PARADIGMA SEHAT UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN
SIDANG KOMISI II
RAKERKESNAS REGIONAL TENGAH
BALI, 15 - 18 FEBRUARI 2015
KEANGGOTAAN KOMISI II
Penanggung Jawab : Direktur Jenderal PP dan PL
Pimpinan Sidang : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sekretaris : Kepala BBTKLPP Yogyakarta
Pendamping Pusat 1 Sekretaris Ditjen PP dan PL
2 Direktorat Penyehatan Lingkungan
3 Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
4 Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung
5 Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
6 Pusat Pendikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
7 Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
8 Pusat Kesehatan Haji
9 Pusat Penanggulangan Krisis kesehatan
10 Pusat Kerjasama Luar Negeri
11 Kementarian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
12 Perwakilan WHO di Indonesia
ANGGOTA KOMISI II
Dinas Kesehatan
A. PROV.JAWA TIMUR
1. Kab. Bangkalan
2. Kab.Banyuwangi
3. Kab. Pasuruan
4. Kab. Kediri
5. Kota Kediri
B. DI YOGYAKARTA
1. Kota Yogyakarta
C. PROV. BALI
1. Kab. Gianyar
D. PROV. KAL. BARAT
1. Kab. Pontianak
2. Kab.Bengkayang
E. PROV.KAL.SELATAN
1. Kota Banjarbaru
2. Kota Banjarmasin
F. PROV.KAL.TENGAH
1. Kab Barito Selatan
2. Kota Waringin Timur
G. PROV.KAL.TIMUR
1. Kab Kutai Barat
2. Kab. Penajaem Pasir Utara
H. PROV. NTB
1. Kab. Lombok Barat
I. PROV. NTT
1. Kab. Timor Tengah Utara
2. Kab. Belu
3. Kab. Alor
J. PROV. KAL. UTARA
1. Kota Tarakan
Dinas Kesehatan
A. PROV.JAWA TIMUR
1. RSU Dr.Haryoto Lumajang
2. RSU Dr.Sayidiman Magetan
3. RSU Prof. Dr. M. Harjono, S, SPOG Ponorogo
4. RSU Pacitan
5. RSU Prof. Dr. Soekandar Mojokerto
6. RSU R.A. Basuni Mojokerto
7. RSU Kertosono Nganjuk
Rumah Sakit
A. PROV. JAWA TIMUR
1. KKP Probolinggo
2. KKP Surabaya
3. BBTKLPP Surabaya
B. DI YOGYAKARTA
1. KKP Yogyakarta
2. BBTKLPP Yogyakarta
C. PROV. KAL. BARAT
1. KKP Pontianak
D. PROV. KAL. SELATAN
1. BBTKLPP Banjarbaru
UPT PUSAT
Rumah Sakit
B. DI. YOGYAKARTA
1. RSUD Wates
C. BALI
1. RS Wangaya
D. KALIMANTAN BARAT
1. RSJ Pontianak
2. RSU Bengkayang
E. KALIMANTAN SELATAN
1. RSJ Sambang Lihum
F. KALIMANTAN TENGAH
1. RSU Buntok Kab. Barito Selatan
G. KALIMANTAN TIMUR
1. RS Atma Husada Mahakam Samarinda
2. RSUD Kanujoso di Balikpapan
H. NTB
1. RSJ Mataram
I. NTT
1. RSUD. Naibonat
2. RSUD Soe
3. RSUD. Kefamenanu
J. KALIMANTAN UTARA
1. RS Tanah Tidung
PENDEKATAN POLA PIKIR PENGELOMPOKAN HASIL DISKUSI
Pendekatan manajemen dalam upaya promotif dan preventif di bidang PP dan PL, yang meliputi :
1. Kebijakan dan regulasi
2. Perencanaan dan ketersediaan anggaran
3. Implementasi/pelaksanaan
Provider kesehatan
Kemitraan
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
4. Monitoring dan evaluasi
Note : Yang dimaksud promotif dan preventif mencakup mengendalikan faktor risiko dan tata laksana yang tepat.
KEBIJAKAN DAN REGULASI
• Perlu adanya Perda, Pergub, Perwali, Perbup, promotif preventif di bidang PP dan PL seperti : Imunisasi, KTR di sekolah, pengendalian vektor, STBM dan lain-lain sesuai lampiran
• Perlu adanya komitment pemerintah daerah dalam mendukung upaya promotif preventif di bidang PP dan PL yang ditandai dengan penyediaan sumber daya yang memadai
• Meningkatkan proporsi anggaran di bidang promotif preventif
• Penerapan penghargaan dan sanksi bagi pelaksanaan upaya promotif dan preventif
• Sosialisasi dan advokasi produk-produks regulasi yang sudah ada di semua level
• Mengembalikan fungsi Puskesmas dalam peran promotif dan preventif
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
• Adanya keselarasan perencanaan promotif dan preventif RPJMN 2015-2019, RPJMD dan Renstra KL
• Perlu adanya pemetaan besaran dan distribusi masalah, serta potensi yang dapat digali
• Penyusunan perencanaan berbasis masalah yang didukung oleh data
• Penajaman skala prioritas dalam upaya promotif dan preventif
• Sinkronisasi penyusunan perencanaan dengan siklus perencanaan yang telah ditetapkan (termasuk Musrenbang)
IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
1. Provider kesehatan
Peningkatan kualitas dan Pemenuhan Jumlah, serta distribusi
Mengendalian rotasi dan mutasi
Peningkatan kepatuhan terhadap aturan dan pedoman teknis
Penempatan petugas sesuai dengan kompetensi/ jabatan fungsional
Peningkatkan kemampuan petugas dalam pendekatan edukatif (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)
IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
2. Kemitraan
Perlunya inventarisasi mitra yang potensial, termasuk PKK, Pramuka, UKS, PMR dan ormas lainnya untuk berbagi peran dan berkontribusi
Membangun jejaring kemitraan
Membuat rencana dan pelaksanaan terintegrasi melalui MoU
Meningkatkan peran mitra kerja dalam perluasan sasaran misalnya karyawan, anggota dan keluarga
IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
3. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan inovasi, serta berperan aktif dalam kegiatan promotif preventif seperti Jumat bersih, PSN, Pengelolaan sampah, arisan Jamban, dll
Kelembagaan partisipasi dari masyarakat seperti pelaksanaan surveilans berbasis masyarakat, call center
Mengoptimalkan POKJA yang sudah ada dalam penggerakan masyarakat
Memberdayakan orang yang pernah sakit sebagai agent of change
Mengoptimalkan UKBM yang ada
MONITORING DAN EVALUASI
• Perlu adanya tools/instrumen yang terstandarisasi dan terintegrasi dalam upaya promotif dan preventif
• Perlu keseimbangan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
• Memberikan umpan balik pelaksanaan monitoring dan evaluasi
• Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi
• Perlu pengembangan metode monev partisipatif masyarakat, dalam rangka mendukung Reformasi Birokrasi
MATRIKS HASIL DISKUSI
IKK 1 : Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap TARGET 2015 : 91
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENCANA TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Adanya black campaign
2. Tidak adanya tenaga
khusus untuk promosi
3. Kurangnya
ketersediaan anggaran
untuk pemberdayaan
masyarakat
4. Rendahnya komitmen
terhadap kegiatan
promosi
5. Kurangnya dukungan
media
6. Kurangnya Keterlibatan
lintas sektor
7. Kurangnya guideline
untuk promosi
1. Penyuluhan kepada masyarakat melalui tokoh
agama
+ + +
2. Pemberlakukan buku KIA untuk daftar sekolah,
urusan administrasi
+ +
3. Mengadakan lomba patuh imunisasi + +
4. Sweeping secara rutin oleh petugas + +
5. Memetakan daerah yang tidak imunisasi + +
6. Perda/Perwali/Pergub untuk KIA + +
7. Revitalisasi Posyandu + +
8. Sinkronisasi program antara KIA dan imunisasi + +
9. Perlu ada tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi Promkes
+ +
10. Pembekalan calon pengantin tentang
pentingnya imunisasi.
+
11. Penyediaan dana di Promkes melalui jasa
penyuluhan di JKN.
+ + +
12. Memanfaatkan media + + +
IKK 2 : Persentase Kab/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah TARGET 2015 : 29
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Belum semua fasyankes memahami adanya ketentuan bahwa
harus melapor 1x24 jam (KDRS) ke Dinas Kesehatan.
2. Pemda belum memahami tentang kewaspadaan dini dan
kesiapsiagaan terhadap kejadian penyakit berpotensi wabah.
3. Kurangnya advokasi oleh jajaran kesehatan pd stakeholder terkait.
4. SKD KLB belum berjalan optimal.
5. Mutasi petugas tidak memperhatikan kompetensinya.
6. Belum ada sistem atau kelembagaan masyarakat yang dapat
menampung keluhan adanya permasalahan kesehatan yang
berpotensi menimbulkan wabah dan kurangnya respon untuk
penanggulangan masalah kesehatan.
7. Belum optimalnya pemanfaatan media dalam mendapatkan
informasi tentang kejadian penyakit yang berpotensi wabah.
8. Kurangnya peran sektoral.
9. Belum optimalnya pemahaman petugas terhadap kejadian
penyakit yang berpotensi wabah dikarenakan kurangnya
pemahaman petugas dalam mendiagnosa dugaan penyakit yang
berpotensi wabah dan kepatuhan terhadap pencatatan pelaporan
sehingga tidak mengetahui adanya tren peningkatan penyakit.
10. Masih banyak kebijakan yang sifatnya reaktif, tidak pro aktif, yang
cenderung terlambat dalam penanganan kejadian peningkatan
penyakit berpotensi wabah.
11. Belum tercapainya dokumen rencana kontijensi sebagaimana
target tahun 2015 (29% dari 106 kab/kota) karena belum
pahamnya akan pentingnya dokumen tersebut.
1. Melakukan sosialisasi dan advokasi
terkait rencana penyiapan kebijakan
pengendalian penyakit berpotensi
wabah (rencana kontijensi).
+ +
2. Menyusun dan melakukan upaya
simulasi rencana kontijensi bersama
seluruh stakeholder yang ada di
dalam minimal 29% dari 106
kab/kota.
+ + +
3. Mengembangkan pelaksanaan
surveilans berbasis masyarakat.
+
4. Mengembangkan pelaksanaan event
based surveillance.
+
5. Memperkuat sistem surveilans yang
sudah ada.
+ + +
6. Mengembangkan pelaksanaan
surveilans faktor resiko.
+
7. Kewajiban pemerintah daerah dalam
menyediakan pembiayaan.
+ +
8. Perlunya penyusunan rencana
kontijensi yang terpadu dengan
melibatkan seluruh jajaran di daerah,
yang menjadi dokumen tingkat
kabupaten/kota.
+
IKK 3 : Persentase kab/kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu TARGET 2015 : 40
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENCANA TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Belum adanya kebijakan di daerah yang mengatur
tentang pengendalian vektor.
2. Belum dipahaminya perilaku vektor.
3. Belum ada sanksi terhadap masyarakat dan
pimpinan wilayah yang belum berkontribusi dalam
pengendalian vektor (dalam UU wabah
memungkinkan untuk diberikan sanksi).
4. Kebiasaan/perilaku masyarakat yang berada di
ruang terbuka/beresiko pada malam hari, termasuk
dalam kondisi pengelolaan ladang berpindah.
5. Belum dimanfaatkannya data vektor oleh kab/kota
dan puskesmas untuk memutuskan tindakan tepat
pengendalian vektor.
6. Pemahaman yang kurang terhadap upaya
mengurangi atau mencegah timbulnya tempat-
tempat potensial perindukkan vektor, seperti lagun.
7. Pemahaman yang kurang dari masyarakat bahwa
pengendalian vektor itu baru dilakukan apabila ada
penyemprotan massal (fogging) untuk pengendalian
demam berdarah.
8. Pemahaman tentang PSN oleh stakeholder dan
masyarakat kurang atau tidak seperti yang
seharusnya.
9. Komitmen PSN oleh pemerintah masih kurang.
1. Meningkatkan keterlibatan/peran lintas
sektor dalam upaya pengendalian vektor,
terutama dengan kementerian PU,
Pertambangan, kementerian Kehutanan
dan Lingkungan Hidup, dll.
+ + +
2. Meningkatkan kebersihan lingkungan
melalui PHBS dan UKS, serta saka bhakti
husada.
+ +
3. Penerapan sanksi bagi pimpinan wilayah
dan masyarakat yang tidak berkontribusi
aktif terhadap pengendalian vektor, dan
pemberian penghargaan kepada daerah
yang berhasil dalam pengendalian vektor.
+ +
4. Melakukan inovasi seperti pelaksanaan
lomba bebas jentik.
+ + +
5. Kab/kota berkewajiban melakukan upaya
pengendalian vektor secara terpadu.
+
6. Mendorong masyarakat untuk membuat
community deal dalam pemberantasan
vektor.
+
7. Melakukan penelitian antropologi
kesehatan dalam pengendalian vektor.
+ +
8. Melakukan kegiatan entomologi
(surveilans vektor) secara
berkesinambungan.
+ +
IKK 4 : Jumlah kabupaten/kota dengan API <1/1.000 penduduk TARGET 2015 : 340
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Belum adanya kebijakan di sebagian daerah
yang mengatur tentang pengendalian malaria.
2. Kekeliruan pemahaman masyarakat terhadap
pentingnya pemakaian kelambu pencegahan
malaria.
3. Adanya mitos thdp penggunaan kelambu di bbrp
daerah, khususnya kelambu warna putih.
4. Belum dipahaminya perilaku vektor oleh masy.
5. Belum ada sanksi terhadap masyarakat dan
pimpinan wilayah yang belum berkontribusi
dalam pengendalian vektor (dalam UU wabah
memungkinkan untuk diberikan sanksi).
6. Kebiasaan/perilaku masyarakat yang berada di
ruang terbuka/beresiko pada malam hari,
termasuk dalam kondisi pengelolaan ladang
berpindah.
7. Belum dimanfaatkannya data vektor oleh
kab/kota dan puskesmas untuk memutuskan
tindakan tepat pengendalian vektor.
8. Kerusakan lingkungan yang berdampak pada
peningkatan tempat-tempat potensial
perindukkan nyamuk malaria.
9. Belum pahamnya masyarakat terhadap upaya
perlindungan diri dalam bepergian ke daerah
endemis malaria.
1. Meningkatkan keterlibatan/peran lintas sektor
dalam upaya pengendalian vektor, terutama
dengan kementerian PU, Pertambangan,
kementerian Kehutanan dan Lingkungan
Hidup, dll.
+ + +
2. Meningkatkan kebersihan lingkungan melalui
PHBS dan UKS, serta saka bhakti husada.
+ +
3. Penerapan sanksi bagi pimpinan wilayah dan
masyarakat yang tidak berkontribusi aktif
terhadap pengendalian vektor, dan pemberian
penghargaan kepada daerah yang berhasil
dalam pengendalian vektor, yang diatur dalam
peraturan dan kebijakan setempat, khususnya
di daerah endemis tinggi.
+ +
4. Mendorong masyarakat untuk membuat
community deal dalam pemberantasan vektor
malaria.
+
5. Melakukan pengendalian vektor malaria secara
berkesinambungan.
+ +
6. Meningkatkan percepatan menuju eliminasi
malaria 2030.
+ + +
7. Meningkatkan percepatan pengendalian
malaria di daerah dengan edemisitas tinggi,
terutama di wilayah timur Indonesia, melalui
upaya intensifikasi pengendalian malaria.
+ + +
IKK 5 : Jumlah kab/kota endemis yang melakukan pemberian obat pencegahan massal (POPM) Filariasis TARGET 2015 : 140
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Kurangnya dukungan pembiayaan
operasional oleh daerah dalam pelaksanaan
POMP.
2. Kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap pentingnya pencegahan filariasis.
3. Adanya ketakutan masyarakat terhadap efek
samping pemberian obat pencegahan
massal filariasis.
4. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat
tentang pentingnya minum obat pencegahan
bagi penyebaran filariasis.
5. Kurangnya pemanfaatan media dalam upaya
sosialisasi terus menerus untuk menjelaskan
pentingnya kegiatan POPM dan
pengendalian filariasis.
6. Belum adanya kebijakan di daerah yang
mengatur tentang pengendalian vektor.
7. Belum dipahaminya perilaku vektor.
8. Belum ada sanksi terhadap masyarakat dan
pimpinan wilayah yang belum berkontribusi
dalam pengendalian vektor (dalam UU
wabah memungkinkan untuk diberikan
sanksi).
9. Belum dimanfaatkannya data vektor oleh
kab/kota & puskesmas untuk memutuskan
tindakan tepat pengendalian vektor.
1. Meningkatkan komitmen dukungan pembiayaan
operasional oleh daerah.
+ +
2 Meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan kepada
masyarakat dan seluruh stakeholder terkait akan
pentingnya pelaksanaan POPM dalam pengendalian
filariasis, dengan melibatkan media.
+ + +
3 Meningkatkan keterlibatan/peran lintas sektor dalam
upaya pengendalian vektor, terutama dengan
kementerian PU, Pertambangan, kementerian
Kehutanan dan Lingkungan Hidup, dll.
+ + +
4. Penerapan sanksi bagi pimpinan wilayah dan
masyarakat yang tidak berkontribusi aktif terhadap
pengendalian vektor, dan pemberian penghargaan
kepada daerah yang berhasil dalam pengendalian
vektor.
+ +
5. Kab/kota berkewajiban melakukan upaya
pengendalian vektor secara terpadu.
+
6. Mendorong masyarakat untuk membuat community
deal dalam pemberantasan vektor.
+
7. Melakukan penelitian antropologi kesehatan dalam
pengendalian vektor.
+ +
8. Melakukan kegiatan entomologi (surveilans vektor)
secara berkesinambungan.
+ +
9. Melakukan advokasi terhadap dampak keekonomian
akibat penyakit filariasis.
+ + +
IKK 6 : Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat TARGET 2015 : 82
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Ketidakmampuan petugas kesehatan tentang deteksi dini
kusta.
2. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap cara
penularan dan gejala kusta.
3. Masih adanya stigma masyarakat, terutama self-stigma,
sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kasus.
4. Masih adanya persoalan terkait dengan pemahaman
terhadap transmisi penularan kusta.
5. Masih lemahnya pelaksanaan surveilans monitoring
pelaksanaan pengobatan kusta.
6. Masih kurangnya pemahaman petugas terhadap
monitoring neuritis sebagai bagian dari
pencegahan/deteksi dini kejadian kecacatan pada
penderita kusta.
7. Kurangnya pengetahuan orang yang pernah mengalami
kusta untuk self-care.
8. Rendahnya anggaran pengendalian penyakit kusta melalui
APBD.
9. Kurangnya pelaksanaan penemuan kasus secara aktif oleh
petugas kesehatan.
1. Pelatihan untuk
petugas kesehatan
tentang deteksi dini
kusta.
+ + +
2. Penyuluhan untuk
masyarakat tentang
kusta.
+ +
3. Sosialisasi melalui
media massa dan
elektronik.
+ +
4. Advokasi kepada
pemda untuk
pembiayaan.
+ + +
5. Insentif petugas. + +
IKK 7 : Persentase kabupaten/kota dengan angka keberhasilan pengobatan TB paru BTA positif (Success Rate ) minimal 85 persen TARGET 2015 : 75
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Kepatuhan petugas kesehatan dan
masyarakat masih rendah.
2. PMO tidak aktif.
3. Pemahaman masyarakat masih
kurang.
4. Dukungan dokter spesialis di RS
tentang DOTS masih rendah.
5. Peran lintas sektor masih kurang.
6. PHN petugas kurang optimal.
7. Belum seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan menggunakan strategi
DOTS.
1. Pelatihan untuk petugas kesehatan
tentang TB.
+ + +
2. Penyuluhan untuk PMO dan
masyarakat tentang TB.
+ +
3. Sosialisasi melalui media massa dan
elektronik.
+ + +
4. Advokasi kepada pemda untuk
pembiayaan.
+ + +
5. Insentif petugas. + +
6. Peningkatan Public Health Nursing. + +
7. Penghargaan untuk penderita yang
sembuh dari TB dan petugas PMO
(dijadikan agent of change).
+ +
PMT untuk penderita TB.
IKK 8 : Persentase kasus HIV yang diobati TARGET 2015 : 45
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Belum semua fasyankes dapat
memberikan pengobatan CST.
2. Masih tingginya stigma masyarakat
dan di lingkungan petugas kesehatan.
3. ODHA masih banyak yang menutup
diri dan tidak mengikuti konseling.
4. Dukungan masyarakat (peer group)
masih kurang.
5. Kepatuhan pasien untuk berobat ke
fasyankes masih rendah.
6. Pengetahuan komprehensif tentang
HIV AIDS masih rendah.
7. Kehilangan jejak/identitas pasien.
8. Kurangnya peran dan jumlah tenaga
konselor.
1. Memperbanyak fasyankes yang
memberikan pengobatan CST.
+ + +
2. Penyuluhan pengetahuan
komprehensif kepada masyarakat
dan petugas kesehatan.
+ +
3. Pendataan kasus. + + +
4. Ibu hamil harus mengikuti konseling
dan PMTCT.
+ +
5. Meningkatkan peran dan jumlah
konselor.
+ +
6. Meningkatkan kemitraan dengan
LSM dan lintas sektor.
+ + +
IKK 9 : Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu TARGET 2015 : 10
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Program PTM belum dianggap
prioritas.
2. Belum seluruh puskesmas memiliki
Posbindu.
3. SDM belum terlatih.
4. Dukungan logistik dan perawatan
PTM masih terbatas.
5. Kurangnya pemberdayaan kelompok
masyarakat oleh petugas kesehatan.
6. Jejaring masyarakat masih kurang
optimal.
7. Kurangnya penghargaan kepada
puskesmas untuk target program
yang tercapai.
8. Kurangnya sinkronisasi lintas
program dan sektor di puskesmas.
9. Dukungan dana masih kurang.
1. Advokasi kepada stakeholder terkait
PTM.
+ + +
2. Pelatihan SDM tentang PTM. + + +
3. Pemberian penghargaan kepada
puskesmas yang mencapai target
program.
+ +
4. Sosialisasi kepada masyarakat
tentang PTM.
+ +
5. Pemantapan program PTM di
puskesmas.
+ +
6. Menggerakkan dan Melembagakan
posbindu di tempat kerja.
+ +
IKK 10 : Persentase kab/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50 persen sekolah TARGET 2015 : 10
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Belum semua daerah
memiliki Perda ttg KTR.
2. Banyak stakeholder yang
belum bisa menjadi panutan
(masih merokok).
3. Kurangnya sosialisasi di
sekolah tentang dampak
rokok.
4. Pajak rokok masih rendah.
5. Kontrol masyarakat masih
rendah.
6. Penjualan rokok masih
banyak di lingkungan
sekolah.
7. Gencarnya reklame/iklan
rokok.
8. Implementasi sanksi pada
pelaksanan Perda KTR
belum optimal.
9. Rendahnya komitmen
perusahaan rokok.
10. Pajak yang didapat oleh
pemda belum dimanfaatkan
secara optimal untuk
mendukung program-
program pencegahan PTM.
1. Sosialisasi dan advokasi tentang dampak buruk dari rokok untuk
merubah perilaku stakeholder dan guru agar menjadi panutan (tidak
merokok).
+ + +
2 Meningkatkan konseling dan advokasi ke sekolah-sekolah tentang
dampak rokok. + +
3 Melibatkan peran lintas sektor.
4 Mendorong kepala daerah untuk menyusun Perda tentang KTR. + + +
5 Mendorong proporsi yg besar bagi promosi kes. dari pajak rokok. + + +
6 Memberikan penghargaan kepada sekolah yang menerapkan KTR. + +
7 Meningkatkan pajak rokok secara bertahap hingga 500%. +
8. Membuat surat edaran ke sekolah tentang implementasi KTR. + +
9. Membuat Pergub/Perbup/Perwali dalam implementasi KTR di
sekolah. + +
10 Mengupayakan adanya aturan tegas dari pemerintah kepada
jajaran sekolah yang melanggar KTR. + +
11 Melakukan pembuatan produk hukum untuk pemanfaatan pajak
bagi program pencegahan PTM oleh Pemda melalui aturan
Kemendagri.
+ + +
12 Informasi lebih awal kepada SKPD kesehatan dari pemda tentang
adanya dana dari pajak. + + +
13 Penyusunan juknis di daerah tentang penggunaan dana dari pajak. + +
14 Mendorong pemerintah untuk meratifikasi FCTC. + + +
15 Melakukan kegiatan integrasi pengendalian dampak rokok di
sekolah dalam kegiatan UKS. + +
IKK 11 : Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM TARGET 2015 : 25.000
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Belum optimalnya sosialisasi Permenkes
No. 3 Tahun 2014 tentang STBM.
2. Kurangnya anggaran untuk pemicuan.
3. Belum menjadi unggulan program di
desa/kelurahan.
4. Adanya permasalahan aturan
penggunaan lahan untuk membangun
jamban komunal dikarenakan
keterbatasan lahan.
5. Lingkungan budaya kurang mendukung
dimana masyarakat masih terbiasa BAB
di sungai/kali.
6. PDAM belum menjangkau.
7. Tenaga sanitarian masih kurang.
8. Belum optimalnya pemanfaatan
anggaran desa untuk STBM.
9. Kurangnya keterlibatan perusahaan
dalam mendukung STBM melalui dana
CSR.
10.Sulitnya masyarakat untuk mendapatkan
akses sumber air bersih di daerah
tertentu.
1. Penataan fokus penggunaan CSR untuk
STBM.
+ +
2. Memberikan penghargaan kepada
daerah yang berhasil melaksanakan
STBM.
+ + +
3. Meningkatkan ketersediaan tenaga
sanitarian di puskesmas minimal satu
orang.
+ + +
4. Meningkatkan pemahaman terhadap
pentingnya PHBS dan budaya yang
keliru kepada masyarakat sehingga mau
dan mampu untuk melakukan STBM.
+ +
5. Sosialisasi dan advokasi pelaksanaan
Permenkes STBM kepada pemda dan
stakeholder.
+ + +
6. Meningkatkan kapasitas PDAM dan non-
PDAM guna penyediaan air bersih.
+ +
7. Meningkatkan komitmen pemda untuk
pelaksanaan STBM.
+ + +
IKK 12 : Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan TARGET 2015 : 30
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Keterbatasan tenaga sanitarian untuk
pengawasan air minum.
2. Alokasi dana operasional
pengawasan yang terbatas.
3. Luasnya dan banyaknya sumber air
minum yang perlu dilakukan
pengawasan.
4. Sebagian daerah belum terintegrasi
perizinan DAM dengan
persyaratan/rekomendasi dari
kesehatan.
5. Sulitnya pengawasan karena
banyaknya produk air minum yang
ilegal.
6. Masih kurangnya pengawasan
produksi es balok di sebagian daerah.
7. Resistensi dari lintas sektor masih
tinggi.
1. Menambah jumlah petugas
sanitarian di puskesmas.
+ + +
2. Bimbingan teknis kepada tenaga
kesehatan dan pemilik depo air
minum.
+ + +
3. Pendanaan untuk pengawasan air
minum.
+ +
4. Mengintegrasikan proses perizinan
DAM dengan rekomendasi dari
kesehatan.
+ +
5. Meningkatkan pengawasan produk
air minum ilegal dan es balok.
+ +
6. Sosialisasi dan advokasi terhadap
lintas sektor/pokja dan asosiasi
terkait, seperti adanya MoU.
+ + +
IKK 13 : Persentase Tempat Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan TARGET 2015 : 50
ISSUE/MASALAH SOLUSI RENC. TINDAK LANJUT 2015
PUSAT PROV KAB/KOTA
1. Banyaknya TTU yang harus
diawasi.
2. Kurangnya petugas sanitarian,
masalah distribusi yang belum
merata, kurangnya
kapasitas/kompetensi, dan
cepatnya rotasi petugas.
3. Belum dipenuhinya persyaratan
pada saat membangun TTU.
4. Kurangnya sinergisme lintas
sektor dalam rangka perizinan.
5. Tidak adanya perizinan TTU
seperti tempat wisata lokal.
6. Rendahnya komitmen pengelola
TTU.
1. Memberikan penghargaan
kepada petugas sanitarian dan
TTU yang memenuhi syarat.
+ + +
2. Melakukan pelatihan kepada
petugas sanitarian.
+ + +
3. Sosialisasi kepada pengelola
TTU.
+ +
4. Kontrak perjanjian untuk
petugas yang telah dilatih agar
tidak cepat dimutasi (minimal 3
tahun).
+ +
5. Pengawasan pengelolaan TTU. + +
Tanda Tangan
Ketua : ..........................................
Sekretaris : ..........................................
Pendamping Pusat : ..........................................
TERIMA KASIH