Download - Pasar modal
Pasar Modal
A. Sejarah Pasar Modal
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau
bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia.
Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC. Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi
dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den
Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar
modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar
modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia
ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik
Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di
Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah
Bombay, Hongkong, dan Tokyo.
Pasar Modal pada Zaman Penjajahan
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara
besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah
dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa
lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi.
Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah
mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang
terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de
Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan. Pada saat awal terdapat 13
anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa.
Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette
Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys
& Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.
Sedangkan Efek yang diperjual-belikan adalah saham dan obligasi perusahaan/perkebunan
Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan Pemerintah (propinsi dan
kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor
administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Perkembangan pasar
modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk
menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925
di Semarang resmi didirikan bursa.
Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup,
Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di Semarang
waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien
& Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.
Perkembangan pasar modal waktu itu cukup menggembirakan yang terlihat dari nilai efek yang
tercatat yang mencapai NIF 1,4 milyar (jika di indeks dengan harga beras yang disubsidi pada
tahun 1982, nilainya adalah + Rp. 7 triliun) yang berasal dari 250 macam efek.
Pasar Modal pada Perang Dunia II
Pada permulaan tahun 1939 keadaan suhu politik di Eropa menghangat dengan
memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini, pemerintah Hindia Belanda
mengambil kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan Efek-nya di Batavia serta menutup
bursa efek di Surabaya dan di Semarang.
Namun pada tanggal 17 Mei 1940 secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup dan
dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank
yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut sangat
mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, dan berakibat pula pada penutupan
kantor-kantor pialang serta pemutusan hubungan kerja. Selain itu juga mengakibatkan banyak
perusahaan dan perseorangan enggan menanam modal di Indonesia.
Dengan demikian, dapat dikatakan, pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya aktivitas
pasar modal pada zaman penjajahan Belanda.
Pasar Modal Pada Orde Lama
Setahun setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun
1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai
aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang
Darurat No. 13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkankan sebagai Undang-undang
No. 15 tahun 1952 tentang Bursa, pemerintah RI membuka kembali Bursa Efek di Jakarta pada
tanggal 31 Juni 1952, setelah terhenti selama 12 tahun. Sejak itu Bursa Efek berkembang dengan
pesat, meskipun Efek yang diperdagangkan adalah Efek yang dikeluarkan sebelum Perang Dunia
II. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi
berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga negara
Belanda, baik perorangan maupun badan hukum. Semua anggota diperbolehkan melakukan
transaksi abitrase dengan luar negeri terutama dengan Amsterdam.
Namun keadaan ini hanya berlangsung sampai pada tahun 1958, karena mulai saat itu terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa. Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang
dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga negara Belanda meninggalkan Indonesia.
Perkembangan tersebut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan Republik Indonesia dengan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya aksi pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan Undang-undang Nasionalisasi No.
86 Tahun 1958.
Kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu larangan bagi Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan semua Efek
dari perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, termasuk semua Efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin memperparah perdagangan Efek di Indonesia.
Penurunan ini mengakibatkan nilai nominal saham dan obligasi menjadi rendah, sehingga tidak
menarik lagi bagi investor. Hal ini merupakan pasang surut Pasar Modal Indonesia pada zaman Orde Lama. Tingkat inflasi pada waktu itu yang cukup tinggi ketika itu, makin menggoncang dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pasar uang dan pasar modal, juga terhadap
mata uang rupiah yang mencapai puncaknya pada tahun 1966.
Pasar Modal Pada Orde Baru
Langkah demi langkah diambil oleh pemerintah Orde Baru untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang rupiah. Disamping pengerahan dana dari masyarakat melalui
tabungan dan deposito, pemerintah terus mengadakan persiapan khusus untuk membentuk Pasar Modal. Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim menyatakan
bahwa benih dari PM di Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka
pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran. Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk
Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa.
Pada tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan kepres RI No. 52 tahun 1976 pasar modal diaktifkan kembali dan go publik-nya beberapa perusahaan. Pada jaman orde baru inilah perkembangan PM
dapat di bagi menjadi 2, yaitu tahun 1977 s/d 1987 dan tahun 1987 s/d sekarang.
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana
dari bursa efek. Fasilitas-fasilitas yang telah diberikan antara lain fasilitas perpajakan untuk merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di Pasar Modal.
Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan
fluktuasi harga saham dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket
Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.
Pakdes 1987
Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi
efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari total emisi.
Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan
bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
Pakto 88
Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan
pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito.
Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor
perbankan dan sektor pasar modal.
Pakdes 88
Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.
Itulah sekilas sejarah Pasar Modal dari mulai munculnya pada zaman penjajahan colonial
belanda hingga sekarang dan berikut diatas tiga kebijaksanaan pasar modal menjadi aktif di Indonesia untuk periode 1988 hingga sekarang.
Dan berikut Sejarah Pasar Modal Secara singkat, dan tonggak perkembangannya di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut1:
Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia
Belanda
1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
ditutup
1 http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/sejarah.aspx
1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum
10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan
dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus
diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini
juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten
pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan
instrumen Pasar Modal
1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran
Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
1988 – 1990 Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ
terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari
broker dan dealer
Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer
JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996
1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di
pasar modal Indonesia
2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
02 Maret 2009
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia:
JATS-NextG
B. Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-
surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat
berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek2.
Pasar Modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta3,umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama
obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan,
sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan.
Dilihat dari pengertian akan pasar modal tersebut, maka jelaslah bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat.
C. Struktur Pasar Modal
Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Berdasarkan hal tersebut, kebijakan di bidang Pasar Modal ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan/ OJK (dulunya Bapepam) sebagai salah satu unit di lingkungan Departemen Keuangan.
Organisasi terkait di Pasar Modal adalah sebagai berikut :
a. Otoritas Jasa Keuangan/OJK yang sebelumnya Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan,pengaturan dan pengawasan pasar modal Indonesia. OJK berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Keuangan. b. Perusahaan memperoleh dana di pasar Modal dengan melaksanakan penawaran umum
atau investasi langsung (Private placement). Perusahaan ini dikenal sebagai emiten. c. Self Regulatory Organizations (SRO), adalah organisasi yang emiliki kewenangan untuk
membuat peraturan yang berhubungan dengan aktivitas usahanya, SRO terdiri dari:
Bursa Efek, adalah pihak yang menyelenggarakandan menyediakan system dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka. Di Indonesia saat ini terdapat 2 Bursa Efek yang telah memperoleh izin Usaha dari OJK, yaitu:
2 Sunariyah, 2000 : 4 3 Husnan (2003)
I. Bursa Efek Jakarta (BEJ) II. Bursa Efek Surabaya (BES)
Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP), adalah pihak yang menyelenggarkan jasa kliring dan penjamin transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan
efesien.
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), adalah pihak yang
menyelenggarakan kegiatan custodian sentral bagi bank custodian, perusahaan efek. Dan pihak lain.
Secara umum struktur Pasar Modal Indonesia sebagai berikut:
Penjamin Emisi
Perantara Pedagang
Efek Manajer
Investasi
Badan Administrasi Efek
Kustodian
Wali Amanat
Pemeringkat
Efek
Akuntan Konsultan
Hukum
Penilai Notaris
Domestik Asing
Sumber: Cetak Biru Pasar Modal Indonesia
d. Perusahaan Efek adalah perusahaan yang mempunyai aktivitas penjamin sebagai
perantara pedagang efek, manajer investasi, atau gabungan dari ketiga kegiatan itu.
Penjamin Emisi Efek, adalah salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kontrak dengan emiten untuk melaksanakan penawaran umum dengan
atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
OJK
Perantara Pedagang Efek, adalah salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang
melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelolah portofolio
efek untuk para nasabah atau mengelolah portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pension, dan bank yang
melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
e. Penasihat Investasi, adalah pihak yang memberi Nasihat kepada pihak lain mengenai
penjualan atau pembelian efek f. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Biro Administrasi Efek, adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian harta yang berkaitan
dengan efek.
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain
berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening saham.
Wali Amanat, adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang
bersifat utang. g. Profesi Penunjang Pasar Modal
Akuntan Publik
Notaris
Konsultan Hukum
D. Instrumen Pasar Modal
Dalam Pasar Modal mempunyai banyak Instrumen, dan adapun Instrumen yang ada dalam pasar modal Indonesia, diantaranya ialah:
1. Saham
Saham adalah Sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang
saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Adapun dilihat dari jenis saham itu terbagi 2, yaitu :
i. Saham Biasa, merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk
memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling popular di Pasar Modal, Jenis ini memiliki karakteristik seperti: Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi, Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta
keputusan lain yang ditetapkan pada RUPS (Rapat UmumPemegang Saham), Deviden jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui didalam RUPS, Hak pemesanan efek
terlebih dahulu sebelum efek ditawarkan kepada masyarakat. ii. Saham Preferen, Memiliki karakteristik seperti: Pembayaran deviden dalam jumlah tetap,
Hak klaim lebih dahulu disbanding saham biasa jika perusahaan dilikuidasi, dapat
dikonversikan menjadi saham biasa.
Manfaat investasi saham pada pasar Modal diantaranya ialah:
Deviden, adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
Jumlah deviden yanga akan dibagikan diusulkan oleh dewan direksi dan disetujui didalam RUPS, Jenis Deviden ada 2, yaitu: Deviden Tunai (emiten menbagikan deviden kepada pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap jumlah saham yang
dimiliknya, Deviden Tunai (emiten membagikan deviden kepada pemegang saham dalam bentuk Saham baru perusahaan dan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki oleh
pemegang saham).
Capital Gain, adalah Selisih keuntungan harga beli saham dengan harga jual saham,
Investor dapat menikmati capital gain jika harga jual melebihi harga beli saham.
Resiko investasi saham pada pasar Modal diantaranya ialah:
Tidak ada pembagian Deviden, hal ini terjadi jika emiten tidak dapat membukukan laba pada tahun berjalan
Capital Loss, investo mengalami capital loss jika harga beli saham lebih mahal dari harga jual sekarang
Resiko Likuidasi, jika emiten bangkrut atau di likuidasi dan tidak ada lagi aktiva yang tersisa maka para pemegang saham tidak memperoleh apa-apa, karna pemegang saham
memiliki hak klaim terakhir terhadap aktiva
2. Obligasi
Obligasi (bond) adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam
sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
yang membeli obligasi tersebut.dan juga ada jenis obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham biasa dengan harga tertentu yang disebut dengan obligasi konversi tujuan adanya obligasi ini ialah untuk meningkatkan penjualan obligasi.
Manfaat membeli Obligasi, ialah:
Bunga, bunga dalam obligasi dibayar secara regular sampai jatuh tempodan ditetapkan dalam persentase dalam nilai nominal.
Capital Gain, sebelum jatuh tempo biasanya obligasi diperdagangkan dipasar sekunder,
sehingga investor mempunyai kesempatan untuk memperoleh Capital Gain, dan capital gain juga dapat diperoleh jika membeli obligasi dengan diskon
Hak Klaim pertama, jika emiten bangkrut atau di likuidasi, pemegang obligasi sebagai kreditur memiliki hak klaim pertama atas aktiva perusahaan.
Jika memiliki obligasi konversi, investor dapat mengkonversikan obligasi menjadi saham pada harga yang telah ditetapkan.
Resiko Investasi pada Obligasi, ialah:
Gagal bayar, berupa kegagalan emiten untuk melakukan pembayaran bunga dan hutang
pokok atau kegagalan untuk memenuhi ketentuan yang telah ditentukan dalamkontrak obligasi
Capital Loss, dalam hal ini obligasi dijual sebelum jatuh tempo dengan harga yang lebih
rendah dari harga belinya.
Callability, hal ini terjadi jika sebelum jatuh jatuh tempo emiten mempunyai hak untuk
membeli obligasinya kembali yang telah ditebitkan, secara umum suku bunga menunjukkan kecenderungan menurun, walaupun emiten mengkompensasikan kerugian
dengan memberikan premium.
3. Instrumen Derifatif
Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya
terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets4. Derifatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrument efek lain yang disebut “Underlying”. Ada beberapa
macam instrument derifatif di Indonesia, seperti Bukti Right, Waran, dan Kontrak Berjangka. Derifatif merupakan Instrumen yang sangat beresiko jika tidak dipergunakan secara hati-hati.
a. Bukti Right
Sesuai dengan Undang-Undang Pasar Modal, Bukti Right adalah hak memesan efek terlebih dahulu pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Bukti Right juga dapat
diperdagangkan di Pasar Sekunder selama periode tertentu.
Manfaat dari Bukti Right: Investor memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga yang telah ditetapkan dengan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya. Dan Bukti Right
dapat diperdagangkan pada Pasar Sekunder, sehingga investor dapat menikmati Capital gain, ketika harga jual dari Bukti Right tersebut lebih tinggi dari harga belinya.
Resiko dari Bukti Right : Jika harga saham pada peride pelaksanaan jatuh dan menjadi lebih
rendah dari harga pelaksanaan, maka investor tidaka akan mengkonversikan Bukti Right tersebut, sementara itu investor akan mengalami kerugian atas harga beli Right. Dan Bukti Right dapat diperdagangkan pada pasar sekunder, sehingga investor dapat mengalami kerugian (capital
loss), ketika harga jual dari Bukti Right tersebut lebih rendah dari harga belinya.
b. Waran
Waran, biasanya melekat sebagai daya tarik (sweetener) pada penawaran umum saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan lebih rendah dari pada harga pasar saham. Setelah harga
saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
4 http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/derivatif.aspx
Manfaat dari waran : Pemilik waran memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga yang lebih rendah dan harga saham tersebut di Pasar Sekunder dengan cara menukarkan
waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan tersebut melebihi harga pelaksanaan. Dan Apabila waran diperdagangkan di Bursa, maka pemilik waran mempunyai kesempatan
untuk memperoleh keuntungan (capital gain) yaitu apabila harga jual lebih besar dari harga beli.
Resiko memliki Waran : Jika harga saham pada periode pelaksanaan (exercise period) jatuh dan menjadi lebih rendah dari harga pelaksanaanya, investor tidak akan menukarkan waran yanag dimilikinya dengan saham perusahaan, sehingga ia akan mengalami kerugian atas harga beli
waran tersebut, dan sifat waran hampir sama dengan saham dan dapat diperdagangkan di bursa, maka pemilik waran juga dapat mengalami kerugian jika harga jual waran lebih rendah dari
harga belinya.
c. Kontrak Berjangka Indeks Saham
Kontrak atau perjanjian antara 2 pihak yang mengharuskan mereka untuk menjual atau membeli produk yang menjadi variable produkdimasa yang akan datang dengan harga yang telah
ditetapkan sebelumnya, obyek yang dipertukarkan disebut “Underlying Asset”. Di Indonesia, saat ini bentuk kontrak berjangka yang tersedia adalah LQ45 kontrak berjangka indeks yang diselenggarkan oleh Bursa Efek Surabaya5.
Manfaat Kontrak Berjangka Indeks Saham, diantaranya: Instrumen Hedging yang dimaksudkan
untuk meminimalkan resiko, Spekulasiyaitu Investor dapat berspekulasi dengan melakukan perdagangan indeks berjangka daripada melakukan transaksi untuk masing-masing saham.
Resiko Kontrak Berjangka Indeks Saham, diantaranya: Pada saat jatuh tempo, investor harus
menutup/menyelesuaikan posisinya, walaupun harga yang terjadi berbeda dengan harapannya, sehingga investor dapat mengalami kerugian yang sangat besar jika dibandingkan dengan modal awalnya.
4. Reksa Dana
Reksa dana, Sekumpulan Saham, Obligasi, serta Efek lain yang dibeli oleh sekolompok investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi yang profesional. Reksa Dana dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan investasinya, yaitu :
I. Reksa Dana Saham, merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya pada saham-
saham emiten II. Reksa Dana Obligasi, Bagi Investor yang ingin memperoleh pendapatan yang dapat
diprediksi serta stabil. III. Reksa Dana Pasar Uang, Reksa dana ini memberikan tingkat resiko dan pengembalian
yang rendah.
5 Penjelasan tentang Indeks LQ45 pada Bab III -Mekanisme Perdagangan
IV. Reksa dana Campuran, Merupakan Reksa Dana dari berbagai macam efek. Alokasi aktiva di distribusikan pada investasi saham tujuan pertumbuhan, obligasi pendapatan,
pasar uang untuk tunai dan stabilitas.
Manfaat investasi pada Reksa Dana : Tingkat pengembalian yang potensial, Diversifikasi, Pengelolaan secara pfofesional dan Likuiditas.
Resiko investasi pada Reksa Dana : Kerugian yang potensial dan Resiko likuidasi
E. Manfaat Keberadaan Pasar Modal
Keberadaan pasar modal dalam perekonomian sangat berperan penting dalam perkembangan
perekonomian karna ada banyak manfaat yang didapatkan dari keberadaan Pasar Modal di Indonesia, diantaranya ialah:
I. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien
II. Pasar Modal sebagai alternative investasi selain Lembaga Keuangan pada Bank III. Pasar Modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
berprospek baik IV. Pelaksanaan Manajemen perusahaan secara professional dan transparan V. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional
Itulah beberapa Manfaat yang diambil dari keberadaan Pasar Modal dalam mendorong
perkembangan perekonomian terutama bagi Perusahaan dan Investor.
F. Kesimpulan
Di dalam pasar modal, barang yang diperdagangkan tidak seperti pada pasar barang seperti baju, sepatu, tas, tetapi barang yang diperdagangkan berupa surat-surat berharga. Surat-surat
berharga yang diperjualbelikan di pasar modal disebut instrumen pasar modal. Instrumen di pasar modal dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu saham, obligasi, dan derivatif.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian,
masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument6.
“Wallahu A’lam”
6 http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/pengantarpasarmodal.aspx
Referensi I. Investasi di pasar modal Indonesia, Badan pengawas pasar modal bekerja sama dengan
Japan International Cooperation Agency 2003 II. Pasar Modal Di Indonesia, Tjipto Darmadji & Hendy M. Fakhruddin
III. Menuju Pasar Modal Modern, Adi Hidayat IV. http://www.bapepam.go.id V. http://www.idx.co.id
VI. http://www.ojk.go.id/data-statistik-pasar-modal