Transcript
Page 1: Partus Prematurus Iminens.doc

Laporan Kasus

P A R T U S P R E M A T U R U S

I M M I N E N S

Oleh:

dr. Fadhilah Putri Deviyandri

dr. Fadillah Sari

dr. Raissa Nurwany

Pembimbing :

dr. Abarham Martadiansyah, SpOG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BANYUASIN

2013

Page 2: Partus Prematurus Iminens.doc

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi Kasus dengan judul

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

Pembimbing :

Dr. Abarham Martadiansyah, SpOG

Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu syarat sebagai dokter internsip

di RSUD Banyuasin.

Banyuasin, Oktober 2013

Pembimbing

Dr. Abarham Martadiansyah,

SpOG

Page 3: Partus Prematurus Iminens.doc

BAB I

REKAM MEDIK

A. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. R

Rekam Medik : 379916

Umur : 26 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Banyuasin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

MRS : 30 September 2013

B. ANAMNESIS (autoanamnesis tanggal 30 September 2013)

Keluhan Utama :

Perut mulas dengan hamil kurang bulan

Riwayat perjalanan penyakit :

± 2 bulan SMRS os mengeluh perut mulas yang menjalar hingga ke pinggang,

makin lama makin sering (+). Riwayat keluar lendir darah (-). Riwayat keluar air-air

(-). Riwayat trauma (-). Riwayat keputihan (+) sejak awal bulan kehamilan. Riwayat

demam (-). Riwayat post coital (-). Riwayat perut diurut-urut (-). Os lalu berobat ke

bidan dan diberi Duvadilan dan vitamin. Keluhan perut mulas menghilang.

± 3 jam SMRS os mengeluh perut mulas yang menjalar ke pinggang, makin

lama makin sering (+). Riwayat keluar lendir darah (-). Riwayat keluar air-air (-).

Riwayat trauma (-). Riwayat keputihan (+) sejak awal bulan kehamilan. Riwayat

demam (-). Riwayat post coital (+). Riwayat perut diurut-urut (-). Os mengaku hamil

kurang bulan dan gerakan janin masih dirasakan.

Page 4: Partus Prematurus Iminens.doc

Riwayat Perkawinan : 1 x lamanya 7 tahun.

Riwayat Reproduksi : Menarche umur 15 tahun, haid teratur, siklus 28 hari,

lamanya 7 hari.

Riwayat Obstetri : G3P1A0

No Tempat

Bersalin

Tahun Hasil

kehamilan

Jenis

Persalinan

Penyulit Nifas Anak

BB KU

1. Bidan 2006 Postterm

(12 bulan)

Spontan - - 2800 +/+

2. Bidan 2008 Aterm Spontan - - 2900 +/+

3. Hamil

ini

Riwayat sosial ekonomi : Sedang

Riwayat gizi : Nafsu makan baik dan tidak ada gangguan pada miksi

maupun defekasi.

Riwayat penyakit yang pernah diderita :

R/ DM disangkal.

R/ Hipertensi disangkal.

R/ Penyakit jantung disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Berat badan : 65 kg

Tinggi badan : 160 cm

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Page 5: Partus Prematurus Iminens.doc

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 37,2oC

Anemia : -/-

Gizi : Sedang

Jantung : HR 80x/m,Bunyi jantung I dan II normal, Reguler, Murmur

(-), gallop (-)

Paru : Vesikuler (+) Normal, Wheezing (-), Ronkhi (-)

Hati/limfa : Sulit dinilai

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

BAK : Biasa

BAB : Biasa

Turgor kulit : Biasa

Mata cekung : -/-

Edema pretibial : -/-

Status Obstetri (30 September 2013)

Hari pertama haid terakhir (HPHT) 16 Februari 2013.

Pemeriksaan luar:

Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 124 kali/menit teratur, letak janin

memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 5/5, His 1x/10’/30”, Tafsiran

berat janin : 1700 gram.

Pemeriksaan Dalam:

VT : portio lunak, anterior, pembukaan 2 cm, pendataran 50%, ketuban

(+), terbawah kepala, penurunan floating, penunjuk belum dapat dinilai.

Pemeriksaan panggul:

Tidak dilakukan

Page 6: Partus Prematurus Iminens.doc

D. DIAGNOSIS KERJA

G3P2A0 hamil 32 minggu dengan partus prematurus imminens, janin tunggal hidup

presentasi kepala.

E. PROGNOSIS

Ibu dan janin: dubia ad bonam.

F. PENATALAKSANAAN

1. R/ Konservatif

2. Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu.

3. Batasi aktivitas / tirah baring.

4. Tokolitik : MgSO4 40% 4 gram IV bolus pelan-pelan (20-30 menit) dilanjutkan

dengan 10 gram MgSO4 40% dalam D5% 500 cc gtt XXV/menit.

5. Injeksi Cefotaxim 2 x 1 gram IV (skin test) hari ke-1.

6. Nifedipine 3 x 10 mg peroral.

7. Injeksi Dexamethasone 4 x 5 mg IV dengan jarak pemberian 6 jam.

8. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin.

9. Rencana pemeriksaan USG.

10. Rencana pemeriksaan kultur urin dan bakteriologis vagina.

Hasil pemeriksaan laboratorium (tanggal 30 September 2013) :

Darah rutin :

Hb : 11 gr%

Eritrosit : 4.3jt/mm3

Leukosit : 5400/mm3

Hematokrit : 32 %

Hitung jenis : 1/-/1/53/32/7

Urin rutin :

Protein (-)

Glukosa (-)

Page 7: Partus Prematurus Iminens.doc

Keton (-)

Leukosit (++)

Eritrosit (-)

Epitel (-)

G. EVALUASI

01 Oktober 2013

Keluhan : Perut mulas.

Status present:

KU : Baik Sense : CM

TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit

T : 37,0oC RR : 20 x/menit

Status Obstetrikus

Pemeriksaan Luar:

Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 124 kali/menit teratur, letak janin

memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 5/5, his 1x/10’/30”.

Hasil USG :

Tampak JTH preskep

Biometri : BPD ~ AC 32 minggu; FL ~ 33 minggu

Ketuban cukup

Plasenta letak normal

Diagnosis:

G3P2A0 hamil 32 minggu dengan partus prematurus imminens, janin tunggal hidup

presentasi kepala

Terapi:

1. R/ Konservatif

2. Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu.

3. Batasi aktivitas / tirah baring.

Page 8: Partus Prematurus Iminens.doc

4. IVFD D5% 500cc + MgSO4 40% 10 gram gtt XXV/menit.

5. Injeksi Cefotaxim 2 x 1 gram IV hari ke-2.

6. Nifedipine 3 x 10 mg peroral.

02 Oktober 2013

Keluhan : Perut mulas berkurang.

Status present :

KU : Baik Sense : CM

TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit

T : 37,0oC RR : 20 x/menit

Status obstetrikus:

Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 120 kali/menit teratur, letak janin

memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 5/5, his 1x/10’/30”.

Diagnosis:

G3P2A0 hamil 32 minggu dengan partus prematurus imminens, janin tunggal hidup

presentasi kepala.

Terapi:

1. R/ Konservatif

2. Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu.

3. Batasi aktivitas / tirah baring.

4. IVFD D5% 500cc gtt XX/menit

5. Injeksi Cefotaxim 2 x 1 gram IV hari ke-3.

6. Nifedipine 3 x 10 mg peroral.

Page 9: Partus Prematurus Iminens.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37

minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Persalinan prematur merupakan hal

yang berbahaya karena berpotensi meningkatkan kematian perinatal sebesar 70%.

Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh kembang

organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum mampu untuk hidup di luar

kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan

morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi.1 

Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui.

Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,

seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan

kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm

bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada

kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel

limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi uterus.

Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus

persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian

Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi

korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi

jalan lahir dengan kelahiran prematur.1,2

B. Faktor Risiko Prematuritas

Mayor3

1. Kehamilan multipel

2. Hidramnion

3. Anomali uterus

4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu

Page 10: Partus Prematurus Iminens.doc

5. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu

6. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali

7. Riwayat persalinan preterm sebelumnya

8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm

9. Riwayat operasi konisasi

10. Iritabilitas uterus

Minor3

1. Penyakit yang disertai demam

2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu

3. Riwayat pielonefritis

4. Merokok lebih dari 10 batang perhari

5. Riwayat abortus pada trimester II

6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor;

atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.

C. Kriteria Diagnosis3

1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari

2. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:

nyeri pinggang belakang

rasa tertekan pada perut bagian bawah

terdapat kontraksi irreguler sejak sekitar 24-48 jam

terdapat pembawa tanda seperti bertambahnya cairan vagina atau terdapat

lendir bercampur darah.

Jika proses persalinan prematur berkelanjutan, terjadi gejala klinik sbb:

1. kontraksi uterus 4x/20menit atau 8x/60menit

2. terjadi perubahan progresif serviks:

pembukaan lebih dari 1 cm

Page 11: Partus Prematurus Iminens.doc

perlunakan sekitar 75-80%

penipisan serviks

D. Pemeriksaan penunjang3,4

1. Laboratorium

Pemeriksaan kultur urine

Pemeriksaan gas dan pH darah janin

Pemeriksaan darah tepi ibu

Jumlah lekosit

C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi

akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi

polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi C.

CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.

2. Pemeriksaan ultrasonografi

Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm

(USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks

transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina

terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.

E. Penatalaksanaan3,4,5

Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang

mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk

meningkatkan keluaran neonatal.

1. Akselerasi pematangan fungsi paru

Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x

selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.

Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-

iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan. Suplemen inositol

juga merupakan pilihan karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid

yang berperan dalam pembentukan surfaktan.

Page 12: Partus Prematurus Iminens.doc

2. Pemberian tokolitik

Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik

0 1 2 3 4

Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -

Ketuban

pecah

Tidak ada - Tinggi/tidak

jelas

- Rendah/pecah

Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -

Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm

Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya

hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.

Golongan beta-mimetik

Salbutamol Perinfus : 20-50 µg/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari

(maintenance) atau :

Terbutalin Per infuse : 10-15 µg/menit, Subkutan: 250 µg setiap 6 jam. Per

oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)

Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi

miokardial, edema paru

3. Magnesium sulfat

Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam

(maintenance)

Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu

dan bayi)

F. Kontraindikasi penundaan persalinan3,4,5

Mutlak

Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.

Relatif

Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,

pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

Page 13: Partus Prematurus Iminens.doc

G. Cara persalinan3,4,5

1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan

perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.

2. Indikasi seksio sesarea :

Janin sungsang

Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)

Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi

Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,

ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak

terpenuhi

Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan

sebagainya).

Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di

bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.

Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka

perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit

berkurang.

H. Penyulit5

1. Sindroma gawat nafas (RDS)

2. Perdarahan intrakranial

3. Trauma persalinan

4. Paten duktus arteriosus

5. Sepsis

6. Gangguan neurologi

I. Komplikasi5

1. Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi

mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi

Page 14: Partus Prematurus Iminens.doc

preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987)

menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki

risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis

neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih

besar.

2. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).

Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas

dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara

dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang

disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan

tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan

dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.

Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya

terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan

lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan

oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam

sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung

melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).

3. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks

menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau

serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi

prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa

menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin

belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa

digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak

yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan

intraventrikuler) atau cedera .

4. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian

makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan

membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu

Page 15: Partus Prematurus Iminens.doc

yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung

yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang

diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan

bayi muntah.

5. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)

6. Displasia bronkopulmoner.

7. Penyakit jantung.

8. Jaundice.

Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk

membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah)

dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur,

memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang

dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).

Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena

kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna.

Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan

perbaikan fungsi pencernaan bayi.

9. Infeksi atau septikemia.

10. Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka

belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta.

Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi.

Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi

(peradangan pada usus).

11. Anemia .

12. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa

tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).

13. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.

14. Keterbelakangan mental dan motorik.

Page 16: Partus Prematurus Iminens.doc

BAB III

PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

3. Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi pada kasus ini?

Page 17: Partus Prematurus Iminens.doc

BAB IV

ANALISIS KASUS

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

Pasien seorang wanita, 26 tahun, datang ke RSUD Banyuasin pada tanggal 30

September 2013, dengan keluhan perut mulas dengan hamil kurang bulan, makin

lama makin sering. Pada anamnesis os mengaku saat ini adalah kehamilannya yang

ketiga, HPHT tanggal 16 Februari 2013 dan pemeriksaan fisik didapatkan tinggi

fundus uteri setinggi 28 cm. Kehamilan sudah berusia ± 32 minggu. Dari hasil

pemeriksaan his 1x/10/30”, pendataran 50% serta pembukaan pada serviks 2 cm.

Detak jantung janin 120 kali/menit teratur. Letak janin memanjang, punggung kiri,

terbawah kepala, penurunan 5/5. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,

pasien ini memenuhi kriteria diagnosis persalinan preterm yaitu usia gestasi 22 – 36

minggu (pada pasien usia gestasi 32 minggu), his 1x/10’/30” (pada pasien his

1x/10’/30”), dilatasi ≥ 2 cm atau perubahan dilatasi dalam waktu 1 jam (pada pasien

pembukaan 2 cm), pendataran 50-80% (pada pasien pendataran 50%). Sehingga

diagnosis pasien G3P2A0 hamil 32 minggu dengan partus prematurus iminens, janin

tunggal hidup presentasi kepala.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

Dalam menghadapi kasus PPI ada 3 kemungkinan, yaitu :

Mempertahankan kehamilan sehingga janin dapat lahir se-aterm mungkin.

Menunda persalinan 2-3 hari untuk dapat memberikan obat pematangan paru

janin

Membiarkan terjadi persalinan

Pada pasien ini diambil penatalaksanaan untuk mempertahankan kehamilan

seaterm mungkin, melalui cara batasi aktivitas / tirah baring, menghambat proses

persalinan preterm dengan tokolitik, pematangan surfaktan paru janin dengan

kortikosteroid, serta pemberian antibiotik bila perlu utntuk pencegahan terhadap

Page 18: Partus Prematurus Iminens.doc

infeksi. Pemberian tokolitik pada pasien ini dilakukan berdasarkan indeks tokolitik

(pada pasien skor 3)

0 1 2 3 4

Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -

Ketuban

pecah

Tidak ada - Tinggi/tidak

jelas

- Rendah/pecah

Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -

Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm

Pada pasien tokolitik yang diberikan yaitu MgSO4 karena memenuhi indikasi

(partus prematurus imminens, usia kehamilan 20-36 minggu, tafsiran berat janin <

2500 gram) dan syarat pemberiannya (pembukaan < 3 cm, ketuban +/-, ketuban tidak

menonjol keluar serviks, janin hidup, his minimal 1x/10’, indeks tokolitik < 8). Cara

pemberiannya yaitu dosis awal 4 gram MgSO4 40% IV bolus pelan dalam waktu 20-

30 menit dilanjutkan dengan dosis maintenance MgSO4 40% 10 gram dalam D5%

500 cc gtt XXV/menit sampai kontraksi berhenti atau selama 24 jam. Tokolitik oral

sudah diberikan sebelum tokolitik dengan MgSO4 selesai, pada pasien diberikan

nifedipine 3 x 10 mg peroral.

Pematangan surfaktan paru janin perlu diberikan bila usia kehamilan < 35

minggu (pada pasien usia kehamilan 32 minggu) untuk menurunkan insidensi

respiratory distress syndrome, mencegah perdarahan intraventrikular sehingga pada

pasien diberikan deksametason 4 x 6 mg dengan jarak pemberian 6 jam.

3. Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi pada kasus ini?

Faktor yang dapat menimbulkan persalinan prematur adalah antara lain faktor

maternal seperti penyakit maternal (ginjal, hipertensi, dm, penyakit hati dan kelainan

uterus) serta faktor gaya hidup wanita, jarak kehamilan yang terlalu dekat (kurang

dari satu tahun), pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi misalnya karena

kekurangan nutrisi, solusio plasenta, palsenta previa, persalinan hamil ganda,

Page 19: Partus Prematurus Iminens.doc

korioamnionitis, faktor khusus seperti, serviks inkompeten pada persalinan

prematur/abortus berulang, kehamilan ganda, kehamilan dengan hidramnion.

Pada kasus ini faktor yang mungkin menyebabkan persalinan prematur adalah

riwayat post coital (maternal), yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur.

Coitus yang dilakukan pada usia kehamilan terutama semester akhir akan

menyebabkan rangsangan pada hipofisis anterior sehingga hipofisis akan merelease

oksitosin yang meningkatkan terjadinya kontraksi pada ibu. Selain itu, coitus juga

dapat mengakibatkan prostaglandin yang terdapat pada cairan semen merangsang

pembentukan oksitosin, sehingga ibu akan mengalami kontraksi dini.

Page 20: Partus Prematurus Iminens.doc

BAB V

KESIMPULAN

1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat

2. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat

3. Etiologi pada kasus ini belum diketahui dengan jelas.

Page 21: Partus Prematurus Iminens.doc

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23nd

ed.McGraw- Hill.

2. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle

for Practise. McGraw-Hill.

3. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5 th

ed.Saunders.

4. Jafferson Rompas. 2004.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145-

11Persalinanpreterm.pdf/145.30

5. Medlinux. 2007.http://medlinux.blogspot.com/2007/11/ruptur membran - pre-

persalinan.html 


Top Related