30 5 tablet 5 tablet
Catatan:
Anak dengan BB >30 kg diberikan 6 tablet atau menggunakan KDT
dewasa
Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk
kombinasi dosis tetap, dan sebaiknya dirujuk ke RS rujukan
Apabila ada kenaikan BB maka dosis/jumlah tablet yang diberikan,
menyesuaikan berat badan saat itu
Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal (sesuai
umur). Tabel Berat Badan berdasarkan umur dapat dilihat di lampiran
OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah, dan tidak boleh
digerus)
Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah/dikulum
(chewable), atau dimasukkan air dalam sendok (dispersable).
Obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah
makan
Keterangan:
Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat tidak
boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer
4. Paduan OAT TB Anak dan peruntukkannya
Peruntukan Paduan OAT Kategori Anak sesuai tahapan pengobatan
dan lama pengobatan
Peruntukan
(Jenis Penyakit) Tahap intensif
Tahap
lanjutan Prednison Lama
TB Ringan
2HRZ 4HR
-
6 bulan Efusi pleura TB 2 minggu dosis penuh -
kemudian tappering off
TB BTA pos 2HRZE 4HR -
TB paru dengan
tanda-tanda
kerusakan luas:
2HRZ+E atau S
7-10HR
4 mgg dosis penuh-
kemudian tappering off
9-12
bulan b. TB milier
c. TB +
destroyed
lung
Meningitis TB
10HR
4 mgg dosis penuh-
kemudian tappering off
12 bulan Peritonitis TB
2 mgg dosis penuh-
kemudian tappering off
Perikarditis TB 2 mgg dosis penuh-
kemudian tappering off
Skeletal TB -
5. Tahapan pengobatan, jenis dan lama pengobatan pada pasien TB Anak
Berbeda dengan pengobatan pada pasien TB dewasa, baik pada tahap awal maupun tahap lanjutan pengobatan pasien TB anak diberikan setiap hari. Jenis obat yang digunakan pada tiap tahapan dan lamanya pengobatan sudah dipelajari pada materi sebelumnya.
a. Tahap Awal, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal
3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
b. Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
Catatan: Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk mengurangi ketidak teraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari.
6. Pengobatan ulang TB pada Anak
a. Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang kembali dengan
keluhan gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak tersebut benar-benar
menderita TB.
b. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan dahak atau sistem
skoring.
c. Evaluasi dengan sistem skoring harus lebih cermat dan dilakukan di fasilitas
rujukan.
d. Apabila hasil pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif, maka anak
diklasifikasikan sebagai kasus Kambuh.
SEKARANG SAYA TAHU 1. Tatalaksana medikamentosa TB Anak: terpi (pengobatan) dan profilaksis
2. Prinsip pengobatan TB pada pasien Anak adalah:
a. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat
b. Waktu pengobatan TB anak 6-12 bulan.
c. Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap: tahap awal dan tahap
lanjutan
d. TB anak pulmonal maupun ekstrapulmonal dengan gejala klinis yang berat,
seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, perikarditis TB, TB endobronkial,
efusi pleura TB, peritonitis TB:
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
diberikan kortikosteroid (prednison)
Pada pasien TB anak yang pernah mendapat
pengobatan TB, tidak dianjurkan untuk dilakukan uji
tuberkulin ulang
Kegiatan Belajar 5
PENGOBATAN TB PADA PASIEN DENGAN KEADAAN KHUSUS
Keadaan khusus adalah keadaan pada saat seorang pasien TB dalam menelan OAT
mengalami kondisi yang perlu perhatian khusus (kehamilan, ibu menyusui, WUS
penggunaan kontrasepsi), dan keadaan dimana selain menderita penyakit TB pada
saat yang bersamaan juga menderita penyakit ko infeksi yang lain. Kondisi dengan
penyakit penyerta ini dapat mempengaruhi respons atau hasil pengobatan TB. DPM
harus dapat mengidentifikasi kasus khusus ini dan memberikan pengobatan yang
dapat mendukung hasil yang optimal.
Tujuan Umum
Peserta mampu memahami pengobatan pasien TB pada keadaan khusus
Tujuan Khusus
Peserta dapat menjelaskan cara pengobatan TB pada:
1. Kehamilan
2. Ibu menyusui dan bayinya
3. Pasien TB pengguna kontrasepsi
4. Pasien TB dengan kelainan hati
5. Pasien TB dengan gangguan fungsi ginjal
6. Pasien TB dengan Diabetes Mellitus
7. Pasien TB yang mendapat tambahan kortikosteroid
8. Pasien TB dengan Indikasi operasi
Pokok Materi
Pengobatan pasien TB pada:
1. Kehamilan
2. Ibu menyusui dan bayinya
3. Pasien TB pengguna kontrasepsi
4. Pasien TB dengan kelainan hati
5. Pasien TB dengan gangguan fungsi ginjal
6. Pasien TB dengan Diabetes Mellitus
7. Pasien TB yang mendapat tambahan kortikosteroid
8. Pasien TB dengan Indikasi operasi
Uraian Materi
1. Kehamilan Prinsip pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB
pada umumnya.
Menurut WHO, sebagian besar OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin
karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta.
Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan
keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan.
Keberhasilan pengobatan TB pada kehamilan sangat penting agar bayi yang akan
dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB.
2. Ibu menyusui dan bayinya Ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara
adekuat, karena semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
Prinsip pemberian OAT pada ibu menyusui adalah:
Untuk pengobatan TB pada ibu
Untuk mencegah penularan kuman TB kepada bayinya.
Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dengan ibu harus memaki masker saat
berdekatan dengan bayinya,
Bayi dapat terus diberikan ASI.
Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai
dengan berat badannya.
3. Pasien TB pengguna kontrasepsi Pasien TB pengguna kontrasepsi sebaiknya mengggunakan kontrasepsi non-
hormonal.
Terjadinya interaksi Rifampisin dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan
KB, susuk KB) dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut.
4. Pasien TB dengan kelainan hati
a. Pasien TB dengan Hepatitis akut
Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Sebaiknya dirujuk ke Faskes rujukan untuk penatalaksanaan spesialistik.
b. Pasien TB pembawa virus hepatitis, pasien dengan riwayat hepatitis akut dan saat ini pecandu alcohol
Pasien dengan kondisi tersebut dapat diberikan paduan pengobatan OAT,
namun perlu diwaspadai terjadinya reaksi hepatotoksis terhadap OAT.
c. Hepatitis Khronis Pada pasien dengan kecurigaan mempunyai penyakit hati kronis, pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan sebelum memulai pengobatan.
Apabila hasil pemeriksaan fungsi hati >3x normal sebelum memulai pengobatan, paduan OAT berikut ini dapat dipertimbangkan:
2 obat yang hepatotoksik 9 HRE 2 HRSE / 6 HR 6 – 9 bulan RZE
1 obat yang hepatotoksik 2 HES / 10 HE Tanpa obat yang hepatotoksik 18 – 24 SE ditambah salah satu
golongan Kuinolon Semakin berat atau tidak stabil penyakit hati yang diderita pasien TB, harus menggunakan semakin sedikit OAT yang hepatotoksik.
Konsultasi dengan seorang dokter spesialis sangat dianjurkan.
Pemantauan klinis dan LFT (Liver Function Test) harus selalu dilakukan dengan seksama
5. Pasien TB dengan gangguan fungsi ginjal:
Pasien dengan penyakit ginjal sangat berisiko untuk terkena TB khususnya pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis.
Risiko untuk mengalami efek samping obat pada pengobatan pasien TB dengan gagal ginjal kronis lebih besar dibanding pada pasien TB dengan fungsi ginjal yang masih normal.
Pasien TB dengan penyakit ginjal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah:
a. Pasien TB dengan gagal ginjal atau gangguan fungsi ginjal yang
berat paduan OAT yang dianjurkan adalah: 2 HR Z3E3/4 HR
H dan R diekskresi melalui empedu sehingga tidak perlu dilakukan perubahan
dosis.
Dosis Z dan E harus disesuaikan karena diekskresi melalui ginjal.
Dosis Z 25 mg/kg BB pemberian 3 x / minggu dan dosis E : 15 mg/kg BB.
(untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut)
b. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal, perlu
diberikan tambahan Piridoksin (vit. B6) untuk mencegah terjadinya
neuropati perifer. Hindari penggunaan Streptomisin dan apabila harus
diberikan, dosis yang digunakan: 15 mg/kgBB, 2 atau 3 x / minggu dengan
maksimum dosis 1 gr untuk setiap kali pemberian dan kadar dalam darah
harus selalu dipantau.
Kerjasama dengan dokter yang ahli dalam penatalaksanaan pasien dengan
gangguan fungsi ginjal sangat diperlukan.
Sebagai acuan, tingkat kegagalan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronis
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
6. Pasien TB dengan Diabetes Melitus (DM) TB merupakan salah satu faktor risiko tersering pada seseorang dengan Diabetes
mellitus.
7. Pasien TB yang perlu mendapat tambahan kortikosteroid
Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari berat
dan ringannya keluhan serta respon klinis.
Predinisolon (per oral):
a. Anak : 2 mg / kg BB, sekali sehari pada pagi hari
b. Dewasa : 30 – 60 mg, sekali sehari pada pagi hari
Apabila pengobatan diberikan sampai atau lebih dari 4 minggu, dosis harus
diturunkan secara bertahap ( tappering off ).
8. Pasien TB dengan Indikasi operasi
Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (misalnya reseksi paru),
adalah:
SEKARANG SAYA TAHU Pengobatan pasien TB pada keadaan khusus meliputi:
1. Pengobatan pasien TB wanita dengan kehamilan, menyusui dan bayinya,
pengguna kontrasepsi
2. Pengobatan pada pasien TB dengan kelainan Hati
3. Pengobatan pasien TB dengan kelainan ginjal
4. Pengobatan pada pasien TB dengan DM
5. Pasien TB yang perlu pemberian kortikosteroid
6. Pasien TB dengan Indikasi Operasi
Kegiatan Belajar 6
SELAMAT DATANG DI KEGIATAN BELAJAR 6
PENETAPAN PMO DAN TEMPAT PENGOBATAN
Dalam tatalaksana pasien TB, agar pasien TB dapat sembuh, sangat penting dipastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan sesuai anjuran dengan cara pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) yang disepakati bersama pasien agar mencegah terjadinya resistensi obat. Selain PMO, pemiilihan tempat pemberian pengobatan juga harus disepakati bersama pasien agar dapat memberikan kenyamanan. Pasien bisa memilih tempat pelayanan kesehatan terdekat dengan kediamannya. Apabila tidak ada faktor penyulit, pengobatan dapat diberikan secara rawat jalan.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu memahami pengawasan
langsung menelan obat oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) dan tempat
pengobatan untuk pasien TB
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu :
1. Memahami pengawasan langsung menelan obat oleh PMO:
2. Menjelaskan penentuan tempat pengobatan
POKOK MATERI:
1. Pengawas Menelan Obat (PMO)
Persyaratan PMO
Siapa yang dapat menjadi PMO
Tugas seorang PMO
Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada
pasien dan keluarganya
2. Penentuan tempat pengobatan
Pengawas menelan obat (PMO)Petugas kesehatan, keluarga
Tempat pengobatan RS, Puskesmas, Klinik
URAIAN MATERI
1. PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
Pengawas langsung menelan obat (PMO) adalah : seseorang yang telah
ditetapkan antara dokter dan pasien untuk menjalankan tugas mengawasi
menelan obat TB.
Salah satu komponen strategi DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh seorang PMO untuk menjamin keteraturan pengobatan.
a. Persyaratan PMO Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien. Bersedia membantu pasien dengan sukarela. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien
b. Siapa yang bisa jadi PMO Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat,
Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan,
guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota
keluarga.
c. Tugas seorang PMO Pengawasan langsung menelan obat oleh PMO dilakukan dengan cara: Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan. Memberi dorongan kepada pasien TB agar mau berobat teratur. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.
d. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya: TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
e. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke fasyankes.
PERLU DIINGAT
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban
pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan.
2. MENENTUKAN TEMPAT PENGOBATAN
Penentuan tempat pengobatan oasien TB dapat didiskusikan antara dokter dan
pasien, dengan mempertimbangkan kenyamanan pasien terhadap pemberi
pelayanan, dengan memperimbangkan jarak tempuh dari tempat tinggal ke
Faskes, untuk menjamin kepatuhan berobat dan kesembuhan pasien TB.
Pasien TB tanpa komplikasi pengobatan dapat dilaksanakan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti Puskesmas, Dokter Praktik Mandiri
dan Klinik.
Pasien TB dengan komplikasi pengobatan dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan (FKTL).